likha

49
likha's file BERBAGI ILMU, BERBAGI PENGETAHUAN, BERBAGI PENGALAMAN, BERBAGI CERITA, DAN BERBAGI-BERBAGI LAINNYA......." Beranda Google+ Followers add my facebook "----Likha ika 'si ikoL----" kasih makan ikan dulu yuu..." ____ORANG BAJAK HARUS BIJAK...OKEY!" SO.... JANGAN LUPA KASIH KOMEN YA...." About Me Likha Ika Lihat profil lengkapku Labels barisan dan deret (1) bilangan bulat (1)

description

makalah terorisme

Transcript of likha

Page 1: likha

likha's file BERBAGI ILMU, BERBAGI PENGETAHUAN, BERBAGI PENGALAMAN, BERBAGI CERITA, DAN BERBAGI-BERBAGI LAINNYA......."

Beranda

Google+ Followers

add my facebook"----Likha ika 'si ikoL----"

kasih makan ikan dulu yuu..."____ORANG BAJAK HARUS BIJAK...OKEY!" SO.... JANGAN LUPA KASIH KOMEN YA...."

About Me

Likha IkaLihat profil lengkapku

Labels barisan dan deret (1) bilangan bulat (1) kurikulum (1) lirik lagu (1) mahalnya biaya pendidikan SD (1) makalah terorisme di Indonesia (1)

Page 2: likha

novel (2) panjang jimat keraton kesepuhan Cirebon (1) RPP (1) statistika (1) trigonometri (1)

Blog Archive ►   2014 (2)

►   2013 (12)

▼   2012 (16) o ▼   Januari (16)

BURUNG TWITTER TERBANG my Album. TEORI BILANGAN Makalah "TERORISME DI INDONESIA" KUADRAT CEPAT resume Buku "Anakku Dididik dan Diasuh Naruto" JENIS-JENIS BILANGAN BULAT RPP Matematika SMP kelas VII Mahalnya Biaya Pendidikan SD KTSP SD WU CHUN Whenyou believe   [ David Arc... PANJANG JIMAT DI KERATON KESEPUHAN CIREBON PERMAINAN MATEMATIKA A Little Too Not Over You HAYDEN PANETTIERE I STILL BELIEVE (OST CINDERELLA ...

►   2011 (9)

Welcome

Labels barisan dan deret (1) bilangan bulat (1) kurikulum (1) lirik lagu (1) mahalnya biaya pendidikan SD (1) makalah terorisme di Indonesia (1) novel (2) panjang jimat keraton kesepuhan Cirebon (1) RPP (1) statistika (1) trigonometri (1)

Page 3: likha

ChaT wiTh me...."

Diberdayakan oleh Blogger.

Labels barisan dan deret (1) bilangan bulat (1) kurikulum (1) lirik lagu (1) mahalnya biaya pendidikan SD (1) makalah terorisme di Indonesia (1) novel (2) panjang jimat keraton kesepuhan Cirebon (1) RPP (1) statistika (1) trigonometri (1)

Popular Posts Makalah "TERORISME DI INDONESIA" Manfaat mempelajari trigonometri JENIS - JENIS RELASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) MANAJEMEN PESERTA DIDIK RPP Matematika SMP kelas VII Mahalnya Biaya Pendidikan SD

Name Message

Page 4: likha

PANJANG JIMAT DI KERATON KESEPUHAN CIREBON KUADRAT CEPAT resume Buku "Anakku Dididik dan Diasuh Naruto"

Blog Archive ► 2014 (2)

► 2013 (12)

▼ 2012 (16) o ▼ Januari (16)

BURUNG TWITTER TERBANG my Album. TEORI BILANGAN Makalah "TERORISME DI INDONESIA" KUADRAT CEPAT resume Buku "Anakku Dididik dan Diasuh Naruto" JENIS-JENIS BILANGAN BULAT RPP Matematika SMP kelas VII Mahalnya Biaya Pendidikan SD KTSP SD WU CHUN Whenyou believe   [ David Arc... PANJANG JIMAT DI KERATON KESEPUHAN CIREBON PERMAINAN MATEMATIKA A Little Too Not Over You HAYDEN PANETTIERE I STILL BELIEVE (OST CINDERELLA ...

► 2011 (9)

Followers

Search This BlogMemuat...

Featured Posts Coolbthemes

Hamsterku....

Clock

Blog List

Page 5: likha

Makalah "TERORISME DI INDONESIA"

Diposkan oleh Likha Ika di 13.00

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Jaringan teroris di Indonesia ternyata lebih besar dan lebih berpengalaman dari yang

selama ini dipikirkan oleh banyak pihak. Analis International Crisis Group (ICG) mengatakan

perekrutan anggota baru dalam jaringan yang dibangun Noordin M Top ternyata dilakukan

dengan sangat mudah. Jaringannya pun terus berkembang dan semakin meluas di tanah air.

Terorisme adalah serangan-serangan terkoordinasi yang bertujuan membangkitkan

perasaan teror terhadap sekelompok masyarakat. Berbeda dengan perang, aksi terorisme tidak

tunduk pada tatacara peperangan seperti waktu pelaksanaan yang selalu tiba-tiba dan target

korban jiwa yang acak serta seringkali merupakan warga sipil.

Akibat makna-makna negatif yang dikandung oleh perkataan "teroris" dan

"terorisme", para teroris umumnya menyebut diri mereka sebagai separatis, pejuang

pembebasan, pasukan perang salib, militan, mujahidin, dan lain-lain. Tetapi dalam

pembenaran dimata terrorism : "Makna sebenarnya dari jihad, mujahidin adalah jauh dari

tindakan terorisme yang menyerang penduduk sipil padahal tidak terlibat dalam perang".

Padahal Terorisme sendiri sering tampak dengan mengatasnamakan agama.

1.2  Rumusan Masalah

1.      Apa penengertian teroris?

2.      Bagaimana usaha teroris dalam merekrut anggota-anggotanya?

3.      Apa tujuan teroris dalam melaksanakan aksinya?

4.      Bagaimana perkembangan jaringan teroris saat ini?

5.      Bagaimana cara agar terhindar dari pengaruh teroris?

1.3  Tujuan

1.      Mengetahui pengertian teroris.

2.      Mengetahui bagaimana usaha yang dilakukan teroris untuk merekrut anggota.

Page 6: likha

3.      Mengetahui tujuan teroris dalam melaksanakan aksinya.

4.      mengetahui bagaimana perkembangan jaringan teroris saat ini.

5.      Mengetahui cara agar terhindar dari pengaruh teroris.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teroris

Kata teror pertama kali dikenal pada zaman Revolusi Prancis. Diakhir abad ke-19, awal

abad ke-20 dan menjelang PD-II, terorisme menjadi teknik perjuangan revolusi. Misalnya,

dalam rejim Stalin pada tahun 1930-an yang juga disebut ”pemerintahan teror”. Di era perang

dingin, teror dikaitkan dengan ancaman senjata nuklir.

Kata Terorisme sendiri berasal dari Bahasa Prancis le terreur yang semula dipergunakan

untuk menyebut tindakan pemerintah hasil Revolusi Perancis yang mempergunakan

kekerasan secara brutal dan berlebihan dengan cara memenggal 40.000 orang yang dituduh

melakukan kegiatan anti pemerintah. Selanjutnya kata terorisme dipergunakan untuk

menyebut gerakan kekerasan anti pemerintah di Rusia. Dengan demikian kata terorisme sejak

awal dipergunakan untuk menyebut tindakan kekerasan oleh pemerintah maupun kegiatan

yang anti pemerintah.

Namun, istilah ”terorisme” sendiri pada 1970-an dikenakan pada beragam fenomena:

dari bom yang meletus di tempat-tempat publik sampai dengan kemiskinan dan kelaparan.

Beberapa pemerintahan bahkan menstigma musuh-musuhnya sebagai ”teroris” dan aksi-aksi

mereka disebut ”terorisme”. Istilah ”terorisme” jelas berkonotasi peyoratif, seperti istilah

”genosida” atau ”tirani”. Karena itu istilah ini juga rentan dipolitisasi. Kekaburan definisi

membuka peluang penyalahgunaan. Namun pendefinisian juga tak lepas dari keputusan

politis.

Page 7: likha

T.P.Thornton dalam Terror as a Weapon of Political Agitation (1964) mendefinisikan

terorisme sebagai penggunaan teror sebagai tindakan simbolis yang dirancang untuk

mempengaruhi kebijakan dan tingkah laku politik dengan cara-cara ekstra normal, khususnya

dengan penggunaan kekerasan dan ancaman kekerasan. Terorisme dapat dibedakan menjadi

dua katagori, yaitu enforcement terror yang dijalankan penguasa untuk menindas tantangan

terhadap kekuasaan mereka, dan agitational terror, yakni teror yang dilakukan menggangu

tatanan yang mapan untuk kemudian menguasai tatanan politik tertentu. Jadi sudah barang

tentu dalam hal ini, terorisme selalu berkaitan erat dengan kondisi politik yang tengah

berlaku.

Menurut konvensi PBB tahun 1939, terorisme adalah segala bentuk tindak kejahatan

yang ditujukan langsung kepada negara dengan maksud menciptakan bentuk teror terhadap

orang-orang tertentu atau kelompok orang atau masyarakat luas.

Menurut kamus Webster's New School and Office Dictionary, terrorism is the use of

violence, intimidation, etc to gain to end; especially a system of government ruling by teror,

pelakunya disebut terrorist. Selanjutnya sebagai kata kerja terrorize is to fill with dread or

terror'; terrify; ti intimidate or coerce by terror or by threats of terror.

 Menurut ensiklopeddia Indonesia tahun 2000, terorisme adalah kekerasan atau

ancaman kekerasan yang diperhitungkan sedemikian rupa untuk menciptkan suasana

ketakutan dan bahaya dengan maksud menarik perhatian nasional atau internasional terhadap

suatu aksi maupun tuntutan.

RAND Corporation, sebuah lembaga penelitian dan pengembangan swasta terkemuka

di AS, melalui sejumlah penelitian dan pengkajian menyimpulkan bahwa setiap tindakan

kaum terorris adalah tindakan kriminal.

Definisi konsepsi pemahaman lainnya menyatakah bahwa :

(1)   terorisme bukan bagian dari tindakan perang, sehingga seyogyanya tetap dianggap sebagai

tindakan kriminal, juga situasi diberlakukannya hukum perang

(2)   sasaran sipil merupakan sasaran utama terorisme, dan dengan demikian penyerangan

terhadap sasaran militer tidak dapat dikategorikan sebagai tindakan terorisme

(3)   meskipun dimensi politik aksi teroris tidak boleh dinilai, aksi terorisme itu dapat saja

mengklaim tuntutanan bersifat politis

a.      Ciri-ciri terorisme

Menurut beberapa literatur dan reference termasuk surat kabar dapat disimpulkan

bahwa ciri-ciri terorisme adalah :

1.      Organisasi yang baik, berdisiplin tinggi & militant

Page 8: likha

2.      Mempunyai tujuan politik, ideologi tetapi melakukan kejahatan kriminal untuk mencapai

tujuan.

3.      Tidak mengindahkan norma-norma universal yang berlaku, seperti agama, hukum dan HAM.

4.      Memilih sasaran yang menimbulkan efek psikologis yang tinggi untuk menimbulkan rasa

takut dan mendapatkan publikasi yang luas.

5.      Menggunakan cara-cara antara lain seperti : pengeboman, penculikan, penyanderaan,

pembajakan dan sebagainya yang dapat menarik perhatian massa/publik.

Yon seorang Koordinator Bidang Kajian, Publikasi, dan Penelitian Pusat Kajian

Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia itu menjelaskan, secara umum pelaku

terorisme, termasuk pelaku bom bunuh diri, berdasarkan motivasi dapat dibedakan dalam

empat kategori.

Kategori pertama, berkaitan dengan ideologi dan keyakinan, yakni kelompok teroris

yang dimotivasi oleh ajaran agama biasanya dididik dalam lembaga-lembaga pendidikan

keagamaan dalam waktu yang lama dan dipersiapkan untuk aktifitas terorisme.

"Kelompok ini biasanya memiliki ciri-ciri keagamaan tertentu. Melihat trend

pengeboman di Indonesia pada dasawarsa terakhir ini dapat disimpulkan bahwa terorisme

dengan motivasi ajaran agama secara murni hampir dipastikan telah hilang.

Hal itu, lanjutnya, karena komunitas agama di Indonesia tidak menolerir segala

bentuk aksi terorisme. Bahkan kelompok-kelompok yang dianggap keras sekalipun, seperti

Ustaz Abu Bakar Baasyir dan Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), secara tegas menolak

cara-cara yang dilakukan kelompok Noordin M Top.

Kategori kedua, kelompok yang tereksploitasi. Kelompok inilah yang mendominasi

aksi-aksi terorisme di Indonesia.

Walaupun pelaku mendapatkan indoktrinasi dan sekaligus proyeknya dari anggota dalam

jaringan teroris di Indonesia, tetapi sebagian besar tidak mengenal dengan baik orang telah

mencuci otaknya (brainwashing),

mereka yang dapat dieksploitasi menjadi suicide bombers (pelaku bom bunuh diri) adalah

yang memiliki perasaan bersalah atau merasa hidupnya tak bermakna.

Sebagian besar dari mereka berasal dari segmen pemuda yang bermasalah secara

psikologis dan sosial, serta bukan berasal dari kelompok religius.

"Ciri-cirinya pun berbeda dengan kategori pertama. Mereka tidak direkrut di masjid tetapi di

jalan. Tentu mengeksploitasi segmen masyarakat seperti ini sangat mudah dan inilah yang

menjadi fenomena terorisme di Indonesia," ujarnya.

Page 9: likha

Kategori ketiga, dimotivasi oleh balas dendam atas kekerasan oleh rezim Orde Baru

terhadap anggota keluarga mereka, Kelompok ini dapat berasal dari keluarga Darul Islam

(DI). Hanya saja untuk saat ini tentu sangat susah mendapatkan keluarga DI yang masih

mengalami trauma kekerasan yang diterima oleh keluarga mereka.

Sedangkan kategori keempat adalah kelompok separatis yang berkembang di

Indonesia.

Pada kenyataannya, kata Yon, kelompok itu telah melakukan transformasi kepada gerakan

politik dan berdamai dengan pemerintah Indonesia.

b.      Bentuk-bentuk Terorisme.

Dilihar dari cara-cara yang digunakan :

1) Teror Fisik yaitu teror untuk menimbulkan ketakutan, kegelisahan memalui sasaran pisik

jasmani dalam bentuk pembunuhan, penganiayaan, pemerkosaan, penyanderaan penyiksaan

dsb, sehingga nyata-nyata dapat dilihat secara pisik akibat tindakan teror.

2) Teror Mental, yaitu teror dengan menggunakan segala macam cara yang bisa menimbulkan

ketakutan dan kegelisahan tanpa harus menyakiti jasmani korban (psikologi korban sebagai

sasaran) yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan tekanan batin yang luar biasa

akibatnya bisa gila, bunuh diri, putus asa dsb.

Dilihat dari Skala sasaran teror :

1) Teror Nasinal, yaitu teror yang ditujukan kepada pihak-pihak yang ada pada suatu wilayah dan

kekuasaan negara tertentu, yang dapat berupa : pemberontakan bersenjata, pengacauan

stabilitas nasional, dan gangguan keamanan nasional.

2) Teror Internasional. Tindakan teror yang diktujukan kepada bangsa atau negara lain diluar

kawasan negara yang didiami oleh teroris, dengan bentuk :

a) Dari Pihak yang kuat kepada pihak yang lemah. Dalam bentuk penjajahan, invansi, intervensi,

agresi dan perang terbuka.

b) Dari Pihak yang Lemah kepada Pihak yang kuat. Dalam bentuk pembajakan, gangguan

keamanan internasional, sabotase, tindakan nekat dan berani mati, pasukan bunuh diri, dsb.

2.2 Usaha Teroris Dalam Merekrut Anggota

Menurut Margaretha seorang Psikolog Universitas Airlangga (Unair), konsep pencucian

otak merupakan terminologi yang sangat umum. Dari perspektif komunikasi, pelaku

kejahatan ini mendekati calon korban dengan proses persuasi. Proses yang secara sadar

bertujuan untuk mempengaruhi orang berperilaku sesuatu.

Page 10: likha

Pencucian otak sangat bisa berhasil dengan proses persuasi yang sangat profesional.

Bisa dengan teknik lowball atau juga sugesti.

Teknik lowball, biasanya diawali dengan sebuah permintaan halus. Permintaan ringan

yang disodorkan berlangung terus menerus. Misalnya, seseorang meminta pertolongan secara

materil.

Kejahatan dengan teknik lowball ini dilakukan dengan jangka waktu lama dan

dilakukan secara berulang-ulang pada korban yang sama. Semakin lama, si pelaku semakin

memberikan permintaan yang semakin berat. Teknik pencucian otak ini dilancarkan kepada

calon korban secara sadar.

Sedangkan, teknik sugesti digunakan si pelaku dengan menyerang alam tak sadar calon

korban. Biasanya masyarakat lebih akrab dengan teknik gendam. Calon korban diserang

dalam posisi tenang yakni pada saat istirahat atau tahap gelombang otak mengarah tenang.

Menurut Mardigu WP ahli pengamat terorisme, modus yang digunakan para ‘pencuci

otak’ untuk melaksanakan tujuannya adalah mencari dana dengan doktrin jihad. Pertama,

pelaku akan mengajak si korban untuk hijrah, lalu berjihad, dan terakhir memintanya

berinfaq.

Pendekatan yang dilakukan para pelaku juga tergolong singkat. Sejak pertama kali

mengenal korban hingga melakukan eksekusi, mereka butuh waktu dua minggu.

Tidak hanya itu, sasaran korban pun beragam. Tidak ada golongan khusus, atau jenis

kelamin tertentu. Yang jelas, Mardigu meminta semua pihak waspada jika ada orang-orang

asing yang mengajak kenalan dengan cara yang sangat intens.

2.3 Tujuan Teroris

a.          Tujuan Jangka Pendek, meliputi :

1.      Mempeeroleh pengakuan dari masyarakat lokal, nasional, regional maupun dunia

internasional atas perjuangannya.

2.      Memicu reaksi pemerintah, over reaksi dan tindakan represif yang dapat mengakibatkan

keresahan di masyarakat.

3.      Mengganggu, melemahkan dan mempermalukan pemerintah, militer atau aparat keamanan

lainnya.

4.      Menunjukkan ketidak mampuan pemerintah dalam melindungi dan mengamankan rakyatnya.

5.      Memperoleh uang atau perlengkapan.

6.      Mengganggu dan atau menghancurkan sarana komunikasi, informasi maupun transportasi.

7.      Mencegah atau menghambat keputusan dari badan eksekutif atau legislatif.

Page 11: likha

8.      Menimbulkan mogok kerja.

9.      Mencegah mengalirnya investasi dari pihak asing atau program bantuan dari luar negeri.

10.  Mempengaruhi jalannya pemilihan umum.

11.  Membebaskan tawanan yang menjadi kelompok mereka.

12.  Membalas dendam.

b.         Tujuan Jangka Panjang, meliputi :

1.      Menimbulkan perubahan dramatis dalam pemerintahan, seperti revolusi, perang saudara atau

perang antar negara.

2.      Mengganti ideologi suatu negara dengan ideologi kelompoknya.

3.      Menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi pihak teroris selama perang gerilya.

4.      Mempengaruhi kebijakan pembuat keputusan baik dalam lingkup lokal, nasional, regional

atau internasional.

5.      Memperoleh pengakuan politis sebagai badan hukum untuk mewakili suatu suku bangsa atau

kelompok nasional, misalnya PLO.

2.4 Perkembangan Terorisme Saat Ini

Pola Terorisme terus berubah dan berkembang. Sedangkan pada permukaan pada

intinya tetap "Merencanakan suatu tindakan dengan menggunakan kekerasan atau

ancaman kekerasan yang melanggar hukum untuk menanamkan rasa takut ..." Ini

sangat efektif digunakan sebagai alat strategis dalam menghadapi Lawan yang dihadapinya.

Bagaimanapun terorisme telah berkembang dengan luar biasa dengan menerapkan strategi

perang abad 21, mereka juga selalu beradaptasi dengan perubahan sosial politik dunia serta

lingkungan. Beberapa perubahan itu telah mampu memfasilitasi kemampuan dari teroris

dalam beroperasi, memperoleh dana, dan mengembangkan kemampuan baru. Perubahan lain

adalah secara perlahan terorisme telah bergerak membangun hubungan yang berbeda menuju

dunia yang lebih luas.

Untuk mengetahui lebih dalam tentang bagaimana konteks perubahan ini , maka kita

perlu melihat sejarah perkembangan terorisme, dengan mewarisi perubahan kontur atas

teknik yang dipelopori oleh orang lain. Perkembangan ini didorong oleh perkembangan yang

berlangsung secara alami, berlangsung dalam suatu konflik dan hubungan internasional. Hal

ini juga perlu di pertimbangkan karena dapat menjadi kemungkinan penyebab konflik yang

lebih besar di masa mendatang, sehingga sangat penting untuk mengetahui Tokoh dan

motivasi mereka.

Page 12: likha

Berbicara tentang evolusi/perkembangan terorisme dan penggunaan teror berdasarkan

sejarah, penting untuk diketahui bahwa bentuk-bentuk masyarakat dan pemerintah di masa

lalu sangat berbeda dari apa yang ada saat ini. Seperti diketahui bahwa negara-negara modern

belum terbentuk sampai 1648 (Perjanjian Westphalia), dan negara pada saat itu di monopoli

oleh perang, atau kekerasan antar-negara. Keterbatasan dari pemerintah pusat tidak

memungkinkan untuk menggunakan teror sebagai metode untuk mempengaruhi perubahan

politik, karena tidak ada satu otoritas politik yang dominan. Demikian juga dengan tidak

adanya pusat kekuasaan berarti bahwa penggunaan peperangan lebih terbuka bagi setiap

kelompok. Tidak hanya tentara nasional, masyarakat golongan bawah, Tentara bayaran,

pimpinan golongan agama, atau para pedagang dan pengusaha turut serta terlibat dan

berpartisipasi dalam peperangan. Keterlibatan mereka dalam peperangan dianggap sah. Hal

ini tentu sangat kontras dengan era modern, di mana Negara terlibat dalam perang, sedangkan

partisipasi pribadi adalah illegal

Teori awal dari Terorisme

Awal penggunaan terorisme, seperti fanatisme dan pembunuhan sebenarnya tidak

meninggalkan filosofi tertentu atau doktrin tertentu dalam penggunaan terorisme. Suatu

pengecualian atas kegagalan spektakuler seperti “Guy Fawkes” dengan terinspirasi agama

berusaha untuk membunuh King James I dan Anggota Parlemen Inggris, membuktikan

terorisme tidak pernah terpisah dengan kemajuan atau melampaui batas normal dari bentuk

peperangan pada saat itu. Sebagaimana sistem politik menjadi lebih canggih, dan kekuasaan

politik dilihat kurang lebih merupakan karunia ilahi dan dan banyak lagi pembangunan sosial

ide-ide baru yang mengakibatkan timbulnya konflik-konflik baru.

Suasana perang dan konflik politik yang melanda Eropa setelah Revolusi Perancis

telah memberikan inspirasi dan pemikiran pada theory politik pada awal 1800an. Beberapa

teori penting dari revolusi sosial telah berkembang selama waktu itu. Menghubungkan antara

kekerasan revolusioner dan teror yang telah berkembang sejak awal. Theory Revolusioner

menolak kemungkinan reformasi sistem dan menginginkan kekerasan dan kerusakan.

Tindakan ekstrimis ini menjadi dasar untuk penggunaan kekerasan politik .

Dua ideologi yang menggunakan kekerasan dalam perubahan sosial adalah Marxism

yang kemudian berkembang menjadi komunisme, dan Anarkisme. Keduanya pada dasarnya

adalah hanya khayalan yang muluk-muluk, mereka menyatakan bahwa mereka meletakkan

teori dan praktek dapat menghasilkan masyarakat yang ideal. Kedua ideologiy ini sepaham

bahwa kemunculan mereka adalah karena kerusakan sistem yang ada. Keduanya mengakui

bahwa kekerasan di luar batas dapat diterima dan peperangan dan pemberontakan justru

Page 13: likha

diperlukan. Komunisme memfokuskan pada perang kelas ekonomi, dan diasumsikan

penyitaan kekuasaan negara oleh (rakyat jelata) sampai negara tidak lagi diperlukan, dan

akhirnya dibuang .Anarkisme menganut paham kurang lebih penolakan terhadap segala

bentuk pemerintahan. Para anarkis percaya bahwa setelah negara benar-benar hancur, tidak

perlu lagi dibentuk yagng baru sehingga orang bisa hidup dan berinteraksi tanpa paksaan

pemerintah. Dalam jangka pendek, penerimaan dari apa yg di tawarkan komunisme ini

diperlukan untuk keperluan organisasi dan pemaksaan yang digunakan oleh negara saat itu

membuat ideologi ini lebih berhasil dari dua ideologi yang lain. Anarkisme bertahan di era

modern, dengan mempertahankan daya tarik untuk tetap menerapkan kekerasan sampai hari

ini

Abad Evolution of Terrorism

Pada awal Abad 20an. Ideologi yang berdasarkan Nasionalisme dan revolusi adalah

merupakan suatu kekuatan yang paling utama yang terus di kembangkan menghadapi

terorisme. Bila Perjanjian Versailles menggambar kembali peta Eropa setelah Perang Dunia I

oleh kehancuran kekaisaran Austro-Hungarian yang mengakibatkan terciptanya negara-

negara baru, ini diakui sebagai prinsip penentuan nasib sendiri untuk negara dan kelompok

etnis. Hal ini mendorong etnis minority dan penduduk asli tidak menerima pengakuan untuk

mengkampanyekan kemerdekaan atau otonomi. Namun, dalam banyak kasus, penentuan

nasib sendiri adalah terbatas pada negara-negara Eropa dan kelompok etnik di Eropa

sementara yang lain tidak boleh, terutama penguasa kekuasaan Eropa, telah menciptakan

kepahitan dan periode konflik jangka panjang di daerah-daerah jajahan atau koloninya..

Secara khusus, Negara-Negara Arab merasa bahwa mereka telah di Khianati. mereka percaya

akan kemerdekaan, mereka sangat kecewa; pertama ketika Perancis dan Inggris diberi

kewenangan atas tanah mereka, dan kemudian ketika Inggris mengijinkan imigrasi Zionist

masuk ke wilayah Palestina Sesuai dengan isi Deklarasi Balfour.

Sejak akhir Perang Dunia II, terorisme telah mempercepat perkembangannya menjadi

komponen utama dalam konflik kontemporer. Terutama di gunakan segera setelah perang

sebagai unsur utama anti-penjajahan dan perannya semakin meluas. Dalam Pelayanan di

berbagai aspirasi dan ideologi, terkadang terorisme digantikan dengan bentuk konflik lain.

Hal ini menjadi senjata jarak jauh yang mampu mencapai efek global lebih kurang seperti

roket jarak jauh. Ia juga telah dibuktikan dapat menjadi alat signifikan dari diplomasi

internasional dan terbukti beberapa negara cenderung untuk menggunakannya.

Page 14: likha

Nampaknya hasil yang cepat dan goncangan yang besar dari terorisme telah menjadi

pertimbangan sebagai jalan singkat menuju kemenangan. Kelompok Revolusioner yang tidak

rela untuk memberikan waktu dan sumber daya dalam mengatur kegiatan politik akan

bergantung pada "propaganda dari aksi yang dibuat" untuk menggerakkan aksi massa yang

besar. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok pergerakan kecil dapat menumbangkan setiap

pemerintah melalui penggunaan terror hal ini dipercayai oleh oleh kaum revolusioner

Saat ini, motif terorisme lebih sering dikaitkan dengan dimensi moral yang luas seperti nilai,

ideologi, agama, ketidakadilan tatanan dan struktur sosial maupun konstelasi dunia. Namun

tidak dipungkiri, bahwa sekarang ini, Islam diidentikan sedemikian rupa sebagai agama yang

mengusung terorisme. Perkembangan Islam, baik secara institusi dan ataupun individualnya,

telah mengkhawatirkan dunia internasional sedemikian rupa tanpa alasan yang jelas sama

sekali.

Stigma Islam yang melahirkan kekerasan terus dimunculkan setiap hari di berbagai belahan

dunia.Hingga umat pun perlahan-lahan mulai percaya bahwa Islam mengusung kekerasan

seperti itu, padahal tak sedikitpun agama ini menganjurkan kekerasan. Dalam berperang,

Islam telah mengajarkan syarat dan ketentuan seperti tidak sembarangan, tidak boleh

membunuh non-kombatan, tidak boleh merusak pepohonan, tidak boleh berlebihan, dan

sebagainya.

Terorisme gaya baru mengandung beberapa karakteristik:

1.      ada maksimalisasi korban secara sangat mengerikan.

2.      keinginan untuk mendapatkan liputan di media massa secara internasional secepat mungkin.

3.      tidak pernah ada yang membuat klaim terhadap Terorisme yang sudah dilakukan.

4.      serangan Terorisme itu tidak pernah bisa diduga karena sasarannya sama dengan luasnya

seluruh permukaan bumi.

Perkembangan Terorisme di Indonesia

Terorisme sebuah fenomena yang mengganggu. Aksi terorisme seringkali melibatkan

beberapa negara. Sponsor internasional yang sesungguhnya adalah negara besar. Harus

dipahami bahwa terorisme sekarang telah mendunia dan tidak memandang garis perbatasan

internasional.

Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 1373 yang menetapkan Al Qaeda pimpinan

Osama bin Laden berada dibalik tragedi 11 September 2001 dan dinyatakan sebagai

Terorisme yang harus diberantas oleh dunia telah menimbulkan berbagai reaksi dikalangan

masyarakat internasional diantaranya muncul tanggapan yang menyatakan bahwa justru

Page 15: likha

Amerika Serikat lah yang mensponsori aksi teror di dunia dengan membentuk konspirasi

global yang didukung sekutunya dengan tujuan menghancurkan Islam di Indonesia tanggapan

tersebut santer ketika munculnya pernyataan PM Senior Singapura Lee Kuan Yeuw bahwa

Indonesia “Sarang Teroris” yang serta merta seluruh masyarakat Indonesia menolak

pernyataan tersebut dengan membakar gambar/patung PM Singapura.

Walaupun Polri berhasil menangkap para pelaku serta mengungkap jaringan

Terorisme yang berada dibalik peristiwa tersebut, namun hal ini sangat berdampak pada

semua aspek kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Atas hasil pengungkapan kasus

peledakan bom Bali reaksi masyarakat yang semula cenderung apriori terhadap bom Bali,

seolah-olah semua ini adalah hasil rekayasa internasional bersama pemerintah, kini telah

bergeser dan mampu melihat fakta secara obyektif melalui proses penanganan dan

pengungkapan berbagai macam serta semua jaringan dan para pelaku serta.

Taktik. Yang sering dilakukan oleh para teroris adalah:

1) Bom. Taktik yang sering digunakan adalah pengeboman. Dalam dekade terakhir ini sering

terjadi aksi teror yang dilaksanakan dengan menggunakan bom, baik di Indonesia maupun di

luar negeri, dan hal ini kedepan masih mungkin terjadi.

2) Pembajakan. Pembajakan sangat populer dilancarkan oleh kelompok teroris. Pembajkan

terhadap pesawat terbang komersial pernah terjadi di beberapa negara, termasuk terhadap

pesawat Garuda Indonesia di Don Muang Bangkok pada tahun 1981. Tidak menutup

kemungkinan pembajakan pesawat terbang komersial masih akaan terjadi saat ini dan massa

yang akan datang, baik di Indonesia maupun di luar negeri.

3) Pembunuhan. Pembunuhan adalah bentuk aksi teroris yang tertua dan masih digunakan hingga

saat in. Sasaran dari pembunuhan ini seringkali telah diramalkan, teroris akan mengklaim

bertanggungjawab atas pembunuhan yang dilaksanakan. Sasaran dari pembunuhan ini

biasanya adalah pejabat pemerintah, penguasa, politisi dan aparat keamanan. Dlam sepuluh

tahun terakhir tercatat 246 kasus pembunuhan oleh teroris seluruh dunia.

4) Penculikan. Tidak semua penghadangan ditujukan untuk membunuh. Dalam kasus kelompok

gerilya Abu Sayaf di Filipina, penghadangan lebih ditujukan untuk menculik personel,

sepperti yang dilakukan oleh kelompok GAM terhadap kameraman RCTI Ersa Siregar dan

Fery Santoro di Aceh. Penculikan biasanya akan diikuti dengan tuntutan imbalan berupa uang

atau tuntutan p[olitik lainnya.

5) Penyanderaan. Perbedaan antara penculikan dan penyanderaan dalam dunia terorisme sangat

tipis. Kedua bentuk operasi ini seringkali meimiliki pengegertian yang sama. Penculik

biasanya meennan korbannya di tempat tersembunyi dan tuntutannya adalah berupa materi

Page 16: likha

dan uang, sedangkan penyanderaan biasanya menahan sandera di tempat umum ataupun di

dalam hutan seperti yang dilakukan oleh kelompok Kelly Kwalik di Papua yang menyandera

tim peneliti Lorenz pada tahun 1996. Tuntutan penyannderaan lebih dari sekedar materi.

Biasanya tuntutan politik lebih sering dilemparkan pada kasus penyanderaan ini.

2.5  Cara Agar Terhindar Dari Pengaruh Terorisme

Dalam rangka memerangi aksi terorisme, secara umum diperlukan persyaratan

kesiapan yang meliputi :

(1) kesiapan dibidang politik, yakni perlunya dukungan masyarakat secara penuh bahwa terorisme

adalah musuh bangsa dan negara yang harus dihadapi oleh segenap bangsa;

(2) kesiapan dibidang hukum, peraturan perudangan dibidang pemberantasan terorisme

merupakan agenda mutlak, karena hukum ini akan memberikan kekuatan kepada semua

pihak untuk menjerat pelaku terorisme, disadari bahwa hukum untuk menghadapi aksi teror

kurang sejalan dengan semangat demokrasi dan HAM;

(3) kesiapan bidang operasional, yakni menuntut kesiapan adanya satuan antiteror dan Litbang

teror, bekerjasama dengan semua pihak, permasalahannya adalah belum adanya aturan baku

atau prosedur tetap yang baku dan mengikat semua pihak.

Masyarakat harus lebih menyadari tentang keadaan dirinya, menyadari proses yang

dirinya sedang terlibat saat itu. Untuk teknik lowball, biasanya yang diserang adalah orang

bertipe mudah merasa bersalah. Jadi saat diminta untuk berbuat sesuatu, tidak bisa menolak.

Tak jauh beda dengan teknik lowball, teknik sugesti juga harus diwaspadai.

Kuncinya, masyarakat memang harus meningkatkan kesadaran diri. “Bila ada orang asing

yang memberikan perhatian berlebihan, jangan ragu-ragu menolak. Biasanya pelaku-pelaku

kejahatan tersebut mensugesti kita menuju ketenangan, bisa dengan memberikan kue atau

bahkan mengajak ke suatu tempat.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Page 17: likha

Terorisme adalah kekerasan atau ancaman kekerasan yang diperhitungkan sedemikian

rupa untuk menciptkan suasana ketakutan dan bahaya dengan maksud menarik perhatian

nasional atau internasional terhadap suatu aksi maupun tuntutan.

Ciri-ciri terorisme adalah :

1.      Organisasi yang baik, berdisiplin tinggi & militant

2.      Mempunyai tujuan politik, ideologi tetapi melakukan kejahatan kriminal untuk mencapai

tujuan.

3.      Tidak mengindahkan norma-norma universal yang berlaku, seperti agama, hukum dan HAM.

4.      Memilih sasaran yang menimbulkan efek psikologis yang tinggi untuk menimbulkan rasa

takut dan mendapatkan publikasi yang luas.

5.      Menggunakan cara-cara antara lain seperti : pengeboman, penculikan, penyanderaan,

pembajakan dan sebagainya yang dapat menarik perhatian massa/publik.

               Bentuk-bentuk Terorisme:

  Dilihar dari cara-cara yang digunakan :

1) Teror Fisik

2) Teror Mental

  Dilihat dari Skala sasaran teror :

1) Teror Nasional

2) Teror Internasional

a) Dari Pihak yang kuat kepada pihak yang lemah. Dalam bentuk penjajahan, invansi, intervensi,

agresi dan perang terbuka.

b) Dari Pihak yang Lemah kepada Pihak yang kuat. Dalam bentuk pembajakan, gangguan

keamanan internasional, sabotase, tindakan nekat dan berani mati, pasukan bunuh diri, dsb.

Dalam rangka memerangi aksi terorisme, secara umum diperlukan persyaratan

kesiapan yang meliputi :

(1) kesiapan dibidang politik

(2) kesiapan dibidang hukum

(3) kesiapan bidang operasional

3.2 Saran

Setiap tindakan kaum teroris adalah tindakan kriminal. Oleh karena itu, kita sebagai

masyarakat yang mempunyai moral, pendidikan, dan etika sudah selayaknya tidak terjerumus

hal-hal yang berhubungan dengan tindakan terorisme ataupun tindakan kriminal lainnya.

Page 18: likha

Selain itu, penyuluhan terhadap bahaya terorisme di sekitar kita perlu diadakan untuk

antisipasi terpengaruhnya masyarakat awam terhadap terorisme.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.antaranews.com/berita/1250846276/pengamat-jaringan-teroris-di-indonesia-

sudah-rapuh

http://indonesiacompanynews.wordpress.com/2011/04/11/kasus-teroris-pakai-hipnosis-untuk-

cari-kader/

http://id.wikipedia.org/wiki/Terorisme

http://allnitecafe.wordpress.com/2009/08/12/terorisme-perkembangan-dan-akar-sejarahnya/

http://astiol.com/terorism/6-global-terorism/21-evolusi-dan-perkembangan-terorisme.html

http://nunezbaehaqi.wordpress.com/2010/12/05/perkembangan-antara-agama-islam-dan-

ancaman-terorisme-di-indonesia/

Categories makalah terorisme di Indonesia

1 komentar:

jae lani mengatakan...

trims atas makalahnya, bisa dijadikan referensi

26 Maret 2016 23.52

Poskan Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Makalah "TERORISME DI INDONESIA"

Diposkan oleh Likha Ika di 13.00

BAB I

Page 19: likha

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Jaringan teroris di Indonesia ternyata lebih besar dan lebih berpengalaman dari yang

selama ini dipikirkan oleh banyak pihak. Analis International Crisis Group (ICG) mengatakan

perekrutan anggota baru dalam jaringan yang dibangun Noordin M Top ternyata dilakukan

dengan sangat mudah. Jaringannya pun terus berkembang dan semakin meluas di tanah air.

Terorisme adalah serangan-serangan terkoordinasi yang bertujuan membangkitkan

perasaan teror terhadap sekelompok masyarakat. Berbeda dengan perang, aksi terorisme tidak

tunduk pada tatacara peperangan seperti waktu pelaksanaan yang selalu tiba-tiba dan target

korban jiwa yang acak serta seringkali merupakan warga sipil.

Akibat makna-makna negatif yang dikandung oleh perkataan "teroris" dan

"terorisme", para teroris umumnya menyebut diri mereka sebagai separatis, pejuang

pembebasan, pasukan perang salib, militan, mujahidin, dan lain-lain. Tetapi dalam

pembenaran dimata terrorism : "Makna sebenarnya dari jihad, mujahidin adalah jauh dari

tindakan terorisme yang menyerang penduduk sipil padahal tidak terlibat dalam perang".

Padahal Terorisme sendiri sering tampak dengan mengatasnamakan agama.

1.2  Rumusan Masalah

1.      Apa penengertian teroris?

2.      Bagaimana usaha teroris dalam merekrut anggota-anggotanya?

3.      Apa tujuan teroris dalam melaksanakan aksinya?

4.      Bagaimana perkembangan jaringan teroris saat ini?

5.      Bagaimana cara agar terhindar dari pengaruh teroris?

1.3  Tujuan

1.      Mengetahui pengertian teroris.

2.      Mengetahui bagaimana usaha yang dilakukan teroris untuk merekrut anggota.

3.      Mengetahui tujuan teroris dalam melaksanakan aksinya.

4.      mengetahui bagaimana perkembangan jaringan teroris saat ini.

5.      Mengetahui cara agar terhindar dari pengaruh teroris.

Page 20: likha

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teroris

Kata teror pertama kali dikenal pada zaman Revolusi Prancis. Diakhir abad ke-19, awal

abad ke-20 dan menjelang PD-II, terorisme menjadi teknik perjuangan revolusi. Misalnya,

dalam rejim Stalin pada tahun 1930-an yang juga disebut ”pemerintahan teror”. Di era perang

dingin, teror dikaitkan dengan ancaman senjata nuklir.

Kata Terorisme sendiri berasal dari Bahasa Prancis le terreur yang semula dipergunakan

untuk menyebut tindakan pemerintah hasil Revolusi Perancis yang mempergunakan

kekerasan secara brutal dan berlebihan dengan cara memenggal 40.000 orang yang dituduh

melakukan kegiatan anti pemerintah. Selanjutnya kata terorisme dipergunakan untuk

menyebut gerakan kekerasan anti pemerintah di Rusia. Dengan demikian kata terorisme sejak

awal dipergunakan untuk menyebut tindakan kekerasan oleh pemerintah maupun kegiatan

yang anti pemerintah.

Namun, istilah ”terorisme” sendiri pada 1970-an dikenakan pada beragam fenomena:

dari bom yang meletus di tempat-tempat publik sampai dengan kemiskinan dan kelaparan.

Beberapa pemerintahan bahkan menstigma musuh-musuhnya sebagai ”teroris” dan aksi-aksi

mereka disebut ”terorisme”. Istilah ”terorisme” jelas berkonotasi peyoratif, seperti istilah

”genosida” atau ”tirani”. Karena itu istilah ini juga rentan dipolitisasi. Kekaburan definisi

membuka peluang penyalahgunaan. Namun pendefinisian juga tak lepas dari keputusan

politis.

T.P.Thornton dalam Terror as a Weapon of Political Agitation (1964) mendefinisikan

terorisme sebagai penggunaan teror sebagai tindakan simbolis yang dirancang untuk

mempengaruhi kebijakan dan tingkah laku politik dengan cara-cara ekstra normal, khususnya

dengan penggunaan kekerasan dan ancaman kekerasan. Terorisme dapat dibedakan menjadi

dua katagori, yaitu enforcement terror yang dijalankan penguasa untuk menindas tantangan

Page 21: likha

terhadap kekuasaan mereka, dan agitational terror, yakni teror yang dilakukan menggangu

tatanan yang mapan untuk kemudian menguasai tatanan politik tertentu. Jadi sudah barang

tentu dalam hal ini, terorisme selalu berkaitan erat dengan kondisi politik yang tengah

berlaku.

Menurut konvensi PBB tahun 1939, terorisme adalah segala bentuk tindak kejahatan

yang ditujukan langsung kepada negara dengan maksud menciptakan bentuk teror terhadap

orang-orang tertentu atau kelompok orang atau masyarakat luas.

Menurut kamus Webster's New School and Office Dictionary, terrorism is the use of

violence, intimidation, etc to gain to end; especially a system of government ruling by teror,

pelakunya disebut terrorist. Selanjutnya sebagai kata kerja terrorize is to fill with dread or

terror'; terrify; ti intimidate or coerce by terror or by threats of terror.

 Menurut ensiklopeddia Indonesia tahun 2000, terorisme adalah kekerasan atau

ancaman kekerasan yang diperhitungkan sedemikian rupa untuk menciptkan suasana

ketakutan dan bahaya dengan maksud menarik perhatian nasional atau internasional terhadap

suatu aksi maupun tuntutan.

RAND Corporation, sebuah lembaga penelitian dan pengembangan swasta terkemuka

di AS, melalui sejumlah penelitian dan pengkajian menyimpulkan bahwa setiap tindakan

kaum terorris adalah tindakan kriminal.

Definisi konsepsi pemahaman lainnya menyatakah bahwa :

(1)   terorisme bukan bagian dari tindakan perang, sehingga seyogyanya tetap dianggap sebagai

tindakan kriminal, juga situasi diberlakukannya hukum perang

(2)   sasaran sipil merupakan sasaran utama terorisme, dan dengan demikian penyerangan

terhadap sasaran militer tidak dapat dikategorikan sebagai tindakan terorisme

(3)   meskipun dimensi politik aksi teroris tidak boleh dinilai, aksi terorisme itu dapat saja

mengklaim tuntutanan bersifat politis

a.      Ciri-ciri terorisme

Menurut beberapa literatur dan reference termasuk surat kabar dapat disimpulkan

bahwa ciri-ciri terorisme adalah :

1.      Organisasi yang baik, berdisiplin tinggi & militant

2.      Mempunyai tujuan politik, ideologi tetapi melakukan kejahatan kriminal untuk mencapai

tujuan.

3.      Tidak mengindahkan norma-norma universal yang berlaku, seperti agama, hukum dan HAM.

4.      Memilih sasaran yang menimbulkan efek psikologis yang tinggi untuk menimbulkan rasa

takut dan mendapatkan publikasi yang luas.

Page 22: likha

5.      Menggunakan cara-cara antara lain seperti : pengeboman, penculikan, penyanderaan,

pembajakan dan sebagainya yang dapat menarik perhatian massa/publik.

Yon seorang Koordinator Bidang Kajian, Publikasi, dan Penelitian Pusat Kajian

Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia itu menjelaskan, secara umum pelaku

terorisme, termasuk pelaku bom bunuh diri, berdasarkan motivasi dapat dibedakan dalam

empat kategori.

Kategori pertama, berkaitan dengan ideologi dan keyakinan, yakni kelompok teroris

yang dimotivasi oleh ajaran agama biasanya dididik dalam lembaga-lembaga pendidikan

keagamaan dalam waktu yang lama dan dipersiapkan untuk aktifitas terorisme.

"Kelompok ini biasanya memiliki ciri-ciri keagamaan tertentu. Melihat trend

pengeboman di Indonesia pada dasawarsa terakhir ini dapat disimpulkan bahwa terorisme

dengan motivasi ajaran agama secara murni hampir dipastikan telah hilang.

Hal itu, lanjutnya, karena komunitas agama di Indonesia tidak menolerir segala

bentuk aksi terorisme. Bahkan kelompok-kelompok yang dianggap keras sekalipun, seperti

Ustaz Abu Bakar Baasyir dan Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), secara tegas menolak

cara-cara yang dilakukan kelompok Noordin M Top.

Kategori kedua, kelompok yang tereksploitasi. Kelompok inilah yang mendominasi

aksi-aksi terorisme di Indonesia.

Walaupun pelaku mendapatkan indoktrinasi dan sekaligus proyeknya dari anggota dalam

jaringan teroris di Indonesia, tetapi sebagian besar tidak mengenal dengan baik orang telah

mencuci otaknya (brainwashing),

mereka yang dapat dieksploitasi menjadi suicide bombers (pelaku bom bunuh diri) adalah

yang memiliki perasaan bersalah atau merasa hidupnya tak bermakna.

Sebagian besar dari mereka berasal dari segmen pemuda yang bermasalah secara

psikologis dan sosial, serta bukan berasal dari kelompok religius.

"Ciri-cirinya pun berbeda dengan kategori pertama. Mereka tidak direkrut di masjid tetapi di

jalan. Tentu mengeksploitasi segmen masyarakat seperti ini sangat mudah dan inilah yang

menjadi fenomena terorisme di Indonesia," ujarnya.

Kategori ketiga, dimotivasi oleh balas dendam atas kekerasan oleh rezim Orde Baru

terhadap anggota keluarga mereka, Kelompok ini dapat berasal dari keluarga Darul Islam

(DI). Hanya saja untuk saat ini tentu sangat susah mendapatkan keluarga DI yang masih

mengalami trauma kekerasan yang diterima oleh keluarga mereka.

Sedangkan kategori keempat adalah kelompok separatis yang berkembang di

Indonesia.

Page 23: likha

Pada kenyataannya, kata Yon, kelompok itu telah melakukan transformasi kepada gerakan

politik dan berdamai dengan pemerintah Indonesia.

b.      Bentuk-bentuk Terorisme.

Dilihar dari cara-cara yang digunakan :

1) Teror Fisik yaitu teror untuk menimbulkan ketakutan, kegelisahan memalui sasaran pisik

jasmani dalam bentuk pembunuhan, penganiayaan, pemerkosaan, penyanderaan penyiksaan

dsb, sehingga nyata-nyata dapat dilihat secara pisik akibat tindakan teror.

2) Teror Mental, yaitu teror dengan menggunakan segala macam cara yang bisa menimbulkan

ketakutan dan kegelisahan tanpa harus menyakiti jasmani korban (psikologi korban sebagai

sasaran) yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan tekanan batin yang luar biasa

akibatnya bisa gila, bunuh diri, putus asa dsb.

Dilihat dari Skala sasaran teror :

1) Teror Nasinal, yaitu teror yang ditujukan kepada pihak-pihak yang ada pada suatu wilayah dan

kekuasaan negara tertentu, yang dapat berupa : pemberontakan bersenjata, pengacauan

stabilitas nasional, dan gangguan keamanan nasional.

2) Teror Internasional. Tindakan teror yang diktujukan kepada bangsa atau negara lain diluar

kawasan negara yang didiami oleh teroris, dengan bentuk :

a) Dari Pihak yang kuat kepada pihak yang lemah. Dalam bentuk penjajahan, invansi, intervensi,

agresi dan perang terbuka.

b) Dari Pihak yang Lemah kepada Pihak yang kuat. Dalam bentuk pembajakan, gangguan

keamanan internasional, sabotase, tindakan nekat dan berani mati, pasukan bunuh diri, dsb.

2.2 Usaha Teroris Dalam Merekrut Anggota

Menurut Margaretha seorang Psikolog Universitas Airlangga (Unair), konsep pencucian

otak merupakan terminologi yang sangat umum. Dari perspektif komunikasi, pelaku

kejahatan ini mendekati calon korban dengan proses persuasi. Proses yang secara sadar

bertujuan untuk mempengaruhi orang berperilaku sesuatu.

Pencucian otak sangat bisa berhasil dengan proses persuasi yang sangat profesional.

Bisa dengan teknik lowball atau juga sugesti.

Teknik lowball, biasanya diawali dengan sebuah permintaan halus. Permintaan ringan

yang disodorkan berlangung terus menerus. Misalnya, seseorang meminta pertolongan secara

materil.

Page 24: likha

Kejahatan dengan teknik lowball ini dilakukan dengan jangka waktu lama dan

dilakukan secara berulang-ulang pada korban yang sama. Semakin lama, si pelaku semakin

memberikan permintaan yang semakin berat. Teknik pencucian otak ini dilancarkan kepada

calon korban secara sadar.

Sedangkan, teknik sugesti digunakan si pelaku dengan menyerang alam tak sadar calon

korban. Biasanya masyarakat lebih akrab dengan teknik gendam. Calon korban diserang

dalam posisi tenang yakni pada saat istirahat atau tahap gelombang otak mengarah tenang.

Menurut Mardigu WP ahli pengamat terorisme, modus yang digunakan para ‘pencuci

otak’ untuk melaksanakan tujuannya adalah mencari dana dengan doktrin jihad. Pertama,

pelaku akan mengajak si korban untuk hijrah, lalu berjihad, dan terakhir memintanya

berinfaq.

Pendekatan yang dilakukan para pelaku juga tergolong singkat. Sejak pertama kali

mengenal korban hingga melakukan eksekusi, mereka butuh waktu dua minggu.

Tidak hanya itu, sasaran korban pun beragam. Tidak ada golongan khusus, atau jenis

kelamin tertentu. Yang jelas, Mardigu meminta semua pihak waspada jika ada orang-orang

asing yang mengajak kenalan dengan cara yang sangat intens.

2.3 Tujuan Teroris

a.          Tujuan Jangka Pendek, meliputi :

1.      Mempeeroleh pengakuan dari masyarakat lokal, nasional, regional maupun dunia

internasional atas perjuangannya.

2.      Memicu reaksi pemerintah, over reaksi dan tindakan represif yang dapat mengakibatkan

keresahan di masyarakat.

3.      Mengganggu, melemahkan dan mempermalukan pemerintah, militer atau aparat keamanan

lainnya.

4.      Menunjukkan ketidak mampuan pemerintah dalam melindungi dan mengamankan rakyatnya.

5.      Memperoleh uang atau perlengkapan.

6.      Mengganggu dan atau menghancurkan sarana komunikasi, informasi maupun transportasi.

7.      Mencegah atau menghambat keputusan dari badan eksekutif atau legislatif.

8.      Menimbulkan mogok kerja.

9.      Mencegah mengalirnya investasi dari pihak asing atau program bantuan dari luar negeri.

10.  Mempengaruhi jalannya pemilihan umum.

11.  Membebaskan tawanan yang menjadi kelompok mereka.

12.  Membalas dendam.

Page 25: likha

b.         Tujuan Jangka Panjang, meliputi :

1.      Menimbulkan perubahan dramatis dalam pemerintahan, seperti revolusi, perang saudara atau

perang antar negara.

2.      Mengganti ideologi suatu negara dengan ideologi kelompoknya.

3.      Menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi pihak teroris selama perang gerilya.

4.      Mempengaruhi kebijakan pembuat keputusan baik dalam lingkup lokal, nasional, regional

atau internasional.

5.      Memperoleh pengakuan politis sebagai badan hukum untuk mewakili suatu suku bangsa atau

kelompok nasional, misalnya PLO.

2.4 Perkembangan Terorisme Saat Ini

Pola Terorisme terus berubah dan berkembang. Sedangkan pada permukaan pada

intinya tetap "Merencanakan suatu tindakan dengan menggunakan kekerasan atau

ancaman kekerasan yang melanggar hukum untuk menanamkan rasa takut ..." Ini

sangat efektif digunakan sebagai alat strategis dalam menghadapi Lawan yang dihadapinya.

Bagaimanapun terorisme telah berkembang dengan luar biasa dengan menerapkan strategi

perang abad 21, mereka juga selalu beradaptasi dengan perubahan sosial politik dunia serta

lingkungan. Beberapa perubahan itu telah mampu memfasilitasi kemampuan dari teroris

dalam beroperasi, memperoleh dana, dan mengembangkan kemampuan baru. Perubahan lain

adalah secara perlahan terorisme telah bergerak membangun hubungan yang berbeda menuju

dunia yang lebih luas.

Untuk mengetahui lebih dalam tentang bagaimana konteks perubahan ini , maka kita

perlu melihat sejarah perkembangan terorisme, dengan mewarisi perubahan kontur atas

teknik yang dipelopori oleh orang lain. Perkembangan ini didorong oleh perkembangan yang

berlangsung secara alami, berlangsung dalam suatu konflik dan hubungan internasional. Hal

ini juga perlu di pertimbangkan karena dapat menjadi kemungkinan penyebab konflik yang

lebih besar di masa mendatang, sehingga sangat penting untuk mengetahui Tokoh dan

motivasi mereka.

Berbicara tentang evolusi/perkembangan terorisme dan penggunaan teror berdasarkan

sejarah, penting untuk diketahui bahwa bentuk-bentuk masyarakat dan pemerintah di masa

lalu sangat berbeda dari apa yang ada saat ini. Seperti diketahui bahwa negara-negara modern

belum terbentuk sampai 1648 (Perjanjian Westphalia), dan negara pada saat itu di monopoli

oleh perang, atau kekerasan antar-negara. Keterbatasan dari pemerintah pusat tidak

memungkinkan untuk menggunakan teror sebagai metode untuk mempengaruhi perubahan

Page 26: likha

politik, karena tidak ada satu otoritas politik yang dominan. Demikian juga dengan tidak

adanya pusat kekuasaan berarti bahwa penggunaan peperangan lebih terbuka bagi setiap

kelompok. Tidak hanya tentara nasional, masyarakat golongan bawah, Tentara bayaran,

pimpinan golongan agama, atau para pedagang dan pengusaha turut serta terlibat dan

berpartisipasi dalam peperangan. Keterlibatan mereka dalam peperangan dianggap sah. Hal

ini tentu sangat kontras dengan era modern, di mana Negara terlibat dalam perang, sedangkan

partisipasi pribadi adalah illegal

Teori awal dari Terorisme

Awal penggunaan terorisme, seperti fanatisme dan pembunuhan sebenarnya tidak

meninggalkan filosofi tertentu atau doktrin tertentu dalam penggunaan terorisme. Suatu

pengecualian atas kegagalan spektakuler seperti “Guy Fawkes” dengan terinspirasi agama

berusaha untuk membunuh King James I dan Anggota Parlemen Inggris, membuktikan

terorisme tidak pernah terpisah dengan kemajuan atau melampaui batas normal dari bentuk

peperangan pada saat itu. Sebagaimana sistem politik menjadi lebih canggih, dan kekuasaan

politik dilihat kurang lebih merupakan karunia ilahi dan dan banyak lagi pembangunan sosial

ide-ide baru yang mengakibatkan timbulnya konflik-konflik baru.

Suasana perang dan konflik politik yang melanda Eropa setelah Revolusi Perancis

telah memberikan inspirasi dan pemikiran pada theory politik pada awal 1800an. Beberapa

teori penting dari revolusi sosial telah berkembang selama waktu itu. Menghubungkan antara

kekerasan revolusioner dan teror yang telah berkembang sejak awal. Theory Revolusioner

menolak kemungkinan reformasi sistem dan menginginkan kekerasan dan kerusakan.

Tindakan ekstrimis ini menjadi dasar untuk penggunaan kekerasan politik .

Dua ideologi yang menggunakan kekerasan dalam perubahan sosial adalah Marxism

yang kemudian berkembang menjadi komunisme, dan Anarkisme. Keduanya pada dasarnya

adalah hanya khayalan yang muluk-muluk, mereka menyatakan bahwa mereka meletakkan

teori dan praktek dapat menghasilkan masyarakat yang ideal. Kedua ideologiy ini sepaham

bahwa kemunculan mereka adalah karena kerusakan sistem yang ada. Keduanya mengakui

bahwa kekerasan di luar batas dapat diterima dan peperangan dan pemberontakan justru

diperlukan. Komunisme memfokuskan pada perang kelas ekonomi, dan diasumsikan

penyitaan kekuasaan negara oleh (rakyat jelata) sampai negara tidak lagi diperlukan, dan

akhirnya dibuang .Anarkisme menganut paham kurang lebih penolakan terhadap segala

bentuk pemerintahan. Para anarkis percaya bahwa setelah negara benar-benar hancur, tidak

perlu lagi dibentuk yagng baru sehingga orang bisa hidup dan berinteraksi tanpa paksaan

pemerintah. Dalam jangka pendek, penerimaan dari apa yg di tawarkan komunisme ini

Page 27: likha

diperlukan untuk keperluan organisasi dan pemaksaan yang digunakan oleh negara saat itu

membuat ideologi ini lebih berhasil dari dua ideologi yang lain. Anarkisme bertahan di era

modern, dengan mempertahankan daya tarik untuk tetap menerapkan kekerasan sampai hari

ini

Abad Evolution of Terrorism

Pada awal Abad 20an. Ideologi yang berdasarkan Nasionalisme dan revolusi adalah

merupakan suatu kekuatan yang paling utama yang terus di kembangkan menghadapi

terorisme. Bila Perjanjian Versailles menggambar kembali peta Eropa setelah Perang Dunia I

oleh kehancuran kekaisaran Austro-Hungarian yang mengakibatkan terciptanya negara-

negara baru, ini diakui sebagai prinsip penentuan nasib sendiri untuk negara dan kelompok

etnis. Hal ini mendorong etnis minority dan penduduk asli tidak menerima pengakuan untuk

mengkampanyekan kemerdekaan atau otonomi. Namun, dalam banyak kasus, penentuan

nasib sendiri adalah terbatas pada negara-negara Eropa dan kelompok etnik di Eropa

sementara yang lain tidak boleh, terutama penguasa kekuasaan Eropa, telah menciptakan

kepahitan dan periode konflik jangka panjang di daerah-daerah jajahan atau koloninya..

Secara khusus, Negara-Negara Arab merasa bahwa mereka telah di Khianati. mereka percaya

akan kemerdekaan, mereka sangat kecewa; pertama ketika Perancis dan Inggris diberi

kewenangan atas tanah mereka, dan kemudian ketika Inggris mengijinkan imigrasi Zionist

masuk ke wilayah Palestina Sesuai dengan isi Deklarasi Balfour.

Sejak akhir Perang Dunia II, terorisme telah mempercepat perkembangannya menjadi

komponen utama dalam konflik kontemporer. Terutama di gunakan segera setelah perang

sebagai unsur utama anti-penjajahan dan perannya semakin meluas. Dalam Pelayanan di

berbagai aspirasi dan ideologi, terkadang terorisme digantikan dengan bentuk konflik lain.

Hal ini menjadi senjata jarak jauh yang mampu mencapai efek global lebih kurang seperti

roket jarak jauh. Ia juga telah dibuktikan dapat menjadi alat signifikan dari diplomasi

internasional dan terbukti beberapa negara cenderung untuk menggunakannya.

Nampaknya hasil yang cepat dan goncangan yang besar dari terorisme telah menjadi

pertimbangan sebagai jalan singkat menuju kemenangan. Kelompok Revolusioner yang tidak

rela untuk memberikan waktu dan sumber daya dalam mengatur kegiatan politik akan

bergantung pada "propaganda dari aksi yang dibuat" untuk menggerakkan aksi massa yang

besar. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok pergerakan kecil dapat menumbangkan setiap

pemerintah melalui penggunaan terror hal ini dipercayai oleh oleh kaum revolusioner

Page 28: likha

Saat ini, motif terorisme lebih sering dikaitkan dengan dimensi moral yang luas seperti nilai,

ideologi, agama, ketidakadilan tatanan dan struktur sosial maupun konstelasi dunia. Namun

tidak dipungkiri, bahwa sekarang ini, Islam diidentikan sedemikian rupa sebagai agama yang

mengusung terorisme. Perkembangan Islam, baik secara institusi dan ataupun individualnya,

telah mengkhawatirkan dunia internasional sedemikian rupa tanpa alasan yang jelas sama

sekali.

Stigma Islam yang melahirkan kekerasan terus dimunculkan setiap hari di berbagai belahan

dunia.Hingga umat pun perlahan-lahan mulai percaya bahwa Islam mengusung kekerasan

seperti itu, padahal tak sedikitpun agama ini menganjurkan kekerasan. Dalam berperang,

Islam telah mengajarkan syarat dan ketentuan seperti tidak sembarangan, tidak boleh

membunuh non-kombatan, tidak boleh merusak pepohonan, tidak boleh berlebihan, dan

sebagainya.

Terorisme gaya baru mengandung beberapa karakteristik:

1.      ada maksimalisasi korban secara sangat mengerikan.

2.      keinginan untuk mendapatkan liputan di media massa secara internasional secepat mungkin.

3.      tidak pernah ada yang membuat klaim terhadap Terorisme yang sudah dilakukan.

4.      serangan Terorisme itu tidak pernah bisa diduga karena sasarannya sama dengan luasnya

seluruh permukaan bumi.

Perkembangan Terorisme di Indonesia

Terorisme sebuah fenomena yang mengganggu. Aksi terorisme seringkali melibatkan

beberapa negara. Sponsor internasional yang sesungguhnya adalah negara besar. Harus

dipahami bahwa terorisme sekarang telah mendunia dan tidak memandang garis perbatasan

internasional.

Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 1373 yang menetapkan Al Qaeda pimpinan

Osama bin Laden berada dibalik tragedi 11 September 2001 dan dinyatakan sebagai

Terorisme yang harus diberantas oleh dunia telah menimbulkan berbagai reaksi dikalangan

masyarakat internasional diantaranya muncul tanggapan yang menyatakan bahwa justru

Amerika Serikat lah yang mensponsori aksi teror di dunia dengan membentuk konspirasi

global yang didukung sekutunya dengan tujuan menghancurkan Islam di Indonesia tanggapan

tersebut santer ketika munculnya pernyataan PM Senior Singapura Lee Kuan Yeuw bahwa

Indonesia “Sarang Teroris” yang serta merta seluruh masyarakat Indonesia menolak

pernyataan tersebut dengan membakar gambar/patung PM Singapura.

Page 29: likha

Walaupun Polri berhasil menangkap para pelaku serta mengungkap jaringan

Terorisme yang berada dibalik peristiwa tersebut, namun hal ini sangat berdampak pada

semua aspek kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Atas hasil pengungkapan kasus

peledakan bom Bali reaksi masyarakat yang semula cenderung apriori terhadap bom Bali,

seolah-olah semua ini adalah hasil rekayasa internasional bersama pemerintah, kini telah

bergeser dan mampu melihat fakta secara obyektif melalui proses penanganan dan

pengungkapan berbagai macam serta semua jaringan dan para pelaku serta.

Taktik. Yang sering dilakukan oleh para teroris adalah:

1) Bom. Taktik yang sering digunakan adalah pengeboman. Dalam dekade terakhir ini sering

terjadi aksi teror yang dilaksanakan dengan menggunakan bom, baik di Indonesia maupun di

luar negeri, dan hal ini kedepan masih mungkin terjadi.

2) Pembajakan. Pembajakan sangat populer dilancarkan oleh kelompok teroris. Pembajkan

terhadap pesawat terbang komersial pernah terjadi di beberapa negara, termasuk terhadap

pesawat Garuda Indonesia di Don Muang Bangkok pada tahun 1981. Tidak menutup

kemungkinan pembajakan pesawat terbang komersial masih akaan terjadi saat ini dan massa

yang akan datang, baik di Indonesia maupun di luar negeri.

3) Pembunuhan. Pembunuhan adalah bentuk aksi teroris yang tertua dan masih digunakan hingga

saat in. Sasaran dari pembunuhan ini seringkali telah diramalkan, teroris akan mengklaim

bertanggungjawab atas pembunuhan yang dilaksanakan. Sasaran dari pembunuhan ini

biasanya adalah pejabat pemerintah, penguasa, politisi dan aparat keamanan. Dlam sepuluh

tahun terakhir tercatat 246 kasus pembunuhan oleh teroris seluruh dunia.

4) Penculikan. Tidak semua penghadangan ditujukan untuk membunuh. Dalam kasus kelompok

gerilya Abu Sayaf di Filipina, penghadangan lebih ditujukan untuk menculik personel,

sepperti yang dilakukan oleh kelompok GAM terhadap kameraman RCTI Ersa Siregar dan

Fery Santoro di Aceh. Penculikan biasanya akan diikuti dengan tuntutan imbalan berupa uang

atau tuntutan p[olitik lainnya.

5) Penyanderaan. Perbedaan antara penculikan dan penyanderaan dalam dunia terorisme sangat

tipis. Kedua bentuk operasi ini seringkali meimiliki pengegertian yang sama. Penculik

biasanya meennan korbannya di tempat tersembunyi dan tuntutannya adalah berupa materi

dan uang, sedangkan penyanderaan biasanya menahan sandera di tempat umum ataupun di

dalam hutan seperti yang dilakukan oleh kelompok Kelly Kwalik di Papua yang menyandera

tim peneliti Lorenz pada tahun 1996. Tuntutan penyannderaan lebih dari sekedar materi.

Biasanya tuntutan politik lebih sering dilemparkan pada kasus penyanderaan ini.

Page 30: likha

2.5  Cara Agar Terhindar Dari Pengaruh Terorisme

Dalam rangka memerangi aksi terorisme, secara umum diperlukan persyaratan

kesiapan yang meliputi :

(1) kesiapan dibidang politik, yakni perlunya dukungan masyarakat secara penuh bahwa terorisme

adalah musuh bangsa dan negara yang harus dihadapi oleh segenap bangsa;

(2) kesiapan dibidang hukum, peraturan perudangan dibidang pemberantasan terorisme

merupakan agenda mutlak, karena hukum ini akan memberikan kekuatan kepada semua

pihak untuk menjerat pelaku terorisme, disadari bahwa hukum untuk menghadapi aksi teror

kurang sejalan dengan semangat demokrasi dan HAM;

(3) kesiapan bidang operasional, yakni menuntut kesiapan adanya satuan antiteror dan Litbang

teror, bekerjasama dengan semua pihak, permasalahannya adalah belum adanya aturan baku

atau prosedur tetap yang baku dan mengikat semua pihak.

Masyarakat harus lebih menyadari tentang keadaan dirinya, menyadari proses yang

dirinya sedang terlibat saat itu. Untuk teknik lowball, biasanya yang diserang adalah orang

bertipe mudah merasa bersalah. Jadi saat diminta untuk berbuat sesuatu, tidak bisa menolak.

Tak jauh beda dengan teknik lowball, teknik sugesti juga harus diwaspadai.

Kuncinya, masyarakat memang harus meningkatkan kesadaran diri. “Bila ada orang asing

yang memberikan perhatian berlebihan, jangan ragu-ragu menolak. Biasanya pelaku-pelaku

kejahatan tersebut mensugesti kita menuju ketenangan, bisa dengan memberikan kue atau

bahkan mengajak ke suatu tempat.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Terorisme adalah kekerasan atau ancaman kekerasan yang diperhitungkan sedemikian

rupa untuk menciptkan suasana ketakutan dan bahaya dengan maksud menarik perhatian

nasional atau internasional terhadap suatu aksi maupun tuntutan.

Ciri-ciri terorisme adalah :

1.      Organisasi yang baik, berdisiplin tinggi & militant

Page 31: likha

2.      Mempunyai tujuan politik, ideologi tetapi melakukan kejahatan kriminal untuk mencapai

tujuan.

3.      Tidak mengindahkan norma-norma universal yang berlaku, seperti agama, hukum dan HAM.

4.      Memilih sasaran yang menimbulkan efek psikologis yang tinggi untuk menimbulkan rasa

takut dan mendapatkan publikasi yang luas.

5.      Menggunakan cara-cara antara lain seperti : pengeboman, penculikan, penyanderaan,

pembajakan dan sebagainya yang dapat menarik perhatian massa/publik.

               Bentuk-bentuk Terorisme:

  Dilihar dari cara-cara yang digunakan :

1) Teror Fisik

2) Teror Mental

  Dilihat dari Skala sasaran teror :

1) Teror Nasional

2) Teror Internasional

a) Dari Pihak yang kuat kepada pihak yang lemah. Dalam bentuk penjajahan, invansi, intervensi,

agresi dan perang terbuka.

b) Dari Pihak yang Lemah kepada Pihak yang kuat. Dalam bentuk pembajakan, gangguan

keamanan internasional, sabotase, tindakan nekat dan berani mati, pasukan bunuh diri, dsb.

Dalam rangka memerangi aksi terorisme, secara umum diperlukan persyaratan

kesiapan yang meliputi :

(1) kesiapan dibidang politik

(2) kesiapan dibidang hukum

(3) kesiapan bidang operasional

3.2 Saran

Setiap tindakan kaum teroris adalah tindakan kriminal. Oleh karena itu, kita sebagai

masyarakat yang mempunyai moral, pendidikan, dan etika sudah selayaknya tidak terjerumus

hal-hal yang berhubungan dengan tindakan terorisme ataupun tindakan kriminal lainnya.

Selain itu, penyuluhan terhadap bahaya terorisme di sekitar kita perlu diadakan untuk

antisipasi terpengaruhnya masyarakat awam terhadap terorisme.

Page 32: likha

DAFTAR PUSTAKA

http://www.antaranews.com/berita/1250846276/pengamat-jaringan-teroris-di-indonesia-

sudah-rapuh

http://indonesiacompanynews.wordpress.com/2011/04/11/kasus-teroris-pakai-hipnosis-untuk-

cari-kader/

http://id.wikipedia.org/wiki/Terorisme

http://allnitecafe.wordpress.com/2009/08/12/terorisme-perkembangan-dan-akar-sejarahnya/

http://astiol.com/terorism/6-global-terorism/21-evolusi-dan-perkembangan-terorisme.html

http://nunezbaehaqi.wordpress.com/2010/12/05/perkembangan-antara-agama-islam-dan-

ancaman-terorisme-di-indonesia/