Lp Imunisasi Dan Mtbs
-
Upload
anisah-yumna-majidah -
Category
Documents
-
view
99 -
download
12
description
Transcript of Lp Imunisasi Dan Mtbs
LAPORAN PENDAHULUANIMUNISASI DASAR DAN MTBS
DI UPT PUSKESMAS GARUDA KOTA BANDUNG
Oleh:
ANISAH YUMNA MAJIDAH
220112140106
PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXVIII
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2015
IMUNISASI
1.1 PENGERTIAN
Imunisasi adalah suatu usaha untuk memberikan kekebalan kepada tubuh dengan kuman, virus, bakteri yang sudah dilemahkan atau toxin bakteri yang sudah dimatikan sehingga tubuh bisa membentuk antibody.
1.2 MACAM-MACAM IMUNISASI
Berdasarkan proses dan mekanisme pertahanan tubuh,imunisasi dibagi menjadi dua, yaitu :
Imunisasi aktif
Imunisasi aktif merupakan pemberian zat anti sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi suatu proses infeksi buatan, sehingga tubuh mengalami reaksi imunologi spesifik yang akan menghasilkan respon seluler dan humoral serta dihasilkan cell memory.Contoh-cotoh vaksin yang dapat digunakan antara lain :
Live attenuated vaccines ( vaksin hidup yang dilemahkan ) seperti vaksin polio myelitis, campak,rubella, dan BCG
Killed vaccines ( vaksin mati) seperti vaksin pertusis dan inactivated poliomyelitis
Sub unit vaccine ( vaksin sub unit) seperti vaksin pneumococcus, hepatitis B,influenza
Toxoid seperti vaksin diphtheria tetanus
Imunisasi Pasif
Imunisasi pasif merupakan pemberian zat ( imunoglobulin), yaitu suatu zat yang dihasilkan melaluisuatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi.
1.3 TUJUAN
Turunnya angka kesakitan, kecacatan dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imuniasasi (PD3I).
Jenis-jenis penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi meliputi penyakit menular tertentu antara lain :
a) TBC, Difteri, pertusis, campak, polio, hepatitis B, Hepatitis A, Meningitis, meningokokus, influenza, haemophilus influenza tipe B, kolera, rabies, Japanese encepahalitis, tipus abdominalis, pneumonia, pneumokokus, yellow fever, rubella, varicella, parotitis, epidemika,dan rotavirus.
(a) Jenis-jenis penyakit menular yang saat ini masuk ke dalam program imunisasi adalah Tuberculosis, dipteri, pertusis, polio, campak, tetanus, dan hepatitis B.
(b) Jenis-jenis penyakit menular yang saat ini masuk ke dalam program imunisasi di Subdit Haji adalah meningitis meningokokus
(c) Jenis-jenis penyakit menular yang saat ini masuk kedalam program imunisasi di Subdit Kesehatan Pelabuhan adalah demam kuning atau yellow fever.
(d) Jenis-jenis penyakit menular yang saat ini masuk ke dalam program imunisasi di Subdit zoonosis adalah rabies.
b) Jenis-jenis penyakit lainnya yang dengan perkembangan ilmu pengetahuan akan menjadi penyakit yang dapat dicegah melalaui pemberian imunisasi antara lain malaria, demam berdarah, HIV / AIDS, Avian influensaakan ditetapkan tersendiri.
1.4 SASARAN IMUNISASI
Sasaran berdasarkan usia yang di imunisasi
a) Imunisasi rutin
(a) Bayi di bawah 1 tahun
(b) Wanita Usia Subur (WUS) ialah wanita yang berusia 15 sampai 39 tahun, termasuk ibu hamil dan calon pengantin.
(c) Anak usia sekolah tingkat dasar
b) Imunisasi tambahan
Bayi dan anak
Sasaran berdasarkan tingkat kekebalan yang di timbulkan
a) Imunisasi dasar
Bayi
b) Imunisasi lanjutan
(a) Anak usia sekolah tingkat dasar
(b) Wanita Usia Subur
Sasaran wilayah atau lokasi
Seluruh desa atau kelurahan di wilayah Indonesia
1.5 JENIS-JENIS VAKSIN
Ada beberapa jenis vaksin di antaranya meliputi :
1. Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerine)
a) Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberculosis
b) Cara pemberian dan dosis
– Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih dahulu. Melarutkan dengan menggunakan alat-alat suntik steril dan menggunakan cairan pelarut (NacL 0,9 %) sebanyak 4 cc
– Dosis pemberian 0,05 ml sebanyak 1 kali
– Disuntikkan secara intracutan di daerah lengan kanan atas pada insersio musculus deltoideus
– Vaksin harus digunakan sebelum lewat 3 jam dan Vaksin akan rusak bila terkena sinar matahari langsung. Botol kemasan, biasanya terbuat dari bahan yang berwarna gelap untuk menghindari cahaya karena cahaya atau panas dapat merusak vaksin BCG sedangkan pembekuan tidak merusak vaksin BCG. Vaksin BCG di buat dalam vial, di mana kemasannya ada 1 cc dan 2 cc.
c) Kontra indikasi
– Uji Tuberculin > 5 mm
– Sedang menderita HIV
– Gizi buruk
– Demam tinggi
– Infeksi kulit luas
– Pernah menderita TBC
d) Efek samping
Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi umum seperti demam. Setelah 1-2 minggu penyuntikan biasanya akan timbul indurasi dan kemerahan di tempat suntikan yang akan
berubah menjadi pustula dan akan pecah menjadi luka dan hal ini tidak perlu pengobatan dan akan sembuh spontan dalam 8-12 minggu dengan jaringan parut. Kadang-kadang terjadi pembesaran kelenjar limfe di ketiak atau pada leher yang terasa padat dan tidak sakit serta tidak menimbulkan demam. Reaksi ini normal dan tidak memerlukan pengobatan dan akan hilang dengan sendirinya.
2. Vaksin DPT
Vaksin DPT adalah vaksin yang terdiri dari Toksoid Difteri (menyebabkan penyakit pernafasan), Bakteri pertusis (penyebab batuk rejan) dan tetanus toksoid (menyebabkan penyakit system saraf yang disebut Lockjaw). Difteri disebabkan oleh bakteri yang menular melalui batuk atau bersin. Jika tidak didiagnosa dan ditangani dengan benar dapat menimbulkan komplikasi serius yang dihasilkan bakteri. Pertusis atau batuk rejan adalah penyakit yang sangat menular melalui kontak personal, batuk atau bersin. Pertusis paling berat berdampak pada anak kurang dari 1 tahun. Tetanus disebabkan oleh Bakteri yang masuk ke dalam tubuh melalui luka di kulit. Anak-anak dapat terkena Dan dapat disimpan pada suhu 2-8˚C.
a) Indikasi
Untuk memberikan kekebalan secara simultan terhadap difteri, pertusis dan tetanus.
b) Cara Pemberian dan Dosis
– Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen. Disuntikkan secara intramuscular dengan dosis pemberian 0,5 ml sebanyak 3x.
– Dosis pertama diberikan pada umur 2 bulan, dosis selanjutnya diberikan dengan interval 4 minggu.
c) Kontraindikasi
Gejala-gejala keabnormalan otak pada periode Bayi Baru Lahir atau gejala serius keabnormalan pada saraf merupakan kontraindikasi pertusis.
Anak yang mengalami gejala-gejala parah pada dosis pertama, untuk yang kedua komponen pertusis harus dihindarkan dan untuk meneruskan imunisasi dapat diberiakan DT.
d) Efek samping
Gejala-gejala yang bersifat sementara seperti lemas, demam, kemerahan pada tempat penyuntikan dapat diberikan analgetik-antipiretik sebanyak 10 mg/kg BB. Kadang-kadang terjadi gejala berat seperti demam tinggi, iritabilitas yang terjadi 24 jam setelah imunisasi.
3. Vaksin TT
Vaksin TT adalah vaksin yang mengandung Tetanus Toksoid yang telah dimurnikan dan telah terabsorbsi ke dalam 3 mg/ml aluminium fosfat. Thimersosal 0,1 mg/ml digunakan
sebagai pengawet. 1 dosis 0,5 ml mengandung potensi sedikitnya 40 unit. Dipergunakn untuk mencegah tetanus pada Bayi Baru Lahir dengan mengimunisasi WUS atau ibu hamil. Vaksin TT akan rusak bila kena panas atau apabila dibekukan.
a) Indikasi
Untuk memberikan kekebalan simultan tehadap tetanus
b) Cara pemberian dan dosis
– Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspense menjadi homogen.
– Disuntikkan secara intramuscular atau subcutan dalam(45˚) dengan dosis 0,5 ml. Dianjurkan untuk anak usia 8 tahun. Untuk usia 8 tahun atau lebih diberikan vaksin DT.
c) Kontraindikasi
Gejala-gejala berat karena dosis pertama TT
d) Efek samping
Efek samping jarang terjadi dan bersifat ringan. Gejala-gejala seperti lemas dan kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat sementara dan kadang-kadang gejala demam.
4. Vaksin DT
Vaksin ini merupakan vaksin yang mengandung Toksoid Difteri dan Tetanus yang telah dimurnikan.
a) Indikasi
Untuk pemberian kekebalan simultan terhadap difteri dan tetanus
b) Cara Pemberian dan dosis
– Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogeny.
– Disuntikkan secara intramuscular atau Subcutan dalam dengan dosis pemberian 0,5 ml. Dianjurkan untuk anak usia 8 tahun atau lebih.
c) Kontraindikasi
Gejala-gejala berat karena dosis pertama DT
d) Efek samping
Gejala-gejala seperti lemas dan kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat sementara dan kadang-kadang gejala demam.
5. Vaksin POLIO
Vaksin oral POLIO hidup adalah vaksin POLIO trivalent yang terdiri dari suspensi virus Poliomielitis tipe 1,2 dan 3 (strain sabin) yang sudah dilemahkan, dibuat dalam biakan jaringan ginjal kera dan di stabilkan dengan sucrose. Kemasan sebanyak 1 cc atau 2 cc dalam flakon dilengkapi dengan pipet untuk meneteskan vaksin. Penyimpanan vaksin POLIO dalam suhu 2-8˚C stabil dalam waktu 6 minggu. Vaksin POLIO oral sangat mudah dan cepat rusak bila terkena panas dibandingkan dengan vaksin lainnya.
a) Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap Poliomyelitis
b) Cara pemberian dan dosis
– Diberikan secara oral sebanyak 2 tetes di bawah lidah langsung dari botol tanpa menyentuh mulut bayi. Diberikan 4 x dengan interval waktu minimal 4 minggu
– Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes (dropper) yang baru.
c) Kontraindikasi
– Pada individu yang menderita imunedeficiency tidak ada efek yang berbahaya yang timbul akibat pemberian POLIO pada anak yang sedang sakit. Namun, jika ada keraguan misalnya sedang menderita diare, maka dosis ulangan dapat di berikan setelah sembuh.
– Pasien yang mendapat imunosupresan
d) Efek samping
Pada umumnya tidak ada efek samping.
6. Vaksin CAMPAK
Bibit penyakit yang menyebabkan CAMPAK adalah virus Measles. Vaksin CAMPAK merupakan vaksin hidup yang dilemahkan. Kemasan dalam flakon berbentuk gumpalan-gumpalan yang beku dan kering untuk dilarutkan dalam 5 cc pelarut aquabidest. Setiap dosis vaksin CAMPAK 0,5 ml mengandung kurang lebih 1000 infektive unit virus strain. Vaksin CAMPAK mudah rusak oleh panas , vaksin kering tidak akan rusak pada pembekuan. Vaksin CAMPAK disimpan pada suhu 2-8˚C .
a) Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit CAMPAK
b) Cara Pemberian dan Dosis
– Sebelum disuntikkan vaksin CAMPAK terlebih dahulu harus dilarutkan dengan pelarut steril yang telah tersedia berisi 5 ml.
– Dosis pemberian 0,5 ml disuntikkan secara Subcutan dengan sudut 45˚ pada lengan kiri atas.
– Pada usia 9-11 bulan dan ulangan (boster) dalam usia 6-7 tahun (kelas 1 SD).
c) Kontraindikasi
– Individu yang mengidap penyakit immunodeficiency atau individu yang diduga menderita gangguam respon immune karena leukemia dan limfoma.
– Infeksi akut disertai demam, sedang mendapat terapy immunosupresif, alergi protein telur, kanamisin dan eritromisin.
d) Efek samping
Anak-anak mungkin panas selama 1-3 hari setelah 1 minggu penyuntikan, kadang-kadang disertai kemerahan seperti penderita CAMPAK ringan dan hal ini harus diberitahukan kepada ibu agar jika 1 minggu setelah penyuntikan panasnya tinggi supaya diberi ¼ tablet antipiretik dan beri keyakinan bahwa bila anaknya terkena penyakit CAMPAK akibatnya jauh lebih berat bila dibandingkan dengan efek samping vaksinasi CAMPAK.
7. Vaksin HEPATITIS B
Vaksin Hepatitis B adalah vaksin virus recombinan yang telah di inactivasikan dan bersifat non infectious berasal dari HBsAg yang dihasilkan dalam sel ragi ( Hansenula) Polymorpha menggunakan teknologi DNA recombinan. Imunisasi Hepatitis B perlu diberikan sedini mungkin setelah lahir.
Depkes RI tahun 2005 memberikan vaksin monovalen (uniject) saat lahir dilanjutkan dengan vaksin kombinasi DPT HB Combo pada umur 2,3 dan 4 bulan. Penyimpanan vaksin pada suhu 2-8˚C dan jangan sampai beku.
a) Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus Hepatitis B.
b) Cara Pemberian dan Dosis
– Sebelum digunakan vaksin dikocok terlebih dahulu agar suspense menjadi homogeny
– Vaksin disuntikan dengan dosis 0,5 ml secara IM sebaiknya pada anterolateral paha.
– Pemberian imunisasi Hepatitis B sebanyak 3 x
– Dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari dan selanjutnya dengan interval waktu minimal 4 minggu.
c) Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap komponen vaksin dan penderita infeksi berat yang disertai kejang.
d) Efek Samping
– Reaksi local seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakkan disekitar tempat bekas penyuntikan.
– Reaksi sistemik seperti demam ringan, lesu dan perasaan tidak enak pada saluran cerna
Reaksi yang terjadi akan hilang dengan sendirinya setelah 2 hari.
8. Vaksin DPT/HB
Vaksin mengandung DPT berupa toksoid difteri, tetanus toksoid yang dimurnikan serta pertusis yang inaktivasi dan vaksin Hepatitis B yang merupakan subunit vaksin virus yang mengandung HBsAg murni dan bersifat non infectious.
a) Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, pertusis, tetanus dan Hepatitis B.
b) Cara Pemberian dan Dosis
Pemberian secara IM dengan dosis 0,5 ml sebanyak 3x pemberian. Dosis pertama pada usia 2 bulan dan selanjutnya dengan interval 4 minggu.
c) Kontraindikasi
– Gejala-gejala keabnormalan otak pada periode Bayi Baru Lahir atau gejala serius keabnormalan pada saraf merupakan kontraindikasi pertusis. Anak yang mengalami gejala-gejala parah pada pemberian pertama, komponen pertusis harus dihindarkan pada pemberian kedua.
– Infeksi berat yang disertai kejang.
d) Efek Samping
– Gejala-gejala yang bersifat sementara seperti demam, pembengkakkan dan atau kemerahan pada tempat penyuntikan.
– Kadang-kadang terjadi gejala berat seperti demam tinggi, irritabilitas yang biasanya terjadi dalam 24 jam setelah penyuntikan.
KARAKTERISTIK VAKSIN DALAM PROGRAM IMUNISASI
Jenis vaksin
Kemasan/ Warna kemasan
Bentuk vaksin
Sifat vaksin Suhu
Dosis vaksin Ket.
BCG Vial/ampulcoklat/gelap Beku Mudah 2- 0,05 Pelarut
kering
rusak bila terkena sinar matahari langsung dan panas 8˚C ml
NaCl 0,9 % 1ml
DPT Vial bening cairan
rusak terhadap suhu di bawah 0˚ dan sinar matahari langsung
2-8˚C 0,5 ml
TT Vial bening cairan
rusak terhadap suhu di bawah 0˚ dan sinar matahari langsung
2-8˚C 0,5 ml
DT Vial bening cairan
rusak terhadap suhu di bawah 0˚ dan sinar matahari langsung
2-8˚C 0,5 ml
POLIO Vial bening cairan
Mudah dan cepat rusak jika kena panas
2-8˚C 0,5 ml
Dilengkapi pipet tetes
CAMPAK Vial bening beku kering
Mudah rusak jika terkena
2-8˚C
0,5 ml Pelarut aquabidest
sinar matahari langsung dan pana, tidak rusak karena pembekuan (5 ml)
HB Vial putih bening cairan
Rusak terhadap suhu di bawah 0˚ dan sinar matahari langsung
2-8˚C 0,5 ml
Uniject putih bening cairan
Rusak terhadap suhu di bawah < 0˚ dan sinar matahari langsung
2-8˚C 0,5 ml
JADWAL PEMBERIAN IMUNISASI PADA BAYI DENGAN MENGUNAKAN VAKSIN DPT/HB COMBO
UMUR VAKSIN TEMPAT
Bayi Lahir di Rumah Rumah
0 bulan HB0 Posyandu
1 bulan BCG,Polio 1 Posyandu
2 bulan DPT/HB C 1, Polio 2 Posyandu
3 bulan DPT/HB C 2, Polio 3 Posyandu
4 bulan DPT/HB C 3, Polio 4 Posyandu
9 bulan Campak Posyandu
BAYI LAHIR di RUMAH SAKIT dan BIDAN PRAKTEK SWASTA
UMUR VAKSIN TEMPAT
0 bulan HB0, BCG,Polio 1 RS atau BPS
2 bulan DPT/HB C 1, Polio 2 RS atau BPS
3 bulan DPT/HB C 2, Polio 3 RS atau BPS
4 bulan DPT/HB C 3, Polio 4 RS atau BPS
9 bulan Campak RS atau BPS
Daftar Pustaka
Modul Pelatihan Tenaga Pelaksanaan Imunisasi Puskesmas Kerjasama Dirjen PP dan PL serta Pusdiklat SDM Kesehatan Depkes RI Tahun 2006.
Pedoman Teknis Vaksin dan Cold Chain, Direktorat Jenderal PPM dan PL Departemen Kesehatan RI Tahun 2002.
Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 2007.
MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS)
· Definisi
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) merupakan suatu bentuk pengelolaan balita yang mengalami sakit yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan anak serta kualitas pelayanan kesehatan anak. Bentuk manajemen ini dilaksanakan secara terpadu tidak terpisah, dilakukahn terpadu karena bentuk pelayanannya dilaksanakan secara bersama dan penanganan kasus tidak terpisah, yang memberikan pelayanan anak sakit, dengan nutrisi, pemberian imunisasi pencegahan penyakit serta promosi untuk tumbuh kembang
Pada Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) model pengelolaannya dapat meliputi :
Penilaian adanya tanda dan gejala
Membuat klasifikasi
menentukan tindakan dan mengobati
Memberikan konseling
Memberikan pelayanan tingkat lanjut pada tinjauan ulang
· Kategori MTBS
Dalam pelaksanaannya MTBS dapat dilaksanakan pada 2 kategori :
Penilaian dan klasifikasi anak sakit umur 2 bulan sampai 5 tahun
a. Memeriksa tanda – tanda dan bahaya umum
- Bisa anak minum / menetek ?
- Selalu memuntahkan semuanya ?
- Anak tidak sadar ?
- Anak kejang
b. Menanyakan keluhan utama
1) Anak batuk / sukar bernafas
Klasifikasi
- Pneumonia berat atau penyakit sangat berat
Gejala : Ada tanda bahaya umum, …….kedalam stridor
Tindakan : - Beri dosis pertama antibiotik yang sesuai
- Rujuk segera
- Pneumonia
Gejala : - Nafas cepat
Tindakan : - Beri antibiotik
- Beri pelega tenggorokan dan obat batuk
- Kunjungan ulang setelah 5 hari
- Batuk bukan pneumonia
Gejala : Tidak ada tanda pneumonia/penyakit sangat berat
Tindakan : - Beri pelega tenggorokan dan obat batuk
- Kunjungan ulang setelah 5 hari
2) Anak diare
Klasifikasi
a. Dehitrasi
- Dehitrasi berat
Gejala : Terdapat dua atau lebih tanda berikut
- Letargi
- Mata cekung
- Tidak bisa minum / makan minum
- Turgor jelek (kembali sangat lambat)
Tindakan : Rujuk segera (beri cairan pengunyah)
- Dehitrasi ringan / sedang
Gejala : Terdapat dua atau lebih tanda berikut
- Gelisah / rewel
- Mata cekung
- Haus / minum dengan lahap
- Turgor jelek (kembali lambat)
Tindakan : - Beri cairan oralit dan gunakan sesuai indikasi
- ASI diteruskan
- Kunjungan ulang setelah 5 hari bila tidak ada perbaikan
- Tanpa dehitrasi
Gejala : Tidak cukup tanda untuk dehitrasi
Tindakan : - Beri cairan dan makanan sesuai rencana
- Kunjungan ulang setelah 5 hari bila tidak ada perbaikan
b. Diare 14 hari atau lebih
- Diare desisten berat → jika ada dehitrasi
Pengobatan : Atasi dehitrasi sebelum dirujuk
- Diare persistensi → tanpa dehitrasi
Tindakan : - Nasehati ibu tentang pemberian makanan
- Kunjungan ulang setelah 5 hari
c. Jika terdapat daerah dalam tinja (disentri)
Tindakan : - Beri antibiotik yang sesuai untuk shigella
- Kunjungan ulang setelah 2 hari
3) Demam
Klasifikasi
a. Malaria
§ Resiko tinggi malaria
- Penyakit berat dengan demam
Gejala : Ada tanda bahaya uleum dan kaku kuduk
Tindakan anti malaria
· Antibiotik parasetanol
· Cegah agar gula darah tidak turun
· Rujuk segera
- Malaria
Gejala : Demam (375oC atau lebih)
Tindakan anti malaria
· Antibiotik parasetanol
· Cegah agar gula darah tidak turun
· Kunjungan ulang setelah 2 hari
§ Resiko rendah malaria
- Penyakit berat dengan demam
- Malaria
Gejala tidak ada pilek /campak/dan penyebab lain dan gejala
- Demam mungkin bukan malaria
Gejala ada pilek /campak /ada penyebab lain
Tindakan : - Parasetamol
- Kunjungan ulang setelah 2 hari
§ Tanpa resiko malaria
- Penyakit berat dengan demam
- Demam bukan malaria
b. Campak
§ Dengan komplikasi berat
Gejala : - Ada tanda
- kekeruhan pada kornea mata
- Luka pada kulit
Tindakan : - Beri vit A, antibiotik, parasetamol
- Salep mata tetrasiklin/kroramfenikel
- Rujuk segera
§ Campak dengan komplikasi pada mata / mulut
Gejala : Mata bernanah dan luka dimulut
Tindakan : - Beri vit A, salep mata dan gentian violet
- Kunjungan ulang setelah 2 hari
§ Campak tidak ada tanda – tanda diatas dan hanya diberi vitamin A
c. Demam berdarah dengue
§ DBD
Gejala : Ada tanda – tanda syok, muntah bercampur darah, bercak sama hitam, pendarahan dari hidung / gusi bintik merah dikulit dan sering muntah
Tindakan : Rujuk segera
§ Mungkin DBD
Gejala : Nyeri ulu hati / gelisah, bintik merah di kulit (uji …) (-)
Tindakan : - Parasetamol, Banyak minum
- Kunjungan ulang setelah 2 hari
§ Demam mungkin bukan DBD → tidak ada satupun gejala diatas
Tindakan : Parasetamol dan kunjungan ulang setelah 2 hari
4) Masalah telinga
Klasifikasi
a. Mastodinas
Gejala : Pembengkakan yang nyeri dibelakang telinga
Tindakan : - Antibiotik parasetamol
- Rujuk segera
b. Infeksi telinga akut
Gejala : Tampak cairan keluar dari telinga dan telah terjadi 14 hari
Tindakan : - Antibiotik parasetamol
- Keringkan telinga dan kunjungan ulang setelah 5 hari
c. Infeksi telinga kronis
Gejala : Tampak cairan keluar dari telinga dan telah terjadi 14 hari
Tindakan : - Antibiotik, keringkan telinga dan kunjungan ulang setelah 5 hari
d. Tidak infeksi telinga
Tidak ada nyeri dan tidak ada cairan yang keluar dari telinga
c. Status gizi dan anemia
1) Gizi buruk atau anemia berat
Gejala : Badan tampak sangat kurus / bengkak pada kedua kaki / pusat di telapak tangan
Tindakan : Vit A dan rujuk segera
2) BGM dan / atau anemia
Gejala : Telapak tangan agak pucat / BB menurut umur sangat rendah (BGM)
Tindakan : - Beri zat besi
- Konseling bagi ibu, jika BGM, kaji ulang setelah 4 minggu
3) Tiadk BGM dan tidak anemia
Gejala : BB menurut umur tidak BGM dan tidak ada tanda malnutrisi / anemia
Tindakan : Nasehati ibu dalam pemberian makan, kunjungan ulang setelah 5 hari
d. Imunisasi anak
0 – 7 hari Hep. B 1
1 bulan BCG
2 bulan Hep B.2 Polio. DPT.1
3 bulan Hep B.3 Polio. DPT.2
4 bulan Polio. DPT.3
9 bulan campak Polio.4
e. Vitamin A
Dosis pertama sebesar 100.000 IV pada 6 bulan sampai 1 setahun
Dosis selanjutnya sebesar 200.000 IV setiap 6 bulan (sampai umur 5 tahun) setiap Februari dan Agustus
f. Pemberian pelayanan tindak lanjut
g. Konseling bagi ibu
1) Makan
a. Menilai cara pemberian makan anak
b. Anjurkan makanan selama anak sakit maupun sehat
c. Menasehati ibu tentang pemberian makanan
2) Cairan
a. Menasehati ibu untuk meningkatkan pemberian cairan selama anak sakit
3) Kapan harus kembali
a. Menasehati ibu kapan harus kembali ke petugas kesehatan
b. Menasehati ibu tentang kesehatan dirinya
Pemberian klasifikasi dan tindakan / pengobatan bayi muda umur 1 hari sampai 2 bulan
a. Memeriksa kejang
Kaji respon kejang
Gejala : Trehor, menangis melengking tiba – tiba, gerakan yang tidak terkendali pada mulut, mata, anggota gerak, dan kaku seluruh badan
Tindakan : - Bebas kan jalan nafas, obat anti kejang, antibiotik PP
- Rujuk segera
b. Memeriksa gangguan nafas
Gejala : Henti nafas (apnea) > 20 detik / nafas > 60 x/mnt / Nafas lambat < 30 x/mnt hidung / bayi merintih
Tindakan : - Berikan jalan nafas, reisistensi jika perlu, cegah agar gula darah tidak turun, antibiotik, rujuk segera
c. Hipotermi
1) Hipotermi berat
Gejala : Suhu < 36oC / mengantuk atau, letargis / ada bagian badan bayi …………
Tindakan : Beri tindakan hangat, cegah agar gula darah tidak turun, rujuk segera
2) Hipotermi sedang
Gejala : Suhu 36oC – 36,4oC, kaki tangan teraba dingin yang disertai gerakan bayi kurang dari normal
Tindakan : Hangat bayi segera, cegah agar gula darah tidak turun, lakukan asuhan dasar bayi muda, kunjungan ulang setelah 2 hari
d. Infeksi bakteri
1) Mungkin infeksi bukan istemik
Gejala : Mengantuk / letargis / kejang / gangguan nafas / skleremia / suhu > 37,5oC / suhu < 36oC
Tindakan : Penanganan kejang, gangguan nafas, tangani hipotermi, antibiotik, rujuk segera
2) Mungkin infeksi bakteri lokal berat
Gejala : Postal kulit / mata bernanah banyak / nanah keluar dari telinga/ pusar kemerahan meluas sampai ke kulit perut / bernanah
Tindakan : Antibiotik, antiseptik lokal, jaga bayi tetap hangat, rujuk segera
3) Infeksi bakteri lokal
e. Ikterus
1) Ikterus patologik
2) Ikterus fisiologik
f. Gangguan saluran cerna
g. Diare
h. Kemungkinan BB rendah dan atau masalah pemberian ASI
1) BB sangat rendah dan atau masalah pemberian ASI berat
2) BB rebndah dan atau masalah pemberian ASI
3) BB tidak rendah dan tidak ada masalah pemberian ASI
Daftar Pustaka
- Depkes RI2001. Buku bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Jakarta
- Hidayat. A. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Jilid I. Jakarta