Laporan Praktikum Farmasi Praktis Antidiabetes
-
Upload
nabilah-urwatul-wutsqo -
Category
Documents
-
view
125 -
download
10
description
Transcript of Laporan Praktikum Farmasi Praktis Antidiabetes
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI PRAKTIS
“PERAN FARMASIS DALAM PENANGANAN RESEP OBAT
ANTIDIABETES”
Disusun oleh:
Kelompok 2 – Farmasi VI D
Brendi 1112102000088
Ghilman Dharmawan 1112102000088
Mauliana
1112102000091
Ikhda Khullatil Mardiyah 1112102000094
Nabilah Urwatul Wutsqo 1112102000095
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolic yang ditandai oleh hiperglikemia
(kenaikan kadar glukosa serum) akibat kurangnya hormon insulin, menurunnya efek insulin
atau keduanya. Diabetes mellitus bukan termasuk penyakit menular dan prevalensinya
semakin meningkat dari tahun ke tahun termasuk Indonesia yang menduduki urutan keempat
dengan jumlah penderita diabetes terbesar di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat.
Diabetes mellitus juga diketahui merupakan penyebab kematian tertinggi di bagian instalasi
rawat inap di Rumah Sakit pada tahun 2005 di Indonesia yaitu sebanyak 3.316 kematian
dengan case fertility rate (CFR) 7,9%.
Diabete mellitus tipe II paling banyak dialami oleh masyarakat Indonesia bahkan dunia
dan biasanya terjadi pada orang tua, remaja dan penderita obesitas. Sedangkan penderita
diabetes tipe I hanya sedikit penderitanya karena merupakan diabetes mellitus tipe genetic
atau keturunan. Pola hidup yang baik seperti olahraga teratur, pola makan yang baik serta
diet merupakan solusi utama yang harus diterapkan oleh penderita diabetes mellitus. Selain
itu, pengobatan secara medis juga menjadi pilihan utama untuk mengatasi penyakit DM.
Pengobatan medis mengharuskan pasien untuk meminum beberapa obat yang biasa
digunakan sebagai anti diabetes seperti golongan sulfonylurea dan golongan biguanid.
Pemberian obat anti diabetes pada pasien harus memperhatikan adanya interaksi atau
kontraindikasi terhadap obat yang sedang digunakan dikarenakan penggunaan obat anti
diabetes dilakukan dalam jangka panjang.
1.2 Tujuan Praktikum
Setelah menyelesaikan praktikum ini, mahasiswa diharapkan dapat melaksanakan praktek
kefarmasian di apotek meliputi :
Mengerjakan resep antidiabetes sesuai dengan alur pelayanan resep
Menganalisakeabsahan dan kerasionalan resep
Memberikan konseling kepada pasien dengan baik
BAB IILANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolism yang
ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai gangguna metabolism karbohidrat, lipid dan
protein sebagai insufisiensi insulin. Insufisiensi insulin dapat disebabkan oleh gangguan atau
produksi insulin oleh sel beta Langerhans kelenjar pancreas atau disebabkan kurang
responsifmya sel-sel tubuh terhadap insulin.
Diabetes adalah suatu penyakit dimana metabolisme glukosa tidak normal, suatu resiko
komplikasi spesifik perkembanga mikrovaskular dan ditandai dengan adanya peningkatan
komplikasi perkembangan makrovaskular. Secara umum, ketiga elemen yang telah disebutkan
telah digunakan untuk mencoba menemukan diagnosis atau penyembuhan diabetes.
2.2 Gejala Diabetes Melitus
Tanda dan gejala diabetes mellitus meliputi :
Poliuria dan polidipsia yang disebabkan oleh osmolalitas serum yang tinggi akibat kadar
glukosa serum yang tinggi.
Anoreksia atau polifagia.
Penurunan berat badan (biasanya sebesar 10% hingga 30%; penderita DM tipe I secara
khas tidak memiliki lemak pada tubuhnya saat diagnosis ditegakkan) karena tidak
terdapat metabolism karbohidrat, lemak, protein yang normal sebagai akibat fungsi
insulin yang rusak atau tidak ada.
Sakit kepala, rasa cepat lelah, mengantuk, tenaga yang berkurang dan gangguan pada
kinerja.
Kram otot, iritabilitas dan emosi yang labil akibat ketidakseimbangan elektrolit.
Mual, diare, kontipasi akibat dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit ataupun
neuropati otonom.
Infeksi atau luka pada kulit yang lambat sembuhnya, rasa gatal pada kulit.
2.3 Patofisiologi
Pada individu yang secara genetic rentan terhadap diabetes tipe I, kejadian pemicu yakni
kemungkina infeksi virus akan menimbulkan produksi autoantibody terhadap sel-sel beta
pancreas. Sdestruksi sel beta yang diakibatkan menyebabkan penuruna n sekresi insulin dan
akhirnya kekurangan hormone insulin. Defisiensi insulin mengakibatkan keadaan hipergilkemia,
peningkatan lipolisis dan katabolisme protein.
Diabetes mellitus tipe II merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh satu atau lebih faktor
berikut :
Kerusakan sekresi insulin
Produksi glukosa yang tidak tepat dihati
Penurunan sensitivitas reseptor insulin perifer
Faktor gentik merupakan hal yang signifikan dan awitan diabetes dipercepat oleh obesitas
serta gaya hidup sedentary.
2.4 penggolongan diabetes mellitus
Ada 3 jenis diabetes mellitus yang dikenal :
Tipe 1 (DMT1) insufisiensi absolute insulin.
Tipe 2 (DMT2) resistensi insulin yang disertai defek sekresi insulin dengan derajat
bervariasi.
Diabetes kehamilan (gestasional) yang muncul pada saat hamil.
Awitan DM tipe 1 biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun (meskipun dapat terjadi pada semua
usia); biasanya pasien DM tipe 1 bertubuh kurus dan memerlukan pemberian insulin eksogen
serta penatalaksanaa diet untuk mengendalikan gula darah. Sebaliknya DM tipe 2 biasanya
terjadi pada dewasa obese diatas usia 40 tahun dan diatasi dengan diet serta latihan bersama
pemberian obat-obat antidiabets oral meskipun terapinya dapat pula meliputi pemberian insulin.
Kemajuan kedokteran memungkinkan pasien DM hidup lebih lama dengan kualitas hidup lebih
baik bila pasien tersebut memantau kadar gula darahnya dengan cermat, menggunakan data-dat
ini untuk melakukan perubahan farmakologi serta gaya hidupnya dan menggunakan system
pemebrian insulin yang baru seperti pompa insulin subkutan. Disamping itu, obat-obat yang kini
tersedia akan meningkatkan metabolism glukosa dan sensitivitas insulin tubuh sendiri untuk
mencapai control glikemi yang optimal serta mencegah progesivitas penyakitnya agar tidak
terjadi komplikasi jangka panjang
BAB IIIPROSEDUR PRAKTIKUM
3. Langkah pelayanan resep
3.1 Penerimaan kopi resep
o Cek kelengkapan kopi resep
Kopi resep yang diterima:Nama dokter : AndiAlamat dokter : CiputatNama pasien : IndahAlamat pasien : CiputatTanggal resep : 1 Maret 2015
R/ Daonil tab No XXX
ʆ 0-0-1
R/ Corsamag XV
ʆ 3 dd I
R/ Ciproxin X
ʆ 2 dd I
Dalam kopi resep yang diterima, ada beberapa poin penting yang belum tertera, sehingga
farmasis perlu memeriksanya kembali.
o Catat riwayat pengobatan
3.2 Analisis rasionalitas obat
Resep dianalisis dan diidentifikasi rasionalitas. Rasionalitas ini meliputi kesesuaian
diagnosa dan pemilihan obat, dosis dan aturan pakai, jumlah obat yang diberikan terkait
dengan lamanya terapi, efek samping, dan interaksi obat.
3.3 Penyiapan obat
o Penyiapan etiket
Etiket yang disiapkan adalah etiket bewarna putih. Pada etiket ditulis tanggal, nama
pasien, usia, alamat, serta dosis dan cara penggunaan obat. Perlu diperhatikan saat
menulis etikat agar tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan obat oleh pasien.
o Penyiapan obat masuk ke wadah dan beri etiket
Obat yang tertera dalam resep disiapkan sesuai dengan yang tertera dalam resep. Obat
dimasukan ke dalam kantong plastik dan ditempelkan etiket yang sesuai. Perlu
diperhatikan agar tidak terjadi kesalahan atau etiket masing-masing obat tertukar.
3.4 Pemeriksaan akhir
Sebelum diberikan kepada pasien ada beberapa hal yang harus dipersiapkan:
o Kesesuaian obat dengan resep
Sebelum obat diberikan kepada pasien, farmasis harus memeriksa kembali kesesuaian
antara obat yang diberikan dengan yang tertera dalam resep dokter. Dipastikan jumlah
dan jenis obat yang akan diberikan kepada pasien.
o Buat kopi resep
Karena resep tertera tanda iter (pengulangan), untuk itu farmasis harus menuliskan
kopi resep agar pasien dapat mengambil obat berikutnya.
o Penyiapan materi informasi
Kepada pasien atau walinya, farmasis wajib mempersiapkan informasi apa saja yang
harus diterima oleh pasien atau walinya selama menggunakan obat tersebut.
3.5 Penyerahan obat dan pemberian konseling
o Penyerahan obat dan Pemberian konseling
Penyerahan obat disertai dengan konseling kepada pasien atau walinya oleh
farmasis. Sebelum diserahkan, farmasis harus mengkonfirmasi kebenaran
kepemilikan obat atas pasien, serta identitas pasien kepada wali atau pasien
tersebut.
Selanjutnya, obat diserahkan dengan menjelaskan cara pemakaian masing-
masing obat. Farmasis, dengan cara yang baik dan bahasa yang mudah
dimengerti, menjelaskan kepada pasien atau walinya tujuan penggunaan obat,
cara pakai, cara penyimpanan beserta dosisnya. Setelah menjelaskan dengan
seksama, farmasis harus memastikan bahwa informasi yang diberikan dimengerti
oleh pasien atau walinya. Farmasis dapat meminta pasien atau walinya untuk
mengulang informasi yang diperolehnya dari farmasis. Jika ada yang informasi
yang tertinggal, farmasi dapat menambahkannya. Pasien atau wali yang kurang
mengerti tentang penggunaan obat, dapat menanyakannnya langsung kepada
farmasis agar tepat penggunaan obat. Selanjutnya, obat diberikan kepada pasien
dan walinya sambil mendoakan kesembuhan pasien.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Resep obat
KLINIK PRODI FARMASI FKIK UINJl. Kertamukti no100, Ciputat
Telp 02179432222
SIP : 12345678910APA: Apoteker Muslim, S.Si, Apt iter 2X
Nama dokter: AndiAlamat dokter: CiputatNama pasien: IndaAlamat pasien: CiputatTanggal resep: 1 Maret 2015
R/ DAONIL tab no. XXX S 1-0-0
Det 1
R/ Corsamog XV (tab kunyah) S 3 dd 1
Det 1
R/ Ciproxin X S 2 dd 1
Ne.Iter
p.c.c.
Kopi resep
APOTEK PRODI FARMASI FKIK UINJl. Kertamukti no100, Ciputat
Telp 02179432222
SIP : 12345678910APA: Apoteker Muslim, S.Si, Apt iter 1
Nama dokter: AndiAlamat dokter: CiputatNama pasien: IndaAlamat pasien: CiputatTanggal resep: 1 Maret 2015
R/ DAONIL tab no. XXX S 1-0-0
Det 1
R/ Corsamog XV S 3 dd 1
Det 1
R/ Ciproxin X S 2 dd 1
No.Iter
Etiket obat
Lembar informasi obat
No Nama Obat(kandungan)
Indikasi Aturan pakai
Efek samping Interaksi obat Informasi lain
1. Daonil Tab(Quinolon)
DM tipe 2
1 x 1 (sebelum sarapan)
Hipoglikemi, gangguan gastrointestinal, berkeringat,
+ ciproflaxacin Harus dilakukan pemantauan berkala kadar
APOTEK PRODI FARMASI FKIK UINJl. Kertamukti no100, Ciputat
Telp 02179432222
SIA : 12345678910APA : Apoteker Muslim, S.Si, Apt
No resep : 0004 tanggal resep : 1 Maret 2015Nama pasien: Inda
CorsamagSehari 3x1 (kunyah)
Sebelum Makan
APOTEK PRODI FARMASI FKIK UINJl. Kertamukti no100, Ciputat
Telp 02179432222
SIA : 12345678910APA : Apoteker Muslim, S.Si, Apt
No resep : 0004 tanggal resep : 1 Maret 2015Nama pasien: Inda
DAONILSehari: 1 x 1 (sarapan)
Sebelum Makan
kulit basah, cemas, takikardia)
glukosa
2. Corsamag (Mg trisilikat, Al(OH)3, simetikon)
Maag 3x1 (tablet kunyah sebelum makan)
Diare, konstipasi
+ tetrasiklin dan simetidin+ ciproflaxacin
Harus diperhatikan jika pasien memiliki kerusakan ginjal
Percakapan konseling
Apoteker: selamat pagi, dengan ibu Inda, benar?
Pasien: iya, benar bu
A: (berjabat tangan) jadi seperti ini bu, saya Ikhda apoteker yang bertugas di apotek Farmasi pagi
ini, saya ingin memberikan beberapa informasi mengenai obat dalam resep ini yang akan ibu
gunakan. Namun, kami membutuhkan waktu 10-15 menit untuk melakukan konseling ini,
apakah ibu ada waktu untuk melakukan konseling obat ini bu?
P: oh, iya. Tapi jangan lama-lama ya, saya mau meeting soalnya.
A: iya bu, mari masuk ruangan kami
(berjalan menuju ruang konseling)
A: ibu sebelumnya sudha pernah menebus obat ini ya bu?
P: iya, 1 kali di apotek R
A: berarti pernah menggunakannya ya? Apa efek obat yang ibu minum setelah
mengkonsumsinya?
P: saya masih sesak, dan saya suka lelah gitu, saya lebih sering makan juga bu. Dan terkadang
saya di omeli anak saya, karena makan mulu
A: oh, seperti itu ya bu. Terimakasih. sebelumnya mohon maaf ya bu, saya ingin menanyakan
beberapa pertanyaan terkait obat ini. Sebelumnya ibu diberi informasi apa saja ya bu sama dokter
tentang obat ini?
P: saya diberi tahu kalau ada obat untuk DM, untuk mag, dan infeksi saya. Gitu!
A: oh, seperti itu ya bu? Lantas cara pemakaian obatnya bagaimana bu?
P: saya lupa bu
A: oh, tidak apa-apa bu. Namun dokter juga menjelaskan tentang hasil yang ingin dicapai tentang
terapi obat ini kan ya bu?
P: katanya kalau sudha minum ini gulanya turun, sudah gak mag juga.
A: oh seperti itu ya bu? Jadi seperti ini bu, benar apa yang dikatakan dokter obat ibu ini ada 3
macam, yang pertama DAONIL digunakan sebagai obat DM nya ibu ya. DAONIL dikonsumsi
saat pagi hari ya bu, 1 jam sebelum sarapan. Nanti dikonsumsinya setiap hari diusahakan tepat
waktu terus ya bu, jika senin jam 7 pagi, selasa jam 7 pagi pula dan seterusnya ya bu. Nanti jika
nanti ibu mungkin merasa sedikit gangguan terhadap perut ibu, ibu tak usah khawatir bu, karena
mungkin itu efek dari obat ini, namun hanya sedikit orang yang merasakan efek ini. Jadi jangan
takut ya bu.
P: iya bu
A: selanjutnya ini obat Corsamog, kandungan obat ini ada Mg trisilikat, Al(OH)3, sometikon.
Obat ini digunakan untuk mengurangi rasa skit terhadap mag yang ibu rasakan sekarang bu.
Tentang obat ini, ini termasuk obat kunyah, jadi jangan ditelan tapi dihabiskan di mulut ya bu.
Cara minumnya sebelum makan (1 jam sebelum) diminumnya tiap 8 jam sekali ya bu. Sehari ada
3 kali pengkonsumsian. Jika dalam praktiknya nanti ibu merasa diare ibu jangan khawatir juga
ya bu.
P: oh iya bu, saya faham
A: nah untuk diresep ini kan tertulis Ciproxin dan diindikasikan untuk gejala infeksi ibu, namun
kita tadi sudah mengkonsultasikan pada dokter terjadi interaksi antara obat DM ibu dan obat
infeksi ini, makanya ibu masih sering lelah, sering lapar juga. Selain itu ciproxin ini juga tidak
bekerja baik dengan obat mag ibu.
P: terus bagaimana?
A: kita merekomendasikan obat ciproxin tidak diberikan dan disetujui oleh dokter bu. Jadi hari
ini ibu hanya menerima 2 obat, bukan karena di apotek ini tidka tersedia ya bu, namun karena
adanya interaksi dan obat ini termasuk golongan antibiotic, jadi memang tak bisa ditebus kedua
kalinya. Jika ibu masih merasakan sesak dianjurkan ibu ke dokter lagi dan meminta resep baru ya
bu, karena kita tidka bisa memberikan obat tanpa resep dokter. Seperti itu ya bu
P: oh.. iya bu, terimakasih infonya ya
A: iya bu. Sebelumnya saya takut beberapa informasi yang saya berikan terlewat, maaf bisa ibu
mengulangi lagi apa yang saya sampaikan tadi bu?
P: oh, iya, ini ada 2 obat. Daonil digunakan untuk DM diminum sekali sehari sebelum makan
dan jangka waktunya tiap hari harus sama. Terus yang corsamag untuk obat mag, tiga kali sehari
atau tiap 8 jam sekali sebelum makan.
A: benar bu, satu lagi ya bu. Jika pas pagi hari ibu meminum corsamag jangan bebarengan
waktunya dengan minum daonil ya bu. Nanti dikasih jeda waktu 15-20 menit minum obat
daonilnya ya bu. Pokoknya jangan satu waktu minum bersama ya bu.
P: iya bu
A: ada yang ditanyakan bu?
P: oh, iya bu, kira-kira ada rekomendasi pengobatan non medis gak? Biar saya gak terus-terusan
minum obat bu.
A: bisa ibu, dengan mengubah gaya hidup. Yang pertama mungkin pembatasan asupan
karbohidat yang ibu konsumsi, atau lebih baiknya makannya Makai beras merah. Bisa dengan
pembatasan gula ya bu, jadi jangan terlalu banyak yang manis-manis, bisa mengganti gula
dengan yang rendah kalori. Tapi jangan mengurangi asupan makanan yang lainnya ya bu,
makannya tetap seimbang. Bisa juga ibu olahraga ringan setiap hari, yang penting teratur bu
jangan berat-berat mungkin lari-lari kecil seperti itu.
P; oh, iya bu. Terimaksih banyak infonya
A: sama-sama ibu, ohya bu.. nanti jika ada pertanyaan silahkan ditanyakan di no saya ya bu, atau
langsung datang ke apotek ini. (apoteker memberikan kartu nama yang ad no.telponnya)
P; iya, siap bu.
A; terimakasih ya bu. Smeoga lekas sembuh dna tetap semangat. Selamat siang (berjabat tangan)
P: sama-sama.
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kita mendapatkan kopi resep atas nama Inda. Obat-obat yang
tertera dalam resep tersebut diantaranya Daonil 30 tablet, Corsamag 15 tablet, dan Ciproksin 10
tablet. Kemudian pada kopi resep tersebut tertera penulisan “iter 2x” yang menandakan bahwa
resep tersebut dapat diulang 2x pengambilan obat. Sebelum menyiapkan obat-obat tersebut, kita
terlebih dahulu melakukan analisa terhadap kopi resep tersebut:
Cek terlebih dahulu apakah kopi resep tersebut sesuai dengan aturan yang berlaku.
Konfirmasikan kepada dokter apakah obat yang diresepkan untuk diulang (iter)
tersebut masih dapat diulang atau tidak, seperti obat antibiotic dan lain sebagainnya
yang perlu pengawasan langsung dari dokter.
Apakah obat-obat yang diresepkan tersebut mengalami interaksi antara obat yang satu
dengan obat yang lainnya.
Apakah dosis obat yang diresepkan sesuai dengan dosis lazim pemakaian tersebut
atau tidak.
Pada resep tersebut te rdapat tanda “iter 2x “ dimana menandakan bahwa pasien tersebut
harus mengulangi pengambilan resep tersebut selama 2x lagi. Kemudian di resep tersebut juga
tertera obat golongan antibiotic yaitu ciproxin yang diresepkan sebanyak 10 tablet. Menurut
kelompok kami, obat golongan antibiotic tidak dapat mengalami pengulangan resep, dikarenakan
nantinya dapat menyebabkan atau menimbulkan kegagalan pengobatan, bahkan menimbulkan
resistensi bagi pasien. Pada kasus ini sebaiknya dilakukan konfirmasi ulang kepada dokter yang
bersangkutan, jika benar penggunaannya perlu diulang maka dokter tersebut wajib meresepkan
obat itu kembali. Oleh karena itu, antibiotic tidak dapat diberikan ketika pasien menebus
pengulangan obat.
Kemudian setelah menganaliasa kopi resep tersebut, kelompok kami sepakat untuk
merubah waktu pemakaian dari obat Daonil. Di kopi resep tersebut tertulis 0-0-1, yang berarti
pemakaian obat ini adalah 1x sehari pada waktu malam. Waktu pemakaian ini kami ganti pada
waktu pagi hari sebelum makan, dikarenakan obat ini digunakan untuk pasien DM tipe II dan
akan lebih efektif bekerja pada pagi hari. Mengingat waktu paruh obat ini (t1/2) terjadi setelah 4
jam penggunaan dan dapat bertahan selama 24 jam, maka penggunaan 1x sehari obat ini dirasa
sudah cukup untuk mengatasi DM tipe II dari pasien.
Pada peresepan obat yang lain dirasa tidak ada masalah. Dan selanjutnya kita menyiapkan
obat-obat tersebut sesuai yang telah bersama kita analisa. Kemudian menyiapkan kopi resep
yang baru dengan berbagai penggantian tersebut dan tidak lupa mencantumkan tanda “iter”
yang menandakan bahwa penebusan resep tersebut dapat diulang sekali lagi.
Setelah obat telah selesai dipersiapkan, pasien diminta untuk konseling terlebih dahulu
dengan apoteker yang bertugas. Apoteker konseling akan menanyakan dan menjelaskan
berbagai macam hal terkait penggunaan obat tersebut. Tujuan dari adanya konseling itu sendiri
diharapkan pasien mendapatkan efek terapi yang maksimum terhadap penyakit yang diderita,
dan pasien dapat menggunakan obat tersebut dengan tepat sehingga meminilalisir keselahan
terapi obat.
KESIMPULAN
Berdasarkan analisa resep, obat-obat yang diberikan kepada pasien yaitu:
1. Daonil; 10 tablet; 5mg ; 1x sehai 1 tablet pada pagi hari sebelum makan; obat DM tipe II
2. Corsamag; 15 tablet; 3x sehari 1 tablet sebelum makan; obat maag
Obat golongan antibiotic tidak dapat mengalami pengulangan (iter)
DAFTAR PUSTAKA
Kowalak, Jennifer P dkk. Buku Ajar Patofisiologi (Professional Guide to Pathophysiology).
Penerjemah Andry Hartono. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG,2011.