LAPORAN PRAKTIKUM ALKALIMETRI
description
Transcript of LAPORAN PRAKTIKUM ALKALIMETRI
LAPORAN PRAKTIKUM
PTK I
Disusun Oleh :
Yosea Pratama
(1512027)
P2K Teknik Kimia
SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INDUSTRI KEMENPRIN RI
2014
TITRASI ALKALIMETRI
Prinsip Percobaan :
Reaksi Penggaraman dan Reaksi Netralisasi
Madsud dan Tujuan :
a. Memahami konsep dasar reaksi penggaraman dan netralisasi
b. Untuk mengetahui kosentrasi larutan asam / basa
c. Praktikan dapat menstandarisasi NaOH dengan larutan baku primer (COOH)2.2H2O
d. Paktikan dapat mentitrasi (COOH)2.2H2O tersebut dengan NaOH.
e. Mengetahui cara penentuan titik ekuivalen
Reaksi Percobaan :
Titrasi Alkalimetri
(COOH)2 . 2H2O (COOH)2 + 2H2O
2NaOH + (COOH)2 2COONa + 2H2O
DASAR TEORI
Titrasi merupakan metode analisis kimia secara kuantitatif yang biasa digunakan
dalam laboratorium untuk menentukan konsentrasi dari reaktan. Karena pengukuran volum
memainkan peranan penting dalam titrasi, maka teknik ini juga dikenali dengan analisis
volumetrik. Analisis titrimetri merupakan satu dari bagian utama dari kimia analitik dan
perhitungannya berdasarkan hubungan stoikhiometri dari reaksi-reaksi kimia.
Analisis cara titrimetri berdasarkan reaksi kimia seperti: aA + tT → hasil dengan
keterangan: (a) molekul analit A bereaksi dengan (t) molekul pereaksi T. Pereaksi T, disebut
titran, ditambahkan secara sedikit-sedikit, biasanya dari sebuah buret, dalam bentuk larutan
dengan konsentrasi yang diketahui. Larutan yang disebut belakangan disebut larutan standar
dan konsentrasinya ditentukan dengan suatu proses standarsisasi. Penambahan titran
dilanjutkan hingga sejumlah T yang ekivalen dengan A telah ditambahkan. Maka dikatakan
bahan titik ekivalen titran telah tercapai. Agar mengetahui bila penambahan titran berhenti,
kimiawan dapat menggunakan sebuah zat kimia, yang disebut indikator, yang bertanggap
terhadap adanya titran berlebih dengan perubahan warna. Indikator asam basa terbuat dari
asam atau basa organik lemah, yang mempunyai warna berbeda ketika dalam keadaan
terdisosiasi maupun tidak. Perubahan warna ini dapat atau tidak dapat trejadi tepat pada titik
ekivalen. Titik titrasi pada saat indikator berubah warna disebut titik akhir. Tentunya
merupakan suatu harapan, bahwa titik akhir ada sedekat mungkin dengan titik ekivalen.
Memilih indikator untuk membuat kedua titik berimpitan (atau mengadakan koreksi untuk
selisih keduanya) merupakan salah satu aspek penting dari analisis titrimetri. Istilah titrasi
menyangkut proses ntuk mengukur volum titran yang diperlukan untuk mencapai titik
ekivalen. Selama bertahun-tahun istilah analisis volumetrik sering digunakan daripada
titrimetrik. Akan tetapi dilihat dari segi yang ketat, istilah titrimetrik lebih baik, karena
pengukuran-pengukuran volum tidak perlu dibatasi oleh titrasi. Pada analisis tertentu
misalnya, orang dapat mengukur volum gas.
Sebuah reagen yang disebut sebagai peniter[1], yang diketahui konsentrasi (larutan
standar) dan volumnya digunakan untuk mereaksikan larutan yang dititer[2] yang
konsentrasinya tidak diketahui. Dengan menggunakan buret terkalibrasi untuk menambahkan
peniter, sangat mungkin untuk menentukan jumlah pasti larutan yang dibutuhkan untuk
mencapai titik akhir. Titik akhir adalah titik di mana titrasi selesai, yang ditentukan dengan
indikator. Idealnya indikator akan berubah warna pada saat titik ekivalensi—di mana volum
dari peniter yang ditambahkan dengan mol tertentu sama dengan nilai dari mol larutan yang
dititer. Dalam titrasi asam-basa kuat, titik akhir dari titrasi adalah titik pada saat pH reaktan
hampir mencapai 7, dan biasanya ketika larutan berubah warna menjadi merah muda karena
adanya indikator pH fenolftalein. Selain titrasi asam-basa, terdapat pula jenis titrasi lainnya.
Banyak metode yang dapat digunakan untuk mengindikasikan titik akhir dalam
reaksi; titrasi biasanya menggunakan indikator visual (larutan reaktan yang berubah warna).
Dalam titrasi asam-basa sederhana, indikator pH dapat digunakan, sebagai contoh adalah
fenolftalein, di mana fenolftalein akan berubah warna menjadi merah muda ketika larutan
mencapai pH sekitar 8.2 atau melewatinya. Contoh lainnya dari indikator pH yang dapat
digunakan adalah metil jingga, yang berubah warna menjadi merah dalam asam serta menjadi
kuning dalam larutan alkali.
Tidak semua titrasi membutuhkan indikator. Dalam beberapa kasus, baik reaktan maupun
produk telah memiliki warna yang kontras dan dapat digunakan sebagai "indikator". Sebagai
contoh, titrasi redoks menggunakan potasium permanganat (merah muda/ungu) sebagai
peniter tidak membutuhkan indikator. Ketika peniter dikurangi, larutan akan menjadi tidak
berwarna. Setelah mencapai titik ekivalensi, terdapat sisa peniter yang berlebih dalam larutan.
Titik ekivalensi diidentifikasikan pada saat munculnya warna merah muda yang pertama
(akibat kelebihan permanganat) dalam larutan yang sedang dititer.
Akibat adanya sifat logaritma dalam kurva pH, membuat transisi warna yang sangat tajam;
sehingga, satu tetes peniter pada saat hampir mencapai titik akhir dapat mengubah nilai pH
secara signifikan—sehingga terjadilah perubahan warna dalam indikator secara langsung.
Terdapat sedikit perbedaan antara perubahan warna indikator dan titik ekivalensi yang
sebenarnya dalam titrasi. Kesalahan ini diacu sebagai kesalahan indikator, dan besar
kesalahannya tidak dapat ditentukan.
Volumetri adalah cara analisis jumlah berdasarkan pengukuran volume larutan
pereaksi berkepekatan tertentu yang direaksikan dengan larutan contoh yang sedang
ditetapkan kadarnya. Reaksi dijalankan dengan titrasi, yaitu suatu larutan ditambahkan dari
buret sedikit demi sedikit, sampai jumlah zat-zat yang direaksikan tepat menjadi akivalen
satu sama lain. Larutan yang ditambahkan dari buret disebut titran, sedangkan larutan yang
ditambah titran itu disebut titrat (Harjadi, 1987).
Asidi Alkalimetri adalah suatu analisis titrimetri yang melibatkan titrasi asam-basa
yang terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah (basa bebas) dengan
suatu asam standar (asidimetri) dan titrasi asam yang terbentuk dari hidrolisis garam yang
berasal dari basa lemah (asam bebas) dengan suatu basa standar (alkalimetri). Bersenyawanya
ion hydrogen dan ion hidroksida akan membentuk air sebagai hasil akhir dari reaksi ini
(Basset,1994).
Proses di mana konsentrasi larutan ditentukan secara akurat dinamakan standarisasi. Ada dua
macam larutan standar, yakni standar primer dan sekunder. Larutan standar primer adalah
suatu zat yang tersedia dalam bentuk murni atau keadaan dengan kemurnian yang diketahui,
yang digunakan untuk menstandarkan suatu larutan, contohnya KHC₈H₄O₄, HSO₃NH₂, dan
KH(IO₃). Sementara itu, larutan standar sekunder adalah larutan yang harus distandarisasi
dahulu sebelum digunakan, misalnya KMnO₄, Na₂S₂O₃, dan K₂Cr₂O₇ (Harjadi,1987).
Natrium adalah logam putih-perak yang lunak, yang melebur pada 97,5°C. Natrium
teroksidasi dengan cepat dalam udara lembab, maka harus disimpan terendam seluruhnya
dalam pelarut nafta atau stilena. Logam ini bereaksi keras dengan air, membentuk natrium
hidroksida dan hidrogen: (Svehla, 1979)
Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik atau sodium hidroksida,
adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium Hidroksida terbentuk dari oksida basa Natrium
Oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika
dilarutkan ke dalam air (Greenwood, 1997).
Na₂CO₃ memiliki nama resmi natrii carbonas, sedangkan nama lainnya yaitu natrium
karbonat dengan berat molekul 124. Senyawa ini hablur tidak berwarna atau serbuk hablur
putih. Kelarutannya dalam air yakni tidak mudah larut dalam air, melainkan mudah larut
dalam air mendidih. Senyawa Na₂CO₃ biasanya disimpan dalam wadah yang tertutup,
sedangkan untuk menggunaannya biasanya sebagai bahan tambahan (pelengkap bahan
utama) (Ditjen POM, 1979)
Soda api NaOH merupakan alkali terpenting dalam industri yang digunakan dalam berbagai
tujuan termasuk dalam pembuatan senyawa anorganik dan organik, pembuatan kertas,
penetralan, dan pembuatan alumina dan sabun. Sementara itu, soda abu Na₂CO₃ biasa
digunakan saling bertukaran dengan NaOH dalam beberapa aplikasi, seperti pembuatan
kertas, sabun, dan detergen. Dalam jumlah besar juga digunakan dalam pembuatan gelas,
fosfat, silikat, dan pembersihan serta penghilangan polusi SO₂ dari cerobong asap
pembakaran bahan bakar (Mido, 1994).
Ion-ion amonium diturunkan dari amonia (NH₃) dan ion hidrogen H . Ciri-ciri khas ion ini⁺
adalah serupa dengan ciri-ciri khas ion logam alkali. Garam-garam amonium umumnya
adalah senyawa-senyawa yang larut dalam air dengan membentuk larutan yang tak berwarna
(kecuali bila anionnya berwarna). Dengan pemanasan, garam amonium terurai menjadi
amonia dan asam yang sesuai. Kecuali jika asamnya tak mudah menguap, garam amonium
dapat dihilangkan secara kuantitatif dari campuran kering dengan memanaskan
(Svehla, 1979).
Titrasi alkalimetri
adalah suatu proses titrasi untuk penentuan konsentrasi suatu asam dengan menggunakan
larutan basa sebagai standar. Reaksi yang terjadi pada prinsipnya adalah reaksi netralisasi,
yaitu pembentukan garam dan H2O netral (pH = 7) hasil reaksi antara H+dari suatu asam dan
OH- dari suatu basa.
Reaksi berlangsung stoikiometri apabila mgrek pentitrasi sama dengan mgrek titran, saat ini
disebut dengan titik ekivalen. Dalam praktek kondisi ini tidak bisa dilihat secara visual tetapi
dapat dilihat dengan bantuan indikator (asam-basa) yang mempunyai warna yang spesifik
pada ph tertentu. Seperti indicator phenolftalein (pp) akan berwarna pink pada ph 8,3-10. Saat
tercapainya perubahan warna pada titran disebut dengan titik titrasi.
Seperti telah disebutkan di atas bahwa prinsip titrasi asam-basa adalah reaksi penetralan
antara asam dengan basa atau sebaliknya, maka untuk dapat melakukan titrasi ini, kita
terlebih dahulu harus memahami konsep teori asam-basa, macam-macam reaksi penetralan
dan indicator yang dapat dipakai pada titrasi ini, sebagai berikut:
Konsep teori asam-basa:
a. Menurut Archenius (akhir abad ke-19)
Asam adalah suatu senyawa yang bila dilarutkan dalam air akan melepaskan H+ sebagai satu-
satunya ion positif.
Contoh: HCl, HNO3, CH3COOH, dan lain-lain.
HCl merupakan asam kuat, dimana dalam air akan terdisosiasi sempurna:
HCl H+ + Cl-
H+ + H2O H3O+
Dari reaksi ini terlihat bahwa H+ tidak terdapat bebas dalam air melainkan terikat pada
molekul H2O (kelemahan teori Archenius).
Basa adalah suatu senyawa yang bila dilarutkan dalam air, akan melepaskan ion OH-.
b. Menurut Bronsted dan Lowry
Asam adalah suatu senyawa yang dapat memberikan proton, disebut sebagai donor proton.
Basa adalah suatu senyawa yang dapat menerima proton, disebut sebagai akseptor proton.
Asam proton + Basa konjugasi
A H+ + B
Jadi suatu asam dapat berbentuk:
· Molekul, misalnya: H2SO4, HCl, CH3COOH
· Anion, misalnya: HSO4-, H2PO4
-, CH3COO-,COO-
· Kation, misalnya: NH4+, C6H5NH3
+, Fe (H2O)3+
Suatu basa juga dapat berbentuk:
· Molekul, misalnya: NH3, C2H5NH2, H2O
· Anion, misalnya: CH3COO-, OH-, HPO4-2, C2H5O-
· Kation, misalnya: Fe (H2O)5 (OH)2+
Reaksi ini hanya terjadi bila ada suatu basa yang dapat menerima proton dari asam:
A1 B1 + H+
B2 + H+ A2
A1 + B2 A2 + B1
A1- B1 dan A2- B2 adalah pasangan-pasangan konjugasi asam-basa. Perpindahan proton
terjadi dari A1 ke B2 atau dari A2 ke B1. Asam kuat melepaskan proton dengan segera
sedangkan basa kuat dapat menerima proton dengan segera pula.
c. Menurut G.N. Lewis
Asam adalah suatu senyawa yang dapat menerima sepasang electron bebas, disebut sebagai
akseptor pasangan electron bebas.
d. Menurut Boyle
Asam adalah suatu zat yang mempunyai daya kemampuan melarutkan tinggi.
e. Menurut Roult
Basa adalah setiap zat yang bereaksi dengan asam membentuk garam
Reaksi = Basa + Asam Garam + H2O
f. Menurut Liebeg
Asam adalah senyawa yang mengandung H, yang dapat digantikan oleh logam yang akan
menghasilkan garam.
Contoh: 2HCl + Na NaCl + H2
Larutan standar
Dalam alkalimetri kita menggunakan larutan standar untuk menentukan konsentrasinya.
Larutan standar adalah larutan yang dengan tepat dapat diketahui konsentrasinya dan dipakai
sebagai pereaksi.
Larutan standar dapat digolongkan menjadi:
a. Larutan standar primer
larutan yang konsentrasinya sudah diketahui dengan pasti untuk menstandarkan suatu larutan.
Syarat-syarat larutan standar primer:
- Memiliki kemurnian yang tinggi
- Mudah diperoleh dan dikeringkan
- Mudah diperiksa kemurniannya
- Tidak bersifat higroskopis, tidak mudah teroksidasi oleh udara
Contoh larutan standar primer
Asam: H2SO4, H2C2O4, C6H5COOH, (COOH) (COOK) C6H4.
Basa: Na2CO3, MgO, Na2B4O7.
b. Larutan standar sekunder
Larutan standar yang konsentrasinya dapat diketahui dengan menggunakan larutan standar
primer sebagai pembanding.
Contoh: NaOH, KOH, KMnO4.
c. Larutan standar tersier
Larutan standar yang konsentrasinya dapat diketahui dengan menggunakan larutan standar
sekunder sebagai pembanding.
Titrasi dan Indikator
Titrasi yaitu suatu proses penambahan suatu larutan dari dalam buret secara sedikit demi
sedikit sampai jumlah zat-zat yang dititrasi dengan yang mentitrasi tepat menjadi ekivalen
satu sama lain. Dalam hal ini, larutan ynag berada di dalam buret atau larutan pentitrasi
disebut titran, sedangkan larutan yang akan ditetapkan kadarnya disebut analit. Hasil titrasi
disebut titrat/ titer.
Reaksi Netralisasi
Garam adalah hasil reaksi antara asam dan basa. Prosesnya disebut dengan reaksi
netralisasi. Zat-zat yang dihasilkan yang berbentuk kristalin disebut garam oleh ahli-ahli
kimia zaman dulu. Pembentukan garam seakan-akan merupakan hasil dari suatu proses
kimia sejati. Tetapi ini sebenarnya keliru. Lebih tepat dikatakan bahwa reaksi netralisasi
sebagai penggabungan ion-ion secara kimia.
Zat-zat atmosfer, atau amfolit mampu melangsungkan reaksi netralisasi baik dengan asam
maupun basa dan sifat ini disebut dengan sifat amfoter (Khopkar, 1990).
Normalitas
Normalitas merupakan sistem konsentrasi didasarkan pada volume dari larutan.
Normalitas = jumlah ekivalen per liter larutan. Atau:
N = e . qV
N = Normalitas
e.q = jumlah ekivalen
V = volume larutan dalam liter
Karena e.q = g
BE
g = gram larutan
BE = berat ekivalen
Maka dihasilkan N =g
BE X V
Dengan hubungan Normalitas terhadap molaritas, sebagai berikut:
N= n. M
(Day and Underwood, 1988)
Molaritas
Sistem konsentrasi ini berdasarkan pada volume dan dapat dipergunakan secara
nyaman dalam prosedur laboratorium dimana volume dari larutan adalah kuantitas yang
diukur. Hal ini didefinisikan sebagai berikut:
Molaritas = Junlah mol per liter larutan
Atau
M = nV
M = molaritas
N = jumlah mol dalam larutan
V = volume dari larutan
(dalam liter)
Karena n = g
BM
Maka M= g
BM x V
Atau g = M x V x BM
g = gram dari zat terlarut
BM =berat molekul larutan
(Basset, 1994)
Jenis-Jenis Titrasi Asam Basa
Titrasi asam basa terbagi menjadi 5 jenis yaitu :
1. Asam kuat - Basa kuat
2. Asam kuat - Basa lemah
3. Asam lemah - Basa kuat
4. Asam kuat - Garam dari asam lemah
5. Basa kuat - Garam dari basa lemah
Titrasi Asam Kuat - Basa Kuat
Contoh :
- Asam kuat : HCl- Basa kuat : NaOH
Persamaan Reaksi :HCl + NaOH → NaCl + H2OReaksi ionnya :H+ + OH- → H2O
Kurva Titrasi Asam Kuat Basa Kuat
Titrasi Asam Kuat - Basa Lemah
contoh :
- Asam kuat : HCl- Basa lemah : NH4OH
Persamaan Reaksi :HCl + NH4OH → NH4Cl + H2OReaksi ionnya :H+ + NH4OH → H2O + NH4
+
Kurva Titrasi Asam kuat – Basa Lemah
Titrasi Asam Lemah - Basa Kuat
contoh :
- Asam lemah : CH3COOH - Basa kuat : NaOH
Persamaan Reaksi :CH3COOH + NaOH → NaCH3COO + H2OReaksi ionnya :H+ + OH- → H2O
Kurva Titrasi Asam Lemah – Basa Kuat
Titrasi Asam Kuat - Garam dari Asam Lemah
contoh :
- Asam kuat : HCl- Garam dari asam lemah : NH4BO2
Persamaan Reaksi :HCl + NH4BO2 → HBO2 + NH4ClReaksi ionnya :H+ + BO2
- → HBO2
Titrasi Basa Kuat - Garam dari Basa Lemah
contoh :
- Basa kuat : NaOH- Garam dari basa lemah : CH3COONH4
Persamaan Reaksi :NaOH + CH3COONH4 → CH3COONa + NH4OHReaksi ionnya :OH- + NH4
- → NH4OH
Beberapa Pengertian dan Istilah Titrimeti
Analisa titrimetri atau analisa volumetrik adalah analisis kuantitatif dengan mereaksikan
suatu zat yang dianalisis dengan larutan baku (standar) yang telah diketahui konsentrasinya
secara teliti, dan reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar tersebut berlangsung
secara kuantitatif.
Larutan baku (standar) adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan
konsentrasinya biasa dinyatakan dalam satuan N (normalitas) atau M (molaritas).
Indikator adalah zat yang ditambahkan untuk menunjukkan titik akhir titrasi telah di capai.
Umumnya indicator yang digunakan adalah indicator azo dengan warna yang spesifik pada
berbagai perubahan pH.
Titik Ekuivalen adalah titik dimana terjadi kesetaraan reaksi secara stokiometri antara zat
yang dianalisis dan larutan standar.
Titik akhir titrasi adalah titik dimana terjadi perubahan warna pada indicator yang
menunjukkan titik ekuivalen reaksi antara zat yyang dianalisis dan larutan standar.
Pada umumnya, titik ekuivalen lebih dahulu dicapai lalu diteruskan dengan titik akhir titrasi.
Ketelitian dalam penentuan titik akhir titrasi sangat mempengaruhi hasil analisis pada suatu
senyawa. Pada kebanyakan titrasi titik ekuivalen ini tidak dapat diamati, karena itu perlu
bantuan senyawa lain yang dapat menunjukkan saat titrasi harus dihentikan. Senyawa ini
dinamakan indikator.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan analisis volumetrik adalah
sebagai berikut :
1. Reaksinya harus berlangsung sangat cepat.
2. Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi yang
kuantitatif/stokiometrik.
3. Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik ekuivalen tercapai, baik secara kimia
maupun secara fisika.
4. Harus ada indikator jika reaksi tidak menunjukkan perubahan kimia atau fisika. Indikator
potensiometrik dapat pula digunakan.
Berdasarkan cara titrasi
· Titrasi langsung
· Titrasi kembali (titrasi balik/residual titration)
Teori Dasar Titrasi Asam – Basa
1. Teori Asam – Basa menurut Arhennius
Asam adalah semua senyawa yang dalam bentuk larutan dapat menghasilkan ion H+.
Basa adalah semua senyawa yang dalam bentuk larutan dapat menghasilkan ion OH-.
2. Teori Asam – Basa menurut Brownsted Lowry
Asam adalah pemberi/ donor proton.
Basa adalah penerima/ akseptor proton.
3. Teori Asam – Basa menurut Lewis
Asam adalah pemberi pasangan elektron.
Basa adalah penerima pasangan elektron.
Indikator dalam Titrasi Asam – Basa
Indikator yang digunakan dalam titrasi asam – basa dinamakan indikator asam – basa.
No. Nama
Indikator
Warna Trayek pH
Asam Basa
1. Metil Kuning Merah Kuning Jingga 2,9 – 4,0
2. Metil Jingga Merah Jingga Kuning 3,1 – 4,4
3. Bromo Fenol Blue Kuning Ungu 3,0 – 4,6
4. Merah Metil Merah Kuning 4,2 - 6,2
5. Fenol Merah Kuning Merah 6,4 – 8,0
6. Timol Blue Kuning Biru 8,0 – 9,6
7. Phenolphtalein Tidak Berwarna Merah Ungu 8,0 – 9,8
Alat dan Bahan :
a. Neraca / Timbangan f. Erlemenyer
b. Buret g. Labu Semprot
c. Bulp h. Statif + Klaim buret
d. Labu Ukur i. Corong
e. Pipet Ukur
Bahan :
a. Padatan Asam Oksalat ((COOH2)2 . 2H2O)
b. Larutan NaOH 0.1 N
c. Indicator PP
d. Sampel Asam ( HCl )
Prosedur Kerja :
A. Penetapan kosentrasi NaOH 0.1 N dengan bahan baku primer Asam Oksalat ( Alkali )
1. Dibuat 100 ml larutan baku primer
2. Dipipet 10 ml larutan baku primer
3. Ditambahkan 3-5 tetes indicator PP
4. Dititrasi dengan NaOH 0.1 N dalam buret sampai titik akhir ( larutan merah muda
seulas)
5. Dilakukan sebanyak 3 ×
DATA PENGAMATAN
A.Pembakaran NaOH dengan Baku primer Asam Okasalat ( Alkali )
Vol Asam Oksalat = 10 ml
N Asam Oksalat = 0.1 N
Pengerjaan Vol. NaOH (ml)
Simplo 50ml – 37ml = 13 ml
Duplo 37ml – 26,4ml = 10,6 ml
Rata - rata 11.8 ml
N NaOH V1.N1 = V2.N2
Keterangan :
V1 = Vol. Asam Oksalat
N1 = N. Asam Oksalat
V2 = Vol. NaOH
N2 = N NaOH
Rumus :
N = grBE
×1000
V
BE = BMEq
Hitungan :
Gram = N.V.BE
= 0.1 × 100 × 126\2
= 630 mg
= 0.63 gram
V1.N1 = V2.N2
10 . 0.1 = 10.75 . N2
N2 = 1
10.75
= 0.0847 N
B.Pembakuan HCl dengan Baku Primer Borax ( Asidi )
Vol Borax = 10 ml
N Borax = 0.1 N
Pengerjaan Vol HCl (ml)
Simplo 50ml–39,4ml=10,6ml
Duplo 39.4ml–28,2ml= 10.3ml
Rata - rata 10.9ml
N NaOH V1.N1 = V2.N2
Keterangan :
V1 = Vol. Asam Oksalat
N1 = N. Asam Oksalat
V2 = Vol. NaOH
N2 = N NaOH
Rumus :
N = grBE
×1000
V
BE = BMEq
Hitungan :
Gram borax = N.V.BE
= 0.1 × 100 × 382\2
= 10 × 191
= 1910 mg
= 1.91 gram
V1.N1 = V2.N2
10 . 0.1 = 10.9 . N2
N2 = 1
10.9
= 0.0917 N
PEMBAHASAN
Pada percobaan alkalimetri ini menggunakan larutan baku primer asam oksalat
(alkali) untuk menstandarsisasikan larutan NaOH.
Reaksi asam-basa sering digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan asam atau
larutan basa. Penentuan itu dapat dilakukan dengan cara meneteskan larutan basa yang
sudah diketahui konsentrasinya atau sebaliknya. Dan dalam pembahasan praktikum ini
akan banyak membahas mengenai alkalimetri. Alkalimetri yaitu penentuan kadar asam
dari suatu contoh dengan menggunakan larutan baku standar serta indikator pH yang
sesuai. Larutan baku standar ialah larutan yang konsentrasinya telah diketahui dengan
teliti dimana larutan ini setiap liternya mengandung sejumlah gram equivalen tertentu.
Larutan baku standar biasa digunakan sebagai titran, sedangkan larutan asam yang akan
ditentukan kadarnya digunakan sebagi titrat. Pada praktikum ini larutan basa yang bisa
digunakan adalah NaOH.
NaOH bukan merupakan bahan baku primer karena bersifat higroskopis dan mudah
menyerap CO2 dari udara. Oleh karena itu NaOH harus disatandarisasi terlebih dahulu
menggunakan larutan baku primer didapat dari penimbangan langsung bahan murni,
misalnya asam oksalat (COOH)2.2H2O.
Dalam praktikum kali ini kita akan menetukan kadar asam oksalat pada yogurt.
Dalam penentuan kadar asam oksalat digunakan larutan baku standar NaOH dari indikator
phenolphtalien. Indikator dalam titrasi adalah indikator pH karena indikator ini berubah
warnanya sesuai dengan perubahan pH. Suatu indikator pH memiliki perubahan warna
yang khas pada daerah pH tertentu. Dalam titrasi standarisasi NaOH dan penentuan kadar
asam oksalat dipakai indikator pH sehingga jelas harus diketahui pH untuk setiap
perubahan reaksi. Jumlah asam laktat pada yogurt sebanding dengan jumlah NaOH yang
digunakan dalam titrasi. Rekasi ini berlangsung menurut persamaan berikut:
C3H6O3 + NaOH - NaC3H5O3 + H2O
Standarsisasi ini dilakukan karena NaOH mudah terkontaminasi dan bereaksi
dengan zat lain sehingga larutan NaOH yang digunakan bisa saja sudah kurang murni.
Dalam penyimpanannya NaOH mengalami perubahan diantaranya karena sifat NaOH
yang higroskopis sehingga menyerap uap air dari udara. NaOH juga mudah bereaksi
dengan CO2 dalam udara. Kedua proses ini menyebabkan NaOH tidak murni lagi.
Indikator yang digunakan adalah indikator PP (phenolphtelein). Pemilihan indikator
ini didasari oleh penyesuaian pH akhir titrasi dengan trayek pH phenolphtelein. Reaksi
antara NaOH 0.1 N dengan Asam Oksalat 0.1 N. Perubahan warna yang menentukan titik
akhir titrasi adalah dari tidak berwarna menjadi merah sangat muda.
Tugas :
1. Apa yang dimadsud dengan larutan buffer ?
2. Sebutkan macam – macam indicator asam basa ?
3. Gambarkan kurva dibawah ini :
A. Asam kuat – basa lemah
B. Asam kuat – basa kuat
C. Asam lemah – basa lemah
Jawab :
1. Larutan buffer adalah larutan yang terdiri dari garam dengan asam lemahnya atau
garam dengan basa lemahnya. Komposisi ini menyebabkan larutan memiliki
kemampuan untuk mempertahankan pH jika kedalam larutan ditambahkan sedikit
asam atau basa. Hal ini disebabkan larutan penyangga memiliki pasangan asam basa
konjugasi (ingat konsep asam Lowry-Bronsted).
2. Pembagian Indikator dalam titrasi :
Indikator Asam Basa (Acid Base Indicators)
Titrasi yang menggunakan indikator ini adalah titrasi Asidimetri dan alkalimetri.
Indikator Pengendapan dan Adsorpsi.
Titrasi yang menggunakan indikator ini adalah titrasi presipitimetri seperti pada
Argentometri.
Auto indikator.
Titrasi yang menggunakan indikator ini adalah titrasi Iodometri, Permanganometri,
Iodimetri dan Bromatometri.
Indikator Redoks
Titrasi yang menggunakan indikator ini adalah titrasi Bromatometri, Serimetri, dan
titrasi K2Cr2O7, Iodimetri dan Iodometri.
Indikator dalam (Internal Indicator)
Titrasi yang menggunakan indikator ini adalah titrasi Nitrimetri
Indikator luar (Eksternal Indicator)
Titrasi yang menggunakan indikator ini adalah titrasi Nitrimetri
Indikator Metal (Metalochromatic Indicators)
Titrasi yang menggunakan indikator ini adalah titrasi Kompleksometri dan
Kelatometri.
3. Titrasi Asam Kuat - Basa Lemah
contoh :
- Asam kuat : HCl- Basa lemah : NH4OH
Persamaan Reaksi :HCl + NH4OH → NH4Cl + H2OReaksi ionnya :H+ + NH4OH → H2O + NH4
+
Kurva Titrasi Asam kuat – Basa Lemah
Titrasi Asam Kuat - Basa Kuat
Contoh :
- Asam kuat : HCl- Basa kuat : NaOH
Persamaan Reaksi :HCl + NaOH → NaCl + H2OReaksi ionnya :H+ + OH- → H2O
Kurva Titrasi Asam Kuat Basa Kuat
Kurva Titrasi Asam lemah- Basa lemah
KESIMPULAN
- Standardisasi NaOH ditandai adanya perubahan warna pada akhir titrasi yaitu putih
bening menjadi pink atau merah muda.
-Dari hasil percobaan asidi alkalimetri didapatkan normalitas larutan NaOH sebesar
0.0847 N dan normalitas HCl sebesar 0.0917 N.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Titrasi
http://chemistryoche.blogspot.com/2010/04/titrimetri.html
http://kimia-asyik.blogspot.com/2010/01/kurva-titrasi-asam-basa.html
modul pratikum kimia analisis universitas muhammadiyah