Laporan Kelompok Tuli
-
Upload
ihsanakbar -
Category
Documents
-
view
247 -
download
1
description
Transcript of Laporan Kelompok Tuli
Laporan Kelompok
MODUL 3“ T U L I ”
KELOMPOK : A1
TUTOR : dr. Hj. Riskiana Djamin, Sp. THT
dr. M. Yunus Amran
SISTEM INDERA KHUSUSF A K U L T A S K E D O K T E R A N
U N I V E R S I T A S H A S A N U D D I N
2005/2006TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan
tentang penyebab, patomekanisme, tanda-tanda/gejala, cara diagnosis,
penatalaksanaan/terapi, komplikasi serta epidemiologi dan cara pencegahan penyakit-
penyakit yang menyebabkan ketulian.
SASARAN PEMBELAJARAN
Setelah pembelajaran dengan modul ini mahasiswa diharapkan dapat :
1. Menyebutkan penyakit-penyakit yang menyebabkan gejala ketulian
2. Menjelaskan penyebab dari penyakit-penyakit yang menyebabkan gejala
ketulian
3. Menjelaskan patomekanisme penyakit-penyakit yang menyebabkan gejala
ketulian
4. Menjelaskan fisiologi pendengaran dan keseimbangan
5. Menjelaskan struktur telinga yang terganggu pada penyakit-penyakit yang
menyebabkan ketulian
6. Menyebutkan pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk mendiagnosis
ketulian
7. Menjelaskan penatalaksanaan penyakit dengan gejala ketulian
8. Menjelaskan komplikasi lain penyakit-penyakit yang menyebabkan ketulian
9. Menjabarkan masalah ketulian pada masyarakat
10. Memformulasikan upaya-upaya pencegahan penyakit-penyakit yang
menimbulkan ketulian pada masyarakat.
SKENARIO
Seorang anak laki-laki, 12 tahun, datang ke Puskesmas dengan keluhan
pendengaran berkurang sejak 2 tahun lalu disertai dengan perasaan pusing bila kepala
dipalingkan dengan tiba-tiba. Nilai rapor menurun seiring dengan bertambah beratnya
penurunan pendengaran. Si A juga akhir-akhir ini sering menarik diri dari pergaulan.
Riwayat keluar cairan dari dalam telinga sejak usia 7 tahun.
KATA KUNCI
Anak ♂ 12 tahun
Tuli sejak 2 tahun lalu
Vertigo saat memalingkan muka
Otorrhea sejak usia 7 tahun
PERTANYAAN PENTING
1. Anatomi, histologi dan fisiologi pendengaran
2. Etiologi penyakit yang menyebabkan ketulian
3. Struktur telinga yang terganggu pada penyakit yang menyebabkan ketulian
4. Patomekanisme terjadinya otorrhea
5. Pemeriksaan untuk menegakkan diagnosa
6. Diferensial diagnosa?
JAWABAN PERTANYAAN
1. a. Anatomi organ pendengaran
AURIS EKSTERNA AURICULA ( = daun telinga )
dibentuk oleh CARTILAGO
MEATUS ACUSTICUS EXTERNUS ( = liang telinga )
o Suatu saluran ± 2 – 3 cm
o Terdiri :- 1/3 luar, dibentuk Cartilago
- 2/3 dalam, dibentuk tulang ( pars petrosa os
temporalis )
o BUKAN saluran lurus à bentuk “S”
o Dilapisi kulit
o Terdapat : - Rambut-rambut
- Glandula Ceruminosae à CERUMEN
o Ujung dalam à terdapat MEMBRANA TYMPANI
AURIS MEDIA Disebut juga CAVUM YMPANI
Terletak di dalam pars petrosa os temporalis
Dipisahkan dari MAE oleh Membrana Tympani
Berhubungan dengan NASOPHARYNS à TUBA AUDITIVA
EUSTACHIUS
Terdapat tulang-tulang pendengaran dari lateral à medial :
1. MALLEUS
2. INCUS
3. STAPES
AURIS INTERNA Terletak dalam pars petrosa os temporalis à dalam rongga LABYRINTHUS
OSSEUM, terdiri :
o Canalis Semicircularis
o Canalis Spiralis Cochleae
o Vestibulum
Berisi Organa :
1. Vestibularis ( keseimbangan )
2. Cochlearis ( pendengaran)
b. Histologi organ pendengaran
Telinga luar
> Daun telinga
= Aurikula / Pinna
Tlg rawan elastis, kec lobus aurikularis
Ditutupi o/ kulit tipis
Tulang rawan " btk tdk teratur
Kulit " rambut halus (vellus), kel sebasea & kel keringat
> Meatus Akustikus Eksterna (MAE)
Saluran dr daun telinga ke membr timpani
2/5 bgn luar " tlg rawan elastis
3/5 bgn dlm " tlg temporal
Bgn luar ditutupi o/ kulit, terdpt rambut (tragi), kel sebasea, kel
keringat
Telinga tengah
> Rongga Timpani= Kavum timpani
Rongga kecil berisi udara, btk tdk teratur
Dalam tlg temporal
Dilapisi membr mukosa, ep selapis gepeng
Bgn ant ep bertingkat dg sel kolumnair bersilia & sel goblet
> Membran timpani
oval, keabu-abuan
pars tensa & pars flaksid
3 lapisan
1. bgn luar " ditutupi kulit, ep berlapis gepeng tdk
bertanduk, kelenjar & rambut
2. bgn tengah " lap fibrosa intermedia, 2 lapis serat
kolagen (radier, sirkuler)
3. bgn dalam " membr mukosa, ep selapis gepeng &
lamina propria tipis
> Osikula Auditorius
3 tlg kecil " maleus, inkus, stapes
2 otot " m tensor timpani & m. stapedius
Fungsi : bersama membr timpani merubah gel suara menjadi
gel cairan di perilimfe telinga dalam
> Antrum Mastoid
Ruang berisi udara di post rongga timpani
> Tuba Auditorius
Sal yg menghub rongga timpani dg nasofaring
Mukosa dibtk o/ ep bertingkat kolumnair bersilia dgn sel goblet &
lamina propria
Fungsi : mengalirkan udara ke rongga timpani
Telinga dalam
Labirin Ossea
Panjang 2 cm, berisi cairan perilimfe, cairan ini mengisi ruang
perilimfatik
Vestibulum
Oval
Organ keseimbangan
Terdpt venestra vestibuli
Kanalis Semisirkularis
3 kelompok " anterior, posterior, lateral
Ampula " pelebaran kanalis semisirkularis, dekat vestibulum
Koklea
Btk spiral sep kulit keong
Diameter 9 mm, tinggi 5 mm
Puncaknya " kupula
Modiolus " tiang btk kerucut di tengah
Lamina spiralis ossea " skala vestibuli & skala timpani
Helikotrema " hub koklea pd apeks
Krista basilaris " perlekatan membran basalis ke dinding luar
koklea
c. Fisiologi pendengaran
o Bunyi Proses Fisika
o Diubah menjadi impuls oleh sel sensorik organon
Corti N. Akustikus (VIII) Cortex Cerebri
o Lintasan utama bunyi mencapai labirin :
MAE MT Osikula Auditiva (MIS)
Foramen Ovale Labirin Air Conduction
o Lintasan lain :
- Bone Conduction
- Secara langsung melalui MT yang perforasi
2. Etiologi penyakit yang menyebabkan ketulian
- Tuli konduktif : serumen obturatum, benda asing, trauma, infeksi,
tumor, otosklerosis
- Tuli sensorineural : Kongenital, trauma, infeksi, ititoksik, tumor,
penyakit SSP, penyakit degeneratif,
3. Struktur telinga yang terganggu
- Tuli konduktif , disebabkan oleh kelainan yang terdapat di telinga luar
atau telinga tengah
- Tuli sensorineural disebabkan oleh kelainan yang terdapat di koklea
dan retrokoklea.
4. Patomekanisme terjadinya otorrhea
Otorrhea adalkah keluarnya cairan dari liang telinga yang dapat bersifat:
- encer / serosa jika berasal dari telinga luar
- mukoid jika berasal dari telinga tengah
- mengandung darah (serosanguinolen), misalnya jika terjadi meningitis
bullosa pada telinga luar
- foetor
5. Pemeriksaan untuk mengakkan diagnosa
- Anamnesa
- Pemeriksaan fisis : inspeksi dan palpasi
- Tes fungsi pendengaran:
Tes suara bisik
Tes garpu tala : test garis pendengaran, test Weber, test Rinne, test
Schwabach
6. Differential diagnose
OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK
OTITIS MEDIA AKUTDefinisi
Otits media akut (OMA) adalah peradangan akut sebagian atau seluruh
periosteum telinga tangah.
Etiologi
Bakteri piogenik seperti Streptococcus hemolyticus, Staphylococcus aureus,
Pneumokok, H. Influenzae, E.coli, S. Anhemolyticus, dan P.aeuroginosa.
Patofisiologi
Terjadi akibat terganggunya faktor pertahanan tubuh yang bertugas menjaga
kesterilan telinga tengah. Faktor penyebab utama adalah sumbatan tuba Eustachius
sehingga pencegahan invasi kuman terganggu. Pencetusnya adalah infeksi saluran
nafas atas. Penyakit ini mudah terjadi pada bayi karena tuba Eustachiusnya pendek,
lebar dan letaknya agak horizontal.
Manifestasi klinis
Gejala klinis otitis media akut tergantung pada stadium penyakit dan umur
pasien. Stadium OMA berdasarkan perubahan mukosa telinga tengah:
Stadium Oklusi Tuba Eustachius
Terdaapat gambaran retraksi membran timpani akibat tekanan negatif di
dalam telinga tengah. Kadang berwarna normal atau keruh pucat. Efusi tidak dapat
dideteksi. Sukar dibedakan dengan otitis media serosa akibat virus atau alergi.
Stadium Hiperemis (Presupurasi)
Tampak pembuluh darah yang melebar di membran timpani atau seluruh
membran timpani tampak hiperemis serta edema. Sekret yang telah terbentuk
mungkin masih bersifat eksudat serosa sehingga sukar terlihat.
Stadium Supurasi
Membran timpani menojol kearah luar akibat edema yang hebat pada mukosa
telinga tengah dan hancurnya sel epitel superfisial, serta terbentuknya eksudat purulen
di kavum timpani.
Pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta nyeri di telinga
bertambah hebat.
Apabila tekanan tidak berkurang, akan terjadi iskemia, tromboflebitis, dan
nekrosis mukosa serta submukosa. Nekrosis ini terlihat sebagai daerah yang lebih
lembek dan kekuningan pada membran timpani. Di tempat ini akan terjadi ruptur.
Stadium Perforasi
Karena pemberian antibiotik yang terlambat atau virulensi kuman yang tinggi,
dapat terjadi ruptur membran timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah
ke telinga luar. Pasien yang semula gelisah menjadi tenang, suhu badan turun, dan
dapat tidur nyenyak.
Stadium Resolusi
Bila membran timpani tetap utuh, maka perlahan-lahan akan normal kembali.
Bila terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan mengering. Bila daya tahan
tubuh baik dan virulensi kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi tanpa pengobatan.
OMA berubah menjadi otitis media supuratif subakut bila perforasi menetap dengan
sekret yang keluar terus-menerus atau hilang timbul lebih dari 3 minggu. Disebut
otitis media supuratif kronik (OMSK) bila lebih dari 1 setengah atau 2 bulan. Dapat
meninggalkan gejala sisa berupa otitis media serosa bila sekret menetap di kavum
timpani tanpa perforasi.
Pada anak keluhan utama adalah rasa nyeri di dalam telinga dan suhu tubuh
yang tinggi. Biasanya terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya.
Pada orang dewasa, didapatkan juga gangguan pendengaran berupa rasa
penuh atau kurang dengar.
Pada bayi dan anak kecil gejala khas OMA adalah suhu tubuh yang tinggi
(>39,5c), gelisah, susah tidur, tiba-tiba menjerit saat tidur, diare, kejang, dan kadang-
kadang memegang telinga yang sakit. Setelah terjadi ruptur membran timpani, suhu
tubuh akan turun, dan anak tertidur.
Komplikasi
Sebelum adanya antibiotik, OMA dapat menimblkan komplikasi mulai dari
abses subperiosteal sampai abses otak dan meningitis. Sekarang semua jenis
komplikasi tersebut biasanya di dapat pada OMSK.
Penatalaksanaan
Terapi bergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada stadium awal
ditujukan untuk mengobati infeksi saluran nafas, dengan pemberian antibiotik,
dekongestan lokal atau sistemik, dan antipiretik.
Stadium Oklusi
Terapi ditujukan untuk membuka kembali tuba eustachius sehingga tekanan
negatif di telinga tengah hilang. Diberikan obat tetes hidung HCl efedrin 0,5%
untuk anak <12 tahun atau HCl efedrin 1% dalam larutan fisiologis untuk
anak di atas 12 tahun dan dewasa. Sumber infeksi lokal haus di obati.
Antibiotik diberikan bila penyebabnya kuman.
Stadium Presupurasi
Diberikan antibiotik, obat tetes hidung, dan analgesik. Bila membran timpani
sudah terlihat hiperemis difus, sebaiknya dilakukan miringotomi. Dianjurkan
pemberian antibiotik golongan penisilin atau eritromisin. Jika terdapat
resistensi, dapat diberikan kombinasi dengan asam klavunat atau sefalosporin.
Untuk terapi awal di berikan penisilin intramuskular agar konsentrasinya
adekuat di dalam darah, sehingga tidak terjadi mastoiditis terselubung,
gangguan pendengaran sebagai gejala sisa, dan kekambuhan. Antibiotik
diberikan minimal selama 7 hari.
Pada anak diberikan ampisilin 4 x 50-100 mg/kgBB, amoksisilin 4 x 40
mg/kgBB/hari, atau eritromisin 4 x 40 mg/kgBB/hari.
Stadium Supurasi
Selain antibiotik, pasien harus dirujuk untuk dilakukan miringotomi bila
membran timpani masih utuh sehingga gejala cepat hilang dan tidak terjadi
ruptur.
Stadium Perforasi
Terlihat sekret banyak keluar, kadang secara berdenyut. Diberikan obat cuci
telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotik yang adekuat sampai 3
minggu. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi akan menutup sendiri
dalam 7-10 hari.
Stadium Resolusi
Membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi, dan
perforasi menutup. Bila tidak, antibiotik dapat dilanjutkan sampai 3 minggu.
Bila tetap, mungkin telah terjadi mastoiditis.
OTITIS EKSTERNA
Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang
disebabkan oleh bakteri. Di klinik seringkali sukar dibedakan peradangan yang
disebabkan oleh penyebab lain, seperti jamur, alergi (eksem) atau virus, sebab
seringkali timbul bersama-sama.
Radang non infeksi termasuk pula dermatosis, beberapa diantaranya
merupakan kondisi primer yang langsung menyerang liang telinga. Perbedaan antara
otitis eksterna yang berasal dari dermatosis dengan otitis eksterna akibat infeksi tidak
selalu jelas. Suatu dermatosis dapat menjadi terinfeksi selama beberapa waktu,
sementara pada infeksi kulit dapat terjadi reaksi ekzematosa terhadap organisme
penyebab. Sekali lagi, anamnesis dan pemeriksaan yang cermat seringkali akan
memberi petunjuk kepada kondisi primernya.
Infeksi dapat terjadi sebagai akibat faktor-faktor predisposisi tertentu antara
lain sebagai berikut :
- Perubahan pH kulit kanalis yang biasanya asam menjadi basa.
- Perubahan lingkungan tertama gabungan peningkatan suhu dan
kelembaban.
- Suatu trauma ringan seringkali karena berenang atau membersihkan
telinga secara berlebihan.
OTITIS EKSTERNA AKUT
Terdapat 2 (dua) kemungkinan otitis eksterna akut yaitu otitis eksterna
sirkumskripta dan otitis eksterna difus.
OTITIS EKSTERNA SIRKUMSKRIPTA (FURUNKULOSIS)
Kondisi umum ini terbatas pada bagian kartilaginosa meatus akustikus
eksternus. Oleh karena kulit di sepertiga luar liang telinga menandung adneksa kulit
seperti folikel rambut, kelenjar sebasea, dan kelenjar srumen maka ditempat itu dapat
terjadi infeksi pada pilosebaseus, sehingga membentuk furunkel.
Kuman penyebabnya biasanya Staphylococcus aureus atau Staphylococcus
albus.
Gejalanya ialah rasa nyeri yang hebat, tidak sesuai dengan besar bisul. Hal ini
disebabkan karena kulit liang telinga tidak mengandung jaringan longgar di
bawahnya, sehingga rasa nyeri timbul pada penekanan perikondrium. Nyeri dapat
cukup hebat karena terbatasnya ruangan untuk perluasan pada daerah anatomi
tersebut. Rasa nyeri dapat juga timbul spontan pada waktu membuka mulut (sendi
temporomandibula). Selain itu, terdapat juga gangguan pendenganran, bila furunkel
besar dan menyumbat liang telinga.
Terapinya bergantung pada keadaan furunkel dan reaksi jaringan sekitar. Bila
sudah menjadi abses (tampak gambaran seperti mata “eye-like” pada furunkel),
diaspirasi secara steril untuk mengeluarkan nanahnya (drainase). Lokal diberikan
antibiotika dalam bentuk salep, seperti Polimiksin B atau Bacitracin, atau antiseptik
(Asam Asetat 2-5 % dalam alkohol 2%).
Kalau dinding furunkel tebal, dilaukan insisi, kemudian dipasang salir (drain)
untuk mengalirkan nanahnya. Biasanya tidak perlu diberikan antibiotika secara
sistemik, hanya obat simptomatik seperti analgetik dan obat penenang.
OTITIS ESTERNA DIFUSA
Infeksi ini dikenal juga dengan “swimmer’s ear”. Biasanya terjadi pada cuaca
yang panas dan lembab, terutama disebabkan oleh kelompok Pseudomonas dan
kadang-kadang juga Staphylococcus albus, Eschericia coli, dan Enterobacter
aeroginosa.
Gambaran diagnostik antara lain :
1. Nyeri tekan tragus.
2. Nyeri hebat.
3. Pembengkakan sebagian besar dinding kanalis.
4. Sekret yang sedikit.
5. Pendengaran yang normal atau sedikit berkurang.
6. Tidak adanya partikel jamur.
7. Mungkin ada adenopati regional yang nyeri tekan.
Stroma yang menutupi tulang pada sepertiga bagian dalam liang telinga
sangat tipis sehingga hanya memungkinkan pembengkakan minimal. Maka gangguan
subyektif yang dialami pasien seringkali tidak sebanding dengan beratnya penyakit
yang diamati pemeriksa.
Karena edema dinding kanalis yang sirkumferensial, maka untuk
menempelkan obat pada dinding kanalis seringkali perlu memakai sumbu. Untuk itu
dapat digunakan gulungan kasa yang kecil, namun kini tersedia produk-produk yang
khusus dirancang untuk keperluan tersebut dan umumnya lebih disukai, seperti Pope
Otowick.
Forsep aligator dapat dipakai untuk memasukkan sumbu telinga yang telah
dibasahi terlebih dahulu dengan solusio yang telah dipilih. tetes telinga yang sering
digunakan adalah Cortisporin (Polimiksin B, Neomisin, Hidrokortison), Coli-Misyn S
(Kolistin, Neomisin, Hidrkortison), Pyocidin (Polimiksin B, Hidrokortison), Vosol
HC (Asam Asetat-nonakueus 2%, Hidrokortison), dan Chloromycetin
(Kloramenikol).
Terapi sistemik hanya dipertimbangkan pada kasus-kasus berat; dianjurkan
untuk melakukan pemeriksaan kepekaan bakteri. Antibiotik sistemik khususnya
diperlukan jika dicurigai adanya Perikondritis atau Kondritis pada tulang rawan
telinga. Otitis Ekstera Difusa dapat pula timbul sekunder dari Otitis Media Akut atau
Kronik. Pada kasus demikian, pengobatan terutama ditujukan pada penyakit telinga
tengah.
OTITIS EKSTERNA MALIGNA/ NEKROTIKANS
Otitis Eksterna Maligna / Nekrotikans adalah suatu tipe khusus dari infeksi
akut yang difus di liang telinga luar. Biasanya terjadi pada orang tua dengan penyakit
Diabetes Mellitus. Bila pada otitis media peradangan hanya terbatas pada kulit, pada
otitis ekserna maligna peradangan dapat meluas secara progresif ke lapisan subkutis
dan ke organ sekitarnya. Dengan demikian dapat menimbulkan kelainan, berupa
Kondritis, Osteitis, dan Osteomyelitis yang meyebabkan kehancuran tulang temporal.
Gejalanya dapat dimulai dengan rasa gatal di liang telinga yang dengan cepat
diikuti oleh nyeri hebat dan sekret yang banyak dan pembengkakan liang telinga.
Rasa nyeri tersebut akan makin menghebat, liang telinga tertutup oleh tumbuhnya
jaringan granulasi secara subur. Saraf Facialis (VIII) dapat terkena, sehingga
menimbulkan paresis atau paralisis fasialis.
Kelainan patologik yang penting adalah osteomyelitis yang progresif, yang
disebabkan oleh infeksi kuman Pseudomonas aeroginosa. Penebalan endotel yang
mengiringi Diabetes Mellitus berat bersama-sama dengan kadar gula yang tinggi
yang diakibatkan oleh infeksi yang sedang aktif menimbulkan kesulitan pengobatan
yang adekuat.
Pencitraan diagnostik yang menyeluruh termasuk CT Scan, scan tulang, dan
scan Gallium dapat membantu menentukan adanya penyakit ini. Scan tulang rutin
saja tidak cukup untuk membedakan otitis eksterna yang berat dengan otitis eksterna
nekrotikans.
Meskipun mastoidektomi yang diperluas merupakan bentuk terapi yang
banyak dpilih. Ada dugaan bahwa pembedahan invasif tanpa perlindungan antibiotika
akan mendukung penyebaran infeksi pada pasien-pasien yang telah mengalami
kemunduran. Oleh sebab itu, pembedahan sebaiknya dibatasi pada pengangkatan
sekuestra, drainase abses, dan debridement lokal jaringan granulasi. Terapi obat-
obatan yang dianjurkan adalah suatu Aminoglikosida dengan Antibiotika Beta
Laktam Anti Pseudomonas.
Pengobatan tidak boleh ditunda-tunda sebab penyakit akan segera menyerang
bagian-bagian penting disekitarnya. Pengobatan yang dianjurkan adalah pemberian
antibiotika dosis tinggi terhadap Pseudomonas aeroginosa yang dikombinasikan
dengan Aminoglikosida dan diberikan secara parenteral selama 4 – 6 minggu.
Kombinasi yang sering digunakan adalah Karbecilin, Ticarcilin, atau Pipercilin
dengan Gentamicin, Tobramicin, Colistimethate, atau Amikacin.
Disamping obat-obatan, seringkali diperlukan juga tindakan membersihkan
luka (debrideman) secara radikal. Tindakan membersihkan luka (debrideman) yang
kurang bersih akan dapat menyebabkan makin cepatnya penjalaran penyakit.
LABIRINITIS
Labirinitis yang mengenai seluruh bagian labirin, disebut labirinitis umum
(general), dengan gejala vertigo berat dan tuli saraf berat, sedangkan labirinitis yang
terbatas (labirinitis sirkumskripta) menyebabkan terjadinya vertigo saja atau tuli saraf
saja.
Labirinitis terjadi oleh karena penyebaran infeksi ke ruang perilimfa. Terdapat
dua bentuk labirinitis, yaitu labirinitis serosa dan labirinitis supuratif. Labirinitis
serosa dapat berbentuk labirinitis serosa difus dan labirinitis serosa sirkumskripta.
Labirinitis supuratif dibagi dalam bentuk labirinitis supuratif akut difus dan labirinitis
supuratif kronik difus.
Pada labirinitis serosa toksin menyebabkan disfungsi labirin tanpa invasi sel
radang, sedangkan pada labirinitis supuratif, sel radang menginvasi labirin, sehingga
terjadi kerusakan yang ireversibel, seperti fibrosis dan osifikasi.
Pada kedua bentuk labirinitis itu operasi harus segera dilakukan untuk
menghilangkan infeksi dari telinga tengah. Kadang-kadang juga diperlukan drainase
nanah dari labirin untuk mencegah terjadinya meningitis. Pemberian antibiotika yang
adekuat terutama ditujukan kepada pengobatan otitis media kronik dengan atau tanpa
kolesteatoma.
Labirinitis Serosa Difus
Labirinitis serosa difus seringkali terjadi sekunder dari labirinitis
sirkumskripta atau dapat terjadi primer pada otitis media akut. Masuknya toksin atau
bakteri melalui tingkap lonjong, atau melalui erosi tulang labirin. Infeksi tersebut
mencapai end osteum melalui saluran darah. Diperkirakan penyebab labirinitis serosa
yang paling sering adalah absorpsi produk bakteri di telinga dan mastoid ke dalam
labirin.
Bentuk ringan labirinitis serosa selalu terjadi pada operasi telinga dalam,
misalnya pada operasi fenestrasi, terjadi singkat, danbiasanya tidak menyebabkan
gangguan pendengaran.
Kelainan patologiknya seperti inflamasi non purulen labirin. Pemeriksaan
histlogik pada potongan labirin menunjukkan infiltrasi seluler awal dengan eksudat
serosa atau serofibrin.
Gejala dan tanda serangan akut labirinitis serosa difus adalah vertigo spontan
dan nistagmus rotatoar, biasanya ke arah telinga yang sakit. Kadang-kadang disertai
mual dan muntah, ataksia dan tuli saraf.
Labirinitis serosa difus yang terjadi sekunder dan labirinitis sirkumskriota
mempunyai gejala yang serupa tetapi lebih ringan, akibat telah terjadi kompensasi.
Tes fistula akan positif kecuali bila fistulanya tertutup jaringan. Ada riwayat gejala
labirinitis sebelumnya, suhu badab normal atau mendekati normal.
Pada labirinitis serosa ketulian bersifat temporer, biasanya tidak berat,
sedangkan pada labirinitis supuratif terjadi tuli saraf total yang permanen. Bila pada
labirinitis serosa ketulian menjadi berat atau total, maka mungkin telah terjadi
perubahan ,menjadi labirinitis supuratif. Bila pendengaran masih tersisa sedikit disisi
yang sakit, berarti tidak terjadi labirinitis supuratif difus. Ketulian pada labirinitis
serosa difus harus dibedakan dengan ketulian pada penyakit non inflamasi labirin dan
saraf ke VIII.
Prognosis labirinitis serosa baik, dalam arti menyangkut kehidupan dan
kembalinya fungsi labirin secara lengkap. Tetapi tuli saraf tempore yang berat dapat
menjad tuli saraf yang permanen bila tidak diobati dengan baik.
Pengobatan pada stadium akut yaitu pasien harus tirah baring (bed rest) total,
diberikan sedatif ringan. Pemberian antibiotika yang tepat dan dosis yang adekuat.
Drainase telinga tengah harus dipertahankan. Pembedahan merupakan indikasi
kontra. Pada staium lanjut OMA, mungkin diperlukan mastoidektomi sederhana
(simpel) untuk mencegah labirinitis serosa. Timpanomastoidektomi diperlukan bila
terdapat kolesteatom dengan fistula.
Labirinitis supuratif akut difus
Labirinitis supuratif akut difus, ditandai dengan tuli total pada telinga yang
sakit diikuti dengan vertigo berat, mual, muntah, ataksia dan nistagmus spontan ke
arah telinga yang sehat.
Labirinitis supuratif akut difus dapat merupakan kelanjutan dari labirinitis
serosa yang infeksinya masuk melalui tingkap lonjong atau tingkap bulat. Pada
banyak kejadian, labirinitis ini terjadi sekunder dari otits media akut maupun kronik
dan mastoiditis. Pada beberapa kasus abses subdural atau meningitis, infeksi dapat
menyebar ke dalam labirin dengan atau tanpa terkenanya telinga tengah, sehingga
terjadi labirinitis supuratif.
Kelainan patologik terdiri dari infiltrasilabirin oleh sel-sel leukosit
polimorfonuklear dan destruksi struktur jaringan lunak. Sebagian dari tulang labirin
nekrosis, dan terbentuk jaringan granulasi yang dapat menutup bagian tulang yang
nekrotik tersebut. Keadaan ini akan menyebabkan terbentuknya sekuestrum, paresis
fasialis, dan penyebab infeksi ke intrakranial.
Mual, muntah, vertigo dan ataksia dapat berat sekali bila awal dari perjalana
labirinitis supiratif tersebut cepat. Pada bentuk yang perkembangannya lebih lambat,
gejala akan lebih ringan oleh karena kompensasi labirin yang sehat. Terdapat
nistagmus horizontal rotatoar yang komponen cepatnya mengarah ke telinga yang
sehat. Dalam beberapa jam pertama penyakit, sebelum seluruh fungsi labirin rusak,
nistagmus dapat mengarah ke telinga yang sakit. Jika fungsi koklea hancur, akan
mentebabkan tuli saraf total permanen. Suhu badan normal atau mendekati normal,
bila terdapat kenaikan, mungkin disebabkan oleh otitis media atau mastoiditis. Tidak
terdapat rasa nyeri. Bila terdapat, mungkin disebabkan oleh lesi lain, bukan oleh
labirinitis.
Selama fase akut, posisi pasien sangat khas. Pasien akan berbaring pada sisi
ynag sehat dan matanya mengarah ke sisi yang sakit, jadi ke arah komponen lambat
nistagmu. Posisi ini akan mengurangi perasaan vertigo.
Tes kalori maupun tes rotasi tidak boleh dilakukan selama fase akut, sebab vertigo
akan diperhebat.
Diagnosis ditegakkan dari riwayat penyakit, tanda dan gejala labirinitis
dengan hilangnya secara total dan permanen fungsi labirin. Pemeriksaan rontgen
telinga tengah. Os mastoid dan os petrosus mungkin menggambarakan sejumlah
kelianan yang tidak berhubungan dengan labirin. Bila dicurigai terdapat iritasi
meningeal, maka harus dilakukan pemeriksaan cairan spinal.
Labirinitis supuratif akut difus tanpa komplikasi, prognosis ad vitam baik.
Dengan antibiotika mutahir komplikasi meningitis dapat sukses diobati, sehingga
harus dicoba terapi medikamentosa dahulu sebelum tindakan operasi. Bila terjadi
gejala dan tanda komplikasi intrakranial yang menetap, walaupun telah diberikan
terapi adukuat dengan antibiotika, drainase labirin akan memberiprognosis lebih baik
daripada bila dilakukan tindakan operasi radikal.
Labirinitis kronik (laten) difus
Labirinits supurati stadium kronik atau laten dimulai, segera sesudah gejala
vestibuler akut berkurang. Hal ini mulai dari 2-6 minggu sesudah awal periode akut.
Patologi
Kira-kira akhir minggu ke X setelah serangan akut telinga dalam hampir
seluruhnya terisi oleh jaringan granulasi. Beberapa area infeksi tetap ada. Jaringan
granulasi secara bertahap berubah menjadi jaringan ikat dengan permulaan
kalsifikasi. Pembentukan tulang baru dapat mengisi penuh ruangan-ruangan labirin
dalam 6 bulan sampai beberapa tahun pada 50 % kasus.
Gejala
Terjadi tuli total di sisi yang sakit. Vertigo ringan dan nistagmus spontan
biasanya ke arah telinga yang sehat dapat menetap sampai beberapa bulan atau
sampai sisa labirin yang berfungsi dapat mengkompensasinya. Tes kalori tidak
menimbulkan respon di sisi yang sakit dan tes fistula pun negatif, walaupun terdapat
fistula.
Pengobatan
Terapi lokal harus ditujukan keseiap infeksi yang mungkin ada. Drainase
bedah atau eksenterasi labirin tidak di indikasikan, kecuali suatu fokus di labirin atau
daerah perilabirin telah menjalar atau dicurigsi menyebar ke struktur intrakaranial dan
tidak memberi respons terhadapterapi antibiotika. Bila ada indikasi dapat dilakukan
mastoidektomi. Bila dicurigai ada fokus infeksi dilabirin atau di os petrosus, dapat
dilakukan drainase labirin dengan salah satu operasi labirin. Setipa sekuestrum yang
lepas harus dibuang, harus dihindari terjadinya trauma N VII. Bila saraf fasial
lumpuh, maka harus dilakukan dengan kompresi saraf tersebut. Bila dilakukan
operasi tulang temporal, maka harus biberikan antibiotika sebelun dan sesuadah
operasi.
PENYAKIT MENIERE
DAFTAR PUSTAKA
Aryad, Efiaty dan Nurbaiti Iskandar.2004.Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher Edisi Kelima.Jakarta:Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Boies dkk.1997.Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Mansjoer, arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius FKUI
www.medicastore.com