Makalah (Ham)
-
Upload
muhammad-miswar-amal-sam -
Category
Documents
-
view
21 -
download
0
description
Transcript of Makalah (Ham)
TUGAS KEWARGANEGARAAN
OLEH :KELOMPOK V
REZKI AMALIYA
RINI MELATI SUKARNI
REZKI UTAMI
SRI WAHYUNI
SULISTIANA
WAHYUDIN SAM
ZAKIAH FADHLINA
SMA NEGERI 1 UNGGULAN WATAMPONE
TAHUN AJARAN 2007/2008
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia memiliki hak asasi yang tidak akan dapat dipisahkan dari
hakekatnya. Hak-hak asasi tersebut telah dimiliki oleh manusia sejak manusia itu
dilahirkan ke bumi ini. Hak-hak asasi yang telah dikodratkan dimiliki oleh
manusia itu biasanya kita kenal dengan HAM (Hak Asasi Manusia).
HAM yang dimiliki oleh setiap orang tidak selamanya dapat dinikmati
dengan sepenuhnya oleh pemilik HAM tersebut. Hal itu sebabkan oleh berbagai
faktor, misalnya banyaknya golongan yang berkuasa yang menindas golongan
yang lemah sehingga mereka tidak dapat menikmati haknya dan juga adanya
diskriminasi terhadap suatu golongan tertentu.
Dengan adanya kejadian seperti itu, maka akan dapat menimbulkan
kekacauan-kekacauan yang dilakukan oleh golongan-golongan atau pihak-pihak
yang menuntut haknya dipenuhi. Maka dari itu, diperlukan adanya upaya
penegakan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia. Upaya-upaya yang
dimaksud dapat dilakukan oleh pemerintah maupun oleh seluruh warga negara.
Upaya-upaya tersebut dimakudkan agar hal-hal yang tidak inginkan seperti di atas
dapat segera diminimalisir dan diantisipasi.
Upaya-upaya tersebut saat ini memang sangat diperlukan mengingat
banyaknya kasus-kasus pelanggaran HAM yang terjadi di dalam masyarakat yang
masih banyak belum dapat terselesaikan secara utuh.
Masalah HAM ini memang merupakan suatu masalah yang kompleks yang
terjadi di negara kita. Tanpa adanya kesadaran yang tinggi dari masyarakat
maupun pemerintah dalam penegakan HAM, maka HAM yang dimiliki oleh
setiap orang belum bisa dijamin keterpenuhannya. Selain kesadaran yang tinggi,
warga masyarakat dan pemerintah juga dirasa perlu untuk membekali diri dengan
berbagai wawasan mengenai HAM dalam rangka mempermudah dalam upaya
penegakan HAM.
B. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini antara lain sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian HAM dan macam-macamnya.
2. Kita dapat mengetahui dan memahami bagaimana peranan pemerintah dan
masyarakat dalam upaya penegakan HAM.
1
3. Untuk mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang dihadapai dalam upaya
penegakan HAM
4. Untuk mengetahui instrumen-instrumen HAM nasional dan internasional serta
mengenai peradilan HAM internasional.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian HAM dan Macam-Macam HAM
Istilah HAM diperkenalkan pertama kali oleh Anna E. Roosevelt, istri
presiden Amerika Serikat ke-32 yaitu Franklin Delano Roosevelt. Istri F.D.
Roosevelt inilah yang memperkenalkan istilah Human Rights (HAM).
Hak asasi manusia dalam pengertian umum adalah hak-hak dasar yang
dimiliki setiap pribadi manusia sejak manusia itu dilahirkan sebagai anugrah
Tuhan yang dibawa sejak lahir. Hak asasi manusia tidak dapat dicabut oleh suatu
kekuasaan atau oleh sebab-sebab lainnya, jika hal itu terjadi maka manusia
kehilangan martabatnya.
Berikut beberapa pengertian HAM yang dikemukakan oleh para tokoh dan
dokumen HAM :
Koentjoro Poerbapranoto (1976)
Hak asasi manusia adalah hak yang bersifat asasi, artinya hak-hak yang
dimiliki manusia merupakan kodratnya yang tidak bisa dipisahkan dari
hakikatnya sebagai sifatnya yang suci.
Meriam Budiharjo
Hak asasi manusia adalah hak yang dimiliki manusia yang telah diperoleh dan
dibawanya bersamaan dengan kehadirannya di dalam masyarakat.
John Locke (Two Treaties on CMI Government)
Hak asasi manusia adalah hak yang yang dibawa sejak lahir yang secara
kodrati melekat pada setiap manusia dan tidak dapat diganggu gugat (bersifat
mutlak).
UU. No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Hak asasi manusia adalah seperangkat hak-hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan YME dan merupakan anugrah-
Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh Negara,
hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan
harkat dan martabat manusia.
Pengakuan dan jaminan HAM dinyatakan dalam piagam PBB atau
Universal Declaration of Human Rights (Pernyataan Sedunia tentang Hak Asasi
Manusia) yang terdiri dari 30 pasal. Deklarasi ini diterima oleh Negara anggota
pada tanggal 10 Desember 1948 sehingga pada tanggal 10 Desember diperingati
sebagai hari HAM sedunia.
3
Secara umum, Hak-Hak Asasi Manusia dapat dikelompokkan dalam
beberapa macam sebagai berikut :
1. Hak Asasi Pribadi (Personal Rights)
Yaitu hak kemerdekaan memeluk agama, beribadah menurut agamanya
masing-masing, menyatakan pendapat dan kebebasan untuk berserikat.
2. Hak Asasi Ekonomi atau Milik (Property Rights)
Yaitu hak kebebasan, hak menjual, hak membeli, dan hak mengandakan suatu
perjanjian atau kontrak.
3. Hak Asasi Persamaan Hukum (Rights of Legal Quality)
Yaitu untuk mendapatkan pengayoman dan perlakuan yang sama dalam
keadilan hukum pemerintah.
4. Hak Asasi Politik (Political Rihts)
Yaitu hak untuk diakui dalam kedudukannya sebagai warga Negara yang
sederajat, yakni untuk memilih dan dipilih, mendirikan partai politik atau
organisasi serta hak mengajukan petisi, kritik dan saran.
5. Hak Asasi Sosial Budaya (Social And Culture Rights)
Yaitu hak mendapat pendidikan dan pengajaran atau hak memilih pendidikan
atau pengembangan kebudayaan yang disukai.
6. Hak Asasi Perlakuan Tata Cara Pengadilan dan Perlindungan Hukum
(Procedural Rihts)
Misalnya hak mendapat perlakuan wajar dan adil dalam razia, penangkapan
dan peradilan.
Dalam UUD 1945 hasil amandemen juga dijabarkan beberapa macam hak
asasi warga negara antara lain :
1. Hak atas kesamaan dalam hukum dan pemerintahan (pasal 27 ayat 1)
2. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak (pasal 27 ayat 2)
3. Hak untuk membela negara (pasal 27 ayat 3)
4. Kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pikiran (pasal 28)
5. Hak asasi manusia (pasal 28A sampai 28J)
6. Kemerdekaan beragama dan beribadah (pasal 29)
7. Hak atas usaha pertahanan dan keamanan negara (pasal 30)
8. Hak mendapat pendidikan (pasal 31)
9. Hak mengembangkan dan memelihara budaya (pasal 32)
10. Hak atas kehidupan ekonomi (pasal 33)
11. Hak atas jaminan sosial dan kesehatan (pasal 34)
4
B. Upaya Penegakan Hak Asasi Manusia
Di Indonesia masalah penegakan HAM telah menjadi tekad dan komitmen
yang kuat dari segenap komponen bangsa terutama pada era reformasi sekarang
ini. Kemajuan atas upaya pemerintah dalam menegakkan HAM ini dapat dilihat
dari kemajuan mengenai perumusan tentang hak asasi manusia yang tercapai pada
saat Sidang Umum MPR RI tahun 1998. MPR berhasil mengeluarkan ketetapan
MPR No. XVII/MPR/1998 tentang HAM pada tanggal 13 November 1998.
Dalam ketetapan tersebut, MPR menugaskan kepada lembaga-lembaga tinggi
Negara dan seluruh aparatur pemerintah untuk menghormati, menegakkan, dan
menyebarluaskan pemahaman mengenai HAM kepada seluruh masyarakat.
Upaya lain yang dilakukan pemerintah dalam menegakkan HAM ini adalah
adanya kebijakan pemerintah yaitu pembentukan lembaga penegakan HAM
antara lain sebagai berikut :
1. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM)
Lembaga ini dikuatkan kedudukan dan fungsinya berdasarkan UU No. 39
Tahun 1999 sebagai lembaga mandiri yang kedudukannya setingkat dengan
lembaga negara lainnya. Fungsinya untuk melaksanakan pengkajian,
penelitian, penyuluhan, pemantauan dan mediasi HAM.
2. Pengadilan HAM
Pengadilan HAM dibentuk berdasarkan UU No. 26 Tahun 2000. Pengadilan
HAM berfungsi serbagi pengadilan khusus yang berada di bawah lingkungan
peradilan umum dan berkedudukan di tingkat kabupaten/kota.
3. Pengadilan Ad Hoc HAM
Pengadilan Ad Hoc HAM yaitu pengadilan khusus untuk kasus-kasus yang
terjadi sebelum diberlakukannya UU No. 26 Tahun 2000.
4. Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi
Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi yaitu penyelesaian kasus HAM di luar
pengadilan HAM.
Penegakan HAM di Indonesia dapat berhasil dengan baik apabila mendapat
dukungan dan partisipasi dari masyarakat. Peran masyarakat diperlukan agar
pelaksanaan HAM tidak bebas, tetapi ada aturan dan batasannya. Pembatasan atas
hak asasi manusia dicantumkan dalam peraturan perundang-undangan, yaitu
piagam hak asasi manusia Indonesia yang tercantum dalam Tap MPR No.
XVII/MPR/1998 pasal 36 dan pasal 28J UUD1945 ayat 1 dan 2 yang menyatakan
:
1. Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
5
2. Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-
mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan
orang lain serta untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan
pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum
dalam suatu masyarakat demokratis.
Peran serta masyarakat dalam menegakkan HAM dapat dilakukan dengan
mengamalkan nilai-nilai dalam pasal-pasal tersebut.
Berdasarkan UU No. 39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia pasal 100
sampai pasal 103 mengatur tentang partisipasi masyarakat dalam menegakkan
HAM. Berikut ini partisipasi masyarakat yang sesuai dengan UU tersebut :
1. Setiap orang, kelompok, organisasi politik, organisasi masyarakat, lembaga
swadaya masyarakat atau lembaga kemasyarakatan lainnya berhak
berpartisipasi dalam perlindungan, penegakan, dan pemajuan HAM.
2. Setiap orang, kelompok, organisasi politik, organisasi masyarakat, lembaga
swadaya masyarakat atau lembaga kemasyarakatan lainnya berhak
menyampaikan laporan atas terjadinya pelanggaran hak asasi manusia kepada
Komnas HAM atau lembaga lain yang berwenang dalam rangka
perlindungan, penegakan, dan pemajuan HAM.
3. Setiap orang, kelompok, organisasi politik, organisasi masyarakat, lembaga
swadaya masyarakat atau lembaga kemasyarakatan lainnya berhak untuk
mengajukan usulan mengenai perumusan dan kebijakan yang berkaitan
dengan hak asasi manusia kepada Komnas HAM atau lembaga lainnya.
C. Hambatan dan Tantangan dalam Penegakan HAM di Indonesia
Jika dikaji lebih mendalam, banyaknya pelanggaran HAM terutama di
sebabkan oleh lemahnya sistem penegakan hukum terhadap pihak pelanggar dan
lemahnya political will (kehendak politik) pemerintah dalam
mengimplementasikan norma-norma HAM. Selain itu, juga karena rendahnya
tingkat kesalahan hukum dari warga masyarakat itu sendiri. Hal-hal itulah yang
juga menjadi hambatan dalam penegakan HAM di Indonesia.
Sementara itu, Indonesia sebagai negara hukum mempunyai prinsip-prinsip
sebagai berikut.
a. Pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia yang mengandung
persamaan di bidang politik, sosial, dan hukum. Semua ini harus berdasarkan
pada ketentuan hukum.
6
b. Peradilan yang bebas, tidak memihak, dan tidak terpengaruh oleh kekuatan
lain. Maksudnya adanya kekuasaan yang terlepas dari kekuasaan pemerintah.
Tujuannya untuk menjamin hak asasi manusia sehingga hakim benar-benar
objektif dalam memutuskan perkara.
c. Legalitas dalam arti hukum apa pun bentuknya, artinya suatu tindakan harus
sesuai dengan peraturan hukum.
Di negara hukum, kekuasaan negara juga dilaksanakan menurut prinsip-
prinsip dasar keadilan.
Oleh karena itu, pemerintah dalam melakukan segala tindakannya, termasuk
dalam mencampuri hak dan kebebasan warga negaranya harus dibatasi oleh
hukum. Hal inilah yang menjadi tantangan penegakan HAM di Indonesia.
Dalam menegakkan supremasi hukum, banyak kendala yang menghambat
seperti di bawah ini.
a. Masih maraknya mentalitas KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme), budaya
kekerasan, ketidakjujuran, dan perekayasaan di kalangan aparat penegak
hukum. Bahkan hal itu juga terjadi di kalangan pemerintah, birokrasi, militer,
atau bahkan di kalangan anggota DPR dan MPR yang terhormat.
b. Adanya penempatan aparat kekuasaan negara, yaitu TNI dan POLRI pada
kedudukan istimewa yang berbeda dengan warga negara biasa.
c. Belum terbentuknya budaya hukum yang menghormati HAM, baik oleh
pejabat maupun kalangan praktisi hukum, serta masyarakat pada umumnya.
Dalam pelaksanaan hukum semakin terlihat banyaknya “sandiwara”
pengadilan atau banyak praktik kepura-puraan pengadilan. Hal ini jelas
menjadikan reformasi bidang hukum semakin carut marut.
Melihat berbagi kendala di atas, maka supremasi hukum di Indonesia dapat
ditegakkan dengan syarat-syarat sebagai berikut :
a. Menyingkirkan segala kendala yang menghambat upaya penegakan HAM di
Indonesia.
b. Setiap warga negara Indonesia baik yang duduk dalam pemerintahan maupun
sebagai rakyat biasa harus tunduk kepada hukum.
c. Adanya jaminan dan perlindungan hukum terhadap segala bentuk penindasan
individu dan kelompok yang melanggar norma-norma hukum dan segala
bentuk penindasan terhadap hak asasi manusia.
Dengan tegaknya supremasi hukum, maka tidak akan ada lagi kasus-kasus
pelanggaran HAM di Indonesia. Itulah tantangan dan hambatan yang harus
dihadapi bangsa Indonesia.
7
D. Proses Pemajuan, Penghormatan, dan Penegakan HAM
Pemajuan hak asasi manusia pada era Orde Baru sampai berakhirnya era
tersebut tidak banyak mengalami perkembangan, masih tetap berlandaskan
rumusan yang ada dalam UUD 1945. Namun, ada hal yang penting dalam era ini,
yaitu makin banyaknya kasus pelanggaran HAM di Indonesia, maka pada masa
orde baru ini didirikan lembaga Komnas HAM.
Kasus-kasus pelanggaran HAM yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Kasus Tanjung Periok di Jakarta, tahun 1984
2. Kasus terbunuhnya Marsinah, seorang tenaga kerja wanita, tahun1994
3. Kasus Timika di Papua, tahun 1994
4. Kasusu terbunuhnya “Udin”, wartawan harian umum Bernas, tahun 1996
5. Operasi militer di Aceh, tahun 1989-1998
Selanjutnya perkembangan pemajuan, penghormatan, dan penegakan HAM
terjadi pada era reformasi. Pada masa reformasi ini ditandai dengan demokrasi,
keterbukaan, dan hak asasi manusia, jaminan akan perlindungan HAM bagi
rakyat makin diperjuangkan. Namun, walaupun demikian, kasus pelanggaran
HAM masih masih terjadi di era ini seperti berikut :
1. Kasus Trisakti
2. Kasus Semanggi
3. Kasus Poso di Sulawesi Tenggara
4. Kasus Sampit di Kalimantan Tengah
Pada era reformasi terdapat piagam-piagam penting bagi bangsa Indonesia.
Piagam-piagam ini sebagai bentuk pengakuan, perlindungan, penghormatan, dan
penegakan HAM. Dengan adanya piagam-piagam tersebut menunjukkan adanya
proses. Berikut ini piagam-piagam penting bagi pemajuan, penghormatan, dan
penegakan HAM di Indonesia.
1. Ditetapkannya Ketetapan MPR No. XVII/MPR/1998 tentang Piagam-Piagam
Hak Asasi Manusia tanggal 13 November 1998.
2. Disahkannya UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia tanggal 23
September 1999.
3. Ditetapkannya UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM.
4. Rumusan baru mengenai HAM dalam pasal 28A sampai dengan pasal 28J
UUD 1945 amandemen pertama.
E. Instrumen HAM dan Peradilan Internasional HAM
1. Instrumen HAM
Instrumen HAM dapat dibedakan menjadi dua sebagai berikut :
8
a. Instrumen nasional HAM, yang terdiri atas peraturan perundang-undangan
yang mengatur tentang HAM seperti di bawah ini.
1) UUD 1945 pasal 28A sampai 28J hasil amandemen
2) Ketetapan MPR No. XVII Tahun 1998 tentang Hak Asasi Manusia
3) UU No. 39 Tahun1999 tentang Hak Asasi Manusia
4) UU No. 26 tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia
5) Keputusan Presiden RI Nomor 50 Tahun 1993 tentang Komisi Nasional
Hak Asasi Manusia
6) Keputusan Presiden RI Nomor 129 Tahun 1998 tentang Rencana Aksi
Nasional Hak-Hak Asasi Manusia Indonesia
b. Instrumen Internasional HAM, yang terdiri atas :
1) Piagam PBB, 1945
2) Deklarasi Universal HAM, 1948
3) Instrumen Internasional lain mengenai HAM yang telah disahkan dan
diterima oleh Indonesia seperti Magna Charta, The Four Freedoms, dan
sebagainya.
2. Peradilan Internasional HAM
Pengadilan Internasional menangani kasus pelanggaran HAM dalam tingkat
internasional. Kasus-kasus yang ditangani menyangkut kejahatan-kejahatan
pelanggaran HAM berat yang sudah menjadi masalah universal dikalangan
masyarakat internasional.
Adapun yang termasuk dalam pelanggaran HAM berat yaitu :
a. Kejahatan genosida
b. Kejahatan terhadap kemanusiaan
c. Kejahatan perang
d. Kejahatan agresi
Lembaga-lembaga yang berada dalam struktur organisasi PBB yang bertugas
menangani persoalan sengketa dan kejahatan internasional antara lain sebagai
berikut :
a. Mahkamah Internasional
b. Mahkamah Militer Internasional
c. Mahkamah Pidana Internasional
Peradilan internasional khusus yang dibentuk PBB untuk menangani tindakan
pelanggaran berat HAM di antaranya sebagai berikut :
a. International Criminal Tribunal for Yoguslavia (ICTY) tahun 1993,
dibentuk untuk mengadili kasus pelanggaran HAM akibat perang etnik di
negara bekas Yugoslavia.
9
b. International Criminal Tribunal for Rwanda (KTR) dibentuk oleh Dewan
Keamanan PBB tahun 1994 untuk mengadili kasusu pelanggaran HAM
akibat peperangan antara suku Huttu dan Tutsi di Rwanda, Afrika.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari beberapa uraian di atas pada akhirnya dapat disimpulkan
bahwa hak asasi manusia merupakan hak mutlak yang harus ditegakkan oleh
berbagai pihak demi tercapainya kesejahteraan setiap warga negara. Selain
pemerintah, masyarakat juga memiliki peran yang sangat penting dalam upaya
penegakan HAM. Maka dari itu, antara pemerintah dan masyarakat, diperlukan
adanya kerjasama yang baik.
B. Saran
Agar upaya penegakan HAM dapat berjalan dengan lancar, maka dirasa
perlu untuk menambah wawasan mengenai HAM agar setiap orang, baik itu
pemerintah maupun masyarakat dapat mengetahui perannya masing-masing yang
sesuai dengan ketetapan undang-undang , serta dapat mengetahui prosedur-
prosedur penegakan HAM di negara kita ini. Hal tersebut dapat dilakukan dengan
berbagai cara misalnya dengan sosialisasi, seminar, diskusi, dan sebagainya.
11
DAFTAR PUSTAKA
Yudi Suparyanto, S.Pd. dan Amin Suprihatini, S.Pd. 2006. Pendidikan
Kewarganegaraan Kelas X. Klaten : Cempaka Putih
Tim Penyusun. 2005. Kewarganegaraan Jilid 1 SMA. Klaten : Cempaka Putih
LKS. 2006. Buku Ajar Kewarganegaraan Kelas X. Surakarta : Citra Pustaka
Sunardi H.S., Drs dan Mas’udi Asy, Drs. 2004. Pengetahuan Sosial
Kewarganegaraan Kelas 1 SMP/MTs. Surakarta : Tiga Serangkai
12