PENYAMAKAN KULIT SAPI.docx

4
Gambaran Umum Kulit merupakan salah satu jenis hasil ternak yang sekarang ini telah dijadikan suatu komoditi perdagangan dengan harga yang cukup tinggi. Pada umumnya kulit dimanfaatkan sebagai bahan pembuat sepatu, jaket, dompet, ikat pinggang serta masih ada beberapa produk-produk lain yang memanfaatkan kulit sebagai bahan bakunya, seperti krupuk kulit dan gelatin untuk bahan pangan. Komoditas kulit digolongkan menjadi kulit mentah dan kulit samak (Purnomo, 1985). Menurut Judoamidjojo (1974), kulit mentah adalah bahan baku kulit yang baru ditanggalkan dari tubuh hewan sampai kulit yang mengalami proses-proses pengawetan atau siap samak. Kulit mentah dibedakan atas kulit hewan besar (hides) seperti sapi, kerbau, steer, dan kuda, serta kelompok kulit yang berasal dari hewan kecil (skins), seperti kambing, domba, calf, dan kelinci termasuk di dalamnya kulit hewan besar yang belum dewasa seperti kulit anak sapi dan kuda (Purnomo, 1985). Kulit sapi yang baru selesai dikuliti, dapat bertahan selama 12 jam setelah pengulitan. Bila tidak segera memperoleh penanganan, kulit sapi akan terkontaminasi dengan organisme dan membusuk. Untuk menghindari kerusakan kulit sapi, dan biasa memasarkannya sebagai bahan baku industri, kulit sapi harus diawetkan. Teknologi penyamakan kulit sebenarnya termasuk salah satu aset kebudayaan manusia yang tertua. Kulit sapi yang akan disamak, harus dicuci lebih dahulu dengan air bersih agar menjadi lunak. Selanjutnya kulit bagian daging dibersihkan dari daging, lemak, kotoran atau darah yang menempel. Sediakan air hangat yang bercampur soda (borax) dan sabun cuci. Ukurannya 35 liter air, 200 gram soda, dan 1500 gram sabun cuci. Campuran diaduk sampai merata. Kemudian kulit direndam selama 2-3 jam. Bila sudah dianggap cukup, kulit sapi bisa segera diangkat dan dibilas dengan air bersih, tetapi tidak boleh diperas, lalu dijemur sebentar. Lalu kulit bagian daging dicuci dengan bersih. Ini dilakukan untuk menghilangkan lemak yang masih menempel pada kulit.

description

teknologi hewani

Transcript of PENYAMAKAN KULIT SAPI.docx

Page 1: PENYAMAKAN KULIT SAPI.docx

Gambaran Umum

Kulit merupakan salah satu jenis hasil ternak yang sekarang ini telah dijadikan suatu komoditi

perdagangan dengan harga yang cukup tinggi. Pada umumnya kulit dimanfaatkan sebagai bahan

pembuat sepatu, jaket, dompet, ikat pinggang serta masih ada beberapa produk-produk lain yang

memanfaatkan kulit sebagai bahan bakunya, seperti krupuk kulit dan gelatin untuk bahan pangan.

Komoditas kulit digolongkan menjadi kulit mentah dan kulit samak (Purnomo, 1985). Menurut

Judoamidjojo (1974), kulit mentah adalah bahan baku kulit yang baru ditanggalkan dari tubuh hewan

sampai kulit yang mengalami proses-proses pengawetan atau siap samak. Kulit mentah dibedakan atas

kulit hewan besar (hides) seperti sapi, kerbau, steer, dan kuda, serta kelompok kulit yang berasal dari

hewan kecil (skins), seperti kambing, domba, calf, dan kelinci termasuk di dalamnya kulit hewan besar

yang belum dewasa seperti kulit anak sapi dan kuda (Purnomo, 1985).

Kulit sapi yang baru selesai dikuliti, dapat bertahan selama 12 jam setelah pengulitan. Bila tidak segera

memperoleh penanganan, kulit sapi akan terkontaminasi dengan organisme dan membusuk. Untuk

menghindari kerusakan kulit sapi, dan biasa memasarkannya sebagai bahan baku industri, kulit sapi

harus diawetkan. Teknologi penyamakan kulit sebenarnya termasuk salah satu aset kebudayaan

manusia yang tertua.

Kulit sapi yang akan disamak, harus dicuci lebih dahulu dengan air bersih agar menjadi lunak.

Selanjutnya kulit bagian daging dibersihkan dari daging, lemak, kotoran atau darah yang menempel.

Sediakan air hangat yang bercampur soda (borax) dan sabun cuci. Ukurannya 35 liter air, 200 gram

soda, dan 1500 gram sabun cuci. Campuran diaduk sampai merata. Kemudian kulit direndam selama

2-3 jam. Bila sudah dianggap cukup, kulit sapi bisa segera diangkat dan dibilas dengan air bersih,

tetapi tidak boleh diperas, lalu dijemur sebentar. Lalu kulit bagian daging dicuci dengan bersih. Ini

dilakukan untuk menghilangkan lemak yang masih menempel pada kulit. Ada dua cara penyamakan

kulit yaitu dengan garam dan asam belerang, serta penyamakan kulit dengan pasta (Saleh, 2004).

(Purnomo, 1991) menyebutkan bahwa bahan penyamak yang biasa digunakan dalam proses

penyamakan adalah bahan penyamak nabati, mineral, aldehid dan sintetik.

Prinsip mekanisme penyamakan kulit adalah memasukkan bahan penyamak ke dalam anyaman atau

jaringan serat kulit sehingga menjadi ikatan kimia antara bahan penyamak dan serat kulit (Purnomo,

1985). Menurut Muslich (1999), teknik penyamakan kulit dikelompokkan menjadi 3 tahapan, yaitu

proses pra-penyamakan, penyamakan dan pasca penyamakan.

Proses Pra-penyamakan (beam open house operation) meliputi perendaman, pengapuran, pembuatan

daging, pembuangan kapur, pengikatan proten, pemucatan dan pengasaman (Purnomo, 1985). Setelah

tahap proses penyamakan, dilanjutkan ke tahap penyamakan. Setelah itu ke tahap pasca penyamakan,

dan terakhir tahap penyelesaian.

Pembahasan Prosedur

1. Tahap pra-penyamakan

a) Perendaman

Page 2: PENYAMAKAN KULIT SAPI.docx

Perendaman (soaking) merupakan tahapan pertama dari proses penyamakan yang bertujuan

mengembalikan kadar air kulit yang hilang selama proses pengawetan sehingga kadar airnya

mendekati kadar air kulit segar. Tujuan perendaman adalah membuang zat padat seperti pasir,

kerikil, parasit, sisa darah, urin, dan kotoran. Pencegahan proses pembusukan dalam

perendaman dapat dilakukan dengan cara mengusahakan agar air perendaman tetap dingin,

terutama di musim panas perlu digunakan termometer dan penambahan sedikit bakterisida.

(Mann, 1980).

b) pengapuran

Tujuan dari pengapuran adalah menghilangkan epidermis dan bulu, kelenjar keringat dan lemak,

dan menghilangkan semua zat yang bukan kolagen yang aktif menghadapi zat-zat penyamak. Oleh

karena semua proses penyamakan dapat dikatakan berlangsung dalam lingkungan asam maka

kapur di dalam kulit harus dibersihkan sama sekali. Kapur yang masih ketinggalan akan

mengganggu proses penyamakan.

c) pembuangan daging dan bulu

Proses buang daging (fleshing) bertujuan untuk menghilangkan sisa-sisa daging (subcutis) dan

lemak yang masih melekat pada kulit. Proses buang bulu (scudding) bertujuan menghilangkan sisa-

sisa bulu beserta akarnya yang masih tertinggal pada kulit (Muslich, 1999).

d) pembuangan kapur

Proses pembuangan kapur bertujuan untuk mengeluarkan kapur dari kulit. (Purnomo, 1985).

Pembuangan kapur bertujuan untuk menurunkan pH yang disebabkan sisa kapur yang masuk masih

terdapat pada kulit (Purnomo, 1985). Proses buang kapur biasanya menggunakan garam

ammonium sulfat (ZA). Garam itu memudahkan proses pembuangan kapur karena tidak ada

pengendapan-pengendapan dan tidak terjadi pembengkakan kulit (Muslich, 1999).

e) pengikisan protein

Pengikisan protein (bating) bertujuan untuk menghilangkan sisa-sisa bulu, akar dan pigmen, lemak

yang tidak tersabunkan, sisa-sisa kapur yang masih tertinggal dan menghilangkan sedikit atau

banyak zat-zat yang tidak diperlukan dengan cara menghidrolis protein dengan menggunakan

enzim. Bahan kimia yang digunakan diantaranya oropon, enzylon, dan lain-lain yang mengandung

enzim protease. (Purnomo, 1985).

f). Pengasaman

Proses pengasaman dilakukan untuk mengasamkan kulit dalam keadaan tidak bengkak,

menghentikan bekerjanya bahan batling, menghilangkan flek-flek kulit dan menyesuaikan pH kulit

terhadap pH bahan penyamak. (Purnomo, 1985).

2. Tahap Penyamakan

Penyamakan dilakukan dengan bahan penyamak krom yaitu garam krom yang mengandung atom-atom

krom dengan valensi 3. Garam krom ini mampu bereaksi dengan membentuk ikatan dengan asam-

Page 3: PENYAMAKAN KULIT SAPI.docx

asam amino bebas dalam struktur kolagen yang reaktif. Ikatan silang ini akan mengubah sifat kulit

mentah menjadi lebih tahan terhadap pengaruh fisik selama proses penyamakan. (Purnomo, 1985).

3. Tahap Pasca Penyamakan

a) netralisasi bertujuan untuk menetralkan asam diantara serat-serat kulit pada waktu pencucian

(Purnomo, 1985).

b) perminyakan

Proses perminyakan bertujuan untuk melicinkan serat-serat kulit sehingga kulit lebih tahan

terhadap gaya tarikan atau mekanik lain, menjaga serat kulit agar tidak lengket satu dengan

yang lain dan memperkecil daya serap kulit (Purnomo, 1985).

4. Tahap Penyelesaian

Tahap penyelesaian bertujuan untuk meningkatkan mutu kulit jadi terutama dari segi organoleptik

yaitu kelembutan, kepadatan, dan penampakan. Tahap ini meliputi proses pengeringan, pelemasan,

pementangan, pengamplasan, pengecatan dan pengempaan panas. (Fahidin et al., 1999).

Kualitas kulit jadi dipengaruhi oleh proses-proses yang dilakukan dalam industri penyamakan kulit dan

mutu kulit mentah sebagai bahan dasar. (Wiliamson et.al., 1993).