PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …repository.usd.ac.id/34917/2/151434036_full.pdf ·...

119
PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN TEH DAUN KUMIS KUCING (Orthosiphon spicatus B.B.S.) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi Oleh : ANNISA SEPTARILA AZZA JAYANTI 151434036 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …repository.usd.ac.id/34917/2/151434036_full.pdf ·...

  • PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP AKTIVITAS

    ANTIOKSIDAN TEH DAUN KUMIS KUCING

    (Orthosiphon spicatus B.B.S.)

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

    Program Studi Pendidikan Biologi

    Oleh :

    ANNISA SEPTARILA AZZA JAYANTI

    151434036

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

    JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2019

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • i

    PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP AKTIVITAS

    ANTIOKSIDAN TEH DAUN KUMIS KUCING

    (Orthosiphon spicatus B.B.S.)

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

    Program Studi Pendidikan Biologi

    Oleh :

    ANNISA SEPTARILA AZZA JAYANTI

    151434036

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

    JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2019

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iv

    HALAMAN PERSEMBAHAN

    “Sesungguhnya Bersama kesulitan ada kemudahan”

    (QS. Ash-Sharh)

    “Dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan (dalam hati

    mereka)”

    (QS. Al-Insyiqaq[84]: 23)

    Semua kupersembahkan untuk :

    Allah SWT yang memberikan kekuatan kepada saya sehingga dapat

    meletawi segala hambatan yang dihadapi

    Keluarga yang selalu mendoakan dan motivasi dalama hidup

    Sahabat dan teman-teman Pendidikan Biologi 2015

    Serta Almamaterku

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vii

    PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP AKTIVITAS

    ANTIOKSIDAN TEH DAUN KUMIS KUCING

    (Orthosiphon spicatus B.B.S.)

    Annisa Septarila Azza Jayanti

    151434036

    ABSTRAK

    Teh merupakan minuman yang digemari oleh masyarakata Indonesia yang

    mengandung banyak manfaat bagi kesehatan. Flavonoid dan fenol dalam teh dapat

    membantu meredam aktivitas radikal bebas. Radikal bebas dapat dikurangi dengan

    memanfaatkan daun kumis kucing karena mengandung flavonoid dan fenol.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi suhu pengeringan

    terhadap aktivitas antioksidan pada teh daun kumis kucing, mengetahui pengaruh

    variasi suhu pengeringan terhadap kesukaan panelis pada teh daun kumis kucing

    dan mengetahui variasi suhu yang disukai panelis berdasarkan uji organoleptik pada

    teh daun kumis kucing.

    Bahan yang digunakan adalah daun kumis kucing dengan 3 variasi

    perlakuan dan kontrol yaitu 400C, 500C, 600C dan teh kumis kucing yang dijual di

    pasaran. Teh yang dihasilkan kemudian diuji organoleptik dan aktivitas

    antioksidan, selanjutnya data diuji statistik menggunakan Anova one way.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa teh kumis kucing dengan variasi suhu

    pengeringan 400C, 500C dan 600C tidak berpengaruh terhadap kesukaan panelis

    dan berpengaruh pada aktivitas antioksidan. Semakin tinggi suhu yang digunakan,

    maka semakin tinggi aktivitas antioksidan. Teh yang memiliki aktivitas antioksidan

    paling tinggi adalah teh dengan variasi suhu pengeringan 600C dengan nilai 91,02

    %. Secara umum panelis lebih menyukai teh dengan variasi suhu pengeringan 600C

    untuk kesukaan aroma dan rasa. Sedangkan untuk kesukaan warna panelis lebih

    menyukai teh pada kontrol.

    Kata kunci : teh, variasi suhu, aktivitas antioksidan, kesukaan panelis

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • viii

    The Effect Variations Drying Temperature On The Antioxidant Activity of Cat

    Whiskers Leaf Tea (Orthosiphon spicatus B.B.S.)

    Annisa Septarila Azza Jayanti

    151434036

    Abstract

    Tea is drink favoured in people of Indonesia which contains many health

    benefit. Flavonoid and phenols in tea can help reduce free radical activity. Free

    radicals can be reduced by using the leaf of cat whiskers because they contain

    flavonoid and phenols. Tea products are currently making progress. The purpose

    of this research was to know the effect variations drying temperature on the

    antioxidant activity in cat whiskers leaf tea, know the effect variations drying

    temperature on panellist preference on cat whiskers leaf tea and know the effect

    variations drying temperature on panellists preference based on organoleptic test

    on cat whiskers leaf tea.

    The ingredient used is the cat whiskers leaf with 3 variation in treatment

    and control that is 400C, 500C, 600C and the cat whiskers tea sold on the market.

    Tea produced was tested for panellist preference and antioxidant activity, then the

    data was analysed using one way anova.

    The result showed cat whiskers tea with variation drying temperature 400C,

    500C and 600C did not effects on panellist and affects on antioxidant activity. The

    higher the temperature used, the higher antioxidant activity. Tea which has the

    highest antioxidant effect is tea with a drying temperature variation of 600C with

    value 91,02 %. In general, panellist preferred tea with a drying temperature

    variation of 600C for aroma and taste. As for color preference, panellist prefer tea

    in control.

    Keywords: tea, temperature variation, antioxidant activity, panellist preference

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ix

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Sehingga dapat menyelesaikan

    penelitian sampai dengan selesainya penyususnan skripsi yang berjudul “UJI

    AKTIVITAS ANTIOKSIDAN TEH DAUN KUMIS KUCING (Orthosiphon

    stamineus Benth.) DENGAN VARIASI SUHU PENGERINGAN”

    Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

    pada Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidika

    Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

    Selama proses penulisan dan penyusunan karya tulis ini, penulis mendapatkan

    banyak dukungan dan perhatian dari berbagai pihak, untuk itu penulis dengan tulus

    hati mengucapkan banyak terimakasih terutama kepada :

    1. Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah dan pertolongan-Nya bagi penulis

    selama ini, dari awal perencanaan penelitian hingga akhir penulisan skripsi

    ini sehingga berjalan dengan baik

    2. Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan bagi

    penulis untuk berlajar tentang berbagai hak baik itu tentang pengetahuan

    maupun sikap menghargai antar sesama dan peduli

    3. Retno Herrani, M.Biotech. selaku dosen pembimbing yang selalu memberi

    arahan, memberi masukan, memberi perhatian sepenuhnya dalam

    mendampingi penulisan skripsi ini, dan dengan penuh kesabaran telah

    membimbing penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

    4. Drs. Antonius Tri Priantoro, M.For. Sc., selaku ketua Program StuDI

    Pendidikan BiologiSeluruh dosen

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • x

    5. Pendidikan Biologi yang telah mengampu dan membimbing saya selama

    menimba ilmu di Universitas Sanata Dharma

    6. Ibu Y.M Lauda Feroniiasabti, M.Si. sebagai Kepala Laboratorium

    Pendidikan Biologi yang sudah mengijinkan penulis untuk menggunakan

    Laboratorium Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma sebagai

    tempat penelitian.

    7. Bapak Agus Hnadoyo dan Bapak Marsono petugas laboratorium

    Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma yang membantu

    mempersiapkan peralatan laboratorium untuk skripsi saya

    8. Dosen-dosen penguji skropsi yang telah banyak memberikan masukan

    kepada penilis.

    9. Keluarga tercinta : Bapak Sumardi, Mama Sri Lestari, Kakak Nanda Yusuf,

    Adik Aisyah Ardian yang selalu mendukung, menjadi motivasi dan mereka

    yang selalu mendoakan penulis sehingga dapat menyelesaiakan skripsi

    dengan baik.

    10. Sahabat dan orang tercinta yang selalu ada dalam membantu dan

    menyemangati dalam menyelesaikan penelitian ini, Fadkum Niam, Cici Sri

    Wahyu Verawati, Winda Purnama, Widian Bunga, Erina Eva dan Aprilia

    Dian

    11. Teman-teman Pendidikan Biologi Angkatan 2015 yang selalu memberi

    semangat

    12. Semua pihak yang terkait yang tidak bisa dituliskan satu persatu,

    terimakasih sudah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ................................................................................ i

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ iii

    HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................ iv

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................. v

    LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

    ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................. vi

    ABSTRAK ............................................................................................. vii

    Abstract .................................................................................................. viii

    KATA PENGANTAR ............................................................................ ix

    DAFTAR ISI.......................................................................................... xii

    DAFTAR TABEL .................................................................................. xv

    DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xvi

    DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... xvii

    BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

    A. Latar Belakang .................................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ............................................................................... 4

    C. Tujuan ................................................................................................. 5

    D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 5

    1. Bagi Peneliti ............................................................................... 5

    2. Bagi Pendidikan ......................................................................... 6

    3. Bagi Masyarakat......................................................................... 6

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 7

    A. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kumis Kucing .......................... 7

    B. PengertianTeh ................................................................................... 10

    C. Pelayuan dan Suhu Pengeringan Daun Kumis Kucing ..................... 12

    D. Antioksidan ....................................................................................... 14

    1. Pengertian Antioksidan ............................................................ 14

    2. Jenis Antioksidan ..................................................................... 15

    3. Mekanisme Kerja Antioksidan ................................................. 15

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiii

    4. Uji AktivitasAntioksidandenganMetode DPPH(1,1-diphenyl-2-

    picrylhydrazyl) ............................................................................. 17

    E. Uji Kesukaan Melalui Organoleptik ................................................. 18

    F. Penelitian Yang Relevan .................................................................. 20

    G. Kerangka Berpikir ............................................................................ 21

    H. Hipotesis ........................................................................................... 24

    BAB III METODE PENELITIAN ....................................................... 25

    A. Jenis Penelitian ................................................................................. 25

    B. Variabel Penelitian ............................................................................ 25

    C. Batasan Penelitian ............................................................................. 26

    D. Alat Dan Bahan ................................................................................ 27

    E. Cara Kerja ........................................................................................ 27

    1. Tahap Penyiapan Alat .............................................................. 27

    2. Tahap Pembuatan Teh .............................................................. 28

    3. Tahap Aktivitas Antioksidan.................................................... 30

    4. Tahap Uji Organoleptik............................................................ 30

    F. Analisis Data ..................................................................................... 33

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................... 35

    A. Uji Aktivitas Antioksidan Teh Daun Kumis Kucing ....................... 35

    B. Uji Organoleptik Teh Daun Kumis Kucing ..................................... 39

    1. Aroma ....................................................................................... 40

    2. Warna ....................................................................................... 42

    3. Rasa .......................................................................................... 45

    C. Kendala, Hambatan, dan Keterbatasan ............................................. 47

    BAB V IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN UNTUK

    PEMBELAJARAN ................................................................................ 49

    A. Kompetensi Inti (KI) ........................................................................ 49

    B. Kompetensi Dasar (KD) ................................................................... 50

    C. Indikator Pencapaian ......................................................................... 50

    BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ............................................... 51

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiv

    A. Kesimpulan ....................................................................................... 51

    B. Saran ................................................................................................. 51

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 52

    LAMPIRAN............................................................................................ 57

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Kegunaan Kandungan Tanaman Kumis Kucing ..................... 9

    Tabel 2.2 Penelitian Yang Relevan ....................................................... 20

    Tabel 3.1 Tata Letak dan Kode Teh Daun Kumis Kucing .................... 31

    Tabel 3.2 Kode Teh Daun Kumis Kucing ............................................. 31

    Tabel 3.3 Panduan Penskoran Teh Daun Kumis Kucing ..................... 32

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Morfologi Kumis Kucing .................................................... 8

    Gambar 2.2 Kerangka Berpikir ............................................................. 23

    Gambar 3.1 (A) Proses Penimbangan Daun Kumis Kucing ................. 28

    Gambar 3.1 (B) Proses Pelayuan Daun Kumis Kucing ......................... 28

    Gambar 3.2 (A) Proses Pemotongan Daun ............................................ 29

    Gambar 3.2 (B) Proses Pengovenan Daun ............................................ 29

    Gambar 3.2 (C) Proses Pemblenderan Teh Daun Kumis Kucing ......... 29

    Gambar 3.2 (D) Proses Penimbangan Sampel Teh Daun Kumis Kucing

    ...................................................................................................... 29

    Gambar 4.1 Aktivitas Antioksidan Pada Beberapa Variasi Suhu

    pengeringan ................................................................................. 35

    Gambar 4.2 Hasil Penyeduhan Teh Daun Kumis Kucing ..................... 39

    Gambar 4.5 Hasil Kesukaan Panelis Terhadap Aroma .......................... 40

    Gambar 4.4 Hasil Seduhan Teh Daun Kumis Kucing ........................... 42

    Gambar 4.5 Hasil Kesukaan Panelis Terhadap Warna .......................... 43

    Gambar 4.6 Hasil Kesukaan Panelis Terhadap Rasa ............................. 45

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Kuesioner Organoleptik Teh ................................................ 58

    Lampiran 2. Hasil Analisis Satatistik Orgnaoleptik : Kruskal-Wallis ..... 60

    Lampiran 3. Hasil uji aktivitas antioksidan ............................................. 63

    Lampiran 4. Hasil Analisis Statistik Aktivitas Antioksidan : Uji

    Normalitas, Homogenitas, Uji Anova dan Uji Tukey ....... 64

    Lampiran 5. Silabus .................................................................................. 66

    Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran .................................... 70

    Lampiran 7. Materi Pembelajaran ........................................................... 79

    Lampiran 8. Lembar Kerja Siswa 1 .......................................................... 83

    Lampiran 9. Lembar Kerja Siswa 2 .......................................................... 86

    Lampiran 10. Format Penilaian Kognitif ................................................. 90

    Lampiran 11. Format Penilaian Afektif ................................................... 95

    Lampiran 12. Format Penilaian Psikomotorik ......................................... 98

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Teh adalah minuman yang sangat umum dalam kehidupan kita

    sehari-hari. Kebiasaan minum teh tidak hanya dikenal di Indonesia tetapi

    juga hampir di seluruh dunia. Teh mengandung banyak manfaat bagi

    kesehatan. Menurut Surtaningsih (2015), teh mengandung tanin, kafein, dan

    flavonoid. Flavonoid dalam teh dapat membantu mencegah penyakit radikal

    bebas. Selain itu teh merupakan minuman alami, sehingga relatif aman dari

    efek samping yang merugikan kesehatan. Produk teh saat ini telah

    mengalami perkembangan, tidak hanya terbuat dari daun teh namun dapat

    dibuat dari daun tanaman herbal yang berkhasiat.

    Tanaman herbal merupakan salah satu sumber antioksidan alami

    yang memiliki peran penting dalam mencegah penyakit akibat radikal bebas

    seperti kanker dan penuan dini. Salah satu pengobatan alternatif yang

    dilakukan adalah penggunaan tumbuhan berkhasiat sebagai antioksidan

    alami yang dapat melindungi dari kerusakan sel dan mampu menetralkan

    radikal bebas. Menurut Pamungkas dkk. (2017), berbagai bukti ilmiah

    menunjukkan bahwa resiko penyakit kronis akibat senyawa radikal bebas

    dapat dikurangi dengan memanfaatkan senyawa antioksidan seperti vitamin

    C, E, A, karoten, asam-asam fenol, polifenol, dan flavonoid. Salah satu

    senyawa metabolit sekunder dalam tanaman yang berfungsi sebagai

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 2

    antioksidan adalah flavonoid. Hal ini karena kemampuannya meniadakan

    radikal-radikal bebas (Kinsella dkk, dalam Clementia 2016).

    Tanaman kumis kucing (Orthosiphon spicatus) telah dikenal oleh

    sebagian besar masyarakat Indonesia sebagai tanaman obat yang memiliki

    khasiat bagi kesehatan tubuh. Kumis kucing dapat dimanfaatkan dalam

    pembuatan teh karena daun kumis kucing mengandung minyak atsiri 0,02-

    0,06% terdiri dari 60 macam seskuiterpen dan senyawa fenolik, flavonoid

    lipofilik 0,2%, glikosida, flavonol, saponin dan garam kalium (3%)

    (Sudarsono dkk. 1996). Wulandari (2011) juga menyatakan bahwa

    kandungan kimia ekstrak daun kumis kucing adalah saponin, flavonoid,

    tannin, fenol. Senyawa tersebut dapat berfungsi sebagai antioksidan

    penghambat kerusakan sel yang menimbulkan kanker (Pattanayak dkk,

    2010).

    Saat ini pemanfaatan tanaman obat tradisional untuk terapi dan

    pencegahan penyakit semakin meluas. Hal ini dikarenakan harga murah,

    mudah didapat, mengandung antioksidan alami karena berasal dari bahan

    alami yang mempunyai efek samping relatif ringan dibandingkan obat-obat

    kimiawi. Salah satu contoh pemanfaatan tanaman kumis kucing yaitu

    dengan dibuat teh herbal. Menurut Hambali (2005), teh herbal merupakan

    salah satu minuman yang memiliki khasiat dalam membantu pengobatan

    suatu penyakit atau sebagai minuman penyegar tubuh.

    Teh daun kumis kucing umumnya hanya dimanfaatkan sebagai

    tindakan diuretik, namun seiring perkembangan waktu ternyata tanaman ini

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 3

    memiliki banyak manfaat lain terutama dalam mencegah penyakit akibat

    radikal bebas karena mengandung senyawa flavonoid lipofilik yang

    berfungsi sebagai antioksidan. Dalam penggunannya sebagai teh herbal, teh

    kumis kucing belum diketahui kadar antioksidan yang terkandung di

    dalamnya.

    Daun kumis kucing yang akan digunkana sebagai teh herbal harus

    melalui proses pengeringan terlebih dahulu. Pengeringan merupakan salah

    satu proses yang digunakan untuk mereduksi kandungan air dalam daun,

    memperpanjang masa simpan suatu bahan dan menghilangkan aktivitas

    enzim yang bisa menguraikan lebih lanjut zat aktif (Ajisaka, 2012). Faktor

    utama yang berpengaruh dalam proses pengeringan adalah suhu. Suhu yang

    terlalu rendah akan mengakibatkan proses pengeringan berjalan lambat

    sehingga simpilasi mudah berjamur kandungan zat aktif seperti antioksidan

    dalam bahan akan hilang, jika suhu terlalu tinggi mengakibatkan bagian luar

    daun cepat kering tetapi bagian dalamnya masih basah (Gunawan dan

    Mulyani, 2004).

    Pengeringan daun kumis kucing dapat dilakukan secara alami

    maupun dengan menggunakan mesin pengering (Effendi 2009). Salah satu

    metode yang umum digunakan untuk pengeringan teh herbal daun kumis

    kucing adalah secara alami menggunakan sinar matahari, pengeringan ini

    membutuhkan waktu yang lama karena suhu pengeringan yang tidak bisa

    diatur dan suhu dalam pengeringan tidak stabil sehingga akan merusak

    antioksidan dalam bahan. Sedangkan pengeringan dengan mesin akan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 4

    mempercepat proses dan bisa diperoleh hasil terbaik, karena menggunakan

    suhu yang dapat diatur sehingga tidak merusak kandungan antioksidan

    dalam bahan.

    Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti melakukan

    penelitian dengan judul: Pengaruh Variasi Suhu Pengeringan Terhadap

    Aktivitas Antioksidan Teh Daun Kumis Kucing (Orthosiphon spicatus

    B.B.S.)

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan

    permasalahan sebagai berikut :

    1. Apakah variasi suhu pengeringan menunjukkan perbedaan terhadap

    aktivitas antioksidan pada teh daun kumis kucing (Orthosiphon

    spicatus B.B.S.)?

    2. Apakah variasi suhu pengeringan menunjukkan pebedaan terhadap

    kesukaan panelis pada teh daun kumis kucing (Orthosiphon spicatus

    B.B.S.)?

    3. Berapakah variasi suhu pengeringan yang paling disukai panelis

    berdasarkan hasil uji organoleptik pada teh daun kumis kucing

    (Orthosiphon spicatus B.B.S.)?

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 5

    C. Tujuan

    Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan, tujuan yang ingin

    dicapai yaitu :

    1. Mengetahui perbedaan variasi suhu pengeringan terhadap aktivitas

    antioksidan pada teh daun kumis kucing (Orthosiphon spicatus

    B.B.S.).

    2. Mengetahui perbedaan variasi suhu pengeringan terhadap kesukaan

    panelis pada teh daun kumis kucing (Orthosiphon spicatus B.B.S.).

    3. Mengetahui variasi suhu pengeringan yang paling disukai panelis

    berdasarkan hasil uji organoleptik pada teh daun kumis kucing

    (Orthosiphon spicatus B.B.S.).

    D. Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat tidak hanya bagi peneliti

    melainkan bagi dunia pendidikkan dan juga masyarakat. Manfaat penelitian

    ini adalah sebagai berikut :

    1. Bagi Peneliti

    Dapat memperoleh pengalaman langsung mengenai cara membuat teh

    daun kumis kucing dan menambah wawasan mengenai potensi

    akivitas antioksidan dari teh daun kumis kucing.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 6

    2. Bagi Pendidikan

    Hasil dari penelitian ini dapat menjadi sumber referensi di dalam

    pembelajaran biologi di Sekolah Menengah Pertama (SMP),

    khususnya pada materi zat aditif dan zat adiktif kelas VIII.

    3. Bagi Masyarakat

    Dapat menambah wawasan dan keterampilan masyarakat di dalam

    pemanfaatan tanaman kumis kucing dengan memformulasikan dalam

    bentuk makanan atau minuman fungsional

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 7

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kumis Kucing

    Kumis kucing merupakan salah satu tanaman obat-obatan yang sudah

    terkenal di dalam dan di luar negeri. Tanaman ini diduga berasal dari daerah

    Afrika, kemudian menyebar ke wilayah Georgia (Kaukasus), Kuba, Asia dan

    Australia. Penyebaran kumis kucing di Asia meliputi Indonesia, India,

    Malaysia, Vietnam dan Thailand (Mahendra dan Fauzi, 2005).

    Berikut ini adalah tata nama kumis kucing menurut taksonomi:

    Menurut Aspan (2008), taksonomi daun kumis kucing adalah sebagai

    berikut:

    Kerajaan : Plantae

    Divisi : Spermatophyta

    Sub Divisi : Angiospermae

    Kelas : Dicotyledoneae

    Bangsa : Lamiales

    Suku : Lamiaceae (Labiates)

    Marga : Orthosiphon

    Jenis : Orthosiphon spicatus B.B.S.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 8

    Tanaman kumis kucing tingginya dapat mencapai dua meter dengan daun

    yang berbentuk bulat lonjong seperti telur ataupun belah ketupat. Tanaman ini

    memiliki bunga berbentuk tandan yang keluar di ujung cabang dengan mahkota

    berwarna putih atau ungu pucat yang memiliki panjang 13-27 mm. Pada bagian

    atas mahkota ditutupi bagian yang menyerupai rambut pendek seperti kumis

    kucing berwarna putih atau ungu. Kumis kucing memiliki buah berwarna

    coklat gelap dengan panjang 1,75- 2 mm dan biji berbentuk bulat panjang

    dengan warna putih kehitaman yang akan menjadi coklat kehitaman ketika

    matang (Mun’im dan Hanani, 2011).

    A

    B

    Gambar 2.1 Morfologi kumis kucing Keterangan : (A)daun kumis kucing; (B)Tanaman kumis kucing

    Sumber : Foto pribadi

    Daun kumis kucing mengandung beberapa senyawa kimia antara lain

    minyak atsiri 0,02-0,06%, flavonoid 0,1% terdiri dari 60 macam seskuiterpen

    dan senyawa fenolik (Sudarsono dkk., 1996). Daun kumis kucing mengandung

    banyak komponen bioaktif seperti ortosiphon glikosida (glikosides

    orthosiphonins), polifenol (polyphenols), flavonoid, tannin, minyak astiri

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 9

    (astiri oil), minyak lemak (fat oil), saponin, sapofinin, garam kalium

    (potassium salt (0.6-3.5%)), myoinositol, dan sinesetin (Dalimartha, 2000).

    Ditambahkan oleh De padua et al dalam Zilfia (2007), kumis kucing

    mengandung 12% mineral dengan kandungan paling tinggi potassium (600-

    700 mg per 100 g daun segar), 0,2% lipophilic flavones, sinensetin, flavonol

    glicosides, turunan caffeic acid (terutama rosmarinic acid dan 2,3-

    dicaffeoyltartaric acid), inositol, phytosterol (sitosterol), saponin dan 0.7%

    essential oil.

    Adapun kegunaan tiap kandungan disajikan dalam tabel 2.1 berikut:

    Tabel 2.1 Kegunaan kandungan tanaman kumis kucing

    Zat Kegunaan

    Minyak Astiri • Antiradang

    • Antibakteri

    Flavonoid • Melindungi struktur sel

    • Meningkatkan efektivitas vitamin C

    • Antiinflamasi

    • Antioksidan

    Orthosiphon

    glukosida • Diuretik

    • Antiinflamasi

    Alkaloid • Antioksidan

    • Antiinflamasi

    • Antimikroba

    Saponin • Antiseptik

    • Antioksidan

    • Antikarsiogenik

    Garam

    Kalium • Metabolisme energi

    • Katalisator sintesis glikogen dan protein

    Myoinositol • Aktivitas lipotropik

    • Mengatur respon sel terhadap rangsangan

    • Transformasi saraf

    • Pengaturan aktivitas enzim

    Sumber : Astuti (2012)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 10

    B. Pengertian teh

    Teh merupakan salah satu minuman yang sangat popular digemari dan

    dikonsumsi masyarakata. Selain sebagai minuman nyegarkan, teh telah

    lama diyakini memiliki banyak khasiat bagi kesehatan (Damayanthi dkk.,

    2008). Menurut data Head of Researcher Brand Research Indonesia,

    konsumsi teh orang Amerika, Jepang, dan Eropa mencapai hampir 2.5

    kg/kapita/tahun sedangkan konsumsi teh orang Indonesia hanya mencapai

    0.8 kg/kapita/tahun. Konsumsi teh yang rendah di Indonesia bukan karena

    orang Indonesia kurang gemar mengkonsumsi teh namun lebih disebabkan

    oleh rendahnya angka produksi teh dalam negeri bila dibandingkan dengan

    jumlah penduduk Indonesia (Kusumaningrum, 2008).

    Teh telah diyakini sebagai minuman yang menyegarkan dan memiliki

    khasiat bagi kesehatan. Teh tidak hanya dikonsumsi sebagai minuman,

    namun dewasa ini ekstrak teh juga banyak ditambahkan dalam berbagai

    produk pangan dan kosmetik (Hartoyo, 2003). Bila dibandingkan dengan

    jenis minuman lain, teh ternyata lebih banyak manfaatnya. Manfaat yang

    dihasilkan dari minuman teh adalah memberikan rasa segar, dapat

    memulihkan kesehatan badan dan terbukti tidak menimbulkan dampak

    negatif. Khasiat yang dimiliki oleh minuman teh berasal dari kandungan zat

    bioaktif yang terdapat dalam daun. Menurut La Vecchia at all (1992), Teh

    memiliki khasiat kesehatan karena mengandung zat bioaktif yang disebut

    polifenol. Senyawa bersifat sebagai antioksidan yang dapat menghambat

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 11

    oksigen reaktif dan juga radikal bebas sehingga antioksidan dapat mencegah

    penyakit-penyakit yang berhubungan dengan radikal bebas seperti

    karsiogenesis, kadiovaskuler dan penuaan.

    Teh (Camellia sinensis) merupakan salah satu bahan minuman yang

    sudah lama dikenal dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Teh berasal

    dari pucuk tanaman (Camellia sinensis) yang selanjutnya dilakukan proses

    pengolahan. Terdapat beberapa jenis teh yang beredar di masyarakat adalah

    teh hitam, teh oolong, teh hijau, teh putih dan teh herbal. Tiga jenis teh yang

    sering dikonsumsi yaitu teh hijau, teh oolong dan teh hitam (Liliana, 2005).

    Teh herbal merupakan istilah umum yang digunakan untuk minuman

    yang bukan berasal dari daun teh Camellia sinensis. Teh herbal lebih aman

    dikonsumsi karena tidak mengandung alkaloid yang dapat mengganggu

    kesehatan seperti kafein. Teh herbal dibuat dari bunga, biji, daun dan akar

    dari berbagai tanaman. Teh herbal dikonsumsi dengan cara diseduh dan

    disajikan seperti teh biasa. Teh herbal disajikan dalam bentuk kering seperti

    penyajian teh dari tanaman teh. Tanaman herbal dalam bentuk kering yang

    diformulasikan menjadi teh herbal dapat dimanfaatkan untuk konsumsi

    sehari-hari oleh rumah tangga maupun industri. Proses pembuatan teh

    herbal meliputi pencucian, pelayuan pengirisan, pengeringan, pengecilan

    ukuran, dan pengemasan. Proses tersebut harus diperhatikan untuk

    menghindari hilangnya zat-zat penting yang berkhasiat dari bahan segar

    (Hambali dkk, 2005)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 12

    C. Pelayuan dan Suhu Pengeringan Daun Kumis Kucing

    Pelayuan merupakan suatu proses dalam pengolahan teh yang

    dilakukan sebelum pengeringan untuk mengurangi air yang terkandung

    dalam bahan. Proses pelayuan berlangsung selama 10-24 jam dengan suhu

    tidak lebih dari 35oC. Semakin kecil kadar airnya, maka semakin baik daun

    itu untuk di proses lebih lanjut (Kusumaningrum, 2008).

    Pengeringan adalah cara untuk mengeluarkan sebagian air dari suatu

    bahan pangan dengan cara menguapkan sebagian besar air yang terkandung

    dalam bahan pangan dengan menggunakan energi panas. Tujuan

    pengeringan adalah untuk mendapatkan produk yang tidak mudah rusak,

    sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Berkurangnya kadar

    air dan terhentinya reaksi enzimatik akan mencegah penurunan mutu atau

    perusukan simpilisia (Prasetyo dan Inoriah, 2013).

    Effendi (2009), menyatakan bahwa ada dua macam cara pengeringan

    herbal yaitu: 1) pengeringan sinar matahari langsung yaitu pengeringan

    secara alami menggunakan angin dan sinar matahari. Pengeringan ini

    terkadang kurang menguntungkan karena kondisi cuaca tidak bisa diatur

    sehingga lama pengeringan sulit ditentukan dan kelembaban tidak dapat

    dikontrol sehingga pengeringan tidak konstan, 2) pengeringan buatan atau

    mekanis yaitu dengan menggunakan udara yang dipanaskan. Alat

    pengeringan ini berupa suatu ruang dengan udara panas yang ditiupkan di

    dalamnya. Udara yang dipanaskan tersebut mengalir ke bahan yang akan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 13

    dikeringkan dengan menggunakan alat penghembus. Pengeringan buatan

    atau mekanis memberikan beberapa keuntungan antara lain: tidak

    tergantung cuaca, kapasitas pengeringan dapat dipilih sesuai keperluan,

    serta kondisi dapat dikontrol.

    Setiap komoditas pangan memiliki suhu dan waktu yang berbeda beda

    untuk dilakukan pengeringan. Menurut Muchtadi dan Sugiyono (2013) suhu

    pengeringan tergantung pada jenis herbal dan cara pengeringannya.

    Kemampuan bahan untuk melepaskan air dari bagian permukaan semakin

    besar seiring dengan peningkatan suhu udara yang digunakan. Herbal yang

    mengandung senyawa aktif yang tidak tahan panas atau mudah menguap

    harus dikeringkan pada suhu serendah mungkin Berdasarkan penelitian

    Kencana (2015), herbal dapat dikeringkan pada suhu 30-90oC dan hasil

    menunjukan pengeringan lebih dari 60oC dan lama waktu pengeringan lebih

    dari 2 jam menghasilkan teh herbal dengan kadar vitamin C rendah.

    Semakin tinggi suhu dan waktu yang digunakan maka akan semaikin

    berkurang zat gizi yang terkandung di dalam teh herbal.

    Tujuan utama dari proses pengeringan herbal adalah untuk

    menurunkan kadar air sehingga bahan tersebut tidak mudah ditumbuhi

    kapang dan bateri, menghilangkan aktivitas enzim yang bisa merugikan

    kandungan zat aktif dalam bahan, serta memudahkan dalam hal pengelolaan

    proses selanjutnya (Gunawan dan Mulyani, 2004) Pada industri kimia

    proses pengeringan adalah salah satu proses yang penting. Proses

    pengeringan ini dilakukan sebagai tahap akhir sebelum dilakukan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 14

    pengemasan suatu produk agar proses selanjutnya lebih mudah, mengurangi

    biaya pengemasan dan transportasi suatu produk dan dapat menambah nilai

    guna dari suati bahan. Dalam industri makanan proses pengeringan ini

    digunakan untuk pengawetan suatu produk makanan. Mikroorganisme yang

    dapat mengakibatkan pembusukan makanan tidak dapat tumbuh pada bahan

    yang tidak mengandung air, maka dari itu untuk mempertahanankan aroma

    dan nutrisi dari makanan agar dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama,

    (Winarno, 2004).

    D. Antioksidan

    1. Pengertian Antioksidan

    Antioksidan merupakan senyawa-senyawa yang dapat menghambat,

    menunda, atau mencegah terjadinya senyawa-senyawa yang mudah

    teroksidasi (Santoso, 2016). Menurut Syamsudin (2013), antioksidan

    merupakan suatu senyawa yang dapat memperlambat atau mencegah

    kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas. Jadi antioksidan dibutuhkan

    oleh tubuh untuk melindungi tubuh dari radikal bebas.

    Radikal bebas merupakan salah satu bentuk senyawa oksigen reaktif,

    yang secara umum diketahui sebagai senyawa yang memiliki elektron yang

    berpasangan. Secara umum suatu senyawa akan tetap stabil jika elektron itu

    berpasangan, untuk mencapai kestabilannya radikal bebas akan mengambil

    electron dari sel lain, sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada sel

    tersebut dan berimbas pada kinerja sel, jaringan dan akhirnya pada proses

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 15

    metabolisme tubuh dapat menyerang senyawa seperti lipid dan protein,

    reaksi antara radikal dan molekul berujung dengan timbulnya suatu penyakit

    degeneratif. Radikal bebas dapat berasal dari polusi udara, penggunaan

    rokok, dan paparan sinar matahari (Ramadhan, 2015)

    2. Jenis antioksidan

    Menurut Winarsi (2007), antioksidan dikelompokkan menjadi

    antioksidan enzimatis dan non-enzimatis (vitamin). Antioksidan enzimatis

    meliputi superoksida dismutase (SOD), katalase, glutation, peroksidase, dan

    glutation reduktase. Antioksidan non-enzimatis (vitamin) meliputi vitamin

    C, E, β-karoten, flavonoid, dan flavon. Antioksidan non-enzimatis (vitamin)

    umumnya lebih dikenal dibandingkan dengan antioksidan enzimatis.

    Flavonoid adalah senyawa polifenol tanaman yang tersebar luas

    dalam bebagai bahan makan dalam bebagai konsentrasi. Kandungan

    senyawa flavonoid dalam tanaman sekitar 0,25%. Flavonoid umumnya

    terdapat dalam keadaan terikat dengan senyawa gula (Santoso, 2016)

    Tannin merupakan zat organik yang sangat kompleks dan terdiri dari

    senyawa fenolik. Tannin terdiri dari sekelompok zat-zat kompleks yang

    terdapat secara luas dalam tumbuhan yang dijumpai pada bagian kulit kayu,

    batang, daun, dan buah-buahan (Fitriyani,2011)

    3. Mekanisme Kerja Antioksidan

    Radikal bebas adalah molekul yang mengandung satu atau lebih

    elektron tidak berpasangan pada orbital terluarnya. Radikal bebas sangat

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 16

    reaktif dan tidak stabil. Sebagai usaha untuk mencapai kestabilannya,

    radikal bebas akan bereaksi dengan atom atau molekul di sekitarnya atau

    memperoleh pasangan elektron. Reaksi ini dalam tubuh dapat menimbulkan

    reaksi berantai yang mampu merusak struktur sel, bila tidak dihentikan akan

    menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker, jantung, katarak, penuaan

    dini, serta penyakit degeneratif lainnya (Inggrid, 2024).

    Untuk meredam aktivitas radikal bebas diperlukan antioksidan.

    Antioksidan adalah senyawa yang dapat mendonorkan elektron (pemberi

    atom hidrogen) kepada radikal bebas, sehingga menghentikan reaksi

    berantai, dan mengubah radikal bebas menjadi bentuk yang stabil (Malo,

    2017).

    Reaksi berantai pada radikal bebas (tanpa ada antioksidan) terdiri dari

    tiga tahap, yaitu :

    Tahap inisiasi : RH → R* + H*

    Tahap propagasi : R* + O2 → ROO*

    ROO* + RH → ROOH + R*

    Tahap terminasi : R* + R* → R-R

    ROO* + R* → ROOR

    ROO* + ROO* → ROOR + O2

    Tahap inisiasi terjadi pembentukan radikal (R*) yang sangat reaktif, karena

    (RH) melepaskan satu atom hidrogen, hal ini dapat disebabkan adanya

    cahaya, oksigen atau panas. Pada tahap progresi, radikal (R*) akan bereaksi

    dengan oksigen membentuk radikal peroksi (ROO*). Radikal peroksi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 17

    selanjutnya akan menyerang RH (misalnya pada asam lemak) menghasilkan

    hidrogen peroksida dan radikal baru. Hidrogen peroksida yang terbentuk

    bersifat tidak stabil dan akan terdegradasi menghasilkan senyawa-senyawa

    karbonal rantai pendek seperti aldhehid dan keton (Inggrid, 2014)

    Tanpa adanya antioksidan reaksi oksidasi lemak akan berlanjut

    sampai tahap terminasi, sehingga antar radikal bebas dapat saling bereaksi

    membentuk senyawa yang kompleks. Dengan adanya antioksidan

    memberikan atom hidrogen atau elektron pada radikal bebas (R*, ROO*),

    mengubah ke bentuk yang lebih stabil dibanding radikal semula R*. Reaksi

    penghambatan antioksidan terhadap radikal lipid mengikuti persamaan

    reaksi sebagai berikut (Yuswantina, 2009).

    Inisiasi : R* + AH → RH + A*

    Radikal lipid

    Propagasi : ROO* + AH → ROOH + A*

    4. Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH (1,1-diphenyl-2-

    picrylhydrazyl)

    Metode yang umum digunaakan untuk mengukur aktivitas

    antioksidan yakni metode DPPH. Larutan DPPH berperan sebagai radikal

    bebas yang akan bereaksi dengan senyawa antioksidan sehingga DPPH akan

    berubah menjadi 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl yang bersifat non-radikal.

    Peningkatan jumlah 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl akan ditandai dengan

    berubahnya warna ungu tua menjadi warna merah muda atau kuning pucat

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 18

    dan bisa diamati dan dilihat dengan menggunakan spektofometer sehingga

    aktivitas Peredaman radikal bebas oleh sampel dapat ditentukan (Sayuti dan

    Yenrina, 2015).

    Warna DPPH akan berubah dari ungu menjadi kuning seiring

    penambahan antioksidam yaitu saan eletron tunggal pada DPPH

    berpasangan dengan hidrogen dari antioksidan. Intensitas warna diukur

    dengan spektrofotometer pada Panjang gelombang 517 nm. Dpph

    digunakan secara luas untuk menguji aktivitas antioksidan makanan. Warna

    berubah menjadi kuning saat radikal DPPH menjadi berpasangan dengan

    atom hidrogen dari antioksidan membentuk DPPH (Malo, 2017).

    Aktivitas antioksidan dapat dihitung dengan rumus berikut ini :

    % 𝑨𝒌𝒕𝒊𝒗𝒊𝒕𝒂𝒔 𝑨𝒏𝒕𝒊𝒐𝒌𝒔𝒊𝒅𝒂𝒏

    =𝐚𝐛𝐬𝐨𝐫𝐛𝐚𝐧𝐬𝐢 𝐤𝐨𝐧𝐭𝐫𝐨𝐥 − 𝐚𝐛𝐬𝐨𝐫𝐛𝐚𝐧𝐬𝐢 𝐬𝐚𝐦𝐩𝐞𝐥

    𝐚𝐛𝐬𝐨𝐫𝐛𝐚𝐧𝐬𝐢 𝐬𝐚𝐦𝐩𝐞𝐥 𝒙 𝟏𝟎𝟎%

    E. Uji Kesukaan Melalui Uji Organoleptik

    Pengujian organoleptik merupakan suatu cara untuk mengamati

    aroma, warna dan rasa suatu produk makanan, minuman atau produk obat

    menggunakan indera manusia.Pengujian organoleptik disebut juga

    penilaian indera atau penilaian sensorik yang dituju pada penerimaan

    konsumen atau kesukaan konsumen pada suatu produk. Kita dapat

    membiasakan indera kita untuk mengenali atau menilai cita rasa dan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 19

    kualitas makanan dengan melatih indera tersebut. Cita rasa makanan

    ditimbulkan oleh terjadinya rangsangan terhadap indera pengecap dalam

    tubuh manusia. Makanan yang memiliki cita rasa tinggi adalah makanan

    yang disajikan dengan menarik, menyebarkan bau sedap dan memberikan

    rasa lezat. Evaluasi bau dan rasa masih tergantung pada taste panel,

    keragaman antara individu dalam respon intensitas dan kualitas terhadap

    stimulasi tertentu pada seseorang individu tersebut. Pengujian organoleptik

    berperan penting dalam pengembangan produk. Evaluasi sensorik dapat

    digunakan untuk menilai adanya perubahan produk dan mengamati

    perubahan yang terjadi dan memberikan data yang diperlukan

    (Ayustinungwarno, 2014).

    1. Aroma

    Aroma merupakan flavour (rasa) yang menunjukkan bau

    sedap atau enak (Susilorini dan Manik, 2006). Aroma merupakan

    parameter yang sulit untuk diukur sehingga biasanya menimbulkan

    pendapat yang berbeda-beda dalam menilai kualitas aroma. Hal ini

    disebabkan karena setiap orang memiliki perbedaan penciuman

    meskipun setiap orang memiliki perbedaan penciuman dalam

    membedakan aroma namun setiap orang memiliki tingkat kesukaan

    yang berbeda-beda.

    2. Warna

    Warna memiliki peran penting dalam penerimaan makanan,

    selain itu warna juga digunakan sebagai indikator baik tidaknya cara

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 20

    pencampuran atau pengolahan yang ditandai dengan adanya warna

    yang seragam dan merata (Fitriani, 2011).

    3. Rasa

    Rasa adalah presepsi biologi seperti sensasi yang dihasilkan

    oleh materi yang masuk ke mulut. Rasa ditimbulkan oleh senyawa

    yang larut dalam air dan berinteraksi dengan reseptor pada lidah

    dalam rongga mulut. Pada umumnya, rasa ditunjang oleh reseptor

    aroma dalam hidung dan reseptor rasa dalam mulut. Rasa

    merupakan senyawa atau campuran senyawa kimia yang dapat

    mempengaruhi indera tubuh, misalnya lidah sebagai indera

    pengecap (Tarwendah, 2017).

    F. Penelitian Yang Relevan

    Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai

    berikut:

    Tabel 2.2 Penelitian Yang Relevan

    No. Referensi Judul Keterangan

    1. Wulan dkk. (2017) Pemanfaatan Daun Katuk

    (Sauropus adrogynus)

    Dalam Pembuatan Teh

    Herbal Dengan Variasi

    Pengeringan

    Suhu pengeringan

    yang berbeda

    berpengaruh terhadap

    kadar air dan aktivatas

    antioksidan teh herbal

    daun katuk.

    2. Mei (2015) Aktivitas Antioksidan

    Teh Daun Alpukat

    (Persea Americana Mill)

    Dengan Variasi Teknik

    dan Lama Pengeringan

    Variasi teknik dan

    lama pengeringan

    berpengaruh terhadap

    aktivitas antioksidan

    teh daun alpukat.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 21

    3. Erviana (2016) Aktivitas Antioksidan

    Teh Kombinasi Daun

    Katuk dan Kelor Dengan

    Variasi Suhu

    Pengeringan

    Terdapat perbedaan

    hasil aktivitas

    antioksidan pada teh

    kombinasi daun katuk

    dan kelor dengan

    variasi suhu

    pengeringan

    Penelitian yang dilakukan memiliki kesamaan dengan penelitian

    yang sudah dilakukan, yaitu meneliti aktivitas antioksidan dan organoleptik

    pada teh. Jika pada penelitian sebelumnya menggunakan daun alpukat, dan

    daun katuk pada penelitian ini menggunakan kumis kucing yang memiliki

    kandungan antioksidan tinggi.

    G. Kerangka Berpikir

    Teh merupakan minuman yang paling sering dikonsumsi oleh

    sebagian besar penduduk Indonesia. Teh dibuat dengan cara menyeduh

    daun yang dikeringkan dari tanaman dengan air panas. Tujuan pengeringan

    teh untuk memperpanjang masa simpan, mereduksi kandungan air dalam

    daun, menghilangkan aktivitas enzim yang bisa menguraikan lebih lanjut

    zat aktif, dan dapat menguraikan senyawa racun pada bahan pangan. Teh

    merupakan salah satu produk minuman fungsional mengingat khasiat dan

    potensi yang terkandung dapat meningkatkan kesehatan tubuh. Adanya

    manfaat dan khasiat yang terkandung dalam teh, maka teh dapat

    dikembangkan dari bahan yang bervariasi. Salah satu variasi bahan yang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 22

    dapat digunakan dalam membuat teh sebagai antioksidan alami adalah

    kumis kucing.

    Tubuh manusia tidak cukup untuk pertahanan terhadap radikal

    bebas. Untuk menetralkan radikal bebas dibutuhkan makanan atau

    minuman yang mengandung antioksidan. Salah satu sumber antioksidan

    alami yang belum dimanfaatkan secara maksimal adalah kumis kucing.

    Kumis kucing dapat dimanfaatkan dalam pembuatan teh karena di dalamnya

    mengandung senyawa flavonoid lipofilik yang berfungsi sebagai

    antioksidan. Menurut Sudarsono dkk. (1996), daun kumis kucing

    mengandung minyak astiri 0.02-0.06% terdiri dari 60 macam sesqiterpen

    dan senyawa fenolik, flavonoid lipofilik 0,2%, glikosida, flavonol, saponin

    dan garam kalium (3%) sehingga daun kumis kucing berkhasiat obat.

    Seiring dengan perkembangan teknologi penggunaan tanaman

    herbal dimungkinkan tidak lagi dengan mengonsumsi bentuk asli dari

    tanaman tersebut. Agar lebih memperpanjang masa simpan dan

    mempermudah dalam mengonsumsi daun kumis kucing diolah menjadi teh

    daun kumis kucing. Teh daun kumis kucing dapat digunakan sebagai

    alternatif minuman yang dapat meningkatkan minat masyarakat terhadap

    konsumsi antioksidan. Peneliti tertarik untuk menguji aktivitas antioksidan,

    kesukaan warna, aroma dan rasa teh. Berikut adalah kerangka berpikir yang

    akan dilakukan :

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 23

    Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

    Teh merupakan minuman yang

    paling sering dikonsumsi

    penduduk Indonesia

    Daun kumis kucing belum banyak

    dimanfaatkan secara optimal

    Daun kumis kucing banyak

    mengandung minyak astiri 0.02-

    0.06%, flavonoid lipofilik 0,2%,

    dan garam kalium (3%). Senyawa

    flavonoid lipofilik yang berfungsi

    sebagai antioksidan

    Teh dimanfaatkan menjadi

    minuman yang berkhasiat dan

    berpotensi dapat meningkatkan

    kesehatan tubuh

    Teh daun kumis kucing di uji

    kuantitatif berupa aktivitas antioksidan

    dan uji kualitatif berupa organoleptik

    (aroma, warna dan rasa )

    Teh daun kumis kucing dibuat dengan

    variasi suhu 400C, 500C dan 600C

    Suhu pengeringan untuk

    menghilangkan aktivitas enzim dalam

    menguraikan zat aktif antioksidan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 24

    H. Hipotesis

    1. Variasi suhu pengeringan menunjukkan perbedaan terhadap aktivitas

    antioksidan pada teh daun kumis kucing.

    2. Variasi suhu pengeringan menunjukkan perbedaan terhadap kesukaan

    panelis pada teh daun kumis kucing.

    3. Tidak ada yang paling disukai panelis berdasarkan uji organoleptik

    aroma, warna dan rasa teh daun kumis kucing.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 25

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan melakukan

    percobaan pemanfaatan kumis kucing dalam pembuatan teh. Penelitian ini

    dilakukan dengan menguji 3 perlakuan dan kontrol dengan 3 kali ulangan.

    Masing-masing perlakuan menggunakan suhu pengeringan 400C, 500C dan

    600C.

    B. Variabel Penelitian

    1. Varibel bebas

    Variabel bebas dalam penelitian adalah suhu pengeringan teh daun

    kumis kucing. Variasi suhu terdiri dari 3 perlakuan (400C, 500C dan

    600C) dan kontrol (teh daun kumis kucing dipasaran), dengan

    pengulangan masing-masing sebanyak 3 kali.

    2. Variabel terikat

    Variabel terikat dalam penelitian ini adalah aktivitas antioksidan

    dan organoleptik (kesukaan aroma, warna dan rasa).

    3. Variabel kontrol

    Variabel kontrol pada penelitian ini adalah lama pengeringan

    selama 2 jam pada oven, pelayuan pada suhu ruangan selama 24 jam

    dan daun kumis kucing nomor 1 sampai 10 dari pucuk.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 26

    C. Batasan Penelitian

    Agar masalah dalam penelitian ini tetap terarah, maka disusun batasan

    penelitian sebagai berikut :

    1. Kumis kucing yang digunakan dalam penelitian ini adalah kumis kucing

    yang biasa dijumpai di masyarakat dalam keadaan segar dan bagian

    tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kumis kucing

    nomor 1 sampai 10 dari pucuk. Daun kumis kucing diperoleh dari desa

    Kebonromo, Ngrampal, Sragen, Jawa Tengah.

    2. Daun kumis kucing dilayukan dengan diangin-anginkan pada suhu ruang

    290C selama 24 jam.

    3. Pemotongan daun kumis kucing menjadi ukuran 3 cm, yang kemudian

    ditempatkan dalam loyang aluminium.

    4. Pengeringan daun kumis kucing menggunakan oven dengan variasi suhu

    400C, 500C dan 600C selama 2 jam.

    5. Penghalusan daun kumis kucing menggunakan blender selama 1 menit,

    yang kemudian dimasukkan ke dalam kantung teh.

    6. Kontrol menggunakan teh daun kumis kucing dipasaran.

    7. Uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH (1,1-diphenyl-2-

    picrylhydrazyl).

    8. Uji organoleptik terdiri dari 3 uji yaitu : uji aroma, warna dan rasa.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 27

    9. Panelis yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah panelis tidak terlatih

    sebanyak 30 orang mahasiswa Universitas Sanata Dharma dengan

    kisaran usia 18-25 tahun yan terdiri dari panelis perempuan dan laki-laki.

    D. Alat dan Bahan

    Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah oven kirin, blender

    philips, vortex, spektrofotometer, neraca analitik, thermometer dinding,

    pipet ukur 5ml, timbangan duduk, gelas ukur, gelas kaca, loyang aluminium,

    kompor, panci, toples, nampan, baskom, sendok, gunting dan penggaris

    Bahan yang digunakan adalah daun kumis kucing nomor 1 sampai 10

    dari pucuk, kantung teh celup, larutan Diphenyl Picryl Hydrazl (DPPH),

    larutan methanol, kertas label, tisu, air, plastic dan alat tulis.

    E. Cara Kerja

    Secara keseluruhan, penelitian ini dilakukan dari bulan Maret – April

    2019. Pembuatan teh dan uji aktivitas antioksidan serta uji organoleptik

    dilakukan di Laboratorium Biologi Universitas Sanata Dharma dan

    Laboratorium CV. Chem-Mix Pratama. Proses penelitian dilakukan sebagai

    berikut :

    1. Tahap Penyiapan Alat

    Alat-alat seperti panci, toples plastik, sendok teh, loyang aluminium,

    pisau, nampan, baskom, oven, gelas ukur, dan gelas kaca dicuci bersih

    menggunakan sabun lalu didiamkan dan dikering anginkan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 28

    2. Tahap Pembuatan Teh

    a. Pembuatan teh tiap satu ulangan

    1) Pembuatan teh daun kumis kucing diawali dengan pemetikan

    daun kumis kucing.

    2) Daun yang sudah dipetik sebanyak 100gram tiap satu ulangan

    dicuci sampai bersih dan dilayukan diloyang almunium dengan

    cara diangin-anginkan pada suhu ruang 290C selama 24 jam.

    A

    B

    Gambar 3.1 (A). Proses penimbangan daun kumis kucing

    (B).Proses pelayuan daun kumis kucing

    Sumber : Foto pribadi

    3) Setelah pelayuan, daun dipotong-potong menjadi 1 cm.

    4) Setelah itu pengeringan daun, dengan cara memasukan potongan

    daun kumis kucing kedalam oven dengan beberapa variasi suhu

    400C, 500C dan 600C. Masing-masing perlakuan dikeringkan

    selama 2 jam.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 29

    5) Teh Daun kumis kucing yang sudah kering dihaluskan dengan

    blender selama 1 menit kemudian teh dimasukkan dalam kantong

    teh dengan berat 2 gram per kantong.

    6) Pembuatan teh diulangi sebanyak 3 kali pada tiap ulangan

    A

    B

    C

    D

    Gambar 3.2 (A). Proses pemotongan daun (B). Proses pengovenan

    daun (C). Proses pemblenderan teh daun kumis kucing (D). Proses

    penimbangan sampel teh daun kumis kucing

    Sumber : Foto pribadi

    b. Kontrol

    1) Kontrol yang digunakan dalam penelitian adalah teh daun kumis

    kucing dipasaran.

    2) Teh kumis kucing diperoleh di toko herbal jogja.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 30

    3. Tahap Aktivitas Antioksidan

    Proses pengujian aktivitas antioksidan pada semua perlakuan dan

    kontrol dilakukan dengan menggunakan metode DPPH (1,1-difenil-

    2pikrilhdrazil) yang dianalisis di Laboratorium Chem-Mix Pratama.

    a. Sampel teh ditimbang 1 gram, dilarutkan menggunakan methanol

    pada konsentrasi 80%.

    b. Setelah dilarutkan diambil larutan sebanyak 1ml, kemudian

    dimasukkan pada tabung reaksi.

    c. Setelah itu ditambahkan 1 ml larutan 1 ,1 ,2 ,2 -Diphenyl Picryl

    Hydrazl (DPPH) sebanyak 200 μm.

    d. Larutan diinkubasi pada ruang gelap selama 30 menit.

    e. Setelah diinkubasi larutan diencerkan hingga 5 ml menggunakan

    methanol 80%.

    f. Setelah itu dibuat blanko dengan mengukur serapan absorsinya

    1ml larutan DPPH + 4 ml methanol

    g. Tera Panjang gelombang 517 Nm.

    Aktivitas Antioksidan (%) =

    𝑂𝑝𝑡𝑖𝑐𝑎𝑙 𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦 (𝑂𝐷) Blangko − 𝑂𝑝𝑡𝑖𝑐𝑎𝑙 𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦 (OD) Sampel x 100%

    𝑂𝑝𝑡𝑖𝑐𝑎𝑙 𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦 (OD) Blangko

    4. Tahap Uji Organoleptik

    Uji organoleptik dilakukan dengan modifikasi penelitian

    sebelumnya Meiambar (2015). Modifikasi penelitian sebelumnya yaitu

    jumlah panelis, bahan dan cara kerja. Pada penelitian ini menggunakan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 31

    jenis panelis tidak terlatih, dengan jumlah panelis sebanyak 30 orang

    dengan kisaran usia 18-25 tahun yang terdiri dari panelis perempuan dan

    laki-laki.

    Untuk menyajikan teh daun kumis kucing saat melakukan uji

    organoleptik, maka diperlukan gambaran tata letak teh kumis kucing dan

    panduan penskoran saat uji organoleptik. Tata letak dan penskoran teh

    daun kumis kucing ditampilkan dalam tabel berikut ini :

    Tabel 3.1 Tata Letak Teh Daun Kumis kucing

    KA (A) P2B (B) P3A (C) KC (D)

    KB (E) P2C (F) P3C (G) P1C (H)

    P1B (I) P1A (J) P2A (K) P3B (L)

    Keterangan :

    K : kontrol P3 : perlakuan 3

    P1 : perlakuan 1 A, B, C : pengulangan

    P2 : perlakuan 2 ( ) : kode uji organoleptik

    Tabel 3.2 Kode Teh Daun Kumis kucing

    Proses Pembuatan Uji Organoleptik

    K A, E, D

    P1 J, I, H

    P2 K, B, F

    P3 C, L, G

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 32

    Tabel 3.3 Panduan Penskoran Teh Daun Kumis Kucing

    Skor Keterangan

    1 Sangat tidak suka

    2 Tidak suka

    3 Agak suka

    4 Suka

    5 Sangat suka

    Keterangan : Kisaran nilai yang diberikan 1-5, semakin tinggi nilai yang

    diberikan semakin tinggi tingkat kesukaan.

    Tahap pembuatan teh kumis kucing sampel pada tiap perlakuan

    dan kontrol diambil 1 kantung teh dimasukkan ke dalam gelas kaca dan

    ditambahkan gula sebanyak 10 gram diseduh air panas sebanyak 200ml

    selama 3 menit. Dilanjutkan uji aroma, warna dan rasa pada sampel

    perlakuan dan kontrol berikut ini :

    a. Uji aroma

    1) Sampel yang sudah diseduh dan dalam keadaan dingin diambil

    1 sendok makan dan diletakkan dalam gelas plastik kecil.

    2) Sampel dihirup aromanya pada jarak 1/2 cm dari hidung untuk

    mengetahui baunya dan untuk menghirup sampel yang

    selanjutnya diberi jeda waktu 3 menit, kemudian diberi skor

    terhadap aroma dari masing-masing perlakuan.

    3) Sampel dihirup oleh 30 orang panelis.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 33

    b. Uji warna

    1) Sampel yang sudah diseduh dan dalam keadaan dingin diambil

    1 sendok makan dan diletakkan dalam gelas plastik kecil.

    2) Sampel dilihat beberapa saat di bawah sinar matahari atau pada

    siang hari, kemudian diberi skor terhadap warna dari masing-

    masing perlakuan.

    3) Sampel diamati oleh 30 orang panelis.

    c. Uji Rasa

    1) Sampel yang sudah diseduh dan dalam keadaan dingin diambil

    1 sendok makan dan diletakkan dalam gelas plastik kecil.

    2) Sampel dirasa pada setiap perlakuan dan ulangan, terlebih

    dahulu panelis meminum air atau kumur agar indera perasa

    menjadi normal.

    3) Sampel dirasa oleh 30 orang panelis.

    F. Analisis Data

    Hasil penelitian yang diperoleh uji aktivitas antioksidan dan uji

    organoleptik dianalisis secara kuantitatif mengggunaan SPSS versi 20. Uji

    selanjutnya, data aktivitas antioksidan diuji menggunakan One Way

    ANOVA apabila yang diuji signifikan akan dilanjutkan dengan uji Tukey

    dan data organoleptik diuji menggunakan Kruskal Wallis.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 34

    1. Pengujian Hipotesis dan Pengambilan keputusan

    a. Hipotesis

    Ho: tidak ada perbedaan signifikan dari beberapa kelompok

    perlakuan

    Hi: terdapat perbedaan yang signifikan dari beberapa kelompok

    perlakuan

    b. Pengambilan Keputusan

    Dasar pengambilan keputusan dilakukan dengan membandingkan

    hasil statistik.

    • Apabila Asymp.Sig > 0,05 maka Ho diterima. Artinya tidak

    ada perbedaan yang signifikan dari beberapa kelompok

    perlakuan

    • Apabila Asymp.Sig < 0,05 maka Ho ditolak. Artinya terdapat

    perbedaan yang signifikan dari beberapa kelompok

    perlakuan

    (Santoso, 2013).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 35

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Uji Aktivitas Antioksidan Teh Daun Kumis Kucing

    Berdasarkan penelitian, diperoleh hasil aktivitas antioksidan dalam

    teh daun kumis kucing dengan variasi suhu pengeringan. Hasil tersebut

    dapat dilihat pada gambar 4.6 berikut :

    Gambar 4.1 Aktivitas Antioksidan Pada Beberapa Variasi Suhu

    Pengeringan

    Keterangan:

    K = Kontrol (teh daun kumis kucing dipasaran)

    P1 = Perlakauan suhu 40oC

    P2 = Perlakuan suhu 50oC

    P3 = Perlakuan suhu 60oC

    61,21

    73,85

    82,79

    91,02

    K P1 P2 P3

    Rat

    a-ra

    ta A

    ktiv

    itas

    An

    tio

    ksid

    an

    %

    Perlakuan

    ANTIOKSIDAN

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 36

    Uji aktivitas antioksidan menggunakan metode ini didasarkan pada

    hilangnya warna ungu akibat tereduksi DPPH oleh senyawa antioksidan

    dalam sampel. Senyawa DPPH yang memiliki elektron tidak berpasangan

    pada satu atom nitrogen akan direduksi oleh atom hidrogen dari antioksidan.

    Melalui reaksi antara DPPH dan senyawa antioksidan, akan menghasilkan

    senyawa DPPHIdrazin yang lebih stabil berwarna kuning

    Menurut Muchtadi (1989), tanaman seperti sayuran, buah-buahan,

    rempah dan obat mengandung senyawa antioksidan alami seperti senyawa

    golongan fenolik. Senyawa fenolik tersebut antara lain asam fenolat,

    flavonoid, dan tannin. MWulandari (2011), menyatakan bahwa kandungan

    kimia ekstrak daun kumis kucing adalah saponin, flavonoid, tannin, fenol

    senyawa tersebut dapat berfungsi sebagai antioksidan penghambat

    kerusakan sel. Menurut Pratiwi (2015), senyawa golongan fenol memiliki

    peran terhadap aktivitas antioksidan, dimana semakin tinggi kandungan

    senyawa fenol dalam suatu bahan makanan, maka akan besar pula aktivitas

    antioksidan.

    Berdasarkan gambar 4.6 diketahui aktivitas antioksidan tertinggi

    terdapat pada teh kumis kucing dengan suhu pengeringan 60oC (P3) sebesar

    91,02%. Sedangkan pada perlakuan P2 82,79%, P1 73,85% dan kontrol

    61,21% aktivitas antioksidan sedikit menurun. Penurunan aktivitas

    antioksidan ini disebabkan karena kontrol, P1, P2 dan P3 memiliki kadar air

    dalam sampel yang berbeda karena suhu yang digunakan dalam

    pengeringan berbeda.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 37

    Pada P1 suhu yang digunakan adalah 40oC, pada P2 suhu yang

    digunakan sebesar 50oC dan pada P3 suhu yang digunakan 60oC. Kadar air

    dalam sampel teh terdapat pada proses pembuatan teh. Ketika sampel

    mengandung banyak air maka kemungkinan sampel akan mudah rusak dan

    aktivitas antioksidan pada sampel tidak dapat dilihat. Menurut Pramono

    (2006), jika kadar air dalam bahan masih tinggi dapat mendorong enzim

    melakukan aktivitasnya mengubah kandungan kimia yang ada dalam bahan

    menjadi produk lain. Enzim tertentu dalam sel masih dapat bekerja

    menguraikan senyawa aktif setelah sel mati dan selama simpilasi masih

    mengandung air. Suhu dalam pengeringan yang digunakan berbeda semakin

    rendah suhu pengeringan teh daun kumis kucing semakin tinggi kandungan

    airnya. Pada perlakuan P2 dan P1 suhu yang digunakan dalam pengeringan

    semakin rendah sehingga aktivitas antioksidan makin menurun dikarenakan

    pada sampel masih mengandung kadar air yang cukup tinggi. Sedangkan

    perlakuan P3 memiliki aktivitas antioksidan paling tinggi karena suhu yang

    digunakan dalam pengeringan semakin tinggi dan kandungan air dalam

    sampel semakin sedikit. Dengan mengurangi kadar air dan menghentikan

    reaksi enzimatik akan mencegah penurunan mutu atau meminimalkan

    kerusakan sampel.

    Proses pelayuan yang dilakukan pada perlakuan P1, P2 dan P3 yang

    dilakukan selama 24 jam di suhu ruang. Proses pelayuan ini juga

    mempengaruhi penurunan aktivitas antioksidan. Pada proses pelayuan akan

    terjadi peningkatan atau penurunan komponen tertentu yang diinginkan dan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 38

    tidak diinginkan, karena suhu dalam pelayuan tidak selalu optimal. Pada

    tiap sampel perlakuan P1, P2 dan P3 pelayuan dilakukan selama 24 jam

    akan melewati siang dan malam, proses pelayuan suhu pada malam dan

    siang hari akan mengalami perubahan pada siang hari suhu akan meningkat

    dan pada malam hari akan mengalami penurunan sehingga suhu yang

    digunakan dalam penelitian tidak stabil. Semakin tidak stabil suhu dan lama

    waktu pelayuan akan menghasilkan aktivitas antioksidan semakin menurun.

    Hal ini terjadi karena adanya senyawa antioksidan yang hilang selama

    proses pelayuan. Menurut Arpah dalam Sayekti (2016), proses pelayuan

    akan meningkatkan atau menurunkan komponen tertentu yang diinginkan

    dan tidak diinginkan, karena suhu dalam pelayuan tidak optimal saat proses

    pelayuan.

    Menurut Wulansari dan Chairul (2011) rentang aktivitas antioksidan

    dikatakan tinggi jika aktivitasnya lebih dari 50%. Jika aktivitasnya antara

    20 - 50%, dan jika aktivitasnya kurang dari 20% dinyatakan rendah.

    Penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan yang dihasilkan

    tergolong tinggi.

    Berdasarkan gambar 4.6 diketahui rerata aktivitas antioksidan

    tertinggi adalah pada perlakuan P3 yaitu 91,02% urutan kedua P2 yaitu

    82,79% urutan ketiga P1 yaitu 73,85%, dan yang terendah K yaitu 61,21%.

    Hasil dari rata-rata aktivitas antioksidan selanjunya diuji menggunakan one

    way ANOVA (lampiran 3) untuk melihat apakah terdapat perbedaan yang

    signifikan dari setiap perlakuan. Berdasarkan nilai probabilitas pada uji

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 39

    Anova One Way adalah sig 0,00 < 0,05, hal ini menunjukkan bahwa variasi

    suhu pengeringan terhadap aktivitas antioksidan pada setiap perlakuan dan

    kontrol terdapat berbedaan yang signifikan atau ada beda nyata, karena ada

    beda nyata maka dilakukan uji lanjut yaitu post hock. Uji tukey

    menunjukkan bahwa antara perlakuan dengan variasi suhu pengeringan teh

    daun kumis 40oC (P1), 50oC (P2) , 60oC (P3) dan kontrol teh daun kumis

    kucing dipasaran (K) masing-masing memiliki perbedaan yang nyata.

    B. Uji Organoleptik Teh Daun Kumis Kucing

    Teh daun kumis kucing merupakan salah satu alternatif minuman

    yang dapat meningkatkan minat terhadap konsumsi antioksidan. Agar lebih

    mempermudah dalam mengonsumsi teh dibuat dengan cara menyeduh daun

    yang dikeringkan dari tanaman dengan air panas. Berikut ini adalah gambar

    hasil penyeduhan teh daun kumis kucing hasil penelitian yang dilakukan.

    Gambar 4.2 Hasil Penyeduhan Teh Daun Kumis Kucing

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 40

    Berdasarkan gambar di atas seduhan teh daun kumis kucing dengan

    variasi suhu pengeringan yang berbeda memiliki warna yang berbeda.

    Kontrol memiliki warna coklat bening dan pucat. Perlakuan 1 memiliki

    warna coklat, bening dan pucat. Perlakuan 2 memiliki warna coklat cerah

    dan Perlakuan 3 memiliki warna coklat pekat. Aroma yang dihasilkan

    seduhan teh daun kumis kucing pada semua variasi suhu pengeringan

    beraroma langu khas tanaman kumis kucing. Rasa yang dihasilkan seduhan

    teh daun kumis kucing pada semua variasi suhu pengeringan memiliki rasa

    sepat dan after test pahit.

    1. Aroma

    Hasil penilaian panelis terhadap aroma dari teh daun kumis

    kucing dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut :

    Gambar 4.3 Hasil Kesukaan Panelis Terhadap Aroma

    Keterangan:

    K = Kontrol (teh daun kumis kucing di pasaran )

    P1 = Perlakauan suhu 40oC

    3,833,57

    3,703,92

    K P1 P2 P3

    Rer

    ata

    Sko

    r A

    rom

    a

    Perlakuan

    AROMA

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 41

    P2 = Perlakuan suhu 50oC

    P3 = Perlakuan suhu 60oC

    Pada gambar 4.2 dapat dilihat bahwa nilai yang diberikan

    panelis terhadap aroma seduhan teh daun kumis kucing pada P3

    yaitu pengeringan dengan suhu 60oC lebih tinggi dari pada P1, P2

    dan K. Perlakuan P1 merupakan nilai paling rendah yang diberikan

    panelis. Rerata skor yang diberikan pada perlakuan P1 adalah 3,57,

    P2 adalah 3,70, P3 adalah 3,92 dan kontrol adalah 3,85.

    Rata-rata tersebut berarti panelis menyatakan agak suka. Hal

    ini menunjukkan bahwa semua perlakuan memiliki aroma seduhan

    teh yang agak disukai oleh panelis, dikarenakan seduhan teh daun

    kumis kucing beraroma agak langu, aroma khas tanaman kumis

    kucing. Aroma ini disebabkan oleh proses pengeringan dan suhu

    pengeringan yang menyebabkan senyawa polifenol dan katekin

    menguap dikarenakan adanya proses ekstraksi komponen kimia

    sehingga aroma langu yang dihasilkan pada teh daun kumis kucing

    tidak terlalu kuat (Hadi dalam Laelasari, 2016).

    Aroma penyeduhan teh daun kumis kucing berasal dari

    glikosida yang terurai menjadi gula sederhana dan oksidasi

    karatenoid5 yang menghasilkan senyawa yang mudah menguap

    (aldehid dan keton) sehingga dapat memberikan aroma pada teh

    (Dwigustine, 2017).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 42

    Hasil rata-rata setiap perlakuan selanjutnya diuji

    menggunakan Kruskal Wallis. Berdasarkan uji Kruskal-Wallis

    (lampiran 2) disimpulkan bahwa aroma menunjukkan hasil 0,169 >

    0,05 yang berarti H0 diterima. Yang berarti tidak ada perbedaan

    yang signifikan dari keempat perlakuan antara kontrol, variasi suhu

    40oC, 50oC dan 60oC.

    2. Warna

    A

    B

    C

    D

    Gambar 4.4 Hasil Seduhan Teh Daun Kumis Kucing

    Keterangan:

    A = Kontrol (teh daun kumis kucing dipasaran)

    B = Perlakauan suhu pengeringan 40oC

    C = Perlakuan suhu pengeringan 50oC

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 43

    D = Perlakuan suhu pengeringan 60oC

    Pada gambar 4.3 dapat dilihat bahwa hasil seduhan teh daun

    kumis kucing dengan variasi suhu pengeringan yang berbeda 40oC,

    50oC, 60oC dan kontrol memiliki warna yang berbeda. Kontrol

    memiliki warna coklat bening dan pucat, perlakuan P1 memiliki

    warna coklat bening dan pucat, P2 memiliki warna coklat cerah dan

    P3 memiliki warna coklat pekat. Seiring dengan tingginya suhu

    pengeringan warna yang dihasilkan seduhan teh daun kumis kucing

    semakin menjadi pekat. Hal ini karena kandungan air pada teh daun

    kumis kucing yang dikeringkan pada suhu 40oC masih tinggi,

    sehingga menyebabkan pada saat proses penyeduhan warna seduhan

    teh daun kumis kucing tidak keluar secara optimal.

    Hasil penilaian panelis terhadap warna dari teh daun kumis

    kucing dapat dilihat pada pada gambar 4.4 berikut :

    3,83 3,824,01 4,10

    K P1 P2 P3

    Rer

    ata

    Sko

    r W

    arn

    a

    Perlakuan

    WARNA

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 44

    Gambar 4.5 Hasil Kesukaan Panelis Terhadap Warna

    Keterangan:

    K = Kontrol (teh daun kumis kucing dipasaran)

    P1 = Perlakauan suhu 40oC

    P2 = Perlakuan suhu 50oC

    P3 = Perlakuan suhu 60oC

    Pada gambar 4.4 dapat dilihat bahwa nilai yang diberikan

    panelis terhadap warna seduhan teh daun kumis kucing pada

    pelakuan P3 yaitu pengeringan dengan suhu 60oC lebih tinggi dari

    pada P1, P2 dan K. P1 merupakan nilai paling rendah yang diberikan

    panelis. Rerata skor yang diberikan warna pada perlakuan P1 adalah

    3,82, P2 adalah 4,01, P3 adalah 4,10 dan kontrol adalah 3,83.

    Warna merupakan salah satu parameter fisik suatu bahan

    pangan yang penting. Kesukaan konsumen terhadap produk pangan

    ditentukan oleh warna pangan tersebut. Warna suatu bahan pangan

    dipengaruhi oleh cahaya yang diserap dan dipantulkan dari bahan itu

    sendiri dan juga ditentukan oleh faktor dimensi yaitu warna produk,

    kecerahan dan kejelasan (Rahayu, 2001). Warna coklat pada teh

    herbal disebabkan oleh senyawa flavonoid karena sifat khas

    flavonoid yaitu dapat larut dalam air, memiliki bau yang sangat

    tajam dan mudah terurai pada temperature tinggi.

    Faktor-faktor yang menyebabkan suatu bahan makanan

    berwarna adalah pigmen alami yang terdapat dalam bahan pangan

    tersebut (Winarno, 2002). Dalam penelitian ini warna yang muncul

    adalah warna alami dari teh daun kumis kucing yaitu flavonoid serta

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 45

    kandungan air pada teh daun kumis kucing sehingga dihasilkan

    warna coklat pucat dan coklat pekat.

    Hasil rata-rata setiap perlakuan selanjutnya diuji

    menggunakan Kruskal Wallis. Berdasarkan uji Kruskal-Wallis

    (lampiran 2) disimpulkan bahwa aroma menunjukkan hasil 0,290 >

    0,05 yang berarti H0 diterima. Yang berarti tidak ada perbedaan

    yang signifikan dari keempat perlakuan antara kontrol, variasi suhu

    40oC, 50oC dan 60oC.

    3. Rasa

    Hasil penilaian panelis terhadap rasa dari teh daun kumis

    kucing dapat dilihat pada pada gambar 4.5 berikut :

    Gambar 4.6 Hasil Kesukaan Panelis Terhadap Rasa

    Keterangan:

    K = Kontrol (teh daun kumis kucing dipasaran)

    P1 = Perlakauan suhu 40oC

    3,87

    3,53 3,623,68

    K P1 P2 P3

    Rer

    ata

    Sko

    r R

    asa

    Perlakuan

    RASA

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 46

    P2 = Perlakuan suhu 50oC

    P3 = Perlakuan suhu 60oC

    Pada gambar 4.5 dapat dilihat bahwa nilai yang diberikan

    panelis terhadap rasa seduhan teh daun kumis kucing pada kontrol

    yaitu teh daun kumis kucing dipasaran lebih tinggi dari pada

    perlakuan P1, P2 dan P3. P1 merupakan nilai paling rendah yang

    diberikan panelis. Re

    rata skor yang diberikan rasa pada perlakuan P1 adalah 3,53,

    P2 adalah 3,62, P3 adalah 3,68 dan kontrol adalah 3,87. Rata-rata

    tersebut berarti panelis menyatakan agak suka.

    Menurut Daraino (2008), teh herbal memiliki rasa sepat yang

    disebabkan oleh adanya senyawa flavonoid, namun rasa sepat ini

    akan semakin berkurang sejalan dengan tingginya suhu pengeringan

    yang digunakan. Hal ini disebabkan karena senyawa flavonoid akan

    menguap pada suhu tinggi sehingga rasa sepat teh herbal daun kumis

    kucing akan semakin berkurang ketika suhu pengeringan semakin

    tinggi.

    Faktor yang mempengaruhi sensitivitas seseorang terhadap

    indera pengecap adalah usia, seiring bertambahnya usia penurunan

    sensitivitas indera pengecpan merupakan masalah fisiologi yang

    terjadi. Hal ini disebabkan karena terjadinya kemunduran dalam hal

    fisik maupun biologis dimana semakin bertambahnya usia terjadi

    penurunan papilla sirkumvalata lebuh kurang 1% per tahun. Pada

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 47

    penilitian ini dipilih panelis yang berusia 18 – 25 tahun secara acak

    harapannya adalah dapat menghindari berkurangnya fungsi jaringan

    pengecapan (Guyton, 2007).

    Hasil rata-rata setiap perlakuan selanjutnya diuji

    menggunakan Kruskal Wallis. Berdasarkan uji Kruskal-Wallis

    (lampiran 2) disimpulkan bahwa aroma menunjukkan hasil 0,471 >

    0,05 yang berarti H0 diterima. Yang berarti tidak ada perbedaan

    yang signifikan dari keempat perlakuan antara kontrol, variasi suhu

    40oC, 50oC dan 60oC.

    C. Kendala, Hambatan dan Keterbatasan

    Dalam proses penelitian, kendala, hambatan dan keterbatasan yang

    dihadapi adalah sebagai berikut :

    1. Pada penelitian tidak melakukan uji flavonoid dan uji fenol sehingga

    hanya dapat menunjukkan kadar berdasarkan literatur. Hal tersebut

    tidak dilakukan karena keterbatasan waktu peneliti mengingat satu uji

    di Laboratorium Chemix-pratama membutuhkan waktu satu bulan,

    sehingga dalam penelitian hanya mengukur aktivitas antioksidan.

    Diharapkan selanjutnya dilakukan uji flavonoid dan fenol agar dapat

    diketahui kandungan yang berfungsi sebagai antioksidan.

    2. Belum mengukur nilai IC50 yaitu bilangan yang menunjukkan variasi

    suhu pengeringan yang mampu menghambat aktivitas antioksidan. Hal

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 48

    tersebut tidak dilakukan karena tidak ada pengujian nilai IC50 di

    Laboratorium Chemix-pratama sehingga dalam penelitian ini hanya

    menunjukkan kadar aktivitas antioksidan. Diharapkan selanjutnya

    mengukur nilai IC50 agar dapat mengetahui bilangan yang menunjukkan

    variasi suhu pengeringan yang mampu menghambat aktivitas

    antioksidan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 49

    BAB V

    IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN UNTUK PEMBELAJARAN

    Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi tambahan di dunia

    Pendidikan. Rancangan penerapan hasil penelitian dalam pembelajaran ini di

    implementasiikan dalam proses pembelajaran Biologi khususnya kelas VIII

    terutama Kompetensi Dasar (KD) 3.6 dan (KD) 4.6 yaitu materi Zat Aditif dan Zat

    Adiktif.

    Pembelajaran terkait penelitian ini mangacu pada kurikulum 2013. Berikut

    Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) yang digunakan :

    A. Kompetensi Inti (KI)

    KI.1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

    KI.2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung

    jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun,

    responsif, dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari

    solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif

    dengan lingkungan sosisal dana lam serta dalam menempatkan diri

    sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

    KI.3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,

    konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin

    tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan

    humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,

    dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta

    menerapkan pengetahuan procedural pada bidang kajian yang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 50

    spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan

    masalah.

    KI.4. Mengolah, menalar, menyaji dan mencipta dalam ranah konkret dan

    raha abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di

    sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan

    mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

    B. Kompetensi Dasar (KD)

    3.6 Menjelaskan berbagai zat aditif makan dan minuman, zat aditif, serta

    dampaknya terhadap kesehatan

    4.6. Membuat karya tulis tentang dampak penyalahgunaan zat aditif dan zat

    adiktif bagi kesehatan

    C. Indikator Pencapaian

    3.6.1 Menerangkan pengertian zat aditif dan adiktif

    3.6.2 Mengidentifikasi contoh makanan dan minuman yang memiliki

    kandungan zat aditif dan adiktif dalam kehidupan sehari-hari

    3.6.3 Menemukan solusi pengganti zat aditif buatan

    3.6.4 Menjelaskan dampak pengunaan zat aditif dan adiktif bagi kesehatan

    4.6.1 Membuat makalah mengenai dampak penggunaan zat aditif buatan

    dan zat adiktif bagi kesehatan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 51

    BAB VI

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan hasul penelitian dapat disimpulkan bahwa :

    1. Variasi suhu pengeringan 40oC, 50oC, 60oC dan kontrol menujukkan

    perbedaa yg nyata terhadap aktivitas antioksidan.

    2. Variasi suhu pengeringan 40oC, 50oC, 60oC dan kontrol tidak

    menunjukkan perbedaan nyata terhadap kesukaan panelis.

    3. Tidak ada yang paling disukai panelis berdasarkan uji organoleptic

    aroma, warna dan rasa teh daun kumis kucing.

    B. Saran

    1. Perlu dilakukan uji flavonoid dan fenol pada teh daun kumis kucing

    agar dapat diketahui kandungan yang berfungsi sebagai antioksidan.

    2. Perlu dilakukan uji IC50 pada teh daun kumis kucing yaitu bilangan

    yang menunjukkan variasi suhu pengeringan yang mampu

    menghambat aktivitas antioksidan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 52

    DAFTAR PUSTAKA

    Aspan, R. 2008. Taksonomi Koleksi Tanaman Obat Kebun Tanaman Obat

    Citeureup. Jakarta : Lipi

    Ajisaka. 2012. Teh Dahsyat Khasiatnya. Surabaya : Perbit stomata

    Astuti, V.C.Y 2012. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Kumis Kucing

    (Orthosiphon stamineus) Terhadap Penurunan Glukosa Darah Tikus Wistar

    yang Diinkubasi Aloksan. Karya Tulis Ilmiah. Fakultas Kedokteran

    Universitas Diponegoro

    Ayustaningwarno, F. 2014. Teknologi Pangan: Teori Praktis dan Aplikasi.

    Yogyakarta: Graha Ilmu

    Dalimartha, S. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Bogor : Trubus Agriwidya

    Damayanthi, E., Kusharto, C. M., Suprihatini, R., dan Rohdiana, D. 2008. Studi

    Kandungan Katekin dan Turunannya Sebagai Antioksidan Alami Serta

    Karakteristik Organoleptik Produk Teh Murbei dan Teh Camellia – Murbei.

    Media Gizi dan Keluarga 32 (1) : 95 – 103

    Daroini, O. S. 2006. Kajian Proses Pembuatan Teh Herbal dari Campuran Teh

    Hijau (Cmellia Sinensi) Rimpang Bangle (Phyllanthus Acidus (L.) Skeels.

    Skripsi Teknologi Pertanian IPB. Bogor

    Dwigustine, R. P. 2017. Pengaruh Perbandingan Teh Herbal Daun Binahong

    (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis)dengan Daun The (Camellia sinensis)

    dan Suhu Pengeringan Terhadap Karakteristik Teh Herbal. Skripsi.. Bandung

    : Universitas Pasundan

    Effendi. M. S. 2009. Teknologi Pengolahan dan Pengawetan Pangan. Bandung :

    Alfabeta

    Fitriani, T. K. 2011. Kajian Penambahan Ekstrak dan Tepung Wortel terhadap

    Krakteristik Fisik, Kimia dan Sensori Es Krim. Skripsi. Fakultas Pertanian

    Universitas Sebelas Maret. Surakarta

    Fitriyani, A., Winarti, L, Muslichah, S.M dan Nuri. 2011. Uji Antiinflamasi Ekstrak

    Metanol Daun Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz dan Pav) pada Tikus Putih.

    Majalah Obat Tradisional. Vol. 16, No. 1.

    Gunawan, D. dan Sri, M. 2004. Ilmu Obat Alami (Farmakognosi) Jilid1. Jakarta :

    Penebar Swadaya

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 53

    Guyton, A.C. and J.E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (indera kimia-

    pengecapan). Penerjemah Irawati Setiawan. Jakarta : EGC

    Hambali. E., Nasution M. Z., dan Herliana E. 2005. Membuat Aneka Herbal Tea.

    Jakarta : Penebar Swadaya

    Hartoyo, A. 2003. Teh dan Khasiatnya Bagi Kesehatan : Sebuah Tinjauan Ilmiah.

    Yogyakarta : Kanisius

    Inggrid, H.M. dan Santoso, H. 2014. Ekstraksi Antioksidan dan Senyawa Aktif dari

    Buah Kiwi (Actinidia deliciosa). Karya tulis ilmiah. Universitas Katolik

    Parahyangan

    Kencana, E. D. 2015. Pengaruh suhu dan lama pengeringan terhadap karakteristik

    teh herbal daun katuk (Sauropus adrogynus L. Merr). Skrispsi. Fakultas

    Teknologi Pangan. Universitas Pasundan Bandung

    Kinsella, J,E., Frankel, E., German, B. and Kanmer, J., 1993. Possible Mekanisme

    for the Proctective role of Antioxidants in Wine and Plants Foods, J Food

    technology. 4: 5 – 89.

    Kumalaningsih, S. 2006. Antioksidan Alami. Surabaya : Trubus Agrisarana

    Kusumaningrum, D. 2008. Pemetaan Karakteristik Komponen Polifenol Untuk

    Mencegah Kerusakannya Pada Minuman The Ready To Drink (RTD).

    Skripsi. Bogor : Institut Pertanian Bogor

    Laeslasari, W. 2016. Kajian Karakteristik Seduhan Teh Herbal Dari Daun Murbei

    (Morus sp) yang Diperoses Dengan Metode Pengolahan dan Suhu

    Pengeringan yang Berbeda. Skripsi. Bandung : Universitas Pasundan

    La Vecchia, C., E. Negri, S. Francheschi, B. and D’Boyle. 1992. Tea Consumption

    and Cancer Risk. Nutr. Cancer, 17, 27 – 31

    Lilian, W. 2005. Kajian Proses Pembuatan Teh Herbal Dari Seledri (Apium

    graveolens L.). Skripsi. Institusi Pertanian Bogor

    Mahendra, B. dan R. H. 2005. Kumis kucing, pembudidayaan dan pemanfaatan

    untuk penghancur batu ginjal. Jakarta : Penebar Swadaya

    Malo, E. 2017. Uji Potensi Antioksidan dan Kesukaan Panelis terhadap Yogurth

    dengan Penambahan Sari Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus Britton

    dan Rose). Skripsi. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma

    Muchtadi, T., Sugiyono. 2013. Prinsip dan Proses Teknologi Pangan. Bogor :

    Alfabeta

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 54

    Muchtadi T. 1989. Petunjuk Laboratoriu, Tekno