Pembelajaran IPA SD Berorientasi Outdoor Learning
Transcript of Pembelajaran IPA SD Berorientasi Outdoor Learning
MAKALAH PENDAMPING
Pembelajaran IPA SD
Berorientasi Outdoor Learning
FITRIANI ULFATUS SA’ADAH, M.Pd.
SEMINAR NASIONAL JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
IKIP PGRI SEMARANG
2011
Pembelajaran IPA SD Berorientasi Oudoor Learning Page 2
Pembelajaran IPA SD
Berorientasi Outdoor Learning
Fitriani Ulfatus Sa’adah
ABSTRAK
Pembelajaran dalam ranah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut
kreativitas guru dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran. Salah satu bentuk
kreativitas guru tersebut adalah dengan menyelenggarakan pembelajaran berorientasi
outdoor learning. Melalui penelitian ini, siswa diharapkan dapat memunculkan
keterampilan proses, aktivitas belajar, dan menciptakan suasana belajar yang kondusif
selama mengikuti pembelajaran berorientasi outdoor learning. Pelaksanaan
pembelajaran IPA SD Berorientasi outdoor learning diawali dengan pengembangan
perangkat pembelajaran yang meliputi silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran,
bahan ajar, LKS, dan alat evaluasi yang kemudian seluruh perangkat tersebut
divalidasikan untuk selanjutnya direvisi dan diimplementasikan. Selama uji coba,
dilakukan pengamatan keterampilan proses, aktivitas belajar siswa dan pada akhir
pembelajaran dilakukan tes untuk mengetahui hasil belajar siswa. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pembelajaran IPA SD berorientasi outdoor learning dapat
membantu siswa lebih terampil dan aktif dalam pembelajaran serta mendapatkan hasil
belajar yang lebih baik.
Kata kunci: IPA SD, Outdoor Learning, Keterampilan Proses, Aktivitas, Hasil
Belajar.
PENDAHULUAN
Kurikulum 2006 atau yang lebih dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) menuntut kreativitas guru dalam menyelenggarakan kegiatan
pembelajaran. Kreativitas tersebut diantaranya meliputi kreatif dalam memilih
pendekatan dan model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi yang
disajikan. Kegiatan pembelajaran yang diinginkan oleh kurikulum 2006 adalah
pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered learning). Siswa dituntut
untuk aktif dan senantiasa ambil bagian dalam aktivitas belajar. Guru dapat berfungsi
sebagai fasilitator dan membantu memecahkan masalah yang dihadapi oleh siswa
selama belajar.
Tujuan pendidikan sebagaimana diamanatkan dalam KTSP adalah meletakkan
dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia dan keterampilan untuk
Pembelajaran IPA SD Berorientasi Oudoor Learning Page 3
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Untuk mencapai tujuan
kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotorik tersebut maka diperlukan suatu
perangkat pembelajaran yang meliputi silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP), bahan pembelajaran, dan alat evaluasi yang valid dan reliabel. Tersedianya
perangkat pembelajaran merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang proses
pembelajaran berjalan baik dan dapat meningkatkan mutu pendidikan. Hal ini sesuai
dengan pendapat Ibrahim (2002) bahwa perangkat pembelajaran memberikan
kemudahan dan dapat membantu guru dalam mempersiapkan dan melaksanakan
kegiatan belajar mengajar di kelas.
Sardiman (2001) menyatakan bahwa ”hal yang paling mendasar dituntut dalam
proses pembelajaran adalah keaktifan siswa”. Keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa
ataupun antar siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar
dan kondusif, dimana masing-masing siswa dapat melibatkan kemampuannya
semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula
terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan
prestasi. Aktivitas adalah keaktifan; kegiatan dan kesibukan.
Menurut Semiawan (1992), keterampilan proses adalah keterampilan yang
diperoleh dari latihan kemampuan-kemampuan mental, fisik dan sosial yang mendasar
sebagai penggerak kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi. Kemampuan-
kemampuan mendasar yang telah dikembangkan dan telah terlatih lama-kelamaan akan
menjadi suatu keterampilan, khusus untuk keterampilan proses dasar, proses-prosesnya
meliputi keterampilan mengobservasi, mengklasifikasi, mengklasifikasikan, mengukur,
mengkomunikasikan, menginferensi, memprediksi, mengenal hubungan ruang dan
waktu, serta mengenal hubungan- hubungan angka.
Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai
melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif dan psikomotor. Perinciannya
adalah sebagai berikut:
1. Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.
Pembelajaran IPA SD Berorientasi Oudoor Learning Page 4
2. Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan
yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan
suatu nilai atau kompleks nilai.
3. Ranah Psikomotor
Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular
(menghubungkan, mengamati).
Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena
lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian
dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.
IPA didefinisikan sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data
dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan
tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya. Pada hakikatnya belajar mata pelajaran IPA
secara formal bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan : (1) Mengembangkan
pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. (2) Mengembangkan rasa
ingin tahu, sikap positif dan kesadaran terhadap adanya hubungan yang saling
memengaruhi antara IPA dan lingkungan. (3) meningkatkan kesadaran untuk berperan
serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam
(Standar Isi IPA, 2006)
Mata pelajaran IPA yang diajarkan di sekolah tingkat dasar tidak semuanya dapat
dilakukan dengan berorientasi outdoor learning. Hal ini disebabkan karena
implementasi outdoor learning hanya dapat dilakukan pada materi-materi yang
berhubungan langsung dengan alam sekitar, seperti contoh pelapukan batuan, proses
pembentukan batuan,ciri morfologi tumbuhan, dan lain-lain.
Outdoor learning merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat
digunakan oleh guru di sekolah. Dengan konsep interaksi antar siswa dan alam melalui
kegiatan simulasi di alam terbuka. Hal tersebut diyakini dapat memberikan suasana
yang kondusif untuk membentuk sikap, cara berfikir serta persepsi yang kreatif dan
positif dari setiap siswa guna membentuk jiwa kepemimpinan, kebersamaan
(teamwork), keterbukaan, toleransi dan kepekaan yang mendalam, yang pada
Pembelajaran IPA SD Berorientasi Oudoor Learning Page 5
harapannya akan mampu memberikan semangat, inisiatif, dan pola pemberdayaan baru
dalam suatu sekolah.
Berikut digambarkan skema kerangka berfikir secara sistematis pada gambar 1.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (R&D / Research and
Development) yang dimodifikasi dari penelitian yang dikembangkan oleh Borg and
Gall. Pada penelitian ini akan dikembangkan produk yang berupa perangkat
pembelajaran IPA SD berorientasi outdoor learning yang diikuti dengan pengujian
mengenai keefektifan perangkat pembelajaran tersebut. Komponen perangkat
Analisis kebutuhan
Kebutuhan siswa Kurikulum KTSP
Pengamatan kegiatan pembelajaran
Pengamatan perangkat pembelajaran
Aktivitas, keterampilan proses, dan hasil
belajar belum maksimal, perangkat
pembelajaran belum memenuhi kebutuhan
siswa
Pengembangan perangkat IPA SD
berorientasi outdoor learning perlu
dilakukan
Perlu perbaikan perangkat dan
kegiatan pembelajaran
Perangkat pembelajaran
OL
Didapatkan/diketahui
Aktivitas Hasil Belajar Keterampilan Proses
Gambar 1. Kerangka berfikir penelitian
Pembelajaran IPA SD Berorientasi Oudoor Learning Page 6
pembelajaran yang dikembangkan adalah silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), bahan ajar, Lembar Kerja Siswa (LKS) dan alat evaluasi.
Desain yang digunakan dalam penelitian pengembangan perangkat pembelajaran IPA
SD berorientasi outdoor learning ini mengacu pada penelitian pengembangan model
Borg and Gall dan dimodifikasi dengan melalui 3 tahap penelitian, yaitu tahap studi
pendahuluan, tahap studi pengembangan, dan tahap evaluasi (Sugiyono, 2008). Rincian
desain penelitian dapat dilihat pada gambar 2.
Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data kualitatif dan kuantitatif.
Data kualitatif yaitu kevalidan perangkat pembelajaran, sedangkan data kuantitatif
berupa data aktivitas belajar, keterampilan proses siswa, dan data hasil belajar.
1. Tes Awal
2. Implementasi
perangkat
3. Tes akhir
MODEL FINAL
3. TAHAP EVALUASI
Studi
Literatur
Deskripsi dan analisis temuan
hasil (model factual)
Studi lapangan tentang perangkat
pembelajara dan bentuk pembelajaran yang
ada
Penyusunan draf perangkat
pembelajaran outdoor
learning
Validasi perangkat
pembelajaran oleh pakar
Uji coba kelompok
terbatas
Evaluasi dan perbaikan
Uji coba kelompok
klasikal
Evaluasi dan
penyempurnaan
Perangkat Pembelajaran
2. TAHAP STUDI PENGEMBANGAN
1. TAHAP STUDI PENDAHULUAN
Revisi perangkat
pembelajaran
Draft perangkat
pembelajaran outdoor
learning
Gambar 2. Skema alur pengembangan perangkat pembelajaran
modifikasi model Borg and Gall
Pembelajaran IPA SD Berorientasi Oudoor Learning Page 7
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap pengembangan dan tahap
implementasi. Oleh karena itu pula, maka hasil penelitian ini dituliskan dalam dua
tahapan. Tahap pertama adalah pengembangan pembelajaran beserta catatan
pengembangan yang bersumber dari masukan teman sejawat serta validator. Perangkat
pembelajaran yang dikembangkan pada tahap ini berupa silabus, RPP, bahan ajar, LKS,
dan alat evaluasi. Tahap kedua adalah implementasi dari perangkat pembelajaran yang
telah dikembangkan. Uraian tahap kedua adalah sebagai berikut :
1. Aktivitas siswa
Dari proses pembelajaran IPA SD berorientasi outdoor learning, aktivitas siswa
pada pengukuran kesatu, dan pengukuran kedua, mengalami peningkatan. Keaktifan
siswa ini, dimungkinkan karena siswa mempunyai kebebasan dan keleluasaan untuk
melakukan kegiatan pembelajaran. Hasil pengukuran aktivitas siswa tersebut
sebagaimana pada grafik di bawah ini.
Perbedaan intensitas keaktifan siswa pada ujicoba pertama dan kedua disajikan dalam
gambar 3.
0
5
10
15
20
25
30
35
40
a b c d e f g h i
Jum
lah
sis
wa
Jenis aktivitas siswa
Ujicoba 1 Ujicoba 2
Gambar 3 Aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA SD berorientasi outdoor learning.
a. Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan, b. Aktif mencari bahan
pengamatan, c. Memperhatikan penjelasan guru, d. Mengerjakan tugas
kelompok dengan sungguh-sungguh, e. Mengajukan pertanyaan yang relevan,
f. Mengumpulkan informasi, g. Aktif terlibat menyusun laporan, h.
Mengemukakan gagasan/ide pemecahan masalah, i. Menyampaikan hasil
pengamatan secara lisan
Pembelajaran IPA SD Berorientasi Oudoor Learning Page 8
2. Keterampilan proses
Hasil belajar pada pembelajaran IPA SD berorientasi outdoor learning dilakukan
pada awal pembelajaran saat siswa belum mendapat materi (pre-tes) dan akhir
pertemuan setelah siswa mendapat materi pembelajaran (post-tes). Hasil post-tes
tersebut dikomparasikan dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)dengan standart
7,50. Rekapitulasi hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA SD berorientasi outdoor
learning tercantum pada tabel 4.
Tabel 4. Hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA SD berorientasi outdoor
learning
No Pre-tes Post-tes
Nilai Banyak siswa Nilai Banyak siswa
1 41 – 50 4 61 – 70 0
2 51 – 60 25 71 – 80 3
3 61 – 70 5 81 – 90 21
4 71 – 80 0 91 – 100 10
Rata-rata 56 86
0
5
10
15
20
25
30
35
40
a b c d e f g h i j
Jum
lah
sis
wa
Jenis keterampilan proses
ujicoba 1 ujicoba 2
Gambar 4 Keterampilan proses siswa dalam pembelajaran IPA SD berorientasi outdoor
learning. a. Melibatkan seluruh indera untuk mencari informasi, b. Mencari
persamaan dan perbedaan dari hasil pengamatan, c. Melakukan prosedur
kerja sesuai dengan petunjuk, d. Mencatat setiap hasil pengamatan, e.
Menampilkan data pengamatan dalam bentuk tabel, f. Mengemukakan
pendapat/dugaan sementara dari hasil pengamatan, g. Mengumpulkan data,
h. Membuat laporan tertulis, i. Menyampaikan hasil pengamatan secara
lisan, j. Mengumpulkan fakta-fakta yang ada dari hasil pengamatan
Pembelajaran IPA SD Berorientasi Oudoor Learning Page 9
PEMBAHASAN
Pengembangan perangkat pembelajaran adalah serangkaian proses atau kegiatan
yang dilakukan untuk menghasilkan suatu perangkat pembelajaran berdasarkan teori
pengembangan yang telah ada. Trianto (2007) menyatakan bahwa, suatu produk atau
program dikatakan valid apabila produk tersebut dapat merefleksikan jiwa pengetahuan
(state of the art knowledge). Hal ini yang disebut sebagai validitas isi, sementara itu
komponen-komponen produk tersebut harus konsisten satu sama lain (validitas
konstruk). Selanjutnya suatu produk dikatakan praktikal apabila produk tersebut dapat
digunakan (usable). Kemudian suatu produk dikatakan efektif apabila ia memberikan
hasil sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan oleh pengembang.
Hasil pengembangan perangkat pembelajaran yang telah dilakukan pada
penelitian ini menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran tersebut dapat
diimplementasikan. Hal ini ditunjukkan dengan tercapainya ketuntasan belajar dan
terlaksananya seluruh variabel penelitian (keaktivan siswa dan keterampilan proses).
Aktivitas siswa saat melakukan pembelajaran outdoor learning diawali dari
aktivitasnya saat di dalam kelas, aktivitas yang berlangsung adalah perpaduan dari
petunjuk guru saat berada dalam kelas dan komunikasi siswa dengan lingkungan. Hal
ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Liu (2009) bahwa aktivitas pembelajaran
dalam outdoor learning merupakan aktivitas yang telah dikembangkan oleh guru yang
nantinya mengarahkan siswa untuk beraktivitas saat berada di luar ruangan.
Beberapa aktivitas yang tidak muncul pada ujicoba 1 tetapi muncul pada ujicoba 2
dimungkinkan karena siswa masih belum terbiasa dengan metode pembelajaran yang
digunakan, sehingga siswa banyak yang menggunakan kesempatan di luar ruang kelas
untuk bermain hingga lupa pada tugas yang seharusnya dilakukan. Pada saat inilah guru
berperan aktif dalam mengarahkan siswa. Di samping itu, siswa telah terbiasa atau dapat
mengambil pelajaran dari pengalamannya saat ujicoba kesatu, sehingga pada ujicoba
kedua hasilnya lebih baik. Hal ini sesuai dengan teori Vygotsky mengenai zona
perkembangan proksimal, yaitu interaksi sosial akan dapat memudahkan perkembangan
anak. Ketika siswa mengerjakan pekerjaanya di sekolah sendiri, perkembangan mereka
kemungkinan akan berjalan lambat. Untuk memaksimalkan perkembangan, siswa
seharusnya bekerja dengan teman yang lebih terampil yang dapat memimpin secara
sistematis dalam memecahkan masalah yang lebih kompleks. Melalui perubahan yang
Pembelajaran IPA SD Berorientasi Oudoor Learning Page 10
berturut-turut dalam berbicara dan bersikap, siswa mendiskusikan pengertian barunya
dengan temannya kemudian mencocokkan dan mendalami kemudian menggunakannya.
Aktivitas siswa selama pembelajaran outdoor learning diiringi dengan
keterampilan proses siswa yang menunjukkan adanya peningkatan dari ujicoba 1
hingga ujicoba 2. Keterbatasan jenis keterampilan proses yang dapat dilakukan oleh
siswa setingkat SD dikarenakan pola pikir mereka yang memang belum meluas seperti
halnya orang dewasa. Sesuai pendapat Longfield bahwa secara sederhana keterampilan
proses IPA yang harus dimiliki oleh siswa setidaknya terdiri dari : 1) Keterampilan
mengamati, 2) Keterampilan menafsirkan hasil pengamatan, 3) Membuat hipotesis, 4)
Merancang eksperimen, 5) Melakukan eksperimen, 6) Menganalisis data, 7)
Mengkomunikasikan hasil. Tentunya ketujuh keterampilan proses tersebut
menggunakan bahasa dan tata cara sederhana sesuai pola pikir siswa SD.
Keterampilan proses yang meningkat dari ujicoba pertama sampai ujicoba kedua
menunjukkan bahwa siswa lebih menguasai materi sehingga muncul keberanian untuk
melakukan aktivitas belajar dan keterampilan proses. Tes hasil belajar diberikan kepada
siswa setelah pertemuan keempat (akhir pertemuan). Ini berarti tes hasil belajar
diberikan setelah siswa mengalami proses pembelajaran dan pengalaman belajar yang
mencakup keterampilan proses maupun aktivitas belajar siswa, dengan demikian
diharapkan tes hasil belajar dapat mencapai KKM yang telah ditentukan.
Belajar dalam kelompok mendorong siswa untuk dapat berpartisipasi dalam kerja
kelompok. Memberikan permasalahan dalam pembelajaran juga terbukti dapat
meningkatkan kemampuan berpikir siswa, hal ini dapat dilihat dari keaktivan siswa
dalam mengkritisi dan menganalisis data untuk mendapatkan jawaban dari
permasalahan yang diberikan. Pemberian suatu permasalahan serta proses mencari
jawaban dalam pembelajaran dapat membantu siswa untuk dapat lebih mudah
mengingat materi yang dipelajari, sehingga siswa dapat lebih memahami materi (Phee,
2002). Siswa yang mampu mengingat dengan baik materi pelajaran tentunya juga dapat
dengan baik memahami dan mendalami materi tersebut sehingga hasil tes siswa dapat
meningkat.
Pembelajaran outdoor learning membuat siswa menjadi lebih peka terhadap
lingkungan dan lebih lebih menghargai lingkungan, hal ini akan lebih tercapai apabila
guru yang mendampingi saat pembelajaran juga mempunyai pengetahuan yang
Pembelajaran IPA SD Berorientasi Oudoor Learning Page 11
memadai dalam memberikan materi pembelajaran. Hal ini sesuai yang diungkapkan
Eric (1996) dalam sebuah artikel yaitu apabila guru outdoor memiliki keterampilan dan
pengetahuan yang dibutuhkan siswa saat melakukan outdoor learning, maka akan
terbangun sensitivitas terhadap lingkungan dan siswa akan lebih termotivasi dalam
upaya perlindungan lingkungan.
Menurut Gage (dalam Neill) menyatakan bahwa kedekatan guru terhadap siswa
juga mempengaruhi keseimbangan kognitif, karena diprediksikan bahwa kita akan
cenderung menyukai seseorang yang telah kita kenali dibandingkan dengan seseorang
yang belum pernah kita kenal. Pendidikan di luar kelas dapat menempatkan siswa pada
kondisi tanpa batas yang dapat menjalin kedekatan dengan guru, kedekatan inilah yang
dapat membantu siswa dalam menemukan pengalaman baru. Sering dalam
pembelajaran outdoor learning tidak diutamakan silabus ekstensi atau rencana
pembelajaran secara rinci karena meletakkan pengembangan pribadi sebagai prioritas
utama. Dengan memprioritaskan pengembangan pribadi dan kedekatan siswa pada guru
sangatlah penting untuk memperoleh proses inspirasi dalam membentuk kreativitas dan
meningkatkan prestasi siswa.
KESIMPULAN
Pengembangan perangkat pembelajaran IPA SD berorientasi outdoor learning
dimulai dengan mengembangkan silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
bahan ajar, LKS, dan alat evaluasi. Perangkat pembelajaran ini dapat memberikan
kontribusi positif terhadap hasil belajar, sehingga siswa dapat mencapai KKM.
Aktivitas belajar siswa dan keterampilan proses selama pembelajaran berlangsung
cukup tinggi dengan skor rata-rata 94,85% dan 90,34%. Keterampilan proses yang
sering muncul selama pembelajaran berorientasi outdoor learning adalah
mengumpulkan fakta-fakta hasil pengamatan, membuat laporan tertulis, dan
menyampaikan hasil pengamatan secara lisan.
REFERENSI
Eric. 1996. Recommended Competencies for Outdoor Educators. Artikel hal. 4.
www.eric.ed.gov. 12 Juli 2010
Pembelajaran IPA SD Berorientasi Oudoor Learning Page 12
Liu T.C., H. Peng, W.H. Wu and M.S. Lin. 2009. The Effect of Mobile Natural- Based
on the 5E Learning Cycle: A Case Study. Educational Technology Science and
Society. 12(4): 344 – 358.
Liu T.Y., T.H. Tan and Y.L. Chu. 2009. Outdoor Natural Science Learning with an
RFID-Supported Immersive Ubiquitous Learning Environment. Educational
Technology and Society. 12 (4): 161 – 175.
Longfield, J. (2003). Science Process Skills. Diakses pada tanggal 10 Nopember 2009.
http://www.indiana.edu/~deanfac/portfolio/examples/jlongfield
/doc/sci_process_skills.doc.
Neill, J. 2004. Characteristic of Outdoor Education.
http://wilderdom.com/facilitation/CharacteristicsInstructors.htm. 2 Agustus 2010.
Phee, A D Mc. 2002. Problem Base Learning in Initial Teacher Education: Taking
Agenda Forward. Journal of Education Enquiry. 3(1): 60-74.
Sardiman, A. M. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT
Rajagrasindo Persada.
Semiawan, C. 1992. Pendekatan Ketrampilan Proses. Jakarta: PT. Gramedia
Widyasarana Indonesia.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta
Trianto. 2007. Model Pembelajara n Terpadu dalam Teori dan Praktek. Surabaya:
Pustaka Ilmu
Zwick T and K. W. Miller. 1996. A Comparison Of Integrated Outdoor Education
Activities And Traditional Science Learning With American Indian Students.
Journal of American Indian Education. 35 (2): 1 – 9.