Makalah Hari Koj
-
Upload
radja-dalazz -
Category
Documents
-
view
7 -
download
0
description
Transcript of Makalah Hari Koj
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Limfoma adalah kanker yang berasal dari jaringan limfoid mencakup
sistem limfatik dan imunitas tubuh. Tumor ini bersifat heterogen, ditandai
dengan kelainan umum yaitu pembesaran kelenjar limfe diikuti splenomegali,
hepatomegali, dan kelainan sumsum tulang. Tumor ini dapat juga dijumpai
ekstra nodal yaitu di luar sistem limfatik dan imunitas antara lain pada traktus
digestivus, paru, kulit, dan organ lain. Limfoma maligna ini merupakan tipe
kanker terbesar keenam dengan perkiraan insiden pertahun 50.900 kasus
dibagi kedalam beberapa bagian yakni penyakit hodgkin (HD) dan limfoma
non hodgkin (NHL) insiden pertahun untuk jenis HD 7.900 kasus dan sisanya
sekitar 43.000 kasus adalah jenis NHL.
Dengan alasan-alasan yang juga tetap belum jelas sampai saat ini, insiden
NHL telah meningkat diamerika serikat. Kematian keseluruhan setiap tahun
yang berhubungan dengan limfoma sekitar 22.000. Angka bertahan hidup lima
tahun sangat bervariasi tergantung pada fase dan jenis sel dari penyakit
tersebut. Penyakit hodgkin mempunyai kesempatan hidup lima tahun setelah
didiagnosa sekitar 77%, sementara untuk NHL sekitar 51%. Diamerika serikat
terdapat 7.500 kasus baru penyakit hodgkin setiap tahunnya, rasio kekerapan
antara laki-laki dan perempuan adalah 1,3-1,4 berbanding 1. Terdapat
distribusi umur bimodal, yaitu pada usia 15,34 tahun dan usia diatas 55 tahun.
(Gale, Dani elle, dkk. 2000)
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Limpoma ?
2. Bagaimana Klasifikasi Limpoma ?
3. Apakah Etiologi Limpoma ?
4. Apasaja PatofisiologiLimpoma ?
5. Apa Gejala Klinis Limpoma ?
6. Bagamana Penatalaksanaan ?
7. Apasaja Komplikasi ?
C. Tujuan
a. Memahami Limpoma
b. Mampu Klasifikasi Limpoma
c. Mengerti Etiologi Limpoma
d. Mengerti Patofisiologi Limpoma
e. Mengerti Gejala Klinis Limpoma
f. Mengerti Penatalaksanaan ?
g. Mengerti Komplikasi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Limfoma adalah keganasan sel yang berasal dari sel limfoid. Biasanya
diklasifikasikan sesuai derajat diferensiasi dan asal sel ganas yang dominan.
Tumor ini biasanya bermula dari nodus limfe, tetapi dapat melibatkan jaringan
limfoid dalam limpa, traktus gastrointestinal (misalnya dinding lambung),
hati, atau sumsum tulang. Biasanya menyebar ke semua wilayah tersebut dan
ke jaringan ekstralimfatika (paru, ginjal, kulit) pada saat akan meninggal.
Penyebab tumor ini tidak diketahui. (Smelzer Bare, 2002)
Limfoma maligna (Hodgkin) adalah penyakit keganasan tanpa diketahui
penyebabnya yang berasal dari sistem limfatika dan terutama melibatkan
nodus limfe. Biasanya lebih sering terjadi pada pria dibanding wanita dan
mempunyai dua puncak insidensi, satu pada awal 20-an dan lainnya setelah
usia 50 tahun. Karena kebanyakan manifestasinya serupa dengan infeksi,
maka harus dilakukan pemeriksaan diagnostik untuk menyingkirkan adanya
infeksi.
Sel ganas pada penyakit hodgkin adalah “Reed Sterburg cell”, suatu sel
tumor raksasa yang khas, dengan morfologi unik dan batas sel tidak jelas. Sel
ini merupakan tanda patologis dan merupakan kriteria diagnostik yang penting
pada penyakit hodgkin. Penyakit hodgkin biasa diklasifikasikan berdasarkan
pada kriteria patologi yang mencerminkan derajat keganasan dan
mengarahkan pada prognosisnya. Apabila limfosit mendominasi, misalnya,
dengan sel Reed Stenberg dan keterlibatan minimal nodus, prognosisnya jauh
lebih baik dari pada jika jumlah limfositnya rendah dan semua nodus limfe
digantikan oleh sel tumor jenis primitif. Kebanyakan pasien (dengan kondisi
yang disebut “sklerosis noduler” dan selularitas campuran”) berada dalam
posisi antara jumlah dan sifat merusak sel tumornya, derajat respons terhadap
terapi, dan prognosis keseluruhan.
B. Klasifikasi
Berdasarkan gambaran histopatologisnya, Kangker Kelenjar getah bening
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Kangker Kelenjar getah bening Hodgkin (LH)
Memiliki dua tipe.yaitu tipe klasik dan tipe nodular predominan limfosit,
di mana Kangker Kelenjar getah bening hodgkin tipe klasik memiliki
empat subtipe menurut Rye, antara lain:
a) Nodular Sclerosis
b) Lymphocyte Predominance
c) Lymphocyte Depletion
d) Mixed Cellularity
2. Kangker Kelenjar getah bening Non-Hodgkin (LNH)
Formulasi Kerja (Working Formulation) membagi Kangker Kelenjar getah
bening non-hodgkin menjadi tiga kelompok utama, antara lain:
a) Kangker Kelenjar getah bening Derajat Rendah
Kelompok ini meliputi tiga tumor, yaitu Kangker Kelenjar getah
bening limfositik kecil, Kangker Kelenjar getah bening folikuler
dengan sel belah kecil, dan Kangker Kelenjar getah bening
folikuler campuran sel belah besar dan kecil.
b) Kangker Kelenjar getah bening Derajat Menengah
Ada empat tumor dalam kategori ini, yaitu Kangker Kelenjar getah
bening folikuler sel besar, Kangker Kelenjar getah bening difus sel
belah kecil, Kangker Kelenjar getah bening difus campuran sel
besar dan kecil, dan Kangker Kelenjar getah bening difus sel besar.
c) Kangker Kelenjar getah bening Derajat Tinggi
Terdapat tiga tumor dalam kelompok ini, yaitu Kangker Kelenjar
getah bening imunoblastik sel besar, Kangker Kelenjar getah
bening limfoblastik, dan Kangker Kelenjar getah bening sel tidak
belah kecil.
C.Etiologi
Penyebab Kangker Kelenjar getah beninghodgkindan non-hodgkin
sampai saat ini belum diketahui secara pasti Beberapa hal yang diduga
berperan sebagai penyebab penyakit ini antara lain:
a. Infeksi (EBV, HTLV-1, HCV, KSHV, dan Helicobacter pylori)
b. Faktor lingkungan seperti pajanan bahan kimia (pestisida,
herbisida, bahan kimia organik, dan lain-lain), kemoterapi, dan
radiasi.
c. Inflamasi kronis karena penyakit autoimun
d. Faktor genetik
C. Patofisiologi
Ada empat kelompok gen yang menjadi sasaran kerusakan genetik
pada sel-sel tubuh manusia, termasuk sel-sel limfoid, yang dapat
menginduksi terjadinya keganasan. Gen-gen tersebut adalahproto-
onkogen, gen supresor tumor, gen yang mengatur apoptosis, gen yang
berperan dalam perbaikan DNA.
Proto-onkogen merupakan gen seluler normal yang mempengaruhi
pertumbuhan dan diferensiasi, gen ini dapat bermutai menjadi onkogen
yang produknya dapat menyebabkan transformasi neoplastik, sedangkan
gen supresor tumor adalah gen yang dapat menekan proliferasi sel
(antionkogen). Normalnya, kedua gen ini bekerja secara sinergis sehingga
proses terjadinya keganasan dapat dicegah. Namun, jika terjadi aktivasi
proto-onkogen menjadi onkogen serta terjadi inaktivasi gen supresor
tumor, maka suatu sel akan terus melakukan proliferasi tanpa henti.
Gen lain yang berperan dalam terjadinya kanker yaitu gen yang mengatur
apoptosis dan gen yang mengatur perbaikan DNA jika terjadi kerusakan.
Gen yang mengatur apoptosis membuat suatu sel mengalami kematian
yang terprogram, sehingga sel tidak dapat melakukan fungsinya lagi
termasuk fungsi regenerasi. Jika gen ini mengalami inaktivasi, maka sel-
sel yang sudah tua dan seharusnya sudah mati menjadi tetap hidup dan
tetap bisa melaksanakan fungsi regenerasinya, sehingga proliferasi sel
menjadi berlebihan. Selain itu, gagalnya gen yang mengatur perbaikan
DNA dalam memperbaiki kerusakan DNA akan menginduksi terjadinya
mutasi sel normal menjadi sel kanker.
D. Gejala Klinis
Baik tanda maupun gejala Kangker Kelenjar getah beninghodgkin
danKangker Kelenjar getah bening non-hodgkin dapat dilihat pada :
1. Limfadenopati dengan konsistensi rubbery dan tidak nyeri
2. Demam, tipe Pel-Ebstein
3. Hepatospenomegali
4. Neuropati
Selain tanda dan gejala di atas, stadium Kangker Kelenjar getah bening
maligna secara klinis juga dapat ditentukan berdasarkan klasifikasi Ann
Arboryang telah dimodifikasi Costwell.
E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Kangker Kelenjar getah bening maligna dapat dilakukan
melalui berbagai cara, yaitu:
a. Pembedahan
Tata laksana dengan pembedahan atau operasi memiliki peranan
yang terbatas dalam pengobatan Kangker Kelenjar getah bening. Untuk
beberapa jenis Kangker Kelenjar getah bening, seperti Kangker Kelenjar
getah bening gaster yang terbatas pada bagian perut saja atau jika ada
resiko perforasi, obstruksi, dan perdarahan masif, pembedahan masih
menjadi pilihan utama. Namun, sejauh ini pembedahan hanya dilakukan
untuk mendukung proses penegakan diagnosis melalui surgical biopsy.
b. Radioterapi
Radioterapi memiliki peranan yang sangat penting dalam
pengobatan Kangker Kelenjar getah bening, terutama Kangker Kelenjar
getah beninghodgkin di mana penyebaran penyakit ini lebih sulit untuk
diprediksi. Beberapa jenis radioterapi yang tersedia telah banyak
digunakan untuk mengobati Kangker Kelenjar getah beninghodgkin
seperti radioimunoterapi dan radioisotope. Radioimunoterapi
menggunakan antibodi monoclonal seperti CD20 dan CD22 untuk
melawan antigen spesifik dari Kangker Kelenjar getah bening secara
langsung, sedangkan radioisotope menggunakan 131Iodine atau 90Yttrium
untuk irradiasi sel-sel tumor secara selektif7. Teknik radiasi yang
digunakan didasarkan pada stadium Kangker Kelenjar getah bening itu
sendiri1, yaitu:
Untuk stadium I dan II secara mantel radikal
Untuk stadium III A/B secara total nodal radioterapi
Untuk stadium III B secara subtotal body irradiation
Untuk stadium IV secara total body irradiation
c. Kemoterapi
Merupakan teknik pengobatan keganasan yang telah lama
digunakan dan banyak obat-obatan kemoterapi telah menunjukkan efeknya
terhadap Kangker Kelenjar getah bening.
Pengobatan Awal:
1. MOPP regimen: setiap 28 hari untuk 6 siklus atau lebih.
2. ABVD regimen: setiap 28 hari untuk 6 siklus
3. Stanford V regimen: selama 2-4 minggu pada akhir siklus
4. BEACOPP regimen: setiap 3 mingguuntuk 8 siklus
Jika pengobatan awal gagal atau penyakit relaps:
1. ICE regimen
2. DHAP regimen
3. EPOCH regimen – Pada kombinasi ini, etoposide, vincristine,
dan doxorubicin diberikan secara bersamaan selama 96 jam IV
secara berkesinambungan.
d. Imunoterapi
Bahan yang digunakan dalam terapi ini adalah Interferon-α, di mana
interferon-α berperan untuk menstimulasi sistem imun yang
menurun akibat pemberian kemoterapi.7
e. Transplantasi sumsum tulang
Transplasntasi sumsum tulang merupakan terapi pilihan apabila
Kangker Kelenjar getah bening tidak membaik dengan pengobatan
konvensional atau jika pasien mengalami pajanan ulang (relaps).
Ada dua cara dalam melakukan transplantasi sumsum tulang, yaitu
secara alogenik dan secara autologus. Transplantasi secara alogenik
membutuhkan donor sumsum yang sesuai dengan sumsum penderita.
Donor tersebut bisa berasal dari saudara kembar, saudara kandung,
atau siapapun asalkan sumsum tulangnya sesuai dengan sumsum
tulang penderita. Sedangkan transplantasi secara autologus, donor
sumsum tulang berasal dari sumsum tulang penderita yang masih
bagus diambil kemudian dibersihkan dan dibekukan untuk
selanjutnya ditanamkan kembali dalam tubuh penderita agar dapat
menggantikan sumsum tulang yang telah rusak.2
F. Komplikasi
Ada dua jenis komplikasi yang dapat terjadi pada penderita
Kangker Kelenjar getah bening maligna, yaitu komplikasi karena
pertumbuhan kanker itu sendiri dan komplikasi karena penggunaan
kemoterapi. Komplikasi karena pertumbuhan kanker itu sendiri dapat
berupa pansitopenia, perdarahan, infeksi, kelainan pada jantung, kelainan
pada paru-paru, sindrom vena cava superior, kompresi pada spinal cord,
kelainan neurologis, obstruksi hingga perdarahan pada traktus
gastrointestinal, nyeri, dan leukositosis jika penyakit sudah memasuki
tahap leukemia.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Limfoma adalah kanker yang berasal dari jaringan limfoid mencakup
sistem limfatik dan imunitas tubuh. Tumor ini bersifat heterogen, ditandai
dengan kelainan umum yaitu pembesaran kelenjar limfe diikuti
splenomegali, hepatomegali, dan kelainan sumsum tulang. Tumor ini dapat
juga dijumpai ekstra nodal yaitu di luar sistem limfatik dan imunitas antara
lain pada traktus digestivus, paru, kulit, dan organ lain. Limfoma maligna
ini merupakan tipe kanker terbesar keenam dengan perkiraan insiden
pertahun 50.900 kasus dibagi kedalam beberapa bagian yakni penyakit
hodgkin (HD) dan limfoma non hodgkin (NHL) insiden pertahun untuk
jenis HD 7.900 kasus dan sisanya sekitar 43.000 kasus adalah jenis NHL.
B.Saran
Di harapkan kepada mahasiswa agar lebih bisa menambah dan
lebih mendalami materi tentang kangker getah bening, yang merupakan
salah satu bahasan materi Blood II.
DAFTAR PUSTAKA
Ford-Martin, Paula. 2005. Malignant Lymphoma. [serial online].
http://www.healthline.com/galecontent/malignant-lymphoma/. [03 juni
2015].
Price, S.A dan Wilson, L.M. 2005. “Pathophysiology: Clinical Concepts of
Disease Processes, Sixth Edition”. Alih bahasa Pendit, Hartanto, Wulansari
dan Mahanani. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi 6.
Jakarta: EGC
Reksodiputro, A. dan Irawan, C. 2006. “Kangker Kelenjar getah bening Non-
Hodgkin”. Disunting oleh Sudoyo, Setyohadi, Alwi, Simadibrata, dan Setiati.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Berthold, D. dan Ghielmini, M. 2004. Treatment of Malignant Lymphoma.
Swiss Med Wkly (134) : 472-480.
MAKALAH
LINFOMA HODGKIN
DISUSUN OLEH :
1. Dwi Tari Anggraini
2. Sela Meirantika
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN BENGKULU PRODI KEPERAWATAN CURUP
TAHUN 2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
karuniaNya, kami dapat menyelesaikan makalah ’Limfoma’ tepat pada
waktunya.
Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami juga menyadari banyak kekurangan yang terdapat pada makalah
ini, oleh karena itu kami mengharapkan kritik yang membangun agar kami
dapat berbuat lebih banyak di kemudian hari. Semoga makalah ini berguna
bagi kami pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Curup, 29 juni, 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
Sampul………………………………………………………………………….i
Kata Pengantar…………………………………………………………………ii
Daftar Isi………………………………………………………………………iii
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang………………………..………………………….……1
b. Rumusan Masalah…………………………………………..…………2
c. Tujuan……………………………………..…………………………..2
BAB II PEMBAHASAN
a. Pengertian Limpoma…………………..……………….……………..3
b. Klasifikasi Limpoma…………………..………………………….…..3
c. Epidemiologi Limpoma…………………..…………………….……..5
d. Etiologi Limpoma…………………..…………………………….…..5
e. Anatomi Sistem Limfatik…………………..………………………..6
f. Patofisiologi Limpoma…………………..……..……………………..7
g. Gejala Klinis Limpoma…………………..…………………………..9
h. Diagnosis Limpoma…………………..……………………………..11
i. Penatalaksanaan…………………..……………………..…………..12
j. Komplikasi…………………..…………………………….………..15
BAB III PENUTUP
a. Kesimpulan…………………………………..……...………………17
b. Saran…………………………………………………...……………17
DAFTAR PUSTAKA