Laporan Praktek Lapang Geologi Laut di Perairan Desa Bunati, Kabupaten TanahBumbu, Provinsi...
-
Upload
roy-flasher -
Category
Documents
-
view
69 -
download
2
description
Transcript of Laporan Praktek Lapang Geologi Laut di Perairan Desa Bunati, Kabupaten TanahBumbu, Provinsi...
1
LAPORAN PRAKTIK LAPANG GEOLOGI LAUT
DI PERAIRAN DESA BUNATI, KABUPATEN KOTABARU
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Oleh :
NAMA : MUHAMMAD ROYYANDI
NIM : G1F113204
KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGIUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTANPROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
BANJARBARU
2016
2
I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas wilayah perairan
laut lebih dari 75% yang mencapai 5.8 juta kilometer persegi, terdapat lebih dari
17.500 pulau dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada,
yaitu sekitar 81.000 km. Secara geologi, kepulauan Indonesia terbentuk oleh
berbagai proses geologi yang sangat kuat sehingga berpengaruh pada
pembentukan pantai disana.
Geologi kelautan sendiri secara prinsip hampir sama dengan geologi
dipermukaan atau di daratan, baik itu proses-proses geologinya dan lain
sebagainya, hanya saja permukaannya tertutupi suatu massa air. Dalam Geologi
kelautan seperti juga kita mempelajari geologi di daratan, akan menampakkan
juga suatu kenampakkan geomorfologi, hanya saja sekali lagi kenampakkan itu
tertutup oleh massa air.
Wilayah propinsi Kalimantan Selatan memiliki luas kurang lebih
3.753.051 ha, dan memiliki garis pantai yang mempunyai karakteristik yang
berbeda-beda di setiap daerah. Pada daerah pesisir pantai bagian selatan
Kalimantan Selatan terutama di bagian pesisir pantai Bunati, di Desa Bunati,
Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan memiliki tanah singkapannya
terdiri dari jenis batuan dan gugusan formasi batubara yang terlihat menjorok
kepermukaan. Kondisi pantai Bunati terdiri dari hamparan pasir, muara sungai,
tanjung yang terdapat singkapan batuan serta aktivitas Terminal khusus perairan
pantai Bunati merupakan arus pelayaran kapal pengangkut batubara (atau yang
disebut dengan Tongkang) yang tidak menutup kemungkinan dapat
mempengaruhi jenis batuan yang terdapat di wilayah pantai Bunati menjadi
terjadi. Bentukan lahan di desa Bunati diperkirakan berasal dari proses marine dan
fluvial.
Agar dapat mengetahui proses yang terjadi di desa Bunati dan
mengembangkan mata kuliah Geologi Laut maka mahasiswa Ilmu Kelautan
melakukan praktek lapang di wilayah tersebut.
.
1
3
I.2. Tujuan dan Kegunaan
Adapun tujuan dan kegunaan praktek lapang yang dilaksanakan di Pantai
Bunati Kecamatan Angsana :
1. Mengidentifikasi secara visual jenis batuan yang terdapat di lokasi praktek.
2. Mengetahui struktur batuan yang tersingkap di sepanjang pantai lokasi praktek.
3. Mengetahui proses geomorfologi pantai di lokasi tersebut.
I.3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup praktek lapang di perairan Pantai Bunati adalah sebagai
berikut :
I.3.1. Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup praktek lapang kali ini adalah mencakup lokasi perairan
pesisir dan laut Desa Bunati Kecamatan Angsana Kabupaten Tanah Bumbu
dimana di sekitar tempat tersebut merupakan wilayah Pelabuhan khusus.
I.3.2. Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup praktik lapang kali ini adalah mencakup lokasi pesisir dan
laut Desa Bunati Kecamatan Angsana Kabupaten Tanah Bumbu. Dimana di
sekitar tempat tersebut terdapat beberapa jenis batuan yang akan di identifikasi
oleh Praktikan. Struktur dan singkapan bantuan yang ada di pantai Bunati, yaitu
batuan sedimen yang terbagi menjadi dua jenis batuan, yaitu batu bara dan batu
kerikil.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.
II.1. Pengertian Geologi
Secara estimologi geologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Geo yang
artinya Bumi dan Logos yang artinya ilmu, jadi Geologi adalah ilmu yang
mempelajari bumi (Anonim,2012). Menurut Holmes dalam Saragih (2012)
menyatakan bahwa geologi merupakan ilmu ppengetahuan yang menguraikan
tentang evolusi bumi secara menyeluruh beserta penghuninnya. Secara
menyeluruh beserta penghuninya, sejak awal pembentukannya hingga sekarang,
yang dapat dikenali dapat batuan. Secara umum Geologi adalah ilmu yang
mempelajari planet bumu termasuk komposisi keterbentukannya dan sejarahnya.
Geologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang masa
sekarang atau masa yang lampau dari bentuk-bentuk morfologi, struktur bumi,
lingkuungan dan kehidupan fosil yang terdapat pada batuan. Bidang utama yang
dipelajari adalah semua jenis batuan, tanah dan air dalam tanah batuan yang
bermanfaat untuk pencarian bahan-bahan tambang minyak dan gas, endapan
mineral maupun dapat sebagai konsultan bidang geologi teknik. Ahli geologi
dapat mengungkapkan fenomena alam tentang bencana gempa bumi dan tsunami,
gunung meletus, banjir, gerakan tanah dll (Sukartono, 2010).
Menurut Hadiwidoyo (1976) bahwa ilmu geologi adalah pengetahuan alam
yang mempelajari litosfer (Lithos : batu, phere : lapisan) dan gejala-gejalanya,
semula ilmu geologi ditempatan sebagai ilmu murni bagian dari lmu pengetahuan
alam yang bersifat deskriptif klasik yaitu pengetahuan yang mempelajari atau
menyelidiki lapisan-lapisan batuan yang ada dalam kerak bumi dan menuliskan
sejarah perkembangannya. Menjelang akhir abad ke-20 bidang geologi mengalami
perkembangan yang pesat, geologi dari ilmu murni lambat laun berubah menjadi
salah satu disiplin yang digunakan manusia masa kini secara intensif dalam upaya
mengubah lingkungan alam demi untuk kehidupannya yang layak.
2.2 Manfaat mempelajari Geologi Laut
Cakupan dari ilmu geologi sangat luas seperti yang tersebut dalam
definisinya, yaitu mempelajari bumi seutuhnya. Sehingga untuk memudahkan
3
5
dalam mempelajari bumi, maka ilmu geologi dapat dipecah menjadi beberapa
cabang ilmu geologi semakin bertambah seiring dengan kemajuan ilmu dan
teknologi.
Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui beberapa kepentingan dalam
mempelajari ilmu geologi. Di bawah ini beberapa kepentingan tersebut :
Ilmu geologi dapat membantu untuk mengetahui dan memahami awal terjadi
dan struktur dari bumi sebagai planet khususnya daratan dan lautan yang
menyusun kerak bumi.
Ilmu geologi dapat membantu menjelaskan karakteritik dan babbling alam
yang sangat bervariasi dan bagaimana bentang dan yang sangat berbeda ini
dapat terbentuk dan dimanfaatkan oleh manusia.
Pengetahuan geologi sangat membantu untuk mengetahui dimana mineral dan
batuan berharga dapat dijumpai.
Keberadaan material bangunan sangat tergantung pada kondisi geologi suatu
daerah. Pengetahuan geologi sangat membantu para ahli bangunan untuk
mendapatkan material bahan bangunan.
Ilmu geologi sangat penting dalam hubungannya dengan sumber daya air,
karena keberadaan air sangat tergantung juga pada jenis atau macam
batuannya.
Pengetahuan geologi sangat membantu untuk memprediksikan atau
meramalkan kemungkinan-kemungkinan terjadinya bencana alam seperti
longsoran, aktivitas gunung api dan sebagainya (Anonim, 2009).
2.3 Struktur Geologi dan Geomorfologi Pantai
Struktur Geologi merupakan studi mengenal unsur–unsur struktur geologi,
yaitu studi tentang perlipatan, rekahan, sesar, dan sebagainya, yang terdapat
didalam suatu satua tektonik. Tektonik sendiri dianggap suatu studi yang
mencakup masalah bentuk, pola evolusi dari satuan tektonik dalam ukuran yang
lebih besar seperti : cekungan sedimentasi, rangkaian pegunungan, paparan dan
sebagainya. Geologi struktur dalam hal ini sudah pasti erat hubungannya dengan
studi tentang struktur sekunder, yaitu suatu struktur yang terbentuk setelah terjadi
pengendapan batuan.
6
Macam – macam struktur sekunder :
a) Kekar (joint) : yaitu rekahan – rekahan dalam batuan yang terjadi karena
tekanan atau tarikan yang disebabkan oleh gaya yang bekerja dalam kerak
bumi (Gambar 2.1)
Gambar 2.1. Macam-macam Kekar (Joint)
b) Sesar (fault) : adalah rekahan – rekahan dalam kulit bumi, yang telah
mengalami pergeseran (Gambar 2.2)
Gambar 2.2. Macam-macam Sesar
7
c) Lipatan (fold) : yaitu penekukan pada batuan, baik dalam batuan sedimen atau
metamorf (Gambar 2.3).
Gambar 2.3. Sketsa Sistem Pelipatan
d) Bidang Pelapisan (unconformity) : yaitu suatu bidang erosi yang memisahkan
antara batuan yang lebih muda dari yang lebih tua (Gambar 2.4).
Gambar 2.4. Sketsa Jenis-jenis Sistem Pelipatan
Pada dasarnya geomorfologi mempelajari bentuk bentang alam atau
bentuk lahan. Perkembangan teknologi penginderaan jauh baik pesawat maupun
dari satelit yang menghasilkan citra atau foto udara, dapat mempermudah untuk
melihat dan menginterpretasikan kenampakan geomorfologi (Noor, 2011).
8
Worcester (1939) mendefinisikan geomorfologi sebagai diskripsi dan
tafsiran dari bentuk roman muka bumi. Definisi Worcester ini lebih luas dari
sekedar ilmu pengetahuan tentang bentangalam (the science of landforms), sebab
termasuk pembahasan tentang kejadian bumi secara umum, seperti pembentukan
cekungan lautan (ocean basin) dan paparan benua (continental platform), serta
bentuk-bentuk struktur yang lebih kecil dari yang disebut diatas, seperti plain,
plateau, mountain dan sebagainya.
Sehubungan dengan stadia geomorfologi yang dikenal juga sebagai Siklus
Geomorfik (Geomorphic cycle) (Gambar 2.5) yang pada mulanya diajukan Davis
dengan istilah Geomorphic cycle. Siklus dapat diartikan sebagai suatu peristiwa
yang mempunyai gejala yang berlangsung secara terus menerus (kontinyu),
dimana gejala yang pertama sama dengan gejala yang terakhir. Siklus
geomorfologi dapat diartikan sebagai rangkaian gejala geomorfologi yang sifatnya
menerus. Misalnya, suatu bentangalam dikatakan telah mengalami satu siklus
geomorfologi apabila telah melalui tahapan perkembangan mulai tahap muda,
dewasa dan tua.
9
Gambar 2.5. Siklus Geomorfologi
Stadium tua dapat kembali menjadi muda apabila terjadi peremajaan
(rejuvenation) atas suatu bentang alam. Dengan kembali ke stadia muda, maka
siklus geomorfologi yang kedua mulai berlangsung. Untuk ini dipakai formula n +
1 cycle, dimana n adalah jumlah siklus yang mendahului dari satu siklus yang
terakhir. Istilah lain yang sering dipakai untuk hal yang sama dengan siklus
geomorfologi adalah siklus erosi (cycle of erosion). Dengan adanya kemungkinan
terjadi beberapa siklus geomorfologi, maka dikenal pula istilah : the first cycle of
erosion, the second cycle of erosion, the third cycle of erosion, etc. Misalnya suatu
10
plateau yang mencapai tinmaturely dissected plateau in the second cycle of
erosion.
Wilayah pantai merupakan daerah yang sangat dinamis karena wilayah
tersebut merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut. Oleh karena itu,
morfologi dan bentang alam wilayah pantai yang terbentuk merupakan hasil dari
hempasan gelombang air laut dan aktivitas manusia. Geomorfologi pantai dapat
berupa dataran aluvial, bangunan pantai, estuari, lagoon, delta, hutan mangrove
dan bangunan pantai (Noor, 2010).
Geomorfologi yang merupakan salah satu parameter dari kerentanan
pantai terhadap kenaikan muka laut berpengaruh terhadap tingkat erosi relatif
pada suatu bagian pantai. Menurut Gornitz (1991) pantai yang sangat rentan
terhadap kenaikan muka laut adalah pantai dengan geomorfologi berupa
penghalang pantai, pantai berpasir, pantai berlumpur (mudflats), dan delta.
Sedangkan pantai dengan bentuk geomorfologi berupa tebing tinggi dan fjords
sangat tidak rentan terhadap kenaikan muka laut.
2.4. Kelerengan Pantai
Kelerengan pantai adalah tingkat kecuraman atau nilai kelandaian suatu
daerah pantai yang diukur dari batas zonasi tubuhan hingga batas air laut
(Anonim, 2012). Secara garis besar, perairan Indonesia dapat dibagi menjadi dua,
yakni perairan dangkal berupa paparan, dan perairan laut dalam. Paparan (shelf)
adalah zona di laut terhitung mulai garis surut terendah hingga pada kedalaman
sekitar 120–200 m, yang kemudian biasanya disusul dengan lereng yang lebih ke
arah laut dalam. Ada dua paparan yang luas di Indonesia yakni paparan Sunda di
sebelah barat dan paparan Arafura-Sahul di sebelah timur. Di antara keduanya
terdapat laut dalam dengan topografi yang kompleks. Misalnya ada depresi atau
cekungan yang luas di dasar laut, dan kurang lebih berbentuk bulat atau lonjong,
disebut basin. Ada pula depresi yang dalam dan bentuknya memanjang yang
disebut palung. Palung yang sempit dengan sisi yang curam disebut trench dan
yang agak melebar dengan sisi yang lebih landai adalah trough (Nontji, 2007).
11
II.2. Jenis Batuan
Berdasarkan kejadiannya atau cara terbentuknya atau genesanya menjadi 3
kelompok utama:
1. Batuan beku, batuan yang terbentuk dari pembekuan magma
2. Batuan sedimen, batuan yang terbentuk dari hasil rombakkan batuan yang telah
ada sebelumnya
3. Batuan metamorf, batuan yang terbentuk akibat adanya pengaruh tekanan,
panas atau keduanya yang sangat tinggi (Nurdin 2009).
Batuan umumnya diklasifikasikan berdasarkan komposisi mineral dan
kimia, dengan tekstur partikel unsur dan oleh proses yang mereka. Ciri – ciri ini
mengklasifikasikan batuan menjadi beku, sedimen, dan metamorf. Mereka lebih
diklasifikasikan berdasarkan ukuran partikel yang membentuk mereka.
Transformasi dari satu jenis batuan yang lain digambarkan oleh model geologi
(Pettijohn 1987).
Pengkelasan ini dibuat dengan berdasarkan:
1. Kandungan mineral yaitu jenis-jenis mineral yang terdapat di dalam batu ini.
2. Tekstur batu, yaitu ukuran dan bentuk hablur-hablur mineral di dalam batu
3. Struktur batu, yaitu susunan hablur mineral di dalam batu.
4. Proses pembentukan.
12
Gambar 2.6 Siklus Batuan
2.5.1. Batuan Beku
Batuan beku merupakan batuan yang terbentuk dari hasil pendinginan dan
kristalisasi magma di dalam maupun di permukaan bumi. Secara umum, mineral-
mineral penyusun batuan beku dapat digambarkan oleh bowen reaction series
(Nurdin 2009).
Berdasarkan tempat terbentuknya, batuan beku dapat dibagi menjadi 2,
yaitu batuan plutonis dan batuan vulkanis :
a. Batuan beku plutonis
Batuan beku plutonis adalah batuan yang proses terbentuknya jauh di
dalam bumi (15–50km). Batuan ini terbentuk dari pendinginan yangberjalan
sangat lambat. Oleh karena itu, batuan ini mempunyai kristalyang sempurna
(holokristalin).
Ciri-ciri batuan plutonis:
- Pada umumnya berbutir kasar
- Jarang memperlihatkan struktur vesikuler (lubang gas)
b. Batuan beku vulkanis
Merupakan batuan yang terbentuk di permukaan bumi. Ciri-ciri batuan vulkanis:
- Berbutir halus dan sering terdapat kaca
- Memperlihatkan struktur vesikuler (Nurdin 2009).
13
2.5.2. Batuan Sedimen
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari hasil pengendapan
(sedimentasi), hasil erosi atau batuan yang terjadi dari akumulasi mineral dari
hasil perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktifitas kimia
maupun organisme yang diendapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi yang
kemudian mengalami pembatuan (litifikasi) dan diagenesa (Nurdin 2009).
Proses pembentukan sedimen menjadi batuan sedimen disebut diagenesis.
Adapun proses-proses yang terjadi dalam diaganesis, antara lain:
a) Kompaksi, yaitu pembentukan akibat beban akumulasi sedimen atau material
lain yang menyebabkan hubungan antar butir lebih lekat, air dalam pori-pori
antar butir keluar menjadi kompak atau padat, volumenya berubah, dan
porositasnya menjadi berkurang.
b) Sementasi, yaitu proses keluarnya air pori-pori yang mengendapkanmaterial
terlarut (CaCO3, SiO2, Fe2O3, oxida atau mineral batubara)menyemen butiran-
butiran sedimen mengakibatkan porositas sedimen menjadi lebih kecil dari
material semula.
c) Rekristalisasi, dimana mineral-mineral kurang stabil (aragonit) saatsedimen
terakumulasi mengkristal kembali menjadi stabil (kalsit).
d) Pelarutan, terjadi karena ada tekanan yang berasal dari sedimen yang adadi
atasnya sehingga menimbulkan panas dan akhirnya terjadi pelarutan.
e) Autijenesis, pembentukan mineral baru.
f) Penggantian (replacement).
g) Bioturbasi, yaitu penghancuran lapisan sedimen, bisa menjadi Batu Baradan
mempunyai porositas yang tinggi.
2.5.3. Batuan Metamorf
Batuan metamorf merupakan batuan yang telah mengalami perubahan
akibattekanan dan atau suhu yang tinggi (T>2000°C dan P>300Mpa) yang
terjadisecara isokimia yang menghasilkan batuan dengan mineralogi yang
berbeda.
Proses pembentukkan batuan metamorf disebut metamorfisme.
Metamorfisme sendiri dapat dibagi menjadi 4, diantaranya:
14
- Metamorfisme kataklastik (jarang terjadi), deformasi mekanik pada
metamofisme thd. batuan regas menghasilkan hancuran tidak terjadi
rekstalisasi bila berlanjut fragmen menjadi lonjong biasanya terjadi akibat
sesar yang akan menghasilkan breksiasi atau milonitisasi.
- Metamorfisme Kontak, akibat kenaikan suhu (intrusi magma),
terjadirekristalisasi kimia disekitar intrusi, metamorfisme aureol
- Metamorfisme beban (burial), akibat tertimbun sangat dalam, suhu
3000°C,kelompok mineral zeolit.
- Metamorfisme regional, pada kerak benua, sangat luas yang merupakan
rangkaian seri fasies dynamo-termal.
2.6 Strike dan Dip
Strike dan Dip mengacu kepada orientasi atau geometri fitur-fitur geologi.
Garis strike perlapisan, patahan, atau fitur planar lainnya, adalah garis yang
merepresentasikan perpotongan fitur tersebut di bidang horizontal (Gambar 2.7).
Dalam peta geologi, strike dan dip digambarkan dengan garis pendek yang
dipotong oleh garis yang lebih pendek tegak lurus dengan garis pertama.
Cara lain untuk merepresentasikan Strike dan Dip adalah dengan Dip dan
Dip Direction. Dip Direction adalah azimut dari arah dip yang diproyeksikan ke
bidang horizontral (seperti trend dari fitur linear dalam pengukuran trend dan
plunge), yang dimana arahnya tegak lurus (90°) dari arah strike. Seperti contoh,
sebuah dipping 30° ke selatan, akan memiliki strike timur-barat (dan akan ditulis
090° / 30° S menggunakan strike dan dip), tapi akan ditulis sebagai 30/180
menggunakan metode dip dan dip direction.
Gambar 2.7 Strike Dip pada bidang
15
Strike dan dip ditentukan di lapangan dengan kompas dan klinometer atau
kombinasi keduanya, seperti kompas Brunton. Kompas-Klinometer yang
mengukur dip dan dip direction dalam satu langkah (Gambar 2.8) sering disebut
kompas Stratum atau Klar. Aplikasi-aplikasi di ponsel pintar juga tersedia, yang
menggunakan akselerometer internal untuk memperoleh pengukuran orientasi.
Dikombinasikan dengan GPS, ponsel pintar bisa membaca dan merekam dan lalu
mengunggahnya ke peta .
Setiap fitur planar bisa diukur oleh strike dan dip, termasuk Perlapisan
sedimen, patahan dan kekar, Cuesta, dike dan sill batuan beku, foliasi metamorf,
dan fitur planar lainnya di muka bumi. Fitur linear diukur menggunakan metode
yang sama, dimana plunge adalah sudut dip dan trend analog dengan nilai dip
direction. Apparent dip atau dip semu adalah nama dari setiap dip yang diukur di
bidang vertikal yang tidak tegak lurus dengan garis strike. True dip atau dip asli
bisa diukur dari apparent dip menggunakan trigonometri bila diketahui nilai
strike. Penampang geologi menggunakan apparent dip ketika mereka digambarkan
dalam suatu sudut yang tidak tegak lurus trike (Wikipedia, 2016).
Gambar 2.8. Kompas Geologi
16
BAB III
METODE PRAKTEK
3.1 Waktu dan tempat
Praktik lapang dilaksanakan pada hari Kamis, Tanggal 28 s.d 1 Mei 2016.
Tempat Praktek Geologi Laut ini adalah di Desa Bunati, Kabupaten Tanah
Bumbu, Propinsi Kalimantan Selatan (Gambar 3.1).
Gambar 3.1 Lokasi praktek lapang
3.2 Alat dan bahan
Adapun alat-alat yang digunakan dalam pengambilan data yaitu :
Tabel 3.1. Alat-alat yang Digunakan Dalam Praktek Geologi
No Nama Fungsi
1. Palu Geologi Membantu mengambil sampel batuan
2. Kantong sampel Memasuukkan sampel batuan
3. Alat tulis Mencatat hasil pengamatan
4. Kamera Mendominasikan
5. Theodolit Membantu pengukuran kontur tanah
15
17
6. Waterpass Mengukur kemiringan suatu lokasi
7. Rambu ukur Alat pendukung pengambilan data
menggunalan theodolite dan waterpass
8. Kompas Geologi Mengukur Strike dan Dip
9. GPS Menandai titik koordinat
3.3 Prosedur kerja
1. Pengambilan data batuan
a. Mengamati dan mendokumentasikan jenis batuan yang terdapat disepanjang
pantai lokasi praktek.
b. Mengidentifikasi sampel batuan yang diperoleh di lapangan
c. Mengklasifikasikan berdasarkan jenis batuannya
d. Kelandaian pantai dan pembuatan peta
2. Pengambilan data kelandaian pantai
a. Menentukan titik lokasi yang akan di ambil datanya
b. Melakukan pengambilan data menggunakan theodolit dan waterpass
c. Mencatat hasil pengukuran tsb.
3. Strike dan Dip
Langkah-langkah dalam mengukur strike dan dip adalah:
1. Mencari arah jurus pada bidang (strike)
- Kenali dulu arah utara pada kompas, agar kita tidak terbalik menentukan arah.
- Tempelkan sisi kompas yang bertanda "E" (sisi kompas bagian timur) pada
bidang yang akan kita ukur.
- Posisikan kompas secara horizontal dengan memanfaatkan gelembung udara
pada bull eyes berada di tengah.
- Catat derajat yang di bentuk oleh jarum magnet yang mengarah ke utara.
Itulah angka Strike. Buat garis lurus searah strike untuk menentukan dip.
2. Mencari kemiringan bidang (dip)
18
- Pada garis lurus yang dibentuk strike, tempelkan sisi kompas yang bertanda
"W" (sisi kompas bagian barat) secara tegak lurus.
- Putar tuas klinometer agar gelembung udara di dalam nya berada di tengah.
- Catat angka yang tertera pada jarum klinometer. Itulah angka Dip.
19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran umum lokasi praktek
Desa bunati merupakan desa nelayan yang memanjang dari timur ke barat,
sebelah utara berbatasan dengan Desa Karang indah, sebelah barat berbatasan
dengan Desa Angsana, sebelah selatan berbatasan dengan Laut Jawa dan sebelah
timur dengan Muara Sebamban. Sebelah timur sungai desa merupakan
perkampungan nelayan. Mayoritas penduduk Desa Bunati berasal dari suku
Bugis, , Banjar, dan Jawa.
4.2 Jenis batuan yang ditemukan di lokasi praktek
Adapun data yang diperoleh dari praktek lapang Geologi Laut di Pantai
Bunati ditampilkan pada Tabel 4.1 sebagai berikut :
Tabel 4.1. Data – data Jenis batuan
No Kelompok batuan Jenis batuan Keterangan
1. Batuan sedimen Batu bara (Paleogen)
Wilayah garis pantai dan pada daerah tanjung Teraban di Pantai Bunati
2. Batuan sedimen Batu lempung Wilayah garis pantai di Pantai Bunati
3. Batu Sedimen Batu Apung Wilayah garis pantai di Pantai Bunati
Berdasarkan tabel di atas jenis batuan yang ditemukan di Pantai Bunati
termasuk kedalam kelompok batuan sedimen dengan jensis batu lempung, dan
batu bara (palogen). Berikut deskripsi dan pembahasan kedua batuan tersebut.
18
20
1. Batu Bara
Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa jenis batuan yang ditemukan
di Pantai Sungai Cuka didominasi oleh kelompok batuan sedimen non-klastik
dengan jenis batuan batu Bara.
Batubara termasuk dalam batuan sedimen non klastik, batuan sedimen non-
klastik adalah batuan sedimen yang terbentuk dari proses kimiawi dan proses
organik. Batu bara terbentuk dari proses organik sehingga termasuk batuan
sedimen organik berasal dari sisa tumbuhan yang terubah. Serpihan daun dan
batang tumbuhan yang tebal dalam suatu cekungan (biasanya dikaitkan dengan
lingkungan daratan), apabila mengalami tekanan yang tinggi akan termampatkan,
dan akhirnya berubah menjadi bahan hidrokarbon batubara (Gambar 4.1).
Gambar 4.1 Batu bara (Dok. PL IKL 2016)
Klasifikasi batu bara berdasarkan tingkat pembatubaraan biasanya
dimaksudkan untuk menentukan tujuan pemanfaatannya. Misalnya, batu bara
bintuminus banyak digunakan untuk bahan bakar pembangkit listrik, pada industri
baja atau genteng serta industri semen (batu bara termal atau steam coal). Adapun
batu bara antrasit digunakan untuk proses sintering bijih mineral, proses
pembuatan elektroda listrik, pembakaran batu gamping, dan untuk pembuatan
briket tanpa asap (Raharjo 2006).
Batu bara yang tebal, biasanya berwarna hitam mengkilat dan terkadang
cokelat tua. Jenis batu bara yang memiliki kandungan karbonan tinggi, seringkali
dengan alur materi yang terang dan kusam, dan memilki zat yang mudah menguap
sebesar 15-50%. Batubara bituminus adalah batubara peringkat menengah (antara
sub-bituminus dan antrasit) yang terbentuk dari tekanan dan panas tambahan di
21
lapisan lignit. Kandungan kelembapan biasanya kurang dari 20%. nilai panas dari
batubara bituminous berada di antara 5,500 sampai 7,000 kcal/kg (Anonim, 2014).
2. Batu Lempung
Batuan Lempung atau tanah liat adalah kata umum untuk partikel mineral
berkerangka dasar silikat yang berdiameter kurang dari 4 mikrometer. Lempung
mengandung leburan silika dan/atau aluminium yang halus. Unsur – unsur ini,
silikon, oksigen, dan aluminum adalah unsur yang paling banyak menyusun kerak
bumi. Lempung terbentuk dari proses pelapukan batuan silika oleh asam karbonat
dan sebagian dihasilkan dari aktivitas panas bumi (Anonim, 2009).
Batu lempung termasuk dalam batuan sedimen klastik, batuan sedimen
klastik terbentuk atas dasar jenis batuan atas dasar ukuran butirnya. Batu lempung
adalah batuan sedimen klastik yang ukuran butirnya ukuran lempung (Gambar
4.2).
Gambar 4.2. Batu Lempung.( Dok. PL IKL 2016 )
Lempung membentuk gumpalan keras saat kering dan lengket apabila basah
terkena air. Sifat ini ditentukan oleh jenis mineral lempung yang
mendominasinya. Mineral lempung digolongkan berdasarkan susunan lapisan
oksida silikon dan oksida aluminium yang membentuk kristalnya. Golongan 1:1
memiliki lapisan satu oksida silikon dan satu oksida aluminium, sementara
22
golongan 2:1 memiliki dua lapis golongan oksida silikon dan satu lapis oksida
aluminium. Mineral lempung golongan 2:1 memiliki sifat elastis yang kuat,
menyusut saat kering dan membesar saat basah. Karena perilaku inilah beberapa
jenis tanah dapat membentuk kerutan-kerutan atau "pecah-pecah" bila kering.
3. Batu Apung
Batu apung (pumice) adalah jenis batuan yang berwarna terang, mengandung
buih yang terbuat dari gelembung berdinding gelas, dan biasanya disebut juga
sebagai batuan gelas vulkanik silikat (Gambar. 4.3).
Batuan ini terbentuk dari magma asam oleh aksi letusan gunung api yang
mengeluarkan materialnya ke udara, kemudian mengalami transportasi secara
horizontal dan terakumulasi sebagai batuan piroklastik.
Batu Apung (Pumice) berwarna keabu-abuan atau coklat. Memiliki titik
rongga seperti pori – pori yang tersebar secara tidak merata, pori – pori ini
terbentuk dari adanya gelembung udara atau gas ketika pembentukkannya. Batuan
ini ringan dan akan terapung apabila diletakkan di air oleh karena itu disebut batu
apung, batu ini juga tahan terhadap api, jamur, dan kondensi. Batu apung sering
digunakan untuk menghaluskan kayu, bahan pengisi (filter), isolator temperatur
tinggi, dll (Anonim, 2009)
Gambar 4.3 Batu Apung ( sumber: Wikipedia)
23
4.3 Geomorfologi Pantai Lokasi Praktek
Bentang alam yang terbentuk di Desa Bunati merupakan hasil proses hasil
perubahan gelombang air laut. Singkapan-singkapan batuan yang berada
disepanjang pantai dikenal sebagai muka daratan (headlands) ter-erosi,
menghasilkan pasir yang kemudian diangkut di sepanjang garis pantai dan
diendapkan di wilayah pantai membentuk bentuk-bentuk bentangalam tertentu.
Daerah singkapan batuan terdapat pada daerah barat desa Bunati yaitu tanjung
Teraban.
Morfologi pantai di daerah Desa Bunati berbentuk pantai landai (datar).
Pembentukan pantai merupakan hasil erosi gelombang air laut dan berada pada
zona muka air laut, sedangkan garis pantai mundur ke arah darat sebagai akibat
erosi gelombang laut (Gambar 4.4).
Bentuk pantai Desa Bunati berdasarkan materi penyusunnya termasuk Pantai
berpasir. Pantai tipe ini terbentuk oleh proses di laut akibat erosi gelombang,
pengendapan sedimen, dan material organik. Material penyusun terdiri atas pasir
bercampur batu yang berasal dari daratan yang terbawa aliran sungai dan berasal
dari daratan di belakang pantai tersebut. Di samping berasal dari daratan, material
penyusun pantai ini juga dapat berasal dari berbagai jenis biota laut yang ada di
daerah pantai itu sendiri.
Gambar 4.4. Geomorfologi Pantai Bunati ( Dok. PL IKL 2016 )
24
Bentukan lahan yang terbentuk di desa Bunati berasal bentukan lahan asal
fluvial dan bentukan asal marine. Bentuklahan asal proses fluvial terbentuk akibat
aktivitas aliran sungai yang berupa pengikisan, pengangkutan dan pengendapan
(sedimentasi) membentuk bentukan-bentukan deposisional yang berupa bentangan
dataran aluvial dan bentukan lain dengan struktur horisontal, tersusun oleh
material sedimen berbutir halus.
Bentukan lahan yang berasal dari proses fluvial pada daerah Bunati yang
ditemukan adalah delta. Delta yang terbentuk dipengaruhi oleh debit air sungai
dan arus laut yang yang sama-sama kuat sehinga endapan sedimen berada di
muara sungai. Tofografi delta pada desa Bunati berbentuk datar. Bentukan asal
marine adalah bentuk lahan yang terbentuk dari proses laut oleh tenaga
gelombang, arus dan pasang surut. Bentukan lahan marine yang terdapat di lokasi
praktek yaitu gisik (beach) dan lidah pasir (sand spit). Gisik yang terbentuk pada
lokasi praktik disebabkan oleh arus dan gelombang (Gambar 4.5).
Gambar 4.5. Gisik (beach) di Pantai Bunati ( Dok. PL IKL 2016 )
Arus di desa Bunati merupakan arus sepanjang pantai. Angkutan sedimen
pada desa Bunati dipengaruhi oleh arus dan gelombang pecah. Transport sedimen
bergerak sejajar garis pantai dan mengendap pada daerah pecahnya gelombang
(surf zone). Material gisik pada pantai bunati berupa pasir halus. Sebagaimana
terlihat pada Gambar 4.5.
25
Gambar 4.6. Lidah Pasir di Pantai Bunati ( Dok. PL IKL 2016 )
Lidah pasir yang terbentuk di lokasi praktik disebabkan oleh gelombang
yang datang sejajar membentuk sudut sehingga arus sejajar pantai mengarah ke
muara sungai. Debit sungai lebih kecil dari arus sejajar pantai lebih besar sehingga
sedimen tertumpuk pada daerah muara sungai yang menjorok kearah laut. Pada
bagian ujung lidah pasir suplai sedimen lebih sedikit, yang berada di dekat sungai
lebih banyak. Sebagaimana terlihat pada Gambar 4.6.
4.4 Struktur geologi
Dominan formasi batuan di Desa Bunati adalah Alluvium (Qa) (yakni terdiri
dari kerikil, pasir, lanau, lempung dan lumpur). Pada daerah yang jauh dari pantai
tersusun dari formasi geologi lainnya seperti Formasi Dahor (TQd).
Singkapan sedimen perselingan tipis, lapisan sejajar, antara batupasir halus
dan lempung, struktur sedimen silang siur pada batu pasir halus menunjukkan
lingkungan pengendapan dataran banjir. Endapan batubara yang sangat rapuh dari
jenis lignit dan banyak dijumpai polen mangrove rhizophora, mengindikasikan
lingkungan rawa. Jadi Formasi Dahor dapat dikatagorikan sebagai endapan alufial
dan rawa.
Formasi Dahor terbentuk dengan diawali gerakan tektonik yang
menyebabkan batuan tua Pra-Tersier dan Tersier terangkat membentuk
pegunungan Meratus. Sejalan dengan pelipatan dan pensesaran batuan tua tersebut
26
kemudian diikuti pengendapan batuan Formasi Dahor. Formasi Dahor diperkiran
berumur Plio-Plistosen diendapkan dalam lingkungan paralis. Singkapan batubara
terletak 300m selatan jalan Pelaihari – Batulicin (kecamatan Kintap) terdiri atas
perselingan batubara dengan lempung. Batubara berwarna hitam, hitam
kecoklatan, sedang-lunak, mudah pecah, getas, tebal lapisan, 0,1m - 14m.
4.5 Kelandaian pantai
Bentuk profil kedalaman (batimetri) di wilayah Tanah Bumbu terdiri dari
dua bentuk yakni di bagian barat (perairan Selat Laut) dan bagian selatan yang
berhadapan dengan Laut Jawa. Pada perairan Selat Laut, menunjukkan di daerah
pesisir Kabupaten Tanah Bumbu lebih curam terutama dari Pulau Suwangi sampai
ke muara Selat Laut, jika dibandingkan dengan kedalaman di pesisir Pulau Laut
(Kabupaten Kotabaru), akan tetapi di perairan ini banyak terbentuk delta sebagai
akibat sedimentasi. Kedalaman di perairan Selat Laut maksimal 11 m.
Profil kedalaman di bagian selatan lebih beragam, dimana pada kedalaman 5
m berkisar pada jarak 1–5 km dan kedalaman 10 m pada jarak 6–16 km.
Pengaruh gelombang sangat berpengaruh di daerah ini terutama pada musim timur
(angin dominan dari arah Tenggara).
Berdasarkan hasil analisis kedalaman pantai Bunati yang berhadapan
dengan laut jawa, desa Bunati memiliki bentuk pantai yang landai (datar). Nilai
kedalaman minimum berkisar < 1,5 m (nilai 0 di anggap sebagai
daratan).kedalaman maksimal mencapai 7,5 m. Kedalaman di perairan Bunati
dipengaruhi oleh hidrooseanografi baik dari darat melalui aliran sungai maupun
dari laut. Akibat proses ini, sehingga profil kedalaman di perairan ini tidak
beraturan, di mana banyak terdapat sand dune (gumuk pasir) yang tidak beraturan
sebagai akibat pengaruh gelombang dan arus pasut baik dari sungai maupun laut.
27
Bentuk relief desa Bunati menunjukkan bahwa adanya sedimentasi di daerah
muara sungai sehingga daerah tersebut lebih dangkal. Sedimentasi adalah
masuknya muatan sedimen ke dalam suatu lingkungan perairan tertentu melalui
media air dan diendapkan di dalam lingkungan tersebut (Gambar 4.7).
Gambar 4.7. Bentuk Relief Dasar Perairan Bunati Kabupaten Tanah Bumbu
Berdasarkan bentuk relief dasar perairan Bunati menunjukkan bahwa adanya
sedimentasi di daerah muara sungai sehingga daerah tersebut lebih dangkal.
Sedimentasi adalah masuknya muatan sedimen ke dalam suatu lingkungan
perairan tertentu melalui media air dan diendapkan di dalam lingkungan tersebut
(Gambar 4.8).
28
(a)
(b)
(c)
Gambar 4.8. Bentuk Profil Dasar Perairan Bunati (a) Profil pertama yang
berada di sebelah barat sungai, (b) Profil kedua yang berada di ujung muara
sungai dan (c) Profil ketiga yang berada di sebelah timur sungai
29
Gambar 4.9. Peta Pola Kedalaman Perairan Bunati Kabupaten Tanah Bumbu
4.6 Strike dan Dip di lokasi praktek
Adapun hasil pengamatan strike dan dip yang diperoleh dari praktek lapang
Geologi Laut di Pantai Bunati adalah arahnya 255o dan N 83o E/3o, pengambilan
data pukul 15:30, diukur dengan menggunakan kompas geologi (Gambar 4.10).
Gambar 4.10. strike dan dip di Pantai Bunati ( Dok. PL IKL 2016 ).
30
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Jenis-jenis batuan yang terdapat di sepanjang garis pantai Bunati termasuk
dalam jenis batuan sedimen yang terdiri dari batu bara dan batu lempung.
2. Struktur singkapan batuan yang terdapat di pantai Bunati adalah formasi
dahor dan formasi alluvium.
3. Bentukan lahan di pantai bunati berasal dari bentukan lahan asal marine dan
bentukan lahan asal fluvial. Berdasarkan bentuk relief dasar perairan Bunati
menunjukkan bahwa adanya sedimentasi di daerah muara sungai sehingga
daerah tersebut lebih dangkal.
5.2 Saran
Sebaiknya ke depannya pelaksanaan praktek dapat terkoordinasi dengan
lebih baik, sehingga tidak terjadi kebingungan saat pelaksanaan di lapangan yang
berakibat adanya kekurangan dan kesalahan dalam proses pengambilan data dan
pada hasil data yang didapatkan. Selain itu, yang paling utama agar para praktikan
dapat benar-benar memahami tujuan dari pelaksanaan praktek.
29
31
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2009. Batuan Apung. http://www.tekmira.esdm.go.id/data /Batuapung/ulasan.asp?xdir=Batuapung&commId=3&comm=Batu%20apung%20(pumice). Di akses pada 11 Juli 2016
Anonim, 2014. Batubara Bituminus. http://www.adaro.com/id/glossary/batubara-bituminus/. Di akses pada 11 Juli 2016
Herlambang, Sudarno. 2004. Dasar-dasar Gomorfologi. Fakultas Matematika dan llmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Malang. Malang.
Nurdin, Ade Akhyar. 2009. Tugas Mata Kuliah Mikropaleontologi Dasar-Dasar Mikropaleontologi (Batuan, Stratigrafi, Sedimentologi). Fakultas Sains dan Teknik Universitas Jenderal Soedirman. Purbalingga.
Nurlina. 2016. Materi Kuliah Geologi laut. Program Studi Ilmu Kelautan, Univeritas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.
Modul praktek lapang Geologi Laut 2016 Program Studi Ilmu Kelautan, Univeritas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.
Noor, Djauhari, 2010. Pengantar Geologi. Bogor.
Raharjo, 2006 . Klasifikasi Batu Bara. http://www.chem-is-try.org. (diakses pada tanggal 25 Mei 2011).
Siswati. Utomo, Radityo. 2012. Tugas Mata Kuliah. Geomorfologi Umum. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Malang. Malang.