PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DISABILITAS MELALUI...
Transcript of PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DISABILITAS MELALUI...
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DISABILITAS
MELALUI KETERAMPILAN HANDICRAFT:
TUNA RUNGU WICARA DI YAYASAN RUMAH REGIS
TANJUNG BARAT JAKARTA SELATAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk memenuhi persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
Dauatus Saidah
1113054000016
PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DISABILITASMELALUI KETERAMPILAI\ HANDICRAFT :
TUNA RUNGU WICARA DI YAYASAN RUMAH REGISTANJUNG BARAT JAKARTA SELATAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk memenuhi persyaratan
Memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
DAUATUS SAIDAH1 1 130s4000016
Drs. Yusra Kilun. M.Pd.Nip. 1957060s 199103 1 004
PROGRAM STUDI PENGEMBA}IGAI{ MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAi\i ILMU KOMUN-IKASI
ITNTVERSITAS ISLAM IYEGERI SYARIF HIDAYATULLAII
JAKARTA
1438Ht20L7 M
Pembimbing Skripsi:
\1, I
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
skripsi berjudul PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DISABII,ITAS MELALUI
KETERAMPILAN HANDICRAFT: TUNA RUNGU WICARA DI YAYASAN
RUMAH REGIS TANJUNG BARAT JAKARTA SELATAN telah diujikan
dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta pada 10 Agustus 2017. Skripsi ini telah diterima sebagai salah
satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi
Pengembangan Masyarakat Islam.
Jakarta, 10 Agustus 2017
Sidang Munaqasyah
Ketua Sidang
M. Hudri. M.Ag.NIP. 19720606 199803 I 003
NIP. 19600720 t99103 I001
Drs. Yusra Kilun. M.Pd.NrP. 19570605 199103 1 004
r9710s20 199903 2 002
Penguji II
NrP. 197s0618 20081 2Atj
Penguji I ,14
Prof. or. nse) Zsman tsmail. ua.
I,EllIBAR P E RI{YA TAA Ii
Dengan ini saya menyatakan:
l. skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu syarat memperoleh gelar Strata I di UIN Syarif Hidavatutlah
Jakarta.
Semua sumber vang saya gunakan dalam penulisan ini telah sa,va cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syaril'Hidayatullah Jakarta.
.lika dikernudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya asli sa1,a atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UiN S},aril'Hidayatullah Jakarta.
1
i
ABSTRAK
Dauatus Saidah
Pemberdayaan Masyarakat Disabilitas Melalui Kegiatan Keterampilan
Handicraft: Tuna Rungu Wicara Di Yayasan Rumah Regis Tanjung Barat
Jakarta Selatan
Pada dasarnya penyandang disabilitas merupakan bagian dari warga Negara
yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan warga Negara yang tidak
menyandang cacat. Namun yang terlihat adalah sebaliknya, mereka seakan
keberadaanya mereka kurang diakui oleh masyarakat. Kurangnya akses pendidikan,
pekerjaan, dan lain sebagainya menjadikan penyandang disabilitas sulit menjalankan
kehidupannya seperti masyarakat normal pada umumnya.
Salah satu upaya agar penyandang disabilitas mendapatkan hak dan kewajiban
dalam bernegara adalah dengan cara diberdayakan. Salah satu bentuk pemberdayaan
yaitu memberikan pelatihan keterampilan. Seperti yang dilakukan Yayasan Rumah
Regis yang memberdayakan penyandang disabilitas dengan memberikan pelatihan
keterampilan handicraft.
Penelitian ini ingin mengetahui proses pelaksanaan pemberdayaan pelatihan
keterampilan handicraft. Mulai dari bagaimana pelaksanaan pelatihan keterampilan
tersebut, seperti apa pemberdayaan yang dilakukan, bagaimana tingkat
keberhasilannya, serta apa yang menjadi penghambat dalam proses pemberdayaan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Data dikumpulkan dari hasil
observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Kegiatan pelatihan keterampilan ini dapat dikatakan memberikan perubahan
terhadap penyandang disabilitas, mereka yang tadinya tidak berdaya menjadi berdaya,
mandiri, berani, mampu bersosialisasi dengan baik, bahkan mendapatkan penghasilan
dari keterampilan yang mereka buat.
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan nikmat dan
karunia Nya yang tidak terhingga kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.
Tidak lupa penulis kirimkan Sholawat serta salam kepada junjungan Nabi kita
yakni Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya menuju jalan yang
diridhai Allah, mengajarkan kita untuk menyayangi dan mengasihi sesama makhluk,
serta menjadi suritauladan yang baik.
Penulis menyadari tanpa bimbingan, dukungan, dan motivasi dari semua
pihak, skripsi ini tidaklah mungkin dapat terselesaikan. Oleh karena itu penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang selalu memberikan bimbingan,
motivasi, dan dukungan selama penyusunan pembuatan skripsi berlangsung kepada:
1. Orang tua tercinta ayahanda Jauhari dan ibu tersayang Omah Komalasari,
penulis mengucapkan banyak-banyak terima kasih atas kasih sayang yang
kalian berdua berikan, selalu memotivasi penulis, serta do’a yang tidak ada
henti-hentinya kalian panjatkan, berkat dukungan kalian Alhamdulillah
penulis dapat menyelsaikan skripsi ini dengan baik.
2. Bapak Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
iii
3. Ibu Wati Nilamsari M.Si., selaku ketua jurusan dan Bapak Hudri M.Ag.,
selaku Sekretaris Jurusan beserta jajaran staf Fakultas Dakwah dan
Komunikasi.
4. Bapak Drs. Yusra Kilun, S.pd., selaku dosen pembimbing yang dengan sabar
dan ikhlas mengorbankan waktunya, serta memberikan bimbingan, arahan,
kritik, saran, dan motivasi yang besar kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini dengan baik.
5. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah memberikan
ilmu pengetahuannya kepada penulis selama menjalankan perkuliahan,
semoga ilmu yang diberikan selalu tersalurkan dalam kehidupan dan sanubari
yang tak terhenti hingga akhir hayat.
6. Sahabat tersayang Novita sari yang sering memberikan dorongan, serta
motivasi, dalam penulisan skripsi ini. Juga menyempatkan waktunya
menemani penulis memperoleh data di lapangan.
7. Untuk seseorang yang selalu menyemangatiku: Buni Buchori
8. Special untuk Teman seperjuangan sekaligus sahabat baikku yang selalu
sama-sama mendukung dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan
skripsi, selalu ada saat duka maupun suka yaitu: Fauzia Nurul Kh, Nur
Syamsiyah, Ahmad Ali N., Vikron Fahreza, Abidin, Ade Fauzan, M. Fahmi
Nurdin.
9. Untuk alumni Pondok Pesantren Tapak Sunan angkatan 15, semoga kita
semua dapat menjadi orang yang berhasil.
iv
10. Seluruh pengurus Yayasan Rumah regis di Tanjung Barat khususnya Ibu
Madya yang telah membantu penulis selama penelitian.
Semua pihak yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu dengan iringan doa
kepada Allah SWT, penulis menghaturkan banyak terima kasih yang tak terhingga
atas segala dukungan dan bantuan yang diberikan kepada penulis selama ini. Penulis
berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa, khususnya bagi penulis.
Jakarta, 25 Juli 2017
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... v
DAFTAR TABEL ..................................................................................... vii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ..................................... 10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................. 11
D. Metodologi Penelitian .............................................................. 12
E. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 20
F. Sistematika Penulisan ............................................................... 22
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Pemberdayaan ........................................................................ 24
1. Pengertian pemberdayaan ............................................... 24
2. Tujuan pemberdayaan ..................................................... 28
3. Indikator Pemberdayaan ................................................. 29
4. Tahapan Pemberdayaan .................................................. 32
B. Disabilitas .............................................................................. 34
1. Pengertian Disabilitas ..................................................... 34
2. Pengertian Tuna Rungu Wicara ...................................... 36
3. Karakteristik Tuna Rungu Wicara .................................. 36
4. Klasifikasi Tuna Rungu .................................................. 38
5. Faktor Penyebab Tuna Rungu ........................................ 39
C. Keterampilan .......................................................................... 41
1. Pengertian Keterampilan ................................................ 41
2. Jenis Keterampilan .......................................................... 42
BAB III. TEMUAN PENELITIAN
A. Profil Lembaga .................................................................... 44
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................ 44
2. Gambaran Umum Yayasan Rumah Regis .................... 44
3. Maksud dan Tujuan Yayasan Rumah Regis ................. 47
4. Visi dan Misi Yayasan Rumah Regis ........................... 48
5. Sasaran Pelayanan ........................................................ 49
6. Struktur Organisasi Yayasan Rumah Regis ................. 50
7. Kegiatan Yayasan Rumah Regis ................................... 50
8. Sumber Dana Yayasan Rumah Regis ............................ 50
9. Sarana dan Prasarana .................................................... 51
10. Nama-nama Disabilitas Tuna Rungu Tuna Wicara ...... 51
11. Prestasi Yayasan Rumah Regis .................................... 53
B. Pelaksanaan Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat
vi
disabilitas melalui Keterampilan Handicraft di Yayasan Rumah
Regis ................................................................................... 54
1. Kegiatan Keterampilan ................................................. 55
2. Metode Keterampilan ................................................... 55
3. Waktu Pelaksanaan Keterampilan ................................ 56
4. Proses Pembuatan Keterampilan Handicraft ................ 57
5. Pemasaran Produk Keterampilan ................................. 58
6. Produk Keterampilan .................................................... 59
C. Hasil yang Diperoleh Oleh Anggota ................................... 60
1. Aspek Ekonomi ............................................................ 60
2. Aspek Pengetahuan ...................................................... 60
3. Aspek Keterampilan ..................................................... 61
4. Aspek Pengalaman ....................................................... 61
5. Sosial Masyarakat ......................................................... 61
D. Hambatan Dalam Pelaksanaan Program ............................. 61
1. Komunikasi .................................................................. 61
2. Dana .............................................................................. 62
BAB IV. ANALISIS ATAS TEMUAN LAPANGAN
A. Proses Pemberdayaan Penyandang Cacat di Yayasan
Rumah Regis ......................................................................... 65
B. Hasil dari Program Pemberdayaan Melalui Keterampilan
Handicraft di Yayasan Rumah Regis ..................................... 71
C. Hambatan Dalam Pelaksanaan Program Pemberdayaan
Masyarakat Melelui Keterampilan Handicraft ...................... 80
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 83
B. Saran ...................................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 87
LAMPIRAN……………………………………………………………... 90
viii
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1 (Rancangan Informan) ....................................................... 19
2. Tabel 2 (Nama Disabilitas Tuna Rungu Tuna Wicara) ................... 52
3. Tabel 3 (Nama Disabilitas Undangan Event) .................................. 53
4. Tabel 3 (Pembagian Waktu Kegiatan Keterampilan) ..................... 57
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia yang memiliki kecacatan fisik atau mental terkadang
membuat dirinya merasa tidak percaya diri dalam melakukan semua
kegiatan dan rutinitas sehari-hari. Tetapi, mereka juga bagian dari warga
Negara Indonesia yang mempunyai hak, dan kewajiban yang sama dengan
warga Negara yang tidak menderita cacat tubuh maupun psikis. Agar
kelompok disabilitas mempunyai kemampuan dalam menjalani kegiatan
sehari-hari maka mereka perlu mendapatkan perhatian yang serius.
Pada Abad ke dua puluh, hampir di semua masyarakat barat,
disabilitas telah dihubungkan dengan kekurangan pikiran dan tubuh, yaitu
meliputi orang pincang, duduk di kursi roda, menjadi korban keadaan
seperti kebutaan, kekurangan pendengaran, sakit jiwa dan gangguan jiwa.
Orang-orang yang memiliki kekurangan biasanya sangat tergantung
kepada keluarga, teman, dan pelayanan sosial yang kadang berlebihan di
tempatkan dalam sebuah lembaga.1
Sebagian besar dari penyandang cacat tersebut adalah mereka yang
masih dikategorikan anak. Anak-anak butuh perhatian khusus terlebih lagi
keadaan sosial mereka masih sangat rentan mendapatkan diskriminasi dari
lingkungan mereka yang tergolong normal. Keluargalah yang berperan
penting dalam perkembangan sosial anak agar menjadi pribadi yang baik
di masa depannya. Setiap anak juga memiliki Hak Asasi Manusia
1 Kusuma, dkk., Disabiitas Sebuah Pengantar. (Jakarta: PIC UIN Jakarta, 2007), h. 1.
2
termasuk di dalamnya anak berkebutuhan khusus. Mereka juga diakui oleh
masyarakat Bangsa-bangsa di dunia dan merupakan landasan bagi
kemerdekaan, keadilan dan perdamaian di seluruh dunia. Diakui dalam
masa pertumbuhan secara fisik dan mental, anak membutuhkan perawatan,
perlindungan yang khusus, serta perlindungan hukum baik sebelum
maupun sesudah lahir.2
Keluarga sangat berperan penting dalam mengembangkan sosial
pada anak, karena anak pada awalnya memulai sosialisasi dengan
keluarga, setelah itu meluas ke masyarakat sekitarnya. Apalagi anak yang
memiliki kelainan fisik atau mental yang menyebabkan sang anak rentan
mendapatkan diskriminasi dari teman-temannya. Pihak keluarga harus
memberikan perhatian yang lebih kepada anak agar anak tidak merasa
dikucilkan.
Berdasarkan hasil pendataan, jumlah penyandang disabilitas pada 9
provinsi di Indonesia sebanyak 299.203 jiwa, sekitar 67,33% disabiltas
dewasa tidak memiliki keterampilan dan pekerjaan. Jenis keterampilan
utamanya adalah pijat, pertukangan, petani, buruh dan jasa.3
Dari data tersebut bahwa mayoritas kelompok disabilitas tidak
mempunyai pekerjaan. Padahal setiap warga Negara mempunyai hak
untuk memiliki pekerjaan. Namun, pekerjaan-pekerjaan yang tersedia di
ranah publik seakan-akan tidak diperuntukkan bagi kelompok disabilitas.
Pekerjaan office boy misalnya, tidak dapat dilakukan oleh kelompok
2 Syamsu Yusuf, Psikology Perkembangan Anak dan Remaja (Bandung: Penerbit PT
Remaja Rosdakarya, 2011), h. 36. 3 Nawir, Expose Data Penyandang Cacat Berdasarkan ICF Tahun 2009, artikel di akses
pada 5 September 2016, dari www.kemsos.go.id
3
disabilitas fisik seperti kursi roda dan lain-lain. Mereka tidak bisa
melakukan pekerjaan tersebut, dikarenakan keadaan fisiknya yang tidak
memungkinkan.
Sedangkan pada Seminar peringatan Hari Internasional
Penyandang Cacat (HIPENCA) mengatakan Penyandang Disabilitas pada
tahun 2011 berjumlah 4.783.267 jiwa. 602.784 jiwanya adalah
penyandang disabilitas Tuna Rungu Wicara.4
Data tersebut menjelaskan sekitar 15 % nya adalah penyandang
disabilitas Tuna Rungu Wicara.
Ketunarunguan yang dialami oleh seseorang akan menimbulkan
berbagai permasalahan dalam sapek sosial, emosional, dan mental.
Masalah yang muncul akibat ketunarunguan antara lain masalah
perkembangan bahasa, keterampilan berbicara, sosial, emosi, dan
intelektual, yang pada akhirnya akan menghambat perkembangan dalam
segala aspek kehidupan dan kemanusiaannya, juga mempersempit
kesempatan pendidikan dan lapangan pekerjaan.5
Persaingan yang semakin keras di dunia kerja serta banyaknya
masyarakat yang tidak menyetarakan kemampuan yang dimiliki
penyandang tuna rungu wicara membuat mereka semakin sulit untuk
berkembang damn hidup mandiri.
Persepsi terhadap penyandang cacat sebagai orang yang tidak
berguna, mengalir begitu saja. Sedikit sekali keterlibatan mereka dalam
4 http://rehsos.kemsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=1420 artikel
diakses pada 21 Agustus 2017. 5 Lani Bunawan, Pendidikan Anak Tuna Rungu dan Permasalahannya (Jakarta: Yayasan
Santi Rama, 1999), h. 1.
4
aktivitas ekonomi. Hal ini sebagai konsekuensi dari kegagalan mereka
dalam menyesuaikan diri dengan kelompok mayoritas. Mereka terpola
sedemikian rupa sebagai orang yang “berbeda”. Terlebih lagi, reaksi yang
ditunjukkan orang-orang terhadap “penyandang cacat” menstimulasi
ketakutan yang mendalam, kegagalan mereka untuk menerima diri mereka
seperti itu dan orang lain yang secara sederhana melihat mereka seperti itu
dan orang lain yang secara sederhana melihat mereka sebagai yang lain”.6
Masih ada masyarakat yang beranggapan bahwa penyandang
cacat adalah orang-orang yang hanya menyusahkan orang lain. Padahal
masih ada penyandang cacat yang mempunyai bakat dan ternyata bisa
mengangkat derajatnya lebih dihargai di lingkungan sekitarnya
dibandingkan orang yang normal. Hal ini bisa diambil pelajarannya,
bahwa tidak semua penyandang cacat merugikan orang lain. Seharusnya
manusia normal malu, dan bisa mengambil pelajaran dari orang tersebut.
Kelompok-kelompok tertentu yang mengalami diskriminasi dalam
suatu masyarakat, seperti masyarakat kelas sosial ekonomi rendah,
kelompok minoritas etnis, wanita, populasi lanjut usia, serta penyandang
cacat (disabilitas), adalah orang-orang yeng mengalami ketidakberdayaan.
Keadaan dan perilaku mereka yang berbeda dari keumuman kerapkali
dipandang sebagai ‘deviant’ (penyimpang). Mereka seringkali kurang
dihargai dan bahkan dicap sebagai orang yang malas, lemah, yang
disebabkan oleh dirinya sendiri. Padahal ketidakberdayaan mereka
6 Kusmana,dkk., Disabilitas Sebuah Pengantar,h. 14-17.
5
seringkali merupakan akibat dari adanya kekurangadilan dan deskriminasi
dalam aspek-aspek kehidupan tertentu.7
Kecacatan pada anak merupakan kondisi yang tidak diinginkan.
Pada satu sisi, kecacatan bukan sebagai faktor penghambat bagi anak
dalam pemenuhan hak-haknya. Namun disisi lain kecacatan pada anak
memerlukan penanganan secara khusus, sebab anak dengan kecacatan
memiliki hak dalam keberlangsungan hidup, tumbuh kembang,
berpartisipasi dan mendapatkan perlindungan dari perlakuan yang tidak
kondusif bagi keberadaan, perkembangan dan masa depannya
sebagaimana yang diamanahkan konversi hak anak.8
Dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 04 Tahun 1997
tentang Penyandang Cacat, dinyatakan bahwa kecacatan merupakan
kelainan fisik ataupun mental yang dapat mengganggu serta menjadi
rintangan dan hambatan untuk melakukan kegiatan secara layak.9
Sedangkan Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak, bab 1 ayat 1 pasal 7 menyatakan bahwa, anak yang
menyandang cacat adalah anak yang mengalami hambatan fisik maupun
mental sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan secara
wajar.10
7 Edi Suharto, Mengembangkan Masyarakat Memberadyakan Rakyat, (Bandung: PT Rifka
Aditama, 2005), h. 60-61. 8 Direktorat jendral dan rehabilitasi sosial, Pedoman Pelayanan dan Rehabilitasi Social
Anak Cacat dalam Keluarga, (Departemen Sosial RI, tahun, 2005), h. 2. 9 Departemen Sosial RI Sekretariat Jendral Pusat dan Informasi Kesejahterahan Sosial,
Penyandang Cacat, (Jakarta, Tahun 2002), hal. 1. 10 Undang-undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2002, Tentang Perlindungan Anak,
Depsos RI Dirjen Pelayanan dan Rehabilitas Sosial, Direktorat Bina Pelayanan Sosial Anak,
Tahun 2002, hal. 5.
6
Merujuk pada undang-undang no. 4 tahun 1997 pasal 1 bab 1 dan
no. 23 tahun 2002, dapat disimpulkan bahwa setiap warga Negara berhak
mendapatkan perlindungan tanpa membeda-bedakan warga negaranya,
yang berarti penyandang cacat juga ikut mendapatkan perlindungan.
Seperti yang kita ketahui, difabel adalah seseorang yang keadaan
fisiknya atau biologisnya berbeda dengan orang lain pada umumnya. Pada
dasarnya kecacatan mempunyai beberapa penyebab di antaranya karena
faktor bawaan sejak lahir, saat terjadi kecelakaan, dan karena sakit.
Kecacatan fisik yaitu berupa kecacatan yang mengakibatkan gangguan
terhadap fungsi pendengaran, penglihatan, tubuh, dan gangguan bicara.
Sedangkan kecacatan mental yaitu berupa gangguan mental yang bisa
disebabkan karena sakit, kecelakaan, maupun bawaan sejak lahir.
Menurut Anwar dalam Human Capital Theory, manusia
merupakan sumber daya utama, berperan sebagai subjek baik dalam upaya
meningkatkan taraf hidup dirinya maupun dalam melestarikan dan
memanfaatkan lingkungannya.11
Pada umumnya masyarakat mendambakan kondisi yang ideal yang
merupakan tatanan kehidupan yang diinginkannya. Kondisi tersebut
menggambarkan sebuah kehidupan yang di situ kebutuhan-kebutuhan
dapat terpenuhi, suatu kondisi yang tidak lagi diwarnai kekhawatiran hari
11 Anwar, Manajemen Pemberdayaan Perempuan, (Bandung: CV. Alfabeta , 2007), h. 3.
7
esok, kehidupan yang memberi iklim kondusif guna aktualisasi diri dan
untuk terwujudnya proses relasi yang berkeadilan.12
Apabila kehidupan sekarang belum memenuhi kondisi ideal
tersebut selalu ada dorongan usaha untuk mewujudkannya. Demikian juga
apabila terdapat realitas yang dianggap menghambat tercapainya kondisi
ideal tersebut, akan mendorong usaha untuk mengubah dan
memperbaikinya.
Edi Suharto dalam bukunya mengatakan bahwa pemberdayaan
menunjuk pada kemampuan orang khususnya kelompok rentan dan lemah
sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam memenuhi
kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom),
dalam arti bukan saja bebas dalam mengemukakan pendapat, melainkan
bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan; selain
itu mampu menjangkau sumber-sumber yang produktif yang
memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan
memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan; dan dapat
berpartisapi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang
mempengaruhi mereka.13
Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh
keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk
12 Soetomo, Pembangunan Masyarakat;Merangkai Sebuah Kerangka, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2012), h. 1. 13 Edi Suharto, Mengembangkan Masyarakat Memberadyakan Rakyat, h. 58.
8
mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi
perhatiannya.14
Mengenai perkembangan kognitif anak-anak tuna rungu secara
umum baik khusus dalam segi berfikir dan pemahaman. Artinya bahwa
mereka mempunyai perkembangan kognisi dikarenakan ada hubungan
yang erat antara perkembangan berbahasa dan berfikir.15
Kemampuan berfikir sangat berhubungan sekali dengan kreativitas
seseorang. Dengan demikian kemampuan berfikir atau kognitif sangatlah
mempengaruhi kretivitas seseorang. Begitupun dengan anak tuna rungu.
Mereka bukan berarti tidak mempunyai kreativitas yang tinggi. Terkadang
mereka mempunyai kemampuan tetapi tidak ada sarana yang dapat
menyalurkan kemampuannya tersebut.
Salah satu upaya pemberdayaan masyarakat terutama pada kasus
penyandang cacat Tuna Rungu Wicara yaitu dengan menyelenggarakan
pendidikan keterampilan sebagai bagian dalam upaya memandirikan
mereka, serta mengoptimalkan potensi dan kreativitasnya sehingga bisa
mengangkat derajatnya, yang dikalangan masyarakatnya dianggap hanya
menyusahkan orang lain dan dipandang sebelah mata. Karena, mereka
termasuk orang-orang yang sebetulnya mempunyai kemampuan hanya
faktor komunikasi saja yang harus sinergis.
14 Edi Suharto, Mengembangkan Masyarakat Memberadyakan Rakyat, h. 59. 15 Bandi Dolphie, Pembelajaran anak berkebutuhan Khusus, (Bandung: Refika Aditama
2006), Cet. Pertama, h. 106.
9
Salah satu tempatnya adalah di Yayasan Rumah Regis, Yayasan
Rumah Regis adalah salah satu wadah untuk menyalurkan ide-ide mereka.
Di sini anak-anak Tuna Rungu Wicara diberikan pelatihan membuat
kreativitas dari bahan karung goni yang diolah menghasilkan kerajinan-
kerajinan seperti, Bantal, Tas dan lain sebagainya. Tidak hanya dari
berbahan karung goni ada juga yang berbahan dari kain flannel, bahan
bermotif batik yang dibuat menjadi Bros, Kalung, Tempat Tissu dan lain
sebagainya. Tetapi, bahan utama dari handicraft di Yayasan Rumah Regis
adalah karung goni.
Hasil dari kerajinan tersebut sangat diminati masyarakat,
permintaan masyarakat juga meningkat. Hasil kerajinan yang dibuat
penyandang cacat ini pernah dipasarkan ke luar negeri seperti Dubai,
Hongkong, China, India, dan Australia. Data tersebut didapat dari
wawancara langsung. Seperti yang dikatakan Ibu Madya;
“kerajinan yang dibikin mereka ada yang pernah terjual ke luar negri
seperti Dubai, Hongkong, China, India, dan Australia. Masyarakat
yang membelipun lumayan banyak. Ada toko tetapnya kok, kamu bisa
liat di mall kokas taukan Mall Kota Casablanka di lantai dasar nama
tokonya regis.16
Selain kerajinan tersebut melampaui pasar luar negeri, sebagian
penyandang cacat ini bisa mengajarkan keterampilan yang diperoleh dari
pembelajaran di Yayasan Rumah Regis untuk diajarkan ke orang-orang
yang normal. Mereka juga pernah diundang ke acara seminar.
16 Wawancara Pribadi dengan Ibu Maya, di Yayasan Rumah Regis Jakarta 5 Desember
2016.
10
Hanya saja, di Yayasan Rumah Regis ini sampai saat ini hanya
memberdayakan anak-anak Tuna Rungu Wicara. Kecacatan rungu wicara
adalah seseorang yang menurut ilmu kedokteran dinyatakan mempunyai
kelainan atau gangguan pada fungsi pendengaran dan bicara, sehingga
tidak dapat melakukan komunikasi secara wajar.17
Dengan adanya wadah tersebut sangat diharapkan penyandang
cacat dapat mengubah status sosialnya menjadi lebih baik, dan menjadi
lebih diakui masyarakat, dengan salah satu caranya melalui keterampilan
yang diberikan oleh Yayasan Rumah Regis.
Dari penjelasan tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti
mengenai “Pemberdayaan Masyarakat Disabilitas Melalui Kegiatan
Keterampilan Handicraft: Tuna Rungu Wicara Di Yayasan Rumah
Regis Tanjung Barat Jakarta Selatan”.
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas, maka
penulis akan melakukan penelitian yang berfokus pada Pemberdayaan
Masyarakat Disabilitas Melalui Kegiatan Keterampilan Handicraft:
Tuna Rungu Wicara di Yayasan Rumah Regis.
2. Rumusan Masalah
17 Direktorat Jendral Rehabilitasi Sosial Orang Dengan Kecacatan, Pandunan
Pelaksanaan Komunikasi Total Bagi Orang Dengan Kecacatan Rungu Wicara (Jakarta:
Kementrian Sosial Republik Indonesia, 2010), h. 6.
11
a. Bagaimana Proses pemberdayaan masyarakat disabilitas Tuna
Rungu Wicara oleh Yayasan Rumah Regis ?
b. Apa manfaat/hasil yang diperoleh masyarakat disabilitas Tuna
Rungu Wicara dari program pemberdayaan tersebut?
c. Apa hambatan yang ditemukan oleh Yayasan dalam melaksanakan
pemberdayaan keterampilan tersebut?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
a. Mengetahui bagaimana proses pemberdayaan masyarakat
disabilitas Tuna Rungu Wicara yang dilakukan Yayasan Rumah
Regis..
b. Mengetahui manfaat atau hasil oleh masyarakat disabilitas Tuna
Rungu Wicara yang diperoleh dari program pemberdayaan
tersebut di atas.
c. Mengetahui hambatan yang ditemukan oleh Yayasan dalam
melaksanakan pemberdayaan keterampilan tersebut.
2. Manfaat Penelitian
a. Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat memberikan
konstribusi bagi jurusan Pengembangan Masyarakat Islam,
Khususnya di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta dalam mengembangkan ilmu pengetahuan yang berkaitan
dengan bidang kecacatan.
12
b. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi
kepada keluarga disabilitas tentang pentingnya suatu metode yang
berbentuk pelatihan, guna meningkatkan kreativitas sehingga
mereka dapat menumbuh kembangkan dan mengoptimalkan
tingkat kreativitas dalam pertumbuhannya secara layak.
c. Untuk menambah wawasan bagi para pembaca, umumnya bagi
penulis khususnya para calon pekerja sosial agar mendapat
gambaran umum tentang pemberdayan penyandang cacat di
Yayasan Rumah Regis.
D. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian pada skripsi ini menggunakan pendekatan kualitatif
yakni berdasarkan sumber lisan (wawancara mendalam), observasi dan
tinjauan lapangan langsung.18
Menurut Bagdan dan Taylor metodologi kualitatif adalah
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.19
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan
kualitatif berdasarkan tujuan penelitian mendapatkan gambaran
bagaimana pemberdayaan yang dilakukan Yayasan Rumah Regis
terhadap masyarakat Disabilitas dalam keterampilan Handicraft.
2. Macam dan Sumber Data
18 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,
2011), Cet .12, h. 209. 19 Lexy j. Moleong, Metedologi Penelitian Kualitatif, h. 4.
13
Sumber dalam data penelitian terbagi menjadi 2 yaitu:
a. Data Primer berupa pengamatan dan wawancara langsung dengan
pihak pelaksana pelatihan yaitu staff Yayasan dan penerima
manfaat layanan pelatihan handicraft.
b. Data sekunder berupa data yang diperoleh dari dokumen-dokumen
yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan penulis, seperti
tulisan, foto terkait pelatihan.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Yaitu pengamatan dan pencacatan yang sistematis terhadap
gejala-gejala yang diteliti. Dalam hal ini penulis melakukan
pengamatan secara langsung dengan mengunjungi, meninjau
lokasi, penelitian Yayasan Rumah Regis Tanjung Barat Jakarta
Selatan, serta mengamati segala bentuk kegiatan yang berlangsung
di lokasi penelitian dengan hasil pengamatannya digunakan sebagai
sumber data.20
b. Wawancara
Wawancara atau interview adalah suatu bentuk komunikasi
verbal, jadi semacam percakapan yang bertujuan memperoleh
informasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yaitu
wawancara (interviwer) yang mengajukan pertanyaan dan yang
diwawancarai (unterviewee) adalah orang yang memberikan
20 Husaini Usman dan Purnomo, Metedologi Penelitian Sosial, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2000), h. 54.
14
jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah penelitian, kepada
seseorang yang diwawancarai atau responden.21
Dalam penelitian ini penulis mewancarai Ibu Madya Putri
Andang selaku ketua sekaligus pendiri Yayasan Rumah Regis.
Penulis mengadakan Tanya jawab berkenaan dengan
pemberdayaan masyarakat disabilitas Tuna Rungu Wicara melalui
keterampilan handicraft, yang semuanya mempunyai tujuan untuk
menjadikan Tuna Rungu Wicara ini lebih dihargai masyarakat,
menghilangkan persepsi masyarakat yang menunjukan mereka
sebagai orang yang tidak berguna, dan menjadikan mereka sebagai
orang yang lebih percaya diri.
c. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi adalah proses mencari data yang tertulis,
baik berupa buku, jurnal, maupun lainnya. Dalam hal ini untuk
memperoleh kelengkapan data, penulis mencari data yang
sumbernya dari buku, jurnal, maupun lainnya yang nantinya bisa
membantu penulis untuk melengkapi data-data dalam menulis
skirpsi.22
4. Teknik Analisis Data
Analisis data menurut Moleong adalah proses
mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan
satuan uraian dasar sehingga dapat ditentukan tema dan dapat
21 Lexy j. Moleong, Metedologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2006), Cet. 22,h. 186. 22 Imam Suprayogo dan Tobroni, Metode Penelitian Sosial Agama, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2004), h. 34.
15
dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Analisis
data bermaksud mengorganisasikan data, diantaranya mengatur,
mengurutkan, mengkelompokkan, memberi kode dan
mengkategorikannya.23
Jadi dalam menganalisis data, peneliti memperoleh data dari
lapangan dan diolah serta dianalisa sesuai dengan kategori data yang
terkumpul yaitu observasi, wawancara, dan dokumen-dokumen yang
berhubungan dengan penelitian, dengan menggunakan analisis
deskriptif.
Analisis deskriptif biasanya bersifat penilaian, analisis verbal
non angka, untuk menjelaskan makna lebih jauh dari yang Nampak
oleh panca indra.24
Dilihat dari tujuan analisis, maka ada dua hal yang ingin
dicapai dalam analisis data kualitatif, yaitu: menganalisis proses
berlangsungnya fenomena sosial dan memperoleh suatu gambaran
yang tuntas terhadap proses tersebut. selain itu untuk menganalisis
maka yang ada dibalik informasi, data, dan proses suatu fenomena
sosial itu.25
Analisis data adalah proses yang dilakukan secara sistematis
untuk mencari, menemukan dan menyusun transkip wawancara,
23 Adang Rukhiyat, dkk, Panduan Penelitian Bagi Remaja, (Jakarta: CV. TumaRitis,
2003), Cet. 3, h. 54. 24 Moh Kasiram, Metodologi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif, (Malang: UIN Maliki
Press, 2010), Cet. 2, h. 196 25 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan
Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010 ) h. 153.
16
catatan-catatan lapangan, dan bahan-bahan lainnya yang telah
dikumpulkan peneliti dengan teknik-teknik pengumpulan data lainnya.
Adapun tahap kegiatan dalam menganalisis data kualitatif, adalah
sebagai berikut :
a. Reduksi data, Untuk memudahkan pemahaman terhadap data yang
diperoleh. dalam tahap ini peneliti mencoba memilah data yang
relevan dengan tujuan dan masalah penelitian. Tujuannya adalah
untuk mencari tahu proses pemberdayaan penyandang cacat Tuna
Rungu dan Wicara melalui keterampilan Handicraft dan untuk
mengetahui dampak dari pemberdayaan tersebut.
b. Penyajian data, Penyajian data ini digunakan sebagai bahan untuk
menafsirkan dan mengambil simpulan atau dalam penelitian
kualitatif dikenal dengan istilah inferensi yang merupakan makna
terhadap data yang terkumpul dalam rangka menjawab
permasalahan.
c. Menarik simpulan/verifikasi, Simpulan tersebut merupakan
pemaknaan terhadap data yang telah dikumpulkan. Penarikan
simpulan dilakukan dengan jalan membandingkan kesesuaian
pernyataan responden dengan makna yang terkandung dalam
masalah penelitian secara konseptual.26
Dalam tahapan ini peneliti akan menginterpretasikan data-
data yang didapat berdasarkan teori yang digunakan dalam
penelitian.
26 Zaenal Arifin, Penelitian Pendidikan, Metode dan Paradigma Baru, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2011), h. 172-173
17
Namun dalam proses ini peneliti akan menggunakan
analisis data dengan beberapa tahapan yaitu, pertama membaca
hasil kegiatan pengumpulan data, kedua melengkapi data yang
kurang, ketiga menginterpretasikan data berdasarkan teori yang
digunakan dalam penelitian.
5. Teknik Pengujian Keabsahan Data
Seperti yang telah dijelaskan oleh Lexy J. Moleong dalam
bukunya Metodologi Kualitatif, untuk menentukan keabsahan data
adalah dengan melakukan triangulasi. Triangulasi adalah teknik
pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain.27
Dalam hal ini peneliti akan melakukan cek dan recek data
antara data yang didapat melalui dokumentasi, laporan-laporan dan
dokumen-dokumen yang ada di lapangan dengan hasil dari observasi
dan wawancara yang akan penulis lakukan nantinya, dengan begitu
keabsahan data yang didapat oleh peneliti menjadi valid.
6. Instrumen dan Alat Bantu
Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti. Kedudukan
peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit, ia sekaligus
merupakan perencana, pelaksanaan pengumpulan data, analisis,
penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil
penelitiannya. Pengertian instrument atau alat penelitian di sini tepat
karena ia menjadi segalanya dari keseluruhan proses penelitian.28
27 Lexy j. Moleong, Metedologi Penelitian Kualitatif , h. 330. 28 Lexy j. Moleong, Metedologi Penelitian Kualitatif , h. 168.
18
Dalam mengumpulkan data-data penulis membutuhkan alat
bantu. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa alat bantu
yang digunakan:
a. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara digunakan agar wawancara yang dilakukan
tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Pedoman ini disusun
tidak hanya berdasarkan tujuan penelitian, tetapi juga berdasarkan
teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
b. Alat Perekam
Alat perekam berguna sebagai alat bantu pada saat wawancara,
agar peneliti dapat berkonsentrasi pada proses pengambilan data
tanpa harus berhenti untuk mencatat jawaban-jawaban dari subyek.
Dalam pengumpulan data, alat perekam baru dapat dipergunakan
setelah mendapatkan izin dari subyek untuk mempergunakan alat
tersebut pada saat wawancara berlangsung.
c. Kamera
Kamera berguna sebagai alat bantu untuk mengambil gambar pada
saat berjalannya kegiatan keterampilan yang dilakukan oleh
Yayasan Rumah Regis.
7. Teknik Pemilihan Informan
Dalam penelitian ini peneliti melakukan teknik pemilihan
informan dengan metode Purposive Sampling (bertujuan). Purposive
Sampling merupakan tekhnik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu. Penulis memilih orang sebagai sempel dengan memilih orang
19
yang benar-benar mengetahui atau memiliki kopetensi dengan topik
penelitian.
Berikut ini adalah tabel informan dan objek yang terpilih dalam
pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian:
Tabel 1
Rancangan Informan
No. Informan Informasi yang dicari Jumlah
1. Pimpinan yayasan Gambaran yayasan, Latar
belakang yayasan,
pelaksanaan program
pemberdayaan
1 orang
2. Pengurus yayasan Pelaksanaan program
pemberdayaan, hambatan
dalam proses
pemberdayaan
2 orang
3. Anggota pelatihan Mengetahui proses
pelaksanaan program
keterampilan
3 orang
4. Undangan event Apa saja kegiatan
yayasan, produk
keterampilan
4 orang
5. Guru pendamping
event
Mengetahui hasil dan
manfaat dari pelatihan
keterampilan
3 orang
8. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitan ini dilakukan di Yayasan Rumah Regis yang
berlokasi di Jalan Tanjung Barat Selatan Gang seratus nomor 16 A,
Kaveling 2, RT 005 RW 01, Kelurahan Tanjung Barat, Kecamatan
Jagakarsa Jakarta Selatan.
20
Sedangkan waktu penelitian skripsi dilaksanakan pada awal
bulan Maret 2017 sampai bulan Mei 2017.
E. Tinjaun Pustaka
Dalam penyusunan skripsi ini, sebelum penelitian lebih lanjut
kemudian menyusunnya menjadi suatu karya ilmiah, maka langkah awal
yang penulis tempuh adalah mengkaji terlebih dahulu skripsi-skripsi yang
mempunyai judul yang hampir sama dengan yang akan penulis teliti.
Diantaranya:
Penulis : Ryan Rusdiyanto
NIM : 104054002094
Jurusan : Pengembangan Masyarakat Islam, Lulus Tahun
2011
Judul Skripsi : Pemberdayaan Penyandang Cacat Tunagrahita
Oleh Yayasan Wahana Bina Karya Penyandang
Cacat di Kelurahan Lebak Bulus Kecamatan
Cilandak Jakarta Selatan.
Isi Pembahasan : Skripsi ini membahas tentang proses
pemberdayaan penyandang cacat tunagrahita di Yayasan Wahana Bina
Karya Penyandang Cacat serta keberlangsungan penyandang cacat
Tunagrahita dalam melaksanakan proses pemberdayaan tersebut.
Persamaan dan perbedaan dari skripsi di atas adalah dengan skripsi
penulis yaitu persamaannya terletak pada subyeknya yaitu penyandang
cacat. Dan perbedaannya terletak pada obyeknya dan tempat
penelitiannya. Skripsi di atas pemberdayaannya melalui keterampilan tata
21
busana, tata boga, pertenunan, keterampilan sablon, pertanian terpadu, dan
perkayuan. Sedangkan skripsi penulis pemberdayaannya melalui kegiatan
handicraft.
Penulis : Mia Maisyatur Rodiah
NIM : 1110054000022
Jurusan : Pengembangan Masyarakat Islam, Tahun Lulus
2014
Judul Skripsi : Pemberdayaan Kelompok Disabilitas Melalui
Kegiatan Keterampilan Handicraft dan Woodwork
di Yayasan Wisma Cheshire Jakarta Selatan.
Isi Pembahasan : Skripsi ini membahas tentang bagaimana pengaruh
kegiatan pemberdayaan terhadap kelompok disabilitas, dan bagaimana
pelaksanaan pemberdayaannya.
Persamaan dan perbedaan dari skripsi di atas adalah dengan skripsi
penulis yaitu persamaannya terletak pada subyeknya yaitu penyandang
cacat. Dan perbedaannya terletak pada obyeknya dan tempat
penelitiannya. Skripsi di atas pemberdayaannya melalui keterampilan
handicraft, keterampilan tangan pada skripsi ini adalah menjahit yang
hasinya berupa sarung tangan dan keterampilan Woodwork yaitu
keterampilan kayu yang menghasilkan panggung kecil untuk boneka
tangan. Sedangkan skripsi penulis pemberdayaannya melalui kegiatan
handicraft, kerajinan tangan yang terbuat dari karung goni yang diolah
menghasilkan kerajinan tas, bantal, kalung dan sebagainya.
Penulis : Nur Hikmah
22
NIM : 1110054100025
Jurusan : Kesejahteraan Sosial, Tahun Lulus 2014
Judul Skripsi : Pemberdayaan Keterampilan Menyulam Bagi
Penyandang Tuna Rungu Di Sekolah Luar Biasa
(SLB B-C) Sumber Budi Jakarta Selatan.
Isi Pembahasan : Skripsi ini membahas tentang program
pemberdayaan keterampilan menyulam dan manfaat dari keterampilan
menyulam.
Persamaan dan perbedaan dari skripsi di atas adalah dengan skripsi
penulis yaitu persamaannya terletak pada subyeknya yaitu penyandang
cacat Tuna Rungu. Dan perbedaannya terletak pada obyeknya dan tempat
penelitiannya. skripsi di atas pemberdayaannya melalui keterampilan
menyulam, menjahit, computer, dan tata boga. Sedangkan skripsi penulis
pemberdayaannya melalui keterampilan handicraft, yaitu kerajinan tangan
yang terbuat dari karung goni yang diolah menghasilkan kerajinan tas,
bantal, kalung dan sebagainya.
F. Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan
Bahasan dalam bab ini adalah latar belakang masalah,
pembatasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan
sistematika penulisan.
BAB II : Landasan Teori
23
pada bab ini dijelaskan tentang pengertian pemberdayaan,
tujuan pemberdayaan, indikator keberdayaan, tahapan
pemberdayaan, pengertian disabilitas, pengertian tuna
rungu wicara, karakteristik tuna rungu wicara, klasifikasi
tuna rungu, faktor penyebab tuna rungu, pengertian
keterampilan, jenis keterampilan, dan landasan teori akan
digunakan sebagai analisis pada bab IV.
BAB III : Temuan Penelitian
Pada bab ini dijelaskan tentang gambaran umum mengenai
lokasi penelitian yakni terdiri dari profile, visi dan misi,
struktur yayasan, maksud dan tujuan didirikan yayasan,
sasaran pelayanan, sumber dana, prestasi, jadwal kegiatan,
sarana dan prasarana.
BAB IV : Analisa
Pada bab ini menjelaskan tentang temuan lapangan dan di
analisis sesuai teori pada bab II.
BAB V : Penutup
Penutup merupakan bab terakhir dari skripsi ini, yang
memuat kesimpulan dan saran-saran hasil penelitian yang
dilakukan.
24
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Pemberdayaan
1. Pengertian Pemberdayaan
Secara istilah pemberdayaan dapat disamakan atau setidaknya
diserupakan dengan istilah pengembangan. Dalam pengertian lain,
pemberdayaan atau pengembangan atau tepatnya pengembangan
sumber daya manusia adalah upaya memperluas horizon pilihan bagi
masyarakat. Ini berarti masyarakat diberdayakan untuk melihat dan
memilih sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya. Dengan memakai
logika ini, dapat dikatakan bahwa masyarakat yang berdaya adalah
yang dapat memilih dan mempunyai kesempatan untuk mengadakan
pilihan-pilihan.1
Beberapa pengertian pemberdayaan menurut para ahli,
diantaranya:
a. Menurut Shardlow sebagaimana dikutip oleh Isbandi Rukminto
Adi, mengemukakan bahwa pada intinya pemberdayaan
membahas bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas
berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan
1 Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam;
Ideologi, Strategi Sampai Tradisi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), h.41-42.
25
mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan
keinginan mereka.2
b. Menurut Mc. Ardle sebagaimana dikutip oleh Saymsir Salam,
dkk, lebih menitikberatkan pemberdayaan pada proses
pengambilan keputusan oleh orang-orang yang secara konsekuen
melaksanakan keputusan tersebut. Orang-orang yang telah
mencapai tujuan kolektif diberdayakan melalui kemandiriannya,
bahkan merupakan keharusan untuk lebih diberdayakan melalui
usaha mereka sendiri dan akumulasi pengetahuan, keterampilan,
serta sumber lainnya dalam rangka mencapai tujuan mereka tanpa
tergantung pada pertolongan dari hubungan eksternal.3
Menurut Kartasasmita sebagaimana dikutip oleh Anwar, istilah
keberdayaan dalam konteks msyarakat adalah kemampuan individu
dengan individu-individu lainnya dalam masyarakat untuk
membangun keberdayaan masyarakat yang bersangkutan. Oleh sebab
itu maka, memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk
memperkuat unsur-unsur keberdayaan itu untuk meningkatkan harkat
dan martabat lapisan masyarakat yang berada dalam kondisi tidak
mampu dengan mengandalkan kekuatannya sendiri sehingga dapat
keluar dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan, atau proses
memampukan dan memandirikan masyarakat.4
2 Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan, Intervensi
Komunitas: Pengantar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis, (Jakarta: FE-UI, 2001), h. 33. 3 Syamsir Salam, dan Amir Fadhilah, Sosiologi Pedesaan, (Jakarta: Lembaga Penelitian
UIN Syarif Hidayatullah, 2008) h. 238. 4 Anwar, Manajemen Pemberdayaan perempuan, (Bandung: Alfabeta, 2007), h.1
26
Menurut Payne sebagaimana dikutip oleh Syamsir Salam, dkk.
Pemberdayaan adalah membantu klien memperoleh daya untuk
mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan
yang terkait dengan diri mereka, termasuk efek hambatan pribadi dan
sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui
peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan
daya yang ia miliki.5
Edi Suharto dalam bukunya mengatakan bahwa pemberdayaan
merunjuk pada kemampuan orang khususnya kelompok rentan dan
lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam
memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan
(freedom), dalam arti bukan saja bebas dalam mengemukakan
pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan,
bebas dari kesakitan; selain itu mampu menjangkau sumber-sumber
yang produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan
pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang
mereka perlukan; dan dapat berpartisapi dalam proses pembangunan
dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka.
Menurut Parsons sebagaimana dikutip oleh Edi Suharto
Pemberdayaan adalah sebuah proses membantu orang menjadi cukup
kuat untuk berpartisipasi dalam berbagi pengontrolan atas, dan
mempengaruhi terhadap, kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga
yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan
5 Syamsir Salam, dan Amir Fadhilah, Sosiologi Pedesaan, h. 238.
27
bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan
yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang
lain yang menjadi perhatiannya.
Dengan demikian, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan
untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah
dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami
masalah kemiskinan.. Pengertian keberdayaan sebagai tujuan
seringkali digunakan sebagai indikator keberhasilan pemberdayaan
sebagai sebuah proses.6
Dari berbagai pendapat mengenai pengertian pemberdayaan,
pada intinya terfokus pada tiga hal, yakni pemberkuasaan, penguatan
kapasitas diri, dan memandirikan. Ketiga hal ini merupakan hal yang
penting dalam proses pemberdayaan. Pemberkuasaan merupakan
suatu tahap untuk menguatkan diri seseorang khususnya orang yang
lemah fisik serta kehidupan bermasyarakat. Dalam arti, mereka
termarginalkan, dan dikucilkan dengan keadaan fisik yang lemah.
Untuk menguatkan kapasitas diri dan memandirikannya salah satunya
bisa melalui partisipasi dalam masyarakat yang bersangkutan dalam
kehidupan sosial mereka melalui penguatan kapasitas diri seperti
memanfaatkan skill atau kemampuan yang ada sehingga dari
kemampuan tersebut terciptalah kemandirian.
6 Edi Suharto, Mengembangkan Masyarakat Memberdayakan Rakyat, h.58-60.
28
Menurut penulis, pada umumnya kegiatan pemberdayaan
dilakukan untuk mewujudkan dan meningkatkan taraf hidup yang
lebih baik. Setiap orang mampu merubah kehidupannya, seperti orang
yang penakut menjadi pemberani, yang tadinya tidak mampu menjadi
mampu, orang yang tidak bisa menjadi bisa, orang yang tidak berdaya
menjadi berdaya, dll. Semua ini dapat tercapai apabila masyarakat
yang diberdayakan ikut berpartisipasi aktif dalam kegiatan
pemberdayaan yang dilaksanakan di lingkuangannya.
2. Tujuan Pemberdayaan
Salah satu tujuan pemberdayaan masyarakat adalah
memandirikan masyarakat atau membangun kemampuan untuk
memajukan diri ke arah yang lebih baik secara berkesinambungan.
Oleh karenanya pemberdayaan masyarakat adalah upaya perluasan
horizon pilihan bagi masyarakat. Masyarakat diberdayakan untuk
melihat dan memilih sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya. Untuk itu
setiap upaya pemberdayaan masyarakat harus diarahkan untuk
peningkatan martabat manusia sehingga menjadi masyarakat maju
dalam berbagai aspek.7
Sebagai tujuan, maka pemberdayaan merujuk pada keadaan
atau hasil yang ingin dicapai oleh perubahan sosial; yaitu masyarakat
yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan
kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat
fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri,
7 Agus Ahmad Syafe’i, Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam, (Bandung:
Gerbang Masyarakat Baru, 2001), h. 39.
29
mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian,
berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan
tugas-tugas kehidupannya. Tujuan utama pemberdayaan adalah
memperkuat kekuasaan masyarakat khususnya kelompok lemah yang
memiliki ketidakberdayaan, baik karena kondisi internal maupun
kondisi eksternal.8
Pada intinya tujuan pemberdayaan dilakukan melalui berbagai
proses untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat yang dianggap
kurang berdaya dengan memanfaatkan berbagai peluang melalui
kemandiriannya. Selain itu tujuan pemberdayaan adalah bentuk
penguatan bagi masyarakat, agar mereka mampu mempertahankan
dan memperjuangkan apa yang menjadi hak-haknya sebagai warga
masyarakat yang berdaulat, sehingga sampai pada kehidupan yang
sejahtera.
3. Indikator Keberdayaan
Parsons et.al. sebagaimana dikutip oleh Edi Suharto,
mengajukan tiga dimensi pemberdayaan yang merujuk pada:
a. Sebuah proses pembangunan yang bermula dari pertumbuhan
individual yang kemudian berkembang menjadi perubahan sosial
yang lebih besar.
b. Keadaan psikologis yang ditandai oleh rasa percaya diri, berguna
dan mampu mengendalikan diri dan orang lain.
8 Edi Suharto, Mengembangkan Masyarakat Memberdayakan Rakyat, h. 59-60.
30
c. Pembebasan yang dihasilkan dari gerakan sosial, yang dimulai
dari pendidikan dan politisasi orang-orang lemah dan kemudian
melibatkan upaya-upaya kolektif dari orang-orang lemah tersebut
untuk memperoleh kekuasaan dan mengubah struktur-struktur
yang masih menekan.9
Schuler, Hashemi dan Riley sebagaimana yang dikutip oleh
Edi Suharto, mengembangkan delapan indikator pemberdayaan, yang
mereka sebut sebagai Empowerment Index atau indeks pemberdayaan.
Diantaranya:
a. Kebebasan mobilitas, kemampuan individu untuk pergi ke luar
rumah atau wilayah tempat tinggalnya, seperti ke pasar, fasilitas
medis, bioskop, rumah ibadah, ke rumah tetangga. Tingkat
mobilitas ini dianggap tinggi jika individu mampu pergi
sendirian.
b. Kemampuan membeli komoditas kecil, kemampuan individu
untuk membeli barang-barang kebutuhan keluarga sehari-hari
(beras, minyak tanah, minyak goreng, bumbu); kebutuhan dirinya
(minyak rambut, sabun mandi, rokok, bedak, sampo). Individu
dianggap mampu melakukan kegiatan ini terutama jika ia dapat
membuat keputusan sendiri tanpa meminta ijin pasangannya; jika
ia dapat membeli barang-brang tersebut dengan menggunakan
uangnya sendiri.
9 Edi Suharto, Mengembangkan Masyarakat Memberdayakan Rakyat, h.63.
31
c. Kemampuan membeli komoditas besar, kemampuan individu
untuk membeli barang-barang sekunder atau tersier, seperti lemari
pakaian, TV, radio, Koran, majalah, pakaian keluarga. Seperti
halnya indikator tersebut, poin tinggi diberikan terhadap individu
yang dapat membuat keputusan sendiri tanpa meminta ijin
pasangannya; terlebih jika ia dapat membeli barang-barang
tersebut dengan mengunakan uangnya sendiri.
d. Terlibat dalam pembuatan keputusan-keputusan rumah tangga,
mampu membuat keputusan secara sendiri maupun bersama
suami/istri mengenai keputusan-keputusan keluarga, misalnya
mengenai renovasi rumah, pembelian kambing untuk diternak,
memperoleh kredit usaha.
e. Kebebasan relatif dari dominasi keluarga, responden ditanya
mengenai apakah dalam satu tahun terakhir ada seorang (suami,
istri, anak-anak, mertua) yang mengambil uang, tanah, perhiasan,
dari dia tanpa ijinnya; yang melarang mempunyai anak; atau
melarang bekerja di luar rumah.
f. Kesadaran hukum dan politik, mengetahui nama salah seorang
pegawai pemerintah desa/kelurahan; seorang anggota DPRD
setempat; nama presiden; mengetahui pentingnya memiliki surat
nikah dan hukum-hukum waris.
g. Keterlibatan dalam kampanye dan protes-protes, seseorang
dianggap ‘berdaya’ jika ia pernha terlibat dalam kampanye atau
bersama orang lain melakukan protes, misalnya, terhadap suami
32
yang memukul istri; istri yang mengabaikan suami dan
keluarganya; gaji yang tidak adil; penyalahgunaan bantuan sosial;
atau penyalahgunaan kekuasaan polisi dan pegawai pemerintah.
h. Jaminan ekonomi dan konstribusi terhadap keluarga; memiliki
rumah, tanah, asset produktif, tabungan. Seseorang dapat
dianggap memiliki poin tinggi jika ia memiliki aspek-aspek
tersebut secara sendiri atau terpaksa dari pasangannya.10
4. Tahapan Pemberdayaan
Isbandi Rukminto Adi menyebutkan tahapan-tahapan
pemberdayaan di dalam bukunya yang berjudul “Pemberdayaan,
Pengembangan Masyarakat dan, Intervensi Komunitas”.
a. Tahapan Persiapan
Pada tahapan persiapan ini terdapat dua tahap yaitu penyiapan
petugas dan penyiapan lapangan.
b. Tahap Pengkajian
Dalam proses Assessment masyarakat sudah dilibatkan secara aktif
agar mereka dapat merasakan bahwa permasalahan yang sedang
dibicarakan benar-benar permasalahan yang keluar dari pandangan
mereka sendiri. Disamping itu, pada tahap ini pelaku perubahan
juga memfasilitasi warga untuk menyusun prioritas dari
permasalahan yang akan ditindaklanjuti pada tahap berikutnya,
yaitu tahap perencanaan.
10 Edi Suharto, Mengembangkan Masyarakat Memberdayakan Rakyat, h. 63-66.
33
c. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini petugas secara partisipatif mencoba melibatkan
warga untuk berfikir tentang masalah yang mereka hadapi dan
bagaimana. Dalam upaya mengatasi permasalahan yang ada,
masyarakat diharapkan dapat memikirkan beberapa alternatif
program dan kegiatan yang dapat mereka lakukan. Dalam proses
ini petugas bertindak sebagai fasilitator yang membantu
masyarakat berdiskusi dan memikirkan program dan kegiatan apa
saja yang tepat dilaksanakan pada saat itu.
d. Tahap Pemformulasian Rencana Aksi
Pada tahap ini agen Perubahan (community worker) membantu
masing-masing kelompok masyarakat untuk memformulasikan
gagasan mereka dalam bentuk tertulis, terutama bila ada kaitannya
dengan pembuatan proposal kepada penyandang dana. Bantuan
dari pihak petugas ini biasanya amat diperlukan pada kelompok
yang belum pernah mengajukan proposal kepada peyandang dana,
tetapi bagi kelompok yang telah beberapa kali mengajukan
permohonan maka peran petugas menjadi lebih berkurang. Dalam
tahap ini comunity worker dan masyarakat sudah dapat
membayangkan dan menuliskan tujuan jangka pendek apa yang
akan mereka capai dan bagaimana cara mencapai tujuan tersebut.
e. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan ini merupakan salah satu tahap yang paling
krusial (Penting) dalam proses pengembangan masayarakat, karena
34
sesuatu yang sudah direncanakan dengan baik akan dapat
melenceng dalam pelaksanaan di lapangan bila tidak ada kerja
sama antara petugas dan warga masyarakat, maupun kerja sama
antar warga. Karena pertentangan antar kelompok warga juga dapat
menghambat pelaksanaan suatu program ataupun kegiatan.
f. Tahap Evaluasi
Evaluasi sebagai proses pengawasan diri warga dan petugas
terhadap program yang sedang berjalan pada pengembangan
masyarakat sebaiknya dilakukan dengan melibatkan warga.
Dengan keterlibatan warga pada tahap ini diharapkan akan
terbentuk suatu sistem dalam komunitas untuk melakukan
pengawasan secara internal. Sehingga dalam jangka panjang
diharapkan dapat membentuk suatu sistem dalam masyarakat yang
lebih mandiri dengan memanfaatkan sumber daya yang ada.
g. Tahap Terminasi
Tahap ini merupakan tahap di mana seluruh program telah berjalan
secara optimal dan petugas fasilitator pemberdayaan masyarakat
sudah akan mengakhiri kerjanya.11
B. Disabilitas
1. Pengertian Disabilitas
Menurut WHO (World Health Organization) tahun 1980
pengertian disabilitas yaitu yaitu sebagai suatu ketidakmampuan
melaksanakan suatu aktifitas/kegiatan tertentu sebagaimana layaknya
11 Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan, Intervensi
Komunitas: Pengantar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis, h. 173-178.
35
orang normal yang disebabkan oleh kondisi impairment yang
berhubungan dengan usia dan masyarakat dimana seseorang berada.12
Definisi disabilitas menurut Undang-undang RI Nomor 8
Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas menjelaskan bahwa
penyandang disabilitas adalah setiap orang yang mengalami
keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam jangka
waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dan
mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh
dan efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak.13
Adapun pengertian disabilitas yang dikemukakan oleh
Disabled People’s International (DPI) yaitu hilangnya atau terbatasnya
kesempatan untuk mengambil bagian dalam kehidupan normal di
dalam masyarakat dan tingkat yang sama dengan yang lain
dikarenakan halangan fisik dan sosial.14
Sedangkan pengertian disabilitas menurut penulis adalah
seseorang yang mempunyai keterbatasan fisik, baik itu disebabkan
karena bawaan lahir atau insiden kecelakaan. Keterbatasan fisik
tersebut mengakibatkan keterbatasan dalam menjalankan kehidupan
sehari-harinya, keterbatasan untuk mendapatkan pekerjaan dan
12 Departemen Sosial RI, panduan kriteria penyandang cacat fisik, (Jakarta: Direktorat
Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat, Direktoriat Jenderal Pelayanan dan
Rehabilitasi Sosial, Direktorat Sosial RI, 2006), h. 5. 13 Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 2016, Tentang Penyandang
Disabilitas, artikel diakses pada 7 maret 2017dari www. kmendagri.go.id 14 Kusuma, dkk, Disabilitas Sebuah Pengantar, (Jakarta: PIC UIN Jakarta 2007), h. 105.
36
pendidikan, bahkan keterbatasannya dalam bersosialisasi dengan
lingkungan sekitarnya.
2. Pengertian Tuna Rungu Wicara
Orang dengan kecacatan rungu wicara adalah seseorang yang
menurut ilmu kedokteran dinyatakan mempunyai kelainan atau
gangguan pada fungsi pendengaran dan bicara, sehingga tidak dapat
melakukan komunkasi secara wajar.15
Tuna rungu diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan
pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap
berbagai rangsangan, terutama melalui indera pendengarannya.16
Menurut penulis cacat tuna rungu wicara adalah seseorang
yang pendengarannya menyimpang atau mempunyai kelainan
mendengar, dan mengalami kelainan baik dalam pengucapan bahasa
maupun suaranya dari bicara normal, sehingga menimbulkan kesulitan
dalam berkomunikasi dalam lingkungannya.
3. Karakteristik Tuna Rungu Wicara
Karakteristik tuna rungu yaitu miskin dalam kosakata, sulit
memahami kata-kata abstrak, sulit mengartikan kata-kata yang
mengandung kiasan, adanya gangguan bicara, maka hal-hal itu
merupakan sumber masalah pokok bagi anak tersebut.17
15 Direktorat Jendral Rehabilitasi Sosial Orang Dengan Kecacatan, Pandunan
Pelaksanaan Komunikasi Total Bagi Orang Dengan Kecacatan Rungu Wicara (Jakarta:
Kementrian Sosial Republik Indonesia, 2010), h. 6. 16 T. Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, (Bandung: PT Refika Aditama,
2006), h. 93. 17 T. Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, h. 100.
37
Bentuk mimik peserta didik tuna rungu wicara berbeda dengan
anak-anak lain, karena mereka tidak pernah mendengar atau
menggunakan salah satu panca indranya terutama telinga dan mulut.
Oleh sebab itu mereka tidak terlalu paham dengan apa yang dimaksud
dan dikatakan oleh orang lain.
Menurut Gregory, S perilaku yang dominan yang muncul
terhadap peserta didik dengan kelainan tuna rungu wicara di sekolah
secara dominan berkaitan dengan hambatan dalam perkembangan
bahasa dan komunikasi. Ciri-ciri umunya antara lain:
a. Kurangnya memperhatikan saat guru memberikan pelajaran di
kelas.
b. Selalau memiringkan kepalanya sebagai upaya untuk berganti
posisi telinga terhadap sumber bunyi, sering kali ia meminta
pengulangan penjelasaan guru saat di kelas.
c. Mempunyai kesulitan untuk mengikuti petunjuk secara lisan.
d. Keengganan untuk berpartisipasi secara oral, mereka
mendapatkan kesulitan untuk berpartisipasi secara oral dan
dimungkinkan karena hambatan pendengarannya.
e. Adanya ketergantungan terhadap petunjuk atau intruksi saat di
kelas.
f. Mengalami hambatan dalam perkembangan bahasa dan bicara.
g. Perkembangan intelektual peserta didik tuna rungu wicara
terganggu.
38
h. Mempunyai kemampuan akademik yang rendah, khususnya
dalam membaca.18
4. Klasifikasi Tuna Rungu
Ada beberapa jenis gangguan pendengaran, tergantung dari
suatu pendengaran. Berdasarkan bagian alat pendengaran yang
mengalami kerusakan, jenis ganguan pendengaran dapat dibagi
menjadi :
a. Tuna Rungu Konduksi
Telinga bagian luar dan tengah mengalami kerusakan. Getaran-
getaran udara tidak ditangkap oleh membrane tympani dan
getaran suara tidak dapat mencapai syaraf pendengaran.
b. Tuna Rungu Perceptif
Yang mengalami kerusakan ialah telinga bagian dalam, sehingga
serabut-serabut syaraf tidak dapat berfungsi. Akibatnya, getaran-
getaran suara tidak dapat diteruskan atau disampaikan ke pusat
syaraf pendengaran di otak. Mungkin organ pendengaran bagian
luar dan tengah normal tetapi rangsangan suara yang
ditangkapnya tidak dapat diteruskan ke otak.
c. Gejal Tuli Campuran
Seluruh organ luarnya rusak, baik bagian luar, tengan maupun
dalam.19
18 Ika Nurjayanti, Peran Pekerja Sosial Terhadap Biopsikososial Spiritual Anak Tuna
Rungu Wicara di Panti Sosial Bina Rungu Wicara “Melati” Bambu Apus Jakarta Timur, (Skripsi
S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2012), h. 62.
39
Andreas Dwidjosumarto sebagaimana dikutip oleh sutjihati
klasifikasi menurut tarafnya dapat diketahui dengan tes audiometris:
a. Tingkat I, kehilangan kemampuan mendengar antara 35-54 dB,
penderita hanya memerlukan latihan berbicara dan bantuan
mendengar secara khusus.
b. Tingkat II, kehilngan kemampuan mendengar antara 55-69 dB,
penderita kadang-kadang memerlukan penempatan sekolah secara
khusus, dalam kebiasaan sehari-hari memerlukan latihan
berbicara dan bantuan latihan berbahasa secara khusus.
c. Tingkat III, kehilangan kemampuan mendengar antara 70-89 dB.
d. Tingkat IV, kehilangan kemampuan mendengar 90 dB ke atas.
Penderita dari tingkat I dan II dikatakan mengalami ketulian.
Dalam kebiasaan sehari-hari mereka sesekali latihan berbicara,
mendengar bahasa, dan memerlukan pelayanan pendidikan secara
khusus. Anak yang kehilangan kemampuan mendengar dari tingkat III
sampai IV pada hakekatnya memerlukan pendidikan khusus.20
5. Faktor Penyebab Tuna Rungu
Secara umum penyebab tuna rungu dapat terjadi sebelum lahir,
saat lahir, dan setelah lahir.
19 Nur Hikmah, Pemberdayaan Keterampilan Menyulam Bagi Penyandang Tuna Rungu
Di Sekolah Luar Biasa (SLB B-C) Sumber Budi Jakarta Selatan, (Skripsi S1 Dakwah dan
Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2014), h. 30-31. 20 T. Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, h. 95.
40
Tuna rungu sebelum lahir, yaitu tuna rungu yang terjadi ketika
anak masih dalam kandungan ibunya. Adapun penyebabnya antara
lain sebagai berikut:
a. Salah satu atau kedua orang tua anak menderita tuna rungu atau
mempunyai gen/ sel pembawa sifat abnormal.
b. Sewaktu ibu mengandung terserang penyakit, terutama penyakit-
penyakit yang diderita pada saat kehamilan tri semester pertama
yaitu pada saat pembentukan ruang telinga.
c. Karena keracunan obat, pada saat hamil sang ibu meminum obat-
obatan terlalu banyak, ibu seorang pecandu alcohol atau ibu yang
tidak mengehndaki kehadiran anaknya sehingga ia meminum obat
penggugur kandungan. Hal ini dapat menyebabkan
ketunarunguan pada anak yang dilahirkan.
Tuna rungu saat kelahiran. Yaitu ketunarunguan yang terjadi
saat anak dilahirkan.
a. Sewaktu ibu melahirkan, ibu mengalami kesulitan sehingga
persalinan dibantu dengan penyedotan.
b. Prematur, yaitu bayi yang dilahirkan sebelum waktu melahirkan.
Tuna rungu setelah dilahirkan. Yaitu ketunarunguan yang
terjadi setelah anak dilahirkan oleh ibunya.
a. Ketulian yang terjadi karena infeksi, misalnya infeksi pada otak
(meningitis) yang terjadinya akibat kecelakaan, seperti jatuh, atau
41
terkena benturan benda-benda keras, yang bisa menyebabkan
ketuna runguan.
b. Kecelakaan, yang mengakibatkan kerusakan alat pendengaran
sehingga alat pendengaran tidak dapat berfungsi.21
C. Keterampilan
1. Pengertian Keterampilan
Keterampilan memiliki kata dasar “terampil” yang berarti
cakap dalam menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan. Sedangkan
keterampilan mempunyai arti kecakapan untuk menyelesaikan tugas.
Maka keterampilan adalah bagaimana kemampuan untuk
menyelesaikan tugas.22
Menurut W. Gulo keterampilan tidak mungkin berkembang
apabila tidak didukung oleh sikap, kemampuan dan pengetahuan.
Manusia merupakan pribadi yang unik di mana aspek rohaniah,
mental intelektual, dan fisik merupakan satu kesatuan yang utuh.23
Keterampilan sangat erat kaitannya dengan sumber daya
manusia. The Liang Gie mengemukakan pengertian keterampilan
adalah kegiatan menguasai sesuatu keterampilan dengan tambahan
bahwa mempelajari keterampilan harus dibarengi dengan kegiatan
praktik, berlatih, dan mengulang-ngulang suatu kerja. Seseorang yang
memahami semua asas, metode pengetahuan dan teori dan mampu
21 T. Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, h. 94-95. 22 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2007), cet. Ke 4, h. 1180. 23 W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Grafindo, 2002), h. 29.
42
melaksanakan secara praktis adalah orang yang memiliki
keterampilan.24
Keterampilan adalah pelajaran yang berisi kemampuan
konseptual, apresiatif, dan kreatif produktif dalam menghasilkan
benda produk kerajinan atau produk teknologi yang memberikan
penekanan pada penciptaan benda-benda fungsional dari karya
kerajinan, karya teknologi sederhana, yang bertumpu pada
keterampilan tangan. Keterampilan menjadi hal yang cukup penting
dalam kehidupan, karena salah satu dari tujuan pendekatan melalui
keterampilan adalah untuk mengembangkan sikap percaya diri,
bertanggung jawab, dan rasa kesetiakawanan sosial dalam
menghadapi berbagai problem kehidupan.25
Menurut penulis, keterampilan adalah kemampuan yang dapat
ditemukan pada diri seseorang dan pemahaman seseorang akan
sesuatu cara atau metode dalam menyelesaikan tugasnya. sehingga
seseorang dapat memperaktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Jenis Keterampilan
Keterampilan dapat dikelompokkan ke dalam empat jenis,
diantaranya:
a. Keterampilan Personal (Personal Skill) yang mencakup
keterampilan mengenai diri sendiri, keterampilan berfikir rasional
dan percaya diri.
24 Syarif Makmur, Pemberdayaan Sumber Daya Manusia dan Efektivitas Organisasi:
Kajian Penyelenggaraan Pemerintah Desa (Jakarta: PT. Gajah Grafindo, 2008), h. 70. 25 Ari Kurniawan, Peran Yayasan Kumala Dalam Pemberdayaan Anak Jalanan Melalui
Pendidikan Keterampilan di Kelurahan Rawa Badak Utara Kecamatn Koja Jakarta Utara,
(Skripsi S1 Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2010), h. 52-53.
43
b. Keterampilan Sosial (Social Skill) seperti keterampilan
melakukan kerjasama, bertenggang rasa, dan tanggun jawab
sosial.
c. Keterampilan Akademik (Academic Skill) adalah keterampilan
yang berkaitan dengan melakukan penelitian, percobaan-
percobaan dengan pendekatan ilmiah.
d. Keterampilan Vokasional (Vocasional Skill) adalah keterampilan
yang berkaitan dengan suatu bidang kejuruan/keterampilan
tertentu seperti bidang perbengkelan, menjahit, peternakan,
pertanian, dan produksi barang tertentu.26
26 Sarifudin, Strategi Panti Sosial Development Center For Children (SDC) Dalam
Pemberdayaan Anak Jalanan Melalui Pelatihan keterampilan, (Skripsi S1 Dakwah dan
Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2012), h. 50.
44
BAB III
TEMUAN PENELITIAN
A. Profil Lembaga
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kelurahan Tanjung Barat sebagai salah satu Kelurahan di wilayah
Kecamatan Jagakarsa Kota Administrasi Jakarta Selatan terbentuk
berdasarkan Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 1815 Tahun 1989
tanggal 29 Desember 1989. Luas wilayah Kelurahan Tanjung Barat adalah
364,64 Ha.
Batas wilayah Kelurahan Tanjung Barat adalah:
- Sebelah Utara : Jalan Poltangan Kel. Pejaten Timur Kecamatan
Pasar Minggu
- Sebelah Timur : Sungai Ciliwung Kel. Kali Sari Jakarta Timur
- Sebelah Selatan : Jl.Gang 100 Kel. Lenteng Agung
- Sebelah Barat : Rel Kereta Api, Kel. Pasar Minggu/Kel. Lenteng
Agung
Kondisi Geografis Keluarahan Tanjung Barat:
- Ketinggian dari permukaan laut 50 M
- Curah Hujan Rata-rata 200 mm/hari
- Suhu udara rata-rata 25-33 C1
2. Gambaran Umum Yayasan Rumah Regis
1 Profil Kelurahan Tanjung Barat,
45
Yayasan Rumah Regis merupakan sebuah Yayasan yang terletak di
Jalan Tanjung Barat Gang Seratus Nomor 16 A Kavling 2 RT 005 RW 01
Kelurahan Tanjung Barat Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan. Yayasan
yang berada di Jakarta ini telah berdiri sejak Januari 2015, sedangkan
program pemberdayaan disabilitasnya sudah ada sejak tahun 2012 jauh
sebelum berdirinya Yayasan. Yayasan ini bertempat di kediaman ketua
Yayasan Rumah Regis, yang bernama Ibu Madya Putri Andang yang
berasal dari Jember dengan pendidikan lulusan Universitas Indonesia
Fakultas Kedokteran.
Sebelum mendapatkan ide untuk memberdayakan disabilitas, Ibu
Madya ini berstatus Single Parents di mana suaminya meninggal akibat
sakit kanker. Sedangkan Ibu Madya mempunyai dua orang anak yang
salah satunya merupakan menyandang disabilitas.
Dari kondisi tersebut, Ibu Madya terus berfikir bagaimana caranya
dengan mempunyai kekurangan yang seperti tersebut agar masa depan
anaknya terjamin, mandiri dan anak disabilitas dapat menyamai bahkan
mengalahkan potensi orang normal pada umumnya.
Pada tahun 2012, Ibu Madya mulai mempunyai program
memberdayakan disabilitas. Namun Ibu Madya menyadari dirinya punya
keterbatasan kalau harus merangkul semua anak-anak disabilitas.
Akhirnya Ibu Madya hanya memilih anak-anak Tuna Rungu. Karena
menurutnya mereka ini pada dasarnya bisa menyerap ilmu dengan baik,
hanya faktor komunikasi saja yang harus sinergis, sejalan dengan bahasa
isyarat. Apalagi saat di sekolah mereka sudah di ajarkan keterampilan
46
menjahit jadi tinggal mengarahkan kemampuan yang mereka bisa dengan
baik.
Saat Ibu Madya mendapatkan ide untuk memberdayakan
disabilitas dengan membuat kerajinan, akhirnya untuk tahap awal Ibu
Madya mencoba membuat kerajinan dengan mengajak dua anak
disabilitas dengan membuat pakaian adat berbahan dasar kain flannel dan
Limbah kain. Namun saat itu, permintaan yang datang kurang banyak.
Beberapa bulan kemudian, terlintas dengan mencoba membuat
kerajinan dengan barbahan karung goni. Ibu Madya mendapatkan ide
tersebut dari salah satu anaknya pada saat di kebun orang tuanya.
Anaknya mengatakan karung goni bisa diolah menjadi kerajinan. Pada
akhirnya Ibu Madya memutuskan untuk membuat kerajinan berbahan
karung goni.
Setelah membuat kerajinan dengan berbahan karung goni,
permintaan masyarakat terus naik, yang membuat Ibu Madya beserta anak
disabilitas kewalahan, sehingga pada saat itu mengajak anak disabilitas
lagi menjadi 6 orang. Hasil produk yang dibuat oleh penyandang
disabilitas dipasarkan melalui bazar-bazar, pameran, pemasaran ke luar
negeri dan mempunyai toko tetapnya di Mall Kota Casablanka.
Hal demikian dijelaskan oleh Ibu Madya yang mengatakan
“kerajinan yang dibikin mereka ada yang pernah terjual ke luar negri
seperti Dubai, Hongkong, China, India, dan Australia. Masyarakat
yang membelipun lumayan banyak. Ada toko tetapnya kok, kamu bisa
47
liat di mall kokas taukan Mall Kota Casablanka di lantai dasar nama
tokonya regis”.2
Ketika produk di pasarkan ke Luar Negeri diharuskan membawa
legalitas prodaknya, Dengan demikian Ibu Madya beserta rekan
anggotanya mengajukan pembuatan CV yang bertujuan untuk
memudahkan pelaku usaha melakukan kegiatan usaha dengan modal yang
terbatas.
Setelah memberdayakan disabilitas di atas legalitas CV selama 3
tahun, akhirnya Ibu Madya di sarankan oleh Kementrian Pendidikan dan
Budaya mendirikan Yayasan, karena program dan proses yang di
laksanakan Ibu Madya beserta rekan-rekanya merupakan salah satu bentuk
kegiatan yang mengarah ke pendidikan non formal.
Akhirnya pada tahun 2015, Yayasan berdiri di atas rumah Ibu
Madya yang sudah disepakati para anggota. Pada mulanya nama CV
adalah regis. Jadi, Yayasan tersebut dinamai Yayasan Rumah Regis. Nama
Regis terinspirasi dari nama kedua Putra Putrinya kesayangannya.
Anaknya yang pertama bernama Rezika Radina Putri, dan yang kedua
bernama Gilang Kumara.3
3. Maksud dan Tujuan didirikan Yayasan Rumah Regis
Tujuan didirikan Yayasan Rumah Regis adalah untuk
memungkinkan anak-anak belajar keterampilan baik di dalam maupun di
luar Yayasan, dengan harapan mereka bisa mendapatkan dan menemukan
2 Wawancara Pribadi dengan Ibu Maya, di Yayasan Rumah Regis, Jakarta 5 Desember
2016. 3 Wawancara Pribadi Dengan Ibu Madya, di Yayasan Rumah regis, Jakarta 3 Maret 2017.
48
lapangan pekerjaan yang sesuai dengan kondisinya, karena yang sering
kita jumpai pekerjaan yang tersedia di ranah publik seakan-akan tidak
diperuntukkan bagi mereka. Serta mereka mendapatkan kehidupan yang
bebas, yang keberadaannya dapat diakui oleh masyarakat sekitar.
Oleh sebab itu ibu Madya beserta rekannya ingin meningkatkan
kesejahteraan sosial anak-anak Difabel, menggali potensi dan
meningkatkan SDM sebagai subyek pembangunan, memperkuatkan
jaringan kerja sama dengan badan sosial yang menangani penyandang
Disabilitas baik di dalam Negeri maupun di luar Negeri, berperan aktif
sebagai mitra pemerintah Indonesia dalam program pengembangan
kesejahteraan sosial, mengembangkan kemandirian, menghimpun
penyandang Disabilitas se-Indonesia tanpa pandang tingkat
pendidikannya berusia 17 ke atas, sebagai mitra kerja pemerintah
Indonesia dan badan sosial yang menangani kesejahteraan sosial, sebagai
wadah komunikasi horizontal bagi seluruh anggota guna memperoleh
pertukaran informasi dan pengalaman serta sebagai sarana pendidikan
mentalitas.4
4. Visi dan Misi Yayasan Rumah Regis
a. Visi
Menolong masyarakat Disabilitas dalam meningkatkan kapasitas
hidupnya dan membangun kemandiriannya dengan memberikan
keterampilan kepada Disabilitas.
b. Misi
4 Profil Yayasan Rumah Regis, 2015.
49
1. Mendukung masyarakat untuk hidup mandiri.
2. Memfasilitasi kemandiriannya dengan mengajarkan keterampilan
handicraft.
3. Memberikan bekal ilmu tentang keterampilan dengan cara
menjahit.
4. Menggali potensi dan meningkatkan sumber daya manusia .
5. Dengan berdirinya Yayasan Rumah Regis menjadikan wadah
komunikasi bagi seluruh anggota.5
5. Sasaran Pelayanan
Sasaran pelayanan dari Yayasan Rumah Regis merupakan para
disabilitas Tuna Rungu Tuna Wicara. Dikarenakan belum menyanggupi
kalau harus memberdayakan semua disabilitas, akhirnya Ibu Madya hanya
memilih anak-anak Tuna Rungu. Karena menurutnya mereka ini pada
dasarnya bisa menyerap ilmu dengan baik, hanya faktor komunikasi saja
yang harus sinergis. Ibu Madya mengatakan:
“Untuk saat ini tuna rungu tuna wicara saja, sebetulnya ibu ingin
memberdayakan penyandang disabilitas yang lainnya. Tapi balik lagi,
ibu masih belum mampu soalnya yang diperlukan gak hanya
ekonominya saja tapi sarana prasarananya juga, seperti ini rumah ibu
kan tidak terlalu besar, kalau untuk mengadakan pemberdayaan nanti
tempatnya sempit, alat-alatnya juga pastikan butuh banyak. Untuk
sementara ibu baru menyanggupi memberdayakan mereka dulu. Kalo
niatnya mah udah ada”.6
Dari hasil wawancara tersbut, sasaran pelayan pelatihan keterampilan
untuk saat ini hanya sebatas Tuna Rungu Wicara. Padahal sebenarnya Ibu
Madya beserta pengurus lainnya ingin memperluas pemberdayaannya ke
5 Profil Yayasan Rumah Regis, 2015. 6 Wawancara Pribadi Dengan Ibu Madya, di Yayasan Rumah Regis, Jakarta 3 Maret 2017
50
semua jenis penyandang disabilitas. Untuk memperluas pemberdayaan maka
semua kebutuhan juga menjadi meningkat. Karena itulah pihak Yayasan
belum mampu memberdayakan semua kalangan penyandang disabilitas.
6. Struktur Organisasi Yayasan Rumah Regis
Struktur organisasi pada Yayasan Rumah Regis terdiri dari:
a. Pembina
b. Ketua
c. Sekretaris
d. Bendahara
e. Pengawas
7. Kegiatan Yayasan Rumah Regis
a. Mengadakan pelatihan keterampilan anak disabilitas tuna rungu
wicara di sekolah Luar Biasa Nusantara Depok.
b. Mengadakan pelatihan keterampilan anak disabilitas tuna rungu
wicara di sekolah Luar Biasa Negeri 2 Lenteng Agung.
c. Mengadakan pelatihan keterampilan kepada Ibu-ibu PKK.
d. Mengadakan outbond setiap setahun sekali untuk para disabilitas.
e. Mengikuti penjualan di bazar-bazar.
f. Menjadi narasumber diberbagai seminar.7
8. Sumber Dana Yayasan Rumah Regis8
Adapun sumber dana yang dikelola oleh Yayasan Rumah Regis
diantaranya:
7 Wawancara Pribadi dengan Ibu Madya, di Yayasan Rumah Regis, Jakarta 13 Maret
2017. 8 Wawancara Pribadi dengan Ibu Madya, di Yayasan Rumah Regis, Jakarta 13 Maret
2017.
51
a. Donatur
b. PT. Aneka Tambang
c. BCA Syariah
d. Telkom
e. PT. Timah Indonesia
f. Angkas Pura II
g. FIF Group Finance Astra
h. PT Sucofindo
i. Hasil penjualan produk kerajinan
9. Sarana dan Prasarana
Ruangan garasi ukuran 3 x 3.5 meter, 2 gulung tikar, 3 mesin jahit,
1 unit mesin obras, 1 buah meja, 1 buah rak, 2 lemari, dan alat jahit
menjahit seperti benang, jarum, gunting, penggaris, kater, silet, lem, dan
lain sebagainya.9
10. Nama-nama Disabilitas Tuna Rungu Tuna Wicara10
9 Profil Yayasan Rumah Regis, 2015. 10 Buku Daftar Anggota Yayasan Rumah Regis.
52
Tabel 2
Tabel Nama-nama Disabilitas Tuna Rungu Tuna Wicara
No Nama Jenis Kelamin Usia Pendidikan
1. Rosita Perempuan 26 SMA
2. Tri Mulyani Perempuan 33 SMA
3. Hanan Perempuan 24 SMA
4. Eka Pujiastuti Perempuan 28 SMA
5. Kusuma Perempuan 27 SMA
6. Devy Perempuan 20 SMA
7. Fitri Perempuan 22 SMA
8. Tya Perempuan 22 SMA
Sumber: Buku Daftar Anggota Yayasan Rumah Regis
Data tabel 2 tersebut adalah nama anggota yang diberdayakan rutin
setiap hari senin sampai hari jum’at di Yayasan Rumah Regis. Dari
pengamatan penulis selama penelitian yang rajin datang adalah Mba Tri. Ia
juga merupakan senior di Yayasan Rumah Regis. Selain anggota tersbut
masih banyak anggota lain yang diberdayakan melalui panggilan
undangan, seperti dari Sekolah Luar Biasa (SLB) Nusantara yang
beralamat di Depok.
53
Tabel 3
Tabel Nama-nama Disabilitas Undangan Event
No Nama Jenis Kelamin Usia Pendidikan
1. Ida Ayu Widyasari Perempuan 22 SMP
2. Mutia Cahyani Perempuan 15 SMA
3. Annisa Anindya Perempuan 17 SMA
4. Abdul Aziz Saliu Laki-laki 16 SMA
5. Irsan Laki-laki 15 SMA
6. Danang Laki-laki 16 SMA
7. Siska Perempuan 17 SMA
8. Amril Laki-laki 20 SMA
9. Bela Perempuan 19 SMP
Sumber: hasil wawancara dari bapak Sujono selaku kepala sekolah (SLB).
Data tabel 3 merupakan beberapa nama yang diundang untuk
diberikan pelatihan keterampilan di Yayasan Rumah Regis. Program ini
diadakan beberapa kali dalam setahun, terakhir diadakan dari sekolah SLB
Nusantara Depok. Dari 9 nama di data tabel 3, 4 orangnya berhasil penulis
wawancara.
Mereka diundang ke Yayasan bersama pendamping/Guru.
Pendamping ini diikutsertakan untuk membantu proses pelatihan
keterampilan, caranya dengan membantu berkomunikasi dengan mereka.
Pendamping tersebut adalah Ibu Dwi Ida dan Ibu Lia Amalia.
11. Prestasi Yayasan Rumah Regis
54
a. Penghargaan juara ke 2 stand terbaik dalam pameran Pekan Produk
Kreatif Daerah (PPKD) tahun 2012.
b. Penghargaan stand favorit ke 2 pada pameran Pekan Olahraga
Nasional (PON) di Riau tahun 2012.
c. Penghargaan juara 1 produk unggulan mengikuti lomba Usaha
Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K) Provinsi DKI Jakarta tahun
2013.
d. Perhagaan sebagai Enterprenour Sosial dari wakil mentri perdagangan
bapak Bayu Krisna Mukti yang di selenggarakan oleh Yayasan Kuala
Swadaya tahun 2013.
e. Penghargaan juara terbaik nasional produk kreatif dalam mengikuti
lomba Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K) tingkat
nasional tahun 2014.
f. Penghargaan mengikuti AKSARA Internasional di Kendari tahun
2014.
g. Penghargaan juara 2 untuk UMKM Award provinsi DKI Jakarta tahun
2014.
h. Penghargaan sebagai juri produk kreatif pada peringatan hari kartini
yang diselenggaran oleh kementrian pekerjaan umum.
i. Penghargaan juara 2 Gugus Kendali Mutu yang diselenggrakan oleh
Dinas Industri Kota Administrasi Jakarta Selatan.11
B. Pelaksanaan Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat disabilitas melalui
Keterampilan Handicraft di Yayasan Rumah Regis
11 Profil Yayasan Rumah Regis, 2015.
55
1. Kegiatan Keterampilan
Kegiatan keterampilan handicraft merupakan keterampilan yang
diajarkan oleh Yayasan Rumah Regis. Kegiatan ini seperti rutinitas wajib
yang harus dilalukan oleh masyarakat disabilitas ketika di Yayasan
Rumah Regis. Dengan harapan kegiatan keterampilan ini akan menjadi
bekal untuk mereka menjadi pribadi yang mandiri, menjadikan mereka
percaya diri sehingga bekal yang dimilikinya mereka menghasilkan
penghasilan sendiri tanpa harus menerima belas kasihan orang lain, serta
pelajaran yang mereka dapat bisa mengembangkan potenisnya dibidang
keterampilan.12
2. Metode Keterampilan
Dalam pelaksanaan keterampilan, Yayasan Rumah Regis tidak
memberikan pelatihan khusus kepada para disabilitas, hanya saja ada
beberapa pelajaran yang diajarkan kepada mereka. Seperti diajarkannya
untuk berani tampil di depan banyak orang. cara mengajarnya dengan
melatih mental mereka, dan mereka ikut mengajar keterampilan yang
sudah mereka kuasai pada seminar-seminar.
Selain itu, metode pembelajaran keterampilan yang dilakukan yaitu
saling mengajarkan antara satu sama lain. Hal ini biasanya dilakukan oleh
para disabilitas yang sudah lama dan menguasai cara membuatnya dengan
mengajarkan ke mereka yang baru memulai membuat keterampilan di
yayasan. Metode tersebut biasa diebut dengan belajar sambil bekerja.13
12 Wawancara Pribadi dengan Ibu Madya, di Yayasan Rumah Regis, Jakarta 3 Maret
2017. 13 Wawancara Pribadi dengan Ibu Madya, di Yayasan Rumah Regis, Jakarta 3 Maret
2017.
56
3. Waktu Pelaksanaan Keterampilan
Kegiatan keterampilan handicraft dilakukan selama 5 hari dalam
seminggu yaitu hari senin sampai hari jum’at. Waktu keterampilannya
dari pukul 09:00 sampai 12:00, setelah waktu menunjukkan pukul 12:00
para disabilitas boleh berisitirahat. Dalam waktu istirahat biasanya para
disabilitas menggunakan waktunya untuk beribadah dan makan siang.
Setelah waktu menunjukkan pukul 13:00 mereka melanjutkan membuat
keterampilan sampai pukul 17:00. Seperti yang dikatakan oleh ibu Rezika
“Mereka datang setiap hari senin sampai jum’at, dari jam 9 pagi
sampai jam 5 sore. Kegiatannya ya membuat kerajinan-kerajinan saja,
nanti pas jam waktu istirahat sekitar jam 12 sampai jam 1 anak-anak
istirahat. Anak-anak masak sendiri setiap hari ganti-gantian nanti kalo
udah selesai istirahat mulai kerja lagi.”14
Berikut table pembagian waktu kerja dalam satu hari
14 Wawancara Pribadi dengan Mba Rezika, di Yayasan Rumah Regis, Jakarta 8 Mei
2017.
57
Tabel 4
Tabel Pembagian Waktu Kegiatan Keterampilan Dalam Satu Hari
di Yayasan Rumah Regis Tahun 2017
No. Waktu Kegiatan Keterangan
1 09:00-12:00 Praktik membuat
keterampilan
handicraft.
Masing-masing fokus
mengerjakan tugasnya,
sesuai yang sudah di
bagi-bagi pekerjaannya.
2 12:00-13:00 Istirahat Beribadah, Makan siang.
3 13:00-17:00 Praktik membuat
keterampilan
handicraft.
Masing-masing fokus
mengerjakan tugasnya,
sesuai yang sudah di
bagi-bagi pekerjaannya.
Sumber: Olahan data dari wawancara dengan Ibu Rezika, 8 Mei 2017.
4. Proses Pembuatan Keterampilan Handicraft
a. Langkah pertama belanja bahan-bahan yang dibutuhkan
Untuk membuat keterampilan dibutukan beberapa bahan. Dalam tahap
ini biasanya pengurus bergantian berbelanja bahan-bahan yang
diperlukan. Untuk khusus bahan karung goni, karena susah
mendapatkan bahannya jadi selagi pemasok goninya banyak, pihak
yayasan membaginya untuk dibuat menjadi bebrapa hari. Agar karung
goni ini terlihat menarik, maka diperlukan beberapa bahan lainnya
seperti bahan kain batik, kain flannel, dan lain sebagainya.
b. Langkah kedua proses membersihkan karung goni
Pada proses ini, goni yang sudah dibeli tadi dibersihkan dahulu
dengan cara dibersihkan debu-debunya terlebih dahulu selanjutnya
dicuci sampai bersih. Ketika sudah terlihat bersih maka langkah
58
selanjutnya direndam goninya dengan pewangi, selanjutnya dijemur.
Stelah selesai dijemur, karung goni ini disetrika.
c. Langkah ketiga proses pengerjaan keterampilan
Sambil menunggu goni selesai disetrika, para disabilitas yang lainnya
berbagi tugas membuat pola sesuai dengan kerajinan yang ingin
dibuat. Setelah selesai disetrika, pola yang tadi sudah dibuat
ditempelkan ke bahan goni lalu di gunting sesuai dengan polanya.
Setelah selesai memotong bahan goninya dilanjutkan dengan menjahit
bahan tersebut menjadi kerajinan. Untuk memperindah bahan goni
tersebut, bahan-bahan yang sudah dibeli seperti kain batik, atau kain
flannel diperlukan untuk menambahkan hiasan agar terlihat menarik.
d. Langkah keempat pemeriksaan produk
Dalam tahap ini produk-produk yang sudah dibuat diperiksa kembali.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui, produk yang dihasilkan
tersebut sudah layak dipasarkan atau masih perlu diperbaiki. Jika dari
segi kualitas produknya terlihat cukup memuaskan, maka produk ini
siap dipasarkan.
e. Langkah terakhir adalah pengemasan produk
Setelah produk handicraft lolos tahap pemeriksaan produk, maka
produk-produk tersbut di kemas dengan rapih kemudian akan
dipasarkan melalui bazar, pameran, dan toko.15
5. Pemasaran Produk Keterampilan16
a. Toko Regis
15 Wawancara Pribadi dengan Pak Lucky, di Yayasan Rumah Regis, Jakarta 8 Mei 2017. 16 Olahan Data Wawancara Mba Rezika dan Brousur Yayasan, Jakarta 8 Mei 2017.
59
Toko Regis merupakan sebuah toko yang terletak di Mall Casablanca.
Toko ini dibuat untuk memudahkan pelanggan mencari untuk
membeli produk kerajinan dari para disabilitas. sebagian dari produk
yang sudah dikemas di pasarkan melalui Toko Regis.
b. Melalui Bazar-bazar dan Pameran
Selain pemasaran produk melalui toko regis, yayasan Rumah Regis
memasarkan produknya melalui bazar dan pameran yang di
selenggrakan baik dari pemerintah maupun Swasta, diantaranya;
1) INA CRAFT 2013 JHCC
2) PON 2012 RIAU
3) Trade Export Internasional
4) Festival Embroidery Internasional
5) Women Internasional Club & Charity
6) Bali Craft and Tourisme
7) PPKD
8) PPKI
9) JACK CRAFT
10) Gelar IKM Product
6. Produk Keterampilan
Produk yang dibuat oleh para disabilitas beraneka macam. Pada
sebelum yayasan berdiri Ibu madya bersama rekannya sudah mulai
mempunyai program memberdayakan anak-anak disabilitas. pelatihan
keterampilan yang dari dahulu diajarkan adalah keterampilan handicraft.
60
Bahan utama yang dipakai adalah karung goni. Karung goni ini
diolah menjadi Tas, sarung bantal, tempat tissu, taplak meja, tempat
pensil. Ada juga yang dibuat selain dengan bahan karung goni seperti
menggunakan bahan kain flannel, kain perca, kain batik, pita, biji mute.
Bahan-bahan tersebut menghasilkan kerajinan seperti kalung, bross,
sandal untuk di dalam rumah, dan boneka kurumi. Sebagaimana yang
dikatakan oleh Ida:
“Membuat sandal, bross, kurumi itu seperti boneka, terbuat dari
kertas, boneka jepang gitu terus disusun-susun yang suka di bajuin
kimono, kalung. Kalo sandal dibuatnya pake bahan perca gitu,
kainnya di sambung-sambung terus dibungkus, dibentuk terus dipakai
pita terus di lem. Dijahit juga jadi anak-anak bisa jahit jelujur tangan
aja”.17
Pernyataan tersebut dikatakan juga oleh Ibu Rezika selaku pengurus di
yayasan:
“Banyak ya, pada pertama-tama mengadakan pelatihan itu bahan
utama yang sering dipakai ya karung goni trus diolah menjadi tas, nah
tasnya ini gak polos kaya karung goni tapi di kasih sedikit kain batik
supaya diliatnya cantik, trus kalung, tempat tissu, bross, sarung bantal,
trus ada buat boneka-boneka kurumi”.18
C. Hasil yang Diperoleh oleh Anggota19
1. Aspek Ekonomi
Program keterampilan yang diajarkan oleh pihak yayasan bisa
memberikan penghasilan bagi anak-anak disabilitas. hasil ini menambah
penghasilan yang dapat membantu pengeluaran kebutuhan setiap harinya.
2. Aspek Pengetahuan
17 Wawancara Pribadi dengan Ida di damping Ibu Sumiati dan Ibu Lia, di Ruang Kelas
SLB Nusantara, Depok 24 Mei 2017. 18 Wawancara Pribadi dengan Mba Rezika, di Yayasan Rumah Regis, Jakarta 8 Mei 2017. 19 Hasil olahan dari Wawancara dengan Pengamatan Langsung di Lapangan.
61
Anak-anak disabilitas awalnya tidak mengerti apa itu keterampilan
handicraft? Lalu bagaimana cara membuatnya?. Di sini mereka diajarkan
keterampilan dan apa saja yang diperlukan dalam membuat keterampilan.
3. Aspek Keterampilan
Setelah mereka mendapatkan berbagai ilmu pengetahuan mengenai
keterampilan, anak-anak ini menjadi lebih trampil dalam membuat
berbagai jenis keterampilan tangan.
4. Aspek Pengalaman
Ketika mereka dapat membuat keterampilan dengan baik dan bagus. Hasil
kerajinannya ini dipamerkan melalui bazar atau diikut sertakan dalam
kegiatan lomba. Hal ini dapat menambahkan pengalaman mereka.
5. Sosial Masyarakat
Ketika mereka mau mengikuti berbagai perlombaan, mereka jadi dikenal
oleh masyarakat sekitar, hal ini membuat mereka menjadi tidak malu
dalam bersosialisasi dengan masyarakat. Selain itu, beberapa dari mereka
diajak pengurus yayasan untuk ikut mengajar dalam seminar yang
diadakan oleh pihak yayasan ataupun dari luar yayasan. Hal ini juga
menjadi tempat belajar anak-anak untuk mengenal masyarakat, sehingga
mereka mampu bersosialisasi dengan masyarakat dengan baik.
D. Hambatan dalam Pelaksanaan Program
1. Komunikasi
Salah satu faktor penghambat dalam pelaksaan program
keterampilan adalah komunikasi. Karena komunikasi adalah alat yang
62
paling dibutuhkan dalam berbagai kegiatan. Tanpa komunikasi pekerjaan
yang dikerjaan sedikit terhambat.
Semua pengurus Yayasan Rumah Regis belajar bahasa isyarat yang
nantinya digunakan untuk salah satu cara berkomunikasi dengan anak-
anak disabilitas.
2. Dana
Dalam proses pemberdayaan anak-anak disabilitas, semua
kebutuhan atau semua peralatan yang kurang harus dilengkapi agar
pengerjaan produk berjalan lancar. Hal ini membutuhkan sejumlah uang
untuk membeli berbagai jenis kebutuhan. Ketika sumber dana yang
masuk ke yayasan berkurang maka ini menjadi hambatan.
63
BAB IV
ANALISIS ATAS TEMUAN LAPANGAN
Manusia yang memiliki kecacatan fisik atau biasa disebut disabilitas
terkadang membuat dirinya merasa tidak percaya diri dalam melakukan semua
kegiatan dan rutinitas sehari-hari. Mereka merupakan bagian dari warga Negara
Indonesia yang perlu diperhatikan dan perlu perlindungan, terutama perlu
perhatian di bidang masalah keterampilan dan pendidikan. Karena Pendidikan dan
keterampilan sangat dibutuhkan untuk kepentingan dan kebutuhan sehari-hari
mereka, bahkan untuk melanjutkan kehidupannya di masa yang akan datang.
Mereka secara sadar atau tidak sadar akan mengalami perubahan hidupnya.
Kecacatan yang mereka miliki bukan dari kemauannya akan tetapi
disebabkan oleh berbagai hal seperti penyakit, kecelakaan, bahkan ada yang sejak
lahir sudah mengalami kecacatan.
Cruickshank yang dikutip oleh Yuke R. Siregar kemudian dikutip kembali
oleh T. Sutjihati Somantri mengemukakan bahwa anak tuna rungu sering
memperlihatkan keterlambatan dalam belajar dan kadang-kadang tampak
terbelakang. Keadaan ini tidak hanya disebabkan oleh derajat gangguan
pendengaran yang dialami anak tetapi juga tergantung potensi kecerdasan yang
dimiliki, rangsangan mental, serta dorongan dari lingkungan luar yang
memberikan kesempatan bagi anak untuk mengembangkan kecerdasan itu.1
1 T. Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, (Bandung: PT Refika Aditama, 2006), h. 97.
64
Dari kutipan tersbut disimpulkan bahwa anak tuna rungu memiliki
keterlambatan belajar, dikarenakan kondisi mereka yang susah untuk
berkomunikasi.
Penelitian yang dilakukan peneliti terhadap disabilitas tuna rungu terdapat
banyak pelajaran dan pengalaman yang tidak seperti biasa. Pada awal peneliti
ingin berwawancara atau bahkan menyapa, mereka seperti mencoba untuk
tertutup dan malu. Hal ini berlangsung beberapa kali setiap peneliti ingin
mendekatinya. Awalnya agak susah untuk berkomunikasi dengan mereka yang
memiliki kekurangan tersebut. Namun di sana ada beberapa pengurus yang
membantu peneliti dalam proses wawancara.
Peneliti mengamati, sebenarnya anak-anak tuna rungu ini pada dasarnya
mempunyai potensi. Hanya saja potensi ini tertutup dengan sifat malu dan
tertutupnya. Setelah beberapa kali diajarkan keterampilan, banyak dari mereka
yang cepat tanggap dalam membuatnya.
Benar yang dikatakan Cruickshank, bahwa kecerdasan yang mereka miliki
dapat berkembang apabila mendapatkan banyak dorongan dari lingkungan sekitar
untuk mengembangkan potensinya tersbut. Tapi yang terlihat, masih banyak
masyarakat yang tidak mendukungnya bahkan meremehkan mereka. Banyaknya
disabilitas juga tidak sebanding dengan jumlah wadah atau tempat untuk
memberdayakan mereka. Padahal kalau mereka diberdayakan melalui potensi
yang mereka miliki, kehidupan sosial mereka akan menjadi berkembang.
Dalam dunia pendidikan, pendidikan tidak hanya diberikan kepada orang
normal saja, tetapi disabilitas pun mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan
65
yang sama. Pelatihan keterampilan adalah salah satu pendidikan yang mereka bisa
dapatkan. Dengan adanya pelatihan keterampilan yang mereka pelajari, dapat
memotivasi mereka untuk maju dan berkembang.
Untuk itu Yayasan Rumah Regis membantu mereka dengan memberikan
pelatihan keterampilan handicraft agar mereka dapat hidup mandiri, menumbukan
sifat berani untuk bersosialisasi dengan masyarakat, serta mencapai cita-cita yang
mereka harapkan.
A. Proses Pemberdayaan masyarakat Disabilitas Melalui Keterampilan
Handicraft di Yayasan Rumah Regis
Berdasarkan uraian yang terdapat di bab III mengenai kegiatan
pelatihan keterampilan yang ada di Yayasan Rumah Regis, dan diperkuat di
bab II yang menjelaskan proses pemberdayaan maka penulis pada ba IV akan
memaparkan analisa temuan lapangan.
Penelitian yang dilakukan penulis menggunakan teknik observasi dan
wawancara di tempat lokasi penelitian. Ibu Madya selaku ketua Yayasan
Rumah Regis mengatakan bahwa latar belakang mendirikan Yayasan adalah
untuk memberi pengetahuan dan bekal bagi anak-anak disabilitas untuk masa
depannya. Sehingga mereka nantinya bisa mendapatkan kehidupan yang jauh
lebih baik.
Pelatihan keterampilan ini merupakan wadah yang disediakan agar
mereka mampu mengasah skill dan keterampilan mereka. Bekal ini nantinya
dapat membantu meringankan dan memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.
Ibu Madya mengatakan:
66
“Awal mempunyai ide membuat memberdayakan disabilitas itu karena
ibu mempunyai anak disabilitas, jadi ketika dari pengamatan, dari
penglihatan ibu, sebenarnya konsepnya sangat sederhana, ketika ibu
melihat kondisi anak-anak seperti itu ibu jadi berfikir ini anak
kedepannya mau jadi apa”.2
Proses pemberdayaan masyarakat disabilitas yang telah dilakukan oleh
Yayasan Rumah Regis dibagi menjadi 5 tahapan, yaitu:
1. Melalui Tahapan Persiapan
Pada tahap persiapan ini ada dua hal yang paling ditekankan yaitu
penyiapan petugas dan penyiapan lapangan. Tahapan ini adalah awal
sebuah program pemberdayaan berlangsung. Dalam tahapan ini ibu Madya
selaku ketua yayasan beserta rekan-rekan pengurusnya melakukan
musyawarah bersama untuk membicarakan sarana dan prasarana yang
nantinya akan digunakan dalam proses pemberdayaan.
Pada tahapan ini para pengurus yayasan Rumah Regis siap
menerima anak-anak disabilitas baru yang akan bergabung dengan
yayasan. Tahap awal penerimaan anak-anak disabilitas yang sudah
meyelesaikan sekolah di SLB lalu dipanggil untuk dilatih di yayasan
Rumah Regis. Devy anggota disabilitas sebagaimana didampingi oleh Ibu
Madya mengatakan:
“Dulu selagi sekolah sering ikut belajarnya di sini jadi taunya dari
sekolah”.3
2 Wawancara Pribadi dengan Ibu Madya, Jakarta 3 Maret 2017. 3 Wawancara Pribadi dengan Devy didampingi Ibu Madya, di Yayasan Rumah Regis,
Jakarta 10 April 2017.
67
Setelah beberapa anak dipanggil, biasanya temannya ada yang
ingin ikut pelatihan di yayasan. Mba Tri anggota disabilitas sebagaimana
didampingi oleh Ibu Madya mengatakan:
“Taunya dari teman”.4
Mba Tri ini adalah salah satu anggota yang mengikuti pelatihan
keterampilan di yayasan Rumah Regis. Ia mengetahui adanya pelatihan
keterampilan di yayasan dari temannya.
2. Tahap Pengkajian
Yaitu suatu tahap pengkajian yang dilakukan untuk
mengidentifikasi masalah yang dirasakan kelompok sasaran sehingga
menemukan apa kebutuhan yang mereka butuhkan dengan melatih bakat
dan potensi yang mereka miliki. Ibu Madya mengatakan:
“Jadi ketika dari pengamatan, dari penglihatan ibu, sebenarnya
konsepnya sangat sederhana, ketika ibu melihat kondisi anak-anak
seperti itu ibu jadi berfikir ini anak kedepannya mau jadi apa?
Akhirnya ibu terpanggil untuk membuat prodak dengan pelatihan
keterampilan”.5
Dalam pernyataan tersebut, Ibu Madya mengidentifikasi masalah
dengan melihat dan mengamati anak-anak disabilitas tersebut. Hal
demikian disadari sebagai suatu masalah. Banyak sekali pekerjaan yang
tersedia di ranah publik seakan-akan tidak diperuntukkan bagi mereka
yang keadaanya tidak normal. Untuk itu Ibu Madya beserta rekan-
rekannya ingin melakukan suatu perubahan yang berguna dan dapat
mengatasi permasalahan yang dihadapi anak-anak disabilitas tersebut.
4 Wawancara Pribadi dengan Mba Tri didampingi Ibu Madya, di Yayasan Rumah Regis,
Jakarta 10 April 2017. 5 Wawancara Pribadi dengan Ibu Madya, di Yayasan Rumah Regis, Jakarta 3 Maret 2017.
68
Salah satu program yang cocok untuk mereka adalah memberikan
pelatihan keterampilan handicraft, karena pada dasarnya tidak semua Tuna
Rungu dan Tuna Wicara mempunyai daya serap yang tidak baik, hanya
faktor komunikasi saja yang harus sinergis.
3. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini program pemberdayaan dibahas secara maksimal
dengan melibatkan beberapa pihak terkait dan semua pengurus yayasan
Rumah Regis yang bertujuan untuk memikirkan solusi atas hambatan yang
nantinya akan terjadi. Karena, dalam setiap menjalankan program
memungkinkan terjadi hambatan-hambatan yang tidak diinginkan.
Setelah melakukan pengkajian kepada anak-anak disabilitas, pihak
yayasan sudah mengetahui program apa yang cocok untuk diberikan. Agar
pelaksanaan program nanti berjalan dengan baik maka dilakukan
identifikasi kebutuhan. Tahap ini dilakukan untuk mengetahui segala
kebutuhan yang nantinya akan dibutuhkan dalam proses pelaksanaan
program keterampilan handicraft. Seperti mencari dana, karena sumber
dana adalah salah satu kebutuhan yang paling mendasar. Karena dari dana
tersebut pihak pengurus bisa membeli perlengkapan sarana dan prasarana
yang kurang.
4. Tahap Pelaksanaan Program
Tahap ini merupakan bentuk pelaksanaan serta penerapan program
yang telah dirumuskan sebelumnya. Tahap pelaksanaan ini merupakan
salah satu tahap yang paling penting dalam proses pemberdayaan, karena
69
keberhasilan dari tahap ini tergantung kerja sama yang baik antar
pengurus.
Program keterampilan handicraft di Yayasan Rumah Regis
merupakan salah satu upaya bidang pelatihan, yang bertujuan untuk
meningkatkan potensi, mengasah skill serta membantu mereka memenuhi
kebutuhannya. Pelaksanaan pemberdayaan disabilitas pada program
pelatihan keterampilan terdiri dari beberapa tahapan diantaranya:
1) Pemberian materi keterampilan
Pada tahap ini para disabilitas diberikan materi mengenai
proses pembuatan kerajinan handicraft, bagaimana cara
mengoprasikan mesin jahit, bagaimana cara membersihkan karung
goni, bagaimana caranya membuat pola. Devy mengatakan:
“Sebelum membuat barang, diajarkan sedikit tentang materi
keterampilan sesuai barang yg mau dibuat”6
Dari wawancara tersebut menjelaskan bahwa sebelum
dilakukan membuat kerajianan, maka anak-anak diajarkan materi-
materi yang bersangkutan dengan produk apa yang mau dibuat.
Sebagai penguat data, Ibu Madya mengatakan:
“Anak-anaknya sih macam-macam ada yang daya serap
belajarnya cepat ada yang lama. Kalo yang cepat ibu melihatkan
caranya ke mereka misalnya membuat kalung, nah ibu perlihatkan
caranya ke mereka kalo misalnya mereka masih kurang faham
dari ibu nya yang harus banyak Tanya, soalnya mereka harus
dipancing komunikasi dulu baru mau bertanya. Nah kalo yang
agak lama ya ibu harus sabar sih pelan-pelan aja nanti lama-lama
juga mereka bisa sendiri”.7
6 Wawancara Pribadi dengan Devy didampingi Ibu Madya, di Yayasan Rumah Regis,
Jakarta 10 April 2017. 7 Wawancara Pribadi dengan Ibu Madya, di Yayasan Rumah Regis, Jakarta 3 Maret 2017.
70
Dari hasil wawancara tersebut, dapat disimpulkan bagaimana
cara Ibu Madya memberikan materi pelatihan kepada anak-anak yaitu
dengan cara melihatkan praktek membuat kerajinan kepada mereka.
Setelah memperlihatkan cara-caranya, mereka mulai mengikuti sesuai
dengan materi yang sudah diajarkan.
2) Kegiatan Keterampilan
Selanjutnya, mereka yang sudah dianggap menguasai materi
yang diberikan sebelumnya, anak-anak disabilitas mulai
mempraktikkan membuat kerajinan handicraft. Yaitu mulai dari
pembersihan karung goni, pembuatan pola, menjahit pola yang sudah
dibuat, sampai pengemasan produk.
5. Tahap Evaluasi
Setelah anak-anak disabilitas melakukan beberapa tahapan
keterampilan, dan dirasa sudah bisa melakukannya sendiri, maka tahapan
selanjutnya adalah melakukan evaluasi. Tahap evaluasi adalah cara
penilaian yang dilakukan oleh pengurus Yayasan Rumah Regis untuk
mengetahui kemampuan mereka dalam aspek pengetahuan, dan
keterampilan terhadap materi pembelajaran yang telah diberikannya.
Tahap evaluasi yang dilakukan oleh Yayasan adalah dengan
memberikan test keterampilan. Mereka diberitahu pengurus untuk
membuat keterampilan tertentu tanpa bantuan pengurus dan teman-teman
lainnya. Mba Rezika mengatakan:
71
“Caranya diberikan ujian keterampilan. Jadi dari pengurus menyuruh
mereka membuat keterampilan tertentu tanpa bantuan pengurus dan
temennya”.8
Ketika hasil dari keterampilan yang dibuatnya baik maka mereka di
ajak Ibu Madya ikut mengajar pelatihan kepada Ibu PKK, atau di acara
seminar-seminar dengan memperlihatkan atau memperaktekkan caranya
saja ke audiens. Ibu Madya mengatakan:
“Setelah mereka diajarkan keterampilan, dia juga mengajar
masyarakat normal, seperti ibu-ibu PKK. Dari hasil anak-anak belajar
keterampilan handicraft dia jadi berani mengajar masyarakat
normal”.9
B. Manfaat/Hasil yang Dicapai dari Program Pemberdayaan Melalui
Keterampilan Handicraft di Yayasan Rumah Regis
1. Menambah pengetahuan mengenai keterampilan handicraft
Edi Suharto dalam bukunya mengatakan bahwa pemberdayaan
merunjuk pada kemampuan orang khususnya kelompok rentan dan lemah
sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam memenuhi
kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan. selain itu
mampu menjangkau sumber-sumber yang produktif yang memungkinkan
mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-
barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan.10
Pada intinya pemberdayaan menekankan bahwa orang lemah
memperoleh kekuasaan, pengetahauan, keterampilan yang cukup untuk
membuat dirinya menjadi pribadi yang mandiri. Teori tersebut
8 Wawancara Pribadi dengan Mba Rezika, di Yayasan Rumah Regis, Jakarta 8 Mei 2017. 9 Wawancara Pribadi dengan Ibu Madya, di Yayasan Rumah Regis, Jakarta 8 Mei 2017. 10 Edi Suharto, Mengembangkan Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: PT.
Rifka Aditama, 2005), h.58.
72
menjelaskan bahwa semua kelompok manusia berhak mendapatkan
pengetahuan. Begitupun dengan kelompok disabilitas, mereka juga berhak
mendapatkan pengetahuan dan pendidikan yang sama.
Yayasan Rumah Regis adalah salah satu tempat di mana
masyarakat disabilitas mendapatkan ilmu pengetahuan. Mutia
mengatakan:
“Jadi menambah pengetahuan cara membuat banyak kerajinan”11
Mereka yang mengikuti kegiatan pemberdayaan melalui membuat
keterampilan menjadikan mereka menambah banyak pengetahuan. Salah
satunya cara-cara membuat macam-macam kerajinan. Ida mengatakan:
“bisa ngajarin membuat produknya ke orang yang gak ikut ke
yayasan”12
Hasil dari mereka mendapatkan pengetahuan, mereka dapat
mengajarkan ilmu keterampilan yang mereka dapatkan di yayasan ke
orang lain.
Sebagai penguat, Bapak Sujono juga mengatakan:
“Semacam selter tempat latihan keterampilan dan di dalamnya itu
berbagai keterampilan, yang saya lihat itu. Dan yayasan ini memang
harus didukung. Jarang lembaga yang semacam ini jarang sekali
menyentuh anak-anak disabilitas, jadi lembaga Yayasan Rumah
Regis menurut saya baik dan perlu dilanjutkan, perlu didukung
ketika masyarakat tau harusnya ramai-ramai mendukung.”13
11 Wawancara Pribadi dengan Mutia didampingi Ibu Sumiati dan Ibu Lia, di Yayasan
Rumah Regis, Jakarta 24 Mei 2017. 12 Wawancara Pribadi dengan Ida didampingi Ibu Sumiati dan Ibu Lia, di Yayasan
Rumah Regis, Jakarta 24 Mei 2017. 13 Wawancara Pribadi dengan Bapak Sujono, di Ruang Kantor Kepala Sekolah, Depok 2
Mei 2017.
73
Sebelum masyarakat disabilitas ikut bergabung dengan Yayasan
Rumah Regis, banyak dari mereka yang belum mengetahui tentang
kerajinan handicraft, jenis dan macam kerajinan, serta bagaimana cara
membuat kerajinan.
Setelah mereka bergabung dan mulai mengikuti kegiatan
keterampilan handicraft, sedikit demi sedikit mereka menjadi lebih
terampil dan memiliki kegiatan untuk mengisi kekosongan waktu yang
mereka miliki. Pada awalnya mereka beradaptasi dengan teman-teman
yang sudah lebih lama bergabung dengan yayasan, awalnya mereka malu
untuk bersosialisasi. Tapi setelah beberapa kali mengikuti kegiatan
akhirnya mereka tidak canggung untuk bersosialisasi denga temannya.
Sejalan dengan beradaptasi dengan teman-temannya, mereka juga
mulai beradaptasi dengan kegiatan yang dijalankan oleh yayasan.
Biasanya mereka belajar dari cara melihat teman atau pengajar
keterampilannya membuat kerajinan. Ibu Madya mengatakan:
“Anak-anaknya sih macam-macam ada yang daya serap belajarnya
cepat ada yang lama. Kalo yang cepat ibu melihatkan caranya ke
mereka misalnya membuat kalung, nah ibu perlihatkan caranya ke
mereka kalo misalnya mereka masih kurang faham dari ibu nya yang
harus banyak tanya, soalnya mereka harus di pancing komunikasi
dulu baru mau bertanya. Nah kalo yang agak lama ya ibu harus sabar
sih pelan-pelan aja nanti lama-lama juga mereka bisa sendiri.”14
Setelah mereka bergabung di yayasan, mereka diwajibkan
mengikuti dan menekuni kegiatan keterampilan yang bertujuan
14 Wawancara Pribadi dengan Ibu Madya, di Yayasan Rumah Regis, Jakarta, 3 Maret
2017.
74
memandirikan masyarakat atau membangun kemampuan untuk
memajukan diri ke arah yang lebih baik secara berkesinambungan.15
Dengan keterampilan yang telah dimilikinya nanti diharapkan
mereka bertahan dalam menjalankan kehidupan sosial dengan keahlian
yang telah mereka tekuni selama di yayasan Rumah Regis. Serta
menjadikan mereka pribadi yang mandiri dan dapat hidup seperti
masyarakat pada umunya.
2. Menambah penghasilan ketika produknya diminati banyak orang
Salah satu indikator keberdayaan adalah Kemampuan membeli
komoditas kecil, kemampuan individu untuk membeli barang-barang
kebutuhan keluarga sehari-hari (beras, minyak tanah, minyak goreng,
bumbu); kebutuhan dirinya (minyak rambut, sabun mandi, rokok, bedak,
sampo). Individu dianggap mampu melakukan kegiatan ini terutama jika
ia dapat membuat keputusan sendiri tanpa meminta ijin pasangannya; jika
ia dapat membeli barang-brang tersebut dengan menggunakan uangnya
sendiri.16
Dari kegiatan keterampilan yang ditekuni di yayasan Rumah Regis,
selain mendapatkan pengetahuan yang nantinya menjadi bekal untuk di
masa depan, kegiatan keterampilan ini juga menghasilkan pendapatan dari
usahanya sendiri tanpa meminta belas kasihan orang lain. Walaupun
penghasilan yang didapat tidak begitu besar, namun penghasilan yang
didapatkan bisa membantu menutupi kebutuhan-kebutahan setiap
bulannya. Devy didampingi oleh Ibu Madya mengatakan:
15 Agus Ahmad Syafe’i, Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam, (Bandung:
Gerbang Masyarakat baru, 2001), h. 39. 16 Edi Suharto, Mengembangkan Masyarakat Memberdayakan Rakyat, h. 63-66.
75
“Bisa buat jajan, sama uangnya suka dikasih ke ibu buat bantu-bantu
pengeluaran”.17
Mba Tri didampingi oleh Ibu Madya mengatakan hal yang sama, yaitu:
“Penghasilannya Bisa bayar kos setiap bulannya”.18
Pendapatan yang dihasilkan oleh setiap anak tidak menentu dan
penghasilan yang didapatkan oleh masing-masing individu berbeda-beda.
Sesuai dengan perkadatangan ke yayasan, semakin rajin datang ke
yayasan dan membuat kerajinan maka akan bertambah pula penghasilan
yang akan didapatkan. Ibu madya mengatakan:
“Dikasih 50.000 perhari setiap mereka datang, kan suka ada yang
gak datang. kalo gak datang ya gak dikasih”.19
Kegiatan membuat kerajinan ini dimulai hari senin sampai jum’at,
pendapatan perharinya Rp. 50.000,- . Jika anggota datang setiap hari
selama sebulan, maka penghasilan yang di dapat sebesar Rp. 1.000.000,-
Selama kegiatan berlangsung di Yayasan Rumah Regis ketika waktu
menunjukkan jam istirahat, maka para anggota mulai berhenti sebentar.
Sebagian dari mereka ada yang melakukan sholat Zuhur ada juga yang
memasak, hal ini dilakukan secara bergantian.
Ketika para anggota melakukan kegiatan di yayasan, biaya yang
dikeluarkan pada waktu makan siang ditanggung pihak yayasan. Apabila
17 Wawancara Pribadi dengan Devy didampingi Ibu Madya, di Yayasan Rumah Regis,
Jakarta 10 April 2017. 18 Wawancara Pribadi dengan Mba Tri didampingi Ibu Madya, di Yayasan Rumah Regis,
Jakarta 10 April 2017. 19 Wawancara Pribadi dengan Ibu Madya, di Yayasan Rumah Regis, Jakarta 3 Maret
2017.
76
mereka datang setiap hari, maka para anggota dapat menghemat
pengeluaran setiap harinya.
3. Menumbuhkan sifat percaya diri sehingga mampu bersosialisasi
dengan masyarakat lainnya
Payne mengatakan bahwa: Pemberdayaan adalah membantu klien
memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan
yang akan ia lakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk efek
hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan
melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk
menggunakan daya yang ia miliki.20
Pada dasarnya anak-anak disabilitas mempunyai kehidupan yang
kurang baik di lingkungannya, hal ini menyebabkan mereka menjadi
orang yang tidak dihargai dan tidak diakui keberadaannya. Dengan
permasalahan tersebut mereka menjadi takut untuk mengambil langkah
apa yang baik yang nantinya dapat merubah kehidupan sosialnya. Oleh
karena itu mereka perlu diberikan perhatian khusus untuk menata
kehidupan yang jauh lebih baik.
Pelatihan yang dilakukan oleh Yayasan Rumah Regis merupakan
kegiatan yang bersifat positif. Di mana anak-anak disabilitas dilatih
kemampuannya dan dikembangkan potensinya. Di sini mereka diajarkan
untuk hidup mandiri tanpa mendapat belas kasihan orang lain dan
diajarkan untuk berani dan percaya diri. Devy didampingi oleh Ibu Madya
mengatakan:
20 Syamsir Salam, dan Amir Fadhilah, Sosiologi Pedesaan, (Jakarta: Lembaga Penelitian
UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h. 238.
77
“Aku lebih percaya diri, berani, bisa cari uang, mempunyai banyak
temen juga”.21
Anak-anak disabilitas yang sudah dirasa cukup oleh pengurus
dalam membuat kerajinan-kerajinan, selanjutnya mereka diajak untuk
belajar mengajar keterampilan yang mereka ketahui kepada masyarakat
lainnya yang keadannya jauh lebih baik dari mereka. Ibu Madya
mengatakan:
“Anak-anak diajarkan untuk berani di depan banyak orang, kaya
datang untuk seminar, anak-anak harus punya keberanian
mengajarkan keterampilannya ke banyak orang. suka ibu suruh jadi
asisten ibu, jadi kalo ibu ngajar ibu pkk mereka ikut ibu, nah mereka
ikut mengajar juga, karena mereka tidak bisa berbicara dan
mendengar jadi cara mereka mengajar ya peraktekin membuat
prodak aja”.22
Pada awalnya mereka sangat pemalu, untuk diajak berkomunikasi
saja sulit. Tapi dengan cara mendekatinya terlebih dahulu sedikit-sedikit
bisa menghilangkan sifat ketertutupannya.
Dan salah satu hasilnya adalah mereka mau tampil menjadi
narasumber di seminar-seminar yang diadakan Yayasan Rumah Regis.
Seperti seminar yang diajarkan ke ibu PKK.
Mereka memang mempunyai kekurangan mendengar dan
berbicara, tapi tidak dengan kekuatan semangatnya. Ia datang menjadi
narasumber yang berbeda tidak seperti orang normal pada umunya, ia
hanya memberi pengarahan cara-cara membuat aneka produk yang sudah
21 Wawancara pribadi dengan Devy didampingi Ibu Madya, di Yayasan Rumah Regis,
Jakarta 10 April 2017. 22 Wawancara Pribadi dengan Ibu Madya, di Yayasan Rumah Regis, Jakarta 3 Maret
2017.
78
diajarkan di Yayasan Rumah Regis. Pengarahannya pun langsung
memperaktekkan cara-caranya di depan para audiens.
Langkah yang dilakukan Ibu Madya selaku ketua di Yayasan,
sangatlah baik. Upaya pemberdayaan ini dapat mengasah mental anak-
anak disabilitas yang tadinya pemalu menjadi pribadi yang berani dan
percaya diri. Kegiatan ini mendorong mereka mau bersosialisasi dengan
masyarakat sekitar. Mereka ikut mengajar keterampilan kepada
masyarakat yang normal ini merupakan satu tahap menuju kehidupan
yang lebih baik.
4. Menjadikan pribadi yang mandiri
Menurut Shardlow sebagaimana yang dikutip oleh Isbandi
Rukminto Adi, pemberdayaan membahas bagaimana individu, kelompok
ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan
mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan
mereka.23
Anak-anak disabilitas merupakan orang yang butuh perhatian
khusus, mereka perlu dibimbing agar lebih dihargai dan masa depan
mereka menjadi lebih baik dari sebelumnya. Salah satu caranya adalah
mengajarkan mereka keterampilan.
Di Yayasan Rumah Regis ini mereka diberi pengetahuan mengenai
bagaimana cara membuat kerajinan dari barang yang tidak terpakai, yang
nantinya mempunyai harga jual yang tinggi. Awalnya mereka perlu
23 Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan, Intervensi
Komunitas: Pengantar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis, (Jakarta: FE-UI, 2001), h. 33.
79
dibimbing, dan diawasi saat pengerjaannya. Tapi setelah beberapa kali
mereka membuat kerajinan, akhirnya mereka bisa melakukannya sendiri.
Bagi mereka yang sudah berkeluarga, mempunyai skill membuat
kerajinan adalah sesuatu yang diperlukan. Karena dari hasil kerajinan yang
sudah dibuat nantinya dijual dan mendapatkan uang dari penjualan
tersebut. Mba Tri didampingi oleh Ibu Madya mengatakan:
“Penghasilannya Bisa bayar kos setiap bulannya”.24
Mengikuti kegiatan keterampilan ini membantunya dalam
membayar uang sewa kos-kosan. Banyak diluar sana mereka yang
berkebutuhan khusus atau penyandang disabilitas untuk memenuhi
kebutuhannya dengan meminta kepada keluarganya. Berbeda dengan Mba
Tri, ia harus bekerja dan menghasilkan uang untuk memenuhi
kebutuhannya. Tentunya hal ini dapat membuat dirinya menjadi lebih
mandiri.
5. Menumbuhkan sifat berani sehingga mau bersaing dalam
perlombaan
Seperti yang dikatakan oleh Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad
Safei bahwa pemberdayaan dapat dikatakan bahwa masyarakat yang
berdaya adalah yang dapat memilih dan mempunyai kesempatan untuk
mengadakan pilihan-pilihan.25
24 Wawancara Pribadi dengan Mba Tri didampingi Ibu Madya, di Yayasan Rumah Regis,
Jakarta 10 April 2017. 25 Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam;
Ideologi, Strategi Sampai Tradisi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), h.41-42.
80
Program pelatihan keterampilan yang diajarkan Yayasan ini
menumbuhkan sifat berani pada diri anak-anak disabilitas. Sehingga
mereka menentukan pilihannya untuk mau ikut berlomba dalam membuat
keterampilan yang sudah mereka kuasai. Hanan mengatakan:
“Berani ikut lomba-lomba, awalnya dipaksa ikut tapi lama-lama jadi
mau ikut terus”26
Munculnya sifat berani pada anak-anak membuat mereka ingin
terus mengikuti lomba yang diadakan oleh pemerintah ataupun swasta,
dan nasional ataupun internasional. Perlombaan yang mereka ikuti pun
banyak yang pulang membawa piala. Ibu Madya mengatakan:
“Kemajuan dari anak-anak yang terlihat prestasinya, terbukti dengan
adanya award-award, lihat aja tuh pialanya banyak, misalnya juara
ukm, kan dilihat dari produksinya juga, seperti ini produksinya dari
limbah, kok bisa jadi ini, kreativitasnya, bahan perca bisa jadi seperti
itu, dan bisa mempunyai nilai jual”.27
Program yang diadakan Yayasan Rumah Regis merupakan salah
satu kegiatan positif yang dapat melatih mental mereka menjadi berani.
Terbukti mereka mau dan berani mengikuti perlombaan-perlombaan,
meskipun awalnya mereka takut untuk bersaing di dunia luar, namun
dengan diberikannya pelatihan, mereka jadi berani bersaing dalam
perlombaan.
C. Faktor Penghambat Dalam Pelaksanakan Program Keterampilan
Handicraft di Yayaysan Rumah Regis
26 Wawancara Pribadi dengan Hanan didampingi Ibu Madya, di Yayasan Rumah Regis,
Jakarta 23 Agustus 2017. 27 Wawancara Pribadi dengan Ibu Madya, di Yayasan Rumah Regis, Jakarta 3 Maret
2017.
81
Dalam berbagai pelaksanaan kegiatan tentu ada sesuatu hal yang
menjadi penghambat dalam pelaksanannya. Begitu juga dalam program
pemberdayaan melalui keterampilan handicraft ini tidak lepas dari hambatan
atau kendala.
Faktor penghambat dalam pelaksanaan program keterampilan di
Yayasan Rumah Regis salah satunya adalah kesulitan para disabilitas dalam
menjahit, karena pada awalnya tidak semua dari mereka mempunyai
keterampilan menjahit.
Selanjutnya pada awal mengadakan program ini, para anggota yang
ikut membantu mengajarkan menjahit sulit untuk berkomunikasi dengan para
disabilitas. Dikarenakan mereka mempunyai kekurangan mendengar sehingga
untuk berbicara pun mereka tidak bisa. Oleh karena itu para anggota
diharuskan mempunyai pengetahuan komunikasi menggunakan bahasa
isyarat. Pak Lucky mengatakan:
“Susah komunikasi, jadi secara tidak langsung kita sebagai pengurus di
wajibkan mempelajari bahasa isyarat, belajarnya pun dari internet aja
lama-lama ngerti”28
Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa semua pengurus yang
terlibat dalam Yayasan Rumah Regis diwajibkan mengetahui dan
mempelajari bahasa-bahasa yang diperlukan dalam mengajarkan
keterampilan. Hal ini dilakukan untuk kelancaran dan kesuksesan dalam
mengajarkan keterampilan kepada anak-anak disabilitas.
28 Wawancara Pribadi dengan Pak Lucky, di Yayasan Rumah Regis, Jakarta 8 Mei 2017.
82
Komunikasi juga dirasakan para disabilitas sebagai salah satu faktor
penghambat dalam bekerja. Seperti yang dikatakan oleh Devy didampingi
oleh Ibu Madya mengatakan:
“Susah komunikasi”29
Selain komunikasi, dana juga menjadi faktor penghambat apabila
sedang tidak adanya donatur. Karena segala sesuatu yang dibutuhkan
membutuhkan biaya, jika dana pemasukannya berkurang atau tidak ada maka
akan menghambat kegiatan keterampilan. Pak Lucky mengatakan:
“terkadang biaya juga, kalo selagi tidak ada donatur terkadang
pemberdayaanya sedikit terhambat. Karna kan apa-apa butuh biaya”.30
29 Wawancara Pribadi dengan Devy didampingi Ibu Madya, di Yayasan Rumah Regis,
Jakarta 10 April 2017. 30 Wawancara Pribadi dengan Pak Lucky, di Yayasan Rumah Regis, Jakarta 8 Mei 2017.
83
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Proses Pemberdayaan yang dilakukan Yayasan Rumah Regis
Proses pemberdayaan yang dilakukan Yayasan Rumah Regis melalui
beberapa tahapan, yaitu: Pertama, tahapan persiapan. Pada tahapan ini ada
dua hal yang paling ditekankan oleh yayasan yaitu persiapan petugas dan
persiapan lapangan. Kedua, tahapan pengkajian. Pada tahapan ini yayasan
melakukan identifikasi masalah yang dirasakan kelompok sasaran guna
menemukan solusi apa yang cocok untuk mereka. Ketiga, tahapan
perencanaan. Pada tahapan ini semua program dibahas secara maksimal
untuk mengetahui kebutuhan apa yang nantinya dibutuhkan saat pelaksanaan
program dan mengantisipasi terjadinya hambatan serta mencari solusi atas
hambatan yang nantinya akan terjadi. Keempat, tahapan pelaksanaan
program. Pada tahapan ini yayasan melaksanakan program yang sudah
direncakan tersebut, dalam pelaksanaan program ada beberapa yang
diterapkan yaitu:
a. Pemberian Materi Keterampilan
Pada tahap ini para disabilitas diberikan materi mengenai keterampilan
seperti cara membuat, memotong, menjahit dan lain sebagainya.
b. Kegiatan Keterampilan
84
Setelah mereka mendapatkan materi keterampilan, mereka dapat
mempraktikkan membuat kerajinan.
Kelima, tahapan evaluasi. Pada tahapan ini pihak yayasan menilai
kamampuan mereka dalam membuat kerajinan dengan cara diberikan ujian
keterampilan.
2. Manfaat atau hasil yang dicapai dari Program pemberdayaan
a. Menambah pengetahuan mengenai keterampilan handicraft. Para
penyandang disabilitas awalnya tidak mengetahui tentang keterampilan,
tetapi setelah mengikuti kegiatan keterampilan, mereka menjadi banyak
mengetahui mengenai keterampilan, terutama keterampilan handicraft.
b. Kegiatan pelatihan dan pemberdayaan ini menambah penghasilan anggota
disabilitas ketika prodaknya diminati banyak orang. Dari belajar
mengenai keterampilan tersebut, mereka menjadi trampil dalam membuat
kerajinan. Sehingga prodak yang dijual dapat menambah penghasilan
setiap bulannya.
c. Pelatihan dan Pemberdayaan berhasil menumbuhkan sifat percaya diri
sehingga mampu bersosialisasi dengan masyarakat lainnya. Mereka yang
dirasakan pengurus sudah cukup terampil, diajak untuk mengajar
keterampilan yang sudah mereka kuasai ke kelompok lain, hal ini
membuat mereka lebih percaya diri.
d. Menjadikan pribadi yang mandiri Dari hasil pendapatan yang mereka
dapat, mereka dapat membeli kebutuhannya sendiri, dan membantu
keluarga dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Mereka mempunyai
85
penghasilan sendiri tanpa belas kasihan orang lain hal ini membuat
mereka menjadi pribadi yang mandiri.
e. Pelatihan dan pemberdayaan berhasil menumbuhkan sifat berani sehingga
mereka mau bersaing dalam perlombaan. Program pelatihan keterampilan
yang diajarkan Yayasan ini menumbuhkan sifat berani pada diri anak-
anak disabilitas, mereka menentukan pilihannya untuk mau ikut berlomba
dalam membuat keterampilan yang sudah mereka kuasai.
3. Faktor penghambat dalam pelaksanaan program keterampilan
a. Komunikasi. Pada awal pelaksanaan program komunikasi adalah salah
satu penghambatnya, karena komunikasi sangat dibutuhkan ketika
program sedang dilaksanakan.
b. Dana. Ketika sedang sedikit donatur atau tidak adanya donatur maka
faktor penghambatnya adalah dana. Karena dana ini sangat dibutuhkan
untuk membeli perlatan atau perlengkapan yang kurang.
B. Saran
1. Kepada semua pengurus Yayasan Rumah Regis agar mempertahankan
kegiatan dalam program pelatihan keterampilan handicarf yang dapat
mencetak anak-anak disabilitas yang kreatif dan mandiri.
2. Kepada para anak-anak disabilitas agar tidak malu dan lebih percaya diri
dalam belajar keterampilan untuk mengembangkan pengetahuan
keterampilannya sehingga mampu menjadi anak yang berkualitas.
3. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini
untuk memperbanyak pengetahuan tentang bagaimana menyikapi anak-
86
anak disabilitas dalam memandirikan kepribadiannya sehingga mereka
dapat menjalankan kehidupan sosialnya.
87
87
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Isbandi Rukminto. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan,
Intervensi Komunitas: Pengantar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis.
Jakarta: FE-UI, 2001.
Anwar. Manajemen Pemberdayaan Perempuan. Bandung: CV Alfabeta, 2007.
Arifin, Zaenal. Penelitian Pendidikan, Metode dan Paradigma Baru. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2011.
Bunawan, Lani. Pendidikan Anak Tuna Rungu dan Permasalahannya. Jakarta:
Yayasan Santi Rama, 1999.
Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik
dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010.
Dolphie, Bandi. Pembelajaran anak berkebutuhan Khusus. Bandung: Refika
Aditama 2006.
Gulo, W. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grafindo, 2002.
Depertemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka, 2007.
Departemen Sosial RI Sektretariat Jendral Pusat dan Informasi Kesejahterahan
Sosial. Penyandang Cacat. Jakarta, 2002.
Departemen Sosial RI. panduan kriteria penyandang cacat fisik. Jakarta:
Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat, Direktoriat
Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Direktorat Sosial RI, 2006.
Direktorat Jendral Rehabilitasi Sosial Orang Dengan Kecacatan. Pandunan
Pelaksanaan Komunikasi Total Bagi Orang Dengan Kecacatan Rungu
Wicara.Jakarta: Kementrian Sosial Republik Indonesia, 2010.
Direktorat jendral dan rehabilitasi sosial. Pedoman Pelayanan dan Rehabilitasi
Social Anak Cacat dalam Keluarga. Departemen Sosial RI, 2005.
Direktorat Jendral Rehabilitasi Sosial Orang Dengan Kecacatan. Pandunan
Pelaksanaan Komunikasi Total Bagi Orang Dengan Kecacatan Rungu
Wicara. Jakarta: Kementrian Sosial Republik Indonesia. 2010.
Hikmah, Nur. Pemberdayaan Keterampilan Menyulam Bagi Penyandang Tuna
Rungu Di Sekolah Luar Biasa (SLB B-C) Sumber Budi Jakarta Selatan.
Skripsi S1 Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta,
2014.
Kasiram, Moh. Metodologi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif. Malang: UIN Maliki
Press, 2010.
Kurniawan, Ari. Peran Yayasan Kumala Dalam Pemberdayaan Anak Jalanan
Melalui Pendidikan Keterampilan di Kelurahan Rawa Badak Utara
Kecamatn Koja Jakarta Utara. Skripsi S1 Dakwah dan Komunikasi,
Universitas Islam Negeri Jakarta, 2010.
Kusuma, dkk. Disabilitas Sebuah Pengantar. Jakarta: PIC UIN Jakarta, 2007.
Machendrawaty, Nanih dan Agus Ahmad Safei. Pengembangan Masyarakat
Islam; Ideologi, Strategi Sampai Tradisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2001.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006.
88
Nurjayanti, Ika. Peran Pekerja Sosial Terhadap Biopsikososial Spiritual Anak
Tuna Rungu Wicara di Panti Sosial Bina Rungu Wicara “Melati” Bambu
Apus Jakarta Timur. Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi,
Universitas Islam Negeri Jakarta, 2012.
Rukhiyat, Adang, Dkk. Panduan Penelitian Bagi Remaja. Jakarta: CV.
TumaRitis, 2003.
Salam, Syamsir dan Amir Fadhilah. Sosiologi Pedesaan. Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008.
Sarifudin. Strategi Panti Sosial Development Center For Children (SDC) Dalam
Pemberdayaan Anak Jalanan Melalui Pelatihan keterampilan. Skripsi S1
Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2012.
Soetomo. Pembangunan Masyarakat; Merangkai Sebuah Kerangka. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2012.
Somantri, T. Sutjihati. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT Refika Aditama,
2006.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,
2011.
Suharto, Edi. Mengembangkan Masyarakat Memberadyakan Rakyat. Bandung:
PT Rifka Aditama, 2005.
Suprayogo, Imam dan Tobroni. Metode Penelitian Sosial Agama. Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2004.
Syafe’i, Agus Ahmad. Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam. Bandung:
Gerbang Masyarakat baru, 2001.
Usman, Husaini dan purnomo. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2000.
Yusuf, Syamsu. Psikology Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Penerbit
PT Remaja Rosdakarya, 2011.
Wawancara pribadi
Wawancara Pribadi dengan Ibu Madya Putri Andang, Jakarta 3 Maret 2017.
Wawancara Pribadi dengan Mba Tri Mulyani didampingi Ibu Madya, Jakarta 10
April 2017.
Wawancara Pribadi dengan Devy didampingi Ibu Madya, Jakarta 10 April 2017.
Wawancara Pribadi dengan Annisa Anindya didampingi Pak Sujono, Depok 2
Mei 2017.
Wawancara Pribadi dengan Abdul Aziz Saliu didampingi Pak Sujono, Depok 2
Mei 2017.
Wawancara Pribadi dengan Pak Sujono, Depok 2 Mei 2017.
Wawancara Pribadi dengan Mba Rezika Radhina Putri, Jakarta 8 Mei 2017.
89
Wawancara Pribadi dengan Pak Lucky Tjahyono, Jakarta 8 Mei 2017.
Wawancara Pribadi dengan Ida Ayu Widyasari didampingi Ibu Sumiati dan Ibu
Lia Amalia, Depok 24 Mei 2017.
Wawancara Pribadi dengan Mutia Cahyani didampingi Ibu Sumiati dan Ibu Lia
Amalia, Depok 24 Mei 2017.
Wawancara Pribadi dengan Ibu Sumiati, Depok 24 Mei 2017.
Wawancara Pribadi dengan Ibu Lia Amalia, Depok 24 Mei 2017.
Wawancara Pribadi dengan Hanan didampingi oleh Ibu Madya, Jakarta 22
Agustus 2017.
Sumber Internet
http://www.kemsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=1013
www. kmendagri.go.id
http://rehsos.kemsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=1420
LAMPIRAN
91
PEDOMAN WAWANCARA PIMPINAN YAYASAN
Nama :
Usia :
Pendidikan :
Tanggal Wawancara :
Tempat Wawancara :
1. Apa yang dimaksud dengan Yayasan Rumah Regis?
2. Bagaimana sejarah yang melatarbelakangi berdirinya Yayasan Rumah Regis?
3. Apa maksud dan tujuan berdirinya Yayasan Rumah Regis?
4. Dari manakah sumber dana yang diperoleh Yayasan Rumah Regis?
5. Dengan pihak siapa saja Yayasan Rumah Regis bekerja sama?
6. Bagaimana cara melatih para disabilitas dalam program keterampilan di
Yayasan Rumah Regis?
7. Siapa sajakah yang menjadi sasaran dari pelatihan keterampilan di Yayasan
Rumah Regis?
8. Adakah pelatihan khusus yang diberikan kepada para disabilitas dalam
program keterampilan?
9. Bagaimana proses pelaksanaan pemberdayaan yang dilakukan oleh Yayasan
Rumah Regis?
10. Adakah kendala terbesar dalam proses pengajaran?
11. Manfaat dan perubahan apa yang diterima oleh para disabilitas setelah
mengikuti program keterampilan di Yayasan Rumah Regis?
92
12. Adakah kemajuan yang terlihat dari para disabilitas setelah mengkuti kegiatan
keterampilan?
13. Berapakah pendapatan yang diberikan kepada mereka?
93
TRANSKIP WAWANCARA DENGAN PIMPINAN YAYASAN
Nama : Madya Putri Andang
Usia : 53 Tahun
Pendidikan : S1
Tanggal Wawancara : 3 Maret 2017
Tempat Wawancara : Yayasan Rumah Regis
1. Apa yang dimaksud dengan Yayasan Rumah Regis?
Tempat para disabillitas melatih keterampilan, ya khususnya keterampilan
yang terkait handicraft kaya membuat kalung, bross, tas. Di sini anak-anak
diajarkan bagaimana caranya bisa terampil yang nantinya mereka bisa hidup
mandiri.
2. Bagaimana sejarah yang melatarbelakangi berdirinya Yayasan Rumah Regis?
Awal mempunyai ide membuat memberdayakan disabilitas itu karena ibu
mempunyai anak disabilitas, jadi ketika dari pengamatan, dari penglihatan
ibu, sebenarnya konsepnya sangat sederhana, ketika ibu melihat kondisi anak-
anak seperti itu ibu jadi berfikir ini anak kedepannya mau jadi apa? Akhirnya
ibu terpanggil untuk membuat prodak dengan pelatihan keterampilan.
Awalnya menggunkan kain flannel. Obsesi ibu masa iya sih tidak bisa
mengalahkan orang normal. Ibu akan buktikan bahwa prodak anak-anak ini
jangan dipandang sebelah mata. Dan akhirnya dengan kreativitas terbukti
mendapatkan juara-juara.
Berdiri yayasan disuruh sama kemendikbud, sebelumnya ibu udah punya
kegiatan dan udah berkegiatan seperti untuk lomba, untuk di bawa ke luar
94
negeri kan haru membawa legalitasnya. Kemudian ibu bikinlah CV, tapi
ketika ibu ketemu kemendikbud ibu disarankan, ternyata kegiatan ibu ini tidak
hanya membuat prodak untuk di perdagangkan tetapi dari sisi perilaku,
kegiatan, prosesnya ini udah termasuk melakukan kegiatan non formal. Nah
kalo udah termasuk kegiatan non formal bisa memakai payung yayasan.
Nama yayasannya rumah regis karena CV nya udah regis. Namanya dibuat
dari kedua anak ibu si Rezika Radina Putri sama Gilang Kumara.
3. Apa maksud dan tujuan berdirinya Yayasan Rumah Regis?
Berdirinya yayasan ini ibu ingin meningkatkan kesejahteraan sosial anak-
anak Difabel, juga untuk mengubah persepsi masyarakat salah satunya
memberikan pelatihan untuk mereka, agar mereka percaya diri dan lebih
dihargai masyarakat luas.
4. Dari manakah sumber dana yang diperoleh Yayasan Rumah Regis?
Kalo yayasan itu terkaitnya dana hibah, kalo dana hibah itu atas kepercayaan
dikasihkan, tinggal laporkan pengelolaannya. Kaya BCA kemaren tuh
uangnya buat pembelian alat, alatnya difoto terus ada faktur pembeliannya
dari toko alatnya, baru dikirimkan laporannya.
Mitranya ada PT Aneka Tambang, BCA Syariah, Telkom, PT Timah
Indonesia, Angkasa Pura II, FIF Group Finance Astra, Sukufindo,
Kementrian Direktorat Peningkatan Produktifitas.
5. Dengan pihak siapa saja Yayasan Rumah Regis bekerja sama?
Mitranya ada PT Aneka Tambang, BCA Syariah, Telkom, PT Timah
Indonesia, Angkasa Pura II, FIF Group Finance Astra, Sukufindo,
Kementrian Direktorat Peningkatan Produktifitas.
95
6. Bagaimana cara melatih para disabilitas dalam program keterampilan di
Yayasan Rumah Regis?
Anak-anaknya sih macam-macam ada yang daya serap belajarnya cepat ada
yang lama. Kalo yang cepat ibu melihatkan caranya ke mereka misalnya
membuat kalung, nah ibu perlihatkan caranya ke mereka kalo misalnya
mereka masih kurang faham dari ibu nya yang harus banyak Tanya, soalnya
mereka harus di pancing komunikasi dulu baru mau bertanya. Nah kalo yang
agak lama ya ibu harus sabar sih pelan-pelan aja nanti lama-lama juga
mereka bisa sendiri
7. Siapa sajakah yang menjadi sasaran dari pelatihan keterampilan di Yayasan
Rumah Regis?
Untuk saat ini tuna rungu tuna wicara saja, sebetulnya ibu ingin
memberdayakan penyandang disabilitas yang lainnya. Tapi balik lagi, ibu
masih belum mampu soalnya yang diperlukan gak hanya ekonominya saja
tapi sarana prasarananya juga, seperti ini rumah ibu kan tidak terlalu besar,
kalau untuk mengadakan pemberdayaan nanti tempatnya sempit, alat-alatnya
juga pastikan butuh banyak. Untuk sementara ibu baru menyanggupi
memberdayakan mereka dulu. Kalo niatnya mah udah ada.
8. Adakah pelatihan khusus yang diberikan kepada para disabilitas dalam
program keterampilan?
Anak-anak diajarkan untuk berani di depan banyak orang, kaya datang untuk
seminar, anak-anak harus punya keberanian mengajarkan keterampilannya ke
banyak orang. suka ibu suruh jadi asisten ibu, jadi kalo ibu ngajar ibu pkk
mereka ikut ibu, nah mereka ikut mengajar juga, karena mereka tidak bisa
96
berbicara dan mendengar jadi cara mereka mengajar ya peraktekin membuat
prodak aja. Biasanya ibu suka bawa 2 anak.
9. Bagaimana proses pelaksanaan pemberdayaan yang dilakukan oleh Yayasan
Rumah Regis?
Sekarang karena prodak handicraft masih banyak di toko, ibu berfikir gimana
caranya anak-anak tetep beraktivitas seperti biasanya, akhirnya ibu
mengajarkan anak-anak membuat tahu bakso, kenapa kuliner? Soalnya kalo
makan kan pasti setiap orang butuh tiap hari, tapi kalo kaya kalung, bros, tas,
orang-orang tidak mungkin beli tiap hari, karena itu bukan kebutuhan tapi
keperluan. Sekarang ibu ajarkan anak-anak bikin tahu bakso, kemaren
tahunya kotak, sekarang bulat, isinya ada jamurnya juga.
10. Adakah kendala terbesar dalam proses pengajaran?
Sebenarnya kendala terbesar sih gak ada ya, dulu kendalanya ya susah untuk
komunikasi, tapi ini udah resiko ibu. Ibu berani ambil langkah
memberdayakan tuna rungu wicara berarti ibu harus terima apapun
resikonya. Ibu belajar bahasa sandi itu otodidak, belajar sendiri aja suka liat
di internet, awalnya memang susah, tapi karna di niatin ya kelamaan jadi
mudah.
11. Manfaat dan perubahan apa yang diterima oleh para disabilitas setelah
mengikuti program keterampilan di Yayasan Rumah Regis?
Setelah mereka diajarkan keterampilan, dia juga mengajar masyarakat
normal, seperti ibu-ibu PKK. Dari hasil anak-anak belajar keterampilan
handicraft dia jadi berani mengajar masyarakat normal. Pernah juga di
97
undang jadi narasumber, dari situ sudah muncul ekstensi mereka. Dan
mereka sudah menjadi satu kebanggan. Dia juga belajar mengasisten ibu.
12. Adakah kemajuan yang terlihat dari para disabilitas setelah mengkuti kegiatan
keterampilan?
Kemajuan dari anak-anak yang terlihat prestasinya, terbukti dengan adanya
award-award, lihat aja tuh pialanya banyak, misalnya juara ukm, kan dilihat
dari produksinya juga, seperti ini produksinya dari limbah, kok bisa jadi ini,
kreativitasnya, bahan perca bisa jadi seperti itu, dan bisa mempunyai nilai
jual.
13. Berapakah pendapatan yang diberikan kepada mereka?
Dikasih 50.000 perhari setiap mereka datang, kan suka ada yang gak datang.
kalo gak datang ya gak dikasih.
98
PEDOMAN WAWANCARA PENGURUS YAYASAN
Nama :
Usia :
Pendidikan :
Tanggal Wawancara :
Tempat Wawancara :
1. Apa saja program yang ada di Yayasan Rumah Regis?
2. Produk apa saja yang dihasilkan dari kegiatan keterampilan yang ada di
Yayasan Rumah Regis?
3. Kemana saja sasaran pemasaran produk yang sudah jadi?
4. Apa saja sarana dan prasarana yang tersedia di Yayasan Rumah Regis?
5. Apa saja kegiatan para disabilitas setiap datang ke Yayasan Rumah Regis?
6. Bagaimana cara mengevaluasi para disabilitas yang sudah diberikan pelatihan
keterampilan?
99
TRANSKIP WAWANCARA DENGAN PENGURUS YAYASAN
Nama : Rezika Radhina Putri
Usia : 26 Tahun
Pendidikan : D3
Tanggal Wawancara : 8 Mei 2017
Tempat Wawancara : Yayasan Rumah Regis
1. Apa saja program yang ada di Yayasan Rumah Regis?
Programnya itu mengadakan pelatihan dengan mengundang sekolah-sekolah
slb di Jakarta dan sekitarnya, mengikuti bazar-bazar, ikut pameran,
mengadakan outbond setahun sekali, outbondnya ini pengurus ngadain
sendiri kaya tahun kemaren ke ancol.
2. Produk apa saja yang dihasilkan dari kegiatan keterampilan yang ada di
Yayasan Rumah Regis?
Banyak ya, pada pertama-tama mengadakan pelatihan itu bahan utama yang
sering dipakai ya karung goni trus diolah menjadi tas, nah tasnya ini gak
polos kaya karung goni tapi di kasih sedikit kain batik supaya diliatnya cantik,
trus kalung, tempat tissu, bross, sarung bantal, trus ada buat boneka-boneka
kurumi,
3. Kemana saja sasaran pemasaran produk yang sudah jadi?
Kalo pemasarannya lewat bazar-bazar aja, suka juga ikut pameran, nah ini
belum lama ikut pameran di kementrian kesenian dan budaya, nah ibu madya
ini buka toko tetap juga di mall kota casablanka di lantai dasar nama tokonya
regis, di situ kamu bisa liat produk-produk yang pernah anak-anak buat.
100
4. Apa saja sarana dan prasarana yang tersedia di Yayasan Rumah Regis?
Ruang garasi ukuran 3 x 3,5 meter, 2 gulung tikar, 3 mesin jait, 1 mesin
obras, 1 meja, 1 rak, 2 lemari, alat jahit menjahit seperti jarum, gunting
benang sulam, benang jait, silet, alat ukur.
5. Apa saja kegiatan para disabilitas setiap datang ke Yayasan Rumah Regis?
Mereka datang setiap hari senin sampai jumat, dari jam 9 pagi sampai jam 5
sore. Kegiatannya ya membuat kerajinan-kerajinan saja, nanti pas jam waktu
istirahat sekitar jam 12 sampai jam 1 anak-anak istirahat, anak-anak makan
masak sendiri setiap hari ganti-gantian nnti kalo udah selesai istirahat mulai
kerja lagi. Selama proses membuat kerajinan anak-anak dilarang membuka
hp atau bermain hp, nanti kalo waktu istirahat boleh. Soalnya anak-anak kalo
udah liat hp kerjanya jadi males-malesan.
6. Bagaimana cara mengevaluasi para disabilitas yang sudah diberikan pelatihan
keterampilan?
Caranya diberikan ujian keterampilan. Jadi dari pengurus menyuruh mereka
membuat keterampilan tertentu tanpa bantuan pengurus dan temennya.
101
TRANSKIP WAWANCARA DENGAN PENGURUS YAYASAN
Nama : Lucky Tjahyono
Usia : 49 Tahun
Pendidikan : S1
Tanggal Wawancara : 8 Mei 2017
Tempat Wawancara : Yayasan Rumah Regis
1. Bagaimana proses pelaksanaan keterampilan yang dilakukan Yayasan Rumah
Regis?
Kalo proses pelaksanaan membuat keterampilan, seperti kami membeli
karung goni di tempat yang sudah di tetapkan, lalu karungnya ini di cuci
sampai bersih, trus direndam, setelah direndam dijemur sampai debu sama
kotorannya tidak ada, setelah itu disetrika, trus dibuatkan pola, kalo udah
dibuatkan pola tinggal di gunting sesuai pola lalu dijahit agar rapih setelah
itu dikasih kain-kain batik buat hiasannya.
2. Perubahan apa yang paling terlihat setelah para disabilitas mengikuti program
pelatihan?
Mereka jadi terlihat percaya diri, membuat kerajinannya saja sangat teliti,
tidak malu untuk bersosialisasi, walaupun mereka tidak bisa berbicara seperti
anak normal tapi mereka masih bisa menggunakan bahasa isyarat.
3. Bagaimana pendapat bapak/ibu dengan adanya keterampilan untuk para
disabilitas?
Program seperti ini tentunya sangat membantu disabilitas dalam hal ekonomi
maupun sosialnya dari segi ekonomi mereka merasa terbantu karna yang kita
102
tau pekerjaan yang tersedia di ranah publik itu seakan-akan tidak
diperuntukkan bagi mereka, sedangkan ini kan seperti membuka lapangan
pekerjaan buat mereka. Dari segi sosial, yang saya lihat mereka jadi punya
banyak teman, dari berteman ini mereka jadi mau bersosialisasi. Hanya saja
yang diberdayakan di sini baru terbatas tuna rungu tuna wicara.
4. Bagaimana proses pemberdayaan yang dilakukan Yayasan Rumah Regis
dalam menjalankan program pemberdayaan?
Kalo prosesnya, anak-anak disabilitas ini dikasih pengetahuan seputar
keterampilan, dikasih tau juga cara-cara membuat keterampilannya nanti
sekiranya udah bisa ya mereka mulai buat sendiri nanti dilihat hasilnya kalo
masih kurang baik, kita ajarin lagi biar hasilnya lebih baik.
5. Apa saja hambatan yang dirasakan saat melakukan program pemberdayaan
pada disabilitas?
Susah komunikasi, jadi secara tidak langsung kita sebagai pengurus di
wajibkan mempelajari bahasa isyarat, belajarnya pun dari internet aja lama-
lama ngerti, terkadang biaya juga, kalo selagi tidak ada donatur terkadang
pemberdayaanya sedikit terhambat. Karna kan apa-apa butuh biaya.
103
PEDDOMAN WAWANCARA ANGGOTA YAYASAN/EVENT
Nama :
Usia :
Pendidikan :
Tanggal Wawancara :
Tempat Wawancara :
Pendamping :
1. Sudah berapa lama saudara/i mengikuti program keterampilan di Yayasan
Rumah Regis?
2. Dari mana saudara/i tahu tentang beradanya Yayasan Rumah Regis yang
memberikan keterampilan untuk para disabilitas?
3. Kegiatannya apa saja?
4. Apa yang menyebabkan saudara/i mempunyai kondisi seperti ini?
5. Banyak Yayasan lain yang sudah terkenal seperti Yayasan Wisma Cheshire,
tetapi mengapa memilih Yayasan Rumah Regis?
6. Apa perubahan yang saudara/i rasakan setelah mengikuti program pelatihan
handicraft dengan sebelum mengikuti program pelatihan?
7. Apakah penghasilan dari pembuatan kerajinan tersebut bisa memenuhi
kebutuhan sehari-hari?
8. Kira-kira apakah mau terus ikut program yayasan tersebut, atau mau mencoba
membuat keterampilan sendiri di rumah?
9. Apa faktor penghambat dalam membuat keterampilan?
10. Susah tidak belajarnya?
11. Apa manfaat/hasil yang dirasakan setelah mengikuti kegiatan pemberdayaan?
104
12. Bagaimana cara saudara/i mengikuti pemberdayaan yang diadakan yayasan
dengan kekurangan tersebut?
13. Bagaimana saudara/i mengatasi keterbatasan dalam beraktivitas?
14. Seperti apa proses pemberdayaan yang diterapkan oleh yayasan?
15. Materi apa saja yang diajarkan dalam keterampilan handicraft?
105
TRANSKIP WAWANCARA DENGAN ANGGOTA YAYASAN
Nama : Tri Mulyani
Usia : 33 Tahun
Pendidikan : SMA
Tanggal Wawancara : 10 April 2017
Tempat Wawancara : Yayasan Rumah Regis
Pendamping : Ibu Madya
1. Sudah berapa lama saudara/i mengikuti program keterampilan di Yayasan
Rumah Regis?
2 tahun
2. Dari mana saudara/i tahu tentang beradanya Yayasan Rumah Regis yang
memberikan keterampilan untuk para disabilitas?
Dari teman
3. Kegiatannya apa saja?
Sandal, kalung, tas, boros, tahu
4. Apa yang menyebabkan saudara/i mempunyai kondisi seperti ini?
Lahir
5. Banyak Yayasan lain yang sudah terkenal seperti Yayasan Wisma Cheshire,
tetapi mengapa memilih Yayasan Rumah Regis?
Taunya dari teman
6. Apa perubahan yang saudara/i rasakan setelah mengikuti program pelatihan
handicraft dengan sebelum mengikuti program pelatihan?
Bisa cari uang
106
7. Apakah penghasilan dari pembuatan kerajinan tersebut bisa memenuhi
kebutuhan sehari-hari?
Penghasilannya Bisa bayar kos setiap bulannya
8. Kira-kira apakah mau terus ikut program yayasan tersebut, atau mau mencoba
membuat keterampilan sendiri di rumah?
Kerja terus
9. Apa faktor penghambat dalam membuat keterampilan?
Bicara
10. Susah tidak belajarnya?
Tidak
11. Apa manfaat/hasil yang dirasakan setelah mengikuti kegiatan pemberdayaan?
Berani berkumpul sama orang lain, mau ikut mengajar.
12. Bagaimana cara saudara/i mengikuti pemberdayaan yang diadakan yayasan
dengan kekurangan tersebut?
Melihat caranya yang diajarkan aja.
13. Bagaimana saudara/i mengatasi keterbatasan dalam beraktivitas?
Setelah belajar di sini, aku jadi percaya diri.
14. Seperti apa proses pemberdayaan yang diterapkan oleh yayasan?
Membuat pola, trus polanya di jait.
15. Materi apa saja yang diajarkan dalam keterampilan handicraft?
Cara menjait karungnya, dan memotong polanya.
107
TRANSKIP WAWANCARA DENGAN ANGGOTA YAYASAN
Nama : Devy
Usia : 20 Tahun
Pendidikan : SMA
Tanggal Wawancara : 10 April 2017
Tempat Wawancara : Yayasan Rumah Regis
Pendamping : Ibu Madya
1. Sudah berapa lama saudara/i mengikuti program keterampilan di Yayasan
Rumah Regis?
Aku ikut pelatihan di sini setahun lebih
2. Dari mana saudara/i tahu tentang beradanya Yayasan Rumah Regis yang
memberikan keterampilan untuk para disabilitas?
Kalo anak ini dulu waktu sekolah sering ikut ke sini, ibu kan sering undang
event dari sekolah-sekolah, jadi ibu ajak dia ikut pelatihan lagi sekaligus
kerja di sini. Dianya pun mau.
3. Kegiatannya apa saja?
buat tempat tissu, buat tas, buat kalung. kadang suka ikut jualan di bazar-
bazar.
4. Apa yang menyebabkan saudara/i mempunyai kondisi seperti ini?
Oh ini kata mamahnya dari lahir, ketauannya pas dia umur 2 tahun.
5. Banyak Yayasan lain yang sudah terkenal seperti Yayasan Wisma Cheshire,
tetapi mengapa memilih Yayasan Rumah Regis?
Dulu selagi sekolah sering ikut belajarnya di sini jadi taunya dari sekolah.
108
6. Apa perubahan yang saudara/i rasakan setelah mengikuti program pelatihan
handicraft dengan sebelum mengikuti program pelatihan?
Aku lebih percaya diri, berani,bisa cari uang, mempunyai banyak temen juga.
7. Apakah penghasilan dari pembuatan kerajinan tersebut bisa memenuhi
kebutuhan sehari-hari?
Bisa buat jajan, sama uangnya suka dikasih ke ibu buat bantu-bantu
pengeluaran.
8. Kira-kira apakah mau terus ikut program yayasan tersebut, atau mau mencoba
membuat keterampilan sendiri di rumah?
mau
9. Apa faktor penghambat dalam membuat keterampilan?
Susah komunikasi.
10. Susah tidak belajarnya?
Tidak
11. Apa manfaat/hasil yang dirasakan setelah mengikuti kegiatan pemberdayaan?
Sekarang merasa jadi lebih mandiri, bisa dapat penghasilan juga.
12. Bagaimana cara saudara/i mengikuti pemberdayaan yang diadakan yayasan
dengan kekurangan tersebut?
Mengikuti yang diajarkan aja, kalo mau bertanya pake bahasa tangan.
13. Bagaimana saudara/i mengatasi keterbatasan dalam beraktivitas?
Biasa aja sih, paling kalo mau ngomong aja gak bisa.
14. Seperti apa proses pemberdayaan yang diterapkan oleh yayasan?
Sebelum membuat barang, diajarkan sedikit tentang materi keterampilan
sesuai barang yg mau dibuat.
109
15. Materi apa saja yang diajarkan dalam keterampilan handicraft?
Cara membuat barangnya, cara jaitnya sama cara ngemasnya.
110
TRANSKIP WAWANCARA DENGAN ANGGOTA YAYASAN
Nama : Hanan
Usia : 24 Tahun
Pendidikan : SMA
Tanggal Wawancara : 22 Agustus 2017
Tempat Wawancara : Yayasan Rumah Regis
Pendamping : Ibu Madya
1. Sudah berapa lama saudara/i mengikuti program keterampilan di Yayasan
Rumah Regis?
Belum lama, sekitar hampir setahun.
2. Dari mana saudara/i tahu tentang beradanya Yayasan Rumah Regis yang
memberikan keterampilan untuk para disabilitas?
Dari temen
3. Kegiatannya apa saja?
Membuat banyak barang kaya tas, kalung, sandal, selain itu pernah diajak
ngajar juga.
4. Apa yang menyebabkan saudara/i mempunyai kondisi seperti ini?
Tidak tau.
5. Banyak Yayasan lain yang sudah terkenal seperti Yayasan Wisma Cheshire,
tetapi mengapa memilih Yayasan Rumah Regis?
Tidak tau.
6. Apa perubahan yang saudara/i rasakan setelah mengikuti program pelatihan
handicraft dengan sebelum mengikuti program pelatihan?
Banyak temen.
111
7. Apakah penghasilan dari pembuatan kerajinan tersebut bisa memenuhi
kebutuhan sehari-hari?
Lumayan buat jajan.
8. Kira-kira apakah mau terus ikut program yayasan tersebut, atau mau mencoba
membuat keterampilan sendiri di rumah?
Tidak mau, enakan di sini dapet uang.
9. Apa faktor penghambat dalam membuat keterampilan?
Malu kalo mau nanya.
10. Susah tidak belajarnya?
Ada yang susah ada yang tidak.
11. Apa manfaat/hasil yang dirasakan setelah mengikuti kegiatan pemberdayaan?
berani ikut lomba-lomba, awalnya dipaksa ikut tapi lama-lama jadi mau ikut
terus.
12. Bagaimana cara saudara/i mengikuti pemberdayaan yang diadakan yayasan
dengan kekurangan tersebut?
Kan gak bisa ngomong sama denger, jadi ikutin pengajarnya aja cara
membuatnya.
13. Bagaimana saudara/i mengatasi keterbatasan dalam beraktivitas?
Kaya biasa aja, Cuma kalo berkomunikasi sama orang lewat mamah aku,
soalnya gak semua ngerti bahasa isyarat.
14. Seperti apa proses pemberdayaan yang diterapkan oleh yayasan?
Awalnya satiap beberapa bulan sekali memanggil anak-anak yang lain
bergabung di sini, trus diajarin cara membuat barangnya deh.
15. Materi apa saja yang diajarkan dalam keterampilan handicraft?
112
Kasih tau keterampilan itu apa sama jenis keterampilan, trus juga cara
menjahit.
113
TRANSKIP WAWANCARA DENGAN ANGGOTA EVENT
Nama : Ida Ayu Widyasari
Usia : 22 Tahun
Pendidikan : 2 SMP
Tanggal Wawancara : 24 Mei 2017
Tempat Wawancara : Ruang Kelas Sekolah SLB Nusantara
Pendamping : Ibu Sumiati dan Ibu Lia Amalia
1. Sudah berapa lama saudara/i mengikuti program keterampilan di Yayasan
Rumah Regis?
Kalo untuk dia, di undang dari rumah regisnya dua kali pertemuan, pernah
dua kali kegiatan, ya dua kali undangan.
2. Dari mana saudara/i tahu tentang beradanya Yayasan Rumah Regis yang
memberikan keterampilan untuk para disabilitas?
Dari yayasan datang kasih undangan juga dari sekolah-sekolah lainnya.
Hampir semua sekolah disabilitas di undang yang masih daerah Jakarta, ada
beberapalah yang terpilih gitu untuk ikutan. Sekolah 01 negeri waktu itu ikut.
3. Kegiatannya apa saja?
Membuat sandal, bross, kurumi itu seperti boneka, terbuat dari kertas,
boneka jepang gitu terus disusun-susun yang suka di bajuin kimono, kalung.
Kalo sandal dibuatnya pake bahan perca gitu, kainnya di sambung-sambung
terus dibungkus, dibentuk terus dipakai pita terus di lem. Dijahit juga jadi
anak-anak bisa jahit jelujur tangan aja.
4. Apa yang menyebabkan saudara/i mempunyai kondisi seperti ini?
114
Ini sih waktu kecilnya sakit ya, di rekammedisnya maksudnya di riwayatnya
dia itu kecilnya sakit panas tinggi stepp, jadi panas tinggi jadi
mengakibatkan kaya gini.
5. Banyak Yayasan lain yang sudah terkenal seperti Yayasan Wisma Cheshire,
tetapi mengapa memilih Yayasan Rumah Regis?
6. Apa perubahan yang saudara/i rasakan setelah mengikuti program pelatihan
handicraft dengan sebelum mengikuti program pelatihan?
Bisa buat bross, bisa buat sandal, bisa buat boneka-boneka, bisa buat
kalung. Jadi ya perubahannya banyak pengalaman lebih trampil lagi,
sebelumnya gak bisa jadi bisa.
7. Apakah penghasilan dari pembuatan kerajinan tersebut bisa memenuhi
kebutuhan sehari-hari?
Kalo di sini cuma pelatihan keterampilannya aja, nanti kalo dikirim alat-
alatnya baru buat sendiri di sini terus di jual produknya, kalo kemaren sih
Cuma belajar pelatihannya aja.
8. Kira-kira apakah mau terus ikut program yayasan tersebut, atau mau mencoba
membuat keterampilan sendiri di rumah?
Kalo di undang pasti ikut lagi, karena ini kan kesempatan untuk belajar, kalo
mencoba membuat keterampilan dirumah ya pasti buat.
9. Apa faktor penghambat dalam membuat keterampilan?
Sarana prasaranya yang kurang atau alat-alatnya terbatas, kalo dari segi
komunikasi tidak terlalu sulit karena sedikit-sedikit dia masih bisa dengar
jadi kalo kita ngomong apa pasti dia ngerti.
10. Susah tidak belajarnya?
115
Gampang kok membuatnya.
11. Apa manfaat/hasil yang dirasakan setelah mengikuti kegiatan pemberdayaan?
bisa ngajarin membuat produknya ke orang yang gak ikut ke yayasan.
12. Bagaimana cara saudara/i mengikuti pemberdayaan yang diadakan yayasan
dengan kekurangan tersebut?
Kan kalo ke sana didampingi guru. Kalo aku gak ngerti aku Tanya sama guru
pendamping dulu.
13. Bagaimana saudara/i mengatasi keterbatasan dalam beraktivitas?
Aku kan sekolah di sini itu asrama, jadi gak malu kalo mau melakukan apa-
apa. Kan temen aku di sini punya kekurangan juga.lagi pula mereka juga
punya kelebihan masing-masing, jadi percaya diri aja.
14. Seperti apa proses pemberdayaan yang diterapkan oleh yayasan?
Yang aku tau di ajarin jahit bahan kalo udah bisa baru diajarin buat
produknya. Kalo kaya bikin kalung gak usah pake jahit jadi langsung
diajarin bikinnya.
15. Materi apa saja yang diajarkan dalam keterampilan handicraft?
Dikasih tau seputar keterampilan, sama menjahit.
116
TRANSKIP WAWANCARA DENGAN ANGGOTA EVENT
Nama : Mutia Cahyani
Usia : 15 Tahun
Pendidikan : SMA
Tanggal Wawancara : 24 Mei 2017
Tempat Wawancara :Ruang Kelas Sekolah SLB Nusantara
Pendamping : Ibu Sumiati dan Ibu Lia Amalia
1. Sudah berapa lama saudara/i mengikuti program keterampilan di Yayasan
Rumah Regis?
Kalo yang ini baru sekali doang.
2. Dari mana saudara/i tahu tentang beradanya Yayasan Rumah Regis yang
memberikan keterampilan untuk para disabilitas?
Dari yayasan datang kasih undangan juga dari sekolah-sekolah lainnya.
Hampir semua sekolah disabilitas di undang yang masih daerah Jakarta, ada
beberapalah yang terpilih gitu untuk ikutan. Sekolah 01 negeri waktu itu ikut.
3. Kegiatannya apa saja?
Membuat sandal, bross, kurumi itu seperti boneka, terbuat dari kertas,
boneka jepang gitu terus disusun-susun yang suka di bajuin kimono, kalung.
Kalo sandal dibuatnya pake bahan perca gitu, kainnya di sambung-sambung
terus dibungkus, dibentuk terus dipakai pita terus di lem. Dijahit juga jadi
anak-anak bisa jahit jelujur tangan aja.
4. Apa yang menyebabkan saudara/i mempunyai kondisi seperti ini?
117
Kalo ini sebelum lahir, umur 8 bulan di kandungan, kecelakaan. Ayanya lagi
naik motor sama ibunya, tiba-tiba ayahnya ngerem mendadak terlalu keras
jadi perut ibunya tertekan.
5. Banyak Yayasan lain yang sudah terkenal seperti Yayasan Wisma Cheshire,
tetapi mengapa memilih Yayasan Rumah Regis?
Kalau ini sih taunya dari kepala sekolah aja, kan yang menyuruh datang ke
pelatihan-pelatihan ya kepala sekolahnya
6. Apa perubahan yang saudara/i rasakan setelah mengikuti program pelatihan
handicraft dengan sebelum mengikuti program pelatihan?
Jadi bisa membuat kalung, bross, kurumi, sandal. Sama sih kaya yang lain,
rata-rata pada bisa trus juga dia jadi percaya diri.
7. Apakah penghasilan dari pembuatan kerajinan tersebut bisa memenuhi
kebutuhan sehari-hari?
Kalo waktu di sana kan anak-anak cuma mengikuti pelatihannya saja supaya
nanti bisa buat sendiri. Kalo di sini kita terapin cara buat kerajinannya
seperti yang udah diajarin Yayasan, nanti hasilnya baru dijual. Hasilnya
juga buat anak-anak juga, kaya di sini kana da yang boarding, berarti kan
butuh makan, dan kebutuhan lainnya.
8. Kira-kira apakah mau terus ikut program yayasan tersebut, atau mau mencoba
membuat keterampilan sendiri di rumah?
Mau buat sendiri
9. Apa faktor penghambat dalam membuat keterampilan?
118
Ya itu alat-alatnyanya, waktu itu Yayasan menjanjikan mau mengirimkan
alat-alat kerajinan tapi sampai sekarang belum ada yang datang paket alat-
alat kerajinannya.
10. Susah tidak belajarnya?
Tidak susah.
11. Apa manfaat/hasil yang dirasakan setelah mengikuti kegiatan pemberdayaan?
Jadi menambah pengetahuan cara membuat banyak kerajinan.
12. Bagaimana cara saudara/i mengikuti pemberdayaan yang diadakan yayasan
dengan kekurangan tersebut?
Sama kaya ayu.
13. Bagaimana saudara/i mengatasi keterbatasan dalam beraktivitas?
Kadang kalo dipikirin suka nangis, tapi sekarang di bawa biasa aja.kalo mau
komunikasi sama orang lain paling pake isyarat atau nulis.
14. Seperti apa proses pemberdayaan yang diterapkan oleh yayasan?
Karna di sekolah udah diajarin cara menjahit jadi sewaktu di sana langsung
diajarin membuat produknya aja.
15. Materi apa saja yang diajarkan dalam keterampilan handicraft?
Yang aku tau keterampilan aja.
119
TRANSKIP WAWANCARA DENGAN ANGGOTA EVENT
Nama : Annisa Anindya
Usia : 17 Tahun
Pendidikan : SMA
Tanggal Wawancara : 2 Mei 2017
Tempat Wawancara : Ruang Kantor Sekolah SLB Nusantara
Pendamping : Bapak Sujono
1. Sudah berapa lama saudara/i mengikuti program keterampilan di Yayasan
Rumah Regis?
Tiga kali
2. Dari mana saudara/i tahu tentang beradanya Yayasan Rumah Regis yang
memberikan keterampilan untuk para disabilitas?
Guru
3. Kegiatannya apa saja?
Kalung, anting
4. Apa yang menyebabkan saudara/i mempunyai kondisi seperti ini?
5. Banyak Yayasan lain yang sudah terkenal seperti Yayasan Wisma Cheshire,
tetapi mengapa memilih Yayasan Rumah Regis?
6. Apa perubahan yang saudara/i rasakan setelah mengikuti program pelatihan
handicraft dengan sebelum mengikuti program pelatihan?
Senang jadi bisa membuat kalung
7. Apakah penghasilan dari pembuatan kerajinan tersebut bisa memenuhi
kebutuhan sehari-hari?
Jajan kue
120
8. Kira-kira apakah 120a uterus ikut program yayasan tersebut, atau mau
mencoba membuat keterampilan sendiri di rumah?
Tidak
9. Apa faktor penghambat dalam membuat keterampilan?
Susah saat membuat kerajinannya
10. Susah tidak belajarnya?
Tidak susah
11. Apa manfaat/hasil yang dirasakan setelah mengikuti kegiatan pemberdayaan?
Jadi lebih mandiri dengan menghaslkan uang.
12. Bagaimana cara saudara/i mengikuti pemberdayaan yang diadakan yayasan
dengan kekurangan tersebut?
Melihat yang diterapkan oleh pengajar.
13. Bagaimana saudara/i mengatasi keterbatasan dalam beraktivitas?
Gak tau.
14. Seperti apa proses pemberdayaan yang diterapkan oleh yayasan?
Dikumpulkan dalam satu ruangan trus diberikan materi keterampilan setelah
itu masuk ke cara pembuatannya.
15. Materi apa saja yang diajarkan dalam keterampilan handicraft?
Cara memotong pola sama penempelan aksesorisnya.
121
TRANSKIP WAWANCARA DENGAN ANGGOTA EVENT
Nama : Abdul Aziz Saliu
Usia : 16 Tahun
Pendidikan : SMA
Tanggal Wawancara : 2 Mei 2017
Tempat Wawancara : Ruang Kantor Sekolah SLB Nusantara
Pendamping : Bapak Sujono
1. Sudah berapa lama saudara/i mengikuti program keterampilan di Yayasan
Rumah Regis?
Tiga kali
2. Dari mana saudara/i tahu tentang beradanya Yayasan Rumah Regis yang
memberikan keterampilan untuk para disabilitas?
Guru
3. Kegiatannya apa saja?
Kalung, anting
4. Apa yang menyebabkan saudara/i mempunyai kondisi seperti ini?
5. Banyak Yayasan lain yang sudah terkenal seperti Yayasan Wisma Cheshire,
tetapi mengapa memilih Yayasan Rumah Regis?
6. Apa perubahan yang saudara/i rasakan setelah mengikuti program pelatihan
handicraft dengan sebelum mengikuti program pelatihan?
Senang jadi bisa membuat kalung
7. Apakah penghasilan dari pembuatan kerajinan tersebut bisa memenuhi
kebutuhan sehari-hari?
Bisa jajan
122
8. Kira-kira apakah 122a uterus ikut program yayasan tersebut, atau mau
mencoba membuat keterampilan sendiri di rumah?
Mau
9. Apa faktor penghambat dalam membuat keterampilan?
Susah saat memasukan bandulan kalung
10. Susah tidak belajarnya?
Tidak
11. Apa manfaat/hasil yang dirasakan setelah mengikuti kegiatan pemberdayaan?
Menambah pengetahuan.
12. Bagaimana cara saudara/i mengikuti pemberdayaan yang diadakan yayasan
dengan kekurangan tersebut?
Percaya diri.
13. Bagaimana saudara/i mengatasi keterbatasan dalam beraktivitas?
Minta bantu guru.
14. Seperti apa proses pemberdayaan yang diterapkan oleh yayasan?
Dilatih keterampilannya dengan mengembangkan potensi yang dimiliki.
15. Materi apa saja yang diajarkan dalam keterampilan handicraft?
Menjahit.
123
PEDOMAN WAWANCARA PENDAMPING EVENT
Nama :
Usia :
Pendidikan :
Tanggal Wawancara :
Tempat Wawancara :
1. Menurut bapak/ibu apa sih Yayasan Rumah Regis?
2. Ketika para disabilitas di undang mengikuti keterampilan, apa perubahan
yang terlihat?
3. Bagaimana menurut bapak/ibu dengan adanya program keterampilan di
Yayasan Rumah Regis?
4. Bagaimana cara mengajar para disabilitas?
5. Apakah bapak/ibu mendukung Yayasan Rumah Regis dalam program
memberikan keterampilan kepada disabilitas?
124
TRANSKIP WAWANCARA DENGAN GURU PENDAMPING EVENT
Nama : Sujono
Usia : 56 Tahun
Pendidikan : S3
Tanggal Wawancara : 2 Mei 2017
Tempat Wawancara : Ruang Kantor Sekolah SLB Nusantara
1. Menurut bapak/ibu apa sih Yayasan Rumah Regis?
Semacam selter tempat latihan keterampilan dan di dalamnya itu berbagai
keterampilan, yang saya lihat itu. Dan yayasan ini memang harus didukung.
Jarang lembaga yang semacam ini jarang sekali menyentuh anak-anak
disabilitas, jadi lembaga Yayasan Rumah Regis menurut saya baik dan perlu
dilanjutkan, perlu didukung ketika masyarakat tau harusnya ramai-ramai
mendukung.
2. Ketika para disabilitas di undang mengikuti keterampilan, apa perubahan
yang terlihat?
Perubahannya menyangkut wawasan, pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Dan anak-anak menemukan bakat minatnya. “Oh ternyata aku punya bakat
ini” yang mungkin tadinya gak terlihat dan setelah melalui pelatihan
keterampilan di sana dianya ternyata “aku bisa di ini ya, itu di bakat
minatnya” kemudian di pengetahuannya yang tadinya tidak tau keterampilan
itu jadi tau kemudian sikapnya dia menjadi lebih dewasa. Jadi ada 5 aspek
wawasan pengetahuannya nambah, kepribadiannya suka kepada
125
keterampilan itu, keterampilannya meningkat, apalagi bakat minatnya “oh
ternyata aku senang di sini ni gitu”
3. Bagaimana menurut bapak/ibu dengan adanya program keterampilan di
Yayasan Rumah Regis?
Harusnya ya didukung, karena tidak banyak lembaga-lembaga yang
memberikan pelatihan ke anak-anak disabilitas. anak-anak pun sangat
seneng dengan adanya pelatihan itu, dan semoga lembaga ini tetap eksis ya
berjalan terus dan mampu membuat anak-anak disabilitas ini mandiri.
4. Bagaimana cara mengajar para disabilitas?
Mengajarnya sesuai kemampuan mereka, kaya disabilitas tuna grahita itu
kan ada golongannya.
5. Apakah bapak/ibu mendukung Yayasan Rumah Regis dalam program
memberikan keterampilan kepada disabilitas?
Ya iya, lembaga ini harus didukung. Pemerintah sendirikan belum bisa buka
boarding ya, jadi adanya lembaga ini sangat membantu, apalagi jarang kan
lembaga yang mau melatih anak-anak disabilitas, jadi selagi ada lembaga
yang seperti ini harus di dukung.
126
TRANSKIP WAWANCARA DENGAN GURU PENDAMPING EVENT
Nama : Sumiati
Usia : 39 tahun
Pendidikan : S1 Bahasa Inggris
Tanggal Wawancara : 24 Mei 2017
Tempat Wawancara :Ruang Kelas Sekolah SLB Nusantara
1. Menurut bapak/ibu apa sih Yayasan Rumah Regis?
Duh saya kurang tau ya Yayasan ini apa, pokoknya yang saya tau yayasan ini
memberdayakan orang-orang yang tidak normal.
2. Ketika para disabilitas di undang mengikuti keterampilan, apa perubahan
yang terlihat?
Perubahannya yang sebelumnya gak bisa jadi terampil lagi, terus lebih pede,
bisa mengajarkan ke teman-temannya.
3. Bagaimana menurut bapak/ibu dengan adanya program keterampilan di
Yayasan Rumah Regis?
Programnya sangat bagus ya, karena jarang juga yayasan yang mempunyai
program pemberdayaan seperti ini.
4. Bagaimana cara mengajar para disabilitas?
Cara mengajarnya sebenernya sama aja dengan anak-anak normal Cuma dia
memang memerlukan perhatian khusus biasanya diutamakan individunya ya
dari pada klasikalnya. Karena di satu kelas ini pun kemampuannya beda-
beda. Kaya ida dengan siska, kemampuan ida lebih cepat siska lebih lambat.
127
Jadi kita lebih mengutamakan yang individunya dulu. Tapi kita klasikal juga
kita laksanakan juga.
5. Apakah bapak/ibu mendukung Yayasan Rumah Regis dalam program
memberikan keterampilan kepada disabilitas?
Sangat mendukung sekali, yayasan ini sangat membantu karena jarang ya
yang mau mengajar anak-anak disabilitas itu gak semua yayasan, biasanya
kalo yayasan itu kan cenderung ke normal kaya udah betul-betul ada hasil,
kalo anak-anak ini kadang-kadang berhasil gak sih, kadang ragu-ragu, bisa
gak sih anak-anak ini, takutnya buang-buang ini kan suka ada yang kaya
gitu.
128
TRANSKIP WAWANCARA DENGAN GURU PENDAMPING EVENT
Nama : Lia Amalia
Usia : 25 tahun
Pendidikan : masih kuliah di Unindra smstr 4
Tanggal Wawancara : 24 Mei 2017
Tempat Wawancara : Ruang Kelas Sekolah SLB Nusantara
1. Menurut bapak/ibu apa sih Yayasan Rumah Regis?
Setau saya yang memberi kesempatan, dia itu kayaknya yayasan itu khusus
untuk anak-anak yang berkebutuhan khusus yang di ikut sertakan. Kan setau
saya juga kan anaknya sendiri seperti itu jadi kayaknya memberikan
lapangan pekerjaanlah, pembekalan buat anak-anak kaya gini, jadi dia
peduli sama anak-anak yang berkebutuhan khusus.
2. Ketika para disabilitas di undang mengikuti keterampilan, apa perubahan
yang terlihat?
Kalo dari dia sendiri sih suka keterampilan jadi ya lebih trampil lagi, karena
kan dia lebih menonjol dibanding temen-temennya. Dia aktif makanya bisa
ngajarin yang lain juga yang kaya agak-agak lamban.
3. Bagaimana menurut bapak/ibu dengan adanya program keterampilan di
Yayasan Rumah Regis?
Kalo liat dari programnya bagus, soalnya ya gak semua yayasan punya
program memberdayakan anak-anak disabilitas, apalagi yang saya dengar
yayasan ini suka menjual hasil-hasilnya ke bazar-bazar.
4. Bagaimana cara mengajar para disabilitas?
129
Kalo tuna rungu sama sih kaya anak normal cara ngajarnya kita kasih materi
kita kasih ceramah sedikit, kita juga pakai metode laptop apa sih namanya
visual, mereka yang tidak bisa sama sekalilebih suka yang gambar, senang
sama gambar. Yang di ajarin semua pelajaran. Ketika kita kasih klasikal kita
keliling jadi harus di dekatin. Karena kosakatanya minim jadi harus dengan
gambar juga. Karena anak ini secara abstrak bingung. Ini apa sih.
5. Apakah bapak/ibu mendukung Yayasan Rumah Regis dalam program
memberikan keterampilan kepada disabilitas?
Ya pasti mendukung dong, kan jarang yang mau mengajarkan, mendidik
anak-anak berkebutuhan khusus, selagi itu ada kita harus dukung.
Struktur Organisasi Yayaan Rumah Regis Tahun 2015
Sumber: Profil Yayasan Rumah Regis, 2015
PEMBINA
Lucky Tjahyono
KETUA
Madya Putri A.
SEKRETARIS
Raezika Radhina
BENDAHARA
Gilang Kumara
PENGAWAS
Hanan
Nomor : IstimewaLampiran : l BerkasPerihal : Permohonan Pengajuan Judul Skripsi
Ciputat, 8 Desember 2016
Kepada YthKetua Dewan Pertimbangan SkripsiUIN Syarif Hidayatullah JakartaDi Tempat
Assalamu'alaikum Wr. WSalam sejahtera, semoga Bapak/ Ibu dalam lindungan Allah SWT serta selalu sukses
dalam menjalankan aktifitas sehari-hmi. Selanjutnya saya yang bertandatangan di bawah ini:
NamaNIMFakultasJurusanSemester
Dauatus Saidah1 I 13054000016Ilmu Dakwah dan Ilmu KomunikasiPengembangan Masyarakat IslamvII (Tujuh)
Bermaksud untuk mengajukan proposal skripsi dengan judul o.PemberdayaanPenyandang Cacat Melatui Keterampilan Handicraft di Yayasan Rumah RegisTanjung Barat Jakarta Selatan. Proposal skripsi ini selanjutnya diharapkan dapatdilanjutkan sebagai syarat untuk mendapatkan gelar S. Sos dalam jenjang Strata 1 diUniversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dengan ini saya lampirkan :
1. Outline2. Proposal Skripsi3. Daftar Pustaka Sementara
Demikian permohonan ini saya sampaikan,ucapkan terimakasih.Wass alqmu' alailatm Wr. W
atas segala perhatian Bapak/ Ibu, saya
Penasehat Akademik, Pemohon,
Drs. Yusra Kildn. M.Pd Dauatus SaidahNIM. 1113054000016NrP. 195706051991 031 004
WatiNrP. 1971
ilamsari, M.Si.0520 199903 2002
L
P,*,&ro, ?i'Y'lY^ ft l"'or'
lray, fn?l
rH'IE ET TFh'%f,Efi fi
fuMDAMPAK PEMBERDAYAAN LIF..E SKILL
ru]I,tT
PENYANDANG CACAT TT]NA RTINGU DAN TT]NAWICARA MELALUI KETERAMPILAN IIANDICRAFT
DI YAYASAN RUMAIT RAGISTANJTING BARAT JAKARTA SELATAN
Proposal Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu symat untuk memperoleh gelarsarjana Ilmu Sosial (S.Sos)
Disusun oleh:
Dauatus Saidah
I 1 13054000016
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
F'AKIILTAS DAI(WAII DAN KOMUNIKASI
LINIVERSITAS ISLAM NE GERI
SYARIF' HIDAYATTTLLAII
JAKARTA
2016
"2a yo,*arhzr'Cfc,,tl *rArynh
lanfor" IlyuY