NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PENGELUARAN …eprints.ums.ac.id/39825/9/NASKAH PUBLIKASI.pdf ·...
Transcript of NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PENGELUARAN …eprints.ums.ac.id/39825/9/NASKAH PUBLIKASI.pdf ·...
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA PENGELUARAN PANGAN DENGAN TINGKAT ASUPAN MAKAN PADA BALITA PENDEK DI DESA SIDOWARNO,
KECAMATAN WONOSARI, KABUPATEN KLATEN
Disusun Oleh :
PRADIBA BUNGA KRISTIANI J 310 100 106
PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015
CORRELATION BETWEEN THE EXPENDITURE OF FOOD WITH THE LEVEL
OF FOOD INTAKE IN STUNTING CHILDREEN AT SIDOWARNO VILLAGE, DISTRICT OF WONOSARI, KLATEN
Pradiba Bunga Kristiani*
*Nutrition Field of Study Faculty of Health Science Muhammadiyah University of Surakarta;
Email :[email protected]
ABSTRACT
Introduction : Stunting is linear growth which failed to achieve the genetic potential as a result of poor diet and infection. In general stunting can be caused due to insufficient food intake. Adequacy of energy and protein is influenced by the purchasing power of food. Household expenditure for food is one of the indicators that can describe the state of the welfare of the population. Purpose : The aim of this research is to determine the correlation between the
expenditure of food with the level of food intake in stunting children at Sidowarno village, District of Wonosari, Klaten. Method : This study use an observational method with cross selection design.
The volunteer in this study is stunting children aged 36 – 59 months with the
respondent are their mothers. The sampling use simple random sampling were
used 40 stunting. In food intake level data retrieval using 3x24 hour recall
method. Whereas for food expenditure using the form of food expenditure. Data
analyzing using Chi-Square test, so it can be determined whether there is a
relationship and strength of the correlation between the two variable.
Results : The prevalence of food expenditure on family Stunting toddler high at
55.6%, the level of energy intake for Stunting is included in good classification by
35.6 %, and the level of protein intake for stunting which is quite good at 68.9 %.
Base on Chi-Square analysis for the relationship with the food expenditure and
the level of energy intake resulted in p value 0.944, while for the relationship of
food expenditure with the level of protein intake resulted p value 0.428
Conclusion : There was no correlation between the expenditure of food with the
level of food intake in stunting children at Sidowarno village, District of
Wonosari, Klaten
Keyword: Food Expenditure, Level of Food Intake Bibliography:48: 1991-2012
HUBUNGAN ANTARA PENGELUARAN PANGAN DENGAN TINGKAT ASUPAN MAKAN PADA BALITA PENDEK DI DESA SIDOWARNO,
KECAMATAN WONOSARI, KABUPATEN KLATEN Pradiba Bunga Kristiani*
*Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta;
Email: [email protected]
ABSTRAK Pendahuluan: Stunting merupakan pertumbuhan linear yang gagal untuk mencapai potensi genetik sebagai akibat dari pola makan yang buruk dan penyakit infeksi. Secara umum stunting dapat disebabkan karena asupan makanan yang tidak mencukupi. Asupan makan meliputi asupan energi dan protein. Kecukupan energi dan protein salah satunya dipengaruhi oleh daya beli makanan. Pengeluaran rumah tangga untuk makan merupakan salah satu indikator yang dapat memberikan gambaran keadaan kesejahteraan penduduk Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengeluaran pangan dengan tingkat asupan makan pada balita pendek di Desa Sidowarno, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode observasional dengan desain cross sectional. Sampel pada penelitian ini adalah balita pendek usia 36-59 bulan dengan responden ibu dari balita-balita tersebut. Metode pengambilan sampel menggunakan Simple Random Sampling.Jumlah sampel yang digunakan
adalah 40 anak balita pendek.Indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) digunakan untuk menentukan status gizi balita.Analisis data menggunakan uji Chi-Square, sehingga dapat diketahui ada tidaknya hubungan dan kekuatan korelasi antara kedua variabel. Hasil: Penelitian ini menggunakan metode observasional dengan desain cross sectional. Sampel pada penelitian ini adalah balita pendek usia 36-59 bulan dengan responden ibu dari balita-balita tersebut. Metode pengambilan sampel menggunakan Simple Random Sampling. Jumlah sampel yang digunakan adalah 40 anak balita pendek. Dalam pengambilan data tingkat asupan makan menggunakan metode recall 3x24 jam. Sedangkan untuk pengeluaran pangan menggunakan form pengeluaran pangan. Analisis data menggunakan uji Chi-Square, sehingga dapat diketahui ada tidaknya hubungan dan kekuatan korelasi antara kedua variabel. Kesimpulan: Tidak ada hubungan antara pengeluaran pangan dengan tingkat
asupan makan pada balita pendek di Desa Sidowarno, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten. Kata Kunci: Pengeluaran Pangan, Tingkat Asupan Makan
Kepustakaan:49: 1991-2012
PENDAHULUAN
Stunting adalah masalah gizi
utama yang akan berdampak pada kehidupan sosial dan ekonomi dalam masyarakat. Ada bukti jelas bahwa individu yang stunting memiliki tingkat
kematian lebih tinggi dari berbagai penyebab dan terjadinya peningkatan penyakit.Stuntingakan mempengaruhi kinerja pekerjaan fisik dan fungsi mental dan intelektual akan terganggu (Mann dan Truswell, 2002). Hal ini juga didukung oleh Jackson dan Calder (2004) yang menyatakan bahwa stunting berhubungan dengan gangguan fungsi kekebalan dan meningkatkan risiko kematian.
Di Indonesia, diperkirakan 7,8 juta anak mengalami stunting, data ini berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh UNICEF dan memposisikan Indonesia masuk ke dalam 5 besar negara dengan jumlah anak yang mengalami stunting tinggi (UNICEF, 2007). Hasil Riskesdas 2010, secara nasional prevalensi kependekan pada anak umur 2-5 tahun di Indonesia adalah 35,6 % yang terdiri dari 15,1 % sangat pendek dan 20 % pendek.
Desa Sidowarno merupakan salah satu desa di Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten menunjukkan peningkatan angka kejadian stunting, yang prevalensi
anak pendek dan sangat pendek (TB/U) diatas prevalensi nasional yaitu 20,32 % pada hasil laporan tahunan 2010 dan meningkat pada tahun 2012 sebesar 23,97 %.
Secara umum gizi buruk disebabkan karena asupan makanan yang tidak mencukupi dan penyakit infeksi.Terdapat dua kelompok utama zat gizi yaitu zat gizi makro dan zat gizi mikro (Admin, 2008).Zat gizi makro merupakan zat gizi yang menyediakan energi bagi tubuh dan diperlukan
dalam pertumbuhan, termasuk di dalamnya adalah karbohidrat, protein, dan lemak.Sedangkan zat gizi mikro merupakan zat gizi yang diperlukan untuk menjalankan fungsi tubuh lainnya, misalnya dalam memproduksi sel darah merah, tubuh memerlukan zat besi.Termasuk di dalamnya adalah vitamin dan mineral.Stunting tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja tetapi disebabkan oleh banyak faktor, dimana faktor-faktor tersebut saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Ada tiga faktor utama penyebab stunting yaitu asupan makan tidak seimbang (berkaitan dengan kandungan zat gizi dalam makanan yaitu karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin, dan air) riwayat berat lahir badan rendah (BBLR) dan riwayat penyakit (UNICEF, 2007)
Pengeluaran rumah tangga merupakan salah satu indikator yang dapat memberikan gambaran keadaan kesejahteraan penduduk. Kemampuan daya beli masyarakat yang menurun akan mempengaruhi pola konsumsi rumah tangga di Kabupaten Klaten. Menurut data Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Klaten, selama lima tahun terakhir persentase pengeluaran untuk makanan selalu lebih besar daripada persentase pengeluaran bukan makanan. Di Desa Sidowarno, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten merupakan salah satu desa Di Kecamatan Wonosari yang memiliki persentase pengeluaran untuk pangan terbesar di Kecamatan Wonosari. Pada tahun 2010, perbandingan pengeluaran pangan dan bukan pangan sebesar 53,80% berbanding 46,20%. Keadaan ini tidak berbeda jauh dari tahun-tahun sebelumnya bahwa proporsi pengeluaran makanan masih diatas 50% bila dibandingkana dengan pengeluaran bukan
pangan.Berdasarkan kondisi ini dapat menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk di Desa Sidowarno masih mempunyai pendapatan rendah, sebagian besar pendapatannya masih banyak digunakkan untuk mencukupi kebutuhan makanan.
Berdasarkan data tersebut, penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara pengeluaran pangan dengan tingkat asupan makan. Oleh karena itu, penulis ingin melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan antara Pengeluaran Pangan dengan Tingkat Asupan Makan pada Balita Pendek di Desa Sidowarno, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten” METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifatobservasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional, dengan jumlah sampel sebanyak 40 balita berusia 36-59 bulan. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 17 April 2014, 21 April 2014, 22 April 2014, 28 April 2014 dan 7 Mei 2014 di Desa Sidowarno, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten.Variabel dalam penelitian ini yakni pengeluaran pangan dan tingkat asupan makan balita.Dimana data pengeluaran pangan diperoleh melalui wawancara kepada keluarga responden dan tingkat asupan makan diperoleh melalui recall 3x24 jam. Uji kenormalan menggunakan one Sample Kolmogorov Smirnov dengan menggunakan uji Chi-Square. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi
Desa Sidowarno merupakan salah satu desa di
Kecamatan Wonosari Kabupaten Klaten.Desa Sidowarno memiliki luas wilayah sebesar 2.776.060 Ha. Jumlah penduduk di Desa Sidowarno pada tahun 2013 mencapai 4.963 jiwa.Jumlah penduduk tersebut mencakup penduduk laki-laki dan perempuan.Jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 2.438 jiwa dan yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 2.525 jiwa. Mayoritas agama yang dianut oleh penduduk ialah Islam.Mata pencaharian penduduk di Desa Sidowarno sebagian besar merupakan pekerja swasta dan petani, karena sebagian wilayah di Desa Sidowarno merupakan lahan pertanian.
Desa Sidowarno merupakan desa dengan jumlah balita terbanyak dari seluruh desa di wilayah kerja Puskesmas Wonosari II yaitu sebanyak 403 anak.Di Desa Sidowarno terdapat satu Puskesmas Pembantu dan satu Poliklinik Kesehatan Desa (PKD).Selain fasilitas kesehatan tersebut, ada enam posyandu yang tersebar di seluruh desa.Di Desa Sidowarno terdapat dua bidan desa yang selalu datang pada saat posyandu.
B. Gambaran Umum Responden
1. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Berikut merupakan data distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan orang tua balita pendek di Desa Sidowarno, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten:
Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan
Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan
Ayah Ibu
N % N %
Dasar Lanjut
27 18
60 40
28 17
62,2 37,8
Jumlah 45 100 45 100
Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan di Desa Sidowarno, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten dapat disimpulkan bahwa ayah dengan tingkat pendidikan dasar mempunyai jumlah lebih banyak daripada ayah dengan tingkat pendidikan lanjut yakni sebesar 27%. Sedangkan ibu dengan tingkat pendidikan dasar mempunyai jumlah lebih banyak daripada ibu dengan tingkat pendidikan lanjut yakni 28%.
2. Distribusi Responden
Berdasarkan Pekerjaan
Berikut merupakan data distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan orang tua balita pendek di Desa Sidowarno, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten:
Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan
Pekerjaan
Pekerjaan Ayah Ibu
N % N %
Tidak bekerja Buruh Swasta Petani PNS
0
21 23 0 1
0
46,7 51,1
0 2,2
27
12 5 0 1
60
26,7 11,1
0 2,2
Jumlah 45 100 45 100
Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan kepada keluarga balita pendek di Desa
Sidowarno, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ayah bekerja swasta yakni sebesar 23% sedangkan sebagian besar ibu balita tidak bekerja yakni sebesar 27%.
3. Distribusi Responden
Berdasarkan Pendapatan Keluarga
Tingkat pendapatan merupakan rata-rata pendapatan per bulan keluarga yang dihitung dari total pengeluaran makanan dan non makanan kemudian dibagi dengan jumlah anggota keluarga (Sukarni, 1994).
Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan
Pendapatan Keluarga Pendapatan Keluarga
N %
Rendah Tinggi
28 17
62,2 37,8
Jumlah 45 100
Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan kepada keluarga balita pendek di Desa Sidowarno, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten dapat disimpulkan bahwa responden dengan tingkat pendapatan rendah mempunyai jumlah lebih banyak daripada responden yang tingkat pendapatannya tinggi yakni sebesar 62,2%. Dikatakan berpendapatan rendah apabila responden berpenghasilan kurang dari UMR yakni Rp. 1.150.000,00 (UMR Klaten). Sedangkan dikatakan berpendapatan tinggi apabila responden berpenghasilan lebih dari atau sama dengan Rp. 1.150.000,00.
4. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga
Anggota keluarga adalah semua orang yang biasanya bertempat tinggal disuatu keluarga, baik berada di rumah pada saat pencacahan maupun sementara tidak ada (Khomsan, 2003).Berikut merupakan jumlah anggota keluarga balita pendek di Desa Sidowarno, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten.
Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan
Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah Anggota Keluarga
N %
Besar Kecil
19 26
42,2 57,8
Jumlah 45 100
Berdasarkan Tabel 4
dapat disimpulkan bahwa keluarga yang memiliki jumlah anggota keluarga kecil lebih banyak dibanding keluarga yang memiliki jumlah anggota keluarga besar yakni sebesar 57,8%. Dikatakan keluarga kecil apabila memiliki jumlah anggota keluarga kurang dari atau sama dengan 4 orang. Sedangkan untuk keluarga besar, memiliki jumlah anggota keluarga lebih dari 4 orang. Banyaknya anggota keluarga akan mempengaruhi konsumsi pangan. Ada hubungan antara besar keluarga dan gizi kurang pada masing-masing keluarga. Jumlah anggota keluarga yang semakin besar tanpa diimbangi dengan meningkatnya pendapatan akan menyebabkan pendistribusian konsumsi pangan akan semakin tidak merata. Pangan yang tersedia untuk suatu keluarga
besar, mungkin hanya cukup untuk keluarga yang besarnya setengah dari keluarga tersebut.Keadaan yang demikian tidak cukup untuk mencegah timbulnya gangguan gizi pada keluarga besar (Suhardjo, 2003).
5. Distribusi Responden
Berdasarkan Pengeluaran Pangan
Pengeluaran pangan menjadi hal yang penting dalam pengeluaran rumah tangga.Berikut merupakan besar pengeluaran pangan keluarga balita pendek di Desa Sidowarno, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten.
Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan
Pengeluaran Pangan Pengeluaran
pangan N %
Rendah Tinggi
20 25
44.4 55.6
Jumlah 45 100
Berdasarkan Tabel 5
dapat disimpulkan bahwa keluarga yang memiliki pengeluaran pangan tinggi lebih banyak daripada yang memiliki pengeluaran pangan rendah yakni sebesar 55,6%. Pengeluaran pangan adalah nilai belanja yang dilakukan oleh rumah tangga untuk membeli berbagai kebutuhan pangan dalam satu waktu tertentu.Pola pengeluaran untuk pangan merupakan informasi untuk melihat kesejahteraan penduduk.Besarnya nilai nominal (dapat diukur dalam satuan rupiah) yang dibelanjakan untuk pangan secara tidak langsung dapat mencerminkan kemampuan ekonomi rumah tangga, untuk mencukupi kebutuhan yang
mencakup kebutuhan sehari-hari (Baliwati, 2004).
C. Gambaran Umum Balita
1. Distribusi Balita Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis kelamin dibagi menjadi 2 yaitu laki-laki dan perempuan. Berikut merupakan pembagian jenis kelamin balita pendek di Desa Sidowarno, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten,
Tabel 6 Distribusi Balita Berdasarkan Jenis
Kelamin
Jenis Kelamin
N %
Laki-laki Perempuan
18 27
40 60
Jumlah 45 100
Berdasarkan Tabel 6
dapat disimpulkan bahwa anak balita yang berjenis kelamin perempuan mempunyai jumlah lebih banyak daripada anak balita yang berjenis kelamin laki-laki yakni sebesar 60%.
2. Distribusi Balita Berdasarkan
Tingkat Asupan Energi
Berdasarkan hasil recal 3x24 jam dapat diketahui tingkat asupan energi balita pendek di Desa Sidowarno, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten
Tabel 7 Distribusi Balita Berdasarkan
Tingkat Asupan Energi
Tingkat Asupan Energi
N %
Kurang Baik
29 16
64,4 35,6
Jumlah 45 100
Tabel 7 menyatakan bahwa balita dengan tingkat asupan energi kurang lebih banyak daripada balita dengan tingkat asupan energi baik yaitu sebesar 64,4%. Menurut penelitian Solihin (2003) yang menyebutkan bahwa salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya status gizi adalah KEP dan para orang tua yang tidak menyiapkan makanan untuk anak, sehingga anak mudah sakit. Salah satu fungsi karbohidrat adalah sebagai sumber energi bagi tubuh (Almatsier, 2000).
3. Distribusi Balita Berdasarkan
Tingkat Asupan Protein Berdasarkan hasil recall
3x24 jam dapat diketahui tingkat asupan protein balita pendek di Desa Sidowarno, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten
Tabel 8 Distribusi Balita Berdasarkan
Tingkat Asupan Protein
Tingkat Asupan Protein
N %
Kurang Baik
14 31
31,1 68,9
Jumlah 45 100
Tabel 8 menyatakan
bahwa balita dengan tingkat asupan protein baik lebih banyak daripada balita dengan tingkat asupan protein kurang yakni sebesar 68,9%. Protein merupakan zat gizi yang paling banyak terdapat dalam tubuh.Fungsi utama dari protein adalah membangun serta memelihara sel-sel dari jaringan tubuh (Almatsier, 2001).
D. Distribusi Tingkat Asupan Makan Berdasarkan Pengeluaran Pangan pada Balita Pendek di Desa Sidowarno, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten
Penelitian ini menghubungkan kategori dari pengeluaran pangan dengan tingkat asupan makan pada balita pendek. Tingkat asupan makan
yang diteliti berdasarkan tingkat asupan energi dan tingkat asupan protein. Distribusi pengeluaran pangan berdasarkan tingkat asupan energi pada balita pendek di Desa Sidowarno, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten dipaparkan dengan jelas pada tabel dibawah ini:
Tabel 9 Distribusi Tingkat Asupan Energi berdasarkan Pengeluaran Pangan
Pengeluaran Pangan
Tingkat Asupan Energi Jumlah
P Kurang Baik
N % N % N %
Rendah Tinggi
13 16
65 64
7 9
35 36
20 25
100 100
0,944
Tabel 9 menunjukkan bahwa
balita dengan tingkat asupan energi kurang dengan pengeluaran pangan keluarga rendah sebesar 65% sedangkan yang pengeluaran pangan keluarga tinggi sebesar 64%. Untuk balita dengan tingkat asupan energi baik dengan pengeluaran pangan keluarga rendah sebesar 35% sedangkan yang pengeluaran pangan keluarga
tinggi sebesar 36%. Berdasarkan analisis bivariat menghasilkan p>0,05 dengan nilai signifikasi 0,944 yang berarti tidak signifikan atau tidak bermakna. Hal ini berarti tidak ada hubungan antara pengeluaran pangan dengan tingkat asupan energi pada balita pendek di Desa Sidowarno, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten.
Tabel 10
Distribusi Tingkat Asupan Protein berdasarkan Pengeluaran Pangan
Pengeluaran Pangan
Tingkat Asupan Protein Jumlah
P Kurang Baik
N % N % N %
Rendah Tinggi
5 9
25 36
15 16
75 64
20 25
100 100
0,428
Tabel 10 menunjukkan
bahwa balita dengan tingkat asupan protein kurang dengan pengeluaran pangan keluarga rendah sebesar 25% sedangkan yang pengeluaran pangan keluarga tinggi sebesar 36%. Untuk balita dengan tingkat asupan protein baik dengan pengeluaran
pangan keluarga rendah sebesar 75% sedangkan yang pengeluaran pangan keluarga tinggi sebesar 64%. Berdasarkan analisis bivariat menghasilkan p>0,05 dengan nilai signifikasi 0,428 yang berarti tidak signifikan atau tidak bermakna. Hal ini berarti tidak ada hubungan antara pengeluaran pangan dengan tingkat asupan protein
pada balita pendek di Desa Sidowarno, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten.
Berdasarkan tabel 9 dan tabel 10 dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara pengeluaran pangan dengan tingkat asupan makan pada balita pendek di Desa Sidowarno, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten.Salah satu variabel yang dipilih dalam penelitian ini adalah pengeluaran pangan.Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Sirajuddin (2010) yang menyebutkan bahwa pengeluaran pangan berhubungan dengan tingkat asupan energi dan protein.Semakin besar pengeluaran untuk makan, maka semakin kecil resiko untuk kekurangan asupan energi dan protein.Hal ini disebabkan karena rendahnya pengeluaran berkorelasi positif dengan kuantitas belanja pangan.Semakin rendah kuantitas belanja pangan menyebabkan pemenuhan kebutuhan gizi khususnya energi dan protein semakin kecil.
Pendapatan keluarga dapat dipengaruhi dari pekerjaan orang tua balita dan tingkat pendidikan orang tua balita.Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Desa Sidowarno, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten dapat diketahui bahwa pekerjaan dan tingkat pendidikan menjadi salah satu penyebab terpenuhi atau tidaknya kebutuhan pangan dalam keluarga.Dimana pendidikan orang tua merupakan salah satu unsur penting dalam menentukan status gizi anak.Tingkat pendidikan ibu lebih penting dalam menentukan status gizi anak daripada pendidikan ayah. Oleh karena itu
tingkat pendidikan yang rendah akan menyebabkan keterbatasan seperti pengetahuan sikap, tindakan-tindakan dalam menangani masalah dalam keluarga, khususnya masalah kesehatan. Hal ini dapat dibuktikan dengan sebagian besar ibu balita berpendidikan dasar atau rendah.
Selain pekerjaan, tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat menghubungkan tingkat konsumsi makan.Hal ini dapat dibuktikan dengan sebagian ibu balita tidak bekerja.Ibu balita tidak bekerja dapat memberikan keuntungan tersendiri untuk balita karena ibu balita lebih dapat mengasuh anak-anaknya walaupun pola asuh yang diberikan belum sesuai.Tidak sesuainya pola asuh ini dikarenakan lingkungan yang kurang mendukung. Selain kurangnya pengetahuan akan gizi, fasilitas kesehatan dan tenaga ahli juga masih kurang. Sehingga pengetahuan yang didapat masih minim.
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
1. Prevalensi besar pengeluaran pangan keluarga dengan kategori tinggi pada keluarga balita pendek di Desa Sidowarno, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten sebesar 55,6%.
2. Prevalensi tingkat asupan energi dengan kategori baik pada balita pendek di Desa Sidowarno, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten sebesar 35,6%, sedangkan prevalensi tingkat asupan protein dengan kategori baik pada balita pendek di Desa Sidowarno, Kecamatan
Wonosari, Kabupaten Klaten sebesar 68,9%
3. Tidak ada hubungan antara pengeluaran pangan dengan tingkat asupan makan pada balita pendek di Desa Sidowarno, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten.
B. Saran 1. Berdasarkan hasil recall 3x24
jam pada balita mengenai tingkat asupan makan yang masih relatif rendah, maka dari pelayanan kesehatan (missal posyandu dan puskesma) perlu memberikan penyuluhan kepada ibu-ibu balita mengenai pola asuh terhadap makan agar nantinya kecukupan gizi pada balita dapat lebih baik.
2. Penelitian terhadap tingkat asupan makan hanya dinilai melalui recall 3x24 jam. Tidak semua hasil recall dapat menggambarkan kebiasaan makan balita. Sebaiknya dilakukan observasi dari kebiasaan makan dan pola asuh balita agar dapat diketahui faktor yang mempengaruhi kejadian stunting pada balita.
DAFTAR PUSTAKA
1. ACC/SCN & International Food Policy Research Institute (IFPRI). 2000. “4th Report on The World Nutrition Situation Throughout The Life Cycle”. Geneva:ACC/SCN in Collaboration with IFPRI.
2. Admin. 2008. Penyebab Kekeruhan (Turbidity) dalam Air,http://smk3ae.wordpress.com, diakses 16 Februari 2015.
3. Allen and Gillespie, 2001. Memahami Proses Keperawatan
dengan Pendekatan Latihan. Alih Bahasa Christantie Efendi. EGC: Jakarta.
4. Almatsier, Sunita, 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Ilmu: Jakarta.
5. Almatsier, Sunita, 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia
Pustaka Ilmu: Jakarta. 6. Almatsier, Sunita, 2009. Prinsip
Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Ilmu: Jakarta.
7. Ariani, D.W. 2004. Pengendalian Kualitas Statistik Pendekatan Kuantitatif dan Managemen Kualitas. ANDI: Yogyakarta.
8. Aritonang, I. 2000. Krisis Ekonomi: Akar Masalah Gizi. Sebelas Maret University Press: Surakarta.
9. Badan Pusat Statistik. 2009. Pengeluaran Untuk Konsumsi Penduduk Indonesia. BPS: Jakarta.
10. Baliwati, dkk, 2004. Pengembangan Konsumsi Pangan dengan Pendekatan Pola Pangan Harapan. Pusat Studi Kebijakan Pangan dan Gizi Lembaga Penelitian IBP. Bogor bekerjasama dengan Pusat Pengembangan Konsumsi Pangan Badan Bimas Ketahanan Pangan Deptan, Jakarta.
11. Basuki, 2003. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Nuha Medika: Yogyakarta.
12. Black et al. 2008. Maternal and Child Undernutrition: Global and Regional Exposures and Health Consequences. The Lances
Series. www.thelancet.com 13. BPS, 1999. Penyempurnaan
Metodologi Penghitungan Penduduk Miskin dan Profil Kemiskinan 1999. Badan Pusat Statistik: Jakarta.
14. BPS, 2012. Kriteria Kemiskinan di Indonesia. Badan Pusat Statistik: Jakarta.
15. Caufield, et al. 2006. Disease Control Priorities in Developing Countries 2nd edition (Stunting, Wasting and Micronutrient Deficiency Disorder Chapter 28). Jamison et al (ed). World Bank, Washington DC.
16. Departemen Kesehatan RI. 1998. Perilaku Membina Keluarga Sadar Gizi. Ditjen Kesehatan Masyarakat, Direktorat Gizi Masyarakat.
17. Djiwandi, 2002. Sosiologi Pedesaan. UMM Press: Malang.
18. Gelora. H. Augustyn. 2002. Pola Konsumsi Pangan dan Status Gizi Anak Usia Balita Pengungsi di Desa Waraka Kecamatan Amahi-Prpinsi Maluku. Media Gizi & Keluarga 2002, 26 (2); 17-21. The Journal of Community: Bogor.
19. Gibney, dkk. 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat. EGC: Jakarta.
20. Gibson, R.S. 2005. Principles of Nutritional Assessment. Second Edition. Oxfrord Universitiy Press,
Inc: New York. 21. Handayani, Sri. 1994. Pangan dan
Gizi. Sebelas Maret University Press: Surakarta.
22. Karsin, E. S., 2004. Peranan Pangan dan Gizi dalam Pembangunan dalam Y. F. Baliwati, A. Khomsan dan M. Dwiriani (Eds), Pengantar Pangan dan Gizi, Penebar Swadaya: Jakarta.
23. Khomsan, 2003. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Departemen Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga, Fakultas Pertanian: Bogor.
24. Mann, J. dan Truswell, A, S. 2002. Essentials of Human Nutrition . Oxfod University Press. New York.
25. Manary, M.J & Solomons, N.M. 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat. Gizi dan Perkembangan Anak. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Terjemahan Public Health Nutrition, Editor Gibney, M.J. Margetts, B.M., Keamey, J.M. & Arab, L Blackwell Publishing Ltd, Oxford.
26. Markum. 1991. Air Susu Ibu. FKUI: Jakarta.
27. Manary, M. J. & Solomons, N. W. 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat, Gizi dan Perkembangan Anak: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Terjemahan Public Health Nutrition, Editor. Gibney, M. J, Margetts, B. M, Kearney, J. M. & Arab, L Blackwell Publishing Ltd, Oxford.
28. Marwanti, S. 2002. Pola Pengeluaran untuk Konsumsi Pangan Gizi Penduduk Indonesia (Analisis Data Susenas 1999. Carakatani XVII nomor 2, Oktober 2002).
29. Notoatmojdo, 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Renika
Cipta: Jakarta. 30. Notoatmojdo, 2010. Ilmu
Kesehatan Masyarakat. Prinsip-rpinsip Dasar. Renika Cipta: Jakarta.
31. Poskitt, E. 2003. Nutrition in Childhood dalam Nutrition in Early Life Editor: Morgan J. B. &
Dickerson, J. W. T. Jhon Wiley & Sons Ltd. England.
32. Santoso & Lies. 2004. Kesehatan dan Gizi. Rineka Cipta: Jakarta.
33. Santoso, 2004. Kesehatan dan Gizi. Rineka Cipta: Jakarta.
34. Sediaoetama, 2009. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi. Dian
Rakyat: Jakarta. 35. Shrimpton, Ret al. 2001.
Worldwiede Timing of Growth Faltering: Implications for
Nutritional Interventions. American Academi of Pediatric.
36. Soekirman, 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat. Dabara: Solo.
37. Solihin, 2003. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Balai Penerbit TK UI: Jakarta.
38. Suhardjo, 2003. Pengertian dan Kerangka Pikir Ketahanan Pangan Rumah Tangga. Makalah disampaikan pada Lokakarya Ketahanan Pangan Rumah Tangga, 20 – 30 Mei 1996, Yogyakarta.
39. Suharyanto, 2009. Membangun Sumberdaya Manusia Berkualitas: Suatu Telaah Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Orasi Ilmiah Guru Besar Ilmu Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. IPB. Bogor.
40. Sukarni, 1994. Kesehatan Keluarga dan Lingkungan.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: Bogor.
41. Supariasa, 2001. Gizi dalam Masyarakat. Aksara Baru: Jakarta.
42. Supriasa, dkk. 2002. Pengantar Ilmu Gizi. Pustaka Pelajara: Jakarta.
43. UNICEF, 1998. The State on the World Children. Oxford Unive. Press.
44. UNICEF. 2007. Progress for Children: Stunting, Wasting, and Overweight. http://www.unicef.org/progressforchildren/2007n6/index_41606.htm.12 Februari 2015.
45. UNS/SCn. 2008. Crisis Situations Report n06 – Summary. United Nations System Standing Committee on Nutrition. Geneva.
46. Uripi, Vera. 2004. Menu Sehat untuk Balita. Puspa Swara: Jakarta.
47. Waterlow, J.C. 1992. Protein Energy Malnutrition. Edward Arnorld, A Division of Hodder & Staugthon, London.
48. World Health Organization, 2006. WHO Child Growth Standads: Length/Heigh-fpr-Age, Wheight-for-age: Metdhos and Development.
Departement. Geneva.