Otitis Media Akut(Lapkas)
-
Upload
mutiarasartikasuhardi -
Category
Documents
-
view
24 -
download
2
description
Transcript of Otitis Media Akut(Lapkas)
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Otitis Media Akut (OMA) adalah peradangan pada sebagian atau seluruh
dari selaput permukaan telinga tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid, dan
sel-sel mastoid yang berlangsung kuarang dari 3 minggu.1,2
Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti
radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran
Eustachius.1
Di RSUD Cianjur, OMA menduduki peringkat pertama dalam 10 penyakit
terbanyak pada tahun 2010. Berdasarkan kenyataan tersebut, maka mahasiswa
kedokteran dituntut dapat mengetahui dan memperdalam masalah penyakit
tersebut berdasarkan: teori, anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang dan penatalaksanaannya.
Berikut ini, disusun laporan kasus pada pasien dengan Otitis Media Akut
yang berobat di Poli THT RSUD Cianjur pada tanggal 21 April tahun 2011.
B. Tujuan
Memperoleh pengalaman dalam anamnesis, pemeriksaan fisik dan
penatalaksanaan kasus Otitis Media Akut (OMA).
1
BAB IISTATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Nama : Tn. YM
Umur : 48 tahun
Alamat : Parungkuda
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Tanggal MRS : 9 September
II. ANAMNESIS (autoanamnesis)
Keluhan Utama
Telinga kiri terasa tersumbat sejak kurang-lebih 1 minggu yang lalu.
Keluhan Tambahan
Pendengaran pada telinga kiri dirasakan menurun.
Riwayat Penyakit Sekarang
1 minggu sebelum masuk rumah sakit, telinga kiri os kemasukan air.
Kemudian os mengorek-ngoreknya dengan cotton bud. Selanjutnya telinga
kiri dirasakan tersumbat dan pendengaran berkurang. Riwayat batuk–filek
sebelumnya disangkal. Os pernah berobat terkait keluhannya saat ini,
tetapi belum ada perubahan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Os belum pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya. Os mempunyai
riwayat hipertensi kurang-lebih sejak 8 tahun yang lalu. Riwayat penyakit
diabetes disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluhan yang serupa dengan os pada keluarga disangkal.
2
Riwayat Kehidupan Sosial
Os saat ini bekerja sebagai tenaga admistrasi pada sebuah perusahaan
swasta. Menurut os, lingkungan tempat ia bekerja tidak bising.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Composmentis
Tanda Vital : TD = 145 mmHg Nafas = 20x/mnt
N = 90x/mnt Suhu = afebris
Status Generalis
Kepala: Normocephal
Mata:
Konjungtiva anemis (-), ikterik (-)
Telinga : Lihat status lokalis
Hidung : Lihat status lokalis
Mulut : Lihat status lokalis
Leher : Lihat status lokalis
Thorax:
Jantung : Bj I & II normal, murmur (-), Gallops (-)
Paru : Vesikuler, ronki (-), whezeeng (-)
Abdomen : Pembesaran hepar dan lien (-)
Ekstr. Atas : Edema (-), RCT; < 2 detik
Ekstr. Bawah : Edema (-)
Status Lokalis THT
1. Telinga
Aurikel: Normotia, lesi (-)
Preaurikel
- Abses : (-) (-)
- Appendik : (-) (-)
3
- NT tragus : (-) (-)
KAE
- Serumen : (-) (-)
- Sekret : (-) (-)
- Hiperemis : (-) (-)
MT
- Hiperemis : (-) (±)
- Refleks cahaya : (-) (±)
- Perforasi : (-) (-)
- Bulging : (-) (-)
Retroaurikel
- Abses : (-) (-)
- NT mastoid : (-) (-)
2. Kavum Nasi
- Septum nasi : Tidak deviasi, abses (-), hematom (-)
- Mukosa hipermis : (-) (-)
- Konka : eutrofi eutrofi
- Sekret : (-) (-)
- Polip nasi : (-) (-)
- Pasase udara : (+) (+)
3. Faring
Nasofaring
- Orifisium tuba : -
- Konka superior : -
- Fossa Rosenmuller : -
- Plika salpingofaringeal : -
Orofaring
- Mukosa hiperemis : (-)
- Granul : (-)
- Tonsil : T1 T1
- Detritus : (-)
4
Laringofaring
- Epiglotis : -
- Plika ariepiglotis : -
- Plika ventrikularis : -
- Plika vokalis : -
- Rima glotis : -
4. Maksilofasial
N I : Normosmia
N VII :
- Mengangkat alis : (+) (+)
- Plika nasolabalis : (+) (+)
N VIII :
- Tes Rinne : (+) (-)
- Tes Weber : Lateralisasi ke kiri
- Tes Swabach : N Memanjang
5. Leher : Struma (-), pembesaran KGB (-)
IV. DIAGNOSA BANDING
1. Otitis Media Akut AS
2. Otitis Eksterna AS
3. Otosklerosis
V. DIAGNOSIS KERJA
Otitis Media Akut AS
VI. RENCANA TERAPI
1. Antibiotik
2. Mukolitik
3. Dekongestan
4. Antihipertensi
5
BAB IIITINAJUAN TEORI
(OTITIS MEDIA AKUT)
A. DEFINISI
Otitis media adalah peradangan pada sebagian atau seluruh dari selaput
permukaan telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel
mastoid.1,2
B. ANATOMI
Telinga sendiri terbagi menjadi tiga bagian: telinga luar, telinga tengah,
dan telinga dalam. Telinga tengah adalah daerah yang dibatasi dengan dunia
luar oleh gendang telinga. Daerah ini menghubungkan suara dengan alat
pendengaran di telinga dalam. Selain itu di daerah ini terdapat saluran
Eustachius yang menghubungkan telinga tengah dengan rongga hidung
belakang dan tenggorokan bagian atas. Guna saluran ini adalah:
menjaga keseimbangan tekanan udara di dalam telinga dan
menyesuaikannya dengan tekanan udara di dunia luar.
mengalirkan sedikit lendir yang dihasilkan sel-sel yang melapisi telinga
tengah ke bagian belakang hidung.
Gambar 1. Telinga Bagian Tengah
C. PATOFISOLOGI
Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti
radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran
6
Eustachius.1 Saat bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat
menyebabkan infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi pembengkakan di
sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan datangnya sel-sel darah putih untuk
melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri dengan
mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah
dalam telinga tengah. Selain itu pembengkakan jaringan sekitar saluran
Eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah
terkumpul di belakang gendang telinga.
Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu
karena gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga
dengan organ pendengaran di telinga dalam tidak dapat bergerak bebas.
Kehilangan pendengaran yang dialami umumnya sekitar 24 desibel (bisikan
halus).2Namun cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan gangguan
pendengaran hingga 45 desibel (kisaran pembicaraan normal). Selain itu
telinga juga akan terasa nyeri.1 Dan yang paling berat, cairan yang terlalu
banyak tersebut akhirnya dapat merobek gendang telinga karena tekanannya.
Sebagaimana halnya dengan kejadian infeksi saluran pernapasan atas
(ISPA), otitis media juga merupakan salah satu penyakit langganan anak. Di
Amerika Serikat, diperkirakan 75% anak mengalami setidaknya satu episode
otitis media sebelum usia tiga tahun dan hampir setengah dari mereka
mengalaminya tiga kali atau lebih. Di Inggris, setidaknya 25% anak
mengalami minimal satu episode sebelum usia sepuluh tahun.4 Di negara
tersebut otitis media paling sering terjadi pada usia 3-6 tahun.
D. ETIOLOGI
Penyebab otitis media akut (OMA) dapat merupakan virus maupun
bakteri.4,5 Pada 25% pasien, tidak ditemukan mikroorganisme penyebabnya.
Virus ditemukan pada 25% kasus dan kadang menginfeksi telinga tengah
bersama bakteri. Bakteri penyebab otitis media tersering adalah Streptococcus
pneumoniae, diikuti oleh Haemophilus influenzae dan Moraxella cattarhalis.
Yang perlu diingat pada OMA, walaupun sebagian besar kasus disebabkan
7
oleh bakteri, hanya sedikit kasus yang membutuhkan antibiotik. Hal ini
dimungkinkan karena tanpa antibiotik pun saluran Eustachius akan terbuka
kembali sehingga bakteri akan tersingkir bersama aliran lendir.
E. PENYEBAB ANAK LEBIH MUDAH TERSERANG OMA
Anak lebih mudah terserang otitis media dibanding orang dewasa karena
beberapa hal.1
Sistem kekebalan tubuh anak masih dalam perkembangan.
Saluran Eustachius pada anak lebih lurus secara horizontal dan lebih
pendek sehingga ISPA lebih mudah menyebar ke telinga tengah.
Adenoid (adenoid: salah satu organ di tenggorokan bagian atas yang
berperan dalam kekebalan tubuh) pada anak relatif lebih besar dibanding
orang dewasa. Posisi adenoid berdekatan dengan muara saluran Eustachius
sehingga adenoid yang besar dapat mengganggu terbukanya saluran
Eustachius. Selain itu adenoid sendiri dapat terinfeksi di mana infeksi
tersebut kemudian menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius.
F. STADIUM OMA
1. Stadium penyumbatan tuba eustachius, tanda yang khas pada stadium ini
adalah penarikan membran timpani pada telinga ke arah dalam akibat
tekanan negatif yang ditimbulkan oleh sumbatan.
2. Stadium Hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar di membran
timbani atau seluruh membran timpani.
3. Stadium Supurasi, bengkak yang hebat pada selaput permukaan telinga
tengah dan hancurnya sel-sel di dalam telinga tengah menyebabkan cairan
yang kental tertimbun di telinga tengah
4. Stadium Perforasi, pecahnya membrane timpani, dan keluar cairan putih
5. Stadium Resolusi, perlahan-lahan membrane timpani akan menyembuh
jika robekan tidak terlalu lebar, tetapi jika robekan lebar, stadium perforasi
dapat menetap dan berubah menjadi Otitis Media Supuratif Kronik.
8
G. KRITERIA DIAGNOSIS
Diagnosis OMA harus memenuhi tiga hal berikut.6
1. Penyakitnya muncul mendadak (akut)
2. Ditemukannya tanda efusi (efusi: pengumpulan cairan di suatu rongga
tubuh) di telinga tengah. Efusi dibuktikan dengan adanya salah satu di
antara tanda berikut:
a. Menggembungnya gendang telinga
b. Terbatas/tidak adanya gerakan gendang telinga
c. Adanya bayangan cairan di belakang gendang telinga
d. Cairan yang keluar dari telinga
3. Adanya tanda/gejala peradangan telinga tengah, yang dibuktikan dengan
adanya salah satu diantara tanda berikut:
a. Kemerahan pada gendang telinga
b. Nyeri telinga yang mengganggu tidur dan aktivitas normal
Anak dengan OMA dapat mengalami nyeri telinga atau riwayat menarik-
narik daun telinga pada bayi, keluarnya cairan dari telinga, berkurangnya
pendengaran, demam, sulit makan, mual dan muntah, serta rewel.4,6,7 Namun
gejala-gejala ini (kecuali keluarnya cairan dari telinga) tidak spesifik untuk
OMA sehingga diagnosis OMA tidak dapat didasarkan pada riwayat semata.6
Efusi telinga tengah diperiksa dengan otoskop (alat untuk memeriksa liang
dan gendang telinga dengan jelas).4 Dengan otoskop dapat dilihat adanya
gendang telinga yang menggembung, perubahan warna gendang telinga
menjadi kemerahan atau agak kuning dan suram, serta cairan di liang telinga.
Jika konfirmasi diperlukan, umumnya dilakukan dengan otoskopi
pneumatik (pemeriksaan telinga dengan otoskop untuk melihat gendang
telinga yang dilengkapi dengan pompa udara kecil untuk menilai respon
gendang telinga terhadap perubahan tekanan udara).6 Gerakan gendang
telinga yang berkurang atau tidak ada sama sekali dapat dilihat dengan
pemeriksaan ini. Pemeriksaan ini meningkatkan sensitivitas diagnosis OMA.
Namun umumnya diagnosis OMA dapat ditegakkan dengan otoskop biasa.4
9
Efusi telinga tengah juga dapat dibuktikan dengan timpanosentesis
(penusukan terhadap gendang telinga).6 Namun timpanosentesis tidak
dilakukan pada sembarang anak. Indikasi perlunya timpanosentesis antara
lain adalah OMA pada bayi di bawah usia enam minggu dengan riwayat
perawatan intensif di rumah sakit, anak dengan gangguan kekebalan tubuh,
anak yang tidak memberi respon pada beberapa pemberian antibiotik, atau
dengan gejala sangat berat dan komplikasi.8
OMA harus dibedakan dari otitis media dengan efusi yang dapat menyerupai
OMA. Untuk membedakannya dapat diperhatikan hal-hal berikut.4
Gejala dan tanda OMA Otitis media dengan
efusi
Nyeri telinga, demam, rewel + -
Efusi telinga tengah + +
Gendang telinga suram + +/-
Gendang yang menggembung +/- -
Gerakan gendang berkurang + +
Berkurangnya pendengaran + +
H. PENATALAKSANAAN
Terapi bergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada stadium
awal ditujukan untuk mengobati infeksi saluran napas, dengan pemberian
antibiotik, dekongestan lokal atau sistemik, dan antipiretik.
Stadium Oklusi
Terapi ditujukan untuk membuka kembali tuba Eustachius sehingga
tekanan negatif di telinga tengah hilang. Diberikan obat tetes hidung HCl
efedrin 0,25 % untuk anak < 12 tahun atau HCl efedrin 0,5 % dalam larutan
fisiologis untuk anak diatas 12 tahun dan dewasa. Sumber infeksi lokal harus
diobati. Antibiotik diberikan bila penyebabnya kuman14.
Stadium Presupurasi
10
Diberikan antibiotik, obat tetes hidung dan analgesik. Bila membran
timpani sudah terlihat hiperemis difus, sebaiknya dilakukan miringotomi.
Dianjurkan pemberian antibiotik golongan penisilin atau eritromisin. Jika
terjadi resistensi, dapat diberikan kombinasi dengan asam klavulanat atau
sefalosporin. Untuk terapi awal diberikan penisilin intramuskular agar
konsentrasinya adekuat di dalam darah sehingga tidak terjadi mastoiditis
terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa dan kekambuhan.
Antibiotik diberikan minimal selama 7 hari14.
Stadium Supurasi
Selain antibiotik, pasien harus dirujuk untuk melakukan miringotomi bila
membran timpani masih utuh sehingga gejala cepat hilang dan tidak terjadi
ruptur14.
Stadium Perforasi
Terlihat sekret banyak keluar, kadang secara berdenyut. Diberikan obat
cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotik yang adekuat sampai 3
minggu. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi akan menutup sendiri
dalam 7-10 hari14.
Stadium Resolusi
Membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi, dan
perforasi menutup. Bila tidak, antibiotik dapat dilanjutkan sampai 3 minggu.
Bila tetap, mungkin telah terjadi mastoiditis14.
Kombinasi obat yang dipakai adalah :
1. ANTIBIOTIKA
OMA umumnya adalah penyakit yang akan sembuh dengan
sendirinya.4 Sekitar 80% OMA sembuh dalam 3 hari tanpa antibiotik.
Penggunaan antibiotik tidak mengurangi komplikasi yang dapat terjadi,
termasuk berkurangnya pendengaran.4,9 Observasi dapat dilakukan pada
sebagian besar kasus. Jika gejala tidak membaik dalam 48-72 jam atau ada
perburukan gejala, antibiotik diberikan.4,6 American Academy of
11
Pediatrics (AAP) mengkategorikan OMA yang dapat diobservasi dan yang
harus segera diterapi dengan antibiotik sebagai berikut:6
Usia Diagnosis pasti Diagnosis meragukan
< 6 bln Antibiotik Antibiotik
6 bln – 2 th Antibiotik Antibiotik jika gejala berat; observasi jika
gejala ringan
2 thn Antibiotik jika gejala
berat; observasi jika
gejala ringan
Observasi
Yang dimaksud dengan gejala ringan adalah nyeri telinga ringan
dan demam <39°C dalam 24 jam terakhir. Sedangkan gejala berat adalah
nyeri telinga sedang – berat atau demam 39°C.
Pilihan observasi selama 48-72 jam hanya dapat dilakukan pada
anak usia enam bulan – dua tahun dengan gejala ringan saat pemeriksaan,
atau diagnosis meragukan pada anak di atas dua tahun. Untuk dapat
memilih observasi, follow-up harus dipastikan dapat terlaksana. Analgesia
tetap diberikan pada masa observasi.
British Medical Journal memberikan kriteria yang sedikit berbeda
untuk menerapkan observasi ini.10Menurut BMJ, pilihan observasi dapat
dilakukan terutama pada anak tanpa gejala umum seperti demam dan
muntah.
Jika diputuskan untuk memberikan antibiotik, pilihan pertama
untuk sebagian besar anak adalah amoxicillin.4,6,7
Sumber seperti AAFP (American Academy of Family Physician)
menganjurkan pemberian 40 mg/kg berat badan/hari pada anak dengan
risiko rendah dan 80 mg/kg berat badan/hari untuk anak dengan risiko
tinggi.7,11 Risiko tinggi yang dimaksud antara lain adalah usia kurang dari
dua tahun, dirawat sehari-hari di daycare, dan ada riwayat pemberian
antibiotik dalam tiga bulan terakhir.
12
WHO menganjurkan 15 mg/kg berat badan/pemberian dengan
maksimumnya 500 mg.5
AAP menganjurkan dosis 80-90 mg/kg berat badan/hari.6 Dosis ini terkait
dengan meningkatnya persentase bakteri yang tidak dapat diatasi dengan
dosis standar di Amerika Serikat. Sampai saat ini di Indonesia tidak ada
data yang mengemukakan hal serupa, sehingga pilihan yang bijak adalah
menggunakan dosis 40 mg/kg/hari. Dokumentasi adanya bakteri yang
resisten terhadap dosis standar harus didasari hasil kultur dan tes resistensi
terhadap antibiotik.
Antibiotik pada OMA akan menghasilkan perbaikan gejala dalam
48-72 jam.6 Dalam 24 jam pertama terjadi stabilisasi, sedang dalam 24 jam
kedua mulai terjadi perbaikan. Jika pasien tidak membaik dalam 48-72
jam, kemungkinan ada penyakit lain atau pengobatan yang diberikan tidak
memadai.
Dalam kasus seperti ini dipertimbangkan pemberian antibiotik lini kedua.
Misalnya:
Pada pasien dengan gejala berat atau OMA yang kemungkinan
disebabkan Haemophilus influenzae dan Moraxella catarrhalis,
antibiotik yang kemudian dipilih adalah amoxicillin-
clavulanate.6 Sumber lain menyatakan pemberian amoxicillin-
clavulanate dilakukan jika gejala tidak membaik dalam tujuh
hari atau kembali muncul dalam 14 hari.4
Jika pasien alergi ringan terhadap amoxicillin, dapat diberikan
cephalosporin seperti cefdinir, cefpodoxime, atau cefuroxime.
Pada alergi berat terhadap amoxicillin, yang diberikan adalah
azithromycin atau clarithromycin.4,6
Pilihan lainnya adalah erythromycin-sulfisoxazole atau
sulfamethoxazole-trimethoprim.5,6 Namun kedua kombinasi ini
bukan pilihan pada OMA yang tidak membaik dengan
amoxicillin.4,6
13
Jika pemberian amoxicillin-clavulanate juga tidak memberikan
hasil, pilihan yang diambil adalah ceftriaxone selama tiga hari.6
Perlu diperhatikan bahwa cephalosporin yang digunakan pada OMA
umumnya merupakan generasi kedua atau generasi ketiga dengan
spektrum luas. Demikian juga azythromycin atau clarythromycin.
Antibiotik dengan spektrum luas, walaupun dapat membunuh lebih banyak
jenis bakteri, memiliki risiko yang lebih besar. Bakteri normal di tubuh
akan dapat terbunuh sehingga keseimbangan flora di tubuh terganggu.
Selain itu risiko terbentuknya bakteri yang resisten terhadap antibiotik
akan lebih besar. Karenanya, pilihan ini hanya digunakan pada kasus-
kasus dengan indikasi jelas penggunaan antibiotik lini kedua.
Pemberian antibiotik pada otitis media dilakukan selama sepuluh hari pada
anak berusia di bawah dua tahun atau anak dengan gejala berat.6 Pada usia
enam tahun ke atas, pemberian antibiotik cukup 5-7 hari. Di Inggris,
anjuran pemberian antibiotik adalah 3-7 hari atau lima hari.4 Ulasan dari
Cochrane menunjukkan tidak adanya perbedaan bermakna antara
pemberian antibiotik dalam jangka waktu kurang dari tujuh hari
dibandingkan dengan pemberian lebih dari tujuh hari. Dan karena itu
pemberian antibiotik selama lima hari dianggap cukup pada otitis media.
Pemberian antibiotik dalam waktu yang lebih lama meningkatkan risiko
efek samping dan resistensi bakteri.
2. ANALGESIK
Selain antibiotik, penanganan OMA selayaknya disertai penghilang nyeri
(analgesia).4,6 Analgesia yang umumnya digunakan adalah analgesia
sederhana seperti paracetamol atau ibuprofen. Namun perlu diperhatikan
bahwa pada penggunaan ibuprofen, harus dipastikan bahwa anak tidak
mengalami gangguan pencernaan seperti muntah atau diare karena
ibuprofen dapat memperparah iritasi saluran cerna.
3. OBAT LAIN
14
Pemberian obat-obatan lain seperti antihistamin (antialergi) atau
dekongestan tidak memberikan manfaat bagi anak.4
Pemberian kortikosteroid juga tidak dianjurkan.7
4. MIRINGOTOMI
Myringotomy (myringotomy: melubangi gendang telinga untuk
mengeluarkan cairan yang menumpuk di belakangnya) juga hanya
dilakukan pada kasus-kasus khusus di mana terjadi gejala yang sangat
berat atau ada komplikasi.4 Cairan yang keluar harus dikultur.
Pemberian antibiotik sebagai profilaksis untuk mencegah berulangnya
OMA tidak memiliki bukti yang cukup.4
I. PENCEGAHAN OMA
Beberapa hal yang tampaknya dapat mengurangi risiko OMA adalah:
pencegahan ISPA pada bayi dan anak-anak,
pemberian ASI minimal selama 6 bulan,
penghindaran pemberian susu di botol saat anak berbaring,
dan penghindaran pajanan terhadap asap rokok.4,6
Berenang kemungkinan besar tidak meningkatkan risiko OMA.4
J. KOMPLIKASI
Otitis media kronik ditandai dengan riwayat keluarnya cairan secara
kronik dari satu atau dua telinga.5Jika gendang telinga telah pecah lebih dari 2
minggu, risiko infeksi menjadi sangat umum. Umumnya penanganan yang
dilakukan adalah mencuci telinga dan mengeringkannya selama beberapa
minggu hingga cairan tidak lagi keluar.
Otitis media yang tidak diobati dapat menyebar ke jaringan sekitar telinga
tengah, termasuk otak.3Namun komplikasi ini umumnya jarang terjadi.4 Salah
satunya adalah mastoiditis pada 1 dari 1000 anak dengan OMA yangtidak
diobati.
15
Otitis media yang tidak diatasi juga dapat menyebabkan kehilangan
pendengaran permanen.3 Cairan di telinga tengah dan otitis media kronik dapat
mengurangi pendengaran anak serta menyebabkan masalah dalam kemampuan
bicara dan bahasa.
Otitis media dengan efusi didiagnosis jika cairan bertahan dalam telinga
tengah selama 3 bulan atau lebih.4
Komplikasi yang serius adalah:
Infeksi pada tulang di sekitar telinga tengah (mastoiditis atau petrositis)
Labirintitis (infeksi pada kanalis semisirkuler)
Kelumpuhan pada wajah
Tuli
Peradangan pada selaput otak (meningitis)
Abses otak
K. RUJUKAN
Beberapa keadaan yang memerlukan rujukan pada ahli THT adalah;
Anak dengan episode OMA yang sering. Definisi “sering” adalah lebih
dari 4 episode dalam 6 bulan.4Sumber lain menyatakan “sering” adalah
lebih dari 3 kali dalam 6 bulan atau lebih dari 4 kali dalam satu tahun7
Anak dengan efusi selama 3 bulan atau lebih, keluarnya cairan dari telinga,
atau berlubangnya gendang telinga4,7
Anak dengan kemungkinan komplikasi serius seperti kelumpuhan saraf
wajah atau mastoiditis (mastoiditis: peradangan bagian tulang tengkorak,
kurang lebih terletak pada tonjolan tulang di belakang telinga)7
Anak dengan kelainan kraniofasial (kraniofasial: kepala dan wajah),
sindrom Down, sumbing, atau dengan keterlambatan bicara7
OMA dengan gejala sedang-berat yang tidak memberi respon terhadap 2
antibiotik7
DAFTAR PUSTAKA
16
1. Otitis Media (Ear Infection). Available from
http://www.nidcd.nih.gov/health/hearing/otitism.asp
2. Chronic Otitis Media (Middle Ear Infection) and Hearing Loss. Available from
http://www.entnet.org/KidsENT/hearing_loss.cfm
4. Ear Anatomy Available from
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/imagepag es/1092.htm
5. Otitis media – acute. Available from
http://www.prodigy.nhs.uk/guidance.asp?gt=Otitis%20media%20-%20acute
http://www.who.int/medicines/library/bacterial_model_pres/014to019.pdf.
6. Diagnosis and Management of Acute Otitis Media. PEDIATRICS Vol. 113
No. May 2004, pp. 1451-1465. available from
http://aappolicy.aappublications.org/cgi/content/full/pediatrics;113/5/1451
7. Glasziou PP, Del Mar CB, Sanders SL, Hayem M. Antibiotics for acute otitis
media in children (Cochrane Review) The Cochrane Library, Issue 2, 2005.
Available from
http://www.cochrane.org/cochrane/revabstr/AB000219.htm
8. Little P, et al. Predictors of poor outcome and benefits from antibiotics in
children with acute otitis media: pragmatic randomised trial. BMJ 2002;325:22
( 6 July ). Available from
http://bmj.bmjjournals.com/cgi/content/full/325/7354/22?
ijkey=742c411e86bbfb31b1a51105ff9bfc95d8a31433
9. Wellbery C. Standard-Dose Amoxicillin for Acute Otitis Media. May 1 2005.
Available from http://www.aafp.org/afp/20050501/tips/18.html
17