Pedoman Teknis Kes Lingkungan
description
Transcript of Pedoman Teknis Kes Lingkungan
A.PROSES PEMBEKUAN DARAH DAN TROMBOSISTrombosis dan Emboli
a) .Trombosis Vena bisa terjadi di bagian dalam maupun permukaan sistem vena.
Trombosis vena dalam(deep venous thrombosis,DVT,bercirikan terbentuknya gumpalan darah beku (trombus/i)dalam vena ,yang menghambat atau menghentikan sirkulasi darah (obstruksi).DVT kerap kali menimbulkan sirkulasi tersendat ditangkai dan dalam paru-paru (emboli paru ),gejalanya dapat berupa rasa sakit setempat ,adakala tachycardia,demam(dan BSE meningkat).
Trombosis vena permukaan oleh bekuan darah ,terutama bercirikan peradangan dan umumnya disebut tromboflebitis.gejalanya berupa sakit ,kemerah merahan dan pengerasan setempat akibat pembentukan jaringan ikat sekitar vena yang terkena ,adakalanya juga demam.gangguan ini dapat terjadi spontan setelah persalinan,dapat pula karena adanya varises (pemekaran vena lokal <<spatader>>)atau cedera(trauma).
Trombosis dapat pula terjadi pada pasien yang harus berbaring untuk waktu yang lama kerana aliran darah di vena tertentu terhenti dan mengumpal .Tumor ganas ,kehamilan dan pil anti hamil dapat menyebabkan timbulnya tromboemboli vena .
Emboli paru sering kali timbul akibat DVT,Dimana (sebagian )gumpalan darah terlepas melalui sirkulasi lalu di angkut ke paru-paru .gejalanya tergantung dari besarnya trombus yang tersendat di vena paru.sumbatan yang besar bisa fatal secara akut dengan diawali oleh shock,sumbatan –sumbatan kecil sering kali berlangsung tanpa gejala atau dengan gejala tak nyata,misalnya kehabisan nafas bila mengeluarkan tenaga.
Terapi dan profilaktis trombosis (dan emboli paru)lazimnya dimulai dengan antikoagulansia parenteral heparin (UFH)atau fraksi-fraksinya (LMWH).Kemudian dapat dilanjutkan dengan anti-koagulansia oral.
b) Trombi dalam arteri sering kali terjadi di jantung dan otak ,yang dapat mengakibatkan matinya jaringan (infark jantung/otak)dan bisa fatal.
Infrak jantung ,gejala dan penanganannya telah dibicarakan secara luas di Bab 37,obat-obat jantung.di sini hanya akan disinggung peranan yang dipegang oleh antitrombotika.Terapi.obat-obat utamanya adalah trombolitika guna melarutkan trombus yang menyumbat arteri koroner(streptokinase dan lain-lain ).penanggulangan sedini mungkin dapat menurunkan risiko kematian sampai 50%.Prevensi sekunder,yakni menghindari terbentuknya lagi trombus baru,dewasa ini dilakukan dengan antikoagulansia oral (warfarin dan lain-lain )atau asetosal dalam dosis rendah .3,4
Infrak otak dapat disebabkan oleh trombosis atau emboli dan bergejala kelumpuhan sebelah baan (hemiplegia).merupakan k.i.80% dari semua kasus<<beroerte>>,<<stroke>>atau CVA (Cerebral vaskular accident).sisanya (20%)diakibatkan oleh perdarahan di otak akibat pecahnya pembuluh otak,kerap kali berhubungan dengan hipertensi.Berdasarkan meningkatnya kasus stroke dari tahun ke tahun diperkirakan bahwa lebih dari 1,5 juta penduduk indonesia akan terkena serangan penyakit tersebut dalam rentang waktu 6 tahun mendatang.TIA (Transient ishhaemic Attack)terjadi secara mendadak dengan menimbulkan hilang kesadaran untuk waktu yang singkat,beberapa detik atau beberapa menit.peristiwa ini disebabkan oleh masuknya mikro –emboli dalam pembuluh pembuluh otak.lazimnya,pasien sembuh secara tuntas,tetapi TIAcenderung kambuh lagi.guna menghindarkan residif atau infrak umumnya digunakan asetosal dalam dosis rendah (40-100 mg sehari).BIOKIMIAPada trombosis vena/arteri berulang terdapat kadar homosistein yang meningkat dalam darah .asam amino ini terbentuk sebagai produk antara pada reaksi pengubahan metionin menjadi cystein,yakni :
Metionin → homosistein → sistein
Kadar hemosistein darah yang meningkat ternyata merupakan faktor risiko PJP(penyakit jantung dan pembuluh :trombosis,infrak).lihat juga bab 37,obat –obat jantung ,faktor-faktor risiko.Asam folat,vitamin B6,Vitamin B12 berkhasiat menurunkan kadar hemosistein dan dengan demikian meniadakan salah satu faktor risiko PJP.Asam folat banyak terdapat dalam gandum whole-grain damn makanan yang kaya akan serat nabati,lihat selanjutnya bab 53,vitamin.FibrinFibrinogen adalah suatu globulin yang terbentuk di dalam hati.protein ini merupakan zat utama dari bekuan darah dan keropeng (kerak pada luka ;crust)diluka terbuka .tetapi ,fibrin juga dapat membentuk trombi yang menyumbat pembuluh darah ,hingga dapat memutuskan penyaluran oksigen ke organ –organ penting.fibrinogen di angkut dalam darah dalam keadaan terlarut ketempat peradangan atau penyembuhan .di tempat ini fibrinogen di ubah menjadi fibrin yang memiliki struktur seperti serat (lat =fibra )dan tak dapat larut .serat-serat yang panjang dari fibrin melekatkannya pada dinding pembuluh .fibrin dapat dianggap sebagai molekul reparasi yang berperan penting pada penutupan luka melalui pembentukan keropeng .
Fibrinolisis gumpalan fibrin tersebut bersifat sementara dan setelah beberapa waktu seharusnya dilarutkan lagi oleh plasmin.enzim protease ini berdaya menguraikan fibrin dan faktor-faktor pembekuan v dan VIII .dalam darah ,plasmin berada dalam bentuk pro –enzim inaktif plasminogen,yang dapat diaktivasi oleh zat-zat aktivator plasminogen (ZAP).ZAP faal adalah tPA urokinase dan faktor XII teraktivasi(lihat dibawah ).pembentukan berlebihan plasmin dengan resiko perdarahan dihindarkan oleh adanya inhibitor –ZAP Faal.
Gambar 38-1:skema sistem fibrinolis.Aktivasi dicetuskan oleh faktor tertentu di molekul fibrin.dengan demikian ,bertumpuknya fibrin dipembuluh dihindarkan ,yang dapat menghalangi aliran darah dan menimbulkan trombosis.antara pembentukan dan pelarutan fibrin terdapat keseimbangan.pelarutan (degradasi)fibrin yang terlalu cepat tau dini dapat menimbulkan perdarahan .dalam plasma terdapat juga zat –zat faal yang menginaktivir plasmin guna turut mengendalikan fibrinolis ,misalnya antiplasmin.Plasminogen dan fibrinogen terbentuk didalam hati ,sedangkan ZAP diproduksi di banayak tempat ,antara lain di endotel pembuluh diseluruh tubuh dan ginjal(urokinase)ZAP alamiahpenting ya ng juga digunakan dalam terapi sebagai zat pelarut trombus (trombolitika)adalah :
a. tPA(Tissue plasminogen activator)yang dilepaskan oleh endotel dalam bentuk aktif;dan
b. U PA (Urokinase –type plasminogen activator),yang pertama kali ditemukan dalam urin ,dilepaskan dari endotel ke dalam darah sebagai pro-urokinase yaitu bentuk inaktif yang baru diaktifkan bila perlu.
Pada keadaan stress fisik atau mental kadar tPAmeningkat ,begitu pula sejumlah hormon yang berdaya menginduksi pelepasan ZAP ke dalam darah ,misalnya adrenalin dan desmopresin.
Plasminogen → plasmin →antiplasmin(streptokinase)↓Fibrinogen →fibrin →degradasi
Proses pembekuan darah2
Bila pembuluh darah terluka ,sebagaireaksi pertamanya terjadi pengumpalan trombosit pada dinding pembuluh.gumpalan ini diperkuat oleh serat-serat fibrin.melalui proses feedback tubuh mengatur agar jangan terbentuk bekuan darah terlalu banyak atau terlalu sedikit. Mekanisme pembekuan darah merupakan suatu proses yang kompleks dan menyangkut 13 faktor pembekuan.yang utama adalah faktor-faktor berikut: fibrinogen(faktor 1)protrombin (faktor 11),kalsium (faktor IV),faktor VII,VIII Dan IX. Dalam garis besar ,urutan proses ini berlangsung sebagai berikut.bila darah mengalir keluar dari ,misalnya suatu luka ,yakni suatu permukaan”asingyang kasar,maka proses pembekuan dimulai dengan timbulnya tissue faktor(Tf)di permukaan sel ,yang bersentuha dengan plasma .bersama faktor VII yang telah diaktivir(VIIa0,tf dapat mengaktivir faktor x (rute sekunder).tetapi,peranan utama dari Tf+VIIa in vivo adalah aktivasi dari faktor IX(rute primer)Faktor Ixa bersama faktor VIII +ion ca mengativir faktor X.Faktor XI hanya diaktivasi pada lika parah oleh faktor XIIa,akhirnya ,mendorong pengubahan protrombin menjadi trombin ,yang menghindrolisa ikatan peptida dari fibrinogen dengan membebaskan serat-serat fibrin ,yang mengendap sebagai gumpalan ,sementar itu ,trombin +ion-Ca mengaktifar faktor XIII,yang bekerja menstabilkan gumpalan fibrin dengan jalan cross-linking molekul fibrin yang berdekatan .sel-sel darah akan “teperangkap”dalam gumpalan yang menyurupai serat-serat lekat dan membentuk suatu trombus padat.lihat skema proses pembekuan darah di gambar 38-2. Tromboplastin (trombonikase,faktor III)Adalah suatu enzim yang berkhasiat mengaktifkan pengubahan protrombin →trombin.dibentuk dalam jaringan cacat dan dilepaskan ke dalam plaasma .khususnya digunakan sebagai reagens pada tes protrombin untuk mengontrolpertekaran antikoagulansia oral. Pada keadaan normal,tidak akan terjadi pembekuan dan pengumpulan dalam pembuluh darah,berhubung dengan licinnya dindingnya.tetapi ,bila dinding ini menjadi kasar akibat luka atau peradangan ,maka proses pembekuan darah tercetus guna mencapai hemostasis(lat.haema =darah,statis =berhenti).B. ZAT-ZAT ANTI TROMBOTIK Penggolongan Antitrombotika adalah zat-zat yang digunakan untuk terapi dan prevensi trombosis,yang berdasarkan mekanisme kerjanya dapat dibagi dalam 3 kelompok ,yakni:
Rute sekunder primer VII IX XIIa
VIIa Xia XI
Ixa VII + Ca X Xa V Protrombin trombin
Fibrinogen fibrin XIIa Tf=tissue faktor Sel-sel trombus
Gambar 38-2:skema mekanisme pembekuan darah dan peranan beberapa faktor pembekuan.1.antikoagulansia: (senyawa heparin dan kumarin)yang menghindari terjadinya pembekuan darah .senyawa kumarin juga disebut antagonis vitamin k(AVK),karena menghindari sintesa dari beberapa faktor pembekuan di hati.dengan jalan menghambat sentesa fibrin zat-zat ini secara tak langsung menghambat proses pembekuan . Zat-zat penghambat sentesa fibrin baru adalah penghambat trombin langsung melagatran dan produknya ximelagatran (exanta,2004).13juga dua senyawa dari kelompok baru pentasa karida fonda –parinux(arixtra,2000)15dan idraparinux.2. penghambat pengumpulan trombosit(asetosal,dipiridamol,ticlopidin,indobufen,epoprostenol),yang berdaya
menghambat agregasi trombosit.caranya adalah dengan jalam menghambat sintesa tromboxan A2 di trombosit,meningkatkan jumlah cAMPatau dengan mengurangi pengikatan fibrinogen pada reseptor GP trombosit.sering kali obat –obat ini disebut antitrobotika (dalam arti sempit ). Zat-zat baru adalah antagonis reseptor-glikoprotein abciximab(reopro)yang berdaya mengikat pada reseptor glikoprotein GP pada permukaan trombosit dan demikian menghambat agregasinya.3. trombolitika (fibrinolitika):streptokinase,alteplase,urokinase dan reteplase (rapilysin).obat-obat ini berdaya melarutkan gumpalan darah yang terbentuk beberapa jam sebelumnya caranya ialah dengan jalan mengaktivasi sistem fibrinolitis tubuh melalui stimulasi perubahan plasminogen menjadi plasmin.plasmin ini memecahkan jaringan fibrin dari trombus.1.ANTIKOAGULANSIAAntikoagulansia (lat:coagularia=membeku)adalah zat-zat yang dapat mencengah pembekuan darah dengan jalan menghambat pembentukan fibrin.antagonis-vitamin kini digunakan pada keadaan dimana terdapat kecenderungan darh untuk membeku yang meningkat ,misalnya pada trombosis.pada trombosis koroner (infrak),sebagian otot jantung menjadi mati karena penyakuran darah ke bagian ini terhalang oleh trombus di salah satu cabangnya .obat-obat ini sangat penting untuk meningkatkan harapan hidup penderita.
Penggolongan .antikoagulansia dapat dibagi dalam dua golongan ,yakni obat dengan kerja tak langsung .
a. Zat-zat dengan kerja langsung :heparin,heparin Bm rendah(enoxaparin ,nadroparin )dan zat-zat heparinoid.zat-zat ini dapat bereaksi dengan tromboplastin dan membentuk suatu persenyawaan kompleks antitromboplastin ,yang menghindarkan terbentuknya trombin dari protrombin .dengan demikian ,heparin adalah suatu zat pencengah pembekuan darah yang kuat .keunggulan heparin adalah khasiatnya yang langsung dan singkat ,tetapi penggunaannya harus secara parental (i.v./infus.s.k.),karena dimusnahkan dalam saluran lambung –usus.*heparin BM rendah(LMWH)=Low molecular weight heparines).Heparin merupakan polimer dari mokoitinester-sulfat dan memiliki BM paling besar ,yakni rata-rata 15.000-18.000 D(alton).LMWH adalah heparin yang telah dipecah (difraksionasi)dengan BM 4.000-6.500,seperti enoxaprin dan nadroparin .fraksi heparin ini memiliki
panjang rantai berbeda –beda.dalam hubungan ini,heparin juga disebut UFH (un-fractionated heparin).efek antitrombotik dari LMWH tergantung dari besar molekulnya;semakin besar BM,semakin kuat dan cepat kerjanya. LMWH ternyata sama efektifnya dengan UFH pada trombosis dan emboli paru ,lagi pula bekerja lebih efektif mengenai inaktivasi sistem pembekuan darah.3,4selain ini .LMWH memiliki bio-availability biologis serta kinetik yang lebih baik,juga lebih mudah penggunaannya .LMWH yang lebih baru adalah reviparin (clivarin ),tinzaparin (innohep),dan danaparoide(orgaran).*heparinoida.terdiri atas zat-zat dengan khasiat yang mirip heparin .khususnya digunakan dalam salep atau krem sebagai obat pembantu pada penanganan tromboflebitis,luka akibat olahraga,keseleo dan salah urat.b.zat zat dengan kerja tak langsung:warfarin,asenokumarol,fenprokumon. Struktur kimia dari zat kumarin ini sangat mirip dengan vitamin k (lihat rumus bangunnya )dan khasiatnya berdasarkan antar alin saingan terhadap vitamin ini .sebagai antagonis vitamin k,zat ini menghalangi pembentukan factor pembekuan di Dallam hati ,antara lain dari protrombin ,karenanya,proses pembekuan darah terhambat secara tidak langsung .lagi pula mengurangi pembentukan fibrin .Antikoagulansia oral ini mulai kerjanya agak lambat,,baru sesudah 18-72 jam,yaitu bila mana factor pembekuan yang sudah ada dan bersikulasi hilang seluruhnya .setelah penggunaannya dihentikan ,efeknya masih berlangsung minimal beberapa hari ,pada fenprokumon malah sampai 2 minggu .untuk efek antipembekuan yang segera,tetapi harus dimulai dengan heparin ,lalu dilanjutkan dengan suatu kumarin .Luas terapi.pengunaan obat-obat ini harus selalu diawasi ketat dengan penentuan kadar protrombin dalam darah secara periodic ,karena luas terapinya hanya kecil,artinya jarak antara pengobatan yang kurang dan pengobatan yang berlebihan dengan
resiko perdarahan adalah sempit,lagi pula sangat berbeda-beda secara individual.PenggunaanAntikoagulansia digunakan pada tromboemboli,termasuk tromboflebitis (radang vena )setelah pembedahan dimana terdapat factor-faktor yang memudahkan terjadinya thrombosis ,terutama thrombosis koroner.5,6
secara preventif ,antikoagolansia digunakan untuk mencengah terbentuknya trombi(darah beku )pada aterosklerosis,misalnya pada gangguan sirkulasi akibat penyimpitan pembuluh .penggunaan secara profilaktis setelah infrak jantung ternyata tidak mengurangi risiko serangan kedua ,namun terjadinya trombose perifer dapat dicegah dengan efektif.8,9
EFEK SAMPINGNYA Berupa perdarahan hebat ,antara lain dilambung –usus,terutama pada over-dose.juga reaksi kepekaan yang serius ,karena heparin adalah suatu zat elergen ,yakni suatu zat yang dapat menimbulkan reaksi alergi .bila terjadi perdarahan ,misalnay dari hidung ,perlu segera diberikan zat penawar vitamin k1(*ossovit,konakion )secara oral (5-10 mg).pemberian vitamin k yang merupakan antagonis dari zat kumarin akan menormalkan kadar protrombin dalam darah,walaupun efek klinisnya baru tampak setelah beberapa jam .Kehamilan dan laktasi.zat-zat kumarin tidak boleh diberikan pada wanita hamil selama 3 bulan pertama kehamilan dan setelah minggu ke 36 berhubung sifat teratogennya .obat-obat ini masuk kedalam air susu ibu dalam jumlah kecil ,namun boleh digunakan selama laktasi Heparin juga dapat digunakan selama masa itu.Kontra indikasi adalah kecendrungan untuk perdarahan ,tekanan darah tinggi ,gangguan pada ginjal dan penyakit parah dari usus dan hati yang mengganggu resopsi dan produksi vitamin k.heparin tidak boleh diberikan pada penderita penyakit hemophilia (sakit bluder)dan penyakit purpura hemorrhagica.
Interaksi dengan obat lain Efeknya terhadap waktu pembekuan darah dapat sangat dipengaruhi bila digunakan bersamaan dengan obat lain .daya antikoagulansnya dapat diperkuat tetapi dengan resiko besar akan perdarahan ,berdasarkan beberapa mekanisme yakni:
a. Inhibisi enzim oleh aloporinol,antidiabetikaoral,kloramfenikol,dan metranidazol,karena biotransformasi (hidroksilasi)zat-zat tersebut dipengaruhi oleh enzim yang sama,yaitu hidroksilase.zat-zat androgen ,anabolika,vitamin E dan dekstrotiroksin memperkuat efeknya ,tetapi mekanisme kerjanya tidak diketahui .
b. Penggeseran dari ikatan proteinnya yang kuat (96-98%),oleh obat-obat dengan PP yang juga kuat ,antara lain fenilbutazon ,sulfonamida tertentu ,kliralhidrat dan asam nalidiksat.karenanya persentase obat bebas yang aktif dapat dilipatgandakan .
c. Merintangi agregasi trombosit hingga efek anti pembekuannya diperkuat ,misalnya salisilat.Sebaliknya terdapat terdapat sejumlah obat yang justru memperlemah efek anti pembekuan nya,berdasarkan mekanisme berikut:
d. Induksi enzim ,rifampisin ,griseofulvin dan barbiturate ,yang mempercepat boitransformasinya .
e. Mrngurangi resopsinya dari usus:kolistiramin.f. Menstimulir aktivitas factor pembekuan :antikonseptiva oral.
Oleh karena interaksi tersebut ,efek yang diinginkan tidak akan tercapai .maka,bila pemakai antikoagolansia perlu menggunakan obat-obat tersebut di atas,sebaiknya dilakukan pengawasan terhadap kadar antikoagulansianya di dalam darahnya,hingga dosisnya dapat disesuaikan seperlunya.
ZAT-ZAT TERSENDIRI1a. heparin :*thrombophon ,calparine
Senyawa glycosaminoglglycan ini(nama lain :mucopolysaccharide)bersifat asam kuat dan terdiri dari glukosamin dan asam glukoronat.Heparin untuk pertama kailinya didapatkan dalam hati (lat:hepar=hati),tetapi umumnya juga terdapat dalam darah dan sel jaringan ,bersamaan dengan histamin dan serotonin ,heparin kini diperoleh dengan jalan ekstraksi dari paru-paru dan hati sapi(1937).berhubung masih terdapat variasi dalam sifat dan kadar heparin,maka potensinya dinyatakan dalam unit-unut tertentu(USP).
Heparin berkhasia menetralkan trombin dengan segera dan digunakan sebagai zat antitrombin dalam keadaan dimana perlu mencairkan darah yang pesat, missal-nya trombose vena dalam (VDT) dengan bahaya emboli. Juga untuk profilaksis DVT (dosis rendah). Perlu diberikan parental (s.k atau i.v) karena per oral tidak diserap. Untuk efek yang segera (dalam 10 menit) heparin diberikan dengan jalan intravena. Plasma-t ½-nya 0,5-3 jam tergantung dari dosis. Efeknya berlangsung singkat, yakni k.l. 3 jam, karena ekskresinya oleh ginjal cepat. Pentakaran harus ditentukan atas dasar dasar kebutuhan penderita dan suatu penelitian periodik dari awal pembekuan darah (normal berkisar antara 10-20 menit), atau Activated Partial Thromboplastin Time (APTT normal = lebih kurang 45 detik), mutlak harus dilaksanakan. Secara dermal juga digunakan pada tromboflebitis permukaan dan peradangan, tetapi efektivitasnya diragukan (*Thorombophop).
Efek samping utamanya adalah pendarahan akibat efek antipembekuan berlebihan atau trombositepeni yang ditibulkan-nya. Jarang reaksi alergi dan rontok rambut (reversible).
Dosis: pada trombo-emboli i.v tiap 4 jam 5.000-10.000 UI (garam – Na) atau dengan infuse 1.000 unit/jam. Profilaksi s.k 5.000 UI 1-2 jam sebelum pembedahan, lalu 2-3 dd 5.000 UI selama 7-10 hari.1 mg heparin = 150 UI1b. Enoxaparin: lovenox, Clexane
LMWH in adalah campuran dari sejumlah heparin dengan BM rendah (rata-rata 4.500), yang dibuat dengan jalan Fraksional, yakni perombkan esterbenzil dari heparin dengan alkali (1988). Plasma-t ½-nya pada injeksi s.k. lebih panjang dari heparin, k.l. 4 jam, juga lebih dapat diperkirakan. Sebaliknya, daya kerjanya dibandingkan heparin hanya lemah. Karenanya terutama digunkan untuk pencegahan, misalnya DVT pasca bedah dan emboli paru.
Efek sampingnya sama dengan heparin, tetapi risiko pendarahan lebih rendah karena afinitasnya untuk trombil lebih ringan. Agregasi trombosit juga kurang dihambat, sehingga resiko trombositopeni juga lebih kecil.
Dosis s.k. 20 mg garam-Na 2 jam sebelum pembedahan, lalu 1 dd 20 mg selama 7-10 hari. 1 mg enoxaparin-Na memiliki aktivitas 100 AXa-UI.*Nadroparin (fraxiparine) adalah campuran dari molekul heparin dengan BM rendah pula, yang dibentuk melalui fraksinasi heparin dengan asam nitrat (1989). Plasma t k.l 3.5 jam. Aktivitasnya dinyatakan dalam unit AXa-E (IC) {=0,41 AXa-UI.
Dosis: profilaksis s.k. 7.500 unit (AXa-E) garam-Ca, 12 jam sebelum dan sesudah pembedahan, lalu 1 dd selama 7-10 hari. Terapi 2 dd 225 Axa-E/kg selama 10 hari.1.c Heparinoida: *Lasonil, *Mobilat Terdiri atas ester sulfat dari polysaccarida dengan khasiat heparin lemah1949). Khusunya digunakan untuk mengobati cedera olah raga, umumnya dikombinasi dengan enzim hyaluronidase untuk memperkuat efeknya ( lihat boks dbawakn). Efek sampingnya jarang terjadi dan berupa reaksi alergi pada kulit kadar dalam krem / salep 3 mg/g1.d. Warfarin: (simacr-2) Derivate-asetonilbenzil ini dari kumarin (1950) terdiri dari campuran resemis. Khasiat antikoagulansnya berdasarkan mekanisme saingan terhadap vitamin k.
Terutama digunakan untuk prevensi sekunder infark otak dan jantung. Penggunaan non-medis adalah sebagai racun tikus. Resorbsinya baik, PP-nya k.l. 99%, plasma t ½-nya 40-50 jam. Mulai bekerjanya agak cepat dan maksimal sesudah 36-72 jam dan bertahan lama: 4-5 hari. Dalam hati diubah menjadi bebrapa metabolit inaktif, yang diekskerikan memalui urin. Dosis: permulaan 1 dd 10-15 mg (garam-Na) selama 3 hari, pemeliharaan 1 dd 2-10 mg berdasarkan arahan masa prototrombin.
*hyaluronidase: Hyason,*Lasonil Enzim mukolitis ini (1949) berkhasiat merombak asam hyaluronat dengan efek melarutkan subtansi-dasar dari jaringan dan menurunkan viskositasnya, sehingga permeabilitasnya dinaikkan. Dengan demikian, absorpi dari obat yang diberikan bersamaan (heparinoida, anastetika local) diperbaiki. Kelarutan dari kulit dan jaringan pengikat juga ditingkatkan. Jarang sekali menimbulkan reaksi alergi. Efeknya dikurangi oleh salisilat. Kadar yang digunakan adalah 150 U per g salep / krem.
*Asenokumarol: (Sintrom) adalah derivate nitro dari warfarin (1955) berkhasiat kuat. Resorpsinya di atas 60%,PP-nya 99% plasma t ½-nya 8-14 jam. Mulai kerjanya agak lambat, yakni setelah 18-24 jam dan bertahan sampai 48 jam. Metabolit inaktifnya diekskresikan melalui urun dan tinja. Lama kerjanya agak singkat. Dosis: hari pertama 1 dd 8 mg, hari ke-2 dan ke-3 1dd 4mg, pemeliharaan 1-8 mg sehari berdasarkan arahan MPT.*Fenporkumon (fenilpropiloksikumarin, Marcoumar) adalah derivate etibenzil dari kumarin (1953) dengan sifat yang mirip. Mulai kerjanya lebih lambat lagi, yakni setelah 36-48 jam, dan bertahan sangat lama, sampai 1-2 minggu. Plasma-t ½-nya k.l. 160 jam. Dosis: hari pertama 1 dd 12 mg, hari ke-2 6mg, hari ke-3 3mg, pemeliharaan 1,5 mg sehari.2. PENGHAMBATAN AGREGASI TROMBOSITSeperti telah diuraikan diatas penggumpalan darah sebagai akibat dari agresi trombosit akan terjadi bila misalnya darah mengalir melalui suatu permukaan yang kasar, seperti dinding pembuluh yang rusak atau meradang. Zat – zatini, yang singkatnya juga disebut penghambat trombosit (“platelet inhibitor”), berkhasiat menghindari terbentuk dan berkembangnyatrombi dengan jalan meghambat penggumpalannya. Termasuk dalam kelompok ini antara lain asam asetilasilat, dipiridamol,tiklopidin,indobufen dan epoprostenol.ZAT – ZAT TERSENDIRI2a. Asam asetilasitat : asetosal, aspirin, aspilet. Di samping khasiat analgesic dan anti radangnya ( pada dosis tinggi), obat anti nyeri tertua ini (Gerhardt, 1853- Hoffman, 1897) pada dosis rendah berkhasiat merintangi pemggumpalan trombosit. Dewasa ini, asetosal adalah obat yang paling banyak digunakan dalam efek terbukti pada prevensi trombosit astriil. Sejak akir tahun 1980-an, asam ini mulai banyak digunkan untuk prevensi sekunderdan infark otak dan jantung. Risikonya diturunkan dan jumlah kematian karena infark kedua dikurangi sampai 25%. Keuntungannya banyak dibandingkan anti koagulasi untuk indikasi ini, antar lain kerjanya cepat sekali dan dosisnya lebih midah diregulasi. Lagi pula pasien tidak perlu dimonitor waktu protombin dalam darahnya dan tidak perlu mentaati skema pentakaran yang rumit (7a,7b). tedapat pula bebrapa indikasi bahwa asetosal, seperti,NSAIDs lainnya, bersifat melindungi terhadap kanker usus besar. Penggunaan lainnya. Asetosal juga digunkan pad dosis rendah untuk gangguan kardiovaskuler berikut :
- Prevensi sekunder dari TIA (transient Ischaemic attack), yakni kehilangan kesadaran selewat akibatngangguan sirkulasi di otak.
- Terapi angina pectoris instabil; dan- Pasca pembedahan hypass
Penggunaan kombinasi asetosal dengan anti-koagulansia setelah infark jantung ternyata bermanfaat. Misalnya, terapi di mulai dengan asetol untuk kerja cepat dilanjutkan bebrapa minggu kemudian engan warfarin, dan sebagainya. Untuk penggunaan sebagai zat penghalau nyeri, lihat bab 20, Analgetika .Mekanisme kerja. Hambtan agregasi trombosinya berasarkan inhibisi pembentukan tromboxan-A2(TxA2) dari asam arachidonat yang dibebaskan dari senyawa – esternya dengan fosfolipida (dalam membaran sel) oleh enzim fosfolipase. Asetosal mengastelasi secara irreversible dan engan demikian menginaktivir enzim cylo-oxygenase-I, yang umumnya mengubah arachidonat menjadi endoperoksida. TxA2 memiliki khasiat kuat menggumpalkan trombosit dan vasokonstriksi. Dosis 30-100 mg sehari sudah cukup efektif untuk menginaktivir cylo-oxigenase tanpa menhalangi reproduksi prostacyclin. Prostacylin berkhasiat menghalangi agregasi, vasodilatasi dan melindugi mukosa kambung. Lihat juga Bab 21, Analgetika antiradang, gambar 21-2.Dosis : antiagresi: oral 1 dd 40-100 mg p.c., atau 50-125 mg asetosal-kalsium (=carbasalat). Antinyeri: 3 dd500 mg, antiradang 3-4 dd 1 g p.c.. Efek sampingnya yang terkenal adalah sifat merangsangnya terhadap mukosa lambung dengan risiko pendarahan, yang berkaitan dnegan penghambat pula prostacycline (Pg12), yang dibentuk oleh dinding pembuluh. Pg12 ini mencegah sintesa TxA2 dan bersifat mengambat kuat agregasi trombosit. Lihat Bab 21, analgetika antiradang. Namun pada dosis rendah yang diperlukan untuk daya kerja antiagregasi, efek sampingnya ini ternyata jarang sekali menimbulkan keluhan lambung, sedangkan produksi Pg12 sistemik tidak dihalangi. Dosis : prevensi sekunder infrak otak/ jantung 1 d 100 mg p.c., prevensi TIA 1 dd 30-100 mg p.c. pada infark jantung akut 75-160mg sebelum infuse dengan streptokinase. Pada angina pectoris 1 dd 75-100 mg.2b. Clopidogrel: Plavix Drivat-piridin ini (1998) adalah pro-drug, yang dalam hati diubah untuk k.l. 15% menjadi metabolit thiolnya yang aktif. Zat aktif ini setelah diresirbsi mengikat dengan pesat dan irreversible pada reseptor trombosit dan menghambat penggumpaannya, yang diinduksi oleh adenosinedofosfad (ADP). Reseptornya minimal 50%, PP-nya 98%. Ekskerisnya memlalui kemih dan tinja. Terutama digunakan untuk prevensi sekunder dari infark jantung dan CVA bila terdapat hiversintivitas terhadap asetosal yang sama efektifnya, terapi jauh lebih murah.Efek sampingnya terpentinga adalah pendarahan yang dapat terjadi diseluruh tubuh ( saluran cerna dan napas ,hidung, mata, kulit). Sering terjadi gangguan lambung-usus (sakit perut, mual, muntah, diare atau obstipasi).
Dianjurkan pemantauan gambaran darah bila ada gejala- gejala pendarahan. Wania hamil dan selama lataksi tidak dianjurkan minum obat ini. Infraksi. Berhubung risisko akan kehilangan darah tersembunyi (occult) dilambung-usus, maka kombinasi dengan NSAID’s hemdaknya dengan sangat berhati – hati.Dosis : dewasa 1 dd 75 mg/p.c.
lipoxinase leokotrien Fospolipida arachidonat PgE2, PgI2 Endoperoksida
Tromboxan-A2a= fosfolipase, b= cyco-oxygenase, c= tromboxan-synthetasePgE2 = prostaglandin E2, PgI2 = prosracyclin
Gambar 38-3:cascade arachidonat dengan pembentukan pg12 dan txA2
2c. Cilostazol: PletaalFosfodiesterase inhibator ini meningkatkan caMP yang menimbulkan
vasodilatasi dan menghambat agregasi trombosit. Digunakan untuk claudicatol, dengan gejala nyeri, hilang rasa atau kelemahan di betis, paha dan pinggul yang timbul sewaktu berjalan dan pulih kembali setelah istirahat bebrapa menit.
Efek sampingnya: sakit kepala, pusing dan diare. Tidak boleh digunakan oleh penderita gagal jantung.Dosis: 2 dd 100 mg2d. Dipiridamol: Persatin, *Asasantin Retard.senyawa dipiridimin (1959) berkhasiat menghindari agregasi tro,bosit dan adhesinya pada dinding pembuluh. Juga menstimulir efek dan sintesa epoprostenol (lihat 2g). Kerjanya berdasarkan inhibisi fosfodiesterterase, sehingga cAMP( dengan daya menghambat agregasi) tidak diubah dan kadarnya dalam trombosit meningkat (sama denga 2c). Terutama digunakan pada bedah katup jantung, bersama anti koagulansia. Kombinasinya dengan asetosal dahulu dianjurkan sebagai profilaksi infark kedua, tetapi ternyata bahwa monotrapi esetosal menghasilkan efek yang sama. Suatu studi baru telah menunjukan efektivitas dari kombinasi ( asetosal 25 mg + dipiridamol retard 200 mg = *Asasantin) untuk menurunkan resiko akan CVA sekunder dan prevensi TIA (Ph Wkbl 1998;133:1298-1300). Kombinasi ini
ternyata lebih efektif dari pada asetosal tunggal berdasarkan titik kerja yang berlainan dari kedua senyawa ini. Penggunaannya pada angina pectoris dianggap obsolet.
Resorbsinya dari usus tidak menentu, BA-nya 30-65%, diikatpada plasma – protein untuk 90-99%, plasma t nya k.l. 11 jam. Diubah di dalam hati menjadi glukuronida, yang dikeluarkan melalui tinja.Efek sampingnya, seperti sakit kepala, gangguam lambung-usus, debar jantung dan pusing, akan jauh berkurang pada dosis rendah.Pada dosis diatas 200 mg, tensi dapat menurun dan kolaps pada orang dengan sirkulasi buruk.
Dosis: oral 1 dd 300 mg jam a.c. pada bedah katup jantung 4 dd 75-100 mg, dikombinasi dengan suatu antikoagulans.2e. Ticlopidin : Ticlid
Drivat tetrahidropiridin ini (1978) menghambat agregasi trombosit, yaitu cetuskan oleh antara lain ADP (adenosindifospafad).Resorbsinya dari usus sekitar 80%, PP-nya k.l. 98%, plasma t k.l. 8 jam (setelah 1 dosis) dan 96 jam setelah digunakan 14 hari. Efeknya maksimal setelah 3 hari dan bertahan selama 14 hari.
Efek sampingnya berupa gangguan saluran cerna, ruam kulit, pusing dan hepatitis.lebih gawat lagi adalah efeknya terhadap sel-sel darah (agranulocytose, anemi aplastis dan lain- lain) yang jarang terjadi tetapi bersifat fatal. Karenanya, ticlopidin di tahun 1982 telah ditarik dari peredaran di belanda.Dosis: oral 2 add 250 mg d.c./ p.c. (garam HCL)2f. Indobufen : Ibustrin
Senyawa asam butirat ini (1995) berkhasiat menghambat agresi trombosit, lagi pula bekerja anti radang dan analgestik. Terutama digunakan antara lain pada trombosis vena dan gangguan jantung ischemis serta prevensinya.Efek sampingnya dapat berupa gangguan lambung-usus, pendarahan hidung dan gusi, juga reaksi alergi.
Dosis : 2 dd 100 mg, lensia separuhnya.2g. Epoprostenol: (prostaglandin 12, prostacycline, Fiolan).
Prostasuklin alamiah ini (1982) di bentuk di dindiding pembuluh pada sistem cascade arachidonat dan berkhasiat menghambat agregasi trombosit, juga berdaya vasodilatasi kuat. Pada hakikatnya, zat ini merupakan antalgonis dari tromboxan (TxA2) (lihat gambar 38-3). Kerja anti trombositnya teragantung dari dosis dan berdasarakan peningkatan kadar cAMP dalam trombosit melalui stimulasi enzim prevensi trombosis pada waktu hemodialisa (ginjal) sebagai zat pengganti heparin. Lihat juga misoprostol (cytotec) dengan khasiat mukosa-protektif pula di Bab 21. Obat- obat rema.
Efek sampingnya berupa muka merah, hipotensi, nyeri kepala, pusing, tachycardia atau bradycardia, juga gangguan lambung – usus dan mulut kering.
Dosis: infus (i.v) selama dialyse 4 mg/kg.3.TROMBOLITIKTrombolitika, juga disebut fibrinolitika, berkhasiat melarutkan trombus dengan cara mengubah plasminogen menjadi plasmin, suatu enzim yang dapat menguraikan fibrin, Firbrin ini meupakan zat pengikat dari gumpalan darah. Terutama digunakan pada infark jantung akut untuk melarutkan trombi yang telah menyumbat arteri koroner. Bila diberikan tepat pada waktunya, yakni dalam jam pertama setelah timbulnha gejala, obat obat ini dapat membatasi luasnya infark dan kerusakan otot jantung, sehingga memperbaiki pragnosa penyakit. Juga pada emboli paru, trombosit perifer dan untuk trombolisis preoperatif. Pemberiannya setelah infark jantung otak akud ( dalam waktu 3 jam) masih kontropersial manfaatnya. (lancet 1997;350:607-14).
Efek samping yang serius dari obat-obat ini adalah meningkatkan kecenderungan pendarahan, terutama pendarahan otak, khususnya pada manula. Juga harus waspada pada pasien yang condrong mengalami perdarahan, misalnya yang baru menjalanai pembedahan atau yang menderita luka besar.Penggolongan. Dapat dibedakan dua kelompok trombotika, yaitua.fibrinosylin(plasmin) adalah enzim protease (fibrinoitis). Yang langsung merombak jaringan-fibrin dan trombus dan protein plasma lainnya, seperti fibrinogen, faktor beku 5 dan 8
penggunaanya secara dermal untuk melarutkan jaringan mati di borok, seperti pada ulcus cruris dan dec ubitus, sudah diganti dengan colla-genase yang lebih efektif.b. zat-zat aktivator plasminogen streptokinase, altepalase, urokinase dan reteplase(rapilysin). Obat – obat ini bekerja taklangsung dengan jalan menstimulir pengubahan plasminogen menjadi plasmin.ZAT- ZAT TERDENDIRI3a.Steptokinase: Kabikinase, sreptanase Stertokinase adalah protein yang dibuat dari fitrat kultur stereptolokus B-hemolotichus(1962). Berdaya fibriolitis dengam jalan membentuk kompleks dengan plasminogen yang mengubahnya menjadi plasmin. Digunakan pada gangguan trombo-emboli, misalnya emboli paru dan infark jantung, terutama intrakoroner dan i.v.(infus). Keberatannya dalah risiko perdarahan akibat aktivitas plasminogen berlebihan, sehingga tidak saja gumpalan tirbin dilaurkan, melainkan juga fibrinogin bebas. Efek samping dari kontra-indikasinya sama seperti pada zat- zat di ats.Dosis: ditentukan secara individual, lamnya pengobatan5 hari3b Alteplase: tPA (Tissue Plasminogen Acti-vator)Actylase.
Atlepase adalah enzim serine-protease dari sel endotel pembuluh yang dibentuk dengan teknik rekmbinan-DNA (1987) T hanya 5 menit. Bekernya sebagai fibrinolitikum dengan jalan mengikta pada fibrin dan mengaktivasi plasminogen jaringan. Plasmin yang terbentuk kemudian mendegradasi fibrin dan dngan dmikian melarutkan trombus.Digunkaan pada infark otot jantung akut, sebaiknya dalam wakti 1-3 jam setelah timbulnya gelaja, makssimal setelah 6 jam. Untuk menghindarkan timbulnya trombus baru dianjurkan untuk sesudahnya juga diberikan heparin da atikoagulans, juga pada emboli –baru.Dosis: pada infark jantung akut i.v (infus) permulaan 10 mg dalam 1-2 menit, lalu 50 mg selama jam pertama dan 10 mg dalam 30 menit, sampai maksimal 100 mg dalam 3 jam.
Tenecteplase (mytase, 2000) adalah varian alteplase, yang dibentuk dengan manipulasi genetis. Masa paruhya lebih panjang (k.l 20 menit), spetifitasnya untuk fibrin lebih besar dan lebih besar dan lebih tahan terhadap ppenghambatan activator – plasminogen. Dosinnya : intravena dalam k.l. 10 detik, tergantung berat badan 30 mg / 60 kg sampai 50 mg/ 90 kg 50 mg = 10.000 U tenecteplase3c. Urokinase : ukida, MedicanaeUrokinase adalah enzim yang dihasikan dari biakan jaringan sel ginjal manusia (1962). Plasma t 10-20 menit. Digunkan pada trombose ven dalam dan earteriil, juga pada embili-paru.Dosis: i.v. (infus) permula 250.000 UI dalam larutan NaCL / glukosa selama 15 menit, lalu 100-250.000 UI/jam selama 8-12 jam.
DAFTAR PUSTAKA
1. Brommer EJP et al. Lifestyle, fibrinolysis and lipids. Pham Word & Scl 1997:19:82-88
2. Davie EW et al. The coagulationcascade: initiation maintenance and regulation. Biochenistry 1991;30: 10363-70
3. Cate H ten et al. Developments in antithrombic theraphy : state of tehe art anno 1996. Pharm Word & Sci 1996;19:195-203
4. Lensing AWA et al. Treatmen of deef venous thrombosi with low moleculer weght heparins arch INTERN med 1995:155:601-7
5. Prins MH. Optimale behandeling met orale anticoagulantia. Ned Tydschr v Geneesk 1996;140:1059-1061.
6. Bemt PMLA van den. Het dilemma van de therapieduur van orale anticoagulantia ( na een tweede opisode van veneuze trombo-embolie). Pharm Wkbl 1997;132:1667-8
7. Vos BG. Aspirine of sintrom? (redact). Ph Wkbl 1995;130:1305.8. Meer van der J. Antitrombitische behandeling. Diphyridamole en / of
acetosal, of cumarine? Pharm Wkbl 1995;130:563-89. DiennerH et al. European Stroke Prevention study 2 Dipyridamole and
acetylsalycilacid in the secondary prevention of stroke. J Neurol sci 1996;143;1-13
10.Waskowsky WM et al. Antitrombotissche therapie naeen myocardinfarct: argumenten voor acetosal emcumarine . NTvG 2005;149:65-70
11.Boersma E et al. Trombolytic treatment inacute myocardial infarktion: reappraisal of the golden hour. Lencet 1996;348:771-5.
12.Meister FI et al. Trombolycid therphy for acute myocardial infarktion. Pharmacotraphy 1998;18(4);686-97
13.Westerman EM et al. Reperfusteplase voor snelle reperfusie? Pharma Sel 1999:15:90-4
14.Wallentin L et a. oral ximelagatran for seconday prophylaxis after myocardial infarktion. Lencet 2003;363:787-97
15.Levi M et al. Nieuwe anticoagulantia. NTvG2003:147:909-1516.Eriksoon BI et al. Fondaparinux compared with enoxaparin for the
prevention of venous trombo- embolism after hip-fracture surgery, NengI J Med 2001;345:1298-304.
17.Es RF et al. Asprin and coumadin after acute coronary syndromes (the ASFECT-2 study):a randomized controlled trial. Lencet 2002;360:109-133
18.Luicjkx GJ en de keyser JHA. Combinatie van acetylsalycilzuur en diphyridamol gusting voor secundaire preventie na een TIA of een herseninfarct. NtaG 2006;150:1812-14
D I
S U S U
N Oleh:
Raihanil fauza(124301235) Julita wati (124301219)
BAB I PENDAHULUAN
A. UmumKeselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sangat besar peranannya dalam upaya
meningkatkan produktivitas tenaga kerja terutama mencegah korban manusia dan segala
kerugian sebagai akibat kecelakaan. K3 sangat penting untuk mewujudkan kualitas hidup
masyarakat maju sesuai dengan tuntutan global. Dengan menerapkan prinsip-prinsip K3
secara tepat, masyarakat akan mampu mencegah terjadinya kecelakaan kerja, menghindari
adanya korban juga.
Program K3 di rumah sakit dilaksanakan untuk melindungi pegawai, pasien maupun
masyarakat lainnya dari kemungkinan terjadinya kecelakaan baik di dalam maupun di luar
rumah sakit. Di samping itu, juga untuk menjaga agar peralatan dan bahan yang
dipergunakan selama proses pelayanan kesehatan dapat dipakai dan dimanfaatkan secara
benar, efisien, dan produktif.
B. Maksud dan Tujuan1. Maksud
Memberikan petunjuk kepada pegawai RSU Permata Madina khususnya pegawai
yang rawan terhadap ancaman kesehatan dan keselamatan kerja agar dalam
melaksanakan tugasnya didapat suatu dasar, satu pengertian dan tata cara
pelaksanaan yang memadai
2. Tujuan1. Sebagai pedoman bagi pegawai RSU Permata Madina guna menyikapi,
melaksanakan, dan menindak lanjuti fungsi dari keselamatan dan kesehatan kerja.
2. Menciptakan budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja di RSU Permata Madina.
C. PengertianKeselamatan dan Kesehatan Kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan
peralatan, baik berupa peralatan kesehatan maupun non kesehatan yang dipergunakan oleh
pegawai, penderita maupun pengunjung di rumah sakit.
1
BAB IIPENGORGANISASIAN K3 RS.
I. STRUKTUR ORGANISASI
2
II. SUSUNAN KEPANITIAAN
A. Tenaga Staf Panitia K3RS
NAMA JABATAN
Ketua
Wakil Ketua
Sekertaris
Penanggung Jawab Kesehatan Kerja
Penanggung Jawab Kewaspadaan Bencana
Penanggung Jawab Penanggulangan Kebakaran
Penanggung Jawab Kesehatan Lingkungan Kerja
B. Tenaga Pendukung Panitia K3RS1. General Manager = 3 orang
2. Kepala Bagian = 7 orang
3. Kepala Ruangan = 10 orang
4. Kepala Instalasi = 4 Orang
3
III. URAIAN TUGAS
I. Ketua Panitia K3RS
NAMA JABATAN : Ketua Panitia K3RS
TUGAS POKOK : Mengawasi pelaksanaan kegiatan K3 di RSU Permata Madina
WEWENANG : 1. Menyusun program kerja PK3RS.2. Memberikan usulan kepada Direktur RSU
Permata Madina tentang perbaikan masalah K3.URAIAN TUGAS : 1. Menentukan langkah, kebijakan demi tercapainya
pelaksanaan program Panitia K3 RSU Permata Madina
2. Memimpin semua rapat pleno Panitia K3 RSU Permata Madina atau menunjuk anggota untuk memimpin rapat pleno.
3. Melakukan rapat dan evaluasi program Keselamatan dan Kesehatan Kerja RSU Permata Madina
PERSYARATAN : JABATAN
Minimal dokter umum yang memiliki sertifikat K3.
TANGGUNG : JAWAB
Bertanggung jawab kepada Direktur RSU Permata Madina
II. Wakil Ketua Panitia K3RS
NAMA JABATAN : Wakil Ketua Panitia K3RS
TUGAS POKOK : Membantu ketua dalam mengawasi pelaksanaan kegiatan K3 di RSU Permata Madina
WEWENANG : Membantu ketua dalam menyusun program kerja Panitia K3 RSU Permata Madina
URAIAN TUGAS : Menggantikan ketua dalam memimpin semua rapat panitia K3 RSU Permata Madina jika ketua berhalangan hadir.
PERSYARATAN : JABATAN
Minimal pendidikan S1 dari segala jurusan.
TANGGUNG : JAWAB
Bertanggung jawab kepada Ketua Panitia K3 RSU Permata Madina
III. Sekretaris Panitia K3RS
NAMA JABATAN : Sekretaris Panitia K3RS.
TUGAS POKOK : Melakukan pencatatan dan pengumpulan dokumen yang berkaitan dengan K3 di RSU Permata Madina
WEWENANG : Membantu Ketua dalam menyusun program kerja Panitia K3RS.
URAIAN TUGAS : 1. Mencatat notulen rapat rutin.
4
2. Mengumpulkan dokumen yang berkaitan dengan K3RS.
PERSYARATAN : JABATAN
Pendidikan minimal SLTA dari segala jurusan.
TANGGUNG : JAWAB
Bertanggung jawab kepada Ketua Panitia K3 RSU Permata Madina
IV. Penanggung Jawab Penanggulangan Kebakaran
NAMA JABATAN : Penanggung Jawab Penanggulangan Kebakaran
TUGAS POKOK : Membantu ketua dalam melaksanakan kegaitan K3 di RSU Permata Madina khususnya di bidang pencegahan dan penanggulangan kebakaran.
WEWENANG : Bertanggung jawab dalam pelaksanaan program penanggulangan kebakaran di RSU Permata Madina
URAIAN TUGAS : 1. Melaksanakan program pencegahan dan penanggulangan kebakaran.
2. Melakukan identifikasi risiko bahaya kebakaran di lingkungan RSU Permata Madina
3. Melakukan pengecekan sarana dan prasarana yang menunjang pencegahan dan penanggulangan kebakaran.
PERSYARATAN : JABATAN
Minimal pengalaman di bidang Maintenance selama 1 tahun.
TANGGUNG : JAWAB
Bertanggung jawab kepada Ketua Panitia K3 RSU Permata Madina
V. Penanggung Jawab Kewaspadaan Bencana
NAMA JABATAN : Penanggung Jawab Kewapadaan Bencana
TUGAS POKOK : Membantu ketua dalam melaksanakan kegiatan K3 di RSU Permata Madina khususnya di bidang kewaspadaan bencana.
WEWENANG : Bertanggung jawab dalam pelaksanaan program kewaspadaan bencana di RSU Permata Madina
URAIAN TUGAS : Melaksanakan program kewaspadaan bencana.
PERSYARATAN : JABATAN
Minimal D3 Keperawatan yang bertugas di UGD.
TANGGUNG : JAWAB
Bertanggung jawab kepada Ketua Panitia K3 RSU Permata Madina
5
VI. Penanggung Jawab Kesehatan Lingkungan Kerja
NAMA JABATAN : Penanggung Jawab Kesehatan Lingkungan Kerja
TUGAS POKOK : Membantu ketua dalam melaksanakan kegiatan K3 di RSU Permata Madina khususnya di bidang kesehatan lingkungan kerja.
WEWENANG : Bertanggung jawab dalam pelaksanaan program kesehatan lingkungan kerja di RSU Permata Madina
URAIAN TUGAS : Melaksanakan program kesehatan lingkungan kerja.
PERSYARATAN : JABATAN
Minimal D3 Keperawatan.
TANGGUNG : JAWAB
Bertanggung jawab kepada Ketua Panitia K3 RSU Permata Madina
VII. Penanggung Jawab Kesehatan Kerja
NAMA JABATAN : Penanggung Jawab Kesehatan Kerja.
TUGAS POKOK : Membantu ketua dalam melaksanakan kegiatan K3 di RSU Permata Madina khususnya di bidang kesehatan kerja.
WEWENANG : Bertanggung jawab dalam pelaksanaan program kesehatan kerja di RSU Permata Madina
URAIAN TUGAS : Melaksanakan program kesehatan kerja.
PERSYARATAN : JABATAN
Minimal D3 Keperawatan.
TANGGUNG : JAWAB
Bertanggung jawab kepada Ketua Panitia K3 RSU Permata Madina
VIII. Tenaga Pendukung Panitia K3RS
NAMA JABATAN : Tenaga Pendukung Panitia K3RS.
TUGAS POKOK : Membantu panitia K3RS dalam memobilisasi kegiatan K3 di RSU Permata Madina
WEWENANG : Bertanggung jawab melaksanakan mobilisasi kegiatan K3 di RSU Permata Madina
URAIAN TUGAS : Mobilisasi pegawai dalam penanggulangan bencana di RSU Permata Madina
PERSYARATAN : JABATAN
1. Kepala Bagian2. Kepala Instalasi3. Kepala Ruangan
TANGGUNG : JAWAB
Bertanggung jawab kepada Ketua Panitia K3 RSU Permata Madina
6
BAB IIIIMPLEMENTASI K3 DI RSU Permata Madina
I. PENANGGULANGAN KEBAKARAN RSU PERMATA MADINAA. Pengertian
Keadaan Darurat: Keadaan darurat disini adalah setiap kejadian yang dapat menimbukan
gangguan terhadap kelancaran operasi / kegiatan di lingkungan lingkungan RSU
Permata Madina yang meliputi kejadian kebakaran, peledakan, kecelakaan, gangguan
tenaga, gangguan keamanan dan bencana alam.
Kebakaran: Adalah suatu peristiwa terbakarnya peralatan, unit kerja atau instalasi
disebabkan api sebagai akibat reaksi kimia (reaksi oksidasi) yang bersifat eksotermis
dan diikuti oleh pengeluaran cahaya, panas, serta dapat menghasilkan nyala api dan bara.
Kebakaran Kecil: Adalah kebakaran yang dapat ditanggulangi oleh karyawan
setempat baik secara perorangan, kelompok maupun bersama-sama dengan Tim
Penanggulangan kebakaran lingkungan RSU Permata Madina dengan menggunakan
alat pemadam api yang tersedia ditempat tersebut.
Kebakaran Besar: Adalah kebakaran yang tidak dapat ditanggulangi oleh karyawan dan
peralatan seperti tersebut diatas (kebakaran kecil), tetapi memerlukan pengerahan
seluruh karyawan yang terlibat dalam organisasi penanggulangan keadaan darurat.
Penanggulangan Kebakaran: Adalah suatu usaha mengatasi kejadian kebakaran,
termasuk melokalisir/mencegah kemungkinan meluasnya kebakaran, mengevakuasi
pasien / karyawan serta usaha penyelamatan jiwa dan harta benda.
Gangguan Tenaga: Adalah suatu gangguan teknis yang dapat menghambat/
mengakibatkan terhentinya penyaluran tenaga seperti listrik, air dan sebagainya yang
dapat menimbulkan bahaya.
Gangguan Keamanan: Adalah suatu kejadian non teknis yang mengganggu keamanan
dan menjurus kepada pengrusakan seperti huru-hara, demonstrasi liar dan sebagainya
yang dapat menimbulkan bahaya.
Bencana Alam: Adalah suatu kejadian yang disebabkan oleh faktor alam seperti gempa
bumi, angin topan, banjir dan sebagainya yang dapat menimbulkan bahaya.
Lantai Rawat: Adalah lantai / ruangan yang dipergunakan sebagai tempat pasien rawat
tinggal.
Lantai Non Rawat: Adalah lantai / ruangan yang tidak dipergunakan untuk rawat inap.
Lantai Z: Adalah lantai tempat terjadinya kebakaran
7
Daerah Rawan Bakar Tinggi: Adalah unit kerja yang memenuhi kriteria rawan terhadap
terjadinya risiko kebakaran, baik karena penyalaan sendiri maupun akibat kelalaian
petugas.
B. Prosedur Penanggulangan
Langkah-langkah:
1. Kebakaran Kecil.
Apabila terjadi kebakaran di area gedung, petugas yang pertama kali menemukan
kebakaran segera memadamkan api dengan alat pemadam api yang tersedia atau
dengan karung/kain basah yang ada sambil meminta pertolongan ke petugas yang ada.
Bila usaha pemadaman dini tidak bisa dilakukan, segera hubungi petugas jaga/piket
(jaga ksatrian). Setelah mendapat laporan berlaku prosedur pemadaman kebakaran
tingkat II / sedang.
2. Kebakaran Besar.
2.1 Pengawas Bagian Keamanan.
2.1.1. Tim Pemadam.
- Mengetahui apakah api bisa dipadamkan dengan tabung APAR atau
Hydrant.
- Mengetahui dengan pasti letak alat pemadam kebakaran.
- Mengambil alih dan membawa alat pemadam kebakaran ketempat kejadian.
- Berusaha memadamkan api dengan Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
dan Hydrant, Hydrant dipergunakan setelah listrik dipadamkan.
- Melokalisir area kebakaran dengan manyingkirkan barang-barang yang
mudah terbakar, menutup jendela-jendela dan pintu agar api tidak menjalar
ke area lain.
- Cegah / melarang orang-orang yang bukan petugas Keselamatan
Kebakaran mendekati lokasi api hanya untuk menyelamatkan barang-
barangnya.
- Bila tidak mampu menguasai api, keluar dari lokasi api dengan cepat,
segera menghubungi Pos Jaga / Piket.
- Melaporkan tindakan dan hasilnya kepada Kepala Jaga.
2.1.2. Tim Evakuasi.
- Memerintahkan semua karyawan agar segera keluar gedung dengan tertib.
8
- Memimpin pelaksanaan Evakuasi.
- Usahakan orang-orang keluar dengan cepat (jalan lari).
- Perintahkan wanita-wanita untuk melepas sepatu hak tingginya.
- Pimpin evakuasi dan berkumpul dilokasi masing-masing yang telah
ditentukan.
- Segera dievaluasi jumlah mereka, bersama-sama dengan Kepala pelaksana
Keselamatan Kebakaran Lantai.
- Jaga ketat jangan sampai ada yang berusaha masuk ke gedung atau
meninggalkan kelompok, sebelum ada instruksi lebih lanjut.
2.1.3. Tim Penyelamat:
- Sebelum pelaksanaan evakuasi orang-orang cacat, wanita-wanita hamil,
orang-orang berpenyakit langsung segera dibantu untuk keluar gedung.
- Jika terjadi pakaian seseorang terbakar maka “Fire Blanket” harus
diselimutkan pada nyala api tersebut dan memerintahkan orang tersebut
untuk berguling-guling dalam blanket diatas lantai agar api cepat padam.
- Jika P3K gagal, segera hubungi Rumah Sakit terdekat /ambulance/dokter.
- Menghitung jumlah karyawan dan melaporkan kepada kepala Pelaksana
Keselamatan Kebakaran.
2.1.4. Tim Pengaman:
- Mengamankan area kebakaran agar jangan dimasuki orang-orang yang
tidak bertanggung jawab.
- Mengamankan lokasi penampungan korban.
- Mengamankan lokasi penempatan penyelamatan dokumen.
- dan barang berharga, brangkas, dan lain-lain.
- Menangkap orang yang mencurigakan, dibawa ke pos jaga/piket
diinterview kemudian diserahkan ke Polisi.
- Mengatur kelancaran ambulance dan mobil unit kebakaran yang datang
memberi pertolongan.
2.1.5. Petugas Pintu Depan:
- Menutup pintu masuk dan melarang kendaraan masuk
- Menuntun/menyediakan jalur untuk unit mobil Pemadam Kebakaran dan
Aparat Keamanan.
9
- Melarang orang-orang yang tidak berkentingan memasuki area dan
mengeluarkan kendaraan yang akan keluar.
- Memberitahu petugas Dinas Pemadam Kebakaran tentang lokasi terjadinya
kebakaran dan jalan yang terdekat menuju lokasi tersebut.
10
II. KEWAPADAAN BENCANA DI RSU PERMATA MADINAA. PENGERTIAN
Bencana adalah suatu peristiwa yang disebabkan oleh alam atau manusia yang
mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan
lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum, serta menimbulkan gangguan
terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat dan pembangunan nasional
yang memerlukan pertolongan dan bantuan secara khusus. Guna untuk kepentingan
kelancaran penanganan dan kesamaan istilah dengan Badan Koordinasi Nasional
Penanggulangan Bencana, maka korban bencana dikelompokkan dalam :
Bencana Tk. I : Korban diatas 300 0rang
Bencana Tk. II : Korban 100 – 200 orang
Bencana Tk. III : Korban 50 – 99 orang
Bencana Tk. IV: Korban 30 – 40 orang.
B. TATA CARA KERJA PENANGGULANGAN BENCANA (DISASTER PLAN)Untuk menjalin kerja sama yang baik sehingga berdaya guna dan berhasil guna maka
diaturlah tata kerja (Disaster Plan) sebagai berikut :
1. Tempat masuknya informasiTempat informasi pertama tentang terjadinya bencana sudah disiapkan sarana
komunikasi berupa pesawat telepon langsung masuk UGD dari luar dengan nomor
(0264 219168). Penerima berita pertama lewat operator adalah dokter Triase yang
bertugas, dan harus mengambil langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menginformasikan dan mencatat laporan tersebut sejelas mungkin
mengenai:
1) Kapan.
2) Dimana.
3) Perkiraan jumlah korban.
4) Macam bencana (gunung berapi, tanah longsor, banjir, kebakaran,
kecelakaan lalu lintas dll).
5) Situasi terkini.
6) Mencatat identitas pelapor.
7) dll yang dapat memperjelas situasi.
b. Melaporkan langsung kepada Kepala UGD dan menantikan instruksi
lebih lanjut.
c. Menghubungi semua anggota Tim Penanggurulangan Bencana RSU
Permata Madina
11
d. Mempersiapkan peralatan dan obat-obatan yang mungkin diperlukan
dalam rangka evaluasi dan penanganan bencana di lapangan.
2. Mobilisasi tenaga dan saranaPemanfaatan secara maksimal semua tenaga, sarana dan prasarana yang ada di
Instalasi Gawat Darurat untuk penanggulangan bencana supaya mendapatkan
hasil yang optimal.
a. Dokter yang bertugas di Instalasi Gawat Darurat dan paling senior
harus bertindak sebagai ”Triage Offiser” dengan tugas-tugas :
1) Melaporkan secara vertikal kepada Kepala Unit Gawat Darurat dan
juga Direktur Rumah Sakit tentang terjadinya bencana.
2) Mengkoordinasikan semua tenaga yang sedang bertugas di UGD
untuk penanggulangan bencana.
3) Memanfaatkan semua sarana dan prasarana yang ada di UGD
secara optimal.
4) Memobilisasi semua tenaga yang ada di UGD, jika dirasakan
tenaga yang sedang bertugas kurang memadai.
5) Meminta dan merencanakan semua sarana dan prasarana yang
diperlukan dalam penanggulangan bencana.
6) Semua tugas harus segera dikerjakan sampai ada pengambil
alihan tugas oleh yang lebih berwenang. (Tim Penanggulangan
Bencana Rumah Sakit).
b. Petugas paramedis berkewajiban membantu pelaksanaan penanganan
pasien bencana, dengan mempersiapkan sarana dan prasarana yang
dibutuhkan seperti :
1) Mempersiapkan peralatan medis bencana yang telah tersedia
sehingga dapat dipergunakan sewaktu-waktu dengan cepat.
2) Mempersiapkan tempat dan ruangan untuk pasien bencana.
c. Petugas Instalasi Farmasi mempersiapkan dan merencakanan obat –
obatan yang dibutuhkan dengan :
1) Mempersiapkan obat-obatan yang telah tersedia untuk
penanggulangan bencana sehingga siap digunakan.
2) Merencanakan dan meminta obat-obatan tambahan sehingga siap
digunakan.
12
3) Selalu berhubungan dengan Triage Offiser untuk mengetahui
perkembangan yang baru dan lebih lanjut.
d. Petugas lain yang ada di UGD
Berkewajiban membantu pelaksanaan penanggulangan bencana sesuai
dengan bidang masing-masing seperti :
1) Pekarya, petugas urusan rumah tangga membantu mempersiapkan
peralatan nonmedis yang diperlukan.
2) Petugas gizi mempersiapkan konsumsi petugas dan pasien.
3) Petugas Rekam Medik mempersiapkan dan melakukan pencatatan
clan pendataan pasien.
3. Sistem Koordinasi dan Penanggulangan Bencana di dalam dan di luar Rumah SakitDalam tugas penanggulangn bencana UGD mengadakan koordinasi dengan
dibentuknya Tim Penanggulangan Bencana yang dipimpin oleh Kepala UGD.
Sedang anggotanya terdiri atas unit terkait yaitu Dokter, Perawat UGD dan
Security.
Dalam hal bencana besar yang melibatkan banyak korban maka lewat Direktur
Rumah Sakit diadakan Koordinasi dengan Rumah Sakit lain dengan sistem rujukan
antar Rumah Sakit.
4. Sistem Informasi keluar Rumah SakitInformasi adalah keterangan yang diberikan seseorang berdasarkan pengetahuan
dan data-data yang ada. Informasi harus diberikan dengan suatu sistem yang baku
yaitu satu pintu, sehingga penyampaian informasi dilakukan hanya untuk orang
yang berkepentingan dan menghindari kebocoran kepada orang yang tak
berwenang.
5. Cadangan Logistik MedikDalam hal persediaan rumah sakit tidak mencukupi, maka atas wewenang Instalasi
farmasi atau Apotik yang telah diberikan Kepala Rumah Sakit, akan mencari
sumber cadangan yang ditunjuk Direktur Rumah Sakit untuk mencukupi kebutuhan
tersebut.
6. Alternatif cara pelayananBila terjadi gangguan/kerusakan bangunan Rumah Sakit setempat akibat bencana
baik bencana alam maupun bencana ulah manusia (kebakaran gedung rumah sakit
dsb), maka dibawah koordinator Direktur RS. ........, akan ditentukan alternatif cara
pelayanan dengan koordinasi dinas terkait untuk mencari penampungan
sementara.
13
III. PENANGANAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DI RSU PERMATA MADINA
A. PENGERTIANBahan berbahaya dan beracun adalah bahan atau zat yang mempunyai karakteristik
mudah terbakar, mudah meledak, beracun bersifat reaktif koroksif atau menyebabkan
infeksi.
Bahan Mudah Terbakar : Bahan yang apabila berdekatan dengan api, percikan api,
gesekan atau sumber nyala lain akan, mudah menyala / terbakar dan apabila telah nya
akan terus terbakar dalam waktu lama.
Bahan Mudah Meledak : Bahan yang melalui reaksi kimia dapat menghasilkan gas
dengan suhu dan tekanan yang tinggi yang dengan cepat merusak lingkungan sekitar
Bahan Bersifat Reaktif : Bahan yang mudah menyebabkan kebakaran atau ledakan
karena sifat kimia yang tidak stabil pada suhu tinggi karena mengalami oksidasi.
Bahan Korosif : Bahan yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit atau mengkorosikan
baja.
Bahan Infeksious : Bahan yang berbahaya bagi lingkungan karena mengandung
kuman penyakit yang dapat menular.
Bahan Beracun : Adalah bahan yang mengandung racun berbahaya bagi manusia dan
lingkungan karena dapat menyebabkan kematian atau sakit serius
Bahan Iritan : Adalah bahan yang dapat menyebabkan iritasi pada mata, kulit dan
selaput lendir
Material Safety Sheet ( MSDS ) : Lembar data pengaman Bahan adalah lembar
petunjuk yang berisi informasi tentang sifat fisik, kimia dari bahan berbahaya dan
beracun, cara pengamanan dan tindakkan khusus yang dapat dilakukan dalam keadaan
darurat apabila terpapar bahan berbahaya dan beracun.
B. KETENTUAN 1. Pemesanan
a. Pemesanan Bahan berbahaya dan beracun dapat dilakukan apabila disertai
permintaan tertulis yang ditandatangani oleh kepala bagian logistik farmasi
b. Pemesanan bahan berbahaya dan beracun menggunakan nota pemesanan
yang terpisah dengan bahan yang tidak termasuk bahan berbahaya dan
beracun
c. Pemesanan harus disertai dengan notifikasi bahwa bahan yang dipesan
merupakan B3
d. Pemesanan dilakukan melalui Distributor resmi yang terdaftar pada balai POM
atau Departemen perindustrian dan perdagangan
14
e. Setiap pemesanan harus mencantumkan dengan jelas nama bahan, nama
dagang, nama kimia, jumlah yang dipesan nama dan alamat distributor.
f. Setiap pemesanan harus mencantumkan pernyatan bahwa pihak distributor
akan melampirkan MSDS pada saat penyerahan B3
g. Tidak diperkenankan memesan B3 yang terlarang berdasarkan peraturan
pemerintah RI No. 74 tahun 2001 tentang pengelolaan bahan berbahaya dan
beracun
h. Pemesanan B3 yang termasuk golongan bahan dengan penggunaan terbatas
sesuai dengan peraturan pemerintah RI No. 74 Tahun 2001 tentang pengelolan
bahan berbahaya dan beracun harus mendapat persetujuan PK3RS dengan
masa berlaku 1 tahun
2. Penyerahan Barang
a. Pada saat penyerahan B3, nota penyerahan harus mencantumkan dengan jelas
nama, bahan, nama dagang, nama kimia jumlah bahan nama distributor, dan
nama pengimpor / produsen.
b. Setiap B3 yang diserahkan harus disertai dengan lembar data pengaman bahan
( material Safety data sheet ) yang berisi merek dagang, rumus kimia jenis B3,
klasifikasi, teknik penyimpanan, dan tatacara penanganan bila kecelakaan
c. Pada saat diserahkan, B3 harus memenuhi syarat sebagai berikut :
1) Diserahkan dalam bentuk kemasan yang kompak
2) Wadah kemasan tidak bocor
3) Tidak berkarat
4) Tidak rusak
5) Disertai dengan penandaan nama dangan, nama bahan, berat yang sesuai
dengan yang tertera pada nota penyerahan bahan
d. Setiap B3 yang diserahkan harus telah memiliki tanda peringatan sesuai dengan
jenis dan bahayanya. Simbol bahaya dan petunjuk P3K yang mudah dilihat,
dibaca, dimengerti dan tidak luntur
e. Bahan berbahaya dan beracun tidak dapat diterima apabila :
1) Dokumen tidak lengkap
2) Sudah kadaluarsa
3) Label yang tertera pada bahan dan dokumen tidak cocok
f. Penyerahan B3 harus dilakukan secara langsung kepala petugas bagian logistik
sedangkan bahan langsung ditempatkan pada ruang Penyimpanan B3
15
3. Penanganan Bahan Kimia
a. Penandaan
1) Setiap bahan berbahaya dan beracun harus diberikan penandaan agar
dapat dikenali oleh setiap orang
2) Penandaan meliput nama bahan, nama kimia dan simbol bahan
berbahayaan beracun ( B3 )
3) Penandaan harus diberikan pada setiap kemasan luar/ pembungkus bahan,
dengan tulisan dan simbol yangs jelas, mudah terbaca, tidak mudah
terlepas dan bertahan lama
4) Simbol yang dipergunakan untuk penandaan bahan B3 mengacu pada
ketentuan yang berlaku yaitu sebagai berikut
BAHAN IRITASI BAHAN TOKSIK
BAHAN KOROSIF BAHAN MUDAH MELEDAK
BAHAN OKSIDATOR BAHAN MUDAH TERBAKAR
16
Tata Cara pengunaan Bahan Berbahaya dan Beracun
1) Dalam menangani bahan kimia berbahaya dan beracun setiap karyawan
harus menghindari terjadinya inhalasi bahan, penyerapkan melalui kulit,
tertelan melalui mulut, atau kontak langsung dengan peralatan/ bahan yang
terkantaminasi.
2) Pengambilan bahan kimia cair dengan mempergunakan pipet yang disedot
dengan mulut tidak diperkenankan karena dapat menyebabkan tertelanya
bahan kimia tersebut.
3) Dalam menuangkan bahan kimia cair, tidak boleh dilakukan dengan terburu-
buru yang sampai mengotori label
4) Sebelum menuangkan bahan kimia, pekerja harus membaca dengan teliti
label kimia. Apabila label sudah tidak jelas atau tidak ada maka tidak
diperkenankan mengambil bahan kimia dari kontener
5) Apabila menuang bahan kimia cair dari kontener yang besar kedalam gelas
ukur yang kecil maka gelas ukur harus ditahan agar cairan tidak tumpah
6) Setiap pekerja yang menangani bahan kimia berbahaya dan beracun harus
mempergunakan sarung tangan gown. Sepatu tertutup dan celana pendek,
baju lengan diperkenankan dan sepatu yang terbuka apabila bekerja
dengan bahan kimia yang berbahaya dan beracun
7) Makan, minum atau merokok tidak diperkenankan apabila sedang bekerja
dengan bahan kimia bebahaya dan beracun
8) Tidak diperkenankan mengembalikan bahan kimia yang berlebih setelah
ditungkan kedalam wadah semula karena hal ini akan dapat menimbulkan
suatu reaksi kimia yang berbahaya. Harus diupayakan pengambilan bahan
secara tepat tanpa berlebihan
9) Apabila sedang mengerjakan pencampuran bahan kimia, tidak
diperkenankan meninggalkan tempat sehingga proses pencampuran/reaksi
tidak diawasi
10) Tidak diperkenankan mencicipi/meras bahan kimia jenis apapun. Apabila
harus mencium bahan kimia maka lakukan sehingga hanya sebagai kecil
uap yang masuk kehidung
11) Tidak diperkenankan menyimpan mantel, baju lais, atau buku dalam ruang
berisi bahan kimia karena bisa terkontaminasi oleh bahan kimia
b. Tatacara Pengelolaan Bahan Berbahaya Dan Beracun
17
1) Untuk menghindari terjadinya kecelakaan akibat bahan kimia berbahaya
maka bahan kimia berbahaya dan beracun harus disimpan. Dipergunakan
dan dibuang dengan cara yang sesuai tertentu
2) Setiap bagian dan setiap personal di rumah sakit harus melakukan secara
benar seluruh ketentuan penyimpanan, penggunaan pembuangan bahan
kimia berbahaya dan beracun
3) Setiap bagian yang menyimpan bahan kimia berbahaya dan beracun dalam
jumlah besar dan jenis bahan kimia yang banyak, harus mempunyai
ruangan penyimpanan khusus
4) Semua bahan kimia berbahaya dan beracun harus diberikan label yang
benar agar tidak terjadi pencampuran bahan yang tidak sesuai
5) Semua bahan kimia berbahaya dan beracun harus diperiksa secara teratur
untuk mendeteksi kebocoran atau kerusakan wadah
6) Bahan kimia yang menjadi basah akibat kelembaban yang tinggi harus
dikeringkan sebelum dipergunakan
7) Sampah yang berasal dari bahan kimia harus dibuang pada kontener yang
telah disiapkan khusus untuk bahan tersebut, tidak boleh dibuang pada
sampah untuk bahan kimia lain.
8) Tidak diperkenankan mempergunakan lampu spirtus dalam ruang berisi
bahan kimia apabila tidak diinstruksikan
9) Setiap wadah dari gelas harus diperiksa apakah ada keretakan atau tidak
karena akan menyebabkan cedera serius apabila terjadi kebocoran bahan
kimia.
10) Untuk menghindari terjadinya peledakan bahan kimia maka setiap bahan
kimia dengan konsentrasi yang tinggi harus disimpan dalam rungan suhu
yang lebih rendah dari titik nyala bahan kimia tersebut
11) Setiap bahan kimia yang mudah meledak atau terbakar harus diidentifikasi
titik nyala dari bahan tersebut
12) Setiap karyawan harus memperhatikan bahwa beberapa bahan kimia padat
tidak boleh terkena air, terkena pemanasan. Terjadi gesekan atau terkena
cahaya/sinar matahari karena akan mudah terbakar.
13) Setiap karyawan harus mengetahui dari alat pemadam. Api ringan ( APAR),
tempat pembilasan, dan mengetahui cara mempergunakan peralatan
tersebut
18
14) Setelah kejadian pemaparan, kecelakan peledakan atau adanya tumpuhan
bahan, karyawan harus segera memberitahukan kepala bagiannya atau
atasan langsung
c. Penganganan Bahan Gas
1) Penggunalan Gas yang tidak benar dapat menimbulkan peledakan,
kebakam, keracunan intoksidasi akibat inhalasi gas tau dapat mencederai
kulit. Karena di rumah sakit terdapat banyak jenis gas yang berbahaya
dengan efek yang bermacam-macam maka dibuat beberapa ketentuan
umum yang berlaku untuk semua tindakan yang mempergunakan gas.
2) Pemakaian lampu spiritus ( Bunsen ) pada daerah yang mengndung gas
harus dilakukan dengan sangat hati – hati dan hanya dapat dilakukan
apabila tidak terdapat kebocoran gas. Lampu spiritus harus segeraa
dimatikan apabila tidak dipegunakan. Apabila sedang ada nyata api maka
tidak diperkenankan menggunakan oksigen
3) Merokok dilarang diseluruh bagian, seluruh tempat tindakan di rumah sakit
apabila ditempatkan gas dan penganan yang mempergunakan gas
4) Penyimpanan gas apabila memungkinkan tempat yang berjauhan dengan
pusat kegiatan pelayanan dan dilindungi dari pemaparan suhu tinggi
5) Seluruh tabung gas harus diberi label yang jelas. Tabung yang tidak
berlabel tidak boleh dipergunakan karena sangat membahayakan.
6) Seluruh staf harus mengetahui tatacara mengidentifikasi gas berdasarkan
kode warna yang disepakati
7) Pengangkutan tabung gas dan pengisian gas harus mempergunakan troli
yang menahan tang gas tidak jatuh
8) Dalam menuang gas bentuk cair maka tidak boleh terjadi tumpahan gas
pada pakaian dan lantai
9) Setiap pekerjaan harus mempergunakan pakaian pelindungan masker,
sarung tangan dan baju lengan panjang.
d. Penyimpanan Bahan Berbahaya Dan Beracun
1) Persyaratan Umum Ruang Penyimpanan
a) Ruangan penyimpanan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
Kedap air, tidak bocor, ada ventillasi untuk mencegah akumulasi
gas, lubang angin harus dilengkapi dengan kasa penutup agas
burung dan binatang tidak masuk dan dilengkapi penerangan yang
mencukupi
19
Instansi penerangan harus tidak menimbulkan ledakan, dengan
memsang lampu penerangan minimal 1 meter diatas kemasan dan
semua saklar untuk ruang bahan mudah tebakar tepasang dari sisi
luar
Tersedia sarana pencucian yang dekat lokasi dan memada
misalnya wastafel untuk terpapar bahan berbahaya dan beracun
Tesedia sistim pemadam kesadaran dan deteksi kebakaran yang
sesuai dengan luas ruang dan jenis bahan yang disimpan
Tersedia pembangkit listrik cadanngan yang berfungsi secara
otomatik apabila terjadi gangguan aliran listrik
Tersedia fasilitas pertolongan pertama pada kecelakaan dalam
jumlah dan jenis yang memadai
Peralatan komunikasi dalam ruang penyimpanan harus tersedia
agar memudahkan komunikasi dengan bagian lain.
Setiap ruang penyimpanan harus mempunyai pompa penyedot
tumpahan B3 yang juga berfungsi menyedot tumpahan cair
Tersedia pengontrol suhu dan kelembaban disetiap ruang
penyimpanan bahan berbahaya dan beracun
Ruangan penyimpanan tidak boleh terkena cahaya matahari secara
langsung karena dapat menyebabkan terjadi reaksi kimia pda
bahan kimia yang tidak stabil
Ruangan penyimpanan bahan berbahaya dan beracun dinyatakan
sebagai “restrieted area” sehingga setiap orang yang tidak
berkepentingan tidak diperkenan masuk
Semua sistim pengamanan ruangan penyimpanan bahan kimia
harus diperiksa sekurang kurangnya setiap bulan
Setiap hasil pemeriksaan harus didokumentasikan dilaporkan ke
PK3RS
b) Penyimpanan bahan berbahaya dan beracun harus mengikuti ketentuan
sebagai berikut ;
Dilakukan dengan sistem blok, terdiri dari 2 x 2 kemasan sehingga
dapat dilakukan pemeriksaan menyeluruh terhdap setiap kemasan
Jarak antar blok minimum 60 cm agar masih tersisa runagn untuk
melakukan pengawasan rutin
20
Maksimal tumpukan 3 lapis, apabila lebih maka harus dengan
memakai rak, kecuali untuk bahan kimia yang disimpan dalam
wadah botol tidak diperkenankan untuk disimpan bersusun
Jarak kemasan tertular tidak boleh kurang 1 meter dari atap
Kemasan B3 yang tidak saling cocok harus disimpan terpisah, tidak
dalam 1 blok untuk menghindari terjadinya reaksi kimia yang
membahayakan
Penempatan kemasan harus dengan syarat tidak ada kemungkinan
tumpah ke kemasan lain.
4. Persyaratan Berdasarkan Jenis B3
4.1 Bahan Beracun
Ruangan penyimpanan harus dingin dan berventilasi
Jauhkan dari bahan lain yang dapat beraksi
Tersedia alat perlindungan diri
4.2 Bahan Korosif
Ruangan penyimpanan harus dingin dan berventilasi
Bahan disimpan dalam wadah tertutup berlabel
Tersedia alat pelindung diri
4.3 Bahan Mudah Terbakar
Ruangan penyimpanan harus dingin dan berventilasi
Ruangan / bahan harus jauh dari sumber aoi / panas
Hindari terjadinya loncatan api listrik atau bara rokok
Tersedia alat pemadam kebakaran
Penyimpanan harus dijauhkan dari bahan kimia oksidator
Tesedia alat pelindung diri
4.4 Bahan Mudah Meledak
Ruangan penyimpanan harus dingin dan berventilasi
Ruangan / bahan harus jauh dari sumber aoi / panas
Tersedia alat pemadam kebakaran
Tempat penyimpanan tidak menimbulkan gesekan atau benturan mekanis
Tesedia alat pelindung diri
4.5 Bahan Oksidator
Rungan penyimpanan harus dingin, kering dan berventilasi
Ruangan / bahan harus jauh dari sumber api / panas
Ruangan harus kedap air
21
Tersedia alat pemadam kebakaran
Tersedia alat pelindung diri
C. PROSEDUR PENANGGULANGAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN1. AIR RAKSA
a. Nama Kimia : Hg
b. Nama Lain : Mercury
c. Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui, inhalasi, tertelan. Absorbsi kulit, atau kontak dengan
mata.
d. Gejala Keracunan :
1) Mata : Iritasi mata
2) Kulit : Iritasi Kulit
3) Inhalasi : Batuk, sakit dada, sesak napas, bronkhitis, pnuemonitis,
edema paru, ataxia. Tremor, sakit kepala, nausea, vomiting, insomnia,
gelisah, stomatitis, hypersalivasi, gangguan parut, anoreksia,
proteinuria, hematemesis, ARF, shock, cardiac areest
e. Pertolongan Pertama
1) Segera melakukan irigasi mata dengan mengunakan air mengalir
selama 15 menit
2) Segera melakukan pembilasan dengan air
3) Berikan oksigen / bantuan pernapasan apabila ada gangguan
pernapasan
4) Bila tertelan segera lakukan lavase lambung
5) Dapat diberikan antidotum yaitu Dimercaprol
6) Bila perlu dilakukan hemodialisis
f. Pencegahan
1) Hindari kontak dengan mata/ kulit
2) Pebelian cepat pada kamar bilas atau kamar mandi
2. ALKOHOL
a. Nama Kimia : Ethyl Alkohol
b. Nama Lain : Alkohol Ethanol
c. Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi tertelan atau kontak denga kulit / mata
d. Gejala Keracunan
22
1) Mata : Iritasi mata
2) Kulit : Iritasi Kulit
3) Inhalasi : Sakit kepala, lemas, batuk – batuk, pusing, tidak
sadar, kerusakan hati, anmia
e. Pertolongan Pertama
1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir
selama 15 menit
2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan air
3) Berikan oksigen / bantuan pernapasan apabila ada gangguan
pernafasan
4) Bila tertelan, segera lakukan lavase lambung, berikan charcoal untuk
menyerap sisa bahan yang masih berada dalam lambung
f. Pencegahan Pemaparan
1) Hindari kontak dengan mata/kulit
2) Pakai baju pelindung
g. Pencegahan
1) Hindari kontak dengan mata/ kulit
2) Pakai masker bila kansentrasi > 2000ppm
3. BARIUM SULFAT
a. Nama Kimia : BaSO4
b. Nama Lain : Barium Sulfate
c. Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi mellaui inhalasi, tertelan atau kontak dengan
mata/kulit.
d. Gejala Keracunan
1) Mata : Iritasi mata.
2) Kulit : Iritasi kulit, terbakar.
3) Inhalasi : Iritasi saluran napas, spasme otot, nadi lambat,
ekstrasistol, hypokalemia.
e. Target Organ
Mata, kulit, saluran pernapasan, kardiovaskular.
f. Pertolongan Pertama
1) Segera lakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir selama
15 menit.
2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun dan air.
23
3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan bila ada gangguan pernapasan.
g. Pencegahan Pemaparan
Hindari kontak dengan mata/kulit.
4. CIDEX
a. Nama Kimia : Glutaraldehyde (OCH(CH2)3CHO)
b. Nama Lain : Cidex
c. Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, absorbsi kulit, tertelan atau kontak
dengan kulit/mata.
d. Gejala Keracunan
1) Mata : Iritasi mata.
2) Kulit : Iritasi kulit, dermatitis, sensitisasi kulit.
3) Inhalasi : Mual, muntah, batuk, asma.
e. Target Organ
Mata, kulit, saluran napas.
24
f. Pertolongan Pertama
1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir
selama 15 menit.
2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.
3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan
pernapasan.
5. ELPIJI
a. Nama Kimia : C3H8/C3H6/C4H10/C4H8
b. Nama Lain : LPG (Liquified Petroleum Gas, Liquified Hidrocarbon Gas)
c. Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi atau kontak dengan kulit/mata.
d. Gejala Keracunan
1) Mata : Iritasi mata, frostbite.
2) Kulit : Frostbite.
3) Inhalasi : Pusing, kesadaran menurun, asfiksia.
e. Target Organ
Saluran napas, CNS.
f. Pertolongan Pertama
1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir
selama 15 menit.
2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.
3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan
pernapasan.
6. FENOL
a. Nama Kimia : C6H5OH
b. Nama Lain : Phenol, Carbolic Acid, Hydroxy Benzene, Phenyl Alcohol.
c. Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, absorbsi kulit, tertelan atau kontak
dengan kulit/mata.
d. Gejala Keracunan
1) Mata : Iritasi mata.
2) Kulit : Iritasi kulit, Dermatitis, kulit terbakar.
25
3) Inhalasi : Iritasi hidung/tenggorokan, anoreksia, kelemahan, nyeri otot,
urin warna gelap, sianosis, kerusakan ginjal dan hati, tremor,
konvulsi, twiching.
26
e. Target Organ
Mata, kulit, saluran napas, hati, ginjal.
f. Pertolongan Pertama
1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir
selama 15 menit.
2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.
3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan
pernapasan.
7. FORMALIN
a. Nama Kimia : HCHO
b. Nama Lain : Formaldehyda, Methanal, Methyl Aldehida, Methylene Oxide.
c. Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi atau kontak dengan mata/kulit.
d. Gejala Keracunan
1) Mata : Iritasi mata, hiperlakrimasi.
2) Kulit : Iritasi kulit.
3) Inhalasi : Iritasi hidung, tenggorokan, batuk, wheezing, sesak napas,
Bronkhitis, Pneumonitis, dan edema paru.
e. Target Organ
Mata, saluran napas.
f. Pertolongan Pertama
1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir
selama 15 menit.
2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.
3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan
pernapasan.
g. Pencegahan Pemaparan
Hindari kontak dengan mata/kulit.
8. FREON
a. Nama Kimia : CCl4
b. Nama Lain : Karbon klorida, Halon, Tetraklorometana.
c. Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, tertelan, absorbsi kulit atau kontak
dengan mata/kulit.
27
d. Gejala Keracunan
1) Mata : Iritasi mata.
2) Kulit : Iritasi kulit.
3) Inhalasi : Mual, muntah, pusing, gangguan koordinasi, depresi saraf
pusat, gangguan hati, dan ginjal.
e. Target Organ
1) Mata, kulit, paru-paru, saraf perifer, hati, ginjal.
2) Menyebabkan kanker hati (pada binatang).
f. Pertolongan Pertama
1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir
selama 15 menit.
2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.
3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan
pernapasan.
g. Pencegahan Pemaparan
1) Hindari kontak dengan mata/kulit.
2) Lakukan pembilasan cepat pada ruang bilas atau kamar mandi.
9. HIDROGEN PEROKSIDA
a. Nama Kimia : H2O2
b. Nama Lain : Peroxide, Hydrogen Diooxyde.
c. Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, tertelan atau kontak dengan
mata/kulit.
d. Gejala Keracunan
1) Mata : Iritasi mata, ulkus cornea.
2) Kulit : Iritasi kulit, vesikel, eritema.
3) Inhalasi : Iritasi hidung, tenggorokan, pneumonia, edema paru.
4) Sistemik : Rambut menjadi putih.
e. Target Organ
Kulit, mata, saluran napas.
f. Pertolongan Pertama
1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir
selama 15 menit.
2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.
28
3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan
pernapasan.
g. Pencegahan Pemaparan
1) Hindari kontak dengan mata/kulit.
2) Lakukan pembilasan cepat pada kamar bilas atau kamar mandi.
3) Gunakan masker apabila konsentrasi > 10 ppm.
10. KARBON DIOKSIDA
a. Nama Kimia : CO2
b. Nama Lain : Gas CO2, Dry Ice.
c. Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, tertelan atau kontak dengan
mata/kulit.
d. Gejala Keracunan
1) Mata : Penglihatan kabur, iritasi mata, myosis.
2) Kulit : Melepuh, luka bakar (frosbite).
3) Inhalasi : Sakit kepala, berkeringat, hypersalivasi, asfiksia, kram perut,
diare, mual, muntah, lemas, twiching otot, inkoordinasi,
kejang.
e. Target Organ
Saraf pusat, saraf perifer, cholinesterase darah.
f. Pertolongan Pertama
1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir
selama 15 menit.
2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.
3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan
pernapasan.
g. Pencegahan Pemaparan
1) Hindari kontak dengan mata/kulit
2) Pakai pelindung badan.
11. KLORIN
a. Nama Kimia : Cl2
b. Nama Lain : Chlorine, Sodium Hypochloride, Precept, Bleaching Agent.
c. Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi atau kontak dengan kulit/mata.
d. Gejala Keracunan
29
1) Mata : Rasa perih, panas, terbakar.
2) Kulit : Dermatitis, frostbite.
3) Inhalasi : Hipersalivasi, mual, muntah, rinorea, batuk, kesedakan, nyeri
substernal, sakit kepala, pusing, sinkope, edema paru,
pneumonia, hipoksemia.
e. Target Organ
Mata, kulit, saluran napas.
30
f. Pertolongan Pertama
1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir
selama 15 menit. Bila terjadi frostbite, jangan dibilas dengan air.
2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun bila belum ada
frostbite.
3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan
pernapasan.
4) Kortikosteroid, antibiotika.
g. Pencegahan Pemaparan
Hindari kontak dengan mata/kulit
12. LAS KARBID
a. Nama Kimia : CH2
b. Nama Lain : Acetylene, Ethirine (Gas yang dipakai untuk las).
c. Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi atau kontrak dengan kulit/mata.
d. Gejala Keracunan
1) Mata : Luka beku (frostbite)
2) Kulit : Frostbite
3) Inhalasi : Sakit kepala, pusing, asfiksia.
e. Target Organ
Saluran napas, saraf pusat.
f. Pertolongan Pertama
1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir
selama 15 menit. Bila terjadi frostbite, jangan dibilas dengan air.
2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun, bila belum ada
frostbite.
3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan
pernapasan.
g. Pencegahan
1) Hindari kontak dengan mata/kulit.
2) Pakai masker.
13. METHANOL
a. Nama Kimia : CH3OH
b. Nama Lain : Methyl alkohol, Carbinol, Spiritus, Wood alkohol, thiner.
31
c. Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, absorbsi kulit, tertelan atau kontak
dengan kulit/mata.
d. Gejala Keracunan
1) Mata : Iritasi, gangguan penglihatan, kerusakan saraf mata.
2) Kulit : Iritasi, dermatitis.
3) Inhalasi : Iritasi saluran napas/hidung, sakit kepala, pusing, mual,
muntah, gangguan kesadaran.
e. Target Organ
Mata, kulit, saluran napas, CNS, GIT.
f. Pertolongan Pertama
1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir
selama 15 menit.
2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.
3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan
pernapasan.
4) Lakukan lavese lambung, dapat diberikan Charcoal.
5) Dapat diberikan antidotom yaitu Ethanol atau Fomeprazole.
g. Pencegahan
1) Hindari kontak dengan mata/kulit.
2) Pakai masker bila > 2000 ppm.
14. NATRIUM HIDROKSIDA
a. Nama Kimia : NaOH
b. Nama Lain : Caustic Soda, Lye, Sodium Hydrate
c. Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, tertelan, absorbsi kulit, kontak dengan
kulit/mata.
d. Gejala Keracunan
1) Mata : Iritasi mata.
2) Kulit : Iritasi kulit, kulit terbakar.
3) Inhalasi : Iritasi mukosa saluran napas, pneumonitis, kerontokan rambut
temporer.
e. Target Organ
Mata, kulit, saluran napas.
f. Pertolongan Pertama
32
1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir
selama 15 menit.
2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan air.
3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan
pernapasan.
g. Pencegahan
1) Hindari kontak dengan mata/kulit.
2) Pakai masker bila > 10 mg/m3
15. NITROGEN DIOKSIDA
a. Nama Kimia : N2O
b. Nama Lain : Nitrogen peroksida, Dinitrogen tetraoksida-gas anestesi
c. Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, tertelan atau kontak dengan
kulit/mata.
d. Gejala Keracunan
1) Mata : Iritasi mata, penglihatan kabur, frostbite.
2) Kulit : Iritasi kulit, melepuh, frostbite.
3) Inhalasi: Iritasi hidung/tenggorokan, anastesi, batuk, frothy sputum,
penurunan fungsi paru, bronkitis, sesak napas, edema paru,
sianosis, takipnea, takikardia.
e. Target Organ
Mata, saluran napas, kardiovaskular.
f. Pertolongan Pertama
1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir
selama 15 menit.
2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.
3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan
pernapasan.
g. Pencegahan
1) Hindari kontak dengan mata/kulit.
2) Pakai masker bila konsentrasi lebih besar 20 ppm.
16. NITROGLISERIN
a. Nama Kimia : CH2NO3CHNO3CH2NO3
33
b. Nama Lain : Glyceryl, Trinitrate, Trynitroglyceryne
c. Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, absorbsi kulit, tertelan atau kontak
dengan kulit/mata.
d. Gejala Keracunan
1) Mata : Iritasi mata
2) Kulit : Iritasi kulit
3) Inhalasi: Sakit kepala, pusing, mual, muntah, nyeri perut, hipotensi,
flushing, Palpitasi, methemoglobinemia, delirium, depresi
saraf pusat.
e. Target Organ
Kardiovaskuler, darah, kulit, saraf pusat
f. Pertolongan Pertama
1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir
selama 15 menit.
2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.
3) Berikan oksigen/bantuan pemaparan apabila ada gangguan
pernapasan.
g. Pencegahan Pemaparan
1) Hindari kontak dengan mata/kulit.
2) Lakukan pembilasan dalam ruang bilas atau kamar mandi.
3) Pakai masker.
17. TIMBAL
a. Nama Kimia : Pb
b. Nama Lain : Lead, Plumbum
c. Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui tertelan atau kontak dengan kulit/mata.
d. Gejala Keracunan
1) Mata : Iritasi mata
2) Tertelan: Lemah, pucat, insomnia, anoreksia, berat badan menurun,
konstipasi, nyeri abdomen, anemia, tremor, paralisis,
encephalopati, gangguan ginjal, hipotensi.
e. Target Organ
Mata, saraf pusat, ginjal, saluran pernapasan, darah.
f. Pertolongan Pertama
34
1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir
selama 15 menit.
2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.
3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan
pernapasan.
4) Lakukan irigasi lambung.
5) Berikan antidotum EDTA atau Dimercaptosuccinic acid
6) Dapat diberikan Carchoal.
g. Pencegahan
1) Hindari kontak dengan mata/kulit.
2) Pakai masker.
18. XYLENE
a. Nama Kimia : C6H4(CH3)2.
b. Nama Lain : Orthoxylene-O-Xylol.
c. Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi atau kontak dengan mata/kulit.
d. Gejala Keracunan
1) Mata : Iritasi, vakuolisasi cornea.
2) Kulit : Iritasi, dermatitis.
3) Inhalasi: Iritasi hidung/tenggorokan, pusing, eksitasi, gangguan
koordinasi, nausea, vomiting, jalan limbung, abdominal pain,
anoreksia.
e. Target Organ
Mata, kulit, saluran napas, saraf pusat, saluran cerna, darah.
f. Pertolongan Pertama
1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir
selama 15 menit.
2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.
3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan
pernapasan.
g. Pencegahan
1) Hindari kontak dengan mata/kulit.
2) Pakai masker bila > 1900 ppm.
19. WASH BENSIN
a. Nama Kimia : -
35
b. Nama Lain : -
c. Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, tertelan atau kontak dengan
mata/kulit.
d. Gejala Keracunan
1) Mata : Iritasi mata, ulkus cornea.
2) Kulit : Iritasi kulit, vesikel, eritema.
3) Inhalasi : Iritasi hidung, tenggorokan, pneumonia, edema paru.
4) Sistemik: Rambut menjadi putih.
e. Target Organ
Kulit, mata, saluran napas.
f. Pertolongan Pert0ama
1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir
selama 15 menit.
2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.
3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan
pernapasan.
g. Pencegahan Pemaparan
1) Hindari kontak dengan mata/kulit.
2) Lakukan pembilasan cepat pada kamar bilas atau kamar mandi.
3) Gunakan masker apabila konsentrasi > 10 ppm.
36
IV. KESELAMATAN DAN KESEHATAN PEGAWAIA. Pengunaan Alat Pelindung Diri
Melakukan observasi lapangan dan mendata pegawai yang harus wajib menggunakan
Alat Pelindung Diri
Mempersiapkan Alat Pelindung Diri seperti : masker, sarung tangan disposible, sarung
tangan karet, sarung tangan kain, sarung tangan Pb, tutup kepala, helm, apron, baju
steril, sepatu boots, dan celemek.
Membagikan dan mensosialisasikan penggunaan alat pelindung diri bagi petugas.
B. Pemeriksaan kesehatan pra-pekerjaan
Pemeriksaan kesehatan dilakukan setelah diakan rekrutmen pegawai baru.
Setiap calon pegawai yang dinyatakan diterimasebagai pegawai RSU Permata Madina
pada saat rekrutmen diharuskan melakukan pemeriksaan kesehatan.
Lakukan pemeriksaan kesehatan calon pegawai yang meliputi pemeriksaan isik
lengkap, anamnesa riwayat kesehatan, pemeriksaan laboratorium, dan rongent paru
(bila mungkin)
C. Pemeriksaan kesehatan berkala
Dilakukan setiap satu tahun sekali untuk seluruh pegawai RSU Permata Madina
Tentukan waktu pelaksanaan pemeriksaan kesehatan, dibuat beberapa gelombang
untuk memudahkan pelaksanaan.
Lakukan pemeriksaan kesehatan yang meliputi pemeriksaan darah dan urine lengkap,
serta pemeriksaa foto thorax.
Buat kesimpulan hasil pemeriksaan.
Lakukan tindak lanjut apabila ditemukan gangguan kesehatan terhadap pegawai
RS. .........
D. Pemeriksaan kesehatan khusus
Menentukan pegawai pada unit kerja tertent yang akan dilakukan pemeriksaan
kesehatan.
Menentukan waktu pelaksanaan pemeriksaan kesehatan.
Pelaksanaan pemeriksaan keehatan bagi pegawai yang memiliki rasio tinggi yang
meliputi foto thorax, HbsAg, liver fngsi test.
Melakukan penilaian hasil pemeriksaan kesehatan.
Melakukan tindak lanjut hasil pemeriksaan apabila ditemukan gangguan kesehatan
terhadap pegawai RSU Permata Madina
37
V. KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA (SANITASI)A. PENGERTIAN
Sanitasi adalah pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan atau mengendalikan
faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan rantai perpindahan penyakit tertentu.
Dan sanitasi adalah suatu istilah yang selalu dikaitkan dengan kesehatan terutama
kesehatan manusia. Ehlers dan Steele mendefinisikan sanitasi sebagai pencegahan
penyakit dengan cara menghilangkan atau mengendalikan faktor-faktor lingkungan yang
berkaitan dengan rantai perpindahan penyakit tersebut.
Manusia selalu berupaya untuk memanipulasi lingkungan untuk menghasilkan kondisi
yang paling menguntungkan. Salah satu contoh dalam hal ini adalah aplikasi ilmu
sanitasi.
Secara luas ilmu sanitasi adalah penerapan dari prinsip-prinsip tersebut yang bisa
membantu dalam memperbaiki, menjaga atau memulihkan lingkungan manusia
sehingga kehidupan yang sehat dapat terwujud.
B. RUANG LINGKUP1. Penyehatan Bangunan dan Ruang, termasuk Pengaturan Pencahayaan,
Penghawaan serta Pengendalian Kebisingan.
2. Penyehatan Makanan dan Minuman
3. Penyehatan Air Termasuk Penyediaan dan Pengawasan Kualitas Air.
4. Pengelolaan Limbah.
5. Penyehatan Tempat Pencucian Umum Termasuk Tempat Pencucian Linen.
6. Pengendalian Serangga dan Tikus.
7. Sterilisasi/Desinfeksi.
8. Perlindungan Radiasi.
9. Penyuluhan/Pelatihan Kesehatan Lingkungan
C. LANDASAN HUKUM1. Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
2. PP No.19/1994 jo PP No.12/1995 Pasal 4 tentang Setiap orang atau badan usaha
dilarang membuang limbah B3 secara langsung ke dalam air, tanah, atau udara.
3. Kepmenkes RI No.1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit.
4. Direktorat Jendral PPM 7 PL dan Direktorat Jendral Pelayanan Medik
Departemen Kesehatan Republik Indonesia No. 363.729.7 tahun 2002 tentang
Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia.
38
5. Permenaker No. Per.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
6. Kepmen LH No. Kep-58/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Kegiatan Rumah
Sakit.
7. Undang-undang No.4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
D. FASILITAS SANITASI RSU PERMATA MADINA
No Fasilitas Sanitasi Keterangan
1. Penyediaan air Air yang digunakan di RSU Permata Madina
bersumber dari air tanah.
2. Toilet a. Ruang perawatan toilet disesuaikan dengan
ketentuan Permenkes No.1204 tahun 2004.
b. Tersedia toilet untuk umum bagi pengunjung
dan pengguna jasa RSU Permata Madina
disesuaikan ketentuan Permenkes No. 1204
tahun 2004.
3. Kamar Mandi Ruang perawatan kamar mandi sudah sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.
4. Tempat pengelolaan sampah
padat :
a. Tempat sampah
b. Gerobak Pengangkut Sampah
c. Tempat Sampah Sementara
(TPS).
d. Incinerator
a. Meliputi sampah padat medis dan non medis.
b. Sampah/limbah padat medis dan non medis
dikelola sesuai dengan jenisnya.
c. Limbah padat infeksius dimusnahkan di
Incinerator dengan suhu ± 1000°C.
d. Limbah padat non infeksius dari TPS dibuang
ke TPA bekerja sama dengan dinas
kebersihan Jakarta.
5. Pengelolaan Limbah Cair RSU
Permata Madina
Instalasi pengolahan air limbah yang digunakan
di RSU Permata Madina adalah sistem tabung.
6. Pengendalian Serangga a. Pengendalian nyamuk dengan cara fogging.
b. Pengendalian lalat dengan cara Elektrik Fly
Killer.
7. Penyehatan Makanan dan
Minuman
Pengelolaan Penyehatan Makanan dan Minuman
di Instalasi Gizi meliputi :
39
a. Penerimaan bahan baku.
b. Pemilahan bahan baku
c. Pengolahan penghidangan
d. Distribusi ke ruangan
e. Pemeriksaan Kesehatan Pegawai.
8. Tempat Pencucian Kegiatan pengelolaan Pencucian di Unit Laundry
RSU Permata Madina
Pengelolaan Pencucian Meliputi :
a. Pengambilan Linen kotor ke ruangan dan
instalasi.
b. Penerimaan Linen kotor.
c. Pemilahan dan Penimbangan Linen kotor.
d. Pencucian
e. Pemerasan
f. Pengeringan
g. Penyetrikaan
h. Pelipatan
i. Perbaikan
j. Penyimpanan
k. Pendistribusian
l. Penggantian Linen Rusak.
E. TATA LAKSANA PENGELOLAAN KESEHATAN LINGKUNGAN RSU PERMATA MADINA1. Penyehatan Bangunan dan Ruang termasuk Pengaturan Pencahayaan,
Penghawaan serta Pengendalian Kebisingana. Pengertian
1) Ruang bangun dan halaman rumah sakit adalah semua ruang/unit dan
halaman yang ada di dalam batas pagar rumah sakit (bangunan fisik
dan kelengkapannya) yang dipergunakan untuk berbagai keperluan dan
kegiatan rumah sakit.
2) Pencahayaan di dalam ruang bangun rumah sait adalah intensitas
penyinaran pada suatu bidang kerja yang ada di dalam ruang bangun
rumah sakit yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara
efektif.
40
3) Penghawaan ruang bangun adalah aliran udara segar di dalam ruang
bangun yang memadai untuk menjamin kesehatan penghuni ruangan.
4) Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga
mengganggu dan atau membahayakan kesehatan.
5) Kebersihan ruang bangun dan halaman adalah suatu keadaan atau
kondisi ruang bangun dan halaman bebas dari bahaya dan risiko
minimal untuk terjadinya infeksi silang, serta masalah kesehatan dan
keselamatan kerja.
b. Tata Cara Pelaksanaan Pengelolaan Penyehatan Bangunan dan Ruang, termasuk Pengaturan Pencahayaan, Penghawaan, serta Pengendalian Kebisingan1) Pemeliharaan Ruang dan Bangunan
a) Pemeliharaan dan pembersihan ruang dilakukan pagi dan sore hari
dilaksanakan oleh Cleaning Service (pihak ketiga).
b) Pembersihan lantai di ruang perawatan pasien dilakukan setelah
jam makan, setelah kunjungan keluarga dan sewaktu-waktu apabila
diperlukan.
c) Cara-cara pembersihan yang dapat menebarkan debu dihindari.
d) Cara menggunakan pembersihan dengan perlengkapan pel yang
memenuhi syarat dan bahan antiseptic yang ramah lingkungan.
e) Masing-masing ruangan disediakan perlengkapan pel sendiri.
f) Pembersihan lantai dimulai dari bagian ruangan paling dalam dan
bergerak menuju arah luar.
g) Sewaktu membersihkan lantai dengan perlengkapan pel semua
perabotan ruang seperti meja, kursi, tempat tidur, dan yang lainnya
harus diangkat/digeser, agar pembersihan lantai sempurna.
h) Pembersihan dinding dilakukan secara periodik minimal dua kali
dalam setahun.
i) Pemeriksaan usap dinding dan lantai secara acak di setiap ruang
perawatan dan instalasi dilaksanakan satu tahun dua kali sesuai
dengan Kepmenkes RI No.1204/Menkes/Per/X/2004.
j) Setiap percikan ludah, darah atau eksudat luka pada dinding
segera dibersihkan dengan menggunakan antiseptik.
k) Persyaratan kualitas penyehatan bangunan dan ruang untuk
masing-masing ruangan atau unit harus sesuai dengan Ketentuan
Kepmenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004.
41
2) Tata Cara Pelaksanaan Pengelolaan Kualitas Pencahayaan
a) Pencahayaan alam maupun buatan diupayakan agar tidak
menimbulkan silau dan intensitasnya sesuai dengan
peruntukkannya.
b) Penempatan bola lampu sedemikian rupa sehingga menghasilkan
penyinaran yang optimal dan sering dibersihkan.
c) Bola lampu yang mulai tidak berfungsi segera diganti.
d) Pemeriksaan kualitas pencahayaan dilaksanakan satu tahun dua
kali oleh Badan Pengujian Mutu Konstruksi dan Lingkungan.
e) Apabila dari hasil pemeriksaan ada yang tidak sesuai dengan
Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/Per/X/2004. Segera diganti,
koordinasi dengan bagian teknik.
f) Jaringan instalasi listrik harus sering diperiksa kondisinya untuk
menjamin keamanan.
g) Persyaratan kualitas pencahayaan untuk masing-masing ruangan
atau unit harus sesuai dengan Ketentuan Kepmenkes RI No.
1204/Menkes/SK/X/2004.
3) Tata Cara Pelaksanaan Pengelolaan Kualitas Penghawaan dan Udara
Ruang.
a) Penghawaan alamiah, lubang ventilasi diupayakan sistem silang
(Cross Ventilation) dan dijaga agar aliran udara tidak terhalang.
b) Penghawaan mekanis dengan mengunakan exhause fan, dipasang
pada ketinggian minimal 2 meter di atas lantai atau minimal 0,20
meter dari langit-langit.
c) Penghawaan ruang operasi harus dijaga agar tekanannya lebih
tinggi dibandingkan ruang-ruang lain dan menggunakan cara
mekanis (Air Conditioner).
d) Ruang-ruang tertentu seperti ruang operasi, perawatan bayi,
laboratorium, perlu mendapat perhatian yang khusus karena sifat
pekerjaan yang terjadi di ruang-ruang tersebut.
e) Ruang yang tidak menggunakan AC, sistem sirkulasi udara segar
dalam ruang harus cukup (mengikuti pedoman teknis yang
berlaku).
f) Agar mengurangi kadar kuman dalam udara ruang (indoor) satu
kali dalam satu bulan didesinfeksi dengan menggunakan aerosol
42
(resorconol triethylin glikol) atau disaring dengan electron
presipitator atau menggunakan penyinaran ultra violet.
g) Sistem suhu dan kelembaban hendaknya didesain sedemikian rupa
sehingga dapat menyediakan suhu dan kelembaban sesuai dengan
standar suhu, kelembaban, dan tekanan udara sesuai dengan
Ketentuan Kepmenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004.
h) Pemantauan kualitas udara ruang diperiksa satu tahun dua kali
parameter kualitas udara (kuman dan debu) sesuai dengan
Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/Per/X/2004.
i) Ruang tidak berbau (terutama bebas dari H2S dan Amoniak)
j) Kadar debu (particulate matter) berdiameter kurang dari 10 micron
dengan rata-rata pengukuran 8 jam atau 24 jam tidak melebihi 150
ug/m3, dan tidak mengandung debu asbes. Indeks angka kuman
untuk setiap ruangan/unit sesuai dengan Ketentuan Kepmenkes RI
No. 1204/Menkes/SK/X/2004.
k) Persyaratan kualitas penghawaan dan kualitas udara ruang untuk
masing-masing ruangan atau unit harus sesuai dengan Ketentuan
Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004.
4) Tata Cara Pelaksanaan Pengelolaan Kualitas Kebisingan
a) Pengaturan dan tata letak harus sedemikian rupa sehingga kamar
dan ruangan yang memerlukan suasana tenang terhindar dari
kebisingan.
b) Persyaratan kebisingan untuk masing-masing ruangan atau unit
harus sesuai dengan Ketentuan Kepmenkes RI No.
1204/Menkes/SK/X/2004.
c) Sumber bising yang berasal dari rumah sakit dan sekitarnya
diupayakan untuk dikendalikan antara lain dengan cara :
Sumber kebisingan di dalam ruangan : peredam penyekatan,
pemindahan pemeliharaan mesin-mesin yang menjadi sumber
bising.
Sumber kebisingan berasal dari luar : Penyekatan, penerapan
bising dengan penanaman pohon (green belt), meninggikan
tembok, dan meninggikan tanah (bukit buatan).
Pemeriksaan kualitas kebisingan dilaksanakan satu tahun dua kali
sesuai dengan Ketentuan Kepmenkes RI
43
No.1204/Menkes/SK/X/2004 oleh Badan Pengujian Mutu
Konstruksi dan Lingkungan.
Sumber bising biasanya hanya sesaat yaitu pada jam besuk, di luar
jam besuk kebisingan masih bisa ditolerir dalam batas normal.
2. Pengelolaan Penyehatan Makanan dan Minumana. Pengertian
1) Makanan dan minuman di rumah sakit adalah semua makanan yang
disajikan dari dapur/gizi rumah sakit untuk pasien.
2) Higiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan
melindungi kebersihan individu. Misalnya, mencuci tangan, mencuci
piring, membuang bagian makanan yang rusak.
3) Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan
melindungi kebersihan lingkungan. Misalnya, menyediakan air bersih,
menyediakan tempat sampah dan lain-lain.
b. Tata Cara Pelaksanaan Pengelolaan Penyehatan Makanan dan Minuman
1) Pengadaan Bahan Makanan
a) Pengadaan bahan makanan instalasi gizi oleh pihak ketiga.
b) Bahan makanan yang akan diolah terlebih dahulu diperiksa secara
fisik terutama daging, daging ayam, ikan, udang, sayuran, buah
harus baik segar dan tidak rusak atau berubah bentuk, warna, dan
rasa.
c) Bahan makan kemasan hendaknya memenuhi persyaratan, sudah
terdaftar pada Depkes dan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
d) Bahan kemasan mempunyai label dan merk, kemasan tidak rusak
dan pecah, belum kadaluarsa, kemasan kaleng hanya digunakan
untuk satu kali.
e) Bahan makanan yang tidak dikemas harus baru dan segar, tidak
basi, busuk, rusak dan berjamur, dan tidak menggunakan bahan
makanan yang memakai bahan pengawet dan pewarna.
44
2) Penyimpanan Bahan Makanan
a) Tempat penyimpanan bahan makanan harus selalu terpelihara dan
dalam keadaan bersih, terlindung dari debu, bahan kimia
berbahaya, serangga, dan hewan lain.
b) Bahan makanan dan makanan jadi disimpan pada tempat yang
terpisah.
c) Makanan yang mudah busuk disimpan dalam suhu panas lebih dari
65,5°C atau dalam suhu dingin kurang dari 4°C atau dalam suhu
dingin kurang dari 4°C sampai 1°C.
d) Gudang bahan makanan berada di bagian yang tinggi untuk
mencegah genangan air dan kelembaban.
e) Bahan makanan disimpan pada rak-rak yang baik dengan
ketinggian rak dari lantai kurang lebih 20 – 25 cm, hal ini untuk
menghindari dan mencegah infeksi seranggga serta memudahkan
pembersihan.
f) Penyimpanan bahan makanan harus sesuai dengan Ketentuan
Kepmenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004.
3) Pengolahan Makanan
a) Dalam pengolahan makanan terdapat unsur bahan makanan, unsur
orang yang mengolah, unsur waktu dan unsur suhu.
b) Pengolahan makanan dilakukan oleh penjamah makanan dengan
sikap dan perilaku yang higienis yaitu :
Tidak merokok.
Tidak memakai perhiasan berlebihan kecuali cincin kawin.
Tidak menggaruk, mencungkil, menjilat atau meludah selama
mengolah makanan.
Menggunakan perlengkapan kerja : celemek, tutup kepala, dan alas
kaki.
Tenaga pengolah makanan melakukan pemeriksaan kesehatan
secara rutin minimal 6 bulan satu kali.
Sebelum dan sesudah kegiatan pengolahan makanan tempat
pengolah makanan selalu dibersihkan.
Penjamah makanan tidak menderita sakit atau menjadi sumber
penular penyakit (carier) berdasarkan keterangan yang diberikan
oleh dokter.
45
Selama melakukan pengolahan makanan, penjamah makanan
terlindung dari kontak langsung dengan tubuh menggunakan
sarung tangan plastik, penjepit makanan, sendok, garpu, dan
sebagainya.
Penjamah makanan selalu mencuci tangan sebelum bekerja dan
setelah keluar dari kamar kecil.
Penjamah makanan selalu memakai pakaian kerja yang bersih dan
perlengkapan pelindung dengan serta tidak dipakai di luar dapur.
c) Tata cara pengolahan makanan harus sesuai dengan Ketentuan
Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004.
4) Pendistribusian Makanan
Makanan yang telah diolah dikirim ke ruangan dengan
menggunakan kereta makan tertutup, anti karat, bersih, dan mudah
dibersihkan.
Pengisian makanan tidak sampai penuh agar masih tersedia udara
untuk ruang gerak dan untuk menghindari tumpahan.
Makanan dikirim ke ruang rawat inap sesuai porsi yang dipesan.
Makanan tidak dicampur dengan bahan-bahan lain seperti : linen,
Alat Tulis Kantor (ATK) dan yang lainnya.
Pendistribusian makanan ke ruang rawat inap harus sesuai dengan
ketentuan Kepmenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004.
5) Penyajian Makanan
Cara penyajian makanan harus terhindar dari pencemaran (dengan
menggunakan kereta makan khusus).
Makanan jadi yang siap disajikan harus diwadahi dan dijamah
dengan peralatan yang bersih.
Ditutup dengan plastik transparan.
Makanan disajikan dalam keadaan hangat.
Makanan disajikan oleh petugas gizi ke ruangan-ruangan.
Petugas memakai pakaian bersih dan rapi.
Makanan jadi yang sudah menginap tidak disajikan kepada pasien.
6) Tempat Pengolahan Makanan
Sebelum dan sesudah kegiatan pengolahan makanan tempat
pengolahan makanan selalu dibersihkan dengan antiseptik.
Intensitas pencahayaan tidak kurang dari 200 lux.
Kebisingan tidak lebih dari 78 dB (A).
46
Air bersih yang digunakan diperiksa 3 bulan sekali oleh Dinas
Pertambangan dan Energi.
3. Pengelolaan Penyehatan Aira. Pengertian
1) Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa
proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsung diminum.
2) Sumber penyediaan air minum dan untuk keperluan rumah sakit
berasal dari air tanah melalui tangki air dan harus memenuhi syarat
kualitas air minum.
3) Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari
dan akan menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu.
4) Sebagai batasan air bersih adalah air yang memenuhi persyaratan
bagi sistem penyediaan air minum dimana persyaratan yang
dimaksud adalah persyaratan dari segi kualitas air yang meliputi
kualitas fisik, kimia, biologi, dan dari bakteriologi sehingga apabila
dikonsumsi tidak menimbulkan efek samping.
5) Sumber penyediaan air minum dan air bersih untuk keperluan
rumah sakit dapat diperoleh dari sumber air tanah yang telah diolah
sehingga memenuhi persyaratan.
b. Tata Cara Pengelolaan Penyehatan Air
1) Kualitas Air Minum
Syarat-syarat dan Pengawasan Air Minum sesuai dengan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.907/Menkes/SK/VII/2002.
2) Kualitas Air yang Digunakan di Ruang Khusus
a) Ruang Operasi
c. Tata Cara Pelaksanaan Pengelolaan Penyehatan Bangunan dan Ruang, termasuk Pengaturan Pencahayaan, Penghawaan, serta Pengendalian Kebisingan5) Pemeliharaan Ruang dan Bangunan
l) Pemeliharaan dan pembersihan ruang dilakukan pagi dan sore hari
dilaksanakan oleh Cleaning Service (pihak ketiga).
47
m) Pembersihan lantai di ruang perawatan pasien dilakukan setelah
jam makan, setelah kunjungan keluarga dan sewaktu-waktu apabila
diperlukan.
n) Cara-cara pembersihan yang dapat menebarkan debu dihindari.
o) Cara menggunakan pembersihan dengan perlengkapan pel yang
memenuhi syarat dan bahan antiseptic yang ramah lingkungan.
p) Masing-masing ruangan disediakan perlengkapan pel sendiri.
q) Pembersihan lantai dimulai dari bagian ruangan paling dalam dan
bergerak menuju arah luar.
r) Sewaktu membersihkan lantai dengan perlengkapan pel semua
perabotan ruang seperti meja, kursi, tempat tidur, dan yang lainnya
harus diangkat/digeser, agar pembersihan lantai sempurna.
s) Pembersihan dinding dilakukan secara periodik minimal dua kali
dalam setahun.
t) Pemeriksaan usap dinding dan lantai secara acak di setiap ruang
perawatan dan instalasi dilaksanakan satu tahun dua kali sesuai
dengan Kepmenkes RI No.1204/Menkes/Per/X/2004.
u) Setiap percikan ludah, darah atau eksudat luka pada dinding
segera dibersihkan dengan menggunakan antiseptik.
v) Persyaratan kualitas penyehatan bangunan dan ruang untuk
masing-masing ruangan atau unit harus sesuai dengan Ketentuan
Kepmenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004.
menggunakan air untuk keperluan Kamar Operasi bersumber
dari air tanah yang telah diolah terlebih dahulu.
b) Air Minum Pasien dan Pegawai
Air minum untuk pasien dan pegawai RSU Permata Madina
bersumber dari air tanah yang telah diolah terlebih dahulu.
3) Kebutuhan Air Bersih
Jumlah kebutuhan air minum dan air bersih RSU Permata Madina
tergantung kepada berbagai pelayanan yang ada di rumah sakit.
Semakin banyak pelayanan yang ada di rumah sakit semakin besar
jumlah kebutuhan air.
Secara umum perkiraan kebutuhan air bersih minimal 500
liter/hari/tempat tidur.
4) Pemeriksaan Kualitas Air Bersih
48
Pemeriksaan kualitas air bersih dilaksanakan 3 bulan sekali ke
Dinas Pertambangan dan Energi.
Parameter yang diperiksa sesuai dengan Permenkes RI
No.416/Per/X/1990.
5) Desinfeksi Sistem Saluran Air
Desinfeksi akan lebih efektif bila dilakukan upaya untuk mencegah
kontaminasi permukaan dalam pipa sebelum dan selama dipasang
pipa hendaknya disimpan di tempat bersih, dan di setiap ujung
hendaknya ditutup, sistem harus diglonir keseluruhan sebelum
didesinfeksi.
4. Pengolahan Sampah dan Limbah Rumah Sakita. Pengertian
1) Limbah Rumah Sakit adalah limbah yang dihasilkan dari
kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair, dan gas.
2) Limbah Padat Rumah Sakit adalah semua limbah rumah sakit
yang berbentuk padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang
terdiri dari limbah medis padat dan non medis.
3) Limbah Medis Padat adalah limbah padat yang terdiri dari
limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah
farmasi, limbah citotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah
kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat
yang tinggi.
4) Limbah Padat Non Medis adalah limbah padat yang dihasilkan
dari kegiatan di rumah sakit di luar medis yang berasal dari dapur,
perkantoran, taman, dan halaman yang dapat dimanfaatkan kembali
apabila ada teknologinya.
5) Limbah Cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang
berasal dari kegiatan rumah sakit yang kemudian mengandung
mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif yang berbahaya
bagi kesehatan.
6) Limbah Gas adalah limbah gas yang berbentuk gas yang
berasal dari kegiatan pembakaran di rumah sakit seperadalah limbah
gas yang berbentuk gas yang berasal dari kegiatan pembakaran di
rumah sakit seperi incenerator, dapur, perlengkapan generator,
anestesi, dan pembuatan obat citotoksik.
49
7) Limbah Infeksius adalah limbah yang terkontaminasi
organisme patogen yang tidak secara rutin ada di lingkungan dan
organisme tersebut dalam jumlah dan virulensi yang cukup untuk
menularkan penyakit pada manusia rentan.
8) Limbah Citotoksis adalah limbah dari bahan terkontaminasi
dari persiapan dan pemberian obat sitotoksik untuk kemoterapi
kanker yang mempunyai kemampuan untuk membunuh atau
menghambat pertumbuhan sel hidup.
9) Minimisasi Limbah adala upaya yang dilakukan rumah sakit
untuk mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan dengan cara
mengurangi bahan (reduse), menggunakan kembali (reuse), dan
daur ulang limbah (recycle).
b. Tata Cara Pengelolaan Sampah dan Limbah Rumah Sakit
1) Jenis Limbah yang Dihasilkan RSU Permata Madina
a) Limbah Padat Medis Infeksius
Sumber limbah padat infeksius : Ruang Perawatan,
Poliklinik, UGD, OK, Apotik, Laboratorium, Farmasi.
Limbah Medis Infeksius berupa : organ tubuh, bekas kateter
swab, bekas plester, spuit bekas, jarum suntik bekas, under
pet, sarung tangan disposible, pipet pasteur, dll.
b) Limbah Padat Non Medis
Sumber limbah padat Non Infeksius : pada umumnya dari
semua kegiatan/aktivitas RSU Permata Madina yang
menghasilkan buangan limbah padat.
Limbah pada Non Infeksius berupa : sisa makanan, sampah
perkantoran, sampah taman, dll.
Volume Limbah Padat yang Mudah Busuk yaitu : Sampah
sisa buangan dapur dan mess (sisa makanan), sisa
makanan pasien serta sampah halaman sekitar pertamanan.
c) Limbah Cair
Semua limbah cair RSU Permata Madina sebelum dibuang ke
badan air terlebih dahulu diolah dengan IPAL sistem tabung.
50
c. Metode Penanganan Limbah Padat Infeksius dan Non Infeksius
RSU Permata Madina
Penanganan limbah padat infeksius dan non infeksius RSU Permata
Madina melihat pada potensi bahaya yang dapat ditimbulkan terhadap
manusia sehingga diperlukan adanya pemisahan antara limbah padat
infeksius dan non infeksius yaitu :
a) Pewadahan
Pewadahan limbah padat infeksius dikelompokkan menjadi :
o Limbah medis infeksius
Pewadahan limbah padat infeksius di ruang perawatan dan instalasi
dimasukkan ke tempat sampah infeksius yang tertutup dilapisi kantong
plastik kuning.
o Limbah medis benda tajam
Pewadahan limbah padat infeksius benda tajam di ruang perawatan
dan instalasi dimasukkan ke dalam kardus persegi panjang (safety box)
dengan ukuran yang telah ditentukan, dan ketebalan tertentu diberi
label infeksius berwarna kuning dan diberi tulisan RSU Permata Madina
Pewadahan limbah padat non infeksius :
o Pewadahan limbah padat non infeksius di ruang perawatan dan
instalasi dimasukkan ke tempat sampah tertutup dilapisi kantong plastik
hitam.
o Limbah padat non medis dipisahkan ke dalam 2 (dua) kelompok yaitu :
Limbah padat non medis kering
Sampah perkantoran, sampah taman, dan sampah plastik bekas
makanan.
Limbah padat non medis basah
Sampai sisa makanan baik dari Dapur, Ruang Perawatan Inap dan
Mess.
b) Pengumpulan
Limbah Padat Infeksius dan Limbah Benda Tajam
Limbah padat infeksius dan limbah padat benda tajam dari ruang perawatan
dan instalasi setelah penuh atau apabila 2/3 bagian kantong sudah terisi
oleh limbah segera diangkut supaya tidak menjadi perindukan vektor
penyakit atau binatang pengganggu, sebelumnya kantong plastik kuning
diikat kuat terlebih dahulu, tidak boleh dibuka ikatannya sampai ke tempat
51
pemusnahan. Alat pengangkut limbah medis benda tajam dan non benda
tajam menggunakan
Limbah Padat Non Infeksius
Limbah padat non infeksius indoor dan outdoor setelah penuh atau apabila
2/3 bagian kantong sudah terisi oleh limbah segera diangkat supaya tidak
menjadi perindukan vektor penyakit atau binatang pengganggu, sebelumnya
kantong plastik hitam diikat kuat.
c) Pemusnahan
Limbah Padat Infeksius dan Limbah Benda Tajam
Limbah padat benda tajam dan limbah padat infeksius non benda tajam
dibawa ke lokasi pemusnahan sampah infeksius, dimusnahkan di
incenerator.
Limbah Padat Non Infeksius
Limbah padat non infeksius dibawa ke lokasi Tempat Pembuangan
Sementara.
5. Penyehatan Tempat Pencucian Umum Termasuk Tempat Pencucian Linend. Pengertian
1. Laundry Rumah Sakit adalah tempat pencucian linen yang dilengkapi
dengan sarana penunjangnya berupa mesin cuci, alat, dan desinfektan,
mesin uap (steam boiler), pengering, meja, dan mesin setrika.
2. Unit Laundry adalah unit pelayanan mulai dari perencanaan pengadaan linen
baru, melaksanakan proses pencucian linen kotor, pengeringan,
penyetrikaan, penyortiran, penjahitan untuk membuat peralatan linen baru
serta linen yang mengalami kerusakan dari berbagai unit pelayanan dan
pendistribusian untuk keperluan pelayanan terhadap pasien.
3. Infeksi Nosokomial adalah infeksi yang didapat di rumah sakit dimana pada
saat masuk rumah sakit tidak ada tanda/gejala atau tidak dalam masa
inkubasi.
4. Linen adalah bahan/alat yang terbuat dari kain, tenun.
5. Linen kotor adalah linen yang sudah digunakan. Pada umumnya berasal
dari ruang isolasi, ICU, UGD, OK, poliklinik, dan lain-lain.
6. Bahan kimia berbahaya adalah bahan yang mudah terbakar, meledak,
korosif, reaktif, beracun, dan mudah menyebabkan infeksi.
7. Antiseptik adalah desinfektan yang digunakan pada permukaan kulit dan
membran mukosa untuk menurunkan jumlah mikroorganisme.
52
8. Dekontaminasi adalah suatu proses untuk mengurangi jumlah pencemaran
mikroorganisme atau substansi lain yang berbahaya sehingga aman untuk
penanganan lebih lanjut.
9. Desinfeksi adalah proses inaktivasi mikroorganisme melalui sistem.
10.Infeksi adalah proses dimana seseorang yang suscaptible terkena invasi
agen yang patogen atau infeksius yang tumbuh, berkembang biak dan
menyebabkan sakit.
11.Bahaya (hazard) adalah suatu keadaan yang berpotensi menimbulkan
dampak merugikan atau menimbulkan kerusakan.
e. Tata Cara Pengelolaan Penyehatan Tempat Pencucian Umum Termasuk Tempat
Pencucian Linen
1) Persyaratan suhu ari panas untuk pencucian 70°C dalam waktu 25 menit atau
95°C dalam waktu 10 menit.
2) Penggunaan jenis deterjen dan desinfektan untuk proses pencucian yang ramah
lingkungan agar limbah cair yang dihasilkan mudah terurai oleh lingkungan.
3) Standar kuman bagi linen bersih setelah keluar dari proses tidak mengandung 6 x
103 spora species Bacillus per inci persegi.
4) Pelayanan/Tahap Kerja Unit Laundry meliputi :
5) Jam kerja Unit Laundry mulai 07.00 – 17.00 WIB.
6) Unit Laundry tidak menyediakan linen baru.
7) Pengangkutan linen kotor dan bersih menggunakan tempat yang berbeda.
8) Pengajuan perbaikan (penjahitan) linen, diketahui oleh kepala bagian yang
bersangkutan.
9) Penggunaan deterjen pencuci ditetapkan oleh bagian rumah tangga dan
maintenance.
10) Lantai dan ruang tempat kerja laundry dibersihkan dua kali sehari yaitu pagi dan
siang.
11) Pembersihan kereta dorong linen kotor dibersihkan setiap hari dan kereta linen
bersih dibersihkan satu minggu satu kali.
12) Pencucian tower dilaksanakan satu bulan sekali.
13) Lokasi laundry jauh dari ruangan pasien dan tidak berada di jalur lalu lintas.
14) Ruang-ruang terpisah sesuai kegunaannya antara lain :
a) Ruang Linen Kotor
b) Ruang Linen Bersih
c) Tempat cuci kereta dorong.
53
d) Tempat kereta linen bersih dan kotor.
e) Kamar mandi/WC tersedia untuk petugas pencucian.
f) Gudang tempat penyimpanan perlengkapan kebersihan dan perlengkapan
pencucian.
g) Tempat pembersihan linen kotor sebelum dicuci.
h) Tersedianya tempat cuci tangan dan larutan desinfeksi.
i) Penempatan ruang-ruang diatur sedemikian rupa sehingga linen bersih tidak
terkontaminasi dengan linen kotor.
j) Alur lalu lintas linen kotor dan bersih terpisah mulai dari pintu masuk Unit
Laundry.
k) Petugas laundry sebelum dan sesudah bekerja harus selalu mencuci tangan.
l) Alat Pelindung Diri (APD) yang harus digunakan oleh petugas laundry yaitu :
Masker
Sepatu Boot
f. Standar Material
Pemilihan material linen disesuaikan dengn fungsi, cara perawatan, dan
penampilan yang diharapkan.
g. Standar Ukuran dan Jumlah
Linen rumah sakit merupakan barang habis pakai yang mempunyai standar
ukuran yang diperhitungkan tidak dari penggunaannya tetapi juga dari biaya
pengadaan dengan adanya ukuran tempat tidur standar maka ukuran linen
distandarkan menjadi:
Jenis linen yang digunakan di RSU Permata Madina
No Jenis Linen Jumlah Ukuran1 Laken P = 238 cm, L = 138 cm2 Steek laken P = 149 cm, L = 75 cm3 Sarung bantal P = 65 cm, L = 47 cm4 Sarung guling P = 95 cm, L = 33 cm 5 Selimut salur P = 168 cm, L = 157 cm6 Selimut tebal P = 190 cm, L = 150 cm7 Laken VIP/Bunga P = 236 cm, L = 160 cm8 Bed cover P = 203 cm, L = 150 cm9 Perlak merah + biru P = 134 cm, L = 74 cm
10 Pernel P = 123 cm, L = 72 cm11 Lap tangan P = 56 cm, L = 50 cm12 Doek besar P = 150 cm, L = 150 cm13 Doek sedang P = 100 cm, L = 100 cm14 Doek kecil P = 50 cm, L = 50 cm15 Laken putih P = 256 cm, L = 150 cm16 Baju pasien ukuran (S) S
54
17 Baju pasien ukuran (M) M18 Baju pasien ukuran (L) L19 Baju pasien ukuran (XL) XL20 Gordyn besar hijau muda 21 Gordyn besar hijau tua 22 Gordyn gambar 23 Gordyn gambar kecil 24 Gordyn orange besar 25 Gordyn orange kecil 26 Gordyn biru muda 27 Popok 28 Topi 29 Gurita 30 Baju bayi 31 Spanduk kain warna P = 5 m, L = 1,5 m32 Jas dokter 33 Sarung tangan + kaki 34 Sarung guling kotak 35 Taplak meja 36 Waslap 37 Mukena 38 Handuk kecil 39 Bantal 40 Guling
h. Bahan Kimia yang digunakan di Unit Laundry RSU Permata Madina
1) Cheml (Deterjen)
2) Chemca (Pemutih)
3) Chemsour (Pelembut)
4) STTP (Penghilang Minyak)
5) Presept (Desinfektan)
6) Oxalid Exid (Menghilangkan Noda)
7) Creolin (Pembersih Lantai)
8) Lysol (Desinfektan)
6. Pengendalian Serangga dan Tikusi. Pengertian
1) Pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya adalah
upaya untuk mengurangi populasi serangga, tikus, dan binatang
pengganggu lainnya sehingga keberadaannya tidak menjadi vektor
penularan penyakit.
55
2) Vektor (serangga dan tikus) dalam program sanitasi rumah sakit adalah
semua jenis serangga dan tikus yang dapat menularkan beberapa
penyakit tertentu, merusak bahan pangan di gudang dan peralatan
instalasi rumah sakit.
3) Insektisida adalah bahan kimia beracun yang digunakan untuk campuran
umpan untuk membunuh serangga atau tikus atau binatang pengganggu
lainnya di dalam maupun di luar rumah sakit.
j. Tata Cara Pengendalian Serangga dan Tikus
1) Tempat perindukan serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya
yaitu :
a. Tempat penampungan sampah.
b. Saluran air limbah.
c. Tempat penyimpanan, pengelolaan, dan penyajian makanan.
d. Penampungan air bersih.
e. Gudang : Farmasi, Peralatan, dll.
2) Pengendalian Nyamuk, Kecoa, Lalat, dan Tikus:
a. Pengendalian Nyamuk
Pemberantasan jentik nyamuk di saluran-saluran air dengan
menambahkan kimia “Vectoback”.
Pemberantasan di ruang-ruang perawatan dan instalasi dengan
treatment spraying, sedangkan di luar ruangan menggunakan
treatment fogging satu minggu dua kali.
b. Pengendalian Kecoa
Pemberantasan kecoa dengan cara fisik atau mekanis yaitu dengan
membunuh langsung dengan alat pemukul, menyiram tempat
perindukan dengan air panas dan menutup celah-celah dinding.
Secara kimia dengan menggunakan insektisida dengan
pengasapan, bubuk, semprotan, dan umpan.
c. Pengendalian Lalat
Pengendalian lalat khususnya di Instalasi Gizi dengan memasang
Elektrik Fly Killer.
d. Pengendalian Tikus
56
Pengendalian tikus secara fisik dengan cara memasang perangkap,
sebagai alternatif terakhir dapat dilakukan secara kimia dengan
menggunakan umpan beracun.
3) Pemeliharaan Kebersihan
a. Penampungan, pengangkutan, dan pembuangan sampah yang
benar dan sesuai dengan ketentuan merupakan unsur
pengendalian yang sangat penting.
b. Diusahakan tidak terjadi penumpukan sisa makanan menginap di
dalam ruangan.
c. Kebersihan ruangan dan halaman merupakan tindakan yang sangat
penting
4) Tenaga Pengelola
a. Bagian Rumah Tangga dan Maintenance.
7. Sterilisasi/Desinfeksik. Pengertian
1) Dekontaminasi adalah upaya mengurangi dan atau menghilangkan
kontaminasi oleh mikroorganisme pada orang, peralatan, bahan, dan
ruang melalui desinfeksi dan sterilisasi dengan cara fisik dan kimiawi.
2) Desinfeksi adalah upaya untuk mengurangi/menghilangkan jumlah
mikroorganisme patogen penyebab penyakit (tidak termasuk spora)
dengan cara fisik dan kimia.
3) Sterilisasi adalah upaya untuk menghilangkan semua mikroorganisme
dengan cara fisik dan kimia.
l. Tata Cara Sterilisasi/Desinfeksi
Tata laksana strilisasi sesuai dengan buku pedoman pelayanan sterilisasi
RS. Efarin Etaham.
8. Perlindungan Radiasim. Pengertian
1) Radiasi adalah emisi dan penyebaran energi melalui ruang (media) dalam
bentuk gelombang elektromagnetik atau partikel-partikel atau elementer
dengan kinetik yang sangat tinggi yang dilepaskan dari bahan atau alat
radiasi yang digunakan oleh instansi di rumah sakit.
2) Pengamanan dampak radiasi adalah upaya perlindungan kesehatan
masyarakat dari dampak radiasi melalui promosi dan pencegahan risiko
atas bahaya radiasi, dengan melakukan kegiatan pemantauan, investigasi
57
dan mitigasi pada sumber, media lingkungan dan manusia yang terpajan
atau alat yang mengandung radiasi.
3) Pemantauan radiasi adalah pemeriksaan rutin tingkat energi radiasi di
ruang kerja dan tingkat pemaparan pada kerja.
4) Evaluasi radiasi adalah rangkaian kegiatan sejak analisis laboratorium
penyidikan/pemeriksaan mendalam terhadap instansi dan tindak lanjut.
n. Tata Cara Perlindungan Radiasi
1) Tata Laksana Perlindungan Radiasi harus sesuai dengan Keputusan
Menteri Kesehatan RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004. Diantaranya :
a) Perizinan.
b) Sistem Pembatasan Dosis.
c) Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja terhadap
Pemanfaatan Radiasi Pengion diantaranya :
d) Kalibrasi.
e) Penanggulangan Kecelakaan Radiasi.
f) Pengelolaan Limbah Radioaktif.
9. Penyuluhan atau Pelatihan Kesehatan Lingkungano. Pengertian
Penyuluhan kesehatan rumah sakit adalah penyuluhan penyampaian pesan
tentang penyehatan lingkungan rumah sakit kepada pegawai, pasien, dan
pengunjung serta dapat memanfaatkan fasilitas sanitasi rumah sakit dengan
benar.
p. Tata Cara Penyuluhan/Pelatihan Kesehatan Lingkungan
1) Penyuluhan kesehatan lingkungan di rumah sakit dapat dilaksanakan
dengan teknik atau cara, tanya jawab dan bimbingan, ceramah dan
diskusi pameran, demonstrasi pemasangan poster/gambar, penyebaran
leaflet, dll.
2) Kegiatan penyuluhan kesehatan lingkungan rumah sakit dilakukan oleh
seluruh pegawai rumah sakit di bawah koordinasi tenaga atau unit
organisasi yang menangani kesehatan lingkungan rumah sakit.
3) Pesan penyuluhan hendaknya di bedakan berdasarkan sasarannya.
a) Pesan penyuluhan untuk karyawan bersisi hubungan fasilitas sanitasi
pentingnya pengadaan, pemeliharaan, dan pembersihan fasilitas
sanitasi,.
58
b) Pentingnya memberi contoh terhadap pasien dan pengunjung tentang
pemanfaatan fasilitas sanitasi.
c) Pesan penyuluhan untuk pasien, pengunjung, dan masyarakat di
sekitarnya berisi tentang cara-cara dan pentingnya membiasakan dari
hidup bersih dan sehat, memanfaatkan fasilitas sanitasi dan fasilitas
kesehatan lainnya.
10.Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaywhtahtttttttttttttttttttttttttttttttttt
tttttttttttttttttttttttttt4444444444444444444444444hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
hhhhhhhhhhhffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffff
fffffffffffffggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDD
DDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDD
DDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDD
DDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDD
DDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDD
DDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDD
DDDD Perlindungan Radiasiq. Pengertian
1) Radiasi adalah emisi dan penyebaran energi melalui ruang (media) dalam
bentuk gelombang elektromagnetik atau partikel-partikel atau elementer
dengan kinetik yang sangat tinggi yang dilepaskan dari bahan atau alat
radiasi yang digunakan oleh instansi di rumah sakit.
2) Pengamanan dampak radiasi adalah upaya perlindungan kesehatan
masyarakat dari dampak radiasi melalui promosi dan pencegahan risiko
atas bahaya radiasi, dengan melakukan kegiatan pemantauan, investigasi
dan mitigasi pada sumber, media lingkungan dan manusia yang terpajan
atau alat yang mengandung radiasi.
3) Pemantauan radiasi adalah pemeriksaan rutin tingkat energi radiasi di
ruang kerja dan tingkat pemaparan pada kerja.
59
4) Evaluasi radiasi adalah rangkaian kegiatan sejak analisis laboratorium
penyidikan/pemeriksaan mendalam terhadap instansi dan tindak lanjut.
r. Tata Cara Perlindungan Radiasi
1) Tata Laksana Perlindungan Radiasi harus sesuai dengan Keputusan
Menteri Kesehatan RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004. Diantaranya :
a) Perizinan.
b) Sistem Pembatasan Dosis.
c) Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja terhadap
Pemanfaatan Radiasi Pengion diantaranya :
d) Kalibrasi.
e) Penanggulangan Kecelakaan Radiasi.
f) Pengelolaan Limbah Radioaktif.
11.Penyuluhan atau Pelatihan Kesehatan Lingkungans. Pengertian
Penyuluhan kesehatan rumah sakit adalah penyuluhan penyampaian pesan
tentang penyehatan lingkungan rumah sakit kepada pegawai, pasien, dan
pengunjung serta dapat memanfaatkan fasilitas sanitasi rumah sakit dengan
benar.
t. Tata Cara Penyuluhan/Pelatihan Kesehatan Lingkungan
1) Penyuluhan kesehatan lingkungan di rumah sakit dapat dilaksanakan
dengan teknik atau cara, tanya jawab dan bimbingan, ceramah dan
diskusi pameran, demonstrasi pemasangan poster/gambar, penyebaran
leaflet, dll.
2) Kegiatan penyuluhan kesehatan lingkungan rumah sakit dilakukan oleh
seluruh pegawai rumah sakit di bawah koordinasi tenaga atau unit
organisasi yang menangani kesehatan lingkungan rumah sakit.
3) Pesan penyuluhan hendaknya di bedakan berdasarkan sasarannya.
a) Pesan penyuluhan untuk karyawan bersisi hubungan fasilitas sanitasi
pentingnya pengadaan, pemeliharaan, dan pembersihan fasilitas
sanitasi,.
b) Pentingnya memberi contoh terhadap pasien dan pengunjung tentang
pemanfaatan fasilitas sanitasi.
c) Pesan penyuluhan untuk pasien, pengunjung, dan masyarakat di
sekitarnya berisi tentang cara-cara dan pentingnya membiasakan dari
60
hidup bersih dan sehat, memanfaatkan fasilitas sanitasi dan fasilitas
kesehatan lainnya.
Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaay
whtahtttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt4444444444444444444444444hhhhhhhhhhhhhhhhh
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
hhhhhhhhhhhhhhffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffff
fgggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggDD
DDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDD
DDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDD
DDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDD
DDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDD
DDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDD
DD
Antitrombotika adalah zat-zat yang digunakan untuk pengobatan atau pencegahan trombosis dan emboli.pada trombosis terjadi pembentukan suatu trombus,yakni bekuan darah didalam pembuluh .pada terdapat penyumbatan arteri kecil atau kapiler akibat embulus ,yakni bekuan darah atau sumbatan lain (antara lain gelumbung udara)yang dibawa oleh aliran darah dan tersendat di pembuluh dan menyumbatnya.A.PROSES PEMBEKUAN DARAH DAN TROMBOSISTrombosis dan Emboli
c) .Trombosis Vena bisa terjadi di bagian dalam maupun permukaan sistem vena.
Trombosis vena dalam(deep venous thrombosis,DVT,bercirikan terbentuknya gumpalan darah beku (trombus/i)dalam vena ,yang menghambat atau menghentikan sirkulasi darah (obstruksi).DVT kerap kali menimbulkan sirkulasi tersendat ditangkai dan dalam paru-paru (emboli paru ),gejalanya dapat berupa rasa sakit setempat ,adakala tachycardia,demam(dan BSE meningkat).
61
Trombosis vena permukaan oleh bekuan darah ,terutama bercirikan peradangan dan umumnya disebut tromboflebitis.gejalanya berupa sakit ,kemerah merahan dan pengerasan setempat akibat pembentukan jaringan ikat sekitar vena yang terkena ,adakalanya juga demam.gangguan ini dapat terjadi spontan setelah persalinan,dapat pula karena adanya varises (pemekaran vena lokal <<spatader>>)atau cedera(trauma).
A.PROSES PEMBEKUAN DARAH DAN TROMBOSISTrombosis dan Emboli
d) .Trombosis Vena bisa terjadi di bagian dalam maupun permukaan sistem vena.
Trombosis vena dalam(deep venous thrombosis,DVT,bercirikan terbentuknya gumpalan darah beku (trombus/i)dalam vena ,yang menghambat atau menghentikan sirkulasi darah (obstruksi).DVT kerap kali menimbulkan sirkulasi tersendat ditangkai dan dalam paru-paru (emboli paru ),gejalanya dapat berupa rasa sakit setempat ,adakala tachycardia,demam(dan BSE meningkat).
Trombosis vena permukaan oleh bekuan darah ,terutama bercirikan peradangan dan umumnya disebut tromboflebitis.gejalanya berupa sakit ,kemerah merahan dan pengerasan setempat akibat pembentukan jaringan ikat sekitar vena yang terkena ,adakalanya juga demam.gangguan ini dapat terjadi spontan setelah persalinan,dapat pula karena adanya varises (pemekaran vena lokal <<spatader>>)atau cedera(trauma).
Trombosis dapat pula terjadi pada pasien yang harus berbaring untuk waktu yang lama kerana aliran darah di vena tertentu terhenti dan mengumpal .Tumor ganas ,kehamilan dan pil anti hamil dapat menyebabkan timbulnya tromboemboli vena .
Emboli paru sering kali timbul akibat DVT,Dimana (sebagian )gumpalan darah terlepas melalui sirkulasi lalu di angkut ke paru-paru .gejalanya tergantung dari besarnya trombus yang
62
tersendat di vena paru.sumbatan yang besar bisa fatal secara akut dengan diawali oleh shock,sumbatan –sumbatan kecil sering kali berlangsung tanpa gejala atau dengan gejala tak nyata,misalnya kehabisan nafas bila mengeluarkan tenaga.
Terapi dan profilaktis trombosis (dan emboli paru)lazimnya dimulai dengan antikoagulansia parenteral heparin (UFH)atau fraksi-fraksinya (LMWH).Kemudian dapat dilanjutkan dengan anti-koagulansia oral.
e) Trombi dalam arteri sering kali terjadi di jantung dan otak ,yang dapat mengakibatkan matinya jaringan (infark jantung/otak)dan bisa fatal.
Infrak jantung ,gejala dan penanganannya telah dibicarakan secara luas di Bab 37,obat-obat jantung.di sini hanya akan disinggung peranan yang dipegang oleh antitrombotika.Terapi.obat-obat utamanya adalah trombolitika guna melarutkan trombus yang menyumbat arteri koroner(streptokinase dan lain-lain ).penanggulangan sedini mungkin dapat menurunkan risiko kematian sampai 50%.Prevensi sekunder,yakni menghindari terbentuknya lagi trombus baru,dewasa ini dilakukan dengan antikoagulansia oral (warfarin dan lain-lain )atau asetosal dalam dosis rendah .3,4
Infrak otak dapat disebabkan oleh trombosis atau emboli dan bergejala kelumpuhan sebelah baan (hemiplegia).merupakan k.i.80% dari semua kasus<<beroerte>>,<<stroke>>atau CVA (Cerebral vaskular accident).sisanya (20%)diakibatkan oleh perdarahan di otak akibat pecahnya pembuluh otak,kerap kali berhubungan dengan hipertensi.Berdasarkan meningkatnya kasus stroke dari tahun ke tahun diperkirakan bahwa lebih dari 1,5 juta penduduk indonesia
63
akan terkena serangan penyakit tersebut dalam rentang waktu 6 tahun mendatang.TIA (Transient ishhaemic Attack)terjadi secara mendadak dengan menimbulkan hilang kesadaran untuk waktu yang singkat,beberapa detik atau beberapa menit.peristiwa ini disebabkan oleh masuknya mikro –emboli dalam pembuluh pembuluh otak.lazimnya,pasien sembuh secara tuntas,tetapi TIAcenderung kambuh lagi.guna menghindarkan residif atau infrak umumnya digunakan asetosal dalam dosis rendah (40-100 mg sehari).BIOKIMIAPada trombosis vena/arteri berulang terdapat kadar homosistein yang meningkat dalam darah .asam amino ini terbentuk sebagai produk antara pada reaksi pengubahan metionin menjadi cystein,yakni :
Metionin → homosistein → sistein
Kadar hemosistein darah yang meningkat ternyata merupakan faktor risiko PJP(penyakit jantung dan pembuluh :trombosis,infrak).lihat juga bab 37,obat –obat jantung ,faktor-faktor risiko.Asam folat,vitamin B6,Vitamin B12 berkhasiat menurunkan kadar hemosistein dan dengan demikian meniadakan salah satu faktor risiko PJP.Asam folat banyak terdapat dalam gandum whole-grain damn makanan yang kaya akan serat nabati,lihat selanjutnya bab 53,vitamin.FibrinFibrinogen adalah suatu globulin yang terbentuk di dalam hati.protein ini merupakan zat utama dari bekuan darah dan keropeng (kerak pada luka ;crust)diluka terbuka .tetapi ,fibrin
64
juga dapat membentuk trombi yang menyumbat pembuluh darah ,hingga dapat memutuskan penyaluran oksigen ke organ –organ penting.fibrinogen di angkut dalam darah dalam keadaan terlarut ketempat peradangan atau penyembuhan .di tempat ini fibrinogen di ubah menjadi fibrin yang memiliki struktur seperti serat (lat =fibra )dan tak dapat larut .serat-serat yang panjang dari fibrin melekatkannya pada dinding pembuluh .fibrin dapat dianggap sebagai molekul reparasi yang berperan penting pada penutupan luka melalui pembentukan keropeng .
Fibrinolisis gumpalan fibrin tersebut bersifat sementara dan setelah beberapa waktu seharusnya dilarutkan lagi oleh plasmin.enzim protease ini berdaya menguraikan fibrin dan faktor-faktor pembekuan v dan VIII .dalam darah ,plasmin berada dalam bentuk pro –enzim inaktif plasminogen,yang dapat diaktivasi oleh zat-zat aktivator plasminogen (ZAP).ZAP faal adalah tPA urokinase dan faktor XII teraktivasi(lihat dibawah ).pembentukan berlebihan plasmin dengan resiko perdarahan dihindarkan oleh adanya inhibitor –ZAP Faal.
Plasminogen → plasmin →antiplasmin(streptokinase)↓Fibrinogen →fibrin →degradasi
65