Makalah Kasus Modul Neurologi
-
Upload
vina-amalia -
Category
Documents
-
view
45 -
download
7
description
Transcript of Makalah Kasus Modul Neurologi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatanutama
pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaanlalu
lintas(1).
Pada populasi di bawah 45 tahun, cedera kepala merupakan salah satu
penyebab kematian tertinggi dan merupakan penyebab kematian nomor 4 dari seluruh
populasi. Di seluruh dunia, setiap tahunnya terjadi lebih dari 2 juta orang yang
mengalami cedera kepala, 75.000 orang di antaranya meninggal dunia, dan lebih dari
100.000 orang selamat akan mengalami kelumpuhan permanen maupun non
permanen (Anonim cit Setyaningsih, 2004). Dari tahun 1997-2007 berdasarkan
laporan CDC rata-rata angka kematian penduduk akibat cedera kepala di Amerika
Serikat per tahunnya adalah 53.014 (Coronado et al., 2011).
Di Indonesia kasus cedera kepala tertinggi diakibatkan oleh kecelakaan lalu
lintas. Berdasarkan laporan kepolisian RI tahun 2009, terdapat sedikitnya 57.726
kasus kecelakan lalu lintas yang terjadi dengan proporsi sekitar 70% adalah
pengendara bermotor. Dari berbagai jenis cedera yang dapat terjadi akibat kecelakaan
lalu lintas, kasus cedera kepala merupakan urutan pertama dibanding dengan cedera
lainnya (Yusherman, 2008).
Trauma kepala dapat mengakibatkan cedera kepala primer maupun sekunder.
Cedera kepala primer merupakan akibat langsung dari benturan pada saat terjadi
trauma, sedangkan cedera kepala sekunder merupakan proses yang terjadi setelah
terjadi trauma, seperti 3 perdarahan otak dan hipoksia pada otak. Cedera kepala
sekunder terjadi umumnya dalam jangka waktu 24 jam setelah trauma hingga 1
minggu pasca trauma. Akibat proses tersebut terjadi kerusakan pada tingkat yang
terkecil yaitu sel (Lane, 2006).
1.2 Rumusan Masalah
1
Dari uraian latar belakang di atas, maka kami merumusukan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana struktur anatomi kranium?
2. Apa yang dimaksud dengan cedera kepala dan baiamana klasifikasinya
menurut GCS (Glasgow Coma Scale)?
3. Apa saja gejala klinis cedera kepala secara umum?
4. Bagaimana terjadinya gejala-gejala yang disebutkan di dalam kasus pada
pasien tersebut?
5. Bagaimana menegakkan diagnosis pada pasien tersebut?
6. Bagaimana tatalaksana yang sesuai untuk pasien tersebut?
7. Apa saja komplikasi yang dapat terjadi pada pasien tersebut?
8. Bagaimana prognosis pasien tersebut?
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan struktur anatomi organ yang mengalami
gangguan pada kasus.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi cedera kepala dan klasifikasinya
menurut GCS (Glasgow Coma Scale).
3. Mahasiswa mampu menjelaskan gejala klinis cedera kepala secara umum
4. Mahasiswa mampu menjelaskan patogenesis timbulnya gejala pada pasien di
dalam kasus.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan penegakan diagnosis pasien dengan cedera
kepala (Anamnesis, Pemeriksaan Fisik, dan Pemeriksaan Penunjang)
6. Mahasiswa mampu menjelaskan tatalaksana cedera kepala pada kasus.
7. Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi yang dapat terjadi pada pasien di
dalam kasus.
8. Mahasiswa mampu menjelaskan prognosis pasien pada kasus.
1.4 Manfaat
2
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa kedokteran
dalam menganalisa kasus dan merencanakan tatalaksana yang sesuai pada pasien
dengan cedera kepala
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
A. Tulang Temporal
Tulang temporal terdiri dari bagian tulang skuama, mastoid, petrous dan
timpani. Bersama tulang oksipital, parietal, sfenoid, dan zigomatikum akan
membentuk dinding lateral dan dasar tulang tengkorak atau bagian tengah
dan posterior dari fossa kranialis. Tulang mastoid disusun dari bagian
protrusion inferior tulang skuama dan tulang petrous.
B. Meningen (Lapisan Pembungkus Otak)
4
C. Vaskularisasi
Arcus Aorta memiliki 3 cabang :1. A. carotis comunis sinistra2. A. brachiocephalica3. A. subclavia sinistra yang bercabang lagi menjadi
o A. carotis externa: untuk leher dan kepala di luar rongga kranialo A. carotis interna: masuk ke rongga kranial yang kemudia bercabang lagi untuk memperdarahi otak (seperti terlihat pada gambar di atas)
5
Drainase Vena Kepala dan Leher
2.2 Cedera Kepala
A. Definisi
Cedera kepala adalah cedera yang mengenai bagian kepala baik secara
langsung maupun tidak langsung mulai dari kulitnya, tulang, otak atau
jaringan disekitarnya.
B. Etiologi
Paling sering akibat trauma & komplikasi dari trauma
6
C. Klasifikasi
Berdasarkan GCS (Glasgow Coma Scale)
o Cedera Kepala Ringan: GCS 13-15
o Cedera Kepala Sedang: GCS 9-12
o Cedera Kepala Berat: GCS=<8
Berdasarkan bentuk cedera
o Komusio Serebri (Gegar otak, gangguan fungsi neurologik tanpa
kerusakan struktur)
o Kontusio Serebri (Gangguan neurologik dengan kerusakan
struktur)
o Laserasi Serebri (Gangguan neurologik dengan kerusakan struktur
dan kontinuitas otak)
o Perdarahan: Epidural, Subdural, Subarachnoid
D. Penegakan Diagnosis
Anamnesis (Alloanamnesis bila pasien tidak sadar)
Mekanisme kecelakaan
Sakit kepala
Jejas/Luka (kulit/jaringan/tulang)
Penurunan Kesadaran
Muntah proyektil
Otore/rinore LCS
Amnesia
Paresis
Kerusakan motorik
Pemeriksaan Fisik
GCS (Glasgow Coma Scale)
7
Gerakan bola mata (bila pasien masih sadar dan bisa membuka
mata)
Tanda vital
Jejas lain
Disabilitas lain
Pemeriksaan Penunjang
Foto kepala AP: Untuk menilai fraktur tulang yang memotong a.
meningae media
CT Scan (Gold Standard): Dapat membedakan epidural dan
subdural hematom
MRI (Hanya jika diperlukan)
E. Gejala Klinis
Secara umum gejala klinis cedera kepala berupa:
• Sakit kepala
• Jejas/Luka (kulit/jaringan/tulang)
• Penurunan Kesadaran
• Muntah proyektil
• Otore/rinore LCS
• Amnesia
• Paresis
• Kerusakan motorik
8
F. Patogenesis
Patogenesis gejala pada kasus dapat dijelaskan dengan bagan di bawah ini:
G. Diagnosis
• Diagnosis Klinis : Epidural Hematom
• Diagnosis Topis : Lobus Temporalis, Basis Cranii dan Sistem
Limbik
• Diagnosis Patologis : Vascular
9
• Diagnosis Etiologis : Trauma Kepala
H. Penatalaksanaan
Untuk cedera kepala akut, dilakukan resusitasi tindakan ABCD
1. Airway (pembebasan jalan nafas)
2. Breathing (oksigenasi, cari faktor penyebab, ventilator jika perlu)
3. Circulation (hentikan perdarahan, perbaiki fungsi jantung, ganti darah
yang hilang)
4. Disability (periksa status generalis dan neurologis)
Terapi medikamentosa
• Elevasi kepala 30°
• O2 3 L/menit
• Diuretik :
• Osmotik (Manitol 20%) 0,25 – 1 gr/Kg BB
• Loop diuretik (Furosemid ) 40 mg/hr iv
• Bila tidak ada respon, berikan Barbiturat 10 mg/Kg BB iv ½ jam
(TIK terkontrol dosis diturunkan )
• Untuk keseimbangan dan elektrolit
batasi cairan 1500-2000cc/hr (infus RL)
• Kejang : fentonin 200mg oral 3x100mg/jam
pada status epileptikus beri diazepam 10 mg iv
Terapi Operatif
Operasi di lakukan bila terdapat
1. Volume hamatom > 30 ml ( kepustakaan lain > 44 ml)
2. Keadaan pasien memburuk
3. Pendorongan garis tengah (Midline) hingga > 3 mm
I. Komplikasi
Epilepsi (kejang berulang)
Infeksi kemudian demam
10
Ansietas jika TIK terus meningkat
Fistel karotis cavernosus ditandai dengan trias gejala : eksolftalmus,
kemosis, bruit orbita muncul setelah beberapa hari cedera.
J. Prognosis
Skor GCS waktu masuk Rumah Sakit memiliki penilaian yang besar.
Pasien dengan skor GCS 3-4, memiliki resiko meninggal hingga 85%.
Penanganan yang cepat, benar dan tepat waktu dapat memperbaiki
prognosis
Prognosis pada kasus ini:
o Ad vitam : dubia ad malam
o Ad fungtionam : dubia ad malam
o Ad sanationam : dubia ad malam
11
BAB III
PENUTUP
Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi bahasan
dalam makalah ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan kerena terbatasnya
pengetahuan serta kurangnya rujukan atau referensi yang kami peroleh hubungannya
dengan makalah ini. Kami berharap kepada para pembaca untuk memberikan kritik
saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan
12
Daftar Pustaka
1. Mansjoer, A. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius, 2007.
2. Harsono. Buku Ajar Neurologi Klinis. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, 2011
3. Gardjito, W. Trauma Kepala. Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Kedua. Jakarta: EGC. 2004. Hal: 337-342
4. Hafid A. Epidural Hematoma. Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Kedua. Jakarta: EGC. 2004. Hal: 818-819
5. Price SA, Wilson LW. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi Keenam Jakarta: EGC, 2014
13