PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …/Penerapan... · perpustakaan.uns.ac.id...
Transcript of PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …/Penerapan... · perpustakaan.uns.ac.id...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user i
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED
HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN
KONSEP MASALAH SOSIAL PADA PEMBELAJARAN IPS SISWA
KELAS IV SDN 2 PASEKAN EROMOKO WONOGIRI
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh:
SRI WURYANI
K7108234
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
i
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED
HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN
KONSEP MASALAH SOSIAL PADA PEMBELAJARAN IPS SISWA
KELAS IV SDN 2 PASEKAN EROMOKO WONOGIRI
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh:
SRI WURYANI
K7108234
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
i
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED
HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN
KONSEP MASALAH SOSIAL PADA PEMBELAJARAN IPS SISWA
KELAS IV SDN 2 PASEKAN EROMOKO WONOGIRI
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh:
SRI WURYANI
K7108234
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Sri Wuryani
NIM : K7108234
Jurusan/ Program Studi : IP/ PGSD
menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS
TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN
KONSEP MASALAH SOSIAL PADA PEMBELAJARAN IPS SISWA
KELAS IV SDN 2 PASEKAN EROMOKO WONOGIRI TAHUN
PELAJARAN 2011/2012” ini benar- benar merupakan hasil karya saya sendiri.
Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Juni 2012
Yang membuat pernyataan
Sri Wuryani
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iii
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN
PENGUASAAN KONSEP MASALAH SOSIAL PADA PEMBELAJARAN
IPS SISWA KELAS IV SDN 2 PASEKAN EROMOKO WONOGIRI
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh:
SRI WURYANI
K7108234
Skripsi
diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Surakarta, Juni 2012
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. A. Dakir, M. Pd. Drs. Hasan Mahfud, M. Pd.NIP. 19590515 198703 1 002 NIP. 19491106 197603 1 001
iv
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Surakarta, Juni 2012
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. A. Dakir, M. Pd. Drs. Hasan Mahfud, M. Pd.NIP. 19590515 198703 1 002 NIP. 19491106 197603 1 001
iv
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Surakarta, Juni 2012
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. A. Dakir, M. Pd. Drs. Hasan Mahfud, M. Pd.NIP. 19590515 198703 1 002 NIP. 19491106 197603 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vi
ABSTRAK
Sri Wuryani. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARANKOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUKMENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP MASALAH SOSIAL PADAPEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS IV SDN 2 PASEKAN EROMOKOWONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Skripsi, Fakultas Keguruandan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan penguasaan konsepmasalah sosial pada pembelajaran IPS siswa kelas IV SDN 2 Pasekan EromokoWonogiri tahun pelajaran 2011/ 2012 dengan menerapkan model pembelajarankooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitiandilaksanakan dalam dua siklus, dengan tiap siklus terdiri atas perencanaan,pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah gurudan siswa kelas IV SDN 2 Pasekan yang berjumlah 18 siswa. Sumber datapenelitian ini adalah guru dan siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakanadalah dengan observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi. Teknik analisis datayang digunakan adalah model analisis interaktif, yang terdiri dari tiga komponen,yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Hasil penelitian ini menunjukka bahwa melalui penerapan modelpembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dapatmeningkatkan penguasaan konsep masalah sosial pada pembelajaran IPS dari pratindakan ke siklus I dan dari siklus I ke siklus II. Peningkatan penguasaan konseptersebut dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai tes evaluasi penguasaankonsep siswa pada setiap siklus yaitu nilai rata-rata penguasaan konsep pada pratindakan sebesar 64,83, pada siklus I sebesar 81,50, dan pada siklus II meningkatmenjadi 85. Pada pra tindakan siswa yang memperoleh nilai di atas KKM (≥70)sebanyak 6 siswa (33,30%), pada siklus I meningkat menjadi 14 siswa (77,78%),dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 17 siswa (94, 45%).
Simpulan penelitian ini adalah penerapan model pembelajarankooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkanpenguasaan konsep masalah sosial pada pembelajaran IPS siswa kelas IV SDN 2Pasekan Eromoko Wonogiri tahun pelajaran 2011/2012.
Kata kunci: model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together(NHT), penguasaan konsep masalah sosial.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vii
ABSTRACT
Sri Wuryani. THE APPLICATION OF COOPERATIVE LEARNINGMODEL WITH NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TYPE, FORIMPROVING THE MASTERY OF SOCIAL PROBLEMS CONCEPT ONLEARNING IPS OF THE 4TH GRADERS OF SDN 2 PASEKANEROMOKO WONOGIRI ACADEMIC YEAR OF 2011/2012. Minithesis,Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University. July 2012.
The objective of this research is to improve the mastery of social problemsconcept on learning IPS of the 4th graders of SDN 2 Pasekan Eromoko Wonogiriacademic year of 2011/2012 by applying cooperative learning model withNumbered Heads Together (NHT) type.
This research is Classroom Action Research (CAR). The research wasdone in two cycles with each cycle consists of planning, the implementation steps,observation, and reflection. The subject of this research is teachers and the 4th
graders of SDN 2 Pasekan which consists of 18 students. The data sourse iscollected from the teachers and students. Data collection technique is done bydoing the observation, interview, test, and documentation. Data analysis techniqueis the interactive analysis model, it consists of three components, there are: datareduction, data presentation, and taking the conclusion or verification.
The results of the research shows the cooperative learning model withNumbered Heads Together (NHT) type can improve the mastery of socialproblems concept in IPS learning from initial condition to first cycle and fromfirst cycle to second cycle. Improvement the mastery of concept could be seen bythe increased value of the evaluation tests students the mastery of concept at eachcycle, the average value of the mastery of concept in before implementation stepbegins of 64,83, in the first cycle is 81,50, and in second cycle increased to 85.Before implementation step begins, the number of students who acquired KKMgrade (≥70) were 6 students (33,30%), in the first cycle increased to 14 students(77,78%), and the second cycle increased again become 17 students (94,45%).
The conclusions of this research is the cooperative learning model withNumbered Heads Together (NHT) type is able to improve the mastery of socialproblems concept on learning IPS of the 4th graders of SDN 2 Pasekan EromokoWonogiri academic year of 2011/2012.
Key words: the cooperative learning model, Numbered Heads Together (NHT)type, the control of social problems concept.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user viii
MOTTOYang dinamakan kekayaan bukanlah banyaknya harta tetapi kekayaan
yang sebenarnya ialah kekayaan jiwa (hati)
(HR. Abu Ya’la)
Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil, kita harus
yakin kalai kita telah berhasil melakukannya dengan baik
(Evelyn Underhil)
Meniadakan masa lalu adalah tidak mungkin, ia pernah ada, namun ia
menjadi pembanding dan guru masa depan
(Mario Teguh)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ix
PERSEMBAHAN
Teriring syukurku pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk:
Ayah dan ibuku tercinta
Maryanto dan Dwi Ismiyati, yang telah mendoakan, membimbing,
memotivasi dan terimakasih atas segala kasih sayang yang telah kalian berikan
kepadaku selama ini
Kakakku tercinta
Terima kasih telah memberikan perhatian, kasih saying, serta motivasi
kepadaku
Dosen-dosenku PGSD UNS yang sangat aku hormati,
Terimakasih telah menjadi jembatan menuju gerbang kesuksesanku kelak
Sahabat-sahabatku
Terima kasih atas semangat, perjuangan dan kerjasamanya, serta setia menjadi
sahabat terbaikku
Almamaterku PGSD FKIP UNS Surakarta
Tempat belajarku dan telah mempertemukanku dengan orang-orang hebat
dan memberikanku banyak ilmu sebagai bekal
untuk menjalani kehidupanku kelak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user x
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa atas limpahan berkat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Untuk Meningkatkan
Penguasaan Konsep Masalah Sosial Pada Pembelajaran IPS Siswa Kelas IV SDN
2 Pasekan Eromoko Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012”.
Penulisan ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat melakukan
penelitian dan guna memperoleh gelar Sarjana pada program PGSD Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis tidak akan dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini tanpa
bantuan dari beberapa pihak. Pada kesempatan yang berbahagia ini penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Ilmu
Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
4. Drs. A. Dakir, M.Pd., selaku Pembimbing I yang telah memberikan motivasi
dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Drs. Hasan Mahfud, M.Pd., selaku Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Kepala SDN 2 Pasekan yang telah memberikan kesempatan dan tempat guna
pengambilan data dalam penelitian.
7. Yuliana Wisnu Wardani, A. Ma. Pd., selaku Guru kelas IV SDN 2 Pasekan
yang telah memberi bimbingan dan bantuan dalam penelitian.
8. Para siswa SDN 2 Pasekan yang telah bersedia untuk berpartisipasi dalam
pelaksanaan penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xi
9. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
mungkin disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
karena keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi
ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.
Surakarta, Juli 2012
Penulis,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................. i
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................... ii
HALAMAN PENGAJUAN ................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ v
HALAMAN ABSTRAK ........................................................................ vi
HALAMAN MOTTO ............................................................................ viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................ ix
KATA PENGANTAR ........................................................................... x
DAFTAR ISI .......................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................. 6
C. Tujuan Penelitian .............................................................. 7
D. Manfaat Penelitian ............................................................ 7
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................... 8
A. Tinjauan Pustaka ............................................................... 8
1. Hakikat Penguasaan Konsep Masalah Sosial pada
Pembelajaran IPS......................................................... 8
a. Pengertian Pengertian Penguasaan Konsep .......... 8
b. Pengertian Pembelajaran........................................ 12
c. Pendidikan IPS ...................................................... 12
d. Tinjauan Materi Masalah Sosial ............................ 14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiii
2. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Heads Together (NHT) .............................. 20
a. Pengertian Model Pembelajaran ........................... 20
b. Pembelajaran Kooperatif (kooperatif Learning) ... 21
c. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif ................. 22
d. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif ............... 25
e. Macam-macam Pembelajaran Kooperatif ............. 26
f. Pengertian Numbered Heads Together (NHT) . .... 27
g. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Heads Together (NHT) . ..................... 29
h. Manfaat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Heads Together (NHT) . ...................... 32
i. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) . 32
B. Penelitian yang Relevan .................................................... 33
C. Kerangka Berpikir ............................................................. 35
D. Hipotesis Penelitian .......................................................... 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................... 37
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................... 37
B. Subjek Penelitian .............................................................. 37
C. Bentuk dan Strategi Penelitian........................................... 38
D. Data dan Sumber Data ...................................................... 38
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................ 39
F. Validitas Data ................................................................... 40
G. Teknik Analisis Data ........................................................ 40
H. Indikator Kinerja ............................................................... 42
I. Prosedur Penelitian ........................................................... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................ 50
A. Deskripsi Pra Tindakan ..................................................... 50
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus .............................. 53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiv
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus ........................ 71
D. Pembahasan ...................................................................... 73
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN .............................. 76
A. Simpulan .............................................................................. 76
B. Implikasi .............................................................................. 77
C. Saran .................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 79
LAMPIRAN ........................................................................................... 82
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1 Data Nilai Penguasaan Konsep Siswa pada Pra Tindakan ............. 50
4.2 Distribusi Frekuensi Nilai Penguasaan Konsep Masalah Sosial Pra
Tindakan ................................................................................... 51
4.3 Data Ketuntasan Belajar Siswa pada Pra Tindakan ........................ 52
4.4 Distribusi Frekuensi Data Penguasaan Konsep Masalah Sosial
Siklus I ...................................................................................... 60
4.5 Data Ketuntasan Belajar Siklus I .................................................... 61
4.6 Distribusi Frekuensi Data Penguasaan Konsep Masalah Sosial
Siklus II ..................................................................................... 69
4.7 Data Ketuntasan Belajar Siklus II ................................................... 70
4.8 Perbandingan Nilai Penguasaan Konsep Masalah Sosial
Pra Tindakan, Siklus I, dan Siklus II ........................................ 72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Berpikir ........................................................................... 36
3.1 Model Analisis Data Model Interaktif ............................................. 42
3.2 Prosedur Penelitian........................................................................... 43
4.1 Histogram Data Nilai Penguasaan Konsep Masalah Sosial pada
Pra Tindakan ............................................................................... 51
4.2 Grafik Ketuntasan Belajar Siswa pada Pra Tindakan ...................... 52
4.3 Histogram Data Nilai Penguasaan Konsep Masalah Sosial
Siklus I ....................................................................................... 60
4.4 Grafik Ketuntasan Belajar Siklus I ................................................. 61
4.5 Histogram Data Nilai Penguasaan Konsep Masalah Sosial
Siklus II ....................................................................................... 69
4.6 Grafik Ketuntasan Belajar Siklus II ................................................ 70
4.7 Histogram Perbandingan Nilai Penguasaan Konsep Masalah
Sosial Pra Tindakan, Siklus I, dan Siklus II ............................... 72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Jadwal Kegiatan Penelitian ............................................................. 82
2. Silabus ............................................................................................. 83
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan I............... 87
4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaarn Siklus I Pertemuan II ............. 106
5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan I ............. 125
6. Rencana Pelaksanaan pembelajaran Siklus II Pertemuan II ............ 142
7. Pedoman Lembar Observasi Aktivitas Siswa .................................. 160
8. Pedoman Lembar Observasi Kinerja Guru ..................................... 162
9. Pedoman Penilaian Lembar Kinerja Guru dalam Pembelajaran...... 164
10. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan I .................... 169
11. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan I ........................ 171
12. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan II................... 173
13. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan II ....................... 175
14. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan I................... 177
15. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan I....................... 179
16. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan II ................. 181
17. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan II ..................... 183
18. Daftar Nilai Penguasaan Konsep Masalah Sosial pada Pra Tindakan 185
19. Daftar Nilai Penguasaan Konsep Masalah Sosial pada Siklus I ...... 186
20. Daftar Nilai Penguasaan Konsep Masalah Sosial pada Siklus II..... 187
21. Hasil Wawancara untuk Guru Sebelum Penerapan Model
Numbered Heads Together (NHT) .................................................. 188
22. Hasil Wawancara untuk Guru Setelah Penerapan Model
Numbered Heads Together (NHT) .................................................. 191
23. Hasil Pekerjaan Siswa...................................................................... 193
24. Gambar Kegiatan Pembelajaran....................................................... 201
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk
membekali siswa menghadapi masa depan. Untuk itu proses pembelajaran
yang bermakna sangat menentukan terwujudnya pendidikan yang
berkulitas. Siswa perlu mendapatkan bimbingan, dorongan, dan peluang
yang memadai untuk belajar dan mempelajari hal-hal yang diperlukan
dalam kehidupannya.
Pendidikan merupakan suatu proses untuk membantu manusia
dalam mengembangkan potensinya sehingga dapat menghadapi setiap
perubahan yang terjadi. Melalui pendidikan, manusia dapat meningkatkan
pengetahuan, kemampuan, dan kreativitas terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Selain itu, fungsi lain dari pendidikan adalah
untuk mengurangi kebodohan, karena ilmu pengetahuan dan keterampilan
yang diperoleh dapat menjadikan seseorang mampu mengatasi suatu
problematika.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata
pelajaran yang diberikan mulai dari sekolah dasar sampai ke perguruan
tinggi, Sapriya berpendapat, “IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta,
konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial,ada jenjang
Sekolah Dasar mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah,
Sosiologi, dan Ekonomi” (2009: 20).
Tujuan pembelajaran IPS pada jenjang sekolah dasar menurut
Lasmawan (2010) adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan
dasar pada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat
dan kemampuan, serta sebagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Melalui pembelajaran IPS dapat membina dan menyiapkan siswa
sebagai warga negara yang baik dan memasyarakat diharapkan mampu
mengantisipasi berbagai perubahan yang terjadi di masyarakat sehingga
siswa mempunyai bekal pengetahuan dan keterampilan dalam menjalani
kehidupan di masyarakat. Guru dituntut untuk mampu mengikuti dan
mengantisipasi berbagai perubahan masyarakat tersebut, sehingga program
pembelajaran yang dilakukannya dapat membantu siswa dalam
mempersiapkan dirinya sebagai warga masyarakat dan warga negara untuk
memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi dalam kehidupannya
sehari-hari.
Guru harus cermat dalam memilih model pembelajaran dan
merancang proses pembelajaran, sehingga pembelajaran yang
dilakukannya menjadi pembelajaran yang menarik bagi siswa. Dalam
pembelajaran IPS seharusnya guru dapat menggunakan model
pembelajaran yang inovatif sehingga dapat meningkatkan hasil belajar
siswa dan siswapun dapat ikut aktif dalam proses pembelajarannya.
Pembelajaran IPS saat ini masih didominasi dengan metode
pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher center). Guru hanya
menggunakan metode ceramah dan tanya jawab saat menjelaskan materi
pelajaran tanpa memperhatikan keterlibatan siswa dalam pembelajaran.
Guru berperan aktif dalam pembelajaran dan berperan sebagai sumber
informasi sedangkan siswa hanya berperan pasif dalam pembelajaran
dengan memperhatikan informasi yang disampaikan oleh guru. Kegiatan
siswa dalam pembelajaran hanya duduk, mendengar, dan mencatat materi
yang disampaikan guru kemudian menghafal materi tersebut. Oleh karena
itu banyak siswa yang tidak menyukai pelajaran IPS karena dianggap
sebagai pelajaran yang membosankan.
Berdasarkan hal tersebut, proses pembelajaran IPS khususnya
masalah sosial yang terjadi di kelas IV SDN 2 Pasekan Eromoko
Wonogiri masih bersifat konvensional. Pembelajaran konvensional
cenderung berpusat pada guru. Guru masih mendominasi dalam proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
pembelajaran sedangkan siswa masih tampak pasif. Dari hasil wawancara
(lampiran 21 halaman 188) guru lebih banyak menggunakan metode
ceramah dalam menyampaikan materi pelajaran IPS, karena menurut guru
metode ceramah merupakan metode yang paling mudah untuk digunakan
oleh setiap guru. Namun, metode ceramah yang mendominasi dalam
pembelajaran dan tugas siswa hanya mencatat materi yang disampaikan
guru. Saat pembelajaran hampir selesai, siswa diberi kesempatan untuk
mempejari materi yang telah disampaikan dari buku catatan maupun buku
paket kemudian guru memberikan soal evaluasi. Proses pembelajaran
tersebut menyebabkan siswa menjadi pasif dan mengalami kejenuhan
dalam belajar. Kejenuhan yang dialami siswa menyebabkan siswa ramai
sendiri pada akhirnya siswa tidak memperhatikan penjelasan guru dan
kurang konsentrasi dalam pembelajaran. Akibatnya penguasaan konsep
masalah sosial tergolong rendah.
Permasalahan-permasalahan dalam pembelajaran IPS pada materi
masalah sosial ini selain dapat dilihat dari proses kegiatan belajar
mengajar yang permasalahannya telah diuraikan di atas, juga dapat dilihat
dari dokumentasi nilai penguasaan konsep masalah sosial (lampiran 18
halaman 185) menunjukkan 12 siswa (66,7%) dari 18 siswa memperoleh
nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70. Sedangkan
nilai siswa yang sudah mencapai KKM hanya terdapat 6 (33.3%) siswa.
Masih banyaknya siswa yang belum mencapai KKM merupakan suatu
dampak pembelajaran yang telah dilaksanakan kurang berhasil dalam
membantu siswa dalam menguasai konsep.
Belajar IPS tidak hanya menghafal materi-materi saja tetapi juga
menguasainya agar dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh sebab itu, penguasaan konsep dari suatu materi pelajaran sangat
penting bagi siswa, karena jika suatu konsep dapat dikuasai, maka siswa
akan mengingat apa yang telah dipelajari dalam waktu yang lama.
Menurut Gagne “Penguasaan konsep termasuk dalam hasil belajar
kemahiran intelektual” (Winkel, 2005: 362). Jika siswa telah menguasai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
konsep suatu materi maka siswa harus benar-benar memahami materi
tersebut, dapat menjelaskan dengan menggunakan kata-kata sendiri, dan
dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk mengatasi permasalahan di atas dibutuhkan suatu solusi,
karena jika kondisi tersebut tetap dibiarkan maka pembelajaran
penguasaan konsep masalah sosial tidak akan bermakna bagi siswa. Salah
satu solusi untuk mengatasi permasalahan di atas adalah dengan
menerapkan suatu model pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran,
yakni yang lebih interaktif, tidak monoton, memberikan keluasan berfikir
pada siswa agar siswa ikut terlibat langsung dalam proses belajar
mengajarnya. Agar proses pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi
siswa. Pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara langsung dalam
proses belajar mengajar adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa.
Guru tidak hanya berperan sebagai penyampai informasi saja, tetapi
sebagai fasilitator, motivator dan pembimbing yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan pola fikirnya dan
kemampuan dasarnya. Selain itu, guru juga harus mampu merancang
pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk
meningkatkan pembelajaran IPS materi masalah sosial SDN 2 Pasekan
Eromoko Wonogiri maka harus ditingkatkan pula proses belajar
mengajarnya. Salah satunya yaitu dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang
saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar
yang berpusat pada siswa (student centered), terutama untuk mengatasi
permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak
dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli
pada orang lain.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Slavin (1995), menyebutkan
pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang telah
dikenal sejak lama, di mana pada saat itu guru mendorong para siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
untuk melakukan kerja sama dalam kegiatan-kegiatan tertentu seperti
diskusi atau pengajaran oleh teman sebaya (peer teaching). Dalam
melakukan proses belajar mengajar guru tidak lagi mendominasi seperti
lazimnya pada saat ini, sehingga siswa dituntut untuk berbagi informasi
dengan siswa yang lainnya dan saling belajar mengajar sesama mereka
(Isjoni, 2010: 17).
Dalam pembelajaran kooperatif dikenal berbagai tipe salah satunya
adalah pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT).
Numbered Heads Together (NHT) merupakan model pembelajaran yang
membagi siswa ke dalam beberapa kelompok kecil, hal ini ditujukan agar
siswa dapat saling bekerjasama, saling membantu dan saling memotivasi
dengan siswa lainnya, agar siswa mendapat hasil belajar yang maksimal
dari pembelajaran tersebut. Dengan model pembelajaran ini, dapat melatih
siswa untuk menyampaikan pendapatnya dan siswapun juga dapat
menghargai pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada materi dan
tujuan pembelajaran yang akan disampaikan.
Trianto (2007: 62), menyebutkan model pembelajaran kooperatif
Numbered Heads Together (NHT) terdiri dari empat fase yaitu: 1).
Penomoran, dalam fase ini guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5
orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai
5, 2). Mengajukan pertanyaan, guru mengajukan sebuah pertanyaan
kepada siswa, 3). Berfikir bersama, siswa menyatukan pendapatnya
terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam
timnya mengetahui jawaban tim, 4). Menjawab, guru memanggil suatu
nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan
tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas
Dengan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together
(NHT) ini dapat mempermudah siswa untuk menyelesaikan kesulitan
dalam pembelajaran IPS materi masalah sosial, karena siswa dapat
berdiskusi dengan kelompok kecilnya sehingga siswa tidak merasa
kesulitan atau terbebani dalam menyelesaikan suatu permasalahan atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
materi pembelajaran. Setiap siswa mendapat kesempatan untuk
menyampaikan pendapatnya sehingga hal tersebut juga dapat
meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar.
Model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT)
ini sangat tepat digunakan oleh guru dalam meningkatkan pembelajaran
IPS materi masalah sosial pada siswa kelas IV SDN 2 Pasekan Eromoko
Wonogiri. Adapaun kelebihan dari model ini adalah: 1). Munculnya jiwa
kompetisi yang sehat bagi setiap kelompoknya, 2). Memberikan
kesempatan kepada setiap siswa untuk mengeluarkan pendapatnya, 3).
Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil, karena setiap siswa berdiskusi
dengan masing-masing kelompoknya, 4). Siswa dapat saling bertukar
pikiran satu sama lain, 5). Kelas menjadi benar-benar hidup dan dinamis.
Berdasarkan latar belakang di atas, untuk itu penulis akan
melakukan penelitian tindakan kelas dengan mengangkat judul “Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)
Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Masalah Sosial Pada
Pembelajaran IPS Siswa Kelas IV SDN 2 Pasekan EromokoWonogiri
Tahun Pelajaran 2011/2012”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut: apakah penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat
meningkatkan penguasaan konsep masalah sosial pada pembelajaran IPS
siswa kelas IV SDN 2 Pasekan Eromoko Wonogiri tahun pelajaran
2011/2012?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: untuk
meningkatkan penguasaan konsep masalah sosial melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada
pembelajaran IPS siswa kelas IV SDN 2 Pasekan Eromoko Wonogiri
tahun pelajaran 2011/2012.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Memperkaya khasanah keilmuan yang terkait dengan
pembelajaran IPS terutama pada materi masalah sosial dengan
menerapkan model Numbered Heads Together (NHT).
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together (NHT) hasil belajar IPS siswa dapat meningkat.
Siswa juga mudah dalam memahami materi yang diberikan
oleh guru yang didukung oleh model pembelajaran yang
didalamnya siswa dituntut lebih aktif.
b. Bagi Guru
Dari penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan guru,
terutama dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Heads Together (NHT) pada pembelajaran IPS,
sehingga guru dapat mengembangkan diri dalam meningkatkan
profesi yang akhirnya pembelajaran menjadi maksimal.
c. Bagi Sekolah
Sebagai tempat penyelenggaraan pendidikan, penelitian ini
dapat dijadikan sebagai sumbangan dalam upaya
meningkatkan mutu pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Hakikat Penguasaan Konsep Masalah Sosial pada Pembelajaran IPS
a. Pengertian Penguasaan Konsep
Materi pelajaran mengandung konsep-konsep yang penting untuk
dipelajari oleh siswa. Oleh karena itu, konsep-konsep materi tersebut perlu
dikuasi oleh siswa agar materi yang diperoleh tidak mudah hilang dan
lebih bermakna bagi mereka. Menurut Dahar (2011: 62) menyatakan
bahwa “Belajar konsep merupakan hasil utama pendidikan. Konsep
merupakan batu pembantu berpikir. Konsep merupakan dasar bagi proses
mental yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip dan generalisasi”.
Sedangkan Sapriya (2009: 62) mengungkapkan bahwa “Konsep
merupakan pokok pengertian yang bersifat abstrak yang menghubungkan
orang dengan kelompok benda, peristiwa, atau atribut kelas yang
ditunjukkan oleh simbol”.
Menurut Winkel (2005: 92) berpendapat bahwa “Pengertian atau
konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang memiliki
ciri-ciri yang sama”. Winkel (2005: 113) juga berpendapat bahwa:
Konsep merupakan suatu abtraksi terhadap segala objek yangdihadapi, sehingga objek ditempatkan dalam golongan tertentu(klasifikasi). Konsep dibedakan atas konsep konkret dan konsepyang harus didefinisikan. Konsep konkret adalah pengertian yangmenunjuk pada aneka objek dalam lingkungan fisik, sedangkankonsep yang didefinisikan adalah konsep yang mewakili realitashidup, tetapi tidak langsung menunjuk pada realitas dalamlingkungan hidup fisik, karena realitas itu tidak berbadan.
Menurut Brunner dalam Mulyani Sumantri dan Johar Permana
(2001: 42) menyebutkan “konsep itu mempunyai lima elemen, yaitu: (1)
nama, (2) contoh-contoh (positif dan negatif), (3) atribut (esensial dan non
esensial, (4) nilai-nilai atribut, dan (5) aturan”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Hamalik (2003: 162) juga menyatakan bahwa “Suatu konsep
adalah suatu kelas atau kategori stimuli yang memiliki ciri-ciri umum.
Stimuli adalah objek-objek atau orang (person)”. Sejalan dengan pendapat
tersebut Rosser (1984) mengungkapkan bahwa “Konsep adalah suatu
abstraksi yang mewakili satu kelas objek, kejadian, kegiatan, atau
hubungan yang mempunyai atribut yang sama. Karena orang mengalami
stimulus yang berbeda-beda, orang membentuk konsep sesuai dengan
pengelompokan stimulus dengan cara tertentu” (Dahar, 2011: 63).
Pengertian konsep juga diungkapkan oleh Jhony (2012) sebagai
berikut:
Konsep merupakan suatu abstraksi yang menggambarkan ciri-ciri,karakter atau atribut yang sama dari sekelompok objek dari suatufakta, baik merupakan suatu proses, peristiwa, benda, ataufenomena di alam yang membedakannya dari kelompok lain.Konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, atau hubungan-hunganyang mempunyai atribut-atribut yang sama.
Berdasarkan pendapat ahli tentang pengertian konsep di atas dapat
disimpulkan bahwa konsep adalah sesuatu yang abstrak yang
menggambarkan ciri-ciri dari suatu objek dari suatu kejadian, proses, atau
fakta yang membedakan dengan kelompok lain.
Konsep-konsep dari suatu materi pelajaran agar tidak mudah hilang
dan akan lebih bermakna jika konsep-konsep tersebut dikuasai oleh siswa.
Sesuai dengan pendapat Hamalik (2010: 58) yang menyatakan bahwa
“Tinjauan utama pembelajaran ialah penguasaan pengetahuan.
Barangsiapa menguasai pengetahuan, maka dia dapat berkuasa:
“Knowledge is power”. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
penguasaan konsep itu sangat penting dalam pembelajaran. Hal ini sejalan
dengan pendapat Gagne yang mengungkapkan bahwa “Penguasaan konsep
termasuk dalam kategori hasil belajar “kemahiran intelektual” (Winkel,
2005: 362). Siswa yang telah menguasai konsep dapat menjelaskan suatu
konsep dengan kata-kata sendiri sesuai dengan pengetahuan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
dimilikinya serta dengan menghubungkan dengan konsep-konsep lain
yang berkaitan.
Hamalik (2003: 166) mengungkapkan hal-hal yang perlu
diperhatikan untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam menguasai
konsep yaitu: (1) dapat menyebutkan contoh-contoh suatu konsep, (2)
dapat menyatakan ciri-ciri suatu konsep, (3) dapat memilih, membedakan
antara contoh-contoh dari yang bukan konsep, (4) dapat memecahkan
masalah yang berkenaan dengan konsep. Hal serupa juga diungkapkan
Klausmeier dalam Dahar (2011: 69) tingkat pencapaian suatu konsep
yaitu:
(1) Tingkat konkret, pencapaian konsep pada tingkat konkretapabila telah mengenal suatu benda yang telah dihadapi. (2)Tingkat identitas, seseorang akan mengenal suatu objek jika sudahselang suatu waktu, telah mempunyai orientasi ruang yang berbedaterhadap objek itu, atau bila objek itu ditentukan melalui suatu caramenyentuh bola itu bukan dengan melihatnya. (3) Tingkatklasifikasi, mengenal persamaan dari dua contoh yang berbeda darikelas yang sama. (4) Tingkat formal, untuk pencapaian konseptingkat formal, harus dapat menentukan atribut-atribut yangmembatasi konsep.
Siswa mencapai penguasaan konsep dapat diukur dari tes evaluasi
penguasaan konsep masalah sosial. Tes tersebut termasuk kemampuan
ranah kognitif siswa yang terdiri dari beberapa tingkatan pada tabel 1
sebagai berikut (Bloom dkk, dalam Poerwanti, dkk 2008: 1-27):
Tabel 1 Tingkatan Ranah Kognitif Menurut Bloom, dkk
Tingkat DeskripsiI. Pengetahuan Arti: Pengetahuan terhadap fakta, konsep,
definisi, nama, peristiwa, tahun, daftar, rumus,teori, dan kesimpulan.Contoh kegiatan belajar: mengemukakan arti,menamakan, membuat daftar, menentukanlokasi, mendiskripsikan sesuatu, menceritakanapa yang terjadi, menguraikan apa yang terjadi.
II. Pemahaman Arti: Pengertian terhadap hubungan antarfaktor, antar konsep, dan antar data, hubungansebab akibat, danpenarikan kesimpulan.Contoh kegiatan belajar: mengungkapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
gagasan/ pendapat dengan kata-kata sendiri,membedakan, membandingkan, mengintepretasidata, mendiskripsikan dengan kata-kata sendiri,menjelaskan gagasan pokok, menceritakankembali dengan kata-kata sendiri.
III. Aplikasi Arti: menggunakan pengetahuan untukmemecahkan masalah atau menerapkanpengetahuan dalam kehidupan sehari-hari.Conroh kegiatan belajar: menghitungkebutuhan, melakukan percobaaan, membuatpeta, membuat model, merancang strategi.
IV. Analisis Arti: menetukan bagian-bagian dari suatumasalah, penyelesaian atau gagasan danmenunjukkan hubungan antar bagian tersebut.Contoh kegiatan belajar: mengidentifikasi factorpenyebab, merumuskan masalah, mengajukanpertanyaan untuk memperoleh informasi,membuat grafik, mengkaji ulang.
V. Sintesis Arti: menggabungkan berbagai informasimenjadi satu kesimpulan atau konsep ataumeramu/ merangkai berbagai gagasan menjadisuatu hal yang baru.Contoh kegiatan belajar: membuat desain,mengarang komposisi lagu, menemukan solusimasalah, mempredikdi, merancang modelmobil-mobilan, pesawat sederhana,menciptakan produk baru.
VI. Evaluasi Arti: mempertimbangkan dan menilai benarsalah, baik buruk, mermanfaat tak bermanfaat.Contoh kegiatan belajar: mempertahankanpendapat, berada argumentasi, memilih situasiyang lebih baik, menyusun criteria penilaian,menyarankan perubahan, menulis laporan,membahas suatu kasus, menyarankan strategibaru.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penguasaan
konsep dalam pembelajaran sangat penting karena dengan menguasai
konsep tersebut berarti siswa tersebut telah berhasil mengikuti
pembelajaran yang dapat dilihat berdasarkan hasil tes evaluasinya. Siswa
telah menguasai konsep dapat dilihat ketika siswa dapat menyebutkan
suatu konsep, siswa dapat menyatakan ciri-ciri konsep, siswa dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
memilih, membedakan antara contoh-contoh dari yang bukan konsep,
siswa dapat memecahkan masalah yang berkenaan dengan konsep.
b. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran merupakan istilah yang digunakan untuk
menunjukkan kegiatan guru dan siswa, hal ini dijelaskan oleh Winataputra
(2007: 1.19) bahwa “Pembelajaran mengacu pada segala kegiatan yang
berpengaruh langsung terhadap proses belajar siswa”.
Menurut Hamalik (2009: 57) “Pembelajaran adalah suatu
kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material,
fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai
tujuan pembelajaran”.
Pribadi (2009: 30) menyatakan bahwa “Pembelajaran adalah proses
yang sengaja dirancang untuk menciptakan terjadinya aktivitas belajar
dalam diri individu”.
Pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan
peserta didik, dimana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang
intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan
sebelumnya (Trianto, 2011: 17).
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah suatu proses kombinasi antara peserta didik dan
pendidik dalam rangka mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan.
c. Pendidikan IPS
1) Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Menurut Mulyono (1980: 8) “Memberi batasan IPS adalah suatu
pendekatan interdisipliner (Inter-disiplinary Approach) dari pelajaran
Ilmu-ilmu Sosial”. IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu-
ilmu Sosial, seperti ilmu politik, dan sebagainya. Hal ini ditegaskan lagi
oleh Saidiharjo (1996: 4) bahwa “IPS merupakan hasil kombinasi atau
hasil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, antropologi, dan politik” (Hidayati,
Mujinem, dan Senen, 2009: 1-7).
Samlawi dan Maftuh (2001: 5) mengemukakan “Ilmu Pengetahuan
Sosial merupakan mata pelajaran yang memadukan konsep-konsep dasar
dari berbagai ilmu sosial yang disusun melalui pendekatan pendidikan dan
psikologis serta kebijakan dan kebermaknaannya bagi siswa dan
kehidupannya”.
Menurut Dakir, Sarmino, dan Sutijan (2002: 2) “IPS merupakan
perpaduan konsep-konsep dari berbagai ilmu sosial yang sejenis yang
digabungkan dengan pendekatan edukatif, psikologis, kekayaan dan
kegunaan bagi siswa. Konsep-konsep dasar dari berbagai ilmu sosial
(Sejarah, Geografi, Antropologi, Ekonomi, Politik, Sosiologi, dan
Psikologi) yang digabung menjadi satu sehingga menjadi ilmu
pengetahuan sosial, yaitu pengetahuan yang berkaitan langsung dengan
kehidupan sosial”.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala
dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai masalah
sosial di masyarakat dari berbagai aspek kehidupan.
2). Tujuan Pendidikan IPS
Pembelajaran yang dilaksanakan tentu saja memiliki tujuan, seperti
halnya dalam pembelajaran IPS juga memiliki tujuan. Solihatin dan
Raharjo (2007: 15) menyatakan bahwa “Pada dasarnya tujuan dari
pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan member bekal kemampuan
dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat,
minat, kemampuan dan lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa
untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi”.
Kurikulum 2004 untuk tingkat SD menyatakan bahwa pengetahuan
Sosial (sebutan IPS dalam kurikulum 2004), bertujuan untuk:
1). Mengajarkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi,sejarah, dan kewarganegaraan, pedagogis, dan psikologis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
2). Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, inkuiri,memecahkan masalah, dan keterampilan sosial.
3). Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilaisosial dan kemanusiaan.
4). Meningkatkan kemampuan bekerja sama danberkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, baik secaranasional maupun global.
Sejalan dengan tujuan tersebut, tujuan pendidikan IPS menurut
Nursid Sumaatmadja (2006) adalah “membina anak didik menjadi warga
negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan
kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya serta bagi masyarakat dan
negara” (Hidayati, Mujinem, dan Anwar Senen, 2009: 1-24).
Tujuan pembelajaran IPS di SD di atas berkaitan dengan tujuan
pembelajaran konsep masalah sosial karena konsep tersebut termasuk
dalam materi IPS di SD. Dengan pembelajaran konsep masalah sosial
diharapkan siswa dapat memperoleh pengetahuan tentang pengertian
masalah sosial, contoh-contoh masalah sosial, penyebab masalah sosial
yang terjadi di lingkungannya dan akibat yang ditimbulkan dari masalah
sosial tersebut, dapat memecahkan masalah jika terjadi masalah serta
menentukan sikap jika menemukan masalah sosial di lingkungannya. Oleh
karena itu, pembelajaran konsep masalah sosial selain untuk menambah
pengetahuan siswa juga dapat menetukan sikap dalam kehidupan sehari-
hari.
d. Tinjauan Materi Masalah Sosial
Tinjauan pokok materi masalah sosial pada pembelajaran IPS kelas
IV SD diambil dari silabus yang terdiri dari:
Standar Kompetensi
2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan
teknologi di lingkungan kabupaten/ kota dan provinsi.
Kompetensi Dasar
2. 4 Mengenal permasalahan sosial di daerahnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Pada dasarnya masalah sosial itu berkaitan dengan nilai-nilai sosial.
Hal ini merupakan masalah sosial karena memang ada kesenjangan antara
tata kelakuan yang seharusnya berlaku dengan keadaan yang senyatanya
(Hidayati, Mujinem, dan Senen, 2009: 5-7). Dalam hal ini kita
memerlukan nilai dan norma untuk mengukur apa yang dianggap tidak
baik, apa yang dianggap benar dan apa yang dianggap tidak benar, hal-hal
yang boleh dilakukan dan hal-hal yang tidak boleh dilakukan.
Menurut Idianto (2004: 38) masalah sosial merupakan gajala-gejala
sosial yang tidak sesuai antara apa yang diinginkan dengan apa yang telah
terjadi.
Soekanto (2007: 311) mengemukakan masalah sosial menyangkut
nilai-nilai sosial dan moral. Masalah sosial tersebut merupakan persoalan
karena menyangkut tata kelakuan dan immoral, berlawanan dengan hukum
dan bersifat merusak. Oleh sebab itu, masalah-masalah sosial tak akan
mungkin ditelaah tanpa mempertimbangkan ukuran-ukuran masyarakat
mengenai apa yang dianggap buruk.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian
masalah sosial secara umum merupakan ketidaksesuaian antara tata
kelakuan yang seharusnya berlaku dengan keadaan senyatanya.
Setiap hari kita berhadapan dengan masalah. Contohnya, lupa
mengerjakan PR, terjebak kemacetan, sakit, dijauhi teman-teman, dimarahi
orang tua, dan sebagainya.
Ada masalah pribadi (individu) dan ada juga masalah sosial.
Masalah pribadi adalah masalah-masalah yang dialami dan dihadapi oleh
manusia sebagai individu (pribadi). Ketika lupa mengerjakan PR, dimarahi
orang tua, dijauhi teman-teman, sakit dan sedang menghadapi masalah
pribadi. Orang lain tidak dirugikan oleh kesalahan itu.
Suatu hal atau kejadian disebut sebagai masalah sosial jika semua
warga masyarakat lain ikut merasakan pengaruh masalah tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Masalah pribadi bias dipecahkan sendiri oleh orang bersangkutan. Tidak
demikian halnya dengan masalah sosial. Masalah sosial harus dipecahkan
atau diatasi secara bersama-sama. Seorang warga tidak bias menyelesaikan
seorang diri ketika di lingkungannya sering terjadi kasus pencurian.
Masalah ini hanya bias diselesaikan bersama-sama semua warga
masyarakat. Setiap warga harus mendukung upaya penyelesaian tersebut.
Turut ronda malam di lingkungan merupakan contoh keterlibatan warga
dalam mengatasi masalah sosial tersebut.
Menurut Tantya Wisnu P. (2008: 147) mengemukakan masalah-
masalah sosial di lingkungan setempat yaitu:
1). Masalah-masalah Kependudukan
Masalah-masalah kependudukan yang terjadi di Indonesia antara
lain persebaran penduduk yang tidak merata, jumlah penduduk yang
begitu besar, pertumbuhan penduduk yang tinggi, rendahnya kualitas
penduduk, rendahnya pendapatan per-kapita, tingginya tingkat
ketergantungan, dan kepadatan penduduk.
2). Tindak Kejahatan
Contoh tindak kejahatan adalah pencurian, perampokan,
penjambretan, pencopetan, pemalakan, korupsi, pembunuhan, dan
penculikan. Banyaknya tindak kejahatan menciptakan rasa tidak aman.
3). Masalah Sampah
Salah satu masalah sosial yang dihadapi masyarakat adalah
masalah sampah. Masalah sampah sangat mengganggu, terutama kalau
tidak dikelola dengan baik. Sampah yang menumpuk menimbulkan bau
yang tidak sedap. Sampah yang ditumpuk dapat menjadi sumber berbagai
penyakit menular. Masalah lain yang berkaitan dengan sampah adalah
kebiasaan buruk membuang sampah sembarangan. Di banyak tempat
banyak warga yang biasa membuang sampah ke sungai dan saluran air.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Sungai dan aliran air menjadi mampet. Akibatnya, sering terjadi banjir jika
hujan lebat.
4). Pencemaran Lingkungan
Macam-macam pencemaran yaitu pencemaran air dan udara.
Peraira bias tercemar karena ulah manusia, misalnya membuang sampah
ke sungai dan menangkap ikan dengan menggunakan pestisida. Sungai,
danau, atau waduk juga tercemar kalau pabrik membuang limbah industry
ke sana. Pencemaran mengakibatkan matinya ikan dan makhluk hidup
lainnya yang hidup di air. Pencemaran udara disebabkan asap kendaraan
bermotor dan asap pabrik-pabrik.
5). Kebakaran
Kebakaran yang tejadi di masyarakat umumnya merupakan
kebakaran pemukiman. Penyebabnya antara lain kompor meledak dan
sambungan arus pendek (konsleting) listrik. Karena itu, masyarakat harus
sangat hati-hati dengan dua hal ini. Kebakaran hutan sering terjadi pada
musim kemarau. Asap kebakaran hutan banyak sekali.asap kebakaran
hutan mengganggu kesehatan dan lalu lintas. Selain itu, kawasan hutan
akan semakin berkurang.
6). Rusaknya atau Buruknya Fasilitas Umum
Banyak fasilitas umum dalam keadaan rusak atau tidak terpelihara.
Banyak sarana transportasi bus, kereta api, dan kapal sudah tua dan kotor.
Demikian juga fasilitas-fasilitas sosial lainnya seperti telepon umum, WC
umum, tempat hiburan dan rekreasi, dan sebagainya.
7). Perilaku Tidak Disiplin
Contoh perilaku tidak disiplin dalam masyarakat, misalnya
perilaku tidak disiplin menempatkan sampah, tidak disiplin membayar
pajak, tidak disiplin dalam antre, dan tidak disiplin di jalan raya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
8). Penyalahguaan Narkoba dan Alkohol
Penyalahgunaan narkoba menjadi masalah sosial yang sangat
serius. Pemakai narkoba akan kecanduan. Zat-zat itu perlahan-lahan
merusak tubuh pemakainya. Banyaknya peredaran narkoba dan
penyalahgunaan narkoba sangat meresahkan. Demikian pula penggunaan
alcohol. Agama telah melarang umatnya untuk mengkonsumsi alcohol.
Negara kita juga memiliki undang-undang yang melarang penjualan
alkohol di sembarang tempat. Meskipun demikian, masih ada banyak
orang yang menyalahgunakan alkohol.
9). Pemborosan Energi
Sumber energi bahan bakar (minyak bumi, gas alam, dan batu
bara) suatu ketika akan habis. Sumber energy ini tidak dapat diperbaharui.
Karena itu, kita harus hemat memakainya supaya sumber-sumber energy
ini tidak cepat habis. Kita bias belajar menjadi hemat dalam menggunakan
energi, caranya: mematikan lampu-lampu yang tidak diperlukan, bepergian
naik kendaraan umum atau sepeda, memanfaatkan sumber energy
alternative misalnya tumbuh-tumbuhan, angin, air, dan matahari.
10). Kelangkaan Barang-barang Kebutuhan
Kelangkaan barang-barang kebutuhan sehari-hari meresahkan
masyarakat. Oleh karena itu, kelangkaan barang-barang termasuk masalah
sosial. Pemerintah mempunyai tugas memastikan bahwa barang-barang
kebutuhan sehari-hari cukup.
Upaya yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi permasalahan
sosial:
1) Pemberian Kartu Askes
Kartu Askes (Asuransi Kesehatan) diberikan kepada keluarga miskin.
Dengan kartu Askes, keluarga miskin dapat berobat di rumah sakit
yang ditunjuk dengan biaya ringan atau gratis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
2) Pemberian beras untuk masyarakat miskin (Raskin)
Raskin merupakan program pemberian bantuan pangan dari
pemerintah berupa beras dengan harga yang sangat murah. Dengan
raskin diharapkan masyarakat yang termasuk keluarga miskin dapat
memenuhi kebutuhan pangannya.
3) Pemberian Bantuan Operasional Sekolan (BOS)
BOS diberikan kepada siswa siswi sekolah mulai dari sekolah dasar
sampai tingkat SLTA. Tujuannya untuk mengurangi biaya pendidikan.
Sekarang ini juga sudah diadakan program BOS buku. Yakni program
penyediaan buku pelajaran bagi siswa sekolah. Dengan BOS buku
diharapkan orang tua tidak lagi dibebani biaya membeli buku pelajaran
untuk anaknya yang sekolah.
4) Sekolah Terbuka
Sekolah terbuka merupakan sekolah yang waktu belajarnya tidak
terlalu padat dan terikat. Sekolah terbuka diperuntukkan bagi siswa
yang kurang mampu. Dengan sekolah terbuka siswanya dapat sekolah
meskipun sudah bekerja.
5) Program pendidikan luar sekolah
Pendidikan luar sekolah biasanya berupa kursus-kursus seperti
menjahit, perbengkelan atau computer. Pemerintah mengadakan
program pendidikanluar sekolah agar anak-anak yang tidak sekolah
atau putus sekolah dapat tetap memiliki ilmu dan pengetahuan.
6) Pemberian Bantuan Tunai Langsung (BTL)
BTL diberikan kepada masyarakat miskin yang tidak berpenghasilan.
BTL merupakan dana kompensasi/ pengganti kenaikan harga Bahan
Bakar Minyak (BBM).
7) Pemberian Bantuan Modal Usaha
Bantuan modal usaha diberikan kepada masyarakat miskin yang akan
mengembangkan atau memulai suatu usaha. Biasanya untuk usah kecil
dan menengah. Bantuan modal usaha ini adalah dalam rangka
mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
2. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads
Together (NHT)
a. Pengertian Model Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran tentu saja model pembelajaran
mempunyai peranan penting bagi guru untuk menyampaikan materi
kepada siswa, agar siswa lebih mudah dalam menguasai materi yang
disampaikan oleh guru. Anitah (2009: 45) berpendapat bahwa “Model
pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk penyampaian pelajaran”.
Sedangkan, Supriyono (2011: 46) menyatakan “Model pembelajaran ialah
pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran
di kelas maupun tutorial”
Soekamto, dkk (2000) mengemukakan bahwa “Model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas
belajar mengajar” (Trianto, 2009: 22).
Joyce dan Weil dalam Soli Abimanyu, dkk (2008: 2-4 – 2-5),
berpendapat bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu yang berfungsi
sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar
dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.
Dari beberapa definisi model pembelajaran di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu kerangka atau pola
yang disusun secara sistematis dan dijadikan panduan untuk merencanakan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
direncanakan sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
b. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Menurut Isjoni (2010: 15) mengemukakan bahwa, “Cooperative
learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu
secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai
satu kelompok atau satu tim”. Slavin (1995) mengemukakan, “In
cooperative learning methods, students work together in four member
teams to master material initially presented by the teacher” (Isjoni, 2010:
15). Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa cooperative learning
adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif
sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.
Abu (mengutip simpulan Carol, 1988; Imel, 1989; Kerka, 2009)
berpendapat ”Cooperative learning, as an instructional methodology
provides opportunities for students to decelop skills in group interactions
and in working with other that are needed in today’s world”. Berdasarkan
uraian tersebut, pembelajaran kooperatif mengandung arti sebagai
metodologi intruksional yang memberikan kesempatan bagi siswa untuk
mengembangkan keterampilan dalam berinteraksi dengan kelompok dan
bekerjasama dengan orang lain yang diperlukan di dunia saat ini. Dalam
kegiatan kooperatif, siswa berinteraksi dan bekerjasama dengan seluruh
anggota kelompok. Pembelajaran kooperatif adalah memberikan
kesempatan siswa untuk memaksimalkan belajar mereka dengan
mengembangkan keterampilan belajar anggota lainnya dalam kelompok
itu.
Kauchak dan Eggen (1998) berpendapat “Cooperative learning
merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja
secara kolaboratif dalam mencapai tujuan” (Isjoni, 2010: 18).
Isjoni (2010: 20) adalah; (a) setiap anggota memiliki peran, (b)
terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa, (c) setiap anggota
kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
sekelompoknya, (d) guru membantu mengembangkan keterampilan-
keterampilan interpersonal kelompok, dan (e) guru hanya berinteraksi
dengan kelompok saat diperlukan.
Solihatin dan Raharjo (2007: 4) berpendapat, pada dasarnya
cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau
perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesame dalam
struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua
orang atau lebih di mana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh
keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Cooperative
learning juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam
suasana kebersamaan di antara sesame anggota kelompok.
Sedangkan Sunal dan Haas (1993) mengemukakan, bahwa “Model
pembelajaran kooperatif adalah suatu pendekatan atau serangkaian
strategik yang khas dirancang untuk member dorongan kepada peserta
didik agar bekerja sama selama berlangsungnya proses pembelajaran”
(Isjoni dan Ismail,2008: 152).
Dari beberapa pendapat tentang cooperative learning di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu
pembelajaran di mana siswa saling membentuk kelompok yang terdiri dari
dua orang atau lebih untuk menyelesaikan suatu masalah yang telah
diberikan oleh guru dan siswa mendiskusikan materi pembelajaran
tersebut yang mana sesama anggota kelompok tersebut mempunyai
kewajiban untuk saling membantu untuk mempelajari atau memecahkan
apa yang menjadi tanggung jawab kelompok.
c. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Pada dasarnya model pembelajaran kooperatif sama dengan kerja
kelompok. Namun, pembelajaran kooperatif memiliki karakteristik yang
membedakan dengan kerja kelompok. Bennet dalam Isjoni (2010: 41)
menyatakan ada lima unsur dasar yang dapat membedakan cooperative
learning dengan kerja kelompok, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
1). Positive Interdepedence
Positive Interdepedence yaitu adanya hubungan timbale balik yang
didasari adanya kepentingan yang sama atau perasaan di antara anggota
kelompok di mana keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan
yang lain pula atau sebaliknya.
2). Interaction Face to face
Interaction Face to face yaitu interaksi yang langsung terjadi antar
siswa tanpa adanya perantara. Tidak adanya penonjolan kekuatan
individu, yang ada hanya pola interaksi dan perubahan yang bersifat
verbal di antara siswa yang ditingkatkan oleh adanya saling hubungan
timbale balik yang bersifat positif sehingga dapat mempengaruhi hasil
pendidikan dan pengajaran.
3). Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam
anggota kelompok
Dengan adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran
dalam anggota kelompok, sehingga siswa termotivasi untuk membantu
temannya, karena tujuan dalam cooperative learning adalah menjadikan
setiap anggota kelompoknya menjadi lebih kuat pribandinya.
4). Membutuhkan keluwesan
Membutuhkan keluwesan yaitu menciptakan hubungan pribadi,
mengembangkan kemampuan kelompok, dan memelihara hubungan
kerja yang efektif.
5). Meningkatkan keterampilan bekerjasama dalam memecahkan masalah
(proses kelompok)
Meningkatkan keterampilan bekerjasama dalam memecahkan masalah
(proses kelompok) yaitu tujuan terpenting yang diharapkan dapat
dicapai dalam cooperative learning adalah siswa belajar keterampilan
bekerjasama dan berhubungan ini adalah keterampilan yang penting
sangat diperlukan di masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Menurut Roger dan Johnson dalam Rusman (2011: 212),
mengemukakan ada lima unsur dalam pembelajaran kooperatif (cooperative
learning), yaitu sebagai berikut:
1) Prinsip ketergantungan positif (positive interdependence), yaitu dalam
pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam penyelesaian tugas tergantung
pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut. Keberhasilan kerja
kelompok ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota kelompok. Oleh
karena itu, semua anggota dalam kelompok akan merasakan saling
ketergantungan.
2) Tanggung jawab perseorangan (individual accountability), yaitu
keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota
kelompoknya. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok mempunyai tugas
dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam kelompok tersebut.
3) Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction), yaitu
memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk
bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling member dan
menerima informasi dari anggota kelompok lain.
4) Partisipasi dan komunikasi (participation communication), yaitu melatih
siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan
pembelajaran.
5) Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi
kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama
mereka, agar selanjutnya bias bekerjasama denga lebih efektif.
Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik cooperative
learning sebagaimana dikemukakan Slavin (1995), yaitu penghargaan
kelompok, pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk
berhasil (Isjoni, 2010: 21).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
d. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Pada dasarnya model cooperative learning dikembangkan untuk
mencapai tiga tujuan penting yang dirangkum Ibrahim, et al. dalam Isjoni
(2010: 27) yaitu:
1) Hasil belajar akademik
Dalam cooperative learning meskipun mencakup beragam tujuan
sosial, namun juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas
akademis penting lainnya.
2) Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain dari model cooperative learning yaitu penerimaan secara
luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas
sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya.
3) Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan model pembelajarab kooperatif yang ketiga yaitu,
mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerjasama dan kolaborasi.
Keterampilan-keterampilan sosial penting dimiliki siswa, karena saat
ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.
Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi
pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk
mencapai tujuan bersama, menurut Eggen dan Kauchak (1996)
menyatakan “Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk
meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman
sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta
memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar
bersama-sama siswa yang berbedaan latar belakangnya” (Trianto, 2007:
42). Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu
sebagai siswa ataupun sebagai guru. Dengan bekerja secara kolaboratif
untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan
keterampilan berhubungan dengan sesame manusia yang akan sangat
bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
e. Macam-macam Model Pembelajaran Kooperatif
Meskipun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah,
terdapat beberapa variasi dari model tersebut. Macam- macam model
pembelajaran kooperatif menurut Suprijono (2010: 89-102), ada 11 macam
antara lain:
1) Jigsaw
Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini mempunyai ciri adanya
kelompok asal dan kelompok ahli.
2) Think- Pair- Share
Think- Pair- Share adalah model pembelajaran di mana dalam
pelaksanaannya terdapat tahap- tahap pembelajaran yaitu; thinking
(berpikir), pairing (berpasangan), dan sharing (berbagi).
3) Numbered Head Together
Pembelajaran ini terdapat beberapa tahap antara lain; a) Numbering: guru
membagi kelompok, kemudian memberi penomoran kepada setiap anggota
kelompok, b) Heads Together: Siswa menyatukan pendapatnya atas
pertanyaan atau tugas guru, dan jika guru memanggil sebuah nomor maka
nomor yang dipanggil tersebut harus menjawab pertanyaan dari guru
tersebut.
4) Group Investigation
Ciri dari group investigation ini adalah dengan guru membagi siswa
menjadi beberapa kelompok, kemudian guru dan peserta didik memilih
dan menentukan topik dengan mengembangkan permasalahan-
permasalahan yang ada dalam topik tersebut.
5) Two Stay Two Stray
Metode two stay two stray juga disebut dengan metode dua tinggal dua
tamu, dengan guru membagi kelompok dan memberikan tugas yang
berupa permasalahan yang harus didiskusikan. Setelah diskusi kelompok
selesai maka dua orang dari anggota kelompok bertamu ke kelompok lain,
sedangkan dua orang yang tidak mempunyai tugas bertamu mereka harus
menerima tamu yang datang. Setelah selesai tugasnya masing- masing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
maka anggota kelompok yang bertamu ke kelompok lain harus kembali ke
kelompoknya masing- masing untuk mencocokkan dan membahas hasil
kerjanya.
6) Make a Match
Pembelajaran dengan make a match ini memiliki ciri adanya kartu- kartu
yang berisi pertanyaan dan jawaban.
7) Listening Team
Pembelajaran dengan model ini, bercirikan adanya kelompok- kelompok
di mana setiap kelompok memiliki perannya masing- masing.
8) Inside- Outside Circle
Pembelajaran model ini terdapat kelompok- kelompok yang terdiri dari 2
kelompok besar dengan tiap kelompok besar terdiri dari 2 kelompok
lingkaran dalam dan kelompok lingkaran luar.
9) Bamboo Dancing
Pembelajaran dengan metode ini sama dengan model pembelajaran dengan
metode inside outside circle.
10) Point- Counter- Point
Metode pembelajaran point- counter- point ini berguna untuk mendorong
peserta didik untuk berpikir dalam berbagai perspektif.
11) The Power of Two
Pembelajaran dengan metode the power of two diawali dengan guru
mengajukan pertanyaan. Pertanyaan tersebut harus merangsang siswa
untuk berpikir secara kritis.
f. Pengertian Numbered Heads Together (NHT)
Numbered Heads Together (NHT) atau penomoran berpikir
bersama adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur
kelas tradisional (Trianto, 2007: 62). Numbered Heads Together (NHT)
pertama kali dikembangkan oleh Spencer Kagen (1993) untuk melibatkan
lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran
tersebut.
Menurut Maheady Michielli-Pendl, Harper dan Mallete dalam
Susan Bawn (2007: 44) : ” Numbered Heads with incentives was more
effective in raising academic achievement than Numbered Heads without
incentives and both methods were more advantageous for learning than
traditional methods”. Pendapat tersebut mempunyai arti yaitu kepala
bernomor dengan dorongan lebih efektif dalam meningkatkan prestasi
akademik dari kepala bernomor tanpa dorongan dan kedua metode itu
lebih menguntungkan untuk belajar dibandingkan metode tradisional.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa metode NHT lebih efektif daripada
metode konvensional dalam meningkatkan prestasi siswa.
Isjoni (2010: 78) mengemukakan “Numbered Heads Together
(NHT) memberi kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-
ide dan dipertimbangkan jawaban yang tepat. Selain itu dapat mendorong
siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka”. Sedangkan
Jauhar (2011, 62) mengungkapkan “Numbered Heads Together (NHT)
adalah suatu pendekatan di mana setiap siswa diberi nomor kemudian
dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari
siswa”.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
Numberded Heads Together (NHT) adalah salah satu jenis model
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola
interaksi siswa, di mana dalam pembelajarannya siswa dibentuk suatu
kelompok, setiap siswa diberi nomor untuk menjawab pertanyaan dari
guru, kemudian siswa diberi kesempatan untuk saling membagikan ide-ide
dan dipertimbangkan jawaban yang tepat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
g. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads
Together (NHT)
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together (NHT) adalah penggunaan kerangka berfikir sebagai panduan
melaksanakan proses pembelajaran yang mengacu pada pembelajaran
siswa secara berkelompok yang dimulai dari tahap penomoran,
mengajukan pertanyaan, berfikir bersama, dan menjawab.
Suprijono (2010: 92) menyatakan, pembelajaran dengan
menggunakan model Numbered Heads Together diawali dengan
Numbering. Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil.
Jumlah kelompok sebaiknya mempertimbangkan jumlah konsep yang
dipelajari. Jika jumlah peserta didik dalam satu kelas terdiri dari 40 orang
dan berbagi menjadi 5 kelompok berdasarkan jumlah konsep yang
dipelajari, maka tiap kelompok terdiri 8 orang. Tiap-tiap orang dalam tiap-
tiap kelompok diberi 1-8 nomor. Setelah kelompok terbentuk, guru
mengajukan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh tiap-tiap
kelompok. Berikan kesempatan kepada tiap-tiap kelompok menemukan
jawaban. Pada kesempatan ini tiap-tiap kelompok menyatukan kepalanya
“Heads Together” berdiskusi memikirkan jawaban atas pertanyaan dari
guru. Langkah berikutnya adalah guru memanggil peserta didik yang
memiliki nomor yang sama dari tiap-tiap kelompok. Mereka diberi
kesempatan member jawaban atas pertanyaan yang telah diterimanya dari
guru. Hal itu dilakukan terus hingga semua peserta didik dengan nomor
yang sama dari masing-masing kelompok mendapat giliran memaparkan
jawaban atas pertanyaan guru. Berdasarkan jawaban-jawaban itu guru
dapat mengembangkan diskusi lebih mendalam, sehingga peserta didik
dapat menemukan jawaban pertanyaan itu sebagai pengetahuan yang utuh.
Trianto (2007: 62) menyatakan guru menggunakan struktur empat
fase sebagai sintaks NHT:
1) Fase 1: Penomoran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Dalam fase ini guru membagi siswa ke dalam kelompok 4-5 orang dan
kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.
2) Fase 2: Mengajukan pertanyaan
Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat
bervariasi. Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat
tanya.
3) Fase 3: Berfikir bersama
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan
meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.
4) Fase 4: Menjawab
Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang
nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab
pertanyaan untuk seluruh kelas.
Huda (2011: 138) berpendapat, prosedur dalam pelaksanaan
Numbered Heads Together adalah: (1) siswa dibagi dalam kelompok-
kelompok, masing-masing siswa dalam kelompok diberi nomor. (2) Guru
memberikan tugas/ pertanyaan dan masing-masing kelompok
mengerjakannya. (3) kelompok berdiskusi untuk menemukan jawaban
yang dianggap paling benar dan memastikan semua anggota kelompok
mengetahui jawaban tersebut, (4) guru memanggil salah satu nomor, siswa
dengan nomor yang dipanggil mempresentasikan jawaban hasil diskusi
kelompok mereka.
Sedangkan Saminanto (2010: 35) berpendapat, model pembelajaran
kepala bernomor (Numbered Heads Together) dikembangkan oleh Spencer
Kagan pada 1992, mempunyai langkah-langkah sebagai berikut: (1) siswa
dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor,
(2) guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok
mengerjakannya, (3) kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan
memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/ mengetahui
jawabannya, (4) guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor
yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka, (5) tanggapan dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain, (6)
kesimpulan.
Berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together (NHT) yang dikemukakan diatas, maka secara
umum penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together (NHT) dalam pembelajaran IPS konsep masalah sosial adalah
sebagai berikut:
Fase Perilaku Guru
Fase 1: Penomoran Guru membagi siswa menjadi 3 kelompok di
mana tiap kelompok tediri dari 6 orang dan
kepada setiap anggota kelompok diberi nomor
antara 1 sampai 6.
Fase 2: Mengajukan
pertanyaan
Guru memberikan pertanyaan/ tugas kepada
masing-masing kelompok yang berkaitan dengan
materi masalah sosial, yaitu macam-macam
masalah sosial, penyebab masaah sosial, dampak
masalah sosial, dan bagaimana cara
memecahkan masalah sosial di daerahnya.
Fase 3: Berfikir
Bersama
Siswa berdiskusi untuk menyatukan pendapatnya
terhadap pertanyaan yang disampaikan guru dan
tiap anggota dalam timnya mengetahui
jawabannya itu.
Fase 4: Menjawab Guru memanggil salah satu nomor tertentu,
kemudian siswa yang nomornya sesuai
mengacungkan tangannya dan mencoba
menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
h. Manfaat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads
Together (NHT)
Model pembelajaran kooperatif NHT mempunyai beberapa
manfaat terhadap beberapa siswa yang mempunyai hasil belajar yang
rendah, seperti dikemukakan oleh Lundgren (2012: 1) sebagai berikut:
1) Rasa harga diri yang lebih tinggi
2) Memperbaiki kehadiran
3) Penerimaan terhadap individu semakin besar
4) Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
5) Konflik antar pribadi berkurang
6) Pemahaman yang lebih mendalam
7) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
8) Hasil belajar lebih tinggi
Huda (2011: 138) juga mengungkapkan manfaat model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) yaitu
“Memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling sharing ide-ide dan
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat, meningkatkan semangat
kerja sama siswa, dapat digunakan untuk semua mata pelajaran dan
tingkatan kelas”.
Dengan didukung banyaknya manfaat yang ditimbulkan dalam
pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together (NHT) ini, maka
pembelajaran kooperatif tipe NHT ini dapat meningkatkan penguasaan
konsep masalah sosial pada pembelajaran IPS siswa kelas IV SDN 2
Pasekan, Eromoko, Wonogiri.
i. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Heads Together (NHT)
Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together
(NHT) meliki kelebihan dan kekurangan sebagaimana yang diungkapkan
Lundgren (2012) bahwa:
1) Kelebihan model pembelajaran kooperatif NHT adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
a) Kelas menjadi benar-benar hidup dan dinamis.
b) Setiap siswa mendapat kesempatan untuk berekspresi
dan mengeluarkan pendapatnya.
c) Munculnya jiwa kompetisi yang sehat.
d) Waktu untuk mengoreksi hasil kerja siswa, lebih efektif
dan efisien.
2) Kekurangan
a) Adanya alokasi waktu yang panjang
b) Ketidakbiasaan siswa melakukan pembelajaran
kooperatif, sehingga menimbulkan siswa cepat bosan dalam
pembelajaran.
Sedangkan Kisworo (2006) juga mengungkapkan beberapa
kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran kooperatif NHT,
diantaranya:
1) Kelebihan model pembelajaran kooperatif NHT:
a) Setiap siswa menjadi siap semua.
b) Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
2) Kekurangan model pembelajaran kooperatif NHT:
a) Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
b) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together (NHT) untuk meningkatkan penguasaan konsep masalah sosial pada
pembelajaran IPS siswa kelas IV SDN 2 Pasekan Eromoko Wonogiri ini tidak
terlepas atau mengacu dari penelitian sebelumnya. Berikut penelitian yang
relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Dite
Poniyatun (2010) menyebutkan bahwa, Penggunaan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe NHT Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Dalam
Pembelajaran IPS Kelas IV SDN 02 Doplang Karangpandan Tahun Pelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
2009/2010. Pada pra tindakan diperoleh rata-rata motivasi belajar siswa sebesar
60,88, siklus I sebesar 72,80, siklus II sebesar 84,20, ini berarti mengalami
peningkatan rata-rata motivasi belajar siswa sebesar 23,32%. Dengan demikian
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam pembelajaran IPS
kelas IV dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar IPS di SDN 02
Doplang Karangpandan.
Farida Rahmawati (2011) menyebutkan bahwa, Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Tentang Sifat-sifat Bangun Datar Dengan
Menerapkan Tipe Numbered Heads Together Pada Siswa Kelas V SD Negeri
Baleharjo 01 Kebonsari Madiun Tahun Pelajaran 2010/2012. Hasil penelitian
menunjukkan bahw a kemampuan berpikir kritis siswa tentang sifat-sifat bangun
ruang mengalami peningkatan yaitu dari kondisi awal nilai rata-rata siswa 45,86,
pada siklus I nilai rata-rata 68,90 dan nilai rata-rata yang diperoleh pada siklus II
adalah 84,09. Sebelum dilaksanakan penelitian siswa yang memperoleh nilai di
atas KKM (66) sebanyak 8 siswa (38,10%), pada siklus I sebanyak 15 siswa
(71,42%), dan pada siklus II sebanyak 18 siswa (85,71%). Berdasarkan hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa dengan menerapkan pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Hedas Together (NHT) dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis tentang sifat-sifat bangun datar pada siswa kelas V SD
Negeri Baleharjo 01 Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran
2010/2011.
Semua penelitian di atas memiliki kesamaan variable dengan penelitian
yang dilaksanakan oleh peneliti, yaitu sama-sama membahas tentang model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT), dengan variabel
x (bebas) sama, sedangkan variabel y (terikat/ berbeda dengan penelitian di atas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
C. Kerangka Berpikir
Kondisi awal siswa kelas IV SDN 2 Pasekan Eromoko Wonogiri pasif dan
kurang berminat dalam mengikuti pembelajaran IPS. Hal ini karena guru masih
menggunakan metode konvensional saja yang menitikberatkan guru hanya
sebagai pusat informasi atau hanya sebagai penyalur ilmu saja kepada siswanya,
sedangkan siswa hanya sebagai pendengar saja. Pembelajaran lebih banyak
ceramah, menghafal tanpa memberi kesempatan siswa berlatih berfikir
memecahkan masalah dan mengaitkannya dengan pengalaman siswa sendiri
dalam kehidupan nyata sehingga pembelajaran kurang bermakna yang
mengakibatkan penguasaan konsep siswa tentang masalah sosial pada
pembelajaran IPS masih rendah.
Salah satu upaya meningkatkan penguasaan konsep masalah sosial pada
pembelajaran IPS yaitu dengan menerapkan model pembelajaran tipe Numbered
Heads Together (NHT). Model pembelajaran tipe NHT ini melibatkan banyak
siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek
pemahaman siswa terhadap isi pelajaran tersebut. NHT merupakan salah satu tipe
model pembelajaran kooperatif, maka semua prinsip dasar pembelajaran
kooperatif melekat pada tipe NHT. Ini berarti dalam NHT ada saling
ketergantungan positif antar siswa, ada tanggung jawab perseorangan, serta ada
komunikasi antar anngota kelompok.
Dengan adanya model Numbered Heads Together (NHT) yang bersifat
aktif, kreatif, dan menyenangkan serta melibatkan siswa secara kolaboratif dalam
kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran, maka akan menunjang untuk
meningkatkan motivasi siswa dan menghapus teknik hafalan yang digunakan
siswa sehingga pada akhirnya berujung pada peningkatan penguasaan konsep
siswa khususnya pada materi masalah sosial pada pembelajaran IPS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan sebelumnya. Diperoleh
kerangka berfikir dalam penelitian ini pada gambar 2.1.
Gambar 2.1. Skema Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir di atas, maka
dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat
meningkatkan penguasaan konsep masalah sosial pada pembelajaran IPS
siswa kelas IV SDN 2 Pasekan Eromoko Wonogiri tahun pelajaran
2011/2012.
Penguasaankonsepmasalah sosialrendah
Guru masih menggunakanmetode konvensional
KondisiAwal
Guru menerapkan modelpembelajaran kooperatiftipe Numbered HeadsTogether (NHT)
Tindakan
Guru menerapkan model kooperatif tipeNumbered Heads Together (NHT),pembelajaran IPS materi masalah sosial.
KondisiAkhir
Siklus I:PerencanaanPelaksanaanObservasiRefleksi
Siklus II:PerencanaanPelaksanaanObservasiRefleksi
Penguasaankonsepmasalah sosialmeningkat
Penguasaankonsepmasalah sosialmeningkat
Penguasaankonsepmasalah sosialtinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SDN 2 Pasekan Eromoko
Wonogiri. Peneliti memilih tempat tersebut dengan beberapa pertimbangan
diantaranya di sekolah tersebut belum pernah digunakan sebagai objek
penelitian yang sejenis sehingga terhindar dari kemungkinan adanya
penelitian ulang. Selain itu, lokasi sekolah tersebut mudah dijangkau dan
dekat dengan tempat tinggal peneliti sehingga efisien dalam hal waktu,
tenaga, dan biaya.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran
2011/ 2012 selama 7 bulan, yaitu mulai bulan Januari 2012 sampai dengan
Juli 2012. Tahap penyusunan dan pengajuan proposal dimulai pada bulan
Januari sampai Maret, tahap perijinan dan persiapan penelitian dimulai pada
bulan Maret sampai April, pelaksanaan tindakan dimulai pada bulan April,
tahap analisis data sudah dimulai pada saat pelaksanaan tindakan yaitu pada
bulan April, terakhir penyusunan skripsi, sidang, revisi, dan penjilidan pada
bulan Mei sampai Juli. Secara rinci jadwal pelaksanaan kegiatan penelitian
pada lampiran 1 halaman 82.
B. Subjek Penelitian
Subjek peneltian ini adalah guru dan siswa kelas IV SDN 2 Pasekan
Eromoko Wonogiri tahun pelajaran 2011/2012. Dengan jumlah 18 siswa, terdiri
dari 11 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
C. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan
yang disengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas (Suharsimi
Arikunto, 2010: 130).
2. Strategi Penelitian
Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah strategi penelitian
tindakan kelas model siklus. Model yang dikembangkan oleh Kurt Lewin
dalam Arikunto (2010: 131) didasarkan atas konsep atau pokok bahwa
penelitian tindakan terdiri dari empat komponen pokok yang juga
menunjukkan langkah, yaitu:
a). perencanaan atau planning,
b). tindakan atau acting,
c). pengamatan atau observing,
d). refleksi atau reflecting.
D. Data dan Sumber Data
Arikunto (2010: 172) menjelaskan “Sumber data dalam penelitian adalah
subjek dari mana data diperoleh. Sumber data berupa responden, benda, gerak
atau proses tertentu”. Sumber data atau informasi yang dikumpulkan dalam
penelitian ini adalah:
1. Sumber data primer yaitu sumber data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh
peneliti secara langsung dari sumber datanya. Sumber data primer dalam
penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV SDN 2 Pasekan, Eromoko,
Wongiri Tahun Pelajaran 2011/2012 yang berupa hasil wawancara dan hasil
tes penguasaan konsep masalah sosial.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
2. Sumber data sekunder yaitu sumber data yang diperoleh atau dikumpulkan
peneliti dari berbagai sumber yang telah ada. Sumber data sekunder dalam
penelitian ini berupa hasil observasi dan hasil dokumentasi.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Dokumentasi
Arikunto (2010: 274) mengemukakan bahwa “Dokumentasi
yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan,
transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda,
dan sebagainya”. Dokumen yang dikumpulkan diantaranya: silabus IPS kelas
IV, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), daftar nama siswa kelas IV,
daftar nilai penguasaan konsep masalah sosial pada pembelajaran IPS siswa
kelas IV SDN 2 Pasekan. Selain itu, dokumentasi berupa rekaman video yang
dilaksanakan peneliti selama proses pembelajaran berlangsung.
2. Observasi
Arikunto (2010: 272) berpendapat bahwa “Dalam menggunakan
metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan
format atau blangko pengamatan sebagai instrumen”. Observasi dilakukan
untuk memperoleh data-data secara langsung dan dilakukan dengan
memantau proses pembelajaran. Observasi dipusatkan pada kegiatan siswa
dan kegiatan guru kelas IV SDN 2 Pasekan selama pembelajaran IPS dengan
fokus utama kegiatan pembelajaran pada materi masalah sosial melalui
penerapan model kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together).
3. Wawancara
Menurut Arikunto (2006: 155) berpendapat bahwa “Wawancara
atau sering juga disebut dengan interviu adalah sebuah dialog yang dilakukan
oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari
terwawancara (interviewer)”. Teknik ini dilakukan kepada guru kelas IV
SDN II Pasekan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
4. Tes
Arikunto (2010: 266) mengemukakan bahwa “Tes dapat
digunakan untuk mengukur kemampuan dasar dan pencapaian atau prestasi.
Dalam penelitian ini digunakan tes tertulis”. Tes ini dilakukan untuk
mengukur ketercapaian penguasaan konsep masalah sosial pada pembelajaran
IPS siswa kelas IV SDN 2 Pasekan.
F. Validitas Data
Validitas data adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen (Arikunto: 2006: 168). Semua data
yang dikumpulkan hendaknya sesuai dengan apa yang sebenarnya diukur atau
diteliti. Menurut Slamet dan Suwarto (2007: 54) mengemukakan bahwa “Untuk
menguji keabsahan data digunakan trianggulasi data atau sumber dan trianggulasi
metode”. Adapun yang dimaksud dengan trianggulasi data atau sumber dan
trianggulasi metode yaitu:
1. Trianggulasi data sering disebut juga trianggulasi sumber. Cara ini
mengarahkan peneliti agar di dalam mengumpulkan data, ia wajib
menggunakan beragam sumber data yang tersedia. Artinya, data yang sama
atau sejenis, akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari beberapa
sumber data yang berbeda.
2. Trianggulasi metode, dilakukan peneliti dengan mengumpulkan data sejenis
tetapi dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda. Kegiatan
yang dilakukan peneliti yaitu membandingkan data yang terkumpul dari
teknik dokumentasi, observasi, wawancara, dan tes kemudian ditarik
kesimpulan sehingga data benar-benar mendekati kevalidan.
G. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data secara interaktif.
Teknik analisis data interaktif menurut Miles dan Hubermen (2007: 16-21)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
terdapat tiga langkah yang meliputi, (1) reduksi data, (2) penyajian data, (3)
penarikan kesimpulan (verifikasi).
Langkah-langkah analisis data model interaktif yang dilakukan dalam
penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Reduksi data
Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang
muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Data-data penelitian yang
telah dikumpulkan selanjutnya direduksi yaitu mempertegas, menggolongkan,
memfokuskan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data
sedemikian rupa sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan. Proses reduksi ini
berlangsung terus selama pelaksanaan penelitian.
2. Penyajian data
Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Penyajian data meliputi jenis matriks, grafik, jaringan dan bagan. Semuanya
dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk
yang padu dan mudah diraih, dengan demikian peneliti dapat melihat apa
yang terjadi, dan menentukan apakah menarik kesimpulan yang benar
ataukah terus melangkah melakukan analisis yang telah disajikan.
Dalam penelitian ini data diolah dan disajikan dalam bentuk narasi, grafik,
maupun tabel. Data yang berupa nilai penguasaan konsep masalah sosial pada
siswa kelas IV SDN 2 Pasekan Eromoko Wonogiri diolah kemudian disajikan
dalam bentuk grafik dan tabel. Hasil dari data tersebut kemudian
dibandingkan untuk mengambil kesimpulan.
3. Penarikan kesimpulan (verifikasi)
Penarikan kesimpulan berdasarkan pada reduksi data dan penyajian data.
Penelitian ini menyajikan data nilai penguasaan konsep keputusan bersama
yang diperoleh dari hasil tes pada siswa kelas IV SDN 2 Pasekan Eromoko
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012 yang dapat digunakan untuk menarik
kesimpulan yang sesuai.
Gambar 3.1. Komponen Analisis Data Model Interaktif Miles dan Hubermen
H. Indikator Kinerja
Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan
dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian (Sarwiji Suwandi:
2008: 70). Penelitian ini direncanakan dua siklus, dengan ketentuan siklus akan
berhenti apabila pembelajaran dikatakan berhasil dengan hasil nilai penguasaan
konsep masalah sosial secara klasikal memperoleh nilai ≥70 (KKM) mencapai
85%. Apabila pada siklus II pembelajaran belum berhasil mencapai indikator yang
telah ditetapkan, maka siklus akan berlanjut sampai siklus ke-n sampai
tercapainya indikator keberhasilan yang telah ditentukan.
I. Prosedur Penelitian
Penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas yang mekanisme
kerjanya diwujudkan dalam bentuk siklus. Dalam penelitian tindakan kelas ini
direncanakan 2 siklus dan setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan. Di mana setiap
pertemuan terdiri dari 4 tahap yaitu, (1) perencanaan (planning), (2) tindakan
Pengumpulandata
Reduksidata
Penarikankesimpulan(verifikasi)
Penyajiandata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
(acting), (3) pengamatang (observing), (4) refleksi (reflecting). System prosedur
penelitian ini digambarkan pada gambar 4 sebagai berikut:
Gambar 3.2 Sistem Prosedur Penelitian Tindakan Kelas Menurut Suharsimi
Arikunto (2008: 16)
Siklus ini akan dijabarkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), di
mana setiap pertemuan dalam setiap siklus ini waktunya 2 x 35 menit. Adapaun
rancangan siklus tersebut sebagai berikut:
1. Siklus I
a. Perencanaan
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini adalah:
1). Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk materi
masalah sosial dengan model numbered heads together (NHT).
2). Menyusun soal evaluasi dan kelompok
3). Menyiapkan sumber belajar
4). Membuat media pembelajaran
5). Menyusun lembar evaluasi
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan merupakan pelaksanaan dari rencana pembelajaran
(RPP) yang telah dipersiapkan. Secara garis besar pelaksanaan tindakan
Perencanaan
Siklus IRefleksi Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Siklus IIRefleksi Pelaksanaan
Pengamatan
?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
pelaksanaan pembelajaran IPS dengan model pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Heads Together (NHT) adalah sebagai berikut:
1) Kegiatan Awal
Pada kegiatan awal sebelum guru menyampaikan materi
pembelajaran, guru memberikan apersepsi yang berkaitan dengan
materi yang akan dipelajari, kemudian memotivasi siswa untuk
memperhatikan pelajaran, serta menyampaikan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai.
2) Kegiatan Inti
Kegiatan inti dibagi menjadi tiga tahap yaitu eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi.
a) Eksplorasi
Dalam kegiatan ini, guru menggali informasi sebanyak-banyaknya
tentang kemampuan yang dimiliki oleh siswa, berkaitan dengan
materi yang akan diajarkan. Dalam hal ini guru menggali
penguasaan konsep siswa tentang masalah sosial dan menanamkan
kepada siswa tentang konsep masalah sosial.
b) Elaborasi
Dalam elaborasi, guru melaksanakan kegiatan pembelajaran
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together (NHT). Adapun langkah-langkahnya sebagai
berikut:
1) Guru menjelaskan secara singkat tentang konsep masalah
sosial.
2) Siswa dibagi menjadi 3 kelompok, masing-masing kelompok
terdiri dari 6 siswa (Tahap Penomoran).
3) Guru memberikan soal diskusi kepada masing-masing
kelompok (Tahap Mengajukan Pertanyaan).
4) Siswa berdiskusi untuk menyatukan pendapatnya terhadap
pertanyaan yang disampaikan oleh guru (Tahap Berfikir
Bersama).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
5) Guru memanggil salah satu nomor tertentu, kemudian siswa
yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan
menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas (Tahap Menjawab).
c) Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi ini, guru membenarkan jawaban siswa
yang sekiranya kurang tepat sehingga tidak terjadi kesalahan
konsep.
3) Kegiatan Akhir
1) Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan pembelajaran.
2) Siswa mengerjakan soal evaluasi.
3) Guru memberikan penilaian dan penguatan.
c. Observasi
Observasi dalam penelitian ini adalah mengamati aktivitas siswa selama
kegiatan pembelajaran berlangsung, kinerja guru dalam pembelajaran IPS
dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together (NHT), dan mengobservasi hasil tes penguasaan konsep
siswa. Dalam melakukan observasi, peneliti dibantu oleh guru kelas IV
SDN 2 Pasekan.
d. Refleksi
Peneliti dan observer bersama-sama menganalisis hasil
pembelajaran yang telah dicapai. Refleksi dilakukan setiap akhir pembelajaran
yang merupakan penilaian dan pengkajian terhadap hasil evaluasi data serta
hasil observasi selama pelaksanaan tindakan. Pada tahap refleksi peneliti
bersama guru menganalisis pembelajaran IPS dengan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) yang telah dilaksanakan dan
menganalisis penguasaan konsep siswa sesuai dengan nilai tes penguasaan
konsep saat pembelajaran. Refleksi dilaksanakan untuk mengetahui bagian
yang sudah sesuai dengan tujuan penelitian, masalah-masalah yang muncul
saat pembelajaran, dan bagian yang masih perlu diperbaiki. Adapun hasil nilai
penguasaan konsep masalah sosial pada pembelajaran IPS siswa kelas IV
SDN 2 Pasekan Eromoko Wonogiri mengalami peningkatan. Nilai rata-rata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
kelas mencapai 81,50 dan ketuntasan klasikal yang dicapai sebesar 77,78%
atau sebanyak 14 siswa dari 18 siswa yang nilainya mencapai nilai KKM (70)
bahkan lebih. Jika dibandingkan dengan indikator kinerja, yaitu minimal 85%
dari seluruh jumlah siswa kelas IV SDN 2 Pasekan mencapai nilai KKM atau
lebih. Maka hasil evaluasi yang dilaksanakan pada siklus I ini menunjukkan
bahwa sasaran belum tercapai, maka perlu dilakukan tindakan lanjutan pada
siklus II.
2. Siklus II
Pelaksanaan siklus II merupakan hasil refleksi/ perbaikan dari siklus I.
pelaksanaan siklus II dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan, masing-
masing pertemuan 2 jam pelajaran (2x35 menit). Pada siklus II peneliti
mengoptimalkan tercapainya indikator penguasaan konsep masalah sosial
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together
(NHT). Berikut tahapan pelaksanaan pada siklus II:
a. Perencanaan
Perencanaan pada siklus II merupakan hasil refleksi siklus I yang meliputi
rencana perbaikan dan penyempurnaan penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dalam pembelajaran
materi masalah sosial. Materi yang diajarkan masih sama dengan materi
pada siklus I. Segala sesuatu yang dipersiapkan pada siklus II, masih sama
seperti siklus I. Hanya saja, perencanaan siklus II lebih dipersiapkan lagi
untuk memperbaiki kekurangan/ kelemahan pada siklus I berdasarkan
hasil analisis dan pembahasan siklus I. Indikator RPP dalam siklus II
merupakan pendalaman dari indikator siklus I sehingga soal evaluasi
penguasaan konsep juga mencapai tingkat kognitif yang lebih tinggi.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan merupakan pelaksanaan dari rencana pembelajaran
(RPP) yang telah dipersiapkan. Secara garis besar pelaksanaan tindakan
pelaksanaan pembelajaran IPS dengan model pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Heads Together (NHT) adalah sebagai berikut:
4) Kegiatan Awal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Pada kegiatan awal sebelum guru menyampaikan materi
pembelajaran, guru memberikan apersepsi yang berkaitan dengan
materi yang akan dipelajari, kemudian memotivasi siswa untuk
memperhatikan pelajaran, serta menyampaikan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai.
5) Kegiatan Inti
Kegiatan inti dibagi menjadi tiga tahap yaitu eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi.
d) Eksplorasi
Dalam kegiatan ini, guru menggali informasi sebanyak-banyaknya
tentang kemampuan yang dimiliki oleh siswa, berkaitan dengan
materi yang akan diajarkan. Dalam hal ini guru menggali
penguasaan konsep siswa tentang masalah sosial dan menanamkan
kepada siswa tentang konsep masalah sosial.
e) Elaborasi
Dalam elaborasi, guru melaksanakan kegiatan pembelajaran
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together (NHT). Adapun langkah-langkahnya sebagai
berikut:
6) Guru menjelaskan secara singkat tentang konsep masalah
sosial.
7) Siswa dibagi menjadi 6 kelompok, masing-masing kelompok
terdiri dari 3 siswa (Tahap Penomoran).
8) Guru memberikan soal diskusi kepada masing-masing
kelompok (Tahap Mengajukan Pertanyaan).
9) Siswa berdiskusi untuk menyatukan pendapatnya terhadap
pertanyaan yang disampaikan oleh guru (Tahap Berfikir
Bersama).
10) Guru memanggil salah satu nomor tertentu, kemudian siswa
yang nomornya sesuai mengacungkantangannya dan
menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas (Tahap Menjawab).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
f) Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi ini, guru membenarkan jawaban siswa
yang sekiranya kurang tepat sehingga tidak terjadi kesalahan
konsep.
6) Kegiatan Akhir
4) Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan pembelajaran.
5) Siswa mengerjakan soal evaluasi.
6) Guru memberikan penilaian dan penguatan.
c. Observasi
Observasi dilakukan selama pembelajaran IPS dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)
berlangsung. Observasi yang dilakukan pada siklus II juga masih sama
dengan observasi pada siklus I, yaitu mengobservasi aktivitas siswa,
kinerja guru dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) , dan hasil tes
penguasaan konsep.
d. Refleksi
Setelah pembelajaran siklus II berakhir, maka diadakan analisis semua
data yang diperoleh melalui proses observasi, wawancara, dan nilai hasil
evaluasi penguasaan konsep. Dari hasil observasi dan nilai hasil evaluasi
penguasaan konsep siklus II ternyata terdapat peningkatan. Hasil
observasi aktivitas siswa dan kinerja guru dalam pembelajaran mengalami
peningkatan. Dari analisis hasil evaluasi penguasaan konsep masalah
sosial pada siswa kelas IV SDN 2 Pasekan Eromoko Wonogiri diperoleh
peningkatan nilai rata-rata kelas dan persentase ketuntasan klasikal.
Adapun hasil nilai penguasaan konsep masalah sosial pada pembelajaran
IPS siswa kelas IV SDN 2 Pasekan Eromoko Wonogiri mengalami
peningkatan. Nilai rata-rata kelas mencapai 85 dan ketuntasan klasikal
yang dicapai sebesar 94,55% atau sebanyak 17 siswa dari 18 siswa yang
nilainya mencapai nilai KKM (70) atau lebih. Jika dibandingkan dengan
indikator kinerja, yaitu minimal 85% dari seluruh jumlah siswa kelas IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
SDN 2 Pasekan mencapai nilai KKM. Hasil evaluasi yang dilaksanakan
pada siklus II ini menunjukkan bahwa indikator kinerja telah tercapai,
maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Heads Together (NHT) telah berhasil dan penelitian
dihentikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pra Tindakan
Sebelum melaksanakan tindakan, peneliti mengadakan observasi dan
wawancara dengan guru kelas IV SDN 2 Pasekan untuk mengetahui informasi
sebagai data awal penelitian ini. Dari hasil wawancara (lampiran 21 halaman 188)
serta hasil observasi siswa dan guru sebelum tindakan menunjukkan bahwa
pembelajaran IPS konsep masalah sosial kelas IV SDN 2 Pasekan masih berpusat
pada guru, pembelajaran belum disertai dengan penerapan model pembelajaran
yang inovatif, siswa lebih banyak mencatat dan menghafal konsep. Pembelajaran
yang dilaksanakan demikian menyebabkan siswa menjadi pasif dan mengalami
kejenuhan dalam belajar, sehingga menyebabkan penguasaan konsep yang
dimiliki siswa rendah.
Berdasarkan hasil observasi menunjukkan bahwa nilai penguasaan konsep
masalah sosial yang diperoleh siswa pada saat pra tindakan masih rendah
(lampiran 18 halaman 185). Hal tersebut ditunjukkan dari 18 siswa kelas IV,
masih ada 12 siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM (70) atau mencapai
66,70% dengan nilai rata-rata kelas 66,88. Berikut perolehan nilai penguasaan
konsep siswa pada saat pra tindakan dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Nilai Penguasaan Konsep Masalah Sosial Kelas IV pada Pra Tindakan
No Urut Nilai Ket No Urut Nilai Ket No Urut Nilai Ket1 63 TT 7 66 TT 13 86 T2 43 TT 8 73 T 14 63 TT3 50 TT 9 83 T 15 86 T4 50 TT 10 53 TT 16 86 T5 73 T 11 60 TT 17 65 TT6 66 TT 12 60 TT 18 50 TT
Keterangan:T : TuntasTT : Tidak Tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Berdasarkan daftar nilai penguasaan konsep siswa pada pra tindakan
menunjukkan sebagian besar siswa masih mendapat nilai di bawah KKM. Nilai
penguasaan konsep tertinggi pada pra tindakan sebesar 86 dan nilai terendahnya
adalah 43. Untuk memperjelas nilai penguasaan konsep pada pra tindakan dapat
dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Data Nilai Penguasaan Konsep MasalahSosial Pra Tindakan
No IntervalNilai
Frekuensi(fi)
Nilai Tengah(xi ) fi.xi Presentase Keterangan
1 43 – 51 4 48.5 194 22.22 TT2 52 – 60 3 56 168 16.67 TT3 61 – 69 5 65 325 27.78 TT4 70 – 78 2 74 148 11.11 T5 79 – 87 4 83 332 22.22 T
18 1167 100Nilai rata-rata kelas = 1167 : 18 = 64.83Nilai Terendah = 43Nilai Tertinggi = 86Siswa Tuntas = 6Siswa Tidak Tuntas = 12Ketuntasan Klasikal = (6 : 18) x 100% = 33.30%Keterangan:T : TuntasTT : Tidak Tuntas
Dari data nilai penguasaan konsep pra tindakan pada tabel 4.2. dapat
disajikan dalam grafik pada gambar 4.1.
Gambar 4.1. Histogram Data Nilai Penguasaan Konsep Masalah Sosial pada Pra
Tindakan
0
1
2
3
4
5
6
Frek
uens
i
51
Berdasarkan daftar nilai penguasaan konsep siswa pada pra tindakan
menunjukkan sebagian besar siswa masih mendapat nilai di bawah KKM. Nilai
penguasaan konsep tertinggi pada pra tindakan sebesar 86 dan nilai terendahnya
adalah 43. Untuk memperjelas nilai penguasaan konsep pada pra tindakan dapat
dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Data Nilai Penguasaan Konsep MasalahSosial Pra Tindakan
No IntervalNilai
Frekuensi(fi)
Nilai Tengah(xi ) fi.xi Presentase Keterangan
1 43 – 51 4 48.5 194 22.22 TT2 52 – 60 3 56 168 16.67 TT3 61 – 69 5 65 325 27.78 TT4 70 – 78 2 74 148 11.11 T5 79 – 87 4 83 332 22.22 T
18 1167 100Nilai rata-rata kelas = 1167 : 18 = 64.83Nilai Terendah = 43Nilai Tertinggi = 86Siswa Tuntas = 6Siswa Tidak Tuntas = 12Ketuntasan Klasikal = (6 : 18) x 100% = 33.30%Keterangan:T : TuntasTT : Tidak Tuntas
Dari data nilai penguasaan konsep pra tindakan pada tabel 4.2. dapat
disajikan dalam grafik pada gambar 4.1.
Gambar 4.1. Histogram Data Nilai Penguasaan Konsep Masalah Sosial pada Pra
Tindakan
43 - 51 52 - 60 61 - 69 70 - 78
Interval Nilai
51
Berdasarkan daftar nilai penguasaan konsep siswa pada pra tindakan
menunjukkan sebagian besar siswa masih mendapat nilai di bawah KKM. Nilai
penguasaan konsep tertinggi pada pra tindakan sebesar 86 dan nilai terendahnya
adalah 43. Untuk memperjelas nilai penguasaan konsep pada pra tindakan dapat
dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Data Nilai Penguasaan Konsep MasalahSosial Pra Tindakan
No IntervalNilai
Frekuensi(fi)
Nilai Tengah(xi ) fi.xi Presentase Keterangan
1 43 – 51 4 48.5 194 22.22 TT2 52 – 60 3 56 168 16.67 TT3 61 – 69 5 65 325 27.78 TT4 70 – 78 2 74 148 11.11 T5 79 – 87 4 83 332 22.22 T
18 1167 100Nilai rata-rata kelas = 1167 : 18 = 64.83Nilai Terendah = 43Nilai Tertinggi = 86Siswa Tuntas = 6Siswa Tidak Tuntas = 12Ketuntasan Klasikal = (6 : 18) x 100% = 33.30%Keterangan:T : TuntasTT : Tidak Tuntas
Dari data nilai penguasaan konsep pra tindakan pada tabel 4.2. dapat
disajikan dalam grafik pada gambar 4.1.
Gambar 4.1. Histogram Data Nilai Penguasaan Konsep Masalah Sosial pada Pra
Tindakan
79 - 87
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Dari tabel 4.2 dan gambar 4.1 nilai rata-rata penguasaan konsep siswa
sebelum menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together (NHT) sebesar 64.83. Siswa yang memperoleh nilai 43 – 51 sebanyak 4
siswa atau 22,22%. Siswa yang memperoleh nilai dalam interval antara 52 – 60
sebanyak 3 siswa atau 16,67%. Siswa yang memperoleh nilai dalam interval
antara 61 – 69 sebanyak 5 siswa atau 27,78%. Siswa yang memperoleh nilai
dalam interval 70 – 78 sebanyak 2 siswa atau 11,11%. Siswa yang memperoleh
nilai dalam interval antara 79 – 87 sebanyak 4 siswa atau 22, 22%.
Berdasarkan tabel 4.2 dan gambar 4.1 data ketuntasan belajar siswa dapat
disajikan pada tabel 4.3.
Tabel 4.3. Ketuntasan Belajar Siswa pada Pra Tindakan
No Ketuntasan Jumlah SiswaJumlah Presentase
1 Tuntas 6 33,30%2 Tidak Tuntas 12 66,70%
Jumlah 18 100%
Dari tabel 4.3 dapat disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 4.2 berikut ini:
Gambar 4.2. Grafik Data Ketuntasan Belajar pada Pra Tindakan
Berdasarkan tabel 4.3 dan tabel 4.2 di atas, dapat dilihat bahwa siswa yang
mendapat nilai mencapai KKM (70) sebanyak 6 siswa atau sebesar 33,30%.
0,00%10,00%20,00%30,00%40,00%50,00%60,00%70,00%80,00%
Pres
enta
se
52
Dari tabel 4.2 dan gambar 4.1 nilai rata-rata penguasaan konsep siswa
sebelum menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together (NHT) sebesar 64.83. Siswa yang memperoleh nilai 43 – 51 sebanyak 4
siswa atau 22,22%. Siswa yang memperoleh nilai dalam interval antara 52 – 60
sebanyak 3 siswa atau 16,67%. Siswa yang memperoleh nilai dalam interval
antara 61 – 69 sebanyak 5 siswa atau 27,78%. Siswa yang memperoleh nilai
dalam interval 70 – 78 sebanyak 2 siswa atau 11,11%. Siswa yang memperoleh
nilai dalam interval antara 79 – 87 sebanyak 4 siswa atau 22, 22%.
Berdasarkan tabel 4.2 dan gambar 4.1 data ketuntasan belajar siswa dapat
disajikan pada tabel 4.3.
Tabel 4.3. Ketuntasan Belajar Siswa pada Pra Tindakan
No Ketuntasan Jumlah SiswaJumlah Presentase
1 Tuntas 6 33,30%2 Tidak Tuntas 12 66,70%
Jumlah 18 100%
Dari tabel 4.3 dapat disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 4.2 berikut ini:
Gambar 4.2. Grafik Data Ketuntasan Belajar pada Pra Tindakan
Berdasarkan tabel 4.3 dan tabel 4.2 di atas, dapat dilihat bahwa siswa yang
mendapat nilai mencapai KKM (70) sebanyak 6 siswa atau sebesar 33,30%.
33,30%
66,70%
Tuntas Tidak Tuntas
52
Dari tabel 4.2 dan gambar 4.1 nilai rata-rata penguasaan konsep siswa
sebelum menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together (NHT) sebesar 64.83. Siswa yang memperoleh nilai 43 – 51 sebanyak 4
siswa atau 22,22%. Siswa yang memperoleh nilai dalam interval antara 52 – 60
sebanyak 3 siswa atau 16,67%. Siswa yang memperoleh nilai dalam interval
antara 61 – 69 sebanyak 5 siswa atau 27,78%. Siswa yang memperoleh nilai
dalam interval 70 – 78 sebanyak 2 siswa atau 11,11%. Siswa yang memperoleh
nilai dalam interval antara 79 – 87 sebanyak 4 siswa atau 22, 22%.
Berdasarkan tabel 4.2 dan gambar 4.1 data ketuntasan belajar siswa dapat
disajikan pada tabel 4.3.
Tabel 4.3. Ketuntasan Belajar Siswa pada Pra Tindakan
No Ketuntasan Jumlah SiswaJumlah Presentase
1 Tuntas 6 33,30%2 Tidak Tuntas 12 66,70%
Jumlah 18 100%
Dari tabel 4.3 dapat disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 4.2 berikut ini:
Gambar 4.2. Grafik Data Ketuntasan Belajar pada Pra Tindakan
Berdasarkan tabel 4.3 dan tabel 4.2 di atas, dapat dilihat bahwa siswa yang
mendapat nilai mencapai KKM (70) sebanyak 6 siswa atau sebesar 33,30%.
66,70%
Tidak Tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Dengan demikian, masih ada 12 siswa atau 66,70% yang nilainya belum mencapai
KKM (70). Rendahnya penguasaan siswa tersebut disebabkan karena
pembelajaran masih menggunakan metode yang masih berpusat pada guru
sehingga peran siswa dalam pembelajaran masih pasif. Oleh karena itu,
diperlukan suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa (students
centered), salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together (NHT). Dengan menerapakan model pembelajaran koopertaif tipe
Numbered Heads Together (NHT) diharapkan siswa dapat terlibat aktif dalam
pembelajaran dan penguasaan konsep masalah sosial dapat meningkat.
Pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran koopertaif tipe Numbered
Heads Together (NHT) siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran melalui
proses diskusi dengan kelompoknya dan setiap siswa diberi kesempatan untuk
memberikan pendapatnya.
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus
Proses penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari
2 pertemuan. Dalam setiap pertemuan terdiri dari 4 tahap, yaitu: 1) perencanaan,
2) pelaksanaan, 3) pengamatan atau observasi, 4) refleksi. Adapun gambaran dari
pelaksanaan setiap siklusnya adalah sebagai berikut:
1. Siklus I
Tindakan siklus I dilaksanakan pada tanggal 13 April dan 14 April
2012. Adapun tahap-tahap kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
Perencanaan tindakan untuk siklus I meliputi penyusunan
instrument pembelajaran dan perangkat penelitian. Berikut ini hal-hal yang
dilaksanakan dalam perencanaan siklus I.
1) Menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) IPS konsep
masalah sosial dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together (NHT).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
2) Mempersiapkan lembar observasi siswa dan guru dalam pembelajaran
IPS konsep masalah sosial sosial dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).
3) Mempersiapkan perlengkapan media yang digunakan dalam
pembelajaran.
b. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, peneliti berkolaborasi dengan guru kelas
IV. Peneliti bertindak sebagai guru yang menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dalam pembelajaran IPS
dan guru kelas sebagai observer/ pengamat yang mengamati aktivitas
siswa dan kinerja guru. Berikut deskripsi pelaksanaan pembelajaran pada
siklus I pertemuan II.
1) Pertemuan I
Pertemuan I dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 13 April
2012. Pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan RPP yang telah dibuat
pada tahap perencanaan (lampiran 3 halaman 87). Pada pertemuan I,
pembelajaran IPS kelas IV mempelajari tentang pengertian, contoh,
dan penyebab masalah sosial. Pelaksanaan tindakan pada pertemuan I
dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together (NHT). Adapun langkah-langkah kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I pertemuan I adalah
sebagai berikut:
a) Kegiatan Awal
Pada kegiatan awal, guru mengucapkan salam dan
mengajak siswa berdo’a dengan dipimpin oleh ketua kelas.
Kemudian, guru menanyakan kabar siswa dan mengecek kehadiran
siswa serta mengecek kesiapan kesiapan siswa dalam mengikuti
pelajaran. Selanjutnya, guru memberikan motivasi dan apersepsi
kepada siswa agar siswa lebih bersemangat dan tertarik dalam
mengikuti pembelajaran yang akan dilaksanakan kemudian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
memberikan orientasi dengan cara menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.
b) Kegiatan Inti
Kegiatan inti terdiri dari tiga tahap, yaitu eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi. Pada tahap eksplorasi, guru bertanya
jawab dengan jawab tentang masalah pribadi yang pernah dihadapi
siswa. Setelah itu, guru memberi umpan balik dan memberikan
penjelasan secara garis besar tentang pengertian masalah pribadi
dan masalah sosial. Melalui media yang disediakan oleh guru yaitu
tentang contoh masalah pribadi dan masalah sosial, siswa
membedakan dan mengelompokkan mana yang termasuk masalah
sosial dan masalah pribadi.
Pada tahap elaborasi, guru mulai menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together (NHT) pada fase pertama adalah penomoran, guru
membagi siswa menjadi 3 kelompok, di mana setiap kelompok
terdiri dari 6 siswa, dan setiap anggota kelompok diberi nomor
antara 1 sampai 6. Fase kedua adalah mengajukan pertanyaan, guru
memberikan pertanyaan/ tugas kepada masing-masing kelompok
yang berkaitan dengan materi masalah sosial. Fase ketiga adalah
berfikir bersama, siswa berdiskusi untuk menyatukan pendapatnya
terhadap pertanyaan/ tugas yang disampaikan oleh guru dan tiap
anggota dalam timnya mengetahui jawabannya itu. Fase keempat
yaitu menjawab, guru memanggil salah satu nomor tertentu,
kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya
dan mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
Pada tahap konfirmasi, guru memberi penguatan materi
dengan menanyakan materi yang dipelajari dan memberikan
penguatan kepada kelompok terbaik.
c) Kegiatan Akhir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Kegiatan akhir dimulai dengan membuat ringkasan dari
materi yang telah dipelajari tentang pengertian, contoh, dan
penyebab masalah sosial. Setelah siswa selesai meringkas,
kemudian siswa mengerjakan soal evaluasi.
2) Pertemuan II
Pertemuan II dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 14 April
2012. Pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan RPP yang telah dibuat
pada tahap perencanaan (lampiran 4 halaman 106). Pada pertemuan II,
pembelajaran IPS kelas IV mempelajari tentang dampak masalah
sosial dan upaya mengatasi masalah sosial di daerahnya. Adapun
langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus
I pertemuan II adalah sebagai berikut:
a) Kegiatan Awal
Pada kegiatan awal, kegiatan yang dilakukan hampir sama
dengan kegiatan awal pada pertemuan I. Guru membuka pelajaran
dengan mengucapkan salam, karena mata pelajaran IPS
dilaksanakan pada jam ke 4 dan 5, maka guru mengecek kehadiran
siswa secara klasikal dan mengkondusikan siswa agar suasana
kelas menjadi kondusif. Selanjutnya, guru memberikan motivasi
dan apersepsi kepada siswa agar siswa lebih bersemangat dan
tertarik dalam mengikuti pembelajaran yang akan dilaksanakan
kemudian memberikan orientasi dengan cara menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.
b) Kegiatan Inti
Kegiatan inti terdiri dari tiga tahap, yaitu eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi. Pada tahap eksplorasi, kegiatan diawali
dengan tanya jawab antara guru dan siswa tentang contoh masalah
sosial di daerah serta menyebutkan dampak yang ditimbulkan dari
masalah tersebut. Kemudian, siswa mengamati gambar contoh
masalah sosial, kemudian menyebutkan dampak yang ditimbulkan
dari masalah tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Pada tahap elaborasi, kegiatan yang dilakukan oleh guru
dan siswa hampir sama dengan kegiatan inti pada pertemuan I.
Guru menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together (NHT). Langkah-langkah model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada fase
pertama adalah penomoran, guru membagi siswa menjadi 3
kelompok, di mana setiap kelompok terdiri dari 6 siswa, dan setiap
anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 6. Fase kedua
adalah mengajukan pertanyaan, guru memberikan pertanyaan/
tugas kepada masing-masing kelompok yang berkaitan dengan
materi masalah sosial. Fase ketiga adalah berfikir bersama, siswa
berdiskusi untuk menyatukan pendapatnya terhadap pertanyaan/
tugas yang disampaikan oleh guru dan tiap anggota dalam timnya
mengetahui jawabannya itu. Fase keempat yaitu menjawab, guru
memanggil salah satu nomor tertentu, kemudian siswa yang
nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba
menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
Pada tahap konfirmasi, guru memberi penguatan materi
dengan menanyakan materi yang dipelajari, guru memberi
kesempatan kepada siswa yang belum memahami materi yang
diajarkan dan memberikan penguatan kepada kelompok terbaik.
c) Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir dimulai dengan membuat ringkasan dari
materi yang telah dipelajari tentang pengertian, contoh, dan
penyebab masalah sosial. Setelah siswa selesai meringkas,
kemudian siswa mengerjakan soal evaluasi.
c. Pengamatan atau Observasi
Pengamatan dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung. Pada
tahap observasi, yang bertugas sebagai observer/ pengamat adalah guru
kelas IV. Observer mendampingi peneliti/ guru dalam melaksanakan
pembelajaran IPS dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Numbered Heads Together (NHT). Aktivitas yang diamati berdasarkan
lembar observasi yang telah dipersiapkan oleh peneliti. Berikut adalah
uraian hasil observasi pada siklus I:
1) Aktivitas Guru
Aktivitas guru/ peneliti dalam pembelajaran IPS dengan
menerapkan model pembelajaran koperatif tipe Numbered Heads
Together (NHT) belum tercapai secara optimal karena ada beberapa
tahap yang belum muncul dan belum terlaksana dengan baik. Pada
tahap persiapan, sebelum memulai pembelajaran, peneliti yang
bertindak sebagai guru sudah melakukan persiapan dengan baik dalam
mempersiapkan RPP dan mengecek kesiapan siswa dalam mengikuti
pembelajaran. Peneliti sudah memberi apersepsi yang berkaitan
dengan materi yang dipelajari dan memberi orientasi yaitu
menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Namun,
peneliti belum memberi motivasi siswa agar semangat dalam
mengikuti pembelajaran. Sehingga suasana pada awal pembelajaran
masih kurang optimal.
Secara garis besar dalam menyampaikan materi pelajaran
peneliti sudah melibatkan siswa melalui tanya jawab. Kegiatan yang
dilaksanakan juga sudah memenuhi fase/ tahapan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). Namun, pada
selesai fase menjawab, siswa kurang aktif memberi tanggapan terhadap
hasil jawaban kelompok lain. saat menjawab pertanyaan hasil diskusi,
peneliti juga belum bisa mengkondisikan kelas agar siswa yang tidak
menjawab pertanyaan tetap memperhatikan. Namun demikian, secara
keseluruhan kinerja peneliti/ guru sudah baik, hal ini ditunjukkan
dalam lembar observasi kinerja guru yang menunjukkan banyak
indikator yang sudah tercapai. Hal ini ditunjukkan dalam lembar
observasi kinerja guru pada siklus I pertemuan I (lampiran 11 halaman
171), dan lembar observasi kinerja guru siklus I pertemuan II
(lampiran 13 halaman 175).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
2) Aktivitas Siswa
Dari hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS
dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together (NHT) dapat menarik perhatian siswa dan
meningkatkan keaktifan serta keantusiasan siswa dalam mengikuti
pelajaran. Sebagaian siswa mendengarkan dan memperhatikan
penjelasan guru. Pada kegiatan tanya jawab, hampir semua siswa
mengacungkan tangan untuk menjawab umpan balik yang
disampaikan oleh guru. Pada kegiatan diskusi, siswa juga sudah aktif
ikut berpendapat dalam kelompoknya, namun saat siswa
menyampaikan/ menjawab hasil diskusinya untuk seluruh kelas masih
ada beberapa siswa yang tidak mendapat giliran menjawab tidak
memperhatikan atau ramai sendiri. Saat mengerjakan tes evaluasi
masih ada beberapa siswa yang mencoba diskusi dengan temannya.
Namun, secara keseluruhan aktivitas siswa pada siklus I pertemuan I
dan II sudah baik. Hal ini bisa dilihat dari hasil observasi aktivitas
siswa siklus I pertemuan I menunjukkan 2,61 (lampiran 10 halaman
169), dan hasil observasi aktivitas siswa siklus I pertemuan II
menunjukkan 2,76 (lampiran 12 halaman 173).
3) Hasil Nilai Penguasaan Konsep Masalah Sosial
Hasil nilai penguasaan konsep masalah sosial yang diperoleh
siswa dari hasil evaluasi individu yang diujikan setiap akhir pertemuan
I dan II. Berdasarkan rekapitulasi nilai hasil individu yang diperoleh
siswa pada pertemuan I dan II (lampiran 19 halaman 186), maka hasil
nilai penguasaan konsep masalah sosial pada pembelajaran IPS siswa
kelas IV SDN 2 Pasekan Eromoko Wonogiri dapat dilihat pada tabel
4.4.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Data Nilai Penguasaan Konsep
Masalah Sosial Siklus I
No IntervalNilai
Frekuensi(fi)
NilaiTengah (xi ) fi.xi Presentase Keterangan
1 55 – 63 2 59 118 11,11 TT2 64 – 72 2 68 136 11,11 TT3 73 – 81 5 77 385 27,78 T4 82 – 90 3 86 258 16,67 T5 91 – 99 6 95 570 33,33 T
18 1467 100Nilai rata-rata kelas = 1467 : 18 = 81,5Nilai Terendah = 55Nilai Tertinggi = 95Siswa Tuntas = 14Siswa Tidak Tuntas = 4Ketuntasan Klasikal = (14: 18) x 100% = 77,78%
Keterangan:T : TuntasTT : Tidak Tuntas
Berdasarkan distribusi frekuensi data nilai penguasaan konsep
masalah sosial pada siklus I yang terlihat pada tabel 4.4, dapat disajikan
dalam gambar 4.3.
Gambar 4.3. Histogram Data Nilai Penguasaan Konsep Masalah Sosial
Siklus I
0
1
2
3
4
5
6
7
Frek
uens
i
60
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Data Nilai Penguasaan Konsep
Masalah Sosial Siklus I
No IntervalNilai
Frekuensi(fi)
NilaiTengah (xi ) fi.xi Presentase Keterangan
1 55 – 63 2 59 118 11,11 TT2 64 – 72 2 68 136 11,11 TT3 73 – 81 5 77 385 27,78 T4 82 – 90 3 86 258 16,67 T5 91 – 99 6 95 570 33,33 T
18 1467 100Nilai rata-rata kelas = 1467 : 18 = 81,5Nilai Terendah = 55Nilai Tertinggi = 95Siswa Tuntas = 14Siswa Tidak Tuntas = 4Ketuntasan Klasikal = (14: 18) x 100% = 77,78%
Keterangan:T : TuntasTT : Tidak Tuntas
Berdasarkan distribusi frekuensi data nilai penguasaan konsep
masalah sosial pada siklus I yang terlihat pada tabel 4.4, dapat disajikan
dalam gambar 4.3.
Gambar 4.3. Histogram Data Nilai Penguasaan Konsep Masalah Sosial
Siklus I
55 - 63 64 - 72 73 - 81 82 - 90
Interval Nilai
60
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Data Nilai Penguasaan Konsep
Masalah Sosial Siklus I
No IntervalNilai
Frekuensi(fi)
NilaiTengah (xi ) fi.xi Presentase Keterangan
1 55 – 63 2 59 118 11,11 TT2 64 – 72 2 68 136 11,11 TT3 73 – 81 5 77 385 27,78 T4 82 – 90 3 86 258 16,67 T5 91 – 99 6 95 570 33,33 T
18 1467 100Nilai rata-rata kelas = 1467 : 18 = 81,5Nilai Terendah = 55Nilai Tertinggi = 95Siswa Tuntas = 14Siswa Tidak Tuntas = 4Ketuntasan Klasikal = (14: 18) x 100% = 77,78%
Keterangan:T : TuntasTT : Tidak Tuntas
Berdasarkan distribusi frekuensi data nilai penguasaan konsep
masalah sosial pada siklus I yang terlihat pada tabel 4.4, dapat disajikan
dalam gambar 4.3.
Gambar 4.3. Histogram Data Nilai Penguasaan Konsep Masalah Sosial
Siklus I
82 - 90 91 - 99
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Berdasarkan tabel 4.4 dan gambar 4.3, nilai penguasaan
konsep masalah sosial siswa kelas IV SDN 2 Pasekan Eromoko
Wonogiri pada siklus I siswa yang memperoleh nilai dalam interval
antara 55 – 63 sebanyak 2 siswa atau 11,11%, siswa yang memperoleh
nilai dalam interval antara 64 – 72 sebanyak 2 siswa atau 11,11%, siswa
yang memperoleh nilai dalam interval antara 73 – 81 sebanyak 5 siswa
atau 27,78 %, siswa yang memperoleh nilai dalam interval antara 82 –
90 sebanyak 3 siswa atau 16,67%, siswa yang memperoleh nilai dalam
interval antara 91 – 99 sebanyak 6 siswa atau 33,33%. Nilai tertinggi
pada siklus I mencapai 95 dan nilai terendah sebesar 55. Rata-rata kelas
pada siklus I mencapai 81,5 dengan presentasi ketuntasan klasikal
sebesar 77,78% atau 14 dari 18 siswa. Data ketuntasan belajar
selengkapnya dijelaskan pada tabel 4.5 berikut ini.
Tabel 4.5. Ketuntasan Belajar Siklus I
No Ketuntasan Jumlah SiswaJumlah Presentase
1 Tuntas 14 77,78%2 Tidak Tuntas 4 22,22%
Jumlah 18 100%
Dari tabel 4.5 di atas, dapat dalam bentuk histogram pada gambar 4.4
berikut ini.
Gambar 4.4. Grafik Ketuntasan Belajar Siklus I
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
60,00%
70,00%
80,00%
90,00%
Pres
enta
se
61
Berdasarkan tabel 4.4 dan gambar 4.3, nilai penguasaan
konsep masalah sosial siswa kelas IV SDN 2 Pasekan Eromoko
Wonogiri pada siklus I siswa yang memperoleh nilai dalam interval
antara 55 – 63 sebanyak 2 siswa atau 11,11%, siswa yang memperoleh
nilai dalam interval antara 64 – 72 sebanyak 2 siswa atau 11,11%, siswa
yang memperoleh nilai dalam interval antara 73 – 81 sebanyak 5 siswa
atau 27,78 %, siswa yang memperoleh nilai dalam interval antara 82 –
90 sebanyak 3 siswa atau 16,67%, siswa yang memperoleh nilai dalam
interval antara 91 – 99 sebanyak 6 siswa atau 33,33%. Nilai tertinggi
pada siklus I mencapai 95 dan nilai terendah sebesar 55. Rata-rata kelas
pada siklus I mencapai 81,5 dengan presentasi ketuntasan klasikal
sebesar 77,78% atau 14 dari 18 siswa. Data ketuntasan belajar
selengkapnya dijelaskan pada tabel 4.5 berikut ini.
Tabel 4.5. Ketuntasan Belajar Siklus I
No Ketuntasan Jumlah SiswaJumlah Presentase
1 Tuntas 14 77,78%2 Tidak Tuntas 4 22,22%
Jumlah 18 100%
Dari tabel 4.5 di atas, dapat dalam bentuk histogram pada gambar 4.4
berikut ini.
Gambar 4.4. Grafik Ketuntasan Belajar Siklus I
77,78%
22,22%
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
60,00%
70,00%
80,00%
90,00%
Tuntas Tidak Tuntas
61
Berdasarkan tabel 4.4 dan gambar 4.3, nilai penguasaan
konsep masalah sosial siswa kelas IV SDN 2 Pasekan Eromoko
Wonogiri pada siklus I siswa yang memperoleh nilai dalam interval
antara 55 – 63 sebanyak 2 siswa atau 11,11%, siswa yang memperoleh
nilai dalam interval antara 64 – 72 sebanyak 2 siswa atau 11,11%, siswa
yang memperoleh nilai dalam interval antara 73 – 81 sebanyak 5 siswa
atau 27,78 %, siswa yang memperoleh nilai dalam interval antara 82 –
90 sebanyak 3 siswa atau 16,67%, siswa yang memperoleh nilai dalam
interval antara 91 – 99 sebanyak 6 siswa atau 33,33%. Nilai tertinggi
pada siklus I mencapai 95 dan nilai terendah sebesar 55. Rata-rata kelas
pada siklus I mencapai 81,5 dengan presentasi ketuntasan klasikal
sebesar 77,78% atau 14 dari 18 siswa. Data ketuntasan belajar
selengkapnya dijelaskan pada tabel 4.5 berikut ini.
Tabel 4.5. Ketuntasan Belajar Siklus I
No Ketuntasan Jumlah SiswaJumlah Presentase
1 Tuntas 14 77,78%2 Tidak Tuntas 4 22,22%
Jumlah 18 100%
Dari tabel 4.5 di atas, dapat dalam bentuk histogram pada gambar 4.4
berikut ini.
Gambar 4.4. Grafik Ketuntasan Belajar Siklus I
22,22%
Tidak Tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Berdasarkan tabel 4.5 dan gambar 4.4 di atas, dapat dilihat
bahwa siswa yang mendapat nilai mencapai KKM (70) sebanyak 14
siswa atau sebesar 77,78%. Dengan demikian, masih ada 4 siswa atau
22.22% yang nilainya belum mencapai KKM (70).
d. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi yang diperoleh dari kolaborasi dengan
guru kelas, data kemudian dianalisis dan direfleksikan. Tahap refleksi
dilakukan dengan cara melihat ketuntasan nilai penguasaan konsep
masalah sosial pada pembelajaran IPS siswa kelas IV secara klasikal pada
pra tindakan dan siklus I. Hasil nilai penguasaan konsep masalah sosial
pada siklus I yang mendapat nilai di bawah KKM (70) sebanyak 4 siswa
atau 22,22%. Siswa yang nilainya di atas atau sama dengan KKM (70)
sebanyak 14 siswa atau 77,78% dengan nilai tertinggi 95. Jadi, dari data
tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai penguasaan konsep masalah sosial
pada siklus I belum mencapai indikator kinerja yakni seharusnya mencapai
85%. Nilai penguasaan konsep siswa pada siklus I kurang maksimal maka
dari itu pembelajaran IPS mengenai masalah sosial dengan menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)
perlu dilanjutkan ke siklus II dengan berpedoman pada hasil refleksi pada
siklus I.
Berdasarkan hasil observasi siklus I masih ada kekurangan yang
perlu diperbaiki baik dari aktivitas siswa maupun kinerja guru. Adapun
aktivitas siswa yang perlu diperbaiki dari pembelajaran siklus I yaitu:
1) Partisipasi siswa dalam kegitan diskusi
2) Keberanian siswa untuk bertanya jika merasa kurang jelas
3) Siswa memperhatikan kelompok yang presentasi
4) Konsentrasi siswa ketika guru menyampaikan materi pelajaran
5) Antusias siswa ketika menjawab pertanyaan dari guru
Sedangkan, kinerja guru/ peneliti yang perlu diperbaiki yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
1) Menguasai kondisi kelas terutama pada saat guru menyampaikan
materi pelajaran
2) Memusatkan perhatian siswa pada saat proses pembelajaran
3) Merefleksi kegiatan diskusi kelompok
4) Memberi PR
5) Penggunaan bahasa yang kurang komunikatif sehingga sulit dipahami
siswa
2. Siklus II
Tindakan siklus II dilaksanakan selama dua pertemuan yaitu tanggal 20 April
dan 21 April 2012. Adapun tahap-tahap yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
Pada siklus II peneliti/ guru memperbaiki kekurangan-kekurangan
pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dan menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan materi yang sama dengan siklus I.
pada siklus II peneliti memantapkan indikator yang belum tercapai dan
belum dikuasai siswa pada siklus I. Berikut perencanaan peneliti yang
dilaksanakan pada siklus II:
1) Menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) IPS konsep
masalah sosial dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together (NHT) untuk siklus II pertemuan I dan II.
2) Mempersiapkan lembar observasi siswa dan guru dalam pembelajaran
IPS konsep masalah sosial sosial dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).
3) Mempersiapkan perlengkapan media yang digunakan dalam
pembelajaran.
b. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan siklus II, peneliti melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan tahap perencanaan dan perbaikan pada siklus I.
pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dilaksanakan sebanyak 2 kali
pertemuan. Adapun pelaksanaan pembelajarannya sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
1) Pertemuan I
Pertemuan I dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 20 April
2012. Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah
disusun (lampiran 5 halaman 125). Pada pertemuan I, pembelajaran
IPS kelas IV mempelajari tentang pengertian, contoh, dan penyebab
masalah sosial. Pelaksanaan tindakan pada pertemuan I dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together (NHT). Adapun langkah-langkah kegiatan pembelajaran
yang dilaksanakan pada siklus II pertemuan I adalah sebagai berikut:
a) Kegiatan Awal
Pada kegiatan awal, guru membuka pelajaran dengan
mengucapkan salam. Selanjutnya, guru mengecek kehadiran siswa
secara klasikal dan mengkondisikan siswa agar suasana
pembelajaran lebih kondusif. Kemudian, guru memberikan
motivasi dan apersepsi kepada siswa agar siswa lebih bersemangat
dan tertarik dalam mengikuti pembelajaran yang akan dilaksanakan
kemudian memberikan orientasi dengan cara menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.
b) Kegiatan Inti
Kegiatan inti terdiri dari tiga tahap, yaitu eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi. Pada tahap eksplorasi, guru bertanya
jawab dengan jawab tentang masalah pribadi yang pernah dihadapi
siswa. Setelah itu, guru bertanya jawab tentang contoh masalah
sosial. Melalui media yang disediakan oleh guru, siswa menjawab
teka teki silang yang sudah tersedia di papan tulis.
Pada tahap elaborasi, guru mulai menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). Langkah-
langkah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together (NHT) pada fase pertama adalah penomoran, guru
membagi siswa menjadi 6 kelompok, di mana setiap kelompok
terdiri dari 3 siswa, dan setiap anggota kelompok diberi nomor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
antara 1 sampai 3. Fase kedua adalah mengajukan pertanyaan, guru
memberikan pertanyaan/ tugas kepada masing-masing kelompok
yang berkaitan dengan materi masalah sosial. Fase ketiga adalah
berfikir bersama, siswa berdiskusi untuk menyatukan pendapatnya
terhadap pertanyaan/ tugas yang disampaikan oleh guru dan tiap
anggota dalam timnya mengetahui jawabannya itu. Fase keempat
yaitu menjawab, guru memanggil salah satu nomor tertentu,
kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya
dan mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
Pada tahap konfirmasi, guru memberi penguatan materi dengan
menanyakan materi yang dipelajari dan memberikan penguatan
kepada kelompok terbaik.
c) Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir dimulai dengan membuat ringkasan dari
materi yang telah dipelajari tentang pengertian, contoh, dan
penyebab masalah sosial. Setelah siswa selesai meringkas,
kemudian siswa mengerjakan soal evaluasi.
2) Pertemuan II
Pertemuan II dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 21 April
2012. Pelaksanaan pembelajaran pertemuan kedua siklus II sesuai
dengan RPP yang telah disusun tahap perencanaan (lampiran 6
halaman 142). Pada pertemuan II, pembelajaran IPS kelas IV
mempelajari tentang dampak masalah sosial dan upaya mengatasi
masalah sosial, serta menentukan sikap jika terjadi masalah sosial di
daerahnya. Adapun langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan pada siklus II pertemuan II adalah sebagai berikut:
a) Kegiatan Awal
Pada kegiatan awal, kegiatan yang dilakukan hampir sama
dengan kegiatan awal pada pertemuan I. Guru membuka pelajaran
dengan mengucapkan salam, karena mata pelajaran IPS
dilaksanakan pada jam ke 4 dan 5, maka guru mengecek kehadiran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
siswa secara klasikal dan mengkondusikan siswa agar suasana
kelas menjadi kondusif. Selanjutnya, guru memberikan motivasi
dan apersepsi kepada siswa agar siswa lebih bersemangat dan
tertarik dalam mengikuti pembelajaran yang akan dilaksanakan
kemudian memberikan orientasi dengan cara menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.
b) Kegiatan Inti
Kegiatan inti terdiri dari tiga tahap, yaitu eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi. Pada tahap eksplorasi, kegiatan diawali
dengan tanya jawab antara guru dan siswa tentang contoh masalah
sosial di daerah serta menyebutkan dampak yang ditimbulkan dari
masalah tersebut. Kemudian, siswa mengamati gambar contoh
masalah sosial, kemudian menyebutkan dampak yang ditimbulkan
dari masalah tersebut.
Pada tahap elaborasi, kegiatan yang dilakukan oleh guru
dan siswa hampir sama dengan kegiatan inti pada pertemuan I.
Guru menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together (NHT). Langkah-langkah model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada fase
pertama adalah penomoran, guru membagi siswa menjadi 6
kelompok, di mana setiap kelompok terdiri dari 6 siswa, dan setiap
anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 3. Fase kedua
adalah mengajukan pertanyaan, guru memberikan pertanyaan/
tugas kepada masing-masing kelompok yang berkaitan dengan
materi masalah sosial. Fase ketiga adalah berfikir bersama, siswa
berdiskusi untuk menyatukan pendapatnya terhadap pertanyaan/
tugas yang disampaikan oleh guru dan tiap anggota dalam timnya
mengetahui jawabannya itu. Fase keempat yaitu menjawab, guru
memanggil salah satu nomor tertentu, kemudian siswa yang
nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba
menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Pada tahap konfirmasi, guru memberi penguatan materi
dengan menanyakan materi yang dipelajari, guru memberi
kesempatan kepada siswa yang belum memahami materi yang
diajarkan dan memberikan penguatan kepada kelompok terbaik.
c) Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir dimulai dengan membuat ringkasan dari
materi yang telah dipelajari tentang pengertian, contoh, dan
penyebab masalah sosial. Setelah siswa selesai meringkas,
kemudian siswa mengerjakan soal evaluasi.
c. Pengamatan atau Observasi
Pengamatan dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung. Pada
tahap observasi, yang bertugas sebagai observer/ pengamat adalah guru
kelas IV. Observer mendampingi peneliti/ guru dalam melaksanakan
pembelajaran IPS dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together (NHT). Aktivitas yang diamati berdasarkan
lembar observasi yang telah dipersiapkan oleh peneliti. Lembar observasi
yang digunakan pada siklus II sama dengan lembar observasi pada siklus I.
Berikut adalah uraian hasil observasi pada siklus II:
1) Aktivitas Guru
Kinerja peneliti yang bertindak sebagai guru dalam
pembelajaran sudah baik. Dalam tahap persiapan, penggunaan media,
dan pada saat pelaksanaan pembelajaran peneliti sudah berusaha
semaksimal mungkin untuk memantau penguasaan konsep siswa dan
mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran. Peneliti sudah
mengulas materi yang disampaikan, tanya jawab secara lisan, dan
penarikan kesimpulan yang melibatkan siswa. Secara keseluruhan
kinerja guru sudah baik. Hal ini ditunjukkan dalam lembar observasi
kinerja guru pada siklus II pertemuan I (lampiran 15 halaman 179), dan
pertemuan II (lampiran 17 halaman 183).
2) Aktivitas Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS dengan menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)
sudah baik. Keantusiasan siswa untuk mengikuti pelajaran sudah sangat
baik. Hal itu ditunjukkan dengan perhatian siswa untuk mendengarkan
penjelasan guru ketika menyampaikan materi pelajaran. Tanggung
jawab siswa terhadap tugas yang diberikan juga sudah baik. Siswa juga
sudah dapat dikondisikan dengan baik. Dalam pembelajaran, memang
siswa tidak bias diam sehingga kelas terkesan bising. Tetapi, mereka
bersuara karena berdiskusi mengerjakan lembar kerja siswa dan berebut
menjawab pertanyaan sehingga keterlibatan dan keaktifan siswa dalam
pembelajaran ini sangat baik. Dalam mengerjakan evaluasi, siswa tidak
ada yang menyontek dan berdiskusi dengan teman. Secara keseluruhan
aktivitas siswa pada siklus II sudah meningkat. Hal ini bisa dilihat dari
hasil observasi aktivitas siswa siklus II pertemuan I menunjukkan 3,07
(lampiran 14 halaman 177), dan hasil observasi aktivitas siswa siklus II
pertemuan II menunjukkan 3,30 (lampiran 16 halaman 181).
3) Hasil Nilai Penguasaan Konsep Masalah Sosial
Hasil nilai penguasaan konsep masalah sosial yang diperoleh
siswa dari hasil evaluasi individu yang diujikan setiap akhir pertemuan
I dan II. Berdasarkan rekapitulasi nilai hasil individu yang diperoleh
siswa pada siklus II pertemuan I dan II (lampiran 20 halaman 188),
maka hasil nilai penguasaan konsep masalah sosial pada pembelajaran
IPS siswa kelas IV SDN 2 Pasekan Eromoko Wonogiri dapat dilihat
pada tabel 4.6.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Data Nilai Penguasaan Konsep Masalah
Sosial Siklus II
No IntervalNilai
Frekuensi(fi)
NilaiTengah (xi ) fi.xi Presentase Keterangan
1 60 – 68 1 64 64 5,55 TT2 69 – 77 3 73 219 16,67 T3 78 – 86 6 82 492 33,33 T4 87 – 95 5 91 455 27,78 T5 96 – 104 3 100 300 16,67 T
18 1530 100Nilai rata-rata kelas = 1530 : 18 = 85Nilai Terendah = 60Nilai Tertinggi = 100Siswa Tuntas = 17Siswa Tidak Tuntas = 1Ketuntasan Klasikal = (17: 18) x 100% = 94,45%
Keterangan:T : TuntasTT : Tidak Tuntas
Berdasarkan distribusi frekuensi data nilai penguasaan konsep
masalah sosial siklus II yang terlihat pada tabel 4.6, dapat disajikan
pada gambar 4.5.
Gambar 4.5. Histogram Data Nilai Penguasaan Konsep Masalah Sosial
Siklus II
0
1
2
3
4
5
6
7
Frek
uens
i
69
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Data Nilai Penguasaan Konsep Masalah
Sosial Siklus II
No IntervalNilai
Frekuensi(fi)
NilaiTengah (xi ) fi.xi Presentase Keterangan
1 60 – 68 1 64 64 5,55 TT2 69 – 77 3 73 219 16,67 T3 78 – 86 6 82 492 33,33 T4 87 – 95 5 91 455 27,78 T5 96 – 104 3 100 300 16,67 T
18 1530 100Nilai rata-rata kelas = 1530 : 18 = 85Nilai Terendah = 60Nilai Tertinggi = 100Siswa Tuntas = 17Siswa Tidak Tuntas = 1Ketuntasan Klasikal = (17: 18) x 100% = 94,45%
Keterangan:T : TuntasTT : Tidak Tuntas
Berdasarkan distribusi frekuensi data nilai penguasaan konsep
masalah sosial siklus II yang terlihat pada tabel 4.6, dapat disajikan
pada gambar 4.5.
Gambar 4.5. Histogram Data Nilai Penguasaan Konsep Masalah Sosial
Siklus II
60 - 68 69 - 77 78 - 86 87 - 95
Interval Nilai
69
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Data Nilai Penguasaan Konsep Masalah
Sosial Siklus II
No IntervalNilai
Frekuensi(fi)
NilaiTengah (xi ) fi.xi Presentase Keterangan
1 60 – 68 1 64 64 5,55 TT2 69 – 77 3 73 219 16,67 T3 78 – 86 6 82 492 33,33 T4 87 – 95 5 91 455 27,78 T5 96 – 104 3 100 300 16,67 T
18 1530 100Nilai rata-rata kelas = 1530 : 18 = 85Nilai Terendah = 60Nilai Tertinggi = 100Siswa Tuntas = 17Siswa Tidak Tuntas = 1Ketuntasan Klasikal = (17: 18) x 100% = 94,45%
Keterangan:T : TuntasTT : Tidak Tuntas
Berdasarkan distribusi frekuensi data nilai penguasaan konsep
masalah sosial siklus II yang terlihat pada tabel 4.6, dapat disajikan
pada gambar 4.5.
Gambar 4.5. Histogram Data Nilai Penguasaan Konsep Masalah Sosial
Siklus II
87 - 95 96 - 104
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Berdasarkan tabel 4.6 dan gambar 4.5, nilai penguasaan
konsep masalah sosial siswa kelas IV SDN 2 Pasekan Eromoko
Wonogiri pada siklus II siswa yang memperoleh nilai dalam interval
antara 60 – 68 sebanyak 1 siswa atau 5,55%, siswa yang memperoleh
nilai dalam interval antara 69 – 77 sebanyak 3 siswa atau 16,67%, siswa
yang memperoleh nilai dalam interval antara 78 – 86 sebanyak 6 siswa
atau 33,33 %, siswa yang memperoleh nilai dalam interval antara 87 –
95 sebanyak 5 siswa atau 27,78%, siswa yang memperoleh nilai dalam
interval antara 96 – 104 sebanyak 3 siswa atau 16,67%. Nilai tertinggi
pada siklus I mencapai 100 dan nilai terendah sebesar 60. Rata-rata
kelas pada siklus II mencapai 85 dengan presentasi ketuntasan klasikal
sebesar 94,45% atau 17 dari 18 siswa. Data ketuntasan belajar
selengkapnya dijelaskan pada tabel 4.7 berikut ini.
Tabel 4.7. Ketuntasan Belajar Siklus II
No Ketuntasan Jumlah SiswaJumlah Presentase
1 Tuntas 17 94,45%2 Tidak Tuntas 1 5,54%
Jumlah 18 100%Keterangan:T : TuntasTT : Tidak Tuntas
Dari tabel 4.7 di atas, dapat dalam bentuk histogram pada
gambar 4.6 berikut ini.
Gambar 4.6. Grafik Ketuntasan Belajar Siklus II
0,00%
20,00%
40,00%
60,00%
80,00%
100,00%
70
Berdasarkan tabel 4.6 dan gambar 4.5, nilai penguasaan
konsep masalah sosial siswa kelas IV SDN 2 Pasekan Eromoko
Wonogiri pada siklus II siswa yang memperoleh nilai dalam interval
antara 60 – 68 sebanyak 1 siswa atau 5,55%, siswa yang memperoleh
nilai dalam interval antara 69 – 77 sebanyak 3 siswa atau 16,67%, siswa
yang memperoleh nilai dalam interval antara 78 – 86 sebanyak 6 siswa
atau 33,33 %, siswa yang memperoleh nilai dalam interval antara 87 –
95 sebanyak 5 siswa atau 27,78%, siswa yang memperoleh nilai dalam
interval antara 96 – 104 sebanyak 3 siswa atau 16,67%. Nilai tertinggi
pada siklus I mencapai 100 dan nilai terendah sebesar 60. Rata-rata
kelas pada siklus II mencapai 85 dengan presentasi ketuntasan klasikal
sebesar 94,45% atau 17 dari 18 siswa. Data ketuntasan belajar
selengkapnya dijelaskan pada tabel 4.7 berikut ini.
Tabel 4.7. Ketuntasan Belajar Siklus II
No Ketuntasan Jumlah SiswaJumlah Presentase
1 Tuntas 17 94,45%2 Tidak Tuntas 1 5,54%
Jumlah 18 100%Keterangan:T : TuntasTT : Tidak Tuntas
Dari tabel 4.7 di atas, dapat dalam bentuk histogram pada
gambar 4.6 berikut ini.
Gambar 4.6. Grafik Ketuntasan Belajar Siklus II
94,45%
5,55%
0,00%
20,00%
40,00%
60,00%
80,00%
100,00%
Tuntas Tidak Tuntas
70
Berdasarkan tabel 4.6 dan gambar 4.5, nilai penguasaan
konsep masalah sosial siswa kelas IV SDN 2 Pasekan Eromoko
Wonogiri pada siklus II siswa yang memperoleh nilai dalam interval
antara 60 – 68 sebanyak 1 siswa atau 5,55%, siswa yang memperoleh
nilai dalam interval antara 69 – 77 sebanyak 3 siswa atau 16,67%, siswa
yang memperoleh nilai dalam interval antara 78 – 86 sebanyak 6 siswa
atau 33,33 %, siswa yang memperoleh nilai dalam interval antara 87 –
95 sebanyak 5 siswa atau 27,78%, siswa yang memperoleh nilai dalam
interval antara 96 – 104 sebanyak 3 siswa atau 16,67%. Nilai tertinggi
pada siklus I mencapai 100 dan nilai terendah sebesar 60. Rata-rata
kelas pada siklus II mencapai 85 dengan presentasi ketuntasan klasikal
sebesar 94,45% atau 17 dari 18 siswa. Data ketuntasan belajar
selengkapnya dijelaskan pada tabel 4.7 berikut ini.
Tabel 4.7. Ketuntasan Belajar Siklus II
No Ketuntasan Jumlah SiswaJumlah Presentase
1 Tuntas 17 94,45%2 Tidak Tuntas 1 5,54%
Jumlah 18 100%Keterangan:T : TuntasTT : Tidak Tuntas
Dari tabel 4.7 di atas, dapat dalam bentuk histogram pada
gambar 4.6 berikut ini.
Gambar 4.6. Grafik Ketuntasan Belajar Siklus II
5,55%
Tidak Tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Berdasarkan tabel 4.7 dan gambar 4.6 di atas, dapat dilihat
bahwa siswa yang mendapat nilai mencapai KKM (70) sebanyak 17
siswa atau sebesar 94,45%. Dengan demikian, masih ada 1 siswa atau
5,55% yang nilainya belum mencapai KKM (70).
d. Refleksi
Berdasarkan data yang diperoleh pada saat observasi, data
kemudian dianalisis dan direfleksikan. Analisis hasil tindakan siklus II
direfleksi sesuai dengan proses pembelajaran. Tahap refleksi dilakukan
dengan cara membandingkan nilai penguasaan konsep masalah sosial pada
saat pratindakan dengan nilai penguasaan konsep masalah sosial pada
siklus II. Kemudian, hasil yang dicapai pada siklus II dibandingkan dengan
indikator yang telah ditetapkan. Indikator kinerja pada siklus II dikatakan
berhasil jika minimal 85% dari jumlah siswa mendapatkan nilai di atas
KKM (70).
Berdasarkan hasil penelitian pada siklus II, presentase ketuntasan
klasikal pada siklus II mencapai 94,45% atau 17 siswa mendapat nilai ≥70,
sehingga indikator yang ditetapkan pada siklus II sudah tercapai. Dengan
ketercapaian indikator yang telah ditetapkan dan peningkatan aktivitas serta
kinerja guru, maka penelitian tindakan kelas ini telah berhasil dan tidak
dilanjutkan ke siklus berikutnya. Dari hasil observasi dan evaluasi
penguasaan konsep masalah pada pembelajaran IPS, maka dapat
disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan penguasaan konsep
masalah sosial pada pembelajaran IPS siswa kelas IV SDN 2 Pasekan
Eromoko Wonogiri tahun pelajaran 2011/2012.
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus
Berdasarkan hasil observasi dan analisis hasil tindakan siklus I dan II,
dapat diketahui adanya peningkatan penguasaan konsep masalah sosial pada
pembelajaran IPS siswa kelas IV SDN 2 Pasekan Eromoko Wonogiri melalui
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Selain itu, ketuntasan nilai secara klasikal dan nilai rata-rata siswa kelas IV SDN
2 Pasekan Eromoko Wonogiri juga mengalami peningkatan. Peningkatan dapat
dilihat pada data perkembangan nilai penguasaan konsep masalah sosial pada
pembelajaran IPS, nilai rata-rata dan ketuntasan klasikal yang dapat dilihat pada
tabel 4.8.
Tabel 4.8. Perbandingan Nilai Penguasaan Konsep Masalah Sosial Pra tindakan,Siklus I dan Siklus II
No Keterangan Pra tindakan Siklus I Siklus II1 Nilai Rata-rata 64,83 81,50 852 Ketuntasan Klasikal 33,30 77,78 94,45
Untuk memperjelas perbandingan nilai penguasaan konsep masalah
sosial dan ketuntasan klasikal pada saat pratindakan, siklus I, dan siklus II pada
tabel 4.8 dapat disajikan dalam gambar 4.7.
Gambar 4.7. Histogram Perbandingan Nilai Penguasaan Konsep Masalah Sosial
Pra Tindakan, Siklus I, dan Siklus II
64,83
33,30
81,50 77,7885
94,45
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Nilai Rata-rata Ketuntasan Klasikal (%)
Pratindakan Siklus I Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Berdasarkan tabel 4.8 dan gambar 4.7 bahwa nilai rata-rata penguasaan
konsep masalah sosial dan presentase ketuntasan klasikal mulai dari pra tindakan,
siklus I, dan siklus II mengalami peningkatan. Pada saat pra tindakan nilai rata-
rata penguasaan konsep masalah sosial sebesar 64,83 meningkat menjadi 81,50
dan pada siklus II meningkat menjadi 85. Sedangkan presentase ketuntasan
klasikal pada saat pra tindakan hanya 33,30% atau 6 siswa, pada siklus I
meningkat menjadi 77,78% atau 14 siswa, dan pada siklus II meningkat menjadi
94,45% atau 17 siswa.
D. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang dijelaskan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together (NHT) dapat meningkatkan penguasaan konsep masalah sosial
pada pembelajaran IPS siswa kelas IV SDN 2 Pasekan Eromoko Wonogiri tahun
pelajaran 2011/2012. Dalam penelitian ini, nilai penguasaan konsep masalah
sosial pada pembelajaran IPS kelas IV telah mengalami peningkatan. Hal tersebut
dibuktikan dari adanya perkembangan nilai rata-rata dan ketuntasan klasikal siswa
yang dicapai pada saat pratindakan, siklus I, dan siklus II.
Pada saat pra tindakan, penguasaan siswa mencapai nilai rata-rata sebesar
64,83 meningkat menjadi 81,50 dan pada siklus II meningkat menjadi 85.
Ketuntasan belajar siswa juga mengalami peningkatan, dari 6 siswa atau 33,30%
yang mencapai KKM (70) pada saat pratindakan, meningkat menjadi 14 siswa
atau 77,78% pada siklus I, dan pada siklus II meningkat menjadi 17 siswa atau
94,45%.
Pada saat pra tindakan dapat dilihat bahwa nilai terendah adalah 43, nilai
tertinggi mencapai 86, nilai rata-rata kelasnya hanya mencapai 64,83 dan untuk
ketuntasan klasikalnya sebesar 33,30% atau sebanyak 6 siswa mencapai nilai
KKM. Dapat dikatakan, masih ada 66,70% atau sejumlah 12 siswa yang tidak
tuntas untuk penguasaan konsep masalah sosial pada pembelajaran IPS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Pada siklus I sudah mulai ada peningkatan. Nilai terendah pada siklus I
sebesar 55, nilai tertinggi naik menjadi 95, nilai rata-rata kelasnya naik menjadi
81,5 dan ketuntasan klasikalnya mencapai 77,78% atau 14 siswa sudah mencapai
KKM. Dapat dikatakan, masih 22,22% atau 4 siswa yang tidak tuntas untuk
penguasaan konsep masalah sosial pada pembelajaran IPS. Ketuntasan klasikal
yang dicapai pada siklus I belum mencapai indikator kinerja yang telah
ditetapkan. Oleh karena itu, peneliti melanjutkan ke siklus II untuk
memaksimalkan nilai penguasaan konsep masalah sosial beberapa siswa yang
masih kurang maksimal karena masih ada 4 siswa tersebut masih mendapat nilai
yang belum mencapai KKM. Hal ini dikarenakan siswa belum terbiasa dengan
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT), model
tersebut tersebut dianggap baru dalam pembelajaran IPS. Selain itu, dalam
kegiatan diskusi hanya dibentuk menjadi 3 kelompok dan setiap kelompok terdiri
dari 6 siswa. Terlalu banyaknya anggota kelompok dalam diskusi, ini juga
mempengaruhi keefektifan siswa dalam mengerjakan soal diskusi konsep masalah
sosial. Karena jumlah anggotanya terlalu banyak, siswa yang mengerjakan soal
diskusi hanya siswa tertentu saja, dan siswa yang lainnya hanya ramai sendiri dan
mengganggu temannya. Namun, waktu yang digunakan dalam kegiatan diskusi
lebih singkat. Peneliti juga memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terdapat
pada siklus I dan memperbaikinya pada siklus II.
Pada siklus II mengalami peningkatan yang lebih baik lagi. Nilai
terendah naik menjadi 60, nilai tertinggi naik menjadi 100, nilai rata-rata kelas
mencapai 85 dan ketuntasan klasikalnya mencapai 94,45% atau 17 siswa dari 18
siswa sudah mencapai batas ketuntasan. Dengan demikian, masih terdapat 5,55%
atau 1 siswa yang tidak tuntas atau mencapai nilai KKM. Dari kondisi awal
sebelum penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together (NHT), siswa tersebut juga tidak mencapai batas KKM (70). Hal
tersebut disebabkan karena kondisi siswa yang lemah dalam menerima pelajaran
dan pernah tinggal kelas. Oleh karena itu, peneliti mengadakan pendekatan
individu kepada siswa yang tidak tuntas dan membahasnya dengan guru kelas IV.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Pada siklus II kegiatan diskusi dibentuk menjadi 6 kelompok dan setiap kelompok
hanya terdiri dari 3 siswa. Lebih sedikitnya jumlah siswa dalam setiap kelompok
ini sangat pempengarungi keefektifan siswa dalam mengerjakan soal diskusi
konsep masalah sosial. Karena jumlah anggotanya lebih sedikit, maka tidak ada
kesempatan siswa untuk ramai sendiri dan mengganggu siswa yang lain. Namun,
waktu yang digunakan dalam diskusi lebih memakan waktu yang lama karena
jumlah anggotanya lebih sedikit. Dari data yang diperoleh dari pra tindakan, siklus
I, dan siklus II nilai penguasaan konsep masalah sosial mengalami peningkatan
secara klasikal. Sehingga, ketuntasan klasikal yang dicapai pada siklus II telah
mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan.
Peningkatan tersebut terjadi karena penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat menarik perhatian siswa
dan meningkatkan partisipasi siswa dalam belajar sehingga mempermudah siswa
dalam menguasai materi yang telah diajarkan. Partisipasi aktif siswa dalam
berusaha mencari jawaban sendiri dengan anggota kelompoknya dan lebih
menyenangkan lagi setiap anggota kelompok saling berkompetisi dengan
kelompok lainnya sehingga siswa termotivasi untuk menjawab pertanyaan dengan
baik dan akan lebih mudah menguasai materi yang disampaikan guru. Hal tersebut
membuktikan bahwa penelitian tindakan kelas ini telah berhasil dan diakhiri pada
siklus II.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan selama
dua siklus dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together (NHT) dalam pembelajaran IPS konsep masalah sosial pada
siswa kelas IV SDN 2 Pasekan Eromoko Wonogiri, dapat disimpulkan bahwa
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)
dapat meningkatkan penguasaan konsep masalah sosial pada pembelajaran IPS
siswa kelas IV SDN 2 Pasekan Eromoko Wonogiri tahun pelajaran 2011/2012.
Peningkatan tersebut dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai penguasaan
konsep masalah sosial pada setiap siklusnya, yaitu pada saat pra tindakan nilai
rata-rata penguasaan konsep masalah sosial hanya 64,83 dengan ketuntasan
klasikal sebesar 33,30% atau 6 siswa, siklus I nilai rata-rata penguasaan konsep
masalah sosial sebesar 81,50 dengan ketuntasan klasikal sebesar 77,78% atau 14
siswa, dan siklus II nilai rata-rata penguasaan konsep masalah sosial sebesar 85
dengan ketuntasan klasikal sebesar 94,45% atau 17 siswa. Dengan demikian,
secara klasikal pembelajaran yang dilaksanakan telah mencapai ketuntasan belajar
yang ditargetkan. Sehingga hipotesis yang berbunyi penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat
meningkatkan penguasaan konsep masalah sosial pada pembelajaran IPS siswa
kelas IV SDN 2 Pasekan Eromoko Wonogiri tahun pelajaran 2011/2012 terbukti
kebenarannya.
B. Implikasi
Berdasarkan kajian teori, hasil penelitian, dan simpulan terbukti bahwa
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)
dapat meningkatkan penguasaan konsep masalah sosial pada pembelajaran IPS
siswa kelas IV SDN 2 Pasekan Eromoko Wonogiri tahun pelajaran 2011/2012.
Dengan demikian, implikasi penelitian tindakan kelas ini adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
1. Implikasi Teoritis
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan
penguasaan konsep masalah sosial pada pembelajaran IPS siswa kelas IV SDN
2 Pasekan Eromoko Wonogiri tahun pelajaran 2011/2011. Hal ini
menunjukkan bahwa secara teoritis hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
salah satu acuan untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together (NHT) dalam pembelajaran IPS pada materi yang
sesuai untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa. Hasil penelitian ini juga
dapat memperluas wawasan dan pengetahuan bagi pembaca mengenai
pentingnya model pembelajaran yang bervariasi untuk meningkatkan
penguasaan konsep siswa dalam pembelajaran IPS.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini secara praktis dapat diterapkan pada pembelajaran
IPS di SDN 2 Pasekan, yaitu dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) untuk meningkatkan
penguasaan konsep siswa dalam pembelajaran.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka ada beberapa saran yang dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan masukan dan penutup skripsi yaitu:
1. Bagi Sekolah
a. Hendaknya sekolah mengupayakan pelatihan-pelatihan bagi guru dalam
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together (NHT) guna untuk meningkatkan kualitas kinerja guru.
b. Hendaknya sekolah mendorong para guru untuk menerapkan model
pembelajaran tipe Numbered Heads Together (NHT) yang membuat aktif
siswa sehingga siswa dapat menguasai konsep suatu pelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
2. Bagi Guru
a. Guru mengupayakan untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Heads Together (NHT) sebagai tindak lanjut dari penelitian
yang telah dilaksanakan pada pembelajaran IPS materi masalah sosial.
b. Guru hendaknya menciptakan pembelajaran IPS yang kreatif dan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam
pembelajaran sehingga lebih menarik dan menyenangkan akan
memudahkan siswa untuk menguasai suatu konsep.
3. Bagi Siswa
a. Siswa hendaknya lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran IPS
sehingga dapat memperoleh penguasaan konsep yang optimal.
b. Siswa hendaknya meningkatkan keberaniannya untuk menjawab
pertanyaan dari guru secara lisan maupun dalam mengemukakan
pendapatnya.
4. Bagi Peneliti Lain
Peneliti yang hendak mengkaji permasalahan yang sama hendaknya
lebih cermat dalam pengkajian teori yang berkaitan dengan pembelajaran
dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together (NHT) guna melengkapi kekurangan yang ada serta sebagai salah
satu upaya untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa yang belum tercakup
dalam penelitian ini agar diperoleh hasil yang lebih baik lagi.