Patomekanisme Dari Gejala Yang Ada Pada Scenario

download Patomekanisme Dari Gejala Yang Ada Pada Scenario

of 2

description

m

Transcript of Patomekanisme Dari Gejala Yang Ada Pada Scenario

Patomekanisme dari gejala yang ada pada scenarioa) Patomekanisme PruritusPruritus umumnya dikenal sebagai gatal, sensasi eksklusif pada kulit. Pruritus dapat didefinisikan sebagai sensasi yang memproduksi keinginan untuk menggaruk. Pruritogen menyebabkan ujung serabut saraf C teraktivasi dan kemudian direspon oleh keratinosit yang melepaskan berbagai mediator. Beberapa neuromediators yang paling penting adalah mediator histamin, serotonin, tryptate, peptida opioid, substansi P, prostaglandin seperti PGE2, asetilkolin, sitokin seperti interleukin (IL) -2, dan berbagai neuropeptida dan peptida vasoaktif. Sekitar 5% dari saraf afferent serabut C tak bermielin merespon rangsangan pruritogenik. Sensasi gatal di ujung saraf ini di daerah subepidermal dihantarkan melalui jaras spinotalamikus lateralis ke otak. Sinaps terjadi diakar dorsal korda spinalis (substansi grisea), bersinaps dengan neuron kedua yang menyilang ke tengah lalu menuju traktus spinotalamikus kontralateral hingga berakhir di thalamus. Dari thalamus terdapat neuron ketiga yang meneruskan rangsang hingga ke pusat persepsi di korteks serebri. Setelah impuls melalui pemrosesan di korteks serebri, maka akan timbul satu perasaan gatal dan tidak enak yang menyebabkan hasrat untuk menggaruk bagian tertentu tubuh.(Pruritus and Neurocutaneous Dermatoses. Dalam: James WD, Berger TG, Elston DM, editor. Andrews Diseases of The Skin Clinical Dermatology. Edisi ke-10. Kanada. Saunders Elsevier. 2006. h:45)

b) Patomekanisme Eritema SkuamosaEritemaEritema merupakan perubahan warna kulit yang disebabkan oleh dilatasi arteri dan vena di papiler dan retikuler dermis, sehingga memungkinkan lebih banyak darah mengalir ke dalam mikrosirkulasi local. Kapiler-kapiler yang sebelumnya kosong atau mungkin hanya sebagian meregang, secara cepat terisi penuh dengan darah. Tubuh mengontrol hal tersebut pada awal reaksi peradangan, baik secara neurologis maupun kimiawi melalui pelepasan zat-zat seperti histamine. Histamin mampu menghasilkan vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas vascular. Sejumlah besar histamine disimpan didalam granula sel-sel jaringan ikat yang dikenal sebagai sel mast, yang tersebar luas di dalam tubuh. Histamin yang disimpan tidak aktif dan mengeluarkan efek vaskularnya hanya jika dilepas. Banyak cedera fisik menyebabkan degranulasi sel mast dan pelepasan histamine. Cedera tertentu awalnya mencetuskan aktivasi sistem komplemen serum, komponen tertentu yang kemudian menyebaban pelepasan histamin. Beberapa reaksi imunologik juga mencetuskan pelepasan mediator ini dari sel mast.(Prince, Sylvia A. 2012. Patofisiologi Volume 1 Edisi 6. Jakarta : EGC)

Skuma Skuama adalah lapisan stratum korneum yang terlepas dari kulit. Epidermis terdiri dari banyak lapisan sel epitel . Lapisan epidermis bagian dalam terdiri dari sel-sel berbentuk kubus yang hidup dan cepat membelah, sementara sel-sel di lapisan luar mati dan gepeng. Epidermis tidak memiliki aliran darah langsung. Sel-selnya mendapat makanan hanya melalui difusi dari jaringan vaskular padat dermis di bawahnya. Sel-sel yang baru terbentuk di lapisan dalam terus mendorog sel-sel tua mendekati permukaan, semakin jauh dari pasokan nutriennya. Hal ini, ditambah dengan kenyataan bahwa lapisanlapisan luar terus menerus mendapat tekanan serta mengalami wear and tear, menyebabkan sel-sel tua ini mati dan menggepeng. Sewaktu sel lapisan luar mati, protein keratin fibrosa ini tertinggal membentuk skuama gepeng keras yang membentuk lapisan tanduk (berkeratin) protektif yang kuat. Bila skuama lapisan tanduk paling luar terlepas atau terkelupas maka lapisan ini diganti dengan cara pembelahan sel di lapisan epidermis yang lebih dalam. Rata-rata epidermis manusia diperbaharui setiap 15-30 hari, bergantung pada usia, bagian tubuh dan faktor lain. Sel keratinosit turut berperan pada respon imun alami dengan menghasilkan respon imun/reaksi peradangan melalui sekresi sitokin dan kemikin, metabolism sekresi arakhidonat, komponen komplemen, dan peptide antimicrobial. Hal ini menyebabkan proses keratinisasi terganggu, yang kemudian dapat menyebabkan berbagai masalah kulit seperti kulit kasar dan bersisik (skuama).(Sherwood lauralee. 2012. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Penerbit buku kedokteran EGC : Jakarta)