Nikah Sirri

12
Perkawinan Sirri Ahmad Fahim A. (124254068) Dimas Nurdiasyah (134254029) Arief Rachman H. (134254035) Andreas Bagus P. (124254040) Wilkar Loisoklay (134254098) UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN PMP-KN 0

description

pernikahan sirri

Transcript of Nikah Sirri

Perkawinan Sirri

Ahmad Fahim A. (124254068)

Dimas Nurdiasyah (134254029)

Arief Rachman H. (134254035)

Andreas Bagus P. (124254040)

Wilkar Loisoklay (134254098)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS ILMU SOSIAL

JURUSAN PMP-KN

PRODI S1 PPKn

SURABAYA

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Perkawinan Sirri ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Kami berterimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami menyelesaikan makalah ini.

Kami hara makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai pemahaman tentang perkawinan sirri. Kami juga sadar bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Surabaya, Februari 2015

Peyusun

Daftar Isi

Halaman Judul

Kata Pengantar1

Daftar Isi2

Bab I Pendahuluan3

A. Latar Belakang 3

B. Rumusan Masalah 3

C. Tujaun Penelitian 3

BAB II Pembahasan 4

A. Pengertian Perkawinan 4

B. Pengertian Perkawinan Sirri 4

C. Sah Tidaknya Pekawinan Sirri 4

BAB II PENUTUP 8

Daftar Pustaka 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkawinan sirri di Indonesia semakin marak terjadi dan sering sekali diperbincangkan oleh banyak kalangan, ada yang dari kalangan orang biasa hingga artis-artis tanah air. Pro-kontra menanggapi perkawinan sirri pun bermunculan di mana-mana. Kurangnya pemahaman masyarakat terhadap ketentuan hukum positif Indonesia dikabarkan banyak media menjadi salah-satu penyebabnya.

Perkawinan sirri yang terjadi di dalam masyarakat adalah kasus yang lama sekali muncul dan hadir di tengah masyarakat, namun sampai sekarang belum ada aturan atau hukum yang pasti mengatur tentang perkawinan ini.

Kini pemerintah mulai menindak tegas mengenai perkawinan ini melalui encana dikeluarkannya fatwa hukum dengan dubuatnya Rancangan Undang-Undang ( RUU ) mengenai Peradilan Agama tentang Perkawinan yang membahas kawin sirri, poligami dan kawin kontrak. RUU tersebut memuat bahwa perkawinan sirri dianggap illegal dan bagi pelakunya akan dipidanakan. Sanksi yang dibahas di dalamnya berlaku bagi orang yang meperkawinankan maupun yang diperkawinankan.

Kita tahu salah satu fungsi perkawianan diantaranya adalah diadakan karena untuk menyelamatkan moral dan budaya di Indonesia dari budaya luar yang dianggap akan mengakibatkan penyimpangan dari budaya kita di Indonesia yang kini mulai marak terjadi.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimadsud dengan perkawinan ?

2. Apakah yang dimaksud dengan perkawinan sirri ?

3. Apakah perkaawinan sirri sah ?

C. Tujuan Penulisan

1. Mencari tentang pengertian perkawinan, dan dasar hukumnya di Indonesia

2. Mencari tahu tentang pengertian perkawinan siiri, serta dasarnya diberlakukan perkawinan sirri.

3. Mencari tahu keabsahannya perkainan sirri.

BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengertian Perkawinan

Kata perkawinan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti sebagai berikut :

1. Perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami-istri ( dengan resmi atau sah )

2. Perkawinan

3. Berhubungan

Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan bahwa Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

B. Pengertian Perkawinan Sirri

Kata siri berasal dari bahasa Arab yaitu sirri atau sir yang berarti rahasia. Melalui akar kata ini perkawinan siri berarti sebagai perkawinan yang dirahasiakan berbeda dari perkawinan pada umumnya yang dilakukan secara terang-terangan. Keberadaan perkawinan siri dikatakan sah secara norma agama tapi tidak sahmenurut norma hukum, karena perkawinan tidak dicatat di Kantor Urusan Agama.

C. Sah Tidaknya Pekawinan Sirri

Menurut Pasal 2 Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan bahwa Perkawinan akan sah apabila :

1. Dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya itu.

2. Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Namun pada perkawinan sirri pada pasal di atas nomor 2 diabaikan sehingga perkawinan hanya sah menurut agama dan kepercayaan saja dan dianggap tidak sah secara hukum karena tidak dilakukan pencatatan pada lembaga yang terkait. Pada pasangan beragama Islam akan dilakukan pencatatan pada Kantor Urusan Agama ( KUA ) sedangkan pada pasangan beragama lain akan dilakukan pada Kantor Catatan Sipil.

Dalam hal ini, perkawinan sirri hanya syah secara agama saja. Karena, dalam perkawinan sirri hanya dilakukan secara agama, tanpa ada pencataana hukum. Sehingga perkawinan secara sirri memunculkan beberapa dampak, baik secara hukum, bagi pasangan yang meperkawinan, dan juga bagi anak mereka jika memiliki anak.

Berikut dampak-dampak perkawinan sirri dilihat dari berbagai segi :

Secara hukum:

- Istri siri tidak dianggap sebagai istri sah;

-Istri siritidak berhak atasnafkah dan warisandari suami jika ia meninggal dunia;

-Istri siritidak berhak atas harta gono-gini jika terjadi perpisahan, karena secara hukum perkawinan anda dianggaptidak pernah terjadi;

Secara sosial:

Istri siri akan sulit bersosialisasi karena perempuan yang melakukan perkawinan siri sering dianggap telah tinggal serumah dengan laki-laki tanpa ikatan perkawinan (alias kumpul kebo) atau anda dianggap menjadi istri simpanan.

Dampak perkawinan siri bagianak

Sementara terhadap anak, tidak sahnya perkawinan bawah tangan menurut hukum negara memiliki dampak negatif bagi status anak yang dilahirkan di mata hukum, yakni:

Status anak yang dilahirkan dianggap sebagai anak tidak sah. Konsekuensinya, anak hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibu dan keluarga ibu. Artinya, si anak tidak mempunyai hubungan hukum terhadap ayahnya (pasal 42 dan pasal 43 UU Perkawinan, pasal 100 KHI). Di dalam akte kelahirannyapun statusnya dianggap sebagai anak luar perkawinan, sehingga hanya dicantumkan nama ibu yang melahirkannya. Keterangan berupa status sebagai anak luar perkawinan dan tidak tercantumnya nama si ayah akan berdampak sangat mendalam secara sosial dan psikologis bagi si anak dan ibunya.

Ketidakjelasan status si anak di muka hukum, mengakibatkan hubungan antara ayah dan anak tidak kuat, sehingga bisa saja, suatu waktu ayahnya menyangkal bahwa anak tersebut adalah anak kandungnya.

Anak tidak berhak atasbiaya kehidupan dan pendidikan, nafkah dan warisandari ayahnya

Dampak perkawinan siri bagilaki-laki atau suami

Hampir tidak ada dampak mengkhawatirkan atau merugikan bagi diri laki-laki atau suami yang meperkawinan bawah tangan dengan seorang perempuan. Yang terjadi justru menguntungkan dia, karena: Suami bebas untuk meperkawinan lagi, karena perkawinan sebelumnya yang di siri dianggap tidak sah dimata hukum. Suami bisa berkelit dan menghindar dari kewajibannya memberikan nafkah baik kepada istri maupun kepada anak-anaknya. Dan juga tidak dipusingkan dengan pembagian harta gono-gini, warisan dan lain-lain.

BAB III

PENUTUP

Perkawinan adalah pertemuan antara wanita dan lelaki dengan niat membangun rumah tangga. Indonesia, sebagai negara hukum telah mengatur bagaimana cara perkawinan yang syah. Salah satu yang jadi aspeknya juga nikah sesuai cara agama masing-masing. Sehingga, selain nikah secara agama pasangan yang ingin menikah juga harus mensyahkan secara hukum. Jadi, selain syah secara agama juga harus syah secara hukum.

Menurut Pasal 2 Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan bahwa Perkawinan akan sah apabila :

1. Dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya itu.

2. Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Perkawinan secara rahasia atau dikenal dengan perkawinan sirri, hanya memenuhi kesyahan secara agama saja. Dan tidak memnuhi kesyahan secara hukum yang berlaku di Indonesia. Memang, syah-syah saja perkawinan secara agama dengan cara kawin sirri, karena pernikahan yang pertama dilihat syah secara agamanya dulu.

Walaupun demikian, perkawinan sirri memiliki dampak yang negatif. Karena pasangan suami istri tidak resmi tercatat seacara hukum dan tidak terdaftar syah menikah secra hukum. Sehingga beerdampak pada beberapa hal yabg telas dijelaskan di atas. Oleh karena itu, lebih baik memang pasangan yang ingin menikah selin nikah secara agama juga mesti mendftarkan diri secara resmi agar mendapat pengakuan hukum. Agar mendapat pengakuan dari negara.

Daftar Pustaka

Susanto, Happy. 2007. Perkawinan Siri Apa Untungnya ?. Jakarta : VisiMedia

Faridl, Niftah. 1999. 150 Masalah Perkawinan dan Keluarga. Jakarta : Gema Insani Press.

Thobroni, M. dan Munir, Aliy ah A. 2010. Meraih Berkah Dengan Meperkawinan. Yogyakarta :Pustaka Marwa.

Depnaker, dkk.1982. Pedoman Petugas Pedesaan Dalam Pengesahan Perkawinan. Jakarta : BKKBN Biro Penerangan dan Motivasi.

B.P.4 Pusat.1977. Problematika Pelaksanaan Undang-undang Perkawinan dan Pembinaan Keluarga. Jakarta : B.P.4 Pusat.

7