PENGEMBANGAN AGROWISATA BUDIDAYA PERIKANAN...
Transcript of PENGEMBANGAN AGROWISATA BUDIDAYA PERIKANAN...
Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
911 Unmas
Denpasar
PENGEMBANGAN AGROWISATA BUDIDAYA PERIKANAN LAUT
BERBASIS MASYARAKAT PESISIR DI KECAMATAN GEROKGAK
Cening Kardi dan I Wayan Wiasta
PS Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Mahasaraswati Denpasar
ABSTRAK
Agrowisata budidaya perikanan laut sebaiknya dikembangkan untuk memperbaiki
pendapatan masyarakat pesisir.Tujuan penelitian ini adalahmengetahui potensi agrowisata
budidaya perikanan laut di wilayah pesisir Kecamatan Gerokgak.Mengetahui kesehatan
lingkungan perairan untuk perikanan budidaya serta upaya pengelolaannya.Merumuskan
upaya pengembangan agrowisata budidaya perikanan laut. Penelitian dilaksanakan dengan
cara survei pengukuran parameter di lapang dan survei data sekunder pada instansi terkait.
Gambaran dukungan masyarakat pesisir terhadap upaya-upaya pengembangan agrowisata
diperoleh melalui Focus Group Discussion (FGD). Hasil penelitian adalah sebagai berikut.
Kegiatan budidaya hatchery dan KJA ikan kerapu serta keindahan lanskap panorama alam
sekitarnya memiliki daya tarik atau sisi penawaran yang baik untuk agrowisata budidaya
perikanan laut pesisir Kecamatan Gerokgak. Fenomena masalah degradasi kualitas
lingkungan lahan budidaya perikanan di Kecamatan Gerokgak belum terjadi, akan tetapi
upaya control dan antisipasi secara terintegrasi perlu terus dilakukan agar tercapai integrated
mariculture, yang mendukung sustainable agrotourism.Penataan dan pembangunan perlu
dilakukan untuk mewujudkan obyek sentra akses budidaya KJA di Pantai Bangsal, serta
obyek sentra akses hatchery ikan laut di Pantai Batu Agung.Setingan pengelolaan agrowisata
sebaiknya mengikuti tipe open/spontaneous dengan maksud: menumbuhkan daerah yang
mengacu pada struktur kehidupan, ruang dan polanya selaras dengan tradisi-keyakinan-
aspirasi-budaya masyarakat local (community based tourism). Dampak negatipnya secara
ketat melibatkan desa adatdan banjar adat di kecamatan Gerokgak.
Kata kunci: agrowisata, budidaya perikanan laut, ikan kerapu, hatchery, keramba, destinasi.
ABSTRACT
Agrotourism of mariculture should be introduced to improve income for coastal
communities. Research objective was to assess the potency, supports and measures for
achieving marketable and sustainable agrotourism of mariculture in Gerokgak district.To
review the fitness of marine environments for mariculture and their management efforts. To
formulate efforts to develop mariculture agrotourism. To determinethe specific center
destinations along with their descriptions for community-based agrotourism. The research
was conducted by means of survey to assess parameters in the field and survey to secondary
data in the relating agencies. The overview of coastal communities whether to support
agrotourism development was obtained through Focus Group Discussion (FGD). The results
of the study were as follows. The grouper mariculture activities of hatcheries and sea cages
farm as well as theiremerged-natural surrounding landscape could be good supplyand relied
upon to develope mariculture agrotourism. The phenomenon of degradation of mariculture
landsalong coastal area of Gerokgak district not happened yet, but efforts to continued
Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
912 Unmas
Denpasar
control and anticipate it incorporatelly should be done to achieve integrated mariculture,
that supports sustainable agrotourism. Arrangement and development should be done to
realize the object for center access to sea cages farm (KJA) in Pantai Bangsal, and object for
center access to grouper hatcheries in Pantai Batu Agung. The setting up for
agrotourismmanagementshouldfollow spontaneoustype with intent: growing area refers to
the structure of life, space and pattern in harmony with the traditions-religion-aspiration-
culture of the local community (community based tourism).Thenegativeimpactswhich possibly
triggered of it, should betightlycontrolledthrough theinvolvement of customary institutions
inGerokgak district.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bali, sebagai salah satu pulau kecil yang subur, yang memiliki keindahan alam dan
keunikan Tradition-Religion-Aspiration-Culture masyarakatnya, seringkali harus dihadapkan
pada pilihan yang menyulitkan, yaitu mengembangkan pariwisata dengan mengorbankan
pertanian dan lingkungan, ataukah mempertahankan pertanian dan lingkungan dengan
membatasi perkembangan pariwisata. Pilihan yang bijaksana tentunya adalah
mengembangkan pariwisata dengan tanpa mengorbankan sektor lainnya. Salah satu alternatif
yang berada pada kombinasi tersebut adalah agrowisata atau agrotourism yang berarti
berwisata ke daerah pertanian baik di darat, di pesisir maupun di laut.
Pemanfaatan aktivitas pertanian yang mengandalkan lahan perairan pantai dan
laut atau budidaya laut (mariculture) yang dijadikan destinasi agrowisata di Bali sangat
jarang dilakukan. Salah satu sentra budidaya laut yang dimaksud adalah pengembangan
perikanan budidaya berbagai jenis ikan karang dengan komoditas unggulan, yaitu ikan kerapu
(grouper) yang telah dilakukan secara massal di pesisir Kecamatan Gerokgak, yakni usaha
pembenihan/hatcherydi sepanjang daratan tepi pantai dan kegiatan pembesaran ikan dalam
keramba jaring apung/KJA yang menggunakan perairan Teluk Sumberkima. Budidaya ikan
kerapu patut dikembangkan karena beberapa keunggulan ekonomisnya, selain ditengarai
dapat mengurangi kerusakan ekosistem terumbu karang. Usaha ini semakin berkembang
karena dalam proses produksinya lebih banyak memanfaatkan sumber daya laut yang ada,
dan menggunakan komponen lokal cukup besar, sementara produknya sangat berpotensi
ekspor(Hanafi et al., 2005).
Hasil penelitian Hibah Bersaing (Kardi et al.,2013) menjelaskan bahwa pengembangan
budidaya ikan kerapu di perairan pantai dan laut di wilayah pesisir Kecamatan Gerokgak
sejauh ini telah memberikan kontribusi berupa pendapatan asli daerah (PAD), kesempatan
kerja dan peningkatan pendapatan bagi para pembudidaya dan buruh kerja, serta dampak
ganda bagi rantai-rantai usaha yang terkait.Oleh karenanya, pengembangan destinasi
agrowisata dari aktivitas dan lanskap budidaya ikan laut ini diyakini dapat membangun suatu
sistem kegiatan terpadu dan terkoordinasi untuk mengembangkan sektor pariwisata sekaligus
dengan sektor perikanan budidaya dengan tetap memelihara kelestarian lingkunganserta
meningkatkan lebih luas dampak positif sosial dan nilai bagi masyarakat pesisir di wilayah
Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
913 Unmas
Denpasar
Kecamatan Gerokgak. Penelitian dan perencanaan untuk mewujudkan keyakinan akan
bangunan agrowisata budidaya perikanan ini sangat dibutuhkan.
Penetapan pesisir dari Desa Gerokgak sampai denganDesa Sumberkima di Kecamatan
Gerokgak oleh Pemkab Buleleng sebagai kawasan budidaya laut serta merupakan bagian dari
wilayah pengembangan Kawasan Wisata Batu Ampar di Buleleng Barat juga memberikan
peluang yang sangat strategis bagi pengembangan agrowisata budidaya perikanan di wilayah
pesisir Kecamatan Gerokgak. Akan tetapi pemanfaatan yang kurang terkendali dan kurang
arif wilayah pesisir ini untuk berbagai sector budidaya antara lain hatchery ikan laut, tambak
udang, budidaya KJA ikan laut, budidaya kerang mutiara, rumput laut, perikanan tangkap dan
permukiman/akomodasi pariwisata ditengarai memberikan tekanan ekologis akibat
penurunan kesehatan lingkungan perairannya. Bila fenomena ini semakin serius pada
gilirannya dapat mengancam keberlanjutan usaha budidaya perikanan laut di wilayah pesisir
Kecamatan Gerokgak.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1) Mengetahui potensi agrowisata budidaya perikanan laut di wilayah pesisir Kecamatan
Gerokgak.
2) Mengetahui kesehatan lingkungan perairan untuk perikanan budidaya serta upaya
pengelolaannya.
3) Merumuskan upaya pengembangan agrowisata budidaya perikanan laut di wilayah pesisir
Kecamatan Gerokgak
4) Penentuan destinasi spesifik lokasi beserta deskripsinya untuk agrowisata budidaya
perikanan berbasis masyarakat.
Manfaat Penelitian
Manfaat bila seluruh rangkaian kegiatan penelitian pengembangan agrowisata budidaya
perikanan laut ini dapat dilaksanakan secara optimal, adalah sebagai berikut.
1) Untuk ilmu pengetahuan akan memperkaya kasanah ilmu Manajemen Sumberdaya
Pesisir dan Manajemen Agrowisata melalui hampiran eco-agro-tourism (untuk
memberikan nilai tambah, dan sekaligus konservasi dalam bidang agribisnis budidaya
perikanan yang mengandalkan lahan pesisir dan laut).
2) Can economic growth in tourism reduce poverty of coastal communities in Bali?
Penelitian ini diharapkan dapat mengisi jawaban positif terhadap fenomena tersebut.
Output penelitian diharapkan dapat menjadi suatu model percontohan dalam
pengembangan berbagai aspek fisik, biofisik, sosial dan ekonomi budidaya perikanan
pesisir di Bali yang terintegrasi dengan tujuan pariwisata untuk daerah-daerah potensial
lainnya.
3) Kebutuhan akan pariwisata Bali yang berdaya saing tinggi serta berkelanjutan
(sustainable tourism) sangat mendesak. Oleh karenanya alternatif terbaik yang harus
diterobos dan diwujudkan adalah dengan lebih banyak mengembangkan agrowisata unik
Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
914 Unmas
Denpasar
dan menarik yang memanfaatkan aktivitas dan lanskap budidaya pertanian di lahan
daratan maupun pesisir dan laut.
4) Khusus untuk pengembangan budidaya perikanan laut di wilayah pesisir Kecamatan
Gerokgak tidak bisa terhindarkan tekanan manusia yang tinggi terhadap lingkungan
pesisir akibat anggapan bahwa sumberdaya pesisir merupakan open access property
resources dengan peluang yang tinggi menimbulkan the tragedy of commons.
Pengelolaan fenomena ini yang kurang jelas, tegas dan bijaksana akan menghambat
Model Bisnis budidaya laut yang Berbasis Blue Economy, yakni menerapkan prinsip zero
waste atau tanpa limbah, social inclusiveness atau peningkatan nilai tambah produk dan
peningkatan lapangan kerja, multi product yaitu menghasilkan beberapa jenis produk dan
menciptakan inovasi serta mampu beradaptasi di segala usaha.Pengembangan sektor
tersier dari budidaya perikanan laut di wilayah pesisir Kecamatan Gerokgak
berupa pengembangan agrowisata diharapkan akan dapat memberikan insentif
yang mendorong terwujudnya budidaya laut yang Berbasis Blue Economy.
5) Dipandang dari sudut pembangunan wilayah, pengembangan agrowisata budidaya
perikanan pesisir akan mendorong tumbuhnya kutub kutub pertumbuhan baru sehingga
terjadi pemerataan pembangunan. Kutub pertumbuhan baru tersebut diharapkan dapat
memberikan dampak tetesan ke bawah (trickle down effect) yang bermanfaat bagi
pemerataan lapangan pekerjaan yang bermuara pada pemerataan pendapatan rumah
tangga masyarakat pedesaan/pesisir (community-based tourism).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan sebagai penelitian survei dan non eksperimen. Pemetaan
potensi agrowisata budidaya perikanan laut dilakukan melalui survei di wilayah pesisir
Kecamatan Gerokgak beserta survei data sekunder instansi terkait. Pengukuran parameter
kesehatan lingkungan perairan untuk perikanan budidaya serta upaya pengelolaannya
dilakukan pada beberapa stasiun pengamatan di pesisir Kecamatan Gerokgak, serta survei
data sekunder instansi terkait. Parameter kesehatan lingkungan perairan untuk perikanan
budidaya (fisik, kimia dan biologis) serta alat yang digunakan untuk mengukur mengacu pada
APHA (1992), seperti pada Tabel 1.Dukungan social ekonomi masyarakat serta Penentuan
destinasi spesifik lokasi beserta deskripsinya untuk agrowisata berbasis masyarakat dilakukan
melalui Focus Group Discussion (FGD) dengan masyarakat pesisir Desa Gerokgak dan
Sumberkima.Data dianalisis secara deskriptif dengan mengkaji ukuran pemusatan dan
penyebaran data, serta dalam bentuk uraian untuk data yang bersifat kualitatif.
Tabel 1. Parameter kesehatan lingkungan perairan untuk perikananbudidaya
serta Alat ukurnya (APHA, 1992)
Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
915 Unmas
Denpasar
HASIL DAN PEMBAHASAN
Potensi Agrowisata Budidaya Perikanan LautDi Kecamatan Gerokgak
Usaha budidaya pembenihan atau hatcheryikan kerapu
Usaha hatchery perikanan pantai dapat diklasifikasikan menjadi dua, yakni hatchery
lengkap (HL), dan backyardhatchery(BH). Hatchery lengkap disamping memiliki skala
usaha yang lebih besar dari pada backyardhatchery juga melakukan manajemen induk
kerapu, sehingga telur ikan kerapu dapat dihasilkan sendiri. Sementara backyardhatchery
mengandalkan telur ikan kerapu dari pembelian di luar. Kerjasama distribusi telur, input
pakan, teknologi budidaya dan pemasaran benih ikan kerapu baik antar
backyardhatcherymaupun antar backyardhatchery dengan Balai Besar Riset Perikanan
Budidaya Laut (BBRPBL) Gondol dan HL sangat mendukung keberlanjutan usaha hatchery
ikan kerapu.
Beberapa jenis benih ikan kerapu yang telah berhasil dan biasa diproduksi oleh
masyarakat di pesisir pantai Kecamatan Gerokgak, yaitu: benih kerapu Macan (Ephinepelus
fuscoguttatus), kerapu Tikus (Cromileptes altivelis), kerapu Sunu (Plectropomus leopardus),
kerapu hibrida Cantang (persilangan antara jantan kerapu Naga/Ephinepelus lanceolatus
dengan betina kerapu Macan) dan kerapu hibrida Cantik (persilangan antara jantan kerapu
Macan dengan betina kerapu Batik).Jumlah induk ikan kerapu dari berbagai spesies ini
(broodstocks) yang dimiliki oleh hatchery swasta dan pemerintah di Kecamatan Gerokgak
sekitar 300 ekor yang mampu mensuplai kebutuhan telur selesuruh usaha hatchery.
Gambar 1. Beberapa foto produk dan instalasi hatchery ikan kerapu
Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
916 Unmas
Denpasar
Produk benih ikan kerapu di Kecamatan Gerokgak sebagian diekspor ke beberapa negara
Malaysia, Vietnam, Pilipina, Taiwan, Thailand dan Singapura; serta sebagian lagi dikirim ke
pengusaha-pengusaha KJA di Sumatra, Sulawesi dan Nusa Tenggara. Total benih ikan
kerapu yang dihasilkan pada tahun 2015 mencapai 44.10 juta ekor dengan nilai jual 88.20
miliar rupiah. Harga benih berukuran 3 cm adalah: Kerapu Macan Rp 1500/ekor; Kerapu
Tikus Rp 4000/ekor; Hibrida Cantang Rp 2000/ekor; dan Hibrida Cantik Rp 1800/ekor.Pada
kapasitas produksi menggunakan lima buah bak larva (padat penebaran telur 200 ribu butir),
rata-rata usaha hatchery Ikan Kerapu dapat menghasilkan profit sebesar 20-26 juta rupiah per
siklus produksi (±3 bulan).
Luas potensial kawasan pesisir di Kecamatan Gerokgak untuk usaha budidaya hatchery
ikan laut adalah 200 hektar, namun yang telah termanfaatkan baru mencapai sekitar 60
hektar. Daerah kawasan hatchery ini memiliki ketinggian 0-10 m dpl, perairan pantainya
tidak berlumpur, dengan salinitas air laut 32-34 ppt. Seluruh lokasi usaha hatchery memiliki
aksesibilitas yang mudah, serta terjangkau dengan mobil. Karakteristik ini sangat ideal untuk
pengembangan usaha budidaya hatchery ikan laut. Data distribusi usaha hatchery Ikan
Kerapu per desa diKecamatan Gerokgak terlihat pada Tabel 2. Terdapat sebanyak 72 usaha
Hatchery Ikan Kerapu di sepanjang pantai Kecamatan Gerokgak dengan total luas usaha
1180 lubang/bak larva. Selain bak larva juga diperlukan bak plankton dan bak rotifer sebagai
tempat produksi pakan alami larva ikan kerapu. Keseluruhan usaha Hatcheryikan kerapu
menyerap tenaga kerja sekitar 500 orang tenaga tetap dan 700 orang tenaga musiman.
Akan tetapi pada waktu-waktu tertentu (terutama pada kemarau panjang) dapat terjadi
penurunan kualitas air laut di daerah sekitar inlet dan outlet hatchery yang mengakibatkan
kematian baik pakan alami (plankton, rotifer) larva maupun ikan secara massal. Oleh
karenanya sangat bagus bila dilakukan pengecekan kualitas fisik, kimia dan biologis air laut
sekitar inlet dan outlet hatchery terutama pada saat cuaca dan iklim local dalam keadaan
ekstrim buruk. Di samping itu control terhadap terhadap pemberian pakan buatan yang
berlebihan, serta pengendalian limbah-limbah usaha budidaya laut lainnya di perairan
Kecamatan Gerokgakseperti tambak udang, dan pembenihan mutiara sangat membantu
survival rate dari usaha hatchery Ikan Kerapu.
Kegiatan hatchery Ikan Kerapu yang merupakan aplikasi biologi rantai makanan dalam
pembesaran larva (lihat Gambar 2)sangat menarik menjadi obyek agrowisata pendidikan.
Hasil FGD yang dihadiri 40 petani broodstock/hatchery sangat mendukung rencana program
agrowisata dan mereka bersedia mendisain aktivitas budidaya beserta lanskap backyard
hatcherynya menjadi destinasi agrowisata budidaya laut.
Jenis pakan Hari (D)
2 5 10 20 30 40 50
Naupli copepod
Chlorella sp
Rotifer (5-30 ind./ml)
Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
917 Unmas
Denpasar
Pakan buatan/pelet
Naupli Artemia
Jembret/Udang rebon
Gambar 2. Jenis pakan dan periode waktu pemberiannya dalam hatchery ikan kerapu
Keterangan
Larva pertama kali diberikan pakan 58 jam setelah telur menetas atau umur 2 hari (D2) diberi
pakan Naupli copepod sampai denga larva berumur 10 hari. Chlorela diberikan saat larva
berumur 10 - 40 hari. Rotifer (5-30 ind./ml) diberikan saat larva berumur 5 – 30 hari. Pakan
buatan/pelet diberikan saat larva berumur 10 – 50 hari. Naupli Artemia diberikan saat larva
berumur 15 –50 hari
Tabel 2. Distribusi usaha hatchery ikan kerapu per desa diKecamatan Gerokgak
Desa Jumlah Usaha Luas usaha (jumlah
bak larva)
Skala Usaha
Pejarakan 1 6 Backyardhatchery
Banyu Poh 8 146 Backyardhatchery
Musi 8 106 Backyardhatchery
Sanggalangit 4 80 Backyardhatchery
2 64 Hatcherylengkap
Penyabangan 16 112 Backyardhatchery
2 88 Hatcherylengkap
Gerokgak 29 486 Backyardhatchery
2 92 Hatcherylengkap
Celukanbawang 1 10 Backyardhatchery
Total 72 1180
Usaha Budidaya PembesaranIkan dalam Keramba Jaring Apung (KJA) di Laut
Jenis ikan yang dibudidayakan dalam KJA, yaitu Ikan Kerapu, Bandeng dan Kakap.
Sebagian besar (90%) ikan yang dibudidayakanadalah Ikan Kerapu dan terletak di Teluk
Sumberkima.Saat air laut surut maka Teluk Sumberkima nampak menjadi dua teluk, yakni
Teluk Pegametan dan Teluk Kaping.Teluk Sumberkima merupakan lokasi ideal untuk
dijadikan model pengembangan budidaya laut yang berwawasan lingkungan dan
berkelanjutan di Bali (Hanafi, et al., 2008). Hal ini didukung oleh potensi sumberdaya laut
yang cukup tinggi, dan orientasi pasar ekspor produk ikan kerapu segar hidup dengan harga
Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
918 Unmas
Denpasar
tergolong tinggi (US $ 10-35 per kg). Daya dukung lahan Teluk Pegametan dan Kaping 320
ton ikan. Sand dune terdapat pada bagian luar teluk dan sebagian dalam teluk yang
merupakan pelindung sebagian areal teluk dari gelombang besar. Dengan adanya sand dune
ini yang telah ditumbuhi beberapa pohon bakau menyebabkan terdapatnya areal teluk yang
relatif terlindung dari ombak. Pelebaran sand dune terdapat areal yang sangat dangkal pada
saat surut terendah, tetapi masih tergenang. Sebagian besar dasar perairan memiliki subtrak
pasir atau berpasir (lihat Gambar 3). Potensi detail usaha budidaya ikan kerapu dalam
kerambajaring apung di Desa Sumberkima dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 2. Distribusi usaha KJA ikan kerapu per desa diKecamatan Gerokgak Tahun 2015
Desa Jumlah
Usaha
Luas usaha
(jumlah lubang
kolam)
Komoditas
Sumberkima 17 1956 1816 lubang Ikan Kerapu dan 140
lubang Ikan Bandeng
Pemuteran 2 580 500 lubang Ikan Kerapu dan 80 lubang
Ikan Kakap
Pejarakan 1 80 Ikan Kerapu
Patas 1 64 Ikan Kakap
Total 21 2680
Tabel 3. Karakteristik Usaha Budidaya KJA Ikan Kerapu di Teluk Sumberkima Tahun 2015
No Karakteristik Keragaan
1 Jarak Lokasi keramba ke
pantai
1 – 3 km (Jumlah kapal motor yang dioperasikan 25
unit)
2 Luas lahan Pengembangan
KJA
750 ha
3 Jumlah Pembudidaya 21 unit usaha Pembudidaya KJA
4 Jumlah lubang/Kolam
keramba yang telah tergarap
2680 lubang (3x3 m) = 60 ha = 8% dari potensi total
lahan pengembangan
5 Rata-rata investasi per unit
keramba (100 lubang (3x3
m))
1) Modal Investasi: Rp 8.000.000,-/lubang
2) Modal Kerja: Rp 6.000.000,-/lubang
3) Total modal: Rp 14.000.000,- x 100 = Rp
1.400.000.000,- (1.4 miliar rupiah)
6 Rata-rata jumlah tenaga kerja 30 orang per 100 lubang kolam. Jadi total
penyerapan tenaga kerja Usaha Budidaya Ikan
Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
919 Unmas
Denpasar
yang terlibat. Kerapu dalam (KJA) adalah 810 orang
7 Produksi per musim 125 kg/lubang = 125 x 2.700 = 337.500 kg (produksi
maksimum seluruh keramba)
8 Harga produksi per kg Kerapu Macan Rp 140.000,- Kerapu Tikus Rp
380.000,- Kerapu Cantang Rp 120.000,- Kerapu
Cantik Rp 150.000,- Kerapu Gotik Rp 130.000,-
9 Pemasaran produksi Ekspor: Hongkong, China, Taiwan, Jepang, Korea
Lokal: Denpasar, Jakarta, Surabaya
10 Deskripsi teknik budidaya Bersifat organic (non chemical input)
11 Kebersihan perairan masih baik karena pencemaran dari darat disangga oleh hutan
bakau (mangrove). Perlu adanya kearifan dalam menjalankan aktivitas budidaya KJA
dengan membuang limbah dengan baik dan menadirkan penggunaan zak kimia
sintetis. Penggunaan pakan yang tidak berlebihan untuk mencegah tingginya kadar
NO3 dan PO4.
Gambar 3. Foto-foto lokasi, subtrat dasar, dan layout usaha KJA Teluk Sumberkima
Kesehatan Lingkungan Perairan Laut untuk Perikanan Budidaya
dan Upaya Pengelolaannya
Sentra utama Agrowisata Budidaya Perikanan Laut Kecamatan Gerokgak direncanakan
berada di kawasan Teluk Sumberkima, Desa Sumberkima. Saat air laut surut maka teluk
Sumberkima akan nampak terdiri dari dua teluk, yang disebut Teluk Kaping dan Teluk
Pegametan (lihat Gambar 3). Teluk Sumberkima memiliki pasang surut Air laut tipe
campuran dan cenderung ke harian tunggal, dengan kisaran maksimumpasang surut mencapai
2 meter. Teluk Kaping mempunyai kedalaman perairan berkisar antara 5-25 m, sedangkan
Teluk Pegametan memilki kedalaman perairan berkisar antara 15-30 m. Mutu perairan laut
untuk kegiatan perikanan budidaya sangat dipengaruhi oleh pasang surut karena massa air
Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
920 Unmas
Denpasar
laut dalam jumlah sangat besar akan masuk (pada saat pasang) atau keluar (pada saat surut)
ke perairan. Fluktuasi pasang surut air laut di Teluk Sumberkima dinilai cukup baik untuk
kegiatan budidaya, baik untuk budidaya air laut (KJA ikan Kerapu) maupun budidaya air
payau atau tambak.
Parameter kualitas air laut, yaitu nitrat (NO3) dan posfat (PO4) dalam air laut sebesar
0.261-0.599 ppm dan 0.055-0.094 ppm, meski belum menimbulkan permasalahan dalam
kegiatan budidaya perikanan namun telah berada dalam kategori melebihi standar baku mutu
air laut untuk kehidupan biota laut (< 0.008 ppm dan < 0.015 ppm) menurut Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004. Hal ini disebabkan oleh produksi limbah
domestik dari kegiatan budidaya perikanan di perairan laut cukup tinggi. Sementara untuk
parameter kimia lainnya: pH, DO, BOD, nitrit dan amonia masih dalam kategori aman dan
sehat bagi kehidupan biota laut. Kualitas fisik air laut: suhu, TSS, salinitas dan tekstur
subtrat dasar berada dalam kisaran normal untuk biota laut.
Indeks keragaman makrozoobenthos dan plankton (2.18 dan 2.38) masih melebihi 2.00
menandakan perairan laut tidak tercemar sehingga sehat untuk kegiatan budidaya perikanan
laut. Indeks dominansi makrozoobenthos dan plankton (0.21 dan 0.15) yang kurang dari
0.40 mengindikasikan dominansi parsial makrozoobenthos dan plankton yang rendah serta
menandakan perairan laut sehat untuk kegiatan budidaya perikanan laut. Limbah budidaya
laut insitu yang berlebihan akan meningkatkan kandungan ammonia, nitrit, nitrat dan posfat
dalam air, sehingga dapat menurunkan komposisi spesies dan produktivitas fitoplankton dan
zooplankton dan terjadi dominansi spesies tertentu yang tidak diharapkan dalam kegiatan
budidaya perikanan laut.
Tabel 4. Parameter kesehatan lingkungan perairan untuk perikananbudidaya
di Kecamatan Gerokgak
No Parameter Hasil pengamatan Standar baku mutu untuk biota
(budidaya) laut
Fisik
1 Suhu 28.2-30.0 oC 28.0-32.0 oC
2
3
Kecerahan
Padatan tersuspensi
(TSS)
4.8-9.5 m
0.007-0.015 ppm
> 3 m
<80.00 ppm
3 Tekstur subtrat
dasar (Kandungan
pasir sedimen
perairan)
85.2-95.6 % -
Kimia
1 pH 8.14-8.36 7.00-8.50
2 Salinitas 33.3-34.8 ppt 33-35 ppt
3 Oksigen terlarut
(DO)
6.50-8.11 ppm > 5 ppm
5 NO3 0.261-0.599 ppm < 0.008 ppm
6 NO2 0.031-0.059 ppm -
Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
921 Unmas
Denpasar
7 NH3 0.010-0.039 ppm < 0.300 ppm
8 PO4 0.055-0.094 ppm < 0.015 ppm
9 BOD5 2.10-8.74 ppm < 20 ppm
10 TOM 1.160-2.095 ppm -
11 Logam berat Cd 1.36-5.08 ppm; Cu 3.04-42.66 ppm; Pb 1.97-23.67 ppm;
Mn 12.01-72.74 ppm; Zn 3.4-44.25 ppm; Ni 2.11-37.66; Hg
tidak terdeteksi
Biologi Indeks
Keanekaragaman
Indeks
Keseragaman
Indeks Dominansi
1 Makrozoobenthos 2.18 0.59 0.21
2 Plankton 2.38 0.68 0.15
Dampak terhadap lingkungan perairan laut yang bisa terjadi akibat budidaya massal ikan
laut baik hatchery maupun KJA adalah: a) limbah sisa pakan pellet dan bahan kimia obat
dari bak, tambak atau KJA; dan b) polusi genetis, serta transfer penyakit dan parasit ikan.
Derajat dampak ini sangat bergantung pada kapasitas budidaya, spesies ikan yang
dibudidayakan, kerapatan stok, tipe pakan buatan, hidrografi dari lokasi budidaya dan metode
pemeliharaan(Jennings et al., 2001).Budidaya kerapu di Kecamatan Gerokgak sebagian besar
(85%) mengandalkan pakan alami (ikan rucah, plankton, rotifer, copepod, udang rebon dan
artemia).Mereka tidak membutuhkan pakan pellet atau pakan protein buatan lainnya dalam
jumlah besar. Oleh karenanya Dampak pencemaran terhadap lingkungan perairan laut sangat
rendah.
Menurut Azwar et al. (2000), degradasi lingkungan lahan budidaya perikanan akibat
tingginya cemaran, ditunjukkan adanya bau lumpur, dan kematian ikan akibat penyakit.
Kurang efisiennya bahan baku atau input produksi seperti konversi pakan tinggi, laju
produksi yang kian menurun adalah sebagai faktor yang merupakan indikator lingkungan
yang terdegradasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fenomena masalah degradasi
lingkungan lahan budidaya perikanan di Kecamatan Gerokgak belum terjadi, akan tetapi
upaya control dan antisipasi yang terintegrasi perlu terus dilakukan agar tercapai integrated
mariculture (a mitigation approach against the excess nutrients/organic matter generated by
intensive mariculture activities particularly in marine waters (Soto, 2009)). Upayacontrol dan
antisipasi tersebut dapat berupa sebagai berikut.
1) Agar segera dilakukan penataan tata letak dan sistem pengolahan limbah terhadap
keinginan tambak, budidaya rumput laut, kerang mutiara dan budidaya ikan di keramba
jaring tancap dan apung, sehingga aktifitas budidaya perairan yang dilakukan di kawasan
ini tidak menimbulkan penurunan kualitas lingkungannya.
2) Bagi dinas instansi terkait bersama perangkat desa untuk lebih intensif dalam melakukan
penerbitan perijinan usaha budidaya perikanan dan pembatasan apabila sudah melampaui
daya dukung lahan serta pembinaan akan pentingnya lingkungan hidup antara lain dengan
membuat suatu peraturan desa (awig-awigdesa pesisir) dan memberikan sanksi yang tegas
terhadap yang melanggarnya.
3) Dalam pelaksaan budidaya perikanan di tambak agar melakukan efisiensi dalam
pemberian pakan dan pemupukan, pembatasan padat tebar sesuai daya dukung lahan,
Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
922 Unmas
Denpasar
penataan saluran pembuangan dan bila terjadi wabah penyakit dilakukan sterilisasi dan
netralisasi airnya sebelum dibuang ke perairan.
4) Untuk budidaya perikanan di perairan (keramba jaring apung, mutiara, rumput laut) agar
melakukan pembatasan kepadatan penebaran agar tidak melebihi daya dukung lahan,
efesiensi pemberian pakan, penataan tata letak sesuai arus, tidak membersihkan jaring
keramba atau fasilitas lain di tengah laut yang dapat mencemari perairan, monitoring dan
pengendalian penyakit secara rutin dan ramah lingkungan, penanggulangan secara
serentak bila timbul wabah penyakit untuk pemutusan siklus penyakit.
5) Untuk menghindari pemupukan ganda sedimen organik di bawah keramba jaring apung
dan budidaya kerang mutiara, agar diperhatikan jarak aman penempatan antar unit
keramba dan dilakukan rotasi penempatan lokasi keramba pada periode waktu tertentu
untuk memberikan kesempatan penguraian limbah organik keramba secara alami.
6) Perlu penataan yang serius terhadap pelabuhan kayu dan kapal nelayan, serta pembatasan
bangunan sempadan pantai, penataan kebersihan dan sanitasi di kawasa pelabuhan dan
perkampungan penduduk untuk mencegah dampak negative terhadap lingkungannya.
7) Perlu dilakukan peningkatan dan pelestarian hutan bakau yang saat ini sudah mulai
terlihat adanya kerusakan karena penebangan liar, pembukaan lahan tambak serta
gempuran ombak, dengan melakukan penanaman kembali pada area yang rusak dengan
melibatkan masyarakat, serta sosialisasi penyadaran masyarakat akan pentingnya hutan
bakau sebagai sumber daya penyangga mencapai perikanan budidaya yang sehat dan
berkelanjutan.
Upaya Pengembangan Obyek Agrowisata Budidaya Laut Gerokgak
Kegiatan budidaya hatchery dan KJA ikan kerapu serta keindahan lanskap panorama
alam sekitarnya memiliki daya tarik wisata yang tinggi. Hal ini menurut (Gunn, 2002) dapat
merupakan sisi penawaran yang baik untuk agrowisata budidaya perikanan laut pesisir
Kecamatan Gerokgak. These potential destinations can be developed for establishing a pack
of education, food and recreation agrotourism.Melalui FGD yang dihadiri 55 orang
masyarakat pesisir dari berbagai lapisan di Kecamatan Gerokgak, disepakati bahwa
masyarakat sangat setuju dan mendukung pengembangan agrowisata budidaya laut
terintegrasi di Kecamatan Gerokgak. Masyarakat berharap manfaat pengembangan
agrowisata ini sebesar-besarnya bermuara pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan
para nelayan pesisir (small fishing groups). Visi mereka dalam pengembangan agrowisata
budidaya laut terintegrasi ini adalah seperti berikut.
“We would like to provide a sustainable future for the people in coastal communities in Gerokgak
district, instead of leaving to travel to the cities for employment, they will have a beneficial future
here. Finally, the safeguarding to mariculture is of paramount importance to us…sustainable
integrated mariculture and dealing out it to tourism sector must be the coastal community means.
By returning to prudent tradition-religion-aspiration-culture values and practices in economic
marine activities we will restore the earth to a point before damages & disarray threaten our
coastal existence.
Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
923 Unmas
Denpasar
Visi pengembangan agrowisata budidaya laut terintegrasi tersebut akan dicapai melalui
upaya-upaya sebagai berikut.
1) Pembuatan website “integrated grouper mariculture arranged with community economic
development through agrotourism”, beserta Pengembangan sistem koneksitas Agrowisata
budidaya perikanan lautdengan wisata lainnya;
2) Membangun obyek sentra akses budidaya KJA di Pantai Bangsal Desa Sumberkima, serta
obyek sentra akses hatchery ikan laut di Pantai Batu Agung Desa Gerokgak, Kecamatan
Gerokgak (lihat Gambar 4).
Gambar 4. Pantai Bangsal Desa Sumberkima dan Pantai Batu Agung Desa Gerokgak
3) Setingan pengelolaan agrowisatanya sebaiknya mengikuti tipe open/spontaneous(Ross
and Glenn, 2006)dengan maksud: menumbuhkan daerah yang mengacu pada struktur
kehidupan, ruang dan polanya selaras dengan masyarakat local (community based
tourism).Dampak negatipnya secara ketat seyogyanya melibatkan desa adatdan banjar
adatdi kecamatan Gerokgak.
SIMPULAN
1) Keseluruhan Kegiatan budidaya ikan kerapu di daerah pesisir Kecamatan Gerokgak
(hatchery dan KJA) yang memiliki potensi pengembangan ekonomi masyarakat, serta
keindahan lanskap kegiatan budidaya menyatu dengan panorama alam sekitarnya
sungguh memiliki daya tarik atau sisi penawaran agrowisata (baik untuk ecoagrotourism,
educational agrotourism, recreationagrotourism dan bahkan business agrotourism).
2) Fenomena masalah degradasi kualitas lingkungan lahan budidaya perikanan di
Kecamatan Gerokgak belum terjadi, akan tetapi upaya control dan antisipasi yang
terintegrasi perlu terus dilakukan agar tercapai integrated mariculture, yang mendukung
sustainable agrotourism.
3) Penataan dan pembangunan perlu dilakukan untuk mewujudkan obyek sentra akses
budidaya KJA di Pantai Bangsal Desa Sumberkima, serta obyek sentra akses hatchery
ikan laut di Pantai Batu Agung Desa Gerokgak, Kecamatan Gerokgak.
4) Setingan pengelolaan agrowisata sebaiknya mengikuti tipe open/spontaneous dengan
maksud: menumbuhkan daerah yang mengacu pada struktur kehidupan, ruang dan
polanya selaras dengan tradisi-keyakinan-aspirasi-budaya masyarakat local (community
based tourism). Dampak negatipnya secara ketat melibatkan desa adatdan banjar adat di
kecamatan Gerokgak.
Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
924 Unmas
Denpasar
UCAPAN TERIMA KASIH
Penelitian ini dibiayai dari Hibah Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi tahun 2016.
Terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Direktur Riset dan Pengabdian Masyarakat,
Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi atas kepercayaan dan biaya penelitian
yang diberikan. Diantara mereka yang telah membantu teknis penelitian ini: Usama Umar,
Bejo Slamet, Ketut Widiada, dan Ketut Mas, penulis mengucapkan terimakasih yang
setinggi-tinginya atas bantuannya.
DAFTAR PUSTAKA
APHA, 1992. Standard Methods for The Examination of Water and Waste Water. 18”
Washington.
Azwar, Z., T. Sutarmat dan M. Suastika, 2000. Aplikasi Teknologi Budidaya Ikan Nila,
Produktif Berkelanjutan Melalui Pengendalian Mutu Lingkungan. Makalah Seminar
Pengembangan Teknologi Pertanian dalam Upaya Mendukung Ketahanan Pangan.
Denpasar 23-24 Oktober 2000. 20 p.
Gunn, C. A. and Turgut V., 2002. Tourism Planning: Basics, Concepts, Cases. New York:
Routledge.
Hanafi, A., Awal Subandar, dan Kris Sunarto, 2005. Urgensi Kajian Lingkungan dan Tata
Ruang Kawasan Pesisir dalam Mendukung Pengembanga Budidaya Kerapu
Berkelanjutan. Jakarta: Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Budidaya
Pertanian, BPPT.
Hanafi, A., Syahidah, dan Andriyanto, 2008. Kajian Daya Dukung Lahan Teluk Pegametan
untuk Budidaya Ikan Kerapu dalam Karamba JaringApung. Gerokgak: BBRPBL
Gondol
Jennings, S., Kaiser, M.J., Reynolds, J.D. 2001. Marine Fisheries Ecology. Blackwell:
Victoria.
Kardi, C., Made Kawan dan Bagus Putu Udiyana, 2013. Pengembangan Usaha Pembenihan
Ikan Kerapu Hibrida CantikbagiMasyarakat Backyard Hatchery di Bali(Laporan
Penelitian Hibah Bersaing). Denpasar: LPPM Universitas Mahasaraswati Denpasar.
Ross dan F. Glenn. 2006. Psychology ofTourism. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Soto, D. 2009.Integrated Mariculture: a global review.FAO Fisheries and Aquaculture
Technical Paper. No. 529. Rome, FAO. 2009.