PELAKSANAAN UPACARA SEMBAHYANG...
Transcript of PELAKSANAAN UPACARA SEMBAHYANG...
PELAKSANAAN UPACARA SEMBAHYANG DONGZHI DAN
UPACARA SEMBAHYANG HARI GENTA ROHANI DI
KELENTENG WAN ING MIAO, ADIWERNA KAB. TEGAL
Tesis
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister
Agama (MA)
Oleh:
TAN MINGGAYANI
NIM: 2112032100005
KONSENTRASI AGAMA KHONGHUCU
PROGRAM MAGISTER STUDI PERBANDINGAN AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
r
iv
ABSTRAK
Eksistensi suatu agama, terutama terlihat dari upacara sembahyangnya. Upacara
sembahyang Dongzhi dan upacara sembahyang Hari Genta Rohani dikenal sebagai
upacara budaya dan tradisi oleh kebanyakan orang. Sedang bagi umat agama
Khonghucu, upacara sembahyang Dongzhi adalah upacara yang diadakan saat
pergantian musim, yaitu ibadah syukur kepada Tuhan. Khusus bagi umat Khonghucu
Indonesia, pada saat upacara sembahyang Dongzhi, diadakan pula upacara
sembahyang Hari Genta Rohani, upacara kepada Nabi Kongzi; seperti yang
dilaksanakan di kelenteng Wan Ing Miao, Adiwerna, kabupaten Tegal.
Melalui penulisan tesis bermetode kualitatif, penulis melakukan observasi, juga
melakukan wawancara kepada beberapa narasumber dan kajian pustaka. Tujuan tesis
ini adalah untuk menjelaskan tahapan-tahapan dalam pelaksanaan upacara
sembahyang Dongzhi, apa hubungannya dengan upacara sembahyang Hari Genta
Rohani, serta makna pelaksanaannya.
Penelitian ini juga bertujuan untuk menemukan, mempertegas dasar, sejarah, nilai
kerohanian dan makna upacara sembahyang Dongzhi dan upacara sembahyang Hari
Genta Rohani agama Khonghucu. Penelitian ini menggunakan kerangka teori agama,
teori upacara religi dari pelaksanaan upacara sembahyang Dongzhi dan upacara
sembahyang Hari Genta Rohani. Untuk itu, dalam memenuhi tujuan penulisan ini,
penulis menggunakan pendekatan teologi dan antropologi. Penyampaian analisis data
pelaksanaan dengan cara naratif, sumber ayat dengan cara deskriptif, penelitian
holistika, koherensi intern. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa rangkaian upacara sembahyang Dongzhi dan upacara
sembahyang hari Genta rohani sesuai dengan ajaran Agama Khonghucu dan
penting sehingga wajib dilakukan sampai kapanpun. Kiranya sebagai sesama
makhluk Tuhan, kita dapat menerima perbedaan di dalam keharmonisan. Shanzai.
Kata kunci: Upacara sembahyang Dongzhi dan upacara sembahyang Hari Genta
Rohani
v
ABSTRACT
Existency of a religion has been especially seen on its ritual. Dongzhi ritual (the
winter season ritual) and Day of Tian zhi Muduo ritual has been known as a culture
and tradition by many of us. For Confucian religious believers since thousands of
years, Dongzhi has been a very special moment within human life, so at winter season
(Dongzhi) they also pray to Tian, The almighty God. Especially among the
Indonesian Confucian religious believers, they also hold the holly moment called Day
of Tian zhi Muduo ritual (prophet Confucius becomes the Muduo of the Almighty
God) at Kelenteng Wan Ing Miao, Adiwerna the region of Tegal City.
Trough the qualitative method of this thesis, I have done an observation,
documentation, and made notes of Dongzhi ritual there, interviewing some experts
and bibliographical studies. The goal of this thesis to be done a step by step explain
that Dongzhi ritual, is also held the day of prophet Confucius becomes Tian zhi
Muduo of Confucian Religion.
This thesis also underlines the basic of the Dongzhi ritual, history, spiritual values
and the meaning the ritual in Confucian Religion. This thesis based on the theory of
religious rituals of the Dongzhi ritual included the commemorates ritual day of the
prophet Confucius becomes Tianzhi Muduo. So, I choose an anthropologist
approached, data analyses, data resources in narrative way, holistic, internal-
coherency. Based on the research that has been done, it can be concluded that the
series of Dongzhi prayer ceremonies and ceremonies of Tian zhi Muduo ritual in
accordance with the teachings of Confucian Religion and important so that it must be
done until whenever. Confucian religion teaches us as human being that’s created by
Tian, the almighty God, we should live harmoniously in diversity. Shanzai.
Keywords: Dongzhi ritual, Day of Tian zhi Muduo.
vi
Kitab Sanjak, Shi Jing, IV: I: III: III
HORMATILAH
Hormat, hormatilah!
Maha mulia TIAN Yang Maha Esa
Firman-Nya sungguh tak mudah
Jangan berkata Dia tinggi-tinggi di atas,
Dia naik-turun di tempat orang berkarya, dan
Hari-hari memeriksa kami di sini.
Aku hanya anak kecil,
Tidak pandai menaruhkan hormat,
Namun, dengan majunya hari dan bulan,
Aku belajar memegang teguh gemerlapnya pengetahuan,
Sehingga boleh cerah-cemerlang.
Bantulah hamba mendukung beban, dan
Tunjukkan aku betapa Menggemilangkan Kebajikan.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur tak terhingga ke hadirat Huang Tian, Tuhan YME, kepada Zhiseng
Kongzi, para Shen Ming dan leluhur,sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis
berjudul “PELAKSANAAN UPACARA SEMBAHYANG DONGZHI DAN
UPACARA SEMBAHYANG HARI GENTA ROHANI DI KELENTENG WAN ING
MIAO, ADIWERNA KAB. TEGAL” ini dengan baik.
Dalam kesempatan penting ini, penulis hendak menyampaikan ucapan terima kasih
dan penghargaan kepada semua pihak yaitu :
Kepada Rektor UIN Syarif Hidayatullah, Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., Dekan
Fakultas Ushuluddin Prof. Dr. Masri Mansoer., beserta jajarannya, dalam Fakultas
Ushuluddin di mana saya menempuh studi. Tak terkecuali juga, kepada segenap
dosen dan karyawan yang tak kalah semangat pengabdiannya.
Kepada pembimbing penulis, Bapak Prof. Dr. M. Ikhsan Tanggok, M. Si, Bapak Dr.
Media Zainul Bahri, M.A, juga Bapak Maulana M.A.yang senantiasa dengan sabar
mengarahkan, memberi contoh dan banyak masukan dalam penulisan tesis ini.
Kepada Prof. Dr.Kautsar Ashari Noer sebagai penguji I, Bapak Prof. Dr. H.M.
Ridwan Lubis, M.A. sebagai penguji II.
Kepada Ayahanda Alm. Tan Santoso,dan Ibunda Lie Jauw Tjeng yang selalu
mendoakan dan memberi dukungan semangat, Ibu mertua The Tek Lan, suami
tercinta Ws Lie Suprijadi, dan putra-putra terkasih Yoga Wibisono, dan Yopi
viii
Santoso. Kepada kakak- kakak, untuk pendampingan serta bantuan, sehingga penulis
dapat bangkit melanjutkan penulisan meskipun banyak cobaan yang menimpa
keluarga kami, sehingga akhir penyelesaiannya.
Tak lupa penulis sampaikan terima kasih banyak kepada Bapak Alm Xs Thjie
Tjay Ing, Dr. Drs. Xs. Oesman Arief, Xs Buanadjaja Bing Sidhartanto (sebagai
pembuat abstract dalam bahasa Inggris, sebagai narasumber utama saat pelaksanaan
upacara sembahyang Dongzhi dan upacara sembahyang hari Genta Rohani yang
diamati, Xs. Masari Saputra, Xs. Setiawan Bunyamin, Xs. Bingky Irawan, Bratayana
Ongkowidjaya XDS, Dr.Ir. Drs. Adji Djojo, M.M, Dr. Drs. Setio Kuncono, M.M.
yang telah banyak membantu penulis memberikan penjelasan, data-data dan masukan
berharga dalam penulisan tesis ini.
Juga kepada para pengurus kelenteng Wan Ing Miao, pengurus litang MAKIN
Adiwerna, Jawa Tengah. Js. Tjoa Tiang Jie, Js. Lie Po Wie, bapak Aceng Suherman,
bapak Boedhi Setyawan, ibu Melani Thesiadi, yang mengundang penulis mengikuti
pelaksanaan upacara sembahyang Dongzhi dan upacara sembahyang Hari Genta
Rohani, hingga penulis mendapat bahan penelitian tesis.
Terima kasih khusus kepada Bapak Ir. Ws. Wawan Wiratma Ketua Umum
Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN periode 2010-2014),
Bimas Khonghucu Kementrian Agama RI, mewujudkan program S2 Agama
Khonghucu, mas Totok Tohari, segenap karyawan perpustakaan Fakultas
Ushuluddin. Tuk adikku Tsing Mei, sahabatku Ines, Ibet, teman-teman guru, para
ix
rohaniwan, umat M. Karjaya, Kanca- kanca Cilik, terima kasih banyak atas doa, dan
dukungannya.
Penulis pun menyadari tesis ini masih tidak luput dari beragam kekurangan.
Karena itu segenap masukan yang datang kemudian akan menambah mutu tesis.
Jakarta,
Penulis,
Tan Minggayani
x
DAFTAR ISI
Lembar Judul....... ............................................................................. ...... i
Lembar Pernyataan …………………………………….. …………….. ii
Persetujuan Pembimbing …………………………..……………..… iii
Lembar Pengesahan …………………………………………………..... iv
Abstrak ….…….………....................................................................v
Abstract ….…………….................................................................... vi
Sanjak ................................................................................................. vii
Kata Pengantar ….….…………………………………………..... viii
Daftar Isi ……………………… …………………………............... x
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………….. 1
A. Latar Belakang ………… ……………………………………….. 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ………………… ……………….. 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………………………… ..…….. .. 7
D. Metodologi Penelitian ……………………………………………… 8
1. Metode pengumpulan data …………..………………. 8
2. Pendekatan Penelitian …………………………………… 9
xi
3. Sumber Data ……………………………………………. 9
4. Teknik pengumpulan Data ………………………..……. 11
a. Observasi lokasi upacara ……………………….… 11
b. Wawancara kepada responden dan narasumber… 11
c. Dokumentasi foto, rekaman video ……………… . 11
d. Kajian pustaka ………………...…………………… 11
5. Lokasi dan waktu penelitian …………………………… 11
6. Teknik penulisan ………………………………………. 12
7. Teknik analisis data …………………………………... 12
8. Sistematika penulisan ……………………………….. 12
BAB II. DASAR TEORI PENELITIAN UPACARA SEMBAHYANG
DONGZHI DAN UPACARA SEMBAHYANG HARI GENTA ROHANI
15
A. Agama, upacara agama…………………………………. 15
B. Makna dan ajaran upacara sembahyang Dongzhi dan upacara
sembahyang hari Genta Rohani ……………………………. 26
BAB III. UPACARA SEMBAHYANG DONGZHI DAN UPACARA
SEMBAHYANG HARI GENTA ROHANI 38
A. Landasan pelaksanaan upacara sembahyang Dongzhi dan upacara
sembahyang hari Genta Rohani ………………....………… 38
B. Upacara sembahyang Dongzhi dan upacara sembahyang hari Genta
Rohani………………………………………………. …. 45
xii
1. Sejarah perkembangan upacara sembahyang Dongzhi dan upacara
sembahyang hari Genta Rohani ……………… 41
2. Penetapan waktu saat Dongzhi dan saat hari Genta Rohani
……………………………………………………………. 45
3. Keyakinan kepada Tuhan ………………………………. 50
4. Penanggalan Ershisi Jieqi ……………………………….. 51
5. Pengertian upacara sembahyang Dongzhi dan upacara sembahyang
hari Genta Rohani ……………… ………………….…... 55
6. Dasar teologis pelaksanaan upacara Dongzhi dan upacara
sembahyang hari Genta Rohani…………….…………… 58
7. Sesajian upacara sembahyang Dongzhi dan upacara sembahyang
hari Genta Rohani …………………… 73
8. Fungsi upacara sembahyang Dongzhi dan upacara sembahyang
hari Genta Rohani…… ………………….. …………… 77
C. Upacara sembahyang Hari Genta Rohani…………………….. 78
1. Kongzi sebagai “Genta Rohani” utusan Tian…….…… …. 80
2. Lambang Genta Rohani (Mu Duo)………………………. 82
BAB IV. PELAKSANAAN UPACARA SEMBAHYANG DONGZHI
DAN UPACARA SEMBAHYANG HARI GENTA ROHANI DI
KELENTENG WAN ING MIAO, ADIWERNA KAB. TEGAL 87
A. Pelaksanaan upacara sembahyang Dongzhi dan upacara sembahyang
Hari Genta Rohani di kelenteng Wan Ing Miao, Adiwerna…… 87
xiii
B. Persiapan pelaksanaan upacara sembahyang Dongzhi dan upacara hari
Genta Rohani ………………………………………………… 94
C. Prosesi upacara sembahyang Dongzhi………………...…….... 105
a. Prosesi Upacara sembahyang Dongzhi …….. …………. 124
b.Prosesi Upacara sembahyang Hari Genta Rohani ,……… 131
D. Pokok-pokok peribadahan upacara sembahyang Dongzhi.. 158
E. Hubungan upacara Dongzhi dengan upacara hari Genta Rohani… 162
F. Tinjauan komponen religi upacara sembahyang Dongzhi dan upacara
sembahyang hari Genta Rohani ……………………………….. 171
G. Simbol-simbol upacara sembahyang Dongzhi………………. 174
H. Kekhususan pelaksanaan upacara Dongzhi di kelenteng Wan Ing Miao
……………………………………………………………….. 175
I. Makna pelaksanaan upacara Dongzhi dan upacara sembahyang hari
Genta Rohani . ………………………………………….. 186
Bab V. Kesimpulan dan saran………………………………….. 189
GLOSSARY
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran-lampiran
Riwayat Hidup Peneliti
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Eksistensi suatu agama terutama terlihat pada kegiatan umat
melaksanakan upacara sembahyangnya. Kegiatan sembahyang secara
perorangan maupun bersama-sama orang lain, merupakan ciri khusus yang
hanya diperoleh dari kegiatan keagamaan. Demikian pula dalam agama
Khonghucu, mempunyai ajaran upacara sembahyang sebagai bentuk
kegiatan rohani keagamaan bagi umatnya.
Upacara sembahyang keagamaan merupakan kegiatan yang sangat
penting dan merupakan suatu perintah agama1. Jadi kalau kita salah
memahami dan salah dalam tujuan pelaksanaan akan sangat menyalahi
perintah agama. Contohnya upacara sembahyang Dongzhi telah
dilaksanakan empat ribu tahun lebih, tentu mempunyai nilai berupa
sumber dasar, fungsi upacara dan nilai-nilai luhur ajaran agama
Khonghucu dalam upacara sembahyang Dongzhi itu, sehingga masih
dilaksanakan.
Melalui upacara-upacara keagamaan, manusia dididik agar dapat
merasakan suasana tumbuhnya dorongan-dorongan nilai spiritual, nilai
1 Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN), Catatan Kesusilaan (Li Ji)
Kitab Suci Agama Khonghucu (Jakarta : MATAKIN, 2009). Salah satu Kitab dari Lima Kitab
Yang mendasari (Wu Jing) berisi tentang peribadahan dan norma perilaku sehari-hari yang
diteladankan oleh para Raja Suci, keluarga istana.
2
kerohanian, sosial psikologis. Selain itu dengan melaksanakan
sembahyang bersama, seseorang dapat belajar hidup harmonis dengan
orang lain dan mengembangkan aspek-aspek positif yang ada dalam
dirinya2. Begitu penting dan luas pelaksanaan dan manfaat pelaksanaan
sebuah upacara keagamaan, jangan sampai kita salah melaksanakan atau
dengan sesuka hati memaknainya. Karena pemahaman saat melakukan
sembahyang akan mempengaruhi pengertian dan keimanan umat,
mendorong umat melaksanakan upacara sembahyang dengan tulus, iklas,
lebih khidmat sehingga tujuan pelaksanaannya tercapai.
Sedangkan manfaat pelaksanaan upacara sembahyang Dongzhi dan
upacara sembahyang hari Genta Rohani, dapat menciptakan keharmonisan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sebaliknya bagi
orang yang hanya mempercayai agama Khonghucu sebagai sebuah ajaran
filsafat dan moral saja, tanpa mempelajari makna ibadahnya, maka orang
itu akan mencari kebutuhan rohani melalui nilai-nilai keyakinan agama
yang lain, bukan bersumber nilai spiritual Agama Khonghucu. Sedangkan
ajaran spiritual agama Khonghucu bersifat khusus dan dibutuhkan bagi
para pemeluknya. Tanpa pengetahuan spiritual agama, manusia akan
kehilangan atau kosong rasa dan jiwanya. Alasan-alasan inilah yang
sangat mendorong penulis untuk meneliti pelaksanaan salah satu upacara
Agama Khonghucu.
2
Suasthi dan Suastawa, Psikologi Agama, Seimbangkan Pikiran, Jiwa dan Raga
(Denpasar : Widya Dharma, 2008), h.79-80.
3
Khusus di Indonesia, dimana terjadi pembatasan pelaksanaan
upacara Khonghucu di masa lalu, membuat banyak umat menjadi tidak
memahami pengetahuan ajaran-ajaran upacara yang merupakan ajaran
utama sebuah agama.3
Terdapat lima aspek yang diajarkan dalam agama Khonghucu;
yaitu aspek keimanan, aspek sejarah, aspek tata ibadah, aspek perilaku
junzi dan aspek kitab suci. Masyarakat pada umumnya hanya membahas
dan mempelajari tentang ajaran perilaku Khonghucu, sehingga makna
upacara sembahyang hanya sebagai tradisi atau makna budaya saja. Lebih
parah lagi, upacara agama Khonghucu sering diklaim sebagai upacara
agama lain.
Seperti tertulis dalam berita Kompas bertanggal 26-12-2013 hal.34;
berjudul “Dongzhi, Cara Menyambut Musim Salju (Solstice)”, perayaan
pergantian musim. Artikel ini khusus hanya membahas peristiwa Dongzhi
yang telah lama dilaksanakan masyarakat tionghoa untuk berkumpul
keluarga dan berpesta, layaknya perayaan Tahun Baru. Perayaan ini
dikatakan menganut prinsip “yin dan yang”, atau mengenai keseimbangan
kosmos, tanpa penjelasan lebih rinci. Selanjutnya dalam artikel ditulis
bahwa perayaan Dongzhi telah ada sejak Dinasti Han 206SM-220M atau
hanya sekitar 2500 tahun yang lalu. Sedang dari penelusuran kitab
Dokumentasi Sejarah (Shu Jing) agama Khonghucu, Dongzhi adalah
sebuah upacara sembahyang yang dilakukan saat puncak musim dingin,
3 Dari lima macam upacara, upacara sembahyanglah yang paling utama dan penting.
4
dimulai pada dinasti Xia 2205-1600 SM4
. Makanan khas upacara
sembahyang Dongzhi, bernama “tang yuan atau tuan yuan”. Kata yuan
artinya bulat atau bundar. Kata tuan artinya bersatu kembali, tanpa
penjelasan makna simbolisnya. Untuk kuah ronde biasanya dibuat dari
rebusan jahe, gula pasir atau gula merah, dan kadang- kadang ditambah
daun pandan. Tang Yuan ini tidak hanya disiapkan untuk makanan
keluarga, tetapi juga disajikan pada saat mendoakan para arwah leluhur.
Dalam berita dalam koran “Kompas” tersebut, dituliskan bahwa
perayaan Dongzhi dikenal di sejumlah negara. Di antaranya adalah Korea
Selatan (Dongji), Jepang (ToJi), dan Vietnam (Dong Chi), Di Singapura,
tang yuan biasanya ditambah daun pandan dan jahe di dalam kuahnya.
Masyarakat Malaysia keturunan tionghoa, biasanya merayakan Dongzhi
dengan makan bersama teman dan keluarga. Di Hongkong perayaan
Dongzhi diramaikan dengan menggunakan baju baru dan tukar menukar
kado. Sedang di Taiwan tradisi yang berkembang beda lagi, mereka
biasanya mengkonsumsi makanan dan minuman yang dapat menyehatkan
tubuh dan agar kuat saat menghadapi musim dingin. Di Indonesia sendiri,
sebagian masyarakat keturunan tionghoa masih merayakan Dongzhi.
Umumnya perayaan ini dikenal sebagai festival wedang ronde. Artikel
tersebut tidak menuliskan nilai keimanan, nilai sejarah, tata ibadah,
4 MATAKIN, Shu Jing I Tang Shu ke 4-10 ( Jakarta : MATAKIN,2004), h 3. Pada saat
Baginda Yao, Dinasti Xia menentukan waktu terbagi dalam ke empat musim: musim semi, musim
panas, musim rontok dan musim dingin. Ayat ke-10 saat Baginda Shun, membagi negerinya
menjadi 12 propinsi dan membangun dua belas altar pada masing-masing gunungnya.
5
sumber kitab suci dan makna upacara sembahyang Dongzhi yang sesuai
sumber pustakanya.
Bagi umat agama Khonghucu Indonesia upacara sembahyang
Dongzhi adalah upacara sembahyang yang penting dan wajib
dilaksanakan setiap tanggal 22 Desember, atau tanggal 21 Desember bila
jatuh pada tahun kabisat. Sejak ribuan tahun lalu masih dilaksanakan
dengan maksud untuk mensyukuri kebesaran Tuhan (Tian) dan
menghormat leluhur. Pada saat Dongzhi, matahari kembali berputar ke
utara, maka pada waktu itu umat Khonghucu secara terus menerus
melaksanakan upacara sembahyang Dongzhi dengan menyajikan sajian
khas berupa kue ronde berkuah jahe manis. Demikianlah makna upacara
sembahyang Dongzhi.5
Bentuk upacara sembahyang Dongzhi yang dilaksanakan setiap
tahun oleh umat Khonghucu Indonesia, makna upacara sembahyang
Dongzhi yang dirangkai dengan upacara sembahyang hari Genta Rohani
inilah yang penulis teliti lebih dalam. Sebab sangat penting bagi
masyarakat terutama bagi umat yang memeluk agama Khonghucu untuk
memahami, melaksanakan upacara sembahyang Dongzhi dan upacara
sembahyang hari Genta Rohani sebagai upacara keagamaan, sehingga
makna dan tujuan upacara tercapai. Disamping itu hasil penulisan ini juga
dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran tentang upacara sembahyang
Dongzhi dan upacara sembahyang hari genta Rohani itu sendiri.
5 MATAKIN, Tata Agama dan Tata Laksana Upacara Agama Khonghucu (Solo:
MATAKIN, SAK.Th. XXVII No.4-5, 1984), h. 66.
6
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Karena keterbatasan waktu, tenaga, dan dana serta agar penulisan
dapat dilakukan secara mendalam, maka penulisan dibatasi pada masalah
bentuk, makna pelaksanaan Upacara sembahyang Dongzhi serta upacara
sembahyang Hari Genta Rohani dalam agama Khonghucu yang dilakukan
di kelenteng Wan Ing Miao, Adiwerna.
Alasan penulis adalah meskipun merupakan perintah agama
Khonghucu, tetapi pada umumnya upacara tersebut masih dikenal hanya
sebagai tradisi budaya, bahkan kadang dianggap sebagai upacara agama
lain. Namun demikian, upacara sembahyang Dongzhi dan upacara
sembahyang hari Genta Rohani dapat tetap dilaksanakan sampai sekarang.
Ketika penulis mencari topik bahan penulisan tesis, penulis memilih
upacara sembahyang Dongzhi dan upacara sembahyang hari Genta Rohani
tanggal 22 Desember 2013 yang akan diteliti. Alasan penentuan lokasi
penelitian dipilih di kelenteng Wan Ing Miao, karena selain untuk fokus
area penelitian, pelaksanaan upacara sembahyang Dongzhi dan upacara
sembahyang hari Genta Rohani saat itu juga diinformasikan bahwa akan
dilaksanakan upacara peneguhan iman6 bagi sekitar lima puluh orang
umat. Lebih istimewa lagi, letak litang7 dan MAKIN Adiwerna sejak tahun
1871 sampai saat ini masih tetap berada di dalam area kelenteng.
Penulis menentukan judul tesis ini adalah “Pelaksanaan Upacara
6 Upacara peneguhan iman (liyuan) adalah upacara bagi umat untuk berprasetya janji
menjadi umat agama Khonghucu. Setelah menerima peneguhan iman itu, umat menjalani hidup
dengan bimbingan ajaran Khonghucu. Tata Agama dan Tata Laksana Agama Khonghucu, h. 98. 7 Litang adalah aula tempat umat Khonghucu melaksanakan ibadah sembahyang, belajar
agama juga kegiatan umat Khonghucu lainnya.
7
Sembahyang Dongzhi dan upacara sembahyang hari Genta Rohani di
kelenteng Wan Ing Miao, Adiwerna kab. Tegal” dengan batasan
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana bentuk, makna dan dasar pelaksanaan upacara
sembahyang Dongzhi dan upacara sembahyang hari Genta Rohani di
kelenteng Adiwerna ?
2. Bagaimana hubungan upacara sembahyang Dongzhi dengan upacara
sembahyang hari Genta Rohani?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
yaitu :
1. Untuk memahami bentuk, dasar keimanan, sejarah, tata ibadah, dan makna
upacara sembahyang Dongzhi dan upacara sembahyang hari Genta Rohani.
2. Untuk menjelaskan hubungan upacara sembahyang Dongzhi dengan
upacara sembahyang hari Genta Rohani.
D. Metodologi penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah
berarti kegiatan penulisan itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu
rasional, empiris dan sistematis. Menggunakan data yang valid, artinya
8
data yang diperoleh adalah data yang reliabel dan obyektif, sedang tujuan
dan kegunaan penulisan jelas.8
1. Model Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penulis bermaksud
mengamati pelaksanaan, memahami tata ibadah upacara sembahyang
Dongzhi dan upacara sembahyang hari Genta Rohani secara lebih
mendalam. Selain bertujuan menjelaskan upacara yang dilaksanakan,
dasar keimanan dan tata ibadah dalam kedua upacara sembahyang, juga
makna upacara sembahyang yang berlangsung tanggal 22 bulan Dongzhi
penanggalan Kongzi Li ini. Dalam penelitian ini, penulis melakukan
pengumpulan data dari pengamatan saat pelaksanaan berlangsung, kajian
pustaka dari Kitab Suci Agama Khonghucu yaitu Kitab Si Shu9 dan Kitab
Wu Jing10
, juga melalui wawancara khusus kepada para penasehat,
pengurus MAKIN11
Adiwerna, para petugas upacara, dan beberapa Xueshi
(Xs), Wenshi (Ws), dan Jiaosheng (Js).12
8 Sugiyono, Metode Penulisan Kuantitatif- kualitatif dan R&D (Bandung : CV Alfabeta,
2009), h. 2-3. 9 Sishu, adalah Kitab Yang Empat merupakan kitab suci agama Khonghucu, terdiri dari
empat bagian yaitu, Ajaran Besar (Daxue), Tengah Sempurna ( Zhongyong), Sabda Suci (Lunyu),
dan MengZi (Mencius) . 10
Wujing, adalah Kitab Yang Mendasari, merupakan kitab klasik agama Khonghucu,
terdiri: kitab Kejadian dan perubahan alam semesta (Yijing), Kitab Sanjak (Shijing), Kitab
Dokumentasi Sejarah (Shujing), Kitab Kesusilaan (Liji), dan kitab catatan jaman Chun Qiu
(Chunqiujing) 11
MAKIN singkatan dari Majelis Agama Khonghucu Indonesia. 12
Js (Jiaosheng), adalah rohaniwan tingkat junior bertugas sebagai penebar agama; lalu
Ws (Wen Shi) rohaniwan tinggkat madya bertugas sebagai guru agama; dan Xs (Xue Shi)
rohaniwan tingkat senior sebagai pendeta agama Khonghucu.Terlampir data para narasumber.
9
2. Pendekatan Penelitian
Untuk menjelaskan tentang upacara sembahyang Dongzhi dan
upacara sembahyang hari Genta Rohani, penulis menggunakan dua
pendekatan penelitian.
a. Pendekatan teologis, pendekatan yang bersumber dari kitab Si Shu dan
Kitab Wu Jing untuk menjelaskan dasar agamis pelaksanaan upacara
sembahyang13
Dongzhi dan upacara sembahyang hari Genta Rohani
yang diteliti. Juga untuk mencari bentuk dan makna pelaksanaan
upacara sembahyang sesuai ayat suci.
b. Pendekatan antropologis, berupa jalannya prosesi upacara sembahyang
Dongzhi dan upacara sembahyang hari Genta Rohani yang
berlangsung. Bagaimana umat Khonghucu dalam melaksananakan
upacara dan memaknainya..
3. Sumber Data
Data primer diperoleh dari pelaksanaan upacara sembahyang
Dongzhi dan upacara sembahyang hari Genta Rohani di Wan Ing Miao,
Adiwerna, yang dilaksanakan pada tanggal 22 Desember 2013.
Selanjutnya dicatat juga hasil wawancara kepada para narasumber yaitu:
Js. Tiang Tjie, Js Lie Poo Wie, Ibu Melani, Bapak Boedhi Setiawan,
Bapak Aceng Suherman, Xs. Tjhie Thay Ing, Xs. Oesman Arif, Xs.
13
Media Zainul Bahri, Wajah Studi Agama-Agama (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015),
h. 20-21 dan 47- 48.
10
Buanadjaya, Xs. Masari Saputra, Xs. Setiawan Benyamin, Xs.Bingky
Irawan dan XDS. Bratayana O, Ws. Setio Kuncoro.
Sedang data sekunder diperoleh dari sumber pustaka yaitu Kitab
Si Shu dan Kitab Wu Jing khususnya, untuk mendapatkan argumentasi
teologis, juga sumber lainnya. Dengan melakukan kajian pustaka, penulis
memperoleh dasar pelaksanaan dan makna upacara sembahyang Dongzhi,
juga hubungan upacara sembahyang Dongzhi dengan upacara
sembahyang Hari Genta Rohani Agama Khonghucu.
Tesis ini menguraikan secara mendalam nilai-nilai Upacara
sembahyang Dongzhi dan upacara sembahyang Hari Genta Rohani Agama
Khonghucu. Juga teori pendukung seperti teori upacara, teori bersaji, nilai
keimanan, sosiologi, antropologi upacara sembahyang Dongzhi dan
upacara sembahyang hari Genta Rohani; disamping tentang makna
upacara hari Genta Rohani, pentingnya pelaksanaan upacara keagamaan
bagi umat Khonghucu.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan :
a. Observasi langsung ke lokasi upacara, penulis mengamati dan membuat
cacatan pelaksanaan upacara sembahyang Dongzhi dan upacara
sembahyang hari Genta Rohani.
b. Wawancara kepada responden dan narasumber, untuk mengetahui
hal-hal yang berhubungan dengan tata ibadah, bentuk dan makna
11
pelaksanaaan upacara sembahyang Dongzhi dan upacara sembahyang
hari Genta Rohani.
c. Data dari dokumentasi foto, rekaman video, ayat dari kitab-kitab
suci Agama Khonghucu, buku pendukung lain.
d. Kajian pustaka mendasari dan mendukung upacara sembahyang
Dongzhi dan upacara sembahyang hari Genta Rohani di kelenteng Wan
Ing Miao, Adiwerna pada tanggal 22 Desember 2013.
5. Lokasi dan Waktu Penulisan.
Penentuan lokasi dan waktu kajian ditetapkan karena beberapa
hal, yaitu penulis memperoleh banyak pertanyaan berhubungan
dengan upacara keagamaan Khonghucu dari sesama umat maupun
dari khalayak umum. Pada saat penulis mencari data mengenai
upacara agama Khonghucu di bulan Oktober, upacara keagamaan
agama Khonghucu terdekat adalah upacara sembahyang Dongzhi dan
upacara sembahyang hari Genta Rohani. Kemudian penulis juga
mendapat undangan untuk menghadiri pelaksanaan upacara
sembahyang Dongzhi dan upacara sembahyang hari Gernta Rohani
yang dilaksanakan oleh Majelis Agama Khonghucu Indonesia
(MAKIN) Adiwerna. Litang MAKIN Adiwerna, tetap berada di
lingkungan kelenteng Wan Ing Miao yang didirikan sejak th 1881.
12
Dilaksanakannya upacara sembahyang keagamaan sesuai dengan
waktu yang tertulis pada buku tata agama dan tata laksana upacara
agama Khonghucu; saat pelaksanaan upacara berlangsung,
pendamping upacara mengucapkan sesajian dengan suara lantang.
Selain itu mereka selalu mempersembahkan minuman arak saat
upacara besar keagamaan. Cara penyajian seperti itu, khas hanya
terjadi di litang makin Adiwerna. Apalagi pada pelaksanaan upacara
Dongzhi dan upacara hari Genta Rohani tanggal 22 Desember 2013
juga dirangkaikan dengan upacara peneguhan iman (Liyuan) umat
Khonghucu sebanyak 50-an orang. Dengan adanya alasan – alasan
tersebut, maka penulis menetapkan untuk mengangkat pelaksanaan
Upacara sembahyang Dongzhi dan upacara sembahyang hari Genta
Rohani di kelenteng Wan Ing Miao itu sebagai bahan penulisan tesis.
Penulis mengikuti jalannya upacara, mengambil dokumentasi
foto, video, juga wawancara dengan beberapa pengurus, rohaniwan
pemimpin dan pelaksana upacara.
Pertanyaan yang digali lebih dalam pada teks bacaan atau
ditanyakan kepada para responden antara lain :
(a.) Bagaimana sejarah upacara, nilai keagamaan, dan bentuk
pelaksanaan upacara sembahyang Dongzhi dan upacara sembahyang
hari Genta Rohani agama Khonghucu?
(b.) Apa yang melatar belakangi pelaksanaan Upacara sembahyang
Dongzhi dan Hari Genta Rohani?
13
6. Teknik Penulisan
Teknik penulisan tesis ini mengacu kepada Pedoman Penulisan
Tesis yang diterbitkan oleh Fakultas Ushuluddin UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta14
7. Teknik Analisis Data
Hasil pengamatan pelaksanaan upacara sembahyang Dongzhi dan
upacara sembahyang hari Genta Rohani tentang situasi pelaksanaan,
semangat para peserta upacara, dasar sumber pelaksanaan upacara
sembahyang Dongzhi dan upacara hari Genta Rohani dalam kitab
Kesusilaan (Li Ji), kitab yang pokok (Si Shu), kitab kejadian alam semesta
beserta perubahan yang terjadi di dalamnya (Yi Jing), kitab dokumentasi
sejarah suci agama Khonghucu (Shu Jing), diperjelas oleh para
narasumber yang penulis wawancarai.
Adapun teknik analisis yang penulis gunakan adalah:
a. Analisis naratif dari hasil pengamatan upacara sembahyang
Dongzhi dan upacara sembahyang hari Genta Rohani di tempat
penelitian, sehingga permasalahan dapat terjawab.
b. Analisis deskriptif tentang ayat kitab-kitab suci, sejarah, keimanan,
tata ibadah, prosesi upacara sembahyang Dongzhi dan upacara
sembahyang hari Genta Rohani, tentang makna upacara dan
14 Zainun Kamaluddin , Pedoman Akademik Program Magister (Jakarta: UIN Jakarta, 2012).
14
perlengkapan sesaji upacara. Tentang hubungan upacara
sembahyang Dongzhi dengan hasil pengamatan prosesi di tempat
penulisan dengan upacara Hari Genta Rohani Agama Khonghucu.
8. Sistematika Penulisan
Secara garis besar tesis ini terdiri dari lima bab dengan beberapa sub
bab agar mendapat gambaran yang jelas mengenai hal yang tertulis,
berikut ini sistematika penulisannya :
Bab I Pendahuluan, mencakup latar belakang masalah, batasan dan rumusan
masalah, lokasi dan waktu penelitian, tujuan dan manfaat penulisan, metode
penelitian, serta sistematika penulisan.
Bab II Pengertian upacara keagamaan, makna agamis upacara
sembahyang Dongzhi dan upacara sembahyang hari Genta Rohani secara
umum dan teori–teori yang digunakan untuk membahas upacara
sembahyang Dongzhi dan upacara sembahyang hari Genta Rohani.
Bab III Landasan upacara sembahyang Dongzhi dan upacara sembahyang
hari Genta Rohani, penetapan waktu upacara, keimanan tentang Tuhan,
pengertian penanggalan ershisi jieqi, dasar teologis, sajian, fungsi upacara
sembahyang Dongzhi; Upacara hari Genta Rohani, tentang Kongzi Nabi
umat Khonghucu sebagai Genta Rohani utusan Tuhan, tentang lambang
Mu Duo; dan sekilas tentang upacara peneguhan iman.
Bab IV Pelaksanaan dan makna upacara sembahyang Dongzhi dan
upacara sembahyang Hari Genta Rohani.
Bab V Kesimpulan dan saran sebagai penutup tulisan.
15
BAB II
DASAR TEORI PENELITIAN UPACARA SEMBAHYANG DONGZHI
DAN UPACARA SEMBAHYANG HARI GENTA ROHANI
Dalam bab ini penulis menjabarkan tentang upacara sembahyang
Dongzhi dan upacara sembahyang hari Genta Rohani, seperti : teori agama,
teori upacara keagamaan, dasar-dasar teologis upacara Dongzhi dan
upacara sembahyang hari Genta Rohani, teori kebudayaan, psikologi
agama.
1. Agama, upacara agama.
Teori “Firman Tuhan”, pada mulanya berasal dari seorang sarjana
antropologi bangsa Austria bernama W. Schmidt. Di dalam hubungan itu
beliau percaya bahwa agama itu berasal dari titah Tuhan yang diturunkan
kepada makhluk manusia pada masa permulaan ia muncul di muka bumi
ini. Karena itulah adanya tanda-tanda daripada suatu kepercayaan kepada
dewa pencipta, justru pada bangsa-bangsa yang paling rendah tingkat
kebudayaanya (artinya yang paling tua menurut Schmidt), memperkuat
anggapannya mengenai adanya titah Tuhan asli,1.
Tentang religi, dikutip dalam Koentjaraningrat, bahwa ada satu hal
yang selalu ada dalam segala macam gagasan dan perilaku keagamaan
1 Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm.31.
16
makhluk manusia yaitu perasaan atau sentimen bahwa hal-hal yang
bersangkutan dengan religi atau agama itu bersifat keramat, berbeda
dengan hal-hal yang tidak berhubungan dengan religi atau agama, yaitu
yang bersifat profan. “Suatu religi adalah suatu sistem keyakinan dan
upacara-upacara yang keramat, keyakinan upacara yang berorientasi
kepada suatu komunitas moral, yang disebut umat …”2. Dalam penelitian
ini menjelaskan bahwa upacara yang diteliti adalah sebuah upacara sarana
untuk berhubungan dengan Tuhan.
Menurut KBBI3, agama adalah suatu sistem yang mengatur tata
keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan
manusia serta lingkungannya. Pada salah satu ayat dalam Kitab Suci
agama Khonghucu ditulis bahwa agama adalah bimbingan bagi manusia
untuk menempuh jalan suci4, hidup sesuai sifat-sifat Tuhan yang turun
pada manusia sebagai Watak Sejati (Xing) nya.
Agama adalah bimbingan hidup sesuai wahyu Tuhan yang tercermin
dari kepercayaan manusia terhadap sesuatu yang hanya dapat diyakini
secara imani dan dalam perbuatannya. Pelaksanaan ajaran dan ritual
keagamaan yang diyakini dalam sikap sehari-harinya mencirikan ajaran
suatu agama. Ciri lain setiap ajaran setiap agama pasti mengajarkan bentuk
komunikasi kepada Yang Maha Roh, Nabi, para Suci. Hanya mata
2 Koentjaraningrat, Sejarah teori Antropologi(Jakarta:Universitas Indonesia Press, 1998),
h. 95. 3 KBBI, (Ver 12), 2015 http://ebsoft.web.id/
4MATAKIN, Si Shu, Tengah Sempurna Bab I - 1, h. 36.
17
pelajaran agama yang mengajarkan tata ibadah upacara sembahyang.
Budaya upacara sembahyang dibuat oleh pemimpin agama, yang
umumnya seorang raja atau pemimpin, agar manusia dapat memahami
ajaran agama dengan lebih mudah.
Tentang kata Dongzhi adalah sebuah nama hari dalam penanggalan
“er si se jieqi”, yang artinya “saat puncak musim dingin”. Pada saat itu
hari selalu gelap dan dingin, membuat manusia enggan bahkan
menghentikan kegiatan rutinnya, keluarga saling berkumpul. Setelah
melewati saat puncak musim dingin itu, harapan mulai ada kembali hidup
bagi umat manusia. “Kesusilaan peribadahan mengenai kebajikan Tian,
Bumi dan manusia adalah bahwa adanya manusia merupakan kuasa
kebajikan Tian dan bumi. Oleh jalinan sifat Yin (negatif) dan Yang (positif),
disebabkan oleh berkumpulnya nyawa dan roh (gui dan shen), dari sari
semangat ke lima unsur (Wu Xing). Tuhan mengendalikan sifat positif,
menggantung matahari dan bintang-bintang. Bumi mengendalikan sifat
Yin, memberi jalur di gunung-gunung dan sungai-sungai. Ditaburkan lima
unsur itu melalui empat musim, dan oleh geraknya yang harmonis
kemudian tumbuhkan rembulan; tiga kali lima hari menuju penuh (Ying)
dan tiga kali lima hari menuju punah (Que)“5.
Sedangkan yang dimaksud dengan kata upacara adalah rangkaian
tindakan atau perbuatan yang terikat pada aturan tertentu sesuai adat atau
agama. Sebuah upacara dapat dilakukan untuk memperingati sebuah
5 MATAKIN, Kitab Kesusilaan, bab VII bagian 3.1-2, h. 250.
18
kejadian maupun penyambutan hari besar keagamaan. Seperti saat puncak
semi itu patut disyukuri dengan upacara sembahyang kepada Tuhan.
Umat Khonghucu diajarkan untuk menjadi manusia beriman, tunduk
dan patuh kepada Tuhan Yang Maha Roh, dan karena hati manusia selalu
rawan akan godaan untuk berbuat yang menyimpang dari ajaran agama
maka oleh para Nabi, manusia diajarkan untuk berkomunikasi dan
berhubungan dengan Sang Pencipta. Oleh karena itu beriman kepada
Tuhan (Tian) Yang Maha Esa, adalah hal utama bagi kehidupan rohani
manusia. Seperti Rajasuci Yao (2356SM-2255SM) menurunkan amanat
kepada paramenteri dan rakyatnya, dengan bersabda, “Permuliakanlah
Tian Yang Maha Besar” 6.
Dalam agama Khonghucu, kenyataan Tuhan Yang Maha Esa itu
adalah suatu perkara yang tidak mudah dimengerti, tidak dapat dibatasi
dengan kemampuan manusia yang serba terbatas ini; seperti sabda Kongzi
bahwa kebajikan Tuhan yang Maha Roh sungguh besar, dilihat tiada
nampak, didengar tiada terdengar, namun tiap wujud tiada yang tanpa
Tuhan.7 Demikianlah Tuhan menjadikan umat manusia di dunia berpuasa,
membersihkan hati dan menimbulkan rasa hormat dalam hatinya, sehingga
tergerak hati manusia, mengenakan pakaian lengkap sujud bersembahyang
kepadaNya.8 Adapun kenyataan Tuhan Yang Maha Roh itu tidak boleh
diperkirakan, lebih-lebih tidak dapat ditetapkan. Maka sungguh jelas
6MATAKIN, Kitab Dokumen Sejarah Suci Agama Khonghucu, Shu Jing , bagian I. II. 3
(Jakarta: MATAKIN, 2004), h.1. 7MATAKIN, Si Shu, Tengah Sempurna, Tuhan Yang Maha Roh, XV, h. 31.
8MATAKIN, Si Shu, Tengah Sempurna XV- 3, h. 31.
19
sifatNya yang halus itu, tidak dapat disembunyikan dari Iman kita;
demikianlah Tuhan.9
Ada lagi ayat yang menunjukan keimanan umat
Khonghucu kepada Tuhan yaitu ayat yang menyatakan bahwa Tuhan Yang
Maha Esa, Yang Maha Tinggi dan pendukung semuanya itu tiada suara
dan tiada bau. Demikianlah KesempurnaanNya.10
Tuhan ada di dalam
setiap wujud di dunia ini, Tuhan tidak nampak, tetapi sesungguhnya Tuhan
adalah inti dan sumber dari semua yang ada di dunia bahkan yang ada di
alam semesta.
Tanda kemuliaan Tuhan (Tian) tidak berkesudahan; seperti matahari,
bulan beredar dari timur ke barat dengan tiada berkesudahan, itulah karena
Jalan Suci Tuhan Yang Maha Esa; dengan tanpa menunjukkan adanya
perbuatan dan semuanya jadi, itulah Jalan Suci Tuhan; kesempurnaan
(hukum alam) yang gilang gemilang itulah Jalan Suci Tuhan. Seorang
yang berperi Cinta Kasih, ia tidak berbuat yang berkelebihan, seorang anak
yang berbaktipun tidak berbuat yang berkelebihan. Maka seorang yang
berperi Cinta Kasih itu di dalam mengabdi kepada orang tua dan sesama
manusia, ia berbuat seperti mengabdi kepada Tian, Tuhan Yang Maha Esa
dan di dalam mengabdi kepada Tian, ia berbuat seperti terhadap orang
tuanya. Maka seorang anak berbakti, ia dapat menyempurnakan diri. 11
Dengan tanpa menunjukkan perbuatan Nya, semuanya terjadi, itulah
Jalan Suci Tuhan. Itulah sebabnya upacara pergantian musim seperti
upacara sembahyang Dongzhi ini penting dilaksanakan, Selanjutnya
9MATAKIN, Si Shu, Tengah Sempurna XV- 4, h. 31.
10MATAKIN, Si Shu, Tengah Sempurna XXXII- 6, h.52.
11MATAKIN, Kitab Kesusilaan, Ai Gong Wen, Bab XXIV 16-18, h.557.
20
dibimbingkan agar manusia kepada sesama manusia (terutama kepada
orangtua) dan dalam pengabdiannya selalu dijaga agar harmonis.
Keharmonisan ini dimulai dari satu manusia kepada sekitarnya, juga
termasuk kepada alam dan benda-benda, sehingga tercapai kehidupan yang
terjaga baik bagi semua.
Dari pembahasan ini dapat kita simpulkan bahwa di dalam dunia ini
semua saling berhubungan, saling mempengaruhi. Keharmonisan keluar
diri setiap manusia harus dijaga, dan keharmonisan dalam diri juga harus
dijaga. Kita harus melatih diri kita untuk peka kepada kebutuhan dan
kepentingan oranglain. Bertenggang rasa dan bertepaselira. Apa yang tidak
ingin kita terima, jangan lakukan kepada oranglain.
“Sungguh Tian Maha Mengetahui, dan hanya seorang manusia
sebagai Nabi yang setiap saat dapat mentaati hukumNya12
. Tuhan
mempunyai hukum, demikian juga bumi. Maka manusia harus mengenal
hukum Tuhan dan bumi agar hidupnya berjalan dengan baik. Tuhan (Tian)
dituliskan juga mencintai rakyat, apa yang diinginkan rakyat, Tian pasti
meridhoi.13
Selanjutnya diajarkan bahwa manusia yang gembira atau
bahagia di dalam Tian, dapat melindungi dunia dan manusia yang takut
akan Tian dapat melindungi negerinya.14
“Siapa menurut kepada Tian dan
hukumNya akan terpelihara; manusia yang melawan Tian dan hukumNya
12
MATAKIN, Shu Jing Bab IV. VIII.B ; II- 3, h. 106. 13
MATAKIN, Shu Jing V. I.A-11, h. 122. 14
MATAKIN, Si Shu, Mengzi I B- 3, h. 201.
21
akan binasa.”15
Akhirnya bagi siapa berbuat dosa kepada Tian, tiada
tempat (lain) ia dapat meminta doa.16
Seisi jagad raya ini mempunyai hukum Tuhan, satu dengan yang lain
saling berhubungan, karena bersumber kepada yang satu yaitu Tuhan Yang
Maha Kuasa, Maha Khalik, Maha Menembusi dan Maha Abadi
HukumNya. Maka yang tidak menurut Hukum Tuhan akan binasa
sebaliknya siapa yang menurut Hukum Tuhan akan terpelihara. Kongzi
tidak menggerutu kepada Tuhan (Tian), tidak pula menyesali manusia.
Kongzi hanya belajar dari tempat rendah ini, terus maju menuju tinggi.
Tian-lah mengerti diriku17
.
Kegiatan upacara sembahyang dan berdoa adalah kegiatan yang
hanya dilakukan oleh manusia di dalam dunia ini. Karena itu upacara
sembahyang adalah kegiatan penting manusia semasa hidupnya;
disamping sebagai tanda satya dan hormat kepada Sang Khalik, juga
karena merupakan cara yang membedakan manusia dengan makhluk
Tuhan lainnya. Kegiatan upacara sembahyang mempunyai batasan waktu,
tujuan pelaksanaan dan tata ibadah yang berbeda-beda disesuaikan dengan
tujuan pelaksanaan upacara tersebut.
Sedang kata ritual atau upacara, menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), adalah rangkaian tindakan atau upacara yang
menyangkut ritual, yang dilakukan secara sadar-tulus dalam rangka
menyampaikan sembah atau sujud dan hormat kepada Tuhan, dengan
15
MATAKIN, Si Shu, Mengzi IV A-7, h. 287.
16
MATAKIN, Si Shu, Sabda Suci III: 13-2, h. 65. 17
MATAKIN, Si Shu, Sabda Suci XIV 35-3, h. 142.
22
aturan-aturan tertentu yang diwajibkan, diatur, dan ditetapkan oleh suatu
adat atau juga agama18
.
Dapat disimpulkan bahwa ritual adalah sebuah aktivitas yang dapat
mengantar atau merubah sesuatu, misal sebuah doa atau bentuk
permohonan, hewan kurban dari alam nyata ke alam roh. Dalam upacara
sembahyang Dongzhi dan upacara sembahyang hari Genta Rohani,
aktivitas ritual dilakukan saat pemanjatan dupa, pembacaan doa yang
didahului kidung rohani juga saat upacara sembahyang hari Genta Rohani,
ritual ditambah dengan penyempurnaan surat doa dengan dibakar,
penuangan arak, penyajian sesaji yang tersedia secara khusus. Adapun
peralatan, perlengkapan, tata ibadah, urutan acara dan tujuan yang
merupakan simbol makna filosofis maupun sosiologis dan antropologis.
Tiga gagasan penting upacara religi19
menurut W. Robertson Smith
(1846-1894). (1) Mengenai sistem upacara, bahwa upacara merupakan
suatu perwujudan dari kehidupan religious sesuai tuntunan agama. (2)
Bahwa upacara religi atau agama yang dilaksanakan oleh masyarakat
pemeluk agama secara bersama-sama, mempunyai fungsi sosial untuk
mengintensifkan solidaritas sosial religius masyarakat. Motivasi mereka
tidak terutama untuk berbakti kepada Tuhannya, atau untuk mengalami
kepuasan spiritual keagamaan secara pribadi. Melainkan karena mereka
menganggap bahwa melakukan upacara adalah suatu kewajiban sosial
religius, salah sebuah aspek utama kehidupan spiritual.(3) Mengenai fungsi
18
Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI offline1.5.1. 19
Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi , h. 67.
23
upacara bersaji, seperti menyajikan sebagian dari hewan, mereka anggap
sebagai suatu aktivitas untuk mendorong rasa solidaritas tertinggi untuk
memuliakan Tuhan, Nabi, Shenming, roh gemilang atau para malaikat
yang diutusNya.
Kaitan teori upacara religi menurut W. Robertson Smith dengan
penelitian upacara sembahyang Dongzhi maupun upacara sembahyang hari
Genta Rohani adalah sebagai bahan rujukan bahwa rangkaian upacara
Dongzhi dan upacara hari Genta Rohani merupakan upacara yang
mendorong semangat memuji dan bersyukur kepada Tian, Khalik pencipta
Alam, juga berfungsi sosial kemasyarakatan dan penting untuk kelestarian
agama Khonghucu itu sendiri.
Upacara sembahyang Dongzhi dan upacara sembahyang hari Genta
Rohani memiliki fungsi sosial kemasyarakatan. Pemikiran struktural
fungsional sangat dipengaruhi oleh pemikiran biologis yaitu menganggap
masyarakat sebagai organisme biologis yaitu terdiri dari organ-organ yang
saling ketergantungan. Ketergantungan yang dimaksud dalam pelaksanaan
upacara sembahyang Dongzhi dan upacara sembahyang hari Genta Rohani
pada masyarakat intern Khonghucu maupun keterkaitannya dengan
masyarakat umum sekitar yang saling berhubungan.20
Dalam Kitab Wahyu kejadian semesta alam beserta segala
perubahan dan peristiwanya (Kitab Yi Jing) pada hexagram pertama tertera
20
Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi I , h. 86.
24
Khian, yang berarti Langit21
, bersifat aktif, merupakan simbol Tuhan
(Tian Maha Khalik, Maha Esa)22
. Kitab Yi Jing, adalah salah satu kitab
yang mendasari agama Khonghucu. Jelaslah bahwa agama Khonghucu
adalah sebuah ajaran agama, juga upacara sembahyang yang dilaksanakan
berdasar wahyu Tuhan.
Selanjutnya Durkheim mengungkapkan bahwa struktural fungsional
ini juga bertujuan untuk mencapai keteraturan sosial. Masyarakat adalah
sebuah kesatuan dimana di dalamnya terdapat bagian – bagian yang
berbeda. Bagian-bagian dari sistem tersebut mempunyai fungsi masing –
masing yang membuat sistem menjadi seimbang. Bagian tersebut saling
interdependensi satu sama lain dan fungsional, sehingga jika ada yang
tidak berfungsi maka akan merusak keseimbangan sistem.23
Hal ini
bermaksud untuk menjelaskan hubungan upacara sembahyang Dongzhi
dan upacara sembahyang hari Genta Rohani dengan keimanan umat dan
sosialisasi umat Khonghucu dengan masyarakat sekitarnya. Umat yang
sudah lama beribadah di kelenteng dan turut melakukan upacara-upacara
sembahyang secara agama Khonghucu dapat timbul niat dalam dirinya
untuk selanjutnya mempelajari dan melaksanakan ajaran agama
Khonghucu. Ajaran agama membuat umat bersedia mempelajari ajaran
agama dan mendatangkan keharmonisan dalam kehidupan masyarakat.
21
MATAKIN, Kitab Wahyu kejadian semesta alam beserta segala perubahan dan
peristiwanya (Kitab Yi Jing), (Solo : MATAKIN, 1984) h.2.
23
Ilham Moh. http://ilhamgutsy.blogspot.com/2012/01/agama-dalam-perspektif-
fungsional. html 27 diunduh 27 Jan 2013.
25
Teori fungsionalisme merupakan teori yang menekankan bahwa
unsur-unsur di dalam suatu masyarakat atau kebudayaan itu saling
bergantungan dan menjadi kesatuan hubungan fungsional. Sedang agama
dalam perspektif fungsional, secara keseluruhan memandang agama dalam
kaitan dengan aspek pengalaman yang mentransendensikan sejumlah
peristiwa sehari-hari; yakni yang melibatkan kepercayaan dan tanggapan
pada sesuatu diluar jangkauan manusia. Dari sudut pandang teori
fungsional, agama menjadi penting sehubungan dengan unsur pengalaman
manusia yang diperoleh dari ketidakpastian ketidak berdayaan. Dalam hal
ini, fungsi agama menyediakan dua hal yaitu (a.) Sebagai cakrawala
pandang tentang dunia luar yang tidak terjangkau oleh manusia (beyond),
dalam arti dimana deprivasi dan frustasi dapat dialami sebagai suatu yang
memiliki makna. (b.) Sebagai sarana ritual yang memungkinkan hubungan
manusia dengan hal diluar jangkauannya, yang memberikan jaminan dan
keselamatan bagi manusia mempertahankan moralnya24
.
Sedang menurut Malinowski, berbagai unsur kebudayaan yang ada
dalam suatu masyarakat, berguna untuk memuaskan sejumlah hasrat
naluri manusia. Artinya kebudayaan religi gunanya untuk memenuhi
kebutuhan manusia dalam berkomunikasi, berhubungan kepada Sang
Maha Roh, juga kepada leluhurnya yang telah tiada lagi25
.
Dalam setiap upacara tentu ditemui benda atau tanda yang
merupakan simbol-simbol. Maka penulis mencari teori simbol yang dapat
24
Ilham. Muh. 27 Jan 2013.
25 Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi I , h. 88.
26
dipakai untuk menjelaskan simbol-simbol dalam upacara sembahyang
Dongzhi dan upacara sembahyang hari Genta Rohani sebagai
berikut“ Simbol adalah sebuah kata atau barang yang mewakili atau
mengingatkan suatu entitas yang lebih besar”26
. Sebuah simbol
menggabungkan atau menyatukan dua benda atau makna. Kata symbolle,
berasal dari bahasa Yunani, kata symbollein, artinya mencocokkan dari
bagian-bagian bahan atau bentuk yang sama. Lalu sebuah simbol
berkembang untuk menghubungkan, mengartikan dua bagian benda atau
arti, dari makna yang berbeda sumber. "Manusia adalah animal
symbolicum," kata Ernst Cassirer. Hampir tidak mungkin masyarakat ada
tanpa ada lambang. Setiap komunikasi, dengan bahasa atau sarana yang
lain, menggunakan lambang-lambang. Istilah lambang sangat penting
dalam filsafat, dalam sosiologi, dalam psikologi, dalam kesenian bahkan
digunakan pula di segala bidang. Bahkan sebuah upacara keagamaan
merupakan sebuah simbol keagamaan. Dengan melihat atau mengikuti
sebuah upacara sembahyang Dongzhi misalnya, kita dapat mengetahui
tujuan dan makna sebuah upacara Dongzhi. Selanjutnya menurut Arnold
Toynbee, sebuah simbol akan berfungsi jika simbol tersebut memberi
penjelasan atas apa yang ingin disampaikan.27
26 F.W. Dilistone, Daya Kekuatan Simbol, terj. A. Martalaya (Yogyakarta: Kanisius ,
2002), h.18.
27
F.W. Dilistone, Daya Kekuatan Simbol, h.19-21.
27
B. Makna dan Ajaran Upacara Sembahyang Dongzhi dan Ajaran
Upacara Sembahyang hari Genta Rohani.
Dalam upacara keagamaan Khonghucu, terdapat kegiatan ritual
yang mengapresiasi kepercayaan umat kepada Tuhan, Nabi, para suci dan
leluhur. Upacara keagamaan adalah aktivitas yang mencirikan lambang-
lambang agama masyarakat, kesakralan yang bersumber pada wahyu Tuhan,
tertulis pada Kitab Suci agama.
Dalam agama Khonghucu melaksanakan tindakan seremonial
keagamaan juga sebagai upaya pembinaan diri (xiushen), satya - hormat
kepada Tian (zhong yi Tian), dan rendah hati kepada manusia (shu yi ren),
sehingga damai dalam menjalani kehidupannya. Menata peribadahan
merupakan penataan diri secara spiritual. Melaksanakan sujud beribadah
kepada Tian (jing Tian) adalah melaksanakan komunikasi spiritual dengan
Tuhan, sekaligus melaksanakan menjunjung akhlak kebajikan (jue de)
kepada sesama manusia28
.
Umat manusia menciptakan budaya bersama-sama dalam
kehidupannya, budaya yang dirasakan bermanfaat, meskipun kadang
terbentuk budaya yang keliru, bila yang keliru segera diluruskan maka
kesalahan akan diminimalisir. Melalui ajaran agama, budaya yang
terbentuk ditujukan untuk membangun diri dan seluruh manusia menjadi
baik sesuai dengan fitrahnya.
28
Buanadjaya, wawancara pribadi di MAKIN Karjaya, 23 Maret 2015.
28
Kebudayaan manusia seperti upacara keagamaan bagi sebagian
orang disederhanakan, disepelekan dan tidak disukai, namun bila dipahami
dari maknanya berdasar ajaran agama tertentu maka uapacara sembahyang
itu akan menjadi penting. Tugas para orangtua, tokoh dan rohaniwan
agama harus lebih menjelaskan dan mendisiplinkan upacara sembahyang
agar manfaat upacara sembahyang dapat tersebar seluas-luasnya. Menurut
Oesman Arief, aspek upacara adalah sebuah bentuk aspek budaya yang
dibuat oleh pemimpin sejak jaman purba agar umat manusia dapat
mengerti dan memahami ajaran agama yang diturunkan. Dalam agama
Khonghucu, pertama kali turun berupa wahyu kepada Nabi purba Fu Xi
(2953 SM), seperti tertulis pada kitab-kitab suci inilah yang dinamakan
aspek agama; lalu wahyu itu dipikirkan dan dijelaskan dari pemikiran para
pemikir (filsuf) ini yang disebut aspek filsafat. Kemudian ajaran diperjelas
lagi dengan timbulnya ilmu – ilmu pengetahuan yang mengurai dan
meneliti hasil pemikiran para filsuf itu. Misal ilmu agama, ilmu
menghitung, ilmu perbintangan, ilmu alam, ilmu bahasa dan sebagainya.
Tingkatan yang terakhir dan termudah untuk dipahami oleh umat manusia
adalah aspek budaya. Bentuk pelaksanaan upacara agama merupakan
bentuk yang dibuat agar manusia mengenal dan memahami serta
menjalankan ajaran agama dalam kehidupan sehari-harinya, meskipun
masih perlu terus diimbangi dengan adanya petunjuk atau bimbingan
rohani.29
29
Oesman Arief, catatan pribadi saat beliau menyampaikan khotbah saat acara kebaktian
29
Ajaran yang berhubungan dengan upacara dalam agama Khonghucu
antara lain ajaran keimanan. Menurut Tjhie Tjay Ing30
keimanan dalam
kehidupan beragama, mengandung arti keyakinan pemeluk terhadap agama
yang dipeluknya. Karena itu, ajaran keimanan merupakan ajaran pokok
dalam setiap agama. Keimanan berasal dari kata„iman‟yang artinya
kepercayaan atau keyakinan yang berhubungan dengan nilai-nilai
keagamaan yang dipeluknya; yaitu menyangkut ketulusan keyakinan,
pengakuan terhadap kebenaran, kesungguhan dalam
mengamalkannya.31
Iman itu ialah sikap atau suasana batin yang
berhubungan dengan sempurnanya kepercayaan atau keyakinan kepada
Tian, Tuhan Yang Maha Esa. Dari penjelasan bapak Tjhie tersebut,
penulis dapat memahami bahwa keyakinan dan kepercayaan seseorang
kepada agamanya harus timbul dari dalam hati masing-masing umat.
Adapun keyakinan dan kepercayaan umat yang satu dengan yang lain bisa
berbeda sumber timbulnya. Apa atau perihal apa yang menjadi penyebab
timbulnya keyakinan seseorang itu bermacam-macam. Keyakinan itu bisa
datang dari informasi seseorang, dari pengalaman hidupnya, maupun dari
kondisi dan keadaan yang terbentuk. Sehingga seseorang sedikit-demi
sedikit menjadi yakin dan percaya kepada satu agama.
di Makin Karjaya, pada tanggal 7 Mei 2015.
30Tjhie Tjay Ing adalah mantan Ketua Dewan rohaniwan Majelis Tinggi Agama
Khonghucu di Solo. 31
MATAKIN, Kitab yang empat (Si Shu), Tengah Sempurna XIX -18, h. 68. ”Iman itulah
Jalan Suci Tuhan Yang Maha Esa; berusaha beroleh Iman, itulah Jalan Suci manusia.Yang
beroleh Iman itu ialah orang yang setelah memilih kepada yang baik lalu didekap sekokoh-
kokohnya”.
30
Pengertian di atas menunjukkan betapa mutlak pentingnya iman
itu bagi kehidupan rohani manusia sebagai insan yang berakal budi. Iman
seseorang akan menyadarkan bahwa hidup ini ialah suatu yang suci dan
mulia, sebagai Firman dan Anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu
iman seorang manusia harus disempurnakan sendiri.32
Kita wajib
membina kehidupan iman kita, melatih kegiatan bersembahyang yang
dapat menguatkan iman kita. Bagaimana mengamalkan apa yang menjadi
iman kita itu dalam kehidupan sehari-hari. Suatu agama baru bermakna
dalam hidup pemeluknya, kalau pemeluk itu benar-benar mengimani dan
mengamalkannya dalam kehidupan; tanpa itu, agama akan menjadi
sesuatu yang tidak berarti.
Melalui bersembahyang secara rutin dan bersungguh-sungguh,
manusia dapat tebal imannya; karena dengan bersembahyang yang benar,
seseorang langsung berhubungan dengan sang pencipta. Apalagi pada saat
bersembahyang dalam sebuah upacara sembahyang pada hari raya
keagamaan. Dalam agama Khonghucu dijelaskan bahwa hati setiap
manusia selalu dalam rawan33
, godaan atau musibah dapat datang kapan
saja dan kepada siapa saja. Baik yang datang dari luar maupun dari dalam
dirinya sendiri. Kongzi mengajar manusia untuk selalu mengingat
32
MATAKIN, Si Shu, Tengah Sempurna XXIV, h. 42. “Iman seorang manusia itu harus
disempurnakan sendiri dan Jalan Suci itu harus dijalani sendiri. Iman itulah pangkal dan ujung
segenap wujud. Tanpa Iman, suatupun tiada. Maka seorang Susilawan memuliakan Iman. Iman
itu bukan dimaksudkan selesai dengan menyempurnakan diri sendiri, melainkan menyempurnakan
segenap wujud juga. Cinta Kasih itulah penyempurnaan diri dan Bijaksana itulah untuk
menyempurnakan segenap wujud. Inilah Kebajikan Watak Sejati dan inilah Keesaan luar-dalam
daripada Jalan Suci. Maka setiap saat janganlah kita lalaikan” 33
Hati yang rawan maksudnya hati manusia sewaktu-waktu dapat lalai, lupa, sehingga
mengikuti hawa nafsunya. Dan godaan bisa datang dari mana saja, berupa apa saja.
31
FirmanNya, bahwa manusia harus menjadi manusia yang tahan godaan,
tahan uji dan tahan masalah serta tantangan hidup.
Dengan bersembahyang, berdoa secara rutin, akan yakinlah ia
bahwa Tian selalu menilik, membimbing dan menyertai kita yang berusaha
sekuat tenaga menjalankan kehidupan berdasar kebajikan. Timbul
keinginan diri untuk bersembah sujud, berbakti, mengungkapkan rasa
syukur kepada Sang Pencipta. Bila sudah terjadi seperti itu, manusia yang
bersangkutan akan lebih tenang dan percaya diri dalam menjalani hidup
sehari-harinya.
Demikianlah dalam keimanan ajaran agama Khonghucu dengan jelas
mengajarkan untuk beriman kepada Tian yang Maha Esa dan kepada
Kongzi sebagai pembimbing umatnya. Dengan iman yang mantap,
seorang umat dapat selalu menempuh Jalan Suci (Dao). Adapun Tian
dalam keimanan Agama Khonghucu, terdapat dalam Ajaran Delapan
keimanan umat Khonghucu, janji keimanan ke-1 yaitu: Keimanan terhadap
Tian, Tuhan Yang Maha Esa bahwa Tuhan Yang Maha Sempurna,
memiliki sifat-sifat Khalik, Pencipta Semesta Alam, Maha Kasih, (Yuan).
Maha Besar, Maha Menjalin atau Menembusi, Maha Indah, (Heng), Maha
Pemberkah, Menjadikan tiap pelaku menuai hasil perbuatannya, Maha
Adil, (Li), dan Maha Kuasa, Maha Kokoh, Maha Abadi Hukumnya,
(Zhen).
Di dalam penjelasan Kitab Yi Jing 1 dijelaskan bahwa : “Maha
Besar Tian Yang Maha Sempurna, dengan sifatNya sebagai Khalik,
32
berlaksa benda dan wujud bermula, dan semuanya kepada Tian Yang
Maha Esa. Awan berlalu, hujan dicurahkan, benda dan makhluk mengalir
berubah bentuk, sungguh Maha Gemilang Dia Yang Menjadi Akhir dan
Mula daripada semuanya itu. Jalan Suci Tian Yang Maha Sempurna
menjadikan perubahan dan peleburan, masing-masing lurus dengan Watak
Sejati dan Firman. Melindungi persatuan dalam keharmonisan yang agung.
Semuanya membawakan berkah, semuanya dengan hukumnya yang abadi.”
Kitab Suci Yi Jing menyatakan kemahamuliaan dan kemahabesaran Tian
Yang Maha Esa. Bahwa Tian -Tuhan yang Maha Esa, manusia dan alam
semesta adalah satu kesatuan yang harus dalam keadaan harmonis, kalau
ingin memperoleh kehidupan di dunia yang baik. Menurut Oesman Arief,
seseorang itu tidak boleh lepas dari jalan Tuhan. Jalan Suci itu tidak boleh
terpisah biar sekejap pun dalam hidup kita. Yang bisa terpisah itu bukan
Jalan Suci. Maka seorang Junzi berhati-hati dan teliti kepada Tuhan yang
tidak kelihatan. Khawatir takut kepada Tuhan yang tidak terdengar“.
“Tiada yang lebih tampak dari pada yang tersembunyi itu. Tiada yang
lebih jelas dari pada yang terlembut itu. Maka seorang Junzi hati-hati pada
waktu seorang diri”.34
Pada ayat di atas, kata “Dia” ditulis dengan huruf besar artinya
Tuhan; sedang kalimat “Yang tidak tampak dan tidak terdengar” adalah
objek yang perlu diperhatikan oleh orang yang menghayati kehidupan
34
MATAKIN, Kitab yang Empat, Tengah Sempurna Bab Utama – 2dan 3, h. 23.
33
spiritual. Berbeda dengan ahli ilmu pengetahuan yang hanya
memperhatikan yang tampak dan terdengar sebagai fakta objektif.
Ayat-ayat diatas juga menjelaskan bahwa agama Khonghucu
mewajibkan umatnya bersembahyang, melakukan upacara-upacara. Umat
diajarkan mengenal Tian, mengerti cara berkomunikasi kepada Tian dalam
segala keadaan yang timbul dari dorongan batinnya sehingga dapat
merasakan manfaat ibadah sembahyangnya itu.
Dalam suatu upacara keagamaan, tidak dapat dihindari adanya
ajaran tentang pembinaan diri. Hal ini dijelaskan oleh Tu Wei Ming35
bahwa mengenai proses pembinaan diri seseorang meliputi dua aspek
pematangan diri atau egonya. Kedua aspek pembinaan diri, self cultivation
sebagaimana dibimbingkan di dalam Ajaran Besar, atau DaXue36
adalah
aspek pengembangan pemahaman pribadi (broadening aspect) dan aspek
pendalaman kematangan pribadi (deepening aspect).37
Memahami seluas-luasnya nilai keimanan kepada Tian baik
dikenalkan sejak usia dini seorang anak, dimulai dari pengenalan simbol-
simbol keagamaan, nuansa ritual persembahyangan lalu pembelajaran
Agama dibarengi dengan kegiatan peribadahan atau sembahyang rutin
yang dilakukan di rumah, di luar rumah dan di tempat ibadah. Sehingga
merupakan kesatuan pemahaman dan pengertian yang mendalam, dalam
jiwa raga seseorang.
35
Tu Wei Ming, professor yang berasal dari Beijing, beliau banyak meneliti dan menulis
tentang ajaran Agama Khonghucu 36
Ajaran Besar (Da Xue) adalah bagian pertama dari Kitab Si Shu. 37
Buanajaya Bing Sidhartanto, Keimanan agama Khonghucu, Dao : Bimbingan
Menempuh Jalan Suci , (16MAT/DRH/HS/4/2004).
34
Pandangan tokoh cendekiawan Agama Khonghucu era dinasti Ming,
Wang Yang Ming menyebut pembelajaran satunya pemahaman dan
tindakan seseorang sebagai hukum “satunya pengetahuan dengan praktik
(Zhi Xing He Yi)”. Jika kita benar benar meyakini sesuatu kebajikan,
latihlah sedemikian rupa sampai benar diri dengan tanpa berpikir lagi,
seseorang langsung melakukan tindakan penuh kebajikan sepanjang
hidupnya. Prof. Tu, kemudian menyebutnya sebagai aspek kedua
pembinaan diri, pendalaman kematangan pribadi (deepening aspect).38
Dalam istilah yang lazim kita kenal adalah penghayatan nilai-nilai
kebajikan insani, yang sifatnya adalah universal, menjadikan kita mampu
mengenal nilai kemanusiaan yang sama pada diri sesama. Memang nilai-
nilai kebajikan terbukti dapat diterima dengan baik oleh semua umat
manusia di dunia, Kongzi menjelaskan dalam sabdaNya bahwa kebajikan
membuat seseorang tidak akan terpencil, ia pasti beroleh tetangga.39
Proses pembinaan diri (self cultivation) semacam inilah yang
dibimbingkan di dalam kitab Si Shu bagian Ajaran Besar atau Da Xue.
Hal ini tercermin pada ajaran sembahyang. Kongzi mengajarkan
Dao atau Jalan suci kemanusiaan (Da Xue Zhi Dao) kepada 3000 orang
murid beliau, yang merupakan nilai budi pekerti yang dilandasi dengan
semangat belajar dan melatih diri mengembangkan akhlak kebajikan, De.40
Saat membuka „sekolah” Kongzi mengajarkan berhitung, memanah,
berkuda, sejarah, perilaku susila dan terpenting melaksanakan upacara.
38 Buanajaya, Keimanan agama Khonghucu, Dao: 39
MATAKIN, Si Shu Sabda Suci IV -25.h. 72. 40
Buanajaya, Keimanan agama Khonghucu, Dao.
35
Ajaran lain yaitu dengan meneliti hakekat tiap perkara kita dapat cukup
pengetahuan; dengan cukup pengetahuannya kita akan dapat mengimankan
tekad; dengan tekad yang beriman kita akan dapat meluruskan hati; dengan
hati yang lurus kita akan dapat membina diri; dengan diri yang terbina kita
akan dapat membereskan rumah tangga; dengan rumah tangga yang beres
akan dapatlah mengatur negeri; dan dengan negeri yang teratur akan dapat
dicapai damai di dunia41
. Pengajaran di sekolah Kongzi itu yang terpenting
adalah upacara sembahyang. Menandakan bahwa bersembahyang adalah
kegiatan yang penting dan harus dilakukan.
Pengembangan karakter manusia sebagaimana dibimbingkan Agama
Khonghucu melalui kitab bagian Ajaran Besar (Da Xue) bertujuan
membentuk individu dan masyarakat religius. Sebuah nilai kehidupan
beragama yang penuh dengan semangat membina diri, mengembangkan
akhlak kebajikan, baik sebagai pribadi maupun sebagai makhluk sosial
religius.
Bila setiap manusia menjaga emosinya terkendali, dan perbuatannya
selalu baik, maka akan terciptalah lingkungan yang rukun dan damai. Bila
suasana rukun dan damai terbentuk maka setiap orang dapat melaksanakan
semua aktivitas dengan baik, sehingga hasil kerja yang dicapai akan baik
dan bermanfaat juga. Ajaran agama berhasil diajarkan.
Bersembahyang merupakan hal penting dalam ibadah manusia,
terutama dalam rangka pengabdian dan ketakwaannya kepada Sang Maha
41MATAKIN, Riwayat Hidup Kongzi, h. 53.
36
Pencipta (Tuhan), seperti yang tersurat di dalam kitab catatan kesusilaan
(Kitab Kesusilaan) bahwa Jalan Suci yang mengatur manusia baik-baik,
tiada yang lebih penting daripada upacara sembahyang. Upacara ada lima
macam, tetapi tiada yang lebih penting daripada sembahyang. Sehingga
timbul rasa segan, hormat dan patuh pada ajaran kebajikan Tian.42
Tanpa
ajaran bersembahyang maka ajaran Kongzi adalah hanya sebagai ajaran
filsafat, belum dapat dikatakan sebagai sebuah agama. Makna
peribadahan merupakan satu hal dasar yang pokok dan diperlukan untuk
mendudukan nilai keimanan suatu agama; demikian juga pada agama
Khonghucu.
Sedang mengenai upacara syukur saat pergantian musim menurut
Bratayana Ongkowidjaya XDS,43
dalam tulisannya berjudul ”Iman akan
peribadahan dalam Ru Jiao”sebagai berikut, rakyat mempersembahkan
segenap sajian, dengan wajah menunjukkan bakti; pada saat (Yue) musim
panas. (Ci) musim semi, (Zheng) musim dingin dan (Chang) musim
rontok, kepada Tuhan dan leluhur yang telah mendahulu. Lalu
diungkapkan hasil kajian yang terpusat pada kerajaan, maka upacara
lestari berlaksa jaman tanpa batas.44
- Yue Sembahyang besar “eling & taqwa” kepada
Tian yang merupakan sembahyang besar
Duan Yang di musim panas.
42
MATAKIN, Kitab Kesusilaan, Kitab Kesusilaan, Bab XXII Ji Tong, h. 529. 43
XDS adalah gelar Sarjana Agama Khonghucu yang diberikan oleh Dewan Rohaniwan
Agama Khonghucu Indonesia kepada seseorang yang telah memenuhi beberapa standar.
44
MATAKIN, Shi Jing, II , I . 6-4, Perlindungan Illahi, h. 231.
37
Ci Sembahyang besar “prasetya & sujud”
kepada Tian yang dikenal sembahyang
besar Jing Tian Gong di musim semi.
Chang Sembahyang besar “doa & asa” kepada
Tian yang dilaksanakan di waktu Zhong
Qiu di musim gugur.
Zheng Sembahyang Besar “syukur & harapan”
kepada Tian disaat Dongzhi di musim
dingin juga dilakukan pada malam akhir
tahun - Chu Xi
Empat sembahyang besar kepada Tian dan leluhur yang telah
mendahulu inilah yang diserukan sebagai hal wajib bagi umat Khonghucu
(umat Ru Jiao). Di Indonesia dikenal sebagai ajaran bersujud berdoa
syukur kepada Tian (Jing Tian Zun Zu), hormat memuliakan para Shen
Ming45
dan berdoa bagi keluarga serta memuliakan leluhur.
Hal yang diajarkan oleh Kongzi, Nabi penggenap dan penyempurna
sekaligus penutup rangkaian Wahyu Tian sehingga menjadi Genta Rohani
bagi umat manusia, khususnya umat Khonghucu Indonesia dalam
beribadah kehadirat Tian Yang Esa, Khalik Semesta Alam.46
Jadi upacara
sembahyang diajarkan agar manusia dapat merasakan dan menjalankan
ajaran agamanya. Upacara sembahyang mengajarkan keimanan, ke-
Tuhan-an, juga pembinaan diri manusia selama hidup sampai
meninggalnya.
45
Shen Ming adalah sebutan kepada para roh suci, malaikat, atau orang yang dimuliakan
di dalam kelenteng. 46
Ongkowidjaya B., Sembahyang dalam agama Khonghucu (Surabaya : Genta Harmoni
Edisi Perdana, 2003), h.15.
38
BAB III
UPACARA SEMBAHYANG DONGZHI DAN UPACARA
SEMBAHYANG HARI GENTA ROHANI
Pada bab ini penulis akan menjelaskan tentang dasar pelaksanaan
Upacara sembahyang dalam Agama Khonghucu di Indonesia, bentuk
upacara sembahyang Dongzhi dan upacara sembahyang hari Genta
Rohani. Tentang sejarah perkembangan, penetapan waktu dan lokasi
pelaksanaan, keimanan kepada Tuhan (Tian) Yang Maha Esa, budaya
upacara agama, argumentasi teologis, sajian sembahyang.
A. Landasan Upacara Sembahyang Dongzhi dan Upacara Hari
Genta Rohani
Upacara sembahyang dalam Agama Khonghucu memiliki dua
kerangka landasan, yaitu (1) Pertama adalah dari Kitab Catatan Kesusilaan
dan Tata Ibadah, disebut Kitab Li Ji. Kitab inilah yang menjadi pedoman
atau acuan spiritual dalam pelaksanaan upacara sembahyang dan tata
kesusilaan pelaksanaan upacara, maupun tata kesusilaan dalam kehidupan
sehari-hari umat Khonghucu. Oleh para sesepuh pengurus dan rohaniwan
Agama Khonghucu pada tahun 1924, tata ibadah keagamaan dari Kitab Li
Ji,1 yang tertulis dan dilaksanakan dalam lingkungan istana kerajaan di
1 MATAKIN, Li Ji adalah salah satu dari lima kitab (Wu Jing) yang mendasari ajaran agama
Khonghucu, berisi Catatan Kesusilaan dan tata peribadahan agama Khonghucu.
39
Tiongkok itu, disesuaikan menjadi peraturan peribadahan yang dirumuskan
melalui Musyawarah Nasional III Rokhaniwan Agama Khonghucu di
Tangerang 20-23 Desember 1975, dan kini dibakukan dalam buku Tata
Agama dan Tata Laksana Upacara Agama Khonghucu Indonesia.2
(2.) Sikap beriman, yaitu keyakinan umat menjalani ajaran agama yang
umat yakini, wajib tumbuh dari dalam hati umat. Hati yang terketuk itu
menjabar di dalam tata upacara. Terutama dalam melaksanakan upacara
sembahyang dan berdoa dalam kehidupan sehari-hari.3
Melalui sikap beriman saja tanpa pedoman atau sebuah buku
panduan tata upacara, tentu akan membuat munculnya ketidakseragaman
atau perbedaan dalam pelaksanaan upacara-upacara sembahyang tersebut.
Apalagi seringkali, pelaksanaan upacara terpengaruh oleh kearifan dan
budaya masing-masing tempat komunitas umat Khonghucu berada.
Sebaliknya, apabila umat melaksanakan upacara dengan hanya
menjalankan tanpa mengimaninya, maka upacara – upacara tersebut akan
kehilangan makna dan tujuan.
Kongzi bersabda: “Sandarkan sikapmu pada ritual-ritual atau
upacara-upacara, dan perilaku yang baik, berkesusilaan (Li); Bila tidak
mengetahui “Li” berarti manusia tidak mempunyai pedoman dalam
2 Wawancara pribadi dengan Buanajaya Bing Sidhartanto (sebagai notulen pada Munas III
Rokhaniwan Agama Khonghucu diTanggerang (20-23Desember 1975), di Jakarta tanggal 2 April
2015. 3 MATAKIN, Kitab Kesusilaan, (Li Ji) Bab XXV 1 “ Beribadah itu jangan sesuatu yang
datang dari luar, wajib dari tengah atau dalam diri tumbuh di hati; hati yang terketuk itu menjabar di
dalam tata upacara. Maka orang yang bijaksana itu, di dalam beribadah didukung oleh sempurnanya
Iman, dan percaya ; mewujud di dalam perilaku Satya dan Sujud”.
40
bersikap. Dari ayat-ayat tersebut menurut Fung Yu Lan adalah ketika
Kongzi berusia 30 tahun, Kongzi sudah berprinsip, maksudnya Kongzi
telah memahami dan bertindak sesuai “Li”, dan sudah dapat mempraktikan
perilaku yang baik.4 Begitulah keteladanan yang dapat kita ambil dari
Kongzi , mengenai ajaran dan tindakannya.
Kongzi juga mengajarkan kepada umat manusia untuk
melaksanakan upacara-upacara mensyukuri karunia alam yang penting
bagi kehidupan manusia. Segala hal tertulis dalam kitab - kitab suci
agama Khonghucu, Sishu (Empat Kitab Suci Pokok) dan Wujing (Lima
Kitab Suci Yang Mendasari). Kitab suci ini yang menjadi pedoman dalam
menjalani kehidupan umat sehari-hari.
Sembahyang sujud dan syukur kepada Tian Khalik Pencipta,
empat kali dalam setahun. Ajaran sembahyang empat musim dari para
pendahulu berhubungan erat, tak terpisahkan satu dengan yang lain.
Perubahan musim berpengaruh kepada keadaan bumi sebagai sumber
kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan, juga sumber air. Maka bila
perubahan itu berjalan lancar dan tidak ada bencana patutlah sebagai
makhluk yang berakal budi kita mengucap syukur atas anugerah-anugerah
itu. Bersembahyang merupakan wujud syukur berawal dan berujung
kepada Tian Maha Khalik begitu besar karuniaNya atas kehidupan di
dunia ini. “Tian memiliki empat musim, beserta angin, hujan, embun beku
4 Fung Yu Lan, Sejarah filasafat Cina (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2007), h.58.
41
dan embunnya, gerak dari semuanya itu masing-masing tidak ada yang
tidak mendidik”5
Upacara sembahyang yang tergolong upacara sembahyang kepada
Tuhan yaitu sembahyang pagi dan sore setiap hari, sembahyang hari
Tahun Baru Kongzi Li (musim semi), sembahyang besar Jing Tian Kong,
sembahyang tanggal 5 bulan 5 Kongzi Li Duan Yang (musim panas),
sembahyang tanggal 15 bulan 8 Kongzi Li, Zhong Chiu (musim rontok
atau panen raya) dan sembahyang saat Dongzhi (musim dingin) yang jatuh
pada tanggal 22 Desember (atau 21 Desember pada tahun kabisat).
B. Upacara Sembahyang Dongzhi dan Upacara Sembahyang Hari
Genta Rohani
Dalam kesempatan ini penulis akan menjelaskan beberapa hal yang
dapat menggambarkan Upacara sembahyang Dongzhi dengan lebih jelas:
1. Sejarah Perkembangan Upacara Dongzhi dan Upacara Hari
Genta Rohani.
Dimulai dari jaman pra sejarah sampai saat ini; sejak jaman Nabi
Purba, budaya bersembahyang kehadirat Tian Yang Maha Kuasa telah
dijalankan oleh rakyat Nabi Fu Xi di Tiongkok, seperti tertulis dalam
Kitab Yi Jing. Dewi Nu Wa mengatur tata ibadah dengan lebih baik,
berkembang sampai perintah kerajaan pada jaman raja Huang Di (2704-
5 MATAKIN, Kitab Kesusilaan (Li Ji), Kongzi Xian Ji, XXVI-7, h. 568.
42
2595SM).6 Sembahyang kepada Tian di jaman sebelum Masehi itu terus
berlangsung hingga jaman dinasti Xia (2205SM-1766SM) dan jaman
dinasti Shang (1766SM-1122SM) lalu diselenggarakan sebagai
sembahyang besar lima tahun sekali dipimpin langsung oleh raja. Pada
jaman pertengahan dinasti Shang ditambahkan upacara sembahyang Xia
(yang dipimpin oleh para Raja muda) dalam kurun tiga tahun sekali
dengan penambahan nilai ibadah kepada leluhur. Tian sebagai Maha
Luhur umat manusia.
Pada jaman dinasti Zhou (1122SM-256 SM) istilah Di digunakan
sebagai sebutan untuk semua acara sembahyang besar yang
diselenggarakan pada keempat musim sepanjang tahun.7 Dari catatan di
atas, nampaklah kekuasaan seorang kaisar sangat tinggi dan luas, sehingga
dapat merubah tata cara pelaksanaan upacara yang rutin dijalankan.
Pada jaman dinasti Xia (2205-1766SM), telah diadakan upacara
sembahyang Dongzhi8. penanggalan Huang Di digunakan pada dinasti Xia
maka disebut juga kalender Xia. Penghitungan tahun baru dihitung mulai
saat permulaan musim semi. Ketika Dinasti Xia runtuh digantikan dinasti
Shang (1766-1122SM), dinasti Zhou (1122 SM.-256 SM.) dan dinasti Qin
(256-202 SM), penanggalan Huang Di ini tidak lagi digunakan. Beberapa
dinasti menggunakan kalender sendiri yang berbeda perhitungan awal
6 MATAKIN, Para Nabi dan Guru Suci Agama Khonghucu (Jakarta: MATAKIN, SGSK :
35/2010), h. 34.
7 Widya Karya, Bimbingan mengenai makna peribadatan dan persembahyangan agama
Khonghucu, (Surabaya: WIKA,1999), h. 28-29.
8 MATAKIN, Li Ji , Ji Fa, XX (Jakarta: MATAKIN, 2011), h. 501.
43
tahun barunya,9 maka terjadi juga perubahan jadwal upacara Tahun Baru
yang semula jatuh pada saat puncak musim dingin ke permulaan musim
semi. Namun budaya berkumpul keluarga, masih dilakukan pada saat
puncak musim dingin.
Kongzi (551- 479SM) hidup pada masa pertengahan dinasti Zhou
memberi nasehat agar kaisar kembali menggunakan kalender dinasti Xia
yang menetapkan tahun barunya pada awal musim semi. Karena
perhitungan penanggalan akan cocok dijadikan pedoman oleh para petani.
Maksudnya bila tahun baru dimajukan sampai awal musim semi, salju dan
udara yang dingin sudah mencair (karena udara menghangat). Dengan
kondisi alam yang demikian, para petani dapat mulai bekerja di sawah.
Namun nasihat Nabi Kongzi ini baru dilaksanakan pada masa dinasti
Han (206 SM-220M) oleh kaisar Han Wu Di.10
Terlihat bahwa
kebijaksanaan seorang kaisar berbeda antara satu dengan lainnya,
tergantung kebijaksanaan para raja masing-masing dinasti dan hal yang di
prioritaskan. Tetapi terbukti upacara sembahyang Dongzhi selalu
diperintahkan untuk dilaksanakan. Hal ini menunjukkan bahwa upacara
sembahyang Dongzhi adalah upacara yang penting.
Sampai pada jaman Kongzi yaitu jaman dinasti Ciu, hanya kaisarlah
yang boleh mempimpin upacara-upacara sembahyang. Pada beberapa
upacara kepada Tian dilakukan di ruang terbuka sebagai altar yang lebih
9 Budi Santoso Tanuwibowo, Munas XVI MATAKIN & Peresmian Kelenteng “Kong Miao”
TMII, Agama Khonghucu (Jakarta: MATAKIN, 2010), h. 40.
10 Budi Santoso, Munas XVI MATAKIN, h. 40.
44
tinggi dibanding dataran sekitarnya. Pada saat Kongzi menjadi pejabat
kerajaan negeri Lu, upacara sembahyang Dongzhi disebut sembahyang
besar Kau (sembahyang besar kepada Tuhan pada hari Dongzhi). Upacara
dipimpin oleh sang kaisar diikuti para menteri dan keluarga kerajaan
sampai para pejabat daerah.11
Pada jaman itu, seorang Kaisar sangat
dipatuhi dan dapat dengan mudah mengatur negara. Sebelum memutuskan
atau memerintahkan sesuatu yang besar, sang raja selalu melakukan
upacara kehadirat Tuhan, memohon izin terlebih dahulu kepada Nya,
otomatis rakyat segera akan patuh.
Selain itu Kongzi merubah aturan yaitu memperbolehkan para raja
kecil memimpin sembahyang kepada Tuhan (Tian) di kelenteng
wilayahnya masing-masing, tidak harus turut sembahyang ke kelenteng
istana kerajaan. Perubahan sembahyang ini dimulai saat Kongzi masih
menjadi perdana menteri kerajaan Lu, beberapa murid beliau berasal dari
rakyat jelata, dapat bersama bersembahyang di altar kerajaan.
Tindakan Kongzi merupakan perubahan besar bagi perkembangan
ajaran agama Khonghucu. Ajaran yang awalnya hanya dipelajari di
kalangan istana menjadi dapat dipelajari oleh seluruh rakyat. Kemudian
seluruh umat manusia diperbolehkan bersembahyang kepada Tuhan,
Kongzi meninggikan derajat kemanusiaan bagi seluruh manusia tanpa
perbedaan dan umat manusia dapat merasakan hikmat bersembahyang
sendiri.
11 MATAKIN, Riwayat Hidup Nabi Khongcu, h.78.
45
Hal ini berlanjut terus sampai yang kita laksanakan saat ini, terutama
di Asia Timur dan Asia Tenggara. Khusus untuk umat penerus agama
Khonghucu Indonesia diatur melalui Musyawarah Kerja Nasional sejak
tahun 1955, seperti tercatat pada buku Tata Agama dan Tata laksana
Upacara Agama Khonghucu Indonesia. Aturan itu tetap masih berlaku
sampai saat ini oleh seluruh umat yang bernaung dalam Majelis Agama
Khonghucu Indonesia maupun seksi Khonghucu pada kelenteng-kelenteng
se- Indonesia. Dengan tata ibadah dan aturan inilah umat Khonghucu
Indonesia mengimani Kongzi sebagai Genta Rohaninya.
2. Penetapan Waktu Saat Dongzhi (puncak musim semi)
Adapun mengenai waktu pelaksanaan upacara sembahyang
Dongzhi adalah pada saat puncak musim semi, disebut saat Dongzhi.
Dalam penanggalan petani jaman dinasti Xia atau sebelumnya, persis jatuh
pada tanggal 22 Desember atau tanggal 21 bila tahun berjalan adalah
tahun kabisat. Saat Dongzhi adalah saat puncak musim dingin, saat
pergantian musim dari musim dingin kembali ke musim semi.
Diperoleh penjelasan bahwa di sepanjang tahun kedudukan
posisi matahari di langit bumi selalu berubah dari waktu ke waktu. Hal ini
ditunjukkan dengan berubahnya deklinasi Matahari setiap harinya.
Berubahnya deklinasi Matahari disebabkan oleh miringnya sumbu kutub
46
rotasi bumi kita yang mencapai 23,50.
12 Akibat kemiringan itulah,
matahari seolah – olah bergeser dari Utara ke Ekuator (ke Selatan) lalu ke
Ekuator kembali, seterusnya begitu selama setahun di sepanjang horison.
Ilustrasi bergesernya posisi matahari sepanjang tahun dapat dilihat pada
gambar berikut13
:
Gambar 1. : Pergeseran Matahari dari Katulistiwa
Gambar 2. : kedudukan posisi matahari di langit Bumi selalu
berubah sepanjang tahun14
Kita lihat perhitungan 4000 tahun yang lalu sebagai pedoman
waktu pelaksanaan upacara sembahyang Dongzhi dapat dibuktikan secara
12
Ilmusiana, Learn Science With Ilmusiana http://www.ilmusiana.com/2015/10/5-akibat-
terjadinya-revolusi-bumi.html, diunduh tanggal 1 Mei 2017. 13
https://vanilathey2.files.wordpress.com/2010/11/gerak-matahari.jpg. 14
http://www.ilmusiana.com/2015/10/5-akibat-terjadinya-revolusi-bumi.html.
47
ilmiah dengan hasil perhitungan era tahun 2010 di atas. Dapat penulis
simpulkan bahwa perhitungan para petugas kerajaan Tiongkok jaman
dahulu dengan alat sederhananya sangat fokus, cermat dan teliti.
Pada dasarnya, koordinat deklinasi adalah koordinat lintang yang
ada di muka bumi yang di proyeksikan ke bola langit, “+” untuk daerah
Utara dan “-“ untuk daerah Selatan. Kita juga mengetahui deklinasi
matahari maksimal berada di +23,5 0
di Utara dan -23,5 0
di Selatan pada
tanggal – tanggal tertentu. Terjadinya perbedaan lama waktu siang dan
malam adalah akibat revolusi bumi dan kemiringan sumbu bumi terhadap
bidang ekliptika.15
Keadaan ini paling jelas terlihat jika diamati di sekitar
kutub bumi (utara-selatan). Pada tanggal 21 Maret sampai 23 Desember
gejala alam yang terjadi adalah kutub utara mendekati matahari,
sedangkan kutub selatan menjauhi matahari; belahan bumi utara menerima
sinar matahari lebih banyak daripada belahan bumi selatan; panjang siang
di belahan bumi utara lebih lama daripada di belahan bumi selatan; ada
daerah di sekitar kutub utara yang mengalami siang 24 jam dan ada daerah
di sekitar kutub selatan yang mengalami malam 24 jam. Bila diamati dari
khatulistiwa, matahari tampak bergeser ke utara, kutub utara paling dekat
15
Kliptika adalah jalur yang dilalui oleh suatu benda dalam mengelilingi suatu titik pusat sistem
koordinat tertentu. Ekliptika pada benda langit merupakan suatu bidang edar berupa garis khayal yang
menjadi jalur lintasan benda-benda langit dalam mengelilingi suatu titik pusat sistem tata surya. Dari
http://www.google.com/search?ie=UTF8&oe=UTF8&sourceid=navclient&gfns=1&q=bidang+eklip
tika.
48
ke matahari pada tanggal 21 Juni. Pada saat itu pengamat di khatulistiwa
melihat matahari bergeser 23,5 o ke utara.
Upacara sembahyang Dongzhi, diambil dari nama “Dongzhi”
adalah nama kala atau musim urutan ke-22 dari penanggalan duapuluh
empat bulanan bernama “ershise jieqi”. Arti harfiah Dongzhi adalah
puncak musim dingin. Dongzhi merupakan nama kala antara kala Da
Xue (urutan ke-21 dari ershise jieqi, arti harfiah Da Xue adalah salju
besar), dan kala Xiao Han (yang ke-23 dari ershisejieqi, arti harfiah Xiao
Han adalah dingin ringan). Adanya perbedaan lama perputaran matahari
dan perputaran bulan ke bumi, hari Dongzhi jatuh pada bulan 11
penanggalan Imlek (Kongzi Li) pada masa 10 hari pertama dalam bulan
11 penanggalan Kongzi Li. Atau jatuh pada masa 10 hari terakhir dalam
bulan 11 Kongzi Li, pada saat tahun kabisat.
Namun berdasarkan perhitungan penanggalan nasional, saat
Dongzhi jatuh pada tanggal 21 atau 22 Desember kalender Masehi.
Berdasarkan penjelasan Ilmu Astronomi, peredaran matahari sewaktu
sampai pada waktu “Dongzhi” ini, kebetulan melewati Dongzhi Dian (titik
puncak musim dingin). Pada waktu ini matahari berada pada posisi titik
balik Selatan atau oleh bangsa barat dinamai Winter Solstice.
Matahari pada saat mulai berbalik ke utara. berada pada siang hari
lebih pendek daripada malam hari, di belahan bumi lintang selatan 23,50.
Maka belahan bumi utara dan belahan bumi selatan mengalami perbedaan
yang amat besar; di belahan bumi selatan siang hari lebih panjang
49
daripada malam hari.16
Demikian pula terjadi pada negara yang hanya
memiliki dua musim.
Selanjutnya mengenai satuan waktu hitungan saat “Dongzhi” pada
catatan Kerajaan dinasti Zhou yaitu dalam kitab Zhou Li, tertuliskan
pada saat Dongzhi; siang hari = 40 Lou Khe, malam hari = 60 Lou
Khe17
sedangkan pada saat Xia Zhi (Puncak Musim Panas), Chun Fen
(Musim Semi), Qiu Fen (Musim Gugur), adalah sebaliknya yaitu siang
hari = malam hari = 50 Lou Khe18
pada zaman dulu, waktu dihitung
menggunakan sebuah alat (Klepsidra = Alat pengukur waktu menurut
jatuh atau mengalirnya air) yang ditemukan jaman Kaisar Huang Di19
. Jadi
saat Dongzhi memang merupakan waktu yang penting bagi kehidupan
manusia di musim dingin, tepatnya tanggal 21 atau 22 Desember setiap
tahun Masehi. Sehingga Dongzhi patut disyukuri dan dijadikan hari
upacara keagamaan.
16 MATAKIN, Tata Agama dan Tata Laksana ( Solo : MATAKIN, 1984), h. 66
17 1 (satu) Khe satuan waktu sekarang adalah 15 menit. Pada zaman dulu, 1 (satu) Khe
adalah 14 menit 24 detik. Inilah perbedaan antara Kalender Matahari (tarikh Masehi) dengan Kalender
Imlek (penanggalan Tradisional Tionghoa yang kadang disebut juga Kalender Petani).
http://www.mandarincentre.net/2010/12/asal-usul-festival-dong-zhi.html, tanggal 11 Agustus 2014. 18
Lou Khe adalah penghitungan waktu menggunakan cerek tembaga yang diisi air, di bagian
bawah dibuat sebuah lubang kecil, di dalam cerek diletakkan sebatang panah, di atasnya diukir
(dipahat) ….. angka ukuran derajat; air yang mengalir semakin berkurang, angka derajat juga ikut
turun, pada panah berjumlah 100 (seratus) Khe, jam air tepat menunjukkan 1 (satu) periode siang &
malam, waktunya amat tepat. Diunduh dari http://www.mandarincentre.net/2010/12/asal-usul-festival-
dong-zhi.html 19
Diunduh dari Asal Usul Perayaan Dongzhi (Tang Ce),
http://www.mandarincentre.net/2010/12/asal-usul-festival-dong-zhi.html, tanggal 11 Agustus 2014.
50
3. Keyakinan Kepada Tuhan (Tian) Yang Maha Esa dalam agama
Khonghucu
Umat Khonghucu meyakini kebesaran, kesempurnaan Tian Khalik
pencipta alam semesta beserta isinya. Sejak jaman Nabi Purba Fu Xi
(sekitar abad 30 SM) telah mengenal adanya Tian (Qian) terdapat pada
hexagram1 dalam kitab Yi Jing adalah Tuhan Yang Maha Esa (Qian)20
.
1. Nabi bersabda, "Sungguh Maha Besarlah Kebajikan Kwi Sien
atau Tian ( Tuhan yang Maha Rokh )."
2. “Tian, dilihat tiada nampak, didengar tiada terdengar, namun tiap
wujud tiada yang tanpa Dia.”
3. “Demikianlah menjadikan umat manusia di dunia berpuasa,
membersihkan hati dan mengenakan pakaian lengkap sujud
bersembahyang kepadaNya. Sungguh Maha Besar Dia, terasakan di atas
dan di kanan-kiri kita! “21
Demikianlah keimanan umat Agama Khonghucu, bahwa Tian yang
membuat manusia terdorong melakukan ritual upacara penghormatan
kepada Tian, melaksanakan bersih diri, melakukan usaha berkomunikasi,
berhubungan dengan Tuhan-nya, Sang Maha Roh. Nabi purba Fuxi
mengajarkan upacara kepada kelompoknya. Nabi – nabi dan raja suci
selanjutnya selalu melaksanakan upacara sembahyang. 22
Pemahaman
rakyat Tiongkok semakin berkembang demikian juga budayanya, terutama
yang berhubungan dengan sumber pangan. Sejak sebelum masehi, telah
dikenal kebesaran Tian, karunia peredaran matahari dan bulan. Setiap
20
MATAKIN, Kitab Wahyu kejadian alam semesta alam beserta segala perubahan
peristiwanya (Yi Jing), hexagram 1 hal 2 dan Babaran Agung, (Solo : MATAKIN, 1984), h. 151. 21
MATAKIN, Kitab yang empat (Si Shu ) bagian Tengah Sempurna Bab XV pasal 1-5, h.51-
52. 22
Tjhie Tjay Ing, 50 Tahun Sebagai Xueshi,” Kong Jiao Sheng Shi” (Solo: MATAKIN,
2013), h. 249.
51
pergantian raja maupun pemimpin negara, ternyata upacara sembahyang
Dongzhi masih terus diperingati meskipun dengan berbagai bentuk
perayaan banyak tergantung pada para pendahulu dan tokoh masyarakat
setempat. Khusus di Indonesia, bagi komunitas yang sudah masuk dalam
organisasi keagamaan, akan sama dalam hal tata agama dan tata
pelaksanaan upacara agamanya.
4. Penanggalan Ershisi jieqi.
Kaisar Huang Di menciptakan sistem penanggalan agar rakyat
dapat lebih mudah dan pasti khususnya dalam membuat perencanaan
pertanian. Pada masa Dinasti Xia, penanggalan itu disebut penanggalan
Xia Li atau Nung Li, atau ershisi jieqi (二十四节气). Istilah “Jie” berarti
musim, dan “qi” artinya iklim, jadi terjemahan lengkapnya adalah
duapuluh musim dan iklim yang terdapat dalam kalender Kongzi li. 23
Penanggalan Ershisi jieqi berdasar pada 4 musim (musim semi,
musim panas, musim kering, musim dingin) yang pembagiannya sangat
cocok untuk pertanian di negara empat musim. Penanggalan ini
memudahkan para petani untuk mengetahui kapan waktu yang cocok
23
Ershísì jiéqì (èr së së cié chì 二十四節氣 /二十四节气 ) 24 ragam-musim dalam
penangggalan Yīnyánglì sesuai dengan masa bumi beredar mengelilingi matahari dan bulan
mengelilingi bumi selama setahun, berlangsung empat musim (semi, panas, rontok, dingin) yang
terjadi pergantian raga dan musim yang berlangsung dalam siklus 14 sampai dengan 16 hari per
siklus, yang selama periode itu.terdapat beberapa tanggal persembahyangan seperti qīngmíng (清
明) dan dōngzhì (冬至); 24 sendi dan udara (dalam buku Tōngshū/通書); èrshísì shí (二十四時);
MATAKIN, Kamus Keagamaan Khonghucu Indonesia (KIK), (Jakarta:MATAKIN,2016), h. 35.
52
untuk menanam padi dan tanaman lainnya. Disamping itu, “èrshísì jiéqì”
juga dipergunakan untuk menentukan bulan kabisat Kalender ini
digunakan sejak dinasti Xia 2205 S.M - 1766 S.M. Nama-nama bagian
musim dalam penanggalan Xia li atau Nong li adalah sebagai berikut:
1. Li Chun - jatuh dibulan dua belas penanggalan Kongzi Li
atau pada bulan Pebruari penanggalan Masehi.
Mulainya musim semi.
2. Yu Shui - mulai turun hujan
3. Jing Zhe - ditandai dengan adanya petir, saat itulah saat yang
baik menyebarkan bibit padi. Setelah ada petir
akan turun hujan dan benih-benih tumbuh.
4. Chun Fen - pertengahan musim semi, saat matahari di equator
00 garis Khatulistiwa. Siang hari dan malam hari
memiliki waktu yang sama panjangnya.
5. Qing Ming - ditetapkan pada tanggal 5 April selalu bertepatan
dengan sembahyang Qing Ming; iklim dan cuaca
yang baik.
6. Gu Yu - banyak dijumpai hewan katak , hujan yang cukup
dan tepat waktu, tanaman dapat tumbuh dengan
baik.
7. Li Xia - mulai masuk musim panas
8. Xiao Man - padi dan tanaman pangan lainnya dapat tumbuh
dengan baik biji-bijinya mulai penuh.
9. Mang Zhong - bersihkan rumput
10. Xia Zhi - saat matahari di titik balik 23,50 LU 22 bulan
enam (pertengahan musim panas).
11. Xiao Shu - mulai iklim dan hawa panas keci
12. Da Shu - Hari terpanas sepanjang tahun
13. Li Qiu - mulai musim gugur
53
14. Chu Shu - panen padi
15. Bai Lu - banyak turun embun
16. Qui Fen - saat matahari di equator 0 garis Khatulistiwa
17. Han Lu - embun dingin
18. Shuang Jiang - embun dingin turun
19. Li Dong - mulai musim dingin
20. Xiao Xue - turun salju kecil
21. Da Xue - turun salju besar
22. Dongzhi - 23,50
L S jatuh 22 saat Dongzhi, titik balik
matahari ke Utara (hawa positif dimulai).
Sembahyang ronde
23. Xiao Han - Ding kecil
24. Da Han - Ding besar
Penanggalan duapuluh empatan bulan dalam setahun (èr së së cié
chì tahun 2205 SM – 1766 SM),sering disebut juga penanggalan petani
(Nong li) saat ini hampir tidak dikenal maupun diajarkan di Indonesia,
karena dasar pembuatan penanggalan tersebut adalah berdasarkan
perubahan empat musim. Pada kalender yang dibuat oleh MATAKIN,
penanggalan Kongzi li tercetak di pojok kanan kotak penanggalan24
digunakan untuk penentuan hari upacara keagamaan. Sebagai nama tiap
musim atau kala adalah berupa sebuah nama hari, atau nama istilah
dengan penjelasan seperti tertulis di atas.
24
MATAKIN, Kitab Kesusilaan (Li Ji), IV A, bagian I – III h. 165- 196; kamus Wen Yen
dan hasil wawancara dengan Setiawan Bunyamin Xs , wawancara pribadi di Tegal, pada tgl 4-4-
2015.
54
Penanggalan Ershisi jieqi, nama lain penanggalan Xia li atau
penanggalan Nong li, selain membagi tahun dengan pembagian lebih rinci,
yaitu membagi kurun waktu satu tahun ke dalam duapuluh empat bagian
waktu, juga sangat memperhatikan perubahan-perubahan alam maupun,
kehidupan hewan yang terjadi saat pergantian waktu setengah bulanan itu.
Khususnya yang berhubungan langsung dengan kehidupan para petani,
maupun kepentingan pertanian atau bercocok tanam. Maka menurut
penulis sangatlah tepat bila penanggalan Ershisi Jieqi ini mendapat nama
lain penanggalan petani (Nong li). Dari budaya penanggalan ini tergambar
pula bahwa budaya pada zaman purba (pertama) adalah karena timbulnya
kebutuhan manusia akan sumber pangan. Pada jaman purba, sumber
pangan terutama dapat diperoleh dari bertani dan menjala ikan, maka
budaya pertanian dan pelayaran sangat berkembang pesat sejak dulu.
Kiranya para Nabi Purba dan Raja Suci di era tahun 3000-2000
tahun sebelum Masehi Tiongkok, merupakan orang-orang yang benar-
benar memenuhi Firman Tian. Rakyat dan budaya yang berkembang
sangat bermanfaat demi rakyat banyak sehingga mereka sejahtera.
Kebudayaan yang berkembang sangat bermanfaat bagi kehidupan semua
manusia, tanpa membedakan kedudukan maupun jabatan. Kebudayaan
yang bermanfaat bagi kehidupan banyak orang pasti akan tetap lestari
sampai kapanpun.
55
5 . Pengertian Upacara Sembahyang Dongzhi
“Dongzhi” diambil dari nama bulan yang jatuh di pertengahan
musim dingin menurut penanggalan dua puluh empat pembagian dalam
satu tahun, Ershise jieqi, disebut juga penanggalan penanggalan petani
(Nong Li).
Upacara sembahyang Dongzhi dilaksanakan dipuncak musim
dingin dalam setahun, disebut saat Dongzhi. Sebagai tanda bersyukur dan
penuh harap kehadirat Tian ditahun yang berjalan. Saat Dongzhi adalah
saat puncak musim dingin, terjadi titik balik perputaran matahari.
Melakukan sembahyang Dongzhi bertujuan untuk mensyukuri ke Maha
Besaran Tian.25
Karena Tian memberikan sebuah kejadian atau cara yaitu
dengan mengatur perputaran matahari sehingga alam dapat berjalan baik
dan aman bagi kehidupan seluruh isi dunia ini. Kembali ke musim semi,
menandakan adanya harapan kehidupan bagi alam beserta isinya.
Saat Dongzhi bertepatan dengan tanggal 22 Desember setiap tahun
atau tanggal 21 bila tahun kabisat, maka di Indonesia dan di belahan dunia
lain, khususnya Asia, diperingati setiap tanggal 22 Desember.
Manusia wajib bersyukur karena alam semesta sebagai daya dukung
hidup manusia berjalan teratur dengan sendirinya dan telah banyak
25MATAKIN, Tata Agama dan Tata Laksana, h. 66.
56
memberikan berkah dalam kehidupan manusia. Matahari, bulan beredar
dari timur ke barat dengan tiada berkesudahan, itulah karena Jalan Suci
Tian Yang Maha Esa; kesempurnaan (hukum alam) yang gilang gemilang
itulah Jalan Suci Tian.
Sebagai manusia kita diharuskan selalu membina diri, berbakti
dimulai kepada orangtua sebagai wakil Tian dalam dunia ini. Bila diri
manusia selalu terbina menuju kebajikan, daya nafsunya dapat
dikendalikan, ia akan selalu ingat bahwa semua yang ada di dunia ini
adalah milik Tian yang begitu Agung, harmonis, menembusi dan abadi
hukumNya; hingga dari dalam diri manusia timbul tiada keberanian untuk
mengusik apalagi merusak. Dalam kehidupan ini semuanya saling
berhubungan dan berkaitan satu dengan yang lain, antara tumbuhan,
hewan, alam semesta dan manusia, maka kewajiban manusialah untuk
dapat menjaga keseimbangan alam semesta.
Sangat patut pada saat Dongzhi ini umat Khonghucu terus
melanjutkan upacara yang telah dilakukan oleh para pendahulu umat
Khonghucu. Seperti tertulis juga pada buku tata agama dan tata laksana
Upacara agama Khonghucu Indonesia. Justeru menciptakan kehidupan
beragama di Indonesia saling berperanan dan saling melengkapi.26
Nama upacara tetap menggunakan nama Upacara sembahyang
Dongzhi sesuai dengan nama upacaranya karena umat Khonghucu
26
Catatan pribadi penulis “ Ajaran Tian, Di dan Ren” dijelaskan oleh Xs. Buana saat
membawakan khotbah di M. Karjaya pada tangga l 6 Maret 2015.
57
Indonesia tidak menciptakan, tetapi kita hanya meneruskan.27
Meskipun “
Dong” berarti musim dingin, “zhi” berarti paling atau puncak. Dongzhi
adalah hari saat paling dingin, dengan siang terpendek (malam terpanjang)
di bumi bagian Utara. Matahari berada pada posisi paling Selatan (23,5°
LS), lalu pada pagi pukul 03.00-05.00 terjadi perputaran balik arah
matahari ke Utara. Saat perputaran balik Matahari inilah yang kita
syukuri.28
Pada musim dingin, anggota keluarga yang pergi jauh untuk
mencari nafkah maupun yang bekerja diluar kampung halaman, kembali
pulang untuk menghabiskan waktu di musim dingin bersama keluarga
mereka.29
Budaya itulah yang kini masih dilakukan oleh umat Khonghucu
di beberapa negara Asia Timur, yaitu sebagai hari berkumpulnya
keluarga. Memang ajaran agar anggota keluarga sekali waktu perlu
berkumpul adalah sangat baik dan perlu, yaitu agar para anggota baru
dapat saling megenal pendahulunya dan cita-cita dan prinsip hidup
keluarga yang baik dapat berlanjut dan berkembang.
Menurut penulis, Kongzi memperbolehkan umatnya melakukan
perluasan makna, menyesuaikan dengan perkembangan jaman, tetapi
penyesuaian tersebut harus dibuat dengan tujuan untuk menajamkan visi
dan misi sembahyang menurut Kitab Suci Agama Khonghucu. Dengan
demikian perkembangan yang terjadi tidak mengubah hakekat ajaran dan
27
MATAKIN, Si Shu, Sabda Suci VII- 1, h. 85. 28
MATAKIN, Tata Agama dan Tata Laksana, h. 67 29
Kompas, Dongzhi, cara menyambut musim salju, (Jakarta: Kompas, 26-12-2013), h. 34.
58
isi kitab suci agama. Ajaran yang dimaksud disini adalah ajaran
sembahyang syukur kehadirat Tian atas keberkahan alam semesta bagi
kehidupan manusia di bumi ini. Inilah tuntunan bagi manusia dari Kongzi
tentang bersembahyang.
Berdasarkan penjelasan Ilmu Astronomi, peredaran matahari
sewaktu sampai pada waktu Dongzhi ini, juga melewati Dongzhi Dian
(titik puncak musim dingin)30
. Pada saat Dongzhi, matahari berada pada
posisi paling jauh dari bumi, yaitu pada titik balik Selatan atau Winter
Solstice. Matahari pada saat ini berada pada lintang Selatan 23,50, dan
mulai berbalik ke Utara. Maka, belahan bumi Utara dan belahan bumi
Selatan mengalami perbedaan yang amat besar; di belahan bumi Utara
siang hari lebih pendek daripada malam hari, sedangkan di belahan bumi
Selatan siang hari lebih panjang daripada malam hari31
. Sungguh
mengagumkan, ternyata penetapan waktu sejak ribuan tahun lalu sesuai
dengan kajian teknologi jaman sekarang.
6. Dasar Teologis Pelaksanaan Upacara Sembahyang Dongzhi dan
Upacara Sembahyang hari Genta Rohani
Dasar ayat suci upacara sembahyang Dongzhi terdapat dalam Kitab
Li Ji terutama bab sempurnanya sembahyang (Ji Tong) XXII :
30
MATAKIN, Tata Agama dan Tata Laksana, h. 66 Dongzhi Dian adalah titik di garis
Khatulistiwa yang paling jauh dari bumi, jadi merupakan tempat paling dingin. 31
MATAKIN, Tata Agama dan Tata Laksana, h. 67.
59
“Diantara semua Jalan Suci yang mengatur kehidupan manusia, tiada
yang lebih penting daripada Kesusilaan (Li). Li itu mempunyai lima pokok
(Wu Jing)32
, dan daripadanya tiada yang lebih perlu daripada
Sembahyang atau ibadah (Ji). Adapun sembahyang itu bukanlah sesuatu
yang datang dari luar, melainkan dari tengah batin keluar dan lahir di
hati. Bila hati itu dalam - dalam tergerak, perwujudannya meraga saat
bersembahyang, juga saat beribadah. Karena itu hanya orang
bijaksana dan berkebajikan dapat penuh-penuh mewujudkan kebenaran
daripada sembahyang atau ibadah itu.”33
Melakukan sembahyang adalah hal yang terpenting dibanding
melakukan empat upacara lainnya seperti yang tertera pada kitab Li Ji.
Dalam melakukan upacara sembahyang yang terpenting adalah niat suci
yang timbul dari dalam hati pelaksananya. Seseorang yang hendak
melakukan sembahyang harus berniat dulu sebelum melaksanakannya.
Dalam persiapan batin juga lahir, saat melaksanakan persiapan
perlengkapan sembahyang, saat berlangsungnya upacara, sampai
selesainya upacara, sehingga tujuan upacara dapat tercapai.
Ibadah sembahyang yang dilaksanakan oleh orang bijaksana, yaitu
orang yang sudah membina diri sejak lama dan menjadi manusia yang
berbudi luhur; yang berkebajikan itu pasti akan menerima berkah bahagia;
ini bukan berkah bahagia duniawi saja. Berkah bahagia disini berarti
kesempurnaan (siapnya segala sesuatu). Kesempurnaan disini ialah untuk
menamakan tentang patuh-lancarnya beratus perkara, itulah yang dinamai
32
Lima macam upacara yakni 1. Upacara sembahyang kepada Tuhan (ibadah), Upacara
duka (kematian), Jili – lucky. 2. Upacara penyambutan tamu, Binli- guest, . 3. Upacara
kemiliteran, Junli - military dan upacara ungkapan rasa gembira, Xiongli- ferocious 5.Upacara
sembahyang syukur kepada Tian, Jiali – precious, Diantara lima macam upacara, yang paling
penting adalah sembahyang sumber MATAKIN, Shu Jing II (Solo: MATAKIN,2012), h. 9.
33
MATAKIN, Li Ji, bab XXII Sempurnanya sembahyang Ji Tong ke 1-3, h. 529-530.
60
siap sempurna (hormat = bei) yaitu: di dalam diri pelaksana upacara penuh
usahanya, di luar diri pelaksana upacara patuh-lancar di dalam Jalan Suci
(kebenaran Tian). Ke atas patuh-taqwa (Shun) kepada Tuhan (Tian) Yang
Maha Roh (Gui Shen), ke luar (ditengah masyarakat) patuh-taat kepada
raja dan atasan; ke dalam (ditengah keluarga) bakti kepada orang tua;
demikianlah yang dinamai siap sempurna. Maka dikatakan hanya seorang
yang bijaksana berkebajikan dapat siap sempurna. Orang yang siap
sempurna baharulah kemudian dapat melakukan sembahyang (ibadah).34
Dari tuntutan ajaran Kongzi , tergambar begitu berat dan panjang
jalan yang harus ditempuh sampai seseorang itu layak melakukan
persembahyangan. Oleh karena itu sungguhlah kita semua patut bersyukur
dan mensucikan hati , pikiran, jiwa dan jasmani kita sebelum melakukan
persembahyangan.
Sembahyang atau ibadah seorang yang bijaksana itu dipenuhi
suasana batin yang memiliki iman dan kepercayaan, disamping rasa satya
dan hormat-sujud (cheng xin zhong jing).35
Maksudnya, dalam sebuah
upacara keagamaan yang benar dan baik, pelaksana upacara
mempersembahkan sesuatu dengan batin yang tulus, iklas dan penuh
hormat.
Saat penelitian upacara sembahyang Dongzhi dan upacara
sembahyang hari Genta Rohani, penulis melihat upacara berjalan di dalam
34
MATAKIN, Kitab Ksusilaan, XXII-2, h. 529. 35
MATAKIN, Kitab Kesusilaan, XXII-2 h. 530.
61
kesusilaan upacara (Li), dimantapkan dengan musik, digenapkan pada
waktunya. Semuanya itu disajikan dengan kecerahan batin dan
dikerjakan semuanya itu dengan tulus, bukan karena suatu pamrih.
Demikianlah yang penulis catat dan perhatikan dalam pelaksanaan
upacara yang penulis teliti. Dengan demikian, dapat penulis simpulkan
bahwa upacara sembahyang Dongzhi dan upacara sembahyang hari Genta
Rohani yang berlangsung saat penulis teliti, berjalan dengan penuh
ketulusan, iklas, ada rasa hormat dan bakti; menunjukan sekelompok
orang yang bersungguh-sungguh. Terbukti pelaksanaan upacara berjalan
dengan tertib, rapi dan khidmat.
Sampai upacara selesai dilaksanakan, beberapa narasumber
menampakan raut wajah cerah, bahkan menyampaikan rasa syukur, lega
serta puas hati mengenai pelaksanaan upacara yang baru berlangsung.36
Adapun ayat suci yang khusus menyebutkan tentang upacara
Dongzhi sebagai berikut :
“Upacara sembahyang diselenggarakan pada ke empat musim. Upacara
sembahyang pada musim semi dinamai Yue; upacara sembahyang pada
musim panas disebut Di; upacara sembahyang pada musim rontok
dinamai Chang; dan, upacara sembahyang pada musim dingin disebut
Zheng. Upacara sembahyang Yue dan Di mengungkapkan kebenaran sifat
Yang (positif, terang atau mengembang), upacara sembahyang Chang dan
Zheng mengungkapkan kebenaran sifat Yin (negatif, gelap, suram atau
mengkerut). Upacara sembahyang Di mengungkapkan maraknya sifat
36
Wawancara dengan bapak Aceng S dan ibu Melani di kelenteng Wan Ing Miao,
Adiwerna, pada tanggal 22-12-2013.
62
Yang dan upacara sembahyang Chang mengungkapkan maraknya sifat
Yin ….”. 37
37
MATAKIN, Kitab Kesusilaan (Li Ji), XXII, h. 541 dan
Bratayana Ongkowijaya, softkopi terjemahan kitab Kesusilaan (Li Ji) 27-8-2014.
凡fán
祭j ì
有yǒu
四s ì
时sh í
:
春chūn
祭j ì
曰yuē
礿yuè
(禴yuè
) ,夏x ià
祭j ì
曰yuē
禘d ì
,
秋q iū
祭j ì
曰yuē
尝cháng
,冬dōng
祭j ì
曰yuē
烝zhēng
。 Upacara sembahyang diselenggarakan pada ke empat musim.
Upacara sembahyang pada musim semi dinamai Yak;
upacara sembahyang pada musim panas disebut Tee;
upacara sembahyang pada musim rontok dinamai Siang;
dan, upacara sembahyang pada musim dingin disebut Cien.
礿yuè
(禴yuè
) ,禘d ì
,阳yáng
义y ì
也y ě
;尝cháng
,烝zhēng
,阴y īn
义y ì
也y ě
;
禘d ì
者zhě
,阳yáng
之zh ī
盛shèng
也y ě
;尝cháng
者zhě
,阴y īn
之zh ī
盛shèng
也y ě
;
故g ù
曰yuē
莫m ò
重zhòng
于y ú
禘d ì
,尝cháng
。 Upacara sembahyang Yak dan Tee mengungkapkan kebenaran sifat Yang,
upacara sembahyang Siang dan Cien mengungkapkan kebenaran sifat Yin.
Upacara sembahyang Tee mengungkapkan maraknya sifat Yang,
dan upacara sembahyang Siang mengungkapkan maraknya sifat Yin.
Maka dikatakan, Tiada yang lebih penting daripada upacara sembahyang Tee dan
Siang.
是sh ì
故g ù
君jūn
子z ǐ
之zh ī
祭j ì
也y ě
,必b ì
身shēn
亲q īn
莅l ì
之zh ī
。 Maka seorang Susilawan di dalam menyelenggarakan upacara sembahyang,
ia merasa wajib hadir melaksanakan sendiri.
春chūn
祭j ì
曰yuē
礿yuè
(禴yuè
) : upacara sembahyang pada musim semi dinamai Yak;
夏x i à
祭j ì
曰yuē
禘d ì
: upacara sembahyang pada musim panas disebut Tee;
秋q i ū
祭j ì
曰yuē
尝cháng
: upacara sembahyang pada musim rontok dinamai Siang;
冬dōng
祭j ì
曰yuē
烝zhēng
: upacara sembahyang pada musim dingin disebut Cien.
63
Dari ayat tersebut penulis dapat memahami bahwa yang terjadi
pada ke empat musim saling berhubungan, saling melengkapi, antara sifat
positif dan sifat negatif. Sifat positif di musim semi dan panas,
melambangkan pertumbuhan dan perkembangan, sedang sembahyang di
musim gugur dan dingin mengembangkan pengeringan dan peleburan.
Peradaban manusia sejak jaman purba mensyukuri perubahan musim
tersebut.
Di dalam melakukan sembahyang, pasti ada hal-hal yang harus
dilakukan langsung oleh beberapa petugas upacara; seperti pemimpin
upacara, juga petugas-petugas luar (petugas sebelum dimulai upacara),
yaitu pembagi tugas pembawa sesajian makanan, pembawa bunga, ronde
jahe, mengundang dan memberitahukan kepada para umat maupun
masyarakat sekitar. Termasuk mengundang pemimpin upacara bahwa
akan diadakan upacara Dongzhi, dan mengundang petugas dalam (petugas
saat upacara penelitian, yaitu para pemimpin upacara yang berjumlah tiga
orang). Bila semua petugas itu telah siap, maka semua keperluan akan siap
pula; keperluan-keperluan kecil seperti buah-buahan, makanan kecil dan
besar; begitu pula peralatan berupa ke tiga mangkok kecil untuk manisan
dan air teh, juga gelas kecil anggur, lima macam hewan kurban (Wu
Sheng), dan wadah untuk sembilan macam sajian. Segala wujud oleh
pengaruh sifat Yin (negatif) dan Yang (positif), semuanya tersedia. Dalam
bentuk sesajian upacara melambangkan persembahan sesaji yang mewah
dan lengkap, tanda syukur yang tinggi kepada Tian dan Da Cheng Zhi
64
Sheng Kongzi. Semua yang dihidupkan Tian, yang ditumbuhkan bumi,
disajikan sampai berlimpah, menggambarkan pujian dan hormat tertinggi.
Di luar diri umat pelaksana upacara berlimpah benda (sajian), dan di
dalam diri pelaksana upacara berlimpah semangat (cita), demikianlah hati
di dalam sembahyang itu.
Selanjutnya penulis akan lebih menerangkan yang harus disiapkan
dalam diri pelaksana upacaranya (sesuai ajaran dalam Kitab Li Ji). Bahwa
iman dan kepercayaan, itulah yang dinamai mengerjakan dengan sepenuh
hati memacu diri (Jin), mengerjakan dengan sepenuh hati memacu diri
itulah yang dinamai hormat - sujud (Jing). Orang yang penuh hormat-
sujud itulah kemudian ia boleh melayani dan mengabdi kepada Maha Roh.
Demikianlah ajaran agama di dalam sebuah upacara sembahyang.38
Kemudian, ketika tiba waktu menaikkan sembahyang, seorang Junzi akan
bersuci diri (Zhai) berpuasa lahir-batin.
Hal Penting dalam upacara sembahyang tertulis dalam kitab
Kesusilaan bahwa :
(a.) Di dalam melakukan persembahan tiada yang lebih penting dari hal
menuang anggur ( benda cair untuk persembahan)39
; (b.) Di dalam musik
tiada hal yang lebih penting dari hal menaikkan lagu pujian40
; dan (c.) Di
dalam tarian tiada yang lebih penting daripada gerak yang
38
MATAKIN, Kitab Kesusilaan, XXII, h. 529- 545. 39
MATAKIN, Kitab Kesusilaan, XXII no 9, h. 534. 40
MATAKIN, Kitab Kesusilaan, XVII bagian 2.16-20 , h. 414-415.
65
mengungkapkan (suasana) malam sebelum raja Wu (mengangkat senjata,
perang melawan kaisar Zhou). 41
Itulah tata cara yang dilakukan untuk tata sembahyang jaman dinasti
Zhou. Tiga tata cara itu bermaksud mendorong terbentuknya cita luhur
seorang susilawan (Junzi). Jadi memang sebuah pelaksanaan upacara
sembahyang dapat membantu terbentuknya perilaku luhur seorang
manusia.
Pada jaman dinasti Zhou (1122 SM-255 SM), upacara sembahyang
di Jiao (pinggiran kota) dilaksanakan pada hari Xin, karena pada hari itu
dinasti Zhou pertama kali melaksanakan sembahyang besar Jiao pada saat
hari mulai kembali (saat “Dongzhi”). Setelah dilakukan kajian (Bo) di kuil
leluhur dan menerima amanat baik, lalu dilakukan kajian dengan balok
kura-kura di hadapan altar di ruang leluhur orangtuanya. Pada hari itu raja
berdiri dan langsung mendengarkan pernyataan dan menerima bimbingan
atau sanggahan. Amanat itu disampaikan padanya di bagian dalam
gerbang, digunakan untuk memberi pesan kepada beratus jawatan, dan
amanat yang diterima di Da Miao digunakan untuk memberi pesan kepada
beratus marga.42
Pada saat dinasti Zhou, upacara sembahyang Dongzhi dipimpin
oleh sang raja, di kuil leluhurnya (yaitu raja pendahulu) dan dilaksanakan
pengkajian melalui balok kura-kura. Setelah mendapat kesimpulan kajian
41
MATAKIN, Kitab Kesusilaan, XXII no 9, h.534. 42
MATAKIN, Kitab Kesusilaan IX bagian 2 ke 3 dan 4, hal 284-285.
66
hasilnya diumumkan langsung kepada para pejabat dan rakyat. Kiranya
upacara akhir tahun ini dijadikan momen untuk memohon petunjuk
kepada Tuhan di hadapan para leluhur agar semua rencana yang akan
dikerjakan di tahun selanjutnya berjalan dengan penuh perencanaan dan
telah mendapat kesepakatan semua pihak, demikian kiranya rencana akan
mendapat ridho Tuhan sampai seluruh rakyat, sehingga berjalan lancar.
Demikian yang berlangsung maka Kongzi mengatakan bahwa bagi raja
yang penuh sujud dan hormat dalam bersembahyang, dalam hal mengatur
negara akan semudah membalik telapak tangan. Saat ini pelaksanaan
upacara sembahyang Dongzhi dan upacara sembahyang hari Genta Rohani
seperti yang nampak pada saat penelitian, tidak dilakukan pengkajian
menggunakan balok kura-kura, karena umat Khonghucu saat upacara
sembahyang Dongzhi dan upacara sembahyang hari Genta Rohani, hanya
melaksanakan sembahyang syukur. Sedang rencana pemerintahan bagi
rakyat Indonesia diputuskan oleh pemimpin Indonesia yang bukan
beragama Khonghucu.
Ayat-ayat dalam Li Ji, adalah rincian tata upacara yang dilakukan
di dalam istana43
, dalam lingkungan kerajaan. Kemudian oleh Kongzi
beberapa tata ibadah disesuaikan agar dapat dilakukan oleh seluruh rakyat.
Demikian pula tata ibadah yang terdapat dalam Kitab Kesusilaan (Li Ji),
dirumuskan kembali oleh para pengurus dan rohaniwan Khonghucu
43
MATAKIN, Kitab Kesusilaan, XXII no 7-9 adalah tata upacara yang diterapkan di
kalangan kerajaan.
67
Indonesia dalam buku Tata Agama dan tata laksana Agama Khonghucu
Indonesia agar sesuai dengan keadaan umat Khonghucu Indonesia yang
adalah rakyat.
Kecuali mengenai tarian upacara seperti yang tercantum dalam
ayat Yue Ji bagian II44
belum atau tidak dituliskan caranya dalam buku
Tata agama dan Tata laksana Agama Khonghucu. Pada ayat 10 dalam
kitab Li Ji, dijelaskan tentang kewajiban untuk membagikan sajian bagi
peserta upacara dengan aturan tingkatan usia dan jabatan. Hal ini masih
dilaksanakan sampai saat ini. Hal ini bermaksud mencerminkan sikap
bermurah hati. demikianlah dipilahkan tingkatan rendah-mulianya
kedudukan, dan memperagakan kemurahan hati yang diberikan…. “.
Maka dikatakan, “dari semuanya itu dapat nampak bagaimana
pemerintahannya.”45
Ajaran bermurah hati dengan berbagi sesajian
merupakan manfaat lain yang penting diajarkan dari sebuah upacara
sembahyang, dicontohkan oleh kaisar atau penguasa tertingginya agar
ditiru oleh seluruh mentri dan bawahan sampai dalam lingkungan
keluarga.
Selanjutnya pada ayat 12 juga dijelaskan tentang pentingnya
bersikap rendah hati dan berhemat. Sesungguhnya, sembahyang ialah
yang terbesar dari semua hal. Segala pirantinya disiapkan lengkap, tetapi
kelengkapannya itu mengikuti keperluannya; --- bukankah ini menjadi
44
MATAKIN, Kitab Kesusilaan , h. 409-417. 45
MATAKIN, Kitab Kesusilaan,, XXII- 10, h.534.
68
pokok daripada Agama? Dari ayat ini terdapat ajaran menghindari
keborosan, disamping kesesuaian antara perlengkapan dan sajian upacara
dengan maksud dan tujuan pelaksanaan upacara itu sendiri. Dalam
kehidupan sehari-hari kita harus memperhitungkan pemakaian benda-
benda dan sumber daya alam. Kita harus disiplin sehingga dapat
mengefisienkan pemakaian.
Untuk menjadi seorang luhur budi, seseorang dibimbing agar dapat
memuliakan pemimpin dan tua-tua, sedang di dalam lingkungan keluarga
dibimbing bagaimana berbakti kepada orang tuanya. Dijelaskan juga bila
pemimpinnya cerah batin , para pembantunya akan tunduk mengikutinya.
Bila seseorang memberi contoh dengan penuh sujud melakukan
sembahyang di rumah papan nama leluhur, dan dihadapan altar malaikat
bumi dan gandum, tentulah anak-cucunya akan patuh-berbakti. Dengan
bersungguh-sungguh akan menempuh Jalan Suci, dengan tulus hidup
dalam kebenaran; niscaya akan semarak tumbuh berkembang ajaran
Agama46
.
Seorang Susilawan dalam melayani atau mengabdi kepada
pemimpin, pasti melaksanakan sebagaimana diharapkan kepada diri
sendiri. Apa yang tidak memberi kesentosaan atau kepuasan diri
atasannya, tidak akan dilakukan dalam menyuruh bawahan; dan apa yang
tidak disukai dari bawahannya, tidak akan dilakukan dalam mengabdi
46
MATAKIN, Kitab Kesusilaan, XXII- 12, h. 535.
69
kepada atasan. Apa yang tidak disetujui dari orang lain, tetapi diri sendiri
melakukannya; itu bukan jalan suci Agama. Karena itu, amalan agama
seorang susilawan, pasti berlandas kepada yang pokok diikuti dengan
patuh sampai mencapai puncak; (yang pokok) yaitu sembahyang atau
ibadah. Maka dikatakan, “Sembahyang atau ibadah, itulah pokok atau
akar daripada Agama.”
Pada ayat 13 tertulis, adapun sembahyang atau ibadah (JI) itu di
dalamnya terkandung sepuluh jalinan, Shi Lun. Di dalamnya nampak
bagaimana Jalan Suci mengabdi kepada Yang Maha Roh Gui Shen (1),
nampak kebenaran yang harus dijalankan antara pemimpin atau raja dan
pembantu atau menteri (2) nampak bagaimana wajib jalinan antara ayah
(orang tua) dengan anak (3) nampak pertingkatan antara yang
berkedudukan mulia dan rendah (4) nampak dekat-renggangnya jalinan
keluarga yang berkembang (5) nampak bagaimana diberikan anugerah dan
pahala (6) nampak bagaimana pemilahan tugas antara suami dan istri (7)
nampak bagaimana pemerintahan itu harus adil (8) nampak bagaimana
antara yang tua dan muda wajib dalam kedudukan masing-masing (9) dan
nampak bagaimana batasan yang ada antara atasan dan bawahan (10)
Inilah yang dinamai sepuluh jalinan (hubungan) itu. Dengan ayat ini kita
dituntun untuk memperhatikan sepuluh hubungan itu dan tercermin dalam
sebuah upacara sembahyang dalam agama Khonghucu.
70
Sebuah upacara sembahyang agama Khonghucu ternyata menjadi
penghubung “sepuluh jalinan”, sungguh sebuah kegiatan budaya manusia
yang sangat penting.
Pemimpin yang cerah batin memberikan berkat dengan adil kepada
bawahannya yang dapat dipercaya dan berhasil dalam tugasnya. Hal ini
menggambarkan bahwa upacara keagamaan dapat sekaligus dijadikan
ajang untuk memberi contoh dan semangat dalam bekerja. Rakyatpun
akan timbul semangat bakti dan pengabdian bagi kerajaan atau negara
tempatnya menumpang hidup.47
” .… Dengan kemurahan hati yang adil,
pemerintahan akan mulus terselenggara; berjalan mulusnya pemerintahan,
berbagai hal akan sempurna; dengan berbagai hal sempurna, maka pahala
akan ditegakkan. Hal ditegak-muliakan pahala ini, tidak boleh tidak
diketahui rakyat. Maka dikatakan, “Demikianlah (dengan upacara
sembahyang itu seperti dijelaskan dari ayat 7-20 diatas) diperagakan
penyelenggaraan pemerintahan yang adil.”48
Sedang saat upacara sembahyang Dongzhi berlangsung, perlu
diingat ayat-ayat berikut :
“Setelah tiba saat pemberian berkat dengan diedarkannya piala (gelas
berisi arak), para pejabat istana yang ada di bagian kiri berdiri dalam
satu baris, dan demikian pula mereka yang ada di bagian kanan berdiri
dalam satu baris. Masing-masing menempati barisnya berurut usianya;
demikian pula mereka berbaris berurut seluruh pembantu dalam upacara.
Demikianlah dinamakan bahwa yang tua dan yang muda mendapatkan
kedudukan masing-masing.”
47
MATAKIN,Kitab Kesusilaan, Ji Tong XXII, h.540. 48
MATAKIN,Kitab Kesusilaan, Ji Tong XXII, h.544.
71
(ayat ke-23) “Dalam upacara sembahyang itu ada bagian yang diberikan
kepada tukang menguliti, pembantu tukang masak, pengibar bulu-bulu
dan penjaga pintu, --- semuanya itu menunjukkan bagaimana berkah atau
kemurahan hati turun sampai kepada yang terbawah dalam Jalan Suci.
Hanya seorang raja yang berkebajikan dapat menyelenggarakan
semuanya itu; hanya yang cerah bathin mampu memahami itu; hanya
yang berperi cinta kasih mampu menganugerahkan itu. Membagikan,
bermakna menganugerahkan; mereka dapat menganugerahkan apa yang
tinggal kepada yang dibawahnya…..”
Menurut penulis, ayat di atas menjelaskan bahwa sebagai atasan
atau pemimpin kita harus memperhatikan semua pihak yang berada di
dalam wilayah kita. Mereka harus diberi perhatian dan penghargaan
sampai sedetil-detilnya, hal ini kiranya dimaksudkan untuk mencapai
kebersamaan dan kemajuan bersama.
Dari ayat di atas, tergambarlah maksud dilaksanakan upacara
sembahyang setiap musimnya, dan fungsi lain dalam kehidupan sehari-
hari. Yaitu peraturan menjaga kelestarian lingkungan.
”Sungguh kebenaran tentang persembahyangan ini akan
membantu atau mengarahkan cita, dan segenap kebajikan akan
berkembang(ayat ke-25) Maka, yang marak kebajikannya akan kokoh-
tebal citanya; yang kokoh-tebal citanya akan gemilang kebenarannya;
yang bergemilang kebenarannya, dialah yang benar-benar dapat bersujud
dalam sembahyang. Bila upacara sembahyang benr-benar dapat
dilakukan penuh kesujudan, maka segenap anak-cucu di dalam seluruh
batas negeri tiada yang berani tidak penuh kesujudan atau hormat. Maka
seorang Susilawan di dalam menyelenggarakan upacara sembahyang, ia
merasa wajib hadir melaksanakan sendiri”.
(ayat ke-26) “Bila ada alasan yang benar-benar, ia boleh menyuruh
orang lain mewakilinya; tetapi, meskipun ia menyuruh orang lain
mewakilinya, selaku raja, ia tidak lupa akan kebenarannya; demikianlah
raja yang benar-benar cerah memahami kebenaran itu.”
72
(ayat ke-27). “Orang yang tipis kebajikan, citanya pun meremehkan.
Orang yang ragu akan kebenarannya, meskipun disuruh melakukan
upacara sembahyang itu dengan sungguh-sungguh penuh kesujudan, ia
tidak akan berhasil. Bila tidak mampu penuh sujud bersembahyang,
betapa ia menjadi ayah-bunda rakyat?”.
(ayat ke-28)“ … Menanggapi kemuliaan yang dikaruniakan ini, untuk
memacu semangat titah besar ini akan hamba ukirkan pada piala dan
bejana hamba untuk upacara sembahyang Zheng (sembahyang musim
dingin atau saat Dongzhi).” Itulah yang terukir pada bejana upacara
berkaki tiga (Ding) milik Kong Kui dari negeri Wei”.49
Dapat kita pelajari bahwa untuk melakukan sebuah upacara
seseorang harus mempersiapkan badan jasmani, badan rohani sampai
sesajian dan tindakan sehari-hari Nya agar upacara berjalan dengan benar
dan dapat “diterima”. Selanjutnya saat pelaksanaan upacara harus timbul
niat yang tulus iklas penuh hormat sampai upacara selesai dan kebajikan
itu meraga keluar. Setelah upacara selesai, pelaksana itu harus tetap terus
menjaga segala sesuatunya dalam keharmonisan. Kiranya inilah inti
pelaksanaan upacara keagamaan yang harus dilaksanakan oleh semua
umat manusia. Sebagai pelaksana upacara sembahyang bagaikan seorang
pemimpin dalam kehidupan sehari-hari, bertugas menjaga keharmonisan
bersama.
“Tian memiliki ke empat musim, semi, rontok, dingin, panas beserta
angin, hujan, embun beku, dan embunnya; --- gerak daripada semuanya
itu masing-masing tidak ada yang tidak mendidik.”.“Bumi, mengandung
kekuatan spiritual (shen qi). Kekuatan spiritual itu membuahkan angin
dan petir. Oleh angin dan petir benih berbagai bentuk terbawa jauh dan
49
MATAKIN, Kitab Kesusilaan, Ji Tong XXII, h. 541-542.
73
berbagai benda tumbuh / hidup: --- semuanya itu masing-masing tidak
ada yang tidak mendidik.”50
Peredaran Matahari dan Bulan beserta perubahan letak rasi bintang
semuanya saling mempengaruhi timbulnya angin dan petir, mempengaruhi
kehidupan di muka bumi dan keadaan lahir dan batin manusia. Kewajiban
umat manusia sebagai satu-satunya makhluk di muka bumi ini untuk
selalu mengingat, mematuhi, meneladani dan mensyukuri nikmat Nya.
7. Sajian Upacara Sembahyang Dongzhi dan Upacara Sembahyang
hari Genta Rohani.
Dalam hal mempersembahkan sesaji pada saat melaksanakan
sembahyang, sudah kita kenal sejak jaman purba. Dewi Nu Wa tercatat
hidup pada sekitar tahun 2950 SM, beliau membantu menetapkan
undang-undang, khususnya hukum perkawinan dan tata tertib sembahyang
serta ibadah51
Sajian upacara lain, misalnya daging korban dijelaskan pada bab
Jiao Te Sheng (korban hewan tunggal dalam upacara sembahyang di
Jiao) bagian I.1. yaitu :
“Pada upacara sembahyang di Jiao (kepada Tian) Kaisar menyajikan
hewan korban tunggal dan di atas altar untuk She Ji (Malaikat Bumi dan
Gandum) disajikan Da Lao (persembahan hewan korban yang berjumlah
tiga ekor). Bila Kaisar melakukan perjalanan pemeriksaan ke tempat para
Rajamuda, para Rajamuda itu menjamunya dengan masakan yang dibuat
50
MATAKIN, Li Ji, Kongzi Xian Ji XXVI,7, h. 568
51 MATAKIN, Para Sheng Ren ( Nabi) dan Sheng Wang (raja Suci) sampai lahir Kongzi,
(Jakarta: MATAKIN, SGSK 35/2010) Edisi Sincia 2561, h. 35
74
dari seekor anak lembu; bila para Rajamuda menghadap kepada Kaisar,
Kaisar akan mengaruniai mereka sesuai ketentuan kesusilaan dengan Da
Lao. Kesusilaan dengan persembahan hewan korban, hal ini bermaksud
untuk memuliakan ketulusan iman dalam kebenaran. Karena itu, bila ada
hewan yang mengandung, Kaisar (sebutan lain Tianzi) tidak
memakannya, juga tidak menggunakannya sebagai hewan korban untuk
melakukan sembahyang. 52
Sajian persembahyangan dapat berupa makanan, buah-buahan, air,
bunga, dan wewangian. Pada setiap upacara, terdapat sajian yang umum
dipergunakan tetapi ada juga yang khusus untuk upacara tertentu saja. ….
Semua yang dihidupkan Tian, yang ditumbuhkan bumi, disajikan sampai
tiada yang tidak berlimpah. Di luar berlimpah benda (sajian), dan di dalam
berlimpah semangat (cita), demikianlah hati di dalam sembahyang itu.53
Sajian khas yang disajikan pada saat upacara sembahyang Dongzhi
dan upacara sembahyang hari Genta Rohani adalah ronde atau Tang Yuan
yaitu kue berbahan tepung ketan, bentuknya bulat yang melambangkan
persatuan dan keharmonisan keluarga. Yuan artinya bulat melambangkan
kesatuan. Cara membuat ronde adalah dengan mengaduk tepung ketan
52 MATAKIN, Li Ji IX-1, h. 276.
53 MATAKIN, Li Ji IX bagian I.1. h. 276 “Pada upacara sembahyang di Jiao ( kepada Tian)
disajikan hewan korban tunggal dan di atas altar untuk She Ji (Malaikat Bumi dan Gandum);
disajikan Da Lao (hewan korban yang berjumlah tiga ekor). Bila Tianzi melakukan perjalanan
pemeriksaan ke tempat……..para Rajamuda, para Rajamuda itu menjamunya dengan masakan yang
dibuat dari seekor anak lembu; bila para Rajamuda menghadap kepada Tianzi, Tianzi akan
mengaruniai mereka sesuai Kesusilaan dengan Da Lao; hal ini untuk memuliakan ketulusan iman
dalam kebenaran. Karena itu, bila ada hewan yang mengandung, Tianzi tidak memakannya, juga
tidak menggunakannya sebagai hewan korban untuk melakukan sembahyang kepada Di. Sajian
persembahyangan dapat berupa makanan, buah-buahan, air, bunga, dan wewangian. Pada setiap
upacara, terdapat sajian yang umum dipergunakan tetapi ada juga yang khusus untuk upacara
tertentu saja. …. Semua yang dihidupkan Tian, yang ditumbuhkan bumi, disajikan sampai tiada yang
tidak berlimpah. Di luar berlimpah benda (sajian), dan di dalam berlimpah semangat (cita),
demikianlah hati di dalam sembahyang itu”
75
dengan air panas sampai berbentuk adonan yang dapat dibentuk. Ambil
setengah adonan untuk diberi pewarna merah. Lalu buat bulatan dari
adonan yang di bulat-bulat dengan kedua telapak tangan. Setelah semua
adonan selesai di bulatkan, lalu di masak dalam air yang mendidih. Bila
bola ronde mengapung, menandakan ronde sudah matang. Sementara
menunggu air mendidih, dapat disiapkan kuah jahe manisnya. Tang Yuan
disajikan dengan kuah jahe manis yang bertujuan memberi kehangatan
pada saat musim dingin.
“Tang Yuan” disebut juga “Tuan Yuan” yang artinya adalah reuni
keluarga. Sajian ini tidak diketahui kapan mulai disajikan dan siapa
penggagasnya, namun jelas bukan oleh pihak kerajaan54
, karena tidak
tercatat dalam kitab. Sajian khas ronde saat Dongzhi dimulai oleh rakyat
masa lalu namun dapat tetap membudaya sampai saat ini.
Sembahyang Dongzhi diadakan dibulan Desember dan disaat
musim dingin, maka sejak jaman purba banyak suku bangsa berkumpul
kembali dimusim dingin ke dalam kelompok besarnya atau kampung
halamannya untuk saling menyambung ikatan keluarga, ikatan kelompok
54 https://en.wikipedia.org/wiki/Tangyuan_%28food%29 Tang Yuan During the Yongle era
of the Ming Dynasty, the name was officially settled as yuanxiao (derived from the Yuanxiao
Festival), which is used in northern China. This name literally means "first evening", being the
first full moon after Chinese New Year, which is always a new moon.[citation needed]
In southern
China, however, they are called tangyuan or tangtuan.[1]
Legend has it that during Yuan Shikai's
rule from 1912 to 1916, he disliked the name yuanxiao (元宵) because it sounded identical to
"remove Yuan" (袁消), and so he gave orders to change the name to tangyuan.[2]
This new
moniker literally means "round balls in soup". Tangtuan similarly means "round dumplings in
soup". In the two major Chinese dialects of far southern China, Hakka and Cantonese, "tangyuan"
is pronounced as tong rhen and tong jyun respectively. The term "tangtuan" (Hakka: tong ton,
Cantonese: tong tyun) is not as commonly used in these dialects as tangyuan.
76
suku dan mengadakan ritual bersama-sama. Berwarna merah dan putih
melambangkan sifat negatif dan positif, Yin dan Yang , berjumlah dua
belas buah sesuai jumlah bulan se tahun. Ditambah sebuah bulatan merah
berukuran besar melambangkan berkah dalam se-tahun.55
Untuk sajian sembahyang saat Upacara Dongzhi selain ronde jahe
manis, juga daging kurban, (Wu Sheng) , mengenai macam daging kurban
dapat diambil hewan babi, ayam, bebek, kepiting dan ikan. Perlu diingat
setelah upacara selesai, daging dapat dibagikan kepada peserta upacara,
sebaiknya segera dimasak atau dikonsumsi.
“Daging sisa sembahyang pemberian pangeran tidak dibiarkan sampai
menginap. Daging sisa sembahyang lainnya tidak dibiarkan sampai tiga
hari. Kalau lebih dari tiga hari, tidak dimakan.” 56
Bila upacara Dongzhi diakhiri dengan pembagian sajian di altar
oleh sang Kaisar, maka menandakan upacara berjalan sampai tuntas dan
benar. Sedang pada tahun 495 SM kaisar Lu melalaikan pelaksanaan
upacara Dongzhi, karena Kongzi sebagai perdana mentri saat itu tidak
menerima pembagian daging. Kaisar lebih memilih berpesta dan
bersenang-senang dengan para perempuan hadiah negeri Cee.
Buah-buahan dan kue basah atau makanan lain, disajikan menurut
kebiasaan dalam keluarga. Disepakati bersama anggota keluarga dan
dipertimbangkan pula dengan kemampuan finansial masing-masing.
55
MATAKIN, Tata Agama dan Tata Laksana, h. 67. 56
MATAKIN, Si Shu, Sabda Suci X – 9, h. 107.
77
8. Fungsi Upacara Sembahyang Dongzhi dan Upacara Sembahyang
hari Genta Rohani.
Melaksanakan upacara sembahyang Dongzhi merupakan salah satu
ajaran agama yaitu sebagai cara umat berkomunikasi mengucap syukur,
memuji kebesaran Tian, Kongzi dan sekaligus merupakan upaya
pembinaan diri umat. Selain itu beberapa hari sebelum upacara
sembahyang, umat juga harus membina hubungan dengan sesama
manusia dengan baik, berpantang. Agar saat melaksanakan upacara, batin
kita bersih, tenang dan damai , hanya tertuju niat bersyukur dan penuh
harapan ke depannya.
Sesungguhnya, sembahyang ialah ibadah yang terbesar dari semua
hal. Segala pirantinya disiapkan lengkap, tetapi kelengkapannya itu
mengikuti keperluannya; -- bukankah ini menjadi pokok daripada agama?
Maka, Agama yang diamalkan seorang susilawan, di luar rumah
bagaimana memuliakan pemimpin dan tua-tua, di dalam rumah
bagaimana berbakti kepada orang tuanya. Maka, bila raja atau pemimpin
cerah batin , para menteri atau pembantunya akan tunduk mengikuti.
Bila penuh sujud dilakukan sembahyang di Miao leluhur, dan
dihadapan altar Malaikat Bumi dan Gandum, tentulah anak-cucunya akan
patuh-berbakti; sungguh-sungguh akan menempuh Jalan Suci, dengan
tulus hidup dalam kebenaran; dan akan semarak tumbuh ajaran Agama.57
57MATAKIN, Li Ji, XXII- 12, h. 535.
78
Melalui upacara Dongzhi umat dapat beriman kepada Tian, Nabi dan
kebenaran ajaran Kongzi yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
C. Upacara hari Genta Rohani
Selanjutnya mari kita memperhatikan Hari Genta Rohani yang
diperingati saat Dongzhi yaitu persis jatuh tanggal 22 bulan dua belas
penanggalan Nasional hari Genta Rohani merupakan pelaksanaan
sembahyang khusus bagi umat agama Khonghucu Indonesia saja. Saat
pelaksanaanya bertepatan dengan saat upacara Dongzhi. Sejarah
peringatan hari Genta Rohani sangat berhubungan dengan turunnya
Kongzi ke dunia ini.
1. Kongzi, Nabi pembimbing hidup umat Khonghucu.
Dari hasil pengamatan dalam riwayat hidup Kongzi, teramati bahwa
Nabi-Nabi Ru Jiao pada umumnya adalah seorang Raja Suci (Sheng
Wang) dan keturunan istana, tetapi Kongzi saat dilahirkan bukan lagi lekat
dengan istana. Beliau dilahirkan sebagai bagian dari rakyat kebanyakan
negeri Lu. Nabi Besar Kongzi, bernama Kong Qiu alias Zhong Ni adalah
putera perwira Kong Shu Liang He dan ibunda Yan Zheng Zai, yang
bukan lagi seorang bangsawan istana. Justru kelebihan spiritual yang
karuniakan Tian kepada nabi besar Kong Zi, adalah difirmankan sebagai
Genta Rohani Tuhan YME (Tian Zhi Mu Duo), juru penerang, penyedar,
pembimbing rohani insan beriman Ru Jiao.
Sejak sebelum kelahiran, saat kelahiran dan disepanjang hidup
Kongzi banyak sekali menampakkan tanda-tanda bahwa Kongzi adalah
79
utusan Tian. Di zaman itu, Guru Besar Kongzi memiliki 3000 orang
murid. Beberapa murid adalah para pangeran negeri Lu, namun
kebanyakan murid beliau adalah dari kalangan rakyat jelata. Beliau
menerima siapa saja yang ingin belajar dengan tanpa perbedaan.
Kong Zi pernah menduduki jabatan perdana menteri dan menteri
hukum di negeri Lu, tetapi lebih banyak yang mengenal beliau sebagai
seorang suci dan mulia yang berprofesi sebagai Guru Besar (Fu Zi).
Acapkali kita dengar beliau dipanggil dengan sebutan Guru Besar Kong
atau Kong Fu Zi. Kelebihan spiritual sebagai Guru Besar inilah yang
menyebabkan beliau dihormati oleh seluruh umat Tuhan (Tian Min) di
zaman Chun Qiu (bagian dari masa kekuasaan dinasti Zhou). Dari raja
sampai rakyat jelata, utamanya kaum cendekiawan menghormati beliau.
Terbukti dengan banyaknya raja di berbagai dinasti kemudian memberikan
gelar anumerta khusus, bahkan dua tahun sesudah kemangkatan Guru
besar Kong Zi, raja Lu Ai Gong membangun sebuah kelenteng besar
untuk menghormati Guru Besar Kong Zi, yang disebut Kong Miao.58
Sampai saat ini banyak Kong Miao yang telah berdiri baik di negeri
Tiongkok maupun di negara-negara lain.
Seperti Firman saat kelahiran Kongzi, bahwa akan turun seorang
putra yang suci, yang akan menjadi Raja Tanpa mahkota, menggantikan
dinasti Ciu yang sudah lemah, Kongzi menjadi pembimbing umat manusia
58
Wawancara pribadi dengan Xs Buana, 10 Oktober 2016.
80
untuk berbuat dalam kebajikan Tian. Hari Dongzhi oleh Kongzi menjadi
saat hari memulai penyebaran ajaran agama suci sesuai wahyu Tian
kepada diri-Nya. Kongzi menjadi “Genta Rohani” manusia dan umat
Khonghucu menyebut Kongzi sebagai seorang Nabi.
Dalam catatan peristiwa-peristiwa penting Kongzi, tercatat pada
usia Kongzi antara 51 sampai 55 tahun, beliau aktif di dalam pemerintahan
Negeri Lu. Dengan rajanya Lu Ding Kong, kedudukan tertinggi dan
terakhir Kongzi adalah sebagai Menteri Kehakiman merangkap Perdana
Menteri, Da Si Kou. Dalam jangka waktu relatif singkat Kongzi telah
berhasil mengangkat martabat negeri Lu sehingga dihormati negeri-negeri
lain. Sayang Rajamuda Ding bukan pribadi yang kuat; ternyata mudah
terbujuk dan masuk perangkap orang-orang negeri Qi dan mengabaikan
pemerintahan yang telah dibina Nabi. Hal ini sangat disayangkan, tetapi
juga memperkuat tentang pertanda panggilan Tian atas diri Kongzi untuk
tugas suci yang lebih besar. Kongzi di firmankan sebagai pembimbing
umat manusia kembali ke Jalan Suci untuk menyelamatkan dunia.59
Hanya
pribadi sebagai seorang Nabi saja yang mempunyai tugas suci seperti itu.
2. Kongzi Sebagai “Genta Rohani” Utusan Tuhan.
Di usia Kongzi 56 tahun, yaitu th 495 SM, beliau meletakkan
jabatan, dan bersama beberapa muridnya pergi meninggalkan negeri Lu
59 Xs Tjhie, Mengenang 50
th mengemban firman sebagai Xueshi, (Solo, MATAKIN, 2013), h.
110
81
untuk menyebarkan ajaran agama sesuai Firman Tian. Nabi memutuskan
meninggalkan negeri kelahirannya dan tugasnya sebagai perdana menteri,
karena Raja tidak menurut nasehat Kongzi saat dilarang menerima hadiah
dari negeri Cee. 60
dan puncaknya Raja tidak menyelesaikan pelaksanaan
upacara Dongzhi sampai akhir. Hadiah berupa penari-penari wanita
pandai merayu, dan hadiah berupa hewan kuda,61
sejak menerima hadiah
tersebut, rajamuda Ding banyak menghabiskan waktu bersenang-senang
dan tiga hari tidak mengadakan rapat, juga melalaikan tugas kerajaan.
Puncaknya pada saat upacara Dongzhi, raja tidak melaksanakan upacara
dengan benar, para pemangku tidak menerima sajian bekas sembahyang
pembagian dari raja62
.
Hal ini menandakan bahwa raja tidak memberi penghargaan dan
tidak merasa bersyukur atas kesetiaan dan kerja keras para bawahannya.
Itulah yang dimaksud agar upacara dilaksanakan sampai selesai. Kongzi
yang saat itu menjadi perdana mentri sungguh tidak menyukai dan sangat
kecewa.
Pengakuan orang tentang ke- Nabi- an Kongzi lainnya dalam buku
riwayat hidup Kongzi tertulis, pada malam hari saat Kongzi dan
rombongan meninggalkan negeri Lu, mereka bermalam di kota Tun, guru
musik Tun menjumpai Nabi dan mohon penjelasan. Setelah menerima
60
MATAKIN, Riwayat Hidup Nabi Khongcu, h. 77- 78 “Pejabat istana negeri Cee , negeri
tetangga terdekat Lu, menjadi resah dan kawatir maka mencari muslihat meratakkan hubungan
Kongzi dengan raja muda Lu”.
61 MATAKIN, Si Shu, Sabda Suci XVIII, 4, h. 167.
62 MATAKIN, Riwayat Hidup Nabi Khongcu, Matakin h. 78.
82
penjelasan, guru muaik itu berkata, “ Sungguh Kongzi tidak salah.”
Ketika Guru musik Tun kembali menghadap kepala Keluarga Kwi
dan menceritakan semuanya, si penghasut Raja Ding itu berkata, “ Oh,
aku telah melanggar bimbingan Kongzi, karena wanita-wanita itu”.
Pesan tentang rawannya berhubungan dengan para wanita dan hadiah-
hadiah sudah disabdakan oleh Raja Suci Yao dan terbukti pada jaman
Kongzi terulang kembali.
Kongzi lahir pada zaman kekacauan dan kemerosotan, pada jaman
itu sering terjadi peperangan memperebutkan wilayah kekuasaan,
sehingga menimbulkan kekacauan dan penderitaan rakyat. Kongzi lahir
dengan membawa Firman Tian sebagai Genta Rohani utusan Tian, sang
“Mu Duo” mengajak umat manusia kembali mentaati ajaran Agama,
menempuh “Jalansuci”. Namun setelah turun temurun, jalan suci itu
melemah pula, kata-kata jahat, laku sewenang-wenang terjadi. Oleh
rasa tanggung jawab selaku Genta Rohani Tuhan (Mu Duo Tian). Kongzi
menulis Kitab Chun Qiu, dinasti Qiu tahun 722 SM – 481 SM .63
3. Lambang Genta Rohani (Mu Duo)
Para rohaniwan dan pengurus Agama Khonghucu Indonesia pada
tahun 1975, berkumpul dan mengadakan musyawarah untuk membuat
tata ibadah, tata agama pelaksanaan upacara sembahyang Agama
63
MATAKIN, Riwayat Hidup Kongzi, h. 8.
83
Khonghucu.64
Dalam Agama Khonghucu, upacara Dongzhi, mempunyai
makna khusus, karena ia disebut juga hari Mu Duo (hari Genta Rohani).
Pada pertemuan Dewan Rohaniwan Khonghucu tersebut disepakati
bahwa lambang Genta Rohani (Mu Duo) adalah seperti lambang berikut :
Pada lambang genta itu terdapat tulisan “ Zhong Shu “ Arti
Zhong adalah satya, sedang “Shu” artinya tepaselira (menimbang rasa).
Ajaran Satya dan tepaselira ini dijelaskan dalam ayat berikut :
Kongzi bersabda, "Cham, ketahuilah, Jalan SuciKu itu satu, tetapi
menembusi semuanya." Zengze menjawab, "Ya, Guru."(2) Setelah Nabi
pergi, murid-murid lain bertanya, "Apakah maksud kata-kata tadi?" (.(3)
Zengze menjawab, "Jalan Suci Guru, tidak lebih tidak kurang ialah Satya
dan tepasarira”65
Satya kepada Tian yang telah menciptakan kita sebagai manusia,
dan rasa kepada sesama manusia lainnya. Bentuk lambang Mu Duo,
adalah genta dari logam dan dipukul dengan pemukul dari kayu, bila
64
Xs Tjhie, Mengenang 50th
, h. 8 65
MATAKIN, Si Shu, Sabda Suci- IV,15, lihat juga Ajaran Besar X 1.2 ; Tengah .Sempurna
XII dan Sabda Suci VI : 30; XII : 2; XV : 3.
Gambar 3 : Lambang Genta Rohani
84
ditabuh menimbulkan gema yang terdengar sampai jauh bergaung sampai
hati manusia. Sedang Tepaselira, bermaksud bahwa dalam bertingkah
laku, setiap manusia wajib bertenggang hati pendengarnya. Digunakan
untuk mengundang masyarakat mendengarkan Firman Tian melalui
sabda Kongzi dan para Raja Suci, demikianlah Kongzi bagi umatnya..
Kemudian dilaksanakan upacara peneguhan iman (Liyuan) umat.
Upacara peneguhan iman adalah upacara bagi umat yang sudah mantap
dan meyakini agama Khonghucu adalah bimbingan hidupnya.66
Umat
baru sadar dan dengan kemauannya sendiri bersedia, merasa sudah siap
mengikuti peneguhan iman Agama Khonghucu.
Upacara peneguhan iman (liyuan) yang dilaksanakan saat Dongzhi
menurut penulis adalah bentuk penghormatan kepada Kongzi atas
bimbingannya bagi umat Khonghucu, merupakan “jawaban” atas Firman
Tuhan, menanggapi ajakan Kongzi untuk menerima ajarannya. Upacara
liyuan adalah upacara yang menggembirakan Kongzi, karena setelah
mengikuti upacara Liyuan, umat menyatakan kesanggupan dan
kemantapan iman untuk mengikuti ajaran Kongzi. Umat telah
memantapkan dirinya untuk memeluk agama Khonghucu, apalagi yang
menjadi rohaniwan Khonghucu67
. Dengan demikian ajaran Agama
Khonghucu akan dapat tetap dijalankan.
66
MATAKIN, Tata Agama dan Tata Laksana, h.98. 67
Rohaniwan Khonghucu ada tiga tingkatan, pertama Jiao Sheng (penebar agama). Kedua
Wen Shi ( guru agama ) dan tingkat tertinggi adalah Xue Shi ( pendeta agama Khonghucu).
85
Catatan : upacara liyuan umat dapat juga dilaksanakan selain saat upacara
Dongzhi , misal untuk para umat yang hendak membuat surat catatan sipil
perkawinan dan kepindahan ke kota lain, atau permintaan yang bersifat
khusus atau pribadi.
Adapun hal penting yang telah dilakukan oleh Kongzi dalam hal
upacara khususnya upacara kepada Tian , adalah dari catatan sejarah
kurang lebih 4000 tahun yang lalu, upacara sembahyang Dongzhi telah
dilaksanakan, pada awalnya sembahyang besar kepada Tian hanya boleh
dilaksanakan oleh seorang raja (diberi gelar Tian Zhi, artinya anak Tian) di
istana dengan diikuti oleh para Menteri, sedangkan rakyat tidak boleh
bersembahyang kepada Tian.68
Kongzi, memperoleh pencerahan batin
dan pikir bahwa beliau harus memberi bimbingan agama termasuk ajaran
bersembahyang kepada Tian bagi seluruh rakyat. Nabi mengajak murid-
murid beliau mengikuti upacara sembahyang kepada Tian baik yang
dilakukan di istana maupun saat Kongzi melaksanakan upacara-upacara.
Maka berkat penjelasan Kongzi rakyat diperbolehkan bersembahyang
kepada Tian sendiri di kelenteng wilayahnya masing-masing.
Atas nasehat Kongzi, Raja memerintahkan para rajamuda untuk
membangun beberapa kelenteng di wilayahnya. Dengan adanya kebijakan
ini dimasa lampau, terbukti bahwa Kongzi maupun sang Raja mempunyai
pemikiran yang sama yaitu melakukan sembahyang dan melaksanakan
68
Upacara kepada Tian hanya dilaksanakan oleh Kaisar di istana seperti tertulis dalam kitab
Zhou Li, kemudian diubah oleh Kongzi dengan membuat upacara yang boleh dilakukan oleh semua
rakyat.
86
ibadah. Bermanfaat untuk membina diri rakyat dan masyarakat sehingga
nafsu mereka dapat terkendali, disamping untuk mengingatkan saat – saat
penting kejadian alam semesta yang berhubungan erat dengan kehidupan
sehari-hari. Perubahan yang dilakukan Kongzi sangat besar akibatnya,
karena dengan diajarkannya ajaran agama kepada semua rakyat maka
ajaran agama menjadi menyebar, tidak hanya beredar dan dikenal oleh
keluarga istana saja, sehingga ajaran agama Khonghucu dapat lestari
sampai saat ini.
87
BAB IV
PELAKSANAAN DAN MAKNA UPACARA DONGZHI DAN
UPACARA SEMBAHYANG HARI GENTA ROHANI DI
KELENTENG WAN ING MIAO, ADIWERNA, KAB. TEGAL
A. Pelaksanaan Upacara Sembahyang Dongzhi dan Upacara
Sembahyang hari Genta Rohani di Kelenteng Wan Ing Miao.
Upacara sembahyang Dongzhi dan upacara sembahyang hari Genta
Rohani dilaksanakan di kelenteng Wan Ing Miao, Adiwerna Tegal. Memiliki
dasar pelaksanaan, makna keimanan dan tujuan upacara yang jelas, sehingga
tetap dilaksanakan oleh umat Khonghucu sejak pertama berdirinya kelenteng
Wan Ing Miao.
Di Kotamadya dan Kabupaten Tegal Jawa Tengah, terdapat
beberapa kelenteng, yang pertama di kotamadya Tegal, kelenteng lain di
kabupaten Adiwerna, Slawi dan Brebes, masing-masing satu kelenteng.
Pada saat Dongzhi tahun 2013, kelenteng yang melaksanakan upacara
sembahyang Dongzhi dan upacara sembahyang hari Genta Rohani secara
bersama-sama dan diatur oleh Majelis Agama Khonghucu Indonesia di
seumatr Tegal, adalah kelenteng Tegal dan kelenteng Adiwerna.
Penulis memilih untuk meneliti pelaksanaan Upacara sembahyang
Dongzhi dan upacara sembahyang hari Genta Rohani di kelenteng Wan
88
Ing Miao, Adiwerna karena penulis dan keluarga mendapat tugas
mendampingi Xs. Buanadjaya sebagai pemimpin upacara sembahyang
Dongzhi, sekaligus mengambil janji peneguhan iman1 seumatr 56 orang
umat MAKIN2 Adiwerna tersebut.
Saat penelitian, dilaksanakan rangkaian upacara yang terdiri dari
upacara sembahyang Dongzhi, upacara sembahyang hari Genta Rohani,
juga upacara peneguhan iman umat. Makna pelaksanaan upacara
sembahyang Dongzhi dan upacara sembahyang hari Genta Rohani
sebelumnya kurang dipahami oleh umat Khonghucu Adiwerna. Seperti
yang disampaikan oleh bapak Boedhi Setyawan3, biasa dilaksanakan
turun temurun di rumah, dan para orangtua hampir tidak memberi
penjelasan arti maupun tujuan upacara sembahyang Dongzhi. Sedang
upacara sembahyang hari Genta Rohani khusus bagi umat Khonghucu
yang bergabung di Majelis Agama Khonghucu yang mengenal upacara
hari genta Rohani tersebut. Untuk itu akan penulis uraikan pelaksanaan
dan makna tahap demi tahap upacaranya.
Mengenai lokasi kelenteng Wan Ing Miao, dilihat dari pintu area
kelenteng, bangunan kelenteng lama terletak di sebelah kiri dan bangunan
baru berbentuk aula (litang) di sebelah kanan dan bertingkat. Secara
1 Upacara peneguhan iman disebut juga upacara Liyuan, adalah upacara saat umat
mengucapkan prasetya untuk memilih agama Khonghucu sebagai satu-satunya ajaran yang
membimbing kehidupannya. Lihat Tata Agama dan Tata Laksana, h. 98. 2 Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN) berada di tingkat kotamadya atau Kabupaten
se Indonesia. 3 Bapak Boedhi Setyawan adalah ketua MAKIN Adiwerna periode tahun 2010-2014.
89
keseluruhan bangunan nampak sama-sama terawat dan bersih, membuat para
umat maupun pengunjung yang hadir di tempat ibadah tersebut merasa
nyaman. Nama kelenteng Wan Ing Miao (Ban Eng Bio), terdaftar sebagai
Yayasan Karunia Dharma; dengan alamat di Jalan Stasiun No. 01 Adiwerna,
Slawi, Tegal Jawa Tengah; telepon (0283) 443446 4.
Gambar 7.: Nampak depan kelenteng “Wan Ing Miao” bangunan
lama tempat altar utama dikelilingi bangunan baru di belakang dan
di sebelah kanannya (foto kol. pribadi).
Sejarah dan perkembangan kelenteng Ban Eng Bio (Wan Ing Miao)
seperti tertulis pada papan prasasti kelenteng diperoleh keterangan, bahwa
kelenteng Wan Ing Miao berdiri semasa 7 (tujuh) tahun pemerintahan
Kaisar Kong Hie pada musim dingin di tahun Ular Emas, yaitu tahun
1881M, pendirinya adalah almarhum bapak Yap Kong Soey dan almarhum
4Adji Djojo, Buku Kenangan 125 Tahun Kelenteng Ban Eng Bio, h. 34.
90
Yo Boen Kit beserta rekan-rekan dermawan lainnya. Luas bangunan
kelenteng pada saat pertama didirikan 47,6 m2.5
Sebelum tahun 1970, di wilayah kecamatan Adiwerna terdapat pula
kelenteng Wan An Miao (Ban An Bio) yang letaknya di alur kali Gung di
pedukuhan Pedologan. Namun pada tahun 1970, terkikis diterpa banjir
besar. Maka jing shen Kongco Fu De Cheng Shen beserta dua jingshen
pengawalnya dipindahkan ke kelenteng Wan Ing Miao, lazim dikenal
Kongco Fu De Zheng Shen xiao miao (kongco kelenteng kecil) . Sedang
Jing Shen Fu De Zheng Shen yang berada di kelenteng Wan Ing Miao
disebut Kongco Fu De Zheng Shen da miao (kongco kelenteng besar).
Kongco Fu De Zheng Shen, adalah kongco tuan rumah di kelenteng Wan
Ing Miao. Patut dicatat pula, bahwa Kwan Im Teng pertama dibangun atas
prakarsa Alm Tan Swan Po. Nama Wan Ing Miao (Ban Eng Bio) dilihat
dari hurufnya berarti, “segala permintaan umat akan terkabul”.
Keberadaan kelenteng Wan Ing Miao, semenjak berdiri tahun 1881
M6, telah mengalami beberapa kali renovasi dan perluasan. Renovasi
pertama dilakukan pada tahun 1951 menambah bangunan untuk Tian Tan
dan mempertinggi kuda-kuda fondasi atap (tiong cit) bangunan utama
(Hok Tek Bio). Renovasi kedua dilakukan pada tahun 1975 dengan
penambahan bangunan Kwan Im Teng (lantai atas) serta litang MAKIN
5 Adji Djoyo , buku kenangan 125 tahun kelenteng Ban Eng Bio, h. 32.
6 Tertulis pada papan prasasti kelenteng, yaitu semasa 7 tahun pemerintahan Kaisar Kong Hie
(mulai memerintah tahun 1874 M. pada musim dingin di tahun Ular emas, yaitu th 1881 M.
91
(lantai bawah). Renovasi ketiga pada tahun 2002, dilakukan penggantian
keramik pada dinding dan lantai kelenteng yang semula plester dan
bertegel PC, penambahan ornamen dua ekor naga, “Jie Liong Jio Tjoe”
pada wuwungan kelenteng.
Renovasi dan perluasan selanjutnya (tahun 2005-2006). Pada hari
Selasa, 26 Juli 2005 (21 Lak Gwee 2556) dimulainya pembongkaran dan
pembangunan kembali Kwan Im Teng serta Litang MAKIN kelenteng
Wan Ing Miao Adiwerna. Keseluruhan pembangunannya didanai oleh
keluarga dermawan, meliputi bangunan Kwan Im Teng, altar ibadah Dewi
Welas Asih dan litang MAKIN dengan altar Nabi Kongzi, juga sebagai
ruang kebaktian umat Agama Khonghucu.
Kepengurusan kelenteng yang tercatat adalah periode 1951, tahun
1968 dengan beberapa kali terjadi pergantian personil pengurus, dan tahun
1997-2000 terjadi penyegaran dengan penggantian nama menjadi Yayasan
Karunia Dharma.7
Bila dilihat ornamen dan simbol bangunan kelenteng adalah
berasal dari Tiongkok, seperti relief naga, harimau, juga perlengkapan dan
tata cara pengaturan para suci. Di dalam sebuah kelenteng dapat
diletakkan banyak jingshen 8para malaikat, para suci, pahlawan atau tokoh
yang banyak berjasa bagi lingkungan kota setempat, atau kelompok
7 Adji Djojo, Buku Kenangan Perayaan 125 tahun Kelenteng Ban Eng Bio dan peresmian
Kwan Im Teng serta Litang MAKIN Adiwerna (Adiwerna: MAKIN, 2006), h. 40-41. 8 Jingshen adalah patung yang telah didoa dan ditetapkan oleh seorang rohaniwan atau
sesepuh kelenteng sehingga menjadi badan wujud para suci tertentu, menjadi bernama.
92
masyarakat tertentu. Sedangkan sebuah litang, mempunyai area tanah
yang lebih kecil dibanding sebuah kelenteng, yaitu hanya satu sampai
lima jingshen dengan altar utama adalah Nabi Kongzi. Kegiatan dalam
sebuah litang adalah sebagai tempat bersembahyang, belajar tentang
ajaran agama, upacara pernikahan-kelahiran-peneguhan iman umat,
kegiatan seni bagi anak maupun dewasa; semuanya berdasar ajaran agama
Khonghucu.
Para suci dikelenteng Wan Ing Miao itu ada beberapa golongan
yaitu jing shen 9Yang Mulia Kwan yin Niang-Niang; para teladan seperti
Yang Mulia Fu De Zheng Sen, Yang Mulia Kwan Seng Te Kun (Kwan
Kong), Yang Mulia Tian Shang Shen Mu, lalu kelompok para pahlawan
atau pejuang lokal. Sebuah kelenteng turut membangun kerukunan lintas
sosio-kultural sebagai kearifan lokal masyarakat Indonesia10
, karena bila
sering beribadah umat pada umumnya menjadi lebih tenang dan damai.
Terkumpulnya para jing shen sudah beratus tahun, dan diperoleh
dari umat yang telah meyakini dan banyak bersembahyang. Dengan niat
dalam diri penyumbang, jingshen tersebut diletakkan di dalam kelenteng
agar dapat menjadi pelindung, pemberkah dan teladan yang lebih luas.
Di kelenteng Wan Ing Miao itu terdapat tigabelas para Suci
tersebar di beberapa ruangan, ada juga terletak di lantai dua bangunan
9 Jing shen adalah sebutan roh suci dalam kelenteng.
10 Buana , Kelenteng, h. 9-17.
93
litang. Yang Mulia Kongco11
Fu De Zheng Shen sebagai tuan rumah,
terletak langsung di bagian belakang ruang altar utama ibadah kepada
Tuhan Yang Maha Esa (Thi Kong)12
. Di ruang altar induk juga
ditempatkan beberapa altar para suci (jing shen) yang dimuliakan
masyarakat sebagai pahlawan, atau sebagai tokoh lokal setempat.
Berikut adalah gambar altar Tian (Thi Kong) di kelenteng Wan Ing
Miao. Altar Tian di kelenteng ini tertutup di bagian atasnya dan menyatu
dengan ruang altar induk kelenteng, terpisah dari lokasi bangunan lainnya.
Gambar 5.: Altar Utama untuk sembahyang kepada Tuhan YME
Di sebelah dalam “pintu merah”, sebutan untuk pintu ruang altar
utama, terletak altar induk jingshen13
tuan rumah kelenteng, yaitu Kongco
Fu De Zheng Shen (Malaikat Bumi). Maksudnya dalam wilayah satu
11
Yang Mulia Kongco adalah panggilan umat kepada para Suci yang dihormati di dalam
sebuah kelenteng, Yang Mulia pria maupun wanita. Terdiri dari tiga kelompok, 1. Kelompok para
malaikat 2. Kelompok orang mulia yang banyak berjasa bagi sektarrnya 3. Kelompok para tokoh atau
pejuang sebagai pahlawan, kadang hanya tokoh lokal setempat. Lihat Kelenteng, h. 10. 12
Thi Kong adalah panggilan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atau diebut “Tian”. 13
Jingshen adalah sebutan bagi patung yang sudah diritualkan dan sudah „beisi‟ roh yang
dikenal sehingga patut menjadi perantara ibadah kepada Tuhan. Lihat Buanadjaya, klenteng, h. 13.
94
kelenteng, ada sebuah jingshen yang menjadi tuan rumah, yang utama
daripada jingshen lainnya; setiap kelenteng dapat berlainan siapa yang
menjadi tuan rumah. Penentuan siapa jing shen yang ditempatkan di altar
utama biasanya ditentukan oleh ketua pendiri kelenteng.
Gambar 6.: altar induk Kongco Fu De Zheng Shen (Malaikat bumi).
Cara bersembahyang di kelenteng adalah, pertama umat mencuci
tangan umat, mengambil dupa dan lilin yang telah disiapkan lalu
bersembahyang di altar Tuhan, yang terletak di depan ruang altar tuan
rumah. Menghadap ke arah langit lepas dengan tiada satupun gambar
kecuali tempat menancapkan dupa, menghadap ke langit luas tempat umat
memandang, bersyukur dan juga memohon. Kemudian umat
bersembahyang ke altar tuan rumah yang terletak di bagian dalam ruang
tengah kelenteng, dilanjutkan ke para shenming lain di semua ruang
kelenteng.
95
B. Persiapan Pelaksanaan Upacara Sembahyang Dongzhi dan
Upacara Sembahyang hari Genta Rohani
Upacara sembahyang dimaksudkan untuk melaksanakan kewajiban
agama, melakukan doa, mengucapkan syukur, juga untuk memperingati
peristiwa tertentu14
. Persiapan pelaksanaan upacara Dongzhi dan upacara
hari Genta Rohani secara rutin umumnya lebih sederhana dibanding bila
akan melaksanakan upacara dan perayaan ulangtahun Kongco tuan rumah
atau saat perayaan tanggal limabelas bulan pertama tahun baru Imlek,
dengan perayaan Cap Go Meh15
. Saat sampai ke tempat penelitian,
penulis melihat para hadirin, terdiri dari para pengurus Makin
Adiwerna16
juga sebagai pengurus litang17
Adiwerna, panitia upacara
Dongzhi tahun 2013, pemimpin upacara, pengurus kelenteng, juga para
umat, baik yang dewasa dan anak-anak nampak bersemangat, siap
mengikuti serta melaksanakan upacara, sebagian umat datang dengan
memakai baju putih bawahan hitam 18
.
Para petugas upacara sudah memahami tugasnya masing-masing
sebagai penyiap sesajian, petugas MC, pendamping dan peserta upacara
14
MATAKIN, Li Ji IX, bagian III ayat 28, h. 298. 15
Cap go meh, adalah hari ke lima belas, hari terakhir perayaan tahun baru Kongzi Li (tahun
baru Imlek). 16
Susunan kepengurusannya kelenteng Wan Ing Miao-Adiwerna a. Kepengurusan kelenteng
(tugas dan wewenang khusus kelenteng) b. Kepengurusan litang yaitu pengurus MAKIN (tugas dan
wewenang khusus litang dan bernaung serta mengikuti AD ART MATAKIN).
17
Litang adalah aula tempat mempelajari ajaran agama Khonghucu sekaligus tempat siraman
rohani khusus agama Khonghucu, dengan Altar Nabi Kongzi, bangku-bangku, mimbar dan meja
pemandu acara (MC) . 18
Ketentuan baju seperti tertulis dalam buku tata agama dan tata upacara, h 51.
96
dengan baik. Sehingga upacara dapat dimulai tepat waktu yang
direncanakan , dan berlangsung dengan lancar dan khidmat.
Pada saat umat akan bersembahyang di sebuah kelenteng,
hendaknya umat menyadari bahwa kelenteng merupakan tempat suci,
untuk bersujud kepada Tuhan (Tian).19
Ada beberapa aturan tak tertulis
tetapi merupakan nilai tambah bila dilakukan, aturan tersebut adalah
berpakaian sopan dan bersih, mencuci kedua tangan sebelum mulai
bersembahyang.
Letak tempat bersembahyang kepada Tuhan di kelenteng Wan Ing
Miao terpisah ruangan dengan altar Nabi Kongzi. Luas ruangan hanya
cukup untuk menampung peserta upacara Dongzhi dan tempat
menancapkan dupa, maka tidak digunakan altar Tuhan. Apalagi pada saat
bersembahyang dihadapan altar Nabi Kongzi juga ditujukan kepada Tuhan
yang Maha Roh. Maka persiapan saat upacara Dongzhi sangat sederhana,
yaitu petugas pemimpin upacara, sejumlah dupa yang akan digunakan
untuk bersembahyang. Sajian kue ronde berkuah jahe manis diletakan
pada altar masing-masing jingshen. Untuk umat peserta upacara,
diingatkan untuk melakukan berpantang makan, apalagi bagi para
petugas.
19 Xs Tjhie, dkk, Etika dan Keimanan Khonghucu, bab XX (Surabaya: Boen Bio,1996), h. 13.
97
1. Persiapan Pelaksanaan Upacara sembahyang Dongzhi dan Upacara
Sembahyang hari Genta Rohani
Persiapan kedua dilakukan beberapa hari sebelumnya yaitu ketua
panitia mengevaluasi kesiapan petugas, persiapan perlengkapan dan sesaji,
juga susunan acara yang akan dilaksanakan.
Minimal satu hari sebelum upacara Dongzhi berlangsung, umat
secara perorangan di dalam keluarga membuat ronde dan kuah jahenya.
Ronde yang akan digunakan saat upacara dibuat oleh salah seorang
pembuat kue dan dipesan oleh pengurus kelenteng.20
Pada tanggal 22 Desember 2013 pukul 8.30 petugas pelaksana
perlengkapan sesaji upacara, terutama ibu-ibu sudah hampir semuanya
hadir. Mereka dengan antusias menyiapkan semua perlengkaoan dan sesaji
upacara Dongzhi lalu ditata di altar nabi Kongzi, berupa :
Sajian khusus ronde berkuah jahe
Digunakan tiga mangkok ronde, yang isinya @ 12 butir ronde kecil
merah dan putih (simbol berkah 12 bulan dalam satu tahun) dan satu ronde
besar merah (simbol berkah satu tahun). Masing-masing mangkok diisi
enam butir ronde merah (lambang positif,”Yang”) dan enam ronde
berwarna putih (lambang negatif,“Yin”) lalu diberi kuah jahe manis.
Lima macam daging kurban (wu sheng)
Daging yang digunakan saat upacara ini adalah: babi mewakili
hewan berkaki empat, ayam dan bebek mewakili hewan berkaki dua. Ikan
20
Wawancara dengan bu Melani,di kelenteng Wan Ing Miao pada tanggal 22 Desember 2013.
98
mewakili hewan yang hidup di air, sedang kepiting karena banyak terdapat
di pantai Adiwerna. Semua daging disajikan dengan sudah direbus dan
ditambah garam saja.21
Pada pelaksanaan upacara sembahyang hari Genta Rohani ini
disajikan lima macam daging korban, untuk daging babi tidak digunakan
utuh satu ekor dan tidak menggunakan sapi jantan atau domba jantan,
maka sesaji daging tersebut disebut sajian persembahan kecil (xiao lao) 22
Kue basah
Sajian ini diangkat menurut kesukaan umat sejak dulu, terutama
untuk tanda kasih kepada leluhur. Setelah menyajikan lauk pauk atau hasil
panen dan ternak, para umat menyajikan kue basah empat macam.
Hal ini tercatat di buku tata agama dan tata laksana Agama
Khonghucu, meskipun jumlahnya hanya 3 macam kue. Sajian kue ini juga
merupakan simbol nilai-nilai hidup yang diharapkan diperoleh setiap
manusia, yaitu: Kue ku, gui guo, simbol panjang umur; Kue mangkok, fa
gao, simbol keberkahan; Kue wajik, mi gao , simbol bersatu, kerukunan;
Kue sangko, melambangkan keharmonisan23
.
Lima macam buah-buahan
21
Penyajian sesajian upacara sembahyang ditentukan keputusan pengurus masing-masing
kelenteng atau tempat ibadah, daging-daging dapat secara utuh atau juga bagian kepalanya saja (untuk
hewan berkaki empat), untuk hewan lain disajikan satu ekor tanpa organ dalamnya. 22
MATAKIN, Li Ji bab IV C bagian III 3 ke 11 hal 134. Sajian tiga korban (san sheng),
yaitu sapi jantan, domba jantan dan babi hutan adalah persembahan besar (da lao); 23
Wawancara dengan Js Poo Wie di kelenteng Wan Ing Miao tanggal 22 Des 2013 .
99
Jenis buah tidak berduri, selain sebagai ungkapan syukur juga
mempunyai makna simbolis, misalnya: buah pear (li guo),simbol
keuntungan; buah apel (ping guo), simbol keselamatan; buah jeruk (ju
zi), simbol keberuntungan; buah belimbing (yangtao), simbol lima
kebajikan juga simbol dari lima hubungan kemanusiaan (wu lun); Buah
anggur (putao), simbol keberkahan.
Buah untuk bersembahyang tidak boleh berduri, maksudnya dalam
mempersembahkan buah-buahan dipilih yang kulitnya halus, tanpa duri
karena duri identik dengan sesuatu yang tajam dapat menusuk atau
bermakna melawan, kekerasan, kejam. Sedang maksud buah-buahan itu
untuk menunjukkan persembahan dan permohonan jadi dipilih buah yang
baik.
Tiga macam manisan buah yang dikeringkan.
Manisan terbuat dari buah-buahan namun sudah diawetkan.
Persembahahan manisan ini adalah persembahan yang lebih mudah
dibawa dan bertahan lebih lama bila upacara harus dilakukan di tempat
yang jauh dan sulit mencari buah-buahan segar. Dari hasil pengamatan
pustaka penulis, sajian buah-buahan kering ini dimulai sejak di Tiongkok.
Air teh, bunga melati dan air jernih disebut San Bao
Melambangkan unsur Yin-Yang dan keharmosinan. Inti dari sebuah
upacara adalah mencapai keharmonisan hubungan, baik hubungan Tuhan -
100
alam dan manusia. Atau hubungan Tuhan, para Nabi, para suci dan
leluhur dengan umat yang masih hidup di dunia.
Bunga segar
Ditempatkan di vas sebagai penyegar suasana upacara dan perlambang
keindahan dan keharuman.
Surat Doa
Ditulis dikertas merah, warna merah tanda upacara syukur.
Patung (jingshen) atau gambar Nabi Kongzi.
Bagi sebagian umat Khonghucu pada saat bersembahyang
membutuhkan gambar atau jingshen Nabi Kongzi sebagai simbol Nabi
pembimbing dan penuntun hidupnya. Di saat bersembahyang umat
membutuhkan sebentuk tulisan nama, atau gambar, atau patung Nabi
Kongzi agar lebih jelas dan fokus. Sepasang lilin kecil, sebagai simbol
penerangan dan kejujuran, di lihat dari bentuk lilin yang lurus, seperti
orang jujur perbuatannya selalu dapat dipercaya dan dapat dipertanggung
jawabkan.
Satu pasang lilin besar
Digunakan pada saat upacara hari besar keagamaan.
Api abadi (shen deng)
Berupa gelas berisi minyak sayur ditengahnya diberi sumbu terapung untuk
dinyalakan perlambang semangat yang tidak boleh padam.
Tempat menancapkan dupa (xianglu), sebuah wadah dari keramik atau
101
kuningan diisi abu bekas sembahyang atau beras, bila belum tersedia abu
dupa bekas sembahyang dapat digunakan.
Dari perlengkapan dan sesaji yang digunakan, terlihat adanya
akulturasi budaya negeri asal ajaran agama Khonghucu yaitu negara
Tiongkok dengan negara Indonesia. Yaitu adanya beberapa jenis sesaji
seperti kue basah, kue taart, bunga melati. Hal ini boleh saja dilanjutkan,
asal tidak merubah atau mengurangi tujuan, makna dan tidak mengganggu
umat. Justeru dengan adanya akulturasi ini membentuk ciri khas masing-
masing daerah, semakin kaya makna dan keharmonisan.
Upacara syukur kepada Tuhan, di saat Dongzhi selanjutnya disebut
upacara sembahyang Dongzhi, seperti upacara yang dilakukan sejak
ribuan tahun lalu, dilakukan di depan altar Tian. Di kelenteng Wan Ing
Miao, terletak di depan altar Jing shen24
tuan rumah kelenteng25
bernama
Kongco Fu De Zheng Shen26
. Dengan tujuan upacara adalah bersyukur
atas keabadian hukum Tian dan berharap akan berkah yang baik di tahun
yang akan datang. Keimanan umat pelaksana upacara dikuatkan kepada
ke Maha Sempurnaan Kuasa Tian dan umat diajarkan untuk menjadi
24
Shenming artinya para malaikat, dan para orang suci, memiliki nama dan memiliki bentuk
rupa dan riwayat hidup yang diyakini secara turun temurun. Lihat Buanadjaya, Kelenteng (Jakarta:
MATAKIN, 2008), h. 9. 25
Kelenteng adalah tempat ibadah umat Khonghucu, dengan nama lain miao. Sejak tahun
1978 dengan keputusan surat Menteri Dalam Negeri diganti nama menjadi Vihara, yaitu nama tempat
ibadah umat Buddha. Namun beberapa kelenteng ada yang tetap lebih menggunakan nama lamanya,
seperti kelenteng Wan Ing Miao ini. Lihat Buanadjaya, Kelenteng, h. 13. 26
Kongco (panggilan untuk kakek tua) Fu De Cheng Shen adalah nama dari Yang Di
Muliakan Malaikat penjaga bumi, merupakan Kongco utama, sebagai “tuan rumah” kelenteng Wan
Ing Bio, Adiwerna.
102
manusia beradab dengan dapat bersyukur kepada Tian, melalui
bersembahyang bersama umat lain.
Hal ini menguatkan teori Dulheim, bahwa agama terdiri atas suatu
sistem keterpaduan antara kepercayaan dan praktik yang berhubungan
dengan hal yang suci. Melaksanakan upacara ternyata merupakan sarana
kegiatan yang sengaja dilakukan oleh para pemimpin jaman dahulu,
seperti para Nabi Purba umat Khonghucu. Nabi purba27
menjelaskan dan
mengajarkan wahyu yang diterimanya dengan membudayakan
pelaksanaan upacara keagamaan. Muncul Nabi yang memberi bimbingan
bagi umat manusia, diajarkan membuat api dan memanfaatkannya;
bagaimana melebur logam dan membentuk tanah liat; bagaimana
mendirikan menara, membangun rumah dengan jendela dan pintu.
Diajarkan memanggang, membakar, menggodok dan menyalai. Diajarkan
bagaimana membuat anggur manis dan keju, bagaimana merawat yang
hidup, mengantar yang mati, mengabdi kepada Gui Shen (roh dan nyawa
leluhur) dan kepada Shang Di (Tuhan Khalik Semesta Alam). Semuanya
ini mengikuti dari jaman yang mula-mula itu.28
Sesungguhnya, terciptanya
manusia atas kuasa kebajikan Tian dan bumi, oleh jalinan sifat yin
(negatif) dan yang (positif), karena berkumpulnya nyawa dan roh, juga
sari semangat ke lima unsur (kayu,air,api, logam dan tanah). Tian
27
Nabi Purba adalah Nabi yang hidup pada jaman 3000 sebelum masehi dan tercatat dalam
kitab Yi Jing.
28 MATAKIN, Li Ji, VII bagian I – 9, h. 244.
103
memgendalikan sifat „yang‟, menggantung matahari dan bintang-bintang.
Lima unsur itu menjadi pokok beredarnya empat musim yang duabelas
bulan itu. Manusia adalah hakekat atau pokoknya langit dan bumi.
Manusia menjadi perwujudan dari ke lima unsur; manusia hidup
menikmati berbagai rasa, memilahkan berbagai nada dan mengenakan
berbagai warna.29
Begitu mulia seorang manusia ciptaan Tian itu.
Upacara sembahyang Dongzhi dan upacara sembahyang hari Genta
Rohani juga mengingatkan kepada umat tentang waktu sembahyang
kepada leluhur. Umat harus menghormati leluhurnya meskipun mereka
telah jauh. Pada waktu umat bersembahyang kepada Tuhan Yang Maha
Roh, Maha Luhur manusia30
, hayatilah pula akan kehadiranNya. Nabi
Kongzi menjelaskan kepada manusia bahwa kalau manusia tidak ikut
sembahyang sendiri, berarti manusia itu tidak dapat merasa sudah
bersembahyang31
.
Pelaksanaan sembahyang mengajarkan adanya tata susila (Li= ritual
atau tata upacara, norma kesusilaan) dalam kehidupan ini. Kesusilaan (Li)
kepada Tian menyatakan keimanan kepada Tian, dan mendorong
timbulnya kesusilaan kepada sesama manusia, menumbuhkan kepribadian
yang bisa menghargai orang lain dalam kehidupannya. Ada semacam
29
MATAKIN, Li Ji, VII, bagian III-1-9, h. 250-252.
30
Dalam ajaran Khonghucu, Tuhan dengan sebutan Tian, Shang Di, adalah Maha Luhur
umat, Sang Maha pencipta dan watak sejati manusia merupakan turunan sifat-sifat Tian. 31
MATAKIN, Si Shu, Sabda Suci III - 12, h. 65.
104
ikatan sopan santun yang tidak bisa diremehkan dalam kehidupan ini
apabila manusia ingin adanya kesinambungan nikmat yang diterimanya.32
Ajaran Watak Sejati33
dan Jalan Suci Tian34
, ada yang tidak dapat
diperoleh hanya dengan mendengar.35
Melainkan umat harus langsung
mempraktekan ajaran sembahyang itu. Melaksanakan upacara sembahyang
dengan niat yang timbul dari batin umat sejak persiapan, saat berlangsung,
sampai selesainya. Bila umat melaksanakan upacara dengan bersungguh-
sungguh, barulah umat dapat merasakan manfaat, memahami jalannya
prosesi dan cara yang sesuai dengan tujuan upacara. Sangat penting bagi
umat Khonghucu untuk melaksanakan upacara-upacara keagamaan agar
rohaninya terisi dan terlatih untuk mengenal Tuhan (Tian) dan menjadi
manusia yang berjiwa luhur.
Untuk melaksanakan upacara peneguhan iman tentu harus ada umat
yang telah mengenal, mengikuti dan siap lahir dan batin untuk menerima
peneguhan iman. Selain syarat diatas juga diperlukan surat persetujuan
orangtua bagi umat dibawah usia 17 tahun namun sudah siap mengikuti
upacara liyuan; identitas diri (KTP); foto dan sudah melakukan
pendaftaran; diakhir upacara liyuan juga diserahkan surat liyuan.
Disiapkan pula air liyuan (terbuat dari tangkueh, kelengkeng kering,
sedikit teh yang dididihkan) juga gelas kecil sesuai jumlah peserta upacara
32
MATAKIN, Li Ji bagian III 9, h. 252. 33
Watak Sejati adalah sifat Cinta kasih, kebenaran, susila, bijaksana, sehingga dapat
dipercaya. 34
Jalan suci Tian (Dao) adalah jalan hidup yang sesuai perintah Tian. 35
MATAKIN, Si Shu, Sabda Suci Jilid V-13, h. 138.
105
liyuan. Persiapan tidak wajib tetapi disiapkan oleh panitia adalah bingkisan
berisi buah-buahan untuk dibagikan kepada para peserta liyuan.
Sembahyang saat Dongzhi di kelenteng Wan Ing Miao pada saat
penelitian, terdiri atas tiga rangkaian upacara, dengan dibacakan tiga
macam doa yang berlainan isinya, sembahyang tersebut yaitu :
a. Upacara sembahyang Dongzhi, dalam kitab Li Ji disebut sembahyang
saat musim dingin (“Zheng”), merupakan sembahyang syukur kepada
Tuhan, dengan penuh harapan. Dilakukan di altar Tian di depan altar
utama bangunan kelenteng Wan Ing Miao.
b. Upacara sembahyang hari Genta Rohani, untuk bersyukur kepada
Nabi Kongzi, di altar Nabi Kongzi dalam litang Wan Ing Miao,
Adiwerna.
Sebagai pelengkap dan menjadikan upacara sembahyang Dongzhi
dan upacara hari Genta Rohani istimewa saat itu adalah karena
dilaksanakan upacara peneguhan iman umat, (upacara liyuan) umat
didepan altar Nabi Kongzi di dalam litang Wan Ing Miao, Adiwerna.
Namun penulis hanya mengfokuskan penelitian pada dua upacara
yaitu upacara sembahyang Dongzhi dan upacara sembahyang hari Genta
Rohani.
106
C. Pelaksanaan Upacara Sembahyang Dongzhi dan Upacara
Sembahyang hari Genta Rohani.
Upacara sembahyang Dongzhi dilaksanakan pukul 10.00, beberapa
umat bersembahyang kepada leluhur36
mereka sendiri sebelum ke
kelenteng 37
. Menurut Xs. Buanadjaya sebagai pemimpin upacara, upacara
Dongzhi tersebut telah dilaksanakan sejak pkl 03.00-05.00 WIB (saat Ien
Si38
) maka sudah sesuai dengan aturan tata ibadah. Mengenai perlengkapan
sajian, tidak diharuskan, tidak harus sama persis, namun dapat disesuaikan
dengan kemampuan, situasi dan kondisi.
Upacara sembahyang Dongzhi dan upacara sembahyang hari Genta
Rohani di kelenteng Wan Ing Miao dimulai dengan berkumpulnya peserta
dan pemimpin upacara di altar Tian di gedung lama, di depan altar utama.
Kemudian pendamping pemimpin upacara menyalakan dupa berukuran
besar (gongxiang), sebanyak tiga batang. Dupa khusus untuk bersujud
kepada Tuhan Yang Maha Esa, maknanya adalah bahwa kekuasaan Tuhan
meliputi tiga alam: 1. Alam ke- Tuhan-an 2. Alam semesta raya. 3. Alam
manusia. Ke tiga alam ini saling berhubungan, saling mempengaruhi, dan
sebagai titik aktifnya adalah sisi manusia, maka manusia berkewajiban
menjaga keharmonisan ke tiga alam tersebut.
36
Altar leluhur di rumah, sebagai pokok cintakasih, digunakan untuk mengingat leluhur
keluarga dengan bersembahyang kepada mereka. Lihat Li Ji VII bagian IV 2 h. 253. 37
Wawancara dengan Bapak Aceng Suherman (ketua kelenteng) dan Ibu Melani (ketua
pelaksana upacara Dong Zhi) pada tanggal 22-12-2013. 38
Saat Ien Sie adalah waktu pukul 03.00 – 05.00 dalam satu hari ada pembagian waktu setiap
dua jam dimulai dari pkl 23.00-01.00. Lihat Tata Agama dan Tata Laksana, h. 61.
107
Para umat bersembahyang dengan tiga dupa ukuran biasa. Hal ini
dibiasakan karena hampir setiap waktu umat berdatangan untuk
bersembahyang, agar tempat dupa tidak terlalu penuh dan tidak boros
pemakaian dupa. Jumlah penggunaan dupa diatur berjumlah tiga (ganjil)
untuk bersembahyang kepada Tuhan, Nabi dan para suci; berjumlah
genap untuk bersembahyang kepada leluhur.39
Bahwa segala sesuatu dapat terjadi bila tepat pada waktunya,
kepatuhan kepada yang alami itu adalah berpadunya saat “kekayaan dari
bumi”, patuh selaras dengan “tuntutan Yang Maha Roh” dan bersatu padu
dengan “hati manusia.” Ketiga unsur itu saling mempengaruhi dan
memberi hasil. Tiap musim atau waktu yang dikaruniakan Tuhan,
memberi kesempatan tumbuh pada sesuatu yang semestinya tumbuh.
Hukum yang berlaku atas bumi adalah, masing-masing yang ada di bumi
menghasilkan sesuatu yang semestinya; tiap indera manusia mempunyai
kemampuan masing-masing dan tiap benda mempunyai faedah masing-
masing pula. Maka bila musim telah berfungsi menumbuhkan, bumi telah
merawat, seorang Junzi40
harus menggunakan kondisi itu sebagai dasar
membangun kesusilaan; sehingga Tuhan Yang Maha Roh pun akan
berkenan menerima. Musim, bumi, benda dan manusia luhur budi (Junzi)
39
MATAKIN, Yi Jing, Wahyu Tuhan yang Maha Roh, bab I -2, h. 164. “Tiga ialah angka
untuk langit dan dua untuk bumi; daripadanya tersusun angka-angka yang lain. 40
Seorang berbudi luhur (Junzi) adalah seseorang yang selalu membina diri, selalu
memperbaiki dan tidak mengulang kesalahannya.
108
serasi berpadu dengan waktu dan kesempatan karunia Tian, itulah
kebenaran yang semestinya.41
Mengenai aturan waktu berpantang adalah dua hari sebelum, dan
satu hari pada saat Dongzhi.
Bagi umat yang melaksanakan sembahyang kehadapan leluhur
mereka di rumahnya, artinya mereka melalukan upacara yang lengkap,
yaitu (1.) Upacara kepada Tian. (2.) Upacara kepada Nabi Kongzi, kepada
para Jing shen.42
(3.) Juga upacara kepada leluhur. Ketiga upacara tersebut
adalah tahapan upacara yang lengkap. Dimulai dari upacara tingkat
leluhur, lalu tingkat nabi dan para suci sampai ke tingkat ke Tuhanan.
Mengenai sesajian, perlu diingat pesan Nabi Kongzi dalam
menggelar sajian persembahyangan, yaitu daripada melakukan upacara
dengan mewah menyolok, lebih baik upacara yang sederhana.43
Dalam
melaksanakan upacara sembahyang, tidak ada keharusan
mempersembahkan suatu jenis sajian yang sukar didapat, yang penting
khidmat dan khusuk.
Adapun isi surat Do‟a saat upacara sembahyang Dongzhi sebagai berikut :
Hari Dongzhi, hari yang melambangkan kemuliaan, kebesaran dan
Kasih Tian, Tuhan Yang Maha Esa yang selalu menilik serta
melimpahkan rakhmat perlindungan kepada umat yang telah difirmankan
menetapi kodrat kemanusiaannya di atas dunia ini.
Pada saat matahari di atas garis balik ke Utara ini pulalah Tian telah
berkenan menurunkan Firman atas Nabi Kongzi, sebagai penuntun dan Mu
42 Jing shen adalah para malaikat yang terdapat dalam sebuah kelenteng. Dihormati karena
banyak jasa atau keteladanannya. Lihat Buanadjaya, Kelenteng, h. 9.
43
MATAKIN, Si Shu, Lun Yu III : 4,3, h. 63.
109
Duo, Genta Rohani kami, membawakan Ajaran Suci yang mencanangkan
Firman Tian bagi kehidupan manusia di dunia ini. Itulah karunia terbesar
dalam hidup kami, karena daripadaNya-lah kami dibawa ke dalam peri
Cinta Kasih, yaitu Rumah Sentosa bagi jiwa; dan kepada
Kebenaran/Keadilan/Kewajiban, yaitu“Jalan Lurus” di dalam Hidup,
sehingga boleh berkembanglah Kebajikan Tian di dalam diri.
Kami yakin hanya oleh rakhmat dan ridho Tian sajalah semuanya
boleh kami dapatkan. Shanzai.44
Surat doa di atas dibacakan di depan altar Nabi Kongzi di litang.
Sedang saat melaksanakan sembahyang Dongzhi di altar Tian, Xs
Buanadjaya berdoa dengan tanpa teks doa. Selain berdoa syukur saat
Dongzhi, Xs juga berdoa bagi kejayaan dan kemakmuran Bangsa dan
negara Indonesia.
Melaksanakan upacara sembahyang adalah kewajiban seorang umat
beragama, dari raja (pemimpin) sampai rakyat, mempunyai kewajiban
yang sama. Manusia sebagai ciptaan Tian yang tertinggi dan diberi begitu
banyak berkah kelimpahan sudah seharusnya manusia bersyukur, selalu
mendekat dan berlindung kepada Tian Yang Maha Esa.
Melakukan sembahyang adalah hal yang terpenting dibanding
melakukan empat upacara lainnya seperti upacara duka, upacara
kedatangan tamu, upacara suka dan upacara kemiliteran. Upacara
sembahyang merupakan sarana manusia untuk berhubungan dengan sang
Maha Roh, Nabi, para suci ataupun leluhur. Kegiatan yang membutuhkan
kecerdasan spiritual, tingkat yang lebih tinggi dari kecerdasan intelektual,
berbeda dengan kecerdasan sosial, bukan juga kecerdasan jasmani. Jadi
44
MATAKIN, Tata agama dan Tata Laksana upacara Agama Khonghucu hal 67
110
kegiatan bersembahyang membutuhkan keempat kecerdasan seorang
manusia.
Dalam melakukan upacara sembahyang yang terpenting adalah niat
suci yang timbul dari dalam hati pelaksananya. Seseorang yang hendak
melakukan sembahyang harus berniat dulu. Dalam persiapan batin juga
lahir, pikiran dan spirit seseorang saat melaksanakan persiapan
perlengkapan sembahyang, saat berlangsungnya upacara, sampai selesainya
upacara, harus satu arah sehingga tujuan upacara yang dilaksanakan dapat
tercapai.
Ibadah sembahyang yang dilaksanakan oleh orang yang sudah
membina diri hingga menjadi manusia yang berbudi luhur pasti akan
menerima berkah bahagia; ini bukan berkah bahagia duniawi saja. Berkah
bahagia disini berarti kesempurnaan (siapnya segala sesuatu).
Kesempurnaan disini ialah tentang patuh-lancarnya beratus perkara, itulah
yang dinamai siap sempurna (hormat = bei ). Jadi yang dimaksud siap
sempurna (bei) yaitu di dalam diri pelaksana upacara penuh semangat
usahanya untuk maju dan menjadi manusia bajik; dan di luar diri pelaksana
upacara patuh-lancar di dalam Jalan Suci (kebenaran Tian). Ke atas patuh-
taqwa (Shun) kepada Tuhan (Tian) Yang Maha Roh (Gui Shen), ke luar
(ditengah masyarakat) patuh-taat kepada raja dan atasan; ke dalam
(ditengah keluarga) bakti kepada orang tua; demikianlah yang dinamai siap
sempurna. Maka dikatakan hanya seorang yang bijaksana berkebajikan
dapat siap sempurna. Orang yang siap sempurna baharulah kemudian dapat
111
melakukan sembahyang (ibadah). Dari pembahasan di atas dapat umat
simpulkan mengenai pelaksanaan upacara sembahyang merupakan sebuah
puncak dari serangkaian perbuatan dan tindakan hidup umat yang sesuai
dengan ajaran Tuhan dan Nabi. Maka bila umat selalu bersembahyang
umat akan dekat dengan “Jalan Tuhan”.
Penulis setuju dengan pemikiran Ws. Setio Kuncoro, bahwa
dengan bersembahyang dapat menumbuhkan rasa kebijaksanaan (Zhi)
seseorang. Penulis berpendapat dengan melalui pelaksanaan doa, manusia
mendapat kekuatan batin dan dukungan spiritual, sehingga lebih bijaksana
dalam mengambil keputusan, lebih bijaksana dalam memecahkan
persoalan hidup didalam keluarganya maupun didalam bermasyarakat. Di
dalam doa, umat memohon petunjuk, memohon kekuatan dan
kemampuan mengatasi masalah dan memohon diberi kemudahan atau
mendapat bantuan. Sehingga setelah berdoa dan bersembahyang, rasa
percaya diri (Xin) umat tumbuh. Umat menjadi yakin dan mantap tentang
langkah yang akan umat pilih dan dapat menjalani hidup selanjutnya
dengan sepenuh iman. Bahwa Tian akan meridoi apa yang umat lakukan.
Kepercayaan diri tersebut menjadikan manusia memiliki keberanian
(Yong) dalam melakukan sesuatu dan bahkan akan menimbulkan niat
memotivasi oranglain. Itulah beriman yang sesungguhnya, yaitu umat
112
tidak hanya mengembangkan diri sendiri tetapi juga mengembangkan
orang lain, bahkan mengembangkan segala wujud.45
Selain itu melaksanakan sembahyang juga membuat umat
mengetahui dan melatih kewajiban membina diri.46
Bersembahyang pada
intinya akan menumbuhkan Watak Sejati47
(Xing) seseorang sehingga
menjadikan seseorang lebih baik. Begitu pula sebaliknya seorang yang
berkebajikan baik merupakan sarana manusia belajar untuk memahami dan
menghormati Tian, Tuhan YME dengan baik pula.
Peserta upacara saat itu terdiri dari anak-anak, remaja, dewasa
sampai manula. Pria maupun wanita, semua nampak senang, gembira dan
bersemangat. Beberapa umat yang datang segera berkumpul di ruang
serba guna, untuk menyelesaikan tugas masing-masing. Ibu-ibu berbagi
tugas menyiapkan sesaji buah, kue basah, lima macam daging hewan (wu
sheng), lima biji-bijian (wu ku), kue ronde jahe sebagai sajian khas
upacara sembahyang Dongzhi, minuman teh, arak , manisan satu-persatu
diterimakan dari meja di aula, ke altar Nabi di ruang litang. Sedang anak-
anak putri merapikan rambut, dan riasan wajah, pakaian mereka, karena
diakhir acara mereka akan menampilkan tarian-tarian.
45
Setio Kuncoro Sembahyang, artikel dalam www. spocjournal.com, diunduh 4 Mei 2015.
46
MATAKIN, Si Shu, Tengah Sempurna Bab XIX pasal 7 (Jakarta : MATAKIN, 2012)
"Maka seorang Kuncu tidak boleh tidak membina diri; bila berhasrat membina diri, tidak boleh tidak
mengabdi kepada orang tua; bila berhasrat mengabdi kepada orang tua, tidak boleh tidak mengenal
manusia, dan bila berhasrat mengenal manusia, tidak boleh tidak mengenal kepada Tian (Tuhan Yang
Maha Esa). 47
Watak Sejati adalah sifat yang terdapat dalam hati setiap manusia yaitu Cinta kasih,
kebenaran, susila, dan bijaksana.
113
Berikut ini penulis tampilkan foto para petugas yang menyiapkan
sesajian. Mereka nampak sudah terbiasa mendapat tugas semacam itu.
Terlihat dalam menyiapkan sesajian mereka dapat segera melakukannya
tanpa canggung dan ragu.
Gambar 8.: Persiapan lima daging kurban, (wu sheng), mewakili hewan
berkaki 4, hewan berkaki 2, dan hewan yang hidup di air.
Dari sajian yang disediakan berupa kepala babi, daging ayam utuh,
daging bebek utuh, daging kepiting utuh dan daging ikan bandeng utuh.
Lima macam daging disebut wu sheng, tetapi tidak menggunakan sapi
jantan utuh dan daging domba utuh, maka dikategorikan persembahan
daging kecil (xiao lao).48
Penentuan sajian di tempat ibadah atau majelis-
majelis ditentukan oleh bermacam-macam pertimbangan; ada atau
tidaknya umat yang ingin menyumbang secara perorangan, atau hasil
kesepakatan dengan pihak pengurus sendiri. Menurut Js. Po Hwie,
mengenai sajian sudah ada kerjasama, bila pihak Makin yang
mengadakan, tetap makanan khas disediakan oleh pihak kelenteng. Hal ini
membangun aspek kerukunan antar umat lingkungan kelenteng.
48
MATAKIN, Li Ji, Jiao Te Seng , Peraturan Kerajaan bab III , III. 3.10 h. 134, Amanat
bulanan (Yue Ling) bagian III.3.11 , Peralatan Kesusilaan (Li Qi) Bab VIII.1.5, h. 60 dan h.261.
114
Gambar 9. : Sajian lima macam buah-buahan berupa apel, jeruk, pear,
belimbing dan anggur, setiap macam buah berjumlah
5 buah.
Lima macam buah tidak berduri, yaitu apel, jeruk, pir, belimbing
dan anggur. Bila ditinjau dari buku Tata Agama dan Tata Laksana, buah
yang wajib adalah pisang raja atau pisang mas, dan jeruk. Tetapi saat
pelaksanaan tidak digunakan pisang, menurut Js.Poo Hwie buah pisang
tidak digunakan karena menuruti tata upacara yang telah dilakukan secara
turun temurun sebagai aspek akulturasi dengan kearifan budaya setempat
di Adiwerna; dari pengurus dan kebiasaan pihak Kelenteng Wan Ing Miao
tanpa mengikuti buku Tata agama upacara Khonghucu.
Mengingat pelaksanaan upacara-upacara di kelenteng sudah
dilaksanakan jauh sebelum ada buku tata upacara tersebut. Js Poo Wie
juga menjelaskan bahwa dari seluruh upacara setiap tahunnya, upacara
yang diselenggarakan oleh Makin Adiwerna hanya dua yaitu upacara Hari
kelahiran dan Hari Wafat Nabi Kongzi. Hal ini kiranya perlu ada
pemahaman kembali, karena pisang mempunyai simbol tersendiri yaitu
115
adanya sebuah harapan, bahkan letaknya di altarpun diatur, yaitu
diletakkan di sebelah kiri (dilihat dari altar).49
Hal ini sesuai dengan yang
diteladankan oleh Nabi Kongzi, agar dalam pengajaran agama, tidak perlu
harus mengubah adat kebiasaan yang baik.50
Gambar 10. : persiapan sajian buah, kue basah, dan lima biji-bijian.
Tata laksana upacara juga menjelaskan bahwa buah-buahan yang
digunakan adalah yang tidak berduri, dengan maksud bahwa terdapat tata
susila dalam penyajian adalah benda-benda yang bersifat baik,
melambangkan kehalusan budi pekertinya. Dalam persiapan upacara yang
dilakukan umumnya oleh para ibu, mereka saling melengkapi dan
berusaha menyajikan perlengapan dan sajian makanan maupun minuman
dengan sebaik-baiknya.
49
MATAKIN, Tata Agama dan Tata Laksana, h 62. 50
MATAKIN, Li Ji, bab Ji Tong, h. 529.
116
Gambar 11 a. dan b.. : Persiapan sesajian kue basah, buah dan daging.
Pada foto terlihat ibu-ibu petugas sedang serius menata letak
sesajian buah-buahan, daging, kue basah dan biji-bijian dengan tata letak
yang baik dan rapi. Keseriusan ibu-ibu tentu bermaksud untuk
menunjukkan rasa hormat, agar sajian dapat berkenan dan diterima
maksud sujud syukurnya. Hal ini sesuai perintah agama Khonghucu,
bahwa menata altar dengan penuh serius mensyaratkan ajaran membina
diri, menata diri, rasa hormat dan bakti.
117
Gambar 12. : empat macam kue basah ( kue mangkok, ketan wajik
manis, kue ku, kue sangko)
Semua jenis buah dan kue yang ditata di atas altar dalam Agama
Khonghucu memiliki nilai rohani bagi umat yang melaksanakannya.
Xs. Masari menjelaskan makna kue-kue yang disajikan sebagai
berikut:
a. Kue mangkok, merekah menjadi empat bagian , merupakan simbol
benih kebajikan, watak sejati manusia (cinta kasih, kebenaran,
susila, dan bijaksana) ada juga makna kelimpahan rejeki, karunia
Tian Yang Maha Esa.
b. Kue wajik, warna coklat melambangkan tempat hidup segala
makhluk ciptaan Tian (bumi), kelekatan bahan dari beras ketan,
melambangkan kesatuan atau kerukunan antar manusia.
c. Kue ku, simbol penghidupan sehingga diperoleh panjang umur
dan sehat sejahtera.
Xs.Masari menjelaskan tiga macam kue perlengkapan altar
yang tertulis di tata upacara Agama Khonghucu bahwa pada saat umat
bersembahyang kepada Tuhan, pergunakanlah perhitungan ganjil.
118
Kesimpulan penulis tentang persembahan kue-kue ini adalah, sebagai
manusia yang menginginkan panjang usia, kecukupan rejeki dan
kerukunan keluarga semuanya dapat diperoleh bila umat bersikap
harmonis dan taqwa beriman kepada Tuhan YME pencipta alam
maupun manusia sebagai makhluk ciptaannya. Bila dapat berjalan
harmonis, maka semua yang diperoleh akan mendatangkan kesehatan
jasmani maupun rohani.
d. Lima biji-bijian (wu ku)
Gambar 13. : dari kiri ke kanan, lima macam bijian (jagung, kacang
tolo, kacang ijo, ketan hitam, kacang tanah)
Dalam sajian upacara Dongzhi, terdapat juga lima biji-bijian, (wu
ku) hal ini menandakan rasa syukur umat sebagai penduduk Adiwerna
khususnya, karena hasil panen melimpah dan banyak pula umat yang
mendapat nafkah dari hasil berjualan biji-bijian51
. Kemudian rasa terima
kasih dan syukur, timbul bila manusia melakukan dan memperoleh berkah
Tuhan YME yang membahagiakan mereka secara lahir batin.. Saat umat
selamat sejahtera dan dapat merasakan kebahagiaan yang menyertai rasa
51
Wawancara dengan Js Poo Wie di kelenteng Ban Eng Bio, tanggal 22 Desember 2013.
119
syukur setiap Dongzhi, adalah peristiwa yang patut umat syukuri. dalam
kehidupan ini.52
Bila mulut dan jiwa sudah kenyang oleh hasil bumi
(sawah) maka manusia wajib menjunjung Tuhan. Karena tiada sesuatupun
yang bukan karena Firman.53
Menurut Xs Masari,54
biji-bijian menunjukkan contoh sebuah latihan
keuletan dan kesabaran, seperti bibit di dalam tanah, menunggu sampai
saatnya tumbuh dan bisa menjadi bibit membutuhkan perjuangan. Biji
menunggu saat terbaik untuk tumbuh, seperti manusia yang sedang
menghadapi cobaan, harus sabar, terus berusaha dan kuat iman agar
terhindar dapat melewati cobaan bahkan mengatasinya.
Saat pelaksanaan upacara Js. Poo Wie menjelaskan juga bahwa
warma dari bijian untuk persembahan juga perlu diperhatikan. Adapun
mengenai makna warna bijian yang dipergunakan, menurut Xs Masari
warna hitam, melambangkan langit. Warna kuning kecoklatan
melambangkan bumi, warna hijau melambangkan kesuburan, warna
merah melambangkan semangat, kejayaan dan daya hidup; sedang warna
putih melambangkan kesucian. Langit tempat Tuhan sang Khalik –
pencipta; bumi adalah ciptaanNya, sebagai penanggap. Perubahan yang
terjadi hendaknya membawa kesuburan karena adanya semangat yang
52
MATAKIN, Si Shu Zhong Yong Bab Utama – 5 “Bila dapat terselenggara tengah dan
harmonis maka kesejahteraan akan meliputi langit dan bumi, segenap makhluk dan benda akan
terpelihara” 53
MATAKIN, Si Shu, Mengzi VIIA bagian 2, h. 382 54
Xs Masari Saputra adalah salahsatu Xs, penulis wawancara di rumah beliau pada tanggal
11-7-2015.
120
suci, demikianlah harapan dan doa dari penyajian lima biji-bijian dalam
upacara Dongzhi tersebut55
.
Biji-bijian seperti tertulis dalam kitab dokumentasi sejarah (Shu
Jing) merupakan bahan pokok manusia sejak jaman Raja Yao (2256 SM).
Sang menteri pertanian diangkat oleh Raja Suci Yao, agar rakyat dapat
belajar menanam biji-bijian sampai berhasil.56
Mengzhi menyatakan
“…demikianlah. setelah kelima macam biji-bijian itu masak, rakyat
beroleh kesejahteraan. Orang perlu “jalansuci” maka, setelah dapat makan
kenyang, pakaian hangat lalu rakyat dibiarkan tidak diberi pendidikan,
niscaya rakyat akan bersifat seperti burung dan hewan liar.” Maka Raja
suci Yao pun menunjuk menteri pendidikan Xie agar mendidik rakyat
tentang hubungan kemasyarakatan.57
Arak, teh, dan san bao (arak, teh, bunga melati dan air). Arak tidak
digunakan seperti saat kaisar melakukan sembahyang Dongzhi di istana
dulu, saat Nabi sering merasa tidak suka, karena bila kaisar melakukan
upacara sampai minum arak, raja suka terlalu asik merasakan keenakan
minum arak hingga lupa diri. Selanjutnya upacara berjalan tidak khidmat
lagi. Hal inilah yang tidak disukai Nabi Kongzi.
55
MATAKIN, Yi Jing, bagian Babaran Agung bab IV h. 138-139. 56
MATAKIN, Shu Jing II ke 18 (Jakarta: MATAKIN, 2004), h. 13 dan Si Shu bagian
Mengzhi IIIA ke 8. h.260. 57
Hubungan kemasyarakatan : antara orangtua-anak ada kasih, antara pemimpin -pembantu
ada kebenaran atau keadilan, kewajiban, antara suami-isteri ada pembagian tugas, antara yang tua dan
yang muda ada pengertian tentang kedudukan masing-masing dan antara kawan dan sahabat ada sifat
dapat dipercaya.
121
e. Sajian teh perlambang sifat positif (yang) merupakan sajian umum
seperti di kehidupan sehari-hari, selain air putih perlambang sifat
negatif (yin), juga air teh yang di minum.
f. Rangkaian bunga menyegarkan, diletakan di meja altar.
g. Surat doa, dua pasang lilin, dupa besar 3 batang (dapat pula digunakan
dupa berjumlah 9 batang), juga disiapkan dupa untuk para peserta
upacara.
“ Semua yang dihidupkan Tian, yang ditumbuhkan bumi, disajikan
sampai tiada yang tidak berlimpah. Di luar berlimpah benda (sajian),
dan di dalam berlimpah semangat (cita), demikianlah hati di dalam
sembahyang itu “58
h. Pemimpin upacara
Dua hari sebelum hari pelaksanaan pemimpin upacara melakukan
pantang, yaitu pantang makan daging atau garam, selain itu pikiran dan
hati disiapkan dengan bersih focus pada tujuan pelaksanaan upacara.
Pada saat pelaksanaan upacara, pemimpin upacara melakukan doa
pribadi di depan altar Nabi terlebih dahulu. Isi doa memohon izin
memimpin jalannya upacara dari awal sampai akhir dapat berjalan dengan
lancar dan diterima kehadirat Tian, Nabi, para Jing shen dan leluhur.
Pada saat pemimpin upacara berdoa, diikuti oleh Js Tiang Tjie sebagai
sesepuh dan penasehat MAKIN Adiwerna, Ws. Lie Suprijadi, Js Poo Wie
juga penulis. Dalam doa terucap rasa syukur karena telah dapat sampai
58
MATAKIN, Li Ji, Jee Tong XVIII, 19, h. 253.
122
dan siap melaksanakan upacara, kiranya upacara dapat berlangsung
dengan lancar dan baik sampai selesai.
Tujuan Upacara Dongzhi adalah untuk bersyukur kepada Tuhan
Sang Maha Khalik, akan peristiwa alam disaat Dongzhi59
, yang jatuh
tanggal 22 bulan duabelas penanggalan Masehi, tujuan Upacara Genta
Rohani untuk mensyukuri saat Nabi menjadi penebar agama, dan upacara
liyuan adalah untuk membimbing umat menjadi lebih baik dan
mempunyai pegangan hidup. Walaupun tujuan upacaranya baik jika cara
melaksanakan upacara tidak benar, atau caranya benar tetapi tujuannya
tidak baik tidak memenuhi syarat untuk dikatakan sebagai ibadah. Ini
terkait dengan masalah „kemurnian hati‟ dan „tata cara‟60
Sasaran
upacarapun bukan untuk meminta-minta, dan waktunya jangan tergesa-
gesa”61
Sembahyang atau ibadah seorang yang bijaksana berkebajikan itu
dipenuhi iman dan kepercayaan dengan semangat dalam diri penuh satya
dan hormat sujud.62
Pada pelaksanaan sembahyang Dongzhi seperti saat
penelitian, perasaan syukur dapat umat pahami sebagai bersyukur kepada
Tian atas terjadinya titik balik matahari kembali ke Utara, musim kembali
59
Dong Zhi adalah nama salah satu bagian penanggalan petani. (nong li) yang jatuh antara tanggal
10 bulan sebelas Kongzi li , juga tepat dengan tanggal 22 Desember tahun masehi.
60 MATAKIN, Si Shu, Sabda Suci, Jilid XII Pasal 8 ayat 2 , Zigong berkata, “Sesungguhnya tata
cara itu harus selaras dengan kemurnian hati, dan kemurnian hati itu harus mewujud di dalam
tata cara. Ingatlah, kulit harimau dan macan tutul, bila dihilangkan bulunya takkan banyak
berbeda dengan kulit kambing” 61
MATAKIN, Li Ji VIII Li Qi : 1-22 “Sasaran upacara sembahyang bukan hanya untuk
meminta-minta, waktunya jangan tergesa-gesa” 62
MATAKIN, Kitab Kesusilaan dan Tata Ibadah, Li Ji. XXV: 1
123
dari titik yang paling dingin ke musim panas perlahan-lahan, adanya
harapan.63
Gambar 14. : perlengkapan dan peralatan yang
disiapkan dan ditata di altar Nabi Kongzi.
Keterangan : posisi jingshen Nabi Kongzi ada di sebelah kanan
gambar.
Bila dibandingkan dengan tata letak peralatan dan perlengkapan
alat dalam buku Tata Agama dan tata laksana Upacara Khonghucu, hasil
musyawarah para rohaniwan dan pengurus sejak 1955-1984, terdapat
63
http://www.microsoft.com/en-us/windows GB TIMES Dong Zhi – Celebrating the winter
solstice by Linda Sigurðardóttir 2012/12/21 diunduh 22 Agustus 2015 seperti yang tertulis dalam
“A year older “Dongzhi is the last festival of the year, occurring only six weeks before the Chinese
New Year. However, some believe that Dongzhi is a turning point for all people; the day
everybody becomes one year older. There is some logic behind this belief. As we embark on the
darkest day of the year, we know that times will only get brighter from then on, slowly pulling us
out from hibernation with increasing daylight.When conformed to the theory of yin and yang, this
becomes even more clear. Up until this day, the cold and negative yin energy has been creeping
up on us, but as it reaches its climax on the winter solstice, it starts paving the way for the positive
yang energy.What better way to celebrate these optimistic times ahead than to celebrate with
family, enjoy a nice meal and honor deceased relatives? Despite being an obviously less
significant day than it used to be, Dongzhi is still a great example of ancient Chinese traditions
that have lived on and are being acknowledged even today. Its laid-back atmosphere could easily
be seen as being more preferable by fretful Westerners during the Christmas holiday. Being
hassle-free in the company of your loved ones, sharing a good meal – isn't that what all holidays
are supposed to be about anyway?
124
beberapa perbedaan dan penambahan, tetapi tidak merubah arti dan tujuan,
justeru memperkaya makna.
Adapun jalannya prosesi upacara adalah sebagai berikut :
1. Prosesi Upacara Sembahyang Dongzhi
Pemimpin upacara memakai jubah rohaniwan dan peserta upacara
berpakaian biasa, berkumpul didepan altar Tian. Mereka menghadap alam
bebas di altar Tian kelenteng. Pelaksanaan bersembahyang kehadapan
Tian dengan cara sebagai berikut : Pertama-tama, sang pemimpin upacara
berdiri terdepan dekat tempat menancapkan dupa kepada Tuhan (Tian
Gong Lu), didampingi kedua petugas pendamping. Kemudian pendamping
kanan menyalakan dupa yang akan digunakan oleh pemimpin upacara.
Sedang pendamping kiri menyalakan dupa yang akan dibagikan kepada
para peserta upacara, dibantu beberapa petugas. Setelah semua siap dan
pemimpin upacara menerima dupa dari pendamping kanan. Pemimpin
upacara mengangkat dupa sampai ke dahi dan diturunkan lagi sampai ke
dada sebanyak tiga kali. Setiap kali dupa berada di dahi, pemimpin
mengucapkan doa pembuka pertama : Kehadirat Tian Yang Maha Besar ,
dipermuliakanlah. Dupa diturunkan sampai ke dada. Angkatan kedua,
dengan ucapan : “Kepada alam semesta, sarana hidup kami,
dipermuliakanlah. Angkatan ketiga dengan ucapan : Kepada alam
manusia, semoga harmonis dan selamat sentausa, dipermuliakanlah,
Shanzai. Semua peserta mengikuti gerakan pemimpin doa sambil
125
mengiringi dengan lagu Wei de dong Tian.64
Nyanyian dalam upacara
tidak boleh sekejappun dilengahkan dari diri. Bila didengarkan sungguh-
sungguh, musik dapat mengatur hati manusia. Dengan musik, manusia
mendapat kemudahan untuk secara wajar di dalam hatinya, berembang
sifat lurus-benar, lembut dan jujur, sehingga diperoleh kebahagiaan atau
kesukaan. Lalu kesukaan ini akan menjadikan rasa sentosa. Rasa selamat
– sentosa itu membawakan kelestarian. Selanjutnya kelestarian hati dalam
rasa selamat –sentosa itu membuat orang merasakan penghayatan kepada
Tian, Tuhan Yang Maha Esa. Perasaan dan penghayatan di dalam Tuhan,
menumbuhkan kekuatan rohani. Tuhan, meskipun tanpa berbicara,
dipercaya oleh umat manusia. Kekuata rohani itu meskipun tanpa marah
membuat orang gentar.65
Demikian penting makna musik bagi kehidupan
manusia , sehingga diperlukan dalam sebuah upacara sembahyang.
Gambar 15. : Sembahyang kehadapan Tian saat Upacara Dongzhi
di sekitar Tian Gong Lu66
, kelenteng Wan Ing Miao,
Adiwerna
64
Salam Agama Khonghucu, “ Wei de dong Tian “Artinya, Hanya Kebajikan yang berkenan
kepada Tian. Dibalas ucapan salam :” Ya, hanya satu kebajikan,” “Xien You Yi De” - shanzai 65
MATAKIN, Li Ji, bagian XXI, Makna Sembahyang, 8, h. 519. 66
Tian Gong Lu, adalah tempat menancapkan dupa khusus kepada Tian, terletak di halaman
atar utama sebuah bangunan kelenteng.
126
Terlihat barisan diatur secara kekeluargaan dan anak-anak masih
dibimbing oleh para pengasuhnya. Tetapi semua peserta nampak tertib dan
tenang mengikuti aba-aba pemimpin, sehingga upacara berjalan lancar.
Gambar 16. : Umat menaikkan dupa sampai ke dahi sebanyak tiga
kali
Para umat peserta upacara mengikuti dengan berdiri dibelakang dan
disekitar pemimpin upacara sambil bersikap Bao Dai Ji Ba De (sikap
delapan kebajikan diletakkan di ulu hati)67
. Umat mengikuti menaikkan
dupa (xiang) 68
tiga kali. Setelah itu, dupa dikumpulkan oleh asisten
pendamping lalu ditancapkan ke tempatnya (di foto berwarna hitam cukup
67
Sikap Ba De yang disebut Bao Dai Ji Ba De, artinya Aku dilahirkan melalui ayah dan ibu
sebagai manusia, dan sebagai manusia aku wajib menjalankan delapan kebajikan.. Digunakan
untuk menghormat maupun saat memegang dupa. 68
Xiang artinya harum. Dupa yaitu bahan pembakar yang asapnya berbau harum. Lihat Tata
Agama dan Tata Laksana Agama Khonghucu, h. 30
127
besar, itulah Tian gong lu)69
pendamping kanan menancapkan dupa
pemimpin upacara : pertama satu batang di tengah, kedua di samping
kanan, ketiga di samping kiri. Dupa para umat dibagi tiga bagian dan
ditancapkan mengikuti cara penancapan dupa pemimpin upacara.
Gambar 17. : Umat mengikuti pembacaan doa dengan sikap
Bao xin ba de70
di altar Tuhan.
Gerakan-gerakan sembahyang tata cara upacara Khonghucu
dengan melakukan gerakan bai71
, ding lee 72
juga ju gong73
selain
merupakan gerakan penghormatan dalam upacara juga akan melatih badan
jasmani umat, bila rutin dijalankan setiap hari. Badan umat menjadi
bersemangat, semangat diri yang terbina dan penuh syukur terus menerus
dapat membuat hati lapang, dan hati yang lapang membuat badan , jiwa
69
Tian Gong lu, adalah tempat menancap dupa khusus di altar Tian.
70 Sikap Bade yang disebut Bao Xin Ba De adalah sikap kedua ibu jari dipertemukan, telapak
tangan kiri menempel di depan telapak tangan kanan, digunakan untuk sikap berdoa. 71
Bai, sikap menghormat mengangkat kepalan tangan (tangan kiri diatas tangan kanan)
sampai ke antara mata. 72
Ding Lee, sikap menghormat mengangkat kepalan tangan sampai ke dahi. 73
Ju Gong, sikap menghormat dengan membungkukan badan 450..
128
dan pikiran menjadi sehat. Badan, jiwa, dan pikiran yang sehat akan
merasa bahagia. Bila satu orang berbahagia akan membawa energi positif
bagi manusia lain diseumatrnya. Bila semua orang berbahagia, maka akan
tercipta lingkungan hidup yang harmonis, saling menolong dan
melengkapi.74
Prosesi dilanjutkan dengan pemanjatan doa syukur kehadirat Tian
yang dibacakan oleh pemimpin upacara. Semua peserta bersikap tangan
Bao Xin Ba De, dan mata terpejam. Mensyukuri hari saat matahari
kembali kearah Utara sehingga alam kembali kemusim semi yang penuh
harapan. Selesai memanjatkan doa, sembahyang kehadapan Tian ini
ditutup dengan cara seluruh peserta upacara melakukan ding li75
kehadapan Tian, dan penghormatan penutup dilakukan dengan Ju Gong76
tiga kali.
Gambar 18. : Melakukan membungkukkan badan (Ju Gong) untuk
menutup sembahyang kepada Tian saat Upacara
Dongzhi.
74 MATAKIN, Li Ji VIII, peralatan kesusilaan Li Qi bagian 1.21“Maka seorang Junzi di
dalam melaksanakan ibadah sembahyang Li, tidak boleh tidak hati-hati. Mereka adalah yang memberi
ikatan masyarakat banyak; bila ikatan itu tersingkir, maka masyarakat banyak itu akan kacau. Nabi
Kongzi bersabda, “Hendaknya bila „aku‟ berperang, aku menang, bila aku bersembahyang, aku
menerima berkah.” Dikatakan begitu, bila orang itu sudah mendapatkan Dao (Jalan Suci)”
75
Ding li adalah sebutan menghormat kepada Tian. Merupakan tingkatan tertinggi dari 4 sikap
menghormat.
76 Ju Gong menghormat dengan cara; berdiri tegap, lalu kepala ditundukan 45
0 ke depan,
diulang tiga kali.
129
Upacara Dongzhi selain mengajarkan nilai kesusilaan (Li) juga
mengajarkan nilai Bakti (Xiao) dan rendah hati (Ti). Pada saat itu umat
juga mengerti adanya hubungan pertingkatan antar manusia , maksudnya
umat menjadi mengetahui posisinya dalam keluarga dan masyarakat. Pada
saat dilakukan dirumah, orangtua atau yang dituakan melaksanakan
sembahyang terlebih dahulu, baru yang lebih muda. 77
Bersembahyang menumbuhkan rasa Cinta Kasih (Ren) manusia
kepada Tian yang juga mencintai manusia tanpa ada batasnya. Nabi
Kongzi menyadari bahwa kehidupan negara menjadi kacau karena
peperangan, diakibatkan oleh hilangnya nilai-nilai kehidupan yang
seharusnya dijunjung tinggi. Para petani lebih memilih menjadi prajurit
dengan gaji yang besar dibanding mengerjakan sawah. Nabi Kongzi
mengajarkan kepada semua orang untuk menghormati Tuhan Sang
pencipta dan menghormati leluhur sebagai generasi yang mewarisi
budaya. Nabi Kongzi mengajarkan upacara kepada Tuhan dan berbeda
dengan kepada leluhur. Upacara seperti itu adalah dasar untuk
menegakkan kesusilaan dari dalam hati. Orang melakukan upacara
77
MATAKIN, Si Shu, Tengah Sempurna Bab XIX pasal 5 , lihat pula ayat Mencius VIIB,.
16; IIA:5. "Cinta Kasih itulah Kemanusiaan, dan mengasihi orang tua itulah yang terbesar.
Kebenaran itulah kewajiban hidup, dan memuliakan para bijaksana itulah yang terbesar. Perbedaan
dalam mengasihi orang tua dan pertingkatan dalam memuliakan para bijaksana itu terjadi oleh
adanya Tata Susila”
130
sembahyang itu tidak boleh bohong, tidak boleh tawar menawar, tetapi
dari ketulusan hati78
.
Menurut Nabi Kongzi melakukan upacara sembahyang adalah cara
untuk memperbaiki moralitas yang sudah rusak. Pada waktu Nabi di
negeri Wei, beliau menolak ketika diminta untuk mengajarkan cara
mengatur barisan, dengan alasan hanya bisa mengatur meja sembahyang.
Mengatur meja untuk bersembahyang dengan persiapan hati yang
tulus, iklas dan gembira. Semua peralatan dan sesaji disiapkan sesuai
dengan maksud dan tujuan upacara. Bersembahyang menumbuhkan rasa
kebenaran (Yi) bahwa Tian itu Tuhan yang benar dan wajib umat
sembahyang kepadaNya. Melaksanakan upacara sembahyang menandakan
bahwa manusia adalah makhluk yang tertinggi budayanya. Seperti apa
yang dikatakan Nabi Kongzi, pada saat sembahyang kepada Tian
hayatilah kehadiran Nya, kepada roh leluhur hayatilah pula kehadirannya,
sedang sembahyang kepada yang tidak seharusnya disembah, itulah
menjilat.”79
Bila seseorang sedang menghadapi masalah, lakukanlah
sembahyang, pasti nafsu amarah dan keinginan membalas sakit hati akan
sirna, berganti rasa kasih dan kebijaksanaan timbul.
Didalam setiap doa umat merasa bersyukur, memohon petunjuk,
memohon kekuatan dan kemampuan mengatasi masalah dan memohon
78
Oesman Arief, Etos Konfusianisme, tidak dipublikasikan. h.1 79 MATAKIN, Si Shu, Sabda Suci, bab II pasal 24, h. 62.
131
diberi kemudahan atau mendapat bantuan. Sehingga setelah berdoa dan
bersembahyang, rasa percaya diri (Xien) umat tumbuh.
Setelah melakukan sembahyang keagamaan, umat menjadi yakin
dan mantap tentang langkah yang akan umat pilih dan dapat menjalani
hidup selanjutnya dengan sepenuh iman. Bahwa Tian akan meridoi apa
yang umat lakukan. Kepercayaan diri tersebut menjadikan manusia
memiliki keberanian (Yong) dalam melakukan sesuatu dan bahkan
akan menimbulkan niat memotivasi oranglain. Itulah Iman yang
sesungguhnya, umat tidak hanya mengembangkan diri sendiri tetapi juga
mengembangkan orang lain, bahkan mengembangkan segala wujud.80
Demikian penting makna dan hasil yang dapat umat dapatkan bila
melaksanakan upacara dengan kesungguhan hati.
2. Prosesi Upacara Hari Genta Rohani
Setelah upacara sembahyang pada Tian selesai, upacara dilanjutkan di
depan altar Nabi Kongzi di dalam litang, yaitu upacara memperingati Hari
Genta Rohani. Peristiwa yang menandakan Nabi Kongzi menjalankan
Firman Tian menjadi Genta Rohani manusia. Upacara Genta Rohani
menyimbolkan hubungan umat dengan Nabi Kongzi. Itulah yang
disyukuri oleh umat beragama Khonghucu sebagai hari Genta Rohani.
80
Setio Kuncoro “Sembahyang” artikel dalam www. spocjournal.com , diunduh 4 Mei 2015,
15.00.
132
Bersyukur atas Firman Tian atas diturunkannya Nabi Kongzi dan keputusan
pentingnya.
Upacara hari Genta Rohani memperingati saat Nabi Kongzi
mengadakan perjalanan keluar dari negeri Lu, untuk menyebarkan ajaran
Ru terutama untuk mencari raja yang mulia, raja yang mau menerima
firman sebagai seorang pemimpin tertinggi untuk mensejahterakan rakyat.
Raja yang tidak hanya memikirkan kepentingan atau keuntungan pribadi
dan berfoya-foya saja. Kejadian ini terjadi pada saat hari sembahyang
Dongzhi.
Saat melaksanakan upacara Hari Genta Rohani. rasa bersyukur atas
kejadian Nabi berkeliling selama 13,5 tahun itulah yang umat syukuri.
Karena Nabi Kongzi saat itu sedang menjalankan Firman Tuhan sebagai
”Genta Rohani” umat manusia. Tujuan Nabi Kongzi mencari seorang Raja
yang mulia, agar dapat memimpin rakyat dengan baik, sehingga tercapai
Negara yang masyarakatnya tentram dan makmur. Nabi Kongzi menjadi
Genta Rohani manusia, dengan tanpa membedakan keadaan, kedudukan
sosial siapa saja yang ingin belajar kepada Nya.
Waktu yang dipilih Nabi Kongzi sebagai hari memulai
pengembaraan menyebarkan ajaran kebajikan, adalah setelah upacara
Dongzhi di tahun 495 SM, karena Raja Lu tidak melaksanakan upacara
Dongzhi sampai selesai, upacara tidak dilakukan dengan baik dan tuntas.
Karena Raja lebih memilih bersenang-senang dengan wanita hadiah negeri
Cee, yang merasa takut dan tidak senang bila negeri Lu menjadi maju,
133
negeri Cee itu merasa terancam kawatir dijajah81
. Raja Lu Ai Gong juga
melalaikan tugas-tugas kerajaan, dalam memeriksa keadaan negeri
wilayahnya dan keadaan rakyat. Nasehat Nabi Kongzi sebagai menteri
kehakiman dan penasehat utama tidak diindahkan. Sampai puncaknya
Nabi Kongzi merasa sangat kecewa ketika raja tidak melaksanakan
kewajiban memimpin sembahyang Dongzhi dengan benar. Raja tidak
membagikan daging sesaji kepada para menteri yang berhak menerimanya.
dalam upacara Dongzhi itu, Raja berpesta.
Akhirnya, Nabi Kongzi memutuskan untuk meninggalkan kerajaan
Lu82
untuk mencari raja yang baik untuk dibimbing dalam menyejahterakan
rakyat, sambil mengajarkan ajaran moral yang berasal dari ajaran-ajaran
Nabi purba dan para Raja Suci diterapkan dalam kehidupan disaat itu. Nabi
Kongzi memberi nasehat, memberi penjelasan, memberi contoh, dan terus
belajar membina diri dan membina orang-orang, murid-murid disekitarnya.
Tidak kurang 3000 murid pernah belajar kepada Nabi Kongzi, dari
berbagai kalangan dan jabatan. Murid Nabi beraneka profesi dan usia lebih
tua maupun lebih muda dibanding usia Nabi Kongzi. Ada murid sebagai
seorang raja, pelajar, jendral, pedagang, nelayan, bahkan rakyat jelata. Nabi
berprinsip mendidik siapa saja yang mau belajar, tanpa ada perbedaan.
Nabi Kongzi merubah aturan kerajaan yang hanya mengizinkan para
pejabat tinggi saja yang boleh belajar. Nabi banyak memberi penjelasan
81
MATAKIN, Riwayat hidup Nabi Khongcu , h. 77 82
MATAKIN, Riwayat hidup Nabi Khongcu ,h. 78
134
dan pengetahuan di segala bidang, namun semua jawaban yang diberikan
adalah untuk kebaikan dan kemajuan si penanya.
Nabi Kongzi juga mengajarkan tentang keimanan kepada Tian dan
kewajiban bersembahyang kepada Tian pada hari-hari tertentu,
memperhatikan dan merawat alam semesta, juga berbakti kepada leluhur
dan orangtua. Hanya satu yang tidak diajarkan oleh Nabi Kongzi adalah
cara berperang, untuk menghindari perang manusia diajari bersembahyang,
agar manusia selalu ingat tujuan hidupnya dan juga tata kesusilaan.
Nabi Kongzi memberi bimbingan rohani umat manusia agar selalu
hidup sesuai ajaran Tuhan. Nabi Kongzi mendapat banyak gelar dari para
raja yang pernah menjadi murid atau menjadi tempat singgahan Nabi
Kongzi saat mengembara. Hari pertama saat Nabi berkeliling itulah yang
dimaksud dengan “Hari Genta Rohani.”
Rasa bersyukur mendorong manusia memberikan sesajian saat
melaksanakan upacara. Dari jaman ke jaman, manusia selalu memberikan
sajian sebagai bukti rasa syukur, menunjukkan keberhasilan yang telah
dicapai dan merasakan manfaat kebahagiaan, kepuasan hasil yang
dinikmati. Jadi sesajian bukan diminta oleh Tian, tidak diminta oleh Nabi,
tidak diminta oleh jingshen, dan tidak diminta oleh leluhur umat
Melainkan umat sebagai pelaku sembahyang yang berniat ingin
memberikan sesuatu dalam bentuk persembahan. Niat dari umat tentang
sesajian inilah yang ditekankan oleh Xs Bingky Irawan, jangan sampai
135
pemahamannya dibalik. 83
Maka tentang jenis atau macam sesajian dapat
disesuaikan dengan kondisi, dan kemampuan umat meskipun harus tetap
mengikuti aturan tata cara persembahyangan. Niat dan pikiran yang tulus,
lebih penting disiapkan, tumbuh dari dalam hati umatnya, sehingga
seluruh gerak dan tata cara serta sesajian yang telah disiapkan yakin dapat
“diterima” serta doa yang diucapkan dapat diterima pula. Seluruh upacara
berjalan khidmat mencerminkan niat hormat pelaksananya. Menurut W.
Robertson Smith (1846-1894) bahwa upacara merupakan suatu
perwujudan dari kehidupan religius sesuai tuntunan agama, nampak pada
pelaksanaan upacara Dongzhi dan upacara sembahyang hari Genta Rohani
tersebut. Jadi, jelaslah alasan khususnya bagi umat Khonghucu Indonesia,
hari Dongzhi mempunyai makna suci khusus, juga disebut hari Mu Duo
atau hari Genta Rohani. Genta Rohani artinya penyebar dan pengingat
sikap hidup umat manusia agar sesuai Firman Tian.84
Ada peristiwa pada saat Nabi Kongzi melakukan pengembaraan
keluar dari negeri Lu (th 495 SM), sampai di negeri Gi, penjaga tapal batas
negeri Gi, yang ternyata adalah seorang suci dan bijaksana
menyembunyikan diri, ingin bertemu dengan Nabi dan berkata : “Setiap
ada seorang Junzi (luhur budi) lewat disini, aku tidak pernah tidak
menemuinya. “Oleh para murid ia disilakan menemuinya. Setelah keluar ia
83
Wawancara dengan Xs Bingky Irawan, melalui telepon seluler, pada tanggal 22 Agustus
2015.
84
Mu Duo ialah genta yang dibuat dari logam dan dibuat dengan pemukul dari kayu. Pada
jaman purba Mu Duo digunakan oleh para raja untuk memberikan maklumat-maklumat yang
wajib dilaksanakan rakyat, dan dilaksanakan menjelang hari tahun yang baharu..
136
berkata : “Saudara-saudaraku, mengapa kalian nampak bermuram durja
karena kehilangan kedudukan? Sudah lama dunia ingkar dari “Jalan Suci”;
kini Tian menjadikan Guru selaku Genta Rohani (Mu Duo) 85
Peristiwa lain, ketika Nabi Kongzi mengembara sampai negeri
Song, bersama murid-murid diganggu dan akan dicelakakan oleh Huan
Tui, seorang pembesar jahat dan sewenang-wenang; dengan tiada bimbang
beliau bersabda “Tian telah menyalakan Kebajikan dalam diriku. Apakah
yang dapat dilakukan Huan Tui atasku86
“. Begitu pula ketika beliau
dengan rombongan di negeri Kuang. Orang-orang negeri Kuang salah duga,
beliau disangka Yang Huo, seorang pemberontak dari negeri Lu, yang
pernah memimpin bala tentara negeri Wei menindas, menjarah dan
menghancurkan negeri Kuang yang kecil. Karena itu Nabi dan rombongan
dikurung dan ditahan. Keadaan sangat gawat, tetapi Nabi dengan yakin
bersabda kepada murid-muridnya yang sudah gelisah: “Sepeninggal raja
Wen, bukankah Kitab-Kitabnya Aku yang mewarisi? Bila Tian hendak
memusnahkan Kitab-Kitab itu, aku sebagai orang yang lebih kemudian,
tidak akan memperolehnya. Bila Tian tidak hendak memusnahkan Kitab-
Kitab itu, apa yang dapat dilakukan orang-orang negeri Kuang atas
diriKu?”87
Demikian besar keyakinan Nabi Kongzi akan Firman Tuhan
yang turun atasnya. Orang-orang negeri Kuang itu akhirnya menyadari
85 MATAKIN, Si Shu, Sabda suci III 24, h. 122-123.
86 MATAKIN, Si Shu, Sabda Suci VII 23, h. 89
87 MATAKIN, Si Shu, Sabda Suci IX : 5 h. 98
137
kesalahannya dan memohon maaf kepada Nabi Kongzi bahkan banyak
yang kemudian menjadi pengikut Nabi Kongzi.
Murid-murid Nabi lebih yakin bahwa Gurunya ialah seorang Zi
Sheng atau Nabi, ketika ada seorang berpangkat Da - ca bertanya kepada
Zi Gong: “Seorang Nabikah Guru tuan, mengapa begitu banyak
kecakapannya?” Zi Gong dengan yakin menjawab : “Memang Tian telah
mengutusNya sebagai Nabi, maka banyaklah kecakapanNya.”88
Mengzi
(Mencius) menulis: “Bo Yi ialah Nabi Kesucian, Yi - yin ialah Nabi
Kewajiban. Liu-xia Hui ialah Nabi Keharmonisan dan Kongzi ialah Nabi
segala masa. Kongzi dinamakan Yang Lengkap, Besar dan Sempurna.” 89
Kongzi, Nabi yang sempurna ”Nabi dan rakyat jelata ialah sesama
umat manusia, tetapi dia mempunyai kelebihan diantara jenisnya. Dialah
yang terpilih dan terlebih mulia.” Sejak adanya manusia hingga kini,
sungguh belum ada yang lebih sempurna dari Kongzi90
Iman seorang umat Khonghucu yakin adanya Tian Yang Maha Esa,
dan meyakini Nabi Kongzi sebagai Genta Rohani (Mu Duo), sebagai Nabi
bagi setiap manusia sepanjang masa. Seperti dalam Delapan pengakuan
Iman (Ba Cheng Zhen Gui). Beliau ialah Nabi, Guru, pembimbing di
dalam kebajikan, didalam membina diri berusaha memenuhi kodrat
sebagai manusia, sebagaimana diajarkan Nabi dan di firmankan Tian
Yang Maha Esa atas kehidupan manusia, sehingga boleh menyatakan
88
MATAKIN, Si Shu, Sabda Suci IX : 6 h. 98 89
MATAKIN, Si Shu , Meng Zi VB : 1/5, h. 331-333. 90
Kitab Si Shu, Meng Zi IIa : 2.28, h. 226.
138
Satyanya kepada Tuhan Yang Maha Esa, Khaliknya dan mencintai,
tenggang-rasa, tepasarira sesama manusia dan menyayangi
lingkungannya.
Demikianlah Nabi Kongzi memperoleh kesaksian bahwa dirinya
seorang utusan Tian. Nabi Kongzi menerima Firman sejak lahir
mengemban Firman menjadi pembimbing umat manusia menjalani hidup
sesuai Jalan Tian. (Dao). Demikianlah seorang umat Khonghucu yakin,
Kongzi ialah Genta Rohani Tuhan, Nabi pembimbing hidup manusia
menempuh Jalan Suci yang difirmankan Tian Yang Maha Esa.
Sesuai tuntunan Nabi, bagi raja sampai rakyat jelata mempunyai
kewajiban yang sama yaitu bersembahyang, hanya tempat dan cara rakyat
sembahyang kepada Tian berbeda dengan Raja. Raja sembahyang di altar
Tuhan di ibukota (Tian Tan), sedang rakyat di rumah masing-masing atau
di kelenteng leluhurnya. Raja menggunakan kurban besar (Da Lao), yaitu
kurban sapi, babi, kambing jantan. Sedang rakyat bersembahyang cukup
di altar dan kelenteng leluhur dengan sajian salah satu daging kurban atau
hanya buah-buahan 91
Banyak karya ke-Nabian selain pembukuan Kitab-Kitab Suci yang
dilakukan oleh Nabi Kongzi. Saat menjabat sebagai Menteri Kehakiman
merangkap Perdana Menteri Nabi Kongzi membuat peraturan agar para
kepala wilayah (rajamuda) membuat 5 kelenteng dan walikota
91
MATAKIN, Li Ji, Jiao Te Sheng IX 1, h. 276.
139
dibawahnya membangun 3 kelenteng sehingga kelenteng yang
sebelumnya hanya dapat digunakan olah sang Kaisar saja, diperbolehkan
untuk seluruh rakyat.
Pelaksanaan prosesi sembahyang Hari Genta Rohani dimulai saat
pemimpin upacara berjalan diikuti semua peserta upacara, menuju altar
Nabi Kongzi yang terletak di dalam litang. Di lokasi penelitian jarak
antara bangunan kelenteng dan bangunan litang hanya berjarak 2 meter.
Setelah masuk ke litang, semua peserta segera menempatkan diri
pada posisi dan tugasnya masing-masing. Setelah pemimpin upacara
melakukan hormat dengan sikap menghormat sampai ke dahi (disebut
Ding Li) dan umat sudah berbaris semua, pemimpin upacara mulai
melaksanakan upacara hari Genta Rohani ini.
Gambar 19. : Pemimpin upacara berdoa sebelum memimpin
Upacara sembahyang Genta Rohani
Pemimpin upacara 92
mengepal tangan dan menghormat sampai ke
dahi (sikap Ding Li) sambil berdiri didepan altar Nabi, lalu setelah
92
Pemimpin upacara berdiri ditengah, didampingi pendamping kanan dan pendamping
kiri.
140
menurunkan tangan dan bersikap bao xin ba de, Xs Buana berdoa pribadi
di depan altar Nabi Kongzi.
Pendamping kanan menyalakan dupa, lalu dupa diserahkan kepada
pemimpin upacara.
Kemudian upacara dimulai dengan menyanyikan lagu rohani
berjudul hanya kebajikan Tuhan berkenan “Wei De Dong Tian”. Lagu ini
adalah lagu yang rutin dilantunkan setiap akan memulai berdoa atau
bersembahyang. Lagu dinyanyikan bersama seluruh peserta upacara,
dibarengi pemimpin upacara, menaikkan dupa. Kedua tangan pemimpin
upacara menggenggam dupa, dupa dinaikkan sampai dahi. Dupa
berjumlah 3 tiga batang ukuran sedang berwarna merah. Saat dupa berada
diatas, pemimpin upacara mengucapkan pertama “Kehadirat Tian Yang
Maha Besar di tempat yang Maha Tinggi, dipermuliakanlah,” tangan
diturunkan sampai keantara dada dan perut. Lalu dupa diangkat lagi
dengan ucapan kedua “Kehadapan Da Cheng Ze Sheng Kongzi yang kami
muliakan, dipermuliakanlah”; dupa diturunkan dan terakhir diangkat lalu
diucapkan: “Kehadapan para jing shen dan leluhur yang kami hormati dan
cintai, dipermuliakanlah”. Seluruh dupa dalam genggaman diserahkan
kepada pendamping kiri dengan cara dinaikkan sampai ke dahi terlebih
dahulu.
Oleh petugas pendamping kiri, dupa ditancapkan di tempat
penancapan dupa (xianglu) yang terletak di bagian tengah depan altar.
141
Ucapan disesuaikan dengan panjang lagu pengiring “Wei De Dong Tian”
tersebut. Ketiga dupa yang digunakan oleh pemimpin upacara, dan dupa
para umat peserta upacara diterima dari pendamping kanan ditancapkan
oleh pendamping kiri .
Ketiga pemimpin upacara memakai jubah khusus upacara yang
disebut “Cang San”, berwarna biru panjangnya sampai ke mata kaki,
dengan alas kaki sepatu. Para umat mengikuti sambil berdiri di belakang
pemimpin upacara menghadap altar nabi pula, dengan memakai baju
atasan putih bawah hitam.
Upacara dilanjutkan dengan penyampaian persembahan sesaji yang
telah disediakan, dimulai dengan persembahan arak dengan ucapan “Jing
Ciu”93
dilanjutkan dengan menuang arak ke lantai depan meja altar.
Selanjutnya, persembahan salah satu dari masing-masing sajian yaitu
daging hewan kurban, sajian buah, kue basah.
Sementara itu para peserta upacara mengikuti jalannya upacara
sambil berdiri di belakang, tetap bersikap bao dai ji ba de. Sikap yang
digunakan pada saat umat bersembahyang. Sikap tangan yang bermakna
umat sebagai manusia wajib mengingat dan melaksanakan kebajikan;
sebagai ibadah dalam masa hidupnya.
Tata cara mempersembahkan sesajian sesuai macamnya sudah
dilakukan oleh para Raja di Tiongkok, namun di tata ibadah dan tata
agama belum ada penjelasan terperinci perihal cara mempersembahkan
93
Ucapan “Jing Jiu” , kata Jing berarti mempersembahkan, jiu artinya anggur.
142
anggur dan sesajian satu persatu. Kelebihan dari pelaksanaan upacara
Dongzhi saat penelitian adalah prosesi persembahan tersebut.
Gambar 20 : pemimpin upacara mempersembahkan daging
kurban, secara simbolis.
Gambar 21.: Pemimpin upacara mempersembahkan buah
Pada prosesi persembahan sesajian ini, hanya dilakukan oleh
pemimpin upacara sambil bertekuk lutut (kwi) dan menerima sesaji dari
pendamping kanan, lalu setelah disajikan diberikan ke pendamping kiri untuk
diletakkan kembali di tempatnya semula. Sedang peserta upacara lain
mengikuti dan menyaksikan prosesi tetap di tempatnya dengan tenang.
143
Gambar 22. : pemimpin upacara mempersembahkan
salahsatu kue basah.
Bersembahyang tidak dapat diwakilkan kepada siapapun, harus
dilakukan sendiri. Pada saat bersembahyang umat harus menghayati
seolah-olah yang umat hormati berada di depan umat. Hal ini dapat
terlihat pada saat prosesi upacara hari Genta Rohani, pemimpin upacara
mempersembahkan satu per satu sesaji yang ada di altar Nabi Kongzi.
Pemimpin upacara menerima dan menyerahkan piring sesaji dari
pendamping upacara sambil berlutut di depan altar Nabi Kongzi. Pada saat
pendamping upacara meletakkan maupun mengambil sesajian atau
perlengkapan upacara, dilakukan dengan penuh hormat dan berhati-hati.
Selanjutnya dibacakan doa Dongzhi dan Hari Genta Rohani yang sudah
144
diketik diatas kertas berwarna merah muda, diikat pita merah.
Gambar 23. : Pemimpin upacara menerima surat doa
Dongzhi.
Selesai pembacaan doa, kertas doa tersebut dibakar dengan
mengambil api dari kedua lilin di altar, kertas doa yang terbakar kemudian
ditaruh ditempat pembakaran yang disebut Wen Lu, yang dipegang oleh
pendamping upacara dengan berlutut berhadapan , lalu wenlu diletakkan
di altar Nabi Kongzi. Wen Lu diambil oleh pendamping kiri dan dipegang
berdua dengan pendamping kanan dengan berlutut berhadapan. Wen Lu
diletakkan kembali ditempatnya semula di meja altar.
Sementara pemimpin upacara melaksanakan bagian ini para
peserta mengikuti prosesi dengan tenang sambil berdoa dan suasana
hening.
Prosesi pembakaran surat doa diiringi lagu Tian Bao ini sangat
sakral karena doa-doa semua peserta dialihkan dari yang bersifat “yang” +
positif , nyata, menjadi ke sifat “yin” -- negatif. Disertai harum dupa dan
asapnya membawa doa umat sampai kepada Tian dan Nabi Kongzi.
145
Gambar 24. : pemimpin upacara mengambil api dari lilin
altar, pendamping berlutut memegang wen lu.
Gambar 25. : Pemimpin upacara menyempurnakan surat doa,
dengan dibakar menggunakan api dari kedua lilin.
Gambar 26. : Prosesi terakhir penyempurnaan surat doa, ritual merubah
dari alam nyata di dunia ke alam Roh.
146
Pemimpin upacara melakukan ju gong94
tiga kali, membalikkan
badan lalu mengucapkan salam Keimanan Agama Khonghucu yaitu Wei
De Dong Tian yang artinya Hanya Kebajikan berkenan kepada Tian Yang
Maha Esa, dibalas oleh seluruh umat peserta upacara, ucapan Xien You Yi
De, artinya Ya, Hanya Satu Kebajikan, shanzai.
Gambar 27. : seluruh pemimpin dan peserta upacara melakukan
jugong untuk menutup upacara hari Genta Rohani.
Rangkaian upacara dilanjutkan dengan upacara peneguhan iman,
yaitu upacara pengambilan janji umat menjadi pemeluk agama
Khonghucu. Upacara ini dilakukan untuk menjawab tindakan Nabi
Kongzi sebagai penyebar ajaran agama bagi rakyat luas, maka di hampir
setiap pelaksanaan Upacara Dongzi dan Hari Genta Rohani, dilaksanakan
pula upacara liyuan atau persidian umat Agama Khonghucu ini. Liyuan
yang dilaksanakan pada penelitian itu istimewa, karena diikuti 56 orang,
terdiri dari anak-anak dan dewasa.
94
MATAKIN, Shu Jing II 21, h. 25.
147
Umat bersyukur atas kesiapan diri sendiri atau keluarga mereka
atau teman saudara seiman, pada kesempatan itu mengimankan tekad dan
yakin akan pilihannya dalam bimbingan Nabi Kongzi untuk menjalani
kehidupan ini. Memilih dan meyakini Firman Tian, Sabda para Nabi dan
Raja Suci, seperti tertulis pada Kitab Suci Si Shu dan Wu Jing. Niat tulus
suci inipun harus terdorong dari hati mereka sendiri tanpa paksaan dari
manapun atau siapapun. Upacara peneguhan iman umat memiliki fungsi
transformatif artinya ajaran agama yang dapat mengubah kehidupan
kepribadian seseorang atau kelompok menjadi kehidupan baru sesuai
dengan ajaran agama yang dianutnya.
Kehidupan baru yang diterima berdasarkan ajaran agama yang
dipeluknya terkadang mampu mengubah kesetiaan seseorang kepada adat
atau norma kehidupan yang dianut sebelum itu. Untuk menumbuhkan
rasa berteguh diri dan mendorong kekuatan iman para umat. Mereka
mengimankan tekadnya dengan melakukan janji prasetya melalui upacara
peneguhan iman (Liyuan) umat. Maka saat Dongzhi seringkali dilakukan
upacara liyuan umat, bila saat itu ada umat atau rohaniwan yang bersedia
melakukan peneguhan iman. Hal ini sekaligus untuk menggenapi rasa
suka cita umat menyambut diturunkannya Nabi Kongzi , Nabi penyedar
hidup umat manusia dalam dunia ini.
148
Agama Khonghucu mengajarkan cara bersembahyang yang penuh
ketulusan iman dan batin.95
Tulus artinya sesuatu yang benar-benar
tumbuh dari dasar hati, jujur, tidak pura-pura. Dengan kata lain, tulus
adalah melakukan sesuatu karena dorongan dari dalam, dari dasar hati
tanpa terpaksa atau dipaksa. tetapi apa adanya (dorongan dari dalam). Jika
hati yang di dalam itu bergerak, nampaklah dalam upacara, orang yang
bijaksana di dalam beribadah atau sembahyang didukung oleh
Sempurnanya iman (Cheng), dan percaya (Xin), mewujud di dalam
perilaku satya (Zhong) dan sujud (Jing)”96
Setelah melakukan upacara peneguhan iman dihadapan altar Nabi
Kongzi, hati seorang umat menjadi teguh penuh keyakinan dalam
menjalani hidupnya dengan bimbingan Nabi Kongzi. Dengan sepenuh hati
terus membina diri dan memperbaharui diri agar menjadi manusia yang
luhur budi (Junzi).
Upacara prosesi peneguhan iman dimulai setelah para peserta
peneguhan iman, berbaris rapi dan disebutkan namanya sesuai daftar.
Pemimpin upacara memanjatkan doa liyuan didepan altar Nabi Kongzi,
lalu pemimpin upacara membalikkan badan menghadap para umat.
Para umat yang akan mengikuti upacara peneguhan iman telah
diinformasikan agar memakai baju putih dan bawahan hitam, dan
95
MATAKIN, Si Shu, Tengah Sempurna XXVI 6, h. 45-46 dan Tengah Sempurna XVII, h.33 96
MATAKIN, Li Ji. XXII 1, h.529 “Beribadah atau sembahyang itu bukan sesuatu yang
datang dari luar, melainkan ia harus…(bangkit dari dalam, lahir di dalam hati). Jika hati yang di
dalam itu bergerak, memancarlah ia dalam upacara, orang yang bijaksana di dalam beribadah
atau sembahyang didukung oleh Sempurnanya iman (Cheng), dan percaya (Xin), mewujud di
dalam perilaku satya (Zhong) dan sujud (Jing)”
149
melakukan berpantang satu hari sebelum upacara berlangsung. Agar
upacara dapat berjalan lancar dan meresap sampai ke dalam hati sehingga
memperkuat iman para umat.
Gambar 28. : Umat menirukan pembacaan prasetya sebagai umat
sambil memegang gelas kecil berisi air liyuan yang
nanti diminum sampai habis.
Pemimpin upacara membaca ikrar liyuan, yang ditiru ucapkan oleh
peserta sambil tangan kanan memegang cawan berisi air liyuan. Ikrar
yang diucapkan adalah pengakuan iman yang pokok (Ru Jiao Cheng Xin
Zhi). Maksudnya tiap umat Khonghucu wajib memahami, menghayati,
dan mengimani dasar keimananannya yang pokok, yang tersurat di dalam
Kitab Si Shu, Bab Utama Kitab Tengah Sempurna, Bab Utama Ajaran
Besar dan salam Iman yang tersurat di dalam Kitab Shu Jing.
“Firman Tian (Tian Ming), Tuhan Yang Maha Esa, itulah dinamai
Watak Sejati (Xing). Hidup mengikuti Watak Sejati itulah dinamai
menempuh Jalan Suci (Dao). Bimbingan menempuh Jalan Suci, itulah
dinamai Agama (Jiao)” Dipermuliakanlah.
“Adapun Jalan Suci yang dibawakan Ajaran Besar (Da Xue) ini,
150
Ialah menggemilangkan Kebajikan Yang Bercahaya (Ming De);
mengasihi rakyat(Qin Min); dan berhenti pada, Puncak Kebaikan (Zhi
Shan)” . Dipermuliakanlah.
“ Hanya Kebajikan berkenan Tuhan Yang Maha Esa (Wei De Dong
Tian); Sungguh miliki yang satu itu; Kebajikan ( Xian You Yi De)”
Shanzai.
Selesai pembacaan ikrar peneguhan iman , air dalam cawan diminum
habis oleh peserta. Pemimpin upacara membalikkan badan menghadap ke
altar nabi Kongzi, umat peserta tetap di tempat. Setelah mengembalikan
cawan ke petugas, umat kembali bersikap Bao Dai Ji Ba De, mengikuti
penyempurnaan surat doa oleh petugas pendamping.
Para umat yang mengikuti upacara peneguhan iman, mengalami fase
peralihan dari mulai mengenal agama Khonghucu, umat mengikuti
kebaktian dan upacara keagamaan juga kegiatan yang diadakan oleh
pengurus kelenteng. Lalu umat tersebut merasa yakin dan percaya akan
ajaran agama Khonghucu, sampai akhirnya bersedia, dengan kemauan
sendiri mengikuti upacara mengucap ikrar peneguhan iman, menjadi
umat agama Khonghucu. Setelah melewati upacara liyuan ini, umat akan
semakin mantap dalam menjalani kehidupan ini menurut bimbingan Nabi
Kongzi. Kemudian umat menerima Surat Liyuan dari Majelis Agama
Khonghucu Adiwerna dan ucapan selamat dari semua umat yang
menghadiri upacara tersebut.
Dijelaskan juga manfaat surat peneguhan iman tersebut. Yaitu
untuk lampiran saat penggantian kolom pilihan agama di KTP. Bagi
peserta yang belum menikah, dapat menggunakan surat liyuan sebagai
151
pemenuhan syarat saat akan melakukan peneguhan perkawinan. Umat
yang sudah diliyuan diperbolehkan untuk mendapat pelayanan peneguhan
perkawinan secara agama Khonghucu.
Gambar 29. : penyempurnaan surat doa liyuan sebagai umat
Khonghucu
Untuk keperluan upacara peneguhan iman perlu persiapan sebagai
berikut :
(a) Pendaftaran umat yang siap melaksanakan liyuan
(b) Pendataan administrasi.
(c) Pada hari pelaksanaan, tersedia air liyuan yang terbuat dari : tangkueh
atau manisan labu, buah kelengkeng yang sudah dikeringkan, ditambah air
lalu dimasak sampai mendidih dan lengkeng melunak, air berasa manis.
Juga disiapkan gelas kecil untuk tempat air liyuan.
Selesai pembacaan ikrar, umat dipersilahkan meminum air liyuan
tersebut sampai habis. Kemudian dibagikan surat liyuan bagi semua
152
peserta liyuan. Kemudian pemimpin upacara menghadap altar Nabi dan
menutup upacara dengan doa penutup, lalu menyempurnakan surat doa
diiringi lagu Tian Poo.
Setelah surat doa terbakar habis, petugas meletakan tempat
membakar surat doa (wen lu) kembali di meja altar. Pembakaran surat doa
bermaksud merubah bentuk doa yang kasat mata dan berupa bacaan
disebut bersifat Yang, menjadi tak terbaca, berupa abu dan asap yang naik
ke atas, bersifat Yin. Dari alam positif menjadi alam negatif (alam Roh).
Pemimpin upacara memimpin ju gong tiga kali, diikuti semua peserta
upacara, melangkah mundur dan membalikkan tubuh; kemudian
menyampaikan salam Keimanan dan dibalas oleh semua peserta upacara.
Demikianlah, telah selesai rangkaian upacara Dongzhi tanggal 22
Desember 2013 yang berjalan dengan lancar.
Saat itulah pertama kali upacara Dongzhi diselenggarakan terlengkap
di kelenteng Wan Ing Miao tersebut. Sebelumnya liyuan umat maupun
rohaniwan Makin Adiwerna, diadakan bersama oleh Dewan Rohaniwan
secara Nasional maupun bersama umat kota atau Makin lain se Jawa
Tengah. Upacara liyuan kali ini termasuk meneguhkan iman beberapa
tokoh yang sudah lama aktif. Sungguh suatu peristiwa yang patut
dicontoh dan disyukuri sehingga begitu banyak umat yang memperoleh
kemantapan pegangan hidup.
Dari hasil pengamatan penulis, upacara Dongzhi di Makin Adiwerna
saat itu merupakan upacara Dongzhi yang sangat istimewa dan menjadi
153
momen penting, para pengurus dapat memberikan hasil usaha dan kerja
sosial mereka bagi organisasi agama Khonghucu. Terjalin proses umat
saling membina diri serta bersinergi dengan masyarakat sekitar, sehingga
terbukti pada saat liyuan umat, sebanyak 56 orang (dewasa dan anak-anak)
yang menyatakan kesiapan dan kenyataan diri menjadi umat Khonghucu.
Upacara liyuan kali ini juga termasuk meneguhkan iman beberapa tokoh
yang sudah lama aktif.
Ajaran agama atau kesusilaan yang dapat diperoleh dari pelaksanaan
upacara sembahyang Dongzhi dan upacara sembahyang hari Genta Rohani ini
adalah untuk menjaga kemurnian hati manusia, seperti mengembalikan dan
memuliakan batin insan kepada Yang Mula (Tian); menjadikan insan
memuliakan Nyawa dan Roh; menjadikan segala perkara harmonis dalam
fungsi atau gunanya; menjadikan berkembang sifat mengalah, rendah hati,
disiplin, keteraturan, ketrampilan, bekerjasama, patuh, tulus, bersungguh-
sungguh97
Dapat penulis simpulkan rangkaian upacara Dongzhi yang
dilaksanakan ini merupakan upacara yang berfungsi lengkap dan
mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Tujuan kepada Tian, yaitu sembahyang Satya kepada Tian atas
alam yang bersiklus (batin insan kepada Tuhan Yang Maha Mula (Tian).
97
MATAKIN, Li Ji, Makna sembahyang (Ji Yi) XXI 20, h 515.
154
2. Tujuan kepada sesama manusia, mensyukuri diturunkannya
seorang Nabi penebar ajaran agama bagi umat manusia, sebagai Genta
Rohani manusia (menjadikan insan mempelajari ajaran agama).
3. Tujuan ke dalam diri sendiri, upacara sembahyang mengajarkan
hidup rukun, saling membina, hidup harmonis, proses belajar dan
mengajar pada saat mengikuti kebaktian bertahun-tahun, mempelajari
agama, sampai diri siap membulatkan tekad memilih agama Khonghucu
sebagai bimbingan hidupnya (menjadikan segala perkara harmonis dalam
fungsi atau gunanya) dan yang terpenting dan kurang disadari, upacara
Dongzhi dan upacara sembahyang hari Genta Rohani juga menjadikan
berkembang sifat mengalah atau rendah hati.
Untuk fungsi dan tujuan upacara Dongzhi mengembangkan sifat
mengalah dan rendah hati. Umat mematuhi ajaran bersembahyang,
adanya niat untuk mengikuti upacara Dongzhi dari persiapan sampai
selesai.
Ajaran “bakti kepada Tuhan, Nabi Kongzi, para Suci dan leluhur,
masih sangat bermanfaat bagi umat maupun masyarakat sekitar hingga
saat ini. Upacara – upacara keagamaan ditentukan yang sesuai dan penting
dilaksanakan, hingga saat ini terdapat empat belas buah upacara agama
Khonghucu yang wajib dilaksanakan dalam satu tahun.
Dalam ajaran Khonghucu, manusia juga diberi kecerdasan dan
perasaan agar dapat menjalankan tugas dari Tian sebagai makhluk hidup
155
yang berbudaya, dan mempunyai sifat Tian dalam dirinya. 98
Tugas utama
manusia sesuai kodratnya adalah kewajiban memelihara lingkungan alam
sebagai sarana kehidupannya. Memuliakan hubungan dengan Tian
melalui melaksanakan ibadah, yang utama dengan melakukan
persembahyangan, membaca dan mempelajari ayat suci, untuk kemudian
berbuat kebajikan disepanjang hidupnya.
Jadi ajaran bersembahyang juga merupakan usaha membudayakan
manusia agar menjadi manusia yang beradab99
Melakukan upacara
sembahyang merupakan kegiatan yang dapat memenuhi jiwa dan raga
manusia sehingga dapat yakin dan merasakan kebesaran, keagungan Tian
secara langsung. Meskipun seseorang pada awalnya hanya mengikuti
kegiatan orang disekitarnya, bila dapat mengimani akan dapat
menjalankan ibadah dengan bersungguh-sungguh. Sehingga dalam
sikapnya sehari-hari berusaha tidak menyinggung atau menyakiti
oranglain.”100
98
Berupa watak sejati setiap manusia, yaitu Cintakasih, kebenaran, susila, bijaksana sehingga
dapat menjadi manusia yang dapat dipercaya. 99
MATAKIN, Si Shu, Tengah Sempurna XXI pasal 1-1, h 41.. “Hanya orang yang telah
mencapai puncak Iman di dunia ini, dapat sempurna mengembangkan Watak Sejatinya. Karena dapat
sempurna mengembangkan Watak Sejatinya, maka dapat membantu mengembangkan Watak Sejati
orang lain; karena dapat membantu mengembangkan Watak Sejati orang lain, maka akan dapat pula
membantu mengembangkan Watak Sejati segenap wujud; karena dapat membantu mengembangkan
Watak Sejati segenap wujud, maka dapat membantu langit dan bumi menyelenggarakan peleburan
dan pengembangan; karena dapat membantu langit dan bumi menyelenggarakan peleburan dan
pengembangan, maka menjadi tritunggal dengan langit dan bumi" 100
MATAKIN, Si Shu, Sabda Suci, XV:24, h. 150. “Apa yang diri sendiri tiada inginkan
janganlah diberikan kepada oranglain”
156
Tian mencurahkan berkah dan anugerahnya yang tak terhingga,
berupa alam yang tertib teratur, bumi yang selalu menerima dan memberi
berkah, dan tubuh manusia yang sehat sehingga dapat menjalankan
kehidupan dengan baik, damai dan sejahtera. Hal ini tentu tidak hanya
dimaksud untuk kepentingan diri sendiri melainkan untuk seumatr umat
bahkan lingkungan se dunia.101
D. Pokok-pokok Peribadahan Dalam Upacara sembahyang Dongzhi
dan Upacara Sembahyang hari Genta Rohani.
Dalam Kitab Li Ji tertulis, upacara sembahyang besar di pinggir
kota (Jiao) menyambut tibanya hari yang terpanjang, itulah saat puji
syukur kehadirat Tian, dan menjadikan matahari sebagai kiblat. Tempat di
bangun altar jiao ialah di pinggiran kota, atau alun-alun selatan, disitulah
tempat yang paling banyak menerima pengaruh “yang” (matahari, cahaya
atau kehangatan).. Sembahyang digelar di tanah, yang telah disapu untuk
maksud itu, untuk menandai diutamakannya yang hakekat. Peralatan yang
digunakan adalah yang dibuat dari periuk dan sejenis labu, itu untuk
memetakan sifat sejati langit dan bumi. Maka upacara sembahyang besar
itu dinamai sembahyang besar Jiao. Hewan koban yang digunakan yang
berwarna merah, yaitu warna yang paling disukai dinasti Zhou , yaitu
101
MATAKIN, Si Shu, Sabda Suci, VI:30-3, h. 85.” Seorang yang berperi cinta kasih ingin
dapat tegak, maka berusaha agar oranglain tegak; ia ingin maju, maka berusaha agar oranglain pun
maju”
157
seekor anak lembu. Itu untuk menunjukan pemuliaan kepada ketulusan
iman. Upacara sembahyang di Jiao dilaksanakan pada hari Xin, karena
pada hari tu dinasti zhou pertama kali melaksanakan sembahyang besar
jiao, pada saat hari mulai kembali (Dongzhi).102
Dalam melaksanakan ibadah dalam arti berbuat kebajikan dalam
kehidupan sehari-hari dan bersembahyang, idealnya dilandasi oleh
kemurnian hati . Sebaliknya, dalam menjaga kemurnian hati diwujudkan
dalam tata cara ibadah103
. Tata cara beribadah meliputi kesusilaan, ajaran
agama dan bersembahyang, disebut Li . Li ini berarti tata cara, ritual dan
kesusilaan pelaksanaan upacara sembahyang.
Ada empat pokok yang dilakukan saat upacara Dongzhi tersebut
berlangsung sesuai tata upacara umat Khonghucu, yaitu: Sembahyang
atau Persembahan (Ji Si) ; Hormat dan Sujud (Gong Jing) ; Berdoa (Qi
Dao) ; Diam Memahami (Mo Shi) 104
Dalam agama Khonghucu, Tian Yang Maha Roh, yang membuat
manusia di dunia, berpantang baik makanan kesukaan maupun
berpantang ucapan, bersuci pikiran dan hati, berbusana lengkap
dalam arti pakaian dan sepatu, dan mandi keramas, juga melengkapi
102
MATAKIN, Li Ji IX bagian 2 no 2-3, h. 284. 103
MATAKIN,Kitab Si Shu, Sabda Suci, Lun Yu XII : 8, h.121. 104
Bratayana XDS, Hari besar keagamaan – peribadahan Ru Jiao,
158
upacara dengan persembahan atau sajian. Bersih dalam dan luar diri
sampai penampilan pada saat akan melakukan upacara kepada Tian.105
Menyampaikan persembahan berarti menunjukkan diri (kepada
yang disujudi). Dengan menunjukkan kesatyaan diri, baharulah
persembahan itu dapat diterima. “Betapa khusuk rasa hormatnya! Betapa
sempurna menunjukkan kesatyaannya. Betapa sungguh-sungguh
keinginannya agar persembahan itu diterima” demikian saat
persembahan berlangsung. Dan persembahyangan merupakan wujud
hubungan antara makna kehidupan dunia akhirat atas daya hidup duniawi
dan rohani yang menjadi kodrati manusia.106
Jelas teramati bahwa seorang pelaksana upacara sembahyang
memang berkeinginan agar persembahan doa dan sesajinya berkenan
diterima oleh yang disembah. Sesuai dengan arti harfiah, kata sembahyang
berasal dari bahasa Sanskerta, yang terdiri atas kata Sembah dan Hyang.
Sembah berarti sujud, hormat atau memuja sesuatu sebagai Hyang, yaitu
sesuatu yang dianggap mulia atau dimuliakan. Sembahyang biasanya
105
MATAKIN, Si Shu , Tengah Sempurna Bab XV pasal 3-5, h. 31. Demikianlah
menjadikan umat manusia di dunia berpantang, membersihkan hati dan mengenakan pakaian lengkap
sujud bersembahyang kepadaNya. Sungguh Maha Besar Dia, terasakan di atas dan di kanan-kiri
umat!” 106
MATAKIN, Li Ji XXI, makna sembahyang bagian I, ke 6, Ji Yi, h. 509. “Hanya orang
yang berkesucian sebagai Nabi dapat menyampaikan persembahan kepada Tuhan Khalik Semesta
Alam; dan hanya seorang anak berbakti dapat menyampaikan persembahan kepada orang tuanya.
Menyampaikan persembahan berarti menunjukkan diri (kepada yang disujudi). Dengan menunjukkan
diri baharulah persembahan itu dapat diterima). Pemimpin upacara menuntun hewan korban,
isterinya meletakkan mangkuk; pemimpin menaikkan persembahan ke hadapan yang disujudi,
isterinya mengatur dan meletakkan berbagai mangkuk berisi sajian; para menteri dan pembesar
membantu pemimpin, sementara para isteri yang paham dan trampil membantu isteri pemimpin.
Betapa khusuk rasa hormatnya! Betapa sempurna menunjukkan kesatyaannya. Betapa sungguh-
sungguh keinginannya agar persembahan itu diterima”.
159
dilakukan dengan cara menundukkan kepala, membungkukkan badan atau
bersimpuh atau bersujud. Hyang berarti suatu Dzhat (baca Zat) Yang
Maha Tinggi, Yang Mencipta, Mengatur (dengan Hukum-Nya) dan
menguasai dunia beserta segala isinya, yaitu Tuhan (Tian). Manusia
dalam hidupnya secara rohaniah terpanggil untuk mengabdi kepada
Tuhan. Oleh karena itulah, secara imani manusia terdorong (ada
kecenderungan) untuk mengadakan persembahyangan ritual untuk
mencurahkan rasa pengabdiannya kepada Tian.107
Dalam agama
Khonghucu umat hanya diajarkan untuk memohon ampun dan mengucap
doanya kepada Tuhan (Tian). Nabi dan para malaikat adalah pembantu
Tuhan juga kepada leluhurnya.108
Karena persembahyangan disesuaikan dengan alam pikiran
manusia, persembahyangan itu pada perkembangannya selalu disertai
dengan macam-macam tata cara ditambah dengan pengorbanan dan
persembahan sebagai pelengkap dari ungkapan pengabdiannya itu. Tetapi
sayangnya, terkadang panggilan imani yang awalnya secara murni ke luar
dari hati nurani manusia untuk mengadakan, tercemar oleh niat untuk
menunjukkan gengsi diri sehingga niat awal bersyukur dan memuja Tian
tidak tulus dan suci lagi. Persembahyangan berdasarkan kesucian lahir
107
Buanadjaya Bing Sidhartanto, SGSK : 41, Nomor Sincia 2566/2015 Sejarah Ru Jiao
agama Khong Hu Cu dan Ziarah suci ke makam Nabi Kongzi, h. 50 108
MATAKIN, Sabda Suci Jilid III pasal 13, h.65.Ong Sun-ke bertanya, "Apakah maksud
peribahasa 'Daripada bermuka-muka kepada malaikat Oo (malaikat ruang Barat Daya rumah), lebih
baik bermuka-muka kepada Malaikat Co (Malaikat Dapur)' itu?"(2) Nabi bersabda, "Itu tidak benar.
Siapa berbuat dosa kepada Tuhan, tiada tempat (lain) ia dapat meminta do'a.”
160
batin dapat berubah. Dapat hanya menjadi suatu tradisi pantulan dari
pemikiran manusia yang pada akhirnya melupakan pokok dari pengabdian
itu sendiri. Sesungguhnya, yang menjadi syarat utama dalam
persembahyangan adalah: “Kesucian diri lahir batin agar semua dapat
berkenan kepada-Nya.” Penting diingat bahwa tetap Tian- lah menjadi
pusat dari dan kembalinya umat.
Bila penelitian tentang upacara sembahyang Dongzhi dan upacara
sembahyang hari Genta Rohani ini ditinjau dari pengamatan seorang
antropolog, pelaksanaan ini memiliki empat dimensi sebagai berikut: 109
Dimensi materialnya berupa bangunan kelenteng yang cukup luas
dan terawat (rapi dan bersih). Peralatan sembahyang di dalam kelenteng
seperti dupa, tempat menancapkan dupa, surat doa, meja altar bertabir
dengan sesajian, perlengkapan ritual (lilin, dupa, tempat menancapkan
dupa, tempat buah, tempat daging korban, tempat arak, tempat teh, tempat
manisan, gambar dan patung Nabi, Kitab suci, tempat penyempurnaan
surat doa, bel penanda). Dilaksanakan dalam tempat ibadah yang disebut
kelenteng dan litang, dengan mayoritas ruangan bercat merah dan
ornamen Tiongkok. Cukup terang pencahayaan karena dilaksanakan pagi
dan siang yang cerah, disertai ruangan cukup terbuka, meskipun disertai
harum dupa yang dibakar. Menimbulkan asap membumbung ke atas dan
aroma dupa , inilah ritual simbol mengubah wujud dalam upacara dari
109
Drs.Razak Yusron, M.A.dan Ervan Nurtawaban, M.A.“Antropologi Agama” (UIN Jakarta
Press, 2007), h. 121-123
161
benda positif (sifat yang) menjadi asap (sifat Yin), sifat Tuhan Yang
Maha Esa. Sedang pemimpin upacara menggunakan jubah berwarna biru,
siapapun yang melihat, apalagi mengikuti upacara akan merasa bahwa
mereka sedang melakukan sebuah upacara sembahyang.
Dimensi aktif suatu ritual dapat digambarkan sebagai berikut, para
peserta terbagi atas petugas pengatur, pemimpin upacara, para sesepuh
umat, para peserta umat yang akan di liyuan, anak-anak peserta upacara,
peserta umat umum, dokumenter. Pertama umat dan pemimpinnya semua
berkumpul, berdiri di depan altar Tian dan di depan altar utama dalam
bangunan kelenteng. Menyanyikan kidung, memanjatkan dupa,
membacakan doa, lalu para peserta melanjutkan upacara sembahyang di
depan altar Nabi, umat juga menyanyikan beberapa lagu rohani
Khonghucu, mengikuti jalannya upacara dengan dipandu MC yang
membacakan urutan acara. Juga melakukan persembahan sesajian,
melakukan pembacaan doa dan menyempurnakan surat doa dengan
dibakar, lalu dilanjutkan dengan upacara liyuan umat, di mulai dengan
memanggil setiap umat dimulai yang tertua, sampai ke anak-anak.
Menjalani upacara dan mengucap janji prasetya dan meminum air liyuan,
diakhiri dengan penyerahan surat liyuan semuanya merupakan tindakan
aktif dan positif yang terjadi dari sebuah upacara sembahyang.
162
E. Hubungan Upacara Dongzhi dengan Upacara Hari Genta Rohani
Nabi Kongzi ialah Nabi segala masa, Nabi Kongzi dinamai yang
lengkap, besar dan sempurna. Yang dimaksud dengan lengkap, besar dan
sempurna ialah seperti suara musik yang lengkap dengan lonceng dari
logam dan lonceng dari batu kumala. Suara lonceng dari logam sebagai
pembuka lagu yang memadukan keharmonisan menunjukkan
kebijaksanaanNya dan sebagai penutup lagu, suara dari lonceng batu
kumala, menunjukkan paripurnanya karya kenabianNya110
Saat umat mendengar suara lonceng yang terbuat dari logam, maka
suara yang terdengar adalah suara yang keras, lantang dan tajam, menurut
penulis, ibarat hendak mengerjakan sesuatu atau berkarya dalam
kehidupan ini harus diawali dengan persiapan, perencanaan lahir dan batin
direstui oleh Tian, Nabi dan leluhur.111
Tujuan dan manfaat atau hasil
yang akan dicapai juga baik atau bermanfaat bagi sesama manusia,
kemudian bila dilaksanakan atau dikerjakan dengan teratur, disiplin, tekun
110
MATAKIN, Si Shu, Mengzi 5B :1 – 5, h. 331-333. “Kongzi ialah Nabi segala masa. maka
Nabi Kongzi dinamai yang lengkap, besar dan sempurna. Yang dimaksud dengan lengkap, besar dan
sempurna ialah seperti suara musik yang lengkap dengan lonceng dari logam dan lonceng dari batu
kumala. Suara lonceng dari logam sebagai pembuka lagu yang memadukan keharmonisan
menunjukkan kebijaksanaanNya dan sebagai penutup lagu, suara dari lonceng batu kumala,
menunjukkan paripurnanya karya kenabianNya.”
111 MATAKIN, Shu Jing, dalam Zhu Shu Ji Nian, kronologi sejarah dalam kitab bamboo, Shu
Jing III Xia Shu- IV- Yin Zheng 3 , h. 61. (Pangeran Ien/Yin menghukum) “ Tiap tahun pada
permulaan musim semi, para utusan yang membawa Muduo ( Genta logam yang berlidah kayu )
berkeliling sepanjang jalan dan berseru,” „Para pejabat, kamu wajib mampu langsung
mempersiapkan petunjuk-petunjukmu. Kamu para pekerja hendaklah segera menyiapkan peralatan
untuk pekerjaan-pekerjaan. Kecamlah hal-hal yang tidak benar. Bila ada diantaramu tidak
menghormati / tidak patuh dan melalaikan, negara mempunyai hukuman yang telah ditetapkan!”
163
dan sepenuh hati, pasti akan berbuah kebaikan dan mendatangkan berkah;
hal ini diibaratkan suara lonceng terbuat dari batu kumala, terdengar
bersih dan terngiang lama dan jauh mencapai kalbu. Mengakhiri karya
atau pekerjaan dengan tuntas dan bersih tanpa celaan atau penyesalan
umat manusia.
Karya Nabi Kongzi adalah abadi karena karya Nabi Kongzi adalah
karya yang meneruskan yaitu melalui Kitab-kitab Suci yang turun atas
wahyu Tian dan berguna sebagai pegangan menjalani hidup bagi seluruh
umat manusia. Dengan mempelajari dan menjalankan ajaran yang Nabi
Kongzi bimbingkan, manusia akan dapat selalu ingat Watak Sejati
manusia dan tugasnya dalam dunia ini. Watak sejati itu adalah sifat cinta
kasih (ren), kebenaran (yi), susila (li), bijaksana (zhi) sehingga dapat
menjadi manusia yang dapat dipercaya (xin). Sedang hidup manusia
adalah menjaga keharmonisan alam ke-Tuhanan (Tian dao), alam semesta
(di dao) dan alam manusia (ren dao) itu sendiri. Bila keharmonisan terjaga
ke atas, ke bawah dan di alam kehidupan manusia itu sendiri, maka
kehidupan di alam semesta seluruhnya juga akan harmonis.
Tugas manusialah menjadi penyeimbang dan penjaga
keharmonisan itu. Alam sebagai sarana hidup manusia dapat dijaga agar
tetap lestari demi kelangsungan kehidupan alam dunia ini. Tian dan alam
semesta bergerak juga menyesuaikan pergerakan manusia (terutama) di
bumi. Secara alami keseimbangan itu akan terjadi, bila perubahan terlalu
164
besar tentu akibatnya akan besar pula. Manusia harus selalu belajar
dimulai dari membina dirinya lalu menyempurnakan segenap wujud.112
Sebagian orang mungkin menganggap bahwa upacara-upacara
agama hanya sekadar serimonial saja, namun ada juga sebagian yang
dengan khusuk mencurahkan emosinya dan merasakan ketenangan dan
kedamaian. Hal ini menggambarkan bahwa masing-masing individu akan
berbeda dalam mengekspresikan pengalaman batinnya. Sebuah upacara
Dongzhi hakekatnya mengajarkan dan membiasakan umatnya untuk
mengingat, mendekat dan bersyukur kepada Tuhan dan timbul niat dari
dalam dirinya untuk turut menjaga alam semesta sebagai sarana
kehidupannya dan bertenggang rasa dengan sesama manusia.
Disamping itu setiap upacara besar memiliki waktu, persiapan yang
khusus dan khas masing-masing, sehingga umat diajarkan untuk
membiasakan diri berlatih disiplin dengan waktu, menjalankan pembinaan
diri, belajar ketrampilan disegala bidang sehingga dapat melaksanakan
upacara dari persiapan peralatan-sasaji dan yang utama menyiapkan
dirinya juga mengenal tingkatan-tingkatan sesuai kesusilaan.
112
MATAKIN, Si Shu, Tengah Sempurna bab XXI pasal 1, h. 41. ” Hanya orang yang telah
mencapai puncak Iman di dunia ini, dapat sempurna mengembangkan Watak Sejatinya. Karena
..dapat sempurna mengembangkan Watak Sejatinya, maka dapat membantu mengembangkan Watak
Sejati orang lain; karena dapat membantu mengembangkan Watak Sejati orang lain, maka akan dapat
pula membantu mengembangkan Watak Sejati segenap wujud; karena dapat membantu
mengembangkan Watak Sejati segenap wujud, maka dapat membantu langit dan bumi
menyelenggarakan peleburan dan pengembangan; karena dapat membantu langit dan bumi
menyelenggarakan peleburan dan pengembangan, maka menjadi tritunggal dengan langit dan bumi”
165
Dengan melaksanakan sembahyang bersama-sama akan dapat
melatih seseorang hidup harmonis dengan oranglain. Jelaslah, Nabi
Kongzi adalah Tian Zhi Mu Duo Genta Rohani (utusan) Tian bagi umat
manusia.
Nabi Kongzi selalu memberi jalan bagi umat manusia dalam
menjalani kehidupannya begitu lengkap dan sempurna. Sejak manusia itu
lahir hingga meninggalnya, disaat senang-sedih maupun saat dirundung
masalah dan kemalangan hidup. Dalam ayat-ayat suci yang terdapat di
dalam Kitab Wu Jing maupun Si Shu tertera dengan jelas semua
bimbingan itu. Tergantung umat sebagai umat apakah umat mau membaca
dan mempelajari sambil menjalankan dan memahami kejadian-kejadian
yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Terkadang, ayat-ayat itu baru
dapat dipahami dan dirasakan setelah umat mengalami atau melihat
kejadian sebenarnya.
Bila Nabi bukan menerima Firman Tuhan menjadi pembimbing
umat manusia, maka takkan mungkin ajarannya begitu luas dan dalam
sehingga masih dapat digunakan sampai ribuan tahun lamanya, tanpa
batas waktu dan jaman.
Dari hasil pengamatan penulis, jalannya upacara dari awal sampai
selesai, dapat digambarkan dalam 4 (empat) aspek besar seperti yang
dijelaskan oleh Buanadjaya saat penulis mengadakan wawancara lanjutan
dengan beliau di litang Karjaya .
166
(a) Yang pertama, adanya keyakinan metafisik (keimanan), keyakinan
keimanan dapat diterima oleh umat yang mau mencari dan ingin
memahami apa tujuan Tian menciptakan diri manusia dan alam
semesta ini, melalui watak sejatinya umat akan menjalankan kebajikan
di sepanjang hidupnya. Termasuk saat akan melaksanakan upacara, dia
akan menyiapkan diri sejak sebelum hari pelaksanaan upacara, saat
permulaan pelaksanaan, saat pelaksanaan sampai akhir upacara
berlangsung dengan sepenuh hati.
(b). Penelitian filosofis, meneliti hakikat tiap hal diantara langit dan
bumi (kebijaksanaan) seperti ayat pada Ajaran Besar bab utama 5:
“Dengan meneliti hakekat tiap perkara dapat cukuplah
pengetahuannya, dengan cukup pengetahuannya akan dapatlah
mengimankan tekadnya; dengan tekad yang beriman akan dapatlah
meluruskan hatinya; dengan hati yang lurus akan dapatlah membina
dirinya; dengan diri yang terbina akan dapatlah membereskan rumah
tangganya; dengan rumah tangga yang beres akan dapatlah mengatur
negerinya; dan dengan negeri yag teratur akan dapat dicapai damai di
dunia” 113
(c). Berpikir, berkata, berprilaku susila (berkebajikan luhur);
dijelaskan dalam kitab suci, bahwa tentang berpikir, berkata,
113
MATAKIN, Si Shu, Da Xue, Bab Utama pasal 5 h. 7. “Dengan meneliti hakekat tiap
perkara dapat cukuplah pengetahuannya, dengan cukup pengetahuannya akan dapatlah mengimankan
tekadnya; dengan tekad yang beriman akan dapatlah meluruskan hatinya; dengan hati yang lurus akan
dapatlah membina dirinya; dengan diri yang terbina akan dapatlah membereskan rumah tangganya;
dengan rumah tangga yang beres akan dapatlah mengatur negerinya; dan dengan negeri yag teratur
akan dapat dicapai damai di dunia.
167
berperilaku susila, dari Raja sampai rakyat jelata berkewajiban sama
dalam hal belajar mawas diri dan membina diri.114
Dalam menjalani
kehidupan ini umat harus banyak merasakan benih-benih kebajikan
yang sudah ada dalam hati setiap manusia.115
Umat harus mencari dan
melaksanakan dorongan dari dalam hati umat sehingga umat dapat
mengerti dan merasa bagaimana berbuat cinta kasih, kebenaran,
kesusilaan dan kebijaksanaan.116
Meskipun setiap manusia berbeda
sifat dan keinginan, namun tetap bahwa pada dasarnya setiap manusia
menyukai kebajikan. 117
(d). Menjalankan ibadah sebagai puncak kesusilaan, dan para Nabi
mengajarkan tata susila (Li) dan ibadah (Ji), agar manusia tahu dia
berbeda dengan margasatwa.
Dengan rutin beribadah, seseorang akan selalu ingat akan cinta
kasih dan kebenaran. Sebab kalau sampai tiada lagi cinta kasih dan
kebenaran dalam hatinya, menandakan sudah terlepas hati nurani manusia
114
MATAKIN, Si Shu, Da Xue Bab Utama pasal 6, h. 7.“ Karena itu dari raja sampai
rakyat jelata mempunyai satu kewajiban yang sama, yaitu mengutamakan pembinaan diri sebagai
pokok” 115
MATAKIN, Si Shu, Mengzi Jilid VIA pasal 6 ke 7, h 351. ” … Adapun rasa hati berbelas
kasihan itu menunjukkan adanya benih Cinta kasih; rasa hati malu dan tidak suka itu menunjukkan
adanya benih kebenaran, rasa hati hormat dan mengindahkan itu menunjukkan adanya benih
kesusilaan, dan rasa hati membenarkan dan menyalahkan itu menunjukkan adanya benih
kebijaksanaan, Cinta kasih, Kebenaran, Kesusilaan dan kebijaksanaan itu bukan hal-hal yang
dimasukkan dari luar ke dalam diri, melainkan diri umat sudah mempunyainya. Tetapi sering umat
tidak mau mawas diri. Maka dikatakan, Carilah dan engkau akan mendapatkannya, sia-siakanlah dan
engkau akan kehilangan!” 116
MATAKIN, Si Shu, Meng Zi II A: 6/4,5 “Sifat orang memang kemudian berbeda-
beda, mungkin ia berbeda berlipat dua sampai lima atau bahkan tidak terhitung; tetapi itu tidak
dapat dicarikan alasan kepada Watak Dasarnya 117
Kitab Sanjak ke 8 (Shi Jing) tertulis,”Tian Yang Maha Esa menjelmakan rakyat.
Menyertainya dengan bentuk dan sifat. Dan sifat umum pada rakyat adalah suka kepada Kebajikan
Mulia itu”
168
itu (lepas watak sejatinya). Hal itu ibarat pohon yang ditebang dengan
kapak; kalau tiap-tiap hari ditebang, dapatkah menunjukkan
keindahannya?
Dengan bergantinya siang dan malam orang dapat beristirahat,
lalu pagi harinya beroleh kesegaran kembali; tetapi karena kegemarannya
akan hal-hal yang buruk dan kurangnya kehendak saling mengerti dengan
orang lain, maka perbuatan pada siang harinya itu memusnahkan kembali
yang sudah diperolehnya. Kalau kemusnahan ini berulang-ulang terjadi,
kesegaran yang diperoleh karena hawa malam itu, tidak cukup untuk
menjaganya. Kalau kesegaran yang diperoleh karena hawa malam itu
tidak cukup untuk menjaga hati manusia, maka beda antara manusia
dengan burung atau hewan sudah tidak jauh lagi. Kalau orang melihat
keadaan yang sudah menyerupai burung atau hewan itu, ia lalu
menyangka bahwa memang demikianlah watak dasar manusia, namun
benarkah demikian?”118
Maka umat sebagai manusia harus merawat hati
118 MATAKIN, Si Shu, Mengzi Jilid VIA pasal 8 (2-4), h. 355. "… Cinta
Kasih dan Kebenaran yang wajib terjaga di dalam hati manusia, kalau sampai tiada
lagi, tentulah karena sudah terlepas Hati Nuraninya (Liang Siem). Hal itu seperti pohon
yang ditebang dengan kapak; kalau tiap-tiap hari ditebang, dapatkah menunjukkan
keindahannya? Dengan bergantinya siang dan malam orang dapat beristirahat, lalu
pagi harinya beroleh kesegaran kembali; tetapi karena kegemarannya akan hal-hal yang
buruk dan kurangnya kehendak saling mengerti dengan orang lain, maka perbuatan
pada siang harinya itu memusnahkan kembali yang sudah diperolehnya. Kalau
kemusnaan ini berulang-ulang terjadi, kesegaran yang diperoleh karena hawa malam
itu, tidak cukup untuk menjaganya. Kalau kesegaran yang diperoleh karena hawa malam
itu tidak cukup untuk menjaganya, bedanya dengan burung atau hewan sudah tidak jauh
lagi. Kalau orang melihat keadaan yang sudah menyerupai burung atau hewan itu, ia
lalu menyangka bahwa memang demikianlah Watak dasarnya. Tetapi benarkah itu
sungguh-sungguh merupakan rasa hatinya?” (3) "Maka kalau dirawat baik-baik tiada
barang yang tidak akan berkembang, sebaliknya kalau tidak dirawat baik-baik tiada
barang yang tidak akan rusak.”(4) "Kongzi bersabda, 'Pegang teguhlah, maka akan
169
nurani umat, jangan menyia-nyiakan, jangan sampai tanpa disadari orang
akan kehilangan hatinya sendiri.
F. Tinjauan Upacara sembahyang Dongzhi dan Upacara sembahyang
hari Genta Rohani Berdasar Komponen Religi
Setelah mengikuti dan mengamati jalannya upacara sembahyang
Dongzhi dan upacara sembahyang hari Genta Rohani, kemudian
mengamati rekaman jalannya prosesi, lalu meninjau dari lima komponen
religi119
, dapat penulis jelaskan sebagai berikut :
1. Emosi keagamaan umat :
Umat peserta upacara dapat merasa yakin tentang konsep sifat Tian
Maha Khalik, Maha Pengasih, Maha Abadi Hukumnya,
menjadikan alam semesta beredar seperti seharusnya.
Umat yang menghayati upacara dan doa yang disampaikan akan
merasa sebagai seorang Junzi, menjadi makhluk yang penuh
syukur atas kekuasaan Tian.
Dengan dasar ayat tentang Tian yang Maha Roh dan
kewajiban penting melaksanakan ibadah sembahyang kepadaNya
diakhir tahun, sehingga hubungan yang harmonis antara manusia
terpelihara; sia-siakanlah, maka akan musna. Keluar masuknya tidak berketentuan
waktu dan tidak diketahui di mana tempatnya.' Disini beliau hanya akan mengatakan
tentang Hati." 119
Koentjaraningrat, Sejarah teori Antropologi I ( Jakarta: Universitas Indonesia
Press), h. 80-83.
170
dan Tian dapat terjalin. Umatpun menyampaikan harapan
diturunkan berkah dan rahmat ditahun yang akan datang.
2. Nilai Keimanan dalam upacara adalah sembahyang syukur dan
harap, maksudnya umat mensyukuri bahwa saat musim dingin
telah melewati titik terendah, disaat Dongzhi, matahari kembali
berputar kearah Utara dan timbullah harapan menuju ke musim
semi, waktu bagi umat manusia dapat melaksanakan tugas dan
kewajiban memenuhi kebutuhan kehidupannya. Sungguh Maha
Besar dan Maha Pengasih Tian Pencipta alam semesta.
3. Sistem Keyakinan ;
Dalam Kitab Li Ji V : Peraturan Raja atau kerajaan (Wang Zhi)
ada disebutkan: Yue, Di, Chang, Zheng, berurutan untuk
sembahyang besar yang diselenggarakan pada keempat musim :
upacara musim panas setelah musim semi, upacara musim dingin ,
setelah musim gugur. Hal inilah yang dapat membuktikan bahwa
dalam setiap persembahyangan dan tempat sembahyang Umat
Khonghucu selalu ada persembahyangan kehadirat Tian untuk
memulai (dan diutamakan) serta ada tempat khusus (di halaman
depan) untuk tempat sembahyang kepada Tian. Seperti terlihat di
setiap kelenteng di seluruh pelosok tanah air Indonesia. Untuk di
Indonesia yang merupakan daerah tropis, maka upacara
sembahyang merupakan upacara yang dilaksanakan pada saat
matahari di titik paling Selatan, yaitu tanggal 21 (saat tahun
171
kabisat) atau 22 Desember. (Perhatikan kembali pada penanggalan
Xia)
4. Sistem Ritus dan upacara :
Arti dan tujuan melaksanakan ritual menurut umat Khonghucu,
gerakan yang dilakukan dalam prosesi pelaksanaan peribadatan,
dan perangkat yang dipergunakan dalam ritual tersebut,
mempunyai arti dan tujuan sebagai menyembah kepada Tuhan
Yang Maha Esa, juga diartikan sebagai pola komunikasi antara
manusia dengan Tuhannya. Yang lebih penting adalah bahwa
dengan bersembahyang manusia menjadi makhluk yang
berbeda dengan makhluk lainnya, makhluk tertinggi
budayanya seantero jagad“120
Peralatan ritus dan upacara : tempat saat Upacara
Dongzhi dan Hari Genta Rohani adalah di rumah, dan di litang
atau di kelenteng. Saat melakukan sembahyang syukur kepada
Tian dilakukan menghadap alam bebas dan dapat disiapkan
altar Tian dapat juga hanya disediakan satu altar Nabi, didepan
patung atau gambar Nabi Kongzi. Alat musik genta dan alat
musik pengiring lagu pujian atau bentuk rekaman musik. Para
pelaksana upacara menggunakan jubah khusus untuk seorang
120
MATAKIN, Si Shu, Zhong Yong XV:3, h. 31.“Demikianlah menjadikan umat
manusia di dunia berpuasa, membersihkan hati dan mengenakan pakaian lengkap
sujud bersembahyang kepadanya.Sungguh maha besar Dia,terasakan diatas dan
dikanan kiri umat.
172
pemimpin upacara dan dua orang pendamping pemimpin
upacara; para petugas dan umat dapat memakai baju putih
bawahan hitam atau baju bebas yang bersih.
Perlu ditekankan bahwa mengenai persembahan sesaji
baik berupa bunga, makanan, buah, minuman anggur atau
lainnya adalah karena didorong oleh keinginan manusia dalam
rangka menyampaikan rasa syukurnya. Jadi sama sekali bukan
karena Tian yang meminta diberi persembahan. Hal ini yang
digaris bawahi oleh Xs. Bingky Irawan saat memberi
penjelasan melalui telepon seluler. Karena bagi orang yang
kurang memahami akan memaknai bahwa Tian meminta, sama
sekali tidak demikian.
5. Umat
Sebuah agama pasti memiliki umat yang meyakini dan
melaksanakan ajaran-ajaran Agamanya. Secara sendiri, atau
bersama keluarga, kelompok wilayah, organisasi kepemudaan,
dan organisasi tingkat Nasional. Ada yang menjadi Dewan
Rohaniwan, menjadi Pengurus Organisasi dan umat biasa.
Berkontribusi dengan baik saling berperan dan bekerja sama,
saling mengisi dan membangun semangat. Sebuah organisasi
keagamaan, sudah semestinya berfokus dan berpangkal pada
kegiatan membangun rohani setiap umatnya. Dalam semua
173
kegiatan sudah seharusnya berujung mengisi kebahagiaan
rohani.
Sejak seorang umat menyiapkan diri untuk melaksanakan upacara,
setelah umat membersihkan hati dan pikirannya misalnya dengan
berpantang, umat menaikkan dupa dan bersembahyang di rumah masing-
masing bersama keluarganya.
Seperti saat penelitian berlangsung, umat bersembahyang
menghadap ke alam bebas atau menghadap altar Nabi, altar para Jing shen
dan altar leluhurnya di rumah. Kemudian sesampanya di kelenteng, saat
bertemu sesama umat, umat Khonghucu mengangkat tangan dengan sikap
Bai atau Yip antara orang yang usia lanjut, usia muda dan anak-anak.
Sikap saling hormat itu sambil mengucapkan salam kebajikan dalam
Agama Khonghucu salam “(Hanya kebajikan berkenan kepada Tian) Wei
De Dong Tian atau membalas (Ya, hanya satu, kebajikan) Xian You Yi De
Shanzai. Mempraktekkan saling menghormat dengan menyapa ramah dan
Bai dengan sikap Ding Li kearah altar Tian dan altar para Jing shen,
maupun altar Nabi Kongzi. Ada juga umat yang mencuci tangannya
terlebih dahulu sebelum bersembahyang pribadi. Sikap rendah hati dan
bakti serta cinta kasih dilatih saat melakukan hal-hal tersebut diatas.
Saat memulai sembahyang bersama seperti saat Dongzhi, umat
peserta bersiap berdiri terlebih dahulu. Tidak perlu berdesak-desakan, dan
suasana tertib dan khidmat tercipta. Ingatlah tujuan menghadiri tempat
174
ibadah itu adalah untuk melaksanakan upacara, usahakan upacara dapat
berjalan dengan tertib dan lancar.
G. Simbol-simbol dalam Upacara sembahyang Dongzhi dan upacara
sembahyang hari Genta Rohani.
Dari hasil penelitian penulis, peralatan upacara pada umumnya
dipergunakan dalam pelaksanaan upacara keagamaan seperti yang tertulis
dalam buku Tata Agama dan Tata Laksana upacara Agama Khonghucu.
Peralatan khusus kadang dipergunakan hanya untuk upacara tertentu.
Peralatan-peralatan yang digunakan menjadi simbol-simbol tertentu dari
konsep religi yang dilambangkannya. Bahkan sebuah upacarapun
merupakan sebuah simbol perwujudan adanya sesuatu yang ingin
disampaikan oleh manusia kepada Sang Maha Luhur maupun lainnya.
Ditinjau dari lima unsur dasarnya, kegiatan beribadah mengandung
unsur ” Api-Susila”121
. Dengan melakukan kegiatan upacara sembahyang,
kecerdasan, perasaan, emosi dan nafsu seseorang terlatih agar mengikuti
nilai rendah hati, susila, disiplin dan rohaninya terisi. Simbol “api”
menunjukkan semangat yang dibina dan terwujud, semangat yang
dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari terdorong oleh nafsu yang ada
dalam diri manusia, menjadi dipenuhi keinginan – keinginan yang positif
dan menguatkan iman, meski dikala menghadapi masalah akan selalu
menyala. Makna persembahan para Raja lengkap; sedang bagi rakyat lebih
121
Wawancara dengan Xs Masari di Depok pada tanggal 12 Desember 2016.
175
sederhana. Adapun altar pada upacara Dongzhi di litang Adiwerna, dapat
digambarkan sebagai berikut persembahan yang digunakan di altar Nabi
Kongzi di litang, kelenteng Adiwerna terlihat sangat rapi dan lengkap.
Selanjutnya penulis bahas mengenai susunan sesaji dan
perlengkapan yang terdapat pada altar Nabi seperti pada buku tata agama
dan tata upacara Khonghucu, dibanding dengan yang dilakukan saat
pelaksanaan upacara berlangsung. Apabila terjadi perbedaan pelaksanaan
atau tata cara beribadah upacara pada suatu daerah dengan daerah yang
lain, hal tersebut tidak perlu diperdebatkan, sepanjang umat didaerah itu
juga mengimani tujuannya. Namun apabila terjadi perbedaan makna
upacara yang menyimpang seharusnya dikembali ke makna utama.
H. Kekhususan Pelaksanaan Upacara Sembahyang Dongzhi dan
Upacara Sembahyang hari Genta Rohani.
Perbedaan-perbedaan yang tercatat dan teramati saat pelaksanaan
penelitian masih tergolong bukan yang utama, dalam arti perbedaan itu
tidak merubah makna dan tujuan penyelenggaraan upacara, yaitu :
1. Sesajian ditambah dengan sajian arak, sajian lima biji-bijian
(wuku) Karena sudah turun temurun para pengatur upacara di
kelenteng Adiwerna tersebut menyajikan lima biji-bijian karena
mayoritas umat dan rakyat Adiwerna banyak yang mencari nafkah
melalui penjualan bji-bijian (palawija).
176
2. Sajian lima macam daging, dipilih salah satunya hewan kepiting ,
alasan penggunaan kepiting karena di daerah Adiwerna banyak
hidup kepiting.
3. Kue sajian berjumlah empat macam, sedang pada tata ibadah
digunakan tiga macam kue, yaitu dengan penambahan kue sangko,
perlambang keharmonisan, maksudnya keinginan panjang umur,
berkecukupsn materi dan kerukunan dapat tercapai hanya bila ada
keharmonisan.
4. Letak piring ratus, yang seharusnya terletak di belakang dekat
minuman teh, tetapi diletakan di belakang tempat menancapkan
dupa. Mengenai peletakan perlengkapan sesaji yang tidak sesuai
dengan tata upacara, tidak mengurangi makna, karena disebabkan
oleh letak antar perlengkapan dan besar meja altar saja.
Bila umat mendengar suara lonceng terbuat dari logam, maka suara
yang terdengar adalah suara yang keras, lantang dan tajam, menurut
penulis, ibarat hendak mengerjakan sesuatu atau berkarya dalam
kehidupan ini harus diawali dengan persiapan, perencanaan lahir dan batin
direstui oleh Tian, Nabi dan leluhur.122
Tujuan dan manfaat atau hasil
122
MATAKIN, Shu Jing, dalam Zhu Shu Ji Nian, kronologi sejarah dalam kitab bamboo,
Shu Jing iii.Xia Shu- iv. Yin Zheng (Pangeran Ien/Yin menghukum) “ Tiap tahun pada
permulaan musim semi, para utusan yang membawa Muduo (Genta logam yang berlidah kayu )
berkeliling sepanjang jalan dan berseru,” „Para pejabat, kamu wajib mampu langsung
mempersiapkan petunjuk-petunjukmu. Kamu para pekerja hendaklah segera menyiapkan
peralatan untuk pekerjaan-pekerjaan. Kecamlah hal-hal yang tidak benar. Bila ada diantaramu
tidak menghormati / tidak patuh dan melalaikan, negara mempunyai hukuman yang telah
ditetapkan!”
177
yang akan dicapai juga baik atau bermanfaat bagi sesama manusia,
kemudian bila dilaksanakan atau dikerjakan dengan teratur, disiplin, tekun
dan sepenuh hati, pasti akan berbuah kebaikan dan mendatangkan berkah;
hal ini diibaratkan suara lonceng terbuat dari batu kumala, terdengar
bersih dan terngiang lama dan jauh mencapai kalbu.
Mengakhiri karya atau pekerjaan dengan tuntas dan bersih tanpa
celaan atau penyesalan umat manusia. Karya Nabi Kongzi adalah abadi
karena karya Nabi Kongzi adalah Kitab-kitab Suci yang turun atas wahyu
Tian dan berguna sebagai pegangan menjalani hidup bagi seluruh umat
manusia. Dengan mempelajari dan menjalankan ajaran yang Nabi Kongzi
bimbingkan, manusia akan dapat selalu ingat Watak Sejati manusia dan
tugasnya dalam dunia ini.
Watak sejati itu adalah sifat Ren cinta kasih, Yi Kebenaran, Li
susila, Zhi bijaksana sehingga dapat menjadi manusia yang Xin Dapat
Dipercaya. Sedang hidup manusia adalah menjaga keharmonisan Alam
Tian, Alam Di dan Alam Ren itu sendiri, karena bila keharmonisan terjaga
ke atas, ke bawah dan di alam kehidupan manusia itu sendiri, maka
kehidupan di alam semesta seluruhnya juga akan harmonis.
Tugas manusialah menjadi penyeimbang dan penjaga keharmonisan
hubungan–hubungan dalam dunia ini. Alam sebagai sarana hidup manusia
dapat dijaga agar tetap lestari demi kelangsungan kehidupan alam dunia
ini. Tian dan alam semesta bergerak juga menyesuaikan pergerakan
manusia (terutama) di bumi. Secara alami keseimbangan itu akan terjadi,
178
bila perubahan terlalu besar tentu akibatnya akan besar pula. Manusia
harus selalu belajar dimulai dari membina dirinya lalu menyempurnakan
segenap wujud.123
Sebagian orang mungkin menganggap bahwa upacara-upacara
agama hanya sekadar serimonial saja, namun ada juga sebagian umat yang
melaksanakan upacara dengan khusuk. Umat mencurahkan emosinya dan
merasakan ketenangan dan kedamaian. Hal ini menggambarkan bahwa
masing-masing individu akan berbeda dalam mengekspresikan
pengalaman dan pemahaman spiritualnya.
Disamping itu. setiap upacara besar memiliki waktu, persiapan yang
khusus dan khas masing-masing, sehingga umat diajarkan untuk
membiasakan diri berlatih disiplin dengan waktu, menjalankan pembinaan
diri, belajar ketrampilan disegala bidang sehingga dapat melaksanakan
upacara dari persiapan peralatan-sasaji dan yang utama menyiapkan
dirinya juga mengenal tingkatan-tingkatan sesuai kesusilaan.
Disamping itu dengan melaksanakan sembahyang bersama-sama
akan dapat melatih seseorang hidup harmonis dengan oranglain. Jelaslah,
123
MATAKIN, Kitab Si Shu, Tengah Sempurna bab XXI pasal 1Seperti ayat” Hanya orang
yang telah mencapai puncak Iman di dunia ini, dapat sempurna mengembangkan Watak Sejatinya.
Karena dapat sempurna mengembangkan Watak Sejatinya, maka dapat membantu mengembangkan
Watak Sejati orang lain; karena dapat membantu mengembangkan Watak Sejati orang lain, maka
akan dapat pula membantu mengembangkan Watak Sejati segenap wujud; karena dapat membantu
mengembangkan Watak Sejati segenap wujud, maka dapat membantu langit dan bumi
menyelenggarakan peleburan dan pengembangan; karena dapat membantu langit dan bumi
menyelenggarakan peleburan dan pengembangan, maka menjadi tritunggal dengan langit dan bumi”
179
Nabi Kongzi adalah Tian Zhi Mu Duo Genta Rohani (utusan) Tian bagi
umat manusia.
Nabi Kongzi selalu memberi jalan bagi umat manusia dalam
menjalani kehidupannya begitu lengkap dan sempurna. Sejak manusia itu
lahir hingga meninggalnya, disaat senang-sedih maupun saat dirundung
masalah dan kemalangan hidup. Dalam ayat-ayat suci yang terdapat di
dalam Kitab Wu Jing maupun Si Shu tertera dengan jelas semua
bimbingan itu. Tergantung umat sebagai umat apakah umat mau membaca
dan mempelajari sambil menjalankan dan memahami kejadian-kejadian
yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Terkadang, ayat-ayat itu baru
dapat dipahami dan dirasakan setelah umat mengalami atau melihat
kejadian sebenarnya.
Perbandingan lebih rinci pada altar saat pelaksanaan upacara
Dongzhi dengan altar dalam buku Tata Agama dan Tata Laksana Upacara
Agama Khonghucu, sebagai berikut :
Altar persembahyangan kepada Nabi disaat pelaksanaan upacara
sembahyang Dongzhi dan upacara sembahyang hari Genta Rohani serta
upacara persidian umat di litang Adiwerna. Peralatan dan perlengkapan
untuk sembahyang adalah khusus untuk upacara kepada Nabi Kongzi.
Semua sajian telah dipersiapkan dari rumah dan dengan baik diatur
sampai tertata rapi di meja altar. Seperti nampak dalam foto sebagai
berikut :
180
Gambar 32. : perlengkapan dan sesajian lengkap di altar Nabi Kongzi saat
penelitian berlangsung.
Urutan perlengkapan dan sajian (dari arah umat atau arah bawah)
a. Sepasang lilin diatas tempat lilin
b. Xiang Lu : tempat menancap dupa
c. Swan Lu : tempat membakar ratus
d. Sajian makanan : kue tart, ungkapan syukur dari umat.
e. Makanan : empat macam kue basah (kue ku, kue mangkok, kue
wajik dan kue sangko)
f. Lima macam buah : pisang, jeruk, pear, belimbing, anggur
g. Lima daging : kepiting, bebek, babi, ayam, ikan124
h. Teh
i. Lima macam bijian : beras hitam, kedelai, kacang hijau,
kacang koplo, jali
124
Xs. Buana, Hewan korban sebagai pelengkapan Ibadah, tradisi budaya religious
masyarakat Khonghucu, Genta Harmoni edisi .16/ 2010. h 65-68.
181
j. Tiga macam manisan
k, Minuman anggur putih
l. Makanan : semangkok kue ronde
m. Diatas meja persegi panjang : api suci
n. Kitab Si Shu
o. Patung Nabi Kongzi
p. Souvenir utk penghargaan di meja yang terpisah.
Dari keterangan persembahan sajian dan perlengkapan diatas
terlihat benda-benda yang digunakan semuanya merupakan pelengkap
dan bentuk niat untuk memperlihatkan rasa syukur dengan
penyembahan doa. Disamping itu sebagai simbol syukur berkah dan
permohonan berkah yang akan datang.
Api semangat yang telah dinyalakan oleh Nabi Kongzi (Sang
Genta Rohani) dengan penyebaran ajaran agama, terus dinyalakan
untuk diteruskan dan dilanjutkan oleh umat yang lebih muda atau umat
yang berteguh iman lebih kemudian; yaitu dengan dilakukannya
upacara liyuan umat. Setiap sajian dan doa dinaikkan kehadapan Tian
dan Nabi Kongzi, para Jing shen dan leluhur, dengan tujuan untuk
diterima dan sisanya membawa berkah untuk para umat sendiri.
Dengan demikian upacara dilaksanakan sampai selesai, dan
membawa kepuasan batin tak tergantikan dengan hal yang selain upacara
itu sendiri. Begitu pula dengan dilantunkan lagu-lagu pujian, kidung Wei
182
De Dong Tian maupun lagu rohani lainnya. Turut mengantar khidmat
upacara sampai akhirnya.
Gambar 33. : Sebagian besar sesajian adalah makanan dan minuman.
Dipersembahkan makanan dan minuman sebagai bahan pokok
kehidupan manusia sepanjang masa. Sejak jaman purba hingga saat ini
dan yang akan datang. Bukti bahwa Nabi Purba telah berhasil
membudidayakan ajaran upacara sembahyang kepada umat manusia dan
mendatangkan manfaat, memenuhi kebutuhan rohani pelaksananya.
Dilakukan pemanjatan doa yang dibawa melalui asap dupa, asap
ratus dan pembakaran surat doa, dengan maksud merubah wujud benda
menjadi tak berwujud. Dibanding dengan pengaturan sesaji dan
perlengkapan dalam buku terdapat perbedaan jenis perlengkapan, jenis
sesajian dan letaknya.
183
Di bawah ini penulis cantumkan denah altar nabi Kongzi seperti
terdapat pada buku tata agama dan tata laksana agama Khonghucu125
sebagai dasar pembanding yang sudah dibakukan oleh MATAKIN
PUSAT
Keterangan skema altar Nabi Kongzi
1. Jing Shen Nabi Kongzi.
125
MATAKIN, buku tata agama dan tata Laksana Upacara Agama Khonghucu, h. 49.
(1)
(2)
(3)
(4)
(10) (10)
(11) (11) (11) (11) (11)
(9) (8) (9)
(5) (5) (5) C A B
(7)b b b
a a a
12
184
2. Shen deng : lampu simbol api suci yang menyala terus menerus,
lambang semangat Iman umat Khonghucu, yang wajib
dipelihara
3. Wen Lu : tempat perapian menyempurnakan surat doa
4. Kitab Si Shu : diletakkan lurus dengan letak Jing Shen Nabi, didinjau
dari arah altar. Agar ajaran Nabi dapat terus lancar membimbing
umatnya.
5. Sanbao : tiga mestika : bunga, air jernih, teh
6. Swan lu : tempat membakar ratus atau wangi-wangian
7. Cha-liao (teh dan manisan 3 macam (c), bila manisan diletakan
pada qian he, maka diletakan di (c1); dipakai salah satu saja).
8. Xiang-lu : tempat menancapkan dupa, di bagian yang menghadap
keluar
9. Zhu- tai kecil : tempat menancapkan lilin kecil, selalu ada pada
upacara besar maupun kecil,
10. Zhu-tai besar, tempat menancapkan lilin besar, dinyalakan hanya
pada waktu upacara besar.
11. Wu Ku : lima macam buah-buahan, tak berduri). Biasanya dipakai
pasang di sebelah kiri altar (bermakna harapan), Jeruk di sebelah
kanan altar (bermakna kebahagiaan). Buah-buah lain disesuaikan
musim dan kebiasaan setempat.
12. Zuo-wei, kain tabir penutup meja sembahyang.
185
Penjelasan :
a. Bentuk altar ada dua tingkat : yaitu meja empat persegi panjang
(zhu-zhuo) yang lebih panjang dan lebih tinggi dari meja yang di
depannya yang berbentuk bujur sangkar (ji zhuo) Ukuran meja
disesuaikan dengan luas litang.
b. Teh-bunga-air jernih disebut san bao, melambangkan
perwujudan Dai Ji, teh sifat Yin (negatif) dan air jernih simbol
Yang (positif) sedangkan bunga adalah garis dan titik yang
membentuk sifat YinYang.
c. Tentang buah-buahan lain, ada yang memakai buah delima
atau buah jambu, yang melambangkan harapan agar beroleh
berkah berlimpah. Ada juga yang memakai buah lai, buah
manggis, buah apel dan lainnya. Disesuaikan dengan kebiasaan
masyarakat setempat, asal jumlahnya atau macamnya terdiri atas 5
macam
d. Tentang perlengkapan - perlengkapan lain, misalnya tempat
air, bunga, minyak wangi, dan lain-lain tidak memiliki keharusan
untuk memakainya. Hal ini menurut tradisi setempat; dapat juga
ditambahkan asal saja tidak bertentangan dengan maksud utama
upacara.
e. Upacara sembahyang Dongzhi adalah sembahyang syukur kepada
Tian, namun saat pelaksanaan upacara Dongzhi, hanya digunakan satu
altar dengan sesajian lengkap yaitu menggunakan altar Nabi. Hal ini
186
ternyata sudah merupakan kesepakatan antara pengurus kelenteng dan
pengurus Majelis Agama Khonghucu Indonesia ( MAKIN ) Adiwerna.
Seperti yang disampaikan oleh Bapak Aceng Suherman sudah ada
keharmonisan antar pengurus.126
Merujuk pada pelaksanaan upacara Dongzhi dan upacara
sembahyang hari Genta Rohani di atas, jelaslah bahwa dengan melakukan
upacara keagamaan yang dilandasi niat keluhuran budi, menyebabkan
umat dapat menjadi manusia yang utama dan lebih lanjut lagi umat dapat
melakukan sumbangan yang sangat mulia melalui pemikiran maupun
karya nyata umat. Melalui momentum perayaan hari suci Dongzhi yang
dirayakan setiap satu tahun sekali memberikan inspirasi bagi umat semua
agar tiada henti-hentinya bersemangat belajar, menjalani kehidupan
semakin baik sesuai dengan keteladanan Nabi Kongzi.
I. Makna Pelaksanaan Upacara Dongzhi dan Hari Genta Rohani
Perayaan hari suci keagamaan akan menjadi seremoni rutinitas
yang tanpa makna, jika umat hanya memperhatikan pada ritualnya tanpa
menggali nilai-nilai filosofis yang dikandungnya, untuk kemudian
diaplikasikan dalam kehidupan. Akibat lebih jauh ini dapat memberi
dorongan yang mengurangi kehidupan yang nota bene sebagai ladang
umat untuk berkebajikan, agar kelak dapat kembali ke asal umat pada
126
Wawancara dengan bapak Aceng Suherman di kelenteng Adiwerna pada tanggal 2-
12-2013
187
Tian, Sang Khalik. Pada hakekatnya banyak hal yang dapat umat maknai
dengan perayaan hari suci Dongzhi, salah satunya adalah dengan menjadi
umat yang Junzi, umat yang berperilaku luhur dalam kehidupannya.
Oleh karenanya melalui perayaan Dongzhi seyogyanya umat
termotivasi untuk memperbaharui diri dengan menggali dan menguasai
ilmu pengetahuan, baik dalam bidang ilmu jasmasi (ilmu pengetahuan dan
teknologi) maupun dalam bidang spiritual (keagamaan) karena kedua hal
ini merupakan satu kesatuan yang saling melengkapi. Penguasaan
keilmuan dan nilai spiritualitas inilah kemudian diharapkan dalam
penerapannya tidak menjadi “penyakit” bagi kehidupan manusia itu
sendiri. Melainkan dapat membawa kedamaian dan keselamatan untuk
semua. Karena sudah dapat dipastikan penguasaan ilmu pengetahuan (IQ)
tanpa dibarengi kecakapan emosi (EQ), spiritualitas (SQ) dan
psikomotorik (PQ) yang memadai akan membawa kehancuran, rentan
terjadi penyimpangan dalam penggunaannya. Hal ini dapat terjadi sebagai
akibat dan penguasaan ilmu yang tanpa didasari oleh kecerdasan-
kecerdasan yang lain. Maka dalam ajaran agama Khonghucu semuanya
berkaitan dan berhubungan.
Pendidikan seorang anak sejak di dalam kandungan (cerita Tiga
Ibunda Agung) sampai masa anak remaja, menginjak usia dewasa, bahkan
“belajar dan berlatih” dalam agama Khonghucu sampai akhir hayat baru
selesai. Begitu panjang dan jauh di mulai dari yang dekat menuju jauh,
dimulai dari yang rendah menuju tinggi. Dengan selalu mengingat dan
188
memohon bimbingan dan perlindungan dari Tian, Nabi , para Jing shen ,
leluhur dan orangtua. Orangtua adalah perwakilan Tian dalam kehidupan
di dunia fana ini. Tanpa orangtua, umat-pun tak ada. Semua pikir dan daya
upaya ditujukan pada yang “Zhong He”- tengah tepat dan harmonis,
penjaga semesta alam.
Menjadi seorang Junzi akan dapat memberikan pahala yang luar
biasa tidak saja bagi dirinya tetapi juga bagi orang tua dan keluarganya,
sebab seorang Junzi adalah orang yang pandai dan pintar dalam
penguasaan keempat kecerdasan dengan seimbang. Dengan keluhuran
budi dan kepandaiannya seseorang menjadi manusia yang dapat dipercaya.
Telah menjalankan Watak Sejati nya. Hal ini tentu akan dapat membawa
kebahagiaan dan kedamaian bagi semua orang. Seorang Junzi mengarungi
kehidupan samudra luas kehidupan ini mendedikasikan diri sesuai dengan
bidang yang umat tekuni sebagai wujud keimanan dan juga pengorbanan
diri.
Adapun makna upacara sembahyang Dongzhi dan upacara
sembahyang hari Genta Rohani ada beberapa yaitu :
a. Makna spiritual; sebagai sarana menjalankan perintah agama untuk
berhubungan dengan Tian, Nabi Kongzi dan leluhur dengan aturan
kesusilaan. (Li) dan Bakti. Dilakukan bersama-sama orang banyak di
tempat ibadah Khonghucu, maka hubungan sosial sesama manusia
dapat terlatih. Satya kepada Tuhan, Nabi dan tepaselira kepada
sesama manusia.
189
b. Makna keharmonisan; menjaga keharmonisan hubungan
manusia dengan Tuhan, yaitu dengan pelaksanaan upacara
sembahyang. Keharmonisan manusia dengan alam nampak
pada waktu pelaksanaan Dongzhi yaitu dilaksanakan pada
pergantian musim dari musim dingin ke musim semi.
Keharmonisan manusia dengan sesama manusia tercapai sejak
persiapan sesajian dan petugas upacara Dongzhi dan upacara
sembahyang hari Genta Rohani, sampai terselenggara dengan
lancar dan baik.
c. Makna filosofi agama; melaksanakan upacara Dongzhi membuat
manusia selalu mengingat satya kepada Tuhan, Nabi Kongzi; bakti
kepada Tuhan, Nabi, Shen Ming dan leluhur; sikap pericintakasih,
kebenaran, jugasikap rendah hati.
d. Makna kebahagiaan; melaksanakan upacara sembahyang Dongzhi
berarti menjadi manusia yangsadar dan beriman penuh tulus, iklas
dan menjadi berbahagia.
e. Makna fungsionaris; pada awalnya bagi raja pemimpin upacara
menjadi mudah mengatur rakyatnya karena hukum tata Negara
dikeluarkan setelah bersembahyang dan mendapat restu dari Tuhan
Maha Kuasa; jaman sekarang bagi pemimpin sebuah majelis akan
sangat baik dalam memimpin umatnya.
190
Bagi umat sendiri sebagai pengemban Firman Tuhan selalu
membina diri agar dapat menjalankan ajaran agama dengan keniatan yang
timbul dari dalam diri sendiri.
191
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hal penting dalam tesis yang dapat penulis temukan adalah sebagai
berikut :
Upacara sembahyang Dongzhi berbentuk sebuah upacara
sembahyang syukur kepada Tuhan di saat puncak musim dingin.
Upacara sembahyang hari Genta Rohani, upacara kedua dalam
rangkaian upacara saat Dongzhi di Wan Ing Miao, hanya ada di Indonesia.
Hari Genta Rohani adalah hari untuk mensyukuri wahyu Tian yang turun
atas nabi Kongzi menjadi Genta Rohani saat Nabi Kongzi memulai
menjadi seorang Nabi.
Upacara sembahyang Dongzhi dan upacara sembahyang hari Genta
Rohani bukan merupakan budaya atau tradisi semata, tetapi merupakan
perintah agama Khonghucu.
Adapun hubungan hari Dongzhi dengan hari Genta Rohani adalah
karena hari yang dipilih oleh Nabi Kongzi untuk memulai tugas ke Nabi
annya adalah saat selesai upacara sembahyang Dongzhi, pada tahun 495
SM
Jadi upacara sembahyang Dongzhi dan upacara hari Genta Rohani
meskipun dilaksanakan pada hari dan tempat yang sama, tetapi masing-
masing mempunyai maksud dan makna yang berbeda.
192
Upacara sembahyang Dongzhi dan upacara hari Genta Rohani,
merupakan bentuk perintah agama Khonghucu. Eksistensi sebuah agama
terlihat dari upacara sembahyangnya, maka pelaksanaan upacara
sembahyang Dongzhi dan upacara hari Genta Rohani harus dilakukan
dengan niat yang tulus, ikhlas, dengan cara yang benar, dan untuk tujuan
yang baik.
B. Saran
Beberapa saran terkait penelitian ini perlu penulis sampaikan yaitu :
Perlu kajian pustaka untuk menjelaskan perbedaan pelaksanaan
upacara Dongzhidan upacara sembahyang hari Genta Rohani tertulis pada
kitab Li Ji tentang peraturan kerajaan (Wang Zhi) menetapkan pada
upacara di musim dingin hanya menyajikan padi dan angsa1. Mengapa
sajian di musim dingin ditentukanpadi dan angsa oleh kaisar?
Pada pelaksanaan upacara Dongzhi di kelenteng Wan Ing Miao
digunakan empat macam kue basah, makna kue keempat adalah
pengharmonis. Mengapa diperlukan simbol pengharmonis? Apa yang
harus diharmoniskan, benarkah seperti penjelasan Js Poo Hwie bahwa usia
panjang, kerukunan dan kesuksesan materi hanya dapat diperoleh bila ada
keharmonisan? Kapan mulai digunakan kue pengharmonis tersebut?
Apakah ada peristiwa yang terjadi sebelum ditambah kue pengharmonis di
kelenteng Wan Ing Miao, Adiwerna?
1Xs Tjhie,dkk, Kitab Li Ji terj. Bab III 3 (Jakarta : MATAKIN, 2012) ke 9 h. 133
193
Bagaimana bila pengurus Makin dan rohaniwan di Makin Adiwerna
mensosialisasikan agar selanjutnya upacara Dongzhi menggunakan sajian
buah pisang (simbol kerukunan dan simbol banyak keturunan) seperti
tertulis pada buku tata agama dan tata laksana upacara agama Khonghucu.
Ataukah sebaiknya tetap dilaksanakan seperti adanya selama ini (tidak
menggunakan buah pisang?)
Kidung “Wei De Dong Tian” lebih tepat bila dilantunkan menggunakan
bahasa hokian. Menurut Xs Bingky Irawan, penggunanan kata pertama
berbunyi “Ham“ dan seterusnya (dialek bahasa hokian) lebih tepat
daripada diawali kata “Xien” (bahasa mandarin). Kalau tidak diawali
pengucapan kata “Ham” maka pelajaran kebajikan itu akan tergelincir
menyasar. Kalau tidak ditutup dengan kalimat akhir yang diawali kata
“Ham” maka doa kebajikan itu akan menghilang. Usulan lain menurut Xs
Bing, “Ham Yu It Tik” adalah lafal hokian, sedang “Xian You Yi De”
menurut standart han yu pin yininternasional. Disarankan jika pakai “Xian
You Yi De” lantunan “Xian” nya dipanjangkan vokal “nnnn” sehingga
lebih sakral !
Mengenai upacara wafatnya Meng Zi seperti tercantum pada buku
Tata Agama dan Tata Laksana Agama Khonghucu, perlu diadakan
penelitian lebih lanjut, karena menurut Xs.Tjhie, sebenarnya tanggal
kematian Rasul Meng Zi tepatnya tanggal berapa belum ada penelitian
yang dilakukan, hanya pada saat Dongzhi terakhir Mengzi tidak pulang ke
194
rumahnya. Aturan umum yang berlaku jaman itu bila seseorang tidak
pulang ke rumah saat Dongzhi dianggap orang itu sudah meninggal.
Upacara sembahyang harus dilaksanakan dengan kesadaran religius,
kemantapan iman, karena sembahyang adalah perintah agama sebagai
bagian Wahyu Tuhan Yang Maha Esa.
Maha Besar Shang Di, senantiasa Tian melindungi Kebajikan! Huang Yi
Shang Di, Wei Tian You De ! Shanzai
195
Lampiran 1. Daftar pertanyaan kepada informan:
a. Bagaimana sejarah pelaksanaan upacara Dongzhidan hari Genta
Rohani di kelenteng Adiwerna ?
b. Mengapa dilaksanakan upacara Dongzhidan hari Genta Rohani?
c. Bagaimana persiapan pelaksanaan upacara Dongzhidan hari Genta
Rohani ?
d. Apa makna upacara Dongzhidan hari Genta Rohani bagi umat
Khonghucu ?
e. Apa yang dirasakan setelah melaksanakan upacara Dongzhidan hari
Genta Rohani?
f. Bagaimana tanggapan masyarakat Adiwerna terhadap upacara
Dongzhidan upacara hari Genta Rohani?
g. Perlengkapan apakah yang khusus disiapkan dalam upacara Dongzhi
danupacara hari Genta Rohani ?
h. Adakah hambatan yang dialami, dalam pelaksanaan upacara
Dongzhidan hari Genta Rohani?
i. Bagaimana kegiatan penyuluhan keagamaan di litang Adiwerna ?
196
Daftar Pustaka
Arif, Oesman. Etos Kerja. Januari 24, 2014. www.spocjurnal.com (accessed
September 2015).
Arufa, Alfitrah. Metodologi Penelitian (Studi Teks/ Pustaka/ Literatur). Januari
2012. http://aliefel-kendariy.blogspot.com/2012/01/metodologi-
penelitian-studi-teks.html (accessed Oktober 2015).
Deroh MATAKIN. "AD/ART MATAKIN yang Disempurnakan (SGSK
37/2011)." MUNAS XVI MATAKIN. Jakarta: MATAKIN, 2011.
—. Tata Aturan Deroh Agama Khonghucu Indonesia, beserta Berbagai Panduan
Tata Upacara dan Kode Etik Rohaniwan (SGSK 36/2010 - Edisi
Khusus). Solo: MATAKIN, 2010.
Ing, Tjhie Tjay. Kitab Suci Yak King : Kitab Wahyu Kejadian Semesta Alam
beserta Segala Perubahan dan Peristiwanya. Jakarta: MATAKIN,
2005.
Kamaludin, Zainun, et al. Pedoman Akademik Program Magister. Jakarta:
Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah, 2012.
Kahmad, Dadang. Sosiologi Agama. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009
Koentjaraningrat. Pengantar Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta, 1999.
—. Sejarah Teori Antropologi. Jakarta : Universitas Indonesia Press, 1998.
MATAKIN. Kitab Hau King (Kitab Bakti). Solo: MATAKIN, 2005.
—. Kitab Li Ji (Catatan Kesusilaan). Jakarta: Pelita Kebajikan, 2001.
—. Kitab Shu Jing (Kitab Dokumentasi dan Sejarah Suci). Jakarta: MATAKIN,
2011.
—. Kitab Si Shu (Kitab yang Empat). Jakarta : MATAKIN, 2012.
—. Tata Agama dan Tata Laksana Upacara Agama Khonghucu (SAK Th. XXVIII
No. 4-5). Solo: MATAKIN, 1984.
nn. "Dong Zhi." Koran Kompas. Jakarta: Kompas Media, Desember 26, 2013.
—. Ibadah Dalam Agama Khonghucu.
https://yuliarrifadah.wordpress.com/photos/ibadah-dalam-agama-
konghucu/ (accessed Oktober 2015).
197
—. Iklim Indonesia Terhadap Letak Geografis. May 2013.
http://husnul74.blogspot.com/2013/04/iklim-indonesia-terhadap-letak-
geografis.html (accessed Oktober 2015).
—. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Ver. 1.2). 2015. http://ebsoft.web.id/.
Ongkowijaya, Bratayana. Perumusan Keimanan Agama Khonghucu dan
Implementasinya. Jakarta : MATAKIN, 2008.
Pals, Daniel L. Dekonstruksi Kebenaran : Kritik Tujuh Teori Agama. Yogyakarta:
IRCiSoD, 2001.
Sidartanto, Buanadjaya Bing. Penelitian Historis Keberadaan Budaya Religius
Khonghucu di Indonesia. Thesis, Jakarta: Dewan Rohaniwan
MATAKIN, 2009.
Suasthi, and Suastawa. Psikologi Agama : Seimbangkan Pikiran, Jiwa, dan Raga
(edisi Revisi). Denpasar: Widya Dharma, 2008.
Sufianto, Agustinus. Tian Tan - Temple of Heaven by Agustinus Sufianto. Agustus
2015. http://chinese.binus.ac.id/2015/08/20/tian-tan-temple-of-heaven-
by-agustinus-sufianto/ (accessed Mei 2016).
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta, 2009.
Moh. Ilham http://ilhamgutsy.blogspot.com/2012/01/agama-dalam-perspektif-
fungsional. html, diunduh 27 Jan 2013
Glossary
Altar - meja tempat meletakkan perlengkapan dan sajian saat upacara sembahyang
Cong Bio - 宗
zōng
庙
miào
: Bio Leluhur
Coo Kun - 灶
zào
君
jūn
: altar dapur
Cong Bio - 宗
zōng
庙
miào
: bio leluhur
Hong Tian Siang Tee - 皇
huáng
天
tiān
上
shàng
帝
d ì
: Thian Yang Maha Besar dan Maha Kuasa
Kau - 郊
jiāo
: altar Thian
Liok Lee - 六
l i ù
礼
l ǐ
: Enam Kesusilaan
Ngo Kok - 五
wǔ
谷
g ǔ
: lima biji-bijian
Pernikahan ; Hun - 昏
hūn
Perkabungan ; Song - 丧
sàng
Persembahyangan ; Cee - 祭
j ì
Pesta (Festival) ; Siang - 乡
xiàng
Sam Sing - 三
sān
牲
shēng
: tiga jenis hewan korban
Saling Bertemu ; Siang Kian - 相
xiāng
见
jiàn
Siau Lo - 少
shǎo
牢
láo
: hewan korban : domba, babi (jantan)
Tai Lo - 大
d à
牢
láo
: hewan korban ; lembu, domba, babi
(jantan)
Thian Cu - 天
tiān
子
z ǐ
: Kaisar
Upacara mengenakan Topi ; Khwan - 冠
guàn
五
wǔ
榖
g ǔ
(谷
g ǔ
) : Five Grain ;
稻
dào
, Paddy , Padi , (麻m á
- Wijen) ; 黍
shǔ
, Broomcorn Millet, Jewawut ; 稷
j ì
, The God of The
Grain , Harvest God ; 麥
mài
(麦
mài
): Wheat , Gandum ; 菽
shū
, Beans (豆dòu
- Kacang2 an).
Siang Tee - 上
shàng
帝
d ì
: Thian Yang Maha Tinggi Maha Kuasa
二 十 四 節 氣 (Er Shi Se Jie Qi)
1. Li Chun Liep Chun 立 春
2. Yu Shui Hi Swi 雨 水
3. Jing Zhe King Ciap 驚 螫
4. Chun Fen Chun Hun 春 分
5. Qing Ming Ching Bing 清 明
6. Gu Yu Kok Ie 穀 雨
7. Li Xia Liep He 立 夏
8. Xiao Nan Siau Boan 小 湳
9. Mang Zhong Bong Ciong 芒 種
10. Xia Zhi He Cik 夏 至
11. Xiao Shu Siau Si 小 暑
12. Da Shu Tai Si 大 暑
13. Li Qiu Liep Chiu 立 秋
14. Chu Shu Chi Si 處 暑
15. Bai Lu Pik Lou 白 露
16. Qiu Fen Chiu Hun 秋 分
17. Han Lu Han Lou 寒 露
18. Shuang Jiang Song Kang 霜 降
19. Li Dong Liep Tong 立 冬
20. Xiao Xue Siau Swat 小 雪
21. Da Xue Tai Swat 大 雪
22. Dong Zhi Tang Cik 冬 至
23. Xiao Han Siauw Han 小 寒
24. Da Han Tai Han 大 寒
天tiān
干gàn
(十sh í
干gàn
)
THIAN KAN (Sepuluh Batang Langit) ;
甲j i ǎ
- 乙y ǐ
- 丙bǐng
- 丁dīng
- 戊w ù
- 己j ǐ
- 庚gēng
- 辛x ī n
- 壬rén
- 癸guǐ
Kak - Iet - Pia - Ting - Bou - Ki - Ke - Sien - Jiem - Kwi
刚gāng
日r ì
(Hari Keras - gasal) :甲j i ǎ
- 丙bǐng
- 戊w ù
- 庚gēng
- 壬rén
外
wài
事
shì
: 指
zhǐ
祭
j ì
外
wài
神
shén
(田
tián
猎
l iè
,治
zhì
,兵
bīng
, 等
děng
事
shì
)
柔róu
日r ì
(Hari Lembut - genap) :乙y ǐ
- 丁dīng
- 己j ǐ
- 辛x ī n
- 癸guǐ
内
nèi
事
shì
: 指
zhǐ
祭
j ì
内
nèi
神
shén
( 冠
guàn
,婚
hūn
, 丧
sàng
, 等
děng
事
shì
)
地d ì
支zh ī
(十sh í
二è r
支zh ī
)
TEE CI (Duabelas Cabang Bumi) ;
子z ǐ
- 丑chǒu
- 寅y ín
- 卯mǎo
- 辰chén
- 巳s ì
- 午w ǔ
- 未wèi
- 申shēn
- 酉yǒu
- 戌x ū
- 亥hà i
Cu – Thio – Ien – Bau – Shin – Ci – Ngo – Bi – Sien – Yu – Sut – Hai
子z ǐ
: 23 - 01 卯mǎo
: 05 - 07 午w ǔ
: 11 - 13 酉yǒu
: 17 - 19
丑chǒu
: 01 - 03 辰chén
: 07 - 09 未wèi
: 13 - 15 戌x ū
: 19 - 21
寅y í n
: 03 - 05 巳s ì
: 09 - 11 申shēn
: 15 - 17 亥h à i
: 21 – 23
礼l ǐ
器q ì
第d ì
十s h í
Lee Ki VIII (Lee Khi - Sarana Kesusilaan)
君jūn
子z ǐ
之zh ī
于y ú
礼l ǐ
也y ě
,有yǒu
直zh í
而é r
行xíng
也y ě
,有yǒu
曲q ǔ
而é r
杀shā
也y ě
,
有yǒu
经jīng
而é r
等děng
也y ě
,有yǒu
顺shùn
而é r
诗sh ī
也y ě
,有yǒu
而é r
摲chàn
播b ō
也y ě
,
有yǒu
推t u ī
而é r
进j ì n
也y ě
,有yǒu
放fàng
而é r
文wén
也y ě
,
有yǒu
放fàng
而é r
不b ú
致zh ì
也y ě
,有yǒu
顺shùn
而é r
摭zh í
也y ě
。
Seorang Kun Cu di dalam Kesusilaan, bila ada yang lurus, langsung dilaksanakan;
bila ada yang bengkok langsung diubah.
Bila ada disuratkan dalam Kitab Suci, langsung dikenakan untuk seluruh peringkat;
ada yang harus dipatuhi atau dikurangi; ada yang harus dipindahkan atau ditebarkan;
ada yang ditolak atau dimasukkan; ada yang dilepas atau dihias;
ada yang dilepas tetapi tidak sepenuhnya; ada yang dipatuhi dan dijamah.
礼l ǐ
器q ì
第d ì
十s h í
Lee Ki VIII (Lee Khi - Sarana Kesusilaan)
君jūn
子z ǐ
之zh ī
于y ú
礼l ǐ
也y ě
,有yǒu
所suǒ
竭j i é
情qíng
尽j ì n
慎shèn
,
致zh ì
其q í
敬jìng
而é r
诚chéng
若ruò
,有yǒu
美měi
而é r
文wén
而é r
诚chéng
若ruò
。
Seorang Kun Cu dalam hal Kesusilaan,
ia menggunakan seluruh perasaan dan memacu sikap hati-hatinya,
ia sungguh-sungguh penuh hormat sebagai perwujudan imannya.
Demikianlah menimbulkan rasa keindahan dan tertib menarik. Itu juga perwujudan iman.
DAFTAR NARASUMBER
1. Nama : Xs. Buanadjaya Bing Sidhartanto
Tempat, tanggal lahir : Malang, 08 Nopember 1948
Alamat : Malang
2. Nama : Xs. Masari Saputra
Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 25 Desember 1939
Alamat : Jl Merpati Mas III blok B 5 no 10
Tanjung Mas Barat, Jagakarsa
Jakarta Selatan
3. Nama : Xs. DR. Oesman Arif, M PD
Tempat, tanggal lahir : Surakarta, 15 Mei 1942
Alamat : Gulon, Jebres, Solo
4. Nama : Xs. Bingky Irawan
Tempat, tanggal lahir : Sidoarjo, 07 Pebruari 1952
Alamat : Jl. Wonocolo 24 Sidoarjo , Surabaya
5. Nama : Xs. Jam Setiawan Bunyamin
Tempat, tanggal lahir : Tegal, 15-08-1928
Alamat : Jl Teri No 4 Tegal
6. Nama : Alm. Xs Tjhie Tjay Ing
Tempat, tanggal lahir : Solo
Alamat : Wafat pertengahan tahun 2016
7. Nama : Js Tjoa Tiang Tjie
Tempat, tanggal lahir : Tegal, 17 Desember 1947
Alamat : Jl Raya Timur 46 Banjaran - Balamoa
Talang Kab. Tegal
8.Nama : Js Lie Po Wie
Tempat, tanggal lahir : Tegal, 23 Pebruari 1956
Alamat : Jl. Raya Utara Gg. Kemranggen no 65,
RT 015, RW 007, Adiwerna, Kab. Tegal
Adiwerna
9. Nama : Bp Aceng Suherman
Tempat, tanggal lahir : Tangerang, 21 April 1965
Alamat : Tembok Banjaran Adiwerna
10. Nama : Boedhi Setyawan
Tempat, tanggal lahir : Tegal, 04-05-1950
Alamat : Jl. May Jend. Sutoyo No. 11 Slawi
11. Nama : dr Melani Thesiadi
Tempat, tanggal lahir : Belitung, 01-10-1955
Alamat : Jl Pepaya,Procot, Slawi.