PANKREASTITIS

23
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai gaya hidup yang tidak sehat sekarang ini sering memunculkan berbagai macam kondisi yang memengarui system kerja tubuh. Termasuk dalam sisitem endokrin. Salah satu yang akan kita munculkan yaitu pancreatitis, dimana pancreatitis dapat kita bagi dalam massa akut dan kronis dimana jelas dipengaruhi dari rentan waktu awitan gejala bermunculan. Pancreatitis dapat terjadi atas berbagai factor, misalnya saja dari factor metabolis, mekanis, fascular ataupun infeksi lain. Insiden penyakit pankreatitis kronik di negara maju/ industri kira-kira 4-6 per 100.000 penduduk pertahun, dan makin meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data dari rumah sakit di Amerika Serikat, sekitar 87.000 kasus pankreatitis terjadi setiap tahun, dengan tingkat Rawat Inap untuk orang kulit hitam adalah 3 kali lebih tinggi daripada kulit putih , dimana perbandingan laki-laki dan perempuan 6.7 : 3,2 per 100.000 penduduk dan rata-rata usia saat diagnosis adalah 46 tahun. Kejadian tahunan di Eropa Barat sekitar lima kasus baru per 100.000 penduduk. Rasio Laki-laki: wanita 7:1 dan usia rata-rata onset adalah antara 36 tahun dan 55 tahun. 1

Transcript of PANKREASTITIS

Page 1: PANKREASTITIS

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbagai gaya hidup yang tidak sehat sekarang ini sering memunculkan

berbagai macam kondisi yang memengarui system kerja tubuh. Termasuk dalam

sisitem endokrin. Salah satu yang akan kita munculkan yaitu pancreatitis, dimana

pancreatitis dapat kita bagi dalam massa akut dan kronis dimana jelas dipengaruhi

dari rentan waktu awitan gejala bermunculan. Pancreatitis dapat terjadi atas berbagai

factor, misalnya saja dari factor metabolis, mekanis, fascular ataupun infeksi lain.

Insiden penyakit pankreatitis kronik di negara maju/ industri kira-kira 4-6 per

100.000 penduduk pertahun, dan makin meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data

dari  rumah sakit di Amerika Serikat, sekitar 87.000 kasus pankreatitis terjadi setiap

tahun, dengan tingkat Rawat Inap untuk orang kulit hitam adalah 3 kali lebih tinggi

daripada kulit putih , dimana perbandingan laki-laki dan perempuan 6.7 : 3,2 per

100.000 penduduk dan rata-rata usia saat diagnosis adalah 46 tahun. Kejadian tahunan

di Eropa Barat sekitar lima kasus baru per 100.000 penduduk. Rasio Laki-laki: wanita

7:1 dan usia rata-rata onset adalah antara 36 tahun dan 55 tahun.

Di Asia insiden pankreatitis kronik diperkirakan 14,4 per 100.000 penduduk,

dan hanya 18,8 %  disebabkan oleh alkohol, dengan perbandingan laki–laki dan

perempuan 1,9:1 dimana usia rata rata 33± 13 tahun.

Pasien pankreatitis kronik biasanya ditandai nyeri perut, tetapi dapat juga

tanpa menimbulkan rasa sakit. Gambaran klinis bervariasi. Intensitas nyeri bisa

berkisar dari ringan  sampai berat, bahkan pada pasien dengan sedikit kelaianan

parenkim atau duktus pada pemeriksaan, perubahan morfologi kompleks dapat

menimbulkan gejala minimal atau ekstensif.

Diagnosis pasien pankreatitis kronik sangat sulit dilakukan, karena dari

pemeriksaan klinis tidak ada gejala yang spesifik, terutama pada awal pankreatitis

kronik. Diperlukan pemeriksaan laboratium dan penunjang serta pemeriksaan canggih

untuk menegakkan diagnosis.

1

Page 2: PANKREASTITIS

B. Tujuan Penyusunan

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang

pankreatitis.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya definisi pankreatitis.

b. Diketahuinya klasifikasi dari pankreatitis.

c. Diketahuinya etiologi dari pankreatitis.

d. Diketahui patofisiologi dari pankreatitis.

e. Diketahui manifestasi klinis dari pankreatitis.

f. Diketahui pemeriksaan dianostik dari pankreatitis.

g. Diketahui penatalaksanaan medis dari pankreatitis.

h. Penerapan asuhan keperawatan pasien dengan pankreatitis.

C. Ruang Lingkup Penyusunan

Dalam penyusunan makalah ini kelompok hanya membahas penyakit

secara tinjauan teoritis dan pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan

pankreatitis dengan pendekatan proses keperawatan mulai dari pengkajian

keperawatan, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi, dan

evaluasi keperawatan.

D. Metode Penyusunan

Dalam penyusunan makalah ini kelompok menggunakan metode

kepustakaan dengan cara mencari dari buku-buku sebagai referensi, membaca dan

mempelajari buku-buku literatur yang terkait dengan pankreatitis. Kelompok juga

mengambil beberapa referensi dari internet.

E. Sistematika Penyusunan

Sistematika penuyusunan makalah ini terdiri dari empat bab, yakni Bab I

tentang pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penyusunan, ruang

lingkup penyusunan, metode penyusunan, dan sistematika penyusunan; Bab II

tinjauan teoritis yang pankreatitis, asuhan keperawatan pankreatitis secara teoritis,

yang terdiri pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan,

2

Page 3: PANKREASTITIS

implementasi dan evaluasi; dan Bab III penutup yang terdiri dari kesimpulan dan

saran.

3

Page 4: PANKREASTITIS

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian

Pankreatitis (inflamasi pankreas) merupakan penyakit yang serius pada

pankreas dengan intensitas yang dapat berkisar mulai dari kelainan yang relatif

ringan dan sembuh sendiri hingga penyakit yang berjalan dengan cepat dan fatal

yang tidak bereaksi terhadap berbagai pengobatan. (Brunner & Suddart, 2001)

Pankreatitis adalah kondisi inflamasi yang menimbulkan nyeri dimana

enzim pankreas diaktifasi secara prematur mengakibatkan autodigestif dari

pankreas. (Doengoes, 2000)

B. Klasifikasi

1. Pankreatitis akut merupakan inflamasi pada pankreas akibat tercernanya organ

tersebut oleh enzim-enzim yang dikeluarkan pankreas (terutama tripsin).

Terjadi secara tiba-tiba dan dapat segera sembuh dengan penanganan yang

tepat.

2. Pankreatitis kronis merupakan proses inflamasi pankreas yang progresif dan

menyebabkan kerusakan parenkim pankreas yang irreversibel berupa fibrosis

serta mengakibatkan disfungsi eksokrin dan endokrin

C. Etiologi

1. Konsumsi alkohol cukup lama

Konsumsi alkohol akan mengakibatkan suasana lebih alkalis pada enzim-

enzim pankreas. Suasana itu akan berakibat timbulnya kerusakan pada

pankreas.

2. Infeksi bakteri

Walaupun jarang bakteri juga dapat mencapai pankreas untuk merusak organ

pankreas. Kerusakan ini akan berdampak pada peningkatan enzim pankreas

yang justru dapat merusak pankreas.

4

Page 5: PANKREASTITIS

3. Infeksi virus

Virus yang sering menimbulkan kerusakan pada pankreas adalah virus

parotitis.

4. Faktor risiko yang meningkatkan insiden pankreatitis antara lain:

a. Trauma tumpul abdomen

Trauma abdomen selain dapat mengenai langsung pankreas juga akan

meningkatkan stimulasi hormon gastrointestinal terhadap sekresi

enzim pankreas.

b. Ulkus peptikum

Pada kasus ulkus peptikum terjadi peningkatan sekresi hormon digestif

(kolesistokinin pankreozimin) terhadap enzim pankreas. Peningkatan

enzim pankreas yang berlebihan justru akan merusak pankreas sendiri.

c. Penyakit vaskuler sistemik

Penyakit vaskuler sistemik seperti arteriosklerosis akan berakibat

penurunan nutrisi dan oksigenasi jaringan seluruh tubuh termasuk

pankreas. Penurunan ini dapat berdampak pada kerusakan pankreas.

d. Hiperlipidemia

Kelebihan lipid di dalam tubuh akan mengakibatkan penyempitan pada

pembuluh darah

e. Hiperkalsemia

Peranan kalsium di dalam tubuh kita yang sangat penting adalah

penyusunan tulang dan gigi serta proses eksitasi persarafan. Kelebihan

kalsium di dalam darah akan berdampak pada peningkatan risiko

terbentuknya endapan pada organ tubuh. Endapan itulah yang akan

mempengaruhi fungsi pankreas untuk menyalurkan hasil eksokrinnya

f. Penggunaan kortikosteroid

Kortikosteroid merupakan obat yang berfungsi untuk mengurangi

peradangan dalam tubuh. Pemakaian kortikosteroid yang berlebihan

justru meningkatkan kerja hormon glukokortikoid (meningkatkan

glukosa darah) dan meningkatkan pengikisan kalsium pada tulang

yang dapat berakibat terbentuknya endapan. Dua dampak

5

Page 6: PANKREASTITIS

kortikosteroid inilah yang dapat menjadikan paankreas mengalami

kerusakan.

g. Penggunaan diuretik

Penggunaan diuretik yang berlebihan akan menurunkan kadar cairan

didalam sel dan peredaran darah. Akibatnya sel akan mengalami

kekurangan cairan yang berdampak pada penurunan keampuan

metabolisme dan kerja sel. Kondisi ini dapat juga terjadi pada pancreas

D. Patofisiologi

Alkohol, adanya batu empedu, serta infeksi bakteri maupun virus bila

menyerang pancreas akan mengaktivasi enzim Tripsin. Enzim tripsin sendiri

bersifat proteolitik terhadap pancreas. Akhirnya terjadi peradangna pada pancreas

atau pancreatitis.

Pankreatitis akan merangsang enzim fosfolipase yang merugikan karena

akan mencerna fosfolipid yang terdapat pada memberan sel. Bila fosfolipid

terkikis maka membrane sel akan rusak kemudian mati sehingga terjadilah

nekrosis.

Selain itu pankretitis akan menyebabkan munculnya enzim elastase.

Enzim elastase ini akan mencerna membrane dari pembuluh darah. Membrane

pembuluh darah yang rusak bisa menyebabkan perdarahan pada tubuh.

Kalikrein juga akan timbul ketika terjadi pankreatitis. Kalikrein

menyebabkan vasodilatasi pada pembeuluh darah, sehingga menyebabkan

permeabilitas pembuluh darah itu sendiri meningkat. Bila permeabilitas

meningkat di area paru-paru maka bisa terjadi efusi pleura. Edema di beberapa

bagian tubuh.

E. Manifestasi klinis

1. Rasa Nyeri abdomen yang hebat merupakan gejala utama pancreatitis.Nyeri

abdomen biasanya konstan dari ringan sampai hebat, menetap menyebabkan

ketidakberdayaan, yang disertai nyeri pada punggung, terjadi akibat iritasi

dan edema pada pankreas yang mengalami inflamasi tersebut sehingga timbul

6

Page 7: PANKREASTITIS

rangsangan pada ujung-ujung saraf. Peningkatan tekanan pada kapsul

pankreas dan obstruksi duktus pankreatikus juga turut menimbulkan rasa

sakit. Rasa sakit yang terjadi pada bagian setelah makan atau setelah

mengkonsumsi minuman keras; rasa sakit ini dapat bersifat menyebar dan

sulit ditentukan lokasinya.

2. Pasien tampak berada dalam keadaan sakit berat defens muskuler teraba pada

abdomen.

3. Perut yang kaku atau mirip papan dapat terjadi dan merupakan tanda yang

fatal. Namun demikian abdomen dapat tetap lunak jika tidak terjadi

peritonitis.

4. Bising usus biasanya menurun sampai hilang.

5. Kekakuan otot

6. Ekimosis (memar) didaerah pinggang dan disekitar umbilikus merupakan

tanda yang menunjukkan adanya pankreatitis haemoragik yang berat.Mual

dan muntah umumnya dijumpai pada pankreatitis akut.

7. Muntahan biasanya berasal dari isi lambung tetapi juga dapat mengandung

getah empedu. Gejala panas, ikterus, konfusidan agitasi dapat terjadi.

8. Hipotensi yang terjadi bersifat khas dan mencerminkan keadaan hipovolemia

9. Syok akibat:

a. Hipovolemia karena eksudasi darah dan protein kedalam ruang

retroperineum (retroperineal burn).

b. Peningkatan pembentukan dan pelepasan peptide kinin yang

menyebabkan vasodilatasidan peningkatan permeabilitas vascular.

c. Syok yang disebabkan oleh kehilangan sejumlah besar cairan yang

kaya protein, karena cairan ini mengalir kedalam jaringan dan rongga

peritoneum.

10. Nodus eritomatosus dikulit akibat nekrosis lemak subkutis.

11. Pasien dapat mengalami takikardia, sianosis dan kulit yang dingin serta basah

disamping gejala hipotensi.

7

Page 8: PANKREASTITIS

12. Gejala infiltrasi paru yang difus, dispnoe, tachipnoe dan hasil pemeriksaan

gas darah abnormal.

13. Depresi miokard, hipokalsemia, hiperglikemia dan koagulopati intravaskuler

diseminata dapat pula terjadi pada pankreatitis akut (Brunner & Suddart,

2001)

F. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Barbara (1996) Diagnosis pankreatitis akut pada umumnya dapat

ditetgakkan bilamana pada pasien dengan nyeri perut bagian atas yang timbul

tiba-tiba didapatkan :

1. Triad klasik kalsifikai pankrea: steatore dan DM biasanya dapat menegakkan

diagnosis

2. Uji intubasi (uji stimulasi sekretin), yang biasanya menjadi abnormal bila

terjadi kerusakan fungsi eksokrin pankreas sebesar 60 % atau lebih.

3. Uji bentiromid dan uji ekskresi D-Xilosa urine dilakukan pada klien dengan

steotore pankreatik (normal atau abnormal)

4. Penurunan kadar tripsinogen serum menunjukkan insufisiensi eksokrin

pancreas

5. Pemeriksaan lain seperti CT scan (dapat memperlihatkan adanya kalsifikasi

atau pelebaran duktus yang berkaitan dengan pancreatitis kronis, masa,

ketidakteraturan duktus, pembesaran dan sistik), ERCP (dapat

mengindentifikasi anatomi duktus dan lokasi komplikasi seperti pseudokiste

pankreas, distrupsi duktus).

6. Darah lengkap : SDM 10.000-25.000 terjadi pada 80% pasien. Hb mungkin

menurun karena perdarahan. Ht biasanya meningkat (hemokonsentrasi)

sehubungan dengan muntah atau dari efusi cairan kedalam pankreas atau area

retroperitoneal.

G. Penatalaksanaan Medis

1. Tujuan terapi adalah mengurangi sekresi pankreas dan mengistirahatkan

pankreas

2. Tindakan konvensional:

a. Pemberian anal getik untuk nyeri

8

Page 9: PANKREASTITIS

b. Pemberian cairan dan koloid intravena untuk mempertahankan volume

c. Pengisapan nasogastrik untuk menurunkan pelepasan gastrin oleh lambung

dan mencegah isi lambung masuk ke duodenum

3. Antibiotik untuk infeksi sekunder (flegmon, abses, pseudokista) atau

sumbatan aliran empedu (kolangitis asenden, koledokoletasis yang mengalami

komplikasi)

4. Karena sebab utama kematian adalah sepsis maka antibiotika diberikan.

Antasid biasanya diberikan untuk mengurangi pengeluaran asam lambung dan

duodenum dan resiko perdarahan sekunder terhadap gastritis atau duodenitis

(Sabiston, 1994).

5. Laparatomi dengan drainasepengeluaran jaringan nekrotik jika terapi

konvensional tidak dapat memperbaiki kondisi klien yang memburuk.

6. Pemberian nutrisi secara parenteral

7. Penurunan berat badan sampai berta badan ideal.

9

Page 10: PANKREASTITIS

BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Menurut Huddak & Gallo (1996) pengkajian pasien pancreatitis adalah :

1. Aktivitas/Istirahat

Gejala : Demam Anorexia

Tanda : Takikardia dan penurunan tekanan darah

2. Makanan/cairan

Gejala : Mual, muntah, dan penurunan berat badan dan ketidakseimbangan

cairan.

3. Nyeri/Ketidaknyamanan

Gejala : Nyeri abdomen, juga terdapat distensi abdomen bagian atas dan

terdengar bunyi timpani. Bising usus menurun atau hilang karena efek

proses peradangan dan aktivitas enzim pada motilitas usus. Hal ini

memperberat

4. Sirkulasi

Gejala :Koagulasi intravaskular diseminata dengan keterkaitan dengan

gangguan perdarahan dapat mempengaruhi keseimbangan cairan dan

gangguan pendarahan

5. Integumen

Gejala :Membran mukosa kering, kulit dingin dan lembab, perubahan

warna keunguan pada panggul (tanda turney grey) atau pada area

periumbilikus (tanda cullen) terjadi pada nekrosis hemoragik yang luas

B. Diagnosa Keperawatan, Intervensi dan Rasional

Menurut Huddak & Gallo (1996)Diagnosa keperawatan dan Rasional pasien

pancreatitis adalah :

1. Nyeri berhubungan dengan proses Inflamasi

Tujuan :

Nyeri hilang atau terkontrol

Kriteria Standar :

10

Page 11: PANKREASTITIS

Pasien menyatakan nyeri hilang/terkontrol Pasien mengikuti program

terapeutik menunjukkan metode mengurangi nyeri

Intervensi Raisional

Selidiki keluhan verbal nyeri, lihat

lokasi dan intensitas khusus (skala 0 -

10). Catat faktor-faktor yang

meningkatkan dan mengurangi nyeri.

Pengkajian dan pengendalian rasa nyeri

sangat penting karena kegelisahan pasien

meningkatkan metabolisme tubuh yang

akan menstimulasi sekresi enzim-enzim

pankreas dan lambung.

Pertahankan tirah baring selama

serangan akut. Berikan lingkungan

yang tenang.

menurunkan laju metabolik dan

rangsangan/ sekresi GI sehingga

menurunkan aktivitas pankreas.

Ajarkan teknik distraksi relaksasi mengalihkan perhatian dapat

meningkatkan ambang nyeri/

mengurangi nyeri.

Pertahankan lingkungan bebas

lingkungan berbau

rangsangan sensori dapat mengaktifkan

enzim pankreas, meningkatkan nyeri.

Kolaborasi pemberian analgesik

narkotik, contoh meferidin (demerol).

meferidin biasanya efektif pada

penghilangan nyeri.

2. Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Berhubungan Dengan Mual Muntah

Tujuan :

Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi setelah dilakukan intervensi

keperawatan selama 2×24 jam.

Kriteria standar :

Menunjukkan peningkatan berat badan, tidak mengalami malnutrisi

11

Page 12: PANKREASTITIS

Intervensi Raisonal

Kaji abdomen, catat adanya/ karakter

bising usus, distensi abdomen dan

keluhan mual.

Distensi usus dan atoni usus sering

terjadi, mengakibatkan penurunan/ tak

adanya bising usus.

Berikan perawatan oral higiene menurunkan rangsangan muntah.

Bantu pasien dlam pemilihan makanan/

cairan yang memenuhi kebutuhan

nutrisi dan pembatasan bila diet

dimulai.

kebiasaan diet sebelumnya mungkin tidak

memuaskan pada pemenuhan kebutuhan

saat ini untuk regenerasi jaringan dan

penyembuhan.

Observasi warna/ konsistensi/ jumlah

feses. Catat konsistensi lembek/ bau

busuk.

steatorea terjadi karena pencernaan lemak

tak sempurna.

Tes urine untuk gula dan aseton deteksi dini pada penggunaan glukosa tak

adekuat dapat mencegah terjadinya

ketoasidosis.

Kolaborasikan pemberian vitamin

ADEK

kebutuhan penggantian seperti

metabolisme lemak terganggu, penurunan

absorbsi/ penyimpangan vitamin larut

dalam lemak.

Kolaborasikan pemberian trigliserida

rantai sedang (contoh : MCT,

portagen)

MCT memberikan kalori/ nutrien

tambahan yang tidak memerlukan enzim

pankreas untuk pencernaan/ absorbsi.

12

Page 13: PANKREASTITIS

3. Pola Pernafasan Yang Tidak Efektif Berhubungan Dengan Imobilisasi

Akibat Rasa Nyeri Yang Hebat, Infiltrat Pulmoner, Efusi Pleura, Dan

Atelektasis

Tujuan :

Perbaikan fungsi respiratorius

Kriteria standar :

Setelah dilakukan perawatan selama 1×24 jam pola pernafasan klien

kembali normal

Intervensi Rasional

Kaji status pernafasan (frekuensi,

pola, suara nafas) pulsa oksimetri dan

gas darah arteri

pankreatitis akut menyebabkan edema

retroperitonial, elevasi diafragma, efusi

pleura dan ventilasi paru tidak adekuat.

Pertahankan posisi semi fowler penurunan tekanan pada diafragma dan

memungkinkan ekspansi paru yang lebih

besar.

Beritahukan dan dorong pasien untuk

melakukan nafas dalam dan batuk

setiap jam sekali.

menarik nafas dalam dan batuk akan

membersihkan saluran nafas dan

mengurangi atelektasis.

Bantu pasien membalik tubuh dan

mengubah posisi tiap 2 jam sekali.

Pengubahan posisi sering membantu

aerasi dan drainase semua lobus paru.

4. Resiko Infeksi Berhubungan Dengan Immobilisasi, Proses Inflamasi,

Akumulasi Cairan

Tujuan :

Setelah diadakan intervensi keperawatan klien tidak mengalami infeksi

/infeksi tidak terjadi.

Kriteria Standar :

13

Page 14: PANKREASTITIS

Meningkatkan waktu penyembuhan,klien bebas infeksi ,berpartisipasi

pada aktifitas untuk mengurangi resiko nyeri

Intervensi Rasional

Gunakan teknik aseptik ketat bila

mengganti balutan bedah atau bekerja

dengan infus kateter/selang,drain.Ganti

balutan dengan cepat.

membatasi sumber infeksi,dimana

dapat menimbulkan sepsis pada

pasien.

Tekankan pentingnya mencuci tangan

dengan baik.

menurunkan resiko kontaminasi

silang.

Observasi frekuensi dan krakteristik

pernapasan,bunyi napas.Cata adanya

batuk dan produksi sputum.

akumulasi cairan dan keterbatasan

mobilitas mencetuskan infeksi

pernapasan dan atelektasis.

Observasi tanda infeksi seperti demam

dan distress pernapasan.

mendeteksi dini terjadinya infeksi

pada pasien.

C. Implementasi

Pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien dengan pankreatitis

disesuaikan dengan intervensi yang telah direncanakan.

D. Evaluasi

Hasil asuhan keperawatan pada klien dengan kanker paru sesuai dengan

tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi ini didasarkan pada hasil yang diharapkan

atau perubahan yang terjadi pada pasien

14

Page 15: PANKREASTITIS

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pankreatitis adalah kondisi inflamasi yang menimbulkan nyeri dimana enzim

pankreas diaktifasi secara prematur mengakibatkan autodigestif dari pankreas.

2. Klasifikasi pankreatitis adalah pankreatitis akut dan kronis.

3. Etiologi antara lain konsumsi alkohol cukup lama.

4. Patofisiologi adalah mengkonsumsi alkohol yang cukup lama, adanya batu.

empedu, serta infeksi bakteri maupun virus bila menyerang pancreas.

5. Manifestasi klinis antara lain rasa nyeri abdomen.

6. Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan seperti CT scan (dapat

memperlihatkan adanya kalsifikasi atau pelebaran duktus yang berkaitan

dengan pancreatitis kronis, masa, ketidakteraturan duktus, pembesaran dan

sistik), ERCP (dapat mengindentifikasi anatomi duktus dan lokasi komplikasi

seperti pseudokiste pankreas, distrupsi duktus).

7. Penatalaksanaan medis adalah pemberian anti biotik. Antasid biasanya

diberikan untuk mengurangi pengeluaran asam lambung dan duodenum dan

resiko perdarahan sekunder terhadap gastritis atau duodenitis (Sabiston, 1994).

B. Saran

1. Dalam menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan pankreatitis

diperlukan pengkajian, konsep dan teori oleh seorang perawat.

2. Informasi atau pendidkan kesehatan berguna untuk pasien dengan pankreatitis

misalnya mengurangi atau menghentikan kebiasaan minum-minuman keras.

3. Dukungan.psikologik,sangat.berguna.untuk.pasien

15