Makalah Distribusi Antikanker, Antioksidan Dan Antibakteri
-
Upload
aulia-rahman-hakimz -
Category
Documents
-
view
25 -
download
0
description
Transcript of Makalah Distribusi Antikanker, Antioksidan Dan Antibakteri
DISTRIBUSI ANTIKANKER , ANTIBAKTERI DAN ANTIOKSIDAN
PADA UBI UNGU (IPOMEA BATATAS)
Disusun oleh :
Andika Abdika
Dendi Warman
Imam Hamidi
Ilham Waladona
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menurut Francis F (2002), Anthosianin merupakan senyawa flavonoid dan
merupakan glikosida dari antosianidin yang terdiri dari 2-phenyl benzopyrilium
(Flavium) tersubstitusi, memiliki sejumlah gugus hidroksil bebas dan gugus
hidroksil termetilasi yang berada pada posisi atom karbon yang berbeda.
Seluruh senyawa antosianin merupakan senyawa turunan dari kation
flavilium, dua puluh jenis senyawa telah ditemukan. Tetapi hanya enam yang
memegang peranan penting dalam bahan pangan yaitu pelargonidin, sianidin,
delfinidin, peonidin, petunidin, dan malvidin (Francis F, 2002).
Antosianin merupakan satuan gugus glikosida yang terbentuk dari gugus
aglikon dan glikon. Terdapat lima jenis gula yang ditemui pada molekul
antosianin, yaitu : glukosa, rhamnosa, galaktosa, xilosa dan arabinosa. Sedangkan
senyawa-senyawa bentuk lainnya sangat jarang ditemui [8].
Berdasarkan klasifikasi antosianin berdasarkan jumlah gulanya dapat
dibedakan menjadi 3 yaitu monosida, biosida, dan triosida. Antosianin yang
mengandung satu gula dalam ikatannya disebut dengan monosida, biasanya ikatan
gula tersebut terdapat pada posisi atom C nomor 3, terkadang pada posisi 5 dan 7.
Antosianin yang mengandung dua gula dalam ikatannya disebut dengan biosida.
Ikatan gula tersebut terdapat pada posisi atom C nomor 3 keduanya, pada posisi 3
dan 5, atau pada posisi 3 dan 7. Antosianin yang mengandung tiga gula dalam
ikatannya, dua ikatan pada posisi 3 dan satu pada posisi 5. Seringkali juga ikatan
gula terdapat pada posisi 3 (Harborne, 1996).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. UBI JALAR
Tanaman ubi jalar berasal dari Amerika bagian tengah dan pada tahun 1960-
an ubi jalar menyebar dan ditanam dihampir seluruh wilayah Indonesia. Ubi jalar
ungu merupakan salah satu jenis ubi jalar yang banyak ditemui di Indonesia selain
yang berwarna putih, kuning, dan merah. Ubi jalar ungu memiliki warna ungu
yang cukup pekat dan menarik perhatian. Warna ungu pada ubi jalar disebabkan
oleh adanya pigmen ungu antosianin yang menyebar dari bagian kulit sampai pada
daging ubinya.
I. TAKSONOMI
Dalam budi daya dan usaha pertanian, ubi jalar tergolong tanaman
palawija. Tanaman ini membentuk umbi di dalam tanah. Umbi itulah yang
menjadi produk utamanya. Adapun kedudukan tanaman ubi jalar dalam tatanama
(sistematika) sebagai berikut:
Divisio : Spermatophyta
Sub-diivisio : Angiospermae (tumbuhan berbunga)
Kelas : Dicotyledoneae (berbiji belah atau berkeping dua)
Bangsa : Tubiflorae
Famili : Convolvulaceae (kangkung-kangkungan)
Genus : Ipomoea
Spesies : Ipomoea batatas (L.) Lamb.
Famili Convolvulaceae yang sudah umum dibudidayakan selain ubi jalar
adalah kangkung air (Ipomoea aquatica) dan kangkung darat (Ipomoea reptans).
Tidak hanya itu, masih ada kangkung pagar atau kangkung hutan (Ipomoea
fistulosa), rincik bumi (Ipomoea quamoqlit), dan Ipomoea triloba yang tumbuh
liar.
II. KANDUNGAN GIZI
Ubi jalar dapat pula dimanfaatkan sebagai salah satu bahan makanan yang
membantu perbaikan gizi masyarakat, karena selain nilai kandungan
karbohidratnya yang cukup tinggi, juga kandungan vitamin A yang cukup besar
dan juga mengandung vitamin C dan mineral-mineral serta kalsium dan besi.
Karena kandungan vitamin A yang cukup besar, maka ubi jalar dapat
dimanfaatkan untuk menanggulangi penyakit kebutaan (Lingga, dkk., 1986).
Ubi jalar mengandung beberapa jenis gula oligosakarida yang dapat
menyebabkan flatulensi, yaitu stakiosa, rafinosa dan verbaskosa. Oligosakarida
penyebab flatulensi ini tidak dapat dicerna oleh enzim-enzim pencernaan manusia
tetapi dicerna oleh bakteri pada usus bagian bawah. Hal ini menyebabkan
terbentuknya gas dalam usus besar (Tien R. Muchtadi dan Sugiyono, 1992).
Berdasarkan warna daging umbinya, ubi jalar dapat dibedakan menjadi tiga
jenis yaitu ubi jalar putih, oranye dan ungu. Komposisi gizi dari tiga jenis ubi jalar
tersebut diperlihatkan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Komposisi Gizi Ubi Jalar Putih, Ubi Jalar Kuning, dan Ungu
Komposisi gizi Ubi jalar putih Ubi jalar kuning Ubi jalar unguZat pati (%) 28,79 24,47 12,64
Gula reduksi (%) 0,32 0,11 0,30Lemak (%) 0,77 0,68 0,94Protein (%) 0,89 0,49 0,77
Air (%) 62,24 68,78 70,46Abu (%) 0,93 0,99 0,84Serat (%) 25 2,79 3,00Vitamin C (mg/100g)
28,68 29,22 21,43
Antosianin (mg/100g)
0,06 4,56 110,51
Sumber : Suprapta (2003)
Anthosianin telah dilaporkan memberi efek positif dalam pengobatan
berbagai penyakit dan diresepkan sebagai obat di beberapa negara selama ribuan
tahun. Bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa buah-buahan dan sayur-sayuran
yang kaya akan antosianin berkaitan dengan penurunan risiko penyakit kronis
peradangan terkait dan bahwa anthocyanin menampilkan berbagai kegiatan
biologis termasuk antimikroba , anti - karsinogenik dan kegiatan proapoptotik ;
peningkatan visi (daya lihat) dan efek saraf.
B. ANTIKANKER
Obat antikanker adalah senyawa kemoterapeutik yang digunakan untuk
pengobatan tumor / kanker. Obat antikanker sering disebut juga sebagai
sitotoksik, sitostatik atau antineoplasma.
I. Proliferasi Kanker
Proses proliferasi kanker dibagi menjadi 4 fase, yaitu fase mitosis (M),
fase pascamitosis (G1), fase sintesis DNA (S) dan fase prsmitosis (G2).
Gambar 1. Proses proliferasi kanker
II. Klasifikasi Obat Antikanker
a. Berdasarkan siklus sel
Berdasarkan siklus sel, obat antikanker dibagi menjadi dua, yaitu :
Cell Cycle Specific (CCS) dan Cell Cycle Non-Specific (CCNS).
Dimana obat CCS bekerja dengan cara memperlihatkan toksisitas
selektif terhadap fase tertentu dari siklus sel. Dan obat CCNS bekerja
dengan cara membunuh sel yang terlibat dalam siklus sel juga sel-sel
di luar siklus sel dengan cara mengikat DNA dan merusaknya.
b. Berdasarkan mekanisme kerja
Berdasarkan mekanisme kerja obat antikanker dibagi menjadi 6
golongan, yaitu : alkilasi polifungsional, antimetabolit, alkaloid
tanaman, antibiotic, agen hormonal dan golongan lain-lain.
III. Mekanisme Antosianin sebagai Antikanker
Gambar 2. Mekanisme induksi apoptosis AIM terhadap sel kanker usus besar HCT-116
AIM (Antosianin) menekan ekspresi XIAP (protein anti apoptosis)
melalui penghambatan p-Akt, dan kemudian penghambatan ini
menyebabkan penekanan caspase-3. Selain itu, AIM mengaktifkan
p38-MAPK dan kemudian aktivasi ini menyebabkan aktivasi
berurutan caspases melalui disfungsi mitokondria. studi ini
menjelaskan bahwa Akt dan p38-MAPK adalah protein kinase yang
mengatur efek apoptosis AIM dalam sel kanker usus besar HCT-116
manusia.
C. ANTIOKSIDAN
Antioksidan adalah senyawa yang melindungi senyawa atau jaringan dari
efek destruktif jaringan oksigen dan mempunyai struktur molekul yang dapat
memberikan elektronnya kepada molekul radikal bebas dan dapat memutus reaksi
berantai dari radikal bebas (Swarth, 2004).
Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif radikal bebas,
antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu, antioksidan pencegah yang
mengurangi kecepatan inisiasi (permulaan) rantai reaksi, dan antioksidan pemecah
rantai yang akan memotong perbanyakan reaksi berantai (Murrayet al 2003).
I. Jenis Antioksidan
Antioksidan dibagi menjadi dua jenis menurut sumbernya, yaitu
sintesis dan alami. Contoh antioksidan sintesis adalah BHT, BHA,
PG, NDGA dll. Sedangkan antioksidan dari alam berupa tokoferol,
fosfatida, gosipol, lesitin, sesamol, asam askorbat dan antosianin.
II. Mekanisme Antosianin sebagai Antioksidan
Antosianin merupakan antioksidan yang berpotensi mengungguli
antioksidan pada umumnya, seperti BHA (Velioglu, 1998), BHT, α-
tokoferol (Fukumoto, 2000), 6-hydroxy-2,5,7,8-
tetramethychromane-2-carboxily acid (Trolox), catechin, dan
quercetin (Kahkonen, MP. , Heinonen, M, 2003).
Dan Antosianin memutuskan reaksi berantai radikal bebas dengan
cara mendonasikan hidrogen pada gugus hidroksil kepada radikal
bebas, sehingga radikal bebas tersebut menjadi lebih stabil. Dan
antosianin yang menjadi radikal bebas setelah memberikan hidrogen
akan melakukan resonansi elektron yang akan menghasilkan radikal
bebas yang lebih stabil/kurang radikal.
Gambar 3. Mekanisme antioksidan senyawa golongan flavonoid
D. ANTIBAKTERI
Antibakteri adalah obat atau senyawa kimia yang dapat digunakan untuk
menghambat atau membunuh mikroba yang menyebabkan infeksi pada manusia
(Mazni, 2008).
Menurut Pelczar dan Chan (1998) menyatakan bahwa terdapat beberapa
kelompok zat kimia yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan,
antara lain persenyawaan fenolik, alkohol, unsur halogen, klor, aldehid, dan
logam berat.
I. Jenis Antibakteri
Antibakteri dibagi menjadi dua :
a. Bakteriostatik
Bahan antibakteri memiliki kemampuan untuk membunuh bakteri. Jika
bahan antibakteri dihilangkan, perkembangbiakan tidak berjalan
kembali (Lay, 1992).
b. Bakterisidal
Bahan antibakteri memiliki kemampuan untuk menghambat
perkembangbiakan bakteri. Jika bahan antibakteri dihilangkan,
perkembangbiakan bakteri berjalan kembali (Lay, 1992).
II. Jenis Antibakteri
Obat antibakteri dibagi menjadi empat jenis berdasarkan mekanisme
kerjanya, yaitu menghambat sintesis dinding sel, menghambat fungsi membrane
sel, menghambat sintesis protein dinding sel dan menghambat sintesis asam
nukleat (DNA dan RNA).
III. Mekanisme Antibakteri
Peranan senyawa antosianin yang merupakan golongan senyawa fenol
bekerja sebagai antibakteri dengan cara mengendapkan protein sel dan merusak
membran sel.
Gambar 4. Struktur dinding sel bakteri
Peptidoglikan (murein) adalah polisakarida yang terdiri dari dua gula turunan
yaitu asam-N-asetil glukosamin serta asam-N-asetil muramat yang dihubungkan
ikatan β-1,4, dan sebuah rantai peptida pendek yang contohnya terdiri dari asam
amino l-alanin, d-alanin, d-asam glutamat, dan baik l-lisin atau asam
diaminopimelik (DAP)-asam amino langka yang hanya ditemukan pada dinding
sel prokariot.
Gambar 5. Struktur molekul peptidoglikan
DAFTAR PUSTAKA
Beecher, G.R. 2003, J Nutr., 133(10), 3248S.
Dong Yeok Shin, Won Sup Lee, Jing Nan Lu. 2009. Induction of apoptosis in human colon cancer HCT-116 cells by anthocyanins through suppression of Akt and activation of p38-MAPK. International Journal Of Oncology 35: 1499-1504.
Francis, F. 2002. Pigment and Other Colorants.New York : Marcel Dekker Inc
Harborne, J.B., Williams, C.A. 2000, Phytochemistry, 55(6), 481
Harborne, J.B. 1996. Metode Fitokimia Penuntun Cara Menganalisis Tumbuhan.Terjemahan Padmawiyata, K. dan Soediro, I. Bandung: ITB
Kahkonen, M.P., Heinonen, M. 2003, J Agric Food Chem., 51, 628).
Markakis, P. 1982. Food Chemistry. Didalam Santi, W. 2010. Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Antosianin Dari Kulit Buah Anggur (Vitis Vinifera Var. Prabu Bestari). New York: Marcel Dekker Inc
Pelczar, M.J. dan Chan E.C.S. 1998. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Universitas Indonesia Press
Yun, J.M., Afaq, F.,(2009). Delphinidin, an anthocyanidin in pigmented fruits and vegetables, induces apoptosis and cell cycle arrest in human colon cancer HCT116 cells. Mol Carciog, 48 (3), 260-270