LAPORAN HASIL KEGIATAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/12-LL IPP...
Transcript of LAPORAN HASIL KEGIATAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/12-LL IPP...
1
LAPORAN HASIL KEGIATAN
LABORATORIUM LAPANG INOVASI PERTANIAN MELALUI
PENGEMBANGAN INTEGRASI TANAMAN KELAPA-TERNAK
KAMBING DI KABUPATEN ACEH TIMUR
PENANGGUNGJAWAB KEGIATAN :
IR. NANI YUNIZAR
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTRIAN PERTANIAN
2015
2
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul RDHP : Laboratorium Lapang Inovasi Pertanian Melalui
Pengembangan Integrasi Tanaman Kelapa – Ternak Kambing Di Kabupaten Aceh Timur.
2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh 3. Alamat Unit Kerja : Jln. Panglima Nyak Makam No. 27 Lampineng
Banda Aceh 23125 4. Sumber Dana : DIPA BPTP Aceh TA 2015 5. Status Penelitian : Lanjutan 6. Penaggung Jawab
a.Nama : Ir. Nani Yunizar
b.Pangkat/Golongan : IV/c
c.Jabatan : Penyuluh Pertanian Madya
7. Lokasi : Propinsi Aceh 8. Agroekosistem : Lahan Kering 9. Tahun Mulai : 2014 10. Tahun Selesai : 2015 11. Ouput Tahunan : - 12. Output Akhir : Satu Paket Kebijakan 13. Biaya : Rp.150.000.000,-
Mengetahui :
Koordinator program
Penanggung Jawab Kegiatan,
Dr. Rachman Jaya, S.Pi., M.Si NIP. 19740503 200003 1 001
Ir. Nani Yunizar NIP. 19590623 198803 2 001
Mengetahui :
Kepala Balai Besar
Menyetujui
Kepala Balai
Dr. Ir. Abdul Basit MS NIP. 19610929 198603 1 003
Ir. Basri A. Bakar, M.Si. NIP. 19600811 198503 1 001
3
RINGKASAN
Yunizar. N. 2015, Laboratorium Lapang Inovasi Pertanian merupakan salah satu
program penerapan dan pengembangan inovasi teknologi badan litbang pertanian di
suatu wilayah dengan membentuk unit–unit percontohan melalui media diseminasi
yang cukup ampuh dalam penyampaian inovasi teknologi yang dihasilkan oleh badan
litbang pertanian kepada pemerintah daerah sebagai pengguna teknologi yang
nantinya akan meningkatkan nilai tambah bagi pelaku usaha tani dalam meningkatkan
produktivitas yang akhirnya meningkatkan pengetahuan petani dan meningkatkan
pendapatan petani di pedesaan. Lokasi kegiatan di kebun percobaan Paya Gajah yang
merupakan kegiatan lanjutan di tahun 2014. Teknologi yang dapat di kembangkan
yaitu transfer teknologi berupa demplot intergrasi ternak dan tanaman dalam upaya
meningkatkan mutu genetik kambing kacang dan kambing burka yang ditempatkan
pada padang pengembalaan rumput Brachiaria humidicola seluas 1 Ha dengan
perbandingan antara jantan dan betina 1;20 yang artinya 1 ekor penjantan dengan 20
ekor betina. Tujuan melaksanakan kegiatan laboratorium lapang inovasi pertanian
untuk mencapai arus desiminasi teknologi dan meningkatkan produktivitas kambing
kacang yang akhirnya terjadi penambhan populasi.Keluaran, teradopsinya inovasi
pertanian kepada pengguna di suatu kawasan yang berintergrasi dan berkembangnya
sistem dan usaha tani agribisnis berbasis intergrasi dalam meningkatkan produktivitas.
Perkiraan manfaat dan dampak. Manfaatnya, percepatan penyebaran Inovasi pertanian
yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian dan mendukung Pengembangan sistim
dan usaha berwawasan agribisnis dengan pola intergrasi. Dampaknya terjadinya
perkembangan usaha dalam skala usaha tani dan ternak dan terjadinya di vertifikasi
usaha di tingkat petani. Metodologi semua data yang di peroleh dihimpun dan di
kumpulkan berdasarkan hasil pengamatan terhadap hasil peningkatan produktivitas
antara tanaman kelapa dan ternak . kegiatan laboratorium merupakan suatu hasil
desiminasi dalam bentuk lapangan. Hasilnya sistem breeding yang dilakukan secara
kelompok dgan metode kawin alam ( INKA) dalam suatu kawasan padang
pengembalaan, pedet dapat yang lahir dengan mudah dan meningkatkan populasi
4
sekitar 40 % dari jumlah pedet yang lahir sehingga dapat mudah terkontrol dan
mengurangi mortalitas pada ternak kambing prasapih.
5
SUMMARY
Yunizar. N. 2015. Innovation Laboratory roomy agriculture is one of the
programs the application of and development technological innovations agency
agricultural research in an area with form a unit pilot through the medium of the
dissemination of who sufficient powerful into the delivery of technological innovations
that produced by the agency agricultural research to the regional governments to
become user of the technology which will be increase added value for creative farming
in increase productivity who had increased knowledge farmers and increase farm
incomes in rural areas. Locations activity in experimental garden Paya Gajah which is a
continuation of activities in 2014. The technology can be developed the transfer of
demplotintergrasi of animals and plants in an effort to improve the quality of genetic
bean sheep and goats burka placed of the grass shepherd brachiariahumidicola of 1
ha by comparison between male and female 1; 20 which means 1 tail male with 20 tail
female. Purpos, experience in the laboratory roomy innovation agriculture to reach the
current desiminasi technology and increase productivity a goat nut indeed happen the
addition of the population. Output, adoption of agricultural innovations to the user in an
integrated region and development of systems and farming agribusiness based
integration in increase productivity.Estimates of the impact and benefits. Benefit ,the
acceleration of diffusion of innovation agriculture produced by BadanLitbangPertanian
Supporting the development systems and effort insightful agribusiness with a pattern
intergrasi. Impact ,the business development in scale for farming and cattle and
occurrence in vertification business at the farm gate. Methodology all the data collected
in get and raised based on observation on the increased productivity between oil plant
and cattle . The lab is an outcome desiminasi in the field. Result the system breeding
conducted in the method natural dgan marriage ( inka ) in an area the pengembalaan ,
pedet can born easily and improve population of about 40 % of the pedet born so as to
be easily controlled and reduce mortalitas on prasapih and goats .
6
7
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
RINGKASAN
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan
3. Keluaran
4. Hasil yang Diharapkan
5. Perkiraan Manfaat dan Dampak
5.1. Perkiraan Manfaat
5.2. Perkiraan Dampak
II. PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Pendekatan
2. Ruang Lingkup
3. Bahan dan Metoda Pelaksanaan
3.1. Bahan yang Digunakan
3.2. Metoda Pelaksanaan Kegiatan
III. TENAGA DAN ORGANISASI PELAKSANAAN
1. Tenaga
2. Jangka Waktu Kegiatan
3. Biaya
DAFTAR PUSTAKA
8
9
10
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Laboraturium lapang inovasi pertanian merupakan salah satu program penerapan dan
pengembangan inovasi teknologi badan litbang pertanian disuatu wilayah dengan
membentukunit- unit percontohan media desiminasi yang cukup ampuh untuk penyampaian
informasi, inovasi teknologi yang dihasilkan Laboraturium lapang menjadi ajang pertemuan
penyampaian inovasi teknologi Badan Litbang Pertanian kepada pemerintah daerah sebagai
pengguna teknologi. Sebaliknya laboraturium lapang ini juga madia umpan balik untuk
memperbaiki dan menyampaikan inovasi teknologi sehingga lebih sesuai dengan kebutuhan
pengguna. Laboratorium lapang menjadi media yang cukup ampuh untuk menyampaikan
inovasi Teknologi yang dihasilkan. Laboratorium lapang menjadi ajang pertemuan penyampaian
inovasi badan litbang pertanian kepada pemerintah daerah sebagai penguna, sebaliknya lab
lapang ini juga menjadi media umpan balik untuk perbaikan dan penyempurnaan inovasi
teknologi sehingga lebih sesuai dengan kebutuhan pengguna. Salah satu kegiatan desiminasi
yang dilaksanakan oleh badan litbang pertanian adalah laboratorium lapang inovasi pertanian
sebagai suatu tempat yang digunkan untuk melakukan pengembangan dan penerapan bidang
pertanian mendukung system litkajibangdiklatlurat. Diharapkan akan mampu mendorong
percepatan inovasi teknologi yang digunakan sebagai pelaku utama dalam sistem pertanian.
Pendekatan yang digunakan dalam LLIP meliputi beberapa metode yang diharapkan akan
mampu mempermudah penyampaian inovasi badan litbang kepada petani, sehingga dapat
menerapkannya dalam usaha yang dilakukan. Pelaksanaan LLIP secara umum terbagi atas 3
level, yaitu: level demfam, level agribisnis dan level manajemen. Pada level demfan kegiatan
melibatkan berbagai kumoditas ekonomi yang dikelola petani diterapkan dan diharapkan dapat
meningkatkan produktivitas dan akhirnya meningkatan pendapatan petani.
Badan Litbang Pertanian telah banyak menghasilkan inovasi teknologi yang sesuai untuk
pengembangan pertanian perdesaan. Sebagian besar teknologi tersebut telah tersebar di
tingkat pengguna dan stakeholder, namun pengembangan ke target yang lebih luas perlu
dilakukan upaya percepatan. Dalam rangka mendukung 4 (empat) sukses program Kementerian
Pertanian ,Badan Litbang Pertanian telah menciptakan berbagai upaya terobosan program
untuk percepatan penyerbaran luasan inovasi teknologi pertanian kepada pengguna (petani).
Beberapa program terobosan Badan Litbang Pertanian tersebut anatara lain : program Prima
Tani, PSDS, m-P3MI, AP2RL, KRPL dan Laboratorium lapang inovasi pertanian. Pelaksanaan
11
program tersebut diharapkan terjadinya peningkatan produksi dan produktivitas usahatani serta
pendapatan petani.
Kabupaten Aceh Timur merupakan salah satu daerah yang mempunyai potensi yang
cukup baik dalam perkembangan perkebunan terutama tanaman kelapa dengan luas 15.529 ha
produksinya rendah mencapai 660 kg/ha, dibandingkan produksi nasional 82 kg/ha. Disisi lain
Aceh Timur mempunyai potensi popolasi ternak kambing yang cukup tinggi yaitu 48.836 ekor
dan merupakan sentral produksi kambing terbanyak kedua setelah kabupaten Bireun dengan
jumlah skala pemeliharan 5-7 ekor akan tetapi terjadi penerunan produksi 0,1% (Aceh Timur
dalam angka 2014). Salah satu penyebabnya sistem pemeliharaan yang sangat sederhana.
Pada tahun 2015 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian melakukan kegiatan berupa
transfer teknologi introduksi teknologi sistem pertanian terpadu berupa penggabungan
beberapa unit teknologi yang saling berintegrasi satu sama lain. Unit usaha yang nantinya akan
terbentuk suatu ajang percontohan berupa tempat pertemuan/pelatihan penyuluh dan petani
ditingkat kabupaten.
Berdasarkan potensi yang ada, BPTP Aceh telah melakukan terobosan transfer teknologi
laboratorium lapang pada tahun 2014 berupa pemeliharaan ternak kambing sebanyak 38 ekor
kepunyaan kelompok yang ditempatkan dalam kebun Paya Gajah. Kemudian dilanjutkan
dengan penanamanBrahiaria Humidicola 0,1 ha. Maka berdasarkan permasalahan yang ada,
perlu kelanjutan kegiatan laboratorium lapangan untuk tahun 2015 berupa mengintegrasikan
unit usaha tani dengam menerapkan prinsip-prinsip pertanian terpadu, berkelanjutan, lintas
sektoral, ramah lingkungan dan peningkatan sumber pendapatan keluarga.
1.2. Dasar Pertimbangan
Tuntutanterhadap inovasi pertanian yang semakin tinggi, baik selaras dengan dinamika
lingkungan strategi pembangunan, tantangan pembangunan pertanian yang semakin berat dan
kompleks, dibutuhkan percepatan dan efektivitas transfer inovasi pertanian.
Laporatorium Lapang Inovasi Pertanian merupakan Ajang Kegiatan transfer teknologi
untuk memperbaiki dan/atau memantapkan teknologi dan rekayasa kelembagaan mendukung
usaha agribisnis sedangkan wujudnya berupa unit percontohan berskala demplot dalam suatu
kawasan.
Ciri utama system usaha tani yang berintegrasi tanaman dan ternak adalah saling
menguntungkan antara tanaman dan ternak. Petani dapat memanfaatkan kotoran ternak
12
sebagai pupuk untuk tanaman, biogas sebagai sumber energi bioindustri sedangkan limbah
tanaman dapat dimanfaat sebagai pakan ternak yang bergizi tinggi. Pola integrasi ternak
kambing dan kakao mampu meningkatkan pendapatan sebesar 41,4% dan menghemat tenaga
kerja sekitar 35,44% dari total biaya usaha ternak. Model laboratorium lapang inovasi pertanian
merupakan media yang cukup ampuh untuk menyampaikan inovasi teknologi yang dihasilkan
oleh Badan Litbang Pertanian teknologi yang dikembangkan berupa teknologi ternak kambing
dan tanaman dalam satu kawasan yang terletak dikebun percobaan paya gajah,sebagai unit
kelembagaan dibawah Balai pengkajian teknologi pertanian.
1.3. Tujuan
- Mendampingi dan mengawal kegiatan Badan Litbang Pertanian sebagai penghasil
teknologi.
- Pengembangkan sistem dan usaha agribisnis berbasis inovasi pertanian berwawasan
bioindustri
- Melaksanakan kegiatan laboratorium lapang inovasi teknologi pertanian untuk
mempercepat arus diseminasi teknologi.
1.4. Keluaran
- Teradopsinya inovasi teknologi pertanian oleh pengguna.
- Berkembangnya sistem dan usaha agribisnis berbasis inovasi pertanian.
- Terbangunnya laboratorium lapang inovasi teknologi pertanian dalam suatu kawasan.
1.5. Perkiraan Manfaat Dan Dampak
Manfaat :
- Memberi manfaat tarhadap pembagian pembangunan bidang pertanian dalam suatu
wilayah.
- Percepatan penyebaran inovasi pertanian yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian.
- Mendukung pengembangan sistem dan usaha agribisnis berwawasan bioindustri.
Dampak :
- Terjadinya perkembangan usaha dalam skala usaha tani dan ternak.
- Terjadinya diversifikasi usaha ditingkat petani.
- Adanya jejaring kerja, peningkatan hasil, dan peningkatan penerimaan pendapatan total
petani.
13
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teoritis
Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup besar baik secara langsung maupun
tidak langsung dalam pembangunan perekonomian nasional. Secara langsung, sektor pertanian
memiliki peranan dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), penciptaan ketahanan
pangan, perolehan devisa melalui ekspor hasil pertanian, pengentasan kemiskinan, penyediaan
lapangan kerja, dan penampung (reservoar) tenaga kerja yang kembali ke pedesaan sebagai
akibat dampak krisis, menaggulangi kemiskinan masyarakat yang semakin meningkat,
pengendalian inflasi, dan dengan tingkat pertumbuhan yang positif sektor pertanian berperan
dalam menjaga laju pertumbuhan nasional.
Secara tidak langsung, pembangunan sektor pertanian berperan dalam penciptaan iklim
ekonomi makro melalui pengaruhnya terhadap tingkat inflasi yang sebagian besar dipengaruhi
oleh dinamika harga bahan pangan, mendukung pembangunan industri hulu melalui
permintaan sarana produksi pertanian, penyediaan bahan baku agroindustri, dan pembangunan
industri hilir memalalui proses pengolahan bahan pangan dan non pangan produk pertanian
yang berkualitas, serta penciptaan sistem pemasarannya (Hendrayana, 2011). Menurut
Mardikanto (1993), salah satu factor yang mempengaruhi percepatan adopsi sifat dari inovasi
itu sendiri, inovasi akan diintroduksi harus mempunyai kesesuaian (daya adaptif) terhadap
kondisi biofisik, social ekonomi dan budidaya yang andalan dalam masyarakat penerima
tersebut. Inovasi yang ditawarkan hendaknya inovasi yang tepat guna.
Motivasi orientasi pembangunan ke pedesaaan, sebagai solusi untuk menghilangkan atau
mengurangi kesenjangan antara kota – desa. Pengalaman yang orientasinya terlalu
menekankan pada pertumbuhan (growth) turut memperparah ketimpangan antara desa – kota.
Ekonomi perdesaan tidak memperoleh nilai tambah (value added) yang proporsional. Wilayah
perkotaan hanya sekedar menjadi pipa pemasaran dari arus komoditas primer dari pedesaan,
sehingga sering terjadi kebocoran wilayah yang merugikan pertumbuhan ekonomi daerah itu
sendiri (Hendayana, 2011)
Berhasilnya pengembangan teknologi ditentukan oleh mau tidaknya petani mengadopsi
teknologi yang dianjurkan. Sedangkan keputusan untuk mengadopsi suatu teknologi bagi petani
dipengaruhi oleh sifat teknologi itu sendiri, ada 5 sifat teknologi yaitu : (1) keuntungan relatif,
(2) kompabilitas, (3) kompleksitas, (4) triabilitas, dan (5) observabilitas. Keuntungan relatif
dimaksudkan adalah tingkatan dimana suatu ide baru dianggap sesuatu yang lebih baik dari
14
pada ide – ide yang ada sebelumnya. Kompabilitas adalah sejauhmana suatu inovasi dianggap
konsisten dengan nilai – nilai yang ada, pengalaman masa lalu dan kebutuhan penerima.
Kompleksitas adalah tingkat dimana suatu inovasi dianggap lebih sulit untuk dimengerti dan
digunakan. Triabilitas adalah suatu tingkat dimana suatu inovasi dapat dicoba dengan skala
kecil, sedangkan observabilitas adalah tingkat dimana hasil – hasil suatu inovasi dapat dilihat
orang lain (Tripanji, 1984). Petani akan mengadopsi suatu teknologi itu sudah pernah dicoba
oleh orang lain dan berhasil, karena petani rasional. Petani tidak akan mengadopsi suatu
teknologi jika masih harus menaggung resiko kegagalan atau ketidakpastian.
Pengertian laboratorium ialah suatu tempat dimana dilakukan kegiatan kerja untuk
mengahasilkan sesuatu. Tempat ini dapat merupakan suatu ruangan tertutup, kamar, atau
ruangan terbuka, misalnya kebun dan lain-lain. Laboratorium lapangan adalah suatu tempat
yang dilengkapi dengan sarana untuk melakukan uji coba (eksperimen) suatu studi ilmu
pengetahuan atau untuk keperluan menguji dan menganalisis ilmu pengetahuan (Cherysse,
2009). Laboratorium lapangan sangat bermanfaat bagi pembelajaran mahasiswa dan riset serta
masyarakat di sekitarnya (Santoso, 2010). Untuk memantapkan fungsi laboratorium lapangan
(terpadu) sebagai pendukung inovasi teknologi spesifik lokasi, laboratorium segara bersinergi
dengan laboratorium lapangan. Memalui laboratorium lapang itulah semua paket teknologi akan
diterapkan secara terpadu. Selain itu laboratorium lapang itu juga akan mendapatkan kawalan
langsung dari petugas di lapangan dan peneliti. Laboratorium lapang sebagai salah satu tempat
yang digunakan untuk melakukan pemgembangan dan penerapan bidang pertanian.
Pendekatan yang digunakan dalam LLIP meliputi beberap metode yang diharapkan akan
mampu mempermudah penyampaian inovasi badan litbang kepada pengguna dapat
menerapkan dalam usaha tani yang dilakukan.
Mulai tahun 2005 sampai 2009 Badan Litbang Pertanian telah meluncurkan suatu program
percepatan transfer inovasi ke pengguna yang disebut Prima Tani. Program Prima Tani
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan melalui percepatan
pemasyarakatan hasil-hasil inovasi pertanian kepada masyarakat pengguna dalam bentuk
pengembangan laboratorium agribisnis, sehingga keluarannya merupakan model
pengembangan inovasi sistem dan usaha agribisnis yang mampu meningkatkan daya saing,
nilai tambah, pendapatan dan kesejahteraan masyarakat pedesaan secara nyata dan
berkelanjutan (Suryana, 2004).
15
Sistem pertanian terpadu dan berkelanjutan adalah sistem yang menggabungkan
peternakan konvensional budidaya, hortikultura, agroindustri, bioindustri dan segala aktivitas
pertanian (Nurhidayati et al.,2008). Usaha peternakan ruminansia yang berbasis lahan dimana
penggunaan lahan semakin bersaing untuk berbagai keperluan maka kedepan
pengembangannya diarahkan pada sistem pertanian terintegrasi (terpadu) antara ternak -
tanaman.
Sistem integrasi tanaman – ternak adalah suatu sistem pertanian yang dicirikan oleh
keterkaitan yang erat antara komponen tanaman dan ternak dalam suatu usaha tani atau
dalam suatu wilayah. Keterkaitan tersebut merupakan suatu faktor pemicu dalam mendorong
pertumbuhan pendapatan masyarakat tani dan pertumbuhan ekonomi wilayah berkelanjutan
(Pasadaran et al.,2005). Menurut baunalin et al (2009), keuntungkan langsung integrasi ternak
- tanaman pagan adalah meningkatnya pendapatan pelaku usah dari hasil penjualan ternak dan
hasil tanaman pangan. Keuntungan yang tidak langsung adalah membaiknya kualitas tanah
akibat pemberian pupuk. Sari litbang et al (2009) menyimpulkan system intergrasi tanaman-
ternak dapat menghasilkan pupuk kandang dimana pembuatan pupuk organic dari 2 ekor
ternak dapat memberikan tambahan pendapatan sekitar 1 juta/tahun.
Pola integrasi antara ternak dan tamanan pada awalnya diprakarsai oleh Badan Litbang
Pertanian dan dimulai pada kegiatan Peningkatan Produktivitas Padi Terpadu (P3T) dengan
tujuan utama adalah rehabilitasi lahan Pertanian yang telah mengalami degradasi akibat
eksploitasi pemupukan (Bamualim, 2007).
2.2. Hasil – hasil Penelitian Terkait
2.2.1. Potensi Ketersediaan Pakan Melalui Integrasi
Terkait dengan penyediaan pakan dari usaha ternak yang terintegrasi dengan pakan
dapat diperoleh 3 sumber pakan yaitu bahan – bahan yang berasal dari tanaman sisa hasil
pertanian dan limbah industri pertanian dan tanaman yang ada dilahan pertanian serta
tanaman hijauan dilahan perkebunan. Beberapa hasil penelitian menunjukkan sistem integrasi
ternak sapi – tanaman dapat meningkatkan pendapatan petani (Sari Lubang et al., 2007).
Pola usaha integrasi tanaman perkebunan – ternak dapat peningkatan sebesar 41,9 %
dan menghemat 50 % pemakaian pupuk organik (Parwali et al., 2009).
16
Menurut Diwyanto et al., (2004) limbah perkebunan sawit mempunyai potensi yang
cukup besar untuk menyediakan sumber pakan dengan daya tamping 1-3 ekor per ha kebun
kelapa sawit.
Menurut Kuswandi (2007), dengan hamparan 100 ha kebun tebu diperkirakan dapat
menghasilkan tidak kurang dari 347 – 520 ekor sapi dengan bobot hidup 200 kg sepanjang
tahun bila sapi mampu mengkonsumsi bahan kering 1 – 1,5 % dari bobot hidup. Bila bagas
diproses dan ditambahkan dalam pakan, maka tambahan sekitar 20 ekor sapi lagi dapat
dibesarkan. Demikian seterusnya, dengan memanfaatkan limbah lain seperti ampas, pith dan
tetes, maka jumlah pemilikan dapat ditingkatkan dengan catatan, suplementasi bahan dari luar
kawasan harus diadakan.
Pada tanaman pangan, data 2000 – 2009 menunjukkan perkembangan luas panen padi
meningkat 1,01 persen pertahun dari 11,79 juta ha menjadi 12,88 ha. Perkembangan luas
panen komoditas palawija khususnya jagung meningkat 2,16 persen pertahun, dari 3,50 juta ha
menjadi 4,15 juta ha. Luas panen kedele menurun 0,02 persen pertahun dari 0,82 juta ha turun
menjadi 0,72 ha (Kementrian Pertanian, 2012).
Selain ketersediaan secara agregat, hal lain yang perlu diperhatikan terkait dengan
pemanfaatan limbah ada sistem pertanian tanaman – ternak adalah harga, kandungan gizi, dan
distribusi ketersediaannya selama setahun. Namun karena penelitian ini focus pada usaha tani
terintegrasi tanaman – ternak sehingga limbah tidak harus dibeli, maka aspek harga tidak
diperlukan. Demikian juga penelitian ini tidak menyinggung aspek gizi secara dalam. Namun
aspek distribusi ketersediaan sangat terkait dengan ketersediaan, sehingga menjadi perlu untuk
menjadi perhatian.
17
III. METODOLOGI/PROSEDUR
3.1. Pendekatan (Kerangka Pemikiran)
Laboratorium lapang merupakan media yang cukup ampuh untuk menyampaikan inovasi
teknologi yang dihasilkan dan juga menjadi ajang pertama penyampaian inovasi teknologi
Badan Litbang Pertanian kepada pemerintah daerah selaku pengguna.
Badan Litbang Pertanian telah banyak menghasilkan inovasi teknologi yang sesuai untuk
pengembangan pertanian dipedesaan. Salah satu teknologi yang sangat dinamis diterapkan
satu potensi berupa teknologi sistem pertanian terpadu yang menggabungkan keterkaitan yang
erat antara komponen tanaman dan ternak dalam suatu usaha tani dalam suatu wilayah yang
merupakan suatu factor pemicu dalam mendorong pertumbuhan pendapatan masyarakat tani
dan pertumbuhan ekonomi wilayah secara berkelanjutan dan ramah lingkungan.
3.2. Lokasi Kegiatan
Penempatan lokasi kegiatan dikebun percobaan Paya Gajah berupa kegiatan lanjutan
tahun 2014.
3.3. Ruang Lingkup Kegiatan
Secara kekseluruhan kegiatan laboratorium lapang inovasi pertanian dilaksnakan pada
bulan Februari – Desember 2014 berupa demplot. Jumlah petani kooperator yang terlibat
meningkat menjadi 15 orang.
Kriteria petani kooperator memiliki:
1. Memiliki ternak kambing dan berpengalaman dalam budidaya ternak kambing.
2. Sistem pemeliharaannya masih tradisional dengan melepaskan ternak.
3. Produksi dan populasi ternak kambing rendah.
Kegiatan ini berupa demplot dilapangan dengan menggunakan unsure partisipasif dan
kemitraan antara peneliti, penyuluh dan petani dalam pelaksanaannya melibatkan penduduk
setempat.
Tahapan pelaksaan kegiatan demplot LLIP program keterpaduan unit usaha tani :
1. Penanaman rumput Brahiaria Humidicola seluas 1 ha sebagai pakan hijauan badan
pengembalaan.
18
2. Renovasi kandang kelompok dengan populasi ternak kambing sebanyak 15 ekor
dalam suatu kelompok.
3. Pembuatan pupuk organic yang berasal dari limbah kotoran ternak
4. Pendampingan model sentral breeding kambing boorka x kambing kacang.
3.4. Bahan dan Metode Pelaksanaan Kegiatan
Bahan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan adalah perlengkapan kantor ATK,
Saprodi, bahan kelengkapan/penolong, peralatan lapangan,pembuatan pagar keliling disekitar
kebun rumput (Brachiaria humidicola) seluas 1 h untuk penanaman rumput padang
pengembalaan yaitu rumput ba dengan jarak tanam 50 x 50 sebanyak 20000 stage bibit berasal
dari UPT Indrapuri
Bahan pakan untuk ternak kambing yaitu:
- Rumput Gajah
- Rumput (Brachiaria humidicola)
Konsentrat untuk ternak kambing terdiri dari :
- 60% dedak halus
- 10% biomassa kelapa (bungkil kelapa)
- 10% jagung
- 10% limbah sagu
- Vit suplemen
- Mineral blok
- Obat-obatan
Metode pelaksanaan kegiatan:
1. Pendampingan model pengawetan hijauan pakan berupa silase
Silase merupakan rumput segar yang melimpah pada waktu pemanenan. Agar rumput
hijauan tersebut dapat dimanfaatkan dalam waktu tertentu dan bernilai gizi tinggi, maka
perlu dilakukan pengawetan. Adapun caranya adalah sediakan tempat silo berupa plastik
hitam, kemudian dipadatkan dalam silo agar bebas dari udara yang masuk yang bersifat
aerob dan anaerob, dan disimpan selama 3 minggu yang dilanjutkan dengan cara
diangin-anginkan lalu diberikan kepada ternak.
19
2. Pendampingan model hijauan pakan rumput padangpengembalaan (Brachiaria
humidicola). Rumput ini diperoleh dari UPT Indrapuri dengan jarak tanam 50 x 50
sebanyak 20000 stage.
3. Pendampingan model sentral breeding kambing borka x kambing kacang pada
pengembalaan guna untuk meningkatkan produksi dalam suatu kawasan.
4. Teknologi pemberian pakan konsentrat untuk ternak kambing yang berasal dari biomas
kelapa dan pakan lokal.
5. Pengobatan ternak kambing berupa pemberian obat cacing dalam pencegahan terhadap
penyakit eksternal. Ternak kambing disekitar lokasi tersebut diberi obat cacing sebagai
anti septic secara massal guna pencegahan terhadap penyakit, perngobatan penyakit
kulit (scabies).
4.2. Temu Lapang
Temu lapang merupakan salah satu ajang untuk percepatan kecepatan efektivitas
inovasi teknologi untuk pengguna dalam menerima asupan teknologi yang dihasilkan oleh
Badan Litbang Pertanian salah satunya transfer teknologi berupa pengolahan pakan.
20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1.Model Pengembangan Kawasan Pola Intergrasi Ternak- Tanaman Kopi
Permintaan akan produk peternakan khususnya daging yang terus meningkat sejalan
dengan mampu pertambahan penduduk yang belum mampu memenuhi kebutuhan akan
produk ternak tersebut, kenaikan impor daging, baik dalam bentuk daging segar mampun
dalam bentuk ternak hidup meningkat terus dari tahun ke tahun. Hal tersebut tentu tidak dapat
dipertahankan karena menyebabkan terjadi pemborosan devisa Negara. Disadari bersama
bahwa salah satu faktor utama tingkat keberhasilan suatu usaha pengembangan peternakan
adalah pakan.
Pakan merupakan salah satu faktor penentu utama yang mempengaruhi keberhasilan
suatu usaha peternakan dalam meningkatkan produktivitas, meningkatknya produksi daging
merupakan salah satu upaya untuk mengujudkan ketahanan pangan sekaligus memajukan
tingkat kecerdasan sumber daya manusia.
Pakan sangat penting untuk diperhatikan karena pakan sangat besar pengaruhnya
terhadap pertambahan bobot badan sapi. Pakan diperlukan untuk hidup pokok, pertumbuhan,
reproduksi dan produksi daging. Zat gizi utama yang dibutuhkan sapi adalah protein dan energy
(Tilman et al, 1989).
Produktifitas ternak dipengaruhi oleh factor lingkungan sampai 70% dan factor genetic
hanya sekitar 30%. Diantara factor lingkungan tersebut, aspek pakan mempunyai pengaruh
paling besar yaitu sekitar 60%. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun potensi genetic ternak
tinggi, namun apabila pemberian pakan tidak memenuhi persyaratan kualitas dan kuantitas,
maka produksi yang tinggi tidak akantercapai. Disamping pengaruhnya yang besar terhadap
prodiktifitas ternak, factor pakan juga merupakan biaya produksi yang terbesar dalam usaha
peternakan. Biaya pakan ini dapat mencapai 60 – 80% dari keseluruhan biaya produksi
(Maryono dkk, 2003).
Keterpaduan komponen usaha tani yang tepat mampu meningkatkan tingkat
produktivitas sumber daya alam sekaligus meningkatkan mendapatan keluarga tani akibat
diservikasi usaha tani dalam suatu kawasan. Konsep dasar pola pengembangan intergrasi
ternak dan tanaman perkebunan secara terpadu adalah komponen usaha tani yang saling
bersinergis untuk mencapai produksi yang optimal. Pola intergrasi ternak kambing dan tanaman
merupakan usaha tani yang memiliki suatu rantai ekosistim dalam memanfaatkan biomas. Pola
21
usaha tani diversivikasi akandapat meningkatkan pendapatan, karena selain menekan biaya
pemupukan bagi tanaman dan juga pembersihan gulma-gulma yang ada pada lahan.
4.1.2. Pendekatan Sistem Intergasi Ternak Kambing – Tanaman Perkebunan
Ciri utama sistem usahatani yang berintegrasi tanaman ternak adalah adanya sifat yang
saling menguntungkan antara tanaman dan ternak. Petani dapat memanfaatkan kotoran ternak
sebagai pupuk organic untuk tanaman sedangkan limbah tanaman dapat dimanfaatkan sebagai
pakan ternak yang bergizi tinggi (Djajanegara, 2004).
Model integrasi ini mengatasi masalah keterbatasan dengan memanfaatkan limbah
tanaman pertanian dan perkebunan tersebut mampu menyediakan kebutuhan pakan sekitar 33
– 53% dari total rumput yang diberikan (Haryanto, 2000). Disamping itu keuntungan dalam hal
tenaga kerja dalam pencari rumput sehingga memberi peluang usahatani dan meningkatkan
skala pemeliharaan ternak dapat juga mengurangi pemanfaatan terhadap pemakaian pupuk
anorganik.
Hasil kajian Nasrullah et el (1993) melaporkan bahwa pola integrasi ternak sapi dan padi
di beberapa daerah di Jawa Timur mampu meningkatkan pendapatan petani sebesar 41,4%
dan menghemat tenaga kerja sekitar 35,44% dari total biaya usaha ternak.
Ternak kambing merupakan salah satu komoditi
yang memiliki prospek pengembangan yang cukup
luas dan dapat diandalkan untuk subtitusi
kebutuhan daging dalam daerah. Usaha
perternakan kambing berwawasan agribisnis
membutuhkan lahan yang cukup luas sebagai
sumber hijauan untuk pakan utamanya.
Keterbatasan lahan di Indonesia saat ini, usaha
perternakan kambing secara komersial kearah agribisnis sulit dikembangkan dengan sistem
apapun, kecuali diintergarasi dengan usaha perkebunan baik dengan atau tanpa pemberian
pakan tambahan dikandang. Oleh karena itu pda decade terakhir ini banyak usaha yang
dilakukan oleh Negara –Negara ASEAN untuk memadukan usaha ternak,khususnnya ruminansi
kecil dengan perkebunan kelapa, kelapa sawit, kakao dan karet(sibon,1998,iniguez dan
sanchez,1991).
22
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa intergasi peternakan kambing/domba dengan
perkebunan kelapa sawit dan karet memberikan efek saling mengutungkan satu sama lain,
salah satu komponen biaya yang cukup tinggi didalam pengolahan perkebunan adalah untuk
pengendalian gulma. Pada tanaman yang belum menghasilkan dimana 50%-70% dari biaya
pemeliharaan adalah pengendalian gulma , sedangkan pada tanaman menghasilkan, 20%-30%
dari pemeliharaan (REESE,A.,1986) menunjukkan bahwa penggembalaan domba diareal
perkebunan karet tidak menimbulkan dampak negative terhadap tanaman karet, tetapi
sebaliknya dapat mengendalikan kesuburan lahan dan dapat meningkatkan produksi lateks.
(Harun dan Chen (1994) melaporkan bahwa
intergasi peternakan domba dengan
perkebunan karet dapat menghemat biaya
penyiangan 20%-50%. Imtegrasi kedua
usaha ini di dapat meningkatkan efisiensi
penggunan lahan persatuan luas. Disamping
itu juga, dapat sebagai sumber pendapatan
yang sangat berarti bagi petani terutama
pada masa harga karet atau buah sawit
anjolk, dimana harga kambing boleh dikatakan sepanjang masa tidak pernah turun/relative
stabil.
4.1.3 Pendampingan Inovasi Teknologi Pengawetan Hijauan Pakan Berupa Silage
Pakan sangat penting untuk diperhatikan, karena pakan sangat besar pengaruhnya
terhadap pertambahan bobot badan sapi. Pakan diperlukan untuk hidup pokok, pertumbuhan,
reproduksi dan produksi daging. Zat gizi utama yang dibutuhkan sapi adalah protein dan energi
(Tilman et al,1989).
Produktivitas ternak dipengaruhi oleh faktor lingkungan sampai 70% dan faktor genetik
hanya sekitar 30%. Diantara faktor lingkungan tersebut, aspek pakan mempunyai pengaruh
paling besar yaitu sekita 60%. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun potensi genetik ternak
tinggi, namun apabila pemberian pakan tidak memenuhi persyaratan kuantitas dan kualitas,
maka produksi yang tidak akan tercapai. Disamping pengaruhnya yang besar terhadap
produktivitas ternak, faktor pakan juga merupakan biaya produksi yang terbesar dalam usaha
23
peternakan. Biaya pakan ini dapat mencapai 60-80% dari keseluruhan biaya produksi (Maryono,
dkk.2013).
Pakan utama ternak ruminansia adalah hijauan yaitu sekitar 60-70%; namun demikian
karena ketersediaan pakan hijauan sangat terbatas maka pengembangan peternakan dapat
diintegrasikan dengan usaha pertanian sebagai suatu strategi dalam penyedian pakan ternak
melalui optimalisasi pemanfaat limbah pertanian dan limbah agroindustri pertanian. Hijauan
identik dengan sumber serat. Warna tidak selalu hijauan identik dengan sumber serat. Warna
tidak selalu hijau, tidak selalu berbentuk rumput yang sudah umum dikenal (rumput
gajah,rumput lapangan, dll); namun dapat berupa jerami kering (jerami padi, jerami jagung,
jerami kedelai, dll.); daun-daunan (nangka, pisang, kelapa sawit,dll),limbah industry (bagase
tebu,kulit kacang,tumpi jagung,kulit kopi,dll) (Aminudin,1999).
Gamal merupakan pakan ternak sumber protein yang baik dengan kandungan protein
yang lebih tinggi daripada konsentrat yang memiliki kandungan protein maksimal hanya 17%.
Daun-daun gamal mengandung banyak protein dan mudah dicernakan sehingga cocok untuk
pakan ternak khususnya ruminansia.
Hijauan gamal mengandung protein kasar 20-30 % BK, serat kasar 15%, dan kecernaan
invitro bahan kering 60-65%. Menurut Puger, gamal mengandung protein kasar (CP) 18-24 %
pada waktu musim hujan dan 17-22 % pada waktu musim kemarau. Pemberian gamal pada
ternak dapat dalam bentuk segar maupun silase. Daun gamal cukup baik jika diawetkan dengan
metode silase baik dicampur dengan bahan lain maupun tunggal. Bahan organic gamal dalam
bentuk segar dan hay lebih tinggi disbanding setelah dibuat silase. Perbandingan kandungan
dalam bentuk segar, hay dan silase (Puger,2008).Silage merupakan salah satu teknologi
fermentasi hijauan pakan untuk mengatasi kekerungan pakan pada musim kemarau dan juga
untuk mengatasi over produksi pada musim hujan. Hal ini dilakukan agar ketersedian pakan
dapat secara kontiniyu untuk meningkatkan produksivitas pada ternak.
Menurut McDonald et al. (1991) menyatakan bahwa silagemerupakan bahan pakan
yang diproduksi secara fermentasi, yaitu dengan kondisi anaerob. Selanjutnya Bolsen et al.
(2000) menambahkan bahwa silage adalah bahan pakan yang diproduksi melalui proses
fermentasi. Bahan tersebut berupa tanaman, hijauan, dan limbah pertanian yang mengandung
kadar air lebih dari 50%.
Pembuatan silage tidak tergantung pada musim. Keberhasilan pembuatansilage berarti
memaksimalkan nutrien yang dapat diawetkan Sapienza & Bolsen (1993). Silage dapat
24
mengurangi tenaga kerja dankehilangan nutrisi dengan proses fermentasi yang akhirnya akan
mengawetkan hasil panen Schroeder (2004). Lebih lanjut Balitbangtan (2003) mengungkapkan
bahwa pembuatan silage dapat mengatasikekurangan pakan ternak pada musim kemarau serta
menampung kelebihan produksipakan atau memanfaatkan pakan pada saat pertumbuhan
terbaik.
Proses fermentasi yang optimum pada silage juga dipengaruhi oleh lingkungan. Kualitas
silage dipengaruhi oleh faktor biologi yaitu tahap kematangan bahan pakan juga teknologi yang
dipergunakan saat pembuatan silage (Bolsen et al. 2000). Pembuatan silage memiliki kelebihan
yaitu:
- Hijauan tidak mudah rusak oleh hujan pada waktu dipanen
- Tidak banyak daun yang terbuang
- Silage umumnya lebih mudah dicerna dibandingkan hay dan amoniasi
- Karoten dalam hijauan lebih terjaga dibanding hay dan amoniasi
Sedangkan kelemahan pembuatan silage adalah perlunya ongkos panen, perlunya
mengisi silo dan biaya pembuatan silo sebagai tempat penyimpanan. Silage yang terbentuk
karena proses fermentasi ini dapat disimpan untuk jangka waktu yang lama tanpa banyak
mengurangi kandungan nutrisi dari bahan bakunya.Tujuan utama pembuatan silage adalah
untuk memaksimumkan pengawetan kandungan nutrisi yang terdapat pada hijauan atau bahan
pakan ternak lainnya, agar bisa disimpan dalam kurun waktu yang lama, untuk kemudian
diberikan sebagai pakan bagi ternak terutama untuk mengatasi kesulitan dalam mendapatkan
pakan hijauan pada musim kemarau. Silage bisa digunakan sebagai salah satu atau satu
satunya pakan kasar dalam ransum sapi potong. Pemberian pada sapi perah sebaiknya dibatasi
tidak lebih 2/3 dari jumlah pakan kasar. Silage merupakan pakan yang disukai ternak terutama
bila cuaca panas. Apabila ternak belum terbiasa mengkonsumsi silage, maka pemberiannya
sedikit demi sedikit dicampur dengan hijauan yang biasa dimakan.Ciri-ciri khasnya yaitu :
baunya agak wangi, rasanya manis dan sedikit asam, warnanya hijau kekuning-kuningan, tidak
berjamur, waktu dibuka suhu tidak panas (kurang 30oC), apabila dipegang kering dan
teksturnya lembut, tidak menggumpal, pH berkisar antara 4 – 4,5 dan nilai nutrisi yang ada
dalam silage meningkat.
4.1.4 Demplot Padang Pengembalaan Rumput
Brachiaria Humidicola
25
Brachiaria humidicola merupakan rumput tahunan berasal dari Afrika Selatan yang kemudian
menyebar de daerah Fiji dan Papua New Guinea (Skerman and River, 1990). Rumput ini
biasanya digunakan sebagai hijuan dalam padang pengembalaan permanen (Hanum, 1997).
Bibit berasal dari UPT Indrapuri sebanyak 20.000 stek dengan luas lahan 1 Ha jarak
tanam 30 x 30 cm. Rumput ini tahan terhadap kekeringan dan genangan, penggembalaan berat
dan mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap gulma, cepat sekali menutup tanah sehingga
akan menekan pertumbuhan gulma (Jayadi, 1991). Rumput ini berpotensi untuk dikembangkan
sebagai salah satu sumber hijauan pakan ternak dan rumput padang penggembalaan, tumbuh
baik pada jenis tanah apapun, termasuk tanah berpasir dan tanah asam. Sudah banyak
diberikan pada ternak dan berpotensi untuk dikembangkan sebagai salah satu sumber hijauan
pakan ternak yang dapat digunakan sebagai rumput potong dan rumput padang
pengembalaan. Rumput Brachitia Humidicola, adaptif terhadap pengairan, kurang toleran
terhadap pengembalaan berat dan tidak begitu membutuhkan kesuburan tanah yang bagus
sehingga mempunyai peranan yang cukup besar bagi pengembangan hijaun pada daerah tropik
(Mannetje dan Jones,1992). Jarak tanam yang sering digunakan untuk penanaman rumput ini
30 x30 atau 40 x 40 (AKK,1983). Pupuk kandang yang dianjurkan sebanyak 20 – 30 ton per Ha
bersama dengan pengolahan tanah, jumlah urea yang di anjurkan sebanyak 250 – 300 kg/Ha/
tahun setelah rumput berumur 2 minggu pemupukan dilanjutkan. Pemupukan lanjutan
diberikan setiap selesai pemotongan dengan urea sebanyak 50 kg/heaktar (Batu bara dan
Manurung,1990).
4.1.5 Pendampingan Model Sentral Breeding Kambing Boorka X Kambing Kacang
Pada Padang Pengembalaan
Pada usaha peternakan kambing terutama untuk
pembibitan (breeding), pola perkawinan yang baik
akan sangat menentukan keberhasilan usaha dalam
meningkatan kan populasi. Sistem breeding yang
dilaksanakan menganut sistem breeding kelompok
dengan pengaturan penjantan yang terjadwal. Pada
sistem perkawinan alam secara kelompok dan terjadwal. Hasil dari kegiatan tersebut, pedet
(anak) yang lahir dalam keadaan sehat karena induk yang bunting diberikan pakan yang sesuai
dengan kebutuhan nutrisi. Pakan merupakan salah satu faktor penentu utama yang
26
mempengaruhi keberhasilan suatu usaha peternakan dalam meningkatkan produktivitas.
Meningkatkan produktivitas daging dan meningkatkan populasi ternak merupakan salah satu
upaya untuk mewujudkan ketahanan pangan sekaligus memajukan tingkat kecerdasan sumber
daya manusia. Daging ternak kambing adalah sumber protein hewani yang kontribusinya
memenuhi kebutuhan konsumen nasional sekitar 23% (Marsetyo,2009). Dari hasil pola
perkawinan alam (IKA) secara kelompok dapat meningkatan tingkat populasi sekitar 40%
sehingga dalam kurung waktu 2 tahun seekor induk betina dapat melahirkan anak 3 kali.
Beberapa penelitian terdahulu (BELL, et al,1998 ; Setiadi,1994; Subandriyo et al,2000)
melaporkan bahwa selang beranak kambing PE pada kondisi pedesaan relative tinggi yakni
berkisar antara 9-15 bulan dengan laju mortalitas anak periode prasapih berkisar 5-17%.
Efisiesi reproduksi dapat dilaksanakandengan mengoptimalkan jumlah anak yang lahir dan
menekan laju mortalitas.Penjatan terpilih dicampur dengan beberapa betina dengan
perbandingan rasio 1:20 (yang artinya penjantan unggul sanggup melayani 20 ekor betina)
dalam kurung waktu tertentu sama induk mengalami kebuntingan, selama siklus birahi (42 – 45
hari). Sehingga kapasitas kebuntingan lebih terjamin. Pola jarak melahirkan antara individu
yang induk lebih pendek. Pada kambing burka, induk biasanya dikawinkan pertama kali pada
umur 15 bulan atau lebih. Pada kambing kacang, induk muda biasanya dikawinkan pada umur
8-10 bulan atau saat mencapai bobot tumbuh 14-16 kg.
4.1.6 Inovasi Teknologi Pemberian Pakan Konsentrat Untuk Ternak Kambing Yang
Berasal Dari Biomas Lokal.
Konsentrat adalah pakan yang mengandung nutrisi tinggi dengan serat kasar rendah ( <
20%) yang terdiri dari bijian dan beberapa limbah hasil proses industri bahan pangan seperti
jagung giling, tepung kedelai, menir, bungkil kelapa dan umbi. Sumber lain seperti tepung
tulang, tepung ikan, vitamin dan bahan pakan lain juga ditambahkan untuk mencukupi
kebutuhan nutrisi. Peranan pakan konsentrat adalah untuk meningkatkan nilai nutrisi yang
rendah agar memenuhi kebutuhan normal hewan untuk tumbuh dan berkembang secara sehat.
Disisi lain konsentrat merupakan pakan yang mudah dicerna oleh mikrobaremen untuk
berkembang biak dan dapat meningkatkan kercernaan pakan.
Pemberian konsentrat dapat diberikan pada pagi hari dengan total pemberian 1% dari
berat badan. Pemberian kosentrat pada ternak kambing bertujuan untuk meningkatkan nilai
pakan dan penambahan energi. Tingginya pemberian pakan berenergi menyebabkan
27
peningkatan konsumsi dan daya cerna dari rumput yang berkualitas rendah. Menurut Thielman
et al (1998), palatabilitas pakan dipengaruhi oleh beberapa fkctor diantaranya rasa, bentuk dan
bau dari pakan itu sendiri. Pemberian pakan konsentrat yang berkualitas tinggi akan
mempercepat pertumbuhan ternak, sehingga berat badan dan tingkat populasi yang diharapkan
dapat tercapai. Konsentrat yang diberikan pada ternak kambing sebanyak 2 kg per hari setiap
ekornya ( 1% dari berat badan ternak). Pemberian konsentrat yang tinggi dapat mengurangi
konsumsi hijauan dan leguminosa. Hal ini disebabkan karena pada konsentrat mengandung nilai
nutrisi tinggi, sehingga ternak tersebut tercukupi kebutuhan nutrisinya. Konsentrat yang
diberikan mengandung 16-18% protein dengan kandungan energi (2.700 kkal) dan sumplemen
vitamin A dan D. mengurangi konsumsi kalsium dan fosfor. Hal ini sesuai dengan pendapat
Siregar (2009) yaitu ternak kambing yang digemukkan harus memperoleh pakan yang terdiri
dari hijauan dan kosentrat yang harus diatur pemberian nya agar tercapai hasil yang
memuaskan . Adapun komposisi pakan dapat dilihat pada table 4.1 berikut.
Tabel 4.1 Bahan pakan dan susunan pakan.
Bahan Pakan Sususunan Pakan (ekor/kg/hari)
Rumput Gajah 6 kg
Rumput Alam 2 kg
Rumput Briachiaria Humidicola Secukup
Konsentrat:
Dedak 0,01%
Jagung 0,02%
Bungkil Kelapa 0,01%
Mineral 0,01%
Urea Mineral Blok Secukupnya
Ternak kambing sangat menyukai mengkomsumsi kosentrat, ini terlihat pada setiap kali
pemberian kosentrat tidak ada yang tersisa,palatabilitas pakan dapat meningkatkan kecernaan
bahan kering dan bahan organik yang dicerna oleh mikroorganisme rumen pada saat hijauan
mulai masuk kedalam rumen. Menurut Tangdilimtin (2002) pemberian pakan tambahan
(supplement) berupa kosentrat dapat menjadi salah satu alternative untuk mengatasi masalah
rendahnya produksi dan memperbaiki tingkat reproduksi pada ternak kambing. Pada prakteknya
penambahan pemberian konsentrat pada ternak kambing membutuhkan biaya produksi yang
28
tinggi sehingga petani peternak harus mengeluarkan biaya yang mahal. Untuk menanggulangi
hal tersebut maka salah satu alternative dengan menanam jenis Legumminasa (gamal) sebagai
pengganti konsentrat dalam pakan yang mengandung nilai nutrisi yang tinggi untuk
peningkatan produktivitas pada ternak kambing. Biasanya pakan konsentrat mengandung
protein yang tinggi sekitar 10-15%
4.1.7 Pengendalian Parasit Internal
Selama ini manajemen pemelihara yang di praktekan
oleh kelompok ternak dikebun percobaan Payah
Gajah masih secara tradisional dimana ternak
kambing digembalakan pada lahan perkebunan
kelapa pada pagi hari, sehingga sangat rawan
terkena penyakit cacing Nematoda maupun
Trematoda yang bersumber dari gulma sekitarnya
akibat digembalakan pada pagi hari. Oleh karena itu,
diperlukan strategi penanggulangannya, dengan
pemberian obat cacing secara teratur setiap 3 bulan sekali. Disamping itu diberikan vitamin B
Complex dengan cara injeksi museculer dengan dosis 2 cc yang dilakukan oleh penyuluh dinas
Kabupaten Aceh Timur. Hal ini bertujuan menambah nafsu makan ternak dengan demikian
dapat mempercepat penambahan berat badan sekaligus mempertahankan daya tahan tubuh
terhadap penyakit, selain itu diberikan juga pengobatan salap mata (Chlorophenicol) untuk
mencegah penyakit pink eyes dilakukan juga sanitasikandangsecara rutin untuk mencegah
berkembangnya penyakit baik jenis bakteri maupun virus.
4.1.8 Perbaikan Sistem Budidaya Tanaman Kelapa Melalui Pemberian Pupuk
Organik.
Pupuk organik adalah proses penguraian
parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-
bahan organic, yang dapat dipercepat secar
artivisial oleh berbagai macam mikroba, aerobic
atau anaerobic. Proses pengomposan
merupakan proses penguraian bahan organic
menjadi bahan dengan nisbah C/N rendah
29
(kurang dari 15). Hasil yang diperoleh dari proses pengomposan adalah kompos, yang
digunakan sebagi pupuk organic untuk tanaman. Pada pertanaman kelapa tersedia banyak
bahan-bahan organic yang dapat digunakan sebagai bahan pengomposan. Pupuk kandang
menjadi sangat penting karena mengandung unsur hara yang cukup tinggi.
Dari lahan kelapa seluas 1 Ha yang masing-masing dengan perkiraan jumlah tanaman
kelapa sebanyak 180 batang diberikan pupuk
organic dengan dosis pemupukan sebesar 2-3
kg/batang dengan jarak pemupukan 1,5-2 cm.
pembuatan pupuk organic dari campuran
kotoran ternak kambing dan urin sapi
difermentasi dengan EM-4 1 liter , molasse , 0,1
%, dedak 1%, kotoran ternak600 kg, sekam padi
100 kg, tanah 300 kg, bahan tersebut didapati
disekitar lokasi dan mudah diaplikasikan oleh petani.Pupuk organik setelah difermentasikan
selama 7 hari setelah matang dengan ciri-cirinya, berwarna coklat dan tidak berbau. Kemudian
dibuka dan dikering anginkan selam 15 menit baru dapat diberikan pada tanaman kelapa,
coklat dan papaya. Waktu aplikasi pemupukan dianjurkan adalah 2 kali yaitu pada awal musim
penghujan dan akhir musim penghujan.
Tahapan pengomposan yang dilakukan antara lain :
- Pengecilan ukuran
Pengecilan ukuran dilakukan untuk memperluas permukaan bahan,sehingga bahan dapat
dengan mudah dan cepat didekomposisi menjadi kompos. Namun pengadaan coper untuk
pengecilan ukuran ini belum terlaksana sehingga pengecilan ukuran dilakukan secara manual
menggunakan golok.
- Penyusun tumpukan
Untuk penumpukan telah dibuat bak pengomposan berukuran 2 x 2 x 1,5 meter dua unit dan
diberi naungan untuk menghindari masuknya air hujan. Bahan yang sudah melalui tahap
pemilihan dan pengecilan ukuran kemudian ditumpuk, tinggi tumpukan cukup 1 meter,
sehingga masih tersisa raungan untuk membalik bahan setinggi 0,5 meter. Untuk mempercepat
proses dekomposisi tumpukan diberi efektif mikroorganisme (EM-14).
- Pembalikan
30
Pembalikan dilakukan untuk membuang panas berlebihan, memasukan udara segar ke dalam
tumpukan bahan, merata proses pelapukan disetiap bagian tumpukan,meratakan pemberian
air, serta menghancurkan bahan menjadi partikel kecil-kecil.
- Penyiraman
Dilakukan terhadap bahan baku dan tumpukan yang terlalu kering (kelembaban kurang dari
50%). Perlu tidaknya penyiraman dapat dilakukan dengan cara memeras segenggam bahan
dari bagian dalam tumpukan. Apabila pada saat digenggam kemudian diperas tidak keluar air,
maka tumpukan harus ditambah air. Sedangkan jika sebelumnya diperas sudah keluar air, maka
tumpukan terlalu basah karena itu perlu dilakukan pembalikan.
- Pemantangan
Setlah pengomposan berjalan 30-40 hari, suhu tumpukan akan semakin menurun hingga
mendekati ruangan. Pada saat itu tumpukan telah lapuk, berwarna coklat tua atau kehitaman.
Tahap ini selama 14 hari.
- Penyaringan
Dilakukan untuk memperoleh partikel pupul sesuai dengan kebutuhan serta untuk memisahkan
bahan yang tidak dapat dikomposkan dengan bahan yang sudah matang. Bahan yang tidak
dapat dikomposkan dibuang.
- Pengemasan dan penyimpanan
Pupuk yang telah mantang dicampurkan dengan angensia antagonis untuk mencegah serangan
penyakit layu kemudian dapat langsung digunakan pada tanaman kelapa dan tanaman
lainnnya. Apabila belum digunakan, berlebih atau mau dijual, pupuk sebaiknya dikemas dalam
karung sesuai dengan kebutuhan pemasaran. Pupuk yang telah dikemas disimpan dalam
gudang dan terlindung dari kemungkinan tumbuhnya jamur dan tercemar oleh bibit jamur dan
benih gulma.
4.1.9 Pemberian Urea Mineral Blok Pada Ternak Kambing
Urea Mineral Blok adalah satu bahan yang
sangat dibutuhkan oleh ternak kambing
guna pencegahan terhadap kekurangan
mineral untuk kebutuhan hidup pokok
yang ditandai dengan gejala-gejala yaitu
bulunya kusam, mata kurang jernih.
31
Akibatnya pemberian mineral blok sangat dibutuhkan oleh kambing. Bahan-bahan yang
digunakan untuk pembuatan mineral blok terdiri dari ultra mineral, garam dapur dan semen
dengan perbandingan 1 : 7 : 2, semua bahan tersebut dicampur secara merata selanjutnya
ditambah air secukupnya sampai adonan tersebut siap untuk dicetak. Cetakan yang digunakan
berupa timba kecil yang bertujuan dapat digantung dalam kandang, hasil cetakan berukuran 1
kg adonan yang sudah dicetak dikeringkan 2-3 hari dibawah sinar matahari. Setelah kering
baru diberikan pada ternak dengan jalan menjilat-jilati mineral tersebut. Lamanya penggunaan
urea mineral blok berkisar 20 hari dengan ukuran 1 kg.
Untuk meningkatkan sumber protein pakan pada ternak diperlukan supplement urea mineral
blok secara kontinue untuk dapat menjaga kondisi rumen untuk meningkatkan percernaan
pakan yang berserat tinggi dapat diberikan agar ternak kambing dapat mengatur sendir
kebutuhan akan mineral. Kekurangan mineral pada ternak kambing ditandai denga gejala –
gejala sebagai berikut:
- Bulu kusam tidak berkilat
- Matanya pucat dan berair
- Tingkat kematian pada pedet yang baru lahir lebih tinggi.
- Ternak kambing terlihat lesu dan sering menjilat atau menggigit apa yang ada
disekitarnya.
4.1.10Temu Lapangan
Kegiatan temu lapangan dilaksanakan
pada tanggal 23 Juni 2015 di Aula Kebun
Percobaan Paya Gajah Kecamatan
Pereulak. Peserta yang hadir pada acara
tersebut sebanyak 60 orang yang terdiri
dari Kepala Dinas Lingkup Pemda Aceh
Timur, Kepala Badan Ketahanan Pangan,
Penyuluh, Mantri Tani, dan Ketua
32
Kelompok yang mendapatkan bantuan ternak dari Dinas Peternakan diseluruh Kapubaten Aceh
Timur.Tujuan temu lapangan adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
peternak dalam pengolahan pakan ternak alternative yang berupa pakan silase dari rumput
gajah. Sekaligus meningkatkan sistim budidaya ternak kambing secara intensive dan
berkelompok serta berkelembagaan,
Penyampaian materi dilaksanakan
pada pagi hari oleh beberapa
narasumber yaitu dari Dinas
Peternakan, Dinas Koperasi, Bank
Rakyat Indonesia, dan BPTP Aceh.
Kemudian pada sore hari dilanjutkan
dengan demontrasi pembuatan urea
mineral blok dan pakan fermentasi
berupa silase rumput gajah sekaligus pembuatan kosentrat guna memenuhi standar untuk
nutrisi ternak kambing.
Dampak dan manfaat dari kegiatan ini memberi pengaruh dalam mengubah pola pikir
dan menambah wawasan pengetahuan petani peternak. Dengan adanya demontrasi tersebut
peternak telah mengadopsi teknologi Badan Litbang sehingga dapat didefusikan kepada
peternak disekitar lokasi tersebut.
Pada umumnya petani peternak yang ada dalam kelompok sistem budidaya masih
tradisional dimana sumber pakan hanya berasal dari rumput lapang sehingga pada musim
kemarau menyebabkan kekurangan pakan. Dengan adanya demontrasi tersebut peternak telah
dapat memanfaatkan pakan local sebagai pakan alternative. Pakan merupakan salah satu hal
penting dalam peningkatan produktifitas selain harus berkualitas, pakan juga harus ekonomis
supaya dapat memberi keuntungan bagi peternak.
33
34
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Laboraratorium lapang merupakan salah satu metode diseminasi inovasi teknologi
badan libang yang paling ampuh dalam meningkatkan pengetahuan pengguna
melalui transfer teknologi dalam suatu wilayah melalui: pelatihan, denfarm, denplot
dalam suatu wilayah dan juga sebagai media umpan balik untuk memperbaiki dan
menyempurnakan inovasi teknologi Badan Litbang sehingga lebih disesuaikan
dengan kebutuhan pengguna dalam suatu wilayah.
2. Breeding pada ternak kambing secara kelompok dengan metode kawin alam (INKA)
dapat meningkatkan populasi sekitar 40% dari jumlah pedet yang lahir. Pedet yang
lahir berumur seragam sehingga mudah terkontrol dan dapat mengurangi angka
mortalitas pada ternak kambing prasapih.
5.2. Saran
Perlu kajian lebih lanjut sehingga dapat member data yang akurat tentang sistim tata
laksana breeding dalam mengifisiensi reproduksi dan produksi ternak kambing boerka sehingga
diharapkan menjadi sentral breeding antara kambing boerka dan kambing kacang di kebun
percobaan paya gajah.
35
VI. KINERJA HASIL KEGIATAN
Pelaksaan kegiatan kajian model pengembanga sapi betina produktif dalam rangka
mendukung Swasembada Daging Sapi 2014 di Provinsi Aceh, merupakan suatu kajian yang
memberikan dampak yang sangat baik dan berjalan lancer. Kegiatan ini merupakan kajian yang
memberikan dampak yang sangat posisi terhadap model pengembangan peningkatan populasi
ternak sapi dan pakan local yang ada disekitar desa kajian,dengan pengunaan metode
intergrasi ternak dapat menargetkan jumlah kebuntingan ternak yang dikembangkan. Kajian ini
mulai di adopsi oleh kelompok tani yang berada disekitar lokasi kajian.
Keluaran diperoleh dari hasil kajian ini tersedianya model pengembangan pola intergrasi ternak-
tanaman, tersedia bibit yang berkualitas berupa bakalan kambing boerka untuk mencapai
swasembada daging dan adanya sentral kelompok agribisnis pembibitan dan pengemukan di
daerah-daerah.
Pelaksanaan kegiatan model laboraturium lapang inovasi pertanian melalui pengembangan
intergrasi tanaman kelapa-ternak kambing di kabupaten Aceh Timur merupakan suatu kegiatan
media deseminasi penyampaian informasi teknologi badan litbang dalam teknologi kepada
pengguna dan juga sebagai ajang pertemuan penyampian inovasi teknologi kepada pemerintah
daerah sebagai pengguna. Pola kerjasama ini merupakan metode kemitraan yang
dikembangkan secara luas. Kegiatan kemitraan ini sekaligus sebagai kegiatan langsung
dilapangan. Pihak penelitian yang terlibat belajar bersama stake holde, yang mana akan
memberikan masukan untuk penyempurnaan kegiatan kedepan.
36
DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin. 1999. Pola Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa Sawit – Sapi sebagai Penjamin Ketersediaan Pakan Ternak. Jurnal KRIP.
Badan pusat statistik. 2010. Aceh timur dalam Angka 2010. Bamualim, et al. 2009. Ilmu Nutrisi Ternak. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Batubara, dan Manurung. 1996. Potensi Integrasi Peternakan dengan Perkebunan Kelapa Sawit
sebagai Simpul Agribisnis Ruminansia. Wartazoa 13 (3): 83 – 91. Bolsen, Sapienza. 2000. An Introduction to Animal Husbandry in the Tropics Third Edition.
Longman Group. Limited. London. Cherysse. 2009. Use of Gonado Tropim Releasing Hormone Agonist or Human Chorionic Gonado
Tropim for Timed Insemination in Cattle. J Anim, Sci, 74: 1084 – 1091. Dwiyanto, et al. 2009. Peningkatan Daya Saing Industri Peternakan. PT Permata Wacana
Lestari. Jakarta. Hanum. 2010. Laborato Lapang Jurusan Peternakan. Makalah disampaikan dalam Diskusi
Pengembangan Laboratorium Outdoors Peternakan dan Agribisnis di Fakultas Pertanian. Universitas Islam. Kalimantan.
Hendrayana. 2011. Peningkatan Daya Saing Industry Peternakan. PT Permata Wacana Lestari.
Jakarta. Jayadi. 1991. Fisiologi Reproduksi Ternak Edisi Ketiga. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga. Surabaya. Kuswandi. 2007. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. PT Gramedia Widia Sarana
Indonesia. Jakarta. Mannctje dan Jones. 1992. Behavioral Characteristics of Bos Indicus Cattle After a
Superovulatory Treatment Compared to Cows Syncronized for Estrus. Mardi kanto. 1993. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. PT Gramedia Widia Sarana
Indonesia. Jakarta. Mariyono, dkk. 2003. Penelitian Nutrisi untuk Mendukung Pembentukan Bibit Sapi Potong
Unggul Analisis Respon Pakan Berbahan Biomas Lokal Terhadap Produktifitas Sapi Po Induk. Laporan Akhir Proyek PAATP. Loka Penelitian Sapi Potong. Badan Litbang Pertanian.
Marsetyo. 2009. Dinamika Penelitian Sawit terhadap Pengembangan Integrasi dengan Ternak
Sapi. Workshop Nasional. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor.
37
Mc. Donald, et al. 1991. Prostagladin Response in Dairy Herd Breeding Programs. Parwali, et al. 2009. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. UI Press. Jakarta. Pasadaran, et al. 2009. Pengembangan Ternak Berwawasan Agrobisnis di Pedesaan dengan
Pemanfaatan Limbah Pertanian dan Pemilihan Bibit yang Tepat. Badan Litbang Pertanian.
Puger, AW. 2008. Pengaruh Cara Pengawetan terhadap Komposisi Kimia dan Efisiensi dalam
Bentuk Hay dan Silase pada Daun Ig Provenan Gamal. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Udayana. Denpasar.
Santoso. 2010. Strategi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan Indonesia yang Memihak
Masyarakat Miskin. Asian Development. Bogor. Sari Lubang, et al. 2009. Membangun Sistem Agribisnis. Suara Dari Bogor, Edisi Milenium.
Pustaka Wira Usaha Muda. Bogor. Sibon. 1998. Iniguez dan Samchez. 1991. Feed and Nutrition Complex First Edition. The
Insminger Publishing Company. Cloves. California. Siregar, TN. 2010. Profil Estrogen dan Progesteron pada Siklus Berahi Kambing. Jurnal
Kedokteran Hewan 9 (2): 61 – 65. Suryana. 2004. Kajian Penggunaan Starter Mikroba dalam Fermentasi Jerami Padi sebagai
Sumber Pakan pada Peternakan Rakyat di Sulawesi Tenggara. Seminar Nasional Bio Teknologi. Puslit Bio Teknologi 77 – 83. Bogor.
Tilman. ADH, Hartadi. S, Reksohadiprodo. S, Prawiro Kusumo dan S. Lebdosoekojo. 1989.
Makanan Ternak Gajah Mada. University Press. Yogyakarta. Tripanji. 1984. Fisiologi Reproduksi Ternak Edisi Ketiga. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga. Surabaya.
38
Lampiran 1.
DAFTAR RESIKO
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
UNIT KERJA / UPT : BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH
NAMA PIMPINAN : Ir. Basri AB, M. Si
NIP : 19600811 198503 1 001
KEGIATAN :Laboratorium Lapang Inovasi Pertanian Melalui Pengembangan
Integrasi Tanaman Kelapa - Ternak Kambing Di Kabupaten Aceh
Timur
TUJUAN KEGIATAN :
No Resiko Penyebab Dampak
1. Kematian ternak Manajemen pakan kurang
baik dan berkualitas
Kematian pada pedet/ anak
kambing
2. Tingkat kesehatan ternak Pemeliharaan masih
tradisional
Kenaikan berat badan
berkurang
3. Tidak tersedianya areal
lahan penanaman
rumput unggul
Kurangnya rumput unggul
pada musim kemarau
Peternak harus mencari
pakan ternak lebih jauh dari
tempat usaha
4. Pertumbuhan ternak
lamban
Kekurangan pakan sehingga
perlu penambahan pakan
konsentrat
Dapat memanfaatkan limbah
hasil tanaman pertanian
Disusun tanggal : Desember 2015
Penjab kegiatan :
Ir. Nani Yunizar
NIP. 19590623 198803 2 001
39
Lampiran 2. Organisasi Pelaksana Kegiatan
No Nama/ NIP Jabatan Fungsional/
Bidang Keahlian
Jabatan dalam
Kegiatan
Uraian Tugas Alokasi Waktu (Jam/
Minggu)
1. Ir. Nani Yunizar
19590623 198803 2
001
Penyuluh Madya/
Budidaya
Peternakan
Penanggung
Jawab
Mengkoordinir
kegiatan mulai
perencanaan
sampai pelaporan
20
2. Ir. Elviwirda
19690326 200112 2
001
Penyuluh Pertama/
Budidaya
Peternakan
Anggota Membantu
kegiatan mulai
perencanaan
sampai pelaporan
20
3. Dr. Yenni Yusriani,
MP
19730716 199903 2
002
Peneliti Muda/
Budidaya
Peternakan
Anggota Membantu
kegiatan mulai
perencanaan
sampai pelaporan
20
4. Masykura, S. ST
19851001 200912 1
003
Teknisi/
Budidaya
Peternakan
Anggota Membantu
kegiatan mulai
perencanaan
sampai pelaporan
15
5. Nur Aida Fittri, A.
Md
19741027 200812 2
001
Administrasi Anggota Membantu
kegiatan
administrasi dan
keuangan
10
40
Lampiran 3. Pembiayaan dan Realisasi Anggaran
No Jenis Pengeluaran Volume Harga Satuan
(Rp)
Jumlah
(Rp)
1 2 3 4 5
1. Honor Output Kegiatan
- Upah harian lapang
- Biaya temu lapang
320 OH
150 OH
50.000
50.000
23.500.000
16.000.000
7.500.000
2. Belanja Barang untuk
Persediaan Barang Konsumsi
- ATK dan Komputer Suplies
- Saprodi dan bahan
pendukung
1 PAKET
1 PAKET
3.000.000
57.500.000
60.500.000
3.000.000
57.500.000
3. Belanja Perjalanan Biasa
- Perjalananan Pelaksanaan
Kegiatan (1 ORG x 35 KALI)
35 OH
700.000
24.500.000
24.500.000
4. Belanja Perjalanan Paket
Meeting Luar Kota
- Penginapan Pelaksanaan
Kegiatan (1 ORG x 4 KALI)
- Uang Harian Pelaksanaan
Kegiatan (1 ORG x 5 KALI)
4 OP
5 OH
450.000
840.000
6.000.000
1.800.000
4.200.000
Jumlah 1 + 2 + 3 + 4 114.500.000
41
Lampiran 4. Pelaksanaan Kegiatan
No Kegiatan B u l a n
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1.
Studi pustaka
penyempurnaan
proposal dan ROPP,
seminar proposal
2. Pembuatan juknis
3. Koordinasi dan penentuan lokasi
4. Persiapan penelitian
5. Pengamatan dan
pengumpulan data
6. Pengolahan dan analisis
data
7. Penulisan draft laporan
8. Seminar
9. Perbaikan laporan
10. Penulisan laporan akhir
11. Penggandaan laporan
42
Lampiran 5. Foto – Foto Kegiatan
GAMBAR BEBERAPA RUMPUT UNGGUL DI LOKASI LABORATURIUM LAPANG PAYA
GAJAH
Rumput Brachria Humidicola Rumput Bracharia decumben
Rumput Gajah mini Rumput Gajah
GAMBAR BREEDING KAMBING BOORKA X KAMBING KACANG
43
Penjatan Kambing Boorka Induk Unggul Kambing boorka
Breeding Kambing Boorka x Kambing KacangPedet kambing boorka dan kacang
PEMBUATAN KONSENTRAT UNTUK TERNAK KAMBING
44
PENANAMAN RUMPUT GAJAH