LP GBS NEW

36
LAPORAN PENDAHULUAN SINDROM GUILLAINE BARE Untuk Memenuhi Tugas KMB III Anggota : Karlina Oktaviani A ( P272200 12 124) Krishna Adi N ( P272200 12 125) Lina Puji Astuti ( P272200 12 126) Muhammad Nur PP ( P272200 12 127) Nadia Ulfa Ramadhani ( P272200 12 129) Niken Farahdiba ( P272200 12 130) Oktaviana Kurniawati ( P272200 12 131) Ramdhani Nuzul P ( P272200 12 132) Riska Fitriana D ( P272200 12 133) Rizka Sugmawati D ( P272200 12 134) Rizki Setya D ( P272200 12 135)

description

xxxx

Transcript of LP GBS NEW

Page 1: LP GBS NEW

LAPORAN PENDAHULUAN

SINDROM GUILLAINE BARE

Untuk Memenuhi Tugas KMB III

Anggota :

Karlina Oktaviani A ( P272200 12 124)

Krishna Adi N ( P272200 12 125)

Lina Puji Astuti ( P272200 12 126)

Muhammad Nur PP ( P272200 12 127)

Nadia Ulfa Ramadhani ( P272200 12 129)

Niken Farahdiba ( P272200 12 130)

Oktaviana Kurniawati ( P272200 12 131)

Ramdhani Nuzul P ( P272200 12 132)

Riska Fitriana D ( P272200 12 133)

Rizka Sugmawati D ( P272200 12 134)

Rizki Setya D ( P272200 12 135)

D III BERLANJUT D IV KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA

2013/2014

Page 2: LP GBS NEW

A. Pengertian

Guillain Barre Syndrom (GBS) merupakan suatu sindroma klinis

yang ditandai adanya paralisis flasid yang terjadi secara akut berhubungan

dengan proses autoimun dimana targetnya adalah saraf perifer, radiks, dan

nervus kranialis. ( Bosch, 1998 ). GBS merupakan sindrom klinik yang

penyebabnya tidak diketahui yang menyangkut saraf tepi dan kranial

( Suzzane C. Smeltzer dan Brenda G, 2002 ).

B. Etiologi

Kondisi yang khas adalah adanya kelumpuhan yang simetris secara

cepat yang terjadi pada ekstremitas yang pada banyak kasus sering

disebabkan oleh infeksi viral. Tetapi dalam beberapa kasus juga terdapat

data bahwa penyakit ini dapat disebabkan oleh adanya kelainan autoimun.

Penyebab yang pasti sampai saat ini belum diketahui. Tetapi pada banyak

kasus sering disebabkan oleh infeksi viral. Virus yang paling sering

menyebabkan penyakit ini adalah Cytomegalovirus (CMV), HIV, Measles

dan Herpes Simplex Virus. Sedangkan untuk penyebab bakteri paling

sering oleh Campylobacter jejuni. Lebih dari 60% kasus mempunyai

faktor predisposisi antara satu sampai beberapa minggu sebelum onset,

antara lain:

1. Peradangan saluran napas bagian atas

2. Vaksinasi

3. Diare

Page 3: LP GBS NEW

4. Kelelahan

5. Peradangan masa nifas

6. Tindakan bedah

7. Demam yang tidak terlalu tinggi

C. Patofisiologi

Akson bermielin mengonduksi impuls saraf lebih cepat dibanding

akson tidak bermielin. Sepanjang perjalanan serabut bermielin terjadi

gangguan dalam selaput (Nodus Ranvier) tempat kontak langsung antara

membran sel akson dengan cairan ekstraselular. Membran sangat

permiable pada nodus tersebut sehingga konduksi menjadi baik.

Gerakan ion-ion masuk dan keluar akson dapat terjadi dengan

cepat banyak pada nodus ranvier sehingga impuls saraf sepanjang serabut

bermielin dapat melompat dari satu nodus ke nodus lain (konduksi

saltatori) dengan cukup kuat. Kehilangan selaput mielin pada GBS

membuat konduksi saltatori tidak mungkin terjadi dan transmisi impuls

saraf batalkan. ( Suzzane C. Smeltzer dan Brenda G, 2002 ).

Page 4: LP GBS NEW
Page 5: LP GBS NEW

D. Manifestasi Klinis

Penyakit infeksi dan keadaan prodromal : Pada 60-70 % penderita

gejala klinis SGB didahului oleh infeksi ringan saluran nafas atau saluran

pencernaan, 1-3 minggu sebelumnya . Sisanya oleh keadaan seperti

berikut : setelah suatu pembedahan, infeksi virus lain atau eksantema pada

kulit, infeksi bakteria, infeksi jamur, penyakit limfoma dan setelah

vaksinasi influenza.

Masa laten, waktu antara terjadi infeksi atau keadaan prodromal

yang mendahuluinya dan saat timbulnya gejala neurologis. Lamanya masa

laten ini berkisar antara satu sampai 28 hari, rata-rata 9 hari (4). Pada masa

laten ini belum ada gejala klinis yang timbul. Keluhan utama

Keluhan utama penderita adalah prestasi pada ujung-ujung ekstremitas,

kelumpuhan ekstremitas atau keduanya. Kelumpuhan bisa pada kedua

ekstremitas bawah saja atau terjadi serentak pada keempat anggota gerak.

Gejala Klinis

1. Kelumpuhan

Manifestasi klinis utama adalah kelumpuhan otot-otot ekstremitas

tipe lower motor neurone. Pada sebagian besar penderita

kelumpuhan dimulai dari kedua ekstremitas bawah kemudian

menyebar secara asenderen ke badan, anggota gerak atas dan saraf

kranialis. Kadang-kadang juga bisa keempat anggota gerak dikenai

secara serentak, kemudian menyebar ke badan dan saraf kranialis.

Kelumpuhan otot-otot ini simetris dan diikuti oleh hiporefleksia atau

Page 6: LP GBS NEW

arefleksia. Biasanya derajat kelumpuhan otot-otot bagian proksimal

lebih berat dari bagian distal, tapi dapat juga sama beratnya, atau

bagian distal lebih berat dari bagian proksimal (2,4).

2. Gangguan sensibilitas

Parestesi biasanya lebih jelas pada bagian distal ekstremitas, muka

juga bisa dikenai dengan distribusi sirkumoral . Defisit sensoris

objektif biasanya minimal dan sering dengan distribusi seperti pola

kaus kaki dan sarung tangan. Sensibilitas ekstroseptif lebih sering

dikenal dari pada sensibilitas proprioseptif. Rasa nyeri otot sering

ditemui seperti rasa nyeri setelah suatu aktifitas fisik.

3. Saraf Kranialis

Saraf kranialis yang paling sering dikenal adalah N.VII. Kelumpuhan

otot-otot muka sering dimulai pada satu sisi tapi kemudian segera

menjadi bilateral, sehingga bisa ditemukan berat antara kedua sisi.

Semua saraf kranialis bisa dikenai kecuali N.I dan N.VIII. Diplopia

bisa terjadi akibat terkenanya N.IV atau N.III. Bila N.IX dan N.X

terkena akan menyebabkan gangguan berupa sukar menelan, disfonia

dan pada kasus yang berat menyebabkan kegagalan pernafasan

karena paralisis n. laringeus.

4. Gangguan fungsi otonom

Gangguan fungsi otonom dijumpai pada 25 % penderita SGB9 .

Gangguan tersebut berupa sinus takikardi atau lebih jarang sinus

bradikardi, muka jadi merah (facial flushing), hipertensi atau

Page 7: LP GBS NEW

hipotensi yang berfluktuasi, hilangnya keringat atau episodic profuse

diaphoresis. Retensi urin atau inkontinensia urin jarang dijumpai .

Gangguan otonom ini jarang yang menetap lebih dari satu atau dua

minggu.

5. Kegagalan pernafasan

Kegagalan pernafasan merupakan komplikasi utama yang dapat

berakibat fatal bila tidak ditangani dengan baik. Kegagalan

pernafasan ini disebabkan oleh paralisis diafragma dan kelumpuhan

otot-otot pernafasan, yang dijumpai pada 10-33 persen penderita.

6. Papiledema

Kadang-kadang dijumpai papiledema, penyebabnya belum diketahui

dengan pasti. Diduga karena peninggian kadar protein dalam cairan

otot yang menyebabkan penyumbatan villi arachoidales sehingga

absorbsi cairan otak berkurang .(Brunner and suddart, 2002)

E. Komplikasi

Komplikasi yang sering terjadi lebih diakibatkan oleh paralisis jangka

panjang, antara lain sebagai berikut:

1. Paralisis otot persisten

2. Gagal nafas, dengan ventilasi mekanik

3. Aspirasi

4. Retensi urin

5. Masalah psikiatrik, seperti depresi dan ansietas

Page 8: LP GBS NEW

6. Nefropati, pada penderita anak

7. Hipo ataupun hipertensi

8. Tromboemboli, pneumonia, ulkus

9. Aritmia jantung

10. Ileus (Gareth J.Parry and Joel S Steinberg,2007)

F. Pemeriksaan Diagnostik

Diagnosis GBS sangat bergantung pada:

1. Riwayat penyakit dan perkembangan gejala-gejala klinik.

2. Tidak ada satu pemeriksaan pun yang dapat memastikan GBS;

pemeriksaan tersebut hanya menyingkirkan gangguan.

3. Lumbal pungsi dapat menunjukkan kadar protein normal pada awalnya

dengan kenaikan pada minggu ke-4 sampai ke-6. Cairan spinal

memperlihatkan adanya peningkatan konsentrasi protein dengan

menghitung jumlah sel normal.

4. Pemeriksaan konduksi saraf mencatat transmisi impuls sepanjang

serabut saraf. Pengujian elektrofisiologis diperlihatkan dalam bentuk

lambatnya laju konduksi saraf.

5. Sekitar 25% orang dengan penyakit ini mempunyai antibodi baik

terhadap citomegalovirus atau virus Epstein-Barr. Telah ditunjukkan

bahwa suatu perubahan respon imun pada antigen saraf tepi dapat

menunjang perkembangan gangguan.

Page 9: LP GBS NEW

6. Uji fungsi pulmonal dapat dilakukan jika GBS terduga, sehingga dapat

ditetapkan nilai dasar untuk perbandingan sebagai kemajuan penyakit.

Penurunan kapasitas fungsi pulmonal dapat menunjukkan kebutuhan

akan ventilasi mekanik.

G. Penatalaksanaan Medis

Tujuan utama merawat klien dengan GBS adalah memberikan

pemeliharaan fungsi sistem tubuh, dengan cepat mengatasi krisis-krisis

yang mengancam jiwa. Mencegah infeksi dan komplikasi imobiitas serta

memberikan dukungan psikologis untuk klien dan keluarga.

GBS dipertimbangan sebagai kedaruratan medis dan klien diatasi

di unit perawatan intensif. Klien yang mengalami masalah pernapasan

yang memerlukan ventilator, kadang-kadang untuk periode yang lama.

Plasmaferesis (perubahan plasma) yang menyebabkan reduksi antibiotik

ke dalam sirkulasi sementara, yang dapat digunakan pada serangan berat

dan dapat mebatasi keadaan yang memburuk pada klien dan dieliminasi.

Diperlukan pemantauan EKG kontinu, untuk kemungkinan adanya

perubahan kecepatan atau ritme jantung. Disritmia jantung disebabkan

keadaan abnormal otonom yang diobati dengan propanolol untuk

mencegah takikardi dan hipertensi. Atropin dapat diberikan untuk

menghindari episode bradikardia selama pengisapan endotrakeal dan terapi

fisik.

Page 10: LP GBS NEW

H. Asuhan keperawatan

1. Pola fungsional :

a. Persepsi dan Penanganan Kesehatan

Menggambarkan persepsi, pemeliharaan dan penanganan

kesehatan. Persepsi terhadap arti kesehatan, dan piñata laksanaan

kesehatan, kemampuan menyusun tujuan, pengetahuan tentang

praktek kesehatan.

Komponen:

1) Gambaran kesehatan secara umum dan saat ini

2) alasan kunjungan dan harapan

3) gambaran terhadap sakit dan penyebabnya dan penanganan

yang dilakukan,

4) Kepatuhan terhadap pengobatan

5) Pencegahan/tindakan dalam menjaga kesehatan

6) Penggunaan obat resep dan warung,

7) Penggunaan produk atau zat didalam kehidupan sehari-hari

dan frekuensi (misal : rokok, alkohol)

8) Penggunaan alat keamanan dirumah/sehari-hari, dan faktor

resiko timbulnya penyakit

b. Nutrisi-Metabolik

Menggambarkan intake makanan, keseimbangan cairan dan

elektrolit, nafsu makan, pola makan, diet, fluktuasi BB dalam 6

Page 11: LP GBS NEW

bulan terakhir, kesulitan menelan, mual / muntah, kebutuhan julah

zat gizi, masalah / penyembuhan kulit, akanan kesukaan.

Komponen

1) Gambaran yang biasa dimakan (Pagi,siang,sore,snack)

2) Tipe dan intake cairan

3) Gambaran bagaimana nafsu makan, kesulitan dan keluhan

yang mempengaruhi makan dan nafsu makan

4) Penggunaan obat diet

5) Makanan Kesukaan, Pantangan,alergi

6) Penggunaan suplemen makanan

7) Gambaran BB, perubahan BB dalam 6-9 bln,

8) Perubahan pada kulit (lesi, kering, membengkak,gatal)

9) Proses penyembuhan luka (cepat-lambat)

10) Adakah faktor resiko terkait ulcer kulit (penurunan

sirkulasi, defisit sensori,penurunan mobilitas)

c. Eliminasi

Menggambarkan pola fungsi eksresi, kandung kemih dan kulit.

Komponen

1)  Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin

2) Adakah masalah dalam proses miksi, adakah penggunaan

alat bantu untuk miksi

3) Gambaran pola BAB, karakteritik

4) Penggunaan alat bantu

Page 12: LP GBS NEW

5) Bau bdn, Keringat berlebih,lesi & pruritus

d. Aktivitas-Latihan

Menggambarkan pola aktivitas dan latihan, fungsi pernafasan dan

sirkulasi.

Komponen

1) Gambaran level aktivitas, kegiatan sehari-hari dan olahraga

2)  Aktivitas saat senggang/waktu luang

3) Apakah mengalami kesulitan dalam bernafas, lemah, batuk,

nyeri dada,palpitasi,nyeri pada tungkai, gambarkan!

Gambaran dalam pemenuhan ADL

1) Level Fungsional (0-IV)

2) Kekuatan Otot (1-5)

e. Tidur-Istirahat

Menggambarkan pola tidur-istirahat dan persepsi pada level

energi.

Komponen

1) Berapa lama tidur dimalam hari

2) Jam berapa tidur-Bangun

3) Apakah terasa efektif

4) Adakah kebiasaan sebelum tidur

5) Apakah mengalami kesulitan dalam tidur

Page 13: LP GBS NEW

f. Kognitif-Persepsi

Menggambarkan pola pendengaran, penglihatan, pengecap, taktil,

penciuman, persepsi nyeri, bahasa, memori dan pengambilan

keputusan.

Komponen

1) Kemampuan menulis dan membaca

2) Kemampuan berbahasa

3) Kemampuan belajar

4) kesulitan dalam mendengar

5) Penggunaan alat bantu mendengar/melihat

6) Bagaimana visus

7) Adakah keluhan pusing bagaimana gambarannya

8) Apakah mengalami insensitivitas terhadap dingin,

panas,nyeri

9) Apakah merasa nyeri(Skala dan karaketeristik)

g. Persepsi Diri – Konsep Diri

Menggambarkan sikap terhadap diri dan persepsi terhadap

kemampuan,harga diri,gambaran diri dan perasaan terhadap diri

sendiri.

Komponen

1) Bagaimana menggambarkan diri sendiri

2) Apakah ada kejadian yang akhirnya mengubah gambaran

terhadap diri

Page 14: LP GBS NEW

3) Apa hal yang paling menjadi pikiran

4) Apakah sering merasa marah, cemas, depresi, takut,

bagaimana gambarannya

h. Peran – Hubungan

Menggambarkan keefektifan hubungan dan peran dengan

keluarga-lainnya.

Komponen

1) Bagaimana gambaran pengaturan kehidupan (hidup

sendiri/bersama)

2) Apakah mempunyai orang dekat?Bagaimana kualitas

hubungan?Puas?

3) Apakah ada perbedaan peran dalam keluarga, apakah ada

saling keterikatan

4) Bagaimana dalam mengambil keputusan dan penyelesaian

konflik

5) Bagaimana keadaan keuangan

6) Apakah mempunyai kegiatan sosial?

i. Seksualitas – Reproduksi

Menggambarkan kepuasan/masalah dalam seksualitas-reproduksi.

Komponen

1) Apakah kehidupan seksual aktif

2) Apakah menggunakan alat bantu/pelindung

Page 15: LP GBS NEW

3) Apakah mengalami kesulitan/perubahan dalam pemenuhan

kebutuhan seks

4) Khusus wanita : TMA, gambaran pola haid, usia menarkhe/

menopause riwayat kehamilan, masalah terkait dengan haid

j. Koping – Toleransi Stres

Menggambarkan kemampuan untuk menangani stres dan

menggunakan sistem pendukung.

Komponen

1) Apakah ada perubahan besar dalam kehidupan dalam bbrp

thn terakhir

2) Dalam menghadapi masalah apa yang dilakukan?efektif?

3) Apakah ada orang lain tempat berbagi?apakah orang

tersebut ada sampai sekarang?

4) Apakah anda selalu santai/tegang setiap saat

5) Adakah penggunaan obat/zat tertentu

k. Nilai – Kepercayaan

Menggambarkan spiritualitas, nilai, sistem kepercayaan dan

tujuan dalam hidup.

Komponen

1) Apakah anda selalu mendapatkan apa yang diinginkan

2) Adakah tujuan,cita-cita,rencana di masa y.a.d

3) Adakah nilai atau kepercayaan pribadi yang ikut

berpengaruh

Page 16: LP GBS NEW

4) Apakah agama merupakan hal penting dalam hidup?

Gambarkan

2. Anamnesis

Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien meminta

pertolongan kesehatan adalah berhubungan dengan kelemahan otot

baik kelemahan fisik secara umum maupun lokalis seperti

melemahnya otot-otot pernapasan.

3. Riwayat Penyakit Saat Ini

Keluhan yang paling sering ditemukan pada klien GBS dan

merupakan komplikasi yang paling berat dari GBS adalah gagal

napas. Melemahnya otot pernapasan membuat klien dengan gangguan

ini berisiko lebih tinggi terhadap hipoventilasi dan infeksi pernapasan

berulang. Disfagia juga dapat timbul, mengarah pada aspirasi.

Keluhan kelemahan ekstrimitas atas dan bawah hampir sama seperti

keluhan klien yang terdapat pada klien stroke. Keluhan gangguan

sistem saraf otonom pada klien GBS yang dapat mengakibatkan

disritmia jantung atau perubahan drastis yang mengancam kehidupan

dalam tanda-tanda vital.

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Pengkajian penyakit yang pernah dialami klien yang memungkinkan

adanya hubungan atau menjadi predisposisi keluhan sekarang

meliputi pernahkah klien mengalami ISPA, infeksi gastrointestinal,

dan tindakan bedah saraf. Pengkajian pemakaian obat-obat yang

Page 17: LP GBS NEW

sering digunakan klien, seperti pemakaian obat kortikosteroid,

pemakaian jenis-jenis antibiotik dan reaksinya (untuk menilai

resistensi pemakaian antibiotik) dapat menambah komprehensifnya

pengkajian. Pengkajian riwayat ini dapat mendukung pengkajian dari

riwayat penyakit sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji

lebih jauh dan untuk memberikan tindakan selanjutnya.

5. Pengkajian Psiko-Sosio-Spiritual

Pengkajian psikologi klien GBS meliputi beberapa penilaian yang

memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas

mengenai status emosi, kognitif, dan perilaku klien. Pengkajian

mekanisme koping yang digunakan klien juga penting untuk menilai

respon emisi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan

peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respons atau

pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga

ataupun masyarakat. Apakah ada dampak yang timbul pada klien,

yaitu timbul ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa

ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan

pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra tubuh).

Pengkajian mengenai mekanisme koping yang secara sadar bisa

digunakan klien selama masa stres meliputi kemampuan klien untuk

mendiskusikan masalah kesehatan saat ini yang telah diketahui dan

perubahan perilaku akibat stres.

Page 18: LP GBS NEW

Karena klien harus menjalani rawat inap maka apakah keadaan ini

memberi dampak pada status ekonomi klien, karena biaya perawatan

dan pengobatan memerlukan dana yang tidak sedikit. Perawat juga

memasukkan pengkajian terhadap fungsi neurologis dengan dampak

gangguan neurologis yang akan terjadi pada gaya hidup individu.

Prespektif keperawatan dalam mengkaji terdiri dari dua masalah,

yaitu keterbatasan yang diakibatkan oleh defisit neurologis dalam

hubungannya dengan peran sosial klien dan rencana pelayanan yang

akan mendukung adaptasi pada gangguan neurologis di dalam sistem

dukungan individu.

6. Rencana Intervensi

a. Pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan kelemahan

progresif cepat otot-otot prnapasan dan ancaman

gagalpernapasan.

Tujuan : Dalam waktu 3 x 24 jam setelah diberikan

tindakan pola napas kembali efektif.

KH : Secara subjektif sesak napas (-), RR 16-20 x/mnt. Tidak

menggunakan otot bantu napas, gerakan dada normal.

Intervensi

1) Kaji fungsi paru, adanya bunyi napas tambahan, perubahan

irama dan kedalaman,penggunaan otot-otot aksesori.

2) Evaluasi keluhan sesak napas baik secara verbal dan

nonverbal

Page 19: LP GBS NEW

3) Beri ventilasi mekanik

4) Lakukan Pemeriksaan kapasitas vital pernapasan

5) Kolaborasi pemberian humidifikasi oksigen 3l/mnt

b. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan

akumulasi sekret dengan kemampuan batuk menurun akibat

peurunan kesadaran

Tujuan : Dalam waktu 3x 24 jam setelah diberikan tindakan

jalan napas kembali efektif

KH : secara subyektif sesak nafas (-), RR 16-20 x/mnt, tidak

menggunakan otot bantu nafas, retraksi ICS (-), ronkhi (-/-), mengi

(-/-) dapat mendomenstrasikan cara batuk efektif

Intervensi

1) Kaji fungsi paru, adanya bunyi nafas tambahan, perubahan

irama dan kedalaman penggunaan otot-otot aksesori, warna,

dan kekentalan sputum

2) Atur posisi fowler dan semi fowler

3) Ajarkan cara batuk efektif

4) Lakukan fisioterapi dada; vibrasi dada

5) Penuhi hidrasi cairan via oral seperti minum air putih dan

pertahankan intake cairan 2500mL/hari

6) Lakukan pengipasan lendir di jalan napas

c. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan

perubahan frekuensi, irama, dan konduksi listrik jantung.

Page 20: LP GBS NEW

Tujuan : Penurunan curah jantung tidak terjadi

KH : Stabilitas hemodinamik baik (tekanan darah di dalam

batasnormal, curah jantung kebali meningkat, intake dan output

sesuia, tidak menunjukkan tanda-tanda disritmia).

Intervensi

1) Auskultasi TD. Bandingkan kedua lengan, ukur dalam

keadaan berbaring, duduk, atau berdiri bila memungkinkan

2) Evaluasi kualitas dan kesamaan nadi

3) Catat murmur

4) Pantau frekuensi jantung dan irama

5) Kolaborasi berikan O2 tambahan sesuai indikasi

d. Resiko gangguan nutrisi : Kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan ketidakmampuan mengunyah dan menelan makanan

Tujuan : Pemenuhan nutrisi klien terpenuhi

KH : Setelah dirawat selama 3 hari klien tidak terjadi

komplikasi akibat penurunan nutrisi

Intervensi

1) Kaji kemampuan klien dalampemenuhan nutrisi oral

2) Monitor komplikasi akibat paralisis akibat insufisiensi

aktifitas parasimpatis

3) Berikan nutrisi via NGT

4) Berikan nutrisi via oral bila paralisis menelan berkurang

Page 21: LP GBS NEW

e. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan

kerusakan neuromuskular, penurunan kekuatan otot, penurunan

kesadaran.

Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam setelah diberikan tindakan

mobilitas klien meningkat atau teradpatasi

KH : Peningkatan kemampuan tidak terjadi, trombosis vena

profunda dan emboli paru merupakan ancaman klien paralisis

yang tidak mampu menggerakan ekstremitas, dekubitus tidak

terjadi.

Intervensi

1) Kaji tingkat kemampuan klien dalam melakukan mobilitas fisik

2) Dekatkan alat dan sarana yang dibutuhkan klien dalam pemenuhan

aktifitas sehari0hari

3) Hindari faktor yang memungkinkan terjadinya trauma pada

saat klien melakukan mobilisasi

4) Sokong ektremitas yang mengalami paralisis

5) Monitor kompilkasi gangguan mobilitas fisik

6) Kolaborasi dengan tim fisioterapis

f. Cemas berhubungan dengan kondisi sakit dan prognosis penyakit

yang buruk

Tujuan : Dalam waktu 1 x 24 jam setelah tindakan,

kecemasan hilang atau berkurang

Page 22: LP GBS NEW

KH : Mengenal perasaannya, dapat mengidentifikasi penyebab

atau fkator yang mempengaruhinya dan menyatakan cemas

berkurang

Intervensi

1) Bantu klien mengespresikan perasaan marah, kehilangan dan

takut

2) Kaji tanda verbal dan nonverbal kecemasan dan dampingi

klien, dan lakukan tindakan bila menunjukkan perilaku

merusak.

3) Hindari konfrantasi

4) Mulai melakukan tindakan untuk mengurangi kecemasan, beri

lingkunan yang tenang dan beri suasana penuh istirahat.

5) Tingakatkan kontrol sensasi klien

6) Orientasikan klien terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang

dihasilkan

7) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan

kecemasannya.

8) Berikan privasi untuk klien dan orang terdekat

g. Koping individu dan keluarga tidak efektif berhubungan dengan

prognosis penyakit, perubahan psikososial, perubahan persepsi

kognitif, perubahan aktual dalam struktur dan fungsi,

ketidakberdayaan, dan merasa tidak ada harapan

Page 23: LP GBS NEW

Tujuan : Dalam waktu 1 x 24 jam setelah tindakan harga

diri klien meningkat

KH : Mampu menyatakan atau mengomunikasikan dengan

orang terdekat tenntang situasi dan perubahan yang sedang terjadi,

mampu menyatakan penerimaan terhadap situasi, mengakui dan

menggabungkan perubahan ke dlama konsep diri dengan cara

yang akurat tanpa harga diri yang negatif

Intervensi

1) Kaji perubahan dari gangguan persepsi dan hubungan

dengan derajat kemampuan.

2) Identifikasi arti dari kehilangan atau disfungsi pada klien

3) Anjurkan klien untuk mengespresikan perasaan termasuk

permusuhan dan kemarahan

4) Catat ketika klien menyatakan pernyataan pengakuan

terhadap penolakan tubuh, seperti sekarat atau mengingkari dan

menyatakan ingin mati

5) Kolaborasi : rujuk pada ahli neuropsikologi dan konseling

bila ada indikasi

Page 24: LP GBS NEW
Page 25: LP GBS NEW

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and suddart. 2002. Medical practical nursing, 1st editionMarilynn E, Doengoes. 2000.  Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. EGC : Jakarta 

Gareth J. Parry and Joel S. Steinberg. 2007. Gullaine-Bare Syndrome : fro, diagnosis to recovery. USA : AAn Enterprises

Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC : Jakarta