Tugas Sistem Komunikasi Terestrian Dan Satelit Nindya Naraswari d0112004 2 (1)
PENGARUH EKSPOR DAN NILAI TUKAR PERDAGANGAN (TERMS …repository.ub.ac.id/2886/1/Puspasari, Nindya...
Transcript of PENGARUH EKSPOR DAN NILAI TUKAR PERDAGANGAN (TERMS …repository.ub.ac.id/2886/1/Puspasari, Nindya...
xiii
PENGARUH EKSPOR DAN NILAI TUKAR
PERDAGANGAN (TERMS OF TRADE)
TERHADAP PRODUK DOMESTIK BRUTO
(PDB) INDONESIA
(Studi Periode 2008-2016)
SKRIPSI
Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana
Pada Fakultas Ilmu Administrasi Univeritas Brawijaya
NINDYA KEMALA PUSPASARI
NIM. 135030200111149
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI BISNIS
KONSENTRASI MANAJEMEN KEUANGAN
MALANG
2017
xiii
MOTTO
If you want to live a happy life, tie it to a goal, not to people or object
(Albert Einstein)
i
v
RINGKASAN
Nindya Kemala Puspasari, 2017, Pengaruh Ekspor dan Nilai Tukar
Perdagangan (terms of trade) terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)
Indonesia (Studi Periode 2008-2016), Ari Darmawan. S.AB. M.AB, 110 Hal +
xix
Pertumbuhan ekonomi merupakan sebuah acuan untuk mengukur prestasi dari
perkembangan suatu ekonomi . Ukuran yang dipakai suatu negara untuk
mengukur pertumbuhan ekonomi adalah tingkat pertumbuhan pendapatan
nasional riil yang dicapai. Pendapatan nasional yang biasanya digunakan oleh
suatu negara untuk mengukur perekonomian adalah PDB (Produk Domestic
Bruto). Salah satu sumber pendapatan Indonesia adalah dengan melakukan
perdagangan internasional, khususnya ekspor. Ekspor memiliki peran yang
penting untuk menggerakkan perekonomian suatu negara, ekspor dapat
menaikkan pendapatan nasional. Perdagangan internasional umumnya akan
berkaitan dengan istilah terms of trade atau nilai tukar perdagangan yang juga
memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Nilai tukar perdagangan
(terms of trade) menggambarkan posisi perdagangan internasional suatu negara.
Dalam hal ini Indonesia merupakan salah satu negara yang melakukan kegiatan
perdagangan internasional untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ekspor dan nilai
tukar perdagangan (terms of trade) terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia
(PDB Indonesia) dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Penelitian
ini menggunakan data bulanan tahun 2008 hingga 2016 dengan jumlah sampel
108 data time series untuk setiap variabel bebas dan terikat. Hasill dari penelitian
ini menunjukkan bahwa; 1) ekspor Indonesia secara parsial berpengaruh positif
dan signifikan terhadap PDB Indonesia; 2) Nilai Tukar Perdagangan (Terms of
Trade) secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap PDBIndonesia;
3) menyatakan ekspor dan nilai tukar perdagangan (terms of trade) berpengaruh
signifikan secara simultan terhadap PDB Indonesia. Temuan dalam penelitian ini
mengindikasikan bahwa perubahan Ekspor dan Nilai Tukar Perdagangan (terms of
trade) berpengaruh terhadap PDB Indonesia baik secara positif maupun negatif
hal tersebut akan menunjukkan tumbuh atau melambat pertumbuhan PDB
Indonesia. Ekspor dan Nilai Tukar Perdagangan (Terms of Trade) Indonesia
pengaruh terhadap PDB Indonesia sebesar 56,9%. Hal tersebut dikarenakan
ekspor memiliki peran yang cukup penting yang secara langsung mempengaruhi
PDB dan Nilai Tukar Perdagangan (Terms of Trade) juga memiliki peran untuk
menggambarkan posisi perdagangan interrnasional, dimana hal tersebut juga akan
mempengaruhi PDB.
Kata kunci: Ekspor, Nilai Tukar Perdagangan (terms of trade), PDB.
vi
SUMMARY
Nindya Kemala Puspasari, 2017, Influence Export and Terms of Trade on
Indonesia’s Gross Domestic Product (GDP) (Study Period 2008-2016), Dr. Ari
Darmawan. S.AB. M.AB, 110 Hal + xix
Economic growth is a benchmark for measuring the achievements of an economic
development. The measure that a country uses to measure economic growth is the
real rate of real national income growth. The national income normally used by a
country to regulate the economy is GDP (Gross Domestic Product). One of
Indonesia's sources of revenue is to conduct international trade, especially exports.
Exports have an important role to drive the economy of a country, exports can raise
national income. International trade will generally be related to terms terms of trade
which also have an influence on economic growth. The terms of trade describe the
position of an international trade in a country. In this case Indonesia is one of the
countries that conduct international inflammation activities to improve the country's
economic growth. The purpose of this study is to determine the effect of export and
trade on terms of trade on Indonesian economic growth (Indonesian GDP) by using
multiple linear regression analysis. This study uses monthly data from 2008 to 2016
with a sample size of 108 time series data for each independent and dependent
variable. The result of this study show that; 1) Indonesian exports partially has a
positive and significant effect on Indonesia's GDP; 2) Terms of Trade partially has a
negative and significant effect on Indonesia's GDP; 3) Export and terms of trade
together have an effect on Indonesia's GDP. The findings in this study indicate that
changes in the Trade Exports and terms of trade affect Indonesia's GDP either
positively or negatively it will show growth or slowing growth of Indonesia's GDP.
Indonesia's Export and Term of Trade have an influence on Indonesia's GDP of
56.9%. This is because exports have a significant role that directly affects GDP and
Term of Trade also has a role to describe international trade position, which also
affects GDP.
Keywords: Exports, Terms of Trade, GDP.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahNya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Pengaruh Ekspor dan Nilai Tukar Perdagangan (terms of trade)
terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia (Studi Periode 2008-
2016).”
Skripsi ini diajukan untuk menempuh ujian sarjana pada Fakultas Ilmu
Administrasi Universitas Brawijaya. Peneliti menyadari bahwa penyusunan
skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti menyampaikan ucapan terima
kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. Bambang Supriyono, MS selaku Dekan Fakultas Ilmu
Administrasi, Universitas Brawijaya.
2. Ibu Prof. Dr. Endang Siti Astuti, M.Si dan Bapak Mohammad Iqbal, S.Sos,
MIB, DBA selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis,
Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya.
3. Bapak Dr. Wilopo, M.AB dan Bapak Mukhammad Kholid Mawardi, S.Sos,
M.AB, PhD selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Administrasi Bisnis,
Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya
4. Bapak Dr. Ari Darmawan, S.AB. M.AB selaku Dosen Pembimbing yang
telah memberikan bimbingan dan memberikan motivasi kepada peneliti.
5. Kedua orang tua, kakak-kakak dan adik-adik saya yang telah memberikan
kasih sayang, doa dan dukungan penuh kepada peneliti.
vii
6. Malika Afaf, Intan Puspita Ningtyas, Nurul Amalia, Nia Mardiana, Yeniar
Prida, Putri Boogie dan Grup Anjelo selaku sabahat, teman dan saudara saya
yang telah memberikan doa dan dukungan kepada peneliti.
7. Seluruh teman diskusi selama penelitian berlangsung.
8. Keluarga besar Administratio Choir Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya.
Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun
sangat peneliti harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat menjadi
sumbangan yang berarti bagi pihak yang membaca.
Malang, 10 Juli 2017
Peneliti
viii
xiii
DAFTAR ISI
Hal
MOTO i
TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI ii
TANDA PENGESAHAN iii
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI iv
RINGKASAN v
SUMMARY vi
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Perumusan Masalah 12
C. Tujuan Penelitian 12
D. Manfaat Penelitian 12
E. Sistematika Pembahasan 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu 16
1. Nasution (2011) 16
2. Nasrullah (2014) 17
3. Pridayanti (2014) 18
4. Safari (2016) 18
5. Sariningrum (2010) ) 20
6. Pemetaan Penelitian Terdahulu 21
B. Kerangka Teori 23
1. Teori Pertumbuhan Ekonomi 23
a. Adam Smith 23
b. Harrod-Domar 25
c. Robert Solow-trevor Swan (Teori Neoklasik) 26
d. Joseph Alois Schumpeter 27
e. W.W Rostow (The Stage of Economic Growth)
28
f. David Ricardo (The Law of Diminishing
Return) 30
2. Alat Pengamat Prestasi Kegiatan Ekonomi 30
3. Produk Domestik Bruto 31
4. Perdagangan Internasional 32
ix
xiii
a. Definisi Perdagangan Internasional 32
b. Ekspor 38
c. Impor 41
d. Pengaruh Perdagangan Internasional terhadap
Pertumbuhan Ekonomi 42
5. Nilai Tukar Perdagangan (Terms of Trade) 45
a. Definisi Nilai Tukar Perdagangan (Terms of
Trade) 45
b. Pertumbuhan dan Nilai Tukar Perdagangan
serta Kesejahteraan di Negara 52
C. Hubungan Antar Variabel 54
D. Model Konsep 56
E. Hipotesis 58
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian 60
B. Lokasi Penelitian 60
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 61
1. Variabel Penelitian 61
2. Definisi Operasional Variabel Penelitian 62
D. Populasi dan Sampel 63
E. Teknik Pengumpulan Data 63
F. Metode Analisis data 64
1. Analisis Statistik Deskriptif 64
2. Analisis Statistik Inferensial 65
a. Uji Asumsi Klasik 65
1) Uji Multikolinieritas 65
2) Uji Autokorelasi 67
3) Uji Heteroskedastisitas 68
4) Uji Normalitas 69
b. Analisis Regresi Linier Berganda 69
c. Uji t 70
d. Uji F 71
e. Analisis Koefisien Determinasi 72
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian 73
1. Perdagangan Internasional Indonesia 73
2. PDB Indonesia 75
B. Penyajian Data 76
1. Ekspor Indonesia 79
2. Nilai Tukar Perdagangan (Terms of Trade)
Indonesia 80
3. PDB Indonesia 80
x
xiii
C. Uji Asumsi Klasik 81
1. Uji Multikolinearitas 81
2. Uji Autokorelasi 82
3. Uji Heterokedastisitas 83
4. Uji Normalitas 84
D. Analisis Statistik Inferensial 85
1. Analisis Regresi Linier Berganda 85
2. Uji t 86
3. Uji F 87
4. Analisis Koefisien Determinasi 88
E. Interpretasi Hasil Penelitian 89
1. Pengaruh Ekspor Indonesia terhadap PDB
Indonesia 89
2. Pengaruh Nilai Tukar Perdagangan (Terms
of Trade) terhadap PDB Indonesia 93
3. Pengaruh Simultan Ekspor dan Nilai tukar
perdagangan (terms of trade) terhadap PDB
Indonesia 95
F. Keterbatasan penelitian 97
BAB V PENUTUP 98
A. Kesimpulan 98
B. Saran 101
DAFTAR PUSTAKA 104
LAMPIRAN 107
xi
xiii
DAFTAR TABEL
No. Judul Hal
1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (PDB Indonesia)
Periode 2008-2016 2
2. Tabel Prediksi PDB Indonesia oleh Pemerintah dan
Realisasi PDB Indonesia Periode 2008-2016 3
3. Perkembangan Ekspor Indonesia Periode 2008-2016 5
4. Nilai Ekspor dan Impor Indonesia Periode 2008-2016 7
5. Nilai Indeks Terms of Trade Periode 2008-2016 10
6. Pemetaan Penelitian Terdahulu 21
7. Definisi Operasional Variabel (DOV) 62
8. Data Ekspor Indonesia, Nilai Tukar Perdagangan (Terms
of Trade) Indonesia, dan PDB Indonesia Tahun 2008-
2016 76
9. Collinearity Statistics pada Koefisien Regresi 81
10. Runs Test Variabel PDB Indonesia 82
11. Uji Kolmogorov-Smirnov Test Variabel PDB Indonesia 84
12. Koefisiensi Regresi PDB Indonesia 85
13. ANOVA PDB Indonesia 88
14. Model Summary PDB Indonesia 89
xii
xiii
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Hal
1. Proses Pertumbuhan Ekonomi Menurut Schumpeter 28
2. Peranan Perdagangan Internasional terhadap Perekonomian
Indonesia 33
3. Analisis Pengarus Positif Ekspor terhadap Pertumbuhan
Output Dalam Negeri 43
4. Model Konsep 58
5. Model Hipotesis 58
6. Grafik Scatterplot Variabel Y (PDB Indonesia) 83
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi merupakan sebuah acuan untuk mengukur prestasi
dari perkembangan suatu ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dalam kegiatan
perekonomian adalah perkembangan fiskal produksi barang dan jasa yang
berlaku di suatu negara, seperti peningkatan jumlah produksi barang industri,
perkembangan insftrastruktur, peningkatan produksi sektor jasa dan
peningkatan produksi barang modal. Ukuran yang dipakai suatu negara untuk
mengukur pertumbuhan ekonomi adalah tingkat pertumbuhan pendapatan
nasional riil yang dicapai (Sukirno, 2013:423). Pendapatan nasional yang
biasanya digunakan oleh suatu negara untuk mengukur perekonomian adalah
PDB (Produk Domestik Bruto). PDB dapat mencerminkan bagaimana aktifitas
perdagangan baik itu dalam segi ekspor maupun impor disuatu negara
(Sukirno, 2013:206).
Akhir triwulan III-2008 perekonomian dunia dihadapkan dengan
runtuhnya stabilitas ekonomi global, seiring dengan meluasnya krisis finansial
ke berbagai negara. Krisis ekonomi global muncul sejak bulan agustus tahun
2007, yaitu pada saat salah stau bank tersebar Perancis BNP Paribas
mengumumkan pembekuan beberapa sekuritas. Pembekuan sekuritas tersebut
memicu gejolak di pasar finansial dan akhirnya merambat ke seluruh dunia.
Akhir triwulan III-2008, intensitas krisis semakin membesar seiring dengan
1
2
bankrutnya bank investasi tersebar di AS, dan membuat sejumlah lembaga
keuangan berskala besar di AS, Eropa dan Jepang mengalami kesulitan
(www.bi.co.id, 2017).
Indonesia merupakan salah satu negara yang terkena dampak dari krisis
ekonomi global akibat runtuhnya seluruh sektor ekonomi pasar dunia dan
sektor-sektor lainnya. Gejolak akibat krisis ekonomi global, mengakibatkan
perekonomian Indonesia tidak stabil dan laju pertumbuhan PDB Indonesia
melambat karena turunnya harga komoditas ekspor dan negara-negara yang
menjadi mitra dagang utama Indonesia yaitu Jepang, AS, Siangapura, Korea
dan China terkena dampak krisis ekonomi global dan perekonomian negaranya
melambat (www.bi.co.id, 2015). Berikut ini merupakan Tabel Laju
Pertumbuhan Ekonomi indonesia (PDB Indonesia):
Tabel 1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (PDB Indonesia)
Periode 2008-2016
Tahun
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
6,01% 4,63% 6,22% 6,1% 6,03% 5,5% 5,02% 4,7% 5,02%
Sumber: World Bank, 2017
Berdasarkan Tabel 1 pada tahun 2008 laju pertumbuhan PDB Indonesia
sebesar 6,01%, pada tahun 2009 akibat dari krisis global laju pertumbuhan
PDB turun menjadi 4,63%. Krisis global yang terjadi membangkitkan
optimisme Tahun 2010 indonesia mencapai target yang diprediksikan,
pertumbuhan PDB Indonesia meningkat menjadi 6,22%. Tahun 2011
pemerintah mempredisikan pertumbuhan PDB Indonesia akan mencapai 7%,
namun hanya terealisasi sebesar 6,17%, lebih rendah dari yang di prediksikan.
3
Tahun 2012 laju pertumbuhan kembali menurun menjadi 6,03%, tahun 2013
laju pertumbuhan kembali menurun menjadi 5,56%, hal tersebut tidak sesuai
dengan target yang telah diprediksikan yaitu sebesar 6,3%. Tahun 2014
Pemerintah menetapkan target laju pertumbuhan 5,5%, akan tetapi
pertumbuhan PDB Indonesia hanya terealisasi sebesar 5,02%, lebih rendah dari
tahun sebelumnya. Tahun 2015 pemerintah kembali memprediksikan
pertumbuhan PDB Indonesia dapat mencapai 5,6%, akan tetapi realisasi
pertumbuhan Indonesia tahun 2015 sebesar 4,79, kembali menurun dari tahun
sebelumnya dan merupakan yang terendah selama enam tahun terakhir setelah
krisis global melanda pada tahun 2009. World bank memprediksi bahwa pada
tahun 2016 PDB Indonesia akan mencapai 5,3%, akan tetapi realisasinya
Indonesia hanya mampu mencapai PDB sebesar 5,02%.
Tabel 2. Tabel Prediksi PDB Indonesia oleh Pemerintah dan Realisasi
PDB Indonesia Periode 2008-2016
Tahun Prediksi Realisasi
2008 7,20% 6,01%
2009 7,60% 4,63%
2010 6,60% 6,22%
2011 7% 6,10%
2012 6,50% 6,03%
2013 6,30% 5,50%
2014 5,50% 5,02%
2015 5,60% 4,70%
2016 5,30% 5,02%
Sumber: World Bank, 2017
Berdasarkan Tabel 2 laju pertumbuhan PDB Indonesia yang terus
menurun dan tidak dapat mencapai target dari prediksi yang telah ditetapkan
4
pemerintah, menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat.
Pendapatan nasional menggambarkan tingkat produksi negara yang dicapai
dalam tahun tertentu dan perubahannya dari tahun ke tahun. Pendapatan
nasional memiliki peranan penting dalam menggambarkan tingkat kegiatan
ekonomi yang dicapai dan perubahan serta pertumbuhannya dari tahun ke
tahun (Sukirno, 2011:17). Berdasarkan penjelasan Sukirno, maka dapat
diartikan bahwa pendapatan nasional akan menurun seiring dengan
menurunnya PDB dan hal tersebut akan berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi, begitu pula sebaliknya.
Perlambatan ekonomi Indonesia disebabkan perekonomian global yang
tidak stabil setelah krisis global yang terjadi pada triwulan III-2008. Akibat
yang ditimbulkan oleh krisis ekonomi global yaitu laju aktivitas perekonomian
dunia terus menurun dan melambat, memberikan dampak pada sektor bisnis
Indonesia dalam perdagangan internasional. Diketahui salah satu sumber
pendapatan Indonesia adalah dengan melakukan perdagangan internasional,
khususnya ekspor. Ekspor memiliki peran yang penting untuk menggerakkan
perekonomian suatu negara, ekspor dapat menaikkan pendapatan nasional.
Peran ekspor untuk sebagian negara sangat penting, yaitu meliputi bagian yang
cukup besar dari pendapatan nasional. Ekspor secara langsung akan
mempengaruhi pendapatan nasional, akan tetapi kenaikan pendapatan nasional
belum tentu menaikkan ekspor. Apabila ekspor suatu negara positif, maka
pengeluaran agregat dalam ekonomi akan bertambah, dan keadaan tersebut
akan meningkatkan pendapatan nasional (Sukirno, 2013: 203).
5
Pertumbuhan ekonomi yang melambat diakibatkan oleh ekspor Indonesia
yang juga melambat seiring melambatnya laju pertumbuhan PDB Indonesia.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) salah satu faktor yang mempengaruhi
perlambatan ekonomi Indonesia yaitu penurunan ekspor karena turunnya harga
komoditas dam lembatnya perekonomian negara mitra dagang Indonesia
(okezone.com, 2010). Ekspor merupakan motor penggerakkan perekonomian
negara yang secara langsung mempengaruhi pendapatan nasional. Tahun 2008
hingga 2016, ekspor Indonesia berfluktuasi, akibat kriris ekonomi global.
Ekspor Indonesia terus mengalami penurunan dan melambat, hal tersebut
berdampak pada aktivitas perekonomian Indonesia. Berikut ini adalah data
tahunan perkembangan nilai ekspor Indonesia periode 2008 sampai dengan
2015:
Tabel 3. Perkembangan Ekspor Indonesia Periode 2008-2016
Tahun Ekspor (USD) Peningkatan atau Penurunan (USD)
2008 137.020.424.402 -
2009 116.510.026.081 (20.510.398.321)
2010 157.779.103.470 41.269.077.389
2011 203.496.620.060 45.717.516.590
2012 190.031.845.244 (13.464.774.816)
2013 182.551.794.701 (7.480.050.543)
2014 175.980.836.906 (6.570.957.795)
2015 150.366.291.503 (25.614.545.403)
2016 145.186.211.246 (5.180.080.257)
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2017
Tahun 2008 nilai ekspor Indonesia sebesar $137.020.424.402, namun
pada tahun 2009 turun menjadi $116.510.026.081, lebih rendah dari tahun
sebelumnya. Tahun 2010 nilai ekspor Indonesia kembali meningkat sebesar
6
$157.779.103.470, peningkatan ini juga mengikuti meningkatnya laju
pertumbuhan ekonomi Indonesia, kenaikan yang terjadi sebesar
$41.269.077.389 daripada tahun 2009. Tahun 2011 nilai ekspor Indonesia terus
meningkat menjadi $203.496.620.060, akan tetapi tetapi pada tahun 2012
hingga 2015 perkembangan nilai ekspor Indonesia mengalami penurunan.
Tahun 2012 ekspor Indonesia turun menjadi $190.031.845.244, ekspor tahun
2013 sebesar $182.551.794.701, tahun 2014 ekspor Indonesia terus menurun
menjadi $175.980.836.906. Tahun 2015 ekspor Indonesia mengalami
penurunan cukup drastis dari tahun sebelumnya sebesar $150.366.291.503.
Tahun 2016 ekspor Indonesia mengalami penurunan dari tahun 2015 menjadi
$145.186.211.246.
Kondisi perekonomian Indonesia khususnya pada ekspor berfluktuasi dan
melambat, seiring dengan melambat laju pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Selama periode 2008 sampai dengan 2016 perkembangan ekspor di Indonesia
mengalami peningkatan dan penurunan, pada tahun 2008 dan 2009 ekpor
mengalami penurunan, namun kembali meningkat ada 2010 dan 2011, dan
pada tahun 2012 hingga 2016 ekspor Indonesia terus mengalami penurunan.
Nilai ekspor Indonesia yang terendah terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar
$116.510.026.081. Berikut ini adalah data nilai ekspor dan impor Indonesia
periode 2008-2015:
7
Tabel 4. Nilai Ekspor dan Impor Indonesia Periode 2008-2016
Tahun Ekspor (USD) Impor (USD) Net Ekspor (USD)
2008 137.020.424.402 129.197.306.224 7.823.118.178
2009 116.510.026.081 96.829.244.981 19.680.781.100
2010 157.779.103.470 135.663.284.048 22.115.819.422
2011 203.496.620.060 177.435.555.736 26.061.064.324
2012 190.031.845.244 191.691.001.109 (1.659.155.865)
2013 182.551.794.701 186.628.669.880 (4.076.875.179)
2014 175.980.836.906 178.178.816.605 (2.197.979.699)
2015 150.366.291.503 142.694.804.223 7.671.487.280
2016 145.186.211.246 135.652.816.501 9.533.394.745
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2017
Berdasarkan data ekspor pada Tabel 4, sekilas terlihat bahwa tidak ada
masalah pada kegiatan ekspor di Indonesia. Tahun 2008 hingga 2011 Indonesia
mengalami surplus dalam perdagangan internasional, pada tabel 4 atas
menunjukkan ekspor lebih besar dari impornya dan hal tersebut terlihat baik.
Indonesia mengalami defisit pada tahun 2012 hingga 2014, kemudian pada
tahun 2015 hingga 2016 Indonesia kembali surplus. Fakta bahwa indonesia
surplus dalam neraca perdagangan merupakan hal yang baik bagi Indonesia,
artinya Indonesia lebih banyak mengekspor daripada mengimpor dan Indonesia
masih memiliki pemasukkan devisa negara. Melihat hanya dari sisi pandang
perbandingan neraca perdagangan antara ekspor dan impor, tidak ada masalah.
Nilai surplus yang terlihat dari perbandingan antara ekspor dan impor perlu
diwaspadai mengingat nilai positif tersebut merupakan karena impor yang
semakin melemah dan ekspor yang tidak mengalami peningkatan. Surplus yang
tercatat pada neraca perdagangan belum tentu diikuti oleh peningkatan ekspor.
Surplus yang terjadi akan tidak bermanfaat jika tidak di ikuti dengan
8
peningkatan ekspor. Peningkatan ekspor merupakan hal yang sangat penting
untuk upaya mendorong meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Peningkatan ekspor akan menunjukkan bahwa produk dalam negeri
Indonesia mampu terus bersaing di pasar luar negeri dengan memperluas pasar
ekspor dan permintaan dari pasar luar negeri terus meningkat. Melemahnya
impor juga bukan suatu hal yang bisa dianggap sepenuhnya baik, karena
penurunan impor menandakan proyek-proyek investasi swasta dan pemerintah
belum berjalan, proyek pembangunan infrastruktur terhambat dan hal tersebut
memperlambat laju pertumbuhan ekonomi negara. Melemahnya impor
sebenarnya juga diakibatkan oleh menurunnya ekspor, ketika ekspor tidak
mengalami peningkatan, maka hal tersebut mengakibatkan tidak ada
peningkatan pendapatan negara, yang dimana pendapatan negara tersebut akan
digunakan negara sebagai anggaran untuk melakukan proyek investasi dan
infrastruktur guna mendorong pertumbuhan ekonomi. Ekspor menjadi fokus
utama dalam perdagangan internasional yang memiliki pengaruh besar dalam
pertumbuhan ekonomi.
Perdagangan internasional umumnya akan berkaitan dengan istilah terms
of trade atau nilai tukar perdagangan yang juga memiliki pengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi. Nilai tukar perdagangan (terms of trade) memiliki
pengaruh yang besar terhadap kesejahteraan suatu negara, dan nilai tukar
perdagangan (terms of trade) juga menggambarkan posisi perdagangan
internasional suatu negara (Salvatore: 1997:94). Menurut Salvatore (1997:247)
jika di suatu negara mengalami pertumbuhan, apa pun sumber dan tipe nya
9
yang dapat meningkatkan volume perdagangan negara tersebut itu didasarkan
harga-harga konstan, maka nilai tukar perdagangan cenderung merosot, tetapi
jika pertumbuhan tersebut menurunkan volume perdagangan internasional
berdasarkan harga konstan, maka nilai tukar perdagangan negara tersebut justru
akan membaik. Hal ini lah yang disebut “dampak nilai tukar perdagangan dari
pertumbuhan (terms of trade effect of growth).
Nilai tukar perdagangan (terms of trade) merupakan perbandingan indeks
harga ekspor dan indeks harga impor. Lemah dan kuatnya posisi suatu negara
dalam perdagangan internasional dapat terlihat dari indeks nilai terms of trade.
Nilai tukar perdagangan (terms of trade) suatu negara di bawah 100%, maka
dapat dikatakan negara tersebut memiliki posisi yang lemah dalam
perdagangan internasional dan hal tersebut tidak menguntungkan bagi
perekonomian negara tersebut. Hal yang menguntungkan bagi perekonomian
suatu negara adalah ketika nilai tukar perdagangan (terms of trade) suatu
negara di atas 100%, sedangkan indeks harga ekspor lebih tinggi dibandingkan
dengan indeks harga impor.
Data impor dan ekspor yang telah disebutkan sebelumnya harus diolah
terlebih dahulu sesuai dengan rumus term of trade yaitu dengan
membandingkan nilai ekspor dan nilai impor untuk melihat berapakah nilai
indeks terms of trade Indonesia tahun 2008 sampai dengan tahun 2016. Berikut
ini adalah data nilai indeks term of trade tahun 2008 sampai dengan tahun
2016:
10
Tabel 5. Nilai Indeks Term Of Trade Periode 2008 – 2016
Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Term
of
Trade
(%)
99,5 102 101,4 102 97,1 93,2 92,35 96,41 101,1
Sumber: Trading Economics, 2016
Berdasarkan data nilai indeks term of trade tahun 2008 sampai dengan
tahun 2016, diketahui bahwa pada tahun 2008 hingga 2011 indeks nilai term of
trade Indonesia berada di atas 100%. Tahun 2012 sampai dengan 2015 indeks
nilai terms of trade Indonesia berada di bawah 100%, dan hal tersebut
menunjukkan perekonomian Indonesia melemah akibat melambatnya ekspor
Indonesia. Tahun 2012 sampai dengan 2015 nilai ekspor Indonesia lebih
rendah dari nilai impornya, ketika nilai impor lebih tinggi dari nilai ekspor hal
tersebut memperlihatkan bahwa selama tahun 2012 sampai dengan 2015
produktivitas produk Indonesia, hal ini menunjukkan bahwa selama 3 tahun
tersebut Indonesia mengalami peningkatan impor. Namun pada tahun 2016
Indonesia mampu meningkatkan ekspor Indonesia dan nilai indeks terms of
trade kembali berada di atas 100%.
Peneliti menggunakan variabel PDB Indonesia, yang merupakan salah
satu faktor yang digunakan untuk menilai prestasi pertumbuhan ekonomi
Indonesia. Peneliti menggunakan variabel ekspor Indonesia yang merupakan
salah satu aktivitas perdagangan internasional yang secara langsung
mempengaruhi pendapatan nasional yang juga mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi. Peneliti juga menggunakan variabel nilai tukar perdagangan (terms of
11
trade) yang merupakan alat ukur posisi perdagangan internasional Indonesia
yang juga dijadikan sebagai alat ukur kesejahteraan negara, dengan
membandingkan indeks harga ekspor dengan indeks harga impor. Tahun 2008
hingga tahun 2016 adalah periode tahun yang dijadikan fokus pada penelitian
ini, karena pada tahun 2008 krisis ekonomi global melanda dunia dan
dampaknya di Indonesia baru dirasakan pada awal tahun 2009 yang ditandai
penurunan laju pertumbuhan PDB dan penurunan ekspor, sedangkan
penurunan ekspor juga mempengaruhi nilai tukar perdagangan (terms of trade)
yang mengakibatkan melambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia, hingga
tahun 2016 laju pertumbuhan ekonomi Indonesia terus melambat dan tidak
dapat mencapai target laju pertumbuhan yang diprediksikan setiap tahunnya
akibat ketidakstabilan perekonomian Indonesia.
Berdasarkan uraian tersebut peneliti ingin mengetahui lebih mendalam
mengenai pengaruh ekspor dan nilai tukar perdagangan (terms of trade)
terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia (PDB Indonesia), pada periode
tahun saat terjadinya krisis ekonomi global. Pada penelitian ini, Peneliti tertarik
untuk meneliti dan menganalisis tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia yang
berkaitan dengan ekspor dan nilai tukar perdagangan (terms of trade) dalam
skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Ekspor dan Nilai Tukar Perdagangan
(terms of trade) terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia (Studi
Periode 2008-2016)”.
12
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya maka rumusan
masalah dari penelitian ini adalah:
1. Apakah ekspor berpengaruh signifikan terhadap PDB Indonesia?
2. Apakah nilai tukar perdagangan (terms of trade) berpengaruh signifikan
terhadap PDB Indonesia?
3. Apakah ekspor dan nilai tukar perdagangan (terms of trade) berpengaruh
signifikan secara simultan terhadap PDB Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dijelaskan, maka tujuan dari
penelitian ini adalah:
1. Mengetahui dan menjelaskan pengaruh ekspor terhadap PDB Indonesia.
2. Mengetahui dan menjelaskan pengaruh nilai tukar perdagangan (terms of
trade) terhadap PDB Indonesia.
3. Mengetahui dan menjelaskan pengaruh secara simultan ekspor dan nilai
tukar perdagangan (terms of trade) terhadap PDB Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara
lain:
1. Kontribusi Akademis
13
Penelitian ini dapat memberikan pendalaman kajian teoritis dan
empiris tentang pengaruh ekspor dan nilai tukar perdagangan (terms of
trade) terhadap PDB Indonesia.
2. Kontribusi Praktis
a. Bagi Pemerintah
Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai keterkaitan
pengaruh ekspor dan nilai tukar perdagangan (terms of trade) terhadap
PDB Indonesia, sehingga dapat dijadikan masukan pemerintah dan pihak
terkait lainnya sebagai pengambilan keputusan untuk dapat membuat
kebijakan yang tepat dalam perekonomian. Mengupayakan penguatan
perekonomian negara yang dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal
seperti kondisi perekonomian negara lain yang dapat memberikan
dampak positif maupun negatif dan penguatan dalam upaya
meningkatkan ekspor, serta sebagai masukan untuk mempertimbangkan
bagaimana nilai tukar perdagangan (terms of trade) dapat berpengaruh
pada pertumbuhan ekonomi.
b. Bagi Perusahaan Bisnis (Eksportir)
Penelitian ini dapat menjadi literatur dan informasi mengenai
tantangan eksternal yang dihadapi perusahaan sebagai eksportir atas
dampak yang bisa saja ditimbulkan sehinggga dapat mempengaruhi
perdagangan khususnya ekspor dan menjadi bahan masukan untuk
mempertimbangkan dengan baik mengenai peluang ekspor dan ancaman
yang ditimbulkan dari impor yang lebih tinggi dari ekspor.
14
c. Bagi Pembaca atau Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dapat menjadi bahan informasi tambahan bagi
pembaca yang ingin mengetahui pengaruh lingkungan eksternal negara
terhadap kegiatan ekspor dan kondisi neraca perdagangan. Penelitian ini
juga dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin
mengaplikasikan model dalam penelitian ini untuk penelitian yang sama.
E. Sistematika Pembahasan
Adapun sistematika pembahasan dalam penelitian ini adalah:
BAB I: PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan mengenai latar belakang masalah yang akan
diteliti beserta alasan-alasan yang mendukung rumusan masalah
yang dijadikan topik dalam penelitian ini. Uraian berikutnya,
perumusan masalah yang berisi tentang masalah-masalah yang akan
dicari jawabannya melalui analisis data. Bab ini juga berisi tujuan
penelitian, kontribusi penelitian, dan sistematika pembahasan.
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan mengenai referensi yang dijadikan dasar dalam
penelitian ini, seperti hasil peneitian terdahulu yang relevan dengan
penelitian yang akan dilakukan. Uraian berikutnya, teori-teori terkait
permasalahan.
15
BAB III: METODE PENELITIAN
Bab ini menguraikan mengenai bagaimana rumusan masalah yang
telah disebutkan sebelumnya dapat terjawab dengan menggunakan
langkah-langkah yang sistematis. Adapun metode dalam penelitian
ini terdiri atas jenis penelitian, lokasi penelitian, serta variabel dan
pengukuran. Bab ini juga berisi mengenai penjelasan terkait populasi
dan sampel, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis yang
digunakan dalam penelitian ini.
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan deskripsi statistik variabel bebas dan variabel
terikat yang digunakan. Uraian berikutnya, pengujian berbagai
asumsi klasik yang harus dipenuhi dan penjabaran hasil analisis data.
Bab ini juga menjelaskan interpretasi hasil penelitian yang berisi
jawaban atas rumusan masalah, serta berbagai keterbatasan dalam
penelitian.
BAB V: PENUTUP
Bab ini menguraikan kesimpulan dan saran dalam penelitian.
Kesimpulan diambil dan ditunjukkan sebagai representasi dari
seluruh hasil penelitian. Saran ditujukan oleh peneliti bagi pihak-
pihak yang memiliki keterkaitan dengan penelitian ini.
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
1. Sariningrum (2010)
Sariningrum melakukan penelitian mengenai analisis pengaruh
investasi, tenaga kerja, dan ekspor terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)
Indonesia tahun 1990-2007. Penelitian yang dilakukan Sariningrum
bertujuan untuk mengetahui pengaruh investasi, tenaga kerja dan ekspor
terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tahun 1990-2007.
Penelitian ini menggunakan data sekunder time series periode tahun 1999-
2007 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS). Variabel bebas yang
digunakan dalam penelitian ini, yaitu investasi (X1), tenaga kerja (X2), dan
ekpsor (X3). Variabel terikat yang digunakan adalah PDB (Y). Penelitian ini
dianalisis menggunakan model ekonometrika Error Corrrection Model
(ECM). Penelitian yang dilakukan Sariningrum juga melakukan uji
penelitian menggunakan uji model MacKinnon, White dan Davidso
(MWD), uji stasioneritas, uji asumsi klasik dan uji statistik. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Sariningrum, adalah:(1) investasi berpengaruh positif
terhadap PDB Indonesia; (2) tenaga kerja berpengaruh tidak signifikan
terhadap PDB Indonesia; (3) ekspor berpengaruh positif terhadap PDB
Indonesia.
16
17
2. Nasution (2011)
Nasution melakukan sebuah penelitian mengenai pengaruh ekspor
dan nilai tukar perdagangan (terms of trade) terhadap pertumbuhan
ekonomi, studi kasus Indonesia periode 1988 sampai dengan 2007.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekspor nilai tukar
perdagangan (terms of trade) terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia
selama periode tahun 1988-2007. Penelitian ini menggunakan data sekunder
bersifat runtun waktu yang diperoleh dari BPS, Bank Indonesia,
International Financial Statistic, World Bank, dan data tambahan yang
berasal dari internet. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini,
yaitu ekspor (X1), investasi (X2), tenaga kerja (X3), pengeluaran pemerintah
(X4), dan terms of trade (X5). Variabel terikat yang digunakan adalah
pertumbuhan ekonomi (Y). Analisis data menggunakan metode Ordinary
Least Square (OLS) atau metode kuadrat terkecil. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Nasution, adalah:(1) pertumbuhan ekspor berpengaruh
positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia; (2)
pertumbuhan tenaga kerja berpengaruh positif, tetapi tidak signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia; (3) pertumbuhan investasi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di
Indonesia; (4) pertumbuhan pengeluaran pemerintah berpengaruh positif
dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia; (5) terms of
trade berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di
Indonesia.
18
3. Nasrullah (2014)
Nasrullah melakukan sebuah penelitian mengenai analisis pengaruh
perdagangan Internasional terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun
1999-2013. Penelitian yang dilakukan Nasrullah menggunakan tiga variabel
bebas, yaitu net ekspor (X1), investasi (X2), jumlah tenaga kerja (X3), dan
kurs (X4). Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pertumbuhan ekonomi (Y). Tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh
Nasrullah ini adalah untuk mengetahui apakah net ekspor, investasi, tenaga
kerja dan kurs valuta asing berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di
Indonesia. Penelitian ini di analisis menggunakan metode ekonometrika
dengan meregresikan variabel-variabel terikat dengan menggunakan metode
Ordinary Least Square (OLS). Hasil yang diperoleh dari penelitian ini,
yaitu:(1) net ekspor berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi Indonesia, dengan kata lain ketika terjadi
peningkatan net ekspor maka pertumbuhan ekonomi Indonesia akan
menurun; (2) peningkatan atau penurunan investasi tidak memberikan
pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi; (3) tenaga kerja berpengaruh
positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, dengan adanya
peningkatan jumlah tenaga kerja maka pertumbuhan ekonomi akan
mengalami peningkatan; (4) peningkatan atau penurunan kurs tidak
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
19
4. Pridayanti (2014)
Pridayanti melakukan penelitian mengenai pengaruh ekspor, impor
dan nilai tukar terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia periode 2002-
2012. Penelitian yang dilakukan Pridayanti bertujuan untuk mengetahui
pengaruh ekspor, impor dan nilai tukar terhadap pertumbuhan ekonomi di
Indonesia selama periode 2002-2012. Penelitian ini menggunakan data
sekunder bersifat runtun waktu yang diperoleh dari BPS dan Bank
Indonesia. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu ekspor
(X1), impor (X2), dan nilai tukar (X3). Variabel terikat yang digunakan
adalah pertumbuhan ekonomi (Y). Penelitian ini dianalisis menggunakan
analisis regresi dengan program E-view dengan menggunakan metode
Ordinary Least Square (OLS) atau metode kuadrat terkecil. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Pridayanti, adalah:(1) ekspor berpengaruh positif
terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia; (2) impor berpengaruh negatif
terhadap pertumbuhan di Indonesia; (3) nilai tukar berpengaruh negatif
terhadap pertumbuhan ekonomi; (4) ekspor, impor dan nillai tukar secara
parsial berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di
Indonesia.
5. Safari (2016)
Safari melakukan sebuah penelitian mengenai analisis pengaruh
ekspor, pembentukan modal dan pengeluaran pemerintah terhadap
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Penelitian yang dilakukan Safari
menggunakan tiga variabel bebas, yaitu net ekspor (X1), pembentukan
20
modal (X2), dan penegeluaran pemerintah (X3). Variabel terikat yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi (Y). Tujuan
dari penelitian yang dilakukan oleh Safari ini adalah untuk mengetahui
ekspor, pembentukan modal dan penegeluaran pemerintah terhadap
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif. Data yang digunakan berupa data sekunder Indonesia dari tahun
1975-2014. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis
data time series dengan model ECM (Error Correction Model).
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini, yaitu:(1) variabel ekspor
baik dalam jangka panjang atau pun jangka pendek berpengaruh positif dan
signifikan terhadap PDB Indonesia; (2) pembentukan modal yang
ditunjukkan oleh gross capital formation dalam jangka panjang ataupun
jangka pendek berpengaruh positif dan ignifikan terhadap PDB, pengaruh
ekspor terhadap meningkatnya PDB dalam jangka panjang sebesar 0,49%
sedangkan dalam jangka pendek sebesar 0,25%; (3) pengeluaran pemerintah
dalam jangka panjang dan jangka pendek berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap PDB dengan pengaruh terhadap penurunan pertumbuhan
ekonomi sebesar 0,15% dalam jangka panjang dan 0,10% dalam jangka
pendek, dengan adanya peningkatan jumlah tenaga kerja maka pertumbuhan
ekonomi akan mengalami peningkatan; (4) terjadinya krisis tidak signifikan
berpengaruh terhadap perubahan PDB; (5) variabel ECT sebesar -0,684501
artinya derajat penyesuaian ke arah equilibrium yang bersifat lambat dan
kembali pada equilibrium selama 1,5 tahun; (6) variabel ekspor,
21
pembentukan modal, dan pengeluaran pemerintah secara simultan
berpengaruh terhadap PDB baik dalam jangka panjang maupun jangka
pendek.
6. Pemetaan Penelitian terdahulu
Tabel 6. Pemetaan Penelitian Terdahulu
Nama (Tahun)
dan Judul Variabel Hasil
Sariningrum
(2010)
Analisis Pengaruh
Investasi, Tenaga
Kerja, Dan
Ekspor Terhadap
Produk Domestik
Bruto (PDB)
Indonesia Tahun
1990-2007
Variabel bebas:
X1= investasi
X2= tenaga kerja
X3= ekspor
Variabel terikat:
Y= Produk
Domestik Bruto
(PDB) Indonesia
(1) investasi berpengaruh positif
terhadap PDB Indonesia;
(2) tenaga kerja berpengaruh tidak
signifikan terhadap PDB
Indonesia;
(3) ekspor berpengaruh positif
terhadap PDB Indonesia.
Nasution (2011)
Pengaruh Ekspor
dan Nilai Tukar
Perdagangan
(terms of trade)
terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi (Studi
Kasus Indonesia
Periode 1988-
2007)
Variabel bebas:
X1= Ekspor
X2= Investasi
X3= Tenaga Kerja
X4= Pengeluaran
Pemerintah
X5= Terms of Trade
Variabel terikat:
Y= Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia
(PDB)
(1) pertumbuhan ekspor
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi di
Indonesia;
(2) pertumbuhan tenaga kerja
berpengaruh positif, tetapi tidak
signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi di Indonesia;
(3) pertumbuhan investasi
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi di
Indonesia;
(4) pertumbuhan pengeluaran
pemerintah berpengaruh positif
dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi di
Indonesia;
(5) terms of trade berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi di
Indonesia.
22
Lanjutan Tabel 5.
Nama (Tahun)
dan Judul Variabel Hasil
Nasrullah (2014)
Analisis Pengaruh
Perdagangan
Internasional
Terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi
Indonesia tahun
1999-2013
Variabel bebas:
X1= net ekspor
X2= investasi
X3= jumlah tenaga
kerja
X4= kurs
Variabel terikat:
Y= Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia
(PDB)
(1) net ekspor berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi Indonesia, dengan kata lain
ketika terjadi peningkatan net ekspor
maka pertumbuhan ekonomi
Indonesia akan menurun;
(2) Peningkatan atau penurunan
investasi tidak memberikan pengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi;
(3) tenaga kerja berpengaruh positif
dan signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi, dengan adanya
peningkatan jumlah tenaga kerja
maka pertumbuhan ekonomi akan
mengalami peningkatan;
(4) peningkatan atau penurunan kurs
tidak berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Pridayanti (2014)
Pengaruh Ekspor,
impor dan Nilai
Tukar Terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi di
Indonesia Periode
2002-2012
Variabel bebas:
X1= ekspor
X2= impor
X3= nilai tukar
Variabel terikat:
Y= Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia
(PDB)
1) ekspor berpengaruh positif
terhadap pertumbuhan ekonomi di
Indonesia;
(2) impor berpengaruh negatif
terhadap pertumbuhan di Indonesia;
(3) nilai tukar berpengaruh negatif
terhadap pertumbuhan ekonomi;
(4) ekspor, impor dan nillai tukar
secara parsial berpengaruh secara
signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi di Indonesia.
Safari (2016)
Analisis Pengaruh
Ekspor,
Pembentukan
Modal dan
Penegeluaran
Pemerintah
terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi
Indonesia
Variabel bebas:
X1= ekspor
X2= impor
X3= nilai tukar
Variabel terikat:
Y= Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia
(PDB)
(1) variabel ekspor baik dalam
jangka panjang atau pun jangka
pendek berpengaruh positif dan
signifikan terhadap PDB Indonesia;
(2) Pembentukan modal yang
ditunjukkan oleh gross capital
formation dalam jangka panjang
ataupun jangka pendek berpengaruh
positif dan ignifikan terhadap PDB,
pengaruh ekspor terhadap
meningkatnya PDB dalam jangka
panjang sebesar 0,49% sedangkan
dalam jangka pendek sebesar 0,25%;
23
Lanjutan Tabel 5.
Nama (Tahun)
dan Judul Variabel Hasil
(3) Pengeluaran pemerintah dalam
jangka panjang dan jangka pendek
berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap PDB dengan pengaruh
terhadap penurunan pertumbuhan
ekonomi sebesar 0,15% dalam
jangka panjang dan 0,10% dalam
jangka pendek, dengan adanya
peningkatan jumlah tenaga kerja
maka pertumbuhan ekonomi akan
mengalami peningkatan;
(4) terjadinya krisis tidak signifikan
berpengaruh terhadap perubahan
PDB;
(5) Variabel ECT sebesar -0,684501
artinya derajat penyesuaian ke arah
equilibrium yang bersifat lambat dan
kembali pada equilibrium selama 1,5
tahun;
(6) Variabel ekspor, pembentukan
modal, dan pengeluaran pemerintah
secara simultan berpengaruh
terhadap PDB baik dalam jangka
panjang maupun jangka pendek.
Sumber:Olahan Peneliti, 2016
B. Kerangka Teori
1. Teori Pertumbuhan Ekonomi
a. Adam Smith
Menurut Adam Smith dalam Arsyad (2010:71-76), terdapat dua
aspek utama dalam pertumbuhan ekonomi, yaitu pertumbuhan output
total dan pertumbuhan penduduk. Unsur pokok dari sistem produksi
suatu negara dalam pertumbuhan output total ada tiga hal yaitu:(1)
24
sumber daya alam yang tersedia, merupakan wadah yang paling
mendasar dari kegiatan produksi suatu masyarakat, dimana jumlah
sumber daya alam yang tersedia merupakan “batas maksimum” bagi
pertumbuhan suatu perekonomian. Sumber daya alam belum digunakan
sepenuhnya, maka jumlah penduduk dan stok modal yang ada akan
terus memacu pertumbuhan output, dan begitu pula sebaliknya
pertumbuhan output akan terhenti ketika semua sumber daya alam
tersebut telah digunakan secara optimal; (2) sumber daya manusia,
memegang peran yang pasif dalam proses output. Jumlah penduduk
akan menyesuaikan diri dengan kebutuhan akan tenaga kerja dari suatu
masyarakat. Tenaga kerja sebagai salah satu input dalam proses
produksi dan pembagian kerja (Division of Labor) dan spesialisasi
merupakan salah satu faktor kunci bagi peningkatan produktivitas
tenaga kerja; (3) akumulasi modal yang dimiliki/stok modal, memegang
peran paling penting dan sentral dalam proses pertumbuhan output,
jumlah dan tingkat pertumbuhan output bergantung pada laju
pertumbuhan stok modal yang sesuai dengan “batas maksimum”
sumber daya alam. Pertumbuhan output akan melambat jika sumber
daya alam tidak mampu lagi mengimbangi laju kegiatan-kegiatan
ekonomi masyarakat. Stok modal dapat berpengaruh langsung terhadap
peningkatan output dan secara tidak langsung terhadap peningkatan
produktivitas tenaga kerja yang dimungkinkan karena adanya
spesialisasi.
25
b. Harrord-Domar
Harrod-Domar merupakan pengembangan teori makro Keynes
yang dianggap kurang lengkap karena tidak mengungkapkan masalah-
masalah ekonomi dalam jangka panjang. Menurut Harrod-Domar dalam
dalam Arsyad (2010:82-84), faktor penting dalam menentukan
pertumbuhan ekonomi adalah pembentukkan modal. Pembentukkan
modal tidak hanya dipandang sebagai pengeluaran yang akan
menambah kemampuan suatu perekonomian untuk menghasilkan
barang dan jasa, tetapi juga akan meningkatkan permintaan efektif
masyarakat. Sejumlah pembentukan modal, pada masa berikutnya
perekonomian tersebut akan mempunyai kemampuan yang lebih besar
dalam menghasilkan barang dan jasa. Teori Harrod-Domar memiliki
beberapa asumsi antar lain:
1. Perekonomian dalam keadaan pengerjaan penuh (full employement)
dan faktor-faktor produksi yang ada juga dimanfaatkan secara penuh
(full utilization).
2. Perekonomian terdiri dari dua sektor:sektor rumah tangga dan sektor
perusahaan.
3. Besarnya tabungan masyarakat proposional dengan besarnya
pendapatan nasional.
4. Kecenderungan menabung (marginal propensity to save = MPS)
besarnya tetap, demikian juga rasio antara modal-output (Capital-
26
ouput ratio = COR) dan rasio pertambahan modal-output
(incremental capital-output ratio = ICOR).
Menurut teori Harrod-Domar, setiap perekonomian dapat
menyisihkan sejumlah proporsi tertentu dari pendapatan nasional untuk
mengganti barang-barang modal seperti gedung, peralatan, material dan
sebagainya yang telah rusak. Meningkatkan laju perekonomian,
diperlukan pula investasi-investasi baru sebagai tambahan stok modal.
Teori Harrod-Domar juga memandang bahwa ada hubungan ekonomis
antara besarnya stok modal dan tingkat output. Semakin tinggi tingkat
tabungan dan kemudian tabungan tersebut diinvestasikan, maka
semakin tinggi pula tingkat output yang dihasilkan. Pertumbuhan
ekonomi bergantung pada produktivitas investasi (Arsyad, 2010:84).
c. Robert Solow- Trevor Swan (Teori Neoklasik)
Menurut Robert Solow- Trevor Swan dalam dalam Arsyad
(2010:88-89), pertumbuhan ekonomi tergantung pada ketersediaan
faktor-faktor produksi seperti penduduk, tenaga kerja, dan akumulasi
modal serta kemajuan teknologi (technological progress). Solow-Swan
menyatakan peran kemajuan teknologi dalam petumbuhan ekonomi
sangat dominan. Solow-Swan menemukan bahwa pertumbuhan
ekonomi Amerika Serikat yang mencapai 2,75% per tahun pada periode
1909 sampai 1949, lebih dari 1,5% merupakan dari kemajuan teknologi,
sedangkan sisanya pertambahn jumlah penggunaan faktor produksi.
Perekonomian akan terus berkembang dan semuannya itu tergantung
27
pada pertambahan penduduk, akumulasi modal kapital dan kemajuan
teknologi.
Solow- Swan menyajikan teori pertumbuhan neoklasik ke dalam
bentuk fungsi produksi Cobb-Douglass, dimana output merupakan
fungsi dari tenaga kerja dan modal. Tingkat kemajuan teknologi
merupakan variabel eksogen. Asumsi yang digunakan dalam model
Solow-Swan adalah skala pengembalian yang konstan (constant return
to scale), substitusi antara modal (K) dan tenaga kerja (L) bersifat
sempurna, dan adanya produktivitas marginal yang semakin menurun
(diminishing marginal productivity) dari setiap inputnya. Menghasilkan
sejumlah output tertentu, dapat digunakan kombinasi modal dan tenaga
kerja yang berbeda-beda. Fungsi produksi Cobb-Douglass dapat
digambarkan sebagai berikut:
Qt = Tt Kta Lt
b
Keterangan:
Qt = tingkat produksi pada tahun t
Tt = tingkat teknologi pada tahun t
Kt = jumlah stok barang modal pada tahun t
Lt = jumlah tenaga kerja pada tahun t
a = pertambahan output yang diciptakan oleh pertambahan satu unit
modal
b = pertambahan output yang diciptakan oleh pertambahan satu unit
tenaga kerja (Arsyad, 2010:90).
28
d. Joseph Alois Schumpeter
Menurut Schumpeter dalam Arsyad (2010:96-99), pertumbuhan
ekonomi adalah peningkatan output masyarakat yang disebabkan oleh
semakin banyaknya jumlah faktor produksi yang digunakan dalam
proses produksi, tanpa adanya perubahan dalam “teknologi” produksi
itu sendiri. Misalnya kenaikan output yang digunakan dalam proses
produksi itu sendiri. Misalnya, kenaikan output yang disebabkan oleh
pertumbuhan stok modal ataupun penambahan faktor-faktor produksi
tanpa adanya perubahan pada teknologi yang lama. Schumpeter
menggambarkan proses pertumbuhan ekonomi:
Gambar 1. Proses Pertumbuhan Ekonomi Menurut Schumpeter
Sumber:Arsyad, 2010
e. W.W Rostow (The Stage of Economic Growth)
W.W Rostow menyatakan dalam Arsyad (2010:63-69) bahwa
terdapat lima tahap dalam pertumbuhan ekonomi, yaitu (1) masyarakat
tradisional, suatu masyarakat yang masih menggunakan cara-cara
memproduksi yang masih primitif dan cara hidup masyarakat yang
masih sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang tidak rasional, tingkat
produksi perkapita dan tingkat produktivitas per pekerja masih rendah,
Pertumbuhan
Penduduk
Tabungan
Rutin
Masyarakat
Akumulasi Kapital
Tanpa Perbaikan
Teknologi
Kenaikan
Output
29
serta sebagain besar sumber daya masyarakat digunkana untuk kegiatan
dalam sektor pertanian; (2) masyarakat untuk lepas landas, masa
transisi sebelum mencapai lepas landas, dimana terdapat perubahan
dalam kepemimpinan yang mempunyai sifat nasionalisme yang
berorientasi untuk mencapai kemajuan; (3) lepas landas, pertumbuhan
merupakan perubahan yang sangat drastis, seperti terciptanya kemajuan
dalam inovasi atau terbukanya pasar baru yang dapat meningkatkan
pendapatan per kapita; (4) gerak ke arah kedewasaan, masyarakat sudah
secara efektif menggunakan teknologi modern, sektor-sektor ekonomi
berkembang lebih meningkat, terdapat sektor-sektor yang dominan
yang berteknologi maju; (5) masa konsumsi tinggi, lebih menekankan
kepada masalah yang berkaitan dengan konsumsi dan kesejahteraan
masyarakat dan bukan lagi kepada masalah produksi.
Menurut Rostow, pertumbuhan ekonomi tercipta sebagai akibat
dari timbulnya perubahan yang fundamental bukan hanya dalam
kegiatan ekonomi, tetapi juga dalam masyarakat. Perubahan yang
dimaksud oleh Rostow adalah terjadi (1) perubahan dalam orientasi
organisasi ekonomi menyebabkan peranan sektor pertanian menurun
dan peranan kegiatan industri meningkat; (2) perubahan orientasi
organisasi ekonomi yang mulanya mengarah ke dalam suatu daerah
menjadi berorientasi keluar; (3) perubahan dalam penanaman modal
yaitu dari kegiatan yang tidak produktif menjadi produktif; (4)
perubahan dalam pandangan masyarakat yang pada mulanya
30
berkeyakinan bahwa kehidupan manusia ditentukan oleh keadaan alam
sekitarnya, untuk menciptakan kemajuan maka kehidupan masyarakat
harus lebih (Arsyad, 2010:62).
f. David Ricardo (the law of diminishing returns)
Ricardo mengemukakan asumsi-asumsi yang digunakan sebagai
aspek pertumbuhan ekononi yaitu: (1) jumlah tenaga kerja terbatas; (2)
tenaga kerja (penduduk) meningkat atau menurun tergantung pada
tingkat upah nominal, apabila tingkat upah nominal berada di atas
tingkat upah minimum atau tingkat upah alamiah (natural wage) maka
jumlah tenaga kerja akan meningkat dan sebaliknya; (3) akumulasi
modal terjadi jika tingkat keuntungan yang diperoleh para pemilik
modal berada di ats tingkat keuntungan minimal yang diperlukan untuk
menarik mereka untuk melakukan investasi; (4) kemajuan teknologi
terjadi sepanjang waktu; (5) sektor pertanian sangat dominan. Menurut
Ricardo suatu negara hanya bisa tumbuh sampai batas yang
dimungkinkan oleh sumber daya alamnya. Potensi sumber daya alam
telah digunakan secara penuh, akan mengakibatkan perekonomian
mengalami stagnansi (Arsyad, 2010:80).
2. Alat Pengamatan Prestasi Kegiatan Ekonomi
Mengukur prestasi kegiatan ekonomi di dalam suatu negara yaitu
dapat diketahui dari pendapatan nasional. Pendapatan nasional
menggambarkan tingkat produksi negara yang dicapai dalam tahun
tertentu dan perubahannya dari tahun ke tahun. Pendapatan nasional
31
memiliki peranan penting dalam menggambarkan tingkat kegiatan
ekonomi yang dicapai dan perubahan serta pertumbuhannya dari tahun ke
tahun. (Sukirno, 2013:17). Pendapatan nasional adalah istilah yang
menerangkan tentang nilai barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksi
oleh suatu negara dalam satu tahun tertentu. Konsep yang lebih spesifik,
pengertian pendapatan nasional dapat dibedakan menjadi dua pengertian
yaitu Produk Nasional Bruto (PNB) dan Produk Domestik Bruto (PDB).
Produk nasional yang diwujudkan oleh faktor-faktor produksi milik
warga negara di suatu negara dinamakan Produk Nasional Bruto (PNB).
Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan produk nasional yang
diwujudkan oleh faktor-faktor produksi di dalam negeri (milik warga
negara dan orang asing) dalam suatu negara. Berdasarkan pengertian dari
PDB dan PNB tersebut, dapat disimpulkan bahwa kedua konsep PNB dan
PDB pada hakikatnya merupakan ukuran mengenai besarnya kemampuan
suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa dalam satu tahun
tertentu.
3. Produk Domestik Bruto (PDB)
Produk Domestik Bruto (PDB) menurut Sukirno (2013:34-35)
adalah nilai barang dan jasa dalam suatu negara yang diproduksikan oleh
faktor-faktor produksi milik warga negara tersebut dan negara asing.
Negara berkembang yang sering disebut sebagai “Dunia Ketiga”, konsep
Produk Domestik Bruto (PDB) adalah konsep yang paling penting jika
dibandingkan dengan konsep pendapatan nasional lainnya. Produk
32
Domestik Bruto (PDB) dapat diartikan sebagai nilai barang-barang dan
jasa-jasa yang diproduksikan di negara tersebut dalam tahun tertentu.
Suatu perekonomian, baik di negara maju maupun berkembang, barang
dan jasa yang diproduksi bukan saja oleh perusahaan milik penduduk
negara tersebut tetapi oleh penduduk negara lain selalu didapati produksi
nasional diciptakan oleh faktor-faktor produksi yang berasal dari luar
negeri. Produk Domestik Bruto dapat dihitung dengan berbagai cara.
Adapun cara pertama yaitu dengan menggunakan cara pengeluaran:
PDB = C + G + I + (X – M)
Keterangan:
C = Konsumsi Rumah Tangga;
G = Pengeluaran Pemerintah;
I = Pembentukan Modal Tetap Sektor Swasta (Investasi);
X – M = Ekspor Neto (ekspor yang dilakukan suatu negara dalam satu
tahun dikurangi dengan nilai impor dalam periode yang sama).
4. Perdagangan Internasional
a. Definisi Perdagangan Internasional
Definisi perdagangan internasional menurut Tambunan (2001:1)
adalah perdagangan barang dan jasa antar atau lintas negara, yang
mencakup ekspor dan impor. Perdagangan internasional memiliki peran
yang penting untuk perekonomian suatu negara, khususnya ekspor.
Ekspor diyakini memiliki peran yang sangat penting sebagai penggerak
perekonomian nasional. Suatu negara yang melakukan kegiatan ekspor
33
maka akan meningkatkan cadangan devisa, yang nantinya devisa
tersebut digunakan untuk membiayai impor dan pembangunan sektor-
sektor ekonomi dalam negeri. Berikut ini adalah gambar yang
mengilustrasikan peranan perdagangan internasional terhadap
pertumbuhan ekonomi (Tambunan, 2000:3):
Gambar 2. Peranan Perdagangan Internasional terhadap
Perekonomian Nasional
Sumber:Tambunan, 2000
Gambar 2 mengilustrasikan bahwa pertumbuhan ekspor akan
membuat korelasi positif anatara peningkatan cadangan devisa,
pertumbuhan impor, pertumbuhan output dalam negeri, peningkatan
kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat serta pertumbuhan
Produk Domestik Bruto (PDB). Cadangan devisa terdapat dua kondisi
yang akan mempengaruhi cadangan devisa. Pertama, jika impor lebih
besar dari ekspor maka cadangan devisa akan berkurang. Kedua, jika
Ekspor
Cadangan
Devisa
Produksi/
Output
Kesempatan
Kerja
Peningkatan
Pendapatan
Masyarakat
Pertumbuhan
PDB
Impor
+
+
+
+
+
+
+ +
-
34
sebagian besar dari impor adalah barang-barang modal dan pembantu
untuk kebutuhan kegiatan produksi di dalam negeri, maka kenaikan
impor tidak banyak berarti bagi pertumbuhan ekspor. Korelasi yang
negatif antara cadangan devisa dan impor, yang dikarenakan impor
yang lebih tinggi, akan membuat biaya produksi dalam negeri akan
habis dan volume produksi akan menurun (Tambunan 2000:3).
Boediono (1983:18) motif untuk melakukan pertukaran adalah
adanya manfaat dari perdagangan (gains from trade) yang mungkin
diperoleh kedua belah pihak yang timbul karena adanya perbedaan
selera atau pola konsumsi. Faktor utama yang menjadikan timbulnya
perdagangan internasional bukanlah karena perbedaan selera atau pola
konsumsi melainkan pada sisi produksi suatu barang. Perdagangan
internasional timbul karena suatu negara bisa menghasilkan barang
tertentu secara lebih efisien dari pada negara lain. Negara A dapat lebih
efisien dalam memproduksi beras dan negara B lebih efisien dalam
memproduksi tekstil, maka ada kecenderungan bagi A mengekspor
beras ke negara B dan B mengekspor tekstil ke negara A. Perdagangan
internasional timbul karena sebuah negara dapat menghasilkan produk
lebih efisien, menimbulkan sebuah konsep teori yang menjelaskan serta
membedakan suatu negara dapat lebih efisien kerena memiliki
keunggulan mutlak (absolut) dibanding negara lain dan suatu negara
lebih efisien kerena memiliki keunggulan relatif (komparatif) dibanding
35
negara lain. Berikut ini adalah definisi teori keunggulan absolut dan
keunggulan komparatif:
1) Teori Keunggulan Absolut
Teori keunggulan atau absolut Adam Smith sering dikenal
sebagai teori murni perdagangan internasional (Tambunan, 2004:47).
Teori ini memusatkan perhatian pada variabel riil seperti nilai suatu
barang diukur dengan banyaknya tenaga kerja yang dipergunakan
untuk menghasilkan barang (Nopirin, 2014:8). Suatu negara
dikatakan memiliki keunggulan absolut ketika mereka dapat
menghasilkan barang dengan biaya yang secara absolut lebih rendah
dibandingkan dengan negara lain (Boediono, 1983:19). Misalnya,
hanya ada dua negara A dan negara B, menghasilkan 2 barang
gandum dan pakaian. Negara A untuk menghasilkan satu unit
gandum membutuhkan 8 tenaga kerja dan untuk menghasilkan satu
unit permadani dibutuhkan 4 orang. Negara B untuk menghasilkan
satu unit gandum membutuhkan 10 tenaga kerja dan untuk
menghasilkan satu unit pakaian dibutuhkan 2 orang.
Menurut Adam Smith dalam Salvatore (2014:32) perdagangan
yaitu dimulai dengan prinsip yang sederhana bahwa dua negara
hanya akan berdagang dengan satu sama lain secara sukarela apabila
kedua negara mendapatkan manfaat. Suatu negara akan menolak
untuk berdagang, jika dia tidak mendapatkan apa-apa atau
kehilangan. Menurut Adam Smith, perdagangan antara dua negara
36
didasarkan pada keunggulan absolut. Ketika satu negara lebih efisien
daripada (atau memiliki keunggulan absolut atas) yang lain dalam
produksi satu komoditas tetapi kurang efisien daripada (atau
memiliki kelemahan absolut terhadap) negara lain dalam
memproduksi komoditas yang kedua, kedua negara dapat
mendapatkan manfaat dengan masing-masing mengkhususkan diri
dalam produksi komoditas yang memiliki keunggulan absolut dan
bertukar hasil dengan negara lain untuk komoditas yang memiliki
kelemahan absolut. Proses tersebut, sumber daya digunakan dengan
cara yang paling efisien dan hasil dari kedua komoditas akan naik.
Peningkatan dalam hasil komoditas keduanya merupakan ukuran
keuntungan dari spesialisasi dalam produksi yang tersedia untuk
dibagi antara kedua negara melalui perdagangan.
2) Teori Keunggulan Komparatif
David Ricardo memiliki cara pengukuran keunggulan suatu
negara dilihat dari komparatif biayanya. David Ricardo memiliki
dasar pemikiran bahwa perdagangan antara dua negara akan terjadi
jika masing-masing negara memiliki biaya relatif terkecil atau
dengan kata lain produktivitas tenaga kerja lebih besar untuk jenis
barang yang berbeda. Penekanan yang diberikan David Ricardo
adalah yang menjadi dasar terjadinya perdagangan internasional
terletak pada perbedaan efesiensi atau produktifitas relatif
antarnegara dalam memproduksi dua atau lebih jenis barang. Teori
37
ini juga menjelaskan bahwa pada dasarnya nilai satu barang
ditentukan oleh banyaknya tenaga kerja yang diperlukan untuk
memproduksi barang. Semakin banyak tenaga kerja yang diperlukan,
maka semakin mahal barang tersebut. Sebagai contoh, negara A dan
negara B, dengan barang yang di produksi anggur dan pakaian.
David Ricardo memiliki cara pengukuran keunggulan suatu
negara dilihat dari komparatif biayanya. David Ricardo memiliki
dasar pemikiran bahwa perdagangan antara dua negara akan terjadi
jika masing-masing negara memiliki biaya relatif terkecil atau
dengan kata laian produktivitas tenaga kerja lebih besar untuk jenis
barang yang berbeda. Penekanan yang diberikan David Ricardo
adalah yang menjadi dasar terjadinya perdaagangan internasional
terletak pada perbedaan efesiensi atau produktifitas relatif
antarnegara dalam memproduksi dua atau lebih jenis barang. Teori
ini juga menjelaskan bahwa pada dasarnya nilai satu barang
ditentukan oleh banyaknya tenaga kerja yang diperlukan untuk
memproduksi barang. Semakin banyak tenaga kerja yang diperlukan,
maka semakin mahal barang tersebut.
Tahun 1817, David Ricardo menerbitkan tulisannya mengenai
Principles of Political Economy and Taxation, yang mana David
Ricardo menyajikan mengenai keunggulan komparatif. Hukum
keunggulan komparatif menurut Ricardo dalam Salvatore (2014:35)
yaitu jika suatu negara kurang efisien daripada (memiliki kelemahan
38
absolut terhadap) negara lain dalam produksi kedua komoditas,
masih ada landasan untuk perdagangan yang saling menguntungkan.
Negara pertama harus mengkhususkan diri dalam produksi dan
ekspor komoditas yang mempunyai kerugian absolut yang lebih
kecil (ini yang akan menjadi komoditas yang merupakan keunggulan
komparatif) dan mengimpor komoditas yang mempunyai kerugian
absolut yang lebih besar (ini yang akan menjadi komoditas dengan
kerugian komparatif). Perhatikan bahwa di dalam hubungan
perdagangan internasional dua negara, dua komoditas, setelah
ditentukan bahwa satu negara memiliki keunggulan komparatif
dalam satu komoditas, negara lain tentu harus memiliki keunggulan
komparatif dalam komoditas lainnya.
b. Ekspor
Menurut Amir (2000:45) ekspor merupakan upaya upaya
menjalankan atau melakukan penjualan komoditas yang kita miliki
kepada bangsa lain atau negara asing sesuai dengan ketentuan
pemerintah dan mengharapkan pembayaran dalam valuta asing, serta
melakukan komunikasi dengan bahasa asing. Para ahli memiliki
pendapat lain dalam mendefinisikan ekspor, jika Amir berpendapat
bahwa ekspor adalah upaya mengeluarkan barang-barang ke luar
negeri, lain halnya dengan pendapat Mankiw. Menurut Mankiw
(2006:171) ekspor adalah berbagai macam barang dan jasa yang di
produksi di dalam negeri lalu dijual di luar negeri. Kedua pendapat
39
tersebut terlihat hampir serupa, akan tetapi sebenarnya dalam ke dua
pendapat tersebut terdapat dua penekanan yang berbeda. Amir hanya
menyatakan ekspor adalah bentuk upaya mengeluarkan barang ke luar
negeri, akan tetapi barang yang di maksud tidak diketahui apakah
barang tersebut produksi dalam negeri atau bukan. Sedangkan Mankiw
menekankan bahwa ekspor adalah menjual barang yang diproduksi
dalam negeri ke luar negeri.
Peran ekspor untuk sebagian negara sangat penting, yaitu meliputi
bagian yang cukup besar dari pendapatan nasional. Suatu negara dapat
mengekspor barang hasil produksinya ke negara lain apabila barang
tersebut diperlukan negara lain dan mereka tidak dapat memproduksi
barang tersebut atau produksinya tidak dapat memenuhi keperluan
dalam negeri. Faktor yang penting dalam melakukan ekspor adalah
kemampuan negara tersebut untuk mengeluarkan barang-barang yang
dapat bersaing dalam pasar luar negeri, baik dari segi kualitas maupun
harga. Kualitas dan harga barang yang diperjualbelikan harus sama
baiknya atau bahkan harus lebih baik dari barang yang sudah ada di
pasaran luar negeri. Cita rasa masyarakat di luar negeri terhadap barang
yang dapat di ekspor ke luar negeri sangat penting perannya dalam
menentukan ekspor suatu negara. Secara umum dikatakan bahwa
semakin banyak jenis barang yang mempunyai keistimewaan yang
sedemikian yang dihasilkan oleh suatu negara, semakin banyak ekspor
yang dapat dilakukan. Ekspor secara langsung akan mempengaruhi
40
pendapatan nasional, akan tetapi kenaikan pendapatan nasional belum
tentu menaikkan ekspor (Sukirno, 2013:205-206).
Ekspor merupakan faktor penting dalam menggerakkan
pertumbuhan ekonomi suatu negara. Ekspor akan memperbesar
kapasitas konsumsi suatu negara meningkatkan output dunia, serta
menyajikan akses ke sumber-sumber daya yang langka dan pasar
internasional yang potensial untuk berbagi produk ekspor yang mana
tanpa produk-produk tersebut, maka negara miskin tidak akan mampu
mengembangkan kegiatan dan kehidupan perekonomian nasionalnya.
Ekspor dapat membantu semua negara dalam menjalankan usaha-usaha
pembangunan melalui promosi serta penguatan sektor-sektor ekonomi
yang mengandung keunggulan komparatif, baik itu berupa ketersediaan
faktor-faktor produksi tertentu dalam jumlah yang melimpah atau
keunggulan efesiensi melalui produktifitas tenaga kerja. Ekspor juga
dapat membantu semua negara dalam mengambil keuntungan dari skala
ekonomi yang mereka miliki (Todaro, 2002:14).
Secara teoritis ekspor suatu barang di pengaruhi oleh suatu
penawaran (supply) dan permintaan (demand). Teori perdagangan
internasional disebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
ekspor dapat dilihat dari sisi permintaan dan sisi penawaran (Krugman
dan Obstfeld, 1992: 27). Sisi permintaan, ekspor dipengaruhi oleh harga
ekspor, nilai tukar riil, pendapatan dunia dan kebijakan devaluasi. Sisi
penawaran, ekspor di pengaruhi oleh harga ekspor, harga domestik,
41
nilai tukar riil, kapasitas produksi yang bisa di produksi melalui
investasi, impor bahan baku, dan kebijakan deregulasi.
Faktor-faktor yang menentukan ekspor yaitu kemampuan dari
negara tersebut untuk mengeluarkan barang-barang yang dapat bersaing
dalam pasaran luar negeri (Sukirno, 2013:205). Produk domestik yang
di ekspor sangat berhubungan dengan permintaan luar negeri akan
produk domestik tersebut yang secara langsung hal tersebut
berhubungan dengan harga relatif dan pendapatan luar negeri. Secara
simbolis, ekspor produk domestik, M*, dapat dipresentasikan dengan:
M* = M* (q, Y*)
keterangan:
q = harga relative dari barang luar negeri terhadap barang domestik.
Y* = pendapatan riil luar negeri. (Hakim, 2012).
c. Impor
Impor merupakan pembelian dan pemasukan barang dari luar
negeri ke dalam suatu perekonomian. Aliran barang ini akan
menimbulkan aliran keluar atau bocoran dari aliran pengeluaran dari
sektor rumah tangga ke sektor perusahaan. Aliran keluar atau bocoran
ini pada akhirnya akan menurunkan pendapatan nasional yang dapat
dicapai (Sukirno, 2013:203). Kebutuhan produk impor, M, berhubungan
dengan permintaan akan barang luar negeri oleh penduduk dan sangat
dipengaruhi pula oleh harga barang impor tersebut, q, dan pendapatan
penduduk, Y. (Hakim, 2012). Adapun formulasi impor sebagai berikut:
42
M = M(q, Y)
Keterangan:
M = Impor.
q = harga relative dari barang luar negeri terhadap barang domestik
Y = pendapatan penduduk.
d. Pengaruh Perdagangan Internasional terhadap Petumbuhan
Ekonomi
Perdagangan internasional memiliki efek langsung terhadap
pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Negara-negara yang ekonomi atau
produksi mereka berorientasi ke pasar eksternal, seperti Asia Tenggara
dan Asia Timur, seperti Taiwan, Hongkong, Korea Selatan dan
Singapura, peningkatan permintaan dunia terhadap produk-produk
mereka memberi dukungan positif terhadap pertumbuhan produksi di
dalam negeri. Pertumbuhan output terjadi karena peningkatan
produktivitas dari faktor-faktor produksi yang digunakan seperti tenaga
kerja dan barang modal atau peningkatan skala ekonomi. Ekspor juga
memiliki efek positif terhadap relokasi sumber daya produksi ke
industri-industri yang melakukan ekspor untuk di pergunakan secara
optimal, Diversifikasi output, dan internal return to scale dari
perusahaan yang mengekspor (Tambunan,2000:4).
43
Gambar 3. Analisis Pengarus Positif Ekspor terhadap
Pertumbuhan Output Dalam Negeri
Sumber: Tambunan, 2000
Relasi positif antara ekspor dan produksi dalam negeri dapat
dijelaskan dengan pendekatan analisis kurva permintaan agregat (AD)
dan kurva penawaran agregat (AS). Kondisi ekuilibrium adalah kondisi
dimana permintaan agregat sama dengan penawaran agregat (kurva AD
berpotongan dengan kurva AS pada titik ekuilibrium E0). Titik harga
dan output ekuilibrium adalah masing-maisng, P0 dan Q0. Tingkat harga
tersebut, volume produksi dalam negeri dinaikkan, yang dicerminkan
oleh pergeseran kurva suplai dari AS0 ke AS1 (output bertambah dari Q0
ke Q1), sementara permintaan dalam negeri tidak berubah (kurva AD
tidak bergeser), maka terjadi over-supply di pasar dosmetik. Kelebihan
output akan mendorong tingkat harga turun, misalnya P0 ke P1,
maksudnya adalah bila meningkat, maka jumlah output yang
ditawarkan di pasar dosmetik akan bertambah, maka kurva AS akan
44
bergeser ke kanan. Permintaan tetap , maka akibat pergeseran kurva AS
tersebut, harga dan output akan turun dari P0 ke P1 dan naik dari Q0 ke
Q1. Permintaan luar negeri, maka kelebihan produksi di pasar dalam
negeri dapat diserap sepenuhnya oleh ekspor. Ekspor adalah salah satu
komponen dari permintaan agregat, maka dengan meningkatnya ekspor,
kurva AD akan bergeser ke AD1, dan titik ekuilibrium yang baru adalah
E1, pada titik ini, harga tetap Po tidak berubah dan output baru Q1.
Ekspor meningkat (kurva AD begeser ke kanan), tetapi produksi dalam
negeri tidak berubah (Kurva AS tidak bergeser), maka harga dan jumlah
output di pasar dalam negeri akan naik menjadi P0 ke P2 dan Q0 ke Q2 (
Tambunan, 2000:5-6).
Permintaan agregat di dalam ekomoni dapat didefinisikan sebagai
jumlah dari pengeluaran konsumsi (C), pengeluaran investasi atau
pembentukkan modal tetap dosmestik bruto (I), pengeluaran/konsumsi
pemerintah (G) dan ekspor bersih (X-M). Penawaran agregat adalah
nilai output atau nilai tambah total dari semua sektor ekonomi di dalam
negeri yang membentuk PDB (Produk Domestik Bruto) atau
pendapatan nasional (Y). Permintaan agregat di dalam ekuilibrium
perhitungan pendapatan nasional dapat dirumuskan sebagai berikut :
Y = C + I + G + (X-M)
Keterangan:
Y = Pertumbuhan Ekonomi:
C = Konsumsi Rumah Tangga;
45
G = Pengeluaran Pemerintah;
I = Pembentukan Modal Tetap Sektor Swasta (Investasi);
X – M = Ekspor Neto (ekspor yang dilakukan suatu negara dalam satu
tahun dikurangi dengan nilai impor dalam periode yang
sama).
Perdagangan internasional dapat berelasi positif terhadap
pertumbuhan ekonomi, jika nilai ekspor lebih besar dari impor dan
pengeluaran dosmentik tidak mengalami kenaikan atau dengan kata lain
pengeluaran pada saldo tetap, maka pendapatan nasional akan
meningkat (Tambunan, 2001:6).
5. Nilai Tukar Perdagangan (Terms of Trade)
a. Definisi Nilai Tukar Perdagangan (Terms of Trade)
Nilai tukar perdagangan (term of trade) merupakan rasio harga
komoditi ekspor terhadap harga komoditi impor. Ketika kondisi
penawaran dan permintaan suatu negara berubah dari waktu ke waktu
maka kurva penawaran dan permintaan juga akan bergeser. Ketika
kondisi tersebut terjadi, maka volume dan nilai tukar perdagangan
(terms of trade) dari negara yang bersangkutan juga akan mengalami
perubahan. Peningkatan atau perbaikan nilai tukar perdagangan (term of
trade) di suatu negara akan dianggap menguntungkan bagi negara itu
sendiri, karena harga yang diperoleh negara tersebut dari ekspor akan
meningkat secara relatif dibandingkan dengan harga yang harus
dibayarkan untuk memperoleh produk impor (Salvatore, 1997:93).
46
Nilai tukar perdagangan (terms of trade) akan meningkatkan
ekspor yang kemudian akan meningkatkan Produk Domestik Produk
(PDB), hal tersebut adalah kondisi dari ketika hubungannya bersifat
positif. Hubungan dari nilai tukar perdagangan (terms of trade) dan
PDB tidak selalu positif, ada kala dimana mereka memiliki hubungan
negatif artinya ketika nilai tukar perdagangan (terms of trade) menurun
PDB akan tetap meningkat. Kondisi hubungan nilai tukar perdagangan
(terms of trade) dan Produk Domestik Produk (PDB) negatif biasanya
dialami oleh negara berkembang karena perekonominannya yang tidak
terlalu kokoh seperti negara maju. Nilai tukar perdagangan (terms of
trade) negara-negara berkembang terus menurun dari waktu ke waktu.
Kemerosotan nilai tukar perdagangan (terms of trade) tidak akan
mempengaruhi PDB karena walaupun Nilai tukar perdagangan (terms
of trade) menurun, lonjakan produksi telah menutup kerugian akibat
kemerosotan Nilai tukar perdagangan (terms of trade) sehingga
pendapatan per kapita riil dan kesejahteraan negara tersebut mengalami
peningkatan, serta terdapat output lainnya yang menjadi penyumbang
PDB yang yang porsinya lebih besar dari perdagangan Internasional
(salvatore, 1997: 250)
Pandangan mengenai term of trade sampai saat ini masih terdapat
beberapa yang memiliki perbedaan pandangan terhadap hal tersebut.
Terms of trade dapat dikatakan cukup penting untuk di ketahui karena
terms of trade berpengaruh terhadap kesejahteraan suatu negara dan
47
sebagai alat ukur posisi perdagangan internasional suatu negara. Berikut
ini adalah beberapa konsep terms of trade antara lain (Nopirin,
2012:71):
1) Net Barter Terms of Trade
Net Barter Terms of Trade (N) adalah perbandingan antara
indeks harga ekspor komoditi suatu negara (Px) dengan indeks harga
komoditi impornya (Pm), dikalikan 100 (guna menyatakan nilai tukar
perdagangan dalam angka persen).
N = x 100
Contoh, tahun 1960 sebagai tahun landasan (N = 100), pada tahun
akhir tahun 1995 Px suatu negara turun 5% persen sehingga menjadi
95 persen, sedangkan Pm meningkat 10% menjadi 110, maka nilai
tukar perdagangan komoditi (commodity terms of trade) negara
tersebut akan mengalami penurunan menjadi :
N = x 100 = 86,36
Hasil tersebut menunjukkan bahwa antara tahun 1960 hingga
tahun 1995, harga komoditi ekspor mengalami penurunan sebesar
hampir 14%, jika dikaitkan dengan harga impornya, kenaikan N
menunjukkan perbaikan di dalam terms of trade artinya untuk
sejumlah tertentu ekspor dapat diperoleh jumlah impor yang lebih
banyak melalui hubungan harga. Perbaikan terms of trade dapat
timbul, dikarenakan:harga ekspor naik sedangkan harga impor tetap
48
a) harga eskpor tetap sedangkan harga impor turun
b) harga ekspor naik dengan proporsi yang lebih besar daripada
naiknya harga impor
c) harga ekspor turun dengan proporsi yang lebih kecil daripada
turunnya harga impor.
2) Gross Barter Terms of Trade
Gross Barter Terms of Trade (G) adalah perbandingan antara
indeks volume impor (Qm) dengan volume ekspor (Qx); Q = .
Konsep Gross Barter Terms of Trade jarang digunakan untuk
mengukur posisi perdagangan internasional karena tidak
memberikan gambaran tentang perubahan harga.
3) Income Barter Terms of Trade
Konsep income terms of trade berkenaan dengan pendapatan
suatu negara, yang mengukur kapasitas impor suatu negara
didasarkan pada kemampuan ekspornya. Negara-negara yang sedang
berkembang penting dalam menilai terms of trade dengan
mempertimbangkan volume ekspornya, karena kenaikan harga
ekspor yang tinggi mungkin diimbangi turunnya volume ekspor dan
pada umumnya negara-negara tersebut memerlukan untuk
mengetahui faktor produksi yang harus diimpor untuk kelangsungan
proses pembangunan ekonomi nya. Simbol Qx melambangkan indeks
volume ekspor.
49
I = N.Qx =
Contoh sebelumnya pada net barter terms of trade, jika Qx
mengalami peningkatan dari 100 pada tahun 1960 dan pada tahun
1995 menjadi 120, maka nilai tukar perdagangan berkenaan dengan
pendapatan negara tersebut akan mengalami peningkatan menjadi:
I = = (0,08636) (120) = 103,63
Sejak tahun 1960 hingga 1995 kapasitas impor negara tersebut
pada kemampuan atau pendapatan ekspornya mengalami
peningkatan sebesar 3,63% , walaupun pada net barter terms or
trade ( ) mengalami penurunan. Income terms of trade digunakan
untuk mengetahui kemampuan suatu negara untuk mengimpor
(capasity to import). Kenaikan I menunjukkan bahwa suatu negara
dapat memperoleh jumlah impor yang lebih besar dengan dasar
kenaikan nilai ekspornya. Kemampuan mengimpor akan lebih jika
diikuti dengan mempertimbangkan adanya aliuran modal yang
masuk serta penerimaan-penerimaan lainnya selain dari ekspor. Hal
ini disebut total capacity to import. Perubahan I dan N mungkin
dalam arah yang berlawanan, misalnya indeks harga impor tetap,
indeks harga ekspor turun dengan persentase yang lebih kecil dari
pada naiknya indeks volume ekspor, maka I akan naik sedangakn N
turun. Konsep terms of trade tersebut diartikan dalam commodity
50
terms of trade, yaitu dasar pertukaran dalam dua barang
dipertukarkan.
4) Factorial Terms of Trade
Konsep terms of trade ini adalah konsep yang
mempertimbangkan faktor produktivitas di dalam memproduksi.
Terdapat dua macam factorial terms of trade yaitu single factorial
dan double factorial. Berikut ini adalah penjelasan mengenai macam
factorial terms of trade:
a) Single factorial terms of trade
Simbol Zx melambangkan indeks produktivitas dalam sektor
ekonomi atau sektor industri di sutau negara yang memproduksi
komoditi ekspor. Single factorial terms of trade (S) mengukur
jumlah impor yang dapat diperoleh suatu negara berdasarkan
satuan unit faktor produksi domestik yang terkandung dalam
komoditi ekspornya.
S = N.Zx = x Zx
Contohnya, jika produktivitas pada sektor penghasil komoditi
ekspor mengalami kenaikan dari 100 pada tahun 1960 menjadi
130 pada tahun 1995, maka nilai tukar perdagangan faktor
tunggal negara tersebut mengalami kenaikan menjadi :
S = x 130 = (0,8636) (130) = 112,27
Hasil tersebut menyatakan bahwa pada tahun 1995 negara
bersangkutan mengalami peningkatan menerima impor 12,27%
51
dari setiap satuan atau unit faktor produksi domestik dalam
ekspornya daripada yang diperoleh pada tahun 1960. Secara
umum hal tersebut dapat disimpulkan bahwa produktivitas negara
tersebut khusunya dalam ekspor mengalami peningkatan,
sehingga kondisi perdagangan negara tersebut secara umum
mengalami perbaikan pada tahu 1995, jika dibandingkan dengan
kondisi pada tahun 1960, karena peningkatan produktivitas
tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan yang diindikasikan
oleh kenaikan I, meskipun N mengalami penurunan.
b) Double factorial terms of trade
Simbol Zm melambangkan indeks produktivitas impor.
Double factorial terms of trade (D) menghitung seberapa banyak
unit faktor produksi domestik yang ada dalam ekspor negara
tersebut dipertukarkan dengan satu unit faktor produksi yang ada
dalam impornya.
D = N. = ( ) ( ) x 100
Zm suatu negara mengalami kenaikan dari 100 pada tahun 1960
menjadi 105 pada tahun 1995, maka D mengalami kenaikan
menjadi :
D = ( ) ( ) x 100 = ( ) ( ) x 100
D = (0,8636)(1,2381)(100)= 106,92
52
Konsep nilai tukar perdagangan double factorial terms of
trade jarang sekali perhitungannya digunakan oleh negara
berkembang, karena dianggap begitu tidak penting. Pada dasarnya
konsep nilai tukar perdagangan yang paling penting untuk
diketahui dan digunakan oleh negara-negara berkembang adalah
konsep N, I dan S. Kesalahpahaman dengan pemakaian N yang
didefinisikan begitu saja sebagai “nilai tukar perdagangan’
seringkali terjadi. Nilai tukar perdagangan terdiri dari bebarapa
jenis konsep, sebagaimana yang telah diuraikan dari contoh-
contoh di atas, I dan S dapat mengalami kenaikan walaupun N
menurun. Kenaikan I dan S secara umum diartikan sebagai suatu
hal yang menguntungkan bagi sebuah negara berkembang,
walaupun disisi lain N mengalami penurunan. Situasi yang paling
diinginkan oleh negara berkembang adalah jika N, I, dan S
meningkat. Situasi yang paling dihindari oleh negara berkembang
adalah situasi terburuk jika N, I, dan S mengalami penurunan atau
kemerosotan. Karena jika hal tersebtur terjadi, maka akan tercipta
situasi “pertumbuhan yang memiskinkan” (Salvatore, 1997:431).
b. Pertumbuhan dan Nilai Tukar Perdagangan serta Kesejahteraan
di Negara
Suatu negara mengalami pertumbuhan, apa pun sumber dan tipe
nya yang dapat meningkatkan volume perdagangan negara tersebut itu
didasarkan harga-harga konstan, maka nilai tukar perdagangan
cenderung merosot, tetapi jika pertumbuhan tersebut menurunkan
53
volume perdagangan internasional berdasarkan harga konstan, maka
nilai tukar perdagangan negara tersebut justru akan membaik, hal
tersebut disebut “dampak nilai tukar perdagangan dari pertumbuhan”
(terms of trade effect of growth) (Salvatore ,1997:247. Dampak dari
pertumbuhan terhadap kesejahteraan suatu negara besar akan di
tentukan oleh hasil netto dari perpaduan dampak nilai tukar
perdagangan dan dampak kekayaan.
Dampak kekayaan (wealth effect) mengacu pada perubahan
dalam output per tenaga kerja atau per orang yang dikarenakan adanya
pertumbuhan faktor produksi, jika dampak kekayaan tersebut positif
maka hal tersebut cenderung dapat meningkatkan kesejahteraan
negara tersebut secara keseluruhan. Dampak kekayaan tersebut negatif
maka tingkat kesejahteraan negara tersebut cenderung tidak berubah
atau bahkan dapat mengalami penurunan. Dampak kekayaan positif
dan nilai tukar perdagangan menjadi lebih baik karena adanya
pertumbuhan faktor produksi dan terlaksanananya perdagangan
dengan negara lain, maka tingkat kesejahteraan negara tersebut akan
meningkat. Dampak kekayaan negatif dan nilai tukar perdagangan
mengalami penurunan akibat pertumbuhan faktor produksi dan
perdagangan, maka tingkat kesejahteraan negara tersebut tidak
berubah atau akan mengalami penurunan. Tingkat kesejahteraan
negara akan mengalami penurunan, meningkat, atau tetap tidak
berubah, akan terjadi tergantung pada kekuatan relatif dari dampak
54
kekayaan dan nilai tukar perdagangan, jika dampak kekayaan dan nilai
tukar perdagangan saling bertentangan, maksudnya jika salah satu
positif dan yang lainnya negatif (Salvatore 1997:247).
Kesejahteraan sebuah negara tidak dapat disimpulkan secara
langsung dengan mengatakan bahwa kesejahteraan suatu negara pasti
mengalami peningkatan hanya dengan menilai negara tersebut terus
mengalami peningkatan nilai tukar perdagangan. Perubahan dalam
nilai tukar perdagangan dari suatu negara pada dasarnya merupakan
dampak dari interaksi berbagai kekuatan ekonomi negara itu sendiri
maupun pada negara-negara lainnya (Salvatore, 1997:100).
C. Hubungan Antar Variabel
Pendapatan nasional digunakan oleh suatu negara untuk mengukur dan
sebagai alat pengamat prestasi kegiatan ekonomi. Pendapatan nasional yang
biasanya digunakan oleh suatu negara untuk mengukur kegiatan
perekonomian yaitu PDB (Produk Domestik Bruto). PDB merupakan nilai
barang dan jasa dalam suatu negara yang diproduksikan oleh faktor-faktor
produksi milik warga negara tersebut dan negara asing. PDB dapat
mencerminkan bagaimana aktivitas perdagangan baik itu dalam segi ekspor
maupun segi impor di suatu negara. (Sukirno, 2013:206).
Menurut Sukirno (2013:206) ekspor secara langsung akan
mempengaruhi pendapatan nasional disuatu negara. Apabila ekspor
meningkat maka akan menaikkan pendapatan nasional (PDB) disuatu negara.
55
Peningkatan ekspor akan menunjukkan bahwa produk dalam negeri Indonesia
mampu terus bersaing di pasar luar negeri dengan memperluas pasar ekspor
dan permintaan dari pasar luar negeri terus meningkat. Ekspor menjadi fokus
utama dalam perdagangan internasional yang memiliki pengaruh besar dalam
peningkatan pendapatan nasional. Meningkatnya pendapatan nasional di
suatu negara maka negara tersebut akan kecenderungan untuk memproduksi
barang dan jasa yang nantinya akan meningkatkan jumlah permintaan ekspor
di suatu negara. Berdasarkan hal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
PDB memiliki pengaruh yang positif terhadap ekspor.
Perdagangan internasional umumnya akan berkaitan dengan istilah
terms of trade atau nilai tukar perdagangan yang juga memiliki pengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi. Nilai tukar perdagangan (terms of trade)
memiliki pengaruh yang besar terhadap kesejahteraan suatu negara, dan nilai
tukar perdagangan (terms of trade) juga menggambarkan posisi perdagangan
internasional suatu negara. Ketika kondisi penawaran dan permintaan suatu
negara berubah dari waktu ke waktu maka kurva penawaran dan permintaan
juga akan bergeser. Ketika kondisi tersebut terjadi, maka volume dan nilai
tukar perdagangan (term of trade) dari negara yang bersangkutan juga akan
mengalami perubahan. Peningkatan atau perbaikan nilai tukar perdagangan
(term of trade) di suatu negara akan dianggap menguntungkan bagi negara itu
sendiri, karena harga yang diperoleh negara tersebut dari ekspor akan
meningkat secara relatif (salvatore, 1997, 93). Lemah dan kuatnya posissi
suatu negara dalam perdagangan internasional dapat terlihat dari indeks nilai
56
terms of trade. Nilai tukar perdagangan (terms of trade) suatu negara di
bawah 100%, maka dapat dikatakan negara tersebut memiliki posisi yang
lemah dalam perdagangan internasional dan hal tersebut tidak
menguntungkan bagi perekonomian negara tersebut. Hal yang
menguntungkan bagi perekonomian suatu negara adalah ketika nilai tukar
perdagangan (terms of trade) suatu negara di atas 100%, dimana indeks harga
ekspor lebih tinggi dibandingkan dengan indeks harga impor. Perubahan
ekspor dan impor sangat mempengaruhi kondisi perdagangan internasional
dan perkonomian (Salvatore, 1997:247).
D. Model Konsep
Pertumbuhan ekonomi merupakan sebuah acuan untuk mengukur
prestasi dari perkembangan suatu ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dalam
kegiatan perekonomian adalah perkembangan fiskal produksi barang dan jasa
yang berlaku di suatu negara, seperti peningkatan jumlah produksi barang
industri, perkembangan insftrastruktur, peningkatan produksi sektor jasa dan
peningkatan produksi barang modal. Ukuran yang dipakai suatu negara untuk
mengukur pertumbuhan ekonomi adalah tingkat pertumbuhan pendapatan
nasional riil yang dicapai (Sukirno, 2013:423). Upaya yang dilakukan oleh
suatu negara untuk meningkatkan pertumbuhan pendapatan nasioanl riil
adalah dengan meningkatkan output negara tersebut. Tingkat output suatu
negara akan mengalami kenaikan ketika negara tersebut meningkatkan
keunggulan yang komparatif pada produksi dan ekspor.
57
Perdagangan internasional memiliki peran yang penting untuk
perekonomian suatu negara, khususnya ekspor. Ekspor memiliki peran yang
sangat penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Negara-
negara di dunia berupaya untuk meningkatakan produktivitas ekspor mereka
untuk dapat menaikkan pertumbuhan ekonominya. Suatu negara yang
melakukan kegiatan ekspor maka akan meningkatkan cadangan devisa, yang
nantinya devisa tersebut digunakan untuk membiayai impor dan
pembangunan sektor-sektor ekonomi dalam negeri. Pertumbuhan ekspor akan
membuat korelasi positif antara peningkatan cadangan devisa, pertumbuhan
impor, pertumbuhan output dalam negeri, peningkatan kesempatan kerja dan
pendapatan masyarakat serta pertumbuhan produk domestik bruto (PDB)
(Tulus Tambunan, 2000:1). Kegiatan ekspor suatu negara dapat dikategorikan
sebagai impor dari mitra dagang dan hal tersebut akan berhubungan dengan
nilai tukar perdagangan (terms of trade).
Nilai tukar perdagangan merupakan rasio harga komoditas ekspor
terhadap harga komoditas impor. Perbaikan nilai tukar perdagangan sutau
negara dianggap menguntungkan bagi negara dalam arti bahwa harga yang di
terima negara untuk ekspor meningkat relatif terhadap harga yang dibayar
untuk impor (Salvatore, 2014:96). Suatu negara mengalami pertumbuhan, apa
pun sumber dan tipe nya yang dapat meningkatkan volume perdagangan
negara tersebut itu didasarkan harga-harga konstan, maka nilai tukar
perdagangan cenderung merosot. Pertumbuhan tersebut menurunkan volume
perdagangan internasional berdasarkan harga konstan, maka nilai tukar
58
perdagangan negara tersebut justru akan membaik. Berikut ini adalah model
konsep penelitian:
Gambar 4. Model Konsep
Sumber:Olahan Peneliti, 2016
E. Hipotesis
Keterangan:
:Pengaruh secara parsial
:Pengaruh secara simultan
Gambar 5. Model Hipotesis
Sumber:Olahan Peneliti, 2017
Hipotesis 1 : Ekspor berpengaruh secara signifikan terhadap PDB Indonesia.
Hipotesis 2 : Nilai Tukar Perdagangan (terms of trade) berpengaruh secara
signifikan terhadap PDB Indonesia.
Perdagangan
Internasional
Pertumbuhan
Ekonomi
H2
H1
H3
Ekspor
(X1)
Nilai Tukar
Perdagangan (Terms
of Trade) (X2)
Produk Domestik
Bruto (PDB)
(Y)
59
Hipotesis 3 : Ekspor dan Nilai tukar perdagangan (terms of trade)
berpengaruh signifikan secara simultan terhadap PDB Indonesia.
60
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah jenis penelitian explanatory
(penjelasan) dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Silalahi (2010:30)
penelitian penjelasan bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara dua atau
lebih gejala atau variabel, baik arah maupun kekuatan hubungannya.
Penelitian ini menggunakan penelitian penjelasan dikarenakan peneliti ingin
mengetahui pengaruh ekspor dan nilai tukar perdagangan (terms of trade)
terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berfokus pada Produk
Domestik Bruto (PDB).
B. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Kementerian Perdagangan Indonesia dengan
pertimbangan sebagai lembaga pemerintah yang bertanggung jawab dalam
aktivitas perdagangan yang dilakukan oleh Indonesia baik dalam negeri
maupun luar negeri serta sebagai pembuat kebijakan mengenai perizinan
perdagangan luar negeri. Peneliti melakukan penelitian di Kementerian
Perdagangan Indonesia, penelitian juga dilakukan di Badan Pusat Statistik
Indonesia (BPS). Penelitian di BPS dilakukan dengan pertimbangan sebagai
salah satu lembaga pemerintah non kementerian yang ada di Indonesia yang
bertugas sebagai penghimpun data statistik dari survey yang telah dilakukan
60
61
oleh BPS maupun pemerintah lainnya yang dijadikan sebagai data sekunder.
Penelitian juga dilakukan di Worldbank, dengan pertimbangan bahwa
Worldbank merupakan salah satu lembaga keuangan dunia dan juga
menghimpun data statistik dari seluruh dunia, serta penelitian ini juga
dilakukan di Trading Economis dan EOCD dengan pertimbangan bahwa situs
tersebut merupakan salah satu lembaga penghimpun data statistik dari seluruh
dunia. Seluruh data resmi mengenai kegiatan ekspor, terms of trade dan PDB
Indonesia dapat ditelusuri melalui situs resmi yaitu 1) Kementerian
Perdagangan Indonesia melalui www.kemendag.go.id; 2) BPS melalui
www.bps.go.id; 3) Worldbank melalui www.worldbank.org; 4)
www.tradingeconomics.com; 5) www.EOCD.org.
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah:
a. Variabel Bebas (X)
Variabel bebas yang digunakan terdiri dari Ekspor (X1), Nilai Tukar
Perdagangan (terms of trade) (X2).
b. Variabel Terikat (Y)
Variabel terikat yang digunakan adalah Produk Domestik Bruto (PDB)
(Y).
62
2. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Tabel 7. Definisi Operasional Variabel (DOV)
No. Konsep Variabel Definisi Variabel Indikator Skala
Perdagangan
Internasional
Ekspor
(X1) Pengiriman dan
penjualan
barang buatan
dalam negeri ke
negara lain.
Aktivitas ekspor
pada
M* =
M*(q,Y*)
(Sumber:
Hakim,
2012)
Jutaan
USD
Nilai
Tukar
Perdagan
gan
(terms of
trade)
(X2)
perbandingan
rasio indeks
harga ekspor
terhadap rasio
indeks harga
impor,
kemudian akan
dikalikan 100
untuk
mengekspresika
n nilai tukar
perdagangan
dalam
persentase
N =
x100
(Sumber:
Nopirin,
2014)
%
2. Pertumbuhan
Ekonomi
Indonesia
PDB
(Y)
Pendapatan
Domestik Bruto
dapat diukur
dengan
penjumlahan
antara
pengeluaran
konsumsi rumah
tangga,
pengeluaran
konsumsi
pemerintah,
pembentukan
modal tetap
domestik bruto,
perubahan stock,
kemudian ekspor
barang dan jasa
dikurangi dengan
impor barang dan
jasa.
Y = C +
G + I +
(X – M)
(Sumber:
Sukirno,
2011)
USD
Sumber: Olahan Peneliti, 2017
63
D. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
(Sugiyono, 2010:115). Populasi dalam penelitian ini adalah negara Indonesia.
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karateristik yang diambil oleh
populasi tersebut (Sugiono, 2010:116). Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan sampel jenuh atau sensus untuk mendapatkan
akurasi data yang representatif. Adapun sampel dalam penelitian yaitu nilai
ekspor Indonesia dari bulan Januari 2008 hingga Desember 2016, terms of
trade Indonesia dari bulan Januari 2008 hingga Desember 2016 dan PDB
Indonesia dari bulan Januari 2008 hingga Desember 2016. Sampel dalam
penelitian ini sejumlah 108 sampel dengan cara perhitungan rentang
pengambilan data sebanyak 9 tahun dan masing-maisng data berjumlah 12
bulan, karena peneliti mengambil sampel data bulanan semla periode 2008
hingga 2016.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan teknik
dokumentasi. Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan
menggunakna tulisan-tulisan. Data yang digunakan dalam penelitian yaitu
ekspor, terms of trade, dan PDB Indonesia. Sumber data didapatkan dari
berbagai website resmi seperti Badan Pusat Statistik, Kementerian
64
Perdagangan, dan Worldbank, serta didapat dari website Tranding Economic
dan EOCD. Data penelitian didapatkan melalui situs resmi dari masing-
masing website. Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan
menggunakan tulisan-tulisan sebagai bagian dari data seperti:
1. Data ekspor Indonesia dari tahun 2008 hingga tahun 2016 dari situs resmi
BPS www.bps.go.id dan Kementerian Perdagangan www.kemendag.go.id.
2. Data nilai tukar perdagangan (terms of trade) 2008 hingga tahun 2016 dari
situs resmi Worldbank dan OECD Data www.data.oecd.org.
3. Data Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dari tahun 2008 hingga
tahun 2016 dari situs resmi Worldbank.
F. Metode Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan bantuan software
Statistical Package for Social Sciences (SPSS) 21.0. Analisis data digunakan
untuk menjawab rumusan masalah yang ada. Analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini, yaitu:
1. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif merupakan teknik untuk pencatatan,
pengorganisasian, dan peringkasan informasi dari data numerik ke bentuk
lain yang dapat digunakan dan dapat dikomunikasikan atau dapat
dimengerti (Silalahi, 2010:336). Penelitian ini akan mendeskripsikan
mengenai kegiatan perdagangan luar negeri yang dilakukan oleh
Indonesia, mendeskripsikan mengenai kegiatan ekspor dan nilai tukar
65
perdagangan (terms of trade) Indonesia dapat mempengaruhi PDB
Indonesia.
2. Analisis Statistik Inferensial
Statistik inferensial merupakan teknik untuk mengetahui atau
mengukur derajat hubungan atau perbedaan antara dua variabel atau lebih
dengan penggeneralisasian informasi atau secara lebih spesifik membuat
simpulan dari data sampel untuk populasi yang didasarkan pada sampel
yang diambil dari populasi (Silalahi, 2010:337). Penelitian ini akan
melakukan uji statistik inferensial dengan menggunakan SPSS 21.0.
Adapun uji statistik inferensial dalam analisis regresi linier berganda
sebagai berikut:
a. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik digunakan untuk meyakinkan bahwa persamaan
garis regresi yang diperoleh adalah linier atau BLUE (Best Linier
Unbiased Estimator) dan menghasilkan data yang valid dan tidak bias
yang dapat digunakan untuk peramalan (forcasting). Model regresi
linier berganda dapat dikatakan baik apabila dinyatakan bebas dari
asumsi-asumsi klasik, yaitu:
1) Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas digunakan untuk menguji apakah pada
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas.
Apabila terjadi korelasi, maka hal tersebut dinamakan problem
66
multikolinieritas (Ghozali, 2011). Cara mendeteksi ada atau tidaknya
multikolinieritas dalam model regresi antara lain:
a) Nilai R2
yang dihasilkan suatu estimasi model regresi empiris
sangat tinggi, akan tetapi secara individual variabel bebas tersebut
terdapat yang tidak signifikan mempengaruhi variabel terikat.
b) Menganalisis matrik korelasi variabel bebas. Apabila antar
variabel bebas terjadi korelasi yang cukup tinggi (diatas 0,90),
maka hal tersebut merupakan indikasi adanya multikolinieritas.
Multikolinieritas dapat dilihat dari (1) nilai tolerance dan
lawannya, (2) Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran
tersebut akan menunjukkan setiap variabel bebas manakah yang
dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Tolerance mengukur
variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh
variabel bebas lainnya. Nilai tolerance yang rendah sama dengan
nilai VIF yang tinggi (VIF = 1/ Tolerance). Jika variabel bebas
saling berkorelasi maka variabel-variabel ini tidak ortogonal, yaitu
variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas sama
dengan nol. Uji multikolieritas bertujuan untuk menguji korelasi
antar variabel bebas dalam model regresi yang baik, yaitu tidak
terjadi korelasi diantara variabel bebas. Penelitian ini menguji
multikolinieritas dengan cara melihat Variance Inflation Factor
(VIF) untuk menunjukkan setiap variabel bebas lainnya. variabilitas
variabel bebas yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel
67
bebas lainnya diukur oleh nilai cut off multikolinieritas sebesar VIF
≥ 10 dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Jika VIF ≥ 10, maka terjadi multikolinieritas.
b) Jika VIF < 10, maka tidak terjadi multikolieritas (Ghozali,
2013:105-106).
2) Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan menguji korelasi antara kesalahan
pengganggu (residual) pada saat t dengan kesalahan pengganggu
pada periode t-1 atau sebelum t dalam model regresi linier. Korelasi
atau problem autokorelasi timbul karena residual tidak bebas dari
satu observasi ke observasi lain yang sering ditemukan pada data
time series. Penelitian ini mendeteksi autokorelasi dengan Run Test
sebagai bagian dari statistik nonparametrik untuk menguji korelasi
yang tinggi antar residual dan kemungkinan residual terjadi secara
random atau tidak. Berikut dasar analisis yang digunakn pada Run
Test:
a) Jika nilai signifikan ≥ taraf nyata (0,05), maka residual random
atau tidak terjadi gejala autokorelasi antar nilai residual.
b) Jika nilai signifikasi < taraf nyata (0,05), maka residual tidak
random atau terjadi gejala autokorelasi antar nilai residual
(Ghozali, 2013:120-121).
68
3) Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lainnya. Homoskedastisitas merupakan
jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya
tetap, tetapi jika varians tersebut berbeda hal itu dinamakan
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah jika terjadi
homoskedastisitas (Ghozali, 2011). Cara untuk mengetahui terjadi
atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot
antara nilai prediksi variabel terikat yaitu ZPRED dengan
residualnya SRESID. Mendeteksi heteroskedastisitas dapat
dilakukan dengan melihat apakah ada atau tidak pola tertentu pada
grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED, dimana sumbu Y
adalah sumbu yanh telah di prediksi, dan sumbu X adalah residual
yang telah di studentized. Dasar untuk menganalisis hal tersebut
adalah :
a) Apabila terdapat pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk
pola tertentu (bergelombang, melebar kemudian menyempit),
maka hal tersebut menyatakan telah terjadi heteroskedastisitas.
b) Apabila tidak terdapat pola yang jelas, titik-titik menyebar di atas
dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka hal tersebut
menyatakan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas.
69
4) Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji kemungkinan variabel
residual memiliki distribusi normal dalam model regresi karena uji
signifikasi simultan (uji F) dan uji signifikasi parameter individual
(uji t) mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi
normal, maka bila dilanggar uji statistik menjadi tidak valid untuk
jumlah sampel kecil (Ghozali, 2013:160). Penelitian ini menguji
normalitas dengan menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov dengan
membandingkan antara distribusi data yang akan diuji dan distribusi
normal baku. Berikut dasar analisis yang digunakan pada uji
Kolmogrov-Smirnov:
a) Jika nilai signigikansi ≥ taraf nyata (0,05), maka distribusi data
dinyatakan normal.
b) Jika nilai signifikansi < taraf nyata (0,05), maka distribusi data
dinyatakan tidak normal.
b. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda adalah suatu teknik statistik yang
dapat digunakan untuk menganalisis pengaruh dan hubungan antara
satu variabel terikat tunggal dengan beberapa variabel bebas untuk
menggunakan nilai variabel-variabel bebas dalam memprediksi nilai
variabel terikat tunggal yang diteliti (Silalahi, 2010:430-431). Terdapat
dua persamaan analisis regresi linier berganda dalam penelitian ini.
Adapun persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:
70
1) Persamaan Regresi Linier Berganda Ekspor dan nilai tukar
perdagangan (terms of trade) terhadap PDB Indonesia
Keterangan:
: PDB Indonesia
: Konstanta
: Koefisien regresi parsial variabel Ekspor
: Koefisen regresi parsial variabel nilai tukar perdagangan
(terms of trade)
: Ekspor
: terms of trade
: Faktor residual
c. Uji t
Hipotesis pertama, dan kedua menggunakan uji t untuk
menunjukkan pengaruh secara parsial variabel-variabel bebas terhadap
variabel terikat (Ghozali, 2013:98). Uji t menggunakan beberapa dasar
analisis untuk menentukan pengaruh dan hubungan variabel dalam
penelitian. Berikut dasar analisis yang digunakan pada uji t:
1) Perbandingan thitung dengan ttabel
a) Jika │thitung│≤ ttabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak.
b) Jika │thitung│> ttabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima.
2) Perbandingan nilai signifikansi dengan taraf nyata
71
a) Jika nilai signifikansi ≥ taraf nyata (0,05), maka H0 diterima dan
H1 ditolak.
b) Jika nilai signifikansi < taraf nyata (0,05), maka H0 ditolak dan H1
diterima.
Hipotesis yang digunakan dalam uji signifikansi pengaruh adalah:
1) H01 : Ekspor tidak berpengaruh terhadap PDB Indonesia
H1 : Ekspor berpengaruh positif terhadap PDB Indonesia.
2) H02 : Nilai tukar perdagangan (terms of trade) tidak berpengaruh
terhadap PDB Indonesia.
H2 : Nilai tukar perdagangan (terms of trade) berpengaruh positif
terhadap PDB Indonesia.
d. Uji F
Hipotesis ketiga menggunakan uji F untuk menunjukkan
pengaruh secara simultan variabel-variabel bebas terhadap variabel
terikat (Ghozali, 2013:98). Uji F menggunakan beberapa dasar analisis
untuk menentukan pengaruh dan hubungan variabel dalam penelitian.
Berikut dasar analisis yang digunakan pada uji F:
1) Perbandingan Fhitung dengan Ftabel
a) Jika Fhitung ≤ Ftabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak.
b) Jika Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima.
2) Perbandingan nilai signifikansi dengan taraf nyata
a) Jika nilai signifikansi ≥ taraf nyata (0,05), maka H0 diterima dan
H1 ditolak.
72
b) Jika nilai signifikansi < taraf nyata (0,05), maka H0 ditolak dan H1
diterima.
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Ho : Ekspor dan nilai tukar perdagangan (terms of trade) tidak
berpengaruh secara bersama-sama terhadap PDB Indonesia.
2) Ha : Ekspor dan nilai tukar perdagangan (terms of trade)
berpengaruh secara bersama-sama terhadap GDP Indonesia
e. Analisis Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengukur
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat dengan
nilai antara nol dan satu. Nilai R2 = 0 berarti variabel bebas tidak
memiliki kemampuan dalam menjelaskan variasi variabel terikat dan
nilai R2 = 1 berarti variabel bebas memiliki kemampuan dalam
menjelaskan variasi variabel terikat. Secara umum data time series
memiliki nilai koefisien determinasi yang tinggi dengan kelemahan bias
terhadap jumlah variabel bebas yang dimasukkan ke dalam model. Bias
atau penambahan variabel bebas yang meningkatkan R2 tanpa melihat
signifikansi variabel menjadi dasar peneliti menggunakan adjusted R2
karena memiliki sensitivitas atas perubahan jumlah variabel bebas
(Ghozali, 2013:97).
73
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Perdagangan Internasional Indonesia
Indonesia merupakan salah satu negara yang melakukan kegiatan
pergadangan internasional untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi
negara. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya dan
hal tersebut menjadi keuntungan bagi Indonesia untuk bersaing dengan
negara lain dalam perdagangan internasional. Tahun 2016 sejumlah hasil
bumi menjadi aset vital untuk perekonomian nasional di Indonesia dan
menjadikan beberapa sumber daya hasil bumi dalam negeri komoditi
ekspor Indonesia menjadi andalan di pasar internasional , antara lain:
a. Kepala sawit, yang saat ini mendominasi pasar minyak sawit dengan
produksi mencapai 31 juta ton per tahun;
b. Beras, dari 744 ton beras yang di produksi dunia yang di poduksi di
Indonesia hampir mencapai 10%;
c. Batu bara, Indonesia mencapai 7,2% dari total produksi dunia dan
hal tersebut mendatangkan banyak devisa untuk negara;
d. kakao yang di produksi Indonesia menempati produsen tersebar
ketiga di dunia;
73
74
e. Energi geothermal, Indonesia berlimpah energi panas bumi dan hal
tersebut juga dimanfaatkan sebagai komoditi ekspor dan sebagian
besar energi panas bumi di produksi di PLTP Gunung Salak.
f. Biji kopi, Indonesia merupakan produsen biji kopi terbesr ketiga di
dunia setelah Brazil dan Vietnam, walaupun saat ini efektifitas
produksi di Indonesia masih tertinggal dari kedua negara tersebut.
g. Karet alam, Indonesia tercatat sebagai produsen karet terbesar kedua
di dunia setalah Thailand dan Indonesia mampu memproduksi karet
alam mencapai 3,2 ton per tahun (okezone.com, 2016).
Menurut data BPS tahun 2015 Indonesia menghadapi tantangan
besar dalam perdagangan internasional dalam target pertumbuhan
ekonomi, peningkatan ekspor dan kebijakan –kebijakan lainnya dari
negara lain terhadap Indonesia. Beberapa tahun terakhir pertumbuhan
ekspor indonesia melambat karena melemahnya Rupiah terhadap US
dollar akibat dari krisis global perekonomian dunia. Melambatnya
pertumbuhan ekspor Indonesia juga melemahkan posisi Indonesia dalam
perdagangan Internasional. Indonesia memiliki beberapa komoditi ekspor
dari sektor kekayaan alam Indonesia yang menjadi andalan dalam
perdagangan internasional, akan tetapi kontribusi yang diberikan
terhadap PDB masih kurang dari 20% dibandingkan dengan sektor
manufaktur dan kontruksi yang mencapai 48% yang membuat impor
semakin besar.
75
2. PDB Indonesia
World bank mencatat bahwa terjadi penurunan perekonomian
global yang disebabkan oleh krisis yang disebabkan oleh krisis ekonomi
global di akhir 2000-an memiliki dampak yang relatif kecil pada
perekonomian Indonesia dibandingkan dengan dampak yang dialamai
negara lain. Indonesia menjadi salah satu negara yang terkena dampak
krisis ekonomi global yang menyebabkan perlambatan pertumbuhan
ekonomi. Salah satu faktor yang menyebabkan penurunan nilai ekspor
Indonesia adalah turunnya harga komoditas dan melambatnya
perekonomian negara mitra dagang Indonesia. Pada awal tahun 2009
PDB Indonesia turun dari 6,01% di tahun 2008 menjadi 4,6%. Kemudian
pada tahun 2010 dan 2011 PDB Indonesia meningkat, akan tetapi setelah
2011 pertumbuhan PDB Indonesia muai melambat. Setiap tahun
pemerintah menetapkan prediksi pertumbuhan PDB yang ingin dicapai,
tetapi hal tersebut tidak dapat terealisasi karena dampak krisis ekonomi
global masih menjadi penghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Indonesia mengalami penurunan yang tajam pada harga komoditi,
turunnya harga saham, dan melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap US
Dollar yang menyebabkan melambatkan pertumbuhan PDB Indonesia.
76
B. Penyajian Data
Periode data dalam penelitian ini adalah data bulanan Januari tahun
2008 hingga Desember tahun 2016. Berikut data dan deskripsi statistik dalam
penelitian ini.
Tabel 8. Data Ekspor Indonesia, Nilai Tukar Perdagangan (Terms of
Trade) Indonesia, dan PDB Indonesia Tahun 2008 hingga
2016
Tahun Bulan Ekspor
Indonesia
Nilai Tukar
Perdagangan
Indonesia
(Terms of
Trade)
PDB
Indonesia
USD % USD
X1 X2 Y
2008 Januari 11191.58 99.96 45900.00
Februari 10545.54 100.76 45000.00
Maret 12008.88 100.73 44100.00
April 10921.68 100.89 43300.00
Mei 12910.25 98.42 42700.00
Juni 12818.44 99.45 42100.00
Juli 12527.86 98.71 41700.00
Agustus 12466.89 99.93 41300.00
September 12277.18 99.36 41100.00
Oktober 10789.91 98.90 41000.00
November 9665.71 99.72 41000.00
Desember 8896.50 99.59 41100.00
2009 Januari 7280.11 102.37 41300.00
Februari 7134.32 102.97 41600.00
Maret 8614.73 101.51 42000.00
April 8453.96 100.26 42500.00
Mei 9208.77 102.08 43200.00
Juni 9381.48 101.15 43900.00
Juli 9684.15 101.51 44800.00
Agustus 10543.78 101.80 45700.00
September 9842.57 102.27 46800.00
Oktober 12242.67 102.51 48000.00
November 10775.36 101.32 49200.00
Desember 13348.13 102.00 50600.00
2010 Januari 11595.87 98.52 55800.00
77
Lanjutan Tabel 8.
Tahun Bulan Ekspor
Indonesia
Nilai Tukar
Perdagangan
Indonesia
(Terms of
Trade)
PDB
Indonesia
USD % USD
X1 X2 Y
2010 Februari 11166.45 99.19 57200.00
Maret 12774.37 98.69 58600.00
April 12035.25 100.05 60000.00
Mei 12619.13 100.72 61300.00
Juni 12330.11 101.28 62600.00
Juli 12486.97 99.35 63800.00
Agustus 13726.52 99.44 65000.00
September 12181.63 100.03 66100.00
Oktober 14399.64 100.21 67200.00
November 15633.28 101.10 68300.00
Desember 16829.89 101.48 69300.00
2011 Januari 14606.25 102.96 70700.00
Februari 14415.28 103.63 71600.00
Maret 16365.95 102.23 72400.00
April 16554.24 101.77 73200.00
Mei 18287.44 101.42 73900.00
Juni 18386.86 102.33 74500.00
Juli 17418.47 101.70 75100.00
Agustus 18647.83 102.00 75600.00
September 17543.41 102.12 76000.00
Oktober 16957.74 100.53 76400.00
November 17235.46 101.53 76700.00
Desember 17077.69 102.32 76900.00
2012 Januari 15570.07 98.00 76000.00
Februari 15695.44 98.20 76100.00
Maret 17251.52 95.29 76200.00
April 16173.19 95.35 76400.00
Mei 16829.55 97.21 76500.00
Juni 15441.46 96.48 76600.00
Juli 16090.60 97.05 76600.00
Agustus 14047.01 97.46 76700.00
September 15898.12 95.55 76700.00
Oktober 15324.04 96.23 76700.00
November 16316.91 97.00 76700.00
78
Lanjutan Tabel 8.
Tahun Bulan Ekspor
Indonesia
Nilai Tukar
Perdagangan
Indonesia (Terms
of Trade)
PDB
Indonesia
USD % USD
X1 X2 Y
2012 Desember 15393.95 97.11 76700.00
2013 Januari 15375.49 95.24 76500.00
Februari 15015.63 91.56 76400.00
Maret 15024.58 93.84 76400.00
April 14760.89 93.81 76300.00
Mei 16133.36 93.17 76200.00
Juni 14758.82 92.66 76100.00
Juli 15087.86 91.58 76100.00
Agustus 13083.71 91.69 75900.00
September 14706.78 92.01 75800.00
Oktober 15698.33 93.90 75700.00
November 15938.56 93.27 75600.00
Desember 16967.80 93.27 75400.00
2014 Januari 14472.62 93.30 75100.00
Februari 14634.17 95.96 75000.00
Maret 15192.78 95.78 74800.00
April 14292.52 92.81 74700.00
Mei 14823.66 91.81 74500.00
Juni 15409.49 94.61 74300.00
Juli 14124.15 92.98 74100.00
Agustus 14481.65 97.48 74000.00
September 15275.85 93.72 73800.00
Oktober 15292.89 95.17 73600.00
November 13544.73 92.11 73400.00
Desember 14436.34 92.35 73200.00
2015 Januari 13244.88 91.40 73000.00
Februari 12172.80 95.27 72800.00
Maret 13634.04 95.17 72600.00
April 13104.60 92.35 72400.00
Mei 12754.66 91.39 72200.00
Juni 13514.10 93.10 72000.00
Juli 11465.78 92.61 71700.00
Agustus 12726.04 96.73 71500.00
September 12588.36 97.00 71300.00
79
Lanjutan Tabel 8.
Tahun Bulan Ekspor
Indonesia
Nilai Tukar
Perdagangan
Indonesia
(Terms of
Trade)
PDB
Indonesia
USD % USD
X1 X2 Y
2015 Oktober 12121.74 100.10 71100.00
November 11122.18 91.35 70800.00
Desember 11917.11 96.41 70600.00
2016 Januari 10581.88 100.61 75100.00
Februari 11316.73 101.64 75000.00
Maret 11812.13 101.20 74000.00
April 11689.75 100.24 74500.00
Mei 11517.41 101.89 74600.00
Juni 13206.12 101.22 74300.00
Juli 9649.50 100.57 74200.00
Agustus 12753.92 100.21 74300.00
September 12579.75 102.55 73900.00
Oktober 12743.74 101.95 73800.00
November 13502.92 102.06 73900.00
Desember 13832.36 101.17 73300.00
Maksimum 18647.83 103.63 76900.00
Minimum 71434.32 91.35 41000.00
Rata-rata 13508.55 98.11 66405.56
Sumber: Data Diolah dari Badan Pusat Statistik, OECD (Organisation for
Economic Co-operation and Development), dan World bank, 2008-2016.
1. Ekspor Indonesia
Ekspor Indonesia sebagai variabel X1 dengan data yang ditunjukkan
pada Tabel 8 data ekspor Indonesia pada tabel 8 merupakan data Ekspor
Indonesia per bulan selama tahun 2008 hingga 2016. Nilai awal Ekspor
Indonesia dalam penelitian ini adalah USD 11191.58 Juta pada bulan
Januari tahun 2008 dan nilai akhir ekspor Indonesia dalam penelitian ini
adalah USD 13832.36 Juta pada bulan Desember tahun 2016. Nilai
80
Ekspor Indonesia tertinggi selama periode penelitian sebesar USD
18647.83 juta pada bulan Agustus tahun 2011 dan nilai Ekspor Indonesia
terendah selama periode penelitian sebesar USD 71434.32 juta pada
bulan Februari 2009. Berdasarkan data tersebut, selama 9 tahun terakhir
rata-rata nilai Ekspor Indonesia sebesar USD 13508.55 juta per bulan.
2. Nilai Tukar Perdagangan (Terms of Trade) Indonesia
Nilai Tukar Perdagangan (Terms of Trade) Indonesia sebagai
variabel X2 dengan data yang ditunjukkan pada Tabel 8. Data Nilai Tukar
Perdagangan (Terms of Trade) Indonesia pada tabel 8 merupakan data
Nilai Tukar Perdagangan (Terms of Trade) Indonesia per bulan selama
tahun 2008 hingga 2016. Nilai awal Nilai Tukar Perdagangan (Terms of
Trade) Indonesia dalam penelitian ini adalah 99,96% pada bulan Januari
tahun 2010 dan nilai akhir Nilai Tukar Perdagangan (Terms of Trade)
Indonesia dalam penelitian ini adalah 101,17% pada bulan Desember
tahun 2016. Nilai Tukar Perdagangan (Terms of Trade) Indonesia
tertinggi selama periode penelitian sebesar 103,63% pada bulan Februari
tahun 2011 dan Nilai Tukar Perdagangan (Terms of Trade) Indonesia
terendah selama periode penelitian sebesar 91,35 pada bulan November
tahun 2015. Berdasarkan data tersebut, selama 9 tahun terakhir rata-rata
Nilai Tukar Perdagangan (Terms of Trade) Indonesia 98,11% per bulan.
3. PBD Indonesia
PDB Indonesia sebagai variabel Y dengan data yang ditunjukkan
pada Tabel 8. Data PDB Indonesia pada tabel 8 merupakan data PDB
81
Indonesia per bulan selama tahun 2008 hingga 2016. Nilai awal PDB
Indonesia dalam penelitian ini adalah USD 45900.00 juta pada bulan
Januari tahun 2008 dan nilai akhir PDB Indonesia dalam penelitian ini
adalah USD 73300.00 juta pada bulan Desember tahun 2016. Nilai PDB
Indonesia tertinggi selama periode penelitian sebesar USD 76900.00 juta
pada bulan Desember 2016 dan nilai PDB Indonesia terendah selama
periode penelitian sebesar USD 41000.00 juta pada Oktober dan
November tahun 2008. Berdasarkan data tersebut, selama 9 tahun
terakhir rata-rata akumulasi PDB Indonesia sebesar USD 66405.56 juta
per bulan.
C. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Multikolinearitas
Tabel 9. Collinearity Statistics pada Koefisien Regresi
Variabel Bebas VIF
(PDB Indonesia)
Ekspor Indonesia 1,071
Nilai Tukar Perdagangan (Terms of
Trade)
1,071
Sumber: Output SPSS Diolah, 2017.
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji korelasi antar
variabel bebas dalam model regresi yang baik, yaitu tidak terjadi korelasi
diantara variabel bebas. Tabel 9 menunjukkan variabel bebas memiliki
VIF sebesar 1,071 dan 1,071. Berdasarkan dasar analisis yang telah
ditetapkan, dapat disimpulkan bahwa variabel Ekspor Indonesia dan Nilai
82
Tukar Perdagangan (Terms of Trade) terbebas dari masalah
multikolinieritas, yaitu VIF < 10.
2. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan menguji korelasi antara kesalahan
residual pada periode saat t dengan kesalahan pengganggu pada periode
t-1 atau sebelum t dalam model regresi linier. Berikut ini adalah hasil uji
autokorelasi dengan menggunakan SPSS 21.0:
Tabel 10. Runs Test Variabel PDB Indonesia
Sumber: Output SPSS Diolah, 2017
Berdasarkan Tabel 10 menunjukkan bahwa nilai signifikansi lebih
besar dengan taraf nyata 0,05 untuk seluruh variabel terikat, yaitu 0,122
untuk PDB Indonesia. Berdasarkan dasar analisis yang telah ditetapkan,
dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini acak atau
tidak terjadi gejala autokorelasi antar nilai residual, yaitu nilai
signifikansi ≥ taraf nyata (0,05).
83
3. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan menguji terjadinya ketidaksamaan
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain dalam
model regresi dan dikatakan baik jika terjadi homoskedastisitas, bukan
sebaliknya atau heterokedastisitas. Berikut ini merupakan haisl uji
heterokedastisitas dengan menggunakan SPSS 21.0:
Gambar 6. Grafik Scatterplot Variabel Y (PDB Indonesia)
Sumber: Output SPSS Diolah, 2017.
Berdasarkan grafik gambar 6 menunjukkan bahwa pola titik-titik
sampel menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu X dan Y
untuk seluruh variabel terikat yang diuji. Berdasarkan dasar analisis yang
telah ditetapkan, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah
heterokedastisitas pada data yang digunakan dalam penelitian.
84
4. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji kemungkinan variabel
residual memiliki distribusi normal dalam model regresi karena uji F dan
uji t mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal,
maka bila dilanggar uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel
kecil. Berikut ini adalah hasil uji normalitas dengan menggunakan SPSS
21.0:
Tabel 11. Uji Kolmogorov-Smirnov Test Variabel PDB Indonesia
Sumber: Output SPSS Diolah, 2017
Berdasarkan pada tabel 11 menunjukkan nilai signifikansi lebih
besar dengan taraf nyata 0,05 untuk seluruh varibel terikat, yaitu pada
variabel PDB Indonesia sebesar 0,113. Berdasarkan dasar analisis yang
telah ditetapkan, dapat disimpulkan bahwa distribusi data dalam
penelitian ini adalah normal dan memenuhi asumsi normalitas, yaitu nilai
signifikansi ≥ taraf nyata (0,05).
85
D. Analisis Statistik Inferensial
1. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menganalisis
pengaruh antara variable Ekspor Indonesia dan Nilai Tukar Perdagangan
(Term of Trade) Indonesia dengan PDB Indonesia. Berdasarkan model
regresi, peneliti dapat mengetahui pengaruh antara variabel bebas dengan
variabel terikat. Melalui bantuan SPSS 21.0, diperoleh model regresi
sebagai berikut.
Tabel 12. Koefisiensi Regresi PDB Indonesia
Sumber: Output SPSS Diolah, 2017
Berdasarkan Tabel 12, persamaan regresi untuk PDB Indonesia, yaitu:
Y = 112.886,617 + 3,309X1 – 929,352X2
Persamaan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut.
1) Konstanta sebesar 112.886,617 yang berarti jika Ekspor Indonesia dan
Nilai Tukar Perdagangan (Term of Trade) bernilai nol, maka PDB
Indonesia sebesar 112.886,617 satuan.
2) Koefisien regresi variabel Ekspor Indonesia sebesar 3,309 yang
berarti jika Ekspor Indonesia mengalami kenaikan sebesar satu satuan,
maka PDB Indonesia akan mengalami kenaikan sebesar 3,309 satuan,
86
dengan asumsi cateris paribus. Koefisien bernilai positif, artinya
terjadi hubungan yang positif antara Ekspor Indonesia dengan PDB
Indonesia. Kenaikan Ekspor Indonesia akan menyebabkan kenaikan
PDB Indonesia secara signifikan.
3) Koefisien regresi variabel Nilai Tukar Perdagangan (Terms of Trade)
sebesar – 929,352 yang berarti jika Nilai Tukar Perdagangan (Terms
of Trade) mengalami kenaikan sebesar satu satuan, maka PDB
Indonesia akan mengalami penurunan sebesar – 929,352 satuan,
dengan asumsi cateris paribus. Koefisien bernilai negatif, artinya
terjadi hubungan yang negatif antara Nilai Tukar Perdagangan (Terms
of Trade) dengan PDB Indonesia. Kenaikan Nilai Tukar Perdagangan
(Terms of Trade) akan menyebabkan penurunan PDB Indonesia secara
signifikan.
2. Uji t
Hipotesis pertama dan kedua menggunakan uji t untuk
menunjukkan pengaruh secara parsial variabel-variabel bebas terhadap
variabel terikat. Uji t dilakukan untuk mengetahui masing-masing
pengaruh Ekspor Indonesia dan Nilai Tukar Perdagangan (Term of Trade)
Indonesia secara parsial terhadap variabel PDB Indonesia. Melalui bantuan
SPSS 21.0 diperoleh hasil sebagai berikut:
a. PDB Indonesia
Pada tabel 12 halaman 85 menunjukkan bahwa nilai signifikansi
0,000 lebih kecil dari taraf nyata 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.
87
Nilai |thitung| variabel Ekspor Indonesia | 9,690 | lebih besar dari nilai
ttabel 1,983 sehingga Ekspor Indonesia memiliki kontribusi terhadap
PDB Indonesia. Nilai t positif menunjukkan bahwa Ekspor Indonesia
mempunyai hubungan yang searah dengan ekspor PDB Indonesia.
Kesimpulan dari hasil tersebut, Ekspor Indonesia secara parsial
berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDB Indonesia.
Tabel 12 halaman 85 menunjukkan bahwa nilai signifikansi 0,000
lebih kecil dari taraf nyata 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Nilai
|thitung| variabel Nilai Tukar Perdagangan (Terms of Trade) | -3,697 |
lebih besar dari nilai ttabel -1,983 sehingga Nilai Tukar Perdagangan
(Terms of Trade) memiliki kontribusi terhadap PDB Indonesia. Nilai t
negatif menunjukkan bahwa Nilai Tukar Perdagangan (Terms of Trade)
mempunyai hubungan yang berlawanan arah dengan PDB Indonesia.
Kesimpulan dari hasil tersebut, Nilai Tukar Perdagangan (Terms of
Trade) secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap PDB
Indonesia.
3. Uji F
Hipotesis ketiga menggunakan uji F untuk menunjukkan pengaruh
secara bersama-sama variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat. Uji
F dilakukan untuk mengetahui pengaruh Ekspor dan Nilai Tukar
Perdagangan (Terms of Trade) Indonesia secara simultan terhadap PDB
Indonesia. Melalui bantuan SPSS 21.0 diperoleh hasil sebagai berikut:
88
Tabel 13. ANOVA PDB Indonesia
Sumber: Lampiran Output SPSS, 2017.
Tabel 13 menunjukkan bahwa nilai Fhitung 69,357 lebih besar dari
Ftabel 3,93 dengan nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari taraf nyata 0,05.
Berdasarkan kedua perbandingan tersebut, maka H0 ditolak dan H1
diterima. Kesimpulannya, Ekspor dan Nilai Tukar Perdagangan (Terms of
Trade) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap PDB Indonesia.
4. Analisis Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) bertujuan mengukur kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel terikat dengan nilai antara nol dan
satu. Koefisien determinasi dilakukan untuk mengetahui persentase
pengaruh Ekspor dan Nilai Tukar Perdagangan (Terms of Trade)
Indonesia terhadap variabel PDB Indonesia. Melalui bantuan SPSS 21.0
diperoleh hasil sebagai berikut:
89
Tabel 14. Model Summary PDB Indonesia
Sumber: Lampiran Output SPSS, 2017.
Tabel 14 merupakan ringkasan model yang menerangkan variasi variabel
PDB Indonesia. R Square menunjukkan angka sebesar 0,569 artinya
hubungan Ekspor dan Nilai Tukar Perdagangan (Terms of Trade)
Indonesia menjelaskan pengaruh terhadap PDB Indonesia sebesar 56,9%.
Adapun sisa 43,1% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang
tidak termasuk dalam model penelitian ini.
E. Interpretasi Hasil Penelitian
Analisis Pengaruh Ekspor Dan Nilai Tukar Perdagangan (Terms Of
Trade) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (Studi Indonesia Periode
2008-2015).
1. Pengaruh Ekspor Indonesia terhadap PDB Indonesia.
Berdasarkan nilai uji t dan signifikansi pada Tabel 12 halaman 84
variabel Ekspor Indonesia secara parsial berpengaruh positif terhadap PDB
Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan Ekspor
Indonesia sebagai salah satu faktor penentu yang dapat menjelaskan
90
keragaman atas perubahan PDB Indonesia. Hal ini berarti bahwa Ekspor
Indonesia mempengaruhi PDB Indonesia.
Perdagangan Internasional memiliki peran yang penting dalam
perekonomian suatu negara, khususnya ekspor. Ekspor memiliki peran
yang sangat penting sebagai penggerak perekonomian nasional. Suatu
negara yang melakukan kegiatan ekspor maka akan meningkatkan
cadangan devisa, yang nantinya devisa tersebut digunakan untuk
membiayai impor dan pembangunan sektor-sektor ekonomi dalam negeri.
Pertumbuhan ekspor akan membuat korelasi positif antara peningkatan
cadangan devisa, pertumbuhan impor, pertumbuhan output dalam negeri,
peningkatan kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat serta
pertumbuhan Produk Domestil Bruto (PDB) (Tambunan 2000:1). Ekspor
dan PDB memiliki hubungan korelasi positif dimana ekspor secara
langsung akan mempengaruhi PDB, ketika Ekspor disuatu negara
mengalami peningkatan maka PDB negara tersebut juga akan meningkat
(Sukirno, 2013:206).
Hasil Penelitian menyatakan bahwa ekspor Indonesia berpengaruh
positif terhadap PDB Indonesia menunjukkan bahwa apabila ekspor
Indonesia mengalami peningkatan maka PDB indonesia juga meningkat.
Hasil dari penilitian sesuai dengan teori PDB dimana PDB dan ekspor
memiliki hubungan yang positif, dan teori ekspor dimana ekspor memiliki
hubungan secara langsung yang positif terhadap PDB. Meningkatnya
ekspor dapat memperbaiki perekonomian Indonesia, apabila nilai ekspor
91
lebih besar dibandingkan impor maka hal tersebut dapat memperkuat
posisi suatu negara dalam perdagangan internasional dan memberikan
keuntungan dalam meningkatkan pendapatan nasional.
Tahun 2008 hingga tahun 2016 mengalami perlambatan
pertumbuhan, hal tersebut dikarenakan perekonomian global tidak stabil
yang terjadi di tahun 2008 akan tetapi dampak dari krisis ekonomi global
tersebut dirasakan Indonesia pada tahun 2009, dimana ekspor Indonesia
pada tahun 2009 menurun hingga 15% dari tahun 2008 dan penurunan
ekspor ini juga diikuti oleh penurunan PDB dan pada tahun berikutnya
nilai ekspor Inonesia dan PDB Indonesia terus menurun, namun pada
tahun 2010 dan 2011 ekspor Indonesia meningkat dan PDB Indonesia juga
meningkat.
Indonesia menjadi salah satu negara yang terkena dampak krisis
ekonomi global yang menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi.
Salah satu faktor yang menyebabkan penurunan nilai ekspor Indonesia
adalah turunnya harga komoditas dan melambatnya perekonomi negara
mitra dagang Indonesia (okezone.com, 2015). Ketika mitra dagang utama
Indonesia terkena dampak krisis ekonomi global maka dampaknya
menjalar ke dalam negeri berupa penurunan nilai konsumsi dan investasi,
hal tersebut secara tidak langsung hal tersebut mempengaruhi ekspor
Indonesia, dimana tingkat permintaan barang atau jasa akan menurun.
Mitra dagang utama Indonesia meliputi Jepang, Amerika Serikat,
Singapura, dan China turut terkena dampak krisis ekonomi global.
92
Menurunnya permintaan dan harga komoditas dari mitra dagang
menyebabkan penurunan pendapatan nasional Indonesia. Sektor-sektor
yang terkena dampak krisis global adalah sektor yang mengandalkan
permintaan eksternal (Tradable), seperti industri manufaktur, pertanian,
dan pertambangan. Ketiga sektor tersebut menyumbang lebih dari 50%
PDB (Bank Indonesia, 2015). Ekspor dan PDB memiliki hubungan yang
positif karena hubungan antara keduanya searah, artinya ketika ekspor
meningkat maka PDB juga meningkat, begitu pula sebaliknya ketika
ekspor menurun maka PDB juga akan menurun.
Secara konseptual hasil penelitian menyatakan bahwa Ekspor
Indonesia berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDB Indonesia. Hal
tersebut selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan Pridayanti (2014)
yang menyatakan bahwa ekspor berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Ekspor akan meningkatkan
permintaan barang dan jasa dalam negeri, hal tersebut akan mengakibatkan
meningkatnya produktifitas dalam negeri. Semakin meningkatnya
produktifitas dalam negeri maka akan semakin banyak jumlah output yang
dihasilkan. Meningkatnya jumlah output yang dihasilkan akan
menyebabkan pertumbuhan ekonomi suatu negara akan mengalami
peningkatan. Hasil penelitian ini juga selaras dengan penelitian yang
dilakukan oleh Safari (2016) yang menyatakan bahwa variabel ekspor baik
dalam jangka panjang ataupun jangka pendek berpengaruh positif terhadap
PDB Indonesia. Pengaruh ekspor terhadap PDB dalam jangka panjang
93
sebesar 0,49% sedangkan dalam jangka pendek sebesra 0,25%. Hal ini
dikarenakan ekspor yang tinggi dapat menjaga kstabilan neraca
perdaganagn dan menambah penerimaan APBN yang digunakna untuk
kegiatan yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Hasil penelitian
ini juga selasra dengan penelitian yang dilakukan oleh Sariningrum (2010)
yang menyatakan bahwa ekspor berpengaruh positif terhadap PDB. Hasil
darri penelitian tersebut adalah ekspor dapat mendorong peningkatan
PDB.
2. Pengaruh Nilai Tukar Perdagangan (Terms of Trade) terhadap PDB
Indonesia
Berdasarkan nilai uji t dan signifikansi pada Tabel 12 halaman 84,
variabel Nilai Tukar Perdagangan (Terms of Trade) secara parsial
berpengaruh negatif terhadap PDB Indonesia. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa Nilai Tukar Perdagangan (Terms of Trade) menjadi
salah satu faktor yang menyebabkan perubahan PDB Indonesia. Hal ini
berarti Nilai Tukar Perdagangan (Terms of Trade) mempengaruhi PDB
Indonesia.
Nilai tukar perdagangan (terms of trade) merupakan perbandingan
indeks harga ekspor dan indeks harga impor. Lemah dan kuatnya posisi
suatu negara dalam perdagangan internasional dapat terlihat dari indeks
nilai terms of trade. Peningkatan atau perbaikan nilai tukar perdagangan
(terms of trade) biasanya dianggap menguntungkan bagi negara itu sendiri,
karena harga yang diperoleh dari ekspor akan meningkat secara relatif
94
(dibandingkan dengan) terhadap harga yang harus dibayarkan untuk
memperoleh produk-produk impor. Terdapat satu hal yang perlu diketahui
bahwa jika nilai tukar perdagangan (terms of trade) suatu negara
mengalami perbaikan atau peningkatan dapat langsung disimpulkan bahwa
kesejahteraan negara tersebut pasti meningkat atau jika nilai tukar
perdagangan (terms of trade) mengalami penurunan maka kesejahteraan
negara tersebut mengalami penurunan juga. Perubahan-perubahan dalam
nilai tukar perdagangan (terms of trade) di suatu negara pada dasarnya
merupakan dampak dari interaksi berbagai kekuatan ekonomi dari negara
itu sendiri maupun pada negara lain (Salvatore, 1997: 93, 100).
Nilai tukar perdagangan (terms of trade) negara-negara berkembang
berfluktuasi dan cenderung terus menurun dari waktu ke waktu, salah satu
negara berkembang yang mengalami kondisi tersebut adalah Indonesia.
Nilai tukar perdagangan (terms of trade) Indonesia pada tahun 2008
hingga 2016 cenderung menurun dan berada dibawah 100%, dikarenakan
lemahnya posisi Indonesia dalam perdagangan Internasional. Lemahnya
posisi Indonesia dalam perdagangan Internasional dikarenakan impor yang
lebih besar dibandingkan ekspor. Indonesia terlalu memfokuskan diri pada
pertumbuhan ekonomi dari sektor manufaktur dan konstruksi yang
mencapai 48% pada PDB Indonesia, sedangkan pada sektor tersebut
Indonesia masih sulit bersaing dengan Jepang atau Korea Selatan
Indonesia. Pada kondisi tersebut secara otomatis impor akan sangat besar,
dan ini membuat Indnonesia sangaat tergantung dengan kondisi eksternal
95
yang pada akhirnya akan menekan Rupiah. Dengan lemahnya nilai Rupiah
menyebabkan akan berdampak pada indeks harga ekspor , dimana indeks
harga ekpor akan lebih rendah dari indeks harga impor.
Hasil dalam penelitian ini menyatakan bahwa Nilai tukar
perdagangan (terms of trade) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
PDB Indonesia selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Nasution
(2011) yang menyatakan bahwa Nilai tukar perdagangan (terms of trade)
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di
Indonesia. Hasil penelitian ini yang menunjukkan adanya hubungan
negatif antara Nilai tukar perdagangan (terms of trade) dan PDB Inonesia
yaitu apabila Nilai tukar perdagangan (terms of trade) menurun maka PDB
indonesia akan meningkat. Hal tersebut dapat dimungkinkan karena
walaupun Nilai tukar perdagangan (terms of trade) menurun, namun
lonjakan produksi telah menutup kerugian akibat kemerosotan Nilai tukar
perdagangan (terms of trade) sehingga pendapatan per kapita riil dan
kesejahteraan negara tersebut mengalami peningkatan, serta terdapat
output lainnya yang menjadi penyumbang PDB Indonesia yang yang
porsinya lebih besar dari perdagangan Internasional (salvatore, 1997: 250).
3. Pengaruh Simultan Ekspor dan Nilai tukar perdagangan (terms of trade)
terhadap PDB Indonesia
Berdasarkan nilai uji F dan nilai signifikansi pada Tabel 13
halaman 87, variabel Ekspor dan Nilai Tukar Perdagangan (terms of trade)
berpengaruh signifikan positif secara simultan terhadap PDB Indonesia.
96
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan Ekspor dan Nilai Tukar
Perdagangan (terms of trade) sebagai salah satu faktor penentu yang dapat
menjelaskan keragaman atas perubahan PDB Indonesia. Hal ini berarti
bahwa Ekspor dan Nilai Tukar Perdagangan (terms of trade)
mempengaruhi PDB Indonesia.
Ekspor merupakan salah satu indikator yang mempengaruhi
perekonomian suatu negara. Ekspor memiliki peran yang penting yang
secara langsung mempengaruhi pendapatan nasional negara (PDB).
Peningkatan ekspor di suatu negara akan meningkatkan tingkat PDB
negara tersebut., begitu pula sebaliknya jika ekspor menurun maka PDB
negara tersebut juga akan menurun. Naik atau turunnya ekspor di suatu
negara disebabkan oleh adanya penawaran dan permintaan yang berubah
drai waktu ke waktu, yang menyebabkan pergeseran kurva permintaan
dan penawaran. Pergeseran kurva permintaan dan penawaran juga akan
mempengaruhi Nilai Tukar Perdagangan (terms of trade) yang akan
mengalami perubahan seiring dengan kondisi tersebut (Salvatore, 1997:
93). Perubahan Nilai Tukar Perdagangan (terms of trade) menggambarkan
bagaimana posisi perdagangan internasional suatu negara, dimana hal
tersebut juga akan mempengaruhi PDB negara tersebut. Hasil penelitian
ini mendukung hasil penelitian Nasution (2011) yaitu terdapat pengaruh
yang antara Ekspor dan Nilai Tukar Perdagangan (Terms of Trade) dengan
PDB Indonesia.
97
F. Keterbatasan Penelitian
Terdapat dua keterbatasan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Penelitian ini hanya menggunakan variabel ekspor dan Nilai Tukar
Perdagangan (Terms of Trade) sebagai variabel pengukur PDB Indonesia,
sedangkan indikator PDB meliputi pengeluaran konsumsi (C),
pengeluaran investasi atau pembentukkan modal tetap dosmestik bruto
(I), pengeluaran/konsumsi pemerintah (G) dan ekspor bersih (X-M).
2. Penelitian ini menggunakan metode penelitian regresi linier berganda yang
banyak bergantung dengan teori dan sulit untuk menginterpretasikan
intersep yang terkadang tidak sesuai dengan substansi permasalahan
dengan teori yang relevan.
98
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan dan hasil analisis
data, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
1. Hasil penelitian yang menyatakan ekspor Indonesia secara parsial
berpengaruh positif terhadap PDB Indonesia. Hal tersebut selaras dengan
hasil penelitian yang dilakukan Pridayanti (2014) yang menyatakan bahwa
ekspor berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Hasil penelitian ini juga selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh
Safari (2016) yang menyatakan bahwa variabel ekspor baik dalam jangka
panjang ataupun jangka pendek berpengaruh positif terhadap PDB
Indonesia. Hasil penelitian ini juga selaras dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sariningrum (2010) yang menyatakan bahwa ekspor
berpengaruh positif terhadap PDB. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa
ekspor Indonesia apabila ekspor Indonesia mengalami peningkatan maka
PDB indonesia juga meningkat, hal ini menandakan bahwa ekspor dan
PDB memiliki hubungan yang searah. Hasil dari penilitian sesuai dengan
teori PDB dimana PDB dan ekspor memiliki hubungan yang positif, dan
teori ekspor dimana ekspor memiliki hubungan secara langsung yang
positif terhadap PDB. Meningkatnya ekspor dapat memperbaiki
perekonomian Indonesia, apabila nilai ekspor lebih besar dibandingkan
98
99
impor maka hal tersebut dapat memperkuat posisi suatu negara dalam
perdagangan internasional dan memberikan keuntungan dalam
meningkatkan pendapatan nasional.
2. Hasil penelitian ini Nilai Tukar Perdagangan (Terms of Trade) secara
parsial berpengaruh negatif terhadap PDB Indonesia. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa Nilai Tukar Perdagangan (Terms of Trade) menjadi
salah satu faktor yang menyebabkan perubahan PDB Indonesia. Hal ini
berarti Nilai Tukar Perdagangan (Terms of Trade) mempengaruhi PDB
Indonesia. Hasil penelitian ini yang menunjukkan adanya hubungan
negatif antara Nilai tukar perdagangan (terms of trade) dan PDB Inonesia
yaitu apabila Nilai tukar perdagangan (terms of trade) menurun maka PDB
indonesia akan meningkat. Hal tersebut dapat dimungkinkan karena
walaupun Nilai tukar perdagangan (terms of trade) menurun, namun
lonjakan produksi telah menutup kerugian akibat kemerosotan Nilai tukar
perdagangan (terms of trade) sehingga pendapatan per kapita riil dan
kesejahteraan negara tersebut mengalami peningkatan, serta terdapat
output lainnya yang menjadi penyumbang PDB Indonesia yang yang
porsinya lebih besar dari perdagangan Internasional seperti Investasi,
konsumsi rumah tangga, dan pengeluaran pemerintah (salvatore, 1997:
250). Hubungan yang negatif antara Nilai tukar perdagangan (terms of
trade) dan PDB Indonesia dikarenakan harga komoditas yang ekspor yang
lebih rendah dari harga komoditas impor yang menyebabkan menurunkan
nilai ekspor Indonesia. Konsumen Indonesia telah ketergantungan
100
terhadap barang luar negeri yang memiliki harga lebih murah dan
memiliki kualitas yang hampir sama dengan barang produksi dalam
negeri, meningkatnya permintaan akan mendorong produsen dari luar
negeri terus memasukkan produknya ke pasar Indonesia dan
menyebabkan produk dari Indonesia kalah saing dengan produk luar
negeri. Menurunnya harga komoditi ekspor juga diakibatkan karena
Produk Indonesia di luar negeri kalah saing terhadap produk China yang
memiliki kualitas baik dengan harga yang lebih murah. Produk China telah
diakui memiliki harga yang sangat murah dibandingkan dengan produk
dari negara lain, hal ini menyebabkan produk indonesia kalah saing
dengan produk China di pasar internasional. Penelitian ini mendukung
hasil penelitian Nasution (2011) yaitu terdapat pengaruh negatif antar nilai
tukar perdagangan (Terms of Trade) dengan PDB Indonesia.
3. Hasil penelitian ini menyatakan ekspor dan nilai tukar perdagangan (terms
of trade) berpengaruh siginifakan secara simultan terhadap PDB
Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan Ekspor dan
Nilai Tukar Perdagangan (terms of trade) sebagai salah satu faktor penentu
yang dapat menjelaskan keragaman atas perubahan PDB Indonesia. Hal ini
berarti bahwa ketika ekspor dan nilai tukar perdagangan (terms of trade)
mengalami penurunan secara bersama maka akan mempengaruhi PDB
Indonesia.
101
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diambil, peneliti menyarankan beberapa
hal, yaitu:
1. Bagi Pemerintah
Pemerintah sebaiknya memberikan perhatian yang lebih terhadap
bagaimana posisi Indonesia dalam perdagangan Internasional. Pemerintah
sebaiknya jangan terlalu memfokuskan diri pada pertumbuhan ekonomi
dari sektor manufaktur yang akan menekan Rupiah sehingga berdampak
pada indeks harga ekspor yang lebih rendah dari indeks harga impor.
Pemerintah juga harus fokus pada sektor lainnya yang dapat meningkatkan
ekspor dan mendapatkan hasil yang menguntungkan Indonesia yang
berfokus pada komoditas hasil bumi yang dimiliki Indonesia yang
merupakan aset vital untuk perekonomian nasional di Indonesia seperti
kelapa sawit, biji kopi, kakao, karet dan hasil tambang migas dan
nonmigas. Indonesia memiliki sejumlah hasil bumi yang bernilai yang
tinggi dan hal tersebut diakui oleh negara lain akan tetapi belum
dimanfaatkan secara lebih bijak dan maksimal. Pemerintah Indonesia
harus memperluas negara tujuan ekspor agar dapat menjangkau banyak
konsumen dengan menawarkan produk yang berkualitas dan harga yang
terjangkau agar dapat bersaing di pasar internasioanl dan bersaing dengan
produk dari negara lain. Batasi jumlah barang impor yang masuk agar
harga rang impor menjadi mahal dan produk dalam negeri dapat laku
102
dipasaran. Pemerintah juga harus lebih cermat lagi dalam mengamati
bagaimana kondisi makro ekonomi agar Indonesia tidak menjadi salah satu
negara yang terkena dampak krisis ekonomi global yang menyebabkan
perlambatan pertumbuhan ekonomi, karena mitra dagang utama Indonesia
terkena dampak krisis ekonomi global maka dampaknya menjalar ke
dalam negeri berupa penurunan nilai konsumsi dan investasi. Melemahnya
harga Rupiah terhadap mata uang asing dapat dimanfaatkan oleh indonesia
untuk mendorong ekspor, ketika mata uang Rupiah melemah maka harga
barang ekspor Indonesia di luar negeri akan lebih murah bila diukur
dengan mata uang asing dan mempu bersaing di pasar internasional.
2. Bagi Perusahaan Bisnis (Eksportir)
Perusahaan dapat lebih cermat lagi dalam memanfaatkan peluang bisnis,
khususnya dalam pergadangan internasional. Perusahaan sebaiknya terus
meningkatkan daya saing mereka baik dengan cara meningkatkan kualitas
dan mutu barang atau jasa maupun dalam starategi bisnis yang dilakukan.
Menurunkan biaya produksi juga bisa menjadi salah satu cara untuk
membuat harga produk Indonesia lebih murah akan tetapi kualitas dari
produk harus tetap dijaga agar dapat bersaing dengan produk di pasar
internasional. Kondisi perekonomian dunia terus berubah, perusahaan
harus siap dalam menghadapi kondisi terburuk perekonomian dunia
ketika terjadi krisis dan Rupiah melemah, perusahaan harus dengan
cermat mengatasi masalah tersebut yang merupakan tantangan dalan
perdagangan internasional.
103
3. Bagi Peneliti selanjutnya, peneliti menyarankan beberapa hal, yaitu
menggunakan variabel-variabel lain yang menjadi faktor PDB Indonesia
sebagai variabel independen penelitian seperti konsumsi rumah tangga,
pengeluaran pemerintan dan invetasi yang merupakan faktor output yang
juga menjadi menyumbang PDB.
104
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Adisasmita, Rahardjo. 2013. Teori-teori pembangunan Ekonomi: Pertumbuhan
Ekonomi dan pertumbuhan Wilayah. Yogyakarta: Graha Ilmu
Amir, M.S. 1985. Seluk-beluk dan Teknik Perdagangan Luar Negeri.
Jakarta:IPPM dan PT Pustaka Binaman Preseindo.
Amir, M.S.2000. Strategi Pemasaran Ekspor .Yogyakarta:BPFE UGM.
Arsyad, Lincolin. 2010. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: STIM YKPN
Yogyakarta.
Boediono. 1983. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 3, Ekonomi
Internasional Edisi 1. BPFE. Yogyakarta.
Ghozali, I. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
21. Edisi 7. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Irawan dan Suparmoko, M. 2002. Ekonomika Pembangunan. Edisi Keenam.
Yogyakarta: BPFE Yogyakarta
Krugman Paul R. Dan Obstfled Maucire. 1992. Ekonomi Internasional Teori dan
Kebijakan. Edisi 1. Jakarta: CV. Rajawali.
Mankiw, Gregory, 2006. Makro Ekonomi. Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga
Nopirin. 2014. Ekonomi Internasional. Edisi 3. Yogyakarta: BPFE
Yogyakarta.
Nopirin. 2000. Ekonomi Moneter. Buku II. Edisi ke 1. Cetakan Kesepuluh. BPFE
UGM.Yogyakarta.
Salvatore. 2014. Ekonomi Internasional. Edisi 9. Jakarta: Salemba Empat.
Salvatore. 1997. Ekonomi Internasional. Edisi 5. Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Silalahi, U. 2010. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Refika Aditama.
Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Bisnis. Bandung. Alfabeta.
104
105
Sukirno, Sadono. 2013. Makro Ekonorni Teori Pengantar. Jakarta.PT. Raja
Grafindo Persada.
Tambunan, Tulus. 2000. Perdagangan Internasional dan Neraca Pembayaran:
teori dan temuan empiris. Jakarta: Pustaka LP3ES.
Tambunan, Tulus. 2004. Globalisasi dan Perdagangan Internasional. Jakarta:
Ghalia Indonesia.
Todaro, P. 2000. Pembangunan Ekonomi Dunia ke Tiga. Edisi 7. Jakarta:
Erlangga.
Jurnal dan Skripsi:
Hakim, Rahman. 2012. Hubungan Ekspor, Impor, dan Produk Domestik Bruto
(PDB) Sektor Keuangan Perbankan Indonesia Periode Tahun 2000:Q1-
2011:Q4: Suatu Pendekatan dengan Model Analisis Vector Autoregression
(VAR). Universitas Indonesia, diakses pada Tanggal 20 November 2016 dari
lib.ui.ac.id/file?file=digital/20299931-T30460...pdf.
Nasution, Fajar Martha. 2011. Pengaruh Ekspor dan Nilai Tukar Perdagangan
(Terms of Trade) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Studi Kasus Indonesia
Periode 1988-2007). Universitas Andalas.
Nasrullah. 2014. Analisis Pengaruh Perdagangan Internsional Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 1999-2013. Universitas
Hassanudin.
Pridayanti, Ayunia. 2014. Pengaruh Ekpsor, Impor, dan Nilai Tukar Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Periode 2002-2012. Universitas Negeri
Surabaya.
Safari, Menik Fitriani. 2016. Analisis Pengaruh Ekspor, Pembentukan Modal, dan
Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
Universitas Negeri Yogyakarta.
Sariningrum, Ambar. 2010. Analisis Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja dan
Ekspor Terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tahun 1990-
2007. Universitas Sebelas Maret.
Internet:
Badan Pusat Statistik. 2016. Ekspor - Impor, diakses pada Tanggal 29 Oktober
2016 dari https://www.bps.go.id/Subjek/view/id/8.
106
Bank Indonesia. 2015. Outlook Ekonomi Indonesia 2015, diakses pada Tanggal
20 November 2016 dari http://www.bi.go.id/id/publikasi/kebijakan-
moneter/outlookekonomi/Documents/4fd34648c8724da7b93e4f802185001
2Bab3KrisisEkonomiGlobaldanDampaknyaterhadapPerekon.
OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development). 2016.
Indonesia Terms of Trade, diakses pada tanggal 1 Desember 2016 dari
http://data.oecd.org/trade/terms-of-trade.htm.
Okezone. 2015. Penyebab Melambatnya Pertumbuhan Ekonomi RI, diakses pada
Tanggal 1 Februari 2017
http://economy.okezone.com/read/2015/05/05/20/1144825/penyebab-
melambatnya-pertumbuhan-ekonomi-ri.
Okezone. 2016. 7 Komoditi Ekspor Andalan Indonesia, diakses pada Tanggal 1
Februari 2017 http://economy.okezone.com/read/2016/01/06/20/19297445/
7-komoditi-ekspor-andalan-indonesia/g-.
Kompas. 2015. Meleset dari Target, Pertumbuhan Ekonomi RI 2014 Hanya 5,02
Persen, diakses pada tanggal 31 Januari 2017 dari
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/02/05/114735626/Meleset.dar
i.Target.Pertumbuhan.Ekonomi.RI.2014.Hanya.5.02.Persen.
Kompasiana. 2011 .Catatan Perekonomian 2010, diakses pada Tanggal 31 Januari
2017 dari http://www.kompasiana.com/saripoenya/catatan-perekonomian-
indonesia-2010_55005cafa33311ef6f510d52
The World Bank. 2016. Indonesia GDP Growth (Annual %), diakses pada
Tanggal 1 Desember 2016 dari
http://www.worldbank.org/en/country/Indonesia.
Trading Economics. 2016. Indonesia GDP Annual Growth Rate. Diakses pada
tanggal 2 Desember 2016 dari
http://id.tradingeconomics.com/indonesia/gdp-growth-annual.
Trading Economics. 2016. Indonesia Terms of Trade. Diakses pada tanggal 2
Desember 2016 dari https://tradingeconomics.com/indonesia/terms-of-trade