Lp Osteomielitis
-
Upload
laksita-barbara -
Category
Documents
-
view
462 -
download
21
Transcript of Lp Osteomielitis
1
1. Definisi
Osteomielitis = ( osteo + mielitis ) adalah radang tulang yang disebabkan oleh
organisme piogenik, walaupun berbagai organ infeksi lain juga dapat
menyebabkannya. Ini dapat tetap terlokalisasi atau dapat tersebar melalui tulang,
melibatkan sumsum, korteks, jaringan kanselosa, dan periosteum. Osteomielitis
adalah infeksi pada tulang. Infeksi tersebut, dapat mencapai tulang melalui
peredaran darah atau penyebaran akibat infeksi pada jaringan sekitarnya. Infeksi
dapat pula berawal pada tulang, jika terjadi cedera yang langsung mengenai tulang
dan membawa kuman. Pada orang dewasa, osteomielitis sering mengenai tulang
belakang, juga sering mengenai penderita diabetes, jika terdapat luka pada kaki.
Pada umumnya, tulang yang terinfeksi dan sulit diobati akan diamputasi.
2. Klasifikasi
Osteomielitis secara umum dapat diklasifikasikan berdasarkan perjalanan
klinis, yaitu osteomielitis akut, sub akut, dan kronis. Hal tersebut tergantung dari
intensitas proses infeksi dan gejala yang terkait.
2.1. Osteomielitis Hematogen Akut
Osteomielitis hematogen akut merupakan infeksi tulang dan sumsum tulang
akut yang disebabkan oleh bakteri piogen dimana mikro – organisme berasal dari
fokus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah. Kelainan ini sering
ditemukan pada anak – anak dan sangat jarang pada orang dewasa. Diagnosis yang
dini sangat penting oleh karena prognosis tergantung dari pengobatan yang tepat
dan segera.
Etiologi :
Sebanyak 90 % disebabkan oleh stafilokokus aureus hemolitikus ( koagulasi
positif ) dan jarang oleh streptokokus hemolitikus. Pada anak umur dibawah 4 tahun
sebanyak 50 % disebabkan oleh Hemofilus influenza. Adapun organisme lain seperti
B. Colli, B. Aerogenus kapsulata, Pneumokokus, Salmonella tifosa, Pseudomonas
aerogenus, Proteus mirabilis, Brucella, dan bakteri anaerobik yaitu Bakteroides
fragilis juga dapat menyebabkan osteomielitis hematogen akut.
Faktor predisposisi osteomielitis akut adalah :
- Umur, terutama mengenai bayi dan anak – anak
- Jenis kelamin, lebih sering pada laki – laki daripada wanita dengan perbandingan
4:1
2
- Trauma, hematogen akibat trauma pada daerah metafisis, merupakan salah satu
faktor predisposisi terjadinya osteomielitis hematogen akut
- Lokasi, osteomielitis hematogen akut sering terjadi pada daerah metafisis karena
daerah ini merupakan daerah aktif tempat terjadinya pertumbuhan tulang
- Nutrisi, lingkungan dan imunitas yang buruk serta adanya fokus infeksi
sebelumnya ( seperti bisul, tonsilitis ) merupakan faktor predisposisi osteomielitis
hematogen akut
Patologi dan Patogenesis
Penyebaran osteomielitis terjadi melalui dua cara, yaitu :
1.Penyebaran umum
Melalui sirkulasi darah berupa bakterimia dan septicemia
Melalui embolus infeksi yang menyebabkan infeksi multifokal pada daerah -
daerah lain
2.Penyebaran lokal
Subperiosteal abses akibat penerobosan abses melalui periost
Selulitis akibat abses subperiosteal menembus sampai dibawah kulit
Penyebaran ke dalam sendi sehingga terjadi artritis septic
Penyebaran ke medula tulang sekitarnya sehingga sistem sirkulasi dalam
tulang terganggu. Hal ini menyebabkan kematian tulang lokal dengan
terbentuknya tulang mati yang disebut sekuestrum.
Gambar skematis perjalanan penyakit osteomielitis
3
A. Fokus infeksi pada lubang akan berkembang dan pada tahap ini menimbulkan
edema periosteal dan pembengkakan jaringan lunak.
B. Fokus kemudian semakin berkembang membentuk jaringan eksudat inflamasi
yang selanjutnya terjadi abses subperiosteal serta selulitis dibawah jaringan
lunak
C. Selanjutnya terjadi elevasi periosteum diatas daerah lesi, infeksi menembus
periosteum dan terbentuk abses pada jaringan lunak dimana abses dapat
mengalir keluar melalui sinus pada permukaan kulit. Nekrosis tulang akan
menyebabkan terbentuknya sekuestrum dan infeksi akan berlanjut kedalam
kavum medula.
Patologi yang terjadi pada osteomielitis hematogen akut tergantung pada
umur, daya tahan penderita, lokasi infeksi serta virulensi kuman. Infeksi terjadi
melalui aliran darah dari fokus tempat lain dalam tubuh pada fase bakterimia dan
dapat menimbulkan septikemia. Embolus infeksi kemudian masuk kedalam juksta
epifisis pada daerah metafisis tulang panjang. Proses selanjutnya terjadi hiperemi
dan edema didaerah metafisis disertai pembentukan pus. Terbentuknya pus
menyebabkan tekanan dalam tulang bertambah. Peninggian tekanan dalam tulang
mengakibatkan terganggunya sirkulasi dan timbul trombosis pada pembuluh darah
tulang yang akhirnya menyebabkan nekrosis tulang. Disamping itu pembentukan
tulang baru yang ekstensif terjadi pada bagian dalam periosteum sepanjang diafisis (
terutama anak – anak ) sehingga terbentuk suatu lingkungan tulang seperti peti
mayat yang disebut involucrum dengan jaringan sekuestrum didalamnya. Proses ini
terlihat jelas pada akhir minggu kedua. Apabila pus menembus tulang, maka terjadi
pengaliran pus ( discharge ) dari involucrum keluar melalui lubang yang disebut
kloaka atau melalui sinus pada jaringan lunak dan kulit.
Pada tahap selanjutnya akan berkembang menjadi osteomielitis kronis. Pada
daerah tulang kanselosa, infeksi dapat terlokalisir serta diliputi oleh jaringan fibrosa
yang membentuk abses tulang kronik yang disebut abses Brodie.
Gambaran Klinis
Osteomielitis hematogen akut berkembang secara progresif atau cepat. Pada
keadaan ini mungkin dapat ditemukan adanya infeksi bakterial pada kulit dan saluran
napas atas. Gejala lain dapat berupa nyeri yang konstan pada daerah infeksi, nyeri
tekan dan terdapat gangguan fungsi anggota gerak yang bersangkutan.
4
Gejala – gejala umum timbul akibat bakterimia dan septikemia berupa panas
tinggi, malaise serta nafsu makan yang berkurang. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan adanya:
- Nyeri tekan
- Gangguan pergerakan sendi oleh karena pembengkakan sendi dan gangguan akan
bertambah berat bila terjadi spasme lokal.
Pemeriksaan Radiologis
• Pemeriksaan foto polos dalam sepuluh hari pertama, tidak ditemukan kelainan
radiologik yang berarti dan mungkin hanya ditemukan pembengkakan jaringan
lunak.
Gambar 1. Proyeksi lateral pada tibia terlihat gambaran sklerotik di diametafisis tibia
Gambar 2. Proyeksi AP pada tibia terlihat gambaran sklerotik di lateral diametafisis
tibia.
Gambaran destruksi tulang dapat terlihat setelah sepuluh hari ( 2 minggu ) berupa
refraksi tulang yang bersifat difus pada daerah metafisis dan pembentukan tulang
baru dibawah periosteum yang terangkat.
5
Gambar 3. Tampak destruksi tulang pada tibia dengan pembentukan tulang
subperiosteal
• Pemeriksaan Ultrasonografi dapat memperlihatkan adanya efusi pada sendi.
Gambar 4.Ultrasound image of the left hip shows a large joint effusion
Pengobatan
o Pemberian antibiotik secepatnya sesuai dengan penyebab utama yaitu
Stafilokokus aureus sambil menunggu hasil biakan kuman. Antibiotik
diberikan selama 3-6 minggu dengan melihat keadaan umum dan laju endap
darah penderita. Antibiotik tetap diberikan hingga 2 minggu setelah laju
endap darah normal.
o Istirahat dan pemberian analgesik juga diperlukan untuk menghilangkan
nyeri.
6
o Apabila setelah 24 jam pengobatan lokal dan sistemik antibiotik gagal ( tidak
ada perbaikan keadaan umum ), maka dapat dipertimbangkan drainase
bedah. Pada drainase bedah, pus subperiosteal dievakuasi untuk
mengurangi tekanan intra-oseus kemudian dilakukan pemerikasaan biakan
kuman. Drainase dilakukan selama beberapa hari dengan menggunakan
cairan Nacl 0,9% dan dengan antibiotik.
Gambar 5. skematis drainase bedah. Sebuah kateter dimasukkan kedalam tabung
pengisap ( suction ) yang lebih besar. Antibiotik dimasukkan melalui kateter dan
diisap melalui suction.
2.2. Osteomielitis Hematogen Subakut
Gejala osteomielitis hematogen subakut lebih ringan oleh karena organisme
penyebabnya kurang purulen dan penderita lebih resisten.
Etiologi :
Osteomielitis hematogen subakut biasanya disebabkan oleh Stafilokokus
aureus dan umumnya berlokasi dibagian distal femur dan proksimal tibia.
Patologi
Biasanya terdapat kavitas dengan batas tegas pada tulang kanselosa dan
mengandung cairan seropurulen. Kavitas dilingkari oleh jaringan granulasi
yang terdiri atas sel – sel inflamasi akut dan kronik dan biasanya terdapat
penebalan trabekula.
Gambaran Klinis
Osteomielitis hematogen subakut biasanya ditemukan pada anak – anak dan
remaja. Gambaran klinis yang dapat ditemukan adalah atrofi otot, nyeri lokal,
sedikit pembengkakan dan dapat pula penderita menjadi pincang. Terdapat
rasa nyeri pada daerah sekitar sendi selama beberapa minggu atau mungkin
berbulan – bulan. Suhu tubuh biasanya normal.
7
Pemeriksaan Radiologis
Dengan foto rontgen biasanya ditemukan kavitas berdiameter 1-2 cm
terutama pada daerah metafisis dari tibia dan femur atau kadang – kadang
pada daerah diafisis tulang panjang.
Gambar 6. radiologik dari abses Brodie yang dapat ditemukan pada
osteomielitis sub akut/kronik. Pada gambar terlihat kavitas yang dikelilingi
oleh daerah sclerosis.
Pengobatan
Begitu diagnostik ditegakan, antibiotik berspektrum luas dengan dosis yang
adekuat harus segera diberikan selama 6 minggu.
2.3. Osteomielitis Kronis
Osteomielitis kronis umumnya merupakan lanjutan dari osteomielitis akut
yang tidak terdiagnosis atau tidak diobati dengan baik. Osteomielitis kronis
juga dapat terjadi setelah fraktur terbuka atau setelah tindakan operasi pada
tulang.
Etiologi
Bakteri penyebab osteomielitis kronis terutama oleh stafilokokus aureus ( 75
%), atau E.colli, Proteus atau Pseudomonas.
Patologi dan pathogenesis
Infeksi tulang dapat menyebabkan terjadinya sekuestrum yang menghambat
terjadinya resolusi dan penyembuhan spontan yang normal pada tulang.
Sekuestrum ini merupakan benda asing bagi tulang dan mencegah terjadinya
penutupan kloaka ( pada tulang ) dan sinus ( pada kulit ). Sekuestrum
8
diselimuti oleh involucrum yang tidak dapat keluar/dibersihkan dari medula
tulang kecuali dengan tindakan operasi. Proses selanjutnya terjadi destruksi
dan sklerosis tulang yang dapat terlihat pada foto rontgen.
Gambaran Klinis
Penderita sering mengeluhkan adanya cairan yang keluar dari luka/sinus
setelah operasi yang bersifat menahun. Kelainan kadang – kadang disertai
demam dan nyeri lokal yang hilang timbul didaerah anggota gerak tertentu.
Pada pemeriksan fisik ditemukan adanya sinus, fistel atau sikatriks bekas
operasi dengan nyeri tekan. Mungkn dapat ditemukan sekuestrum yang
menonjol keluar melalui kulit. Biasanya terdapat riwayat fraktur terbuka atau
osteomielitis pada penderita.
Pemeriksaan Radiologis
a. Foto polos
Pada foto rontgen dapat ditemukan adanya tanda – tanda porosis dan
sklerosis tulang, penebalan periost, elevasi periosteum dan mungkin
adanya sekuestrum.
Gambar 7. Proyeksi AP wrist terlihat gambaran lesi osteolitik dan
sclerosis extensive dibagian distal metafisis pada radius
9
Gambar 8. Osteomielitis lanjut pada seluruh tibia dan fibula kanan.
Ditandai dengan adanya gambaran sekuestrum (panah).
b. CT dan MRI
Pemeriksaan ini bermanfaat untuk membuat rencana pengobatan serta
untuk melihat sejauh mana kerusakan tulang terjadi
Gambar 9. CT image pada osteomielitis kronik.
A. In this tibia, chronic osteomyelitis is associated with a radiodense
sharply marginatedfocus within a lucent cavity (arrow).
B. Coronal reformatted image.
C & D. ) Transaxialimages. CT scanning can be used to identify
sequestered bone as in these tibiae
Pengobatan
Pengobatan osteomielitis kronis terdiri atas :
a. Pemberian antibiotic
Osteomielitis kronis tidak dapat diobati dengan antibiotik semata – mata.
Pemberian antibiotik ditujukan untuk:
10
Mencegah terjadinya penyebaran infeksi pada tulang sehat
lainnya.
Mengontrol eksaserbasi akut
b. Tindakan operatif
Tindakan operatif dilakukan bila fase eksaserbasi akut telah reda setelah
pemberian dan pemayungan antibiotik yang adekuat.
Operasi yang dilakukan bertujuan untuk :
Mengeluarkan seluruh jaringan nekrotik, baik jaringan lunak
maupun jaringan tulang ( sekuestrum ) sampai ke jaringan sehat
sekitarnya. Selanjutnya dilakukan drainase dan dilanjutkan secara
kontinu selama beberapa hari. Adakalnya diperlukan penanaman
rantai antibiotik didalam bagian tulang yang infeksi
Sebagai dekompresi pada tulang dan memudahkan antibiotik
mencapai sasaran dan mencegah penyebaran osteomielitis lebih
lanjut.
2.4.Osteomielitis pada Tulang Lain
a) Tengkorak
Biasanya osteomielitis pada tulang tengkorak terjadi sebagai akibat perluasan
infeksi di kulit kepala atau sinusitis frontalis. Proses destruksi bisa setempat
atau difus. Reaksi periosteal biasanya tidak ada atau sedikit sekali. Dibawah
ini adalah gambaran CT-SCAN kepala pada pasien dengan Osteomielitis
Tuberkulosis.
b) Mandibula
11
Biasanya terjadi akibat komplikasi fraktur, abses gigi, atau ekstraksi gigi.
Namun, infeksi osteomielitis juga dapat menyebabkan fraktur pada mulut.
Infeksi terjadi melalui kanal pulpa merupakan yang paling sering dan diikuti
hygiene oral yang buruk dan kerusakan gigi.
c) Pelvis
Osteomielitis pada tulang pelvis paling sering terjadi pada bagian sayap
tulang ilium dan dapat meluas ke sendi sakroiliaka. Sendi sakroiliaka jarang
terjadi. Pada foto terlihat gambaran destruksi tulang yang luas, bentuk tak
teratur, biasanya dengan sekuester yang multipel. Sering terlihat sklerosis
pada tepi lesi. Secara klinis sering disertai abses dan fistula. Bedanya dengan
tuberkulosis, ialah destruksi berlangsung lebih cepat, dan pada tuberkulosis
abses sering mengalami kalsifikasi. Dalam diagnosis diferensial perlu
dipikirkan kemungkinan keganasan. Osteitis pubis merupakan infeksi bagian
bawah yang sekitar simfisis pubis yang merupakan komplikasi dari operasi
dari prostat dan kandung kemih atau , jarang akibat operasi pelvis lainnya.
12
d) Osteomielitis Pada Tulang Belakang
Vertebra adalah tempat yang paling umum pada orang dewasa terjadi
osteomielitis secara hematogen. Organisme mencapai badan vertebra yang
memiliki perfusi yang baik melalui arteri tulang belakang dan menyebar
dengan cepat dari ujung pelat ke ruang diskus dan kemudian ke badan
vertebra. Sumber bakteremia termasuk dari saluran kemih (terutama di
kalangan pria di atas usia 50), abses gigi, infeksi jaringan lunak, dan suntikan
IV yang terkontaminasi, tapi sumber bakteremia tersebut tidak tampak pada
lebih dari setengah pasien. Banyak pasien memiliki riwayat penyakit sendi
degeneratif yang melibatkan tulang belakang, dan beberapa melaporkan
terjadinya trauma yang mendahului onset dari infeksi. Luka tembus dan
prosedur bedah yang melibatkan tulang belakang dapat menyebabkan
osteomielitis vertebral nonhematogeno atau infeksi lokal pada diskus
vertebra.
Osteomielitis pada vertebrae jarang terjadi, hanya 10% dari seluruh infeksi
tulang (Epstein, 1976), dan dapat muncul pada seluruh usia. Kuman
penyebab terbanyak ialah Staphylococcus aureus dan Eschericia coli. Pasien
yang menderita penyakit ini sering memiliki riwayat infeksi kulit atau pelvis.
Penyebaran infeksi biasanya menuju badan vertebra daripada bagian yang
lainnya, dan pada bagian yang mengandung banyak darah. Badan vertebrae
memiliki banyak pembuluh darah, khususnya di bawah end plate dimana
terdapat sinusoid yang besar dengan aliran pelan sehingga berpotensi untuk
terjadi infeksi.
2.5 Komplikasi
A. Dini
13
1) Kekakuan yang permanen pada persendian terdekat (jarang terjadi)
2) Abses yang masuk ke kulit dan tidak mau sembuh sampai tulang yang
mendasarinya sembuh
3) Atritis septik
B. Lanjut :
1) Osteomielitis kronik ditandai oleh nyeri hebat rekalsitran, dan penurunan
fungsi tubuh yang terkena
2) Fraktur patologis
3) Kontraktur sendi
4) Gangguan pertumbuhan
3. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi
Tujuan : Nyeri dapat hilang atau berkurang
Kriteria hasil :
- Melaporkan berkurangnya nyeri
- Tidak mengalami nyeri tekan di tempat terjadinya Infeksi
- Tidak mengalarni ketidaknyamanan bila bergerak
- Pasien tampak tenang
- Expresi wajah rilex
- Dapat tidur atau beristirahat
- Berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan
Intervensi
1) Selidiki keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas nyeri
R/: Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan
keefektifan program
2) Pantau Status neurovaskuler ekstremitas yang terkena.
R/: Neurovaskuler berpengaruh dalam proses percepatan penyembuhan
3) Mempertahankan imobilisasi (back slab).
R/: Mencegah pergeseran tulang dan penekanan pada jaringan yang luka.
Peningkatan vena return, menurunkan edem, dan mengurangi nyeri. Untuk
mengetahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi.
4) Berikan sokongan (support) pada ektremitas yang luka.
R/: Mengurangi rasa nyeri dan memberikan rasa nyaman.
5) Tinggikan bagian yang terkena
14
R/:Untuk mengurangi pembengkakan dan ketidaknyamanan yang
ditimbulkannya.
6) Lakukan Teknik manajemen nyeri relaksasi napas dalam
R/: Untuk mengurangi persepsi nyeri
7) Kolaborasi pemberian analgetik.
R/: untuk menghilangkan/mengontrol nyeri
8) Berikan penjelasan tentang penyebab dan akibat nyeri
R/: Klien yang disiapkan untuk mengalami nyeri melalui penjelasan nyeri yang
sesungguhnya akan dirasakan (cenderung lebih tenang dibanding klien yang
penjelasan kurang/tidak terdapat penjelasan)
b. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan
penurunan kekuatan otot
Tujuan: Gangguan mobilitas fisik dapat berkurang setelah dilakukan tindakan
keperawatan.
Kriteria Hasil:
- Berpartisipasi-dalam aktivitas perawatan~diri
- Mempertahankan fungsi penuh ekstremitas Yang sehat
- Memperlihatkan penggunaan alat imobilisasi dan alat bantu dengan
- Meningkatkan / fungsi yang sakit.
- Menunjukkan teknik mampu melakukan aktivitas
Intervensi:
1) Kaji tingkat kerusakan mobilitas fisik klien
R/: Sebagai dasar dalam menentukan intervensi selanjutnya
2) Program pengobatan dengan membatasi aktivitas.
R/: Pembatasan aktivitas dianjurkan untuk mencegah kelelahan
3) Lindungi tulang dengan alat mobilisasi dan hindarkan stres pada tulang
R/: Tulang menjadi lemah akibat proses infeksi.
4) Partisipasi aktif dalam kehidupan sehari-hari dalam batas fisik tetap
dianjurkan R/: Untuk mempertahankan rasa sehat secara umum.
5) Berikan pemahaman kepada klien tentang pembatasan aktivitas
R/: Pemahaman klien tentang tindakan yang dilakukan akan mendorong
untuk lebih kooperatif dalam mengikuti program pengobatan
9.) Fisioterapi / aoakulasi terapi.
Rasionalisasi : Mengurangi gangguan mobilitas fisik.
c. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses peradangan pada tulang
Tujuan:Suhu tubuh dalam batas normal
15
KH : Klien mengatakan tidak demam, badan tidak terasa panas, suhu tubuh
dalam batas normal
Intervensi:
1) Kaji adanya keluhan atau tanda-tanda perubahan peningkatan suhu tubuh
R/:Perubahan (peningkatan) suhu tubuh akan menunjukkan berbagai gejala
seperti mata merah, badan terasa hangat
2) Monitor tanda vital : suhu badan
R/: Sebagai indikator untuk mengetahui status hypertermi
3) Ajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat (sedikitnya
2000 l/hari) untuk mencegah dehidrasi, misalnya sari buah 2,5-3 liter/hari.
R/ :Dalam kondisi demam terjadi peningkatan evaporasi yang memicu
timbulnya dehidrasi
4) Berikan kompres hangat pada lipatan ketiak dan femur
R/: Menghambat pusat simpatis di hipotalamus sehingga terjadi vasodilatasi
kulit dengan merangsang kelenjar keringat untuk mengurangi panas tubuh
melalui penguapan
5) Anjurkan klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat
R/ kondisi kulit yang mengalami lembab memicu timbulnya pertumbuhan
jamur. Juga akan mengurangi kenyamanan klien, mencegah timbulnya ruam
kulit.
6) Kolaborasi pemberian
F Obat antipeuretik
R/ : Untuk menurunkan demam
F Obat antiboitik
R/ : Untuk mengobati infeksi sehingga tidak terjadi peningkatan suhu tubuh
d. Gangguan istirahat tidur b/d nyeri
Tujuan : Pola tidur kembali normal
KH : Adanya perbaikan dalam pola tidur
Intervensi :
1) Lakukan pengkajian masalah gangguan tidur pasien, karakteristik dan
penyebab kurang tidur
R/:Memberikan informasi dasar dalam menentukan rencana keperawatan
2) Keadaan tempat tidur, bantal yang nyaman dan bersih
R/: Meningkatkan kenyamanan saat tidur
3) Lakukan persiapan untuk tidur malam
R/: Mengatur pola tidur
16
4) Dorong beberapa aktifitas fisik pada siang hari, jamin pasien berhenti
beraktifitas beberapa jam sebelum tidur.
R/: Aktifitas siang hari dapat membantu pasien menggunakan energi dan
siap untuk tidur malam hari.
5) Instruksikan tindakan relaksasi.
R/: Membantu menginduksi tidur.
6) Kurangi kebisingan dan lampu.
R/ : Memberikan situasi kondusif untuk tidur.
7) Kolaborasi pemberian obat
Analgetik
R/: Menghilangkan nyeri, meningkatkan kenyamanan dan meningkatkan
istirahat
Berikan sedatif hipnotik sesuai indikasi
R/: Membantu pasien untuk istirahat dan tidur
e. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka pada kaki
Tujuan : Integritas kulit membaik
KH : tidak terjadi infeksi sekunder , terbentuk jaringan baru, dan jaringan nekrotik
berkurang atau hilang
Intervensi :
1) Observasi adanya infeksi sekunder pada sekitar luka
R/ : Untuk mengetahui adanya infeksi sekunder yang terjadi sebagai indikasi
untuk melakukan intervensi selanjutnya.
2) Ubah posisi kaki yang sakit setiap 2 jam
R/ : Untuk meningkatkan sirkulasi darah ke jaringan
3) Lakukan perawatan luka setiap hari dengan tekhnik sterulisasi
R/ : Untuk mempercepat proses penyembuhan luka
4) Buang jaringan nekrotik
R/ :Untuk mempercepat proses pembentukan jaringa baru
5) Penatalaksanaan pemberian antibiotik
R/ :Untuk membunuh kuman atau bakteri ynag ada dalam gangren
f. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit.
Tujuan :Ansietas berkurang atau hilang
KH :Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang pada tingkat yang dapat
diatasi.
Intervensi :
17
1) Kaji tingkat ansietas. Bantu pasien mengidentifikasi keterampilan koping yang
telah dilakukan dengan berhasil pada masa lalu.
R/ :Memandukan intervensi terapeutik dan partisipatif dalam perawatan diri,
keterampilan koping pada masa lalu dapat mengurangi ansietas.
2) Dorong menyatakan perasaan. Berikan umpan balik
R/: Membuat hubungan terapeutik. Membantu orang terdekat dalam
mengidentifikasi masalah yang menyebabkan stres
3) Beri informasi yang akurat dan nyata tentang apa tindakan yang dilakukan
R/ :Keterlibatan pasien dalam perencanaan perawatan memberikan rasa
control dan membantu menurunkan ansietas
4) Berikan lingkungan tenang dan istirahat
R/: Memindahkan pasien dari stress luar, meningkatkan relaksasi, membantu
menurunkan ansietas
5) Dorong pasien/orang terdekat untuk menyatakan perhatian, perilaku perhatian
R/: indakan dukungan dapat membantu pasien merasa stres berkurang,
memungkinkan energi untuk ditujukan pada penyembuhan
6) Beri dorongan spiritual
R/: Agar klien kembali menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan YME
7) Berikan informasi tentang proses penyakit dan antisipasi tindakan
R/ : Mengetahui apa yang diharapkan dapat menurunkan ansietas
8) Kolaborasi pemberian obat sedatif
R/: Dapat digunakan untuk menurunkan ansietas dan memudahkan istirahat
g. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan nyeri dan ketakutan dalam bergerak
Tujuan :Pasien menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktifitas.
KH : Menurunnya keluhan terhadap kelemahan, dan kelelahan dalam melakukan
aktifitas, berkurangnya nyeri.
Intervensi:
1) Jelaskan aktivitas dan faktor yang dapat meningkatkan kebutuhan oksigen.
R/ : Merokok, suhu ekstrim dan stres menyebabkan vasokonstruksi pembuluh
darah dan peningkatan beban jantung.
2) Anjurkan program hemat energi.
R/ : Mencegah penggunaan energi berlebihan.
3) Buat jadwal aktifitas harian, tingkatkan secara bertahap.
R/: Mempertahankan pernapasan lambat dengan tetap mempertahankan
latihan fisik yang memungkinkan peningkatan kemampuan otot bantu
pernapasan.
18
4) Beri waktu istirahat yang cukup.
R/: Meningkatkan daya tahan pasien, mencegah keletihan.
h. Resiko terhadap perluasan infeksi berhungan dengan pembentukan abses tulang.
Tujuan : Tidak terjadi resiko perluasan infeksi yang dialami
KH : Mencapai waktu penyembuhan
Intervensi:
1) Awasi TTV. Perhatikan demam ringan, menggigil,nadi dan pernapasan cepat
R/: Untuk mengetahui penyimpangan yang terjadi
2) Observasi drainase dari luka
R/: adanya drain meningkatkan resiko infeksi
3) Ganti balutan dengan sering , pembersihan dan pengeringan kulit sepanjang
waktu
R/: Balutan yang basah menyebabkan kulit iritasi dan memberikan media bagi
bakteri
4) Berikan antibiotic sesuai indikasi
R/: mengurangi resiko infeksi
i. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi
Tujuan : Pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan
proses pengobatan
KH :
- Melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu
tindakan
- Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen
perawatan.
Intervensi:
1) Ciptakan lingkungan saling percaya
R/ : Menanggapi dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum pasien
bersedia mengambil bagian dalam proses belajar.
2) Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
R/: Mengetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien
3) Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisi sekarang
R/ : Dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan
keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas
4) Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah
diberikan
19
R/ : Mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai
seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan
dari tindakan yang dilakukan.