ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DI SEKTOR KESEHATAN...
Transcript of ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DI SEKTOR KESEHATAN...
-
ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DI SEKTOR KESEHATAN,
PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN/FASILITAS UMUM TERHADAP
PEMBANGUNAN MANUSIA
(STUDI KASUS 34 PROVINSI DI INDONESIA 2014 - 2018)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.)
Disusun Oleh :
Aulia Nauval Putra
11140840000065
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440H/2019
-
i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DI SEKTOR KESEHATAN,
PENDIDIKAN, DAN PERUMAHAN/FASILITAS UMUM TERHADAP
PEMBANGUNAN MANUSIA
(STUDI KASUS 34 PROVINSI DI INDONESIA 2014-2018)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Oleh :
Aulia Nauval Putra
NIM : 11140840000065
Di bawah bimbingan :
Pembimbing I
Dr. M. Hartana I Putra, M. Si
NIP. 19680605 200801 1 023
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
-
ii
BAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini, Kamis, 9 Agustus 2018 telah dilakukan uji komprehensif atas
mahasiswa:
Nama : Aulia Nauval Putra
NIM : 11140840000065
Jurusan : Ekonomi Pembangunan
Judul Skripsi : ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DI
SEKTOR KESEHATAN, PENDIDIKAN, DAN
PERUMAHAN/FASILITAS UMUM TERHADAP
PEMBANGUNAN MANUSIA (STUDI KASUS 34
PROVINSI DI INDONESIA 2014-2018)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan
ke tahap ujian skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 9 Agustus 2018
1. Fahmi Wibawa, MBA
(…………………….)
2. Utami Baroroh, M. Si
NIP. 197312262014112001 (…………………….)
-
iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Aulia Nauval Putra
No. Induk Mahasiswa : 11140840000065
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Ekonomi Pembangunan
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya :
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggungjawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber
asli atau tanpa ijin pemilik karya
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini
Jikalau di kemudian hari dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui
pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan
bukti saya telah melanggar penyataan di atas, maka saya siap untuk dikenai sanksi
berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya,
Jakarta, 25 Juli 2019
Aulia Nauval Putra
-
iv
LEMBAR PENGEHASAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini, 25 Juli 2019 telah dilakukan sidang skripsi atas mahasiswa:
Nama : Aulia Nauval Putra
NIM : 11140840000065
Jurusan : Ekonomi Pembangunan
Judul Skripsi : ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DI
SEKTOR KESEHATAN, PENDIDIKAN, DAN
PERUMAHAN/FASILITAS UMUM TERHADAP
PEMBANGUNAN MANUSIA (STUDI KASUS 34
PROVINSI DI INDONESIA 2014-2018)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut
dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 25 Juli 2019
1. Deni Pandu Nugraha, SE., M.Sc
(……….……………)
Ketua
2. Dr. M. Hartana I Putra, M. Si
NIP. 19680605 200801 1 023 (…………………….)
Sekretaris
3. Dr. M. Hartana I Putra, M. Si
NIP. 19680605 200801 1 023 (…………………….)
Pembimbing
4. Arief Fitrijanto, M. Si
NIP. 19711118 200501 1 003 (…………………….)
Penguji Ahli
-
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
CURRICULUM VITAE
PERSONAL DATA
Name : Aulia Nauval Putra
Date of Birth : December 29th
1995
Gender : Male
Marital Status : Single
Religion : Moeslim
Address : Komplek Bappenas Blok
A.109. Kedaung,
Sawangan, Depok. 16516
Nationality : Indonesia
Phone : 085714633969
Email : [email protected]
EDUCATIONAL BACKGROUND
2014-2019 First Degree (Major of Economics and Development Studies)
FEB UIN Jakarta
2011-2014 SMAN 47 Jakarta
2008-2011 Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta
2002-2008 SD Dharma Karya UT Pondok Cabe
2001-2002 TK Dharma Karya UT Pondok Cabe
2000-2001 TK Pembina Kedaung, Sawangan
1999-2000 KB Ad-Da’wah Kelapa Gading
ORGANIZATION EXPERIENCES
2018-2019 : Association Islamic of Univercity Students (HMI), Komisariat
Fakultas Ekonomi dan Bisnis – Sekretaris Umum
2018 : Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI) – Pengurs, Bidang
Eksternal
2016-2017 : Association Islamic of Univercity Students (HMI) – Pengurus,
Bidang PTKK
2016 : Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI) – Member
2014 : Association Islamic of Univercity Students (HMI) – Member
2011-2014 : Band Ekstra Kulikuler SMAN 47 – Member
mailto:[email protected]
-
vi
COMMITTEE EXPERIENCES
2018 : Jurnalistik Nasional LAPMI Cab. Ciputat – Ketua Pelaksana
2017 : Tim Dewan Pemenangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
(PEMIRA UIN) – Sekretaris
2017 : LK I HMI Kafeis Ciputat at Rawadenok, Depok – Ketua
Pelaksana
2017 : Panita SILATNAS Dema UIN Jakarta – Divisi
Kesekretariatan
2016 : LKK HMI Cabang Ciputat – Divisi Humas
2016 : Musyawarah Lembaga LAPMI Ciputat at Telaga Kahuripan –
Presidium Sidang I
2016 : LK I (Basic Training) HMI Kafeis Ciputat at Puncak – Mentor
2016 : KKN Terencana (Cicilan), Membuat Bank Sampah –
Sekretaris
2015 : Tim Dewan Pemenangan Jurusan Ekonomi Pembangunan
(PEMIRA UIN) – Ketua DPJ
2015 : Economy Expo DEMA FEB UIN Jakarta – Divisi Futsal
2015 : OPAK (OSPEK) FEB UIN Jakarta – Asisten Mentor
2015 : LK I (Basic Training) HMI Kafeis Ciputat at Puncak – Divisi
Humas
2015 : LK I (Basic Training) HMI Kafeis Ciputat at Sawangan –
Divisi Humas
2015 : Rapat Anggota Komisariat Ekonomi, HMI Ciputat – Divisi
Konsumsi
2014 : Rapat Kerja HMJ IESP UIN Jakarta – Divisi Acara, Time
Keeper
2014 : Pekan ORSENI HMJ IESP UIN Jakarta – Divisi Akustik
2013 : LDKS XXIII SMAN 47 – Tim Advance
2013 : Jambore Siswa at Gunung Bunder, SMAN 47 – Tim Advance
2012 : Pelantikan Ekskul Kesenian SMAN 47 – Divisi Keamanan
TRAININGS
2016-2017 Nation Building, Character Building and Leadership
Developtment oleh Beasiswa Djarum 2016-2017
2016 Peserta RGS Workshop oleh OJK tentang Good Governance
2016 Green Campaign, Menanam 1000 Pohon, HMI Cabang
Ciputat
2016 Basic Training LAPMI (Lembaga Pers Mahasiswa Islam)
2014 LK I (Basic Training) HMI
2014 Character Building oleh SMAN 47 Jakarta
-
vii
WORK EXPERIENCES
2017 Magang di Tim Jurnal Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
SyaHid Jakarta
2017 Quick Count PilKaDa DKI Jakarta Batch I oleh Charta
Politica
2017 Surveyor PilKaDa DKI Jakarta Batch II oleh Charta Politica
HONOR & AWARDS
2017 The Winning Team in Group, Debate Competition Beasiswa
Djarum
2016 Best Peformance in Group, Character Building Beasiswa
Djarum
2016 Youth Governance Ambassador Batch I oleh OJK
2016 Beswan Beasiswa Plus Djarum angkatan 32 (2016-2017)
2013 Peserta Lomba Band di SMAN 90 Jaksel
2011 Concert Duo Raihan at Goethehaus (Gedung Kesenian
Jerman) Menteng as Performance Ensemble
2008 Peserta Lomba Musikalisasi Puisi di Pusat Bahasa
-
viii
ABSTRACT
This study aims to determine the effect caused by government spending in the
health sector, education sector and housing/public facilities sector on Human
Development Index (HDI) in Indonesia. This study uses panel data types as many
as 5 years from 2014-2018 and the data taken from 34 provinces in Indonesia, the
research observations amounted to 170. Increased government spending on the
health sector, education sector and housing/public facilities sector, became the
reason for the researcher to research this title. Overall centralized government
spending also increased. Another reason is because HDI in Indonesia is still
relatively low in ASEAN, even though Indonesia's economic growth rate is quite
large. Researcher use the health, education and housing/public facilities sectors,
in accordance with the three dimensions of HDI issued by UNDP, dimensions of
longevity and healthy life, (ii) dimensions of knowledge and average length of
school population, and (iii) dimensions of decent living standards (purchasing
power parity). The researcher used the estimation of the fixed effect model with
the GLS method, using the 9th edition of eviews data processing application. The
results of this research is, there is a positive and also significant effect of
government spending on the health and education sectors on HDI. However, for
government spending in the housing/public facilities sector has a negative and not
significant effect on HDI. In simultanly, government spending on the health,
education and housing/public facilities sectors has a positive and significant
influence on HDI
Keywords: HDI, Government Spending, Health Sector Government Spending,
Education Sector Government Spending, Housing Sector/Public Facilities
Government Spending, Indonesia, 34 Provinces, Fixed Effect Model (FEM) GLS
-
ix
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh yang disebabkan oleh
pengeluaran pemerintah di sektor kesehatan, pendidikan dan perumahan/fasilitas
umum terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia. Penelitian ini
menggunakan jenis data panel sebanyak 5 tahun dari tahun 2014-2018 dan data
diambil dari 34 provinsi di Indonesia, sehingga observasi penelitian ini berjumlah
170. Meningkatnya pengeluaran pemerintah pada sektor kesehatan, pendidikan
dan perumahan/fasilitas umum, menjadi alasan bagi peneliti untuk meneliti judul
ini. Tidak hanya pengeluaran pada tiga sektor tersebut yang meningkat, namun
pengeluaran keseluruhan pemerintah pusat juga meningkat. Alasan lainnya
karena IPM di Indonesia adalah IPM yang masih tergolong rendah di negara-
negara ASEAN, padahal laju pertumbuhan ekonomi Indonesia terbilang cukup
besar. Peneliti menggunakan sektor kesehatan, pendidikan dan
perumahan/fasilitas umum, sesuai dengan tiga dimensi IPM yang dikeluarkan
oleh UNDP yaitu dimensi umur panjang dan hidup sehat, (ii) dimensi
pengetahuan dan rata-rata lama sekolah penduduk, dan (iii) dimensi standar hidup
layak (purchasing power parity). Peneliti menggunakan estimasi model fixed
model effect dengan metode GLS, menggunakan aplikasi pengolahan data eviews
edisi ke-9. Hasil penelitiannya adalah terdapat pengaruh yang positif dan juga
signifikan secara pasrsial dari pengeluaran pemerintah sektor kesehatan dan
pendidikan terhadap IPM. Namun, untuk pengeluaran pemerintah sektor
perumahan/fasilitas umu mempunyai pengaruh yang negative dan tidak signifikan
terhadap IPM. Secara bersama-sama, pengeluaran pemerintah sektor kesehatan,
pendidikan dan perumahan/fasilitas umum mempunyai pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap IPM.
Kata Kunci: IPM, Pengeluaran Pemerintah, Pengeluaran Pemerintah Sektor
Kesehatan, Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan, Pengeluaran Pemerintah
Sektor Perumahan/Fasilitas Umum, Indonesia, 34 Provinsi, (Fixed Effect Model)
FEM GLS
-
x
KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikum Wr.Wb
Alhamdulillah Alhamdulillah hirabbil ‘alamin washolatu washala mu’ala ashrafil
ambiya iwal mushalin wa’ala alihi waashabihi ajma’il ammaba’du
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, tuhan dari
segala tuhan yang maha menyayangi dan mengasihi, yang telah memberikan
rahmat dan karunia yang berlimpah kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “ANALISIS PENGELUARAN
PEMERINTAH DI SEKTOR KESEHATAN, PENDIDIKAN DAN
PERUMAHAN/FASILITAS UMUM TERHADAP PEMBANGUNAN
MANUSIA (STUDI KASUS 34 PROVINSI DI INDONESIA 2014 - 2018)”.
Shalawat beriringan, salam tidak lupa pula penulis hadiahkan kepada nabi besar
kita yaitu nabi Muhammad SAW, yang telah mengubah zaman dari zaman
jahiliah kepada zaman yang penuh ilmu dan pengetahuan seperti sekarang ini.
Tujuan peneliti menulis skripsi ini tidak lain tidak bukan untuk memenuhi
syarat meraih gelar Sarjana. Berbagai rintangan yang penulis lalui tidak terlepas
dari cerita penulis saat mengerjakan skripsi ini, rintangan selalu ada karena kita
adalah manusia, makhluk tuhan yang harus sabar menghadapi ujian dari yang
maha kuasa. Tetaplah selalu ingat kalau kita adalah hambaNya, hasbunallah wa
ni’mal wakil, ni’mal maula wa ni’man nashir, hanya kepada Allah SWT kita
meminta pertolongan dan perlindungan. Tidak lupa, dukungan dan doa dari
keluarga dan teman-teman seperjuangan juga menjadi salah satu kobaran api
semangat bagi penulis dalam menyelesaikan hasil karya ini. Ingatlah selalu bahwa
usaha takkan mengkhianati hasil, kerjakanlah dengan ikhlas, selalu berikhtiar dan
insyaAllah pasti selalu ada jalannya. Diakhir kata, izin penulis untuk selalu
berdoa, agar penulis bisa menjadi orang yang berguna bagi agama, keluarga, nusa
dan bangsa, AAMIIN.
-
xi
Dengan segala kerendahan dan ketulusan hati, penulis mengucapkan rasa
terima kasih kepada seluruh pihak yang telah banyak membantu penulis baik
secara langsung maupun tidak langsung, secara spiritual maupun materil. Ucapan
terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. Allah SWT, Tuhan dari segala tuha, Sang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, atas izin dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
2. Ibu saya, dia adalah wanita yang luar biasa. Selalu menjaga dan
mendidik saya seorang diri dari saya masih di MTs. My Single Parent,
yang selalu memberikan cinta, kasih dan sayang, omelan, nasihat,
perhatian serta doa yang tiada bisa tergantikan. Terimakasih ma atas
segalanya! 1 ibu bisa menjaga dan mendidik 5 orang anaknya, namun 5
orang anak belum tentu bisa menjaga 1 ibunya!
3. Amalia Citra Lestari, gausah pake SE hehehe. Kakak saya, mungkin
yang paling saya sayangi walaupun jarang terucap. Namun juga
terkadang menjadi orang yang paling nyebelin, omelannya, marahnya.
Terimakasih atas perhatiannya kepada adikmu ini!
4. Terimakasih untuk almarhum ayah saya, beliau yang selalu mendidik
saya dengan tegas dan keras sehingga saya bisa menjaga diri saya yang
seperti ini tidak manja dan tidak banyak neko-neko Didikanmu akan
saya jadikan role model untuk saya sendiri mendidik anak, tegas dan
keras, disiplin namun tidak lupa dibalik itu semua beliau tetaplah ayah
yang mencintai anak-anaknya Semoga tenang disisi Allah SWT Pah!
-
xii
5. Kepada Inyik dan Nekma, terimakasih atas perhatiannya kepada
cucumu ini! Sehat selalu ya!
6. Kepada para sepupu-sepupuku, terimakasih atas waktunya, terimakasih
sudah menemani main ketika sedang ada di Meruya!
7. Bapak Prof. Dr. Amilin, S.E.Ak., M.Si., CA., QIA., BKP., CRMP.
selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Bapak Dr. M. Hartana I Putra, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta dan juga selaku Dosen Pembimbing I saya.
Terimakasih banyak Bapak katas segala arahan, masukan dan
nasihatnya. Terimakasih banyak juga atas waktu dan pikiran yang rela
diluangkan untuk saya. Semoga segala kebaikan Bapak menjadi amalan
shaleh dan dibalas berkali-kali lipat oleh Allah SWT, Aamiin!
9. Seluruh dosen, staff, dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan banyak bantuan, ilmu dan pengalaman.
10. Untuk abang-abangan #BersamaWujudkanMimpi. Bang Ibnoe, Bang
Adam Dwi, Bang Sonny, Bang Reza, Bang Judo, Bang Dimas, dan
Bang Editya. Terima kasih telah membimbing di masa perkuliahan,
terimakasih telah membimbing saya bagaimana cara untuk hidup di
Ciputat hehehe.
-
xiii
11. Kawan – kawan kosan macan. Adnan, Azka, Ari, Dwi, Faikar, Farraz,
Hilmi, Idham, Majid, Naufal, Tanoe, Tajul, Wisnu, Bang Fajar, Bang
Elvan, dan Bang Irvan yang mengisi dan menemani masa kuliah
dengan canda tawa tanpa faedah. Tanpa kalian mungkin hidup di
Ciputat akan terasa sangat membosankan. Semoga hidup kalian
menyenangkan nantinya!
12. Kawan-kawan RUMAH PAKIS! Isinya abang-abang BWM beserta
anak-anak kosan macan yang mengungsi dikarenakan saudara Idham
Hariadinata sudah jualan donat! Kalian adalah tempat tertawaku bisa
dilepaskan sepuas-puasnya!
13. GAY! Gerombolan Anak Y*tim! Bang Fajar, Sofi, Dwi dan Tajul,
ahahah! Ayo kita oprec nih!
14. Kepada HMI KAFEIS yang sudah mewadahi tempat untuk berproses
sehingga menjadi bekal di kehidupan selanjutnya. Terimakasih sudah
memberikan kesempatan saya sebagai sekretaris umum, terima kasih
atas pelajaran berpolitiknya, Pokoknya Terima kasih banyak atas segala
pengalamannya!
15. Keluarga HMI EP, terkhusus abang-abang 2013 dan adik-adik 2015
serta 2016. Terimakasih atas kebersamaannya selama ini, terimakasih
atas pembelajaran berproses bersamanya! Semoga sehat dan sukses
selalu untuk semuanya! Aamiin!
16. Terima kasih kepada mahasiswa/i Ekonomi Pembangunan angkatan
2014 yang membuat daftar hadir kelas kian panjang dan
-
xiv
menyenangkan. Terkhususnya untuk IESP B dan EP Perencanaan
Pembangunan!
17. Terima kasih untuk DeHopimpa dan juga Captain Kresna! Teman
semasa SMA, walaupun jarang kumpul tapi terimakasih sudah saling
mengingatkan untuk buru-buru lulus!
18. Terimakasih untuk kamu dan aku di masa depan! Maafkan saya anti-
mainstream jadi gak perlu pedamping wisuda :’)
19. Dan terimakasih banyak untuk kalian semua yang tidak sempat saya
sebutkan satu-persatu!
Meskipun penulis telah berusaha dengan segenap hati dan kemampuan
yang dimiliki untuk menyempurnakan skripsi ini, namun penulis sadari masih
banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, penulis adalah manusia dan tidak
ada manusia yang sempurna. Kesempurnaan hanya milik Allah SWT, oleh karena
itu, penulis mengharap segala bentuk saran dan masukan serta kritik yang
membangun kepada penulis dari berbagai pihak. Agar penulis dapat memperbaiki
kembali hasil karya ini. Mohon maaf atas segala bentuk kekurangan penulis dalam
hasil karya ini.
Akhir kata. Terima kasih bagi siapa pun kalian yang sudah bersedia
meluangkan waktunya untuk membaca hasil karya ini, semoga Allah SWT selalu
melindungi kalian, AAMIIN.
-I was B for Born and I’ll D for Death, But Now I’m C for CHOICE-
-Bukan karena senang kita tersenyum, tapi kita tersenyum karena senang-
-Everybody is Somebody Even is Nobody-
-
xv
Wassalamu'alaikum Wr.Wb
Jakarta, 25 Juli 2019
Aulia Nauval Putra
-
xvi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ........................................................ i
BAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ............................................. ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH........................... iii
LEMBAR PENGEHASAN UJIAN SKRIPSI .................................................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .............................................................................. v
ABSTRACT ......................................................................................................... viii
ABSTRAK ............................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xviii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xix
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ xx
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................ 9
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 10
D. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 10
E. Sistematika Penulisan .................................................................................... 10
1. Bab I Pendahuluan ...................................................................................... 11
2. Bab II Tinjauan Pustaka .............................................................................. 11
3. Bab III Metode Penelitian ........................................................................... 11
4. Bab IV Analisis dan Pembahasan ............................................................... 11
5. Bab V Penutup ............................................................................................ 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 12
A. Landasan Teori .............................................................................................. 12
1. Teori Pembangunan .................................................................................... 12
2. Konsep Pembangunan Manusia .................................................................. 16
3. Indeks Pembangunan Manusia ................................................................... 18
4. Kebijakan Fiskal ......................................................................................... 19
5. Hubungan Pengeluaran Pemerintah di Bidang Kesehatan dengan
Pembangunan Manusia ................................................................................... 23
6. Hubungan Pengeluaran Pemerintah di Bidang Pendidikan dengan
Pembangunan Manusia ................................................................................... 24
-
xvii
7. Hubungan Pengeluaran Pemerintah di Bidang Perumahan/Fasilitas Umum
dengan Pembangunan Manusia....................................................................... 25
B. Tinjauan Kajian Terdahulu ............................................................................ 27
C. Kerangka Pemikiran ...................................................................................... 34
D. Hipotesis ........................................................................................................ 34
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 35
A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................. 35
B. Jenis Penelitian .............................................................................................. 35
C. Metode Penentuan Populasi dan Sampel ....................................................... 36
D. Metode Pengambilan Data ............................................................................ 36
E. Metode Analisis Data..................................................................................... 38
F. Pengujian Model ............................................................................................ 41
1. Uji Spesifikasi ............................................................................................. 41
2. Metode Estimasi.......................................................................................... 42
G. Uji Statistik .................................................................................................... 45
1. Uji t (Parsial) ............................................................................................... 45
2. Uji F (Simultan) .......................................................................................... 46
3. Koefisien Determinasi (R2) ......................................................................... 47
H. Model Penelitian & Operasional Variabel Penelitian ................................... 47
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ...................................................... 51
A. Gambaran Umum Objek Penelitian .............................................................. 51
B. Temuan Hasil Penelitian ................................................................................ 53
1. Analisis Deskriptif Antar Variabel ............................................................. 53
2. Penentuan Model ........................................................................................ 54
3. Pengujian Hipotesis .................................................................................... 56
C. ANALISIS MODEL ...................................................................................... 62
1. Analisis Teknis............................................................................................ 62
2. Analisis Ekonomi ........................................................................................ 83
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................................................... 89
A. Kesimpulan .................................................................................................... 89
B. Saran .............................................................................................................. 89
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 90
LAMPIRAN ......................................................................................................... 96
-
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1. Tabel Jumlah Penduduk dan Nilai HDI/IPM di Negara-negara ASEAN
pada tahun 2018 ....................................................................................................... 2
Tabel 1. 2. Tabel Jumlah Penduduk, Nilai IPM/HDI dan PDB/Kapita
(GDP/Kapita) di Negara ASEAN pada Tahun 2018 ............................................... 3
Tabel 1. 3. Tabel IPM, Laju Pertumbuhan Ekonomi, Nilai Indeks Gini dan
Tingkat Kemiskinan di Indonesia pada Tahun 2014-2018 ...................................... 5
Tabel 1. 4. Tabel Anggaran Belanja Pemerintah di Indonesia pada Tahun 2014-
2018 (Satuan Miliar Rupiah) ................................................................................... 7
Tabel 1. 5. Tabel Pengeluaran Pemerintah Sesuai Sektor Tahun 2014-2018
(Satuan Miliar Rupiah) ............................................................................................ 8
Tabel 2. 1. Tabel Tinjauan Kajian Terdahulu ........................................................ 27
Tabel 4. 1. Peranan Pengeluaran Pemerintah terhadap IPM ................................. 53
Tabel 4. 2. Hasil Uji Chow .................................................................................... 55
Tabel 4. 3. Hasil Uji Hausman .............................................................................. 55
Tabel 4. 4. Hasil Perhitungan Estimasi Data Panel Metode GLS ......................... 56
Tabel 4. 5. Hasil Interpretasi Data Panel Metode GLS ......................................... 62
-
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1. Kerangka Pemikiran ........................................................................ 34
-
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Pooled Least Square (PLS) GLS ...................................................... 96
Lampiran 2. Fixed Effect Model (FEM) GLS........................................................ 96
Lampiran 3. Uji Chow GLS .................................................................................. 98
Lampiran 4. Uji Hausman ..................................................................................... 99
Lampiran 5. Data-data Sebelum ditransformasi (Rupiah & Indeks) ................... 100
Lampiran 6. Data-data Sesudah ditransformasi (LOG) ....................................... 105
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara kesatuan yang menganut sistem pemerintahan
otonom/desentralis, konsep otonomi daerah diyakini dapat memecahkan berbagai
persoalan rakyat yang sulit ditangkap oleh pemerintah pusat (Shah, 1997).
Kebijakan otonom juga dapat diyakini dapat meratakan pembangunan ekonomi di
negara yang menganut sistem tersebut (Osborne & Gaebler, 1992). Berbicara
tentang pembangunan ekonomi, salah satu indikator kesuksesan pembangunan
ekonomi adalah pendapatan/kapita-nya (Adelman, 1975), karena pemerataan
pembangunan akan menyebabkan pendapatan tiap individu meningkat.
Pendapatan/kapita adalah rata-rata yang dapat dihasilkan oleh satu individu di
suatu negara. Pendapatan/kapita bisa direfleksikan melalui nilai GDP/kapita di
suatu negara (Arsyad, 2010), GDP/kapita adalah kegiatan produksi rata-rata
masyarakat di suatu negara. Seperti yang sudah dibahas, salah satu indikator
kesuksesan pembangunan ekonomi adalah pendapatan/kapita, karena kenaikan
pendapatan per kapita bisa disebabkan dari baiknya stabilitas perekonomian di
negara tersebut. Stabilitas perekonomian yang baik akan meningkatkan
kesejahteraan penduduk dan akan membuat ketimpangan pendapatan berkurang
(Todaro & Smith, 2003). Stabilitas perekonomian bisa terjadi dikarenakan
pembangunan perekonomian yang merata dan tidak adanya persoalan-persoalan
kecil yang terjadi, atau mungkin, kecilnya terjadi persoalan-persoalan ekonomi.
Berbicara soal pembangunan, kunci kesuksesan dalam pembangunan adalah
pendapatan tiap individu, pendapatan individu sama dengan produksi rata-rata.
Dalam halnya teori human capital dan human investment dalam suatu perusahaan,
jumlah manusia adalah modal usaha dan kualitasnya adalah investasi yang dapat
dihitung dengan uang (Gaol, 2014). Contohnya adalah usaha kerajinan tangan,
produksi total akan bertambah jika perusahaan kerajinan tersebut memperkerjakan
orang-orang banyak. Namun, tidak berhenti hanya sampai kuantitas/jumlah,
kualitas/seberapa telaten-nya pekerja-pekerja tersebut dalam merajut benang-
-
2
benang juga masuk dalam penghitungan. Hal tersebut juga sama dengan teori
intensifikasi dan juga ekstensifikasi dalam etika ekonomi peningkatan jumlah
produksi. Teori intensifikasi adalah teori yang menjelaskan bahwa meningkatkan
kualitas pekerja adalah suatu hal yang wajib, sementara itu, teori ekstensifikasi
menjelaskan penambahan jumlah modal usaha adalah sesuatu yang wajib pula
dalam hal usaha peningkatan produksi rata-rata (Arijanto, 2012).
Dari dua teori diatas dapat disimpulkan kualitas dan kuantitas tiap individu di
suatu negara adalah hal yang cukup mendasar bagi suatu negara bila ingin
mencapai nilai GDP/kapita yang tinggi. Berbicara Indonesia, dibandingkan negara
ASEAN lain-nya, Indonesia memiliki jumlah populasi yang cukup besar,
peringkat pertama diantara negara ASEAN lainnya. Selanjutnya, jika kuantitas
dapat diukur lewat jumlah populasi, maka kualitas individu dapat diukur dengan
Human Development Index-nya. Berikut adalah data jumlah penduduk dan nilai
HDI di negara-negara ASEAN.
Tabel 1. 1. Tabel Jumlah Penduduk dan Nilai HDI/IPM di Negara-negara
ASEAN pada tahun 2018
Negara Jumlah Penduduk IPM
(Indeks)
Brunei 400.000 0,830
Philipina 105.000.000 0,699
Indonesia 262.000.000 0,694
Kamboja 16.000.000 0,582
Laos 7.000.000 0,601
Malaysia 31.000.000 0,802
Myanmar 55.000.000 0,578
Singapura 5.000.000 0,932
Thailand 68.000.000 0,755
Vietnam 97.000.000 0,694
Sumber: (World Bank, 2019) & (UNDP, 2018)
-
3
Menurut data diatas, Indonesia memiliki nilai Indeks HDI yang paling rendah
diantara negara-negara yang lain, namun juga memiliki jumlah populasi yang
paling besar diantara yang lain. Dengan kata lain, Indonesia mempunyai nilai
kuantitas yang besar namun kualitas yang dihasilkan tidak lebih besar dari angka
populasinya. Padahal, ditataran ASEAN, yang merupakan kawasan yang masih
berkembang (Negara dunia ketiga), sangat membutuhkan paradigma
pembangunan manusia (kualitas) demi meningkatkan pendapatan/kapita (Todaro
& Smith, 2003). Negara ASEAN yang memiliki jumlah populasi yang paling
besar adalah Indonesia, sementara negara ASEAN yang memiliki jumlah populasi
paling rendah adalah Brunei Darussalam. Sementara itu, negara dengan nilai
IPM/HDI yang paling tinggi adalah Singapura dan negara yang memiliki nilai
HDI paling rendah adalah Myanmar. Dalam konteks pembangunan, kunci
kesuksesan suatu pembangunan adalah dilihat dari jumlah pendapat/kapita-nya,
yang bisa juga direfleksikan melalui GDP/kapita. Diantara negara-negara
ASEAN, nilai GDP/kapita yang paling besar adalah Singapura yang notabennya
memiliki nilai HDI/IPM yang paling ditinggi di ASEAN.
Tabel 1. 2. Tabel Jumlah Penduduk, Nilai IPM/HDI dan PDB/Kapita
(GDP/Kapita) di Negara ASEAN pada Tahun 2018
Negara Jumlah Penduduk IPM
(Indeks)
PDB/Kapita
(USD)
Brunei 400.000 0,830 31431.00
Philipina 105.000.000 0,699 2752.10
Indonesia 262.000.000 0,694 4130.66
Kamboja 16.000.000 0,582 1079.10
Laos 7.000.000 0,601 1642.70
Malaysia 31.000.000 0,802 11521.45
Myanmar 55.000.000 0,578 1408.10
Singapura 5.000.000 0,932 53353.80
Thailand 68.000.000 0,755 6125.70
-
4
Negara Jumlah Penduduk IPM
(Indeks)
PDB/Kapita
(USD)
Brunei 400.000 0,830 31431.00
Vietnam 97.000.000 0,694 1735.30
Sumber: (World Bank, 2019) & (UNDP, 2018)
Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan produksi suatu perekonomian
negara yang dilihat dengan peningkatan/kenaikan pendapatan nasional, sementara
itu pembangunan ekonomi adalah proses kenaikan pendapatan tiap individu dalam
jangka waktu yang panjang, biasanya dilihat dari peningkatan pendapat/kapita
suatu negara. Pertumbuhan ekonomi lebih dilihat dari skala kuntitas sementara itu
pembangunan ekonomi lebih dilihat dari skala kualitasnya (Sukirno, 2002). Pada
hakekatnya pembangunan ekonomi adalah pembangunan manusia, pengalokasi-an
dana belaja pemerintah untuk berbagai hal perlu dilakukan dengan menerapkan
skala prioritas sehingga dana yang dialokasikan tidak salah sasaran dan mampu
meningkatkan pembangun ekonomi dan juga manusianya (Christy & Adi, 2009).
Human Development atau konsep pembangunan secara SDGs (Sustainable
Development Goals), telah membuat fokus pembangunan beberapa tahun terakhir
berubah ke-arah pembangunan manusia (UNDP, 1990). Indikator keberhasilan
pembangunan manusia adalah HDI (Human Development Idex) atau dalam bahasa
Indonesianya adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Semakin tinggi nilai
IPM semakin bagus kualitas manusianya, yang akan menyebabkan laju
pertumbuhan ekonomi meningkat. Apabilia nilai IPM-nya meningkat, maka
secara signifikan seharusya laju pertumbuhan ekonomi juga akan mengalami
peningkatan. Pada akhirnya, hal itu yang akan menyebabkan tingkat kesejahteraan
masyarakat meningkat, penduduk miskin menjadi semakin berkurang baik dari
segi jumlah maupun kualitasnya. Berikut adalah data yang menjelaskan
pertumbuhan IPM, laju pertumbuhan, ketimpangan pendapatan dan tingkat
kemiskinan masyarakat di Indonesia dalam kurun waktu 5 tahun.
-
5
Tabel 1. 3. Tabel IPM, Laju Pertumbuhan Ekonomi, Nilai Indeks Gini dan
Tingkat Kemiskinan di Indonesia pada Tahun 2014-2018
Tahun Indeks Pembangunan
Manusia
Laju Pertumbuhan
Ekonomi
(%)
Indeks Gini
Tingkat
Kemiskinan
(%)
2014 0,683 5,01 % 39,4 10,96
2015 0,686 4,88 % 39,7 11,13
2016 0,691 5,03 % 39,4 10,70
2017 0,694 5,07 % 39,1 10.12
2018 0,708 5,17% 38,4 9,82
Sumber : (BPS, 2019)
Dari data diatas, menjelaskan bahwa nilai IPM Indonesia dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan. Peningkatan IPM juga diiringi dengan tingkat laju
pertumbuhan ekonomi yang secara signifikan juga meningkat. Selanjutnya, terjadi
permasalahan fluktuasi tingkat kemiskinan dan ketimpangan pendapatan di
Indonesia pada tahun 2014 ke 2015. Pada tahun tersebut laju pertumbuhan
Indonesia juga mengalami penurun disamping hanya nilai IPM-nya saja yang
meningkat secara lurus. IPM itu sendiri adalah indeks yang mencerminkan
kualitas SDM dari segi fisik dan non-fisik. Dari segi fisiknya adalah tingkat
harapan hidup masyarakat sementara dari segi non-fisiknya adalah tingkat
lamanya bersekolah masyarakat dan juga kemampuan ekonomi masyarakat
(UNDP, 1990). Nilai IPM Indonesia selama kurun 5 tahun terakhir secara
nasional mengalami peningkatan, namun secara global Indonesia masih terbilang
cukup rendah bila dibandingkan dengan beberapa negara ASEAN yang lainnya.
Pembangunan manusia sangatlah penting, pembangunan manusia adalah salah
satu indikator maju-nya suatu negara. Negara dikatakan maju tidak hanya dilihat
dari nilai pendapatan domestik bruto-nya saja, namun juga melihat aspek harapan
hidup masyarakat, pendidikan masyarakat dan juga standarisasi hidup layak yang
memang dicerminkan lewat angka indeks tersebut (Human Centered
Development) (UNDP, 2007). Secara teknis, bila standarisasi kehidupan yang
-
6
layak sudah di dapatkan oleh masyarakat, maka secara praktis akan meningkatkan
produktifitas masyarakat yang akan tercerminkan lewat pendapatan domestik
bruto. Secara rinci, standarisasi kehidupan yang layak menurut IPM dibagi
menjadi 3 dimensi (sudah dijelaskan di paragraph sebelumnya secara general).
Yaitu, (i) dimensi umur panjang dan hidup sehat, (ii) dimensi pengetahuan dan
rata-rata lama sekolah penduduk, dan (iii) dimensi standar hidup layak
(purchasing power parity).
Kita asumsikan, (i) dimensi umur panjang dan hidup sehat bisa diwakilkan
dengan bidang kesehatan, (i) dimensi pengetahuan bisa diwakilkan dengan bidang
pendidikan dan (ii) standar hidup layak (purchasing power parity) bisa
diwakilkan dengan bidang perumahan/fasilitas umum, bila kita merujuk pada
pengeluaran pemerintah berdasarkan sektor. Di Indonesia, upaya dalam
meningkatkan nilai IPM, dilakukan dengan menggunakan instrument kebijakan
fiskal. Maka dari itu, kita kaitkan dimensi IPM (yang goals-nya untuk
meningkatkan) dengan bidang pemerintahan/kementrian. Instrumen yang akan
kita lihat dalam upaya peningkatan IPM Indonesia adalah kebijakan fiskal, dalam
artian pengeluaran pemerintah, dan yang sesuai dengan dimensi-dimensi yang
sudah dibreakdown diatas adalah (i) pengeluaran pemerintah dalam sektor
kesehatan, (ii) pengeluaran pemerintah dalam sektor pendidikan, dan (iii)
pengeluaran pemerintah dalam sektor perumahan/fasilitas umum (daya beli).
Pengeluaran pemerintah pusat tidak lain tidak bukan adalah hasil dari forum
musyawarah perencanaan dan pembangunan nasional, dimana di dalamnya ada
dua pemangku penting, yaitu pemangku pusat dan juga daerah.
Dapat dikatakan, ada tiga sektor yang perlu menjadi perhatian lebih oleh
pemerintah sehubungan dengan goals/upaya untuk memperluas kesempatan
penduduk dalam mencapai standarisasi hidup layak yaitu kesehatan, pendidikan,
dan perumahan/fasilitas umum. Seharusnya, dengan memaksimalkan peng-
alokasi-an pengeluaran pemerintah di sektor tersebut (kesehatan, pendidikan, &
perumahan/fasilitas umum) maka dengan sendirinya akan meningkatkan
produktivitas penduduk. Peningkatan produktivitas ini, akan mampu
meningkatkan pembangunan manusia yang selanjutnya berdampak pada
-
7
penurunan angka kemiskinan dan akan berakhir dengan menurunnya nilai
ketimpangan di Indonesia. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa
pengeluaran di sektor publik (kesehatan & pendidikan) sangat bermanfaat untuk
meningkatkan nilai IPM/HDI (pembangunan manusia) dan mengurangi penduduk
miskin (mengurangi juga indeks gini), seperti penelitian yang telah dilakukan oleh
Brata (Brata, 2005) dan Chemingui (Chemingui, 2007). Terlebih lagi, bagi
Indonesia, IPM adalah data strategis karena selain sebagai ukuran kinerja
pemerintah, IPM juga digunakan sebagai salah satu alokator penentuan dana
(BPS, 2018).
Sementara itu, anggaran belanja di Indonesia dalam waktu 5 tahun terakhir
(2014-2018), mengalami fluktuasi, namun sederhananya bisa kita katakan
kenaikan yang terjadi dari tahun 2014 (1.203.577,20) sampai 2018
(1.454.494,40), adalah suatu kenaikan. Kenaiakan tersebut berkisar 20%, berikut
adalah tabel total anggaran belanja Indonesia.
Tabel 1. 4. Tabel Anggaran Belanja Pemerintah di Indonesia pada Tahun
2014-2018 (Satuan Miliar Rupiah)
Tahun Anggaran Belanja
2014 1.203.577,20
2015 1.183.303,70
2016 1.154.018,20
2017 1.366.956,60
2018 1.454.494,40
Sumber : (Bank Indonesia, 2018)
Besarnya anggaran belanja Indonesia pada tahun 2018 pastinya akan
menyebabkan kenaikan pengeluaran tiap sektornya, melihat data anggaran belanja
Indonesia berdasarkan sektor, hanya terdapat 3 sektor yang mengalami penurunan
anggaran (dari tahun 2017-2018), diantaranya adalah pertahanan, ketertiban &
keamanan dan agama. Sektor yang lainnya mengalami kenaikan anggaran,
termasuk sektor kesehatan, pendidikan dan perumahan/fasilitas umum. Berikut
adalah data anggaran belanja Indonesia berdasarkan 3 sektor tersebut:
-
8
Tabel 1. 5. Tabel Pengeluaran Pemerintah Sesuai Sektor Tahun 2014-2018
(Satuan Miliar Rupiah)
Tahun
Sektor 2014 2015 2016 2017 2018
Kesehatan 10.893,40 23.225,70 59.639,00 57.921,60 65.066,20
Pendidikan 122.697,00 143.638,70 131.974,00 143.997,40 147.562,00
Perumahan/Fasilitas
Umum 26.244,00 16.981,10 27.816,90 30.784,20 31.508,40
Sumber : (Bank Indonesia, 2018)
Merangkum penjelasan sebelumnya, kebijakan otonomi daerah diyakini dapat
membuat pembangunan nasional merata dan mencegah persoalan-persoalan kecil
yang terjadi disetiap daerah. Kebijakan otonomi tidak berjalan dengan baik dan
tepat, maka akan menyebabkan pembangunan tidak merata dan menimbulkan
berbagai persoalan-persoalan lainnya. Sehingga, kualitas SDM yang dihasilkan
akan rendah. Namun, perlu kita sadari bahwa dalam menerapkan kebijakan
otonomi daerah harus adanya sinergisitas antara pemerintah pusat dan juga
pemerintah daerah sesuai dengan UU No. 25 Tahun 2004 (Bappenas, 2008).
Pengalokasian dana yang tidak tepat ataupun tidak sesuai dengan skala prioritas
bisa terjadi bila tidak adanya sinergisitas antara pemerintah pusat dan juga
pemerintah daerah dalam penyusunan anggaran.
Berdasarkan latar belakang yang penulis tulis, dapat penulis simpulkan bahwa
pembangunan manusia di Indonesia terbilang cukup berhasil, dengan
meningkatnya nilai IPM Indonesia pada setiap tahunnya. Namun, nilai IPM
Indonesia masih tergolong rendah apabila kita sandingkan dengan beberapa
negara ASEAN lainnya. Nilai IPM yang meningkat pun masih terdapat beberapa
permasalahan seperti nilai indeks gini dan tingkat kemiskinan masyarakat
Indonesia yang mengalami fluktuasi pada tahun 2014 ke 2015.
Nilai IPM adalah nilai standarisasi kehidupan yang layak bagi masyarakat
yang sangat penting bagi pembangunan manusia, standar tersebut dibagi menjadi
-
9
3 dimensi, yaitu (i) dimensi hidup panjang dan sehat, (ii) dimensi pengetahuan
dan lamanya bersekolah, dan (iii) dimensi standar hidup layak dilihat dari
kemampuan daya beli. Di Indonesia, IPM bisa kita sentuh dengan pendekatan
kebijakan fiskal yang dikeluarkan oleh pemerintah. Ketiga dimensi tersebut dapat
diwakilkan dengan tiga sektor/sektor pemerintahan, diantaranya sektor kesehatan,
pendidikan dan perumahan/fasilitas umum.
Anggaran belanja di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun,
begitu pula dengan anggaran belanja pemerintah pada ketiga sektor diatas yang
mewakili ketiga dimensi standarisasi hidup layak dari IPM. Dari beberapa
permasalahan diatas, (i) Nilai IPM meningkat di Idonesia, (ii) Nilai IPM
Indonesia terendah di ASEAN, (iii) Masih adanya fluktuasi tingkat kemiskinan
dan kesenjangan padahal IPM meningkat, (iv) pembangunan manusia adalah
paradigma pembangunan dunia ketiga, (v) IPM dapat disentuh dengan
instrument kebijakan fiskal dan (vi) Anggaran belanja pada ketiga sektor terkait
mengalami peningkatan, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian
terkait dua aspek penting ini, IPM dan pengeluaran pemerintah, maka dari itu
judul yang akan penulis angkat adalah: ―Analisis Pengeluaran Pemerintah di
Sektor Kesehatan, Pendidikan, dan Perumahan/Fasilitas Umum terhadap
Pembangunan Manusia (Studi Kasus 34 Provinsi di Indonesia 2014-2018)‖.
B. Rumusan Masalah
Pertanyaan yang hendak dijawab dalam studi ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh pengeluaran pemerintah di bidang kesehatan, pendidikan
dan perumahan/fasilitas umum secara bersama-sama terhadap IPM?
2. Bagaimana pengaruh pengeluaran pemerintah di bidang kesehatan secara
parsial terhadap IPM?
3. Bagaimana pengaruh pengeluaran pemerintah di bidang pendidikan secara
parsial terhadap IPM?
4. Bagaimana pengaruh pengeluaran pemerintah di bidang perumahan/fasilitas
umum secara parsial terhadap IPM?
-
10
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pengaruh pengeluaran pemerintah di bidang kesehatan,
pendidikan, dan perumahan/fasilitas umum secara bersama-sama terhadap
IPM.
2. Untuk mengetahui pengaruh pengeluaran pemerintah di bidang kesehatan
secara parsial terhadap IPM.
3. Untuk mengetahui pengaruh pengeluaran pemerintah di bidang pendidikan
secara parsial terhadap IPM.
4. Untuk mengetahui pengaruh pengeluaran pemerintah di bidang
perumahan/fasilitas umum secara parsial terhadap IPM.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Diharapkan penelitian ini bisa dijadikan salah satu rujukan para pengambil
kebijakan di pemerintahan, terutama dalam pembangunan sumber daya
manusia di Indonesia.
2. Penelitian ini diharapkan bisa dijadikan salah satu bahan rujukan bagi
penelitian selanjutnya yang sesuai.
E. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi yang penulis lakukan, penulis siapkan dalam lima bab,
sesuai dengan peraturan dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam kontek
penulisan yaitu Bab I pendahuluan, Bab II tinjauan pustaka, Bab III metode
penelitian, Bab VI hasil dan pembahasan, serta bab terakhir yaitu Bab V sebagai
penutup.
-
11
1. Bab I Pendahuluan
Bab ini juga menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian untuk penelitian ini
serta menjelaskan tentang latar belakang dan rumusan masalah pembangunan
manusia di Indonesia.
2. Bab II Tinjauan Pustaka
Bab ini mencakup kerangka pemikiran, hipotesis, serta penelitian terdahulu
untuk mendukung penelitian ini serta menjelaskan teori-teori mengenai
pertumbuhan ekonomi, pembangunan ekonomi, pembangunan manusia serta
pengeluaran pemerintah.
3. Bab III Metode Penelitian
Menjelaskan tentang populasi serta sampel data, tempat dan waktu penelitian
yang dilakukan, pengambila sumber data dan jenis data serta teknik pengumpulan
data, dan yang terakhir teknik pengolahan data itu sendiri yang digunakan guna
mencapai tujuan penelitian tentang pengeluaran pemerintah terhadap
pembangunan manusia.
4. Bab IV Analisis dan Pembahasan
Memaparkan serta menjelaskan temuan dari hasil penelitian yang sudah
diolah. Membahas mengenai hasil analisis teknis serta ekonomi tentang
penelitian pengeluaran pemerintah di 3 sektor dimensi pembangunan manusia
terhadap indeks pembangunan manusia.
5. Bab V Penutup
Bab yang terakhir memuat kesimpulan dari hasil keseluruhan penelitian.
Mencakup saran yang direkomendasikan sesuai hasil penelitian kepada pihak-
pihak yang berkaitan dengan masalah tentang pembangunan manusia dan
alokasi/pengeluaran pemerintah di Indonesia, seperti pemerintah dan juga
masyarakat umum.
-
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Teori Pembangunan
Teori pembangunan adalah teori yang lebih menitik-beratkan kepada
peningkatan output produksi dan juga perubahan-perubah dalam struktur
produksi serta peng-alokasi-an input di berbagai sektor perekonomian seperti
kelembagaan-nya, segi penambahan ilmu pengetahuan & sosial dan juga
teknik penggunaan teknologi. Pada hakekatnya, perbedaan antara
pertumbuhan dan pembangunan adalah, (i) pertumbuhan lebih bersifat
kuantitatif dan indikator keberhasilannya adalah GDP/kapita, (ii)
pembangunan lebih bersifat kualitatif dan indikator keberhasilannya adalah
pendapatan/kapita (Todaro & Smith, 2003).
Teori pembangunan ekonomi didefinisikan sebagai proses peningkatan
pendapatan per kapita di suatu negara dengan diiringi perbaikan sistem
kelembagaan-nya (Arsyad, 1999). Menurut Schumpeter pembangunan
ekonomi adalah perubahan yang terjadi secara spontan dan discontinuous dan
terjadi pada arus aluran sirkuler yang menyebabkan keseimbangan berubah-
ubah (Jhingan, 2000). Menurut Sadono Sukirno (Sukirno, 1985),
pembangunan ekonomi adalah peningkatan pendapatan per kapita tiap
individu di suatu negara yang terjadi dalam jangka waktu yang panjang.
Todaro (Todaro, 1994) mengatakan, pembangunan ekonomi adalah suatu
proses multidimensional, dimana dimensi ini mencakup perubahan struktur,
sikap hidup dan kelembagaan, peningkatan pertumbuhan, pengurangan tingkat
ketidak-setaraan pendapatan dan pengurangan tingkat kemiskinan. Menurut
Todaro (Arsyad, 1999), keberhasilan suatu pembangunan ekonomi ditinjau
dari 3 nilai indikator. Nilai indikator tersebut ialah, (i) berkembangnya
kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya, (ii)
-
13
meningkatnya rasa harga diri masyarakat sebagai manusia, dan (iii)
meningkatknya kemampuan masyarakat dalam bebas memilih.
Menurut Ginanjar, (Ginanjar, 1997), Pembangunan adalah suatu proses
perubahan ke-arah yang lebih baik dengan suatu perencanaan yang telah disusun.
Pembangunan adalah proses perubahan taraf hidup dan juga upaya meningkatkan
taraf hidup serta suatu potensi individu secara sistematik. Pembangun adalah
upaya untuk meningkatkan potensi masa depan, dengan memanfaatkan sumber
daya alam, investasi, teknologi, perubahaan kelembagaan, dan kebijakan arah
secara terus-menerus dan berjangka waktu yang panjang (Budiman, 2006).
Pembangunan mempunyai beberapa pandangan dan perspektif yang berbeda-
beda, dari beberapa tahun sebelumnya. Pembangunan pada dasarnya dibagi
menjadi dua perspektif. Yaitu pembangun ekonomi dan juga pembangunan
manusia. Perbedaan perkspektif tersebut dibedakan berdasarkan beberapa model
berikut, yang dijelaskan oleh Ginanjar (Ginanjar, 1997).
a. Economic Growth
Model pembangunan economic growth adalah model pembangunan
yang berorientasi pada pertumbuhan. Teori ini berfokus pada pendapatan
nasional suatu negara dalam jangka waktu beberapa tahun, bila
pertumbuhan ekonomi terjadi, maka akan memengaruhi tingkat
penyerapan tenaga kerja. Oleh karena itu, pembangun model ini lebih
terfokus oleh pengeluaran output produksi karena memang berorientasi
pada pertumbuhan yang melihat segmentasi output produksi.
Akumulasi pendapatan/pendapatan nasional peningkatakan tenaga
kerja dan teknologi output produksi bertambah
b. Basic Needs
Model berikutnya adalah pembangunan yang lebih berorientasi oleh
kebutuhan dasar demi mencapai kesejahteraan. Toko dari teori ini adalah
Gunnar Myrdall yang mencoba menyelesaikan masalah kemiskinan
dengan cara memenuhi semua kebutuhan dasar masyarakat dari sandang,
-
14
pangan, dan juga papan-nya. Yang artinya, pemerintah harus lebih concern
kepada kebijakan subsidi jika menggunakan model pembangunan basic
needs.
c. People Centered
Model yang terakhir adalah model pembangunan yang berfokus pada
manusianya (Widodo, 2006). Fokus utama pada model ini adalah
perkembangan manusia, dan juga kesejahteraan manusia yang secara
berkelanjutan berjalan. Jadi pada model ini, wawasan yang dicari lebih
luas dan tidak terlalu kaku, seperti hanya berfokus pada pendapatan
nasional maupun penyediaan barang & jasa. Pada model ini, pemerintah
diharapkan bisa menjadi fasilitator untuk dapat menyediakan wadah-
wadah dan keadaan lingkungan yang bisa membuat manusianya
berkembang.
Pada proses pembangunan, terdapat beberapa indikator yang dapat
mengukur keberhasilan suatu pembangunan. Menurut Dr. Drajat
(Tjokrowinoto, 1996), indikator-indikator tersebut ialah.
a. Kekayaan Rata-rata
Sebuah negara bisa terbilang sukses dalam menjalankan pembangunan
adalah dengan cara dilihat apakah pertumbuhan ekonomi pada negara
tersebut tinggi/rendah. Pertumbuhan ekonomi tercermin dari nilai
kekayaan negara yaitu Produk Nasional Bruto (PNB), meliputi
barang/produk & jasa yang dihasilkan oleh penduduk suatu negara,
maupun warga negara yang berada diluar negeri.
b. Pemerataan
Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah pertumbuhan
ekonominya (begitu pula sebaliknya). Bila berbicara soal pertumbuhan,
nilai PNB tinggi maka bisa dikatakan di negara tersebut pertumbuhan
-
15
ekonomi berjalan baik. Namun dalam konteks pembangunan, bila PNB
tinggi, masih menyisakan satu pertanyaan lagi terhadapa nilai PNB yang
tinggi tersebut. Karena bisa saja kekayaan/produk yang dihasilkan tidak
merata atau hanya dikuasai oleh beberapa orang saja. Bila PNB tinggi dan
pemerataan kekayaan merata, bisa dipastikan kesejahteraan akan tercipta,
dan dapat disimpulkan pembangunan ekonomi berjalan sukses.
c. Kualitas Kehidupan
Pembangunan dilakukan untuk mencapai tingkat kesejahteraan yang
tinggi, hal yang mengukur tingkat kesejahteraan yang terjadi adalah
dengan melihat kualitas kehidupan yang tercipta disuatu negara. Kualitas
kehidupan tersebut diantaranya adalah.
(1). Indeks Pembangunan Manusia (Kualitas SDM)
Indeks pembangunan manusia adalah indeks yang mengukur
tingkat pendidikan, kesehatan dan juga daya beli suatu
masyarakat. Indeks ini lebih diperkenalkan pada konsep
pembangunan manusia, yaitu penerapan model Human Centered
Development.
(2). Kerusakan Lingkungan (Kualitas SDA)
Negara yang produktifitasnya tinggi, pendapatannya merata,
tingkat kesejahteraannya-pun tinggi, dapat terancam bila
ketersediaan sumber daya alam yang dimiliki-nya hilang/rusak.
Bisa dipastikan, bila tidak input maka tidak akan output, yang
terjadi adalah produktifitas di negara tersebut akan berkurang
setiap tahunnya.
Pada perjalannya, pembangunan memiliki dua konsep pembangunan
secara global, yaitu pembangunan dengan tujuan pembangunan millennium
(MDGs) dan pembangunan dengan tujuan pembangunan yang berkelanjutan
(SDGs) (UNPAD, 2018). Millenium Development Goals adalah kerangka
pembangunan global yang di tetapkan pada forum Konferensi Tingkat Tinggi
-
16
(KTT) Millenium yang diselenggarakan oleh PBB & United Nations pada
tahun 2000 (Stalker, 2008). Tujuan utama dari MDGs adalah, (i)
menanggulangi kemiskanan dan kelaparan masyarakat, (ii) mencapai tingkat
pendidikan dasar untuk semua masyarakat, (iii) mendorong pemberdayaan
perempuan, (iv) menurnkan angka kematian, (v) meningkatkan kesehatan ibu,
(vi) memerangi HIV/AIDS, (vii) memastikan kelestarian lingkungan dan (viii)
mengembangkan kemitraan global.
Sementara itu, menurut Yohanna Sereffina. (Yohanna, 2015), Suistainable
Development Goasl (SDGs), adalah sebuah kerangka pembangunan global
yang melanjutkan dari konsep MDGs. Tujuan dari SDGs sebenarnya hampir
sama dengan tujuan MDGs, namun ada beberapa perubahan dan penambahan,
seperti berikut. (i) tanpa kemiskinan, (ii) tanpa kelaparan, (iii) Kesehatan dan
kesejahteraan yang baik, dan (iv) pendidikan yang berkualitas. Sebenarnya,
ada tiga pilar pembangunan dalam konsep SDGs, yang pertama adalah
indikator pembangunan manusia (human development), indikator kedua
adalah pembangunan sosial-ekonomi (social economic development) dan yang
terakhir adalah pembangun lingkungan (environmental development)
(Ishartono & Raharjo, 2015).
2. Konsep Pembangunan Manusia
Di tahun 1990 UNDP (United Nations Development Programme)
memperkenalkan konsep Pembangunan Manusia (Human Development), yang
tercantum pada Global Human Development Report (UNDP, 1990), sebagai
model paradigma baru pembangunan. Menurut UNDP (UNDP, 1990),
pembangunan manusia/human development dapat diartikan sebagai perluasan
pilihan untuk manusia (enlarging people’s choices), yang dapat dilihat sebagai
proses upaya dan sekaligus sebagai taraf dalam mencapai upaya tersebut.
Pembangunan manusia bisa ditafsirkan juga sebagai pembangunan
kemampuan dan keahlian manusia dengan cara memperbaiki taraf kesehatan
dan pengetahuan. Sehingga akan menghasilkan keterampilaan yang nanti akan
di manfaatkan semaksimal mungkin oleh negara kemampuan serta
-
17
keterampilan mereka. Sesuai dengan laporan yang diterbitkan oleh UNDP
tahun 1995 (Moustafa & Abott, 1995), berikut adalah beberapa konsep
penting pembangunan manusia.
a. Pembangunan mengutamakan penduduk sebagai pusat-nya.
b. Pembangunan yang dimaksudkan bertujuan untuk memperbesar
pilihan bagi penduduk, bukan hanya untuk meningkatkan pendapatan.
c. Pembangunan manusia memperhatikan upaya-upaya dalam
memanfaatkan kemampuan/kapasitas manusia tersebut (setelah
diberikannya perluasan pilihan-pilihan) secara optimal.
d. Pembangunan manusia mempunyai empat pilar pokok dalam proses-
nya, yang pertama adalah produktivitas, yang kedua adalah
pemerataan, yang ketiga kesinambungan dan yang terakhir adalah
pemberdayaan.
e. Pembangunan manusia menjadi landasan dasar dalam menentukan
tujuan dan arah pembangungan dengan cara menganalisis pilihan-
pilihan tersebut.
Daalam Human Development Report (HDR) yang dikeluarkan oleh UNDP
(UNDP, 1995), menjelaskan, bahwa untuk dapat bisa memperluas pilihan-
pilihan manusia di suatu negara, konsep pembangunan manusia yang
diterapakan harus bisa mencakup empat dimensi yang tidak terpisahkan dan
saling berkesinambungan. Ada empat unsur pokok/dimensi yang perlu
diperhatikan untuk menjamin tercapainya tujuan pembanguna manusia/human
development, sesuai dengan konsep di atas (UNDP, 1995).
a. Produktivitas/Productivity
Setiap individu diharuskan untuk meningkatkan produktifitas mereka
masing-masing. Selanjutnya berpartisipasi penuh dalam proses
mencari penghasilan serta lapangan kerja. Dikarenakan, pembangunan
ekonomi merupakan bagian dari model pembangunan manusia.
-
18
b. Pemerataan/Equity
Setiap individu mempunyai akses untuk memperoleh kesempatan yang
adil. Semua hambatan terhadap peluang yang ia miliki, baik dari segi
ekonomi dan politik, harus dihapuskan. Pada akhirnya individu
tersebut dapat berpartisipasi di dalam negara dan negara memperoleh
manfaat dari peluang-peluang mereka.
c. Kesinambungan/Sustainability
Akses-akses pemerataan, seperti pemerataan memperoleh kesempatan
kerja, harus dipastikan tidak hanya untuk generasi sekarang tetapi juga
untuk beberapa generasi kedepannya. Ber-kesinambungan ini harus
dibuat merata dari semua jenis pemodalan baik itu fisik, manusia, dan
lingkungan hidup.
d. Pemberdayaan/Empowerment
Pembangunan diciptakan oleh masyarakat, semakin terampil suatu
individu maka pembanguan akan lebih baik. Masyarakat diharuskan
untuk berpartisipasi penuh dalam mengambil keputusan dan proses-
proses ekonomi agar pembangunan tercipta dan kehidupan mereka
sejahtera.
3. Indeks Pembangunan Manusia
Menurut BPS (BPS, 2018), indeks Pembangunan Manusia (IPM)/ Human
Development Index (HDI), adalah indeks untuk mengukur pencapaian
pembangunan manusia yang berbasis pada komponen-komponen dasar
kualitas hidup. Sebagai standart ukuran kualitas hidup, IPM dibangun dengan
tiga dimensi dasar atau biasa disebut indikator penentu IPM. Dimensi tersebut
adalah, (i) umur panjang dan sehat, (ii) pengetahuan dan (iii) standar
kehidupan yang layak. Ketiga dimensi tersebut memiliki pengertian yang
sangat luas bila kita kaitkan dengan beberapa faktor. Untuk itu, dalam
mengukur dimensi-dimensi tersebut agar tidak terlalu jauh, maka dikeluarkan
pendekatan-pendekatan agar bisa mengukur dimensi-dimensi tersebut. Untuk
mengukur dimensi kesehatan, bisa menggunakan angka umur harapan hidup
-
19
di suatu negara. Selanjutnya, untuk mengukur dimensi pengetahuan dapat
menggunakan gabungan indikator angka melek huruf serta rata-rata lama
bersekolah. Yang terakhir, untuk mengukur dimensi standar hidup layak,
dapat menggunakan faktor/indikator kemampuan daya beli masyarakat
(Purchasing Power Parity). Menurut BPS, manfaat IPM bagi Indonesia
adalah sebagai penentu alokator dana dan juga sebagai standar kinerja
pemerintahan.
Menurut UNDP (UNDP, 1990), indeks pembangunan manusia (IPM) atau
Human Development Index (HDI) adalah indikator yang mengukur kualitas
derajat manusia dari hasil pembangunan ekonomi. HDI/IPM diperkenalkan
oleh UNDP pada tahun 1990 untuk pertama kalinya. IPM menggunakan
ukuran sosial-ekonomi yang lebih detail/rijit dibandingkan nilai PNB (Produk
Nasional Bruto). IPM juga memungkinkan untuk membandingkan negara-
negara dengan cara yang berbeda-beda. Dalam IPM/HDI, terdapat tiga
komposisi indikator/dimensi yang digunakan untuk mengukur seberapa besar
indeks pembangunan manusia di suatu negara, (i) tingkat kesehatan dapat
diukur dengan angka harapan hidup saat lahir (tingkat kematian bayi), (ii)
tingkat pendidikan dapat diukur dengan jumlah penduduk yang melek huruf
ataupun tingkat pendidikan yang telah dicapai oleh masyarakat ataupun
lamanya pendidikan yang ditempuh seorang penduduk, dan (iii) standar
kehidupan layak dapat diukur dengan tingkat pengeluaran/kapita per tahun.
4. Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal adalah salah satu kebijakan ekonomi makro, selain
kebijaka moneter, yang kekuasaan mutlak-nya berada di tangan pemerintah
dan di-dampingi oleh Kementerian Keuangan. Menurut Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2003 (DPR RI, 2013), tentang Keuangan Negara, bahwa
presiden memberikan kuasa pengelolaan keuangan serta pendapatan kekayaan
negara (kekuasaan mutlak) kepada Menteri Keuangan yang bertindak sebagai
pengelola fiskal serta wakil pemerintah dalam pengelolaan keuangan dan
kekayaan negara. Kebijakan fiskal secara general, mendeskripsikan pilihan-
-
20
pilihan pemerintah dalam menentukan besaran jumlah pengeluaran belanja
dan besaran jumlah pendapatan, yang pada akhirnya akan digunakan untuk
mempengaruhi perekonomian nasional. Beberapa pilihan-pilihan tersebut
dijabarkan pada suatu rancangan keuangan, kalau di Indonesia lebih dikenal
dengan sebutan APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara).
Berbagai tujuan untuk menggerakkan aktivitas ekonomi negara dari
pelaksanaannya kebijakan fiskal, diantaranya adalah untuk menggerakkan
aktivitas ekonomi, meningkatan pertumbuhan ekonomi, menjaga kestabilan
harga, dan juga menciptakan pemerataan pendapatan. Dampak kebijakan
fiskal kepada aktivitas ekonomi negara begitu luas. Berbagai indikator
ekonomi dapat mengalami perubahan dikarenakan pelaksanaan kebijakan
fiskal oleh pemerintah di suatu negara. Harapan dari pelaksanaan kebijakan
fiskal adalah memberikan respon positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan
juga memberikan respon negatif terhadap peningkatan inflasi. Secara teori,
kebijakan fiskal adalah mengembangnya aktifitas pemerintah dengan
melakukan peningkatan pengeluaran tanpa melakukan peningkatan sumber
pajak (sebagai sumber utama keuamgan pemerintah), yang nantinya akan
mengakibatkan peningkatan defisit anggaran (Sriyana, 2005).
Pelaksanaan kebijakan fiskal yang dilakukan oleh pemerintah akan
membuat indikator perekonomi-an lainnya berubah. Hubungan kebijakan
fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi selalu diharapkan positif, sebaliknya
hubungan terhadap inflasi selalu diharapkan negatif. Secara pengertian lain,
kebijakan fiskal adalah langkah taktis pemerintah dalam mengelola
pengeluaran perbelanjaan dan juga mengelola perpajakan dengan menggunaan
instrumen-instrumen fiskal. Hal tersebut diyakini dapat mempengaruhi
kerjanya sistem ekonomi dan juga memaksimumkan kesejahteraan negara
(Madjid, 2012). Menurut Govil (Sidik, 2017), Kebijakan fiskal adalah
pengelolaan anggaran negara oleh pemerintah untuk mempengaruhi suatu
indikator-indikator perekonomian, kebijakan fiskal juga dapat diartikan
sebagai kegiatan pemungutan dan penghimpunan perpajakan oleh pemerintah,
indikator fiskal lainnya adalah dan transfer ke daerah, pembelian barang-
-
21
barang dan jasa-jasa oleh pemerintah pusat. Kebijakan fiskal bisa mengalami
defisit maupun surplus anggaran, berdasarkan jenis kegiatannya, kebijakan
fiskal dibagi menjadi dua jenis sebagai berikut.
a. Pajak
Ketentuan umum dan tata cara perpajakan, menurut undang-undang
No. 16 Tahun 2009 (yang selanjutnya di sebut UU KUP) (DPR RI, 2009)
adalah sebagai berikut, Pasal 1 Nomor (1), ―Pajak adalah kontribusi wajib
yang diberlakukan oleh negara yang terutang, baik orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara dan sebesar-besarnya digunakan untuk kemakmuran rakyat‖.
Berdasarkan pengertian diatas (yang diambil dari undang-undang), pajak
memiliki karakteristik sebagai berikut:
(1). Pemungutan yang dilakukan secara paksa oleh negara.
(2). Yang membayar tidak mendapatkan prestasi/keuntungan
langsung.
(3). Digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah, umum
maupun daerah.
b. Pengeluaran Pemerintah
Pengeluaran pemerintah adalah kebijakan pemerintah yang telah
menetapkan suatu kebijakan/ketetapan dalam membeli suatu barang dan
jasa. Pengeluaran pemerintah merefleksikan biaya yang harus dikeluarkan
oleh pemerintah setiap tahunnya, yang tujuannya demi terlaksananya
kebijakan tersebut. Teori mengenai pengeluaran pemerintah (government
spending) adalah bentuk dari pendekatan teori makro (Basri & Subri,
2003).
Menurt Eka Agustina (Agustina, Rochaida, & Ulfah, 2014),
pendekatan teori makro yang merefleksikan pengeluaran pemerintah
adalah teori Wagner. Teori Wagner menekankan pada perkembangan
persentase pengeluaran pemerintah. Perkembangan presentase
-
22
pengeluaran yang semakin besar akan dibandingkan oleh Gross National
Product-nya. Menurut Wagner apabila di dalam suatu perekonomia negara
pendapatan/kapita-nya (gross national product) mengalami kenaikan
maka secara positif akan menyebabkan pengeluaran yang dilakukan oleh
pemerintah juga meningkat, dikarena pemerintah harus mengatur
hubungan yang timbul dalam masyarakat, hukum, pendidikan dan
sebagainya (dikarenakan dampak kenaikan pendapatan/kapita).
Selain teori Wagner, ada satu teori lagi yang dapat menjelaskan
tentang pengeluaran pemerintah, teori tersebut adalah teori Peacock dan
Wiseman. Menurut Maria Bau (Bau, 2011), Peacock dan Wiseman adalah
orang yang mengemukakan teori pengeluaran pemerintah yang terbaik
sampai saat ini. Peacok dan Wiseman memandang bahwa pemerintah
selalu berusaha untuk melakukan berbagai usaha-usaha demi
meningkatkan nilai pengeluaran, sedangkan masyarakatnya tidak suka
membayar pajak yang nantinya akan semakin besar dikarenakan usaha-
usaha peningkatan pengeluaran dari pemerintah. Karena pajak adalah
salah satu dasar pembiaya-an pengeluaran pemerintah, jika
pengeluarannya semakin besar maka paja yang diterapkan juga akan
semakin besar. Menurut, Peacock dan Wiseman, kesimpulan dasar dari
teori mereka adalah masyarakat akan mempunyai suatu titik toleransi
membayar pajak, yaitu suatu titik dimana masyarakat dapat memahami
besarnya pungutan pajak yang dikeluarkan oleh pemerintah. Dikarenakan
masyarakat mengetahui kebutuhan yang dibutuhkan oleh pemerintah
dalam konteks pengeluaran juga cukup besar (Bau, 2011).
Di Indonesia, menurut Dumairy (Dumairy, 2012), pengeluaran
pemerintah dapat dibedakan menurut dua klasifikasi sebagai berikut.
(1). Pengeluaran Rutin
Pengeluaran rutin adalah pengeluaran pemerintah untuk
melakukan pemeliharaan maupun melakukan penyelenggaraan
roda pemerintahan sehari-hari. Pengeluaran rutin dapat meliputi
belanja pegawai, belanja barang, berbagai macam subsidi,
-
23
angsuran serta bunga utang pemerintah, dan jumlah pengeluaran
lain. Pengeluaran anggaran belanja rutin memegang peran yang
penting demi terciptanya kelancaran sistem pemerintahan serta
upaya meningkatkan efisiensi serta produktivitas, yang pada
akhirnya akan menunjang tujuan dari setiap tahap pembangunan.
(2) Pengeluaran Pembangunan
Pengeluaran pembangunan adalah pengeluaran yang lebih
berfokus pada penambahan modal masyarakat (Human Capital),
baik dalam bentuk pembangunan prasarana fisik maupun non-
fisik. Pengeluaran pembangunan dibedakan atas pengeluaran
pembangunan yang dibiayai dengan dana rupiah (pendapatan
negara maupun investasi dalam negeri) dan bantuan proyek
(pinjaman luar negeri maupun investasi luar negeri). Pengeluaran
pembangunan adalah pengeluaran yang bertujuan untuk
membiayai setiap program-program pembangunan dalam setiap
bidang-bidang-nya. Sehingga, anggarannya selalu disesuaikan
dengan dana yang di dapatkan dan kemudian peng-alokasi-an
dana tersebut ke berbagai bidang-bidang harus melalui skala
pengukuran dan juga skala prioritas, yang pada akhirnya
terbentuklah sebuah rancangan perencanaan nasional (sesuai
dana pengeluaran pembangunan dan prioritas pembangunan).
5. Hubungan Pengeluaran Pemerintah di Bidang Kesehatan dengan Pembangunan Manusia
Pengeluaran pemerintah di bidang kesehatan adalah upaya untuk
memenuhi hak dasar rakyat di Indonesia, hak dasar tersebut adalah hak untuk
memperoleh pelayanan kesehatan. Hal tersebut sesuai dengan apa yang ada di
dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 H ayat (1) dan Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (BPK RI, 2009). Menurut
Notoatmodjo (Notoatmodjo, 2007), mutu manusia dilihat dari sisi
kesehatannya. Karena menurut beliau, kesehatan adalah salah satu faktor yang
-
24
mempengaruhi kualitas sumber daya manusia, dengan kata lain kesehatan
adalah salah satu indikator yang dapat mempengaruhi kualitas manusia.
Kekurangan kalori, gizi, karbohidrat, protein, dan lain sebagainya akan
membuat derejat kesehatan suatu individu berkurang dan menjadi rendah.
Rendahnya derajat kesehatan bagi suatu populasi akan menyebabkan kualitas
manusia yang rendah serta tingkat mental yang rendah. Menurut Todaro dan
Smith (Todaro & Smith, 2003), persyaratan bagi suatu negara dalam
meningkatkan produktifitas masyarakatnya adalah dengan memenuhi salah
satu hak dasar mereka, salah satu hak dasar rakyat adalah mendapatkan
pelayanan dan fasilitas kesehatan yang baik. Pengeluaran pemerintah pada
sektor kesehatan adalah salah satu cara dalam memenuhi salah satu hak dasar
tersebut.
Pengeluaran pemerintah pada sektor kesehatan digunakan untuk melihat
capaiannya terhadap dimesi IPM yang pertama, yaitu hidup sehat dan umur
panjang. Contoh dari pengeluaran pemerintah pada sektor kesehatan adalah
peningkatan nutrisi ibu hamil dan menyusui, peningkatan layanan JKN
(Jaminan Kesehatan Negara) seperti kartu BPJS (Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial-Kesehatan), pembangunan rumah sakit dan pendorongan pola
hidup sehat. Ketika akses terhadap kesehatan, seperti JKN (Jaminan
Kesehatan Negara), sudah terpenuhi oleh subsidi pemerintah maka akan
mampu membuat setiap individunya hidup layak dan umur panjang sesuai
dengan dimensi pertama IPM.
6. Hubungan Pengeluaran Pemerintah di Bidang Pendidikan dengan Pembangunan Manusia
Menurut Anwar (Anwar, 1995), meningkatkan investasi negara dalam
bentuk prasarana pendidikan adalah suatu hal yang mutlak dan wajib untuk
dilakaukan oleh suatu negara dalam usaha meningkatkan produktifitas
masyarakatnya. Menurut Mahmudi (Mahmudi, 2007), ada dua jenis pelayanan
untuk masyarakat yang dikeluarkan oleh pemerintah, (i) adalah pelayanan
kebutuhan dasar dan (ii) adalah pelayanan fasilitas umum. Pendidikan dasar
-
25
merupaka salah satu kebutuhan dasar, dimana menurut Todaro (Todaro &
Smith, 2003), produktifitas suatu negara dapat meningkatkan jika pemerintah
dapat memenuhi salah satu kebutuhan dasar masyarakatnya. Pengeluaran
pembangunan dalam bidang pendidikan dapat dialokasikan menjadi
infrastuktur maupun sarana dan prasarana pendidikan. Pengeluaran tersebut
juga dapat dialokasikan menjadi pelayanan pendidikan kepada seluruh
penduduk Indonesia secara merata, selama 9 tahun (wajib belajar sembilan
tahun). Nilai anggaran pemerintah untuk pendidikan saat ini sebesar 20 persen
dari APBN, salah satu bentuk keseriusan pemerintah dalam hal memenuhi
kebutuhan dasar masyarakatnya (Kemenkeu RI, 2018).
Pengeluaran pemerintah pada sektor pendidikan digunakan sebagai
indikator yang dapat mencapai dimensi IPM yang kedua, yaitu dimensi
pengetahuan (wawasan) dan lamanya sekolah. Contoh dari pengeluaran
pemerintah pada sektor pendidikan adalah bantuan operasional sekolah,
tunjangan profesi guru, bantuan operasional sekolah, bantuan operasional
museum, dan bantuan operasional pembangunan GOR (Gelanggang
Olahraga). Ketika masyarakat mendapatkan bantuan operasional sekolah,
sebagai contohnya wajib belajar 9 tahun, maka hal tersebut akan
mengakibatkan suatu individu mempunyai wawasan pengetahuan dan
lamanya bersekolah sesuai dengan dimensi IPM yang kedua.
7. Hubungan Pengeluaran Pemerintah di Bidang Perumahan/Fasilitas Umum dengan Pembangunan Manusia
Pemerintah sebagai instansi penyedia pelayanan publik juga harus
memberikan pelayanan umum selain pelayanan kebutuhan dasar, kepada
masyarakat-nya. Pelayanan umum tersebut berupa infrastruktur umum serta
fasilitas umum. Terbatasnya akses-akses bagi kaum miskin, dikarenakan
minimnya fasilitas oleh pemerintah, menyebabkan mereka tak mampu untuk
mengakumulasi kapital/modal yang dibutuhkan bagi mereka untuk keluar dari
jebakan kemiskinan (poverty trap). Akibatnya, kaum miskin tak mampu
berperan aktif dalam kegiatan ekonomi dan tidak dapat berperan serta
-
26
merasakan berkah dari hadirnya pembangunan yang dilakukan oleh
pemerintah. Hal tersebutlah yang mendasari betapa pentingnya pembangunan
manusia, di mana dalam pembangunan manusia tersebut, ada yang namanya
dimensi kesejahteraan yang berkaitan lagi dengan peningkatan kapasitas dasar
manusia. Kapasitas dasar manusia dapat meningkat melalui akses yang
diberikan pemerintah terhadap pendidikan, kesehatan dan fasilitas umum
(terutama bagi masyarakat miskin) (UNDP, 1990). Menurut teori public
finance (Musgrave & Musgrave, 1989), pemerintah perlu untuk menyediakan
barang publik dan fasilitas publik dikarenakan tidak semua persoalan ekonomi
dapat teratasi oleh mekanismen pasar. Menurut teori ekonomi publik (Idris,
2016), akses maupun fasilitas umum adalah suatu hal yang dapat
meningkatkan produktifitas suatu masyarakat di dalam suatu negara. Menurut
Sapkota (Sapkota, 2014), menemukan bahwa aksesbilitas infrastruktur
maupun fasilitas umum yang lebih baik berkat alokasi anggaran yang lebih
tinggi di alokasikan oleh pemerintah. Hal ini dapat mengurangi tingkat
kemiskinan secara positif dan signifikan.
Menurut UNDP (UNDP, 1990), salah satu dimensi pembangunan manusia
adalah standar hidup layak yang dilihat dari kemampuan daya beli suatu
individu. Menurut John F.C. Turner (Turner, 1972), perumahan adalah salah
satu indikator keterkaitan individu dengan sosial-ekonomi-nya. Dapat
diartikan, perumahan adalah satu indikator standar hidup layak dengan
kemampuan daya beli suatu individu yang berlandaskan teori keterkaitan
sosial-ekonomi John Turner terhadap perumahan dan Individu. Menurut UU
No. 4 Tahun 1992 (DPR RI, 2004), diharapkan perumahan dapat mendorong
kegiatan-kegiatan industri yang berbasiskan permukiman. Kegiatan industri
adalah salah indikator produktifitas suatu indivdu menurut teori produksi
ekonomi mikro (Case & Fair, 2007).
Pengeluaran pemerintah pada sektor perumahan/fasilitas umum digunakan
sebagai indikator untuk mengetahui capaian dimensi ke-3 IPM yaitu
purchasing power parity (daya beli), daya beli itu sendiri adalah kemampuan
membayar seorang individu sehingga dapat membeli barang yang diinginkan.
-
27
Pengeluaran pemerintah pada sektor perumah/fasilitas umum itu sendiri
berupa akses terhadap hunian layak, rumah susun sewa, akses air bersih dan
juga akses pembuangan sampah dan juga drainase. Ketika akses terhadap
rumah susun sewa sudah disubsidikan oleh pemerintah, maka pengeluaran
biaya ekonomi pada setiap kepala keluarga akan berkurang yang
menyebabkan keinginan untuk membeli barang lain (daya beli) setiap individu
dapat meningkat.
B. Tinjauan Kajian Terdahulu
Berikut adalah beberpa penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti
sebelumnya. Penelitaan-penelitan ini membahas hanya sebagian variabel yang
penulis pakai pada penelitian ini, berikut adalah daftar tabel dari beberapa
penelitian yang telah dilakukan.
Tabel 2. 1. Tabel Tinjauan Kajian Terdahulu
No. Judul, Penulis,
dan Tahun
Penelitian
Objek
Penelitian
Variabel Alat Analisis Hasil
1 Analisis Pengaruh
Pengeluaran
Pemerintah Bidang
Pendidikan,
Kemiskinan, dan
PDB terhadap
Indeks
Pembangunan
Manusia di
Indonesia Periode
1992-2012 (Astri
Winarti, 2014)
Indonesia
1992-2012
a. Variabel Dependent
Indeks
Pembangunan
manusia
b. Variabel Independent
Anggaran
Pendidikan
Kemiskinan
Produk Domestik
Bruto
a. Analisis
Statistik
Deskriptif
b. Regresi
Linier
Berganda
a. Variabel
kemiskinan
berpengaruh
negatif dan
signifikan
b. Variabel PDB
berpengaruh
posisitf dan
signifikan
c. Variabel anggaran
pendidikan
berpengaruh
negative dan tidak
signifikan
2 Analisis Pengaruh
Pengeluaran
Pemerintah di
Sektor Pendidikan
dan Kesehatan
Jawa Tengah
2011
a. Variabel Dependent
Angka
Kemiskinan yang
diproxy dari
presentase
a. Analisis
Statistik
Deskriptif
b. Analisis
Kuantitatif
a. Variabel
pengeluaran
pemerintah tidak
berpengaruh
terhadap
-
28
No. Judul, Penulis,
dan Tahun
Penelitian
Objek
Penelitian
Variabel Alat Analisis Hasil
terhadap
Pengentasan
Kemiskinan
melalui
Peningkatan
Pembangunan
Manusia di
Provinsi Jaw
Tengah (Adi
Widodo; Waridin;
dan Johanna Maria
K., 2011)
jumlah penduduk
miskin
b. Variabel Intervening
Pembangunan
manusia yang
diproxy melalui
nilai IPM
c. Variabel Independent
Pengeluaran
Pemerintah
Sektor
Pendidikan yang
diproxy dari
realisasi APBD
di 35 Kabupaten
dengan
Regresi linear
berganda
c. Analisis Jalur
(path
analysis)
kemiskinan
b. Variabel
pembangunan
manusia tidak
berpengaruh
terhadap
kemiskinan
c. Variabel
pengeluaran
pemerintah sektor
kesehatan dan
pendidikan
berpengaruh
terhadap
pembangunan
manusia
d. Variabel
pembangunan
manusia bukanlah
variabel
intervening
3 Analisis Pengaruh
Tingkat
Kemiskinan,
Pengeluaran
Pemerintah Sektor
Pendidikan dan
Kesehatan
terhadap Indeks
Pembangunan
Manusia di
Provinsi Jawa
Tengah Tahun
2007-2009
(Christina
Usmaliadanti,
2011)
Jawa Tengah
2007-2009
a. Variabel Dependent
Indeks
Pembangunan
Manusia
b. Variabel Independent
Jumlah
Penduduk
Miskin
Pengeluaran
Pemerintah
Sektor
Pendidikan
Pengeluaran
Pemerintah di
Sektor Kesehatan
a. Analisis
Kuantitatif
dengan
Regresi Data
Panel
b. Regresi Data
Panel dengan
Model Tetap
(Fixed
Model)
a. Variabel jumlah
penduduk miskin
berpengaruh
positif terhadap
indeks
pembangunan
manusia
b. Variabel
pengeluaran
pemerintah sektor
pendidikan
berpengaruh
positif terhadap
indeks
pembanguan
manusia
c. Variabel
-
29
No. Judul, Penulis,
dan Tahun
Penelitian
Objek
Penelitian
Variabel Alat Analisis Hasil
pengeluaran
pemerintah sektor
kesehatan tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap indeks
pembangunan
manusia
4 Pengaruh Belanja
Pemerintah Daerah
dan Pendapatan
Per Kapita
terhadap Indeks
Pembangunan
Man