PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL DAN SELF ......PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL DAN SELF-DETERMINATION TERHADAP...
Transcript of PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL DAN SELF ......PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL DAN SELF-DETERMINATION TERHADAP...
PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL DAN SELF-
DETERMINATION TERHADAP PERILAKU
PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UIN SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi salah satu persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh:
Urfi Aulia Diena Oktavia
NIM: 1110070000106
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H / 2015 M
PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL DAN SELF-D E TE RMINATI O N TERHADAP PERILAKU
PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWAFAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UIN SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi syarat memperolehgelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
OIeh:
Urfi Aulia Diena Oktavia
NIM: 1110070000106
Dibawah bimbingan:
Drs. Rachmat Mulvono. M.Si. PsiNrP. 796502201999031003
FAKULTAS PSIKOLOGI
I'NIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1436H/201sM
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL DAN ^SEZF-DETERMINATION TERHADAP PERILAKU PROKRASTINASIAKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS ADAB DANHUMANIORA UIN SYARIF IIIDAYATULLAH JAKARTA telah diujikandalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta pada tanggal 17 April 2015. Skripsi ini telah diterimasebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana psikologi (S.Psi) pada fakultaspsikologi.
Jakarta, 17 Apil2015
Sidang Munaqasyah
Prof. Dr. Abdul Muiib. M.Ae. lU.SiNrP. 1968061419W04 1 001
Anggota
Wakil Dekan/Sekretaris
^^r\OU /MDr. Abdul Rahman Shaleh..M.SiNrP. 19720823 199903 t 002
Drs. Rachmat Mulyono. M.Si. PsiNrP. 19650220 199903 I 003
ilt
Dr. Rena Lafifa. M.PsiNIP. 19820929 2008012 004 19821014 20t10t 2
v
Motto:
Do not wait; the time will never be “just
right.” Start where you stand, and work
with whatever tools you may have at
your command, and better tools will be
found as you go along.
(Napoleon Hill)
Waktu tidak memiliki arti kecuali jika
kita memilih untuk membuat waktu
tersebut menjadi penting.
(Leo Buscaglia)
vi
Persembahan :
Papa & Mama
Rifqi Pandega
Maisya Anjani
Indri Fauzia
Geraldien Rafsanjani
Alhamdulillah Jazzakhumullohu khoiro atas semangat, cinta dan
kasih sayang dalam hidup ini.
vii
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology Jakarta Islamic State University
B) 2015
C) Urfi Aulia Diena Oktavia
D) Effect of Social Support and Self-Determination toward Academic
Procrastination of Subjects College Students on Faculty of Adab and
Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
E) xvii + 80 pages + appendix
F) This study is to examine social support and self-determination toward
academic procrastination of subjects College Students on Faculty of Adab
and Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. On this study researcher
use dimensions of social support and self-determination to be independent
varible (IV). Researcher hypothesis that there is effect of attachment,
social integration, reassurance of worth, reliable alliance, guidance,
opportunity for nurturance, intrinsic motivation, extrinsic motivation and
amotivation toward academic procrastination of subjects College Students
on Faculty of Adab and Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
This study use quantitative approach with multiple regression analysis.
Participants were 205 College Students on Faculty of Adab and
Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta that consist of 140 girls and
65 boys. The sampling technique is non probability sampling. In this
study, researcher addapt and modify instruments of measurements, that is
procrastination assessment scale-student (PASS), the social provision
scale, and academic motivation scale (AMS- C28) college version.
The result is demonstrate that there is significant effect of social support
and self-determination toward academic procrastination of subjects
College Students on Faculty of Adab and Humaniora UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. When viewed by coefficient regression of each
independent variable, only two variable that influence academic
procrastination there is opportunity for nurturance and extrinsic
motivation.
G) References: 25, book: 8 + journal: 17
viii
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
B) April 2015
C) Urfi Aulia Diena Oktavia
D) Pengaruh Dukungan Sosial dan Self-Determination terhadap Perilaku Prokrastinasi
Akademik pada Mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
E) xvii + 80 halaman + lampiran
F) Peneltian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dukungan sosial dan self-
determination terhadap perilaku prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas
Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada penelitian ini dimensi
dari dukungan sosial dan motivasi self-determination dijadikan sebagai independent
variable (IV). Peneliti berhipotesis bahwa attachment, social integration, reliable
alliance, reassurance of worth, guidance, opportunity for nurturance, intrinsic
motivation, extrinsic motivation dan amotivation mempunyai pengaruh terhadap
perilaku prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan analisis regresi berganda.
140 perempuan dan 65 laki-laki telah berkontribusi menjadi partisipan dalam
penelitian ini dengan teknik pegambilan sampel non-probability sampling. Dalam
penelitian ini peneliti mengadaptasi dan memodifikasi alat ukur baku dari
procrastination assessment scale-student (PASS), the social provision scale, dan
academic motivation scale (AMS- C28) college version.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa ada pengaruh signifikan dari dukungan
sosial dan self-determination terhadap perilaku prokrastinasi akademik pada
mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Akan
tetapi jika dilihat dari skor koefisien regresi pervariabel hanya ada dua variabel yang
mempunyai pengaruh signifikan terhadap prokrastinasi akademik yaitu, opportunity
for nurturance dan extrinsic motivation.
G) Referensi : 25, Buku: 8 + jurnal: 17
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat,
hidayat dan kasih sayang yang diberikan oleh-Nya sehingga penulisan skripsi
dengan judul “pengaruh dukungan sosial dan self-determination terhadap
prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta” ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam penulis
panjatkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga
dan sahabat.
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan banyak pihak, baik dalam
bentuk bantuan pikiran, tenaga dan waktu dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh
karenanya dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan rasa terima
kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag., M.Si selaku Dekan Fakultas
Psikologi, Wadek I Dr. Abdul Rahman Shaleh M.Si, beserta jajarannya
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar dan
mengembangkan potensi sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Drs. Rachmat Mulyono, M.Si. Psi, selaku Dosen Pembimbing, Ibu
Dra. Zahrotun Nihayah, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Seminar
Proposal Skripsi atas bimbingan, pengarahan, saran, kritik yang
membangun serta dukungan yang berarti kepada penulis selama
penyusunan skripsi berlangsung.
3. Bapak Miftahuddin, M.Si, Dosen Pembimbing Akademik yang telah
memberikan motivasi dan bimbingan selama penulis menjadi mahasiswa.
x
4. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan sumbangsih
ilmunya kepada penulis.
5. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Suparmono dan Ibunda Yuliana
Maryaningsih yang tiada hentinya memberikan kasih sayang, dorongan,
motivasi, do’a, pelajaran hidup yang menjadikan penulis dapat tumbuh
seperti sekarang, serta dukungan terbaik yang tidak pernah dapat penulis
balas sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Kakak
dan adik- adik yang penulis sayangi, Rifqi Pandega Pratama, Maisya
Anjani, Indri Fauzia Jannati, Muhammad Geraldien Rafsanjani yang telah
banyak memberikan dukungan kepada penulis memberikan senyuman dan
tawa di sela-sela penyelesaian skripsi ini.
6. Indri Astuti dan Pingkan Juliandari, sahabat sedari kecil hingga saat ini,
yang telah menjadi pendengar terbaik yang telah memberikan dukungan,
motivasi, tawa canda, telah banyak menyediakan waktu yang berharga dan
kebersamaan selama penulis menyelesaikan skripsi ini, semoga Allah
senantiasa memberikan kemudahan dalam urusan kalian.
7. Teman-teman seperjuangan skripsi, Liya, Lisa, Isqi, Devi, Eka Nurzaini,
Turfa, Rachmawati, Vina, Leo, Furqon, Dwi, serta sahabat terbaik kelas C
2010, Rachmaputri, Hanna, Kaifa, Dufia, Anti, Dian, Happy, Icha, Nadiya,
Mayang, Fidia, Ais, Aulya, Mifti, Hegsa, Alfi, Izhar, Saripudin, EY
Fadhli, Jamal, Riyan Badai, Reiza, Azhari, terima kasih atas kebersamaan
xi
selama 4 tahun yang sangat berharga, semoga hubungan silaturrahmi kita
dapat tetap terjalin sampai tua nanti.
8. Kepada responden, mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang telah berpartisipasi dalam mengisi kuesioner
penelitian, sehingga penelitian dapat berjalan dengan baik. Semoga diberi
semangat dan kemudahan dalam menjalani perkuliahan.
9. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih
untuk segala doa, dukungan, dan bantuan yang telah diberikan untuk
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga segala bantuan yang telah diberikan dibalas berlipat ganda oleh
Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun akan sangat berguna
agar pada penulisan selanjutnya dapat menghasilkan karya yang lebih baik lagi.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, serta bagi pembaca
umumnya.
Jakarta, April 2015
Penulis
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN...................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................................. v
ABSTRAK .................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................. ix
DAFTAR ISI ................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xvii
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................... 1-13
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
1.2 Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ............................ 8
1.2.1 Pembatasan masalah .......................................................... 8
1.2.2 Perumusan masalah ............................................................ 9
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 10
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 10
1.4.1 Manfaat Teoritis .................................................................. 10
1.4.2 Manfaat Praktis ................................................................... 11
1.5. Sistematika Penulisan .................................................................. 11
BAB 2 LANDASAN TEORI ............................................................... 14-32
2.1 Prokrastinasi Akademik .............................................................. 14
2.1.1 Pengertian prokrastinasi akademik .................................... 14
2.1.2 Karakteristik prokrastinasi akademik ............................... 15
2.1.3 Pengukuran prokrastinasi akademik .................................. 18
2.1.5 Faktor yang mempengaruhi prokrastinasi akademik ......... 19
2.2 Dukungan Sosial .......................................................................... 21
2.2.1 Pengertian dukungan sosial ................................................ 21
xiii
2.2.2 Dimensi-dimensi dukungan sosial ..................................... 22
2.2.3 Pengukuran dukungan sosial .............................................. 24
2.3 Self-Determination ....................................................................... 26
2.3.1 Pengertian self-determination ............................................ 26
2.3.2 Dimensi-dimensi self-determination .................................. 26
2.3.3 Pengukuran self-determination .......................................... 28
2.4 Kerangka Berpikir ....................................................................... 28
2.5 Hipotesis Penelitian ..................................................................... 32
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ............................................. 35-57
3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ................... 35
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel .............. 35
3.2.1 Variabel penelitian ............................................................ 35
3.2.2 Definisi operasional variabel ............................................. 36
3.3 Instrumen Pengumpulan Data ..................................................... 39
3.4 Uji Validitas Konstruk ................................................................ 44
3.4.1 Uji validitas konstruk prokrastinasi akademik .................. 45
3.4.2 Uji validitas konstruk attachment ..................................... 48
3.4.3 Uji validitas konstruk social integration ........................... 48
3.4.4 Uji validitas konstruk reassurance of worth ..................... 49
3.4.5 Uji validitas konstruk reliable alliance ............................. 50
3.4.6 Uji validitas konstruk guidance ........................................ 50
3.4.7 Uji validitas konstruk opportunity for nurturance ............. 51
3.4.8 Uji validitas konstruk intrinsic motivation ........................ 52
3.4.9 Uji validitas konstruk extrinsic motivation ....................... 52
3.4.10 Uji validitas konstruk amotivation .................................. 53
3.5 Teknik Analisis Data .................................................................... 54
3.6 Prosedur Penelitian ....................................................................... 57
BAB 4 HASIL PENELITIAN ............................................................. 59-69
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ............................................ 59
xiv
4.2 Hasil Analisis Deskriptif .............................................................. 60
4.3 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian ......................................... 61
4.4 Uji Hipotesis Penelitian ................................................................ 62
4.4.1 Analisis regresi variabel penelitian .................................... 62
4.5 Proporsi Varians ........................................................................... 67
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ............................. 70-75
5.1 Kesimpulan .................................................................................. 70
5.2 Diskusi .......................................................................................... 70
5.3 Saran ............................................................................................. 74
5.3.1 Saran metodologis .............................................................. 74
5.3.2 Saran praktis ....................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 76
LAMPIRAN ................................................................................................. 79
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Bobot Nilai Tiap Jawaban Pada Skala Prokrastinasi Akademik ........ 40
Tabel 3.2 Blue Print Skala Prokrastinasi Akademik .......................................... 41
Tabel 3.3 Bobot Nilai Tiap Jawaban Pada Skala Dukungan Sosial ................... 41
Tabel 3.4 Blue Print Skala Dukungan Sosial ....................................................... 42
Tabel 3.5 Blue Print Skala Academic Motivation Scale (AMS-C28) ............... 43
Tabel 3.6 Muatan Faktor Prokrastinasi Akademik Sebelum Dilakukan
Pembebasan Item ............................................................................... 45
Tabel 3.7 Muatan Faktor Prokrastinasi Akademik Setelah Dilakukan
Pembebasan Item ............................................................................. 47
Tabel 3.8 Muatan faktor attachment ................................................................... 48
Tabel 3.9 Muatan faktor social integration ......................................................... 49
Tabel 3.10 Muatan faktor reassurance of worth ................................................... 49
Tabel 3.11 Muatan faktor reliable alliance ........................................................... 50
Tabel 3.12 Muatan faktor guidance ...................................................................... 51
Tabel 3.13 Muatan faktor opportunity for nurturance ......................................... 51
Tabel 3.14 Muatan faktor intrinsic motivation ..................................................... 52
Tabel 3.15 Muatan faktor setelah pembebasan extrinsic motivation ................... 53
Tabel 3.16 Muatan faktor amotivation ................................................................. 54
Tabel 4.1 Gambaran Subjek Penelitian .............................................................. 59
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif .............................................................................. 60
Tabel 4.3 Pedoman Interpretasi Skor .................................................................. 61
Tabel 4.4 Kategori Skor Variabel ....................................................................... 62
Tabel 4.5 Model Summary Analisis Regresi ...................................................... 62
Tabel 4.6 Tabel ANOVA Pengaruh Keseluruhan IV terhadap DV .................... 63
Tabel 4.7 Koefisien Regresi ............................................................................... 64
Tabel 4.8 Proporsi Varian untuk Masing-masing Independent Variabel ........... 67
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian ......................................................... 32
Gambar 3.1 Path Diagram Prokrastinasi Akademik .......................................... 46
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Kuisioner Penelitian
Surat Izin Penelitian
Rekapitulasi Data Kelulusan Mahasiswa Angkatan 2008 dan 2009 UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Rekapitulasi Data Kelulusan Mahasiswa Angkatan 2008 dan 2009 UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Analisis Konfirmatorik Prokrastinasi Akademik (Sebelum drop item)
Analisis Konfirmatorik Prokrastinasi Akademik (Setelah drop item)
Analisis Konfirmatorik Attachment
Analisis Konfirmatorik Social Integration
Analisis Konfirmatorik Reassurance of Worth
Analisis Konfirmatorik Reliable Alliance
Analisis Konfirmatorik Guidance
Analisis Konfirmatorik Opportunity for Nurturance
Analisis Konfirmatorik Intrinsic Motivation
Analisis Konfirmatorik Extrinsic Motivation (Sebelum drop item)
Analisis Konfirmatorik Extrinsic Motivation (Setelah drop item)
Analisis Konfirmatorik Amotivation
Descriptive Statistic
Model Summary
Anova
Coefficients
Model Summary masing-masing independent variabel
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Dalam bab ini dipaparkan beberapa hal yaitu, latar belakang masalah, pembatasan
dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika
penulisan.
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia
sehingga dapat hidup mandiri, produktif, bertanggung jawab, baik terhadap diri
sendiri, keluarga maupun masyarakat. Dalam hal ini pendidikan berperan sebagai
wadah pembudayaan dan pemberdayaan manusia yang berkembang menuju
kepribadian mandiri dan bertanggung jawab untuk membangun dirinya sendiri
dalam menjalani kehidupan.
Perguruan tinggi merupakan lembaga pendidikan yang pada nantinya akan
melahirkan mahasiswa yang diharapkan memiliki kemampuan untuk dapat
mengembangkan ilmu dan professional sesuai dengan bidang keilmuannya.
Mahasiswa sebagai subjek yang menuntut ilmu di perguruan tinggi tidak akan
pernah terlepas dari aktivitas belajar dan keharusan mengerjakan tugas-tugas
perkuliahan karena salah satu aktifitas mereka adalah belajar, baik berkaitan
dengan belajar ilmu pengetahuan, berorganisasi, bermasyarakat dan belajar
menjadi pemimpin.
2
Sikap sederhana yang perlu dimiliki oleh seorang mahasiswa adalah tekun
dan disiplin, memiliki tanggung jawab terhadap tugas dan kewajiban di kampus.
Tidak menunda-nunda pekerjaan salah satu bukti bahwa mahasiswa memiliki
sikap yang bertanggung jawab, efektif dan efisien dalam mengerjakan tugas dan
memanfaatkan waktu yang ada.
Menunda-nunda suatu pekerjaan secara ilmiah disebut dengan
prokrastinasi. Sikap atau perilaku menunda-nunda pekerjaan adalah hal yang
paling umum terjadi. Solomon dan Rothblum (1984) mendefinisikan prokrastinasi
sebagai kegiatan atau perilaku “sia-sia” dalam menunda tugas sampai titik dimana
seseorang mengalami ketidaknyamanan subjektif. Prokrastinasi merupakan
perilaku psikologis kompleks yang mempengaruhi setiap orang sampai tingkat
tertentu dan lainnya. Bagi beberapa orang hal itu bisa menjadi masalah kecil,
namun sebagian lainnya bisa menjadi sumber stres dan kecemasan. Prokrastinasi
terkait dengan manajemen waktu, dimana penunda sering tahu persis apa yang
harus mereka lakukan, bahkan jika mereka tidak dapat melakukannya.
Mahasiswa adalah populasi yang paling terkenal untuk terlibat dalam jenis
perilaku prokrastinasi pada ranah akademik. Mahasiswa yang tidak dapat
memanfaatkan waktunya dengan baik, membuat mereka sering menunda dalam
menyelesaikan tugas-tugasnya sebagai mahasiswa. Hal ini mengakibatkan
mahasiswa menjadi terburu-buru dalam pengumpulan tugas perkuliahannya.
Perilaku prokrastinasi akademik yang dilakukan mahasiswa memiliki
dampak negatif pada bidang akademik. Dampak negatif menurut Burka dan Yuen
3
(2008) adalah timbulnya konsekuensi internal seperti merasakan penyesalan, rasa
bersalah hingga putus asa atau merasa tidak berdaya, sedangkan konsekuensi
eksternal seperti mengalami kemunduran dalam hal akademik seperti penurunan
nilai akademik.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Solomon dan Rothblum (1984),
data pada frekuensi prokrastinasi dalam berbagai kegiatan akademik menyatakan
bahwa, 46% subjek melakukan prokrastinasi pada tugas menulis makalah, 27.6%
siswa melakukan prokrastinasi untuk belajar menghadapi ujian, 30.1%
prokrastinasi terjadi pada tugas membaca mingguan, dan sedikitnya subjek
melakukan prokrastinasi pada tugas administratif sebesar 10.6%, kehadiran pada
kelas 23.0% dan kegiatan sekolah secara umum sebesar 10.2%.
Adanya kecenderungan untuk tidak segera memulai mengerjakan tugas
kuliah merupakan suatu indikasi dari perilaku menunda dan kelalaian dalam
mengatur waktu, pada akhirnya kebiasaan ini terbawa sampai mahasiswa tersebut
berada di tingkat akhir yakni melakukan penundaan dalam mengerjakan dan
menyelesaikan tugas akhir atau skripsi. Umumnya, mahasiswa diberikan waktu
untuk menyelesaikan skripsi dalam jangka waktu satu semester atau sekitar enam
bulan. Kenyataannya, banyak mahasiswa yang memerlukan waktu lebih dari
enam bulan untuk mengerjakan skripsi. Berdasarkan data kelulusan yang
diperoleh dari PUSTIPANDA (Pusat Teknologi Informasi dan Pangkalan Data)
pada 11 Fakultas yang ada di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tercatat Fakultas
Adab dan Humaniora merupakan fakultas yang memiliki kelulusan terendah
peringkat 3, yakni hanya sebesar 31% mahasiswa yang telah memperoleh gelar
4
sarjana dari mahasiswa angkatan tahun 2008 sampai tahun 2009. Rata-rata
mahasiswa pada Fakultas Adab dan Humaniora membutuhkan waktu diatas 18
bulan atau lebih dari tiga semester dalam menyelesaikan skripsi (PUSTIPANDA
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014). Hal ini kemungkinan adalah akibat dari
prokrastinasi akademik yang dilakukan mahasiswa dari awal masuk perkuliahan,
sehingga perilaku ini terbawa hingga mahasiswa tersebut berada ditingkat akhir.
Berdasarkan hasil wawancara informal terhadap 3 mahasiswa Fakultas
Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Mahasiswa berpikir untuk
menunda mengerjakan tugas mereka dikarenakan banyak faktor, seperti tidak
mengerti tugas yang diberikan, tugas yang terlalu sulit, lebih memilih kegiatan
lain yang menyenangkan daripada mengerjakan tugas, bahkan menjadikan
tugasnya bukan sebagai prioritas utama. Hal ini yang membuat mahasiswa
mengerjakan tugasnya hingga bertemu dengan deadline dalam mengumpulkan
tugas. Ada mahasiswa yang menganggap deadline atau tenggat waktu akhir ini
sebagai tantangan mereka untuk menyelesaikan tugas tepat waktu, ada juga
mahasiswa yang menjadi tertekan karena deadline tugas perkuliahannya tersebut.
Hambatan-hambatan tersebut dapat menimbulkan beban pada diri individu,
sehingga apabila beban tersebut dirasa sangat berat bagi individu hal ini akan
menimbulkan stres. Stres yang timbul seringkali menyebabkan individu
melakukan penundaan (Burka & Yuen, 2008).
Salah satu faktor yang mempengaruhi seorang mahasiswa melakukan
prokrastinasi akademik adalah dukungan sosial. Smet (1994) menyebutkan
sejumlah variabel yang diidentifikasi berpengaruh pada stres, yaitu variabel dalam
5
kondisi individu (umur, jenis kelamin, faktor-faktor genetik, pendidikan, status
ekonomi, kondisi fisik). Karakteristik kepribadian (introvert-extrovert, stabilitas
emosi secara umum, hardiness, LOC), variabel sosial-kognitif (dukungan sosial
yang dirasakan, jaringan sosial, kontrol pribadi yang dirasakan), hubungan dengan
lingkungan sosial (dukungan sosial yang diterima, integrasi dalam jaringan
sosial), dan strategi penanggulangan (coping). Menurut Kring et al. (2007), dari
banyak faktor tersebut salah satu faktor yang secara signifikan mengurangi efek
negatif dari stress adalah dukungan sosial. Sebagaimana dikemukakan oleh Smet
(1994) bahwa salah satu faktor yang dapat mengubah pengalaman stres adalah
dengan mencari dukungan sosial.
Dalam penelitian Eggens et al. (2008) menemukan bahwa ada hubungan
jaringan personal dan dukungan sosial terhadap perilaku belajar dan harga diri
pada pelajar. Jaringan personal dan dukungan sosial dapat berfungsi sebagai
“jaringan penyelamat” yang membantu pelajar dalam penanggulangan stres dan
kesulitan-kesulitan selama masa belajar. Demaray dan Malecki (2002)
menunjukkan bahwa ada hubungan positif signifikan antara penyesuaian dalam
kesuksesan akademis di perguruan tinggi dan persepsi mereka terhadap dukungan
sosial. Secara khusus, dukungan sosial dari orang tua dan teman-teman ditemukan
terkait dengan peningkatan prestasi akademik mahasiswa dan memiliki efek
positif pada kesejahteraan psikologis mereka. Burka dan Yuen (2008),
menyatakan bahwa prokrastinator mendorong diri mereka berlebihan, dan bahwa
perilaku biasanya terjadi pada keluarga yang meragukan kemampuan anaknya
untuk sukses. Harapan orangtua dan tingkat kritik yang tinggi biasanya
6
berhubungan dengan jenis perfeksionisme sosial yang berkorelasi positif dengan
prokrastinasi (Pylchyl, Coplan, & Reide, 2002). Ferrari dan Olivette (1994)
menunjukan bahwa dinamika keluarga memainkan peran penting, meskipun tidak
langsung dalam prokrastinasi.
Selain dukungan sosial yang berpengaruh terhadap prokrastinasi akademik
ada faktor lain yang ikut mempengaruhi yaitu motivasi self-determination.
Senecal, Koestner, dan Vallerand (1995) telah menunujukkan bahwa prokrastinasi
melibatkan pengetahuan seseorang yang sadar harus melakukan kegiatan seperti
membaca novel untuk kursus sastra, bahkan mungkin ingin melakukannya, namun
gagal memotivasi dirinya untuk melakukan aktifitas tersebut dalam jangka waktu
tertentu. Penundaan ini biasanya dilakukan pada saat memulai mengerjakan tugas
sampai mengalami keadaan sukar karena tidak segera memulai mengerjakan
tugasnya. Dalam penelitian mereka, mengindikasikan bahwa siswa yang memiliki
alasan intrinsik untuk menyelesaikan kuliah cenderung rendah melakukan
prokrastinasi, sedangkan siswa yang memiliki alasan ekstrinsik kecenderungan
melakukan prokrastinasi lebih tinggi. Tuckman (1998) memiliki anggapan bahwa
penunda sulit untuk memotivasi diri dan oleh karena itu, cenderung menunda
melakukan tugas-tugas sekolah dan belajar untuk ujian sampai saat-saat terakhir.
Mereka mungkin belajar untuk ujian tetapi tidak bisa bertahan lama dengan tugas
membaca.
Penelitian yang dilakukan oleh Lee (2005) menunjukkan bahwa siswa
yang termotivasi secara intrinsik yaitu terlibat dalam kegiatan untuk kesenangan
dan kepuasan pribadi, memiliki kecenderungan prokrastinasi yang rendah,
7
sebaliknya siswa dengan amotivasi yang tinggi merasa tidak memiliki kontrol atas
proses belajarnya dan kecenderungan tinggi untuk melakukan prokrastinasi. Hasil
ini menunjukkan bahwa prokrastinasi adalah kecenderungan perilaku individu
terkait dengan motivasi self-determination.
Selanjutnya, menurut Orpen (1998), siswa yang melakukan prokrastinasi
terhadap tanggung jawab akademis mereka adalah fenomena yang berkaitan
dengan pembelajaran. Selama siswa mempelajari hal yang baru, jika termotivasi
secara internal dan membangun integrasi yang mendalam, siswa akan benar-benar
belajar dan siswa akan menguasai pelajaran. Dengan ketertarikan, kesenangan,
kenikmatan, dan keinginan untuk mempelajari lebih lanjut dalam hal materi
belajar atau mempelajari secara mendalam akan meningkat. Namun, siswa yang
tidak memperdalam pelajaran maka mereka akan lebih prokrastinasi. Mereka
tidak menikmati belajar, pelajaran yang sederhana dan dirasa mudah. Oleh karena
itu, siswa menunda-nunda karena emosi gelisah dan perasaan tidak
menyenangkan dialami selama tidak mendalami dalam belajar.
Penelitian ini penting untuk dilakukan karena melihat kondisi atau
kenyataan pada Fakultas Adab dan Humaniora banyak mahasiswa yang
melakukan prokrastinasi akademik ataupun tertunda dalam penyelesaian studi,
sehingga perlu dicermati variabel-variabel apa yang menyebabkannya. Penelitian
ini menggunakan variabel dukungan sosial dan self – determination sebagai
prediktor untuk memprediksi prokrastinasi akademik.
8
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai
dukungan sosial dan self-determination terhadap prokrastinasi akademik pada
mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
sehingga penulis membuat penelitian dengan judul “pengaruh dukungan sosial
dan self-determination terhadap perilaku prokrastinasi akademik pada
mahasiswa fakultas adab dan humaniora UIN syarif hidayatullah jakarta”.
1.2 Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
1.2.1 Pembatasan masalah
Untuk menjaga agar penelitian ini fokus dan tidak meluas, maka peneliti
membatasi masalah mengenai dukungan sosial dan self-determination terhadap
prokrastinasi akademik, sebagai berikut:
1. Prokrastinasi akademik yang dimaksud dalam penelitian ini dibatasi pada
kecenderungan individu menunda untuk memulai maupun menyelesaikan
tugas, seperti tugas menulis makalah, belajar untuk menghadapi ujian, tugas
membaca, tugas administratif, menghadiri pertemuan dan tugas akademik
secara keseluruhan (Solomon & Rothblum, 1984).
2. Weiss (dalam Cutrona, 1987) menyatakan bahwa dukungan sosial merupakan
suatu proses hubungan yang terbentuk dari individu dengan persepsi bahwa
seseorang dicintai dan dihargai, disayang, untuk memberikan bantuan kepada
individu yang mengalami tekanan-tekanan dalam kehidupannya. Dukungan
sosial mencakup aspek attachment, social integration, reassurance of worth,
reliable alliance, guidance dan opportunity for nurturance.
9
3. Self - determination yang dimaksud dalam penelitian ini dibatasi pada
orientasi motivasi yang dimiliki individu dalam melakukan kegiatan
perkuliahan yang digambarkan sebagai tiga dimensi, yaitu: motivasi intrinsik,
motivasi ekstrinsik dan amotivasi. (Ryan & Deci, 2000)
4. Subjek penelitian ini dibatasi yakni mahasiswa pada Fakultas Adab dan
Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
1.2.2 Perumusan masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas dapat dirumuskan masalah penelitian
sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh dukungan sosial dan self-determination terhadap
perilaku prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas Adab dan
Humaniora?
2. Apakah ada pengaruh attachment terhadap perilaku prokrastinasi akademik
pada mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora?
3. Apakah ada pengaruh social integration terhadap perilaku prokrastinasi
akademik pada mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora?
4. Apakah ada pengaruh reassurance of worth terhadap perilaku prokrastinasi
akademik pada mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora?
5. Apakah ada pengaruh reliable alliance terhadap perilaku prokrastinasi
akademik pada mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora?
6. Apakah ada pengaruh guidance terhadap perilaku prokrastinasi akademik pada
mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora?
10
7. Apakah ada pengaruh opportunity for nurturance terhadap perilaku
prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora?
8. Apakah ada pengaruh intrinsic motivation terhadap perilaku prokrastinasi
akademik pada mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora?
9. Apakah ada pengaruh extrinsic motivation terhadap perilaku prokrastinasi
akademik pada mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora?
10. Apakah ada pengaruh amotivation terhadap perilaku prokrastinasi akademik
pada mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui adanya pengaruh yang signifikan antara dukungan sosial dan
self-determination terhadap perilaku prokrastinasi akademik pada
mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Mengetahui besarnya pengaruh aspek-aspek dukungan sosial dan self-
determination terhadap perilaku prokrastinasi akademik pada mahasiswa
Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini dapat memberikan manfaat, antara lain manfaat teoritis
dan manfaat praktis.
1.4.1 Manfaat teoritis
a. Apabila penelitian ini membuktikan adanya pengaruh, maka diharapkan
hal ini dapat memberikan sumbangan untuk ilmu psikologi, terutama teori
11
dalam bidang psikologi pendidikan dan psikologi sosial dengan
menunjukan bahwa dukungan sosial dan motivasi self-determination
berpengaruh terhadap perilaku prokrastinasi akademik.
b. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi
penelitian lain yang ingin meneliti mengenai perilaku prokrastinasi
akademik sebagai referensi teoritis dan empiris.
1.4.2 Manfaat praktis
a. Hasil penelitian ini, diharapkan dapat digunakan oleh praktisi yang
bergerak dalam dunia pendidikan dan psikologi pendidikan agar
memperoleh pengetahuan dan masukan mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku prokrastinasi akademik pada mahasiswa.
b. Dengan adanya penelitian ini, maka dapat membantu para pendidik
meningkatkan dukungan sosial dan self-determination pada mahasiswa
dalam aktivitas belajar agar perilaku prokrastinasi akademik menurun.
1.5 Sistematika Penulisan
Penelitian ini menggunakan teknik penulisan American Psychological Assosiation
(APA) Style. Dan secara garis besar sistematika penulisan ini adalah:
BAB 1: PENDAHULUAN
Dalam bab ini menguraikan dan memaparkan latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta
sistematika penulisan.
12
BAB 2: LANDASAN TEORI
Dalam bab ini, dipaparkan teori-teori yang berhubungan dengan isi
penelitian sebagai dasar pemikiran untuk membahas permasalahan dalam
penelitian skripsi, yaitu:
1. Prokrastinasi akademik: pengertian prokrastinasi akademik, jenis-jenis
prokrastinasi akademik, area tugas pada prokrastinasi akademik,
karakteristik prokrastinasi akademik, faktor-faktor yang
mempengaruhi prokrastinasi akademik, dan pengukuran prokrastinasi
akademik.
2. Dukungan sosial: pengertian dukungan sosial, dimensi-dimensi
dukungan sosial, dan pengukuran dukungan sosial.
3. Motivasi self-determination: pengertian motivasi self-determination,
dimensi-dimensi motivasi self-determination, dan pengukuran
motivasi self-determination.
4. Kerangka berpikir dan hipotesis penelitian.
BAB 3: METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini dipaparkan beberapa hal yaitu populasi, sampel, teknik
pengambilan sampel, variabel penelitian dan definisi operasional variabel,
instrumen pengumpulan data, uji validitas konstruk, metode analisis data,
dan prosedur penelitian.
13
BAB 4: HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini, dipaparkan mengenai gambaran subjek penelitian, hasil
analisis deskriptif, kategorisasi skor variabel penelitian, hasil pengujian
hipotesis, pembahasan hasil pengujian hipootesis dan proporsi varians.
BAB 5: KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
Dalam bab ini dipaparkan mengenai kesimpulan, diskusi dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
Bab ini berisi daftar bacaan yang digunakan sebagai dasar penelitian.
LAMPIRAN
14
BAB 2
LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan tentang landasan teori yang terdiri dari lima sub bab, yaitu
prokrastinasi akademik, dukungan sosial, self-determination, kerangka berpikir
dan hipotesis.
2.1 Prokrastinasi Akademik
2.1.1 Pengertian prokrastinasi akademik
Dalam Burka dan Yuen (2008) kata procrastinate adalah hasil gabungan di antara
dua kata dalam bahasa Latin yaitu “pro” yang berarti maju, ke depan, lebih
menyukai dan “cratinus” yang berarti besok. Jadi dari asal katanya, prokrastinasi
adalah lebih suka melakukan pekerjaannya besok. Prokrastinasi melibatkan
kesadaran bahwa seseorang harus melakukan suatu aktivitas dan mungkin ingin
melakukan sesuatu, namun gagal memotivasi diri untuk melakukan dalam waktu
yang diinginkan atau diharapkan (Senecal, Koestner, & Vallerand, 1995).
Steel (2007) menjelaskan definisi prokrastinasi adalah “to voluntarily
delay an intended course of action despite expecting to be worse-off for the delay”
yang artinya, prokrastinasi adalah menunda dengan sengaja kegiatan yang
diinginkan walaupun mengetahui bahwa penundaannya dapat menghasilkan
dampak buruk.
Prokrastinasi menurut Ferrari et al. (2005) adalah penundaan yang sering
dilakukan ketika memulai atau menyelesaikan tugas tepat pada waktunya. Ferrari
juga menegaskan bahwa prokrastinasi adalah sebagai suatu penundaan yang tidak
perlu dilakukan untuk suatu tugas.
15
Selanjutnya, Solomon dan Rothblum (1984) mengatakan:
“Procrastination, the act of needlessly delaying tasks to the point of experiencing
subjective discomfort, is an all-too-familiar problem”. Pernyataan ini menjelaskan
bahwa suatu penundaan dikatakan sebagai prokrastinasi apabila penundaan itu
dilakukan pada tugas yang penting, dilakukan berulang-ulang secara sengaja,
menimbulkan perasaan tidak nyaman, serta secara subyektif dirasakan oleh
seorang prokrastinator. Dalam kaitannya dengan lingkup akademik, prokrastinasi
dijelaskan sebagai kecenderungan perilaku menunda tugas-tugas akademik,
sebesar 46% pada menulis makalah, 27.6% pada persiapan ujian, 30.1% tugas
membaca mingguan, 10.6% menunda mengerjakan tugas-tugas administrasi
penting, 23% sering terlambat menghadiri pertemuan-pertemuan dalam
perkuliahan dan 10.2% menunda kegiatan sekolah secara umum.
Berdasarkan beberapa pengertian mengenai prokrastinasi akademik yang
dijelaskan di atas, dalam penelitian ini penulis menggunakan definisi prokrastinasi
akademik menurut Solomon dan Rothblum (1984) yang menyatakan bahwa
prokrastinasi adalah penundaan yang dilakukan pada tugas-tugas penting
dilakukan berulang-ulang secara sengaja, menimbulkan perasaan tidak nyaman,
serta secara subyektif dirasakan oleh seorang prokrastinator.
2.1.2 Karakteristik prokrastinasi akademik
1. Rendahnya self-regulation. Burka dan Yuen (2008) menemukan tiga
karakteristik yang memiliki ikatan statistika yang paling kuat dengan
prokrastinasi, yaitu adalah sebagai berikut:
16
a. Berniat untuk bertindak setelah meninggalkan kekosongan (intention
action gap), hal ini mengisyaratkan kegagalan seseorang untuk bertindak
sesuai dengan niatnya (walaupun seseorang yang melakukan
prokrastinasi merencanakan untuk bekerja lebih keras daripada oranng
lain).
b. Kurang bersifat hati-hati dan kurang sungguh-sungguh (low
conscientiousness), hal ini mengisyaratkan bahwa seseorang melarikan
diri dari tugas, mengalami kesulitan dalam merencanakan dan
ketekunan, mengalami motivasi yang rendah untuk berprestasi kecuali
jika bekerja menjadi kesibukan yang dikehendaki oleh dirinya sendiri
(instrically enganging).
c. Disiplin diri yang rendah (poor self-discipline), hal ini mengisyaratkan
pada kemampuan kontrol diri yang rendah dalam merencanakan dan
dalam pengaturan.
2. Rasa takut, cemas dan suasana hati. Steel (dalam Burka & Yuen, 2008)
menemukan faktor ini tidak terlalu kuat korelasi nya dengan prokrastinasi
daripada faktor pengaturan diri yang telah disebutkan sebelumnya, tetapi
mereka tetap berhubungan. Suasana hati yang depresi dapat menyebabkan
prokrastinasi, karena rendahnya energi berhubungan dengan depresi dalam
mengambil tindakan. Depresi juga terkait dengan kepercayaan diri yang
rendah, dan antara kepercayaan diri yang rendah dan rendahnya self-efficacy
(membuat seseorang ragu untuk melakukan sesuatu dengan baik) telah
terbukti berkaitan dengan prokrastinasi.
17
3. Ferrari, Johnson, dan McCown (1995) membagi prokrastinasi ke dalam dua
jenis, yaitu:
1. Dysfunctional procrastination, yaitu penundaan yang tidak bertujuan,
melewati waktu optimal pada tugas penting yang memiliki kemungkinan
yang tinggi dalam menyelesaikannya dan tidak memiliki alasan yang
masuk akal ketika melakukan penundaan.
2. Rational atau functional procrastination, yaitu perilaku penundaan yang
dimunculkan untuk aktivitas yang memiliki kemungkinan rendah terkait
dengan penyelesaian tugas atau penundaan mengerjakan tugas yang
bertujuan untuk memperoleh informasi yang lengkap dan akurat.
4. Solomon dan Rothblum (1984) mengemukakan bahwa prokrastinasi
akademik bisa terjadi pada enam area, yaitu:
1. Menulis makalah
Menulis makalah meliputi penundaan pelaksanaan kewajiban dalam
membuat tugas menulis, seperti makalah dan review jurnal.
2. Belajar untuk menghadapi ujian
Belajar untuk menghadapi ujian meliputi menunda belajar sampai mendekati
waktu ujian.
3. Tugas membaca
Tugas membaca mingguan meliputi penundaan untuk membaca buku atau
referansi yang berkaitan dengan tugas perkuliahan.
18
4. Kinerja Administratif
Kinerja administratif seperti mengembalikan buku perpustakaan, mengisi
KRS (Kartu Rancangan Studi) dan membayar uang semester.
5. Menghadiri pertemuan
Menghadiri pertemuan meliputi penundaan dalam menghadiri perkuliahan.
6. Kinerja akademik secara keseluruhan
Kinerja akademik secara keseluruhan meliputi menunda mengerjakan atau
menyelesaikan tugas-tugas akademik yang berkaitan dengan perkuliahan
secara keseluruhan.
Sejalan dengan hal di atas, Burka dan Yuen (2008) mengemukakan bahwa
prokrastinasi akademik juga bisa terjadi pada beberapa area, antara lain:
menghadiri kelas, melakukan pekerjaan rumah, belajar untuk ujian, membuat
makalah, berbicara dengan guru atau penasihat, mendaftar keperguruan tinggi atau
untuk beasiswa, melakukan tugas-tugas birokrasi (membayar biaya sekolah,
membeli buku, dll), menyelesaikan persyaratan, memilih hal utama, belajar untuk
ujian masuk, membaca silabus untuk mengetahui kapan tugas jatuh tempo,
berkumpul dengan siswa lain, menelpon, menulis dan mengunjungi rumah,
mencari pekerjaan atau peluang magang, melamar program khusus, dan lain-lain.
2.1.3 Pengukuran prokrastinasi akademik
Dalam beberapa penelitian terdapat beberapa instrumen yang digunakan untuk
mengukur prokrastinasi akademik, yaitu:
19
1. Tuckman Procrastination Scale (TPS). Alat ukur ini dikembangkan oleh
Tuckman (1991). Skala ini terdiri dari 16 item untu mengukur
kecenderungan prokrastinasi dalam menyelesaikan tugas kuliah.
2. Adult Inventory of Procrastination (AIP). Dalam penelitian Ferrari dan
Diaz-Moralez (2007) menggunakan alat ukur ini untuk mengukur persepsi
self-concept dan self-presentation seseorang yang melakukan
prokrastinasi. Skala ini terdiri atas 15 item dengan menggunakan skala
likert mulai dari satu (sangat tidak setuju) hingga tujuh (sangat setuju).
Dalam penelitian ini, peneliti mengukur prokrastinasi akademik dengan
menggunakan alat ukur berdasarkan enam area tugas pada prokrastinasi akademik
dari Solomon dan Rothblum (1984) yaitu Procrastination Assessment Scale
Students (PASS) untuk mengukur kecenderungan prokrastinasi akademik. Adapun
enam area tugas prokrastinasi akademik tersebut adalah: menulis makalah, belajar
untuk menghadapi ujian, tugas membaca, kinerja administratif, menghadiri
pertemuan dan kinerja akademik secara keseluruhan.
Peneliti memilih menggunakan alat ukur ini karena area yang diukur oleh alat
ukur ini sesuai dengan area prokrastinasi pada bagian pertama yang terdiri dari 18
item. Berdasarkan penelitian dari Ferrari (1989) didapat nilai test-retest reliabilitas
selama lebih dari enam minggu alat ukur ini adalah berkisar 0.74.
2.1.4 Faktor yang mempengaruhi prokrastinasi akademik
Menurut Solomon dan Rothblum (1984) prokrastinasi disebabkan oleh beberapa
faktor, yaitu:
20
a. Takut gagal (fear of failure)
Individu memiliki rasa takut terhadap faktor yang dapat menyebabkan
kegagalan sehingga mereka kurang percaya diri, depresi, adanya keyakinan
yang irasional, serta mengalami kecemasan.
b. Menghindari tugas
Berhubungan dengan perasaan negative terhadap tugas atau pekerjaan yang
dihadapi. Perasaan yang dibebani tugas yang terlalu berlebihan, ketidaksukaan
terhadap tugas, kurang semangat dalam mengerjakan tugas, adanya tekanan,
tidak adanya minat terhadap tugas yang diberikan dan kurang memiliki
kebiasaan kebiasaan belajar yang baik.
Selain itu, Steel (dalam Burka & Yuen, 2008) menjelaskan aspek lain yang
kuat mempengaruhi prokrastinasi ialah motivasi, ia juga mengusulkan empat
faktor yang mungkin meningkatkan kecenderungan menunda-nunda:
1. Kepercayaan diri yang rendah dalam kemampuan seseorang untuk berhasil;
2. Mengharapkan bahwa proses dan/atau hasil akan tidak menyenangkan;
3. Penghargaan itu terlalu jauh untuk dirasakan sebagai hal yang nyata atau
bermakna;
4. Kesulitan dalam pengaturan diri, termasuk impulsif dan mengalihkan
kemampuan.
21
2.2 Dukungan Sosial
2.2.1 Pengertian dukungan sosial
Weiss (dalam Cutrona, 1987) menyatakan bahwa dukungan sosial merupakan
suatu proses hubungan yang terbentuk dari individu dengan persepsi bahwa
seseorang dicintai, dihargai dan disayang, untuk memberikan bantuan kepada
individu yang mengalami tekanan-tekanan dalam kehidupannya.
Dukungan sosial adalah informasi dari orang lain untuk dicintai dan
dipedulikan, dihormati dan dihargai, serta merupakan bagian dari komunikasi dan
kewajiban bersama. Dukungan sosial dapat berasal dari orangtua, pasangan,
keluarga, teman, lingkungan sosial dan masyarakat. Individu dengan dukungan
sosial yang tinggi akan cenderung dapat mengatasi stres ketika mereka
menghadapi pengalaman stress dan mungkin berhasil mengatasinya (Taylor,
2009).
Selanjutnya, menurut Uchino (dalam Sarafino & Smith, 2011) dukungan
sosial mengacu pada kenyamanan, peduli, harga diri, atau bantuan yang tersedia
untuk seseorang dari orang lain atau kelompok lain. Sedangkan menurut Cohen,
Underwood, dan Gottlieb (2000) istilah dukungan sosial merujuk pada sumber
daya sosial yang tersedia bagi seseorang atau yang benar-benar diberikan kepada
orang tersebut oleh orang yang bukan profesional baik berupa dukungan dalam
kelompok ataupun saling membantu antar individu. Orang dengan dukungan
sosial tinggi percaya bahwa mereka dicintai, dihargai, menjadi bagian dari
jaringan sosial, seperti keluarga atau komunitas organisasi, yang dapat membantu
saat dibutuhkan (Sarafino & Smith, 2011).
22
Dari beberapa definisi diatas, dalam penelitian ini penulis menggunakan
definisi dukungan sosial menurut Weiss (dalam Cutrona, 1987) yang menyatakan
bahwa dukungan sosial merupakan suatu proses hubungan yang terbentuk dari
individu dengan persepsi bahwa seseorang dicintai, dihargai dan disayang, untuk
memberikan bantuan kepada individu yang mengalami tekanan-tekanan dalam
kehidupannya.
2.2.2 Dimensi – dimensi dukungan sosial
Weiss (dalam Cutrona & Russell, 1987) mengemukakan dimensi dukungan sosial
sebagai berikut:
1. Attachment (Kelekatan)
Jenis dukungan sosial semacam ini memungkinkan seseorangan
memperoleh kelekatan (kedekatan) emosional sehingga menimbulkan rasa
aman bagi yang menerima. Orang yang menerima dukungan sosial
semacam ini merasa tentram, aman, dan damai yang ditunjukkan dengan
sikap tenang dan bahagia. Sumber dukungan sosial semacam ini yang
paling sering dan umum adalah diperoleh dari pasangan hidup, atau
anggota keluarga atau teman dekat atau sanak keluarga yang akrab dan
memiliki hubungan yang dekat.
2. Social Integration (Integrasi Sosial)
Jenis dukungan sosial semacam ini memungkinkan seseorang untuk
memperoleh perasaan memiliki suatu kelompok yang memungkinkannya
untuk berbagi minat, perhatian serta melakukan kegiatan yang sifatnya
23
rekreatif secara bersama-sama dan bisa menghilangkan perasaan
kecemasan walaupun hanya sesaat.
3. Reassurance of Worth (Adanya Pengakuan)
Pada dukungan sosial jenis ini seseorang mendapatkan pengakuan atas
kemampuan keahliannya serta mendapat penghargaan dari orang lain atau
lembaga. Sumber dukungan sosial semacam ini dapat berasal dari keluarga
atau lembaga/instansi atau sekolah/organisasi.
4. Reliable Alliance (Ketergantungan untuk dapat diandalkan)
Dalam dukungan sosial jenis ini, seseorang mendapat dukungan sosial
berupa bahwa nanti ada yang bisa diandalkan baik itu diri sendiri maupun
guru atau teman sebaya yang akan menolong ketika ada kesulitan.
5. Guidance (Bimbingan)
Dukungan sosial jenis ini adalah berupa adanya hubungan kerja ataupun
hubungan sosial yang memungkinkan orang mendapatkan informasi,
saran, atau nasehat yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan dan
mengatasi permasalahan yang dihadapi. Jenis dukungan sosial ini
bersumber dari guru, alim ulama dalam masyarakat, figure yang dituakan
dan juga orangtua.
6. Opportunity for Nurturance (Kesempatan untuk merasa dibutuhkan)
Suatu aspek dalam hubungan interpersonal adalah perasaan dibutuhkan
oleh orang lain. Dukungan ini menimbulkan perasaan dalam individu
bahwa ia bertanggung jawab terhadap kesejahteraan orang lain. Dukungan
sosial ini bersumber dari anak, cucu dan pasangan hidup.
24
Berdasarkan uraian diatas, peneliti mengambil dimensi-dimensi dukungan sosial
dari Weiss (dalam Cutrona & Russell, 1987) dengan enam dimensi dukungan
sosial, antara lain: Attachment (Kelekatan), Social Integration (Integrasi Sosial),
Reassurance of Worth (Adanya Pengakuan), Reliable Alliance (Ketergantungan
untuk dapat diandalkan), Guidance (Bimbingan) dan Opportunity for Nurturance
(Kesempatan untuk merasa dibutuhkan).
2.2.3 Pengukuran dukungan sosial
Dalam beberapa penelitian terdapat beberapa instrumen yang digunakan untuk
mengukur dukungan sosial, yaitu:
1. Social Support Questionnaire (SSQ). Alat ukur ini dikembangkan oleh
Sarason, I.G., Levine, H.M., dan Basham, R.B. (1983) alat ukur ini terdiri
dari 27 item dengan 5 point skala likert. Alat ukur ini mengukur tipe
kebutuhan dukungan sosial (emotional, interpersonal, dan material) dan
selanjutnya mengevaluasi kepuasan dukungan sosial yang diterima. Setiap
item di nilai dengan 5 poin tipe skala likert berkisar dari “Tidak Sama
Sekali” sampai “Banyak Sekali”.
2. Child and Adolescent Social Support Scale (CASSS) yang dikembangkan
oleh Malecki, Demaray, dan Elliot (2000) alat ukur ini terdiri dari 60 item
yang mengukur dukungan sosial dari 5 sumber: orangtua, guru, teman
sekelas, teman dekat dan pihak sekolah. Item dari CASSS memiliki
pernyataan seperti “kedua orangtua saya, membantu dalam membuat
keputusan” jawaban direspon dengan rating pada setiap item pada 2 aspek,
25
aspek frekuensi dan aspek importance (kepentingan). Aspek frekuensi terdiri
atas 6 point skala likert yang berkisar dari “Tidak Pernah” sampai “Selalu”.
3. Social Provision Scale yang dikembangkan oleh Weiss (dalam Cutrona,
1987) alat ukur ini terdiri dari 24 item yang mengukur dimensi dukungan
sosial, yaitu: attachment, social integration, reliable alliance, reassurance
of worth, guidance dan opportunity for nurturance. Setiap item di nilai
dengan skala likert berkisar dari “Sangat Tidak Setuju” sampai “Sangat
Setuju”.
Dalam penelitian ini, peneliti mengukur dukungan sosial dengan
menggunakan alat ukur yang diadaptasi dari Weiss (dalam Cutrona, 1987) yang
mengemukakan adanya 6 dimensi dukungan sosial yang disebut sebagai “Social
Provision Scale”, adapun komponen-komponen tersebut adalah: attachment
(kelekatan), social integration (integrasi sosial), reassurance of worth (adanya
aengakuan), reliable alliance (ketergantungan untuk dapat diandalkan), guidance
(bimbingan), dan opportunity for nurturance (kesempatan untuk merasa
dibutuhkan).
Penulis memilih untuk menggunakan alat ukur ini karena dimensi yang
diukur oleh alat ukur ini merupakan dimensi yang sesuai dengan teori dukungan
sosial yang digunakan pada penelitian ini. Alat ukur ini berjumlah 24 item dimana
masing-masing aspek dari dukungan sosial diukur oleh 4 item.
Berdasarkan penelitian dari Cutrona dan Russell (1987) didapat nilai reliabilitas
dari alat ukur ini berkisar dari 0.370 sampai 0.660 dengan menggunakan metode
26
test-retest dan berdasarkan penelitian yang sama mengenai validitas dari alat ukur
ini, didapat nilai intercorrelations pada item dari 6 dimensi berkisar pada 0.100
sampai 0.510 dengan mean intercorrelation sebesar 0.270.
2.3 Self- Determination
2.3.1 Pengertian self- determination
Self-determination adalah teori yang berfokus pada level motivasi yang individu
miliki ketika melakukan kegiatan, serta alasan mengapa individu tersebut
termotivasi untuk melakukannya. Dalam teori ini, orientasi motivasi yang berbeda
berfungsi sebagai stimulus untuk melakukan kegiatan dan sejauh mana individu
ditentukan oleh makna dan kepentingan pribadi (Ryan & Deci, 2000b). Seseorang
yang tidak memiliki dorongan atau inspirasi dalam melakukan suatu kegiatan
dikarakteristikan tidak termotivasi, sedangkan seseorang yang bersemangat dan
aktif dalam melakukan suatu kegiatan dikarakteristikan termotivasi (Ryan & Deci,
2000a).
2.3.2 Dimensi - dimensi self-determination
Ryan dan Deci (2000a) mengidentifikasi tiga dimensi motivasi, untuk
menjelaskan alasan yang berbeda mengapa individu terlibat dalam kegiatan, yaitu:
1. Intrinsic motivation (motivasi intinsik)
Motivasi intrinsik adalah melakukan suatu kegiatan karena kepuasan yang
didapat dari melakukan suatu kegiatan tersebut, lebih dari pada memikirkan
konsekuensi yang mereka dapatkan karena kegiatan tersebut. Ketika seseorang
termotivasi secara intrinsik, mereka merasa senang dalam melakukan sesuatu
27
dan menyukai tantangan bukan karena paksaan eksternal, tekanan, atau
imbalan.
2. Extrinsic motivation (motivasi ekstrinsik)
Motivasi ekstrinsik adalah melakukan setiap kegiatan karena untuk mencapai
hasil yang diinginkan, sehingga motivasi ekstrinsik ini berbeda dengan
motivasi intrinsik, yang melakukan kegiatan karena kenikmatan dalam
melakukan aktivitas, melainkan dari nilai instrumentalnya. Contohnya, siswa
mengerjakan PR hanya karena ia takut sanksi dari orangtua saat tidak
melakukannya, hal ini adalah motivasi eksternal karena siswa mengerjakan PR
untuk menghindari sanksi. Demikian pula, dengan mahasiswa yang
mengerjakan tugas kuliah karena secara pribadi dia percaya hal itu sangat
berharga ketika dia bekerja pada sebuah perusahaan nantinya, hal ini juga
disebut sebagai motivasi eksternal karena melakukan kegitan untuk nilai
instrumental bukan karena dia menemukan hal yang menarik.
3. Amotivation
Amotivasi adalah kurangnya niat seseorang dalam melakukan suatu kegiatan,
tidak memiliki arti sebab-akibat pribadi dalam melakukan suatu kegiatan.
Tidak menghargai apa yang dilakukan, merasa tidak kompeten bahkan tidak
percaya akan menghasilkan sesuatu yang diingkan.
28
2.3.3 Pengukuran self-determination
Untuk mengukur self-determination dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
skala Academic Motivation Scale College Version (AMS- C 28). Skala dibuat
oleh Vallerand et al. (1992) berdasarkan dimensi self-determination yang
dikemukakan Ryan dan Deci (2000), yaitu intrinsic motivation, extrinsic
motivation dan amotivation. Dalam skala ini terdapat 28 item favorabel tentang
orientasi motivasi siswa. Skala ini menggunakan skala likert dengan rentang
mulai 1 (tidak sesuai sama sekali) sampai 5 (sangat sesuai). Namun peneliti
mengubah rentang skala menjadi 4 poin agar tidak ada nilai tengah yang
menyebabkan kecenderungan responden dalam menjawab. Alat ukur ini memiliki
nilai reliabilitas dari alat ukur ini berkisar dari 0.83 sampai 0.93.
2.4 Kerangka Berpikir
Prokrastinasi akademik pada mahasiswa sangat berpengaruh terhadap pencapaian
hasil belajar, karena prokrastinasi identik dengan bentuk kemalasan dalam
masyarakat. Banyak penelitian yang menemukan bahwa prokrastinasi akademik
berperan terhadap pencapaian akademis, maka prokrastinasi merupakan masalah
penting yang perlu mendapatkan perhatian karena berpengaruh bagi mahasiswa
itu sendiri berupa hasil yang tidak optimal dan bagi orang lain atau lingkungannya
(Solomon & Rothblum, 1984).
Bagi mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi,
dituntut untuk menyelesaikan studinya dalam jangka waktu yang ditentukan. Baik
itu tuntutan dari orangtua yang ingin segera melihat putra-putrinya memperoleh
gelar yang dapat mereka banggakan, tuntutan dari pihak akademik, dorongan dari
29
teman-teman, dosen, maupun keinginan diri sendiri. Tuntutan dorongan maupun
keinginan dari berbagai pihak ini akan mempengaruhi motivasi mahasiswa dalam
memandang penyelesaian studi sesuai batas waktu yang ditentukan atau tidak.
Namun pada kenyataannya, untuk menyelesaikan studi tidaklah mudah,
untuk lulus dari pendidikan tingginya mahasiswa harus menghadapi berbagai
tantangan, kendala dan hambatan. Salah satu permasalahan yang dihadapi
mahasiswa dalam menyelesaikan studi adalah pengelolaan waktu atau disiplin
waktu. Mengelola waktu berarti mengarah pada pengelolaan diri dengan berbagai
cara yang bertujuan untuk mengoptimalkan waktu yang dimiliki. Artinya
seseorang menyelesaikan pekerjaan di bawah waktu yang tersedia sehingga
mencapai hasil yang memuaskan (Douglass dan Douglass, 1980). Dalam
penelitian ini, peneliti berfokus pada penanggulangan prokrastinasi akademik
dengan beberapa faktor yang mempengaruhinya, diantaranya, dukungan sosial.
Dukungan sosial dapat mempengaruhi prokrastinasi akademik, karena
banyaknya hambatan yang dialami mahasiswa selama proses perkuliahan,
mahasiswa membutuhkan orang lain untuk berdialog, mendapatkan nasihat, dan
membutuhkan dukungan dari orang terdekat. Dukungan sosial merupakan cara
untuk menunjukan kasih sayang, kepedulian dan penghargaan untuk orang lain.
Individu yang menerima dukungan sosial akan merasa bahwa ia dicintai, dihargai,
berharga, dan merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari lingkungan sosialnya
(Sarafino, 1998). Kenyamanan psikis maupun emosional yang diterima individu
dari dukungan sosial akan dapat melindungi individu dari konsekuensi stres yang
menimpanya, sehingga individu dengan dukungan sosial yang tinggi akan
30
memiliki pikiran yang lebih positif terhadap situasi yang sulit dan ketika stres
telah menurun diharapkan prokrastinasi akademik juga menurun. Menerima
berbagai jenis dukungan sosial dapat membantu seseorang secara langsung
menghilangkan, atau sedikitnya mengurangi akibat negatif dari situasi yang
menimbulkan stres, melalui dukungan sosial, setidaknya coping stres yang
maladaptif, seperti prokrastinasi akademik dapat dikurangi atau diganti dengan
coping stress yang lebih efektif. Menurut Weiss (dalam Cutrona, 1987) dukungan
sosial terbagi menjadi enam dimensi yaitu attachment (kelekatan), social
integration (integrasi sosial), reassurance of worth (adanya pengakuan), reliable
alliance (ketergantungan untuk dapat diandalkan), guidance (bimbingan) dan
opportunity for nurturance (kesempatan untuk merasa dibutuhkan). Peneliti
menduga semakin tinggi dukungan sosial yang dirasa individu maka akan
semakin rendah prokrastinasi akademik. Karena individu yang memiliki
dukungan sosial yang baik dari orang disekitarnya diharapkan mampu
menurunkan stress akibat hambatan atau kesulitan mahasiswa dalam menjalankan
perannya dan cenderung lebih mampu mengelola waktu dan cara belajarnya
dalam menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya (Eggens et al.,
2008).
Self - determination juga di duga menjadi salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap prokrastinasi akademik. Self - determination yang dimaksud
di sini adalah individu yang menentukan sendiri dalam melakukan setiap kegiatan
(Ryan & Deci, 2000). Jika individu memiliki motivasi intrinsic dalam kegiatan
belajar, maka penentuan diri dalam mencapai tujuan yang ingin diraihnya akan
31
menjadi lebih terarah. Karena alasan individu terlibat dalam kegiatan belajar
adalah mendapatkan kepuasan dan kesenangan saat belajar dan tidak ada
kecenderungan melakukan prokrastinasi akademik. Berbeda dengan individu yang
yang memiliki motivasi extrinsic dalam kegiatan belajar, alasan individu belajar
adalah karena hal-hal di luar individu seperti, individu kuliah karena ingin
mendapatkan ijazah agar memudahkan dalam memilih karir yang diinginkan,
kuliah sebagai bentuk kepatuhan terhadap orangtua, kuliah karena ingin
dipandang sebagai individu yang berprestasi, dan sebagainya. Kecenderungan
untuk melakukan prokrastinasi akademik pada tingkatan motivasi dalam bentuk
ini adalah tinggi. Selanjutnya, amotivasi adalah ketika individu merasa tidak
memiliki arti dalam melakukan kegiatan, tidak menghargai apa yang dilakukan,
bahkan merasa percaya tidak menghasilkan sesuatu yang diinginkan. Jika individu
teridentifikasi memiliki amotivasi yang tinggi maka kemungkinan prokrastinasi
akademiknya pun tinggi.
Berdasarkan uraian kerangka berpikir, ringkasan pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen dalam penelitian ini dapat dilihat pada
gambar bagan dibawah ini:
32
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian
2.5 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori diatas maka dirumuskan suatu hipotesis. Adapun yang
akan menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah:
33
Hipotesis Mayor : Terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel dukungan
sosial (attachment, social integration, reassurance of worth, reliable alliance,
guidance, dan opportunity for nurturance) dan variabel dari self-determination
intrinsic motivation, extrinsic motivation dan amotivation terhadap perilaku
prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Hipotesis Minor :
H1 : Ada pengaruh yang signifikan dari attachment terhadap perilaku prokrastinasi
akademik pada mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
H2 : Ada pengaruh yang signifikan dari social integration terhadap perilaku
prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
H3 : Ada pengaruh yang signifikan dari reassurance of worth terhadap perilaku
prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
H4 : Ada pengaruh yang signifikan dari reliable alliance terhadap perilaku
prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
H5 : Ada pengaruh yang signifikan dari guidance terhadap perilaku prokrastinasi
akademik pada mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
34
H6 : Ada pengaruh yang signifikan dari opportunity for nurturance terhadap
perilaku prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
H7 : Ada pengaruh yang signifikan dari intrinsic motivation terhadap perilaku
prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
H8 : Ada pengaruh yang signifikan dari extrinsic motivation terhadap perilaku
prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
H9 : Ada pengaruh yang signifikan dari amotivation terhadap perilaku
prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
35
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini dipaparkan beberapa hal yaitu, populasi, sampel dan teknik
pengambilan sampel, variabel penelitian, definisi operasional variabel, instrumen
pengumpulan data, uji validitas konstruk, uji hipotesis dan prosedur penelitian.
3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa aktif pada Fakultas Adab
dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang terdiri dari 2068 mahasiswa
(PUSTIPANDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015).
Adapun sampel yang digunakan sebanyak 205 mahasiswa Fakultas Adab
dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini dilakukan dengan cara non probability sampling, yaitu teknik
pengambilan sampel dimana kemungkinan setiap objek penelitian untuk terpilih
tidak dapat diketahui atau tidak dapat dihitung. Sampel yang diambil adalah
sampel yang telah memenuhi kriteria atau tujuan yang telah ditentukan peneliti,
dimana dalam penelitian ini kriteria sampel adalah mahasiswa Fakultas Adab dan
Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Peneliti akan menyebarkan
kuesioner kepada mahasiswa yang peneliti temui di Fakultas Adab dan
Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
3.2.1 Variabel penelitian
Dalam penelitian ini terdapat 10 variabel, yaitu prokrastinasi akademik,
attachment, social integration, reassurance of worth, reliable alliance, guidance,
36
opportunity for nurturance, intrinsic motivation, extrinsic motivation dan
amotivation.
Dalam penelitian ini, prokrastinasi akademik menjadi variabel terikat atau
dependent variable (DV). Sedangkan variabel bebas (independent variable) dalam
penelitian ini adalah:
1. Dukungan sosial, yang mencakup dimensi-dimensi sebagai berikut:
a. (X1) Variabel attachment
b. (X2) Variabel social integration
c. (X3) Variabel reassurance of worth
d. (X4) Variabel reliable alliance
e. (X5) Variabel guidance
f. (X6) Variabel guidance
2. Motivasi self-determination, yang mencakup dimensi-dimensi sebagai
berikut:
a. (X7) Variabel intrinsic motivation
b. (X8) Variabel extrinsic motivation
c. (X9) Variabel amotivation
3.1.2 Definisi operasional variabel
Berikut ini penjelasan definisi operasional masing-masing variabel dalam
penelitian ini:
1. Prokrastinasi akademik merupakan suatu kecenderungan individu
menunda menyelesaikan tugas mengarang, belajar ketika menghadapi
ujian, tugas membaca, melakukan kinerja administratif, sering terlambat
37
dalam mengikuti pertemuan kelas dan menunda kinerja akademik secara
keseluruhan, yang diukur dengan skala Procrastination Assessment Scale
Students (PASS).
2. Dukungan sosial merupakan suatu proses hubungan yang terbentuk dari
individu dengan persepsi bahwa mahasiswa dicintai, dihargai dan
disayang, dimana hal ini untuk memberikan bantuan kepada mahasiswa
yang mengalami tekanan-tekanan dalam kehidupannya. Dukungan sosial
terdiri dari 6 dimensi, yaitu:
a. Attachment adalah individu yang memiliki hubungan dekat dengan
orang lain dan memiliki ikatan emosional yang kuat, dimana skor
attachment diperoleh dari alat ukur the social provision scale.
b. Social integration adalah individu yang memiliki peran dalam
lingkungan sosial dan adanya kelompok yang memiliki kesamaan
minat dan keyakinan, dimana skor social integration diperoleh dari
alat ukur the social provision scale.
c. Reassurance of worth adalah pengakuan atas kemampuan yang
dimiliki individu dan penghargaan atas kemampuan yang dimiliki,
dimana skor reassurance of worth diperoleh dari alat ukur the social
provision scale.
d. Reliable alliance adalah individu memiliki seseorang yang dapat
diandalkan dan menjadi seorang yang dapat diandalkan, dimana skor
reliable alliance diperoleh dari alat ukur the social provision scale.
38
e. Guidance adalah individu memiliki orang lain yang dapat dipercaya
dan ada pihak yang membimbing, dimana skor guidance diperoleh dari
alat ukur the social provision scale.
f. Opportunity for nurturance adalah individu merasa dibutuhkan orang
lain dan merasa bertanggung jawab bagi kesejahteraan orang lain,
dimana skor opportunity for nurturance diperoleh dari alat ukur the
social provisions scale.
3. Self - determination merupakan motivasi penentuan diri mahasiswa dalam
menjalankan seluruh kegitan perkuliahan. Self - determination terdiri dari
3 dimensi, yaitu:
a. Intrinsic motivation adalah individu merasa puas dan senang ketika
menjalankan kegiatan, dimana skor intrinsic motivation diperoleh dari
alat ukur academic motivation scale college version (AMS- C 28).
b. Extrinsic motivation adalah individu yang melakukan kegiatan karena
pengaruh eksternal seperti hadiah dan hukuman dari orang sekitar,
dimana skor extrinsic motivation diperoleh dari alat ukur academic
motivation scale college version (AMS- C 28).
c. Amotivation adalah individu ketika melakukan suatu kegiatan merasa
bahwa dirinya membuang-buang waktu, dimana skor amotivation
diperoleh dari alat ukur academic motivation scale college version
(AMS- C 28).
39
3.3 Instrumen Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode skala sebagai alat pengumpul
data, yaitu sejumlah pernyataan tertulis untuk memperoleh jawaban dari
responden. Skala yang digunakan dalam penelitian ini memakai skala model
likert. Pernyataan (item) dalam skala model likert ini terdiri dari pernyataan
positif (favorable) dan negatif (unvaforable). Instrumen pengumpulan data yang
digunakan berupa kuesioner. Dalam penelitian ini terdapat tiga alat ukur yaitu
skala prokrastinasi akademik, skala dukungan sosial, dan skala motivasi self-
determination. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing alat ukur tersebut.
1. Skala prokrastinasi akademik
Dalam pengukuran prokrastinasi akademik, penelitian ini menggunakan
procrastination assessment scale-student (PASS) yang dikembangkan oleh
Solomon dan Rothblum (1984). Alat ukur ini dibagi menjadi dua bagian, pada
bagian pertama mengukur prevalensi prokrastinasi dalam enam bidang
akademik dan pada bagian kedua menilai alasan untuk menunda-nunda. Sesuai
dengan kebutuhan penelitian, maka peneliti hanya menggunakan satu skala dari
PASS yaitu skala bagian pertama. Alasan peneliti hanya menggunakan bagian
pertama dari alat ukur PASS karena dibagian pertama ini mengukur seberapa
tinggi atau rendahnya seseorang melakukan prokrastinasi akademik, sedangkan
dibagian kedua dari alat ukur PASS mengukur seberapa besar pengaruh alasan
seseorang melakukan prokrastinasi akademik.
Pada skala bagian pertama, terdiri dari enam indikator (mengerjakan tugas
makalah, belajar sebelum ujian, tugas membaca mingguan, tugas administratif,
40
menghadiri perkuliahan, dan tugas akademik secara keseluruhan). Skala ini
terdiri dari item favorabel dan unfavorabel dengan jumlah 18 item dan dalam
pengisiannya alat ukur ini menggunakan skala likert dengan rentangan lima
poin, yaitu mulai dari satu (tidak pernah prokrastinasi) sampai lima (selalu
prokrastinasi). Namun, dalam penelitian ini peneliti mengubah rentangan skala
menjadi empat poin dengan pertimbangan agar tidak ada kecenderungan
jawaban pada skala di tengah-tengah atau ragu-ragu. Pilihan jawaban untuk
skala prokrastinasi akademik terdiri dari empat macam, yaitu:
1. S, apabila subjek merasa Selalu atas pernyataan yang diberikan.
2. HS, apabila subjek merasa Hampir Selalu atas pernyataan yang
diberikan.
3. HTP, apabila subjek merasa Hampir Tidak Pernah atas pernyataan yang
diberikan.
4. TP, apabila subjek merasa Tidak Pernah atas pernyataan yang diberikan.
Dalam setiap jawaban, peneliti memberikan nilai atau bobot tertentu sebagaimana
terdapat pada tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.1
Bobot Nilai Tiap Jawaban Pada Skala Prokrastinasi Akademik Alternatif Jawaban Favourable Unfavourable
(S) Selalu 4 1
(HS) Hampir Selalu 3 2
(HTP) Hampir Tidak Pernah 2 3
(TP) Tidak Pernah 1 4
Adapun blueprint dari skala prokrastinasi akademik yang disajikan pada tabel
3.2 di bawah ini:
41
Tabel 3.2
Blueprint Skala Prokrastinasi Akademik
2. Skala Dukungan Sosial
Dalam penelitian ini, peneliti mengukur dukungan sosial dengan menggunakan
alat ukur yang diadaptasi dari Weiss (dalam Cutrona, 1987) yang
mengemukakan adanya 6 (enam) dimensi dukungan sosial yang disebut sebagai
“The Social Provision Scale”, adapun dimensi-dimensi tersebut adalah:
Attachment (Kelekatan), Social Integration (Integrasi Sosial), Reassurance of
Worth (Adanya Pengakuan), Reliable Alliance (Ketergantungan untuk dapat
diandalkan), Guidance (Bimbingan), dan Opportunity for Nurturance
(Kesempatan untuk merasa dibutuhkan). Skala ini terdiri dari 24 item dengan
model likert skala 1 sampai 4 (Sangat Tidak Setuju, Tidak Setuju, Setuju, dan
Sangat Setuju).
Tabel 3.3
Bobot Nilai Tiap Jawaban Pada Skala Dukungan Sosial
Alternatif Jawaban Favourable Unfavourable
(STS) Sangat Tidak Setuju 1 4
(TS) Tidak Setuju 2 3
(S) Setuju 3 2
(SS) Sangat Setuju 4 1
Adapun blueprint dari skala dukungan sosial yang disajikan pada tabel 3.4 di
bawah ini:
Variabel Indikator Item
Jumlah F UF
Prokrastinasi
akademik
Menunda menulis makalah 3 1,2 3
Menunda belajar untuk menghadapi ujian 5 4,6 3
Menunda tugas membaca mingguan 7,8 9 3
Menunda kinerja administratif 10,11 12 3
Menunda menghadiri pertemuan 13,14 14 3
Menunda kinerja akademik secara
keseluruhan
16,17 18 3
Jumlah 10 8 18
42
Tabel 3.4
Blueprint Skala Dukungan Sosial
No. Dimensi Indikator Item Jumlah
F UF
1. Attachment - Memiliki hubungan yang
dekat dengan orang lain
- Adanya ikatan emosional
yang kuat
11
17
2,21 4
2. Social
Integration
- Peran dalam lingkungan
sosial
- Memiliki kelompok dengan
kesamaan minat dan
keyakinan
5
8
22
14
4
3. Reassurance
of Worth
- Pengakuan atas kemampuan
yang dimiliki
- Penghargaan atas
kemampuan yang dimiliki
13,20
6,9
4
4. Reliable
Alliance
- Memiliki seseorang yang
dapat diandalkan
- Menjadi seseorang yang
dapat diandalkan
1,23
18
10
4
5. Guidance - Memiliki orang lain yang
dapat dipercaya
- Ada pihak lain yang
membimbing
12,16
19
3
4
6. Opportunity
for Nurturance
- Merasa dibutuhkan oleh
orang lain
- Bertanggung jawab bagi
orang lain
4,15
7
24 4
Jumlah 13 11 24
3. Skala self - determination
Self - determination diukur dengan menggunakan instrumen yang
dikembangkan oleh Vallerand et al. (1992) yaitu Academic Motivation Scale
(AMS- C 28) College Version. Instrumen ini terdiri 3 dimensi, adapun 3
dimensi yang dimaksud adalah intrinsic motivation, extrinsic motivation dan
amotivation. Skala ini hanya berisi item favorabel yang diukur dengan 28 item
pernyataan dan dalam pengisiannya alat ukur ini menggunakan skala likert
dengan rentangan tujuh poin, yaitu mulai dari satu (sangat tidak setuju) sampai
tujuh (sangat setuju). Namun, dalam penelitian ini peneliti mengubah
43
rentangan skala menjadi empat poin dengan pertimbangan agar tidak ada
kecenderungan jawaban pada skala di tengah-tengah atau ragu-ragu. Pilihan
jawaban untuk skala ini terdiri dari empat macam, yaitu:
1. STS, apabila subjek merasa Sangat Tidak Setuju dengan pernyataan
yang diberikan.
2. TS, apabila subjek merasa Tidak Setuju dengan pernyataan yang
diberikan.
3. S, apabila subjek merasa Setuju dengan pernyataan yang diberikan.
4. SS, apabila subjek merasa Sangat Setuju dengan pernyataan yang
diberikan.
Adapun blueprint dari skala self-determination yang disajikan pada tabel 3.5
di bawah ini
Tabel 3.5
Blueprint Skala Academic Motivation Scale (AMS-C 28) College Version
3.4 Uji Validitas Konstruk
Sebelum melakukan analisis data, peneliti melakukan pengujian terhadap validitas
konstruk alat ukur. Untuk menguji validitas alat ukur yang digunakan dalam
44
penelitian ini, peneliti menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA) dengan
bantuan software Lisrel 8.70. Adapun langkah-langkah untuk mendapatkan
kriteria hasil CFA yang baik adalah (Umar, 2011):
1. Dilakukan uji CFA dengan model satu faktor dan dilihat nilai Chi-Square
yang dihasilkan. Jika nilai Chi-Square tidak signifikan (P>0,05) berarti semua
item hanya mengukur satu faktor saja. Namun jika nilai Chi-Square signifikan
(P<0,05), maka perlu dilakukan modifikasi terhadap model pengukuran yang
diuji sesuai dengan langkah kedua berikut ini.
2. Jika nilai Chi-Square signifikan (P<0,05), maka dilakukan modifikasi model
pengukuran dengan cara membebaskan parameter berupa korelasi kesalahan
pengukuran. Ini terjadi ketika suatu item mengukur selain konstruk yang ingin
diukur, item tersebut juga mengukur hal yang lain (mengukur lebih dari satu
konstruk/multidimensional). Jika setelah beberapa kesalahan pengukuran
dibebaskan untuk saling berkorelasi, maka akan diperoleh model yang fit,
maka model terakhir inilah yang akan digunakan pada langkah selanjutnya.
3. Jika telah diperoleh model yang fit, maka dilakukan analisis item dengan
melihat apakah muatan faktor item tersebut signifikan dan mempunyai
koefisien positif. Apabila dari hasil CFA terdapat item yang koefisien muatan
faktornya negatif, maka item tersebut harus didrop. Sebab hal ini tidak sesuai
dengan sifat item, yang bersifat positif (favourable).
4. Setelah dilakukan modifikasi terhadap model, maka dilakukan olah data untuk
mendapatkan faktor skornya. Skor faktor dihitung untuk menghindari estimasi
bias dari kesalahan pengukuran. Jadi penghitungan skor faktor ini tidak
45
menjumlahkan item-item variabel seperti pada umumnya, tetapi dihitung true
score pada tiap skala. Skor faktor yang dianalisis adalah skor faktor yang
bermuatan positif dan signifikan Adapun rumus T Score yaitu:
Tscore = (10 x faktor skor) + 50
Keterangan: 10 adalah nilai standar deviasi dan 50 adalah nilai mean.
Langkah terakhir setelah didapatkan faktor skor yang telah dirubah menjadi T
skor, nilai baku inilah yang akan dianalisis dalam uji hipotesis korelasi dan
regresi.
3.4.1 Uji validitas konstruk prokrastinasi akademik
Pertama-tama, diteliti apakah 18 item yang ada bersifat unidimensional, artinya
benar hanya mengukur prokrastinasi akademik. Dari hasil analisis CFA dengan
model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-Square=463.61, df=135, P-
value=0.00000, RMSEA=0.109 dan dengan muatan faktor masing-masing item
seperti yang tergambar dalam tabel 3.6. dibawah ini:
Tabel 3.6
Muatan Faktor Prokrastinasi Akademik Sebelum Dilakukan Pembebasan
Item No. Item Lambda Standar Error T-Value Signifikan
1 0.26 0.07 3.55 V
2 0.15 0.07 2.04 V
3 0.08 0.07 1.10 X
4 0.41 0.07 5.52 V
5 0.40 0.07 5.81 V
6 0.48 0.07 6.90 V
7 0.07 0.07 0.94 X
8 0.41 0.07 5.70 V
9 0.56 0.07 7.92 V
10 0.37 0.07 5.22 V
11 0.45 0.07 6.57 V
12 0.30 0.07 4.04 V
13 0.56 0.07 8.48 V
14 0.66 0.07 9.41 V
15 0.38 0.07 5.34 V
16 0.52 0.07 7.64 V
17 0.12 0.07 1.73 X
18 0.65 0.07 8.98 V
Keterangan : tanda V = Signifikan (t > 1.96), X = Tidak Signifikan
46
Oleh karena itu, dilakukan modifikasi terhadap model. Di mana kesalahan
pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Setelah
dilakukan 25 kali pembebasan item, diperoleh model fit dengan Chi-
Square=134.21, df=110, P-value=0.05820, RMSEA=0.033.
Gambar 3.1 Path Diagram Prokrastinasi Akademik
47
Setelah didapat P-value > 0.05, dinyatakan bahwa model dengan satu faktor dapat
diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu prokrastinasi
akademik. Selanjutnya dilihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak
diukur secara signifikan atau tidak. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian
hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan
dengan melihat t-values bagi setiap koefisien muatan faktor, berdasarkan muatan
faktor masing-masing item setelah dilakukan 25 kali pembebasan item, terdapat 3
item yang didrop, yaitu item no 3,7 dan 17. Item 3,7 dan 17 tidak signifikan
dikarenakan memiliki nilai koefisien t < 1.96. Dengan demikian, bobot nilai pada
item 3, 7 dan 17 tidak ikut dianalisis dalam perhitungan faktor skor.
Berikut ini merupakan tabel muatan faktor prokrastinasi akademik setelah
dilakukan pembebasan item
Tabel 3.7
Muatan Faktor Prokrastinasi Akademik Setelah Dilakukan Pembebasan
Item
No. Item Lambda Standar Error T-Value Signifikan
1 0.33 0.07 4.69 V
2 0.15 0.07 2.10 V
4 0.39 0.07 5.25 V
5 0.41 0.07 6.03 V
6 0.47 0.07 6.78 V
8 0.39 0.07 5.43 V
9 0.59 0.07 8.33 V
10 0.35 0.07 4.84 V
11 0.40 0.07 5.84 V
12 0.37 0.08 4.89 V
13 0.57 0.07 8.62 V
14 0.62 0.07 8.84 V
15 0.40 0.07 5.65 V
16 0.53 0.07 7.93 V
18 0.67 0.07 9.16 V
48
3.4.2 Uji validitas konstruk attachment
Dengan melakukan proses yang sama terhadap skala attachment, hasil analisis
CFA dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-Square=11.98,
df=2, P-value=0.00250, RMSEA=0.156. Setelah dilakukan 1 kali pembebasan
item, diperoleh model fit dengan Chi-Square=0.18, df=1, P-value=0.66884,
RMSEA=0.000.
Pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item menunjukkan
hasil bahwa keempat item benar mengukur konstruk attachment. Pengujiannya
dilakukan dengan melihat t-values bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti
pada tabel 3.8 dibawah ini:
3.4.3 Uji validitas konstruk social integration
Dengan melakukan proses yang sama terhadap skala social integration, hasil
analisis CFA dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-
Square=16.88, df=2, P-value=0.00022, RMSEA=0.191. Setelah dilakukan 1 kali
pembebasan item, diperoleh model fit dengan Chi-Square=0.41, df=2, P-
value=0.52447, RMSEA=0.000.
Pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item
menunjukkan hasil bahwa keempat item benar mengukur konstruk social
49
integration. Pengujiannya dilakukan dengan melihat t-values bagi setiap koefisien
muatan faktor, seperti pada tabel 3.9 dibawah ini:
3.4.4 Uji validitas konstruk reassurance of worth
Dengan melakukan proses yang sama terhadap skala reassurance of worth, hasil
analisis CFA dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-
Square=16.07, df=2, P-value=0.00032, RMSEA=0.186. Setelah dilakukan 2 kali
pembebasan item, diperoleh model fit dengan Chi-Square=0.00, df=0, P-
value=1.00000, RMSEA=0.000.
Pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item menunjukkan
hasil bahwa keempat item benar mengukur konstruk reassurance of worth.
Pengujiannya dilakukan dengan melihat t-values bagi setiap koefisien muatan
faktor, seperti pada tabel 3.10 dibawah ini:
50
3.4.5 Uji validitas konstruk reliable alliance
Dengan melakukan proses yang sama terhadap skala reliable alliance, hasil
analisis CFA dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-
Square=18.37, df=2, P-value=0.00010, RMSEA=0.200. Setelah dilakukan 2 kali
pembebasan item, diperoleh model fit dengan Chi-Square=0.00, df=0, P-
value=1.00000, RMSEA=0.000.
Pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item menunjukkan
hasil bahwa keempat item benar mengukur konstruk reliable alliance.
Pengujiannya dilakukan dengan melihat t-values bagi setiap koefisien muatan
faktor, seperti pada tabel 3.11 dibawah ini:
3.4.6 Uji validitas konstruk guidance
Dengan melakukan proses yang sama terhadap skala guidance, hasil analisis CFA
dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-Square=18.75, df=2, P-
value=0.00008, RMSEA=0.203. Setelah dilakukan 1 kali pembebasan item,
diperoleh model fit dengan Chi-Square=0.22, df=1, P-value=0.63744,
RMSEA=0.000.
Pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item menunjukkan
hasil bahwa keempat item benar mengukur konstruk guidance Pengujiannya
51
dilakukan dengan melihat t-values bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti
pada tabel 3.12 dibawah ini:
3.4.7 Uji validitas konstruk opportunity for nurturance
Dengan melakukan proses yang sama terhadap skala opportunity for nurturance,
hasil analisis CFA dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-
Square=11.48, df=2, P-value=0.00321, RMSEA=0.152. Setelah dilakukan 1 kali
pembebasan item, diperoleh model fit dengan Chi-Square=0.28, df=1, P-
value=0.59561, RMSEA=0.000.
Pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item menunjukkan
hasil bahwa keempat item benar mengukur konstruk opportunity for nurturance
Pengujiannya dilakukan dengan melihat t-values bagi setiap koefisien muatan
faktor, seperti pada tabel 3.13 dibawah ini:
52
3.4.8 Uji validitas konstruk intrinsic motivation
Dengan melakukan proses yang sama terhadap skala intrinsic motivation, hasil
analisis CFA dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-
Square=405.31, df=54, P-value=0.00000, RMSEA=0.179. Setelah dilakukan 24
kali pembebasan item, diperoleh model fit dengan Chi-Square=41.79, df=30, P-
value=0.07460, RMSEA=0.044.
Pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item menunjukkan
hasil bahwa 12 item benar mengukur konstruk intrinsic motivation Pengujiannya
dilakukan dengan melihat t-values bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti
pada tabel 3.14 dibawah ini:
Tabel 3.14
Muatan faktor intrinsic motivation
No. Item Lambda Standar Error T-Value Signifikan
2 0.68 0.06 11.03 V
4 0.49 0.07 7.37 V
6 0.59 0.06 9.10 V
9 0.82 0.06 13.45 V
11 0.31 0.07 4.38 V
13 0.61 0.06 9.75 V
16 0.94 0.05 17.25 V
18 0.62 0.06 9.52 V
20 0.65 0.07 9.73 V
23 0.73 0.06 12.05 V
25 0.66 0.06 10.44 V
27 0.55 0.07 8.41 V
3.4.9 Uji validitas konstruk extrinsic motivation
Dengan melakukan proses yang sama terhadap skala extrinsic motivation, hasil
analisis CFA dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-
Square=145.65, df=54, P-value=0.00000, RMSEA=0.091. Setelah dilakukan 7
53
kali pembebasan item, diperoleh model fit dengan Chi-Square=38.00, df=28, P-
value=0.09840, RMSEA=0.042.
Pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item
menunjukkan hasil bahwa item 7 dan 15 tidak signifikan dan tidak dianalisis
dalam penghitungan faktor skor. Berikut ini merupakan tabel muatan faktor
extrinsic motivation setelah dilakukan pembebasan item. seperti pada tabel 3.15
dibawah ini:
Tabel 3.15
Muatan faktor setelah pembebasan extrinsic motivation
No. Item Lambda Standar Error T-Value Signifikan
1 0.38 0.08 4.46 V
3 0.21 0.08 2.50 V
8 0.23 0.09 2.64 V
10 0.63 0.08 8.02 V
14 0.30 0.08 3.68 V
17 0.43 0.08 5.28 V
21 0.41 0.08 5.07 V
22 0.51 0.08 6.35 V
24 0.59 0.08 7.43 V
28 0.32 0.08 3.79 V
3.4.10 Uji validitas konstruk amotivation
Dengan melakukan proses yang sama terhadap skala amotivation, hasil analisis
CFA dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-Square=5.78, df=2,
P-value=0.05546, RMSEA=0.096. Setelah dilakukan 1 kali pembebasan item,
diperoleh model fit dengan Chi-Square=0.37, df=1, P-value=0.54338,
RMSEA=0.000.
Pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item menunjukkan
hasil bahwa keempat item benar mengukur konstruk amotivation Pengujiannya
54
dilakukan dengan melihat t-values bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti
pada tabel 3.16 dibawah ini:
3.5 Teknik Analisis Data
Dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian yaitu apakah terdapat pengaruh
yang signifikan dari variabel dukungan sosial dan self-determination terhadap
variabel prokrastinasi akademik mahasiswa, penulis menggunakan metode
statistika karena datanya berupa angka-angka yang merupakan hasil pengukuran
atau perhitungan. Dalam hal ini berdasarkan hipotesis yang akan diukur, peneliti
menggunakan teknik analisis regresi berganda. Teknik regresi berganda atau
Multiple Regression adalah teknik statistik yang membentuk model hubungan
antara variabel terikat dengan lebih dari satu variabel bebas. Adapun persamaan
umum analisis regresi berganda ini adalah:
Keterangan :
Y : Prokrastinasi Akademik
a : Konstan intersepsi
b : Koefisien regresi
X1 : attachment
Y = a + b1X1+ b2X2+ b3X3+ b4X4+ b5X5+ b6X6+ b7X7+ b8X8 + b9X9 +e
55
X2 : social integration
X3 : reassurance of worth
X4 : reliable alliance
X5 : guidance
X6 : opportunity for nurturance
X7 : intrinsic motivation
X8 : extrinsic motivation
X9 : amotivation
e : Residu
Melalui regresi berganda ini dapat diperoleh nilai R, yaitu koefisien
korelasi berganda antara prokrastinasi akademik mahasiswa dengan dukungan
sosial dan self-determination. Besarnya kemungkinan prokrastinasi akademik
mahasiswa yang disebabkan faktor-faktor yang telah disebutkan ditunjukkan oleh
koefisien determinasi berganda atau R2. R2 merupakan proporsi varian dari
prokrastinasi akademik mahasiswa yang dijelaskan oleh dukungan sosial dan
motivasi self-determination. Untuk mendapatkan nilai R2, digunakan persamaan
sebagai berikut:
R2 = 𝑆𝑆𝑟𝑒𝑔
𝑆𝑆𝑦
Dari analisis Multiple Regression ini dapat diperoleh beberapa informasi, di
antaranya:
56
1. R2, yang menunjukkan proporsi varians (persentase varian) dari variabel
prokrastinasi akademik mahasiswa yang bisa diterangkan oleh variabel
dukungan sosial dan self-determination.
2. Uji hipotesis mengenai signifikan atau tidaknya masing-masing koefisien
regresi. Koefisien regresi yang signifikan menunjukkan dampak yang
signifikan dari dukungan sosial dan self-determination.
3. Persamaan regresi yang ditemukan bisa digunakan untuk membuat
prediksi tentang berapa harga prokrastinasi akademik mahasiswa jika
dukungan sosial dan self-determination diketahui.
Kemudian untuk membuktikan apakah regresi prokrastinasi akademik
mahasiswa pada dukungan sosial dan self-determination signifikan, maka
digunakan uji F. Dari hasil uji F yang dilakukan, dapat dilihat apakah dukungan
sosial dan self-determination memiliki pengaruh terhadap prokrastinasi akademik
mahasiswa dengan rumus sebagai berikut :
F = R2/𝑘
(1−R2)/(𝑁−𝑘−1) , dengan df = k dan (N-k-1),
Keterangan:
k = jumlah IV
N = jumlah sampel
Selanjutnya, hipotesis minor dianalisa melalui penjelasan tentang apakah
terdapat pengaruh signifikan yang diberikan dukungan sosial dan self -
determination terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa, caranya adalah
57
dengan dilakukan uji koefisien regresi dari tiap IV dan DV yang dianalisis. Uji
tersebut digunakan untuk melihat apakah pengaruh yang diberikan dukungan
sosial dan self - determination signifikan terhadap prokrastinasi akademik
mahasiswa secara dimensional atau parsial.
Uji ini dilakukan untuk melihat apakah sebuah IV memberikan kontribusi
terhadap DV. Sebelum didapatkan nilai t dari tiap IV, harus didapat dulu nilai
standard error estimate dari b (koefisien regresi) yang didapatkan melalui akar
Msres dibagi dengan SSx. Setelah didapatkan Sb barulah bisa dilakukan uji t, yaitu
hasil bagi dari b (koefisien regresi) dengan Sb itu sendiri. Uji t akan dilakukan
sebanyak sebelas kali sesuai dengan variabel yang dianalisis. Uji t yang dilakukan
menggunakan rumusan sebagai berikut :
Di mana b adalah koefisien regresi dan Sb adalah standard error dari b.
Seluruh perhitungan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan software SPSS
17.0.
3.6 Prosedur Penelitian
Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
1. Menentukan judul dan rumusan penelitian, mengumpulkan materi yang
membahas mengenai variabel penelitian, menentukan teori yang akan
digunakan.
2. Menentukan alat ukur yang akan disebarkan kepada responden penelitian,
yaitu skala prokrastinasi akademik, dukungan sosial, dan self-determination.
T = b / Sb
58
3. Mengadaptasi dan memodifikasi alat ukur yang digunakan dalam penelitian,
yaitu alat ukur procrastination assessment scale student (PASS) yang disusun
oleh Solomon dan Rothblum (1984), alat ukur the social provision scale yang
disusun oleh Weiss (dalam Cutrona, 1987), menyusun alat ukur academic
motivation scale (AMS C-28) dikembangkan oleh Vallerand et al. (1992).
4. Mengajukan persetujuan kepada pembimbing mengenai alat ukur yang akan
digunakan.
5. Menentukan sampel penelitian yaitu mahasiswa aktif Fakultas Adab dan
Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan menggunakan teknik non-
probability sampling.
6. Meminta kesediaan responden memberikan waktu untuk menjadi partisipan
penelitian dengan menghubungi pihak yang bersangkutan.
7. Setelah mendapatkan izin, peneliti melakukan pengambilan data dengan
menyebarkan angket kuesioner kepada responden-responden untuk pengisian
angket. Proses pengambilan data dilakukan sejak tanggal Januari 2015 sampai
dengan Februari 2015.
8. Setelah responden selesai mengerjakan skala, peneliti memberikan reward
sebagai ungkapan terima kasih karena telah berpartisipasi dalam penelitian.
9. Selanjutnya, setelah data yang dibutuhkan telah didapatkan peneliti memulai
menginput data dan melakukan pengolahan data serta pengujian terhadap data
yang sudah didapatkan. Kemudian, peneliti membuat interpretasi dari hasil
penelitian dan membuat kesimpulan dan saran untuk penelitan selanjutnya.
59
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini, dipaparkan mengenai gambaran subjek penelitian, hasil analisis
deskriptif, kategorisasi skor variabel penelitian, hasil pengujian hipotesis,
pembahasan hasil pengujian hipootesis dan proporsi varians.
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian
Untuk mendapatkan gambaran umum mengenai latar belakang sampel penelitian,
maka pada bagian ini akan dijelaskan gambaran umum subjek penelitian
berdasarkan tingkatan semester dan jenis kelamin.
Dari tabel 4.1 dapat diuraikan jumlah subjek dalam penelitian ini sebanyak 205
mahasiswa yang terdiri dari 65 mahasiswa (32%) dan 140 mahasiswi (68%).
Selanjutnya, subjek dalam penelitian ini berasal dari tingkatan kelas yang berbeda
yaitu 13 mahasiswa berada di semester 2 (6.3%), 19 mahasiswa berada di
semester 4 (9.2%), 22 mahasiswa semester 6 (10.7%), 83 mahasiswa semester 8
(40.4%), 61 mahasiswa semester 10 (29.7), 1 mahasiswa semester 12 (0.4%),
60
semester 14 sebanyak 2 mahasiswa (0.9%) serta sebanyak 4 mahasiswa (1.9%)
berada di semester 16.
4.2 Hasil Analisis Deskriptif
Pada tabel 4.2 digambarkan hasil deskriptif statistik dari variabel dalam penelitian
ini yang berisi nilai mean, standar deviasi (DV), nilai maksimum dan minimum
dari masing-masing variabel. Nilai tersebut disajikan dalam tabel 4.2.
Berdasarkan data pada tabel 4.2 di atas dapat diketahui pertama-tama bahwa nilai
minimum variabel prokrastinasi akademik adalah 21.30 dengan nilai maksimum =
74.06, mean = 49.9998, dan SD = 8.64146. Kedua, attachment memiliki nilai
minimum = 28.03, nilai maksimum = 61.46, mean = 50.0005, dan SD = 8.97618.
Ketiga, social integration memiliki nilai minimum = 34.18, nilai maksimum =
64.22, mean = 50.0005, dan SD = 6.44686. Keempat, reassurance of worth
memiliki nilai minimum = 22.93, nilai maksimum = 66.34, mean = 50.0000, dan
61
SD = 8.60080. Kelima, reliable alliance memiliki nilai minimum = 30.59, nilai
maksimum = 64.81, mean = 49.9991, dan SD = 7.73115. Keenam, guidancce
memiliki nilai minimum = 25.99, nilai maksimum = 61.54, mean = 49.9989, dan
SD = 8.10659. Ketujuh, opportunity for nurturance memiliki nilai minimum =
29.39, nilai maksimum = 69.14, mean = 49.9996, dan SD = 6.79563. Kedelapan,
intrinsic motivation memiliki nilai minimum = 27.53, nilai maksimum = 65.97,
mean = 49.9997, dan SD = 9.32144. Kesembilan, extrinsic motivation memiliki
nilai minimum = 28.15, nilai maksimum = 75.32, mean = 50.0003, dan SD =
8.04554. Kesepuluh, amotivation memiliki nilai minimum = -3.20, nilai
maksimum = 33.14, mean = 9.9997, dan SD = 8.08692.
4.3 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian
Kategorisasi dalam penelitian ini dibuat menjadi dua kategori, yaitu tinggi dan
rendah. Untuk mendapatkan norma kategorisasi tersebut yaitu dengan
menggunakan pedoman sebagai berikut:
Uraian mengenai gambaran kategori skor variabel berdasarkan tinggi dan
rendahnya tiap variabel disajikan pada tabel 4.4 di bawah ini:
62
4.4 Uji Hipotesis Penelitian
4.4.1 Analisis regresi variabel penelitian
Pada tahap ini, hipotesis diuji dengan teknik analisis berganda dengan
menggunakan software SPSS 17. Seperti yang telah disebutkan dalam bab 3,
dalam regresi ada tiga hal yang dilihat, yaitu melihat besaran R square untuk
mengetahui berapa persen (%) varians dependent variable (DV) yang dijelaskan
oleh independent variable (IV), kemudian terakhir melihat signifikan atau
tidaknya koefisien regresi dari masing-masing independent variable (IV).
Langkah pertama, untuk melihat R square untuk mengetahui berapa
persen (%) varians DV yang dijelaskan oleh IV. Selanjutnya untuk tabel R square,
dapat dilihat pada tabel berikut:
63
Dari tabel 4.5, dapat kita lihat bahwa perolehan R square sebesar 0.776 atau
77.6%. Artinya proporsi varians dari prokrastinasi akademik yang dapat
dijelaskan oleh attachment, social integration, reliable alliance, reassurance of
worth, guidance, intrinsic motivation, extrinsic motivation dan amotivation adalah
sebesar 77.6%, sedangkan 22.4% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar
penelitian ini. Hal ini terjadi dikarenakan ada banyak faktor yang mempengaruhi
seseorang berperilaku tertentu. Dalam hal prokrastinasi akademik, tentu ada
banyak yang memprediksi prokrastinasi akademik selain faktor yang digunakan.
Selanjutnya dianalisis dampak dari seluruh independent variable terhadap
prokrastinasi akademik. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel 4.6.
Berdasarkan tabel 4.6, dapat dilihat bahwa nilai p (probabilitas) pada kolom
paling kanan sebesar 0.000 < 0.05. Ini berarti hipotesis (mayor) nihil yang
menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan dari dimensi dukungan sosial
(attachment, social integration, reassurance of worth, reliable alliance, guidance
opportunity for nurturance) dan dimensi self-determination (intrinsic motivation,
extrinsic motivation, amotivation) terhadap perilaku prokrastinasi akademik
ditolak. Artinya ada pengaruh yang signifikan dari attachment, social integration,
64
reassurance of worth, reliable alliance, guidance opportunity for nurturance,
intrinsic motivation, extrinsic motivation, dan amotivation terhadap perilaku
prokrastinasi akademik.
Langkah terakhir adalah melihat koefisien regresi tiap independent
variable. Jika nilai t > 1.96, maka koefisien regresi tersebut signifikan yang
berarti bahwa IV tersebut memiliki dampak yang signifikan terhadap prokrastinasi
akademik. Adapun penyajiannya ditampilkan pada tabel 4.7.
Prokrastinasi akademik= - 1.928 – 0.018 Attachment + 0.066 Social Integration
– 0.020 Reassurance of Worth + 0.014 Reliable Alliance – 0.062 Guidance +
0.216 Opportunity for Nurturance + 0.004 Intrinsic Motivation + 0.700 Extrinsic
Motivation + 0.042 Amotivation.
Dari tabel 4.7, untuk melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi yang
dihasilkan, kita cukup melihat nilai p (probabilitas) pada kolom paling kanan
65
(kolom ke-6), jika p < 0.05, maka koefisien regresi yang dihasilkan signifikan
pengaruhnya terhadap prokrastinasi akademik dan sebaliknya. Dari hasil di atas
ada dua koefisien regresi yang signifikan, yaitu Opportunity for Nurturance dan
Extrinsic Motivation, sedangkan sisa lainnya tidak signifikan. Hal ini menyatakan
bahwa dari sembilan independent variable hanya Opportunity for Nurturance dan
Extrinsic Motivation yang signifikan. Penjelasan dari nilai koefisien regresi yang
diperoleh pada masing-masing IV adalah sebagai berikut:
1. Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.018 pada variabel Attachment
dengan nilai Sig sebesar 0.702 (p > 0,05), yang berarti bahwa Attachment
tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap prokrastinasi akademik.
2. Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.066 pada variabel Social
Integration dengan nilai Sig sebesar 0.203 (p > 0,05), yang berarti bahwa
Social Integration tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
prokrastinasi akademik.
3. Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.020 pada variabel Reassurance
of Worth dengan nilai Sig sebesar 0.643 (p > 0,05), yang berarti bahwa
Reassurance of Worth tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
prokrrastinasi akademik.
4. Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.014 pada variabel Reliable
Alliance dengan nilai Sig sebesar 0.750 (p > 0,05), yang berarti bahwa
Reliable Alliance tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
prokrastinasi akademik.
66
5. Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.062 pada variabel Guidance
dengan nilai Sig sebesar 0.233 (p > 0,05), yang berarti bahwa Guidance
tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap prokrastinasi akademik.
6. Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.216 pada variabel Opportunity
for Nurturance dengan nilai Sig sebesar 0.000 (p < 0,05), yang berarti
bahwa Opportunity for Nurturance secara positif memiliki pengaruh
signifikan terhadap prokrastinasi akademik. Artinya semakin tinggi
Opportunity for Nurturance seseorang maka akan semakin tinggi pula
perilaku prokrastinasi akademiknya.
7. Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.004 pada variabel Intrinsic
Motivation dengan nilai Sig sebesar 0.920 (p > 0,05), yang berarti bahwa
Intrinsic Motivation tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
prokrastinasi akademik.
8. Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.700 pada variabel Extrinsic
Motivation dengan nilai Sig sebesar 0.000 (p < 0,05), yang berarti bahwa
Extrinsic Motivation secara positif memiliki pengaruh signifikan terhadap
prokrastinasi akademik. Artinya semakin tinggi Extrinsic Motivation
seseorang maka akan semakin tinggi pula perilaku prokrastinasi
akademiknya.
9. Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.042 pada variabel Amotivation
dengan nilai Sig sebesar 0.337 (p > 0,05), yang berarti bahwa Amotivation
tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap prokrastinasi akademik.
67
4.5 Proporsi Varians
Selanjutnya, dianalisa juga bagaimana penambahan proporsi varians yang
disumbangkan oleh attachment, social integration, reliable alliance, reassurance
of worth, guidance, opportunity for nurturance, intrinsic motivation, extrinsic
motivation dan amotivation terhadap prokrastinasi akademik. Pada tabel 4.8
kolom pertama adalah IV yang dianalisis secara satu per satu, kolom kedua
merupakan R2 yang dihasilkan setelah IV baru ditambahkan, kolom ketiga
merupakan penambahan proporsi varians DV yang disumbangkan oleh IV yang
baru dimasukkan dalam persamaan, kolom keempat adalah nilai F untuk menguji
signifikan atau tidaknya pertambahan varians oleh setiap IV, kolom DF adalah
derajat kebebasan IV untuk nilai F yang bersangkutan. Besarnya proporsi varians
pada prokrastinasi akademik dapat dilihat pada tabel 4.8.
68
Dari tabel 4.8 didapatkan informasi sebagai berikut :
1. Variabel attachment memberikan sumbangan sebesar 0.5% terhadap
varians prokrastinasi akademik. Sumbangan tersebut tidak signifikan
dengan F Change = 1.035, df1 = 1 dan df2= 203 dengan Sig.F Change =
0.310 (p > 0,05).
2. Variabel social integration memberikan sumbangan sebesar 0.2% terhadap
varians prokrastinasi akademik. Sumbangan tersebut tidak signifikan
dengan F Change = .507, df1 = 1 dan df2= 202 dengan Sig.F Change =
0.477 (p > 0,05).
3. Variabel reassurance of worth memberikan sumbangan sebesar 0.3%
terhadap varians prokrastinasi akademik. Sumbangan tersebut tidak
signifikan dengan F Change = .666, df1 = 1 dan df2= 201 dengan Sig.F
Change = 0.416 (p > 0,05).
4. Variabel reliable alliance memberikan sumbangan sebesar 0% terhadap
varians prokrastinasi akademik. Sumbangan tersebut tidak signifikan
dengan F Change = .027, df1 = 1 dan df2= 200 dengan Sig.F Change =
0.870 (p > 0,05).
5. Variabel guidance memberikan sumbangan sebesar 0.2% terhadap varians
prokrastinasi akademik. Sumbangan tersebut tidak signifikan dengan F
Change = 4.89, df1 = 1 dan df2= 199 dengan Sig.F Change = 0.485 (p >
0,05).
6. Variabel opportunity for nurturance memberikan sumbangan sebesar
59.2% terhadap varians prokrastinasi akademik. Sumbangan tersebut
69
signifikan dengan F Change = 297.140, df1 = 1 dan df2= 198 dengan
Sig.F Change = 0.000 (p < 0,05).
7. Variabel intrinsic motivation memberikan sumbangan sebesar 0%
terhadap varians prokrastinasi akademik. Sumbangan tersebut tidak
signifikan dengan F Change = .009, df1 = 1 dan df2= 197 dengan Sig.F
Change = 0.926 (p > 0,05).
8. Variabel extrinsic motivation memberikan sumbangan sebesar 16.9%
terhadap varians prokrastinasi akademik. Sumbangan tersebut signifikan
dengan F Change = 147.472, df1 = 1 dan df2= 196 dengan Sig.F Change =
0.000 (p < 0,05).
9. Variabel amotivation memberikan sumbangan sebesar 0.01% terhadap
varians prokrastinasi akademik. Sumbangan tersebut tidak signifikan
dengan F Change = .927, df1 = 1 dan df2= 195 dengan Sig.F Change =
0.337 (p > 0,05).
Dengan demikian, terdapat dua dari sembilan IV yang sumbangan proporsi
variansnya signifikan terhadap prokrastinasi akademik, yaitu opportunity for
nurturance dan extrinsic motivation. Adapun besarnya proporsi varians yang
disumbangkan oleh opportunity for nurturance sebesar 59.2% dan extrinsic
motivation sebesar 16.9%.
70
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
Dalam bab ini dipaparkan mengenai kesimpulan, diskusi dan saran.
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji analisis data yang diuraikan sebelumnya, maka kesimpulan
adalah ada pengaruh yang signifikan antara dukungan sosial dan self-
determination terhadap perilaku prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas
Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Berdasarkan proporsi
varians keseluruhan, prokrastinasi akademik dipengaruhi attachment, social
integration, reassurance of worth, reliable alliance, guidance, opportunity for
nurturance, intrinsic motivation, extrinsic motivation dan amotivation. Bila
dilihat per variabel, ada dua dimensi yang memberikan kontribusi signifikan
terhadap prokrastinasi akademik yaitu, opportunity for nurturance dari dimensi
dukungan sosial dan extrinsic motivation dari dimensi self - determination.
5.2. Diskusi
Hasil utama dalam penelitian ini didapatkan bahwa hipotesis penelitian diterima
karena terdapat pengaruh yang signifikan antara dukungan sosial dan self-
determination terhadap prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas Adab
dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hal ini diperkuat oleh penelitian
Eggens et al. (2008) dengan judul The influencing of personal networks and
social support on study attainment of students in university education yang
menunjukkan bahwa dukungan sosial menjadi variabel yang berpengaruh
terhadap perilaku prokrastinasi akademik sebagai jaring penyelamat yang
71
membantu individu dalam penanggulangan stres dan kesulitan – kesulitan selama
masa belajar. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Senecal et al. (2003)
yang memperkuat pengaruh self-determination terhadap prokrastinasi akademik
dengan judul role conflict and academic procrastination: a self-determination
perspective yang menunjukan bahwa prokrastinasi akademik terjadi karena
rendahnya self-determination dalam hubungan interpersonal dan pendidikan yang
terkait dengan role conflict yang kemudian berhubungan dengan prokrastinasi
akademik.
Namun dalam penelitian ini dari sembilan independent variable
(attachment, social integration, reassurance of worth, reliable alliance, guidance,
opportunity for nurturance, intrinsic motivation, extrinsic motivation dan
amotivation) yang diteliti, hanya ada dua yaitu opportunity for nurturance dan
extrinsic motivation yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
prokrastinasi akademik. Opportunity for nurturance memiliki arah yang positif
terhadap prokrastinasi akademik yaitu dengan nilai signifikansi 0.000 %, hal ini
menunjukan bahwa mahasiswa dengan opportunity for nurturance yang tinggi
juga mengakibatkan prokrastinasi akademik yang tinggi. Opportunity for
nurturance adalah perasaan dibutuhkan oleh orang lain dan lebih memilih untuk
bertanggung jawab terhadap kesejahteraan orang lain, maka dari itu, mahasiswa
cenderung lebih memilih untuk membantu orang lain daripada mengerjakan tugas
perkuliahan, dalam dunia perkuliahan mahasiswa ini mungkin terlibat dalam suatu
organisasi, sehingga mereka merasa bertanggung jawab akan tugasnya sebagai
anggota terhadap ketua organisasi yang pada akhirnya mahasiswa tersebut
72
menunda mengerjakan tugas perkuliahannya. Selanjutnya, extrinsic motivation
yang juga memiliki arah positif terhadap prokrastinasi akademik dengan nilai
signifikansi 0.000 %, hal ini juga menunjukan bahwa mahasiswa dengan extrinsic
motivation yang tinggi maka semakin tinggi pula prokrastinasi akademiknya.
Motivasi ekstrinsik adalah individu yang dalam melakukan kegiatan atau aktivitas
karena untuk mencapai hasil yang diinginkan, bukan karena individu tertarik pada
suatu kegiatan melainkan nilai instrumental yang ada pada kegiatan atau aktivitas
tersebut. Contohnya seperti, mahasiswa mengerjakan tugas kuliah karena takut
tidak lulus mata kuliah dan mengulang di semester depan. Mahasiswa ini tetap
mengerjakan tugas perkuliahan namun biasanya menunda hingga deadline yang
ditentukan.
Sedangkan lima variabel lain dari dukungan sosial yaitu, attachment,
social integration, reasuurance of worth, reliable alliance dan guidance dalam
penelitian ini tidak signifikan. Hal tersebut membuktikan bahwa kelekatan,
integrasi sosial, adanya pengakuan, ketergantungan untuk dapat diandalkan, dan
bimbingan tidak atau belum sesuai dengan kebutuhan mahasiswa dalam proses
belajar. Hal ini dapat dikarenakan untuk membuktikan sebuah eksistensi individu
di dunia perkuliahan dengan cara mengambil kesempatan untuk merasa
dibutuhkan oleh orang lain lebih menarik minat individu dibandingkan
mengerjakan tugas perkuliahan.
Selanjutnya, dari dimensi motivasi self-determination juga hanya ada satu
variabel saja yang signifikan yaitu, extrinsic motivation, sedangkan dua dimensi
lainnya intrinsic motivation dan amotivation dalam penelitian tidak signifikan.
73
Hasil penelitian ini berarti bahwa mahasiswa pada fakultas ini melakukan
prokrastinasi akademik bukan dipengaruhi oleh intrinsic motivation dan
amotivation. Hal ini menunjukan bahwa mahasiswa tidak memiliki minat atau
kepuasan yang di dapat dalam menjalankan kegiatan perkuliahan, tidak juga
amotivasi karena mahasiswa tidak seutuhnya merasa kurang kompeten dalam
menjalankan kegiatan perkuliahan.
Faktor yang juga menyebabkan ketujuh variabel dari dimensi dukungan
sosial dan self-determination tidak signifikan terjadi dikarenakan adanya beberapa
keterbatasan atau kelemahan dalam penelitian. Antara lain partisipan yang kurang
serius saat mengisi skala sehingga respon menjadi tidak terpola, atau kondisi serta
situasi pada saat partisipan mengisi skala yang tidak kondusif menyebabkan
partisipan menjadi tidak konsentrasi dalam memberikan responnya, atau bisa juga
dikarenakan oleh banyaknya item dan tidak semua item mencakup konsep yang
bisa dimengerti secara jelas oleh partisipan.
Secara keseluruhan dalam penelitian ini, pengaruh keseluruhan IV
(attachment, social integration, reassurance of worth, reliable alliance, guidance,
opportunity for nurturance, intrinsic motivation, extrinsic motivation dan
amotivation) terhadap DV (prokrastinasi akademik) sebesar 77.6%, sedangkan
22.4% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini. Hal ini
membuktikan bahwa masih banyak hal lain di luar penelitian ini yang ikut
mempengaruhi prokrastinasi akademik, yang demikian bisa terjadi karena dalam
penelitian ini hanya diteliti 9 IV saja, sehingga variabel lain yang mungkin ikut
berpengaruh tidak ikut diteliti.
74
5.3 Saran
Pada bagian ini, saran dibagi menjadi dua, yaitu saran metodologis dan saran
praktis. Penulis memberikan saran secara metodologis sebagai bahan
pertimbangan untuk perkembangan penelitian selanjutnya. Selain itu, peneliti juga
menguraikan saran secara praktis sebagai bahan kesimpulan dan masukan bagi
pembaca sehingga dapat mengambil manfaat dari penelitian ini.
5.3.1 Saran metodologis
1. Pada penelitian ini, populasi yang digunakan adalah Fakultas Adab dan
Humaniora, dimana fakultas tersebut menduduki peringkat ketiga terendah
kelulusannya pada angkatan 2008 dan 2009 di tahun 2014. Untuk
penelitian selanjutnya dapat dilakukan di fakultas dengan peringkat 1 atau
2 yang memiliki kelulusan terendah yaitu Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik (FISIP) dan Fakultas Ushuluddin.
2. Untuk penelitian selanjutnya, teori dukungan sosial bisa lebih di kaji, agar
dukungan sosial yang dimaksud sesuai dengan dukungan sosial yang
dibutuhkan dalam ranah akademik.
3. Pada penelitian ini, peneliti tidak membedakan prokrastinasi akademik
antara laki-laki dan perempuan, untuk penelitian selanjutnya disarankan
dapat dibedakan.
5.3.2 Saran Praktis
Berdasarkan hasil dari penelitian ini ditemukan bahwa opportunity for
nurturance dan extrinsic motivation secara signifikan mempengaruhi
prokrastinasi akademik, maka disarankan bagi mahasiswa agar mencari sumber
75
dukungan sosial yang positif, yang bisa membantu mahasiswa dalam kemajuan
akademis, agar bisa meningkatkan motivasi yang dimiliki mahasiswa dalam
menjalankan aktivitas perkuliahan dan bisa membantu menghindari
prokrastinasi akademik.
76
DAFTAR PUSTAKA
Burka, J. B., and Yuen, L. M. (2008). Procrastination, why you do it, what to do
about it now. America: Da Capo Press
Cohen, S., Underwood, L. G., Gottlieb, B. H. (2000). Social support measurement
and intervention: a guide for health and social scientists. New York:
Oxford University Press
Cutrona, C. E. & Russell, D. W. (1987). The provisions of social relationships and
adaptation to stress. Advances in personal relationships, 1, 37-67. ISBN:
0-89232-774-X
Cutrona, C. E. (1990). Stress and social support: In search of optimal matching.
Journal of Social and Clinical Psychology, 9, 3-14. DOI:
10.1521/jscp.1990.9.1.3
Demaray, M. K., & Malecki, C. K. (2002). Critical levels of perceived social
support associated with student adjustment. Social Psychology Quarterly,
17, 213-241. DOI: 10.1521/scpg.17.3.213.20883
Douglass, E. M. & Douglass, N. D. (1980). Manage your time, manage your
work, manage yourself. New York: Amacom
Eggens, L., Van Der Werf, M. P. C., & Bosker, R. J. (2008). The influence of
personal networks and social support on study attaintment of student
university education. Gronigen Institute for Educational Research. 55,
553-574. DOI: 10.1007/s10734-007-9074-4
Ferrari, J. R. & Olivette, M. J. (1994). Parental authority and the development of
female dysfunctional procrastination. Journal of Research in Personality,
28, 87-100. Retrieved from http:
http://users.ugent.be/~wbeyers/scripties2012/artikels/Ferrari%20&%20Ol
ivette_1994.pdf
Ferrari, J. R., Johnson, J. L., & Mc Cown, W. (1995). Procrastination and Task
Avoidance: Theory, Research, and Treatment. New York: Plenum Press
Ferrari, J. R., O’Callaghan, J., & Newbegin, I. (2005). Prevalence of
procrastination in the united states, united kingdom, and australia: arousal
and avoidance delays among adults. North American Journal of
Psychology. 7, 1-6. ISSN: 1527-7143
Kring, A. M., Davison, G. C., Neale, J. M., & Johnson, S. L. (2007). Abnormal
Psychology. Columbia: John Wiley & Sons, Inc
77
Lee, E. (2005). The relationship of motivation and flow experience to academic
procrastination in university students. The Journal of Genetic Psychology.
166(1), 5-14. DOI: 10.3200/GNTP.166.1.5-15
Orpen, C. (1998). The causes and consequences of academic procrastination: a
research note. Westminster Studies in Education. 21, 73-75.
DOI: 10.1080/0140672980210107
Pychyl, T. A., Coplan, R. J., & Reid, P. A. M. (2002). Parenting and
procrastination: gender differences in the relations between
procrastination, parenting style and self-worth in early adolescence.
Personality and Individual Differences, 33, 271-285. Retrieved from http:
http://users.ugent.be/~wbeyers/scripties2012/artikels/Pychyl%20et%20al._
2002.pdf
Ryan, R. M., & Deci, E. L. (2000a). Intrinsic and extrinsic motivations: classic
definitions and new directions. Contemporary Educational Psyvhology.
25, 54-67. DOI: 10.1006/ceps.1999.1020
Ryan, R. M., & Deci, E. L. (2000b). Self-determination theory and the facilitation
of intrinsic motivation, social development, and well being. American
Psyvhologist. 55, 68-78. DOI: 10.1037/0003-066X.55.1.68
Sarafino, E. P. & Smith, T. W. (2011). Health Psychology: Biopsychosocial
Interactions. United States of America: John Wiley & Sons, Inc
Senecal, C., Koestner, R., & Vallerand, R. J. (1995). Self regulation and academic
procrastination.The Journal of Social Psychology. 135(5), 607-619.
Retrieved from http:
http://sdtheory.s3.amazonaws.com/SDT/documents/1995_SenecalKoestne
rVallerand_JSP.pdf
Senecal, C., Julien, E., & Guay, F. (2003). Role conflict and academic
procrastination: A self-determination perspective. European Journal of
Social Psychology. 33, 133-145. DOI: 10.1002/ejsp.144
Smet, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT. Grasindo
Solomon, L. J., & Rothblum, E. D. (1984). Academic procrastination: Frequency
and cognitive behavior correlates. Journal of Counselling Psychology, 31,
503-509. Retrieved from http:
http://rothblum.sdsu.edu/doc_pdf/procrastination/AcademicProcrastination
Frequency.pdf
Steel, P. (2007). The nature of procrastination: a meta-analytic and theoretical
review of quintessential self regulatory failure. Psychology Bulletin. 133,
65-94. DOI: 10.1037/0033-2909.133.1.65
78
Taylor, S.E. (2009). Health Psychology. New York : Mc Graw Hill
Tuckman, B. W. (1998). Using tests as an incentive to motivate procrastinators to
study. The Journal of Experimental Education. 66, 2. DOI:
10.1080/00220979809601400
Umar, J. (2011). Confirmatory factor analysis: Bahan ajar perkuliahan, tidak
dipublikasikan. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah
Pusat Teknologi dan Informasi Pangkalan Data. (2014). Rekapitulasi data
kelulusan mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta: PUSTIPANDA UIN
Pusat Teknologi dan Informasi Pangkalan Data. (2015). Rekapitulasi jumlah
mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta: PUSTIPANDA UIN
Vallerand R. J., Bissonnette, R. (1992). Intrinsic, extrinsic and amotivational style
as predictors of behavior: a prospective study. Journal of Personality. 60,
3. DOI: 10.1111/j.1467-6494.1992.tb00922.x
Vallerand, R.J., et. al. (1992). Academic motivation scale (AMS-C 28) college
version: a measure of intrinsic, extrinsic, and amotivation in education.
Educational and Psychological Measurement, 52-53. DOI:
10.1177/0013164492052004025