LP Fraktur Caput Humeri

download LP Fraktur Caput Humeri

of 14

Transcript of LP Fraktur Caput Humeri

  • 8/10/2019 LP Fraktur Caput Humeri

    1/14

    LAPORAN PENDAHULUAN

    PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

    Untuk memnuhi tugas dalam Dapartemen Surgikal

    RUANG BOUGENVILLE RST DR. Soepraoen MALANG

    FRAKTUR CAPUT HUMERI

    Disusun Oleh :

    Nur Ida Fatmawati

    NIM. 105070204111001

    PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    MALANG

    2014

  • 8/10/2019 LP Fraktur Caput Humeri

    2/14

    LAPORAN PENDAHULUAN

    A. DEFINISI

    Fraktur humerus adalah hilangnya kontinuitas tulang , tulang rawan

    sendi, tulang rawan epifisial baik yang bersifat total maupun parsial pada

    tulang humerus.

    Pada fraktur jenis ini, insidensinya meningkat pada usia yg lebih tua

    yang terkait dengan osteoporosis. Perbandingan wanita dan pria adalah 2:1.

    Mekanisme trauma pada orang dewasa tua biasa dihubungkan dengan

    kerapuhan tulang (osteoporosis). Pada pasien dewasa muda, fraktur ini dapat

    terjadi karena high-energy trauma, contohnya kecelakaan lalu lintas sepeda

    motor. Mekanisme yang jarang terjadi antara lain peningkatan abduksi bahu,trauma langsung, kejang, proses patologis: malignansi.

    Gejala klinis pada fraktur ini adalah nyeri, bengkak, nyeri tekan, nyeri

    pada saat digerakkan, dan dapat teraba krepitasi. Ekimosis dapat terlihat

    dinding dada dan pinggang setelah terjadi cedera. Hal ini harus dibedakan

    dengan cedera toraks.

    B. ETIOLOGI

    Kebanyakan fraktur dapat saja terjadi karena kegagalan tulang

    humerus menahan tekanan terutama tekanan membengkok, memutar, dan

    tarikan. Trauma dapat bersifat:

    1. Langsung

    Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang

    dan terjadi fraktur pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya

    bersifat kominutif dan jaringan lunak ikut mengalami kerusakan.

    2. Tidak langsung

    Trauma tidak langsung terjadi apabila trauma dihantarkan ke

    daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur.

    Tekanan pada tulang dapat berupa:

    1. Tekanan berputar yang menyebabkan fraktur bersifat oblik atau spiral

    2. Tekanan membengkok yang menyebabkan fraktur transversal

    3. Tekanan sepanjang aksis tulang yang dapat menyebabkan fraktur

    impaksi, dislokasi, atau fraktur dislokasi

  • 8/10/2019 LP Fraktur Caput Humeri

    3/14

    4. Kompresi vertikal yang dapat menyebabkan fraktur kominutif atau

    memecah

    5. Trauma oleh karena remuk

    6. Trauma karena tarikan pada ligament atau tendon akan menarik

    sebagian tulang

    C. KLASIFIKASI

    Menurut Neer, proksimal humerus dibentuk oleh 4 segmen tulang:

    1. Caput/kepala humerus

    2. Tuberkulum mayor

    3. Tuberkulum minor

    4. Diafisis atau shaft

    Klasifikasi menurut Neer, antara lain:

    1. One-part fracture : tidak ada pergeseran fragmen, namun terlihat garis

    fraktu

    2. Two-part fracture :

    anatomic neck

    surgical neck

    Tuberculum mayor

    Tuberculum minor

    3. Three-part fracture :

    Surgical neck dengan tuberkulum mayor

    Surgical neck dengan tuberkulum minus

    4. Four-part fracture

    5. Fracture-dislocation

    6. Articular surface fracture

  • 8/10/2019 LP Fraktur Caput Humeri

    4/14

    D. PATOFISIOLOGI

    Terlampir.

  • 8/10/2019 LP Fraktur Caput Humeri

    5/14

    E. MANIFESTASI KLINIK

    Menurut Smeltzer (2002) tanda dan gejala fraktur adalah :

    Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai tulang diimobilisasi.

    Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik, karena fungsi normal otot

    bergantung pada intregitas tulang tempat melekatnya otot .

    Deformitas (terlihat maupun teraba)

    Pada fraktur panjang terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena

    kontraksi otot yang melekat di atas dan dibawah tempat fraktur .

    Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan , teraba adanya derik tulang

    dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu

    dengan yang lainnya .

    Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai

    akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur.

    F. PEMERIKSAAN RADIOLOGIS:

    Dengan pemeriksaan klinik kita sudah dapat mencurigai adanya

    fraktur. Walaupun demikian pemeriksaan radiologis diperlukan untuk

    menentukan keadaan, lokasi serta ekstensi fraktur. Untuk menghindarkan

    nyeri serta kerusakan jaringan lunak selanjutnya, maka sebaiknya kita

    mempergunakan bidai yang bersifat radiolusen untuk imobilisasi sementara

    sebelum dilakukan pemeriksaan radiologis.

    Pemeriksaan radiologis dilakukan dengan beberapa prinsip dua:

    1. Dua posisi proyeksi; dilakukan sekurang-kurangnya yaitu pada antero-

    posterior dan lateral

    2. Dua sendi pada anggota gerak dan tungkai harus difoto, di proximal dan

    distal sendi yang mengalami fraktur

    3. Dua anggota gerak. Pada anak-anak sebaiknya dilakukan foto padakedua anggota gerak terutama pada fraktur epifisis

    4. Dua trauma, pada trauma yang hebat sering menyebabkan fraktur pada

    dua daerah tulang. Misalnya pada fraktur kalkaneus atau femur, maka

    perlu dilakukan foto pada panggul dan tulang belakang

    5. Dua kali dilakukan foto. Pada fraktur tertentu misalnya fraktur tulang

    skafoid foto pertama biasanya tidak jelas sehingga biasanya diperlukan

    foto berikutnya 10-14 hari kemudian.

  • 8/10/2019 LP Fraktur Caput Humeri

    6/14

    Umumnya dengan foto polos kita dapat mendiagnosis fraktur, tetapi

    perlu dinyatakan apakah fraktur terbuka/tertutup, tulang mana yang terkena

    dan lokalisasinya, apakah sendi juga mengalami fraktur serta bentuk fraktur

    itu sendiri.

    G. PENATALAKSANAAN

    Penatalaksanaan secara umum:

    1. Bila terjadi trauma, dilakukanprimary survey terlebih dahulu.

    2. Sebelum penderita diangkut, pasang bidai untuk mengurangi nyeri,

    mencegah (bertambahnya) kerusakan jaringan lunak dan makin buruknya

    kedudukan fraktur. Bila tidak terdapat bahan untuk bidai, maka bila lesi di

    anggota gerak bagian atas untuk sementara anggota yang sakit

    dibebatkan ke badan penderita

    Pilihan terapi adalah terapi konservatif atau operatif. Pilihan harus

    mengingat tujuan pengobatan fraktur yaitu mengembalikan fungsi tulang

    yang patah dalam jangka waktu sesingkat mungkin.

    H. KOMPLIKASI

    1. Komplikasi Awal

    a. Kerusakan Arteri

    Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya

    nadi, CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar,

    dan dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan

    emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan

    reduksi, dan pembedahan.

    b. Kompartement Syndrom

    Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi

    karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam

    jaringan parut. Ini disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang

    menekan otot, saraf, dan pembuluh darah. Selain itu karena

    tekanan dari luar seperti gips dan embebatan yang terlalu kuat.

    c. Fat Embolism Syndrom

    Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang sering

    terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-

    sel lemak yang dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran

  • 8/10/2019 LP Fraktur Caput Humeri

    7/14

    darah dan menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang

    ditandai dengan gangguan pernafasan, tachykardi, hypertensi,

    tachypnea, demam.

    d. Infeksi

    System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan.

    Pada trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan

    masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka,

    tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan

    seperti pin dan plat.

    e. Avaskuler Nekrosis

    Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang

    rusak atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan

    diawali dengan adanya Volkmans Ischemia.

    f. Shock

    Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya

    permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya

    oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.

    2. Komplikasi Dalam Waktu Lama

    a. Delayed Union

    Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai

    dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini

    disebabkan karena penurunan supai darah ke tulang.

    b. Nonunion

    Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkkonsolidasi dan

    memproduksi sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9

    bulan. Nonunion ditandai dengan adanya pergerakan yang berlebih

    pada sisi fraktur yang membentuk sendi palsu atau pseudoarthrosis.

    Ini juga disebabkan karena aliran darah yang kurang.

    c. Malunion

    Malunion merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan

    meningkatnya tingkat kekuatan dan perubahan bentuk (deformitas).

    Malunion dilakukan dengan pembedahan dan reimobilisasi yang

    baik.

  • 8/10/2019 LP Fraktur Caput Humeri

    8/14

    I. ASUHAN KEPERAWATAN

    ANAMNESIS

    Anamnesis terdiri dari:

    1. Auto anamnesis:

    Ada beberapa hal yang menyebabkan penderita datang untuk

    minta pertolongan:

    1) Sakit/nyeri

    Sifat dari sakit/nyeri:

    - Lokasi setempat/meluas/menjalar

    - Ada trauma riwayat trauma tau tidak

    - Sejak kapan dan apa sudah mendapat pertolongan

    - Bagaimana sifatnya: pegal/seperti ditusuk-tusuk/rasa

    panas/ditarik-tarik, terus-menerus atau hanya waktu

    bergerak/istirahat dan seterusnya

    - Apa yang memperberat/mengurangi nyeri

    - Nyeri sepanjang waktu atau pada malam hari

    - Apakah keluhan ini untuk pertama kali atau sering hilang timbul

    2) Kelainan bentuk/pembengkokan

    - Angulasi/rotasi/discrepancy (pemendekan/selisih panjang)

    - Benjolan atau karena ada pembengkakan

    3) Kekakuan/kelemahan

    - Kekakuan: Pada umumnya mengenai persendian. Apakah hanya

    kaku, atau disertai nyeri, sehingga pergerakan terganggu?

    - Kelemahan: Apakah yang dimaksud instability atau kekakuan

    otot menurun/melemah/kelumpuhan

    2. Allo anamnesis:

    Untuk aloo anamnesis pada kasus-kasus trauma ditujukan kepada

    pengantar ataupun saksi agar dapat memberikan keterangan yang lebih

    baik, terutama bila pasien tidak sadarkan diri.

    PEMERIKSAAN FISIK

    Dibagi menjadi dua yaitu (1) pemeriksaan umum (status generalisata)

    untuk mendapatkan gambaran umum dan (2) pemeriksaan setempat (status

    lokalis).

  • 8/10/2019 LP Fraktur Caput Humeri

    9/14

    Gambaran umum:

    Perlu menyebutkan:

    a. Keadaan Umum (K.U): baik/buruk, yang dicatat adalah tanda-tanda vital

    yaitu:

    Kesadaran penderita; apatis, sopor, koma, gelisah

    Kesakitan

    Tanda vital seperti tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu

    b. Kemudian secara sistematik diperiksa dari kepala, leher, dada (toraks),

    perut (abdomen: hepar, lien) kelenjar getah bening, serta kelamin

    c. Ekstremitas atas dan bawah serta punggung (tulang belakang)

    Pemeriksaan lokal:

    Harus dipertimbangkan keadaan proksimal serta bagian distal dari

    anggota terutama mengenai status neuro vaskuler. Pada pemeriksaan

    orthopaedi/muskuloskeletal yang penting adalah:

    a. Look (inspeksi)

    - Bandingkan dengan bagian yang sehat

    - Perhatikan posisi anggota gerak

    - Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak untuk

    membedakan fraktur tertutup atau terbuka

    - Ekstravasasi darah subkutan dalam beberapa jam samapai beberapa

    hari

    - Perhatikan adanya deformitas berupa angulasi, rotasi dan

    kependekan

    b. Feel (palpasi)

    Pada waktu mau meraba, terlebih dulu posisi penderita diperbaiki

    agar dimulai dari posisi netral/posisi anatomi. Pada dasarnya ini

    merupakan pemeriksaan yang memberikan informasi dua arah, baik si

    pemeriksa maupun si pasien, karena itu perlu selalu diperhatikan wajah si

    pasien atau menanyakan perasaan si pasien.

    Hal-hal yang perlu diperhatikan:

    - Temperatur setempat yang meningkat

    - Nyeri tekan, nyeri tekan yang bersifat superfisial biasanya disebabkan

    oleh kerusakan jaringan lunak yang dalam akibat fraktur pada tulang

    - Krepitasi

  • 8/10/2019 LP Fraktur Caput Humeri

    10/14

    - Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi arteri

    radialis, arteri dorsalis pedis, arteri tibialis posterior sesuai dengan

    anggota gerak yang terkena. Refilling (pengisian) arteri pada kuku,

    warna kulit pada bagian distal daerah trauma, temperatur kulit.

    - Pengukuran tugkai terutama pada tungkai bawah untuk mengetahui

    adanya perbedaan panjang tungkai

    c. Move (pergerakan terutama mengenai lingkup gerak)

    Setelah memeriksa feel pemeriksaan diteruskan dengan

    menggerakkan anggota gerak dan dicatat apakah terdapat keluhan nyeri

    pada pergerakan.

    Pada anak periksalah bagian yang tidak sakit dulu, selaiam untuk

    mendapatkan kooperasi anak pada waktu pemeriksaan, juga untuk

    mengetahui gerakan normal si penderita. Pencatatan lingkup gerak ini

    perlu, agar kita dapat berkomunikasi dengan sejawat lain dan evaluasi

    keadaan sebelum dan sesudahnya.

    Apabila terdapat fraktur tentunya akan terdapat gerakan abnormal

    di daerah fraktur (kecuali pada incomplete fracture). Gerakan sendi

    dicatat dengan ukuran derajat gerakan dari setiap arah pergerakan mulai

    dari titik 0 (posisi netral) atau dengan ukuran metrik. Pencatatan ini

    penting untuk mengetahui apakah ada gangguan gerak.

    Kekakuan sendi disebut ankilosis dan hal ini dapat disebabkan

    oleh faktor intra artikuler atau ekstra artickuler.

    Intra artikuler: Kelainan/kerusakan dari tulang rawan yang

    menyebabkan kerusakan tulang subkondral; juga didapat oleh

    karena kelainan ligament dan kapsul (simpai) sendi

    Ekstra artikuler: oleh karena otot atau kulit

    Pergerakan yang perlu dilihat adalah gerakan aktif (penderita

    sendiri disuruh menggerakkan) dan pasif (dilakukan oleh pemeriksa).

    Selain diperiksa pada posisi duduk dan berbaring juga perlu dilihat waktu

    berdiri dan jalan. Jalan perlu dinilai untuk mengetahui apakah pincang

    disebabkan karena instability, nyeri, discrepancy, fixed deformity.

    Anggota gerak atas:

    Sendi bahu :

    Merupakan sendi yang bergerak seperti bumi (global joint); ada

    beberapa sendi yang mempengaruhi gerak sendi bahu yaitu: gerak

  • 8/10/2019 LP Fraktur Caput Humeri

    11/14

    tulang belakang, gerak sendi sternoklavikula, gerak sendi

    akromioklavikula, gerak sendi gleno humeral, gerak sendi scapula

    torakal (floating joint).

    Karena gerakan tersebut sukar diisolasi satu persatu, maka

    sebaiknya gerakan diperiksa bersamaan kanan dan kiri; pemeriksa

    berdiri di belakang pasien, kecuali untuk eksorotasi atau bila

    penderita berbaring, maka pemeriksa ada di samping pasien.

    Sendi siku:

    Gerak fleksi ekstensi adalah gerakan ulna humeral (olecranon

    terhadap humerus). Gerak pronasi dan supinasi adalah gerakan dari

    antebrachii dan memiliki sumbu ulna; hal ini diperiksa pada posisi

    siku 90 untuk menghindari gerak rotasi dari sendi bahu.

    Sendi pergelangan tangan:

    Pada dasarnya merupakan gerak dari radio karpalia dan posisi netral

    adalah pada posisi pronasi, dimana jari tengah merupakan sumbu

    dari antebrachii. Diperiksa gerakan ekstensi-fleksi dan juga radial

    dan ulnar deviasi.

    Jari tangan:

    Ibu jari merupakan bagian yang penting karena mempunyai gerakan

    aposisi terhadap jari-jari lainnya selain abduksi dan adduksi,

    ekstensi, dan fleksi.

    Jari-jari lainnya hampir sama, MCP (Meta Carpal Phalangeal Joint)

    merupakan sendi pelana dan deviasi radier atau ulnar dicatat tersendiri,

    sedangkan PIP (Proximal Inter Phalanx) dan DIP (Distal Inter Phalanx) hanya

    diukur fleksi dan ekstensi.

    DIAGNOSA KEPERAWATAN

    No Diagnosa Tujuan Intervensi

    1 Nyeri akut b/d

    agen injuri fisik,

    fraktur

    Setelah dilakukan

    Asuhan keperawatan .

    jam tingkat

    kenyamananklien

    meningkat, tingkatnyeri

    terkontroldg KH:

    Klien melaporkan

    nyeri berkurang dg

    scala 1-2

    Manajemen nyeri :

    Kaji skala nyeri dengan

    menggunakan PQRST

    Observasi reaksi nonverbal

    dari ketidak nyamanan.

    Gunakan teknik komunikasi

    terapeutik untuk mengetahui

    pengalaman nyeri klien

    sebelumnya.

  • 8/10/2019 LP Fraktur Caput Humeri

    12/14

    Ekspresi wajah

    tenang

    klien dapat istirahat

    dan tidur

    Kontrol faktor lingkungan yang

    mempengaruhi nyeri seperti

    suhu ruangan, pencahayaan,

    kebisingan.

    Kurangi faktor presipitasi nyeri. Pilih dan lakukan penanganan

    nyeri (farmakologis/non

    farmakologis).

    Ajarkan teknik non farmakologis

    (relaksasi, distraksi dll) untuk

    mengetasi nyeri..

    Berikan analgetik untuk

    mengurangi nyeri.

    Evaluasi tindakan pengurang

    nyeri/kontrol nyeri. Kolaborasi dengan dokter bila

    ada komplain tentang

    pemberian analgetik tidak

    berhasil.

    2 Resiko

    terhadap

    cidera b/d

    kerusakan

    neuromuskuler,

    tekanan dandisuse

    Setelah dilakukan askep

    jam terjadi

    peningkatan Status

    keselamatan Injuri fisik

    Dgn Kriteria Hasil :

    Bebas dari cidera Pencegahan Cidera

    Memberikan posisi yang nyaman

    untuk Klien:

    Berikan posisi yang aman untuk

    pasien dengan meningkatkan

    obsevasi pasien, beri

    pengaman tempat tidur Periksa sirkulasi periper dan

    status neurologi

    Menilai ROM pasien

    Menilai integritas kulit pasien.

    Libatkan banyak orang dalam

    memidahkan pasien, atur posisi

    5 Kerusakan

    mobilitas fisik

    berhubungan

    dengan patahtulang

    Setelah dilakukan askep

    jam terjadi

    peningkatan Ambulasi

    : Tingkat mobilisasi,Perawtan diri Dgn

    Kriteria Hasil :

    Peningkatan

    aktivitas fisik

    Terapi ambulasi

    Kaji kemampuan pasien dalam

    melakukan ambulasi

    Kolaborasi dg fisioterapi untukperencanaan ambulasi

    Latih pasien ROM pasif-aktif

    sesuai kemampuan

    Ajarkan pasien berpindah

    tempat secara bertahap

    Evaluasi pasien dalam

    kemampuan ambulasi

    Pendidikan kesehatan

    Edukasi pada pasien dan

  • 8/10/2019 LP Fraktur Caput Humeri

    13/14

    keluarga pentingnya ambulasi

    dini

    Edukasi pada pasien dan

    keluarga tahap ambulasi

    Berikan reinforcement positifatas usaha yang dilakukan

    pasien.

    6 Kurang

    pengetahuan

    tentang

    penyakit dan

    perawatannya

    b/d kurang

    paparan

    terhadapinformasi,

    keterbatasan

    kognitif

    Setelah dilakukan askep

    . Jam pengetahuan

    klien meningkat dg KH:

    Klien dapat

    mengungkapkan

    kembali yg

    dijelaskan.

    Klien kooperatif saatdilakukan tindakan

    Pendidikan kesehatan : proses

    penyakit

    Kaji pengetahuan klien.

    Jelaskan proses terjadinya

    penyakit, tanda gejala serta

    komplikasi yang mungkin terjadi

    Berikan informasi pada

    keluarga tentangperkembangan klien.

    Berikan informasi pada klien

    dan keluarga tentang tindakan

    yang akan dilakukan.

    Diskusikan pilihan terapi

    Berikan penjelasan tentang

    pentingnya ambulasi dini

    jelaskan komplikasi kronik yang

    mungkin akan muncul

  • 8/10/2019 LP Fraktur Caput Humeri

    14/14

    DAFTAR PUSTAKA

    Rasjad, C., dkk. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta: EGC, 2010, Bab 42;

    Sistem Muskuloskeletal.

    Rasjad, C. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta: PT. Yarsif Watampone,

    2007, Bab. 14; Trauma.

    Tortora G.J. & Derrickson B. Principles of Anatomy and Physiology 12th Edition.

    New Jersey: John Wiley & Sons, 2009, Chapter 8; The Skeletal System:

    The Appendicular Skeleton.

    Tortora G.J. & Derrickson B. Principles of Anatomy and Physiology 12th Edition.

    New Jersey: John Wiley & Sons, 2009, Chapter 11; The Muscular

    System.

    Standring, S. Grays Anatomy 39th Edition. USA: Elsevier, 2008, Chapter 48;

    General Organization and Surface Anatomy of The Upper Limb.

    Wang, E.D. & Hurst, L.C. Netters Orthopaedics 1st Edition. Philadelphia:

    Elsevier, 2006, Chapter 15; Elbow and Forearm.

    Emedicine. 2012. Humerus Fracture. Accessed: 2nd February 2012. Available

    from: http://emedicine.medscape.com/article/825488-overview

    Aaron N., Michael D.M., et.al., 2011. Distal Humeral Fractures in Adults.

    Accessed: 2nd February 2012. Available from:

    http://www.jbjs.org/article.aspx?articleid=35415

    Egol, K.A., Koval, K.J., Zuckerman, J. D. Handbook Of Fractures.

    Philadelphia:Lippincott Williams & Wilkins. 2010:p. 193-229;604-614

    Thompson, J.C. Netters: Concise Otrhopaedic Anatomy 2nd ed. Philadelphia:

    Elsevier Inc. 2010:p. 109-116.

    Noffsinger, M. A. Supracondylar Humerus Fractures. Available at

    www.emedicine.com. Accessed on 4thMarch 2012

    Reksoprodjo, S. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: Binarupa Aksara

    Publisher, 2009, Bab 9; Orthopaedi.

    Purwadianto A, Budi S. Kedaruratan Medik. Jakarta: Binarupa Aksara, 2000, Bab

    7; Kedaruratan Sistim Muskuloskeletal.