MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas...
Transcript of MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas...
MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA
INTRAVENA UNTUK PASIEN DEWASA RAWAT INAP DI RUMAH
SAKIT “X” (FASE ADMINISTRASI)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Rosalia Swari Enggarani
NIM: 138114008
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA
INTRAVENA UNTUK PASIEN DEWASA RAWAT INAP DI RUMAH
SAKIT “X” (FASE ADMINISTRASI)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Rosalia Swari Enggarani
NIM: 138114008
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
Persetujuan Pembimbing
MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA
INTRAVENA UNTUK PASIEN DEWASA RAWAT INAP DI RUMAH
SAKIT “X” (FASE ADMINISTRASI)
Skripsi yang diajukan oleh:
Rosalia Swari Enggarani
NIM: 138114008
telah disetujui oleh
Pembimbing Utama
Aris Widayati, M.Si.,Ph.D.,Apt. tanggal 19 Desember 2016
Pembimbing Pendamping
W.S. Astuti, S.Si., Apt. tanggal 17 Desember 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
Pengesahan Skripsi Berjudul
MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA
INTRAVENA UNTUK PASIEN DEWASA RAWAT INAP DI RUMAH
SAKIT “X” (FASE ADMINISTRASI)
Oleh :
Rosalia Swari Enggarani
NIM : 138114008
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
Pada tanggal:
16 Januari 2017
Mengetahui
Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
Dekan
Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt.
Panitia Penguji : Tanda Tangan
1. Aris Widayati, M. Si., Ph. D, Apt. .......................
2. W.S. Astuti, S.Si., Apt. .......................
3. Dita Maria Virginia, M.Sc., Apt. .......................
4. Putu Dyana Christasani, M.Sc., Apt. .......................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Keberhasilan terjadi saat kesempatan
dan kesiapan menjadi satu”
Karya sederhana ini kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus dan Bunda Maria
Keluarga yang selalu memberi semangat dan kasih sayang
Almamaterku Universitas Sanata Dharma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah ini,
maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Yogyakarta, 1 Januari 2017
Penulis
(Rosalia Swari Enggarani)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat, kasih dan bimbingan-Nya skripsi yang berjudul “Medication Error pada
Penggunaan Antibiotika Intravena untuk Pasien Dewasa Rawat Inap di Rumah
Sakit “X” (Fase Administrasi)” dapat diselesaikan untuk memperoleh gelar Sarjana
Farmasi (S. Farm) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
Keberhasilan dalam skripsi ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak.
Maka, dengan penuh kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih sebesar-
besarnya kepada:
1. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. dan Ibu W.S. Astuti, S.Si., Apt. selaku
dosen pembimbing yang telah membimbing, memberi saran, dukungan
serta meluwangkan waktu dari awal hingga terselesaikannya skripsi ini.
2. Ibu Dita Maria Virginia, M.Sc., Apt.dan Ibu Putu Dyana Christasani M.Sc.,
Apt. selaku dosen penguji atas segala perhatian masukan, dukungan dan
motivasi demi kemajuan skripsi ini.
3. Rumah Sakit “X” yang telah bersedia menjadi tempat pengambilan data dan
memberikan izin pelaksanaan penelitian.
4. Seluruh perawat dan mahasiswa profesi ners yang telah bersedia menjadi
responden dalam penelitian ini.
5. Orang tua tercinta, Gregorius Warsiatmoko dan Yosefina Iriani M., serta
Kakak Anselmus Arya W., yang selalu memberikan doa dan kasih sayang
untuk menyelesaikan naskah ini.
6. Ignatius Bryansetio Herojati yang selalu berdoa, memberikan kasih sayang,
semangat dan motivasi untuk menyelesaikan naskah ini.
7. Sahabat seperjuangan “Error” Sekar Larasati atas dinamika berharga yang
telah dilalui bersama, atas semangat, perhatian dan motivasi yang telah
diberikan kepada penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.
8. Terimakasih kepada sahabat: Olin, Tiara, Sekar, Atika yang banyak
memberikan semangat dan bersama-sama berbagi suka dan duka saat kuliah
di Fakultas Farmasi Sanata Dharma Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
9. Sahabat belajar dan bersenang-senang: Sukmana, Kowira, Beni, Esanda,
Tantri dan Naresca yang selalu sabar dan mendukung saat kuliah di Fakultas
Farmasi Sanata Dharma Yogyakarta.
10. Teman-teman FSM-A 2013 dan FKK-A 2013 yang telah banyak
memberikan masukan dan semangat dalam menyelesaikan naskah ini.
11. Seluruh dosen dan karyawan yang telah membantu dan mendukung dalam
proses perkuliahan maupun praktikum selama ini.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam proses
perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu penulis memohon maaf atas segala kesalahan yang ada dan dengan
senang hati menerima kritik dan saran yang membangun dalam perbaikan skripsi
ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi setiap pembacanya. Terima
kasih dan Tuhan memberkati.
Penulis
(Rosalia Swari Enggarani)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRAK
Medication Error (ME) merupakan peristiwa penggunaan obat yang tidak benar
dan membahayakan pasien saat dalam tanggung jawab tenaga kesehatan. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persentase bentuk-bentuk ME pada fase
administrasi penggunaan antibiotika intravena untuk pasien dewasa rawat inap di
Rumah Sakit “X”. Metode penelitian ini merupakan penelitian observasional
deskriptif dengan teknik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling.
Subjek penelitian adalah perawat ataupun mahasiwa profesi ners. Telah dilakukan
pengamatan terhadap 18 subjek penelitian yang melakukan administrasi antibiotika
intravena pada pasien dewasa rawat inap. Hasil pengamatan yakni terdapat 35 fase
administrasi yang diamati di bangsal “A” dan di bangsal “B” 15 fase administrasi.
Pada bangsal “A” terdapat eror teknik pemberian (8,6%), eror waktu administrasi
(20%) dan yang terbesar yakni eror laju administrasi (100%). Hasil observasi
bangsal “B” menunjukkan bahwa terdapat eror waktu administrasi (40%), eror
teknik pemberian (86,7%) dan ME terbesar yakni eror laju administrasi (100%).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah eror laju administrasi merupakan eror terbesar
yang menjadi penyumbang utama terjadinya ME fase administrasi.
Kata Kunci: Medication error, antibiotika intravena, fase administrasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
ABSTRACT
Medication Error (ME) is a case of improper use of drugs and the harm to the patient
when the health personnel responsible. The objective of this study was to determine
the percentage of ME forms in the administration phase of the use of intravenous
antibiotics for adult inpatients at “X” hospital. Method of this study was a
observational descriptive and then the sampling technique used accidental
sampling. The study subjects were nurses and student nurses profession. Has been
carried out observations of 18 study subjects who did the administration of
intravenous antibiotics for adult inpatients. The results is there were 35
administration phase observed in the ward "A" and on the ward "B" 15
administration phase. The observation in ward "A" indicates that there are ME in
delivery techniques (8.6%), error time of administration (20%) and the largest ME
was error rate of administration (100%). The results of the observation ward "B"
indicates that there are error time of administration (40%), error administration
technique (86.7%) and the largest ME is error rate of administration (100%).
Conclusion of this study is error administration rate is the biggest error mistaken
that become a major contributor to the ME of administration phase.
Keywords: Medication error, intravenous antibiotic, administration phase
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................. v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.................................. vi
PRAKATA.............................................................................................................vii
ABSTRAK .............................................................................................................. ix
ABSTRACT ............................................................................................................... x
DAFTAR ISI .......................................................................................................... .xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ .xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiv
PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
METODE PENELITIAN.........................................................................................2
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................4
KESIMPULAN......................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11
LAMPIRAN...........................................................................................................13
BIOGRAFI PENULIS............................................................................................20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR TABEL
Tabel I. Karakteristik Subjek Penelitian .................................................................. 4
Tabel II. Jumlah Pengamatan Antibiotika Intravena Fase Administrasi .................. 5
Tabel III. Jumlah Presentase Setiap Bentuk Medication Error ............................... 6
Tabel IV. Kejadian- Kejadian Bentuk Medication Error ........................................ 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar I. Diagram jumlah sampel observasi pada fase administrasi ..................... 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat izin studi pendahuluan (Rumah Sakit “X”) ............................. 13
Lampiran 2. Surat izin penelitian (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) ... 14
Lampiran 3. Ethical Clearance ............................................................................. 15
Lampiran 4. Surat izin penelitian (Rumah Sakit “X”) .......................................... 16
Lampiran 5. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek ........................................ 17
Lampiran 6. Informed Consent ............................................................................. 18
Lampiran 7. Lembar Observasi ME Fase Administrasi ........................................ 19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
PENDAHULUAN
Dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 189/MENKES/SK /III/2006
disebutkan bahwa obat adalah bagian terpenting dari salah satu proses peningkatan
kesehatan, penyembuhan penyakit, pemulihan kesehatan serta pencegahan terhadap suatu
penyakit. Obat juga dapat merugikan kesehatan bila tidak memenuhi persyaratan atau bila
digunakan secara tidak tepat atau disalahgunakan. Keutamaan dari pelayanan kefarmasian
adalah penggunaan obat yang rasional untuk meningkatkan keselamatan pasien (patient
safety).
Institute of Medicine (IOM) pada tahun 1999 telah memperkirakan 44.000-98.000
individu meninggal dunia setiap tahunnya disebabkan karena medication error yang sifatnya
dapat dicegah. Dari penelitian Ong dan Subasyini yang telah dipublikasi pada tahun 2013
menunjukan bahwa dari 349 proses preparasi dan administrasi terdapat 341 kesalahan yang
dapat diidentifikasi dan kesalahanan fase administrasi yang terjadi sebesar 88,6%. Hasil
studi pada tahun 1993 sampai 1998 yang dicatatat oleh Food and Drug Administration
(FDA) menyebutkan bahwa fase administrasi merupakan medication error yang paling fatal
yaitu penggunaan obat dengan dosis yang kurang sesuai 41% serta salah rute pemberian dan
obat sebanyak 16% (Stoppler dan Mark, 2006).
Berdasarkan hasil pembahasan kongres Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia
(PERSI) pada tahun 2007 yang dilaporkan Peta Nasional Insiden Keselamatan Pasien,
kesalahan dalam pemberian obat menempati peringkat pertama (24,8%) dari 10 besar
insiden yang dilaporkan. Kesalahan dalam pemberian obat meliputi prescribing,
transcribing, dispensing dan administration, menduduki peringkat pertama (Depkes R.I.,
2008).
Di Indonesia kejadian medication error sering terjadi namun belum ada data yang
akurat karena tidak didokumentasikan atau dilaporkan. Menurut penelitian Dwiprahasto
(2006), di rumah sakit angka medication error dilaporkan sekitar 3-6 kasus, 9% pada pasien
yang menjalani rawat inap. Salah satu peneliti menemukan bahwa 11% medication error di
rumah sakit berkaitan dengan kesalahan saat menyerahkan obat ke pasien dalam bentuk dosis
atau obat yang keliru.
Dalam penggunaannya obat intravena menimbulkan risiko tertentu karena
kompleksitas yang tinggi dan memerlukan beberapa langkah dalam tahap preparasi,
administrasi dan monitoring. Administrasi intravena memiliki risiko dan tingkat keparahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
kesalahan yang lebih tinggi dari administrasi obat lain, maka dari itu penggunaannya harus
diperhatikan (Westbrook et.al, 2011).
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui presentase bentuk kejadian medication
error pada fase administrasi untuk pemberian antibiotik intravena pasien dewasa rawat inap
Rumah Sakit “X”. Penelitian terkait ME di Rumah Sakit “X” belum pernah dilakukan. Oleh
karena itu, penelitian ini dilakukan pada fase administrasi karena masih kurangnya data
terkait ME fase administrasi dan banyaknya jenis obat antibiotika yang digunakan di rumah
sakit khususnya bangsal penyakit dalam, sehingga penggunaan antibiotika intavena harus
diperhatikan.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah observasional deskriptif dengan teknik pengambilan
sampel menggunakan accidental sampling. Penelitian dilakukan di dua bangsal penyakit
dalam Rumah Sakit “X” yakni bangsal “A” dan bangsal “B”. Subjek penelitian adalah
perawat ataupun mahasiwa profesi ners yang sedang bertugas pada masing-masing bangsal
tersebut. Pengambilan data dilakukan pada bulan Agustus – September 2016.
Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah perawat atau mahasiswa profesi ners yang
melakukan fase administrasi antibiotika intravena di bangsal penyakit dalam “A” dan “B”
serta bersedia menandatangani informed consent. Kriteria eksklusi adalah perawat atau
mahasiswa profesi ners yang melakukan fase administrasi antibiotika intravena untuk
keperluan skin test.
Penelitian yang dilakukan ini telah mendapatkan izin dari Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Pemerintah Kabupaten dengan nomor 070/Reg/ 3408/ /S1/ 2016.
Penelitian ini juga sudah mendapatkan izin dari Komisi Etik Kedokteran dan Kesehatan
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada dengan nomor KE/FK/1116/EC/2016 untuk
memperoleh ethical clearance. Penelitian ini juga telah mendapat izin dari pihak Rumah
Sakit “X” dengan nomor 070/4238 sebagai tempat penelitian. Selain itu juga dilakukan
permintaan izin untuk melakukan pengamatan aktivitas subjek penelitian pada saat
administrasi antibiotika secara intravena kepada pasien dan data pribadi subjek penelitian
dirahasiakan.
Instrumen penelitian yang digunakan adalah Lembar Observasi ME Fase
Administrasi, yang disusun berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ong dan Subasyini
(2013). Lembar Observasi ME Fase Administrasi kemudian diuji coba agar sesuai dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
kondisi rumah sakit “X” sehingga instrumen penelitian tersebut dapat digunakan untuk
mencatat hal-hal yang dibutuhkan. Instrumen penelitian ini memuat variabel – variabel yang
diamati, yaitu:
a. Eror nama pasien jika antibiotika intravena diberikan kepada pasien yang
namanya tidak sesuai dengan nama yang tercantum direkam medis.
b. Eror waktu administrasi jika terdapat penyimpangan pemberian antibiotika
intravena lebih dari 30 menit dari waktu yang direncanakan (Department of
Health and Human Services Centers (DHHS) for Medicare and Medicaid
Services (CMS), 2011).
c. Eror laju administrasi saat tidak sesuai dengan acuan.
d. Eror teknik pemberian ketika tidak menggunakan alcohol swab, tidak
menggunakan sarung tangan dan salah cara pemberian.
Acuan yang digunakan untuk mengetahui ketepatan laju administrasi adalah
Pedoman Pelayanan Kefarmasian untuk Terapi Antibiotik (Kemenkes RI, 2011), Drug
Information Essentials (MacEvoy, 2011), Drug Information Handbook (American
Pharmacists Association, 2012), Injectable Drug Guide (Gray et.al, 2011) dan leaflet produk
obat.
Pengambilan data dilakukan dengan mengamati langsung fase administrasi
antibiotika intravena yang dilakukan oleh subjek penelitian untuk pasien dewasa rawat inap
di kedua bangsal tempat penelitian yakni bangsal “A” dan bangsal “B”. Pengamatan di
bangsal “A” dilakukan sekitar pukul 09.00 WIB, 13.00 WIB, 17.00 WIB dan 21.00 WIB.
Sedangkan di bangsal “B” pengamatan berlangsung sekitar pukul 09.00 WIB dan 13.00
WIB.
Pengolahan data dilakukan dengan mengkonfirmasi hasil pengamatan yang telah
tercantum dalam Lembar Observasi ME Fase Administrasi dengan literatur acuan yang
digunakan dan kemudian menghitung persentase tiap bentuk ME. Kejadian ME yang terjadi
pada fase administrasi didapatkan dengan cara:
Presentase bentuk ME= Jumlah eror pada bentuk ME
jumlah eror yang terjadi pada fase administrasi x 100%
Jumlah eror yang terjadi pada fase administrasi adalah satu kejadian ME pada satu
proses administrasi dihitung sebagai satu ME, walaupun ME dalam satu proses administrasi
yang dilakukan oleh seorang perawat ditemukan lebih dari satu bentuk ME (Pertiwi, 2014).
Persentase bentuk ME yang tertinggi berkontribusi paling besar dalam kejadian ME fase
administrasi antibiotika intravena.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakterstik Subjek Penelitian
Penelitian ini melibatkan 18 subjek penelitian yang terdiri dari 11 perawat dan 7
mahasiswa profesi ners. Berikut adalah karakteristik subjek penelitian yang disajikan pada
Tabel I.
Tabel I. Karakteristik Subjek Penelitian
Bangsal “A”
N=12
Bangsal “B”
N=6
Total
N=18
1. Perawat
2. Mahasiswa profesi ners
7
5
4
2
11
7
N=Jumlah subjek penelitian
Subjek yang dilibatkan selama penelitian yakni perawat dan mahasiswa profesi ners.
Jumlah perawat yang bersedia mengikuti penelitian dari awal hingga akhir di bangsal “A”
sejumlah 7 orang sedangkan di bangsal “B” sejumlah 4 orang. Jumlah mahasiswa profesi
ners yang bersedia dilibatkan dalam penelitian berjumlah 5 orang di bangsal “A” dan 2 orang
di bangsal “B”.
n= jumlah pengamatan antibiotika intravena fase administrasi
Gambar I. Diagram Jumlah Sampel Observasi pada Fase Administrasi
Gambar I menunjukaan total observasi sampel sebanyak 52 kali. Terdapat 2 sampel
dieksklusi karena antibiotika intravena yang di administrasikan untuk keperluan skin test,
sehingga total sampel yang diinklusi sebanyak 50 sampel.
Pengamatan antibiotika intravena fase administrasi ditampilkan pada Tabel II yang
terdiri dari rute pemberian antibiotika dan jenis-jenis antibiotika intravena yang
diadministrasikan.
Total observasi (n=52)
Observasi sampel (n=50)
Eksklusi (n=2)
Administrasi antibiotika intravena untuk keperluan skin test
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Tabel II. Jumlah Pengamatan Antibiotika Intravena Fase Administrasi
Jumlah antibiotika intravena yang
diadministrasikan
Bangsal “A”
n=35 (%)
Bangsal “B”
n=15 (%)
Total
n=50 (%)
1. Rute Pemberian Antibiotika:
a. Injeksi IV Bolus
b. Intermitten IV Infusion
2. Jenis-jenis antibiotika intravena
yang diadministrasikan:
a. Ceftriaxone
b. Cefotaxime
c. Ceftazidime
d. Meropenem
e. Cebactam
f. Diazole
g. Vicillin SX ®
h. Cefoperazone
i. Cefuroxime
j. Amikasin
33 (94,3)
2 (5,7)
21 (60)
5 (14,2)
3 (8,5)
2 (5,7)
1 (2,9)
1 (2,9)
1 (2,9)
-
-
1 (2,9)
15 (100)
-
11 (73,3)
-
1 (6,7)
-
1 (6,7)
-
-
1 (6,7)
1 (6,7)
-
48 (96)
2 (4)
32 (64)
5 (10)
4 (8)
2 (4)
2 (4)
1 (2)
1 (2)
1 (2)
1 (2)
1 (2)
n= jumlah pengamatan antibiotika intravena fase administrasi
Tabel II menunjukkan sebanyak 50 kali pengamatan dikumpulkan yang terdiri dari
70% pengamatan di bangsal “A” (n=35) dan 30% pengamatan di bangsal “B” (n=15). Pada
bangsal “A” terdapat 33 pengamatan rute administrasi antibiotika injeksi IV bolus (94,3%)
dan 2 pengamatan rute administrasi antibiotika intermitten IV infusion (5,7%). Pengamatan
jenis antibiotika intravena yang paling banyak diamati pada bangsal “A” adalah 60%
ceftriaxone (n=21), 14,2% cefotaxime (n=5), 8,5% ceftazidime (n=3), 5,7% meropenem
(n=2) dan 2,9% (n=1) untuk masing-masing jenis antibiotika intravena diazole, cebactam,
amikasin dan vicillin SX ®.
Pada bangsal “B” dilakukan 30% pengamatan (n=15). Semua pengamatan pada
bangsal “B” (n=15) merupakan antibiotika intravena dengan rute administrasi injeksi IV
bolus (100%). Obat antibiotika intravena yang paling banyak diamati adalah 73,3%
ceftriaxone (n=11) kemudian 6,7% (n=1) untuk masing-masing jenis antibiotika intravena
ceftazidime, cebactam, cefoperazone dan cefuroxime.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Tabel III. Jumlah Presentase Setiap Bentuk Medication Error
Bentuk Medication Error
Bangsal “A”
n = 35 (%)
Bangsal “B”
n = 15 (%)
1. Eror nama pasien 0 (0) 0 (0)
2. Eror waktu pemberian obat 7 (20) 6 (40)
3. Eror laju administrasi 35 (100) 15 (100)
4. Eror teknik pemberian
a. Alkohol swab
b. Sarung tangan
c. Cara pemberian
3 (8,6)
a. 0 (0)
b. 1 (33,3)
c. 2 (66,6)
13 (86,7)
a. 0 (0)
b. 13 (100)
c. 0 (0)
n= jumlah pengamatan fase administrasi antibiotika intravena
Berdasarkan hasil Tabel III, Sebanyak 35 (100%) pengamatan di bangsal “A”
memiliki setidaknya satu kejadian ME. Eror laju administrasi terjadi di 35 (100%)
pengamatan, 7 pengamatan eror waktu administrasi (20%) serta terdapat eror teknik
pemberian (8,6%) yang terdiri dari 1 tanpa sarung tangan (33,3%) dan 2 tidak tepat cara
pemberian (66,6%) .
Pada bangsal “B” sebanyak 15 pengamatan setidaknya memiliki satu kejadian ME.
Sebanyak 13 pengamatan (86,7%) mengalami eror teknik pemberian yaitu tidak
menggunakan sarung tangan, 6 pengamatan (40%) tidak diberikan pada waktu seperti yang
direncanakan di rekam medis dan eror laju administrasi seanyak 15 pengamatan (100%).
Berdasarkan data yang ditampilkan pada Tabel III, eror pada laju administrasi
merupakan eror yang paling banyak ditemukan. Berdasarkan hasil observasi dari dua
bangsal yakni bangsal “A” dan bangsal “B” eror laju administrasi yakni 100% (n=50).
Tabel IV. Kejadian- Kejadian Bentuk Medication Error
Bentuk
Kejadian ME Bentuk Kejadian Eror
Nama Antibiotika
Intravena Acuan
Eror Waktu
Pemberian
1. Penyimpangan waktu
pemberian <30 menit
dari waktu yang telah
direncanakan
2. Penyimpangan waktu
pemberian >30 menit
dari waktu yang telah
direncanakan
a. Ceftriaxone
b. Cefotaxime
a. Ceftriaxone
b. Cefotaxime
c. Cefoperazone
d. Cefuroxime
Penyimpangan maksimal 30 menit
dari waktu yang direncanakan dari
rekam medis (Department of
Health and Human Services
Centers (DHHS) for Medicare
and Medicaid Services (CMS),
2011).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Eror Laju
Administrasi
1. Pemberian
antibiotika intravena
injeksi bolus ≤ 1
menit
a. Ceftriaxone
b. Cefotaxime
Ceftazidime
Meropenem
Cefuroxime
c. Cebactam
d. Vicillin SX ®
e. Cefoperazone
f. Amikasin
a. 2- 4 menit (Gray et.al, 2011).
b. 3-5 menit (American
Pharmacists Association,
2012).
c. Minimal 3 menit (Kemenkes
RI, 2011).
d. 10-15 menit (American
Pharmacists Association,
2012).
e. 3-5 menit (leaflet produk obat).
f. Intermitten IV Infusion 30-60
menit (American Pharmacists
Association, 2012).
2.PPemberian antibiotika
intermitten IV
Infusion
a. Ceftazidime
diberikan
selama 70
menit
b. Diazole
diberikan
selama 25
menit
a. 15-30 menit (American
Pharmacists Association,
2012).
b. 30-60 menit (American
Pharmacists Association,
2012).
Eror Teknik
Pemberian
1. Eror cara pemberian a. Amikasin
diberikan secara
IV bolus.
b. Ceftriaxone 2g
diberikan secara
IV bolus
Diberikan secara Intermitten IV
infusion selama 30-60 menit
(American Pharmacists
Association, 2012; Gray et.al,
2011)
Eror Laju administrasi
Tabel IV menunjukkan eror laju administrasi yang paling sering terjadi adalah laju
administrasi terlalu cepat pada injeksi IV bolus. Misalnya cefuroxime diberikan dengan
injeksi IV bolus dalam waktu kurang dari 1 menit yang seharusnya 3- 5 menit seperti yang
dianjurkan dalam acuan. Jika laju administrasi obat terlalu cepat dapat berhubungan dengan
nyeri, plebitis atau peradangan pembuluh darah, dan hilangnya kanul patensi atau
tertutupnya saluran infus (Cousins et al., 2005). Selain itu pasien tidak hanya mendapatkan
obat intravena sebanyak 1 jenis obat tetapi ada juga yang mendapatkan 2-3 jenis obat dimana
setiap jenis obat memiliki kecepatan waktu yang berbeda antara 1 menit sampai 5 menit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Dalam beberapa kasus, laju admnistrasi dari injeksi IV bolus sengaja dilanggar
karena kurangnya risiko yang dirasakan oleh pasien, panutan yang kurang baik, dan
teknologi yang tersedia masih kurang (Ong dan Subasyini, 2013). Hal ini juga didukung
oleh tingginya persentase salah waktu administrasi yaitu penyimpangan lebih dari 30 menit
dari waktu yang direncanakan. Beban kerja yang tinggi dan salah waktu administrasi
kemungkinan juga akan meningkat jika perawat harus memberikan setiap injeksi IV bolus
selama 3-5 menit seperti yang direkomendasikan dalam acuan (Taxis dan Barber, 2013).
Eror Teknik Pemberian
Eror teknik pemberian terdiri dari tempat suntikan tidak diusap dengan alcohol swab
sebelum proses administrasi, tidak menggunakan sarung tangan dan eror cara pemberian.
Berdasarkan Tabel IV contoh eror cara pemberian yakni amikasin diberikan secara injeksi
IV bolus. Seharusnya amikasin diberikan secara Intermittent IV infusion (American
Pharmacists Association, 2012). Amikasin termasuk golongan aminoglikosid. Golongan ini
mempunyai indeks terapi sempit dengan toksisitas serius pada ginjal dan pendengaran. Jika
amikasin diberikan secara IV bolus dapat menyebabkan kadar obat dalam serum darah yang
tinggi sehingga dapat melebihi kadar indeks terapi atau melebihi kadar toksik dalam serum
darah (Depkes R.I., 2011). Oleh sebab itu pemberian amikasin harus dilakukan secara
Intermittent IV infusion karena pemberian dengan cara Intermittent IV infusion dapat
mengurangi besar kadar obat di dalam darah jika dibandingkan dengan IV bolus (Hakim,
2015). Selain itu juga ceftriaxone 2 gram diberikan secara IV bolus. Larutan obat yang terlalu
pekat jika diberikan secara IV bolus dapat mengiritasi pembuluh vena intima yang
menyebabkan plebhitis (RxList, 2015). Untuk itu ceftriaxone 2 gram harus ditambahkan 50-
100 ml cairan infus yang sesuai dan diberikan secara Intermittent IV infusion selama 30
menit (Gray et.al, 2011). Selain itu pada bangsal “A” juga ditemukan 1 pengamatan tidak
menggunakan sarung tangan (33,3%) dalam proses administrasi antibiotika intravena.
Pada bangsal “B” eror yang paling utama yang ditemukan dari teknik pemberian
adalah 15 pengamatan tidak menggunakan sarung tangan (100%). Administrasi antibiotika
intravena tidak menggunakan sarung tangan sering terjadi di bangsal “B”. Perawat
menggunakan sarung tangan pada saat akan mengganti alat infus atau jika mengobati luka.
Sarung tangan merupakan Alat Pelindung Diri (APD) yang wajib dalam administrasi
antibiotika intravena. Terapi intravena memiliki resiko yang besar karena obat langsung
masuk ke dalam vena, oleh karena itu dalam pemberian obat melalui intravena hendaknya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
memperhatikan teknik aseptis. Berdasarkan catatan kasus di Jerman dua pasien meninggal
karena meningitis yang disebabkan oleh Pseudomonas aeruginosa di sebuah rumah sakit di
Jerman pada bulan Juli 2001, dikarenakan tingkat aseptis yang rendah (Mattner
dan Gastmeier, 2004). Oleh karena itu, penggunaan sarung tangan dalam administrasi
antibiotika intravena dapat melindungi pasien maupun tenaga kesehatan dari paparan
menular atau kontaminasi yang dapat ada di tangan.
Baik di bangsal “A” maupun bangsal “B” tidak ditemukan eror dalam pengusapan
dengan alcohol swab di tempat penyuntikan intravena. Pegusapan dengan alcohol swab di
tempat penyuntikan intravena penting untung menghindari kontaminasi yang ada dari
lingkungan sekitar maupun flora normal yang ada di tubuh pasien masuk ke aliran darah
intravena.
Eror Waktu Administrasi
Eror waktu administrasi didefinisikan dengan penyimpangan lebih dari 30 menit dari
waktu yang direncanakan dari rekam medis (Department of Health and Human Services
Centers (DHHS) for Medicare and Medicaid Services (CMS), 2011). Berdasarkan Tabel
IV ditemukan eror waktu administrasi. Pada bangsal “A” eror waktu administrasi bervariasi
dari yang terlalu cepat dan terlalu lama. Terlalu cepat berkisar antara 2-13 menit dan terlalu
lama berkisar 2-29 menit. Sebagian besar eror waktu administrasi pada bangsal “B” adalah
kelebihan waktu pemberian berkisar antara 10 menit hingga 49 menit. Contohnya antibiotika
intravena ceftriaxone dalam rekam medis diberikan pukul 09.00 WIB dengan penyimpangan
waktu 30 menit berarti batas maksimal diberikan pukul 09.30 WIB. Namun ceftriaxone
tersebut diberikan pukul 10.08 WIB dimana kelebihan 38 menit dari batas maksimal
ceftriaxone diadministrasikan. Berdasarkan Department of Health and Human Services
(DHHS) Centers for Medicare and Medicaid Services (CMS) tahun 2011 jika obat diberikan
awal atau lebih dari waktu administrasi yang direncanakan akan menyebabkan bahaya atau
memiliki pengaruh yang signifikan dan berdampak negatif pada efek terapeutik maupun
farmakologis. Untuk beberapa obat atau pada kondisi kritis, seperti pada pengobatan pasien
sepsis atau embolisme paru, keterlambatan dalam pemberian obat dapat menyebabkan
bahaya serius atau kematian (National Patient Safety Agency, 2010). Obat-obat seperti
insulin dan antibiotika harus diberikan pada waktu yang tepat untuk mempertahankan kadar
obat dalam darah pada pasien agar menimbulkan efek terapeutik (Hall & Fraser, 2006).
Pemberian obat terlambat dapat disebabkan peristiwa yang berada di luar kendali perawat,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
seperti pengiriman obat yang tertunda dari apotek, pasien tidak ada dikamar pada waktu
pengobatan, kurangnya akses intravena, atau pasien muntah (Stokowski, 2012).
Eror Nama Pasien
Eror nama pasien merupakan administrasi antibiotika intravena diberikan kepada
pasien yang namanya tidak sesuai dengan nama yang direkam medis. Berdasarkan Tabel IV
ada bangsal “A” maupun bangsal “B” tidak ditemukan eror nama pasien. Para perawat sudah
terbiasa menyebutkan nama pasien saat akan mengadministrasikan antibiotika intravena
berdasarkan label yang ada dan selain itu juga cara mengadministrasikan antibiotika
intravena menggunakan wadah per-nomor ruangan sehingga dapat mencegah atau
mengurangi terjadinya eror pemberian obat ke pasien. Faktor-faktor atau karakteristik yang
berkontribusi pada salah nama pasien saat administrasi adalah obat yang sama, perintah
secara verbal, nama pasien yang mirip atau sama, bingung dengan pasien yang keluar dan
adanya interupsi (Yang, 2013).
Penelitian ini hanya fokus pada proses eror berdasarkan hasil pengamatan. Penelitian
ini tidak berusaha menghubungkan proses eror yang diamati dengan efek yang ditimbulkan
dari eror tersebut. Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu peneliti tidak dapat meminimalisir
bias pada subjek karena subjek merasa diamati atau diawasi yang dapat menyebabkan
perbedaan proses administrasi dari biasanya. Selain itu juga penelitian ini bersifat subjektif.
Meskipun demikian metode penelitian ini tepat untuk mengevaluasi medication error yang
terjadi pada proses administrasi antibiotika intravena mengingat penelitian ini berdurasi
singkat.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa eror laju administrasi merupakan
medication error terbesar dalam penyumbang utama terjadinya medication error pada fase
administrasi. Kejadian medication error dapat merugikan pasien, untuk mencegah dan
mengurangi kejadian medication error tersebut maka dapat diadakan pelatihan ataupun
sosialisasi bagi perawat terkait dengan administrasi antibiotika intravena yang berkontribusi
tinggi menyebabkan eror.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
DAFTAR PUSTAKA
American Pharmacists Association, 2012, 21st Edition. Drug Information Handbook, A
Comprehensive resource for all Clinicians and Healthcare Professionals. Hudson,
Ohio, Lexi-Comp.
Cousins, D.H., Sabatier, B., Begue, D., Schmitt, C., and Hoppe-Tichy, T., 2005. Medication
Errors in Intravenous Drug Preparation and Administration: a Multicentre Audit in
the UK, Germany and France. Quality & Safety in Health Care, 14 (3), 190–195.
Departemen Kesehatan R.I., 2008. Tanggung Jawab Apoteker Terhadap Keselamatan
Pasien (Patient Safety). Bakti Husada. Jakarta. hal 30–40.
Departemen Kesehatan R.I, 2011. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonsesia Nomor
2046/MENKE/PER/XII/2011. Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik.
Department of Health and Human Services (DHHS) Centers for Medicare and Medicaid
Services (CMS), 2011. Standard: Preparation and Administration of Drugs. 22
December.
Dwiprahasto, I., 2006, Intervensi Pelatihan untuk Meminimalkan Resiko Medication Error
di Pusat Pelayanan Kesehatan Primer. Berkala Ilmu Kedokteran. 38 (1), 8.
Gray, A.,Wright, J., Goodey,V.,and Bruce, L., 2011. Injectable Drug Guide. Pharmaceutical
Press. United States of America.
Hakim, Lukman, 2015. Farmakokinetik Klinik. Bursa Ilmu.Yogyakarta. hal: 297-298.
Institute of Medicine (IOM)., 1999. To Err Is Human: Building a Safer Health Care
System.Washington, DC: National Academy Press.
Hall, A., dan Fraser, D., 2006. Medication administration. In P. Potter, A. Perry, J. Ross-
Kerr, & M. Wood, Canadian fundamentals of nursing (3rd Edition ed., pp. 832-919).
Toronto: Elsevier Mosby.
Keputusan Mentri Kesehatan Nomor 189/MENKES/SK/III/2006. Kebijakan Obat Nasional,
Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
MacEvoy, G.K., 2011. American Society of Health-System Pharmacist®. AHSF Drug
Information Essentials.
Mattner, F., dan Gastmeier, P., 2004. Bacterial Contamination of Multiple-Dose Vials: A
Prevalence Study. American Journal of Infection Control, 32 (1), 12–16.
National Patient safety Agency, 2010b. Reducing harm from omitted and delayed
medicines in hospital,
http://www.nrls.npsa.nhs.uk/resources/type/alerts/?entryid45=66720 .
Ong, W.M. dan Subasyini, S., 2013. Medication Errors in Intravenous Drug Preparation and
Administration. Medical Journal of Malaysia, 68 (1), 52–57.
Pertiwi, S.M., 2014. Medication Error resep obat racikan pasien pediatri rawat inap di RSUP
Dr.Sardjito pada periode februari 2014 (tinjauan fase dispensing dan fase
administration). Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
RxList, 2015. Drug Interaction Center: Ceftriaxone Intravenous, diakses 17 Januari 2017.
http://www.rxlist.com/rocephin-drug.html
Stokowski L.A., 2012. Timely Medication Administration Guidelines for Nurses: Fewer
Wrong-Time Errors. Medscape (online). Diakses 2 Desember 2016.
http://www.medscape.com/viewarticle/772501_2
Stoppler, M., and J. W. Marks, 2006. The Most Common Medication Errors. Diakses tanggal
2 Maret 2016. http://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=55234
Taxis, K. dan Barber, N., 2003. Causes of Intravenous Medication Errors: an Ethnographic
Study. Quality & safety in health care, 12 (5), 343–347.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Westbrook, J.I., Rob, M.I., Woods, A. dan Parry, D, 2011. Error in the Administration of
Intravenous Medications in Hospital and the Role of Correct Procedures and Nurse
Experience. BMJ Quality & Safety. 20 (12), 1027-34.
Yang, A., 2013. Wrong-Patient Medication Errors : An Analysis of Event Reports in
Pennsylvania and Strategies for Prevention. Pennsylavania Patient Safety Authority,
10 (2), 1–10.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat izin studi pendahuluan (Rumah Sakit “X”)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Lampiran 2. Surat izin penelitian (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Lampiran 3. Ethical Clearance
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Lampiran 4. Surat izin penelitian (Rumah Sakit “X”)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Lampiran 5. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Lampiran 6. Informed Consent
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Lampiran 7. Lembar Observasi ME Fase Administrasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi yang berjudul “Medication Error pada
Penggunaan Antibiotika Intravena untuk Pasien Dewasa Rawat
Inap di Rumah Sakit “X” (Fase Administrasi)” memiliki nama
lengkap Rosalia Swari Enggarani, lahir di Pekanbaru 17 Agustus
1995. Anak kedua dari pasangan Gregorius Warsiatmoko dan
Yosefina Iriani Marwulaningsih. Penulis mengawali pendidikan
di SD Cendana Rumbai pada tahun 2001-2007, SMP Cendana
Rumbai pada tahun 2007-2010, SMA Stella Duce I Yogyakarta
pada tahun 2010-2013, dan pada tahun 2013 melanjutkan
pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama menjadi
mahasiswa di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, penulis pernah
menjadi asisten Praktikum Bentuk Sediaan Farmasi (2014). Penulis juga mengikuti beberapa
kegiatan kemahasiswaan dan kepanitiaan, seperti menjadi anggota divisi konsumsi pada
acara Paingan Festival (2014), koordinator divisi dana dan usaha pada acara Makrab JMKI
(2014), anggota organisasi JMKI (Jaringan Mahasiswa Kesehatan Indonesia) sebagai divisi
Pengembangan dan Pengkaderan Organisasi Fakultas Farmasi Sanata Dharma periode 2015-
2016 dan bendahara pada acara Seminar Nasional “Herbal Medicine As Alternative and
Complementary treatment for Patient” (2015).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI