OPTIMASI DOSIS INOKULUM SPORA Scleroderma columnare …digilib.unila.ac.id/55102/3/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of OPTIMASI DOSIS INOKULUM SPORA Scleroderma columnare …digilib.unila.ac.id/55102/3/SKRIPSI TANPA BAB...
OPTIMASI DOSIS INOKULUM SPORAScleroderma columnare UNTUK PERTUMBUHAN SEMAI MAHONI
(Swietenia macrophylla)
(Skripsi)
Oleh
Siti Suprehatin
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
Siti Suprehatin
ABSTRAK
OPTIMASI DOSIS INOKULUM SPORA Scleroderma columnare UNTUKPERTUMBUHAN SEMAI MAHONI (Swietenia macrophylla)
Oleh
SITI SUPREHATIN
Kebutuhan bahan baku industri perkayuan di Indonesia semakin meningkat
sementara produktivitas hutan tanaman sebagai penghasil kayu menurun. Mahoni
sebagai salah satu jenis tanaman cepat tumbuh memiliki potensi untuk
dikembangkan dalam rangka memenuhi kebutuhan kayu nasional. Salah satu cara
meningkatkan pertumbuhan tanaman adalah dengan pemberian mikoriza. Tujuan
dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh pemberian ektomikoriza dan
mendapatkan dosis spora S. columnare yang optimal untuk meningkatkan
pertumbuhan bibit mahoni. Penelitian ini dirancang menggunakan rancangan
acak lengkap dengan 4 perlakuan pemberian inokulum spora S. columnare yang
terdiri dari dosis 0 ml/polybag, 10 ml/polybag, 20 ml/polybag, dan 30
ml/polybag. Setiap perlakuan diulang sebanyak 5 kali dan setiap unit percobaan
menggunakan 5 tanaman. Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah
pertambahan tinggi, pertambahan diameter, jumlah daun, persentase kolonisasi,
panjang akar, dan berat kering total. Data dianalisis menggunakan uji bartlet,
Siti Suprehatinanalisis ragam dan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Hasil
Penelitian menunjukkan bahwa pemberian inokulum spora S. columnare tidak
meningkatkan pertumbuhan tanaman mahoni karena hanya menghasilkan
persentase kolonisasi yang rendah yaitu <1%, sehingga tidak didapatkan dosis
inokulasi yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman mahoni.
Kata kunci : ektomikoriza, inokulum, mahoni, scleroderma.
Siti Suprehatin
ABSTRACT
DOSE OPTIMIZATION OF Scleroderma columnare SPORE INOCULUMFOR THE GROWTH OF MACROPHYLLA (Swietenia macrophylla)
SEEDLINGS
By
SITI SUPREHATIN
Raw materials need for timber industry in Indonesia tend to increas while
contrarily the timber production was decreasing. Mahogany as one of fast-
growing tree that has the potency to be developed in order to meet national timber
needs. One of the way to improve tree growth was by inoculating mycorrhiza.
The purpose of the study were analyzed the effect of ectomycorrhizae inoculation
and to figure out the optimal S. columnare dose in order to increase the growth of
mahogany seedlings. The study was designed in a completely randomized design
of 4 treatments of S. columnare inoculation dose consisting of 0 ml/polybag, 10
ml/polybag, 20 ml/polybag, and 30 ml/polybag. Each treatment was repeated 5
times and each experimental unit used 5 plants. The parameters observed in the
study were height increase, increase in diameter, number of leaves, a percentage
of colonization, root length, and total dry weight. Bartlet test, variance analysis
and Least Significant Difference (LSD) were employed as the data analysis
method. The results showed that S. columnare inoculation could not increase the
Siti Suprehatingrowth of mahogany seedlings. The ectomycorrhizae colonization rate was very
low (<1%).
Keywords : ectomycorrhiza, inoculum, mahagony, scleroderma.
OPTIMASI DOSIS INOKULUM SPORA Scleroderma columnareUNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN
BIBIT MAHONI (Swietenia macrophylla)
Oleh
SITI SUPREHATIN
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA KEHUTANAN
Pada
Jurusan KehutananFakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
Tabel halaman
iii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Lampung Selatan, pada tanggal 2 Februari
1995, sebagai anak kelima dari lima bersaudara, dari Bapak M.
Muhaji dan Ibu Supriati. Pada tahun 2007 penulis menyelesaikan
pendidikan Sekolah Dasar di SDN 2 Bumi Restu, Sekolah
Menengah Pertama di SMPN 3 Palas pada tahun 2010, dan
Sekolah Menengah Atas di SMAN 1 Kalianda pada tahun 2013.
Tahun 2013, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung malalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(SNMPTN) Undangan. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten
dosen Silvikultur dan Klimatologi Pertanian, serta aktif di organisasi Himpunan
Mahasiswa Kehutanan (Himasylva) dan Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Fakultas
Pertanian Universitas Lampung. Pada tahun 2016, penulis melakukan kegiatan Praktik
Umum (PU) di RPH Banjarnegara BKPH Purworejo KPH Kedu Selatan Perum
Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah. Pada tahun 2016 juga, penulis melakukan
kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Kedondong Kecamatan Kedondong
Kabupaten Pesawaran, Lampung.
Karya sederhana ini ku persembahkan untuk bapak dan ibu ku serta kakak-kakakku yang senantiasa memberikan semangat dan motivasi.
iii
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dan shalawat serta salam
disampaikan kepada junjungan Rasulullah Muhammad SAW, atas berkat dan rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Optimasi Dosis Inokulum Spora
Scleroderma columnare Untuk Pertumbuhan Semai Mahoni (Swietenia Macrophylla)”
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Kehutanan pada Jurusan
Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyusun penulisan skripsi. Ucapan terima kasih penulis sampaikan
kepada beberapa pihak sebagai berikut :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si. selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
2. Ibu Dr. Melya Riniarti, S.P., M.Si. selaku dosen pembimbing kesatu sekaligus
Ketua Jurusan Kehutanan atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, kritik,
dan saran dalam proses penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak Duryat, S.Hut., M.Si., selaku dosen pembimbing kedua atas kesediaannya
memberikan bimbingan, kritik, dan saran dalam proses penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak Drs. Afif Bintoro, M.P. selaku dosen penguji utama atas arahan, saran dan
kritik yang telah diberikan sampai selesainya penulisan skripsi ini.
iii
5. Ibu Rusita, S.Hut., M.Si.. selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan
saran dan nasihat.
6. Segenap Dosen Jurusan Kehutanan yang telah memberikan ilmu pengetahuan
bidang kehutanan dan menempa diri bagi penulis selama menuntut ilmu di
Universitas Lampung.
7. Bapak Ibu penulis yaitu Bapak M. Muhaji dan Ibu Supriati yang selalu
memberikan doa, semangat, kasih sayang serta dukungan moril maupun materil
hingga penulis dapat meniti langkah sejauh ini.
8. Saudara-saudaraku angkatan 2013, abang dan mbak angkatan 2009 sampai
2012 dan adik-adik kehutanan Universitas Lampung.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu
dalam penyelesaian penelitian dan penyusunan skripsi.
Bandar Lampung, Desember 2018
Siti Suprehatin
iv
DAFTAR ISI
HalamanDAFTAR TABEL .................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. viii
I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1A. Latar Belakang ................................................................................ 1B. Tujuan Penelitian ............................................................................ 3C. Manfaat Penelitian .......................................................................... 3D. Kerangka Pemikiran ....................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 8A. Tanaman Mahoni (Swietenia macrophylla) .................................... 8
1. Sistematika Tanaman .................................................................. 82. Deskripsi Tanaman...................................................................... 93. Kegunaan Tanaman..................................................................... 9
B. Mikoriza ......................................................................................... 101. Pengertian Mikoriza .................................................................... 102. Pengelompokkan Mikoriza ......................................................... 113. Manfaat Mikoriza ........................................................................ 124. Inokulasi Ektomikoriza ............................................................... 135. Spora Scleroderma columnare .................................................... 13
C. Peran Media Tanam ....................................................................... 14
III. METODE PENELITIAN .................................................................. 16A. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 16B. Bahan dan Alat Penelitian .............................................................. 16C. Rancangan Penelitian ...................................................................... 16D. Pelaksanaan Penelitian ................................................................... 18
1. Persiapan Media Tanam ............................................................. 182. Persiapan Semai ......................................................................... 193. Persiapan Inokulum Spora S. columnare .................................... 203. Aplikasi S. Columnare pada akar mahoni .................................. 22
E. Pengumpulan Data........................................................................... 231. Pertambahan Tinggi .................................................................... 232. Pertambahan Diameter ................................................................ 24
v
............................................................................................... Halaman3. Jumlah Daun................................................................................ 244. Luas Daun ................................................................................... 245. Panjang Akar ............................................................................... 246. Kolonisasi Ektomikoriza ............................................................. 247. Berat Kering Akar dan Tajuk ...................................................... 25
F. Analisis Data ................................................................................... 261. Homogenitas Ragam .................................................................. 262. Analisis Ragam ........................................................................... 263. Uji Beda Nyata Terkecil.............................................................. 28
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 30A. Hasil Penelitian ............................................................................... 30B. Pembahasan ..................................................................................... 32
VI. SIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 36A. Simpulan ........................................................................................ 36B. Saran................................................................................................ 36
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 37
LAMPIRAN .............................................................................................. 43Gambar 7-12 ............................................................................................... 43Tabel 5-27 .................................................................................................. 46
Tabel Halaman
vii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman1. Analisis Ragam..................................................................................... 26
2. Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam ..................................................... 29
3. Hasil Uji Beda Nyata Terkecil ............................................................ 30
4. Rekapitulasi hasil pengamatan pertumbuhan tanaman ....................... 31
5. Analisis Data parameter persentase kolonisasi .................................... 45
6. Uji Bartlet Persentase kolonisasi ......................................................... 45
7. Analisis Ragam persentase kolonisasi ................................................. 46
8. Uji BNT persentase kolonisasi ............................................................ 47
9. Data Parameter Luas Daun .................................................................. 47
10. Uji Bartlet Luas Daun ....................................................................... 48
11. Analisis Ragam Luas Daun ............................................................... 48
12. Hasil Uji BNT luas daun ................................................................... 49
13. Data Parameter Tinggi ...................................................................... 50
14. Uji Bartlet parameter tinggi .............................................................. 50
15. Analisis Ragam parameter tinggi ...................................................... 51
16. Data Parameter diameter ................................................................... 52
17. Uji Bartlet Parameter diameter ......................................................... 52
18. Analisis ragam parameter diameter ................................................... 53
19. Data parameter jumlah daun ............................................................. 54
Tabel Halaman
vii
20. Uji Bartlett jumlah daun .................................................................... 54
21. Analisis ragam jumlah daun .............................................................. 55
22. Data parameter panjang akar ............................................................. 56
23. Uji bartlet panjang akar ..................................................................... 56
24. Analisis ragam panjang akar ............................................................. 57
25. Data Parameter Berat Kering Total ................................................... 58
26. Uji Bartlet Berat kering total ............................................................. 58
27. Analisis ragam berat kering total ...................................................... 59
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman1. Bagan Alir Kerangka Pemikiran ....................................................... 6
2. Persiapan Media tanam ...................................................................... 18
3. Persiapan Semai Mahoni.................................................................... 19
4. Persiapan Suspensi Spora S. columnare. ........................................... 20
5. Pencampuran menggunakan Shaker Rotator . ................................... 20
6. Inokulasi spora S. Columnare .......................................................... 21
7. Inokulasi spora S. Columnare ke bibit mahoni .................................. 21
8. Kenampakan akar bermikoriza ......................................................... 41
9. Kenampakan daun tanaman yang tidak berektomikoriza .................. 41
10. Kenampakan daun tanaman yang berektomikoriza ........................... 42
11. Sterilisasi media tanam ...................................................................... 42
12. Penyapihan bibit mahoni ................................................................... 43
13. Objek Penelitian ................................................................................ 43
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan jumlah penduduk Indonesia yang semakin meningkat menyebabkan
semakin tingginya permintaan produk hasil hutan yang digunakan secara luas di
masyarakat, sehingga industri perkayuan sangat membutuhkan bahan baku untuk
memenuhi permintaan konsumen (Yudhistira, 2012). Menurut Suryandari (2008)
permintaan kayu bulat di Indonesia diperkirakan mencapai hampir 10 juta m3 per
tahun, tingginya permintaan tersebut menyebabkan defisit aktual saat ini. Kondisi
tersebut, membuat tekanan terhadap hutan alam terus meningkat, sehingga perlu
dimanfaatkan dan digali dari potensi sumber-sumber lainnya seperti hutan tanaman
(Amrullah, 2013).
Pembangunan hutan tanaman memerlukan pertimbangan mengenai jenis tanaman
yang akan dikembangkan yaitu jenis-jenis tanaman cepat tumbuh (fast growing
species) (Annadira dkk., 2014). Menurut Majasari dkk. (2013) ada beberapa
tanaman yang cepat tumbuh yang digunakan untuk pembangunan hutan tanaman,
salah satunya adalah tanaman mahoni (Swietenia macrophylla King.). Mahoni
menghasilkan kayu yang baik untuk pertukangan, kayu gubalnya berwarna merah
muda sedangkan kayu terasnya berwarna merah hingga coklat tua. Kayu mahoni
termasuk kelas awet III, kelas kuat II-III yang digunakan untuk venir, kayu lapis,
2meubel, panil, perkapalan, kayu perkakas, kerajinan patung atau ukiran dan lain
sebagainya (Martawijaya dkk., 1981).
Salah satu upaya untuk meningkatkan pertumbuhan bibit adalah penggunaan
pupuk hayati. Pupuk hayati (biofertilizer) adalah bahan penyubur tanah yang
mengandung mikroba hidup atau sel hidup yang berfungsi untuk meningkatkan
kemampuan akar tanaman menyerap unsur-unsur hara dari dalam tanah guna
mendukung pertumbuhan tanaman (Mohammadi dan Sohrabi, 2012; Amutha dkk.,
2014). Salah satu pupuk hayati yang dapat dijadikan sebagai alternatif
peningkatan pertumbuhan bibit adalah mikoriza. Fungi mikoriza dapat
bersimbiosis dengan akar tanaman dan mempunyai peranan yang penting dalam
pertumbuhan tanaman. Peranan tersebut diantaranya adalah meningkatkan
serapan fosfor (P) dan unsur hara lainnya, seperti N, K, Zn, Co, S dan Mo dari
dalam tanah, meningkatkan ketahanan terhadap kekeringan, memperbaiki agregat
tanah, meningkatkan pertumbuhan mikroba tanah yang bermanfaat bagi
pertumbuhan tanaman inang serta sebagai pelindung tanaman dari infeksi
patogen akar (Suharno dan Santoso, 2005).
Berdasarkan atas terbentuk atau tidak terbentuknya selubung jalinan hifa pada
akar, maka pada umumnya mikoriza dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu
ektomikoriza, endomikoriza dan ektendomikoriza (Baker dan Bass, 1979).
Ektomikoriza merupakan struktur yang terbentuk karena adanya asosiasi fungi
mikoriza dengan akar tanaman, sehingga pada permukaan akar terbentuk mantel
dan hifa eksternal fungi (Smith dan Read, 2008). Beberapa teknik inokulasi
mikoriza adalah teknik inokulasi tanah, anakan yang bermikoriza, akar yang
3bermikoriza, biakan murni miselia, suspensi spora, kapsul mikoriza dan tablet
mikoriza (Setiadi dkk., 1992).
Menurut Rinaldi dkk. (2008) spesies fungi pembentuk ektomikoriza terdapat pada
genus Lactarius, Laccaria, Pisolithus, Boletus, Suillus, Rhizopogon, dan
Scleroderma yang bersimbiosis dengan berbagai jenis pohon maupun tumbuhan
berkayu. Berdasarkan penelitian Herdina dkk. (2013) penambahan S. columnare
dapat meningkatkan pertumbuhan semai mahoni. Namun belum diketahui dosis
penambahan S. columnare yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan bibit
tanaman mahoni, sehingga dilakukan penelitian mengenai dosis inokulum spora
yang tepat untuk meningkatkan kolonisasi ektomikoriza dan meningkatkan
pertumbuhan semai mahoni.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Menganalisis pengaruh pemberian ektomikoriza pada pertumbuhan bibit mahoni.
2. Mendapatkan dosis S. columnare yang optimal untuk meningkatkan
pertumbuhan bibit mahoni.
C. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi bagi dunia usaha dan
masyarakat ilmiah mengenai dosis inokulum spora untuk meningkatkan
kolonisasi ektomikoriza pada bibit mahoni sehingga dapat dijadikan sebagai
rujukan dalam pengadaan bibit yang berkualitas untuk pembangunan hutan
4tanaman. Selain itu dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk penelitian-
penelitian serupa selanjutnya.
D. Kerangka Pemikiran
Fungi mikoriza merupakan fungi obligat, dimana kelangsungan hidupnya
bergantung terhadap asosiasinya dengan akar tanaman (Talanca dan Adnan, 2005).
Secara umum tanaman yang diinangi oleh fungi mikoriza memiliki pertumbuhan
yang lebih baik dibandingkan dengan tanaman yang tidak berasosiasi dengan
mikoriza. Menurut Brundrett, (2009), asosiasi antara fungi mikoriza dengan
tanaman inang merupakan hubungan simbiosis mutualisme yang bermanfaat bagi
keduanya, yaitu fungi mikoriza memperoleh karbohidrat dalam bentuk gula
sederhana (glukosa) dan karbon (C) dari tumbuhan, sebaliknya fungi melalui hifa
eksternal yang terdistribusi di dalam tanah dapat menyalurkan air, mineral dan hara
tanah untuk membantu aktivitas metabolisme tumbuhan inangnya.
Salah satu tanaman yang dapat bersimbiosis dengan mikoriza adalah mahoni.
Beberapa penelitian menyatakan bahwa tanaman mahoni hanya dapat
bersimbiosis dengan endomikoriza (Simamora dkk., 2015; Lisda dkk., 2016;
Nurmalasari, 2009) tetapi terdapat satu penelitian yang menyatakan bahwa
mahoni dapat berasosiasi dengan ektomikoriza (Herdina dkk., 2013).
Ektomikoriza adalah fungi yang hifanya hanya sampai pada bagian epidermis
akar pertumbuhan dan atau tidak sampai menembus ke dalam korteks akar.
Fungi ektomikoriza bersimbiosis dengan pohon-pohon hutan tertentu saja, seperti
pohon-pohon yang termasuk dalam keluarga meranti, pinus, dan eukaliptus
5(Sitepu dkk., 2010). Sedangkan endomikoriza adalah fungi yang hifanya sampai
menembus ke korteks akar serta dapat berasosiasi dengan hampir 90% jenis
tanaman dimana tiap jenis tanaman dapat juga berasosiasi dengan satu atau lebih
jenis endomikoriza. Tetapi tidak semua jenis tumbuhan dapat memberikan
respon pertumbuhan positif terhadap inokulasi mikoriza (Brundrett, 2004).
Beberapa penelitian menujukkan bahwa inokulasi Spora S. columnare dengan
dosis 20 ml/polybag merupakan dosis yang tepat untuk meningkatkan
pertumbuhan tanaman (Handayani dkk., 2018; Febriani dkk., 2018 dan Kusuma,
dkk., 2018). Herdina dkk. (2013) menyatakan bahwa penambahan inokulum
spora S. columnare dengan dosis 2 tablet per tanaman menunjukan tanaman
mahoni dapat terkolonisasi ektomikoriza sebesar 4 %, persen kolonisasi ini
tergolong sangat rendah. Oleh karena itu diperlukan penelitian mengenai dosis
inokulum spora S. columnare yang optimal untuk meningkatkan persen akar
terkolonisasi dan meningkatkan pertumbuhan bibit mahoni. Diagram alir
kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
6
Gambar 1. Diagram alir kerangka penelitian.
Mikoriza
Ektendomikoriza
Ektomikoriza
Endomikoriza
Bibit mahoni
Belum ada laporan
Efektif dengan inokulumtablet mikoriza
Efektif dengansemua inokulum
Uji inokulum lain
Inoukulu tabletInokulum sporaInokulum tanah
Inokulasi pada mahoni
Dibersihkan dandioven
Di ekstrak dari tubuhbuah
Dosis optimumpertumbuhan bibit
Pengaruh inokulasiterhadap pertumbuhan
bibit
Dosis efektif untukmenginokulasi bibit
mahoni
Produksi bibit mahoni
7E. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Inokulasi S. columnare dapat meningkatkan pertumbuhan bibit mahoni.
b. Dosis inokulum S. columnare yang efektif untuk meningkatkan
pertumbuhan bibit mahoni adalah 20 ml/polybag.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Mahoni (Swietenia macrophylla King.)
1. Sistematika tanaman
Tanaman mahoni merupakan salah satu tanaman yang dianjurkan untuk
pengembangan HTI (Hutan Tanaman Industri). Mahoni dalam klasifikasinya
termasuk family Meliaceae. Ada dua spesies yang cukup dikenal yaitu: S.
macrophylla (mahoni daun lebar) dan S. mahagoni (mahoni daun sempit).
Kedudukan mahoni dalam taksonomi tumbuhan adalah sebagai berikut (Suhono
dan TIM LIPI, 2010).
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magoliopsida
Ordo : Sapindales
Famili : Meliaceae
Genus : Swietenia
Spesies : Swietenia macrophylla King.
Di Indonesia biasa dikenal dengan nama mahoni atau biasa disebut dengan
mahagoni, maoni atau moni (Prasetyono, 2012). Di Bengali dinamakan (Bara
mahauni, Bara-mahagoni, Mahagni), di Belanda dinamakan (Mahonie,
9mahok), di Jerman dinamakan (Echtes mahagoni), di Italia dinamakan
(Mogano), di Malaysia dinamakan (Cheria mahogany), di Portugis dinamakan
(Mogno) dan biasa dikenal dengan nama Mahogany (Orwa dkk., 2009).
2. Deskripsi tanaman
Tanaman mahoni merupakan pohon penghasil kayu keras yang biasanya
dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat untuk dibuat perabot rumah tangga
serta barang ukiran. Pohon mahoni dapat tumbuh liar di hutan jati atau tempat-
tempat lain yang dekat dengan pantai dan biasanya ditanam di pinggir jalan
sebagai pohon pelindung (Prasetyono, 2012). Tanaman ini berasal dari
Hindia Barat dan dapat tumbuh subur bila ditanam di pasir payau dekat
dengan pantai. Pohon tahunan ini memiliki tinggi 5-25 m, memiliki akar
tunggang, berbatang bulat, banyak cabang dan kayunya bergetah. Daun pohon
mahoni termasuk daun majemuk menyirip genap, helaian daun berbentuk bulat
telur, ujung dan pangkalnya runcing, tepi daun rata, bentuk tulang daun
menyirip yang dapat mencapai panjang 3-15 cm. Daun yang masih muda akan
berwarna merah dan lama kelamaan akan berwarna hijau.
3. Kegunaan tanaman
Tanaman mahoni telah digunakan di Asia dan banyak negara lain untuk
mengobati berbagai macam penyakit diantaranya dapat digunakan sebagai
antimikroba, anti-inflamasi, efek antioksidan, antimutagenik, antikanker,
antitumor, dan antidiabetes. Hampir semua bagian tanaman dari tanaman
10mahoni dapat digunakan sebagai obat tradisional untuk mengobati berbagai
macam penyakit pada manusia. Buah dari tanaman mahoni ini telah digunakan
secara komersial sebagai produk untuk perawatan kesehatan untuk
memperlancar sirkulasi darah dan perawatan kulit. Biji dari tanaman mahoni
dapat digunakan secara signifikan untuk pengobatan, di Malaysia biji mahoni
telah digunakan secara tradisional untuk mengobati hipertensi, diabetes, dan
sebagai anti-inflamasi. Di Indonesia biji mahoni telah digunakan sebagai obat
tradisional untuk pengobatan diabetes, hipertensi, dan malaria (Mustika, 2010).
B. Mikoriza
1. Pengertian mikoriza
Mikoriza berasal dari bahasa Yunani yang secara harfiah berarti “fungi akar”
(mykos = miko= fungi dan rhiza = akar ) atau “fungi tanah” karena hifa dan
sporanya selalu berada di tanah terutama di areal rhizosfer tanaman (Smith
and Read, 2008). Asosiasi antara fungi mikoriza dengan tanaman inang
merupakan hubungan simbiosis mutualisme (Simanungkalit dan Riyanti,
2003; Brundrett dkk., 2008). Simbiosis tersebut bermanfaat bagi keduanya,
yaitu fungi mikoriza memperoleh karbohidrat dalam bentuk gula sederhana
(glukosa) dan karbon (C) dari tumbuhan, sebaliknya fungi melalui hifa
eksternal yang terdistribusi di dalam tanah dapat menyalurkan air, mineral
dan hara tanah untuk membantu aktivitas metabolisme tumbuhan inangnya
(Brundrett dkk., 1996; Smith dan Read, 2010).
112. Pengelompokkan mikoriza
Berdasarkan struktur dan cara fungi menginfeksi akar, mikoriza dapat
dikelompokkan ke dalam tiga tipe yaitu ektomikoriza, endomikoriza dan
ektendomikoriza. Jenis ektomikoriza mempunyai sifat antara lain akar yang
terkena infeksi membesar, bercabang, rambut-rambut akar tidak ada, hifa
menjorok ke luar dan berfungsi sebagai alat yang efektif dalam menyerap unsur
hara dan air. Hifa fungi tidak masuk ke dalam sel tetapi hanya berkembang di
antara dinding-dinding sel jaringan korteks membentuk struktur seperti pada
jaringan hartiq (Diagne dkk., 2013; Dighton, 2016).
Saat ini diketahui terdapat 7 tipe mikoriza yaitu (1) arbuskular mikoriza, (2)
ektomikoriza, (3) ektendomikoriza, (4) arbutoid mikoriza, (5) monotropoid
mikoriza, (6) ericoid mikoriza, dan (7) orchid mikoriza. Pembagian ini didasarkan
pada karakter-karakter (1) ada/tidaknya septa; (2) intraseluler kolonisasi (3)
keberadaan mantel dan Hartig net serta (4) acrophyl (Smith dan Read,
2008). Fungi ektomikoriza umumnya dari golongan Basidiomisetes dan
Askomisetes. Beberapa genera fungi Basidiomisetes pembentuk ektomikoriza di
antaranya adalah Amanita, Boletellus, Boletinus, Boletus, Pisolithus, Scleroderma,
Suillus, Russula, dan Laccaria (Brundrett dkk., 1996).
Ektomikoriza merupakan asosiasi dari fungi golongan Basidiomycetes dan
lainnya yang membentuk bengkalan pada akar lateral pendek yang diselubungi
oleh mantel hifa. Pada akar terdapat suspensi hartig yaitu hifa yang mengitari
sel epidermis atau korteks. Jenis tanaman yang diketahui mampu berasosiasi
12dengan ektomikoriza antara lain Dipterocarpaceae, Eucaliptus, dan Pinus
(Soegiharto dkk., 2010).
3. Manfaat mikoriza
Sebagai mikroorganisme tanah, fungi mikoriza menjadi kunci dalam
memfasilitasi penyerapan unsur hara oleh tanaman (Agustini dkk., 2009). Peran
mikoriza adalah membantu penyerapan unsur hara tanaman, peningkatan
pertumbuhan dan hasil produk tanaman. Mikoriza meningkatkan pertumbuhan
tanaman pada tingkat kesuburan tanah yang rendah, lahan terdegradasi dan
membantu memperluas fungsi perakaran dalam memperoleh nutrisi (Garg dan
Chandel, 2010). Secara khusus, fungi mikoriza berperan penting dalam
meningkatkan penyerapan ion dengan tingkat mobilitas rendah, seperti fosfat
(PO43-) dan amonium (NH4+) (Suharno dan Sancayaningsih, 2013) dan unsur
hara tanah yang relatif immobil lain seperti belerang (S), tembaga (Cu) dan juga
Boron (B). Mikoriza juga meningkatkan luas permukaan kontak dengan tanah,
sehingga meningkatkan daerah penyerapan akar hingga 47 kali lipat. Mikoriza
tidak hanya meningkatkan laju transfer nutrisi di akar tanaman inang, tetapi juga
meningkatkan ketahanan terhadap cekaman biotik dan abiotik (Smith dan Read,
2008). Mikoriza mampu membantu mempertahankan stabilitas pertumbuhan
tanaman pada kondisi tercemar (Khan dkk., 2005).
134. Inokulasi ektomikoriza
Inokulasi ektomikoriza dapat dilakukan menggunakan tujuh macam sumber
inokulum, yaitu ektomikoriza tanah (tanah yang bermikoriza), ektomikoriza
semai (semai yang terinokulasi), suspensi miselium, akar yang sudah terinfeksi
ektomikoriza, suspensi ektomikoriza, ektomikoriza dalam kapsul, dan tablet
yang berektomikoriza (De La Cruz, 1991). Menurut Kuswanto (1990),
inokulasi mikoriza dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu inokulum tanah,
inokulum spora dan inokulum miselia. Teknik inokulasi dengan menggunakan
tanah di bawah tegakan yang bermikoriza masih banyak digunakan karena
mempunyai keuntungan yaitu penyebaran infeksi cepat merata. Menurut
Indriyanto (2008) inokulasi mikoriza dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
inokulasi secara alami (inokulasi menggunakan inokulum tanah), membuat
persemaian di bawah tegakan inang yang bermikoriza, menanam pohon induk
(mother trees) bermikoriza dan inokulasi secara buatan (penggunaan suspensi
spora, penggunaan spora pada sistem irigasi, penggunaan tablet spora,
penggunaan kapsul spora dan inokulasi dengan miselium).
5. Spora Scleroderma columnare
Spora merupakan sumber inokulum yang dapat dikembangkan dengan berbagai
teknik yang ada. Fungi ektomikoriza Gasteromycetes seperti anggota genus
Rhizopogon, Scleroderma dan Pisolithus, mampu memproduksi spora yang
melimpah dalam tubuh buahnya.
14Spora terbentuk pada ujung hifa eksternal, spora ini dapat dibentuk secara tunggal,
berkelompok atau di dalam sporokarp tergantung pada jenis funginya.
Perkecambahan spora sangat sensitif tergantung pada lingkungan seperti pH,
temperatur dan kelembaban tanah. Spora dapat hidup di dalam tanah sampai
beberapa tahun. Namun untuk perkembangan, mikoriza memerlukan tanaman
inang. Spora dapat disimpan dalam waktu yang lama sebelum digunakan lagi
(Mosse dkk., 1981). Ukuran spora fungi yaitu sekitar >35 sampai >500 μm.
Karena ukurannya yang cukup besar, maka spora ini dapat dengan mudah diisolasi
dari dalam tanah dengan menyaringnya (Simanungkalit dan Riyanti, 2003).
Sumber : Riniarti (2010)
Gambar 2. Tubuh buah S. columnare.
C. Peran Media Tanam
Media tanam merupakan salah satu faktor lingkungan yang penting untuk
pertumbuhan agar tanaman mendapat unsur hara dan air. Media tanam yang
15memenuhi syarat sangat menunjang pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Jenis dan sifat media tanam berperan dalam ketersediaan unsur hara
dan air sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman.
Perbedaan karakteristik media adalah dalam hal kandungan unsur hara dan
daya mengikat air yang tercermin pada porositas, kelembaban, dan aerasi
(Hardjanti, 2005).
Menurut Fahmi (2014), media tanam yang baik digunakan adalah yang
memiliki tekstur kasar, berpasir, dengan kapasitas tukar kation yang tinggi
yang mampu mengurangi tersedianya fosfor (P). Pasir merupakan tanah yang
berukuran antara 2 mm-50 μm. Pasir mempunyai luas permukaan yang kecil
sehingga sulit menyerap (menahan) air dan unsur hara. Selain itu, pasir juga
mempunyai tekstur yang kasar sangat jelas, tidak melekat, dan tidak dapat
dibentuk bola dan gulungan (Hardjowigeno, 1992). Pasir telah digunakan
secara luas sebagai media perakaran stek karena media ini relatif murah,
mudah tersedia dan bersih. Pasir tidak menyimpan kelembaban sehingga
membutuhkan frekuensi penyiraman yang lebih tinggi. Penggunaan tunggal
tanpa campuran dengan media lain membuatnya sangat kasar sehingga tidak
memberikan hasil yang baik (Benu dkk., 2016).
17
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas
Lampung. Pengukuran luas daun dilaksanakan di Laboratorium Lapang
Terpadu dan analisis akar terkolonisasi dilaksanakan di Laboratorium Hama
Penyakit Tanaman. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2017
sampai dengan Maret 2018.
B. Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah semai mahoni berumur 2
bulan, media tanam berupa pasir, air, aquades, larutan tween 80, dan spora S.
columnare yang telah disimpan selama 1 tahun. Sedangkan alat yang digunakan
adalah mikroskop stereo, shaker rotator, leaf area meter, tabung erlenmeyer,
timbangan digital, kamera, kalifer, petridis, oven, alat suntik ukuran 20 cc/ml,
pipet tetes, gunting, dan mistar.
C. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4
perlakuan inokulum spora, 5 ulangan, serta 5 tanaman tiap unit percobaan
18sehingga keseluruhan tanaman yang dibutuhkan berjumlah 100 satuan
percobaan. Perlakuan dosis inokulum spora yang diterapkan adalah : tanpa
inokulum (P1), inokulum spora dengan dosis 10 ml/polibag (P2), inokulum spora
dengan dosis 20 ml/polibag (P3) dan inokulum spora dengan dosis 30 ml/polibag
(P4).
Tata letak setiap satuan percobaan dapat dilihat pada Gambar 3. Penentuan tata
letak dilakukan menggunakan sistem undian sehingga setiap satuan percobaan
mempunyai peluang letak yang sama.
Gambar 3. Rancangan tata letak percobaan.Keterangan :
P1U1 = perlakuan P0(tanpa mikoriza) pada ulangan ke – 1P1U1 = perlakuan P0(tanpa mikoriza) pada ulangan ke – 2P1U2 = perlakuan P0(tanpa mikoriza) pada ulangan ke – 3P1U3 = perlakuan P0(tanpa mikoriza) pada ulangan ke – 4P1U4 = perlakuan P0(tanpa mikoriza) pada ulangan ke – 5P2U1 = perlakuan P1(inokulum spora dosis 10 ml) pada ulangan ke – 1P2U2 = perlakuan P1(inokulum spora dosis 10 ml) pada ulangan ke – 2P2U3 = perlakuan P1(inokulum spora dosis 10 ml) pada ulangan ke – 3P2U4 =perlakuan P1(inokulum spora dosis 10 ml) pada ulangan ke – 4P2U5 = perlakuan P1(inokulum spora dosis 10 ml) pada ulangan ke – 5P3U1 = perlakuan P2(inokulum spora dosis 20 ml) pada ulangan ke – 1P3U2 = perlakuan P2(inokulum spora dosis 20 ml) pada ulangan ke – 2P3U3 = perlakuan P2(inokulum spora dosis 20 ml) pada ulangan ke – 3P3U4 = perlakuan P2(inokulum spora dosis 20 ml) pada ulangan ke – 4
P4U1P2U1P1U1 P2U2 P3U1
P2U2 P1U2 P5U2 P5U1 P4U2
P4U3 P3U3 P1U3 P2U3 P5U3
P3U4 P4U4 P2U4 P1U4 P5U4
P2U5 P3U5 P5U5 P4U5 P1U5
19P3U5 = perlakuan P2(inokulum spora dosis 20 ml) pada ulangan ke – 5P4U1 = perlakuan P3(inokulum spora dosis 30 ml) pada ulangan ke – 1P4U2 = perlakuan P3(inokulum spora dosis 30 ml) pada ulangan ke – 2P4U3 = perlakuan P3(inokulum spora dosis 30 ml) pada ulangan ke – 3P4U4 = perlakuan P3(inokulum spora dosis 30 ml) pada ulangan ke – 4P4U5 = perlakuan P3(inokulum spora dosis 30 ml) pada ulangan ke – 5
Menurut (Hanafiah, 2011), model matematika dari Rancangan Acak Lengkap
dosis inokulum spora terhadap kolonisasi dan pertumbuhan semai mahoni adalah
sebagai berikut.
Ŷ = µ + τ + ε
Keterangan: Ŷ = Hasil pengamatanµ = Nilai tengah umumτ = Pengaruh pemberian dosis inokulumε = Pengaruh galat percobaan.
D. Pelaksanaan Penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Persiapan media tanam
Media tanam yang digunakan berupa pasir. Persiapan media tanam
dimulai dengan sterilisasi. Pasir dijemur di bawah sinar matahari langsung
selama 7 jam. Penjemuran dimaksudkan untuk mematikan mikroorganisme
yang memiliki kemungkinan dapat mengkontaminasi media tanam. Media
tersebut dimasukkan ke dalam polibag bening kemudian dilapisi dengan
polibag warna hitam, hal tersebut dimaksudkan untuk memonitor
keberadaan akar bermikoriza. Media tanam yang siap digunakan dapat
dilihat pada Gambar 4.
20
Gambar 4. Media tanam yang digunakan.
2. Persiapan semai
Benih Mahoni yang digunakan berasal dari pohon mahoni yang tumbuh di
Laboratorium Lapang Terpadu Universitas Lampung, benih tersebut diunduh
sendiri pada tanggal 25 Juli 2017. Benih yang telah didapat kemudian
disemaikan menggunakan pasir sebagai media tumbuh selama 2 bulan. Setelah
semai berumur 2 bulan, dilakukan penyapihan dengan menyeleksi semai yang
baik (bebas dari hama dan penyakit) dan seragam tingginya (pertumbuhannya
normal. Kemudian semai dipindahkan ke polybag yang berukuran 29 cm x 14
cm x 19 cm yang telah berisi media tanam. Pemeliharaan tanaman yang
dilakukan meliputi, penyiraman yang dilakukan setiap hari dan pengendalian
gulma dilakukan secara manual. Mahoni yang telah disemaikan dapat dilihat
pada Gambar 5.
21
Gambar 5. Persiapan semai mahoni.
3. Persiapan inokulum spora S. columnare
Inokulum yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk spora yang berasal dari
bawah tegakan Dipterocarpaceae. Spora ini telah dismpan selama 1 tahun.
Bahan dan alat pembuatan suspensi spora dapat dilihat pada Gambar 6.
Inokulum spora S. columnare yang digunakan berupa suspensi yang diperoleh
dengan mencampurkan 1,5 gr spora ke dalam 1000 ml aquades dan ditambahkan
6 tetes larutan tween dalam tabung erlenmeyer 1000 ml. Tabung erlenmeyer
tersebut diletakkan pada shaker rotator selama ±2 jam agar spora dan air
tercampur rata (Gambar 7). Spora yang telah tercampur dapat dilihat
menggunakan mikroskop stereo, kenampakan spora dapat dilihat pada
Gambar 8.
22
Gambar 6. Bahan suspensi spora S. columnare.
Gambar 7. Pencampuran menggunakan Shaker rotator.
23
Gambar 8. Kenampakan spora S. columnare.
4. Aplikasi S. columnare pada akar mahoni
Inokulasi S. columnare dengan tanaman mahoni dilakukan pada sore hari.
Inokulasi ini menggunakan spuit ukuran 20 cc/ml dengan menyuntikkan
suspensi spora S. columnare pada daerah perakaran mahoni (Gambar 9).
Sebelum diinokulasikan dengan fungi ektomikoriza, media tanam dijenuhi
air terlebih dahulu dan tidak disiram selama 1x24 jam. Aplikasi
dilaksanakan dari dosis terkecil sampai terbesar. Setelah diinokulasi selama
tiga hari bibit tidak disiram untuk mencegah tercucinya inokulum (Riniarti,
2010).
24
Gambar 9. Inokulasi spora ke bibit mahoni.
E. Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini berupa data primer. Data
primer didapatkan dari pengamatan langsung yang meliputi tinggi bibit, diameter
bibit, jumlah daun, panjang akar, persen kolonisasi ektomikoriza, luas daun, berat
kering akar, berat kering pucuk, dan berat kering total.
Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah.
1. Pertambahan tinggi (cm)
Pengukuran tinggi dimulai dari kolet sampai dengan buku-buku batang
(nodus) teratas dengan menggunakan mistar. Kolet adalah daerah perbatasan
antara hipokotil dan akar semai. Pada umumnya kolet merupakan tempat
letaknya kotiledon. Pengukuran dilakukan satu bulan sekali selama penelitian.
252. Pertambahan diameter (mm)
Diameter batang diukur dari kolet dengan menggunakan kaliper digital.
Pengukuran dilakukan setiap bulan selama penelitian.
3. Jumlah daun
Jumlah daun dihitung pada akhir penelitian. Daun yang dihitung adalah
daun yang telah terbuka.
4. Luas daun (cm2)
Pengukuran luas daun dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu
Universitas Lampung dengan menggunakan Leaf area meter tipe LI-3100C.
Pengukuran dilakukan setelah akhir penelitian. Daun dipotong terlebih dahulu
dari tangkainya kemudian dimasukkan ke alat Leaf area meter satu persatu
dengan satu tanaman satu kali pengukuran.
5. Panjang akar (cm)
Panjang akar diukur dari akar teratas sampai dengan akar terpanjang
dengan menggunakan benang mengikuti bentuk akar dan kemudian benang
diukur dengan mistar 30 cm. Pengukuran dilakukan pada akhir penelitian.
6. Kolonisasi ektomikoriza
Pengamatan kolonisasi dilakukan secara langsung terhadap akar yang
terkolonisasi S. columnare dengan metode Gridline Intersection Method
(Brundett dkk., 1996). Sebelum dilakukan penghitungan akar dicuci
bersih dengan air mengalir secara perlahan, setelah itu akar dipotong-
potong sepanjang 1 cm yang kemudian disebar di atas petridis yang telah
26dibuat gridline 1 cm x 1 cm secara acak tanpa menghitung jumlah akar
yang disebar. Jumlah akar yang terkolonisasi dihitung secara langsung di
bawah mikroskop stereo pada garis vertikal dan horizontal gridline
petridis. Akar terkolonisasi memiliki ciri yaitu akar berwarna putih susu
dan akar lebih tebal dibandingkan dengan yang tidak terkolonisasi serta
terdapat hifa baik di akar atau di media semai. Pengamatan kolonisasi
ektomikoriza dilakukan pada akhir penelitian. Perhitungan persen
kolonisasi menggunakan rumus:
Σ kolonisasi ektomikoriza% akar terkolonisasi = x 100%
Σ akar yang diamati
7. Berat kering akar (BKA) dan berat kering tajuk (BKT) (gram)
Berat kering akar dan berat kering tajuk didapatkan pada akhir penelitian.
Bagian tajuk dan akar dipisahkan dengan cara memotong tanaman pada
bagian kolet tanaman. Kemudian kedua bagian tersebut dioven dengan suhu
80oC sampai beratnya konstan. Setelah beratnya konstan ditimbang dengan
menggunakan neraca digital. Bobot kering tajuk mencerminkan pertumbuhan
dan perkembangan tanaman mahoni.
F. Analisis Data
Data yang didapat dalam penelitian kemudian dianalisis menggunakan beberapa
cara, yaitu.
271. Homogenitas ragam
Homogenitas ragam diuji menggunakan uji Bartlett, dan hasil perhitungannya
disajikan ke dalam bentuk tabel (Gaspersz, 1994).
X2 hitung terkoreksi = X2 hitung
K
X2 hitung = (ln 10) {B – ( Σ db log Si2 )ℎ= ∑( − 1)
B = (log ) Σ( − 1)K = 1 + ( ) ∑ ( ) − ( )Jika X2 hitung >X2
tabel, maka data yang diperoleh tidak homogen, sehingga
perlu dilakukan transformasi data, sedangkan jika X2 hitung ≤ X2tabel, maka
ragam homogen dan dilanjutkan dengan uji sidik ragam.
2. Analisis ragam
Untuk menguji analisis ragam data akan terlebih dahulu melalui uji
homogenitas ragam. Menurut Gaspersz (1994), homogenitas ragam diuji
menggunakan uji Bartlett dan disajikan dengan prosedur sebagai berikut.
1. Varians gabungan dari seluruh sampel (S2)
Si2P1 = – S2 =
∑{( ) }∑( )2. Harga Satuan (B)
B = (log )∑( − 1)χ2 = (ln 10) − ∑( − 1) log
283. Faktor Koreksi (K)
K = 1 + ( ) ∑ − ∑( )χ2 hitung terkoreksi =
χ2 tabel = χ2 (1 − )( − 1)Keterangan:S2 : ragam gabunganSi
2 : ragam masing-masing perlakuanχ2 : khi kuadrat (lihat tabel)ln 10 : 2,3026t : banyaknya perlakuann : banyaknya ulangan
Kriteria pengujian adalah jika X2hitung > X2
tabel, maka data yang diperoleh tidak
homogen, sehingga perlu dilakukan transformasi data. Jika X2hitung < X2
tabel.
Setelah didapatkan data dengan keragaman yang homogen, maka analisis data
dapat dilanjutkan dengan analisis ragam. Analisis ragam dilakukan untuk menguji
hipotesis tentang faktor perlakuan terhadap keragaman data hasil percobaan.
Menurut Hanafiah (2011) analisis sidik ragam dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Analisis ragam
SK DB JK KT Fhitung Ftabel
Perlakuan t-1= V1 JKP JKP/ V1 KTP/KTG F(V1,V2)Galat (r x t-1)-(t-1) = V2 JKG JKG/ V2
Total r x t-1 JKT
FK =
JKP = - FK
JKT = T(Yij2) - FK
JKG = JKT - JKP
29Keterangan:SK : Sumber KeragamanDB : Derajat BebasJK : Jumlah KuadratJKP : Jumlah Kuadrat PerlakuanJKG : Jumlah Kuadrat GalatJKT : Jumlah Kuadrat TotalKT : Kuadrat TengahKTP : Kuadrat Tengah PerlakuanKTG : Kuadrat Tengah Galatt : Jumlah perlakuan yang terdapat pada penelitianr : Jumlah ulangan yang terdapat pada penelitianTA : Total hasil pengamatan perlakuan seluruh perlakuanYij : Hasil pengamatan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
3. Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
Setelah dilakukan penelitian paling tidak terdapat satu perlakuan yang memberikan
pengaruh nyata terhadap bibit mahoni, oleh karena itu untuk mengetahui perlakuan
yang memberikan pengaruh nyata tersebut dilakukan uji lanjut BNT. Perhitungan
dilakukan pada taraf nyata 5%. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.
BNT = tα/2(v).Sd
Keterangan :tα/2(v) = nilai baku student pada taraf uji α dan derajat bebas galatSd = 2 /
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Simpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Inokulasi S. columnare pada berbagai dosis yang telah diuji coba ternyata
tidak meningkatkan pertumbuhan bibit mahoni.
2. Tidak ada dosis S. columnare yang optimal untuk meningkatkan pertumbuhan
bibit mahoni.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah pemberian
ektomikoriza pada bibit mahoni tidak dianjurkan karena tidak mampu
meningkatkan pertumbuhan tanaman.
36
DAFTAR PUSTAKA
Agustini, V., Sufaati, S. dan Suharno, S. 2009. Mycorrhizal association ofterrestrial orchids of cycloops nature reserve, jayapura. BiodiversitasJournal of Biological Diversity. 10(4): 175-180.
Amrullah, R. 2013. Konflik kewenangan antara penyidik polri dan polhut dalamrangka penanggulangan tindak pidana pencurian kayu. Jurnal IlmuHukum. 15(2): 183-196.
Amutha, R., Karunakaran, S., Dhanasekaran, S., Hemalatha, K., Monika, R.,Shanmugapriya, P. dan Sornalatha., T. 2014. Isolation and massproduction of biofertilizer (azotobacter and phosphobacter). InternationalJournal Latest Res Sci Technol. 3(1): 79-81.
Annadira, A., Yusran, Y. dan Irmasari, I. 2014. Pengaruh beberapa inokulumspesies fungi mikoriza arbuskular terhadap pertumbuhan semai jabon(anthocephalus cadamba roxb). Jurnal Warta Rimba. 2(1): 1-8.
Baker, R. J. dan Bass, R. A. 1979. Evolutionary relationship of thebrachyphyllinae to the glossophagine genera glossophaga andmonophyllus. Journal of Mammalogy. 60(2): 364-372.
Benu, D., Sukarno, A. dan Sulastri, S. 2016. Pengaruh media tanam terhadappertumbuhan semai cendana (santalum album linn). Jurnal Hortikultura. 1(1): 13-16 hlm.
Brundet, C, M. 2009. Mycorrhyzal association an other mean of nutrition of vascularplants understanding the global diversity of host plast by resolving conflictinginformation and developing reliable means of diagnosis. Jurnal Plant Soil.(320): 37-77.
Brundet, C. M. 2008. Mycorrhizal associations. The web resources.www.mycorrhizaeinfo/vam.html#gves. Diakses pada tanggal 26 Juli 2018.
Brundet, M., Boughter, N., Dell, B., Grove, T. dan Malajcjuk, N. 1996.Working with Mycorrhizas in Forestry and Agriculture. Buku. AustralianCentre for International Agricultural Research. Canberra. 374 hlm.
37Brundet, M. 2004. Diversity and classification of mycorrhyzal associations.
Bilogical review. 79(3) : 473-495.
De la Cruz, R. 1981. Mycorrhizae Indispensable Allies In Forest Regenation.Buku. SEAMEO-BIOTROP. 302 hlm.
Diagne, N., Thioulouse, J., Sanguin, H., Prin, Y., Krasova-Wade, T., Sylla, S. danDuponnois, R. 2013. Ectomycorrhizal diversity enhances growth andnitrogen fixation of acacia mangium seedlings. Soil Biology andBiochemistry. 57: 468–476.
Dighton, J. 2016. Fungi in Ecosystem Processes Vol. 31. Buku. CRC Press.361 hlm.
Fahmi, Z. 2014. Media tanam sebagai faktor eksternal yang mempengaruhipertumbuhan tanaman. Retrieved for http ://ditjenbun.pertanian.go.iddiakses pada tanggal 28 September 2018.
Febriani, W., Riniarti, M. dan Surnayanti. 2018. Penggunaan berbagai mediatanam dan ektomikoriza untuk meningkatkan kolonisasi dan pertumbuhanshorea javanica. Jurnal Sylva Lestari. 5 (3) : 87-94 .
Garg, N. dan Chandel, S. 2010. Arbuscular mycorrhizal networks: process andfunctions. A review.Agronomy Journal for Sustainable Development. 30(3):581-599.
Gusmiaty., Restu, M. dan Lestari, A. 2012. Pengaruh inokulan alami(ektomikoriza) terhadap pertumbuhan semai tengkawang (shorea pinanga).Jurnal Parennial. 8(2) : 69-74.
Hanafiah, K.A. 2011. Rancangan Percobaan. Buku. Rajawali Pers. Jakarta.259 hlm.
Handayani, I., Riniarti, M. dan Bintoro, A. 2018. Pengaruh dosis inokulum sporascleroderma columnare terhadap kolonisasi ektomikoriza dan pertumbuhansemai damar mata kucing. Jurnal Sylva Lestari. 6(1). 9-15.
Hardjanti, S. 2005. Pertumbuhan setek adenium melalui penganginan, asal bahansetek, penggunaan pupuk daun dan komposisi media. Jurnal Agrosains.7(2): 108-114.
Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu Tanah. Buku. Akademika Pressindo. Jakarta. 288hlm.
Hasnunidah, N. 2011. Fisiologi Tumbuhan. Buku. Universitas Lampung.Lampung. 139 hlm.
38Herdina, J., Noli, Z.Z. dan Chairul. 2013. Pertumbuhan beberapa tanaman
untuk revegetasi yang diinokulasi ektomikoriza pada lahan bekas tambangbatubara ombilin. Jurnal Biologika. 2(1): 47-58.
Indriyanto. 2008. Pengantar Budidaya Hutan. Buku. LembagaPenelitian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 89 hlm.
Jayani, M.S. 2016. Respon Pertumbuhan Semai Mahoni (Swietenia macrophylla)terhadap Fungi Mikoriza Arbuskula pada Pot Organik. Skripsi. InstitutPertanian Bogor. Bogor. 60 hlm.
Khan, S. A., Thomas, H. C., Davidson, B. R. dan Taylor-Robinson, S. D. 2005.Cholangiocarcinoma. Journal The Lancet. 366(9493): 1303-1314.
Kusuma, A., Riniarti, M. dan Surnayanti. 2018. Penambahan bahan pembenahtanah untuk mempercepat kolonisasi ektomikoriza dan pertumbuhan damarmata kucing. Jurnal sylva lestari . 6 (1). 16-23.
Kuswanto. 1990. Teknologi produksi inokulan ektomikoriza dan perananmikoriza di kehutanan. Makalah Seminar Bioteknologi Hutan 12-13Februari 1990. Yogyakarta. 15 hlm.
Lisda, L., Umar, H. dan Yusran, Y. 2016. Pengaruh mikoriza dan arang padamedia tumbuh terhadap pertumbuhan semai mahoni (swietenia macrophylla).Jurnal Warta Rimba. 4(1): 119-123.
Majasari, B., Naska, I.M.T. dan Budiasari, I.W. 2013. Model dan mekanismepengelolaan kebun benih tanaman hutan bersertifikat di perum perhutani unitII jawa timur dan puslitbang perhutani cepu. Jurnal Manajemen Agribisnis.1(1): 1-16.
Martawijaya, A., Kartasujana, I., Kadir, K. dan Prawira, S.A. 1981. Atlas KayuIndonesia. Jilid I. Buku. Pusat Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.Bogor. 89 hlm.
Mohammadi, K. dan Sohrabi, Y. 2012. Bacterial biofertilizers for sustainablecrop production: A review. ARPN Journal Agr Biol Sci. 7 (5) : 307-316.
Mosse, B., Stribley, D. P. dan LeTacon, F. 1981. Ecology of mycorrhizae andmycorrhizal fungi. In Advances in microbial ecology. 5(1): 137-210.
Mustika, R. 2010. Khasiat Ekstrak Kulit Kayu Mahoni (Swietenia macrophylla)sebagai Pencegah Hiperkolesterolemia pada tikus putih. Skripsi. InstitutPertanian Bogor. Bogor. 43 hlm.
Nurmalasari, D. 2009. Efektifitas Mycofer terhadap Tanaman KehutananPertanian, Perkebunan, Bioremediasi, dan Pakan Hijau Ternak (KajianPustaka). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 43 hlm.
39Orwa, C., Mutua, A., Kindt, R., Jamnadass, R. dan Simons, A. 2009.
Agroforestree database: a tree species reference and selection guide version4.0. World Agroforestry Centre. 1(2): 25-37.
Prasetyono, D. S. 2012. Daftar Tanaman Obat Ampuh di Sekitar Kita. Buku.Flash Books. Yogyakarta. 62 hlm.
Rinaldi, A.C., Comandini, O. dan Kuyper, T.W. 2008. Ectomycorrhyzal fungaldiversity: separating the wheat from the chaff. Jurnal Fungal Diversity. 33: 1-45.
Riniarti, M. 2002. Perkembangan Kolonisasi Ektomikoriza dan PertumbuhanSemai Dipterocarpaceae dengan Pemberian Asam Oksalat dan AsamHumat Serta Inokulasi Ektomikoriza. Tesis. Institut Pertanian Bogor.Bogor. 46 Hlm.
Riniarti, M. 2010. Dinamika Kolonisasi Tiga Fungi Ektomikoriza Sclerodermaspp. dan Hubungannya dengan Pertumbuhan Tanaman Inang. Tesis.Institut Pertanian Bogor. Bogor. 104 hlm.
Santoso, E., Irianto, R.S.B. dan Turjaman, M. 2003. Teknologi Mikoriza.Badan Penelitian dan Pengembangan Jakarta. Jakarta.
Setiadi, Y., Mansur, I., Budi, S.W. dan Achmad. 1992. Mikrobiologi TanahHutan: Petunjuk Laboratorium. Dalam Suswati. 2005. ResponFisiologis Tanaman Pisang Dengan Introduksi Fungi CMA Arbuskularindigenus terhadap Penyakit Darah Bakteri (Ralstonia solanacearumPhylotipe IV). Disertasi. Universitas Andalas. Padang. 60 Hlm.
Sieverding, E. 1991. Vesicular-Arbuskular Mycorrhiza Management inTropical Agrosystem. Buku. Technical Coorporation Federal Republik ofGermany. 371 hlm.
Simamora, S.A., Delvian, D. dan Elviati, D. 2015. Keanekaragaman fungimikoriza arbuskula pada hutan tri darma universitas sumatra utara. JurnalPeronema Forestry Science . 4 (4): 133-141.
Simanungkalit, R. D. M. dan Riyanti, E. I. 2003. Perbanyakan jamurmikoriza vesikular-arbuskular pada media campuran pasir kuarsa denganarang. Risalah Hasil Penelitian Tanaman Pangan. 5: 295-299.
Sitepu, I.R., Mansur, I. dan Atunnisa, R. 2010. Pemanfaatan bakterirhizoplane dan fungi mikoriza arbuskula (fma) untuk meningkatkanpertumbuhan semai jelutung (dyera polyphylla miq. steenis.). JurnalSilvikultur Tropika. 1(1):18-23.
40Smith, S.E. dan Read, D.J. 2008. Mycorrhizal Symbiosis. Buku. Elsevier.
Amsterdam. 803 hlm.
Smith, S. E. dan Read, D. J. 2010. Mycorrhizal symbiosis. Buku. Academicpress. 490 hlm.
Soegiharto, S., Kholik, A., Rachman, A. dan Supriyanto, A. 2010. FaktorKesesuaian Ectomycorrhiza 01 Berbagai Tipe EkosistemDipterocarpaceae. Laporan Akhir Penelitian. Departemen KehutananBadan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Balai Besar PenelitianDipterokarpa. Samarinda. 35 hlm.
Suharno, S. dan Sancayaningsih, R.P. 2013. Fungi mikoriza arbuskula: potensiteknologi mikorizoremediasi logam berat dalam rehabilitasi lahan tambang.Jurnal Bioteknologi Studies. 10(1): 23-34.
Suharno dan Santosa. 2005. Pertumbuhan tanaman kedelai [glycine max (l.)merr] yang diinokulasi jamur mikoriza, legin dan penambahan seresah daunmatoa (pometia pinnata forst) pada tanah berkapur. Jurnal Sains danSibernatika. 18(3):367–378.
Suhono, B. dan Tim. L.I.P.I. 2010. Ensiklopedia Flora. Buku. PT KharismaIlmu. Bogor. 48 hlm.
Suyandari, D. E. 2008. Analisis permintaan kayu bulat ndustri pengolahan kayu.Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan. 5(1) :15-26.
Syah, A., Junjunidang, M.J., Fitria, D. dan Riska. 2005. Pengaruh inokulasicendawan mva arbuskula terhadap pertumbuhan bibit jeruk varietas japanchecitroem. Jurnal hortikultura. 15 (3) : 171-176.
Talanca, H. dan Adnan. 2005. Status fungi Mikoriza Vesikular Arbuskular(MVA) pada tanaman. Prosiding Pekan Serealia Nasional. 353-357.
Widiastuti, H., Guhardja, E., Soekarno, N., Darusman, L. K., Goenadi, D.H. danSmith, S. 2002. Optimasi simbiosis cendawan mikoriza arbuskularacaluospora tuberculata dan gigaspora margarita pada bibit kelapa sawit ditanah masam. Jurnal Menara Perkebunan. 70 (2): 50-57.
Wulandari. A.S. dan Jaenah, S. 2016. Pengaruh kombinasi pemangkasan akardan waktu inokulasi fungi ektomikoriza terhadap pertumbuhan bibit melinjo.Jurnal Silvikultur Tropika. 7 (3). 217-222.
Yudhistira, A. 2012. Inokulasi Bakteri dan Fungi Mikoriza Arbuskula PadaSemai Jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.) Mq) di Media Tanah Ultisol.Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 43 hlm.