Manajemen Media Massa_JTV Surabaya

25
Ujian Tengah Semester – Manajemen Produksi Televisi ANALISIS MANAJEMEN TELEVISI: JTV Oleh : Amalia Pranata 51410018 Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi

description

JTV rek! Televisi Lokal Surabaya Jawa Pos Grup Planning, Organizing, Directing Segmenting, targeting, positioning

Transcript of Manajemen Media Massa_JTV Surabaya

Page 1: Manajemen Media Massa_JTV Surabaya

Ujian Tengah Semester – Manajemen Produksi Televisi

ANALISIS MANAJEMEN TELEVISI: JTV

Oleh :

Amalia Pranata 51410018

Program Studi Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Komunikasi

Universitas Kristen Petra

2013

Page 2: Manajemen Media Massa_JTV Surabaya

BAB I

BENTUK MEDIA PENYIARAN

Televisi merupakan media elektronik yang mulai hadir di tahun 1962 dengan

munculnya TVRI sebagai stasiun TV milik pemerintah. Barulah setelah itu muncul

stasiun televisi swasta lainnya. Hingga kini Indonesia telah memiliki lebih dari sepuluh

stasiun televisi swasta. Angka tersebut belum termasuk jumlah stasiun televisi lokal

yang ada sekarang. Angka tersebut terus meningkat di setiap tahunnya. Sehingga media

televisi dianggap sebagai industri yang padat modal, padat sumber daya manusia.

Namun beberapa stasiun televisi yang bermunculan belum diimbangi dengan

tersedianya elemen penting diatas. Umumnya sebuah stasiun televisi didirikan tanpa

pengetahuan yang memadai dan hanya berdasarkan semangat dan modal yang besar saja

(Morissan, 2008, p.8-10).

JTV, sebuah stasiun televisi lokal yang kantor pusatnya berada di Surabaya

sempat mengalami hal diatas. Semangat para pendiri JTV dimulai pada tahun 1999 yang

bersaing dengan stasiun lain (Global TV, Metro TV, Trans TV, Lativi, dan TV7) untuk

mendapatkan izin penyiaran TV nasional. Namun, karena tidak berhasil akhirnya para

pendiri JTV memutuskan untuk bersiaran lokal (Personal Interview, Wahyu Nahdianto,

Produser Marcomm JTV).

Berdirinya JTV sebagai stasiun TV lokal pertama ini membuat pemerintah

terinspirasi untuk membuat peraturan yang mengatur TV lokal, sejak saat itulah tidak

ada sebutan TV nasional dan TV lokal lagi, namun diganti dengan lembaga Penyiaran

Swasta. Berikut peraturan dalam UU no. 32 tahun 2002 mengenai penyiaran TV:

UU no. 32 tahun 2002 pasal 1 ayat 9:

“Lembaga penyiaran adalah penyelenggara penyiaran, baik lembaga

penyiaran publik, lembaga penyiaran swasta, lembaga penyiaran komunitas

maupun lembaga penyiaran berlangganan yang dalam melaksanakan tugas,

fungsi, dan tanggung jawabnya berpedoman pada peraturan perundang-

undangan yang berlaku. “,

dan

UU no. 32 tahun 2002 pasal 31 ayat 1;

“Lembaga penyiaran yang menyelenggarakan jasa penyiaran radio atau

2

Page 3: Manajemen Media Massa_JTV Surabaya

jasa penyiaran televisi terdiri atas stasiun penyiaran jaringan dan/atau stasiun

penyiaran lokal.”.

Menurut undang-undang diatas terdapat empat jenis stasiun penyiaran, yaitu

stasiun penyiaran swasta, stasiun penyiaran berlangganan, stasiun penyiaran publik dan

stasiun penyiaran berlangganan (Morissan, 2008, p.80). Bila dihubungkan dengan UU

no. 32 tahun 2002 pasal 31 ayat 1 maka JTV merupakan stasiun televisi swasta dengan

jangkauan siaran lokal. Salah satu ciri televisi swasta adalah bersifat komersil, hal

tersebut dapat dinyatakan bahwa JTV hidup melalui iklan televisi komersil dalam

bentuk iklan televisi berdurasi atau advertorial yang disebut Komunikasi Bisnis (hasil

pengamatan penulis saat Praktik Kerja Nyata Desember 2012 hingga Januari 2013).

Meski jumlah total iklan lebih sedikit daripada stasiun TV berjangkauan nasional, iklan-

iklan tersebut dirasa dapat menghidupi JTV. Misalnya saja di program berita Jatim

Awan JTV, iklan dalam satu program berdurasi 30 menit ini sebanyak 7 iklan (1 iklan

layanan masyarakat, 3 iklan komersil, dan 3 iklan program). Jumlah ini dapat berubah

setiap harinya seusai dengan pamasukan iklan. Bila dirasa iklan tidak mencukupi durasi

siaran, maka durasi tayang program akan ditambah.

Setelah JTV sukses dengan menjadi pioner TV lokal pertama, JTV membentuk

TV biro dan berjaringan dibawah grup Jawa Pos yaitu JPMC (Jawa Pos Multimedia

Corporation) (Company Profile JTV, 2012). Sehingga, televisi yang memiliki

jangkauan siaran lokal regional Jawa Timur ini semakin kompleks. Hal ini menunjukan

bahwa JTV memiliki batasan kepemilikian yang dikelola oleh kelompok korporasi.

Menurut Morissan dalam bukunya Manajemen Media Penyiaran, biasanya korporasi

yang cenderung sukses dalam bisnis media massa akan cenderung selalu

mengembangkan dan membesarkan usahanya (Morissan, 2008, p.87). Begitu pula JTV

yang kini memiliki JPMC. Hingga kini telah tercatat 43 stasiun televisi yang ada dan 36

diantaranya telah aktif bersiaran. Modal awal didapat dari JTV namun mereka akan

mandiri dalam beberapa tahun kedepan dan modal tersebut dapat dikembalikan. Hal ini

menunjukan bahwa TV berjaringan JTV memiliki kemampuan bagus untuk bertahan di

dunia pertelevisian.

Pendiri JTV yang memiliki semangat yang tinggi dalam mengembangkan

stasiun TV berbasis ekspresi, apresiasi pada kearifan dan kejeniusan lokal ini memiliki

3

Page 4: Manajemen Media Massa_JTV Surabaya

keunikasm tersendiri. JTV mengangkat 3 bahasa utama selain Bahasa Indonesia yaitu

Bahasa Suroboyoan, Bahasa Madura dan Bahasa Kulonan (Company Profile JTV,

2012). Bahasa siaran adalah salah satu elemen yang ditentukan dan ditetapkan oleh

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Seperti pada UU no.32 tahun 2002 pasal 48. Pada

saat itu JTV telah disetujui ijinnya untuk menggunakan bahasa daerah 5% dari total

program. Program yang memakai bahasa daerah antara lain Pojok Kampung, warung

VOA, Blakrakan, Goro-Goro Kartolo dan lainnya. Kini JTV telah mengakomodir lebih

dari 30 program dengan total durasi 22 jam dengan presentasi produksi in-house 75%

dan 25% outsourcing (Company Profile JTV, 2012).

Televisi swasta juga dapat dilihat dari penggunaan sistem siaran terestrial dan

atau sistem satelit analog atau digital (Morissan, 2008, p.8). Siaran terestrial adalah

siaran yang menggunakan channel UHF atau VHF (http://id.prmob.net/ultra-frekuensi-

tinggi/frekuensi-yang-sangat-tinggi/televisi-657207.html). JTV, sebagai televisi swasta

yang terus berkembang dan semakin kompleks memiliki siaran terestrial analog dan

digital. JTV menggunakan satelit analog TELKOM 1 dan juga satelit digital untuk

tayangan JTV via TV berlangganan. Channel yang digunakan disetiap darerah pun

berbeda-beda (lihat lampiran 1.1). Pada TV berlangganan di Indonesia seperti Kabel

Vision, Telkom Vision dan First Media, JTV telah menjadi salah satu pilihan channel

dalam negeri. Jangkauan dan perangkat siaran yang beragam ini digunakan pula unutk

mengakomodir pemasok iklan karena jangkauan yang semakin luas. Karena meskipun

berdiri sebagai TV swasta lokal, target pemasok iklan dapat semakin meluas bukan

hanya dari pemasok iklan lokal saja.

Melalui analisis diatas, penulis menemukan bahwa JTV merupakan stasiun

televisi swasta berjangkauan siaran lokal yang memiliki perkembangan pesat.

Dipandang sebagai pioner televisi lokal pertama di Indonesia, JTV juga memiliki

strategi yang baik untuk mendapat keuntungan, salah satunya dengan berkembangnya

jangkauan siaran dan banyaknya biro maupun televisi berjaringan.

4

Page 5: Manajemen Media Massa_JTV Surabaya

BAB II

FUNGSI MANAJEMEN

“Management is to get things done through the effort of other people” (Mary

parker Follett) artinya manajemen bertujuan untuk menyelesaikan sesuatu dengan upaya

orang lain (Stoner, 1990, p.7). Begitu pula dengan yang terjadi dalam sebuah

perusahaan media massa yang membutuhkan fungsi manajemen. Pada dasarnya

keberhasilan dalam media massa bergantung pada teknik, program, pemasaran serta

kualitas orang-orang yang bekerja dalam tiga bidang tersebut (Morissan, 2008, p.125-

126). Maka itu, dalam stasiun televisi seperti JTV diperlukan koordinasi yang dikepalai

oleh manajer umum. Manajer umum akan melaksanakan empat fungsi dasar, yaitu:

2.1. Perencanaan (planning)

Perencanaan adalah kegiatan penetapan tujuan media penyiaran serta

menyaipkan strategi yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Termasuk

didalam penetapan tujuan dan arah perusahaan adalah sebagai berikut: penetapan visi

dan misi; penentuan wilayah siaran; mengidentifikasi dan menentukan indikator

efektivitas; memilih dan menetukan sasaran dan hasil yang ingin dicapai;

mempersiapkan rencana tindakan (penjadwalan, anggaran, pertanggungjawaban);

membangun pengawasan; komunikasi; dan pelaksanaan (persetujuan dari pihak yang

terlibat) (Morissan, 2008, p.133-134).

Implementasi perencanaan ini dilakukan JTV oleh manajer puncak atau bagian

atas, yaitu para pendiri JTV. Mereka adalah Imawan Manshuri, Dahlan Iskan (saat itu

pemilik Jawa Pos), Agus Mustofa, Satya, Herry, dan Djoko Susanto. Rencana demi

rencana mereka buat dan berusaha untuk hadir untuk masyarakat lokal. Perencaannya

tidak mudah karena JTV adalah televisi yang memiliki keunikan saat itu. Keunikan

yaitu televisi dengan jangkauan lokal dengan konten yang lokal.

Salah satu bukti perencanaan itu adalah visi dan misi perusahaan yang kini

dipakai yaitu,

“Visi JTV

Lahir dari gagasan inovatif untuk menjadikan sebagai lembaga penyiaran

swasta Jawa Timur yang berbasis lokal. Turut serta mencerdaskan

5

Page 6: Manajemen Media Massa_JTV Surabaya

kehidupan bangsa. Bersikap independen, objektif, dan jujur.

Berpartisipasi dalam usaha pemberdayaan masyarakat.

Membangun pertelevisian yang berkarakter dan berciri khas Jawa Timur

serta ikut melakukan pencerahan terhadap segala potensi dan seni budaya

Jawa Timur.

Misi JTV

Membangun Kekuatan

1) Ikut mencerdaskan bangsa terutama masyarakat Jawa Timur

melalui program-program siaran dan berita.

2) Menggali, mencerahkan dan menggairahkan kehidupan sosial

budaya Jawa Timur.

3) Menjadi partner bagi masyarakat dan pemerintah daerah dalam

mendorong dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, terutama

daerah Jawa Timur.

4) Menjaga dan meningkatkan kerukunan antar umat beragama,

etnis, dan golongan.” (Company Profile JTV, 2012).

dan slogan JTV yaitu “JTV rek! Satus Persen Jatim” (Company Profile JTV, 2012).

Menurut Wahyu Nahdianto, awalnya image JTV yang ditunjukan dengan slogan

tidak seperti sekarang. Saat itu pernah JTV dibuat menjadi televisi yang gaul asal Kota

Jakarta. Namun, hal itu tidak berhasil, karena pasar Jawa Timur-an yang menjadi

keinginan masyarakat (Personal Interview, Wahyu Nahdianto, Produser Marcomm

JTV). Hal ini menunjukan bahwa pergantian slogan dapat menunjukan arah dari

perusahaan. Namun kini image itu kembali lagi ke Jawa Timur-an sesuai dengan visi

dan misi perusahaan. Proses JTV yang lain tidak secara historis tercatat, saat itu

penjadwalan sudah berjalan dengan pembagian program antar news dan entertainment

dengan jadwal yang ditentukan.

Mulai tahun 2012 lalu tercatat JTV terakhir kali mengubah perencanaan

perusahaan dengan mengganti logo dan pembangunan image JTV yang sesuai dengan

kelokalannya. Perencanaan ini dikoordinasikan langsung oleh Produser Marketing

Communication, Wahyu Nahdianto kepada Direktur Utama baru JTV yaitu Maesa

Samola (Personal Interview, Wahyu Nahdianto, Produser Marcomm JTV). Perubahan

6

Page 7: Manajemen Media Massa_JTV Surabaya

atau dapat dikatakan penyempurnaan image ini dapat dilihat dengan grafis baru JTV

serta Station ID JTV yang baru. Dari sini penulis dapat menyimpulkan bahwa untuk

merubah suatu perencanaan dibutuhkan evaluasi dan koordinasi yang tepat untuk

mencapai suatu arah tujuan media massa.

2.2. Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian adalah proses penyusunan struktur organisasi, sumber daya

yang dimiliki dan lingkungan yang melingkupinya. Pengorganisasian ini dibagi menjadi

2 aspek yaitu departementalisasi dan pembagian kerja (Morissan, 2008, p.142). Pada

JTV, pengorganisasian telah dilakukan dengan melakukan 2 aspek diatas.

Pengorganisasian ini dituangkan dalam struktur organisasi JTV dan pembagian kerja

yang dapat dilihat pada Lampiran 2.1.

Sesuai dengan pengelompokan departemen yang dituliskan Morissan (2008,

p.148), JTV membagi pekerjaan dalam 4 departemen, yaitu Iklan, Administrasi dan

Keuangan; Pemberitaan dan Program; Teknik dan Produksi; dan Marketing. Pembagian

kerja juga sesuai dengan yang disampaikan oleh Morissan. Departemen Administrasi

atau di JTV Departemen Iklan, Administrasi dan Keuangan akan mengurus masalah

administrasi dan keuangan. Ada penambahan item yaitu Iklan, dalam hal ini JTV

memasukan administrasi iklan di departemen ini, namun untuk pencarian iklan

dilakukan oleh Departemen Marketing. Departemen Pemasaran akan melakukan selling

kepada pemasok iklan dan berkoordinasi dengan Departemen Iklan, Administrasi dan

Keuangan. Departemen Teknik dan Produksi akan mengurus peralatan teknis yang

berkaitan dengan Departemen Pemberitaan dan Program. Terakhir Departemen

Pemberitaan dan Program akan bertanggungjawab dalam emmbuat program acara atau

program berita.

2.3. Pengarahan (directing)

Pengarahan berfungsi untuk merangsang antusiasme karyawan untuk

melaksanakan tanggung jawab mereka secara efektif. Pengarahan ini dilakukan dengan

cara motivasi, komunikasi, kepemimpinan, dan pelatihan (Morissan, 2008, p. 154). JTV

biasanya melakukan rapat kerja atau rapat rutin seluruh karyawan setiap bulan, setiap

akhir tahun atau setiap terjadi suatu hal yang penting. Pengarahan ini dilakukan dengan

7

Page 8: Manajemen Media Massa_JTV Surabaya

cara kepemimpinan. Hal ini menunjukan bahwa meski telah ada pembagian kerja yang

jelas, namun dibutuhkan seorang pemimpin yang dapat menggerakkan karyawannya.

Menurut struktur organisasinya, koordinasi dapat berjalan secara vertikal dan horizontal

dalam berkomunikasi karena adanya struktur yang mengatur di fungsi sebelumnya.

Menurut pengamatan peneliti saat melakukan Praktik Kerja Nyata pada

Desember 2012 hingga Januari 2013 lalu, JTV sempat mengadakan Gathering

Karyawan dengan cara berwisata bersama keluarga di awal tahun baru. Hal ini bisa

menjadi salah satu motivasi dengan menggerakkan rasa kedekatan antara perusahaan

dan karyawan bahkan hingga ke keluarganya. Sehingga saat bekerja para karyawan

tidak segan-segan untuk melakukan sesuatu demi mencapai tujuan perusahaan.Kegiatan

seperti ini dapat menjadi pengarahan yang memiliki cara motivasi atau pelatihan bila

didalamnya terdapat pelatihan karyawan.

8

Page 9: Manajemen Media Massa_JTV Surabaya

BAB III

STRUKTUR ORGANISASI

Struktur organisasi adalah pola tentang hubungan antara berbagai komponen dan

bagian organisasi. Pada organisasi formal struktur direncanakan dan merupakan usaha

sengaja untuk menetapkan pola hubungan antara berbagai komponen, sehingga dapat

mencapai sasaran secara efektif. Sedangkan pada organisasi informal, struktur

organisasi adalah aspek sistem yang tidak direncanakan dan timbul secara spontan

akibat interaksi peserta. (ocw.usu.ac.id/course/...keorganisasian/12_struktur_organisasi

http://www.karantinahewansby.org/?page_id=19.) Pada dasarnya tidak ada standar

baku yang berlaku umum atas struktur organisasi dalam stasiun penyiaran.

Pada struktur organisasi JTV, (lihat lampiran 2.1) terdapat 4 departemen, yaitu

Iklan, Administrasi dan Keuangan; Pemberitaan dan Program; Teknik dan Produksi;

dan Marketing. Pembagian kerja juga sesuai dengan yang disampaikan oleh Morissan.

Keempat departemen ini berjalan dan saling terkait antara satu dengan yang lain. Bila

salah satu timpang maka, bagian yang lain akan merasakan dmapaknya juga. Struktur

organisasai tersebut juga dapat berubah sewaktu-waktu bila dirasa perlu dan akan di

koordinir oleh bagian Human Resource Development.

9

Page 10: Manajemen Media Massa_JTV Surabaya

BAB IV

KUALITAS/KREDIBILITAS SUMBER DAYA MANUSIA

Kualitas atau kredibilitas sumber daya manusia dapat diukur melalui job

specification. Job specification adalah suatu pernyataan tentang kemampuan,

ketrampilan, pengetahuan dan sikap-sikap yang dibutuhkan agar dapat bekerja secara

efektif, lengkap dengan kualifikasi khusus, pengalaman atau hal-hal lain yang

berhubungan dengan pekerjaan yang harus dimiliki oleh seseorang sebelum menduduki

jabatan tertentu. Spesifikasi jabatan sangat berguna dalam mencocokkan seseorang

dengan posisi atau jabatan tertentu, dan mengidentifikasi pelatihan dan pengembangan

yang dibutuhkan (http://www.e-psikologi.com/epsi/industri_detail.asp?id=313). Job

specification tersebut dirumuskan sesuai dengan job description yang akan diberikan

perusahaan pada jabatan tertentu. Tujuannya agar berimplikasi dengna kualitas sumber

daya dan job description dapat terpenuhi dengan baik.

Pada stasiun JTV (melalui pengamatan saat penulis melakukan Praktik Kerja

Nyata), karyawan JTV diharuskan memiliki gelar Sarjana-1 untuk pegawai tetap dari

jurusan manapun (tidak harus dari ilmu komunikasi atau broadcasting). Namun, untuk

freelancer misalnya floor director atau presenter, job specification pendidikan seperti ini

tidka diperlukan. Hal ini dikarenakan skill pemegang jabatanlah yang diperlukan.

Jabatan-jabatan yang ada kebayakan hasi rekrutmen massal tim HRD atau biasanya

rekrutmen langsung dari departemen bersangkutan dengan cara pemberitahuan

sebelumnya ke tim HRD.

10

Page 11: Manajemen Media Massa_JTV Surabaya

BAB V

SEGMENTASI, TARGETING, DAN POSITIONING

Audience adalah konsumen yang memiliki kebutuhan terhadap program yang

mana menjadi produk dalam sebuah stasiun televisi. Kebutuhan tersebut akan berbeda

pada setiap audience yang memiliki karakteristik tertentu. Sehingga diperlukan strategi

pemasaran yang relevan di dunia pertelevisian (Morissan, 2008, p.164-165). Pemasaran

tersebut dilakukan untuk meningkatkan profit dimana sebuah stasiun televisi yang

bersifat komersil hidup. Melihat keberagaman audience maka media massa perlu

menyeleksi audience supaya sesuai dengan produknya. Strategi untuk mendapat

perhatian dari audience menurut Kotler (1980) terdiri dari 3 tahap yaitu: segmentasi,

targeting dan positioning (Morissan, 2008, p.166).

5.1. Segmentasi

Segmentasi adalah suatu strategi untuk memahami struktur audience dengan

cara membagi atau mengelompokkan audience sesuai dengan yang bersifat homogen

Terdapat 3 dasar-dasar segementasi audience yaitu segmentasi demografis, geografis,

geodemografis, dan psikografis (Morissan, 2008, p.166-168). Pada stasiun televisi JTV

juga melakukan segmentasi agar audience lebih terfokuskan. Namun sayangnya, JTV

hanya menerapkan satu dasar segmentasi yaitu segmentasi geografis, yaitu audience

dibeda-bedakan berdasarkan wilayah tempat tinggalnya (Morissan, 2008, p.177). JTV

memiliki segmentasi masyarakat Jawa Timur menurut Company Profile JTV tahun

2012 lalu. Penggunaan satu dasar segmentasi ini ditujukan untuk menjadikan JTV

sebagai media utama di Jawa Timur. JTV berusaha untuk menjawab kebutuhan

masyarakat Jawa Timur dari kalangan manapun. Spekulasi ini dapat menyebabkan

mengapa JTV hanya memakai satu dasar saja.

5.2. Targetting

Targetting adalah strategi untuk memilih, menyeleksi dan menjangkau audience

sasaran (Morissan, 2008, p.166). Caranya dengan memilih salah satu segmen stasiun

televisi lalu memilihnya. Pemilihan ini biasanya akan menjadi landasan kegiatan iklan

dan promosi. Target audience JTV adalah sebagai berikut:

11

Page 12: Manajemen Media Massa_JTV Surabaya

Target audiens berdasarkan jenis kelamin

Wanita : 55%

Pria : 45%

Target audiens berdasarkan SES (Social Economic Status)

A : 20%

B : 25%

C : 30%

D : 15%

E : 10%

Target audiens berdasarkan usia

Anak-anak (5-9 th) : 10%

Remaja (10-19 th) : 25%

Pemuda (20-39 th) : 35%

Dewasa (40-54 th) : 20%

Orang tua (>55 th) : 10%

Target audiens berdasarkan profesi

Pekerja : 35%

Ibu Rumah Tangga : 35%

Pelajar : 25%

Pensiunan / tidak bekerja : 5%

(Sumber: Company Profile JTV, 2012)

Target diatas merupakan target cakupan JTV secara umum. Namun bila dibagi-

bagi maka setiap program akan memiliki target masing-masing yang termasuk dalam

target umum JTV. Sehingga ada produk atau program acara yang memiliki target diluar

dari yang telah ditetapkan maka program tersebut akan tidak lolos seleksi. Hal ini

dikarenakan selective exposure dimana audience akan secara aktif memilih mau atau

tidak mengekspos dirinya terhadap informasi (Morissan, 2008, p.187). Sehingga, bila

12

Page 13: Manajemen Media Massa_JTV Surabaya

ada audience yang diluar target JTV akan membuat produknya tidak tepat sasaran atau

sia-sia.

5.3. Positioning

Positioning adalah strategi komunikasi yang berhubungan dengan bagaimana

khalayak menempatkan suatu produk, merek atau perusahaan di dalam otaknya

sehingga memiliki penilaian tertentu. Positioning juga mempengaruhi persepsi audience

sehingga bagaimana audience memaknai media dapat dilihat dari hubungan asosiatif

dalam konsep positioning (Morissan, 2008, p.189).

Pada stasiun JTV, positioning terdapat pada 2 kalimat slogan JTV yaitu “JTV

rek! Satus Persen Jatim”. Kalimat tersebut menggunakan Bahasa Suroboyoan dan

menunjukan konsistensi JTV dalam menjadi TV yang berbasis lokal dan berciri Jawa

Timur (Visi Misi JTV, Company Profile JTV, 2012).

Positioning dengan menggunakan bahasa seperti ini menunjukan bahwa JTV

ingin dikenal sebagai televisi yang lokal dan kental dengan Bahasa Suroboyoan. Melihat

kembali pada jangkauan siaran lokal namun dapat ditangkap secara luas melalui televisi

digital, JTV akan terkenal dengan bahasa yang mungkin berbeda dengan bahasa

audiencenya. Misalnya, penonton JTV dengan TV berlangganan yang ad adi Pulau

Kalimantan atau Sumatra. Penonton yang ada di luar area akan menggangap hal ini

sebagai ciri khas JTV.

“JTV rek!” menurut Myers (1996) (Morissan, 2008, p.190) adalah pernyataan

positioning yang bersifat paritas. Paritas artinya tidak menunjukan perbedaan antara

satu dengan lainnya. Namun, dapat membawa warna tersendiri bagi penonton. Setelah

penulis melakukan survei kecil mengenai pernyataan positioning JTV ini, ditemukan

bahwa JTV lebih terkenal hanya dengan kalimat pertama saja yaitu “JTV rek!”.

Alasannya karena kata “rek” terdengar akrab di telinga audience Kota Surabaya. Kata

“rek” diambil dari “arek” yang artinya “anak” atau “bocah” dalam Bahasa Indonesia.

Kata ini sangat akrab di masyarakat Kota Surabaya karena seringkali digunakan untuk

memanggil orang lain.

13

Page 14: Manajemen Media Massa_JTV Surabaya

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Morissan. (2008). Manajemen Media Penyiaran. Jakarta: Kencana.

Stoner, James A.F. 1990. Manajemen. Jakarta: Erlangga.

Non-buku

Marcomm JTV. Septermber 2012. Company Profile JTV.

Personal Interview dengan Wahyu Nahdianto (Producer Marcomm JTV), 23 November

2012.

http://id.prmob.net/ultra-frekuensi-tinggi/frekuensi-yang-sangat-tinggi/televisi-

657207.html

Undang-Undang no. 32 tahun 2002

ocw.usu.ac.id/course/...keorganisasian/12_struktur_organisasi

http://www.karantinahewansby.org/?page_id=19

http://www.e-psikologi.com/epsi/industri_detail.asp?id=313

14

Page 15: Manajemen Media Massa_JTV Surabaya

LAMPIRAN

Lampiran 1.1. Jangkauan Siaran JTV

Kota Wilayah Populasi Kekuatan ChannelSurabaya - Seluruh Surabaya, Gresik, Kamal, Bangkalan,

Sampang, Lamongan, Babat, Sedayu, Paciran, Baureno, Bungah, Krian, Legundi, Mojokerto, Gedeg, Mojoagung, Jombang, Lengkong, Bangil, Pasuruan, Grati, Tongas, Ketapang, Probolinggo, Waru, Gedangan, Sidoarjo, Gempol, Pandaan, tretes, Sukorejo, Purworejo, Purwodadi, Lawang

- Kabel Vision- Telkom Vision

17.223.558 40 KW UHF 60

Ch 30Malang Purwodadi, Lawang, Singosari, Nongkojajar, Karanglo,

Karangploso, Blimbing, Malang Kota, Batu, Sengkaling, Pujon, Wendit, Pakis, Tumpang, Tajinan, Poncokusumo, Rampal, Pakisaji, Bululawang, Turen, Gondanglegi

3.451.564 2 KW UHF 34

Kediri Kertosono, Kediri Kota, Pare, Kandangan, Loceret, Sebagian Nganjuk, Brebek, Pesantren, Wates, Blitar, Lodoyo, Keras, Tulungagung, Gondang, Durenan, Campurdarat

5.712.184 4 KW UHF 59

Magetan Ngawi, Maospati, Ngrambe, Sarangan, Karangjati, Sragen, Tawangmangu, Jumapolo, Madiun,Goranggareng, Caruban, Ngebel, Parang, Purwantoro, Sumoroto, Ponorogo, Balong Slahung

3.505.454 4 KW UHF 42

Jember Tamanan, Kalisat, Jember, Tanggul, Jatiroto, Lumajang (kota), Kencong, Puger, Mayang, Kalibaru, rambipuji, Balunglor, Wuluhan

4.852.225 4 KW UHF 50

Banyuwangi Banyuwangi, Ketapang, Bajulmati, Jambewangi, Genteng, Kalibaru, Benculuk, Gilimanuk, Rogojampi, Srono, Muncar, Purwoharjo, Grajakan, Tegaldlimo, Blambangan

1.616.774 2 KW UHF 36

Tuban Tuban, Plumpang, Bajulmati, Bojonegoro, Kapas, Cepu, Babat, Lamongan, Sukodadi, Sugihwaras, Kesanga, Kedungpring, Bauretno

1.109.223 2 KW UHF 41

Pamekasan Sumenep, Lenteng, Pamekasan, Progo, Sampang, Kalianget, Gapurana, Dungkek, Guluk-guluk, Pasir Putih, Panarukan

1.109.223 3 KW UHF 38

*) Akan menambahkan lagi di Bondowoso dan Trenggalek.

Dapat diakses melalui:

Satelit TELKOM 1

Posisi 108º Bujur Timur

15

Page 16: Manajemen Media Massa_JTV Surabaya

Frekuensi 4095 MHZ

Symbol Rate (S/R) 3125

Polarisasi Horisontal

FEC Auto

Sumber: Company Profile JTV, 2012

16

Page 17: Manajemen Media Massa_JTV Surabaya

Lampiran 2.1. Struktur Organisasi JTV (Sumber: Company Profile JTV, 2012)

17