Laporan Praktikum ( Gabungan )
-
Upload
novia-kaisarianti -
Category
Documents
-
view
675 -
download
46
description
Transcript of Laporan Praktikum ( Gabungan )
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari listrik sangat berperan penting dalam
kehidupan makluk hidup. Listrik yang ada dalam tubuh manusia memainkan
peranan penting secara langsung dalam perambatan impuls saraf. Impuls saraf
yang diterima oleh organ sensoris akan diterjemahkan lalu direspon oleh organ
motorik yang ada didalam tubuh manusia. Peristiwa pengantaran impuls ini tidak
lepas dari peristiwa potensial aksi. Dihampir semua sel tubuh terdapat potensial
listrik yang melintasi membran. Selain itu, pada beberapa sel, misalnya sel saraf
dan sel otot, mampu membangkitkan sendiri impuls elektrokimia yang cepat
berubah pada membrannya dan impuls ini digunakan untuk menghantarkan signal
sepanjang membran saraf atau otot. Pada tipe sel lainnya, seperti kelenjar,
makrofag, dan sel yang bersilia, perubahan lokal pada potensial membran juga
mengaktifkan berbagai fungsi sel. Apabila potensial aksi ini tidak terjadi dalam
tubuh secara seimbang, maka akan terjadi gangguan pengantaran impuls dan bisa
menyebabkan kelainan yang berdampak pada organisme tersebut.
Pada praktikum kali ini, digunakan simulasi tegangan listrik untuk
menemukan dimana potensial aksi berlangsung. Potensial aksi berhubungan
dengan tegangan listrik yang dialirkan melalui akson. Tujuan dari praktikum ini
ialah mengamati secara visual pada simulasi komputer, potensial aksi yang terjadi
pada sel saraf melalui tegangan listrik tertentu dan pada tenggang waktu tertentu.
Potensial aksi juga dapat dihambat melalui zat-zat kimia tertentu, sehingga
menyebabkan perambatan potensial aksi menjadi lambat bahkan tidak ada sama
sekali.
Membran memiliki potensial(potensial gradien dan potensial aksi).
Potensial membran sel ada 2 yaitu : graded potensial dan action potential.Graded
potensial akan melewati bagian badan neuron yang disebut trigger zone.Di trigger
zone ada yang disebut threshoid yaitu ambang batas yang harus dicapai agar
potensial aksi dapat terbentuk.Jadi,jika graded potensial melewati akson hillock
dan memiliki kekuatan yang cukup besar sehingga melewati ambang batas
(supathreshold),potensial aksi tidak akan terjadi.
Perambatan potensial aksi:
1
Membran saraf otot mendapat rangsangan mencapai nilai ambang - timbul
potensial aksi - merangsang daerah sekitarnya untuk mencapai nilai ambang -
perambatan potensial aksi atau gelombang depolarisasi - sel membran mengalami
repolarisasi.
Pada umumnya, sistem saraf ini mengatur aktifitas tubuh yang cepat,
misalnya kontraksi otot, perubahan viseral yang berlangsung dengan cepat, dan
bahkan juga kecepatan sekresi beberapa kelenjar endokrin.
Sejak pembentukannya, sistem saraf mempunyai sifat-sifat mengatur yang
sangat kompleks dan khusus. Ia menerima berjuta-juta rangsangan informasi yang
berasal dari bermacam-macam organ sensorik, dan semua ini bersatu untuk dapat
menentukan respons apa yang akan diberikan oleh tubuh.
Sebagian besar aktivitas sistem saraf diawali oleh pengalaman-pengalaman
sensorik yang berasal dari reseptor sensorik, yaitu reseptor visual, reseptor
auditorik, reseptor taktil di permukaan tubuh, atau macam-macam reseptor
lainnya. Pengalaman sensorik ini dapat menimbulkan reaksi segera, atau ingatan
yang terbentuk ini dapat disimpan dalam otak untuk beberapa menit, beberapa
minggu, atau beberapa tahun dan selanjutnya dapat membantu reaksi tubuh di
masa datang.
Segala sesuatu yang lewat antara sel dan cairan ekstrasel di sekitarnya
harus mampu menembus membran plasma. Apabila suatu zat dapat menembus
membran, membran tersebut bersifat permeable terhadap zat tersebut. Jika suatu
zat tidak dapat lewat, membran tersebut impermeable terhadap zat tersebut.
Membran plasma bersifat permeabel selektif, yaitu memungkinkan sebagian
partikel lewat tetapi menghambat yang lain.
Dua sifat partikel mempengaruhi apakah partikel tersebut dapat menembus
plasma tanpa bantuan yaitu kelarutan relatif partikel dalam lemak dan ukuran
partikel.Partikel yang mudah larut dalam lemak mampu larut dalam lipid lapis-
ganda dan menembus membran. Molekul-molekul tidak bermuatan atau nonpolar
(misalnya O2, CO2, dan asam lemak) sangat mudah larut dalam lemak dan cepat
menembus membran. Sedangkan, partikel-partikel bermuatan seperti Na+ dan K+
2
serta molekul polar seperti glukosa dan protein memiliki kelarutan lemak yang
rendah tetapi mudah larut dalam air.
Selain itu, pergerakan suatu partikel melintasi membran tersebut juga
memerlukan suatu gaya. Dua gaya umum yang berperan dalam hal ini adalah gaya
pasif (tidak memerlukan ATP) dan gaya aktif (memerlukan ATP).
Transportasi membran dapat dilakukan dengan berbagai metode, baik
menggunakan mekanisme pasif atau aktif, di antaranya difusi, osmosis, filtrasi,
dan transport aktif.
Dalam praktikum ini, metode transportasi membran di atas akan dipelajari,
sehingga syarat, proses, serta zat yang digunakan dapat diketahui.
3
PRAKTIKUM I
PERAN NEURONTRANSMITER PADA KOMPONEN LENGKUNG
REFLEKS
I. Pendahuluan
Saraf dan otot dianggap sebagai jaringan yang dapat tereksitasi karena
keduanya mampu menghasilkan sinyal listrik apabila dirangsang. Sinyal-sinyal
saraf dijalankan dari satu neuron ke neuron berikutnya melalui sinaps. Kerja
sinaps bersifat selektif, dapat menghambat sinyal yang lemah sedangkan sinyal
yang lebih kuat dijalarkan, atau menyeleksi dan memperkuat sinyal lemah tertentu
atau juga meneruskan sinyal ke segala arah. Sinaps terdiri dari dua jenis yaitu
sinaps listrik dan sinaps kimia. Pada sinaps listrik ditandai oleh adanya saluran
langsung yang menjalarkan aliran listrik dari satu sel ke sel berikutnya dan saluran
ini terdiri dari struktur tubuler protein kecil yang disebut gap junction. Sedangkan
sinaps kimia dengan neurotransmitter. Terminal akson neuron presinaps akan
menghantarkan potensial aksi yang berakhir di kepala sinaps yang mengandung
vesikel sinaps yang menyimpan neurotransmitter. Ruang antar neuron presinaps
dan pascasinaps disebut celah sinaps. Pada ujung presinaps ada yang bersifat
mudah dirangsang (eksitatory)—artinya menyekresi suatu bahan yang
merangsang neuron pascasinaps dan juga ada yang bersifat sulit dirangsang
(inhibitory)—artinya menyekresi suatu bahan yang dapat menghambat neuron
pascasinaps. Potensial aksi yang menjalar sampai terminal akson akan
merangsang voltage-gate calcium chanell yang menyebabkan sebagian saluran
kalsium masuk ke terminal akson yang kemudian akan merangsang vesikel yang
berisi neurotransmiter untuk keluar dari membran terminal akson presinaps
melalui proses eksitosis. Neurotransmiter akan ditangkap oleh reseptor yang
berada di membran presinaps. Peristiwa ini menimbulkan potensial aksi.Suatu
potensial aksi di neuron motorik dengan cepat menjalar dari sistem saraf pusat ke
otot rangka. Terminal akson neuron motorik membesar menjadi suatu struktur
4
berbentuk tombol disebut terminal button. Bagian khusus dari membran sel otot
yang terletak tepat dibawah terminal button dikenal sebagai motor end plate.
Setiap terminal button mengandung ribuan vesikel yang menyimpan zat perantara
kimiawi/neurotransmitter asetilkolin (Ach).[1.2] Asetilkolin merupakan suatu ester
asam cuka kolin, dibentuk dari asetil-KoA dan kolin didalam sitoplasma akson.
Asetilkolin ini berperan dalam kontraksi otot. Neurotransmitter asetilkolin
memiliki 2 reseptor subtype yaitu reseptor nikotinik dan muskarinik, reseptor
nikotinik terdapat pada otot rangka/skelet sedangkan reseptor muskarinik terdapat
pada otot jantung. Kedua reseptor tersebut memiliki antagonist terhadap
asetilkolin, pada reseptor nikotinik yaitu curare dan reseptor muskarinik yaitu
atrophine. Antagonist tersebut dapat menyebabkan otot tidak berkontraksi.
II. Tujuan: Memahami peran neurotransmiter pada penghantaran impuls
dari saraf ke efektor.
III. Prinsip Kerja:
1. Mengobservasi hasil perangsangan tak langsung (pada saraf) pada sediaan
otot-saraf katak
2. Mengobservasi dan menganalisis efek kurare sebagai inhibitor kompetitif pada
asetilkolin, terhadap hasil perangsangan tak langsung sediaan otot-saraf katak
3. Mengobservasi dan menganalisis peran kalsium dalam penglepasan
neurotransmitter
IV. ALAT DAN BAHAN PERCOBAAN YANG DIBUTUHKAN:
1. Sediaan otot-saraf katak
2. 3 buah gelas arloji
3. Peralatan bedah minor
4. Stimulator dengan elektroda perangsang
5. Larutan Ringer
6. Larutan Ringer tanpa kalsium
7. 0,5 cc larutan tubo-kurarin 2%
8. Jarum pentul
5
9. Benang wol
10. Steroform
V. CARA KERJA :
A. Proses kerja
1. Mengambil katak. Katak di genggam dalam tangan kiri sehingga bagian
tengkuk katak berada di antara ibu jari dan jari telunjuk.
2. Cari letak Foramen occipetale magnum pada katak tersebut.
3. Antefleksikan kepala katak dengan menusukan jarum di garis median
melalui Foramen occipetale magnum, tusukkan hingga masuk ruang
kepala dan korek-korek otak bingga rusak, tarik penusuk dan terakhir di
tusukan ke dalam canalis vetebralis sampai setengah panjang kanalis.
4. Jarum ditusuk terus sampai masuk keruang kepala, jarum pentul di
gerakkan kekiri dan ke kanan. Setelah itu, jarum pentul di tarik keluar dari
otak. Lalu ditusuk kembali pada lubang yang sama) ke dalam tulang
kanalis vertebralis sampai terasa memasuki suatu rongga, sehingga otak
dan tulang belakang menjadi rusak.
5. Meletakkan katak diatas steroform sebagai papan fiksasi, kemudian
keempat kaki katak ditusuk dengan menggunakan jarum pentul dengan
posisi punggung menghadap ke atas.
6. Angkat kulit beserta tonjolan os coccygis dengan menggunakan pinset
bedah, kulit dibawah os coccygis digunting sampai tulang tersebut
bersama sakrum bebas, kemudian gunting os coccygis dan sakrum yang
telah terangkat sampai terlihat pangkal n. Ischiadicus yang berasal dari
pleksus lumbosakralis sebagai serat putih yang mengkilat
7. Salah satu n. Ischiadicus diikat dengan sehelai benang sedekat-dekatnya
dengan pangkal tulang belakang, pangkal n. Ischiadicus tersebut di
gunting diantara benang dan tulang belakang. Benang tersebut berguna
sebagai pemegang saraf pada waktu membebaskan n. Ischiadicus.
6
8. Setelah dibebaskan, maka kulit diseluruh tungkai kanan dilepaskan dengan
gunting dan pinset hingga semua otot-otot terbuka termasuk m.
Gastrocnemius
9. n. Ischiadicus di bebaskan dari jaringan sekitarnya sampai ke m.
Gastrocnemius. Setelah n. Ischiadicus bebas, n. Ischiadicus diletakkan
sementara diatas m. Gastrocnemius supaya tidak menjadi kering
10. Membaskan m. Gastrocnemius dari jaringan sekitarnya. Memotong tendo
achilles sejauh-jauhnya dari perut m. Gastrocnemius, supaya pada otot
masih terdapat tendo archilles yang cukup panjang
11. Memotong tibia tepat dibawah sendi lutut
12. Membebaskan femur dari otot sekitarnya, kecuali origo m. Gastrocnemius
13. Memotong femur dekat sendi lutut. Kemudian diperolehlah sediaan lutut
yang terdiri dari sendi lutut, m. Gastrocnemius, tendo archilles dan n.
Ischiadicus
14. Jaringan dijaga yang terbuka jangan sampai menjadi kering dengan
membasahinya dengan larutan ringer.
VI. PEMBAHASAN
Sediaan Saraf-otot Katak
Pada percobaan dengan menggunakan Ringer fisiologis tegangan 3
ditemukan adanya kontraksi m.gastrocnemius. Hal ini dapat disebabkan karena
potensial ambang yang diperlukan untuk terjadinya potensial aksi pada n.
ischiadicus tidak tercapai sehingga impuls saraf tidak bisa disalurkan ke terminal
buttons. Dengan demikian potensial aksi pada terminal buttons pun tidak akan
diperoleh yang pada akhirnya mengakibatkan kanal ion kalsium (Ca2+) tidak
terbuka sehingga tidak ada kalsium yang masuk ke dalam terminal buttons.
Dengan tidak masuknya ion kalsium menyebabkan neurotransmitter asetilkolin
tidak bisa dieksositosis menuju taut neuromuskulus akibatnya tidak ada satupun
asetilkolin yang berikatan pada reseptornya di motor end plate. Padahal dengan
berikatannya asetilkolin pada motor end plate akan membuka kanal ion natrium
dan kalium terbukanya ke dua kanal inilah yang akan mengakibatkan kontraksi
7
pada m. gastrocnemius. Agar dapat diperoleh kontraksi otot dapat dilakukan
dengan menaikan sumber tegangan, namun pada percobaan kali ini hanya
menggunakan tegangan sebesar 3 V saja sehingga hal tersebut tidak bisa
dilakukan.
Pada perendaman dengan menggunakan Ringer non kalsium dengan
tegangan 3 volt, hasil yang diperoleh pun negative. perendaman dengan larutan ini
menyebabkan ambang potensial menjadi semakin tinggi sehingga diperlukan
tegangan yang semakin besar. Sayangnya pada praktikum kali ini tegangan yang
digunakan hanya sebesar 3 V. Dengan direndam pada Ringer non kalsium akan
menyebabkan kadar kalsium di sedian menjadi menurun, sehingga diperlukan
tegangan yang lebih tinggi untuk membuka lebih banyak kanal ion kalsium agar
ion kalsium dapat masuk ke bagian terminal buttons n. ischiadicus.
Saat sediaan otot direndam pada larutan tubo-kurarin dan dirangsang
dengan tegangan 3 Volt tidak dihasilkan kontraksi otot. Tubo-kurarin bersifat
antagonis terhadap asetilkolin sehingga ia menempati reseptor dimana asetilkolin
breikatan, yaitu pada bagian end plate. Akibatnya kanal ion natrium dan kalium
tidak dapat terbuka sehingga tidak.
8
VII. HASIL
SEDIAAN Ringer dengan
Kalsium
Ringer tanpa
Kalsium
larutan Tubo
Kurarin 2%
3 v 4,5 v 6 v 3 v 4,5 v 6 v 3 v 4,5 v 6 v
SARAF
(tidak
langsung)
- - ada - - - - - -
OTOT
(langsung)
Ada - - - - - - Ada`
Lampiran :
9
VIII. Kesimpulan :
Praktikum katak
Dari praktikum ini dapat disimpulkan:
1. Asetilkolin yang dilepaskan dari presinaps dan berikatan pada end-plate
pada akhirnya akan menyebabkan kontraksi pada otot.
2. Diperlukan besar tegangan yang sesuai untuk tercapainya ambang
potensial sel saraf sehingga terjadi penyaluran impuls saraf.
3. Ether, curare dan lidocaine dapat menghabat terjadinya potensial aksi
maupun terikatnya neurotransmitter pada reseptornya.
4. Jumlah selubung myelin berbanding lurus dengan kecepatan impuls saraf
Neurotransmiter merupakan bahan kimia yang disekresikan oleh presinaps dan
bekerja pada protein reseptor pada membran postsinaps sehingga terjadi
10
penghantaran impuls dari satu neuron ke neuron lain atau ke efektor. Pelepasan
neurotransmiter dari vesikel dibantu oleh beberapa komponen di antaranya adalah
ion Ca2+. Kerja neurotransmitter juga dapat dihambat seperti dengan penggunaan
tubo kurarin sebagai inhibitor kompetitif pada reseptor asetilkolin.
IX. Daftar Pusataka
Guyton A. C, Hall J. E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 11. Jakarta : EGC,
2007.
Mudjihartini, Ninik. Neurobiokimia dan Neurobiologi Molekuler Sel Saraf.
Departemen Biokimia dan Biologi Molekuler FKUI, 2011.
Ibrahim N. Neurofisiologi. Depatemen Fisiologi Kedokteran FKUI, 2011.
Suryandari D. A, Asmarinah. Sitoskeleton : Mikrotubul, Mikrofilamen & Aktivitas
Dinamik Sel. Departemen Biologi Kedokteran FKUI, 2011
Laporan Praktikum 2
Refleks Fisiologis: Refleks Patella
I. Pendahuluan
Dalam praktikum Refleks Patella didapatkan bahwa pada saat palu refleks di ayunkan ke tendon patella kanan, dapat disimpulkan memukul tendon patella dengan hammer refleks tepat di bawah patella menyebabkan otot-otot paha depan meregang. Hal ini merangsang reseptor sensorik stretch yaitu muscle spindle untuk memicu impuls afferen dalam saraf sensorik dari saraf femoralis yang sinapsis (tanpa interneurones) di sumsum tulang belakang, benar-benar independen dari pusat yang lebih tinggi. Dari sana, sebuah neuron alfa-motor melakukan impuls eferen kembali ke otot quadriceps femoris, memicu kontraksi. Kontraksi ini, dikoordinasikan dengan relaksasi dari otot hamstring fleksor antagonis menyebabkan kaki menendang. Refleks ini membantu menjaga postur dan keseimbangan, yang memungkinkan seseorang untuk berjalan tanpa sadar, tanpa memikirkan setiap langkah.
Dalam praktikum Refleks Babinsky pada saat digoreskan pada bagian lateral telapak kaki menghasilkan OP melakukan reaksi dorsofleksi, maka dapat
11
disimpulkan refleks yang diketahui jelas, sebagai indikasi adanya penyakit SSP yang mempengaruhi traktus kortikospinal, disebut respons Babinski. Bila bagian lateral telapak kaki seseorang dengan SSP utuh digores maka terjadi kontraksi jari kaki dan menarik bersamaan.
II. ALAT DAN BAHAN
1. Palu Refleks (refleks hammer)
2. Matras
III. CARA KERJA
A. REFLEKS PATELLA :
1. Lakukan percobaan ini pada semua anggota kelompok.
2. Mintalah orang percobaan (OP) untuk duduk atau berbaring dalam posisi terlentang.
3. Mintalah OP untuk rileks (jika perlu lakukanlah manuver Jendrasick).
4. Lakukan fleksi pada sendi lutut kanan.
5. Ayunkan palu refleks pada tendon patela kanan.
6. Amati respons berupa ekstensi tungkai atau kontraksi m. Quadriceps femoris.
7. Ulangi langkah nomor 4-6 pada tendon patela kiri.
8. Catat hasil percobaan.
B. REFLEKS BABINSKY
12
1.Lakukan percobaan ini pada semua anggota kelompok.
2.Mintalah OP untuk berbaring dalam posisi terlentang dengan posisi kaki lurus santai.
3.Fiksasi daerah pergelangan kaki kanan.
4.Gores bagian lateral telapak kaki OP dari arah posterior ke anterior (sampai dekat perbatasan daerah ibu jari kaki).
5.Amati respons berupa dorsofleksi ibu jari dan atau abduksi jari kaki lainnya.
6. Ulangi langkah nomor 4-6 ditelapak kaki kiri.
7. Catat hasil percobaan.
IV. Pembahasan
Refleks adalah respons otomatis terhadap stimulus tertentu yang menjalar pada rute lengkung refleks. Sebagian besar proses tubuh involunter misalnya denyut jantung, pernapasan, aktivitas pencernaan, dan pengaturan suhu, serta respon otomatis misalnya sentakan akibat suatu stimuli nyeri atau sentakan pada lutut merupakan kerja refleks.
Proses yang terjadi pada refleks melalui jalan tertentu disebut lengkung refleks. Komponen-komponen yang dilalui refleks adalah sebagai berikut :
1.Reseptor rangsangan sensoris : ujung distal dendrit yang menerima stimulus peka terhadap suatu rangsangan misalnya kulit.
2.Neuron aferen (sensoris) : melintas sepanjang neuron sensorik sampai ke medula spinalis yang dapat menghantarkan impuls menuju ke susunan saraf pusat.
refleks yaitu :
a)Rangsangan Adekuat
Rangsangan yang memicu terjadinya refleks umumnya sangat tepat (presisi). Rangsangan ini dinamakan rangsangan adekuat untuk refleks tersebut. Suatu contoh yang jelas adalah refleks menggaruk pada anjing. Refleks spinal ini timbul akibat rangsangan yang adekuat melalui rangsangan
13
raba linier multipel, yang misalnya karena terdapat serangga yang merayap di kulit. Respons yang timbul adalah garukan hebat pada daerah yang terangsang.
b)Jalur Bersama Akhir
Neuron motorik yang mempersarafi serabut ekstrafusal otot rangka merupakan bagian eferen dari lengkung refleks. Seluruh pengaruh persarafan yang memengaruhi kontraksi otot pada akhirnya akan tersalur melalui lengkung refleks ke otot tersebut, dan karena itu dinamakan jalur bersama akhir (final common path).
c)Berbagai Keadaan Eksitasi dan Inhibisi Sentral
Penyebaran ke atas dan ke bawah di sepanjang medula spinalis karena pengaruh penggabungan daerah bawah ambang yang ditimbulkan oleh rangsangan eksitasi. Efek inhibitorik langsung dan prasinaps juga dapat menyebar. Efek ini umumnya bersifat sementara. Istilah keadaan eksitasi sentral dan keadaan inhibisi sentral digunakan untuk menggambarkan keadaan berkepanjangan yang memperlihatkan pengaruh inhibisi atau sebaliknya.
d)Habituasi dan Sensitisasi Respons Refleks
Keadaan bahwa respons refleks bersifat stereotipik tidak menghilangkan kemungkinan bahwa respons tersebut dapat berubah melalui pengalaman.
Neuron berfungsi sebagai unit anatomis dan fisiologis dasar dari sistem saraf. Ini terdiri dari perikaryon atau sel-sel tubuh dan memiliki struktur seperti nukleus, tubuh nissl, neurofibrils, lisosom, mitokondria, dan aparat Golgi. Sebuah neuron dewasa tidak berisi alat mitosis. Tubuh Nissl adalah massa dari reticula endoplasma kasar dan terlibat dalam sintesis protein. Neurofibrils adalah mikrotubulus berongga yang terlibat dalam konduksi impuls saraf, dukungan untuk sel, dan transportasi makanan.
Neuron dapat diklasifikasikan berdasarkan jumlah proses yang membentang dari perikaryon atau mereka dapat diklasifikasikan fungsional berdasarkan arah impuls saraf dilakukan.
Ketiga jenis neuron struktural adalah: nurons multipolar, neuron bipolar, dan neuron unipolar. Multipolar neuron memiliki banyak dendrit dan satu akson utama. neuron bipolar akan hanya memiliki satu akson dan hanya satu dendrit. unipolar neuron terdiri dari sel-sel tubuh dan satu proses yang biasanya disebut sebagai akson, meskipun sebagian dorongan terhadap pelaksanaan perikaryon ini kadang-kadang disebut suatu dendrit.
14
Ketiga jenis neuron fungsional adalah: sensoris (aferen) neuron, motor (eferen) neuron, dan konektor (asosiasi) neuron. Neuron sensorik melakukan impuls ke saraf tulang belakang atau otak. Neuron motorik melakukan impuls dari saraf tulang belakang atau otak ke efektor (otot dan kelenjar). Konektor neuron hanya ditemukan dalam sistem saraf pusat dan berfungsi untuk menghubungkan sensorik dan neuron motorik dan satu sama lain.
Adapun Sistem saraf terbagi atas 2 kelompok besar yaitu :
1.Sistem saraf sadar
Sistem saraf sadar adalah system saraf yang mengatur atau mengkoordinasikan semua kegiatan yang dapat diatur menurut kemauan kita. Contohnya, melempar bola, berjalan, berfikir, menulis, berbicara dan lain-lain. Saraf sadar pun terbagi menjadi dua :
a.Saraf pusat terdiri dari :
1)Otak
Merupakan pusat kesadaran,yang letaknya di rongga tengkorak.
2)Sumsum tulang belakang
Sumsum tulang belakang berfungsi menghantarkan impuls (rangsangan) dari dan ke otak, serta mengkoordinasikan gerak refleks. Letaknya pada ruas-ruas tulang belakang, yakni dari ruas – ruas tulag leher hingga ke ruas-ruas tulang pinggang yang kedua dan dalam sumsum ini terdapat simpul – simpul gerak refleks.
b.Saraf Tepi
Sistem saraf tepi terdiri dari saraf-saraf yang berada di luar system saraf pusat (otak dan sumsum ulang belakang). Artinya system saraf tepi merupakan saraf yang menyebar pada seluruh bagian tubuh yang melayani organ-organ tubh tertentu, sepeti kulit, persendian, otot, kelenjar, saluran darah dan lain-lain.
2.Susunan saraf tak sadar
a)Susunan saraf simpatis
15
b)Susunan saraf parasimpatis
Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada pula gerak yang terjadi tanpa disadari yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang, yaitu dari reseptor, ke saraf sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh otak, kemudian hasil olahan oleh otak, berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motor sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh efektor.
Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat dikatakan gerakan terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu. Contoh gerak refleks misalnya berkedip, bersin, atau batuk. Dimana gerak refleks ini merupakan gerak yang dihasilkan oleh jalur saraf yang paling sederhana. Jalur saraf ini dibentuk oleh sekuen dari neuron sensorik , interneuron, dan neuron motorik, yang mengalirkan impuls saraf untuk tipe refleks tertentu. Gerak refleks yang paling sederhanahanya memerlukandua tipe sel saraf, yaitu neuron sensorik dan neuron motorik. Gerak refleks bekerja bukanlah dibawah kesadaran dan kemauan seseorang.Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu dimulai dari reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensori ke pusat saraf, diterima oleh set saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah di dalam otak langsung dikirim tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan ke efektor, yaitu otot atau kelenjar. Jalan pintas ini disebut lengkung refleks. Gerak refleks dapat dibedakan atas refleks otak bila saraf penghubung (asosiasi) berada di dalam otak, misalnya, gerak mengedip atau mempersempit pupil bila ada sinar dan refleks sumsum tulang belakang bila set saraf penghubung berada di dalam sumsum tulang belakang misalnya refleks pada lutut.
Gerak refleks adalah gerak yang dihasilkan oleh jalur saraf yang paling sederhana. Jalur saraf ini dibentuk oleh sekuen neuron sensor,interneuron,dan neuron motor,yang mngalirkan impuls saraf untuk tipe reflek tertentu.Gerak refleks yang paling sederhana hanya memerlukan dua tipe sel sraf yaitu neuron sensor dan neuron motor.
Gerak refleks disebabkan oleh rangsangan tertentu yang biasanya mengejutkan dan menyakitkan. Misalnya bila kaki menginjak paku,secara otomatis kita akan menarik kaki dan akan berteriak. Refleks juga terjadi ketika kita membaui makanan enak , dengan keluarnya air liur tanpa disadari.
Dalam medula spinalis terintegrasi banyak macam refleks otonom segmental. Singkatnya, refleks-refleks ini meliputi :
16
a)Perubahan tegangan pembuluh darah akibat perubahan panas kulit setempat.
b)Berkeringat, yang disebabkan oleh panas setempat pada permukaan tubuh.
c)Refleks intestino-intestinal yang mengatur beberapa fungsi motorik usus.
d)Refleks peritoneointestinal yang menghambat gerakan lambung sebagai respons terhadap iritasi peritoneum.
e)Refleks evakuasi untuk mengosongkan kandung kemih dan kolon.
V. HASIL
Hasil yang kami dapatkan pada saat praktikum berlangsung adalah pada Praktek Refleks Patella itu orang percobaan (OP) pada saat palu refleks di ayunkan tepat pada tendon patela kanan dan kiri yang terjadi adalah reaksi menendang ke arah depan, lalu pada praktek Refleks Babinsky adalah orang percobaan (OP) pada saat digoreskan bagian lateral pada telapak kaki kanan dan kiri secara cepat yang terjadi adalah reaksi reflek dorsofleksi.
VI. KESIMPULAN
1.Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan berkesimanbungan serta terdiri dari jaringan saraf. Dalam mekanisme sistem saraf, lingkungan internal dan eksternal dipantau dan diatur.
2.Refleks adalah respon otomatis terhadap stimulus tertentu yang menjalar pada rute lengkung reflex. Sebagian besar proses tubuh involunter misalnya denyut jantung, pernapasan, aktifitas pencernaan, dan pengaturan suhu, serta respon otomatis misalnya sentakan akibat suatu stimulus nyeri atau sentakan pada lutut merupakan kerja reflex
3. Refleks patella membantu menjaga postur dan keseimbangan seseorang pada saat berjalan.
4. variasi refleks babinskisebetulnya ada 27 gerakan yang bisa memberikan dorsofleksi jari jempol kaki tetapi yang sering digunakan adalah oppenheim ( goresan jari sepanjang tepi depan tulang tibia dari atas kebawah), gordon ( memencet otot gastrocnemeus), schaefer ( memencet tendon achilles), chaddock ( goresan sepanjang tepi lateral kaki di luar telapak kaki dari bawah ke atasdi antara variasi refleks babinski ini maka refleks chaddock adalah yang paling berguna dalam penggunaan di klinis. variasi babinski ini diperlukan apabila kita ragu-ragu mengenai hasil evaluasi refleks babinsku
17
atau bila penderita sangat sensitif pada telapak kaki.Refleks superfisial and refleks patologis (babinski) sebaiknya jangan dilakukan berulang-ulang karena akan menimbulkan kelelahan sehingga hasilnya membingungkan ( kalau mau diulang sebaiknya ditunggu beberapa menit).
VII. Daftar Pusataka
Guyton, Artur C. Jonh E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC.
Ganong, William F.2008.Fisiologi Kedokteran.Edisi 22.Jakarta:EGC.
Sherwood,Lauralee.2006.Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem.Jakarta :EGC
Laporan Praktikum III
PhysioEx 9.0 Reflex and Reaction Time
18
Aktifitas 1 :
1. Dicatat bahwa neuron dalam percobaan ini diperbesar relatif terhadap cawan
petri. Dalam neuron khas, sel tubuh, yang merupakan bagian paling tebal
adalah 5 sampai 100 µm lebar, dan akson mungkin hanya 0,5 µm lebar.
Klik cairan kontainer kontrol ekstraselularuntuk mengisi cawan petri dengan 5
mM K+ dan 150 mM Na+ (solusi ini meniru konsentrasi ekstraseluler normal
kalium dan natrium).
2. Dicatat bahwa elektroda referensi sudah diposisikan di cawan petri. Elektroda
referensi ini terhubung ke tanah melalui penguat.
Klik posisi 1 pada kontroler microelectrode manipulator untuk posisi ujung
microelectrode dalam larutan, di luar sel tubuh, dan mengamati tracing yang
dihasilkan pada osiloskop.
19
3. Perhatikan penelusuran osiloskop tegangan luar sel tubuh dan klik data rekam
untuk menampilkan hasil dalam grid.
4. Klik posisi 2 pada kontroler microelectrode manipulator untuk posisi ujung
microelectrode hanya di dalam sel tubuh dan mengamati tracing yang
dihasilkan.
20
5. Perhatikan penelusuran osciloscope dari tegangan di dalam sel tubuh dan klik
data rekam untuk menampilkan hasil dalam grid.Ini adalah potensial membran
istirahat. Yaitu perbedaan potensial antara intraseluler dan ekstraseluler
tegangan membran. Dengan konvensi, tegangan membran istirahat
ekstraseluler yang dianggap 0 mV.
6. Klik posisi 3 pada kontroler microelectrode manipulator untuk posisi ujung
microelectrode dalam larutan, di luar akson, dan mengamati tracing yang
dihasilkan.
21
7. Perhatikan penelusuran osiloskop tegangan luar akson dan klik data rekam
untuk menampilkan hasil dalam grid.
22
8. Klik posisi 4 pada kontroler microelectrode manipulator untuk posisi ujung
microelectrode hanya di dalam akson dan mengamati tracing yang dihasilkan.
9. Perhatikan penelusuran osiloskop tegangan dalam akson dan klik data rekam
untuk menampilkan hasil dalam grid.
10. Anda sekarang akan mengubah konsentrasi ion dalam cairan ekstraselular
untuk menentukan ion memberikan kontribusi besar untuk pemisahan muatan
23
melintasi membran. Konsentrasi kalium ekstraseluler biasanya rendah,
sehingga Anda pertama akan meningkatkan konsentrasi kalium ekstraseluler.
Dalam tinggi ECF solusi konsentrasi K+ telah meningkat 5 kali lipat, dari 5
sampai 25 mM untuk menjaga jumlah muatan positif dalam larutan
ekstraseluler konstan, konsentrasi Na+ telah dikurangi sebesar 20 mM, dari
150 sampai 130 mM karena Anda akan lihat, ini penurunan yang relatif kecil
di Na+ tidak akan dengan sendirinya mengubah potensial membran. dicatat
bahwa, dalam kegiatan ini, generasi potensial aksi.
11. Perhatikan tegangan di dalam akson dan klik data rekam untuk menampilkan hasil dalam grid.
24
12. Klik posisi 3 pada kontroler microelectrode manipulator untuk posisi ujung
microelectrode dalam larutan, di luar akson, dan mengamati tracing yang
dihasilkan.
13. Perhatikan tegangan luar akson dan klik data rekam untuk menampilkan hasil dalam grid.
25
14. Klik posisi 1 pada kontroler microelectrode manipulator untuk posisi ujung
microelectrode dalam larutan di luar sel tubuh dan mengamati tracing yang
dihasilkan.
26
15. Perhatikan tegangan luar sel tubuh dan klik data rekam untuk menampilkan hasil di grid.
16. Klik posisi 2 pada kontroler microelectrode manipulator untuk posisi ujung microelectrode hanya di dalam sel tubuh dan amati bahwa hasil pada oscilloscope.
17. Perhatikan tegangan di dalam sel tubuh dan klik data rekam untuk menampilkan hasil dalam grid
27
.
18. Klik wadah kontrol ECF untuk kembali ke konsentrasi K+ normal dan perhatikan perubahan tegangan di dalam sel tubuh.
19 Anda sekarang akan menurunkan konsentrasi Na+ ekstraseluler (konsentrasi
Na+ ekstraseluler biasanya tinggi).
28
Konsentrasi natrium ekstrasel dalam larutan Na+ rendah telah menurun 5 kali
lipat, dari 150 mM menjadi 30 mM Untuk menjaga jumlah muatan positif
konstan dalam larutan ekstraseluler, Na+ telah digantikan dengan jumlah yang
sama dari monovalen kation besar. Perhatikan bahwa konsentrasi Na+
ekstraseluler, bahkan di Na+ ECF rendah, lebih tinggi dari konsentrasi Na+
intraseluler.
Klik wadah rendah Na+ ECF untuk mengubah solusi dalam cawan petri untuk
5 Mm K+dan 30 mM Na+.
20. Perhatikan tegangan di dalam sel tubuh dan klik data rekam untuk menampilkan hasil dalam grid.
29
21. Klik posisi 1 pada kontroler microelectrode manipulator untuk posisi ujung microelectrode dalam larutan, di luar sel tubuh, dan mengamati tracing yang dihasilkan.
22. Perhatikan tegangan luar sel tubuh dan klik data rekam untuk menampilkan hasil dalam grid.
30
23. Klik posisi 3 pada kontroler microelectrode manipulator untuk posisi ujung microelectrode dalam larutan, di luar akson, dan mengamati tracing yang dihasilkan.
24.Perhatikan tegangan luar akson dan klik data rekam untuk menampilkan hasil dalam grid.
31
25. Klik posisi 4 pada kontroler microelectrode manipulator untuk posisi ujung microelectrode hanya di dalam akson dan mengamati tracing yang dihasilkan pada osiloskop.
26. Perhatikan tegangan di dalam akson dan klik data rekam untuk menampilkan hasil dalam grid.
32
Selamat! Anda telah menyelesaikan percobaan ini.
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
b. tidak
c. tergantung pada intensitas cahaya
43
Berhenti dan pertanyaan berpikir
Nilai dari hasil, apakah cahaya memiliki bau ?a. ya
b. tidak
c. tergantung intensitas cahaya
44
13.klik reseptor terakhir ( nervus bebas terakhir ) untuk di mencatat membran potensial resting. Reseptor sensorik akan menempati cawan petri, dan tip mikroelektroda akan menempati pada reseptor sensorik. Observasi jumlah hasil yang berada di oscilloscope.
14. catat voltase pada reseptor sensorik dan klik Record Data untuk menampilkan data jaringan.
45
15. sekarang kamu akan menggobservasi bagaimana perbedaan respon reseptor sensorik dengan stimulus sensorik.
Pada stimulator klik Pressure modality
Klik Low intensitas kemudian klik Stimulate untuk menstimulasi reseptor sensorik dan observasi hasil
Klik High intensitas kemudian klik Stimulate untuk menstimulasi reseptor sensorik dan observasi hasil
klik Record Data untuk menampilkan hasil data jaringan.
46
16. pada stimulator klik kimia (bau)
Pada stimulator klik Pressure modality
Klik Low intensitas kemudian klik Stimulate untuk menstimulasi reseptor sensorik dan observasi hasil
Klik High intensitas kemudian klik Stimulate untuk menstimulasi reseptor sensorik dan observasi hasil
klik Record Data untuk menampilkan hasil datajaringan.
47
17. pada stimulator klik panas
Pada stimulator klik Pressure modality
Klik Low intensitas kemudian klik Stimulate untuk menstimulasi reseptor sensorik dan observasi hasil
Klik High intensitas kemudian klik Stimulate untuk menstimulasi reseptor sensorik dan observasi hasil
klik Record Data untuk menampilkan hasil datajaringan.
48
18. pada stimulator klik cahaya
Pada stimulator klik Pressure modality
Klik Low intensitas kemudian klik Stimulate untuk menstimulasi reseptor sensorik dan observasi hasil
Klik High intensitas kemudian klik Stimulate untuk menstimulasi reseptor sensorik dan observasi hasil
klik Record Data untuk menampilkan hasil datajaringan.
49
Berhenti dan pertanyaan berpikir
Mengapa responsyarafistirahatakhirberbedadenganmodalitas ?
a. Kurangnyatransduksimembrain protein di sensorikakhirb. Merekajuagasebagianpenghambat protein dalamsensorikakhirc. sensorikakhirdarisarafkurangspecifikd. karena mereka bebas
50
2. catatrekamanelektroda R1 dan R2rekamekstraselullarvoltase, daripadamembranpotensial aktual
51
Depolarisasi 10mV padabagian dari stimulasi hanya terjadi lokal padabagiandantidakjauhdariakson.Padainisial stimulus voltaseini, tidakadaterjadipotensianaksi.
klikRecord Data untuk menampilkan hasildatajaringan
Tambahkanvoltase 10mV dengankliktombol + disampingpenampilvoltasedanklik Single stimulus
voltasepadapertamakamuobservasipotensialaksiadalahvoltase threshold. Catatbahwapotensialaksimerekamekstraselularcukupkecil.Intraselular, membranpotensialdiubahdai -70 menjadi +30 klik record data
52
3. kamu akan menambahkan voltase stimulus sampai kamu mengobservasi potensial aksi pada rekaman elektroda 1 ( R1 )
Tambahkanvoltase 10mV dengankliktombol + disampingpenampilvoltasedanklik Single stimulus
voltasepadapertamakamuobservasipotensialaksiadalahvoltase threshold. Catatbahwapotensialaksimerekamekstraselularcukupkecil.Intraselular, membranpotensialdiubahdai -70 menjadi +30 klik record data
klikRecord Data untuk menampilkan hasildatajaringan
53
berhenti dan pertanyaan berpikir
daripertamarekamanelektroda ( 1 ) ?
a. kekuatan stimulus terlalu kecil untuk terjadinya simultanb. penggunaanaksondalameksperimenpanjangtidak normalc. potensialaksiharusmenyebardarin R1 ke R2d. catatan kabel dalam eksperimen tidak tersedia untuk mendeteksi simultan
54
Pertanyaan prediksi
Bagaimana reaksi potensial pada R1 ( atau R2 ) berubah untuk menambah voltase stimulus ?
a. durasi potensial aksi akan berkurangb. ujung nilai potensial aksi akan ditingkatkanc. potensial aksi tidak berubahd. ujung nilai potensial aksi akan berkurang
;;
4. kamu sekarang lanjut observasi efek dari incremental bertambah dari voltase stimulus
Tambahkanvoltase 10mV dengankliktombol + disampingpenampilvoltasedanklik Single stimulus
Ulangi langkah sampai akson stimulasi 50mV kemudian klik Record dara untuk menampilkan hasil jaringan.
55
2. masukan ujung nilai dari respon pada R1 dan R2 dalam wadah di bawah dan klik submit data untuk memasukan jawabanmu kedalam laporan lab
56
3. Klik skala waktu pada stimulator untuk mengganti waktu pada oscillocope dari millidetik ke detik
57
Berhenti dan berpikir
Dengan skala waktu lambat, kelihatan generasi potensial aksi pada R1 dan R2 muncul untuk
a. terjadi lebih lambat dan memiliki respo ujung nilai rendahb. terjadi lebih lambat dan respon ujung nilai lebarc. ringkas dalam waktu tapi mempunyai respon ujung nilai yang samad. terjadi cepat dan respon ujung nilai lebar
4. kamu sekarang sampai pada salinan stimuli dari jangka 2.0 detik untuk mengobservasi keliatan seperti apa kontrol potensial aksi di skala waktu
58
Sepasang interval antara timuli 2.0 detik klik tombol + disamping interval antara stimuli
Klik multiple stimuli untuk mengantarkan pulse ke akson setiap 2 detik. Stimuli akan berhenti setelah 10 detik.
5. catat respon nilai ujung pada R1 dan R2 dan klik record data untuk menaampilkan hasil jaringan
Pertanyaan prediksi
Jika kamu menggunakan TTX antara rekman elektroda R1 dan R2, apa efek TTX pada potensial aksi di R1 dan R2 ?
59
a. TTX tidak akan memberi effek pada alah satu lokasib. TTX akan memblokir respon pada R1 tetapi tidak pada R2c. TTX akan memblokir respon pada R2 tetapi tidak pada R1d. TTX akan memblokir R1 dan R2
6.tarik pipet TTX ke akson antara rekam elektroda R1 dan R2
60
7. klik multiple stimuli untuk engantar pulse ke akson setiap 2 detik. Stimuli akan berhenti setelah 10 detik
catat respon nilai ujung pada R1 dan R2 dan klik record data untuk menaampilkan hasil jaringan
61
62
Klik new akson untuk memilih akson baru. TTX adalah irreversibel dan tidak ada diketahui antidot untuk TTX
Pertanyaan prediksi
Jika kamu menggunakan lidocaine antara rekam elektroda R1 dan R2, apa efek TTX pada potensial aksi di R1 dan R2 ?
a. lidocaine tidak akan memberi effek pada alah satu lokasib. lidocaine akan memblokir respon pada R1 tetapi tidak pada R2c. lidocaine akan memblokir respon pada R2 tetapi tidak pada R1d. lidocaine akan memblokir R1 dan R2
63
10. tarik pipet TTX ke akson antara rekam elektroda R1 dan R2
11.klik multiple stimuli untuk engantar pulse ke akson setiap 2 detik. Stimuli akan berhenti setelah 10 detik
64
12. catat nilaujung respon R1 dan R2
Untuk mempermudah eksperimen ini menunjukan satu akson, diana potensial aksi “ semua atau tidak “ terjadi. Jika kamu menggunakan bundel pada akson ( saraf ), dengan sedikit perbedaan ambang dan sensitivitasa obat, kamu akan melihat kombinasi ujung nilai, atau mencampurkan, pengurangan potensial aksi lebih secara berangsur-angsur akan memblokir lebih banyak akson
Klik record data untuk menampilkan hasil jaringan
65
Mengapa kamu pikir TTX tidak digunakan selama prosedur dental ?
a. TTX tidak bisa menggaplikasi akson didalam atau dekat lubang gigi
66
b. TTX irreversibel memblokir kebocoran kanal potassium dalam aksonal membrane
c. TTX irreversible memblokir pintu masuk kanal voltase sodium di membran aksond. Kebanyakan orang tidak suka rasa ikan
Selamat ! kamu telah menyelesaikan eksperimen ini
Klik submit untuk rekam hassil laporan lab dan proses pada post lab quiz
67
Aktivitas 5
Cara Kerja
1. Mengatur durasi rangsangan selama 0,5 ms, mengatur tegangan sebesar 20 mV, klik single stimulus.
2. Membagi dua stimulus selama 250 ms, klik twin pulse dan record data.3. Membagi waktu awal, menjadi 125 ms. klik twin pulse dan record data.4. Mengurangkan waktu sehingga hanya 60 ms. klik twin pulse dan record
data.5. Potensial aksi kedua dapat dihasilkan, tetapi intensitas rangsangan harus
ditingkatkan. Meningkatkan intensitas rangsangan 5 mV dengan mengklik tombol (+) dan mengklik Twin Pulser, langkah ini dapat diatur. Click Record Data.
6. Pada langkah ini kita dapat mengurangi interval hingga potensial aksi kedua gagal kembali. Menurunkan rangsangan hingga setengahnya, kemudian klik Twin Pulse. Kemudian mengklik Record Data.
7. Kita dapat meningkatkan intensitas rangsangan hingga potensial aksi kedua dihasilkan kembali. Meningkatkan intensitas rangsangan sebesar 5 mV. Kemudian klik Twin Pulse. Kemudian mengklik Record Data.
8. Rangsangan potensial aksi kedua tidak bisa dihasilkan, berapapun intensitas rangsangan. Meningkatkan intensitas rangsangan sebesar 60 mV. Menurunkan interval rangsangan sebesar 50%, apabila gagal itu merupakan periode mutlak, kemudian mengklik Record Data.
9. Selesai.
Berhenti & Pikirkan Pertanyaan:
1. Threshold dapat didefinisikan sebagai tegangan minimum yang diperlukan
untuk menghasilkan potensial aksi. Apakah ambang batas untuk tindakan
pertama
potensi sama, atau berbeda dari, ambang batas untuk potensial aksi kedua
dengan 60 msec selang?
Anda menjawab dengan benar: a. Ambang batas untuk potensial aksi
pertama lebih rendah dari ambang batas untuk tindakan kedua potensial.
Data Eksperimen
68
Aktivitas 6
Cara Kerja
1. Atur durasi rangsangan selama 0,5 ms. Mengatur oskiloskop selama 100 ms. Mengatur tegangan sebesar 20 mV, mengklik rangsang tungggal.
2. Perhatikan jarak waktu, kemudian klik record data.3. Meningkatkan durasi rangsangan selama 500 ms. Mengklik rangsang
tunggal. 4. Mengklik measure utnuk membantu mengatur waktu antar tegangan.
Mengklik submit data.5. Intensitas rangsangan 30 mV dapat menghasilkan potensial aksi kedua,
kemudian mencoba 20 mV. Mengklik rangsang tunggal.6. Mengklik submit data.7. Mengkalkulasi intensitas stimus sebesar 45 mV. Meningkatkan intensitas
rangsanga 45 mV.8. Mengklik rangsang tunggal.9. Mengkik submit data.
Berhenti Dan Pikirkan
Di lokasirangsangan , stimulusmembranakson di ambanguntukwaktu yang
lama , tapidepolarisasiinitidakmenyebarkeelektroda .
Setelahsatupotensialaksitelahdihasilkandanaksontelahsepenuhnyapulihdaripe
rioderefraktori yang absolutdanrelatif , stimulus
masihadauntukmenghasilkanpotensialaksi lain
Mengukurwaktu( dalammilidetik ) antarapotensialaksi . Interval
iniharussedikitlebih lama dariperioderefrakterrelative.
69
Interval antarapotensialaksikadang-kadangdisebut interval interspike( ISI ) .
Potensialaksikadang-
kadangdisebutsebagailonjakankarenatentusajawaktumerekacepat .
Dari ISI ,Andadapatmenghitungfrekuensipotensialaksi.
Frekuensiadalahkebalikandari interval danbiasanyadinyatakandalam hertz
( Hz ) , yang merupakanperistiwa ( potensialaksi ) per detik . Dari ISI
Andamasukkan ,menghitungfrekuensipotensialaksidengan ( 500 msec )
intensitas stimulus threshold berkepanjangan . Frekuensi = 1 / ISI .
( Mengkonversi ISI kedetiksebelummenghitungfrekuensi . )
Data Eksperimen
Aktivitas 7
Cara Kerja
1. Mengklik fiber A untuk memindahkan akson ke ruang persarafan, mengatur waktu nya selama 0.5 ms dan mengatur oskiloskop 1 ms, mengatur tegangan 30 mv, dan mengklik rangsang tunggal.
2. Mengklik record data.3. Memastikan perbedaan waktu antara potensial aksi yang direkam di
R1 dan yang di rekam di R2, kemudian mengkonversi waktu dari ms ke s, kemudian mengklik submit data.
4. Menghitung kecepatan aliran ke ms dengan membagi jarak antara R1 dan R2 (0,1m), kemudian mengklik submit data.
5. Mengklik fiber B untuk memindahkan akson ke ruang persarafan, mengatur waktunya selama 10 ms, dan mengatur oskiloskop 10 ms, kemudian mengklik rangsang tunggal.
6. Mengulangi kembali step 2,3,4.7. Mengklik fiber C untuk memindahkan akson ke ruang persarafan,
mengatur waktunya selama 50 ms, dan mengatur oskiloskop 50 ms, kemudian mengklik rangsang tunggal.
8. Mengulangi kembali step 2,3,4.9. Mengklik submit data.
70
Berhenti dan Pikirkan
1. Perhatikan perbedaan waktu antara potensial aksi tercatat sebesar R1 dan
potensial aksi tercatat sebesar R2. jarak antara set ini elektroda rekaman
adalah 10 cm (0,1 m). Mengkonversi waktu dari milidetik ke detik,
masukkan waktu (dalam detik) di bidang di bawah ini, lalu klik Submit
data untuk menampilkan hasil Anda dalam grid.
Anda menjawab: 0.002 sec
2. Hitung kecepatan konduksi dalam meter / detik dengan membagi jarak
antara R1 dan R2 (0,1 m) dengan waktu yang dibutuhkan untuk potensial
aksi untuk perjalanan dari R1 ke R2. Masukkan kecepatan konduksi di
bidang di bawah ini dan kemudian klik Submit data untuk menampilkan
hasil Anda dalam grid.
Anda menjawab: 0,05 m / detik
3. Perhatikan perbedaan waktu antara potensial aksi tercatat sebesar R1 dan
potensial aksi tercatat sebesar R2. Mengkonversi waktu dari milidetik ke
detik, masukkan waktu (dalam detik) di bidang di bawah ini, lalu klik
Submit data untuk menampilkan hasil Anda dalam grid.
Anda menjawab: 0,01 detik.
4. Hitung kecepatan konduksi dalam meter / detik dengan membagi jarak
antara R1 dan R2 (0,1 m) dengan waktu yang dibutuhkan untuk potensial
aksi untuk perjalanan dari R1 ke R2. Masukkan kecepatan konduksi di
bidang di bawah ini dan kemudian klik Submit data untuk menampilkan
hasil Anda dalam grid.
Anda menjawab: 10 m / detik
5. Perhatikan perbedaan waktu antara potensial aksi tercatat sebesar R1 dan
potensial aksi tercatat sebesar R2. Mengkonversi waktu dari milidetik ke
detik, masukkan waktu (dalam detik) di bidang di bawah ini, lalu klik
Submit data untuk menampilkan hasil Anda dalam grid.
Anda menjawab: 0,1 detik
6. Hitung kecepatan konduksi dalam meter / detik dengan membagi jarak
antara R1 dan R2 (0,1 m) dengan waktu yang dibutuhkan untuk potensial
71
aksi untuk perjalanan dari R1 ke R2. Masukkan kecepatan konduksi di
bidang di bawah ini dan kemudian klik Submit data untuk menampilkan
hasil Anda dalam grid.
Anda menjawab: 1 m / detik
Data Eksperimen
Aktivitas 8
Cara Kerja
1. Mengklik control Ca2+ solusi ekstraseluler untuk mengisi cawan petri dengan kontrol solusi ekstraseluler.
2. Mengklik Low Intensity pada stimulator untuk merangsang neuron (akson) dengan stimulus threshold yang menghasilkan frekuensi rendah dari potensial aksi dan mengamati pelepasan neurotransmitter.
3. Mengklik High Intensity pada stimulator untuk merangsang neuron lebih lama, stimulus yang lebih intens menghasilkan ledakan potensial aksi dan mengalami pelepasan neurotransmitter.
4. Mengklik Ca2+ solusi ekstraseluler untuk mengisi cawan petri dengan larutan ekstraseluler yang tidak mengandung kalsium.
5. Mengulangi kembali step 2 dan 3.6. Mengkilk perlahan Ca2+ solusi ekstraseluler untuk mengisi cawan petri
dengan solusi ekstraseluler yang konsentrasi kalsium nya telah dikurangi dari dalam larutan.
7. Mengulangi kembali step 2 dan 3.8. Mengklik Mg2+ solusi ekstraseluler untuk mengisi cawan petri bersama
dengan ekstraseluler, Mg2+ adalah ion divalent, kalsium dan blok berperan dalam pelepasan neurotransmitter.
72
9. Mengulangi kembali step 2 dan 3.10. Mengklik submit data.
Aktivitas 9
Cara Kerja
1. Mengatur Moderate Intensity untuk stimulasi dan mengklik Stimulate dengan sensor reseptor dan mengamati tracing yang dihasilkan.
2. Mengklik Very Weak intensitas pada stimulator dan kemudian mengklik Stimulate untuk merangsang ujung penerima rangsang dari neuron sensorik dan mengamati tracing yang dihasilkan. Stimulus berlangsung hingga 500 detik.
3. Mengklik record data.4. Mengklik Moderate pada stimulator, kemudian mengklik Stimulate
untuk merangsang reseptor sensorik dan mengamati traking yang dihasilkan.
5. Mengklik record data.6. Mengklik Strong pada stimulator, kemusian mengklik Stimulate untuk
merangsang ujung penerima rangsang ujung penerima dari reseptor sensorik dan mengamati tracing yang dihasilkan.
7. Mengklik record data.8. Mengklik submit data.
Berhenti dan Pikirkan
Data Eksperimen
73
Daftar Pustaka :
1. Guyton, Arthur c, Hall, John E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed.
59. Jakarta : EGC. 2006. Hal. 59
2. Jusuf, Ahmad Aulia. Catatan Kuliah Aspek Histologi dalam
Neurosains. Jakarta : Departemen Histologi FKUI. 2011
3. Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Ed. 2.
Jakarta : EGC. 2001. Hal. 599
74
Laporan Praktikum IV
Mekanisme Sensorik
1.1 Alat dan Bahan
a. 3 Waskom dengan air bersuhu 20OC, 30OC, 40OC.
b. Gelas Beker
c. Termometer Kimia
d. Es
e. Alkohol atau eter
f. Kerucut kuningan
g. Bejana berisi kikiran kuningan
h. Estesiometer rambut frey
i. Jarum
j. Pensil
k. Jangka
l. Amplas
m. Benda-benda kecil
n. Bahan-bahan pakaian\
1.2 Cara Kerja
I. Perasaan subjektif panas dan dingin
a. Menyediakan 3 baskom yang masing-masing di isi air dengan suhu kira-
kira 20℃, 30℃ dan 40℃.
b. Meminta orang percobaan (OP) memasukkan tangan kanannya ke
dalam air bersuhu 20℃ dan tangan kirinya ke dalam air bersuhu 40℃
selama kurang lebih 2 menit. Mencatat kesan yang dialami oleh OP.
c. Kemudian meminta OP untuk segera memasukkan kedua tangan itu
serentak ke dalam air bersuhu 30℃. Mencatat kesan yang dialami OP.
d. Meniup perlahan-lahan kulit punggung tangan OP yang kering dari
jarak ± 10 cm.
75
e. Kemudian membasahi kulit punggung tangan OP dengan air dan
meniup sekali lagi dengan kecepatan yang sama.
f. Mengolesi sebagian kulit punggung tangan OP dengan alkohol atau eter
dan meniup sekali lagi dengan kecepatan yang sama.
g. Membandingkan kesan yang dialami OP pada hasil tiupan pada langkah
II. Titik-titik panas, dingin, tekan dan nyeri di kulit
a. Meminta OP untuk meletakkan punggung tangan kanannya di atas
sehelai kertas dan menarik garis pada pinggir tangan dan jari-jari
sehingga diperoleh gambar tangan.
b. Memilih dan menggambarkan di telapak tangan OP suatu daerah
seluas 3x3 cm, dan menggambarkan pula daerah itu di gambar tangan
pada kertas.
c. Menutup mata OP dan meletakkan punggung tangannya santai di meja.
d. Menyelidiki secara teratur menurut garis-garis sejajar titik-titik yang
memberikan kesan panas yang jelas pada telapak tangan tersebut
dengan menggunakan kerucut kuningan yang telah dipanasi. Cara
memanasi kerucut yaitu dengan menempatkannya dalam bejana berisi
kikiran kuningan yang direndam dalam air bersuhu 50℃.
e. Menandai titik-titik panas yang diperoleh dengan tinta.
f. Mengulangi langkah #d dengan kerucut kuningan yang ditempatkan
dalam bejana berisi kikiran kuningan yang direndam dalam air es.
g. Menandai titik-titik dingin yang diperoleh dengan tinta.
III. Lokalisasi taktil
a. Menutup mata OP dan menekankan ujung pensil pada suatu titik di
kulit ujung jari
b. Memerintahkan OP untuk melokalisasikan tempat yang baru di
rangsang dengan ujung pensil
c. Menetapkan jarak antara titik rangsang dan titik yang telah ditunjuk
76
d. Mengulangi percobaan di atas sampai 5 kali dan menentukan jarak
rata-rata untuk kulit ujung jari, telapak tangan, lengan bawah, lengan
atas dan tengkuk
IV. Diskriminasi taktil (ambang membedakan 2 titik rangsang taktil)
a. Mengambil sebuah jangka yang sudah disediakan dan meregangkan
jangka sehingga kedua ujung jangka berjarak ± 1 cm (sesuai dengan
ukuran jari telunjuk OP)
b. Menginstruksikan OP untuk menutup mata dan meletakkan secara
simultan (bersamaan waktunya) kedua ujung jangka pada ujung jari
telunjuk OP dan meminta OP untuk mengidentifikasi jumlah rangsang
(1 atau 2 titik rangsang) yang menekan/ merangsang ujung jarinya.
c. Mendekatkan kedua ujung jangka (secara bertahap dan mengulangi
langkah #b sampai OP tidak dapat lagi membedakan kedua ujung
jangka sebagai 2 titik rangsang. Arah gerakan harus tegak lurus
terhadap garis yang menghubungkan kedua ujung jangka.
d. Mencatat ambang rangsang OP dalam membedakan 2 titik rangsang
taktil.
e. Mengulangi langkah a s/d c namun kedua ujung jangka diletakkan
tidak secara simultan tetapi secara suksesif (berurutan) yaitu satu ujung
diletakkan lebih dahulu daripada ujung lainnya.
f. Mencatat hasil pemeriksaan ambang membedakan 2 titik rangsang
baik dengan cara perangsangan simultan maupun suksesif.
g. Menentukan dengan cara yang sama (simultan dan suksesif) ambang
dua titik di tengkuk, bibir, pipi dan lidah.
h. Mencatat apa yang dialami OP.
V. Perasaan iringan
a. Meletakkan sebuah pensil antara kepala dan daun telinga OP dan
membiarkan di tempat itu selama melakukan percobaan VI.
77
b. Setelah selesai dengan percobaan VI, mengangkat pensil dari telinga
OP dan mencatat apa yang dirasakan OP setelah pensil itu dilepaskan.
VI. Kemampuan membedakan berbagai sifat benda
Kekasaran permukaan benda
a. Dengan mata tertutup, memerintahkan OP untuk meraba-raba
permukaan ampelas yang mempunyai derajat kekasaran yang berbeda-
beda.
b. Memperhatikan kemampuan OP untuk membedakan derajat kekasaran
ampelas.
Bentuk benda
a. Dengan mata tertutup, memerintahkan OP untuk memegang-megang
benda kecil yang diberikan.
b. Memerintahkan OP untuk menyebutkan nama/ bentuk benda-benda
itu.
Bahan pakaian
a. Dengan mata tertutup, memerintahkan OP untuk meraba-raba berbagai
jenis bahan pakaian yang diberikan.
b. Memerintahkan OP untuk setiap kali menyebutkan jenis/ sifat bahan
pakaian yang dirabanya.
VII. Tafsiran sikap
a. Memerintahkan OP untuk duduk dan menutup mata.
b. Pegang dan menggerakkan secara pasif lengan bawah OP ke dekat
kepalanya, dekat dadanya, dekat lututnya, dan akhirnya
menggantungkan di sisi badannya.
c. Menanyakan setiap kali sikap dan lokasi lengan OP.
d. Memerintahkan OP utnuk menyentuh telinga, hidung dan dahinya
menggunakan menggunakan telunjuknya dengan perlahan-lahan
setelah setiap kali mengangkat lurus lengannya.
e. Memperhatikan apakah ada kesalahan.
78
1.3 Tinjauan Pustaka
Kulit terdiri atas Eperdermis yaitu terletak dibagian terluar,
Dermisterdapat kelenjar dan saluran keringat, bulbus rambut, folikel
rambut dan akar rambut yang terletak dikelenjar sebaseus, dan
Subcutaneous ada pembuluh darah, saraf cutaneous dan jaringan otot.5
Kulit memiliki fungsi sebagai Mekanoreseptor, Thermoreseptor, reseptor
nyeri dan Khemoreseptor.Mekanoreseptor berkaitan dengan indra peraba,
tekanan, getaran dan kinestesi, Thermoreseptor berkaitan dengan
pengindraan yang mendeteksi panas dan dingin, Reseptor nyeri, berkaitan
dengan mekanisme protektif bagi kulit. Khemoreseptor, mendeteksi rasa
asam, basa, dan garam.Pada Epidermisterdapat Merkel’s disc, yaitu
sentuhan oleh orang yang tidak dikenal dan Meisners corpuscle, yaitu
sentuhan orang yang dikenal. Sedangkan pada Dermis, terdapat tiga
reseptor, yaitu : Reseptor ruffini’s yaitu reseptor panas, Reseptor end
Krause, yaitu reseptor untuk mendeteksi dingin dan Reseptor paccini’s
corpuscle, untuk mendeteksi tekanan, bisa berupa pijat.
Reseptor kulit dan hantaran impuls terdapat di saraf
perifer.Stratum germinativum mengadakan pertumbuhan ke daerah dermis
membentuk kelenjar keringat dan akar rambut.Akar rambut berhubungan
dengan pembuluh darah yang membawakan makanan dan oksigen, selain
itu juga berhubungan dengan serabut saraf.Pada setiap pangkal akar
rambut melekat otot penggerak rambut.Pada waktu dingin atau merasa
takut, otot rambut mengerut dan rambut menjadi tegak. Di sebelah dalam
dermis terdapat timbunan lemak yang berfungsi sebagai bantalan untuk
melindungi bagian dalam tubuh dari kerusakan mekanik.
Sensasi taktil yang terdiri dari raba, tekanan dan getaran sering di
golongkan sebagai sensasi terpisah, mereka semua dideteksi oleh jenis
reseptor yang sama. Satu – satunya perbedaan diantara ketiganya adalah :
1. Sensasi raba, umumnya disebabkan oleh reseptor taktil di dalam kulit
atau di dalam jaringan tepat dibawah kulit.
79
2. Sensasi tekanan biasanya disebabkan oleh perubahan bentuk jaringan
yang lebih dalam.
3. Sensasi getaran, disebabkan oleh sinyal sensori yang berulang dengan
cepat, tetapi menggunakan beberapa jenis reseptor yang sama seperti
yang digunakan untuk raba dan tekanan.
Kepekaan kulit yang berambut terhadap stimulus besar, sehingga
diduga bahwa akhiran syaraf yang mengelilingi foliculus rambut adalah
reseptor taktil.Kita dapat membedakan benda – benda tanpa melihat
bentuknya.Disini yang berperan adalah reseptor kinaesthesi.Bentuk dan
berat benda dapat dibedakan dengan reseptor tekanan yang
digeserkan.Pada tempat di mana tidak ada rambut, tetapi dengan kepekaan
yang besar terdapat stimulus taktil, ternyata banyak corpuscullum
tactus.Perasaan taktil dapat dibedakan menjadi perasaan taktil kasar dan
perasaan taktil halus. Impuls taktil kasar dihantarkan oleh tractus
spinothalamicus anterior, sedangkan impuls taktil halus dihantarkan
melalui faciculus gracilis dan faciculus cunneatus.
Fungsi sistem saraf adalah:
1. Pusat koordinasi segala aktivitas tubuh
2. Pusat kesabaran, memory, dan intelegensi.
3. Pusat highermental process (Reasoning, thinking, dan judgement).
Gerak terjadi begitu saja.Gerak terjadi melalui mekanisme rumit
dan melibatkan banyak bagian tubuh.Terdapat banyak komponen –
komponen tubuh yang terlibat dalam gerak ini baik itu disadari maupun
tidak disadari.
Gerak adalah suatu tanggapan tehadap rangsangan baik itu dari
dalam tubuh maupun dari luar tubuh.Gerak merupakan pola koordinasi
yang sangat sederhana untuk menjelaskan penghantaran impuls oleh saraf.
Seluruh mekanisme gerak yang terjadi di tubuh kita tak lepas dari
peranan sistem saraf.Sistem saraf ini tersusun atas jaringan saraf yang di
dalamnya terdapat sel-sel saraf atau neuron.Meskipun sistem saraf
80
tersusun dengan sangat kompleks, tetapi sebenarnya hanya tersusun atas 2
jenis sel,yaitu sel saraf dan sel neuroglia.
Adapun berdasarkan fungsinya sistem saraf itu sendiri dapat
dibedakan atas tiga jenis :
1. Sel saraf sensorik
Sel saraf sensorik adalah sel yang membawa impuls berupa
rangsangan dari reseptor (penerima rangsangan), ke sistem saraf pusat
(otak dan sumsum tulang belakang). Sel saraf sensorik disebut juga dengan
sel saraf indera,karena berhubungan dengan alat indra
2. Sel saraf motorik
Sel saraf motorik berfungsi membawa impuls berupa tanggapan
dari susunan saraf pusat (otak atau sumsum tulang belakang) menuju ke
kelenjar tubuh. Sel saraf motorik disebut juga dengan sel saraf
penggerak,karena berhubungan erat dengan otot sebagai alat gerak.
3. Sel saraf penguhubung
Sel saraf penguhubung disebut juga dengan sel saraf konektor,hal
ini disebabkan karena fungsinya meneruskan rangsangan dari sel saraf
sensorik ke sel saraf motorik.
Namun pada hakikatnya sebenarnya sistem saraf terbagi menjadi
dua kelompok besar :
1. Sistem saraf sadar
Adalah sistem saraf yang mengaturatau mengkoordinasikan semua
kegiatan yang dapat diatur menurut kemauan kita.Contohnya, melempar
bola, berjalan, berfikir, menulis, berbicara dan lain-lain.
Saraf sadar pun terbagi menjadi dua :
1) Saraf pusat, terdiri dari :
a. Otak: Merupakan pusat kesadaran,yang letaknya di rongga tengkorak.
b. Sumsum tulang belakang: Sumsum tulang belakang berfungsi
menghantarkan impuls (rangsangan) dari dan ke otak, serta
mengkoordinasikan gerak refleks. Letaknya pada ruas-ruas tulang
belakang, yakni dari ruas-ruas tulang leher hingga ke ruas-ruas tulang
81
pinggang yang kedua. Dan dalam sumsum ini terdapat simpul-simpul
gerak refleks.
2) Saraf Tepi
Sistem saraf tepi terdiri dari saraf-saraf yang berada di luar sistem
saraf pusat (otak dan sumsum ulang belakang).Artinya sistem saraf tepi
merupakan saraf yang menyebar pada seluruh bagian tubuh yang melayani
organ-organ tubuh tertentu, sepeti kulit, persendian, otot, kelenjar, saluran
darah dan lain-lain.
2. Susunan saraf tak sadar
a. Susunan saraf simpatis
b. Susunan saraf parasimpatis
Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada pula gerak
yang terjadi tanpa disadari yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar
melalui jalan panjang, yaitu dari reseptor, ke saraf sensori, dibawa ke otak
untuk selanjutnya diolah oleh otak, kemudian hasil olahan oleh otak,
berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motor sebagai perintah yang harus
dilaksanakan oleh efektor.
Sensasi adalah perasaan yang timbul sebagai akibat adanya stimulus
suatu reseptor. Sensasi yang berlangsung secara terus-menerus disebut
sensasi beriringan ( after image ).
Ciri-ciri sensasi antara lain:
a. Modalitas ( Modal )
Contoh: Alat indera, melihat cahaya modalnya mata.
b. Kualitas ( Mutu )
Contoh: Mata mampu membedakan warna merah dan biru.
c. Adaptasitas
Contoh: Wanita yang menggunakan anting beratnya menjadi
konstan karna adapatasi.
d. Intensitas ( Kekuatan )
Contoh: Membedakan antara merah muda dengan merah tua.
82
e. Durasitas ( Lama )
Contoh: 1 bulan atau 1 tahun.
Proses pendeteksian hadirnya stimulus sederhana, perasaan, kesan
yang timbul sebagai akibat prasangka suatu reseptor.
Syarat-syarat sensasi:
1. Adanya stimulus yang mampu menimbulkan respon.
2. Adanya alat indera atau respon yang dapat mengadakan respon
terhadap stimulus.
3. Ada saraf sensoris yang menghantarkan implus dari alat indera ke otak
(sistem saraf pusat).
4. Ada bagian dari otak yang mampu mengolah atau menterjemahkan
implus menjadi sensasi.
Sensasi merupakan hasil dari suatu proses didalam otak sebagai akibat
adanya impuls yang datang ke otak. Seseorang dapat memilih beberapa
implus yang datang serta mengabaikannya merupakan dasar dari
konsentrasi dan atensi. Sensasi dapat bertahan lama didalam otak dan
dapat didasari kembali dasar memori.
Reseptor taktil adalah mekanoreseptor.Mekanoreseptor berespons
terhadap perubahan bentuk dan penekanan fisik dengan mengalami
depolarisasi dan menghasilkan potensial aksi.Apabila depolarisasinya
cukup besar, maka serat saraf yang melekat ke reseptor akan melepaskan
potensial aksi dan menyalurkan informasi ke korda spinalis dan otak.
Reseptor taktil yang berbeda memiliki kepekaan dan kecepatan mengirim
impuls yang berbeda pula.Dikriminasi titik adalah kemampuan
membedakan rangsangan kulit oleh satu ujung benda dari dua ujung
disebut diskriminasi dua titik.Berbagai daerah tubuh bervariasi dalam
kemampuan membedakan dua titik pada tingkat derajat pemisahan
bervariasi. Normalnya dua titik terpisah 2– 4 mm dpt dibedakan pada
ujung jari tangan, 30-40mm dpt dibedakan pada dorsum pedis. Tes dapat
menggunakan kompas, jepitan rambut.
83
Sensasi taktil dibawa ke korda spinalis oleh satu dari tiga jenis neuron
sensorik: serat tipe A beta yang besar, serat tipe A delta yang kecil, dan
serat tipe C yang paling kecil. Kedua jenis serat tipe A mengandung mielin
dan menyalurkan potensial aksi dengna sangat cepat; semakin besar serat
semakin cepat transmisinya dibanding serat yang lebih kecil. Informasi
taktil yang dibawa dalam serat A biasanya terlokalisasi baik. Serat C yang
tidak mengandung mielin dan menyalurkan potensial aksi ke korda
spinalis jauh lebih lambat daripada serat A.
Hampir semua informasi mengenai sentuhan, tekanan, dan getaran
masuk ke korda spinalis melalui akar dorsal saraf spinal yang sesuai.
Setelah bersinaps di spinal, informasi dengan lokalisasi dibawa oleh serat-
serat A yang melepaskan potensial aksi dengan cepat (beta dan delta) di
kirim ke otak melalui sistem lemniskus kolumna dorsalis. Serat-serat saraf
dalam sisitem ini menyeberang dari kiri ke kanan di batang otak sebellum
bersinaps di talamus.Informasi mengenai suhu dan sentuhan yang
lokalisasi kurang baik di bawa ke korda spinalis melalui serat-serat C yang
melepaskan potensial aksi secara lambat. Info tersebut dikirim ke daerah
retikularis di batang otak dan kemudian ke pusat-pusat yang lebih tinggi
melalui serat di sistem anterolateral.
1.4 Hasil
I. Perasaan subjektif panas dan dingin
Pada percobaan yang telah dilakukan oleh OP pada langkah kerja #a,
#b dan #c. Kesan yang dialami oleh OP adalah:
a. Pada suhu 20℃ OP merasakan tangan kanannya dingin
b. Pada suhu 40℃ OP merasakan tangan kirinya hangat
c. Pada suhu 30℃ OP merasakan tangan kanan yang awalnya dingin
berubah menjadi hangat dan tangan kiri yang awalnya hangat menjadi
dingin.
Pada percobaan yang telah dilakukan oleh OP pada langkah kerja #d,
#e dan #f. Kesan yang dialami oleh OP adalah:
84
a. Kulit punggung tangan OP yang kering pada saat di tiup terasa
dingin yang merata
b. Kulit punggung tangan OP yang sudah dibasahi dengan air pada
saat di tiup, bagian kulit punggung yang terkena air tidak terasa
dingin, yang terasa dingin hanyalah pada bagian samping yang tidak
terkena air. Tetapi ketika sudah tidak di tiup, kulit punggung yang
terkena air kemudian terasa dingin.
c. Kulit punggung tangan OP yang telah diolesi dengan alkohol terasa
dingin dan semakin terasa dingin ketika kulit punggung tangan di
tiup.
II. Titik-titik panas, dingin, tekan dan nyeri di kulit
III. Lokalisasi taktil
No. Lokasi
percobaan
Jarak antara titik rangsang dan titik yang di
tunjuk
Rata-
rata
1. Kulit ujung jari 0,5 cm 0,1 cm 0 0 0 0,12 cm
2. Telapak tangan 1,7 cm 1 cm 0,6 cm 0,6 cm 1,3 cm 1,04 cm
3. Lengan bawah 1,2 cm 1,2 cm 1,4 cm 1 cm 1,5 cm 1,26 cm
4. Lengan atas 2,1 cm 0,7 cm 0,5 cm 0,5 cm 1,3 cm 1,02 cm
5. Tengkuk 1,9 cm 1,6 cm 1,4 cm 1,5 cm 1,3 cm 1,54 cm
IV. Diskriminasi taktil (ambang membedakan dua titik rangsang taktil)
85
Dari percobaan yang telah dilakukan, maka didapatkan hasil:
1. Pada saat ujung jari diberikan rangsangan, OP dapat mengidentifikasi
jumlah rangsangan (1 atau 2 titik rangsang) dengan tepat.
2. Pada saat tengkuk diberikan rangsangan, OP sulit untuk
mengidentifikasi jumlah rangsang, karena dari 5 kali percobaan yang
dilakukan di tengkuk, OP hanya mampu mengidentifikasi 1 kali
percobaan dengan tepat.
3. Pada saat pipi diberikan rangsangan, OP bisa mengidentifikasi jumlah
rangsangan, walaupun masih terdapat 1 kali kesalahan dari 5 kali
percobaan.
4. Pada saat lidah diberikan rangsangan, OP dapat mengidentifikasi
jumlah rangsangan dengan tepat.
5. Pada saat bibir diberikan rangsangan, OP juga dapat mengidentifikasi
jumlah rangsangan dengan tepat.
V. Perasaan iringan (after image)
Dari percobaan yang telah dilakukan dengan melalui percobaan ke VI
terlebih dahulu, telingan kanan OP terasa lebih ringan daripada telinga kiri
setelah pensil diangkat.
VI. Kemampuan membedakan berbagai sifat benda
Kekasaran Permukaan benda
Dari percobaan yang telah dilakukan, OP mampu membedakan permukaan
ampelas yang memiliki derajat kekasaran yang berbeda-beda.
Bentuk benda
Dari percobaan yang telah dilakukan, OP mampu menyebutkan bentuk
benda-benda yang diberikan.Sepeti bentuk bulat pada manik-manik.
Bahan pakaian
Dari percobaan yang telah dilakukan, OP mampu menyebutkan jenis/ sifat
dari bahan pakaian yang dirabanya seperti kasar dan halus.
86
VII. Tafsiran sikap
Pada percobaan yang telah dilakukan, ketika lengan bawah OP
digerakkan secara pasif ke dekat kepala, dada dan lutut, OP mampu
menentukan lokasi lengannya.Kemudian, pada percobaan selanjutnya, saat
OP diperintahkan secara perlahan untuk menyentuh bagian telinga, hidung
dan dahinya, OP mampu menunjukkan lokasi dengan tepat menggunakan
telunjuk jarinya.Namun, pada saat OP diperintahkan dengan cepat terjadi
kesalahan dalam menunjukkan lokasi.
1.5 Pembahasan
Dalam praktikum pertama, menunjukkan perbedaan suhu secara
bersamaan pada tangan yang berbeda dan disertai dengan peningkatan
serta penurunan kalor. Hal tersebut ditunjukkan pada saat kedua tangan
dicelupkan pada baskom bersuhu 30°C Thermoreseptor menanggapi
dengan cepat saat menerima suhu berbeda, sehingga akan dirasakan pada
tangan disuhu 20°C berubah menjadi lebih panas dan tangan disuhu 40°C
menjadi lebih dingin. Dapat disimpulkan bahwa terjadi adaptasi pada
Thermoreseptor dan tubuh berusaha menyeimbangkan suhu berbeda
tersebut secara bertahap.
Dalam praktikum kedua, rangsangan yang diberikan berubah-ubah
secara cepat. Berbeda dengan praktikum pertama yang memerlukan waktu
dua menit untuk membandingkan perubahan kalor, serta adaptasi
reseptor.Terlihat, ketika tangan kering yang ditiup dengan pelan terasa
sejuk, kemudian dioleskan dengan dengan air terasa lebih dingin
dibandingkan kulit kering yang ditiup. Namun, pada saat diolesi dengan
alkohol 70% ternyata lebih dingin dari kedua uji coba sebelumnya, bahkan
sempat terjadi kejutan singkat pada kulit punggung tangan yang diolesi
dengan alkohol. Hal itu, disebabkan karena alkohol lebih mudah menguap
dan disertai kalor yang didapatkan pada permukaan kulit. Kemudian, rasa
kejut sesaat yang dialami oleh OP disebabkan reaksi Nociceptor yang
menanggapi suhu terlalu tinggi ataupun suhu terlalu rendah sebagai sensasi
87
nyeri, akibat perubahan suhu secara cepat, nociceptor merasakan alkohol
memberi sensasi lebih dingin dibanding bahan uji coba yang lain.
Dalam praktikum ketiga dilakukan lokalisasi taktil, dimana OP
harus menunjukkan daerah yang ditekan dengan pensil. Mekanoreseptor,
mengambil peran untuk merespon tekanan, getaran, kinestesi, dan
berkaitan dengan indra peraba. Dari tabel pada bagian hasil, terlihat
perbedaan yang cukup mencolok pada jari tangan. Sebab, ditemukan
ketepatan sebanyak tiga kali berturut-turut dan hasilnya tidak ada yang
mencapai 5 cm. Hal ini, menunjukkan pengaruh waktu rangsangan dan
proses penyebarannya ke reseptor sekitar akibat luasan lokasi rangsangan.
Dalam praktikum keempat, diskriminasi taktil agak sedikit berbeda
dari praktikum ketiga karena memakai dua titik yang terkadang akan
menyebabkan kesulitan dalam pembedaanya.Hal tersebut disebabkan
karena berbagai daerah tubuh bervariasi dalam kemampuan membedakan
dua titik pada tingkat derajat pemisahan bervariasi.Normalnya dua titik
terpisah 2– 4 mm dapat dibedakan pada ujung jari tangan, 30-40 mm dapat
dibedakan pada dorsum pedis.Dari hasil percobaan, terlihat pada tengkuk
dan pipi hanya satu kali OP dapat membedakan kedua titik secara tepat.
Berdasarkan literatur, disimpulkan bahwa lokalisasi dua titik lebih peka
pada bagian yang menonjol, seperti bibir, hidung, mata, ujung jari dan
telinga. Selain itu, Waktu juga mempengaruhi sehingga ada penyebaran
sensasi.
Dalam praktikum kelima, praktikan melakukan uji coba dengan
perasaan iringan (after image).Dari hasil praktikum menunjukkan bahwa
telinga telah mengalami adaptasi terhadap beban yang diberikan selama
beberapa saat. Namun, setelah beban di angkat akan terasa lebih ringan
diakibatkan beban yang menjadi stimulus pada reseptor telah hilang. Hal
ini, berkaitan dengan sensasi yang diberikan dalam durasi waktu tertentu,
sehingga menjadi memori yang disimpan dalam otak.
Dalam praktikum keenam, praktikan melakukan uji coba untuk
membedakan sifat benda, mulai dari bentuk, tekstur dan juga jenis atau
88
sifat benda.Dari praktikum ini, OP dapat menyebutkan secara tepat semua
benda yang di berikan saat OP menutup matanya. Hal ini, disebabkan
karena adanya reseptor taktil. Impuls taktil kasar dihantarkan oleh tractus
spinothalamicus anterior, sedangkan impuls taktil halus dihantarkan
melalui faciculus gracilis dan faciculus cunneatus. Untuk dapat
membedakan benda – benda tanpa melihat bentuknya, adalah reseptor
kinaesthesi.
Dalam praktikum ketujuh, praktikan melakukan tafsiran sikap.
Dimana OP akan menutup mata dan menggerakkan tangan serta jari untuk
menunjuk ke arah yang diperintahkan rekan OP. berdasarkan hasil uji
coba, OP dapat menunjukkan dan menggerakkan lengan ke arah yang tepat
sesuai dengan prosedur dari rekan OP. Hal ini, menunjukkan bahwa
koordinasi sistem saraf berjalan dengan baik. Sebab, gerak merupakan
pola koordinasi yang sangat sederhana untuk menjelaskan penghantaran
impuls oleh saraf. Seluruh mekanisme gerak yang terjadi di tubuh kita tak
lepas dari peranan sistem saraf.
Kesimpulan
Dalam praktikum pertama, menunjukkan perbedaan suhu secara
bersamaan pada tangan yang berbeda dan disertai dengan peningkatan
serta penurunan kalor (30°C, 20°C, 40°C), karena terjadi adaptasi
pada Thermoreseptor dan tubuh berusaha menyeimbangkan suhu
berbeda tersebut secara bertahap.
Dalam praktikum kedua, rangsangan yang diberikan berubah-ubah
secara cepat, antara tiupan pada kulit, air, dan alkohol 70% yang
disebabkan reaksi Nociceptor yang menanggapi suhu terlalu tinggi
ataupun suhu terlalu rendah sebagai sensasi nyeri, akibat perubahan
suhu secara cepat, nociceptor merasakan alkohol memberi sensasi
lebih dingin dibanding bahan uji coba yang lain.
89
Dalam praktikum ketiga dilakukan lokalisasi taktil, dengan
menunjukkan daerah yang ditekan dengan pensil. Mekanoreseptor,
mengambil peran untuk merespon tekanan, getaran, kinestesi, dan
berkaitan dengan indra peraba. Hal ini, menunjukkan pengaruh waktu
rangsangan dan proses penyebarannya ke reseptor sekitar akibat
luasan lokasi rangsangan.
Dalam praktikum keempat, diskriminasi taktil dengan memakai dua
titik yang terkadang akan menyebabkan kesulitan dalam
pembedaanya. Berdasarkan literatur, disimpulkan bahwa lokalisasi
dua titik lebih peka pada bagian yang menonjol, seperti bibir, hidung,
mata, ujung jari dan telinga. Selain itu, Waktu juga mempengaruhi
sehingga ada penyebaran sensasi.
Dalam praktikum kelima, praktikan melakukan uji coba dengan
perasaan iringan (after image). Dimana telinga telah mengalami
adaptasi terhadap beban yang diberikan selama beberapa saat.
Dalam praktikum keenam, praktikan melakukan uji coba untuk
membedakan sifat benda, mulai dari bentuk, tekstur dan juga jenis
atau sifat benda. Impuls taktil kasar dihantarkan oleh tractus
spinothalamicus anterior, sedangkan impuls taktil halus dihantarkan
melalui faciculus gracilis dan faciculus cunneatus. Untuk dapat
membedakan benda – benda tanpa melihat bentuknya, adalah reseptor
kinaesthesi.
Dalam praktikum ketujuh, praktikan melakukan tafsiran sikap.
Dimana, gerak merupakan pola koordinasi yang sangat sederhana
untuk menjelaskan penghantaran impuls oleh saraf. Seluruh
mekanisme gerak yang terjadi di tubuh kita tak lepas dari peranan
sistem saraf.
90