MODEL PEMBELAJARAN PAI BAGI ANAK AUTIS DI SLBN...
Transcript of MODEL PEMBELAJARAN PAI BAGI ANAK AUTIS DI SLBN...
MODEL PEMBELAJARAN PAI
BAGI ANAK AUTIS DI SLBN UNGARAN
(Studi Kasus pada Pembelajaran di Kelas Awal)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam
ilmu Pendidikan Islam
Oleh:
ZULIA KUSUMAWATI
NIM: 073111151
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Zulia Kusumawati
NIM : 073111151
Jurusan / Program Studi : Pendidikan Agama Islam
menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian / karya saya
sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, 18 November 2011
Saya yang menyatakan,
Zulia Kusumawati
NIM: 073111151
iii
KEMENTERIAN AGAMA R.I.
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS TARBIYAH
Jl. Prof. Dr. Hamka (Kampus II) Ngaliyan Semarang
Telp. 024-7601295 Fax 7615387
PENGESAHAN
Naskah skripsi dengan:
Judul : PEMBELAJARAN PAI BAGI ANAK AUTIS DI SLBN
UNGARAN (Studi Kasus pada Pembelajaran di Kelas Awal)
Nama : Zulia Kusumawati
NIM : 073111151
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
telah diujikan dalam sidang munaqasyah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo Semarang dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh
gelar sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam.
Semarang, Desember 2011
DEWAN PENGUJI
Ketua,
Dr. Hj. Sukasih, M.Pd.
NIP: 19681212 199403 1003
Sekretaris,
Ridwan, M.Ag.
NIP: 19630106 199703 1001
Penguji I,
Dr. H. Abdul Wahib, M.Ag.
NIP: 19600615 199103 1004
Penguji II,
Dra. Ani Hidayati, M.Pd.
NIP: 19611205 199303 2001
Pembimbing I,
Drs. Abdul Wahid, M.Ag.
NIP: 19691114 199403 1003
Pembimbing II,
Hj. Lift Anis Ma’shumah, M.Ag.
NIP: 19720928 199703 2001
iv
NOTA PEMBIMBING Semarang, 17 November 2011
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo
di Semarang
Assalamu’alaikum wr. wb
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan
koreksi naskah skripsi dengan:
Judul : MODEL PEMBELAJARAN PAI BAGI ANAK AUTIS DI
SLBN UNGARAN (Studi Kasus pada Pembelajaran di Kelas
Awal)
Nama : Zulia Kusumawati
NIM : 073111151
Jurusan : Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang munaqasah.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Drs. Abdul Wahid, M.Ag.
NIP. 19691114 199403 1003
v
NOTA PEMBIMBING Semarang, 18 November 2011
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo
di Semarang
Assalamu’alaikum wr. wb
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan
koreksi naskah skripsi dengan:
Judul : MODEL PEMBELAJARAN PAI BAGI ANAK AUTIS DI
SLBN UNGARAN (Studi Kasus pada Pembelajaran di Kelas
Awal)
Nama : Zulia Kusumawati
NIM : 073111151
Jurusan : Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang munaqasah.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Pembimbing II
Hj. Lift Anis Ma’shumah, M.Ag.
NIP. 19720928 199703 2001
vi
ABSTRAK
Judul : Model Pembelajaran PAI Bagi Anak Autis di SLB Negeri Ungaran
(Studi Kasus Pembelajaran di Kelas Awal)
Penulis : Zulia kusumawati
NIM : 073111151
Skripsi ini membahas tentang model pembelajaran pai bagi anak autis di
SLBN Ungaran kajiannya dilatarbelakangi keadaan psikis anak autis yang berbeda
dengan anak normal pada umumnya. Studi ini di maksudkan untuk menjawab
permasalahan:(1)Bagaimana model pembelajaran PAI bagi anak autis di SLB Negeri
Ungaran pada pembelajaran di kelas awal permasalahan tersebut dibahas melalui
studi lapangan yang dilaksanakan di SLB Negeri Ungaran. Datanya diperoleh
dengan cara wawancara terstruktur observasi dan studi dokumentasi. Semua data
analisis dengan pendekatan fenomenologi dan analisis deskriptif.
Kajian ini menunjukkan bahwa : (1) model pembelajaran PAI bagi anak autis
di SLB Negeri Ungaran pada pembelajaran di kelas awal yang meliputi pendekatan,
strategi, metode, teknik, media, Pendekatan yang digunakan disini antara lain
menggunakan pendekatan klasikal individual dan pendekatan individu. Kedua
pendekatan ini mempermudah guru dalam menyampaikan materi pada peserta didik
karena pendekatan pembelajaran ini mengarah pada pendekatan klasik dimana peran
guru cukup dominan dan guru memegang kendali kelas dengan memberikan
perhatian kepada setiap peserta didik dan memahami satu per satu kebutuhan
mereka. Sedangkan Strategi pembelajaran PAI yang diterapkan di SLB Negeri
Ungaran ada dua macam antara lain strategi pembelajaran ekspositori dan strategi
komunikasi efektif. Ekspositori merupakan strategi yang menekankan proses memori
anak, serta peran guru yang signifikan dalam segala proses belajar anak. Sedangkan
strategi komunikasi efektif menekankan pada keefektifan guru dalam berkomunikasi
dengan siswa.
Dan beberapa metode pembelajaran PAI yang diterapkan di SLB Negeri
Ungaran untuk anak autis antara lain Metode Drill, Metode Karya Wisata, dan
Metode Demonstrasi.
Teknik yang digunakan guru PAI di SLB Negeri Ungaran adalah bervariasi
mengikuti keadaan peserta didik. Sedangkan beberapa media yang digunakan dalam
pembelajaran tersebut antara lain poster, MP3, puzzle, dan sebagainya.
vii
TRANSLITERASI ARAB LATIN
Penulisan transliterasi huruf-huruf Arab Latin dalam skripsi ini berpedoman pada
SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I Nomor: 158/1987
dan Nomor: 0543b/Untuk1987. Penyimpangan penulisan kata sandang (al-)
disengaja secara konsisten agar sesuai teks Arabnya.
a t}
b z}
t ‘
s| Gh
j F
h} Q
kh K
d L
z| M
r N
z W
s H
sy ’
s} Y
d}
Bacaan madd: Bacaan diftong:
a> = a panjang = au
i> = I panjang = a
u> = u panjang
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang
telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani, rahmat, hidayah serta inayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang merupakan tugas dan syarat
yang wajib dipenuhi guna memperoleh gelar sarjana. Tak lupa shalawat serta salam
penulis haturkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, yang telah
membawa risalah yang penuh dengan ilmu pengetahuan khususnya ilmu-ilmu
keislaman, sehingga dapat menjadi bekal hidup kita, baik di dunia maupun di akhirat
kelak.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah
memberikan pengarahan, bimbingan dengan moral dan bantuan apapun yang sangat
besar artinya bagi penulis. Ucapan terima kasih ini terutama penulis sampaikan
kepada:
1. Dr. Suja’i, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
2. H. Nasiruddin, M.Ag., selaku Ketua Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang.
3. Drs. Abdul Wahid, M.Ag. selaku dosen pembimbing I yang telah bersedia
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan
pengarahan dalam penyusunan skripsi.
4. Hj. Lift Anis Ma’shumah, M.Ag. selaku wali studi sekaligus dosen pembimbing
II, dan segenap bapak ibu dosen beserta karyawan di lingkungan Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang telah membekali berbagai
pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Tarbiyah yang telah membimbing penulis selama
kuliah di IAIN Walisongo Semarang serta Bapak dan Ibu pegawai di lingkungan
IAIN Walisongo yang telah membantu penulis dalam memberikan pelayanan
sebagai mahasiswa di IAIN Walisongo Semarang.
6. Pengelola perpustakaan Fakultas Tarbiyah beserta karyawan yang telah
memberikan fasilitas dan layanan peminjaman sumber referensi;
ix
7. H. Asngari, S.Pd selaku Kepala Sekolah beserta para guru SLB Negeri Ungaran
yang telah memberikan izin penelitian.
8. Ayahanda dan ibunda tercinta serta adik- adikku tercinta yang selalu memberikan
dukungan, doa dan arahan yang selalu menyertai dalam penulisan skripsi ini.
9. Teman-teman seperjuangan PAI D angkatan 2007 yang selalu memberikan
motivasi dan kerjasamanya selama masa studi, dan
10. Teman-temanku paket D yang jelek, crewet, tapi so sweete banget (syapatun,
cocor, kelek(lely), megol, mbak nurul, rijeki)
11. Teman-teman PPL (syafak, syafik, said, aji, mas huda, indra, uun, dewi,
afroh(kemproh), ima, ema, zee)
12. Teman-teman KKN (arip, fahrul(mas brow), bang kod, bang munir, fatur, titur,
paijah, betti, fela, aida, pak lurah, bu lurah, dek ayuk) posko 66 dan masyarakat
gedong yang memberikan dorongan dan semangat
13. Teman –teman KOS (kowen (wiwit), markothem (eva), baby hui (agus), mentel
(anis), ooh (anisa), paijah (izza), intong (iin), bos eka (mbak eka), boa lia (mbak
lia),
14. Semua pihak yang turut serta membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang
tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Semoga Allah SWT membalas jasa-jasanya dengan balasan yang setimpal.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Namun demikian penulis berharap, semoga skripsi ini bermanfaat
bagi penulis, serta pembaca semua yang budiman. Semoga kita mendapatkan ridho
Allah SWT. Amin.
Semarang, 18 November 2011
Penulis,
Zulia Kusumawati
NIM.073111151
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
PERNYATAAN KEASLIAN .................................................................... ii
PENGESAHAN ......................................................................................... iii
NOTA PEMBIMBING .............................................................................. iv
ABSTRAK ................................................................................................. v
TRANSLITERASI ..................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ............................................................................... vii
DAFTAR ISI .............................................................................................. viii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 4
BAB II : TINJAUAN UMUM ANAK AUTIS DAN PEMBELAJARAN PAI
A. Kajian Pustaka ......................................................................... 6
B. Kerangka Teoritik ................................................................... 7
1. Pengertian atau Konsep Autis ........................................... 7
a. Ciri-ciri gangguan autis .............................................. 8
b. Gambaran Unik atau Karakteristik Anak Autis .......... 12
2. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam............................ 14
a. Pengertian Pembelajaran PAI ..................................... 15
b. Tujuan Pembelajaran PAI Pada Anak Autis ............... 19
3. Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Anak
Autis .................................................................................. 21
a. Pengertian Model Pembelajaran ................................. 21
b. Ruang lingkup ............................................................. 24
c. Komponen Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada
Anak Autis................................................................... 26
xi
1) Tujuan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Anak
Autis ............................................................................ 26
2) Guru ............................................................................. 28
3) Siswa ........................................................................... 31
4) Materi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Anak
Autis ............................................................................ 32
5) Kurikulum Pendidikan Agama Islam Pada Anak Autis 32
6) Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Anak
Autis ............................................................................ 34
7) Media pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak
autis ............................................................................. 37
8) Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada
Anak Autis................................................................... 38
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ........................................................................ 40
B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 40
C. Sumber Data ............................................................................ 41
D. Fokus Penelitian ...................................................................... 41
E. Tehnik Pengumpulan Data ...................................................... 41
F. Tehnik Analisis Data ............................................................... 43
BAB IV : MODEL PEMBELAJARAN PAI DI SLBN UNGARAN
A. Sekilas tentang SLB Negeri Ungaran ..................................... 46
1. Sejarah SLB Negeri Ungaran ............................................ 46
2. Visi Misi SLB Negeri Ungaran ......................................... 47
3. Keadaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan................... 48
4. Keadaan Peserta Didik ...................................................... 48
5. Struktur Organisasi............................................................ 49
6. Pelaksanaan pembelajaran PAI bagi anak autis di SDLB Negeri
Ungaran ............................................................................. 50
xii
B. Kurikulum PAI untuk anak Autis ........................................... 51
1. Kurikulum PAI di SDLB Negeri Ungaran ........................ 51
2. Kurikulum PAI bagi anak autis di SDLB Negeri Ungaran 52
C. Model Pembelajaran PAI bagi Anak Autis di SLBN Ungaran 54
1. Pendekatan ........................................................................ 54
a. Pendekatan Klasikal .................................................... 54
b. Pendekatan Individu .................................................... 55
2. Strategi .............................................................................. 56
a. Strategi pembelajaran ekspositori ............................... 56
b. Strategi komunikasi efektif ......................................... 57
3. Metode............................................................................... 57
a. Metode Drill ................................................................ 57
b. Metode Karya Wisata .................................................. 58
c. Metode Demonstrasi ................................................... 58
4. Teknik Pembelajaran ......................................................... 58
5. Media................................................................................. 59
6. Evaluasi ............................................................................ 59
D. Kendala dan Hambatan Pembelajaran PAI Bagi Anak Autis . 60
BAB V : KESIMPULAN
A. Kesimpulan ............................................................................. 61
B. Saran-Saran ............................................................................ 62
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, orang tua
dan masyarakat. Proses pendidikan dijalankan untuk memberikan bekal intelektual
bagi masyarakat dalam mengarungi kehidupan yang semakin kompetitif. Oleh sebab
itu, tujuan pendidikan nasional diarahkan untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan pendidikan yang dimilikinya, maka
diharapkan akan terwujud manusia yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab.1
Peranan dan tugas orang tua sangat membantu dalam membina
perkembangan mental dan menentukan perjalanan kehidupan anak dimasa yang
akan datang .setiap orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan agama
bukanlah sekedar mengajarkan pengetahuan agama saja tetapi juga melatih anak
dalam melaksanakan ketrampilan anak dalam melaksanakan ibadah, akan tetapi
pendidikan agama jauh lebih luas lagi.2
Dalam ajaran islam, setiap manusia diwajibkan beribadah. Kewajiban ini
diwajibkan kepada manusia yang dalam keadaan sadar, artinya mampu
menggunakan akal dan hatinya untuk membedakan baik dan buruk. Begitu pula
penyandang autis tetap diwajibkan untuk beribadah kepada tuhan selagi masih dalam
keadaan sadar dan tentunya disesuaikan dengan kemampuan mereka. Dalam surat
Al- Baqarah ayat 3 di nyatakan oleh Allah SWT sebagai berikut:
(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan
menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.3
1 Muhammad Rikza, Starategi Pembelajaran Ekspositori Bagi Tuna Grahita, (Semarang:
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2011), hlm. 1.
2 Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam, (Semarang: As-Syifa’),
hlm. 149.
3 Soenarjo, Al- Quran dan Terjemahnya, (Jakarta: t.p., 2001 ), hlm. 39.
2
Ayat ini mengatakan, orang-orang yang bertakwa selain beriman kepada yang
gaib, mereka juga mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Dengan shalat yang
merupakan zikrullah, mereka memenuhi tuntutan-tuntutan rohani.
Dengan demikian, shalat akan mendatangkan manfaat di dalam masyarakat
dan inilah posisi yang sebenarnya dari shalat. Berkenaan dengan masalah sedekah
pun, Islam tidak menganjurkan pemberian bantuan-bantuan material saja lalu selesai.
Akan tetapi yang ditegaskan di dalam Al-Qur’an untuk diberikan kepada orang lain
ialah "Mim Ma Razaqna". Yaitu, apa saja yang telah Allah berikan, meliputi
kekayaan harta, kekuatan, kekuasaan, ilmu pengetahuan, segala fasilitas, kelebihan,
dan kekurangan yang merupakan pemberian Allah swt.
Oleh karena itu kita sebagai orang tua yang beriman harus bisa menerima apa
yang telah diberikan Allah kepada kita, karena anak merupakan titipan yang harus
dijaga dan diarahkan ke jalan yang benar. Seperti anak autis meskipun anak tersebut
beda dengan anak yang lainnya kita sebagai orang tua tetap menyayangi dan
menjaganya dengan baik.
Mengingat pembelajaran PAI ini sangat penting bagi petunjuk hidup dan
kehidupan anak didik, maka guru PAI berupaya untuk memilih, menetapkan dan
mengembangkan metode-metode pembelajaran yang memungkinkan dapat
membantu kemudahan, kecepatan, kebiasaan, dan kesenangan anak didik untuk
mempelajari PAI, serta sebisa mungkin proses pembelajaran PAI dari anak didik,
sehingga dapat menarik minat anak didik untuk mempelajarinya.
Permasalahan tentang model pembelajaran apa yang akan di terapkan,
muncul karena ada perbedaan antara pembelajaran anak normal dengan anak yang
berkelainan/memiliki cacat tubuh dan mental. Problem yang terjadi di lapangan
dalam pembelajaran PAI seorang pendidik memerlukan model pembelajaran khusus
untuk mengimplementasikan PAI, terlebih lagi bagi mereka penyandang autis.4
Di samping metode ada juga faktor-faktor lain yang saling mempengaruhi
dalam pembelajaran Agama Islam pada anak autis. Diantaranya guru, sarana
prasarana serta lingkungan internal maupun eksternal.
4 M. Basyirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002),
hlm. 45.
3
Islam sebagai agama tauhid yang merupakan sumber pedoman, pandangan
dan tata nilai kehidupan manusia. mengatur secara detail berbagai konsep mengenai
berbagai terapi penyakit mental. manusia dalam pandangan Al-Ghazali tidak
mungkin terlepas sama sekali dari penyakit dan kekurangan. sehingga jiwa selamat
dari bahaya penyakit dan dapat hidup dengan tenang dan bahagia, manusia harus
mengobati jiwa dan memperbaiki dirinya dengan ajaran agama. Pendidikan agama
mengandung pengertian memberi makan kepada jiwa sehingga mendapatkan
kepuasan rohaniah.5
Kembali ke permasalahan anak autis dan pembelajaran pendidikan agama
islam, anak adalah anugerah dari tuhan, karena itu kita sebagai orang tua harus
menerima anak apa adanya dengan segala kekurangan dan kelebihan, dan segala
upaya menghantarkannya ke masa depan yang lebih baik.
Tidak adil rasanya kalau kita terus menerus membicarakan anak-anak normal,
sementara anak-anak yang mengalami gangguan autism jarang mendapatkan
perhatian khusus. Mereka juga merupakan bagian keluarga yang berhak atas
pendidikan dan pengajaran yang sama atas anak-anak normal. Meskipun kita tidak
bias mengharap lebih, tetapi mereka tetap membutuhkan bimbingan dan dukungan
lebih dari orang tua dan lingkungannya untuk tumbuh dan berkembang agar dapat
hidup normal hingga dewasa bahkan membina keluarga kelak6
Jika anak mengalami gangguan autisme, segera tanggulangi jangan
menunggu keadaan menjadi bertambah parah. Gejala ini dapat dikurangi bahkan di
hilangkan sehingga anak bias bergaul secara normal, tumbuh seperti orang dewasa
yang sehat, berkarya. Hal ini karena ada penanganan dini dari pihak orang tua dan
keluarga, sehingga sel-sel otak baru terangsang untuk tumbuh dan menggantikan sel-
sel otak yang telah rusak sebelumnya.
Persoalannya sekarang adalah apakah kita sebagai orang tua merasa pesimis
melihat kondisi anak yang divonis sebagai anak abnormal? Atau berupaya dengan
segala cara agar anak nya bisa tumbuh normal seperti anak-anak yang lain?7
5 H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2000), hlm. 32.
6 D.S. Prasetyono, Membedah Psikologi Bermain Anak, ( Yogyakarta: Think, 2007), hlm. 225.
7 D.S. Prasetyono, Membedah Psikologi Bermain Anak: (Yogyakarta: Think, 2007), hlm. 235.
4
Penyandang autis sama sekali tidak berbeda dengan anak lainnya. Mereka
hanya membutuhkan bimbingan dan dukungan ekstra dari orang tua dan
lingkungannya untuk tumbuh dan berkembang agar dapat hidup mandiri.
Jadi autisme adalah suatu gangguan perilaku yang membuat penyandangnya
lebih suka menyendiri. Dalam bentuk ringan dapat diketahui melalui perilaku yang
agak aneh. Tapi jangan salah, banyak pula dari penyandang autis itu yang menjadi
ilmuwan, artis, atau seniman besar. Hal itu dimungkinkan terjadi karena justru dalam
penyendirian itulah mereka dapat berkonsentrasi total pada sesuatu yang menarik
perhatiannya dan dari situlah mereka mampu menghasilkan karya-karya besar.8
SLBN Ungaran merupakan sekolah bagi anak-anak penyandang cacat. Di
sana terdapat anak-anak tunagrahita, tuna rungu, tuna daksa, cacat fisik, dan dua
anak autis. Di sekolah tersebut, anak autis dikelompokkan dengan anak-anak
tunagrahita. Dua anak autis yang ada di SLBN Ungaran terdapat di kelas awal.
Model pembelajaran yang diterapkan pada anak-anak autis di sekolah tersebut
bervariasi, tergantung pada kebutuhan.
Berdasarkan pendeskripsian masalah di atas, penulis tertarik untuk meneliti
bagaimana model pembelajaran PAI yang diterapkan di sekolah tersebut, terutama
pada kelas awal.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang
akan di bahas dalam skripsi ini adalah:
Bagaimana model pembelajaran PAI bagi anak autis di SLBN Ungaran pada
pembelajaran kelas awal?
C. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana model pembelajaran
PAI bagi anak Autis di SLBN Ungaran pada pembelajaran kelas awal. Sedangkan
manfaat dalam penelitian ini adalah:
8 D.S.Prasetyono, Serba-Serbi Anak Autis, ( Jogjakarta: DIVA Press, 2008), hlm. 5.
5
1. Bagi penulis merupakan wahana untuk menambah wawasan ilmu serta
menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat pada perkuliahan terutama yang
berkaitan dengan masalah pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak tidak
normal termasuk anak autis.
2. Bagi sekolah SLBN Ungaran sebagai feedback dan bahan informasi bagi para
guru secara umum dan khususnya bagi guru yang membelajarkan Pendidikan
Agama Islam pada anak autis.
3. Bagi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang untuk menambah khazanah
kepustakaan guna mengembangkan karya-karya ilmiah lebih lanjut.
6
BAB II
TINJAUAN UMUM ANAK AUTIS DAN PEMBELAJARAN PAI
A. Kajian Pustaka
Kajian pustaka merupakan kajian-kajian terhadap penemuan-penemuan
terdahulu, baik buku– buku. Skripsi, atau sumber lain yang relevan terhadap
penelitian yang sedang di laksanakan. Adapun kajian pustaka yang berkaitan dengan
“MODEL PEMBELAJARAN PAI BAGI ANAK AUTIS DI SLBN UNGARAN
(Studi kasus Pada pembelajaran di kelas awal)
1. Skripsi dari Anika Rahmawati yang berjudul “Implementasi Pembelajaran PAI
Pada Anak Autis Di SLB Karang Tengah Kendal”. Dalam karya tersebut dibahas
mengenai kehidupan anak autis yang meliputi : mulai dari pengertian autis, faktor
penyebab munculnya autis, metode dan materi pembelajaran agama Islam pada
anak autis, dan fungsi pembelajaran agama Islam pada anak autis.
2. Buku yang berjudul “Serba- Serbi Anak Autis” oleh D.S. Prasetyono yang mana
dalam buku tersebut menerangkan bahwa autism merupakan suatu kumpulan
sindrom yang mengganggu saraf. Penyakit ini mengganggu perkembangan anak,
diagnosisnya diketahui dari gejala-gejala yang tampak dan ditunjukkan dengan
adanya penyimpangan perkembangan.
3. Skripsi dari Emmy Fathonah Wati yang berjudul “Problematika Pembelajaran
Agama Islam pada Anak Autis di Sekolah Putra Mandiri Semarang”. Dalam
skripsinya penulis membahas tentang gambaran umum hingga seluk beluk
mengenai anak autis yang khususnya terkait dengan problematika pembelajaran
agama Islam. Dari sinilah ditemukan solusi untuk mengatasi problematika
tersebut adanya evaluasi yang dilakukan para guru terapis dan kepala sekolah tiap
hari sabtu, adanya evaluasi bagi siswa berupa tes IQ setiap semester untuk
mengetahui perkembangan siswa sehingga guru dapat menyesuaikan metode dan
media yang digunakan, adanya supervisi pembelajaran dari kepala sekolah yang
dilakukan hamper setiap hari, dan adanya laporan bagi orang tua sebagai bentuk
evaluasi setiap harinya.
7
4. Dalam buku “ Autisme Suatu Gangguan Jiwa Pada Anak ” karya Faizal Yatim
berisi tentang penjelasan mengenai autisme. Bagaimana mengenal anak autis
sedini mungkin dan pertolongan oleh seorang ahli bisa segera dilakukan,
sehingga anak bisa bersosialisasi dan berperilaku mendekati normal.1
Berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, penelitian kali ini lebih
memfokuskan pada model pembelajaran yang meliputi materi, metode, dan media.
B. Kerangka Teoritik
1. Pengertian atau Konsep Autis
Istilah autisme baru diperkenalkan sejak tahun 1943 oleh Leo Kanner,
meskipun kelainan ini sudah ada sejak berabad-abad yang lampau. Leo Kanner
(seorang pakar spesialis penyakit jiwa) melaporkan bahwa ia telah mendiagnosa dan
mengobati pasien dengan sindroma autisme. Untuk menghormatinya autisme disebut
juga sindroma Kanner.2
Istilah autisme berasal dari bahasa yunani yaitu autos yang berarti sendiri,
sedangkan isme yang berarti aliran.3 Jadi autisme adalah suatu paham yang tertarik
pada dunianya sendiri, sehingga penderita autis hanya tertarik dunianya sendiri.
Faisal Yatim menegaskan dalam bukunya yang berjudul Autism Suatu
Gangguan Jiwa Pada Anak, autism bukan suatu gejala penyakit tetapi sindroma
(kumpulan gejala) dimana terjadi penyimpangan perkembangan sosial, kemampuan
berbahasa dan kepedulian terhadap dunia sekitar, sehingga anak autis seperti hidup
dalam dunianya sendiri. Autisme tidak termasuk golongan penyakit tetapi suatu
kumpulan segala kelainan perilaku dan kemajuan perkembangan.4 Autis merupakan
kelainan emosi, intelektual dan kemauan (gangguan pervasif). Penderita autis tidak
1 Faisal Yatim, Autisme Suatu Gangguan Jiwa Pada Anak-Anak, (Jakarta: Pustaka popular,
2003 ), cet. V11
2 Y. Handojo, Autisme, (Jakarta: Buana Ilmu Populer, 2006), cet ke4, hlm. 12
3 Aqila Smart, Anak Cacat Bukan Kiamat Metode Pembelajaran dan Terapi Untuk Anak
Berkebutuhan Khusus, (Yogyakarta: Kata Hati, 2010), hlm.56
4 Faisal Yatim, Autisme Suatu Gangguan Jiwa Pada Anak, (Jakarta: Pusaka Pelajar Obob,
2002), hlm.10
8
mampu mengekspresikan perasaan maupun keinginannya namun autis bukan bentuk
penyakit mental.
Secara singkat autis merupakan suatu kumpulan sindrom akibat kerusakan
mental.5 Kerusakan saraf tersebut terdapat di beberapa tempat di dalam otak autis.
Anak autis mengalami pengecilan otak kecil, terutama pada lobus6 VI-VII.
Seharusnya di lobus VI-VII banyak terdapat sel purkinje.7 Namun pada anak autis
jumlah sel purkinje sangat kurang, akibatnya produksi serotonim8 kurang,
penyebabnya kacaunya proses pengaturan informasi di dalam otak sehingga emosi
anak autis sering terganggu.9 Penderita autis memiliki gaya pemahaman yang
berbeda, karena pada dasarnya otak mereka memproses informasi dengan cara
berbeda. Mereka mendengar, melihat dan merasa tetapi otak mereka memerlukan
informasi ini dengan cara berbeda. Adanya proses informasi yang berbeda tersebut
menyebabkan gangguan pada bidang komunikasi, bahasa, pemahaman sosial dan
pemahaman pervasive (kemauan).
Autisme atau biasa disebut dengan ASD (autis ticspectrum disorder) merupakan
gangguan perkembangan fungsi otak yang kompleks dan sangat bervariasi
(spektrum). Biasanya, gangguan perkembangan ini meliputi cara berkomunikasi,
berinteraksi sosial, dan kemampuan berimajinasi. Dari data para ahli, diketahui
bahwa penyandang ASD anak lelaki empat kali lebih banyak dibandingkan
penyandang ASD anak perempuan. Dengan kata lain, anak laki-laki lebih rentan
menyandang sindrom autism dibandingkan anak perempuan.10
a. Ciri-ciri gangguan autis
Anak autis masih dianggap sebagai aib atau bencana bagi sebagian keluarga.
Mereka terkadang di perlakukan berbeda dengan anak-anak normal lainnya.
Perhatian dan kasih sayang orang tua pada anak autis tidak lebih dari pada
5 Bonny Danuatmaja, Terapi Anak Autis Di Rumah, (Jakarta: Pusaka Swara, 2003), hlm.3.
6 Lobus adalah bagian dari otak kecil.
7 Sel purkinje adalah sebuah sel saraf besar yang memiliki banyak cabang dendrit. Sel ini dapat
ditemukan di otak kecil.
8 Senyawa yang terdapat dalam trombosit, mastosit dan basofil.
9 Bonny Danuatmaja, Terapi Anak Autis Di Rumah , hlm.5.
10 D. S. Prasetyono, Serba-serbi Anak Autis, (Yogyakarta: Diva Pers, 2008), hlm.24.
9
mereka yang normal mereka jarang mendapatkan perhatian khusus, padahal
mereka juga merupakan bagian dari keluarga yang berhak atas pendidikan dan
pengajaran yang sama dengan anak-anak normal. Kita tidak bisa mengharapkan
lebih, tetapi mereka tetap membutuhkan bimbingan dan dukungan lebih dari
orang tua dan lingkungannya, agar ia dapat tumbuh dan berkembang serta dapat
hidup normal hingga dewasa, hingga membina keluarga kelak. Dari seluruh
gangguan perkembangan yang ada, retardasi mental adalah yang terbanyak,
kemudian disusul oleh gangguan spectrum autism. Meskipun seluruh kumpulan
gejalanya luas, akibatnya bisa sangat ringan atau berat. Akan tetapi, semuanya
menunjukkan gangguan dalam bidang komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku.
Gangguan ini sangat kompleks dan diagnosisnya tergantung dari kemampuan dan
pengalaman klinis pemeriksa karena instrument yang bisa mengukur autisme
untuk bayi belum ada.
Saat ini para peneliti Kanada membuat instrumen tersebut dan disebut
sebagai autism observation scale for infants (OASI). Instrument ini mengukur
perkembangan bayi pada umur 6 bulan dan mencari 16 ciri-ciri yang
menimbulkan resiko timbulnya autisme, misalnya :
1) Tidak mau tersenyum bila di ajak senyum.11
2) Tidak bereaksi bila dililing atau dipanggil namanya.12
3) Temperamen yang pasif pada umur 6 bulan dan diikuti dengan iritabilitas
yang tinggi.
4) Cenderung sangat terpukau atau berlebihan pada suatu benda tertentu.
5) Meskipun jatuh tidak peka terhadap rasa sakit.13
6) Lebih suka menyendiri, sifatnya agak menjauhkan diri.
7) Tidak suka dipeluk atau menyayangi.
8) Kesulitan dalam mengutarakan kebutuhannya, suka menggunakan isyarat
atau menunjuk dengan tangan dari pada kata-kata.
11
D. S. Prasetyono, Serba-serbi Anak Autis, hlm. 23.
12 A. Supratiknya, Mengenal Prilaku Abnormal,( Yogyakarta: Kanisius, 1995), hlm.87.
13 D. S. Prasetyono, Serba-serbi Anak Autis, hlm.22.
10
9) Hiperaktif atau melakukan kegiatan fisik secara berlebihan atau malah tidak
melakukan apapun ( terlalu pendiam).
10) Echolalia ( mengulangi kata atau kalimat, tidak berbahasa biasa ).
11) Tidak pernah atau jarang sekali kontak mata.14
12) Ekspresi muka yang kurang hidup pada saat mendekati umur dua belas
tahun.15
13) Tantrums (suka mengamuk atau memperlihatkan kesedihan tanpa alasan
yang jelas).
14) Tidak tanggap terhadap isyarat kata-kata, bersikap seperti orang tuli.
15) Tertawa atau tergelak tidak pada tempatnya.
16) Menekuni permainan dengan cara aneh dalam waktu lama.16
Dengan mengenali ciri-ciri tersebut, diagnosisnya bisa dilakukan sejak awal,
dan intervensi bisa dimulai lebih dini. Karena hal ini akan mempengaruhi masa
depan anak tersebut. Ciri-ciri tersebut merupakan ciri-ciri dini dari autisme atau
merupakan prilaku yang menyebabkan berkurangnya kemampuan bersosialisasi
sehingga timbul gangguan perkembangan seperti autisme. Bagaimanapun hasil
penelitian diatas akan membuat kita lebih mengerti kapan autisme pada seorang
anak akan timbul.
Oleh karena itu sebagai orang tua dituntut untuk sedini mungkin tanggap
akan perilaku anak. Bahkan dari setiap tindakan anak yang dianggap remeh
sekalipun. Sampai sekarang ini sebab-sebab munculnya autis masih belum jelas
walaupun sebagian besar ahli mendukung bahwa autis disebabkan gangguan
organik otak.17
Teori-teori tentang penyebab autisme belum dapat diketahui
dengan pasti. Ada sebagian ilmuwan berpendapat autisme terjadi karena faktor
genetika. Tetapi, mengetahui penyebab pasti autisme memang sulit karena otak
manusia itu sangat rumit.
14
Aqila Smart, Anak Cacat Bukan Kiamat Metode Pembelajaran dan Terapi Untuk Anak
Berkebutuhan Khusus, hlm.61.
15 Aqila Smart, Anak Cacat Bukan Kiamat, hlm. 62.
16 D.S. Prasetyono, Serba-serbi Anak Autis ,hlm. 23.
17 Faisal yatim, Autisme Suatu Gangguan Jiwa Pada Anak-Anak, (Jakarta: Pustaka Pelajar
Obor, 2002 ), cet. 7, hlm. 20.
11
Otak berisi lebih dari 100 miliar sel saraf yang di sebut neuron. Setiap
neuron dapat memiliki ratusan atau ribuan sambungan yang membawa pesan ke
sel saraf lain di otak dan tubuh. Dengan adanya sambungan-sambungan dan zat-
zat kimia pembawa pesan (neurotransmiter) itulah kita dapat melihat,
merasakan, bergerak, mengingat, dan bekerja sama seperti seharusnya.
Karena beberapa alasan, beberapa sel dan sambungan di otak anak autisme,
terutama pada wilayah yang mengatur: komunikasi, emosi, dan indrawi tidak
berkembang dengan baik atau bahkan rusak.18
Para ilmuwan masih mencoba memahami bagaimana dan mengapa hal ini
dapat terjadi. Penyebab autisme belum dapat dipahami dengan pasti. para
ilmuwan menemukan adanya problem kompleks neurobiologis (biologis otak),
yang berbasis genetika, seperti halnya pada kondisi lain yang disebabkan oleh
adanya kelainan pada kromosom yang diwarisi seorang anak.
Sementara beberapa studi lain menduga autisme timbul karena berbagai
penyebab, termasuk:
1) Alergi makanan
2) Akibat pemberian vaksin tertentu
3) Adanya penumpukan ragi (yeast) dalam saluran pencernaan
4) Terpapar racun-racun dari lingkungan
Tetapi teori-teori tersebut belum dapat dibuktikan secara ilmiah. Penelitian
terkini membuktikan bahwa tidak ada hubungan antara pemberian vaksin dan
timbulnya autis. Penting juga untuk diingat bahwa autisme timbul bukan karena
parenting yang buruk atau karena pengalaman traumatis.19
Selain itu kelainan prilaku dan kepribadian anak autis juga dapat disebabkan
oleh kecelakaan, misalnya (jatuh dan terpukul) , karena demam panas tinggi atau
keracunan makanan, minuman dan atau obat-obatan.
18
Andri Priyatna, Amazing Autism Memahami. Mengasuh, Dan Mendidik Anak Autis, (Jakarta:
PT Gramedia, 2010), hlm. 20.
19 Andri Priyatna, Amazing Autism Memahami. Mengasuh, Dan Mendidik Anak Autis, hlm. 21.
12
b. Gambaran Unik atau Karakteristik Anak Autis
Sebagai sindrom autis dapat menimpa seluruh anak dari berbagai tingkat
sosial dan kultur. Hanya sering terdapat pada anak laki-laki , bisa sampai 3-4 kali
dibanding anak perempuan, mungkin ada hubungan genetik. Sebagian besar
penderita autis biasanya mengalami gangguan berbahasa. Kejadian autis di
Negara maju sekitar 5-15/10.000 penduduk.
Ciri yang sangat menonjol pada penderita autis adalah tidak adanya atau
sangat kurangnya kontak mata dengan orang lain. Penderita autis bersikap acuh
tak acuh bila di ajak bicara atau bergurau. Ia seakan akan menolak semua usaha
interaksi dari orang lain termasuk dari ibunya. Ia lebih suka dibiarkan main
sendiri dan melakukan suatu perbuatan yang tidak lazim secara berulang-ulang.
Pada dasarnya anak autis mempunyai masalah atau gangguan dalam beberapa
bidang:
1) Komunikasi
a) Perkembangan bahasa lamban atau sama sekali tidak ada
b) Anak tampak seperti tuli, atau sulit bicara, atau pernah berbicara tapi
kemudian sirna
c) Kadang kata-kata yang di gunakan tidak sesuai dengan artinya.
d) Mengoceh tanpa arti berulang- ulang, dengan bahasa tidak dapat di
mengerti orang.
e) Berbicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi.
f) Bila senang meniru, dapat hafal betul kata-kata atau nyanyian tersebut
tanpa mengerti artinya
g) Senang meniru atau membeo( echolalia)
h) Sebagian dari anak autis tidak berbicara( non verbal) atau sedikit berbicara
( kurang verbal) sampai usia dewasa.
i) Senang menarik narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang ia
inginkan, misalnya bila ingin meminta sesuatu.
2) Interaksi sosial
a) Penyandang autisme lebih suka menyendiri.
b) Tidak ada atau sedikit kontak mata atau menghindari untuk bertatapan
13
c) Tidak tertarik bermain bersama teman.
d) Bila diajak bermain, ia tidak mau dan menjauh.
3) Gangguan sensoris
a) Saat sensitif terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk.
b) Bila mendengar suara keras langsung menutup telinga.
c) Senang mencium, menjilat mainan atau benda-benda
d) Tidak sensitif terhadap rasa sakit dan rasa takut.
4) Pola bermain
a) Tidak bermain seperti anak-anak lainnya.
b) Tidak suka bermain dengan anak sebayanya.
c) Tidak kreatif, tidak imajinatif.
d) Tidak bermain sesuai fungsi mainan, misalnya sepeda dibalik lalu
rodanya diputar-putar
e) Sedang akan benda-benda berputar, seperti kipas angin, roda sepeda
f) Dapat sangat dekat dengan benda-benda tertentu yang dipegang terus dan
dibawa kemana-mana
g) Dapat berperilaku berlebihan (hiperaktif) atau kekurangan (hipoaktif)
h) Memperhatikan prilaku stimulasi diri seperti bergoyang- goyang,
mengepakkan tangan seperti burung, berputar-putar, mendekatkan mata
ke pesawat televisi, lari atau berjalan bolak- balik, melakukan gerakan
yang berulang-ulang.
i) Tidak suka para perubahan.
j) Dapat pula duduk bengong dengan tatapan kosong.
5) Emosi
a) Sering marah-marah tanpa alas an yang jelas, tertawa- tawa menangis
tanpa alasan.
b) Temper tantrum (mengamuk tidak terkendali) jika dilarang atau tidak
diberikan keinginannya kadang suka merusak dan menyerang.
c) Kadang- kadang berperilaku menyakiti diri sendiri.
14
d) Tidak mempunyai empati dan tidak mengerti perasaan orang lain20
Kadang-kadang penderita autis dapat berkembang normal namun pada usia
tertentu terjadi gangguan perkembangan dan akhirnya mengalami kemunduran.
Kebanyakan inteligensia anak autis rendah. Namun 20% dari anak autis masih
mempunyai IQ> 70. Kemampuan khusus, seperti membaca, berhitung,
menggambar, melihat penanggalan, atau mengingat jalanan yang banyak lika-
likunya kurang bisa mengimbangi anak sebayanya. Tetapi tidak seperti anak
Down Syandrome yang idiot, atau anak yang gerakan ototnya kaku, pada anak
dengan kelainan jaringan otak.21
Perilaku autisme digolongkan menjadi dua jenis yaitu:
1) Perilaku Eksesif( berlebihan)
Perilaku eksesif ditandai hiperaktif dan tantrum( mengamuk) berupa
menjerit, mengepak, menggigit, memukul, dan sebagainya. Terkadang dalam
perilaku eksesif terjadi anak menyakiti diri sendiri( self abuse).
2) Perilaku Defisit( berkekurangan)
Perilaku defisit ditandai dengan gangguan bicara, perilaku sosial kurang
sesuai( naik ke pangkuan ibu bukan untuk kasih sayang tetapi untuk meraih
kue), defisit sensoris sehingga dikira tuli, bermain tidak benar dan emosi yang
tidak tepat misalnya tertawa tanpa sebab, menangis tanpa sebab dan
melamun.22
2. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Kata-kata pendidikan Islam tampak menunjukkan kepada muatan atau isi
pendidikan yang harus disampaikan kepada peserta didik. Pada tataran ini pendidikan
Islam biasa disebut dengan pendidikan agama Islam (PAI); sebuah mata pelajaran
20
Dikdasmen Depdiknas, http://dikdasmendipdiknas. Putra kembara.com/education/
Dikdasmen depdiknas/kajian-pendidikan-anak-autis.
21 Faisal Yatim, Autisme Suatu Gangguan Jiwa Pada Anak-Anak, hlm. 12.
22 Y. Handojo, Autisme, hlm, 13.
15
wajib yang disampaikan di sekolah atau madrasah sampai perguruan tinggi di
Indonesia.23
Tidak ada pengecualian bagi seseorang yang ingin mengenyam pendidikan,
Semua orang mendapatkan hak yang sama untuk melestarikan pendidikan sesuai
kemampuan dan karakteristik individu masing-masing. Baik individu normal pada
umumnya maupun individu yang memiliki kebutuhan pendidikan khusus. Hal ini
sebagaimana didasari oleh Undang- Undang dan peraturan pemerintah, bahwa
individu yang mengalami kecacatan tubuh maupun mental (autisme) berhak
memperoleh pendidikan, adalah sebagai berikut:
Undang–Undang No. 20 Tahun 2003 pasal 5 ayat 2 yang berbunyi: “Warga
Negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan atau sosial
berhak memperoleh pendidikan khusus”.24
Dan juga dalam peraturan pemerintah
pasal 19 ayat 1 yang berbunyi: “proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, memotivasi peserta
didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup prakarya,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik”.25
a. Pengertian Pembelajaran PAI
Adapun pendidikan merupakan usaha- usaha secara sistematis dan pragmatis
dalam membantu anak didik supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam.
Islam mengarahkan gerakan pendidikan dan belajar pada tujuan moral yang
baik. Karenanya, diusahakan agar proses pendidikan berpengaruh terhadap
pembinaan individu dan masyarakat.26
Dari pengertian diatas, maka dapat diartikan bahwa pendidikan Islam adalah
sebagai pusat- pusat pemelihara dan pengembangan nilai- nilai moral yang
23
Hery Noer Aly Dan H. Munzier S, Watak Pendidikan Islam, (Jakarta: Friska Agung Insani,
2003), hlm. 5.
24 Undang- Undang RI No. 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Bp. Cipta
Jaya), hlm 8.
25 Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan,
(Semarang : CV. Duta Nusindo , 2005), hlm. 21.
26 Hery Noer Aly Dan H. Munzier S, Watak Pendidikan Islam, hlm. 169.
16
berdasarkan agama Islam. Dan Islam telah menyumbangkan hal-hal sebagai
pengimbang dari pendidikan yang tidak berdasar kan agama atau keagamaan.
Dari situ pendidikan Islam dapat berfungsi sebagai the guardian of religious and
moral values. Dan juga pendidikan Islam mempunyai nilai futuristis dalam arti
mempersiapkan nilai-nilai abadi yaitu nilai- nilai ketuhanan.27
Menurut Ahmad Syar’i, pendidikan agama Islam ialah ikhtiar yang
dilakukan oleh si pendidik dan atau terdidik dalam rangka terbentuknya
kedewasaan jasmani dan rohani (kognitif, psikologis, dan efektif) terdidik sesuai
dengan tuntunan ajaran Islam dalam rangka kebahagiaan hidup di duniawi, dan
ukhrawi.28
Penyelenggaraan pendidikan dikatakan pendidikan agama Islam
paling tidak harus memenuhi dua kriteria yaitu materi dan tujuan serta personil
dan lembaga pengelolaannya harus Islami. Sedangkan menurut Achmadi,
Pendidikan Agama Islam ialah usaha yang lebih khusus ditekankan untuk
mengembangkan fitrah keberagamaan subjek didik agar lebih mampu memahami
menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam. Implikasi dari pengertian ini,
pendidikan Islam merupakan komponen yang tidak terpisahkan dari sistem
pendidikan Islam.29
Pendidikan agama Islam berfungsi sebagai jalur
pengintegrasian wawasan Islam dengan bidang-bidang studi (pendidikan) yang
lain.
Jadi pengertian Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar yang dilakukan
oleh pendidik untuk mengembangkan fitrah keberagamaan peserta didik agar
mampu memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan untuk kebahagiaan dunia dan
akhirat dengan memperhatikan tuntunan untuk menghormati agama lain dalam
hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan
persatuan nasional.
27
Armai Arief, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Ciputat
Pers, 2000), hlm. 15.
28 Ahmad Syar’i, Filsafat Pendidikan Islam , (Jakarta Pustaka Firdaus, 2005), hlm. 127.
29 Achmadi, Islam Paradigma Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Aditya Media, 2005), hlm. 127.
17
Dalam pembelajaran PAI tidak terlepas dari persiapan, proses, dan evaluasi
pembelajaran hal tersebut merupakan satu kesatuan pembelajaran yang terkait
dan berkesinambungan. Maka, dari persiapan seorang guru harus membuat
rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah di modifikasi sesuai keadaan
tempat dan karakteristik anak didik, sedangkan dalam prosesnya seorang guru
dituntut untuk memberikan suasana yang menyenangkan dan ilmu yang
bermakna terhadap anak didiknya, serta berkewajiban mengevaluasi hasil belajar
anak didik yang bisa dilakukan secara tertulis, lisan atau praktek. Sehingga
ketetapan metode dan kreasi guru sangat dikedepankan. Mengenai proses tata
urutan pembelajaran mulai dari persiapan, proses dan tahapan evaluasi, lebih
lanjut akan dipaparkan pada bab selanjutnya mengacu pada pelaksanaan model
pembelajaran yang digunakan di SLBN Ungaran Semarang.
Pendidik mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada dasarnya merupakan
motor penggerak yang harus mempunyai pribadi yang berakhlak, dengan
indikatornya antara lain mempunyai disiplin yang tinggi, berwibawa, cerdas,
gemar belajar, menguasai metode pengajaran dan memiliki jiwa kepemimpinan.
Artinya, ia harus menunjukkan keteladanan sebagai sosok beragama yang baik
dengan melaksanakan ibadah dan berakhlak luhur.30
Sebagaimana dalam Al-
Qur’an surat An- Nahl ayat 125:
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik.( Q.S. An-Nahl: 125)31
Pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu rekayasa yang di upayakan
untuk membantu peserta didik agar dapat tumbuh berkembang sesuai dengan
maksud dan tujuan. Oleh karenanya segala kegiatan interaksi, metode, dan
30
Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: CV Misaka Galiza,
2003), hlm 133.
31 Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Bandung: CV. Diponegoro), hlm. 235.
18
kondisi pembelajaran yang dikehendaki.32
Menurut pandangan E Mulyasa
tentang teori pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan
lingkungannya, sehingga terjadi perilaku ke arah yang lebih baik.33
Dalam
pembelajaran terdapat proses berinteraksi antara guru dengan siswa. Dan proses
interaksi tersebut diharapkan akan terjadi perubahan perilaku pada diri siswa ke
arah yang lebih baik. Pembelajaran yang dimaksud E. Mulyasa hampir sama
dengan UU SISDIKNAS pasal 1 ayat 20, pembelajaran adalah proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar.34
Secara implisit, dalam pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan,
mengembangkan metode untuk mencapai hasil pengajaran yang diinginkan.
Pemilihan, penetapan dan pengembangan metode didasarkan pada kondisi
pengajaran yang ada.
Jadi pengertian pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar sehingga terjadi
perilaku ke arah yang lebih baik. Pembelajaran tidak hanya proses terjadinya
perilaku ke arah yang lebih baik melainkan juga terdapat kegiatan memilih,
menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pengajaran yang
inginkan. Belajar mengacu pada hasil apa yang ingin dicapai sedang
pembelajaran adalah proses dari belajar.
Dari berbagai uraian di atas, maka dapat diambil pengertian bahwa
pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah proses interaksi siswa dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar untuk
mengembangkan fitrah keberagaman siswa agar mampu memahami, menghayati
dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran
dan atau latihan untuk kebahagiaan dunia dan akhirat dengan memperhatikan
32
Muhaimin, dkk, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama
Islam Di Sekolah, ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 184.
33 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm.
100.
34 UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003, (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2006), hlm. 6.
19
tuntunan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat
beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.
b. Tujuan Pembelajaran PAI Pada Anak Autis.
Secara etimologi, tujuan adalah “arah, maksud, atau haluan”. Dalam bahasa
arab, tujuan diistilahkan dengan “ghayal, ahdaf, atau maqosid”. Sementara dalam
bahasa inggris diistilahkan dengan “goal, purpose, objectives atau aim”. Secara
terminologi, tujuan berarti “sesuatu yang di harapkan tercapai setelah sebuah
usaha atau kegiatan selesai.”35
Tujuan dari pelaksanaan pendidikan agama Islam yang efektif dalam
berbagai bidang, paling tidak, akan mengantarkan peserta didik memiliki ahlakul
karimah. Ahlakul karimah inilah yang diharapkan akan membentuk peserta didik
menjadi anak sholeh dalam kehidupannya, baik di sekolah, keluarga, maupun
dalam lingkungan masyarakat.36
Dalam kaitan ini, pendidikan agama Islam diharapkan dapat concern
terhadap upaya pembentukan kepribadian peserta didik dengan kecacatan
neorobiologis yang didukung oleh lingkungan masyarakatnya, artinya nilai-nilai
yang di tanamkan melalui PAI di sekolah hendaknya dijaga supaya tidak sampai
berbenturan dengan nilai-nilai yang dianut diluar sekolah.
Pendidikan agama Islam memang mempunyai peranan sangat penting dalam
mewujudkan peserta didik yang tidak memiliki kepribadian, moral, sikap, dan
intelektual tinggi. Secara umum, kepribadian dapat dibentuk melalui pendidikan
di sekolah. Namun sekolah bukan satu-satunya yang berperan dalam
mewujudkan anak yang sholeh. Upaya pendidikan agama Islam untuk
mewujudkan kepribadian anak yang kokoh, mantap da dinamis dan tidak akan
pernah maksimal manakala nilai-nilai diajarkan di sekolah tidak didukung
dengan nilai-nilai di luar sekolah.37
35
Armai Arif , Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Ciputat
Pers, 2000), hlm. 15.
36 Hery Noer Aly dan H. Munzier S, Watak Pendidikan Islam, hlm. 69.
37 Hery Noer Aly dan H. Munzier S, Watak Pendidikan Islam, hlm. 5.
20
Adapun tujuan Pendidikan Agama Islam terhadap anak autis adalah
memberikan kemampuan dasar kepada anak tentang agama Islam, untuk
mengembangkan kehidupan beragama sehingga menjadi muslim yang beriman
dan bertaqwa pada Allah SWT serta berakhlak mulia sebagai insane pribadi,
anggota masyarakat dan lingkungan sekitar. Tetap menjadi umat yang semangat
berjuang tanpa patah arang, meskipun menyadari bahwasanya seseorang penuh
dengan segala kekurangan.
Watak pendidikan Islam jika dilihat dari filsafatnya adalah bersumber dari
Al qur’an dan Hadist. Filsafat inilah yang akan melandasi proses operasional
pendidikan Islam. Norma-norma yang dihasilkan dan cara pandangnya akan
menjadi pedoman dalam menentukan isi, metode dan komponen-komponen
sistem pendidikan Islam lainnya.38
Pendidikan merupakan proses yang suci untuk mewujudkan tujuan asasi
hidup, yaitu beribadah kepada Allah dengan segala maknanya yang luas. Dengan
demikian pendidikan merupakan bentuk ibadah tertinggi dalam Islam, dengan
alam sebagai lapangannya manusia sebagai pusatnya dan hidup beriman sebagai
tujuannya.39
Melalui agama, meskipun terhadap anak cacat, dapat ditemukan nilai-nilai
universal yang dapat berfungsi memberikan jawaban tentang tujuan hidup hakiki
umat manusia di dunia ini dan dapat menjadi pengendali, pengarah, serta kontrol,
terhadap perkembangan sistem budaya dan peradaban moderen atau sekurang-
kurangnya mempunyai efek pengerem.40
Jarang orang menyadari bahwa kunci pendidikan terletak pada pendidikan
agama di sekolah, dan kunci pendidikan agama di sekolah terletak pada
pendidikan rumah tangga. Kunci pendidikan agama dalam rumah tangga adalah
37
Hery Noer Aly dan H. Munzier S, Watak Pendidikan Islam, hlm. 55.
39 Hery Noer Aly dan H. Munzier S, Watak Pendidikan Islam, hlm. 55.
40 Marno (ed), Kawasan Dan Wawasan Studi Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2005), Cet.1,
hlm. 63.
21
mendidik anak untuk menghormati Allah, orang tua, dan guru. Kunci
menghormati Allah, orang tua dan guru terletak dalam iman kepada Allah.41
Pendidikan agama di sekolah bersifat membantu, terutama membantu dalam
menambah pengetahuan agama anak. Memang sekolah juga di harapkan dapat
menanamkan iman dalam hati anak- anak didiknya, tetapi kemungkinan
berhasilnya sangat kecil. Oleh karena itu sekali lagi kerjasama sekolah dengan
keluarga amat perlu.42
Pembelajaran agama Islam, pada anak autis di desain untuk memberikan
pembelajaran yang terarah pada tujuan khusus, yaitu suatu pembelajaran yang
tidak dapat diperoleh peserta didik tanpa melalui pendidikan sekolah. Dengan
demikian, outcomes peserta didik dari pembelajaran yang direncanakan berisi
pengalaman pendidikan yang menunjukkan bahwa berbagai jenis kapabilitas
memungkinkan peserta didik untuk diakui keberadaannya.
3. Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Anak Autis
a. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau
pembelajaran tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran
termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum dan lain-lain. 43
Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil
(Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat)
kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model
pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi
41
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2005), hlm. 187.
42 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, hlm. 189.
43 Trianto, Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka,
2007), hlm. 5.
22
tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model
pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.44
Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan
kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan
suatu pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran. 45
Adapun pengertian dari pendekatan pembelajaran adalah suatu model
pembelajaran yang luas dan menyeluruh. Contohnya pendekatan pembelajaran
yang berdasarkan masalah dengan cara guru mengelompokkan siswa menjadi
beberapa kelompok kecil untuk bekerjasama memecahkan suatu masalah yang
telah disepakati oleh siswa dan guru.
Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus
dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif
dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya
(2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna
perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual
tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan
pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke
dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-
individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara
penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara
strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.
Sedangkan metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang
digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam
bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dapat
pula dikatakan bahwa metode adalah prosedur pembelajaran yang difokuskan ke
pencapaian tujuan. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat
44
http//ahmadsudrajat.word press.com/2008/09/12/pendekatan, strategi, metode, tehnik-tehnik
model pembelajaran di akses tanggal 18 Agustus jam 09.00 WIB.
45 Trianto, Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka,
2007), hlm. 5.
23
digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1)
ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6)
pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan
sebagainya.
Teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan
seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan,
penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak
membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan
penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas.
Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang
berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya
tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun
dalam koridor metode yang sama.46
Untuk lebih jelasnya, posisi hirarkis dari masing-masing istilah tersebut,
kiranya dapat divisualisasikan sebagai berikut:
Gambar 1. Skema Desain Pembelajaran
Di luar istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal juga
istilah desain pembelajaran. Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan
46
http//ahmadsudrajat.word press.com/2008/09/12/pendekatan, strategi, metode, tehnik-tehnik
model pembelajaran di akses tanggal 18 Agustus jam 09.00 WIB.
24
pola umum dan prosedur umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain
pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem
lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu. Jika
dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan tentang berbagai
kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah
gadang, rumah modern, dan sebagainya), masing-masing akan menampilkan
kesan dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan desain adalah menetapkan
cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang
diperlukan dan urutan-urutan langkah konstruksinya, maupun kriteria
penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai dengan tahap akhir, setelah
ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya
secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memiliki
keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model
pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan
dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di
Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka
pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian
(penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit menemukan
sumber-sumber literaturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat
memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses
(beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka
pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan
model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat
kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model
pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya
khazanah model pembelajaran yang telah ada.
b. Ruang lingkup
Menurut pendapat Arends (1997: 7) yang dikutip oleh Trianto, S.pd, M.Pd,
“The term teaching models refers to a particular approach to instruction that
25
includes its goals, syntax, environment, and management system.”, yang artinya
istilah model pengajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu
termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan sistem pengelolaannya.47
Jadi, ruang lingkup model pembelajaran antara lain:
1) Pendekatan pembelajaran
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan
tentang terjadinya suatu proses dan sifatnya masih sangat umum. Oleh
karenanya strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat
bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu.48
2) Tujuan pembelajaran
Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa
siswa telah melakukan tugas belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan,
keterampilan dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan tercapai oleh
siswa. tujuan belajar adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang
diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsungnya proses belajar.
Yang menjadi kunci dalam rangka menentukan tujuan pembelajaran
adalah kebutuhan siswa, mata ajaran, dan guru itu sendiri. berdasarkan
kebutuhan siswa dapat ditetapkan apa yang hendak dicapai dan
dikembangkan dan diapresiasikan. berdasarkan mata ajaran yang ada dalam
petunjuk kurikulum dapat ditentukan hasil-hasil pendidikan yang diinginkan.
guru sendiri adalah sumber utama tujuan bagi para siswa dan dia harus
mampu menulis dan memilih tujuan pendidikan yang bermakna dan dapat
diukur.49
47
Trianto, S.Pd, M.Pd, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik,
(Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007), hlm. 5-6
48 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana, 2007), hlm. 127.
49 http://m2hdewi.blogspot.com/2008/12/tutujuan-belajar-dan-pembelajaran.html di akses
tanggal 19 Agustus 2011 jam 16.50.
26
3) Sintaks (pola urutan) dari suatu model pembelajaran
Sintaks adalah pola yang menggambarkan pola urutan alur tahap-tahap
keseluruhan yang pada umumnya disertai dengan serangkaian kegiatan
pembelajaran. Sintaks atau pola urutan dari suatu model pembelajaran
tertentu menunjukkan dengan jelas kegiatan-kegiatan apa yang harus
dilakukan oleh guru atau siswa. Sintaks atau pola berurutan dari bermacam-
macam model pembelajaran memiliki kumpulan-kumpulan yang sama,
contohnya: setiap model pembelajaran diawali dengan upaya menarik
perhatian siswa dan memotivasi siswa agar terlibat dalam proses
pembelajaran.
4) Lingkungan pembelajaran
Lingkungan pembelajaran dapat di artikan sebagai tempat dilakukannya
suatu pembelajaran. Lingkungan pembelajaran meliputi hal-hal yang
berkaitan dengan pembelajaran baik yang bersifat langsung maupun tidak
langsung. Suatu kenyataan yang terjadi dalam kehidupan pembelajaran
dewasa ini bahwa hasil pembelajaran banyak dipengaruhi oleh proses
pembelajaran siswa, perencanaan pembelajaran, dan penataan lingkungan
baik belajar maupun sosial dalam kelas, yang selanjutnya akan berdampak
pada kualitas hasil belajar siswa
5) Sistem pengelolaan pembelajaran
Sistem pengelolaan pembelajaran adalah suatu cara dan upaya yang
dilakukan oleh seorang guru untuk menyukseskan tujuan pembelajaran yang
telah direncanakan. Pengelolaan pembelajaran dapat ditata atau di desain
oleh guru itu sendiri.
c. Komponen Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Anak Autis
Sebagai suatu sistem, dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam
terdapat beberapa komponen. Beberapa komponen tersebut yaitu tujuan, guru,
siswa, materi, kurikulum, metode, media dan evaluasi.
1) Tujuan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Anak Autis
Tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak autis
sebagaimana firman Allah surat A1-Baqarah ayat 31 yaitu:
27
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu
berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika
kamu memang orang-orang yang benar!” (QS. AI-Baqarah: 31).50
Ayat diatas menafsirkan kewajiban manusia untuk mengupayakan dan
menyelenggarakan pendidikan termasuk Pendidikan Agama Islam.
Pendidikan sangat dibutuhkan manusia untuk kelangsungan hidup manusia
dan untuk mengembangkan potensi diri guna memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendali diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Islam memandang bahwa setiap manusia diciptakan untuk beribadah
pada Allah SWT. Kewajiban ini mutlak adanya dan berlaku untuk semuanya
selagi mereka tetap dalam keadaan sadar, dalam arti mampu menggunakan
akal dan hatinya untuk membedakan yang baik dan yang buruk. Kewajiban
manusia dalam membutuhkan pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk
pedoman hidup sehingga agama merupakan standardisasi nilai-nilai sosial
dimasyarakat dan untuk melestarikannya, maka sangat diperlukan
penyelenggaraan pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Secara psikologis,
agama sangat urgen diperlukan untuk memberikan bimbingan, arahan dan
pengajaran bagi setiap muslim agar dapat beribadah dan bermuamalah
dengan ajaran Islam.
Kewajiban tersebut diatas tidak hanya berlaku bagi orang norma saja
tetapi juga berlaku bagi orang yang terbelakang (autisme) atau cacat mental
walaupun mereka mempunyai kelainan pada saluran saraf tertentu atau
kelainan mental. Karena tujuan manusia hidup dunia hanya untuk beribadah
dan menyembah Allah SWT. Sehingga untuk menjalankan syariat agama
dengan benar seseorang harus memperoleh pengetahuan tentang hal tersebut
50
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya, (Semarang: CV Alwaah, 1993), hlm. 14.
28
di atas. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh melalui pendidikan dan
pengalaman. Demikian pula dengan anak cacat mental atau terbelakang
(autisme).
Sedangkan tujuan akhir pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada
anak autis adalah mengubah sikap mental dan perilaku tertentu yang dalam
konteks Islam adalah agar menjadi seorang muslim yang terbina seluruh
potensi dirinya sehingga dapat melaksanakan fungsinya sebagai khalifah
dalam rangka beribadah pada Allah, namun dalam proses menuju arah
tersebut diperlukan adanya pendidikan.51
2) Guru
Guru adalah pendidik, secara etimologi dalam bahasa arab identik
dengan mualim (معلم) dari kata allama (علم) atau mudarris (مدرس) dari kata
darrasa (درس) yang berarti mengajar, juga kata mu’addib (مؤدب) dari kata
addaba (ادب) berarti mengajar dan murabbi (مربى) dari kata raab (رب) berarti
mengasuh atau mendidik.52
Sedangkan secara terminologi pengertian guru menurut Syafruddin
Nurdin adalah seseorang yang bukan hanya pemberi ilmu pengetahuan
kepada murid-muridnya, akan tetapi dia seorang tenaga profesional yang
dapat menjadikan murid-muridnya mampu merencanakan, menganalisis, dan
menyimpulkan masalah yang dihadapinya.53
Seorang guru hendaknya
bercita-cita tinggi, berpendidikan luas, berkepribadian kuat dan tegar serta
berprikemanusiaan yang mendalam.
Seorang guru hendaknya memiliki kemampuan dasar atau kompetensi
guru. Kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam
melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggungjawab.54
51
Abuddin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hlm.
169.
52 Aw. Munawir, Kamus al-Munawir Arab Indonesia Terlengkap, (Yogyakarta: PP
Yogyakarta, 1984), hlm. 504.
53 Syafruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Press,
2003), hlm. 8.
54 Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Rosdakarya, 2006), hlm. 15.
29
Dalam UU no. 14 tahun 2005 Bab IV tentang guru dan dosen,
kompetensi guru meliputi:
a) Kompetensi Pedagogik.
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran
peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimilikinya.55
Guru hendaknya memiliki kemampuan mengelola pembelajaran
siswa. Kemampuan mengelola pembelajaran siswa harus dikuasai guru
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang kondusif dan efektif sehingga
tujuan pendidikan bisa tercapai.
b) Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang
mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa menjadi teladan bagi peserta
didik dan berakhlak mulia.56
Seorang guru harus siap dan sedia terhadap berbagai hal yang
berkenaan dengan tugas dan profesinya. Misalnya siap menghargai
pekerjaannya, mencintai dan memiliki perasaan senang terhadap mata
pelajaran yang dibinanya, siap toleransi terhadap sesama teman
profesinya, memiliki kemauan yang keras untuk meningkatkan hasil
pekerjaan.
Seorang guru harus mencintai profesinya. Dengan mencintai
profesinya maka ia akan berusaha untuk membentuk pribadi yang baik
(berkepribadian) dan berakhlak baik. Berkepribadian matang dan
berkembang memungkinkan ia dapat membimbing peserta didik dalam
tahap perkembangannya, mempunyai ciri-ciri kepribadian yang kuat dan
seimbang, mempunyai visi tentang etika tingkah laku manusia sebagai
individu dan sebagai anggota masyarakat, kemandirian pendidik dapat
55
Standar Nasional Pendidikan (PP RI No. 19 tahun 2005) Bab 28 Pasal 28 Ayat 3 huruf a.
56 Standar Nasional Pendidikan (PP RI No. 19 tahun 2005) Bab 28 Pasal 28 Ayat 3 huruf b.
30
dilihat dan kemampuan dan kekuatannya serta keutuhannya dan
keharmonisan sebagai pribadi yang diharapkan dapat meningkatkan
kualitas siswa.57
c) Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya
membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang
ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.58
Guru profesional hendaknya memiliki kemampuan penguasaan
materi pembelajaran yang kuat dan luas. Pengetahuan ini perlu
memberikan makna pada arah perkembangan siswa dan berubah
melainkan berkembang menurut jenis pengalaman atau apapun yang
dihayatinya. Sehingga guru autis akan lebih mudah dalam memahami
peserta didik. Dan dengan menguasai IPTEK maka peserta didik dapat
dibimbing untuk dapat mengikuti perkembangan IPTEK agar peserta
didik tidak GAPTEK (gagap teknologi). Penguasaan IPTEK bagi seorang
guru profesional bukanlah pengetahuan yang setengah-setengah, tetapi
harus pengetahuan IPTEK yang tuntas, karena IPTEK itu sendiri
berkembang dengan cepat. Guru yang tidak mempunyai dasar ilmu
pengetahuan yang kuat akan tercecer dan tidak akan dapat mengikuti
perkembangannya.59
Dari penjelasan tersebut di atas, haruslah terealisasi dalam bentuk
ijazah. Dengan mempunyai ijazah seorang guru akan diakui tingkat
kecerdasannya.
d) Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dan
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
57
M. Mochtar, Desain Pembelajaran PAI, (Jakarta: Misaka Paksa, 2003), hlm. 100.
58 Standar Nasional Pendidikan (PP RI No. 19 tahun 2005) Bab 28 Pasal 28 Ayat 3 huruf c.
59 HAR Tilar, Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional, (Magelang: Tera Indonesia,
1999), hlm. 293.
31
peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali
peserta didik dan masyarakat sekitar.60
Seorang guru harus memiliki kompetensi sosial karena guru sebagai
bagian dan masyarakat dan juga sebagai makhluk sosial yang
membutuhkan komunikasi dan pergaulan. Komunikasi dan pergaulan
dalam pembelajaran digunakan untuk menciptakan hubungan emosional
antara guru dan peserta didik. Hubungan emosional yang baik antara
guru dan peseta didik untuk memberi bimbingan, mengenal dan
membangkitkan minat peserta didik terhadap ilmu, sehingga siswa benar-
benar mengalami pembelajaran yang menyeluruh dan integral sesuai
dengan tingkat perkembangan minat, bakat dan kecakapannya. Selain itu
guru juga harus menjalin komunikasi dan pergaulan yang efektif
terhadap sera pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali siswa dan
masyarakat sekitar guna mendukung jalannya proses belajar mengajar
agar tujuan pendidikan tercapai.
Dari keempat kompetensi di atas sudah barang tentu tidak dapat berdiri
sendiri, tetapi saling berhubungan dan mempengaruhi satu sama lainnya.
Keempat bidang tersebut mempunyai hubungan hirarkis, artinya saling
mendasari satu sama yang lain, antara kompetensi yang satu mendasari
kompetensi yang lainnya.
3) Siswa
Siswa atau shaby (صبى) berarti kanak-kanak sedangkan muta’aiim (متعلم)
berarti orang yang belajar , thalib al-ulum ( berarti orang yang (طلب العلم
mencari ilmu.61
Siswa adalah seseorang yang mencari ilmu. Siswa memiliki
karakteristik yang berbeda-beda antara siswa yang satu dengan siswa yang
lain. Hal ini disebabkan karena adanya faktor usia, intelektual dan lain-lain.
Ciri yang sangat menonjol pada penderita autis adalah tidak adanya atau
sangat kurangnya kontak mata dengan orang lain. Jadi, siswa autis bersikap
acuh tak acuh bila di ajak bicara atau bergurau. Ia seakan akan menolak
60
Standar Nasional Pendidikan (PP RI No. 19 tahun 2005) Bab 28 Pasal 28 Ayat 3 huruf d.
61 AW. Munawir, Kamus al-Munawir Arab Indonesia Terlengkap, hlm. 645.
32
semua usaha interaksi dari orang lain termasuk dari ibunya. Ia lebih suka
dibiarkan main sendiri dan melakukan suatu perbuatan yang tidak lazim
secara berulang-ulang. Hal inilah yang membuat siswa autis perlu
mendapatkan perhatian dan model pembelajaran yang khusus dalam
melakukan proses pembelajaran.
4) Materi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Anak Autis
Kegiatan utama pendidikan yaitu dalam rangka menyampaikan materi,
sehingga materi merupakan bagian terpenting dari pendidikan. Sedangkan
materi yang diajarkan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi
anak autis meliputi sub bidang studi yaitu akidah akhlak, fiqih, al-qur’an
hadist, sejarah Islam dan bahasa arab. Materi yang disampaikan pada siswa
terangkum dalam kurikulum.
5) Kurikulum Pendidikan Agama Islam Pada Anak Autis
Kurikulum adalah bahan-bahan Pendidikan Agama Islam berupa
kegiatan, pengetahuan dan pengalaman yang dengan saja dan sistematis
diberikan kepada anak didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
agama Islam.62 Sedangkan tujuan pendidikan agama Islam yang tertuang
dalam KTSP yaitu meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan
pengalaman peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia
muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak
mulia dengan kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.63
Dalam hal ini, kurikulum pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada
anak autis dapat dipilih, dimodifikasi dan dikembangkan oleh guru dengan
bertitik tolak pada kebutuhan masing-masing anak autis berdasarkan hasil
identifikasi. Hal ini dilakukan karena anak autis memiliki kemampuan yang
berbeda serta proses perkembangan dan tingkat pencapaian program juga
tidak sama antara satu dengan yang lainnya. Pemilihan dan modifikasi
62
Zuhairini,et.al., Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional, 1981), hlm.
59.
63http://www.slbnsingkawang.com/index.php?option=com_content&task=view&id=55&Itemid
=76 selasa, 27 september 2011.
33
kurikulum juga disesuaikan dengan tingkat perkembangan kemampuan anak
dan ketidakmampuannya, usia anak serta memperhatikan sumber daya
lingkungan yang ada.64
Pelayanan pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak autis yang
dimulai sejak dini (intervensi dini) dalam mengembangkan kurikulum
mengacu pada:
a) Program Pengembangan Ke1ompok Bermain (Usia 2-3 tahun)
b) Program Taman Kanak-kanak (Usia 4-5 tahun)
c) Kurikulum Sekolah Dasar
d) Kurikulum SLB Tuna Rungu
e) Kurikulum SLB Tuna Grahita
Penyusunan program layanan Pendidikan Agama Islam dan pengajaran
diambil dari kurikulum tersebut, dengan mempertimbangkan kemampuan
dan ketidakmampuan (kebutuhan) anak dengan modifikasi.65
Sebelum menentukan materi Pendidikan Agama Islam, pertama-tama
tim yang terdiri dari psikolog, psikiatri, dan terapi akan melakukan
assessment observasi untuk mengetahui letak kekurangan anak. Bagi anak
autis pertama-tama dilihat SDA atau skala derajat autis-nya, ditambah
serangkaian tes sebagai langkah formal untuk mengumpulkan informasi,
seperti melihat IQ anak, memeriksa persepsi visualnya dengan melihat
kemampuan anak dengan membeda-bedakan bentuk, koordinasi motoriknya,
serta ada-tidaknya gangguan konsentrasi.66
Namun tidak hanya anak, orang
tua pun menjadi bahan observasi, misalnya psikolog, akan melihat apakah
orang tua melatih anak secara teratur. Jadi lebih banyak informasi tentang
profil belajar anak, lebih mudah pula perencanaan pendidikannya.
64
Dikdasmen Depdiknas, http://dikdasmendipdiknas. Putra kembara.com/education/
Dikdasmen depdiknas/kajian-pendidikan-anak-autis.
65Dikdasmen Depdiknas, http://dikdasmendipdiknas. Putra kembara.com/education/
Dikdasmen depdiknas/kajian-pendidikan-anak-autis.
66 Bonny Danuatmaja, Terapi Anak Autis Di Rumah, hlm. 176.
34
Adapun beberapa tahapan untuk mencapai ide, gagasan, pemecahan
masalah, cara kerja, produk baru dan sebagainya dalam menentukan tujuan,
kurikulum, metode dan materi Pendidikan Agama Islam yaitu:
a) Tahap persiapan (preparation) ialah meletakkan dasar. Mempelajari latar
belakang perkara, seluk beluk dan problematika.
b) Tahap konsentrasi (concentration) ialah sepenuhnya memikirkan, masuk
luluh, terserap dalam perkara yang dihadapi.
c) Tahap inkubasi (incubation) ialah tahap mengambil waktu untuk
meninggalkan perkara, istirahat, waktu santai. Mencari kegiatan-kegiatan
yang melepaskan diri dari kesibukan pikiran mengenai perkara yang
sedang dihadapi.
d) Tahap iluminasi (illumination) ialah tahap AHA, mendapatkan ide
gagasan, pemecahan, penyesuaian, cara kerja, jawaban baru.
e) Tahap verifikasi/produksi (verifications/production) ialah menghadapi
dan memecahkan masalah-masalah praktis sehubungan dengan
perwujudan ide, gagasan, pemecahan, penyelesaian, cara kerja, jawaban
baru. Seperti menghubungi, meyakinkan, dan mengajak orang, menyusun
rencana kerja dan melaksanakannya.67
6) Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Anak Autis
Perkembangan mental siswa di sekolah antara lain meliputi kemampuan
untuk bekerja secara abstraksi menuju konseptual. Implikasinya pada
pembelajaran Pendidikan Agama Islam hendaknya memberikan pengalaman
yang bervariasi dengan metode yang efektif dan bervariasi. Pembelajaran
hendaknya memperhatikan minat dan kemampuan peserta didik.68
Penggunaan metode yang tepat akan menentukan efektivitas dan efisiensi
pembelajaran. Penggunaan metode yang bervariasi akan sangat membantu
siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sehingga metode pembelajaran
67
David Campbell, Mengembangkan Kreatifitas oleh A. M. Mangunharjana, (Yogyakarta,
Kanisius, 2005), Cet. 17, hlm. 15
68 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), hlm. 107.
35
Pendidikan Agama Islam hendaknya dipilih dan dikembangkan untuk
meningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa. Metode pembelajaran
Pendidikan Agama Islam pada anak autis disesuaikan dengan usia anak,
kemampuan, serta hambatan yang dimiliki anak saat belajar dan gaya belajar
atau learning style masing-masing anak.69
Berikut beberapa metode
pembelajaran yang dapat dipilih oleh guru.
a) Metode Drill
Drill atau disebut latihan dimaksudkan untuk memperoleh
ketangkasan atau keterampilan terhadap apa yang dipelajari, karena
hanya dengan melakukannya secara praktis suatu pengetahuan dapat
disembuhkan dan disiap-siagakan.70
Dengan metode drill maka akan
terjadi perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku tersebut akan
menjadi baik dan buruk tergantung proses pembelajaran yang telah
dilakukan oleh guru.
b) Metode Karya Wisata
Metode karya wisata adalah metode pengajaran yang dilakukan
dengan mengajak para siswa keluar kelas untuk mengunjungi suatu
peristiwa atau tempat yang ada kaitannya dengan pokok pembahasan.71
Metode ini akan memberikan pengetahuan yang luas terhadap pokok
masalah atau pembahasan dengan melihat atau menunjukkan benda atau
lokasi yang sebenarnya. Selain itu metode ini dapat melatih siswa
bersikap terbuka, objektif dan memiliki pandangan yang luas terhadap
dunia. Metode ini baik untuk mengembangkan sosialisasi siswa terhadap
lingkungan sekitar.
c) Metode Ganjaran dan Hukuman
Metode ganjaran atau hukuman adalah metode yang digunakan al-
Qur’an guna memberikan ancaman hukuman atau sanksi terhadap
69
Anak Autis Juga Bisa Belajar, http://Puterakembara.com/puterakembara/anak-autis-juga-
bisa-belajar/, diakses tanggal 18 Januari 2011.
70 Busyirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002),
Cet. 1, hlm. 53.
71 Busyirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, hlm. 55.
36
mereka yang melakukan perbuatan jahat/kesalahan.72
Metode ini
menghendaki guru memberi hukuman atau sanksi siswa apabila siswa
berbuat tidak baik dan guru memberikan ganjaran atau hadiah apabila
siswa berbuat baik sebagai wujud kepedulian guru terhadap siswa.
Namun pemberian ganjaran dan hukuman harus disesuaikan dengan
kualifikasi perilaku siswa, baik tingkat kebaikan atau prestasi yang
mereka capai maupun kesalahan yang mereka perbuat.
d) Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi ialah suatu metode yang digunakan untuk
memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang
berkenaan dengan bahan pelajaran.73
Metode ini menghendaki guru lebih
aktif. Guru yang memperlihatkan suatu proses, peristiwa, atau cara kerja
suatu benda kepada peserta didik. Demonstrasi dapat dilakukan dengan
berbagai cara, dari yang sekedar memberikan pengetahuan yang sudah
diterima begitu saja oleh peserta didik, sampai pada cara agar peserta
didik dapat memecahkan suatu masalah.74
Dari beberapa metode di atas tidak banyak metode yang
dikembangkan bagi anak autis. Karena anak autis tidak faham apabila
diterapkan metode seperti anak normal. Dari beberapa di atas, metode drill
dinilai sangat efektif untuk pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak
autis jika penerapannya pada siswa yang berusia kecil (autis infantile).
Karena anak kecil memiliki “rekaman” ingatan yang kuat dan kondisi
kepribadian yang belum matang, sehingga mereka mudah terlarut dengan
kebiasaan-kebiasaan yang mereka lakukan sehari-hari. Oleh karena itu,
sebagai awal dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam pada anak
autis, metode pembiasaan merupakan cara yang sangat efektif dalam
72
Ahmad Syar’i, Ahmad Syar’i, Filsafat Pendidikan Islam. hlm. 75.
73 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2000), hlm. 201.
74 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, hlm. 107.
37
menanamkan nilai-nilai moral ke dalam jiwa siswa. Hal ini sesuai dengan
firman Allah surat Al-Lukman ayat 18 dan 19:
Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena
sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan
lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara
keledai.75
7) Media pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak autis
Secara menyeluruh, pola media pembelajaran Pendidikan Agama
Islam pada anak autis terdiri dari:
a) Bahan-bahan atau membaca (supplementary materialis)
Misalnya, buku, komik, koran, majalah, buletin, folder, periodical,
pamflet, dan lain-lain.
b) Alat-alat audio visual, alat-alat yang tergolong ini seperti:
(1) Media pendidikan tanpa proyeksi misalnya papan tulis, papan temple,
papan planel, bagan diagram, grafik, karton, komik, gambar.
(2) Media pendidikan ada tiga dimensi, misalnya pada benda asli dan
benda tiruan contoh, diorama, boneka dan lain-lain.
(3) Media yang menggunakan teknik atau maksimal
Alat-alat yang tergolong dalam kategori ini meliputi film strip,
film, radio, televisi, laboratorium elektro perkakas atau instruktif,
ruang kelas otomotif, sistem interkomunikasi dan komputer.
75
Anak Autis Juga Bisa Belajar, http://Puterakembara.com/puterakembara/anak-autis-juga-
bisa-belajar/, diakses tanggal 18 Januari 20011.
38
(4) Sumber-sumber masyarakat.
Berupa obyek-obyek peninggalan sejarah, dokumentasi bahan-
bahan masalah-masalah dan sebagainya.
(5) Kumpulan benda-benda
Berupa benda-benda yang dibawa dari masyarakat ke sekolah
untuk dipelajari misalnya potongan kaca, benih, bibit, bahan kimia,
darah dan lain-lain.
(6) Contoh-contoh yang diberikan oleh guru
Meliputi semua contoh yang dipertunjukkan oleh guru waktu
mengajar, misalnya dengan tangan, kaki, gerakan badan, mimik dan
lain-lain.76
Adapun bahan pertimbangan dalam menentukan media yang tepat
untuk anak autis didasarkan pada:
a) Tujuan instruksional yang telah ditetapkan.
b) Isi materi yang disajikan.
c) Kemampuan guru untuk menggunakan media tertentu.
Sebelum menggunakannya, guru harus menguasai penggunaannya dengan
sebaik-baiknya.
d) Tersedianya waktu untuk menggunakannya.
Dengan tersedianya waktu menjadikan media tersebut dapat bermanfaat
bagi siswa selama pembelajaran berlangsung.
e) Media pembelajaran yang dipakai sesuai dengan taraf berfikir siswa.77
8) Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Anak Autis
Evaluasi merupakan cara pemberian penilai terhadap hasil belajar
siswa. Evaluasi dalam Pendidikan Agama Islam digunakan untuk mengetahui
berhasil atau tidaknya dalam proses belajar mengajar. Evaluasi yang
digunakan secara teratur dengan tujuan agar dapat melihat kemajuan atau
perkembangan siswa.
76
Fatah Syukur, Teknologi Pendidikan, (Semarang: RaSAIL, 2005), hlm. 132.
77 Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta,
2002), Cet. 2, hlm. 150-151.
39
Dalam melakukan evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam
pada anak autis, melibatkan 3 aspek pokok selain perilaku sasaran, yaitu:
a) Kondisi sebelumnya yang melatarbelakangi perilaku nonadaptif atau
maladjustment.
b) Karakteristik khusus dari siswa yang bersangkutan yang bersifat pribadi.
c) Konsekuensi yang akan diterima setelah dilakukannya program
pembelajaran individual.78
78
Bandi Delphie, Pembelajaran untuk Anak Berkebutuhan Khusus, (Bandung: Refika
Aditama, 2006), hlm. 7.
40
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini digunakan jenis penelitian lapangan (field
research), yaitu riset yang dilakukan di kancah atau medan terjadinya gejala-gejala.1
Di sini peneliti mengumpulkan data dari lapangan dengan mengadakan penyelidikan
secara langsung di lapangan untuk mencari berbagai masalah yang ada relevansinya
dengan penelitian ini. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif,
disebut kualitatif karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat
kualitatif.2 Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian.3 Penelitian kualitatif tidak
mengandalkan bukti berdasarkan logika matematis, prinsip angka, atau metode
statistik. Pembicaraan yang sebenarnya, isyarat dan tindakan sosial lainnya adalah
bahan mental untuk analisis kualitatif.4 Oleh karena itu penelitian ini tidak
melibatkan perhitungan, maka hasil yang diperoleh berupa data yang berwujud kata-
kata tertulis atau lisan orang yang diamati.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini adalah SLB Negeri Ungaran dan dilakukan pada tanggal
11 Agustus 2011- 11 September 2011. Dengan melakukan wawancara dengan guru
yang bersangkutan yaitu guru mata pelajaran PAI untuk mendapatkan informasi
tentang model pembelajaran yang digunakan pada SLBN Ungaran tersebut.
1 Sutrisno Hadi, Metodologi Research I, (Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fak. Psikologi UGM,
1997), hlm. 11.
2 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D), hlm.
8.
3 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2006), hlm. 6.
4 Deddy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010),
hlm. 150.
41
C. Sumber Data
Sumber data adalah subyek di mana data dapat diperoleh.5 Data yang
dipergunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua sumber data yaitu primer dan
sekunder.
1. Data Primer
Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data.6 Sumber data yang akan dijadikan bahan penulisan skripsi di
antaranya adalah orang-orang kunci (key person) yang meliputi: guru, kepala
sekolah, dan staf sekolah. Peneliti beranggapan bahwa orang-orang kunci tersebut di
atas adalah orang-orang yang dirasa lebih mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan
penelitian yang peneliti lakukan.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah sumber data yang didapat tidak langsung, yang biasanya
berupa data dokumentasi dan arsip atau arsip resmi maupun buku-buku yang ditulis
orang lain yang berkaitan dengan judul yang penulis teliti.7 Yang peneliti maksud
dalam penelitian ini adalah data yang mendukung baik berasal dari buku,
dokumentasi, arsip, maupun informasi lain yang relevan dengan penelitian ini.
D. Fokus Penelitian
Adapun fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana model
pembelajaran PAI yang meliputi materi, metode, media bagi anak autis di SLBN
Ungaran (studi kasus pada pembelajaran di kelas awal).
E. Tehnik Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data, penulis menggunakan dua macam metode yaitu:
5 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2002), hlm. 213.
6 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D), hlm.
225.
7 Azwar Saifuddin, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset IKAPI, 1998), hlm.
91.
42
1. Library Research
Salah satu yang perlu dilakukan dalam persiapan penelitian adalah
menggunakan sumber informasi yang terdapat di perpustakaan dan juga
informasi yang tersedia. Pemanfaatan perpustakaan ini di perlukan baik untuk
penelitian lapangan maupun penelitian bahan dokumentasi. Tidak mungkin suatu
penelitian dapat dilakukan dengan baik tanpa orientasi pendahuluan di
perpustakaan.8
Dalam hal ini penulis akan memanfaatkan sumber informasi yang terdapat
di perpustakaan yang berupa buku-buku ilmiah, majalah, skripsi, dan lain
sebagainya yang berkaitan tentang anak autis dan pembelajaran PAI bagi anak
autis.
2. Field Research
Metode yang kedua field research yaitu data yang diambil dari lapangan
dengan menggunakan beberapa metode diantaranya yaitu:
a. Metode Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan data dengan sistematika
fenomena-fenomena yang diselidiki dengan menggunakan indra (mata) yang
langsung ditangkap pada waktu kejadian itu terjadi.9 Jadi penelitian dengan
observasi langsung, yakni pengamatan yang dilakukan terhadap gejala yang
terjadi dalam situasi yang sebenarnya dan langsung oleh observer.
Metode ini peneliti gunakan untuk mengamati bagaimana model
pembelajaran PAI terhadap anak autis di SLBN Ungaran.
b. Metode Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik
tertentu. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara semi terstruktur
8 Masri Singarimbun, Metode Penelitian Survai, (Jakarta: LP3ES 2001 ), Cet 1, hlm.70.
9 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2007).
Hlm. 213.
43
dimana dalam pelaksanaannya bebas bila dibandingkan dengan wawancara
terstruktur.10
Metode ini digunakan dalam mengambil data yang belum tercatat dalam
dokumentasi di SLBN sehubungan dengan proses pembelajaran yang
berlangsung. Kepala sekolah, para guru-guru, staf –staf lainnya.
c. Metode Dokumentasi
Dokumentasi adalah merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah
kehidupan, ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk
gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa, dan lain-lain. Dokumen yang
berbentuk karya misalnya karya seni yang dapat berupa gambar, patung, film dan
lain-lain.11
Metode ini peneliti pergunakan untuk mengambil data tentang keadaan
geografis SLBN (letak, bangunan, fasilitas-fasilitas pembelajaran, dan sarana dan
prasarana dan lain sebagainya yang ada di SLBN terkait).
F. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi
dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-
unit, menyusun ke dalam pola, memilih yang penting dan yang akan dipelajari, dan
membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang
lain.12
Dalam menganalisa data, peneliti menggunakan teknik deskripsi analitik, yaitu
data yang diperoleh tidak dianalisa menggunakan rumusan statistika, namun data
tersebut dideskripsikan sehingga dapat memberikan kejelasan sesuai kenyataan
realita yang ada di lapangan. Hasil analisa berupa pemaparan gambaran mengenai
10
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung Alfabeta, 2008), hlm. 66.
11 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, hlm. 240.
12 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008),
hlm. 244.
44
situasi yang diteliti dalam bentuk uraian naratif. Uraian pemaparan harus sistematik
dan menyeluruh sebagai satu kesatuan dalam konteks lingkungannya juga sistematik
dalam penggunaannya sehingga urutan pemaparannya logis dan mudah diikuti
maknanya. Jadi analisis ini meneliti tentang model pembelajaran PAI bagi anak autis
di SLBN Ungaran (Studi Kasus pada Pembelajaran di Kelas Awal).
Adapun langkah-langkah analisis data kualitatif deskriptif sebagai berikut:
1. Data Reduction (reduksi data)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka
perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan, semakin lama peneliti
ke lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu
perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,
dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Reduksi
data dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperti komputer mini, dengan
memberikan kode pada aspek-aspek tertentu.13
2. Data Display (Penyajian Data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data.
Kalau dalam penelitian kuantitatif penyajian data ini dapat dilakukan dalam bentuk
tabel, grafik, pie card, pictogram dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut,
maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin
mudah difahami.
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal
ini Miles and Huberman (1984) menyatakan “the most frequent form of display data
for qualitative research data in the past has been narrative text”. Yang paling sering
13
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008),
hlm. 247.
45
digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks
yang bersifat naratif.14
3. Kesimpulan (Conclusion)
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman
adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan
masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang
kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila
kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang
valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka
kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.15
Jadi setelah
peneliti mencari, mereduksi dan mendisplay data tentang model pembelajaran PAI
bagi anak autis di SLBN Ungaran, kemudian langkah selanjutnya adalah
memberikan kesimpulan dari data-data yang sudah didisplai tersebut, yang
setidaknya dapat menjawab rumusan masalah yang ada mulai dari mendapatkan
gambaran tentang perkembangan-perkembangan yang terjadi sampai menemukan
faktor-faktor yang menyebabkan perkembangan itu terjadi.
14
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, hlm. 249.
15 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, hlm. 252.
46
BAB IV
MODEL PEMBELAJARAN PAI DI SLBN UNGARAN
A. Sekilas tentang SLB Negeri Ungaran
1. Sejarah SLB Negeri Ungaran
Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Ungaran merupakan satu satuan pendidikan
bagi anak berkebutuhan khusus yang didirikan pada tanggal 1 Januari 1983. Sebelum
menjadi Sekolah Luar Biasa (SLB) yang membawahi jenjang dasar hingga
menengah, sekolah ini hanyalah Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) saja. Pertama
kali terbentuk sebagai SDLB adalah karena program pemerintah yang bernama
Sekolah Dasar Inpres Khusus 1983 dengan tujuan menuntaskan wajib belajar bagi
para penyandang cacat di Kabupaten Semarang.
Meskipun SDLB tersebut sudah berdiri, namun keberadaan siswa masih belum
maksimal pada waktu itu. Belum ada orangtua yang mendaftarkan anak-anak mereka
yang mempunyai kebutuhan khusus dalam pendidikan. Hingga pada akhirnya proses
jemput bola dilakukan oleh sekolah. Setelah pengangkatan guru pendidikan luar
biasa pada tanggal 1 April 1983, barulah guru-guru tersebut melakukan pencarian
anak berkebutuhan khusus, tentu saja melalui kerja sama dengan Pamong Desa.
Guru-guru sudah berusaha mengunjungi tiap-tiap rumah yang mempunyai anak
berkebutuhan khusus, namun mereka hanya berhasil menjaring 10 anak saja dengan
dua macam kelainan, yaitu tunarungu dan tunagrahita. Sepuluh siswa tersebut
ditangani oleh empat orang guru tanpa seorang Kepala Sekolah. Meskipun begitu
sekolah berjalan dalam pengawasan langsung Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kecamatan Ungaran.
Setelah satu tahun berjalan, jumlah siswa di SLB tersebut semakin bertambah.
Hingga pada akhirnya tepat pada tanggal 17 Februari 1984 Sekolah Luar Biasa
Negeri Ungaran tersebut diresmikan oleh Bupati Semarang, Ir. Susmono. Waktu itu
baru ada empat ruang kelas dengan jumlah guru sebanyak 8 orang. Kepala Sekolah
mulai ada sejak awal tahun 1985, akan tetapi kepala sekolah tersebut masih belum
mempunyai kapasitas yang sama dengan pendidikan luar biasa. Hingga proses
pembelajaran yang berlangsung pun masih banyak menemui kendala. Pelayanan
47
yang seharusnya lebih banyak karena menangani anak berkebutuhan khusus belum
maksimal.
Selama SDLB mulai berdiri hingga sekarang sudah mengalami empat kali
pergantian Kepala Sekolah, yaitu:
a. Tahun 1985 Bapak Ag. Trimanto
b. Tahun 1991 Bapak Sutrisno
c. Tahun 1992 Bapak Indarso
d. Tahun 1996 Bapak Asngari, S. Pd (berpendidikan S1 PLB)
Pada akhirnya, berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah Nomor. 421.8124689 yang ditetapkan di
Semarang tanggal 25 Juni 2007 Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) tersebut berubah
fungsi menjadi SLB yang membawahi jenjang pendidikan mulai dari Taman Kanak-
Kanak Luar Biasa (TKLB), Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah Menengah
Pertama Luar Biasa (SMPLB), dan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB).
Jenis pelayanan pendidikan yang diselenggarakan di SLB Negeri Ungaran
Kabupaten Semarang saat ini, yaitu pendidikan bagi:
a. Tunanetra (A) dari TKLB sampai SMALB
b. Tunarungu (B) dari TKLB sampai dengan SMALB
c. Tunagrahita ringan (C) dari TKLB sampai dengan SMALB
d. Tunagrahita sedang (C1) dari TKLB sampai dengan SMALB
e. Tunadaksa ringan (D) dari TKLB sampai dengan SMALB
f. Tunadaksa sedang (D1) dari TKLB sampai dengan SMALB
g. Tunaganda
h. Autis dan terapinya
2. Visi Misi SLB Negeri Ungaran
SLB Negeri Ungaran mempunyai visi: “Terwujudnya pelayanan yang optimal
bagi anak berkebutuhan khusus agar mandiri dapat berperan serta dalam kehidupan
bermasyarakat yang dilandasi Iman dan Taqwa”. Visi tersebut mencerminkan cita-
cita sekolah yang berorientasi ke depan dengan memperhatikan potensi yang dimiliki
anak, untuk dikembangkan sesuai dengan norma dan harapan masyarakat.
48
Sedangkan untuk mewujudkan visi tersebut, SLB Negeri Ungaran menentukan
langkah-langkah strategis yang terkandung dalam misi sebagai berikut:
a. Membentuk kepribadian anak yang berbudi luhur, beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
b. Memberikan pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus sesuai
dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki secara optimal.
c. Memberikan pelatihan dan ketrampilan sebagai bekal hidup mandiri di tengah
masyarakat.
3. Keadaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan
Jumlah guru dan tenaga pendidik ada 22 orang dengan pendidikan sarjana
sebanyak 18 orang, PLB setara dengan D2 sebanyak 4 orang, seorang Kepala
Sekolah dengan pendidikan Sarjana Pendidikan Luar Biasa. Jumlah tenaga
administrasi sebanyak 5 orang dengan jenjang pendidikan seorang Sarjana
Administrasi Negara, seorang D1 Akuntansi, seorang D3 Administrasi Perkantoran,
dan 2 orang lulusan SLTA.
4. Keadaan Peserta Didik
Jumlah seluruh siswa menurut data bulan Juli 2011 siswa SDLB sebanyak 118
siswa dengan klasifikasi ketunaan A (tunanetra) sebanyak 2 anak, B (tunawicara /
rungu) sebanyak 41, C (tunagrahita ringan) sebanyak 79 anak, C1 (tunagrahita
sedang) sebanyak 43, D (tunadaksa ringan) sebanyak 7 anak, D1 (tunadaksa sedang)
sebanyak 3 anak, E (tunalaras) 0, seorang anak autis, dan 2 anak tunaganda.
Sedangkan menurut jenjang pendidikannya 9 anak di TKLB, 118 SDLB, 47 di
SMPLB, dan 12 di SMALB.
Adapun prestasi yang pernah diraih siswa SLB Negeri Ungaran antara lain:
a. Juara II Seni Rupa dan Juara I lari 100 M Pekan Seni dan Olahraga Tingkat
Karesidenan Semarang.
b. Juara I Tingkat Provinsi Jawa Tengah dan Harapan III tingkat Nasional Lomba
Kreativitas Anak Luar Biasa.
49
c. Juara I Kreativitas Seni Tingkat Provinsi Jawa Tengah dan Juara III untuk jenis
lomba Cerdas Cermat Pertamuan Pramuka Luar Biasa.
d. Juara II Tingkat Provinsi Jawa Tengah Lomba POSENI PLB untuk jenis lomba
meniti Balok.
5. Struktur Organisasi
Struktur organisasi di SLB Negeri Ungaran terdiri dari seorang kepala sekolah
yang memimpin semua jenjang pendidikan baik TKLB, SDLB, SMPLB, dan
SMALB. Kemudian kepala sekolah dibantu oleh Wakasek Kurikulum, Wakasek
Sarpras, Wakasek Humas, dan Wakasek Kesiswaan. Di semua jenjang hanya ada
penanggungjawab kelas yang dilimpahkan kepada seorang wali kelas. Akan tetapi
karena melihat jumlah siswa yang relatif, wali kelas sebagian merangkap dua atau
bahkan tiga kelas. Adapun untuk guru agama sekarang ini sudah berdiri sendiri,
artinya sudah ada guru khusus PAI, meskipun itu hanya untuk Pendidikan Agama
Islam saja. Sedangkan untuk agama lain masih menggunakan guru kelas yang
beragama sama, seperti Katolik dan Kristen.
SLB Negeri Ungaran mempunyai komite sekolah yang diambilkan dari salah
satu wali murid. Fungsinya adalah sebagai pengawas dan pengevaluasi seluruh
kegiatan operasional sekolah.
Adapun struktur organisasinya adalah sebagai berikut:
Kepala Sekolah : Asngari, S. Pd
Waka Kurikulum : Ahmad, S. Pd
Waka Sarpras : Lilik Widyawati, S. Ip
Waka Humas : Puryanta, S. Pd
Waka Kesiswaan : M. Kuri, S. Pd
Komite Sekolah : Sudarto
Wali Kelas : Guru kelas masing-masing.
Berikut adalah Wali Kelas untuk jenjang SDLB jurusan C dan C1:
50
Tabel. 1 Daftar Walikelas SDLB Jurusan C dan C1
JURUSAN C C1
KELAS
I Herlina Nuryati S. Lin Apriyana, S. Pd
II Hartini, S. Pd Suyati, S. Pd
III Siti Suminah Suyati, S. Pd
IV Siti Suminah Wiwik Dwi Hepiningsih
V Siti Suminah Wiwik Dwi Hepiningsih
VI Suharto Sri Dwisa Yuniati, S. Pd
6. Pelaksanaan pembelajaran PAI bagi anak autis di SDLB Negeri Ungaran
Pelaksanaan pembelajaran PAI di SDLB Negeri Ungaran diampu oleh dua guru
PAI yaitu Fauzul Adzim, S. Pd. I dan Fitriningsih, S. Pd. I. Pembelajaran PAI yang
sudah terlaksana di SDLB Negeri Ungaran selama ini tidak jauh berbeda dengan
pembelajaran pada umumnya, akan tetapi ada beberapa teknik khusus dalam
menyampaikan materi pada anak berkebutuhan khusus salah satunya anak autis.
Di SDLB Negeri Ungaran, pembelajaran anak autis pada kelas awal
dilaksanakan satu kelas dengan anak tunagrahita pada kelas C1. Materi PAI
diajarkan dua jam dalam satu minggu. Materi yang disampaikan pada pembelajaran
PAI pada anak autis, menekankan pada tanggung jawab pribadi peserta didik dalam
menjalankan ibadah, misalnya shalat dan doa-doa harian. Beberapa metode yang
diterapkan dalam pembelajaran PAI diantaranya adalah metode ceramah dan latihan
hafalan. Guru PAI selalu membimbing peserta didik untuk menghafal surat-surat
pendek pada setiap pertemuan. Hal tersebut dilaksanakan dengan cara guru
membimbing peserta didik untuk latihan hafalan sebelum memulai ceramah materi
pelajaran PAI.1
Pada pembelajaran materi baca tulis A1-Qur’an (BTQ), anak autis di kelas awal
(C1) mulai diperkenalkan huruf-huruf hijaiyah mulai dari huruf alif sampai huruf ya.
Kitab yang menjadi pegangan adalah kitab Yanbu’a. Dalam memperkenalkan dari
setiap huruf hijaiyah tersebut, guru menggunakan metode drill yaitu dengan
membimbing peserta didik untuk membaca secara berulang-ulang huruf hijaiyah
yang diajarkan.
1 Dokumen RPP Mata Pelajaran Agama Islam SLB Negeri Ungaran Tahun 2010-211.
51
B. Kurikulum PAI untuk anak Autis
1. Kurikulum PAI di SDLB Negeri Ungaran
Mata pelajaran PAI termasuk dalam kelompok mata pelajaran agama dan
ahklak mulia. Kelompok mata pelajaran agama dan ahklak mulia dimaksudkan untuk
membentuk peserta didik dan menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
tuhan yang maha esa serta berbudi luhur, mencakup etika, budi pekerti, atau moral
sebagai perwujudan dari pendidikan agama.
Pendidikan Agama Islam di SLB Negeri Ungaran khususnya di SDLB
C,C1,D1,dan G mempunyai tujuan sebagai berikut :
a. Menumbuh kembangkan aqidah melalui pemberian, pemupukan, da
pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengalaman, penbiasaan, serta
pengalaman peserta didik tentang agama islam sehingga menjadi manusia
muslim yang terus berkembang keimanan dan ketaqwaannya terhadap Allah
SWT.
b. Mewujudkan manusia indonesia yang taat beragama dan berahklak mulia yaitu
manusia yang produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi, serta menjaga
harmoni seacara personal dan sosial.
Kurikulum PAI bagi anak-anak autis di SLB Negeri Ungaran cenderung sama
dengan kurukulum sekolah umum, hanya saja ada penurunan kelas. Artinya
kurikulum PAI yang diterapkan adalah hasil modifasi dari kurikulum PAI yang
ada. Sebab sejauh ini, belum ada kurikulum PAI khusus bagi SLB.
Salah satu contoh pelaksanaan kurikulum dengan model penurunan kelas
adalah kurikulum untuk anak SD kelas enam menggunakan kurikulum anak kelas 4
SD. Hal iti dikarunakan tingkat kecerdasan yang mememng tidak bisa dipaksakan
untuk anak-anak autis tersebut. Materi kurikulum yang palinh ditekankan adalah
hafalan surat- surat pendek serta bacaan sehari-hari. Karena hanya itulah yang dapat
digunakan oleh siswa dalam rangka mempersiapkan kehidupan yang mandiri bagi
mereka . materi yang lain memang perlu, seperti menulis bahasa arab dan latin atau
membaca. Akan tetapi efektifitas melatih mereka menulis dan amembaca itu lebih
kecil dibanding mengajari meraka sholat.
52
Kurikulum buka mata pelajaran PAI, kurikulum buku untuk pelajaran PAI
bagi sekolah bagi sekolah luar biasa memang belum ada. Jadi di SLB tersebut para
guru PAI hanya menggunakan materi-materi dari kurikuum umum saja.
2. Kurikulum PAI bagi anak autis di SDLB Negeri Ungaran
Kurikulum yang dipergunakan dalam pembelajaran PAI bagi anak autis di
SDLB Negeri Ungaran Semarang masih mengikuti pola kurikulum yang
dipergunakan untuk anak-anak tunagrahita. Hal ini disebabkan belum ada kurikulum
khusus yang mengacu pada anak-anak autis. Sehingga kurukulum tunagrahita harus
disederhanakan oleh guru masing-masing yang sebisa mungkin dirancang dan
diterapkan sesuai dengan kebutuhan anak. Sebagai akibatnya, terkadang terjadi
perbedaan penyusunan dan penerapan kurikulum antara sekolah satu dengan yang
lain meskipun sama-sama menghadapi anak autis. Hal tersebut dipengaruhi oleh
keterampilan dan kekreatifan tiap-tiap guru dalam kemampuannya mengembangkan
kurukulum yang telah disederhanakan.
Kurikulum tunagrahita digunakan karena kecocokan yang disandang oleh
anak tunagrahita hampir sama dengan kelainan yang diderita oleh anak autis.
Berdasarkan asumsi masyarakat, suatu kelainan yang disandang oleh anak autis lebih
berat jika dibanding anak tunagrahita. Namun selama dalam pengamatan penulis,
kurukulum yang diterapkan dalam pada anak-anak autis di SDLB Negeri Ungaran
Semarang ini sudah cukup baik. Karena guru sudah terus berupaya memilihkan
standar materi yang cocok untuk anak didiknya.2
Pada dasarnya, kurikulum dan silabus SDLB atau sederajat menekankan
pentingnya kemampuan dan kegemaran membaca dan menulis, kecakapan berhitung,
serta kemampuan berkomunikasi. Adapun draft Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar untuk pembelajaran PAI bagi anak autis pada kelas awal adalah sebagai
berikut:3
2 Wawancara dengan bapak Ahmad, selaku wakil kepala sekolah pada tanggal 31 Oktober
2011.
3 Dokumentasi Kurikulum SLBN Ungaran.
53
Kelas I, Semester 1
Standar
Kompetensi Kompetensi Dasar
Al Qur’an
1. Melafalkan Al
Qur’an surat
pendek pilihan
1.1 Menirukan QS Al-Ashr
1.2 Menirukan kembali lafal QS Al-Ashr dengan
lancar
Aqidah
2. Menyebutkan
Rukun Iman
2.1 Menunjukkan ciptaan Allah SW
2.2 Menyebutkan enam Rukun Iman
Ahlak
3. Membiasakan
perilaku terpuji
3.1 Menunjukkan perilaku jujur
3.2 Menunjukkan perilaku tertib
3.3 Melakukan perilaku tertib
Fiqih
4. Mengenal
tatacara bersuci
(thaharah)
4.1 Menyebutkan arti bersuci
4.2 Mencontoh tatacara bersuci
Kelas I, Semester 2
Standar
Kompetensi Kompetensi Dasar
Al Qur’an
5. Melafalkan Al
Qur’an surat-
surat pendek
pilihan
5.1 Mencontoh QS Al Ikhlas
5.2 Menirukan kembali QS Al Ikhlas dengan
lancar
Aqidah
6. Melafalkan dua
kalimat syahadat
6.1 Mencontoh bacaan syahadat tauhid dan
syahadat rasul
6.2 Menirukan kembali dua kalimat syahadat
Akhlak
7. Membiasakan
perilaku terpuji
7.1 Menampilkan perilaku hormat terhadap orang
tua dan guru
7.2 Menampilkan adab makan dan minum
54
Fiqih
8. Membiasakan
bersuci
(thaharah)
8.1 Mencontoh tatacara bersuci
8.2 Mencontoh berwudlu dengan tertib
Dari SKKD tersebut, guru PAI kemudian membuat silabus dan beberapa
rencana pelaksanaan pembelajaran pada anak autis dengan materi pokok yang
berbeda-beda misalnya, materi rukun iman, rukun islam, membaca dan menulis al-
qur’an, doa-doa harian, surat-surat pendek, sholat, dan wudhu. Semua telah memuat
materi yang sudah sangat disederhanakan yang telah diatur dalam tiap pertemuan.
Hal ini dilihat dari pembatasan pemunculan poin-poin materi yang akan diajarkan.
Misalnya, tentang tema huruf hijaiyah, maka tidak semua huruf-huruf hijaiyah itu
diajarkan seluruhnya, tapi hanya disajikan mulai huruf alif sampai ra’. Dalam tema
sholat, disitu lebih ditekankan rukun fi’liyahnya dari pada rukun qauliyahnya,
sehingga dalam prakteknya rukun fi’liyah lebih diutamakan. Dalam tema wudhupun
juga lebih ditekankan pada tata urutan gerakan yang ditampilkan dan bisa
dipraktekan secara langsung oleh siswa.
C. Model Pembelajaran PAI bagi Anak Autis di SLBN Ungaran
Model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal
sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Adapun model pembelajaran
merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, strategi, metode,
teknik, media dan evaluasi pembelajaran.
1. Pendekatan
Adapun beberapa pendekatan yang digunakan pada pembelajaran anak autis
di SDLB Negeri Ungaran, antaralain :
a. Pendekatan Klasikal
Pembelajaran PAI di SDLB Negeri Ungaran dilaksanakan dengan model
khusus, diantaranya yaitu klasikal individual. Klasikal individual merupakan
bentuk pendekatan pembelajaran dimana pembelajaran ini mengarah pada
pendekatan klasik dan individual, guru memegang peran yang cukup dominan
55
dalam mengendalikan kelas, akan tetapi hal tersebut disertai dengan perhatian
penuh kepada setiap peserta didik dan memahami satu persatu kebutuhan mereka.
Di sekolah-sekolah untuk anak-anak berkebutuhan khusus, guru perlu
memberikan perhatian khusus pada satu per satu peserta didik yang mana dalam
hal ini penulis menghususkan pada penderita autis. Penderita autis memiliki gaya
pemahaman yang berbeda, karena pada dasarnya otak mereka memproses
informasi dengan cara berbeda. Mereka mendengar, melihat dan merasa tetapi
otak mereka memerlukan informasi ini dengan cara berbeda. Adanya proses
informasi yang berbeda tersebut menyebabkan gangguan pada bidang
komunikasi, bahasa, pemahaman sosial dan pemahaman pervasive (kemauan).
Jadi, guru dituntut untuk dapat mengetahui bagaimana caranya agar dapat
memberikan pemahaman kepada setiap peserta didik.
Anak autis ditempatkan satu kelas dengan anak tunagrahita yang mana dalam
hal ini guru-guru PAI di sekolahan tersebut menekankan proses hafalan pada
surat-surat pendek dan doa-doa harian. Menekankan proses mengingat gerakan
shalat, wudhu, dan sebagainya.
b. Pendekatan Individu
Guru PAI perlu memberikan perhatian penuh kepada semua anak, yaitu
dengan menatap langsung mata mereka serta menuruti kemauan mereka satu per
satu. Dalam menyampaikan materi bacaan do’a harian misalnya, guru juga perlu
melakukan pendekatan individu ini dengan mengajari pelan-pelan bacaan
do’anya yang menggunakan bahasa Arab, sehingga bacaan siswa betul-betul
benar. Dengan kedekatan guru dan murid dalam pembelajaran agama ini, posisi
guru seperti orangtua dan siswa sebagai anak. Atau dapat juga seperti kakak adik
yang membuat minat siswa autis belajar semakin meningkat. Jadi, dalam hal ini
pendekatan individu sangat diperlukan.
Dapat dikatakan bahwa anak autis memiliki dunia sendiri, mereka memiliki
gaya pemahaman yang berbeda yang mana otak mereka memproses informasi
dengan cara berbeda, hal ini menyebabkan fokus dalam memberikan perintah
juga merupakan hal yang penting dilakukan. Seorang anak tidak bisa begitu saja
56
bereaksi jika hanya diperintahkan sekali atau dua kali. Oleh karena itu harus
diberikan perintah yang berulang-ulang.
Pendekatan individu juga harus dilakukan di luar kelas, seperti pada saat
istirahat. Memberikan pemahaman tentang suatu hal pada saat di kantin atau di
perpustakaan. Jadi, pendekatan individu ini menjadi bagian yang sangat urgen
dalam rangka mendekati kejiwaan siswa yang memang mempunyai kelainan fisik
dan mental.4
2. Strategi
Beberapa strategi pembelajaran PAI yang diterapkan di SLBN Ungaran,
antaralain strategi pembelajaran ekspositori dan strategi komunikasi efektif.
a. Strategi pembelajaran ekspositori
Ekspositori merupakan strategi yang menekankan proses memori anak, serta
peran guru yang signifikan dalam segala proses belajar anak. Anak hanya
dituntut untuk mengingat dan mengerjakan sesuatu yang mereka ingat. Guru
adalah pusat untuk memberikan pengertian, menjadi model, dan membuat
kondisi nyaman semua siswa. Biasanya materi pelajaran yang disampaikan
adalah materi pelajaran yang sudah adi, seperti data atau fakta, konsep-konsep
tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk berfikir ulang.
Ketiga, tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu
sendiri. Artinya setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat
memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali materi
yang telah diungkapkan.
Strategi pembelajaran ekspositori ini diterapkan juga di SLB Negeri
Ungaran. Dalam pengajaran materi rukun Islam misalnya, guru menjelaskan satu
per satu dengan teknis menyiapkan bahan kemudian mempresentasikan dan
kemudian memberikan umpan balik kepada siswa. Namun demikian, pusat utama
pemahaman keilmuan dan wawasan materi itu terpusat pada guru. Antar teman
sejawat belum dapat memberikan informasi yang benar.
4 Wawancara dengan Fitriningsih sebagai guru PAI pada tanggal 29 Oktober 2011.
57
b. Strategi komunikasi efektif
Strategi pembelajaran merupakan cara khusus yang dilakukan guru untuk
dapat memberikan pemahaman pada siswa sehingga siswa dapat mencapai tujuan
pembelajaran. Ada beberapa faktor yang bisa menjadi pendukung untuk guru
dalam merencanakan strategi pembelajaran. Pertama adalah kondisi siswa,
penderita autis bersikap acuh tak acuh bila di ajak bicara atau bergurau, ia seakan
akan menolak semua usaha interaksi dari orang lain termasuk dari gurunya, ia
lebih suka dibiarkan main sendiri dan melakukan suatu perbuatan yang tidak
lazim secara berulang-ulang. Hal ini menjadi cara yang efektif untuk menemukan
strategi khusus dalam pembelajaran di kelas.
Strategi komunikasi efektif sangat diperlukan dalam menangani anak autis
karena pada umumnya anak autis memiliki gangguan dalam hal komunikasi
diantaranya anak tampak seperti tuli, atau sulit bicara, atau pernah berbicara tapi
kemudian sirna, serta senang meniru atau membeo.
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan di SDLB Negeri Ungaran,
guru-guru PAI untuk anak autis yang ada di sekolah tersebut selalu mengulang-
ulang kata-kata yang diajarkan, misalnya dalam mengajarkan huruf-huruf
hijaiyah, guru PAI mengajarkan anak untuk menirukan huruf alif secara
berulangkali.
3. Metode
Dalam pembelajaran PAI di kelas, guru PAI menggunakan beberapa model
pendekatan kepada siswanya. Adapun beberapa metode pembelajaran PAI yang
diterapkan di SDLB Negeri Ungaran untuk anak autis antara lain: Berikut beberapa
metode pembelajaran yang dapat dipilih oleh guru.
a. Metode Drill
Metode drill merupakan metode latihan untuk memperoleh pembiasaan
sebuah keterampilan atau kemampuan. Metode ini digunakan oleh guru PAI bagi
anak autis di SDLB Negeri Ungaran pada saat guru PAI melatih peserta didik
untuk mengenal huruf hijaiyah dan menghafal surat-surat pendek. Dalam
mengajarkan anak autis menghafalkan surat-surat pendek, guru PAI menggunakan
58
media MP3 sehingga anak lebih semangat dan mudah merangsang anak agar lebih
mudah menghafal.
Metode ini cukup efektif diterapkan pada anak autis kelas awal (C1) karena
metode ini memang lebih cocok diterapkan pada anak autis yang berusia kecil
(autis infantile) karena memiliki “rekaman” ingatan yang kuat dan kondisi
kepribadian yang belum matang, sehingga mereka mudah terlarut dengan
kebiasaan-kebiasaan yang mereka lakukan sehari-hari.
b. Metode Karya Wisata
Metode karya wisata jarang dilakukan oleh guru PAI. Metode ini dapat
membantu anak autis dalam mengenal lingkungan sekitar mengingat salah satu
gangguan pada anak autis adalah pada pola sosial dan pola bermain. Dalam
melaksanakan metode ini, guru perlu memberikan perhatian yang super ekstra
karena pembelajaran dilaksanakan di luar kelas yang mana anak lebih sulit untuk
dapat dikontrol.5
c. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi ialah suatu metode yang digunakan untuk
memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan
dengan bahan pelajaran.6 Metode ini digunakan oleh guru PAI dalam mengajarkan
materi wudlu. Dalam mempraktekkannya, guru memberikan contoh kepada anak
autis bagaimana cara berwudlu secara berulang-ulang.
4. Teknik Pembelajaran
Teknik pembelajaran yang tepat sangat diperlukan dalam pembelajaran pada
anak autis. Teknik yang akan diterapkan tentunya harus spesifik, individual, serta
unik agar metode pembelajaran dapat diterapkan secara spesifik.
Misalkan, dalam menerapkan metode drill pada anak autis, guru PAI di SDLB
Negeri Ungaran menggunakan teknik secara bervariasi mengikuti keadaan peserta
didik. Teknik penanganan secara klasikal pada saat melatih anak autis dan
5 Wawancara dengan Ibu Herlina nurhayati sitompul pada tanggal 31 Oktober 2011.
6 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2000), hlm. 201.
59
tunagrahita (ditempatkan satu kelas di SDLB Negeri Ungaran) untuk melafalkan atau
menghafalkan surat pendek divariasikan dengan teknik penanganan secara individual
karena anak autis cenderung selalu berada dalam dunianya sendiri sehingga teknik
penanganan secara individual sangat dibutuhkan.
5. Media
Beberapa permasalahan yang dimiliki oleh anak autis diantaranya yaitu gangguan
komunikasi, gangguan sensoris, pola bermain, pola sosial, dan emosi. Penyandang
autisme lebih suka menyendiri, tidak ada atau sedikit kontak mata atau menghindari
untuk bertatapan. Hal tersebut dapat diantisipasi oleh guru PAI dalam melaksanakan
pembelajaran dengan menggunakan perantara media untuk meningkatkan motivasi,
merangsang anak untuk belajar dengan baik serta menarik titik fokus anak dalam
belajar.
Misalnya, dalam pembelajaran sholat, anak perempuan diharuskan menggunakan
mukena dan anak laki-laki menggunakan peci. Hal lainnya yaitu guru PAI
menggunakan media MP3 dalam melatih anak untuk menghafalkan surat-surat
pendek, salah satu kekurangan anak autis dalam hal komunikasi adalah anak senang
meniru atau membeo (echolalia), mereka dapat hafal betul kata-kata tanpa mengerti
artinya. Hal tersebut dapat menjadi peluang bagi guru PAI untuk melaksanakan hal
ini. Di samping itu, anak juga diberikan kesempatan untuk mendengarkan suara
teman-temannya atau suaranya sendiri dengan cara merekamnya melalui HP atau
media yang lain.
6. Evaluasi
Evaluasi terhadap pembelajaran PAI pada anak autis di SDLB Negeri ungaran
merupakan suatu upaya sekolah untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dan
kemajuan potensi anak didik dalam menerima atau daya serap atas materi yang
diajarkan dikelas selama jangka waktu yang ditentukan. Sehingga dengan evaluasi
dimaksudkan dapat membantu guru-guru yang bersangkutan dalam membuat dan
menentukan langkah selanjutnya yang sesuai dengan kebutuhan anak didik. Karena
dengan evaluasi dapat ditentukan mengenai kelemahan maupun kekurangan dalam
proses pembelajaran PAI yang telah berlangsung.
60
Adapun cara mengevaluasi pembelajaran PAI pada anak autis adalah dengan
pertanyaan serta perintah guru kepada siswa untuk mengulang-ulang materi yang
telah disampaikan oleh guru karana dengan mengulang-ulang materi akan
mengingatkan siswa minimal apa yang telah diajarkan dalam waktu satu jam yang
telah lewat. Evaluasi juga dilakukan dengan mendekati setiap anak dalam kelas satu
persatu. Hal ini mengantisipasi hilangnya materi yang baru saja diajarkan.
D. Kendala dan Hambatan Pembelajaran PAI Bagi Anak Autis
Beberapa kendala yang dialami oleh SDLB Negeri Ungaran diantaranya berada
pada sarana prasarana, keadaan peserta didik, serta klasifikasi tenaga pendidik.
Sarana prasarana yang dimiliki SDLB Negeri Ungaran sebagai penunjang kegiatan
pembelajaran seperti bahan ajar, media pembelajaran adalah sangat minim.
Di samping itu, keadaan peserta didik yang memang perlu diberikan pelayanan
secara khusus juga menjadi kendala pada kelancaran kegiatan pembelajaran.
Penderita autis seolah memiliki dunia sendiri, mereka tidak memiliki atau sangat
kurang kontak mata dengan orang lain, mereka bersikap acuh tak acuh bila di ajak
bicara atau bergurau. Ia seakan akan menolak semua usaha interaksi dari orang lain
termasuk dari ibunya. Ia lebih suka dibiarkan main sendiri dan melakukan suatu
perbuatan yang tidak lazim secara berulang-ulang. Hal tersebut membuat guru PAI
untuk dituntut secara kreatif dalam mengelola pembelajaran karena tentunya
perencanaan pembelajaran yang telah dibuat akan menyimpang dari praktek
pembelajaran secara nyata.
Hal lain yang menjadi kendala atau hambatan pembelajaran PAI bagi anak autis
yang lain yaitu tenaga pendidik yang belum memiliki pendidikan secara khusus
dalam pendidikan luar biasa. Sejak tahun 2008, pembelajaran PAI sudah dipegang
khusus oleh guru PAI, akan tetapi mereka bukan lulusan dari Pendidikan Guru Luar
Biasa (PGLB), mengingat sampai saat ini belum ada guru khusus PAI dari PGLB.
Akan tetapi, untuk mengatasi hal tersebut, guru-guru PAI di SDLB Negeri Ungaran
sering mengikuti pelatihan-pelatihan untuk mengajar anak-anak berkebutuhan
khusus.7
7 Wawancara dengan Fauzul Andim selaku guru PAI pada tanggal 31 Oktober 2011.
61
BAB V
PENUTUP
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian pada bab-bab sebelumnya, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Model pembelajaran PAI pada anak autis di SDLB Negeri Ungaran meliputi
pendekatan, strategi, metode, teknik, media, evaluasi dan kurikulum. Pendekatan
yang digunakan oleh guru PAI di SDLB Negeri Ungaran antara lain pendekatan
klasikal individual dan pendekatan individu. Pendekatan klasikal individual
merupakan bentuk pendekatan pembelajaran dimana pembelajaran ini mengarah
pada pendekatan klasik dan individual sedangkan dalam pendekatan individu guru
memberikan perhatian penuh kepada semua anak yaitu dengan menatap langsung
mata mereka serta menuruti kemauan mereka satu per satu.
Strategi pembelajaran PAI yang diterapkan di SLBN Ungaran, antara lain
strategi pembelajaran ekspositori dan strategi komunikasi efektif. Ekspositori
merupakan strategi yang menekankan proses memori anak, serta peran guru yang
signifikan dalam segala proses belajar anak. Sedangkan strategi komunikasi efektif
menekankan pada keefektifan guru dalam berkomunikasi dengan siswa.
Beberapa metode pembelajaran PAI yang diterapkan di SDLB Negeri
Ungaran untuk anak autis antara lain Metode Drill, Metode Karya Wisata, dan
Metode Demonstrasi.
Teknik yang digunakan guru PAI di SLB Negeri Ungaran adalah bervariasi
mengikuti keadaan peserta didik. Sedangkan beberapa media yang digunakan dalam
pembelajaran tersebut antara lain poster, MP3, puzzle, dan sebagainya.
B. SARAN- SARAN
Anak autis yang diterjunkan dalam lingkungan pembelajaran sebaiknya mereka
mendapatkan penimbangan pelayanan yang lain, seperti diimbangi dengan layanan
terapi, baik di sekolah maupun di rumah. Karena terapi tersebut menunjang dalam
62
kegiatan pembelajaran mereka. Hal ini dapat di usahakan oleh orang tua antara lain
dengan :
1. Terapi Wicara: membantu anak melancarkan otot-otot mulut anak sehingga
membantu anak berbicara lebih baik.
2. Terapi bermain : mengajarkan anak melalui belajar sambil bermain.
3. Terapi Akupasi : untuk melatih motorik halus anak.
4. Terapi obat-obatan : dengan memberikan obat-obatan oleh dokter yang
berwenang.
Untuk mengoptimalkan usaha pembelajaran, orang tua sebaiknya mengusahakan
anak autisnya untuk didampingi oleh guru pembimbing khusus dan atau guru
pembimbing khusus adalah ortopedagog (tenaga ahli) yang bertugas sebagai :
konsultan yang menangani anak autis, ikut serta dalam merencanakan program
pembelajaran, memonitor pelaksanaan program pembelajaran dan mengevaluasi
pelaksanaan program pembelajaran.
Sedangkan guru pendamping adalah seorang yang dapat membantu guru kelas
dalam mendampingi anak autis pada saat diperlukan sehingga proses pengajaran
dapat berjalan lancer tanpa gangguan. Kalau hal tersebut tidak memungkinkan
karena alas an keterbatasan ekonomi, orang tua harus tetap menjadi pendamping bagi
anak autisnya dan tetap berusaha dengan sungguh-sungguh dan terpenting orang tua
harus bisa membagi waktu dengan anak.
Untuk pihak sekolah dan pengurus yayasan, supaya memperbaiki sarana dan
prasarana seperti melengkapi alat-alat peraga, menambahi koleksi buku-buku
perpustakaan yang bersifat keagamaan dan media pendidikan yang lain serta
memperbaiki kualitas SDM.
Kepada guru sebagai figur pendidikan hendaknya lebih bisa kreatif dalam upaya
transfer of knowledge dan transfer of value kepada anak didik, dan lebih sadar
bertanggung jawab terhadap tugasnya. Sehingga proses belajar mengajar dapat
berjalan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
1
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, Islam Paradigma Ilmu Pendidikan, Yogyakarta: Aditya Media, 2005.
Aly, Hery Noer, Dan H. Munzier S, Watak Pendidikan Islam, Jakarta: Friska Agung
Insani, 2003.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2002.
Arief, Armai, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta:
Ciputat Pers, 2000.
Arifin, H.M., Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2000.
Campbell, David, Mengembangkan Kreatifitas oleh A. M. Mangunharjana,
Yogyakarta, Kanisius, 2005, Cet. 17.
Danuatmaja, Bonny, Terapi Anak Autis Di Rumah, Jakarta: Pusaka Swara, 2003.
Delphie, Bandi, Pembelajaran untuk Anak Berkebutuhan Khusus, Bandung: Refika
Aditama, 2006.
Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, Bandung: CV. Diponegoro.
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya, Semarang: CV Alwaah, 1993.
Dikdasmen Depdiknas, http://dikdasmendipdiknas. Putra kembara.com/education/
Dikdasmen depdiknas/kajian-pendidikan-anak-autis
Djamarah, Syaiful Bahri & Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka
Cipta, 2002, Cet. 2.
Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta:
Rineka Cipta, 2000.
Dokumen RPP Mata Pelajaran Agama Islam SLB Negeri Ungaran Tahun 2010-211
Dokumentasi Kurikulum SLBN Ungaran
Hadi, Sutrisno, Metodologi Research I, Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fak. Psikologi
UGM, 1997.
Handojo, Y., Autisme, Jakarta: Buana Ilmu Populer, 2006.
Marno ed, Kawasan Dan Wawasan Studi Islam, Jakarta: Prenada Media, 2005, Cet. 1
Mochtar, M., Desain Pembelajaran PAI, Jakarta: Misaka Paksa, 2003.
Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007.
Muhaimin, dkk, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan
Agama Islam Di Sekolah, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002.
Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: CV Misaka
Galiza, 2003.
Mulyana,Deddy, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2010.
Mulyasa, E., Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.
Mulyasa, E., Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005.
Munawir, Aw., Kamus al-Munawir Arab Indonesia Terlengkap, Yogyakarta: PP
Yogyakarta, 1984.
Nata, Abuddin, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002.
Nurdin, Syafruddin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, Jakarta: Ciputat
Press, 2003.
Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan,
Semarang : CV. Duta Nusindo , 2005.
Prasetyono, D. S., Serba-serbi Anak Autis, Yogyakarta: Diva Pers, 2008.
Prasetyono, D.S., Membedah Psikologi Bermain Anak, Yogyakarta: Think, 2007.
Priyatna, Andri, Amazing Autism Memahami. Mengasuh, Dan Mendidik Anak Autis,
Jakarta: PT Gramedia, 2010.
Rikza, Muhammad , Starategi Pembelajaran Ekspositori Bagi Tuna Grahita,
Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2011
Saifuddin, Azwar, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset IKAPI,
1998.
Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
Jakarta: Kencana, 2007.
Singarimbun, Masri, Metode Penelitian Survai, Jakarta: LP3ES 2001 , Cet 1.
Smart, Aqila, Anak Cacat Bukan Kiamat Metode Pembelajaran dan Terapi Untuk
Anak Berkebutuhan Khusus, Yogyakarta: Kata Hati, 2010.
Soenarjo, Al- Quran dan Terjemahnya, Jakarta: t.p., 2001 .
Standar Nasional Pendidikan PP RI No. 19 tahun 2005
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung Alfabeta, 2008.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, Bandung: Alfabeta,
2007.
Supratiknya, A., Mengenal Prilaku Abnormal, Yogyakarta: Kanisius, 1995.
Syar’i, Ahmad, Filsafat Pendidikan Islam , Jakarta Pustaka Firdaus, 2005.
Syukur, Fatah, Teknologi Pendidikan, Semarang: RaSAIL, 2005.
Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2005.
Tilar, HAR, Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional, Magelang: Tera
Indonesia, 1999.
Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta:
Prestasi Pustaka Publisher, 2007.
Trianto, Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta: Prestasi
Pustaka, 2007, . 5
Ulwan, Abdullah Nashih, Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam, Semarang: As-
Syifa’, . 149.
Undang- Undang RI No. 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Bp.
Cipta Jaya.
Usman, Busyirudin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: Ciputat Pers,
2002, Cet. 1.
Usman, Moh Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Rosdakarya, 2006.
UU Sisdiknas no 20 tahun 2003, Jakarta: Pustaka Pelajar, 2006.
Yatim, Faisal, Autisme Suatu Gangguan jiwa pada anak-anak, Jakarta: Pustaka
Pelajar Obor,2002 , cet. 7.
Y. Handojo, Autisme, Jakarta: Buana Ilmu Populer, 2006, cet ke4.
Zuhairini,et.al., Metodik Khusus Pendidikan Agama, Surabaya: Usaha Nasional,
1981.
Anak Autis Juga Bisa Belajar, http://Puterakembara.com/puterakembara/anak-autis-
juga-bisa-belajar/, diakses tanggal 18 Januari 20011
http//ahmadsudrajat.word press.com/2008/09/12/pendekatan, strategi, metode,
tehnik-tehnik model pembelajaran di akses tanggal 18 Agustus jam 09.00
WIB
http://m2hdewi.blogspot.com/2008/12/tutujuan-belajar-dan-pembelajaran.html di
akses tanggal 19 Agustus 2011 jam 16.50
http://www.slbnsingkawang.com/index.php?option=com_content&task=view&id=55
&Itemid=76 selasa, 27 september 2011
Lampiran 1
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
( R P P )
Identitas mata pelajaran : PAI
Kelas / semester : I C1 / I
Alokasi waktu : 2 x 30 menit
Standar Kompetensi : Melafalkan Al Qur’an surat pendek pilihan
Kompetensi Dasar : Menirukan Qur’an surat Al Fatihah ayat 1 dan 2
Indikator : Menirukan bacaan surat al Fatihah ayat 1 dan 2
Menunjukkan perilaku yang mencerminkan sikap
religius, kreatif, rasa ingin tahu, toleransi, tanggung
jawab, bersahabat/komunikatif, menghargai prestasi.
I. Tujuan Pembelajaran
- Siswa dapat menirukan bacaan surat Al Fatihah ayat 1 dan 2
-Mengembangkan perilaku siswa yang mencerminkan sikap religius, kreatif, rasa
ingin tahu, toleransi, tanggung jawab, bersahabat/komunikatif, menghargai prestasi.
II. Materi ajar
-Surat Al Fatihah ayat 1 dan 2
III. Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Demonstrasi
IV. Langkah-langkah pembelajaran
1. Kegiatan awal
Apersepsi : Salam dan Do’a (Religius)
Menunjukkan Al Qur’an Juz Amma (Kreatif)
2. Kegiatan inti
a. Eksplorasi
- Guru membaca Al Qur’an surat Al Fatihah ayat 1 dan 2 dan siswa
mendengarkan(Rasa ingin tahu dan toleransi)
b. Elaborasi
- guru membacakan Al Qur’an surat al Fatihah ayat 1 dan 2 dan murid
menirukan(Tanggung Jawab)
c. Konfirmasi
- Guru bersama siswa melafalkan Al Qur’an surat al Fatihah ayat 1 dan 2
(Bersahabat/komunikatif)
- Guru memberikan reward (acungan jempol) kepada siswa (menghargai
prestasi)
3. Kegiatan penutup
- Melafalkan ulang Qur’an surat Al Fatihah ayat 1 dan 2 dan murid menirukan
secara klasikal(tanggung jawab)
V. Sarana dan Sumber belajar
- Al Qur’an juz Amma
- Buku paket PAI Kelas I
VI. Penilaian
1.Tes lisan
Melengkapi ayat akhir
a. Bismillahirrahma …..
b. Alhamdulillahirobbil …..
LEMBAR PENILAIAN
PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER
Mata Pelajaran :
Kelas :
Hari/tanggal :
No Nama
Siswa Religius Disiplin
Rasa
Ingin
tahu
Menghargai
Prestasi
Gemar
Membaca Cermat
Kreatif
Keterangan :
BT : Belum Terlihat (apabila peserta didik belum memperlihatkan tanda-tanda awal
perilaku yang dinyatakan dalam indikator).
MT : Mulai Terlihat (apabila peserta didik sudah mulai memperlihatkan adanya tanda-
tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator tetapi belum konsisten).
MB : Mulai Berkembang (apabila peserta didik sudah memperlihatkan berbagai tanda
perilaku yang dinyatakan dalam indikator dan mulai konsisten).
MK : Membudaya (apabila peserta didik terus menerus memperlihatkan perilaku yang
dinyatakan dalam indikator secara konsisten).
Teknik Penilaian :
- hasil pengamatan, catatan anekdotal, tugas, laporan.
..............................., ..............................2011
Mengetahui, Guru Kelas
Kepala
............................................... ........................................................
Lampiran 2
SILABUS
Nama Sekolah : SLB Negeri Ungaran
Mata Pelajaran : PAI
Kelas / Semester : D1 /C Semester I
Standar Kompetensi : 1. Melafalkan Al Qur‟an Kalimah/Bacaan pendek pilihan
No Kompetensi Dasar Materi pokok Kegiatan Pembelajaran Indikator Pendidikan
berkarakter bangsa Penilaian
Alokasi
waktu
Sumber
Belajar
kara
kter
1
1.1 Menirukan
Lafdzul Jalalah
“Allah”
Menirukan
lafadz jalallah
”Allah”
Menyebutkan 2 puasa
sunnah mingguan
Menyebutkan 2 puasa sunnah bulanan
Menyebutkan 2 puasa sunnah tahuann
Menyebutkan 2 puasa
sunnah mingguan
Menyebutkan 2 puasa sunnah bulanan
Menyebutkan 2 puasa sunnah tahuann
Kejujuran
disiplin
Lisan
Partisipasi aktif
2 X 30
menit
Buku
paket PAI
kelas 6
Semarang, 21 Juli 2010
Mengetahui,
Kepala Sekolah, Guru Mapel PAI
Asngari, S.Pd Faudzul Adzim, S.Pd.I.
NIP. NIP.
SILABUS
Nama Sekolah :
Mata Pelajaran : PAI
Kelas / Semester : D1 /C Semesester I
Standar Kompetensi : 1. Melafalkan Al Qur‟an Kalimah/Bacaan pendek pilihan
No Kompetensi Dasar Materi pokok Kegiatan Pembelajaran Indikator
Pendidikan
berkarakter bangsa Penilaian Alokasi
waktu
Sumber
Belajar
Ket
1
1.1 Menirukan
Lafdzul Jalalah
“Allah”
Lafadz
jalallah
”Allah”
Menirukan lafadz
”Allah”
Menirukan lafadz Ta‟awudz
Menirukan lafadz Basmalah
Dapat menyebutkan
lafad ”Allah”
Dapat menyebut Lafadz Ta‟awudz
Dapat menyebut Lafadz basmalah
Relegius
Disiplin
Kerja keras
Gemar
membaca
Lisan
2 X 30
menit
Buku
paket PAI
kelas 1
………..l, 11 juli 2011
Mengetahui,
Kepala Sekolah, Guru Mapel PAI
SILABUS
Nama Sekolah :
Mata Pelajaran : PAI
Kelas / Semester : D1 /C Semesester I
Standar Kompetensi : Menyebutkan Rukun Iman (Aqidah)
No Kompetensi Dasar Materi pokok Kegiatan Pembelajaran Indikator
Pendidikan
berkarakter bangsa Penilaian Alokasi
waktu
Sumber
Belajar
Ket
2 Menunjukkan ciptaan
Allah SWT Rukun Iman
Menjelaskan jumlah rukun
iman
Menyebutkan jumlah rukun
iman
Dapat menyebutkan ciptaan
Allah di sekitar kita
Dapat menyebutkan jumlah
rukun iman
Religius
Disiplin
Rasa ingain tahu
Peduli lingkungan
Cinta tanah air
Lisan
2 X 30
menit
Buku
paket PAI
kelas 1
………..l, 11 juli 2011
Mengetahui,
Kepala Sekolah, Guru Mapel PAI
SILABUS
Nama Sekolah :
Mata Pelajaran : PAI
Kelas / Semester : D1 /C Semesester I
Standar Kompetensi : 3. Membiasakan perilaku terpuji ( Akhlak )
No Kompetensi Dasar Materi pokok Kegiatan Pembelajaran Indikator
Pendidikan
berkarakter bangsa Penilaian Alokasi
waktu
Sumber
Belajar
Ket
3
3.1 Menunjukkan
perilaku jujur
prilaku jujur
menirukan prilaku jujur
mempraktekkan perilaku jujur
Mengidentifikasi prilaku terpuji
Dapat menirukan
prilaku jujur
Dapat mempraktekkan prilaku jujur
Relegius
Disiplin
Teliti
Tanggung
jawab
Praktek
2 X 30
menit
Buku
paket PAI
kelas 1
3.2 Menghafal enam
Rukun Iman
Rukun
Iman
Mendengarkan penjelasan
rukun iman
Menyebutkan jumlah rukun
iman
Menghafal enam Rukun Iman
Dapat menjelaskan kembali
rukun iman
Dapat menyebutkan rukun
iman
Dapat menghafal rukun iman
Relegius
Teliti
Tanggung jawab
Lisan
Tertulis
2 X 30
menit
Buku
paket PAI
kelas 1
……11 juli 2011
Mengetahui,
Kepala Sekolah, Guru Mapel PAI
SILABUS
Nama Sekolah :
Mata Pelajaran : PAI
Kelas / Semester : D1 /C Semesester I
Standar Kompetensi : . Mengenal tatacara bersuci (thaharah)
No Kompetensi Dasar Materi pokok Kegiatan Pembelajaran Indikator
Pendidikan
berkarakter bangsa Penilaian Alokasi
waktu
Sumber
Belajar
Ket
1 Mengenal tata cara
bersuci
Thaharah
Menjelaskan tatacara bersuci
Dapat menjelaskan pengertian
bersuci
Dapat menyebutkan tatacara
bersuci
Disiplin
Cermat
Mandiri
lisan 2 x 30 Buku
paket PAI
kelas 1
Mencontoh tatacara
membersihkan kubul
dan dubur setelah
buang air
Thaharah
Mempraktekkan
membersihkan kubul dan
dubur
Dapat mempraktekkan
membersihkan kubul dan
dubur
Disiplin
Cermat
Mandiri
praktek
2 x 30 Buku
paket PAI
kelas 1
Membiasakan diri
membersihkan kubul
dan dubur setelah
buang air
Thaharah
Memepraktekkan
membersihkan kubul dan
dubur
Dapat mempraktekkan
membersihkan kubul dan
dubur
Disiplin
Cermat
Mandiri
Tanggung jawab
praktek
2 x 30 Buku
paket PAI
kelas 1
………, 11 juli 2011
Mengetahui,
Kepala Sekolah, Guru Mapel PAI
SILABUS
Nama Sekolah :
Mata Pelajaran : PAI
Kelas / Semester : D2/C Semesester I
Standar Kompetensi : 1. Melafalkan Al Qur‟an surat-surat pendek pilihan
No Kompetensi Dasar Materi pokok Kegiatan Pembelajaran Indikator
Pendidikan
berkarakter bangsa Penilaian Alokasi
waktu
Sumber
Belajar
Ket
1 Mencontoh
pengucapan bacaan
QS Al-Ikhlas
Q S Al –
Ikhlas
Mendengarkan lafadz Al Ikhlas
Menirukan lafadz Al Ikhlas
Dapat menirukan QS Al Ikhlas
Dapat melafalkan QS Al Ikhlas
Relegius
Disiplin
Cermat
Lisan
2 X 30
menit
Buku
paket PAI
kelas 2
Menirukan
kembali bacaan QS
Al-Ikhlas
Q S Al –
Ikhlas
Melafadzkan QS Al Ikhlas Dapat melafadzkan kembali
QS Al Ikhlas
Relegius
Disiplin
Cermat
Praktek 2 X 30
menit
Buku
paket PAI
kelas 2
…….., 11 juli 2011
Mengetahui,
Kepala Sekolah, Guru Mapel PAI
SILABUS
Nama Sekolah :
Mata Pelajaran : PAI
Kelas / Semester : D2 /C Semesester I
Standar Kompetensi : . Mengenal Asmaul Husna
No Kompetensi Dasar Materi pokok Kegiatan Pembelajaran Indikator
Pendidikan
berkarakter bangsa Penilaian Alokasi
waktu
Sumber
Belajar
Ket
2 2.1 Menirukan bacaan
tiga dari Asmaul
Husna (Arrahman,
Arrahim, Al Malik
2.2 Menyebutkan
kembali tiga dari
Asmaul
Husna(Arrahman,
Arrahim, Al Malik)
2.3 )
Asmaul Husna Mendengarkan Asmaul husna
Menirukan Asmaul husna
Melafadzkan Asmaul husna
Mendengarkan Asmaul husna
Menirukan Asmaul husna
Melafadzkan Asmaul husna
Dapat menirukan tiga
asmaul husna
Dapat melafalkan tiga
asmaul husna
Dapat menirukan tiga
asmaul husna
Dapat melafalkan tiga
asmaul husna
Relegius
Disiplin
Keyakinan
Lisan
2 X 30
menit
Buku
paket PAI
kelas 2
……..11 juli 2011
Mengetahui,
Kepala Sekolah, Guru Mapel PAI
SILABUS
Nama Sekolah :
Mata Pelajaran : PAI
Kelas / Semester : D2/C Semesester I
Standar Kompetensi : Mencontoh perilaku terpuji (Akhlak)
No Kompetensi Dasar Materi pokok Kegiatan Pembelajaran Indikator
Pendidikan
berkarakter bangsa Penilaian Alokasi
waktu
Sumber
Belajar
Ket
1
3.1 Menerapkan
perilaku hidup
sederhana
3.2 Menerapkan
perilaku rendah
hati
3.3
Hidup
sederhana
Rendah hati
Mendengarkan penjelasan
hidup sederhana
Mencontoh prilaku hidup
sederhana
Mempraktekkan prilaku
hidup sederhana
Mendengarkan penjelasan
rendah hati
Mencontoh prilaku hidup
rendah hati
Mempraktekkan prilaku
hidup rendah hati
Dapat menirukan prilaku
hidup sederhana
Dapat mempraktekkan
prilaku hidup sederhana
Dapat menirukan prilaku
rendah hati
Dapat mempraktekkan
prilaku rendah hati
Relegius
Disiplin
Peduli social
Mandiri
Relegius
Disiplin
Peduli social
pengama
tan
pengamatan
2 X 30
menit
2 X 30
menit
Buku
paket PAI
kelas 2
Buku
paket PAI
kelas 2
………., 11 juli 2011
Mengetahui,
Kepala Sekolah, Guru Mapel PAI
SILABUS
Nama Sekolah :
Mata Pelajaran : PAI
Kelas / Semester : D2/C Semesester I
Standar Kompetensi : Mengenal tatacara wudhu
No Kompetensi Dasar Materi pokok Kegiatan Pembelajaran Indikator
Pendidikan
berkarakter bangsa Penilaian Alokasi
waktu
Sumber
Belajar
Ket
4 Mengenal tatacara
wudhu wudhu
Menjelaskan pengertian wudhu
Menjelaskan tatacara urutan
wudhu
Mencontoh gerakan wudhu
Dapat menjelaskan pengertian
wudhu
Dapat menjelaskan tatacara
urutan wudhu
Dapat mencontoh gerakan
wudhu
Relegius
Disiplin
Mandiri
Teori
Praktek
2 X 30
menit
Buku
paket PAI
kelas 2
Menirukan tata cara
wudhu wudhu
Mencontoh gerakan wudhu
Mempraktekkan gerakan
wudhu
Dapat menirukan gerakan
wudhu
Dapat mempraktekkan gerakan
wudhu
Relegius
Disiplin
Mandiri
Teori
Praktek
2 X 30
menit
Buku
paket PAI
kelas 2
5
6
………., 11 juli 2011
Mengetahui,
Kepala Sekolah, Guru Mapel PAI
SILABUS
Nama Sekolah :
Mata Pelajaran : PAI
Kelas / Semester : D2/C Semesester I
Standar Kompetensi : Mengenal shalat lima waktu.
No Kompetensi Dasar Materi pokok Kegiatan Pembelajaran Indikator
Pendidikan
berkarakter bangsa Penilaian Alokasi
waktu
Sumber
Belajar
Ket
Mengenal shalat lima
waktu.
Shalat fardhu
Menjelaskan pengertian shalat
fardhu
Menjelaskan macam-macam
shalat fardhu
Menirukan gerakan shalat
fardhu
Mempraktekkan gerakan shalat
fardhu
Dapat menjelaskan pengertian
shalat fardhu
Dapat menjelaskan macam-
macam shalat fardhu
Dapat menirukan gerakan
shalat fardhu
Dapat mempraktekkan gerakan
shalat fardhu
Relegius
Disiplin
Mandiri Tanggung jawab Teori
Praktek
2 X 30
menit
Buku
paket PAI
kelas 2
………., 11 juli 2011
Mengetahui,
Kepala Sekolah, Guru Mapel PAI
SILABUS
Nama Sekolah :
Mata Pelajaran : PAI
Kelas / Semester : D3/C Semesester I
Standar Kompetensi : Mengenal huruf-huruf Al Qur‟an
No Kompetensi Dasar Materi pokok Kegiatan Pembelajaran Indikator
Pendidikan
berkarakter bangsa Penilaian Alokasi
waktu
Sumber
Belajar
Ket
1
1.1 Mengenal huruf
hijaiyah dari Alif
s.d. Ya
Huruf
hijaiyyah
Menyebutkan huruf hijaiyyah
Dapat menyebutkan huruf
hijaiyyah
Relegius
Gemar membaca
Rasa ingin tahu
Kerja keras
Tanggung jawab
Praktek
Lisan
Tanya jawab
Drill
2 X 30
menit
Buku iqro
jilid 1
1.2 Melafalkan huruf
hijaiyah dari Alif
s.d. Ya
Huruf
hijaiyyah
Mencontoh huruf hijaiyyah
Menirukan huruf hijaiyyah
Mengucapkan huruf hijaiyyah
Dapat mencontoh huruf
hijaiyyah
Dapat menirukan huruf
hijaiyyah
Dapat mengucapkan huruf
hijaiyyah
Relegius
Gemar membaca
Rasa ingin tahu
Kerja keras
Tanggung jawab
Praktek
Lisan
Tanya jawab
Drill
2 X 30
menit
Buku iqro
jilid 1
………., 11 juli 2011
Mengetahui,
Kepala Sekolah, Guru Mapel PAI
SILABUS
Nama Sekolah :
Mata Pelajaran : PAI
Kelas / Semester : D3/C Semesester I
Standar Kompetensi : Mengenal sifat wajib Allah
No Kompetensi Dasar Materi pokok Kegiatan Pembelajaran Indikator
Pendidikan
berkarakter bangsa Penilaian Alokasi
waktu
Sumber
Belajar
Ket
2
Menyebutkan tiga sifat
wajib bagi Allah
(wujud, qidam, baqa‟)
Sifat wajib
bagi Allah
Menyebutkan sifat wajib bagi
Allah
Menjelaskan sifat wajib bagi
Allah
Dapat menyebutkan tiga sifat
wajib bagi Allah (wujud,
qidam, baqa‟)
Dapat menjelaskan tiga sifat
wajib bagi Allah
Relegius
Mandiri
Rasa ingin tahu Lisan
tertulis
2 X 30
menit
Buku
paket PAI
kelas 2
Menyebutkan tiga sifat
wajib bagi Allah
dengan lancar (wujud,
qidam, baqa‟)
Sifat wajib
bagi Allah
Menyebutkan sifat wajib bagi
Allah dengan lancar
Menjelaskan sifat wajib bagi
Allah dengan lancar
Dapat menyebutkan tiga sifat
wajib bagi Allah (wujud,
qidam, baqa‟) dengan lancar
Dapat menjelaskan tiga sifat
wajib bagi Allah dengan lancar
Relegius
Mandiri
Rasa ingin tahu Lisan
tertulis
2 X 30
menit
Buku
paket PAI
kelas 2
………., 11 juli 2011
Mengetahui,
Kepala Sekolah, Guru Mapel PAI
SILABUS
Nama Sekolah :
Mata Pelajaran : PAI
Kelas / Semester : D3/C Semesester I
Standar Kompetensi : Membiasakan perilaku terpuji
No Kompetensi Dasar Materi pokok Kegiatan Pembelajaran Indikator
Pendidikan
berkarakter bangsa Penilaian Alokasi
waktu
Sumber
Belajar
Ket
3 Menerapkan perilaku
percaya diri
Percaya diri
Menyebutkan pengertian
percaya diri
Memberikan contoh percaya
diri
Menerapkan perilaku percaya
diri di sekolah
Dapat menyebutkan pengertian
percaya diri
Dapat memberikan contoh
percaya diri
Dapat menerapkan perilaku
percaya diri di sekolah
Relegius
Mandiri
Peduli lingkungan
Peduli social
Tanggung jawab
Lisan
Pengamatan
2 X 30
menit
Buku
paket PAI
kelas 2
Menerapkan perilaku
tekun Tekun
Menyebutkan pengertian tekun
Memberikan contoh tekun
Menerapkan perilaku tekun
Dapat menyebutkan pengertian
tekun
Dapat memberikan contoh
tekun
Dapat menerapkan perilaku
tekun
Relegius
Mandiri
Peduli lingkungan
Peduli social
Tanggung jawab
Kerja keras
Lisan
Pengamatan
2 X 30
menit
Buku
paket PAI
kelas 2
Menerapkan perilaku
hemat Hemat
Menyebutkan pengertian hemat
Memberikan contoh hemat
Menerapkan perilaku hemat
Dapat menyebutkan pengertian
hemat
Dapat memberikan contoh
hemat
Dapat menerapkan perilaku
hemat
Relegius
Mandiri
Peduli lingkungan
Peduli social
Tanggung jawab
Kerja keras
Kreatif
Lisan
Pengamatan
2 X 30
menit
Buku
paket PAI
kelas 2
SILABUS
Nama Sekolah :
Mata Pelajaran : PAI
Kelas / Semester : D3/C Semesester I
Standar Kompetensi : Membiasakan shalat secara tertib
No Kompetensi Dasar Materi pokok Kegiatan Pembelajaran Indikator
Pendidikan
berkarakter bangsa Penilaian Alokasi
waktu
Sumber
Belajar
Ket
4 Mencontoh gerakan
shalat Gerakan Shalat
Menirukan gerakan shalat
Mempraktekkan gerakan shalat
Dapat menirukan gerakan
shalat
Dapat mempraktekkan gerakan
shalat
Relegius
Disiplin
Tanggung jawab praktek 2 X 30
menit
Buku
tuntunan
shalat
Menampilkan gerakan
shalat secara tertib
Gerakan Shalat Mempraktekkan gerakan shalat
dengan tertib
Dapat mempraktekkan gerakan
shalat dengan tertib
Relegius
Disiplin
Tanggung jawab praktek
2 X 30
menit
Buku
tuntunan
shalat
………., 11 juli 2011
Mengetahui,
Kepala Sekolah, Guru Mapel PAI
SILABUS
Nama Sekolah :
Mata Pelajaran : PAI
Kelas / Semester : D4/C Semesester I
Standar Kompetensi : Mengenal bacaan huruf Al Qur‟an berharakat (Al Qur‟an)
No Kompetensi Dasar Materi pokok Kegiatan Pembelajaran Indikator
Pendidikan
berkarakter bangsa Penilaian Alokasi
waktu
Sumber
Belajar
Ket
1 1.1 Mengenal harakat
(tanda baca)
Tanda baca
(fathah,
kasroh,
dhummah)
Mengenalkan harakat (tanda
baca)
Menirukan harakat (tanda
baca)
Menirukan harakt (tanda baca)
Melafalkan harakt (tanda baca)
Dapat mengenalkan harakat
(tanda baca)
Dapat menirukan harakat
(tanda baca)
Dapat menirukan harakt (tanda
baca)
Dapat melafalkan harakt
(tandabaca)
Relegius
Gemar membaca
Rasa ingin tahu
Tanggung jawab
Lisan
Tertulis
praktek
2 X 30
menit
Buku iqro
jilid 1
1.2 Membaca 2 s.d. 4
huruf Hijaiyyah
yang berharakat
Huruf
hijaiyyah
berharakat 2
sampai dengan
4 huruf
Membaca huruf hijaiyyah
Membaca huruf hijaiyyah
berharakat
Dapat membaca huruf
hijaiyyah
Dapat membaca huruf
hijaiyyah berharakat
Relegius
Gemar membaca
Rasa ingin tahu
Tanggung jawab
Lisan
Tertulis
praktek
2 X 30
menit
Buku iqro
jilid 2
1.3
………., 11 juli 2011
Mengetahui,
Kepala Sekolah, Guru Mapel PAI
SILABUS
Nama Sekolah :
Mata Pelajaran : PAI
Kelas / Semester : D4/C Semesester I
Standar Kompetensi : Mengenal sifat jaiz Allah SWT (Aqidah)
No Kompetensi Dasar Materi pokok Kegiatan Pembelajaran Indikator
Pendidikan
berkarakter bangsa Penilaian Alokasi
waktu
Sumber
Belajar
Ket
2 Menyebutkan sifat jaiz
Allah SWT
Sifat jaiz bagi
Allah
Menyebutkan sifat jaiz bagi
Allah
Menjelaskan sifat jaiz bagi
Allah
Dapat menyebutkan sifat jaiz
bagi Allah
Dapat menjelaskan sifat jaiz
bagi Allah
Relegius
Gemar membaca
Rasa ingin tahu
Tanggung jawab
Lisan
Tertulis
praktek
2 X 30
menit
Buku PAI
Kelas IV
………., 11 juli 2011
Mengetahui,
Kepala Sekolah, Guru Mapel PAI
SILABUS
Nama Sekolah :
Mata Pelajaran : PAI
Kelas / Semester : D4/C Semesester I
Standar Kompetensi : Membiasakan perilaku terpuji (Akhlak)
No Kompetensi Dasar Materi pokok Kegiatan Pembelajaran Indikator
Pendidikan
berkarakter bangsa Penilaian Alokasi
waktu
Sumber
Belajar
Ket
3
Mendengarkan cerita
kelahiran Nabi
Muhammad SAW
Kisah
kelahiran Nabi
Muhammad
saw
Mendengarkan cerita kelahiran
Nabi Muhammad SAW
Dapat menceritakan kembali
kisah kelahiran Nabi
Muhammad saw
Relegius
Rasa ingin tahu
Mandiri
Bersahabat/komunikat
if
Lisan 2 X 30
menit
Buku PAI
Kelas IV
Mendengarkan cerita
perilaku masa kanak-
kanak Nabi
Muhammad SAW
Kisah perilaku
masa kanak-
kanak Nabi
Muhammad
saw
Mendengarkan cerita
perilaku masa kanak-kanak
Nabi Muhammad SAW
Kisah perilaku masa kanak-
kanak Nabi Muhammad saw
Relegius
Rasa ingin tahu
Mandiri
Bersahabat/komunikat
if
Lisan 2 X 30
menit
Buku PAI
Kelas IV
………., 11 juli 2011
Mengetahui,
Kepala Sekolah, Guru Mapel PAI
SILABUS
Nama Sekolah :
Mata Pelajaran : PAI
Kelas / Semester : D4/C Semesester I
Standar Kompetensi : Melakukan shalat fardhu (Fiqih)
No Kompetensi Dasar Materi pokok Kegiatan Pembelajaran Indikator
Pendidikan
berkarakter bangsa Penilaian Alokasi
waktu
Sumber
Belajar
Ket
4
Menirukan tatacara
shalat fardhu
Tata cara
shalat fardhu
Mencontoh tatacara shalat
fardhu
Menirukan tata cara shalat
fardhu
Dapat mencontoh tatacara
shalat fardhu
Dapat menirukan tata cara
shalat fardhu
Relegius
Mandiri
Disiplin
Tanggung jawab
Praktek 2 X 30
menit
Buku
tuntunan
shalat
Mempraktikkan shalat
fardhu dengan tertib
Praktek shalat
fardhu
Menirukan tata cara shalat
fardhu
Mempraktikkan shalat fardhu
Dapat menirukan tata cara
shalat fardhu
Dapat mempraktikkan shalat
fardhu
Relegius
Mandiri
Disiplin
Tanggung jawab
Praktek 2 X 30
menit
Buku
tuntunan
shalat
Membiasakan shalat
fardhu dengan
berjamaah
Shalat
berjamaah
Menirukan tata cara shalat
fardhu berjamaah
Mempraktikkan shalat fardhu
berjamaah
Membiasakan shalat fardhu
berjamaah
Dapat menirukan tata cara
shalat fardhu berjamaah
Dapat mempraktikkan shalat
fardhu berjamaah
Dapat membiasakan shalat
fardhu berjamaah
Relegius
Mandiri
Disiplin
Tanggung jawab Praktek
2 X 30
menit
Buku
tuntunan
shalat
………., 11 juli 2011
Mengetahui,
Kepala Sekolah, Guru Mapel PAI
SILABUS
Nama Sekolah :
Mata Pelajaran : PAI
Kelas / Semester : D5/C Semesester I
Standar Kompetensi : Membaca Al Qur‟an surat-surat pendek pilihan (Al qur‟an)
No Kompetensi Dasar Materi pokok Kegiatan Pembelajaran Indikator
Pendidikan
berkarakter bangsa Penilaian Alokasi
waktu
Sumber
Belajar
Ket
1
Menirukan bacaan QS
Al „Ashr dan Al
Kautsar
QS Al „Ashr
dan Al Kautsar
Mendengarkan bacaan QS Al
„Ashr dan Al Kautsar
Menirukan bacaan QS Al
„Ashr dan Al Kautsar
Dapat mendengarkan bacaan
QS Al „Ashr dan Al Kautsar
Dapat menirukan bacaan QS
Al „Ashr dan Al Kautsar
Relegius
Gemar membaca
Mandiri
Disiplin
Tanggung jawab
Lisan 2 X 30
menit
Al qur‟an
dan
terjemah
dan buku
PAI Kls V
Melafalkan sendiri QS
Al „Ashr dan Al
Kautsar
QS Al „Ashr
dan Al Kautsar
Menirukan bacaan QS Al
„Ashr dan Al Kautsar
Melafalkan sendiri QS Al
„Ashr dan Al Kautsar
Dapat menirukan bacaan QS
Al „Ashr dan Al Kautsar
Dapat melafalkan sendiri QS
Al „Ashr dan Al Kautsar
Relegius
Gemar membaca
Mandiri
Tanggung jawab
Lisan 2 X 30
menit
Al qur‟an
dan
terjemah
dan buku
PAI Kls V
………., 11 juli 2011
Mengetahui,
Kepala Sekolah, Guru Mapel PAI
SILABUS
Nama Sekolah :
Mata Pelajaran : PAI
Kelas / Semester : D5/C Semesester I
Standar Kompetensi : Mengenal kitab-kitab Allah SWT (Aqidah)
No Kompetensi Dasar Materi pokok Kegiatan Pembelajaran Indikator
Pendidikan
berkarakter bangsa Penilaian Alokasi
waktu
Sumber
Belajar
Ket
2 Menyebutkan nama
kitab-kitab Allah
Kitab-kitab
Allah
Mendengarkan penjelasan
nama kitab-kitab Allah
Menyebutkan nama kitab-kitab
Allah
Dapat menyebutkan nama
kitab-kitab Allah
Relegius
Gemar membaca
Mandiri
Rasa ingin tahu
Tanggung jawab
Lisan
Tertulis
2 X 30
menit
Buku PAI
Kelas V
Menyebutkan nama
para Rasul yang
menerima kitab Allah
SWT
Rosul
penerima kitab
Allah
Mendengarkan penjelasan
nama rasul penerima kitab-
kitab Allah
Menyebutkan nama rasul
penerima kitab-kitab Allah
Dapat menyebutkan nama rasul
penerima kitab-kitab Allah
Relegius
Mandiri
Rasa ingin tahu
Tanggung jawab
Lisan
Tertulis
2 X 30
menit
Buku PAI
Kelas V
………., 11 juli 2011
Mengetahui,
Kepala Sekolah, Guru Mapel PAI
SILABUS
Nama Sekolah :
Mata Pelajaran : PAI
Kelas / Semester : D5/C Semesester I
Standar Kompetensi : Membiasakan perilaku terpuji (Akhlak)
No Kompetensi Dasar Materi pokok Kegiatan Pembelajaran Indikator
Pendidikan
berkarakter bangsa Penilaian Alokasi
waktu
Sumber
Belajar
Ket
3 Mendengarkan kisah
Nabi Ayub A.S
Kisah Nabi
Ayub A.S
Mendengarkan kisah Nabi
Ayub A.S
Dapat menceritakan kembali
kisah Nabi Ayub A.S
Relegius
Mandiri
Rasa ingin tahu
Bersahabat
Peduli social
Lisan
Tertulis
2 X 30
menit
Buku PAI
Kelas V
Meneladani kesabaran
Nabi Ayub A.S
Kisah Nabi
Ayub A.S
Mendengarkan kisah Nabi
Ayub A.S
Meneladani kesabaran Nabi
Ayub A.S
Dapat menceritakan kembali
kisah Nabi Ayub A.S
Dapat meneladani kesabaran
Nabi Ayub A.S
Relegius
Mandiri
Rasa ingin tahu
Bersahabat
Peduli social
Lisan
Tertulis
2 X 30
menit
Buku PAI
Kelas V
………., 11 juli 2011
Mengetahui,
Kepala Sekolah, Guru Mapel PAI
SILABUS
Nama Sekolah :
Mata Pelajaran : PAI
Kelas / Semester : D5/C Semesester I
Standar Kompetensi : Melaksanakan dzikir dan do‟a (Fiqih)
No Kompetensi Dasar Materi pokok Kegiatan Pembelajaran Indikator
Pendidikan
berkarakter bangsa Penilaian Alokasi
waktu
Sumber
Belajar
Ket
4 Melakukan dzikir
setelah shalat Dzikir dan doa
Menirukan lafal dzikir
setelah shalat
Melakukan dzikir setelah
shalat
Dapat menirukan lafal dzikir
setelah shalat
Dapat melakukan dzikir setelah
shalat
Reiligus
Disiplin
Mandiri
Gemar membaca
Lisan
2 X 30
menit
Buku PAI
Kelas V
Membaca do‟a setelah
shalat
Dzikir dan doa
Membaca doa
setelah shalat
Melakukan doa setelah shalat
Dapat membaca doa
setelah shalat
Dapat melakukan doa setelah
shalat
Reiligus
Disiplin
Mandiri
Gemar membaca
Lisan
Tertulis
2 X 30
menit
Buku PAI
Kelas V
………., 11 juli 2011
Mengetahui,
Kepala Sekolah, Guru Mapel PAI
SILABUS
Nama Sekolah :
Mata Pelajaran : PAI
Kelas / Semester : D6/C Semesester I
Standar Kompetensi : Memahami isi Al Qur‟an surat-surat pendek pilihan (Al qur‟an)
No Kompetensi Dasar Materi pokok Kegiatan Pembelajaran Indikator
Pendidikan
berkarakter bangsa Penilaian Alokasi
waktu
Sumber
Belajar
Ket
1
Menirukan bacaan QS
Al-Fatihah dengan
fasih
QS Al-Fatihah
Mendengarkan bacaan QS Al-
Fatihah baik
Melafalkan bacaan QS Al-
Fatihah fasih
Menirukan bacaan QS Al-
Fatihah fasih
Dapat melafalkan bacaan QS
Al-Fatihah fasih
Dapat menirukan bacaan QS
Al-Fatihah fasih
Reiligus
Disiplin
Mandiri
Gemar membaca
Lisan
2 X 30
menit
Al qur‟an
dan
terjemah
dan buku
PAI kelas
VI
Menghafal bacaan QS
Al-Fatihah dengan
lancar
QS Al-Fatihah
Mendengarkan bacaan QS Al-
Fatihah baik
Melafalkan bacaan QS Al-
Fatihah fasih
Menirukan bacaan QS Al-
Fatihah fasih
Menghafal bacaan QS Al-
Fatihah dengan lancar
Dapat melafalkan bacaan QS
Al-Fatihah fasih
Dapat menirukan bacaan QS
Al-Fatihah fasih
Dapat menghafal bacaan QS
Al-Fatihah dengan lancar
Reiligus
Disiplin
Mandiri
Gemar membaca Lisan
2 X 30
menit
Al qur‟an
dan
terjemah
dan buku
PAI kelas
VI
………., 11 juli 2011
Mengetahui,
Kepala Sekolah, Guru Mapel PAI
SILABUS
Nama Sekolah :
Mata Pelajaran : PAI
Kelas / Semester : D6/C Semesester I
Standar Kompetensi : Meyakini adanya Hari Akhir (Aqidah)
No Kompetensi Dasar Materi pokok Kegiatan Pembelajaran Indikator
Pendidikan
berkarakter bangsa Penilaian Alokasi
waktu
Sumber
Belajar
Ket
2 Menyebutkan nama-
nama Hari Akhir
Nama-nama
Hari Akhir
Mendengarkan penjelasan
nama-nama Hari Akhir
Menyebutkan nama-nama Hari
Akhir
Dapat menjelaskan kembali
nama-nama Hari Akhir
Dapat menyebutkan nama-
nama Hari Akhir
Reiligus
Disiplin
Mandiri
Tanggung jawab
Lisan
Tertulis
2 X 30
menit
Buku PAI
kelas VI
Menyebutkan tanda
tanda Hari Akhir
Tanda-tanda
hari Akhir
Mendengarkan penjelasan
tanda-tanda Hari Akhir
Menyebutkan tanda-tanda Hari
Akhir
Dapat menjelaskan kembali
tanda-tanda Hari Akhir
Dapat menyebutkan tanda-
tanda Hari Akhir
Reiligus
Disiplin
Mandiri
Tanggung jawab
Lisan
Tertulis
2 X 30
menit
Buku PAI
kelas VI
………., 11 juli 2011
Mengetahui,
Kepala Sekolah, Guru Mapel PAI
SILABUS
Nama Sekolah :
Mata Pelajaran : PAI
Kelas / Semester : D6/C Semesester I
Standar Kompetensi : Menghindari perilaku tercela (Akhlak)
No Kompetensi Dasar Materi pokok Kegiatan Pembelajaran Indikator
Pendidikan
berkarakter bangsa Penilaian Alokasi
waktu
Sumber
Belajar
Ket
3 Mendengarkan kisah
Abu Lahab
Kisah Abu
Lahab
Mendengarkan kisah Abu
Lahab
Dapat menceritakan kembali
kisah Abu Lahab
Reiligus
Jujur
Peduli social
Toleransai
Lisan
Tertulis
2 X 30
menit
Buku PAI
kelas VI
Menghindari perilaku
dengki seperti kisah
Abu Lahab
Kisah Abu
Lahab
Mendengarkan kisah Abu
Lahab
Dapat menceritakan kembali
kisah Abu Lahab
Dapat menghindari perilaku
dengki seperti kisah Abu
Lahab
Reiligus
Jujur
Peduli social
Toleransai
Lisan
Tertulis
2 X 30
menit
Buku PAI
kelas VI
………., 11 juli 2011
Mengetahui,
Kepala Sekolah, Guru Mapel PAI
SILABUS
Nama Sekolah :
Mata Pelajaran : PAI
Kelas / Semester : D6/C Semesester I
Standar Kompetensi : Mengenal Ibadah puasa (Fiqih)
No Kompetensi Dasar Materi pokok Kegiatan Pembelajaran Indikator
Pendidikan
berkarakter bangsa Penilaian Alokasi
waktu
Sumber
Belajar
Ket
4
Menyebutkan
ketentuan-ketentuan
puasa
Ketentuan-
ketentuan
puasa
Mendengarkan penjelasan
ketentuan-ketentuan puasa
Menyebutkan ketentuan-
ketentuan puasa
Dapat menjelaskan kembali
ketentuan-ketentuan puasa
Dapat menyebutkan ketentuan-
ketentuan puasa
Reiligus
Disiplin
Peduli social
Toleransai
Tanggung jawab
Lisan
Tertulis
2 X 30
menit
Buku PAI
kelas VI
Menyebutkan macam-
macam puasa
Macam-
macam puasa
Mendengarkan penjelasan
macam-macam puasa
Menyebutkan macam-macam
puasa
Dapat menjelaskan kembali
macam-macam puasa
Dapat menyebutkan macam-
macam puasa
Reiligus
Disiplin
Peduli social
Toleransai
Tanggung jawab
Lisan
Tertulis
2 X 30
menit
Buku PAI
kelas VI
………., 11 juli 2011
Mengetahui,
Kepala Sekolah, Guru Mapel PAI