PEMIKIRAN DAKWAH KH -...
Transcript of PEMIKIRAN DAKWAH KH -...
PEMIKIRAN DAKWAH KH. MUHAMMAD IDRIS JAUHARI
DALAM BUKU DZIKRULLAH SEPANJANG WAKTU
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
ISNA HIDAYATI TF NIM: 106051001835
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010 M
PEMIKIRAN DAKWAH KH. MUHAMMAD IDRIS JAUHARI
DALAM BUKU DZIKRULLAH SEPANJANG WAKTU
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
ISNA HIDAYATI TF NIM: 106051001835
Di Bawah Bimbingan,
Dr. Fatmawati, MA 197609172001122002
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi ini berjudul PEMIKIRAN DAKWAH KH. MUHAMMAD
IDRIS JAUHARI DALAM BUKU DZIKRULLAH SEPANJANG WAKTU
telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 10 Juni 2010. Skripsi ini telah
diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam
(S.Kom.I) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Jakarta, 10 Juni 2010
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,
Drs. Jumroni, M.si Umi Musyarrofah, MA NIP 19630515 199203 1006 NIP 197108161997032002
Anggota,
Penguji I Penguji II,
Drs. H. Adi Badjuri. MM Dra. Nasichah, MA NIP 10540828 198003 1 001 NIP 196711261996032001
Pembimbing
Dr. Fatmawati, MA NIP 197609172001122002
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau hasil jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 10 Juni 2010
Isna Hidayati. TF
MOTTO:
Ora Etra Bora "Berusaha dan berdoa"
Do The Best and Do Like You Thing No Tomorrow
Bagiku Tak Ada Yang Tak Mungkin Kecuali Tidak Mau Melakukan
DEDIKASI PONDOK PESANTREN AL-AMIEN UNTUK KAMI
Ilmu yang diperoleh dari pondok harus senantiasa disadari sebagai:
1. KUNCI yang harus kalian perguanakan sendiri untuk memebuka khasanah Ilmu Pengetahuan yang seluas-luasnya
2. DASAR / PONDASI yang harus kalian bangun di atasnya sebuah bangunan yang kuat dan kokoh
3. MODAL AWAL yang harus kalian putar dan kembangkan sendiri, sehingga mendatangkan keuntungan dan manfaat yang sebesar-besarnya untuk diri kalian sendiri dan orang lain
4. BIBIT / BENIH yang harus kalian pelihara sebaik mungkin untuk kalian semaikan di atas tanah yang subur dan produktif sehingga ia berbuah selebat-lebatnya
5. PEMANASAN / WARMING UP dari suatu pertandingan besar yang akan kalian hadapi dimasyarakat kelak.
6. LANGKAH-LANGKAH PENDAHULUAN dari seribu, sejuta, selaksa langkah yang akan kalian jalani…..
BIODATA PENULIS
Nama : Isna Hidayati Taufik TTL : Sumenep, 27 November 1987 Alamat : Pond-Pest Matlabul Ulum Desa Jambu Kec. Lenteng Kab. Sumenep
Madura 69461 Email : [email protected] Pendidikan :
1. Taman Kanak-kanak
2. SDN Elak-Laok Sumenep Madura (Tamat 1999)
3. Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan Sumenep Madura dari tahun 1999
s/d 2005 selama 6 tahun
4. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2006-2010)
Pengalaman Mengajar:
1. Mengajar di Pond-Pest Ulil Al-bab di Kota Probolinggo, pada pertengahan
tahun 2005 selama setengah tahun, kegiatan ini sebagai utusan PP. Al-
Amien setelah dinyatakan Lulus
2. Guru Teater di Pond-Pest Matlabul Ulum pada tahun 2007 selama 2 bulan
Pengalaman Organisasi:
1. Ketua Konsulat Sumenep di PP. Al-Amien Pada Tahun 2003
2. Wakil Humas (ISTAMA) di PP. Al-Amien Pada Tahun 2004
3. Wakil Bagian Informasi dan Komunikasi (ISTAMA) di PP. Al-Amien
4. Ketua Seni Teater
5. Ketua Kegiatan Pelatihan Kepemimpinan “ Leadership Training” di PP.
Matlabul Ulum Selama Sebulan pada tahun 2009
6. Bagian Pengembangan Kader Padus Voice Of Communication Fakultas
Dakwah pada tahun 2007
7. Bagian Pengembangan Seni dan Budaya Di Badan Eksekutif Mahasiswa
Jurusan KPI pada tahun 2009
ABSTRAK
Sejalan dengan perintah Allah dalam wahyu pertama yang berisi isyarat Iqra’ yang berarti “Bacalah” dalam surat al-‘Alaq yang berisi tentang perintah terhadap hambanya untuk selalu membaca, yang mana perintah membaca sudah tentu pula selalu diiringi dengan perintah menulis sebagai adanya bahan yang akan dibaca. Aktivitas membaca sangat ditentukan oleh tersedianya bahan bacaan, yang menuntut produktivitas menulis, untuk itu selayaknya bagi kaum intelektual Islam terutama seorang da’i untuk menyalurkan pengetahuannya dan pemikirannya tentang ajaran Islam dalam sebuah tulisan. Berdakwah melalui karya tulis adalah salah satu metode dakwah seorang da’i yang ingin mengajak dan menjelaskan kepada pembaca atau mad’u tentang Islam dan mengajak agar ummat Islam dapat meningkatkan kualitas keimanannya sebagai hamba Allah. KH. Muhammad Idris Jauhari adalah seorang ulama yang berdakwah melalui lembaga sosial yaitu pesantren di Madura dan berdakwah melalui karya tulis. Buku Dzikrullah Sepanjang waktu adalah salah satu karya tulisnya, karya tulis ini mengajak mad’u untuk memahami Dzikrullah sepanjang waktu, dalam keadaan apapun, baik senang maupun sedih dan dimana saja kita berada untuk selalu melaksanakan dzikrullah.
Dari penjelasan di atas, maka penulis merumuskan dua pertanyaan. Bagaimana aktivitas dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari? Bagaimana pemikiran dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari dalam buku Dzikrullah Sepanjang Waktu?
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang menjelaskan fenomena pengumpulan data yang terdiri dari wawancara kepada KH. Muhammad Idris Jauhari, studi pustaka, studi dokumentasi melalui buku-buku, majalah, rekaman dan teknik analisa data. Dengan analisis data yang bersifat deskriptif, yaitu memaparkan situasi atau peristiwa.
Teori Social Construction Of Reality yang diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann. Ia menggambarkan proses sosial dimana individu menciptakan secara terus menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama. Realitas simbolis, teori ini menjelaskan sebuah realitas yang diberi makna. Sama halnya dengan KH. Muhammad Idris Jauhari yang dalam buku dzikrullah sepanjang waktu menggambarkan metode praktis dzikrullah yang dapat dilakukan secara situasional, dalam keadaan apa saja dan kapan saja.
Berdakwah melalui karya tulis merupakan sarana penyampaian pemikiran seseorang tentang Islam dan dakwah seseorang untuk memberikan pemahaman tentang Islam kepada pembaca atau mad’u agar dapat meningkatkan kualitas keimanannya. Pemikiran Dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari dalam buku Dzikrullah sepanjang waktu bahwa Dzikrullah adalah mengingat dan menyebut Tuhan baik dalam konteks ingatnya sebagai seorang hamba kepada Allah ataupun dalam konteks ingat-Nya Allah kepada sang hamba. Dalam buku dzikrullah sepanjang waktu ini memberikan pengetahuan baru bahwa dalam segala bentuk usaha dan ikhtiar seorang manusia kepada tuhannya yang ia lakukan seharusnya tidaklah terlepas satupun dari Dzikrullah. Baik itu berupa “Prestasi” seorang hamba diMata Tuhannya, baik prestasi imaniyah, ilmiyah, ataupun amaliyah yang dicapai seorang muslim, maupun yang berupa “Musibah” baik ujian, peringatan maupun azab yang menimpa seorang muslim.
i
KATA PENGANTAR
بسم اهللا الرحمن الرحيم
Puji syukur Alhamdulillah senantiasa selalu kita panjatkan kehadirat Allah
SWT. Yang mana dengan rahmat-Nya yang begitu melimpah, yang telah
menetapkan iman kita sehingga kita selalu diberi kemudahan untuk melaksanakan
segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya sehingga kita termasuk
dari golongan mukmin yang istiqomah di jalan-Nya. Amien ya robbal alamien…
Shalawat berikut salam terhantar untuk Nabi Muhammad SAW, pembawa
perdamaian, pencerahan ummat yang menjadi sejarah besar dalam Islam. Semoga
kita dapat meneladani beliau dan mengamalkan sunnah-sunnahnya. Amien…
Syukur Alhamdulillah penulisan skripsi ini dapat berjalan lancar, meski
tidak mudah melalui proses untuk mencapainya. Akan tetapi dukungan, semangat,
bimbingan, dan yang terpenting Doa dari orang-orang terdekat penulislah yang
mendorong penulis untuk tetap berusaha. Dengan segala kerendahan hati, penulis
pada kesempatan ini ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Prof.
DR. Komarudin Hidayat dan para pembantu Rektor.
2. Dekan Fakultas Dakwah Dan Komunikasi DR. Arief Subhan MA dan Para
Pembantu Dekan: Drs. Wahidin Saputra, M.Ag, Drs. Mahmud Djalal, MA,
dan Drs. Studi Rizal, LK, MA.
3. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Bapak Drs. Jumroni M.Si
dan sekretaris Jurusan Umi Musyarofah, M.Ag.
4. Karyawan Staf Tata Usaha Fakultas Dakwah dan Komunikasi
5. Perpustakaan Utama UIN beserta Staf-stafnya
ii
6. Perpustakaan Fakultas Dakwah beserta Staf-stafnya
7. Pembimbing skripsi, Dr. Fatmawati, MA yang telah banyak mengarahkan
dan memotivasi penulis selama penyelesaian skripsi ini. Terima kasih
yang sebanyak-banyaknya.
8. Dosen-dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Jakarta
9. Seluruh Jajaran Pimpinan dan Pengasuh Pondok Pesantren Al-Amien
Prenduan Sumenep Madura dan juga Pengasuh Tarbiyatul Muallimat
(TMAI), terima kasih yang telah membimbing, memberikan Ilmu, dan
memberikan bekal Agama untuk masa depan kami seterusnya agar
menjadi Muslim dan muslimah Anfa’uhum Lin nas.
10. Teruntuk kyai kami KH. Muhammad Idris Jauhari,
Terima kasih bapak kyai yang telah menyempatkan waktunya untuk
membagikan ilmu yang kesekian kalinya meski kami telah menjadi
Alumni. Begitu bangga kami bisa bersua kembali dan mengangkat karya
bapak kyai untuk dikaji lebih dalam lagi. Semoga bapak kyai senantiasa
dilimpahkan kesehatan oleh Allah agar kami murid-murid bisa lebih lama
lagi menimba ilmu pada bapak kyai. Amien
11. Spesial untuk kedua Orang tua Penulis, KH. Muhammad Taufikurrahman
dan Hj. Ulfah Umamiyah, yang dengan kesabaran tak terbatas, telah
memberikan kepercayaan untuk menuntut ilmu dikota orang, kasih sayang
aba dan umi sangat berharga untuk nanda, Tak ada apapun didunia ini
yang dapat membalas kasih sayang Aba dan Umi terima kasih yang tiada
batasnya.
iii
12. Untuk Kakakku tersayang Imam Khodri Taufik. SS penyemangat dan
motivator hidupku, Teteh Ifat dan si bonin.
13. Adekku dan sahabat kecilku Izzatur Rif’ah Sunan, boleh kita sama-sama
berkelana tapi kita harus tetap bersama ya selamanya..
14. My Best Friend Rida Farida Mustopa, terima kasih atas semuanya. Sahabat
adalah orang yang paling mengerti ketika aku berkata “aku lupa” dan
membuka pintu meski aku belum mengetuknya.
15. My Cute Friend Putri Helmalena “Cut Putro”, Aceh punya, satu
perjuangan, satu perantauan.
16. Kawan-kawanku tercinta dan sahabat-sahabatku KPI Kelas-C Angkatan
2006, Broadcast Community, semoga kita tetap bisa bersilaturrahmi.
Terima kasih kawan atas motivasinya, jangan pernah lupa mampir
SURAMADU yang selalu merindukan kawan-kawan semua, miss you all
forever.
17. Kawan-kawanku BEMJ KPI 2009. Mahasiswa adalah Agen Perubahan.
Hidup mahasiswa….
18. Kawan-kawan senimanku LSO. Voice Of Communication Fakultas
Dakwah dan Komunikasi. Ditangan Ku berkarya Disuara Ku Bernada.
Buat penerus Adek-adek VOC lagu untuk kalian “Sekarang ataupun 50
tahun lagi VOC harus tetap berkarya, tak ada bedanya rasa cintaku masih
sama seperti pertama UpGrading ”.
19. Kawan-kawanku KKN Cibeurem 2009. Pengalaman sosial masyarakat
yang sangat berharga. Miss you all Tim 22 Cibeurem.
iv
v
20. Kawan-kawanku Arve-Zhasty Alumni Al-Amien Prenduan Angkatan
2005. Kalian akan selalu tercantum di nadi sejarah perjalananku.
Akhirnya inilah akhir dari langkah penulisan ini, semoga ini bukanlah
mengakhiri prestasi untuk berkarya dalam sebuah tulisan. Dengan segala
kerendahan hati tulisan ini sangat jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan, untuk itu penulis berharap kritikan dan saran yang membangun.
Semoga tulisan ini bermanfaat untuk penulis pribadi dan pembaca secara umum.
Amien ya robbal alamien…
Ciputat, 10 Juni 2010
Isna Hidayati Taufik
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1
B. Batas dan Rumusan Masalah ...................................................... 4
C. Tujuan Penilitian ......................................................................... 4
D. Manfaat Penilitian ....................................................................... 4
E. Metodologi Penelitian ................................................................. 5
F. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 6
G. Sistematika Penulisan ................................................................. 8
BAB II KERANGKA PEMIKIRAN
A. Pengertian Pemikiran .................................................................. 9
B. Pengertian Dakwah ..................................................................... 11
C. Pengertian Da’i............................................................................ 14
D. Materi Dakwah............................................................................ 15
E. Metode Dakwah .......................................................................... 18
F. Media Dakwah ............................................................................ 20
G. Efek Dakwah............................................................................... 21
H. Tujuan Dakwah ........................................................................... 22
vi
vii
I. Pengertian Dzikir ........................................................................ 23
J. The Social Construction of Reality ............................................. 39
BAB III PROFIL KH. MUHAMMAD IDRIS JAUHARI
A. Profil KH. Muhammad Idris Jauhari .......................................... 42
1. Latar Belakang Keluarga....................................................... 42
2. Latar Belakang Pendidikan ................................................... 43
3. Kiprah Dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari ................... 46
4. Karya KH. Muhammad Idris Jauhari .................................... 51
B. Sekilas Buku Dzikrullah Sepanjang Waktu ................................ 54
BAB IV HASIL PENELIITIAN
A. Aktivitas Dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari....................... 58
B. Analisis Pemikiran Dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari
dalam buku Dzikrullah Sepanjang Waktu................................... 63
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 77
B. Saran-saran.................................................................................. 79
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 80
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Awal munculnya Islam melalui wahyu pertamanya adalah ditandai
dengan isyarat Iqra’ (bacalah) dalam surat al-‘Alaq yang berisi perintah
terhadap hambanya untuk selalu membaca, yang mana perintah membaca
sudah tentu pula selalu diiringi dengan menulis sebagai adanya bahan yang
akan dibaca, berikut dalam firman Allah:
⌧⌧
⌧
Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam [Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca]. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas. Karena dia melihat dirinya serba cukup. Sesungguhnya Hanya kepada Tuhanmulah kembali(mu). Bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang.” (QS. Al-‘Alaq: 1-9)
Dalam ayat tersebut mengandung pesan, bahwa aktivitas membaca dan
menulis memang sebuah kegiatan yang tidak dapat dipisahkan. Aktivitas
1
2
membaca sangat ditentukan oleh tersedianya bahan bacaan yang menuntut
produktivitas menulis sebagai sarana pengadaan bahan bacaan. Buku adalah
salah satu bentuk karya intelektual, menulis buku dapat dikatakan pesan atau
perintah tersirat Al-Quran yang sepatutnya dijadikan tradisi kaum muslimin. 1
Sejalan dengan perintah Allah untuk banyak membaca maka
selayaknya untuk kaum intelektual Islam terutama seorang da’i untuk
menyalurkan pengetahuannya dan pemikirannya tentang ajaran Islam dalam
sebuah tulisan. Hal ini pula bisa disebut dengan dakwah, ketika seseorang
berdakwah melalui tulisannya agar dapat dibaca oleh orang lain yakni mad’u
sehingga penulis dapat mengajak pembacanya menuju pencerahan spiritual.
Menurut Bunda Gola Gong “Tulisan kita ibarat setapak yang bisa
membawa orang ke mata air atau nyala lilin dikegelapan”.2 Hal inilah yang
menunjukkan betapa besarnya pengaruh tulisan kepada pembacanya, hal ini
pula yang dapat dimanfaatkan oleh para da’i untuk menyampaikan ajaran
Islam dengan menggunakan media tulisan. Dengan karya tulis seorang da’i
dapat menyampaikan pemikirannya dan mengajak mad’u atau pembaca untuk
meningkatkan kualitas keimanannya.
KH. Muhammad Idris Jauhari adalah seorang tokoh yang tinggal
disalah satu desa di daerah Madura. KH. Muhammad Idris Jauhari adalah
salah satu pendiri dari Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan Sumenep
Madura, sebuah Pondok yang besar di daerah Madura yang memiliki konsep
pendidikan yang modern, memiliki kurikulum yang berdiri sendiri, yang
1 Badiatul Muchlisin Asti, Berdakwah Dengan Menulis Buku, (Bandung : Media Qolbu,
2004), hal. 11, 31-34 2 Gola Gong, Jangan Mau Gak Nulis Seumur Hidup, (Bandung: Salamandani, 2007), hal.
35
3
kurikulumnya selalu berkembang tiap tahunnya juga karena buah dari konsep
pemikiran KH. Muhammad Idris Jauhari.
Beberapa karya tulisnya dibidang keilmuan pendidikan dan juga
mengandung unsur dakwah dan nilai-nilai Islam. KH. Muhammad Idris
mendalami banyak bidang keilmuan seperti pendidikan, dakwah, dan lain
sebagainya. Banyak karya tulis yang telah ditulis olehnya, berikut beberapa
judul karya tulisnya: Hakekat Pesantren dan Kunci Sukses Belajar Di
dalamnya, Mencetak Muslim Multi Terampil, Anak Muda Menjadi Sufi
Mengapa Tidak, Pembudayaan Hidup Islami, dan lain sebagainya. Adapun
karya tulisnya yang mengandung nilai-nilai dakwah salah satunya berjudul
Dzikrullah Sepanjang Waktu, karya tulis ini berisi tentang untuk kita selalu
melaksanakan dzikrullah sepanjang waktu, dalam keadaan apapun, baik
senang maupun sedih dan di mana saja kita berada untuk selalu melaksanakan
dzikrullah.
Dalam penelitian ini penulis tertarik dengan buku karangannya yang
berjudul Dzikrullah Sepanjang Waktu. Perjalanan dakwah beliau dari berbagai
segi ilmu yang dibidangi dan kesungguhan untuk menuangkan pemikirannya
dalam sebuah tulisan sangat cukup menjadi alasan untuk ditelaah lebih dalam
dan diteliti tentang pemikiran dakwahnya. Dalam buku tersebut dijelaskan
tentang dzikrullah yang memiliki makna “menyebut atau mengingat” Allah,
penulis ingin mengetahui lebih dalam lagi tentang bagaimana pemikiran
dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari dalam bukuya tersebut yang berjudul
“Dzikrullah Sepanjang Waktu” dan juga penulis ingin mengetahui bagaimana
aktivitas dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari. untuk itu penulis melakukan
4
penelitian mengenai “Pemikiran Dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari
Dalam Buku Dzikrullah Sepanjang Waktu”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Batasan masalah penulis fokuskan hanya pada pemikiran dakwah KH.
Muhammad Idris Jauhari Dalam Buku Dzikrullah Sepanjang Waktu.
Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana aktivitas dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari?
2. Bagaimana pemikiran dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari dalam buku
Dzikrullah Sepanjang Waktu?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana aktivitas dakwah KH. Muhammad Idris
Jauhari
2. Untuk mengetahui bagaimana pemikiran dakwah KH. Muhammad Idris
Jauhari dalam buku Dzikrullah Sepanjang Waktu
D. Manfaat Penelitian
1. Segi Akademis
Penelitian ini untuk menambah wawasan tentang kajian pemikiran
dakwah yang sesuai dengan nilai-nilai Islam dan juga sebagai pelengkap
referensi bagi kalangan akademisi untuk kaperluan studi-studi selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
5
Penelitian ini untuk menjadi masukan, menambah ilmu
pengetahuan dan wawasan bagi pemikir dakwah, sebagai motivasi bagi
pelaksana dakwah yang didapatkan dari pemikiran dakwah KH.
Muhammad Idris Jauhari dan sebagai pijakan para pengemban dakwah
yang mempunyai kewajiban menyampaikan dakwah Islam kepada
masyarakat.
E. Metodologi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian kualitatif,
yaitu penelitian yang menekankan kedalaman informasi sehingga sampai
pada tingkat makna melalui pengumpulan data. Dengan analisis data yang
bersifat deskriptif, yaitu memaparkan situasi atau peristiwa.3 Data yang
terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar. Langsung ke sumber data dan
peneliti adalah instrumen kunci.4
2. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara
Wawancara adalah alat pengumpulan informasi langsung dari
seseorang yang diasumsikan mempunyai informasi penting dan
peneliti melakukan wawancara langsung dengan KH. Muhammad Idris
Jauhari. Dan data-data yang dikumpulkan melalui studi pustaka dan
wawancara.5
3 Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: Rosda Karya, 2002),
cet. Ke-II, hal. 24-25 4 Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2009), cet. Ke-V, hal. 9 5 Lexy J. Moleong, Metodologi penelitian kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya
1991), cet. Ke-III, hal. 135
6
b. Studi Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data melalui
buku-buku makalah-makalah, rekaman dan literatur-literatur lainnya
agar memperoleh data yang lengkap.
c. Analisis Data
Teknik analisa data yang digunakan oleh peneliti adalah analisa
deskriptif, pada tahap ini peneliti menggambarkan dan menjelaskan
suatu peristiwa yang menarik perhatian peneliti di lapangan.
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Al-Amien
Prenduan Sumenep Madura dan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, adapun waktu penelitian dilaksanakan pada bulan
Maret dan akhir bulan April 2010.
F. Tinjauan Pustaka
Setelah penulis melakukan tinjauan di perpustakaan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan di Perpustakaan Utama UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, peneliti tidak menemukan judul skripsi yang sama
dengan yang peneliti kaji, adapun yang peneliti temukan ada beberapa judul
yang hampir sama, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti
menyontek hasil karya orang lain, maka peneliti perlu mempertegas perbedaan
antara masing-masing judul dan masalah yang akan dibahas sebagai berikut :
1. Pemikiran dan aktivitas dakwah KH. Syukran Ma’mun, skripsi ini disusun
oleh Khusnul Khotimah ZA mahasiswi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
7
Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Penelitiannya dibatasi pada bagaimana pemikiran
dakwah KH. Syukran Ma’mun, apa saja bentuk aktivitas dakwah KH.
Syukran Ma’mun.
2. Pemikiran Prof. DR. H. A. Suminto Tentang Dakwah Respon terhadap
problematika Masyarakat Modern, Tesis ini di susun oleh Rubiyanah
Mahasiswi Program Studi Dakwah dan Komunikasi Pasca Sarjana UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2005. Penelitiannya dibatasi pada
bagaimana konsepsi dan pemikiran dakwah Prof. Dr. A. Suminto yang
merespon Problematika masyarakat modern dan responnya berupa solusi
yakni kontekstualisasi ajaran Islam dalam pola pikir masyarakat modern,
aplikasi nilai-nilai Islam dalam kehidupan, peningkatan kualitas SDM para
da’i, aktualisasi dakwah bil hal, merumuskan metodologi dakwah yang
tepat dan kondusif serta memanfaatkan media massa sebagai sarana
dakwah.
3. Pemikiran Dakwah dan Pola Kaderisasi K.H. Imam Zarkasyi, skripsi ini
disusun oleh Deden Mauli Derajat, Mahasisiwa Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2008. Penelitiannya dibatasi
pada bagaimana pemikiran dakwah KH. Imam Zarkasyi, Bagaimana Pola
kaderisasi KH. Imam Zarkasyi, bagaimana hubungan pemikiran dakwah
dan pola kaderisasi menurut KH. Imam Zarkasyi
Sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis pada saat ini
diberi judul “Pemikiran Dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari, dalam buku
8
Dzikrullah Sepanjang Waktu“, penelitian ini dibatasi pada bagaimana aktivitas
dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari dan bagaimana pemikiran dakwah KH.
Muhammad Idris Jauhari dalam buku Dzikrullah Sepanjang Waktu.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi penulis dapat dirinci sebagai berikut:
Bab I: Pendahuluan, Latar Belakang masalah, Batas dan Rumusan Masalah,
Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan
pustaka, Sistematika Penulisan
Bab II: Kerangka Pemikiran, Pengertian Pemikiran, Pengertian Dakwah,
Pengertian Da’i, Materi Dakwah, Metode Dakwah, Media Dakwah,
Efek Dakwah, Tujuan Dakwah, Pengertian Dzikir, The Social
Construction of Reality
Bab III: Profil KH. Muhammad Idris Jauhari, Latar Belakang Keluarga, Latar
Belakang Pendidikan, Kiprah Dakwah KH. Muhammad Idris
Jauhari, Karya KH. Muhammad Idris Jauhari, Sekilas buku
Dzikrullah Sepanjang Waktu
Bab IV: Hasil Penelitian, Aktivitas Dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari,
Analisis Pemikiran dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari dalam
Buku Dzikrullah Sepanjang Waktu
Bab V: Kesimpulan dan saran-saran
BAB II
KERANGKA PEMIKIRAN
A. Pengertian Pemikiran
Pemikiran berasal dari kata pikir yang artinya akal budi, ingatan,
angan-angan, ahli. Sedangkan berfikir yaitu menggunakan akal budi untuk
mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu. Pemikiran adalah proses, cara
perbuatan memikir, problem yang memerlukan pemecahan, sedangkan
pemikir adalah orang yang cerdik dan pandai yang hasil pemikirannya dapat
dimanfaatkan orang lain seperti filosof.1
Berfikir merupakan usaha dalam menggunakan potensi sesuai dengan
kapasitas intelektualnya. Kegiatan berfikir diperlukan untuk memecahkan
masalah, mengambil keputusan dan untuk melahirkan sesuatu yang baru.2
Makna etimologi dalam kamus bahasa Indonesia, kata “Pikir”
mempunyai arti 1) akal budi, ingatan, angan-angan, 2) kata dalam hati,
pendapat atau pertimbangan, sedangkan kata “Berfikir” diartikan
menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu,
menimbang-nimbang dalam ingatan. “Memikirkan” mempunyai arti mencari
daya upaya untuk menyelesaikan sesuatu dengan menggunakan akal budi.
Sedangkan “Pemikiran” adalah cara atau hasil pikir. Sebagai berikut menurut
para ahli makna dari Pemikiran:
1. Pemikiran atau berfikir adalah kata benda dari aktivitas akal yang ada
dalam diri manusia, baik kekuatan akal berupa kalbu, atau roh dengan
1 Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hal. 872-873
2 Ahmad Mubarok, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999), hal. 118
9
10
pengamatan dan pendalaman untuk menemukan makna yang tersembunyi
dari persoalan yang dapat diketahui maupun untuk sampai pada hukum
atau hubungan antar sesuatu.
2. Menurut Ibnu Khaldun: Berfikir atau fikir adalah penjamahan bayang-
bayang yang telah ada di indera, ini dibalik perasaan dan aplikasi akal di
dalamnya untuk membuat analisis dan sintesis. 3
Pemikiran adalah hasil dari berfikir. Pemikir adalah orang yang
cerdik dan pandai yang hasil pemikirannya dapat bermanfaat bagi orang
lain. Kegiatan berfikir diperlukan untuk melahirkan sesuatu yang baru,
baik berupa teknologi, ilmu pengetahuan dalam bentuk tulisan dan lain
sebagainya. Buku adalah salah satu bentuk karya intelektual yang
dihasilkan dari pemikiran orang yang berfikir.
Kegunaan pemikiran adalah untuk aktualisasi potensi sebagaimana
manusia telah dibekali dengan berbagai potensi berupa indera, akal pikiran
dan hati. Potensi yang lain adalah kejahatan dan takwa yang Allah
ilhamkan kepadanya. Ketika dilahirkan ke dunia, manusia dalam keadaan
tidak mengetahui apapun, kemudian dengan segala potensinya manusia
berusaha mengembangkan diri menjadi orang yang berfikir dan berilmu
pengetahuan. 4
Kegunaan berfikir juga adalah dapat mengangkat derajat manusia
menjadi lebih tinggi karena akal merupakan rahmat dari Allah khusus
untuk manusia yang membedakannya dengan makhluk Allah yang lain. Di
dalam Al-Quran ketinggian derajat orang-orang yang mampu
3 Armawati Arbi, Dakwah dan Komunikasi, (Jakarta: UIN Press, 2003), hal. 93 4 Ibid
11
mengembangkan diri khususnya mengembangkan akalnya, yang dibangun
tetap atas landasan iman dan takwa disebut dalam Al-Quran secara
berulang-ulang dengan istilah yang berbeda-beda dan dalam konteks
kualitas yang berbeda-beda pula. Diantaranya Ulul Albab, Ulul Abshar,
Uhlu ‘Ilm, ahlu adzikr, ar-Rasikhuun fi al-Ilm, al-Amien, dan lain
sebagainya. Dalam berfikir, seseorang mengawali dengan memikirkan hal
yang sederhana hingga akhirnya terbentuk pola pikir (Fiqrah) tertentu, dan
hal itu sangat dipengaruhi oleh akidah, ideologi, hati nurani, keinginan dan
kecenderungan hawa nafsu, lingkungan hidupnya seperti sosial, budaya,
ekonomi, politik.5
B. Pengertian Dakwah
Secara etimologi, kata dakwah sebagai bentuk mashdar dari kata da’a
dan yad’u yang artinya memanggil, mengundang, mengajak, menyeru,
mendorong dan memohon.6 Dakwah dalam pengertian ini dapat dijumpai
dalam Al Qur’an yaitu pada surat Yusuf: 33
☺
⌧
Artinya : Yusuf berkata: "Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada
memenuhi ajakan mereka kepadaku. dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku Termasuk orang-orang yang bodoh." (QS. Yusuf : 33)
5 Ibid.,, hal. 94 6 Ahmad Warson, Al-Munawwir, (Yogyakarta : Ponpes Al-munawwir, 1984), hal. 493
12
Dan Surat Yunus:25.
Artinya : Allah menyeru (manusia) ke darussalam (surga), dan menunjuki
orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang Lurus (Islam) (QS Yunus:25)
Secara terminologis pengertian dakwah dimaknai dari aspek positif
ajakan tersebut, yaitu ajakan kepada kebaikan dan keselamatan dunia dan
akhirat.
Istilah dakwah digunakan dalam Al-Qur’an baik dalam bentuk fi’il
maupun dalam bentuk mashdar berjumlah lebih dari seratus kali. Dalam Al-
Qur’an, dakwah dalam arti mengajak ditemukan sebanyak 46 kali, 39 kali
dalam arti mengajak kepada Islam dan kebaikan, 7 kali kepada neraka dan
kejahatan.
M. Arifin menyatakan bahwa dakwah adalah suatu kajian dalam seruan, baik dengan lisan, tulisan serta tingkah laku yang dilakukan secara sadar dan berencana untuk mempengaruhi orang lain agar timbul suatu pengertian, kesadaran, penghayatan, serta pengamalan ajaran agama tanpa adanya unsur paksaan.7
Secara bahasa (etimologi) dakwah berasal dari bahasa arab, yaitu:
“da’a- yad’u- da’watan” yang artinya menyeru, mengajak.8 Dakwah adalah
sebuah aktivitas menyeru manusia kepada perubahan yang sejatinya tidak
boleh berhenti atau bahkan mati, tetapi ia adalah aktivitas yang harus
memiliki kelanjutan atau secara terus-menerus. Karenanya para pelaku
dakwah memerlukan aktivis yang mampu mengemban amanat penerus para
7 M. Arifin, Psikologi Dakwah Pengantar Studi, (Jakarta: Bumi Aksara,1993), hal. 6 8 Ahmad Warson, Al-Munawwir, hal. 483
13
nabi. Kredibilitas dan kemampuan sang da’i sebagai penentu keberhasilan
merupakan tuntutan zaman, sebab semakin bertambah umat manusia yang
menerima dakwah, semakin meluas geografi dakwah, semakin dibutuhkan
pertambahan wawasan dan keluasan kerja-kerja dakwah.9
Unsur-unsur dakwah adalah komponen yang ada dalam kegiatan
dakwah. unsur-unsur dakwah itu adalah:
1. Da’i (pelaku dakwah) adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan,
tulisan dan perbuatan, baik dilakukan secara individu, kelompok atau
organisasi.
2. Mad’u (mitra dakwah atau penerima dakwah) adalah manusia yang
menjadi sasaran dakwah atau penerima dakwah yaitu manusia secara
keseluruhan.
3. Maddah (materi dakwah) adalah isi pesan atau materi yang disampaikan
oleh da’i pada mad’u. materi dakwah dapat dikelompokkan menjadi : a)
akidah (keimanan), b) syari’ah (ibadah dan muamalah), c) akhlak.
4. Wasilah (media dakwah) adalah alat yang dipergunakan untuk
menyampaikan materi dakwah (Ajaran Islam). Hamzah yaqub membagi
media dakwah menjadi lima macam yakni media lisan, tulisan, audio
visual, dan akhlak.
5. Thariqah (metode dakwah) adalah metode yang digunakan dalam dakwah.
metode dakwah adalah cara untuk menyampaikan materi dakwah. Dalam
Al-Qur’an surat an-Nahl ayat 125 :
☺
9 M. Idris A. Shomad. Diklat Ilmu Dakwah, (Jakarta), hal. 2
14
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845]
dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. an-Nahal: 125)
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa metode dakwah terdiri dari tiga
bentuk yaitu, hikmah artinya metode dakwah dengan mempertimbangkan
kemampuan rasional akal si penerima dakwah, mau’idzoh hasanah artinya
metode menggunakan dalil dan argumentasi yang tepat sehingga mad’u
menjadi puas menerima materi yang diberikan. Mujadalah billati hiya
aahsan yaitu metode tukar pikiran atau diskusi menjawab bila mad’u
menanyakan kebenaran materi dakwah.
6. Atsar (efek dakwah) sering juga disebut dengan feedback atau umpan balik
dari sebuah proses dakwah. efek sangat berguna untuk menentukan
langkah selanjutnya dalam menjalani dakwah.
C. Pengertian Da’i
Da'i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan, tulisan,
maupun perbuatan yang dilakukan baik secara individu, kelompok, atau lewat
organisasi/lembaga.
15
Secara umum kata da'i ini sering disebut dengan sebutan mubaligh
(orang yang menyampaikan ajaran Islam), namun sebenarnya sebutan ini
konotasinya sangat sempit, karena masyarakat cenderung mengartikannya
sebagai orang yang menyampaikan ajaran Islam melalui lisan, seperti
penceramah agama, khatib (orang yang berkhotbah) dan sebagainya. Siapa
saja yang menyatakan sebagai pengikut Nabi Muhammad hendaknya menjadi
seorang da'i. Dengan demikian, wajib baginya untuk mengetahui kandungan
dakwah baik dari sisi akidah, syariah, maupun dari akhlak. Berkaitan dengan
hal-hal yang memerlukan ilmu dan keterampilan khusus, maka kewajiban
berdakwah, dibebankan kepada orang-orang tertentu.
Nasaruddin Lathief mendefinisikan bahwa da'i adalah muslim dan muslimat yang menjadikan dakwah sebagai suatu amaliah pokok bagi tugas ulama. Ahli dakwah adalah waad, mubaligh mustamain (juru penerang) yang menyeru, mengajak, memberi pengajaran, dan pelajaran agama Islam.10 Da'i juga harus mengetahui cara menyampaikan dakwah tentang Allah,
alam semesta, dan kehidupan, serta apa yang dihadirkan dakwah untuk
memberikan solusi terhadap problema yang dihadapi manusia, juga metode-
metode yang dihadirkannya untuk menjadikan agar pemikiran dan perilaku
manusia tidak salah dan tidak melenceng.11
D. Materi Dakwah
Materi dakwah adalah isi pesan atau materi yang disampaikan da'i
kepada mad'u. Dalam hal ini sudah jelas bahwa yang menjadi materi dakwah
adalah ajaran Islam itu sendiri.
10 H.M.S. Nasaruddin Lathief, hal. 20 11 Mustafa Malaikah, Manhaj Dakwah Yusuf Al- Qardawi Harmoni antara Kelembutan
dan Ketegasan, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1997), hal. 18
16
Secara umum materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi empat
masalah pokok, yaitu:
1. Masalah Akidah (Keimanan)
Masalah pokok yang menjadi materi dakwah adalah akidah
Islamiah.12 Aspek akidah ini yang akan membentuk moral atau akhlak
manusia. Oleh karena itu, yang pertama kali dijadikan materi dalam
dakwah Islam adalah masalah akidah atau keimanan. Di mana seorang dai
mengajak mad’u untuk mengimani hanya kepada Allah.
2. Masalah Syariah
Hukum atau syariah sering disebut sebagai cermin peradaban
dalam pengertian bahwa ketika ia tumbuh matang dan sempurna, maka
peradaban mencerminkan dirinya dalam hukum-hukumnya. Pelaksanaan
syariah merupakan sumber yang melahirkan peradaban Islam, yang
melestarikan dan melindunginya dalam sejarah. Syariah inilah yang akan
selalu menjadi kekuatan peradaban dikalangan kaum muslim.13
Materi dakwah yang bersifat syariah ini sangat luas dan mengikat
seluruh umat Islam. Syariah ini bersifat universal, yang menjelaskan hak-
hak umat muslim dan non muslim, bahkan hak seluruh umat manusia.
12 Akidah ('aqidah) secara harafiah berarti "sesuatu yang terbuhul atau tersimpul secara
erat atau kuat". Wacana tersebut lalu dipakai dalam istilah agama Islam,yang mengandung pengertian “Pandangan pemahaman, atau ide (tentang realitas) yang diyakini kebenarannya oleh hati". Yakni, diyakini kesesuainnya dengan realitas itu sendiri. Apabila suatu pandangan, pemahaman, atau ide diyakini kebenarannya oleh hati seseorang, maka berarti pandangan, paham, atau ide itu telah terikat di dalam hatinya. Dengan demikian, hal itu disebut sebagai akidah bagi pribadinya. Hubungan apa yang diyakini oleh hati seseorang dan apa yang diperbuat (amalnya) bersifat kualitas; akidah menjadi sebab dan amal perbuatan menjadi akibat. Lihat, Ensiklopedia Tematis Dunia Islam, (Jakarta: PT Ictiar Baru Van Hoeve, 2002), hal. 9-11.
13 Ismail R. Al-Faruqi, Menjelajah Atlas Dunia Islam, (Bandung: Mizan, 2000), hal. 305. Disebutkan pula bahwa hukum yang membentuk syariat itu dibagi menjadi berapa bagian, yaitu ibadah dan peribadatan, status pribadi, kontrak, kesalahan atau kerugian, hukum pidana, hukum konstitutional, perpajakan dan keuangan publik, hukum administrasi, hukum tanah, hukum perdagangan, hukum internasional, etika, dan perilaku pribadi.
17
Dengan adanya materi syariah ini, maka tatanan sistem dunia akan teratur
dan sempurna.
Materi dakwah yang menyajikan unsur syariat harus dapat
menggambarkan atau memberikan informasi yang jelas dibidang hukum
dalam bentuk status hukum yang bersifat wajib, mubbah (dibolehkan),
dianjurkan (mandub), makruh (dianjurkan supaya tidak dilakukan), dan
haram (dilarang).
Karya tulis KH. Muhammad Idris Jauhari yaitu Dzikrullah
sepanjang waktu yaitu termasuk pada materi yang membahas tentang
syariah, bagaimana seorang muslim menjalankan perintah dan hukum-
hukum Allah.
3. Masalah Mu’amalah
Islam merupakan agama yang menekankan urusan mu'amalah lebih
besar porsinya dari pada urusan ibadah. Muamalah disini seperti
bagaimana manusia berhubungan dengan Allah, dengan sesama manusia
dan lain sebagainya.
Islam lebih banyak memperhatikan aspek kehidupan sosial dari
pada aspek kehidupan ritual. Islam adalah agama yang menjadikan seluruh
bumi ini masjid, tempat mengabdi kepada Allah. Ibadah dalam muamalah
di sini, diartikan sebagai ibadah yang mencakup hubungan dengan Allah
dalam rangka mengabdi kepada Allah SWT.
4. Masalah Akhlak
Secara etimologis, kata akhlak berasal dari bahasa Arab, jamak
dari "Khuluqun" yang berarti budi pekerti, perangai, dan tingkah laku atau
18
tabi’at. Ilmu akhlak bagi oleh Al-Farabi, tidak lain dari bahasan tentang
keutamaan-keutamaan yang dapat menyampaikan manusia kepada tujuan
hidupnya yang tertinggi, yaitu kebahagiaan dan tentang berbagai kejahatan
atau kecurangan yang dapat merintangi usaha pencapaian tujuan
tersebut.14
Berdasarkan pengertian ini, maka ajaran akhlak dalam Islam pada
dasarnya meliputi kualitas perbuatan manusia yang merupakan ekspresi dari
kondisi kejiwaannya. Akhlak dalam Islam bukanlah norma ideal yang tidak
dapat diimplementasikan dan bukan pula sekumpulan etika yang terlepas dari
kebaikan norma sejati.15
Materi akhlak ini diorientasikan untuk dapat menentukan baik dan
buruk, akal, dan kalbu berupaya untuk menemukan standar umum melalui
kebiasaan masyarakat. Karena ibadah dalam Islam sangat erat kaitannya
dengan akhlak. Dengan demikian, orang bertakwa adalah orang yang mampu
menggunakan akalnya dan mengaktualisasikan pembinaan akhlak mulia yang
menjadi ajaran paling dasar dalam Islam.16
E. Metode Dakwah
Metode dakwah adalah cara mencapai tujuan dakwah, untuk
mendapatkan gambaran tentang prinsip-prinsip metode dakwah harus
mencermati firman Allah Swt sebagai berikut:
14 Abdul Adz Dahlan, Ensiklopedia Tematis Dunia Islam, (Jakarta: PT lchtiar Van
Hoeve, 2002), hal. 190. 15 Affandi Muchtar, Ensiktopedia Tematis Dunia Islam, (Jakarta: PT Ictiar Baru Van
Hoeve 2002), hal. 326. 16 Harun Nastition, Islam Rasional Gagasan dan Pemikirannva, (Bandung: Mizan. 1989),
hal. 58-60.
19
☺
☺
Artinya “ Serulah ( manusia ) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik …….“ ( Q.S. An-Nahl : 125 ).
Dari ayat tersebut dapat dipahami prinsip umum tentang metode
dakwah Islam yang menekankan ada tiga prinsip umum metode dakwah yaitu;
Metode hikmah, metode mau’izah khasanah, metode mujadalah billati hia
ahsan.
Nabi Muhammad Saw bersabda :
فليغيره بيده وان لم يستطع فبلسانه وان منكرا منكم رأي من لبه وذلك أضعف االيمان لم يستطع فبق
Artinya: “Siapa di antara kamu melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu, ubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu, ubahlah dengan hatinya, dan yang terakhir inilah selemah-lemah iman.” (H.R. Muslim).
Dari hadits tersebut terdapat tiga tahapan metode yaitu ;
1. Metode dengan tangan (bilyadi), tangan di sini bisa dipahami secara
tekstual ini terkait dengan bentuk kemungkaran yang dihadapi, tetapi juga
tangan bisa dipahami dengan kekuasaan atau power, dan metode dengan
kekuasaan sangat efektif bila dilakukan oleh penguasa yang berjiwa
dakwah.
2. Metode dakwah dengan lisan (billisan), maksudnya dengan kata-kata yang
lemah lembut, yang dapat dipahami oleh mad’u, bukan dengan kata-kata
yang keras dan menyakitkan hati.
20
3. Metode dakwah dengan hati (bil qolb), yang dimaksud dengan metode
dakwah dengan hati adalah dalam berdakwah hati tetap ikhlas, dan tetap
mencintai mad’u dengan tulus, apabila suatu saat mad’u atau objek
dakwah menolak pesan dakwah yang disampaikan, mencemooh, mengejek
bahkan mungkin memusuhi dan membenci da’i atau muballigh, maka hati
da’i tetap sabar, tidak boleh membalas dengan kebencian, tetapi
sebaliknya tetap mencintai objek, dan dengan ikhlas hati da’i hendaknya
mendo’akan objek supaya mendapatkan hidayah dari Allah SWT.
Selain dari metode tersebut, metode yang lebih utama lagi adalah bil
uswatun hasanah, yaitu dengan memberi contoh prilaku yang baik dalam
segala hal. Keberhasilan dakwah Nabi Muhammad SAW hanya ditentukan
oleh akhlak yang sangat mulia yang dibuktikan dalam realitas kehidupan
sehari-hari di tengah-tengah masyarakat. Seorang da’i harus menjadi teladan
yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan metode dakwah yang dilaksanakan oleh KH. Muhammad
Idris Jauhari ada beberapa seperti metode dakwah lembaga sosial yang
berbentuk dalam sebuah pesantren dan juga metode dakwah bil qalam atau
dakwah dalam bentuk karya tulis.
F. Media Dakwah
Wasilah (media) dakwah adalah alat yang digunakan untuk
menyampaikan materi dakwah (ajaran Islam) kepada mad'u. Untuk
menyampaikan ajaran Islam kepada umat, dakwah dapat menggunakan
berbagai wasilah. Ada beberapa macam media dakwah, sebagai berikut:
21
1. Lisan adalah media dakwah yang paling sederhana yang menggunakan
lidah dan suara, dakwah dengan media ini dapat berbentuk pidato,
ceramah, kuliah, bimbingan, penyuluhan dan sebagainya.
2. Tulisan adalah media dakwah melalui tulisan, buku, majalah, surat kabar,
surat-menyurat, korespondensil, spanduk dan sebagainya. Berdakwah
melalui karya tulis adalah salah satu metode dakwah seorang da’i yang
ingin mengajak dan menjelaskan kepada pembaca atau mad’u tentang
Islam dan mengajak agar ummat Islam dapat meningkatkan kualitas
keimanannya sebagai hamba Allah.
3. Lukisan adalah media dakwah melalui gambar, karikatur dan sebagainya.
4. Audiovisual adalah media dakwah yang dapat merangsang indra
pendengaran, penglihatan atau kedua-duanya, seperti televisi, film, slide,
OHP, internet dan sebagainya.
5. Akhlak yaitu media dakwah melalui perbuatan-perbuatan nyata yang
mencerminkan ajaran Islam yang secara langsung dapat dilihat dan
didengarkan oleh mad'u.
G. Efek Dakwah
Dalam setiap aktivitas dakwah pasti akan menimbulkan reaksi.
Artinya, jika dakwah telah dilakukan oleh seorang da'i dengan materi dakwah,
wasilah, dan metode tertentu, maka akan timbul respon dan efek (atsar) pada
mad'u (penerima dakwah).
efek (Atsar) sering disebut dengan feed back (umpan balik) dari proses
dakwah ini sering dilupakan atau tidak banyak menjadi perhatian para da'i.
22
Kebanyakan mereka menganggap bahwa setelah dakwah disampaikan, maka
selesailah dakwah. Padahal efek sangat besar artinya dalam penentuan
langkah-langkah dakwah berikutnya. Tanpa menganalisis efek dakwah, maka
kemungkinan kesalahan strategi yang sangat merugikan pencapaian tujuan
dakwah yang akan terulang kembali. Sebaliknya dengan menganalisis efek
dakwah secara cermat dan tepat, maka kesalahan strategi dakwah akan segera
diketahui untuk diadakan penyempurnaan pada langkah-langkah berikutnya
(corrective action). Demikian juga strategi dakwah yang dianggap baik dapat
ditingkatkan.
Jalaluddin Rahmat menyatakan bahwa efek kognitif terjadi bila ada
perubahan pada apa yang diketahui, dipahami atau dipersepsi khalayak. Efek
ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau
informasi. Efek afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan,
disenangi atau dibenak khalayak, yang meliputi segala yang berhubungan
dengan emosi, sikap serta nilai. Sedangkan efek behavioral merujuk pada
perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan,
atau kebiasaan berperilaku”17
H. Tujuan Dakwah
Setiap aktivitas apapun harus mempunyai tujuan yang hendak dicapai.
Untuk itu tujuan dakwah harus jelas dan terukur agar usaha dakwah dapat
diukur berhasil atau gagalnya. Tujuan dakwah adalah untuk membentuk
pribadi muslim agar mempunyai iman yang kuat, berakhlak karimah,
berprilaku sesuai dengan hukum-hukum yang disyariatkan Allah.
17 Jalaluddin Rahmat, Retorika Modern, Sebuah Kerangka Teori dan Praktik Berpidato,
(Bandung: 1982), hal. 269.
23
Tujuan untuk masyarakat adalah untuk membentuk agar masyarakat
senantiasa sejahtera dan penuh dengan suasana ke-Islaman. Suatu masyarakat
yang senantiasa mematuhi peraturan-peraturan yang telah disyariatkan oleh
Allah, baik yang berkaitan dengan hubungan antara manusia dengan sesama,
hubungannya dengan Tuhan dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya.
Tujuan dakwah untuk mengajak manusia agar menolak tuhan-tuhan
selain Allah (Thaghut) dan beriman hanya pada Allah sehingga
1. Keluar dari kondisi yang “gelap”
2. Menuju hidup yang penuh cahaya/nur atau kondisi yang terang benderang
(sukses di dunia dan akhirat).
Tujuan utama dakwah yaitu memberikan perwujudannya kebahagiaan
dan kesejahteraan hidup di dunia maupun akhirat yang diridhai Allah.
I. Pengertian Dzikir
Dzikir adalah satu aktivitas ibadah dengan satu tujuan yakni
mendekatkan diri kepada Allah. Setiap muslim akan memahami bahwa Allah
SWT merupakan Dzat Yang Maha Suci dan tidak dapat dekat dengan-Nya
kecuali siapa saja yang menyucikan dirinya.
Dzikir selain untuk menyerap dan meresonansi hati pelaku dengan
energi positif dari Allah SWT, maka juga bertujuan untuk menghasilkan
pancaran nilai energi. Pancaran nilai energi ini memiliki fungsi dalam dua
sifat yaitu bersifat vertikal atau hubungan dengan Allah, dan bersifat
horizontal atau hubungan dengan manusia.18
18 Yunus Hanis Syam, Hidup Sehat Dengan Dzikir Kesehatan, (Yogyakarta: Lukita,
2010), hal. 15, 18-19
24
Menurut Shalih Ahmad Asy Syami, barang siapa yang berdzikir
kepada Allah dengan hatinya, maka ia seorang pedzikir. Barang siapa yang
berdzikir kepada Allah tidak dengan hatinya, maka ia bukan pedzikir. Karena
lisan adalah pelayan hati dan pengikut setianya.19
Ibnu Qoyyim Al-Jauzi dalam kitabnya “Al-Wabilus Shayyib”
menjelaskan bahwa dzikir adalah obat hati yang dapat menghadirkan
ketenangan, ketentraman dan penghilang rasa depresi, resah, gundah dan
sedih. Satu fakta menyatakan bahwa perasaan-perasaan tersebut merupakan
sumber datangnya sakit dalam diri manusia. Hikmah dzikir yang terpenting
adalah menumbuhkan sifat optimis (kepastian) dalam diri manusia dan
menyadarkannya bahwa dia tidak sendiri dalam usaha menghadapi berbagai
permasalahan dalam hidupnya.20
Di dalam buku Dzikir Orang-orang Sukses yang ditulis oleh Aam
Amiruddin dan M. Arifin Ilham, bahwa pengertian dzikir sebagai berikut:
1. Dzikir yang menunjukkan pada arti Al-Quran
Allah berfirman pada ayat-ayatnya berikut:
☺
Artinya: “sesungguhnya kami-lah yang menurunkan az-dzikra (al-Quran)
dan sesunggunya kami benar-benar memeliharanya.” (Q.S. Al-Hijr:15).
Ad-dzikra dalam ayat tersebut bermakna Al-Quran. Imam Ibnu
Qayyim berpendapat, Dzikrullah itu ialah dengan Al-Quran yang Allah
19 Shalih Ahmad Asy Syami, Wasiat Abdul Qadir, (Jakarta: PT. Aqwam Media
Profetika, 2010), hal. 81 20 Yunus Hanis Syam, Hidup Sehat Dengan Dzikir Kesehatan, (Yogyakarta: Lukita,
2010), cet. Ke-I, hal. 10-11
25
turunkan kepada Rosul-Nya, dengannya akan tenang hati orang yang
beriman, karena hati tidak akan tenang kecuali dengan iman dan yakin.
Dan tidak ada jalan untuk memperoleh keimanan dan keyakinan kecuali
dengan Al-Quran.” Mengapa az-dzikra bermakna Al-Quran? Ada korelasi
makna antara Al-Quran dan dzikir, kalau dzikir diartikan sebagai
peringatan begitu pula Al-Quran yang berisi tentang peringatan.
2. Dzikir yang merujuk pada arti “Shalat”
Allah berfirman :
Artinya: “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada tuhan (yang hak)
selain Aku, maka sembahlah Aku, dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”. (Q.S. Thaha:14).
Dan juga Allah berfirman:
⌧ ☺
Artinya: “dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
perbuatan-perbuatan keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(Q.S. Al-Ankabut:45)
3. Dzikir merujuk pada arti Jumat
Allah berfirman sebagai berikut:
26
☺
☺ Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila di seru untuk
menunaikan shalat Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggakanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (Q.S. Al-Jumu’ah:9).
Shalat Jumat memiliki keistimewaan karena dilaksanakan
seminggu sekali, shalat ini dapat disebut sebagai dzikir mingguan. Shalat
Jumat juga memiliki rangkaian lebih banyak dibandingkan shalat lima
waktu, di mana seluruh rangkaiannya merupakan dzikrullah, mulai dari
persiapan seperti mandi dan berpakaian, shalat intizhar, mendengarkan
khutbah, sampai shalat Jumatnya.
4. Dzikir yang menunjuk pada arti mengingat-Nya
Allah berfirman dalam Al-Quran:
☯ ⌧
⌧
☺ ☺
☺ Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut
nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang. Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu, supaya dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada
27
cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.” (Q.S. Al-Ahzab :41-43)21
Dzikir dalam pengertian inilah yang dipahami oleh sebagian besar
orang. Saat muncul kata dzikir, maka yang ada dibenaknya adalah
mengingat Allah dengan membaca kalimat-kalimat dzikir.
Dalam ayat di atas, Allah memerintahkan agar mukmin berdzikir
kepada Allah dengan dzikir yang banyak, dzikir dalam arti mengingat-
Nya. Baik menggunakan kalimat dzikir dengan kalimat-kalimat dzikir atau
hanya dengan lintasan dihati saja. Makna dari ayat “Dzikir yang banyak”
yang dimaksud bukan banyak dalam arti jumlah atau bilangan tertentu,
karena bila kata tersebut berpatokan pada bilangan, maka tidak ada
kejelasan korelasi dengan kata “banyak” itu sendiri karena kata “banyak
menunjukkan sesuatu yang relatif. Seratus bisa bermakna banyak, akan
tetapi bila bilangan itu dibandingkan dengan bilangan seribu maka seratus
menjadi sedikit. Ini menujukan bahwa kata “banyak” memakai standar
jumlah bilangan, sangatlah relatif. Untuk itu dalam ayat tersebut dalam
mempraktekkan dzikir yang banyak sesuai perintah yang terkandung
dalam ayat tersebut adalah dengan berupaya untuk selalu sadar dan
senantiasa berada dijalan-Nya dalam setiap langkah dan gerak hidup, baik
disertai ucapan asma Allah atau tidak.
Dzikir berasal dari kata “dzakara-yudzakkiru-dzikr” yang berarti
mengingat (dalam hati) atau menyebut (dengan lisan). Mengingat atau
21 Aam Amiruddin dan M. Arifin Ilham, Dzikir Orang-Orang Sukses, (Bandung:
Khazanah Intelektual, 2009), cet. Ke-II, hal. 2-11
28
menyebut sesuatu biasanya selalu muncul dari rasa cinta yang mendalam.
Seperti dalam prakata arab mengatakan:
ره ذآ منرثآا ائي شبح أن مArtinya: “Siapa yang mencintai sesuatu, pasti akan selalu mengingat dan
menyebut-nyebutnya”
Dan cinta sejati biasanya selalu muncul dari keyakinan, persaksian dan
pengakuan atas kelebihan dan kebaikan dari sesuatu tersebut. Cinta yang
bersumber dari keyakinan inilah yang memunculkan sikap patuh, tunduk dan
loyal untuk merasa dekat dengan kekasih yang dicintai dan selalu menjalankan
apapun yang dikehendakinya.
Kata dzikrullah itu pada umumnya berupa perintah untuk mengingat
dan menyebut Allah sebanyak-banyaknya, di mana saja, kapan saja, dan
dalam situasi apa saja, baik suka atau duka, sendirian atau bersama-sama.
Sedangkan kata dzikrullah berupa kalimat berita pada umumnya berisi janji-
janji Allah untuk orang-orang yang selalu berdzikir kepada-Nya serta ancaman
Allah bagi mereka yang tidak berdzikir (melupakan atau lupa kepada Allah).
ربآ أ اهللارذآلو Artinya: “Dan sungguh dzikrullah itu lebih besar.” (Al-‘Ankabut: 45)
Para ulama menafsirkan bahwa “dzikrullah” adalah ingatnya seorang
hamba kepada Allah. Dan itu lebih besar keutamaannya di sisi Allah dari pada
ibadah-ibadah lainnya. Tetapi sebagian ulama menafsirkan bahwa yang
dimaksud dengan “dzikrullah” di sini adalah ingat-Nya Allah kepada hamba-
Nya, sesuai dengan firmannya:
مآرآذنى أور آاذ ف
29
Artinya: “Ingatlah kalian kepadaku, maka Aku pasti ingat kepada kalian.” (Al-Baqarah:152)
Dan ingatnya Allah kepada hamba-Nya ini lebih besar nilainya di sisi
Allah dari pada ingatnya si hamba kepada Allah.
1. Jenis-jenis Dzikrullah
a. Basmalah
Setelah memantapkan niat dalam hati, seorang muslim seharusnya
memulai aktivitas apapun dengan basmalah.
Basmalah adalah salah-satu bentuk dzikrullah yang menegaskan
bahwa kita memulai pekerjaan ini dengan, atas nama atau karena
Allah, semata-mata untuk mengharap taufik, hidayah, ma’unah,
‘inayah, rahmah, barokah dan ridho-Nya. Lafadz basmalah seperti “
“ ميحرلا نمحرلا هللا مسب
b. Tasbih dan Taqdis
Tasbih adalah sebuah pengakuan yang jujur, kuat dan benar atas
kesucian Allah dari segala apa saja yang tidak layak bagi-Nya, dan atas
kesucian Allah dari segala bentuk penyifatan siapapun yang tidak
bersumber dari Allah dan Rasul-Nya. Lafadz tasbih seperti “سبحان اهللا ”
yang artinya Maha suci Allah.
c. Tahmid
Tahmid adalah suatu bentuk ekspresi rasa syukur kepada Allah dengan
memuji-Nya. Ekspresi ini harus dilandasi oleh pengakuan dalam hati
bahwa segala apa yang kita miliki atau kebaikan yang kita saksikan
dan rasakan, muncul atau terjadi semata-mata karena rahmat dan
30
d. Tahlil
Tahlil adalah mengakui bahwa tiada tuhan selain Allah SWT dan
bahwa Allah tidak butuh kepada yang selain-Nya, dan yang lain-Nya
butuh kepada-Nya. Lafadz tahlil seperti “ال اله اال اهللا”
e. Takbir
Takbir adalah mengakui bahwa Allah-lah yang Maha besar dan selain
Allah adalah kecil dan bahwa segala urusan yang berhubungan dengan
Allah adalah urusan yang terbesar dan selain itu urusan kecil. Lafadz
takbir seprti “ ربكأ هللا “
f. Hauqalah
Hauqalah adalah suatu bentuk ekspresi akan kelemahan diri, karena
tidak ada daya dan kekuatan kecuali dari Allah. Contoh lafadz
hauqalah (ال حول وال قوة اال باهللا) yang artinya “tiada daya untuk menolak
sesuatu yang bahaya dan mendatangkan sesuatu yang bermanfaat
melainkan dengan Allah”.
g. Hasbalah
Hasbalah adalah suatu bentuk ekpresi pemasrahan total kepada Allah,
lafadz hasbalah yang paling utama ( حسبنا اهللا\حسبي ) yang artinya
“cukuplah Allah bagiku/bagi kami”.
h. Istighfar
Istighfar adalah suatu ekpresi pengakuan atas dosa-dosa yang telah
dilakukan sambil memohon ampun dari Allah. Lafadz istighfar seperti
31
yang artinya “ Aku memohon ampun kepada (ميظعلا هللا رفغتسأ)
Allah yang maha agung”.
i. Shalawat kepada Rosulullah SAW
Shalawat adalah ekpresi pengakuan dan persaksian seorang muslim
terhadap kerasulah Nabi Muhammad SAW dan pernyataan rasa cinta
kepada beliau, sekaligus sebagai manifestasi dari perintah Allah dalam
Al-Quran. Allah berfirman:
⌧
☺ ☺ Artnya: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya bershalawat kepada
nabi (Muhammad. SAW), wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah dan bersalamlah kepadanya.” (Al-Ahzab:56)
j. Tilawah Al-Quran (membaca)
Tilawah/Membaca Al-Quran adalah salah satu ekspresi dari dzikrullah,
sebab tidak mungkin seorang muslim membaca Al-Quran dengan tartil
dan khusu’, kecuali karena didorong oleh hasrat untuk mengingat
Allah dan menyebut asma Allah (dzikrullah). Membaca Al-Quran
adalah ibadah yang berpahala di sisi Allah karena kita diperintahkan-
Nya untuk selalu membacanya.
k. Melaksanakan Shalat
Shalat adalah salah-satu bentuk dzikrullah yang paling utama,
sebagaimana firman Allah:
)45: العنكبوت ( ولذآر اهللا أآبر Artinya: “Dan sungguh dzikrullah itu lebih besar.” (Al-‘Ankabut: 45).
32
Para jumhur ulama menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan
dzikrullah dalam ayat ini adalah “shalat” karena ayat sebelum kalimat
dzikrullah ini Allah menerangkan tentang fungsi shalat yang dapat
mencegah pelakunya dari kekejian dan kemungkaran.
Untuk itu hampir dari semua jenis dzikrullah yang disebutkan di atas
(seperti Basmalah, Hauqolah, Hamdalah, Tasbih, Tahmid, Tahlil, Takbir, dan
lain sebagainya) semua terdapat dalam shalat. Seperti dalam firman Allah:
وأقم الصلوة لذ آرى ..... “…dan tegakkan shalat untuk mengingat-Ku”22
2. Macam-macam Dzikir
a. Dzikir bil ‘Amal : yaitu segala perbuatan yang tujuannya untuk mengingat
Allah. Misalnya, seorang siswa atau mahasiswa tidak pernah mencontek di
saat ujian karena dia tahu bahwa Allah selalu mengawasi setiap saat dan
kesempatan.
b. Dzikir ‘Aqliyah : yaitu dzikir orang-orang yang berilmu (Ulil Albab)
dengan cara tafakkur dan tadabbur. Mereka menggunakan ilmu yang
dimiliki untuk berdzikir kepada Allah. Ini penting karena ketika ilmuan
tidak menggunakan ilmunya untuk berdikir kepada Allah maka ilmunya
cenderung akan membuat mereka sombong.
22 Muhammad Idris Jauhari, Dzikrullah Sepanjang Waktu, (Sumenep Madura: Mutiara
Press, 2008), hal. 1-16
33
c. Dzikir bil Lisan : yaitu setaip ucapan yang di lafalkan dengan tujuan untuk
mengingat Allah. Misalnya, ucapan istighfar, takbir, tahmid, dan tahlil
setelah selesai shalat lima waktu. Dzikir lisan terbagi menjadi dua, yaitu:
1) Dzikir Ma’tsur
Yaitu dzikir yang bersumber dari al-Quran dan as-sunnah. Terdapat
banyak dzikir dan do’a yang tertera di dalam Al-Quran dan telah di
ajarkan oleh Nabi Muhammad SAW melalui Hadisnya.
2) Dzikir Ghairu Ma’tsur
Yaitu dzikir yang tidak berdasarkan pada Al-Quran dan as-Sunnah,
semata-mata hanyalah ijtihad para ulama, seperti dzikir yang di tulis
oleh syeh an-Nawawi Al batani dan lain sebagainya.
3) Dzikir Bil Qalbi
Yaitu hati yang selalu mengingat Allah ketika muncul listasan untuk
berbuat maksiat. Misalnya ketika kita berniat untuk mengambil barang
orang lain akan tetapi tidak jadi untuk melakukannya karena takut akan
azab Allah Swt.23
3. Keutamaan Dzikir
a. Mendapat ketenangan Hati
Allah berfirman,
☺
23 Aam Amiruddin dan M. Arifin Ilham..., hal: 16-20
34
Artinya: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. ( Q.S. Ar-Ra’d:28)
Dzikir yang sebenar-benarnya dzikir adalah dzikir yang di
dalamnya terucap kalimat-kalimat yang berkarakter dan mampu
menembus ruang kalbu yang paling dalam. Hatipun akan selalu hadir dan
siap untuk segala hal yang menimpa dengan segala kerelaan dan
keridhaan, karena dia yakin bahwa Allah selalu menemani. Semakin
menambah kekuatan iman dan istiqamah (terus menerus). Tiada lagi rasa
sedih dan rasa takut selain kepada Allah semata.
Allah berfirman:
Artinya: Ingatlah, Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Q.S. Yunus:62)
Adapun ciri-ciri sikap ketenangan hati yang terlahir dari dzikir:
1) Sikap berfikir positif “Positif Thinking”
2) Menerima Ketetapan Allah
3) Ikhlas Dalam Bekerja
4) Percaya Diri Dalam Menghadapi Persoalan Hidup
b. Selalu Diingat Oleh Allah
Allah berfirman:
35
Artinya: Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula)
kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku. (Q.S. Al-Baqarah: 152).
Bahwa dzikir akan membawa efek positif pada kedekatan manusia
dengan Allah. Kedekatan ini tentu saja berbeda dengan kedekatan seorang
manusia dengan manusia. Kedekatan manusia dengan manusia biasanya
bersifat temporal karena mudah dipengaruhi oleh kepentingan masing-
masing, sehingga ketika kepentingan tersebut tidak terpenuhi maka
kedekatan itu mulai pudar.
Berbeda dengan kedekatan manusia dengan Allah yang dibangun
dengan dzikir, tentu atas landasan kasih sayang, ketulusan dan ketaatan.
Kalaupun ada kepentingan, kepentingan itu hanya datang dari pihak
manusia saja, pada hakikatnya, Allah tidak membutuhkan dzikir manusia
karena tanpa hal itupun Allah sama sekali tidak akan merugi. Lebih dari
itu pula, Allah tetap akan menumpahkan rahmat kepada hamba-Nya yang
senantiasa berdzikir (membangun kedekatan) kepada-Nya tanpa batas.
c. Mendapat Perlindungan Allah Pada Hari Kiamat
Rosulullah bersabda, ”Ada tujuh golongan yang akan dilindungi
oleh Allah di hari tiada lindungan kecuali lindungan-Nya,……..seseorang
yang berdzikir pada Allah dengan menyendiri hingga berlinang air
matanya.” (H.R. Bukhari)
36
Dihari akhir (kiamat) yang begitu dahsyat sebagai penutup
kehidupan dunia, sebagai hari pembalasan untuk orang yang melakukan
dosa dan ganjaran baik untuk orang yang melaksanakan amalan shaleh. Di
hari inilah di mana tak ada satupun di antara manusia yang dapat mencari
tempat sembunyi untuk meminta perlindungan kecuali perlindungan Allah
dan bekal amal baik selama di dunia. Akan tetapi betapa murahnya Allah
yang mana hadist tadi menjelaskan bahwa ada tujuh golongan yang akan
mendapatkan pertolongan di hari kiamat dan salah satunya adalah mereka
yang berdzikir kepada-Nya, berdzikir manakah yang dimaksud hadist
tersebut?
Ibnu Hajr Al-Atsqalani menjelaskan dalam kitab Fathul Bary yang
menyebutkan bahwa,”Dzikir kepada Allah tersebut dilakukan hati dengan
tadzakkur (mengingat dan menyebut-nyebut atas keagungan-Nya) atau
dengan lisan, dengan mengucapkan sejumlah kalimat-kalimat dzikir yang
mengagungkan-Nya.”
d. Dapat Melepaskan Pengikat Setan Saat Bangun Tidur
Setan adalah merupakan musuh utama yang nyata untuk manusia.
Karena program utamanya adalah mengajak manusia untuk tinggal
bersama mereka di neraka kelak. Upaya harian setan yaitu dengan
membuat ikatan di kepala manusia yang sedang tidur di malam hari.
Dikala manusia tidur setan membuat tiga tali untuk mengikatnya,
sehingga ketika dia bangun akan merasa susah dan tidurnya semakin
nyenyak. Bangun kesiangan jika sesekali memang terampuni, itupun
apabila ada alasan jelas dan dapat diterima.
37
e. Menjadikan Hidup Ini Jadi Hidup
Sebagian orang memaknai hidup ini penuh dengan masalah,
dengan dzikir kita akan lebih tahu pemaknaan hidup, tujuan hidup akan
terpampang jelas, langkah hidup begitu pasti, hidup akan terasa lebih
bermakna, hidup tidak akan terasa hampa. Karena dengan dzikir kita dapat
mengenal dan dekat dengan Allah.
f. Dapat Melunakkan Hati
Rasululah besabda, ”janganlah kalian memperbanyak bicara
kecuali dzikir kepada Allah, karena sesungguhnya bayak bicara tanpa
dzikir kepada Allah akan mengeraskan hati, dan sejauh-jauhnya manusia
dari Allah adalah yang hatinya keras.”(H.R. Tirmidzi)
Diantara ucapan yang menjadi keharusan adalah ucapan yang
berisi dzikir, mengucap asma Allah dan sifat-sifat-Nya untuk mendekatkan
diri kepada-Nya. Basahi selalu bibir kita dengan dzikir karena kedekatan
kita dengan Allah akan menjadikan hati kita lunak.
g. Dijauhkan Dari Api Neraka
Rosululah bersabda: “Allah SWT. Berfirman: ‘Keluarlah kalian
dari neraka karena mengingat-Ku dihari-harinya atau takut pada-Ku ada
disuatu tempat (takut melakukan maksiat)”. (H.R. Tirmidzi)
h. Dilingkupi Rahmat Allah dan Diberkahi Ketenangan
Rosulullah bersabda: “Tidak satupun kaum yang berdzikir kepada
Allah kecuali dikelilingi malaikat dan diliput rahmat dan mereka di
38
karuniai ketenangan dan Allah senantiasa mengingat mereka”. (H.R.
Tirmidzi)24
4. Objek Dzikir
a. Dzikrullah
Dzikrullah adalah dzikir untuk mengingat Allah, tujuannya supaya kita
selalu beribadah kepada-Nya. Berdzikir kepada Allah yang dianjurkan
bukanlah kuantitas dzikirnya akan tetapi kualitas dzikirnya. Dan inilah
dzikir yang biasa dilakukan oleh orang-orang shaleh.
b. Dzikrul Maut
Dzikrul maut adalah mengingat kematian. Kita menjalani hidup memiliki
tujuan yaitu untuk meraih kebahagiaan di akhirat. Sebelum menuju pintu
akhirat kita harus melalui pintu akhir dari kehidupan kita yaitu pintu
kematian, yang mana pintu ini adalah pintu akhir dalam menjalankan tugas
kita sebagai hamba Allah. Salah satu untuk kita memperbanyak amal
shaleh yaitu dengan memperbanyak dzikrul maut (mengingat kematian).
c. Dzikrul ‘Azab
Dzikrul ‘Azab adalah mengingat ‘Azab Allah, mengingat ‘Azab Allah juga
adalah salah satu memotivasi kita untuk beramal shaleh menuju akhirat.25
5. Fungsi Dzikir
Fungsi zikir menurut Imam Al-Ghazali dalam kitabnya “Ihya’ Ulum
Addin” menjelaskan bahwa dengan zikir maka hati menjadi tenang, zikir juga
24 Aam Amiruddin dan M. Arifin Ilham..., hal. 21-35 25 Ibid., hal. 36-41
39
bisa mendatangkan ilham, menghalangi ruang gerak setan sehingga setan
menjauh dari hati manusia. Dan dalam kondisi itulah malaikat memberikan
ilham ke dalam hati manusia. 26
Dalam risalah al-Qusyairiyah dijelaskan bahwa zikir adalah rukun
(tiang) yang paling kuat sebagai jalan menuju Allah atau bahkan saka guru
tarekat mengatakan bahwa seseorang tidak akan bisa sampai kepada Allah
bila tidak menjalankan zikir secara tetap.27
Zikir menurut tuntunan syariat Islam dan al-Qur’an adalah menyebut
nama dan mengingat Allah dalam setiap keadaan, yang bertujuan untuk
menjalin ikatan batin (kejiawaan) antara hamba dengan Allah sehingga timbul
rasa cinta dan jiwa muraqabah (merasa dekat dan merasa diawasi oleh Allah
Swt). Senada dengan apa yang dijelaskan oleh Hasan al-Banna bahwa zikir
menurut ketentuan syariat adalah zikir yang menyebut nama Allah dengan
membaca tasbih, tahlil, takbir, istigfar, membaca al-Qur’an, membaca do’a
yang matsur, selain itu juga majlis-majlis yang diadakan untuk dakwah
Islamiyah.28Terkait dengan hal demikian Allah Swt berfirman:
☯ ⌧ ⌧
Artinya “ Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut
nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang.”( Al-ahzab 41-42 )
26 Imam Al-Ghazali, Dzikrullah Rahasia dan Kekuatan, (Pondok Gede: PT. Sahara Intisains: 2009), cet. Ke-II, hal. 5
27 Simuh, Tasawuf dan perkembangannya dalam Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1996), cet. Ke-I, hal. 109
28 Abdul Qadir Djaelani, Koreksi Terhadap Ajaran Tasawuf, (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), cet. Ke-I, hal. 210
40
J. The Sosial Construction of Reality
Teori ini menjadi terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan
Thomas Luckmann melalui bukunya yang berjudul The Social Construction of
Reality: A Treatise in the sociological of knowledge pada tahun 1966. Ia
menggambarkan proses sosial melalui tindakan dan interaksinya, dimana
individu menciptakan secara terus menerus suatu realitas yang dimiliki dan di
alami bersama secara subjektif. Realitas sosial adalah pengetahuan yang
bersifat keseharian yang hidup dan berkembang di masyarakat.29
Istilah konstruksi sosial atas realitas didefinisikan sebagai proses sosial
melalui tindakan dan interaksi di mana individu menciptakan secara terus
menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subyektif.
Realitas merupakan hasil ciptaan manusia kreatif melalui kekuatan konstruksi
sosial di sekelilingnya. Selain itu juga hubungan antara pemikiran manusia dan
konteks sosial tempat pemikiran itu timbul, bersifat berkembang dan
dilembagakan dan kehidupan masyarakat itu dikonstruksi secara terus
menerus.
Realitas sosial yang dimaksud oleh Berger dan Luckmann ini terdiri
dari:
1. Realitas Objektif adalah realitas yang terbentuk dari pengalaman di dunia
obyektif yang berada di luar individu dan realitas ini dianggap sebagai
kenyataan,
2. Realitas Simbolis adalah merupakan ekspresi simbolis dari realitas
obyektif dalam berbagai bentuk,
29 H. M. Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa Iklan Televisi dan Keputusan
Konsumen Serta Kritik Terhadap Peter L. Berger dan Tomas Luckman, (Jakarta: Prenada Media Grup, 2008), cet. Ke-I, hal: 13-14
41
3. Realitas Subyektif adalah realitas yang terbentuk sebagai proses
penyerapan kembali realitas obyektif dan simbolis ke dalam individu
melalui proses internalisasi.30
Kaitan teori Social Construction of Reality yang dari segi realitas
simbolis dengan pemikiran dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari dalam buku
dzikrullah sepanjang waktu adalah ketika seorang Da’i menggambarkan proses
sosialnya yang dapat menciptakan sebuah realitas simbolis. Yang mana KH.
Muhammad Idris Jauhari setelah melalui proses sosialnya melalui tindakan
dan interaksinya sehingga dapat memberikan makna pada sebuah realitas
dalam bentuk ekspresi simbolis dari realitas obyektif yaitu tentang Dzikir yang
dituangkan dalam karya tulisnya berjudul Dzikrullah sepanjang waktu.
Di dalam karya tulisnya tersebut KH. Muhammad Idris Jauhari
mengekspresikan simbolis dari sebuah realitas atau menjelaskan tentang
sebuah dzikir, mengajak pembaca untuk melaksanakan dzikir secara
situasional atau kapan saja (baik sibuk maupun senggang) dan dalam keadaan
apa saja (baik sedih maupun senang).
Teori Realitas Simbolis yaitu teori yang menjelaskan sebuah realitas
yang diberi makna atau data yang diberi makna. Sama halnya dengan KH.
Muhammad Idris Jauhari yang dalam karya tulisnya tersebut, yang mana
memberikan penjelasan untuk memaknai kalimat dzikir bukan hanya dalam
kalimat-kalimat lafdhi akan tetapi diterapkan dalam aktivitas kehidupan
manusia selama 24 jam dalam setiap harinya.
30 H. M. Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa Iklan Televisi dan Keputusan
Konsumen Serta Kritik Terhadap Peter L. Berger dan Tomas Luckman, (Jakarta: Prenada Media Grup, 2008), cet. Ke-I, hal: 15, 24
42
Memberikan pemahaman tentang dzikrullah dan menggambarkan
dzikrullah sepanjang waktu dengan penjelasan untuk menerapkan makna
kalimat-kalimat dzikir bukan hanya dalam kalimat lafdhi akan tetapi juga
dalam kehidupan nyata sehari-hari agar setiap ummat senantiasa berupaya
untuk melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan Allah dengan
istiqomah karena hasil dari selalu mengingat dan menyebut Asma Allah dalam
kesehariannya, sehingga selalu merasa bahwa Allah selalu berada di mana
setiap manusia itu berada sehingga semua yang dihadapi akan terasa mudah
dengan pertolongan Allah dan lebih merasa tawakkal.
BAB III
PROFIL KH. MUHAMMAD IDRIS JAUHARI
A. Profil KH. Muhammad Idris Jauhari
1. Latar Belakang Keluarga
KH. Muhammad Idris Jauhari lahir pada tanggal 28 Nopember
1950 di Prenduan, sebuah desa yang berada di pinggir selatan kabupaten
Sumenep dan hampir mendekati perbatasan antara kabupaten Sumenep
dengan kabupaten pamekasan. KH. Muhammad Idris Jauhari adalah putera
kedua dari tiga bersaudara yang pertama adalah KH. M. Tidjani Djauhari
MA, dan yang ketiga KH. Maktum Djauhari MA. Ayahnya bernama KH.
Ahmad Djauhari yang terlahir di desa yang sama yaitu Prenduan. KH.
Ahmad Djauhari merupakan pendiri dari pondok pesantren Al-Amien.
Pada awal mulanya pondok ini bernama pondok Tegal, karena berlokasi di
atas tanah tegalan yang letaknya kurang lebih 150 m. Sebelah utara masjid
Jamik Prenduan. Dimana pada awal berdirinya pondok ini hanya memiliki
dua lembaga pendidikan tingkat dasar, yaitu Mathlabul Ulum (putra) dan
Tarbiyatul Banat (putri).
Di bawah kepemimpinan KH. Ahmad Djauhari demi untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap putra-putri mereka, maka pada
tahun 1975 dibukalah lokasi baru di sebelah timur pondok putra guna
menampung santriwati yang berdatangan dari desa Prenduan dan
sekitarnya. Mereka ditampung di sebuah lembaga pendidikan yang
bernama Sekolah Persiapan Mu'alimat di bawah asuhan keponakan dan
42
43
cucu dari alhmarhum KH. Ahmad Djauhari, yaitu Hj. Shiddiqah Wardi
dan KM. Asy'ari Kafie.
Sekolah persiapan Mu'alimat ini kemudian dikembangkan menjadi
madrasah Tsanawiyah (1980), Madrasah Aliyah (1983) dan Tarbiyatul
Mu'alimat Al-Islamiyah (diresmikan oleh Nyai Hi. Dra. Arisah Fatimah
Zarkasyi putri dari M. Zarkasyi guru KH. M. Idris Djauhari pada tahun
1985. Sementara di pondok Tegal Madrasah Mathlabul Ulum. Tarbiyatul
Banat serta Madrasah Ibtida'iyah yang pernah didirikan oleh almarhum
KH. Ahmad Djauhari tetap dipertahankan eksistensinya, bahkan dibuka
lagi beberapa madrasah lain yaitu Taman kanak-kanak (1984), Madrasah
Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah khusus untuk putra (1983). Semuanya
di bawah pimpinan keponakan almarhum M. Musyhab Fatawi.
Kemudian dibuka Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STIDA) tahun
1983 di bawah pimpinan Ustadz Jamaluddin Kafie yang sekarang
dipimpin oleh putra terakhir dari almarhum KH. Ahmad Djauhari yaitu
KH. Maktum Djauhari, dan pesantren Tinggi Al-Amien (PTA) tahun 1983
yang aktif berjalan pada tahun 1989. Pada tahun 1989, KH. Tidjani
Djauhari kembali dari Mekkah, maka pucuk kepemimpinan dan pengasuh
pondok pesantren diserahkan kepada KH. Tidjani Djauhari. Sedangkan
KH. Muhammad Idris Jauhari menjadi Direktur Tarbiyatul Mu'alimin Al-
Islami (TMI) sampai sekarang.
2. Latar Belakang Pendidikan
Seperti halnya anak-anak lainnya, pada umur 7 tahun KH.
Muhammad Idris Jauhari memasuki jenjang pendidikan dasar (SD) pada
44
pagi hari, dan di siang harinya mengikuti Pendidikan Madrasah Ibtida'iyah
(MI) yang penyelenggaraan pendidikannya dilaksanakan setelah setelah
dhuhur. Untuk itu KH. Muhammad Idris Jauhari sejak di jenjang
pendidikan dasar telah mengenal dasar-dasar pendidikan dan ilmu
pengetahuan agama Islam di samping ilmu pengetahuan umum, ini
mencerminkan semangat keilmuan dan keagamaannya yang mendapatkan
akar dukungan yang kuat dalam tradisi lingkungannya.
Dan semangat itu pula yang mendorongnya untuk melanjutkan
pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi yaitu ke Pondok Pesantren
pada tahun 1965, dan yang menjadi alternatif kelanjutan pendidikannya
adalah Pondok Pesantren Modern Gontor Ponorogo yang tergolong
sebagai pondok pesantren yang memiliki popularitas Nasional bahkan
Internasional. Hal ini sesuai dengan pemikiran dan pandangan ayahnya
yang menginginkan putra-putranya untuk menuntut ilmu dalam rangka
mempersiapkan diri menjadi kader-kader penerus perjuangannya dalam
lapangan pendidikan. Agar nantinya pondok pesantren yang didirikannya
menjadi pondok pesantren yang representatif serta mampu menjawab
tantang zaman dan tuntutan umat. Di pondok pesantren Gontor ini, KH.
Muhammad Idris Jauhari nyantri selama 6 tahun mulai dari tahun 1965
sampai tahun 1970, dengan memasuki lembaga pendidikan Kulliyatul
Mu'alimin Al-Islami (KMI) dengan masa tempuh 6 tahun dari kelas satu
sampai dengan kelas enam.
Lembaga pendidikan Kulliyatul Mu’alimin Al-Islami (KMI)
setingkat dengan Madrasah Tsanawiyah - Madrasah Aliyah (MTs - MA)
45
atau Sekolah Menengah Pertama-Sekolah Menengah Atas (SMP-SMA).
Perbedaannya hanya terletak pada isi atau kurikulum yang dipakai.
Kurikulum yang dipakai di lembaga ini mengaksentuasikan pada
pengajaran ilmu pengetahuan agama Islam serta ilmu alat. Oleh karena itu
alumni dari pondok pesantren ini oleh kalangan pondok pesantren sendiri
sering dinilai lebih berkualitas secara intelektual apabila dibanding dengan
sekolah agama yang dikelola oleh pemerintah.
Selama belajar di pondok pesantren Darussalam Gontor inilah KH.
Muhammad Idris Jauhari mempunyai atau memiliki kegemaran membaca
kitab kuning. Di saat semangatnya menggebu-gebu dalam rangka
menambah ilmu pengetahuannya, KH. Muhammad Idris Jauhari dipanggil
pulang untuk meneruskan pimpinan pondok pesantren Tegal. Karena KH.
Ahmad Djauhari ayahnya dipanggil pulang kerahmatullah (wafat).
Sebenarnya tampuk kepemimpinan pondok pesantren Al-Amien Prenduan
setelah wafatnya KH. Ahmad Djauhari dipegang oleh putra pertama yaitu
KH. Tidjani Djauhari, akan tetapi pada saat itu KH. Tidjani Djauhari
sedang menuntut ilmu di Makkah, maka untuk sementara KH. Muhammad
Idris Jauhari yang memegang kepemimpinan pondok Pesantren yang
ditinggalkan ayahnya.
Pada awal kepemimpinannya inilah akhirnya terbentuk sebuah
lembaga pendidikan yang berbentuk pondok pesantren dengan memakai
nama yang pernah dipakai oleh almarhum ayahnya KH. Ahmad Djauhari
(1960) yaitu Tarbiyatul Mu'alimin Al-Islamlyah (TMI) yang menempati
lokasi baru seluas -+6 Ha. Dan pada awal kepemimpinannya pula
masyarakat masih banyak yang kurang memberikan keparcayaan penuh
46
karena masyarakat mempunyai asumsi bahwa KH. Muhammad Idris
Jauhari akan merubah tatanan atau tradisi yang ada secara revolusioner, di
samping rasa tidak percaya akan kemampuan atau kualitas keilmuan yang
dimiliki oleh KH. Muhammad Idris Jauhari, alasan masyarakat pada saat
itu juga KH. Muhammad Idris Jauhari masih berusia 18 tahun (menurut
mereka terlalu muda). Sehingga beliau lebih banyak berjalan-jalan atau
kalau dalam bahasa Jawa disebut dengan "Dulanan" dibanding mengurusi
pondok, akan tetapi setelah mendapat mandat dari KH. Zarkasyi
(Pengasuh pondok pesantren Modern Gontor Ponorogo) kebiasaan
tersebut sedikit demi sedikit berkurang dan mulai mencoba mengurus
santri yang akhirnya menjadi sebuah hobi.
Ketidak percayaan masyarakat terhadap beliau dirasakan setelah
sepuluh tahun dan kepercayaan itu baru dirasakan setelah Pondok yang
diasuhnya dapat mengirim out put ke luar negeri yaitu ke Arab Saudi dan
Mesir.
3. Kiprah Dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari
Dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari di luar PP. Al-amien adalah
seperti mengadakan kelompok-kelompok pengajian, dakwah bil hal-nya
seperti mengadakan Bitul Mal Wat Tamwil, berupa gerakan-gerakan sosial
yang dilakukan oleh PP. Al-amien kepada masyarakat. Dan dakwah bil
kitabah KH. Muhammad Idris Jauhari menyukai tulis-menulis, seperti
mengarang buku, yakni salah satunya adalah buku Dzikrullah sepanjang
waktu.1
1 Wawancara bersama KH. Muhammad Idris Jauhari di PP. Al-Amien, Prenduan,
Sumenep, Madura. Pada tanggal 15 Maret 2010
47
Selama mengurus pondok pesantren Al-Amien, KH. Muhammad Idris
Jauhari lebih banyak memperhatikan pengembangan pondoknya. Dari
pengajaran dan pendidikan yang berikannya kepada santrinya dengan harapan
bahwa kelak kemudian hari pada santrinya bisa menggantikan kedudukannya
sebagai da’i di desanya masing-masing sebagai petugas agama dalam
komunitas Islam, sehingga dengan demikian akan menjamin dakwah Islam
melalui pengajaran dan pendidikan. Di samping itu KH. Muhammad Idris
Jauhari beranggapan bahwa mendidik santri adalah merupakan suatu tugas
yang mulia. Oleh karenanya mendidik santri sudah merupakan suatu hobi
pada dirinya. Untuk itu KH. Muhammad Idris Jauhari lebih menyenangi dan
lebih memfokuskan perhatiannya kepada pendidikan dan pengembangan
pondoknya dengan tidak meninggalkan dakwahnya kepada masyarakat.
Dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari adalah melalui dakwah
Lembaga Sosial yaitu melalui pendidikan sosial yang berbentuk Pondok
Pesantren yang di dalamnya diajarkan ajaran Islam secara praktis atau praktek
sehari-hari. Metode ini agar masyarakat menjadikan tradisi mengamalkan
ajaran Islam secara sadar ataupun tidak sadar karena sudah menjadi kebiasaan
yang diterapkan dalam sistem pendidikan pesantren tersebut, seperti prakata
“Ala bisa karena biasa”. Sebagai sebuah lembaga pendidikan Islam, pondok
pesantren harus membawa misi da’wah Islamiyah. Segala kegiatan yang
dilaksanakan harus selalu berada dalam dan tidak lepas dari konteks dakwah
itu sendiri. Sekali pun fungsi dan misi utama pesantren adalah mendidik
santri atau mendidik orang agar menjadi santri. tetapi bukan berarti pondok
pesantren harus melepaskan diri dari persoalan-persoalan aktual yang
berkembang di tengah-tengah masyarakat.
48
Dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari yaitu melalui kaderisasi atau
pengkaderan santriwan dan santriwati dari PP. Al-Amien Prenduan Madura,
ketika mereka berada di kelas 6 Mu’allimin yang setingkat dengan kelas 3
Madrasah Aliyah mereka disebar ke tempat-tempat sekitar Madura yang
masih kurang Ilmu ke-Islamannya. Hal ini menunjukkan bahwa Pondok
pesantren harus memiliki kepedulian yang tinggi terhadap masalah-masalah
masyarakat dan melibatkan diri secara aktif dalam berbagai kegiatan
kemasyarakatan (dakwah praktis). Sebab jika tidak demikian, berarti
pesantren telah menafikan dirinya sebagai sebuah lembaga yang berasal dari,
dikelola oleh dan melaksanakan misinya untuk masyarakat. Hanya saja,
kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang dilakukan pesantren harus tetap
berhulu dan bermuara pada dasar, bingkai dan tujuan-tujuan pendidikan,
sebagai misi dan tugas utama pesantren. Metode pengkaderan ini juga pernah
dilakukan oleh para Wali Songo, contohnya seperti Sunan Ampel
memerintahkan Raden Fatah untuk berhijrah ke hutan Bintara, membuka
hutan tersebut dan membuat kota baru, dan kota tersebut bernama Demak.
Beberapa kenyataan tentang hakikat pondok pesantren sebagai
berikut:
a. Pondok pesantren berdiri atas niat untuk memberikan pendidikan dan
pengajaran tentang agama Islam kepada masyarakat, sehingga karenanya
pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam.
b. Misi dan fungsi pondok pesantren tidak bisa dilepaskan dari misi dan
fungsi dakwah Islamiyah, sebagai kelanjutan dari risalah yang telah
dirintis oleh para Nabi dan Rasul.
49
c. Seluruh penghuni pesantren selalu memiliki niat yang sama, yaitu semata-
mata untuk beribadah, mengabdi, berjuang dan berkorban li-i'laai
kalimatillah. Karenanya pesantren bisa disebut sebagai lembaga
pengabdian, perjuangan dan pengorbanan.
d. Nilai-nilai dasar, jiwa, dan tradisi-tradisi yang menjadi landasan dan
dikembangkan di pesantren adalah Islami, tarbawi dan ma’hadi.
e. Pondok pesantren berasal dari kebudayaan asli bangsa Indonesia dan
hanya ada, di Indonesia. Karenanya, ia selalu memiliki komitmen yang
kuat dengan budaya dan konsensus-konsensus bangsa, serta memiliki
kepedulian yang tinggi terhadap pembangunan bangsa yang sedang
berlangsung.
f. Pondok pesantren selalu berdiri atas kehendak atau inisiatif santri dan
masyarakat, dikelola oleh santri bersama masyarakat, dan menjalankan
misinya untuk kepentingan masyarakat. Karena itu, pondok pesantren
memiliki kepedulian yang tinggi pada masalah-masalah kemasyarakatan
dan para penghuninya selalu hidup harmonis dengan masyarakat
sekitarnya.
g. Pondok pesantren selalu dipimpin oleh seorang kyai yang berwibawa,
dihormati dan diteladani oleh santri dan masyarakat sekitarnya, yang sejak
awal memang sudah diakui otoritas dan kapasitas iman, akhlak. ilmu dan
amaliyahnya.
h. Kehidupan di pesantren selalu dilandasi oleh akidah, syariah, dan akhlak
Islam, yang realisasinya disesuaikan dengan tradisi dan kondisi
masyarakat setempat.
50
i. Kehidupan di pesantren selalu berlangsung dalam pancaran Pancajiwa
Pesantren, yaitu keikhlasan, kesederhanaan, kekeluargaan dan
persaudaraan, kemandirian dan kepercayaan diri, serta kemerdekaan dan
kebebasan yang bertanggung jawab.
j. Segala kegiatan di pesantren berlangsung dalam bentuk tradisi atau
sunnah yang berjalan secara otomatis, bukan sekedar aturan atau slogan
kosong.
k. Tradisi dan sunnah tersebut menyangkut hubungan antara kyai dengan
santri, antara sesama santri, dan antara kyai dan santri dengan masyarakat
sekitar.
l. Di lingkungan pesantren selalu ada dua sarana pendidikan yang paling
pokok, yaitu masjid atau langgar tempat seluruh penghuninya beribadah
dan belajar, serta pondokan atau asrama tempat para santri tinggal sehari-
hari. Sedangkan sarana-sarana yang lain biasanya berkembang secara
bertahap.
m. Segala kegiatan dan kebutuhan para santri sehari-hari selalu diatur dan
dikelola oleh para santri sendiri secara koperatif dan dalam bentuk self
govement.
Dari hal itulah terlihat sebuah dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari
dalam mendirikan dan mengasuh Pondok Pesantren yang sangat besar
tanggung jawabnya. Baik kepada santrinya, masyarakat yang percaya untuk
menyerahkan anak-anaknya untuk dididik ilmu agama dan tanggung jawab
yang lebih besar lagi adalah kepada Allah SWT.
51
4. Karya KH. Muhammad Idris Jauhari
KH. Muhammad Idris Jauhari merupakan pimpinan pondok yang
sangat produktif dalam mengembangkan bakatnya, terutama dalam bidang
tulis menulis. Adapun hasil karya KH. Muhammad Idris Jauhari baik karya
tulis dan ceramahnya dalam bentuk VCD dan kaset yang telah diterbitkan di
PP. Al Amien Prenduan antara lain adalah :
1. Karya Tulis KH. Muhammad Idris Jauhari yang berkaitan dengan
dakwah Islam:
a. Sekitar Masalah Shalat Jama’ah
Buku ini diterbitkan oleh Mutiara Press Al-Amien Printing, cetakan
pertama pada bulan November 2008. Isinya yaitu, Fadhilah shalat
jama’ah, Hukum shalat jama’ah, Di mana kita berjama’ah, Shalat
jama’ah untuk kaum muslimat, Pengaturan shaf shalat jama’ah, Hal-
hal yang perlu diperhatikan imam, Tata cara pelaksanaan Shalat
Jama’ah, Dzikir dan doa Jama’i setelah shalat jama’ah.
b. Alumni Pesantren Sebagai Perekat Umat
Buku ini diterbitkan oleh Mutiara Press Al-Amien Printing, cetakan
pertama pada bulan Agustus 2005. Isinya yaitu, Mukaddimah, Perekat
umat sebagai Terminologi Qur’ani, Perekat umat sebagai Muta’arif
atau pelaksana misi ta’aruf baynan nas dan lain sebagainya.
c. Anak Muda Menjadi Sufi Mengapa Tidak
Buku ini diterbitkan oleh Mutiara Press Al-Amien Printing, cetakan
pertama pada bulan Agustus 2003. Isinya yaitu, Mukaddimah, tasawuf
Islami, Hidup, Ibadah dan Tasawuf, Tasawuf sebagai Ilmu, Taswuf
52
dan kehidupan Sosial, Tasawuf dan anak muda, Bagaimana
bertasawuf, Ilustrasi sederhana tentang bertasawuf.
d. Hakekat Pesantren dan Kunci Sukses Belajar Di Dalamnya
Buku ini diterbitkan oleh Mutiara Press Al-Amien Printing, cetakan
pertama. Isinya yaitu, Riwayat timbulnya Pondok Pesantren, Nilai-
nilai dasar pondok pesantren, Panca Jiwa pondok pesantren, Tradisi
dan sunnah-sunnah pondok pesantren, Fungsi dan misi pondok
pesantren, Kunci Sukses belajar di pesantren
e. Berjasa Berkembang Mandiri Sebuah Falsafah Hidup Untuk Para
Santri
Buku ini diterbitkan oleh Mutiara Press Al-Amien Printing, cetakan
pertama pada bulan November 1999. Isinya yaitu, Mukaddimah,
Berjasa dan Berkembang mana yang harus didahulukan, Mandiri dan
berkepribadian, Dakwah dan Indzarul Qoum, Proses Azamta sebelum
Tawakkal, Falsafah Khusnul khotimah.
f. Sistem Pendidikan Pesantren, Mungkinkah menjadi Sistem
Pendidikan Nasional
Buku ini diterbitkan oleh Mutiara Press Al-Amien Printing, cetakan
pertama pada bulan Mei 2002. Isinya yaitu, Mukaddimah, Tinjauan
historis pondok pesantren, Tinjauan Filosofis Edukatif, Kesimpulam.
g. Adab Sopan Santun
Buku ini diterbitkan oleh Mutiara Press Al-Amien Printing, cetakan
ke-VII pada bulan Februari tahun 2009. Isinya yaitu Pengertian
Akhlak, Sopan santun berpakaian, Berpakaian khusus untuk kaum
wanita, Sopan santun dalam pertemuan, Sopan santun berbicara, Sopan
53
santun bergurau, Sopan santun bepergian, sopan santun bertamu atau
berpapasan, sopan santun berjabat tangan, Sopan santun berkunjung
dan bertamu, Sopan santun makan bersama, dan kumpulan dalil-dalil
dari Al-Quran dan Hadis.
2. Karya KH. Muhammad Idris Jauhari dalam bentuk VCD dan Kaset
Karya KH. Muhammad Idris Jauhari yang berbentuk VCD dan
kaset berupa dzikro renungan lima belas menit, yang selalu disampaikan
oleh KH. Muhammad Idris Jauhari kepada santri Al-Amien menjelang
tidur malam, yang dikenal dalam kalangan santri sebagai Tafakkur
Menjelang Tidur. Kemudian didokumentasikan dalam sebuah VCD dan
kaset yang dikemas dalam tema-tama pilihan, sebagai berikut:
a. Renungan Lima Belas Menit, Tema Sikap Keberagaman
Kaset dan VCD Ceramah Islami KH. Muhammad Idris Jauhari,
Penerbit MutiaraPress. Isinya yaitu, Islam merupakan Agama Samawi
yang terakhir, Bagaimana kita seharusnya beragama, Bagaimana
seharusnya bersikap kita bersikap terhadap Islam, Bagaimana kita
melaksanakan kerja-kerja keberagamaan, Pekerjaan dan keyakinan.
b. Kaset dan VCD LBM Vol 2 Antara Ijabah dan Istijabah
Kaset dan VCD Ceramah Islami KH. Muhammad Idris Jauhari,
Penerbit MutiaraPress. Isinya yaitu, Doa yang berhubungan dengan
Islam, Doa ma’tsuroh Rosul, Doa Sapu jagat, Doa Rosul Dalam surat
Al-Hujurat.
Dan beberapa dari karya-karyanya dan juga karya tulis KH.
Muhammad Idris Jauhari merupakan buku dasar yang harus dipahami dan
54
diamalkan oleh santriwan dan satriwati PP. Al-Amien Prenduan Madura,
karyanya tentang seputar ilmu pendidikan, agama, dan dakwah. Dan karyanya
yang menarik penulis untuk diteliti lebih dalam adalah karyanya yang
bernuansa dakwah yaitu karyanya yang berjudul “Dzikrullah Sepanjang
Waktu”.
B. Sekilas Buku Dzikrullah Sepanjang Waktu
Dzikrullah sebagai kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari, Tugas
utama sebagai hamba Allah itu adalah melaksanakan dzikrullah sepanjang
waktu dan menyadari hakekat keistimewaan dzikir sepenuhnya dan
melakukan dzikrullah sebanyak-banyaknya, di mana saja, kapan saja, dan
dalam situasi apa saja baik suka maupun duka, sendirian ataupun bersama-
sama. Sesuai dengan pengertian dzikir yang meliputi tiga unsur: pertama,
upaya untuk selalu mengingat Allah dengan cara menghubungkan setiap
apapun yang dilihat, didengar, dirasakan dan peristiwa apapun yang dialami
dengan keagungan dan kekuasaan Allah. Kedua, upaya untuk selalu
menyebut asma Allah yang Maha Agung dengan lisan yang fasih dan kalimat-
kalimat Thoyyibah. Ketiga, upaya mengimplementasikan ingatan dan sebutan
tersebut dengan menjalan perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
Berikut sekilas tentang buku Dzikrullah Sepanjang waktu karya KH.
Muhammad Idris Jauhari:
1. Dalam bab mukaddimah berisi pengertian dzikir secara bahasa dan istilah,
pembagian dzikir ada 3, yaitu: yang pertama: adanya upaya untuk selalu
ingat Allah di mana saja dan kapan saja. Yang kedua: upaya untuk
55
menyebut nama Allah dengan lisan sebanyak mungkin. Yang ketiga:
diimplementasikan dalam kehidupannya sehari-hari. Dijelaskan pula Jenis-
jenis dzikir sebagai berikut: basmalah, tasbih, taqdis, tahmid, tahlil, takbir,
hauqalah, hasbalah, istighfar, shalawat, membaca al-Qur'an dan shalat.
2. Dalam bab Antara Dzikir dan Doa berisi tentang faedah-faedah dzikir
sebagai berikut: yang pertama, adanya husnuddzan atau berprasangka baik
kepada Allah. Yang kedua, mendapatkan rahmat dan inayah-Nya. Yang
ketiga, mendapat predikat terpuji. Yang keempat. membimbing hati untuk
selalu ingat kepada Allah. Yang kelima: menjauhkan diri dari siksa Allah.
Dan juga membahas tentang pembagian dzikir : yang pertama dzikir qalbi,
yang kedua dzikir 'aqli, yang ketiga dzikir lisan, yang keempat dzikir
‘amali. Di dalam bab ini juga menjelaskan tentang adab dan cara berdzikir
sebagai berikut: yang pertama cara batin yaitu, berdzikir dengan
menghadirkan hatinya. Yang kedua adab lahir yaitu dengan cara khusyu’,
tenang, pakaian sopan dan lain sebagainya.
3. Pada bab Kegiatan Fajar, dilakukan satu jam sebelum subuh sampai
matahari terbit. Yaitu dengan membaca tahmid dan syahadah, bersuci
kemudian qiyamullaili atau bangun malam (untuk melaksanakan tahajjud
dan witir) menuju masjid untuk berjamaah subuh dan dzikir serta
membaca al-Quran
4. Pada bab Kagiatan Pagi. Yaitu setelah matahari terbit sampai dhuhur. olah
raga, mandi, makan pagi, interaksi dengan keluarga, semuanya dilakukan
dengan berdzikir kepada Allah. sebelum berangkat ke tempat kerja shalat
dhuha dan do'a serta dzikir, dan berangkat kerja atau sekolah juga dengan
dzikir kepada-Nya kemudian shalat dhuhur berjamaah.
56
5. Pada bab Kegiatan Siang. Setelah shalat ashar sampai maghrib. Bersyukur
atas selesainya pekerjaan dan belajar karena bersukur itu juga merupakan
dzikir, setelah itu istirahat sambil dengarkan radio, televisi, internet.
Setelah itu bersuci dan berangkat ke mushalla dan masjid untuk shalat
berjama’ah maghrib
6. Pada bab Kegiatan senja, setelah shalat maghrib sampai isya membaca al-
Qur'an sambil dzikrullah, baca dengan khusu’ sambil merenungkan isi
kandungannya, sujud tilawah dan baca tasbih dikala membaca ayat-ayat
tasbih, kemudian shalat isya berjamaah. sebelum tidur disunnahkan untuk
berwudlu, shalat hajat, dzikir tasbih 33 kali, hamdalah 33 kali, takbir 33
kali, berdo'a sebelum tidur, باسمك اللهم أحيا و أموت dan berdo'a untuk
mendapat mimpi yang baik dan minta agar bisa bangun malam untuk
shalat lail atau shalat malam.
7. Dan pada bab berikutnya menjelaskan tentang disaat seseorang mendapat
kenikmatan, kabar gembira, maka hendaklah berdzikir dengan meyakini
bahwa kenikmatan dan kebaikan itu dari Allah kemudian hendaknya
melakukan sujud syukur, dan dengan banyak memuji Allah.
8. Pada bab berikutnya menjelaskan tentang ketika memasuki masjid, rumah,
dan lain sebagainya hendaknya membaca dzikir dengan basmalah dan
tasbih, masuk dan keluar kamar mandi hendaknya membaca berdoa dan di
manapun serta kapanpun tidak berhenti untuk selalu berdzikir kepada
Allah. Jika seseorang mendapatkan kesusahan dan kabar sedih, hendaknya
tetap berprasangka yang baik kepada Allah, yakin jika seseorang tersebut
sabar maka Allah akan mengganti kesedihan dengan kegembiraan. Dan di
57
dalam bab ini menjelaskan, ketika mendapat hidangan makanan dan
minuman pertama yang harus dilakukan adalah bersyukur kemudian
berdoa semoga mendapatkan barokah. Ketika makan, minum dengan
memulai basmalah dan mengakhirinya dengan hamdalah dan do'a. Apabila
kesehatan terganggu berdzikir dengan membaca basmalah 3 kali, tangan
diletakkan di orang yang sakit sambil berdo'a minta kesembuhan dan
apabila membesuk orang yang sakit hendaknya memegang badannya
dengan tangan kanannya dan mendo'akan kesembuhannya. Ketika
dihadapkan kepada kematian pertama hendaknya meyakini bahwa semua
adalah milik Allah dan suatu saat akan kembali pada-Nya.
Di dalam buku Dzikrullah Sepanjang Waktu, yakni berisi tentang
metode praktis kepada mad’u untuk lebih mudah dalam mempraktekkan dan
menerapkan dzikrullah disetiap waktu dalam kesehariannya, mulai dari
bangun tidur hingga tidur kembali selayaknya untuk menerapkan dzikrullah.
Dan dalam keadaan apa saja, di dalam buku ini diberikan penjelasan untuk
melaksanakan dzikrullah dalam keadaan apa saja yang dirasakan baik ketika
seseorang dalam suasana senang maupun sedih.
Dan juga berisi tentang untuk menerapkan makna kalimat-kalimat
dzikir bukan hanya dalam kalimat lafdhi akan tetapi juga dalam kehidupan
nyata sehari-hari agar setiap ummat senantiasa berupaya untuk melaksanakan
perintah Allah dan menjauhi larangan Allah dengan istiqomah karena hasil
dari selalu mengingat dan menyebut Asma Allah dalam kesehariannya,
sehingga selalu merasa bahwa Allah selalu berada di mana setiap manusia itu
berada sehingga semua yang dihadapi akan terasa mudah dengan pertolongan
Allah dan lebih merasa tawakkal.
BAB IV
HASIL PENELIITIAN
A. Aktivitas Dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari
Dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari ada tiga: 1
1. Dakwah Bil Maqal atau Bil Lisan: dakwah ini yang bersifat verbalistik,
contohnya seperti Tabligh-tabligh, pidato, ceramah dan lain sebagainya.
Dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari selain menjadi pimpinan
pondok pesantren Al-Amien juga menyampaikan dakwah bil lisan atau
ceramah agama dibinaan jamaahnya, jama’ahnya dari kyai-kyai disekitar
pondok pesantren Al-Amien dan ketua-ketua ta’mir. Dalam ceramahnya
KH. Muhammad Idris Jauhari selalu mengajak jama’ahnya untuk
melafadzkan kalimat-kalimat dzikir, dan kemudian dikembangkan kalimat
dzikir tersebut dengan tausiyahnya terhadap kehidupan nyata, seperti
keindahan alam semesta.
Pada saat berdakwah KH. Muhammad Idris Jauhari menjelaskan
kepada masyarakat untuk terlebih dahulu memantapkan hati dalam
berdzikir kepada Allah, menjelaskan manfaat dan faedah dzikir, mengajak
untuk melafadzkan kalimat-kalimat dzikir, untuk senantiasa selalu
membasahi bibir dengan kalimat-kalimat dzikir yakni menyebut Asma
Allah.2
1 Wawancara bersama KH. Muhammad Idris Jauhari di PP. Al-Amien, Prenduan,
Sumenep, Madura. Pada tanggal 15 Maret 2010 2 Wawancara bersama Tokoh Masyarakat Pimpinan yayasan Al-Mu’ien Bluto Sumenep
yang mengkuti Dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari
58
59
KH. Muhammad Idris Jauhari dalam ceramah dan tausiyahnya selalu
mengajak dan menerapkan para santrinya untuk selalu istiqomah dalam
melaksanakan shalat-shalat sunnah Qobliyah dan Ba’diyah, shalat tahujjud
dan shalat dhuha. Dan KH. Muhammad Idris Jauhari mengadakan pengajian
bulanan yaitu acara pertemuan rutin bulanan yang diisi dengan ceramah
agama bagi seluruh alumni dan wali santri Pondok Pesantren Al-Amien yang
diisi juga dengan dzikir dan doa bersama.3
2. Dakwah Bil Hal: dakwah yang langsung menyangkut praktek dilapangan,
contohnya seperti mengadakan sunatan masal, Pengajian, kerja bakti sosial
dan lain sebagainya.4
Dakwah Bil Hal KH. Muhammad Idris Jauhari adalah berupa dakwah
Lembaga Sosial yaitu melalui pendidikan sosial yang berbentuk Pesantren
yang di dalamnya diajarkan ajaran Islam secara praktis atau praktek sehari-
hari. Metode ini agar masyarakat menjadikan tradisi mengamalkan ajaran
Islam secara sadar ataupun tidak sadar karena sudah menjadi kebiasaan yang
diterapkan dalam sistem pendidikan pesantren tersebut, seperti prakata “Ala
bisa karena biasa”.
Dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari dalam lembaga sosialnya yaitu
pondok pesantren berupa dakwah melalui kaderisasi atau pengkaderan
santriwan dan santriwati dari PP. Al-Amien Prenduan Madura, ketika mereka
berada di kelas 6 Mu’allimin yang setingkat dengan kelas 3 Madrasah Aliyah
mereka disebar ke tempat-tempat sekitar Madura yang masih kurang ilmu ke-
3 Wawancara bersama H. Sunan Al-Huda Alumni Pondok Pesantren Al-Amien dan
merupakan Wakil dari Pimpinan Pondok Pesantren Matlabul Ulum Jambu Sumenep 4 Wawancara bersama KH. Muhammad Idris Jauhari di PP. Al-Amien, Prenduan,
Sumenep, Madura. Pada tanggal 15 Maret 2010
60
Islamannya. Metode ini juga pernah dilakukan oleh para Wali Songo,
contohnya seperti Sunan Ampel memerintahkan Raden Fatah untuk berhijrah
ke hutan Bintara, membuka hutan tersebut dan membuat kota baru dan kota
tersebut bernama Demak.
Di dalam memimpin pondok pesantren Al-Amien KH. Muhammad
Idris Jauhari menerapkan kepada santrinya untuk melaksanakan disiplin
dzikir untuk membiasakan santrinya mempraktekkan dzikir kepada Allah baik
sebelum maupun setelah melaksanakan shalat wajib yaitu dengan memberikan
contoh-contoh bacaan dzikir, dan selalu membangkitkan semangat santrinya
untuk berdzikir. KH. Muhammad Idris Jauhari Mewajibkan kepada seluruh
santri untuk menghafalkan macam-macam dzikir dan doa melalui kegiatan
Syurutul Kafaat yaitu merupakan syarat kenaikan kelas di pondok pesantren
Al-Amien karena setelah lulus dari pesantren alumninya diharapkan dapat
menjadi pewaris Ulama’ dan dapat berguna bagi ummat. 5
3. Dakwah Bil Kitabah: yaitu dakwah melalui tulisan. Dakwah melalui karya
tulis atau dakwah bil kibah menurut KH. Muhammad Idris Jauhari adalah
bersifat abadi karena tidak mudah hilang terhapus zaman dan waktu meski
sang da’i telah tiada, dapat dibaca oleh sebanyak-banyaknya orang, bjek
dakwahnya lebih luas, tidak tebatas tempat, dan bisa dibaca kapan saja oleh
pembaca (Mad’u). 6
Sejalan dengan perintah Allah dalam wahyu pertama yang berisi
isyarat Iqra’ (bacalah) dalam surat al-‘Alaq yang berisi perintah terhadap
5 Wawancara bersama H. Sunan Al-Huda Alumni Pondok Pesantren Al-Amien dan
merupakan Wakil dari Pimpinan Pondok Pesantren Matlabul Ulum Jambu Sumenep 6 Wawancara bersama KH. Muhammad Idris Jauhari di PP. Al-Amien, Prenduan,
Sumenep, Madura. Pada tanggal 15 Maret 2010
61
hambanya untuk selalu membaca, yang mana perintah membaca sudah tentu
pula selalu diiringi dengan menulis sebagai adanya bahan yang akan dibaca.
Seperti perintah dalam ayat tersebut yakni perintah untuk banyak membaca
maka selayaknya untuk kaum intelektual Islam terutama seorang da’i untuk
menyalurkan pengetahuannya dan pemikirannya tentang ajaran Islam dalam
sebuah tulisan.
Dari sinilah KH. Muhammad Idris Jauhari selain memiliki bakat dalam
tulis menulis juga berdakwah melalui tulisannya, menggali pemikiran dan
pemahamannya tentang Islam yang dituangkan dalam sebuah karya tulis agar
dapat dibaca oleh orang lain yakni mad’u sehingga dapat mengajak
pembacanya menuju pencerahan spiritual dan agar dapat mengajak pembaca
melalui karya tulisnya untuk meningkatkan kualitas keimanannya. Dakwah
KH. Muhammad Idris Jauhari dalam bukunya yang berjudul Dzikrullah
sepanjang waktu mengajak pembaca atau mad’u akan pentingnya melakukan
dzikrullah secara situasional yakni malakukan dzikrullah kapan saja (baik
dalam keadaan sibuk maupun senggang) dan dalam keadaan apa saja (baik
dalam keadaan sedih maupun senang).
Konsep dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari adalah untuk
melanjutkan risalah yang telah dirintis oleh Nabi Muhammad SAW. Dalam
melaksanakan dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari terikat dengan cara-cara
Rosulullah dalam menyampaikan Risalah, maka referensi utama KH.
Muhammad Idris Jauhari dalam berdakwah adalah Rosulullah melalui sejarah
Beliau ketika menyampaikan Risalah.
62
Mengapa KH. Muhammad Idris Jauhari menjadikan Rosulullah
sebagai referensi utamanya, pada konsep-konsep dan metode Rosulullah
dalam melaksanakan dakwah ke masyarakat?. Karena menurut KH.
Muhammad Idris Jauhari, dakwah adalah lanjutan dari risalah dan
pelaksanaannya untuk melanjutkan risalah tersebut maka sebagai referensinya
dalam berdakwah adalah KH. Muhammad Idris Jauhari meneladani
Rosulullah ketika menyampaikan Risalah.7
Tujuan dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari adalah pada agama
Islam itu sendiri. Dakwah itu tidak hanya kepada orang non muslim tapi juga
kepada orang Islam. Dan tujuan dakwah menurut KH. Muhammad Idris
Jauhari adalah mengajak seseorang untuk masuk Islam hal itu untuk orang
yang non muslim, sedangkan dakwah yang ditujukan untuk seorang muslim
yaitu mengajak seseorang untuk menjalankan nilai-nilai dan syariat agama
Islam dengan baik dan benar.
Sosiologis dakwah menurut KH. Muhammad Idris Jauhari adalah
tentang subjek dan objek dakwah, yaitu tentang ilmu-ilmu yang berhubungan
dengan subjek dan objek dakwah atau ilmu-ilmu tentang kemasyarakatan yang
ada kaitannya dengan dakwah, itulah yang disebut dengan sosiologi dakwah.
Nilai-nilai dasar dakwah menurut KH. Muhammad Idris Jauhari adalah
karena dakwah adalah lanjutan dari risalah maka nilai-nilai dasarnya sama
dengan Risalah. Misalnya jika Risalah bersumber dari kejujuran, keikhlasan,
niat yang benar, nilai-nilai tauhid dan lain sebagainya, maka nilai-nilai
7 Wawancara bersama KH. Muhammad Idris Jauhari di PP. Al-Amien, Prenduan,
Sumenep, Madura. Pada tanggal 15 Maret 2010
63
dakwahpun juga memiliki nilai-nilai sama seperti nilai-nilai yang digunakan
Rosulullah dalam menjalan Risalah.
Jadi apa yang telah ditetapkan oleh Rosulullah ketika menyampaikan
Risalah, dari nilai-nilai dasar itulah seorang da’i melanjutkan dalam bentuk
dakwah. Karena dakwah adalah lanjutan dari Risalah itu sendiri.8
B. Analisis Pemikiran Dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari Dalam Buku
Dzikrullah Sepanjang Waktu
Pemikiran dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari dalam karyanya
Dzikrullah sepanjang waktu adalah bahwa Dzikrullah (mengingat dan
menyebut Tuhan) baik dalam konteks ingatnya sebagai seorang hamba kepada
Allah ataupun dalam konteks ingat-Nya Allah kepada sang hamba, memiliki
posisi yang sangat sentral dan strategis dalam kehidupan seorang muslim.
Dengan karya dzikrullah sepanjang waktu ini untuk memberi pengetahuan
bahwa dalam segala bentuk usaha dan ikhtiar seorang manusia kepada
tuhannya yang ia lakukan tidaklah terlepas satupun dari dzikrullah, baik itu
berupa “prestasi” seorang hamba di-Mata Tuhannya, baik prestasi imaniyah,
ilmiyah, ataupun amaliyah yang dicapai seorang muslim, maupun yang berupa
“musibah” baik ujian, peringatan maupun azab yang menimpa seorang
muslim. Dan dzikrullah tersebut meliputi tiga unsur:
1. Upaya untuk selalu mengingat Allah dengan cara menghubungkan setiap
apapun yang dilihat, didengar, dirasakan dan peristiwa apapun yang
dialami dengan keagungan dan kekuasaan Allah.
8 Wawancara bersama KH. Muhammad Idris Jauhari di PP. Al-Amien, Prenduan,
Sumenep, Madura. Pada tanggal 15 Maret 2010
64
2. Upaya untuk selalu menyebut asma Allah yang Maha Agung dengan lisan
yang fasih dan kalimat-kalimat Thoyyibah.
3. Upaya mengimplementasikan ingatan dan sebutan tersebut dengan
menjalan perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.9
Pada hakekatnya pemikiran yang ingin disampaikan KH. Muhammad
Idris Jauhari melalui karya tulisnya buku Dzikrullah sepanjang waktu, agar
masyarakat menyadari tugas utamanya dalam hidup ini. Tugas utamanya itu
adalah melaksanakan dzikrullah sepanjang waktu, di mana saja, kapan saja
dan dalam keadaan apa saja. Dalam tulisan melalui karyanya KH. Muhammad
Idris Jauhari menguraikan bahwa untuk melaksanakan dzikrullah secara
situasional, yang dibagi menjadi dua: 1) Melakukan dzikrullah secara zamani
(keadaan apapun), 2) Melakukan dzikrullah secara tempat (dimana saja dan
kapan saja).
Yang ingin ditanamkan KH. Muhammad Idris Jauhari kepada pembaca
melalui buku Dzikrullah Sepanjang Waktu, agar masyarakat menjadi ahli
dzikir, menjadikan dzikrullah sebagai kebutuhan dalam hidup dan menyadari
hakekat keistimewaan dzikir sepenuhnya.10
Di dalam karya tulisnya dzikrullah sepanjang waktu berisi tentang
metode praktis kepada mad’u agar lebih mudah menerapkan dzikrullah dan
mempraktekkan langsung disetiap waktu dalam kesehariannya selama 24 jam,
mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali selayaknya untuk menerapkan
dzikrullah. Dan di dalam buku ini diberikan metode praktis untuk
9 Wawancara bersama KH. Muhammad Idris Jauhari di PP. Al-Amien, Prenduan,
Sumenep, Madura. Pada tanggal 15 Maret 2010 10 Wawancara bersama KH. Muhammad Idris Jauhari di PP. Al-Amien, Prenduan,
Sumenep, Madura. Pada tanggal 15 Maret 2010
65
melaksanakan dzikrullah dalam keadaan apa saja yang dirasakan baik ketika
seseorang dalam suasana senang maupun sedih.
Dan juga berisi tentang petunjuk untuk menerapkan makna kalimat-
kalimat dzikir bukan hanya dalam kalimat lafdhi akan tetapi juga dalam
kehidupan nyata sehari-hari agar setiap ummat senantiasa berupaya untuk
melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan Allah dengan istiqomah
karena hasil dari selalu mengingat dan menyebut Asma Allah dalam
kesehariannya, sehingga selalu merasa bahwa Allah selalu berada di mana
setiap manusia itu berada sehingga semua yang dihadapi akan terasa mudah
dengan pertolongan Allah dan lebih merasa tawakkal.
Agar menjadikan dzikrullah sebagai kebutuhan dalam kehidupan
sehari-hari dan menyadari hakekat keistimewaan dzikir sepenuhnya dan
melakukan dzikrullah sebanyak-banyaknya, di mana saja, kapan saja, dan
dalam situasi apa saja baik suka maupun duka, sendirian ataupun bersama-
sama. Sesuai dengan pengertian dzikir yang meliputi tiga unsur: pertama,
upaya untuk selalu mengingat Allah dengan cara menghubungkan setiap
apapun yang dilihat, didengar, dirasakan dan peristiwa apapun yang dialami
dengan keagungan dan kekuasaan Allah. Kedua, upaya untuk selalu
menyebut asma Allah yang Maha Agung dengan lisan yang fasih dan kalimat-
kalimat Thoyyibah. Ketiga, upaya mengimplementasikan ingatan dan sebutan
tersebut dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-
Nya.11
11 Wawancara bersama KH. Muhammad Idris Jauhari di PP. Al-Amien, Prenduan,
Sumenep, Madura. Pada tanggal 15 Maret 2010
66
Buku Dzikrullah Sepanjang Waktu Pada Bab Mukaddimah
menjelaskan tentang Antara Dzikir Sebagai Esensi Iman, menjelaskan bahwa
Seorang yang beriman kepada Allah akan bergetar hatinya disaat dia
mendengar kalimat-kalimat Allah. Sama halnya dengan orang yang berdzikir
dan mengaplikasikan kalimat dzikir dalam kehidupan sehari-hari dengan
menjauhkan diri dari hal-hal yang dilarang oleh Allah dan selalu berupaya
untuk menjalankan perintah Allah dari hasil melaksanakan implementasi
kalimat-kalimat dzikir lafdhi dan dari hasil implementasi mengingat
keberadaan Allah.
Untuk itu, Dzikir adalah untuk meningkatkan derajat keimanan
seorang muslim di Mata Allah. Semakin istiqomah seorang muslim
melakukan dzikir dalam hidupnya, maka semakin tinggi pula derajat
keimanannya di hadapan Allah.
Untuk itu maka dengan malaksanakan dzikir secara terus menerus dan
istiqomah sesungguhnya merupakan proses pembentukan pribadi yang
bertaqwa. Dan seseorang yang senantiasa konsisten dalam berdzikir maka ia
akan selalu merasa bahwa ia senantiasa berada di bawah perhatian Allah.12
Untuk itu seseorang yang berdzikir hendaknya melalui tiga aspek.
Berdzikir dengan pengucapan lisan, dimantapkan dalam hati dan
diimplementasikan ucapan lisan dan ingatan tersebut dalam perbuatan sehari-
hari dengan menta’ati perintah Allah dan menajauhi larangan Allah.13
12 Wawancara bersama KH. Muhammad Idris Jauhari di PP. Al-Amien, Prenduan,
Sumenep, Madura. Pada tanggal 15 Maret 2010 13 Wawancara bersama KH. Muhammad Idris Jauhari di PP. Al-Amien, Prenduan,
Sumenep, Madura. Pada tanggal 15 Maret 2010
67
Menurut KH. Muhammad Idris Jauhari Dzikir tidak lagi menjadi
rutinitas formal melainkan kebutuhan batiniyah seorang muslim agar hati dan
seluruh jiwa raganya senantiasa dekat dan menyatu dengan Allah. Berdzikir
berarti sebuah wujud dari ketaatan melakukan perintah Allah. Dalam buku
Dzikrullah sepanjang waktu KH. Muhammad Idris Jauhari mengutip Hadist
Rosulullah sebagai berikut:
من لم يكثر ذآرالله فقد برئ من اإليمان Artinya: “Barang siapa tidak banyak menyebut Allah, maka sesungguhnya dia
telah lepas dari keimanan.” (HR. Thabrani)
Lewat dzikir ini pula seorang muslim mencari ketenangan dan
kedamaian (as-salam). Dan Allahlah sumber kedamaian dan ketenangan itu.
Maka untuk mencapai ketenangan dan kedamaian tersebut, tidak ada jalan lain
kecuali mendatangi sumbernya dan membersamakan diri untuk selalu dengan-
Nya.
الذين أمنوا وتطمئن قلوبهم بذآر اهللا أالبذآر اهللا تطمئن القلوب Artinya: “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tenteram.” (Q.S. Ar-Ra’d:28).14
Seorang muslim yang beriman senantiasa berdzikir kepada Allah. Dia
tidak akan pernah berpaling dari mengingat-Nya, apalagi sengaja
melalaikannya. Hatinya begitu dekat dengan Allah, Sebagaimana Allah dekat
14 Muhammad Idris Jauhari, Dzikrullah Sepanjang Waktu Dimana Saja dan Dalam
Keadaan Apa Saja, (Sumenep: Mutiara Press, 2008), hal. 17-19
68
kepadanya. Tidak ada jarak antara seorang muslim yang senantiasa berdzikir
dengan Allah.15
Sejalan dengan pendapat Imam Al-Ghazali tentang fungsi zikir, Imam
Al-Ghazali dalam kitabnya “Ihya’ Ulum Addin” menjelaskan bahwa dengan
zikir maka hati menjadi tenang, zikir juga bisa mendatangkan ilham,
menghalangi ruang gerak setan sehingga setan menjauh dari hati manusia.
Dan dalam kondisi itulah malaikat memberikan ilham kedalam hati manusia.
Dalam risalah al-Qusyairiyah dijelaskan bahwa zikir adalah rukun (tiang)
yang paling kuat sebagai jalan menuju Allah.16
Di dalam Buku Dzikrullah Sepanjang Waktu Pada Bab Mukaddimah
menjelaskan tentang Pengertian Dzikir yang berasal dari kata “dzakara-
yudzakkiru-dzikr” yang berarti mengingat (dalam hati) atau menyebut (dengan
lisan). Mengingat atau menyebut sesuatu biasanya selalu muncul dari rasa
cinta yang mendalam. Seperti dalam prakata arab mengatakan:
من أحب شيئا اآثر من ذآرهArtinya: “Siapa yang mencintai sesuatu, pasti akan selalu mengingat dan
menyebut-nyebutnya”
Dan cinta sejati biasanya selalu muncul dari keyakinan, persaksian dan
pengakuan atas kelebihan dan kebaikan dari sesuatu tersebut. Cinta yang
bersumber dari keyakinan inilah yang memunculkan sikap patuh, tunduk dan
loyal untuk merasa dekat dengan kekasih yang dicintai dan selalu menjalankan
apapun yang dikehendakinya.
15 Simuh, Tasawuf dan Perkembangannya dalam Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 1960), cet. Ke-I, hal. 109 16 Imam Al-Ghazali, Dzikrullah Rahasia dan Kekuatan, (Pondok Gede: PT. Sahara
Intisains: 2009), cet Ke-II
69
Dalam Buku Dzikrullah Sepanjang Waktu Pada Bab Mukaddimah
menjelaskan tentang keutamaan dzikir, Kata Dzikrullah itu pada umumnya
berupa perintah untuk mengingat dan menyebut Allah sebanyak-banyaknya, di
mana saja, kapan saja, dan dalam situasi apa saja, baik suka atau duka,
sendirian atau bersama-sama. Sedangkan kata dzikrullah berupa kalimat berita
pada umumnya berisi janji-janji Allah untuk orang-orang yang selalu berdzikir
kepada-Nya serta ancaman Allah bagi mereka yang tidak berdzikir
(melupakan atau lupa kepada Allah). Allah berfirman:
ولذآر اهللا أآبرArtinya: “Dan sungguh dzikrullah itu lebih besar.” (Al-‘Ankabut: 45)
Para ulama menafsirkan bahwa dzikrullah adalah ingatnya seorang
hamba kepada Allah. Dan itu lebih besar keutamaannya di sisi Allah dari pada
ibadah-ibadah lainnya. Tetapi sebagian ulama menafsirkan bahwa yang
dimaksud dengan “dzikrullah” di sini adalah ingat-Nya Allah kepada hamba-
Nya, Dan ingat-Nya Allah kepada hamba-Nya ini lebih besar nilainya di sisi
Allah dari pada ingatnya si hamba kepada Allah. Sesuai dengan firmannya:
فاذ آرونى أذآرآم Artinya: “Ingatlah kalian kepada-Ku, maka Aku pasti ingat kepada kalian.”
(Al-Baqarah:152)
Sama halnya seperti yang dituliskan oleh Aam Amiruddin dan M.
Arifin Ilham dalam karyanya yang berjudul “Dzikir Orang-Orang Sukses”,
yang menjelaskan beberapa keutamaan dzikir dan salah satunya adalah
seseorang yang berdzikir maka akan “Selalu Diingat Oleh Allah”, Allah
berfirman:
70
Artinya: Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula)
kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku. (Q.S. Al-Baqarah: 152).17
Bahwa dzikir akan membawa efek positif pada kedekatan manusia
dengan Allah. Kedekatan ini tentu saja berbeda dengan kedekatan seorang
manusia dengan manusia. Kedekatan manusia dengan manusia biasanya
bersifat temporal karena mudah dipengaruhi oleh kepentingan masing-masing,
sehingga ketika kepentingan tersebut tidak terpenuhi maka kedekatan itu
mulai pudar.
Berbeda dengan kedekatan manusia dengan Allah yang dibangun
dengan dzikir, tentu atas landasan kasih sayang, ketulusan dan keta’atan.
Kalaupun ada kepentingan, kepentingan itu hanya datang dari pihak manusia
saja. Pada hakikatnya, Allah tidak membutuhkan dzikir dari manusia karena
tanpa hal itupun Allah sama sekali tidak akan merugi. Lebih dari itu pula,
Allah tetap akan menumpahkan rahmat kepada hamba-Nya dan kepada yang
senantiasa berdzikir (membangun kedekatan) kepada-Nya tanpa batas.18
Buku Dzikrullah Sepanjang Waktu membagi Dzkir dari segi waktu
dalam 6 waktu. Sebagai berikut:
1. Kegiatan Fajar
Agar seorang muslim membiasakan bangun 1 jam sebelum waktu
Subuh untuk melakukan dzikrullah. Ada beberapa bentuk dzikrullah yang
17 Aam Amiruddin dan M. Arifin Ilham, Dzikir Orang-Orang Sukses, (Bandung:
Khazanah Intelektual, 2009), cet. Ke-II, hal. 21 18 Aam Amiruddin dan M. Arifin Ilham, Dzikir Orang-Orang Sukses, (Bandung:
Khazanah Intelektual, 2009), cet. Ke-II, hal. 22
71
2. Kegiatan Pagi
Mengajarkan kepada seorang muslim untuk membiasakan bahwa
ketika terbitnya matahari dianjurkan untuk melakukan dzikrullah, seperti
Memuji Allah, Membaca Surat Ar-Rum Ayat 19-20, dan Membaca
sayyidul Istighfar seperti: “Astaghfirullahal ‘adzim, Alladzi la ilaa ha
illallah, huwal hayyul qoyyumu, waa atuubu ilaihi”
Di kegiatan pagi ini terdapat penjelasan bagaimana melaksanakan
dzikrullah ketika olah raga pagi, mandi pagi, makan pagi, interaksi
bersama keluarga, menuju tempat kerja atau sekolah, ketika melaksanakan
shalat dhuhur dengan menerapkan dzikir-dzikir yang dianjurkan oleh
Rosulullah dan mengamalkan doa-doa sebelum dan sesudah
melaksanakannya.
3. Kegiatan Siang
Kegiatan siang meliputi kegiatan melaksanakan dzikrullah ketika
melanjutkan kembali kerja, pemahaman tentang tidur siang, dan
pelaksanaan shalat ashar berjamaah.
72
4. Kegiatan Sore
Untuk melaksanakan dzikir ketika pulang dari kerja atau pulang
dari sekolah, ketika berinteraksi bersama keluarga, bertamu dan menerima
tamu, ketika mandi sore, ketika shalat Maghrib berjama’ah, di dalam
kegiatan ini untuk senantiasa membaca dzikir-dzikir yang dianjurkan oleh
Rosulullah.
5. Kegiatan Senja
Melaksanakan dzikir antara setelah shalat Maghrib sampai waktu
Shalat Isya’, yakni dengan membaca Al-Quran, dan ketika menjelang dan
ketika akan melaksanakan shalat Isya’ berjamaah.
6. Kegiatan Malam
Untuk melaksanakan dzikir ketika makan malam, interaksi dengan
keluarga, dan menjelang tidur.
Buku Dzikrullah Sepanjang Waktu menjelaskan Dzikrullah dalam
beberapa keadaan sebagai berikut:
1. Dzikrullah Di masjid atau Mushalla
Seperti melaksanakan mendahulukan adab sebelum masuk masjid,
melaksanakan shalat tahiyyatul masjid, dzikrullah ketika menunggu adzan,
ketika adzan, setelah adzan, antara adzan dan Iqomah.
2. Dzikrullah Dengan Shalat berjama’ahh
Menjelaskan hukum shalat berjamaah, keutamaan shalat berjamah,
pengaturan posisi imam dan makmum sesuai dengan hadist-hadis yang di
anjurkan oleh Rosulullah.
73
3. Dzikrullah Seputar Tidur
Dzikrullah menjelang tidur seperti malaksanakan wudhu terlebih dahulu,
dianjurkan untuk melaksanakan shalat hajat. Berdzikrullah ketika mimpi
buruk, melaksanakan dzikrullah ketika bangun tidur.
Buku Dzikrullah Sepanjang Waktu membagi Dzikrullah dari segi
suasana hati seseorang, sebagai berikut:
1. Dzikrullah Dalam Suasana Yang Menyenangkan
Senantiasa kepada seorang muslim untuk melaksanakan dzikrullah ketika
mendapat kabar gembira yaitu dengan meyakini bahwa nikmat kebaikan
berasal dari Allah, dan untuk melaksanakan sujud syukur. Melaksanakan
dzikrullah ketika melihat orang lain sedang gembira, ketika melihat
sesuatu yang menggembirakan, ketika menerima kebaikan dari seseorang,
ketika merasa kagum melihat sesuatu.
2. Dzikrullah Dalam Suasana Yang Menyedihkan
Senantiasa melaksanakan Dzikrullah ketika mendapat kabar yang
menyedihkan, berdzikrullah ketika melihat orang lain sedang sedih, ketika
melihat sesuatu yang menyedihkan, berdzikrullah ketika diperlakukan
buruk oleh orang lain, ketika tertimpa kecelakaan, ketika perasaan tidak
tenang, ketika menderita kekalahan, ketika khawatir terhadap orang yang
dikasihi, berdzikrullah ketika mengalami kesusahan hidup dan sulit
membayar hutang.
3. Dzikrullah Sekitar Makan dan Minum
Melaksanakan dzikrullah ketika makanan dihidangkan, ketika menjamu
tamu-tamu, ketika memulai makan dan minum, selesai makan dan minum,
74
ketika bangkit dari tempat makan, berdzikrullah ketika menyuapi bayi atau
anak kecil
4. Dzikrullah Di Seputar Sakit dan Penyakit
Senantiasa berdzikir ketika menderita sakit, ketika mendengar saudara
sakit, berdzikrullah ketika membesuk orang sakit
5. Dzikrullah Sekitar Mati dan Kematian
Senantiasa berdzikrullah ketika mendengar saudara meninggal dunia,
ketika melihat orang meninggal dunia, ketika melakukan ta’ziyah kepada
sesama muslim, ketika menshalatkan jenazah, ketika menghantarkan
jenazah ke kuburan.
6. Dzikrullah Dalam Berbagai Situasi dan Tempat
Dzkirullah ketika masuk dan keluar rumah, ketika masuk dan keluar toko
atau pasar, ketika memakai dan melepas pakaian, ketika masuk dan keluar
WC.
Metode dzikir yang effektif menurut KH. Muhammad Idris Jauhari
adalah adanya konsentrasi dan dilakukan di tempat yang suci. Yang lebih
penting yaitu suasana hati seseorang yang nyambung dengan Allah,
merasakan betul bahwa Allah adalah yang paling Maha dengan penghayatan
terhadap makna dari dzikir itu sendiri.
Kendala-kendala yang bisa mengurangi kualitas dzikir menurut KH.
Muhammad Idris Jauhari secara batiniyah adalah gangguan hati. Gangguan
hati disini bersifat sum’ah, ‘ujub, riya’ (pamer atau ingin di puji), kalau secara
fisik seperti malas, capek, jika gangguannya secara fisik seseorang masih bisa
75
melakukan dzikir tidak secara resmi atau maksudnya hatinya tetap tertuju
kepada Allah.19
Menurut KH. Muhammad Idris Jauhari ada hubungan antara dzikir dan
ikhlas, karena ikhlas adalah salah satu syarat dzikir dan ikhlas pula yang akan
menghindarkan seseorang dari gangguan hati yang dapat mengurangi kualitas
dzikirnya.
Seperti artikel yang ditulis oleh KH. Muhammad Idris Jauhari dalam
Majalah Qalam (Majalah PP. Al-Amien) yang bertema “Sembilan Wasiat
Rosulullah”, berikut isi sabda rosulullah tentang Sembilan wasiat beliau:
Rosulullah bersabda: “Tuhanku telah berwasiat kepadaku dengan
sembilan perkara dan aku wasiatkan kepada kalian untuk melaksanakannya:
1. Agar aku berlaku ikhlas, baik secara tersembunyi atau terang-terangan
2. Agar bersikap adil baik disaat ridho maupun marah
3. Agar bersikap sederhana baik dalam keadaan kaya atau miskin
4. Agar aku memaafkan orang yang dzalim kepadaku
5. Agar aku memberi kepada orang yang mencekalku
6. Agar aku menyambung silaturrahiem dengan orang yang memutuskannya
7. Agar aku menjadikan diamku untuk berfikir
8. Agar menjadikan bicaraku sebagai dzikir
9. Dan agar menjadikan pandanganku untuk mengambil i’tibar.
Penjelasan KH. Muhammad Idris Jauhari dalam artikel tersebut bahwa
Sembilan wasiat (Nine Commandments), yang disampaikan Allah kepada
Rosulnya dan beliau sampaikan kepada ummatnya, sungguh merupakan
19 Wawancara bersama KH. Muhammad Idris Jauhari di PP. Al-Amien, Prenduan,
Sumenep, Madura. Pada tanggal 15 Maret 2010
76
pedoman hidup dalam segala aspek. Dalam Sembilan wasiat tersebut ada
wasiat untuk “menjadikan bicara kita sebagai dzikir dan ada pula agar berlaku
ikhlas baik secara tersembunyi ataupun terang-terangan”. Yang dimaksud
dengan ikhlas disini, memurnikan segalanya hanya untuk Allah, memulai
segalanya dari Allah, melakukannya karena Allah dan mengakhirinya untuk
Allah.
Lawan dari ikhlas adalah semua kondisi hati yang muncul dari segala
sesuatu untuk selain Allah. Seperti Riya’ (berbuat karena ingin dipuji orang),
‘Ujub (bangga dengan diri sendiri atau merasa diri sendiri paling baik). Kedua
sifat ini merupakan penyakit hati yang sangat berbahaya. Bahkan Rosulullah
menganggap riya’ sebagai syirik ashghar (syirik kecil).20
20 Majalah Qalam Edisi 21, 10 Prinsip Perubahan, Artikel Smbilan Wasiat Rasulullah,
(Jakarta: Al-Amien Printing: 2009), hal. 30-32
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis mengkaji Pemikiran Dakwah KH. Muhammad Idris
Jauhari, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. KH. Muhammad Idris Jauhari aktivitas dakwahnya melalui karya tulis dan
lembaga sosial yaitu berupa pendidikan sosial yang berbentuk Pesantren
yang di dalamnya diajarkan ajaran Islam secara praktis atau praktek
sehari-hari. Metode ini agar masyarakat mejadikan tradisi mengamalkan
ajaran Islam dan menjadikan kebiasaan sehari-hari dalam kehidupannya.
Dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari dalam bentuk karya tulis,
menggali pemikiran dan pemahamannya tentang Islam yang dituangkan
dalam sebuah karya tulis agar dapat dibaca oleh orang lain yakni mad’u
yang berjudul Dzikrullah sepanjang waktu kapan saja dan dalam keadaan
apa saja. Mengajak pembaca atau mad’u akan pentingnya melakukan
dzikrullah secara situasional yakni malakukan dzikrullah kapan saja (baik
dalam keadaan sibuk maupun senggang) dan dalam keadaan apa saja (baik
dalam keadaan sedih maupun senang). sehingga melalui karya tulisnya
dapat mengajak pembacanya menuju pencerahan spiritual dan mengajak
pembaca untuk meningkatkan kualitas keimanannya.
2. Pemikiran Dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari dalam buku Dzikrullah
sepanjang waktu bahwa Dzikrullah adalah mengingat dan menyebut
Tuhan baik dalam konteks ingatnya sebagai seorang hamba kepada Allah
79
80
ataupun dalam konteks ingat-Nya Allah kepada sang hamba. Dan
Pemikiran dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari dalam buku dzikrullah
sepanjang waktu meliputi tiga unsur:
1. Berdzikir yang diikrarkan dengan Lisan terus menerus, yaitu upaya untuk
selalu menyebut asma Allah yang Maha Agung dengan lisan yang fasih
dan kalimat-kalimat Thoyyibah.
2. Berdzikir dengan dimantapkan dalam hati, yaitu upaya untuk selalu
mengingat Allah dengan cara menghubungkan setiap apapun yang dilihat,
didengar, dirasakan dan peristiwa apapun yang dialami dengan keagungan
dan kekuasaan Allah.
3. Berdzikir dengan merealisasikan pengikraran dzikir dengan lisan dan
ingatan pada Allah dalam perbuatan sehari-hari, yaitu upaya
mengimplementasikan ingatan dan sebutan tersebut dengan menjalan
perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
81
B. Saran-saran
1. Buku Dzikrullah Sepanjang Waktu masih perlu mendapatkan masukan
untuk kesempurnaan buku tersebut di masa yang akan datang.
2. Saran penulis kepada Penerbit Mutiara Press Al-Amien Printing untuk
meningkatkan pemasaran buku Dzikrullah Sepanjang Waktu karya KH.
Muhammad Idris Jauhari agar buku ini dapat dibaca seluruh ummat Islam
se-Indonesia. Dan meningkatkan kualitas buku Dzikrullah sepanjang
waktu baik dari segi mengemas kata-kata dan susunannya agar lebih
menarik minat pembaca untuk membacanya, dan baik dari segi desain isi
buku dan desain cover buku agar lebih menarik dan lain sebagainya
3. Saran penulis kepada KH. Muhammad Idris Jauhari untuk berdakwah
tentang memahami dzikir tidak terbatas di wilayah Madura dan Jawa
Timur saja, untuk terus mengembangkan dan melahirkan karya-karyanya
kembali di masa yang akan datang untuk pencerahan umat Islam
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Adz Dahlan, Abdul. Ensiklopedia Tematis Dunia Islam, Jakarta: PT Ichtiar Van Hoeve, 2002
Akrom, Muhammad. Dzikir Obat Hati, Yogyakarta: Mutiara Media, 2010, cet. Ke-I
Al-Amien, Profil Singkat Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan. Madura: Mutiara Press Al-Amien Prenduan, cet. Ke-I
Al-Faruqi, Ismail R. Menjelajah Atlas Dunia Islam. Bandung: Mizan, 2000
Al-Ghazali, Imam. Dzikrullah Rahasia Dan Kekuatan, Pondok Gede: PT. Sahara Intisains, 2009, cet. Ke-II
Amiruddin, Aam dan Ilham, M. Arifin. Dzikir Orang-Orang Sukses, Bandung: Khazanah Intelektual, 2009, cet. Ke-II
Arbi, Armawati. Dakwah dan Komunikasi, Jakarta: Diterbitkan oleh UIN Jakarta Press, 2003.
Arifin, M. Psikologi Dakwah Pengantar Studi, Jakarta: Bumi Aksara, 1993.
Asti, Badiatul Muchlisin. Berdakwah Dengan Menulis Buku, Bandung: Penerbit Media Qolbu, 2004.
Asy Syami, Shalih Ahmad Wasiat Abdul Qadir, PT. Aqwam Media Profetika, 2010
Aziz, Ali. Ilmu Dakwah, PT. Fajar Interpratama Offset, cet. Ke-II, Edisi Revisi
Berger Peter L. dan Thomas Luckmann. Tafsir Sosial Atas Kenyataan: Risalah Tentang Sosiologi Pengetahuan, LP3ES, 1990.
Bungin, M. Burhan. Konstruksi Sosial Media Massa Iklan Televisi dan Keputusan Konsumen Serta Kritik Terhadap Peter L. Berger dan Tomas Luckman. Jakarta: Prenada Media Group, 2008. cet. Ke-I
Djaelani, Abdul Qadir. Koreksi Terhadap Ajaran Tasawuf Jakarta: Gema Insani Press, 1996, cet. Ke-I
Djauhari, Mohammad Tidjani MA. Menebar Islam Meretas Aral Dakwah, Jakarta: TAJ Publising, 2008.
Eriyanto. Analisis Framing. Konstruksi, Ideologi dan Politik Media, Yogyakarta: LKIS Yogyakarta, 2005, cet. Ke-III
77
78
Esack. Al-Qur'an, Liberasi Pluralisme, Membebaskan yang Tertindas, Bandung: Mizan, 2000.
Finoza, Lamudin. Komposisi Bahasa Indonesia, Jakarta: Diksi Insan Mulya, 2007, cet. Ke-XII
Gong, Gola. Jangan Mau Gak Nulis Seumur Hidup, Bandung: Salamandani, 2007.
Ilahi, M. Munir dan Wahyu. Manajemen Dakwah, Rahmat Semesta dan Prenada
Ismail, Abu Anas Hilmi Bin Muhammad Bin. 101 Keajaiban Dzikir, Solo: Media Dzikir, 2009, cet. Ke-I
Jauhari, Muhammad Idris. Dzikrullah Sepanjang Waktu, Dimana saja dan dalam keadaan apa saja, Sumenep Madura: Mutiara Press, 2008.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Balai Pustaka, 2005.
Lane, E.W.Lane’s. Arabic-English Lecsicon, Beirut: Librairiie du Libanon, 1980.
Malaikah, Mustafa. Manhaj Dakwah Yusuf Al- Qardawi Harmoni antara Kelembutan dan Ketegasan, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1997.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991, cet. Ke-III
Mubarok, Ahmad. Psikologi Dakwah, Pustaka Firdaus, 1999.
Muchtar, Affandi. Ensiktopedia Tematis Dunia Islam, Jakarta: PT Ictiar Baru Van Hoeve, 2002.
Nastition, Harun. Islam Rasional Gagasan dan Pemikirannva. Bandung: Mizan
Rahmat, Jalaluddin. Retorika Modern, Sebuah Kerangka Teori dan Praktik Berpidato, Bandung, 1982.
Rakhmat, Jalaluddin. Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: Penerbit Rosda Karya, 2002, cet. Ke-II
Salma, Isma. Diktat Ilmu Dakwah, Jakarta: Dakwah dan Komunikasi. UIN Syarif Hidayatullah, 2004.
Shomad, M. Idris A. Diklat Ilmu Dakwah, Jakarta
Simuh. Tasawuf dan perkembangannya dalam Islam, Jakarta : PT Raja Grafindo persada, 1996, cet. Ke-I
Sulthon, Muhammad. Menjawab Tantangan Zaman Desain Ilmu Dakwah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2003.
79
Syaffila, Warno Hamid. Dzikir-dzikir Penyebab Masuk Surga, Sumenep Madura: Yayasan Bunga Istighfar, 2008, cet. Ke-I
Syam, Yunus Hanis. Hidup Sehat Dengan Dzikir Kesehatan, Yogyakarta: Lukita, 2010.
Warson, Ahmad. Al-Munawwir, Yogyakarta : Ponpes Al-Munawwir, 1984.
Refrensi Tambahan
Majalah Qalam Edisi 21, 10 Prinsip Perubahan, Artikel Smbilan Wasiat Rasulullah, Jakarta: Al-Amien Printing, 2009.
Koran Harian Pelita. Edisi Jumat 14 Mei 2010. Jendela, Media Informasi dan Komunikasi Pesantren, Sekolah dan Madrasah.
http://muhamadzainudin-dzay.blogspot.com/2009/05/unsur-unsur-manajemen-tabligh_20.html
KARYA-KARYA KH. MUHAMMAD IDRIS JAUHARI
A. Karya Tulis KH. Muhammad Idris Jauhari
1. Adab Sopan Santun
Berupa petunjuk-petunjuk praktis tentang tata cara pergaulan dan adab sopan santun
sesama manusia.
2. Alumni Sebagai Pelekat Umat
Berisi tentang peran Alumni PP. Al-Amien Prenduan Madura sebagai pelekat
masyarakat Muslim
3. Berjasa, Berkembang, Mandiri
Karya tulis yang berisi sebuah falsafah hidup untuk para santri
4. Bimbingan Pribadi Santri (Muqabalah)
Berisi tentang bimbingan hidup para santri dalam pondok pesantren
5. Cara Belajar Efektif dan Efisien
Berisi tentang tata cara atau metode belajar yang benar dan tepat untuk para santri
6. Disiplin dan Hidup Berdisiplin
Berisi cara untuk menerapkan disiplin dalam kehidupan sehari-hari dan berbagai
manfaat dari sebuah kebiasaan berdisiplin
7. Ilmu Fara’id
Buku pelajaran ilmu Faraid yang menjelaskan tata cara pembagian warisan dalam
Islam
8. Generasi Robbi Radliyya
Buku yang berisi sekilas tentang kriteria keluarga yang diberi rohmah dan barokah
dari Allah dan juga tentang generasi robbi rodliyya atau generasi yang mendapat
rohmah dan barokah dari Allah
9. Hakekat Pesantren dan Kunci Sukses Belajar Di Dalamnya
Berisi tentang kiat-kiat sukses belajar di pondok pesantren dan manfaat belajar di
dalamnya
10. Ilmu Jiwa Umum
Berisi tentang pengetahuan seputar ilmu jiwa umum
11. Ilmu Jiwa Pendidikan
Berisi tentang pengetahuan ilmu jiwa dalam pendidikan
12. Juklak Amaliyah Tadris
Berisi tentang pedoman dan petunjuk pelaksanaan amaliyah tadris atau Teaching
Practise yang merupakan persyaratan kelulusan untuk kelas 6 PP. Al-Amien
Prenduan Madura
13. Juklak Ujian Safahi
Berupa Pedoman dan penjelasan untuk santri PP. Al-Amien tentang ujian tulis atau
tes tulis dan tes tindakan
14. Juklak Ujian Tahriri
Berupa Pedoman dan penjelasan untuk santri PP. Al-Amien tentang Tes Prestasi atau
Achievement Test
15. Juklak KKS
Berupa Pedoman dan penjelasan untuk santri PP. Al-Amien tentang tata cara
pelaksanaan kuliah kerja sosial dimasyarakat yang dilaksanankan oleh kelas 6 santri
PP. Al-Amien
16. Khalafaur Rasyidin
Buku Pelajaran tentang sejarah Khulafaaur Rasidin atau para khalifah-khalifah
setelah Rosulullah
17. Mabadi’ Ilmu Ta’lim
Buku pelajaran tentang Ilmu Ta’lim atau ilmu tentang tata cara mendidik
18. Mabadi’ Ilmu Tarbiyah
Buku pelajaran tentang Ilmu Ta’lim atau ilmu tentang ilmu pendidikan
19. Mencetak Santri Multi Terampil
Berisi tentang konsep awal tentang sistem pendidikan berorientasi ilmu nafi’
20. Mengajar Sukses
Berisi tentang metode mengajar agar sukses dan tidak gagal
21. Pembelajaran Bahasa Asing
Berisi tentang pedoman untuk mempelajari bahasa asing, karena di PP. Al-Amien
diwajibkan untuk menggunakan dua bahasa asing dalam kehidupan sehari-hari selama
di pesantren yaitu dengan bahasa Arab dan dengan bahasa inggris
22. Pembudayaan Hidup Yang Islami, Tarbawi, Ma’hadi
Berisi tentang penjelasan dan pencerahan cara untuk menerapkan dan membudayakan
hukum-hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari. Tata cara untuk proses menuju
hidup bermakna
23. Ringkasan Sejarah Nabi Muhammad
Berisi tentang sejarah Nabi Muhammad yang digunakan sebagai buku pelajaran kelas
I santri PP. Al-Amien
24. Ilmu Sharraf
Berisi tentang pelajaran ilmu Sharraf atau ilmu tata cara pemahaman bahasa arab
25. Sistem Pendidikan Pesantren
Berisi tentang mungkinkah sistem pendidikan pesantren menjadi sistem pendidikan
nasional alternatif
26. Suasana Kehidupan di Pesantren
Berisi tentang suasana kehidupan di pesantren dan manfaat berada di pesantren
27. TMI, apa, siapa, mana, kapan, bagaimana
Berisi tentang sejarah singkat TMI PP. Al-Amien Prenduan Madura, untuk siapa dan
bagaimana pendidikan di dalamnya
28. Anak Muda Menjadi Sufi Mengapa Tidak
Berisi tentang bagaimana tasawuf Islami, apa itu Hidup, Ibadah dan Tasawuf,
Tasawuf sebagai Ilmu, Taswuf dan kehidupan Sosial, Tasawuf dan anak muda,
Bagaimana bertasawuf, Ilustrasi sederhana tentang bertasawuf.
29. Dzikrullah Sepanjang Waktu di mana Saja dan Dalam Keadaan Apa Saja
Berupa panduan praktis tentang bagaimana melakukan dzikrullah sebanyak-
banyaknya, di mana saja, kapan saja, dan dalam situasi apa saja baik suka maupun
duka, sendirian ataupun bersama-sama.
30. Sekitar Masalah Shalat Jama’ah
Berisi tentang Fadhilah shalat jama’ah, Hukum shalat jama’ah, Di mana kita
berjama’ah, Shalat jama’ah untuk kaum muslimat, Pengaturan shaf shalat jama’ah,
Hal-hal yang perlu diperhatikan imam, Tata cara pelaksanaan Shalat Jama’ah, Dzikir
dan doa Jama’i setelah shalat jama’ah.
B. Karya KH. Muhammad Idris Jauhari dalam bentuk VCD dan Kaset
1. Kaset dan VCD Renungan Lima Belas Menit Vol 1 Sikap Keberagaman
Kaset dan VCD Ceramah Islami KH. Muhammad Idris Jauhari yang bertema tentang
cara menyikapi keberagaman dalam kehidupan masyarakat
2. Kaset dan VCD Renungan Lima Belas Menit Vol 2 Antara Ijabah dan
Istijabah
Kaset dan VCD Ceramah Islami KH. Muhammad Idris Jauhari yang bertema tentang
penjelasan Doa yang ingin istijabah atau meminta dikabulkan oleh Allah dan tentang
bagaimana Doa yang ijabah atau yang di kabulkan oleh Allah.
COVER BUKU “DZIKRULLAH SEPANJANG WAKTU”
KARYA KH. MUHAMMAD IDRIS JAUHARI
1. KH.Muhammad Idris Jauhari sedang memberikan pesan-pesan untuk para Alumni
2. Lokasi PP. Al-Amien Prenduan Sumenep Madura Jawa Timur
3. Foto-foto KH. Muhammad Idris Jauhari bersama Santri-santri PP. Al-Amien Prenduan Madura Jatim
4. Lokasi PP. Al-Amien Putra Prenduan Sumenep Madura Jawa Timur
5. Lokasi PP. Al-Amien Putri Prenduan Sumenep Madura Jawa Timur
DRAFT WAWANCARA Wawancara Penulis bersama KH. Muhammad Idris Jauhari
Penulis Buku “Dzikrullah Sepanjang Waktu” (Pimpinan PP. Al-Amien Prenduan
Madura)
Pada Hari Senin 15 Maret 2010, Pukul: 07.00-08.00
A. DAKWAH KH. MUHAMMAD IDRIS JAUHARI
1. Penulis: Menurut KH. Muhammad Idris Jauhari apa pengertian
dakwah?
KH. Muhammad Idris Jauhari: Dakwah itu kan secara bahasa
berasal dari kata “ يدعوا-دعوة- عىد ” yang berarti “memanggil atau
mengajak” kira-kira itu mungkin ada dikamus, jadi disini, hampir semua
pelaku dakwah (مخاطب دعوة) dengan Allah ditujukan kepada Nabi
Muhammad.
☺
☺ Kalimat berita, tapi hampir semua kalimat perintah itu bersifat
pribadi, jadi memang tugas pertamanya dakwah itu, adalah mengajak,
menyeru atau memerintahkan manusia untuk masuk ke dalam Islam, jadi
itu yang pertama. Kemudian dalam sejarahnya, ada perbedaan antara
Rosulullah dan setelah itu (setelah Rosulullah), kalau Rosulullah itu
disebut menyampaikan Risalah, tapi yang setelah Rosulullah itu
menyampaikan Dakwah. Jadi dakwah itu adalah lanjutan dari Risalah.
2. Penulis: Tujuan dakwah menurut KH. Muhammad Idris Jauhari apa
saja?
KH. Muhammad Idris Jauhari: ya.. pada Agama Islam itu.
Mengajak orang untuk masuk Islam atau untuk ummat Islam sendiri agar
menjalankan nilai-nilai dan syari’at Agama Islam dengan baik. Kalau
dakwah itu tidak hanya kepad non Muslim tapi juga kepada orang Islam.
Kalau non muslim, ya..supaya masuk Islam. Kalau orang Islam supaya
keberagamaannya itu dengan benar.
3. Penulis: Nilai-nilai dasar dakwah menurut KH. Muhammad Idris
Jauhari seperti apa?
KH. Muhammad Idris Jauhari: karena dia lanjutan dari Risalah, jadi
nilai-nilai dasarnya ya...sama dengan risalah. Umpamanya Risalah itu harus
bersumber dari kejujuran, keikhlasan, niat yang bener, nah...dakwah juga
begitu.
Jadi apa yang sudah diletakkan oleh Rosulullah dari nilai-nilai dasar
itulah yang kita lanjutkan. Dakwah itu kan lanjutan dari Risalah? Risalah ini
kan sudah punya nilia-nilai dasar, maka ini yang kita lanjutkan. Seperti juga
nilai-nilai Tauhid, trus nilai-nilai kebersamaan dan perjuangan.
4. Penulis: Metode dakwah menurut perspektif KH. Muhammad Idris
Jauhari seperti apa?
KH. Muhammad Idris Jauhari: metode dakwah itu bicara metode itu
tergantung pada jenis dakwahnya. Kan dakwah itu minimal ada tiga :
1. Dakwah Bil Maqal atau Bil Lisan: dakwah ini yang bersifat verbalistik,
contohnya seperti Tabligh-tabligh, pidato dan lain sebagainya.
2. Dakwah Bil Hal: dakwah yang langsung menyangkut praktek dilapangan,
contohnya seperti mengadakan sunnatan masal, kerja bakti sosial dan lain
sebagainya.
3. Dakwah Bil Kitabah: dakwah melalui tulisan,
Yang jelas metode dakwah itu tergantung kepada jenis dakwahnya,
dan yang paling penting dari dakwah itu sendiri adalah dakwah itu harus
dilandasi dengan niat yang ikhlas, dan ketika kita ingin mengetahui metode
dakwah terlebih dahulu kita harus mengetahui objek dakwahnya dan
sasarannya juga harus jelas baru kita bicara tentang metode.
5. Penulis: Bagaimana menurut KH. Muhammad Idris Jauhari, latar
belakang sosiologis dakwah?
KH. Muhammad Idris Jauhari: Sosiologi dakwah itukan bicara tentang
sujek dakwah, tentang ilmu-ilmu yang berhubungan dengan subjek dakwah
sekaligus objeknya. Jadi ilmu-ilmu tentang kemasyarakatan, yang ada
kaitannya dengan dakwah. Sosiologi dakwah kan itu.
Umpamanya menyangkut masyarakat itu harus begini, harus begitu,
nah ini kita cari bagaimana kaitannya dengan dakwah tentang teori-teori
sosiologi itu kan perlu disesuaikan dengan tujuan dakwah itu sendiri.
6. Penulis: Seperti apa konsep dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari
ketika berdakwah?
KH. Muhammad Idris Jauhari: ya...yang jelas saya ingin melanjutkan
Risalah yang telah dirintis oleh Nabi, itu konsep paling mendasar. Jadi dalam
berdakwah itu, saya terikat dengan cara-cara Rosul dalam menyampaikan
Risalah. Maka refrensi utama saya adalah Rosulullah, lewat sejarah beliau
dalam menyampaikan Risalah. Karena memang dakwah adalah lanjutan dari
Risalah. Banyak lagi tentang konsep-konsep, metodenya, tapi yang terpenting
kita menjadikan Risalah Rosul itu pelaksanaannya sebagai refrensi kita.
7. Penulis: Menurut KH. Muhammad Idris Jauhari, seberapa besar
pengaruh seorang Da’i, yang berdakwah menggunakan media dakwah
bil kitabah atau dakwah dalam bentuk karya tulis?
KH. Muhammad Idris Jauhari: kalau dakwah bil kitabah itu, yang
jelas lebih abadi, karena gak mudah hilang. Dan dibaca oleh sebanyak-
banyaknya orang. Jadi yang menyangkut objek dakwah itu lebih luas dari pada
seperti dakwah bil lisan, kalau bil lisan kan sebatas apa, dimana, dan sangat
terbatas. Saya kira itu.
8. Penulis: Apa saja dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari kepada
masyarakat di luar pondok pesantren?
KH. Muhammad Idris Jauhari: yang saya lakuakan yang pertama,
saya ada kelompok-kelonpok pengajian yang diikuti beberapa kyai, ketua-
ketua ta’mir, trus dakwah bil hal saya ada semacam Bitul Mal Wat Tamwil,
ada gerakan-gerakan social yang dilakukan oleh pondok ini kepada
masyarakat. Trus dakwah bil kitabah saya suka nulis, termasuk salah satunya
ya..buku ini,,,buku Dzikrullah sepanjang waktu ini.
B. PEMIKIRAN DAKWAH KH. MUHAMMAD IDRIS JAUHARI
DALAM KARYANYA DZIKURRULLAH SEPANJANG WAKTU
1. Penulis: Bagaimana konsep dakwah yang ditanamkan oleh KH.
Muhammad Idris Jauhari dalam buku dzikurullah sepanjang waktu?
KH. Muhammad Idris Jauhari: meliputi tiga unsur: pertama,
upaya untuk selalu mengingat Allah dengan cara menghubungkan setiap
apapun yang dilihat, didengar, dirasakan dan peristiwa apapun yang
dialami dengan keagungan dan kekuasaan Allah. Kedua, upaya untuk
selalu menyebut asma Allah yang Maha Agung dengan lisan yang fasih
dan kalimat-kalimat Thoyyibah. Ketiga, upaya mengimplementasikan
ingatan dan sebutan tersebut dengan menjalan perintah-Nya dan menjauhi
larangan-larangan-Nya. Seorang yang beriman kepada Allah akan bergetar
hatinya disaat dia mendengar kalimat Allah. Untuk itu, seseorang yang
berdzikir hendaknya melalui tiga aspek. Berdzikir dengan pengucapan
lisan, dimantapkan dalam hati dan diimplementasikan ucapan lisan dan
ingatan tersebut dalam perbuatan sehari-hari dengan menta’ati perintah
Allah dan menajauhi larangan Allah.
2. Penulis: Seperti apa dzikir yang dimaksud dalam buku Dzikrullah
Sepanjang Waktu?
KH. Muhammad Idris Jauhari: Berdikir itu sesugguhnya untuk
pembentukan pribadi yang bertaqwa dan pembentukan pribadi agar
menta’ati perintah Allah, menjauhi larangan Allah. Orang yang berdzikir
dan istiqomah maka ia akan selalu merasa bahwa Allah selalu melihat
setiap gerak-gerikya di muka bumi ini.
Dzikir yang dikembangkan adalah dzikir bisa secara Lafdhi dan
dzikir juga yang bukan hanya lafdhi atau bukan hanya secara lisan, akan
tetapi dzikir yang dikembangkan dengan alam nyata, jadi kalimat-kalimat
dzikir disini dimaknai lebih luas lagi. seperti kalimat hamdalah, dan doa-
doa Ma’tsurah yang diajarkan oleh Rosulullah, yang berisi:
............................كر نعمتك الذي انعمت عليربي اوزعنى ان اش
Jadi mengembangkan dzikir dari arti lafdhiyah kepada kenyataan
dalam kehidupan.
3. Penulis: Apa kendala-kendala yang sering KH. Muhammad Idris Jauhari
rasakan, disaat melaksanakan konsep dzikir ini?
KH. Muhammad Idris Jauhari: untuk saya pribadi? (Penulis: Iya)
Ya... harus menghindari gangguan Hati, kadang bersifat sum’ah, ’Ujub
gitu, kadang Riya’, Riya’ itu pamer. Adaaa saja dihati itu, kalau pengen dapat
pujian orang. Kadang sudah gak bener. Tapi secara fisik, capek, itu kita gak
bisa melakukan dzsikir resmi, hanya saya berusaha agar melakukan dzikir itu,
walaupun tidak dilakukan tidak secara resmi, dan bagaimana caranya agar hati
saya selalu melekat dan dekat ke Allah. Dan itu sebetulnya keutamaan dzikir.
4. Penulis: Bagaimana metode dzikir yang ada dalam buku dzikrullah
sepanjang waktu?
KH. Muhammad Idris Jauhari: metode untuk menerapkan makna
kalimat-kalimat dzikir dan doa-doa bukan hanya dalam kalimat lafdhi akan
tetapi juga dalam kehidupan nyata sehari-hari agar setiap ummat senantiasa
melaksanakan dzikrullah dalam kehidupan sehari-hari dan berupaya untuk
melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan Allah dengan istiqomah
karena hasil dari selalu mengingat dan menyebut Asma Allah dalam
kesehariannya, sehingga selalu merasa bahwa Allah selalu berada di mana
setiap manusia itu berada sehingga semua yang dihadapi akan terasa mudah
dengan pertolongan Allah dan lebih merasa tawakkal.
Penulis: Apa metode dzikir yang efektif, untuk mendatangkan
rasa khusu’ kepada Allah?
KH. Muhammad Idris Jauhari: Yaa... konsentrasi, yang pertama itu
dan dilakukan di tempat suci, tenang, itu salah satu cara menciptakan rasa
khusu’. Tapi yang lebih penting menurut saya yaitu suasana hati, kita
nyambung kepada Allah, merasakan bahwa Allah itu yang Maha. Itulah yang
akan menimbulkan rasa kekhusyu’an, yakni bukan hanya sekedar baca “ La
ilaha illa allah” tapi juga penghayatan terhadap makna dari dzikir.
5. Penulis: Pesan-pesan apa yang KH. Muhammad Idris Jauhari tanamkan
kepada masyarakat, untuk meningkatkan dzikurullah?
KH. Muhammad Idris Jauhari: Yaitu dengan mengarang buku, dengan
mengajak mereka istighosah, salah satu cara untuk mengajak ummat agar
melakukan dzikrullah. Dan juga melalui karya tulis ini mengajak kepada
mad’u untuk lebih mudah menerapkan dzikrullah disetiap waktu dalam
kesehariannya, mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali selayaknya untuk
menerapkan dzikrullah. Dan dalam keadaan apa saja, di dalam buku ini
diberikan metode untuk melaksanakan dzikrullah dalam keadaan apa saja yang
dirasakan baik ketika seseorang dalam suasana senang maupun sedih.
Di dalam buku ini ada metode praktis untuk menerapkan makna
kalimat-kalimat dzikir bukan hanya dalam kalimat lafdhi akan tetapi juga
dalam kehidupan nyata sehari-hari agar setiap ummat senantiasa berupaya
untuk melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan Allah dengan
istiqomah karena hasil dari selalu mengingat dan menyebut Asma Allah dalam
kesehariannya, sehingga selalu merasa bahwa Allah selalu berada di mana
setiap manusia itu berada sehingga semua yang dihadapi akan terasa mudah
dengan pertolongan Allah dan lebih merasa tawakkal.
6. Penulis: Pesan-pesan apa yang ingin KH. Muhammad Idris Jauhari
sampaikan kepada pembaca, melalui buku “Dzikrullah sepanjang
waktu”
KH. Muhammad Idris Jauhari: Pesannya agar mereka jadi ahli dzikir
dan menyadari hakekat dzikir itu, yang mana dzikir itu sebagai kebutuhan,
kebutuhan hidup.
Saya ingin masyarakat menyadari tugas utama dia dalam hidup ini,
tugas utamanya itu melakukan dzikrullah sepanjang waktu dimana saja, kapan
saja. Walaupun tidak dalam bahasa arab. Artinya disitu saya ingin mengajak
pembaca untuk mengingat Allah sepanjang waktu, dalam keadaan apa saja,
kemudian saya uraikan dalam buku ini bahwa dzikrullah secara situasional:
1)secara zamani (secara situasi atau keadaan), 2) secara tempat (dimana saja)