Metode Amenore Laktasi Fix w7
description
Transcript of Metode Amenore Laktasi Fix w7
METODE AMENORE LAKTASI
I. PENDAHULUAN
Kontrasepsi berasal dari kata Kontra berarti mencegah atau melawan,
sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang
dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari
kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat
pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut.(1)
Seorang perempuan menjadi subur dan dapat melahirkan segera setelah
ia mendapatka haid yang pertama, dan kesuburan perempuan akan terus
berlangsung sampai menapause.(2)
Dari data WHO (2010) didapatkan bahwa diseluruh dunia terjadi lebih
dari 100 x 10(6) senggaama setiap harinya dan terjadi 1 juta kelahiran baru per
hari dimana 50% diantaranya tidak direncanakan dan 25% tidak diharapkan.
Dari 150.000 kasus abortus provokantus yang terjadi per hari, 50.000
diantaranya abortus ilegal dan 500 perempuan meninggal akibat komplikasi
abortus tiap harinya(3)
Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia [SDKI] 2002/3 dan
2007 memberi sinyal adanya ledakan penduduk. Selama kurun waktu 2 SDKI
tersebut Contraceptive Prevalence Rate [CPR] Nasional hanya naik 0,7 % dari
56,7 menjadi 57,4 %. dari faktor tersebut, kita dapat membuat perencanaan
keluarga sebagai alat penyejahtera para ibu dan anak serta mewujudkan
masyarakat yang sehat. Beberapa alat kontrasepsi yang ditawarkan memiliki
kelebihan dan kekurangan.(3)
Menurut WHO (2011) Keluarga Berencana adalah suatu cara yang
memungkinkan individu dan pasangannya untuk mengantisipasi dan mencapai
jumlah anak yang diinginkan dan juga menentukan jarak waktu kelahiran. Hal
ini dapat dicapai dengan penggunaan metode kontrasepsi. Kontrasepsi adalah
1
usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha-usaha tersebut dapat
bersifat sementara maupun permanen. (3)
Lima puluh persen kehamilan adalah kehamilan yang tidak dikehendaki,
karena adanya beberapa alasan misalnya sulitnya mendapatkan kontrasepsi atau
tidak efektifnya kontrasepsi yang digunakan untuk mencegah kehamilan.(2,5)
Metode Amenorea Laktasi merupakan salah satu metode kontrasepsi
dalam mengatur pertumbuhan dan kesejahteraan penduduk dimana seorang ibu
diberikan informasi dan dukungan untuk memberikan ASI yang juga berfungsi
sebagai kontrasepsi, metode ini dapat diterima dengan mudah oleh banyak
wanita. Kontrasepsi setelah persalinan sangat dianjurkan untuk para ibu agar
memberikan jarak antara anaknya dengan interval lebih dari 6 bulan dapat
dihubungkan dengan penurunan resiko negatif perinatal, dan meningkatkan
angka kesehatan ibu, dan dapat memberikan keuntungan bagi sosioekonomi. (2,
3,11,12,13)
II. DEFINISI
Menurut Keddedy tahun 1989 Metode Amenorea Laktasi (MAL) atau
Lactational Amenorrhea Method (LAM) adalah metode kontrasepsi sementara
yang dapat membuat seorang ibu menjadi amenore yang mengandalkan
pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI saja
tanpa tambahan makanan dan minuman lainnya.(3,15,16,17)
Metode Amenorea Laktasi (MAL) atau Lctational Amenorrhea Method
(LAM) dapat dikatakan sebagai metode keluarga berencana alamiah (KBA)
atau natural family planning, apabila tidak dikombinasikan dengan
metodekontrasepsi lain yang telah terbukti lebih dari 89% dapat memproteksi
seorang ibu yang postpartum dari kehamilan (2, 4,6,8,9)
Metode Amenorea Laktasi adalah salah satu metode keluarga berencana
untuk ibu dengan postpartum yang praktis untuk mencegah kehamilan, dimana
terdapat tiga kriteria yang harus dipenuhi untuk menjalankan metode ini
diantaranya: menggunakan metode ini selama 6 bulan setelah persalinan, belum
2
mengalami haid kembali dan menyusui secara penuh (Full breastfeeding),
secara penuh maksudnya pada pagi dan malam hari yakni 4 jam pada siang hari
dan 6 jam pada malam hari atau lebih efektif bila diberikan minimal 8 kali
sehari. Seorang ibu yang dikatakan sebagai pengguna Metode Amenore laktasi
jika memenuhi ketiga kriteria tersebut (5,7,8,14,19)
Metode Amenore Laktasi (MAL) merupakan alat kontrasepsi yang
mengandalkan pemberian air susu ibu (ASI). Metode ini dapat dijadikan alat
kontrasepsi jika memenuhi syarat, yaitu:Menyusui secara penuh ( full breast
feeding) , Belum menstruasi, Usia bayi kurang dari 6 bulan, Metode ini bisa
efektif sampai 6 bulan, Harus dilanjutkan dengan pemakaaian metode
kontrasepsi lainnya . Penggunaan MAL bagi ibu-ibu postpartum sebagai
metodekontrasepsi dapat diandalkan sepanjang ibu tidak mengalami ovulasi(5,12)
Metode Amenore Laktasi (MAL) adalah salah satu pilihan kontrasepsi
yang potensial dan penting dalah perkembangan suatu negara yang memiliki tiga
elemen yaitu Full Breastfeeding, Amenore postpartum, dan usia bayi kurang dari
6 bulan (6,7,8,9,10,11,12,)
Tujuan dari dilaporkannya pedoman pelayanan metode amenore laktasi
menawarkan pelayanan dengan kualitas tinggi untuk kesehatan ibu dan anak,
sebagai program keluarga berencana. Metode Amenore Laktasi (MAL) adalah
sebuah metode modern yang berdasar pada adanya kesuburan alami yang tentu
ada ketika seseorang menyusui anaknya. Metode Amenore Laktasi Berasal dari
3 kata yaitu: metode yang berarti suatu teknik atau metoda (sampai 6 bulan
postpartum), Amenore yaitu tidak ada perdarahan pada vagina (setelah dua bulan
persalinan), Laktasi berhubungan dengan proses menyusui. Karena MAL adalah
kontrasepsi yang berfungsi dalam jangka waktu yang pendek keberhasilannya
harus memiliki elemen kunci sebagai berikut: (8,10,11,12)
a) Adanya Konseling atau informasi yang diberikan kepada ibu tentang
efektifitas MAL oleh penolong persalinan
3
b) Menawarkan semangat dan dukungan untuk memberikan ASI esklusif pada
enam bulan pertama kelahiran
c) Edukasi tentang kesuburan yang dapat kembali
d) Mendiskusikan tentang tujuan dan alasan memberikan jarak dan batasan
pada kehamilan
e) Konseling tentang metode kontrasepsi
f) Membantu transisi metode MAL ke metode Keluarga berencana yang lain.
III. FISIOLOGI HAID
Oogenesis dan Siklus Menstruasi
Oogenesis
Perkembangan gamet pada wanita berkembang dari fase oogonium
sampai fase oosit primer (folikel primordial), berlangsung jauh sebelum
lahir. Oogenesis terjadi jauh lebih cepat dari spermatogenesis. Fase fetal
pada oogenesis menjadi sempurna ada minggu pertama gestasi, oosit-oosit
ini tetap menjadi laten sampai pubertas. Pada wanita yang sudah matur,
ovum yang dapat difertilisasi berkembang pada folikel graafian yang terjadi
setiap 28 hari. (4)
Siklus Menstruasi
Setelah terjadi maturasi seksual, seorang wanita akan mensekresikan
beberapa hormon dalam siklus 28 hari ini. Gonadoliberin (=Gn-RH) dan
dopamin (PIH) disekresikan oleh hipotalamus. FSH, LH dan Prolaktin
dihasilan oleh hipofisis anterior. Progesteron, estrogen dan inhibin
disekresikan oleh ovarium. Gn-RH mengatur gradian sekresi dari FSH dan
LH, yang dimana hormon-hormon tersebut akan regulasi sekresi estradiol
dan progesterone. Fungsi seks wanita dikendalikan oleh pelepasan periodik
hormon-hormon, yang mana tujuannya adalah untuk menghasilkan telur
yang dapat difertilisasi pada setiap ovarium setiap bulannya dan menciptakan
suasana yang cocok untuk penerimaan sperma (fertilisasi) dan implantasi
telur yang telah difertilisasi. Aktivitas siklus ditunjukkan dengan adanya
menstruasi bulanan. (4)
4
Siklus menstruasi bertahan sekitar 21-35 hari. Setengah siklus adalah fase
luteal/fase sekresi yang biasanya sekitar 14 hari dan setengah siklus lainnya
adalah fase folikular/fase proliferative yang bertahan sekitar 7-21 hari.
Ovulasi memisahkan kedua fase tersebut. (4)
Hari 1: Permulaan menstruasi (bertahan sekitar 2-6 hari) (4)
Hari 1-14: Fase Folikular yang dimulai sejak hari pertama menstruasi.
Endometrium menebal untuk persiapan implantasi ovum yang telah dibuahi
saat fase luteal, dan sekitar 20 folikel ovarian yang matang dibawah
pengaruh FSH. Salah satu dari folikel tersebut akan menjadi folikel yang
dominan, yang akan menghasilkan peningkatan kuantitas estrogen. (4)
Hari 14: Ovulasi, jumlah estrogen yang dihasilkan oleh folikel yang
meningkat secara cepat diantara hari ke 12 dan 13. Peningkatan sekresi LH
merupakan respon meningginya level estrogen yang mengarah
untukterjadinya ovulasi. Temperatur basal tubuh akan meningkat 0,5°C
sekitar 1-2 hari kemudian dan akan tetap meningkat hingga akhir siklus.
Peningkatan temperatur ini secara umum menandakan telah terjadinya
ovulasi. Selama ovulasi, mukus serviks kurang kental dan ostium serviks
sedikit membuka agar sperma dapat masuk. (4)
Hari 14-28. Fase luteal dicirikan oleh adanya perkembangan corpus
luteum yang mensekresikan progesterone; Peningkatan sekresi mukoid dari
kelenjar uterine juga terjadi. Endometrium paling responsif terhadap
progesterone sekitar hari ke 22 dari siklus, dimana terjadinya dapat terjadi
implantasi dari ovum yang telah dibuahi. Jika tidak terjadi implantasi,
estrogen dan progesterone akan menginhibisi sekresi Gn-RH, sehingga
terjadi degenerasi dari corpus luteum. Penurunan konsentrasi estrogen dan
progesterone di plasma darah akan membuat vasokonstriksi pembuluh darah
endometrial dan iskemik. Hal ini membuat terjadi deskuamasi dinding uterus
dan terjadi perdarahan (menstruasi). (4)
5
Gambar 1. Oogensis dan Silklus Menstruasi(4)
6
IV. FISIOLOGI LAKTASI
Payudara mulai berkembang di saat pubertas. Perkembangan ini
distimulasi oleh estrogen dari siklus seksual wanita. Estrogen merangsang
pertumbuhan kelenjar susu payudara dan juga terjadi deposisi lemak sehingga
massa payudara bertambah. Di saat terjadinya peningkatan jumlah estrogen
yang tinggi, yaitu saat kehamilan, perkembangannya menjadi sempurna untuk
menghasilkan air susu. melalui kehamilan ini jumlah estrogen yang
meningkat yang disekresi oleh plasenta menyebabkan system duktus
payudara tumbuh dan bercabang. Selain itu stroma dan lemak di dalam
payudara jumlahnya juga meningkat.(6)
Perkembangan lobulus alveoli diatur oleh progesteron. Perkembangan
akhir payudara menjadi organ yang dapat mensekresi air susu juga
membutuhkan progesteron. Di saat sistem duktus telah berkembang,
progesteron bekerja secara sinergis dengan estrogen.(6)
Inisiasi laktasi dan fungsi prolaktin
Meskipun estrogen dan progesteron dibutuhkan untuk perkembangan
fisik payudara selama kehamilan, efek spesifik dari kedua hormon ini adalah
sesungguhnya menghambat sekresi air susu. Sebaliknya, hormon prolaktin
memiliki efek berlawanan yaitu merangsang sekresi air susu. Hormon ini
disekresi olehhipofisis anterior, dan konsentrasi hormon ini meningkat
dengan sempurna saat 5 minggu kehamilan sampai kelahiran bayi, dimana
jumlahnya 10-20 kali lipat dalam kondisi normal saat tidak hamil.(6)
Kontrol hipotalamus dan sekresi prolaktin
Hipotalamus berperan dalam mengontrol sekresi prolaktin begitu pula
dengan hormon yang disekresi oleh hipofisis anterior. Namun satu aspek
yang berbeda yaitu, hipotalamus sebagian besar menstimulasi produksi
hormon-hormon lain, tetapi terutama menghambat sekresi prolaktin.
Konsekuensi yang terjadi bila terdapat kerusakan pada hipotalamus akan
terjadi peningkatan prolaktin namun hormon lain dibawah pengaruh hipofisis
7
anterior akan tertekan.Untuk itu, sekresi prolaktin oleh hipofisis anterior juga
dikontrol oleh faktor inhibitor yang telah dibentuk oleh hipotalamus dan
disalurkan melalui sistem portal hipotalamus-hipofisis ke hipofisis anterior.
Faktor ini disebut inhibitory prolactin hormon.(6)
REGULASI PRODUKSI AIR SUSU IBU
Regulasi kuantitas dan kandungan ASI sebagian besar berada dibawah
pengendalian hormonal dengan prolaktin sebagai pengendali utama. Selama
kehamilan kadar prolaktin plasma dari < 20 ng/mL menjadi > 200 ng/mL.
Pada ibu laktasi, kadar prolaktin serum basal tetap meningkat selama 4 – 6
minggu pertama pasca salin dan kemudian terus menurun sampai tingkat
sebelum kehamilan meskipun ibu dalam keadaan menyusui.(6)
Peranan prolaktin pada awal laktasi adalah dengan blokade sekresi
hormon hipofisis menggunakan agonis dopamin yaitu bromokriptin.
Pemberian bromokriptin sesaat setelah persalinan akan dengan cepat
menurunkan kadar prolaktin sampai ke tingkat sebelum kehamilan sehingga
pembesaran payudara dan laktasi tidak akan terjadi. Estrogen juga dapat
digunakan untuk menekan laktasi (dengan mekanisme yang berbeda ) .
Dengan pemberian estrogen, kadar prolaktin tetap tinggi namun tak ada
pembentukan ASI. (6,11)
Estrogen bekerja dengan menghambat pengaruh prolaktin terhadap
payudara. Pada tingkatan seluler, prolaktin memilki beberapa peranan :
Stimulasi sintesa beta laktoglobulin dan kasein pada jaringan payudara
Stabilsasi kasein mRNA dengan memperlama waktu paruhnya sampai 8 kali
lipat Stimulasi sintesa lemak susu (Transortasi natrium dalam jaringan
mammae)(6,11)
Prolaktin bertsanggung jawab dalam memulai produksi ASI , namun
penyampaian ASI ke bayi dan pemeliharaan laktasi bergantung pada stimulasi
mekanis pada puting susu.(6,11)
Stimulasi isapan bayi yang dikenal sebagai ejeksi atau pengeluaran ASI
Isapan bayi adalah stimulasi utama pengeluaran ASI dan reflek ini dapat
8
dikondisikan. Tangisan atau pandangan bayi dan persiapan payudara untuk
memberikan ASI dapat menyebabkan pengeluaran ASI ; sebaliknya rasa
nyeri, malu dan alkohol dapat menghentikan pengeluaran ASI Reflek
menghisap dimulai saat impuls sensorik yang berasal dari putting masuk
kedalam medula spinalis melalui “dorsal root”. Jalur saraf multisinap naik ke
nukleus supraoptic magnoseluler dan paraventrikuler pada hipotalamus
melalui neuron-neuron yang mengandung aktivin di dalam traktus nekleus
solitarius. Pengenalan terhadap impuls menyebabkan pelepasan oksitosin
secara episodik dari hipofisis posterior. Selanjutnya oksitosin menstimulasi
sel mioepitelial yang berada disekeliling ductus alveolaris untuk mengadakan
kontraksi dan terjadilah ejeksi ASI.(6, 11)
Reflek menghisap juga mempengaruhi aktivitas generator denyut GnRH.
Isapan menghambat pelepasan gonadotropin sehingga tidak terjadi ovulasi.
9
Gambar 3 : Mekanisme Fisiologi Laktasi (6)
V. ANATOMI FISIOLOGI HIPOTALAMUS-HIPOFISIS
Menurut Guyton dan Hall (2008) hipotalamus sebagai kelenjar endokrin
memiliki hormon yang dihasikannya, dan juga fungsi dari masing-masing
hormon tersebut. Hormon tersebut antara lain yaitu:(6)
1. TRH (Thyrotropin-releasing hormone). Fungsi dari hormon ini
adalah stimulasi sekresi TSH dan prolaktin.
2. CRH (Corticotropin-releasing-hormone). Fungsi dari hormon ini
adalah pelepasan ACTH
3. GHRH (Growth hormon-releasing hormon). Fungsi dari hormon ini
adalah merangsang pelepasan hormon pertumbuhan (GH)
4. GHIH (Growth Hormone Inhibitory Hormone). Fungsi dari hormon
ini adalah menghambat pelepasan hormon pertumbuhan (GH)
5. GnRH (Gonadotropin-releasing hormon). Fungsi dari hormon ini
adalah merangsang pelepasan LH dan FSH
6. Dopamin atau PIF (Prolactin-inhibiting Factor). Fungsi dari hormon
ini adalah menghambat pelepasan hormon prolaktin.
10
Gambar 4:Female Reproductive Axis(Cunningham, 2008) (6)
Pada bagan diatas menggambarkan positif dan feedback negatif.
Pelepasan GnRH secara pulsatif akan merangsang pelepasan LH dan FSH dari
hipofisis anterior. Terjadinya peningkatan hormon steroid akan menyebabkan
feedback negatif yang menghambat GnRH dan pelepasan gonadotropin.(6)
Gambar 5. Hipofisis Anterior dan Posterior(Cunningham, 2008) (6)
Menurut Kent & Ward (2001) Hipofisis terletak di bagian bawah otak di
dalam sella Turcica pada tulang sphenoidale. Hipofisis terbagi menjadi 2 lobus
yaitu lobus anterior, adenohipofisis, dan lobus posterior, neurohipofisis. Lobus
anterior mensekresi antara lain yaitu:(6)
1. HGH (Human Growth Hormone). Target dari hormon ini adalah tulang
dan jaringan lunak. Fungsinya adalah pertumbuhan tubuh, stimulasi
uptake asam amino oleh sel, meningkatkan sintesis tRNA, meningkatkan
jumlah agregasi ribosom, dan sintesis protein.
11
2. TSH (Thyroid Stimulationg Hormone). Target hormon ini adalah tiroid.
Fungsinya adalah menstimulasi sintesis dan pelepasan hormon tiroid.
3. ACTH (Adenocorticotropic Hormone). Target dari hormon ini adalah
korteks adrenal. Fungsinya adalah stimulasi sekresi glukokortikoid.
4. Prolactin. Target dari hormon ini adalah kelenjar susu. Fungsinya yatiu
memacu perkembangan kelenjar susu dan stimulasi produksi air susu.
Hormon ini diatur oleh hormon plasenta selama kehamilan dan juga
stimulasi puting susu selama laktasi.
5. FSH (Follicle Stimulating Hormone). Target hormon ini adalah ovarium
dan testis. Fungsinya adalah stimulasi pertumbuhan folikel ovarium dan
spermatogenesis.
6. LH (Luteinizing Hormone). Target hormone ini adalah ovarium dan
testis. Fungsinya yaitu pada wanita merangsang pematangan folikel,
memacu ovulasi dan stimulasi korpus luteum untuk mensekresi estrogen
dan progesteron. Sedangkan pada laki-laki menstimulasi sel interstisial
untuk mensekresi testosteron.
VI. MEKANISME KERJA
Mekanisme kerja dari Metode Amenore Laktasi sangatlah kompleks
dimana yang terjadi adalah menunda atau menekan terjadinya ovulasi, pada
saat laktasi /menyusui akan menstimulasi sensitivitas hipothalamus yang
dapat memberikan efek feedback pada ovarian steroid. Selama laktasi
hipolatamus menjadi lebih sensitif dan positif feedback terhadap esterogen,
hormon yang berperan adalah prolaktin dan oksitosin.(2,6,12)
Semakin sering menyusui,maka kadar prolaktin meningkat
danhormon gonadotrophin melepaskan hormon penghambat (inhibitor)
Hormon penghambat ini akan mengurangi kadar estrogen, sehingga tidak
terjadi ovulasi.(3,4,6)
Konsentrasi prolaktin meningkat sebagai respons terhadap stimulus
pengisapan berulang ketika menyusui. Dengan intensitas dan frekuensi yang
12
cukup,kadar prolaktin akan tetap tinggi. Hormon prolaktin yang merangsang
produksi ASI juga mengurangi kadar hormon LH yang diperlukan untuk
memelihara dan melangsungkan siklusmenstruasi. Kadar prolaktin yang
tinggi menyebabkan ovarium menjadi kurandg sensitif terhadap
perangsangan gonadotropin yang memang sudah rendah, dengan akibat
timbulnya inaktivasi ovarium, kadar estrogen yang rendah dan an-ovulasi.
Bahkan pada saat aktivitas ovarium mulai pulih kembali, kadar prolaktin
yang tinggi menyebabkan fase luteal yang singkat dan fertilitas menurun.
Jadi, intinya cara kerja Metode Amenore Laktasi ( MAL ) ini adalah dengan
penundaan atau penekanan ovulasi.(5,6,12)
VII. PATOFISIOLOGI TERJADINYA AMENORE (2,3,5,14)
Dari bagan di bawah ini, dapat dijelaskan bagaimana proses
terjadinya amenorea. Bayi yang menyusui secara eksklusif akan merangsang
puting susu. Melalui saraf somatik, rangsangan sensori akan diteruskan dari
puting susu menuju medulla spinalis kemudian ke hipotalamus. Hipotalamus
akan merangsang pengeluaran oksitosin dan juga prolaktin pada saat yang
sama. Oksitosin yang telah dilepas akan mengalir dari darah menuju
payudara dan terjadi kontraksi sel mioepitelial yang memungkinkan ais susu
mengalir dari alveoli menuju duktus. Bayi semakin efektif menetek dan
dalam 30 detik hingga 1 menit air susu akan keluar dari puting. (2,3,5,14)
Pada saat yang sama dimana kadar prolaktin yang tinggi di dalam
darah, neurotransmitter yang bekerja adalah dopamin. Dopamin adalah
neurotransmitter yang bekerja menghambat produksi prolaktin. Karena efek
inhibisi ini teraktivasi, maka hormon lain yang berada di bawah kontrol
hipofisis anterior akan tertekan. Hormon tersebut diantaranya yaitu LH dan
FSH. Seperti yang diketahui bahwa LH berfungsi merangsang pematangan
folikel, memacu ovulasi dan stimulasi korpus luteum untuk mensekresi
estrogen dan progesteron. Dan FSH berfungsi dalam stimulasi pertumbuhan
folikel ovarium. Karena keduanya tertekan, maka ovulasi tidak akan terjadi,
sehingga terjadi menstruasi. (2,3,5,14)
13
14
Bayi menetek
Transmisi melalui saraf somatik dari puting susu menuju medulla spinalis ibu
Hipotalamus
Memacu sekresi oksitosin dan Prolaktin
Prolaktin dalam darah tinggi
Kadar LH & FSH Turun
Estrogen Progesteron rendah
Ovulasi tidak terjadi
Hipofisis
dopaminergik
Oksitosin dalam darah payudara
Kontraksi sel mioepitelial
Sekresi air susu dari alveoli ke duktus
Bayi efektif menetek
Selama 30 detik sampai 1 menit air susu keluar
Defesiensi fase
AMENORE
Bagan 1 : Patofisiologi Terjadinya Amenore (12)
VIII. EFEKTIFITAS
Efektifitas MAL sangat tinggi sekitar 98 persen apabila digunakan
secara benar dan memenuhi persyaratan sebagai berikut: digunakan selama
enam bulan pertama setelah melahirkan, belum mendapatkan haid pasca
persalinan dan menyusui secara eksklusif (tanpa memberikan makanan atau
minuman tambahan). Efektifitas dari metode ini juga sangat tergantung pada
frekuensi dan intensitas menyusui.(2,4,8)
IX. KEUNTUNGAN METODE AMENORE LAKTASI
Keuntungan kontrasepsi metode amenore laktasi :
1. Efektifitas tinggi ( keberhasilan 98% pada 6 bulan pasca
persalinan )Segera efektif setelah persalinan (1, 8)
a) Tidak mengganggu senggama
b) Tidak ada efek samping secara sistemik
c) Tidak perlu pengawasan medis
d) Tidak perlu obat atau alat
e) Tanpa biaya
f) Menstruasi sudah mulai kembali
g) Bayi sudah tidak terlalu sering menyusu ( on demand )
h) Untuk memotivasi ibu untuk menyusui anaknya hingga berusia 6
bulan atau lebih secara esklusif.
2. Keuntungan nonkontrasepsiUntuk bayi(7, 8)
a) Mendapatkan kekebalan pasif
b) Sumber asupan gizi yang terbaik, sesuai dan sempurna untuk tumbuh
kembang bayi yang optimal
c) Meningkatkan pertimbuhan dan perkembangan bayi
15
d) Penurunkan angka kesakitan pada penyakit gastrointestinal, alergi
dan asma pada kehidupan selanjujtnya
e) Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi dari air, susu lain
atau formuula, atau alat minum yang dipakai
f) Meningkatkan sistem imun bayi (diare dan infeksi respiratori akut)
3. Keuntungan nonkontrasepsi Untuk ibu(7,8)
a) Mengurangi perdarahan pasca persalinan karena Isapan bayi dapat
menstimulasi kontraksi uterus
b) Mengurangi resiko anemia akibat penurunan kehilangan besi
c) Meningkatkan hubungan psikologi ibu dan bayi.
d) Mengurangi resiko kanker ovarium pada usian kurang dari 30 tahun
e) Memikat kubungan antara bayi dan ibu.
f) Menurunkan kejadian kanker payudara
X. KERUGIAN DARI METODE AMENORE LAKTASI (5)
1. Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30
menit pasca persalinan.
2. sulit dilaksanakan karena kondisi sosial.
3. Efektifitas tinggi hanya sampai kembalinya haid sampai dengan 6 bulan.
Hanya wanita amenore yang memberikan ASI secara eksklusif dengan
interval teratur, termasuk pada waktu malam hari, yang selama 6 bulan
pertama mendapatkan perlindungan kontrasepstif sama dengan
perlindungan yang diberikan oleh kontrasepsi oral. Dengan munculnya
menstruasi atau setelah 6 bulan, resiko ovulasi meningkat.
4. Tidak melindungi terhadap IMS termasuk hepatitis B/HBV dan HIV/AIDS
XI. INDIKASI METODE AMENORE LAKTASI
Ibu yang dapat menyusui secara eksklusif, bayinya berumur kurang dari 6
bulan dan belum mendapat haid setelah melahirkan. Kita dapat mendorong ibu
16
untuk memilih metode lain dengan tetap menganjurkan untuk melanjutkan ASI,
saat terjadi keadaan – keadaan seperti : Ketika mulai memberikan makanan
pendamping secara teratur (menggantikansatu kali menyusui) (2,3,5,14)
Membantu klien memilih metode lain. Walaupun metode kontrasepsi lain
dibutuhkan, klien harus didorong untuk tetap melanjutkan pemberian ASI. Bayi
berumur 6 bulan atau lebih. (5,13)
VIII. KONTRAINDIKASI PENGGUNAAN MAL(2,3,5,14)
Sudah mendapat menstruasi setelah melahirkan
Tidak menyusui secara eksklusif
Bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan
Bekerja dan terpisah dari bayi lebih lama dari 6 jam
Ibu sedang menderita penyakit inveksi HIV dan tidak dalam proses
pengonatan ARV (relatif)
Ibu sedang menggunakan obat-obatan seperti : Bromocriptins,
Anticoagulan, Kortikosteroid dosis tinggi, Cyclosporin, Ergotamin,
Lithium, obat Mood Altering , resepine dan lain lain
Kondisi bayi yang tidak stabil
Ibu yang tidak memenuhi kriteria menyusui diantaranya menderita
penyakit payudara, kanker payudara, kanker ovarium, diabetes,
hipertensi dan infark miokard.
Tidak memenuhi Kriteria Metode Amenorea Laktasi ( MAL ) (4)
17
VIII. SYARAT PENGGUNAAN MAL(2,3,5,14)
Syarat dan beberapa hal yang diperhatikan dalam metode MAL.yang dapat
menggunakan MAL yaitu ibu yang menyusui secara eksklusif, bayinya
berumur kurang dari 6 bulan dan belum mendapat haid setelah melahirkan.
Apabila jawaban untuk semua pertanyaan tersebut “ya”
Bagan 2: Langkah-langkah Penentuan Saat Pemakaian KB MAL(2,3,5,14,20)
18
2.Apakah ibu sudah memberikan makanan/minuman tambahan atau membiarkan jangka waktu lama tidak menyusui
3.Apakah bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan?
4. kemungkinan kehamilan untuk ibu ini meningkat. Untuk tetap terhindar dari kehamilan, nasehatkan ibu tersebut untuk mulai memakai KB tambahandan teruskan memberikan ASI demi kesehatan
Sudah
Belum
Ya
Belum
Ya
1.Apakah ibu sudah haid lagi?
4.Hanya ada kemungkinan hamil 1-2 % pada saat ini
Belum
XI. CARA-CARA YANG PERLU DISAMPAIKAN AGAR MAL BERHASIL:
(2,3,5,14)
Beberapa hal yang dapat disampaikan kepada pasien antara lain, yaitu: (2,3,5,14,20)
1. Frekuensi menyusui
Bayi disusui secara on-demand. Biarkan bayi menghisap dari satu
payudara sebelum memberikan payudara lain supaya bayi mendapat
cukup banyak susu akhir (hind milk).
2. Waktu antara 2 pengosongan payudara tidak lebih dari 4 jam
3. Biarkan bayi menghisap sampai dia sendiri yang melepaskan
hisapannya
4. Susui bayi juga pada malam hari karena menyusui waktu malam hari
membantu mempertahankan kecukupan persediaan ASI
5. Bayi terus disusukan walau ibu/bayi sedang sakit
6. ASI dapat disimpan dalam lemari pendingin
7. Selama bayi tumbuh dan berkembang dengan baik serta kenaikan BB
cukup, bayi tidak memerlukan makanan tambahan selain ASI sampai
dengan umur 6 bulan. BB naik sesuai umur, sebulan BB naik
minimal 0,5 kg, buang air kecil minimal 6x sehari.
8. Apabila Ibu menggantikan ASI dengan minuman lain, bayi akan
menghisap kurang sering dan akibatnya menyusui tidak lagi efektif.
Selain syarat-syarat seperti diatas, cara ibu dan bayi pun harus tepat dalam
menyusui. Agar metode MAL dapat berhasil perlu diperhatikan pula 3 hal, yaitu
posisi, perlekatan, dan menyusui secara efektif:
1. Posisi bayi yang benar
a. Kepala dan tubuh bayi dalam satu garis lurus
b. Badan bayi menghadap ke dada ibu
c. Badan bayi melekat pada ibu
19
d. Seluruh badan bayi tersangga dengan baik, tidak hanya leher dan
bahu saja
2. 4 tanda bayi melekat dengan baik
a. Dagu bayi menempel pada payudara ibu
b. Mulut bayi terbuka lebar
c. Bibir bawah membuka lebar, lidah terlihat di dalamnnya
d. Areola bagian atas tampak lebih banyak/lebar (areola juga masuk
ke mulut bayi, tidak hanya puting susunya saja)
3. Tanda bayi menghisap dengan efektif
a. Menghisap secara mendalam dan teratur
b. Kadang diselingi istirahat
c. Hanya terdengar suara menelan
d. Tidak terdengar suara kecap/mengecap
4. Setelah selesai
a. Bayi melepas payudara secara spontan
b. Bayi tampak tenang dan mengantuk
c. Bayi tampak tidak berminat lagi pada ASI
5. Tanda bayi menghisap tidak efektif
a. Menghisap dengan cepat dan dangkal
b. Mungkin terlihat lekukan ke dalam pada pipi bayi
c. Tidak terdengar suara menelan
20
Gambar 6 : cara menyusui
X. KESIMPULAN
Metode amenorea laktasi adalah kontrasepsi yang mengandalkan
pemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif, artinya diberikan ASI saja tanpa
tambahan makanan atau minuman apapun lainnya selama 6 bulan. Selain karena
gizi yang terdapat dalam ASI cukup untuk bayi, ASI eksklusif dapat bermanfaat
bagi ibu sebagai salah satu metode KB.
Metode KB dengan MAL tidak sepenuhnya mutlak dan berhasil 100 %.
Oleh karena itu perlu diperhatikan beberapa hal seperti munculnya tanda-tanda
haid, bayi yang mendapat makanan tambahan, dan usia bayi yang lebih dari 6
bulan, sehingga dapat ditentukan pilihan KB lainnya yang cocok dengan ibu
tersebut.
Sebaiknya metode kontrasepsi amenore laktasi ( MAL ) menjadi pilihan
KB bagi ibu yang menyusui, karena metode ini selain digunakan sebagai alat
kontrasepsi juga dapat mempererat hubungan anatara ibu dengan bayinya, dan
metodde ini tidak mengganggu senggama antara ibu dengan suami serta tidak
mempunyai efek samping.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Curtis,G.M. Overholt,S. Hopkins,M. Lactational Amenorrhea Method.
Contraception. Glass’s Office Gynecology sixth edition william and
willkims .2006:384-49
2. Wiley,J.Van der Wijden.Kleijenen,J. Lactational amenorrhea for family
planing. The cochrane collaboration. 2008:1-8
3. Anonim. Posnatal Contraception. Postnatal Sexual and Reproductive
Health.Faculty of sexual and Reproductive Health care Clinical Guidance.
2009:3-6
4. Anonim. Chapter 19. Lactational Amenorrhea Method.Family planing a
Global Handbook for provides.2010:251-9
5. Ekpenyong,C. Daniel,N. Fidells,A. Lactational Amenorrhea method of
contraception:An in-depth Study of Awareness, Knowladge and Practice by
Breastfeeding mothers with unitended Pregnancies. 2013: 6-13
6. Afifi,M. Lactation Amenorrhea and Modern Contraception Use Among
Nursing Women in Egypt .Oman Medical Journal.2003: 1-5
7. Edmon,K. Puerperium and lactation. Dewhurt’s textbook of Obstetrics and
Gynaecology.2007:77-9
8. Shoupe,D. Kjos,L. Lactation Amenorrhea Lactation.The Handbook of
Contraception.2006:190-4
9. Stonne,M.Anthonny,R,Bonglovanni,A. The Lactational Amenorrhea Method
(LAM). Postpartum Contraceptive Choice for Women who
Breastfeed.United States American Agency International Development.
2000:1 - 4
10. Alison M, Stuebe,M. Enabling Woman to Achive Their Breastfeeding
Goals.American Collage of Obstetricians and Gynecologists 2014: 643-52
11. Chabbra,P. Aggarwal,O. Lactation Amenorrhea and its Determinants in
Women in an Urban Resettlement colony. Indian Journal if Community
Medicine.2000: 108-11
22
12. Valades,P. Mella,C. Analysis of Factor Involved in Lactational
Amenorrhea.Faculty of Medicine de la Frontera University. 2013: 1-5
13. Uchenna,O. Problems Encountered by Breastfeeding Mothers in Their
Practice of Exclusive Breastfeeding in Tertiary Hospitals in Enugu
State,South-East Nigeria. University of Nigeria. 2003:108-12
14. A WHO Family Planning Cornerstone Fourth edition. Medical Eligbility
Criteria for Contraceptive Use. 2009: 93-4
15. Anonim. Chapter 19 Post Partum and Postabortion Family planing.Preserve
Education Family Planning Guide.2010:422-8
16. Anonin. Lactational Amenorrhea Method. Selected Practice
Recomeendations For Contraceptive Use second edition.2004 : 4-10
17. Anonim. Lactational Amenorrhea Methode. UK medical Eligibility Criteria
For Contraceptive Use.Faculty of Sexual reproductive health Care.
2009:137-8
18. Zapata,L. Murtaza,S. Contraceptive Counseling ang Postpartum
Contraceptive Use. American Journal Of Obstetrics and
Gynaecology.2014:1-8
19. Eisenberg,D. Secura,G. Kloladge of Contaceptive Effective. American
Journal of Obstetrics and Gynecology. 2012: 479
20. Labbok,M. Thansdixiplinary Breastfeeding Support:creating Program and
Policy Synergy across the Reproductive Continuum. International
Breasfeeding Journal. 2008: 1-8
23