Manajemen Pendidikan

66
MANAJEMEN KURIKULUM Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Surabaya Fakultas Ilmu Pendidikan

description

manajemen pendidikan

Transcript of Manajemen Pendidikan

Page 1: Manajemen Pendidikan

MANAJEMEN KURIKULUM

Manajemen Pendidikan

Universitas Negeri Surabaya

Fakultas Ilmu Pendidikan

Prodi PPB Jurusan Bimbingan dan Konseling

2014

Page 2: Manajemen Pendidikan

MANAJEMEN KURIKULUM

Manajemen Pendidikan

Drs. H. Budiono S, M.Pd

Nunuk Hidayati, M.Pd

Oleh Kelompok :

Nadia Meidy Adriyani 13010014022

Totok Kurniawan 13010014055

Annisa Anggun P. W 13010014072

Qoyyimatun A’yuni 13010014075

Meta Adeana Wulansari 13010014078

Nindya Ayu Martiarani 13010014082

Universitas Negeri Surabaya

Fakultas Ilmu Pendidikan

Prodi PPB Jurusan Bimbingan dan Konseling

Page 3: Manajemen Pendidikan

2014

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT semata, yang telah

melimpahkan karuniaNya, inayahNya, dan hidayahNya sehingga terselesaikannya makalah

ini.

Makalah ini disusun untuk melengkapi dan memenuhi tugas Manajemen

Pendidikan semester III di lingkungan Universitas Negeri Surabaya, dengan judul:

“Manajemen Kurikulum”.

Adapun isi dari makalah ini kami buat berdasarkan data yang diperoleh dari

buku dan sumber internet.

Kami menyadari bahwa terselesaianya penulisan makalah ini tidak lepas dari

bantuan beberapa pihak, baik berupa bimbingan, dukungan, material, maupun spiritual.

Dengan selesainya makalah ini kami berharap makalah ini dapat memberikan

manfaat kepada semua pihak yang sedang mempelajari tentang makalah ini.

Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk

itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pembaca dan tim penilai

khususnya sangat kami harapkan demi perbaikan makalah ini.

Surabaya, 30 September

2014

PENULIS

Page 4: Manajemen Pendidikan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu aspek yang berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan nasional

adalah aspek kurikulum. Kurikulum merupakan salah satu komponen yang memiliki

peran strategis dalam system pendidikan. Kurikuum merupakan suatu system program

pembelajaran untuk mencapai tujuan institusional pada lembaga pendidikan, sehingga

kurikulum memegang peranan penting dalam mewujudkan sekolah yang bermutu dan

berkwalitas. Adanya beberapa program pembaruan dalam bidang pendidikan nasional

merupakan salah satu upaya untuk menyiapkan masyarakat dan bangsa Indonesia yang

mampu mengembangkan kehidupan demokratis yang mantap dalam memasuki era

globalisasi dan informasi sekarang ini. Yang dimaksud dengan kurikulum dalam uraian

ini adalah seperangkap rencana dan pengturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara

digunakan sebagai pedoman penyelenggarakan belajar mengajar di sekolah.

Perkembangan yang terkait dengan IPTEK, masyarakat berbangsa dan bernegara,

maupun isu-isu di dalam dan di luar negeri merupakan tantangan yang harus

dipertimbangkan dalam kurikulum. Oleh karena itu, pemerintah dalam hal ini departemen

pendidikan nasional harus mampu dengan cepat menjawab tantangan-tantangan tersebut

untuk direalisasikan dalam program pendidikan di wilayah kerjanya. Banyak aspek

pembaruan dalam bidang pendidikan yang berpengaruh dalam kurikuum, seperti program

percepatan pembelajaran, kurikulum muatan lokal, desentralisasi, pelaksanaan remidi dan

pengayaan. Disamping itu, paradigm pendidikan dan pilar-pilar pembelajaran yang telah

direncangkan pemrintah harus menjadi landasan dalam pengembangan kurikulum

(desain, implementasi, manajemen, supervise, dan evaluasi kurikulum) di setiap lembaga

pendidikan.

Salah satu aspek yang dapat mempengaruhi keberhasilan kurikuum adalah pemberdayaan

bidang manajemen atau pengelolaan kurikulum di lembaga pendidikan yang

bersangkutan. Pengelolaan kurikulum sekolah perlu dikoordinasikan oleh pihak pimpinan

lembaga dan pembantu pimpinan dan disesuaikan dengan visi dan misi lembaga

pendidikan yang bersangkutan.

Page 5: Manajemen Pendidikan

Manajemen kurikulum sebagai suatu disiplin ilmu berdasarkan pertimbangan-

pertimbangan sebagai berikut.

1. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 36 ayat 2.

2. Peraturan Pemerintah NO. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pada

Pasal 17 ayat 1.

3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional NO. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk

Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional NO. 23 Tahun 2006 tentang Standar

Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

5. Perkembangan dalam bidang ilu pengetahuan dan teknologi yang sinkron dengan

kebutuhan pembangunan dan memenuhi keperluan system pendidikan dalam upaya

memanfaatkan, mengembangkan, dan menciptakan Ipteks agar tercipta pendidikan

yang berwalitas.

Untuk mengetahui dan memahami lebih lengkap tentang kurikulum maka kami

membuat makalah ini dengan menggabungkan dari berbagai sumber. Diharapkan dengan

demikian calon pendidik dan pendidik dapat lebih memahami tentang apa yang dimaksud

dengan kurikulum. Dalam makalah ini akan dibahas tentang konsep dasar kurikulum,

tugas dan peran kepala sekolah dalam manajemen kurikulum, fungsi-fungsi manajemen

kurikulum, sumber daya pendukung keberhasilan pelaksanaan kurikulum,

mengembangkan kurikulum muatan lokal.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu konsep dasar kurikulum?

2. Bagaimana tugas dan peran kepala sekolah dalam manajemen kurikulum?

3. Apa saja fungsi-fungsi manajemen kurikulum?

4. Apa saja sumber daya pendukung keberhasilan pelaksanaan kurikulum?

5. Bagaimana mengembangkan kurikulum muatan lokal?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui konsep dasar kurikulum.

2. Untuk mengetahui tugas dan peran kepala sekolah dalam manajemen kurikulum.

3. Untuk mengetahui fungsi-fungsi manajemen kurikulum.

4. Untuk mengetahui sumber daya pendukung keberhasilan pelaksanaan kurikulum.

5. Untuk mengetahui mengembangkan kurikulum muatan lokal.

1.4 Manfaat

1. Bagi Penulis

Page 6: Manajemen Pendidikan

     Menambah wawasan dan ilmu serta semakin percaya diri sehingga

mempermudah kami calon pendidik dalam mengetahui apa dan bagaimana

manajemen kurikulum itu dan sebagai acuan dalam menyusun makalah selanjutanya.

2. Bagi Konselor

        Makin bertambah pengetahuan dan wawasan tentang bagaimana proses

manajemen kurikulum yang baik dan benar di dalam system pendidikan nasional.

Page 7: Manajemen Pendidikan

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Kurikulum

A. Pengertian Manajemen Kurikulum

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan

bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Menurut Saylor,

Alexander, dan Lewis (1974) kurikulum merupakan segala upaya sekolah untuk

memengaruhi siswa agar dapat belajar, baik dalam ruangan kelas maupun di luar

sekolah. Sementara itu, Harold B. Alberty (1965) memandang kurikulum sebagai

semua kegiatan yang diberikan kepada siswa di bawah tanggung jawab sekolah (all of

the activities that are provided for the students by the school).

Manajemen kurikulum adalah sebagai suatu sistem pengelolaan kurikulum yang

kooperatif, komprehensif, sistemik, dan sistematik dalam rangka mewujudkan

ketercapaian tujuan kurikulum. Keterlibatan masyarakat dalam manajemen kurikulum

dimaksudkan agar dapat memahami, membantu, dan mengontrol implementasi

kurikulum, sehingga lembaga pendidikan atau sekolah selain dituntut kooperatif juga

mampu mandiri dalam mengidentifikasi kebutuhan kurikulum, mendesain kurikulum,

menentukan prioritas kurikulum, melaksanakan pembelajaran, menilai kurikulum,

mengendalikan serta melaporkan sumber dan hasil kurikulum, baik kepada

masyarakat maupun pada pemerintah.

B. Ruang Lingkup Manajemen Kurikulum

Lingkup manajemen kurikulum meliputi perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan, dan evaluasi kurikulum.

1. Perencanaan

Perencanaan kurikulum di bedakan menjadi dua yakni tingkat pusat dan yang

diaksanakan oleh sekolah:

a. Perencanaan tingkat pusat, meliputi tujuan pendidikan, bahan pelajaran. Dalam

tujuan pendidikan terdapat TIU dan TIK.

Page 8: Manajemen Pendidikan

b. Bahan pembelajaran,dari pusat kemudian di serahkan kepada sekolah dalam

bentuk Garis-Garis Besar Program Pengajaran ( GBPP). Perencanaan yang

harus dilakukan disekolah.

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan kurikulum merupakan interaksi belajar mengajar yang setidaknya

melalui tiga tahap yaitu :

a. Tahap persiapan pembelajaran, adalah kegiatan yang dialakukan guru sebelum

melakukan proses pembelajaran.

b. Tahap pelaksanaan pembelajaran, adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan

oleh guru dan murid mengenai pokok bahasan yang harus di sampaikan. Dalam

tahap ini terbagi menjadi tiga bagian yaitu pendahuluan, pelajaran inti, dan

evaluasi.

c. Tahap penutupan, adalah kegiatan yang dilakukan setelah penyampaian materi.

3. Evaluasi

Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan,

organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Kurikulum juga dirancang dari

tahap perencanaan, organisasi kemudian pelaksanaan dan akhirnya monitoring dan

evaluasi. Tanpa evaluasi, maka tidak akan mengetahui bagaimana kondisi

kurikulum tersebut dalam rancangan, pelaksanaan serta hasilnya.

C. Prinsip dan Fungsi Manajemen Kurikulum

Terdapat lima prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan manajemen

kurikulum, yaitu sebagai berikut:

1. Produktivitas, hasil yang akan diperoleh dalam kegiatan kurikulum merupakan

aspek yang harus dipertimbangkan dalam manajemen kurikulum. Pertimbangan

bagaimana agar peserta didik dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan

kurikulum harus menjadi sasaran dalam menajemen kurikulum.

2. Demokratisasi, pelaksanaan manajemen kurikulum harus berasaskan demokrasi

yang menempatkan pengelola, pelaksana dan subjek didik pada posisi yang

seharusnya dalam melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab untuk

mencapai tujuan kurikulum.

3. Kooperatif, untuk memperoleh hasil yang diharapkan dalam kegiatan manajemen

kurikulum perlu adanya kerja sama yang positif dari berbagai pihak yang terlibat.

Page 9: Manajemen Pendidikan

4. Efektivitas dan efesiensi, rangkaian kegiatan manajemen kurikulum harus

mempertimbangkan efektivitas dan efesiensi untuk mencapai tujuan kurikulum

sehingga kegiatan manajemen kurikulum tersebut memberikan hasil yang berguna

dengan biaya, tenaga,dan waktu yang relatif singkat.

5. Mengarahkan visi, misi, dan tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum, proses

manajemen kurikulum harus dapat memperkuat dan mengarahkan visi, misi, dan

tujuan kurikulum.

Dalam proses pendidikan perlu dilaksanakan manajemen kurikulum agar

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kurikulum berjalan lebih efektif, efisien, dan

optimal dalam memberdayakan berbagai sumber belajar, pengalaman belajar, maupun

komponen kurikulum. Ada beberapa fungsi dari manajemen kurikulum di antaranya

sebagai berikut:

1. Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya kurikulum, pemberdayaan

sumber maupun komponen kurikulum dapat ditingkatkan melalui pengelolaan

yang terencana dan efektif.

2. Meningkatkan keadilan (equity) dan kesempatan pada siswa untuk mencapai hasil

yang maksimal, kemampuan yang maksimal dapat dicapai peserta didik tidak

hanya melalui kegiatan intrakulikuler, tetapi juga perlu melalui kegiatan ekstra

dan kokulikuler yang dikelola secara integritas dalam mencapai tujuan

kurikulum.

3. Meningkatkan relevansi dan efektivitas pembelajaran sesuai dengan kebutuhan

peserta didik maupun lingkungan sekitar peserta didik, kurikulum yang dikelola

secara efektif dapat memberikan kesempatan dan hasil yang relevan dengan

kebutuhan peserta didik maupun lingkungan sekitar.

4. Meningkatkan efektivitas kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam mencapai

tujuan pembelajaran, pengelolaan kurikulum yang profesional, efektif, dan

terpadu dapat memberikan motivasi pada kinerja guru maupun aktivitas siswa

dalam belajar.

5. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses belajar mengajar, proses

pembelajaran selalu dipantau dalam rangka melihat konsistensi antara desain

yang telah direncanakan dengan pelaksanaan pembelajaran. Dengan demikian,

ketidaksesuaian antara desain dengan implementasi dapat dihindarkan. Di

samping itu, guru maupun siswa selalu termotivasi untuk melaksanakan

Page 10: Manajemen Pendidikan

pembelajaran yang efektif dan efisien karena adanya dukungan kondisi positif

yang diciptakan dalam kegiatan pengelolaan kurikulum.

6. Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk membantu mengembangkan

kurikulum, kurikulum yang dikelola secara profesional akan melibatkan

masyarakat, khususnya dalam mengisi bahan ajar atau sumber belajar perlu

disesuaikan dengan ciri khas dan kebutuhan pembangunan daerah setempat.

2.2 Tugas dan Peran Kepala Sekolah Dalam Manajemen Kurikulum

Dalam konteks kepemimpinan Kepala Sekolah, nampaknya arah dari

pengembangan SDM Kepala sekolah berorientasi pada Manajemen Kinerja berbasis

Kompetensi, dimana berbagai aktualisasi Kinerja yang harus diperankan oleh Kepala

Sekolah mesti dipertahankan dan ditingkatkan melalui upaya peningkatan Kompetensi

baik secara individu maupun organisasi. Hal ini tercermin dari Permen 13 tahun 2007,

tentang Standar Kepala Sekolah yang di dalamnya memuat berbagai Kompetensi yang

harus dimiliki oleh Kepala Sekolah dalam menjalankan Perannya sebagai Manajer dan

Pemimpin Pendidikan pada suatu Satuan Pendidikan. Adapun Kompetensi-Kompetensi

tersebut mencakup:

a. Kompetensi Kepribadian

1. Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia, dan menjadi

teladan akhlak mulia bagi komunitas di sekolah/madrasah.

2.  Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin.

3. Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai kepala

sekolah/madrasah.

4. Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas

5. Pokok dan fungsi.

6. Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah

7. Dalam pekerjaan sebagai kepala sekolah/madrasah.

8. Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan.

        b.   Kompetensi manajerial

1. Menyusun perencanaan sekolah/madrasah untuk berbagai tingkatan perencanaan.

2. Mengembangkan organisasi sekolah/madrasah sesuai dengan kebutuhan.

3. Memimpin sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber daya

sekolah/madrasah secara optimal.

4. Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah/madrasah menuju organisasi

pembelajar yang efektif.

Page 11: Manajemen Pendidikan

5.  Menciptakan budaya dan iklim sekolah/madrasah yang kondusif dan inovatif bagi

pembelajaran peserta didik.

6.  Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia

secara optimal.

7.  Mengelola sarana dan prasarana sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan

secara optimal.

8.  Mengelola hubungan sekolah/madrasah dan masyarakat dalam rangka pencarian

dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan sekolah/madrasah.

9. Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru, dan

penempatan dan pengembangan kapasitas peserta didik.

10. Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan

arah dan tujuan pendidikan nasional.

11. Mengelola keuangan sekolah/madrasah sesuai dengan prinsip  pengelolaan yang

akuntabel, transparan, dan efisien.

12. Mengelola ketatausahaan sekolah/madrasah dalam mendukung pencapaian tujuan

sekolah/madrasah.

13. Mengelola unit layanan khusus sekolah/madrasah dalam mendukung kegiatan

pembelajaran dan kegiatan peserta didik di sekolah/madrasah.

14. Mengelola sistem informasi sekolah/madrasah dalam mendukung penyusunan

program dan pengambilan keputusan.

15.  Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan

manajemen sekolah/madrasah.

16. Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan

sekolah/madrasah dengan prosedur yang tepat, serta merencanakan tindak

lanjutnya.

         c.   Kompetensi Kewirausahaan

1.  Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah/madrasah.

2. Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah/madrasah sebagai organisasi

pembelajar yang efektif.

3. Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan

fungsinya sebagai pemimpin sekolah/madrasah.

4. Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala

yang dihadapi sekolah/madrasah. 3.5 Memiliki naluri kewirausahaan dalam

Page 12: Manajemen Pendidikan

mengelola kegiatan produksi/jasa sekolah/madrasah sebagai sumber belajar

peserta didik.

        d.    Kompetensi Supervisi

1. Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan

profesionalisme guru.

2.  Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan

dan teknik supervisi yang tepat.

3. Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan

profesionalisme guru.

        e.  Kompetensi Sosial

1. Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah/madrasah

2. Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.

3. Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain.

Melihat kompetensi-kompetensi sebagaimana dikemukakan di atas, terdapat dua

unsur yang penting untuk dicermati, yaitu unsur yang melekat dalam karakteristik

individu dalam konteks kehidupan sosial yang menuntut internalisasi dan sosialisasi,

serta  unsur yang berkaitan dengan kemampuan yang menuntut pada pendidikan dan

latihan. Namun meskipun demikian keduanya sangat berkaitan dimana yang satu perlu

jadi fondasi kepemimpinan dan yang lainnya merupakan pengembangan dalam

kepemimpinan

2.3 Fungsi-Fungsi Manajemen Kurikulum

A. Fungsi Fungsi Manajemen Kurikulum

1. Mengelola Perencanaan Kurikulum

Pemerintah pusat perlu merumuskan dan menetapkan kurikulum standar bersifat

nasional yang berfungsi sebagai acuan untuk pengembangan kurikulum pendidikan.

Berkaitan dengan hal tersebut pihak daerah maupun sekolah bertugas untuk

mengembangkan kurikulum sesuai dengan kondisi, kebutuhan, dan kemampuan

daerah atau sekolah yang bersangkutan. Oleh karena itu, perencanaan atau desain

kurikulum baik berupa silabus maupun rencana pelaksanaan pembelajaran perlu

dikembangkan secara spesifik, efektif, efisien, relevan, dan komprehensif.

2. Mengelola Implementasi Kurikulum

Implementasi kurikulum merupakan bentuk aktualisasi dari kurikulum yang

telah direncanakan. Bentuk implementasi kurikulum adalah kegiatan pembelajaran

Page 13: Manajemen Pendidikan

yang dilakukan guru bersama siswa untuk mencapai tujuan kurikulum yang telah

ditetapkan. Muara keberhasilan kurikulum secara actual akan ditentukan oleh

implementasi kurikulum di lapangan. Sering terjadi implementasi atau pelaksanaan

kurikulum (pembelajaran) tidak sesuai dengan perencanaan kurikulum, sehingga

mengakibatkan ketidaktercapaian tujuan atau kompetensi yang telah ditetapkan.

Hal ini sejalan dengan pilar-pilar pendidikan yang dikemukakan UNESCO

seperti belajar mengetahui (learning to know), belajar melakukan (learning to do),

belajar menjadi diri sendidri (learning to be), dan belajar dalam hidup kebersamaan

(learning to live together).

3. Mengelola Pelaksanaan Evaluasi Kurikulum

Evaluasi kurikulum secara legal formal tertuang dalam Pasal 57 UU No. 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional sebagai dasar bagi pelaksanaan

evaluasi kurikulum.

Kegiatan evaluasi haru dilakukan secara sistemik, sistematis, dan

komprehensif yang mengacu pada visi, misi, dan tujuan kurikulum. Pengendalian

umum hasil pelaksanaan kurikulum dapat ditentukan oleh kegiatan evaluasi

kurikulum maupun pembelajaran. Kegiatan merumuskan kisi-kisi, instrument, dan

melaksanakan evaluasi kurikulum dan pembelajaran harus dikelola secara

professional. Setiap guru harus memiliki kemampuan dalam melakukan evaluasi

kurikulum dan pembelajaran secara tepat dan benar.

4. Mengelola Perumusan Penetapan Kriteri dan Pelaksanaan Kenaikan

Kelas/Kelulusan

Kriteria kenaikan kelas harus dipahami betul oleh kepala sekolah maupun guru

sehingga tidak terjadi kesalahan dalam mengambil keputusan yang keliru.

Penetapan kriteria kelulusan perlu dilakukan secara tepat sesuai dengan ketetapan

yang berlaku.

5. Mengelola Pengembangan Bahan Ajar, Media Pembelajaran, dan Sumber Belajar

Bahan ajar yang dipelajari siswa sebaiknya tidak hanya berdasarkan pada buku

teks pelajaran, melainkan perlu menggunakan dan mengembangkan berbagai bahan

ajar melalui media dan sumber belajar yang sesuai dengan topic bahasan. Demikian

pula, keterlibatan masyarakat sekelilingnya harus mulai dikembangkan secara

strategis supaya menghasilkan kemampuan siswa yang terintegrasi dengan

lingkungan.

Page 14: Manajemen Pendidikan

Disamping itu, kurikulum pendidikan masih memberikan alokasi waktu untuk

mengembangkan kurikulum muatan local yang disesuaikan dengan kebutuhan,

kemampuan, dan kondisi daerah maupun sekolah tempat kurikulum tersebut

dikembangkan.

Perkembangan IPTEKS yang sangat pesat tentunya merupakan tantangan

sekaligus peluang bagi para guru dan siswa dalam memanfaatkan dan

mengembangkan ICT (Information and Communication Technologies) sebagai

media pembelajaran dan sumber belajar yang efektif dan efisien untuk

mengoptimalkan kegiatan pembelajaran. Kita dapat merancang dan memanfaatkan

ICT, seperti internet, e-learning, e-book, m-learning, dll, kemudian memanfaatkan

media dan sumber belajar seperti media audio, TV/Video, media proyeksi, seperti

OHB, LCD, Slide Projector, dan media yang lainnya.

6. Mengelola Pengembangan Ekstrakuliker dan Korikuler

Kegiatan ekstrakulikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran

dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan siswa sesuai dengan

kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus

diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan

dan berkwenangan di sekolah atau madrasah.

Kegiatan Kokurikuler adalah kegiatan yang dilakukan diluar jam pelajaran

intra kurikuler dan pada dasarnya bertujuan agar peserta didik lebih mendalami dan

menghayati materi pelajaran yang dipelajari dalam kegiatan intra kurikuler dapat

berupa antara lain mempelajari buku-buku tertentu, melakukan percobaan

sederhana, mengerjakan pekerjaan rumah dan sebagainya.

Kegiatan Intrakurikuler adalah segala kegiatan proses belajar mengajar yang

dilakukan di sekolah sesuai dengan struktur program kurikulum yang berlaku untuk

menggapai tujuan minimal tiap pelajaran seperti Assembly (Pertunjukan Siswa),

Field Trip, Pengenalan Profesi, Kunjungan Mesjid, Peringatan Hari Besar Islam,

Manasik Haji, Pekan Ramadhan, Out Bound.

Keberhasilan suatu kurikulum akan optimal bila didukung oleh kegiatan

ekstrakulikuler dan kokurikuler yang dikelola secara efektif dan professional.

Kegiatan ini sering terabaikan karena pihak sekolah merasa bahwa kegiatan ini

bukan prioritas utama program sekolah. Padahal hasil kegiatan ini dapat lebih

mengoptimalkan kemampuan siswa dan dapat mengembangkan bakat dan mita yang

dimilikinya.

Page 15: Manajemen Pendidikan

B. Perencanaan Kurikulum

1. Pengertian Perencanaan Kurikulum

Perencanaan kurikulum adalah perencanaan kesempatan-kesempatan belajar

yang dimaksudkan untuk membina siswa kea rah perubahan tingkah laku yang

diinginkan dan menilai sampai mana perubahan-perubahan telah terjadi pada diri

siswa. Di dalam perencanaan kurikulum minimal ada lima hal yang memengaruhi

perencanaan dan pembuatan keputusan, yaitu filosopis, konten/materi, manajemen

pembelajaran, pelatihan guru, dan system pembelajaran. Perencanaan kurikulum

mencakup pengumpulan, pembentukan, sintesis menyeleksi informasi yang relevan

dan berbagai sumber. Kemudian informasi yang didapat digunakan untuk

mendesain pengalaman belajar sehingga siswa dapat memperoleh tujuan kurikulum

yang diharapkan.

Tujuan perencanaan kurikulum dikembangkan dalam bentuk kerangka teori

dan penelitian terhadap kekuatan social, pengembangan masyarakat, kebutuhan, dan

gaya belajar siswa. Beberapa keputusan harus dibuat ketika merencanakan

kurikulum dan keputusan tersebut harus mengarah pada spesifikasi berdasarkan

kriteria.

Perencanaan kurikulum sangat tergantung pada pengembangan kurikulum dan

tujuan kurikulum yang akan menjadi penghubung teori-teori pendidikan yang

digunakan. Perencanann kurikulum ini berfungsi sebagai pedoman atau alat

manajemen yang berisi petunjuk tentang jenis dan sumber individu yang diperlukan,

sumber biaya, tenaga, dan sarana yang diperlukan, system monitoring dan evaluasi,

peran unsur-unsur ketenagaan untuk mencapai tujuan manajemen lembaga

pendidikan. Di samping itu, perencanaan kurikulum juga berfungsi sebagai

pendorong untuk melaksanak system pendidikan sehingga mencapai hasil yang

optimal.

2. Perumusan Tujuan Kurikulum

a. Tujuan Kurikulum

Tujuan kurikulum di bagi menjadi empat yaitu:

1. Tujuan Pendidikan Nasional (TPN)

TPN adalah tujuan umum yang sarat dengan muatan filosofis.TPN

merupakan sasaran akhir yang harus di jadikan pedoman oleh setiap usaha

pendidikan artinya setiap lembaga dan penyelenggaraan itu,baik pendidikan

yang di selenggarakan oleh lembaga pendiddikan formal,informal maupun non

Page 16: Manajemen Pendidikan

formal.tujuan pendidikan umum biasanya di rumuskan dalam bentuk perilaku

yang ideal sesuai dengan pandangan hidup dan filsafat suatu bangsa yang di

rumuskan oleh pmerintah dalam bentuk undang-undan.TPN merupakan sumber

dan pedoman dalam usaha penyelenggaraan pendidikan.

2. Tujuan Institusional (TI)

Tujuan institusional adalah tujuan yang harus di capai oleh setiap

lembaga pendidikan. Dengan kata lain tujuan ini dapat di definisikan sebagai

kualifikasi yang harus di miliki oleh setiap siswa setelah mereka menempuh

atau dapat menyelesaikan program di suatu lembaga pendidikan tertentu.tujuan

institusional merupakan tujuan antara untuk mencapai tujuan umum yang di

rumuskan dalam bentuk kompetisi lulusan setiap jenjang pendidikan. Seperti

misalnya Standar kompetensi pendidikan dasar, menengah, kejuruan dan

jenjang pendidikan tinggi.

Standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan menengah umum

bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak

mulia,serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih

lanjut sesuai dengan kejuruannya.

Standar kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan tinggi bertujuan

untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang

berakhlak mulia,memiliki pengetahuan,keterampilan,kemandirian, dan sikap

untuk menemukan, mengembangkan, serta menerapkan ilmu,teknologi dan

seni,yang bermanfaat bagi kemanusiaan.

3. Tujuan Kurikuler (TK)

Tujuan kurikuler adalah tujuan yang harus di capai oleh setiap bidang

studi atau mata pelajaran.tujuan kurikuler dapat di definisikan sebagai

kualifikasi yang harus di miliki anak didik setelah mereka menyelesaikan suatu

bidang studi tertentu dalam suatu lembaga pendidikan.tujuan kurikuler juga

pada dasarnya merupakan tujuan untuk mencapai tujuan lembaga

pendidikan.dengan demikan, setiap tujuan kurikuler harus dapat mendukung

dan di arahkan untuk mencapai tujuan konstisional.

Pada peraturan pemerintah No 19 tahun 2005 tntang Standar Nasional

pendidikan pasal 6 di nyatakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan

umum, kejuruan,dan khusus pada jenjang pendidikan menengah terdiri atas:

a) Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia.

Page 17: Manajemen Pendidikan

b) Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan keprinabian.

c) Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi.

d) Kelompok mata pelajaran estetika.

e) Kelompok mata pelajaran jasmani,olahraga dan kesehatan.

4. Tujuan Pembelajaran atau Instruksional (TP)

Tujuan pembelajaran atau instruksional merupakan tujuan yang paling

khusus.tujuan pembelajaran adalah kemampuan atau keterampilan yang di

harapkan dapat di miliki oleh siswa setelah mereka melakukan proses

merupakan syarat mutlak bagi guru.

3. Landasan Perencanaan Kurikulum

Perencanaan kurikulum pendidikan harus mengasimilasi dan mengorganisasi

informasi dan data secara intensif yang berhubungan dengan pengembangan program

lembaga atau sekolah. Informasi dan data yang menjadi area utama adalah sebagai

berikut.

a. Kekuatan Sosial

b. Perlakuan Pengetahuan

c. Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia

4. Perumusan Isi Kurikulum

a. Pengertian Isi Kurikulum

John Dewey (1996) mengungkapkan bahwa isi kurikulum lebih dari

sekedar informasi yang dipelajari ketika dua kondisi muncul. Pertama, isi harus

memiliki hubungan dengan pertanyaan yang menjadi perhatian siswa. Kedua, isi

harus secara langsung masuk ke dalam tingkah laku sebagai upaya meningkatkan

makna dan kedalaman arti. Isi merupakan komponen yang penting dalam

konstruksi kurikulum.

b. Organisasi Isi Kurikulum

Organisasi isi kurikulum harus mempertimbangkan dua hal. Pertama,

berguna bagi siswa sebagai individu yang dididik dalam menjalani kehidupannya

dan kedua, isi kurikulum tersebut siap untuk dipelajari siswa. Isi dapat berbentuk

data, konsep, generalisasi, dan materi pelajaran sekolah secara rasional dan logis

diorganisasikan ke dalam struktur ilmu pengetahuan atau disiplin sebagai sumber

yang diyakini kebenarannya.

Page 18: Manajemen Pendidikan

c. Ruang Lingkup Isi Kurikulum

Ruang lingkup dari isi kurikulum meliputi beberapa hal berikut.

1. Isi yang bersifat umum, berlaku untuk semua siswa yang berguna dalam proses

interaksi dan pengembangan tingkat berpikir, mengasah perasaan, dan berbagai

pendekatan untuk dapat saling memahami satu sama lain, yang menegaskan

posisi setiap siswa sebagai anggota dan hidup dalam lingkungan masyarakat.

2. Isi bersifat khusus, berlaku untuk program tertentu, siswa yang mempunyai

kebutuhan berbeda atau mempunyai kemampuan “istimewa” disbanding siswa

lainnya, yang membutuhkan perlakuan yang berbeda untuk dapat

mengaktualisasikan seluruh potensi yang dimilikinya.

d. Urutan Isi Kurikulum

Dilihat dari urutan mana yang harus ditampilkan dalam kurikulum, Zais

mengemukakan bahwa urutan dapat disajikan tergantung dari sudut pandang

seseorang terhadap struktur materi pelajaran yang akan disajikan atau teori

psikologis yang melandasi orang tersebut. Penyajian urutan materi dalam

kurikulum. Yaitu dari yang sederhana menuju hal yang lebih kompleks, pelajaran

prasyarat, secara keseluruhan, dan kronologis atau kejadian.

e. Kriteria Pemilihan Isi Kurikulum

Sebuah isi kurikulum dikatakan signifikan apabila menjadi dasar dalam

pembentukan perilaku individu dan secara logis menjadi dasar dalam berbagai

studi lapangan. Isi kurikulum dikatakan mempunyai kegunaan apabila mempunyai

pengaruh dalam aktivitas siswa dan dijadikan dasar studi empiris tentang cara

manusia pada umumnya bias hidup secara efektif dalam masyarakat.

Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih dan menetapkan isi kurikulum

adalah sebagai berikut.

1. Tingkat kematangan siswa, sesuai dengan tahap-tahap perkembangan dan

kematangan siswa.

2. Tingkat pengalaman anak

3. Taraf kesulitan materi, yaitu disusun dari yang kongret menuju yang abstrak,

dari yang mudah menuju ke yang susah, dan dari yang sederhana menuju ke

yang kompleks.

5. Model-Model Perencanaan/Desain Kurikulum

Page 19: Manajemen Pendidikan

Desain adalah rancangan, pola, atau model. Mendesain kurikulum berarti menyusun

rancangan atau menyusun model kurikulum sesuai dengan misi dan visi sekolah.

Tugas dan peran seorang perancang kurikulum sama seperti seorang arsitek.

Sebelum ia menetukan baham dan cara mengonstruksi bangunan terlebih dahulu

seorang arsitek harus merancang model bangunan yang akan dibangun.

a. Jenis-Jenis Model Perencanaan/Desain Kurikulum

1. Model Desain Kurikulum Humanistik

Pendidikan humanistik merupakan model pendidikan yang

berorientasi dan memandang manusia sebagai manusia (humanisasi), yakni

makhluk ciptaan Tuhan dengan fitrahnya. Maka manusia sebagai makhluk

hidup, ia harus mampu melangsungkan, mempertahankan, dan

mengembangkan hidupnya. Maka posisi pendidikan dapat membangun

proses humanisasi, artinya menghargai hak-hak asasi manusia, seperti hak

untuk berlaku dan diperlakukan dengan adil, hak untuk menyuarakan

kebenaran, hak untuk berbuat kasih sayang, dan lain sebagainya. 

Pendidikan humanistik, diharapkan dapat mengembalikan peran dan fungsi

manusia yaitu mengembalikan manusia kepada fitrahnya sebagai sebaik-baik

makhluk. Maka, manusia “yang manusiawi” yang dihasilkan oleh

pendidikan yang humanistik diharapkan dapat mengembangkan dan

membentuk manusia berpikir, berasa dan berkemauan dan bertindak sesuai

dengan nilai-nilai luhur kemanusiaan yang dapat mengganti sifat

individualistik, egoistik, egosentrik dengan sifat kasih sayang kepada sesama

manusia, sifat menghormati dan dihormati, sifat ingin memberi dan

menerima, sifat saling menolong, sifat ingin mencari kesamaan, sifat

menghargai hak-hak asasi manusia, sifat menghargai perbedaan dan

sebagainya. 

Kurikulum humanistik memiliki beberapa karakteristik yang tidak

lepas dari karakteristik pendidikan humanis, diantaranya adalah

a. Adanya hubungan yang harmonis antara guru dan siswa 

b. Integralistik

c. Totalitas

d. Model Evaluasi 

Page 20: Manajemen Pendidikan

Ciri kurikulum humanistik Kurikulum konfluen memiliki beberapa

ciri utama yaitu:

a. Partisipasi

b. Integrasi

c. Relevansi

d. Pribadi anak

e. Tujuan

2. Model Desain Kurikulum Sistemik

Dalam model ini dikemukakan lima tahap dalam pengembangan

kurikulum, yaitu menetapkan arena atau lingkup wilayah yang akan

melakukan perubahan kurikulum, menetapkan personalia yang terlibat

dalam pengembangan kurikulum dan hal ini disarankan oleh Beauchamp

agar melibatkan seluas-luasnya para tokoh dimasyarakat, organisasi dan

prosedur pengembangan kurikulum, implementasi kurikulum, dan evaluasi

kurikulum.

Kurikulum model sistemik Beauchamp mengidentifikasi serangkaian

pembuatan keputusan penting dalam dunia pendidikan yang saat ini masih

terpakai dalam pengimplementasian rangkaian materi ajar. Ada beberapa

pemikiran Beaucham yang berpengaruh terhadap penerapan kurikulum,

diantaranya sebagai berikut:

1. Adanya arena rekayasa kurikulum. Untuk mengimplemntasikan

kurikulum pendidikan harus ada wadah yang tepat berupa wadah/lembaga

pendidikan guna bagaimana menerapkan, mengevaluasi dan merevisi

pengembangan rekayasa kurikulum tersebut. Dengan adanya arena

rekayasa kurikulum maka diharapkan mampu menunjukkan perbandingan

ketepatan-mana yang bisa terpakai dan mana yang memerlukan perbaikan

yang berlanjut.

2.  Memilih dan melibatkan:

a. Spesialis

b. Guru kelas

c. Para profesional dalam sistem sekolah

d.  Para profesional ditambah beberapa anggota masyarakat dari berbagai

lapisan yang diambil secara refresentatif

Page 21: Manajemen Pendidikan

3. Implementasi kurikulum. Penerapan kurikulum merupakan reaksi

masukan dari berbagai elemen dan sesuai dengan perkembangan

pendidikan sehingga akan menghasilkan pengetahuan objektif dan

mampu/trampil meningkatkan tarap hidup masyarakat.

4.  Evaluasi kurikulum. Dalam hal ini minimal memiliki empat dimensi:

a. Evaluasi terhadap kurikulum yang digunakan guru

b. Evaluasi desain kurikulum

c. Evaluasi lulusan

d. Evaluasi sistem kurikulum.

3. Model Desain Kurikulum Subjek Akademik

Kurikulum subjek akademis adalah model konsep kurikulum tertua

dan masih sering dipakai sampai saat ini, karena kurikulum ini cukup

praktis, mudah disusun, mudah digabungkan dengan tipe lainnya. Kurikulum

subjek akademis bersumber dari pendidikan klasik (perenialisme dan

esensialisme) yang berorientasi pada masa lalu. Kurikulum ini lebih

mengutamakan isi pendidikan. Pada kurikulum ini, orang yang berhasil

dalam belajar adalah orang yang menguasai seluruh atau sebagian besar isi

pendidikan yang diberikan atau disiapkan oleh guru.

Isi pendidikan disesuaikan dengan displin ilmu. Para pengembang

kurikulum tidak perlu menyusun dan mengembangkan bahan sendiri,

melainkan cukup mengorgansisasi secara sistematis mengenai isi materi

yang dikembangkan para ahli disiplin ilmu, sesuai dengan tujuan pendidikan

dan tahap perkembangan siswa yang akan mempelajarinya. Kurikulum ini

sangat mengutamakan pengetahuan maka pendidikannya lebih bersifat

intelektual.

Kurikulum subjek akademis tidak berarti hanya menekankan pada

materi yang disampaikan, dalam secara berangsur memperhatikan proses

belajar yang dilakukan siswa. Salah satu contoh kurikulum yang berdasarkan

atas struktur pengetahuan adalah Man: A Course of Study

(MACOS). MACOS adalah kurikulum untuk sekolah dasar, terdiri atas buku-

buku, film, poster, rekaman, permainan, dan perlengkapan kelas lainnya.

Kurikulum ini ditujukan untuk mengadakan penyempurnaan tentang

pengajaran ilmu sosial dan humanitas, dengan pengarahan dan bimbingan

Brunner. Sasaran utama kurikulum MACOS adalah perkembangan

Page 22: Manajemen Pendidikan

kemampuan intelektual, yaitu membangkitkan penghargaan dan keyakinan

akan kemampuan sendiri dan memberikan serangkaian cara kerja yang

memungkinkan anak walaupun dengan cara sederhana mampu menganalisis

kehidupan sosial.

Ada 3 pendekatan dalam perkembangan kurikulum subjek akademis, yaitu:

1.   Melanjutkan pendekatan struktur pengetahuan.

2.   Studi yang bersifat integratif

3.  Pendekatan yang dilaksanakan pada sekolah-sekolah fundamentalis.

Ciri-ciri kurikulum subjek akademis yaitu sebagai berikut:

1.  Bertujuan untuk pemberian ide pengetahuan yang solid serta melatih para

siswa menggunakan ide-ide dan proses “penelitian”.

2.    Metode yang paling sering digunakan adalah metode ekspositori dan

inkuiri.

3.   Materi/ide-ide diberikan oleh guru yang kemudian dielaborasi oleh siswa

sampai terkuasai, dengan proses sebagai berikut: konsep utama disusun

secara sistematis, kemudian dikaji, selanjutnya dicari berbagai masalah

penting, kemudian dirumuskan dan dicari cara pemecahannya.

Pola-pola organisasi isi (materi pelajaran) kurikulum subjek akademis

diantaranya sebagai berikut:

1. Correlated curriculum adalah pola organisasi materi atau konsep suatu

pelajaran yang dikorelasikan dengan pelajaran lainnya.

2. Unifyied atau Concentrated curriculum adalah pola organisasi bahan

pelajaran tersusun dalam tema-tema pelajaran tertentu, yang mencakup

materi dari berbagai pelajaran displin ilmu.

3.   Integrated curriculum yaitu sama halnya dengan unifyied curriculum,

namun yang membedakan pada integrated curriculum tidak nampak lagi

displin ilmunya. Bahan ajar diintegrasikan dalam suatu persoalan, kegiatan

atau segi kehidupa tertentu.

4.   Problem solving curriculum adalah pola organisasi isi yang berisi topik

pemecahan masalah sosial yang dihadapi dalam kehidupan dengan

menggunakan pengetahuan dan keterampilan yag diperoleh dari berbagai

displin ilmu.

Page 23: Manajemen Pendidikan

Untuk evaluasi, kurikulum subjek akademis menggunakan bentuk

evaluasi yang bervariasi, namun lebih banyak digunakan bentuk uraian (essay)

dari pada tes objektif.

C. Organisasi Kurikulum

Organisasi kurikulum merupakan pola atau desain bahan kurikulum yang

tujuannya untuk mempermudah siswa dalam mempelajari bahan pelajaran serta

mempermudah siswa dalam kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat

dicapai secara efektif. Tujuan pendidikan yang dirumuskan dapat mempengaruhi pola

atau desain kurikulum karena tujuan tersebut dapat menentukan pola atau kerangka

untuk memilih, merencanaka, dan melaksanakan segala pengalaman dan kegiatan

disekolah.

Dalam penyusunan organisasi kurikulum ada sejumlah faktor yang harus

diperhatikan, yakni:

1. Ruang lingkup (Scope)

Merupakan keseluruhan materi pelajaran dan pengalaman yang harus dipelajari

siswa. Ruang lingkup bahan pelajaran sangat tergantung pada tujuan pendidikan

yang hendak dicapai.

2.  Urutan bahan (Sequence)

Berhubungan dengan urutan penyusunan bahan pelajaran yang akan disampaikan

kepada siswa agar proses belajar dapat berjalan dengan lancar.Urutan bahan

meliputi dua hal yaitu urutan isi bahan pelajaran dan urutan pengalaman belajar

yang memerlukan pengetahuan tentang perkembangan anak dalam menghadapi

pelajaran tertentu.

3.  Kontinuitas

Berhubungan dengan kesinambungan bahan pelajaran tiap mata pelajaran, pada tiap

jenjang sekolah dan materi pelajaran yang terdapat dalam mata pelajaran yang

bersangkutan. Kontinuitas ini dapat bersifat kuantitatif dan kualitatif.

4. Keseimbangan

Adalah faktor yang berhubungan dengan bagaimana semua mata pelajaran itu

mendapat perhatian  yang layak dalam komposisi kurikulum yang akan

diprogramkan pada siswa. Keseimbangan dalam kurikulum dapat ditinjau dari dua

segi yakni keseimbangan isi atau apa yang dipelajari, dan keseimbangan cara atau

proses belajar.

5. Integrasi atau keterpaduan

Page 24: Manajemen Pendidikan

Berhubungan dengan bagaimana pengetahuan dan pengalaman yang diterima siswa

mampu memberi bekal dalam menjawab tantangan hidupnya, setelah siswa

menyelesaikan program pendidikan disekolah.

Struktur horizontal dalam organisasi kurikulum adalah suatu bentuk penyusunan

bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa. Hal ini berkaitan erat dengan

tujuan pendidikan, isi pelajaran, dan strategi pembelajarannya. Dalam kaitannya

dengan struktur horizontal ini terdapat tiga macam bentuk penyusunan kurikulum,

yaitu :

a. Separated Subject Curriculum (Kurikulum Berdasarkan Mata Pelajaran)

     Kurikulum ini disebut demikian karena segala bahan pelajaran disajikan

dalam subject atau mata pelajaran yang terpisah-pisah.Sehingga banyak jenis mata

pelajaran menjadi sempit ruang lingkupnya. Jumlah mata pelajaran yang diberikan

cukup bervariasi bergantung pada tingkat dan jenis sekolah yang bersangkutan.

Dalam praktek penyampaian pengajarannya, tanggung jawab terletak pada masing-

masing guru atau pendidik yang menangani suatu mata pelajaran yang dipegangnya.

      Kurikulum yang disusun dalam bentuk terpisah ini lebih bersifat subject

centered, berpusat ada bahan pelajaran daripada child centered yang berpusat pada

minat dan kebutuhan anak. Dari segi ini jelas kurikulum bentuk terpisah sangat

menekankan pembentukan intelektual dan kurang mengutamakan pembentukan

kepribadian anak secara keseluruhan.

      Kurikulum ini sejak lama diterapkan pada sekolah-sekolah kita, sampai

dengan munculnya kurikulum tahun 1968 dan kurikulum tahun 1975. Kurikulum ini

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Terdiri atas sejumlah mata pelajaran yang terpisah satu sama lain, dan masing-

masing berdiri sendiri.

b. Tiap mata pelajaran seolah-olah tersimpan dalam kotak tersendiri dan diberikan

dalam waktu tertentu.

c. Hanya bertujuan pada penguasaan sejumlah ilmu pengetahuan dan mengabaikan

perkembangan aspek tingkah laku lainnya.

d. Tidak didasarkan pada kebutuhan, minat, dan masalah yang dihadapai para siswa.

e. Bentuk kurikulum yang tidak mempertimbangkan kebutuhan, masalah, dan

tututan dalam masyarakat yang senantiasa berubah dan berkembang.

f. Pendekatan metodologi mengajar yang digunakan adalah sistem penuangan

(imposisi) dan menciptakan perbedaan individual di kalangan para siswa

Page 25: Manajemen Pendidikan

g. Guru berperan aktif, dengan pelaksaan  sistem guru mata pelajaran dan

mengabaikan unsur belajar aktif di kalangan para siswa.

h. Para siswa sama sekali tidak dilibatkan dalam perencanaan kurikulum secara

kooperatif.

Ada beberapa keuntungan yang diperoleh dari kurikulum ini, antara lain:

a. Penyajian bahan pelajaran dapat disusun secara logis dan sistematis.

b. Organisasi kurikulum bentuk ini sangat sederhana dan tidak terlalu sulit untuk

direncanakan, serta mudah dilaksanakan.

c. Mudah dievaluasi dan dites.

d. Dapat digunakan dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi.

e. Pendidik atau guru sebagai pelaksana kurikulum dalam mempergunakannya lebih

mudah.

f. Tidak sulit untuk diadakan perubahan-perubahan.

Di samping adanya keuntungan kurikulum bentuk tersebut, ada juga beberapa

kelemahan dari bentuk separated subject curriculum, sebagai berikut:

a. Bentuk mata pelajaran yang terpisah dengan lainnya tidak relevan dengan

kenyataan dan tidak mendidik anak dalam menghadapi stuasi kehidupan mereka.

b. Tidak memperhatikan masalah sosial kemasyarakatan yang dihadapi peserta didik

secara faktual dalam kehidupan sehari-harinya. Hal ini disebabkan hanya

berpedoman pada apa yang tertera dalam buku atau teks.

c. Kurang memperhatikan faktor-faktor kejiwaan peserta didik.

d. Tujuan kurikulum ini sangat terbatas dan kurang memperhatikan pertumbuhan

jasmani, perkembangan emosional dan sosial peserta didik serta hanya

memusatkan pada perkembangan intelektual.

e. Kurikulum semacam ini kurang mengembangkan kemampuan berfikir, karena

mengutamakan penguasaan dan pengetahuan dengan cara hafalan.

f. Separated curriculum ini cenderung menjadi statis dan tidak bersifat inovatif.

b. Correlated Curriculum (Kurikulum Gabungan)

Correlated curriculum adalah bentuk kurikulum yang menunjukkan adanya

suatu hubungan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, Tetapi

tetap memperhatikan karakteristik tiap mata pelajaran tersebut. Hubungan antar

mata pelajaran dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Page 26: Manajemen Pendidikan

· Pertama, insidental artinya secara kebetulan ada hubungan antar mata pelajaran

yang satu dengan mata pelajaran lainnya. Misalnya mata pelajaran IPA disinggung

tentang mata pelajaran geografi dan sebagainya.

· Kedua, menghubungkan secara lebih erat jika terdapat suatu pokok bahasan yang

dibicarakan dalam berbagai mata pelajaran. Misalnya masalah moral dan etika

dibicarakan dalam mata pelajaran agama.

· Ketiga, batas mata pelajaran disatukan dan difungsikan dengan menghilangkan

batasan masing-masing mata pelajaran. Penggabungan antara beberapa mata

peajaran menjadi satu disebut sebagai broad field. Misalnya mata pelajaran bahasa

merupakan peleburan dari mata pelajaran membaca, tata bahasa, menulis,

mengarang,menyimak dan pengetahuan bahasa.

Ciri-ciri kurikulum ini di antaranya adalah sebagai berikut :

a. Berbagai mata pelajaran di korelasikan satu dengan yang lainnya.

b. Sudah dimulai dengan adanya usaha untuk merelevansikan pelajaran dengan

permasalaham kehidupan sehari-hari, kendatipun tujuannya masih penguasaan

pengetahuan.

c. Sudah mulai mengusahakan penyesuaian pelajaran dengan minat dan kemapuan

para siswa, meski pelayanan terhadap perbedaan individual masih sangat terbatas.

d. Metode penyampaian menggunakan metode korelasi, meski masih banyak yang

menghadapi kesulitan.

e. Meski guru masih memegang peran penting, namun aktivitas siswa sudah mulai

dikembangkan.

Organisasi kurikulum yang disusun dalam bentuk correlated mempunyai

beberapa keunggulan dan kelemahan. Beberapa keunggulan yang dimaksud antara

lain:

1. Menunjukkan adanya integrasi pengetahuan kepada peserta didik, yang mana

dalam pelajaran disoroti dari berbagai bidang dan disiplin ilmu

2.  Dapat menambah interes dan minat peserta didik terhadap adanya hubungan

antara berbagai mata pelajaran

3.  Pengetahuan dan pemahaman peserta didik akan lebih mudah dalam dengan

penguraian dan penjelasan dari berbagai mata pelajaran

4.  Adanya kemungkinan untuk menggunakan ilmu pengetahuan lebih fungsional

5. Lebih mengutamakan pada pemahaman dari prinsip-prinsip daripada pengetahuan

(knowledge) dan penguasaan fakta-fakta.

Page 27: Manajemen Pendidikan

Selain itu, correlated curriculum mempunyai kelemahan, antara lain:

1. Bahan yang disajikan tidak berhubungan secara langsung dengan kebutuhan dan

minat peserta didik.

2.  Pengetahuan yang diberikan tidak mendalam dan kurang sistematis pada

berbagai mata pelajaran.

3.  Urutan penyusunan dan penyajian bahan tidak secara logis dan sistematis.

4. Kebanyakan di antara para pendidik atau guru kurang menguasai antar disiplin

ilmu, sehingga mengaburkan pemahaman peserta didik atau siswa.

Untuk mengurangi kelemahan dengan adanya keterpisahan diantara berbagai

mata pelajaran tersebut, diusahakanlah agar mata pelajaran tersebut disusun dalam

pola korelasi. Ada tiga jenis korelasi yang sifatnya bergantung dari jenis mata

pelajaran :

1.  Korelasi factual

2.  Korelasi deskriptif

3.  Korelasi normative

c. Integrated Curriculum (Kurikulum Terpadu)

Dalam integrated curriculum mata pelajaran dipusatkan pada suatu masalah

atau unit tertentu. Dengan adanya kebulatan bahan pelajaran diharapkan dapat

terbentuk kebulatan pribadi peserta didik yang sesuai dengan lingkungan

masyarakatnya.Oleh karena itu, hal-hal yang diajarkan di sekolah harus disesuaikan

dengan situasi, masalah dan kebutuhan kehidupan di luar sekolah.

Ciri-ciri umum dari kurikulum terpadu ini adalah sebagai berikut :

a. Kurikulum terdiri atas suatu bidang pengajaran, yang di dalamnya terpadu

sejumlah mata pelajaran sejenis dan memiliki ciri-ciri yang sama.

b. Pelajaran bertitik tolak dari core subject, yang kemudian diuraikan menjadi

sejumlah pokok bahasan.

c. Berdasarkan tujuan kurikuler dan tujuan instruktusional yang telah digariskan.

d. Sistem penyampaian bersifat terpadu.

e. Guru berperan selaku guru bidang studi.

f. Minat, masalah, serta kebutuhan siwa dan masyarakat dipertimbangkan sebagai

dasar penyusunan kurikulum, walaupun masih dalam batas-batas tertentu.

g. Dikenalkan berbagai jenis bidang studi.

Adapun kelebihan dari integrated curriculum, yaitu:

a. Segala hal yang dipelajari dalam unit bertalian erat satu sama lain.

Page 28: Manajemen Pendidikan

b. Sangat sesuai dengan perkembangan moderen tentang belajar mengajar yang

mendasarkan pada pengalaman, kematangan, dan minat anak.

c.   Memungkinkan adanya hubungan antara sekolah dan masyarakat

d. Sesuai dengan ide demokrasi, dimana peserta didik dirangsang untuk berpikir

sendiri, bekerja sendiri dan memikul tanggung jawab bersama serta bekerja sama

dalam kelompok.

Adapun kelemahan dari organisasi kurikulum ini adalah:

a. Organisasinya tidak logis dan kurang sistematis.

b. Pendidik atau guru pada ummumnya kurang dipersiapkan untuk menjalankan

kurikulum dalam bentuk ini.

c. Pelaksanaan kurikulum ini sangat memerlukan waktu dan dukungan peralatan

serta sarana dan prasarana yang cukup.

d. Tidak memiliki standar hasil belajar yang kelas.

D. Implementasi Kurikulum

Pengertian secara bahasa sebagaimana dalam Oxford Advance Leraner’s

Dictionary yang dikutip dalam  Mulyasa Implementasi adalah penerapan suatu yang

memberikan efek atau dampak. Lebih lanjut disebutkan implementasi adalah proses

penerapan ide, konsep, kebijakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingg

memberiksn dampak baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan, ataupun nilai

dan sikap.

Maka implementasi kurikulum adalah penerapan, ide, konsep kurikulum

potensial (dalam bentuk dokumen kurikulum) kedalam kurikulum aktual dalam bentuk

proses pembelajaraan. Kemampuan-kemampuan yang harus dikuasai guru dalam

mengimplementasikan kurikulum adalah sebagai berikut.

1. Pemahaman esensi dari tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam kurikulum.

2. Kemampuan untuk menjabarkan tujuan-tujuan kurikulum tersebut menjadi tujuan

yang lebih spesifik.

3. Kemempuan untuk menerjemahkan tujuan khusus kepada kegiatan pembelajaran.

Dalam implementasi kurikulum terdapat model-model implementasi

kurikulum, yakni sebagai berikut.

1. The Concerns Based Adaptation Model (CBAM)

Inti dari model ini adalah menggambarkan, mengidentifikasi beberapa tingkat

perhatian atau kepedulian guru tentang suatu inovasi dan bagaimana guru

menggunakan inovasi di dalam kelas. Model ini merupakan hasil riset

Page 29: Manajemen Pendidikan

implementasiinovasi di sekolah dan perguruan tinggi, yang diselenggarkan oleh

Universitas Pusat Penelitian dan Pengembangan Texas. CBAM mengemukakan

dua deminsi untuk menguraikan perubahan yaitu :

- Stage of Concern about the Inovation (SoC), dengan menguraikan perasaan

guru dalam proses perubahan,

- Level of Use the Inovation (LoU) dengan menguraikan performen guru dalam

menggunakan sebuah program baru. Model ini dikembangkan oleh Hall dan

Louck (1978).

2. Model Leithwood

Model ini memfokuskan pada guru. Asumsi yang mendasari model ini adalah

setiap guru mempunyai kesiapan yang berbeda, implementasi merupakan proses

timbal balik serta pertumbuhan dan perkembangan dimungkinkan adanya tahap-

tahap individu untuk identifikasi. Inti dari model ini membolehkan para guru dan

pengembang kurikulum mengembangkan profil yang merupakan hambatan untuk

perubahan dan bagaimana para guru dapat mengatasi hambatan tersebut.

3. Model TORI

Model ini dimaksudkan untuk menggugah masyarakat dalam mengadakan

perubahan. Dengan model ini diharapkan adanya minat dalam diri guru untuk

memanfaatkan perubahan. Esensi dari model TORI adalah (1) trusting,

menumbuhkan kepercayaan diri (2) opening, menumbuhkan dan membuka

keinginan (3) realizing, mewujudkan, dalam arti setiap orang bebas berbuat dan

mewujudkan keinginannya untuk perbaikan (4) interdepending, saling

ketergantungan dengan lingkugan. Inti dari model ini memfokuskan pada

perubahan personal dan perubahan sosial.

Sementara itu, Zais mengemukakan delapan model pengembangan kurikulum, yaitu:

1. Model Administratif

2. Model Grass-Roots

3. Model Demonstrasi

4. Model Bauchamp

5. Model Taba

6. Model Regers

7. Model Penelitian Tindakan Sistematik

8. Model Berdasarkan Teknik yang Sedang Berkembang

E. Evaluasi Kurikulum

Page 30: Manajemen Pendidikan

Dari pengertian evaluasi dan kurikulum di atas maka penulis menyimpulkan bahwa

pengertian evaluasi kurikulum adalah penelitian yang sistematik tentang manfaat,

kesesuaian efektifitas dan efisiensi dari kurikulum yang diterapkan. Atau evaluasi

kurikulum adalah proses penerapan prosedur ilmiah untuk mengumpulkan data yang valid

dan reliable untuk membuat keputusan tentang kurikulum yang sedang berjalan atau telah

dijalankan.

Evaluasi kurikulum ini dapat mencakup keseluruhan kurikulum atau masing-

masing komponen kurikulum seperti tujuan, isi, atau metode pembelajaran yang ada dalam

kurikulum tersebut.Secara sederhana evaluasi kurikulum dapat disamakan dengan

penelitian karena evaluasi kurikulum menggunakan penelitian yang sistematik,

menerapkan prosedur ilmiah dan metode penelitian. Perbedaan antara evaluasi dan

penelitian terletak pada tujuannya. Evaluasi bertujuan untuk menggumpulkan,

menganalisis dan menyajikan data untuk bahan penentuan keputusan mengenai kurikulum

apakah akan direvisi atau diganti. Sedangkan penelitian memiliki tujuan yang lebih luas

dari evaluasi yaitu menggumpulkan, menganalisis dan menyajikan data untuk menguji

teori atau membuat teori baru.

Fokus evaluasi kurikulum dapat dilakukan pada outcome dari kurikulum tersebut

(outcomes based evaluation) dan juga dapat pada komponen kurikulum tersebut (intrinsic

evaluation). Outcomes based evaluation merupakan fokus evaluasi kurikulum yang paling

sering dilakukan. Pertanyaan yang muncul pada jenis evaluasi ini adalah “apakah

kurikulum telah mencapai tujuan yang harus dicapainya?” dan “bagaimanakah pengaruh

kurikulum terhadap suatu pencapaian yang diinginkan?”. Sedangkan fokus

evaluasi intrinsic evaluation seperti evaluasi sarana prasarana penunjang kurikulum,

evaluasi sumber daya manusia untuk menunjang kurikulum dan karakteristik mahasiswa

yang menjalankan kurikulum tersebut.

Evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa tingkat ketercapaian tujuan

pendidikan yang ingin diwujudkan melalui kurikulum yang bersangkutan.

1.  Untuk perbaikan program

Bersifat konstruktif, karena informasi hasil evaluasi dijadikan input bagi perbaikan yang

diperlukan di dalam program kurikulum yang sedang dikembangkan.

2.  Pertanggungjawaban kepada berbagai pihak

Diperlukan semacam pertanggungjawaban dari pihak pengembang kurikulum kepada

berbagai pihak yang berkepentingan. Pihak tersebut baik yang mensponsori kegiatan

pengembangan kurikulum maupun pihak yang akan menjadi konsumen dari kurikulum

Page 31: Manajemen Pendidikan

yang telah dikembangkan. Tujuan yang kedua ini tidak dipandang sebagai suatu

kebutuhan dari dalam melainkan lebih merupakan suatu ‘keharusan’ dari luar.

3.  Penentuan tindak lanjut hasil pengembangan

Tindak lanjut hasil pengembangan kurikulum dapat berbentuk jawaban atas dua

kemungkinan pertanyaan: pertama, apakah kurikulum baru tersebut akan atau tidak

akan disebar luaskan ke dalam sistem yang ada? Kedua, dalam kondisi yg bagaimana

dan dengan cara yang bagaimana pula kurikulum baru tersebut akan disebarluaskan ke

dalam sistem yang ada? Dan untuk menghasilkan informasi yang diperlukan dalam

menjawab pertanyaan diperlukan kegiatan evaluasi kurikulum.

F. Model untuk Evaluasi

1. Model Konsensus ( Tradisional dan Teknik Evaluasi)

a. Keputusan dan Teknik Evaluasi

Evaluasi terdiri atas dua kelompok, yaitu evaluasi formatif dan sumatif. Evaluasi

formatif digunakan memperbaiki program sedangkan evaluasi sumatif digunakan

untuk memutuskan program dan bahan ajar mana yang paling baik. Evaluasi formatif

tidak meminta semua siswa untuk menjawab pertanyaan yang sama. Sebaikya, berapa

pun banyaknya pertanyaan pertanyaan yang memungkinkan untuk diberikan

hendaklah berbeda-beda. Evaluasi sumatif mimiliki beberapa tujuan. Salah satu

tujuannya dipilih dari beberapa program kurikulum atau rancangan yang mesti

dilanjutkan dan belum berubah.

b. Tujuan Evaluasi Tradisional

Salah satu tujuan evaluasi adalah untuk memutuskan nilai dalam

pembelajaran. Rancangan dari rentetan waktu yang terbuang sangat penting untuk

tujuan ini. Tujuan yang lain adalah untuk memutuskan lamanya jangka waktu

kebaikan nilai yang ditawarkan kurikulum.

c. Evaluasi adalah Sebuah Rancangan Kurikulum

Sistematika evaluasi merupakan rancangan kurikulum dengan menilai kebaikan

tujuan, kualitas rencana, perluasan rencana yang dapat digunakan, hasil yang dicapai.

2. Model Pluralistik (Humanistik dan Evaluasi Pembangunan Sosial)

Model evaluasi dalam pluralistik memusatkan pada kemanusiaan dan

pembangunan sosial yang telah memiliki pengaruh yang kuat. Model evaluasi

pluralistik cenderung digunakan hanya ketika penelitian kurang menarik untuk

alasan yang baik , biaya, atau pelaksanaannya. Model ini digunakan dengan

kurikulum tambahan dan disamakan dengan rancangan ragam kebudayaan, dan

Page 32: Manajemen Pendidikan

alternatif suatu sekolah. Model pluralistik juga sebagai suplemen dalam rancangan

eksperimental.

G. Model Evaluasi Kurikulum

Menurut R. Ibrahim model evaluasi kurikulum secara garis besar digolongkan ke

dalam empat rumpun model, yaitu sebagai berikut.

a. Measurement

Konsep ini telah memberikan sumbangan yang sangat berarti dalam penekanannya

terhadap penringnya objektivitas dalam proses evaluasi. Aspek obyektifitas yang

ditekankan dalam konsep ini dijadikan landasan yang terus menerus dalam rangka

mengembangkan konsep dan evaluasi kurikulum. Pendekatan yang digunakan dalam

berbagai kegiatan pendidikan seperti seleksi dan klasifikasi siswa, pemberian nilai di

sekolah, dan kegiatan penelitian pendidikan.Kelemahan dari konsep ini terletak pada

penekanannya yang berlebih-lebihan pada aspek pengukuran dalam kegiatan evaluasi

pendidikan. “Measurement is not evaluation, but it can provide useful data for

evaluation”.

Sebagai konsekuensi dari penekanan yang berlebih-lebihan terhadap aspek

pengukuran, evaluasi cenderung dibatasi pada dimensi tertentu dari program

pendidikan yang dapat diukur, terutama hasil belajar yang bersifat kognitif tersebut

bukanlah satu-satunya indikator keberhasilan suatu kurikulum. Sebagai suatu wahana

untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan kurikulum diharapkam mampu

mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki siswa. Selain itu, peranan evaluasi

yang diharapkan mampu memberikan input bagi penyempurnaan program dalam setiap

tahap menjadi kurang dapat terpenuhi dengan dibatasinya evaluasi pada pengukuran

hasil belajar saja apalagi hanya ditekankan pada bidang kognitif.

b. Congruence

Konsep ini telah memperlihatkan adanya “high degree of integration with the

instructional process”. Dengan mengkaji efektivitas kurikulum dalam mencapai tujuan-

tujuan yang telah ditetapkan. Hasil evaluasi yang diperoleh tidak bersifat relatif karena

selalu dihubungkan dengan tujuan yang hendak dicapai sebagai kriteria perbandingan.

Kelemahan dari konsep ini terletak pada ruang lingkup evaluasinya. Sekalipun

tujuan evaluasi diarahkan pada kepentingan penyempurnaan program kurikulum, tapi

konsep ini tidak menjadikan input dan proses pelaksanaan sebagai obyek langsung

Page 33: Manajemen Pendidikan

evaluasi dan yang dijadikan perhatian adalah hubungan antara tujuan dan hasil belajar.

Pelaksanaan evaluasi dari konsep ini terjadi pada saat kurikulum sudah selesai

dilaksanakan, dengan jalan membandingkan antara hasil pretest dan pratest.

Akibatnya, informasi yang dihasilkan hanya dapat menjawab pertanyaan tentang

tujuan-tujuan mana yang telah dan yang belum dapat tercapai. Pendekatan yang

digunakan oleh konsep ini menghasilkan suatu teknik evaluasi yang sifatnya

terminal/postfacto. Pendekatan seperti ini dapat membantu untuk menentukan bagian-

bagian mana dari program yang masih lemah, tapi kurang membantu di dalam mencari

jawaban tentang segi-segi apanya yang masih lemah dan kemungkinan mengatasi

kelemahan tersebut. Konsep ini telah memberikan sumbangan yang sangat besar bagi

perkembangan konsep evaluasi kurikulum, khususnya dalam usaha :

1. Menghubungkan hasil belajar dengan tujuan tujuan pendidikan sebagai kriteria

perbandingan.

2. Memperkenalkan sistem pengolahan hasil evaluasi secara bagian demi bagian, yang

ternyata lebih relevan dengan kebutuhan pengembangan kurikulum.

c. Illumination

Sebagai reaksi terhadap konsep measurement dan congruence yang bersifat

‘terminal’, konsep illumination menekankan pentingnya dilakukan evaluasi yang

berkelajutan selama proses pelaksanaan kurikulum sedang berlangsung. Gagasan yang

terkandung dalam konsep ini penting karena pihak pengembang kurikulum akan

memperoleh informasi yang cukup terintegrasi sebagai dasar untuk mengoreksi dan

menyempurnakan kurikulum yang sedang berlangsung.

Kelemahan konsep ini terletak pada teknis pelaksanaannya. Pertama, kegiatan

evaluasi tidak didahului adanya perumusan kriteria yang jelas sebagai dasar bagi

pelaksana dan penyimpulan hasil evaluasi yang mengakibatkan sejumlah segi-segi

yang penting  kurang mendapatkan perhatian, karena evaluator hanyut di dalam

mengamati segi-segi tertentu yang menarik perhatiannya. Kedua, obyektivitas dari

evaluasi yang dilakukan perlu dipersoalkan, persoalan inilah yang justru dipandang

sebagai salah satu kelemahan konsep ini. Disamping konsep ini lebih menitikberatkan

penggunaan judgement dalam proses evaluasi, terdapat pula kecenderungan untuk

menggunakan alat evaluasi yang ‘terbuka’ dalam arti kurang spesifik/berstruktur.

Evaluasi yang diajukan oleh kosep ini lebih berorientasi pada proses dan hasil yang

dicapai oleh kurikulum yang bersangkutan.

d. Educational System Evaluation

Page 34: Manajemen Pendidikan

Konsep ini memperlihatkan banyak segi-segi yang positif untuk kepentingan

proses pengembangan kurikulum. Ditekankannya peranan kriteria (absolut maupun

relatif) dalam proses evaluasi sangat penting dalam memberikan ciri-ciri khas bagi

kegiatan evaluasi. Sehubungan dengan ruang lingkup evaluasi, konsep ini

mengemukakan perlunya evaluasi itu dilakukan terhadap berbagai dimensi program,

tidak hanya hasil yang dicapai tapi juga input dan proses tahap demi tahap.

Kelemahan dalam konsep ini adalah mngenai pandangannya tentang evaluasi untuk

menyimpulkan kebaikan program secara menyeluruh. Ada dua persoalan yang perlu

mendapatkan penegasan dari konsep ini, pertama menyangkut segi teknis berkenaan

dengan prosedur yang ditempuh dalam membandingakan hasil kurikulum yang baru

dan yang ada. Persoalan yang kedua menyangkut segi strategis yaitu persoalan nasib

dari kurikulum yang baru tersebut bila hasil perbandingan menunjukan perbedaan yang

tidak berarti.

2.4 Sumber Daya Pendukung Keberhasilan Pelaksanaan Kurikulum

A. Memanfaatkan Sumber Belajar

Sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa data, orang

dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara

terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam

mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu. Fungsi sumber belajar

meningkatkan produktivitas pembelajaran, memberikan kemungkinan pembelajaran

yang sifatnya lebih individual, memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap

pembelajaran, lebih memantapkan pembelajaran, memungkinkan belajar secara

seketika, memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas.

Secara garis besarnya, terdapat dua jenis sumber belajar yaitu:

1. Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design), yakni sumber

belajar yang secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagai komponen

sistem instruksional untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat

formal.

2. Sumber belajar yang dimanfaatkan (learning resources by utilization), yaitu

sumber belajar yang tidak didesain khusus untuk keperluan pembelajaran dan

keberadaannya dapat ditemukan, diterapkan dan dimanfaatkan untuk keperluan

pembelajaran 1

Page 35: Manajemen Pendidikan

Dari kedua macam sumber belajar, sumber-sumber belajar dapat berbentuk pesan,

orang, bahan, alat/perlengkapan, pendekatan/metode/ teknik, lingkungan

B. Manajemen Sekolah

     Manajemen sekolah harus difahami sebagai usaha menumbuh kembangkan

kekuatan dan potensi sumber daya sekolah untuk mengeksploitasi peluang yang

muncul sehingga mencapai tujuan pendidikan yang bermutu.

Setiap sekolah melaksanakan manajemen peningkatan mutu dengan langkah –

langkah:

1. Merumuskan visi, misi, tujuan dan target peningkatan mutu secara berkelanjutan

2. Menyusun perencanaan sekolah meggunakan model perencanaan strategic

3. Melaksanakan program sekolah sesuai formulasi perencanaan

4. Melakukan evaluasi secara terus menerus terhadap program kerja yang dilaksanakan

untuk mengetahui tingkat efisiensi dan efektifitas serta kualitas penyelenggaraan

program sekolah

5. Menyusun laporan kemajuan sekolah dan melaporkannya kepada orang tua siswa

6. Merumuskan program baru sebagai hasil evaluasi program sekolah dan kelanjutan

dari program yang telah dilaksanakan menggunakan perencanaan strategic sekolah.

C. Strategi Model Pembelajaran

Strategi mengajar (pengajaran) adalah “taktik” yang digunakan guru dalam

melaksanakan proses belajar mengajar (pengajaran) agar dapat mempengaruhi para

siswa (peserta didik) mencapai tujuan pengajaran secara lebih efektif dan

efisien.Strategi mengajar/pengajaran ada pada pelaksanaan, sebagai tindakan nyata

atau perbuatan guru itu sendiri pada saat mengajar berdasarkan pada rambu-rambu

dalam satuan pelajaran.  Berdasarkan pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan

bahwa strategi pembelajaran harus mengandung penjelasan tentang metode/prosedur

dan teknik yang digunakan selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan kata

lain, strategi pembelajaran mempunyai arti yang lebih luas daripada metode dan

teknik. Artinya, metode/prosedur dan teknik pembelajaran merupakan bagian dari

strategi pembelajaran.  Dari metode, teknik pembelajaran diturunkan secara aplikatif,

nyata, dan praktis di kelas saat pembelajaran berlangsung. 

Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal

sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas. Dalam model

pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi siswa dengan pendekatan,

metode, dan teknik pembelajaran.

Page 36: Manajemen Pendidikan

  Beberapa model pembelajaran yang dapat kami bahas di sini di antaranya:

1. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning)

Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning) atau biasa

disingkat CTL merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan

antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan nyata, sehingga peserta didik

mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan

sehari-hari.

Dalam pembelajaran kontekstual, tugas guru adalah memberikan kemudahan

belajar kepada peserta didik, dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber

belajar yang memadai. Guru bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran yang

berupa hapalan, tetapi mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang

memungkinkan peserta didik belajar.

2. Bermain Peran (Role Playing)

Bermain peran merupakan salah satu model pembelajaran yang diarahkan

pada upaya pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan hubungan

antarmanusia (interpersonal relationship), terutama yang menyangkut kehidupan

peserta didik.

Pengalaman belajar yang diperoleh dari metode ini meliputi, kemampuan

kerjasama, komunikatif, dan menginterprestasikan suatu kejadianMelalui bermain

peran, peserta didik mencoba mengeksplorasi hubungan-hubungan antarmanusia

dengan cara memperagakan dan mendiskusikannya, sehingga secara bersama-sama

para peserta didik dapat mengeksplorasi parasaan-perasaan, sikap-sikap, nilai-nilai,

dan berbagai strategi pemecahan masalah.

3. Pembelajaran Partisipatif (Participative Teaching and Learning)

Pembelajaran Partisipatif (Participative Teaching and Learning) merupakan

model pembelajaran dengan melibatkan peserta didik secara aktif dalam

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran.

4. Belajar Tuntas (Mastery Learning)

Belajar tuntas berasumsi bahwa di dalam kondisi yang tepat semua peserta

didik mampu belajar dengan baik, dan memperoleh hasil yang maksimal terhadap

seluruh materi yang dipelajari. Agar semua peserta didik memperoleh hasil belajar

secara maksimal, pembelajaran harus dilaksanakan dengan sistematis.

Kesistematisan akan tercermin dari strategi pembelajaran yang dilaksanakan,

terutama dalam mengorganisir tujuan dan bahan belajar, melaksanakan evaluasi dan

Page 37: Manajemen Pendidikan

memberikan bimbingan terhadap peserta didik yang gagal mencapai tujuan yang

telah ditetapkan.

5. Pembelajaran dengan Modul (Modular Instruction)

Modul adalah suatu proses pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan

tertentu yang disusun secara sistematis, operasional dan terarah untuk digunakan

oleh peserta didik, disertai dengan pedoman penggunaannya untuk para guru. Pada

umumnya pembelajaran dengan sistem modul akan melibatkan beberapa komponen,

diantaranya: (1) lembar kegiatan peserta didik; (2) lembar kerja; (3) kunci lembar

kerja; (4) lembar soal; (5) lembar jawaban dan (6) kunci jawaban. Tugas utama guru

dalam pembelajaran sistem modul adalah mengorganisasikan dan mengatur proses

belajar, antara lain: (1) menyiapkan situasi pembelajaran yang kondusif; (2)

membantu peserta didik yang mengalami kesulitan dalam memahami isi modul atau

pelaksanaan tugas; (3) melaksanakan penelitian terhadap setiap peserta didik.

6. Pembelajaran Inkuiri

Pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan

secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu

(benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga

mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.

D. Kualitas dan Kinerja Guru

            Menjadi guru kreatif, menggairahkan dan disenangi peserta didik merupakan

kebanggaan bagi pendidik sejati. Tetapi bagaimana caranya masih banyak yang

menghadapi kesulitan. Dua hal kegiatan guru di kelas, yakni mengajar dan mengelola

kelas. Sering dijumpai bahwa guru lema dalam mengelola kelasnya, sehingga

pembelaajran tidak berhasil maksimal.seorang guru dituntut untuk lebih kreatif dan

mengembangkan materuinya. Pengembangan profesionalisme guru secara aktif dan

terintegrasi akan melahirkan sosok guru yang kreatif dan inovatif, guru demikian akan

menjadi motivator yang handal bagi pengembangan karakter siswa, menjadi sosok

yang dapat digugu dan ditiru (teladan). 

Guru adalah merupakan faktor penentu kualitas hasil pendidikan. Guru yang

tidak berkualitas  dianggap sulit bisa melahirkan  lulusan yang hebat. Apalagi,

keberadaan guru tidak bisa digantikan oleh faktor lain. Sehingga untuk meningkatkan

mutu  pendidikan, upaya-upaya peningkatan kualitas guru harus selalu dilakukan

secara terus menerus tanpa henti. Posisi guru yang sedemikian strategis itu, maka di

akhir-akhir ini, maka mereka   mendapatkan perhatian serius.  Sebagai bagian

Page 38: Manajemen Pendidikan

peningkatan kualitas itu, guru disertifikasi. Kenyataan bahwa  sertifikasi dan juga

peningkatan kesejahteraan guru lewat tunjangan  profesi tidak serta merta berhasil 

meningkatkan kompetensi guru.  Untuk meningkatkan kualitas pendidikan selalu

tidak sederhana. Selain itu untuk menentukan kualitas guru juga tidak semudah yang

dibayangkan. Bekal guru tidak saja berupa pengetahuan dan ketrampilan mengajar,

melainkan juga ada faktor lain seperti misalnya etos, integritas, tanggung jawab,

kecintaan terhadap profesi,  dan masih banyak lagi.

 E. Monitoring Pelaksanaan Kurikulum

1. Pengertian Pemantauan (Monitoring)

Kegiatan monitoring terhadap pelaksanaan kurikulum pada dasarnya

dimaksudkan untuk mengetahui sampai di mana kurikulum baru itu telah dilaksanakan

di sekolah-sekolah dan persoalan-persoalan apa ang dirasakan di dalam melaksanakan

kurikulum tersebut. Dengan kata lain, kegiatan monitoring ini sebenarnya merupakan

kegiatan mengikuti jalannya pelaksanaan kurikulum di sekolah pada tahun-tahun

permulaan ditetapkannya kurikulum tersebut.

Sasaran di dalam kegiatan monitoring ini lebih dipusatkan pada pemantauan

terhadap kelancaran proses pelaksanaan kurikulum serta sarana yang diperlukan di

dalam kegiatan pelaksanaan tersebut. Segi hasil belajar murid tidak menjaadi sasaran

utama di dalam kegiatan monitoring ini.

Untuk mengumpulkan keterangan di dalam pelaksanaan monitoring tersebut

dapat digunakan wawancara, observasi maupun angket untuk para pelaksana.

Monitoring dilakukan pada tahun-tahun permulaan dilaksanakanna kurikulum baru di

sekolah-sekolah, dimana kegiatan ini dilakukan oleh pihak pengembang kurikulum

untuk mengambil tindakan guna memperlancar penyebaran dan pelaksanaan

kurikulum di sekolah-sekolah.

2. Cara Pelaksanaan Monitoring.

Cara pelaksanaan pemantauan (monitoring) terhadap kurikulum dapat dilakukan

melalui dua cara yaitu cara langsung dan tidak langsung. Kedua cara tersebut

dilakukan dengan seperangkat kegiatan monitoring yang sama yaitu kegiatan ang

berkaitan dengan mengumpulkan, mencatat, mengolah informasi dan pelaksanaan

suatu proyek; kemudian dituangkan dalam suatu laporan monitoring. Jenis

monitoring :

a. Pemantaun Langsung

Page 39: Manajemen Pendidikan

Pengertian pemantauan langsung adalah pemantauan yang dilakukan dengan

cara mengunjungi lokasi proyek. Dengan cara demikian petugas monitoring dapat

secara bebas mengumpulkan informasi ang diperlukan.

b. Pemantauan Tidak Langsung.

Cara ini menghendaki petugas monitoring tidak perlu terjun langsung ke

lokasi; tetapi penggalian data dilakukan dengan cara mengirim seperangkat daftar

isian untuk diisi oleh orang lain di lokasi penelitian. Cara tidak langsung ini juga

dapat dilakukan dengan mengumpulkan data melalui laporan-laporan yang dibuat

pimpinan pemantau.

2.5 Mengembangkan Kurikulum Muatan Lokal

Muatan lokal, sebagaimana dimaksud dalam Penjelasan Atas Undang-undang Nomor

20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, merupakan bahan kajian yang

dimaksudkan untuk membentuk pemahaman peserta didik terhadap potensi di daerah

tempattinggalnya.

Dalam Pasal 77 N Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan

Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional dinyatakan

bahwa (1) Muatan lokal untuk setiap satuan pendidikan berisi muatan dan proses

pembelajaran tentang potensi dan keunikan lokal; (2) Muatan lokal dikembangkan dan

dilaksanakan pada setiap satuan pendidikan.

Muatan lokal sebagai bahan kajian yang membentuk pemahaman terhadap potensi di

daerah tempat tinggalnya bermanfaat untuk memberikan bekal sikap, pengetahuan, dan

keterampilan kepada peserta didik agar:

1. Mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial, dan budayanya;

2. Memiliki bekal kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan mengenai 

daerahnya  yang  berguna  bagi  dirinya  maupun lingkungan masyarakat pada

umumnya; dan

3. Memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai/aturan-aturan yang

berlaku di daerahnya, serta melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur budaya

setempat dalam rangka menunjang pembangunan nasional.

Jenis muatan lokal meliputi empat rumpun muatan lokal yang merupakan

persinggungan antara budaya lokal (dimensi sosio-budaya-politik), kewirausahaan, pra-

vokasional (dimensi ekonomi), pendidikan lingkungan, dan kekhususan lokal lainnya

(dimensi fisik).

Page 40: Manajemen Pendidikan

1. Budaya  lokal  mencakup  pandangan-pandangan  yang mendasar, nilai-nilai sosial,

dan artifak-artifak (material dan perilaku) yang luhur yang bersifat lokal.

2. Kewirausahaan dan pra-vokasional adalah muatan lokal yang  mencakup  pendidikan 

yang  tertuju  pada pengembangan potensi jiwa usaha dan kecakapannya.

3. Pendidikan lingkungan & kekhususan lokal lainnya adalah mata pelajaran muatan

lokal yang bertujuan untuk mengenal  lingkungan  lebih  baik,  mengembangkan

kepedulian terhadap lingkungan, dan mengembangkan potensi lingkungan.

4. Perpaduan antara budaya lokal, kewirausahaan, pra-vokasional, lingkungan hidup, dan

kekhususan lokal lainnya yang dapat menumbuhkan suatu kecakapan hidup.

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Page 41: Manajemen Pendidikan

Manajemen kurikulum adalah sebagai suatu sistem pengelolaan kurikulum yang

kooperatif, komprehensif, sistemik, dan sistematik dalam rangka mewujudkan

ketercapaian tujuan kurikulum.

3.2 Saran

Diakhir penulisan makalah ini, penulis berkeinginan menyampaikan beberapa saran baik

itu untuk universitas maupun untuk semua yang membaca makalah ini khususnya semua

mahasiswa.

1. Dosen sebagai motivator langsung bagi mahasiswa hendaknya senantiasa

bersemangat dan bersabar serta berkomitmen dalam menjalankan tugasnya mendidik

semua mahasiswa agar dapat menjadikan mahasiswa sebagai generasi penerus

bangsa yang sehat dan cerdas.

2. Kepada semua mahasiswa untuk selalu menambah wawasannya. Pengertian, prinsip,

dan perkembangan manajemen kurikulum hendaknya dipahami oleh para pendidik

dan diterapkan dalam dunia pendidikan dengan benar, sehingga tujuan pendidikan

akan benar-benar dapat dicapai. Dengan memahami konsep manajemen kurikulum,

pendidikan yang berkembang di bangsa kita niscaya akan menghasilkan output-output

yang berkualitas yang mampu membentuk manusia Indonesia seutuhnya. Bahkan ada

pepatah yang mengatakan bahwa dengan membaca kita akan dapat menambah

wawasan dan pengetahuan.

REFERENSI

Page 42: Manajemen Pendidikan

Amanah, Isokah. 2013. Model-Model Pengembangan Kurikulum (online),

(http://isookamanah.blogspot.com/2013/03/bdp-group-task-model-model-

pengembangan.html, diakses 27 September 2014).

Aswel. 2011. Evaluasi Kurikulum (online),

(http://sataaswelputra.blogspot.com/2011/02/evaluasi-kurikulum.html, diakses 27

September 2014)

Citra, Aulia. 2011. Macam-Macam Model Konsep Kurikulum (online),

(http://auliagustina.blogspot.com/2011/03/macam-macam-model-konsep-

kurikulum.html, diakses 27 September 2014)

Damanik, Ramahadin. 2009. Kurikulum Humanistik (online),

(http://ramahadindamanik.blogspot.com/2009/12/kurikulum-humanistik.html, diakses

27 September 2014).

Faujiah. 2012. Makalah Evaluasi Kurikulum (online), (http://faujiahganbaru-

faujiahganbaru.blogspot.com/2012/03/makalah-evaluasi-kurikulum_15.html diakses

27 September 2014)

Kartiana, Aprilia. 2013. Sumber Daya Pendukung Keberhasilan Implementasi Kurikulum

(online), (http://apriliakartiana.blogspot.com/2013/05/sumber-daya-pendukung-

keberhasilan_6.html, diakses 30 September 2014)

Kemendikbud. 2014. Konsepsi Implementasi dan Peran Kepala Sekolah. Ikatan Sarjana

Pendidikan Indonesia, (online). (http://www.ispi.or.id/2014/03/23/kurikulum-2013-

konsepsi-implementasi-dan-peran-kepala-sekolah/, diakses 30 September 2014)

Rusman. 2011. Manajemen Kurikulum. Jakarta: Rajawali Press.

Wisudita, Cokro. 2014. Muatan Lokal dan Ekstrakulikuler dalam Kurikulum 2013 (online),

(http://cokrowisudita.blogspot.com/2014/01/muatan-lokal-dan-ekstrakurikuler-

dalam.html, diakses 30 September 2014)