LAPORAN TEKNIS -...
-
Upload
nguyenquynh -
Category
Documents
-
view
245 -
download
1
Transcript of LAPORAN TEKNIS -...
LAPORAN TEKNIS
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap
Sumber Dana: APBN 2015
Oleh:
Dina Muthmainnah Ni Komang Suryati
Budi Iskandar Prisantoso Yanu Prasetiyo Pamungkas
Dewi Apriyanti Akhlis Biantoro
Raider Sigit Junianto
Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum
Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan
Desember 2015
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karuniaNYA,
sehingga laporan teknis penelitian ini dengan judul Kajian Bioekologi dan
Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap dapat
diselesaikan. Penelitian ini merupakan salah satu dari kegiatan penelitian yang ada
di Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum Palembang untuk tahun anggaran
2015. Lokasi penelitian dilaksanakan di Bengkulu dan Cilacap dan dan survei
dilakukan sebanyak enam kali.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagian siklus
hidup ikan sidat di lingkungan air tawar untuk pengelolaan dan konservasinya.
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi untuk
pengelolaan yang keberlanjutan dalam pemanfaatan sumber daya ikan sidat. Dan
dari hasil penelitian ini diharapkan tersedianya data dan informasi mengenai
biologi ikan sidat yang meliputi taksonomi, pertumbuhan, makanan dan
reproduksi; karakteristik lingkungan (fisika, kima dan biologi) habitatnya, serta
pola pasang surut dan curah hujan yang mempengaruhi migrasi dan aktivitas
penangkapannya. Informasi ini akan dijadikan bahan untuk pengelolaan
keberlanjutan pemanfaatan sumber daya ikan sidat.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-
pihak yang telah banyak membantu terutama kepada Kuasa Pemegang Anggaran
(KPA) Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum (BPPPU), peneliti, teknisi dan
pejabat struktural lingkup BPPPU Palembang. Juga kami mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan. Kritik dan saran diharapkan
untuk membantu usaha perbaikan pelaksanaan penelitian dan penulisan Laporan
Teknis , juga untuk perencanaan penelitian-penelitian pada tahun-tahun
mendatang.
Semoga laporan teknis penelitian ini dapat memberikan gambaran
pelaksanaan penelitian ini.
Palembang, Desember 2015
Penanggung Jawab Kegiatan,
iv
ABSTRAK
Ikan sidat atau catadromous eel memiliki nutrisi yang baik, dan merupakan
ikan konsumsi terutama oleh masyarakat Jepang, China, Korea, Amerika dan
beberapa Negara di Erofa. Untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi tersebut perlu
pasokan benih yang masih bergantung pada usaha penangkapan elver di muara-
muara sungai. Permasalahan yang dihadapi pada keberadaan ikan sidat adalah
selama migrasi tingkat kematian cukup tinggi sehingga yang bertahan hingga
menjadi ikan dewasa. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagian siklus hidup ikan sidat di lingkungan air tawar untuk pengelolaan dan
konservasinya dengan menyediakan data dan informasi mengenai biologi ikan
sidat; karakteristik lingkungan (fisika, kima dan biologi) habitatnya, dan aktivitas
penangkapannya. Penelitian ini bersifat survei-eksploratif yang meliputi
pengumpulan data dan informasi secara primer dan sekunder. Lingkup kegiatan
meliputi kajian/analisa parameter lingkungan perairan, serta identifikasi spesies
ikan dengan wilayah kerja adalah Bengkulu dan Cilacap, Jawa Tengah. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa wilayah Bengkulu dan Cilacap memiliki potensi
yang sangat besar untuk perikanan sidat akan tetapi potensi ini belum terdata
dengan baik. Perubahan dan kerusakan habitat merupakan salah satu
permasalahan pada perikanan sidat. Jenis ikan sidat yang ditemukan di Bengkulu di
dominansi oleh jenis short fin (A. bicolor) sedangkan di wilayah Cilacap di dominasi
oleh jenis long fin (A. marmorata).
v
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
ABSTRAK iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR viii
1. PENDAHULUAN 1
2. TUJUAN DAN SASARAN KEGIATAN 6
3. KELUARAN YANG DIHARAPKAN 6
4. HASIL YANG DIHARAPKAN 7
5. MANFAAT DAN DAMPAK 7
6. PELAKSANAAN PENELITIAN 7
7. HASIL DAN DISKUSI 14
8. KESIMPULAN 49
9. DAFTAR PUSTAKA 49
10. PERSONIL 52
11. JADUAL KEGIATAN 52
LAMPIRAN 53
vi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Parameter kualitas air yang diukur/dianalisa serta metode alat mengukurnya
10
2. Beberapa aspek biologi ikan sidat yang dianalisis serta metode analisanya
11
3. Koordinat dan elevasi lokasi berpotensi ditemukan ikan sidat di Provinsi Bengkulu
15
4. Koordinat dan elevasi lokasi berpotensi ditemukan ikan sidat di Kabupaten Cilacap
16
5. Kualitas air lokasi pengambilan sampel ikan sidat di Bengkulu pada Maret 2015
18
6. Kualitas air lokasi pengambilan sampel ikan sidat di Bengkulu pada Mei 2015
18
7. Kualitas air lokasi pengambilan sampel ikan sidat di Bengkulu pada September 2015
19
8. Kualitas air lokasi pengambilan sampel ikan sidat di Cilacap pada April 2015
19
9. Kualitas air lokasi pengambilan sampel ikan sidat di Cilacap pada Juni 2015
20
10. Kualitas air lokasi pengambilan sampel ikan sidat di Cilacap pada Oktober 2015
20
11. Plankton yang ditemukan di lokasi penelitian Cilacap pada April 2015
22
12. Data luasan DAS dan bendungan di Provinsi Bengkulu 25
13. Faktor kondisi dari sampel ikan sidat dari Bengkulu dan Cilacap
33
14. Data jumlah ikan yang disetor dan dijual per bulan selama tahun 2015
44
15. Data berat total ikan (kg) yang disetor ke kolektor dalam kurun waktu 2012 hingga 2015 di Cilacap
45
vii
16. Daftar harga ikan sidat dari kolektor di Cilacap 46
17. Analisis SWOT untuk menentukan strategi pengembangan perikanan sidat yang berkelanjutan
48
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman 1. Anatomi ikan sidat (Anguilla bicolor)
3
2. Peta lokasi (a) Bengkulu dan (b) Cilacap
8
3. Pengukuran panjang ikan sidat dewasa
11
4. Penghitungan jumlah ruas tulang belakang larva ikan sidat
12
5. Pengukuran jarak dorsal dan anal
12
6. Distribusi ikan sidat di Bengkulu dan Cilacap dihubungkan dengan elevasi
17
7. Data bulanan curah hujan dan jumlah hari hujan di Bengkulu pada tahun 2010 hingga 2013
23
8. Data tahunan curah hujan dan jumlah hari hujan di Cilacap pada tahun 2008 hingga 2013
24
9. Identifikasi ikan Sidat mengunakan kunci identifikasi Ege yang berdasarkan pada pigmentasi pada sirip ekor untuk glass eel dan warna kulit untuk yellow eels
29
10. Sketsa long dan short fin dari Anguilla
30
11. Perbandingan sampel ikan sidat yang termasuk long dan short fin di Bengkulu dan Cilacap
30
12. Frekuensi dari masing-masing panjang ikan sidat yang termasuk short dan long fin
31
13. Panjang rata-rata sampel ikan sidat dari Bengkulu dan Cilacap
32
14. Hubungan panjang dan berat sampel ikan sidat dari Bengkulu dan Cilacap
32
15. Analisis jenis-jenis makanan yang dimakan oleh ikan Sidat di Bengkulu dan Cilacap
36
16. Jenis makanan yang dimakan oleh ikan Sidat di Bengkulu dan Cilacap
37
17. Nilai produksi ikan sidat tiap kabupaten di Provinsi Bengkulu dalam Rupiah selama tahun 2009 hingga 2013
39
ix
18. Nilai produksi ikan sidat tiap kabupaten di Provinsi
Bengkulu dalam ton selama tahun 2009 hingga 2013
39
19. Frekuensi, jumlah individu dan persentase ikan sidat dikirim Pelabuhan Ratu dan Bogor yang tercatat di BKIPM Bengkulu
40
20. Produksi ikan sidat bulanan selama tahun 2012 – 2014
41
21. Produksi Ikan Sidat (kg) berdasarkan tipe genangan tahun 2010-2014
41
22. Jenis alat tangkap ikan sidat di Bengkulu
42
23. Jenis alat tangkap ikan sidat di Cilacap
43
~ 1 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
1. PENDAHULUAN
Spesies Anguilla merupakan familia dari Anguillidae, memiliki pola hidup
katadromous yaitu memulai kehidupan dari laut, tumbuh menjadi dewasa di
perairan tawar dan kembali ke laut untuk memijah. Klasifikasinya adalah
(Linnaeus, 1758):
Filum : Vertebrata
Divisio : Pisces
Klas : Teleostomi
Ordo : Anguilliformes
Sub Ordo : Anguilloidae
Familyia : Anguillidae
Genus : Anguilla
Sidat memiliki sirip dada (pectoral) yang sempurna yang terdapat pada
bagian belakang tutup insang serta sirip punggung (dorsal), sirip ekor (caudal)
dan sirip anal yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Sirip sidat
dilengkapi dengan jari-jari lunak yang dapat dilihat dengan mata telanjang.
Menurut Berg (1949 dalam Deelder, 1984), ciri ikan sidat adalah tubuh
memanjang seperti ular, sirip dorsal, sirip caudal dan sirip anal bergabung
menjadi satu, sirip dada ada dan sirip perut tidak ada, tubuh diliputi sisik halus.
Ikan sidat memiliki linea lateralis yang terbentuk dengan baik, perut jauh
dari kepala, mulut terminal, rahang tidak memanjang secara khusus, gigi kecil,
pektinat dan setiform dalam beberapa sisi rahang dan vomer, terdapat gigi halus
pada tulang faring, membentuk “ovate patch” pada faring, bagian atas celah insang
lateral vertical berkembang dengan baik dan terpisah satu sama lainnya. Insang
~ 2 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
dapat terbuka lebar, terdapat lidah, bibir tebal, tulang frontal, berpasangan tetapi
tidak tumbuh bersama. Palatopterygoid berkembang baik, premaksila tidak
berkembang sebagi suatu elemen yang dapat dibedakan pada ikan dewasa,
lengkun pektoral terdiri dari 7-9 (untuk yang masih muda mencapai 11) elemen
radial, tulang ekor tanpa proses transverse.
Bentuk ikan sidat sangat berbeda antara stadia dengan stadia dewasanya.
Telur yang telah dibuahi akan berkembang menjadi leptocephalus, pada saat
tersebut bentuknya berupa daun. Leptocephalus tersebut akan mengalami
metamorfosa menjadi larva transparan (elver, glass eel). Bentuk sidat pada saat
stadia elver adalah silinder dan transparan, kemudian elver akan bermigrasi dari
laut ke air payau atau air tawar. Selama migrasi tersebut setahap demi setahap
larva mengalami pigmentasi hingga pada akhirnya seluruh tubuh larva berpigmen.
Seluruh pigmentasi ini sejalan dengan pertumbuhan larva (Affaudi & Riani 1994
dalam Sasono 2001).
Ikan sidat termasuk dalam ikan diadrom yang masuk dalam kelompok ikan
katadrom. Daur hidupnya terbagi menjadi 3 fase, fase di lautan, di estuaria dan di
air sungai. Ikan sidat memijah di lautan pada kedalaman 400-500 meter dan
setelah telurnya dikeluarkan telur-telur tersebut akan mengapung karena massa
jenis telur tersebut lebih ringan dari massa jenis air di sekitarnya maka telur-telur
tersebut naik ke permukaan dan menetas menjadi larva leptocephalus (Usui, 1974
dalam Sasono, 2001).
Daur hidup Anguilla sp. pada fase pelagik (larva) leptocephalus mencapai
bentuk daun dan akan mengalami perubahan bentuk (metamorfosis). Bentuk ikan
sidat sudah menyerupai bentuk ikan sidat dewasa tetapi tubuhnya belum
~ 3 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
memiliki pigmen sehingga disebut glass eel (sidat kaca). Selanjutnya sidat kaca
tersebut mengikuti arus kearah pantai, kemudian beruaya ke muara sungai.
Setelah memasuki habitatnya tersebut, peristiwa pigmentasi terjadi sehingga
menjadi ikan sidat kecil yang disebut elver yang berpigmen.
Elver akan bermigrasi ke arah hulu kemudian tumbuh menjadi ikan dengan
ukuran dewasa. Ikan sidat dewasa yang memiliki pigmentasi kuning dan cokelat
disebut ikan sidat kuning dan ikan sidat cokelat. Ikan sidat kuning ini bentuknya
seperti sidat dewasa lainnya namun organ kelamin belum berkembang secara
sempurna. Selanjutnya sidat tumbuh dan warnanya akan berubah menjadi perak
(Xanthocrhomatism) yang terlihat pada bagian dasar perutnya. Perkembangan
sidat menjadi silver eel terjadi di air tawar. Ikan ini tinggal di perairan air tawar
selama 10-15 tahun dan kemudian akan masuk tahap memijah sehingga sidat
harus bermigrasi ke lautan kembali. (Tesch, 1977 dalam Sasono, 2001).
Gambar 1. Anatomi ikan sidat (Anguilla bicolor)
Beberapa penelitian telah dilakukan mengenai spesies Anguilla ini di
perairan tropis oleh Silfvergrip (2009 dalam Crook & Nakamura, 2013).
~ 4 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
Berdasarkan data dari Food and Agriculture Organization, United Nations
(FAO), produksi sidat secara umum meningkat secara dramatis dari 17.7750 ton
pada tahun 1950 (dan hanya 3% dari budidaya) menjadi 280.000 ton pada tahun
2007 (96% dari budidaya), dan produksi tersebut stabil pada 2008 hingga 2010
(FAO, 2012 dalam Crook & Nakamura, 2013).
Ada enam spesies Anguilla yang mendiami perairan di Indonesia yaitu A.
borneensis, A. cebesensis, A. interioris, A. obscura, A. bicolour dan A. marmorata.
Siklus kehidupan spesies Anguilla dapat dibagi lima tingkatan yaitu (Silfvergrip,
2009 dalam Crook & Nakamura, 2013):
1. Eggs dan leptocephali (larvae)
2. “glass eel” (clear juveniles)
3. “elvers” (pigmented juvenile) telah mencapai perairan tawar
4. “yellow eels” di habitat air tawar
5. Adult or “silver eels” hidup di air tawar/estuaria sebelum kembali ke laut
untuk memijah.
Muchsin et al. (2005) menyatakan bahwa elver dan ikan dewasa ditemukan
di muara sungai yang berhubungan dengan laut seperti Cimandiri, Bengkulu,
Cilacap dan Poso. Novianty (2008) menemukan komposisi dan kelimpahan
Anguilla spp di muara Sungai Batang Antokan (Sumatra Barat), Sungai Dumoga
(Sulawesi Utara dan Sungai Pami (Papua). Jenis-jenisnya adalah A. bicolor bicolor,
A. bicolor pacifica, A. marmorata, dan Anguilla sp. Chino & Arai (2011) menyatakan
bahwa habitat A.bicolor bicolor adalah antara air tawar, payau dan laut . A. bicolor
bicolor menunjukkan bahwa sidat tropis hidup di perairan tawar, payau dan laut,
katadromus karena bermigrasi tumbuhan dewasa di air tawar dan memijah di laut
~ 5 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
(Chino & Arai, 2011). Terdapat beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi
ekologi ikan sidat, yaitu pasang surut, suhu, salinitas, dan kekeruhan (Sugeha,
2008).
Ikan sidat memiliki nutrisi yang baik, dan merupakan ikan konsumsi
terutama oleh masyarakat Jepang, China, Korea, Amerika dan beberapa Negara di
Erofa. Pemenuhan kebutuhan konsumsi tersebut sebagian besar dari budidaya
namun pasokan benih masih bergantung pada usaha penangkapan elver di muara-
muara sungai.
Pemilihan lokasi di Cilacap merupakan hasil beberapa penelitian yang
menyatakan bahwa elver di tempat tersebut tersedia sepanjang tahun, dimana
puncaknya pada bulan Desember dan Februari, Umur elver saat migrasi berkisar
160 – 200 hari (1-2 gram), dengan spesies dari A. bicolor bicolor; A. marmorata
dan A. nebulosa. Walaupun sepanjang tahun benih bisa ditangkap, namun
banyaknya bervariasi terhadap musim (Dinas Kelautan dan Perikanan, 2013).
Permasalahan yang dihadapi pada keberadaan ikan sidat adalah selama
migrasi tingkat kematian cukup tinggi sehingga yang bertahan hingga menjadi
ikan dewasa tidak kurang dari 40%. Selain itu di Segara Anakan, Cilacap adalah
sedimentasi yang cepat akibat degradasi lingkungan di daerah hulu. Di samping
pengembangan budidaya perlu dilakukan konservasi dan pengelolaan yang
didasarkan atas hasil penelitian. Indonesia saat ini masih kekurangan data
mengenai distribusi, kelimpahan, dan potensi spesies Anguilla. Untuk itu
penelitian ini penting untuk dilaksanakan untuk mendapatkan data dan informasi
tersebut dalam mendukung pengelolaan perikanan konservasi spesies Anguilla
untuk keberlanjutannya. Sedangkan untuk Provinsi Bengkulu, kegiatan
~ 6 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
penangkapan ikan sidat dalam bentuk elver sangat sedikit dilakukan. Pengumpul
ikan sidat menerima ukuran juvenile dari nelayan untuk kemudian dikirim ke
kolam pembesaran di Jawa Barat. Masih banyak ditemukan ikan sidat berukuran
besar, yang dapat digunakan untuk studi siklus hidupnya.
2. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagian siklus
hidup ikan sidat di lingkungan air tawar untuk pengelolaan dan konservasinya.
Sasaran yang ingin dicapai adalah tersedianya data dan informasi mengenai
biologi ikan sidat yang meliputi taksonomi, pertumbuhan, makanan dan
reproduksi; karakteristik lingkungan (fisika, kima dan biologi) habitatnya, serta
pola pasang surut dan curah hujan yang mempengaruhi migrasi dan aktivitas
penangkapannya. Informasi ini akan dijadikan bahan untuk pengelolaan
keberlanjutan pemanfaatan sumber daya ikan sidat.
3. KELUARAN YANG DIHARAPKAN
Dari hasil penelitian ini keluaran yang diharapkan adalah:
1. Data dan informasi mengenai biologi ikan sidat (Anguilla spp) di Bengkulu
dan Cilacap.
2. Data dan informasi mengenai karakteristik lingkungan perairan ikan sidat
(Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap.
3. Data dan informasi mengenai aktivitas penangkapan ikan sidat (Anguilla
spp) di Bengkulu dan Cilacap.
~ 7 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
4. HASIL YANG DIHARAPKAN
Dari penelitian ini hasil yang diharapkan adalah informasi ilmiah mengenai
biologi ikan sidat yang meliputi taksonomi, pertumbuhan, makanan dan
reproduksi; karakteristik lingkungan (fisika, kima dan biologi) habitatnya, serta
pola pasang surut dan curah hujan dan aktivitas penangkapannya.
5. MANFAAT DAN DAMPAK
Penelitian ini akan memberikan manfaat berupa tersedianya informasi
mengenai tersedianya data dan informasi mengenai biologi ikan sidat yang
meliputi taksonomi, pertumbuhan, makanan dan reproduksi; karakteristik
lingkungan (fisika, kima dan biologi) habitatnya, serta pola pasang surut dan
curah hujan yang mempengaruhi migrasi dan aktivitas penangkapannya.
Informasi ini akan dijadikan bahan untuk pengelolaan keberlanjutan pemanfaatan
sumber daya ikan sidat.
Dampak yang timbul akibat dari hasil penelitian ini adalah Sebagai bahan
ilmiah untuk perumusan kebijakan pengelolaan perikanan sidat di Bengkulu dan
Cilacap untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat
nelayan setempat.
6. PELAKSANAAN PENELITIAN
Penelitian ini bersifat survei-eksploratif yang meliputi pengumpulan data
dan informasi secara primer dan sekunder. Lingkup kegiatan meliputi
~ 8 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
kajian/analisa parameter lingkungan perairan, serta identifikasi spesies ikan
dengan wilayah kerja adalah Bengkulu dan Cilacap, Jawa Tengah (Gambar 2).
Pelaksanaan kegiatan riset akan melibatkan para peneliti yang mempunyai
keahlian di bidang ekologi perairan, biologi ikan dan taksonomi.
(a) (b)
Gambar 2. Peta lokasi (a) Bengkulu dan (b) Cilacap
6.1. Metode Pengumpulan Data
Penelitian dilakukan dengan pengamatan langsung sebanyak 6 kali di
lapangan dan analisis di laboratorium. Data yang dikumpulkan meliputi data
primer dan sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan langsung pada
lapangan melalui survei dan wawancara. Data sekunder diperoleh dari hasil
penelitian terdahulu yang relevan .
~ 9 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metoda survei
(stratified sampling method) (Cooper & Weekes, 1983). Penentuan stasiun
pengambilan contoh ditentukan secara purposif yang didasari pada keberadaan
dan populasi ikan sidat. Pengambilan sampel Anguilla dilakukan pada saat bulan
purnama (full moon), bulan mati (new moon), dan pertengahan antara bulan
purnama dan bulan mati (waxing moon and waning moon), dimana terjadi pasang
tertinggi dan surut terendah di muara sungai, menggunakan metode transek garis
dengan alat tangkap jaring sanggi segitiga (Sugeha et al., 2001a and 2008a, b, c).
Pengambilan beberapa parameter fisika, kimia dan biologi perairan, data curah
hujan serta pasang surut air. Observasi lapang dan wawancara dilakukan untuk
mendapatkan data aktivitas penangkapan yaitu data lokasi, jenis alat dan cara
operasionalnya. Pengambilan sampel ikan sidat dilakukan dengan melibatkan
partisipasi aktif dari masyarakat nelayan setempat sebagai enumerator. Sampel
ikan yang didapatkan diawetkan dan di bawa ke laboratorium untuk identifikasi
dan analisis biologi.
6.2. Analisis Sampel
Untuk sampel ikan sidat yang didapat akan dilakukan identifikasi, dengan
membawa beberapa sampel ikan yang diawetkan ke laboratorium untuk
pengamatan morfometrik dan meristik serta diidentifikasi sampai tingkat spesies
berdasarkan Weber & Beaufort (1913), dan Kottelat et al. (1993). Larva
leptochepalus dan juvenil sidat di daerah tropis memiliki bentuk morfologi yang
tidak dibedakan antar spesies sidat (Aoyama et al., 2003). Tingkat kesulitan
mengidentifikasi spesies sidat berdasarkan morfologi fase larva dan juvenil
menyebabkan terhambatnya pengungkapan keanekaragaman hayati (Herbert
~ 10 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
2003). Salah satu cara identifikasi fase larva adalah menggunakan DNA Barcode.
Teknik DNA Barcoding tidak hanya berguna untuk mengidentifikasi spesies yang
telah dikenali tetapi juga dapat menemukan spesies baru. Teknik DNA barcoding
dapat menyediakan sebuah “barkode biologi” dari urutan pendek DNA yang
distandardisasi untuk mengenali suatu spesies (Hajibabaei et al. 2005). Selain itu
setiap bulan sampel ikan diukur panjang total dan berat (sampel yang diukur
sebanyak mungkin dari berbagai tingkat umur dengan berbagai ukuran).
Data lingkungan perairan meliputi data parameter fisika, kimia dan biologi
dianalisa menggunakan buku petunjuk yang dikemukakan oleh APHA (1981)
(Tabel 1 dan 2). Parameter fisika yang diukur/dianalisa yaitu: temperatur,
kecerahan, kedalaman, substrat dasar dan daya hantar listrik. Parameter kimia
yang dianalisis/diukur yaitu: pH, DO, dan CO2. Parameter biologi yang dianalisis
yaitu plankton dan chlorofil-a. Dilakukan juga pengumpulan data curah hujan dan
pasang surut untuk mengetahui kapan elver dan ikan sidat melakukan migrasi.
Tabel 1. Parameter kualitas air yang diukur/dianalisa serta metode alat
mengukurnya No Parameter Metode/ alat yang digunakan
A FISIKA
1 Temperatur Termometer air raksa
2 Kecerahan Piring secchi (secchi disk)
3 Kedalaman Gauge Sounder
4 Substrat dasar Ekman dredge
5 Daya Hantar Listrik SCT-Meter
B KIMIA
1 pH pH- indikator universal / pH-Meter
2 Oksigen (O2-terlarut) Titrimetri
3 Karbondioksida (CO2) Titrimetri
4 Alkalinitas Titrimetri
5 Kesadahan Titrimetri
C BIOLOGI
1 Khlorofil-a Spektrofotometer
~ 11 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
Tabel 2. Beberapa aspek biologi ikan sidat yang dianalisis serta metode analisanya
Aspek Biologi
yang dianalisa
Metode analisa dan rumus yang digunakan
Hubungan
panjang-berat
Hubungan panjang-berat dihitung berdasarkan persamaan
fungsional W= aLb , dimana W= berat ikan (gram), L=
panjang total ikan (cm), a dan b = konstanta (Hile, 1936
dalam Effendie, 1979). Untuk mengetahui nilai b sama/tidak
sama dengan 3 dilakukan uji varian terhadap nilai b (Per
Sparre and Venema, 1993)
Faktor kondisi Nilai faktor kondisi dihitung berdasarkan rumus Kn=
W/(aLb) atau Kn= W/W’, dimana W = berat aktual dan W’ =
berat estimasi (Effendie, 1979)
6.3. Analisis Morfometrik
Untuk identifikasi ikan sidat dengan mengukur panjang preanal dan
predorsal, bentuk kepala, jumlah miomer, struktur gigi dan jumlah tulang
belakang.
Keterangan:
HL = panjang kepala
PD = panjang predorsal
PA = panjang preanal
TL = panjang total
Sumber: Tesch (2003)
Gambar 3. Pengukuran panjang ikan sidat dewasa
~ 12 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
Gambar 4. Penghitungan jumlah ruas tulang belakang larva ikan sidat
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Elie (1982 dalam Reveillac, 2009)
mendapatkan persamaan yang digunakan untuk pembeda antar spesies yaitu
jarak antara dorsal (LD) dan anal (LA) dibagi dengan panjang total (LT) (Gambar
5).
A/D % = [(LD – LA)/LT] x 100%
Gambar 5. Pengukuran jarak dorsal dan anal
Identifikasi sampel. Larva dan juvenil sidat disortir berdasarkan jumlah
myomere ano-dorsal pada larva, kondisi insang, posisi dan kondisi sirip punggung
dan sirip dubur.
Ekstraksi dan Isolasi DNA. Sampel jaringan yang digunakan sebagai sumber
DNA adalah jaringan otot dari seluruh bagian tubuh, terutama bagian tubuh ke
arah posterior anaus. Ekstraksi dan isolasi DNA akan menggunakan DNA
Extraction Kit for animal tissue (Geneaid).
Amplifikasi dan Visualisasi Fragmen DNA. Amplifikasi ruas gen CO1 mtDNA
akan dilakukan menggunakan primer universal gen CO1 pada ikan
~ 13 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
(http://ibol.org/resources/barcode-library/). Kondisi PCR akan dioptimasikan
untuk memperoleh amplikon tunggal.. Pengujian amplikon akan dilakukan dengan
metode polyacrilamiide gel electrophoresis 6% yang dilanjutkan dengan
pewarnaan sensitif perak (Byun et al. 2009).
Perunutan Produk PCR dan Analisis DNA Sequensing. Amplikon berupa pita
tunggal di atas gel poliakrilamid dan berukuran sesuai dengan desain primer akan
dijadikan cetakan dalam PCR for sequencing menggunakan menggunakan primer
yang sama dengan amplifikasi sebelumnya. Runutan nukleotida yang diperoleh
akan diedit kemudian saling disejajarkan menggunakan Clustal W 1.8 yang
terdapat dalam program MEGA versi 4.00 (Tamura et al. 2007). Analisis kesamaan
nukelotida dan hubungan-hubungan filogenetik antar spesies sidat yang
teridentifikasi dan sidat yang datanya sudah tersedia di database GenBank akan
dilakukan dengan menggunakan MEGA versi 4.00 dengan berbagai opsi yang akan
dieksplorasi kemudian, mulai dari model substitusi, ukuran bootstrap dan
pendekatan pembuatan pohon hubungan kekerabatan.
6.4. Faktor Resiko dan Keberhasilan
Faktor resiko yang dapat menyebabkan gagalnya suatu penelitian adalah
terjadinya bencana alam di lokasi atau jalan menuju lokasi penelitian. Sarana dan
prasarana operasional penelitian yang ada di lokasi penelitian sangat minim atau
tidak ada sama sekali dan ketersediaan data sekunder juga sangat sedikit yang
juga berpengaruh terhadap hasil penelitian. Sedangkan faktor yang berpengaruh
terhadap keberhasilan penelitian adalah adanya sarana penunjang yang cukup
memadai untuk jalannya operasional kegiatan di lokasi penelitian dan
~ 14 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
ketersediaan data penunjang (data sekunder) yang turut pula menambah
wawasan dalam suatu pelaksanaan kegiatan penelitian.
7. HASIL DAN DISKUSI
7.1. Kualitas Lingkungan Habitat Ikan Sidat
7.1. a. Identifikasi Wilayah yang Berpotensi Perikanan Sidat
Dari hasil survei dan wawancara dengan pengumpul didapatkan lokasi
yang berpotensi ditemukan ikan sidat di Bengkulu dan Cilacap, disajikan pada
Tabel 3 dan 4.
~ 15 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
Tabel 3. Koordinat dan elevasi lokasi berpotensi ditemukan ikan sidat di Provinsi Bengkulu
No. Lokasi Waktu Koordinat Elevasi (mdpl)
1 Air Lais 23-12-14 11:58:40AM S3 31.797 E102 02.730 69 ft
2 Air bintunan 23-12-14 12:10:19PM S3 29.714 E101 58.545 76 ft
3 D.Dendam Tak Sudah 24-12-14 4:40:50PM S3 48.162 E102 18.319 54 ft
4 Muara Air Besi 23-12-14 4:07:29PM S3 33.507 E102 05.369 68 ft
5 Muara Air Hitam 23-12-14 5:01:53PM S3 45.285 E102 15.660 60 ft
6 Muara Air Kecil 23-12-14 4:10:25PM S3 33.728 E102 05.753 66 ft
7 Muara Air Lemau 23-12-14 4:43:01PM S3 40.923 E102 14.406 78 ft
8 Muara Air Merah 23-12-14 4:19:19PM S3 35.652 E102 08.134 77 ft
9 Muara Air Padang 23-12-14 3:47:33PM S3 30.650 E102 00.043 56 ft
10 Muara Air Seluma 24-12-14 1:47:08PM S4 07.370 E102 29.636 82 ft
11 Muara Air Bengkulu 23-12-14 5:12:31PM S3 46.811 E102 16.219 56 ft
12 Muara Air Palikb Sr 23-12-14 4:16:13PM S3 35.028 E102 07.646 78 ft
13 Muara Air Sekotong 23-12-14 4:51:28PM S3 41.768 E102 14.689 61 ft
14 Muara Air Serangai 23-12-14 3:11:35PM S3 25.588 E101 53.822 71 ft
15 Muara Ketaun 23-12-14 2:09:46PM S3 23.159 E101 49.310 69 ft
~ 16 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
Tabel 4. Koordinat dan elevasi lokasi berpotensi ditemukan ikan sidat di Kabupaten Cilacap
No. Stasiun Koordinat Elevasi
1 Kampung Laut S7 41.099 E108 49.489 22 ft
2 S Gentasari S7 36.969 E109 13.095 109 ft
3 S Serayu S7 36.474 E109 07.082 86 ft
4 Seleko S7 43.628 E108 59.798 -49 ft
5 Ujung Alang S7 42.345 E108 52.307 22 ft
6 Ujung Gagak S7 39.987 E108 48.924 74 ft
Distribusi ikan sidat di Bengkulu dan Cilacap dihubungkan dengan elevasi
digambar pada Gambar 6. Untuk Cilacap, lokasi terakhir ikan ditemukan pada
elevasi 8 hingga 30 m yang merupakan daerah rawa-rawa. Sedangkan Bengkulu,
ikan sidat dapat ditemukan pada ketinggian 3.679 m, yang merupakan hulu dari
Sungai Manna.
~ 17 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
Gambar 6. Distribusi ikan sidat di Bengkulu dan Cilacap dihubungkan dengan
elevasi
7.1.b. Kualitas Lingkungan Habitat Ikan Sidat
Kegiatan manusia seperti pemukiman, perkebunan, industri, pertambangan,
transportasi dan lain-lain yang mempengaruhi kondisi kualitas air. Banyak
kegiatan seperti perkebunan dan pertambangan di hulu yang berpotensi
mencemari kondisi air. Polutan akan mengalir ke muara sungai, dan
mempengaruhi kesehatan ikan sidat. Polutan pada mulut sungai dapat menahan
migrasi ikan ini. Banyak hulu sungai yang rusak, akibat aktivitas mengumpulkan
batu untuk bangunan rumah dan sedimentasi. Membuka hutan untuk perkebunan,
dan pertanian membuat potensi resiko tinggi dari erosi, juga mengambil partikel
pasir dan masuk ke dalam ke sungai dan membuat sedimentasi. Degradasi habitat
dalam waktu yang lama akan mengalami penurunan populasi ikan ini di
Marine Inland Waters (Estuarine,
River, Lake, Swamp,
Canal)
Bengkulu
(3.679 m)
Meters above sea level
3.500
50
0
Cilacap
(30 m)
~ 18 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
lingkungan. Tabel 5 - 10 menunjukan kualitas air lokasi pengambilan sampel ikan
sidat di Bengkulu dan Cilacap selama pelaksanaan penelitian.
Tabel 5. Kualitas air lokasi pengambilan sampel ikan sidat di Bengkulu pada Maret 2015
Parameter Satuan
1 2 3 4 5 6
DO mg/l 5.5 6.27 5.33 8.72 8.15 7.51 CO2 mg/l 2.2 2.99 1.67 1.32 0 0.11 pH Unit 7 6 6.5 7.5 8 8 Suhu air oC 28.5 33.1 31.1 29.8 32.9 29
Suhu udara oC 30 28.8 28.1 27.5 33.3 33 Kecerahan Cm 25 hingga
dasar 95 50 40 75
Hardness mg/l 13 15 8 17 23 1.19 Total Alkalinitas
mg/l 54 24 32 66 80 62
Klorofil ppb 4.76 5.95 7.14 42.84 0 56 DHL 0.1055 0.0428 0.0387 0.716 0.108 1.065 Salinitas ‰ 0.2 0 0 0 0 0.5 Keterangan : 1. Sungai Jenggalu, 2. Sungai Rintis Seluma, 3. Danau Dendam Tak
Sudah, 4. Sungai Manna, 5. Sungai Kedurang , 6. Sungai Ketahun Tabel 6. Kualitas air lokasi pengambilan sampel ikan sidat di Bengkulu pada Mei
2015 Parameter Satuan 1 2 3 4 DO mg/l 4,5 7,9 6,7 4,8 CO2 mg/l 6,0 4,5 5,0 4,5 pH Unit 7,0 7,0 6,5 7,0 Suhu air oC 28,7 28,3 26,4 22,3 Suhu udara oC 32,5 34,7 25,7 27,3 Kecerahan cm 38 100 100 Hingga dasar Elevasi Feet 8 137 71 666 Hardness mg/l 29 36 24 22 Total Alkalinitas mg/l 119 95 103 110 Klorofil ppb 2,92 4,10 3,39 2,92 Keterangan : 1. Sungai Ketahun, 2. Bendungan Seluma, 3. Sungai Manna, 5. Hulu
Sungai Manna
~ 19 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
Tabel 7. Kualitas air lokasi pengambilan sampel ikan sidat di Bengkulu September 2015
No. Parameter satuan Danau Tes Bendung Seluma
Sungai Manna
1 Kecerahan cm 120 90 2 Suhu udara C 30.7 31.5 3 Suhu air C 28.8 29.3 4 pH unit 6,84 7.03 7,11
5 CO2 mg/L 6 7.5 6 O2 mg/L 5.9 7 7 Klorofil µg/l 8.93 9.52 3,57
8 Total alkalinitas mg/L 46 66 88 9 Hardness mg/L 18,018 35,035 45,045 7 Tanaman air
Pistia sp, Eichornia crassipess, Salvinia sp
Tidak ada, air surut
Tidak ada
8 Nelayan
Jala, Jaring, Pancing, Tombak, KJA
Tidak ada Pancing, Tombak, Stroom, Seser
9 Jenis ikan
selan, siluk, palau, gabus,nila, mas, patin
Rilau, nila, seluang
Rilau, Mungkus, Udang
Tabel 8. Kualitas air lokasi pengambilan sampel ikan sidat di Cilacap pada Juni
2015 Parameter Satuan Stasiun 1 Stasiun 2
Suhu udara °C 34.7 32.3 Suhu air °C 30.6 35.6 Oksigen mg/L 4.57 5.11 Salinitas ‰ 0.1 0.2267 Conduktivitas µs 0.2078 0.1 Kecerahan Cm 25 30 pH Unit 7.5 7.5 CO2 mg/l 0.3 0.29 Total Alkalinitas mg/l 69 74 Hardness mg/l 69.7 70.07 Klorofil ppb 13.09 14.28 Stasiun: 1. Gentasari, 2. Gentasari II
~ 20 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
Tabel 9. Kualitas air lokasi pengambilan sampel ikan sidat di Bengkulu pada September 2015
Parameter Satuan Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
DO mg/l 9,5 7 4,0 CO2 mg/l 13,5 17,5 1,0 pH Unit 7,6 7,5 7,2 Suhu air oC 30,1 29,2 29,1 Suhu udara oC 29,9 27,1 31,3 Kecerahan cm 135 82 22 Salinitas ppm 21 -3 - Elevasi Feet 22 26 30
S 07o 41,099” 07o 36,474” 07o 36,991” E 108o 49,448” 109o 07,082” 109o 13,103”
Hardness mg/l 2.217,125 102,102 90,09 Klorofil ppb 7,66 7,16
Stasiun: 1. Desa Ujungalang, Kecamatan Kampung Laut, Cilacap 2. Sungai Serayu 3. Desa Gentasari Tabel 10. Kualitas air lokasi pengambilan sampel ikan sidat di Cilacap pada
Oktober 2015 Parameter Satuan Stasiun 1 Stasiun 2
DO mg/l 7,9 2,3 CO2 mg/l 11,0 21 Total alkalinitas mg/l 156 134 Hardness mg/l 60,060 54,054 Klorofil µg/l 5,95 11,9 pH Unit 7,54 7,42 Suhu air oC 32,9 30,8 Suhu udara oC 35,4 38,8 Kecerahan Cm 0 20 Lebar sungai meter 19,8 -
Stasiun: 1. Sungai Serayu, 2. Desa Gentasari
Dari hasil analisis kualitas air menunjukkan nilai pH rata-rata berkisar 6,0
hingga 8,0. Ikan mempunyai toleransi yang terbatas terhadap derajat keasaman,
untuk itu di lokasi penelitian ini merupakan derajat keasaman yang optimal bagi
ikan untuk hidup. Kecerahan air yang diukur dengan menggunakan keping secchii
dipengaruhi oleh jumlah padatan di perairan tersebut. Menurut Poully &
Rodriguez (2004) kecerahan air pada 20 cm merupakan batas terendah untuk
ikan predator melihat mangsanya. Pengukuran terhadap kecerahan air
~ 21 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
menunjukkan bahwa kecerahan perairan rendah yaitu berkisar 22 hingga 135 cm,
kecuali untuk di hulu Sungai Manna yang hingga dasar perairan.
Kandungan oksigen terlarut sangat dipengaruhi oleh kelimpahan vegetasi
air, fitoplankton, serta laju dekomposisi bahan organik dari kelompok flora
tersebut. Ikan di suatu perairan dipengaruhi oleh kandungan klorofil-a. Pada
penelitian ini kandungan klorofil-a berkisar antara 0,008–0,012 µgL-1. Klorofil-a
terkandung dalam semua tumbuhan hijau karena merupakan pigmen untuk
proses fotosintesis. Kandungan klorofil-a di perairan dapat menunjukkan kondisi
kesuburan suatu perairan secara alami (Bain & Finn, 1988).
Komposisi fitoplankton yang ditemukan terdiri dari 17 spesies termasuk ke
dalam anggota 3 kelas yaitu Bacillariophyceae (53% atau 9 spesies),
Chlorophyceae (29,4% atau 5 spesies) dan Cyanophyceae (17,6% atau 3 spesies)
(Tabel 11). Sedangkan zooplankton yang ditemukan terdiri dari 6 spesies
termasuk ke dalam anggota 3 kelas yaitu Mastigophora (49,9% atau 3 spesies),
Digononta (16,7% atau 1 spesies), Monogonanta (16.7% atau 1 spesies) dan
Crustacea (16.7% atau 1 spesies) (Tabel 11).
Menurut Prescott (1951) kelas Chlorophyceae akan melimpah baik dari segi
kualitas maupun kuantitas pada perairan dengan kondisi pH kurang dari 7 atau
perairan yang bersifat asam. Sedangkan kelas Cyanophyceae keragaman jenisnya
lebih sedikit ditemukan karena Cyanophyceae lebih menyukai habitat perairan
dengan pH netral atau sedikit basa. Bacillariophyceae juga merupakan kelompok
fitoplankton yang biasa ditemukan pada perairan dengan pH rendah, bahkan
banyak anggotanya yang tidak dapat hidup di perairan alkalis.
~ 22 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
Reynolds (1984) mengemukakan bahwa Bacillariophyceae adalah salah
satu kelompok fitoplankton yang secara kualitatif dan kuantitatif banyak terdapat
di berbagai perairan. Bahkan Chapman et al. (2001) menyatakan bahwa
Bacillariophyceae bersifat kosmopolitan, tahan terhadap kondisi ekstrem, mudah
beradaptasi, dan mempunyai daya reproduksi yang sangat tinggi.
Neves et al. (2003) menyatakan kelimpahan zooplankton tergantung pada
kelimpahan fitoplankton karena pada kondisi normal fitoplankton merupakan
bagian terbesar pakan zooplankton. Pada perairan yang dipengaruhi oleh air
sungai, ketersediaan pakan bagi zooplankton akan melimpah karena air sungai
membawa nutrien dan material allochtonous.
Tabel 11. Plankton yang ditemukan di lokasi penelitian Cilacap pada April 2015
No Kelas Genera Gentasari 1 Gentasari 2
Fitoplankton
1 Bacillariophyceae Coscindodicus 2
2 Cyclotella 25
3 Cymbella 2
4 Diatoa 3 5
5 Navicula 18 18
6 Pinularia 4
7 Surirella 7
8 Synedra 5 12
9 Tabellaria 3
1 Chorophyceae Ankistrodesmus 2
2 Closterium 5
3 Cosmarium 2
4 Crucigenia 2
5 Mougeotia 6 4
1 Cyanophyceae Anabaaena 150
2 Merismopedia 6
3 Oscillatoria 1357 1250
Zooplankton
1 Digononta Phiodina 1
1 Mastigophora Euglena 10
2 Peridinium 1
3 Phacus 2
1 Crustacea Diaptomus 2
1 Monogononta Notholca 5
~ 23 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
Kepadatan jenis fitoplankton dan zooplankton merupakan jumlah cacah
individu dalam satuan luas habitat. Organisme yang mempunyai kepadatan yang
tinggi menggambarkan bahwa jenis tersebut sesuai untuk hidup pada kondisi
lingkungan habitatnya dan sebaliknya (Brower & Zar, 1977).
7.1.c. Curah Hujan
Jumlah curah hujan (mm) dan hari hujan (hari) mempengaruhi kegiatan
penangkapan glass eel (Gambar 7 dan 8). Pada saat hujan dimulai dan hingga
hujan berakhir dalam satu tahun pada saat itulah glass eel mulai ditemukan.
Demikian juga penangkapan ikan sidat, pada saat curah hujan banyak akan banyak
ditemukan ikan sidat.
Gambar 7. Data bulanan curah hujan dan jumlah hari hujan di Bengkulu pada tahun 2010 hingga 2013
~ 24 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
Gambar 8. Data tahunan curah hujan dan jumlah hari hujan di Cilacap pada tahun
2008 hingga 2013 7.1.d. Permasalahan Lingkungan Perikanan Sidat
Bengkulu
Salah satu permasalahan yang dapat menggangu migrasi atau ruaya ikan
sidat yaitu adanya bendungan atau dam di badan sungai. Berdasarkan data dari
Balai Wilayah Sungai wilayah VII yang mempunyai tugas dan fungsi pokok
mengelola seluruh badan sungai yang ada di provinsi Bengkulu terdapat 6
bendungan di 6 sungai utama yang ada di Bengkulu (Tabel 12). Fungsi utama dari
bendung tersebut adalah untuk irigasi persawahan dengan total luas wilayah yang
terairi 33.649 Ha.
~ 25 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
Tabel 12. Data luasan DAS dan bendungan di Provinsi Bengkulu
No Nama Irigasi Luas DAS
(Km2)
Luas daerah irigasi (Ha)
Gambar
1. Air Nipis Seginim
55 3.116
2. Air Alas 4.500
3. Air Ketahun 3.010
4. Air Lais Kuro Tidur
51 6.063
~ 26 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
5. Mukomuko 407 9.493
6. Seluma 7.467
Banyaknya dibangun bendungan akan memberikan dampak bencana bagi
produktivitas ikan dan keanekaragaman hayati. Secara historis, pembangun
bendungan berusaha untuk memaksimalkan pembangkit listrik tenaga air dan
meningkatkan produksi pertanian. Selain itu terbentuknya sedimen juga menjadi
perhatian. Sebuah studi menunjukan hasil bahwa 26 bendungan pada anak sungai
Mekong akan mengurangi ikan bermigrasi sebesar 20 persen dan hanya beberapa
bendungan bisa meminimalkan kerugian ikan sampai 3 persen, dan tetap dapat
memproduksi 75 persen energi. Untuk mengurangi risiko kontroversi, saat
perencanaan awal telah melibatkan pemangku kepentingan dan melakukan studi
dampak lingkungan dapat menurunkan risiko bagi investor dan tentunya
mengurangi biaya pendanaan.
~ 27 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
Cilacap
Saat ini beberapa permasalahan yang dihadapi terhadap perikanan sidat di
Kabupaten Cilacap, yaitu:
1. Terjadi proses pendangkalan akibat aliran sedimentasi lumpur dari sungai
yang semakin meluas mengakibatkan terbentuknya tanah timbul. Kondisi
ini tentunya akan mempengaruhi areal penangkapan ikan bagi nelayan
kawasan ini, yang pada gilirannya akan mempengaruhi mata pencaharian
mereka.
2. Keterbatasan modal dan alat tangkap yang dimiliki nelayan tidak
mempunyai kemampuan untuk melakukan penangkapan di luar kawasan
ini seperti Samudra Hindia yang berada di balik pulau Nusakambangan.
3. Upaya penangkapan ikan juga menurun seiring dengan masuknya musim
kemarau. Semakin luasnya daratan dan dasar laut yang semakin dangkal
menjadikan semakin sempitnya areal penangkapan.
4. Harus terus dilakukan sosialisasi Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan RI No. 19 Tahun 2012 tentang Larangan Pengeluran Benih Ikan
Sidat (Anguilla spp) dari wilayah Negara Republik Indonesia ke luar
wilayah Negara Republik Indonesia, dimana setiap orang/korporasi
dilarang mengeluarkan benih sidat dengan ukuran kurang dari atau sama
dengan 150 gram per ekor, berlaku sejak 18 Oktober 2012. Dan tidak
melakukan perdagangan ikan sidat ukuran di atas 1 kg dalam upaya
perlindungan dan pelestarian ikan sidat di alam.
~ 28 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
7.2. Biologi Ikan Sidat
7.2.a. Morfometrik dan Identifikasi Spesies
Menurut Ege (1939), A. marmorata (VB) menunjukkan pigmentasi hanya
pada ekor, tidak pada sirip. Sepanjang garis mediolateral terdapat pigmen
beruntun yang membentang, melalui posterior dua pertiga dari daerah. Di ujung
ekor, ada bentuk sabuk yang cukup besar dengan banyak melanophores
berdekatan (Gambar 9 Fig. 3a). Pigmentasi A. bicolor bicolor pada akhir ekor,
mediolateral dua baris dan lima melanophores stellata. Pigmen pada ekor adalah
jaringan melanophores, yang membentang di atas lebih dari panjang fin. Ada yang
berkurang dan samar-samar di kedua sisi (Gambar 9 Fig. 3c). A. nebulosa
menunjukkan labiata besar, stellatanya segiempat, melanophores menyebar di
garis mediolateral dan pada ujung ekor. Pigmen mediolateral berakhir di bagian
posterior membentuk sabuk dengan komposisi yang lebih kompleks "( Gambar 9
Fig. 3d).
Hasil identifikasi ikan Sidat mengunakan kunci identifikasi Ege yang
berdasarkan pada pigmentasi pada sirip ekor untuk glass eel dan warna kulit
untuk yellow eels disajikan pada (Gambar 9) serta sketsa long dan short fin dari
Anguilla disajikan pada Gambar 10. Perbandingan sampel ikan sidat yang
termasuk long dan short fin di Bengkulu dan Cilacap dapat dilihat pada Gambar
11, dan frekuensi dari masing-masing panjang tersebut sehingga dapat
dikategorikan sebagai short fin atau long fin, digambarkan pada Gambar 13.
~ 29 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
Gambar 9. Identifikasi ikan Sidat mengunakan kunci identifikasi Ege yang berdasarkan pada pigmentasi pada sirip ekor untuk glass eel dan warna kulit
untuk yellow eels
~ 30 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
Gambar 10. Sketsa long dan short fin dari Anguilla
Gambar 11. Perbandingan sampel ikan sidat yang termasuk long dan short fin di Bengkulu dan Cilacap
~ 31 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
Gambar 12. Frekuensi dari masing-masing panjang ikan sidat yang termasuk short dan long fin
Pada penelitian ini identifikasi sampel dari ikan sidat disortir berdasarkan
jumlah myomere ano-dorsal pada larva, kondisi insang, posisi dan kondisi sirip
punggung dan sirip dubur. Telah dilakukan juga ekstraksi dan Isolasi DNA dengan
mengambil sampel jaringan yang digunakan sebagai sumber DNA yaitu jaringan
otot dari seluruh bagian tubuh, terutama bagian tubuh ke arah posterior anaus.
Ekstraksi dan isolasi DNA menggunakan DNA Extraction Kit for animal tissue
(Geneaid). Belum dilakukan perunutan produk dengan PCR dan analisis DNA
Sequensing.
6 6
15 15
10
24
17 18 19 21
10
2 1
0
5
10
15
20
25
30
fre
kue
nsi
panjang (cm)
short fin Long fin
~ 32 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
7.2.b. Hubungan Panjang Berat dan Faktor Kondisi
Jumlah individu yang dianalisis hubungan panjang berat dari sampel ikan
di Bengkulu dan Cilacap sebanyak 521 ekor. Panjang rata-rata sampel ikan sidat
dan grafik hubungan panjang berat ditunjukkan pada Gambar 13 dan 14.
Sedangkan faktor kondisi ikan sidat di dua lokasi disajikan pada Tabel 13.
Gambar 13. Panjang rata-rata sampel ikan sidat dari Bengkulu dan Cilacap
Gambar 14. Hubungan panjang dan berat sampel ikan sidat dari Bengkulu dan Cilacap
~ 33 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
Tabel 13. Faktor kondisi dari sampel ikan sidat dari Bengkulu dan Cilacap
Lokasi formula a b Kn mean Kn sd
Bengkulu y = 9E-07x3,0591 9.00E-07 3.0591 1.00346421 0.13233145
Bengkulu y = 4E-07x3,284 4.00E-07 3.2840 0.92980565 0.08973452
Bengkulu y = 6E-07x3,1263 6.00E-07 3.1263 0.96403915 0.1088240
Cilacap y= 7E-05x2,3057 7.00E-05 2.3057 0.94926361 0.10201217
Cilacap y = 8E-05x2,357 8.00E-05 2.3570 1.06036583 0.13505873
Cilacap y=3E-07x3,2069 3.00E-07 3.2069 1.14610440 0.19156451
Hubungan panjang-berat berbeda antar spesies yang berkaitan dengan
bentuk tubuh secara genetis, dan di dalam suatu spesies hubungan panjang-berat
dipengaruhi oleh kondisi kebugaran individu. Kondisi seringkali menunjukkan
ketersediaan pakan dan pertumbuhan beberapa minggu sebelum pengukuran,
dan bersifat dinamis dan bervariasi. Bahkan di dalam satu kelompok sampel
terdapat perbedaan kondisi antar individu, dan kondisi rata-rata masing-masing
populasi bervariasi secara musiman dan tahunan. Jenis kelamin dan
perkembangan gonad juga memberikan variasi hubungan panjang (Schneider et
al., 2000). Sedangkan Chauchan (1987) menyatakan umumnya bentuk tubuh ikan
dapat berubah sepanjang hidupnya dan berat jenis jaringan tubuh dapat berubah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya perbedaan pola pertumbuhan
ikan di dua populasi. Secara umum, nilai b tergantung pada kondisi fisiologis dan
lingkungan seperti suhu, pH, salinitas, letak geografis dan teknik sampling
(Jenning et al., 2001) dan juga kondisi biologis seperti perkembangan gonad dan
ketersediaan makanan (Froese, 2006). Umumnya perubahan berat ikan lebih
besar dari perubahan panjangnya, namun bentuk tubuh ikan cenderung berubah
dengan adanya pertambahan panjang. Nilai b menjadi lebih besar dari 3 bila ikan
menjadi lebih gemuk, dan bila nilai b lebih kecil dari 3 menunjukkan ikan lebih
kurus (Jobling, 2002). Perubahan berat ikan dapat dihasilkan dari perubahan
~ 34 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
pakan dan alokasi energi untuk tumbuh dan reproduksi, yang mengakibatkan
berat ikan berbeda walaupun panjangnya sama (Meretsky et al., 2000). Sesuai
dengan Shukor et al., (2008), yang menyebutkan bahwa ikan yang hidup di
perairan arus deras umumnya memiliki nilai b yang lebih rendah dan sebaliknya
ikan yang hidup pada perairan tenang akan menghasilkan nilai b yang lebih besar.
Fenomena ini mungkin disebabkan oleh tingkah laku ikan, ini sesuai dengan
pernyataan Muchlisin et al. (2010) yang menyebutkan bahwa besar kecilnya nilai
b juga dipengaruhi oleh perilaku ikan, misalnya ikan yang berenang aktif
menunjukkan nilai b yang lebih rendah bila dibandingkan dengan ikan yang
berenang pasif. Mungkin hal ini terkait dengan alokasi energi yang dikeluarkan
untuk pergerakan dan pertumbuhan. Nilai koefisien korelasi (r2) yang tinggi
menunjukkan hubungan yang erat antara pertambahan berat dengan
pertambahan panjang dan sebaliknya.
Faktor kondisi (K) suatu ikan menggambarkan kondisi lingkungan fisik dan
biologi dan berfluktuasi dengan adanya interaksi faktor-faktor pakan, fisiologi dan
adanya infeksi parasit (Le Cren, 1951), memberikan indikasi adanya perubahan
pada ketersediaan pakan dan menjadi indikator kondisi ikan secara umum.
Informasi tentang faktor kondisi sangat penting dalam pengelolaan sistem
budidaya karena menunjukkan kondisi spesifik yang terjadi pada ikan budidaya
(Araneda et al., 2008). Faktor kondisi juga dipengaruhi oleh intensitas makan
(Wheatherley, 1972).
Braga (1986 dalam Lizama dan Omrosio, 2002), memperlihatkan nilai
faktor kondisi bervariasi berdasarkan musim dan dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan. Variasi nilai K juga terlihat pada sampel ikan yang diperoleh dari
~ 35 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
Cilacap di lingkungan rawa/sawah yang dipengaruhi oleh berbagai faktor biotik
dan abiotik.
7.2.c. Index of Preponderance
Untuk menganalisa jenis-jenis makanan yang dimakan oleh ikan Sidat yaitu
dengan menggunakan Index of Preponderance atau indeks Bagian Terbesar yang
dikemukakan oleh Natarjan & Jhingran dalam Effendi (1979) dalam bentuk rumus
sebagai berikut :
∑
Keterangan :
IP =Index of Preponderance atau Indeks Bagian Terbesar
Vi = Persentase volume satu jenis makanan
Oi = Persentase frekuensi kejadian satu jenis makanan
∑Vi×Oi= Jumlah Vi × Oi dari semua jenis makanan
Persentase volume dinyatakan dengan cara menghitung volume makanan sejenis
per volume makanan seluruhnya dengan rumus :
Untuk persentase frekuensi kejadian dinyatakan dengan cara menghitung jumlah
lambung yang berisi makanan sejenis perjumlah lambung yang berisi seluruhnya
dengan rumus :
dengan ketentuan :
~ 36 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
IP > 40 % sebagai makanan utama
IP 4-40 %sebagai makanan pelengkap
IP < 4 % sebagai makanan tambahan
Kebiasaan makanan (food habit) ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti habitat hidup, ukuran, dan umur ikan (Efendi, 1979). Pengamatan
makanan ikan sidat dilakukan pada bagian lambung karena diasumsikan
organisme makanan pada bagian lambung belum tercerna sempurna sehingga
organisme makanan lebih mudah diidentifikasi.
Hasil pengamatan pada isi lambung ikan sidat di wilayah Bengkulu
menunjukkan bahwa makanan utamanya berupa kepiting, makanan pelengkap
yaitu nimfa capung dan makanan tambahan berupa udang dan anak ikan. Ikan
sidat termasuk hewan karnivor, karena pakan alami yang ditemukan didominasi
oleh kelompok hewani (kepiting, insekta, ikan, dan udang) (Gambar 15 dan 16).
Untuk menjaga stok ikan sidat di alam maka dibutuhkan keberlanjutan
pada ketersediaan pakan alaminya yaitu kepiting dengan cara menjaga habitat
pakan alami tersebut dari kerusakan lingkungan.
Gambar 15. Analisis jenis-jenis makanan yang dimakan oleh ikan Sidat di Bengkulu dan Cilacap
~ 37 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
Kepiting Nimfa Capung jarum
Gambar 16. Jenis makanan yang dimakan oleh ikan Sidat di Bengkulu dan Cilacap
7.2.d. Vacuity Indeks (Indeks kekosongan lambung)
Vacuity Indeks mencerminkan frekuensi makan , yaitu fraksi populasi
memiliki makanan di saluran pencernaan dan didefinisikan sebagai ( Euzen , 1987
in Valinassab et .al, 2011) :
( )
Keterangan:
ES = Jumlah lambung ikan yang kosong
TS = Jumlah seluruh sample lambung ikan
Indeks isi lambung merupakan indikasi untuk menentukan aktifitas
makanan ikan pada waktu penangkapan. Hasil pengamatan pada keberadaan isi
lambung pada ikan sidat yang didapat di wilayah Bengkulu menujukkan nilai
vacuity indeks sebesar 48 % dan Cilacap dengan nilai VI sebesar 100% yang
menunjukkan bahwa semua lambung kosong (tidak berisi). Hal ini diduga karena
waktu penangkapan yang tidak bertepatan dengan aktifitas ikan mencari makan
dan ketersediaan dari makanan yang ada di sekitar habitat ikan ini. Waktu
penangkapan yang dilakukan oleh nelayan dari sore hingga pagi hari diduga tidak
bertepatan dengan waktu ikan mencari makan bagi ikan dewasa dan ikan remaja.
2 cm 2 cm
~ 38 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
Oleh karena ikan sidat yang tertangkap lebih banyak yang remaja (yellow eel) ,
kemungkinan ikan ini lebih dulu masuk ke dalam bubu/perangkap nelayan
sebelum sempat mencari makan pada malam harinya sehingga proporsi lambung
yang kosong sangat besar. Proporsi lambung ikan yang kosong kedua tempat
tersebut juga mungkin disebabkan oleh ketersediaan makanan yang terbatas pada
habitatnya dikarenakan musim kemarau.
7.3. Aktivitas Perikanan Sidat
7.3.a. Data Statistik Perikanan Sidat
Dari hasil pengumpulan data tahunan di Dinas Kelautan dan Perikanan
Provinsi Bengkulu diperoleh data produksi dalam ton dan rupiah pada tahun 2008
hingga 2013 pada tiap (Gambar 17 dan 18). Sedangkan frekuensi, jumlah individu
dan persentase ikan sidat yang dikirim ke Pelabuhan Ratu dan Bogor, data
diperoleh dari Balai Karantina Ikan Fatmawati Bengkulu selama tahun 2014
(Gambar 19).
Produksi Ikan Sidat (kg) bulanan tahun 2010 hingga 2014 (Gambar 20) dan
produksi ikan sidat (kg) berdasarkan tipe genangan tahun 2010-2014 (Gambar
21) di Kabupaten Cilacap diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
Cilacap.
~ 39 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
Grafik 17. Nilai produksi ikan sidat tiap kabupaten di Provinsi Bengkulu dalam Rupiah selama tahun 2009 hingga 2013
Grafik 18. Nilai produksi ikan sidat tiap kabupaten di Provinsi Bengkulu dalam ton selama tahun 2009 hingga 2013
(50.000)
-
50.000
100.000
150.000
200.000
250.000
300.000
350.000
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Nila
i Pro
du
ksi (
Rp
)
Tahun
B.selatan
Rejang Lebong
B. Utara
Kaur
Seluma
Mukomuko
Lebong
Kepahiang
Kota Bengkulu
B.Tengah
-2
0
2
4
6
8
10
12
2009 2010 2011 2012 2013
Pro
du
ksi (
ton
)
tahun
B.selatan
Rejang Lebong
B. Utara
Kaur
Seluma
Mukomuko
Lebong
Kepahiang
Kota Bengkulu
B.Tengah
~ 40 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
Gambar 19. Frekuensi, jumlah individu dan persentase ikan sidat dikirim Pelabuhan Ratu dan Bogor yang tercatat di BKIPM Bengkulu
~ 41 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
Gambar 20. Produksi ikan sidat bulanan selama tahun 2012 – 2014
Gambar 21. Produksi Ikan Sidat (kg) berdasarkan tipe genangan tahun 2010-2014
~ 42 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
7.3.b. Alat Tangkap Ikan Sidat
Dari wawancara dengan nelayan Bengkulu, diketahui bahwa alat tangkap
yang digunakan untuk mendapatkan ikan sidat (Gambar 22) adalah 1) bubu
bamboo, 2) scoopnet, 3) rawai yang memiliki 9 pancing (berukuran no.11)
menggunakan tali no. 300. Rata-rata setiap nelayan memiliki 11 buah alat tangkap
rawai. Umpan yang digunakan adalah anakan ikan mungkus atau ikan pirek.
Sedangkan nelayan yang menggunakan tajur, memasang alat tangkap tersebut
selama 12 jam.
Gambar 21. Jenis alat tangkap ikan sidat di Bengkulu
Dari hasil wawancara dan data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
Cilacap tahun 2014, diketahui ada 336 nelayan dengan 20 Pengumpul. Alat
tangkap yang diguunakan ada 7, yaitu: 1) Telik Paralon; 2) Opyok; 3) Waring; 4)
~ 43 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
Seser; 5) Pancing Rawa; 6) Apong Mini; 7) Rumpon. Untuk pancing rawa, setelah
dipasang harus ditunggui oleh nelayan. Apong Mini merupakan jaring kantong
yang dipasang di sungai berukuran 50 hingga 100 cm. Telik paralon berukuran
30-40 cm dengan mulut penangkap dari bambu dan umpan berupa ikan busuk,
biasanya yang ditangkap adalah 70% sidat dan 30% belut (Gambar 23).
Gambar 23. Jenis alat tangkap ikan sidat di Cilacap
7.3.c. Kegiatan Pemasaran
Dari data kolektor Bengkulu didapatkan data jumlah berat ikan yang
disetor dan dijual per bulan selama tahun 2015 (Tabel 14). Di Cilacap didapatkan
~ 44 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
data berat total ikan yang disetor ke kolektor (Tabel 15), dan daftar harga ikan
sidat mulai dari glass eel hingga ikan sidat ukuran konsumsi dapat dilihat pada
Tabel 16.
Table 14. Data jumlah ikan yang disetor dan dijual per bulan selama tahun 2015
No Bulan Total Penjualan Ikan
(Kg) Total Pemasukan Ikan
(Kg)
1 Januari 102.0 120.51
2 Februari 101.5 120.96
3 Maret 119.7 131.26
4 April 101.01 120.50
5 Mei 111.804 122.43
6 Oktober 40.91 45.99
TOTAL 576.924 661.65
Terlihat bahwa ikan sidat tangkapan alam di Bengkulu selama tahun 2015
hanya ditemukan pada musim penghujan. Ikan sidat dari Bengkulu dikirim ke
Bogor dan Pelabuhan Ratu, Jawa Barat menggunakan alat transportasi udara.
Dengan demikian, tercatat jumlah yang dikirim di Balai Karantina Ikan Bandar
Udara Fatmawati Bengkulu.
Sedangkan di Cilacap, menurut Pak Peno, nelayan dari Desa
Kawuhnganten, pada saat awal musim hujan, penangkapan bisa mencapai 300 –
400 kg per minggu, dimana harga 1 kg ikan sidat berkisar Rp 160.000,- hingga Rp
300.000,-. Ikan sidat ini dikirim ke Bogor menggunakan transportasi darat.
~ 45 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
Tabel 15. Data berat total ikan (kg) yang disetor ke kolektor dalam kurun waktu 2012 hingga 2015 di Cilacap
No. Bulan Berat total ikan (kg) 1. Februari 2012 381.25 2. Maret 2012 613.0 3. April 2012 1,121.57 4. Mei 2012 1,351.781 5. Juni 2012 752.714 6. Juli 2012 505.338 7. Agustus 2012 94.384 8. September 2012 72.857 9. Oktober 2012 286.338 10. November 2012 757.369 11. Desember 2012 1,622.909 12. Januari 2013 623.174 13. Februari 2013 529.773 14. Maret 2013 1,046.787 15. April 2013 363.12 16. Mei 2013 677.464 17. Juni 2013 1,440.178 18. Juli 2013 2,402.601 19. Agustus 2013 316.98 20. September 2013 335.484 21. Oktober 2013 367.997 22. November 2013 1,419.794 23. Desember 2013 962.002 24. Januari 2014 1,272.553 25. Februari 2014 556.592 26. Maret 2014 1,250.608 27. April 2014 1,241.91 28. Mei 2014 370.771 29. Juni 2014 318.113 30. Juli 2014 686.158 31. Agustus 2014 297.177 32. September 2014 210.49 33. Oktober 2014 288.3818 34. November 2014 592.466 35. Desember 2014 1,468.86 36. Januari 2015 1,207.817 37. Februari 2015 1,047.862 38. Maret 2015 991.584 39. April 2015 1,052.516 40. Mei 2015 536.1932 41. Juni 2015 434.294 42. Juli 2015 608.148 43. Agustus 2015 529.637 44. September 2015 605.886
Menurut Pak Sugiono, pengumpul di Desa Kertasari pada saat puncak
penangkapan, pendapatan per nelayan dapat mencapai Rp 6.000.000,- per malam.
~ 46 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
Alat tangkap dipasang pada sore hari dan diangkat malam hari. Hasil tangkapan
akan disortir hingga menjadi 8 ukuran. Satu orang pengumpul biasanya memiliki
50 hingga 100 nelayan. Penangkapan dilakukan tergantung ketersediaan di alam.
Lokasi penangkapan sangat menyebar dari muara Sungai Serayu, Cilacap Timur
hingga ke perbatasan Kebumen dan masih ditemukan hingga ke Bendung Kerak
Serayu.
Tabel 16. Daftar harga ikan sidat dari kolektor di Cilacap No. Jenis Harga (Rp)
1. Glass eel (3.000 – 6.000 ekor) 3.000.000,-
2. Elver A (1-3 ekor/kg) 750.000,-
3. Elver B (3-5 ekor/kg) 600.000,-
4. Fingerling A (5-15 ekor/kg) 125.000-
5. Fingerling B (8-10 ekor/kg) 350.000,-
6. Fingerling C (50-80 ekor/kg) 225.000,-
7. Fingerling D (30-50 ekor/kg) 175.000,-
8. Fingerling E (15-30 ekor/kg) 135.000,-
9. Ukuran Konsumsi (2-4 ekor/kg) 140.000,-
7.4. Diskusi Umum
Ikan sidat merupakan ikan yang bergizi tinggi, mengandung vitamin A di
dagingnya mencapai 4.700 IU/100 gram dan hati 15.000 IU/100 gram yang lebih
tinggi dari kandungan vitamin A mentega (1.900 IU/100 gram). Kandungan DHA
ikan sidat 1.337 mg/100 gram yang mengalahkan ikan salmon (820 mg/100
gram) atau ikan tenggiri (748 mg/100 gram). Dan kandungan EPA ikan sidat
mencapai 742 mg/100 gram, jauh di atas ikan salmon (492 mg/100 gram) dan
ikan tenggiri (409 mg/100 gram). Di kulit ikan sidat terdapat lendir yang dapat
~ 47 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
berfungsi sebagai anti bakteri kuat (Ebran et al., 2000), pertahanan terhadap
infeksi bakteri (Aranishi, 2000).
Menurut Creutzberg (1958), Gandolfi (1984), Jellyman (2002), di daerah
lintang tinggi, ada asosiasi antara fase umur bulan, fluktuasi intensitas cahaya,
irama pasang surut, curah hujan dan fluktuasi salinitas serta suhu perairan
terhadap fluktuasi kelimpahan juvenil sidat yang memasuki perairan tawar.
Sedangkan menurut Sugeha (2008), terdapat beberapa faktor lingkungan yang
mempengaruhi ekologi ikan sidat, yaitu pasang surut, suhu, salinitas, dan
kekeruhan.
Indonesia memiliki spesies sidat paling banyak di dunia. Namun aktivitas
perikanannya masih mengandalkan hasil tangkapan di alam (sidat dewasa dan
glass eel) dan kemudian baru melakukan pembesaran. Usaha pembesaran sidat
masyarakat masih dalam volume kecil. Nelayan sidat adalah nelayan miskin,
rendah pendidikan, dan belum memiliki pengetahuan tentang sidat dan daur
hidupnya. Mereka menangkap sidat semata-mata untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Di saat musim sidat, biasanya musim hujan, mereka menangkap sidat,
dan di saat tidak musim sidat, mereka melakukan aktivitas lain, seperti bertani
atau pekerjaan lainnya.
Saat ini kebutuhan akan ikan ini oleh restoran Jepang dan Korea di
Indonesia mendorong permintaan ikan sidat domestik. Namun sangat
disayangkan industri sidat masih terbatas pada jenis A. bicolor bicolor,
sebagaimana yang dilakukan di Pelabuhan Ratu, karena species ini memiliki
kemiripan dengan A. japonica sedangkan A. marmorata masih dalam proses
penemuan pasar. Hingga saat ini masih lemahnya penguasaan teknologi dalam
~ 48 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
menghasilkan sidat dengan tekstur daging dan cita rasa sesuai selera konsumen
internasional. Untuk itu Tabel 17 menyajikan analisis kekuatan-kelemahan-
peluang dan ancaman (SWOT) untuk menentukan strategi pengembangan
perikanan yang berkelanjutan.
Tabel 17. Analisis SWOT untuk menentukan strategi pengembangan perikanan sidat yang berkelanjutan
PELUANG • Tersedianya potensi pasar ikan
sidat jenis A. bicolor dan A. marmorata dalam dan luar negeri.
• Tersedianya teknologi untuk pembesaran ikan sidat, termasuk pakan.
• Tersedianya investor sidat. • Kebijakan industrialisasi KP .
ANCAMAN • Pemanasan global dan
pencemaran lingkungan. • Integrated industri sidat di
luar negeri. • Ekspor glass eel.
KEKUATAN • Adanya kelimpahan ikan sidat
di Cilacap dan Bengkulu • Adanya sebaran nelayan sidat
di berbagai wilayah • Kondisi fisik lingkungan yang
mendukung kelimpahan benih dan usaha pembesaran sidat.
• Tersedianya lokasi pembesaran dan industri sidat di Indonesia
STRATEGI (S-O) Pengembangan lokasi
industrialisasi sidat. Mengembangkan sistem
produksi sidat. Penciptaan dan pengembangan
pasar sidat.
STRATEGI (S-T) Pengembangan investasi
sidat. Konservasi sidat.
KELEMAHAN • Nelayan sidat adalah
komunitas miskin dan belum memiliki kultur industrial, sehingga hanya mengandalkan menangkap di alam.
• Lemahnya kompetensi inti dalam usaha pembesaran sidat, meliputi: teknologi pembesaran, packaging dan pemasaran.
• Terbatasnya investasi. • Terbatasnya infrastruktur,
transportasi, dan logistik yang mendukung industrialisasi sidat.
STRATEGI (W-O) Melakukan transformasi sosial. Peningkatan kompetensi
penangkapan glass eel, pembesaran, panen, dan packaging.
Pengembangan infrastruktur, transportasi dan logistik sidat.
STRATEGI (W-T) Spesialisasi dan branding.
~ 49 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
8. KESIMPULAN
Wilayah Bengkulu dan Cilacap memiliki potensi yang sangat besar untuk
perikanan sidat akan tetapi potensi ini belum terdata dengan baik.
Perubahan dan kerusakan habitat merupakan salah satu permasalahan pada
perikanan sidat.
Jenis ikan sidat yang ditemukan di Bengkulu di dominansi oleh jenis short fin
(A. bicolor) sedangkan di wilayah Cilacap di dominasi oleh jenis long fin (A.
marmorata).
9. DAFTAR PUSTAKA
APHA. 1981. Standart Method for the Examination of Water and Wastewater. 15thEdition. Washington DC: American Public Health Association. 1134 p.
Aoyama J. 2009. Life history and evolution of migration in catadromous eels (Genus Anguilla). Aqua-BioSci. Monogr. (ABSM) 2: 1–42
Bertin, L. 1956. Eels - a biological study. Cleaver-Hume Press, London.
Byun SO, Fang Q, Zhou H, dan Hickford JGH. 2009. An effective method for silver-staining DNA in large numbers of polyacrylamide gels. Anal Biochem 385: 174-175.
Chino, N. & T. Arai. 2011. Occurrence of Marine Resident Tropical Eel Anguilla bicolor bicolor in Indonesia. Mar. Biol (2010) 157: 1075-1081. DOI 10.1007/s00227-00901388-6
Crook, V. & M. Nakamura. 2013. Glass Eels: Assessing Supply Chain and Market
Impacts of A Cites Listing on Anguilla Species. Traffic Bulletin Vol. 25 No. 1. Dinas Kelautan dan Perikanan, 2013. Data hasil tangkapan benih sidat kuartal 1
dan 2 Bengkulu. Tidak terpublikasi. Sukabumi.
~ 50 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
Effendie, MI. 1979. Metode Biologi Perikanan. Bogor: Yayasan Dewi Sri. Hal 112.
Hajibabaei et al. Dna barcode distinguish species of tropical Lepidoptera. PNAS 103: 968-971
Hebert PDN, Ratnasingham S, De Waard JR. 2003. Barcoding animal life: cytochrome c oxidase subunit 1 divergences among closely related species. Proc . R. Soc . B 270: 96–99.
Kottelat, M., JA. Whitten, N. Kartikasari and S. Wiryoatmojo. 1993. Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Jakarta: Periplus Edition and EMDI Project Indonesia. 221 p.
Herunadi, B. 2003. Variabilitas Arus Dan Massa Air Samudera Hindia Dan
Pengaruhnya Terhadap Migrasi Larva Sidat Tropis di Pantai Selatan Jawa. Prosiding Sumberdaya Perikanan Sidat Tropik, BPPT. Jakarta.
Muchsin, I., Zairion & S Ndone. 2005. Status Ikan Sidat di Danau Poso. Presented in
“Peringatan 100 Tahun Ekspedisi Wallacea”, 2 Agustus 2005. Pusat Riset Perikanan Tangkap. Jakarta.
Novianty, V. 2008. Komposisi Spesies dan Kelimpahan Juvenil Ikan Sidat (Anguilla
spp) yang Memasuki Beberapa Muara Sungai di Perairan Indonesia. Thesis. Fakultas MIPA Universitas Andalas. Padang
Per Sparre, S.C. Venema. 1999. Introduksi pengkajian stok ikan tropis. Buku I,
Manual. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Jakarta. 438 p. Reveilac, E., Gagnaire, P.A., Finigers, L., Berrebi, P., Robinet, T., Valade & Feunteun,
E. 2009. Development of key using morphological character to distinguish south western India Ocean Anguilla glass eel. Journal of Fish Biology, 74: 2171-2177.
Rovara, 0. 2013. Sumber Daya Sidat. Presented in workshop Pengelolaan Sumber
Daya Sidat di Indonesia. Bandung, 20-22 September 2013. PTLWB – BPPT GEOSTECH – Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan.
Rovara,O., D. Yaniharto, I. E. Setiawan, B. Marwanta, M. S. Nugrahadi, & Astisiasari.
2013. Alih Teknologi Pemeliharaan Benih Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor) Teradaptasi Di Kawasan Bengkulu Sebagai Salah Satu Upaya Pengembangan dan Pemberdayaan Wilayah Pesisir. Dipresentasikan pada Seminar Insinas 2013. Jakarta, 7-8 November 2013.
Sriati, 2003. Distribusi benih ikan sidat (elver) di muara Sungai Cimandiri,
Bengkulu, Jawa Barat. Prosiding Sumberdaya Perikanan Sidat Tropik, BPPT. Jakarta.
~ 51 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
Sugeha, H.Y., Arai, T., Miller, M.J. Limbong, D. & Tsukamoto, K. 2001a. Inshore migration of the tropical eels Anguilla spp recruiting to the Poigar River estuary on north Sulawesi Island. Marine Ecology Progress Series, 221, 233-243.
Sugeha, H.Y., Watanabe, S., Arai, T., Limbong, D., Aoyama, J. & Tsukamoto, K. 2001b.
Inshore migration of the tropical Anguillid glass eels in the estuary of Poso River (Central Sulawesi Island, Indonesia). In Aida K, Tsukamoto K, Yamauchi K (eds) Proceeding of the International Symposium: Advance in Eel Biology. September 28-30, University of Tokyo, Tokyo, Japan, pp. 122-124.
Sugeha, H.Y., Sasanti, S.R., Wouthuyzen, S. & Sumadhiharga, O.K. 2008a.
Biodiversity, Distribution, and Abundance of the Tropical Angullid Eels in the Indonesian Waters. Marine Research in Indonesia, 33 (2), 129-138.
Sugeha, H.Y., Bataragoa, N.E. & Wouthuyzen, S. 2008b. Inshore migration of the
tropical anguillid glass eels recruited in the estuary of Dumoga River (North Sulawesi, Indonesia). Proceeding Seminar National on Ichthyology V, ISBN 979-3688-8-0, October 2008 Bogor-Indonesia, pp.225-237.
Sugeha, H.Y., Fadly, T., Wouthuyzen, S., & Tsukamoto, K. 2008c. Inshore migration
of the tropical Anguillid glass eels in the estuary of Palu River, western Sulawesi Island (Indonesia). Proceeding of 5th World Fisheries Congress, October 20-24, Pacifico-Yokohama, Japan.
Tabeta, O., Takai, T., & Matsui, I. 1976. The sectional counts of vertebrae in the
anguillid elvers. Japan Journal of Ichthyology, 22, 195-200.
Tamura K, Dudley J, Nei M dan Kumar S. 2007. MEGA4: Molecular evolutionary genetics analysis (MEGA) software version 4.0. Molecular Biology and Evolution 24: 1596-1599.
Tesch, F.W. 1977. The eel: Biology and Management of Angilid Eels. London: Chapman and Hall. 497 p.
Tzeng, W.N. & Tabeta, O. 1983. First record of the sphort-finned eel Anguilla
bicolor pacifica elvers from Taiwan. Bulletin Japan of Fisheries Science, 49, 27-32.
Valinassab. T, S. Jalali, M. Hafezieh, G.A. Zarshenas. 2011. Evaluation of some
feeding indices of Pomadasys kaakanin the Northern Persian Gulf. Iranian Journal of Fisheries Sciences 10(3) 497-504
Weber, M. & de Beaufort, L. F. 1913. The Fishes of the Indo-Australian.
Archipelago. Leiden, E.Brill,Ltd.404 p.
~ 52 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
10. PERSONIL
Pelaksanaan kegiatan penelitian akan melibatkan para peneliti yang
mempunyai keahlian di bidang ekologi perairan, biologi perikanan, taksonomi,
limnologi dan penangkapan. Instansi yang terlibat dalam penelitian ini adalah
Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum, Dinas Kelautan dan Perikanan
Provinsi Bengkulu dan Kabupaten Cilacap serta melibatkan pula masyarakat
nelayan setempat secara intensif.
Tim Peneliti Keahlian Instansi
1. Dr. Dina Mutmainnah Manajemen Lingkungan Perairan (Penanggung
Jawab/BPPPU)
2. Ni Komang Suryati, S.Pi. Biologi Ikan (Anggota/BPPPU)
3. Budi Iskandar Prisantoso Pendugaan Stok Ikan (Anggota/BPPPU)
4. Yanu Prasetiyo P., A.Md. Teknisi pembuatan pita DNA Ikan (Anggota/BPPPU)
5. Dewi Apriyanti, A,Md. Teknisi Biologi Perairan (Anggota/BPPPU)
6. Akhlis Biantoro, A.Md. Teknisi Kimia Air (Anggota/BPPPU)
7. Raider Sigit J., S.Pi. Teknisi Biologi Ikan (Anggota/BPPPU)
11. JADWAL PELAKSANAAN
No
Jadwal Rencana Operasional Kegiatan
Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
A Persiapan
1. Studi Literatur X X
2 Administrasi X X
3. Bahan dan Alat X X
B Pelaksanaan
4. Pelaksanaan Survei X X X X X X
5. Analisis Data X X X X X X X X X X
C Pelaporan
6. Pelaporan X X
~ 53 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
LAMPIRAN Lampiran 1. Foto-foto kegiatan di Bengkulu (15-21 Maret 2015)
Kunjungan ke Dinas Kelautan dan
Perikanan Provinsi Bengkulu Kunjungan ke Stasiun Karantina Ikan
kelas II Fatmawati Bengkulu
Kunjungan ke BWS VII Bengkulu Pengukuran Morfometrik Ikan Sidat
Ikan Sidat (Anguilla sp) Pengukuran kualitas air di Danau Dendam
Tak Sudah
Kolam penampungan Ikan Sidat sementara Pengukuran Kualitas Air di Sungai Ketahun.
~ 54 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
Lampiran 2. Foto-foto kegiatan di Cilacap (18-22 April 2015)
Hasil tangkapan dalam 1 malam oleh 1 nelayan
Tempat penampungan sementara ikan sidat sebelum dikirim ke pembeli
Alat tangkap sidat, bubu yang dibuat dari pipa paralon, sedangkan mulutnya dari bambu
Kunjungan ke Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Cilacap
Sampel Anguilla bicolor yang diamati
Lokasi penangkapan ikan sidat (Desa Gentasari 2)
Sampling air di perairan lokasi penangkapan ikan sidat (Desa Gentasari 1)
~ 55 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
Lampiran 3. Foto-foto kegiatan di Bengkulu (26 Mei – 01 Juni 2015)
Sampling air Sungai Ketahun Penduduk yang sedang memancing atau
menggunakan jaring di perairan Muko-muko, dan sering ditemukan ikan sidat
Pertemuan dengan Kepala Dinas Kelautan
dan Perikanan Kabupaten Muko-muko Ikan sidat yang berasal dari Sungai Jenggalo
di penangkaran
Bendungan Air Seluma, banyak ditemukan ikan sidat
Bendungan Air Seluma Sampling air di Bendungan Air Seluma
~ 56 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
Lanjutan Lampiran 3. Foto-foto kegiatan di Bengkulu (26 Mei – 01 Juni 2015)
Foto bersama dengan Kepala Dinas
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Seluma dan staf
Wawancara dengan nelayan sidat di Kota Manna
Alat tangkap rawai untuk menangkap ikan
sidat di Kota Manna Jaring dan ukuran net yang digunakan
Sampling air Sungai Manna Sampling air Hulu Sungai Manna
Wawancara dengan nelayan sidat di Tanjung Sakti, Lahat
~ 57 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
Lanjutan Lampiran 3. Foto-foto kegiatan di Bengkulu (26 Mei – 01 Juni 2015)
Alat tangkap rawai di Tanjung Sakti
~ 58 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
Lampiran 4. Foto-foto kegiatan di Bengkulu (24 – 27 Juni 2015)
Perairan menuju Kecamatan Kampung Laut
Cilacap Penampungan ikan sidat di Desa
Ujungalang, Kampung Laut
Kunjungan ke Balai Desa Ujungalang dan
wawancara dengan Ketua Nelayan Kunjungan ke Desa Ujunggagak, tempat
penampungan ikan sidat
Sampling kualitas perairan di muara sungai Sampling kualitas perairan di Sungai Serayu
Berkunjung ke tempat penampungan dan
pelatihan budidaya ikan sidat Ikan sidat di penampungan UD Ulam Sari
~ 59 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
Lanjutan Lampiran 4. Foto-foto kegiatan di Bengkulu (24 – 27 Juni 2015)
Kegiatan pelatihan di UD Ulam Sari Sampling kualitas perairan di Sungai
Gentasari
Penampungan ikan sidat di Laboratorium Basah BP3U
Pengukuran morfometrik di laboratorium
Pengukuran morfometrik di lapangan
Pengambilan sampel untuk analisis DNA
~ 60 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
Lampiran 5. Foto-foto kegiatan di Bengkulu (8-14 September 2015)
Bendungan Seluma PLTA Danau Tes
Sample dari Sungai Manna
Pengukuran panjang dan berat sample ikan
dari Sungai Manna Kegiatan di TPI Manna
Kegiatan menangkap glass eel di muara Sungai Manna
~ 61 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
Kegiatan experimental fishing untuk menangkap glass eel dan hasil tangkapannya
~ 62 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
Lampiran 6. Foto-foto kegiatan di Cilacap (13-17 Oktober 2015)
Hasil tangkapan dalam 1 malam Ikan sidat di penampungan sementara
Pembesaran ikan sidat yang diberi pakan pelet
Proses sortir berdasarkan ukuran, untuk menentukan harga ikan
Pemasangan alat tangkap di rawa/sawah sekitar pukul 18.00
~ 63 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
Alat tangkap diangkat pukul 06.00 dan hasil tangkapan ditampung sementara oleh nelayan
~ 64 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
Lampiran 7. Data panjang, berat dan foto ekor ikan sidat Bengkulu
NO PT PA PD W DM No Foto 1 5.39 1.2 1.03 0.05 5.3
2 5.33 1.82 1.49 0.05 5.28
3 5.38 1.55 1.83 0.05 5.33
4 5.74 1.82 1.53 0.05 5.33
5 5.68 2.4 2.16 0.05 5.37
6 5.38 1.3 1.23 0.05 5.28
7 5.59 2.16 1.92 0.05 5.55
8 5.31 1.64 1.45 0.05 5.35
9 5.31 2.19 2.06 0.05 5.36
~ 65 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
Lanjutan Lampiran 7.
NO PT PA PD W DM No Foto 10 5.43 2.01 1.93 0.05 5.33
11 5.44 2.34 2.12 0.05 5.37
12 4.86 1.99 1.84 0.05 5.54
13 5.24 1.92 1.81 0.05 5.36
14 5.06 2.13 2.02 0.05 5.31
15 5.27 2.08 1.97 0.05 5.37
16 5.06 2.02 1.93 0.05 5.33
17 5.3 2 1.93 0.05 5.56
18 5.26 2.31 2.22 0.05 5.37
~ 66 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
Lanjutan Lampiran 7.
NO PT PA PD W DM No Foto 19 5.23 2.27 2.17 0.05 5.35
20 4.97 1.84 1.79 0.05 5.31
~ 67 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
Lampiran 8. Data Hasil Pengukuran Morfometrik Ikan Sidat Bengkulu
No. W HL PDH AD PD TR PA TL LD LA
1 34 3.68 8.42 1.45 11.99 8.91 12.6 30.2 17.6 16.95
2 51 4.21 8.5 1.72 12.98 9.63 14.08 30.5 18.42 16.89
3 45 4.57 8.98 1.72 12.98 9.4 13.81 31.5 18.3 18.1
4 19 3.38 6.46 1.23 9.34 7.27 10.2 23.95 15.05 14.15
5 34 4.61 10.02 1.12 14.63 10.88 15.49 35.5 21 18.8
6 34 3.68 8.54 0.83 12.22 9.37 13.05 29.91 17.4 16.4
7 28 3.43 7.01 1 10.44 8.01 11.44 27.3 16.6 15.7
8 57 3.01 10.02 1.81 13.22 12.02 15.03 33.6 19.95 18.75
9 57 4.71 9.48 1.69 14.49 11.17 15.88 34.7 20.28 19.65
10 39 3.03 9.73 1.48 12.76 11.21 14.24 32.9 20.23 19
11 25 2.72 7.47 1.38 10.19 8.85 11.57 26.4 16.18 15.1
12 34 3.94 8.89 1.41 12.83 10.3 12.24 31.2 18.71 17.22
13 52 4.41 9.33 1.62 13.74 10.95 15.36 32.7 19.2 18.38
14 39 4.05 8.54 1.53 12.59 10.07 14.12 31.6 18.75 17.99
15 31 3.43 8.22 1.5 11.65 9.72 13.15 29.55 17.75 16.98
16 45 4.33 9.48 1.46 13.81 10.94 15.27 33.5 19.52 18.79
17 79 5.04 10.19 2.03 15.23 12.22 17.26 37.6 22.43 21.25
18 58 4.71 8.67 1.95 13.38 10.62 15.33 34 20.52 19.35
19 41 4.53 8.85 1.48 13.38 10.33 14.86 32.4 18.81 17.99
20 28 3.57 7.67 1.26 11.24 8.93 12.5 27.9 17.97 15.95
21 37 3.9 8.49 1.49 12.39 10 13.88 31.2 18.81 17.68
22 42 4.31 9.48 1.39 13.79 10.87 15.18 33.7 1931 18.18
23 37 4.06 8.69 1.48 12.75 10.17 14.23 32.4 19.25 18.02
24 25 3.15 8.25 1.17 11.4 9.42 12.57 28.3 17.15 16.6
25 54 4.18 9.37 1.81 13.55 11.18 15.36 34.5 29.38 19.9
26 42 4.46 8.73 1.5 13.19 10.23 14.69 31.7 18.5 17.1
27 30 3.71 8.09 1.47 11.8 9.56 13.27 29 16.99 15.75
28 31 3.57 7.22 1.4 10.79 8.62 12.19 29 17.75 16.55
29 35 3.95 8.81 1.35 12.76 10.16 14.11 30.5 18.13 17.23
30 31 3.63 7.93 1.45 11.56 9.38 13.01 29.4 17.51 16.13
31 49 4.49 9.58 1.4 14.07 10.98 15.47 35 20 19.35
32 39 3.94 8.51 1.49 12.45 10 13.94 31.2 18.75 17.87
33 31 3.95 8.13 1.42 12.08 9.35 13.5 29.6 17.1 16.29
34 42 3.98 8.23 1.72 12.21 9.95 13.93 31.4 18.91 17.64
35 19 3.15 7.15 0.98 10.3 8.13 11.28 24.7 14.52 14.05
36 34 4.11 8.13 1.62 12.24 9.75 13.86 31.3 18.72 17.1
37 28 3.27 7.78 1.23 11.05 9.01 12.28 28.1 16.95 16.46
38 17 3.28 6.75 0.95 10.03 7.7 10.98 25.5 15.21 14.52
39 81 5.01 10.02 2.02 15.03 12.04 17.05 37.2 22.5 21.2
40 47 4.21 9.5 1.55 13.73 11.05 15.26 33.6 19.72 19.05
41 25 3.22 7.23 1.23 10.45 8.54 11.76 28 17.1 15.75
~ 68 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
Lampiran 9. Data Hasil Pengukuran Morfometrik Ikan Sidat di Cilacap
No. ED W
(gr) HL PDH AD PD TR PA TL LD LA
1 0.11 2.12 1.64 3.17 0.48 4.81 3.65 5.29 12.83 8.02 7.54
2 0.17 3.25 1.89 2.97 1.01 4.86 3.98 5.87 14.58 9.72 8.71
3 0.16 2.11 1.9 3.92 0.22 5.82 4.14 6.04 14.42 8.6 8.38
4 0.21 4.12 2.18 4.27 0.15 6.45 4.42 6.6 15.7 9.25 9.1
5 0.18 1.29 1.58 3.26 0.11 4.84 3.37 4.95 12.24 7.4 7.29
6 0.24 3.34 1.86 3.34 0.45 5.2 3.79 5.65 14.14 8.94 8.49
7 0.17 2.08 1.71 4.04 -0.54 5.75 3.5 5.21 12.83 7.08 7.62
8 0.18 2.58 1.75 4.02 0.18 5.77 4.2 5.95 14.15 8.38 8.2
9 0.21 2.33 1.75 3.43 0.14 5.18 3.57 5.32 12.9 7.72 7.58
10 0.22 3.04 1.81 3.36 0.52 5.17 3.88 5.69 13.52 8.35 7.83
11 0.24 3.46 2.01 3.68 0.24 5.69 3.92 5.93 14.42 8.73 8.49
12 0.2 2.37 1.77 3.5 0.21 5.27 3.71 5.48 13.23 7.96 7.75
13 0.23 2.73 1.78 3.69 0.29 5.47 3.98 5.76 14.33 8.86 8.57
14 0.23 2.18 1.6 3.59 0.41 5.19 4 5.6 12.86 7.67 7.26
15 0.2 1.91 1.71 3.12 0.18 4.83 3.3 5.01 12.85 8.02 7.84
16 0.22 2.94 1.98 3.99 0.24 5.97 4.23 6.21 14.38 8.41 8.17
17 0.22 3.28 2.03 4.1 0.22 6.13 4.32 6.35 14.87 8.74 8.52
18 0.19 1.92 1.65 3.35 0.22 5 3.57 5.22 12.73 7.73 7.51
19 0.25 2.71 2.07 3.54 0.29 5.61 3.83 5.9 14.16 8.55 8.26
20 0.25 2.54 2.1 3.44 0.33 5.54 3.77 5.87 14.09 8.55 8.22
21 0.27 4.05 1.95 4.08 0.57 6.03 4.65 6.6 15.5 9.47 8.9
22 0.18 1.38 1.66 1.13 2.06 2.79 3.19 4.85 12.24 9.45 7.39
23 0.19 1.44 1.76 3.41 0.06 5.17 3.47 5.23 12.73 7.56 7.5
24 0.18 3.05 1.75 3.53 0.56 5.28 4.09 5.84 13.22 7.94 7.38
25 0.2 2.27 1.74 3.79 0.14 5.53 3.93 5.67 13.55 8.02 7.88
26 0.15 0.98 1.29 1.24 1.22 2.53 2.46 3.75 10.26 7.73 6.51
27 0.16 2.42 1.68 3.48 0.23 5.16 3.71 5.39 12.71 7.55 7.32
28 0.16 1.46 1.57 3.14 0.17 4.71 3.31 4.88 12.19 7.48 7.31
29 0.2 2.41 2.09 3.34 0.3 5.43 3.64 5.73 14.12 8.69 8.39
30 0.17 2.86 1.83 4.08 0.33 5.91 4.41 6.24 14.78 8.87 8.54
31 0.18 2.05 1.7 3.3 0.23 5 3.53 5.23 12.18 7.18 6.95
32 0.18 0.94 1.41 2.74 0.3 4.15 3.04 4.45 10.37 6.22 5.92
33 0.18 2.14 1.85 3.71 0.61 5.56 4.32 6.17 14.09 8.53 7.92
34 0.17 1.9 1.84 3.51 0.27 5.35 3.78 5.62 13.4 8.05 7.78
35 0.17 1.51 1.73 3.17 0.4 4.9 3.57 5.3 13 8.1 7.7
36 0.19 2.07 1.7 3.34 0.16 5.04 3.5 5.2 12.96 7.92 7.76
37 0.22 3.72 2.2 4.6 0.29 6.8 4.89 7.09 16.9 10.1 9.81
~ 69 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015
Lampiran 10. Data Hasil Pengukuran Morfometrik Glass eel Cilacap
No. TL DL VL W % D-A
1 4.86 1.41 2.04 0.082 12.96
2 4.6 2.08 2.21 0.086 2.83
3 4.58 1.47 1.72 0.09 5.46
4 5.01 1.48 1.9 0.135 8.38
5 4.89 1.83 2.03 0.141 4.09
6 4.85 1.53 1.98 0.091 9.28
7 4.78 1.11 1.91 0.133 16.74
8 4.8 1.3 2 0.126 14.58
9 4.76 1.12 1.87 0.152 15.76
10 4.89 1.18 1.87 0.157 14.11
11 5.02 0.98 2.01 0.104 20.52
12 4.26 1.41 1.63 0.069 5.16
13 4.77 1.03 1.98 0.124 19.92
14 5.1 1.16 1.98 0.154 16.08
15 4.74 1.11 1.97 0.116 18.14
16 4.69 1.32 1.79 0.109 10.02
17 5.03 1.39 1.39 0.116 0.00
18 5.14 1.94 1.93 0.117 -0.19
19 5.16 1.34 2.06 0.141 13.95
20 4.96 1.27 1.95 0.141 13.71
21 4.88 1.4 1.78 0.106 7.79
22 4.73 1.67 1.83 0.081 3.38
23 4.91 1.91 1.93 0.095 0.41
24 4.87 1.44 1.79 0.104 7.19
25 4.75 1.41 1.68 0.091 5.68
26 4.92 1.43 2.04 0.139 12.40
27 4.67 1.34 1.8 0.103 9.85
28 4.96 1.46 1.92 0.116 9.27
29 5.12 1.5 1.94 0.12 8.59
30 4.95 1.24 1.96 0.164 14.55
31 4.91 1.4 2.03 0.134 12.83
32 4.1 1.39 1.55 0.061 3.90
33 4.47 1.6 1.6 0.079 0.00
34 5.11 1.31 1.99 0.155 13.31
35 4.92 1.33 1.7 0.099 7.52
36 4.71 1.36 1.81 0.099 9.55
37 4.84 1.42 1.64 0.108 4.55
38 5.22 1.7 2.25 0.138 10.54
39 4.75 1.75 1.75 0.101 0.00
40 4.79 1.5 1.92 0.119 8.77
No. TL DL VL W % D-A
41 4.79 1.22 1.94 0.149 15.03
42 4.8 1.11 1.87 0.135 15.83
43 4.57 1.31 1.68 0.096 8.10
44 4.9 1.21 1.91 0.13 14.29
45 4.85 1.22 1.94 0.133 14.85
46 5 1.48 2.04 0.091 11.20
47 4.93 1.92 2.04 0.126 2.43
48 4.85 1.14 1.95 0.115 16.70
49 4.9 1.16 1.99 0.119 16.94
50 5.09 1.48 1.85 0.101 7.27
51 4.87 1.2 2.06 0.12 17.66
52 4.85 0.89 1.84 0.07 19.59
53 5.04 1.38 1.81 0.101 8.53
54 4.8 1.81 1.87 0.089 1.25
55 4.62 1.68 1.84 0.08 3.46
56 4.76 1.37 1.89 0.089 10.92
57 5.14 1.14 2.04 0.146 17.51
58 4.61 1.18 1.74 0.118 12.15
59 5.14 1.3 2.08 0.129 15.18
60 4.55 1.28 1.53 0.058 5.49
61 4.94 1.11 1.98 0.121 17.61
62 4.74 0.97 1.83 0.08 18.14
63 4.82 1.37 1.86 0.106 10.17
64 4.61 1.73 1.81 0.076 1.74
65 5.02 1.16 1.87 0.134 14.14
66 4.74 1.23 1.78 0.099 11.60
67 4.62 1.62 1.81 0.065 4.11
68 4.55 1.4 1.82 0.059 9.23
69 4.35 1.18 1.62 0.075 10.11
70 4.64 1.26 1.83 0.105 12.28
71 4.99 1.66 1.97 0.107 6.21
72 4.83 1.53 1.98 0.114 9.32
73 5.05 1.16 2.12 0.142 19.01
74 4.76 1.66 1.88 0.103 4.62
75 5.13 1.45 2.03 0.128 11.31
76 4.98 1.81 2.1 0.089 5.82
77 5.08 1.27 2.08 0.109 15.94
78 4.46 1.43 2.11 0.077 15.25
79 4.89 1.08 1.72 0.085 13.09
80 4.71 1.3 1.72 0.09 8.92
~ 1 ~
Kajian Bioekologi dan Lingkungan Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu dan Cilacap 2015