Makalah-Surveilans

25
MAKALAH SURVEILAN Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Blok Manajemen Kesehatan Gigi Masyarakat Oleh: Kelompok Tutorial IX Shinta Permata Sari (141610101012) Najla Irhamni P (141610101056) Bangun Febrianto (141610101059) Purwa Cahya N (141610101060) Aulia Rahma Elnisa (141610101074) Puti Ganisari (141610101076) Eka Aprillia Devi (141610101078) Fitrotul Hasanah (141610101080) Rr Dianita Rahmah (141610101081) FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI i

description

kll

Transcript of Makalah-Surveilans

Page 1: Makalah-Surveilans

MAKALAHSURVEILAN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Blok Manajemen Kesehatan Gigi

Masyarakat

Oleh:

Kelompok Tutorial IX

Shinta Permata Sari (141610101012)

Najla Irhamni P (141610101056)

Bangun Febrianto (141610101059)

Purwa Cahya N (141610101060)

Aulia Rahma Elnisa (141610101074)

Puti Ganisari (141610101076)

Eka Aprillia Devi (141610101078)

Fitrotul Hasanah (141610101080)

Rr Dianita Rahmah (141610101081)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS JEMBER

TAHUN 2016

i

Page 2: Makalah-Surveilans

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 3

2.1

BAB III PENUTUP........................................................................................................ 23

3.1 Kesimpulan..................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 24

ii

Page 3: Makalah-Surveilans

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Surveilan

Surveilans Epidemiologi adalah kegiatan pengamatan secara sistematis

dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan serta

kondisi yang mempengaruhi resiko terjadinya penyakit atau masalah-

masalah kesehatan tersebut agar dapat melakukan tindakan penanggulangan

secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan, pengolahan data dan

penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program

kesehatan.

Sementara menurut Kepmenkes RI Nomor 1479/MENKES/SK/X/2003

tentang PedomanPenyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi

Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular Terpadu, menyebut

bahwa surveilans adalah adalah kegiatan analisis secara sistematis

dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan

kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit

atau masalah-masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan

penanggulangan secara efektif dan efesien melalui proses pengumpulan

data, pengolahan, dan penyebaran informasi epidemiologi kepada

penyelenggara program kesehatan.

1

Page 4: Makalah-Surveilans

Menurut Karyadi (1994), surveilans epidemiologi adalah Pengumpulan

data epidemiologi yang akan digunakan sebagai dasar dari kegiatan-kegiatan

dalam bidang penanggulangan penyakit, yaitu :

1. Perencanaan program pemberantasan penyakit. Mengenal epidemiologi

penyakit berarti mengenal masalah yang kita hadapi. Dengan demikian

suatu perencanaan program dapat diharapkan akan berhasil dengan

baik.

2. Evaluasi program pemberantasan penyakit. Bila kita tahu keadaan

penyakit sebelum ada program pemberantasannya dan kita menentukan

keadaan penyakit setelah program ini, maka kita dapat mengukur

dengan angka-angka keberhasilan dari program pemberantasan penyakit

tersebut.

3. Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB)/ wabah. Suatu sistem

surveilans yang efektif harus peka terhadap perubahan-perubahan pola

penyakit di suatu daerah tertentu. Setiap kecenderungan peningkatan

insidens, perlu secepatnya dapat diperkirakan dan setiap KLB

secepatnya dapat diketahui. Dengan demikian suatu peningkatan

insidens atau perluasan wilayah suatu KLB dapat dicegah.

2.2 Tujuan Surveilans

Surveilans bertujuan memberikan informasi tepat waktu tentang

masalah kesehatan populasi, sehingga penyakit dan factor risiko dapat

dideteksi dini dan dapat dilakukan respons pelayanan

kesehatan dengan lebih efektif. 

Tujuan khusus surveilans: 

a. Memonitor kecenderungan (trends) penyakit; 

b. Mendeteksi perubahan mendadak insidensi penyakit, untuk mendeteksi d

ini out break;

c. Memantau kesehatan populasi, menaksir besarnya beban penyakit

(disease burden) pada populasi;

d. Menentukan kebutuhan kesehatan prioritas, membantu perencanaan,

implementasi, monitoring, dan evaluasi program kesehatan; 

2

Page 5: Makalah-Surveilans

e. Mengevaluasi cakupan dan efektivitas program kesehatan;

f. Mengidentifikasi kebutuhan riset.(Last, 2001; Giesecke, 2002; JHU, 200

2)

2.3 Prinsip Surveilans

a. Pengumpulan data Pencatatan insidensi terhadap population at risk.

Pencatatan insidensi berdasarkan laporan rumah sakit, puskesmas, dan

sarana pelayanan kesehatan lain, laporan petugas surveilans di lapangan,

laporan masyarakat, dan petugas kesehatan lain; Survei khusus; dan

pencatatan jumlah populasi berisiko terhadap penyakit yang sedang

diamati. Tehnik pengumpulan data dapat dilakukan dengan wawancara

dan pemeriksaan. Tujuan pengumpulan data adalah menentukan

kelompok high risk; Menentukan jenis dan karakteristik (penyebabnya);

Menentukan reservoir; Transmisi; Pencatatan kejadian penyakit; dan

KLB.

b. Pengelolaan data

Data yang diperoleh biasanya masih dalam bentuk data mentah (row

data) yang masih perlu disusun sedemikian rupa sehingga mudah

dianalisis. Data yang terkumpul dapat diolah dalam bentuk tabel, bentuk

grafik maupun bentuk peta atau bentuk lainnya. Kompilasi data tersebut

harus dapat memberikan keterangan yang berarti.

c. Analisis dan interpretasi data untuk keperluan kegiatan

Data yang telah disusun dan dikompilasi, selanjutnya dianalisis dan

dilakukan interpretasi untuk memberikan arti dan memberikan kejelasan

tentang situasi yang ada dalam masyarakat.

d. Penyebarluasan data dan keterangan termasuk umpan balik

Setelah analisis dan interpretasi data serta telah memiliki keterangan

yang cukup jelas dan sudah disimpulkan dalam suatu kesimpulan,

selanjutnya dapat disebarluaskan kepada semua pihak yang

berkepentingan, agar informasi ini dapat dimanfaatkan sebagai mana

mestinya.

e. Evaluasi

3

Page 6: Makalah-Surveilans

Hasil evaluasi terhadap data sistem surveilans selanjutnya dapat

digunakan untuk perencanaan, penanggulangan khusus serta program

pelaksanaannya, untuk kegiatan tindak lanjut (follow up), untuk

melakukan koreksi dan perbaikan-perbaikan program dan pelaksanaan

program, serta untuk kepentingan evaluasi maupun penilaian hasil

kegiatan.

2.4 Fungsi Surveilans

Kegunaan surveilans epidemiologi

1. Mendeteksi perubahan masalah kesehatan sedini mungkin sehingga dapat

dilakukan tindakan kontrol atau preventif terhadap perubahan tersebut.

2. Deteksi perubahan lingkungan/vector yang dianggap dapat menimbulkan

penyakit pada populasi.

3. Mutlak digunakan pada program-program pemberantasan penyakit

menular sebagai dasar perencanaan, monitoring dan evaluasi program.

4. Menilai kejadian penyakit pada populasi seperti insidensi atau prevalensi.

5. Data surveilans dapat digunakan untuk perencanaa dan pelaksanaan

program kesehatan.

Manfaat surveilans epidemiologi

Pada awalnya surveilans epidemiologi banyak dimanfaatkan pada upaya

pemberantasan penyakit menular, tetapi pada saat ini surveilans mutlak

diperlukan pada setiap upaya kesehatan masyarakat baik upaya pencegahan

maupun pemberantasan penyakit menular. Secara garis

besar, tujuan surveilans epidemiologi yaitu:

1. Mengetahui distribusi geografis penyakit endemis dan penyakit yang

dapat menimbulkan epidemic.

2. Mengetahui perioditas suatu penyakit.

3. Menentukan apakah terjadi peningkatan insidensi yang disebabkan oleh

kejadian luar biasa atau karena perioditas penyakit.

4. Mengetahui situasi suatu penyakit tertentu.

5. Memperoleh gambaran epidemiologi tentang penyakit tertentu.

6. Melakukan pengendalian penyakit.

4

Page 7: Makalah-Surveilans

7. Mengetahui adanya pengulangan outbreak yang pernah menimbulkan en

demic.

8. Pengamatan epidemiologi terhadap influenza untuk mengetahui adanya

tipe baru dari virus influenza.

2.5 Jenis Surveilans

Dikenal beberapa jenis surveilans:

1. Surveilans Individu

Surveilans individu (individual surveillance) mendeteksi dan

memonitor individu yang mengalami kontak dengan penyakit serius,

misalnya pes, cacar, tuberkulosis, tifus, demam kuning, sifilis. Surveilans

individu memungkinkan dilakukannya isolasi institusional segera

terhadap kontak, sehingga penyakit yang dicurigai dapat dikendalikan.

Sebagai contoh, karantina merupakan isolasi institusional yang

membatasi gerak dan aktivitas orang –orang atau binatang yang sehat

tetapi telah terpapar oleh suatu kasus penyakit menular

selama periode menular. Tujuan karantina adalah mencegah transmisi

penyakit selama masa inkubasi seandainya terjadi infeksi (Last, 2001).

Isolasi institusional pernah digunakan kembali ketika timbul AIDS

1980an dan SARS. Dikenal dua jenis karantina: (1) Karantina total; (2)

Karantina parsial. Karantina total membatasi kebebasan gerak semua

orang yang terpapar penyakit menular selama masa inkubasi, untuk

mencegah kontak dengan orang yang tak terpapar. Karantina parsial

membatasi kebebasan gerak kontak secara selektif, berdasarkan

perbedaan tingkat kerawanan dan tingkat bahaya transmis  penyakit.

Contoh, anak sekolah diliburkan untuk mencegah penularan penyakit

campak, sedang orang dewasa diperkenankan terus bekerja. Satuan

tentara yang ditugaskan pada pos tertentu dicutikan, sedang di pospos lai

nnya tetap bekerja.

Dewasa ini karantina diterapkan secara terbatas, sehubungan dengan

masalah legal, politis, etika, moral, dan filosofi tentang legitimasi,

akseptabilitas, dan efektivitas langkah-langkah pembatasan tersebut

5

Page 8: Makalah-Surveilans

untuk mencapai tujuan kesehatan masyarakat (Bensimon dan Upshur,

2007).

2. Surveilans Penyakit

Surveilans penyakit (disease surveillance) melakukan pengawasan

terus-menerus terhadap distribusi dan kecenderungan insidensi

penyakit, melalui pengumpulan sistematis, konsolidasi, evaluasi terhadap

laporan-laporan penyakit dan kematian, serta data relevan lainnya. Jadi

focus perhatian surveilans penyakit adalah penyakit, bukan individu. Di

banyak negara, pendekatan surveilans penyakit biasanya didukung

melalui program vertical (pusat-daerah). Contoh, program surveilans

tuberkulosis, program surveilans malaria. Beberapa dari

sistem surveilans vertikal dapat berfungsi efektif, tetapi tidak

sedikit yang tidak terpelihara dengan baik dan akhirnya kolaps, karena

pemerintah kekurangan biaya. Banyak program surveilans penyakit

vertical yang berlangsung parallel antara satu penyakit dengan penyakit

lainnya, menggunakan fungsi penunjang masing-masing, mengeluarkan

biaya untuk sumberdaya masing-masing, dan memberikan informasi

duplikatif, sehingga mengakibatkan inefisiensi.

3. Surveilans Sindromik

Syndromic surveillance (multiple disease surveillance) melakukan

pengawasan terus-menerus terhadap sindroma (kumpulan gejala)

penyakit, bukan masing-masing penyakit. Surveilans sindromik

mengandalkan deteksi indikator-indikator kesehatan individual maupun

populasi yang bisa diamati sebelum konfirmasi diagnosis. Surveilans

sindromik mengamati indikator-indikator individu sakit, seperti pola

perilaku, gejala-gejala, tanda, atau temuan laboratorium, yang dapat

ditelusuri dari aneka sumber, sebelum diperoleh konfirmasi laboratorium

tentang suatu penyakit.

Surveilans sindromik dapat dikembangkan pada level lokal, regional,

maupun nasional. Sebagai contoh, Centers for Disease Control and

Prevention (CDC) menerapkan kegiatan surveilans sindromik berskala

nasional terhadap penyakit-penyakit yang mirip influenza (flu-like

6

Page 9: Makalah-Surveilans

illnesses) berdasarkan laporan berkala praktik dokter di AS. Dalam

surveilans tersebut, para dokter yang berpartisipasi melakukan skrining

pasien berdasarkan definisi kasus sederhana (demam dan batuk atau sakit

tenggorok) dan membuat laporan mingguan tentang jumlah kasus, jumlah

kunjungan menurut kelompok umur dan jenis kelamin, dan jumlah total

kasus yang teramati. Surveilans tersebut berguna untuk memonitor aneka

penyakit yang menyerupai influenza, termasuk flu burung, dan antraks,

sehingga dapat memberikan peringatan dini dan dapat digunakan sebagai

instrument untuk memonitor krisis yang

tengah berlangsung. (Mandl et al., 2004; Sloan et al., 2006)

Suatu system yang mengandalkan

laporan semua kasus penyakit tertentu dari fasilitas kesehatan,

laboratorium, atau anggota komunitas, pada lokasi tertentu, disebut

surveilans sentinel. Pelaporan sampel melalui system surveilans sentinel

merupakan cara yang baik untuk memonitor masalah kesehatan dengan

menggunakan sumber daya yang terbatas.

(DCP2, 2008; Erme dan Quade, 2010)

4. Surveilans Berbasis Laboratorium

Surveilans berbasis laboartorium digunakan untuk mendeteksi dan

menonitor penyakit infeksi. Sebagai contoh, pada penyakit yang

ditularkan melalui makanan seperti salmonellosis, penggunaan sebuah

laboratorium sentral untuk mendeteksi strain bakteri tertentu

memungkinkan deteksi outbreak penyakit dengan lebih segera dan

lengkap daripada system yang

mengandalkan pelaporan sindroma dari klinik-klinik. (DCP2, 2008)

5. Surveilans Terpadu

Surveilans terpadu (integrated surveillance) menata dan memadukan

semua kegiatan surveilans di suatu wilayah yurisdiksi

(negara/ provinsi/ kabupaten/ kota) sebagai sebuah pelayanan public

bersama. Surveilans terpadu menggunakan struktur, proses, dan

personalia yang sama, melakukan fungsi mengumpulkan informasi yang

diperlukan untuk tujuan pengendalian penyakit. Kendatipun pendekatan

7

Page 10: Makalah-Surveilans

surveilans terpadu tetap memperhatikan perbedaan kebutuhan data

khusus penyakit-penyakit tertentu. (WHO, 2001, 2002; Sloan et al.,

2006).

 Karakteristik pendekatan surveilans terpadu: 

a. Memandang surveilans sebagai pelayanan bersama (common services)

;

b. Menggunakan pendekatan solusi majemuk; 

c. Menggunakan pendekatan fungsional, bukan struktural; 

d. Melakukan sinergi antara fungsi inti surveilans (yakni, pengumpulan,

pelaporan, analisis data, tanggapan) dan fungsi pendukung surveilans

(yakni, pelatihan dan supervisi, penguatan laboratorium, komunikasi,

manajemen sumber daya);

e. Mendekatkan fungsi surveilans dengan pengendalian penyakit.

Meskipun menggunakan pendekatan terpadu, surveilans terpadu tetap

memandang penyakit yang berbeda

memiliki kebutuhan surveilans yang berbeda. (WHO, 2002)

6. Surveilans Kesehatan Masyarakat Global

Perdagangan dan perjalanan internasional di abad modern, migrasi

manusia dan binatang serta organisme, memudahkan transmisi penyakit

infeksi lintas negara. Konsekunsinya, masalah-masalah yang dihadapi

negara-negara berkembang dan Negara maju di dunia makin serupa dan

bergayut. Timbulnya epidemic global (pandemi) khususnya menuntut

dikembangkannya jejaring yang terpadu di seluruh dunia, yang

manyatukan para praktisi kesehatan, peneliti, pemerintah, dan organisasi

internasional untuk memperhatikan kebutuhan-kebutuhan surveilans

yang melintasi batas-batas negara. Ancaman aneka penyakit menular

merebak pada skala global, baik penyakit-

penyakit lama yang muncul kembali (re-emerging diseases), maupun pen

yakit-penyakit yang baru muncul (newemerging diseases), seperti

HIV/AIDS, flu burung, dan SARS. Agenda surveilans global yang

komprehensif melibatkan aktor-aktor baru, termasuk pemangku

8

Page 11: Makalah-Surveilans

kepentingan pertahanan keamanan dan ekonomi

(Calain, 2006; DCP2, 2008)

2.6 Langkah Surveilans

Langah-langkah dalam surveilans sangat di butuhkan agar kita

mendapatkan hasil yang diinginkan dan tepat penggunaannya. Terdapat

beberapa langkah-langkah dalam suerveilans epidemiologi, antara lain yaitu:

1. Perencanaan surveilans

Perencanaan kegiatan surveilans dimulai membuat kerangka

kegiatan surveilans yaitu dengan penetapan tujuan surveilans,

dilanjutkan dengan penentuan definisi kasus, perencanaan perolehan

data, teknik pengumpulan data, teknik analisis dan mekanisme

penyebarluasan informasi.

2. Pengumpulan data

Pengumpulan data merupakan awal dari rangkaian kegiatan untuk

memproses data selanjutnya. Data yang dikumpulkan memuat

informasi epidemiologi yang dilaksanakan secara teratur dan terus-

menerus dan dikumpulkan tepat waktu. Pengumpulan data dapat

bersifat pasif yang bersumber dari Rumah sakit, Puskesmas dan lain-

lain, maupun aktif yang diperoleh dari kegiatan survey.

Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan pencatatan

insidensi terhadap orang-orang yang dianggap penderita malaria atau

population at risk melalui kunjungan rumah (active surveillance) atau

pencatatan insidensi berdasarkan laporan sarana pelayanan kesehatan

yaitu dari laporan rutin poli umum setiap hari, laporan bulanan

Puskesmas desa dan Puskesmas pembantu, laporan petugas surveilans

di lapangan, laporan harian dari laboratorium dan laporan dari

masyarakat serta petugas kesehatan lain (passive surveillance). Atau

dengan kata lain, data dikumpulkan dari unit kesehatan sendiri dan dari

unit kesehatan yang paling rendah,

misalnya laporan dari Pustu, Posyandu, Barkesra, Poskesdes.

Proses pengumpulan data diperlukan system pencatatan dan

pelaporan yang baik. Secara umum pencatatan di Puskesmas adalah

9

Page 12: Makalah-Surveilans

hasil kegiatan kunjungan pasien dan kegiatan luar gedung. Sedangkan

pelaporan dibuat dengan merekapitulasi data hasil pencatatan dengan

menggunakan formulir tertentu, misalnya form W1 Kejadian Luar

Biasa (KLB) , form W2 (laporan mingguan) dan lain-lain.

3. Pengolahan dan penyajian data

Data yang sudah terkumpul dari kegiatan diolah dan disajikan dalam

bentuk tabel, grafik (histogram, polygon frekuensi), chart (bar chart,

peta/map area). Penggunaan computer sangat diperlukan untuk

mempermudah dalam pengolahan data diantaranya dengan

menggunakan program (software).

4. Analisis data

Analisis merupakan langkah penting dalam surveilans epidemiologi

karena akan dipergunakan untuk perencanaan, monitoring dan evaluasi

serta tindakan pencegahan dan penanggulangan penyakit. Kegiatan ini

menghasilkan ukuran-ukuran epidemiologi seperti rate, proporsi,

rasio dan lain-lain untuk mengetahui situasi, estimasi dan prediksi peny

akit.

Data yang sudah diolah selanjutnya dianalisis dengan

membandingkan data bulanan atau tahun-tahun sebelumnya, sehingga

diketahui ada peningkatan atau penurunan, dan mencari hubungan

penyebab penyakit malaria dengan factor resiko yang berhubungan

dengan kejadian malaria.

5. Penyebarluasan informasi

Penyebarluasan informasi dapat dilakukan ketingkat atas maupun ke

bawah. Dalam rangka kerja sama lintas sektoral instansi-instansi lain

yang terkait dan masyarakat juga menjadi sasaran kegiatan ini. Untuk

diperlukan informasi yang informative agar mudah dipahami

terutama bagi instansi diluar bidang kesehatan.

Penyebarluasan informasi yang baik harus dapat memberikan

informasi yang mudah dimengerti dan dimanfaatkan dalam menentukan

arah kebijakan kegiatan, upaya pengendalian serta evaluasi program

yang dilakukan. Cara penyebarluasan informasi yang dilakukan yaitu

10

Page 13: Makalah-Surveilans

membuat suatu laporan hasil kajian yang disampaikan kepada atasan,

membuat laporan kajian untuk seminar dan pertemuan, membuat suatu

tulisan di majalah rutin,

memanfaatkan media internet yang setiap saat dapat di akses dengan m

udah.

6. Umpan balik

Kegiatan umpan balik dilakukan secara rutin biasanya setiap bulan

saat menerima laporan setelah diolah dan dianalisa melakukan umpan

balik kepada unit kesehatan yang melakukan laporan dengan tujuan

agar yang mengirim laporan mengetahui bahwa laporannya telah

diterima dan sekaligus mengoreksi dan member petunjuk tentang

laporan yang diterima. Kemudian mengadakan umpan balik laporan

berikutnya akan tepat waktu dan benar pengisiannya. Cara pemberian

umpan balik dapat melalui surat umpan balik, penjelasan pada saat

pertemuan serta pada saat melakukan pembinaan/suvervisi.

Bentuk dari umpan balik bias berupa ringkasan dari informasi yang

dimuat dalam bulletin (news letter) atau surat yang berisi pertanyaan-

pertanyaan sehubungan dengan yang dilaporkan atau berupa kunjungan

ke tempat asal laporan untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.

Laporan perlu diperhatikan waktunya agar terbitnya selalu tepat pada

waktunya, selain itu bila mencantumkan laporan yang diterima dari

eselon bawahan, sebaliknya yang dicantumkan

adalah tanggal penerimaan laporan.

7. Investigasi penyakit

Setelah pengambilan keputusan perlunya mengambil tindakan maka

terlebih dahulu dilakukan investigasi/penyelidikan epidemiologi

penyakit malaria. Dengan investigator membawa ceklis/format

pengisian tentang masalah kesehatan yang terjadi dalam hal ini adalah

penyakit malaria dan bahan untuk pengambilan sampel di laboratorium.

Setelah melakukan investigasi penyelidikan kemudian disimpulkan

bahwa benar-benar telah terjadi Kejadian

11

Page 14: Makalah-Surveilans

Luar Biasa (KLB) malaria yang perlu mengambil tindakan atau sebalik

nya.

8. Tindakan penanggulangan

Tindakan penanggulangan yang dilakukan melalui pengobatan

segera pada penderita yang sakit, melakukan rujukan penderita yang

tergolong berat, melakukan penyuluhan mengenai penyakit malaria

kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran agar tidak tertular

penyakit atau menghindari penyakit tersebut, melakukan gerakan

kebersihan lingkungan untuk memutuskan rantai penularan.

9. Evaluasi data sistem surveilans

Program surveilans sebaiknya dinilai secara periodic untuk dapat

dilakukan evaluasi manfaat kegiatan surveilans. Sistem dapat berguna

apabila memenuhi salah satu dari pernyataan berikut:

a. Apakah kegiatan surveilans dapat mendeteksi kecenderungan dan

mengidentifikasi perubahan dalam kejadian kasus.

b. Apakah program surveilans dapat mendeteksi epidemic kejadian

kasus di wilayah tersebut.

c. Apakah kegiatan surveilans dapat memberikan informasi tentang

besarnya morbiditas

dan mortalitas yang berhubungan dengan kejadian penyakit di wilay

ah tersebut.

d. Apakah program surveilans dapat mengidentifikasi faktor-faktor

resiko yang berhubungan dengan kasus atau penyakit.

e. Indikator surveilans

2.7 Hambatan yang terjadi dalam surveilans epidemiologi

Ada beberapa hambatan surveillans epidemiologi, dintaranya:

1) Kerjasama lintas sektoral

            Surveillens epidemiologi harus bekerjasama dengan berbagai sektor

yang berkaitan dengan kesehatan, kerjasama tersebut membutuhkan

partisipasi yang penuh untuk tecapainya pemecahan masalah kesehatan,

12

Page 15: Makalah-Surveilans

kadang kala sektor yang lain mempunyai pertisipasi yang rendah dalam

kerjasama lintas sektoral tersebut.

2) Partisipasi masyarkat rendah

            Surveillens epidemiologi yang memang menangani masalah

kesehatan masyrakat eharusnya benar-benar menggali informasi dari

masyarakat dan penanganannyapun hasrus dengan masyarakat, sering

dijumpai partsipasi masyarakat dalam pengambilan informasi dari

petugas kesehatan berbelitbelit dan cenderung enutup-nutupi.

3) Sumber daya

                        Hambatan yang paling menonjol dari hasil penelitian ini

adalah sumber daya manusia. Hambatan yang berhasil di identifikasi

berdasarkan persepsi renponden adlah sebagai berikut ;

- Jumlah tenaga yang kurang untuk mengcover kegiatan PE

- Banyaknya tugas rangkap.

- Sarana Komputer, biasanya komputer bergantian untuk menyelesaikan

tugas lain.

4) Ilmu pengetahuan dan teknologi

            Surveillans epidemiologi membutuhkan teknologi teknologi untuk

mempercepat deteksi din, analisis penanggulangan dan penanggulangan

masalah kesehaatan, kondisi di lapangan seringkali tenologi di

laboratorium sering lambat sehingga mengganggu tahap deteksi dini

dan penanganan kasus akan terlambat.

5) Kebijakan

            Seringkali kebijakan dari pemerintah dirasa masih menghambat

dalam pelaksanaan surveilans. Contohnya saja baru ditangani apabila

memang sudah menjadi KLB. Birokrasi pemerintahan yang rumit

sering menjadi kendala dalam melakukan surveilans. Kebijakan yang

belum dipahami petugas juga menjadi kendala dalam pelaksanaan

surveilans.

6) Dana

13

Page 16: Makalah-Surveilans

            Kegiatan surveilans ini tidak membutuhkan dana yang sedikit juga.

Sering kali permasalahan dana menjadi penghambat dalam melakukan

surveilans.

7) Jarak dan Transportasi

            Lokasi yang jauh dari perkotaan dan minimnya transportasi

membuat kegiatan surveilans terhambat. Sering kali jarak membuat

kegiatan surveilans berlangsung berhari-hari karena transportasi yang

minim dan jarak yang jauh. Kondisi jalan juga mempengaruhi.

14