ANALISIS PENGARUH VARIABEL MAKRO EKONOMI...
Transcript of ANALISIS PENGARUH VARIABEL MAKRO EKONOMI...
ANALISIS PENGARUH VARIABEL MAKRO EKONOMI
TERHADAP RETURN REKSA DANA SAHAM YANG
DIJUAL MELALUI PT. BANK MANDIRI (PERSERO)
TBK. TAHUN 2012-2016
SKRIPSI
Oleh:
Shintya Cahya Adhani
1113081000059
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
LEMBAR Pengesahan Skripsi
ii
ANALISIS PENGARUH VARIABEL MAKRO EKONOMI
TERHADAP RETURN REKSA DANA SAHAM YANG
DIJUAL MELALUI PT. BANK MANDIRI (PERSERO)
TBK. TAHUN 2012-2016
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Shintya Cahya Adhani
NIM: 1113081000059
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Dr.Indoyama Nasarudin, SE.,MAB
NIP. 19741127.200112.1.002
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/ 2017 M
LEMBAR Pengesahan Skripsi
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Pada hari Selasa, 8 Agustus 2017 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas
mahasiswa:
1. Nama : Shintya Cahya Adhani
2. NIM : 1113081000059
3. Jurusan : Manajemen
4. Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Variabel Makro Ekonomi Terhadap
Return Reksa Dana Saham yang Dijual Melalui PT.
Bank Mandiri (Persero) Tbk. Tahun 2012 – 2016.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 8 Agustus 2017
1. Murdiyah Hayati, S.Kom., MM (_______________________)
NIP. 19741003.200312.2.001 Penguji I
2. Hemmy Fauzan, SE., M.Si (_______________________)
NIP. 19760822.200701.1.014 Penguji II
LEMBAR Pengesahan Skripsi
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Kamis, 26 Oktober 2017 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
5. Nama : Shintya Cahya Adhani
6. NIM : 1113081000059
7. Jurusan : Manajemen
8. Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Variabel Makro Ekonomi Terhadap
Return Reksa Dana Saham yang Dijual Melalui PT.
Bank Mandiri (Persero) Tbk. Tahun 2012 – 2016.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 26 Oktober 2017
3. Titi Dewi Warninda, SE., M.Si (_______________________)
NIP. 19731221.200501.2.002 Ketua
4. Dr. Indoyama Nasarudin, SE., MAB (_______________________)
NIP. 19741127.200112.1.002 Sekretaris
5. Deni Pandu Nugraha, SE., M.Sc (_______________________)
Penguji Ahli
6. Dr. Indoyama Nasarudin, SE., MAB (_______________________)
NIP. 19741127.200112.1.002 Pembimbing
LEMBAR Pengesahan Skripsi
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Shintya Cahya Adhani
NIM : 1113081000059
Jurusan : Manajemen
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya
ini.
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap
dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 3 Oktober 2017
Yang Menyatakan
Shintya Cahya Adhani
LEMBAR Pengesahan Skripsi
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Shintya Cahya Adhani
2. Nama Panggilan : Shintya
3. Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 10 Mei 1995
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Agama : Islam
6. Alamat : Jl. Cendrawasih VII B23/5 PJMI
Pondok Aren, Tangerang Selatan
7. Status : Belum Menikah
8. Kewarganegaraan : Indonesia
9. Telepon : 081296405010
10. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. 2001-2007 : SDN Pesanggrahan 010 Jakarta
2. 2007-2010 : SMPN 12 Jakarta
3. 2010-2013 : SMAN 70 Jakarta
4. 2013-2017 : Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Anggota Sing Out Asia (SOA) Indonesia (2017 – sekarang)
2. Anggota Koperasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2015-
sekarang)
3. Anggota Divisi Seni dan Budaya HMJ Manajemen UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta (2014 – 2015)
4. Anggota Divisi Eksternal DEMA FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(2013- 2014)
LEMBAR Pengesahan Skripsi
vii
IV. PENGALAMAN BEKERJA
1. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) – Internship at Sharia Banking Product
Education and Development Division (Feb – Mar 2017)
2. Management Project – HMJ Manajemen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
V. PENCAPAIAN
1. Selected Applicant – Cross Culture Training Camp (CCT) in Vietnam
(Maret 2017)
viii
ABSTRACT
The purpose of this study is to analyze the influence of IHSG, Inflation,
Exchange Rate, and BI Rate to stock fund return sold through PT. Bank
Mandiri (Persero) Tbk. in the period 2012-2016. Sampling method is using
purposive sampling which determined sample with particular criteria, the
result obtained 13 stockfund. Analysis data using panel data regression to
find out the influence of independent variable to dependent variable
simultaneously and partially. Panel data regression using common effect
model. The result show that IHSG, Inflation, Exchange Rate, and BI Rate, has
influence to Stock Fund Return simultaneously. Inflation and BI Rate have
negatif influence to Stock Fund Return while IHSG and Exchange Rate has
positif impact in the 5% level of significance. Adjusted R Square amounted
0.906892. It means 90.6892% dependent variable can be explained with
independent variable, meanwhile 9.3108% explain by others factor.
Keywords: IHSG, Inflation, Exchange Rate, BI Rate, Stock Fund Return,
Panel data regression
ix
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh IHSG, Inflasi,
Kurs dan BI Rate terhadap Return Reksa Dana Saham yang dijual melalui
PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Tahun 2012-2016. Metode sampling yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling yaitu
metode pengambilan sampel berdasarkan kriteria tertentu. Sampel yang
memenuhi kriteria dalam penelitian ini sebanyak 13 reksa dana saham.
Analisis yang digunakan yaitu analisis regresi data panel untuk melihat
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen baik secara
bersama-sama maupun secara individu. Model yang terpilih adalah common
effect model. Hasil analisis data atau hasil regresi menunjukkan bahwa secara
simultan IHSG, Inflasi, Kurs, dan BI Rate berpengaruh terhadap Return
Reksa Dana Saham. Secara parsial variabel yang berpengaruh signifikan
negatif terhadap Return Reksa Dana Saham adalah Inflasi dan BI Rate dan
yang berpengaruh signifikan positif terhadap Return Reksa Dana Saham
adalah IHSG dan Kurs. Besarnya koefisien determinasi (Adjusted R Square)
adalah sebesar 0.906892. Hal ini berarti bahwa 90.6892% variabel dependen
yaitu Return Reksa Dana Saham dapat dijelaskan oleh empat variabel
independen, sedangkan sisanya sebesar 9.3108% Return Reksa Dana Saham
dijelaskan oleh variabel atau faktor-faktor lainnya diluar model.
Kata kunci : IHSG, Inflasi, Kurs, BI Rate, Return Reksa Dana Saham,
Regresi data panel
x
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul: “Pengaruh Variabel Makro Ekonomi Terhadap Return Reksa Dana
Saham Yang Dijual Melalui PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Periode 2012-
2016”. Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana pada
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa banyak pihak yang
terulur memberikan bantuan. Ucapan rasa hormat dan terima kasih atas segala
kepedulian mereka yang telah memberikan bantuan, baik moril, kritik, saran,
masukan, dorongan semangat, doa, dukungan finansial maupun pemikiran dalam
penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, perkenankan penulis secara khusus
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah Subhanahu wata’alaa yang selalu memberikan rahmat dan karunia-Nya
kepada penulis dan telah membuat segala yang tidak mungkin menjadi
mungkin.
2. Untuk kedua orang tua penulis Bapak Ibrahim Satar Ismail, SE dan Mama
AKBP Ruwiyatun yang senantiasa berdo’a dan memberikan dukungan lahir
dan bathin kepada penulis hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., Msi selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Dr. Indoyama Nasarudin, SE., MAB selaku dosen pembimbing skripsi
yang senantiasa meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan agar
skripsi ini dapat terselesaikan.
xi
6. Bapak Lili Supriyadi., MM selaku dosen pembimbing akademik.
7. Ibu Titi Dewi Warnida, SE., Msi selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Seluruh Bapak/Ibu dosen yang telah mencurahkan dan mengamalkan ilmu
yang tak ternilai hingga penulis dapat menyelesaikan studi di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
9. Seluruh Staf Tata Usaha dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu
penulis dalam mengurus segala kebutuhan administrasi dan lain-lain.
10. Kakak Penulis Risky Eka Putra, Rezha Satria, Intan Karima, Shendy Pratiwi
Utami yang menjadi panutan, pemberi motivasi, penyemangat penulis untuk
segera menyelesaikan skripsi ini dan juga keponakan penulis Kimi Qaireen Ar
Risky yang selalu membawa keceriaan didalam keluarg.
11. Kepada Dimas Yushard yang selalu ada disaat senang dan susah selama ini
yang tidak henti-hentinya memberikan semangat kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
12. Teman-Teman Tersayang Nindia Wira Putri, Farah Agustina, Putri Aulia
Rahmadina, Nur Rahma Tiara Shinta, Annisa Yulianti, Amalia Laraswati,
Nelly Aprilia, Dechy Rahmawati, Winda Sari, Aning Lutfiah, Robiatul
Adawiyah, Dzulfikar Abdurahman, Irfan Fachrezy, Mochammad Imam
Antero, dan Deni Pratama yang selalu menemani, mendengarkan, dan rela
direpotkan oleh penulis selama masa perkuliahan hingga sekarang penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
13. Teman-Teman Manajemen 2013, yaitu Firly, Maryati, Melani, Laras, Tika,
Gita, Kumi, Irma, Riska, Shaumi, Adel, Cindy, Cucu, Fahdiansyah, Romario,
Rofiq,Sandi, Rudy, Elvan, Ralenta, Alman, Ikhlas, Kate, Iqbal, Giffari, Faiz,
Dicky, dan lain-lain yang mengisi hari-hari penulis selama masa perkuliahan.
14. Teman-Teman Kecilku Shofia Anugraha, Andighina Senisa Putri, Afie Aulia,
dan Kevien Zulfi yang selalu menemani penulis ke salon, skripsian, dan selalu
mendengarkan curhatan penulis.
xii
15. Teman-Teman Hujut Hulup, yaitu Svetlana, Early, Ayu, Dita, Nindya, Tika,
Nabilla, Astrid, Ritsah, Zizi, Febby, Irma, dan Sari.
16. Teman-teman KKN D’Voice 88 UIN Jakarta 2016, yaitu Ranny, Dewi, Dinda,
Bagol, Amar, Ucok, Ali, Iqbal, Rama, dan Hanum atas pelajaran hidup dan
memori indahnya selama sebulan di Tegal Wangi.
17. Boediman dan Mba Septy yang selalu menyemangati penulis dari masa
perkuliahan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
18. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, suatu kebahagiaan
bagi penulis telah dipertemukan dan diperkenalkan dengan kalian semua.
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu dengan segenap hati penulis mengharapkan saran, arahan, maupun
kritik yang membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi kita semua. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 3 Oktober 2017
Shintya Cahya Adhani
xiii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ............................ v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ vi
ABSTRACT ........................................................................................................ viii
ABSTRAK ............................................................................................................ ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................... x
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xiiii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 16
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 16
D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 18
A. Landasan Teori ..................................................................................... 18
1. Investasi ............................................................................................ 18
2. Pasar Modal ..................................................................................... 21
3. Reksa Dana ...................................................................................... 22
4. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) .......................................... 42
5. Inflasi ............................................................................................... 44
6. Nilai Tukar Rupiah (Kurs) ............................................................... 47
7. BI Rate ............................................................................................. 50
B. Keterkaitan Antar Variabel ................................................................. 52
1. IHSG terhadap Return Reksa Dana Saham ...................................... 52
xiv
2. Inflasi terhadap Return Reksa Dana Saham ...................................... 53
3. Kurs terhadap Return Reksa Dana Saham ........................................ 53
4. BI Rate terhadap Return Reksa Dana Saham ................................... 55
C. Penelitian Terdahulu ............................................................................ 56
D. Kerangka Pemikiran ............................................................................ 61
E. Hipotesis ................................................................................................. 62
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 63
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................... 63
B. Metode Penentuan Sampel ................................................................... 64
C. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 67
D. Metode Analisis Data ............................................................................ 68
1. Analisis Data Panel ........................................................................... 68
a. Model Common Effect ................................................................ 69
b. Model Fixed Effect ...................................................................... 71
c. Model Random Effect ................................................................. 71
2. Tahap Analisis Data .......................................................................... 72
a. Uji Chow ...................................................................................... 72
b. Uji Hausman ................................................................................ 73
3. Uji Dasar Asumsi Klasik .................................................................. 73
a. Uji Normalitas ............................................................................. 73
b. Uji Multikolinieritas .................................................................... 74
c. Uji Autokorelasi .......................................................................... 75
d. Uji Heterokedastisitas .................................................................. 76
4. Uji Signifikansi ................................................................................ 77
a. Uji Parsial t (Uji Statistik) ........................................................... 77
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) .................................. 77
xv
c. Uji R2 (Koefisien Determinasi).................................................... 78
E. Definisi Operasional Variabel .............................................................. 80
1. Return Reksa Dana Saham ................................................................ 80
2. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ........................................... 82
3. Inflasi ................................................................................................ 82
4. Nilai Tukar Rupiah (Kurs) ................................................................ 83
5. BI Rate .............................................................................................. 83
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN....................................................... 84
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................... 84
B. Analisis dan pembahasan ..................................................................... 86
1. Deskriptif Variabel Penelitian ........................................................... 86
a. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ..................................... 86
b. Inflasi ........................................................................................... 87
c. Nilai Tukar (Kurs) ....................................................................... 88
d. BI Rate ......................................................................................... 89
e. Return Reksa Dana Saham .......................................................... 90
2. Uji Pemilihan Model Regresi Data Panel ......................................... 92
a. Uji Chow ..................................................................................... 92
b. Uji Hausman ................................................................................ 93
3. Uji Dasar Asumsi Klasik .................................................................. 93
a. Uji Normalitas ............................................................................. 94
b. Uji Multikolinearitas ................................................................... 94
c. Uji Autokorelasi .......................................................................... 95
d. Uji Heterokedastisitas .................................................................. 96
4. Uji Signifikansi ................................................................................. 98
a. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ................................................ 98
b. Uji Signifikansi Parsial (Uji t) ..................................................... 99
c. Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ........................................ 103
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 111
A. Kesimpulan .......................................................................................... 111
B. Implikasi .............................................................................................. 111
xvi
C. Saran .................................................................................................... 112
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 114
LAMPIRAN ....................................................................................................... 119
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Rata-Rata Return Investasi Per Tahun 2006-2016 ................................. 3
Tabel 1. 2 Dana Kelolaan Manajer Investasi Tahun 2012 - 2017 ........................... 6
Tabel 2. 1 Jenis Reksa Dana Berdasarkan Sifatnya .............................................. 28
Tabel 2. 2 Karakteristik Reksa Dana..................................................................... 31
Tabel 2. 3 Penelitian Terdahulu ............................................................................ 57
Tabel 3. 1 Variabel, Simbol, dan Satuan Data ...................................................... 63
Tabel 3. 2 Seleksi Pemilihan Sampel .................................................................... 64
Tabel 3. 3 Sampel Reksa Dana Saham Syariah .................................................... 65
Tabel 3. 4 Sampel Penelitian ................................................................................. 66
Tabel 3. 5 Sumber Data ......................................................................................... 68
Tabel 3. 6 Kriteria Untuk Memberikan Interpretasi terhadap R2 .......................... 80
Tabel 4. 1 Data Return Reksa Dana Saham .......................................................... 90
Tabel 4. 2 Hasil Uji Chow..................................................................................... 92
Tabel 4. 3 Hasil Uji Normalitas ............................................................................ 94
Tabel 4. 4 Matriks Korelasi Antar Variabel .......................................................... 95
Tabel 4. 5 Hasil Uji Autokorelasi ......................................................................... 96
Tabel 4. 6 Hasil Uji Heterokedastisitas ................................................................. 97
Tabel 4. 7 Hasil Uji F ............................................................................................ 98
Tabel 4. 8 Hasil Uji t ............................................................................................. 99
Tabel 4. 9 Hasil Uji R2 ........................................................................................ 103
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Komposisi NAB Reksa Dana Tahun 2012 ......................................... 7
Gambar 1. 2 Komposisi NAB Reksa Dana Tahun 2016 ......................................... 8
Gambar 2. 1 Mekanisme Reksa Dana ................................................................... 26
Gambar 2. 2 Kerangka Pemikiran ......................................................................... 61
Gambar 4. 1 Rata-Rata IHSG Tahun 2012 - 2016 ................................................ 86
Gambar 4. 2 Rata-Rata Inflasi Tahun 2012 - 2016 ............................................... 87
Gambar 4. 3 Rata-Rata Kurs Tahun 2012 - 2016 ................................................. 88
Gambar 4. 4 Rata-Rata BI Rate Tahun 2012 - 2016 ............................................. 89
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Daftar Sampel Reksa Dana Saham ................................................ 119
Lampiran 2 : Data Variabel Return Reksa Dana Saham tahun 2012-2016 ......... 120
Lampiran 3 : Data Variabel IHSG tahun 2012-2016 .......................................... 120
Lampiran 4 : Data Variabel Inflasi tahun 2012-2016 ......................................... 121
Lampiran 5 : Data Variabel Kurs tahun 2012-2016 ............................................ 121
Lampiran 6 : Data Variabel BI Rate tahun 2012-2016 ....................................... 122
Lampiran 7 : Hasil Output Uji Regresi Data Panel ............................................. 122
Lampiran 8 : Hasil Uji Pemilihan Model Terbaik Regresi Data Panel ............... 123
Lampiran 9 : Hasil Output Uji Asumsi Klasik .................................................... 123
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Adanya keinginan untuk meningkatkan penghasilan agar
kesejahteraan dan harapan hidup semakin meningkat merupakan alasan
yang menyebabkan masyarakat ingin berinvestasi. Terdapat dua sektor
investasi yang dapat menjadi pilihan masyarakat yaitu, sektor riil seperti
bisnis, manufaktur, teknologi, emas, properti, dan jasa. Sektor lainnya
adalah keuangan yang meliputi Pasar Modal dan Pasar Uang.
Pasar Uang (money market) bersama dengan Pasar Modal
merupakan bagian Pasar Keuangan/Pasar Finansial. Instrumen keuangan
yang diperadagangkan di Pasar Uang memiliki jangka waktu pendek atau di
bawah satu tahun. Hal ini berbeda dengan Pasar Modal yang
memperdagangkan instrument keuangan berjangka panjang atau di atas satu
tahun. Para pelaku pasar uang melakukan jual-beli surat berharga maupun
dana-dana segar melalui lembaga perbankan maupun lembaga non
perbankan. Transaksi di pasar uang tidak dilakukan di suatu pasar nyata,
seperti halnya Bursa Efek di Pasar Modal atau Bursa Berjangka di Pasar
Komoditi (Purnomo, 2013)
Pasar Modal (capital market) pada prinsipnya merupakan pasar
sekuritas jangka panjang baik berbentuk hutang maupun ekuitas serta
berbagai produk turunannya. Dimana jenis sekuritas di pasar modal
2
Indonesia di kelompokkan ke dalam bentuk berikut, yaitu: sekuritas di pasar
ekuitas, sekuritas di pasar obligasi, sekuritas di pasar derivatif, dan reksa
dana (Tandelilin, 2010)
Berinvestasi di Pasar Modal, lebih modern dibandingkan dengan
berinvestasi di sektor riil. Namun, masih banyak masyarakat yang awam
terhadap jenis investasi ini. Pemerintah mendorong upaya-upaya agar
masyarakat menjadi lebih mengenal investasi, salah satunya dengan
program “Yuk Nabung Saham” yang dimulai pada tahun 2015. Perkenalan
pada dunia investasi dan finansial menjadi penting terutama ketika taraf
hidup masyarakat naik, dan mereka mempunyai dana berlebih yang tidak
digunakan. Dana berlebih itu diharapkan dapat disalurkan melalui investasi
yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagai investor,
maupun sebagai pengguna investasi.
Investasi di Pasar Modal kemudian diharapkan menjadi investasi
yang dipilih oleh masyarakat. Karena berinvestasi di pasar modal itu mudah
dan memberikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan jenis investasi
lainnya.
3
Tabel 1.1
Rata-Rata Return Investasi Per Tahun 2006-2016
Jenis Investasi Return
Tabungan 2,42%
Deposito 6,91%
Emas 7,76%
Obligasi Negara 8,47%
Reksa dana 8,98%
Saham 17,52%
Sumber: www.yuknabungsaham.idx.co.id
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa Obligasi Negara, Reksa dana,
dan Saham yang merupakan jenis dari Pasar Modal, memiliki tingkat return
sebesar 8,47%, 8,98% dan 17,52% per tahun 2006-2016. Jadi dari data
tersebut dapat kita ketahui bahwa ketiga produk investasi tersebut memiliki
tingkat return yang cukup tinggi dibandingkan dengan jenis investasi
lainnya, terlebih lagi return produk investasi saham.
Namun berinvestasi pada saham memiliki beberapa kendala, yang
pertama terkait tentang waktu. Cepatnya perubahan harga di lantai bursa
menjadikan investor tidak mungkin selalu berhadapan dengan layar
komputer untuk mengikuti perubahan harga yang berfluktuasi setiap
detiknya. Dengan kesibukan masyarakat dalam pekerjaan maka hal tersebut
sulit untuk dilakukan.
Masalah lain yang mungkin menjadi salah satu kendala masyarakat
dalam berinvestasi adalah kurangnya infomasi, pengetahuan dan keahlian
4
dalam berinvestasi. Harga yang selalu berfluktuasi dalam bursa, sementara
pemahaman masyarakat yang tidak memiliki kemampuan dalam transaksi
bisa saja produk yang dibeli mengalami kerugian. Hal tersebut yang
membuat investor hanya berinvestasi atau memilih pada satu jenis saham
saja sehingga, menimbulkan kekhawatiran yang semakin tinggi apabila
perusahaan dimana investor berinvestasi mengalami likuidasi atau
penurunan harga saham. Hal lain yang dikhawatirkan adalah return yang
dihasilkan tidak sesuai dengan modal yang telah diinvestasikan, termasuk
juga besarnya risiko atau kerugian yang harus ditanggung.
Reksa dana merupakan salah satu alternatif investasi yang
mengaplikasikan strategi alokasi aset melalui pembentukan suatu portofolio
dengan menyebar dana investasi yang dimiliki ke dalam beberapa jenis aset
yang berbeda. Hal ini sejalan dengan prinsip diversifikasi yang bertujuan
meminimalkan risiko yang mungkin timbul dan mengoptimalkan tingkat
return tertentu yang diharapkan. Sebagaimana nasihat yang disampaikan
Markowitz dalam diversifikasi portofolio, yaitu “Janganlah menaruh semua
telur ke dalam satu keranjang”, karena kalau keranjang tersebut jatuh, maka
semua telur yang ada dalam keranjang tersebut akan pecah. Dalam konteks
investasi, ajaran tersebut dapat diartikan sebagai “Janganlah
menginvestasikan semua dana yang kita miliki hanya pada satu aset saja,
karena jika aset tersebut gagal, maka semua dana yang telah kita
investasikan akan lenyap” (Tandelilin, 2010).
5
Menurut Kawito, analis PT Infovesta Utama, sebagai pilihan
investasi saat ini produk reksa dana adalah pilihan yang bijak, apalagi di
tengah keterbatasan waktu pencarian info dan analisa aset portofolio.
Menurut Kawito (2012), salah satu keunggulan berinvestasi reksa dana
adalah investor bisa melakukan diversifikasi otomatis dan bisa mengakses
ke aset saham maupun obligasi dengan dana yang lebih murah. Selain itu
reksa dana juga lebih likuid dan dikelola oleh para profesional, yakni wakil
manajer investasi yang tersertifikasi, sehingga lebih terjamin
(www.kompas.com, 2012).
Reksa dana menurut Undang-Undang Pasar Modal No.8 Tahun
1995, pasal 1 ayat (27) didefinisikan bahwa reksa dana adalah wadah yang
dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk
selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi.
Terdapat tiga unsur penting dalam reksa dana, yaitu pertama, adanya dana
dari masyarakat pemodal. Kedua, dana tersebut diinvestasikan dalam
portofolio efek. Ketiga, dana tersebut dikelola oleh manajer investasi
(Darmadji, 2001: 148). Portofolio efek itu sendiri adalah kumpulan surat
berharga seperti saham, obligasi, SBI, deposito berjangka, surat berharga
pemerintah, dan surat berharga pasar uang. Oleh karena itu reksa dana
merupakan sarana investasi bagi investor untuk dapat berinvestasi ke
berbagai instrumen investasi yang tersedia di pasar (Prasetya, 2010: 1).
Di Indonesia, reksa dana pertama kali muncul saat pemerintah
mendirikan PT.Danareksa pada tahun 1976. Pada waktu itu PT. Danareksa
6
menerbitkan reksa dana yang disebut dengan sertifikat danareksa. Pada
tahun 1995, pemerintah mengeluarkan peraturan tentang pasar modal yang
mencakup pula peraturan mengenai reksa dana melalui UU No. 8 tahun
1995 mengenai pasar modal. Adanya UU tersebut menjadi momentum
munculnya reksa dana di Indonesia yang diawali dengan diterbitkannya
reksa dana tertutup oleh PT. BDNI Reksa dana.
Tabel 1.2
Dana Kelolaan Manajer Investasi
Tahun 2012-2017
(dalam Rp miliar)
2012 2013 2014 2015 2016 2017*
Jumal Reksa Dana 809 794 894 1091 1425 1508
Dana Kelolaan 114,2 192.545 241.571 271.969 338.749 371.009
Sumber: www.ojk.go.id *hingga 26 mei 2017
Seperti yang tertera pada tabel 1.2 di atas, sampai dengan Mei 2017
tercatat 96 manajer investasi dan 1.508 produk reksa dana yang masih aktif
dan tercatat di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang diklasifikasikan ke
dalam beberapa kategori berdasarkan tingkat risikonya. Pertumbuhan reksa
dana tersebut menunjukkan suatu fenomena meningkatnya minat investor
pada reksa dana sebagai salah satu pilihan investasi.
Berdasarkan Pasal 1 Ayat (27) UUPM, Reksa Dana adalah wadah
yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal
untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer
investasi. Investor membeli reksa dana dari sebuah perusahaan investasi
7
pada harga per saham atau per unit penyertaan yang nilainya tergantung
pada besarnya nilai aktiva bersih (NAB) per unit (Tandelilin, 2010).
Menurut Pratomo et al. (2000), perubahan harga NAB per Unit
Penyertaan (NAB/UP) yang berubah-ubah setiap hari menjadi indikator
hasil suatu investasi. Naik-turunnya harga NAB/UP menjadi indikator
untung/ruginya suatu investasi pada reksa dana. Sebagaimana diatur dalam
UUPM, NAB/UP suatu reksa dana terbuka dihitung setiap hari untuk hari
bursa sebelumnya dan diumumkan di media massa, sehingga investor baru
mengetahui harga unit reksa dana sehari setelah transaksi dilakukan untuk
transaksi sebelum pukul 12.00.
Berikut ini merupakan komposisi NAB Reksa dana dari tahun 2012
sampai dengan tahun 2016,
Gambar 1.1
Komposisi NAB Reksa dana Tahun 2012
Sumber : Bapepam-LK
8
Gambar 1.2
Komposisi NAB Reksa dana Tahun 2016
Sumber : Bapepam-LK
Berdasarkan data yang ditampilkan pada kedua diagram di atas,
ternyata reksa dana saham memiliki total NAB terbesar dari pada jenis
reksa dana lainnya dan dalam kurun waktu lima tahun yaitu 2012 hingga
2016 total NAB Reksa dana saham mengalami peningkatan sebesar 41,172
milyar rupiah. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas investor cenderung
memilih reksa dana yang memiliki risiko yang tinggi karena semakin tinggi
risikonya maka semakin besar pula return dari investasi itu.
9
Menurut Sholihat et al. (2015:2) faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat pengembalian (return) reksa dana saham dikelompokan menjadi
tiga, yaitu: faktor keamanan politik, kondisi pasar global, dan faktor makro
ekonomi.
Menurut analisis, minat masyarakat untuk berinvestasi pada produk
investasi reksa dana didorong oleh suku bunga Bank Indonesia yang
rendah. Di sisi regulasi, muncul beberapa regulasi baru yang membuat
industry reksa dana semakin berkembang kedepannya, Chief Investment
Officer Bahana TWC Investment Management, Doni Firdaus,
memperkirakan pertumbuhan nilai kelolaan hingga 20% masih terbuka,
mengingat performa IHSG sebagai indeks acuan reksa dana berbasis saham
tumbuh dalam kisaran level yang sama dalam jangka waktu 10 tahun
hingga 15 tahun (www.kompas.com, 2016). Fenomena pertumbuhan NAB
Reksa dana yang terus menunjukkan tren positif dari tahun 2011 hingga
2016 diduga salah satu penyebabnya adalah karena ditopang oleh kinerja
makro ekonomi Indonesia.
Dalam kegiatan makro ekonomi terkandung aspek produksi,
pendapatan, pengeluaran, anggaran nasional, jumlah uang beredar dan
neraca pembayaran. Kondisi ekonomi makro yang stabil merupakan energi
pendorong bagi berkembangnya pasar modal. terdapat empat faktor
ekonomi makro yang berpengaruh terhadap kinerja pasar modal, dua di
antaranya adalah kurs mata uang dan inflasi (Suta, 2000:13).
10
Nilai tukar ialah harga suatu mata uang yang diekspresikan terhadap
mata uang lainnya. Nilai tukar dapat dipresentasikan sebagai sejumlah mata
uang lokal yang dibutuhkan untuk membeli satu unit mata uang asing
(Manurung dkk., 2008 : 6). Risiko nilai kurs merupakan risiko yang timbul
akibat pengaruh perubahan nilai tukar mata uang domestik dengan nilai
tukar mata uang negara lain (asing). Perusahaan yang menggunakan mata
uang asing dalam menjalankan aktivitas operasional dan investasinya akan
menghadapi risiko nilai tukar (kurs). Perubahan nilai tukar yang tidak
diantisipasi oleh perusahaan akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan
(Dominick,1997:140).
Fluktuasi nilai rupiah terhadap mata uang asing yang stabil akan
sangat mempengaruhi iklim investasi dalam negeri, khususnya pasar modal.
Terjadinya apresiasi kurs rupiah terhadap dollar misalnya akan memberikan
dampak terhadap perkembangan persaingan produk Indonesia di luar
negeri, terutama dalam hal persaingan harga. Apabila ini terjadi, secara
tidak langsung memberikan pengaruh terhadap neraca perdagangan karena
meningkatnya nilai ekspor dibandingkan dengan nilai impor, sebaliknya
akan berpengaruh pula kepada neraca pembayaran Indonesia.
Memburuknya neraca pembayaran negara akan berpengaruh terhadap
cadangan devisa, berkurangnya cadangan devisa akan mempengaruhi
kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia, yang selanjutnya
menimbulkan dampak negatif terhadap perdagangan saham di pasar modal.
11
Keadaan ini, bagi investor asing akan cenderung melakukan penarikan
modal sehingga terjadi capital inflow (Suta, 2000:15).
Terjadinya penurunan kurs yang berlaku akan berdampak kepada
perusahaan-perusahaan yang menggantungkan faktor-faktor produksi
terhadap barang-barang impor, besarnya belanja impor dari perusahaan
seperti ini akan mempertinggi biaya produksi, serta menurunnya laba
perusahaan. Sehingga harga saham perusahaan tersebut akan anjlok di pasar
modal dan selanjutnya akan mempengaruhi imbal hasil reksa dana saham.
Makro ekonomi kedua adalah inflasi, inflasi adalah kecenderungan
naiknya harga–harga secara umum yang berlaku dari waktu ke waktu,
inflasi menunjukkan meningkatnya arus harga secara umum. Pembangunan
akan berjalan lancar bila inflasi dapat ditekan serendah mungkin.
Apabila inflasi naik, akan berdampak pada naiknya harga bahan
baku yang pada akhirnya akan menyebabkan menurunnya daya saing
terhadap produk barang yang dihasilkan suatu perusahaan. Hal ini akan
berdampak buruk pada harga saham perusahaan itu di pasar modal. Selain
itu, meningkatnya inflasi akan menaikkan biaya perusahaan yang
mengakibatkan menurunnya profitabilitas perusahaan-perusahaan yang
mencatatkan sahamnya di bursa efek yang pada akhirnya akan memperkecil
dividen yang diterima oleh pemegang saham. Menurunnya pendapatan
dividen yang diterima oleh investor maka akan semakin menurunkan minat
masyarakat investor untuk berinvestasi dipasar modal seperti reksa dana.
12
Besar kecilnya laju inflasi dapat mempengaruhi suku bunga riil. Hal
ini cukup berpengaruh bagi instrumen-instrumen pasar modal yang
memberikan tingkat pendapatan tetap seperti obligasi. Jika bunga tinggi,
investor cenderung mengurangi kegiatan investasinya. Dana investor lebih
suka diendapkan di bank dalam bentuk deposito. Sebaliknya bila inflasi
turun, investor cenderung melakukan investasi di pasar modal, mengingat
besarnya return yang di terimanya di pasar modal (Suta, 2000:14).
Makro ekonomi yang ketiga adalah Suku Bunga. Menurut
Samuelson dan Nordhaus (2004:197) suku bunga adalah biaya untuk
meminjam uang dan diukur dalam dolar per tahun untuk setiap satu dolar
yang dipinjamnya, jika diterapkan dalam kondisi Indonesia maka suku
bunga yang digunakan adalan BI Rate. BI Rate adalah suku bunga kebijakan
yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik (www.bi.go.id).
Jika BI Rate dinaikkan, yang akan terjadi adalah investor akan
memilih alternatif investasi yang memberikan pendapatan yang lebih tinggi.
Akibatnya instrumen-instrumen pasar modal seperti saham tidak diminati
bahkan dijual dan beralih ke perbankan. Hal tersebut menyebabkan harga
saham menurun sehingga keuntungan reksa dana saham juga mengalami
penurunan dan begitu pula sebaliknya.
Makro ekonomi yang keempat adalah Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG). Menurut Darmadji (2001:96), IHSG adalah sekumpulan
13
semua saham yang tercatat sebagai komponen perhitungan indeks, IHSG
merupakan indikator utama yang menggambarkan pergerakan saham.
IHSG menggambarkan suatu rangkaian informasi historis mengenai
pergerakan harga saham gabungan, sampai pada tanggal tertentu. Biasanya
pergerakan harga saham tersebut disajikan setiap hari berdasarkan harga
penutupan di bursa efek pada hari tersebut. Indeks tersebut disajikan untuk
periode tertentu. IHSG mencerminkan suatu nilai yang berfungsi sebagai
pengukuran kinerja suatu saham gabungan di bursa efek. Maksud dari
gabungan itu sendiri adalah kinerja saham yang dimasukkan dalam
perhitungan lebih dari satu, bahkan seluruh saham yang tercatat di bursa
efek tersebut (Sunariyah, 2004 : 142). IHSG berhubungan positif dengan
return saham dalam artian makin tinggi nilai IHSG makin tinggi pula return
yang dihasilkan karena IHSG menunjukkan semakin stabilnya BEI dimana
bila bursa saham tersebut semakin baik secara otomatis kinerja perusahaan
yang ikut sebagai emiten semakin baik sehingga return yang dihasilkan
meningkat (Tungka, 2007).
Beberapa penelitian yang berkaitan dengan reksa dana telah
dilakukan diantaranya oleh Herdiyanto (2008), mengenai “Pengaruh IHSG,
Suku Bunga, Kurs, dan Risiko Terhadap Imbal Hasil Reksa Dana Syariah
dan Reksa Dana Konvensional”. Hasilnya adalah semua variable IHSG,
Suku Bunga, Kurs dan Risiko Bersama-sama memberikan pengaruh
terhadap pertumbuhan imbal hasil masing-masing jenis reksa dana.
14
Menurut Hifdzia (2012), mengenai “Pengaruh Variabel Makro
Ekonomi terhadap perkembangan NAB Reksa Dana Syariah di Indonesia
Tahun 2009-2011”. Hasilnya adalah terdapat pengaruh negatif dan
signifikan variabel SBI dan Nilai Tukar Rupiah terhadap NAB Reksa Dana
Syariah, sedangkan Inflasi dan Jumlah Uang Beredar (M2) tidak memiliki
pengaruh terhadap NAB Reksa Dana Syariah.
Menurut Lestari (2012), menyimpulkan bahwa adanya hubungan
jangka panjang antara variabel makro ekonomi (IHSG, Inflasi, M2, SBI)
dengan nilai aktiva bersih (NAB) Reksa dana saham yang dibuktikan
dengan hasil uji test kointegrasi yang signifikan.
Menurut Wibowo (2011) serta Monjazeb dan Ramazanpour (2013),
tingkat inflasi berpengaruh positif terhadap return reksa dana. Sedangkan
penelitian yang dilakukan Nurdianti (2010), Susetyo (2013), dan Maulana
(2013) menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh negatif terhadap kinerja
reksa dana.
Menurut Sholihah (2008) dalam penelitiannya ditemukan bahwa JII
dan Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja reksa dana
syariah. Dan Inflasi menjadi variabel yang paling dominan dalam
mempengaruhi kinerja reksa dana syariah. Sedangkan SWBI dan IHSG
tidak memiliki pengaruh.
Dari latar belakang di atas, penelitian ini memfokuskan untuk
membahas empat faktor makro ekonomi yaitu IHSG, Inflasi, nilai tukar
rupiah terhadap dolar (Kurs), dan Suku Bunga (BI Rate). Objek penelitian
15
ini memfokuskan pada reksa dana saham yang di jual melalui PT. Bank
Mandiri.Tbk.
Dipilihnya Bank Mandiri sebagai objek penelitian karena Bank
Mandiri adalah bank penjual reksa dana pertama di Indonesia yang dimulai
sejak tahun 2007, selain itu Bank Mandiri merupakan salah satu agen
penjual reksa dana yang memiliki jaringan distribusi yang cukup banyak,
bekerja sama dengan 9 Manajer Investasi dan juga menjual beragam produk
reksa dana yang hingga saat ini sudah ada 5 jenis reksa dana yang diperjual
belikan.
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis ingin mengangkat judul
“Analisis Pengaruh Variabel Makro Ekonomi terhadap Return Reksa
Dana Saham yang Dijual Melalui PT. Bank Mandiri (Persero) tbk.
Tahun 2012-2016”.
16
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut,
maka perumusan masalah di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh signifikan antara IHSG, Inflasi, Kurs, dan BI
Rate secara parsial terhadap return reksa dana saham?
2. Apakah terdapat pengaruh signifikan antara IHSG, Inflasi, Kurs, dan BI
Rate secara simultan terhadap return reksa dana saham?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan, adapun tujuan dari
penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh signifikan antara IHSG,
Inflasi, Kurs, dan BI Rate secara parsial terhadap return reksa dana
saham.
2. Untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh signifikan antara IHSG,
Inflasi, Kurs, dan BI Rate secara simultan terhadap return reksa dana
saham.
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari dilakukannya penelitian ini diharapkan memberikan
manfaat antara lain adalah:
1. Bagi Penulis
Penelitian ini berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan
terhadap reksa dana secara teoritis maupun dalam dunia nyata, serta
17
pengaplikasian pengetahuan yang selama ini didapat selama masa
perkuliahan.
2. Bagi Investor dan Calon Investor
Hasil penelitian yang disajikan dalam penelitian ini diharapkan
mampu memberikan manfaat sebagai bahan pertimbangan bagi investor
dalam menentukan pilihannya berinvestasi melalui reksa dana.
3. Bagi Pihak Perusahaan
Informasi tentang pengaruh variabel makro ekonomi yaitu IHSG,
Inflasi, Kurs, dan BI Rate dapat menjadi landasan bagi pihak
perusahaan dalam pengambilan keputusan untuk meningkatkan return
reksa dana saham yang di perjualbelikan.
4. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil yang bermanfaat
dalam pengembangan ilmu pengetahuan ilmiah, sehingga dapat
dijadikan bahan referensi bagi penelitian selanjutnya serta diharapkan
penelitian ini dapat melengkapi penelitian terdahulu.
18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Investasi
a. Pengertian Investasi
Menurut Bodie et.al (2009:1) “an investment is the current
commitment of money or other resources in the expectation of
reaping future benefits.”. Menurut Tandelilin (2010), investasi
adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang
dilakukan pada saat ini dengan tujuan memperoleh keuntungan di
masa datang. Alasan utama seseorang melakukan investasi adalah
untuk mempersiapkan masa depan sedini mungkin dengan
perencanaan kebutuhan yang disesuaikan dengan kemampuan
keuangan saat ini. Sedangkan di dalam kamus Pasar Modal
disebutkan bahwa investasi adalah penggunaan modal untuk
memperoleh tambahan penghasilan baik melalui kegiatan pembelian
surat berharga untuk memperoleh capital gain.
b. Jenis Investasi
Bodie et.al (2009:2) membagi investasi menjadi dua
kelompok yaitu:
1) Real Assets, yaitu tanah, bangunan, pengetahuan, peralatan atau
mesin yang digunakan untuk memproduksi barang, dan para
19
pekerja yang keahliannya digunakan untuk mengelola sumber
daya tersebut.
2) Financial Assets, seperti saham atau obligasi yang memberi
kontribusi pada produktivitas kapasitas ekonomi secara tidak
langsung melalui pemisahan kepemilikan dan memfasilitasi
transfer dana dalam peluang investasi.
c. Risiko Investasi
Risiko didefinisikan sebagai perbedaan antara perbedaan
antara tingkat pengembalian actual (actual return) dengan tingkat
pengembalian diharapkan (expected return) (Bodie et.al, 2009:3).
Setiap investasi pasti mengandung unsur ketidakpastian atau risiko.
Ada tiga tipe individu dalam kaitannya dengan pilihan
terhadap risiko yaitu individu yang menyukai risiko (risk seeker),
individu yang tidak menyukai risiko (risk averter), dan individu
yang netral terhadap risiko (risk neutral) (Bodie et.al, 2009:3). Sikap
risk averter inilah yang menjadi asumsi dalam penelitian keuangan
dan investasi bahwa pada dasarnya investor tidak menyukai risiko.
Risiko investasi dikategorikan menjadi dua yaitu systematic
risk dan unsystematic risk. Systematic risk (unavoidable risk)
merupakan risiko yang tidak dapat dihindarkan dengan diversifikasi
karena merupakan risiko yang berhubungan dengan kondisi pasar
secara keseluruhan. Sedangkan unsystematic risk merupakan firm
specific risk adalah risiko yang khusus ada pada perubahan atau
20
asset keuangan tertentu sehingga dapat diminimalisasi dengan
diversifikasi (Bodie et.al, 2009:3).
d. Diversifikasi Investasi
Menurut Tandelilin (2010:115), diversifikasi merupakan
proses pemilihan kombinasi atau menyebarkan sejumlah asset
sedemikian rupa sehingga risiko dapat diminimalkan tanpa
mengurangi return yang diharapkan. Mengurangi risiko tanpa
mengurangi return adalah tujuan investor dalam berinvestasi.
Beberapa prinsip-prinsip diversifikasi menurut Tandelilin
(2010:116) yang perlu diperhatikan adalah:
1) Diversifikasi Random
Melakukan investasi secara acak pada berbagai jenis asset
yang berbeda tanpa memperhatikan karakteristik dan hubungan
antar asset. Dimana semakin banyak jenis asset yang dipilih
sebagai investasi maka kemungkinan berkurangnya risiko akan
semakin besar.
2) Diversifikasi Markowitz
Diversifikasi Markowitz memperhitungkan karakteristik
asset yang akan dimasukkan dalam alokasi asset seperti tingkat
return yang diharapkan, klasifikasi industri suatu aset, dll.
Sehingga, dalam prinsip diversifikasi ini investor akan menjadi
lebih selektif dalam membeli asset-aset yang mampu
memberikan manfaat diversifikasi yang paling optimal dan
21
dapat mengurangi risiko baik risiko kecil maupun risiko
kerugian secara total.
2. Pasar Modal
Pasar Modal (capital market) pada prinsipnya merupakan pasar
sekuritas jangka panjang baik berbentuk hutang maupun ekuitas serta
berbagai produk turunannya. Dimana jenis sekuritas di pasar modal
Indonesia di kelompokkan ke dalam bentuk berikut, yaitu : sekuritas di
pasar ekuitas, sekuritas di pasar obligasi, sekuritas di pasar derivatif, dan
reksa dana (Tandelilin, 2010).
Pasar modal adalah pasar yang memperjual-belikan berbagai
instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang, baik dalam bentuk
utang maupun modal sendiri (Nasarudin dan Surya, 2004: 13).
Pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai
instrument keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa
diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik
yang diterbitksn oleh pemerintah, public authorities, maupun
perusahaan swasta (Husnan, 2005: 3).
Pasar modal memungkinkan perusahaan memperoleh sumber
pembiayaan jangka panjang yang relatif murah dari instrumen-
instrumen keuangan dalam berbagai surat berharga (sekuritas)
(Nasarudin dan Surya, 2004: 14). Melakukan investasi di pasar modal
setidaknya harus memperhatikan dua hal, yaitu: keuntungan yang akan
diperoleh dan risiko yang mungkin terjadi.
22
3. Reksa Dana
a. Pengertian Reksa Dana
Menurut Undang-Undang Pasar Modal No. 08 Tahun 1995,
Pasal 1 Ayat 27, reksa dana adalah suatu wadah yang dipergunakan
untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk
selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh Manajer
Investasi yang telah mendapat izin dari Bapepam.
Pengertian yang diberikan oleh (Suta, 2000:256), diartikan
sebagai wadah berinvestasi untuk dapat mengembangkan uang di
pasar modal. Pemodal menyertakan dananya dalam satu jenis reksa
dana (mutual fund), lalu manajer mengelola dana tersebut untuk
meraih keuntungan dan memberikan imbal hasil (return) kepada
pemodal atas penyertaan dananya.
Reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk
menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya
diinvestasikan dalam portofolio efek oleh Manajer Investasi
(Manurung, 2008).
b. Pihak Terkait dan Mekanisme
Menurut (Rodoni, 2009:87), seorang calon investor yang akan
menginvestasikan dananya pada salah satu Reksa dana Terbuka
umumnya akan menghadapi pihak-pihak yang terkait didalamnya
yaitu:
23
1) Perusahaan Reksa Dana
Merupakan perseroan terbatas yang telah memperoleh izin
usaha dari Bapepam dengan bertujuan untuk Reksa dana yang
akan mengelola dan bertanggung jawab atas dana para
pemegang saham
Reksa dana.
2) Manajer Investasi
Merupakan perseroan yang telah memperoleh izin usaha dari
Bapepam sebagai manajer investasi dan minimum ada
pegawainya yang telah memperoleh izin profesi dari Bapepam
sebagai wakil manajer investasi. Perseroan ini mempunyai
kontrak dengan perusahaan Reksa dana untuk melaksanakan
investasi kembali dana yang telah dihimpun. Kegiatan manajer
investasi adalah manajemen portofolio (jual beli efek), analisa
efek serta perdagangan (jual beli) efek dengan harga terbaik.
Biasanya manajer investasi ini dirangkap oleh perusahaan Reksa
dana.
Menurut Pratomo (2007:41), sebelum dapat menjual reksa
dana kepada investor, manajer investasi harus terlebih dahulu
membentuk reksa dana dengan membuat akta Kontrak Investasi
Kolektif (KIK) bersama bank kustodian. Kemudian, menjalani
proses pernyataan pendaftaran kepada Bapepam untuk
mendapatkan pernyataan efektif, sehingga reksa dana dapat
24
dijual kepada investor. Umumnya, manajer investasi
bekerjasama dengan agen penjual (bank, perusahaan asuransi,
atau pihak lainnya) untuk menawarkan dan menjual reksa dana
kepada investor. Dari dana yang terkumpul, manajer investasi
akan melakukan pengelolaan investasi, sesuai dengan kebijakan
investasi yang telah ditentukan dalam KIK. Proses investasi
yang dilakukan, antara lain:
- Melakukan analisis makro dan mikro
- Menentukan alokasi aset (distribusi penempatan pada
efek pasar uang, efek utang atau efek saham)
- Menentukan alokasi sektor (distribusi jenis industri yang
dipilih)
- Menentukan pilihan emiten/pihak tempat berinvestasi
- Melaksanakan transaksi melalui bank atau pialang
(broker)
- Memonitor kinerja dan melakukan penyesuaian
portofolio
3) Agen Penjualan
Agen penjualan inilah melaksanakan penjualan secara
langsung kepada masyarakat pemodal melalui cabang-
cabangnya atau subagensi lainnya. Transaksi jual-beli
berlangsung dengan investor terjadi disini. Disinilah investor
25
dapat meminta prospectus penawaran umum saham reksa dana,
agen penjualan ini biasanya dirangkap oleh manajer investasi.
4) Kustodian
Kustodian (custodian) merupakan institusi yang berfungsi
untuk menyimpan dan mengamankan dokumen efek (surat
berharga). Kustodian tidak terlibat didalam operasi sehari-hari
yang berhubungan dengan keputusan investasi. Untuk
menghindari terjadinya kolusi, maka kustodian tidak boleh
berafiliasi dengan manajer investasi. Kustodian umumnya
adalah bank, yang telah memperoleh izin usaha dari Bapepam
sebagai kustodian.
Kustodian melaksanakan perintah dari manajer investasi
dalam transaksi jual-beli efek dalam hal pengeluaran dan
pemasukan dana serta penyimpanan efek hasil pembelian yang
dilakukan oleh manajer investasi. Jadi manajer investasi tidak
menyimpan efek yang telah dibeli maupun uang yang dihimpun
dari para pemegang saham. Praktek Kustodian di Indonesia
dipercaya oleh Bapepam untuk menghitung NAB setiap hari,
jadi tidak dilakukan oleh suatu institusi yang disebut trustee.
5) Transfer Agent
Fungsi dari transfer agent adalah melaksanakan registrasi
dari pencatatan permintaan para pemegang saham reksa dana
mengenai pembelian dan penebusan serta membuat daftar para
26
pemegang saham yang up-to-date. Fungsi ini di Indonesia,
dipercayakan kepada kustodian.
Gambar 2.1
Mekanisme Reksa Dana
Gambar diatas adalah mekanisme kerja Reksa Dana yang dibuat
oleh Pratomo dkk. (2004:8). Berikut penjelasannya:
1) Permohonan pembelian atau penjualan kembali unit penyertaan.
2) Penyetoran dana pembelian unit penyertaan atau pembayaran
hasil penjualan kembali.
3) Perintah transaksi investasi
4) Eksekusi transaksi investasi.
5) Konfirmasi transaksi.
6) Perintah penyelesaian transaksi.
7) Penyelesaian transaksi dan penyimpanan harta.
8) Informasi Nilai Aktiva Bersih (NAB)/Unit secara harian melalui
media masa.
9) Laporan valuasi harian dan bulanan.
27
10) Laporan bulanan kepada BAPEPAM.
c. Reksa Dana Menurut Sifatnya
Seperti yang terdapat pada Undang-Undang Pasar Modal
No. 8 tahun 1995 pasal 18 Ayat 2, reksa dana memiliki dua sifat,
yaitu:
1) Reksa Dana Bersifat Tertutup (Closed–End Fund)
Reksa Dana Tertutup (Closed-End Fund) merupakan reksa
dana yang menerbitkan saham/unit penyertaan dan menjualnya
kepada investor namun tidak memiliki kewajiban untuk
membeli saham/unit penyertaan yang telah dijualnya. Investor
hanya dapat menarik investasinya dengan cara
menjual/mengalihkan saham/unit penyertaan yang dimilikinya
kepada investor lain yang berminat. Apabila pemilik saham
hendak menjual sahamnya, dal tersebut harus dilakukan melalui
Bursa Efek tempat saham reksa dana tersebut dicatatkan
(Darmadji, 2001: 150).
2) Reksa Dana Bersifat Terbuka (Open–End Fund)
Reksa Dana Terbuka (Open-End Funds) merupakan Reksa
Dana yang menerbitkan saham/unit penyertaan atau
menawarkan dan menjualnya kepada investor sampai sejumlah
kembali saham/unit penyertaan yang telah dijualnya. Reksa dana
terbuka lebih likuid. Artinya, unit penyertaan lebih mudah
diuangkan dengan pasar dari pada saham reksa dana tertutup.
28
Pemegang saham jenis ini dapat menjual kembali saham/unit
setiap saat. Manajer Investasi reksa dana melalui Bank
Kustodian wajib membelinya sesuai dengan NAB per
saham/unit saat itu (Darmadji, 2001: 150)
Tabel 2.1
Jenis Reksa dana berdasarkan Sifatnya
PT. Reksa dana Tertutup PT. Reksa dana Terbuka
Menjual sahamnya pada penawaran umum
perdana sampai batas modal dasar
Menjual sahamnya secara terus-menerus
sepanjang ada pemodal yang membeli
Saham reksa dana dicatatkan di bursa efek Saham reksa dana tidak perlu dicatat di
bursa efek
Investor tidak dapat menjual kembali saham
yang dimilikinya kepada reksa dana, tetapi
kepada investor lain melalui bursa
Investor dapat menjual kembali saham
yang dimilikinya kepada reksa dana
Harga jual/beli saham tergantung
penawaran dan permintaan antar investor di
bursa.
Harga jual/beli saham antara PT Reksa
dana dengan investor didasarkan atas Nilai
Aktiva Bersih (NAB) per saham yang
dihitung oleh Bank Kustodian.
Sumber: Pratomo, 2001:46
d. Jenis Reksa Dana Berdasarkan Portofolio Investasinya
Dilihat dari portofolio investasinya, dari sisi peraturan
Bapepam nomor IV.C.3 tentang pedoman pengumuman harian nilai,
Reksa Dana di Indonesia berdasarkan potofolio terdiri dari empat
kategori yaitu (Manurung, 2008: 298):
1) Reksa dana Pasar Uang (Money Market Funds)
Reksa dana ini didefinisikan sebagai reksa dana yang
melakukan investasi 100% pada efek pasar uang
(Pratomo,2001: 68). Reksa dana yang investasinya ditanam
pada efek bersifat hutang dengan jatuh tempo yang kurang dari
29
satu tahun. Tujuannya adalah untuk menjaga likuiditas dari
pemelihara modal (Darmadji, 2001: 150).
Secara umum, instrumen atau efek yang masuk dalam
kategori ini meliputi deposito, SBI, Obligasi serta efek hutang
lainnya dengan jatuh tempo kurang dari satu tahun
(Pratomo,2001: 68).
2) Reksa dana Pendapatan Tetap (Fixed Income Funds)
Reksa dana yang melakukan investasi sekurangkurangnya
80% dari dana yang dikelola (aktivanya) dalam bentuk efek
bersifat utang. (Darmadji, 2001: 151). Efek bersifat hutang
umumnya memberikan penghasilan dalam bentuk bunga,
seperti deposito, obligasi syariah, SBI, dan instrument lain
(Pratomo, 2001: 71). Reksa Dana Pendapatan Tetap merupakan
salah satu upaya melakukan investasi yang paling baik dalam
jangka waktu menengah atau jangka panjang (>3tahun) dengan
risiko menengah. Tujuannya adalah untuk menghasilkan tingkat
pengembalian yang stabil (Darmadji,2001: 151).
3) Reksa dana Saham (Equity Funds)
Reksa dana yang melakukan investasi sekurangkurangnya
80% dari aktivanya dalam bentuk Efek bersifat Ekuitas
(Darmaji, 2001: 151). Karena investasinya dilakukan pada
saham, maka risikonya lebih tinggi dari jenis reksa dana lainnya,
namun menghasilkan tingkat pengembalian yang paling tinggi
30
diantara reksa dana jenis lainnya. Berbeda dengan efek
pendapatan tetap seperti deposito dan obligasi, dimana investor
lebih berorientasi pada pendapatan bunga,efek saham umumnya
memberikan potensi hasil yang lebih tinggi berupa capital gain
melalui pertumbuhan harga-harga saham. Selain hasil dari
capital gain, efek saham juga memberikan hasil lain berupa
dividen. (Pratomo, 2001: 72).
4) Reksa dana Campuran (Discretionary Funds)
Reksa dana jenis ini melakukan investasi dalam Efek
bersifat Ekuitas dan Efek bersifat Utang (Darmadji, 2001: 151).
Tidak seperti RDPU, RDPT dan RDS yang mempunyai batasan
alokasi investasi yang boleh dilakukan, reksa dana campuran
dapat melakukan investasinya baik pada efek hutang maupun
ekuitas dan porsi alokasi yang lebih fleksibel (Pratomo,
2001:72). Reksa Dana campuran merupakan alternatif pilihan
untuk investor untuk berinvestasi yang menginginkan
berinvestasi yang sekaligus terdiri dari efek ekuitas dan efek
utang. Tingkat pengembalian dan risiko Reksa Dana campuran
berada ditengah–tengah antara Reksa Dana pendapatan tetap
dan Reksa Dana saham. Untuk para investor yang kurang
berani.
31
Tabel 2.2
Karakteristik Reksa Dana
Reksa
Dana
Tujuan Investasi Return Risiko Jangka
Waktu
Investasi
Pasar Uang Keutuhan 100% modal,
likuid, return lebih
kompetitif disbanding
deposito
Rendah Rendah < 1 Tahun
Pendapatan
Tetap
Hasil investasi berkala yang
lebih kompetitif
dibandingkan deposito
Sedang Sedang > 1 Tahun
Campuran Pertumbuhan investasi dan
pendapatan di atas deposito
Agak
Tinggi
Agak
Tinggi
>1 Tahun
Saham Hasil investasi optimal
dengan risiko
terdiversifikasi
Tinggi Tinggi > 1 Tahun
Sumber : Parluhutan Situmorang dkk, 2010:18
Perkembangan terakhir, Bapepam mengeluarkan aturan baru
berkaitan dengan jenis-jenis reksa dana yang sedikit berbeda dari
reksa dana yang selama ini beredar. Sekilas mengenai reksa dana
tersebut adalah sebagai berikut (Heykal, 2012:96):
1) Reksa Dana Terproteksi (Capital Protected Fund)
Jenisnya reksa dana pendapatan tetap, namun manajer
investasi memberikan perlindungan terhadap investasi awal
investor sehingga nilainya tidak berkurang saat jatuh tempo.
Sebagian besar dana yang dikelola akan dimasukkan pada efek
bersifat utang yang pada saat jatuh tempo sekurangnya dapat
menutup nilai yang diproteksi. Sisanya diinvestasikan kepada
efek lain, sehingga investor masih punya peluang memperoleh
peningkatan NAB (Nilai Aktiva Bersih).
32
2) Reksa Dana Dengan Penjaminan (Guaranted Fund)
Reksadana ini menjamin bahwa investor sekurangnya
akan menerima sebesar nilai investasi awal pada saat jatuh
tempo, sepanjang persyaratannya dipenuhi. Jaminan ini
diberikan lembaga penjamin berdasarkan kontrak lembaga itu
dengan manajer investasi dan bank kustodian (bank yang
mewakili kepentingan investor untuk mengawasi ketaatan
manajer investasi). Manajer investasi wajib menginvestasikan
sekurang-kurangnya 80% dari efek bersifat utang yang masuk
kategori layak investasi.
3) Reksa Dana Indeks
Portofolio reksadana terdiri atas efek-efek yang menjadi
bagian dari indeks acuan. Manajer investasi wajib
menginvestasikan minimal 80% dari NAB pada sekurangnya
80% efek yang menjadi bagian indeks acuan.
e. Alokasi Biaya Reksa Dana
Reksadana memiliki tiga komponen biaya (Pratomo dan
Nugraha, 2005:87) :
1) Biaya yang Menjadi Beban Manajer Investasi.
Biaya ini merupakan biaya persiapan pembentukan
reksadana seperti biaya pembuatan kontrak investasi kolektif dan
dokumendokumen saat reksadana di daftarkan ke Bapepam.
33
Biaya terbesar pada umumnya meliputi imbal jasa notaris,
konsultan hukum serta akuntan publik. Biaya lainnya meliputi
penerbitan prospektus dan formulir yang diperlukan sebelum
penawaran umum serta biaya promosi lainnya.
2) Biaya yang Menjadi Beban Reksadana.
Biaya yang dikenakan kepada reksadana adalah :
a) Imbal jasa Manajer Investasi yang besarnya antara 1% - 2,5%
per tahun dari NAB Reksadana.
b) Biaya transaksi efek seperti komisi pialang, biaya transfer,
biaya registrasi efek, bea materai dan lainnya.
c) Imbal jasa akuntan publik, notaris serta konsultan hukum.
d) Imbal jasa bank kustodian yang besarnya antara 0,15% -
0,25% per tahun dari NAB Reksadana.
e) Biaya pengiriman laporan bulanan, pembuatan serta
pengiriman
prospektus.
f) Biaya pajak. Biaya-biaya ini sudah termasuk dalam
perhitungan NAB/unit harian yang dilakukan oleh bank
kustodian sehingga perubahan NAB perunit penyertaan yang
diumumkan setiap hari sudah merupakan hasil dari investasi
bersih yang diperoleh investor (sebelum biaya pembelian dan
penjualan kembali).
34
3) Biaya yang Menjadi Beban Investor.
a) Biaya Pembelian.
Biaya yang dikenakan setiap kali investor melakukan
pembelian unit penyertaan yang besarnya berkisar antara 1%
- 3% dari harga unit penyertaan. Namun manajer investasi
dapat memberikan diskon tertentu bagi investor dengan
jumlah investasi tertentu.
b) Biaya Penjualan Kembali.
Biaya ini dikenakan setiap kali investor melakukan penjualan
kembali unit penyertaan yang dimilki dan besarnya berkisar
antara 0 – 2% dari nilai transaksi. Umumnya semakin lama
periode investasi maka semakin kecil biaya penjualan
kembali yang dikenakan.
c) Biaya Pengalihan.
Biaya ini dikenakan kepada investor ketika terjadi relokasi
aset dengan cara berpindah dari suatu jenis reksa dana ke
reksa dana lain. Biaya ini meliputi biaya penjualan kembali
pada saat keluar dari reksa dana, kemudian dikenakan biaya
pembelian kembali pada saat masuk reksa dana lainnya. Hal
ini tidak perlu terjadi jika relokasi dana tersebut dilakukan
manajer investasi yang sama. Adapun besarnya biaya
pengalihan berkisar antara 0,5% - 1% dari nilai transaksi.
35
f. Keuntungan dan Manfaat Investasi di Reksa Dana
Dibandingkan instrumen investasi lain, investasi di reksa
dana memilki keunggulan, dan manfaat sebagai berikut (Situmorang
dkk., 2010:9):
1) Para pemodal tak perlu memonitor aktivitas perdagangan saham,
investasi mereka diurus oleh manajer investasi. Dengan begitu
reksa dana sangat cocok bagi pemodal yang baru akan
melakukan investasi di portofolio efek untuk pertama kalinya.
2) Mendapat dividen dan bunga.
3) Distribusi laba kapital.
4) Diversifikasi investasi dan penyebaran risiko sehingga risiko
berinvestasi di reksa dana pun relatif lebih kecil dibanding
investasi langsung seperti pada saham, obligasi, valas, atau
lainnya.
5) Biaya rendah karena reksa dana merupakan kumpulan dari
banyak pemodal dan dikelola secara profesional.
6) Harga reksa dana tidak tergantung pada harga saham di bursa.
7) Likuiditas terjamin karena pemodal dapat mencairkan kembali
saham atau penyertaannya setiap saat sesuai ketetapan yang
dibuat masingmasing reksa dana sehingga memudahkan investor
mengelola kasnya.
8) Pengelolaan portofolio yang profesional oleh manajer investasi
yang andal.
36
g. Risiko Investasi di Reksa Dana
Risiko investasi pada reksa dana diantaranya adalah sebagai
berikut (Situmorang dkk., 2010:11) :
1) Berkurangnya nilai unit penyertaan, dipengaruhi oleh turunnya
harga dari efek yang menjadi bagian portofolio reksa dana. Ini
mengakibatkan turunnya nilai unit penyertaan.
2) Risiko Likuiditas. penjualan kembali (redemption) sebagian
besar unit penyertaan oleh pemilik kepada manajer investasi
secara bersamaan dapat menyulitkan manajer investasi dalam
menyediakan uang tunai bagi pembayaran tersebut.
3) Risiko politik dan ekonomi. Perubahan kebijakan di bidang
politik dan ekonomi dapat mempengaruhi kinerja perusahaan
tidak terkecuali perusahaan yang telah listing di bursa efek. Hal
tersebut jelas akan mempengaruhi harga efek yang termasuk
dalam portofolio reksa dana.
4) Aset perusahaan tidak di lindungi. Aset perusahaan reksa dana
sebagian besar adalah sekuritas yang terdiri atas hak dan klaim
hukum terhadap perusahaan yang menerbitkan. Hak yang
bersifat intangible, tidak memilki wujud fisik sekalipun
pemilikan bisa dibuktikan oleh suratsurat berharga yang
disimpan pada kustodian. Perlindungan terhadap aset reksa dana
dari risiko pencurian, kehilangan, serta penyalahgunaan adalah
hal yang sangat penting.
37
5) Nilai aset perusahaan tidak bisa ditetapkan secara tepat sehingga
NAB dari suatu saham reksa dana tidak bisa dihitung dengan
akurat.
6) Risiko Wanprestasi. Risiko yang timbul apabila rekan usaha
manajer investasi gagal memenuhi kewajibannya. Rekan usaha
dapat termasuk tetapi tidak hanya terbatas pada emiten, pialang,
bank kustodian dan agen penjual. Melainkan semua pihak yang
terikat dengan kewajiban terhadap perusahaan reksa dana
(Susanto, 2009: 92).
h. Nilai Aktiva Bersih (NAB)
Nilai Aktiva Bersih (NAB) adalah nilai yang
menggambarkan total kekayaan reksa dana per hari atau dalam
tenggat waktu tertentu. Besarnya NAB bisa berfluktuasi setiap saat
karena dipengaruhi oleh fluktuasi nilai efek atau portofolio yang
menjadi underlying asset sebuah reksa dana (Situmorang dkk.,
2010:15).
Menurut Rodoni (2009:97), Nilai Aktiva Bersih atau Net
Asset Value diperoleh dari hasil penjumlahan nilai seluruh
portofolio yang terdiri dari:
- Uang Kas
- Deposito
- Instrumen pasar uang lainnya
- Obligasi
38
- Saham
- Instrumen pasar modal lainnya
Yang ditambah dengan:
- Tagihan kepada Broker
- Piutang dividen
- Piutang bunga
- Dan piutang lainnya
Dan dikurangi dengan kewajiban yang terdiri dari:
- Pinjaman
- Kewajiban ke Broker
- Kewajiban atas fee Broker yang belum dibayar
- Kewajiban atas fee Kustodian yang belum dibayar, dan
- Amortisasi biaya pendirian jika ada.
Nilai Aktiva Bersih (NAB) atau Net Asset Value (NAV)
merupakan salah satu tolak ukur dalam memantau hasil portofolio
reksa dana. Net Asset Value (NAV) dapat diformulasikan sebagai
berikut:
Keterangan:
NAVt = Nilai Aktiva Bersih pada periode t
MVAt = Total Nilai Pasar Aktiva pada periode t
NAVt = (MVAt – LIABt/NSOt)
39
LIABt = Total Kewajiban Reksa Dana pada periode t
NSOt = Jumlah Unit Penyertaan Beredar pada periode t
Berdasarkan Peraturan Bapepam-LK IV.C.2, perhitungan
nilai aktiva bersih reksa dana wajib menggunakan nilai pasar wajar
dari efek yang ditentukan oleh Manajer Investasi. Pada fund fact
sheet yang rutin diterbitkan oleh manajer investasi, NAB ini sering
diistilahkan dengan jumlah dana kelolaan atau total dana kelola atau
dalam bahasa Inggris disebut assets under management (AUM).
Sedangkan dalam situs resminya, Bapepam-LK menggunakan
istilah NAB.
Berdasarkan Peraturan Bapepam-LK Nomor IV.B.1 tentang
Pedoman Pengelolaan Reksa Dana Berbentuk Kontrak Investasi
Kolektif, suatu reksa dana yang pernyataan pendaftarannya telah
menjadi efektif wajib memiliki dana kelolaan paling kurang Rp 25
000 000 000.00 (dua puluh lima miliar rupiah) dalam jangka waktu
30 (tiga puluh) hari bursa. Sedangkan bagi reksa dana terproteksi,
reksa dana dengan penjaminan, dan reksa dana indeks yang
melakukan penawaran umum yang bersifat terbatas, kewajiban
tersebut dapat dilakukan dalam jangka waktu 90 (sembilan puluh)
hari bursa setelah Pernyataan Pendaftaran Reksa Dana menjadi
efektif. Jika dalam tenggang waktu tersebut jumlah dana kelolaan
dimaksud tidak terpenuhi, maka manajer investasi wajib
membubarkan reksa dana yang dikelolanya tersebut.
40
i. Unit Penyertaan (UP)
Berdasarkan Pasal 1 Ayat (29) UUPM, Unit Penyertaan
adalah satuan ukuran yang menunjukkan bagian kepentingan setiap
Pihak dalam portofolio investasi kolektif.
Untuk menghitung jumlah unit penyertaan, digunakan rumus
sebagai berikut (Situmorang dkk., 2010:15):
Di mana:
UP = Unit Penyertaan
Investment = Uang yang akan diinvestasikan
Fee = Biaya Transaksi
NAB = Nilai Aktiva Bersih
j. Pengukuran Return Reksa Dana
Menurut Pratomo (2001) untuk mengetahui hasil atau laba
investasi pada reksa dana, kita dapat menghitung besarnya
prosentase perubahan NAB/unit yang akan menjadi indicator return
investasi di reksa dana.
Menurut Bodie, Kane, dan Marcus (2008), return reksa dana
dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
UP =𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑚𝑒𝑛𝑡
NAB (1+𝑓𝑒𝑒)
Rt = 𝑁𝐴𝐵𝑡−𝑁𝐴𝐵𝑡−1
𝑁𝐴𝐵𝑡−1
41
di mana:
Rt = rate of return portofolio selama bulan t
NABt = nilai aktiva bersih per unit pada akhir periode
NABt-1 = nilai aktiva bersih per unit pada awal periode
Return suatu invetasi terdiri dari:
Keterangan (Tandelilin, 2007):
Yield = return yang mencerminkan aliran kas/
pendapatan yang diperoleh secara periodik
Capital Gain = return yang diperoleh dari kenaikan (penurunan)
nilai surat berharga)
Menurut Jogiyanto (2010) return dibagi dua, yaitu:
1. Return realisasi (realized return) merupakan return yang telah
terjadi yang dihitung bedasarkan data historis. Return realisasi
penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja
dari perusahaan serta sebagai dasar penentuan return ekspetasi
(expected return) untuk mengukur risiko di masa yang akan
datang.
2. Return ekspetasi (expected return) adalah return yang
diharapkan akan diperoleh investor di masa yang akan datang.
Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi,
return ekspetasi ini sifatnya belum terjadi.
Return = Yield + Capital gain (loss)
42
Pada penelitian ini yang dipakai adalah return realisasi yang
dimana penelitian ini mengambil berdasarkan data return reksa
dana saham yang dijual melalui PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk.
4. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Menurut Darmadji (2001:96), IHSG adalah sekumpulan semua
saham yang tercatat sebagai komponen perhitungan indeks, IHSG
merupakan indicator utama yang menggambarkan pergerakan saham.
Menurut Abi Hurairah dan Haryajid Ramelan, (2012:414) IHSG
menggambarkan suau rangkaian informasi historis mengenai
pergerakan harga saham gabungan seluruh saham, sampai tanggal
tertentu. Biasanya pergerakan saham tersebut disajikan setiap hari,
berdasarkan harga penutupan bursa pada hari tersebut. Indeks tersebut
disajikan untuk periode tertentu. Dalam hal ini mencerminkan suatu
nilai yang berfungsi sebagai pengukuran kinerja suatu saham di bursa
efek. Indeks harga yang paling awal diterbitkan adalah Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG), yang berfungsi mencerminkan
perkembangan harga di BEI secara umum. Sebagai indicator utama,
IHSG diperkenalkan pada 1 April 1983. Pergerakan IHSG merupakan
perubahan harga saham, baik harga saham biasa maupun saham
preferen, pada saat perhitungan dengan harga pada waktu dasar
perhitungan.
Indeks harga saham gabungan (composite stock price) merupakan
indeks gabungan dari seluruh jenis saham yang tercatat di Bursa Efek.
43
Cara perhitungan IHSG sama seperti indeks harga saham parsial, yang
berbeda hanya jumlah emitennya. Indonesia memiliki IHSG yang
disebut Jakarta Composite Index. Diperkenalkan pertama kali pada
tanggal 1 April 1983, sebagai indicator pergerakan harga saham di Bursa
Efek, Indeks ini mencakup pergerakan harga seluruh saham biasa dan
saham preferen yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. IHSG dapat
memberi manfaat berupa informasi kepada investor untuk menilai suatu
saham guna menentukan saham-saham atau portofolio yang dapat
memberikan pengembalian yang paling optimal. Hal ini terkait dengan
adanya nilai perkiraan suatu saham dan harga pasar saham yang dapat
digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan atas pembelian dan
penjualan sahamnya. Dari informasi tersebut diharapkan perkiraan
harga saham dapat teridentifikasi sehingga investor tidak mengalami
kerugian yang abnormal (www.idx.co.id).
Investor saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) sangat
berkepentingan dengan naik turunnya Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) karena nilai portofolio sahamnya secara umum tergantung pada
naik turunnya indeks ini. Secara intuitif, sebagian besar saham atau
portofolio saham bergerak searah dengan perkembangan perkembangan
indeks. Indeks harga saham sangat dipengaruhi variable-variabel makro
seperti suku bunga bebas risiko, kurs mata uang, surplus neraca
perdagangan, cadangan devisa, dan inflasi (Frensidy, 2008:213).
44
Dasar perhitungan IHSG adalah jumlah nilai pasar dari total
saham yang tercatat pada tanggal 10 Agustus 1982. Jumlah Nilai Pasar
adalah total perkalian setiap saham tercatat (kecuali untuk perusahaan
yang berbeda dalam program restrukturisasi) dengan harga di BEI pada
hari tersebut. Formula perhitungannya adalah sebagai berikut
(www.idx.co.id):
Keterangan:
P = Harga penutupan di Pasar Reguler (jumlah saham tercatat
x harga Pasar terakhir.
d = Nilai Dasar (jumlah saham tercatat x harga Perdana)
IHSG menurut PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) pada peraturan
no. 11 adalah angka yang menunjukkan perkembangan harga seluruh
saham yang tercatat di bursa pada periode tertentu.
5. Inflasi
a. Pengertian Inflasi
Inflasi adalah suatu kejadian yang menunjukkan kenaikan
tingkat harga secara umum dan berlangsung secara terus – menerus.
Laju inflasi merupakan tingkat perubahan secara umum untuk
berbagai jenis produk dalam rentang waktu tertentu misalnya per
bulan, per triwulan atau per tahun. (Murni, 2006).
Menurut Karim (2008:135), secara umum inflasi berarti
kenaikan tingkat harga secara umum dari barang atau komoditas dan
IHSG = ∑ 𝑷
𝒅 x 100
45
jasa selama suatu periode waktu tertentu. Inflasi dapat dianggap
sebagai fenomena moneter karena terjadinya kenaikan nilai unit
perhitungan moneter terhadap suatu komoditas. Sebaliknya, jika
yang terjadi adalah penurunan nilai unit perhitungan moneter
terhadap barang-barang atau komoditas dan jasa didefinisikan
sebagai deflasi (deflation).
Menurut Sukirno (2004:333), berdasarkan sumber atau
penyebab kenaikan harga-harga yang berlaku, inflasi biasanya
dibedakan kepada tiga bentuk berikut:
a. Inflasi Tarikan Permintaan (Demand Pull Inflation)
Inflasi ini biasanya terjadi pada masa perekonomian yang
sedang berkembang dengan pesat. Kesempatan kerja yang
tinggi menciptakan tingkat pendapatan yang tinggi dan
selanjutnya menimbulkan pengeluaran yang melebihi
kemampuan ekonomi mengeluarkan barang dan jasa.
Pengeluaran yang berlebihan ini akan menimbulkan inflasi.
b. Inflasi Desakan Biaya (Cost Push Inflation)
Inflasi ini terutama berlaku dalam masa perekonomian
berkembang dengan pesat ketika tingkat pengangguran sangat
rendah. Apabila perusahaan-perusahaan masih menghadapi
permintaan yang bertambah, mereka akan berusaha menaikkan
produksi dengan cara memberikan gaji dan upah yang lebih
46
tinggi kepada pekerjanya dan mencari pekerja baru dengan
tawaran pembayaran yang lebih tinggi ini.
c. Inflasi Diimpor
Inflasi dapat juga bersumber dari kenaikan harga-harga
barang yang diimpor, dimana barang tersebut mempunyai
peranan yang penting dalam kegiatan produksi perusahaan-
perusahaan. Akibatnya perusahaan terpaksa menaikkan harga
jual.
Menurut Rahardja dan Manurung (2004:164), ada beberapa
indicator ekonomi makro yang digunakan untuk mengetahui laju
inflasi selama satu periode tertentu, yaitu sebagai berikut:
a. Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Indeks)
IHK adalah angka indeks yang menunjukkan tingkat harga
barang dan jasa yang harus dibeli konsumen dalam satu periode
tertentu.
b. Indeks Harga Perdagangan Besar (Wholesale Price Indeks)
Jika IHK melihat inflasi dari sisi konsumen, maka Indeks
Harga Perdagangan Besar (IHPB) melihat inflasi dari sisi
produsen.
c. Indeks Harga Implisit (GDP Deflator)
Walaupun sangat bermanfaat, IHK dan IHPB memberikan
gambaran laju inflasi yang sangat terbatas. Sebab, dilihat dari
metode perhitungannya, kedua indicator tersebut hanya
47
melingkupi beberapa puluh atau mungkin ratus jenis barang
jasa.
b. Jenis-Jenis Inflasi
Menurut Boediono (2001:162) inflasi dapat digolongkan
menjadi dua golongan, golongan pertama didasarkan pada “parah”
atau tidaknya inflasi tersebut, yaitu:
1) Inflasi Ringan (dibawah 10% setahun)
2) Inflasi Sedang (antara 10-30% setahun)
3) Inflasi Berat (30-100% setahun)
4) Hiperinflasi (diatas 100% setahun)
Penggolongan yang kedua adalah atas dasar sebab awal dari
inflasi. Atas dasar ini dibedakan dua macam inflasi:
1) Inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai
barang terlalu kuat. Inflasi ini disebut demand pull inflation.
2) Inflasi yang timbul karena kenaikan biaya produksi, ini disebut
cost push inflation.
6. Nilai Tukar Rupiah (Kurs)
a. Pengertian Kurs atau Nilai Tukar
Menurut Hamdy Hadi (2010:65), valuta asing (valas) atau
foreign exchange (forex) atau foreign currency diartikan sebagai
mata uang asing dan alat pembayaran lainnya yang digunakan untuk
melakukan atau membiayai transaksi ekonomi keuangan
48
internasional dan yang mempunyai catatan kurs resmi pada bank
sentral.
Nilai tukar ialah harga suatu mata uang yang diekspresikan
terhadap mata uang lainnya. Nilai tukar dapat dipresentasikan
sebagai sejumlah mata uang lokal yang dibutuhkan untuk membeli
satu unit mata uang asing (Manurung dkk., 2008: 6)
Nilai tukar Rupiah atau disebut juga Kurs Rupiah. Nilai tukar
adalah nilai mata uang negara lain. Besarnya jumlah mata uang
tertentu yang diperlukan untuk memperoleh satu unit valuta asing
disebut dengan Kurs Mata Uang Asing. Apabila kondisi ekonomi
suatu negara mengalami perubahan, maka biasanya diikuti oleh
perubahan nilai tukar secara substansial (Sukirno, 2004).
Melemahnya rupiah berdampak buruk terhadap kegiatan
konsumsi dan investasi karena dua hal. Pertama, memicu kenaikan
harga barang impor dan inflasi, apalagi setelah kenaikan harga
bahan bakar minyak (BBM) sehingga memikul daya beli dan
konsumsi masyarakat. Kedua, kenaikan inflasi secara tajam akan
memaksa Bank Indonesia (BI) menaikan suku bunga secara tajam
(Manurung, 2008:314).
b. Macam-Macam Kurs
Para ekonom membedakan kurs menjadi dua, yaitu
(Mankiw, 2006:128):
a) Kurs nominal (nominal exchange rate)
49
Adalah harga relative dari mata uang dua negara simbolnya
e. Sebagai contoh, jika kurs antara dolar AS dan Yen Jepang
adalah 120 per dolar, maka kita bisa menukar 1 dolar untuk 120
yen di pasar uang.
b) Kurs riil (real exchange rate)
Adalah harga relative dari barang-barang di antara dua
negara. Kurs riil menyatakan tingkat dimana kita bisa
memperdagangkan barang-barang yang dari suatu negara untuk
barang-barang dari negara lain.
Nilai tukar atau disebut juga valuta asing dalam berbagai
transaksi atau jual beli valuta asing, ada empat jenis yakni:
a) Selling Rate (kurs jual), yaitu kurs yang ditentukan oleh suatu
bank untuk penjualan valuta asing tertentu pada saat tertentu.
b) Middle Rate (kurs tengah), yaitu kurs tengah antara kurs jual dan
kurs beli valuta asing terhadap mata uang nasional, yang
ditetapkan oleh Bank Central pada suatu saat tertentu.
c) Buying Rate (kurs beli), yaitu kurs yang ditentukan oleh suatu
bank untuk pembelian valuta asing tertentu pada suatu saat
tertentu.
d) Flate Rate (kurs flat), yaitu kurs yang berlaku dalam transaksi
jual beli bank notes dan traveler cheque, dimana sudah
diperhitungkan promosi dan biaya-biaya lainnya.
50
7. BI Rate
BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau
stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan
diumumkan kepada publik (www.bi.go.id).
Bi Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap
Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi
moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas
(liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran
operasional kebijakan moneter (www.bi.g.id).
Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada
perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight
(PUABO/N). Pergerakan di suku bunga PUAB ini diharapkan akan di
ikuti oleh perkembangan di suku bunga deposito, dan pada gilirannya
suku bunga kredit perbankan (www.bi.go.id).
Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam
perekonomian, Bank Indonesia pada umummnya akan menaikan BI
Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah
ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate
apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasran yang telah
ditetapkan (www.bi.go.id).
Menurut Darmawi (2006:181) tingkat bunga merupakan harga yang
harus dibayar oleh peminjam untuk memperoleh dana dari pemberi
pinjaman untuk jangka waktu yang disepakati. Dengan kata lain, tingkat
51
bunga dalam hal ini merupakan harga dari kredit. Namun harga itu tidak
sama dengan harga barang di pasar komoditi karena tingkat bunga
sesungguhnya merupakan suatu angka perbandingan, yaitu jumlah biaya
pinjaman dibagi jumlah uang yang sesungguhnya dipinjam, biasanya
dinyatakan dalam presentase pertahun.
Tingkat Bungan nominal adalah tingkat bunga yang digunakan
sebagai ukuran untuk menentukan besarnya bunga yang harus dibayar
oleh pihak peminjam dana. Sedangkan tingkat bunga riil menunjukan
presentasi dari nilai riil modal ditambah bunganya dalam setahun,
dinyatakan sebagai presentasi dari nilai riil modal sebelum digabungkan
(Sukirno, 2000:386).
Sedangkan Sjahrial (2006:7) menyatakan bahwa tingkat bunga
adalah kompensasi yang dibayarkan oleh peminjam kepada yang
memberi pinjaman. Dari sudut peminjam merupakan biaya dari dana
yang mereka pinjam.
Menurut Sukirno (2002:389) di dalam teori, analisis mengenai
penentuan tingkat suku bunga selalu menganggap bahwa dalam
perekonomian hanya terdapat satu tingkat suku bunga. Namun, dalam
kenyataannya keadaannya sangat berbeda. Tingkat bunga pinjaman
pemerintah berbeda dengan tingka bunga yang harus dibayarkan kepada
konsumen. Dan bank mengenakan tingkat bunga yang berbeda-beda
kepada nasabahnya. Perbedaan tersebut disebabkan oleh beberapa factor
antara lain:
52
a. Perbedaan risiko
b. Jangka waktu peminjaman
c. Biaya administrasi pinjaman
Menurut Darmawi (2006:188) tingkat suku bunga merupakan salah
satu indicator moneter yang mempunyai dampak dalam berbagai
kegiatan perekonomian sebagai berikut:
a. Tingkat suku bunga akan mempengaruhi keputusan melakukan
investasi yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat
pertumbuhan ekonomi.
b. Tingkat suku bunga juga akan mempengaruhi pengambilan
keputusan pemilik modal apakah ia akan berinvestasi pada real asset
ataukah pada financial asset.
c. Tingkat suku bunga akan mempengaruhi kelangsungan usaha pihak
bank dan lembaga keuangan lainnya.
d. Tingkat suku bungaa dapat mempengaruhi volume uang beredar.
B. Keterkaitan Antara Variabel Independen dengan Variabel Dependen
1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan Return Reksa
Dana Saham
Menurut Adhan Trivanto, Najmudin, dan Sulistyandari (2015)
menyimpulkan bahwa IHSG berpengaruh terhadap return reksa dana
saham. Hal ini dapat disimpulkan bahwa return reksa dana saham
bergantung pada IHSG.
53
IHSG berhubungan positif dengan return saham dalam artian makin
tinggi nilai IHSG makin tinggi pula return yang dihasilkan karena IHSG
menunjukkan semakin stabilnya BEI dimana bila bursa saham tersebut
semakin baik secara otomatis kinerja perusahaan yang ikut sebagai
emiten semakin baik sehingga return yang dihasilkan meningkat
(Tungka, 2007).
2. Inflasi dengan Return Reksa Dana Saham
Hubungan antara inflasi dan harga saham yang secara lebih khusus
diungkapkan oleh Ritchie (1996:98) sebagai berikut : “...Stock perform
poorly during an accerelating phase of inflation,...when inflation rates
slow down appreciably, stock prices move up substandtrally” hubungan
yang terjadi antara tingkat inflasi dan harga saham adalah berlawanan
arah (negatif) yang berarti bahwa pada saat inflasi tinggi harga saham
akan turun dan sebaliknya. Begitu pula hubungan inflasi dengan Return
Reksa Dana sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Christina Fara
Dharmastuti (2014) dan Maria Lidwina Utami (2014) yang menunjukan
bahwa inflasi berpengaruh negatif terhadap return reksa dana saham.
3. Kurs dengan Return Reksa Dana Saham
Hubungannya nilai tukar dengan harga saham yang di kemukakan
oleh Madura (2000:173) sebagai berikut: “Stock prices primarilly
involved in exporting could be favorably affected by a weak dollar and
adversely by strong dollar. Stock prices of importing firms could be
affected in the opposite manner..foreign investor attempt to purchase
54
stocks when the dollar is weak and then sell the stock when the dollar is
strong”. Dalam pernyataan oleh madura ini yang menjadi negara
domestik adalah Amerika Serikat. Pada saat mata uang suatu negara
mengalami depresiasi dan hal-hal lain tetap maka para pemodal
mengalihkan investasinya dengan melakukan pembelian saham
akibatnya permintaan saham naik dan demikian juga
dengan harga saham. Hal ini berlaku sebaliknya bila mata uang negara
tersebut mengalami apresiasi.
Nilai tukar rupiah terhadap US Dollar memilki hubungan positif
terhadap return saham yang diperdagangkan emiten yang bergerak
dibidang impor dalam artian makin tinggi nilai tukar rupiah maka makin
tinggi return yang dihasilkan pada bursa saham. Ketika rupiah
terdepresiasi terhadap US Dollar karena pada saat ekspor, keuntungan
yang didapatkan dalam bentuk dollar sehingga laba perusahaan
meningkat. Hal ini menyebabkan meningkatnya kinerja perusahaan
tersebut sehingga harga saham yang dijual pada bursa saham meningkat,
dimana hal ini akhirnya akan mengakibatkan return yang di dapat
investor meningkat (Tayibnapis, 2008:44).
Begitu pula hubungan nilai tukar dengan return reksa dana.
Penelitian yang dilakukan Sjahputra (2005) menunjukan hasil bahwa
nilai tukar rupiah mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja reksa
dana syariah dan Tayibnapis (2008) menunjukan hasil bahwa valuta
55
asing mempunyai pengaruh positif terhadap Return Danareksa Syariah
Berimbang.
4. BI Rate dengan Return Reksa Dana Saham
Hubungan BI Rate dengan Return Reksa Dana Saham seperti halnya
hubungan antara suku bunga dengan harga saham adalah negatif atau
berlawanan arah sebagaimana pernyataan Gup (2000:227).
Dari sisi investor BI rate menjadi penggerak untuk berinvestasi.
Gerakan ini dapat menguatkan investasi ketika BI rate menurun
sehingga semua investasi dialihkan ke pasar modal. Seiring dengan itu
maka kinerja perusahaan akan meningkat sehingga nilai saham juga
meningkat, hal ini berdampak Net Asset Value (NAV) juga meningkat.
(Huda dan Nasution, 2007:128).
Dari sisi emiten jika BI rate dipandang sangat mempengaruhi kinerja
perusahaan. Jika BI rate meningkat maka mengurangi modal pinjaman,
hal ini membuat kinerja perusahaan menurun, sehingga nilai saham
dipasaran anjlok, akibatnya saham dibagi juga akan turun. Karena
kinerja perusahaan melemah maka Net Asset Value (NAV) di pasar
modal juga menjadi buruk. Menurut Nurlaili (2012:11), perubahan suku
bunga SBI dapat mempengaruhi variablitas dari return suatu investasi.
Hal ini dapat terjadi karena jika suku bunga meningkat, maka harga
saham akan cenderung turun turun, begitupun sebaliknya. Karena jika
tingkat suku bunga naik maka investor akan berekspektasi memperoleh
return yang lebih baik dari instrument investasi yang terkait hal itu,
56
seperti contohnya deposito. Sehingga minat investor akan berpindah
dari investasi saham ke deposito. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
yang dilakukan, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa BI rate
berpengaruh secara signifikan terhadap return reksa dana saham.
C. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu akan diuraikan secara ringkas karena
penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya. Meskipun
ruang lingkup hampir sama tetapi karena beberapa variable, objek, periode
waktu yang digunakan dan penentuan sampel berbeda maka terdapat banyak
hal yang tidak sama sehingga dapat dijadikan sebagai referensi untuk saling
melengkapi.
Pada tabel 2.3 akan dijelaskan beberapa ringkasan penelitian
terdahulu sebagai berikut:
57
Tabel 2.3
Tabel Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti
Judul
Penelitian
Alat
Statistik
Hasil Penelitian
1 Aggy Said
(2016)
Analisis
Pengaruh Faktor
Internal dan
Eksternal
Terhadap Return
Reksa Dana
Saham BIG
CAPS Di Bursa
Efek Indonesia
Periode 2011-
2015
Analisis
Linier
Berganda
- Dari factor-faktor internal
hanya factor risiko yang
berpengaruh terhadap return
reksa dana saham big caps.
- Dari factor-faktor eksternal
hanya factor IHSG yang
berpengaruh terhadap return
reksa dana saham big caps.
2 Wilda
Kusumah
Iswanto
(2016)
Analisis
Pengaruh Suku
Bunga SBI,
Inflasi, dan Kurs
Rupiah Terhadap
Return Reksa
Dana Saham
Analisis
Regresi
Berganda
- SBI : tidak berpengaruh
terhadap return reksa dana
saham.
- Inflasi : tidak berpengaruh
terhadap return reksa dana
saham.
- Kurs : (-) signifikan terhadap
return reksa dana saham.
3 Adhan
Trivanto,
Najmudin,
dan
Sulistyandari
(2015)
Analisis
Pengaruh Suku
Bunga Sertifikat
Bank Indonesia,
Tingkat Inflasi,
Indeks Harga
Saham
Gabungan,
Indeks Bursa
Asing, Dan Nilai
Tukar Rupiah
Terhadap
Tingkat
Pengembalian
Reksa Dana
Saham Di
Indonesia
Analisis
Regresi
Berganda
- SBI : tidak berpengaruh
terhadap return reksa dana
saham.
- Inflasi : tidak berpengaruh
terhadap return reksa dana
saham.
- IHSG : (+) signifikan
terhadap return reksa dana
saham.
- HSI : tidak berpengaruh
terhadap return reksa dana
saham.
- KLSE : tidak berpengaruh
terhadap return reksa dana
saham.
- Kurs : tidak berpengaruh
terhdap return reksa dana
saham.
58
No Nama
Peneliti
Judul
Penelitian
Alat
Statistik
Hasil Penelitian
4 Ainur
Rachman
(2015)
Pengaruh Inflasi,
Nilai Tukar
Rupiah, BI Rate
Terhadap NAB
Reksa Dana
Saham Syariah
Analisis
Linier
Berganda
- Inflasi : berpengaruh tidak
signifikan terhadap NAB
Reksa Dana Saham Syariah.
- BI Rate : berpengaruh tidak
signifikan terhadap NAB
reksa dana saham Syariah
- Kurs : berpengaruh
signifikan terhadap NAB
reksa dana saham Syariah.
-
5 Fatharani
Sholihat,
Moch.
Dzulkirom
AR, dan
Topowijono
(2015)
Pengaruh Inflasi,
Suku Bunga
Bank Indonesia
& Indeks Harga
Saham Gabungan
Terhadap
Tingkat
Pengembalian
Reksa dana
Saham.
Analisis
Linier
Berganda
- Inflasi : (-) signifikan
terhadap tingkat
pengembalian reksa dana
saham.
- SBI : (-) signifikan terhadap
tingkat pengembalian reksa
dana saham.
- IHSG : (+) signifikan
terhadap tingkat
pengembalian reksadana
saham.
6 Ahmad
Ulinnuha, Isti
Fadah, dan
Lilik Farida
(2014)
Pengaruh Indeks
Harga Saham
Gabungan, Nilai
Tukar Rupiah,
dan Sertifikat
Bank Indonesia
Terhadap Return
Reksa Dana
Campuran Pada
PT. Manulife
Aset Manajemen
Indonesia
Analisis
Linier
Berganda
- IHSG : (+) signifikan
terhadap return reksa dana.
- Kurs : tidak berpengaruh
terhadap return reksa dana.
- SBI : (+) signifikan terhadap
return reksa dana.
7 Christiana
Fara
Dharmastuti
(2014)
Faktor Eksternal
Dan Internal
Yang
Mempengaruhi
Return Investasi
Produk Reksa
Dana Campuran
Di Indonesia
Analisis
Regresi
Berganda
- Inflasi : (-) signifikan
terhadap return reksa dana.
- BI Rate : (-) signifikan
terhadap return reksa dana.
- Dana Kelolaan : tidak
berpengaruh terhadap return
reksa dana.
- Umur produk : tidak
berpengaruh terhadap return
reksa dana.
59
No Nama
Peneliti
Judul
Penelitian
Alat
Statistik
Hasil Penelitian
8 Dionysia
Kowanda
(2014)
Pengaruh Suku
Bunga SBI,
Tingkat Inflasi,
dan Bursa Asing
Terhadap
Tingkat
Pengembalian
Reksa Dana
Saham
Analisis
Linier
Berganda
- SBI : berpengaruh signifikan
terhadap tingkat
pengembalian reksa dana
saham.
- Inflasi : tidak berpengaruh
signifikan terhadap tingkat
pengembalian reksa dana
saham.
- IHSG : berpengaruh
signifikan terhadap tingkat
pengembalian reksa dana
saham.
- KLSE : berpengaruh
signifikan terhdap enam
reksa dana (YPDP,
YGSP,YBDS,YPS,YSDPP,
dan YGDE).
9 Maria
Lidwina
Utami (2014)
Faktor Eksternal
dan Internal
Yang
Mempengaruhi
Return Investasi
Produk Reksa
Dana Campuran
di Indonesia.
Analisis
Linier
Berganda
- Inflasi : (-) Signifikan
terhadap return investasi
produk reksa dana campuran
- BI Rate: (-) Signifikan
terhadap return investasi
produk reksa dana campuran.
- Jumlah Dana Kelolaan :
Tidak berpengaruh terhadap
return investasi produk reksa
dana campuran.
- Umur Produk : Tidak
berpengaruh terhadap return
investasi produk reksa dana
campuran.
10 Sinta Mulia
(2012)
Analisis
Pengaruh Indeks
Harga Saham
Gabungan
(IHSG), Tingkat
Suku Bunga SBI,
Tingkat Suku
Bunga Deposito
dan Inflasi
terhadap Nilai
Aktiva Bersih
Per Unit
Penyertaan
Reksa Dana
Campuran
Analisis
Regresi
Berganda
- IHSG, Suku Bunga SBI,
Suku Bunga Deposito, dan
Inflasi berpengaruh terhadap
NAB/unit reksa dana SDM
sedangkan pada reksa dana
Pratama Berimbang hanya
variable suku bunga deposito
saja yang tidak berpengaruh
sedangkan IHSG, Suku
Bunga SBI, dan Inflasi
berpengaruh terhadap
NAB/unit reksa dana
campuran Pratama
Berimbang.
60
No Nama
Peneliti
Judul
Penelitian
Alat
Statistik
Hasil Penelitian
11 Elena dan
Alexandru
(2011)
The Relationship
between Mutual
Funds- Inflation
Rate and
Benchmark
Interest Rate
USA versus
Romania.
Analisis
Korelasi
Dalam analisis pasar AS,
kenaikan inflasi
menyebabkan tren kenaikan
reksa dana saham, dengan
harapan mendapatkan
keuntungan yang lebih
tinggi. Kemudian, tingkat
Bunga yang lebih rendah di
AS menjadikan masyarakat
berinvestasi dalam asset
pendapatan tetap (moneter
dan obligasi). Sementara
dalam industry investasi
Rumania, korelasi ini tidak
dapat dibuktikan karena
tingkat NAB reksa dana
saham yang sangat kecil.
12 Sujoko
(2009)
Analisis
pengaruh suku
bunga, Inflasi,
Kurs Mata Uang,
IHSG, dan Dana
Kelolaan
Terhadap Imbal
Hasil Reksadana
Saham
Analisis
Linier
Berganda
- BI Rate : tidak berpengaruh
terhadap imbal hasil reksa
dana saham.
- Inflasi : (+) Signifikan
terhadap imbal hasil
reksadana saham.
- Kurs : (-) Signifikan
terhadap imbal hasil
reksadana saham.
- IHSG : (+) signifikan
terhadap imbal hasil
reksadana saham
- Dana Kelolaan : (+)
signifikan terhadap imbal
hasil reksadana saham.
13 Amirul
Mu’minin
(2007)
Pengaruh IHSG,
SBI, Inflasi, dan
Nilai Tukar
Rupiah terhadap
Kinerja Reksa
Dana Saham
Periode (2004-
2006)
Analisis
Linier
Berganda
- IHSG : berpengaruh
signifikan terhadap kinerja
reksa dana saham
- Inflasi : berpengaruh
signifikan terhadap kinerja
reksa dana saham.
- SBI : tidak berpengaruh
terhadap kinerja reksa dana
saham.
- Kurs : tidak berpengaruh
terhadap kinerja reksa dana
saham.
61
D. Kerangka Pemikiran
Skema kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan
sebagai berikut:
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran
62
E. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran mengenai pengaruh IHSG, Inflasi, Kurs
dan BI Rate terhadap return reksa dana saham maka hipotesis yang
dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hipotesis uji signifikansi secara simultan:
a. H0 : Diduga IHSG, Inflasi, Kurs, dan BI Rate tidak berpengaruh secara
simultan terhadap variabel dependen Return Reksa Dana Saham.
b. Ha : Diduga IHSG, Inflasi, Kurs, dan BI Rate tidak berpengaruh secara
simultan terhadap variabel dependen Return Reksa Dana Saham.
2. Hipotesis uji signifikan secara parsial
a. H0: β1, β2, β3, β4 = 0 Variabel IHSG, Inflasi, Kurs, dan BI Rate secara
individual tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen
Return Reksa Dana Saham.
b. Ha: β1, β2, β3, β4 = 0 Variabel IHSG, Inflasi, Kurs, dan BI Rate secara
individual berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen Return
Reksa Dana Saham.
63
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data-data yang
didapat melalui studi kepustakaan dan data dari internet (data sekunder)
dimana ruang lingkup penelitian ini adalah reksa dana saham yang dijual
melalui PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. tahun 2012-2016. Jenis penelitian
ini merupakan penelitian kuantitatif dengan data sekunder yang digunakan
ialah data panel. Adapun yang menjadi variabel dependen dari penelitian ini
adalah return reksa dana saham dengan variabel independennya adalah
IHSG, inflasi, Kurs, dan BI Rate. Keempat variabel makro ekonomi
tersebut, dijadikan peneliti sebagai variabel independen dikarenakan hal ini
mudah dimengerti karena indicator tersebut merupakan indicator yang
sering diuji pada penelitian sebelum ini dan digunakan sebagai acuan dalam
berinvestasi termasuk investasi pada instrument reksa dana yang menjadi
salah satu alternative dari sekian banyak alternative investasi yang
didominasi oleh instrument keuangan.
Tabel 3.1
Variabel, Simbol, dan Satuan Data
Variabel Simbol Satuan
Return Reksa Dana Saham Y Persen
IHSG X1 Indeks
Inflasi X2 Indeks
Kurs X3 Rupiah
BI Rate X4 Persen
64
B. Metode Penentuan Sample
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah reksa dana
saham yang telah terdaftar dan dipublikasikan oleh OJK. Serta
diperdagangkan dalam Indonesia Stock Exchange (IDX) periode 2012 -
2016. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah dengan
purposive sampling guna mendapatkan sampel yang representatif sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan. Hal yang menjadi pertimbangannya
adalah sebagai berikut:
1. Reksa dana yang dipilih adalah reksa dana yang dijual di PT. Bank
Mandiri (Persero) Tbk.
2. Reksa dana yang digunakan untuk penelitian adalah reksadana
saham.
3. Merupakan Reksa dana Saham Konvensional
4. Reksa dana yang memiliki tanggal efektif sebelum periode
penelitian yaitu tanggal 1 Januari 2012.
5. Reksa dana beroperasi secara aktif selama periode 1 Januari 2012 –
31 Desember 2016.
Tabel 3.2
Seleksi Pemilihan Sample
Karakteristik Total
Jumlah Reksa dana yang dijual di Bank Mandiri 51
Bukan Merupakan Reksa dana Saham (29)
Merupakan Reksa dana Saham Syariah (3)
Beroperasi Aktif selama periode 1 Januari 2012 – 31 Desember 2016 (6)
Sampel yang diteliti 13
Sumber: Data Diolah
65
Reksa dana saham konvensional dipilih menjadi sampel penelitian ini
karena pada data reksa dana saham Syariah yang saya teliti terdapat data
yang kurang lengkap, sehingga nantinya akan mempengaruhi data yang
saya olah dan akan mempengaruhi kualitas dari skripsi yang saya teliti.
Berikut merupakan data saham Syariah yang memiliki data yang tidak
lengkap:
Tabel 3.3
Sampel Reksa Dana Saham Syariah
No. Reksa Dana
Saham
Manajer Investasi Bank
Kustodian
Tanggal
Efektif
1 Manulife Syariah
Sektoral Amanah
HSBC PT. Manulife
Aset Manajemen
Indonesia
21 Januari
2009
2 Mandiri Investa
Atraktif Syariah
Deutsche Bank AG PT. Mandiri
Manajemen
Investasi
19 Desember
2007
3 Mandiri Investa
Ekuitas Syariah
Deutsche Bank AG PT. Mandiri
Manajemen
Investasi
5 Juni 2013
Sumber: www.bankmandiri.co.id (data diolah)
66
Setelah melakukan pemilihan sample, maka reksa dana saham yang
memenuhi kriteria sampel sebagai berikut:
Tabel 3.4
Sample Penelitian
Sumber: www.bankmandiri.co.id (data diolah)
No Reksa Dana
Saham
Manajer Investasi Bank
Kustodian
Tanggal
Efektif
1 Batavia Dana
Saham
PT. Batavia Prosperindo
Aset Manajemen
Deutsche Bank
AG
16
Desember
1996
2 BNP Pribas
Ekuitas
PT. BNP Pribas Investment
Partner
Deutsche Bank
AG
16 Januari
2001
3 BNP
Infrastruktur Plus
PT. BNP Pribas Investment
Partner
Citibank, NA 8 Maret
2007
4 BNP Paribas Star PT. BNP Pribas Investment
Partner
Deutsche Bank
AG
15 Juni
2011
5 Dana Ekuitas
Prima
PT. Bahana TCW
Investment Management
Citibank, NA 13
Februari
2006
6 Dana Reksa
Mawar
Konsumer 10
PT. Danareksa Investment
Management
Citibank, NA 16
Februari
2011
7 Dana Reksa
Mawar
PT. Danareksa Investment
Management
Citibank, NA 17 Juli
1996
8 Dana Reksa
Mawar Fokus 10
PT. Danareksa Investment
Management
Citibank, NA 2 Maret
2010
9 Mandiri Investa
Atraktif
PT. Mandiri Manajemen
Investasi
HSBC 30
Agustus
2005
10 Manulife Dana
Saham
PT. Manulife Aset
Manajemen Indonesia
Deutsche Bank
AG
1 Agustus
2003
11 Schroder 90 Plus
Equity Fund
PT. Schroder Investment
Management Indonesia
Citibank, NA 21 April
2010
12 Schroder Dana
Istimewa
PT. Schroder Investment
Management Indonesia
HSBC 27
Desember
2004
13 Schroder Dana
Prestasi
PT. Schroder Investment
Management Indonesia
Citibank, NAA 29 Mei
1997
67
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kepustakaan (Library Research) dan data sekunder (Internet
Research). Agar memperoleh hasil penelitian yang diharapkan, diperlukan
data dan informasi yang mendukung penelitian ini.
1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Penelitian kepustakaan digunakan dengan cara mengumpulkan
pengetahuan teoritis yang relevan dengan cara membaca dan
mempelajari buku-buku, jurnal-jurnal, artikel-artikel, serta literature-
literatur yang mempunyai hubungan dengan permasalahan yang dibahas
dalam penelitian ini.
2. Data Sekunder (Internet Research)
Data yang digunakan dan dianalisis dalam penelitian ini adalah
data sekunder. Data sekunder merupakan data yang telah tersedia dan
tidak perlu dikumpulkan lagi. Data sekunder juga merupakan data yang
diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara
(diperoleh dan dicatat oleh pihak lain) (Indriantoro dan Bambang, 2002:
147). Sifat datanya adalah Panel. Data yang diperlukan dalam penelitian
ini:
68
Tabel 3.5
Sumber Data
Variabel Sumber
NAB Reksa Dana Saham www.ojk.go.id
IHSG www.finance.yahoo.com
Inflasi www.bi.go.id
Kurs www.bi.go.id
BI Rate www.bi.go.id
Sumber: Data diolah
D. Metode Analisis Data
1. Analisis Data Panel
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji regresi data
panel. Data panel adalah data yang terdiri atas beberapa variabel seperti
pada data seksi silang, namun juga memiliki unsur waktu seperti pada
data runtut waktu (Winarno, 2015:10.2).
Uji regresi data panel dalam penelitian ini digunakan untuk
mengetahui hubungan antara empat variabel independen yaitu IHSG,
Inflasi, Kurs, dan BI Rate.
Pengelolaan data dalam penelitian ini menggunakan Software
Eviews 8 untuk menjelaskan hubungan antara variabel independen dan
variabel dependen melalui data panel. Eviews dapat digunakan untuk
menyelesaikan masalah-masalah yang berbentuk time series, cross
section, maupun data panel (Winarno, 2015:1.1). Software Microsoft
Office Excel 2016 juga digunakan untuk mempermudah pengelolaan
data seperti pembuatan grafik, tabel, dan lain-lain.
69
Menurut Agus Widarjono (2013:353) penggunaan data panel
dalam sebuah observasi penelitian memiliki beberapa keuntungan yang
dapat diperoleh. Pertama, data panel yang merupakan gabungan dua data
time series dan cross section mampu menyediakan data yang lebih
banyak sehingga akan menghasilkan Degree of Freedom yang lebih
besar. Kedua, menggabungkan informasi dari data time series dan cross
section dapat mengatasi masalah yang timbul ketika ada masalah
penghilangan variabel (omitted variabel).
Uji regresi data panel penelitian ini meliputi periode pada tahun
2011-2016 dengan beberapa jenis responden (reksa dana) yang terdiri
dari 13 reksa dana jenis saham serta beberapa jenis variabel yang terdiri
dari Return Reksa Dana Saham (variabel dependent) dan IHSG, Inflasi,
Kurs, dan BI Rate (variabel independent).
Penelitian ini ingin mengetahui pengaruh IHSG, Inflasi, Kurs, dan
BI Rate terhadap Return Reksa Dana Saham. Persamaan Model dengan
menggunakan data panel dapat ditulis sebagai berikut:
Dimana:
Returnit = Return Reksa Dana Saham periode t
β1IHSGit = IHSG periode t
β2Inflasiit = Inflasi periode t
β3Kursit = Kurs periode t
Returnit = α + β1IHSGit + β2Inflasiit + β3Kursit + β4BIRateit + εit
70
Yit = β0 + β1In X1it + β2 In X2it + eit
β4BIRateit = BI Rate periode t
εit = Komponen error pada unit observasi ke-i dan
waktu ke- t
Menurut Widarjono (2009:231) ada beberapa pendekatan yang
dapat digunakan untuk mengestimasi model regresi dengan
menggunakan data panel, antara lain:
a. Model Common Effect
Teknik yang paling sederhana untuk mengestimasi data
panel adalah hanya dengan mengkombinasikan data time series dan
cross section. Dengan hanya menggabungkan data tersebut tanpa
melihat perbedaan antar waktu dan individu maka kita bisa
menggunakan metode OLS untuk mengestimasi model data panel.
Metode ini dikenal dengan estimasi Common Effect. Dalam
pendekatan ini tidak memperhatikan dimensi individu maupun
waktu. Diasumsikan bahwa perilaku data antarperusahaan sama
dalam berbagai kurun waktu. Model persamaannya adalah sebagai
berikut (Widarjono, 2013:355):
Dimana :
Yit : Variabel dependen
X1 : Variabel independen 1
X2 : Variabel independen 2
71
Yit = β0 + β1In X1it + β2 In X2it + β3 D1+ β4 D2+ ... + eit
I : Cross section
t : Time series
b. Model Fixed Effect
Model Fixed Effect adalah teknik mengestimasi data panel
dengan menggunakan variabel dummy untuk menangkap adanya
perbedaan intersep. Pengertian Fixed Effect didasarkan pada adanya
perbedaan intersep. Disamping itu, model ini juga mengasumsikan
bahwa koefisien regresi (slope) tetap antar perusahaan dan antar
waktu. Bentuk persamaan dalam Model Fixed Effect adalah sebagai
berikut (Widarjono, 2013:356-357) :
Dimana :
i : 1,2,...,n
t : 1,2,...,t
D : Dummy
c. Model Random Effect
Dimasukkannya variabel dummy didalam Fixed effect model
bertujuan untuk mewakili ketidaktahuan kita tentang model yang
sebenarnya. Namun, ini membawa konsekuensi berkurangnya
derajat kebebasan (degree of freedom) yang pada akhirnya
mengurangi efisiensi parameter. Masalah ini bisa diatasi dengan
menggunakan variabel gangguan (error terms) yang dikenal dengan
72
𝑙𝑛𝑌𝑖𝑡 = 𝛽0 + µ𝑖 + 𝛽1𝑙𝑛𝑋1𝑖𝑡 + 𝛽2𝑙𝑛𝑋2𝑖𝑡 + 𝑒𝑖𝑡
𝛽0 + µ𝑖 + 𝛽1𝑙𝑛𝑋1𝑖𝑡 + 𝛽2𝑙𝑛𝑋2𝑖𝑡 + (𝑒𝑖𝑡 + µ𝑖)
𝛽0 + µ𝑖 + 𝛽1𝑙𝑛𝑋1𝑖𝑡 + 𝛽2𝑙𝑛𝑋2𝑖𝑡 + 𝑣𝑖𝑡
Random effect model. Metode yang tepat digunakan untuk
mengestimasi Random Effect adalah Generalized Least Square
(GLS) sebagai estimatornya, karena dapat meningkatkan efisiensi
dari least square (Widarjono, 2009:235-237). Berikut adalah
persamaan Random Effect:
2. Tahap Analisis
Untuk memilih model yang paling tepat untuk mengolah data panel,
terdapat beberapa pengujian yang dapat dilakukan, diantaranya:
a. Uji Chow
Menurut Iqbal (2015) uji Chow dilakukan untuk
membandingkan/memilih model mana yang terbaik antara CE dan
FE. Hipotesis dalam uji Chow adalah:
H0 : Common Effect model atau Pooled OLS
Ha : Fixed Effect model
Jika nilai Cross Section F > 0,05 (ditentukan di awal sebagai
tingkat signifikansi atau alpha) maka model yang terpilih adalah CE,
tetapi jika < 0,05 maka model yang terpilih adalah FE. (Iqbal:2015)
73
b. Uji Hausman
Hausman telah mengembangkan suatu uji statistik untuk
memilih apakah menggunakan model fixed effect atau random effect
(Widarjono, 2013:364). Hipotesisnya adalah:
H0 : Random Effect
Ha : Fixed Effect model
Menurut Iqbal (2015) cukup perhatikan nilai probabilitas
(Prob.) Cross-section random. Jika nilainya > 0,05 maka model yang
terpilih adalah RE, tetapi jika < 0,05 maka model yang terpilih
adalah FE.
3. Uji Asumsi Klasik
Menurut Widarjono (2009:101), dalam melakukan analisis regresi
berganda harus memenuhi beberapa persyaratan dan berhasil melewati
serangkaian asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas,
multikolinearitas, heteroskedastisitan dan uji autokorelasi.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah nilai
residual yang telah terstandarisasi pada model regresi berdistribusi
normal atau tidak. Tidak terpenuhinya normalitas pada umumnya
disebabkan karena distribusi data yang dianalisis tidak normal,
karena terdapat nilai ekstrem pada data yang diambil. Nilai ektrem
ini dapat terjadi karena adanya kesalahan dalam pengambilan
sampel, bahkan karena kesalahan dalam melakukan input data atau
74
memang karena karakteristik data tersebut sangat jauh dari rata-rata
(Suliyanto, 2011:69). Pada penelitian ini penulis menggunakan uji
normalitas dengan cara uji statistik menggunakan teknik Jarque-
Bera.
Hipotesis yang digunakan:
𝐻0 : Residual dari model berdistribusi normal
𝐻1 : Residual dari model tidak berdistribusi normal
Menurut Ghozali (2016), apabila nilai probabilitas
signifikansi lebih besar dari alpha 0,05 maka 𝐻0 diterima atau data
terdistribusi normal. Namun apabila nilai probabilitas signifikansi
lebih kecil dari alpha 0,05 maka 𝐻0 ditolak atau data tidak
terdistribusi normal.
b. Multikolinieritas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi yang terbentuk ada korelasi yang tinggi atau sempurna
di antara variabel bebas atau tidak. Jika dalam model regresi yang
terbentuk terdapat korelasi yang tinggi atau sempurna di antara
variabel bebas maka model regresi tersebut dinyatakan mengandung
gejala multikolinier. (Suliyanto, 2011:81).
Multikolinieritas merupakan hubungan linier antara variabel
independen di dalam regresi. Oleh karena itu peneliti tidak
mendeteksi multikolinieritas dengan menguji koefisien korelasi (r)
antar variabel independen. Sebagai aturan main yang kasar (rule of
75
thumb), jika koefisien korelasi cukup tinggi katakanlah 0,85 maka
kita duga model tersebut tidak mengandung unsur multikolinieritas.
(Widarjono, 2009:106).
c. Autokorelasi
Secara harfiah autokorelasi berarti adanya korelasi antara
anggota observasi satu dengan observasi lain yang berlainan waktu.
Dalam kaitannya dengan asumsi metode OLS, autokorelasi
merupakan korelasi antara satu variabel gangguan dengan variabel
gangguan yang lain. Sedangkan salah satu asumsi penting metode
OLS berkaitan dengan variabel gangguan adalah tidak adanya
hubungan antara variabel gangguan satu dengan variabel gangguan
yang lain (Widarjono, 2013:137)
Nama lain dari uji breusch-godfrey adalah uji Lagrange-
Multiplier (Pengganda Lagrange) (Winarno, 2015:5.33). Guna
memastikan apakah model regresi linier terbebas dari autokorelasi,
dapat menggunakan metode Brusch-Godfrey atau LM (Lagrange
Multiplier) Test.(Iqbal:2015)
Apabila nilai Prob-F lebih besar dari dari tingkat signifikansi
0.05, maka uji hipotesis H0 diterima yang artinya tidak terjadi
autokorelasi. Sebaliknya, apabila nilai Prob-F lebih kecil dari tingkat
signifikansi 0.05 maka dapat disimpulkan terjadi autokorelasi
(Iqbal: 2015).
76
d. Heterokedastisitas
Heteroskedastisitas berarti ada varian variabel pada model
regresi yang tidak sama (konstan). Jika varian variabel pada model
regresi memiliki nilai yang sama maka disebut dengan
homoskedastisitas. Untuk mendeteksi adanya masalah
heteroskedastisitas dapat digunakan metode analisis grafik dan
metode statistik. Metode analisis grafik dilakukan dengan
mengamati scatterplot di mana sumbu horizontal menggambarkan
nilai Predicted Standardized sedangkan sumbu vertikal
menggambarkan nilai Residual Studentized. Jika scatterplot
membentuk pola tertentu, hal itu menunjukkan adanya masalah
heteroskedastisitas pada model regresi yang dibentuk. Sedangkan
jika scatterplot menyebar secara acak maka hal itu menunjukkan
tidak terjadinya masalah heteroskedastisitas pada model regresi yang
dibentuk. (Suliyanto, 2011:97).
Dalam penelitian ini pengujian heterokedastisitas dilakukan
dengan metode White (Uji White). Uji White dilakukan dengan
regresi auxiliary dimana hipotesis nol dalam uji ini adalah tidak
adanya heterokedastisitas. Uji White didasarkan pada jumlah sampel
(n) dikalikan dengan R2 yang akan mengikuti distribusi chi-square
dengan degree of freedom sebanyak variabel independen tidak
termasuk konstanta dalam regresi auxiliary. Jika nilai chi-square
hitung lebih besar dari nilai chi-square kritis dengan derajat
77
kepercayaan tertentu (α) maka ada heterokedastisitas dan sebaliknya
(Widarjono, 2013:126). Dalam penelitian ini tingkat signifikansi
yang digunakan adalah α = 5%.
4. Uji Signifikansi
a. Uji Parsial (Uji T)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh
pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam
menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2016:97).
Apabila nilai prob. t hitung (ditunjukkan pada Prob.) lebih
kecil dari tingkat kesalahan (alpha) 0,05 (yang telah ditentukan)
maka dapat dikatakan bahwa variabel bebas berpengaruh signifikan
terhadap variabel terikatnya, sedangkan apabila nilai prob. t hitung
lebih besar dari tingkat kesalahan 0,05 maka dapat dikatakan bahwa
variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel
terikatnya (Iqbal:2015).
b. Uji Simultan (Uji F)
Uji F merupakan uji signifikan simultan yang melihat
pengaruh variabel independen (dalam penelitian ini IHSG, Inflasi,
Kurs, dan BI Rate) terhadap variabel dependen (Return Reksa Dana
Saham).
Uji F digunakan untuk uji signifikansi model. Walaupun uji F
menunjukan adanya penolakan hipotesis nol yang menunjukan
bahwa secara bersama-sama semua variabel independen
78
mempengaruhi variabel dependen, namun hal ini bukan berarti
secara individual variabel independen mempengaruhi variabel
dependen melalui uji t. (Widarjono, 2013:65-66)
Dalam melakukan uji keseluruhan atau simultan melalui uji
Fhitung setiap software regresi selalu menghitung Fhitung secara
otomatis. Nilai F kritis dari tabel distribusi F. Nilai F kritis
berdasarkan besarnya α dan df dimana besarnya ditentukan oleh
numerator (k-1) dan df untuk denominator (n-k). Dimana n= jumlah
observasi dan k=jumlah parameter estimasi termasuk intersep atau
konstanta. (Widarjono, 2013:66-67).
Jika F-hitung > F kritis (α ; n-k; k-1), maka H0 ditolak
Jika F-hitung < F kritis (α ; n-k; k-1), maka H0 diterima
Menurut Iqbal (2015) Apabila nilai prob. F hitung lebih kecil
dari tingkat kesalahan/error (alpha) 0,05 (yang telah ditentukan)
maka dapat dikatakan bahwa model regresi yang diestimasi layak,
sedangkan apabila nilai prob. F hitung lebih besar dari tingkat
kesalahan 0,05 maka dapat dikatakan bahwa model regresi yang
diestimasi tidak layak.
c. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya digunakan untuk
mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan
variasi variabel dependen (Ghozali, 2011:97). Namun R2 ini
memiliki kelemahan yaitu Ŷ atau Y prediksi dengan nilai Y yang
79
diobservasi. Apabila digunakan untuk memperkirakan data yang
tidak (atau belum) ada di dalam observasi, belum tentu cocok. Dan
nilai R2 tidak berkurang nilainya apabila variabel independen
ditambahkan lagi kedalam persamaan (Winarno, 2009:420).
Cara untuk mengurangi kelemahan tersebut maka digunakan
koefisien determinai yang telah disesuaikan, Adjusted R-Square (R2
adj) (Suliyanto, 2011:59). Koefisien determinasi yang telah
disesuaikan berarti bahwa koefisien tersebut telah dikoreksi dengan
memasukkan jumlah variabel dan ukuran sampel yang digunakan.
Hasil nilai adjusted R square dari regresi digunakan untuk variabel-
variabel independennya.
Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa
besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel
dependen yang dilihat melalui adjusted R square karena variabel
dalam penelitian ini lebih dari satu.
Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien
korelasi yang ditemukan tersebut besar atau kecil, maka dapat
digunakan kriteria sebagai berikut (Sugiono, 2009:231).
80
Tabel 3.6
Kriteria untuk Memberikan Interpretasi terhadap Koefisien
Determinasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,000 – 0,199 Sangat Rendah
0,200 – 0,399 Rendah
0,400 – 0,599 Sedang
0,600 – 0,799 Kuat
0,800 – 1,000 Sangat Kuat
Sumber: Sugiono (2009)
E. Operasional Variabel Penelitian
Operasional variabel penelitian merupakan spesifikasi kegiatan
peneliti dalam mengukur suatu variabel. Spesifikasi tersebut menunjukkan
pada dimensi-dimensi dan indicator-indikator dari variabel penelitian yang
diperoleh melalui pengamatan dan penelitian terdahulu.
1. Operasional Variabel Dependen
Variabel dependen yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel
lain. Penelitian ini menggunakan variabel dependen (Y) return reksa
dana saham yang di jual melalui PT. Bank Mandiri, Tbk, yang mana
dihitung dari nilai NAB yang tercatat. Nilai NAB reksa dana saham ini
dapat dilihat secara online dalam website resmi Otoritas Jasa Keuangan
(OJK).
Return merupakan keuntungan yang diperoleh perusahaan,
individu dan institusi dari hasil kebijakan investasi yang dilakukannya.
Menurut Brigham dan Houston (2006) menyatakan bahwa “Return atau
tingkat pengembalian adalah selisih antara jumlah yang diterima
dengan jumlah yang diinvestasikan.”
81
Menurut Bodie, Kane, dan Marcus (2008), return reksa dana
dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
di mana:
Rt = rate of return portofolio selama bulan t
NABt = nilai aktiva bersih per unit pada akhir periode
NABt-1 = nilai aktiva bersih per unit pada awal periode
Return suatu invetasi terdiri dari:
Keterangan (Tandelilin, 2007):
• Yield = return yang mencerminkan aliran kas/
pendapatan yang diperoleh secara periodic
• Capital Gain = return yang diperoleh dari kenaikan
(penurunan) nilai surat berharga)
Menurut Jogiyanto (2010) return realisasi (realized return)
merupakan return yang telah terjadi yang dihitung bedasarkan data
historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu
pengukur kinerja dari perusahaan serta sebagai dasar penentuan return
ekspetasi (expected return) untuk mengukur risiko di masa yang akan
datang. Pada penelitian ini memakai return realisasi sebagai indikator
untuk variabel dependen.
Return = Yield + Capital gain (loss)
Rt = 𝑵𝑨𝑩𝒕−𝑵𝑨𝑩𝒕−𝟏
𝑵𝑨𝑩𝒕−𝟏
82
2. Operasional Variabel Independen
a. Indeks Harga Saham Gabungan/IHSG (X1)
IHSG adalah sekumpulan semua saham yang tercatat sebagai
komponen perhitungan indeks, IHSG merupakan indikator utama
yang menggambarkan pergerakan saham (Darmadji, 2001). Data
yang diperoleh berasal dari website yahoo finance dan dapat diakses
secara online.
b. Inflasi ( X2)
Inflasi adalah suatu kejadian yang menunjukkan kenaikan
tingkat harga secara umum dan berlangsung secara terus – menerus.
Laju inflasi merupakan tingkat perubahan secara umum untuk
berbagai jenis produk dalam rentang waktu tertentu misalnya per
bulan, per triwulan atau per tahun. (Murni,2006)
Menurut Karim (2008:135), secara umum inflasi berarti
kenaikan tingkat harga secara umum dari barang atau komoditas
dan jasa selama suatu periode waktu tertentu. Inflasi dapat dianggap
sebagai fenomena moneter karena terjadinya kenaikan nilai unit
perhitungan moneter terhadap suatu komoditas. Sebaliknya, jika
yang terjadi adalah penurunan nilai unit perhitungan moneter
terhadap barang-barang atau komoditas dan jasa didefinisikan
sebagai deflasi (deflation). Data diperoleh berasal dari website
resmi Bank Indonesia dan dapat di akses secara online (Bank
Indonesia, 2016).
83
c. Nilai Tukar Rupiah/Kurs (X3)
Nilai tukar Rupiah atau disebut juga Kurs Rupiah. Nilai tukar
adalah nilai mata uang negara lain. Besarnya jumlah mata uang
tertentu yang diperlukan untuk memperoleh satu unit valuta asing
disebut dengan Kurs Mata Uang Asing. Apabila kondisi ekonomi
suatu negara mengalami perubahan, maka biasanya diikuti oleh
perubahan nilai tukar secara substansial (Sukirno, 2004). Dalam
penelitian ini, nilai tukar yang digunakan adalah mata uang Rupiah
(Indonesia) dan Dollar (Amerika Serikat) yang dikeluarkan oleh
Bank Indonesia (Bank Indonesia, 2016). Nilai yang digunakan
adalah kurs tengah dari kedua mata uang tersebut.
d. BI rate (X4)
BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan
sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia dan diumumkan kepada public (www.bi.go.id). Data
yang diperoleh berasal dari website resmi Bank Indonesia dan dapat
di akses secara online (Bank Indonesia, 2016).
Kurs Tengah = 𝐾𝑢𝑟𝑠 𝐽𝑢𝑎𝑙+𝐾𝑢𝑟𝑠 𝐵𝑒𝑙𝑖
2
84
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Gambaran Umum Reksa Dana Saham
Reksa dana pertama kali dikenalkan di Indonesia dengan mengacu
kepada peraturan SK Menteri Keuangan No. 1548 tahun 1990. Namun
peraturan ini tidak cukup untuk memberikan dorongan bagi
perkembangan reksa dana itu sendiri, karena hanya diijinkan usaha
reksa dana yang berjenis tertutup (close-ended). Kemudian setelah
disahkan Undang-Undang No.8 tahun 1995 yang mengatur aktivitas
pasar modal di Indonesia, menjadi peluang bagi berdirinya reksa dana
terbuka (open ended), dalam bentuk Kontrak Investasi Kolektif (KIK).
Reksa dana saham adalah reksa dana yang melakukan investasi
minimum 80% pada instrument saham di Pasar Modal dan 20% dari
dana yang dikelola dapat diinvestasikan pada instrument lainnya
(Pratomo, 2005:3). Reksa dana jenis ini memiliki tingkat risiko yang
paling tinggi dibandingkan dengan jenis reksa dana lainnya, tentunya
juka memiliki return yang lebih tinggi. Berbeda dengan efek pendapatan
tetap seperti deposito dan obligasi, dimana investor lebih berorientasi
pada pendapatan bunga, efek saham umumnya memberikan potensi
hasil yang lebih tinggi berupa capital gain melalui pertumbuhan harga-
85
harga saham. Selain hasil dari capital gain, efek saham juga
memberikan hasil lain berupa dividen.
Perkembangan reksa dana dewasa ini semakin meningkat seiring
dengan tumbuh kembangnya perekonomian suatu bangsa dan
berkembangnya pasar modal. Reksa dana menjadi produk alternative
bagi para calon investor yang memiliki dana terbatas dalam berinvestasi
di pasar modal, karena dana yang diinvestasikan ke dalam reksa dana
akan digabungkan dengan dana dari investor-investor lainnya untuk
menciptakan kekuatan membeli yang jauh lebih besar.
2. Gambaran Umum PT. Bank Mandiri
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk didirikan pada tanggal 02
Oktober 1998 dan mulai beroperasi pada tanggal 1 Agustus 1999. Bank
Mandiri didirikan melalui penggabungan usaha PT Bank Bumi Daya
(Persero), PT Bank Dagang Negara (Persero), PT Bank Ekspor Impor
Indonesia (Persero) dan PT Bank Pembangunan Indonesia (Persero).
Pemegang saham pengendali Bank Mandiri adalah Negara Republik
Indonesia, dengan persentase kepemilikan sebesar 60%.
PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk telah terdaftar sebagai Agen
Penjual Efek Reksa Dana di Badan Pengawas Pasar Modal & Lembaga
Keuangan (BAPEPAM-LK), dengan Surat Tanda Terdaftar No.
07/BL/STTD/APERD/2007 tanggal 21 Februari 2007.
86
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
2012 2013 2014 2015 2016
IHSG
IHSG
B. Analisis dan Pembahasan
1. Deskriptif Variabel Penelitian
Variabel independen dalam penelitian ini yakni: IHSG, Inflasi,
Kurs, dan BI rate. Adapun variabel dependennya adalah Return Reksa
Dana Saham yang diambil selama periode tahun 2012-2016. Penjelasan
lebih lanjut sebagai berikut:
a. IHSG
IHSG adalah sekumpulan semua saham yang tercatat sebagai
komponen perhitungan indeks, IHSG merupakan indicator utama
yang menggambarkan pergerakan saham (Darmadji, 2001).
Grafik 4.1
Data IHSG Tahun 2012 - 2016
Sumber: Data dari BEI (diolah)
Dapat dilihat dari grafik di atas bahwa pada tahun 2012 rata-
rata nilai IHSG pada tahun 2012 sebesar 4118.82. Tahun 2013 nilai
IHSG meningkat menjadi 4606.24. Pada tahun 2014 rata-rata nilai
IHSG kembali meningkat menjadi 4937.45. Selanjutnya pada tahun
87
0.00%
1.00%
2.00%
3.00%
4.00%
5.00%
6.00%
7.00%
8.00%
2012 2013 2014 2015 2016
Inflasi
Inflasi
2015, rata-rata nilai IHSG mengalami penurunan pada tahun ini
yaitu menjadi 4875.21. Pada tahun 2016, nilai IHSG kembali
meningkat setelah mengalami penurunan dan merupakan nilai IHSG
tertinggi dari tahun 2012-2016 yaitu sebesar 5059.88.
b. Inflasi
Inflasi adalah suatu kejadian yang menunjukkan kenaikan
tingkat harga secara umum dan berlangsung secara terus - menerus.
Laju inflasi merupakan tingkat perubahan secara umum untuk
berbagai jenis produk dalam rentang waktu tertentu misalnya per
bulan, per triwulan atau per tahun. (Murni,2006)
Adapun data inflasi periode 2012 s.d 2016 sebagai berikut:
Grafik 4.2
Data Inflasi Tahun 2012 - 2016
Sumber: Data dari Bank Indonesia (diolah)
Dapat dilihat pada grafik di atas bahwa pada tahun 2012
inflasi sebesar 4,28%. Pada tahun 2013 inflasi naik menjadi 6,97%
88
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
2012 2013 2014 2015 2016
Kurs Tengah
Kurs Tengah
di tahun ini ialah inflasi tertinggi dari tahun 2011 - 2015. Pada tahun
2014 inflasi turun ke 6,42% dan pada tahun 2015 inflasi sebesar
6,38%. Pada tahun 2016 inflasi berada di tingkat terendah sebesar
3,53%.
c. Kurs
Nilai tukar Rupiah atau disebut juga Kurs Rupiah. Nilai tukar
adalah nilai mata uang negara lain. Besarnya jumlah mata uang
tertentu yang diperlukan untuk memperoleh satu unit valuta asing
disebut dengan Kurs Mata Uang Asing. Apabila kondisi ekonomi
suatu negara mengalami perubahan, maka biasanya diikuti oleh
perubahan nilai tukar secara substansial (Sukirno, 2004).
Adapun data kurs periode 2012 s.d 2016 sebagai berikut :
Grafik 4.3
Data Kurs Tahun 2012 - 2016
Sumber: Data dari Bank Indonesia (diolah)
89
0.00%
1.00%
2.00%
3.00%
4.00%
5.00%
6.00%
7.00%
8.00%
9.00%
2012 2013 2014 2015 2016
BI Rate
BI Rate
Dari grafik 4.3 di atas dapat diketahui Nilai tukar (kurs)
rupiah terhadap dollar Amerika (USD) pada tahun 2012 yaitu 9.670
rupiah. Kemudian pada tahun 2013 meningkat menjadi 12.189
rupiah. Pada tahun 2014 kurs kembali meningkat yaitu 12.440
rupiah. Lalu pada tahun 2015 nilai kurs kembali mengalami
peningkatan dan merupakan nilai kurs tertinggi dari tahun 2012-
2016 yaitu 13.795 rupiah. Lalu pada tahun 2016 nilai kurs
mengalami penurunan yaitu menjadi 13.436 rupiah.
d. BI Rate
BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan
sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia dan diumumkan kepada publik.
Adapun data BI Rate Tahun 2012 s.d 2016 sebagai berikut:
Grafik 4.4
Data BI Rate Tahun 2012 - 2016
Sumber : Data dari Bank Indonesia ( diolah )
90
Dari Grafik 4.4 diatas dapat kita ketahui bahwa nilai BI Rate
pada tahun 2012 sebesar 4.75%. Pada tahun 2012 nilai BI Rate
mengalami peningkatan yaitu sebesar 7.50%. Tahun 2014 nilai BI
Rate kembali meningkat dan merupakan nilai BI Rate tertinggi dari
tahun 2012-2016 yaitu 7.75%. Pada tahun 2015 nilai BI Rate
mengalami penurunan yaitu menjadi 7.50%. Lalu pada tahun 2016
nilai BI Rate kembali mengalami penurunan yaitu mrnjadi 4.75%.
e. Return Reksa Dana Saham
Return merupakan keuntungan yang diperoleh perusahaan,
individu dan institusi dari hasil kebijakan investasi yang
dilakukannya. Menurut Brigham dan Houston (2006) menyatakan
bahwa “Return atau tingkat pengembalian adalah selisih antara
jumlah yang diterima dengan jumlah yang diinvestasikan.”
Adapun data return reksa dana saham tahun 2012 s.d 2016
sebagai berikut :
91
Tabel 4.1
Return Reksa Dana Saham Tahun 2012 s.d 2016
Sumber: Data dari Otoritas Jasa Keuangan (diolah)
Berdasarkan tabel 4.1 di atas pada tahun 2012 return
investasi reksa dana saham tertinggi terjadi pada reksa dana
Danareksa Konsumer 10 (DK10) sebesar 1.68%, sedangkan return
terendah tahun 2012 terjadi pada Danareksa Mawar (DM) yaitu
0,47%.
Pada tahun 2013 return investasi reksa dana saham tertinggi
terjadi pada reksa dana Batavia Dana Saham (BDS) sebesar 0.51%,
sedangkan return investasi terendah pada tahun 2013 terjadi pada
Mandiri Investa Atraktif (MIA) yaitu -0.86%.
Pada tahun 2014 return investasi reksa dana saham tertinggi
terjadi pada reksa dana BNP Paribas Infrastruktur Plus (BNPPIP)
yaitu 2.47%, sedangkan return investasi terendah tahun 2014
terjadi pada BNP Paribas Star (BNPPS) yaitu 1.63%.
2012 2013 2014 2015 2016
BDS 0.700% 0.51% 2.01% -1.02% 0.91%
BNPPE 0.903% -0.32% 2.06% -0.81% 0.59%
BNPPIP 1.349% -0.09% 2.47% -1.90% 1.01%
BNPPS 1.169% -0.52% 1.63% -0.92% 0.81%
DEP 1.350% -0.42% 2.32% -1.10% 1.12%
DK10 1.684% -0.55% 2.03% -0.38% 0.88%
DM 0.468% -0.07% 1.73% -0.73% 0.97%
DMF10 1.196% -0.77% 1.76% -1.43% 0.97%
MIA 0.906% -0.86% 1.89% -0.96% 0.87%
MDS 1.012% -0.28% 1.84% -1.18% 0.91%
S90P 0.670% 0.001% 2.063% -0.419% 1.036%
SDI 0.745% 0.09% 2.07% -0.69% 0.89%
SDP 0.846% 0.30% 2.18% -0.40% 1.11%
Rata-Rata 1.000% -0.229% 2.004% -0.918% 0.928%
Produk Tahun
92
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 0.918065 (12,48) 0.5366
Cross-section Chi-square 13.430354 12 0.3386
Cross-section fixed effects test equation:
Dependent Variable: RETURN
Method: Panel Least Squares
Date: 09/08/17 Time: 22:09
Sample: 2012 2016
Periods included: 5
Cross-sections included: 13
Total panel (balanced) observations: 65
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 1.019865 0.087050 11.71587 0.0000
IHSG -0.000330 2.43E-05 -13.60626 0.0000
KURS 2.87E-06 9.01E-07 3.188063 0.0023
BI_RATE 20.55137 1.303730 15.76352 0.0000
INFLASI -15.50274 0.925549 -16.74977 0.0000
R-squared 0.912711 Mean dependent var 0.005569
Adjusted R-squared 0.906892 S.D. dependent var 0.010781
S.E. of regression 0.003290 Akaike info criterion -8.522238
Sum squared resid 0.000649 Schwarz criterion -8.354977
Log likelihood 281.9727 Hannan-Quinn criter. -8.456243
F-statistic 156.8436 Durbin-Watson stat 2.213611
Prob(F-statistic) 0.000000
Pada tahun 2015 return investasi reksa dana saham tertinggi
terjadi pada reksa dana Danareksa Konsumer 10 (DK10) yaitu -
0.38%, sedangkan return investasi terendah tahun 2015 terjadi
pada BNP Paribas Infrastruktur Plus (BNPPIP) yaitu -1.90%.
Pada tahun 2016 return investasi reksa dana saham tertinggi
terjadi pada reksa dana Dana Ekuitas Prima (DEP) yaitu 1.12%,
sedangkan return investasi terendah tahun 2016 terjadi pada BNP
Paribas Ekuitas (BNPPE) yaitu 0.59%.
2. Uji Pemilihan Model Regresi Data Panel
a. Uji Chow
Uji chow digunakan untuk menentukan model fixed effect
atau common effect yang lebih tepat digunakan dalam mengestimasi
data panel. Hipotesis dalam uji chow dalam penelitian ini adalah:
H0 : Common Effect Model
Ha : Fixed Effect Model
Tabel 4.2
Hasil Uji Chow
(Sumber: data diolah peneliti)
Seperti yang dapat dilihat pada output tabel 4.2
menunjukkan bahwa nilai F sebesar 0.918065 sedangkan nilai F
93
tabel dengan numerator degree of freedom sebesar 48 dengan α
sebesar 5% adalah 1.94. sehingga berdasarkan perhitungan, nilai F
hitung lebih kecil dari F tabel (0.918065 < 1.94), maka model yang
lebih tepat digunakan adalah model common effect. Selain itu hasil
output juga menunjukkan nilai Probabilitas (Prob) untuk Cross-
section F sebesar 0.5366 yang artinya nilai ini berada diatas nilai
0,05 (0.5366 > 5%) maka model yang tepat adalah model Pooled
Least Square/Common Effect Model.
b. Uji Hausman
Uji Hausman tidak dilakukan karena model yang terpilih
pada uji chow adalah Common Effect Model.
3. Uji Asumsi Klasik
Dalam penelitian ini ada berbagai masalah yang dijumpai dalam
regresi dan korelasi adalah :
a. Uji Normalitas
(Ghozali, 2012:154) Uji normalitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual
memiliki distribusi normal atau tidak. Dimana dalam model regresi
yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendektai
normal.
Pengujian normalitas sebuah data dapat dilakukan dengan
Jarque Bera test, yang membandingkan nilai Jarque Bera (JB) yang
94
didapat dari histogram normality test dengan nilai Chi Square tabel.
Dalam pengujian ini dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut:
H0 : Data terdistribusi normal
Ha : Data tidak terdistribusi normal
Dasar pengambilan keputusannya adalah jika nilai jarque
bera hitung > chi suare tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima, yang
berarti data tidak terdistribusi normal, tetapi jika nilai jarque bera
hitung < chi square tabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak, yang
berarti data terdistribusi normal.
Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas
0
2
4
6
8
10
12
-0.010 -0.005 0.000 0.005
Series: Standardized Residuals
Sample 2012 2016
Observations 65
Mean -1.06e-16
Median -6.09e-05
Maximum 0.007383
Minimum -0.009848
Std. Dev. 0.003185
Skewness -0.169128
Kurtosis 3.630557
Jarque-Bera 1.386717
Probability 0.499894
(Sumber : Data Diolah Peneliti)
Dari histogram diatas, menunjukkan nilai Jarque Bera
sebesar 1.386717, sementara nilai Chi Square dengan melihat
jumlah variabel independen yang digunakan adalah 4 dan nilai
signifikansi yang digunakan adalah 0,05 atau 5%, didapat nilai Chi
Square tabel sebesar 9.488, yang berarti nilai Jarque Bera hitung
95
< Chi Square tabel (1.386717 < 9.488), maka H0 diterima dan Ha
ditolak, yang berarti data dalam penelitian ini terdistribusi normal.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara
variabel independen (Ghozali, 2012:103).
Multikolinieritas merupakan hubungan linier antara variabel
independen di dalam regresi. Oleh karena itu peneliti tidak
mendeteksi multikolinieritas dengan menguji koefisien korelasi (r)
antar variabel independen. Sebagai aturan main yang kasar (rule of
thumb), jika koefisien korelasi cukup tinggi katakanlah 0,85 maka
kita duga model tersebut tidak mengandung unsur multikolinieritas.
(Widarjono, 2009:106). Dalam pengujian ini dilakukan dengan
hipotesis sebagai berikut:
H0: Tidak terdapat masalah multikolinearitas
Ha: Terdapat masalah multikolinearitas
Dasar pengambilan keputusannya adalah jika nilai
correlation (r) ≤ 0.85, maka H0 ditolak dan Ha diterima, yang berarti
bahwa tidak terdapat masalah multikolinearitas.
96
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 0.409564 Prob. F(2,58) 0.6658
Obs*R-squared 0.905204 Prob. Chi-Square(2) 0.6360
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 09/09/17 Time: 07:25
Sample: 1 65
Included observations: 65
Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -0.000420 0.087921 -0.004772 0.9962
IHSG 1.10E-07 2.45E-05 0.004466 0.9965
INFLASI 0.003782 0.934803 0.004046 0.9968
KURS 3.39E-09 9.10E-07 0.003724 0.9970
BI_RATE -0.005216 1.316765 -0.003961 0.9969
RESID(-1) -0.114698 0.132000 -0.868924 0.3885
RESID(-2) 0.017875 0.135079 0.132327 0.8952
R-squared 0.013926 Mean dependent var -3.27E-17
Adjusted R-squared -0.088081 S.D. dependent var 0.003185
S.E. of regression 0.003323 Akaike info criterion -8.474723
Sum squared resid 0.000640 Schwarz criterion -8.240559
Log likelihood 282.4285 Hannan-Quinn criter. -8.382330
F-statistic 0.136521 Durbin-Watson stat 1.979850
Prob(F-statistic) 0.990926
Tabel 4.4
Hasil Uji Multikolinearitas
( Sumber : Data diolah peneliti)
Data tabel diatas dapat dilihat nilai koefisien korelasi antar
variabel independen dibawah 0.85, dengan demikian data dalam
penelitian ini tidak terjadi masalah multikolinearitas.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu
model regresi linear ada korelasi antarkesalahan pengganggu
(residual) pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1
(sebelumnya). Penelitian ini menggunakan uji LM untuk mendeteksi
ada tidaknya masalah autokorelasi (Ghozali, 2012:107). Berikut
tabel pengambilan keputusan uji autokorelasi:
Tabel 4.5
Hasil Uji Autokorelasi
(Sumber: Data diolah peneliti)
Berdasarkan dari tabel 4.5 hasil uji autokorelasi dapat dilihat
dari nilai Obs*R-squared sebesar 0.6360 atau lebih besar dari nilai
IHSG INFLASI KURS BI_RATE
IHSG 1.000000 0.091370 -0.771857 0.612602
INFLASI 0.091370 1.000000 0.439856 0.841296
KURS -0.771857 0.439856 1.000000 -0.053728
BI_RATE 0.612602 0.841296 -0.053728 1.000000
97
α = 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah
autokorelasi dalam penelitian ini.
d. Uji Heterokedastisitas
Uji Heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual
satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2012:134).
Dalam penelitian ini uji heterokedastisitas menggunakan Uji White.
Uji White dilakukan dengan regresi auxiliary dimana
hipotesis nol dalam uji ini adalah tidak adanya heterokedastisitas.
Uji White didasarkan pada jumlah sampel (n) dikalikan dengan R2
yang akan mengikuti distribusi chi-square dengan degree of freedom
sebanyak variabel independen tidak termasuk konstanta dalam
regresi auxiliary. Jika nilai chi-square hitung lebih besar dari nilai
chi-square kritis dengan derajat kepercayaan tertentu (α) maka ada
heterokedastisitas dan sebaliknya (Widarjono, 2013:126). Dalam
pengambilan keputusan, jika nilai Prob. F-statistics > 0,05 (α = 5%)
dan Prob. Chi-Square Obs*R-Squared > 0,05 (α = 5%) maka tidak
terjadi heteroskedastisitas (kondisi homoskedastisitas) Uji
Heterokedastisitas dengan hipotesis:
H0 = tidak terdapat heteroskedastisitas pada persamaan regresi
Ha = terdapat heteroskedastisitas pada persamaan regresi
98
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 2.233965 Prob. F(4,60) 0.0759
Obs*R-squared 8.425671 Prob. Chi-Square(4) 0.0772
Scaled explained SS 9.442739 Prob. Chi-Square(4) 0.0509
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 09/09/17 Time: 07:22
Sample: 1 65
Included observations: 65
Collinear test regressors dropped from specification
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -7.14E-05 0.000171 -0.416812 0.6783
IHSG^2 1.03E-11 1.29E-11 0.794530 0.4300
IHSG*INFLASI 8.93E-07 7.93E-07 1.126008 0.2646
IHSG*KURS -6.46E-13 8.38E-13 -0.771610 0.4434
IHSG*BI_RATE -1.09E-06 1.13E-06 -0.970983 0.3355
R-squared 0.129626 Mean dependent var 9.99E-06
Adjusted R-squared 0.071601 S.D. dependent var 1.63E-05
S.E. of regression 1.57E-05 Akaike info criterion -19.20783
Sum squared resid 1.49E-08 Schwarz criterion -19.04057
Log likelihood 629.2546 Hannan-Quinn criter. -19.14184
F-statistic 2.233965 Durbin-Watson stat 1.973862
Prob(F-statistic) 0.075924
Dasar pengambilan keputusan adalah jika nilai Prob.F dan nilai
Prob. Chi-Square > 0,05 (α = 5%), maka H0 diterima dan menolak
Ha.
Tabel 4.6
Hasil Uji Heterokedastisitas
(Sumber: Data diolah peneliti)
Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa nilai Prob.F-Statistik
sebesar 0.0759 dan nilai Prob.Chi-Square Obs*R-Squared sebesar
0.0772. Sehingga semua lebih besar dari nilai α = 5% (0.0759 > 0.05
dan 0.0772 > 0.05), maka dapat disimpulkan tidak terdapat
heterokedastisitas yaitu variabel dependen return reksa dana
memiliki sebaran varian yang sama/konstan.
4. Uji Signifikansi
a. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Pengujian model secara simultan dengan uji F digunakan
untuk menguji pengaruh secara simultan variabel independen
terhadap variabel dependen nya atau untuk menguji ketepatan
model. Jika variabel independen memiliki pengaruh secara simultan
terhadap variabel dependen, maka model persamaan regresi masuk
dalam kriteria cocok atau fit. Hipotesis uji F adalah sebagai berikut:
99
Dependent Variable: RETURN
Method: Panel Least Squares
Date: 09/09/17 Time: 07:35
Sample: 2012 2016
Periods included: 5
Cross-sections included: 13
Total panel (balanced) observations: 65
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 1.019865 0.087050 11.71587 0.0000
IHSG -0.000330 2.43E-05 -13.60626 0.0000
INFLASI -15.50274 0.925549 -16.74977 0.0000
KURS 2.87E-06 9.01E-07 3.188063 0.0023
BI_RATE 20.55137 1.303730 15.76352 0.0000
R-squared 0.912711 Mean dependent var 0.005569
Adjusted R-squared 0.906892 S.D. dependent var 0.010781
S.E. of regression 0.003290 Akaike info criterion -8.522238
Sum squared resid 0.000649 Schwarz criterion -8.354977
Log likelihood 281.9727 Hannan-Quinn criter. -8.456243
F-statistic 156.8436 Durbin-Watson stat 2.213611
Prob(F-statistic) 0.000000
H0 = variabel independen tidak berpengaruh secara
simultan terhadap variabel dependen
Ha = variabel independen berpengaruh secara simultan
terhadap variabel dependen
Kriteria keputusannya adalah sebagai berikut:
1. Apabila F hitung < F tabel atau memiliki tingkat signifikansi >
0,05 (5%) maka H0 diterima dan Ha ditolak.
2. Apabila F hitung > F tabel atau memiliki tingkat signifikansi <
0,05 (5%) maka H0 ditolak dan Ha diterima.
Tabel 4.7
Hasil Uji F
(Sumber: Data diolah peneliti )
Berdasarkan hasil uji F pada tabel 4.7 di atas diperoleh hasil
bahwa nilai F hitung sebesar 156.8436 dan nilai Prob. F-statistik
sebesar 0.000000 dimana nilai ini lebih kecil dari tingkat
signifikansi yaitu 0.05.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan
Ha diterima yang berarti variabel independen (IHSG, Inflasi, Kurs,
dan BI Rate) secara bersama-sama berpengaruh terhadap Return
Reksa Dana Saham.
100
b. Uji Signifikansi Parsial (Uji T)
Menurut (Ghozali, 2012:97) Uji statistik t pada dasarnya
menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen
secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Berikut tabel hasil persamaan regresi:
Tabel 4.8
Hasil Uji t
(Sumber : Data diolah peneliti)
Dari hasil regresi data panel tersebut maka dapat dianalisis
sebagai berikut:
1) IHSG
Dari hasil perhitungan uji secara parsial diperoleh nilai t-
hitung sebesar (0.000330) dengan nilai probabilitas sebesar
0.0000. Dengan nilai tersebut maka nilai probabilitas lebih kecil
dari 5% atau 0.05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel
IHSG memiliki pengaruh terhadap return reksa dana saham.
101
Tanda positif yang dihasilkan menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang searah antara variabel IHSG dengan return
reksa dana saham, sehingga peningkatan IHSG menyebabkan
meningkatnya return reksa dana saham. Oleh karena itu, dari
hasil penelitian tersebut menolak H0 dan menerima Ha yaitu
variabel IHSG berpengaruh terhadap return reksa dana saham.
2) Inflasi
Dari hasil perhitungan uji secara parsial diperoleh nilai t-
hitung sebesar (-15.50274) dengan nilai probabilitas sebesar
0.0000. Dengan nilai tersebut maka nilai probabilitas lebih kecil
dari 5% atau 0.05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel
Inflasi memiliki pengaruh negatif terhadap return reksa dana
saham. Tanda negatif yang dihasilkan menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang berlawanan antara variabel Inflasi
dengan return reksa dana saham, sehingga peningkatan Inflasi
menyebabkan menurunnya return reksa dana saham.
3) Kurs
Dari hasil perhitungan uji secara parsial diperoleh nilai t-
hitung sebesar (2.87E-06) dengan nilai probabilitas sebesar
0.0023. Dengan nilai tersebut maka nilai probabilitas lebih kecil
dari 5% atau 0.05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel
Kurs memiliki pengaruh terhadap return reksa dana saham.
Tanda positif yang dihasilkan menunjukkan bahwa terdapat
102
hubungan yang searah antara variabel Kurs dengan return reksa
dana saham, sehingga peningkatan Kurs menyebabkan
meningkatnya return reksa dana saham.
4) BI Rate
Dari hasil perhitungan uji secara parsial diperoleh nilai t-
hitung sebesar (-20.55137) dengan nilai probabilitas sebesar
0.0000. Dengan nilai tersebut maka nilai probabilitas lebih kecil
dari 5% atau 0.05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel
BI Rate memiliki pengaruh negatif terhadap return reksa dana
saham. Tanda negatif yang dihasilkan menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang berlawanan variabel BI Rate dengan
return reksa dana saham, sehingga peningkatan BI Rate
menyebabkan menurunnya return reksa dana saham.
c. Koefisien Determinasi (R2)
Pengujian koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi
variabel dependen. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-
variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhka n untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali,
2012:95). Untuk menentukan seberapa besar prediktor dapat
menjelaskan variabel terikatnya dapat ditunjukkan dengan nilai
koefisien determinasi yang diperoleh dari nilai adjusted R square.
Hasil nilai adjusted R square dari regresi digunakan untuk
103
mengetahui besarnya variabel dependen yang dipengaruhi oleh
variabel independennya. Berikut adalah hasil koefisien determinasi:
Tabel 4.9
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
(Sumber: Data diolah peneliti)
Berdasarkan hasil koefisien determinasi pada tabel 4.9
diperoleh nilai adjusted R2 adalah 0.906892. Hal ini dapat di
katakana bahwa sebesar 90.68% variabel dependen dapat dijelaskan
oleh keempat variabel independen yaitu IHSG, Inflasi, Kurs, dan BI
Rate. Sedangkan sisanya 9.32% dijelaskan oleh variabel lain yang
tidak dimasukkan dalam model regresi. Hal ini menandakan telah
tingginya kemampuan variabel independen dalam menjelaskan
variabel dependen.
Dari hasil estimasi model penelitian tersebut dapat dibentuk
sebagai berikut:
Keterangan:
Y = Return Reksa Dana Saham
X1 = IHSG
Dependent Variable: RETURN
Method: Panel Least Squares
Date: 09/09/17 Time: 07:35
Sample: 2012 2016
Periods included: 5
Cross-sections included: 13
Total panel (balanced) observations: 65
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 1.019865 0.087050 11.71587 0.0000
IHSG -0.000330 2.43E-05 -13.60626 0.0000
INFLASI -15.50274 0.925549 -16.74977 0.0000
KURS 2.87E-06 9.01E-07 3.188063 0.0023
BI_RATE 20.55137 1.303730 15.76352 0.0000
R-squared 0.912711 Mean dependent var 0.005569
Adjusted R-squared 0.906892 S.D. dependent var 0.010781
S.E. of regression 0.003290 Akaike info criterion -8.522238
Sum squared resid 0.000649 Schwarz criterion -8.354977
Log likelihood 281.9727 Hannan-Quinn criter. -8.456243
F-statistic 156.8436 Durbin-Watson stat 2.213611
Prob(F-statistic) 0.000000
Y = 1.019865 + 0.000330 X1 - 15.50274) X2 + 2.87E-06 X3 - 20.55137) X4
104
X2 = Inflasi
X3 = Kurs
X4 = BI Rate
Dari persamaan di atas dapat diketahui bahwa:
a. Variabel IHSG
Variabel IHSG memiliki probabilitas t-statistik sebesar
0.0000 dengan menggunakan tingkat keyakinan (α = 5%) dapat
disimpulkan bahwa keputusan yang diambil adalah menerima
hipotesis alternative dengan kata lain IHSG memiliki pengaruh
signifikan terhadap Return Reksa Dana Saham. Nilai koefisien dari
variabel IHSG memiliki arah positif sebesar 0.000330. Nilai ini
menunjukkan bahwa setiap peningkatan 1% pada IHSG akan
menaikkan Return Reksa Dana Saham sebesar 0.000330 (dalam
%). Hasil ini didukung oleh penelitian Adhan Trivanto dan
Najmudin (2015) yang menyatakan bahwa IHSG berpengaruh
positif signifikan terhadap return reksa dana saham. Selain itu
penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Dionysia Kowanda (2014) yang menyatakan bahwa IHSG
berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengembalian reksa dana
saham. Penelitian yang dilakukan oleh Sujoko (2009) juga
menyatakan bahwa IHSG berpengaruh positif signifikan terhadap
imbal hasil reksa dana saham. Kenyataan ini sesuai dengan konsep
bahwa perubahan kebijakan ekonomi politik dapat dan sangat
105
mempengaruhi kinerja bursa dan perusahaan sekaligus. Dengan
demikian harga sekuritas akan terpengaruh yang kemudian
mempengaruhi portofolio yang dimiliki reksa dana. Perubahan-
perubahan yang terjadi sangat cepat mempengaruhi NAB hal ini
terkait dengan tingkat sensitivitas reksa dana tersebut dengan
perubahan yang terjadi. Sehingga apabila terjadi perubahan yang
signifikan terhadap IHSG maka bisa dipastikan imbal hasil reksa
dana pun akan terpengaruh (Hendriyanto, 2008).
b. Variabel Inflasi
Variabel Inflasi memiliki probabilitas t-statistik sebesar
0.0000 dengan menggunakan tingkat keyakinan (α = 5%) dapat
disimpulkan bahwa keputusan yang diambil adalah menerima
hipotesis alternatif dengan kata lain Inflasi memiliki pengaruh
signifikan terhadap Return Reksa Dana Saham. Nilai koefisien dari
variabel Inflasi memiliki arah negatif sebesar (-15.50274). Nilai ini
menunjukkan bahwa setiap peningkatan 1% pada inflasi akan
menurunkan Return Reksa Dana Saham sebesar (-15.50274)
(dalam %). Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Fatharani Sholihat (2015) yang menyatakan bahwa Inflasi
berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat pengembalian
reksa dana saham. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Maria
Lidwina (2014) yaitu Inflasi berpengaruh negatif signifikan
terhadap return investasi reksa dana.
106
Menurut Purwanto (2004), kenaikan laju inflasi akan
menaikkan tingkat suku bunga nominal yaitu sebagai kompensasi
dan penyesuaian dalam perekonomian atas penurunan daya beli
karena kenaikan laju inflasi. Selanjutnya kenaikan tingkat inflasi
akan menyebabkan menurunnya investasi karena tabungan (suplai
dana) turun dan karena imbal hasil investasi yang diharapkan oleh
investor naik. Pada akhirnya, menurunnya kegiatan investasi akan
berdampak pada menurunnya return investasi yang diperoleh.
Selain itu meningkatnya suku bunga nominal akibat kenaikan laju
inflasi akan menyebabkan investor mengalihkan dananya untuk
berinvestasi pada instrumen-instrumen perbankan seperti deposito.
Sebagaimana dijelaskan oleh Maulana (2013), kondisi
inflasi tinggi menyebabkan harga barang meningkat, sehingga
jumlah permintaan turun. Ketika tingkat penjualan menurun, akan
berdampak pada pendapatan perusahaan turun, selanjutnya
berdampak pada kinerja perusahaan yang tercermin oleh
penurunan harga reksa dana, sehingga return perusahaan turun.
Menurut Susetyo (2013), peningkatan inflasi yang sangat
signifikan dapat mempengaruhi kinerja reksa dana, sehingga
kebanyakan masyarakat enggan menginvestasikan uangnya ke
industri reksa dana jika sedang terjadi inflasi yang sangat tinggi.
Dengan adanya kenaikan inflasi membuat instrumen-instrumen
perbankan diminati oleh masyarakat, sehingga alternatif-alternatif
107
simpanan atau investasi seperti reksa dana tidak begitu diminati
oleh masyarakat.
c. Variabel Kurs
Variabel Kurs memiliki probabilitas t-statistik sebesar
0.0023 dengan menggunakan tingkat keyakinan (α = 5%) dapat
disimpulkan bahwa keputusan yang diambil adalah menerima
hipotesis alternative dengan kata lain Kurs memiliki pengaruh
signifikan terhadap return reksa dana saham. Nilai koefisien dari
variabel Kurs memiliki arah positif sebesar 2.87E-06. Nilai ini
menunjukkan bahwa setiap peningkatan 1% pada Kurs akan
meningkatkan Return Reksa dana Saham sebesar 2.87E-06 (dalam
%). Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ainur
Rachman (2015) yaitu Kurs berpengaruh signifikan terhadap
tingkat pengembalian reksa dana saham.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Setyadi (2012:57),
fluktuasi nilai rupiah terhadap mata uang asing akan
mempengaruhi kondisi investasi di dalam negeri, khususnya pasar
modal. Fluktuasi nilai tukar ini memberi dampak yang berbeda
untuk saham yang satu dengan saham yang lainnya. Logikanya jika
dollar AS menguat terhadap rupiah, maka investor cenderung
menginvestasikan dananya pada mata uang dollar dibandingkan
rupiah karena memberikan return yang lebih tinggi dibanding
berinvestasi pada mata uang rupiah.
108
d. Variabel BI Rate
Variabel BI Rate memiliki probabilitas t-statistik (α = 5%)
dapat disimpulkan bahwa keputusan yang diambil adalah
menerima hipotesis alternative dengan kata lain BI Rate memiliki
pengaruh signifikan terhadap return reksa dana saham. Nilai
koefisien dari variabel BI Rate memiliki arah negatif sebesar (-
20.55137). Nilai ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan 1%
pada BI Rate akan menurunkan Return Reksa dana Saham sebesar
-20.55137 (dalam %). Hasil ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Christina (2014) yang menyatakan bahwa BI Rate
berpengaruh negatif signifikan terhadap return reksa dana saham.
Selain itu penelitian Utami (2014) juga menyatakan bahwa BI Rate
berpengaruh negatif signifikan terhadap return reksa dana saham.
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, peningkatan inflasi
akan menyebabkan Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan
atau BI rate. Dengan demikian pengaruh meningkatnya BI rate
terhadap return reksa dana akan sejalan dengan dampak
peningkatan inflasi terhadap return reksa dana.
Dari sisi investor BI rate menjadi penggerak untuk
berinvestasi. Gerakan ini dapat menguatkan investasi ketika BI rate
menurun sehingga semua investasi dialihkan ke pasar modal.
Seiring dengan itu maka kinerja perusahaan akan meningkan
109
sehingga nilai saham juga meningkat, hal ini berdampak Net Asset
Value (NAV) juga meningkat. (Huda dan Nasution, 2007:128).
Dari sisi emiten jika BI rate dipandang sangat mempengaruhi
kinerja perusahaan. Jika BI rate meningkat maka mengurangi
modal pinjaman, hal ini membuat kinerja perusahaan menurun,
sehingga nilai saham dipasaran anjlok, akibatnya saham dibagi
juga akan turun. Karena kinerja perusahaan melemah maka Net
Asset Value (NAV) di pasar modal juga menjadi buruk. Menurut
Nurlaili (2012:11)., perubahan suku bunga SBI dapat
mempengaruhi variablitas dari return suatu investasi. Hal ini dapat
terjadi karena jika suku bunga meningkat, maka harga saham akan
cenderung turun turun, begitupun sebaliknya. Karena jika tingkat
suku bunga naik maka investor akan berekspektasi memperoleh
return yang lebih baik dari instrument investasi yang terkait hal itu,
seperti contohnya deposito. Sehingga minat investor akan
berpindah dari investasi saham ke deposito.
110
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini membahas mengenai pengaruh variabel makro ekonomi
terhadap return reksa dana saham yang di jual melalui PT. Bank Mandiri
(Persero) Tbk. Tahun 2012 – 2016. Berdasarkan rumusan masalah dan
tujuan penelitian serta hasil analisis yang telah dilakukan dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil Uji regresi data panel dapat diketahui bahwa secara simultan
IHSG, Inflasi, Kurs, dan BI Rate berpengaruh signifikan terhadap
Return Reksa Dana Saham.
2. Hasil uji regresi data panel secara parsial ditemukan bahwa:
a. IHSG terbukti berpengaruh signifikan positif terhadap Return Reksa
Dana Saham.
b. Inflasi terbukti berpengaruh signifikan negatif terhadap Return
Reksa Dana Saham.
c. Kurs terbukti berpengaruh signifikan positif terhadap Return Reksa
Dana Saham.
d. BI Rate terbukti berpengaruh signifikan negatif terhadap Return
Reksa Dana Saham.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, terdapat beberapa
implikasi yang mungkin bermanfaat, diantaranya:
111
1. Bagi Penulis
Penelitian ini berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan
terhadap reksa dana secara teoritis maupun dalam dunia nyata, serta
pengaplikasian pengetahuan yang selama ini didapat selama masa
perkuliahan.
2. Bagi Investor dan Calon Investor
Hasil penelitian yang disajikan dalam penelitian ini diharapkan
mampu memberikan manfaat sebagai bahan pertimbangan bagi investor
dalam menentukan pilihannya berinvestasi melalui Reksa dana.
3. Bagi Pihak Perusahaan
Informasi tentang pengaruh variabel makro ekonomi yaitu IHSG,
Inflasi, Kurs, dan BI Rate dapat menjadi landasan bagi pihak
perusahaan dalam pengambilan keputusan untuk meningkatkan return
reksa dana saham yang di perjual belikan.
4. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil yang bermanfaat
dalam pengembangan ilmu pengetahuan ilmiah, sehingga dapat
dijadikan bahan referensi bagi penelitian selanjutnya serta diharapkan
penelitian ini dapat melengkapi penelitian terdahulu.
C. Saran
Berikut beberapa saran yang dapat peneliti bagikan bagi peneliti
selanjutnya yang akan melakukan penelitian sejenis:
112
1. Penelitian ini menggunakan variabel makro ekonomi IHSG, Inflasi,
Kurs, dan BI Rate sebagai variabel independen sedangkan variabel
dependen menggunakan return reksa dana saham. Dalam penelitian
selanjutnya diharapkan peneliti selanjutnya menggunakan variabel
yang berbeda dan lebih bervariasi dengan menambah variabel-variabel
lain sebagai factor yang mempengaruhi return reksa dana saham.
2. Peneliti ini menggunakan sampel reksa dana saham yang di jual melalui
PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Penelitian selanjutnya diharapkan
menambahkan jumlah sampel agar penelitian yang dilakukan akan
lebih baik.
3. Penelitian ini menggunakan metode regresi data panel dengan model
common effect sebagai alat analisisnya. Peneliti selanjutnya bisa
menggunakan metode yang lainnya.
4. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan periode dari tahun 2012-
2016. Peneliti selanjutnya bisa meneliti dengan tahun yang berbeda
dengan menambahkan jumlah tahun atau tahun terbaru dalam
penelitian.
113
DAFTAR PUSTAKA
Abi, Hurairah dan Ramelan, Haryajid. “Gerbang Pintar Pasar Modal Bukunya
Investor & Profesional Pasar Modal Indonesia”. Jakarta: PT. Jembatan
Kapital Media, 2012.
Bodie, Z., Kane, A., & Marcus, AJ. “Investment and Portofolio Management
Global Edition”. New York: The McGraw-Hill Companies., Inc, 2008.
Bodie, Z., Kane, A., & Marcus, AJ. “Investment: eight edition”. New York: The
McGraw-Hill Companies., Inc, 2009.
Boediono “Ekonomi Makro: Edisi Keempat”. Yogyakarta: BPFE, 2001.
Brigham, Eugene F dan Houston. “Fundamental of Financial Management: Dasar-
Dasar Manajemen Keuangan. Edisi 10”. Jakarta: Salembah Empat, 2006.
Darmadji, Tjipto dan Hendry, M. Fakhruddin. “Pasar Modal di Indonesia”. Jakarta:
Salemba Empat, 2001.
Darmawi, Herman. “Manajemen Asuransi”. Jakarta: Bumi Aksara. 2006.
Dominick, Salvatore. “Ekonomi Internasional, alih Bahasa oleh Haris Munandar
edisi 5”. Jakarta: Erlangga, 1997.
Elena, Delia dan Alexandru. “The Relationship Between Mutual Funds-Inflation
Rate and Benchmark Interest Rate. USA versus Romania”..Jurnal Faculty
of Economic and Business Administration. 2011.
Fara, Christiana. “Faktor Eksternal Dan Internal Yang Mempengaruhi Return
Investasi Produk Reksa Dana Campuran Di Indonesia”. Jurnal Unika
Atmajaya Vol.3. 2014.
Frensidy, Budi. “Menghitung Risk-Adjusted Return”. Tabloid Minggu Bisnis
Indonesia, 2007.
Ghozali, Imam, “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 23”,
(Edisi kedelapan, Semarang: Universitas Diponegoro, 2012).
Gup, Benton E. “The Basic of Investing”, Third Edition, John Willey & Sons, New
York, 2000.
Heykal, Muhammad. “Tuntutan dan Aplikasi Investasi Syariah”. Jakarta: Elex
Media Computindo, 2012.
Hifdzia, Rahmi. “Pengaruh Variabel Makro Ekonomi Terhadap Perkembangan
NAB Reksadana Syariah di Indonesia Tahun 2009-2011”. Skripsi, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
2012.
Huda, Nurul dan Nasution, Mustafa. “Investasi pada Pasar Modal Syariah”.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007.
114
Husnan, Suad. “Dasar-Dasar Manajemen Keuangan: Edisi Kelima”. Yogyakarta:
UPP STIM YKPN, 2005.
Iqbal, Muhammad, “Operasionalisasi Regresi Data Panel Dengan Eviews 8”,
(Perbanas, 2015).
Iswanto, Kusuma Wilda. “Analisis Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi, dan Kurs
Rupiah Terhadap Return Reksa Dana Saham”. E-Journal Sekolah Tinggi
Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya Vol.6 No.3, 2016.
Jogiyanto, H.M, “Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi 2008”, Yogyakarta
: BPFE Yogyakarta, 2008.
Karim, Adiwarman. “Ekonomi Makro Islam”. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2008.
Kowanda, Dionysia dan Pasaribu, Rowland. “Pengaruh Suku Bunga SBI, Tingkat
Inflasi, dan Bursa Asing Terhadap Tingkat Pengembalian Reksa Dana
Saham”.
Lestari, Siska Reski, “Analisis Hubungan Antara Variabel Makroekonomi dan NAB
dengan Kointegritas dan VECM (Studi Empiris pada Reksa Dana Saham
pada Tahun 2004-2010)”.Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol.4 No.2, 2012.
Madura, Jeff. “Manajemen Keuangan Internasional, Edisi 4”. Jakarta: Erlangga,
2000.
Mankiw, N. Georgy. “Principles of Macroeconomics. Third Edition”. South
Western: Thomson, 2004.
Manurung, Adler Haymans. “Reksa Dana Investasiku” Jakarta: PT. Gramedia,
2008.
Mulia, Sinta. “Analisis Pengaruh IHSG, Suku Bunga SBI, Suku Bunga Deposito,
dan Inflasi Terhadap Nilai Aktiva Bersih Per Unit Reksadana Campuran.”
Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Jakarta, 2012.
Mu’minin, Amirul. “Pengaruh IHSG, Suku Bunga SBI, Inflasi, dan Nilai Tukar
Rupiah Terhadap Kinerja Reksa Dana Saham Periode (2004.2006)”.
Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Jakarta, 2007.
Murni, Asfia. “Ekonomika Makro”. Jakarta: PT. Refika Aditama, 2006.
Nasarudin, Irsan dan Surya, Indra. “Aspek Hukum Pasar Modal di Indonesia”.
Jakarta: Pranada Media. 2007.
Nordhaus, William dan Samuelson, Paul “Ilmu Makro Ekonomi”. Jakarta : PT.
Media Edukasi, 2004.
Nurlaili, Nunuk. “Pengaruh Indeks Harga Saham Gabungan dan Rate Bank
Indonesia terhadap Nilai Akiva Bersih Reksadana Saham”. Tesis Magister
Manajemen Universitas Terbuka. 2012.
115
Pratomo, Eko Priyo dan Ubaidillah Nugraha. “Reksadana: Solusi Perencanaan
Investasi di Era Modern”. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama, 2001.
Pratomo, Eko Priyo. “Berwisata ke Dunia Reksa Dana”. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2004.
Pratomo, Eko Priyo dan Nugraha, Ubaidillah “Reksa Dana: Solusi Perencanaan
Investasi di Era Modern”. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2005.
Pratomo, Eko P. “Berwisata ke Dunia Reksa Dana”. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2007.
Purnomo, S.D, dkk. “Pasar Uang Dan Pasar Valas”. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2013.
Rachman, Ainur. “Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, BI Rate Terhadap NAB
Reksa Dana Saham Syariah”. JESTT Universitas Airlangga Vol.2 No.12,
2015.
Rahardja, Pratama dan Manurung, Mandala. “Teori Ekonomi Mikro Edisi Kedua”.
Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2004.
Rodoni, Ahmad. “Investasi Syariah”. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta,
2009.
Said, Aggy. “Analisis Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Return
Reksa Dana Saham BIG CAPS Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-
2015”. Jurna Institut Pertanian Bogor, 2016.
Sholihah, Annisa. “Analisis Pengaruh JII, SWBI, IHSG, dan Inflasi Terhadap
Kinerja Reksa Dana Syariah”.Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.
Sholihat, Fatharani. “Pengaruh Inflasi, Suku Bunga Bank Indonesia & Indeks
Harga Saham Gabungan Terhadap Tingkat Pengembalian Reksadana
Saham”. Jurnal Universitas Brawijaya Vol.21 No.1, 2015.
Situmorang, Parluhutan, Jauhari, Mahardika, dan Listiyarini, Tri. “Langkah Awal
Berinvestasi Reksa Dana”. Jakarta: Trans Media, 2010.
Sjahrial, Dermawan M.M.“Pengantar Manajemen Keuangan”. Edisi 2. Jakarta:
Penerbit Mitra Wacana Media, 2006.
Setyadi, Y. “Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar, Produk Domestik Bruto, dan Harga
Minyak Dunia terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek
Indonesia Periode 2004-2011”. Skripsi, Program Studi Manajemen,
Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta, 2012.
Sujoko. “Analisis pengaruh suku bunga, Inflasi, Kurs Mata Uang, IHSG, dan Dana
Kelolaan Terhadap Imbal Hasil Reksadana Saham”. Jurnal Universitas
Surabaya, 2009.
116
Sukirno, Sadono. “Ekonomi Pembangunan Proses, Masalah dan Dasar Kebijakan
Pembangunan”. Jakarta: UI-Press, 2000.
Sukirno, Sadono. “Ekonomi Pembangunan Proses, Masalah dan Dasar Kebijakan
Pembangunan”. Jakarta: UI-Press, 2002.
Sukirno, Sadono. “Makroekonomi Teori dan Pengantar. Edisi Ketiga”. Jakarta: PT.
Raja Grafindo, 2004.
Suliyanto, Dr. “Ekonometrika Terapan: Teori dan Aplikasi dengan SPSS”.
Yogyakarta: Andi, 2011.
Sunariyah. “Pengantar Pengetahuan Pasar Modal”. Yogyakarta: UPP STIM
YKPN, 2006.
Susetyo, Kharisma. “Analisa Pengaruh Inflasi Terhadap Kinerja Reksa Dana
Saham di Indonesia Periode 2002-2012”. Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2013.
Suta, I Putu Gede. “Menuju Pasar Modal Modern”. Jakarta: Yayasan SAD Satria
Bakti, 2000.
Tandelilin, Eduardus. “Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Edisi
Pertama”. Yogyakarta: BPPE, 2007.
Tandelilin, Eduardus. “Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi. Edisi Pertama”.
Yogyakarta: Kanisius. 2010.
Tayibnapis, S Rahmadani. “Analisis Pengaruh Sertifikat Wadiah Bank Indonesia,
Jakarta Islamic Index, Inflasi dan Valuta Asing Terhadap Nilai Aktiva Bersih
Reksadana Syariah (Studi kasus Reksadana Danareksa Syariah
Berimbang)”, Tesis, Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,
2008.
Trivanto, Adhan dan Sulistyandari. “Analisis Pengaruh Suku Bunga Sertifikat Bank
Indonesia, Tingkat Inflasi, Indeks Harga Saham Gabungan, Indeks Bursa
Asing, Dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Tingkat Pengembalian Reksa Dana
Saham Di Indonesia”. E-Journal Universitas Jendral Soedirman, 2015.
Tungka, Mariesa Mariona Avrillena Monica. “Analisis Pengaruh SBI, Kurs, Inflasi
dan IHSG Terhadap Return Saham (studi pada saham-saham LQ 45 di Bursa
Efek Jakarta)”, Tesis, Magister Akuntansi, Universitas Indonesia, Jakarta,
2007.
Ulinnuha, Ahmad dan Farida, Lilik.” Pengaruh Indeks Harga Saham Gabungan,
Nilai Tukar Rupiah, dan Sertifikat Bank Indonesia Terhadap Return Reksa
Dana Campuran Pada PT. Manulife Aset Manajemen Indonesia”. Jurnal
Universitas Negeri Jember (UNEJ), 2014.
Utami, Lidwina Maria. “Faktor Eksternal dan Internal Yang Mempengaruhi Return
Investasi Produk Reksa Dana Campuran di Indonesia”. Jurnal Unika
Atmajaya Vol.29 No.2 Jakarta: 2014.
117
Wibowo, Andi. “Pengaruh Variabel Makro Ekonomi Terhadap Kinerja Reksadana
Pendapatan Tetap di Indonesia”. Jurnal Akuntansi, Manajemen Bisnis dan
Sektor Publik (JAMBSP) Vol 7 No.2, 2011.
Widarjono, Agus.“Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya. Edisi Ketiga”.
Yogyakarta: EKONISIA, 2009.
Widarjono, Agus. “Ekonometrika: Pengantar dan Aplikasinya dengan EViews”.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2013.
Winarno, Wing Wahyu. “Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan EViews.
Edisi 4”. Yogyakarta : UPP STIM YKPN, 2015.
www.yuknabungsaham.idx.co.id
www.bankmandiri.co.id
www.bi.go.id
www.ojk.go.id
www.kompas.com
www.idx.co.id
www.finance.yahoo.com
www.bareksa.com
118
LAMPIRAN
Lampiran 1: Daftar Sampel Reksa Dana Saham
No Reksa Dana
Saham
Manajer Investasi Bank
Kustodian
Tanggal
Efektif
1 Batavia Dana
Saham
PT. Batavia Prosperindo
Aset Manajemen
Deutsche Bank
AG
16
Desember
1996
2 BNP Pribas
Ekuitas
PT. BNP Pribas Investment
Partner
Deutsche Bank
AG
16 Januari
2001
3 BNP
Infrastruktur Plus
PT. BNP Pribas Investment
Partner
Citibank, NA 8 Maret
2007
4 BNP Paribas Star PT. BNP Pribas Investment
Partner
Deutsche Bank
AG
15 Juni
2011
5 Dana Ekuitas
Prima
PT. Bahana TCW
Investment Management
Citibank, NA 13
Februari
2006
6 Dana Reksa
Mawar
Konsumer 10
PT. Danareksa Investment
Management
Citibank, NA 16
Februari
2011
7 Dana Reksa
Mawar
PT. Danareksa Investment
Management
Citibank, NA 17 Juli
1996
8 Dana Reksa
Mawar Fokus 10
PT. Danareksa Investment
Management
Citibank, NA 2 Maret
2010
9 Mandiri Investa
Atraktif
PT. Mandiri Manajemen
Investasi
HSBC 30
Agustus
2005
10 Manulife Dana
Saham
PT. Manulife Aset
Manajemen Indonesia
Deutsche Bank
AG
1 Agustus
2003
11 Schroder 90 Plus
Equity Fund
PT. Schroder Investment
Management Indonesia
Citibank, NA 21 April
2010
12 Schroder Dana
Istimewa
PT. Schroder Investment
Management Indonesia
HSBC 27
Desember
2004
13 Schroder Dana
Prestasi
PT. Schroder Investment
Management Indonesia
Citibank, NAA 29 Mei
1997
119
2012 2013 2014 2015 2016
BDS 0.700% 0.51% 2.01% -1.02% 0.91%
BNPPE 0.903% -0.32% 2.06% -0.81% 0.59%
BNPPIP 1.349% -0.09% 2.47% -1.90% 1.01%
BNPPS 1.169% -0.52% 1.63% -0.92% 0.81%
DEP 1.350% -0.42% 2.32% -1.10% 1.12%
DK10 1.684% -0.55% 2.03% -0.38% 0.88%
DM 0.468% -0.07% 1.73% -0.73% 0.97%
DMF10 1.196% -0.77% 1.76% -1.43% 0.97%
MIA 0.906% -0.86% 1.89% -0.96% 0.87%
MDS 1.012% -0.28% 1.84% -1.18% 0.91%
S90P 0.670% 0.001% 2.063% -0.419% 1.036%
SDI 0.745% 0.09% 2.07% -0.69% 0.89%
SDP 0.846% 0.30% 2.18% -0.40% 1.11%
Rata-Rata 1.000% -0.229% 2.004% -0.918% 0.928%
Produk Tahun
Lampiran 2: Return Reksa Dana Saham tahun 2012-2016
Lampiran 3: Variabel IHSG tahun 2012-2016
Bulan 2012 2013 2014 2015 2016
Jan 3941.693 4453.703 4418.757 5289.404 4615.163
feb 3985.21 4795.789 4620.216 5450.294 4770.956
mar 4121.551 4940.986 4768.277 5518.675 4845.371
Apr 4180.732 5034.071 4840.146 5086.425 4838.583
May 3832.824 5068.628 4893.908 5216.379 4796.869
Jun 3955.577 4818.895 4878.582 4910.658 5016.647
Jul 4142.337 4610.377 5088.802 4802.529 5215.994
Aug 4060.331 4195.089 5136.863 4509.607 5386.082
Sep 4262.561 4316.176 5137.579 4223.908 5364.804
Oct 4350.291 4510.631 5089.547 4455.18 5422.542
Nov 4276.141 4256.436 5149.888 4446.458 5148.91
Dec 4316.687 4274.177 5226.947 4593.008 5296.711
Rata-Rata 4118.828 4606.246 4937.459 4875.21 5059.886
120
Lampiran 4: Variabel Inflasi tahun 2012-2016
Bulan 2012 2013 2014 2015 2016
Januari 3.65 4.57 8.22 6.96 4.14
Februari 3.56 5.31 7.75 6.29 4.42
Maret 3.97 5.90 7.32 6.38 4.45
April 4.50 5.57 7.25 6.79 3.60
Mei 4.45 5.47 7.32 7.15 3.33
Juni 4.53 5.90 6.70 7.26 3.45
Juli 4.56 8.61 4.53 7.26 3.21
Agustus 4.58 8.79 3.99 7.18 2.79
September 4.31 8.40 4.53 6.83 3.07
Oktober 4.61 8.32 4.83 6.25 3.31
November 4.32 8.37 6.23 4.89 3.58
Desember 4.30 8.38 8.36 3.35 3.02
Total 51.34 83.59 77.03 76.59 42.37
Rata-Rata 4.28 6.97 6.42 6.38 3.53
Data dalam %
Lampiran 5: Variabel Kurs tahun 2012-2016
Tahun Kurs Jual Kurs Beli Kurs Tengah
2012 13503 13369 13436
2013 13864 13726 13795
2014 12502 12378 12440
2015 12250 12128 12189
2016 9718 9622 9670
121
Lampiran 6: Variabel BI Rate tahun 2012-2016
Bulan 2012 2013 2014 2015 2016
Jan 6.00% 5.75% 7.50% 7.75% 7.25%
Feb 5.75% 5.75% 7.50% 7.50% 7.00%
Mar 5.75% 5.75% 7.50% 7.50% 6.75%
Apr 5.75% 5.75% 7.50% 7.50% 5.50%
May 5.75% 5.75% 7.50% 7.50% 5.50%
Jun 5.75% 6.00% 7.50% 7.50% 5.25%
Jul 5.75% 6.50% 7.50% 7.50% 5.25%
Aug 5.75% 7.00% 7.50% 7.50% 5.25%
Sep 5.75% 7.25% 7.50% 7.50% 5.00%
Oct 5.75% 7.25% 7.50% 7.50% 4.75%
Nov 5.75% 7.50% 7.75% 7.50% 4.75%
Dec 5.75% 7.50% 7.75% 7.50% 4.75%
Rata-Rata 5.77% 6.48% 7.54% 7.52% 5.58%
Lampiran 7: Hasil Output Regresi Data Panel
Uji Common Effect Model
122
Lampiran 8: Hasil Uji Pemilihan Model Terbaik Regresi Data Panel
Uji Chow
Lampiran 9: Hasil Output Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas (Uji Jarque Bera)
0
2
4
6
8
10
12
-0.010 -0.005 0.000 0.005
Series: Standardized Residuals
Sample 2012 2016
Observations 65
Mean -1.06e-16
Median -6.09e-05
Maximum 0.007383
Minimum -0.009848
Std. Dev. 0.003185
Skewness -0.169128
Kurtosis 3.630557
Jarque-Bera 1.386717
Probability 0.499894
Uji Multikolinearitas
IHSG INFLASI KURS BI_RATE
IHSG 1.000000 0.091370 -0.771857 0.612602
INFLASI 0.091370 1.000000 0.439856 0.841296
KURS -0.771857 0.439856 1.000000 -0.053728
BI_RATE 0.612602 0.841296 -0.053728 1.000000
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 0.918065 (12,48) 0.5366
Cross-section Chi-square 13.430354 12 0.3386
Cross-section fixed effects test equation:
Dependent Variable: RETURN
Method: Panel Least Squares
Date: 09/08/17 Time: 22:09
Sample: 2012 2016
Periods included: 5
Cross-sections included: 13
Total panel (balanced) observations: 65
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 1.019865 0.087050 11.71587 0.0000
IHSG -0.000330 2.43E-05 -13.60626 0.0000
KURS 2.87E-06 9.01E-07 3.188063 0.0023
BI_RATE 20.55137 1.303730 15.76352 0.0000
INFLASI -15.50274 0.925549 -16.74977 0.0000
R-squared 0.912711 Mean dependent var 0.005569
Adjusted R-squared 0.906892 S.D. dependent var 0.010781
S.E. of regression 0.003290 Akaike info criterion -8.522238
Sum squared resid 0.000649 Schwarz criterion -8.354977
Log likelihood 281.9727 Hannan-Quinn criter. -8.456243
F-statistic 156.8436 Durbin-Watson stat 2.213611
Prob(F-statistic) 0.000000
123
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 2.233965 Prob. F(4,60) 0.0759
Obs*R-squared 8.425671 Prob. Chi-Square(4) 0.0772
Scaled explained SS 9.442739 Prob. Chi-Square(4) 0.0509
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 09/09/17 Time: 07:22
Sample: 1 65
Included observations: 65
Collinear test regressors dropped from specification
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -7.14E-05 0.000171 -0.416812 0.6783
IHSG^2 1.03E-11 1.29E-11 0.794530 0.4300
IHSG*INFLASI 8.93E-07 7.93E-07 1.126008 0.2646
IHSG*KURS -6.46E-13 8.38E-13 -0.771610 0.4434
IHSG*BI_RATE -1.09E-06 1.13E-06 -0.970983 0.3355
R-squared 0.129626 Mean dependent var 9.99E-06
Adjusted R-squared 0.071601 S.D. dependent var 1.63E-05
S.E. of regression 1.57E-05 Akaike info criterion -19.20783
Sum squared resid 1.49E-08 Schwarz criterion -19.04057
Log likelihood 629.2546 Hannan-Quinn criter. -19.14184
F-statistic 2.233965 Durbin-Watson stat 1.973862
Prob(F-statistic) 0.075924
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 0.409564 Prob. F(2,58) 0.6658
Obs*R-squared 0.905204 Prob. Chi-Square(2) 0.6360
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 09/09/17 Time: 07:25
Sample: 1 65
Included observations: 65
Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -0.000420 0.087921 -0.004772 0.9962
IHSG 1.10E-07 2.45E-05 0.004466 0.9965
INFLASI 0.003782 0.934803 0.004046 0.9968
KURS 3.39E-09 9.10E-07 0.003724 0.9970
BI_RATE -0.005216 1.316765 -0.003961 0.9969
RESID(-1) -0.114698 0.132000 -0.868924 0.3885
RESID(-2) 0.017875 0.135079 0.132327 0.8952
R-squared 0.013926 Mean dependent var -3.27E-17
Adjusted R-squared -0.088081 S.D. dependent var 0.003185
S.E. of regression 0.003323 Akaike info criterion -8.474723
Sum squared resid 0.000640 Schwarz criterion -8.240559
Log likelihood 282.4285 Hannan-Quinn criter. -8.382330
F-statistic 0.136521 Durbin-Watson stat 1.979850
Prob(F-statistic) 0.990926
Uji Heterokedastisitas (Uji White)
Uji Autokorelasi (LM Test)