PENDAHULUAN Latar Belakang - Universitas … · laboratorium klinik atau patologi klinik yang...
Transcript of PENDAHULUAN Latar Belakang - Universitas … · laboratorium klinik atau patologi klinik yang...
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era globalisasi dengan semakin tingginya tingkat pendidikan,
kesejahteraan masyarakat, dan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan menuntut penyedia jasa layanan kesehatan seperti
laboratorium untuk memberikan pelayanan yang baik. Karena keberadaan
penyediaan pelayanan yang memadai baik di bidang diagnostik maupun
pengobatan akan semakin dibutuhkan, dilain pihak seiring dengan kemajuan
teknologi, perkembangan teknologi di bidang laboratorium juga sudah
berkembang pesat dimana telah menghasilkan berbagai cara-cara diagnostik
baru yang dapat memberikan informasi mengenai prevalensi penyakit,
efektivitas, efisiensi, dan lain-lain.
Sekarang ini laboratorium merupakan salah satu lingkungan yang
paling dinamis dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan. Tenaga medis
berupaya memperluas jangkauan pelayanan karena persaingan pada era
globalisasi seperti sekarang ini terutama disektor swasta sudah semakin tajam
dan ketat. Persaingan tersebut terjadi bukan hanya antar rumah sakit di dalam
negeri saja atau antar rumah sakit swasta saja, namun telah menembus batas
antar negara, dan mencakup baik rumah sakit swasta maupun pemerintah.
Rumah sakit asing dapat dibangun di dalam negeri begitupula sebaliknya.
Pasien dalam negeri dapat dengan bebas ke luar negeri untuk memperoleh
perawatan yang lebih baik atau yang tidak tersedia di negerinya.
Dalam menghadapi persaingan tersebut, laboratorium secara terus
menerus harus mengevaluasi dan memadukan teknologi yang berubah sangat
cepat ke dalam kegiatan pelayanannya. Untuk itu perlu dikembangkan sistem
informasi laboratorium untuk mendukung evaluasi pelayanan laboratorium.
Sistem otomatisasi laboratorium ditujukan untuk menyajikan data
dengan serapi mungkin agar mudah dalam pembacaan, tepat waktu dan bebas
dari kesalahan. Keuntungan yang didapat dalam otomatisasi sistem
2
laboratorium berupa berkurangnya kesalahan dalam pelaporan, pengarsipan,
biaya kertas, mudah pembacaan, mempermudah input data pasien dan jumlah
pemeriksaan yang diminta, proses biaya, jumlah pendapatan, reagen,
rekapitulasi hasil, dan lain-lain. (Yuni Mahwati, 2009)
Di negara-negara maju otomatisasi memainkan peran yang semakin
penting perekonomian dunia dan pengalaman sehari-hari. Otomatisasi adalah
penggunaan mesin, sistem terkontrol dan teknologi informasi untuk
mengoptimalkam produktivitas dan pemberian pelayanan. Karena keberadaan
otomatisasi memunculkan tuntutan reformasi total dalam penataan sistem
pelayanan kesehatan yang menuntut adanya langkah nyata untuk
akuntabilitas, transparansi, efektivitas dan efisiensi.
Laboratoriumdi luar negeri dikenal dengan nama Medicine
Laboratory, Clinical Laboratory, Pathology and Laboratory Medicine, atau
Clinical Pathology. Di Indonesia secara umum dikenal dengan sebutan
laboratorium klinik atau patologi klinik yang dipakai di beberapa rumah sakit
besar pusat pendidikan. Umumnya untuk rumah sakit seperti ini keberadaan
otomatisasi akan sangat menunjang pelayanan kesehatan seperti dalam
pengambilan spesimen, transport spesimen, analisa sampel sampai pada
pemberian hasil.
Seiring dengan keberadaan otomatisasi, hal ini berarti pemeriksaan
laboratorium tidak hanya terbatas oleh suatu teknik pemeriksaan, tetapi kini
beragam metode pemeriksaan dapat dilakukan yang makin lama makin
bervariasi dan semakin praktis, peralatanpun berkembang dari yang sederhana
sampai yang canggih dan mahalpun meningkat, serta reagensia yang beraneka
ragam. Oleh karena itu, setiap laboratorium hendaknya mampu
mengembangkan sistem pelayanan kesehatan yang sesuai dengan tuntutan
perkembangan teknologi, mempunyai peralatan yang cukup baik dan
representatif, waktu tunggu pelayanan dan waktu pemeriksaan yang cepat
sehingga hasil analisa yang dikeluarkan cepat dan dapat dipertanggung
jawabkan.
3
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
411/MENKES/PER/III/2010 tentang laboratorium klinik pada pasal 1 dan
pasal 2 menjelaskan bahwalaboratorium klinik adalah laboratorium kesehatan
yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan spesimen klinik di bidang
hematologi, kimia klinik, mikrobiologi klinik, parasitologi klinik, imunologi
klinik, patologi anatomi, dan/atau bidang lain yang berkaitan dengan
kepentingan kesehatan untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan
perorangan terutama untuk menunjang upaya diagnosis penyakit,
penyembuhan penyakit, dan pemulihan kesehatan.
Pemeriksaan kimia klinik adalah suatu pemeriksaan cairan tubuh
melalui reaksi kimia atau pemeriksaan mengenai kandungan kimiawi yang
ada dalam tubuh. Sudah dikenal berbagai macam tes mulai dari pemeriksaan
yang sangat sederhana/cara manual, semi-otomatis, sampai otomatis (robotik)
yang dengan bantuan komputer diatur untuk memeriksa berbagai parameter
kimia klinik sampai hasil di print out oleh komputer. Pemeriksaan kimia
klinik itu sendiri dapat di kelompokkan melalui beberapa jenis panel
pemeriksaan seperti metabolisme karbohidrat, fraksi lipid, fungsi ginjal,
fungsi hati, dan lain-lain. Sampel yang digunakan pada pemeriksaan kimia
klinik biasanya serum atau plasma.
Metode pemeriksaan yang umum digunakan selama ini di laboratorium-
laboratorium yang berada di Palangka Raya adalah yang semi-otomatis dengan
peralatan pemeriksaannya menggunakan fotometer. Fotometer merupakan
peralatan dasar di laboratorium klinik untuk mengukur intensitas atau
kekuatan cahaya suatu larutan.
Instalasi Laboratorium Patologi Klinik di RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya merupakan sebuah laboratorium yang banyak menerima
permintaan untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium. Hal ini mendorong
diadakannya suatu alat otomatisasi yang dapat membantu pekerjaan dalam
melakukan suatu pemeriksaan. Dengan alat otomatis ini diharapkan waktu
pemeriksaan menjadi lebih pendek, akurasi dan presisi menjadi lebih baik,
dapat mengukur sampel dalam jumlah yang cukup banyak, biaya pemeriksaan
4
menjadi lebih terjangkau oleh pasien dan hasil yang dikeluarkan oleh
laboratorium akan lebih cepat.
Harapan lain yang tentu ingin di capai adalah dari segi pemakaian
reagen yang diharapkan lebih sedikit, meskipun bantuan dengan peralatan
yang canggih memang disatu pihak dapat mengurangi human error tetapi
dilain pihak juga memerlukan keahlian dan ketelitian yang lebih tinggi dari
operatornya.
Pengenalan mengenai instrumen hendaknya tidak hanya menyangkut
alatnya/hardware -nya saja tetapi harus pula diketahui metode pemeriksaan
serta dapat menjalankan troubleshooting, kalibrasi agar dapat diketahui
kelebihan dan kekurangan pada alat yang digunakan tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, bila di tinjau dari segi efisiensi banyak
manfaat yang dapat diambil dari pemakaian alat otomatis ini. Oleh karena itu,
penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Gambaran Efisiensi
Waktu Alat Kimia Klinik Otomatis Di Laboratorium RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya”.
B. Identifikasi Masalah
1. Apa itu alat kimia klinik otomatis ?
2. Bagaimana prinsip kerja alat kimia klinik otomatis ?
3. Apa kelebihan alat kimia klinik otomatis ?
4. Bagaimana peforma waktu pemeriksaan yang diperlukan oleh alat kimia
klinik otomatis ?
C. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran efisiensi waktu penggunaan alat kimia klinik
otomatis terhadap jumlah pasien di Laboratorium RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya ?
5
D. Batasan Masalah
Dari identifikasi masalah diatas maka peneliti hanya membatasi
masalah pada perhitungan waktu pemeriksaan kimia klinik dengan alat kimia
klinik otomatis di Laboratorium RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
pada tanggal 31 Januari s/d 18 Mei 2013.
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang
gambaran efisiensi waktu pemeriksaan alat kimia klinik otomatis terhadap
jumlah pasien dan jam kerja yang ada di unit kimia klinik Laboratorium
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Laboratorium dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
Untuk sumber informasi bahwa pemeriksaan kimia klinik dengan
alat kimia klinik otomatis sudah efisien terhadap pemakaian kuvet,
reagen, jumlah pasien dan jam kerja yang ada di Laboratorium RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya.
2. Bagi Mahasiswa
Penelitian ini diharapkan dapat sebagai tambahan untuk
memperluas wawasan, meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
tentang tentang alat kimia klinik otomatis.
3. Bagi Masyarakat
Dapat memberikan informasi kepada masyarakat bahwa untuk
melakukan pemeriksaan kimia klinik dengan alat kimia otomatis lebih
cepat dibanding dengan semi-otomatis yang berarti bahwa hasil
pemeriksaan juga akan lebih cepat sampai kepada pasiennya.
6
4. Bagi Peneliti
Hasil penulisan Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat
menambah pengetahuan, keterampilan serta kemampuan penulis dalam
pembuatan KTI, pemakaian alat kimia klinik otomatis, dan lain-lain.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Otomatisasi Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan
harus diselenggarakan secara bermutu, merata dan terjangkau yang sangat
diperlukan untuk mendukung pelayanan laboratorium kesehatan baik, untuk
menunjang upaya peningkatan status kesehatan, pencegahan dan pengobatan
penyakit serta pemulihan kesehatan baik perorangan ataupun masyarakat. (Ripani
Musyaffa, 2011)
Dari sudut pandang klinis, salah satu tujuan pemeriksaan laboratorium
adalah untuk menegakkan diagnosis juga untuk menilai keparahan dari proses
penyakit atau memantau kemajuannya dan dapat mengevaluasi atau memantau
efektivitas atau potensi efek samping dari terapi tertentu. (Kalpana Luthra, 2008)
Untuk melakukan pemeriksaan laboratorium tahapan yang harus dilakukan
adalah :
1. Pra Analitik
Untuk melakukan pemeriksaan laboratorium tahapan yang dilalui
adalah pengambilan sampel dan pencatatan identitas pasien kemudian
sampel dibawa ke laboratorium untuk proses analisa lalu terakhir masuk
tahapan penulisan hasil.
a. Sampling
Sekarang ini seiring dengan kemajuan zaman, beberapa
teknologi telah tersedia dalam bidang pra-analitik termasuk
pengambilan sampel dimana dikenal pemakaian tabung vakum atau
sistem tabung evakuasi (Evacuated Tube System) untuk proses
sampling dimana dengan kelengkapan tutup berwarnanya
memudahkan untuk identifikasi sampel. Pemakaian tabung vakum
dalam proses sampling juga akan mempermudah dalam pembawaan
sampel ke unit analisa, untuk sampel yang memerlukan sentifugasi
lebih aman karena ada tutup sampel. (Teitz, 2008)
8
Selain dengan pemakaian tabung vakum, sekarang ini para
peneliti sebuah institusi di London, yaitu Imperial College London
telah menciptakan suatu alat baru yang disebut dengan Bloodbot.
Bloodbot adalah suatu gagasan baru dalam mengotomatisasi proses
pengambilan darah, dengan alat ini kegiatan sampling hanya
membutuhkan waktu tidak lebih dari 30 detik. Alat inidiperlukan
untuk menjaga kemungkinan bahwa dengan kemajuan dimasa depan
sebuah laboratorium dengan jumlah pasien dalam skala besar, akan
membutuhkanruangan penuh bloodbot untuk melakukan
pengambilan darah. Cara kerja alat ini adalah dengan sebuah sensor
untuk mendeteksi pembuluh darah, lalu memilih pembuluh darah
yang cocok yang terletak dengan permukaan kulit, sensor lain
dipasang untuk mengukur kekuatan jarum lalu menggerakkannya ke
lengan pasien. Sebuah sumbu dirancang untuk mengkompensasi
perbedaan vena dan jarum, juga ada tombol unpowered dimana
dengan tombol ini memungkinkan operator untuk memposisikan
robot agar posisi vena dan jarum tepat. Untuk menjaga kemungkinan
pasien menarik tangannya, alat ini dilengkapi bantalan sehingga
lengan tidak dapat ditarik oleh pasien. (Lambert Varias, 2009)
b. Identifikasi Sampel
Kemajuan teknologi juga mempermudah identifikasi data
pasien secara otomatis. Dalam prakteknya, identifikasi otomatis
termasukteknologi yang secara elektronik mendeteksi data yang unik
dan khas yang terkait dengan benda fisik (tabung sampel).
Contohnya tanda pengenal pasien seperti nomor seri, nomor
pasien,danlain-lain telah digunakan untuk mengidentifikasi pasein
melalui penggunaan data elektronik. Sistem semacam ini disebut
dengan barcode. Di laboratorium klinis, label denganbarcode telah
menjadi teknologi pilihan untuk tujuan identifikasi sampel dimana
penggunaannya dapat menurunkan kesalahan identitas sampel dan
hasil. Selain itu barcode juga ada yang dipasang dilengan pasien.
9
c. Transport Sampel
Kemajuan otomatisasi juga mempermudah dalam pembawaan
sampel dari unit sampling ke unit analisa dengan kemajuan
teknologijuga dikenal sistem pneumatic tube. Sistem pneumatic tube
merupakan suatu bentuk pelayanan dimana dapat melakukan
transportasi sampel secara cepat, dan dapat langsung dari ke unit-
unit dimana sampel akan dituju. Dalam sistem ini dipakai alur untuk
pengiriman atau penerimaan pneumatic tube ini disebut dengan
Electric Track Vehicles, yaitu merupakan suatu alur pembawa
dengan kapasitas besar yang akan mengurangi kesalahan pada
pengiriman.Pengiriman sampel juga akan dimudahkan dari unit satu
ke unit lain dalam lingkup laboratorium, alat ini disebuah
sebagaiMobile Robots.(Teitz, 2008)
2. Analisa
Dalam unit analisa otomatisasilaboratorium umumnya merupakan
gabungan mekanisteknik dasar laboratorium dan prosedur, namun dalam
peralatan modern dikemas dalam berbagai variasi konfigurasi.Variasi
konfigurasi yang paling umum adalah sistem analisarandom-access.
Dalam sistem analisa random-access, analisa spesimen dilakukan secara
berurutanuntuk berbagai macam tes yang berbeda. Tes yang dilakukan
tergantung alat otomatisnya, spesimen dimasukkan ke dalamanalizer
dapat melalui keyboard (di kebanyakan sistem), dengan instruksi dari
sistem informasi laboratorium memakai barcode yang ada pada tabung
spesimen, ataudengan seleksi pilihan operator. (Teitz, 2008)
Otomatisasi di laboratorium klinik adalah proses dimana
instrumen analitis melakukanbanyak tes dengan sedikit keterlibatan
seorang analis. The International Union of Pure and Applied Chemistry
(IUPAC) mendefinisikan otomatisasi sebagai “Penggantian usaha
manipulatif manusia dan fasilitas dalam proses performa yang diberikan
10
oleh alat mekanis dan instrumental yang diatur melalui informasi
komputer”. (Kalpana Luthra, 2008)
Penggunaan alat otomatis memungkinkan laboratorium untuk
memproses beban kerja yang jauh lebih besar tanpa peningkatan tenaga
kerja yang relatif.Otomasi di unit laboratorium klinik telah berkembang
dari otomatisasi tetap dimana alat melakukan tugas berulang dengan
sendirinyamenjadi otomatisasi diprogram, yang memungkinkan untuk
melakukan berbagai tugas yang berbeda.Otomatisasi yang baru ini
dikembangkan adalah dengan instrumenyang dapat melakukan
pemantauan dan merespon diri dengan tepat ketika kondisi yang
berubah.Peningkatansignifikandalam kualitas tes laboratorium dalam
beberapa tahun terakhir adalah karena kombinasi instrumentasi otomatis
yang rancang dengan metode analisis yang baik dan program jaminan
mutu yang efektif.Pemantapan mutu laboratorium adalah semua kegiatan
yang ditujukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil
pemeriksaan laboratorium. Laboratorium dikatakan bermutu apabila data
hasil laboratorium tersebut memiliki presisi dan akurasi atau ketepatan
dan ketelitian yang tinggi.
Dalam sejarahnya, analisa otomatis biasanya termasuk versi
mekanik teknik laboratorium panduan dasar dan prosedur, dan beberapa
cara telah dikembangkan untuk mengotomatisasi mereka. Ketika awalnya
diperkenalkan, otomatisasi menirukan prosedur uji manual dan
diterapkan untuk pemeriksaan yang paling sering diminta. Semua
langkah-langkah individu dalam prosedur diduplikasi dan dimodifikasi
agar metode analisa lebih cepat dan lebih praktis. Manufaktur yang
dikembangkan akan memiliki hardwarekomputer yang terintegrasi dan
software dalam analisa untuk memberikan kontrol proses otomatis dan
kemampuan pengolahan data. Meskipun ada beragam metode analisa
dapat dipakai yang semuanya mempermudah pemeriksaan tetapi potensi
adanyacarry overtetap tidak bisa dihindari.Carry over didefinisikan
sebagai keberadaan sedikit analit karena transport dari reagen atau
11
sampel yang akan bereaksi dengan sampel atau reagen berikutnya. Oleh
karena itu, hal ini juga harus diperhitungkan dalam pemilihan metode
pemeriksaan.(Teitz, 2008)
3. Post Analitik
Karena kemampuan mengolah data, bidang pasca analitik
otomatisasi laboratorium mengenal sistem Laboratory Information
System (LIS) dimana dengan ini manufaktur mengembangkan koneksi
internet dengan TCP/IP (Transmission Control Protocol/Internet
Protocol) yang mana akan mempermudah pasien mengakses hasil
pemeriksaan laboratorium kapan dan dimana saja.(Teitz, 2008)
Kebanyakan perangkat manajemen data adalah modul berbasis
komputer pribadi dengan software yang interface satu atau lebih analisa
dan LIS sebagai tuan rumah. Kemampuan untuk sepenuhnya
mengotomatisasi review data menggunakan analisa berbasis merupakan
faktor kunci menuju Total Laboratory Automation (TLA). (Lippincott
Williams & Wilkins, 2010)
Gambar 1. Skematik Sistem Total Laboratory Automation (TLA) (Sumber :Lippincott Williams & Wilkins, 2010)
12
LIS adalah sebuah kelas software yang menerima, memproses,
dan menyimpan informasi yang dihasilkan oleh alur kerja laboratorium.
Sistem tersebut adalah aplikasi dari database dalam skala besar yang
tertanam dalam sistem operasi laboratorium klinis, yang mengotomatisasi
hampir semua unit informasi yang terkait dengan laboratorium. LISs
akan mendukung sejumlah fungsi dari laboratorium. Awalnya, LISs
adalah sistem yang berdiri sendiri yang menyediakan order dalam bentuk
cetakan untuk sebagai pelaporan. Dengan munculnya Elektronik Health
Record (EHR) hal ini akan menjadi penghubung antar LIS dan EHR
untuk menerima pendaftaran pasien, perintah pemeriksaan secara
elektronik dan pengembalian hasil pemeriksaan ke EHR untuk
ditampilkan. LISs lebih dimaksudkan untuk digunakan di laboratorium
klinik daripada untuk kepentingan penelitian. Fungsi-fungsi yang lebih
umum yang ditemukan berorientasi dalam sistem informasi penelitian
sering disebut sebagai sistem manajemen informasi laboratorium
(LIMSs). (Teitz, 2008)
Perkembangan order entry dan hasil yang menampilkan sistem
eksternal ke sistem informatika, yang berkaitan dengan optimalnya arus
informasi dari pilihan awal untuk interpretasi hasil. Desain detail dari
sitem eksternal seringkali membuat masalah dalam pemasukan dan
interpretasi yang salah, sehingga menggangu sistem pelayanan
laboratorium. Untuk mencegah masalah tersebut laboratorium harus
menyadari semua sistem yang digunakan untuk menginput dan melihat
hasil, dan harus ditinjau secara rutin sebelum input data masuk. Pada
akhirnya ketepatan laboratorium yang memilik kemampuan dalam
merespon utama, untuk memastikan tampilan yang akurat dan jelas dari
hasil laboratorium di semua sistem yang digunakan dalam komunikasi
klinis. (Teitz, 2008)
13
Gambar 2. Diagram Laboratory Network dengan Sistem LIS
(Sumber : Teitz, 2008)
14
B. Alat Ukur Kimia Klinik
1. Fotometer
a. Pengertian
Fotometer adalah suatu perangkat yang digunakanuntuk
mengukurintensitascahaya yang dipancarkan oleh, melewati, atau
dipantulkan olehsuatu zat. (Teitz, 2008)
Fotometer merupakan peralatan dasar di laboratorium klinik yang
dipakai untuk mengukur intensitas atau kekuatan cahaya suatu larutan.
Sebagian besar laboratorium klinik menggunakan alat ini karena alat ini
dapat menentukan kadar suatu bahan didalam cairan tubuh seperti serum
atau plasma. Jenis-jenis fotometer yang digunakan, yaitu:
1) Fotometer
Fotometer adalah suatu instrument yang dipakai untuk
mengukur radiasi elektromagnetik yang memiliki beberapa konsep
dan komponen yang sama. Salah satu teknik yang paling sering
digunakan di laboratorium klinik adalah fotometri. Pada prinsipnya
fotometri bekerja dengan mengidentifikasi warna dan variasi warna
untuk menentukan konsentrasi berbagai jenis bahan. Fotometri
adalah pengukuran cahaya dari cahaya atau sejumlah cahaya
tampak pada permukaan dari sumber cahaya. (Linne, 2007)
Gambar 3. Prinsip Fotometer (Sumber :Lippincott Williams & Wilkins, 2010)
15
2) Flame-fotometer
Flame fotometer digunakan untuk mengukur cahaya yang
dipancarkan oleh atom-atom tereksitasi yang secara luas digunakan untuk
menentukan konsentrasi Na+, K+ atau Li+. Dengan perkembangan ion
selektif elektroda (ISE) untuk analit tersebut, flame fotometer tidak lagi
secara rutin digunakan dalam laboratorium klinik. (Lippincott Williams
& Wilkins, 2010)
Flame fotometer adalah fotometer yang pengukurannya
bergantung pada nyala senyawa logam alkali dan alkali tanah dan dapat
dipisahkan dalam suatu nyala dan beberapa atom untuk tingkat energi
yang lebih tinggi. Ketika atom tersebut kembali pada keadaan dasar
mereka memancarkan radiasi yang letaknya terutama didaerah spektrum
sinar tampak. Setiap elemen akan memancarkan radiasi pada panjang
gelombang tertentu untuk elemen itu. Selama rentang tertentu konsentrasi
emisi berbanding lurus dengan jumlah atom yang kembali pada keadaan
dasar. Hal ini dapat dilihat bahwa jika cahaya yang dipancarkan oleh
unsur pada panjang gelombang karakteristik diisolasi oleh filter optik dan
intensitas cahaya diukur oleh foto-detektor, maka sinyal listrik dapat
diperoleh sebanding dengan konsentrasi sampel. Seperti sinyal listrik
proses pembacaan dapat diperoleh dengan mengubahnya dalam bentuk
analog atau digital. (Operating and Service Manual, Flame Photometer)
Gambar 4. Prinsip Flame Fotometer (Sumber : Operating and Service Manual, Flame Photometer)
16
3) Fluorometer
Sebuah fluorometer atau fluorimeter adalah suatu perangkat
yang digunakan untuk mengukur parameter fluoresensi.
(Wikipedia, Fluorometer)
Fluoresensi adalah emisi radiasi elektromagmetik oleh
suatu jenis yang menarik radiasi dari sumber luar. Intensitas
dipancarkan (fluorescent) cahaya berbanding lurus dengan
konsentrasi jenis radiasi. Fluorometri banyak digunakan untuk alat
otomatis dalam immunoassay, karena pengukurannya lebih sensitif
dibanding absorbansi spektrofotometri, tetapi gangguan latar
belakang yang disebabkan oleh fluoresensi sampel dapat
menciptakan masalah besar. Gangguan ini dapat diminimalkan
dengan desain filter yang digunakan untuk isolasi spektrum dengan
pemilihan fluophore untuk emisi spektrum yang berbeda dari
senyawa-senyawa pengganggu. (Teitz, 2006)
Seperti pada spektrofotometer, cahaya yang masuk secara
lurus atau yang diserap sebagian atau seluruhnya tergantung pada
konsentrasi dan panjang gelombang yang masuk pada celah dimana
sumber cahaya dapat masuk. Setiap kali terjadi penyerapan ada
transfer energi ke media karena setiap jenis molekul memiliki
serangkaian tingkat energi elektronik dan bergerak lurus dari
tingkat energi yang lebih rendah ke tinggi hanya dengan menyerap
suatu unit kuantum cahaya yang sama dengan energi untuk
perbedaan antara dua tingkat energi karena getaran molekul.
(Lippincott Williams & Wilkins, 2010)
Pada dasarnya filter fluoreometer dipakai untuk mengukur
konsentrasi larutan yang mengandung molekul fluorescing.
Fluorosensi sampel dalam kuvet akan memancarkan energi
kesegala arah. Sebuah detektor dan filter sekunder yang melewati
panjang gelombang cahaya neon digunakan untuk mencegah
cahaya yang mencolok dari photodetektor. Output listrik dari
17
detektor sebanding dengan intensitas energi yang dihasilkan.
Dalam spektrofluorometer peranan filter dapat digantikan oleh
prisma atau monokromator. Pengukuran konsentrasi fluorosensi
tergantung dari tingkat absorbsi senyawa, intensitas radiasi, efisien
kuantum dari energi yang dipancarkan oleh setiap kuantum dan
panjang jalan cahaya itu sendiri. (Lippincott Williams & Wilkins,
2010)
Gambar 5. Prinsip Fluorometer ( Sumber : Lippincott Williams & Wilkins, 2010)
4) Turbidimeter dan Nephelometer
Sebuah nephelometer adalah instrumen stasioner atau
portable untuk mengukur konsentrasi partikulat tersuspensi dalam
cairan atau gas koloid. Prinsipnya adalah mengukur partikel
tersuspensi dengan menggunakan sinar dan detektor cahaya diatur
ke satu sisi (biasanya 90°) dari berkas cahaya, dengan adanya
kerapatan partikel maka berkas cahaya akan dipantulkan ke
18
detektor dari partikel, setelah sampai batas tertentu jumlah cahaya
yang masuk adalah cerminan dari kepadatan tertentu partikel yang
tergantung dari sifat-sifat partikel seperti bentuk, warna dan
reflektifitasnya. (Wikipedia, Nephelometer)
Teknik optik turbidimetri dan nephelometri terutama
berlaku untuk metode pengukuran pembentukan endapan dalam
reaksi antigen-antibodi. Nephelometer secara luas digunakan untuk
analisa protein tertentu dalam serum, dimana cahaya langsung
menuju ke aliran sel, dan mendeteksi menuju hamburan cahaya dari
sudut kompleks untuk ukuran yang berbeda. Pembacaan hamburan
cahaya pada sudut 90° digunakan untuk meningkatkan sensitivitas
tes nephelometrik. Turbidimetri digunakan dalam beberapa sistem
immunoassay kimia untuk pemantauan obat terapiutik dan tes
protein spesifik.
Turbidimeter adalah pengukuran kerugian pada intensitas
cahaya yang ditransmisikan melalui solusi karena cahaya yang
tersebar (menjadi keruh). Turbidimeter akan mengukur cahaya
yang tersebar, tidak diserap atau dipantulkan oleh partikel dalam
suspensi. Nephelometer digunakan untuk mendeteksi sejumlah
cahaya yang tersebar. Nephelometri menjadi semakin popular di
laboratorium karena sifat hamburan cahaya dalam kompleks
antigen-antibodi. Jumlah kekeruhan dalam suatu larutan dapat
diukur dengan photometri karena ketika partikel lateks dilapisi oleh
antigen spesifik yang bertindak sebagai penguat reaksi aglutinasi
oleh antibody yang berhubungan dengan peningkatan jumlah
hamburan cahaya larutan yang dapat diukur dengan nephelometri
sebagai bentuk kompleks makromolekul dimana penggunaan
polietilen glikol (PEG) dapat meningkatkan dan menstabilkan
endapan yang terbentuk dan hal ini kan meningkatkan kecepatan
dan sensitivitas dari teknik ini untuk mengontrol ukuran partikel
agar jumlah cahaya yang dipantulkan juga optimal. Kinetika
19
perubahan ini dapat ditentukan ketika hasil fotometri dianalisa oleh
komputer (Linne, 2007)
Gambar 6. Prinsip Nephelometer (Sumber : Lippincott Williams & Wilkins, 2010)
5) Atomik Absorption Spektrofotometer (AAS)
Atomik Absorption Spektrofotometer (AAS) atau
Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) adalah suatu teknik
pengukuran konsentrasi yang mendeteksi absorpsi radiasi
elektromagnetik atom yang lebih kecil dari molekul. (Lippincott
Williams & Wilkins, 2010)
Dalam kimia analitik teknik ini digunakan untuk
menentukan konsentrasi elemen tertentu (analit) dalam sampel
yang akan digunakan untuk menentukan lebih dari 70 elemen yang
berbeda dalam larutan atau langsung dalam sampel padat yang
digunakan dalam farmakologi, biofisika dan penelitian toksikologi.
(Wikipedia, AtomikAbsorption Spektrofotometer)
Atom-atom menyerap sinar UV dan membuat transisi ke
tingkat energi yang lebih tinggi. Sebuah detektor dipakai untuk
mengukur panjang gelombang cahaya yang ditransmisikan oleh
sampel, dan membandingkannya dengan oanjang gelombang yag
20
awalnya melewati sampel. (RSOC (Royal Society of Chemistry),
2000)
Gambar 7. Prinsip AAS ( Sumber :Lippincott Williams & Wilkins, 2010)
b. Prinsip Kerja
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1792/MENKES/SK/XII/2010 Tentang Pedoman Pemeriksaan Kimia Klinik,
Prinsip kerja fotometer ialah melakukan penyerapan cahaya pada panjang
gelombang tertentu terhadap bahan yang diperiksa, karena tiap zat memiliki
absorbansi pada panjang gelombang tertentu yang khas.Setelah diketahui
spektrum kurva serapan suatu zat, maka dapat ditentukan panjang gelombang
dengan absorbansi tertinggi untuk zat tersebut. Panjang gelombang dengan
absorbansi tertinggi digunakan untuk mengukur kadar zat yang diperiksa.
Banyaknya cahaya yang diabsorbansi oleh zat berbanding lurus dengan kadar
zat.
c. Prinsip Pemeriksaan
Apabila suatu kuvet yang berisi larutan berwarna dilewati oleh suatu
sinar maka sebagian sinar akan tertahan (diabsorbsi) dan sebagian lagi akan
diteruskan.Banyaknya struktur molekul suatu zat akan mempengaruhi
spektrum absorbsi larutan. Jika intensitas warna larutan tersebut tinggi maka
makin banyak sinar yang diabsorbsi kemudian secara kuantitas konsentrasi
zat tersebut dapat ditentukan.Untuk memastikan ketepatan pengukuran,
kadar yang hendak diukur dibandingkan dengan standar dan quality control
(QC).
21
d. Komponen Fotometer
1) Sumber cahaya
Sumber cahaya yang biasanya digunakan adalah lampu
pijar dengan kawat terbuat dari wolfram.Setelah cahaya yang
mengenai suatu benda, maka akan terbentuklah suatu warna.
Spektrum warna yaitu bagian dari gelombang elektromagnetik
yang terlihat oleh mata manusia. Panjang gelombang warna yang
mampu dilihat oleh mata manusia yaitu mulai dari 400-700
nanometer yang disebut dengan visible light.
Berikut ini adalah panjang gelombang warna yang diukur
dalam satuan nanometer (nm).
Tabel1:Spektrum cahaya tampak dan warna-warna komplementer
Panjang gelombang
(nm) Warna
Warna
Komplementer
400-435 Violet Kuning-hijau
435-480 Biru Kuning
480-490 Hijau-biru Oranye
490-500 Biru-hijau Merah
500-560 Hijau Ungu
560-580 Kuning-hijau Violet
580-595 Kuning Biru
595-610 Oranye Hijau-biru
620-675 Merah Biru-hijau
(Sumber : Day dan Underwood, Spektrofotometri : 384)
2) Monokromator
Monokromator merupakan piranti optis untuk memilih
suatu berkas radiasi dari sumber pada panjang gelombang
tertentu. Monokromator digunakan untuk mengubah sinar radiasi
polikromator (komponen panjang gelombang ganda) menjadi
monokromator (komponen panjang gelombang tunggal) dan
22
memindahkan panjang gelombang tersebut menjadi jalurke sangat
sempit.
3) Kuvet
Kuvet untuk tempat larutan yang akan diperiksa kadar bahan
yang terlarut.
4) Detektor
Detektor adalah suatu perangkat yang digunakan untuk
menangkap sinyal hasil pembacaan fotometer.Setiap detektor menyerap
tenaga foton yang mengenai dan mengubah tenaga tersebut untuk dapat
diukur secara kuantitatif sebagai arus listrik atau perubahan-perubahan
panas. Syarat-syarat detektor yang baik meliputi sensitifitasnya tinggi,
waktu respon pendek, stabilitas yang lama, dan sinyal elektronik yang
mudah diperjelas.
5) Alat pembaca
Alat pembaca fungsinya untuk membaca sinyal listrik
dari detektor dimana data digambarkan dalam bentuk yang bisa
diinterpretasikan atau disajikan yang dapat dibaca oleh
pemeriksa.
2. Sistem Otomatisasi Alat Kimia Klinik (Chemistry Analyzer)
Otomatisasi laboratorium klinik sejalan dengan tuntutan untuk dapat
memeriksa banyak uji pada banyak sampel dengan hasil yang teliti, tepat dan
cepat tanpa perlu menambah jumlah pekerja/staf,caranya yaitu dengan
mengotomatisasi banyak langkah manual.Evolusi otomatisasi di laboratorium
klinik telah disejajarkandengan industri manufaktur dan terus berkembang dari
otomatisasi tetap, dimana instrumen dapat melakukan tugas berulang dengan
sendirinya dan diprogram secara khusus yang memungkinkaninstrumen dapat
melakukan berbagai tugas yang berbeda.Salah satu manfaat dari otomatisasi
adalah pengurangan variabilitas hasil dan kesalahan analisis karena penghapusan
tugas-tugas yang repetitif dan monoton bagi sebagian besar individu. Peningkatan
reproduktifitas diperoleh dengan otomatisasi telah menyebabkan peningkatan
yang signifikan dalam kualitas tes laboratorium. Dalam menanggapi tren pasar
yang melibatkan pengurangan biaya,dorongan untuk mengotomatisasi
23
laboratorium merupakan jalan baru.Otomatisasi tidak hanya digunakan untuk
membantu analisa laboratorium dalam kinerja tes, tapi sekarang termasuk juga
untuk pengolahan dan transportasi spesimen,pemuatan spesimen ke dalam analisa
otomatis, dan penilaian hasil dilakukan tes. Dipercaya bahwa mengotomatisasi
fungsi-fungsi tambahan sangat penting untuk kesejahteraan masa depan dari
laboratorium klinis. (Teitz, 2008)
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
411/MENKES/PER/III/2010 tentang Laboratorium Klinik pasal 1 menjelaskan
bahwa pemeriksaan teknik automatik adalah pemeriksaan laboratorium
menggunakan alat automatik yang memenuhi standar sesuai ketentuan yang
berlaku mulai dari tahap melakukan pengukuran sampel sampai pembacaan hasil.
Menurut Keputuskan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1792/MENKES/SK/XII/2010 tentang Pedoman Pemeriksaan Kimia Klinik,
perkembangan alat pemeriksaan kimia klinik otomatisasi dapat dibedakan mulai
dari sistem saluran tunggal, pola tetap, diskrit, jalan masuk acak, kluster, integrasi
dan modular serta otomatisasi laboratorium penuh/total.
a. Sistem saluran tunggal (Single channel system) Sistem ini dinamakan juga sistem kumpulan berurutan. Prinsip dari
sistem ini adalah tiap langkah manual diupayakan dilakukan oleh alat bantu
yang seluruhnya dilaksanakan dalam saluran tunggal. Sampel dihisap
berurutan dengan plastik yang digerakkan oleh pompa peristaltik, antara
sampel dihisapkan gelembung udara, pencampuran sampel dengan reagen
dimungkinkan dengan sistem kumparan (coil), pemisahan protein dilakukan
dengan membrandialisis (dyalizer) dan pemanasan dengan alat pemanas
(constant temperature heating beat). Pembacaan kadar oleh fotometer yang
ditampilkan sebagai grafik oleh pencatat.
Kelebihan sistem ini pengerjaan relatif mudah, sampel dapat
ditambahkan tiap waktu selama alat masih berjalan, sedangkan kekurangan
sistem ini adalah kecepatan memberikan hasil masih rendah yaitu 40-60 tes
per jam dan perlu waktu untuk mengganti dari satu jenis uji ke uji yang lain.
b. Sistem pola tetap (Fixed profile system) Sistem ini berupa penggabungan beberapa saluran yang
memungkinkan pemeriksaan simultan beberapa analit satu sampel.Kelebihan sistem ini adalah banyaknya hasil terutama bila banyak tes yang sama untuk tiap sampel, sedangkan kekurangannya adalah tidak ada pilihan, walaupun tidak diminta sampel tetap dikerjakan dan sampel harus dikerjakan secara bersamaan hingga kurang sesuai bila datangnya sampel tidak bersamaan.
c. Sistem diskrit Pada tes ini tiap sampel diproses secara terpisah dan reaksi
berlangsung pada tiap tabung tersendiri tetapi masih secara berurutan. Bagian utama dari sistem ini adalah unit persiapan, sentrifus, inkubator, kolorimeter otomatis dan printer serta pipetotomatis dari
24
pump dispenser. Kelebihan sistem ini adalah ketepatan memilih uji dan reagen, waktu periksa cepat, volume sampel dan reagen sedikit. Kekurangannya adalah pengerjaan semua jenis uji untuk sampel yang sama harus bersamaan, sehingga jumlah waktu untuk seluruh uji menjadi lambat, adakalanya harus menjalankan beberapa siklus yang memboroskan kontrol dan kalibrator.
d. Sistem jalan masuk acak (Random access system) Pada sistem ini analisis dikerjakan secara acak baik sampel
maupun reagen,pilihan uji dapat dikerjakan pada pilihan sampel dalam sembarangan pilihan urutan. Analisis dikerjakan secara diskrit,pemilihan uji berdasarkanmasukan pada keyboard atau dengan barcode atau dengan urutan kemasan reagen. Dengan cara demikian pergerakan mekanik dihemat dan hasil lebih cepat. Permintaan segera/CITO juga dimungkinkan.
e. Sistem kluster dan integrasi Prinsip sistem ini adalah penggabungan beberapa alat (kluster)
misalnya penggabungan beberapa alat pemeriksa kimia otomatik dari pabrik yang sama. Sistem ini memerlukan modul kendali pusat yang didukung oleh sistem perangkat lunak komputer yang canggih.
f. Sistem modular dan otomasi laboratorium total (TLA/Total Laboratory Automation)
Pada sistem ini konfigurasi disusun dari beberapa komponen,kombinasi modul ini memungkinkan hasil analitik meningkat dan menungkinkan teknologi berbeda dipergunakan untuk semua jenis pemeriksaan. Sistem ini dipergunakan otomasi laboratorium mulai dari tahap pra analitik, analitik dan pasca analitik juga didukung oleh sistem robotik dan ban berjalan.
3. POCT (Point of Care Testing)
Salah satu wujud dari pelayanan kesehatan adalah dengan
melakukan pelayanan one day care atau home care, dimana mampu
melakukan pemeriksaan disamping pasien atau bed side
menggunakansampel darah atau urin dalam jumlah yang sedikit.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan atau tanpa tahap praanalitik dan memberikan hasil yang cepat, sehingga pengambilan keputusan dapat segera dilakukan untuk manajemen pasien yang lebih baik. POCT atau Point of Care Testingbukanlah pengganti layanan laboratorium konvensional, melainkan layanan tambahan untuk sebuah laboratorium klinik. Dalam operasinya, layanan ini dilaksanakan di dekat pasien, tapi pertanggungjawaban dan operasinya tetap dilakukan oleh petugas yang berwenang dari laboratorium klinik. Hal ini selain untuk menjamin kualitas dari hasil yang diberikan, juga untuk menjamin bahwa hasil yang
25
didapat tetap tercatat dalam Laboratory Information System (LIS) atau Sistem Informasi Laboratorium (SIL). (Richard Mengko, 2013)
POCTmerupakan suatu bentuk alat otomatis yang mampu
memberikan hasil pemeriksaan yang cepat sehingga tindakan atau
monitoring kepada pasien juga akan semakin cepat dilakukan. Selain itu
alat ini dapat dibawa kemana-mana atau mobile yang mana pasien sendiri
dapat melakukan pemeriksaan kapan dan dimana saja.
C. Alat Kimia Klinik Otomatis “Mindray BS-200®”
Mindray BS-200® merupakan suatu otomatisasi alat kimia klinik yang
digunakan untuk membantu diagnosis dalam laboratorium klinik yang didesign
untuk penentuan hasil kimiawi sampel baik berupa serum, plasma, urin dan
cerebrospinal.(Operator’s Manual, BS-200®)
Alat ini menggunakan sistem otomatisasi diskrit dan random access dimana
dapat melakukan 200 tes/jam. Prinsip pemeriksaan yang dapat digunakan adalah End
point, Kinetic dan Fixed time dengan pengukuran dasar berupa Absorbance
photometry dan turbidimetry. Metodelogi kalibrasi yang digunakan adalah linear
dimana programming-nya memakai open system dengan profil pengguna yang
ditetapkan dengan perhitungan kimia pemeriksaan. Parameter pemeriksaan yang
dapat dilakukan adalah Glukosa, Kolesterol, Trigliserida, HDL-kolesterol, LDL-
kolesterol, Ureum, Kreatinin, Asam Urat, Bilirubin, AST, ALT, Total Protein,
Albumin, Globulin, CK-MB, Alkali Phosphatase, dan lain-lain. (Operator’s
Manual, BS-200®)
a. Komponen alat
1) Perangkat keras(Hardware)
Perangkat keras atau hardwareterdiri dari beberapa bagian
penting, seperti unit analisa, unit operasional, output, bagian
pengganti dan consumables.
(a) Unit analisa
(1) Disk sampel/reagen
Disk sampel/reagen merupakan tempat tabung sampel dan
reagen botol. Disk ini terdiri dari dua lingkaran, disk sampel pada
lingkaran luar dan disk reagen di lingkaran dalam.Disk
26
sampel/reagen menyediakan 40 posisi sampel dan reagen. Pada
disk reagen, nomor 39 berisi deterjen dan nomor 40 berisi air
destilasi. Botol reagen terdiri dari 2 ukuran yaitu, ukuran besar 40
ml dan kecil 20 ml.
Suhu dari disk sampel/reagen distabilkan oleh refrigator
pada suhu 2-12°C. Tempat sampel dipakai tabung 12x75 mm.
(2) Dispenser
Dispenser ini terdiri atas probe, lengan dan rotor. Probe
berfungsi untuk menghisap sejumlah sampel atau reagen yang
ditunjuk, kemudian menaruhnya kedalam kuvet yang dipilih pada
disk reaksi. Setelah mengeluarkan sampel atau reagen,
probesecara otomatis bergerak untuk dibersihkan untuk
mengurangi potensi carryover.
Volume sampel yang dihisap antara 2-45 µl dengan presisi
0,1 µl, sedangkan volume reagen yang dihisap antara 10-450 µl
dengan presisi 1 µl.
(3) Mixer
Mixer ini terdiri dari lengan, mixing bar dan rotor. Mixing
bar berfungsi sebagai pengaduk reaksi (reagen dan sampel) di
dalam kuvet. Setelah diaduk, mixing bar bergerak untuk
dibersihkan.
(4) Disk reaksi
Disk reaksi berisi kuvet di mana sampel bereaksi dengan
reagen lalu dibaca secara kolorimetri.
Disk reaksi dapat menampung 8 segmen kuvet (80 kuvet).
Selama proses analisis, disk reaksi berputar ke posisi pengeluaran
atau posisi pencampuran sesuai kebutuhan. Pembacaan
kolorimetri dilakukan ketika kuvet melewati sumbu optik. Disk
reaksi ditempatkan di suhu ruang yang terkontrol dan konstan
pada 37 ± 0,3ºC. Kuvet yang digunakan hanya untuk sekali pakai,
jika dipakai kembali kinerja sistemnya mungkin menurun.
27
(b) Unit operasi
Unit operasi adalah suatu komputer dengan sistem software
yang terinstal di alat kimia klinik otomatis.
(c) Unit output
Unit output adalah sebuah printer yang dipakai untuk
mengeluarkan hasil atau data lainnya.
2) Perangkat lunak (software)
Gambar 8 : SoftwareAlat Mindray BS-200® (Sumber : Service Manual, BS-200®)
Sistem software ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu:
(a) Area status
Area ini menampilkan status sistem seperti suhu disk reaksi dan
waktu alat (jam dan tanggal).
(b) Area tombol kecil
Ada 2 tombol kecil, yaitu ? dan V.
(c) Area tombol grup
Area ini terdiri dari Reagent, Calibration, QC, Status,
Statistics, Parameters, Setup dan Maintenance.
(d) Area tombol shortcut
Area ini terdiri dari Sample Request, QC Request, Start,
Probe Stop, Stop, Results, Relog dan Exit.
28
(e) Area kerja
Area ini menampilkan nilai atau grafik dari parameter,
prosedur atau hasil.
(f) Area operator
Menampilkan nama dari operator.
(g) Area pesan peringatan
Area ini menampilkan pesan peringatan atau kesalahan.
Klik tombol <atau > untuk melihat pesan sebelum atau
setelahnya.
(h) Tombol penghapus
Digunakan untuk menghapus tampilan yang muncul di
area pesan peringatan.
b. Prinsip
Prinsip analisis pengukuran menggunakan Mindray BS-200®
adalah dengan sistem fotometrik. Sistem fotometrik ini ditempatkan di
unit analisis yang berfungsi untuk mengukur absorbansi reaksi
campuran dalam kuvet reaksi. Sistem fotometrik ini terdiri dari
berbagai panjang gelombang diantaranya : 340 nm, 405nm, 450nm,
510nm, 546nm, 578nm, 630nm, 670nm, serta 700nm*(optional).
(Service Manual, BS-200®)
Sistem fotometrik terdiri dari dua bagian utama, yang pertama
untuk mengukur absorbansi reaksi, sedangkan yang kedua berfungsi
untuk mengimbangi yang pertama untuk membuat pengukuran lebih
akurat.Sumber cahaya diteruskan keserat optik. Satu cahaya berfungsi
sebagai cahaya referensi dan pemantauan status kerja lampu.
Sedangkan cahaya monokromatik berfungsi untuk mengukur reaksi
pada kuvet dari disk reaksi, dan sebagai filter optik dari panjang
gelombang tertentu, yang kemudian dikonversi ke fotolistrik.Sinyal
listrik yang didapat dikonversi kembali dari sinyal optik dan diperkuat
lalu diubah menjadi konversi A/D, kemudian hasil konversi dikirim
29
ke panel kontrol utama yang akan menyerahkan absorbansi ke PC
untuk perhitungan. (Operator Manual’s BS-200®)
Gambar 9: Prinsip Sistem Fotometrik (Sumber : Service Manual, BS-200®)
c. Prosedur
1) Pengoperasian alat Mindray BS-200®
(a) Tekan tombol power on alat Mindray BS-200® (disamping
kiri pada bagian depan dan belakang).
(b) Hidupkankomputer.
(c) Sebelum menjalankan alat periksa ketersediaan aquades.
(d) Setelah masuk ke windows, double klik ikon BS-200
Masukkan:
User :
Password :
Setelah itu klik OK.
(e) Kemudian muncul perintah angkat/keluarkan cuvette
segment1 kemudian klik OK.
(f) Lalu muncul pertanyaan replace cuvette klik ok, kemudian
masukkan cuvette segment 1, klik replace, kemudian
masukkan cuvette segment 2 klik next, dan seterusnya hingga
cuvette segment 8 kemudian klik scan, lalu klik finish.
30
(g) Periksa detergent pada posisi 39 disk reagen, tunggu alat
sampai stand by.
2) Menjalankan sampel
(a) Klik sampel request
(b) Pilih disk sampel, masukkan posisi sampel pada kolom
position, pilih tes yang akan dikerjakan hingga background
berubah biru, setelah itu klik OK dan seterusnya.
(c) Setelah selesai memasukkan sampel, klik start kemudian klik
OK untuk memulai pemeriksaan.
(d) Untuk melihat hasil sampel klik result.
Gambar 10 : Prosedur Pipetasi (Sumber: Service Manual, BS-200®)
3) Menjalankan QC
(a) Klik QC Request, pilih parameter yang akan dikontrol
(Background warna akan berubah menjadi biru apabila
dipilih), selanjutnya klik OK dan klik start.
(b) Untuk melihat hasil QC yang sudah dijalankan, klik QC dan
klik QC sum kemudian pilih pada kolom control spintrol
kemudian klik refresh.
(c) Cara memasukkan nilai kontrol,
(1) klik QC
(2) klik kontrol
(3) klik add, untuk memasukkan nilai kontrol yang baru,
masukkan nama kontrol pada kolom:name, ex date,
31
position, no.lot, no.level, pada kolom test, pilih nama
test, masukkan nilai tengah kontrol, mean, dan conc.
d. Kalibrasi
Kalibrasi dilakukan ketika kita akan mengubah posisi reagen,
menguji parameter pemeriksaan, lampu, atau kondisi-kondisi untuk
analisa lainnya. Kalibrasi dilakukan untuk pengujian kualitas reagen
agar mendapatkan hasil analisa yang tepat, membantu dalam
menentukan apakah reaksi bereaksi dengan tepat, hasil atau apakah
background reaksi harus dikurangi, dan menghilangkan perubahan
absorbansi yang disebabkan oleh reagen sendiri.
Cara kerja :
1. Pilih menu kalibrasi.
2. Kalibrasi mengacu untuk menjalankan kalibrasi langsung tanpa
pengujian reagen kosong, Rgt. Kosong mengacu pada pengujian
reagen kosong saja, Calib.+Rgt. Kosong mengacu pada pengujian
reagen kosong dan kemudian kalibrasi.
3. Pilih parameter yang akan dikalibrasi, klik OK. Hasil kalibrasi
dilihat berupa A,B, dan R.
e. Perawatan (Maintenance)
Untuk memastikan keandalan, kinerja/performa alat dansistem
pelayanan yang baik,pemeliharaan secara rutin sangat diperlukan. Ada
beberapa hal yang dapat dilakukan untuk melaksanakan maintenance
demi mendapat hal yang diingin, diantaranya :
1) Perawatan harian (daily maintenance)
a) Cek ketersediaan aquades
Pastikanalat dalam keadaan mati, lalu lihat ketersediaan
aquades, jika masih banyak lanjutkan ketahap berikutnya
seperti pengecekan sensor.
32
b) Pengosongan tangki limbah
Pastikan alat dalam keadaan mati, buka penutup tangki
lalu pindahkan bersamaan dengan tutup limbah dan sensor
dari tangki. Buang limbah ditempat pembuangan limbah, lalu
tutup kembali tangki seperti semula.
c) Cek koneksi tangki aquades
Pastikan alat dalam keadaan mati, cek koneksi diantara
2 konektor (hijau dan merah), jika ada kebocoran tutup
dengan kasa bersih. Periksa apakah konektor longgar, jika
tidak lanjutkan ke langkah berikutnya. Jika longgar buka
konektor denagn berlawanan arah jarum jam. Periksa
sambungan tabung pick dan konektor.
d) Cek koneksi tangki limbah
Pastikan alat dalam keadaan mati, cek koneksi diantara
unit analisis dan mitranya. Jika tidak ada kebocoran lanjutkan
ke tahapan selanjutnya. Jika ada kebocoran sumbat air dengan
kasa bersih, cabut konektor lalu pasang kembali. Cek sekali
lagi koneksi antara tangki limbah dan konektor.
e) Cek syringe
Pastikan alat dalam keadaan mati, putar sekrup penutup
agar jarum dapat terlihat, periksa apakah ada kebocoran pada
tee dan plunger, jika ada hubungi costumer service, jika tidak
tutup kembali penutup jarum lalu kencangkan sekrup.
f) Cek probe
Cek kondisi probe apakah bengkok atau kotor. Jika
bengkok atau kotor ganti atau bersihkan probe. Periksa
apakah ujung probe terdapat sisa cairan, jika tidak lanjutkan
dengan proses pencucian, selama proses pencucian cek
apakah aliran normal, jika normal proses selesai.
g) Cek mixing bar
33
Cek kondisi mixing bar apakah bengkok atau kotor.
Jika bengkok atau kotor ganti atau bersihkan bar. Lanjutkan
ke proses pencucian, lihat apakah rotasi mixing bar normal
jika normal proses selesai.
2) Perawatan mingguan (weekly maintenance)
a) Pembersihan probe
Pastikan alat dalam keadaan mati, pindahkan penutup
dari disk sampel/reagen, pindahkan disk sampel/reagen tarik
lengan probe ke titik tertingi dengan tangan. Putar lengan
probe untuk memindahkan probe ke posisi sampel agar
memudahkan proses pembersihan probe. Setelah dibersihkan,
rotasikan probe ke bagian pencucian, letakkan kembali disk
sampel/reagen, lalu tutup kembali.
b) Pembersihan mixing bar
Pastikan alat dalam keadaan mati, tarik mixing bar ke
titik tertinggi tangan, rotasikan untuk mempermudah
pembersihan. Setelah dibersihkan rotasikan kembali mixing
bar ke posisi semula.
c) Pencucian tangki aquades
Pastikan alat dalam keadaan mati, buka penutup
(tabung pick up dan sensor), cuci bagian dalam tangki dengan
sikat, bersihkan tabung pick up dan sensor dengan kasa,
tambahkan air kedalam tangki lalu tutup kembali tangki
sampai aman.
d) Pencucian tangki limbah
Pastikan alat dalam keadaan mati, buka penutup (tutup
limbah dan sensor), kosongkan tangki limbah, cuci bagian
dalam tangki dengan air bersih, tambahkan desinfektan jika
diperlukan. Bersihkan penutup limbah dan sensor dengan air
bersih, pasang kembali seperti semula.
34
e) Pembersihan wadah reagen/sampel
Pastikan alat dalam keadaan mati, pindahkan penutup
dari disk sampel/reagen, angkat semua tabung kalibrator,
kontrol, sampel, reagen, air destilasi, dan detergen dari disk
sampel/reagen. Pindahkan disk sampel/reagen, bersihkan disk
dengan air bersih lalu keringkan dengan kasa. Gunakan kasa
yang dibasahi dengan air atau desinfektan untuk
membersihkan bagian dalam dari komparment, masukkan
kembali disk sampel/reagen, tutup kembali.
3) Perawatan bulanan (monthly maintenance)
a) Pencucian probe
Pastikan alat dalam keadaan mati, tarik lengan probe ke
posisi tertinggi. Rotasikan lengan lalu pindahkan probe dari
tempat pencucian. Bersihkan bagian dalam dengan
kapas,kemudian tarik kembali probe dan rotasikan kembali ke
posisi semula.
b) Pencucianmixing bar
Pastikan alat dalam keadaan mati, tarik lengan bar ke
posisi tertinggi. Rotasikan lengan lalu pindahkan bar dari
tempat pencucian. Bersihkan bagian dalam dengan kapas,
kemudian tarik kembali bar dan rotasikan kembali ke posisi
semula.
4) Perawatan Enam Bulan (six month maintenance)
a) Pembersihan layar yang berdebu
b) Penggantian filter
Lepaskan rakitan tutup tangki air Dl dan letakkan pada
tempat yang bersih, bersihkan rakitan filter secara hati-hati.
Suntikkan air kedalam rakitan filter baru melalui adaptor yang
besar dengan menggunakan jarum suntik, apabila sudah ada
35
air yang naik hentikan suntikan. Ini dilakukan agar filter
tenggelam kedasar tangki. Hubungkan filter baru ke tabung
rakitan tertutup. Untuk menghilangkan gelembung udara yang
ada dalam filter baru, pastikan alat dalam keadaan stand by,
lalukan reset beberapa kali, lihat kembali gelembung udara
didalam tabung, jika sudah tidak ada proses selesai.
5) Perawatan yang tidak teratur (Irregular maintenance)
a) Pembersihan probe dari sumbatan
Pastikan alat dalam keadaan mati, pindahkan disk
sampel/reagen, tarik lengan probe ke batas tertinggi, rotasikan
lengan probe ke bagian disk sampel/reagen. Lepaskan bagian
penutup atas, tahan konektor cairan probe dengan satu tangan
konektor tabung yang lain. Lepaskan konektor dari probe,
tarik perlahan probe jauh dari probe lengan. Berhati-hati
sehingga gasket di dalam probe tidak putus, gunakan jarum
suntik untuk memasukkan cairan pembersih lakukan beberapa
kali hingga cairan mengalir lancar dari ujung probe. Pasang
kembali penutup dengan benar.
b) Penggantian probe
c) Penggantian mixing probe
d) Perakitan syringe
e) Pembersihan gelembung udara dari syringe
f) Penggantian lampu
Pastikan alat dalam keadaan mati, tunggu selama 15
menit agar lampu dan alat dingin. Pindahkan penutup kanan
unit analisa, lepaskan kabel dan konektor lalu sekrup penekan
lampu. Pindahkan lampu lama lalu pasang lampu baru, pasang
kembali penutup.
36
f. Pemecahan masalah ( Troubleshooting )
Beberapa permasalahan yang terjadi dapat dilihat padatabel
berikut:
Tabel 2: troubleshooting yang umumnya sering terjadi pada alat
Kode Pesan Tindakan
400000580008
Operating software error:
Startup check is not finished
normally
Cek unit analisis saat
melakukan koneksi, matikan
kembali alat kemudian
lakukan koneksi ulang
500001180000
Operating software error:
calibration interval of … is out.
Please re-calibrate in time
Lakukan ulang kalibrasi
400001150006 Operating software error: Waste
full
Cek dan kosongkan tangki
limbah.
400001140006
Operating software error:
Detergent exhausted, or invalid
sensor
Cek tangki akuades, jika tidak
cukup tambahkan.
400001100000 Test result error: QC out of
control
Lakukan pemeriksaan bahan
kontrol ulang
400000970001 Test result error : Sample blank
of .. to low Ulang pemeriksaan.
400000980001 Test result error : Sample blank
of .. to high Ulang pemeriksaan.
(Sumber : Operator’s Manual, BS-200®)
37
D. Efisiensi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian Efisiensi adalah :
“1. Ketepatan cara (Usaha, Kerja) dalam menjalankan sesuatu (dengan tidak
membuang waktu, tenaga, biaya), kedaya-gunaan; ketepat-gunaan;
kesangkilan 2. Kemampuan menjalankan tugas dengan baik dan tepat
(dengan tidak membuang waktu, tenaga, biaya)”
Sedangkan menurut Ida Savitri Kusmargiani efisiensi dapat diartikan
sebagai perbandingan antara keluaran (output) dengan masukan (input), atau
jumlah keluaran yang dihasilkan dari satu input yang dipergunakan. Menurut
Ida Savitri Kusmargiani dalam Syafaroedin Sabar (1989) suatu perusahaan
dapat dikatakan efisien jika :
1. Mempergunakan jumlah unit input yang lebih sedikit dibandingkan
dengan jumlah input yang dipergunakan oleh perusahaan lain dengan
menghasilkan output yang sama.
2. Menggunakan jumlah unit input yang sama, dapat menghasilkan jumlah
output yang lebih besar.
Menurut Warsana konsep efisiensi diperkenalkan oleh Michael Farrell
dengan mendefinisikan sebagai kemampuan organisasi produksi untuk
menghasilkan produksi tertentu pada tingkat biaya minimum (Kopp dalam
Kusumawardani, 2001)
Sedangkan menurut Warsana dalam Farrel dalam Indah Susantun
(2000) membedakan efisiensi menjadi tiga yaitu efisiensi teknik, efisiensi
alokatif (harga) dan efisiensi ekonomis. Efisiensi teknik mengenai hubungan
antara input dan output. Efisiensi alokatif tercapai jika penambahan tersebut
mampu memaksimumkan keuntungan yaitu menyamakan produk marjinal
setiap faktor produksi dengan harganya. Sedangkan efisiensi ekonomi dapat
dicapai jika kedua efisiensi yaitu efisiensi teknik dan efisiensi harga dapat
tercapai.
38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 31 Januari s/d 18 Mei
2013.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Unit Kerja Kimia Klinik Laboratorium
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
B. Jenis dan Rancangan Penelitian
Dalam penelitian Karya Tulis Ilmiah ini, peneliti menggunakan
metode deskriptif non-eksperimental. Penelitian deskriptif non-eksperimental
yaitu suatu metode penelitian yang observasinya dilakukan terhadap sejumlah
ciri (variabel) subyek menurut keadaan apa adanya (in nature), tanpa ada
manipulasi atau intervensi peneliti, yang tujuan utamanya untuk mengetahui
dan membuat gambaran atau mendeskripsikan baik yang berupa faktor
maupun efek atau hasil tentang suatu keadaan secara objektif dimana dapat
mengungkapkan berbagai aspek terutama dari segi efisien dan efektifitas.
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
rancangan cross sectional. Dipilih cross sectional karena pengumpulan data
dilakukan pada satu saat atau periode tertentu dan pengamatan subjek hanya
dilakukan satu kali selama penelitian, besarnya sampel tidak dihitung, tetapi
ditentukan berdasarkan periode tertentu, pengumpulan datanya disesuaikan
kreteria studi, dan tidak ada hipotesis spesifik. (Eko Budiantoro, 2004:61)
39
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas
objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan. (Sugiyono, 2005:49)
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasien yang
melakukan pemeriksaan kimia klinik dengan menggunakan alat kimia
klinik otomatis Mindray BS-200® di unit kimia klinik laboratorium
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya dari tanggal 31 Januari s/d 18
Mei 2013.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang nilai/karekteristiknya
kita ukur dan yang nantinya kita pakai untuk menduga karakteristik dari
populasi. (Hastono dan Sabri, 2008:4)
Teknik pengambilan data yang digunakan adalah accidental
sampling karena sampel didasarkan pada yang kebetulan ada, yaitu
pengambilan sampel pada pasien yang melakukan pemeriksaan kimia
klinik dengan alat kimia klinik otomatis Mindray BS-200® yang diambil
selama 30 hari di unit kimia klinik laboratorium RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya.
D. Variabel dan Definisi Operasional Variabel
1. Variabel
Penelitian ini menggunakan variabel mandiri karena terdiri dari
satu variabel, yaitu gambaran efisiensi waktu alat kimia klinik otomatis
di Laboratorium RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
2. Definisi Operasional Variabel
a. Gambaran adalah hasil uraian keterangan dan penjelasan mengenai
suatu masalah.
40
b. Efisiensi adalah ketepatan cara (usaha, kerja) dalam menjalankan
sesuatu dengan tidak membuang-buang waktu, tenaga, dan biaya.
c. Waktu adalah masa.
d. Kimia klinik adalah kandungan kimiawi yang ada didalam cairan
tubuh.
e. Alat kimia klinik otomatis adalah suatu alat ukur otomatis yang dapat
melakukan pemeriksaan kimia klinik dengan berbagai parameter.
E. Jenis Data
Jenis data penelitian ini menurut sifatnya adalah data kuantitatif yaitu
data yang dinyatakan dalam bentuk angka (jumlah) dan diukur besar kecilnya
sedangkan menurut skalanya merupakan data rasio karena data satu dengan
lainnya bisa diperbandingkan, bisa dilihat sebagai data interval karena
diketahui jaraknya dan mengenal angka 0 mutlak.
F. Teknik Pengumpulan dan Sumber Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk penelitian ini yaitu
teknik observasi. Peneliti melakukan observasi dengan cara mengamati dan
melihat fenomena lalu membuat catatan waktu pemeriksaan melalui kuvet
reaksi dari waktu sampel mulai start sampai keluar hasil (Output Results).
Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini adalah sumber data
primer, yaitu yang berasal dari hasil amatan pemeriksaan kimia klinik dengan
alat kimia klinik otomatis Mindray BS-200®.
G. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pemeriksaan kimia klinik
dengan menggunakan alat antara lain seperangkat alat kimia klinik otomatis
Mindray BS-200®, angket penelitian, beserta alat pendukung lainnya untuk
membuat catatan waktu hasil pemeriksaan kimia klinik.
41
H. Metode dan Cara Kerja
Penetapan waktu pemeriksaan kimia klinik dengan menggunakan alat
kimia klinik otomatis adalah dengan mencatat waktu pemeriksaan yang
terdapat dalam kuvet reaksi, yaitu dimulai saat start sampai keluar hasil
(Output Results).
Gambar 4: Prosedur Pipetasi (Sumber: Service Manual, BS-200®)
I. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kajian analisis deskriptif
meliputi penataan, peringkasan dan penggambaran. Data hasil penelitian
ditata berupa tabel, dibuat ringkasan ukuran pusat berupa modul, mean dan
median kemudian digambarkan berupa grafik atau diagram.
J. Pengolahan dan PenyajianData
Dari penelitian yang dilakukan data yang telah terkumpul diolah
(editing, coding dan tabulating) kemudian dikelompokkan sesuai dengan
karakteristik data, kemudian diringkaskan dengan tabel atau grafik agar
memudahkan dalam menginterpretasikannya yang selanjutnya bisa ditarik
kesimpulan. (Fajar Ibnu, dkk 2009)
Metode statistik yang dipakai adalah statistik deskriptif. Tujuannya
untuk mengatur, meringkas, menyajikan dan memberikan deskripsi data agar
data menjadi lebih mempunyai makna. Kegiatan statistik deskriptif meliputi
pengumpulan data, pengorganisasian data, penyajian data berupa tabel
dan/atau grafik dengan perhitungan statistik sederhana seperti rata-rata,
42
median, modus, simpangan baku, rasio, rate, proporsi, presentase, dan lain-
lain sesuai dengan skala ukuran data yang diperoleh dari pengamatan dan
melihat catatan waktu pemeriksaan kimia klinik dengan alat kimia klinik
otomatis Mindray BS-200®.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian waktu pemeriksaan kimia klinik dengan menggunakan alat
kimia klinik otomatis Mindray BS
laboratorium RSUD dr. Doris sylvanus Palangka Raya. Dari hasil
pemeriksaan yang dilakukan, dihitung waktu analisa sampel saat mulai
pemeriksaan sampai keluar hasil (
Pemeriksaan kimia klinik adalah pemeriksaan yang dapat digunakan
untuk uji saring, diagnostik, ataupun terapi. Pada keadaan tertentu
pemeriksaan ini dibutuhkan cepat agar pengobatan dapat segera mungkin
dilakukan.
Berdasarkan data hasil waktu pemeri
30 hari di unit kimia klinik laboratorium RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya, diperoleh data hasil
berikut:
Gambar 12: Grafik Jumlah dan
522
Jum
lah P
emer
iksa
an
Glukosa
Kolesterol
AST
HDL
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Penelitian waktu pemeriksaan kimia klinik dengan menggunakan alat
kimia klinik otomatis Mindray BS-200® ini dilakukan di unit kimia klinik
laboratorium RSUD dr. Doris sylvanus Palangka Raya. Dari hasil
pemeriksaan yang dilakukan, dihitung waktu analisa sampel saat mulai
pemeriksaan sampai keluar hasil (output results).
Pemeriksaan kimia klinik adalah pemeriksaan yang dapat digunakan
untuk uji saring, diagnostik, ataupun terapi. Pada keadaan tertentu
pemeriksaan ini dibutuhkan cepat agar pengobatan dapat segera mungkin
Berdasarkan data hasil waktu pemeriksaan terhadap sampel sebanyak
30 hari di unit kimia klinik laboratorium RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya, diperoleh data hasil jumlah pemeriksaan yang disajikan seperti grafik
Gambar 12: Grafik Jumlah dan Parameter Pemeriksaan
522
242
441382
429 420
14 15
294340
1589
257
Parameter Pemeriksaan
Jumlah dan Parameter Pemeriksaan
Ureum Kreatinin Asam Urat
Kolesterol Trigliserida Bilirubin Total Bilirubin Direks
ALT Total Protein Albumin
43
Penelitian waktu pemeriksaan kimia klinik dengan menggunakan alat
200® ini dilakukan di unit kimia klinik
laboratorium RSUD dr. Doris sylvanus Palangka Raya. Dari hasil
pemeriksaan yang dilakukan, dihitung waktu analisa sampel saat mulai start
Pemeriksaan kimia klinik adalah pemeriksaan yang dapat digunakan
untuk uji saring, diagnostik, ataupun terapi. Pada keadaan tertentu
pemeriksaan ini dibutuhkan cepat agar pengobatan dapat segera mungkin
ksaan terhadap sampel sebanyak
30 hari di unit kimia klinik laboratorium RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka
aan yang disajikan seperti grafik
257
Asam Urat
Bilirubin Direks
Albumin
Dari grafik gambar 12 didapat bahwa pemeriksaan yang paling
banyak dilakukan oleh pasien adalah pemeriksaan glukosa 522, kreatinin 441,
kolesterol 429, trigliserida 420, asam urat 382, ALT 340, AST 294, HDL
kolesterol 257, ureum 242, albumin 89, total protein 1
dan bilirubin total 14 pemeriksaan.
Berdasarkan data waktu terlama dan tercepat pemeriksaan, disajikan
data sebagai berikut :
Gambar 13 : Grafik Waktu Terlama dan T
0:00:00
0:02:53
0:05:46
0:08:38
0:11:31
0:14:24
0:17:17
Glukosa
Ureum
Kreatinin
Asam Urat
Kolesterol
Trigliserida
Bilirubin Total
Bilirubin Direks
AST
ALT
Total Protein
Albumin
HDL
Wak
tu P
emer
iksa
an
grafik gambar 12 didapat bahwa pemeriksaan yang paling
banyak dilakukan oleh pasien adalah pemeriksaan glukosa 522, kreatinin 441,
kolesterol 429, trigliserida 420, asam urat 382, ALT 340, AST 294, HDL
kolesterol 257, ureum 242, albumin 89, total protein 15, bilirubin direks 15
dan bilirubin total 14 pemeriksaan.
Berdasarkan data waktu terlama dan tercepat pemeriksaan, disajikan
data sebagai berikut :
Gambar 13 : Grafik Waktu Terlama dan Tercepat Pemeriksaan
0:00:00
0:02:53
0:05:46
0:08:38
0:11:31
0:14:24
0:17:17
Waktu Terlama Waktu Tercepat0:11:10 0:07:58
0:14:06 0:10:22
0:13:35 0:09:50
0:14:08 0:10:38
0:12:16 0:07:42
0:11:26 0:07:42
Bilirubin Total 0:13:50 0:11:10
Bilirubin Direks 0:15:06 0:12:16
0:12:26 0:08:45
0:14:24 0:08:44
Total Protein 0:11:44 0:09:50
0:13:18 0:09:30
0:15:11 0:09:03
Waktu Terlama dan Tercepat Pemeriksaan
44
grafik gambar 12 didapat bahwa pemeriksaan yang paling
banyak dilakukan oleh pasien adalah pemeriksaan glukosa 522, kreatinin 441,
kolesterol 429, trigliserida 420, asam urat 382, ALT 340, AST 294, HDL-
5, bilirubin direks 15
Berdasarkan data waktu terlama dan tercepat pemeriksaan, disajikan
ercepat Pemeriksaan
Waktu Tercepat0:07:58
0:10:22
0:09:50
0:10:38
0:07:42
0:07:42
0:11:10
0:12:16
0:08:45
0:08:44
0:09:50
0:09:30
0:09:03
Waktu Terlama dan Tercepat Pemeriksaan
Dari grafik gambar 13 dapat dilihat bahwa waktu
melakukan pemeriksaan kimia klinik adalah parameter HDL
15 menit 11 detik, bilirubin direks 15 menit 6 detik, ALT 14 menit 24 detik,
asam urat 14 menit 8 detik, ureum 14 menit 6 detik, bilirubin total 13 menit
50 detik, kreatinin 13 menit 35 detik, albumin 13 menit 18 detik, AST 12
menit 26 detik, kolesterol 12 menit 16 detik, total protein 11 menit 44 detik,
trigliserida 11 menit 26 detik, dan glukosa 11 menit 10 detik.
Waktu tercepat untuk pemeriksaan adalah untuk parameter
dan trigliserida yaitu 7 menit 42 detik, glukosa 7 menit 58 detik, ALT 8 menit
44 detik, AST 8 menit 45 detik, HDl
menit 30 detik, total protein 9 menit 50 detik, kreatinin 9 menit 50 detik,
ureum 10 menit 22 detik, asam urat 10 menit 38 detik, bilirubin total 11 menit
10 detik dan bilirubin direks 12 menit 16 detik.
Untuk rata
berikut :
Gambar 14
0:13:06
0:09:51
0:10:42
0:10:48
0:10:57
Rata-Rata Waktu Analisa Tiap Parameter Pemeriksaan
Dari grafik gambar 13 dapat dilihat bahwa waktu
melakukan pemeriksaan kimia klinik adalah parameter HDL
15 menit 11 detik, bilirubin direks 15 menit 6 detik, ALT 14 menit 24 detik,
asam urat 14 menit 8 detik, ureum 14 menit 6 detik, bilirubin total 13 menit
tinin 13 menit 35 detik, albumin 13 menit 18 detik, AST 12
menit 26 detik, kolesterol 12 menit 16 detik, total protein 11 menit 44 detik,
trigliserida 11 menit 26 detik, dan glukosa 11 menit 10 detik.
Waktu tercepat untuk pemeriksaan adalah untuk parameter
dan trigliserida yaitu 7 menit 42 detik, glukosa 7 menit 58 detik, ALT 8 menit
44 detik, AST 8 menit 45 detik, HDl-kolesterol 9 menit 3 detik, albumin 9
menit 30 detik, total protein 9 menit 50 detik, kreatinin 9 menit 50 detik,
22 detik, asam urat 10 menit 38 detik, bilirubin total 11 menit
10 detik dan bilirubin direks 12 menit 16 detik.
Untuk rata-rata parameter pemeriksaan dapat dilihat seperti grafik
Gambar 14 : Grafik Rata-rata Waktu Analisa Tiap Parameter P
0:08:560:11:12
0:10:43
0:11:31
0:08:49
0:08:47
0:12:270:13:06
0:11:44
Rata Waktu Analisa Tiap Parameter Pemeriksaan
45
Dari grafik gambar 13 dapat dilihat bahwa waktu terlama untuk
melakukan pemeriksaan kimia klinik adalah parameter HDL-kolesterol yaitu
15 menit 11 detik, bilirubin direks 15 menit 6 detik, ALT 14 menit 24 detik,
asam urat 14 menit 8 detik, ureum 14 menit 6 detik, bilirubin total 13 menit
tinin 13 menit 35 detik, albumin 13 menit 18 detik, AST 12
menit 26 detik, kolesterol 12 menit 16 detik, total protein 11 menit 44 detik,
Waktu tercepat untuk pemeriksaan adalah untuk parameter kolesterol
dan trigliserida yaitu 7 menit 42 detik, glukosa 7 menit 58 detik, ALT 8 menit
kolesterol 9 menit 3 detik, albumin 9
menit 30 detik, total protein 9 menit 50 detik, kreatinin 9 menit 50 detik,
22 detik, asam urat 10 menit 38 detik, bilirubin total 11 menit
rata parameter pemeriksaan dapat dilihat seperti grafik
Waktu Analisa Tiap Parameter Pemeriksaan
0:11:31
Glukosa
Ureum
Kreatinin
Asam Urat
Kolesterol
Trigliserida
Bilirubin Total
Bilirubin Direks
AST
ALT
Total Protein
Albumin
HDL-Kolesterol
Berdasarkan grafik gambar 14 didapat rata
pemeriksaan seperti glukosa 8 menit 56 detik, ureum 11 menit 12 detik,
kreatinin 10 menit 43 detik, kreatinin 10 menit 43detik, asam urat 11 menit
31 detik, kolesterol 8 menit 49 detik, triglis
total 12 menit 27 detik, bilirubin direks 13 menit 6 detik, AST 9 menit 51
detik, ALT 10 menit 42 detik, total protein 10 menit 48 detik, albumin 10
menit 57 detik dan HDL
Untuk lamanya pemeri
Gambar 15 : Grafik Lamanya
Dari grafik gambar 15 didapat bahwa lamanya waktu analisa untuk
jumlah pasien sebanyak 828 orang dengan jumlah paramet
3450 tes membutuhkan waktu analisa selama 44 jam 8 menit 3 detik.
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
44:08:03
Jum
lah
Waktu Analisa
Lama Analisa Berbanding Jumlah Pasien dan Pemeriksaan
Berdasarkan grafik gambar 14 didapat rata-
pemeriksaan seperti glukosa 8 menit 56 detik, ureum 11 menit 12 detik,
kreatinin 10 menit 43 detik, kreatinin 10 menit 43detik, asam urat 11 menit
31 detik, kolesterol 8 menit 49 detik, trigliserida 8 menit 47 detik, bilirubin
total 12 menit 27 detik, bilirubin direks 13 menit 6 detik, AST 9 menit 51
detik, ALT 10 menit 42 detik, total protein 10 menit 48 detik, albumin 10
menit 57 detik dan HDL-kolesterol 11 menit 44 detik.
Untuk lamanya pemeriksaan dapat dilihat seperti grafik berikut :
: Grafik Lamanya Waktu Analisa Berbanding Jumlah Pasien Dan Jumlah Pemeriksaan
Dari grafik gambar 15 didapat bahwa lamanya waktu analisa untuk
jumlah pasien sebanyak 828 orang dengan jumlah paramet
3450 tes membutuhkan waktu analisa selama 44 jam 8 menit 3 detik.
Pasien Jumlah Pemeriksaan (Test)
828 3460
Lama Analisa Berbanding Jumlah Pasien dan Pemeriksaan
46
-rata parameter
pemeriksaan seperti glukosa 8 menit 56 detik, ureum 11 menit 12 detik,
kreatinin 10 menit 43 detik, kreatinin 10 menit 43detik, asam urat 11 menit
erida 8 menit 47 detik, bilirubin
total 12 menit 27 detik, bilirubin direks 13 menit 6 detik, AST 9 menit 51
detik, ALT 10 menit 42 detik, total protein 10 menit 48 detik, albumin 10
ksaan dapat dilihat seperti grafik berikut :
Analisa Berbanding Jumlah Pasien Dan Jumlah Pemeriksaan
Dari grafik gambar 15 didapat bahwa lamanya waktu analisa untuk
jumlah pasien sebanyak 828 orang dengan jumlah parameter pemeriksaan
3450 tes membutuhkan waktu analisa selama 44 jam 8 menit 3 detik.
Lama Analisa Berbanding Jumlah Pasien dan Pemeriksaan
47
B. Pembahasan
Sekarang ini laboratorium merupakan salah satu lingkungan yang
paling dinamis dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan. Tenaga medis
berupaya memperluas jangkauan pelayanan karena persaingan pada era
globalisasi seperti sekarang ini terutama disektor swasta sudah semakin tajam
dan ketat. Dalam menghadapi persaingan tersebut, laboratorium secara terus
menerus harus mengevaluasi dan memadukan teknologi yang berubah sangat
cepat ke dalam kegiatan pelayanannya. Untuk itu perlu dikembangkan sistem
informasi laboratorium untuk mendukung evaluasi pelayanan laboratorium.
Sistem otomatisasi laboratorium ditujukan untuk menyajikan data
dengan serapi mungkin agar mudah dalam pembacaan, tepat waktu dan bebas
dari kesalahan. Keuntungan yang didapat dalam otomatisasi sistem
laboratorium berupa berkurangnya kesalahan dalam pelaporan, pengarsipan,
biaya kertas, mudah pembacaan, mempermudah input data pasien dan jumlah
pemeriksaan yang diminta, proses biaya, jumlah pendapatan, reagen,
rekapitulasi hasil, dan lain-lain. (Yuni Mahwati, 2009)
Dalam memberikan bentuk pelayanan kepada pelanggan, laboratorium
haruslah menerapkan standar pelayanan yang sama yaitu tidak membedakan
antara pelanggan yang satu dan yang lain. Pelanggan berarti orang yang
menerima suatu produk laboratorium yaitu laporan pemeriksaan, termasuk
pendapat dan interpretasi terhadap hasil pemeriksaan tersebut. Demi
mendapatkan kepuasan pelanggan, maka laboratorium hendaknya memacu
diri untuk mempunyai mutu yang tinggi termasuk mempertimbangkan aspek-
aspek teknis dan non-teknis. Aspek teknis meliputi dalam hal presisi dan
akurasi yang baik, sedangkan aspek non-teknis meliputi kemampuan
dokumentasi atau penyimpanan data yang baik, sehingga dapat dipertahankan
secara ilmiah maupun hukum.
Untuk mewujudkan hal ini berarti diperlukan keterpaduan operational
laboratorium mulai dari pengambilan sampel, penanganan, pemeriksaan
sampai nanti laporan hasil sampai pada pasien. Oleh karena itu, kualitas
pelayanan laboratorium harus dipertahankan dan senantiasa ditingkatkan
48
demi perbaikan kualitas pelayanan untuk menghadapi era kompetisi yang
semakin ketat.
Upaya tersebut juga sekarang yang dilakukan oleh laboratorium
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat untuk mendukung upaya penyembuhan,
pemulihan kesehatan serta untuk penegakkan diagnosis suatu penyakit. Untuk
menilai kinerja dan mutu pelayanan di laboratorium perlu diukur kembali
hasil pelayanannya, misal jumlah pemeriksaan laboratorium berdasarkan
kategori pemeriksaan, rata-rata pemeriksaan per hari, dan lain-lain.
Dari data hasil waktu pemeriksaan kimia klinik di unit kimia klinik
laboratorium RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya, bahwa pemeriksaan
yang paling banyak diminta untuk adalah pemeriksaan glukosa 522, hal ini
dikarenakan pemeriksaan glukosa itu sendiri dapat digunakan untuk
pemeriksaan skrining, diagnosis untuk penyakit DM, dan terapi. Sedangkan
untuk pemeriksaan yang paling sedikit yaitu pemeriksaan bilirubin
dikarenakan pemeriksaan ini hanya digunakan untuk diagnosis pentakit
tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa pemeriksaan-pemeriksaan penting
seperti glukosa harus berbanding lurus dengan cepatnya pengerjaan sampel
untuk analisa karena semakin banyak permintaan pemeriksaan waktu analisa
juga harus semakin cepat.
Pemeriksaan-pemeriksaan dengan prinsip reaksi end-point seperti
glukosa, trigliserida dan kolesterol yang menggunakan 1 jenis reagen hasil
yang dikeluarkan akan lebih cepat karena sampel dan reagen akan langsung
bereaksi, sedangkan untuk parameter asam urat, albumin, total protein,
bilirubin total, dan bilirubin direks memakai 2 jenis reagen, waktu
pemeriksaan akan lebih lama karena setelah penambahan sampel dan reagen
yang pertama, dibutuhkan waktu inkubasi kembali, lalu ditambah reagen yang
kedua sebelum dilakukan pengukuran.
Pemeriksaan dengan prinsip reaksi fixed-time seperti ureum dan
kreatinin, waktu pemeriksaan akan lebih cepat dibanding dengan pengerjaan
49
secara semi-otomatis, kreatinin lebih lambat dibanding semi-otomatis karena
pada alat semi-otomatis reagen memakai prinsip kinetic, jadi ia lebih cepat.
Pemeriksaan dengan prinsip reaksi kinetic seperti AST, ALT, dan
HDL-kolesterol. Pada pemeriksaan menggunakan alat semi-otomatis lebih
cepat karena parameter seperti AST atau ALT langsung dikerjakan sedangkan
untuk HDL-kolesterol lebih cepat karena pada pengerjaan secara semi-
otomatis lama untuk proses presipitan.
Sekarang ini pembangunan di bidang kesehatan diarahkan untuk
tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi
setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal dan
terjangkau untuk seluruh lapisan masyarakat. Dan seiring dengan semakin
berkembangnya globalisasi, meningkatnya status perekonomian masyarakat,
kemudahan komunikasi serta peningkatan pengetahuan sebagai hasil
pembangunan nasional di berbagai bidang telah menyebabkan masyarakat
menuntut pelayanan kesehatan yang lebih bermutu, ramah serta sanggup
memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatan.
Dalam menghadapi masalah tersebut, maka persaingan antar jasa
pelayanan kesehatan juga akan semakin sengit. Oleh karenanya laboratorium
berlomba untuk mendapatkan sebanyak-banyaknya pelanggan. Banyak cara
yang dilakukan seperti menurunkan harga, namun satu hal yang esensial
adalah pelayanan dan hasil yang berkualitas.
Dalam upaya menyajikan pelayanan yang berkualitas, perlu sebuah
standarisasi pelayanan, misalnya lamanya waktu tunggu, lamanya proses
pemeriksaan, lamanya hasil pemeriksaan diselesaikan. Ukuran-ukuran seperti
ini lebih nyata diterima oleh pelanggan dan dapat dikomunikasikan lebih
mudah. Oleh karena untuk menjaga standar pelayanan penukuran-pengukuran
tersebut dipandang perlu untuk dilakukan.
Dari data diatas didapat waktu terlama untuk melakukan suatu
pemeriksaan kimia klinik adalah parameter HDL-kolesterol yaitu 15 menit 11
detik. Analisa yang lebih lama untuk parameter HDL-kolesterol dikarenakan
parameter memerlukan waktu inkubasi yang lebih lama, pemeriksaan ini juga
50
memerlukan dua komposisi reagen dibandingkan dengan parameter-
parameter lainnya berbanding terbalik jika kita lihat waktu tercepat yaitu
untuk parameter kolesterol dan trigliserida yaitu 7 menit 42 detik. Hal ini
dikarenakan parameter kolesterol dan trigliserida memerlukan waktu inkubasi
yang lebih cepat dan hanya menggunakan 1 macam reagen sehingga hasil
juga akan keluar lebih cepat.
Untuk mengevaluasi kualitas pelayanan kesehatan salah satu cara
yang dapat dilakukan adalah dengan cara melihat informasi berupa jumlah
kunjungan pemeriksaan laboratorium serta pendapatan total dari pemeriksaan
yang telah dilakukan. Informasi tersebut dilakukan agar dapat diketahui
keberhasilan pelayanan dan dapat dijadikan acuan dalam merencanakan
pelayanan dan pengembangan laboratorium. Contohnya apabila terjadi
penurunan jumlah kunjungan atau jumlah pendapatan dari tahun sebelumnya,
maka perlu dilakukan evaluasi untuk mengetahui kendala-kendala yang
mengakibatkan terjadinya penurunan jumlah kunjungan atau pendapatan
tersebut. Hasil pendapatan menunjukkan bahwa kurang baiknya pelayanan
laboratorium.
Untuk itu perlu diketahui jumlah pemeriksaan per harinya, jumlah
pasien setiap harinya dan pemakaian reagen untuk tiap pemeriksaan agar
informasi ini nantinya dapat dievaluasi dalam pelayanan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan.
Berdasarkan hasil penelitian, lamanya waktu analisa untuk jumlah
pasien sebanyak 828 orang dengan jumlah parameter pemeriksaan 3460 tes
membutuhkan waktu analisa selama 44 jam 8 menit 3 detik. Jika jumlah
parameter dibagi dengan waktu analisa dapat dinyatakan bahwa setiap jamnya
alat dapat menganalisa sampai 80 parameter perjam untuk 20 pasien didapat
dari jumlah pasien bagi waktu analisa. Hal ini menunjukan bahwa dengan
waktu kerja selama 7 jam alat dapat menganalisa ±140 pasien dengan jumlah
parameter per jam nya ± 560 tes tanpa kita melakukan preparasi sampel.
Di unit kimia klinik laboratorium RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya, dengan jumlah pasien rata-rata per hari 70-80 pasien ini berarti jam
51
kerja alat untuk menganalisa sampel adalah selama 3,5 sampai 4 jam kerja
dengan jumlah parameter pemeriksaan antara 280-320 per harinya. Hal ini
berarti jumlah kuvet yang diperlukan per harinya juga sekitar 28-32 buah
karena kuvet dipakai untuk satu jenis pemeriksaan.
Jika per harinya ada 7 jam kerja dan analisa diperlukan waktu selama
3,5 sampai 4 jam masih ada 3-3,5 jam untuk preparasi sampel, pergantian
kuvet, mengatasi trouble, mengganti kuvet, menulis hasil di rekap buku hasil,
dilembar hasil laboratorium, dan lain-lain berarti dapat dinyatakan efisiensi
alat terhadap jumlah pasien dan jam kerja sudah efisien.
Efisiensi alat terhadap pemakaian reagen jika dikalkulasi didapat
bahwa setiap kit reagen dapat melakukan pemeriksaan sebanyak 500 tes, hal
ini dikarenakan bahwa volume reagen yang dipakai untuk analisa jumlahnya
sangat sedikit dibanding dengan jika reagen dipakai untuk alat semi-otomatis
volume reagen yang dipakai biasanya 1 mL hal ini berarti 1 kitnya cuma
dapat melakukan 400 tes. Ini berarti dapat dinyatakan efisiensi alat terhadap
pemakaian reagen juga sudah efisien.
52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil data yang diperoleh, peneliti dapat menarik beberapa
kesimpulan antara lain:
1. Rata-rata parameter pemeriksaan seperti glukosa 8 menit 56 detik, ureum
11 menit 12 detik, kreatinin 10 menit 43 detik, kreatinin 10 menit 43
detik, asam urat 11 menit 31 detik, kolesterol 8 menit 49 detik,
trigliserida 8 menit 47 detik, bilirubin total 12 menit 27 detik, bilirubin
direks 13 menit 6 detik, AST 9 menit 51 detik, ALT 10 menit 42 detik,
total protein 10 menit 48 detik, albumin 10 menit 57 detik dan HDL-
kolesterol 11 menit 44 detik.
2. Bahwa dengan waktu kerja selama 7 jam alat dapat menganalisa ±140
pasien dengan jumlah parameter per jam nya ± 560 tes tanpa kita
melakukan preparasi sampel. Di unit kimia klinik laboratorium RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya, dengan jumlah pasien rata-rata per hari
70-80 pasien ini berarti jam kerja alat untuk menganalisa sampel adalah
selama 3,5 sampai 4 jam kerja dengan jumlah parameter pemeriksaan
antara 280-320 per harinya, masih ada 3-3,5 jam untuk preparasi sampel,
pergantian kuvet, mengatasi trouble, mengganti kuvet, menulis hasil di
rekap buku hasil, dilembar hasil laboratorium, dan lain-lain. Berarti dapat
dinyatakan efisiensi alat terhadap jumlah pasien dan jam kerja sudah
efisien.
53
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan sebelumnya, peneliti
ingin memberikan saran sebagai berikut:
1. Laboratorium-laboratorium swasta atau rumah sakit sudah harus
menjadikan sistem otomatisasi sebagai visi kearah depannya.
2. Untuk laboratorium rumah sakit apabila permintaan laboratorium yang
diminta cuma satu pemeriksaan dalam hal ini pemeriksaan kreatinin,
AST, ALT, protein total atau albumin lebih efisien jika pemeriksaan
menggunakan peralatan semi-otomatis sedangkan apabila ada
pemeriksaan lain atau pemeriksaan tersebut dikombinasikan maka lebih
efisien menggunakan peralatan otomatis.
3. Untuk masyarakat apabila ingin mendapatkan hasil yang cepat dapat
memilih laboratorium-laboratorium dengan fasilitas peralatan otomatis.
4. Untuk mahasiswa bahwa kedepannya otomatisasi merupakan hal yang
tidak bisa dihindari, oleh karenanya pemahaman akan prinsip-prinsip
otomatisasi akan sangat diperlukan dalam mendukung pemberian
pelayanan kesehatan.
5. Untuk peneliti selanjutnya dapat memilih hubungan otomatisasi dengan
kualitas pelayanan.