Paper Suripan Jadi

22
Ringkasan Materi “MERAMBAH MATAHARI (Sastra dalam Perbandingan)” Suripan Sadi Hutomo 1. Pengantar Sastra merupakan sebuah cabang ilmu yang berkembang dan hidup di tengah-tengah masyarakat. Keberadaannya muncul dan dipertahankan oleh masyarakat tersebut juga. Sastra dikatakan berhubungan dengan masyarakat karena sebagian besar permasalahan yang disajikan oleh penulis adalah berupa permasalahan sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Permasalahan tersebut dapat berhubungan erat dengan perekonomian, kebudayaan, keadaan psikologis individu manusia, dan lain-lain, oleh sebab itu tidak mengherankan jika sebagian karya sastra memiliki persamaan. Berasal dari penulis yang berbeda, membuat karya sastra tersebut memiliki perbedaan dari karya sastra yang lainnya. Unsur dari karya sastra tersebutlah yang kemudian dijadikan para penulis untuk membandingkannya dengan karya sastra penulis lain. Bermacam-macam tujuan dilakukakannya pembandingan karya sastra inilah yang harus diawasi, karena tidak sedikit pembandingan karya sastra yang dilakukan untuk menjatuhkan karya sastra atas karya sastra lainnya. Pembandingan karya sastra dilakukan pada karya sastra yang memiliki banyak perbedaan, dari hasil pembandingan inilah akan diketahui sebuah kualitas karya sastra. Melalui kajian sastra bandingan ini juga dapat diketahui pengaruh sebuah karya sastra atas karya sastra lainnya. 2. Isi SEJARAH DAN TEORI SASTRA BANDINGAN Istilah sastra bandingan berasal dari terjemahan Bahasa Inggris Comparative Literature, dan Bahasa Perancis La Litterature Comparee. Dalam sejarahnya dikatakan bahwa

description

Buku dari Suripan

Transcript of Paper Suripan Jadi

Ringkasan Materi

MERAMBAH MATAHARI (Sastra dalam Perbandingan)Suripan Sadi Hutomo

1. Pengantar

Sastra merupakan sebuah cabang ilmu yang berkembang dan hidup di tengah-tengah masyarakat. Keberadaannya muncul dan dipertahankan oleh masyarakat tersebut juga. Sastra dikatakan berhubungan dengan masyarakat karena sebagian besar permasalahan yang disajikan oleh penulis adalah berupa permasalahan sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Permasalahan tersebut dapat berhubungan erat dengan perekonomian, kebudayaan, keadaan psikologis individu manusia, dan lain-lain, oleh sebab itu tidak mengherankan jika sebagian karya sastra memiliki persamaan. Berasal dari penulis yang berbeda, membuat karya sastra tersebut memiliki perbedaan dari karya sastra yang lainnya. Unsur dari karya sastra tersebutlah yang kemudian dijadikan para penulis untuk membandingkannya dengan karya sastra penulis lain. Bermacam-macam tujuan dilakukakannya pembandingan karya sastra inilah yang harus diawasi, karena tidak sedikit pembandingan karya sastra yang dilakukan untuk menjatuhkan karya sastra atas karya sastra lainnya. Pembandingan karya sastra dilakukan pada karya sastra yang memiliki banyak perbedaan, dari hasil pembandingan inilah akan diketahui sebuah kualitas karya sastra. Melalui kajian sastra bandingan ini juga dapat diketahui pengaruh sebuah karya sastra atas karya sastra lainnya. 2. Isi

SEJARAH DAN TEORI SASTRA BANDINGAN Istilah sastra bandingan berasal dari terjemahan Bahasa Inggris Comparative Literature, dan Bahasa Perancis La Litterature Comparee. Dalam sejarahnya dikatakan bahwa sastra bandingan dibagi menjadi dua aliran, Aliran Lama atau Aliran Perancis yang menyatakan bahwa sastra bandingan adalah pembandingan sastra secara sistematis dari negara yang berlainan. Sastra bandingan di Perancis dipelopori oleh beberapa tokoh, yaiku Fernand Baldensperger, Jean-Marie Carre, Paul van Tieghem, dan Marius-Francois Guyard. Selanjutnya adalah Aliran Baru atau Aliran Amerika. Aliran ini menyatakan bahwa sastra bandingan bukan hanya pembandingan sastra secara sistematis dari negara yang berlainan, tetapi juga membandingkan sastra dengan cabang ilmu lainnya.

Keberadaan sastra bandingan tidak bisa dipisahkan dengan sastra dunia dan sastra umum. Seperti dikatakan diatas bahwa sastra bandingan adalah ilmu atau proses pembandingan karya sastra yang satu dengan yang lain. Sastra dunia adalah sastra nasional yang diberi peluang meletakkan dirinya dalam lingkungan sastra dengan fungsi dan kriteria yang sejajar dengan sastra nasional bangsa lain didunia. Sastra umum seringkali sulit dibedakan dengan sastra bandingan, karena keduanya berdasarkan pada letak geofrafis, pembedanya adalah sastra umum merupakan penggunaan bahasa yang serupa sekurang-kurangnya satu rumpun.

Studi sastra bandingan dalam kaitan sastra nasional adalah membandingkan: (1) dua sastra dari dua negara dengan dua bahasa berbeda, (2) dua karya dari negara berbeda dengan bahasa yang sama, (3) karya awal pengarang di negara asalnya dengan karyanya setelah menjadi warga negara lain, dan lain-lain.

Studi sastra bandingan berlandaskan pada efinitas, tradisi, dan pengaruh. Afinitas dalam ilmu bahasa diartikan sebagai unsur-unsur sama pada dua atau beberapa bahasa karena bahasa-bahasa itu diturunkan dari dari suatu bahasa leluhur yang sama. Tradisi merupakan unsur yang berkaitan dengan kesejarahan penciptaan karya sastra. Istilah pengaruh sarat dengan nada negatif, namun pada hal penciptaan sebuah karangan , kata pengaruh berarti sebuah karya telah dipengaruhi oleh alam sekitar (masyarakat, kebudayaan, bahasa, dll). SEKILAS SASTRA BANDINGAN DI INDONESIA

Sastra bandingan di Indonesia dibagi menjadi 3 bagian yaitu kaitan studi filologi, hubungan sastra lisan, dan sastra bandingan tulis. Sastra bandingan kaitan filologi berhubungan dengan naskah lama yang berupa karya sastra. Kedua hubungan sastra lisan. Dalam hal ini contoh pembandingannya adalah dengan pembandingan dongeng-dongeng antar daerah, maupun dongeng Indonesia dengan luar negeri. Ketiga adalah sastra bandingan tulis, atau yang dikenal dengan sastra bandingan modern. Praktek bagian sastra ini tampak pada kritik-mengkritik sastra, tujuannya sering disalah gunakan yaitu menjatuhkan karya satu atas karya lainnya. KARYA SASTRA DALAM KAJIAN PEMBANDINGAN

Studi sastra bandingan bukan hanya membandingkan karya semata, namun juga menelisik sejauh mana sebuah karya mempengaruhi karya lainnya. Beberapa sastrawan Indonesia buktinya mampu memberikan pengaruh yang sedemikian besar pada karya penulis dari negara tetangga, Malaysia. Sastrawan yang juga penulis tersebut adalah penulis unggulan Chairil Anwar dan Willibrodus Surendra Broto, yang lebih dikenal dengan Rendra. Chairil Anwar diketahui pengaruhnya melalui teknik persajakannya, beberapa penulis Malaysia yang terpengaruh adalah Usman Awang, dan Masuri S.N. Selanjutnya pengaruh Rendra pada karya sastra Malaysia adalah melalui sajaknya yang berjudul balada. Beberapa penulis bergenre balada yang terpengaruh adalah Mansor Ahmad S., Firdaus Abdullah, Chan Khun Ning, dan lain-lain.

Noveau Roman di Malaysia

Dalam Bahasa Indonesia noveau roman, dikenal dengan sebutan novel baru. Noveau roman merupakan cara pengarang yang mementingkan penulisan cerita daripada falsafah atau ceritanya sendiri. Ciri-ciri noveau roman secara umum digambarkan tidak terlalu berbeda dengan karya lainnya. PERKENALAN DENGAN PUISI MAHUA MODERN

Istilah Mahua berasal dari kata Ma (singkatan Malaya) dan Hua (singkatan Tionghua) jadi mahua berarti orang-orang Tionghua di Malaya (meliputi Singapura dan Malaysia). Maka Sastra Mahua adalah kesastraan hasil karya orang Tionghua, yang tinggal di Singapura dan Malaysia, berbahasa Tionghua. Ada beberapa pendapat tentang asal-usul kesusastraan Mahua Modern yaitu yang pertama kesusastraan Mahua baru muncul sesudah tahun 1925. Kurang lebih pada tahun itu terdapat karangan yang termuat di dalam rubrik sastra surat kabar tahun 1919, tetapi ada beberapa yang tidak menyetujuinya. Pendapat kedua berpendapat menurut peristiwa sejarah yang bermula pada tahun 1931, sebab pada tahun itu banyak pujangga dari Tiongkok pindah menuju Singapura. Dan pendapat terakhir yaitu berasal dari Goh Thean Chye, di dalam makalahnya dikatakan bahwa kesusastraan Mahua modern timbul pada tahun 1919 setelah Pergerakan Sastra Baru Tiongkok.

Pada generasi berikutnya, para penyair Mahua, tak hanya banyak bicara tetapi benar-benar menyatu dengan tanah airnya. Mereka tinggalkan bahasa Tinghoa dan dengan sungguh-sungguh menulis dengan bahasa Melayu. Dari puisi Mahua modern kita dapat tahu bahwa jiwa pedagang tidak begitu terlihat tetapi yang terlihat adalah jiwa kemanusiaan. Oleh karena itu, kesusastraan adalah sarana paling tepat untuk mengenal kemanusiaan.

EPIGRAM DALAM PUISI MALAYSIA

Epigram adalah sajak pendek, tetapi tidak semua sajak pendek adalah epigram. Berikut adalah beberapa wujud puisi epigram dalam puisi Malaysia yang dikarang oleh FirdausAbdullah.

KOMANDO

bahawa kau telah dipertunangkan

dengan maut

dan berbulan madu sebelum

nikah

dengan keyakinan

DARAH

merahnya suara rahsia

yang tak pernah terucapkan

dan alangkah lunaknya

kulit-kulit yang melindungkan

Dari contoh di atas terlihat bahwa penyair Malaysia menyukai sajak yang tersusun empat baris dan memiliki isi di masing-masing baris. Memahami sebuah epigram tidaklah sulit jika kita mengaitkan isi sajak satu dengan isi sajak yang lain.

SHAHNON AHMAD, TOKOH SASTRA MALAYSIA MODERN

Shahnon Ahmad yang lahir di kampung Banggul Derdap adalah seorang kritikus cerita pendek Malaysia modern yang saat ini sangat berpengaruh. Sebenarnya, Shahnon Ahmad bukanlah pandai mengkritik saja, akan tetapi ia juga seorang penulis karya cerita pendek dan penulis novel. Ia mulai menulis cerita pendek sejak tahun 1956. Cerita pendeknya banyak dipublish dalam surat kabar dan majalah sekitar tahun 1959 hingga 1962. Diatas juga dikatakan bahwa Shahnon Ahmad juga menjadi penulis novel yaitu antara tahun 1965-1969 yang telah menerbitkan enam buah novel.

BAHA ZAIN, PENYAIR MALAYSIA TERKEMUKA

Baha Zain atau nama lengkapnya Baharuddin Zainal, baru-baru ini telah menerima penghargaan hadiah sastra dari Asia Tenggara yang mewakili Negara Malaysia. Penyair ini di negaranya pernah menerima hadiah sastra untuk esai dan kritik serta sajak-sajaknya. Ia telah menulis beberapa karya sastra yang berhubungan dengan sastra Malaysia klasik. Salah satu karyanya yang terkenal yaitu yang berjudul Perempuan dan Bayang-Bayang.

Kumpulan sajak Baha Zain terdiri atas tiga bagian, masing-masing bagian bernama Lahir dalam kegelisahan, Mencari bersama udara, Bertemu dalam cinta. Sajak-sajak tersebut ditulis secara berurutan yaitu dari tahun 1969 sampai dengan tahun 1973.

Dari segi bentuk, susunan pembaitan, Baha Zain banyak melakukan percobaan-percobaan bentuk. Tujuannya tak lain ialah ia ingin memperbarui persajakan Malaysia. Ia telah jenuh dengan persajakan yang bersifat cenderung tradisional. Dalam awal bukunya, Baha Zain mengatakan bahwa puisi itu merupakan eksistensi pribadi yang berkembang. Perkembangan berupa beraneka ragam warna, bentuk, dan gaya.

USTAZ: NOVEL PUITIS YANG ISLAMI

Pengarang novel Ustaz, S. Othman Kelantan telah menarik perhatian penulis melalui novelnya Angin Timur LAut. Sebagai pengarang S.Othman Kelantan mempunyai gaya yang menarik, mempribadi, dan unggul. Dan yang menyebabkan kemunculan novel Ustaz segera mendapat perhatian banyak orang.

Menurut penulis novel Ustaz merupakan novel yang menarik dari segi sastra Islam, yang di Indonesia sangat langka keberadaannya dan juga menurut penulis mempunyai teori pendekatan Melayu Islam yang oleh masyrakat Melayu sendiri kurang dirasakans kehadirannya.

Seperti yang tampak dalam sisi kanan perkataan dan yang banyak disebutkan pada nocel Ustaz dan juga berfungsi sebagai tanda penghubung menunjukkan bahwa novel tersebut terdapat cinta dunia Melayu modern pengarangnya. Citra itu adalah citra Islami, citra pedagogis, yang dalam kebangkitan Islam masa kini ia tidak ketinggalan zaman dan ia merupakan garda depan dalam pemasyarakatan Islam, atau dalam sosialisasi Islam. Sastra Islam sejati, kapan dan di manapun juga, ia selalu bersifat pedagogis, menuntun moral menuju kebaikan.

Begitulah novel Ustaz karanga S. Othman Kelantan yang menurut penulis tetap menarik di berbagai segi. Di Indonesia, novel semacam ini sulit diperoleh. Sebagai novel yang islami, novel Ustaz mengandung juga beberapa hal yang berhubungan dengan dakwah, dan bahkan juga kritik sosial bagi masyarakat Islam.

KEHIDUPAN SASTRA MELAYU DI SERAWAK

Serawak adalah Negara bagian Malaysia. Bertepat di pulau Kalimantan dan mempunyai Ibu Kota bernama Kucing. Mayoritas di daerah ini menggunakan bahasa resmi, dan akan diberlakukan bahasa Melayu pada tahun 1986. Dan sastra dianggap berperan dalam pergerakan tersebut.

Sejak tahun 1980 sudah dimulai penggalakan kehidupan sastra di Serawak dengan cara diselenggarakan Bengkel Penulisan Kreatif. Bengkel ini meliputi berbagai kegiatan yang berhubungan dengan bidang sastra. Dan bengkel penulisan novel diselenggarakan pada tanggal 15-21 April 1984. Dari kegiatan di bengkel ini telah mengahsilkan banyak novel.

Seperti halnya di Negara lain bagian Malaysia, di Negeri Serawak juga terdapat organisasi pengarang yang bernama Gabungan Persatuan Penulis Serawak. Organisasi ini pernah mengadakan Hari Puisi Nasional 1984 di Kucing.

BERKENALAN DENGAN NOVEL MELAYU MELATI SERAWAK

Novel tersebut merukapak karya sastra yang penting karena dianggap sebagai novel Melayu pertama yang ditulis orang di Serawak. Penulis novel tersebut bernama Muhammad Rakawi bin Yusuf. Terbit pertama kali pada tahun 1932 di Kucing dalam tulisan Jawi (Tulisan Arab Melayu). Novel tersebut berisi tentang Harun, anak Pak Noraldin( seorang Building Contractor) yang jatuh cinta dengan Aminah (Melati Serawak), anak Pak Jalil (orang kaya di Kucing). Pada mulanya Aminah menyambut cinta Harun, akan tetapi di luar pengetahuan harun, Aminah juga bermain cinta dengan Omar (saudagar). Hal ini tidak mengherankan, sebab Aminah adalah seorang pemain gendang perempuan yang terkenal..

Di dalam novel tersebut mempunyai gaya bercerita yang amat menarik, sebab pengarang mencoba menarik minat pembacanya dengan cara tidak langsung mengenalkan nama-nama pelaku cerita dan menundanya. Dengan maksud agar pembaca meneruskan bacaannya.

Di dalam novel ini banyak sekali terdapat pantun, syair dan gurindam. Adanya hal ini menunjukkan bahwa pengarang mengikuti konvensi sastra pada zamannya. Dalam pemakaian bahasa novel Melati Sarawak banyak menggunakan bahasa Inggris. Sebab pada waktu itu Sarawak masih dijajah oleh Inggris.

Fungsi novel ini adalah mengubah keadaan masyrakat dan merupakan sasaran kritik dalam novel tersebut yang lebih kepada masalah kemasyarakatan. Dalam hal ini gendang perempuan adalah kesenian yang dinilai merusak kehidupan Melayu di Sarawak.

WANITA DAN WANITA DALAM SASTRA SARAWAK

Masalah wanita( citra wanita dalam fiksi) dalam sastra Malaysia (Melayu), sebenarnya telah mendapat perhatian orang. Salah satu contohnya adalah Mohamad Daud Mohamad di dalam artikel berjudul Wanita dan Minda Pengarang dan Kepengarangan Melayu. Pandangan Mohamad Daud Mohamad dalam artikel tersebut pandangan orang dalam, pandangan emik, tau pandangan pemilik sastra Melayu. Pendapatnya dalam karya sastra yang ditulis oleh wanita itu para wanita yang ditempatkan sebagai kaum yang sabar, patuh kepada agama, orang tua, suami.

KEHIDUPAN SASTRA DI SABAH, MALAYSIA

Sabah adalah salah satu dari 13 negara bagian Malaysia. Negara bagian ini kini dilanda oleh krisis politik. Karenanya, Negara bagian ini kini banyak diberitakan oleh surat kabar dan majalah di Indonesia. Dan berita yang menarik mengenai peranan kehidupan sastra di Sabah. Dan ini memberikan kesan seolah-olah peran sastra kurang dalam kehidupan berbangsa.

Bila terjun lebih jauh sebenarnya peran sastra sangat besar di dalam masyarakat, baik berupa sastra tulis maupun sastra lisan. Hanya saja sastra seperti ini tidak banyak dikenal orang baik di Malaysia apalagi di Indonesia. Perkembangan puisi disana kurang diperhatikan oleh pengkritik sastra di Semenanjung.

Untungnya ada seorang kritikus yang mempunyai andil besar akan keberadaan sastra di Sabah. Dia menyusun sebuah antologi puisi para penyair Sabah yang berjudul Gema Lembah Kinabalu (1982). Novel pertama dari Sabah ditulis oleh pengarang yang berasal dari Indonesia dan berjudul Nafas yang Hampir Putus (1975). Novel yang bercerita tentang konflik yang terjadi di dalam jiwa awah (pelaku Novel) di dalam mencari keyakinan antara kepercayaan kepada sihir dan kepercayaan kepada Tuhan.

Bila keadaan sastra di Sabah ini dibandingkan dengan keadaan sastra di Indonesia tentu saja banyak perbedaan. Kita tidak bisa menilai dari sudut pandangan sastra Indonesia karena setiap tempat sastra memiliki fungsi yang berbeda.

PUISI-PUISI NUSANTARA

Pengertian Nusantara yang terdapat pada buku Puisi-Puisi Nusantara adalah pengertian kebudayaan dalam arti yang luas dan bukan dalam pengertian politik. Buku ini berisi 172 sajak yang ditulis oleh 98 orang penyair dari Negara Malaysia, Indonesia, Singapura, Brunei. Adapaun isi dari sajak tersebut adalah tentang merekam pandangan, cita-cita dan kehalusan rasa manusia Nusantara, yang selama ratusan tahu terpisah oleh batas-batas politik akibat penjajahan bangsa Barat.

Bila dibandingkan sajak-sajak penyair Indonesia dengan sajak penyair dari Malaysia, Singapura, dan Brunei maka akan tampak bahwa sajak penyair dari ketiga Negara tersebut masih setaraf dengan gaya ekspresi Angkatan Pujangga Baru.

MASURI S.N., PIONIR PERSAJAKAN SINGAPURA MODERN

Masuri S.N., adalah seorang tokoh sastra Singapura. Dalam dunia sastra ia adalah seorang pendiri ASAS 50 (Angkatan Sastrawan 1950) di Singapura yang lahir pada bulan Agustus tahun 1950. Selanjutnya, pada tahun 1958, ia bersama penyair lain mendirikan Penyair-penyair angkatan 50 ia dipandang orang sebagai salah seorang pioner persajakan Malaya umumnya dan Singapura khususnya.

Pada mulanya sajak-sajak Masuri S.N. sangat dipengaruhi oleh sajak-sajak Pujangga Baru di Indonesia. Selain menulis sajak ternyata Masuri S.N. juga menulis cerita pendek dan telaah sastra.

ADAKAH PENGARUH CHAIRIL ANWAR PADA PUISI BRUNEI?

Menurut sejarahnya, puisi Brunei modern itu usianya lebih muda dibanding puisi Malaysia modern apalagi bila dibandingkan dengan puisi Indonesia modern. Menurut pengakuan beberapa penyair Malaysia yang dulu tergabung dengan kelompok Angkatan 50 mereka belajar mengarang puisi itu pada mulanya dari para penyair Indonesia. Yang pertama dipelopori oleh Sutan Takdir Alisjahbana, sedangkan yang kedua dipelopori oleh Chairil Anwar. Oleh karena itu tidak mengherankan kita apabila banyak dijumpai pengaruh sastra Indonesia, baik disadari atau bukan, pada awal perkembangan sastra di Malaysia.

Puisi Brunei Modern yang mempunyai perbedaan sangat jauh dengan puisi Malaysia terlebih dengan puisi Indonesia. Para penyair Brunei yang lebih menonjolkan pemahaman dengan lingkungan khusus Brunei. Hanya pembaca asal Brunei yang dapat mengerti istilah, peribahasan, dan ungkapan yang berasal dari puisi Brunei. Salah satu contohnya adalah puisi berjudul Malam Perpisahan.

Puisi malam perpisahan ini diciptakan pada tanggal 14 September 1960 itu berstukstur seperti soneta, yatu terdiri dari 14 baris dengan pembagian bait: I (berisi 4 baris), II (berisi 4 baris), III (berisi 3 baris), dan IV (berisi 3 baris). Berpuluh-puluh puisi di Brunei modern terpengaruh oleh puisi Chairil Anwar dan dilihat dari sejarahnya terpengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung. Yang langsung ialah para penyair Brunei langsung membaca puisis Chairil. Secara tidak langsung ialah para penyair Brunei membaca puisi penyair-penyair Malaysia yang kena pengaruh puisi Chairil. Jika pengaruh ini ada bukanlah berrti bahwa puisi Brunei itu rendah mutunya dari pada puisi dari Indonesia, yang jelas kontak itu telah terjadi pula peristiwa memberi dan menerima.

SAJAK CHAIRIL DALAM TERJEMAHAN Dr. LIAW YOCK-FANG

Buku The Complete Poems of Chairil Anwar adalah buku kumpulan sajak Chairil Anwar dalam dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahsa Inggris. Redaksi sajak-sajak Chairil Anwar dari satu buku ke buku yang lain selalu mengandung perbedaan-perbedaan dan akan menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda pula. Alangkah baiknya jika buku The Complete Poems of Chairil Anwar ini disertai sebuah pengantar pertanggungjawaban mengenai pemilihan sajak-sajak yang diterjemahkan. Dengan demikian tidak menyesatkan orang dalam mendalami sajak-sajak Chairil Anwar.

Jika kita bandingkan dua redaksi sajak-sajak Chairil Anwar dan terjemahan Dr. Liaw Yock-Fang banyak sekali perbedaannya. Baik dari segi pembaitan maupun dari segi pembarisan. Selain itu juga perbedaan dalam segi penulisan kata-kata. Dari segi linguistik, dari segi penafsiran isi sajak, tentulah akan mempunyai perbedaan makna. Apa lagi dari segi pemakaian lambang-lambang. Mengingat dari keadaan tersebut, yaitu mengingat banyak perbedaan kedua sajak tersebut. Maka tidaklah salah jika orang menganggap bahwa sajak tersebut adalah dua sajak dan bukan satu sajak. Demikian juga dengan sajak-sajak yang lain. Perkataan complete yang terdapat dalam tersebut sebetulnya bukan bermakna komplit yang sebenar-benarnya.

SASTRA MELAYU DI BRUNEI

Asal Mula Sastra Brunei

Pada tahun 1940-an terbit karya sastra berjudul Shaer Rakis (terdiri dari: 12 bab, termasuk bab pendahuluan, 34 bait) karangan Pengiran Shahbander Mohammad Salleh. Ditulis dalam bentuk sair, berstruktur empat baris dengan sajak aaaa tiap akhir baris, dia dianggap sebagai titik tolak sastra Melayu Brunei modern. Dalam bahasa Melayu dialek Brunei, perkataan rekis berarti: perjanjian, permintaan dan fasal. Setelah Shaer Rakis, pertumbuhan dan perkembangan Sastra Melayu Brunei banyak ditemukan oleh majalah dan surat kabar.

Puisi Melayu Brunei

Menurut sejarahnya puisi Melayu Brunei modern sudah ditulis oleh orang dalam tahun 30-an. Puisi ini baru tampak perkembangannya sejak tahun 1946. Pada tahun 1950-an, perkembangan itu lebih kentara lagi manakala terbit surat kabar mingguan Salam. sebab kabar ini menyelenggarakan kabar rubrik kesusastraan. Muncul beberapa nama penyair yang patut dikemukakan. Meraka itu adalah: Yura Haim atau Pangiran Haji Mohd dan masih banyak yang lainnya.

Pada mulanya para penyair Brunei itu menulis tentang masalah diri mereka sendiri, kisah remaja, keindahan alam, cinta kepada Tuhan, dan lain-lain. Kemudian setapak demi setapak mereka menulis tentang nasib bangsa, agama, pelajaran, peperangan, keadilan, perdamaian dan politik. Sajak-sajaknya berbentuk antologi maupun dalam bentuk terbitan perseorangan. Yang termasuk antologi adalah: Sajak-sajak Darussalam (1979); Lagu Hari Depan (1980), Laungan (1963) dan masih banyak yang lainnya sedangkan terbitan perseorangan adalah Akhirnya Aku Jadi Seorang Perindu (1980) dan lain-lain. Sajak-sajak penyair Brunei kebanyakan masih bergaya angkatan Pujangga Baru di Indonesia.

Cerita Pendek Melayu Brunei

Periode awal cerita pendek Brunei ditulis orang sekitar tahun 1932-1942. Para pengarangnya adalah: H.M Salleh, Sekumar Hayat,Yara Halim dan Nun Ain Lam semua adalah nama samaran. Pada tahun 1980-an para pengarang cerita pendek di Brunei adalah: Ardi Marhaen, Sowal Rijab dan lain-lain. Mulanya para penulis cerita itu menulis tentang persoalan diri sendiri; cinta dan kasih sayang; kisah masyarakat setempat; dan lain-lain. Cerita pendek telah ada yang berbentuk buku dan berbentuk antologi.

Novel dan Drama Brunei

Sebenarnya penulis novel di Brunei sudah ada sejak tahun 1951, yaitu dengan terbitnya novel yang berjudul Bendahara Menjadi Sultan atau Mahkota Yang Berdarah karangan Yura Halim. Seperti halnya novel, drama juga tidak berkembang. Naskah-naskah drama yang baik belum ada yang terbit. Itulah sebabnya sejak 1971. ASTERAWANI, yaitu sbuah organisasi pengarang di Brunei, mengadakan syembara menulis skrip drama dan mengadakan bengkel penulisan skrip drama.

CINTA TANAH AIR DAN BANGSA DALAM PUISI BRUNEI

Masalah cinta bangsa pada tanah air dalam puisi Brunei itu merupakan salah satu tema puisis Brunei dewasa ini, yaitu yang menyangkut masalah nasib bangsa. Maksud puisi Bangsaku tak perlu diterang-jelaskan lagi sebab bahasa puisi ini mudah diikuti. Diksinya sedehana seperti halnya puisi ciptaan para penyair Brunai bila diteropong kacamata puisi Indonesia. Akan tetapi tidak demikianlah halnya di Brunei. Puisi yang demikian itu termasuk puisi yang berhasil. ini bisa dimaklumi karena Brunei basu menapak dunia penciptaan sastra modern.

MENGERLING BEBERAPA NOVEL THAILAND

Di Thailand, seperti halnya di Filipina dan Malaysia, di negara ini banyak pengarang yang menulis puisi, cerita pendek novel dan drama. Novel-novel Thailand umumnya ditulis dalam bahasa Thai dan dalam bahasa inggris. Mengenai isinya, novel-novel Thailand banyak menggurui dan para pelakunya adalah para pembawa ide. Dengan demikian itu novel-novel ini merupakan novel-novel bertendens. Seperti novel Naajamphopatiwad pada tahun 1975. Novel pertama terbit pada tahun 1953, novel kedua terbit tahun 1950, novel ketiga terdiri dari dua bagian yaitu bagian pertama tahun 1955 dan yang kedua tahun 1957.

PENYAIR DAN KEPENYAIRAN PILIPINA

Di Filipina berkembang dua bahasa puisi yaitu bahasa Inggris dan bahasa Filipina. Yang bergerak pada puisi ini dibagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok yang enimba sumber-sumber inspirasinya dari kultur barat, dan kelompok yang menimba inspirasinya dari kultur tradisisonal Filipina.

Perkembangan puisi di Filipina, baik dala bahasa Inggris maaupun dalam bahasa Filipina, tak pernah berhenti. Penyaipenyair baru selalu muncul dan memberi keyakinan bahwa kepenyairan mereka tidaklah kayu gabus yang mengapung di sungai. Puisi Filipina dalam bahasa Inggris adalah anak kandug dari perguruan tinggi. Penyair tua menguasai kursi-kursi profesional dalam perguruan tinggi sedangkan muridnya yang penyair-penyair muda menulis dalam berkala di universitas atau sesekali muncul di majalah.

Selain terdapatnya kontras antara dunia perguruan tinggi dan dunia kepenyairan maka di Filipina terdapat juga kontras antara dunia kewartawanan dan penyairan. Penyair di Filipina yaitu Teo S. Baylen, C.C Marques dan lain sebagainya, dan ada pula yang menulis dalam dua bahasa yaitu bahasa Inggris dan bahasa Filipina seperti C.M Vega dan E. San Juan dan masih banyak yang lainnya.

MENGERLNG SASTRA BELANDA SEJENAK

Pembaca di Indonesia disuguhi oleh terjemahan sastra Belanda mengenani beberapa sastra Belanda, karya sastra itu umumnya berbentuk novel. Membaca karya terjemahan, sebetulnya, untuk mengenal suasana yang sesungguhnya \, tentulah kurang kena. Yang paling kena adalah membaca karya itu dalam bahasa aslinya, yaitu bahasa Belanda tapi sayang generasi muda kurang fasih menguasai bahasa Belanda.

Diciptakannya organisasi di Belanda adalah bertujuan meningkatkan setudi serta pengajaran bahasa dan kasusastraan, sejarah dan sejarah kebudayaan Belanda di perguruan tinggi di luar negri Belanda. Belanda kelihatannya maju tapi masih belum puas dengan semua itu dan yang menengok ke belakang, itulah sebabnya penyair muda membaca kembali yang lama-lama dan kumpulan sajak Marsman terpaksa diterbitkan kembali.

PUISI MENDEKATI AKHIR ABAD 20

Pada tanggal 17-23 Oktober 1982 diadakannya pertemuan pengarang internasional yang dihadiri 64 orang dan berbincang-bincang tentang sajak (puisi). Dalam pertemuan itu menghilangkan perbedaan warna kulit dan terpaksa dibagi menjadi empat kelompok: (1) kelompokbahasa Inggris, (2) kelompok bahasa Prancis, (3) kelompok bahasa Rusia, (4) kelompok bahasa Serbo-Kroasia.

Apabila penyair hanya menulis sajak untuk mengelitir orang yang paham akan sajak-sajaknya belaka, maka bagaimana mungkin sajak mendapat pembaca yang banyak, sehinga susah dipahami oleh kalangan semua orang karena bahasa yang digunakan terlalu susah. Oleh karena itu Ton Obrestad mengajukan pendapat: sajak hendaklah ditulis dengan bahasa yang mudah dan apa yang diungkpakan itu disenangi dan dipahami oleh orang banyak. Dengan cara begitu maka penyair dapat berkomunikasi dengan masyarakat.

TASLIM ASLI BELUM MEMENUHI JANJINYA

Pada tahun 1952 di tanah air terbit sebuah buku antopologi sajak-sajak terjemahan karya penyairluar negri. Jilid kedua tahun 1953 penyusunnya M Taslim Ali, penerbitnya Balai Pustaka, Jakarta. Menurut Wing Kardjo yang menerjemahkan sajak-sajak puisi Prancis modern: Amat sering dikatakan orang bahwa puisi ialah yang hilang dalam terjemahan atau lebih gamblang lagi: puisi ialah puisi yang tidak bisa diterjemahkan. Ia juga berkata lagi ...puisi terjemahan bukan saja dicampuri, dinodai atau dilunturkan keasliannya oleh si penerjemah, tetapi oleh struktur dan sekian sifat-sifat lain bahasa yang dipergunakan untuk menterjemahkannya. Dalam kata pengantar M. Taslim Ali mengatakan bahwa yang mendorong untuk mendorong untuk menyusun antropologi puisi dunia itu karena adanya kepincangan-kepincangan pada jaman sebelumnya perang dalam perkenalan dengan kesusastraan Barat.

Dari keterangan ini taulah bahwa Puisi Dunia jili I dan II akan disusul jilid IIIyang akan memuat puisi bangsa-bangsa bewarna. Akan tetapi sampai sekarang bukunya belum terbit yang menjadikan ini sebagai belum memenuhi janjinya. Memang benar apa yang dikatakan oleh Kartojo Andangdjaja. Oleh karen itu setelah terbitnya Kubur Terhormat... kita tetap menunggu hadirnya kumpulan sajak yang baru, sajak-sajak terjemahan dari bangsa lain.

PUISI INDONESIA DALAM BAHASA INGGRIS

Baik karangan Sanusi Pane maupun Suwarsih Djojopuspita tidak mengherankan pada tahun 1928, 1930, dan 1940, bahasa Belanda masih dipergunakan sebagai alat komunikasi di Indonesia. Dianggap sebagai bahasa resmi, walaupun pada tahun 1928, tepatnya tgl. 28 Oktober 1928, dicetuskan Sumpah Pemuda. Karangan-karangan yang berbahasa Belanda tidak dianggap sebagai sastra Indonesia. Karanga-karangan ini malah ada yang mengategorikan sebagai sastra Belanda sebab ditulus dalam bahasa Belanda. Timbulnya karangan yang berbahasa Inggris yang ditulis oleh generasi muda masa kini belum diperhatikan, karangan ini berbentuk cerita pendek, artikel sastra maupun puisi. Oleh karena itu, yang menentukan karya sastra itu disebut karya sastra indonesia, yang paling penting adalah sikap kita terhadap tanah tumpah darah ini, yaitu sikap para pengarang itu sendiri. Tapi celakanya, sikap ini tidak mudah diukur. Puisi Indonesia dalam abahasa Inggris adalah milik kita.

SEBUAH KUMPULAN PUISI JAWA TERBIT DI SURINAME

Dalam sejarahnya bangsa Indonesia yang berasal dari Jawa yang dibawa oleh bangsa Belanda antara tahun 1890 sampai tahun 1939 dan jumlahnya 32.956 orang. Dalam perkembangannya orang-orang Jawa di Suriname itu lupa akan bahasa leluhurnya, kalau ingat bahasanya menyimpang dari bahasa leluhurnya. Itulah sebabnya lalu timbul istilah bahasa Jawa-Suriname.

Guritan-guritan merupak guritan lisan, maka tak mengherankan guritan tersebut dapat dinyanyikan.tidak mengherangkan jika struktur guritan tersebut masih terikat pada puisi puisi sastra ludruk.

PENGARUH TIMBAL BALIK SASTRA MELAYU (INDONESIA) DENGAN SASTRA JAWA

Sastra Jawa diperkaya oleh unsur-unsur sastra Indonesia, dan sebaliknya sastra Indonesia diperkaya oleh unsur-unsur sastra Jawa. Dengan demikian lain, ada pengaruh timbal balik antara sastra Jawa dan Indonesia. Dan pengaruh timbal balik itu lebih diperkaya lagi oleh beberapa pengrang asal Jawa yang mencoba menggali unsur-unsur sastra Jawa untuk memberi darah sastra Indonesia, walaupun mereka tak pernah mengarang dalam bahasa Jawa.

Pengaruh Sstra Indonesia Pada Sstra Jawa

Sastra Jawa modern adalah sastra majalah atau sastra koran artinya sastra ini hanya hidup dan berkembang dalam majalah dan koran. Tidak benar jika dikatakan apabila dikatakan sastra Jawa itu mengorbankan semangat kedaerahan. Pengarang Jawa adalah pengarang Indonesia juga. Dalam hubungan ini dikatakan bahwa sastra Jawa termasuk salah satu pelengkap sastra Indonesia.

Beberpa pendapat mengatakan yang bisa diterima adalah: kelahiran sastra Jawa modern itu pada tahun 1920, yaitu pada saat terbitnya buku karangan R.M Sulardiyaitu yang berjudul Serat Riyanto. Dan apa yang dikatakan roman panglipur wuyung dan cerita silat Jawa serta cerita detektif adanya cerita roman dipengaruhi dari roman picisan, cerita silat dan cerita detektif bahasa Indonesia.

Apa yang dinamakan cerita pendek yang munculnya sesudah novel adalah juga hal baru dalam sastra Jawa. Novel dan cerita pendek mendapat tempat dalam masyarakat sastra Jawa, sedangkan puisi tidak mempunyai peminat. Adapun pengaruh puisi Pujangga Baru tampak menonjol dalam sajak-sajak karangannya Intojo. Intojo ialah oyang pertama yang memperkenalkan soneta dalam sastra Jawamodern. Selain soneta pengaruh Pujangga Baru pada sastra Jawa modern pada awal pertumbuhannya adalah cara pengaturan pembaitan dan persajakan akhir.

Konsekuensi Ismaniasita mengakibatkan penggunaan kata-kata bahasa Kawi atau tidak sama sekali digunakan dalam karangan. Memang angkatan Ismaniasita adalah angkatan yang mencoba melepaskan diri dari tradisi, sehingga diantara karya-karya mereka, terutama puisi, tidak dimengerti sastra Jawa.

Banyak pembaca sastra Jawa yang tidak menyetujuhi adanya kritik. Kritik dipandang sebagai perbuatan yang kurang sopan. Kalaupun ada kritik muncul, diharapkan kritik itu seperti punakawan. Dalam kritik tersebut, yang kena kritik tidak marah, dan malah ikut tertawa. Itulah model kritik tradisi Jawa. Bila perlu kritik dinyanyikan seperti kidungan sandiwara ludruk. Pengaruh terkadang membawa kebaikan dan kegoncangan dalam masyarakat sastra Jawakhususnya maupun masyarakat Jawa umumnya.

Pengaruh Sastra Jawa Pada Sastra Indonesia

Pengaruh tampak pada pemakain kata-kata dan acara penyususnan kalimat. Dalam hubungan ini mereka banyak menganut pola bahasa Jawa dan banyak memasukkan kata-kata bahasa Jawa. Ada pula pengambilan bahan karangan dan penerapan pikiran dari khasanah sastra Jawa.

Dalam sastra Jawa lisan ada jenis sastra yang dinamakan tembang dolanan anak-anak. Bentuknya beraneka warna dan biasanya dilagukan dalm permainan. Kalimatnya sederhana dan isinya bersifat menghibur, berolok-olok dan terkadang mengandung kritik. Terkadang hanya tiruan bunyi saja, tanpa makna tapi perlu dihayati dan dirasakan. Penyair banyak memasukkan unsur dolanan dalam sajak-sajaknya.

Parikan, yang dalam sastra Melayu dinamakan pantun juga terlihat pengaruhnya dalam sastra Indonesia. Dalam sastra Jawa ada istilah sastra wayang, yaitu hasil yang bersangkut paut dengan wayang, baik secara lisan maupu tulis. Ada dalang, yaitu orang yang bertugas melakonkan cerita wayang untuk dinikmati oleh publik. Cerita biasanya dari Mahabarata dan Ramayanadan cerita carangan. Apa yang dinamakan sastra wayang teryata banyak mempengaruhi sastra Indonesia, setidaknya sebagai karangan yang diolah secara baru. Yang dinamakan suluk dalam pertunjukan wayang adalah nyanyian yang diucapkan dalang untuk memberi warna suasana dalam suatu adegan sedih, senang, tenang, damai, amarah, dan sebagainya. Karya sastra suluk umumnya ditulis dalam bentuk tembang macapat. Suluk juga berpengaruh dalam sastra Indonesia.

SULUK yaitu karya sastra Jawa yang pada umunya berasal dari jaman islam yang isinya membentangkan tasawuf atau ketuhanan dan basanya dalam bentuk tembang macapat. Cara penyajiannya yaitu seorang pengembara yang mencari ilmu ke-Tuhan-an yang bertemu dengan guru kemudian gurunya memberi wejangan tentang agamakepadanya.

Pengaruh suluk terhadap karya sastra Indonesia adakalanya berkembang menjadi sajak-sajak kebatinan. Sastra Jawa dan sastra Indonesia yang saling mengisi. Berjalan beriringan dan mengemban tugas yang sama yaitu demi keadilan dan kemanusiaan, serta demi kebudayaan Indonesia yang telah kita wujudkan.

CHAIRIL ANWAR DALAM PUISI JAWA MODERN

Hubungan antara sastra Indonesia dan sastra Jawa

Hubungan antara sastra Indonesia dan sastra Jawa tidaklah terjadi pada waktu indonesia merdeka, akan tetapi terjadi pada waktu Indonesia dijajah atau bahkan belum dijajah.banyak karya sastra yang disadur dalam bahasa Jawa, misalnya hikayat Amir Hamzah dalam bahsa Jawa dikenal dengan sebutan serat menak. Dalam penelitian lapangan, juga muncullah puisi yang disebut singir atau syair dalam bahasa Melayu yang bersajak a a a a. Puisi ini berkembang di pesantren namun tak dapat menghilangkan puisi tradisional Jawa yang ada yaitu tembang macapat.

Tembang macapat sudah mendarah daging di masyarakat Jawa. Tembang macapat berfungsi sebagai menuliskan karya sastra serta untuk mencatat peristiwa kehidupan sehari-hari. Ia mempunyai bermacam-macam jenis dan mempunyai nama tersendiri. Setiap tembang macapat mempunyai peraturan yang berbeda tiap tembangnya, diantaranya yaitu perwatakan, jumlah baris, jumlah suku kata tiap baris, persajakan tiap akhir baris dll.

Kira-kira pada awal tahun empat puluhan, puisi Jawa tradisional ini mulai ditinggalkan oleh penyair muda, mereka mulai menulis puisi modern. Hal ini disebabkan karena pengaruh angkatan pujangga baru. Dalam sastra Jawa modern dan sastra Indonesia, R. Intojo seorang penyair yang banyak memperkenalkan bentuk soneta, sehingga beliau dijuluki bapak soneta sastra Jawa modern. Pengaruh Angkatan Pujngga Baru pada puisi Jawa modern, bukan hanya pada soneta, tapi juga semangat juangnya, namun pada tahun lima puluhan pengaruh ini mulai berkurang.

Pada tahun lima puluhan tokoh Chairil Anwar sangatlah populer dalam kalangan penyair muda yang masih duduk dibangku sekolah. Mereka terpengaruh oleh sajak-sajak Chairil Anwar sehingga mereka tidak menyukai puisi Jawa tradisional dan Pujangga Baru. hal ini dikarenakan mereka berpendapat bahwa puisi Jawa modern harus bebas seperti halnya sajak-sajak Chairil Anwar. Timbulnya sajak-sajak Chairil Anwar dalam sastra Jawa modern menarik minat beberapa para aahli kebudayaan Jawa dan ada pro kontra.

Salah satu sebab dari dari ketidakpopuleran puisi Jawa modern dikalangan masyarakat karena puisinya sulit dimengerti dan dicerna isinya oleh masyarakat desa. Apalagi misi yang dibawa ini adalah pembaharuan kebudayaan yang bersumber pada kehidupan kota, sebagaimana Chairil Anwar.

PARIYEM DAN NAPISAH NASIB WANITA JAWA DI DESA?

Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1987, telah mencetak dan mengedarkan buku kumpulan cerita pendek yang berjudul perempuan. Penyuntingnya adalah Lucila V Hosillos, seorang guru besar sastra bandingan dari Univeritas Filipina, Manila. Isi dari bku tersebut yaitu tentang wanita bangsanya, yang terbelenggu oleh sistem tradisional dan istiadatnya. Namun, diantara wanita tersebut ada juga yang berupaya untuk menembus kungkungan tersebut dalam kerangka pergerakan wanita, tapi banyak usaha wanita yang kands di tengah jalan.

Nasib wanita desa di Jawa memang sangat menyedihkan. Penyair wanita Jawa, seorang guru SD yakni St, Iesmaniasita menulis sebuah sajak (puisi) yang mengharukan, menceritakan tentang wanita desa. Sastra adalah imitation of reality atau reflection of reality. Karya sastra adalah dunia rekaan, sehingga kebenaran dalam karya sastra harus dicocokan dengan kenyataan yang ada.

MANTRA JAWA DALAM PUISI INDONESIA MODERN

Girisa yaitu salah satu nama tembang gedhe atau tembang kawi dalam kasusastraan Jawa. aturan tembang Girisa yaitu :

1. Terdiri dari delapan gatra (baris)

2. Tiap gatra berisa delapan wanda (suku kata)

3. Tiap akhir baris berbunyi a

Tembang ini juga mempunyai watak nasehat, petuah yang mempunyai harapan agar petuah iku dikerjakan oleh pembaca atau pendengar. Menurut Prof. Teeuw dalam bukunya tergantung pada kata (1980) manterapun biasanya dan pada prinsipnya walaupun untuk manusia biasa makna itu sudah ditelan oleh fungsi keagamaannya sehingga maknanya tidak berfungsi secara normal. (hal 153).

Baris-baris girisa dikenal dalam sejarah sastra lisan Jawa adalah baris-baris mantram yang dimiliki oleh dalang. Bahasa mantra menurut Umar Junus yaitu bahasa mantra bersifat esoterik, yang tak mudah dipahami, tak punya arti, tak punya arti nominal. Bagi mantra, yang penting bukan orang yang memahaminya, tapi kenyataan sebagai sebuah mantra dan kemanjurannya.

SASTRA ALMANAK DALAM SASTRA INDONESIA DAN JAWA

Kata almanak berasal dari bahasa Arab yang berarti penanggalan. Dalam bahasa Jawa, sastra Jawa, sastra Jawa mendapat perhatian penerbit almanak, baik sebelum kemerdekaan maupun sesudah kemerdekaan. Almanak dalam bahasa Jawa maupun Indonesia biasanya berukuran 11,5 x 15,5 cm. Tebalnya minimum 300 halaman. Karya sastra Jawa dalam almanak misalnya seperti Serat Babad dalam bentuk macapat, cerita wayang dll. Karya sastra yang dimuat dalam almanak menitik beratkan pada pemuatan dan condong pada sastra lama daripada sastra modern, hal ini disebabkan karena karya sastra jawa lama lebih meresap dimasyarakat dibandingkan dengan karya sastra Jawa modern.

SITI NURBAYA -- DARI LISAN KE TULISAN DAN DARI TULISAN KE LISAN

Transformasi roman seperti Siti Nurbaya ke layar perak dan kemudian ke tradisi lisan banyak mendapat sorotan orang dalam surat kabar. Sorotan itu terbatas pada genre roman dan tidak melenceng ke urusan tradisi lisan. Tradisi lisan ternyata masih tumbuh subur dalam keidupan masyarakat Indonesia, walaupun anggota masyarakatnya telah mendapat predikat terpelajar. Kelisanan dibagi menjadi dua, yaitu kelisanan primair dan kelisanan sekunder. Kelisanan primair adalah cerita yang disampaaikan kepada pendengar adalah improvisasi, lahir saat dan dalam pertunjukkan. Sedangkan kelisanan sekunder seorang penutur berpandukan oleh teks tulis. Roman Siti Nurbaya mudah diterima karena masyarakat bersangkutan masih kuat dalam tradisi lisan. .

Dalam pewarisan secara lisan teks mengalami banyak perubahan. Perubahan itu karena para ahli sastra lisan atau folkor sebagai hukum transformasi atau kaidah transformasi. Pengambilan teks lisan untuk bahan teks tulis, di Jawa banyak contohnya, seperti Rara Mendut. Biasanya karya sastra digambarkan menggunakan bahsa klise, yakni suatu gaya bahsa yang dianggap tidak mempunyai tenaga, hasil dari transformasi dari sastra lisan ke sastra tulis. Hubungan antara sastra lisan dan tulis di Indonesia begitupun sebaliknya, belum banyak dikaji orang, akibatnya banyak kasusastraan Indonesia yang belum diketahui banyak orang, dan orangpun lantas beranggapan semua berasal dari barat.

CERITA KENTRUNG JAKA TARUB DAN TEORI ASTRONAUT

Cerita Jaka Tarub ini sangat terkenal di Jawa. Cerita ini termasuk juga bagian buku babad tanah Jawa. ada banyak pula cerita yang hampir mirip dengan kisah Jaka Tarub di Indonesia. Begitu pula jika kita bandingkan dengan cerita berasal dari Filipina dan Jepang. Ini dikarenakan bangsa Asia Tenggara merupakan bangsa yang serumpun Austronesia, kemudia cerita tersebut menyebar hingga ke plosok negeri.

Jika dibandingkan dengan penelitian ruang angkasa maka orang pun akan berhipotesis bahwa para bidadari dari kayangan itu adalah para astronaut dari planet lain. Kehadiran para astronaut dari plenet lain ke bumi menurut Von Daniken bukan hanya diabadikan dalam bentuk mitologi, legenda, atau dongeng rakyat primitif tapi lukisan di dinding-dinding gua, keramik dll. Teori ini bisa disebut teori Von Daniken atau teori astronaut. Dalam teori ini sastra lisan dapat dinggap sebagai saksi zaman atau pencatat sejarah karna pemiliknya mempercayai kebenarannya, yang kadang dianggap suci, maka cerita-cerita tersebut dapat diklasifikasikan sebagai mite dan legenda.

3. Penutup

Sastra bandingan merupakan sebuah ilmu yang membandingkan karya sastra yang satu dengan karya sastra yang lain berdasarkan ketentuan-ketentuan tertentu. Sejatinya dengan menelisik dan membandingkan karya sastra, dapat diketahui persamaan yang menyejajarkan karya sastra tersebut tadi. Dengan membandingkan karya sastra pula dapat diketahui bahwa setiap karya memiliki perbedaan yang bersifat karakter yang menjadi kekhasan atas karya sastra tersebut. Sebagai negara yang serumpun, beberapa pengaruh karya sastra antar negara umum sekali terjadi, antara lain Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei, dan lain-lain. Pengaruh-pengaruh tersebut bukan menjadikan karya hasil penulis negara tersebut menjadi menurun, melainkan sebagai sarana pendewasaan karya untuk lebih baik lagi. Setiap karya asal negara tertentu memiliki kekhasan yang membedakan dengan negara lainnya. DAFTAR PUSTAKA Hutomo, Suripan Sadi. 1993. Merambah Matahari : Sastra dalam Perbandingan. Surabaya: Gaya Masa