Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

12

Click here to load reader

Transcript of Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Page 1: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Teknik Jigsaw

Oleh : Novi Emildadiany*))Bab I Pendahuluan

Bab II Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw

A. Pembelajaran Kooperatif 

B. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

C. Model Pembelajaran Kooperatif  Teknik Jigsaw

Bab III Penutup

=======

Bab I Pendahuluan

Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan

bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai

pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar

atau proses pembelajaran. Dalam konteks penyelenggaraan ini, guru dengan sadar merencanakan

kegiatan pengajarannya secara sistematis dan berpedoman pada seperangkatn aturan dan rencana

tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum.

Kurikulum secara berkelanjutan disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan

berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional, tampaknya belum dapat direalisasikan

secara maksimal. Salah satu masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan di Indonesia adalah

lemahnya proses pembelajaran.

Berdasarkan pengamatan riil di lapangan, proses pembelajaran di sekolah dewasa ini kurang

meningkatkan kreativitas siswa, terutama dalam pembelajaran ekonomi. Masih banyak tenaga

pendidik yang menggunakan metode konvensional secara monoton dalam kegiatan pembelajaran di

kelas, sehingga suasana belajar terkesan kaku dan didominasi oleh sang guru.

Page 2: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak tenaga pendidik saat ini cenderung pada

pencapaian target materi kurikulum, lebih mementingkan pada penghafalan konsep bukan pada

pemahaman. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang selalu didominasi

oleh guru. Dalam penyampaian materi, biasanya guru menggunakan metode ceramah, dimana

siswa hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang disampaikannya dan sedikit peluang

bagi siswa untuk bertanya. Dengan demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif

sehingga siswa menjadi pasif.

Upaya peningkatan prestasi belajar siswa tidak terlepas dari berbagai faktor yang

mempengaruhinya. Dalam hal ini, diperlukan guru kreatif yang dapat membuat pembelajaran

menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta didik. Suasana kelas perlu direncanakan dan

dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat

memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat

diperoleh prestasi belajar yang optimal.

Proses pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut adanya

partisipasi aktif dari seluruh siswa. Jadi, kegiatan belajar berpusat pada siswa, guru sebagai

motivator dan fasilitator di dalamnya agar suasana kelas lebih hidup.

Pembelajaran kooperatif terutama teknik Jigsaw dianggap cocok diterapkan dalam pendidikan di

Indonesia karena sesuai dengan budaya bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi nilai gotong

royong.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk menyusun makalah dengan judul “Penerapan

Model Pembelajaran Kooperatif  (Cooperative Learning) Teknik Jigsaw”.

=======

Bab II Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif  (Cooperative Learning) 

Teknik Jigsaw

A.  Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa

pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu

lingkungan belajar. Dalam pembelajaran, guru harus memahami hakikat materi pelajaran yang

diajarkannya dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan

siswa untuk belajar dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh guru.

Page 3: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung

pembelajaran kontekstual. Sistem pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/

belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok

(Johnson & Johnson, 1993), yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi

personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok.

Falsafah yang mendasari pembelajaran kooperatif (pembelajaran gotong royong) dalam pendidikan

adalah “homo homini socius” yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial.

Pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau

perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang

teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih.

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham

konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai

anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas

kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu

untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai

jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

Menurut Anita Lie dalam bukunya “Cooperative Learning”, bahwa model pembelajaran kooperatif

tidak sama dengan sekedar belajar kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakannya

dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Roger dan David Johnson mengatakan

bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif, untuk itu harus

diterapkan lima unsur model pembelajaran gotong royong yaitu :

1.Saling ketergantungan positif.

Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan

kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap

anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain dapat mencapai tujuan

mereka.

2.Tanggung jawab perseorangan.

Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran kooperatif, setiap siswa

akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Pengajar yang efektif dalam

model pembelajaran kooperatif membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga

Page 4: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas

selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.

3.Tatap muka.

Dalam pembelajaran kooperatif setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka

dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi

yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan,

memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan.

4. Komunikasi antar anggota.

Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi,

karena keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling

mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Keterampilan

berkomunikasi dalam kelompok juga merupakan proses panjang. Namun, proses ini merupakan

proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan

pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.

5. Evaluasi proses kelompok.

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja

kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

Urutan langkah-langkah perilaku guru menurut model pembelajaran kooperatif yang diuraikan oleh

Arends (1997) adalah sebagaimana terlihat pada table berikut ini

Page 5: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Tabel Sintaks Pembelajaran Kooperatif

=======

B. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok konvensional yang menerapkan sistem

kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan

tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu

ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya (Slavin, 1994).

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan

pembelajaran penting yang dirangkum oleh Ibrahim, et al. (2000), yaitu:

1. Hasil belajar akademik

Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi

siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini

unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah

menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa

pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Di samping

mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi

keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama

menyelesaikan tugas-tugas akademik.

Page 6: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

2. Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang

berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya.

Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk

bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan

kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.

3. Pengembangan keterampilan sosial

Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah, mengajarkan kepada siswa keterampilan

bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab

saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.

=======

C. Model Pembelajaran Kooperatif  (Cooperative Learning) Teknik Jigsaw

Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di

Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John

Hopkins (Arends, 2001).

Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson et. al. sebagai metode

pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning). Teknik ini dapat digunakan dalam

pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara.

Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan

membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain

itu, siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai

banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

Pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw adalah suatu teknik pembelajaran kooperatif yang

terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan

bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam

kelompoknya (Arends, 1997).

Model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw merupakan model pembelajaran

kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang secara heterogen

dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan

Page 7: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota

kelompok yang lain (Arends, 1997).

Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri

dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi

mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya

yang lain. Dengan demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja

sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan” (Lie, A., 1994).

Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli)

saling membantu satu sama lain tentang topic pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka.

Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim / kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota

kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.

Pada model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli.

Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal,

dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa

ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda

yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas

yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.

Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan sebagai berikut (Arends, 1997) :

Kelompok Asal

Kelompok Ahli

Gambar. Ilustrasi Kelompok Jigsaw

Page 8: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Langkah-langkah dalam penerapan teknik Jigsaw adalah sebagai berikut :

Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok

terdiri dari 4 – 6 siswa dengan kemampuan yang berbeda. Kelompok ini disebut

kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah

bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai. Dalam teknik Jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas

mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan

materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut

kelompok ahli (Counterpart Group/CG). Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan

bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana

menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal. Kelompok asal ini

oleh Aronson disebut kelompok Jigsaw (gigi gergaji). Misal suatu kelas dengan

jumlah 40 siswa dan materi pembelajaran yang akan dicapai sesuai dengan tujuan

pembelajarannya terdiri dari 5 bagian materi pembelajaran, maka dari 40 siswa

akan terdapat 5 kelompok ahli yang beranggotakan 8 siswa dan 8 kelompok asal

yang terdiri dari 5 siswa. Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompok

asal memberikan informasi yang telah diperoleh atau dipelajari dalam kelompok

ahli. Guru memfasilitasi diskusi kelompok baik yang ada pada kelompok ahli maupun

kelompok asal.

Gambar Contoh Pembentukan Kelompok Jigsaw

Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya

dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah

satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar

guru dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah

didiskusikan.

Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual.

Page 9: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan

berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke

skor kuis berikutnya.

Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian materi

pembelajaran.

Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan Jigsaw untuk belajar materi baru maka

perlu dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtut serta cukup sehingga

tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidaklah selalu berjalan dengan mulus meskipun

rencana telah dirancang sedemikian rupa. Hal-hal yang dapat menghambat proses pembelajaran

terutama dalam penerapan model pembelajaran kooperatif diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Kurangnya pemahaman guru mengenai penerapan pembelajaran kooperatif.

2. Jumlah siswa yang terlalu banyak yang mengakibatkan perhatian guru terhadap

proses pembelajaran relatif kecil sehingga yang hanya segelintir orang yang

menguasai arena kelas, yang lain hanya sebagai penonton.

3. Kurangnya sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik pembelajaran kooperatif.

4. Kurangnya buku sumber sebagai media pembelajaran.

5. Terbatasnya pengetahuan siswa akan sistem teknologi dan informasi yang dapat

mendukung proses pembelajaran.

Agar pelaksanaan pembelajaran kooperatif dapat berjalan dengan baik, maka upaya yang harus

dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Guru senantiasa mempelajari teknik-teknik penerapan model pembelajaran

kooperatif di kelas dan menyesuaikan dengan materi yang akan diajarkan.

2. Pembagian jumlah siswa yang merata, dalam artian tiap kelas merupakan kelas

heterogen.

3. Diadakan sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik pembelajaran kooperatif.

4. Meningkatkan sarana pendukung pembelajaran terutama buku sumber.

5. Mensosialisasikan kepada siswa akan pentingnya sistem teknologi dan informasi

yang dapat mendukung proses pembelajaran.

=======

Bab III Penutup

A.Kesimpulan

Page 10: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran di sekolah yang melibatkan siswa dengan guru akan melahirkan nilai yang akan

terbawa dan tercermin terus dalam kehidupan di masyarakat. Pembelajaran yang melibatkan siswa

secara aktif dalam kelompok secara bergotong royong (kooperatif) akan menimbulkan suasana

belajar partisipatif dan menjadi lebih hidup. Teknik pembelajaran kooperatif dapat mendorong

timbulnya gagasan yang lebih bermutu dan dapat meningkatkan kreativitas siswa.

Jigsaw merupakan bagian dari teknik-teknik pembelajaran kooperatif. Jika pelaksanaan

prosedur pembelajaran kooperatif ini benar, akan memungkinkan untuk dapat mengaktifkan siswa

sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Sampai saat ini pembelajaran kooperatif terutama teknik Jigsaw belum banyak diterapkan dalam

pendidikan walaupun orang Indonesia sangat membanggakan sifat gotong royong dalam kehidupan

bermasyarakat.

B.Saran

Sudah saatnya para pengajar mengevaluasi cara mengajarnya dan menyadari dampaknya terhadap

anak didik. Untuk menghasilkan manusia yang bisa berdamai dan bekerja sama dengan sesamanya

dalam pembelajaran di sekolah, model pembelajaran kooperatif perlu lebih sering digunakan karena

suasana positif yang timbul akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencintai pelajaran

dan sekolah/guru. Selain itu, siswa akan merasa lebih terdorong untuk belajar dan berpikir.

DAFTAR PUSTAKA

Anita Lie. 2007. Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo.

Bambang Sudibyo. 2008. Materi Road Show Dewan Pendidikan Bersama Tim Wajar Dikdas

Kabupaten Kuningan. Kuningan : Dewan Pendidikan Kabupaten Kuningan.

Daeng Sudirwo. 2002. Kurikulum dan Pembelajaran Dalam Rangka Otonomi Daerah.

Bandung : Andira.

Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Pedoman Pembelajaran Ekonomi Secara

Kontekstual Untuk Guru SMP. Jawa Barat : Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Pedoman Pembelajaran Geografi Secara

Kontekstual Untuk Guru SMP. Jawa Barat : Depdiknas.

Dinas Pendidikan Kota Bandung. 2004. Model – model Pembelajaran. Bandung : SMP Kartika

XI.

Lynne Hill. 2008. Pembelajaran Yang Baik. Bulettin PGRI Kuningan (Edisi ke-23 / Juni 2008).

Muhibbin Syah. 1995. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung : Rosda.

yaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Syaiful Sagala. 2006. Konsep Dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.

Page 11: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

*)) Novi Emildadiany adalah mahasiswa tingkat IV pada Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP-

Universitas Kuningan.

Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah seminar Ilmu Manajemen,

yang disampaikan oleh Bapak Dr. Uhar Suharsaputra, M.Pd. dan Bapak Akhmad Sudrajat, M.Pd.

=