PBL Blok 18 Asma Bronkiale
-
Upload
anastasia-mudita -
Category
Documents
-
view
236 -
download
2
description
Transcript of PBL Blok 18 Asma Bronkiale
Asma Bronkial pada Anak dan Penatalaksanaannya
Oktaviani Dewi Ratih
102013046
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Alamat Korespondensi Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat 11510
Pendahuluan
Asma merupakan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang berhubungan dengan
peningkatan kepekaan saluran napas sehingga memicu episode mengi berulang, sesak napas
dan batuk terutama pada malam atau dini hari. Gejala ini berhubungan dengan luas inflamasi,
menyebabkan obstruksi saluran napas yang bervariasi derajatnya dan bersifat reversibel
secara spontan maupun dengan pengobatan. Asma merupakan penyakit familier, diturunkan
secara poligenik dan multifaktorial. Telah ditemukan hubungan antara asma dan lokus
histokompatibilitas (HLA) dan tanda genetik pada molekul imunoglobulin E (IgE). Serangan
asma dapat berupa sesak nafas ekspiratori yang paroksismal, berulang-ulang dengan mengi
(wheezing) dan batuk yang disebabkan oleh konstriksi atau spasme otot bronkus, inflamasi
mukosa bronkus dan produksi lendir kental yang berlebihan.1 Gejala ini sering memburuk
selama tidur. Serangan asma adalah suatu perburukan akut dari gejala tersebut dan pada kasus
berat, serangan bisa mengancam jiwa sebab onset sering tiba-tiba dan tanpa peringatan.2
Pembahasan
Anamnesis
Anamnesis pada penderita asma sangatlah penting. Tujuannya, selain untuk
menegakkan diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding, anamnesis juga berguna untuk
menyususn srategi pengobatan pada penderita asma. Anamnesis pada penyakit asma meliputi
adanya gejala yang episodik, gejala berupa batuk, sesak napas, mengi, rasa berat di dada dan
variabilitas yang berkaitan dengan cuaca. Faktor – faktor yang mempengaruhi asma, riwayat
keluarga dan adanya riwayat alergi.3
1
Keluhan utama ketika datang ke dokter: wheezing (ketika serangan) dan atau batuk
kronik berulang (BKB). BKB dapat merupakan manifestasi awal dari perjalanan asma. Ada
beberapa hal yang berkaitan dengan asma bronkial:
Dilihat apakah pasien tampak sakit ringan atau berat?
Apakah sebelumnya memiliki kelainan pernapasan? Asma atau penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)? TB atau terpajan TB? Apakah ada wheezing?
Apakah pernah masuk rumah sakit karena sesak napas?
Obat apa yang sudah di konsumsi? Apakah baru-baru ini ada perubahan penggunaan obat?
Adakah alergi obat/antigen lingkungan?
Pernahkah pasien terpajan asbes, debu, atau toksin lain?
Adakah riwayat masalah pernapasan dalam keluarga?
Apakah pasien memelihara hewan, termasuk burung?
Pemeriksaan fisik
- Keadaan umum : penderita tampak sesak nafas dan gelisah, penderita lebih
nyaman dalam posisi duduk.
- Jantung : pekak jantung mengecil, takikardi > 120 x/menit.
- Paru :
1. Inspeksi : dinding torak tampak mengembang, diafragma terdorong ke
bawah. Frekuensi nafas > 30 kali per menit.
2. Auskultasi : terdengar wheezing (mengi), ekspirasi memanjang.
3. Perkusi : hipersonor.
4. Palpasi : Vokal Fremitus kanan=kiri.3
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan darah
- Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
2
- Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada
waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.
2. Pemeriksaan radiologi
Asma merupakan keadaan klinis yang ditandai dengan penyempitan dari
bronkus/bronkiolus yang bersifat kadang-kadang dan reversibel. Pada gambaran
rontgen kadang-kadang tidak ditemukan kelainan yang mencolok.
3. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada asma. Pemeriksaan menggunakan tes
tempel.
4. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling
cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan
bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah
pamberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik.
Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis
asma. Tidak adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan
spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting
untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Benyak penderita tanpa
keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.4
Working Diagnosis
Asma bronkial adalah penyakit saluran nafas yang ditandai oleh serangan mendadak
dyspnea, batuk, serta mengi (bunyi patologis). Serangan asma ini dapat berlangsung singkat
dan ringan atau berat dan berlangsung selama berhari-hari. Penyakit ini dapat diklasifikasikan
dalam dua kelompok besar, yaitu asma alergik dan non alergik.
Asma alergik adalah suatu penyakit alergi seperti rhinitis, urtikaria, dan eczema. Pasien yang
berusia muda umumnya cenderung memiliki komponen alergi yang kuat yang biasanya
didasari dengan adanya riwayat atopik pada keluarga. Diferensiasi sel-T pada pasien penyakit
ini memacu produksi berlebihan dari sel tipe TH2 serta IgE dan respon imun yang didominasi
eosinofil. Sedangkan asma non alergik tidak memperlihatkan riwayat alergi. Pasien yang
berusia tua umunya cenderung menderita penyakit ini atau memiliki etiologi campuran.
Biasanya adanya infeksi saluran nafas yang mencetus aktifnya peran IgE. Asma alergik
3
merupakan suatu penyakit yang paling sering ditemukan, biasanya dicetus oleh debu serbuk
sari dan makanan. Sedangkan asma non alergik biasanya ini biasanya suatu penyakit
berkelanjutan atau sekunder karena pernah diderita saat masih berusia muda dan mengalami
relaps atau lebih dipengaruhi oleh genetik.5
Differential Diagnosis
Bronkitis Akut
Penyakit ini merupakan suatu penyakit radang pada bronkus yang biasanya mengenai
trakea dan laring, sehingga sering disebut sebagia laringotracheobronchitis . Radang ini dapat
timbul sebagai kelainan jalan nafas atau sebagai bagian dari penyakit sistemik seperti morbili,
pertussis, difteri, dan tifus abdominal. Penyakit ini biasanya didahului oleh infeksi saluran
nafas bagian atas. Infeksi bakteri sekunder dengan Streptococcus pneumoniae, Moraxella
catarrhalis dan H. influenza dapat terjadi. Khasnya, pasien datang dengan batuk kering, tidak
produktif dan timbulnya relatif bertahap, mulai 3-4 hari sesudah munculnya rhinitis.
Ketidakenakan substernal bawah atau nyeri dengan dada terasa panas dan pemeriksaan
dengan auskultasi sering terdengan ronki yang positif. Biasanya pada penyakit ini tidak ada
terapi yang spesifik, pasien dalam beberapa minggu akan sembuh sendiri.4
Bronkitis kronis
Peradangan dan hipersekresi bronkus yang kronik dan sering berjalan progresif lambat
yang ditandai dengan batuk kronik mengeluarkan sputum 3 bulan dalam setahun paling
sedikit terjadi dua tahun. Gejalanya berupa batuk di pagi hari, lama-lama disertai mengi,
menurunya kemampuan kegiatan jasmani pada stadium lanjut ditemukan sianosis dan tanda-
tanda kor pumonal.4
Pneumonia
Peradangan paru yang disebabkan oleh bakteri selain M. tuberculosis, virus, jamur dan
parasit. Demam mengigil, suhu tubuh meningkat, batuk berdahak mukoid atau purulen, sesak
nafas, kadang nyeri dada, batuk darah. Proses peradangan akan menyebabkan jaringan paru
yang berupa alveoli dapat dipenuhi ciran ataupun nanah. Akibatnya kemampuan paru sebagai
tempat pertukaran gas (terutama oksigen) akan terganggu. Kekurangan oksigen dalam sel-sel
akan mengganggu proses metabolisme tubuh. Bila pneumonia tidak ditangani dengan baik,
4
proses peradangan akan terus berlanjut dan menimbulkan berbagai komplikasi seperti;
selaput paru terisi cairan atau nanah ( efusi pleura atau empiyema). Jaringan paru bernanah
(abses paru), jaringan paru kempis (penumotoraks) dan lain-lain. Bahkan bila terus berlanjut
dapat terjadi penyebaran infeksi melalui darah (sepsis) ke seluruh tubuh sehingga dapat
menyebabkan kematian.4
Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan
asma bronkhial.
a. Faktor predisposisi
• Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana
cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai
keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita
sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain
itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
b. Faktor presipitasi
Alergen, dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
2. Ingestan, yang masuk melalui mulut
ex: makanan dan obat-obatan
3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
ex: perhiasan, logam dan jam tangan
Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.
Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma.
Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim
kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
Stress
5
Stress/gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa
memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus
segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat
untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala
asmanya belum bisa diobati.
Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini
berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan,
industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
Olahraga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas
jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma.
Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.6
Epidemiologi
Prevalensi asma dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain jenis kelamin, umur pasien,
status atopi, faktor keturunan, serta faktor lingkungan. Pada masa kanak-kanak ditemukan
prevalensi anak laki berbanding anak perempuan 1,5:1, tetapi menjelang dewasa
perbandingan tersebut lebih kurang sama dan pada masa menopause perempuan lebih banyak
daripada laki-laki. Umumnya prevalensi asma anak lebih tinggi dari dewasa, tetapi adapula
yang melaporkan prevalensi dewasa lebih tinggi dari anak. Angka ini juga berbeda-beda
antara satu kota dengan kota yang lain di negara yang sama. Di Indonesia prevalensi asma
berkisar antara 5-7%.4
Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang menyebabkan
sukar bernapas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhiolus terhadap benda-
benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara
sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah
antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila
reaksi dengan antigen spesifikasinya.
6
Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial
paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang
menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan
antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan
berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang
merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari
semua faktor-faktor ini akan menghasilkan edema lokal pada dinding bronkhioulus kecil
maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos
bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat.
Pada asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada selama
inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa menekan bagian luar
bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah
akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi.
Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi
sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional
dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran
mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest.
7
Gambar 1. Patofisiologi Asma.4
Penyempitan saluran nafas ternyata tidak merata pada seluruh lapangan paru, ada
daerah paru yang hipoventilasi sehingga mengalami hipoksia. Ditandai dengan penurunan
PaO2 merupakan kelainan yang bersifat subklinis pada asma. Untuk mengatasi kejadian ini
tubuh berusaha mengkompensasi dengan meningkatkan ventilasi sehingga terjadi
hiperventilasi. Akibat dari hiperventilasi terjadi pengeluaran CO2 yang berlebihan sehingga
PaCO2 menurun akhirnya terjadilah apa yang disebut dengan alkalosis respiratorik.
Pada serangan asma yang akut terjadi hipersekresi mukus sehingga menutup alveolus
dan media pertukaran gas menjadi lebih sedikit. Hipoksia semakin berat dirasakan dan tubuh
berusaha mengkompensasi dengan menambah kapasitas hiperventilasinya yang terjadi adalah
peningkatan produksi CO2 tetapi terjadi keadaan hipoventilasi sehingga retensi CO2
menyebabkan kadar CO2 menjadi tinggi (hiperkapnia) dan kemudian asidosis respiratorik
menyusul kemudian. Hipoksia yang berlangsung lama akan menuju terjadinya asidosis
8
metabolik dan terjadi shunting yaitu peredaran darah paru tanpa melalui sistem pertukaran
gas yang baik dan keadaan-keadaan ini memperburuk hiperkapnia yang telah ada.
Dalam keadaan sesak napas hebat, penderita lebih menyukai posisi duduk
membungkuk dengan kedua telapak tangan memegang kedua lutut. Posisi ini didapati juga
pada pasien dengan Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD). Tanda lain yang
menyertai sesak napas adalah pernapasan cuping hidung yang sesuai dengan irama
pernapasan. Frekuensi pernapasan terlihat meningkat (takipneu), otot Bantu pernapasan ikut
aktif, dan penderita tampak gelisah. Pada fase permulaan, sesak napas akan diikuti dengan
penurunan PaO2 dan PaCO2, tetapi pH normal atau sedikit naik. Hipoventilasi yang terjadi
kemudian akan memperberat sesak napas, karena menyebabkan penurunan PaO2 dan pH serta
meningkatkan PaCO2 darah. Selain itu, terjadi kenaikan tekanan darah dan denyut nadi
sampai 110-130/menit, karena peningkatan konsentrasi katekolamin dalam darah akibat
respons hipoksemia.4
Gejala Klinis
Pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, sedangkan
pada waktu serangan tampak penderita bernapas cepat dan dalam, gelisah, duduk dengan
tangan menyangga ke depan serta tampak otot-otot bantu pernapasan bekerja dengan
keras.Gambaran klinis asma klasik adalah serangan episodik batuk, mengi, dan sesak napas.
Pada awal serangan sering gejala tidak jelas seperti rasa berat di dada, dan pada asma alergik
mungkin disertai pilek atau bersin. Meskipun pada mulanya batuk tanpa disertai sekret, tetapi
pada perkembangan selanjurnya pasien akan mengeluarkan sekret baik yang mukoid, putih
kadang-kadang purulen. Ada sebagian kecil pasien asma yang gejalanya hanya batuk tanpa
disertai mengi, dikenal dengan istilah cough variant asthma. Bila hal yang terakhir ini
dicurigai, perlu dilakukan pemeriksaan spirometri sebelum dan sesudah bronkodilator atau uji
provokasi bronkus dengan metakolin.
Pada asma alergik, sering hubungan antara pemajanan alergen dengan gejala asma tidak
jelas. Terlebih lagi pasien asma alergik juga memberikan gejala terhadap faktor pencetus
non-alergik seperti asap rokok, asap yang merangsang, infeksi saluran napas ataupun
perubahan cuaca. Gejala asma memburuk pada malam hari , puncaknya antar jam 3-4 dini
hari.
9
Lain halnya dengan asma akibat pekerjaan. Gejala biasanya memburuk pada awal
minggu dan membaik menjelang akhir minggu. Pada pasien yang gejalanya tetap memburuk
sepanjang minggu. gejalanya mungkin akan membaik bila pasien dijauhkan dari lingkungan
kerjanya, seperti sewaktu cuti misalnya. Pemantauan dengan alat peakflow meter atau uji
provokasi dengan bahan tersangka yang ada di lingkungan kerja mungkin diperlukan untuk
menegakkan diagnosis.7
Tabel.1 Klasifikasi Derajat Asma8
Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan asma adalah meningkatkan dan mempertahankan
kualitas hidup agar penderita asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan
aktivitas sehari-hari.
Tujuan penatalaksanaan asma:
Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma Mencegah eksaserbasi akut Meningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal mungkin Mengupayakan aktivitas normal termasuk exercise Menghindari efek samping obat Mencegah terjadi keterbatasan aliran udara (airflow limitation) ireversibel Mencegah kematian karena asma
Penatalaksanaan asma bertujuan untuk mengontrol penyakit, disebut sebagai asma terkontrol.
Asma terkontrol adalah kondisi stabil minimal dalam waktu satu bulan.7
10
Non-medikamentosa
Penyuluhan
Menghindari faktor pencetus
Pengendali emosi
Pemakaian oksigen
Medika Mentosa
Target pengobatan pada penyakit ini biasanya meliputi beberapa hal, antara lain
menjaga saturasi oksigen arteri tetap adekuat dengan oksigenasi, membebaskan obstruksi
saluran nafas dengan memberikan bronkodilator inhalasi kerja cepat dan mengurangi
inflamasi saluran pernafasan serta mencegah kekambuhan dengan memberikan
kortikosteroid.
Ada dua macam obat anti asma : terapi simtomatik menggunakan relievers, yaitu bronkodilator (agonis β, teofilin) dan disease-modifying therapy atau
controller yang menggunakan obat antiinflamasi (kortikosteroid, kromolin, antileukotrein). Saat terjadi serangan asma, obat yang digunakan adalah relievers
dibantu dengan controller. Setelah serangan dapat diatasi dan periode asimtomatik telah tercapai, obat yang digunakan hanya controller atau bahkan tanpa obat
lagi, tetapi penerita dibekali peak flow meter untuk memantau arus puncak.7
Nama Obat Nama Dagang Dosis
Obat simpatomimetik:Terbutaline
Orciprenalin (metaproterenol)
Salbutamol (albuterol)
Adrenalin
Bricasma
Alupent
Ventolin
Oral : 0,075 mg/kg BB tiap 6 jam.Subkutan : 0,005 mg/kb BBAerosol : 1-2 semprotan (250-500 µ gr) tiap 4-6 jam.Larutan respirator : 0,02-0,03 ml/kg BB tiap 4-6 jam.Oral : 0,3 mg/kg BB tiap 6 jam.Larutan respirator (2%) : 0,01-0,02 ml/kg BB tiap 4-6 jam.Oral : 0,15 mg/kg BB tiap 6 jam.Aerosol: 2 semprotan (200 µ gr) tiap 4-6 jam.Larutan respirator : 0,02-0,03 ml/kg BB tiap 4-6 jam.Subkutan: larutan 1:1000, 0,01 ml/kg BB/kali, max 0,5 ml.
Methylxantine:Aminophyline IV: 5 mg/kg BB tiap 6 jam atau 5 jam
mg/kg BB permulaan dan 0,9 mg/kg BB per jam dalam infus.
11
Theophyllin ‘standard’ Oral : 5-6 mg/kg BB tiap 6 jam max 200 mg.
Steroid:Beclomethasone
Budesonid
Aldecin
Pulmicort
Aerosol : 2-4 semprotan (100-200 µ gr) 3-4 kali sehari.Puyer kering (rotacaps) 100-200 mg 3-4 kali sehari.Aerosol : 2-4 semprotan (100-200 µ gr) 3-4 kali sehari.
Tabel 2. Obat-obat yang dipakai untuk Asma pada Anak.1
Pencegahan
Menjaga Kesehatan
Menjaga kesehatan merupakan usaha yang tidak terpisahkan dari pengobatan penyakit
asma. Bila penderita lemah dan kurang gizi, tidak saja mudah terserang penyakit tetapi juga
berarti mudah untuk mendapat serangan penyakit asma beserta komplikasinya. Usaha
menjaga kesehatan ini antara lain berupa makan makanan yang bernilai gizi baik, minum
banyak, istirahat yang cukup, rekreasi dan olahraga yang sesuai. Penderita dianjurkan banyak
minum kecuali bila dilarang dokter, karena menderita penyakit lain seperti penyakit jantung
atau ginjal yang berat. Banyak minum akan mengencerkan dahak yang ada di saluran
pernapasan, sehingga dahak tadi mudah dikeluarkan. Sebaliknya bila penderita kurang
minum, dahak akan menjadi sangat kental, liat dan sukar dikeluarkan. Pada serangan
penyakit asma berat banyak penderita yang kekurangan cairan. Hal ini disebabkan oleh
pengeluaran keringat yang berlebihan, kurang minum dan penguapan cairan yang berlebihan
dari saluran napas akibat bernapas cepat dan dalam.
Menjaga kebersihan lingkungan
Lingkungan dimana penderita hidup sehari-hari sangat mempengaruhi timbulnya
serangan penyakit asma. Keadaan rumah misalnya sangat penting diperhatikan. Rumah
sebaiknya tidak lembab, cukup ventilasi dan cahaya matahari. Saluran pembuangan air harus
lancar. Kamar tidur merupakan tempat yang perlu mendapat perhatian khusus. Sebaiknya
kamar tidur sesedikit mungkin berisi barang-barang untuk menghindari debu rumah. Hewan
peliharaan, asap rokok, semprotan nyamuk, atau semprotan rambut dan lain-lain mencetuskan
12
penyakit asma. Lingkungan pekerjaan juga perlu mendapat perhatian apalagi kalau jelas-jelas
ada hubungan antara lingkungan kerja dengan serangan penyakit asmanya.
Menghindari Faktor Pencetus
Alergen yang tersering menimbulkan penyakit asma adalah tungau debu sehingga cara-
cara menghindari debu rumah harus dipahami. Alergen lain seperti kucing, anjing, burung,
perlu mendapat perhatian dan juga perlu diketahui bahwa binatang yang tidak diduga seperti
kecoak dan tikus dapat menimbulkan penyakit asma. Infeksi virus saluran pernapasan sering
mencetuskan penyakit asma. Sebaiknya penderita penyakit asma menjauhi orang-orang yang
sedang terserang influenza. Juga dianjurkan menghindari tempat-tempat ramai atau penuh
sesak. Hindari kelelahan yang berlebihan, kehujanan, penggantian suhu udara yang ekstrim,
berlari-lari mengejar kendaraan umum atau olahraga yang melelahkan. Jika akan berolahraga,
lakukan latihan pemanasan terlebih dahulu dan dianjurkan memakai obat pencegah serangan
penyakit asma. Zat-zat yang merangsang saluran napas seperi asap rokok, asap mobil, uap
bensin, uap cat atau uap zat-zat kimia dan udara kotor lainnya harus dihindari. Perhatikan
obat-obatan yang diminum, khususnya obat-obat untuk pengobatan darah tinggi dan jantung
(beta-bloker), obat-obat antirematik (aspirin, dan sejenisnya). Zat pewarna (tartrazine) dan zat
pengawet makanan (benzoat) juga dapat menimbulkan penyakit asma.
Menggunakan obat-obat antipenyakit asma
Pada serangan penyakit asma yang ringan apalagi frekuensinya jarang, penderita boleh
memakai obat bronkodilator, baik bentuk tablet, kapsul maupun sirup. Tetapi bila ingin agar
gejala penyakit asmanya cepat hilang, jelas aerosol lebih baik. Pada serangan yang lebih
berat, bila masih mungkin dapat menambah dosis obat, sering lebih baik mengkombinasikan
dua atau tiga macam obat. Misalnya mula-mula dengan aerosol atau tablet/sirup
simpatomimetik (menghilangkan gejala) kemudian dikombinasi dengan teofilin dan kalau
tidak juga menghilang baru ditambahkan kortikosteroid. Pada penyakit asma kronis bila
keadaannya sudah terkendali dapat dicoba obat-obat pencegah penyakit asma. Tujuan obat-
obat pencegah serangan penyakit asma ialah selain untuk mencegah terjadinya serangan
penyakit asma juga diharapkan agar penggunaan obat-obat bronkodilator dan steroid sistemik
dapat dikurangi dan bahkan kalau mungkin dihentikan.
Komplikasi
13
Komplikasi yang paling sering ditimbulkan oleh penyakit ini adalah;8
Kelelahan dan dehidrasi, merupakan kurangnya cairan dalam tubuh yang dapat
menyebabkan hilangnya kesadaran.
lnfeksi jalan napas, merupakan suatu gejala yang ditandai dengan adanya penyumbatan
pada saluran nafas oleh bakteri, virus, dan sebagainya.
Cor pulmonale merupakan hipertrofi/dilatasi ventrikel kanan akibat hipertensi pulmonal
yang disebabkan penyakit parenkim paru atau pembuluh darah paru yang tidak
berhubungan dengan kelainan jantung kiri.
Gagal napas adalah ketidakmampuan tubuh dalam mempertahankan tekanan parsial
normal O2 dan atau CO2 didalam darah.
Pneumotoraks (jarang), merupakan penumpukan dari udara yang bebas dalam dada diluar
paru yang menyebabkan paru untuk mengempis, dan yang terakhir adalah PPOK, yang
merupakan suatu penyakit obstruksi saluran nafas dan biasanya disebabkan infeksi
saluran nafas serta bronkospasme.
Prognosis
Asma bronkial bila segera diketahui dan mendapatkan penanganan optimal, maka akan
mengurangi frekuensi serangan dan akan meningkatkan kualitas hidup, jadi prognosanya
akan lebih baik.
Kesimpulan
Asma bronkial merupakan penyakit inflamasi kronik saluran napas yang ditandai dengan mengi,
sesak napas, sputum kental, dan batuk terutama pada malam atau dini hari. Asma bronkial bila segera
diketahui dan mendapatkan penanganan optimal, maka prognosanya akan lebih baik.
Daftar Pustaka
1. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI. Ilmu kesehatan anak. Edisi ke-3. Jakarta:
Infomedika; 2007. h. 1203-1228.
2. Saranani R. Asma bronkial.. Edisi Februari 2014. Diunduh dari
www.academia.edu/5106624/asma_bronkial. 06 Juli 2015.
3. Welsby PD. Pemeriksaan fisik dan anamnesis klinis. Jakarta: EGC; 2009. h. 83-8.
14
4. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit
dalam. Edisi ke-5. Jilid I. Jakarta: Interna Publishing; 2009. h. 59-64, 405-6.
5. Mitchell, Kumar, Abbas, Fausto. BS Dasar patologis penyakit. Edisi ke-7. Jakarta:
EGC;2006. h. 435-7.
6. Universitas Sumatera Utara. Diunduh dari
repository. usu .ac.id/bitstream/123456789/23277/4/Chapter%20II.pdf 06 Juli 2015.
7. Isselbacher, Kurt J. Harrison. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam edisi 13 volume 5.
Jakarta : EGC ; 2000.h.1557-82
8. Djojodibroto DR. Repiratologi.Jakarta: EGC;2009.h.110.
15