OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR TERFERMENTASI …
Transcript of OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR TERFERMENTASI …
OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR TERFERMENTASI
CAIRAN RUMEN KAMBING TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
SINTASAN JUVENIL UDANG VANNAME (Litopenaeus vanname)
JAWINA
10594095215
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2019
OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR
TERFERMENTASI CAIRAN RUMEN KAMBING TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN SINTASAN JUVENIL UDANG
VANAME (Litopenaeus vanname)
JAWINA
10594095215
Skripsi
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan
Pada Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Makassar
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Optimasi Tepung
Limbah Sayur Terfermentasi Cairan Rumen Kambing Terhadap
Pertumbuhan dan Sintasan Juvenil Udang Vaname (Litopenaeus vaname)
adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar dibagian akhir skripsi
ini.
Makassar, Agustus 2019
HALAMAN HAK CIPTA
Hak Cipta milik Universitas Muhammadiyah Makassar, Tahun 2019
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumber.
a. Pengutip hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan
suatu masalah.
b. Pengutip tidak merugikan kepentingan yang wajar Universitas
Muhammadiyah Makassar
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh
karya tulis dalam bentuk laporan apapun tanpa izin Universitas
Muhammadiyah Makassar
ABSTRAK
Jawina 10594 0952 15. Optimasi Kadar Tepung Limbah Sayur
Terfermentasi Cairan Rumen Kambing Terhadap Pertumbuhan dan
Sintasan Juvenil Udang Vaname (Litopenaeus vanname). Dibimbing oleh
Murni dan Asni Anwar
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kadar tepung limbah sayur
terfermentasi cairan rumen kambing terhadap pertumbuhan dan sintasan juvenil
udang vanname. Penelitian ini dilaksanakan selama 50 hari yakni pada bulan
April sampai Juni 2019 di Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP)
Takalar. Provinsi Sulawesi Selatan. Metode yang digunakan yakni pengambilan
cairan rumen kambing, pengambilan limbah sayur, pencampuran limbah sayur
dengan cairan rumen kambing, pencampuran bahan tambahan, pencetakan
pakan, pengeringan pakan serta pengemasan pakan tepung limbah sayur
terfermentasi cairan rumen kambing, persiapan wadah, persiapan alat dan bahan
yang akan digunakan, selanjutnya pemeliharan juvenil udang vaname. Pada
penelitian ini menggunakan RAL (Rancangan Acak Lengkap) 4 Perlakuan dan 3
Ulangan perlakuan, yakni perlakuan A (0% kadar tepung limbah sayur),
perlakuan B (10% kadar tepung limbah sayur), perlakuan C (20% kadar tepung
limbah sayur), dan perlakuan D (30% kadar tepung limbah sayur.
Hasil yang diperoleh selama penelitian menunjukkan bahwa pengaruh
pemberian pakan dengan kadar tepung limbah sayur terfermentasi cairan rumen
kambing berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap pertumbuhan dan sintasan juvenil
udang vaname PL 30.
Kata Kunci : Tepung Limbah Sayur, Cairan rumen kambing, Juvenil udang
vaname, pertumbuhan, sintasan.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu
Alhamduliilah rabbil alamin, segala puji hanya milik Allah SWT, Tuhan
semesta alam. Hanya kepada-Nya penulis menyerahkan diri dan menumpahkan
harapan, semoga segala aktivitas dan praduktivitas penulis mendapatkan
limpahan rahmat dari Allah SWT. Rasa syukur juga dipanjatkan oleh penulis
atas berkat Rahmat, Hidayah serta Kasih Sayang Allah jualah telah memberi
banyak nikmat, kesehatan, dan petunjuk serta kesabaran sehingga penulis dapat
melaksanakan penulisan Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat
menyelesaikan Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar dengan Judul Skripsi adalah “ Optimasi Kadar
Tepung Limbah Sayur Terfermentasi Cairan Rumen Kambing Terhadap
Pertumbuhan dan Sintasan Juvenil Udang Vanname (Litopenaeus vanname)”.
Dengan selesainya penulisan Skripsi ini, penulis ingin menyampaikan
terima kasih kepada Ibunda Hasena, Ayahanda Almarhum Tuwo dan Kakak Hj.
Jumasiah serta seluruh keluarga yang telah mencurahkan seluruh kasih dan
sayangnya dengan sepenuh hati, mendoakan dan mendukung penulis lahir dan
bathin.
Selanjutnya penulis sampaikan terima kasih khusus yang mendalam
kepada Ibu Dr. Murni, S.Pi., M.Si selaku pembimbing 1, dan kepada Ibu Asni
Anwar, S.Pi., M.Si selaku pembimbing 2 yang telah banyak melungkan waktu
dan membagi ilmu, memberi motivasi dan araha-arahan. Semoga beliau selalu
dalam keadaan yang sehat dan sukses.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis secara tulus dan ikhlas
menyampaikan terima kasih kepada rekan-rekan mahasiswa Program Studi
Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar
angkatan 2015, terkhusunya kepada sahabat saya yaitu Andi Andika Padilla,
Nurhayati, dan Ade Rahanzas atas kerjasamanya selama ini sehingga dapat
membuahkan hasil pada hari ini, dan jika selama ini penulis pernah berbuat
kesalahan atau kehilafan kepada rekan-rekan seangkatan baik disengaja maupun
tidak disengaja, penulis menyampaikan permohonan maaf lahir dan bathin, tiada
gading yang tidak pernah retak, tiada manusia yang tidak pernah salah.
Makassar, 27 Juli 2019
Jawina
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................. i
HALAMAN JUDUL..................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ...................................... iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI... iv
HALAMAN HAK CIPTA............................................................................ v
ABSTRAK..................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................. vii
DAFTAR ISI ................................................................................................. x
DAFTAR TABEL....................................................................................... .. xii
DAFTAR GAMBAR................................................................................... . xiii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xiv
1. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..................................................... 2
II. TINJAUN PUSTAKA ............................................................................. 3
2.1. Klasifikasi dan Morfologi Udang Vaname ...................................... 3
2.2. Perkembangan Larva Udang vaname ................................................ 4
2.2.1. Stadia Nauplius........................................................................ 4
2.2.2. Stadia Zoea ............................................................................. 6
2.2.3. Stadia Mysis ........................................................................... 7
2.2.4. Stadia Post Larva ................................................................... 8
2.3. Pertumbuhan Udang Vanamei ........................................................... 9
2.4. Kelangsungan Hidup (Sintasan) ........................................................ 9
2.5. Kebutuhan Nutrisi Udang Vannamei ................................................ 10
2.6. Cairan Rumen .................................................................................... 11
2.7. Limbah Sayur .................................................................................... 12
2.8. Parameter Kualitas Air ...................................................................... 13
2.8.1. Suhu ......................................................................................... 14
2.8.2. Salinitas ................................................................................... 14
2.8.3. Oksigen Terlarut ...................................................................... 14
2.8.4. pH ............................................................................................ 15
2.8.5. Amoniak .................................................................................. 16
III. METODE PENELITIAAN ................................................................. ... 18
3.1. Waktu dan Tempat ........................................................................... 18
3.2. Persiapan esktrak enzim cairan rumen ............................................. 18
3.3. Persiapan Pakan Uji .......................................................................... 19
3.4. Wadah dan Media Pemeliharaan ...................................................... 20
3.5. Hewan Uji ......................................................................................... 21
3.6. Rancangan Percobaan ....................................................................... 21
3.7. Peubah yang diamati ........................................................................ 22
3.7.1. Pertumbuhan mutlak udang vaname ...................................... 22
3.7.2. Sintasan juvenil udang vaname .............................................. 22
3.8. Parameter Kualitas Air ..................................................................... 22
3.9. Analisi Data ...................................................................................... 23
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 24
4.1. Pertumbuhan mutlak udang vaname ............................................... 24
4.2. Sintasan udang vaname ................................................................... 25
4.3. Pembahasan ..................................................................................... 26
4.4. Kualitas Air ..................................................................................... 28
V. PENUTUP ................................................................................................ 32
5.1. Kesimpulan ..................................................................................... 32
5.2. Saran ............................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 33
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
1. Ciri-ciri perkembangan nauplius udang vaname ...................................... 5
2. Ciri - ciri perkembangan zoea ........................................................ .......... 6
3. Ciri - ciri stadia Mysis .................................................................. ............ 7
4. Kandungan Nutrisi Limbah sayur terfermentasi Cairan Rumen ... ........... 13
5. Formulasi pakan yang digunakan pada penelitian ........................ ........... 20
6. Kisaran parameter kualitas air media pemeliharaan juvenil udang vaname PL
30 setiap perlakuan selama penelitian ....................... ................................... 27
DAFTAR GAMBAR
1. Morfologi udang vaname (Wyban dan Sweeney, 1991) ....................... 4
2. Fase nauplis udang vaname (Wyban and Sweeney, 1991) .................... 5
3. Fase zoea udang vaname (Wyban and Sweeney, 1991) ........................ 7
4. Fase mysis udang vaname (Wyban and Sweeney, 1991) ...................... 8
5. Post larva udang vaname (Wyban and Sweeney, 1991) ........................ 8
6. Lokasi BPBAP Takalar ......................................................................... 16
7. Tata letak wadah penelitian .................................................................. 19
8. Pertumbuhan Mutlak udang vaname .................................................... 21
9. Sintasan udang vaname ........................................................................ 24
DAFTAR LAMPIRAN
1. Hasil analisis proksimat pakan pakan uji .................................... 35
2. Data pengamatan pertumbuhan mutlak udang vaname ............... 35
3. Hasil analisis varians pertumbuhan mutlak udang vaname ......... 35
4. Hasil uji lanjut Duncan pertumbuhan mutlak udang vaname ...... 36
5. Data sintasan udang vaname ........................................................ 36
6. Hasil analisi varians sintasan udang vaname ............................... 36
7. Hasil uji lanjut Duncan sintasan udang vaname........................... 37
8. Foto Alat dan Bahan .................................................................... 37
9. Foto Dokumentasi ........................................................................ 37
II. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Udang vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu komoditas
perikanan budidaya yang permintaannya terus meningkat dan berkembang pesat.
Udang vannamei memiliki banyak keunggulan seperti relativ tahan penyakit,
produktivitasnya tinggi, waktu pemeliharaan relativ singkat, tingkat
kelangsungan hidup selama masa pemeliharaan tinggi dan permintaan pasar terus
meningkat (Hendrajat dan Mangampa, 2007). Dalam kegiatan budidaya udang
antara lain udang vanname membutuhkan benih yang berkualitas sehingga
mempunyai nilai jual tinggi dan dapat menjadi ekspor Indonesia.
Usaha peningkatan produksi udang vaname dapat dilakukan melalui usaha
budidaya secara intensif. Namun dalam usaha budidaya tersebut ada faktor yang
berperan penting yaitu pakan. Pakan yang biasanya diberikan pada udang
vaname masih sedikit yang dapat dimanfaatkan dengan baik hal ini disebabkan
oleh kurangnya enzim yang mampu merombak kandungan yang terdapat dalam
pakan dalam hal ini protein dan lemak, menjadi lebih kompleks sehingga dapat
dicerna dengan baik oleh hewan budidaya.
Berdasarkan permasalahan tersebut maka perlu dilakukan pengaplikasian
tepung limbah sayur dengan cairan rumen untuk melihat pertumbuhan dan
sintasan juevenil udang vanname.
Limbah sayur merupakan limbah pertanian yang jumlahnya melimpah,
selain itu limbah sayur (wortel, sawi putih, kol dan kangkung) mengandung
protein yang cukup tinggi 22,63% (Murni et. al, 2018), namun untuk
memanfaatkan limbah sayur tersebut terkendala pada kandungan selulosa yang
tinggi 30,71% (Murni dan Darmawati,2016), sehingga menghambat kecernaan
pakan (Jusadi, 2014). Untuk menurunkan kandungan selulosa pada tepung
limbah sayur adalah melalui proses fermentasi dengan menggunakan cairan
rumen kambing sebagai fermentor.
Penambahan enzim cairan rumen domba 100 mL/kg bahan dengan lama
waktu inkubasi selama 24 jam dapat menurunkan kandungan serat kasar bungkil
kelapa sawit paling tinggi yaitu dari 17,54% menjadi 6,69% dan meningkatkan
nilai ketercernaan bungkil kelapa sawit sebesar 42,26% (Pamungkas, 2011).
Hasil penelitian sebelumnya juga dilaporkan Murni dan Darmawati (2016)
bahwa fermentasi limbah sayur menggunakan cairan rumen dengan dosis 10 – 15
mL/kg limbah sayur meningkatkan kandungan nutrisi limbah sayur hasil
fermentasi untuk pakan ikan nila dan aktivitas enzim amylase (0,250
u/mL/menit), protease (0,49 u/mL/menit), sellulase (0,124 u/mL/menit).
Selanjutnya Murni,dkk. (2017) melaporkan bahwa fermentasi limbah sayur
dengan dosis 15 mL/kg dan lama waktu inkubasi 4 hari mampu menurunkan
serat kasar limbah sayur 29,35% ke 14,83%. Murni et.al (2018) melaporkan
bahwa fermentasi limbah sayur menggunakan cairan rumen dosis 3% dengan
lama waktu inkubasi 4 hari mampu menurunkan kandungan serat kasar dan
meningkatkan kecernaan bahan kering, kecernaan bahan kering dan kualitas
nutrisi limbah sayur. Selanjutnya Murni (2018) melaporkan bahwa penggunaan
30% kadar silase limbah sayur yang difermentasi cairan rumen dalam pakan
mampu meningkatkan kinerja pertumbuhan udang vannamei.
Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa limbah sayur yang
difermentasi cairan rumen dapat diturunkan kandungan seratnya dari 30.17% ke
11.23% (Murni, 2018). Oleh karena itu dilakukan penelititian tentang optimasi
kadar tepung limbah sayur terfermentasi cairan rumen kambing terhadap
pertumbuhan dan sintasan juvenil udang vaname.
1.2. Tujuan dan Kegunaaan Penelitian
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk menentukan kadar tepung
limbah sayur terfermentasi cairan rumen kambing terhadap pertumbuhan dan
sintasan juvenil udang vanname.
Kegunaan penelitian ini adalah sebagai bahan informasi tentang
penggunaan kadar tepung limbah sayur yang optimal dalam pakan udang
vanname khususnya kepada pembudidaya.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klasifikasi dan Morfologi Udang Vaname
Udang vaname termasuk crustacea, ordo decapoda seperti halnya udang
lainnya, lobster dan kepiting. Decapoda dicirikan mempunyai 10 kaki, carapace
berkembang baik menutup seluruh kepala. Udang Paneid berbeda dengan
decapoda lainnya. Perkembangan larva dimulai dari stadia nauplidan betina
menyimpan telur dalam tubuhnya (Ditjenkan, 2006). Menurut Haliman dan
Adijaya (2005), klasifikasi udang vaname (Litopenaeus vannamei) meliputi:
Kingdom : Animalia
Filum : Artrhopoda
Kelas : Malascostraca
Ordo : Decapoda
Famili : Penaeidae
Genus :Litopenaeus
Spesies : Litopenaeus vannamei
Tubuh udang vaname dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian kepala
dan bagian badan. Bagian kepala menyatu dengan bagian dada disebut
cephalothorax yang terdiri dari 13 ruas, yaitu 5 ruas di bagian kepala dan 8 ruas
di bagian dada. Bagian badan dan abdomen terdiri dari 6 ruas, tiap-tiap ruas
(segmen) mempunyai sepasang anggota badan (kaki renang) yang beruas-ruas
pula. Ujung ruas keenam terdapat ekor kipas 4 lembar dan satu telson yang
berbentuk runcing (Wyban dan Sweeney, 1991).
Gambar 1. Morfologi udang vaname (Wyban dan Sweeney, 1991).
2.2. Perkembangan Larva Udang vaname
Naupli merupakan stadia paling awal pada stadia larva udang vaname,
kemudian berubah menjadi stadia zoea. Zoea merupakan stadia kedua pada larva
udang vaname, kemudian bermetamorfosa ke stadia mysis. Stadia mysis
merupakan stadia ketiga dari larva udang vaname yang merupakan stadia
terakhir pada larva udang vaname. Mysis mempunyai karakteristik menyerupai
udang dewasa, seperti bagian tubuh, mata, dan karakteristik ekornya. Stadia
mysis akan berakhir pada hari ke tiga atau hari keempat, dimana selanjutnya
akan bermetamorfosa menjadi post larva (PL), (Wyban and Sweeney, 1991).
Perkembangan larva udang vaname setelah telur menetas adalah sebagai berikut:
2.2.1. Stadia Nauplius
Udang vaname memiliki empat stadia pertumbuhan yaitu Nauplius, Zoea,
Mysis, dan Post Larva. Pada stadia nauplius ini mengalami metamorphose
sebanyak 6 kali, yaitu Nauplius 1 sampai nauplius 6 dengan interval waktu 2-3
hari dengan ciri-ciri Nauplius dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Ciri – ciri perkembangan nauplius udang vaname.
Stadia Nauplius Ciri-ciri
Nauplius 1
Badan bentuknya masih bulat telur, tetapi sudah
mempunyai anggota badan 3 pasang
Nauplius 2
Badan masih bulat tetapi pada ujung atenna pertama
terdapat selai rambut yang satu panjang dan dua
lainya pendek.
Nauplius 3
Tunas maxilla dan maxillaped mulai tampak,
demikian juga furcal yang jumlahnya dua buah dan
mulai jelas terlihat masing - masing 3 dari spesiesnya
Nauplius 4
Pada antenna ke dua mulai tampak beruas - ruas
dan pada setiap fucal terdapat 4 buah
Nauplius 5
Organ pada bagian depan sudah mulai tampak jelas
disertai dengan tumbuhnya tonjolan.
Nauplius 6
Perkembangan bulu – bulu makin sempurna dan
pada furcal mulai makin panjang.
Gambar 2. Fase nauplis udang vaname, (a. nauplis 1), (b. nauplis 2), (c. nauplis
3), (d. Nauplis 4), (e. nauplis 5), (f. nauplis 6), (Wyban and Sweeney,
1991)
Stadia Nauplius akan mengalami perubahan menjadi zoea setelah
mencapai nauplius VI sehingga harus diberikan pakan alami agar pada saat
perpindahan stadia ke zoea makanan telah tersedia dimana pada stadia zoea
kuning telur yang dibawa sejak masih stadia Nauplius sudah habis.
2.2.2. Stadia Zoea
Stadia zoea bekembang selama 3-4 hari, tergantung pada kondisi
lingkungan dan pada stadia ini mengalami tiga kali metamorphose sebelum jadi
mysis dengan ciri-ciri dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Ciri - ciri perkembangan zoea.
Stadia Zoea Ciri-ciri
Zoea 1
Pipih mata dan carapaks mulai tampak, tampak
maxilla pertama dan kedua serta mulai berfungsi,
alat -alat pencernaan makanan tampak jelas
Zoea 2 Mulai bertangkai dan pada carapaks sudah terlihat
rostrum dan duri
Zoea 3 Sepasang yang bercabang 2 mulai berkembang dan
duri pada ruas - ruas perut mulai tumbuh.
Gambar 3. Fase zoea udang vaname,(a. zoea 1), (b. zoea 2),(c.zoea 3), (Wyban
and Sweeney, 1991).
2.2.3. Stadia Mysis
Pada stadia zoea akan menjadi mysis setelah mangalami 3 kali pergantian
substadia dengan interval waktu 3-4 hari. Pada stdia mysis mirip dengan udang
dewasa namun bersifat planktonis dan bergerak mundur dengan cara
membengkokkan badannya dan lebih kuat berenang sehingga dapat mencari
dan menangkap makanannya. pada stadia mysis mengalami 3 kali
metamorphose dengan interval waktu 3-4 hari dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Ciri - ciri stadia Mysis.
Stadia Mysis
Ciri-ciri
Mysis 1
Bentuk badan ramping dan memanjang seperti
udang muda, tapi kaki renang belum nampak.
Mysis 2
Tunas kaki renang mulai tampak tapi belum
beruas – ruas
Mysis 3 Tunas renang bertambah panjang dan beruas
Gambar 4. Fase mysis udang vaname, (a. Mysis 1), (b.Mysis 2), (c. Mysis 3),
(Wyban and Sweeney, 1991).
2.2.4. Stadia Post Larva
Setelah lepas dari substadia mysis III selanjutnya menjadi post larva dan
mulai dinamakan PL1 dan seterusnya hingga PL siap panen yang biasanya
dipanen setelah menjadi PL12. Stadia post larva mempunyai ciri-ciri yaitu
mempunyai pleopoda yang berambut (stea) untuk berenang. Sejak PL1 akan
terhitung PL2 apabila terjadi pergantian kulit (moulting) dan begitu seterusnya.
Pada stadia ini yang perlu diperhatikan adalah kualitas air media pemeliharaan
harus tetap terjaga.
Gambar 5. Post larva udang vaname (Wyban and Sweeney, 1991)
2.3. Pertumbuhan Udang Vaname
Secara harfiah, pertumbuhan merupakan perubahan yang dapat diketahui
dan ditentukan berdasarkan sejumlah ukuran dan kuantitasnya. Proses yang
terjadi pada pertumbuhan adalah proses yang irreversible (tidak dapat kembali ke
bentuk semula). Akan tetapi, pada beberapa kasus ada yang bersifat reversible
karena pertumbuhan terjadi pengurangan ukuran dan jumlah sel akibat kerusakan
sel atau dediferensiasi (Ferdinand dan Ariebowo, 2007).
Udang merupakan organisme hidup yang mengalami pertumbuhan, bahkan
juga kematian. Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
mortalitas udang adalah makanan. Udang hanya dapat meretensi protein pakan
sekitar 16,3-40,87% (Avnimelech, 1999; Hari et al., 2004) dan sisanya dibuang
dalam bentuk produk ekskresi, residu pakan dan feses. Selain faktor makanan,
menurut Haliman dan Adijaya (2005) kualitas air tambak yang baik akan
mendukung pertumbuhan dan perkembangan udang vaname secara optimal.
Oleh karena itu, kualitas air tambak perlu diperiksa dan dikontrol secara
seksama. Parameter kualitas air diantaranya, suhu, pH, salinitas, dan kadar gas
pencemaran.
2.4. Kelangsungan Hidup (Sintasan)
Sintasan adalah presentase jumlah udang yang hidup dalam kurun waktu
tertentu (Effendie, 1979). Sintasan organisme dipengaruhi oleh padat penebaran
10 dan faktor lainnya seperti, umur, pH, suhu dan kandungan amoniak (Resmiaty
dan Mayunar, 1990) dalam fadlih (2001) bahwa faktor penting yang
mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang adalah tersedianya
jenis makanan yang memenuhi kebutuhan nutrisi serta adanya lingkungan yang
baik seperti oksigen, amoniak, karbondioksida, nitrat, hidrogen sulfida dan ion
hidrogen. Kebutuhan nutrisi pakan dan keadaan lingkungan sangat berpengaruh
pada perkembangan dan larva udang vaname. Kebutuhan nutrisi pakan
dipengaruhi oleh pupuk yang di gunakan, cairan rumen sebagai pupuk organik di
harapkan dapat meningkatkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva udang
vaname stadia mysis sampai post larva.
2.5. Kebutuhan Nutrisi Udang Vaname
Dalam meningkatkan produksi pada usaha budidaya udang vaname harus
memenuhi syarat gizi yang dibutuhkan udang. Nutrisi adalah kandungan gizi
yang terkandung dalam pakan. Pakan yang baik, harus mengandung nutrisi yang
lengkap dan seimbang bagi kebutuhan udang. Karena nutrisi merupakan salah
satu aspek yang sangat penting, udang memerlukan nutrien tertentu dalam
jumlah tertentu pula untuk pertumbuhan, pemeliharaan tubuh dan pertahanan diri
terhadap penyakit. Nutrien ini meliputi protein, lemak dan karbohidrat.
Kebutuhan udang akan protein lebih besar dibandingkan dengan organisme
lainnya. Menurut Trenggono (2001) dalam Wahyudi (2007) bahwa udang
vaname membutuhkan protein sekitar 32 %, lebih rendah dari kebutuhan udang
windu (Penaeus monodon) dan Penaeus japonicus yaitu 45 %. Fungsi protein di
dalam tubuh udang antara lain untuk : Pemeliharaan jaringan, Pembentukan
jaringan, mengganti jaringan yang rusak, pertumbuhan. Kebutuhan protein udang
post larva yaitu 30-35 %. Umumnya protein yang dibutuhkan oleh udang dalam
prosentase yang lebih tinggi dibandingkan dengan hewan lainnya. Protein
merupakan nutrien yang paling berperan dalam menentukan laju pertumbuhan
udang.
Lemak merupakan komponen nutrisi penting yang dibutuhkan untuk
perkembangan ovarium, terutama asam lemak tidak jenuh tinggi dan fosfolipid.
Konsentrasi lemak dalam pakan komersial untuk induk udang berkisar 10 %.
Total kandungan lemak dalam pakan dilaporkan tidak terlalu berpengaruh.
Lemak mengandung kalori hampir dua kali lebih banyak dibandingkan dengan
protein maupun karbohidrat, karena perannya sebagai sumber energi sangat
besar meskipun kasarnya dalam makanannya relatif kecil. Fungsi lemak dalam
tubuh udang antara lain yaitu sumber energi, dan membantu penyerapan kalsium
dan vitamin A dari makanan.
Dalam tubuh udang karbohidrat juga berperan penting, dimana
karbohidrat merupakan sumber energi dan meningkatkan pertumbuhan udang.
Spesies yang berbeda mempunyai kemampuan memanfaatkan karbohidrat yang
berbeda pula. Adanya perbedaan kemampuan udang dalam memanfaatkan
karbohidrat pakan antar spesies lain disebabkan oleh perbedaan dalam
menghasilkan enzim yang mencerna karbohidrat (α-amylase) ataupun produksi
insulin (Furuichi1988). Kandungan karbohidrat untuk makanan larva udang
diperkirakan lebih rendah 20%.
2.6. Cairan Rumen
Pada dasarnya isi rumen merupakan bahan-bahan makanan yang terdapat
dalam rumen sebelum menjadi feces dan dikeluarkan dari dalam lambung rumen
setelah hewan dipotong. Kandungan nutriennya cukup tinggi, hal ini disebabkan
belum terserapnya zat-zat makanan yang terkandung didalamnya sehingga
kandungan zat-zatnya tidak jauh berbeda dengan kandungan zat makanan yang
berasal dari bahan bakunya.
Cairan rumen kambing mengandung bakteri dan protozoa, konsentrasi
bakteri berkisar antara 10 pangkat 9 setiap cc isi rumen, sedangkan protozoa
bervariasi sekitar 10 pangkat 5- 10 pangkat 6 setiap cc isi rumen (Tilmen, 1991)
Cairan rumen didalamnya mengandung enzim yang dapat merombak
beberapa zat sehingga juvenil udang vaname mampu mencerna makanannya
dengan baik ketika juvenil udang vaname diberi pakan. Dimana cairan rumen
kambing didalamnya mengandungan enzim sellulase, xilanase, mannanase,
amylase, protease, dan fitase (Budiansyah, 2010) dan kandungan enzim tertinggi
terdapat pada enzim amylase karena mampu merombak protein sehingga mampu
dicerna oleh udang dengan baik. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang
dilaporkan Murni dan Darmawati (2016) bahwa fermentasi limbah sayur
menggunakan cairan rumen dengan dosis 10-15 mL/kg limbah sayur meningkat
kandungan nutrisi limbah sayur hasil fermentasi untuk pakan ikan nila dan
aktivitas enzim amylase (0,250 u/mL/menit), protease (0,49 u/mL/menit),
sellulase (0,124 u/mL/menit).
Kadungan zat makanan yang terdapat pada isi rumen kambing meliputi:
Protein (8,86%), Lemak (2,60%), serat Kasar (28,78%), Kalsium(0,53%) air
(10,92%), abu (18,54%), BENT (41,24%), pospor (0,55%) (Rasyid, 1981).
Di dalam rumen ternak ruminasia terdapat populasi mikroba yang cukup
banyak jumlahnya. Cairan rumen mengandung bakteri dan protosoa. Konsentrasi
bakteri sekitar 10 pangkat 5 sampai 10 pangkat 6 setiap sese isi rumen (tilman,
1991). Beberapa jenis bakteri atau mikroba yang terdapat dalam isi rumen adalah
bakteri lipolitik, bakteri pembentuk asam, bakteri amilolitik, bakteri selulolitik,
dan bakteri proteolitik (suptrisno dkk, 1994)
2.7. Limbah Sayur
Limbah sayur adalah limbah organik dengan biomassa berat
keringnya mengandung 75% pati, hemiselulosa, dan selulosa (Irawan et al,
2010). Bahan baku lignoselulosa berharga murah, melimpah, belum banyak
dimanfaatkan dan dapat menjadi alternatif penanganan sampah sehingga
tidak diperlukannya lahan yang luas serta tidak menimbulkan kompetisi
antara ketersediaan bahan baku untuk pangan (Wiratmaja et al, 2011)
Limbah sayuran merupakan bahan yang dibuang dari usaha memperbaiki
penampilan barang dagangan berbentuk sayur mayur yang akan dipasarkan
(Muwakhid, 2005). Selama ini limbah sayuran menjadi sumber masalah bagi
upaya mewujudkan kebersihan dan kesehatan masyarakat. Selain mengotori
lingkungan, limbah sayuran pasar dengan sifatnya yang mudah membusuk,
mengakibatkan pencemaran lingkungan berupa bau yang tidak sedap dan
merupakan salah satu alternatif bahan baku pakan sumber protein asal nabati
yang tinggi dan jumlahnya melimpah, sehingga diharapkan dapat dijadikan
sebagai sumber bahan baku pakan yang ekonomis. Namun kendala yang
dihadapi dalam pemanfaatan limbah sayur adalah rendahnya nilai nutrisi yang
mengakibatkan kecernaan rendah. Menurut Hernawati et al. (2010), salah satu
caranya adalah pemanfaatan proses biologis menggunakan bakteri selulotik.
Perlakuan biologis menggunakan inokulum bakteri selulolitik sangat berperan
dalam meningkatkan kualitas limbah sayur sebagai bahan baku pakan alternative
ikan. Salah satu yang dilakukan dalam meningkatkan nilai nutrisi limbah sayur
adalah memanfaatkan jasa mikroba khususnya bakteri selulolitik.. Cara ini lebih
praktis dibandingkan dengan cara fisik dan kimia, karena cukup dengan
menyebarkan inokulum bakteri pada substrat limbah sayur (Nalar, 2014).
Tabel 4. Kandungan Nutrisi Limbah sayur Setelah difermentasi Cairan Rumen
Perlakuan
Hasil Analisis Nutrisi Limbah Sayur Terfermentasi Cairan
Rumen
Protein
Kasar
Lemak
Kasar
Serat
Kasar
Kadar
Air
Kadar
Abu
BETN
18,45 5,13 29,35 14,91 - -
A 17,90 3,58 15,94 9,04 37,81 22,29
B 17,20 3,26 14,83 21,09 38,78 23,34
C 19,19 3,46 15,35 17,59 33,94 25,25
D 18,05 2,69 15,59 15,21 37,15 23,87
Sumber : Laboratorium FIKP Unhas, 2016
2.8. Parameter Kualitas Air
Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan larva udang tidak
optimal adalah suhu air dan keasaman air (pH). Keadaan pH dapat mengganggu
kehidupan udang jika terlalu rendah (sangat asam) atau sebaliknya terlalu tinggi
(sangat basah). Udang akan memperlihatkan respon yang berbeda terhadap
perubahan pH dan tampak yang ditimbulkannya berbeda. Pengelolaan air untuk
budidaya benur udang sangat penting, karena air merupakan media terpenting
bagi kehidupan organisme didalamnya. Pengelolaan air yang baik maka
peningkatan produksi dapat diraih, untuk itu pengontrolan kualitas air secara
kontinyu perlu dilakukan.
2.8.1. Salinitas
Udang vaname memiliki toleransi salinitas yang lebar, yaitu dari 2-40 ppt,
tapi akan tumbuh cepat pada salinitas yang lebih rendah, saat lingkungan dan
darah isoosmotik (Wyban et al. 1991). Supono (2008), menyatakan bahwa
salinitas merupakan salah satu aspek kualitas air yang memegang peranan
penting karena mempengaruhi proses pertumbuhan udang vaname.
2.8.2. Suhu
Suhu optimal untuk udang antara 26-32ºC. Udang vaname juga memiliki
toleransi suhu yang luas yaitu berada pada kisaran 15–33ºC. Jika suhu lebih lebih
tinggi dari kisaran suhu optimal akan meningkatkan toksisitas dari zat-zat
terlarut yang kemudian meningkatkan kebutuhan oksigen dari peningkatan suhu
tubuh, serta meningkatkan laju metabolisme pada kebutuhan oksigen terlarut
meningkat (Briggs et al. 2004). Suhu merupakan faktor yang penting dalam
transportasi. Jika suhu air rendah, maka pH air akan tinggi dan metabolisme
menjadi rendah. Selanjutnya dijelaskan bahwa jika suhu berfluktuasi secara
drastis, dapat berakibat buruk bagi pertumbuhan.
2.8.3. DO (Oksigen Terlarut)
Semua makhluk hidup untuk hidup sangat membutuhkan oksigen sebagai
faktor penting bagi pernafasan. Ikan dan udang sebagai salah satu jenis
organisme air juga membutuhkan oksigen agar proses metabolisme dalam
tubuhnya berlangsung. Oksigen yang dibutuhkan disebut dengan oksigen
terlarut. Oksigen terlarut adalah oksigen dalam bentuk terlarut didalam air karena
ikan tidak dapat mengambil oksigen dalam perairan dari difusi langsung dengan
udara. Satuan pengukuran oksigen terlarut adalah mg/l yang berarti jumlah mg/l
gas oksigen yang terlarut dalam air atau dalam satuan internasional dinyatakan
ppm (part per million).
2.8.4. pH (derajat keasaman)
Derajat keasamaan biasa disebut sebagai pH. Nilai pH yang normal untuk
tambak udang berkisar antara 6-9. Nilai pH di atas 10 dapat mematikan udang.
Sedangkan pH di bawah 5 mengakibatkan pertumbuhan udang menjadi lambat.
Khusus untuk udang vannamei, kisaran pH yang optimum adalah 7,5-8,5.
Terlepas dari itu semua, karena adanya proses pembusukan dan kadar karbon
dioksida yang tinggi, maka untuk mengatasi terjadinya guncangan pH perlu
diusahakan penggantian air sesering mungkin dan pengoperasian aerator
terutama pada pagi hari (Amri dan Kanna, 2008)
2.8.5. Amoniak
Pada budidaya intensif, amoniak merupakan bahan buangan yang bersifat
beracun yang dihasilkan oleh biota yang dibudidaya (Lin dan Chen 2003).
Boyd (1982) mengemukakan bahwa amoniak dapat meningkatkan penggunaan
oksigen pada jaringan, merusak insang, dan menurunkan kemampuan darah
dalam mengangkut oksigen. Kandungan amoniak dalam suatu perairan
dipengaruhi oleh pH dan suhu, yaitu semakin tinggi nilai pH maka nilai amoniak
juga semakin tinggi. Konsentrasi amoniak yang tinggi akan berdampak pada
pertumbuhan udang vaname, molting dan komsumsi oksigen.
III METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan selama kurang lebih dua bulan bertempat
di Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar, Dusun Kawari, Desa
Mappakalompo, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi
Selatan.
Gambar 6. Lokasi BPBAP Takalar
3.2. Persiapan esktrak enzim cairan rumen
Cairan rumen kambing diambil dari Rumah Pemotongan Hewan
Sungguminasa Kabupaten Gowa. Cairan rumen kambing diambil dari isi rumen
kambing dengan cara filtrasi (penyaringan dengan kain katun) kondisi suhu
40C. Ekstrak enzim cairan rumen kambing diperoleh mengikuti metode Lee et.
al., (2002). Ekstrak enzim cairan rumen yang diperoleh sebelum digunakan
terlebih dahulu diamati aktivitas enzim, jumlah koloni bakteri.
3.3. Persiapan Pakan Uji
Tepung limbah sayur (kol, sawi putih, kangkung dan wortel) yang
digunakan adalah hasil fermentasi menggunakan cairan rumen kambing dengan
dosis 15 mL dan lama waktu inkubasi 4 hari.
Pakan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah pakan pellet yang
diformulasi dengan penambahan tepung limbah sayur terfermentasi cairan
rumen. Proses pembuatan pakan diawali dengan persiapan bahan baku seperti
penggambilan cairan rumen dari isi rumen kambing dengan cara filtrasi
(penyaringan dengan kain katun) dengan kondisi suhu 4ºC, pengambilan limbah
sayur dipasar Sungguminasa Kab.Gowa, pencincangan limbah sayur dan
penimbangan, penambahan (pencampuran) limbah sayur dengan cairan rumen
kambing dan dimasukkan kedalam plastik klip lalu dikeluarkan udaranya setelah
itu dimasukkan kedalam styrofoam untuk dilakukan fermentasi selama 4 hari,
selanjutnya dilakukan pengeringan lalu limbah sayur yang terfermentasi cairan
rumen kambing dihaluskan dengan menggunakan blender kemudian
dicampurkan dengan bahan pakan tambahan lalu dilakukan pencetakan pakan
setelah itu dilakukan pakan dikeringkan.
Selama proses pemeliharaan hewan uji diberi pakan buatan berbentuk
pellet sebanyak 10% dari biomasa perhari dengan frekuensi pemberian empat
kali perhari yakni pada pukul 05.00, 11.00, 17.00, dan 11.00 WITA dan untuk
pengamatan kualitas air dilakukan pada awal, tengah, dan akhir penelitian.
Tabel 5. Formulasi pakan yang digunakan pada penelitian ini :
NO BAHAN A
(gram) B
(gram) C
(gram) D
(gram)
1. Tepung Ikan 330 330 330 330
2. Dedak Halus 270 210 140 80
3. Kedelai 220 180 150 110
4. Tepung Jagung 70 70 70 70
5. Limbah Sayur 00 100 200 300
6. Tepung Terigu 90 90 90 90
7. Minyak Ikan 10 10 10 10
8. Vitamin A 10 10 10 10
3.4. Wadah dan Media Pemeliharaan
Wadah pemeliharaan juvenil udang vaname adalah boks plastik yang
berkapasitas 60 liter yang diisi air laut dengan volume air 50L yang dilengkapi
dengan aerasi dan aerator. Media yang digunakan adalah air laut yang telah
disterilkan dan air tersebut diperoleh dari Balai Budidaya Air Payau Takalar dan
ditampung dalam bak penampungan air yang telah disterilkan. Alat yang
digunakan dalam penelitian ini beberapa alat ukur seperti Handrefraktometer,
DO meter, aerasi, aerator, kertas lakmus, waring, seser, lampu, colokan,
timbangan elektrik, dan wadah plastik kecil.
3.5. Hewan Uji
Hewan uji yang akan digunakan adalah juvenil udang Vaname
(Litopenaeus vannamei) stadia post larva 30 (PL30) udang diperoleh dari Balai
Budidaya Air Payau Takalar.
3.6. Rancangan percobaan
Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap
(RAL). Dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan sehingga berjumlah 12 unit
percobaan. Adapun perlakuan yang diujikan sebagai beritukut:
1. Perlakuan A : Kontrol (Tanpa limbah sayur)
2. Perlakuan B : Pemberian limbah sayur dengan dosis 10%
3. Perlakuan C : Pemberian limbah sayur dengan dosis 20%
4. Perlakuan D : Pemberian limbah sayur dengan dosis 30%
Selanjutnya, tata letak unit-unit percobaan setelah pengacakan disajikan
pada gambar dibawah ini.
Gambar 7. Tata letak wadah penelitian
KA2 KD3 KA1
KA3 KD1 KC3
KB2
KC1 KC2
KB1 KB3 KD2
3.7. Peubah Yamg Diamati
3.7.1. Pertumbuhan mutlak udang vaname
Pertumbuhan berat mutlak juvenil udang uji dihitung mengikuti Dehaghani
et. al.,(2015) :
Wg = W2 – W1
Keterangan :
Wg = Pertumbuhan biomassa mutlak (gram)
W2 = biomassa udang pada akhir penelitian (gram)
W1 = biomassa udang pada awal penelitian (gram)
3.7.2. Sintasan juvenil Udang Vaname
Sintasan juvenil udang vaname pada setiap perlakuan dihitung pada akhir
penelitian (Dehaghani et.al. 2015):
SR = Nt/No x 100
Keterangan:
SR = Kelangsungan Hidup (%)
Nt = Jumlah udang pada akhir percobaan (ekor)
N0 = Jumlah udang pada awal percobaan (ekor)
3.8.Parameter Kualitas Air
Parameter kualitas air yang diukur meliputi kandungan kandungan oksigen
terlarut, pH, suhu dan salinitas. Suhu dan salinitas akan diukur setiap hari
sedangkan pH dan oksigen terlarut, amoniak akan diukur pada awal, pertengahan
dan akhir penelitian.
3.9. Analisis Data
Data pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup yang diamati pada
pemeliharaan larva udang vaname dianalisis dengan menggunakan Analisis
Ragam (ANOVA) dengan bantuan program komputer SPSS 16 dan dilanjutkan
dengan uji lanjut Duncan sedangkan data kualitas air dianalisi secara deskriptif.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Pertumbuhan Mutlak Udang Vaname
Pemeliharaan juvenil udang vaname pada penelitian ini berlangsung
selama 50 hari dan diamati pertumbuhan mutlak udang vaname berdasarkan
bobot tubuh.
Gambar 8. Pertumbuhan mutlak udang vaname yang diberi pakan dengan
penambahan tepung limbah sayur hasil fermentasi cairan rumen
kambing selama penelitian.
Analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian pakan dengan penambahan
kadar tepung limbah sayur terfermentasi cairan rumen kambing yang berbeda
dalam pakan juvenil udang vaname memberikan pengaruh nyata terhadap
pertumbuhan mutlak. Uji lanjut Duncan pemberian kadar tepung limbah sayur
terfermentasi dalam pakan juvenil udang vaname memperlihatkan bahwa
pertumbuhan mutlak juvenil udang vaname yang diberi pakan dengan kadar
tepung limbah sayur terfermentasi cairan rumen kambing 10% nyata lebih tinggi
dibandingkan dengan pakan uji lainnya.
4.1.2. Sintasan Udang Vaname
Sintasan atau kelangsungan hidup udang vaname dihiitung antara jumlah
udang yang hidup pada akhir penelitian dibagi dengan jumalah udang yang hidup
pada awal penelitian kemudian dikalikan 100%.
Gambar 9. Sintasan udang vaname dengan pemberian kadar tepung limbah
sayur hasil fermentasi cairan rumen kambing yang berbeda
dalam pakan.
Analisis ragam menujukkan bahwa pemberian kadar tepung limbah sayur
hasil fermentasi cairan rumen kambing yang berbeda dalam pakan udang
vaname memberikan pengaruh nyata terhadap sintasan udang vaname. Uji lanjut
Duncan pemberian tepung limbah sayur terfermentasi cairan rumen kambing
dalam pakan udang vaname memperlihatkan bahwa sintasan yang diberi pakan
dengan kadar tepung limbah sayur terfermentasi cairan rumen kambing 10%
nyata lebih tinggi dibandingkan dengan kadar tepung limbah sayur terfermentasi
cairan rumen kambing 20% dan 30%, tetapi pemberikan pakan 0% tanpa kadar
tepung limbah sayur terfermentasi cairan rumen kambing nyata lebih rendah
dibanding dengan pelakuan lainnya yang menggunakan tepung limbah sayur
terfermentasi cairan rumen kambing.
4.2. Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata peningkatan pertumbuhan
mutlak dan sintasan udang vaname yang tertinggi terdapat pada perlakuan B
dengan presentase pertumbuhan mutlak yakni 91,12 gram, kemudian perlakuan
C dengan 80,2 gram, perlakuan D 70,3 gram, dan pertumbuhan mutlak terendah
udang vaname terdapat pada perlakuan A dengan pencapaian pertumbuhan 54,25
gram. Selanjutnya untuk sintasan udang vaname yang tertinggi terdapat pada
perlakuan B dengan presentase 86,67%, kemudian perlakuan C dengan 84,17%,
perlakuan D 81,67%, dan sintasan terendah udang vaname terdapat pada
perlakuan A dengan pencapaian sintasan 80,83%.
Berdasarkan hasil analisis anova menunjukkan bahwa pemberian pakan
yang diberi kadar tepung limbah sayur terfermentasi cairan rumen kambing
berpengaruh nyata pada pertumbuhan dan sintasan udang vaname. Hal ini sejalan
dengan Murni (2018) melaporkan bahwa pemberian kadar tepung limbah sayur
terfermentasi cairan rumen sapi 20% mampu meningkatkan pertumbuhan mutlak
dan sintasan juvenil udang vaname.
Tingginya pertumbuhan mutlak dan sintasan udang vaname pada
perlakuan B karena pakan yang diberikan memiliki kandungan protein tinggi.
Hal ini sesuai dengan hasil laboratorium uji proksimat juvenil udang vaname
pada akhir penelitian bahwa perlakuan B memiliki kandungan protein yang telah
mencukupi untuk kebutuhan juvenil yakni 39,33% (Lampiran 1). Hal ini sesuai
dengan pernyataan Trenggono (2001) dalam Wahyudi (2007) yang menyatakan
bahwa udang vaname pada stadia juvenil membutuhkan protein pada pakan
berkisar antara 32-45% untuk menunjang pertumbuhan dan kelangsungan
hidupnya. Pakan yang baik adalah pakan yang mengandung protein yang tinggi
dimana didalamnya terdapat asam-asam amino yang dapat membantu
pertumbuhan. Pemberian pakan yang berkualitas dalam jumlah yang cukup akan
memperkecil presentase angka kematian juvenil udang (Rostini, 2007).
Kebutuhan pakan dalam udang tercukupi dengan baik seiring dengan
perkembagan juvenil, karena itu penambahan kadar tepung limbah sayur
terfermentasi cairan rumen kambing yang diberikan pada juvenil udan vaname
dalam bentuk pakan komersil dan dengan kandungan protein yang tinggi mampu
memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan sintasan juvenil udang
vaname.
Perlakuan C dengan pemberian kadar tepung limbah sayur terfermentasi
cairan rumen kambing 20% dan perlakuan D dengan pemberian kadar tepung
limbah sayur terfermentasi cairan rumen kambing 30% dalam pakan termasuk
perlakuan dengan pertumbuhan dan sintasan rendah, diduga karena pemberian
kadar tepung limbah sayur terfermentasi cairan rumen kambing melebihi
kebutuhan udang dalam menkomsumsi pakan dan juga diduga karena kandungan
proteinnya yang terdapat pada perlakuan C dan D rendah sehingga menghabat
proses pertumbuhan dan sintasan juvenil udang vaname.
Pelakuan A tanpa kadar tepung limbah sayur terfermentasi cairan rumen
kambing (Kontrol) dalam pakan merupakan pertumbuhan paling rendah
disebabkan karena dedak pada kontrol tidak melalui fermentasi sehingga diduga
sulit dicerna. Hal serupa dilaporkan Qui, et al.(2018) dengan mengevaluasi
biomassa fermentasi kering sebagai bahan pakan dalam pakan berbasis tanaman
pada juvenil udang vaname menunjukkan bahwa suplemen biomassa fermentasi
kering 100 g/kg dalam pakan menurunkan berat badan (WG) udang vaname
340,0% ke 311,3% dan meningkatkan rasio konversi pakan (FCR) 1,79% ke
1,61% yang disebabkan oleh palatabilitas atau ketidakseimbangan gizi pakan.
Salah satu faktor yang paling mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup
juvenil udang vaname yaitu kualitas pakan. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Harefa (1996) menyatakan bahwa faktor yang paling mempengaruhi tingkat
kelulushidupan juvenil udang vaname yaitu kualitas pakan yang diberikan pada
hewan budidaya. Faktor kualitas pakan tersebut seperti kandungan nutrisi dari
pakan yang dikonsumsi. Kandungan nutrisi dari pakan berupa protein yang
berfungsi tidak hanya untuk pertumbuhan saja tetapi juga berkaitan dengan
kelangsungan hidup udang vaname yang dipelihara.
Pada perlakuan A, B dan D memiliki kelangsungan hidup yang rendah
karena masih kurangnya nutrisi pakan yang diberikan berupa protein dan lemak
(lampiran 1) sehingga menyebabkan terjadinya pertumbuhan yang tidak merata
dan terjadi kompetisi dalam memperebutkan makanan.
4.3. Kualitas Air
Kualitas air merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat
kelangsungan hidup dan pertumbuhan udang vaname selama pemeliharaan. Hasil
Kualitas air yang meliputi; Salinitas, suhu, pH, oksigen terlarut (DO), dan
amoniak pada perlakuan mendapatkan hasil pegukuran sebagai berikut:
Tabel 6. Kisaran parameter kualitas air media pemeliharaan juvenil udang
vaname PL 30 setiap perlakuan selama penelitian.
Parameter Perlakuan
A B C D
Salinitas (ppt) 32 34 34 34
Suhu (oC) 29,2-29,3 29,0-29,4 29,0-29,3 29,2-29,3
pH 6,4-7,5 6,5-7,8 6,5-7,8 6,3-7,4
DO (ppm) 4,20-4,35 4,31-4,35 4,31-4,42 4,38-4,54
Amoniak (mg/l) 0-6 0-5,5 0-4,9 0-5,3
Hasil pengukuran salinitas selama penelitian yaitu untuk perlakuan A 0%
kadar tepung limbah sayur yaitu 32 ppt, sedangkan untuk perlakuan B 10% kadar
tepung limbah sayur yaitu 34 ppt, perlakuan C 20% kadar tepung limbah sayur
yaitu 34 ppt, dan untuk perlakuan D 30% kadar tepung limbah sayur yaitu 34
ppt. Nilai ini tergolong baik dan masih dalam batas toleransi juvenil uang
vaname. Udang vaname memiliki toleransi yang cukup besar terhadap salinitas,
namun demikian salinitas yang terbaik pada pemeliharaan juvenil udang vaname
berdasarkan SNI 7311:2006 adalah berkisar antara 29-34 ppt. Sedangkan
menurut Wyban dan Sweeny (1991) bahwa salinitas yang layak untuk juvenil
udang vaname adalah berkisar antara 30-35 ppt.
Hasil pengukuran suhu selama penelitian diperoleh untuk perlakuan A 0%
kadar tepung limbah sayur yaitu 29,2-29,3, kemudian perlakuan B 10% tepung
limbah sayur yaitu 29,0-29,4, perlakuan C 20% tepung limbah sayur yaitu 29,0-
29,3, dan perlakuan D 30% tepung limbah sayur yaitu 29,2-29,3ºC. Nilai ini
menunjukkan suhu air masih berada dalam kisaran yang normal yang dapat
ditolerir oleh juvenil udang vaname. Hal ini sesuai dengan pendapat Haliman
dan Adijaya (2003), suhu optimal pertumbuhan udang antara 26-32°C. Suhu
berpengaruh langsung pada metabolisme udang, pada suhu tinggi metabolisme
udang dipacu, sedangkan pada suhu yang lebih rendah proses metabolisme
diperlambat. Dan juga suhu sangat berpengaruh terhadap komsumsi oksigen,
pertumbuhan, sintasan udang dalam lingkungan budidaya perairan (Pan Lu-Qing
et al., 2007).
Hasil pengukuran pH selama penelitian yang diperoleh untuk perlakuan A
0% kadar tepung limbah sayur yaitu 6,4-7,5, kemudian perlakuan B 10% kadar
tepung limbah sayur yaitu 6,5-7,8, perlakuan C 20% kadar tepung limbah sayur
yaitu 6,5-7,6, dan perlakuan D 30% kadar tepung limbah sayur yaitu 6,3-7,4.
Nilai ini menunjukkan bahwa pH air masih berada pada kisaran pH yang
optimum bagi udang vaname. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Purba (2012)
bahwa derajat keasaman air media pemeliharaan udang vaname selama
penelitian adalah 7,7-8,7. Kisaran pH tersebut masih layak bagi kegiatan
pemeliharaan udang serta mendukung pertumbuhan dan kelangsungan hidup
udang. Elovaara (2001) menambahkan bahwa untuk udang vaname pH yang
layak untuk udang vaname berkisar antara 7,8-8,4 dengan pH optimum 8.
Hasil Pengukuran kadar oksigen terlarut air media selama penelitian
berkisar antara 4,31-4,35 mg/L. Kadar oksigen terlarut tersebut baik untuk
pemeliharaan juvenil udang vanamei. Kondisi oksigen terlarut yang baik untuk
pemeliharaan udang adalah minimal 3 mg/L (Manik dan Mintardjo, 1983).
Hasil pengukuran amoniak di media selama penelitian untuk perlakuan A
0% kadar tepung limbah sayur yaitu 0-6 mg/l, kemudian perlakuan B 10% kadar
tepung limbah sayur yaitu 5,5 mg/l, perlakuan C 20% kadar tepung limbah sayur
yaitu 4,9 mg/l, dan perlakuan D 30% kadar tepung limbah sayur yaitu 5,3 mg/l.
Nilai ini menunjukkan bahwa kadar amoniak air masih berada pada kisaran yang
mampu ditolerir oleh udang vaname karena amoniak yang dihasilkan bukanlah
amoniak yang berbahaya terhadap oraganisme hal tersebut dibuktikan dengan
tingginya oksigen terlarut di dalam media pemeliharaan.
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dari hasil penelitiaan diatas dapat disimpulkan
bahwa pemberian pakan tepung limbah sayur yang terfermentasi cairan rumen
kambing memberikan hasil berpengaruh nyata pada pertumbuhan dan sintasan
juvenil udang vaname. Untuk pertumbuhan mutlak dan sintasan udang vaname
tertinggi yaitu diperoleh pada perlakuan B (10% kadar tepung limbah sayur)
pencapaian pertumbuhan yaitu 91,12 gram dan pencapaian sintasan tertinggi
yaitu 86,67%. Selanjutnya untuk pertumbuhan mutlak dan sintasan terendah
terdapat pada perlakuan A (0% kadar tepung limbah sayur) pencapaian
pertumbuhan mutlak yaitu 54,25 gram dan pencapaian sintasan terendah yaitu
80,83%.
5.2. Saran
Pemberian kadar tepung limbah sayur terfermentasi cairan rumen kambing
dengan dosis 3% pakan dapat dicoba diaplikasikan pada pemeliharaan udang
vaname tingkat konsumsi. Selain pemberian pakan, manejemen pakan dan
pengelolaan kualitas air juga sangat perlu dilakukan untuk menunjang
keberhasilan budidaya.
DAFTAR PUSTAKA
AOAC. 1990. Offi cial Methods of Analysis of the Association of Analytical
Chemist. 15th ed. Association of Offi cial Analytical Chemist,
Arlington, VA.
Avnimelech, Y. 1999. Carbon/Nitrogen Ratio as a Control Element in
Aquaculture System. Aquaculture.176: 227-235.
Budiansyah A. 2010. Aplikasi cairan rumen sapi sebagai sumber enzim, asam
amino, mineral dan vitamin pada ransum broiler berbasis pakan lokal.
Disertasi. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Briggs, M., F.S. Simon, S. Rohana, dan P. Michael. 2004. Introductions and
Movement of Penaeus vannamei and Penaeus stylirostris in Asia and
The Pacific. FAO. Bangkok.
Ditjenkan. 2006. Budidaya Udang Vannamei. Jurusan Perikanan, Fakultas
Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Effendi, H. 2000. Telah Kualitas Air. Manajemen Sumberdaya Perairan.
Fakultas. Perikanan dan Ilmu Kelautan. Intitut Pertanian Bogor. Bogor.
Erlangga, E. 2012. Budidaya Udang Vanname Secara Intensif. Pustaka Agro
Mandiri. Jakarta.
Ferdinand, F., dan M. Ariebowo. 2007. Praktis Belajar Biologi. Jakarta: Visindo
Media Persada.
Harefa, F., 1996. Pembudidayaan Artemia Untuk Pakan Udang dan
Ikan. PT. Penebar Swadaya, Jakarta.
Haliman, R.W. dan Adijaya, D. 2005.Udang Vannamei. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Hernawati, Tatik, Mirni Lamid, Herry Agoes Hermadi, Sunaryo Hadi Warsito.
2010. Bakteri selulotik untuk meningkatkan kualitas pakan komplit
berbasis limbah pertanian. Veterinaria Medika, Vol.3 No. 3 November
2010. Surabaya. 205-208.
Irawan, Dedy dan Zainal Arifin. 2010. Pemanfaatan Sampah Organik
Kota Samarinda Menjadi Bioetanol : Klasifikasi dan Potensi.
Seminar Rekayasa Kimia dan Proses
Maliyati, S.A., A. Sulaeman, F. Anwar. 1992. Pengolahan Pangan Tingkat
Rumah tangga. Departen Pendidikan dan Kebudayaan. Dirjen
Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. PB.
Bogor.
Murni. 2018. Cairan Rumen sebagai Biodegradator limbah Sayur dalam Pakan
Batan terhadap Kinerja Pertumbuhan Udang Vannamei. Disertasi.
Program Pascasarjana Unhas. 155 Halaman.
Muwakhid, B. 2005. Isolasi Seleksi dan Indentifikasi Bakteri Sampah Organik.
Disertai Doktor. Program Pascasarjana Universitas Brawijaya, Malang.
Sutrisno, C.L et al. 1994. Proceeding Seminar Nasional Sains dan Teknologi
Peternakan Pengelolahan dan Komunikasi Hasil-Hasil Penelitian
Ternak. Ciawi.
Supono, 2008. Evaluasi Budidaya Udang Putih (Litopenaus vaname) Dengan
Meningkatkan Kepadatan Tebar dan Pengaruh Proses Pertumbuhan
Udang vaname. Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
Rasyid, 1981. Kandungan-kandungan cairan rumen. Jakarta 1981.
Rosmawati. 2005. Hidrolisis Pakan Buatan Oleh Enzim Pepsin dan Pankreatin
Untuk Meningkatkan Daya Cerna dan Pertumbuhan Benih Ikan Gurami
(Osphronemus gouramy). [Tesis]. Sekolah Pasca Sarjana. Institut
Pertanian Bogor.
Rostini, Iis. 2007. Kultur Fitoplankton (Chlorella sp. dan Tetraselmis chuii) Pada
Skala Laboratorium. Universitas Padjadjaran Fakultas Perikanan Dan
Ilmu Kelautan.Jatinangor
Tillman,Allen D dd. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta, Gajah
Mada University Press.
Wiratmaja, I Gede., I Gusti Bagus Wijaya Kusuma dan I Nyoman Surapta
Winaya. 2011. Pembuatan Etanol Generasi Kedua Dengan
Memanfaatkan Limbah Rumput Laut Eucheuma cottonii Sebagai
Bahan Baku. Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol.5, No.1.
Wyban, James A., Sweny, James N., 1991. Intensif Shrinp Production
Teknology. The Oceanic Institut. Hawaii.
Wyban. Swineei N J.A. 1988. Inducet Ovarian maturation of penaeusvannamai
by inplantation of Lobster ganglion, Journal of The Word Aquaculture
Societi : 19(4): 204-209.
L
A
M
P
I
R
A
N
LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil analisis proksimat pakan uji yang mengandung kadar
tepung limbah sayur terfermentasi cairan rumen kambing
Komposisi (%) Pakan A Pakan B Pakan C Pakan D
Protein Kasar 38,00 39,33 38,19 38,11
Lemak Kasar 14,17 11,43 10,60 12,60
Serat Kasar 5,50 4,81 5,69 3,33
Abu 11,87 13,96 13,57 13,00
BENT 30,46 30,47 31,96 32,97
Lampiran 2. Data pengamatan pertumbuhan mutlak udang vannamei yang
diberi tepung limbah sayur terfermentasi cairan rumen
kambing dalam pakan dengan kadar yang berbeda
Perlakuan Ulangan
A B C rata-rata
Kontrol (0%) 56,18 48,15 58,42 54,25
Tepung limbah sayur 10% 87,45 98,45 87,46 91,12
Tepung limbah sayur 20% 82,64 79,02 78,95 80,20
Tepung limbah sayur 30% 70,06 68,32 75,51 70,06
Lampiran 3. Hasil analisis varians pertumbuhan mutlak udang vannamei
ANOVA
hasil
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 2186,271 3 728,757 33,131 ,000
Within Groups 175,968 8 21,996
Total 2362,239 11
Lampiran 4. Hasil uji lanjut Duncan pertumbuhan mutlak udang vannamei
Hasil
perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4
Duncana Kontrol (0%0 3 54,2500
Tepung limbah sayur 30% 3 71,2967
Tepung limbah sayur 20% 3 80,2033
Tepung limbah sayur 10% 3 91,1200
Sig. 1,000 1,000 1,000 1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
Lampiran 5. Data sintasan udang vannamei yang diberi tepung limbah
sayur pada akhir penelitian
Perlakuan Ulangan
A B C rata-rata
Kontrol (0%) 80,00 80,00 82,50 80,83
Tepung limbah sayur 10% 87,50 87,50 85,00 86,67
Tepung limbah sayur 20% 85,00 82,50 85,00 84,17
Tepung limbah sayur 30% 82,50 80,00 82,50 81,67
Lampiran 6. Hasil analisis varians sintasan udang vannamei
ANOVA
hasil
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 62,500 3 20,833 10,000 ,004
Within Groups 16,667 8 2,083
Total 79,167 11
Lampiran 7. Hasil analisis uji lanjut Duncan sintasan udang vannamei
Hasil
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3
Duncana Kontrol (0%) 3 80,8333
Tepung limbah sayur 30% 3 81,6667 81,6667
Tepung limbah sayur 20% 3 84,1667 84,1667
Tepung limbah sayur 10% 3 86,6667
Sig. ,500 ,067 ,067
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
Lampiran 8. Foto Alat dan Bahan
Alat ukur Kualitas Air dan Timbangan Digital
Terpal dan Boks Penelitian
Pakan dan Seser
Sentrifuge
Lampiran 9. Foto Dokumentasi
Berkunjung ke kantor balai perikanan budidaya air payau takalar dalam rangkai
koordinasi lokasi penelitian
Proses Pengambilan Cairan Rumen Kambing
Proses Penebaran
Proses pencincangan limbah sayur dan Formulasi Pakan
Pencetakan pakan dan Pengopenan
Proses Pemberian Pakan dan Pencucian Kapas Aerator
Proses Pengamatan dan Penimbangan Pakan
Foto. Proses Pengukuran Kualitas Air
Pergantian Air/Spon
Sampling
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kecamatan Liukang Tangaya Kabupaten
Pangkajene dan Kepulauan pada tanggal 23 Maret 1998, sebagai
anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan (Alm) Tuwo dan
Hasena. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar (SD) pada
tahun 2009 di SD Negeri 23 Pulau Matalaang, setelah tamat SD penulis melanjutkan
kesekolah manengah pertama (SMP) pada tahun 2009 di SMP Negeri 3 Bungoro dan
diselesaikan pada tahun 2012, pada tahun yang sama penulis masuk ke sekolah
manengah atas (SMA) di SMA Negeri 1 Bungoro (SMA Negeri 3 Pangkajene) dan lulus
pada tahun 2015. Dan pada tahun 2015 penulis diterima sebagai mahasiswa program
studi budidaya perairan, fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Makassar
melalui jalur tes.
Selama kuliah penulis pernah magang di Balai Benih Ikan (BBI) Rappoa
Kabupaten Bantaeng Provinsi Sulawesi Selatan.
Penulis dapat menyelesaikan tugas akhir berupa skripsi yang berjudul
“Optimasi Kadar Tepung Limbah Sayur Terfermentasi Cairan Rumen Kambing Terhadap
Pertumbuhan dan Sintasan Udang Vaname (Litopenaeus vanname).” dibawah
bimbingan Dr. Murni, S.Pi., M.Si, dan Asni Anwar, S.Pi, M.Si.