Makalah-Surveilans
-
Upload
dianita-rahma -
Category
Documents
-
view
14 -
download
6
description
Transcript of Makalah-Surveilans
MAKALAHSURVEILAN
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Blok Manajemen Kesehatan Gigi
Masyarakat
Oleh:
Kelompok Tutorial IX
Shinta Permata Sari (141610101012)
Najla Irhamni P (141610101056)
Bangun Febrianto (141610101059)
Purwa Cahya N (141610101060)
Aulia Rahma Elnisa (141610101074)
Puti Ganisari (141610101076)
Eka Aprillia Devi (141610101078)
Fitrotul Hasanah (141610101080)
Rr Dianita Rahmah (141610101081)
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN 2016
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 3
2.1
BAB III PENUTUP........................................................................................................ 23
3.1 Kesimpulan..................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 24
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Surveilan
Surveilans Epidemiologi adalah kegiatan pengamatan secara sistematis
dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan serta
kondisi yang mempengaruhi resiko terjadinya penyakit atau masalah-
masalah kesehatan tersebut agar dapat melakukan tindakan penanggulangan
secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan, pengolahan data dan
penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program
kesehatan.
Sementara menurut Kepmenkes RI Nomor 1479/MENKES/SK/X/2003
tentang PedomanPenyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi
Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular Terpadu, menyebut
bahwa surveilans adalah adalah kegiatan analisis secara sistematis
dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan
kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit
atau masalah-masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan
penanggulangan secara efektif dan efesien melalui proses pengumpulan
data, pengolahan, dan penyebaran informasi epidemiologi kepada
penyelenggara program kesehatan.
1
Menurut Karyadi (1994), surveilans epidemiologi adalah Pengumpulan
data epidemiologi yang akan digunakan sebagai dasar dari kegiatan-kegiatan
dalam bidang penanggulangan penyakit, yaitu :
1. Perencanaan program pemberantasan penyakit. Mengenal epidemiologi
penyakit berarti mengenal masalah yang kita hadapi. Dengan demikian
suatu perencanaan program dapat diharapkan akan berhasil dengan
baik.
2. Evaluasi program pemberantasan penyakit. Bila kita tahu keadaan
penyakit sebelum ada program pemberantasannya dan kita menentukan
keadaan penyakit setelah program ini, maka kita dapat mengukur
dengan angka-angka keberhasilan dari program pemberantasan penyakit
tersebut.
3. Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB)/ wabah. Suatu sistem
surveilans yang efektif harus peka terhadap perubahan-perubahan pola
penyakit di suatu daerah tertentu. Setiap kecenderungan peningkatan
insidens, perlu secepatnya dapat diperkirakan dan setiap KLB
secepatnya dapat diketahui. Dengan demikian suatu peningkatan
insidens atau perluasan wilayah suatu KLB dapat dicegah.
2.2 Tujuan Surveilans
Surveilans bertujuan memberikan informasi tepat waktu tentang
masalah kesehatan populasi, sehingga penyakit dan factor risiko dapat
dideteksi dini dan dapat dilakukan respons pelayanan
kesehatan dengan lebih efektif.
Tujuan khusus surveilans:
a. Memonitor kecenderungan (trends) penyakit;
b. Mendeteksi perubahan mendadak insidensi penyakit, untuk mendeteksi d
ini out break;
c. Memantau kesehatan populasi, menaksir besarnya beban penyakit
(disease burden) pada populasi;
d. Menentukan kebutuhan kesehatan prioritas, membantu perencanaan,
implementasi, monitoring, dan evaluasi program kesehatan;
2
e. Mengevaluasi cakupan dan efektivitas program kesehatan;
f. Mengidentifikasi kebutuhan riset.(Last, 2001; Giesecke, 2002; JHU, 200
2)
2.3 Prinsip Surveilans
a. Pengumpulan data Pencatatan insidensi terhadap population at risk.
Pencatatan insidensi berdasarkan laporan rumah sakit, puskesmas, dan
sarana pelayanan kesehatan lain, laporan petugas surveilans di lapangan,
laporan masyarakat, dan petugas kesehatan lain; Survei khusus; dan
pencatatan jumlah populasi berisiko terhadap penyakit yang sedang
diamati. Tehnik pengumpulan data dapat dilakukan dengan wawancara
dan pemeriksaan. Tujuan pengumpulan data adalah menentukan
kelompok high risk; Menentukan jenis dan karakteristik (penyebabnya);
Menentukan reservoir; Transmisi; Pencatatan kejadian penyakit; dan
KLB.
b. Pengelolaan data
Data yang diperoleh biasanya masih dalam bentuk data mentah (row
data) yang masih perlu disusun sedemikian rupa sehingga mudah
dianalisis. Data yang terkumpul dapat diolah dalam bentuk tabel, bentuk
grafik maupun bentuk peta atau bentuk lainnya. Kompilasi data tersebut
harus dapat memberikan keterangan yang berarti.
c. Analisis dan interpretasi data untuk keperluan kegiatan
Data yang telah disusun dan dikompilasi, selanjutnya dianalisis dan
dilakukan interpretasi untuk memberikan arti dan memberikan kejelasan
tentang situasi yang ada dalam masyarakat.
d. Penyebarluasan data dan keterangan termasuk umpan balik
Setelah analisis dan interpretasi data serta telah memiliki keterangan
yang cukup jelas dan sudah disimpulkan dalam suatu kesimpulan,
selanjutnya dapat disebarluaskan kepada semua pihak yang
berkepentingan, agar informasi ini dapat dimanfaatkan sebagai mana
mestinya.
e. Evaluasi
3
Hasil evaluasi terhadap data sistem surveilans selanjutnya dapat
digunakan untuk perencanaan, penanggulangan khusus serta program
pelaksanaannya, untuk kegiatan tindak lanjut (follow up), untuk
melakukan koreksi dan perbaikan-perbaikan program dan pelaksanaan
program, serta untuk kepentingan evaluasi maupun penilaian hasil
kegiatan.
2.4 Fungsi Surveilans
Kegunaan surveilans epidemiologi
1. Mendeteksi perubahan masalah kesehatan sedini mungkin sehingga dapat
dilakukan tindakan kontrol atau preventif terhadap perubahan tersebut.
2. Deteksi perubahan lingkungan/vector yang dianggap dapat menimbulkan
penyakit pada populasi.
3. Mutlak digunakan pada program-program pemberantasan penyakit
menular sebagai dasar perencanaan, monitoring dan evaluasi program.
4. Menilai kejadian penyakit pada populasi seperti insidensi atau prevalensi.
5. Data surveilans dapat digunakan untuk perencanaa dan pelaksanaan
program kesehatan.
Manfaat surveilans epidemiologi
Pada awalnya surveilans epidemiologi banyak dimanfaatkan pada upaya
pemberantasan penyakit menular, tetapi pada saat ini surveilans mutlak
diperlukan pada setiap upaya kesehatan masyarakat baik upaya pencegahan
maupun pemberantasan penyakit menular. Secara garis
besar, tujuan surveilans epidemiologi yaitu:
1. Mengetahui distribusi geografis penyakit endemis dan penyakit yang
dapat menimbulkan epidemic.
2. Mengetahui perioditas suatu penyakit.
3. Menentukan apakah terjadi peningkatan insidensi yang disebabkan oleh
kejadian luar biasa atau karena perioditas penyakit.
4. Mengetahui situasi suatu penyakit tertentu.
5. Memperoleh gambaran epidemiologi tentang penyakit tertentu.
6. Melakukan pengendalian penyakit.
4
7. Mengetahui adanya pengulangan outbreak yang pernah menimbulkan en
demic.
8. Pengamatan epidemiologi terhadap influenza untuk mengetahui adanya
tipe baru dari virus influenza.
2.5 Jenis Surveilans
Dikenal beberapa jenis surveilans:
1. Surveilans Individu
Surveilans individu (individual surveillance) mendeteksi dan
memonitor individu yang mengalami kontak dengan penyakit serius,
misalnya pes, cacar, tuberkulosis, tifus, demam kuning, sifilis. Surveilans
individu memungkinkan dilakukannya isolasi institusional segera
terhadap kontak, sehingga penyakit yang dicurigai dapat dikendalikan.
Sebagai contoh, karantina merupakan isolasi institusional yang
membatasi gerak dan aktivitas orang –orang atau binatang yang sehat
tetapi telah terpapar oleh suatu kasus penyakit menular
selama periode menular. Tujuan karantina adalah mencegah transmisi
penyakit selama masa inkubasi seandainya terjadi infeksi (Last, 2001).
Isolasi institusional pernah digunakan kembali ketika timbul AIDS
1980an dan SARS. Dikenal dua jenis karantina: (1) Karantina total; (2)
Karantina parsial. Karantina total membatasi kebebasan gerak semua
orang yang terpapar penyakit menular selama masa inkubasi, untuk
mencegah kontak dengan orang yang tak terpapar. Karantina parsial
membatasi kebebasan gerak kontak secara selektif, berdasarkan
perbedaan tingkat kerawanan dan tingkat bahaya transmis penyakit.
Contoh, anak sekolah diliburkan untuk mencegah penularan penyakit
campak, sedang orang dewasa diperkenankan terus bekerja. Satuan
tentara yang ditugaskan pada pos tertentu dicutikan, sedang di pospos lai
nnya tetap bekerja.
Dewasa ini karantina diterapkan secara terbatas, sehubungan dengan
masalah legal, politis, etika, moral, dan filosofi tentang legitimasi,
akseptabilitas, dan efektivitas langkah-langkah pembatasan tersebut
5
untuk mencapai tujuan kesehatan masyarakat (Bensimon dan Upshur,
2007).
2. Surveilans Penyakit
Surveilans penyakit (disease surveillance) melakukan pengawasan
terus-menerus terhadap distribusi dan kecenderungan insidensi
penyakit, melalui pengumpulan sistematis, konsolidasi, evaluasi terhadap
laporan-laporan penyakit dan kematian, serta data relevan lainnya. Jadi
focus perhatian surveilans penyakit adalah penyakit, bukan individu. Di
banyak negara, pendekatan surveilans penyakit biasanya didukung
melalui program vertical (pusat-daerah). Contoh, program surveilans
tuberkulosis, program surveilans malaria. Beberapa dari
sistem surveilans vertikal dapat berfungsi efektif, tetapi tidak
sedikit yang tidak terpelihara dengan baik dan akhirnya kolaps, karena
pemerintah kekurangan biaya. Banyak program surveilans penyakit
vertical yang berlangsung parallel antara satu penyakit dengan penyakit
lainnya, menggunakan fungsi penunjang masing-masing, mengeluarkan
biaya untuk sumberdaya masing-masing, dan memberikan informasi
duplikatif, sehingga mengakibatkan inefisiensi.
3. Surveilans Sindromik
Syndromic surveillance (multiple disease surveillance) melakukan
pengawasan terus-menerus terhadap sindroma (kumpulan gejala)
penyakit, bukan masing-masing penyakit. Surveilans sindromik
mengandalkan deteksi indikator-indikator kesehatan individual maupun
populasi yang bisa diamati sebelum konfirmasi diagnosis. Surveilans
sindromik mengamati indikator-indikator individu sakit, seperti pola
perilaku, gejala-gejala, tanda, atau temuan laboratorium, yang dapat
ditelusuri dari aneka sumber, sebelum diperoleh konfirmasi laboratorium
tentang suatu penyakit.
Surveilans sindromik dapat dikembangkan pada level lokal, regional,
maupun nasional. Sebagai contoh, Centers for Disease Control and
Prevention (CDC) menerapkan kegiatan surveilans sindromik berskala
nasional terhadap penyakit-penyakit yang mirip influenza (flu-like
6
illnesses) berdasarkan laporan berkala praktik dokter di AS. Dalam
surveilans tersebut, para dokter yang berpartisipasi melakukan skrining
pasien berdasarkan definisi kasus sederhana (demam dan batuk atau sakit
tenggorok) dan membuat laporan mingguan tentang jumlah kasus, jumlah
kunjungan menurut kelompok umur dan jenis kelamin, dan jumlah total
kasus yang teramati. Surveilans tersebut berguna untuk memonitor aneka
penyakit yang menyerupai influenza, termasuk flu burung, dan antraks,
sehingga dapat memberikan peringatan dini dan dapat digunakan sebagai
instrument untuk memonitor krisis yang
tengah berlangsung. (Mandl et al., 2004; Sloan et al., 2006)
Suatu system yang mengandalkan
laporan semua kasus penyakit tertentu dari fasilitas kesehatan,
laboratorium, atau anggota komunitas, pada lokasi tertentu, disebut
surveilans sentinel. Pelaporan sampel melalui system surveilans sentinel
merupakan cara yang baik untuk memonitor masalah kesehatan dengan
menggunakan sumber daya yang terbatas.
(DCP2, 2008; Erme dan Quade, 2010)
4. Surveilans Berbasis Laboratorium
Surveilans berbasis laboartorium digunakan untuk mendeteksi dan
menonitor penyakit infeksi. Sebagai contoh, pada penyakit yang
ditularkan melalui makanan seperti salmonellosis, penggunaan sebuah
laboratorium sentral untuk mendeteksi strain bakteri tertentu
memungkinkan deteksi outbreak penyakit dengan lebih segera dan
lengkap daripada system yang
mengandalkan pelaporan sindroma dari klinik-klinik. (DCP2, 2008)
5. Surveilans Terpadu
Surveilans terpadu (integrated surveillance) menata dan memadukan
semua kegiatan surveilans di suatu wilayah yurisdiksi
(negara/ provinsi/ kabupaten/ kota) sebagai sebuah pelayanan public
bersama. Surveilans terpadu menggunakan struktur, proses, dan
personalia yang sama, melakukan fungsi mengumpulkan informasi yang
diperlukan untuk tujuan pengendalian penyakit. Kendatipun pendekatan
7
surveilans terpadu tetap memperhatikan perbedaan kebutuhan data
khusus penyakit-penyakit tertentu. (WHO, 2001, 2002; Sloan et al.,
2006).
Karakteristik pendekatan surveilans terpadu:
a. Memandang surveilans sebagai pelayanan bersama (common services)
;
b. Menggunakan pendekatan solusi majemuk;
c. Menggunakan pendekatan fungsional, bukan struktural;
d. Melakukan sinergi antara fungsi inti surveilans (yakni, pengumpulan,
pelaporan, analisis data, tanggapan) dan fungsi pendukung surveilans
(yakni, pelatihan dan supervisi, penguatan laboratorium, komunikasi,
manajemen sumber daya);
e. Mendekatkan fungsi surveilans dengan pengendalian penyakit.
Meskipun menggunakan pendekatan terpadu, surveilans terpadu tetap
memandang penyakit yang berbeda
memiliki kebutuhan surveilans yang berbeda. (WHO, 2002)
6. Surveilans Kesehatan Masyarakat Global
Perdagangan dan perjalanan internasional di abad modern, migrasi
manusia dan binatang serta organisme, memudahkan transmisi penyakit
infeksi lintas negara. Konsekunsinya, masalah-masalah yang dihadapi
negara-negara berkembang dan Negara maju di dunia makin serupa dan
bergayut. Timbulnya epidemic global (pandemi) khususnya menuntut
dikembangkannya jejaring yang terpadu di seluruh dunia, yang
manyatukan para praktisi kesehatan, peneliti, pemerintah, dan organisasi
internasional untuk memperhatikan kebutuhan-kebutuhan surveilans
yang melintasi batas-batas negara. Ancaman aneka penyakit menular
merebak pada skala global, baik penyakit-
penyakit lama yang muncul kembali (re-emerging diseases), maupun pen
yakit-penyakit yang baru muncul (newemerging diseases), seperti
HIV/AIDS, flu burung, dan SARS. Agenda surveilans global yang
komprehensif melibatkan aktor-aktor baru, termasuk pemangku
8
kepentingan pertahanan keamanan dan ekonomi
(Calain, 2006; DCP2, 2008)
2.6 Langkah Surveilans
Langah-langkah dalam surveilans sangat di butuhkan agar kita
mendapatkan hasil yang diinginkan dan tepat penggunaannya. Terdapat
beberapa langkah-langkah dalam suerveilans epidemiologi, antara lain yaitu:
1. Perencanaan surveilans
Perencanaan kegiatan surveilans dimulai membuat kerangka
kegiatan surveilans yaitu dengan penetapan tujuan surveilans,
dilanjutkan dengan penentuan definisi kasus, perencanaan perolehan
data, teknik pengumpulan data, teknik analisis dan mekanisme
penyebarluasan informasi.
2. Pengumpulan data
Pengumpulan data merupakan awal dari rangkaian kegiatan untuk
memproses data selanjutnya. Data yang dikumpulkan memuat
informasi epidemiologi yang dilaksanakan secara teratur dan terus-
menerus dan dikumpulkan tepat waktu. Pengumpulan data dapat
bersifat pasif yang bersumber dari Rumah sakit, Puskesmas dan lain-
lain, maupun aktif yang diperoleh dari kegiatan survey.
Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan pencatatan
insidensi terhadap orang-orang yang dianggap penderita malaria atau
population at risk melalui kunjungan rumah (active surveillance) atau
pencatatan insidensi berdasarkan laporan sarana pelayanan kesehatan
yaitu dari laporan rutin poli umum setiap hari, laporan bulanan
Puskesmas desa dan Puskesmas pembantu, laporan petugas surveilans
di lapangan, laporan harian dari laboratorium dan laporan dari
masyarakat serta petugas kesehatan lain (passive surveillance). Atau
dengan kata lain, data dikumpulkan dari unit kesehatan sendiri dan dari
unit kesehatan yang paling rendah,
misalnya laporan dari Pustu, Posyandu, Barkesra, Poskesdes.
Proses pengumpulan data diperlukan system pencatatan dan
pelaporan yang baik. Secara umum pencatatan di Puskesmas adalah
9
hasil kegiatan kunjungan pasien dan kegiatan luar gedung. Sedangkan
pelaporan dibuat dengan merekapitulasi data hasil pencatatan dengan
menggunakan formulir tertentu, misalnya form W1 Kejadian Luar
Biasa (KLB) , form W2 (laporan mingguan) dan lain-lain.
3. Pengolahan dan penyajian data
Data yang sudah terkumpul dari kegiatan diolah dan disajikan dalam
bentuk tabel, grafik (histogram, polygon frekuensi), chart (bar chart,
peta/map area). Penggunaan computer sangat diperlukan untuk
mempermudah dalam pengolahan data diantaranya dengan
menggunakan program (software).
4. Analisis data
Analisis merupakan langkah penting dalam surveilans epidemiologi
karena akan dipergunakan untuk perencanaan, monitoring dan evaluasi
serta tindakan pencegahan dan penanggulangan penyakit. Kegiatan ini
menghasilkan ukuran-ukuran epidemiologi seperti rate, proporsi,
rasio dan lain-lain untuk mengetahui situasi, estimasi dan prediksi peny
akit.
Data yang sudah diolah selanjutnya dianalisis dengan
membandingkan data bulanan atau tahun-tahun sebelumnya, sehingga
diketahui ada peningkatan atau penurunan, dan mencari hubungan
penyebab penyakit malaria dengan factor resiko yang berhubungan
dengan kejadian malaria.
5. Penyebarluasan informasi
Penyebarluasan informasi dapat dilakukan ketingkat atas maupun ke
bawah. Dalam rangka kerja sama lintas sektoral instansi-instansi lain
yang terkait dan masyarakat juga menjadi sasaran kegiatan ini. Untuk
diperlukan informasi yang informative agar mudah dipahami
terutama bagi instansi diluar bidang kesehatan.
Penyebarluasan informasi yang baik harus dapat memberikan
informasi yang mudah dimengerti dan dimanfaatkan dalam menentukan
arah kebijakan kegiatan, upaya pengendalian serta evaluasi program
yang dilakukan. Cara penyebarluasan informasi yang dilakukan yaitu
10
membuat suatu laporan hasil kajian yang disampaikan kepada atasan,
membuat laporan kajian untuk seminar dan pertemuan, membuat suatu
tulisan di majalah rutin,
memanfaatkan media internet yang setiap saat dapat di akses dengan m
udah.
6. Umpan balik
Kegiatan umpan balik dilakukan secara rutin biasanya setiap bulan
saat menerima laporan setelah diolah dan dianalisa melakukan umpan
balik kepada unit kesehatan yang melakukan laporan dengan tujuan
agar yang mengirim laporan mengetahui bahwa laporannya telah
diterima dan sekaligus mengoreksi dan member petunjuk tentang
laporan yang diterima. Kemudian mengadakan umpan balik laporan
berikutnya akan tepat waktu dan benar pengisiannya. Cara pemberian
umpan balik dapat melalui surat umpan balik, penjelasan pada saat
pertemuan serta pada saat melakukan pembinaan/suvervisi.
Bentuk dari umpan balik bias berupa ringkasan dari informasi yang
dimuat dalam bulletin (news letter) atau surat yang berisi pertanyaan-
pertanyaan sehubungan dengan yang dilaporkan atau berupa kunjungan
ke tempat asal laporan untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.
Laporan perlu diperhatikan waktunya agar terbitnya selalu tepat pada
waktunya, selain itu bila mencantumkan laporan yang diterima dari
eselon bawahan, sebaliknya yang dicantumkan
adalah tanggal penerimaan laporan.
7. Investigasi penyakit
Setelah pengambilan keputusan perlunya mengambil tindakan maka
terlebih dahulu dilakukan investigasi/penyelidikan epidemiologi
penyakit malaria. Dengan investigator membawa ceklis/format
pengisian tentang masalah kesehatan yang terjadi dalam hal ini adalah
penyakit malaria dan bahan untuk pengambilan sampel di laboratorium.
Setelah melakukan investigasi penyelidikan kemudian disimpulkan
bahwa benar-benar telah terjadi Kejadian
11
Luar Biasa (KLB) malaria yang perlu mengambil tindakan atau sebalik
nya.
8. Tindakan penanggulangan
Tindakan penanggulangan yang dilakukan melalui pengobatan
segera pada penderita yang sakit, melakukan rujukan penderita yang
tergolong berat, melakukan penyuluhan mengenai penyakit malaria
kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran agar tidak tertular
penyakit atau menghindari penyakit tersebut, melakukan gerakan
kebersihan lingkungan untuk memutuskan rantai penularan.
9. Evaluasi data sistem surveilans
Program surveilans sebaiknya dinilai secara periodic untuk dapat
dilakukan evaluasi manfaat kegiatan surveilans. Sistem dapat berguna
apabila memenuhi salah satu dari pernyataan berikut:
a. Apakah kegiatan surveilans dapat mendeteksi kecenderungan dan
mengidentifikasi perubahan dalam kejadian kasus.
b. Apakah program surveilans dapat mendeteksi epidemic kejadian
kasus di wilayah tersebut.
c. Apakah kegiatan surveilans dapat memberikan informasi tentang
besarnya morbiditas
dan mortalitas yang berhubungan dengan kejadian penyakit di wilay
ah tersebut.
d. Apakah program surveilans dapat mengidentifikasi faktor-faktor
resiko yang berhubungan dengan kasus atau penyakit.
e. Indikator surveilans
2.7 Hambatan yang terjadi dalam surveilans epidemiologi
Ada beberapa hambatan surveillans epidemiologi, dintaranya:
1) Kerjasama lintas sektoral
Surveillens epidemiologi harus bekerjasama dengan berbagai sektor
yang berkaitan dengan kesehatan, kerjasama tersebut membutuhkan
partisipasi yang penuh untuk tecapainya pemecahan masalah kesehatan,
12
kadang kala sektor yang lain mempunyai pertisipasi yang rendah dalam
kerjasama lintas sektoral tersebut.
2) Partisipasi masyarkat rendah
Surveillens epidemiologi yang memang menangani masalah
kesehatan masyrakat eharusnya benar-benar menggali informasi dari
masyarakat dan penanganannyapun hasrus dengan masyarakat, sering
dijumpai partsipasi masyarakat dalam pengambilan informasi dari
petugas kesehatan berbelitbelit dan cenderung enutup-nutupi.
3) Sumber daya
Hambatan yang paling menonjol dari hasil penelitian ini
adalah sumber daya manusia. Hambatan yang berhasil di identifikasi
berdasarkan persepsi renponden adlah sebagai berikut ;
- Jumlah tenaga yang kurang untuk mengcover kegiatan PE
- Banyaknya tugas rangkap.
- Sarana Komputer, biasanya komputer bergantian untuk menyelesaikan
tugas lain.
4) Ilmu pengetahuan dan teknologi
Surveillans epidemiologi membutuhkan teknologi teknologi untuk
mempercepat deteksi din, analisis penanggulangan dan penanggulangan
masalah kesehaatan, kondisi di lapangan seringkali tenologi di
laboratorium sering lambat sehingga mengganggu tahap deteksi dini
dan penanganan kasus akan terlambat.
5) Kebijakan
Seringkali kebijakan dari pemerintah dirasa masih menghambat
dalam pelaksanaan surveilans. Contohnya saja baru ditangani apabila
memang sudah menjadi KLB. Birokrasi pemerintahan yang rumit
sering menjadi kendala dalam melakukan surveilans. Kebijakan yang
belum dipahami petugas juga menjadi kendala dalam pelaksanaan
surveilans.
6) Dana
13
Kegiatan surveilans ini tidak membutuhkan dana yang sedikit juga.
Sering kali permasalahan dana menjadi penghambat dalam melakukan
surveilans.
7) Jarak dan Transportasi
Lokasi yang jauh dari perkotaan dan minimnya transportasi
membuat kegiatan surveilans terhambat. Sering kali jarak membuat
kegiatan surveilans berlangsung berhari-hari karena transportasi yang
minim dan jarak yang jauh. Kondisi jalan juga mempengaruhi.
14