oldi_33(1)47-63
-
Upload
septiandwiutomo -
Category
Documents
-
view
214 -
download
0
Transcript of oldi_33(1)47-63
-
8/16/2019 oldi_33(1)47-63
1/17
47
PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP DISTRIBUSI
SPASIAL KOMUNITAS ZOOPLANKTON DI TELUK KLABAT,
PERAIRAN BANGKA BELITUNG
oleh
BAMBANG SANTOSO SOEDIBJO
Pusat Penelitian Oseanografi – LIPI
Received 11 January 2007, Accepted 29 March 2007
ABSTRAK
Telah dilakukan pengkajian mengenai pengaruh faktor lingkungan terhadap
distribusi spasial komunitas zooplankton di perairan Teluk Klabat, Bangka-Belitung.
Wilayah ini merupakan perairan yang padat akan potensi perikanan, sehingga perubahan
kualitas perairan dikhawatirkan dapat mempengaruhi produksi perikanan di masa yang
akan datang. Salah satu aspek penting dalam mengukur produksi perikanan adalah
zooplankton sebagai sumber makanan. Tujuan kajian adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh berbagai parameter lingkungan baik fisika maupun kimia terhadap
distribusi spasial komunitas zooplankton di perairan tersebut. Distribusi spasial komunitas
zooplankton dianalisis dengan menggunakan analisis klaster dan Multi Dimensional
Scaling (MDS). Analisis klaster dan MDS didasarkan pada indeks kemiripan Bray-
Curtis terhadap data log (kelimpahan+1). Teknik klasifikasi yang digunakan adalah
‘hierarchical agglomerative’ dengan menggunakan strategi ‘group-average linking’.
Pengelompokan stasiun berdasarkan parameter lingkungan dilakukan dengan
menggunakan analisis komponen utama. Ordinasi MDS memperlihatkan pengelompokan
yang cukup nyata antara perairan lepas pantai dengan dekat pantai yang diakibatkan
oleh kondisi fisika dan kimia. Analisis korelasi rank Spearman menghasilkan bahwa
kombinasi terbaik dari parameter lingkungan dalam distribusi spasial komunitas
zooplankton adalah oksigen, nitrat, dan silikat (r = 0,760). Hasil kajian tampak bahwa
variabel-variabel lingkungan sangat berperan dalam terbentuknya struktur komunitas
zooplankton secara spasial di perairan Bangka-Belitung.
Kata kunci : Faktor lingkungan, distribusi spasial, zooplankton, Teluk Klabat, perairan
Bangka Belitung.
Oseanologi dan Limnologi di Indonesia (2007) 33: 47 – 63 ISSN 0125 – 9830
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (1), 2007
-
8/16/2019 oldi_33(1)47-63
2/17
48
ABSTRACT
THE EFFECT OF ENVIRONMENTAL FACTORS ON THE SPATIAL
DISTRIBUTION OF ZOOPLANKTON COMMUNITIES IN BANGKA
BELITUNG WATERS. Spatial distribution of zooplankton community of Klabat
Bay waters, Bangka – Belitung, was studied in order to examined the effect of
enviromental factors (physical and chemical) on this community. This area has a
great potential on fish production, so changes in water quality in this region can
influence fish production in the future. One of main aspect in measuring fish
production is zooplankton as food resources. The aims of this study is to examinethe effect of environmental parameters on the spatial distribution of zooplankton
in this region. Spatial distribution of the zooplanton community was analyzed
using cluster and Multi Dimensional Scaling (MDS). Cluster and MDS analyses
were based on the Bray-Curtis measure of similarity on log (abundance+1)
transformed data. Clustering techniques used was hierarchical agglomerative
using group-averege linking strategy. Grouping of stations based on
environmental data was carried out using Principle Componen Analysis (PCA).
MDS ordination shows a clear distinction between onshore and offshore stations
with respect to physical and chemical conditons. The results of rank Spearman
correlation analysis revealed that the spatial distribution of zooplankton
community of Klabat Bay waters is best match by the combination oxygen, nitrate,and silicate (r=0.760). The study concluded that enviromental factors could play
an important role in structuring the zooplankton community structure of Bangka
Belitung waters spatially.
Key words : Environmental factors, spatial distribution, zooplankton, Klabat Bay, Bangka
Belitung waters.
PENDAHULUAN
Wilayah Bangka – Belitung merupakan salah satu wilayah yang termasuk ke
dalam wilayah Kawasan Pengembangan dan Pengelolaan Wilayah Laut (KAPPEL)Jawa. Wilayah ini merupakan perairan yang padat akan potensi perikanannya
disamping sebagai alur pelayaran internasional dan penghasil minyak bumi (ANONIM
2003). Untuk memanfaatkan potensi yang ada di wilayah ini maka diperlukan data
dan informasi baik yang menyangkut sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia
guna keperluan perencanaan dan pengembangan sumberdaya laut di masa mendatang.
Oleh karena itu Pusat Penelitian Oseanografi – LIPI melakukan penelitian untuk
mengetahui profil wilayah ini yang menyangkut berbagai aspek fisika, kimia dan biologi.
BAMBANG SANTOSO SOEDIBJO
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (1), 2007
-
8/16/2019 oldi_33(1)47-63
3/17
49
Penelitian zooplankton merupakan salah satu aspek penting dalam mengukur
potensi perikanan dalam suatu wilayah karena keberadaannya yang sangat penting
baik bagi produser maupun konsumer tingkat tinggi. SAHILATUA & WIADNYANA
(1995) mendapatkan bahwa kuantitas zooplankton berpengaruh terhadap kelimpahan
organisme mikroplanktonik yang berperan sebagai makanan. SUMADIHARGA
dalam WIADNYANA (1997) mengemukakan bahwa zooplankton berperan sebagai
makanan ikan puri di Teluk Ambon. Hasil penelitian yang dilakukan WIADNYANA
(1997) menghasilkan suatu hipotesa bahwa fluktuasi stok ikan-ikan pelagis pemakan
plankton dapat dipengaruhi oleh kelimpahan zooplankton.Komunitas zooplankton sendiri sangat tergantung pada berbagai faktor, baik
biotis maupun abiotis di lingkungan sekitarnya. Wilayah yang terletak di wilayah pesisir
misalnya, sangat dipengaruhi oleh material-material yang masuk ke lingkungan laut
melalui sungai (McKINNON & THORROLD 1993). Zat hara yang masuk ke
lingkungan perairan seperti fosfat, nitrat, silikat, dan ammonia akan berpengaruh
terhadap perkembangan fitoplankton dan zooplankton (SOEDIBJO 1991; SOMOUE
et al. 2005). Struktur komunitas zooplankton juga banyak dipengaruhi oleh kombinasi
antara suhu dan salinitas (JERLING 2003). Penelitian yang mengkaji hubungan antara
faktor-faktor lingkungan dengan struktur komunitas zooplankton secara kuantitatif
masih sangat sedikit dilakukan di Indonesia. Tulisan ini dibuat sebagai salah satu upaya
untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi distribusi spasial
komunitas zooplankton di wilayah Bangka – Belitung, sehingga informasi yang
diperoleh dapat bermanfaat bagi pengelolaan wilayah pesisir di daerah ini.
BAHAN DAN METODE
Pengambilan Contoh
Sumber data tulisan ini diambil dari laporan akhir hasil penelitian yang
dilakukan Pusat Penelitian Oseanografi LIPI tahun 2003 (ANONIM 2003). Penelitian
dilakukan dengan menggunakan KR Baruna Jaya VII pada Musim Timur dari tanggal27 Juni – 8 Juli 2003 dengan mengambil lokasi di perairan Teluk Klabat (Gambar 1).
Parameter hidrologi yang dianalisis dalam tulisan ini adalah kimia zat hara yang meliputi
pH, oksigen terlarut, fosfat, nitrat, nitrit, ammonia dan silikat, sedangkan parameter
fisikanya adalah suhu dan salinitas. Data yang digunakan untuk analisis adalah data
pengamatan permukaan air laut. Sedangkan jumlah stasiun yang dianalisis adalah 17
stasiun dari 21 stasiun yang ada, karena adanya data yang tidak lengkap untuk
keperluan analisis.
PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP DISTRIBUSI SPASIAL
K OMUNITAS ZOOPLANKTON DI TELUK K LABAT
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (1), 2007
-
8/16/2019 oldi_33(1)47-63
4/17
BAMBANG SANTOSO SOEDIBJO
Gambar 1. Lokasi stasiun penelitian.
Figure 1. Location of the study sites.
Contoh air laut untuk parameter fosfat, nitrat, nitrit, silikat, ammonia,
derajat keasaman (pH) dan oksigen terlarut diambil dengan menggunakan botol
Nansen. Contoh untuk fosfat, nitrat, nitrit, silikat dan ammonia di saring dengan
kertas saring Millipore, ukuran pori 0,45 µm. Fosfat, nitrat, nitrit, silikat dan
ammoniak dianalisis mengikuti metode yang dilakukan oleh STRICKLAND &PARSON (1968) dengan menggunakan Spektrofotometer Shimadzu masing-
masing pada panjang gelombang 885, 543, 810 dan 680 nm dalam satuan µg
A/L. Satuan ini untuk selanjutnya dikonversikan ke dalam satuan ppm dengan
menggunakan faktor pengali yang sesuai dengan masing-masing parameter.
Derajat keasaman air laut (pH) diukur langsung di lapangan dengan
menggunakan pH meter merek TOA model HM-IK dengan cara
50
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (1), 2007
-
8/16/2019 oldi_33(1)47-63
5/17
51
mencelupkan elektroda ke dalamnya. Penentuan konsentrasi oksigen terlarut dilakukan
mengikuti metode Winkler (U.S. HYDROGRAPHIC OFFICE 1959) yaitu
berdasarkan titrasi yodometri dan konsentrasinya dinyatakan dalam satuan ml/l. Suhu
dan salinitas diukur dengan menggunakan peralatan sistem sensor CTD.
Contoh zooplankton diambil dengan menggunakan jaring Norpac mata jaring
berukuran 500 mikron secara vertikal (Stasiun 1 – 8) dan horizontal (Stasiun 9 – 17).
Setelah pengambilan contoh segera diawetkan dengan larutan formalin 4% yang telah
dinetralkan dengan boraks. Identifikasi dan pencacahan di lakukan di laboratorium
dengan bantuan beberapa referensi (YAMAJI 1966; HALLEGRAEFF 1991;WICKSTEAD 1965).
Analisis Data
Pendekatan analisis data dilakukan baik melalui pendekatan univariat maupun
multivariat. Pendekatan analisis univariat digunakan untuk mengukur beberapa
indikator ekologi yaitu H’ (Shannon – Weaver), d (indeks kekayaan Margalef) dan
indeks kemerataan Pielou J’ dengan rumus (CLARKE & WARWICK 2001).
Analisis multivariat digunakan untuk melihat struktur komunitas dari stasiun
penelitian. Ordinasi stasiun menggunakan analisis klaster yang didasarkan pada aspek
kesamaan dalam hal kelimpahan jenis. Indeks kesamaan yang digunakan adalahkoefisien Bray-Curtis setelah data ditransformasikan ke dalam bentuk log (X+1)
(CLARKE & WARWICK 2001), sedangkan teknik klasifikasi yang digunakan adalah
hierarchical agglomerative dengan menggunakan strategi group-average linking.
Untuk melihat kesesuaian pengelompokan dari hasil analisis klaster dilakukan ordinasi
dengan Multi-Dimensional Scaling (MDS) yang diusulkan oleh WARWICK &
CLARKE (1991). Ordinasi stasiun berdasarkan parameter hidrologi menggunakan
Analisis Komponen Utama (PCA) terhadap data lingkungan yang telah distandardisasi
digunakan untuk mengidentifikasi kecenderungan variabilitas parameter hidrologi di
stasiun penelitian.
Untuk mengetahui hubungan antara faktor abiotik dan biotik digunakan analisiskorelasi rank Spearman (CLARKE & AINTSWORTH 1993). Seluruh pengolahan
data menggunakan perangkat lunak PRIMER versi 5. yang dikembangkan oleh
Plymouth Marine Laboratory, United Kingdom.
PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP DISTRIBUSI SPASIAL K OMUNITAS ZOOPLANKTON DI TELUK K LABAT
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (1), 2007
-
8/16/2019 oldi_33(1)47-63
6/17
52
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Lingkungan
Perairan Teluk Klabat, Bangka Belitung yang diteliti adalah perairan antara
01o 25’ 00" LS, - 105o 32’ 00" BT dengan 0o 32’ 39,84" LS, - 105o 41’ 34,50"
BT. Perairan ini termasuk perairan neritik dangkal. Teluk Klabat, merupakan bagian
dari perairan Pulau Bangka yang menjorok ke daratan dalam dua cekungan. Cekungan
pertama (bagian utara) berupa mulut dan bibir teluk, pada bagian ini sebagian substrat paparan terumbu belum tercemar oleh sedimen lumpur. Di bagian cekungan ke dua
(bagian selatan/dalam) substrat paparan terumbu berlumpur, lokasi ini merupakan
tempat penambangan timah.
Kondisi lingkungan di wilayah penelitian disajikan dalam Tabel 1. Umumnya
kisaran parameter lingkungan tidak begitu besar, kecuali untuk konsentrasi silikat.
Konsentrasi silikat terrendah ditemukan di Stasiun 7, yaitu stasiun yang terletak di
bagian muka teluk sedangkan tertinggi di temukan di Stasiun 17 yaitu stasiun yang
terletak di dekat mulut sungai. Kondisi ini mencerminkan pengaruh pasokan material
dari daratan terhadap wilayah perairan melalui aliran sungai.
Tabel 1. Kondisi lingkungan di wilayah penelitian.
Table 1. Environmental condition at the study sites.
BAMBANG SANTOSO SOEDIBJO
Parameter Minimum Maximum Mean Std. Deviation
pH 7.58 7.89 7.78 0.10
Salinity (psu) 24.96 32.74 30.76 2.33
Oxygen (ppm) 5.06 5.48 5.28 0.16
Phosphate (ppm) 0.003 0.020 0.008 0.005
Nitrite (ppm) 0.001 0.003 0.001 0.001
Nitrate (ppm) 0.001 0.019 0.006 0.005
Ammonia (ppm) 0.001 0.014 0.005 0.004
Silicate (ppm) 0.025 0.466 0.199 0.137
Temperature (oC) 29.34 30.67 29.69 0.30
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (1), 2007
-
8/16/2019 oldi_33(1)47-63
7/17
53
Variasi nilai suhu di stasiun penelitian tidak begitu besar, yaitu antara 29,34 –
30,670C dengan nilai rata-rata 29,690C± 0,30. Variasi suhu ini masih tergolong kecil
karena kurang dari 20C.
Nilai pH di stasiun penelitian berkisar antara 7,58 – 7,89 dengan nilai rata-
rata 7,78. Variasi nilai pH di perairan ini dipengaruhi oleh buangan limbah di muara
sungai maupun di sepanjang pantai. Hal ini nampak dari nilai pH yang lebih rendah
ditemukan di lokasi dekat pantai dan muara sungai, sedangkan yang lebih tinggi
diperoleh di lepas pantai. Berdasarkan hasil penelitian, nilai pH di Teluk Klabat masih
layak untuk peruntukan budidaya perikanan seperti yang disyaratkan olehENVIRONMENT PROTECTION AGENCY (1973) dan BAKU MUTU AIR
LAUT (1988) yaitu 6,5 – 8,5.
Nilai salinitas di sekitar perairan Teluk Klabat, Bangka Belitung bervariasi
antara 24,96 psu – 32,74 psu. Makin ke dalam teluk, nilai salinitas cenderung makin
tinggi. Salinitas pada lapisan permukaan juga lebih bervariasi daripada lapisan di
bawahnya. Konsentrasi oksigen terlarut di stasiun penelitian berkisar antara 5,06 –
5,54 ppm, lebih rendah dari konsentrasi yang umum terdapat di laut yaitu berkisar
antara 5,7 ppm – 8,5 ppm (SUTAMIHARDJA 1978).
Kualitas air perairan Teluk Klabat ditinjau dari beberapa parameter kimia zat
hara mengindikasikan bahwa perairan ini relatif belum tercemar dan masih baik untuk
peruntukan budidaya perikanan dan pariwisata. Konsentrasi fosfat berkisar antara
0,00 - 0,02 ppm dengan rata-rata 0,01 ppm, konsentrasi tertinggi diperoleh di Stasiun
15. Kandungan zat hara fosfat perairan ini masih termasuk ke dalam kategori perairan
yang relatif subur karena konsentrasinya masih dalam kisaran yang normal untuk
perairan laut, yaitu 0,10 – 1,68μg A/l atau 0,00 – 0,05 ppm ( (SUTAMIHARDJA,
1978). Konsentrasi nitrat berkisar antara 0,001 ppm (Stasiun 2) hingga 0,019 ppm
(Stasiun 17). Sedangkan konsentrasi nitrit berkisar antara 0,001 - 0,004 ppm dengan
rata-rata 0,001 ppm, konsentrasi tertinggi diperoleh di Stasiun 7. Konsentrasi silikat
berkisar antara 0,025 – 0,466 ppm dengan rata-rata 0,199 ppm, konsentrasi tertinggi
diperoleh di Stasiun 17. Secara umum, kondisi konsentrasi zat hara ini termasuk
kedalam kondisi normal sebuah perairan (LIAWdalam SUSANA 2005; SHARP1983).
Indeks Keanekaragaman
Komponen zooplankton yang ditemukan di wilayah penelitian terutama terdiri
dari kelompok taksa Calanoida (Copepoda) (10,41 – 86,6%), Cyclopoida
(Copepoda) (6,97 – 23,65%), Chaetognatha (1,2 – 5,18%), Bivalvia (0,15 –
21,84%), Gastropoda (0,34 – 64,97%), Oikupleura (0,38 – 15,07%). Sedangkan
kehadiran kelompok taksa lainnya di bawah 5%.
PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP DISTRIBUSI SPASIAL K OMUNITAS ZOOPLANKTON DI TELUK K LABAT
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (1), 2007
-
8/16/2019 oldi_33(1)47-63
8/17
54
Indeks diversitas Shannon & Weaver (H’) berkisar antara 0,55 - 2,13 (Tabel
2). Indeks diversitas H’ terkecil diperoleh di Stasiun 16 yaitu stasiun yang terletak di
muara sungai. Hal ini disebabkan pada stasiun ini hanya diperoleh 13 taksa dan hanya
didominasi oleh satu kelompok taksa yaitu Calanoida (86,6%). Kondisi ini ditunjang
oleh indeks kemerataan yang terrendah dari seluruh stasiun penelitian. Indeks H’
tertinggi ditemukan di Stasiun 13 meskipun pada stasiun ini indeks kemerataannya
relatif hampir sama dengan stasiun lainnya. Di stasiun ini terdapat beberapa kelompok
taksa yang mendominasi yaitu Calanoida (32,8%), Cyclopoida (17,2%), Brachyura
zoea (11,47%), Gastropoda (10%). Indeks diversitas di wilayah ini relatif hampir sama dengan hasil penelitian yang dilaporkan oleh ARINARDI et al. (1995) bahwa
indeks diversitas di perairan Pulau Bangka berkisar antara 1,34 - 1,77.
Secara umum nampak bahwa indeks diversitas di stasiun yang jauh dari pantai
lebih tinggi dibandingkan dengan stasiun yang terletak di daerah pantai atau dekat
sungai. Hal ini terkait dengan kondisi lingkungan perairan yang dipengaruhi oleh daratan
yaitu adanya pasokan nutrisi serta kelimpahan fitoplankton. ARINARDI et al. (1994)
mengemukakan faktor-faktor biotik seperti ketersediaan pakan, banyaknya predator
serta persaingan merupakan faktor-faktor yang menentukan komposisi jenis
zooplankton. Analisis korelasi Spearman menunjukkan bahwa ada korelasi negatif
antara indeks H’ dengan konsentrasi nitrit dan nitrat (p < 0,05), sedangkan indeks
kemerataan J’ berkorelasi negatif dengan nitrit (p < 0,01) dan silikat (p < 0,05).
Kondisi ini mencerminkan adanya hubungan tidak langsung antara nutrisi dengan
keanekaragaman zooplankton melalui kelimpahan fitoplankton yang menggunakan
nutrisi yang berasal dari daratan sehingga menyebabkan meningkatnya kelimpahan
zooplankton sebagai pemangsa fitoplankton. Gejala yang sama dilaporkan oleh
ARINARDI (1978) yang menyatakan bahwa kuantitas fitoplankton mempunyai
hubungan terbalik dengan kuantitas zooplankton di Kepulauan Seribu, Teluk Jakarta.
Distribusi Spasial Komunitas Zooplankton
Komunitas zooplankton di wilayah penelitian umumnya menunjukkan
keseragaman antar stasiun. Tingginya korelasi antar stasiun menunjukkan homogenitaskomposisi zooplankton di perairan Teluk Klabat. Indikasi ini sama seperti yang dijumpai
oleh MADHUPPRATAP & ONBE (1986) yang meneliti struktur dan
keanekaragaman zooplankton di Laut Jepang. Pengelompokan stasiun yang
didasarkan pada indeks kemiripan Bray-Curtis (Gambar 2) menunjukkan adanya
dua kelompok besar yang dapat dibentuk dari dendogram ini, yaitu kelompok A
(Stasiun 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 11, 12, dan 13), kelompok B (Stasiun 14, 15, dan 17)
dan satu stasiun yang mengelompok secara terpisah (Stasiun 16). Kelompok A
terbentuk dari 3 subkelompok yaitu subkelompok A1 (Stasiun 3, 5, 7) dengan derajat
kemiripan sebesar 84,39%, subkelompok A2 (Stasiun 8, 9, 10, 11, 12) dengan
BAMBANG SANTOSO SOEDIBJO
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (1), 2007
-
8/16/2019 oldi_33(1)47-63
9/17
derajat kemiripan sebesar 81,35%, subkelompok A3 (Stasiun 1, 2, 6) dengan derajat
kemiripan sebesar 79,46% dan 2 stasiun yang mengelompok secara terpisah dengan
ketiga subkelompok ini. Kelompok B terbentuk dengan derajat kemiripan sebesar
68,24%. Stasiun 16 mengelompok dengan kedua kelompok A dan B dengan derajat
kemiripan terrendah yaitu sebesar 59,25%. Stasiun 16 ini dapat dikatakan sebagai
’outlier’ karena rendahnya tingkat kemiripan dengan stasiun lainnya (IGNATIADES
et al. 1992). Suatu hal yang menarik dari pengelompokan ini adalah bahwa kelompok
A merupakan stasiun-stasiun yang berlokasi di daerah mulut dan luar teluk, sedangkan
kelompok B adalah stasiun yang terletak di dalam teluk. Hal ini mengindikasikanadanya pengaruh daratan terhadap komunitas zooplankton di Teluk Klabat.
Stations
Gambar 2. Pengelompokan stasiun berdasarkan data log (kelimpahan+1).
Figure 2. Stations classification based on log (abundance + 1) data.
55
PENGARUH
FAKTOR
LINGKUNGAN
TERHADAP
DISTRIBUSI
SPASIAL
K OMUNITAS ZOOPLANKTON DI TELUK K LABAT
3 5 7 9 1 0 8
1 2
1 1 1 2 6
1 3 4
1 4
1 5
1 7
1 6
100
90
80
70
60
50
B r a y - C
u r t i s S i m i l a r i t y
A1 A2 A3 B
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (1), 2007
-
8/16/2019 oldi_33(1)47-63
10/17
56
Tabel 2. Indeks ekologi di Teluk Klabat, perairan Bangka Belitung, Juni – Juli 2003.
Table 2. Ecological indices at Klabat Bay, Bangka Belitung waters, June to July 2003.
Station S N (ind/m3) d J' H'(loge)
1 22 7.096 2.37 0.43 1.33
2 16 7.668 1.68 0.53 1.48
3 18 6.475 1.94 0.60 1.74
4 12 5.163 1.29 0.67 1.66
5 27 7.570 2.91 0.63 2.07
6 23 9.883 2.39 0.65 2.02
7 20 11.640 2.03 0.59 1.76
8 23 11.943 2.34 0.42 1.31
9 25 10.731 2.56 0.50 1.61
10 24 6.030 2.64 0.66 2.08
11 23 4.579 2.61 0.62 1.93
12 22 7.969 2.34 0.62 1.92
13 20 8.299 2.11 0.71 2.13
14 12 16.694 1.13 0.40 1.00
15 18 6.479 1.94 0.29 0.84
16 13 4.974 1.41 0.22 0.55
17 12 1.779 1.47 0.45 1.11
Note : bold type numbers are the highest values for each ecological indices.
BAMBANG SANTOSO SOEDIBJO
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (1), 2007
-
8/16/2019 oldi_33(1)47-63
11/17
PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP DISTRIBUSI SPASIALK OMUNITAS ZOOPLANKTON DI TELUK K LABAT
Pengelompokan stasiun dengan menggunakan analisis klaster ternyata
sesuai dengan ordinasi menggunakan MDS (Gambar 3) dengan nilai stress = 0,09.
Nilai ini menunjukkan bahwa klasifikasi yang digambarkan oleh dendogram
cukup baik dalam merepresentasikan pengelompokan stasiun (CLARKE &
WARWICK 2001). Distribusi spasial zooplankton di Teluk Klabat yang terlihatdari analisis klaster dan MDS menunjukkan adanya peranan faktor-faktor fisika
dan kimia dalam menentukan struktur komunitas zooplankton di wilayah ini. Hasil
ini ditunjang oleh analisis komponen utama terhadap parameter fisika dan kimia
yang menunjukkan bahwa parameter penting yang berperan dalam ordinasi stasiun
adalah pH dan silikat pada sumbu utama (PC1), sedangkan pada sumbu kedua
(PC2) adalah oksigen terlarut (Tabel 3). Ordinasi stasiun berdasarkan paramater
fisika dan kimia ini cukup jelas nampak dari Gambar 4 dimana Stasiun 14, 15, 16
dan 17 adalah stasiun-stasiun yang berlokasi di dalam teluk yang terkait dengan
tingginya konsentrasi silikat dan rendahnya nilai pH di daerah ini. Sedangkan
Stasiun 3, 4, 6 dan 7 terkait dengan rendahnya konsentrasi silikat di stasiun ini.
12
3
4
5
6
78
910
1112
13
14
15
16
17
Stress: 0.09
A3
A1
A2 B
A
Gambar 3. Ordinasi MDS berdasarkan data log (kelimpahan +1).
Figure 3. MDS ordination based on log (abundance + 1).
57
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (1), 2007
-
8/16/2019 oldi_33(1)47-63
12/17
58
Tabel 3. Analisis komponen utama parameter fisika dan kimia.
Table 3. Principle component analysis of physical and chemical data.
Gambar 4. Analisis komponen utama parameter fisika dan kimia.
Figure 4. Principle component analysis of physical and chemical parameters.
BAMBANG SANTOSO SOEDIBJO
PC2
PC1
High Silicate
Low pH
Low Silicate
High Oxygen
Variabel PC1 PC2 PC3
Oxygen 0.039 -0.605* 0.157
pH 0.493* -0.165 -0.135
Phosphate 0.281 0.375 -0.124
Nitrate -0.454 0.194 -0.225
Nitrite -0.424 -0.052 -0.232
Ammonia 0.176 0.251 -0.637*
Silicate -0.503* 0.026 -0.007
Temperature -0.086 -0.456 -0.127
Salinity -0.012 0.392 0.644*
Cummulative Variance 37.1 57.9 73.0
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (1), 2007
-
8/16/2019 oldi_33(1)47-63
13/17
59
Hubungan antara Struktur Komunitas dengan Faktor Lingkungan
Tabel 4 menunjukkan hasil analisis korelasi rank Spearman antara struktur
komunitas zooplankton dengan parameter fisika dan kimia. Analisis ini menggunakan
kombinasi lima variabel lingkungan yang dikorelasikan dengan indeks kemiripan antar
stasiun. Dari tabel ini nampak bahwa kombinasi variabel lingkungan yang paling sesuai
dengan struktur komunitas zooplankton di Teluk Klabat adalah kombinasi tiga variabel
lingkungan yang terdiri dari oksigen, nitrat dan silikat. Kombinasi dua variabel yang
memiliki hubungan yang paling tinggi adalah kombinasi nitrat dan suhu serta nitrat dansilikat, sedangkan kombinasi empat variabel adalah oksigen, pH, nitrat dan silikat.
Oksigen merupakan parameter lingkungan yang berperan penting bagi zooplankton
dalam proses respirasi. TROSST et al. (dalam ARINARDI 1997) menduga bahwa
konsentrasi oksigen dan fosfat reaktif mempunyai hubungan lebih erat dengan kehidupan
zooplankton dibandingkan suhu dan salinitas.
Tabel 4. Hubungan antara struktur komunitas dengan parameter lingkungan.
Table 4. Relationship between zooplankton community structure and environmental
parameters.
Number of
Variables
Best variable combinations
2 X4, X8 X4,X7
(0.745) (0.745)
3 X1, X4, X7 X2, X4, X7 X4, X7, X8 X1, X2, X4 X2, X4, X8
(0.760) (0.756 ) (0.755) (0.747 ) (0.743)
4 X1, X2, X4, X7 X1, X4, X7, X8
(0.753) (0.749)
Note :
• Numbers in the paranthesis are the coefficient of correlations.
• X1 : oxygen, X
2 : pH , X
3 : phosphate , X
4 : nitrate, X
5 : nitrite, X
6 : ammonia, X
7 : silicate,
X8 : temperature.
PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP DISTRIBUSI SPASIAL K OMUNITAS ZOOPLANKTON DI TELUK K LABAT
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (1), 2007
-
8/16/2019 oldi_33(1)47-63
14/17
60
Nitrat dan silikat merupakan zat hara yang umumnya dipasok dari daratan
melalui aliran sungai sebagai nutrisi bagi zooplankton untuk perkembangannya. Di
perairan Pulau Bangka dan umumnya di perairan kawasan Barat Indonesia, sungai
dianggap berperan terhadap kelimpahan zooplankton (ARINARDI et al. 1984;
ARINARDI 1997). Di kawasan Indonesia Timur, penelitian yang dilakukan JUSUF
& PRASENO (1978) di Teluk Piru Ambon mendapatkan bahwa kandungan plankton
yang padat secara bersamaan diikuti oleh konsentrasi fosfat dan nitrat yang tinggi
pula.
KESIMPULAN
Struktur komunitas zooplankton di perairan Teluk Klabat terdiri dari dua
kelompok besar yaitu kelompok yang berada di dalam teluk dan di muka teluk.
Pengelompokan ini terjadi karena adanya pengaruh faktor-faktor lingkungan yang
berasal dari daratan. Kombinasi variabel lingkungan yang paling sesuai dengan
distribusi spasial komunitas zooplankton di perairan Teluk Klabat adalah oksigen,
nitrat dan silikat.
UCAPAN TERIMA KASIH
Makalah ini disusun dari Program Penelitian dan Pengembangan Iptek Riset
Kompetitif LIPI : Sub. Program Kalimantan Timur dan Bangka-Belitung. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Deputi Ilmu Pengetahuan Kebumian LIPI,
Prof. Dr.Ir. Jan Sophaheluwakan, M.Sc. selaku koordinator Sub. Program dan Bapak
Dr. Rudi Subagja selaku koordinator hariannya. Ucapan terima kasih juga ingin penulis
sampaikan kepada tim peneliti yang telah mengijinkan penulis untuk menggunakan
data yaitu Prof.Dr.Ir. Asikin Djamali, Drs. Marojahan Simanjuntak, Sdri. Sugestiningsih,
Trimaningsih dan rekan lainnya yang tidak dapat penulis tuliskan satu persatu sehingga
terwujudnya tulisan ini.
DAFTAR PUSTAKA
ANONIM 2003. Laporan Akhir. Potensi sumberdaya ikan dan lingkungannya untuk
mendukung industri perikanan terpadu di Teluk Klabat dan Perairan Belitung,
Propinsi Kepulauan Belitung. Pusat Penelitian Oseanografi.
ARINARDI, O.H. 1978. Hubungan antara kuantitas fitoplankton dan zooplankton
di perairan sebelah Utara gugus Pulau Pari, Kepulauan Seribu. Oseanologi
di Indonesia 11: 73 – 85.
BAMBANG SANTOSO SOEDIBJO
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (1), 2007
-
8/16/2019 oldi_33(1)47-63
15/17
61
____________ 1997. Status pengetahuan plankton di Indonesia. Oseanologi dan
Limnologi di Indonesia 30 : 63- 95.
ARINARDI, O.H., A.B. SUTOMO dan Q. ADNAN 1984. Zooplankton di
perairan Selat Bangka dan sekitarnya, 1977 – 1978. Dalam : (M.K.
MOOSA, D.P. PRASENO & W. KASTORO (eds). Evaluasi Kondisi
Perairan Selat Bangka dan Sekitarnya LON – LIPI : 39 - 46.
ARINARDI, O.H., TRIMANINGSIH, dan SUDIRDJO 1994. Pengantar tentang plankton serta kisaran kelimpahan dan plankton predominan di sekitar
Pulau Jawa dan Bali. Pusat Penelitian Oseanologi Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia : 108 hal.
ARINARDI, O.H., TRIMANINGSIH, SUDIRDJO, SUGESTININGSIH, S.H.
RIYONO 1995. Kisaran kelimpahan komposisi plankton predominan
di sekitar Pulau Sumatra. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia : 110 hal.
BAKU MUTU AIR LAUT 1988. Keputusan Kantor Menteri Negara
Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. Kep 02/MENKLH/ I / 1988.
Tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan : 57 hal.
CLARKE, K.R. and M. AINTSWORTH 1993 A Method of linking multivariate
community structure to environmental variables. Mar. Ecol. Prog. Ser 92 :
205-219.
CLARKE, K.R. and R.M. WARWICK 2001. Changes in marine communities :
an approach to statistical analysis and interpretation. Plymouth, Natural
Environmental Research Council, Bourne Press : 196 pp.
ENVIRONMENTAL PROTECTION AGENCY 1973. Water Quality Criteria.
Ecological Research Series Washington : 595 pp.
HALLEGRAEFF, G. M. 1991. Aquaculturist’Guide to Harmful Australian
Microalgae. Publ. Fishing Industry training Board of Tasmania 25 Old Wharf,
Hobart, Tasmania. 7000-CSIRO Div. Of Fihsries, Hobart, Australia:
111 pp.
PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP DISTRIBUSI SPASIAL K OMUNITAS ZOOPLANKTON DI TELUK K LABAT
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (1), 2007
-
8/16/2019 oldi_33(1)47-63
16/17
62
IGNATIADES, L., K. PAGOU and V. GIALAMAS 1992. Multivariate analysis of
phytoplanktonic parameters : a sample study. J. Exp. Mar. Biol. Ecol. 160:
103–114.
JERLING, H. 2003. The zooplankton community of the Mhlathuze (Richard Bay)
estuary : two decades after construction of the harbour. Afr. J. mar. Sci. 25
: 289–299.
JUSUF, S.A. dan D.P. PRASENO 1978. Pengamatan pendahuluan sebaran planktondi Teluk Piru. Oseanologi di Indonesia 11: 37–58.
MADHUPPRATAP, M. and T. ONBE 1986. Structure and species diversity of the
zooplankton community of the Inland Sea of Japan. Estuarine, Coastal
and Shelf Science 23 : 725– 737.
Mc. KINNON A.D. and S.R. THORROLD 1993. Zooplankton community structure
and copepod egg production in coastal waters of the central Great Barrier
Reef lagoon. Journal of Plankton Research 15(12) : 1387–1411.
SAHILATUA, I. dan N.N. WIADNYANA. 1995. Variasi kelimpahan meroplankton
di Teluk Ambon. Dalam : S. WOUTHUYZEN et al. (eds.). Perairan
Maluku dan Sekitarnya. Balitbang SDL, P3O – LIPI, Ambon 10 : 49–57.
SHARP, J.H. 1983. The distributions of inorganic nitrogen and dissolved and
particulate organic nitrogen in the sea. In : CARPENTER, E. J. and D. G.
CAPONE (eds). Nitrogen in the Marine Environment . Academic Press.
New York : 1–29.
SOEDIBJO, B.S. 1991. Model regresi untuk pendugaan produksi zooplankton di
perairan Indonesia timur. Oseanologi di Indonesia 24 : 15–23.
SOMOUE, L., N. ELKHIATI, M. RAMDANI, T. LAM HOAI, O. ETTAHIRI, A.
BERRAHO and DO CHI 2005. Abundance and structure of copepod
communities along the Atlantic coast of southern Morocco. Acta Adriat .
46(1) : 63– 76.
STRICKLAND, J.D.H. and T.R. PARSONS 1968. A practical handbook of
seawater analysis. Fish. Sea. Res. Bull. 167 : 1– 311.
BAMBANG SANTOSO SOEDIBJO
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (1), 2007
-
8/16/2019 oldi_33(1)47-63
17/17
63
SUSANA, T. 2005. Kualitas zat hara perairan Teluk Lada, Banten. Oseanologi
dan Limnologi di Indonesia 37 : 59 – 67.
SUTAMIHARDJA, R. T. M. 1978. Kualitas dan Pencemaran Lingkungan
Sekolah. Pasca Sarjana Jurusan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan IPB : 41 hal.
U.S. NAVY HYDROGRAPHIC OFFICE. 1959. Instruction manual for
oceanography observation. H. O. Publ. 607, Washington, D.C : 17 – 26.
WIADNYANA, N. N. 1997. Variasi kelimpahan zooplankton di Teluk Kao.
Oseanologi dan Limnologi di Indonesia 30 : 53 – 62.
WICKSTEAD, J.H. 1965. An introduction to the study of tropical plankton.
Hutchinson Trop. Monogr. : 1– 160.
WARWICK, R.M. & K.R. CLARKE 1991. A comparison of some methods for
analysing changess in benthic community structure. J. mar. biol. Ass. U.K .
71 : 225–244.
YAMAJI, I. 1966. Illustrations of the marine plankton of Japan. Hoikusho, Osaka,
Japan : 369 pp.
PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP DISTRIBUSI SPASIAL K OMUNITAS ZOOPLANKTON DI TELUK K LABAT
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id