MAKALAH JADI
description
Transcript of MAKALAH JADI
MAKALAH ASKEP SISTEM PENCERNAAN (DEWASA)
“GASTROENTRITIS”
Dosen Pembimbing : Sholihatul Maghfirah, S.Kep.,Ns.,M.Kes
Kelompok 3
NIM Nama Kelas
14631410 Wulan Fitri Rahayu S1 A Kep.
14631414 Zeny Susanti S1 A Kep.
14631420 Yuni Fitria S1 A Kep.
14631421 Yuyun Karuniawati S1 A Kep.
14631431 Sawitri S1 A Kep.
14631432 Nefri Arshinta Dewi S1 A Kep.
14631435 Arlina Rahma H S1 A Kep
Prodi S1 Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Ponorogo
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik,
serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan
makalah dengan judul “Gastroentritis” sesuai dengan waktu yang sudah
disediakan.
Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan
Keperawatan Sistem Pencernaan (Dewasa) yang dibimbing oleh Sholihatul
Maghfirah, S.Kep.,Ns.,M.Kes
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Siti Munawaroh, S.Kep.Ns, M.Kep., selaku Dekan FIK Unmuh Ponorogo;
2. Lina Ema Purwanti, S.Kep,Ns, M.Kep., selaku Kaprodi S-1 Keperawatan;
3. Sholihatul Maghfirah, S.Kep.,Ns.,M.Kes., selaku dosen pembimbing mata
kuliah ini yang telah memberikan arahan serta masukan;
4. Pihak lain yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu, yang telah
memberikan dukungan moral maupun material.
Saya menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.
Ponorogo, Maret 2016
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 KONSEP PENYAKIT
1.1 Definisi
1.2 Etiologi
1.3 klasifikasi
1.4 Manifestasi Klinis
1.5 Patofisiologi
1.6 pohon masalah/ WOC
1.7 Penatalaksanaan
BAB 2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
2.2 Diagnosa Keperawatan
2.3 Intervenai Keperawatan
BAB 3 CASE STUDY
3.1. Deskripsi Kasus
3.2. Pengkajian
3.3. Diagnosa Keperawatan
3.4. Intervenai Keperawatan
3.5. Implementasi Keperawatan
3.6. Evaluasi Keperawatan
BAB 4 PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
KONSEP DASAR PENYAKIT
1.1 DEFINISI
Gastroenteritis adalah suatu kondisi yang ditandai dengan adanya muntah
dan diare yang diakibatkan oleh infeksi, alergi tidak toleran terhadap
makanan tertentu atau mencerna toxin. (tucker, Martin S 1999).
Gastroenteritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan usus
halus yang ditandai dengan muntah-muntah dan diare yang berakibat
kehilangan cairan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gejala
keseimbangan elektrolit. (Cecyly, Betz.2002)
Gastroenteritis adalah radang dari lambung keusus yang memberikan
gejala diare dengan disetai muntah atau tanpa muntah ataupun dengan
muntah besar.(Manjoer, Arief. 2000). Gastroentritis adalah peradangan
pada lambung, usus kecil dan usus besar dengan berbagai kondisi
patologis dari saluran gastrointestinal dengan manifestasi diare atau
disertai muntah serta ketidaknyamanan abdomen.
Jadi data diatas bahwa gastroenteritis adalah suatu keadaan dengan
peningkatan frekuensi, konsistensi feses encer, feses dengan kandungan
banyak airdan feses bisa disertai dengan darah atau lendir.
1.2 ETIOLOGI
Faktor penyebab diare adalah :
1. Faktor infeksi
a. Infeksi internal : infeksi saluran pencernaan makanan yang
merupakan penyebab utama diare pada anak, meliputi infeksi
internal sebagai
berikut:
1) Infeksi bakteri : vibrio, ecoly, salmonella shigella,
capylabactor, yersinia aoromonas dan sebagainya.
2) Infeksi virus : entero virus (v.echo, coxsacria, poliomyelitis)
3) Infeksi parasit : cacing (ascaris, tricuris, oxyuris, srongyloidis,
protozoa, jamur)
b. Infeksi parenteral : infeksi diluar alat pencernaan, seperti : OMA,
tonsillitis, bronkopnemonia, easefalitis, dan lainnya.
2. Faktor malabsorbsi :
a. Malabsorbsi karbohidrat
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan, makanan basi atau beracun
4. Faktor psikologis rasa takut dan cemas (Mansjoer arief, 2000)
5. Obat-obatan (Thielman, 2004)
1.3 KLASFIKASI
Gastroenteritis (diare) dapat di klasifikasi berdasarkan beberapa factor:
1. Berdasarkan lama waktu :
a. Akut : berlangsung < 5 hari
b. Persisten : berlangsung 15-30 hari
c. Kronik : berlangsung > 30 hari
2. Berdasarkan mekanisme patofisiologik
a. Osmotik, peningkatan osmolaritas intraluminer
b. Sekretorik, peningkatan sekresi cairan dan elektrolit
3. Berdasarkan derajatnya
a. Diare tanpa dihindrasi
b. Diare dengan dehidrasi ringan/sedang
c. Diare dengan dehidrasi berat
4. Berdasarkan penyebab infeksi atau tidak
a. Infektif
b. Non infeksif
1.4 MANIFESTASI KLINIS
1. Konsistensi feces cair (diare) dan frekuensi defekasi semakin
sering
2. Muntah/mual
3. Demam
4. Kram abdomen, tenesmus
5. Membrane mukosa kering
6. Fontanel cekung ( bayi )
7. Anoreksia
8. Anus terdapat lesi
9. Dehidrasi
10. Berat badan menurun
11. Malaise (Cecyly, Betz.2002).
1.5 PATOFISIOLOGI
Gastroenteritis bisa disebabkan oleh 4 hal, yaitu faktor infeksi (bakteri,
virus, parasit), faktor malabsorbsi dan faktor makanan dan faktor makanan
dan faktor psikologis. Diare karena infeksi seperti bakteri, berawal dari
makanan atau minuman yang masuk kedalam tubuh manusia. Bakteri
tertelan masuk sampai lambung, yang kemudian bakteri dibunuh oleh asan
lambung. Namun jumlah bakteri terlalu banyak maka, ada yang beberapa
lolos sampai keduodenum dan berkembang biak. Pada kebanyakan kasus
gastroenteritis, orga tubuh yang diserang adalah usus. Didalam usus
tersebut bakteri akan memproduksi enzim yang akan mencairkan lapisan
lendir yang menutupi permukaan usus, sehingga bakteri dapat masuk
kedalam membran epitel, dimembran ini bakteri mengeluarkan toksik
yang merangsang sekresi cairan-cairan usus dibagian cripta villi dan
menghambat absorbsi cairan. Sebagian akibat dari
keadaan ini volume cairan didalam lumen usus meningkat yang
mengakibatkan dinding usus menggembung dan tegang sebagian dinding
usus akan mengadakan kontraksi sehingga terjadi hipermotilitas untuk
mengalirkan cairan diusus besar. Apabila jumlah cairan tersebut melebihi
kapasitas absorbsi usus maka akan terjadi diare.
Diare yang diakibatkan malabsorbsi makanan akan menyebabkan
makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan
merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Tertelannya makanan yang beracun juga dapat menyebabkan diare karena
akan mengganggu motilitas usus. Iritasi mukosa usus mengakibatkan
hiperperistaltik sehingga terjadi berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehinggan timbul diare. Sebaliknya jika peristaltik
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya
timbul diare pula.
Adanya iritasi mukosa usus dan peningkatan volume cairan dirongga usus
menyebabkan klien mengeluh abdomen terasa sakit. Selain karena 2 hal
itu, nyeri abdomen atau kram timbul karena metabolisme karbohidrat oleh
bakteri diusus yang menghasilkan gas H2 dan C02 yang menimbulkan
kembung dan flatus berlebihan. Biasanya pada keadaan ini klien akan
merasa mual bahkan muntah serta nafsu makannya menurun. Karena
terjadi ketidakseimbangan asam-basa dan elektrolit. Bila keadaan ini terus
berlanjut dan klien tidak mau makan maka, akan menimbulkan gangguan
nutrisi sehingga klien lemas.
Kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan akan menyebabkan klien
terjatuh dalam keadaan dehidrasi. Yang ditandai dengan berat badan
menurun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun bisa jadi cekung
(pada bayi), selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.
Tubuh yang kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan membuat
cairan ekstraseluler dan intraseluler menurun. Dimana selain air, tubuh
juga kehilangan Na, K dan Ion Karbonat. Bila keadaan ini berlanjut terus,
diare
maka volume darah juga berkurang. Tubuh mengalami gangguan sirkulasi,
perfusi jaringan terganggu dan akhirnya dapat menyebabkan syok
hipovolemik dengan gejala denyut jantung meningkat, nadi cepat tapi
kecil, tekanan darah menurun klien sangat lemah kesadaran menurun.
Akibat lain dari kehilangancairan ekstrasel dan intrasel yang berlebihan,
tubuh akan mengalami asidosis metabolik dimana klien akan tampak pucat
dengan pernapasan yang cepat dan dalam (pernapasan kussamul).
Faktor psikologis juga dapat menyebabkan diare. Karena faktor psikologis
(stres, marah, takut) dapat merangsang kelenjar adrenalin dibawah
pengendalian siste, pernapasan simpatis untuk merangsang pengeluaran
hormon yang kerjanya mengatur metabolisme tubuh. Sehingga bila terjadi
stres maka, metabolisme akan terjadi peningkatan dalam bentuk
peningkatan mortalitas usus. (Ngastiah, 2005 ; Syaifuddin, 1999 ; Barbara
C Long, 1999).
1.6 POHON MASALAH/WOC
Infeksi malabsorbsi makanan
kuman masuk & tekanan osmotik meningkat toksin tidak dapat
berkembang dalam usus diabsorbsi
pergeseran air & elektrolit ke
toksin dalam dinding usus halus rongga usus hiperperistaltik
hipersekresi air &elektrolit usus isi rongga usus meningkat kemampuan
meningkat absorbsi menurun
BAB sering dengan konsistensi encer inflamasi saluran pencernaandiare
iare
Kulit disekitar cairan yang frekwensi defekasi agen pirogenik mual & muntah
Anus lecet & iritasi keluar banyak
BAB encer atau dengan darah suhu tubuh anoreksia
Kemerahan & gatal dehidrasi meningkat
1.7 PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan medik primer diarahkan pada pengontrolan
dan penyembuhan penyakit yang mendasar.
2. Untuk diare ringan, tingkatkan masukan cairan peroral, mungkin
diresepkan glukosa oral dan larutan elektrolit
3. Untuk diare sedang, obat-obat non-spesifik, difenoksilat (lomotif) dan
loperamit (imodium) untuk menurunkan motilitas dari sumber non-
infeksius.
4. Diresepkan antimikrobial jika telah teridentifikasi preparat infeksius
atau diare memburuk.
5. Terapi interavena untuk hidrasi cepat (diberi cairan), terutama untuk
klien yang sangat muda atau lansia.
Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung
dari berat badan atau berat ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan
kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.
Resiko kerusakan integrita
hipotermia
Ketidakseimbangan
Resiko kerusakan integritas kulit
Kekurangan volume cairan
diare
hipertermi
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
BAB 2
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 PENGKAJIAN
2.1.1 Identitas klien
2.1.2 Riwayat keperawatan
Awal serangan: gelisah, suhu tubuh meningkat, anoreksia
kemudiantimbul diare.
2.1.3 Keluhan utama : feses semakin cair, muntah, kehilangan banyak
air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi, BB menurun, tonus dan
turgor kulit berkurang, selaput kadir mulut dan bibir kering,
frekuensi BAB lebih dari4x dengan konsisten encer.
2.1.4 Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat penyakit yang diderita, riwayat inflamasi
2.1.5 Riwayat Psikososial keluarga
1. Pola Eliminasi
Mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4x sehari
2. Pola Nutrisi
Diawali dengan mual, muntah, anoreksia, menyebabkan
penurunan BAB.
3. Pola Istirahat dan Tidur
Akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan
menimbulkan rasa tidak nyaman.
4. Pola Aktifitas
Akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya
nyeri akibat disentri abdomen.
2.1.6 Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum: Klien lemah, panas, muntah dan diare.
Kesadaran: Composmentis
TTV: Tensi 80/50 mmHg, Nadi 112x/mnt, suhu 39˚C, RR
22x/mnt.
1. Kepala: Bentuk kepala bulat, warna rambut hitam, tidak ada
benjolan, kulit kepala bersih.
2. Mata: Simetris, tidak ada secret, konjungtiva merah muda,
sclera putih, mata cowong.
3. Mulut: Mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis, lidah bersih
4. Hidung: Simetris, tidak ada secret, tidak ada pernafasan
cuping hidung, tidak ada polip.
5. Telinga: Simetris, tidak ada benjolan, lubang telinga bersih,
tidak ada serumen.
6. Leher: Tidak ada pemebesaran kelenjar tyroid, limphe, tidak
ada hubungan vena jugularis, tidak ada kaku kuduk.
7. Dada
Inspeksi : Dada simetris, bentuk bulat datar, pergerakan
dinding dada simetris, tidak ada retraksi otot bantu
pernapasan
Palpasi: Tidak ada benjolan mencurigakan.
Perkusi: Paru-paru sonor, jantung dullness
Auskultasi: Irama nafas teratur, suara nafas vesikuler, tidak
ada suara nafas tambahan.
8. Abdomen
Inspeksi : Simetris
Auskultasi: Peristaltik meningkat 40x/mnt
Palpasi: Turgor kulit tidak langsung kembali dalam 1 detik
Perkusi: Hipertimpan, perut kembung.
9. Punggung: Tidak ada kelainan tulang belakang (kyfosis,
lordosis, skoliosis) tidak ada nyeri gerak.
10. Genetalia: Jenis kelamin perempuan, tidak odem, tidak ada
kelainan, kulit perineal kemerahan.
11. Anus: Tidak ada benjolan mencurigakan, kulit daerah anus
kemerahan.
12. Ekstremitas: Lengan kiri terpasang infuse, kedua kaki
bergerak bebas, tidak ada odem.
2.2 DIAGNOSA KEPERWATAN
1. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan BAB sering
2. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan menurunnya
intake cairan secara oral
3. Diare berhubungan dengan Inflamasi, iritasi, atau malabsorpsi usus.
4. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d asupan makanan
tak adekuat
2.3 INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan dan KH Intervensi Rasional
Resiko kerusakan integritas
kulit berhubungan dengan
BAB sering
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 x 24
jam diharapkan masalah
keperawatan kerusakan
integritas kulit dapat
teratasi dengan kriteria
hasil:
a. Integritas kulit yang
baik bisa di
pertahankan (sensasi,
elatisitas, temperataur,
hidrasi, pelgmentasi)
b. Tidak ada lesi kulit
c. Perpusi jaringan baik
d. Menunjukan
1. Anjurkan pasien
untuk
menggunakan
pakian yang
longgar.
2. Indari kerutan
pada tempat tidur.
3. Jaga kebersihan
kulit agar teteap
bersih dan kering
4. Monilisasi pasien
setiap 2 jam sekali
5. Monitor kulit
adanya kemerahan
6. Oleskan losien/
1. Untuk
meminimalis
kelembaban
kulit.
2. Untuk membuat
pasien nyaman.
3. Untuk
mengindarai
infeksi dan
bakteri lain.
4. Agar pasien
tidak mengalami
petingkatan
kelembaban
kulit.
pemahaman dalam
proses perbaikana kulit
dan mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami
minyak BB oil
pada daerah
yanmg terkena.
5. Untuk
mengetahui
adanya infeksi
6. Mencegah
penyebaran lesi
kulit
Resiko kekurangan volume
cairan berhubungan dengan
menurunnya intake cairan
secara oral
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 x 24
jam diharapkan masalah
keperawatan volume cairan
dan elektrolit dalam tubuh
seimbang (kurangnya
cairan dan elektrolit
terpenuhi)
Dengan KH :
a. Turgor kulit cepat
kembali.
b. Mata kembali normal
c. Membran mukosa
basah
d. Intake output seimbang
1. pantau tanda
kekurangan cairan
2. observasi/catat
hasil intake output
cairan
3. anjurkan klien
untuk banyak
minum
4. jelaskan pada ibu
tanda kekurangan
cairan
5. berikan terapi
sesuai advis : Infus
RL 15 tpm
1. Menentukan
intervensi
selanjutnya
2. Mengetahui
keseimbangan
cairan
3. Mengurangi
kehilangan
cairan
4. Meningkatkan
partisipasi dalam
perawatan
5. mengganti cairan
yang keluar dan
mengatasi diare
Diare berhubungan dengan
Inflamasi, iritasi, atau
malabsorpsi usus.
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 x 24
jam diharapkan masalah
keperawatan Konsistensi
BAB lembek, frekwensi 1
kali perhari dengan KH :
a. Tanda vital dalam
batas normal (N: 120-
60 x/mnt, S; 36-37,50
c, RR : < 40 x/mnt )
b. Leukosit : 4000 –
1. Mengobservasi
TTV
2. Jelaskan pada
pasien tentang
penyebab dari
diarenya
3. Pantau leukosit
setiap hari
4. Kaji pola
eliminasi klien
setiap hari
1. kehilangan
cairan yang aktif
secar terus
menerus akan
mempengaruhi
TTV
2. Klien dapat
mengetahui
penyebab dari
diarenya.
3. Berguna untuk
11.000. 5. Kolaborasi
a. Konsul ahli
gizi untuk
memberikan
diet sesuai
kebutuhan
klien.
b. Antibiotik:
cefotaxime
3x1 amp
(500mg/ml)
mengetahui
penyembuhan
infeksi
4. Untuk
mengetahui
konsistensi dan
frekuensi BAB
5. Metode makan
dan kebutuhan
kalori didasarkan
pada kebutuhan.
Hipertermi berhubungan
dengan proses inflamasi
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 2 x 24 jam
diharapkan masalah
keperawatan hipertermi
dapat teratasi dengan
Tujuan : setelah
dilakukan tindakan
keperawatan tidak terjadi
peningkatan suhu tubuh.
Kriteria hasil : suhu tubuh
dalam batas normal (36-
37°C)
1. Monitor suhu
tubuh
2. Berikan kompres
hangat.
3. Kolaborasi :
Pemberian
antipiretik
1. Deteksi dini
terjadinya
perubahan
abnormal fungsi
tubuh
2. Merangsang
pusat pengatur
panas untuk
menurunkan
produksi panas
tubuh.
3. merangsang
pusat pengatur
panas di otak.
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan b.d
asupan makanan tak adekuat
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 x 24
jam diharapkan masalah
keperawatan nutrisi kurang
dari kebutuhan dapat
teratasi kriteria hasil :
a. asupan nutrisi normal
1. anjurkan klien
untuk menjaga
kebersihan mulut
2. jelaskan
pentingnya
konsumsi nutrisi
dan cairan yang
1. menjaga
kebersihan mulut
dapat
meningkatkan
nafsu makan
2. dapat
terrpenuhnya
b. mukosa lembab
c. TTV dalam batas
normal
adekuat
3. motivasi keluarga
untuk member
makanan yang
bervariasi
4. kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
kebutuhan nutrisi
yang dibutuhkan
nutrisi sesuai
kebutuhan
metabolism
3. makanan yang
bervariasi dapat
meningkatkan
nafsu makan
4. memberikan
asupan
diet/nutrisi yang
tepat
BAB 3
APLIKASI KASUS
3.1. DESKRIPSI KASUS
Tn. A dating ke UGD dengan keluhan sudah BAB 6x selama 6 jam dengan
konsistensi cair dan berlendir. Bising usus 40x/menit, TD 130/80 mmHg, Nadi
90x/menit, suhu 38°C, RR 20x/menit, minum 500 cc/12 jam.
3.2. PENGKAJIAN
3. 1.1 IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. A
Umur : 65 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : jl.K No.5 T Madiun
Status perkawinan : Kawin
3. 1.2 RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Klien mengatakan sudah BAB 6x selama 6 jam dengan
kosistensi cair dan berlendir.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengatakan sudah BAB 6x selama 6 jam dengan
kosistensi cair dan berlendir.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan pernah menderita penyakit maag selama
2 tahun sampai sekarang, pengobatan dilakukan dengan
minum obat yang biasanya di beli warung terdekatnya
dengan nama obat obatnya yaitu promag.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga klien mengatakan tidak mempunyai riwayat
penyakit yang dialami klien sekarang.
5. Pola ADL
N
O
Aspek yang dinilai Di rumah Di rumah sakit
1 Pola makan dan minum
1. Makan
2. Minum
3x sehari
Nasi, sayur, lauk,
buah – buahan
5 – 6 gelas
Air putih
Susu kental
3x sehari
Nasi, sayur, lauk,
buah-buahan
Menghabiskan ¼
porsi, 4 - 6 gelas
Air putih, tidak
nafsu makan
2 Eliminasi
1. BAB
2. BAK
1x sehari
Lembek
Kuning
4 – 6 x sehari
Kuning
Khas amoniak
1x sehari
Lembek
Kuning kadang
seperti the khas
feses, BAK 4 – 6
x sehari kuning
kadang spt teh
Khas amoniak
3 Pola aktifitas sehari –
hari
Dapat melakukan
aktifitas sebagai
petani
Klien hanya
terbaring di
tempat tidur
aktifitas dibantu
keluarga
4 Pola istirahat tidur
1. Tidur siang
2. Tidur malam
Kadang – kadang
+/_ ( 7 – 8 jam/ 21.00
– 04.00 WIB ).
+/_ ( 13.00 – 14.30
WIB )
+/_( 7 – 8 jam/
21.00 – 04.00
WIB )
5 Pola kebersihan
1. Mandi
2. Sikat gigi
3. Keramas
4. Gunting kuku
2x sehari
2x sehari
2x sehari
1x seminggu
2x sehari
1x sehari
Tidak pernah
Tidak pernah
6. Data psikososial
a. Status emosi
Emosi pasien stabil
b. Interaksi social
hubungan px dengan perawat serta dengan px lain baik
dan px dapat berkomunikasi dengan baik.
c. Spiritual
Px beragama Islam yang sebelum sakit taat beribadah,
namun sekarang hanya bisa berdoa demi kesembuhan
dan sabar dalam menghadapi cobaan yang diberikan
oleh Allah SWT.
3. 1.3 PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Pasien tampak lemas
Kesadaran : composmentis
TTV : Tensi 130/80 mmHg, Nadi 90x/menit, suhu
380 C, RR 20x/menit
Pemeriksaan Head to toe
1. Kepala : Bentuk kepala bulat, warna rambut hitam, tidak
ada
benjolan,kulit kepala bersih.
2. Mata: Simetris, tidak ada sekret, konjungtiva merah muda,
sklera putih, mata cowong.
3. Mulut: mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis, lidah
bersih.
4. Hidung: simetris, tidak ada secret, tidak ada pernafasan
cuping hidung, tidak ada polip.
5. Telinga: simetris, tidak ada benjolan, lubang telinga bersih,
tidak ada serumen.
6. Leher: tidak ada pembesaran kenjar thyroid, limphe, tidak
ada bendungan vena jugularis, tidak ada kaku
kuduk.
7. Dada
Inspeksi: dada smetris, bentuk bulat datar, pergerakan
dinding dadasimetris, tidak ada retraksi otot bantu
pernapasan.
Palpasi: tidak ada benjolan mencurigakan.
Perkusi: paru-paru sonor, Jantung dullness.
Auskultasi: irama nafas teratur, suara nafas vesikuler, tidak
ada suara nafas tambahan.
8. Perut
Inspeksi: simetris
Auskultasi: peristaltic meningkat 40x/mnt
Palpasi: turgor kulit tidak langsung kembali dalam 1 detik
Perkusi: hipertimpani, perut kembung
9. Punggung: tidak ada kelainan tulang belakang, tidak ada
nyeri gerak.
10. Genetalia: jenis kelamin laki-laki, tidak ada odem, tidak ada
kelainan, kulit perineal kemerahan.
11. Anus: tidak ada benjolan mencurigakan, kulit daerah anus
kemerahan.
12. Ekstremitas: lengan kiri terpasang infuse, kedua kaki
bergerak bebas, tidak ada odeme.
3. 1.4 ANALISA DATA
NO. DATA MASALAH
KEPERAWATAN
ETIOLOGI
DS: pasien
mengatakan bahwa
mengalami perut
kembung
DO: Setelah dilakukan
perkusi diketahui klien
distensi abdomen,
klien tampak menahan
kesakitan
Peristaltic: 40x/mnt
Infasi virus
↓
Hepar
↓
Hati mengadakan
perlawanan
↓
Hipertopi
↓
Pembuluh darah dan
saraf-saraf tertekan
↓
Suplai oksigen
menurun
↓
Metabolisme
anaerob
↓
Pengeluaran asam
laktat
↓
Nyeri
Gangguan rasa nyaman
nyeri
2 DS: klien mengatakan
bahwa klien BAB
berkali-kali
DO: klien tampak
lemas, mata cowong
Infeksi bakteri
Pola BAB tidak
teratur
Eliminasi feses
encer
diare
Gangguan eliminasi
BAB: diare
berhubungan dengan
infeksi bakteri
3 DS :
Klien mengatakan
bahwa sudah BAB 6x
selama 6 jam, dengan
konsistensi feses cair
dan berlendir.
DO :
KU : lemah
KU : Composmentis
TTV :
N: 90x/menit
TD: 130/80 mmHg
RR: 20x/menit
S: 38°C
Mata : cekung, anemis
Bibir : tampak kering
Turgor kulit tdk elastic
masuknya
makanan/minuman
yang terkontaminasi
infeksi mukosa usus
makanan/zat tidak
dapat diserap
tekanana osmotic
dalam rongga usus
meningkat
terjadi pergesaran air
dan elektrolit ke
dalam rongga usus
isi rongga usus yang
berlebihan akan
merangsang usus
untuk
mengeluarkannya
Defisit volume cairan
dan elektrolit kurang
dari kebutuhan tubuh
diare
4 DS :
Klien mengatakan
nafsu makan
berkurang.
DO :
KU : lemah
KU : komposmentis
TTV :
N: 90x/menit
TD: 130/80 mmHg
RR: 20x/menit
S: 38°C
Mata : cekung, anemis
Bibir : tampak kering
Turgor kulit tdk
elastic, terlihat malas
dan lemas. Distensi
abdomen, terdengar
bising usus.
Rasa tidak nyaman
di daerah abdomen
Terjadi peningkatan
asam lambung
Mual dan muntah
Anoreksia (tidak
nafsu makan)
Gangguan kebutuhan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kram abdomen
sekunder akibat gastroenteritis
2. Gangguan eliminasi BAB: diare berhubungan dengan infeksi
bakteri
3. Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan diare
4. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia
3.4 INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan / KH Intervensi Rasional
Gangguan rasa
nyaman nyeri
berhubungan
dengan kram
abdomen
sekunder akibat
gastroentritis
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan 2x24
jam dengan tujuan
nyeri hilang, rasa
nyaman terpenuhi
dengan KH :
1. skala nyeri 0
2. Klien
mengatakan
nyeri berkurang
3. Nadi 60 – 90 x /
menit
4. Klien nyaman,
tenang, rileks
1. Monitor karakteristik
dan letak nyeri.
2. Ubah posisi klien bila
terjadi nyeri, arahkan
ke posisi yang paling
nyaman.
3. Beri kompres hangat
diperut
4. Kolaborasi untuk
mendapatkan obat
analgetik
1. untuk menentukan tindakan
dalam mengatur nyeri
2. posisi yang nyaman dapat
mengurangi nyeri
3. untuk mengurangi perasaan
keras di perut
4. untuk memblok syaraf yang
menimbulkan nyeri
2 Gangguan
eliminasi BAB:
diare
berhubungan
dengan infeksi
bakteri
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan 2x24
jam dengan tujuan:
mencapai BAB
normal dengan
KH : penurunan
frekuensi BAB
1. observasi dan catat
frekuensi defekasi
2. tingkatkan tirah baring,
berikan alat-alat
disamping temapat
tidur
3. identifikasi makanan
dan cairan yang
1. Membantu membedakan
penyakit individu dan
mengmonitor beratnya tiap
defekasi.
2. istirahat menurunkan
motilitas usus juga
menurunkan laju
metabolisme bila infeksi
sampai kurang 3x
dan feses
mempunyai bentuk
mencetuskan diare,
misal : sayur- segar
danbuah, sereal,
bumbu, minuman
karbonat, produk susu.
4. Berikan cairan peroral
secara bertahap,
tawarkan minuman
jernih tiap jam hindari
minuman dingian
5. kolaborasi pemberian
obat sesuai indikasi
misal : antikolinergik.
atau perdarahan sebagai
komplikasi.
3. menghindari iritasi
meningkatkan istirahat usus
4. memberikan istirahat kolon
dengan menghilangkan atau
menurunkan rangsang
makanan atau minuman.
Makan kembali secara
bertahap mencegah
terjadinya kram dan diare
berulang
5. menurunkan mortilitas atau
peristaltik usus dan
menunjukkan sekresi
degestif untuk
menghilangkan kram dan
diare (Carpenito, 2000)
3 Defisit volume
cairan dan
elektrolit kurang
dari kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan diare
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan 2x24
jam dengan tujuan:
volume cairan dan
elektrolit dalam
tubuh seimbang
Dengan KH:
1. membran
mukosa basah
2. intake output
seimbang
1. monitor status hidrasi,
turgor kulit dan
membrane mukosa
2. Monitor tanda-tanda
vital
3. Berikan klien banyak
minum ± 8 gelas/hari
(2500hari)
4. Monitor frekuensi
muntah setiap ±6 jam
sekali
5. Anjurkan klien banyak
mengkonsumsi buah-
buahan seperti
1. Untuk mengkaji hidrasi
2. Untuk mengetahui kondisi
klien /perkembangan klien
3. Untuk mengganti cairan
tubuh
4. Untuk mengetahui
perubahan kondisi klien
5. Untuk memenuhi kebutuhan
gizi klien
6. Untuk menambah cairan
tubuh yang hilang dan
mengobati pathogen khusus
yang menyebabkan
kehilangan cairan
semangka, melon,
jeruk, dll.
6. Kerja sama dengan tim
dokter dalam
pemberian cairan dan
elektrolit serta
pemberian obat
a. IVFD RL
gtt 30/menit
b. Cefotaxime 2x1gr
serbuk
c. Ranitidine 2x1
amp dalam 25 mg
d. Scopamin 3x1
tab dalam 10 mg
e. Procur 1x1
tab dalam 500
mg
f. Ondancentron 3x1
tab dalam 8 mg
4 Gangguan
kebutuhan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan 2x24
jam dengan tujuan:
konsistensi BAB
lembek, frekuensi
1x perhari dengan
KH:
tanda vital dlm
batas normal
(N:120-60x/mnt, s:
36-37 RR:
1. Observasi / catat
frekuensi defekasi,
karakteristik dan
jumlah
2. Dorong diet tinggi
serat dalam batasan
diet, dengan masukan
cairan sedang sesuai
diet yang dibuat.
3. Batasi masukan
lemak sesuai indikasi
4. Awasi elektrolit
1. Diare sering terjadi setelah
memulai diet.
2. Meningkatkan konsistensi
feses meskipun cairan perlu
untuk fungsi tubuh optimal,
kelebihan jumlah
mempengaruhi diare.
3. Diet rendah lemak
menurunkan resiko feses
cairan dan membatasi efek
laksatif penurunan absorbsi
lemak.
40x/mnt). serum
5. Berikan obat sesuai
indikasi anti diare
4. Peningkatan kehilangan
gaster potensial resiko
ketidakseimbangan
elektrolit, dimana dapat
menimbulkan komplikasi
lebih serius / mengancam.
5. Mungkin perlu untuk
mengontrol frekuensi
defekasi sampai tubuh
mengatasi perubahan akibat
bedah.
3.5 IMPLENTASI KEPERAWATAN
No Tanggal/Jam Intervensi Respon
1. Memonitor karakteristik dan
letak nyeri.
2. Mengubah posisi klien bila
terjadi nyeri, arahkan ke
posisi yang paling nyaman.
3. Memberi kompres hangat
diperut
4. Mengkolaborasi untuk
mendapatkan obat analgetik
1. Klien mengatakan nyeri
pada abdomen
2. Klien mengatakan lebih
nyaman dalam posisi semi
fowler
3. Perut klien lebih terasa
baik setelah dikompres
4. Untuk mengurangi rasa
nyeri pada klien
2 1. mengobservasi dan catat
frekuensi defekasi
2. meningkatkan tirah baring,
berikan alat-alat disamping
temapat tidur
3. mengidentifikasi makanan
dan cairan yang
1. membedakan penyakit
individu dan memonitor
beratnya tiap defekasi
pada klien
2. klien merasa lebih aman
setelah diberikan alat
disamping tempat tidur
mencetuskan diare, misal :
sayur- segar dan buah,
sereal, bumbu, minuman
karbonat, produk susu.
4. Memberikan pemasukan
cairan peroral secara
bertahap, tawarkan
minuman jernih tiap jam
hindari minuman dingian
5. mengkolaborasi pemberian
obat sesuai indikasi misal :
antikolinergik.
3. klien mengalami
diaresetelah minum susu
4. banyak minum air tawar
akan membantu
mengurangi rasa haus pada
klien.
5. Klien mengatakan lebih
baik setelah minum obat.
3 Defisit volume
cairan dan
elektrolit kurang
dari kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan diare
1. memonitor status hidrasi,
turgor kulit dan membrane
mukosa
2. memonitor tanda-tanda vital
3. memberikan klien banyak
minum ± 8 gelas/hari
(2500hari)
4. memonitor frekuensi
muntah setiap ±6 jam sekali
5. menganjurkan klien banyak
mengkonsumsi buah-buahan
seperti semangka, melon,
jeruk, dll.
6. Melakukan kerja sama
dengan tim dokter dalam
pemberian cairan dan
elektrolit serta pemberian
obat:
a.IVFD RL gtt 30/menit
b. Cefotaxime 2x1gr
1. Kulit klien lebih lembab
setelah mendapatkan
perawatan
2. Ttv klien dalam batas
normal
3. Klien tidak merasakan
haus yang berlebih setelah
minum air sebanyak 8
gelas
4. Frekuensi muntah klien
sudah berkurang
5. Buah-buahan membuat
tubuh klien lebih terasa
kuat
6. Kondisi klien terasa jauh
lebih baik setelah
mendapat terapi cairan
dari dokter
serbuk
c.Ranitidine 2x1
amp dalam 25 mg
d. Scopamin 3x1 tab dalam
10 mg
e.Procur 1x1
tab dalam 500 mg
f. Ondancentron 3x1
tab dalam 8 mg
4 Gangguan
kebutuhan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
1. mengobservasi / catat
frekuensi defekasi,
karakteristik dan jumlah
2. mendorong diet tinggi serat
dalam batasan diet, dengan
masukan cairan sedang
sesuai diet yang dibuat.
3. membatasi masukan lemak
sesuai indikasi
4. mengawasi elektrolit serum
5. memberikan obat sesuai
indikasi anti diare
1. jumlah defekasi dan
karakteristiknya sudah
membaik seperti kondisi
normal.
2. Diet tinggi serat
membuatklien tidak sering
BAB
3. Rendah lemak mengurangi
feses cair yang
dikeluarkan klien
4. Elektrolit serum dalam
batas normal
5. Membantu mengurangi
frekuensi BAB klien.
3.6 EVALUASI KEPERAWATAN
Tanggal /
Jam
Dx Keperawatan Evaluasi
Gangguan rasa nyaman
nyeri berhubungan
dengan kram abdomen
sekunder akibat
S : klien mengatakan nyeri sudahtidak
berasa
O : klien dapat melakukan aktivitas
mandiri
gastroenteritis A : masalah sudah terasa
P : intervensi dihentikan
Gangguan eliminasi
BAB: diare
berhubungan dengan
infeksi bakteri
S : klien mengatakan volume diare
sudah berkurang
O: klien BAB sehari 2x, mata tidak
cowong, turgr kulit membaik.
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
Defisit volume cairan
dan elektrolit kurang
dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
diare
S : klien mengatakan tidak dehidrasi
O : turgor kulit membaik, klien tampak
lebih sehat
A : masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
Gangguan kebutuhan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
anoreksia
S : klien mengatakan berat badannya
sudah naik.
O: klien tidak lemas, tubuh klien
tampak lebih berisi
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
BAB 4
PENUTUP
Diare didefinisikan sebagai bertambahnya defekasi lebih dari biasanya/ lebih dari
3x sehari disertai dengan perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau
bercampur darah. Pada walnya pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat,
nafsu makan berkurang, dan timnul diare. Warna tinja makin lama berubah
kehijau-hijauan karena bercampur dengan emped. Daerah anus dan sekitarnya
timbul lecet karena sering defekasi dan tinja makin lamamakin asam karena
makin banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang diabsorbsi oleh usus
selama diare. Bila pasien terlalu banyak cairan dana elektrolit gejala dehidrasi
mulai tampak dengan berat badan menurun, turgor kulit memburuk, mata dan
ubun-ubun cowong, selaput lendir bibir dan mulut tampak kering.
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cecily Lynn. Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC, 2009.
Doengoes, E Marilyn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3 Jakarta;
EGC.
Carpenito, Lynda Jual. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta:
ECG.
Ganong, William.F, Stephen J.Mcphee. 2002. Patofisiologi Penyakit Pengantar
Menuju Kedokteran Klinis Edisi 5. Jakarta: ECG.
Ngastiyah, 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta; EGC.
Nursalam Dr. et. Al. 2005 Asuhann Keperawatan Bayi dan Anak. Edisi I Jakarta:
Salemba Medika.
Sari, Kumala, Arif Muttaqin. 2011. Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah. Penertbit Salemba Medika. Jakarta.
Smeltzer C Suzanne, Brenda G Bare, Keperawatan Medikal Bedah, Penerbit
Buku Kedokteran, Jakarta; EGC.
Sudoyo, W. Aru, dkk., Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 2 Edisi IV, Pusat Penerbitan
Departemen Penyakit Dalam FKUI, Jakarta 2006.
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta; EGC