Penggunaan Informasi Akuntansi untuk Pengambilan ......Informasi akuntansi dapat menjadi dasar yang...
Transcript of Penggunaan Informasi Akuntansi untuk Pengambilan ......Informasi akuntansi dapat menjadi dasar yang...
1
PENDAHULUAN
Usaha Kecil Menengah berperan penting dalam pembangunan ekonomi
nasional karena Usaha Kecil Menengah memberikan kontribusi terhadap
pertumbuhan ekonomi nasional dan dapat menyerap jumlah tenaga kerja dalam
jumlah besar (Handayani, 2011). Menurut Pinasti (2007:2) di Indonesia, Usaha
Kecil Menengah mampu menyerap 88% tenaga kerja pada tahun 2003. Peran
penting Usaha Kecil Menengah dalam perekonomian nasional tidak disertai
dengan penerapan akuntansi dalam kegiatan usahanya.
Akuntansi berperan menghasilkan informasi bagi pihak-pihak yang
berkepentingan dalam aktivitas bisnis dan menggambarkan kondisi perusahaan,
namun Usaha Kecil Menengah di Indonesia belum semuanya menerapkan
akuntansi dalam kegiatan usahanya. Penelitian yang dilakukan Arifin, Kristina
dan Putri pada tahun 2010 pada Usaha Kecil Menengah di Magelang dan Salatiga
menunjukkan bahwa pencatatan yang dilakukan meliputi pencatatan dari transaksi
penjualan yang berkisar antara 44% - 67%, pencatatan pembelian antara 46% -
65%, pencatatan persediaan antara 33% - 53%, serta pencatatan kas masuk dan
keluar antara 78% - 98%. Hasil penelitian mengenai laporan yang dibuat, hanya
ada 38% - 67% yang membuat laporan penjualan, ada sekitar 24% - 53% yang
membuat laporan pembelian, 31% - 53% yang membuat laporan laba rugi, 17% -
24% yang membuat laporan perubahan modal, dan 27% - 28% responden yang
membuat laporan neraca.
Informasi akuntansi mempunyai peran penting untuk mencapai keberhasilan
usaha, termasuk bagi usaha kecil (Pinasti, 2007 : 2). Informasi akuntansi dapat
2
menjadi dasar yang handal bagi pengelola usaha kecil dalam pengambilan
keputusan bisnis, antara lain keputusan menetapan harga, keputusan pembelian,
keputusan produksi, dan lain-lain. Informasi akuntansi juga digunakan untuk
menilai kinerja suatu usaha. Kinerja usaha berhubungan dengan kemampuan dan
keberhasilan perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki untuk
memperoleh keuntungan yang diharapkan.
Informasi akuntansi dapat menjadi dasar yang handal bagi pengambilan
keputusan-keputusan dalam pengelolaan Usaha Kecil Menengah. Informasi
akuntansi juga digunakan untuk mengukur kinerja suatu usaha. Namun dari hasil
penelitian yang dilakukan oleh Arifin, Kristina dan Putri pada tahun 2010
menunjukkan bahwa sebagian Usaha Kecil Menengah belum menerapkan
akuntansi dalam kegiatan usahanya. Akuntansi belum semuanya diterapkan dalam
Usaha Kecil Menengah karena adanya kendala yang dihadapi oleh pengelola
Usaha Kecil Menengah yaitu dari segi kemampuan yang meliputi latar belakang
pendidikan yang kurang memadai sehingga kurangnya pemahaman akan
pentingnya akuntansi dalam pengelolaan usaha, serta belum pernah mengikuti
pelatihan akuntansi. Padahal apabila akuntansi diterapkan dengan baik, maka
akuntansi dapat menyediakan informasi yang sangat penting bagi kesuksesan
usaha.
Meskipun penerapkan akuntansi dalam kegiatan usaha, menghasilkan
informasi yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan bisnis serta untuk
mengukur kinerja usaha, namun pada kenyataanya banyak pengelola Usaha Kecil
Menengah yang tanpa menerapkan akuntansi tetap dapat mengelola usahanya.
Berdasarkan latar belakang teersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
3
bagaimana pengelola Usaha Kecil Menengah memperoleh informasi dan
menggunakannya untuk mengambil keputusan bisnis serta mengukur kinerja
usahanya. Dalam hal ini peneliti mengambil obyek penelitian Usaha Kecil
Menengah (UKM) di Kota Purwodadi karena jumlah UKM di Purwodadi
mengalami peningkatan dari tahun 2010 berjumlah 179 kemudian pada tahun
2011 berjumlah 202 UKM dan peneliti yang bertempat tinggal di Kota Purwodadi
sehingga mudah untuk melakukan penelitian.
Persoalan penelitian yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah :
1. Apa saja informasi akuntansi yang dimiliki Usaha Kecil Menengah?
2. Bagaimana penggunaan informasi akuntansi untuk pengambilan keputusan
bisnis padaUsaha Kecil Menengah?
3. Bagaimana penggunaan informasi akuntansi untuk penilaian kinerja
padaUsaha Kecil Menengah?
Hasil penelitian ini diharapkan dapat :
1. Bagi peneliti, penelitian ini memberikan pemahaman mengenai informasi
akuntansi pada Usaha Kecil Menengah di Kota Purwodadi untuk
keputusan bisnis dan menilai kinerja usaha
2. Bagi Usaha Kecil Menengah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi secara tidak langsung dengan memberikan pemahaman
mengenai informasi akuntansi yang dibutuhkan untuk pengambilan
keputusan bisnis serta penilaian kinerja usaha
3. Bagi perkembangan ilmu akuntansi, penelitian ini dapat digunakan sebagai
referensi mengenai informasi akuntansi yang dibutuhkan UKM untuk
4
mengambil keputusan bisnis dan mengukur kinerja pada Usaha Kecil
Menengah.
5
TELAAH TEORITIS
Informasi Akuntansi
Informasi merupakan data yang telah diatur dan diproses untuk memberikan
arti (Romney, 2006 : 11). Informasi menjadi sumber daya organisasi yang sangat
penting jika informasi tersebut mampu memfasilitasi keputusan bisnis. Informasi
dapat berupa informasi tertulis dan juga informasi tidak tertulis. Informasi tertulis
dapat diartikan sebagai informasi yang terdokumentasi. Informasi tersebut dapat
berupa dokumen, catatan ataupun laporan. Sedangkan, informasi tidak tertulis
dapat didefinisikan sebagai informasi yang tidak terdokumentasi atau informasi
yang berasal dari pihak lain.
Institute of Chartered Accountants in Australia (ICAA) (2006) dalam
Handayani (2011) mendefinisikan informasi akuntansi sebagai informasi
kuantitatif dari suatu entitas yang disiapkan sesuai dengan rangkaian aturan atau
standar. ICAA menegaskan bahwa informasi akuntansi bersifat keuangan. Sawers
(2007) dalam Handayani (2011) mendefinisikan informasi akuntansi sebagai
informasi kuantitatif tentang entitas ekonomi yang bermanfaat untuk pengambilan
keputusan ekonomi dalam menentukan pilihan-pilihan diantara alternatif-alternatif
tindakan. Informasi akuntansi diklasifikasikan dalam tiga jenis menurut manfaat
bagi pemakai (Fiorelli, Zifaro : 2008) dalam Handayani (2011) :
1. Statutory Accounting Information, merupakan informasi yang harus
disiapkan sesuai dengan peraturan yang ada
2. Budgetary Information, yaitu informasi akuntansi yang disajikan dalam
bentuk anggaran yang berguna bagi pihak internal dalam perencanaan,
penilaian, dan pengambilan keputusan.
6
3. Additional Accounting Information, yaitu informasi akuntansi lain yang
disiapkan perusahaan guna meningkatkan efektivitas pengambilan
keputusan.
Menurut Tunggal (1997:1) akuntansi berguna untuk memberikan informasi
yang dapat digunakan dalam proses pengambilan keputusan. Informasi ini
merupakan data yang disajikan atau diperoleh perusahaan yang bersifat keuangan
dan dinyatakan dalam unit moneter. Setiap perusahaan memerlukan informasi
tentang perusahaannya antara lain perlu mengetahui berapa nilai perusahaannya,
dan laba atau ruginya. Informasi tersebut dapat digunakan untuk mengetahui
besarnya modal dalam perusahaan, mengetahui maju mundurnya perusahaan,
sebagai dasar perhitungan pajak, menjelaskan keadaan perusahaan sewaktu-waktu
memerlukan kredit dari bank atau pihak lain. Untuk memperoleh informasi
tersebut, pengelola usaha mengadakan catatan yang teratur mengenai transaksi-
transaksi yang dilakukan perusahaan, dinyatakan dengan uang.
Informasi untuk menilai kinerja yang paling dibutuhkan usaha kecil adalah
informasi laba atau rugi usaha, dan posisi keuangan yang terdiri dari harta, utang,
modal. Informasi laba atau rugi dapat diketahui dari laporan laba-rugi, sedangkan
informasi posisi keuangan dapat dilihat pada neraca (Karyawati, 2008 : 77).
Usaha Kecil Menengah
Bentuk UKM dapat berupa perusahaan perseorangan, persekutuan, seperti
misalnya firma dan CV, maupun perseorangan terbatas. Undang-undang Nomor
20 Tahun 2008 mendefinisikan Usaha Kecil Menegah sebagai berikut :
Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
7
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,
atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha
Menengah atau Usaha Besar
Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar
Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 UKM dapat dikategorikan
berdasarkan jumlah aset dan omzet, sedangkan menurut Badan Pusat Statistik
(BPS) menyusun kategori Usaha Kecil Menegah (UKM) berdasarkan jumlah
tenaga kerja (Irawan, 2007 : 8).
Tabel 1
Kriteria UKM
Uraian
Kriteria
Aset Omzet Tenaga kerja
Menurut UU No.20 tahun 2008 Menurut BPS
Usaha Kecil > 50 Jt – 500 Jt > 300 Jt – 2,5 M 5 – 19 orang
Usaha Menengah > 500 Jt – 10 M > 2,5 M – 50 M 20 – 99 orang
Sumber : UU No.20 Tahun 2008 dan BPS
Akuntansi Usaha Kecil
Menurut Karyawati (2008) perusahaan kecil biasanya melakukan akuntansi
secara sederhana yaitu sering disebut pembukuan. Pembukuan adalah proses
pencatatan secara manual transaksi-transaksi (kejadian) keuangan dalam buku-
buku yang diperlukan, seperti buku pencatatan transaksi harian. Salah satu
manfaat pembukuan adalah untuk alat evaluasi usaha. Dari pembukuan usaha
yang tertata dengan baik, kondisi ekonomi perusahaan lebih mudah dilihat dan
8
dianalisis. Hal ini akan memudahkan perusahaan mengevaluasi kinerjanya guna
mekakukan perbaikan di masa mendatang.
Tujuan akuntansi sederhana usaha kecil adalah sebagai alat perencanaan dan
penilaian kinerja, untuk kepentingan internal perusahaan, dan mendapatkan dana
dari lembaga keuangan (Karyawati, 2008). Pencatatan akuntansi dalam aktivitas
usaha dengan skala kecil mendekati kepada sistem pembukuan, yaitu dengan tata
buku tunggal dimana hanya catatan-catatan penting saja yang dilakukan
pencatatan secara lengkap. Dalam tata buku tunggal, transaksi-transaksi yang
terjadi pada perusahaan-perusahaan kecil atau menengah dapat dicatat dalam
buku-buku harian dan buku-buku pembantu. Buku-buku harian mencatat buku
penerimaan uang, buku penjualan, buku pembelian, dan buku memorial.
Sedangkan pada buku-buku pembantu mencatat piutang, buku utang dan buku
persediaan. Buku-buku tersebut sebenarnya merupakan pengganti dari nama-nama
perkiraan (buku besar) dalam akuntansi biasa (Tunggal,1997 : 24-25).
Keputusan Bisnis
Keputusan bisnis adalah perumusan beraneka alternatif tindakan dalam
menggarap situasi bisnis yang dihadapi serta penetapan piliham yang tepat antara
berbagai alternatif yang tersedia setelah diadakan pengevaluasian mengenai
keefektifan masing-masing untuk mencapai sasaran para pengambil keputusan
(Radford, 1984:1). Terdapat tiga tipe keputusan menurut Jogiyanto (2005:66)
yaitu :
1. Keputusan tidak terstruktur (unstructured decision) adalah keputusan yang
tidak terjadi berulang-ulang dan tidak selalu terjadi.
9
2. Keputusan semi terstruktur (semistructured decision) adalah keputusan yang
sebagian terstruktur , sebagian berulang-ulang dan rutin dan sebagian tidak
terstruktur.
3. Keputusan terstruktur (structured decision) adalah keputusan yang sifatnya
berulang-ulang dan rutin, dan dapat dipahami sehingga dapat didelegasikan
pada pegawai.
Menurut Romney (2006:12-13) terdapat tiga tipe keputusan bisnis yaitu
keputusan terstruktur, keputusan semi terstruktur, dan keputusan tidak terstruktur.
Keputusan terstruktur adalah keputusan yang bersifat berulang-ulang, rutin, dan
dipahami dengan baik hingga dapat didelegasikan kepada pegawai di tingkat yang
paling rendah dalam suatu organisasi. Keputusan semi terstruktur adalah
keputusan yang ditandai dengan peraturan-peraturan yang tidak lengkap untuk
mengambil keputusan dan adanya kebutuhan untuk membuat penilaian serta
pertimbangan subjektif sebagai pelengkap analisis data formal. Keputusan tidak
terstruktur bukan merupakan keputusan yang berulang dan rutin.
Keputusan bisnis yang akan diambil tentunya akan membutuhkan informasi
yang berhubungan dengan keputusan bisnis tersebut, demikian juga dalam siklus
transaksi yang terdapat dalam setiap kegiatan usaha, dimana dalam setiap siklus
akan memebutuhkan informasi. Siklus transaksi menurut Romney (2006:29)
(transaction cycles) terdiri dari:
Siklus pendapatan (revenue) mencakup kegiatan penjualan dan
menerimaan dalama bentuk uang tunai.
Siklus pengeluaran (expenditure) mencakup kegiatan pembelian dan
pembayaran dalam bentuk uang tunai.
10
Siklus penggajian sumber daya manusia (payroll) mencakup kegiatan
mengontrak dan menggaji pegawai
Siklus produksi mencakup kegiatan mengubah bahan mentah dan buruh
menjadi produk jadi.
Siklus keuangan mencakup kegiatan untuk mendapatkan dana dari
investor dan kreditor dan membayar mereka kembali.
Aktivitas-aktivitas yang biasanya dilakukan untuk setiap siklus transaksi
beserta nama dokumen atau formulir yang dipakai untuk mencatat data
kegiatannya, Romney (2006:31) memberikan contoh dokumen sumber yang
digunakan pada perusahaan dagang, dimana kegiatan bisnisnya hanya ada siklus
pendapatan, siklus pengeluaran, dan siklus sumber daya manusia seperti yang
disebutkan dalam Tabel 2.
Tabel 2
Kegiatan Bisnis yang Umum dan Dokumen Sumber
Kegiatan Bisnis Dokumen Sumber
Siklus Pendapatan
Menerima pesanan pelanggan
Mengirim pesanan
Menerima uang tunai
Menyimpan tanda terima tunai
Menyesuaikan akun pelanggan
Pesanan penjualan
Tanda pengiriman atau bill of lading
Laporan atau daftar pembayaran (remittance)
Slip penyimpanan
Memo kredit
Siklus Pengeluaran
Permintaan atas barang
Pesanan atas barang
Penerimaan atas barang
Pembayaran atas barang
Daftar permintaan barang (purchase requisition)
Pesanan pembelian (purchase order)
Laporan penerimaan (receiving report)
Cek
Siklus produksi
Desain produk
Perencanaan dan penjadwalan
Operasi produksi
Akuntansi biaya
Daftar bahan baku
Daftar operasi
Perintah produksi
Biaya-biaya
11
Siklus Sumber Daya Manusia
Kumpulan data iuran pegawai
Catat jam kerja pegawai
Catat waktu yang dihabiskan untuk
pekerjaan tertentu
Formulir pajak (Form W4)
Kartu jam kerja (time card)
Catatan waktu kerja atau lembar waktu kerja
Sumber : Romney, 2006 : 31
Dalam sebuah usaha selalu ada kegiatan bisnis yang dilakukan. Kegiatan
bisnis yang dilakukan pada sebuah usaha akan membuat keputusan utama dari
kegiatan bisnis tersebut dimana akan membutuhkan informasi. Romney (2006:28)
telah membuat kegiatan bisnis, keputusan utama dan kebutuhan informasi yang
terdaftar dalam tabel 3.
Tabel 3
Kegiatan bisnis, Keputusan Utama, dan Kebutuhan Informasi
Kegiatan Bisnis Keputusan Utama Kebutuhan Informasi
Perolehan modal Berapa banyak?
Investasi atau pinjam?
Jika pinjam, ketentuan terbaik?
Proyeksi arus kas
Pro-forma laporan keuangan
Jadwal amortisasi utang
Perolehan gedung dan
peralatan
Ukuran gedung ?
Jumlah peralatan?
Sewa atau bel?
Lokasi?
Bagaimana depresiasinya
Kebutuhan kapasitas
Harga
Studi pasar
Tabel pajak dan peraturan
Mengontrak dan melatih
pegawai
Persyaratan pengamanan?
Bagaimana menilai integritas
dan kompetensi pelamar?
Bagaimana melatih?
Deskripsi kerja
Pengalaman kerja dan keahlian
pelamar
Perolehan persediaan Bagaimana cara membawanya?
Berapa banyak yang perlu
dibeli?
Penjual (vendor) yang mana?
Bagaimana mengelola
persediaan (penyimpanan,
kontrol dan lain-lain)?
Analisis pasar
Laporan status persediaan
Kinerja dan ketentuan
pembayaran vendor
Kegiatan periklanan dan
pemasaran
Media yang mana/
Isi?
Analisis biaya
Jangkauan pasar
Penjualan barang Penaikan (mark up) persentase?
Penawaran kredit in house?
Kartu kredit apa yang diterima?
Pro-forma laporan keuangan
Biaya kartu kredit
Status kredit pelanggan
Pengumpulan
pembayaran dari
pelanggan
Jika menawarkan kredit,
bagaimana ketentuannya?
Bagaimana mengurus
penerimaan uang tunai?
Status akun pelanggan
Laporan jatuh tempo piutang
Pembayaran gaji Jumlah gaji? Penjualan (untuk komisi)
12
pegawai Pemotongan dan iuran
(withholdings)?
Proses pembayaran in-house
atau menggunakan jasa luar?
Jam kerja (untuk pegawai yang
di bayar per jam)
Formulir pajak (Form W4)
Biaya jasa pembayaran
eksternal
Pembayaran pajak Persyaratan pajak atas gaji
Persyaratan pajak penjualan
Peraturan pemerintah
Total pengeluaran untuk gaji
Total penjualan
Pembayaran penjual Bayar ke siapa?
Kapan membayar?
Berapa banyak yang dibayar?
Faktur dari penjual (vendor)
Utang usaha
Sumber : Romney, 2006 : 28
Penilaian Kinerja
Kinerja adalah suatu tampilan keadaan secara utuh atas perusahaan selama
periode waktu tertentu, merupakan hasil kerja atau prestasi yang dipengaruhi oleh
kegiatan operasional dan memanfaatkan sumber-sumber daya yang dimiliki
(Helfert, 1993 : 52). Suatu kinerja sangat berhubungan dengan kredibilitas suatu
perusahaan karena kinerja dapat digunakan untuk melihat kemampuan dan
keberhasilan perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki untuk
memperoleh keuntungan yang diharapkan.
Kinerja perusahaan adalah hasil dari banyak keputusan individual yang
dibuat secara terus menerus oleh manajemen (Helfert, 1997 : 67). Kinerja suatu
perusahaan dikatakan mempunyai hasil yang baik apabila perusahaan berhasil
menjalankan kegiatan operasional, dan mampu menghasilkan laba yang
diharapkan baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Penilaian kinerja menurut Siagian (2004) merupakan pengukuran dan
perbandingan hasil-hasil kinerja nyata dengan hasil-hasil yang diharapkan akan
tercapai (Iswari, 2011). Pengukuran kinerja menurut Joel G. Siegel dan Jae K.
Shim adalah kuantifikasi dari efisiensi perusahaan atau segmen atau keefektifan
dalam pengoperasian bisnis selama periode akuntansi (Fahmi 2010 : 7).
13
Penilaian kinerja perusahaan dapat diukur dengan berbagai teknik analisis,
termasuk dengan menggunakan rasio keuangan. Akan tetapi perlu disadari bahwa
teknik yang berbeda akan sesuai untuk tujuan yang berbeda. Widayanti (2009:46)
menjelaskan beberapa rasio keuangan yang perlu diketahui antara lain :
1. Likuiditas
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
finansial jangka pendek. Rasio ini dihitung berdasarkan data dari laporan
neraca.
2. Leverage
Rasio ini mengukur seberapa efektif perusahaan dibelanjai dengan hutang.
Rasio ini dihitung berdasarkan data dari laporan neraca.
3. Aktivitas
Rasio ini mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber
dananya. Rasio ini dihitung berdasarkan data dari laporan laba rugi.
4. Profitabilitas
Rasio ini mengukur efektifitas manajemen secara keseluruhan sebagaimana
ditunjukkan dari keuntungan yang diperoleh dari penjualan dan investasi. Rasio
ini dihitung berdasarkan data dari laporan neraca dan laporan laba rugi.
14
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan adalah Usaha Kecil Menengah yang berada di
Purwodadi dimana Usaha Kecil Menengah di Kota Purwodadi berjumlah 179
pada tahun 2010, kemudian pada tahun 2011 jumlah Usaha Kecil Menengah
menjadi 202 menurut data dari Dinas Perindustrian Perdagangan Pertambangan
dan Energi Kabupaten Grobogan. Metode pengambilan sampel yang digunakan
adalah Convenience Sampling dimana peneliti mengambil sampel Usaha Kecil
Menengah dengan pertimbangan kemudahan karena kedekatan dengan beberapa
responden yang memiliki kriteria aset, omzet, dan jumlah tenaga kerja sesuai
dengan kriteria Undang-undang 20 Tahun 2008 dan BPS. Sampel dipilih yang
lokasi usahanya berada di sekitar tempat tinggal peneliti dan yang bersedia untuk
diwawancarai dan mengisi kuesioner. Peneliti mendatangi 40 UKM, namun 2
toko tidak memenuhi kriteria UKM, 5 responden menolak melakukan wawancara
maupun mengisi koesioner sehingga UKM yang menjadi sampel dalam penelitian
ini sebanyak 33 UKM.
Pengambilan sampel yang digunakan minimal 33 UKM yang didasarkan
pada teori yang diutarakan oleh Roscoe, yaitu rules of thumb. Roscoe menyatakan
bahwa sampel yang layak adalah berkisar antara 30-500 (Supramono dan Utami,
2003:64) Dari 40 responden yang disurvei, 2 toko tidak memenuhi kriteria UKM,
5 responden menolak melakukan wawancara maupun mengisi koesioner sehingga
hanya 33 UKM yang diteliti
15
Metode Pengumpulan Data
Data yang dipergunakan adalah data primer, yang diperoleh dengan
mengajukan daftar pertanyaan kepada responden melalui wawancara kepada
pengelola Usaha Kecil Menengah (pemilik maupun karyawan) dan pembagian
kuesioner. Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara
mengadakan tanya jawab langsung dengan pengelola Usaha Kecil Menengah,
sedangkan kuesioner merupakan pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2010: 199). Teknik wawancara dan
kuesioner digunakan untuk mengidentifikasi jenis informasi akuntansi yang
dimiliki, dokumen, catatan atau laporan yang dimiliki, informasi akuntansi yang
digunakan untuk pengambilan keputusan bisnis dan penilaian kinerja yang
dilakukan oleh Usaha Kecil Menengah di Purwodadi dan memberikan kesimpulan
atas data yang diperoleh.
Teknik Analisis
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Deskriptif
Kualitatif dengan tujuan untuk mendapatkan informasi yang selengkap mungkin
mengenai informasi akuntansi yang digunakan oleh pengelola Usaha Kecil
Menengah. Dari wawancara dan kuesioner diharapkan dapat menggali apa saja
informasi akuntansi yang digunakan oleh pengelola Usaha Kecil Menengah
beserta pengambilan keputusan bisnis dan penilaian kinerja yang dilakukan
berdasarkan informasi tersebut.
Langkah Analisis
Langkah – langkah analisis yang dilakukan :
16
- Mengidentifikasi informasi akuntansi yang dimiliki oleh UKM.
- Mengklasifikasikan dokumen, catatan atau laporan yang dimiliki
oleh UKM.
- Mengidentifikasikan informasi akuntansi yang digunakan untuk
penilaian kinerja pada UKM.
- Mengidentifikasikan informasi akuntansi yang digunakan untuk
melakukan pengambilan keputusan bisnis pada UKM.
17
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Obyek dalam penelitian ini adalah Usaha Kecil Menengah di Kota Purwodadi
sesuai dengan kriteria Undang-undang 20 Tahun 2008 dan BPS, dimana lokasi
usahanya berada di sekitar tempat tinggal peneliti dan yang bersedia. Dari 40
responden yang disurvei, 2 toko tidak memenuhi kriteria UKM, 5 responden
menolak melakukan wawancara maupun mengisi koesioner sehingga hanya 33
UKM yang diteliti. Pengambilan sampel didasarkan pada teori yang diutarakan
oleh Roscoe, yaitu rules of thumb. Roscoe menyatakan bahwa sampel yang layak
adalah berkisar antara 30-500 (Supramono dan Utami, 2003:64).
Profil Usaha Kecil Menengah
Dari 33 Usaha Kecil Menengah yang bergerak di bidang jasa, dagang dan
manufaktur sebagian besar dikelola oleh pemilik yaitu sebanyak 32 UKM (96%)
dengan bentuk kepemilikan perseorangan,dapat dilihat dari tabel 4.
Tabel 4
Pengelola Usaha
Pengelola usaha Responden
Jumlah %
Pemilik 32 96%
Karyawan 1 4%
Jumlah Responden 33 100%
Sumber : Data Primer
Tingkat pendidikan pemilik sebagian besar adalah SMA yaitu 20 responden
(61%), untuk tingkat pendidikan sampai dengan SMP hanya 7 responden (21%) ,
sedangkan 6 responden (18%) dengan tingkat pendidikan D3 – S2. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan responden
maka semakin lengkap pencatatan atau pembukuan yang dimiliki semakin
18
lengkap, sedangkan semakin rendah tingkat pendidikan maka tidak membuat
pencatatan maupun pembukuan (lihat tabel 5).
Tabel 5
Tingkat Pendidikan Dengan Catatan Yang Dimiliki
Tingkat
Pendidikan
Mempunyai Tidak Mempunyai Total Responden
Catatan Catatan
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
D1 – D3 2 100% 0 0% 2 100%
S1-S2 2 50% 2 50% 4 100%
SMA 12 60% 8 40% 20 100%
SD 0 0% 0 0% 0 0%
SMP 1 14% 6 86% 7 100%
Total 17 52% 16 48% 33 100%
Sumber : Data Primer
Dokumen legal yang dimiliki 28 UKM (85%) adalah SIUP dan TDP hanya
17 UKM yang memiliki NPWP (51%), karena pajak dirasa memberatkan bagi
pemilik usaha serta kurangnya kesadaran membayar pajak dari pemilik usaha.
Usaha yang bergerak di bidang jasa dan manufaktur sebagian belum memiliki
NPWP, dengan jumlah 6 responden yang bergerak di bidang jasa dan 5
responden yang bergerak di bidang manufaktur.
Sebagian besar UKM tidak memisahkan entitas usaha dengan entitas
pemilik, yaitu sebanyak 27 UKM (82%). Tidak adanya pemisahan entitas usaha
dengan pemilik disebabkan pemilik menggunakan pendapatan dari kegiatan usaha
untuk biaya hidup sehari – hari, dan pemilik tidak mau direpotkan dengan adanya
pemisahan entitas dengan pemilik. Responden yang melakukan pemisahan entitas
usaha dengan pemilik hanya 6 responden (18%) dengan alasan uang untuk
kegiatan usaha tidak boleh digabung dengan uang pribadi, supaya mudah
mengetahui berapa besar uang yang tersedia untuk kegiatan usaha, lihat lampiran
5.
19
Sumber pendananan sebagian besar UKM adalah dari modal sendiri
sebanyak 20 UKM (60%), lihat lampiran 5. Pada umumnya pemilik usaha
menggunakan modal sendiri untuk membuka sebuah usaha dikarenakan modal
sendiri yang dimiliki sudah cukup untuk kegiatan usaha. Alasan lain dari 2 (6%)
responden menggunakan modal sendiri tanpa memiliki hutang jangka panjang
karena prinsip tidak mau berhutang dan juga hutang dirasa memberatkan karena
penjualan yang tidak menentu sehingga membuat pengelola usaha tidak dapat
memprediksi pendapatan yang akan diperoleh setiap harinya. Responden yang
menggunakan modal sendiri dan juga hutang jangka panjang dari bank ataupun
lembaga keuangan hanya 13 responden (40%). Responden merasakan manfaat
dari hutang jangka panjang untuk meningkatkan usahanya, karena dengan hutang
perusahaan mereka dapat berkembang. Dari - Tabel 6 dapat disimpulkan bahwa
UKM yang memiliki hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang
cenderung memiliki pencatatan atau pembukuan yang lebih lengkap dibandingkan
dengan UKM yang tidak memiliki hutang cenderung tidak mempunyai catatan
ataupun pembukuan.
Tabel 6
Hutang Dengan Catatan Yang Dimiliki
Hutang
Mempunyai Tidak Mempunyai Total Responden
Catatan Catatan
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Mempunyai Hutang 10 71% 4 29% 14 100%
Tidak Mempunyai
Hutang 7 37% 12 63% 19 100%
Total 17 52% 16 48% 33 100%
Sumber : Data Primer
20
Usaha Kecil Menengah yang diteliti, sebagian besar berdiri >10-20 tahun
yaitu 17 UKM (52%). Sedangkan UKM yang berdiri 0-10 tahun yaitu 8 UKM
(24%), lihat tabel 7.
Tabel 7
Lama Usaha
Lama Usaha Responden
Jumlah %
0 -10 Tahun 8 24%
>10 - 20 Tahun 17 52%
>20 - 30 Tahun 5 15%
>30 - 40 Tahun 1 3%
>40 - 50 Tahun 2 6%
>50 Tahun 0 0%
Jumlah Responden 33 100%
Sumber : Data Primer
Dalam Tabel 8 menunjukkan bahwa semakin lama suatu usaha maka
pengelola mempunyai catatan atau pembukuan yang lebih lengkap dibandingkan
dengan usaha yang belum lama berdiri yang sebagian belum mempunyai catatan
atau pembukuan.
Tabel 8
Lama Usaha Dengan Catatan Yang Dimiliki
Lama Usaha
Responden yang
Memiliki Catatan
Responden yang Tidak
Memiliki Catatan
Jumlah
Responden
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
0 -10 Tahun 4 50% 4 50% 8 100%
>10 - 20 Tahun 9 65% 8 35% 17 100%
>20 - 30 Tahun 3 60% 2 40% 5 100%
>30 - 40 Tahun 1 100% 0 0% 1 100%
>40 - 50 Tahun 2 100% 0 0% 2 100%
>50 Tahun 0 0% 0 0% 0 100%
Total 19 58% 14 42% 33 100%
Sumber : Data Primer
21
Tenaga kerja yang dimiliki oleh sebagian besar UKM rata-rata berjumlah 1–
10 orang yaitu sebanyak 24 UKM (73%), lihat lampiran 5. Jumlah tenaga ini
merata pada usaha jasa, dangang maupun manufaktur. Tenaga kerja yang
jumlahnya paling banyak dimiliki oleh usaha yang bergerak di bidang jasa seperti
catering yaitu antara 30 – 40 tenaga kerja. Pesanan catering dalam jumlah besar
memang membutuhkan tenaga yang banyak, antara lain tenaga kerja di bagian
memasak dan juga tenaga di bagian penyajian. Usaha yang bergerak di bidang
manufaktur seperti produksi tahu dan kecap juga memiliki jumlah tenaga kerja
cukup banyak yaitu antara 25 – 40 tenaga kerja, karena proses produksi pada
perusahaan ini masih menggunakan peralatan yang sederhana sehingga
membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah yang cukup besar.
Tabel 9 menunjukkan bahwa semakin banyak tenaga kerja yang dimiliki
akan mempengahuri ada tidaknya pencatatan atau pembukuan. Jika jumlah tenaga
kerja semakin banyak maka pengelola usaha sebagian besar akan cenderung
memiliki catatan atau pembukuan.
Tabel 9
Tenaga Kerja dengan Catatan yang Dimiliki
Jumlah Tenaga
Kerja
Responden yang
Memiliki Catatan
Responden yang
Tidak Memiliki
Catatan
Jumlah
Responden
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1 - 10 orang 9 38% 15 63% 24 100%
>10 - 20 orang 3 75% 1 25% 4 100%
>20 - 30 orang 1 50% 1 50% 2 100%
>30 - 40 orang 3 100% 0 0% 3 100%
>40 orang 0 0% 0 0% 0 0%
Total 16 48% 17 52% 33 100%
Sumber : Data Primer
22
UKM yang dimiliki total aset kurang dari Rp. 100.000.000,00 sebanyak 20
UKM (60%). Sedangkan UKM yang memiliki total omzet per bulannya rata-rata
Rp. 25.000.000 – Rp.200.000.000,00 sebanyak 26 UKM (78%). Tabel 10
menunjukkan semakin tinggi omzet yang dihasilkan maka pengelola UKM
cenderung akan mempunyai catatan dalam kegiatan usahnaya.
Tabel 10
Omzet dengan Catatatan yang Dimiliki
Omzet
Responden yang
Memiliki Catatan
Responden yang
Tidak Memiliki
Catatan
Jumlah Responden
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
>300 juta - 2,5 M 18 67% 9 33% 27 100%
>2,5 M - 50 M 6 100% 0 0% 6 100%
Total 24 73% 9 27% 33 100%
Sumber : Data Primer
Transaksi yang dilakukan UKM adalah secara tunai maupun kredit.
Sebanyak 20 UKM (61%) memiliki transaksi tunai maupun kredit, sedangkan
sebanyak 13 responden (39%) hanya memiliki transaksi tunai. Transaksi secara
kredit berhubungan dengan piutang yang diberikan pada pelanggan dan juga
hutang kepada pemasok, sedangkan transaksi secara tunai berhubungan dengan
kegiatan penjualan dan pembelian bahan baku maupun persediaan secara tunai.
Pencatatan transaksi pada UKM sebagian besar masih manual yaitu 32
UKM (97%). Pencatatan secara manual dirasakan mudah dilakukan dibandingkan
secara komputerisasi yang dianggap membutuhkan keahlian khusus dan
membutuhkan biaya cukup besar (lihat tabel 11).
23
Tabel 11
Pencatatan Transaksi Pada UKM
Pencatatan Transaksi Responden
Jumlah %
Manual 32 97%
Komputerisasi 1 3%
Total Responden 33 100%
Sumber : Data Primer
Informasi yang dimiliki Usaha Kecil Menengah
Informasi Akuntansi dapat berupa dokumen, catatan maupun laporan.
Dokumen yang sebagian besar dimiliki responden adalah nota/faktur pembelian
90%, nota/faktur penjualan 54%, dengan periodisasi pembuatan dilakukan setiap
terjadinya transaksi. Nota atau faktur pembelian maupun penjualan digunakan
untuk mengetahui pembelian dan penjualan yang terjadi dalam kegiatan usaha,
yang meliputi jumlah barang, harga, dan nama barang.
Kwitansi dimiliki oleh 8 responden (24%) dimana periodisasi pembuatan
dilakukan setiap terjadi transaksi pembayaran. Kwitansi digunakan sebagai bukti
pembayaran uang muka oleh pembeli dimana dari kwitansi dapat dilihat berapa
uang yang masuk dan berapa sisa pembayaran yang harus dilunasi oleh pembeli.
Kwitansi banyak dipakai oleh usaha yang bergerak dibidang jasa seperti catering,
rias, bengkel besi dimana pembayarannya dapat dilakukan beberapa kali (lihat
tabel 12.
Tabel 12
Dokumen yang dimiliki UKM
Nama Dokumen
Responden yang
Memiliki Dokumen
Responden yang
Tidak Memiliki
Dokumen
Total Responden
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Nota/Faktur pembelian 30 90% 3 10% 33 100%
Nota Penjualan 18 54% 15 46% 33 100%
Kwitansi 8 24% 25 76% 33 100%
24
Sumber : Data Primer
Catatan/Buku yang sering dibuat oleh responden adalah catatan, piutang,
kas masuk dan keluar, penjualan, dan biaya gaji (lihat tabel 13). Pencatatan atau
pembukuan piutang dilakukan oleh 8 responden (72%) dari jumlah 11 responden
yang melakukan transaksi secara kredit, dengan periodisasi setiap terjadinya
transaksi. Transaksi penjualan secara kredit sebagian besar dilakukan pada usaha
jasa yaitu sebanyak 6 responden (55%) dan juga usaha manufaktur sebanyak 5
responden (45%). Usaha jasa yang melakukan transaksi secara kredit meliputi
usaha rias, catering, karena pada umumnya pelanggan membayar uang muka
terlebih dahulu dan akan melakukan pelunasan setelah mereka menerima jasa dari
usaha tersebut. Sedangkan pada usaha manufaktur seperti pembuatan sale pisang
dan makanan ringan juga melakukan transaksi secara kredit dengan sistem titip
setor. Dengan adanya catatan ataupun buku piutang akan meminimalisasi
kesalahan dalam pembayaran piutang. Catatan atau buku piutang juga dapat
digunakan untuk mengetahui berapa besarnya saldo piutang tersebut.
Pencatatan kas masuk dan kas keluar dilakukan oleh 21 responden (63%)
dengan periodisasi pembuatan catatan/ buku kas masuk dan kas keluar setiap hari.
Dari catatan/ buku kas masuk dan kas keluar dapat diketahui berapa laba yang
diperoleh dari selisih antara kas masuk dan kas keluar apabila transaksi yang
dilakukan secara tunai.
Responden yang melakukan pencatatan penjualan adalah sebanyak 18
(54%), dengan periodisasi pembuatan catatan setiap terjadinya transaksi. Dari
catatan penjualan responden dapat mengetahui penjualan yang terjadi dalam setiap
transaksi. Catatan penjualan pada umumnya dibuat oleh usaha yang bergerak
25
dibidang dagang dan manufaktur dengan jumlah responden sebanyak masing –
masing 7 (63%), hanya 4 (36%) responden saja yang membuat catatan penjualan
pada usaha yang bergerak pada bidang jasa. Usaha jasa selain menjual jasanya,
sebagian juga menjual persediaan barang seperti pada usaha bengkel sepeda
motor, salon, dan foto copy.
Biaya gaji dan selain gaji dicatat oleh 19 responden (57%) dengan
periodisasi pembuatan setiap bulan. Dengan mencatat biaya gaji maka dapat
diketahui berapa jumlah gaji, lembur, bonus yang harus dibayar pada karyawan.
Catatan atau pembukuan yang dibuat oleh responden sebagian besar digunakan
untuk kepentingan operasional perusahaan.
Pendapatan dan pengeluaran juga dicatat oleh 14 responden (42%), dengan
periodisasi pembuatan tiap hari. Dari catatan atau buku pendapatan dan
pengeluaran dapat diketahui jumlah pendapatan yang diterima secara tunai dan
jumlah pengeluaran yang dilakukan dari kegiatan usaha.
Tabel 13
Catatan yang dimiliki UKM
Catatan
Responden yang
Memiliki Catatan
Responden yang
tidak Memiliki
Catatan
Total Responden
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Piutang 8* 72% 3 28% 11 100%
Kas masuk/keluar 21 63% 12 37% 33 100%
Penjualan 18 54% 15 46% 33 100%
Biaya 19 57% 14 43% 33 100%
Pendapatan/ Pengeluaran 14 42% 19 58% 33 100%
Ket (*): 8 (72%) dari total 11 responden
Sumber : Data Primer
Dalam tabel 14 dijelaskan bahwa UKM tidak mempunyai informasi yang
dapat digolongkan sebagai statutory accounting information karena UKM yang
menjadi obyek dari penelitian ini bukan anggota dari suatu organisasi tertentu dan
26
juga adanya telah menerbitkan Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia, maka perusahaan kecil seperti UKM tidak perlu membuat laporan
keuangan (www.iaiglobal.or.id).
Catatan/ buku kas masuk dan kas keluar, penjualan dan presensi karyawan
diklasifikasikan sebagai additional acconting information karena catatan/ buku
tersebut digunakan untuk pengambilan keputusan bisnis. Catatan rincian biaya
dan catatan pesanan termasuk dalam budgetary information karena catatan
tersebut disajikan dalam bentuk anggaran yang berguna bagi pengelola UKM
dalam perencanaan, penilaian dan pengambilan keputusan. Catatan rincian biaya
dimiliki oleh usaha manufaktur seperti catering, sedangkan catatan pesanan
dimiliki oleh usaha jasa seperti jasa rias.
Tabel 14
Klasifikasi Informasi Akuntansi
Klasifikasi Informasi
Akuntansi Keterangan
Informasi Akuntansi pada
UKM
1. Statutory Accounting
Information
Informasi yang harus
disiapkan sesuai dengan
peraturan yang ada.
-
2. Budgetary Information Informasi akuntansi yang
disajikan dalam bentuk
anggaran yang berguna bagi
pihak internal dalam
perencanaan, penilaian, dan
pengambilan keputusan.
Catatan rincian biaya
Catatan pesanan
3. Additional Accounting
Information
Informasi akuntansi lain yang
disiapkan perusahaan guna
meningkatkan efektivitas
pengambilan keputusan.
Catatan kas masuk/keluar
Catatan penjualan
Presensi karyawan
Sumber : Data Primer
Laporan yang dimiliki sebagian besar responden adalah laporan laba rugi
yaitu sebanyak 5 responden (15%) dengan periodisasi pembuatan tiap bulan,
sedangkan yang membuat laporan neraca sebanyak 4 responden (12%) dengan
27
periodisasi pembuatan tiap tahun, sedangkan responden yang memiliki laporan
kas yaitu sebanyak 4 responden (12%) dengan periodisasi pembuatan tiap bulan,
hanya 1 (3%) responden yang membuat laporan persediaan tiap akhir tahun
karena usaha dikelola oleh karyawan, sedangkan 2 (6%) responden membuat
laporan persediaan tiap harinya (lihat tabel 15). Laporan laba rugi, neraca, kas,
dan persediaan dibuat untuk kepentingnan internal usaha dimana dari laporan
tersebut dapat mengetahui perkembangan dari usaha. Laporan laba rugi digunakan
sebagai dasar untuk mengetahui besarnya pajak yang harus dibayar.
Tabel 15
Laporan yang dimiliki UKM
Laporan
Responden yang
Memiliki Laporan
Responden yang
Tidak Memiliki
Laporan
Total Responden
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Laba Rugi 5 15% 28 85% 33 100%
Neraca 4 12% 29 82% 33 100%
Kas 4 12% 29 82% 33 100%
Persediaan 3 9% 30 91% 33 100%
Sumber : Data Primer
Penggunaan Informasi Akuntansi Untuk Pengambilan Keputusan Bisnis
UKM
Informasi sangat berguna bagi pengelola UKM untuk pengambilan
keputusan. Keputusan bisnis yang dilakukan sebagian besar diputuskan oleh
pemilik sendiri yaitu 32 responden (96%), dapat dilihat pada tabel 16.
Tabel 16
Pengambil Keputusan Bisnis
Pengambil Keputusan Bisnis Responden
Jumlah %
Pemilik 32 96%
Karyawan 1 4%
Jumlah Responden 33 100%
Sumber : Data Primer
28
Keputusan bisnis yang sering dilakukan Usaha Kecil dan Menengah
menyangkut penentuan jumlah pembelian persediaan, jumlah produksi, harga
pokok serta harga jual. Pengelola UKM memutuskan membeli persediaan atau
bahan baku dengan menggunakan informasi tidak tertulis yaitu dengan cek
persediaan fisik 26 responden (79%), hanya sebagian saja yaitu 7 responden
(21%) yang mencatat jumlah persediaan yang dimiliki dengan catatan persediaan.
Informasi yang digunakan untuk mengetahui harga pokok adalah nota atau
nota pembelian yaitu 26 responden (79%). Informasi berdasarkan ingatan harga
pokok digunakan oleh 7 respoden (21%) untuk menentukan harga pokok. Harga
pokok akan menjadi dasar menentukan laba yang akan ditetapkan oleh penjual.
Responden dalam menentukan harga jual menggunakan informasi tidak
tertulis yaitu berdasarkan prosentase keuntungan yang diharapkan yaitu sebanyak
28 responden (84%), dan informasi tertulis yaitu berdasarkan harga pasar
sebanyak 5 responden (16%). Prosentase keuntungan yang diharapkan sebagain
besar pengelola UKM anatara 10% – 20%. Informasi mengenai HET (harga
eceran tertinggi) diperoleh dari pihak eksternal yaitu dari pemasok.
Keputusan bisnis untuk memproduksi sesuai pesanan pada usaha
manufaktur dilakukan oleh 11 responden (100%) dimana kegiatan tersebut
dilakukan secara terencana. Informasi yang digunakan pada usaha manufaktur
untuk memutuskan memproduksi sesuai pesanan adalah informasi catatan pesanan
yaitu 6 responden (55%). Sebanyak 5 responden (45%) menggunakan informasi
berdasarkan ingatan pesanan, informasi tersebut bisa melalui telepon ataupun
bertemu langsung dengan pemilik (lihat tabel 17).
29
Tabel 17
Keputusan Bisnis Yang Sering Dilakukan
NO Keputusan Bisnis Informasi Tertulis Informasi Tidak tertulis
Jumlah
Responden
Ket Jumlah % Ket jumlah % jumlah %
1
Kapan akan membeli
(BB/ persediaan/
BHP dll) dan berapa
jumlahnya
Catatan
persediaan
7 21%
Cek
Persediaan
fisik
26 79% 33 100%
2
Menentukan Harga
Pokok Nota
26 79%
Ingatan
harga
pokok
7 21% 33 100%
3
Menentukan Harga
Jual HET
5 16%
Prosentase
Laba yang
diharapkan
28 84% 33 100%
4
Kapan akan
memproduksi dan
berapa jumlahnya
Catatan
pesanana
6* 55% Ingatan
pesanana 5 45% 11 100%
Ket (*): 6 responden dari 11 total responden
Sumber : Data Primer
Pengambilan keputusan bisnis pada Usaha Kecil Menengah yang sering
dilakukan adalah membeli persediaan/ bahan baku yaitu 27 responden (45%),
dimana keputusan tersebut sebagian besar dilakukan secara terencana yaitu
sebanyak 15 responden (45%) dan juga dilakukan secara spontan yaitu sebanyak
12 responden (36%).
Keputusan menggaji karyawan dilakukan oleh 15 responden (45%) dengan
pengambilan keputusan secara terencana. Sebagian besar responden yang
memiliki usaha dagang melakukan penggajian setiap bulan dengan melihat daftar
presensi karyawan untuk menentukan besarnya gaji maupun bonus yang akan
diberikan. Pada usaha di bidang jasa seperti catering, rias yang sebagian besar
menggunakan tenaga lepas pada umunnya akan memberikan gaji setelah mereka
menyelesaikan pekerjaannya. Usaha yang bergerak dibidang manufaktur pada
umumnya melakukan penggajian setiap minggu seperti pada usaha pembuatan
kecap, tahu, sale pisang, makanan ringan.
30
Keputusan untuk memberikan diskon penjualan sebanyak 12 responden
(36%) dilakukan secara spontan. Pada umumnya pemilik usaha akan memberikan
diskon kepada pelanggan ataupun kepada relasi. Keputusan memberikan diskon
bisa terjadi apabila adanya kesepakatan harga antara penjual dan pembeli apabila
pembeli menawar harga kepada penjual dan terjadi kesepakatan harga.
Keputusan menerima pesanan yaitu sebanyak 7 responden (21%).
Keputusan tersebut biasa dilakukan pada usaha jasa seperti catering, rias,
persewaaan sound system. Dalam memutuskan menerima pesanan pemilik hanya
mengunakan informasi ingatan dan untuk memastikannya mereka melihat pada
buku pesanan.
Keputusan membeli persediaan secara tunai atau kredit dilakukan oleh 7
responden (21%). Keputusan membeli persediaan secara tunai maupun kredit
dilakukan secara spontan dengan melihat kas ditangan. Pembelian secara tunai
dilakukan apabila kas ditangan mencukupi, jika tidak mencukupi untuk pembelian
tunai maka pembelian akan dilakukan secara kredit. Usaha yang bergerak di
bidang dagang pada umumnya melakukan pembelian secara kredit dengan jatuh
tempo satu bulan. Keputusan untuk membeli bahan baku dilakukan pada usaha
yang bergerak di bidang manufaktur dimana pembelian bahan baku pada
umumnya dilakukan secara tunai.
Keputusan untuk menentukan berapa jumlah tenaga kerja yang akan
digunakan dalam usaha yaitu sebanyak 5 responden (15%), keputusan tersebut
dilakukan secara terencana, dan pada umumnya dilakukan pada usaha yang
bergerak dibidang jasa diantaranya usaha catering, rias, persewaan sound system.
Usaha catering, rias banyak menggunakan tenaga kerja lepas dalam usahanya.
31
Usaha catering dalam menentukan berapa jumlah tenaga kerja yang akan
digunakan berdasarkan besar kecilnya cara atau banyak sedikitnya tamu yang
diundang dalam sebuah acara. Begitu juga pada usaha jasa rias, semakin banyak
jumlah orang yang akan dirias maka akan membutuhkan lebih banyak tenaga
kerja.
Memutuskan membeli pada pemasok yang mana juga dilakukan oleh 5
responden (15%), keputusan tersebut dilakukan secara terencana. Pemilik ataupun
pengelola akan memutuskan membeli pada pemasok yang menawarkan harga
lebih murah dibandingkan dengan yang lain.
Keputusan untuk menetapkan harga dilakukan oleh 3 (27%) responden, hal
ini terjadi pada usaha yang bergerak di bidang jasa yaitu catering dan jasa rias
dimana harga ditentukan berdasarkan keinginan dari pelanggan. Keputusan
penetapan harga tersebut dilakukan berdasarkan permintaan pelanggan dengan
memperhitungkan biaya – biaya yang akan dikeluarkan (lihat tabel 18).
Tabel 18
Keputusan Bisnis Yang Sering Dilakukan UKM
No Keputusan Bisnis Yang Sering Dilakukan UKM Jumlah %
1 Membeli Persediaan/ Bahan Baku 27 82%
2 Menggaji Pegawai 15 45%
3 Memberi Diskon Penjualan 12 36%
4 Produksi 11 33%
5 Membeli Persediaan secara tunai/ kredit 7 21%
6 Mempekerjakan Tenaga Kerja 5 15%
7 Memutuskan Membeli pada pemasok yang mana 5 15%
8 Membeli tunai/ kredit 4 36%
9 Menentukan Harga 3 9%
Sumber : Data Primer
Dalam tabel 19 menjelaskan pengambilan keputusan bisnis yang sering
dilakukan pada UKM berdasarkan jenis usahanya. Pada usaha jasa keputusan
32
bisnis yang sering dilakukan adalah keputusan menerima pesanan (64%), membeli
persediaan/ bahan baku (64%), mempekerjakan tenaga kerja (45%). Pada usaha
dagang keputusan yang sering dilakukan yaitu membeli persediaan/ bahan baku
(100%), keputusan memberikan diskon (73%), dan keputusan membeli pada
pemasok yang mana (45%). Pada usaha yang bergerak di bidang manufaktur
keputusan bisnis yang sering dilakukan adalah membeli persediaan/ Bahan baku
(100%), keputusan melakukan produksi (100%), dan keputusan menggaji pegawai
(100%).
Tabel 19 Keputusan Bisnis Yang Sering Dilakukan UKM Berdasarkan Jenis Usaha
No Keputusan Bisnis Yang Sering
Dilakukan UKM
Jenis Usaha
Jasa Dagang Manufaktur
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1
Membeli persediaan/ Bahan
baku 7 64% 11 100% 11 100%
2 Produksi 0 0% 0 0% 11 100%
3 Menggaji pegawai 2 18% 2 18% 11 100%
4 Memberikan diskon 4 36% 8 73% 0 0%
5 Menerima pesanan 7 64% 0 0% 0 0%
6 Mempekerjakan tenaga kerja 5 45% 0 0% 0 0%
7
Memutuskan membeli pada
pemasok yang mana 0 0% 5 45% 0 0%
8 Membeli tunai/ kredit 0 0% 4 36% 0 0%
9 Menentukan harga 3 27% 0 0% 0 0%
Sumber : Data Primer
Terdapat tiga tipe keputusan bisnis menurut Jogiyanto (2005) yaitu
keputusan bisnis terstruktur, semi terstruktur dan tidak terstruktur. Dalam tabel 20
dijelaskan bahwa keputusan bisnis terstruktur meliputi keputusan membeli
persediaan/ bahan baku, produksi, menggaji pegawai, memberikian diskon
penjualan, menerima pesanan. Keputusan bisnis dari kegiatan tersebut dikatakan
sebagai keputusan terstruktur diakarenakan sifatnya berulang – ulang dan rutin
dilakukan. Keputusan bisnis semi terstruktur meliputi keputusan memutuskan
33
membeli pada pemasok yang mana dan membeli tunai atau kredit, karena
sebagian sifatnya rutin dan berulang dan sebagian sifatnya tidak selalu terjadi.
Untuk keputusan tidak terstruktur meliputi keputusan memberikan diskon dan
mempekerjakan tenaga kerja. Keputusan bisnis tersebut dikatakan keputusan tidak
terstruktur karena tidak terjadi berulang – ulang dan tidak selalu terjadi.
Tabel 20
Keputusan Bisnis
Keputusan Bisnis Keterangan Keputusan Bisnis yang
sering Dilakukan UKM
Terstruktur Keputusan yang sifatnya berulang-
ulang dan rutin terjadi, dan dapt
dipahami sehingga dapat
didelegasikan pada pegawai.
Membeli
(persediaan/bahan baku
Produksi
Menerima pesanan
Menentukan harga
Semi Terstruktur keputusan yang sebagian terstruktur,
sebagian berulang-ulang dan rutin
dan sebagian tidak terstruktur.
Promosi
Target pemasaran
Memberikan diskon
Tidak Terstruktur keputusan yang tidak terjadi
berulang-ulang dan tidak selaulu
terjadi.
Menambah investasi
Ekspansi (buka cabang)
Sumber : Data Primer
Dalam tabel 21 menjelaskan tentang keputusan bisnis dan informasi yang
digunakan perusahaan pada umumnya dan pada UKM . Terdapat beberapa
perbedaan dalam menggunakan informasi untuk pengambilan keputusan bisnis
antara perusahaan pada umumnya dan UKM.
Tabel 21
Keputusan Bisnis dan Informasi yang Digunakan UKM
Kegiatan Bisnis Kebutuhan Informasi
Keputusan Bisnis
UKM
Kebutuhan
Informasi
UKM
Perolehan modal
Berapa banyak?
Investasi atau pinjam?
Jika pinjam, ketentuan
terbaik?
Proyeksi arus kas
Pro-forma laporan
keuangan
Jadwal amortisasi
utang
Perolehan modal
Kapan harus
menambah
pendanaan dan
berapa besarnya
(Modal sendiri/
pinjaman bank/
lembaga
keuangan).
Catatan kas
Laporan kas
Perkiraan modal
yang dibutuhkan
34
Perolehan gedung dan
peralatan
Ukuran gedung ?
Jumlah peralatan?
Sewa atau bel?
Lokasi?
Bagaimana depresiasinya
Kebutuhan kapasitas
Harga
Studi pasar
Tabel pajak dan
peraturan
Perolehan gedung
dan peralatan
Beli kios/ toko
Sewa kios/ toko
Beli peralatan
Pemilihan lokasi
untuk toko
Kas ditangan
Mengontrak dan melatih
pegawai
Persyaratan pengamanan?
Bagaimana menilai
integritas dan kompetensi
pelamar?
Bagaimana melatih?
Pelamar Deskripsi
kerja
Pengalaman kerja dan
keahlian
Mempekerjakan
tenaga kerja
Kebutuhan tenaga
kerja
Perkiraan jumlah
tenaga kerja yang
dimiliki
Perolehan persediaan
Bagaimana cara
membawanya?
Berapa banyak yang perlu
dibeli?
Penjual (vendor) yang
mana?
Bagaimana mengelola
persediaan (penyimpanan,
kontrol dan lain-lain)?
Analisis pasar
Laporan status
persediaan
Kinerja dan ketentuan
pembayaran vendor
Persediaan
Membeli
(persediaan, bahan
baku)
Membeli secara
tunai/ kredit
Buku pesanan
Catatan persediaa
Cek fisik
persediaan
Kas yang tersedia,
Uang di bank
Kegiatan periklanan dan
pemasaran
Media yang mana/
Isi?
Analisis biaya
Jangkauan pasar
Kegiatan periklanan
Media iklan yang
digunakan
Perhitungan Biaya
iklan
Perkiraan media
yang digunakan
Penjualan barang
Penaikan (mark up)
persentase?
Penawaran kredit in
house?
Kartu kredit apa yang
diterima?
Pro-forma laporan
keuangan
Biaya kartu kredit
Status kredit pelanggan
Penjualan barang
Memberikan
diskon
Dasar perkiraan
penjualan
Pengumpulan
pembayaran dari
pelanggan
Jika menawarkan kredit,
bagaimana ketentuannya?
Bagaimana mengurus
penerimaan uang tunai?
Status akun pelanggan
Laporan jatuh tempo
piutang
Piutang
Kapan piutang
akan diterima
Catatan piutang
Buku pesanan
Kwitansi
35
Pembayaran gaji pegawai
Jumlah gaji?
Pemotongan dan iuran
(withholdings)?
Proses pembayaran in-
house atau menggunakan
jasa luar?
Penjualan (untuk
komisi)
Jam kerja (untuk
pegawai yang di bayar
per jam)
Formulir pajak (Form
W4)
Biaya jasa pembayaran
eksternal
Pembayaran gaji
karyawa
Kapan harus
membayar gaji
karyawan dan
berapa besarnya?
Perhitungan bonus/
lembur
Presensi karyawan
Ingatan gaji dan
bonus yang akan
diberikan
Pembayaran pajak
Persyaratan pajak atas gaji
Persyaratan pajak
penjualan
Peraturan pemerintah
Total pengeluaran
untuk gaji
Total penjualan
Pembayaran pajak
Kapan harus
membayar pajak
dan berapa
besarnya
Catatan Pendapatan
Perkiraan
pendapatan
Pembayaran penjual
Bayar ke siapa?
Kapan membayar
Berapa banyak yang
dibayar?
Faktur dari penjual
(vendor)
Utang usaha
Hutang
Kapan hutang
harus dibayar,
berapa besarnya
dan kepada siapa
Faktur dari penjual
Nota
Kartu hutang
Ingatan hutang yang
dimiliki dan pada
siapa
Sumber : Data Primer
Penggunaan Informasi Akuntansi Untuk Penilaian Kinerja UKM
Informasi yang digunakan oleh 8 responden untuk mengetahui kemampuan
membayar hutang jangka pendek dengan menggunakan catatan penjualan yaitu 6
responden (75%) , 2 responden (25%) menggunakan dasar ingatan mengenai
penjualan yang terjadi. Hutang jangka pendek yang dimaksud di sini adalah
hutang kepada pemasok. Jatuh tempo pelunasan hutang pada pemasok rata – rata
adalah satu bulan. Jika pengelola dapat melunasi hutang kepada pemasok
sebelum/ sampai jatuh tempo maka kinerja usaha baik.
Responden yang mempunyai hutang di Bank sebayak 14 responden. Semua
responden yang berhutang mengatakan bahwa hutang bermanfaat bagi usahanya
karena hutang digunakan untuk kegiatan operasional usaha diantaranya untuk
menambah jumlah persediaan, membeli mesin untuk produksi. Kemampuan
36
membayar hutang jangka panjang dilihat dari pendapatan yang diperoleh yaitu
sebanyak 10 responden (70%) dengan periode pengembalian hutang antara 2 – 3
tahun. Kinerja usaha dapat dikatakan baik apabila bisa memenuhi kewajiban
jangka panjangnya.
Pembelian persediaan sebagian besar dilakukan setiap saat, apabila
persediaan mulai menipis atau habis maka akan dilakukan pembelian persediaan,
18 responden (72%) menggunakan informasi tidak tertulis yaitu cek persediaan
fisik yang ada dan 7 responden (28%) menggunakan informasi tertulis berupa
catatan persediaan. Hanya 3 responden yang membeli persediaan setiap minggu.
Kinerja usaha dikatakan baik apabila seringnya melakukan pembelian persediaan.
Dalam tabel 22 dapat disimpulkan bahwa semakin bermacam – macam jenis
persediaan maka pengelola cenderung tidak memiliki catatan persediaan,
dikarenakan keterbatasan kemampuan untuk menghitung, mengelompokkan serta
mencatat persediaan yang dimiliki. Namun pengelola UKM mempunyai antisipasi
untuk menghindari persediaan terhindar dari pencurian yaitu dengan pengawasan
secara langsung oleh pemillik karena pemilik juga berada ditempat usaha dan ada
juga pemilik yang melengkapi gudang penyimpanan persediaan dengan CCTV.
Jika jenis persediaan hanya beberapa macam maka pengelola usaha akan
membuat catatan persediaan, dikarenakan kemudahan dalam mencatatnya.
Tabel 22
Jenis Persediaan Dengan Catatan Yang Dimiliki
Jenis Persediaan
Mempunyai Tidak mempunyai
Catatan Jumlah
Responden Catatan
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
< 50 1 13% 7 87% 8 100%
> 50 5 71% 2 29% 7 100%
Sumber : Data Primer
37
Usaha yang menerima pembelian secara kredit menetapkan periodisasi
penagihan piutang sebagian besar dilakukan setiap minggu. Dengan alasan supaya
kas yang diterima dari piutang dapat segera digunakan untuk kegiatan operasional
usaha. Untuk mengetahui periodisasi penagihan piutang 8 responden (72%)
menggunakan informasi tertulis berupa catatan piutang dan 3 responden (28%)
informasi tidak tertulis berupa ingatan piutang yang dimiliki.
Rata-rata tingkat balik modal usaha antara 2 – 7 tahun. Semakin cepat
periodisasi balik modal maka dapat dikatakan kinerja usah baik, sebaliknya jika
periodisasi balik modal semakin lama maka dapat dikatakan usaha tidak
berkembang dengan cepat. Cepat maupun lambatnya periodisasi balik modal juga
tergantung pada besar kecilnya modal yang digunakan dalam usaha. Usaha yang
bergerak dibidang manufaktur seperti produksi sale pisang, makanan ringan
periodisasi balik modal sangat cepat yaitu setelah produksi terjual maka modal
langsung dapat kembali, dikarenakan tingkat keuntungannya hampir 50%.
Rata-rata omzet dari UKM berkisar antara Rp. 25.000.000,00 – Rp.
200.000.000,00 sebanyak 23 responden (69%) dengan menggunakan informasi
catatan pendapatan dan penjualan dan informasi tidak tertulis berupa perkiraan
omzet yaitu . Informasi untuk mengetahui peningkatan omzet yaitu sebanyak 23
responden (69%) menggunakan catatan penjualan dan pendapatan.
Informasi untuk mengukur laba rugi dilihat dari kas masuk dan kas keluar
yaitu sebanyak 20 responden (60%), sedangkan untuk mengetahui peningkatan
laba juga melihat dari informasi catatan kas masuk dan keluar, dan menggunakan
informasi tidak tertulis berupa perkiraan laba/ rugi yaitu 13 (40%) responden
(dilihat pada tabel 23).
38
Tabel 23
Penilaian Kinerja
NO Penilaian Kinerja Informasi Tertulis Informasi Tidak tertulis
Jumlah
Responden
Ket Jumlah % Ket jumlah % jumlah %
1
Kemampuan
membayar hutang
jangka pendek
Catatan
penjualan 6* 75%
Ingatan
penjualan yang
terjadi 2 25% 8 100%
2
Pembelian
persediaan
Catatan
persediaan 7** 28%
Cek persediaan
fisik 18 72% 25 100%
3
Periodisasi
penagihan Piutang
Catatan
piutang 8*** 72%
Ingatan putang
yang dimiliki 3 28% 11 100%
5 Omzet
Penjualan
dan
pendapatan 23 69% Perkiraan omzet 10 31% 33 100%
6 Laba rugi
Kas masuk
dan kas
keluar 20 60%
Perkiraan
laba/rugi 13 40% 33 100%
Ket (*)= 6 dari 8 total responden
(**)= 7 dari 25 total responden
(***)= 8 dari 11 total responden
Sumber : Data Primer
Dalam tabel 24 menjelaskan penilaian kinerja pada UKM. Perusahaan pada
umumnya menggunakan rasio keuangan untuk penilaian kinerja, sedangkan pada
UKM pengelola memiliki tolak ukur tersendiri untuk menilai kinerja usaha.
Tabel 24
Penilaian Kinerja pada UKM
Rasio Keuangan Penjelasan Penilaian Kinerja pada
UKM
Informasi yang
digunakan UKM
Rasio Likuiditas
Rasio ini mengukur
kemampuan perusahaan
untuk memenuhi
kewajiban finansial
jangka pendek. Rasio ini
dihitung berdasarkan
data dari laporan neraca.
Pada UKM
tidak
menggunakan
rasio likuiditas
melainkan
menggunakan
informasi lain
Kemapuan membayar
hutang jangka pendek
Periodisasi
pembayaran hutang
jangka pendek
Catatan
Penjualan
Ingatan
penjualan yang
terjadi
Rasio Leverage
Rasio ini mengukur
seberapa efektif
perusahaan dibelanjai
dengan hutang. Rasio ini
dihitung berdasarkan
data dari laporan neraca.
Pada UKM
tidak
menggunakan
rasio leverage
melainkan
menggunakan
informasi lain
Hutang jangka panjang
bermanfaat/ tidak bagi
usaha
Hutang jangka panjang
dapat digunakan
dengan baik/ tidak
Kemampuan
membayar hutang
Catatan
penjualan
Catatan
persediaan
Catatan
pendapatan
39
jangka panjang
Periode pengembalian
hutang
Rasio Aktivitas Rasio ini mengukur
seberapa efektif
perusahaan
menggunakan sumber
dananya. Rasio ini
dihitung berdasarkan
data dari laporan laba
rugi.
Pada UKM
tidak
menggunakan
rasio aktivitas
melainkan
menggunakan
informasi lain
Periode pembelian
persediaan
Periodisasi penagihan
piutang (cepat/ lambat)
Tingkat balik modal
(cepat/ lambat)
Catatan
persediaan
Cek persediaan
fisik
Catatan piutang
Rasio Profitabilitas
Rasio ini mengukur
efektifitas manajemen
secara keseluruhan
sebagaimana
ditunjukkan dari
keuntungan yang
diperoleh dari penjualan
dan investasi. Rasio ini
dihitung berdasarkan
data dari laporan neraca
dan laporan laba rugi.
Pada UKM
tidak
menggunakan
rasio
profitabilitas
melainkan
menggunakan
informasi lain
Omzet/ jumlah
penjualan (naik/ turun)
Peningktan omzet
(naik/ turun)
Pengukuran laba
Peningkatan laba
(naik/ turun)
Usaha beroperasi
hemat/ boros
Catatan
penjualan
Catatan
pendapatan
Perkiraan omzet
Catatan kas
masuk dan keluar
Perkiraan
laba/rugi
Sumber : Data Primer
Tabel 25 menjelaskan dasar pengukuran kinerja yang sering digunakan oleh
pengelola UKM dalam menilai perkembangan usahanya. Laba sering digunakan
oleh pengelola UKM untuk menilai kinerja yaitu sebanyak 18 responden (55%).
Jika laba meningkat diasumsikan bahwa kinerja usaha bagus atau meningkat
dibandingkan sebelumnya. Apabila laba menurun menandakan bahwa kinerja
usaha menurun dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Bertambahnya jumlah pesanan juga menjadi dasar penilain kinerja usaha
yaitu sebanyak 9 respoden (27%), jika pesanan semakin bertambah maka kinerja
usaha semakin bagus atau meningkat. Penilaian kinerja berdasarkan jumlah
pesanan pada umumnya dilakukan pada usaha jasa dan manufaktur.
40
Perputaran persediaan juga sering digunakan pada usaha dagang dalam
mengukur kinerja yaitu sebanyak 5 responden (15%). Jika persediaan lebih cepat
terjual maka kinerja usaha dikatakan baik, sebaliknya apabila persedian lama
terjual maka kinerja usaha dikatakan menurun dibandingkan periode sebelumnya.
Pengelola UKM pada umumnya menilai kinerja usahanya baik atau menurun
yaitu dengan menggunakan beberapa informasi.
Tabel 25
Penilaian Kinerja Yang Sering Digunakan Pada UKM
No Penilaian Kinerja Responden
Jumlah %
1 Laba rugi (pendapatan, biaya) 18 55%
2 Bertambahnya jumlah pesanan 9 27%
3 Perputaran Persediaan 5 15%
4 Bertambahnya peralatan 1 3%
Jumlah Responden 33 100%
Sumber : Data Primer
Tabel 26 menjelaskan bahwa kinerja usaha dapat diukur dengan
peningkatan kegiatan usaha yaitu sebanyak 25 responden (76%), peningkatan
kegiatan usaha dapat dilihat dari laba maupun pendapatan, jumlah pesanan dan
perputaran persediaan, kewajiban membayar hutang, jumlah pelanggan, jumlah
produksi, jumlah tenaga kerja, jumlah perlengkapan, pemebelian bahan baku,
pembelian persediaan.
Kinerja usaha juga dapat diukur dengan tingkat kesejahteraan pemilik yaitu
sebanyak 6 responden (18%), kesejahteraan pemilik disini adalah biasa
membiayai kebutuhan hidup dan membiayai anak menempuh pendidikan
perguruan tinggi, penambahan investasi.
41
Kesejahteraan karyawan juga dapat digunakan sebagai dasar pengukuran
kinerja yaitu sebanyak 2 responden (6%). Kesejahteraan yang dimaksud adalah
pengadaan piknik bagi karyawan.
Tabel 26 Penilaian Kinerja Yang Sering Digunakan Pengelola UKM
No Penilain kinerja yang sering digunakan
Responden
Jumlah %
1 Peningkatan Kegiatan Usaha 25 76%
2 Kesejahteraan Pemilik 6 18%
3 Kesejahteraan Karyawan 2 6%
Jumlah Responden 33 100%
Sumber : Data Primer
Tabel 27 menjelaskan bahwa pada usaha jasa sebagian besar responden
yaitu 64% menggunakan peningkatan kegiatan usaha untuk menilai kinerja baik
atau tidak. Pada usaha di bidang dagang menggunakan peningkatan kegiatan
usaha dan kesejahteraan pemilik yaitu masing – masing 64% dan 36% untuk
menilai kinerja usaha. Usaha pada bidang manufaktur menggunakan peningkatan
kegiatan usaha yaitu 55% dan kesejahteraan pemilik yaitu 45% untuk penilaian
kinerja.
Tabel 27
Penilaian Kinerja Yang Sering Digunakan Pengelola UKM Berdasarkan Jenis
Usaha
No Penilaian Kinerja
Jenis Usaha Total
Jasa Dagang Manufaktur
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1 Peningkatan
Kegiatan Usaha 7 64% 7 64% 6 55% 20 61%
2
Kesejahteraan
Pemilik 2 18% 4 36% 5 45% 11 33%
3
Kesejahteraan
Karyawan 2 18% 0 0% 0 0% 2 6%
Jumlah Responden 11 100% 11 100% 11 100% 33 100%
Sumber : Data Primer
42
Tabel 28 menjelaskan bahwa usaha yang bergerak di bidang jasa dalam
mengukur kinerja sering menggunakan pendapatan yang diperoleh dan jumlah
pesanan. Jika pendapatan dan jumlah pesanan meningkat dibandingkan periode
sebelumnya, maka kinerja usaha dikatakan meningkat. Hanya 1 (9%) responden
saja yaitu pada usaha catering yang mengatakan bahwa kinerja usahanya
meningkat jika adanya penambahan peralatan. Pada usaha yang bergerak di
bidang dagang dalam penilaian persediaan menggunakan pendapatan dan
perputaran persediaan. Jika pendapatan meningkat dibandingkan periode
sebelumnya maka kinerja usaha dapat dikatakan baik dan apabila semakin cepat
perputaran persediaan maka kinerja juga dikatakan baik. Usaha di bidang
manufaktur dalam penilaian kinerja menggunakan pendapatan dan juga pesanan.
Semakin tinggi jumlah pendapatan dan juga jumlah pesanan dibandingkan dengan
periode sebelumnya maka kinerja dapat dikatakan baik atau meningkat.
Tabel 28
Penilaian Kinerja Yang Digunakan UKM Berdasarkan Jenis Usaha
No Penilaian Kinerja
Jenis Usaha Total
Jasa Dagang Manufaktur
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1 Pendapatan 6 55% 6 55% 6 55% 18 55%
2 Pesanan 4 45% 0 0% 5 45% 9 27%
3
Perputaran
Persediaan 0 0% 5 45% 0 0% 5 15%
4 Tambah peralatan 1 9% 0 0% 0 0% 1 3%
Jumlah Responden 11 100% 11 100% 11 100% 33 100%
Sumber : Data Primer
Kendala Penggunaan Informasi Akuntansi pada UKM
Dalam tabel 29 menjelaskan bahwa sebagian besar pengelola UKM yaitu
sebanyak 20 responden (61%) tidak mempunyai kendala dalam pembuatan
catatan maupun pembukuan dikarenakan pencatatan maupun pembukuan yang
43
mereka buat masih sederhana. Responden yang mengalami kendala dalam
pencatatan maupun pembukuan yaitu sebanyak 13 responden (39%), kendala yang
dihadapi pengelola UKM diantaranya kendala tidak ada waktu untuk membuat
cacatan atau pembukuan karena kesibukan dalam pekerjaan. Pengelola juga
merasa tidak membutuhkan pencatatan atau pembukuan dikarenakan pemilik
mengelola sendiri usahanya jadi tahu perkembangan dari usahanya.
Pelaporan akuntansi sangat sedikit dilakukan oleh pengelola UKM. Adapun
kendala yang dialami pengelola UKM dalam pembuatan laporan akuntansi adalah
terbatasnya kemampuan yang dimiliki oleh pengelola UKM, mereka mengangap
bahwa laporan akuntansi itu sangat rumit dan sulit untuk dibuat.
Tabel 29
Kendala Yang Dihadapi Pengelola UKM
Kendala Yang Dihadapi Jawaban Responden Total
Ya % Tidak % Jumlah %
Kendala pencatatan/ pembukuan 13 39% 20 61% 33 100%
Kedala Pelaporan Akuntansi 28 85% 5 15% 33 100%
Sumber : Data Primer
Sebagian besar UKM dikelola oleh pemilik sendiri, sehingga pemilik sudah
mengetahui perkembangan usahanya secara langsung. Dari adanya pengalaman
yang sudah didapat pemilik selama mengelola usahanya menunjukkan
kesimpulan bahwa tanpa menggunakan akuntansi usahanya dapat tetap berjalan,
sebanyak 31 responden (93%) yang mengatakan demikian. Pengelola UKM yang
mengatakan bahwa bisnis bisa berjalan tanpa akuntansi yaitu 93%. Hanya 7%
responden yang mengatakan bahwa bisnis tidak dapat berjalan tanpa akuntansi
karena usaha dikelola oleh karyawan.
44
Rancangan Pencatatan untuk UKM
Berdasarkan hasil penelitian, setiap UKM menggunakan informasi yang
berbeda-beda sesuai karakteristik usahanya. Untuk menyediakan informasi
akuntansi tersebut, UKM membutuhkan dokumen pendukung. Berdasarkan
analisis yang telah dilakukan, penulis menyarankan beberapa dokumen yang harus
dimiliki oleh UKM. Dokumen yang perlu dimiliki untuk usaha jasa, dagang dan
manufaktur adalah nota penjualan, dimana nota tersebut dapat digunakan untuk
pencatatan penjualan (lihat gambar 1).
Gambar 1
Nota
Nota
Toko Radio Sukses
No : 01
Tanggal : 1 April 2013
Nama : Budi
Keterangan Jumlah Barang Satuan Harga Jumlah
Kabel AZ 2 Rp.3.500 Rp.7.000
Lampu 201 3 Rp.15.000 Rp.45.000
Saklar 5 Rp.6.000 Rp.30.000
Kipas Angin XY 2 Rp.250.000 Rp.500.000
Rol Kabel 4 Rp.20.000 Rp.80.000
Total Rp.662.000
Kwitansi merupakan tanda bukti pembayaran sejumlah uang secara tunai,
sedangkan nota merupakan bukti atas pembelian sejumlah barang secara tunai.
Pada usaha jasa seperti rias, catering, perlu memiliki kwitansi dan bukti pesanan
pelanggan, lihat gambar 2 dan 3.
45
Gambar 2
Kwitansi
Kwitansi
No: 01 No: 01
Telah diteriam dari Telah diteriama dari : Susi Susanti
Susi Susanti Uang Sebanyak : Satu juta rupiah
Uang Sebanyak Guna membayar : uang muka pesanan snack 500 dus
Rp.1.000.000
Guna membayar
uang muka pesanan Purwodadi, 1 April 2013
snack 500 dus Terbilang Rp.1.000.000
Gambar 3
Bukti Pesan
Bukti Pesan
Pravita Catering
Nama :
Alamat :
No.Telp :
Keterangan Jumlah Pesanan Harga Jumlah
Pastel 500 Rp.1000 Rp.500.000
Bulo Mandarin 500 Rp.2000 Rp.1.000.000
Lemper 500 Rp.1500 Rp.750.000
Total Rp.1.350.000
Bayar Rp.500.000
Sisa Rp.850.000
Penulis juga mencoba merancangkan desain sederhana pencatatan bagi
UKM, desain tersebut diantaranya catatan kas , catatan hutang, catatan piutang,
persediaan barang, catatan penjualan, dan catatan pembelian. Catatan kas perlu
dibuat oleh usaha yang bergerak di bidang jasa, dagang, maupun manufaktur,
karena dari catatan kas masuk dan keluar maka dapat diketahui dengan jelas
46
berapa kas yang masuk dan keluar dari kegiatan usaha. Pada usaha yang
melakukan transaksi secara kredit perlu membuat catan hutang dan piutang. Dari
catatan hutang maka akan memudahkan pengelola dalam melihat berapa besar
hutang yang dimiliki dan untuk memperkirakan kemampuan dalam melunasi
hutang. Sedangkan catatan piutang dapat digunakan pengelola untuk mengetahui
kapan piutang akan diterima dan untuk mengetahui kemampuan pembeli dalam
membayar piutang. Usaha yang bergerak di bidang dagang perlu membuat catatan
persediaan jika memiliki persediaan dengan jumlah yang besar dan jenisnya
bermacam – macam, misalnya jika memiliki lebih dari 50 macam jenis
persediaan. Untuk usaha manufaktur yang melakukan produksi sesuai dengan
pesanan perlu memiliki catatan pesanan apabila menerima pesanan lebih dari 10
pelanggan.
Catatan kas digunakan untuk mencatat berapa kas yang masuk dan berapa
kas yang keluar serta keterangan yang menjelaskan kas yang masuk dan kas
keluar. Catatan kas dibuat setiap hari untuk mengetahui saldo kas yang dimiliki
per harinya. Dengan catatan kas pengelola usaha dapat melihat jumlah kas yang
dimiliki secara cepat dari kolom saldo, selain itu juga dapat digunakan untuk
mengawasi pemakian kas agar dapat digunakan secara efektif dengan melihat
selisih kas masuk dan kas keluar. Dalam catatan kas mencatat diantaranya
penjualan dan pembelian yang terjadi dari catatan penjualan dan catatan
pembelian, lihat gambar 4 .
47
Gambar 4
Catatan Kas
Catatan Kas
Tanggal Keterangan Masuk Keluar Saldo
02-Apr-13 Penjualan Rp.662.000 Rp.662.000
02-Apr-13 Pembelian Rp.400.000 Rp.262.000
Catatan hutang dibuat setiap adanya transaksi hutang. Pencatatannya dibuat
per pemasok. Setiap terjadinya pembelian secara kredit maka akan muncul hutang
di kolom kredit dan dikolom saldo. Sedangkan pada saat pembayaran yang
mengakibatkan piutang berkurang maka akan muncul nominal besarnya hutang
pada kolom debit, lihat gambar 5.
Gambar 5
Catatan Hutang
Catatan Hutang
Nama : Toni
Telp : 081xxx
Tanggal Keterangan Hutang Pelunasan Saldo
02-Apr-13 Pembelian Lampu Rp.2.000.000 Rp.2.000.000
10-Apr-13 Pembayaran Rp.1.000.000 Rp.1.000.000
20-Apr-13 Pelunasan Rp.1.000.001 0
Catatan piutang dibuat per pelanggan. Dalam catatan piutang terdapat
identitas pelanggan atau pembeli. Setiap adanya transaksi piutang maka akan
48
muncul dalam kolom debit beserta dengan keterangan dan saldo piutang. Pada
saat terjadinya pembayaran maka akan muncul pada kolom kredit, lihat gambar 6.
Gambar 6
Catatan Piutang
Catatan Piutang
Nama : Budi
Alamat : Jalan Soponyono No.3
Telp : 081222xxx
Tanggal Keterangan Piutang Pelunasan Saldo
02-Apr-13
Snack 200 dus (@
Rp.7000) Rp.1.400.000 Rp.1.400.000
05-Apr-13 Pembayaran Rp.1.000.000 Rp.400.000
06-Apr-13 Pelunasan Rp.400.000 0
Dalam catatan persediaan didalamnya terdapat tanggal, keterangan, nama
barang, stock, stock masuk, harga beli, stock keluar, harga jual, dan sisa stock.
Catatan persediaan dibuat setiap hari untuk mengetahui berapa jumlah persediaan,
penjualan, dan pembelian pada hari tersebut. Pada saat terjadi pembelian maka
akan muncul dalam kolom stock masuk, kolom harga beli, dan kolom sisa stock.
Sedangkan saat terjadi penjualan maka akan muncul pada kolom stock keluar,
harga jual, dan sisa stock. Dalam catatan persediaan barang diantaranya mencatat
penjualan dan pembelian dari catatan penjualan dan pembelian, lihat gambar 7.
49
Gambar 7
Catatan Persediaan Barang
Yang dicatat dalam catatan penjualan adalah setiap terjadinya transaksi
penjualan. Setiap terjadinya penjualan maka dicatat dalam catatan penjualan
dengan mengisi tanggal terjadinya penjualan, nama barang, jumlah barang, harga,
dan jumlah. Dengan catatan penjualan maka dapat melihat penjualan produk yang
terjadi, lihat gambar 8.
Gambar 8
Catatan Penjualan
Catatan Penjualan
Tanggal : 2 April 2013
No.Nota Nama Barang Jumlah Barang Satuan Harga Jual Jumlah (Rp)
1 Kabel AZ 2 Rp.3.500 Rp.7.000
2 Lampu 201 3 Rp.15.000 Rp.45.000
3 Saklar 5 Rp.6.000 Rp.30.000
4 Kipas Angin XY 2 Rp.250.000 Rp.500.000
5 Rol Kabel 4 Rp.20.000 Rp.80.000
Rp.662.000
Catatan Persediaan Barang
Tanggal : 2 April 2013
No.Nota Keterangan
Nama
Barang Stock
Stock
Masuk Harga Beli
Stock
Keluar Harga Jual
Sisa
Stock
11 Persediaan Kabel AZ 15 Rp.100.000 15
01 Penjualan Kabel AZ Rp.100.000 3 Rp.110.000 12
12 Pembelian Kabel AZ 12 5 Rp.100.001 17
50
Catatan pembelian dibuat setiap terjadinya transaksi pembelian. Kegunaan
catatan pembelian untuk mengetahui pembelian yang dilakukan pada waktu
tertentu. Dari catatan pembelian kemudian akan dipindahkan dalam catatan
persediaan barang. Dalam catatan pembelian terdapat tanggal, nama barang yang
dibeli, jumlah barang, harga beli, dan jumlah, lihat gambar 9.
Gambar 9
Catatan Pembelian
Catatan Pembelian
Tanggal Nama Barang Jumlah Barang Satuan Harga Beli Jumlah (Rp)
01-Apr-13 Kabel AZ 10 Rp.100.000 Rp.1.000.000
05-Apr-13 Lampu 201 20 Rp.13.000 Rp.260.000
20-Apr-13 Saklar 003 50 Rp.5.000 Rp.250.000
Rp.1510.000
Usaha yang bergerak dibidang manufaktur perlu memiliki catatan pesanan
utuk mencatat pesanan pelanggan. Dalam catatan pesanan terdapat kolom tanggal
pesan, nama, keterangan dari produk yang dipesan, jumlah pesanan, harga,
jumlah, dan paraf , llihat gambar 10.
51
Catatan 10
Catatan Pesanan
Catatan Pesanan
Tirta Langga
Tanggal Nama Keterangan
Jumlah
Pesanan Harga Jumlah Paraf
01-Apr-13 Ani Tahu Putih 100 Rp.500 Rp.50.000 √
02-Apr-13 Budi Tahu Kuning 200 Rp.500 Rp.100.000 √
03-Apr-13 Susi Tahu besar 10 Rp.20.000 Rp.200.000 √
04-Apr-13 Dodi Tahu Putih 100 Rp.500 Rp.50.000 √
52
PENUTUP
Kesimpulan
Informasi akuntansi yang dimiliki UKM adalah berupa dokumen, catatan,
dan laporan. Dokumen yang yang banyak dimiliki responden adalah nota/faktur
pembelian yaitu 90%, dari nota/faktur penjualan dapat diketahui pembelian yang
dilakukan dan dapat juga diketahui pula hutang yang dimiliki apabila melakukan
pembelian secara kredit. Nota/ faktur penjualan dimiliki sebanyak 54% responden
dengan periodisasi pembuatan setiap terjadinya transaksi. Nota penjualan bagi
pengelola UKM dapat digunakan untuk mengecek kas masuk dari penjualan dan
mengecek persediaan. Kwitansi dimikiki oleh 8 responden (24%) dengan
periodisasi pembuatan setiap terjadinya transaksi. Bagi pengelola UKM kwitansi
digunakan untuk mengetahui berapa kas yang masuk dan berapa sisa piutang oleh
konsumen. Rekening yang dimiliki seperti rekening listrik, air digunakan untuk
mencatat biaya –biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan operasional usaha.
Catatan/Buku yang sering dibuat oleh responden adalah catatan piutang
(72%), dengan periodisasi pembuatan setiap terjadinya transaksi. Catatan/ buku
kas masuk dan keluar (60%) dengan periodisasi harian. Catatan/ buku biaya gaji
dan selain gaji (54%) dengan periodisasi setiap bulannya. Catatan/ buku
pendapatan dan pengeluaran (42%) dengan periodisasi harian.
Sedangkan laporan yang dibuat oleh sebagian besar pengelola usaha adalah
laporan laporan laba rugi (15%) dengan periodisasi pembuatan tiap bulan.
Laporan neraca (12%) dengan periodisasi pembuatan tiap tahun.Laporan kas 12%
dengan periodisasi pembuatan tiap bulan. Laporan persediaan 3% periodisasi
setiap tahun.
53
Informasi yang digunakan oleh pengelola UKM untuk pengambilan
keputusan bisnis berupa informasi tertulis dan tidak tertulis. Informasi tidak
tertulis yaitu informasi berdasarkan perkiraan (ingatan) jumlah persediaan yang
tersedia atau dengan melihat persediaan fisik digunakan oleh 79% responden.
Hanya 21% responden yang menggunakan informasi tertulis berdasarkan catatan
persediaan, buku pesanan. Informasi yang digunakan untuk mengetahui harga
pokok adalah nota atau nota pembelian yaitu 26 responden (79%). Informasi yang
digunakan dalam menentukan harga jual menggunakan informasi tidak tertulis
berdasarkan prosentase keuntungan yang diharapakan yaitu sebanyak 84%, hanya
16% responden menggunakan informasi tertulis yaitu harga pasar.
Informasi tertulis dan tidak tertulis juga digunakan dalam penilaian kinerja
usaha pada UKM. Dalam penilaian kinerja usaha, pengelola UKM menggunakan
informasi untuk mengetahui omzet dan juga peningkatan omzet yaitu dengan
informasi tertulis berupa catatan penjualan atau pendapatan digunakan oleh 69%
responden dalam menilai kinerja untuk mengetahui informasi mengenai omzet
dan juga peningkatan omzet. Informasi tertulis yaitu catatan/ buku kas masuk dan
kas keluar digunakan oleh 60% responden untuk mengukur laba rugi dan
peningkatan laba. Dari informasi tertulis mengenai laba maka pengelola usaha
dapat menilai kinerja usahanya meningkat, stabil, ataupun menurun.
Responden yang mengalami kendala dalam pencatatan maupun pembukuan
hanya sebanyak 39%, kendala yang dihadapi pengelola UKM diantaranya kendala
tidak ada waktu untuk membuat cacatan atau pembukuan karena kesibukan dalam
pekerjaan. Pengelola juga merasa tidak membutuhkan pencatatan atau pembukuan
dikarenakan pemilik mengelola sendiri usahanya jadi tahu perkembangan dari
54
usahanya. Kendala yang dialami pengelola UKM dalam pembuatan laporan
akuntansi adalah terbatasnya kemampuan yang dimiliki oleh pengelola UKM,
mereka mengangap bahwa laporan akuntansi itu sangat rumit dan sulit untuk
dibuat.
Saran
Pengelola UKM perlu membuat pencatatan yang sesuai dengan kebutuhan
dalam kegiatan usahanya. Catatan ini pada akhirnya akan memberikan informasi
akuntansi yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan bisnis dan
penilaian kinerja usaha. Penulis memberikan saran pada pengelola UKM untuk
memiliki beberapa dokumen dan catatan untuk mendukung kegiatan usahanya
(lihat tabel 30).
Tabel 30
Saran Dokumen, Catatan yang Harus Dimiliki UKM
No Dokumen,
Catatan
Jenis Usaha
Jasa Dagang Manufaktur
1 Nota √ √ √
2 Kwitansi √
3 Bukti Pesanan √ √
4 Catatan Kas √ √ √
5 Catatan Hutang √ √
5 Catatan Piutang √ √ √
6 Catatan Penjualan √
7 Catatan Pembelian √
8 Catatan Pesanan √ √
Sumber : Data Primer
Mengingat terbatasnya kemampuan pengelola UKM dalam melakukan
pencatatan dan pelaporan keuangan maka perlu peran Dinas Koperasi dan UMKM
dalam kegiatan pendampingan dan pelatihan akuntansi. Pelatihan yang
dibutuhkan pengelola UKM antara lain pelatihan pembuatan laporan keuangan,
55
pembukuan yang sederhana, pembukuan yang cocok untuk UKM dan pencatatan
serta pelaporan yang mudah diterapkan pada UKM.
Keterbatasana Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah mengenai keakuratan data.
Sebagian responden kurang terbuka untuk mengungkapkan secara pasti mengenai
omzet ,asset dan hutang yang mereka miliki. Selain itu keterbatasan penilitian
yang lain yaitu subyektivitas dalam menginterpretasikan jawaban responden.
56
DAFTAR PUSTAKA
Arifin , 2010, “Penerapan Akuntansi Pada Usaha Mikro Kecil Dan Menengah
(UMKM) studi kasus di usaha pertokoan di jalan Jenderal Sudirman
Salatiga”. Skripsi Program S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas
Kristen Satya Wacana.
Fahmi, Irham. 2010. Manajemen Kunerja Teori dan Aplikasi. Alfabeta, Bandung.
Handayani, 2011. “Faktor yang mempengaruhi Penggunaan Informasi Akuntansi
Usaha Kecil Menengah”. Akuntabilitas Vol 11 No 1.
Helfert, 1997, Teknik Analisis Keuangan Petunjuk Praktis untuk Mengelola dan
Mengukur Kinerja Perusahaan, Jakarta : Erlangga.
Irawan, 2007, Kewirausahaan UKM Pemikiran dan Pengalaman, Yogyakarta :
Graha Ilmu
Iswari, D A A Ratih, 2011, Penilaian Kinerja Aspek Finansial dan Non Finansial
Perusahaan Daerah Pasar Kota Denpasar. Tesis Program Magister Program
Studi Ilmu Ekonomi Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar.
Jogiyanto, 2005, Sistem Teknologi Informasi, Yogyakarta : Andi
Karyawati, Golrida, 2008, Akuntansi Usaha Kecil untuk Berkembang, Jakarta.
Kristina, Linda, 2009, “Akuntansi Usaha Kecil Menengah Studi Kasus di Kec.
Sidorejo kota Salatiga”. Skripsi Program S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana.
Pinasti, M. 2007. “Pengaruh Penyelenggaraan Dan Penggunaan Informasi
Akuntansi Terhadap Persepsi Pengusaha Kecil Atas Informasi Akuntansi :
Suatu Riset Eksperimen”. Simponsium Nasional Akuntansi X.
Hermawan, Findi Esa Putri Putri, 2010, “Penerapan Akuntansi Pada Usaha Kecil
Studi Kasus Pada Perusahaan Kecil di Magelang”. Skripsi Program S1
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.
Radford, K, J. 1984, Analisis Keputusan Manajemen, Jakarta : Erlangga
57
Romney, Marshall B., Paul John Steinbart, 2005, Sistem Informasi Akuntansi,
Jakarta : Salemba Empat.
Romney, Marshall B., Paul John Steinbart, 2006, Sistem Informasi Akuntansi,
Jakarta : Salemba Empat.
Soemarso, S.R., 1992, Akuntansi Suatu Pengantar, Jakarta : Rineka Cipta
Supramono, Intiyas Utami, 2003, Desain Proposal Penelitian, Salatiga : FE
UKSW
Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Pendidikan, ALFABETA, Bandung.
Tunggal, Amin Widjaja, 1997, Akuntansi Untuk Perusahaan Kecil dan Menengah,
Jakarta : PT Rineka Cipta
Undang-undang No 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah.
Pdf.http://www.smecda.com diakses pada tanggal 5 Februari 20011, pukul
09:00 WIB
Warren, Carl S., James M., Reeve and Philip E., Fess, 2005, Pengantar Akuntansi,
Jakarta : Salemba Empat.
Widayanti, Rita, dkk. 2009, Manajemen Keuangan, Salatiga : Fakultas Ekonomi
Universitas Kristen Satya Wacana
58
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Mira Kristiani
Tempat/ Tgl lahir : Purwodadi/ 8 Februari 1989
Alamat Asal : Jalan Banyuono 1 No.39B
Nama Orang Tua : Slamet Widodo (Ayah)
Hartini (Ibu)
Judul Skripsi : Penggunaa Informasi Akuntansi Untuk Pengambilan
Keputusan Bisnis Dan Penilaian Kinerja Pada Usaha Kecil
Menengah (Studi Kasus Usaha Kecil Menengah Di
Purwodadi)
Riwayat Pendidikan : TK Trisula I Prurwodadi Lulus Tahun 1995
SD Negeri 2 Purwodadi Lulus Tahun 2002
SMP Negeri 3 Purwodadi Lulus Tahun 2005
SMA Kristen Purwodadi Lulus Tahun 2008
Fakultas Ekonomika dan Bisnis UKSW Salatiga 2009 –
sekarang
Pengalaman Organisasi
- Panitia seminar Committee The 1st International Student Conference On
Climate Change 2011
59
Pengalaman Seminar
- Seminar Enterpreneurship 2009
- Seminar International Conference SME s Empowerment : Rhetoric And
Reality 2009
- Seminar Nasional On Accounting “Peran Akuntansi Dalam
Pemberantasan Korupsi” 2010
- Seminar Kerohanian Kampus “Free Sex, Is It Tru Love?” 2011
- Seminar How To Build Our Barganing Power On International Joint
Venture Context 2011
- Seminar Peran Perbankan Dan Sektor Bisnis Dalam Era Masyarakat
Ekonomi Asean 2013
- Semianar Kontrak Derivatif Komoditi Dan Peluang Bisnis Perdagangan
Berjangka 2013