PENGARUH VARIABEL EKONOMI MAKRO DAN IHSG …...4. Judul Skripsi : Pengaruh Variabel Ekonomi Makro...
Transcript of PENGARUH VARIABEL EKONOMI MAKRO DAN IHSG …...4. Judul Skripsi : Pengaruh Variabel Ekonomi Makro...
PENGARUH VARIABEL EKONOMI MAKRO DAN IHSG
TERHADAP RETURNPASAR ISSI
(Indeks Saham Syariah Indonesia)
Studi Kasus : Bursa Efek Indonesia (BEI)Periode Juni 2011 – Mei 2015
SKRIPSI
Oleh :
Dwi Manggar Asih
NIM : 1112081000118
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016
i
PENGARUH VARIABEL EKONOMI MAKRO DAN IHSG
TERHADAP RETURNPASAR ISSI
(Indeks Saham Syariah Indonesia)
Studi Kasus : Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode Juni 2011 – Mei 2015
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Dwi Manggar Asih
NIM : 1112081000118
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni Adhitya Ginanjar, SE., M.Si
NIP. 19690203 200112 1 003 NIP.197408102011011001
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/ 2016 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Selasa, 10 November 2015 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas
mahasiswa:
1. Nama : Dwi Manggar Asih
2. NIM : 1112081000118
3. Jurusan : Manajemen/MIPS
4. Judul Skripsi : Pengaruh Variabel Ekonomi Makro dan IHSG
Terhadap Return Pasar ISSI (Indeks Saham Syariah Indonesia) Studi
Kasus : Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode Juni 2011 – Mei 2015.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk
melaksanakan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 10 November 2015
1. Arif Fitrijanto, M.Si
NIP.197111182005011003
2. Amalia, SE., MSM
NIP.197408212009012005
3. Aini Masruroh, M,Si
NIP.
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini, 27 Januari 2016 telah dilakukan Ujian Skripsi atas Mahasiswa:
1. Nama : Dwi Manggar Asih
2. NIM : 1112081000118
3. Jurusan : Manajemen
4. Judul Skripsi : Pengaruh Variabel Ekonomi Makro dan IHSG Terhadap Return
Pasar ISSI (Indeks Saham Syariah Indonesia) Studi Kasus : Bursa Efek Indonesia
(BEI) Periode Juni 2011 – Mei 2015.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan
selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut diatas
dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 27 Januari 2016
1. Dr. Amilin, SE, M.Si
NIP.197306152005011009 ( )
Ketua
2. Titi Dewi Warninda, SE, M.Si
NIP.197312212005012002 ( )
Sekretaris
3. Prof. Dr. Ahmad Rodoni
NIP.196902032001121003 ( )
Pembimbing I
4. Adhitya Ginanjar, SE, M.Si
NIP. 197408102011011001 ( )
Pembimbing II
5. Dr. Indo Yama Nasaruddin, SE.,MAB
NIP.197411272001121002 ( )
Penguji Ahli
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Dwi Manggar Asih
NIM : 1112081000118
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Manajemen
Dengan ini menyatakan dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebut sumber asli
atau tanpa ijin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini.
Jikalau kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melakukan pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas, maka saya siap
dikenakan sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 04 Januari 2016
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : Dwi Manggar Asih
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat dan tanggal lahir : Tangerang, 25 September 1993
Alamat : Kp. Manungtung
Rt 004 Rw 006 no. 12
Ds. Legok Kec. Legok
Kabupaten Tengerang 15210
Telepon : 087809551919
E-mail : [email protected]
Motto Hidup : Jangan Takut Kalah Apabila Ada Kesempatan
Untuk Menang Ikhtiar dan Berdoa, dan percaya
ALLAH selalu bersama kita
PENDIDIKAN
1998 – 1999 : TK Prawiyasa, Kab.Tangerang
1999 – 2003 : SDN Rancagong 3, Kab.Tangerang
2003 – 2005 : SDN Mulyoharjo 4, Kab.Pemalang
2005 – 2008 : RSBI SMP Negeri 2, Kab.Pemalang
2008 – 2011 : SMA Negeri 3, Kab.Tangerang
2011 – 2013 : Program Profesional Teknik Informasi Perbankan
SyariahCCIT-FTUI Universitas Indonesia
2012 – 2016 : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Manajemen
InformasiPerbankan Syariah Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta
vi
Abstract
The purpose of this study was to observe the effect in the short term and
long term between five variables: inflation, exchange rate against the USD
(exchange rate), the gross domestic product (GDP), the world gold price and the
stock price index (IHSG) to Return markets ISSI (Indonesian sharia stock index).
The data used in this study is the monthly data from June 2011 to May 2015 of a
monthly report Macroeconomic Indicators of Bank Indonesia, reports Kitco
Statistics and Reports Statistics Indonesia Stock Exchange. This study uses
Cointegration test to see any indication of long-term relationships and Error
Correction Model (ECM) to see a short-term relationship.
The results showed in the long term there is influence between the
variables of inflation, exchange rates, GDP and IHSG to Return ISSI market. This
implies that in the long term these variables can be used to predict the movement
of markets Return ISSI. While in the short term all the variables: inflation,
exchange rate against the USD (exchange rate), the gross domestic product
(GDP), the world gold price and the stock price index (IHSG) has an influence on
the market Return ISSI. This implies that in the short term all the variables in this
study can be used to predict the movement Return ISSI market in the short term.
Keywords: Inflation, Exchange Rate, GDP, the world gold price, IHSG, Return
ISSI market, Cointegration, Error Correction Model (ECM)
vii
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh dalam jangka pendek
dan jangka panjang antara lima variabel yaitu: inflasi, nilai tukar rupiah terhadap
USD (kurs), produk domestik bruto (PDB), harga emas dunia dan indeks harga
saham gabungan (IHSG) terhadap Return pasar ISSI (indeks saham syariah
Indonesia). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data bulanan dari
Juni 2011 sampai Mei 2015 dari laporan bulanan Indikator Ekonomi Makro Bank
Indonesia, Laporan Statistik kitco dan Laporan Statistik Bursa Efek Indonesia.
Penelitian ini menggunakan uji Kointegrasi untuk melihat adanya indikasi
hubungan jangka panjang dan Error Correction Model (ECM) untuk melihat
adanya hubungan jangka pendek.
Hasil penelitian menunjukan dalam jangka panjang terdapat pengaruh
antara variabel inflasi, kurs, PDB dan IHSG terhadap Return pasar ISSI. Hal ini
membawa implikasi bahwa dalam jangka panjang variabel-variabel tersebut dapat
digunakan untuk memprediksi pergerakan Return pasar ISSI. Sedangkan dalam
jangka pendek semua variabel yaitu: inflasi, nilai tukar rupiah terhadap USD
(kurs), produk domestik bruto (PDB), harga emas dunia dan indeks harga saham
gabungan (IHSG) mempunyai pengaruh terhadap Return pasar ISSI. Hal ini
membawa implikasi bahwa dalam jangka pendek semua variabel dalam penelitian
ini dapat digunakan untuk memprediksi pergerakan Return pasar ISSI dalam
jangka pendek.
Kata kunci: Inflasi, Kurs, PDB, Harga Emas Dunia, IHSG, Return pasar ISSI,
Kointegrasi, Error Correction Model (ECM)
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan kasih sayang-Nya yang tiada terkira kepada
hambanya. Shalawat dan salam tercurahkan kepada junjungan Nabi besar
Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “”
dengan sebaik-baiknya. Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu
syarat mencapaigelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh
darisempurna. Hal ini disebabkan karena terbatasnya kemampuan dan
pengetahuan yang penulis miliki. Untuk itu, kiranya pembaca dapat memaklumi
atas kelemahandan kekurangan yang ditemui dalam penyusunan skripsi
ini.Penulis juga menyadari bahwa sejak awal penyusunan hinggaterselesaikannya
skripsi ini banyak pihak yang telah membantu dan memberidukungan baik moril
maupun materil. Untuk itu, tak lupa pada kesempatan ini,secara khusus, penulis
ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-sebesarnya kepada :
1. Kedua orang tua saya, Bapak Ranya Dabid dan Ibu Siti Romlah yang
selalu memberikandukungan baik moril maupun materil, memberikan
kasih sayang, cinta,dan selalu mendoakan dengan penuh rasa ikhlas.
Kalian adalah motivasiterkuat bagi penulis untuk bisa segera
menyelesaikan skripsi ini.
2. My Brother,Brigadir Wiwit Nurrofiq, S.Edan David Okta Wiranata
yangselalu memberikan motivasi dan dukungan agar penulis cepat lulus.
3. Bapak Dr. M. Arif Mufraini, Lc., MA selaku Dekan FEB, BapakDr.
Amilin, SE.Ak., M.Si selaku Wadek I FEB, Bapak Dr. Ade Sofyan
Mulazid, MH selaku Wadek II FEB, dan Bapak Dr. Desmadi Saharuddin,
Lc., MA selaku Wadek III FEB, yang telah memberikan jalan bagi penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
ix
4. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku dosen pembimbing I,
yangsenantiasa ikhlas meluangkan waktunya di tengah kesibukan
untukmembimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi
iniserta motivasinya yang begitu besar pada penulis.
5. Bapak Aditya Ginanjar, M.Si selakudosen pembimbing II, yang
telahmeluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing dan
mengarahkan penulisan skripsi ini serta motivasinya yang begitu besar
pada penulis.
6. Ibu Titi Dewi Warninda SE, M.Si dan Ibu Ir. Ela Patriana, MM selaku
Ketua dan Sekretaris Jurusan Manajemen.
7. Ibu Dr. Muniaty Aisyah, Ir., MM yang telah banyak membantu dan
memberikan jalan bagi kami MIPS.
8. Bapak Dr.Suhendra, S.Ag, MMselaku Pembimbing Akademik yang telah
mengarahkan dan memotivasi selama penulis menuntut ilmu di FEB
UINSyarif Hidayatullah Jakarta.
9. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, terima kasih atas
curahanilmu yang Bapak dan Ibu berikan kepada penulis.
10. Seluruh jajaran karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, atas kerja
kerasnya melayani mahasiswa dengan baik, membantu dalam mengurus
kebutuhan administrasi, keuangan dan lain-lainnya, khususnya Pak Alfred,
Pak Ali, Bu Halimah, Pak Rahmat,Pak Bonikdan Pak Sofyan.
11. Sahabat-sahabatku The Kontrak’s yaitu Rizky Yulandari, Inas Mawardah,
Ghina Ashila, Nisrina Nur Febri, Fitri Lustyaningsih, Anne Rufaida, Anita
Permata Sari, Nida Milatina, Fanni Islamiyati, Yunita Adawiyah, dan
Ernawati yang selalu mendukung, mendoakan, memotivasi, memberi
canda dan tawa kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.
12. Saudara-saudaraku Bripda Adi Prakoso, Dimas Gulang, Str, Mochammad
Cherudinsyah, Andre Hasra, S.T, Rahmat Apryana, Ka Taufiq, Mas
Shoqif, Ahmad Fitriyadi, Amd dan Sri Wahyuni, S.Pd yang tiada henti
memberikan motivasi dan hiburan kepada penulis dalam penulisan skripsi
ini.
x
13. Bripda Nero Hangga Ryantoro teman bertukar fikiran yang selalu
memberikan semangat dan motivasi kepada penulis, agar segera
menyelesaikan skripsi dengan hasil yang maksimal.
14. Teman-teman seperjuangan Manajemen Informasi Perbankan Syariah
angkatan 2012 sebagai angkatan pertama. Terimakasih atas rasa
kekeluargaan yang telah diberikan, dukungannya dan selalu ada dalam
suka maupun duka serta memberikan motivasi selama masaperkuliahan.
Maaf jika tidak dapat disebutkan satu persatu, tetapi tidak mengurangi rasa
cinta dan bangga penulis kepada kalian semua.
15. Teman-teman seperjuangan CCIT FTUI angkatan 2011, terimakasih atas
dukungan dan motivasi kalian. Semoga Allah SWT selalu memudahkan
langkah kalian untuk menuju cita-cita dan tujuan.
16. Keluarga besar KKN Aurum 2014 yang telah memberikan pengalaman
dan pelajaran yang begitu berharga selama masa perkuliahan yang
menjadikan pribadi penulis lebih baik lagi dari waktu ke waktu. Semoga
kekeluargaan kita tetap terjaga.
17. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, suatu kebahagian
telah dipertemukan dan diperkenalkan dengan kalian semua. Terimakasih
banyak atas motivasi yang telah diberikan selama ini.
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih memiliki banyak
kekurangan. Dengan segenap kerendahan hati penulis mengharapkan saran,
arahan maupun kritikan yang konstruktif demi penyempurnaan hasil penelitian
ini. Skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, baik
manajer investasi, dunia bisnis, dunia akademisi, para pembaca serta bagi penulis
sendiri sebagai proses pengembangan diri.
Jakarta, 04 Januari 2016
Penulis
(Dwi Manggar Asih)
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ........................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ....................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ............................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................ v
Abstract .................................................................................................................. vi
Abstrak .................................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Batasan Masalah......................................................................................... 11
C. Perumusan Masalah ................................................................................... 11
D. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 12
E.Manfaat Penelitian ......................................................................................... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 14
A. Landasan Teori ............................................................................................. 14
1. Pasar Modal Syariah .................................................................................. 14
2. Teori Inflasi................................................................................................ 17
3.Teori Nilai Tukar (kurs) .............................................................................. 21
4. Produk Domestik Bruto ............................................................................. 26
xii
5. Harga Emas Dunia ..................................................................................... 27
6. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) .................................................... 28
7. ReturnPasar ............................................................................................ 29
B.Keterkaitan antar Variabel Bebas dengan Variabel Terikat .......................... 31
C. Penelitian Sebelumnya ................................................................................. 33
D. Kerangka Penelitian ...................................................................................... 42
E. Hipotesis Penelitian ...................................................................................... 45
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 46
A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................ 46
B. Metode Penentuan Sampel ........................................................................... 46
C. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 47
D. Teknik Analisis Data .................................................................................... 47
1. Uji Normalitas............................................................................................ 48
2. Uji Linieritas .............................................................................................. 49
3. Uji Stasioneritas ......................................................................................... 50
4. Uji Error Correction Model (ECM) ........................................................... 52
E. Operasional Variabel Penelitian ................................................................. 54
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ........................................................ 58
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................... 58
1. Sejarah singkat berdirinya Index Saham Syariah Indonesia (ISSI)........ 58
2. Perkembangan Inflasi ............................................................................. 59
3. Perkembangan Nilai Tukar (KURS) ...................................................... 61
4. Perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB) ...................................... 62
5. Perkembangan Harga Emas Dunia ......................................................... 63
6. Perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)........................ 64
B. Analisis dan Pembahasan ........................................................................... 66
1. Hasil Uji Normalitas ............................................................................... 66
2. Uji Linearitas .......................................................................................... 67
3. Uji Stasioner ........................................................................................... 68
4. Uji Kointegrasi ....................................................................................... 70
xiii
5. Hasil Regresi Metode Error Correction Model (ECM) ......................... 72
C. Interpretasi Data ......................................................................................... 77
1. Konstanta ................................................................................................ 77
1. Tingkat Inflasi dan Jumlah Return ISSI ................................................. 77
2. Tingkat Nilai tukar (Kurs) dan Return ISSI ........................................... 78
3. Jumlah Produk Domestik Bruto (PDB) dan Return ISSI ....................... 79
4. Harga Emas Dunia dan Return ISSI ....................................................... 81
5. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Return ISSI ..................... 82
D. Interpretasi Analisis Ekonomi .................................................................... 83
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ......................................................... 86
A. Kesimpulan ................................................................................................ 86
B. Implikasi ..................................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 90
LAMPIRAN .......................................................................................................... 93
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Perkembangan Saham Syariah ........................................................... 4
Gambar 1. 2 Kurs Tengah Rp Terhadap Dolar Amerika ........................................ 7
Gambar 2. 1 Kerangka Penelitian ......................................................................... 44
Gambar 4. 1 Perkembangan Indeks Saham Syariah Indonesia(ISSI) ................... 59
Gambar 4. 2 Perkembangan Inflasi ....................................................................... 60
Gambar 4. 3 Perkembangan Nilai Tukar (KURS) ................................................ 62
Gambar 4. 4 Perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB) ............................... 63
Gambar 4. 5 Perkembangan Harga Emas Dunia ................................................... 64
Gambar 4. 6 Perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ................. 65
Gambar 4. 7 Uji Normalitas Jarque Berra ............................................................. 67
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Kapitalisasi Pasar Bursa Efek Indonesia (Rp Miliar) ............................ 3
Tabel 1. 2 Jumlah Saham Syariah dalam Daftar Efek Syariah (DES) .................... 3
Tabel 4. 1 Hasil Uji Ramsey ................................................................................. 68
Tabel 4. 2 Uji Akar Unit Phillips-Perron Test Pada Tingkat Level ...................... 69
Tabel 4. 3 Uji Akar Unit Phillips-Perron test pada first difference ...................... 70
Tabel 4. 4 Uji Johansen Kointegrasi ..................................................................... 71
Tabel 4. 9 Hasil Uji Error Correction Model ........................................................ 73
Tabel 4. 10 Hasil Perhitungan Koefisien ECM ..................................................... 75
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Penelitian Juni 2011 – Mei 2015.............................................. 93
Lampiran 2 Hasil Uji Normalitas ......................................................................... 94
Lampiran 3 Hasil Uji Linearitas ........................................................................... 95
Lampiran 4 Hasil Uji Stasioner Variabel Return ISSI ......................................... 96
Lampiran 5 Hasil Uji Stasioner Variabel Inflasi .................................................. 97
Lampiran 6 Hasil Uji Stasioner Variabel Nilai Tukar (Kurs) .............................. 98
Lampiran 7 Hasil Uji Stasioner Variabel Produk Domestik Bruto (LNPDB) ..... 99
Lampiran 8 Hasil Uji Stasioner Variabel Harga Emas Dunia (HED) ................ 100
Lampiran 9 Hasil Uji Stasioner Variabel Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
............................................................................................................................. 101
Lampiran 10 Uji Derajat Integrasi Variabel Return ISSI................................... 102
Lampiran 11 Uji Derajat Integrasi Variabel Inflasi ........................................... 103
Lampiran 12 Uji Derajat Integrasi Variabel Nilai Tukar (Kurs)........................ 104
Lampiran 13 Uji Derajat Integrasi Variabel Produk Domestik Bruto (LNPDB)105
Lampiran 14 Uji Derajat Integrasi Variabel Harga Emas Dunia (HED) ........... 106
Lampiran 15 Uji Derajat Integrasi Variabel Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) ................................................................................................................. 107
Lampiran 16 Uji Kointegrasi Johansen Test ...................................................... 108
Lampiran 18 Hasil Estimasi Model dinamis Error Corection Model (ECM) .... 109
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasar modal, baik pasar modal konvensional maupun pasar modal
syariah memperdagangkan beberapa jenis sekuritas yang mempunyai
tingkat risiko yang berbeda. Saham merupakan salah satu sekuritas
diantara sekuritas-sekuritas lainnya yang mempunyai tingkat risiko yang
tinggi. Risiko tinggi tercermin dari ketidakpastian return yang akan
diterima oleh investor di masa datang. Ini sejalan dengan definisi investasi
menurut sharpe dalam (Tandelilin, 2010), bahwa investasi merupakan
komitmen dana dengan jumlah yang pasti untuk mendapatkan returnyang
tidak pasti di masa depan.
Indeks harga saham merupakan ringkasan pengaruh simultan dan
kompleks dari berbagai macam variabel yang berpengaruh terutama
kejadian-kejadian ekonomi. Dengan kata lain indeks harga saham dapat
dijadikan sebagai barometer ekonomi suatu negara dansebagai dasar
melakukan analisis statistik atas kondisi pasar terakhir. Di Indonesia
terdapatdua indeks saham syariah, yaitu JII dan ISSI. Yang
membedakannya adalah JII merupakan indeks yang konstituennya hanya
berjumlah 30 saham syariah terlikuid sedangkan ISSI konstituennya
adalah seluruh saham syariah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan
lolosdalam proses seleksi Daftar Efek Syariah.
2
ISSI (Indeks Saham Syariah Indonesia) merupakan indeks saham
yang mencerminkan keseluruhan saham syariah yang
tercatatdi BEI. Konstituen ISSI adalah keseluruhan saham syariah tercatat
di BEI dan terdaftar dalamDaftar Efek Syariah (DES). Konstituen ISSI
direview setiap 6 bulan sekali (Mei dan November)
dan dipublikasikan pada awal bulan berikutnya. Konstituen ISSI juga
dilakukan penyesuaian apabila ada saham syariah yang baru tercatat atau
dihapuskan dari DES. Metode perhitungan indeks ISSI menggunakan rata-
rata tertimbang dari kapitalisasi pasar. Tahun dasar yang digunakan dalam
perhitungan ISSI adalah awal penerbitan DES yaitu Desember 2007.
Indeks ISSI diluncurkan pada tanggal 12 Mei 2011.ISSI juga mengungguli
kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Per Januari 2012, kinerja
ISSI tumbuh 13%. Nilai kapitalisasi pasar saham syariah juga cukup
tinggi mencapai Rp 3.000 triliun.
3
Tabel 1. 1 Kapitalisasi Pasar Bursa Efek Indonesia (Rp Miliar)
Sumber: www.ojk.go.id
Tabel 1. 2 Jumlah Saham Syariah dalam Daftar Efek Syariah (DES)
Sumber: www.ojk.go.id
4
Gambar 1. 1 Perkembangan Saham Syariah
Sumber: www.ojk.go.id
Data statistik diatas merupakan data perkembangan saham syariah
mulai dari tahun 2007 sebelum ISSI dibentuk sampai periode pertama
2015 untuk membandingkan perkembangan saham syariah sebelum dan
sesudah ISSI dibentuk. Perkembangan indeks syariah ini dievaluasi dua
kali dalam satu tahun yaitu tiap 6 bulan sekali. Dari data tersebut dapat
dilihat bahwa setiap tahunnya dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2015.
Namun pertumbuhan saham syariah tercatat sangat signifikan pada tahun
2011 ke tahun 2012, dimana kita ketahui bersama bahwa ISSI dibentuk
tahun 2011. Secara garis besar dapat kita simpulkan bahwa dibentuknya
ISSI memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap pertumbuhan
saham syariah di Indonesia.
Faktor-faktor makroekonomi yang mempunyai hubungan langsung
dengan perkembangan saham dipasar modal antara lain tingkat inflasi,
Nilai tukar (kurs) rupiah, Produk domestik bruto, dan Harga emas dunia.
Kebijakan makroekonomi yang ditetapkan pemerintah diharapkan mampu
5
mendorong pergerakan positif di pasar modal. Tingkat inflasi yang tidak
terkendali menyebabkan harga-harga akan terus mengalami peningkatan
secara umum. Sementara pengaruhnya terhadap saham di pasar modal
ialah mengurangi permintaan saham-saham karena berkurangnya
pendapatan riil masyarakat.
Tingkat inflasi suatu negara sangat berpengaruh terhadap tingkat
investasi di Negara tersebut. Hal ini diperkuat oleh pernyataan menurut
Syahrir (1995:81) yang menyatakan bahwa sulit atau tidak membayangkan
pasar modal berkembang dengan pesat apabila di dalam suatu negara
berlangsung perkembangan makro seperti diantaranya tingkat inflasi
yang double digit atau sampai hyperinflation. ISSI merupakan salah satu
instrument alat investasi yang ada di saham pasar modal di Indonesia.
Tingkat inflasi yang selalu berubah tiap bulannya sangat memungkinkan
untuk mempengaruhi tingkat investasi pada pasar modal di Indonesia
khususnya pada ISSI.
Meningkatnya laju inflasi akan menyebabkan para investor enggan
untuk menginvestasikan dananya dalam bentuk saham, mereka cenderung
untuk memilih investasi dalam bentuk logam mulia atau real estate, jenis
ini dapat melindungi investor dari kerugian yang disebabkan inflasi. Dari
hasil penelitian Pasaribu dan Kowanda (2013) diperoleh hasil bahwa
memang secara jangka pendek, meningkatnya inflasi akan menyebabkan
penurunan angka indeks harga saham gabungan, namun dalam jangka
panjang, justru kenaikan inflasi, justru akan meningkatkan indeks harga
6
saham gabungan. Secara parsial tingkat inflasi tidak berpengaruh
signifikan terhadap indeks harga saham gabungan baik dalam jangka
pendek atau pun jangka panjang. Dengan kata lain, pada jangka panjang,
kenaikan inflasi akan menurunkan capital gain yang menyebabkan
berkurangnya keuntungan yang diperoleh investor. Di sisi perusahaan,
terjadinya peningkatan inflasi, dimana peningkatannya tidak dapat
dibebankan kepada konsumen, dapat menurunkan tingkat pendapatan
perusahaan. Hal ini berarti risiko yang akan dihadapi perusahaan akan
lebih besar untuk tetap berinvestasi dalam bentuk saham, sehingga
permintaan terhadap saham menurun. Inflasi dapat menurunkan
keuntungan suatu perusahaan sehingga sekuritas di pasar modal menjadi
komoditi yang tidak menarik. Dalam jangka pendek, hubungan negatif
inflasi dengan tingkat pengembalian saham berarti terdapat peluang bagi
perusahaan untuk memperoleh profitabilitas lebih besar karena harga
bahan baku menjadi lebih murah dengan asumsi harga penjualan tetap atau
bahkan naik.
Selanjutnya pada awal tahun 2015, rupiah mengalami tekanan
kembali sehingga melemah terhadap dollar AS meskipun bulan-bulan
berikutnya relatif stabil. Beberapa faktor internal yang turut memberikan
tekanan antara lain: masih tingginya kekhawatiran terhadap stabilitas
dibidang politik dan keamanan dalam jangka pendek dan jangka panjang,
pesimisnya pelaku bisnis dan investor luar negeri terhadap pulihnya
perekonomian nasional akibat pemerintah, ancaman terorisme, bencana
7
alam serta tingginya sensitivitas fluktuasi rupiaj terhadap berbagai isu
negatif lainnya.
Menurut Suci (2012:1-2) Investor menginvestasikan uangnya
berdasarkan preferensi keuntungan yang optimal melalui investasi
portofolio. Kurs valuta asing adalah salah satu alat pengukur lain yang
digunakan dalam menilai kekuatan suatu perekonomian. Nilai tukar rupiah
terhadap USD pun mempengaruhi harga saham, karena semakin
merosotnya rupiah maka harga saham pun ikut terpuruk.
Berdasarkan data empiris, pergerakan variabel ekonomi makro dan
harga saham sering memiliki pola yang kontraduktif atau berlawanan
dengan teori ekonomi. Sebagai contoh, pada akhir tahun 2014, dimana
nilai tukar rupiah terhadap USD terus melemah,
Gambar 1. 2 Kurs Tengah Rp Terhadap Dolar Amerika
Berdasarkan grafik dapat dilihat bahwa nilai tukar rupiah
terdepresiasi/ melemah terhadap USD selama empat tahun terakhir.
Bahkan mengalami guncangan diakhir tahun 2014.Rupiah telah menutup
8
catatan di tahun 2014 dengan menebus kerugian di kuartal ke-3 tahun ini.
Setidaknya hal ini membuat Rupiah dapat menyelamatkan diri dari arus
peningkatan ekonomi Amerika Serikat. Nilai tukar rupiah diketahui
melemah, turun sebanyak 1,6% menjadi Rp 12.385 per Dolarnya sejak
akhir bulan September 2014 lalu. Anjloknya rupiah ini melengkapi catatan
panjang penurunan sebesar 2,7% pada kuartal ke-3 dan 4,2% pada kuartal
ke-2 di tahun 2014. Posisi Rupiah yang naik sebesar 0,5% pada hari ini
(31/12), rupanya tidak banyak mencegah Rupiah untuk mengulang sejarah
kelamnya di tahun 1998 pada saat terjadinya krisis keuangan di Asia.
Produk Domestik Bruto (PDB) termasuk faktor yang
mempengaruhi perubahan harga saham. Estimasi PDB akan menentukan
perkembangan perekonomian. PDB berasal dari jumlah barang konsumsi
yang bukan termasuk barang modal. Dengan meningkatnya jumlah barang
konsumsi menyebabkan perekonomian bertumbuh, dan meningkatkan
skala omset penjualan perusahaan, karena masyarakat yang bersifat
konsumtif. Dengan meningkatnya omset penjualan maka keuntungan
perusahaan juga meningkat. Peningkatan keuntungan menyebabkan harga
saham perusahaan tersebut juga meningkat yang juga berdampak pada
return pasar yang juga akan meningkat.
Harga emas dianggap sebagai suatu komoditas yang berpengaruh
terhadap kegiatan perekonomian baik di Indonesia maupun dunia.
Masyarakat yang memiliki dana pada saat ini cenderung menginvestasikan
dananya untuk membeli emas guna mendapat keuntungan yang lebih
9
tinggi. Keuntungan investasi emas adalah daya tahannya yang kuat
terhadap inflasi. Krishna Reddy Chittedi (2015) melakukan penelitian
mengenai hubungan antara indeks harga saham yang ada di saham BRIC
bahwa terdapat pengaruh antara variabel makro yang salah satunya harga
emas terhadap harga saham di BRIC yang pasti juga mempengaruhi
jumlah return sahamnya.
Pembentukan harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI)
dipengaruhi bukan hanya oleh kondisi bisnis dan ekonomi di Indonesia,
tetapi juga kondisi di Negara-negara lain. Perubahan harga saham dapat
mengakibatkan perubahan perilaku konsumsi dan investasi oleh investor.
Berdasarkan hal tersebut, harga saham sangatlah penting untuk mendapat
perhatian karena harga saham mencerminkan berbagai informasi yang
terjadi di pasar modal. Indeks harga saham gabungan (IHSG) di bursa efek
merupakan indikator yang penting karena mecangkup seluruh saham-
saham yang terdaftar di bursa efek Indonesia (BEI) baik saham-saham
konvensional maupun saham syariah. Oleh karena itu, menjadi salah satu
hal yang menarik untuk mengamati pengaruhnya terhadap jumlah return
pasar indeks saham syariah Indonesia (ISSI).
Dalam penelitian yang dilakukan olehMaqdiyah, Rahayu dan
Tapowijono (2014) menyimpulkan bahwa Inflasi memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap indeks harga saham JII. Hal ini berbeda oleh
penelitian yang dilakukan oleh Rowland Bismark Fernando dan Mikail
Firdaus (2013) Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda, terlihat
10
bahwa tingkat inflasi memiliki hubungan yang negatif terhadap indeks
saham syariah Indonesia.
Penelitian yang dilakukan oleh Ouma dan Muriu (2014)
menyimpulkan bahwa nilai tukar (Kurs) memberikan pengaruh signifikan
terhadap return saham di Kenya. Hal ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan Ibrahim dan Musah (2014) menunjukan bahwa ada hubungan
yang positif antara nilai tukar dan return saham di Ghana. Kedua kondisi
ini menunjukan bahwa di berbagai Negara nilai tukar mempengaruhi harga
saham.
Penelitian yang dilakukan oleh Chittedi (2015) menyimpulkan
bahwa harga emas dunia berpengaruh secara signifikan terhadap harga
saham di BRIC. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Mohd Yahya, Fidlizan Muhammad. Azila Abdul Razak Gna Pai Tha, dan
Nurfakhzan Marwan (2015) menunjukan bahwa adanya pengaruh yang
signifikan antara harga emas terhadap harga saham syariah di Malaysia.
Perbedaan dalam penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah
variabel indeks harga saham gabungan (IHSG) digunakan sebagai variabel
indepent.
Maka oleh karena itu, peneliti terdorong untuk menelaah lebih
lanjut mengenai variabel ekonomi makro dan indeks harga saham
gabungan apakah sebenarnya berpengaruh terhadap return market ISSI,
dalam skripsi ini peneliti mengambil judul “PENGARUH VARIABEL
EKONOMI MAKRO DAN IHSG TERHADAP RETURN PASAR
11
ISSI (Indeks Saham Syariah Indonesia) Studi Kasus : Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada Juni 2011 – Mei 2015” diharapkan penelitian ini
menarik dan perlu dilakukan.
B. Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah, terfokus dan tidak meluas, penulis
membatasi masalah dalam penulisan penelitian ini. Adapun beberapa
keterkaitan antara variabel-variabel yang penulis teliti sebagai berikut:
1. Inflasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return ISSI.
2. Nilai tukar (Kurs) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return
ISSI.
3. Produk domestik bruto (PDB) memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap returnISSI.
4. Harga emas dunia memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
returnISSI.
5. Indeks harga saham gabungan (IHSG) memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap returnISSI.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah yang
akan penulis kemukakan pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh jangka pendek dan jangka panjang tingkat inflasi
terhadap return pasarISSI?
2. Bagaimana pengaruh jangka panjang dan jangka pendek nilai tukar
mata uang (Kurs)terhadap return pasarISSI?
12
3. Bagaimana pengaruh jangka pendek dan jangka panjang produk
domestik bruto (PDB) terhadap return pasar ISSI?
4. Bagaimana pengaruh jangka pendek dan jangka panjang harga emas
dunia terhadap return pasar ISSI?
5. Bagaimana pengaruh jangka pendek dan jangka panjang indeks harga
saham gabungan (IHSG) terhadap return pasar ISSI?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini berdasarkan
perumusan masalah sebelumnya adalah:
1. Menganalisis pengaruh jangka pendek dan jangka panjang tingkat
inflasi terhadap return pasar ISSI.
2. Menganalisis pengaruh jangka panjang dan jangka pendek nilai tukar
mata uang (Kurs) terhadap return pasar ISSI.
3. Menganalisis pengaruh jangka pendek dan jangka panjang produk
domestik bruto (PDB) terhadap return pasar ISSI.
4. Menganalisis pengaruh jangka pendek dan jangka panjang harga emas
dunia terhadap return pasar ISSI.
5. Menganalisis pengaruh jangka pendek dan jangka panjang indeks harga
saham gabungan (IHSG) terhadap return pasar ISSI.
E.Manfaat Penelitian
1. Investor
Dapat memberikan informasi kepada para investor tentang saham
khususnya pada saham yang terdaftar di Indeks Saham Syariah Indonesia
13
(ISSI) dan diharapkan penelitian ini dapat berguna dalam pengambilan
keputusan berdasarkan informasi yang diperoleh untuk merencanakan
suatu inovasi baru bagi para investor.
2. Emiten
Dapat memberikan informasi kepada emiten khususnya yang tergabung
dalam Indeks Saham Syariah IndonesiaISSI tentang faktor yang dapat
mempengaruhi keadaan return pasar modal syariah di Indonesia.
3. Akademisi
Menambah wawasan terhadap dunia pasar modal di Indonesia khususnya
saham syariah dan dapat mananamkan jiwa berinvestor kepada para
akademisi sedini mungkin.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pasar Modal Syariah
Sejarah Pasar Modal Syariah di Indonesia dimulai dengan diterbitkannya
Reksa Dana Syariah oleh PT. Danareksa Investment Management pada 3 Juli
1997. Selanjutnya, Bursa Efek Indonesia berkerjasama dengan PT. Danareksa
Investment Management meluncurkan Jakarta Islamic Index pada tanggal 3 Juli
2000 yang bertujuan untuk memandu investor yang ingin menginvestasikan
dananya secara syariah. Dengan hadirnya indeks tersebut, maka para pemodal
telah disediakan saham-saham yang dapat dijadikan sarana berinvestasi sesuai
dengan prinsip syariah.
Pada tanggal 18 April 2001, untuk pertama kali Dewan Syariah Nasional
Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) mengeluarkan fatwa yang berkaitan
langsung dengan pasar modal, yaitu Fatwa Nomor 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang
Pedoman Pelaksanan Investasi Untuk Reksa Dana Syariah. Selanjutnya,
instrumen investasi syariah di pasar modal terus bertambah dengan kehadiran
Obligasi Syariah PT. Indosat Tbk pada awal September 2002. Instrumen ini
merupakan Obligasi Syariah pertama dan akad yang digunakan adalah akad
mudharabah. Sejarah Pasar Modal Syariah juga dapat ditelusuri dari
perkembangan institusional yang terlibat dalam pengaturan Pasar Modal Syariah
15
tersebut. Perkembangan tersebut dimulai dari MoU antara Bapepam dan DSN-
MUI pada tanggal 14 Maret 2003. MoU menunjukkan adanya kesepahaman
antara Bapepam dan DSN-MUI untuk mengembangkan pasar modal berbasis
syariah di Indonesia. Produk syariah di pasar modal antara lain berupa surat
berharga atau efek. Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang
Pasar Modal (UUPM), Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan
utang,surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, Unit
Penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas Efek, dan setiap
derivatif dari Efek. Sejalan dengan definisi tersebut, maka produk syariah yang
berupa efek harus tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Oleh karena itu efek
tersebut dikatakan sebagai Efek Syariah.
Dalam Peraturan Bapepam dan LK Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan
Efek Syariah disebutkan bahwa Efek Syariah adalah Efek sebagaimana dimaksud
dalam UUPM dan peraturan pelaksanaannya yang akad, cara, dan kegiatan usaha
yang menjadi landasan pelaksanaannya tidak bertentangan dengan prinsip –
prinsip syariah di Pasar Modal. Sampai dengan saat ini, Efek Syariah yang telah
diterbitkan di pasar modal Indonesia meliputi Saham Syariah, Sukuk dan Unit
Penyertaan dari Reksa Dana Syariah.
Menurut Aziz(2010, 63), pasar modal syariah adalah kegiatan yang
bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik
yang berkaitan dengan efek yang menjalankan kegiatannya sesuai dengan prinsip-
prinsip syariah Islam.
16
Menurut Hamid (2009, 47) Produk investasi berupa saham pada
prinsipnya sudah sesuai dengan ajaran Islam. Dalam teori pencampuran Islam
mengenal akad syirkah atau musyarakah yaitu suatu kerjasama antara dua atau
lebih pihak untuk melakukan usaha dimana masing – masing pihak menyerahkan
sejumlah dana barang atau jasa.
Menurut Soemitra (2009), saham syariah merupakan surat berharga yang
merepresentasikan penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan. Penyertaan
modal dilakukan pada perusahaan-perusahaan yang tidak melanggar prinsip-
prinsip syariah. Akad yang berlangsung dalam saham syariah dapat dilakukan
dengan akad mudharabah dan musyarakah.
Data saham merupakan bagian dari Daftar Efek Syariah (DES) yang
dikeluarkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal – Lembaga Keuangan (Bapepam-
LK). Terdapat beberapa pendekatan untuk menyeleksi suatu saham apakah bisa
dikategorikan sebagai saham syariah atau tidak, yaitu:
1. Pendekatan jual beli. Dalam pendekatan ini diasumsikan saham adalah asset
dan dalam jual beli ada pertukaran asset ini dengan uang. Juga bias dikategorikan
sebagai sebuah kerja sama yang memakai prinsip bagi hasil (profit-loss sharing).
2. Pendekatan aktivitas keuangan atau produksi. Dengan menggunakan
pendekatan produksi ini, sebuah saham bisa diklaim sebagai saham yang halal
ketika produksi dari barang dan jasa yang dilakukan oleh perusahaan bebas dari
element-element yang haram yang secara explicit disebut di dalam Al-Quran
17
seperti riba, judi, minuman yang memabukkan, zina, babi dan semua turunan-
turunannya.
3. Pendekatan pendapatan. Metode ini lebih melihat pada pendapatan yang
diperoleh oleh perusahaan tersebut. Ketika ada pendapatan yang diperoleh dari
bunga (interest) maka secara umum kita bisa mengatakan bahwa saham
perusahaan tersebut tidak syariah karena masih ada unsur riba disana. Oleh karena
itu seluruh pendapatan yang didapat oleh perusahaan harus terhindar dan bebas
dari bunga atau interest.
4. Pendekatan struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan tersebut.
Dengan melihat ratio hutang terhadap modal atau yang lebih dikenal
dengan debt/equity ratio. Dengan melihat ratio ini maka diketahui jumlah hutang
yang digunakan untuk modal atas perusahaan ini. Semakin besar ratio ini semakin
besar ketergantungan modal terhadap hutang. Akan tetapi untuk saat ini bagi
perusahan agak sulit untuk membuat ratio ini nol, atau sama sekali tidak ada
hutang atas modal. Oleh karena itu ada toleransitoleransi atau batasan seberapa
besar “Debt to Equity ratio“ ini. Dan masing masing syariah indeks di dunia
berbeda dalam penetapan hal ini. Namun secara keseluruhan kurang dari 45% bisa
diklaim sebagai perusahaan yang memiliki saham syariah.
2. Teori Inflasi
Menurut Karim (2010:135), secara umum inflasi berarti kenaikan tingkat
harga secara umum dari barang/ komoditas dan jasa selama suatu periode waktu
18
tertentu.Inflasi dapat dianggap sebagai fenomena moneter karena terjadinya
penurunan nilai unit perhitungan moneter terhadap suatu komoditas.
Menurut Rahardja dan Manurung (2008: 165-166).Inflasi merupakan
kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus-menerus. Ketika
kondisi perekonomian sedang mengalami kelesuan serta diperparah dengan
tingkat inflasi pada skala yang tinggi, maka tentunya akan sulit untuk
mengharapkan gairah di pasar modal menjadi lebih berkembang. Fenomena
seperti ini justru akan menjadikan gairah investasi tidak lagi menjadi menarik di
mata investor, sehingga membuat para investor mengalihkan dana yang sudah
diinvestasikannya dalam bentuk saham ke dalam bentuk investasi lainnya.
Akibatnya hal ini akan memicu menurunnya NAB reksadana yang kemudian
berdampak terhadap harga pasar saham (Adib, 2009).
Menurut Murni (2006:203), laju inflasi merupakan tingkat perubahan
harga secara umum untuk berbagai jenis produk dalam rentang waktu tertentu
misalnya per bulan, per triwulan atau per tahun. Inflasi diukur dengan tingkat
inflasi (rate of inflation) yaitu tingkat perubahan dari tingkat harga secara umum.
Persamaannya adalah sebagai berikut:
𝑡𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎𝑡 − 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎𝑡−1
𝑡𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎𝑡−1
𝑥 100 = 𝑅𝑎𝑡𝑒𝑜𝑓𝐼𝑛𝑓𝑙𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛
Adapun jenis inflasi dapat dibedakan berdasarkan pada tingkat-tingkat laju
inflasi, yaitu (Murni, 2006:204):
19
a. Moderat Inflation
Laju inflasinya antara 7% sampai dengan 10% adalah inflasi yang ditandai dengan
harga-harga yang meningkat secara lambat.Umumnya disebut sebagai “inflasi
satu digit”.Pada tingkat inflasi seperti ini orang-orang masih mau untuk
memegang uang dan menyimpan kekayaannya dalam bentuk uang daripada dalam
bentuk aset riil.
b. Galloping Inflation
Adalah inflasi ganas yang tingkat laju inflasinya antara 20% sampai dengan
100%.Yang dapat menimbulkan gangguan-gangguan serius terhadap
perekonomian dan timbulnya distorsi-distorsi besar dalam perekonomian.Hal ini
ditandai dengan uang kehilangan nilainya dengan cepat, sehingga orang tidak
suka memegang uang atau lebih baik memegang barang.Kredit jangka panjang di
dasarkan pada indeks harga atau menggunakan mata uang asing seperti Dollar
serta kegiatan investasi masyarakat lebih banyak di luar negeri.
c. Hyper Inflation
Adalah inflasi yang tingkat inflasinya sangat tinggi (di atas 100%).Inflasi ini
sangat mematikan kegiatan perekonomian masyarakat.
Menurut Sukirno (2011:333), berdasarkan kepada sumber atau penyebab
kenaikan harga-harga yang berlaku, inflasi biasanya dibedakan kepada tiga bentuk
berikut:
a. Inflasi Tarikan Permintaan (Demand Pull Inflation)
Inflasi ini biasanya terjadi pada masa perekonomian berkembang dengan
pesat.Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan tingkat pendapatan yang tinggi
20
dan selanjutnya menimbulkan pengeluaran yang melebihi kemampuan ekonomi
mengeluarkan barang dan jasa. Pengeluaran yang berlebihan ini akan
menimbulkan inflasi. Inflasi tarikan permintaan juga dapat berlaku pada masa
perang atau ketidakstabilan politik yang terus menerus.Dalam masa seperti ini
pemerintah berbelanja jauh melebihi pajak yang dipungutnya.Untuk membiayai
kelebihan pengeluaran tersebut pemerintah terpaksa mencetak uang atau
meminjam dari bank sentral. Pengeluaran pemerintah yang berlebihan tersebut
menyebabkan permintaan agregat akan melebihi kemampuan ekonomi tersebut
menyediakan barang dan jasa. Maka keadaan ini akan mewujudkan inflasi.
b. Inflasi Desakan Biaya (Cost Push Inflation)
Inflasi ini terutama berlaku dalam masa perekonomian berkembang dengan pesat
ketika tingkat pengangguran sangat rendah.Inflasi ini terjadi bila biaya produksi
mengalami kenaikan secara terus menerus. Kenaikan biaya produksi dapat
berawal dari kenaikan harga input seperti kenaikan tarif listrik, kenaikan BBM,
dan kenaikan input lainnya yang mungkin semakin langka dan harus diimpor dari
luar negeri. Apabila perusahaan-perusahaan masih menghadapi permintaan yang
bertambah, mereka akan berusaha menaikkan produksi dengan cara memberikan
gaji dan upah yang lebih tinggi kepada pekerjanya dan mencari pekerja baru
dengan tawaran pembayaran yang lebih tinggi ini. Langkah ini mengakibatkan
biaya produksi meningkat, yang akhirnya akan menyebabkan kenaikan harga-
harga berbagai barang.
21
c. Inflasi Diimpor (Imported Inflation)
Inflasi ini dapat juga bersumber dari kenaikan harga-harga barang yang diimpor.
Inflasi ini akan wujud apabila barang-barang impor yang mengalami kenaikan
harga mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan pengeluaran perusahaan-
perusahaan atau dalam setiap kegiatan produksi.
3.Teori Nilai Tukar (kurs)
Menurut Mohamad Samsul (2006: 202), perubahan satu variabel makro
ekonomi memiliki dampak yang berbeda terhadap harga saham, yaitu suatu saham
dapat terkena dampak positif sedangkan saham lainnya terkena dampak negatif.
Misalnya, perusahaan yang berorientasi impor, depresiasi kurs rupiah terhadap
dolar Amerika yang tajam akan berdampak negatif terhadap harga saham
perusahaan. Sementara itu, perusahaan yang berorientasi ekspor akan menerima
dampak positif dari depresiasi kurs rupiah terhadap dolar Amerika. Ini berarti
harga saham yang terkena dampak negatif akan mengalami penurunan di Bursa
Efek Indonesia (BEI), sementara perusahaan yang terkena dampak positif akan
mengalami kenaikan harga sahamnya. Selanjutnya, Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) juga akan terkena dampak negatif atau positif tergantung pada
kelompok yang dominan dampaknya.
Saat ini sebagian besar bahan baku bagi perusahaan-perusahaan
diIndonesia masih mengandalkan impor dari luar negeri (www.kompas.com).
Ketika mata uang rupiah terdepresiasi, hal ini akan mengakibatkan naiknya
biayabahan baku tersebut. Kenaikan biaya produksi akan mengurangi
22
tingkatkeuntungan perusahaan. Bagi investor, proyeksi penurunan tingkat laba
tersebutakan dipandang negatif (A.K Coleman dan K.A Tettey, 2008).
Hal ini akan mendorong investor untuk melakukan aksi jual terhadap
sahamsaham yang dimilikinya. Apabila banyak investor yang melakukan hal
tersebut, tentu akan mendorong penurunanIndeks Harga Saham Gabungan
(IHSG). Bagi investor sendiri, depresiasi rupiah terhadap dollar menandakan
bahwa prospek perekonomian Indonesia suram. Sebab depresiasi rupiah dapat
terjadi apabila faktor fundamental perekonomian Indonesia tidaklah kuat,
sehingga dolar Amerika akan menguat dan akan menurunkan Indeks Harga
Saham Gabungan di BEI (Sunariyah, 2006).
Hal ini tentunya menambah resiko bagi investor apabila hendak berinvestasi
di bursa saham Indonesia (Robert Ang, 1997). Investor tentunya akan
menghindari resiko, sehingga investor akan cenderung melakukan aksi jual dan
menunggu hingga situasi perekonomian dirasakan membaik. Aksi jual yang
dilakukan investor ini akan mendorong penurunan indeks harga saham di BEI dan
mengalihkan investasinya ke dolar Amerika (Jose Rizal, 2007).
a. Penentuan Nilai Tukar
Ada beberapa faktor penentu yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar, yaitu
(Madura, 1993):
1. Faktor Fundamental
Faktor fundamental berkaitan dengan indikator ekonomi seperti inflasi, suku
bunga, perbedaan relatif pendapatan antar negara, ekspektasi pasar dan intervensi
bank sentral.
23
2. Faktor Teknis
Faktor teknis berkaitan dengan kondisi permintaan dan penawaran devisa pada
saat tertentu. Apabila ada kelebihan permintaan, sementarapenawaran tetap, maka
harga valuta asing akan terapresiasi, sebaliknyaapabila ada kekurangan
permintaan, sementara penawaran tetap maka nilai tukar valuta asing akan
terdepresiasi.
3. Sentimen Pasar
Sentimen pasar lebih banyak disebabkan oleh rumor atau berita politik yang
bersifat insidentil, yang dapat mendorong harga valuta asing naik atau atau turun
secara tajam dalam jangka pendek. Apabila rumor atau berita sudah berlalu, maka
nilai tukar akan kembali normal.
b. Sistem Kurs Mata Uang
Sistem nilai tukar yang dianut oleh suatu negara sangat berpengaruh
sekalidalam menentukan pergerakan nilai tukar. Seperti misalnya negara
Indonesiayang sebelum tanggal 14 Agustus 1997 menerapkan sistem nilai
tukarmengambang terkendali, maka laju depresiasi sangat ditentukan oleh
pemegangotoritas moneter, sehingga ketika Bank Indonesia melepas kendali nilai
tukarmenyebabkan nilai tukar akan segera mengikuti hukum pasar dan
pengaruhpengaruhdari luar. Untuk mengurangi tekanan terhadap rupiah, upaya
lain yangtelah dilakukan Bank Indonesia adalah pengembangan pasar valas
domestic antar bank melalui band intervensi. Dengan band intervensi, nilai
tukardiperkenankan berfluktuasi dalam kisaran band yang telah ditetapkan.
Apabilavaluta asing diperdagangkan melebihi band yang telah ditetapkan maka
24
BankIndonesia segera melakukan intervensi untuk mengembalikan nilai tukar
padaposisi semula (Wibowo dan Suhendra, 2010:2).
Menurut Kuncoro (2001: 26-31), ada beberapa sistem kurs mata uang yang
berlaku di perekonomian internasional, yaitu:
1. Sistem kurs mengambang (floating exchange rate)
Sistem kurs ini ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa upaya
stabilisasi oleh otoritas moneter. Di dalam sistem kurs mengambang dikenal dua
macam kurs mengambang, yaitu :
a. Mengambang bebas (murni) dimana kurs mata uang ditentukan sepenuhnya
oleh mekanisme pasar tanpa ada campur tangan bank sentral/otoritas moneter.
Sistem ini sering disebut clean floating exchange rate, di dalam sistem ini
cadangan devisa tidak diperlukan karena otoritas moneter tidak berupaya untuk
menetapkan atau memanipulasi kurs.
b. Mengambang terkendali (managed or dirty floating exchange rate) dimana
otoritas moneter berperan aktif dalam menstabilkan kurs pada tingkat tertentu.
Oleh karena itu, cadangan devisa biasanya dibutuhkankarena otoritas moneter
perlu membeli atau menjual valuta asing untukmempengaruhi pergerakan kurs.
2. Sistem kurs tertambat (pegged exchange rate).
Dalam sistem ini, suatu negara mengkaitkan nilai ukar mata uangnya dengan
suatu mata uang negara lain atau sekelompok mata uang, yang biasanya
merupakan mata uang negara partner dagang yang utama “Menambatkan“ ke
suatu mata uang berarti nilai tukar mata uang tersebut
25
bergerak mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya. Jadi sebenarnya mata
uang yang ditambatkan tidak mengalami fluktuasi tetapi hanya berfluktuasi
terhadap mata uang lain mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya.
3. Sistem kurs tertambat merangkak (crawling pegs).
Dalam sistem ini, suatu negara melakukan sedikit perubahan dalam nilai tukar
mata uangnya secara periodik dengan tujuan untuk bergerak menuju nilai tertentu
pada rentang waktu tertentu. Keuntungan utama sistem ini adalah suatu negara
dapat mengatur penyesuaian kursnya dalamperiode yang lebih lama dibanding
sistem kurs tertambat. Oleh karena itu,sistem ini dapat menghindari kejutan-
kejutan terhadap perekonomian akibat revaluasi atau devaluasi yang tiba-tiba dan
tajam.
4. Sistem sekeranjang mata uang (basket of currencies).
Banyak negara terutama negara sedang berkembang menetapkan nilai tukar mata
uangnya berdasarkan sekeranjang mata uang. Keuntungan dari sistem ini adalah
menawarkan stabilitas mata uang suatu Negara karena pergerakan mata uang
disebar dalam sekeranjang mata uang.
Seleksi mata uang yang dimasukkan dalam “keranjang“ umumnya ditentukan oleh
peranannya dalam membiayai perdagangan Negara tertentu. Mata uang yang
berlainan diberi bobot yang berbeda tergantung peran relatifnya terhadap negara
tersebut. Jadi sekeranjang mata uang bagi suatu negara dapat terdiri dari beberapa
mata uang yang berbeda dengan bobot yang berbeda.
26
5. Sistem kurs tetap (fixed exchange rate).
Dalam sistem ini, suatu negara mengumumkan suatu kurs tertentu atas nama
uangnya dan menjaga kurs ini dengan menyetujui untuk menjual atau membeli
valas dalam jumlah tidak terbatas pada kurs tersebut. Kurs biasanya tetap atau
diperbolehkan berfluktuasi dalam batas
yang sangat sempit.
4. Produk Domestik Bruto
Produk domestik bruto dapat diartikan sebagai nilai barang-barang dan
jasa-jasa yang diproduksikan didalam negara tersebut dalam satu tahun tertentu.
Di dalam suatu perekonomian, di Negara- Negara maju maupun di Negara
berkembang, barang dan jasa diproduksikan bukan saja oleh perusahaan milik
penduduk Negara tersebut tetapi oleh penduduk Negara lain. Selalu di dapati
produksi nasional diciptakan oleh faktor-faktor produksi yang berasal dari luar
negeri (Sukirno, 2011:34).
Menurut Tandelilim (2010:342) produk domestik bruto adalah ukuran
produksi barang dan jasa total suatu Negara. Pertumbuhan PDB yang cepat
merupakan indikasi terjadinya pertumbuhan ekonomi. Jika pertumbuhan ekonomi
membaik, maka daya beli masyarakat pun akan meningkat, dan ini merupakan
kesempatan bagi perusahaan-perusahaan untuk meningkatkan penjualannya.
Dengan meningkatnya penjualan perusahaan, maka perusahaan memperoleh
keuntungan juga akan semakin meningkat.
Pendapatan Nasional adalah jumlah barang dan jasa yang dihasilkan suatu
Negara pada periode tertentu biasanya satu tahun. Istilah lain pendapatan nasional
27
antara lain: produk domestik bruto/PDB (gross domestic product/GDP), produk
nasional bruto (gross national product/GNP) serta pedapatan nasional netto (net
national product/NNP) (Nurul Huda, 2008).
5. Harga Emas Dunia
Emas adalah logam yang padat, lembut, mengkilat, dan salah satu logam
yang paling lentur diantara logam lainnya. Dibandingkan dengan jenis logam
lainnya emas memiliki beberapa kelebihan, seperti pendapat Jack Weatherford
“dimanapun orang ingin menyentuhnya, mengenakannya, bermain-main
dengannya dan juga memilikinya, karena berbeda dengan tembaga yang berubah
menjadi hijau, besi yang mudah berkarat dan perak yang memudar, emas murni
tetaplah murni dan tidak berubah” sifat-sifat alamiah inilah yang menyebabkan
nilai atau harga emas menjadi amat bernilai (Sholeh Dipraja, 2011:7).
Menurut Sholeh Dipraja (2011, 12), ada tiga faktor kelebihan dari emas:
a. Keterbatasan jumlahnya dan termasuk barang tambang (sumber daya
alam yang tidak dapat diperbaharui), emas terbentuk karena proses
alami dan manusia hanya dapat menambangnya, proses penambangan
tidak mudah, bahkan dapat mempertaruhkan nyawa.
b. Tidak terikat dengan system bunga sebagaimana halnya dengan uang
kertas.
c. Kemanapun emas atas daya beli terkini, dalam arti emas mampu
beradaptasi terhadap inflasi yang terus membuat barang dan jasa
menjadi mahal.
28
Emas merupakan salah satu bentuk investasi yang cenderung bebas resiko
(Sunariyah,2011:166). Emas banyak dipilih sebagai salah satu bentuk investasi
karena nilainya cenderung stabil dan naik. Sangat jarang sekali harga emas turun.
Dan lagi, emas adalah alat yang dapat digunakan untuk menangkal inflasi yang
kerap terjadi setiap tahunnya. Ketika akan berinvestasi, investor akan memilih
investasi yang memiliki tingkat imbal balik tinggi dengan resiko tertentu atau
tingkat imbal balik tertentu dengan resiko yang rendah. Investasi di pasar saham
tentunya lebih berisiko daripada berinvestasi di emas, karena tingkat
pengembaliannya yang secara umum relatif lebih tinggi dari emas. Kenaikan
harga emas akan mendorong investor untuk memilih berinvestasi di emas
daripada di pasar modal. Sebab dengan resiko yang relatif lebih rendah, emas
dapat memberikan hasil imbal balik yang baik dengan kenaikan harganya. Ketika
banyak investor yang mengalihkan portofolionya investasi kedalam bentuk emas
batangan, hal ini akan mengakibatkan turunnya indeks harga saham di negara
yang bersangkutan karena aksi jual yang dilakukan investor.
6. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Indeks harga saham adalah indikator atau cerminan pergerakan harga
saham. Indeks merupakan salah satu pedoman bagi investor untuk melakukan
investasi di pasar modal, khususnya saham.
Indeks harga saham gabungan (IHSG) menggunakan semua perusahaan
tercatat sebagai komponen perhitungan indeks. Agar IHSG dapat menggambarkan
keadaan pasar yang wajar, bursa efek Indonesia berwenang mengeluarkan dan
atau tidak memasukan satu atau beberapa perusahaan tercatat dari perhitungan
29
IHSG. Dasar pertimbangannya antara lain, jika jumlah saham perusahaan tercatat
tersebut yang dimiliki oleh public (free float) relative kecil sementara kapitalisasi
pasarnya cukup besar, sehingga perubahan harga saham perusahaan tercatat
tersebut berpotensi mempengaruhi kewajaran pergerakan IHSG.
Untuk mengetahui besarnya Indeks Harga Saham Gabungan, digunakan
rumus sebagai berikut (Anoraga dan Pakarti, 2008:102):
Dimana:
Σ Ht : Total harga semua saham pada waktu tertentu
Σ Ho : Total semua harga saham pada waktu dasar
7. ReturnPasar
Jenis return saham menurut Jogiyanto (2003:109) saham dapat dibedakan
menjadi dua: (1) return realisasi yang merupakan return yang telah terjadi,
(2)return ekspektasi merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh
investor dimasa yang akan datang.Berdasarkan pengertian return, bahwa return
suatu saham adalah hasil yang diperoleh dari investasi dengan cara menghitung
selisih harga saham periode berjalan dengan periode sebelumnya dengan
mengabaikan dividen, maka akan ditulis rumus:
30
Dimana:
Ri : Return saham
Pt : Harga saham periode tahun
Pt-1 : Harga saham periode tahun sebelumnya
Selain return saham terdapat juga return pasar (Rm) yang dapat dihitung dengan
rumus (Jogiyanto, 2003:232):
Dimana:
Rm : Return marketpada akhir bulan
ISSIt : ISSI pada akhirbulan ke t
ISSIt-1 : ISSI pada akhirbulan sebelumnya (t-1)
Investor akan sangat senang apabila mendapatkan return investasi yang
semakin tinggi dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, investor memiliki
kepentingan untuk mampu memprediksi berapa besar investasi mereka. Investor
selalu mencari alternatif investasi yang memberikan return tertinggi dengan
tingkat risiko tertentu. Mengingat risiko yang melekat pada investasi saham lebih
tinggi dari pada pada perbankan, return yang diharapkan juga lebih tinggi. Hal ini
sesuai dengan teori investasi yang dikemukakan oleh Widiatmojo (2008:84).
Rm = ISSIt-ISSI t-1
ISSIt-1
31
B.Keterkaitan antar Variabel Bebas dengan Variabel Terikat
1. Tingkat Inflasi dengan ReturnISSI (Indeks Saham Syariah Indonesia)
Penelitian yang dilakukan olehMaqdiyah, Rahayu dan Tapowijono (2014)
menyimpulkan bahwa Inflasi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
indeks harga saham JII. Hal ini berbeda oleh penelitian yang dilakukan oleh
Rowland Bismark Fernando dan Mikail Firdaus (2013) Berdasarkan hasil analisis
regresi linier berganda, terlihat bahwa tingkat inflasi memiliki hubungan yang
negatif terhadap indeks saham syariah Indonesia.Hal ini terjadi karena selama
periode pengamatan, tingkat inflasi Indonesia tergolong stabil dan terkendali
rendah dimana setiap bulannya rata-rata inflasi berkisar 0,44%, artinya masih
dalam kondisi yang normal dalam perekonomian negara berkembang. Sehingga
investor tidak memandang kenaikan inflasi sebagai hambatan yang berarti.
Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa inflasi memiliki keterkaitan dengan
indeks harga saham syariah berarti pula dapat mempengaruhi return indeks saham
syariah Indonesia (ISSI).
2. Nilai Tukar (KURS) dengan ReturnISSI (Indeks Saham Syariah
Indonesia)
Penelitian yang dilakukan oleh Wycliffe Nduga Ouma dan Dr. Peter
Muriu (2014) menyimpulkan bahwa nilai tukar (KURS) memberikan pengaruh
signifikan terhadap return saham di Kenya. Hal ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan Muazu Ibrahim dan Alhassan Musah (2014) menunjukan bahwa ada
hubungan yang positif antara nilai tukar dan return saham di Ghana. Kedua
32
kondisi ini menunjukan bahwa di berbagai Negara nilai tukar mempengaruhi
harga saham. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa nilai tukar mempunyai
keterkaitan dengan return saham.
3. Produk Domestik Bruto (PDB) dengan ReturnISSI (Indeks Saham Syariah
Indonesia)
Penelitian yang dilakukan olehMaqdiyah, Rahayu dan Tapowijono (2014)
menyimpulkan bahwa produk domestik bruto(PDB) memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap indeks harga saham JII.Hal ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan Lemiyana dengan menggunakan model CAPM dan APT bahwa
terdapar pengaruh signifikan PDB terhadap return saham syariah JII. Oleh karena
itu dapat disimpulkan bahwa adanya keterkaitan PDB dengan return indeks saham
syariah Indonesia (ISSI).
4. Harga Emas Dunia dengan ReturnISSI (Indeks Saham Syariah Indonesia)
Penelitian yang dilakukan oleh Krishna Reddy Chittedi (2015)
menyimpulkan bahwa harga emas dunia berpengaruh secara signifikan terhadap
harga saham di BRIC.Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Mohd
Yahya, Fidlizan Muhammad. Azila Abdul Razak Gna Pai Tha, dan Nurfakhzan
Marwan (2015) menunjukan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara harga
emas terhadap harga saham syariah di Malaysia. Oleh karena itu, adanya
keterkaitan antara harga emas dunia dan Returnindeks saham syariah Indonesia
(ISSI).
33
5. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan ReturnISSI (Indeks
Saham Syariah Indonesia)
Jenis return saham menurut Jogiyanto (2003:109) saham dapat dibedakan
menjadi dua: (1) return realisasi yang merupakan return yang telah terjadi,
(2)return ekspektasi merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh
investor dimasa yang akan datang.Berdasarkan pengertian return, bahwa return
suatu saham adalah hasil yang diperoleh dari investasi dengan cara menghitung
selisih harga saham periode berjalan dengan periode sebelumnya dengan
mengabaikan dividen. Menurut Gumanti (2011 : 72) Indeks harga saham
merupakan indikator yang menggambarkan pergerakan harga-harga saham. Dapat
diketahui bahwa indeks harga saham gabungan terdiri dari saham umum atau
konvensional dan juga saham-saham syariah. Oleh karena itu terdapat keterkaitan
antara indeks harga saham gabungan (IHSG) dengan returnindeks saham syariah
Indonesia (ISSI).
C. Penelitian Sebelumnya
Penelitian sebelumnya merupakan kumpulan beberapa hasil
penelitianyang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya
terhadappenelitian yang akan dilakukan ini. Hasil – hasil dari penelitian
sebelumnyaini dapat dijadikan bahan referensi untuk penelitian yang akan
dilakukan ini.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas, ringkasan dari penelitian
terdahulu tersebut dapat dilihat dalam Tabel 2..1
34
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti
dan Judul
Variabel dan Model
Penelitian
Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1. Krishna Reddy
Chittedi,
Macroeconomic
Variables
impact on Stock
Prices in a
BRIC Stock
Markets: An
Empirical
Analysis, 2015.
1. Menggunakan
variabel
independen
Inflasi dan
Harga Emas
Dunia
1.Tidak
menggunakan
model penelitian
Autoregressive
Distributed Lag
(ARDL)
melainkan
menggunakan
model regresi
berganda dengan
pendekatan ECM
(Error Correction
Model)
2. Tidak
menggunakan
variabel
idenpenden Suku
Bunga, jumlah
Semua variabel
ekonomi makro BRIC
berpengaruh terhadap
Harga Pasar Saham di
BRIC.
35
Uang Beredar
2. Safdar Abbas,
Safdar Husain
Tahir dan
Shahid Raza,
Impact of
Macroeconomic
Variables on
Stock Returns:
Evidence from
KSE-100 Index
of Pakistan,
2015.
1. Menggunakan
variabel
independen
Inflasi, Nilai
tukar, harga emas
dunia, dan PDB.
2. Menggunakan
variabel
independen
Return Stock
3. Menggunakan
model penelitian
regresi linier
berganda
Tidak
menggunkan
pajak sebagai
variabel
independen
Korelasi menunjukkan
bahwa Return Saham
berkorelasi negatif
dengan masing-masing
GDP independen
variabel, harga emas,
inflasi, nilai tukar dan
pajak. Semua variabel
independen Inflasi,
pajak, nilai tukar, PDB
dan harga emas
berkorelasi positif
dengan satu sama lain.
Hasil regresi ditemukan
bahwa hubungan
positif signifikan dari
nilai tukar dan Return
Saham. Harga emas
memiliki hubungan
signifikan positif tetapi
PDB memiliki
hubungan negatif
36
signifikan dengan
return saham. Inflasi
memiliki hubungan
negatif yang signifikan
dengan Return Saham.
pajak memiliki
hubungan negatif
signifikan dengan
Return saham.
3, Wycliffe Nduga
Ouma dan Dr.
Peter Muriu,
The Impact Of
Macroeconomic
Variables on
Stock Market
Returns in
Kenya, 2014.
1. Menggunakan
variabel
independen nilai
tukar, dan variabel
dependen return
pasar saham
1.Tidak
menggunakan
Teori Arbitrage
Pricing (APT)
dan Aset Modal
Pricing Model
(CAPM)
2.Tidak
menggunakan
model penelitian
The Ordinary
Least
Square (OLS)
3. Tidak
Semua variabel
terdapat hubungan
yang signifikan
terhadap return pasar
saham kecuali suku
bunga.
37
menggunakan
variabel
independen suku
bunga dan jumlah
uang beredar
4. Hatman
Maqdiyah, Sri
Mangesti
Rahayu dan
Topowijono,
Pengaruh
Tingkat Bunga
Deposito,
Tingkat Inflasi,
Produk
Domestik Bruto
(PDB) dan Nilai
Tukar Rupiah
terhadap Indeks
Harga Saham
Jakarta Islamic
Index (JII),
2014.
1. Menggunakan
variabel
independen inflasi,
PDB dan nilai
tukar.
2. Menggunakan
model penelitian
Regresi linear
berganda
1.Tidak
menggunakan
variabel
independen suku
bunga dan
dependen indeks
harga saham JII
Hasil Uji Simultan (Uji
F), menunjukkan
bahwa semua variabel
secara simultan
berpengaruh signifikan
terhadap indeks harga
saham JII. Sedangkan
hasil uji parsial tingkat
bunga deposito dan
tingkat inflasi tidak
berpengaruh signifikan
terhadap indeks harga
saham JII. Nilai tukar
secara parsial
berpengaruh negatif
dan signifikan tergdap
indek saham JII. PDB
merupakan variabel
38
yang dominan terhadap
indek harga saham JII
secara parsial.
5.. Muazu Ibrahim
dan Alhassan
Musah, An
Econometric
Analysis of the
Impact of
Macroeconomic
Fundamentals
on Stock
Market Return
in Ghana, 2014.
1. Menggunakan
variabel
independen Inflasi
dan Nilai tukar
2. Menggunakan
variabel dependen
Return Pasar
3. Menggunakan
model penelitian
ECM (Error
Correction Model)
Tidak
menggunakan
variabel
independen
jumlah uang
beredar
Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa di
antara variabel
ekonomi makro,
guncangan
inflasi, uang beredar
dan nilai tukar tidak
hanya menjelaskan
proporsi yang
signifikan dari
kesalahan varians
terhadap return saham
tetapi efeknya yang
bertahan dalam jangka
panjang.
6. Serife Ozlen,
The Effects of
Domestic
Macroeconomic
Determinants
Menggunakan
variabel
independen inflasi
dan variabel
dependen
1.Tidak
menggunakan
model penelitian
Autoregressive
Distributed
Semua variabel secara
signifikan berpengaruh
terhadap Return Saham
kecuali Sektor
komunikasi dan Tekstil
39
on Stock
Returns: A
Sector Level
Analysis, 2014.
ReturnSaham Lag(ARDL)
2.Tidak
menggunakan
variabel
independen Suku
Bunga, Tingkat
Pengangguran
dan Giro Deficit
7. Rowland
Bismark
Fernando
Pasaribu dan
Mikail Firdaus,
Analisis
Pengaruh
Variabel
Makroekonomi
Terhadap
Indeks Saham
Syariah
Indonesia,
2013.
1.Menggunakan
variabel
independen Inflasi
dan ISSI sebagai
variabel dependen
2. Menggunakan
model penelitian
Regresi Linear
Berganda
Tidak
menggunakan
variabel
independen
Suku Bunga
dan Jumlah Uang
Beredar
Inflasi, Suku Bunga
dan Jumlah Uang
Beredar secara
signifikan berpengaruh
terhadap ISSI.
40
8. Mohd Yahya
Mohd Hussin,
Fidlizan
Muhammad,
Mohd Fauzi
Abu, dan
Salwah Amirah
Awang,
Macroeconomic
Variables and
Malaysian
Islamic Stock
Market: A Time
Series Analysis,
2012.
1. Menggunakan
variabel
independen inflasi
dan nilai tukar
2. Menggunakan
model penelitian
ECM (Error
Correction Model)
Tidak
menggunakan
variabel
independen suku
bunga dan jumlah
uang beredar
Inflasi dan Tingkat
suku bunga memiliki
hubungan yang
signifikan terhadap
harga saham. Nilai
tukar dan jumlah uang
beredar memiliki
hubungan yang negatif
terhadap harga saham
9. Ihsan Ilahi,
Mehboob Ali,
dan Raja
Ahmed Jamil,
Impact of
Macroeconomic
Variables on
Stock Market
1.Menggunakan
variabel Nilai
tukar dan Inflasi
dan variabel
independen Return
Pasar Saham
2.Menggunakan
model penelitian
Tidak
menggunakan
variabel
independen Suku
Bunga
Nilai tukar, Inflasi dan
Tingkat Suku Bunga
tidak memiliki
hubungan yang
signifikan terhadap
Return Pasar Saham.
41
Returns: A Case
of Karachi
Stock
Exchange,
2012.
regresi linear
berganda
10. Tarika Singh,
Seema Mehta,
dan M. S.
Varsha,
Macroeconomic
factors and
stock returns:
Evidence from
Taiwan, 2011.
1.Menggunakan
variabel
independen Inflasi,
PDB dan Nilai
Tukar, variabel
dependen return
pasar saham
2.Menggunakan
Model penelitian
Regresi Linear
Berganda
Tidak
menggunakan
variabel
independen
tingkat kerja
dan jumlah uang
beredar
Nilai tukar dan PDB
mempengaruhi hasil
dari semua portofolio,
sementara tingkat
inflasi, nilai tukar, dan
jumlah uang beredar
yang memiliki
hubungan negatif
dengan return.
42
D. Kerangka Penelitian
Menurut Hamid (2012:25) kerangka pemikiran merupakan sinetesa
dariserangkaian teori yang tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada
dasarnyamerupakan gambaran sistematis dari kinerja teori dalam memberikan
solusiatau alternatif solusi dari serangkaian masalah yang ditetapkan.
Kerangkapemikiran dapat berupa bagian, penelitian kuantitatif, atau bahkan
gabungankeduanya.
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) selalu mengalami
pertumbuhanuntuk setiap tahunnya. Pertumbuhannya ini tidak lepas karena
dipengaruhi atasbeberapa variabel ekonomi makro seperti Tingkat Inflasi, nilai
tukar (Kurs),produk domestik bruto (PDB), harga emas dunia dan indeks harga
saham gabungan (IHSG). Inflasi merupakan salah satu dari sekian banyak
variabel ekonomi makroyang sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
disuatu negara.Pertumbuhan ekonomi disuatu negara juga tidak terlepas dari
besarnya tingkatinvestasi yang bertumbuh di negara tersebut. ISSI merupakan
salah satu daribeberapa instrumen investasi yang ada di Indonesia. Jadi inflasi dan
pergerakanISSI ini sangat berpengaruh dalam perekonomian suatu negara.
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah bahwa Return Pasar
Saham Syariah dipengaruhi oleh lima variabel antara lain, Tingkat Inflasi, nilai
tukar (Kurs),produk domestik bruto (PDB), harga emas dunia dan indeks harga
saham gabungan (IHSG).Setelah memperoleh data disetiap variabel peneliti mulai
melakukan analisis regresi berganda menggunakan software EViews 8, Kemudian
diukur dengan dengan Metode analisis yang penulis gunakan dalam penelitian ini
43
adalah model koreksi kesalahan atau Error Correction Model (ECM) yang
diperkenalkan oleh Sargan dan dipopulerkan oleh Engle dan Granger. Model ini
mampu meliputi banyak variabel dalam menganalisis fenomena ekonomi jangka
panjang dan juga dapat memecahkanmasalah variabel time series yang rentan
dengan ketidakstasioneran yang sebelumnya dilakukan uji stasioner Phillips-
Perron (PP) test dan uji kointegrasi Phillips-Perron (PP) test, singkatnya akan
penulis gambarkan pada kerangka pemikiran. Kerangka pemikiran dalam
penelitian ini jika divisualisasikan dalam bentuk skema atau model sederhana
adalah sebagai berikut :
44
Gambar 2. 1 Kerangka Penelitian
45
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas suatu persoalan yang masih perlu
dibuktikan kebenarannya dan harus bersifat logis, jelas, dan dapat diuji. Hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Tingkat Inflasi (X1)
Ha: Diduga Tingkat Inflasi berpengaruh positif terhadap Return PasarISSI.
2. Variabel Nilai Tukar (X2)
Ha : Diduga Nilai Tukarberpengaruh positif terhadap Return PasarISSI.
3. Variabel Produk Domestik Bruto (X3)
Ha : Diduga Jumlah Produk Domestik Brutoberpengaruh positif terhadap Return
PasarISSI.
4. Variabel Harga Emas Dunia (X4)
Ha : Diduga Harga Emas Duniaberpengaruh positif terhadap Return PasarISSI.
5. Variabel Indeks Harga Saham Gabungan (X5)
Ha : Diduga Indeks Harga Saham Gabungan berpengaruh positif terhadap Return
PasarISSI.
46
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini penulis memfokuskan variabel dependen yaitu Return
Pasar Indeks Harga Saham Syariah (ISSI).Dan variabel independennya
difokuskan pada Tingkat Inflasi, nilai tukar, produk domestik bruto, harga emas
dunia dan indeks harga saham gabungan. Penellitian ini merupakan penelitian
analisis pengaruh, karena tujuan penelitian ini adalah meneliti hubungan pengaruh
antara dua variabel tersebut.
Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data
runtun waktu (time series), semua data diambil dalam bentuk bulanan dalam
kurun waktu pada bulan Juni 2011 sampai Mei 2015dan diperoleh dari Website
IDX Bursa Efek Indonesia, Data Statistik Bank Indonesia dan Website Kitco.
B. Metode Penentuan Sampel
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan oleh penulis adalah
pemilihan sampel berdasarkan pertimbangan (judgment sampling).Metode
judgment sampling atau purposive penumpulan data atas dasar strategi kecakapan
atau pertimbangan pribadi semata. (Hamid, 2007:29).
Judgment sampling adalah teknik sampling yang satuan samplingnya
dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dengan tujuan memperoleh satuan
sampling yang memiliki karakteristik atau kriteria yang dikehendaki dalam
pengambilan sampel. Dan ingin melihatpengaruh dari faktor-faktor ekonomi
47
makro seperti tingkat inflasi, nilai tukar mata uang, produk domestik bruto, harga
emas dunia dan indeks harga saham gabungan terhadap Return Pasar ISSI.
C. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan hal yang harus dilakukan dalam
penyusunan skripsi ini, karena penulis dalam menyusun skripsi ini memerlukan
data-data yang lengkap, akurat dan dapat disahkan kebenarannya. Dalam
penulisan skripsi ini, data yang diperlukan dengan menggunakan teknik penelitian
ini merupakan data sekunder, data tersebut diperoleh dari Laporan Bulanan
Statistik Bursa Efek Indonesia, situs resmi Bank Indonesia, situs resmi Otoritas
Jasa Keuangan, buku-buku literature, media cetak, media elektronik dan sumber
lainnya yang dapat dipercaya.
D. Teknik Analisis Data
Penulis dalam penelitian ini menggunakan metode data kuantitatif dengan
menggunakan analisis statistik melalui pendekatan regresi berganda, yaitu suatu
analisis yang mengukur pengaruh antarvariabel yang melibatkan lebih dari dua
variabel independen terhadap variabel dependen .
Dalam penelitian ini digunakan pendekatan Error Correction Model
(ECM) untuk melihat hubungan jangka pendek dan menggunakan uji Kointegrasi
untukmelihat indikasi adanya hubungan jangka panjang. Analisis data akan
dilakukandengan bantuan aplikasi komputer, program EVIEWS 8. Aplikasi
EViews 8 digunakan peneliti karena peneliti menggunakan data time series
dibandingkan dengan SPSS yang kurang cocok, dalam hal uji-uji statistik terkait
data time series, Eviews sangat powerful membantu penelitian.Pengujian ECM
48
baru dapatdilakukan bila terdapat indikasi adanya hubungan jangka panjang
denganmenggunakan uji kointegrasi. Variabel-variabel dikatakan terkointegrasi
bilastasioner pada ordo yang sama. Untuk menguji kestasioneran data, maka
padapenelitian ini digunakan Phillips-Perron (PP) test. Dalam Phillips-Perron test,
perlumenentukan jumlah truncation lag untuk koreksi Newey-West, yaitu
denganmenggunakan rumus N1/3 = 321/3 = 3,17 yang kemudian dibulatkan pada
nilai satuanterdekat dibawahnya yaitu 3 (Yahya Hamja, 2008).
Nilai koefisien regresi sangat berarti sebagai dasar analisis. Koefisien β
akan bernilai positif (+) jika menunjukkan hubungan yang searah antara variable
independen dengan variabel dependen, Artinya kenaikan variabel independen
akan mengakibatkan kenaikan variabel dependen, begitu pula sebaliknya jika
variable independen mengalami penurunan. Sedangkan nilai β akan negatif (-)
jika menunjukkan hubungan yang berlawanan, artinya kenaikan variabel
independen akan mengakibatkan penurunan variabel dependen, demikian pula
sebaliknya. Uji yang pertama dilakukan adalah uji normalitas dimana untuk
melihat apakah nilai residual terdistribusi normal atau tidak. Berikut ini
merupakan alatuntuk menguji suatu nilai residual, yaitu :
1. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi
normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang
terdistribusi normal. Jadi uji normalitas bukan dilakukan pada masing-masing
variabel tetapi pada nilai residualnya. Sering terjadi kesalahan yang jamak yaitu
bahwa uji normalitas dilakukan pada masing-masing variabel. Hal ini tidak
49
dilarang tetapi model regresi memerlukan normalitas pada nilai residualnya bukan
pada masing-masing variable penelitian. Sebenarnya normalitas dapat dilihat dari
gambar histogram, namun seringkali polanya tidak mengikuti kurva normal,
sehingga sulit disimpulkan. Akan lebih mudah bila melihat koefisien Jarque-Bera
dan Probabilitasnya. Kedua angka ini saling mendukung. (Winarto
Wahyu,2011:5.39)
Langkah-langkah pengujian normalitas data sebagai berikut:
Hipotesis: Ho: Model Normal
Ha: Model Tidak Normal
Bila probabilitas Obs*R2> 0.05 → Signifikan, Ho diterima
Bila probabilitas Obs*R2< 0.05 → Tidak signifikan, Ho ditolak
2. Uji Linieritas
Uji yang sangat populer untuk menguji masalah linieritas adalah uji yang
dikembangkan oleh J.B Ramsey tahun 1969 untuk lebih dikenal dengan nama
Ramsey RESET Test. Uji ini biasanya didesain untuk menguji apakah suatu
variable penjelas cocok atau tidak dimasukkan dalam suatu model estimasi. Akan
tetapi menurut (Insukindro,2003) uji yang dikembangkan oleh J.B Ramsey ini
digunakan untuk menguji apakah bentuk fungsi suatu model estimasi linier atau
tidak linier.
langkah-langkah pengujian sebagai berikut:
Hipotesis: Ho: Model Linear
Ha: Model Tidak Linear
50
Bila probabilitas Obs*R2> 0.05 → Signifikan, Ho diterima
Bila probabilitas Obs*R2< 0.05 → Tidak signifikan, Ho ditolak.
3. Uji Stasioneritas
Salah satu persyaratan penting untuk mengaplikasikan model seri waktu
yaitu dipenuhinya asumsi data yang normal atau stabil (stasioner) dari variabel-
variabel pembentuk persamaan regresi. Karena penggunaan data dalam penelitian
ini dimungkinkan adanya data yang tidak stasioner, maka dalam penelitian ini
perlu digunakan beberapa uji stasioner.Dalam melakukan uji stasioneritas, penulis
akan melakukan proses analisis yang terdiri dari :
a. Uji Akar Unit
Uji Phillips-Perron memasukkan adanya autokorelasi di dalam variable
gangguan dengan memasukkan variabel independen berupa kelambanan diferensi.
Phillips-Perron (PP) membuat uji akar unit dengan menggunakan metode statistic
nonperametrik dalam menjelaskan adanya autokorelasi antara variabel gangguan
tanpa memasukkan variabel penjelaskelambanan diferensi (Agus Widarjono,
2007).
Statistik distributif t tidak mengikuti statistik distributif normal tetapi
mengikuti distributif statistik PP sedangkan nilai kritisnya digunakan nilai kritis.
Prosedur untuk menentukan apakah data stasioner atau tidak dengan cara
membandingkan antara nilai statistik PP dengan nilai kritisnya yaitu distribusi
statistik Mackinnon. Jika nilai absolut statistik PP lebih besar darinilai kritisnya,
maka data yang diamati menunjukkan stasioner dan jika sebaliknya nilai absolute
statistik PP lebih kecil dari nilai kritisnya maka data tidak stasioner.
51
b. Uji Derajat Integrasi
Data time series pada umumnya adalah data yang tidak stasioner.Untuk
menghindari regresi lancung maka harus ditransformasikan data nonstasioner
menjadi data stasioner. Menurut (Nachrowi,2006) dalam berbagai studi
ekonometrika, data time series sangat banyak digunakan. Namun dibalik
pentingnya data tersebut, ternyata data time series menyimpan berbagai
permasalahan, salah satunya yaitu auotokorelasi. auotokorelasi ini merupakan
penyebab yang mengakibatkan data menjadi tidak stasioner, sehingga bila data
dapat distasionerkan maka otokorelasi akan hilang dengan sendirinya, karena
metode transformasi data untuk membuat data yang tidak stasioner sama dengan
transformasi data untukmenghilangkan otokorelasi.
Dalam uji akar unit PP bila menghasilkan kesimpulan bahwa data tidak
stasioner, maka diperlukan proses deferensi data. Uji stasioner data melalui proses
diferensi ini disebut uji derajat integrasi. Seperti uji akar unit PP, keputusan
sampai pada derajat keberapa suatu data akan stasioner dapat dilihat dengan
membandingkan antara nilai statistik PP yang diperoleh dari koefisien y dengan
nilai kritis distribusi statistik Mackinnon. Jika nilai absolut dari statistik PP lebih
besar dari nilai kritisnya pada diferensi tingkat pertama, maka data dikatakan
stasioner pada derajat satu. Akan tetapi, jika nilainya lebih kecil maka uji derajat
integrasi perlu dilanjutkan pada diferensi yang lebih tinggi sehingga diperoleh
data yang stasioner.
52
4. Uji Error Correction Model (ECM)
a. Uji ECM
Model ECM pertama kali diperkenalkan oleh Sargan dan kemudian
dikembangkan oleh Hendry dan dipopulerkan oleh Engle-Granger. Model ini
memasukan penyesuaian untuk melakukan koreksi bagi ketidakseimbangan, dan
model ini mempunyai beberapa kegunaan, namun penggunaan yang utamanya
adalah mengatasi masalah pada data time series yang tidak stasioner. Dalam
penelitian ini, Model ECM digunakan setelah melalui uji normalitas data,
linieritas, stasioneritas, derajat integrasi, kointegrasi dan uji asumsi klasik, serta
terbebas dari semua permasalah dari pengujian tersebut, sehingga model ECM
yang digunakan sudah layak untuk dipakai dan dianalisis.
Analisis yang digunakan bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen dalam jangka pendek maupun
jangka panjang. Setelah pengujian ECM dilakukan, maka model yang terbentuk
akan dilakukan uji ECT ( Error Correction Term).
Berikut ini merupakan model ECM yang digunakan pada penelitian ini :
Model Dasar : RERTURNISSI = (INFLASI, KURS, LNPDB, HED, IHSG)
Model Ekonometrika : RISSIt =β0 + β1 INFLASIt +β2KURSt + β3LNPDBt + β4
HEDt +β5IHSGt +e
Sehingga rumus yang terbentuk dalam penelitian ini adalah :
D(RETURNISSI) t = β0 + β1 D(INFLASI) t + β2 D(KURS) t + β3 D(LNPDB) t
+β4D(HED) t + β5D(IHSG) t + β6ECT
Dimana :
D = Differenence, Xt – Xt-1
53
LN = Natural Log
RETURNISSI = Return PasarISSI
INFLASI = Tingkat Inflasi
KURS = Nilai Tukar Mata Uang Dollar/ Rupiah
LNPDB = Jumlah Produk Domestik Bruto
HED = Harga Emas Dunia
IHSG = Indeks Harga Saham Gabungan
β0 = Konstanta
β1…βt = Koefisien Regresi Variable Bebas
e = Error Term
ECT = Error Correction Term
t = Periode Waktu
Setelah model ECM teerbentuk, maka pengujian dilanjutkan ketahap berikutnya
yaitu uji ECT (Error Cerrection Term).
b. Uji Error Correction Term (ECT)
Error Correction Term (ECT) atau koreksi kesalahan merupakan bagian
dari ECM.Nilai ECT ini diperoleh dari hasil penjumlahan variabel independen
sebelumnya dikurangi dengan variabel dependen sebelumnya, dan nilai yang
dihasilkan merupakan nilai penyesuaian dari ketidakseimbangan variabel
dependen dan independen dalam jangka pendek dan jangka panjang.
Model ECT yang terbentuk pada penelitian ini adalah :
ECT = INFLASIt(-1) + KURSt(-1) + LNPDBt(-1) + HEDt(-1)+ IHSGt(-
1)- RETURNISSIt(-1)
Kemudian regresi model ECM secara berurutan sesuai dengan model yang
telah ditemukan. Hasil probabilitas ECT akan menentukan apakah model dapat
dianalisa baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Jika variabel ECT
54
positif dan signifikan pada α = 5% maka spesifikasi model sudah valid dan dapat
dijelaskan variabel dependen.
Proses pengolahan data berdasarkan metode analisis diatas, dilakukan
dengan cara komputerisasi untuk memperoleh informasi dan hasil yang tepat serta
akurat dari variabel-variabel yang diteliti, yaitu menggunakan program
MicrosoftOffice Excel 2007 dari Microsoft dan program statistic EViews 8 dari
QuantitativeMicro Sofware.
E. Operasional Variabel Penelitian
Suryabrata dalam Idrus (2009 : 77) mendefinisikan variabel sebagai segala
sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian dan sering pula variabel
penelitian itu dinyatakan sebagai gejala yang akan diteliti. Secara sederhana,
istilah variabel ini dimaknai sebagai konsep atau objek yang sedang diteliti, yang
memiliki variansi (vary-able) ukuran, kualitas yang ditetapkan oleh peneliti
berdasarkan pada ciri-ciri yang dimiliki konsep (variabel) itu sendiri.Hubungan
antara variabel dengan variabel lainnya dalam penelitian ini , yaitu:
a. Variabel Independen
Idrus (2009 : 79) mendefinisikan variabel independen sebagai variabel
yang menjadi sebab berubahnya atau timbulnya variabel terkait. Istilah
variabel independen bisa juga disebut sebagai variabel bebas, variabel
predictor, variabel antecedent atau variabel eksogen. Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah:
1. Tingkat Inflasi (X1)
55
Variabel yang digunakan adalah tingkat inflasi bulanan yang
merupakan perubahan kenaikan harga-harga umum secara terus
menerus, yang dilihat dari laju inflasi yang terjadi di Indonesia dan
dinyatakan dalam satuan persen.
Laju inflasi tahun kedua = CPI tahun kedua – CPI tahun pertama
CPI tahun pertama
CPI = Consumer Price Index / Indeks Harga Konsumen (IHK)
2. Nilai Tukar Rupiah terhadap USD(X2)
Nilai tukar (kurs) adalah harga mata uang suatu negara terhadap mata
uangnegara lain. Nilai tukar yang digunakan adalah kurs dolar
Amerikaterhadap rupiah yang dihitung berdasarkan kurs tengah yang
dihitungberdasarkan kurs jual dan kurs beli diatur oleh Bank
Indonesia. Variabel nilai tukar yang dipakai adalah nilai tukar rupiah
terhadap USD dinyatakan dalam rupiah/ USD.
3. Produk Domestik Bruto (PDB) (X3)
Produk domestik bruto dapat diartikan sebagai nilai barang-
barang dan jasa-jasa yang diproduksikan didalam negara tersebut
dalam satu tahun tertentu. Di dalam suatu perekonomian, di Negara-
Negara maju maupun di Negara berkembang, barang dan jasa
diproduksikan bukan saja oleh perusahaan milik penduduk Negara
tersebut tetapi oleh penduduk Negara lain. Selalu di dapati produksi
56
nasional diciptakan oleh faktor-faktor produksi yang berasal dari luar
negeri (Sukirno, 2011:34).
4. Harga Emas Dunia (X4)
Emas merupakan salah satu bentuk investasi yang cenderung
bebas resiko (Sunariyah,2011:166). Emas banyak dipilih sebagai salah
satu bentuk investasi karena nilainya cenderung stabil dan naik. Sangat
jarang sekali harga emas turun. Dan lagi, emas adalah alat yang dapat
digunakan untuk menangkal inflasi yang kerap terjadi setiap tahunnya.
5. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) (X5)
Untuk mengetahui besarnya Indeks Harga Saham Gabungan,
digunakan rumus sebagai berikut (Anoraga dan Pakarti, 2008:102):
Dimana:
Σ Ht : Total harga semua saham pada waktu tertentu
Σ Ho : Total semua harga saham pada waktu dasar
b. Variabel Dependen
Idrus (2009 : 79) menyatakan bahwa variabel dependen (terkait) merupakan
variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas.
Menurut Kurniawan (2008), Saham Syariah adalah saham-saham yang diterbitkan
oleh suatu perusahaan yang memiliki karakteristik sesuai dengan syariah islam.
Indeks Syariah disini adalah indeks dari sejumlah emiten yang tergabung dalam
57
Indeks Saham Syariah Indonesia. Return saham terdapat juga return pasar (Rm)
yang dapat dihitung dengan rumus (Jogiyanto, 2003:232):
Dimana:
Rm : Return market
ISSI : ISSI pada periode tahun
ISSI : ISSI pada periode tahun sebelumnya
Rm = ISSIt-ISSI t-1
ISSIt-1
58
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah singkat berdirinya Index Saham Syariah Indonesia (ISSI)
ISSI merupakan indeks saham yang mencerminkan keseluruhan
saham syariah yang tercatat di BEI. Konstituen ISSI adalah keseluruhan
saham syariah tercatat di BEI dan terdaftar dalam Daftar Efek Syariah
(DES). Konstituen ISSI direview setiap 6 bulan sekali (Mei dan
November) dan dipublikasikan pada awal bulan berikutnya. Konstituen
ISSI juga dilakukan penyesuaian apabila ada saham syariahyang baru
tercatat atau dihapuskan dari DES. Metode perhitungan indeks
ISSI menggunakan rata-rata tertimbang dari kapitalisasi pasar. Tahun
dasar yang digunakan dalam perhitungan ISSI adalah awal penerbitan
DES yaitu Desember 2007. Indeks ISSI diluncurkan pada tanggal 12 Mei
2011.
Gambar dibawah ini merupakan perkembangan ISSI dari periode
Mei 2011 sampai Meni 2015 adalah sebagai berikut:
59
Gambar 4. 1 Perkembangan Indeks Saham Syariah Indonesia(ISSI)
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (data diolah)
Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat bahwa dari terbentuk nya
ISSI pada Mei 2011 hingga tahun Mei 2015 cukup mengalami
peningkatan. Perkembangan ISSI ini tidak telepas dari pangsa pasar
syariah yang telah tumbuh dan berkembang di Indonesia beberapa tahun
terkahir.
2. Perkembangan Inflasi
Inflasi merupakan fenomena ekonomi yang selalu menarik untuk
dibahas terutama mengenai dampaknya yang luas terhadap makro
ekonomi agregat :pertumbuhan ekonomi, keseimbangan eksternal, daya
saing, tingkat bunga, dan bahkan distribusi pendapatan (Nurul Huda, 2008:
175).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Bank Indonesia, dapat dilihat
grafik perkembangan dibawah ini:
5E+08
1E+09
2E+09
2E+09
3E+09
3E+09
4E+09
Me
i-1
1
Agu
st-1
1
No
v-1
1
Feb
-12
Me
i-1
2
Agu
t-1
2
No
v-1
2
Feb
-13
Me
i-1
3
Agu
st-1
3
No
v-1
3
Feb
-14
Me
i-1
4
Agu
st-1
4
No
v-1
4
Feb
-15
Me
i-1
5
Indeks Saham Syariah Indonesia
ISSI
60
Gambar 4. 2 Perkembangan Inflasi
Sumber : Eviews 8 (data diolah)
Berdasarkan grafik diatas, Inflasi mengalami fluktuasi setiap bulan
dan tahunnya, seperti terlihat pada pertengahan tahun 2013 mengalami
kenaikan yang cukup tajam dan pada pertengahan tahun 2014 mengalami
penurunan yang cukup tajam pula, hingga kembali mengalami kenaikan di
akhir tahun 2014.
Adanya kenaikan harga di 2013 dikarenakan oleh porsi yang
signifikan dari harga bahan bakar Indonesia tetap disubsidi, sementara
kenaikan harga bahan bakar menuntut peningkatan terus-menerus, dan
karenanya Bank Dunia, IMF dan Kantor Dagang & Industri Indonesia
(Kadin) terus menekankan pentingnya menghentikan program ini. Setelah
Joko Widodo yang berpola pikir pembaharuan (reform-minded)
memenangkan pemilihan presiden dan dilantik sebagai presiden ke-7
Indonesia pada Oktober 2014, salah satu tindakan pertamanya adalah
menaikan harga bahan bakar bersubsidi.Premium dinaikkan dari Rp 6.500
menjadi Rp 8.500 per liter, sementara diesel dinaikkan dari Rp 5.500
61
menjadi Rp 7.500 per liter. Ini berarti bahwa laju inflasi negara ini, yang
telah mulai melambat menuju level target Bank Indonesia pada 4,5%,
tidak memiliki waktu untuk semakin pulih dan berakselerasi kembali
menjadi 8,4% (y/y) pada akhir tahun 2014.
Menurut Ahmad Rodoni dan Herni Ali (2010: 184) inflasi
merupakan resiko yang harus dipertimbangkan dalam proses investasi.
Adanya kenaikan harga secara umum akan berdampak pada berkurangnya
daya beli sehingga tingkat hasil riil akan turun. Dengan demikian apabila
inflasi naik, maka investor akan menginginkan hasil nominal guna
melindungi tingkat inflasi riilnya.
3. Perkembangan Nilai Tukar (KURS)
Menurut Adler Haymans Manurung (2010:10) Kurs (exchange
rate) suatu mata uang adalah nilai tukar atau ‘harga’ nya jika ditukar
dengan mata uang lain. Sama halnya dengan harga-harga lain dalam
ekonomi yang ditentukan oleh interaksi pembeli dan penjual, kurs juga
terbentuk oleh interaksi para pelaku ekonomi yang digunakan untuk
keperluan transaksi internasional valuta asing dapat juga di definisikan
sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan untuk memperoleh satu
unit mata uang asing (Asfia Murni, 2006:244).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Bank Indonesia, dapat dilihat
grafik perkembangan dibawah ini:
62
Gambar 4. 3 Perkembangan Nilai Tukar (KURS)
Sumber : Eviews 8 (data diolah)
Berdasarkan grafik diatas, tampak jelas bahwa dari tahun ke tahun
nilai tukar rupiah semakin meningkat hingga ke tahun 2015 rupiah terus
melemah terhadap dollar AS. Dengan melemahnya nilai rupiah ini sangat
mempengaruhi harga dan returnpasar saham di Indonesia.
4. Perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB)
Produk domestik bruto adalah ukuran produksi total barang dan
jasa dalam suatu perekonomian. PDB yang tumbuh dengan cepat
menunjukan perekonomian yang berkembang dengan peluang yang
berlimpah bagi perusahaan untuk meningkatkan penjualan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Bank Indonesia, dapat dilihat
grafik perkembangan dibawah ini:
63
Gambar 4. 4 Perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB)
Sumber : Eviews 8 (data diolah)
Berdasarkan grafik diatas, dapat kita lihat bahwa perkembangan
produk domestik bruto (PDB) selalu mengalami peningkatan setiap bulan
dan tahun. Dan hal ini dapat mempengaruhi pergerakan harga saham dan
return pasar saham di Indonesia.
5. Perkembangan Harga Emas Dunia
Emas merupakan salah satu bentuk investasi yang cenderung bebas
resiko (Sunariyah,2011:166). Emas banyak dipilih sebagai salah satu
bentuk investasi karena nilainya cenderung stabil dan naik. Sangat jarang
sekali harga emas turun. Dan lagi, emas adalah alat yang dapat digunakan
untuk menangkal inflasi yang kerap terjadi setiap tahunnya.
64
Gambar 4. 5 Perkembangan Harga Emas Dunia
Sumber : Eviews 8 (data diolah)
Berdasarkan grafik di atas, maka dapat dilihat bahwa harga emas
mengalami penurunan yang sangat tajam dari tahun 2011 sampai awal
tahun 2015. Faktor yang mempengaruhi turunnya harga emas ini
diakibatkan dari investor yang mengolah dananya ke sektor lain. Tapi
dengan turunnya harga emas ini tidak menutup kemungkinan para investor
untuk kembali membeli emas untuk berinvestasi dan berharap bahwa
harga emas akan kembali naik di tahun depan. Hal ini pun mempengaruhi
pergerakan harga saham dan return pasar saham.
6. Perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Indeks Harga Saham Gabungan adalah indeks yang diperoleh dari
seluruh saham yang tercatat di BEI dalam satu waktu tertentu. Pergerakan
nilai indeks tersebut akan menunjukan perubahan situasi pasar yang
terjadi. Pasar yang sedang bergairah atau terjadi transaksi yang aktif
65
ditunjukan dengan indeks harga saham yang mengalami kenaikan,
sedangkan yang lesu ditunjukan dengan indeks harga saham yang
mengalami penurunan IHSG mencakup pergerakan seluruh saham biasa
dan saham preferen yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.
Berdasarkan data yang diperoleh, perkembangan IHSG di Bursa
Efek Indonesia :
Gambar 4. 6 Perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Sumber : Eviews 8 (data diolah)
Berdasarkan grafik diatas, IHSG mengalami fluktuasi setiap bulan
dan tahunnya, seperti terlihat pada pertengahan tahun 2013 mengalami
penurunan yang cukup tajam dan memasuki tahun 2014 mengalami
kenaikan yang cukup stagnan hingga memasuki tahun 2015. Hal ini
dikarenakan faktor-faktor ekonomi seperti inflasi ini sangat mempengaruhi
sekali pergerakan dari indeks harga saham dan return pasar saham.
66
B. Analisis dan Pembahasan
Semua data yang digunakan dalam analisis ini merupakan data
sekunder deret waktu (time series) yang berbentuk bulanan mulai dari
periode Juni 2011 sampai Mei 2015. Dalam penelitian ini penulis akan
memaparkan mengenai Return Pasar syariah yang tergabung dalam Indeks
Saham Syariah Indonesia (ISSI) sebagai variabel dependen (variabel
terikat). Sedangkan variabel independen (variabel bebas) terdiri dari
Tingkat Inflasi, Nilai tukar (KURS), Produk domestik bruto (PDB), Harga
Emas Dunia, dan Index harga saham gabungan (IHSG).
Alat pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
perangkat lunak (software) computer Eviews 8 untuk mempercepat
perolehan hasil yang dapat menjelaskan variabel-variabel yang diteliti,
dengan metode analisis secara ekonometrik. Adapun hasil dan analisi dari
uji yang sudah dilakukan, yakni:
1. Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas yang digunakan pada penelitian ini menggunakan
teknik Jarque-Berra. Pedoman yang digunakan adalah apabila nilai jarque-
berra lebih besar jika dibanding nilai X2tabel (dengan α 5%) atau
probabilitas <0.05 data yang digunakan tidak berdistribusi normal dan
sebaliknya, bila probabilitas >0,05 maka data yang digunakan adalah
berdistribusi normal (Winarno, 2011:5.37).
67
Gambar 4. 7 Uji Normalitas Jarque Berra
Sumber: Eviews 8 (data diolah)
Gambar menunjukan bahwa setelah dilakukan uji normalitas data
dengan menggunakan fasilitas eviews maka semua variabel pada
pengujian model ini menunjukan bahwa penelitian diatas berdistribusi
normal atau dapat dikatakan bahwa persyaratan normalitas dapat dipenuhi.
Hal ini dapat dilihat dari nilai J-B pada penelitian ini sebesar 0.572204
dengan probability 0.751186. Di mana probabilitas harus lebih besar dari
α= 0,05. Oleh karena itu, kita tidak bisa menolak hipotesis nol dan
menunjukan bahwa penelitian tersebut berdistribusi normal, sehingga
dapat dikatakan bahwa persyaratan normalitas dapat terpenuhi.
2. Uji Linearitas
Uji ini biasanya didesain untuk menguji apakah suatu variabel
penjelas cocok atau tidak dimasukkan dalam suatu model estimasi. Akan
tetapi menurut Kennedy (1996) dalam Insukindro (2003) uji yang
dikembangkan oleh J.B Ramsey ini digunakan untuk menguji apakah
bentuk fungsi suatu model estimasi linier atau tidak linier.
68
Tabel 4. 1 Hasil Uji Ramsey
Ramsey RESET Test:
F-statistic 1.121825 Prob. F(1,39) 0.2960 Log likehood ratio 1.332864 Prob. Chi-Square(1) 0.2483
Sumber : Eviews 8 (data diolah)
Dari uji linearitas(Uji Ramsey RESET Test) pada tabel di atas nilai
probabilitasnya adalah 0.2960 ternyata lebih besar dari derajat kesalahan
5% (0,05). Artinya tidak ada permasalahan linearitas. Dengan kata lain
bentuk model estimasi dalam penelitian ini adalah linear.
3. Uji Stasioner
a. Uji Akar Unit
Tahap awal dalam proses pengujian yang dilakukan adalah uji
stasioneritas terhadap seluruh variabel yang diuji. Dalam penelitian ini
data yang digunakan adalah data natural log (ln) dari variabel-variabel
tersebut, dimana ln merupakan log dengan bilangan dasar bilangan alam
yang berguna untuk memecahkan persamaan yang tidak diketahuinya
merupakan pangkat dari variabel lain. Dimana log sendiri adalah fungsi
matematika yang dengan bilangan dasar 10 yang kegunaannya untuk
menyederhanakan suatu bilangan (dalam penelitian ini untuk
menyederhanakan data variabel). Pengujian akar-akar unit dikatakan
stasioner apabila nilai Phillips-Perron test (Pp test) lebih besar dari nilai
Critical Value (CV) 5%, sebaliknya jika nilai Phillips-Perron test (Pp test)
lebih kecil dari nilai Critical Value(CV) 5%. Maka variabel tersebut tidak
69
stasioner. Hasil pengujian akar-akar unit ini dapat dilihat pada tabel 4.
berikut ini:
Tabel 4. 2 Uji Akar Unit Phillips-Perron Test Pada Tingkat Level
NO. Variabel Tingkat Level Ho = Tidak Stasioner
Pptest CV 5% Ha = Stasioner
1 ReturnISSI -6.485025 -2.925169 Stasioner
2 Inflasi -1.684354 -2.925169 Tidak Stasioner
3 KURS 0.049004 -2.925169 Tidak Stasioner
4 LNPDB 0.604149 -2.925169 Tidak Stasioner
5 HED -0.874300 -2.925169 Tidak Stasioner
6 IHSG -1.150567 -2.925169 Tidak Stasioner Sumber : Eviews 8 (Data diolah)
Tabel di atas menunjukan hasil uji akar-akar unit dengan
menggunakan Phillips-Perron test. Dari tabel tersebut sesuai dengan data
yang diuji dapat diketahui dari nilai Phillips-Perron test (Pptest) dan dari
nilai Critical Value (CV) 5%, Ada 5 variabel yang di uji memiliki
persoalan akar unit (PPtest) >Critical Value (CV) 5% kecuali Return ISSI.
Dengan kata lain variabel-variabel tersebut pada tingkat level mengalami
persoalan akar-akar unit, oleh karena itu perlu dilanjutkan dengan uji
derajat integrasi pertama.
b. Uji Derajat Integrasi
Dalam Uji akar unit menghasilkan kesimpulan bahwa terdapat data
belum stasioner pada tingkat level. Oleh karena itu, harus dilakukan Uji
Derajat Integrasi. Nilai statistik Phillips-Perron untuk mengetahui pada
derajat berapa suatu data akan stasioner dapat dilihat pada nilai Phillips-
Perron test (Pp test) yang lebih besar dari nilai Critical Value(CV) 5%,
70
maka variabel tersebut dikatakan stasioner pada derajat pertama. Hasil dari
pengujian derajat integrasi pertama dapat dilihat pada tabel 4.3 Berikut ini:
Tabel 4. 3 Uji Akar Unit Phillips-Perron test pada first difference
NO. Variabel Tingkat Level Ho = Tidak Stasioner
Pptest CV 5% Ha = Stasioner
1 ReturnISSI -20.42391 -2.926622 Stasioner
2 Inflasi -5.179335 -2.926622 Stasioner
3 KURS -6.442542 -2.926622 Stasioner
4 LNPDB -8.876062 -2.926622 Stasioner
5 HED -8.795793 -2.926622 Stasioner
6 IHSG -6.495992 -2.926622 Stasioner Sumber: Eviews 8 (Data diolah)
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai Phillips-Perron test
(Pptest) dan dari nilai Critical Value (CV) 5% sudah stasioner pada
integrasi pertama (firstdifference). Kesimpulan dari data yang diolah
adalah Ho ditolak yaitu semua variabel sudah stasioner pada tingkat
firstdifference, sehingga tidak perlu dilakukan pengujian pada tingkat
berikutnya (second difference) dan pengujian dapat dilanjutkan dengan uji
berikutnya yaitu Uji Kointegrasi.
4. Uji Kointegrasi
Dari hasil Uji Kointegrasi didapat bahwa semua variabel stasioner
pada ordo yang sama. Tujuan utama uji kointegrasi ini adalah untuk
mengetahui apakah residual regresi terkointegrasi stasioner atau tidak.
Apabila variabel terkointegrasi maka terdapat hubungan yang stabil dalam
jangka panjang. Sebaliknya jika tidak terdapat kointegrasi antar variabel
maka implikasi tidak adanya keterkaitan hubungan dalam jangka panjang.
Uji statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis null mengenai tidak
71
adanya kointegrasi ini adalah dengan menggunakan metode Phillips-
Perron, sedangkan persamaan jangka panjangnya akan diturunkan dari
persamaan Error Correction Model (ECM). Berikut ini hasil uji
kointegrasi Johansen :
Tabel 4. 4 Uji Johansen Kointegrasi
Sumber : Eviews 8 (Data diolah)
Dari tabel 4.4 di atas ditunjukan nilai trace statistic> CV 5% yaitu
103.2982 >95.75366 dengan probabilitas 0.0137 sehingga Ho ditolak.
Artinya residual dari persamaan telah stasioner pada derajat integrasi nol
72
atau I(0). Sehingga setiap variabel dikatakan terkointegrasi atau terdapat
adanya indikasi hubungan dalam jangka panjang.
Adanya indikasi hubungan keseimbangan dalam jangka panjang
belum dapat digunakan sebagai bukti bahwa terdapat hubungan antara
variabel-variabelnya dalam jangka panjang. Sehingga untuk menentukan
variabel mana yang menyebabkan perubahan pada variabel lainnya,
maka digunakan penghitungan Error Correction Model.
5. Hasil Regresi Metode Error Correction Model (ECM)
Dengan ditemukannya fenomena hubungan jangka panjang antara
variabel-variabel yang digunakan dalam pengujian kointegrasi di atas,
maka langkah selanjutnya adalah melakukan pendekatan Error Correction
Model (ECM). Model koreksi kesalahan digunakan untuk melihat apakah
ada atau tidaknya hubungan antar variabel dalam jangka pendek. Error
Correction Model merupakan salah satu pendekatan untuk menganalisis
model time series yang digunakan untuk melihat adanya konsistensi
hubungan jangka pendek dengan jangka panjang dari variabel-variabel
yang diuji. Berikut merupakan persamaan ECM yang digunakan dalam
penelitian ini :
D(RETURNISSI) t = β0 + β1 D(INFLASI) t + β2 D(KURS) t + β3
D(LNPDB) t + β4 D(IHSG) t + β5D(HED) t + β6 INFLASI t-1 + β7 KURS
t-1 + β8 LNPDB t-1 + β9 IHSG t-1 + β10 HED t-1 + β11 ECT
73
Hasil pengolahan data yang dilakukan dengan pendekatan Error
Correction Model (ECM) menggunakan program computer Eviews 8
dengan model regresi linear ditampilkan sebagai berikut :
Tabel 4. 5 Hasil Uji Error Correction Model
Sumber : Eviews 8 (data diolah)
Dengan melihat hasil regresi diatas menunjukan bahwa nilai koefisien
ECT sebesar 1.139192 yang berarti bahwa ketidaksesuaian pertumbuhan
ReturnISSI actual dengan pertumbuhan ReturnISSI potensial akan dihilangkan
atau dieliminasi dalam suatu peride penelitian sebesar 113.9% dan dapat dilihat
nilai probabilitas dari ECT adalah sebesar 0.0000, hal ini menunjukan bahwa ECT
74
sudah signifikan dengan menggunakan level signifikansi α=5% (0.05), oleh
karena itu pengujian ECM ini sudah dapat dikatakan valid.
Nilai adjusted R2sebesar 0.849 atau 84.9%. Hal ini berarti sebesar 84.9%
variabel returnIndeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) dapat dipengaruhi oleh
inflasi, nilai tukar (Kurs), produk domestik bruto (PDB), harga emas dunia dan
indeks harga saham gabungan (IHSG), Sedangkan sisanya 25.1% returnIndeks
Saham Syariah Indonesia (ISSI) dapat dipengaruhi oleh variabel lain di luar
model penelitian. Dilihat dari nilai adjusted R2bahwa pengaruh variabel
independent terhadap variabel dependen tergolong kuat.
Dari hasil estimasi dengan pendekatan ECM, variabel jangka pendek
ditunjukan oleh D(INFLASI), D(KURS), D(LNPDB), D(IHSG) dan D(HED).
Namun untuk melihat pengaruh jangka panjangnya perlu dihitung dengan cara
menjumlahkan koefisien variabel jangka panjang INFLASI(-1), KURS(-1),
LNPDB(-1), IHSG(-1) dan HED(-1) dengan koefisien ECT kemudian dibagi lagi
oleh koefisen ECT. Perhitungan tersebut bertujuan untuk mengetahui nilai
koefisien perubahan dalam jangka panjang (Sumodiningrat, 2007). Rumus
koefisen jangka panjang adalah sebagai berikut :
75
INFLASI(-1) = C6 + C11
C11
KURS(-1) = C7 + C11
C11
LNPDB(-1) = C8 + C11
C11
IHSG(-1) = C9 + C11
C11
HED(-1) = C10 + C11
C11
Tabel 4. 6 Hasil Perhitungan Koefisien ECM
Variabel Notasi Coefficient
Jangka Pendek Jangka Panjang
Konstanta C -0.005296 -0.005296
Inflasi D(INFLASI) -0.970777 0.612773
Kurs D(KURS) 2.85E-05 1.000017
PDB D(LNPDB) -1.65E-07 0.999999
HED D(HED) 8.66E-05 1.000041
IHSG D(IHSG) 0.000222 1.000038
Sumber : Eviews 8 (data diolah)
Berdasarkan tabel 4.10 , maka hasil regresi ECM dalam jangka pendek
dan jangka panjang didapat hasil :
Keterangan :
C6 = Koefisien INFLASI(-1)
C7 = Koefisien KURS(-1)
C8 = Koefisien LNPDB(-1)
C9 = Koefisien IHSG(-1)
C10 = Koefisien HED(-1)
C11 = Koefisien ECT
76
D(RETURNISSI) = -0.005296 - 0.970777*D(INFLASI) + 2.85E-05*D(KURS) –
1.65E-07*D(LNPDB) + 8.66E-05*D(HED) + 0.000222*D(IHSG) +
0.612773*INFLASI(-1) + 1.000017*KURS(-1) + 0.999999*LNPDB(-1) +
1.000041*HED(-1) + 1.000038*IHSG(-1) + 1.139192*ECT
Keterangan:
D(RETURNISSI) = Perubahan JumlahReturn ISSI periode t
D(INFLASI) = Perubahan Tingkat Inflasi periode t
D(KURS) = Perubahan Tingkat Nilai Tukar Kurs periode t
D(LNPDB) = Perubahan Jumlah Produk Bruto periode t
D(HED) = Perubahan Harga Emas Dunia periode t
D(IHSG) = Perubahan Indeks Harga Saham Gabungan periode t
INFLASI(-1) = Tingkat Inflasi periode t-1
KURS(-1) = Tingkat Nilai Tukar Kurs periode t-1
LNPDB(-1) = Jumlah Produk Bruto periode t-1
HED(-1) = Harga Emas Dunia periode t-1
IHSG(-1) = Indeks Harga Saham Gabungan periode t-1
ECT = Error Correction Term
77
C. Interpretasi Data
1. Konstanta
Dalam jangka pendek dan jangka panjang nilai konstanta -
0.005296 menunjukan apabila nilai variabel independen konstan maka
besarnya total Return ISSI sebesar -0.005296.
1. Tingkat Inflasi dan Jumlah Return ISSI
a. Jangka Pendek
Hasil perhitungan menunjukan bahwa koefisien variabel inflasi dalam
jangka pendek D(INFLASI)mempunyai pengaruh hubungan yang
signifikan negatif terhadap Return ISSI. Hal ini dapat dilihat dari tabel
4.10 yang menunjukan bahwa tingkat probabilitas dari variabel inflasi
sebesar 0.0156, yang lebih kecil dari tingkat signifikansi yang digunakan
yaitu 0.05 (5%). Dan nilai koefisien jangka pendek sebesar -0.970777,
yang berarti bahwa jika tingkat inflasinaik 1% maka return ISSI akan
mengalami penurunan sebesar -0.970777 persen. Penelitian ini sesuai
dengan hasil yang dilakukan oleh Rowland Bismark dan Mikail Firdaus
(2013) bahwa tingkat inflasi memiliki hubungan yang negatif terhadap
indeks saham syariah indonesia. Hal ini membuktikan bahwa adanya
penurunan returnpasar ISSI.
78
b. Jangka Panjang
Hasil perhitungan menunjukan bahwa koefisien variabel inflasi
dalam jangka panjang INFLASI(-1) mempunyai pengaruh hubungan yang
positif signifikan terhadap Return ISSI, hal ini dapat dilihat pada tabel
4.10 yang menunjukan nilai probabilitasnya sebesar0.0423, yang lebih
kecil dari nilai signifikansi yang digunakan yaitu 0.05 (5%). Dengan
koefisien sebesar 0.612773. Hal ini membawa implikasi bahwa terdapat
hubungan jangka panjang antara variabel inflasi terhadapreturn ISSI,
dimana apabila inflasi naik sebesar 1% maka akan meningkatkan Jumlah
return ISSI sebesar 0.612772 persen. Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Muazu dan Alhasan (2014) yang
menjelaskan bahwa inflasi tidak hanya menjelaskan proporsi yang
signifikan terhadap returnsaham tetapi efeknya yang bertahan dalam
jangka panjang.
2. Tingkat Nilai tukar (Kurs) dan Return ISSI
a. Jangka Pendek
Hasil perhitungan menunjukan bahwa koefisien variabel nilai tukar
dalam jangka pendekD(KURS) mempunyai pengaruh hubungan yang
positif signifikan terhadap Return ISSI. Hal ini dapat dilihat dari tabel 4.10
yang menunjukan bahwa tingkat probabilitas dari variabel nilai tukar
(Kurs) sebesar 0.0291, yang lebih kecil dari tingkat signifikansi yang
digunakan yaitu 0.05 (5%). Dan nilai koefisien jangka pendek sebesar
79
2.85x10-05, yang berarti bahwa jika tingkat nilai tukar naik 1% maka
return ISSI akan mengalami peningkatan sebesar2.85x10-05persen. Hasil
penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ihsan
Ilahi, Mehboob dan Raja Ahmed (2012) bahwa nilai tukar mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap return pasar saham di Karachi.
b. Jangka Panjang
Hasil perhitungan menunjukan bahwa koefisien variabel nilai tukar
dalam jangka panjang KURS(-1) mempunyai pengaruh hubungan yang
positif signifikan terhadap Return ISSI, hal ini dapat dilihat pada tabel
4.10 yang menunjukan nilai probabilitasnya sebesar0.0075, yang lebih
kecil dari nilai signifikansi yang digunakan yaitu 0.05 (5%). Dengan
koefisien sebesar 1.000017. Hal ini membawa implikasi bahwa terdapat
hubungan jangka panjang antara variabel nilai tukarterhadapreturn ISSI,
dimana apabila nilai tukar naik sebesar 1% maka akan meningkatkan
Jumlah return ISSI sebesar 1.000017 persen. Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Muazu dan Alhasan yang
menjelaskan bahwa nilai tukar tidak hanya menjelaskan proporsi yang
signifikan terhadap returnsaham tetapi efeknya yang bertahan dalam
jangka panjang.
3. Jumlah Produk Domestik Bruto (PDB) dan Return ISSI
a. Jangka Pendek
Hasil perhitungan menunjukan bahwa koefisien variabel produk
domestik bruto dalam jangka pendekD(LNPDB) mempunyai pengaruh
80
hubungan yang signifikan negatif terhadap Return ISSI. Hal ini dapat
dilihat dari tabel 4.10 yang menunjukan bahwa tingkat probabilitas dari
variabel produk domestik bruto sebesar 0.0140, yang lebih kecil dari
tingkat signifikansi yang digunakan yaitu 0.05 (5%). Dan nilai koefisien
jangka pendek sebesar -1.65x10-07, yang berarti bahwa jika jumlah produk
domestik bruto naik 1% maka return ISSI akan mengalami penurunan
sebesar 1.65x10-07persen. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Tarika Singh, Seema dan Varsha (2011) bahwa
produk domestik bruto memiliki pengaruh yang negatif terhadap return
saham di Taiwan.
b. Jangka Panjang
Hasil perhitungan menunjukan bahwa koefisien variabel produk
domestik bruto dalam jangka panjang LNPDB(-1) mempunyai pengaruh
hubungan yang positif signifikan terhadap Return ISSI, hal ini dapat
dilihat pada tabel 4.10 yang menunjukan nilai probabilitasnya
sebesar0.0022, yang lebih kecil dari nilai signifikansi yang digunakan
yaitu 0.05 (5%). Dengan koefisien sebesar 0.99999. Hal ini membawa
implikasi bahwa terdapat hubungan jangka panjang antara variabelproduk
domestik brutoterhadapreturn ISSI, dimana apabila jumlah produk
domestik bruto (PDB) sebesar 1% maka akan meningkatkan Jumlah return
ISSI sebesar 0.99999persen. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian
yang dilakukan oleh Hatman, Sri Mangesti dan Topowijono (2014) bahwa
Produk domestik bruto mempunyai pengaruh yang dominan terhadap
81
indeks harga saham. Ini membuktikan bahwa adanya pengaruh terhadap
return saham.
4. Harga Emas Dunia dan Return ISSI
a. Jangka Pendek
Hasil perhitungan menunjukan bahwa koefisien variabel harga
emas dunia dalam jangka pendekD(HED) mempunyai pengaruh hubungan
yang positif signifikan terhadap Return ISSI. Hal ini dapat dilihat dari
tabel 4.10 yang menunjukan bahwa tingkat probabilitas dari variabel harga
emas dunia sebesar 0.0181, yang lebih kecil dari tingkat signifikansi yang
digunakan yaitu 0.05 (5%). Dan nilai koefisien jangka pendek sebesar
8.66x10-05, yang berarti bahwa jika harga emas dunia naik 1% maka return
ISSI akan mengalami peningkatan sebesar8.66x10-05 persen. Hasil
penelitian ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Yahya,
Fidlizan, Abdul Razak dan Marwan (2015) bahwa harga emas dunia
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham syariah di
Malaysia. Ini menunjukkan adanya pengaruh terhadap returnsaham.
b. Jangka Panjang
Sedangkan pada HED(-1) nilai t-statistik sebesar 1.790857. Nilai
ini lebih kecil dari 2 dan probablilitasnya 0.0809. Hal ini berarti variabel
harga emas dunia belum signifikan pada tingkat kepercayaan α=0.05.
Dengan koefisien sebesar 1.000041. Hal ini membawa implikasi bahwa
tidak terdapat hubungan jangka panjang antara variabel harga emas
82
duniadan return ISSI, dimana apabila harga emas dunia naik sebesar satu
persen maka tidak akan mempengaruhi JumlahReturn ISSI.Penelitian ini
tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ardian Agung
Witjaksono (2010:122) harga emas mempunyai pengaruh yang signifikan
selama periode pengamatan perekonomian dunia senantiasa mengalami
pertumbunhan tiap tahunnya.
5. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Return ISSI
a. Jangka Pendek
Hasil perhitungan menunjukan bahwa koefisien variabel indeks
harga saham gabungan dalam jangka pendekD(IHSG)mempunyai
pengaruh hubungan yang positif signifikan terhadap Return ISSI. Hal ini
dapat dilihat dari tabel 4.10 yang menunjukan bahwa tingkat probabilitas
dari variabel harga emas dunia sebesar 0.0000, yang lebih kecil dari
tingkat signifikansi yang digunakan yaitu 0.05 (5%). Dan nilai koefisien
jangka pendek sebesar 0.000222, yang berarti bahwa jika indeks harga
saham gabungan (IHSG) naik 1% maka return ISSI akan mengalami
peningkatan sebesar0.000222 persen.
b. Jangka Panjang
Hasil perhitungan menunjukan bahwa koefisien variabel indeks
harga saham gabungan dalam jangka panjangIHSG(-1) mempunyai
pengaruh hubungan yang positif signifikan terhadap Return ISSI, hal ini
dapat dilihat pada tabel 4.10 yang menunjukan nilai probabilitasnya
sebesar0.0002, yang lebih kecil dari nilai signifikansi yang digunakan
83
yaitu 0.05 (5%). Dengan koefisien sebesar 1.000038. Hal ini membawa
implikasi bahwa terdapat hubungan jangka panjang antara indeks harga
saham gabungan (IHSG)terhadapreturn ISSI, dimana apabila indeks harga
saham gabungan (IHSG) naik sebesar 1% maka akan meningkatkan
Jumlah return ISSI sebesar 1.000038persen.
D. Interpretasi Analisis Ekonomi
a. Jangka Pendek
Hasil penemuan ini menemukan kenyataan bahwa dalam jangka
pendek variabel inflasi, nilai tukar (Kurs), Produk domestik bruto (PDB),
harga emas dunia dan indeks harga saham gabungan (IHSG) memberi
kontribusi yang signifikan terhadap Return ISSI seperti yang diharapkan
teori. Analisis jangka pendek tentang pengaruh ke lima variabel tersebut
terhadap return ISSI ini bermanfaat untuk pengambilan keputusan bagi
para investor untuk melakukan buy and sell terhadap saham yang ada pada
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).
b. Jangka Panjang
Hasil ini menunjukan kenyataan bahwa dalam jangka panjang
inflasi berhubungan positif dan signifikan terhadap return ISSI. Indikasi
yang digunakan adalah sesungguhnya jumlah uang beredar berhubungan
erat dengan inflasi. Ketika jumlah uang beredar di masyarakat meningkat
maka masyarakat akan menggunakan uang yang mereka pegang untuk
kebutuhan konsumsi dan berjaga-jaga. Kelebihan uang tersebut juga dapat
84
digunakan untuk berinvestasi dan mendapatkan return pada berbagai
instrument termasuk pada pasar saham. Hal ini yang menyebabkan bahwa
apabila inflasi naik yang berarti jumlah uang beredar di masyarakat juga
naik akan mengakibatkan investasi pada saham ISSI meningkat.
Dalam jangka panjang variabel nilai tukar (Kurs) berhubungan
positif dan signifikan terhadap return ISSI. Hal tersebut dikarenakan pada
saat kurs rupiah terapresiasi, maka biaya bahan baku impor atau produk
yang memiliki kaitan dengan produk impor akan mengalami penurunan.
Hal ini menyebabkan biaya produksi lebih rendah atau turun sehingga laba
perusahaan menjadi meningkat. Hal ini menyebabkan biaya produksi
rendah dan laba perusahaan menjadi meningkat, sehingga tingkat dividen
yang dapat dibagikan dan return yang ditawarkan akan meningkat pula.
Peningkatan return yang ditawarkan mengakibatkan permintaan terhadap
saham tersebut meningkat, sehingga harga saham tersebut di pasar menjadi
naik.
Dalam jangka panjang produk domestik bruto (PDB) berhubungan
positif dan signifikan terhadap return ISSI. Hal ini sesuai dengan teori
yang ada. Ketika pendapatan masyarakat naik maka masyarakat memiliki
uang untuk berinvestasi dan mendapatkan return pada berbagai instrument
yang tersedia, seperti deposito, obligasi, reksadana maupun pada pasar
saham, maka harga saham mengalami peningkatan sehingga kenaikan
pendapatan masyarakat yang notabene merupakan salah satu tolak ukur
peningkatan ekonomi akan berdampak positif pada return pasar. Hal ini
85
menyebabkan mengapa variabel PDB berpengaruhpositif dan signifikan
baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Dalam jangka panjang indeks harga saham gabungan (IHSG)
berhubungan positif dan signifikan terhadap return ISSI.Dimana pada
harga saham gabungan (IHSG) merupakan gabungan dari semua saham
yang terdaftar di bursa efek Indonesia (BEI) termasuk indeks harga saham
syariah Indonesia (ISSI). Maka apabila IHSG meningkat maka dapat juga
mempengaruhi returnISSI. Hal ini menyebabkan mengapa variabel IHSG
berpengaruh positif dan signifikan baik dalam jangka pendek maupun
jangka panjang.
86
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan terhadap indeks saham syariah Indonesia
(ISSI) sebagai variabel dependen dan lima variabel independen yaitu
inflasi, nilai tukar, produk domestik bruto (PDB), harga emas dunia dan
indeks harga saham gabungan (IHSG). Dengan data yang digunakan
selama bulan Juni 2011 – Mei 2015. Berdasarkan kesimpulan dari regresi
model ECM (Error Correction Model) mengenai pengaruh antar variabel,
maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. a.Jangka pendek tingkat inflasi mempunyai pengaruh yang signifikan
negatif terhadap return ISSI, yang berarti setiap peningkatan inflasi maka
akan terjadi penurunan pada return ISSI.
b. Jangka panjang tingkat inflasi berpengaruh positif signifikan terhadap
return ISSI. Hal ini membawa implikasi bahwa variabel inflasi dapat
digunakan untuk melihat pergerakan tingkat return ISSI dalam jangka
panjang.
2. a. Jangka pendek nilai tukar (KURS) mempunyai pengaruh yang
signifikan positif terhadap return ISSI, yang berarti setiap peningkatan
nilai tukar maka akan terjadi peningkatan pula pada return ISSI.
87
b.Jangka panjang nilai tukar juga berpengaruh positif signifikan terhadap
return ISSI. Hal ini membawa implikasi bahwa variabel nilai tukar
(KURS) dapat digunakan untuk melihat pergerakan tingkat return ISSI
dalam jangka pendek dan jangka panjang.
3. a. Jangka pendek produk domestik bruto (PDB) mempunyai pengaruh
yang signifikan negatif terhadap return ISSI, yang berarti setiap
peningkatan jumlah produk domestik bruto maka akan terjadi penurunan
pada return ISSI.
b. Jangka panjang tingkat jumlah produk domestik bruto berpengaruh
positif signifikan terhadap return ISSI. Hal ini membawa implikasi bahwa
variabel produk domestik bruto (PDB) dapat digunakan untuk melihat
pergerakan tingkat return ISSI dalam jangka panjang.
4. a. Jangka pendek harga emas dunia mempunyai pengaruh yang positif
signifikan terhadap return ISSI, yang berarti setiap peningkatan inflasi
maka akan terjadi peningkatan pula pada return ISSI.
b. Jangka panjang harga emas dunia tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap return ISSI. Hal ini membawa implikasi bahwa
variabel inflasi dapat digunakan untuk melihat pergerakan tingkat return
ISSI dalam jangka pendek.
5. a. Jangka pendek indeks harga saham gabungan (IHSG) mempunyai
pengaruh yang positif signifikan terhadap return ISSI, yang berarti setiap
88
peningkatan indeks harga saham gabungan maka akan terjadi peningkatan
pula pada return ISSI.
b. Jangka panjang indeks harga saham gabungan berpengaruh positif
signifikan terhadap return ISSI. Hal ini membawa implikasi bahwa
variabel Indek harga saham gabungan (IHSG) dapat digunakan untuk
melihat pergerakan tingkat return ISSI dalam jangka pendek dan jangka
panjang.
6. Nilai adjusted R2 sebesar 0.849 atau 84.9%. Hal ini berarti sebesar
84.9% variabel return Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) dapat
dipengaruhi oleh inflasi, nilai tukar (Kurs), produk domestik bruto (PDB),
harga emas dunia dan indeks harga saham gabungan (IHSG), Sedangkan
sisanya 25.1% return Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) dapat
dipengaruhi oleh variabel lain di luar model penelitian. Dilihat dari nilai
adjusted R2 bahwa pengaruh variabel independent terhadap variabel
dependen tergolong kuat. Perlu diperhatikan pula bahwa pengaruh yang
sangat dominan untuk skala jangka pendek adalah indeks harga saham
gabungan (IHSG) dan skala jangka panjangnya adalah inflasi.
B. Implikasi
1. Bagi Investor
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan yang sangat berarti
bagi investor dan menjadi sumbangan pemikiran dunia ekonomi dalam
menetapkan kebijakan operasionalnya. Informasi yang diperoleh
89
dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan sebagai bahan
pertimbangan analisa sebelum mengambil keputusan.
2. Bagi Akademisi
Penelitian ini dapat menambah kepustakaan di bidang pasar modal
khususnya pada saham syariah dan dapat dijadikan sebagai bahan
bacaan untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Untuk peneliti
selanjutnya sebaiknya menambahkan variabel yang lebih signifikan
secara statistic dan menambah periode waktu yang lebih terupdate,
sehingga data akan lebih representative dan lebih lengkap dari
penelitian saat ini.
3. Bagi Penelitian
Sebagai tambahan pengalaman bagi peneliti dalam melakukan
penelitian dan pengembangan wawasan keilmuwan dalam bidang
pasar modal.
90
DAFTAR PUSTAKA
Agung, Wijaksono Adrian, “Analisis Pengaruh Suku Bunga SBI, Kurs Rupiah dan
Down Jones Terhadap IHSG”. Skripsi UNDIP, Semarang, 2010.
Anoraga, Pandji dan Piji Pakarti, “Pengantar Pasar Modal”. Cetakan Ketiga,
Rineka Cipta, Jakarta, 2008.
Ariefianto, Doddy, “Ekonometrika Esensi dan Aplikasi dengan Menggunakan
Eviews”, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2012.
Aurelia, Gita. "Analisis Pengaruh Inflasi, Jumlah Uang Beredar, Kurs Rupiah,
dan Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap Indeks JII Di Bursa Efek Indonesia
Periode 2009-2012", Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta,
2013.
Aziz, Abdul. “Manajemen Investasi Syari’ah”, Alfabeta, Bandung, 2010.
Chittedi, Krishna Reddy. “Macroeconomic Variables Impact on Stock Prices in a
BRIC Stock Markets: An Emprical Anaysis”, Jurnal 2015.
Dipraja, Sholeh, “Siapa Bilang INVESTASI EMAS butuh modal gede”, Jakarta:
Tangga Pustaka, 2011.
Hamja, Yahya, Modul I Ekonometrika, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Social, UIN
Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008.
Hamja, Yahya, Modul II Ekonometrika, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Social, UIN
Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008.
Hussin, Fidlizan, Fauzi Abu dan Amirah Awang. “Macroeconomic Variables and
Malaysian Islamic Stock Marker: A Time Series Analysis”,Jurnal Vol.3
No.4, 2012.
Ibrahim, Muazu dan Alhassan Musah. “An Econometric Analysis of the Impact of
Macroeconomic Fundamentals on Stock Market Returns in Ghana”, Jurnal
ISSN 1948-5433, Vol.6 N0.2, 2014.
Ilahi, Ali dan Ahmed Jamil. “Impact of Macroeconomic Variables on Stock
Market Returns: A Case of Karachi Stock Exchange”, Jurnal 2012.
Jogiyanto, “Teori Portofolio dan Analisis Investasi”. Edisi kedua, Penerbit PBFE.
Yogyakarta, 2000.
Karim, Adiwarman. “Ekonomi Makro Islam”. PT Raja Grafindo, Jakarta, 2010.
91
Lemiyana, “Analisis Model CAPM dan APT Dalam Memprediksi Tingkat Return
Saham Syariah (Studi kasus Saham di Jakarta Islamic Index)”, Jurnal,
Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang, 2015.
Manurung, Mandala. “Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi &
Makroekonomi)”. Jakarta, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2008.
Mohd Yahya, Fidlizan Muhammad. Azila Abdul Razak Gna Pai Tha, dan
Nurfakhzan Marwan, “The Link between Gold Price, Oil Price and
Islamic Stock Market: Experience from Malaysia”, Jurnal, 2015.
Mufqi Firaldi, “Analisis Pengaruh Jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK), Non
Performing Financing (NPF) dan Tingkat Inflasi terhadap Total
Pembiayaan yang diberikan oleh Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS) di Indonesia”,Skripsi, UIN Jakarta, 2013.
Murni, Afsia. “Ekonomika Makro”. PT Refika Aditama, Bandung, 2006.
Nduga Ouma, Wycliffe dan Dr. Peter Muriu. “The Impact of Macroeconomic
Variables on Stock Market Returns in Kenya”, Jurnal ISSN:2225-2436,
Vol. 3 No.11:July, 2014.
Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution. "Investasi Pada Pasar Modal Syariah",
Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2007.
Ozlen, Serife. “The Effects of Domestic Macroeconomic Determinants on Stock
Returns: A Sector Level Analysis”, Jurnal Vol.8 No.2, 2014.
Pasaribu dan Mikail Firdaus. “Pengaruh Variabel Makro Terhadap Indeks Saham
Syariah Indonesia”, Jurnal 2013.
Ridwan, Muhammad. “Analisis Makro Ekonomi Terhadap Return LQ 45 dan
Dampaknya Terhadap IHSG”, Skripsi 2013.
Rodoni, Ahmad. Investasi Syariah. Lembaga Penelitian UIN Jakarta,Jakarta,
2009.
Rodoni, Ahmad dan Herni Ali, “Manajemen Keuangan”, Jakarta:Mitra Wacana
Media, 2010.
Rosadi, Dedi. Ekonometrika & Analisis Runtun Waktu Terapan dengan EViews.
ANDI, Yogyakarta, 2012.
Rusena, Adisi Sharesia, “Analisis Fundamental dan Teknikal Pada Saham
Syariah di Indonesia”, Skripsi, UIN Jakarta, 2015.
Safdar Abbas, Safdar Hussain Tahir dan Shahid Raza. “Impact of Macroeconomic
Variables on Stock Returns: Evidence from KSE-100 Index of Pakistan”,
Jurnal ISSN:2251:1555, 2015.
92
Samsul, Mohamad. "Pasar modal dan Manajemen Portofolio", Erlangga, Jakarta,
2008.
Sukirno, Sadono. “Teori Pengantar Makro Ekonomi”. Edisi Kempat. PT. Raja
Grafindo Persada.Jakarta, 2011.
Sumodiningrat, “Dasar-Dasar Ekonometrika”, Erlangga, Jakarta, 2007.
Sunariyah. “Pengantar Pengetahuan Pasar Modal”, Edisi 6, penerbit UPP STIM
YKPN, Yogyakarta, 2011.
Tandelilin, Eduardus, "Portofolio dan Investasi", Kanisius, Yogyakarta, 2010.
Tandelilin, Eduardus, “Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi”. Edisi
Pertama, Kanisius, 2010.
Wahyu, Winarno, “Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews”, Edisi 3,
Penerbit UPP STIM YKPN, Yogyakarta, 2011.
Wastriati, “Analisis Pengaruh Variabel Ekonomi Makro Terhadap Nilai Jakarta
Islamic Index”, Skripsi, UIN Jakarta, 2010.
www.bi.go.id
www.idx.com
www.kitco.com
www.ojk.com
www.yahoofinance.com
93
LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Penelitian Juni 2011 – Mei 2015
Tahun Bulan ReturnISSI INFLASI KURS PDB HED IHSG
2011 Jun 0.004 0.0554 8597 1822473.3 1500.2 3888.57
Jul 0.068 0.0461 8508 1929006.2 1614.3 4130.80
Agst -0.065 0.0479 8578 1929006.2 1823.3 3841.73
Sep -0.07 0.0461 8823 1929006.2 1624.8 3549.03
Okt 0.063 0.0442 8835 1918320.7 1715.1 3790.85
Nov -0.013 0.0415 9170 1918320.7 1746.8 3715.08
Des 0.036 0.0379 9068 1918320.7 1566.4 3821.99
2012 Jan 0.043 0.0365 9000 1972890.8 1738.5 3941.69
Feb 0.021 0.0356 9085 1972890.8 1724.6 3985.21
Mar 0.04 0.0397 9180 1972890.8 1668.7 4121.55
Apr 0.009 0.045 9190 2047705.9 1666.6 4180.73
Mei -0.085 0.0445 9565 2047705.9 1554.4 3832.82
Jun 0.027 0.0453 9480 2047705.9 1599.1 3955.58
Jul 0.047 0.0456 9485 2116302.1 1614.1 4142.34
Agst -0.014 0.0458 9560 2116302.1 1691.6 4060.33
Sep 0.059 0.0431 9588 2116302.1 1771.1 4262.56
Okt 0.026 0.0461 9615 2094027.1 1721 4350.29
Nov -0.026 0.0432 9605 2094027.1 1715.2 4276.14
Des 0.008 0.043 9670 2094027.1 1664 4316.69
2013 Jan 0.017 0.0457 9698 2143260.1 1660.5 4453.70
Feb 0.069 0.0531 9667 2143260.1 1578.5 4795.79
Mar 0.031 0.059 9719 2143260.1 1597.6 4940.99
Apr 0.026 0.0557 9722 2212148.1 1474.3 5034.07
Mei 0.017 0.0547 9802 2212148.1 1388.3 5068.63
Jun -0.033 0.059 9929 2212148.1 1235.3 4818.90
Jul -0.061 0.0861 10278 2359100.3 1321.5 4610.38
Agst -0.067 0.0879 10924 2359100.3 1396.5 4195.09
Sep 0.009 0.084 11613 2359100.3 1328.9 4316.18
Okt 0.042 0.0832 11234 2372768.0 1324.6 4510.63
Nov -0.055 0.0837 11977 2372768.0 1252.1 4256.44
Des 0.005 0.0838 12189 2372768.0 1205.5 4274.18
2014 Jan 0.022 0.0822 12226 2387055.8 1245.9 4418.76
Feb 0.041 0.0775 11634 2387055.8 1328.6 4620.22
Mar 0.029 0.0732 11404 2387055.8 1284.4 4768.28
Apr 0.009 0.0725 11532 2478081.7 1288.6 4840.15
Mei 0.014 0.0732 11611 2478081.7 1251.3 4893.91
Jun -0.008 0.067 11469 2478081.7 1326.9 4878.58
94
Jul 0.047 0.0453 11501 2622612.6 1283 5088.80
Agst 0.01 0.0399 11717 2622612.6 1287.2 5136.86
Sep -0.013 0.0453 12212 2622612.6 1206 5137.58
Okt -0.02 0.0483 12082 2607178.8 1170.5 5089.55
Nov 0.016 0.0623 12196 2607178.8 1168.5 5149.89
Des 0.015 0.0836 12440 2607178.8 1182.9 5226.95
2015 Jan 0.017 0.0696 12625 2724000.7 1283.1 5289.40
Feb 0.016 0.0629 12863 2724000.7 1213.7 5450.29
Mar -0.001 0.0638 13084 2724000.7 1187.3 5518.68
Apr -0.071 0.0679 12937 2866000.9 1193.1 5086.43
May 0.033 0.0715 13211 2866000.9 1200 5216.37
Lampiran 2 Hasil Uji Normalitas
95
Lampiran 3 Hasil Uji Linearitas
96
Lampiran 4 Hasil Uji Stasioner Variabel Return ISSI
97
Lampiran 5 Hasil Uji Stasioner Variabel Inflasi
98
Lampiran 6 Hasil Uji Stasioner Variabel Nilai Tukar (Kurs)
99
Lampiran 7 Hasil Uji Stasioner Variabel Produk Domestik Bruto (LNPDB)
100
Lampiran 8 Hasil Uji Stasioner Variabel Harga Emas Dunia (HED)
101
Lampiran 9 Hasil Uji Stasioner Variabel Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG)
102
Lampiran 10 Uji Derajat Integrasi Variabel Return ISSI
103
Lampiran 11 Uji Derajat Integrasi Variabel Inflasi
104
Lampiran 12 Uji Derajat Integrasi Variabel Nilai Tukar (Kurs)
105
Lampiran 13 Uji Derajat Integrasi Variabel Produk Domestik Bruto
(LNPDB)
106
Lampiran 14 Uji Derajat Integrasi Variabel Harga Emas Dunia (HED)
107
Lampiran 15 Uji Derajat Integrasi Variabel Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG)
108
Lampiran 16 Uji Kointegrasi Johansen Test
109
Lampiran 17 Hasil Estimasi Model dinamis Error Corection Model (ECM)